Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik
serta, hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah kami yang berjudul “Elemen
Hukum Dalam Sistem Hukum Di Indonesia” dapat terselesaikan. Shalawat dan
salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga,
sahabat dan para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.
Adapun penulisan makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Ilmu
Hukum. Dalam kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak terima
kasih khususnya kepada :
1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Dr. H. Nur Efendi, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
3. Ahmad Gelora Mahardika S.IP, M.H selaku Ketua Program Studi Hukum
Tata Negara Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
4. Ahmadi Abdul Shomad FN, M.H. NIDN selaku dosen mata kuliah Ilmu
Hukum.
5. Atas nama kelompok 9 selaku penulis dan pembuat makalah ini. Serta untuk
teman-teman yang tergabung dalam kelas “Hukum Tata Negara B”
Penyusunan makalah ini disusun dengan sebaik-baiknya, namun masih
terdapat kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan, tidak lupa harapan kami semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta menambah ilmu pengetahuan
bagi kami.
ii
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
3.1 Kesimpulan................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dr. Soedjono Dirdjosisworo, SH, Op.Cit, hh. 5-6
2
Drs. Sudarsono, S.H., M.Si, Pengantar Ilmu Hukum, hh. 44-45
1
3. Untuk mengetahui pembagian hukum berdasarkan waktu
4. Untuk mengetahui pembagian hukum berdasarkan wujudnya
5. Untuk mengetahui pembagian hukum berdasarkan sifat/daya
6. Untuk mengetahui pembagian hukum berdasarkan sumbernya
7. Untuk mengetahui pembagian hukum berdasarkan bentuknya
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Maulana Yusuf, Makalah Pengantar Ilmu Hukum, h. 1
4
https://www.yuksinau.id/macam-macam-hukum/
3
2.3 Pembagian Hukum Berdasarkan Waktu
Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibagi dalam5 :
1. Ius constitutum (hukum positif), yaitu hukum yang berlaku saat ini bagi
suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu.
2. Ius constituendum yaitu hukum yang diharapkan atau dicita-citakan
berlaku pada waktu yang akan datang. Ius constituendum masih belum
menjadi kaedah dalam bentuk formil (undang-undang atau bentuk
lainnya).
3. Ius Naturale (hukum alam) yaitu hukum yang berlaku dimana-mana
dalam segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia. Hukum ini
sifatnya sangat universal, yaitu dianggap berlaku sepanjang masa,
dimanapun, dan terhadap siapapun.
4
“droit” dan “diritto”. Jika dalam bahasa Inggris “right” dan “law”.
Demikian juga dalam bahasa Indonesia dipergunakan kata “hak” dan
“hukum”. Tidak mungkin terdapat kekacauan dari dua pengertian tersebut.
Tetapi kita harus berhati-hati terhadap kekacauan lain, seperti antara law
(hukum) dan a law (undang-undang).8
Pembagian hukum obyektif dan hukum subyektif dapat dipahami oleh
akal sehat. Akan tetapi, dalam kenyataan perbedaan keduanya tidak dapat
mengasingkan satu sama lain. Di dalam kenyataan hidup masyarakat
keduanya intern erat sekali keterkaitannya. Seperti yang telah ditegaskan oleh
Apeldoorn.9 Hukum obyektif adalah peraturan hukumnya, sedangkan hukum
subyektif adalah peraturan hukum yang dihubungkan dengan seseorang
tertentu dengan dimikian menjadi hak dan kewajibannya.
Dengan kata lain, hukum subyektif timbul jika hukum obyektif beraksi.
Karena hukum obyektif yang beraksi melakukan dua pekerjaan yaitu, pada
satu pihak ia memberikan hak dan lain pihak ia meletakkan kewajiban.10
8
Apeldoorn, Op.Cit, h. 34
9
Ibid, Loc. Cit.
10
Drs. Sudarsono, S.H., M.Si, Pengantar Ilmu Hukum, hh. 188
11
Dr. Fence M. Wantu, S. M. Pengantar Ilmu Hukum. hh. 39
12
Dr. Tami Rusli, S. M. Pengantar Ilmu Hukum. h. 62
5
2.6 Pembagian Hukum Berdasarkan Sumber
Menurut sumbernya, hukum dibagi dalam13 :
1. Hukum undang-undang, yaitu peraturan negara yang mempunyai
kekuatan hukum mengikat, diadakan dan dipelihara oleh negara. Menurut
Buys undang-undang mempunyai dua arti, yaitu14 :
a. Undang-undang dalam arti formal, yaitu keputusan pemerintah yang
merupakan undang-undang karena cara pembuatannya (dibuat oleh
pemerintah bersama dengan DPR).
b. Undang-undang dalam arti materil, yaitu setiap putusan pemerintah
yang menurut isinya mengikat setiap penduduk orang.
Adapun syarat-syarat berlakunya undang-undang, sebagai berikut :
Harus diundangkan dalam lembaran negara oleh menteri atau
sekretaris negara. Tanggal berlakunya sesuai dengan tanggal yang ada
dalam undang-undang, jika tidak ditentukan maka tanggal berlakunya
dimulai 30 hari sejak diundangkan dalam LN (untuk Jawa dan Madura),
100 hari (untuk luar Jawa dan Madura). Setelah syarat ini dipenuhi maka
berlakulah suatu fictie hukum yaitu setiap orang dianggap telah
mengetahui adanya suatu undang-undang atau peraturan hukum.
Berakhirnya kekuatan berlakunya undang-undang :
Pertama, apabila jangka waktu berlakunya yang ditetapkan dalam
undang-undang sudah lampau. Kedua, terdapat hal atau keadaan untuk
undang-undang diadakan sudah tidak ada lagi. Ketiga, undang-undang
tersebut dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuatnya. Keempat,
adanya undang-undang baru yang isinya bertentangan dengan undang-
undang yang telah diberlakukan.15
2. Hukum kebiasaan (adat), merupakan perbuatan manusia yang dilakukan
secara berulang-ulang dalam hal yang sama.16
3. Hukum traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di
dalam suatu perjanjian antara negara. Atau dengan kata lain traktat
13
Dr. Fence M. Wantu, S. M. Pengantar Ilmu Hukum. hh. 38
14
Dr. Tami Rusli, S. M. Pengantar Ilmu Hukum. h. 57
15
Dr. Tami Rusli, S. M. (2017). Pengantar Ilmu Hukum. h. 57
16
Dr. Tami Rusli, S. M. (2017). Pengantar Ilmu Hukum.h. 58
6
merupakan perjanjian antar negara yang melibatkan kepentingan dua atau
lebih negara. Beberapa macam traktat, yaitu17 :
a. Perjanjian Bilateral, merupakan perjanjian yang menyangkut
kepentingan dua negara, misalnya perjanjian RRI dengan RRC
tentang kewarganegaraan.
b. Perjanjian Multilateral, merupakan perjanjian yang dibuat
menyangkut kepentingan dua negara atau lebih, misalnya NATO.
c. Kolektif/Terbuka, yaitu perjanjian multi dimensi dimana ia
memberikan kesempatan kepada negara yang pada permulaan
perjanjian dibuat tidak ikut serta mengadakannya, misalnya PBB
dimana Indonesia menjadi anggota yang ke-60 pada tanggal 28
September 1950.
4. Hukum yurisprudensi yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan
hakim. Dasar hukumnya adalah Pasal 21 AB yang menyatakan bahwa
yurisprudensi juga diakui sebagai sumber hukum formal, dimana seorang
Hakim tidak dapat memberi keputusan yang akan berlaku sebagai
peraturan umum. Pasal 22 AB yang menyatakan bahwa Hakim yang
menolak untuk menyelesaikan suatu perkara dengan alasan bahwa
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak menyebutkan,
tidak jelas atau tidak lengkap, maka ia dapat dituntut untuk dihukum
karena menolak untuk mengadili (asas Curia ius novit). Berdasarkan
pasal tersebut jelaslah bahwa hakim wajib menyelesaikan masalah yang
diajukan padanya karena hakim mempunyai hak atau kewenangan untuk
mencari dan atas pertimbangan sendiri membentuk atau membuat
undang-undang, sehingga disini jelaslah bahwa penemuan hakim
dijadikan pengisi kekosongan hukum.18 Pasal 5 ayat (1) pengadilan
mengadili menurut hukum dengan tidak membedakan orang. Pasal 20
AB menyatakan bahwa hakim mengadili menurut undang-undang.19
17
Dr. Tami Rusli, S. M. (2017). Pengantar Ilmu Hukum. h. 59
18
Dr. Tami Rusli, S. M. (2017). Pengantar Ilmu Hukum. h. 58
19
Dr. Tami Rusli, S. M. (2017). Pengantar Ilmu Hukum. h. 59
7
2.7 Pembagian Hukum Berdasarkan Bentuk
Menurut Kansil pembagian hukum berdasarkan bentuknya terbagi
menjadi 2, yaitu :
1. Hukum Tertulis (geschreven recht), adalah hukum yang tercantum dalam
berbagai peraturan perundang-undangan dan secara resmi telah
diumumkan berlakunya oleh pemerintah. Hukum tertulis ini ada yang
sudah dikodifikasi ada pula yang tidak.20
2. Hukum Tidak Tertulis (ongeschraven recht), adalah hukum yang hidup
dan ada tetapi tidak dalam wujud peraturan tertulis, melainkan ada dalam
pengetahuan, keyakinan, dan kesadaran hati masyarakat dan
keberlakuannya ditaati sebagai kaedah hukum.21
Nampaknya memang ada perbedaan antara hukum tertulis (Undang-
undang) dengan hukum tidak tertulis (kebiasaan). Sebagaimana yang telah
ditegaskan oleh Apeldoorn22 sebagai berikut :
Undang-undang ialah keputusan yang dipikulkan pada orang-orang
pemerintah, sedangkan kebiasaan ialah peraturan yang timbul dari pergaulan
hidup sendiri.
Dengan kata lain, hukum undang-undang mempunyai sifat heteronom,
karena suatu kekuasaan yang berdiri diatas masyarakat, meletakkan
kehendaknya pada masyarakat. Hukum kebiasaan mempunyai sifat otonom,
karena pembentuk undang-undang adalah masyarakat itu sendiri. Undang-
undang dan kebiasaan adalah penegasan dari pandangan-pandangan hukum
yang terdapat dalam masyarakat atau cita-cita hukum atau perumusan
kesadaran hukum dari bangsa tersebut.23
20
Siti Hamidah, SH, MM, Pengantar Hukum Indonesia Jilid II, h. 3
21
Siti Hamidah, SH, MM, Pengantar Hukum Indonesia Jilid II, h. 3
22
Pro. Mr. Dr. C.J. van Apeldoorn, Op.Cit, hh. 125-126
23
Drs. Sudarsono, S.H., M.Si, Pengantar Ilmu Hukum, hh. 189
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tujuan hukum merupakan karakteristik hukum alam. Karena hukum
alam bersifat transeden dan metafisis. Tujuan hukum mengarah pada sesuatu
yang hendak dicapai. Tidak salah jika tujuan mengarah pada sesuatu yang
ideal, sehingga terasa abstrak dan tidak operasional. Tujuan hukum dipandang
sebagai sesuatu yang bersifat metafisis dan melekat pada pandangan hukum
alam yang eksistensinya tergantikan oleh ilmu pengetahuan modern yang
mengandalkan observasi empiris. Ada 3 jenis-jenis hukum berdasarkan
wilayah berlakunya, yakni hukum nasional, hukum internasional, dan hukum
asing. Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibagi menjadi 3 yaitu, Ius
constitutum (hukum positif), Ius constituendum, dan Ius Naturale (hukum
alam). Menurut Kansil pembagian hukum berdasarkan wujudnya terbagi
menjadi 2, yaitu Hukum Obyektif, yang merupakan peraturan-peraturan
hukum dalam suatu negara secara umum dan Hukum Subyektif, hukum yang
timbul dari hukum obyektif yang berlaku terhadap seorang atau beberapa
orang saja. Menurut sifatnya hukum terdiri dari 2 pembagian, yakni Hukum
yang memaksa yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun harus dan
mempunyai paksaan mutlak dan Hukum yang mengatur. Menurut sumbernya
hukum dibagi dalam beberapa bagian, yakni Hukum undang-undang peraturan
negara yang mempunyai kekuatan hukum mengikat, diadakan dan dipelihara
oleh negara, Hukum kebiasaan (adat) merupakan perbuatan manusia yang
dilakukan secara berulang-ulang, Hukum traktat yaitu hukum yang ditetapkan
oleh negara-negara dalam suatu perjanjian, dan Hukum yurisprudensi yaitu
hukum yang terbentuk karena keputusan hakim. Menurut Kansil pembagian
hukum berdasarkan bentuknya terbagi menjadi 2, yaitu Hukum Tertulis
(geschreven recht) adalah hukum yang tercantum dalam berbagai peraturan
perundang-undangan dan Hukum Tidak Tertulis (ongeschraven recht) adalah
hukum yang hidup dan ada dalam pengetahuan, keyakinan, dan kesadaran
hati masyarakat.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. (2022, April 17). Macam Macam Hukum. Dipetik Oktober 10, 2022, dari
https://www.yuksinau.id/macam-macam-hukum/
Dr. Tami Rusli, S. M. (2017). Pengantar Ilmu Hukum. Lampung: UBL Press.
10