Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Hukum dan Statistik
Disusun Oleh:
Laila Ramadhani
NIM: 1111200152
FAKULTAS HUKUM
SERANG
2022
0
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat-Nya
yang selama ini kita dapatkan, yang memberi hikmah dan yang paling bermanfaat
bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karenanya kami dapat menyelesaikan
Penyusunan Proposal Penelitian yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Perbuatan
Melawan Hukum dalam Hukum Waris Putusan” ini dengan baik dan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan proposal penelitian ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode Penelitian Hukum dan Statistika.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Fathul Muin, S.H., L.LM.
selaku dosen Metode Penelitian Hukum dan Statistika yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan
segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan
demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan kami semoga tugas ini bermanfaat
khususnya bagi kami dan bagi pembaca lain pada umumnya.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Metode Penelitian 7
1.4 Sistematika Penulisan 8
DAFTAR PUSTAKA 9
2
BAB I
PENDAHULUAN
Secara keseluruhan dalam Hukum Perdata terdapat Hukum Waris yang menjadi salah
satu bagian di dalamnya yang dimana merupakan bagian terkecil dari Hukum
Keluarga. Hukum Waris masih bersifat pluralistis artinya masih berlaku beberapa
sistem Hukum yang mengaturnya (legalitas formal), yakni:
1. Hukum Waris Adat, yaitu hukum kewarisan yang beraneka sistemnya karena
dipengaruhi oleh bentuk etnis di lingkungan hukum adatnya, yang dikenal dengan
sistem kewarisan matrilineal (sistem pewarisan yang menarik garis keturunan
ibunya), sistem patrilineal (sistem pewarisan yang menarik garis keturunan ayahnya),
sistem bilateral (sistem pewarisan yang menghubungkan dirinya baik dari keturunan
ibunya maupun ayahnya).1
2. Hukum Waris Islam yang berlaku bagi Warga Negara Indonesia yang beragama
Islam, dan Kompilasi Hukum Islam yang terbit sesuai Instruksi Presiden Nomor 1
Tahun 1991 pada tanggal 10 Juni 1991 yang dijadikan sebagai pedoman landasan
Pengadilan Agama dalam memutuskan seputar Kewarisan, Wakaf dan Perkawinan. 2
3. Hukum Waris Perdata Barat yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata Indonesia.
1
Maman Suparman, Hukum Waris Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2015, hlm. 5.
2
Ibid, hal 6
3
Indonesia untuk saat ini dan saat yang akan datang dalam rangka pembangunan
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.3
Hukum Waris pada dasarnya bertujuan untuk mengatur pembagian harta warisan
kepada para Ahli Waris, agar tidak terjadi perselisihan ketika harta warisan dibagikan.
Peristiwa kematian ditentukan sebagai dasar untuk menyatakan telah terbukanya
warisan oleh seluruh Sistem Warisan yang ada, dan sekaligus menggunakannya
sebagai dasar penyelesaian warisan. Beralihnya seluruh kekayaan baik aktiva maupun
passiva dengan sendirinya karena Hukum waris mengenal asas saisine, dan dengan
beralihnya seluruh harta kekayaan milik peninggal harta kepada Ahli Waris maka
penyelesaian atas harta tersebut wajib dilakukan segenap Ahli Waris secara
bersama-sama sesuai dengan asas kebersamaan sebab segenap Ahli Waris pada
hakikatnya merupakan personifikasi dari peninggal harta itu sendiri.4
Jadi Hukum Waris adalah soal apakah dan bagaimanakah berbagai hak dan kewajiban
atas harta seseorang pada waktu ia meninggal dunia akan beralih kepada orang lain
yang masih hidup.5
Warisan ialah “Berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain” atau dari
suatu kaum kepada kaum lain . Akibat adanya berbagai sistem Hukum Waris yang
berlaku di Indonesia sering terjadi perbedaan sangat mencolok antara siapa yang
berhak mewarisi misalnya Pewarisan yang berhubungan dengan pemilikan atau
perolehan tanah, Wasiat, Hibah, keterangan waris serta bagian yang diterima Ahli
Waris.
3
Surini Ahlan Syarif, Intisari Hukum Waris Menurut Burgerlijk Wetboek, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2003), hal 10
4
R. Prodjodikoro Wiryono, Hukum Waris di Indonesia, Bandung, Sumur Bandung, 1983, Hal. 13
5
Sayid Sabiq, Figh as Sunnah. Juz III, Semarang, Toha Putra. 1980, hal. 426.
4
harta kekayaan bersama yang belum terbagi, yaitu berupa harta bersama perkawinan,
harta warisan. Dalam hal pewarisan, apabila semua ahli waris dapat bertindak bebas
dengan harta benda mereka dan para waris itu semua berada di tempat, maka
pembagian harta warisan itu dilakukan dengan cara sedemikian rupa oleh para waris
sendiri.
Untuk mendapatkan harta warisan sesuai dengan jumlah yang diinginkan, para ahli
waris menempuh segala cara yang dapat dilakukan guna mencapai tujuanya, baik
melalui jalan hukum maupun dengan jalan melawan hukum. Jika perolehan harta
waris dilakukan dengan jalan melawan hukum, sudah tentu ada sanksi hukum yang
menanti para pihak yang melakukan perbuatan tersebut.
Proses penyelesaian perkara pembagian harta warisan, Apabila ada salah satu diantara
ahli waris lainnya untuk mendapatkan harta warisan sesuai dengan jumlah yang
diinginkan dengan menempuh jalan yang melawan hukum yaitu dalam hal ini contoh
kasus yang terjadi di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan antara F.H. Murniaty
Hutagalung dan tiga Ahli Waris lainnya yang menggugat (sebagai penggugat) sesama
Ahli Waris yaitu adiknya, Poltak A.M. Hutagalung (sebagai tergugat). Bahwa yang
menjadi pokok permasalahannya adalah para penggugat mengajukan gugatan kepada
6
Syahril Sofyan, Op.Cit., halaman 6.
5
tergugat yang diduga telah melakukan perbuatan melawan hukum, karena
menginginkan hasil penjualan atau pembagian daripada Harta Warisan dilakukan
berdasarkan hukum adat Batak dimana bagian anak laki-laki lebih besar dari anak
perempuan sehingga menempatkan para Penggugat dalam posisi yang sulit dan
menderita. Para penggugat merasa dirugikan, terpasung dan tersandera hak-haknya
atas Harta Warisan milik bersama tersebut sehingga meminta tergugat untuk
menyetujui pembagian harta warisan secara adil dan rata atas 1 (satu) Rumah di atas
bidang tanah dengan Sertifikat Hak Milik (SHM) No. 780/Rawa Barat, Surat Ukur
No. 07/1998, seluas 250 m² (dua ratus lima puluh meter persegi) yang terletak di
Jalan Cipayung I No. 3 Blok Q/1, Kelurahan Rawa Barat, Kecamatan Kebayoran
Baru, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta.
Permasalahan yang muncul karena para penggugat beranggapan bahwa mereka (para
penggugat) berhak atas memperjuangkan kepemilikan dan hak menikmati warisan
dari Harta Warisan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 834 ayat (1) Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata dan juga Ahli Waris yang merasa dirugikan agar
dapat memperoleh hak warisnya dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam KUHPerdata Pasal 834.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan pokok permasalahan yang akan diteliti
dan dibahas secara lebih mendalam pada penelitian ini sebagai berikut:
Bagaimana penyelesaian perkara kepemilikan dan juga hak menikmati Harta Warisan
dari Harta Warisan bersama dalam hukum perdata
Bagaimana upaya yang dilakukan agar pembagian harta warisan tidak menimbulkan
kerugian bagi Pihak lain seperti halnya dalam Putusan Pengadilan…… (terdapatnya
surat wasiat)
6
1.3 Metode Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan yaitu penelitian hukum yang bersifat Normatif
disebut juga hukum doktrinal, yang merupakan suatu proses untuk menemukan
aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna
menjawab isu hukum yang dihadapi yang menghasilkan argumentasi, teori dan
konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.7
Untuk memperoleh karya ilmiah yang baik, maka pembahasan perlu diuraikan
secara sistematis. Penulisan karya ilmiah ini disusun dalam lima bab dan setiap bab
7
7
dibagi untuk menjadi sub-bab atau bagian-bagian dengan sistematika penulisan,
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang akan digunakan dalam
penelitian. Teori-teori yang akan digunakan yaitu, teori kepastian hukum, teori
efektifitas hukum.
Bab ini akan menjelaskan mengenai pengertian tentang sistem dan syarat
berlakunya undang – undang pembelaan terpaksa serta pengaplikasiannya pada kasus
yang sering terjadi.
Bab V Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dari masalah-masalah yang telah dibahas pada
bab-bab sebelumnya dan saran yang diharapkan berguna bagi semua pihak dalam
mengefektifitaskan undang – undang pembelaan terpaksa yang jelas menguntungkan
dalam melindungi HAM.
8
DAFTAR PUSTAKA
Ibid, hal 6
Maman Suparman, Hukum Waris Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2015, hlm. 5.
Sayid Sabiq, Figh as Sunnah. Juz III, Semarang, Toha Putra. 1980, hal. 426.
Surini Ahlan Syarif, Intisari Hukum Waris Menurut Burgerlijk Wetboek, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2003), hal 10