Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ELEMEN HUKUM DALAM SISTEM HUKUM DI


INDONESIA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Hukum
Dosen pengampu :
Ahmadi Abdul Shomad FN, M.H. NIDN

Disusun Oleh Kelompok 9 :


1. Oktafreshiane Berlian Weazshoi (1860103221022)
2. Peti (1860103221072)
3. Qoni’atunni’mah (1860103221109)

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik
serta, hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah kami yang berjudul “Elemen
Hukum Dalam Sistem Hukum Di Indonesia” dapat terselesaikan. Shalawat dan
salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga,
sahabat dan para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.
Adapun penulisan makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Ilmu
Hukum. Dalam kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak terima
kasih khususnya kepada :
1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Dr. H. Nur Efendi, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
3. Ahmad Gelora Mahardika S.IP, M.H selaku Ketua Program Studi Hukum
Tata Negara Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
4. Ahmadi Abdul Shomad FN, M.H. NIDN selaku dosen mata kuliah Ilmu
Hukum.
5. Atas nama kelompok 9 selaku penulis dan pembuat makalah ini. Serta untuk
teman-teman yang tergabung dalam kelas “Hukum Tata Negara B”
Penyusunan makalah ini disusun dengan sebaik-baiknya, namun masih
terdapat kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan, tidak lupa harapan kami semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta menambah ilmu pengetahuan
bagi kami.

Tulungagung, 02 Oktober 2022

ii
Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Pembagian Hukum Berdasarkan Tujuan...................................................3

2.2 Pembagian Hukum Berdasarkan Wilayah.................................................3

2.3 Pembagian Hukum Berdasarkan Waktu....................................................4

2.4 Pembagian Hukum Berdasarkan Wujudnya..............................................4

2.5 Pembagian Hukum Berdasarkan Sifat/Daya.............................................5

2.6 Pembagian Hukum Berdasarkan Sumber..................................................6

2.7 Pembagian Hukum Berdasarkan Bentuk...................................................8

BAB III PENUTUP.................................................................................................9

3.1 Kesimpulan................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Dr. Soedjono Dirdjosisworo, SH. Hukum adalah gejala sosial
yang baru berkembang di dalam kehidupan manusia bersama. Ia tampil dalam
menserasikan pertemuan antara kebutuhan dan kepentingan masyarakat, baik yang
sesuai ataupun yang saling bertentangan. Hal ini selalu berlangsung karena
manusia senantiasa hidup bersama dalam suasana saling ketergantungan. 1 Pada
prinsipnya hukum merupakan penyaratan yang beraneka ragam untuk menjamin
adanya penyesuaian kebebasan dan kehendak seseorang dengan orang lain.
Berdasarkan asumsi ini pada dasarnya hukum mengatur hubungan antara manusia
di dalam masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip yang beraneka ragam pula. Oleh
sebab itu, setiap orang di dalam masyarakat wajib taat.2

1.2 Rumusan Masalah


Ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini.
Rumusan masalah tersebut adalah :
1. Bagaimana pembagian hukum berdasarkan tujuannya?
2. Bagaimana pembagian hukum berdasarkan wilayah?
3. Bagaimana pembagian hukum berdasarkan waktu?
4. Bagaimana pembagian hukum berdasarkan wujudnya?
5. Bagaimana pembagian hukum berdasarkan sifat/daya?
6. Bagaimana pembagian hukum berdasarkan sumbernya?
7. Bagaimana pembagian hukum berdasarkan bentuknya?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui pembagian hukum berdasarkan tujuan
2. Untuk mengetahui pembagian hukum berdasarkan wilayah

1
Dr. Soedjono Dirdjosisworo, SH, Op.Cit, hh. 5-6
2
Drs. Sudarsono, S.H., M.Si, Pengantar Ilmu Hukum, hh. 44-45

1
3. Untuk mengetahui pembagian hukum berdasarkan waktu
4. Untuk mengetahui pembagian hukum berdasarkan wujudnya
5. Untuk mengetahui pembagian hukum berdasarkan sifat/daya
6. Untuk mengetahui pembagian hukum berdasarkan sumbernya
7. Untuk mengetahui pembagian hukum berdasarkan bentuknya

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembagian Hukum Berdasarkan Tujuan


Tujuan hukum merupakan karakteristik hukum alam. Karena hukum
alam bersifat transeden dan metafisis. Hukum dipandang sebagai gejala sosial
yang selalu ada dalam kehidupan sosial dan keberadaannya karena dibuat
oleh penguasa. Karena dibuat oleh penguasa, hukum tidak dapat dipisahkan
oleh pertimbangan-pertimbangan politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Namun pertimbangan tersebut tidak boleh mengalahkan esensi hukum.
Pertimbangan tersebut berhubungan dengan pembuatan undang-undang dan
proses peradilan dan merupakan sisi eksternal dalam hukum. Tujuan hukum
mengarah pada sesuatu yang hendak dicapai. Tidak salah jika tujuan
mengarah pada sesuatu yang ideal, sehingga terasa abstrak dan tidak
operasional. Tujuan hukum dipandang sebagai sesuatu yang bersifat metafisis
dan melekat pada pandangan hukum alam yang eksistensinya tergantikan oleh
ilmu pengetahuan modern yang mengandalkan observasi empiris.3

2.2 Pembagian Hukum Berdasarkan Wilayah


Ada 3 jenis-jenis hukum berdasarkan wilayah berlakunya, yakni hukum
nasional, hukum internasional, dan hukum asing. Berikut adalah penjelasan
penggolongan hukum menurut wilayah berlakunya4 :
1. Hukum Nasional, adalah jenis hukum yang berlaku di dalam wilayah
negara tertentu. Hukum nasional harus dilaksanakan oleh warga negara
tersebut.
2. Hukum Internasional, adalah jenis hukum yang berguna untuk mengatur
hubungan hukum antar negara di dalam hubungan internasional. Hukum
internasional ini berlaku secara universal, yang berarti dapat berlaku
secara keseluruhan terhadap negara-negara yang mengikatkan diri dalam
perjanjian internasional tertentu.
3. Hukum Asing, adalah hukum yang berlaku di Negara lain/Negara
asing/diluar wilayah. Pada umumnya hukum asing lebih mengarah pada
proses hukum maupun aturan hukum dari suatu Negara lain.

3
Maulana Yusuf, Makalah Pengantar Ilmu Hukum, h. 1
4
https://www.yuksinau.id/macam-macam-hukum/

3
2.3 Pembagian Hukum Berdasarkan Waktu
Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibagi dalam5 :
1. Ius constitutum (hukum positif), yaitu hukum yang berlaku saat ini bagi
suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu.
2. Ius constituendum yaitu hukum yang diharapkan atau dicita-citakan
berlaku pada waktu yang akan datang. Ius constituendum masih belum
menjadi kaedah dalam bentuk formil (undang-undang atau bentuk
lainnya).
3. Ius Naturale (hukum alam) yaitu hukum yang berlaku dimana-mana
dalam segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia. Hukum ini
sifatnya sangat universal, yaitu dianggap berlaku sepanjang masa,
dimanapun, dan terhadap siapapun.

2.4 Pembagian Hukum Berdasarkan Wujudnya


Menurut Kansil pembagian hukum berdasarkan wujudnya terbagi
menjadi 2, yaitu :
1. Hukum Obyektif, adalah peraturan-peraturan hukum dalam suatu negara
secara umum berlaku tanpa mengistimewakan orang tertentu atau
golongan tertentu. Hukum obyektif hanya berisi peraturan hukum yang
mengatur hubungan antara manusia didalam masyarakat. Hukum yang
menyatakan peraturan/kaidah yang mengatur hubungan antara dua orang
atau lebih, sebab hal itu berlaku umum tidak menyangkut subyek
tertentu.6
2. Hukum Subyektif, adalah hukum yang timbul dari hukum obyektif yang
berlaku terhadap beberapa orang atau hanya berlaku terhadap seseorang
saja. Keadaan yang menyatakan hubungan yang diatur oleh hukuum
obyektif dimana seseorang mempunyai hak, sedangkan yang lain
mempunyai kewajiban terhadap suatu hal.7
Pembagian hukum berdasarkan wujudnya inilah yang menarik perhatian
ahli hukum. Salah satunya Apeldoorn. Ia menjelaskan bahwa dalam kedua
pengertian ini dipakai juga perkataan Latin “jus” serta perkataan lain seperti
5
Dr. Fence M. Wantu, S. M. Pengantar Ilmu Hukum. hh. 38
6
Drs. Sudarsono, S.H., M.Si, Pengantar Ilmu Hukum, hh. 186-187
7
Drs. Sudarsono, S.H., M.Si, Pengantar Ilmu Hukum, hh. 186-187

4
“droit” dan “diritto”. Jika dalam bahasa Inggris “right” dan “law”.
Demikian juga dalam bahasa Indonesia dipergunakan kata “hak” dan
“hukum”. Tidak mungkin terdapat kekacauan dari dua pengertian tersebut.
Tetapi kita harus berhati-hati terhadap kekacauan lain, seperti antara law
(hukum) dan a law (undang-undang).8
Pembagian hukum obyektif dan hukum subyektif dapat dipahami oleh
akal sehat. Akan tetapi, dalam kenyataan perbedaan keduanya tidak dapat
mengasingkan satu sama lain. Di dalam kenyataan hidup masyarakat
keduanya intern erat sekali keterkaitannya. Seperti yang telah ditegaskan oleh
Apeldoorn.9 Hukum obyektif adalah peraturan hukumnya, sedangkan hukum
subyektif adalah peraturan hukum yang dihubungkan dengan seseorang
tertentu dengan dimikian menjadi hak dan kewajibannya.
Dengan kata lain, hukum subyektif timbul jika hukum obyektif beraksi.
Karena hukum obyektif yang beraksi melakukan dua pekerjaan yaitu, pada
satu pihak ia memberikan hak dan lain pihak ia meletakkan kewajiban.10

2.5 Pembagian Hukum Berdasarkan Sifat/Daya


Menurut sifatnya, hukum dapat dibagi dalam11 :
1. Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun
juga harus dan mempunyai paksaan mutlak. Hukum memaksa (hukum
imperatif, dwingend recht) ialah peraturan hukum yang tidak boleh
dikesampingkan atau disimpangi oleh orang-orang yang berkepentingan.
Peraturan hukum manapun mau tidak mau harus ditaati oleh orang-orang
yang berkepentingan, apabila dilanggar akan dikenakan sanksi hukum.12
2. Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila
pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam
suatu perjanjian.

8
Apeldoorn, Op.Cit, h. 34
9
Ibid, Loc. Cit.
10
Drs. Sudarsono, S.H., M.Si, Pengantar Ilmu Hukum, hh. 188
11
Dr. Fence M. Wantu, S. M. Pengantar Ilmu Hukum. hh. 39
12
Dr. Tami Rusli, S. M. Pengantar Ilmu Hukum. h. 62

5
2.6 Pembagian Hukum Berdasarkan Sumber
Menurut sumbernya, hukum dibagi dalam13 :
1. Hukum undang-undang, yaitu peraturan negara yang mempunyai
kekuatan hukum mengikat, diadakan dan dipelihara oleh negara. Menurut
Buys undang-undang mempunyai dua arti, yaitu14 :
a. Undang-undang dalam arti formal, yaitu keputusan pemerintah yang
merupakan undang-undang karena cara pembuatannya (dibuat oleh
pemerintah bersama dengan DPR).
b. Undang-undang dalam arti materil, yaitu setiap putusan pemerintah
yang menurut isinya mengikat setiap penduduk orang.
Adapun syarat-syarat berlakunya undang-undang, sebagai berikut :
Harus diundangkan dalam lembaran negara oleh menteri atau
sekretaris negara. Tanggal berlakunya sesuai dengan tanggal yang ada
dalam undang-undang, jika tidak ditentukan maka tanggal berlakunya
dimulai 30 hari sejak diundangkan dalam LN (untuk Jawa dan Madura),
100 hari (untuk luar Jawa dan Madura). Setelah syarat ini dipenuhi maka
berlakulah suatu fictie hukum yaitu setiap orang dianggap telah
mengetahui adanya suatu undang-undang atau peraturan hukum.
Berakhirnya kekuatan berlakunya undang-undang :
Pertama, apabila jangka waktu berlakunya yang ditetapkan dalam
undang-undang sudah lampau. Kedua, terdapat hal atau keadaan untuk
undang-undang diadakan sudah tidak ada lagi. Ketiga, undang-undang
tersebut dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuatnya. Keempat,
adanya undang-undang baru yang isinya bertentangan dengan undang-
undang yang telah diberlakukan.15
2. Hukum kebiasaan (adat), merupakan perbuatan manusia yang dilakukan
secara berulang-ulang dalam hal yang sama.16
3. Hukum traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di
dalam suatu perjanjian antara negara. Atau dengan kata lain traktat

13
Dr. Fence M. Wantu, S. M. Pengantar Ilmu Hukum. hh. 38
14
Dr. Tami Rusli, S. M. Pengantar Ilmu Hukum. h. 57
15
Dr. Tami Rusli, S. M. (2017). Pengantar Ilmu Hukum. h. 57
16
Dr. Tami Rusli, S. M. (2017). Pengantar Ilmu Hukum.h. 58

6
merupakan perjanjian antar negara yang melibatkan kepentingan dua atau
lebih negara. Beberapa macam traktat, yaitu17 :
a. Perjanjian Bilateral, merupakan perjanjian yang menyangkut
kepentingan dua negara, misalnya perjanjian RRI dengan RRC
tentang kewarganegaraan.
b. Perjanjian Multilateral, merupakan perjanjian yang dibuat
menyangkut kepentingan dua negara atau lebih, misalnya NATO.
c. Kolektif/Terbuka, yaitu perjanjian multi dimensi dimana ia
memberikan kesempatan kepada negara yang pada permulaan
perjanjian dibuat tidak ikut serta mengadakannya, misalnya PBB
dimana Indonesia menjadi anggota yang ke-60 pada tanggal 28
September 1950.
4. Hukum yurisprudensi yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan
hakim. Dasar hukumnya adalah Pasal 21 AB yang menyatakan bahwa
yurisprudensi juga diakui sebagai sumber hukum formal, dimana seorang
Hakim tidak dapat memberi keputusan yang akan berlaku sebagai
peraturan umum. Pasal 22 AB yang menyatakan bahwa Hakim yang
menolak untuk menyelesaikan suatu perkara dengan alasan bahwa
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak menyebutkan,
tidak jelas atau tidak lengkap, maka ia dapat dituntut untuk dihukum
karena menolak untuk mengadili (asas Curia ius novit). Berdasarkan
pasal tersebut jelaslah bahwa hakim wajib menyelesaikan masalah yang
diajukan padanya karena hakim mempunyai hak atau kewenangan untuk
mencari dan atas pertimbangan sendiri membentuk atau membuat
undang-undang, sehingga disini jelaslah bahwa penemuan hakim
dijadikan pengisi kekosongan hukum.18 Pasal 5 ayat (1) pengadilan
mengadili menurut hukum dengan tidak membedakan orang. Pasal 20
AB menyatakan bahwa hakim mengadili menurut undang-undang.19

17
Dr. Tami Rusli, S. M. (2017). Pengantar Ilmu Hukum. h. 59
18
Dr. Tami Rusli, S. M. (2017). Pengantar Ilmu Hukum. h. 58
19
Dr. Tami Rusli, S. M. (2017). Pengantar Ilmu Hukum. h. 59

7
2.7 Pembagian Hukum Berdasarkan Bentuk
Menurut Kansil pembagian hukum berdasarkan bentuknya terbagi
menjadi 2, yaitu :
1. Hukum Tertulis (geschreven recht), adalah hukum yang tercantum dalam
berbagai peraturan perundang-undangan dan secara resmi telah
diumumkan berlakunya oleh pemerintah. Hukum tertulis ini ada yang
sudah dikodifikasi ada pula yang tidak.20
2. Hukum Tidak Tertulis (ongeschraven recht), adalah hukum yang hidup
dan ada tetapi tidak dalam wujud peraturan tertulis, melainkan ada dalam
pengetahuan, keyakinan, dan kesadaran hati masyarakat dan
keberlakuannya ditaati sebagai kaedah hukum.21
Nampaknya memang ada perbedaan antara hukum tertulis (Undang-
undang) dengan hukum tidak tertulis (kebiasaan). Sebagaimana yang telah
ditegaskan oleh Apeldoorn22 sebagai berikut :
Undang-undang ialah keputusan yang dipikulkan pada orang-orang
pemerintah, sedangkan kebiasaan ialah peraturan yang timbul dari pergaulan
hidup sendiri.
Dengan kata lain, hukum undang-undang mempunyai sifat heteronom,
karena suatu kekuasaan yang berdiri diatas masyarakat, meletakkan
kehendaknya pada masyarakat. Hukum kebiasaan mempunyai sifat otonom,
karena pembentuk undang-undang adalah masyarakat itu sendiri. Undang-
undang dan kebiasaan adalah penegasan dari pandangan-pandangan hukum
yang terdapat dalam masyarakat atau cita-cita hukum atau perumusan
kesadaran hukum dari bangsa tersebut.23

20
Siti Hamidah, SH, MM, Pengantar Hukum Indonesia Jilid II, h. 3
21
Siti Hamidah, SH, MM, Pengantar Hukum Indonesia Jilid II, h. 3
22
Pro. Mr. Dr. C.J. van Apeldoorn, Op.Cit, hh. 125-126
23
Drs. Sudarsono, S.H., M.Si, Pengantar Ilmu Hukum, hh. 189

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tujuan hukum merupakan karakteristik hukum alam. Karena hukum
alam bersifat transeden dan metafisis. Tujuan hukum mengarah pada sesuatu
yang hendak dicapai. Tidak salah jika tujuan mengarah pada sesuatu yang
ideal, sehingga terasa abstrak dan tidak operasional. Tujuan hukum dipandang
sebagai sesuatu yang bersifat metafisis dan melekat pada pandangan hukum
alam yang eksistensinya tergantikan oleh ilmu pengetahuan modern yang
mengandalkan observasi empiris. Ada 3 jenis-jenis hukum berdasarkan
wilayah berlakunya, yakni hukum nasional, hukum internasional, dan hukum
asing. Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibagi menjadi 3 yaitu, Ius
constitutum (hukum positif), Ius constituendum, dan Ius Naturale (hukum
alam). Menurut Kansil pembagian hukum berdasarkan wujudnya terbagi
menjadi 2, yaitu Hukum Obyektif, yang merupakan peraturan-peraturan
hukum dalam suatu negara secara umum dan Hukum Subyektif, hukum yang
timbul dari hukum obyektif yang berlaku terhadap seorang atau beberapa
orang saja. Menurut sifatnya hukum terdiri dari 2 pembagian, yakni Hukum
yang memaksa yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun harus dan
mempunyai paksaan mutlak dan Hukum yang mengatur. Menurut sumbernya
hukum dibagi dalam beberapa bagian, yakni Hukum undang-undang peraturan
negara yang mempunyai kekuatan hukum mengikat, diadakan dan dipelihara
oleh negara, Hukum kebiasaan (adat) merupakan perbuatan manusia yang
dilakukan secara berulang-ulang, Hukum traktat yaitu hukum yang ditetapkan
oleh negara-negara dalam suatu perjanjian, dan Hukum yurisprudensi yaitu
hukum yang terbentuk karena keputusan hakim. Menurut Kansil pembagian
hukum berdasarkan bentuknya terbagi menjadi 2, yaitu Hukum Tertulis
(geschreven recht) adalah hukum yang tercantum dalam berbagai peraturan
perundang-undangan dan Hukum Tidak Tertulis (ongeschraven recht) adalah
hukum yang hidup dan ada dalam pengetahuan, keyakinan, dan kesadaran
hati masyarakat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. (2022, April 17). Macam Macam Hukum. Dipetik Oktober 10, 2022, dari
https://www.yuksinau.id/macam-macam-hukum/

Dr. Fence M. Wantu, S. M. (2015). PENGANTAR ILMU HUKUM. Gorontalo:


UNG Press.

Dr. Tami Rusli, S. M. (2017). Pengantar Ilmu Hukum. Lampung: UBL Press.

Drs. Sudarsono, S. M. (2001). Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: PT Asdi


Mahasatya.

Tim Pengajar Matakuliah Pengantar Hukum Indonesia. (2013). Pengantar Hukum


Indonesia Jilid II. Malang: UB Press.

Yusuf, M. (2014). Tujuan Hukum. Makalah Pengantar Ilmu Hukum, 1-2.

10

Anda mungkin juga menyukai