DAFTAR ISI......................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................4
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................5
D. Manfaat Penelitian............................................................................................5
E. Orisinalitas Penelitian.......................................................................................6
F. Tinjauan Pustaka............................................................................................10
G. Metode Penelitian...........................................................................................22
H. Sistematika Penulisan....................................................................................27
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN............................................................29
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita yang disebut sebagai suami isteri yang bertujuan untuk membangun
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Pernikahan, yaitu suatu akad yang sangat kuat atau miitsaqan gholidhoh untuk
Pernikahan yang sah menurut Negara secara nyata dikatakan dalam Undang-
Pernikahan merupakan salah satu cara persatuan antara dua jiwa (laki-laki
1
memberikan peluang bagi adanya perkawinan poligami yang berarti .suatu
perkawinan dimana seorang suami memiliki lebih dari seorang isteri dengan
alasan-alasan tertentu.
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 bersifat terbuka atau tidak mutlak,
dengan cara mempersulit sistem poligami dan mengura ngi ruang lingkup
penggunaannya.
Banyak wanita yang dipoligami dengan alasan yang tidak rasional dan
tidak dilarang, seorang pria dapat memiliki dua, tiga atau bahkan empat istri.
Namun terdapat syarat tertentu yang harus dipenuhi, terutama untuk bersikap adil
bahwa para suami belum menyadari hal tersebut karena telah mengabaikan
kewajiban untuk bersikap seadil-adilnya kepada istri atau para istrinya yang
sebelumnya.
4
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Intermassa, Jakarta, 1987, h. 1.
5
Fence Wantu,Idee des recht Kepastian Hukum, Keadilan, dan Kemanfaatan (implementasi
dalam proses peradilan perdata), Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2011 h. 88.
2
Dapat dikatakan bahwa keadilan adalah nilai kebijakan dari segala sesuatu, dan
moralitas diukur dengan tindakan yang harus dilakukan secara moral, bukan
Berbicara keadilan dalam perkawinan poligami tidak lepas dari hak dan
segala hak dan kewajibannya, dalam perkawinan poligami yang menjadi hal
prioritas Masalahnya adalah hak atas harta dalam pernikahan dan hak untuk
memuaskan kebutuhan.
yang sah (legal) karena jika berbicara tentang pembagian hak atas harta terhadap
istri kedua dalam perkawinan poligami tentunya harus perkawinan poligami yang
sah dilihat dari perspektif hukum negara dan hukum agama, hal ini legal karena
hanya mengatur pembagian hak atas harta untuk perkawinan poligami yang sah,
dan jika perkawinan poligami itu illegal atau tidak sah, maka tidak ada aturan
untuk pembagian harta bersama oleh istri kedua. Hal tersebut tertuang dalam
Perkawinan.
keberadaan istri kedua dalam poligami biasanya mengarah atau memicu terjadinya
perilaku tidak adil dalam perkawinan. Sebagaimana kita ketahui bersama, dalam
perkawinan poligami, status istri pertama dan istri kedua adalah sama di depan
hukum, karena undang-undang dan ketentuan tidak menjelaskan secara jelas atau
3
Terkait persoalan harta bersama dalam perkawinan poligami merupakan
masalah yang cukup pelik serta bisa merugikan istri kedua jika tidak dilakukan
Terlepas dari pro dan kontra serta terlepas dari kelebihan dan kekurangan
poligami, sangat jelas sekali bahwa poligami merupakan topik yang sulit dan
praktiknya, masih banyak pelaku poligami yang belum memenuhi syarat atau
ketentuan yang diatur dalam hukum negara maupun agama. Keberadaan hak-hak
istri dalam perkawinan poligami semakin menjadi tidak jelas, terutama terkait
undangan yang mengaturnya secara eksplisit, namun masih banyak saja yang
2693/Pdt.G/Pa.Jbg).
B. Rumusan Masalah
Poligami ini, ada beberapa yang dapat dijadikan rumusan masalah, yaitu :
4
2. Bagaimana pertimbangan hukum Hakim terhadap penetapan harta bersama
Nomor 2693/Pdt.G/Pa.Jbg ?
3.
C. Tujuan Penelitian
poligami
D. Manfaat Penelitian
bermanfaat dan berguna baik bagi penulis, pembaca dan masyarakat. Dengan
demikian berikut beberapa manfaat yang dapat dirasakan oleh penulis maupun
pembaca, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Poligami
5
c) Dapat berguna sebagai bahan informasi bagi pembaca serta masyarakat
2. Manfaat Praktis
E. Orisinalitas Penelitian
1. PEMBAGIAN HARTA
OKTAV ANGGI
BERSAMA SETELAH
PRASASTI
PERCERAIAN PADA
PERKAWINAN POLIGAMI
SKRIPSI
(STUDI KASUS Pengadilan
Agama Bantul Nomor
UNIVERSITAS JEMBER
0834/Pdt.G/2014/PA.Btl)
ISU HUKUM
1. Apakah ratio decidendi hakim dalam memutus perkara
Putusan Nomor 0834/Pdt.G/2014/PA.Btl telah sesuai
dengan Hukum Perkawinan ?
2. Apa akibat hukum keluarnya Putusan Nomor
0834/Pdt.G/2014/PA.Btl bagi para pihak ?
HASIL PENELITIAN
6
1. Dilihat dari peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia yakni Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan, KHI, dan Peraturan Pemerintah Nomor
9 Tahun 1974 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Perkawinan, perkawinan yang dilakukan oleh Penggugat
dengan Tergugat I seharusnya tidak sah karena tergugat I
telah melakukan perkawinan poligami tanpa izin dari isteri
sebelumnya dan untuk melakukan perkawinan poligami pun
tidak memenuhi prosedur-prosedur yang telah ditentukan.
2. Akibat hukum dari keluarnya Putusan Pengadilan Agama
Bantul Nomor 0834/Pdt.G/2014/PA.Btl yakni :
a. Terhadap Isteri
Semua hak dan kewajiban selama perkawinan menjadi
hapus sejak saat itu bekas isteri memperoleh kembali
status yang tidak kawin. Haram melakukan hubungan
suami isteri. Isteri berhak mendapatkan mut’ah sesuai
dengan kedudukan dan kemampuan suami.
b. Terhadap Harta Kekayaan
Pengaturan tentang harta kekayaan yang diperoleh
selama perkawinan dimana isteri mempunyai hak yang
sama dengan suami bila terjadi perceraian harta bersama
diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan Pasal 35,36, dan 37.
PERSAMAAN Mengkaji dan menganalisis
pembagian harta bersama dalam
perkawinan poligami
PERBEDAAN Objek kajian berupa Putusan
Perkara Nomor
0834/Pdt.G/2014/PA.Btl
KONTRIBUSI
No PROFIL JUDUL
.
7
2. HELMY ZIAUL FUAD
KEDUDUKAN HARTA
YOGYAKARTA BERSAMA DALAM
PERKAWINAN POLIGAMI
UNIVERSITAS ISLAM (STUDI PADA PERKARA
NEGERI SUNAN NO.2198/12/PA.MALANG)
KALIJAGA
ISU HUKUM
1. Bagaimana pertimbangan hakim yang dipakai dalam
menetapakan harta bersama dalam perkara poligami,
putusan Pengadilan Agama Malang Nomor:
2198/2012/PA.Mlg?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam dan hukum Positif
terhadap putusan hakim perkara Nomor: 2198/2012/PA.Mlg
?
HASIL PENELITIAN
1. Pertimbangan Hakim dalam Putusan perkara yang
memberikan izin suami untuk melakukan perkawinan
poligami dan menyertakan penetapan harta bersama telah
sesuai dengan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang No.1 tahun
1974 jo Pasal 1 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam dan telah
sesuai dengan Pasal 94 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam.
Untuk menjamin terpisahnya harta bersama dalam
perkawinan poligami dan dapat diantisipasi dengan
penetapan harta bersama oleh pengadilan. Ini dimaksud agar
tidak terjadi sengketa dikemudian hari.
2. Baik hukum Islam maupun hukum positif sama-sama
mengakui keberadaan harta bersama dalam perkawinan,
akan tetapi hukum Islam dan hukum Positif tidak
mengaturnya lebih lanjut. Kedua hukum tersebut
memandang putusan Hakim tersebt telah mengakomodir
8
tiga asas hukum yang baik, yaitu asas keadilan, asas
kepastian, dan asas kemanfaatan. Hal ini sesuai dengan
Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung No.
KMA/032/SK/IV/2006 yang mempunyai tujuan melindungi
hak istri terdahulu.
PERSAMAAN Mengkaji dan menganalisis
pembagian harta bersama dalam
perkawinan poligami
PERBEDAAN Objek kajian berupa Putusan
Perkara Nomor.489/K/Ag/2011
MAHKAMAH AGUNG
KONTRIBUSI
F. Tinjauan Pustaka
"nikah", yang berasal dari kata "nikah" yang secara harfiah berarti
pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri yang bertujuan untuk
6
K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Ghalia, Jakarta, 2006, h.2.
9
membentuk keluarga(rumah tangga), yang bahagia dan kekal
Perkawinan bukan saja ikatan lahir atau batin saja, juga melainkan
sebagai suami isteri. Bagi agama Islam, Ikatan lahir terjadi dengan
mempelai pria kepada wali nikah mempelai wanita yang disebut ijab
qobul. Bagi agama lain selain agama Islam, upacara perkawian bisa
masing.
yang sah hanya dilakukan oleh seorang pria dan wanita agar
hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau
7
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
10
melaksanakannya merupakan ibadah”8. Serta mewujudkan kehidupan
1. Pengertian Poligami
Kata poligami berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari dua
pokok kata, yaitu poli yang berarti banyak dan gamein yang berarti
11
Poligami merupakan suatu ikatan perkawinan yang mengawini
ini,
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka
demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya” (Q.S
12
Al-Qamar Hamid. Hukum Islam Alternatif Terhadap Masalah Fiqih Kontemporer. Jakarta. Restu
Ilahi, 2005, h. 19.
12
kemaslahatan dalam agama, sosial maupun kemanuasiaan. Karena
pun merupakan pintu kecil yang hanya dapat dilalui oleh orang yang
sangat membutuhkan dan dengan syarat yang tidak ringan. Selain itu,
pria dapat memiliki lebih dari satu istri jika keyakinan agamanya
pengadilan.
boleh memiliki satu istri dan seorang perempuan hanya dapat memiliki
13
satu suami. Izin bisa diberikan jika pihak terkait menghendaki, suami
4. Syarat-Syarat Poligami
mengizinkan, yang artinya tidak ada larangan dalam hal ini. Berarti.
berikut:
14
2) Untuk dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan harus
maupun tertulis
disembuhkan;
15
c. Adanya jaminan bahwa suami akan selalu berlaku adil
2) Persetujuan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a pasal ini apabila
perkawinan, dan merupakan gabungan dari harta asal suami, harta asal
istri serta hak waris setiap pasangan dan properti yang diperoleh
sebagai hadiah atau hak waris berada di bawah kendali mereka sendiri
16
bersama, suami atau istri bisa bertindak dengan persetujuan bersama.
tangga) yang bahagia dan kekal atas dasar ketuhanan Yang Maha Esa.
Namun, jika tujuan tersebut tidak tercapai, maka suami atau istri bisa
14
Pasal 36 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
15
Siti Musdah Mulia. Islam Menggugat Poligami. Jakarta: PT. Gramedia. 2005, h.8.
17
perceraian atau karena talak. Sesuai dengan Pasal 114 Kompilasi
berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah
berlangsung;
atau istri;
dibagi menjadi 2 (dua) antara suami dan istri. Separuh dari harta
16
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata. Bandung: Alumni, 1985, h. 100.
18
bersama adalah milik pasangan yang hidup terlama. Pada saat yang
sama, pembagian harta bersama suami atau istri yang hilang suami
karena kedua belah pihak tidak memiliki kesamaan atau titik temu
proses perceraian.
istri.17 Menurut pasal ini, hak milik digabung menjadi harta bersama dalam
perkawinan.
tidak ada percampuran antara harta suami dan harta istri karena
17
Pasal 85 KHI
19
tetap menjadi hak istri dan dikuasai penuh olehnya, demikian juga harta
tempat tinggal dan biaya hidup yang seimbang dengan istri lainnya.
18
Harahap, Informasi Materi KHI Mempositifkan Abstraksi Hukum Islam Dalam Kompilasi Hukum
Islam dan Peradilan Agama Dalam Sistem Hukum Indonesia, P.T. Logos Wacana Ilmu, Jakarta
2008, H. 44.
20
Di dalam KHI, harta bersama para istri yang dibawa oleh
pertama lebih besar daripada istri kedua, istri kedua lebih besar dari
istri ketiga, dan istri ketiga lebih besar dari istri keempat.19
G. Metode Penelitian
19
Desi Fitrianti, Harta Bersama Dalam Perkawinan Poligami Menurut Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 Dan Hukum Islam. Intelektualita: volume 06, nomor 01, 2017.
20
Zainuddin Ali, (2018), Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika. h. 1.
21
penelitian hukum adalah ilmu tentang cara melakukan penelitian dengan
a. Jenis Penelitian
perkawinan poligami.
b. Pendekatan Penelitian
22
Undang-undang atau peraturan yang berkaitan dengan
permasalahannya adalah:
Undang-Undang Perkawinan
2693/Pdt.G/Pa.Jbg
25
Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, (2018), Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris.
Jakarta: Prenadamedia Group Kencana. h. 140.
23
Sumber penelitian yang berupa bahan hukum terdiri dari bahan
permasalahan penelitian.
26
Zainuddin Ali, (2018), Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika. h. 47.
27
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, (2003), Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
Singkat, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. h. 33
28
Peter Marzuki Mahmud, (2019), Penelitian Hukum, Edisi Revisi, Jakarta: Prenadamedia Group
Kencana. h. 181.
24
Bahan hukum sekunder merupakan bahan yang dikumpulkan
kualitatif, berlaku bagi data atau bahan hukun serta studi kasus
29
Bambang Sunggono, 1997, Metode Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), Jakarta, Raja Grafindo
Persada, h.116
25
Nomor 2693/Pdt.G/Pa.Jbg, karena penelitian hukum cenderung
H. Sistematika Penulisan
berikut :
sistematika penulisan
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA, merupakan bab yang berisi tentang teori
poligami.
26
27
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
No Bulan ke-
Jenis Kegiatan
. 1 2 3
1. Persiapan
2. Melakukan studi
pustaka
3. Menyusun instrument
penelitian
4. Melaksanakan
penelitian bahan
hukum
5. Menganalisis
data/bahan hukum
tugas akhir
29