Anda di halaman 1dari 45

IMPLEMENTASI HUKUM PERAN KEJAKSAAN NEGERI

EMPAT LAWANG TERHADAP SENGKETA LAHAN DI


KABUPATEN EMPAT LAWANG

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH :
ASA MUTIARA SARI
NIM : 1904010003

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN SOSIAL HUMANIORA
UNIVERSITAS BINA INSAN
2023
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL

IMPLEMENTASI HUKUM PERAN KEJAKSAAN NEGERI


EMPAT LAWANG TERHADAP SENGKETA LAHAN DI
KABUPATEN EMPAT LAWANG

OLEH :
ASA MUTIARA SARI
NIM :1904010003

Lubuk Linggau, Maret 2023


Pembimbing I Pembimbing II

Wawan Fransisco, S.H, MH Ardi Muthahir, SH., M.H

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Ekonomi dan Sosial Humaniora
Universitas Bina Insan

Dr.Dheo Rimbano, S.E., M.Si

ii
HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI PROPOSAL

Pada hari Rabu tanggal 11 Bulan Januari Tahun 2023 Telah dilaksanakan sidang
proposal skripsi oleh Program Studi Hukum Universitas Bina Insan.

Nama : Asa Mutiara Sari


Nim : 1904010003
Judul : Implementasi Hukum Peran Kejaksaan Empat Lawang Terhadap
Sengketa Lahan Di Kabupaten Empat Lawang

Komisi Penguji

1. Ketua : Wawan Fransisco, S.H., M.H

2. Sekretaris : Ardi Muthahir, S.H., M.H

3. Anggota : Fitriyani, S.H., M.H

Mengetahui,
Kepala Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Bina Insan

(Wawan Fransisco, S.H., M.H)

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Proposal Skripsi penulis dengan judul : “ Implementasi Hukum

Peran Kejaksaan Negeri Empat Lawang Terhadap Sengketa Lahan Di Kabupaten

Empat Lawang”. Untuk diajukan sebagai syarat menyelesaikan pendidikan

program Sarjana (S-1) pada Program Studi Hukum Fakultas Ilmu Ekonomi dan

Sosial Humaniora Universitas Bina Insan Lubuklinggau Shalawat dan salam tak

lupa juga saya sampaikan kepada ajunjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.

Yang memimpin umat manusia dalam alam jahiliyah menuju alam yang penuh

ilmu.

Dalam penulisan Proposal Skripsi ini tentunya masih jauh dari kata

sempurna, masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun

dari segi materi yang dimuat. Oleh karena itu, penulisan selalu membuka diri

untuk menerima kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dalam hal

penulisan maupun pemahaman materi untuk kedepannya nanti.

Untuk selanjutnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Proposal Skripsi ini,

yaitu :

1. Dr. H. Sardiyo. ,M. M. selaku Rektor Universitas Bina Insan Lubuklinggau

yang telah memberikan kesempatan kepada saya dapat berkuliah di sini.

2. Muhammad Akbar, M. IT, selaku Wakil Rektor Ⅰ Universitas Bina Insan

Lubuklinggau.

iv
3. Dr. Dheo Rimbano, S.E., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Ekonomi dan

Sosial Humaniora di Universitas Bina Insan Lubuklinggau.

4. Wawan Fransisco, S.H., M.H, selaku Kepala program studi Hukum

Universitas Bina Insan Lubuklinggau dan selaku Pembimbing I yang telah

banyak membantu dalam memberikan saran dalam penulisan proposal

skripsi.

5. Ardi Muthahir, SH., M.H, selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan arah dalam penulisan ini.

6. Kedua Orang tua yang telah memberi dukungan berbentuk moril maupun

materil.

7. Almamater dan rekan seperjuangan yang tetap komitmen terhadap lembaga

Universitas Bina Insan Lubuk linggau.

8. Eryana Ganda Nugraha, S.H., M.Hum, Selaku Kepala Kejaksaan Negeri

Empat Lawang.

Untuk menyelesaikan Proposal ini telah melakukan semaksimal

mungkin agar mencapai hasil yang sempurna dan semoga proposal

sekripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Lubuklinggau, Maret 2023

Asa Mutiara Sari

v
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul .................................................................................................... i


Halaman Pengesahan ........................................................................................... ii
Halaman Pengesahan Penguji ............................................................................. iii
Kata Pengantar .................................................................................................... iv
Daftar Isi .............................................................................................................. vi

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penelitian ......................................................................... 1
2. Rumusan Masalah .................................................................................... 9
3. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 9
4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 10
5. Sistematika Penulisan ............................................................................... 10
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Literatur ................................................................................................... 11
2. Kerangka Teori ........................................................................................ 20
3. Penelitian yang Relevan ........................................................................... 26
C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian ......................................................................................... 30
2. Metode Pendekatan Penelitian .................................................................. 30
3. Spesifikasi Penelitian ............................................................................... 30
4. Tempat dan waktu Penelitian .................................................................... 31
5. Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 32
6. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 33
7. Teknik Analisis Data ................................................................................ 34

Daftar Pustaka .................................................................................................... 35


Daftar Lampiran

vi
IMPLEMENTASI HUKUM PERAN KEJAKSAAN NEGERI
EMPAT LAWANG TERHADAP SENGKETA LAHAN DI
KABUPATEN EMPAT LAWANG

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Tanah sebagai salah satu sumber daya alam merupakan salah satu

karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia

yang paling mendasar sebagai sumber penghidupan dan mata pencaharian,

bahkan tanah dan manusia tidak dapat dipisahkan dari semenjak manusia

lahir hingga manusia meninggal dunia. Manusia hidup dan berkembang biak

serta melakukan aktivitas di atas tanah, sehingga setiap manusia berhubungan

dengan tanah. 1

Tanah merupakan bagian dari bumi yang disebut permukaan bumi.

Tanah adalah salah satu objek yang diatur oleh Hukum Agraria. Tanah yang

diatur oleh hukum agraria itu bukanlah tanah dalam berbagai aspeknya, akan

tetapi tanah dari aspek yuridisnya yaitu yang berkaitan langsung dengan hak

atas tanah yang merupakan bagian dari permukaan bumi sebagaimana diatur

dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA, yang menentukan: “Atas dasar hak menguasai

dari Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-

macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah yang dapat diberikan

1
M Arba. 2015. Hukum Agraria Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, Hlm 7.

1
2

dan dapat di punyai oleh orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama

dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum”.2

Secara formal, kewenangan pemerintah untuk mengatur bidang

pertanahan tumbuh dan mengakar dari pasal 33 ayat (3) Undang-Undang

dasar 1945 yang menegaskan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang

terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dipergunakan bagisebesar-besar

kemakmuran rakyat. Sedangkan secara subtansial, kewenangan pemerintah

dalam mengatur bidang pertanahan terutama dalam hal lalu lintas tanah,

didasarkan pada ketentuan pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Pokok Agraria

yakni dalam hal kewenangan untuk mengatur dan menyelenggarakan

peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan tanah termasuk

menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang

dengan dengan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai hukum.

Pengaturan dalam hal hubunganhubungan hukum dalam pemberian dan

penetapan hak-hak atas tanah jelas telah merupakan wewenang Negara yang

dilaksanakan oleh pemerintah (untuk saat ini pengemban wewenang tersebut

adalah Badan Pertanahan Nasional) dengan prosedur yang ditentukan dalam

peraturan perundang-undangan. 3

Tidak satupun manusia mempunyai karakter, perilaku dan mental yang

sama. Tidak adanya keseragaman karakter, prilaku dan mental tersebut

merupakan perbedaan yang signifikan khususnya terlihat dalam usaha

pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Ada manusia yang dalam usaha


2
Ibid, Hlm 8.
3
Rachmat Trijono, 2015, Hak Menguasai Negara di Bidang Pertanahan, Badan
Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta, Hal. 2.
3

pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari sangat mematuhi dan

menghormati hak-hak orang lain, dan ada pula sebaliknya lebih

mengutamakan terpenuhinya kebutuhan hidupnya sehari-hari daripada

menghormati hak-hak orang lain. Sehingga perbuatan menghalalkan segala

cara pun diterapkan. Jika terjadi demikian maka perselisihan yang mengarah

pada persengketaan pun tidak dapat dihindari. Sehubungan dengan konteks

perselisihan yang mengarah pada pertikaian yang disebut sengketa, seringkali

ditemui dalam kenyataan, yaitu sengketa mengenai hak atas tanah. Itu karena

setiap manusia sangat membutuhkan tanah. Tanah dibutuhkan untuk sarana

manusia melakukan aktifitas di atasnya. Jumlah manusia yang membutuhkan

tanah semakin hari kian banyak sementara luas tanah tidak mengalami

perubahan sama sekali. 4

Mengenai sengketa lahan yang menjadi permasalahan cukup serius di

kehidupan masyarakat terutama pada bagian yang berkaitan dengan hak atas

tanah, dalam bentuk negara serta demikian penduduk sering kali memiliki

keinginan untuk mempertahankan haknya akan tetapi negara tetap

mengerjakan apa yang menjadi kepentingannya dalam menyelengarakan

kepentingan orang banyak semua warga negara Indonesia kehidupan

masyarakat dapat berlangsung secara harmonis yang bisa diwujudkan apabila

adanya sebuah pedoman atau kaidah yang dilaksanakan masyarakat.5

4
Abdul Mutalib Saranani,2020. Tinjauan Hukum Tentang Pembuktian Sertifikat
Dalam Penyelesaian Sengketa Tanah.Vol 1,No 3. Hlm 173- 174. Diakses pada tanggal 20
November 2022 pukul 19:43
5
Mustofa, & Suratman. 2022. Penggunaan hak atas tanah untuk industri. Bumi
Aksara.Hlm 27
4

Sengketa hak atas tanah bisa saja dapat diselesaikan secara mudah,

tanpa perlu melibatkan orang lain, dalam hal terjadi perdamaian untuk

mengatur pembagian hak atas tanah secara adil menurut kesepakatan para

pihak, namun sering kali pula penyelesaiannya dilakukan dalam waktu yang

lama, jika kedua belah tidak menemukan jalan terbaik dalam menyelesaikan

sengketa hak atas tanah tersebut. dalam hal tidak ditemukan titik temu untuk

menyelesaikan sengketa hak atas tanah, maka cara yang ditempuh oleh para

pihak biasanya melalui proses pengadilan perdata untuk diselesaikan oleh

hakim yang memeriksa sengketa tanah bersangkutan. Sengketa yang

mengandung tuntutan hak dimaksud disebut gugatan yang umumnya diajukan

di lembaga peradilan yang disebut pengadilan. 6

Pengaturan mengenai pertanahan secara jelas diatur didalam Pasal 33

ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan : “Bumi dan air dan

kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.7 Memang

didalam konstitusi tidak dinyatakan secara jelas mengenai tanah, namun kita

dapat menarik kesimpulan bahwa dimaksud dengan kata “bumi” adalah

mencakup Pertanahan. Pengaturan mengenai Pertanahan atau agraria pertama

sekali diatur secara tegas pada tahun 1960, yaitu sejak lahirnya Undang-

Undang Pokok Agraria pada tanggal 24 September 1960. Dasar Pokok-Pokok

Agraria, pengaturan mengenai Pertanahan atau Agraria mengalami dualisme

hukum yaitu adanya pengaturan dengan sistem hukum adat, dan ada yang

6
Abdul Mutalib Saranani, Op.Cit, Hlm 175
7
Lihat Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
5

masih menggunakan hukum belanda. Mengungkap bahwa berbagai

penyelesaian terhadap sengketa pertanahan dapat dilakukan melalui dua cara,

yaitu: (1) Penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan, dan; (2)

Penyelesaian sengketa melalui alternative dispute resolution (ADR) .8

Seiring dengan berkembangnya kehidupan manusia, keberadaan tanah

begitu penting bagi kehidupan manusia, maka setiap orang akan selalu

berusaha memiliki dan menguasainya. Dengan adanya hal tersebut maka

dapat menimbulkan suatu sengketa tanah di dalam masvarakat. Sengketa dan

konflik merupakan dua hal yang secara konseptual berbeda atau sama dan

dapat saling dipertukarkan. Sebagian sarjana berpendapat bahwa konflik

berbeda dengan sengketa, perbedaannya terletak pada pengertian konflik yang

lebih luas dari pada sengketa, pihak di dalam konflik yang belum dapat

diidentifikasi dengan jelas dan istilah sengketa lebih relevan dari pada istilah

konflik di dalam kepustakaan ilmu hukum.9

Kasus pertanahan itu sendiri dibedakan menjadi tiga bagian antara lain:

 Sengketa pertanahan, yaitu perselisihan tanah antara orang


perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak berdampak
luas.
 Konflik pertanahan, yaitu perselisihan tanah antara orang
perseorangan, kelompok, golongan, organisasi, badan hukum, atau
lembaga yang mempunyai kecenderungan atau sudah berdampak
luas.

8
Fingli A. Wowor,2014. Fungsi Badan Pertanahan Nasional Terhadap Penyelesaian
Sengketa Tanah. Hlm 95-96.
9
Takdir Rahmadi,2014. Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat,
dalam Asmawati, “Mediasi Salah Satu Cara dalam Penyelesaian Sengketa Pertanahan”, Jurnal
Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Jambi, Hlm 55, diakses pada 27 November 2022 pukul
19:55
6

 Perkara pertanahan, yaitu perselisihan tanah yang penanganan dan


penyelesaiannya melalui lembaga peradilan.

Lalu, sengketa tanah sendiri dibagi dalam tiga klasifikasi yaitu,

 Kasus berat, yang melibatkan banyak pihak, mempunyai dimensi


hukum yang kompleks, dan/atau berpotensi menimbulkan gejolak
sosial, ekonomi, politik dan keamanan.
 Kasus sedang, meliputi antar pihak yang dimensi hukum dan/atau
administrasinya cukup jelas yang jika ditetapkan penyelesaiannya
melalui pendekatan hukum dan administrasi tidak menimbulkan
gejolak sosial, ekonomi, politik dan keamanan.
 Kasus ringan, yakni pengaduan atau permohonan petunjuk yang
sifatnya teknis administratif dan penyelesaiannya cukup dengan surat
petunjuk penyelesaian ke pengadu atau pemohon.

Kejaksaan memiliki peran yang cukup penting dalam penyelesaian

konflik sengketa lahan karena Kejaksaan Republik Indonesia merupakan

aparatur pemerintah dalam bidang penegakan hukum yang tidak hanya

mengemban tugas pidana. Pasal 30 ayat 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun

2004 Tentang Kejaksaan RI berbunyi :” melainkan dibebankan tugas lain

dalam bidang perdata dan Tata Usaha Negara (TUN), selaku Jaksa Pengacara

Negara (JPN)”. Kejaksaan sebagai Jaksa Pengacara Negara (JPN) dapat

bertindak di dalam maupun diluar pengadilan untuk dan atau nama

pemerintah untuk memberikan bantuan hukum, penegakan hukum,

pertimbangan hukum dan tindakan hukum lain. Jaksa selaku penuntut umum

berwenang untuk menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari

penyidik atau penyidik pembantu, mengadakan prapenuntutan apabila ada


7

kekurangan dalam penyidikan, memberi perpanjangan penahanan,

menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan

waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan untuk datang pada

sidang yang telah ditentukan, melaksanakan penuntutan, menutup perkara dan

melaksanakan penetapan hakim. 10

Pelaksana kekuasaan negara, Kejaksaan diharapkan agar dapat

berkontribusi lebih dalam penegakan supremasi hukum, perlindungan

kepentingan umum dan penegakan hak asasi manusia 11. Pergaulan hidup

dalam masyarakat maupun pelaksanaan kegiatan-kegiatan pemerintahan

berdasarkan hubungan hukum tidak jarang menimbulkan sengketa, yang tidak

hanya mencakup aspek hukum pidana saja, melainkan juga dalam aspek

hukum perdata dan Tata Usaha Negara.12 Konflik pertanahan yang berkaitan

dengan masalah penguasaan dan kepemilikan tanah meliputi konflik karena

perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai status

penguasaan diatas tanah tertentu yang tidak atau belum dilekati hak (tanah

Negara) maupun yang telah dilekati oleh hak oleh pihak tertentu.

Kabupaten Empat Lawang terdapat kasus sengketa lahan yang belum

selesai hingga saat ini yakni kasus sengekta lahan antara Warga Desa Tanjung

Kupang dan PT. SMS (Sawit Mas Sejahtera) yang mana dari kasus tersebut

10
Simanjuntak, J. (2018). Kajian Yuridis Pemberian Bantuan Hukum Jaksa
Pengacara Negara dalam Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara (TUN). Lex
Administratum, Hlm 6. . diakses pada 27 November 2022 pukul 20:08
11
Lasmadi, S. (2014). Peran Advokat Dalam Pendampingan Hukum. Inovatif| Jurnal
Ilmu Hukum, Vol 7, Hlm 2. . diakses pada 27 November 2022 pukul 20:14
12
Alfia, G. F. (2019). Peran Jaksa Pengacara Negara di Bidang Perdata Untuk
Mewakili Instansi Pemerintah Daerah Pada Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Riau).Hlm 4 . diakses pada 27 November 2022 pukul 20:17
8

menyebabkan keributan antara warga desa Tanjung Kupang dan pegawai atau

satpam dari PT. SMS. Keributan tersebut dipicu oleh adanya permasalahan

sengketa lahan. Puluhan warga dari Desa Tanjung Kupang Baru Kecamatan

Tebing Tinggi mendatangi kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Empat

Lawang, Kedatangan puluhan warga ini untuk mempertanyakan

Permasalahan sengketa lahan antara PT Sawit Mas Sejahtera (SMS) dengan

Desa Tanjung Kupang Baru Kecamatan Tebing Tinggi. Puluhan warga ini

pun diterima oleh Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman

(Perkim) Darno Bakar dan Kabag Tata Pemerintahan (Tapem) Setda Empat

Lawang, RM Sobri. Lalu pihak Pemkab Empat Lawang mempertemukan

perwakilan masyarakat dengan pihak perusahaan diruang Kabag Tapem, guna

dilakukan rapat terkait permasalah sengketa lahan antara PT Sawit Mas

Sejahtera (SMS) dengan Desa Tanjung Kupang Baru Kecamatan Tebing

Tinggi. Belum ada titik temu mengenai permasalahan sengketa lahan ini,

Permasalahan ini pun hingga saat ini masih menemui jalan buntu. Pihak

Pemkab Empat Lawang hanya memberikan solusi untuk kembali diadakan

pertemuan antara kedua pihak yakni, pihak perusahaan dan masyarakat. 13

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, disini peneliti ingin meneliti

tentang bagaimana “Implementasi Hukum Peran Kejaksaan di

Kabupaten Empat Lawang terhadap sengketa lahan di Kabupaten

Empat Lawang”.

13
https://www.ampera.co/baca/sengketa-lahan-warga-mengadu-ke-pemkab-empat-
lawang/ di akses pada 31 oktober 2022, pukul 19:53
9

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka penulis dapat

merumuskan masalah sebagai berikut :

1) Bagaimana implementasi hukum peran Kejaksaan Negeri Empat

Lawang terhadap sengketa lahan di Kabupaten Empat Lawang ?

2) Bagaimana faktor penghambat yang di alami Kejaksaan Negeri

Empat Lawang dalam menghadapi sengketa lahan di Kabupaten

Empat Lawang ?

3) Bagaimana upaya penyelesaian Kejaksaan Negeri Empat Lawang

terhadap sengketa lahan di Kabupaten Empat Lawang ?

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang di tetapkan sesuai dengan rumusan

masalah adalah :

1) Untuk mengetahui dan menjelaskan Implementasi Hukum Peran

kejaksaan Empat Lawang terhadap sengketa lahan di Kabupaten

Empat Lawang.

2) Untuk mengetahui dan menjelaskan Faktor penghambat yang di

alami kejaksaan empat lawang dalam menghadapi sengketa lahan

di Kabupaten Empat Lawang.

3) Untuk mengetahui dan menjelaskan upaya penyelesaian Kejaksaan

Empat Lawang terhadap Sengketa Lahan di Kabupaten Empat

Lawang
10

4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Perkebangan Ilmu Pengetahuan

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan dan dijadikan sebagai refrensi perkembangan Ilmu Hukum

terutama mengenai Peran Kejaksaan dalam Menyelesaikan sengketa

tanah.

2. Manfaat Bagi Tempat Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu sarana untuk menambah

wawasan bagi pembaca dan juga memberikan tambahan pengetahuan

bagi para pihak yang terkait dan sebagai bahan informasi dalam

kaitannya dengan pertimbangan yang menyangkut masalah ini.

3. Manfaat bagi peneliti sendiri

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti dalam

memahami peran serta Kejaksana Negeri dalam menangani sengketa

tanah di Kabupaten Empat Lawang.

5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan memberikan gambaran mengenai gambaran

umum keseluruhan penulisan penelitian. Adapun sistematika penulisan dalam

penelitian ini adalah:

a. Bab I Merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang yang menjadi

dasar mengapa penulisan ini diperlukan, rumusan masalah, tujuan

Penelitian, Manfaat penelitian dan sistematika penulisan.


11

b. Bab II Merupakan mengenai Kajian Pustaka yang meliputi Literatur,

Kerangka Teori, Penelitian Relavan.

c. Bab III Merupakan Mengenai Metodologi Penelitian yang meliputi Jenis

Penelitisn, Metode Pendekatan Penelitian, Spesifikasi Penelitian, Jenis dan

Sumber Data, Teknik Pengumpualan Data, Teknik Analisis Data.

d. Bab IV Merupakan bab inti yaitu bahasan utama dalam proposal skripsi

ini. Yaitu: Implementasi Hukum Peran Kejaksaan Negeri Empat Lawang

Terhadap Sengketa Lahan di Kabupaten Empat Lawang.

e. Bab V Merupakan bab penutup pembahasan yang berupa kesimpulan hasil

penelitian ini secara keseluruhan beserta saran-saran


A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Literatur

a. Pengertian Implementasi Hukum

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata implementasi dapat

diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Implementasi juga dapat

diartikan sebagai penerapan, pelaksanaan suatu perjanjian dan atau

keputusan. Jadi implementasi dapat disimpulkan sebagai suatu

pelaksanaan atau penerapan terhadap suatu perjanjian dan atau

keputusan. Termasuk di dalamnya pelaksanaan atau penerapan suatu

undang-undang yang telah dibuat oleh pemerintah atau pihak yang

berwenang membuat undang-undang. 14

Implementasi dapat dihubungkan dengan suatu produk hukum.

Produk hukum berupa undang-undang yang sengaja dibuat oleh pihak-

pihak yang berwenang membuatnya. Implementasi hukum digunakan

sebagai sebuah ukuran bagaimana sebuah undang-undang tersebut

berlaku di masyarakat. Menurut seorang pakar hukum yakni

Muhammad Joni bahwa implementasi hukum yakni perlaksanaan dari

norma hukum dalam kasus/ tindakan/ putusan, atau hukum dalam

keadaan konkrit, menerapkan hukum dari law in book ke law in action.

Dengan kata lain, efektifitas hukum adalah kesesuaian antara

14
Sulchan Yasyidn, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Serta Ejaan yang
Disempurnakan dan Kosa Kata Baru, Amanah, Surabaya, 1998, hlm 327.

11
12

bagaimana yang sudah diatur di dalam hukum dengan bagaimana

pelaksanaannya15

Implementasi yang dihubungkan dengan produk hukum tidak

dapat terlepas dari Teori Efektifitas Hukum atau Teori Penegakan

Hukum. Hal tersebut dikarenakan efektifitas merupakan sebuah tolak

ukur bagi sebuah keberhasilan lembaga dalam mencapai suatu

tujuannya. Efektifitas mempunyai arti adanya efek atau pengaruh

(akibat) terhadap sesuatu yang akan diukur tingkat keefektifannya.16

b. Peran Kejaksaan Negeri

Peran merupakan seperangkat perilaku dengan kelompok, baik

kecil maupun besar, yang kesemuannya menjalankan berbagai peran.

Hakekatnya peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian

perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu.

Kepribadian seseorang juga mempengaruhi bagaimana peran itu harus

dijalankan. Peran yang dimainkan/diperankan pimpinan tingkat atas,

menengah maupun bawah akan mempunyai peran yang sama. 17

Pengertian kejaksaan pelaksanaan kekuasaan negara dalam UU

dapat dilaksankan secara merdeka tertuang dalam pasal 2 ayat (2) UU

No 16 Tahun 2004 bahwa “Kejaksaan adalah lembaga pemerintahan

15
Muhammad Joni, Efektifitas Penerapan Hukum (Online),
http://www.mjoni.com/opini/artikelhukum/efektifitas-penerapan-hukum.html (diakses pada 11
Desember 2022)
16
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, Jakarta,
1989, hlm 521.
17
Lantaeda, S. B., Lengkong, F. D., & Ruru, J. (2017). Peran Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Penyusunan Rpjmd Kota Tomohon. Jurnal
Administrasi Publik, vol 4, Hlm 48.
13

yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penegakan hukum

dengan berpegang pada peraturan perundang-undangan dan kebijakan

yang ditetapkan oleh pemerintah”.

Pelaksanaan kekuasaan negara dalam UU dapat dilaksankan

secara merdeka tertuang dalam pasal 2 ayat (2) UU No 16 Tahun 2004

bahwa “Kejaksaan adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan

kekuasaan negara di bidang penegakan hukum dengan berpegang pada

peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan oleh

pemerintah. Pengertian Jaksa dalam bahasa Inggris ialah Public

Prosecutor (Jaksa Umum atau Jaksa Biasa), Jaksa Agung (Attorney

General), Kantor Kejaksaan (Office of a Public Prosecutor, Office of

Council for the Prosecution). Sebutan Jaksa di Indonesia sudah

berabad-abad lamanya digunakan dan berasal dari bahasa Sansekerta

Adhyaksa. Sebutan ini juga dipakai untuk gelar pendeta paling tinggi di

Kerajaan-kerajaan Hindu di Pulau Jawa, dan terutama dipakai untuk

gelar hakim kerajaan yang tertinggi. 18

Tugas pokok dari kejaksaan yang diberikan secara yuridis oleh

undang – undang, kejaksaan mempunyai tugas yakni Melakukan

pembinaan atas manajemen, perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan sarana dan prasarana, pengelolaan keuangan,

kepegawaian, perlengkapan, organisasi dan tatalaksana, Melakukan

penelaahan dan turut menyusun perumusan peraturan perundang-


18
Jamaludin, A. 2021, Penerapan Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Tindak
Pidana Dalam Penegakan Hukum Dikejaksaan. Jurnal Pemuliaan Hukum, 4(2), Hlm 26. Diakses
pada 10 Desember 2022 Pukul 20.30 WIB.
14

undangan, pengelolaaan atas milik negara yang menjadi tanggung

jawabnya serta memberikan dukungan pelayanan teknis dan

administrasi bagi seluruh satuan organisasi Kejaksaan dalam rangka

memperlancar pelaksanaan tugas.19

Fungsi Kejaksaan dalam hukum positif, keberadaan kejaksaan

dalam menegakan keadilan sangat mempunyai peran yang sentral demi

terlaksananya suatu penegakan hukum dalam rangka menciptakan suatu

kepastian hukum. Adapun fungsi kejaksaan sebagaimana dimaksud

adalah sebagai berikut :20

1. Penyelenggaraan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi serta

membina kerja sama seluruh satuan organisasi Kejaksaan di bidang

administrasi.

2. Penyiapan rencana dan pelaksanaan koordinasi perumusan

kebijaksanaan dalam penyusunan rencana dan program

pembangunan sarana dan prasarana di lingkungan Kejaksaan,

melakukan pemantauan, penilaian serta pengendalian

pelaksanaannya.

3. Pemberian dukungan pelayanan ketatausahaan kepada pimpinan,

pengelolaan urusan rumah tangga, pengamanan personil, materiil

dan ketertiban di lingkungan Kejaksaan.

19
Yuhdi, M. 2016. Tugas Dan Wewenang Kejaksaan Dalam Pelaksanaan Pemilihan
Umum. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Halaman 27.
20
Silitonga, P. S. (2018). Tugas Dan Fungsi Kejaksaan Dalam Melakukan
Pemberantasan Tinak Pidana Korupsi. Lex Privatum, Hlm 6(4). diakses pada 27 November 2022
pukul 20:19
15

4. Pembinaan organisasi dan tata laksana, urusan tata usaha dan

pengelolaan keuangan, kepegawaian, perlengkapan, perpustakaan

dan kekayaan milik negara yang menjadi tanggung jawab

kejaksaan.

5. Pemberian pertimbangan hukum kepada satuan organisasi

Kejaksaan dan instansi pemerintah, serta turut melakukan

penelaahan dan penyusunan perumusan peraturan perundang-

undangan.

6. Pelaksanaan dan pembinaan hubungan dengan lembaga negara,

lembaga pemerintah dan lembaga lain baik di dalam maupun di

luar negeri.

7. Pembinaan dan peningkatan kemampuan, ketrampilan dan

integritas kepribadian aparat Kejaksaan, khususnya aparat

pembinaan

8. Pemberian saran pertimbangan kepada Jaksa Agung dan

pelaksanaan tugas-tugas lain sesuai dengan petunjuk Jaksa Agung.

c. Pengertian Sengketa Tanah

Sengketa pertanahan adalah perselisihan kepemilikan atau

penguasaan antara orang perseorangan, badan hukum atau lembaga yang

tidak berdampak luas secara sosio-politis. Penekanan yang tidak

berdampak luas inilah yang membedakan definisi sengketa pertanahan

dengan definisi konflik pertanahan. Sengketa tanah dapat berupa sengketa

administratif, sengketa perdata, sengketa pidana terkait dengan


16

kepemilikan, transaksi, pendaftaran, penjaminan, pemanfaatan,

penguasaan dan sengketa hak ulayat.21

Ketentuan ini bersifat imperatif, karena mengandung perintah

kepada negara agar bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung

didalamnya diletakkan dalam penguasaan negara itu dipergunakan untuk

mewujudkan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Secara yuridis

Undang-Undang Pokok Agraria telah menetapkan asas-asas pokok dalam

pengadaan tanah. 22

Wewenang untuk penyelesaian konflik atau sengketa adalah ada

pada Negara Republik Indonesia yang kewenangannya diserahkan kepada

Badan Pertanahan Nasional. Hal ini diatur pada Peraturan Menteri Agraria

dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun

2016 tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan pada Pasal 4 yaitu:

“Penyelesaian Sengketa dan Konflik dilakukan berdasarkan:

a. Inisiatif dari Kementrian, atau

b. Pengaduan Masyarakat”

Ketentuan hukum tanah nasional mengenai pemberian

perlindungan kepada rakyat pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Penguasaan dan penggunaan tanah oleh siapapun dan untuk keperluan

apapun, harus dilandasi hak atas tanah yang disediakan oleh hukum

tanah nasional, yaitu hak milik, hak guna usaha, atau hak pakai.

21
http://www.bpn.go.id/Layanan-Publik/Program/Penanganan-kasus-pertanahan
diakses pada tanggal 26 Desember 2022 Pukul 22.20.
22
Supriadi. 2010. Hukum Agraria, Sinar Grafika. Jakarta hal. 3
17

2) Penguasaan dan penggunaan tanah tanpa ada landasan haknya (ilegal)

tidak dibenarkan, bahkan bahkan diancam dengan sanksi pidana (UU

No.51 Prp 1960).

3) Penguasaan dan penggunaan tanah yang dilandasi hak yang telah

disediakan oleh hukum tanah nasional, dilindungi oleh hukum terhadap

gangguan dari pihak manapun, baik sesama warga masyarakat, maupun

oleh penguasa sekalipun.

d. Tinjauan Umum Mengenai Sengketa Pertanahan

Sengketa tanah banyak terjadi karena adanya sebuah benturan

kepentingan antara siapa dengan siapa/gesekan kepentingan, Sadar akan

pentingnya tanah untuk tempat tinggal atau kepentingan lainnya

menyebabkan tanah yang tidak jelas kepemilikannya diperebutkan bahkan

ada yang sudah jelas kepemilikannya pun masih ada yang diperubutkan,

hal ini terjadi karena masyarakat sadar akan kepentingan dan haknya,selain

itu harga tanah yang semakin meningkat. Timbulnya sengketa hukum yang

bermula dari pengaduan sesuatu pihak (orang atau badan) yang berisi

keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas tanah, baik terhadap status

tanah, prioritas, maupun kepemilikannya dengan harapan dapat

memperoleh penyelesaian secara administrasi sesuai dengan ketentuan. 23

Peraturan yang berlaku kasus pertanahan itu timbul karena adanya

klaim atau pengaduan atau keberatan dari masyarakat (perorangan/ badan

hukum) yang berisi kebenaran dan tuntutan terhadap suatu keputusan Tata

23
Labobar, F. M., Wanma, G. F., & Kehek, F. 2017. Penyelesaian Sengketa Tanah
Adat Pada Suku Tehit. Patriot, Hlm 13. diakses pada 27 November 2022 pukul 20:22
18

Usaha Negara di bidang pertanahan yang telah ditetapkan oleh Pejabat

Tata Usaha Negara di lingkungan Badan Pertanahan Nasional, serta

keputusan Pejabat tersebut dirasakan merugikan hak-hak mereka atas suatu

bidang tanah tersebut. Dengan adanya klaim tersebut, mereka ingin

mendapat penyelesaian secara administrasi dengan apa yang disebut

koreksi serta merta dari Pejabat yang berwenang untuk itu. Kewenangan

untuk melakukan koreksi terhadap suatu keputusan Tata Usaha Negara di

bidang pertanahan (Sertifikat/Surat Keputusan Pemberian Hak Atas

Tanah), ada pada Kepala Badan Pertanahan Nasional. Kasus pertanahan

dapat berupa permasalahan status tanah, masalah kepemilikan, masalah

bukti-bukti perolehan yang menjadi dasar pemberian hak dan sebagainya.

Sengketa pertanahan adalah perselisihan pertanahan antara orang

perseorangan, badan hukum atau lembaga yang tidak berdampak luas

secara sosiopolitis. Penekanan yang tidak berdampak luas inilah yang

membedakan definisi sengketa pertanahan dengan definisi konflik

pertanahan. 24

Undang-undang ini secara resmi diberi nama UU No 5 Tahun 1960

tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, yang mengatur mengenai

tentang hak-hak atas tanah, air, dan udara. Hal tersebut juga meliputi

aturan dasar dan ketentuan penguasaan, pemilikan, penggunaan atau

pemanfaatan sumber daya agraria nasional di Indonesia, pendaftaran tanah,

ketentuan-ketentuan pidana dan ketentuan peralihan. Lebih lanjut, Undang


24
Lumangkun, A. Peranan Lembaga Adat Dalam Penyelesaian Konflik Lahan
Pada Hutan Adat Di Desa Engkode Kecamatan Mukok Kabupaten Sanggau. Jurnal Hutan
Lestari, Hlm 2. diakses pada 27 November 2022 pukul 20:25
19

- Undang No 5 Tahun 1960 adalah penegasan bahwa penguasaan dan

pemanfaatan atas tanah, air, dan udara harus dilakukan berdasarkan asas

keadilan dan kemakmuran bagi pembangunan masyarakat yang adil dan

makmur.25

Alternatif lainnya adalah Pasal 385 ke-4 KUHP. Kejahatan yang

diatur dalam Pasal 385 ini adalah kejahatan yang disebut dengan kejahatan

“stellionnaat” yang berarti penggelapan hak atas barang-barang yang

tidak bergerak (onroerende goederen), misalnya tanah, sawah, gedung,

rumah dan lain-lain. Pasal 385 ke-4 KUHP :26

Tahap pembacaan gugatan dan pembuktian merupakan kelanjutan

dari tahap mediasi yang dianggap tidak berhasil. Dalam tahap ini

penggugat akan membacakan dalil-dalil gugatannya dan atas gugatan

penggugat tersebut, Tergugat diberi kesempatan untuk memberikan

jawaban dimuka pengadilan, baik secara lisan maupun tertulis. Terhadap

jawaban tergugat, penggugat diberi kesempatan untuk memberikan

tanggapan yang disebut replik, yang terhadap replik, tergugat memberikan

tanggapannya pula yang disebut duplik. Penggugat maupun pihak

Tergugat itu berarti memberi fakta-fakta sebanyak-banyaknya dari para

pihak tersebut guna keyakinan kepada Hakim atas kebenaran dalil-dalil

tuntutannya sebagaimana dalam gugatan Penggugat dan sebaliknya

kebenaran dari dalil-dalil sangkalan atau bantahannya dari Tergugat. Alat-

25
https://www.rumah.com/panduan-properti/kenali-uu-no-5-tahun-1960-lebih-dekat-
18542 ( di akses pada 5 januari 2023 )
26
https://business-law.binus.ac.id/2019/03/03/tafsir-atas-delik-pertanahan-pasal-167-
dan-385-kuhp/( di akses pada 5 januari 2023 )
20

alat bukti yang terdiri surat, saksi, persangkaan, pengakuan dan sumpah,

merupakan alat bukti yang menjadi standar acuan bagian setiap hakim di

pengadilan dalam memeriksa dan memutus perkara sengketa tanah.

Adapun cara menilai masing-masing alat bukti tersebut oleh hakim

dianggap berbeda. Penilaian alat bukti surat tidak sama dengan penilaian

terhadap alat bukti saksi. 27

Penilaian terhadap alat bukti surat dianggap benar oleh hakim

sepanjang tidak dapat dibuktikan sebaliknya oleh pihak lawan, sedangkan

alat bukti saksi tergantung keyakinan hakim apakah mempercayai atau

tidaknya keterangan setiap saksi yang memberikan keterangan pada saat

pemeriksaan perkara di muka sidang. Dengan selesainya proses

pembuktian, hakim memberikan kesempatan kepada pihak untuk membuat

kesimpulan dari pembuktian yang diajukan. Selanjutnya berdasarkan alat-

alat bukti yang diajukan, hakim memutuskan perkara bersangkutan sesuai

kekuatan pembuktian.28

2. Kerangka Teori

Proposal ini menggunakan beberapa teori, yaitu teori

pendaftaran tanah, teori kepastian hukum, teori penyelesaian sengketa.

a. Teori Perlindungan Hukum

27
Varesa, D., Asmara, R., & Husni, H. 2022. Visum Et Repertum Sebagai Alat Bukti
Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Berencana (Studi Putusan Nomor: 214/Pid. B/2019/Pn.
Bna). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh,vol 4, Hlm 3. diakses
pada 27 November 2022 pukul 20:30
28
Saranani, A. M. 2022. Tinjauan Hukum Tentang Pembuktian Sertifikat Dalam
Penyelesaian Sengketa Tanah. Sibatik Journal: Jurnal Ilmiah Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya,
Teknologi, Dan Pendidikan, 1(3), Hlm 184. diakses pada 27 November 2022 pukul 20:33
21

Dalam teori perlindungan hukum, menurut Hadjon ada dua hal

dalam perlindungan hukum, yaitu 29 :

1) Perlindungan hukum yang preventif Perlindungan hukum ini

memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mengajukan

keberatan (inspraak) atas pendapatnya sebelum suatu keputusan

pemerintahan mendapat bentuk yang definitif.

2) Perlindungan Hukum represif.

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa

sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang

diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu

pelanggaran.

Bentuk perlindungan hukum dapat dianalisis melalui teori yang

dikemukakan oleh Philipus M. Hadjon, yaitu, dalam perlindungan

hukum preventif kepada rakyat diberikan kesempatan untuk

mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan

pemerintah mendapat bentuk yang definitif dan pada perlindungan

hukum represif dilakukan upaya untuk menyelesaikan sengketa yang

sudah terjadi. Dalam perlindungan preventif, perlindungan diberikan

oleh pemerintah dalam hal ini adalah Badan Pertanahan Nasional

(disingkat BPN) dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya

permasalahan hukum yakni dengan dikeluarkannya Undang-Undang

Pokok Agraria dan Peraturan Pemerintah tentang pendaftaran tanah

29
Philipus M. Hadjon. 1987. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia.
Surabaya: Bina Ilmu. Hlm. 38
22

serta peraturan lainnya yang mengatur mengenai pengembalian batas

tanah, sehingga dengan dikeluarkannya aturan mengenai pendaftaran

tanah dapat mewujudkan tujuan dari pendaftaran tanah itu sendiri

diantaranya adalah untuk melindungi masyarakat ketika mendapatkan

permasalahan hukum tentang sengketa terhadap obyek yang diukur

pengembalian batas olehbadan pertanahan nasional.

b. Teori Kepastian Hukum

Kepastian hukum maksudnya adalah hukum administrasi negara

positif harus dapat memberikan jaminan kepastian hukum kepada

penduduk. Dalam hal ini kepastian hukum mempunyai arti sebagai

berikut :30

1. Pertama, pasti mengenai peraturan hukumnya yang mengatur

masalah pemerintah tertentu yang abstrak.

2. Kedua, pasti mengenai kedudukan hukum dari subjek dan objek

hukumnya dalam pelaksanaan peraturan-peraturan Hukum

Administrasi Negara.

3. Ketiga, mencegah kemungkinan timbulnya perbuatan sewenang-

wenang (eigenrichting) dari pihak manapun, juga tidak dari

pemerintah.

Pengertian di atas saling berkaitan satu sama lain dalam

pelaksanaan peraturan-peraturan Hukum Administrasi Negara, salah

satu di antaranya terkait dengan pendaftaran tanah sebaimana diatur

30
Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: UI Press. Hlm. 10
23

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997/PP 24/1997 melalui

pendaftaran tanah akan tercipta kepastian mengenai kedudukan hukum

dari subjek dan objek hukumnya, yaitu aparat BPN dan para memegang

hak atas tanah, objeknya adalah tanah yang dimiliki atau yang dikuasai

pemegang hak atas tanah. Mencegah timbulnya perbuatan sewenang-

wenang karena perbuatan para pihak yang terlibat dalam kegiatan

pendaftaran tanah, yang sudah diatur dalam PP 24/1997 tersebut.

Menurut Budiman Adi Purwanto Kepastian Hukum sebagai tujuan

pendaftaran tanah adalah meliputi kepastian objek, kepastian hak dan

kepastian subyek.31

c. Teori Penyelesaian Sengketa

Richard L. Abel mengartikan sengketa (dispute) adalah pernyataan

publik mengenai tuntutan yang tidak selaras (inconsistent claim) terhadap

sesuatu yang bernilai. 32 Penyelesaian sengketa merupakan upaya untuk

mengembalikan hubungan para pihak yang bersengketa dalam keadaan

seperti semula. Penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui

pengadilan, alternative dispute resolution ( ADR ), dan melalui lembaga

adat. Penyelesaian sengketa yang diatur dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Perdata, yaitu melalui pengadilan, sementara itu

penyelesaian sengketa yang diatur UndangUndang Nomor 30 Tahun

31
Djoko Prakoso dan Budiman Adi Purwanto. 1999. Eksistensi Prona Sebagai
Pelaksana Mekanisme Fungsi Agraria. Jakarta: Ghalia. Hlm. 71
32
Salim HS. 2010. Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum. Jakarta: Rajawali Pers.
Hlm.81
24

1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, yaitu ADR.

Ada lima cara penyelesaian sengketa melalui ADR, yang meliputi:33

1) Konsultasi

2) Negosiasi

3) Mediasi

4) konsiliasi; atau

5) penilaian ahli yang menjadi ruang lingkup teori penyelesaian

sengketa.

Penanganan sengketa pertanahan dimaksudkan untuk

memberikan kepastian hukum atas penguasaan, pemilikan, penggunaan

dan pemanfaatan tanah, serta untuk memastikan tidak terdapat tumpang

tindih pemanfaatan, tumpang tindih penggunaan, tumpang tindih

penguasaan dan tumpang tindih pemilikan tanah, sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta bukti kepemilikan tanah bersifat

tunggal untuk setiap bidang tanah yang diperselisihkan. Penyelesaian

sengketa dapat ditempuh dengan cara:34

1) Penyelesaian sengketa melalui jalur hukum.

2) Penyelesaian sengketa diluar jalur hukum seperti dengan melakukan

perundingan atau negosiasi, mediasi, arbitrase dan sebagainya.

Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia terdapat dalam Pasal

34 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 1999 tentang

33
Rusmadi Murad. 1991. Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah. Bandung:
Almuni. Hlm. 2
34
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani. 2013. Penerapan Teori Hukum pada
Penelitian Tesis dan Disertasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm.30
25

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia, yaitu

semua satuan organisasi Kejaksaan dalam melaksanakan tugasnya

diwajibkan menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik

dalam lingkungan Kejaksaan sendiri maupun dalam hubungan antar

departemen, lembaga pemerintah non departemen, lembaga negara, dan

instansi-instansi lain untuk kesatuan gerak yang sesuai dengan tugasnya.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenang serta fungsinya aparat

Kejaksaan bertanggung jawab secara hirarkis kepada pimpinan satuan

organisasi masing-masing. Dalam melaksanakan tugas dan wewenang

serta fungsinya satuan-satuan organisasi Kejaksaan berpedoman kepada

asas satu kesatuan dan tidak terpisah-pisahkan.35

Proses penyelesaian sengketa pertanahan di lembaga peradilan,

dalam pasal 4 Ayat (2) Undang-undang Mahkamah Agung RI mengatur

supaya peradilan dilakukan dengan cepat, sederhana dan berbiaya ringan.

Hal ini dimaksud agar pihak yang bersengketa maupun warga masyarakat

yang terlibat dalam sengketa tanah tidak dirugikan serta tidak dibebani

biaya yang mahal. Adapun proses penyelesaian sengketa tanah di

pengadilan negeri melalui beberapa tahap, antara lain pendaftaran gugatan,

penetapan hakim yang akan memeriksa, mengadili dan memutus perkara,

penentuan jadwal sidang, pemanggilan pihak yang berperkara, tahap

mediasi, pembacaan gugatan, pembuktian, kesimpulan perkara yang dibuat

35
Yan Aldi Ayyubie, 2018, Kedudukan Jaksa Pada Kejaksaan Negeri Sebagai
Jaksa Pengacara Negara Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang
Kejaksaan Republik Indonesia (Studi Penelitian Pada Kejaksaan Negeri Serang) , HLM 53-54. Di
akses pada 28 November 2022 pukul 19:11 wib.
26

oleh para pihak yang bersengketa dan putusan perkara sengketa yang

dilakukan oleh Majelis Hakim yang memeriksa perkara. Pada hari sidang

yang telah ditetapkan, hakim ketua sidang yang didampingi oleh hakim

anggota dan panitera, membuka sidang dan menyatakan sidang terbuka

untuk umum. Terhadap asas terbuka untuk umum ini ada pengecualiannya

yaitu, apabila undang-undang menentukan lain atau berdasarkan

alasanalasan penting menurut hakim yang dimuat dalam berita acara atas

perintahnya. Dalam hal ini maka pemeriksaan dilakukan dengan pintu

tertutup.36

3. Penelitian Yang Relevan

1) Analisis Hukum Sengketa Tanah Antara Pt. Pulau Sumbawa Agro

Dengan Masyarakat Adat Talonang Di Sumbawa Barat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana status

tanah objek sengketa antara PT. Pulau Sumbawa Agro dengan

Masyarakat Adat Talonang dan bagaimana kebijakan Pemerintah

Daerah terhadap sengketa tesebut. Lokasi penelitian berada di

Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Jenis penelitian

yang digunakan adalah yuridis empiris, dengan menggunakan sumber

data secara primer dan skunder. Hasil Penelitian menunjukan bahwa

Pertama, status tanah yang menjadi objek sengketa adalah tanah

Negara eks. tanah adat masyarakat Talonang yang musnah karena

bencana alam tsunami. Berdasarkan SK No. 88/HPL/BPN/2002, tanah

36
Abdul Mutalib Saranani,Op.Cit, Halaman 180.
27

tersebut dalam bentuk Hak Pengelolaan untuk lahan transmigrasi

selanjutnya dikerjasamakan dengan PT. Pulau Sumbawa Agro untuk

proyek penanaman sisal. Kedua, Kebijakan Pemerintah dalam hal ini

adalah dengan menciptakan kondisi yang kondusif dengan adanya

larangan melakukan kegiatan apapun di daerah konflik termasuk

melanjutkan penanaman sisal selama konflik masih terjadi, adanya

upaya mediasi dengan pertemuan yang dilakukan bersama pihak-

pihak yang berkonflik dan perbaikan infrastruktur di daerah konflik.

2) Kekuatan Hukum Sertifikat Hak Milik Dalam Penyelesaian Sengketa

Tanah (Studi Putusan No.482/Pdt.G/2016/PN. Mdn).

Hasil penelitian dari permasalahan yang diambil adalah sertifikat

merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang

termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut

sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang

bersangkutan. Sertifikat memiliki kekuatan hukum jika: Sertifikat

diterbitkan secara sah atas nama orang atau badan hukum, Tanah

diperoleh dengan itikad baik,Tanah di kuasai secara nyata, dan Dalam

waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkan sertifikat itu tidak ada yang

mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertifikat dan

Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat ataupun tidak

mengajukan gugatan ke pengadilan mengenai penguasaan tanah atau

penerbit sertifikat. Faktor penyebab sertifikat tidak memiliki kekuatan


28

hukum pada Putusan No. 482/Pdt.G/2016/PN.Mdn bahwa bukti surat

yang dimiliki penggugat yaitu Surat Keterangan Tanah (SKT) Nomor

037951/A/I/20 tanggal 15 Januari 1973 yang dikeluarkan oleh Bupati

Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang, tercatat pada buku register

Surat Keterangan tanah pada Kantor Pertanahan Kabupaten Deli

Serdang sedangkan dasar hukum pembuatan sertifikat yang

dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan Kota Medan tidak tercatat .

3) Penyelesaian Sengketa Lahan Antara Pemilik Tanah Dengan Pt.

Itdc (Indonesia Tourism Development Corporation) Untuk

Pembangunan Sirkuit Motor Gp Di Kek (Kawasan Ekonomi

Khusus) Mandalika Lombok Tengah

Hasil penelitian dalam penelitian ini adalah 1) Penyelesaian

sengketa tanah di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika Kuta

Kabupaten Lombok Tengah dialakukan menggunakan cara Litigasi

dan Non Litigasi. Penyelesaian sengketa tanah melalui jalur litigasi

yang dilakukan oleh lembaga peradilan dengan putusan berupa

pembatalan sertifikat hak atas tanah yang eksekusinya akan

dilaksanakan oleh BPN(badan pertanahan nasional) berdasarkan

peraturan yang berlaku. Sedangkan penyelesaian sengketa tanah

melalui jalur Non Litigasi, pemerintah melalui badan usaha milik

Negara (BUMN) atau PT. ITDC(Indonesia Tourism Develotment

Coorporation) memberikan uang kerahiman sebesar 4,5 juta rupiah

per are kepada pihak yang berhak. 2) Adapun kendala dalam upaya
29

penyelesaian tanah antara masyarakat di kawasan ekonomi khusus

mandalika desa kuta kabupaten Lombok tengah yaitu: Legalitas

kepemilikan yang kurang jelas, Karakter dan Pemahaman ilmu

masyarakat yang sangat kurang, Keterlibatan lembaga swadaya

masyarakat yang memperkeruh suasana.


B. METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Peneltitan

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah Empiris yang artinya

salah satu jenis penelitian hukum yang menganalisis dan mengkaji

bekerjanya hukum dalam masyarakat. Penelitian Empiris adalah “suatu

metode penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian

nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan

masyarakat”. Dapat dikatakan bahwa penelitian hukum yang diambil dari

fakta-fakta yang ada di dalam suatu masyarakat, badan hukum atau lembaga

pemerintah. 37

2. Metode Pendekatan Data

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum empiris cara

yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan cara

meneliti langsung kelapangan. Dalam penelitian hukum empiris yang

menjadi fokus kajian pada bekerjanya hukum dalam masyarakat.

Pendekatan-pendekatan yang sering digunakan dalam penelitian hukum

empiris

3. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif analitis, yaitu menggambarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku dikaitkan dengan praktek pelaksanaan hukum

positif, yang menyangkut permasalahan yang telah diuraikan di latar

37
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian, 2016 Hukum (Jakarta: Raja
Grafindo Persada) halaman 83.

30
31

belakang. 38 Spesifikasi dalam penelitian ini adalah Implementasi Hukum

Peran Kejaksaan Empat Lawang Terhadap Sengketa Lahan Di Kabupaten

Empat Lawang.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Peneliti akan melakukan penelitian atau observasi di Kantor

Kejaksaan Negeri Empat Lawang. Yang beralamat di 94Q2+QG9, Tj.

Kupang, Kec. Tebing Tinggi, Kabupaten Empat Lawang, Sumatera

Selatan 31453

b. Waktu Penelitian

Penulisan proposal skripsi ini dilaksanakan dalam waktu kurang

lebih enam bulan terhitung mulai tanggal 10 September 2022 sampai

dengan 28 Januari 2023 .

Tabel 1 Rencana Kegiatan Penelitian


Waktu Pelaksanaan / Bulan
No Jenis Kegiatan Sep Okt Nop Des Jan Feb
1 Pengajuan Judul dan persetujuan
2 Persiapan Proposal
3 Pembuatan dan Pengajuan Proposal
4 Perbaikan Proposal
4 Persetujuan Seminar Proposal
5 Seminar Proposal
6 Perbaikan setelah Seminar Proposal
7 Penelitian di Kejaksaan Negeri Empat
Lawang
8 Pengumpulan dan Pengelolahan data
9 Pengajuan BAB I, II, III & Perbaikan
10 Pengajuan BAB IV, V, & Perbaikan
11 Ujian Skripsi

38
Ibid. Halaman 93.
32

5. Jenis dan Sumber Data

Sumber data merupakan dari mana data tersebut diperoleh.

Sumber data dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

sumber objek penelitian. Pada penelitian ini peneliti menggunakan

lembar wawancara yang meruapakan serangkaian atau daftar pertanyaan

yang disusun secara sistematik, kemudian digunakan sebagai pedoman

dalam melakukan wawancara dengan informan, dimana wawancara

tersebut akan mewawancarai Kepala Kejaksaan Negeri Empat Lawang

dan staf pegawai Kejaksaan Negeri Empat Lawang yang dilakukan

secara tertutup.39

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang bersumber dari literatur

dan hasil penelitian orang lain yang digunakan bahan-bahan seperti studi

pustaka. Data diperoleh melalui penelusuran bibliografi artikel ilmiah,

hasil penelitian atau teori ahli tentang topik yang dibahas, sebagai

pendukung data primer yang berkaitan dengan judul proposal skripsi

ini. 40

39
Pramiyati, T., Jayanta, J., & Yulnelly, Y. 2017. Peran Data Primer Pada Pembentukan
Skema Konseptual Yang Faktual (Studi Kasus: Skema Konseptual Basisdata Simbumil). Simetris:
Jurnal Teknik Mesin, Elektro dan Ilmu Komputer, 8(2), Hlm 686.
40
Martono, N. (2010). Metode penelitian kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data
Sekunder (sampel halaman gratis). RajaGrafindo Persada.
33

3. Data Tersier

Data tersier merupakan data penunjang dari kedua data diatas

yakni data primer dan data sekunder. Data ini diperoleh melalui kamus,

insiklopedia dan lain sebagainya yang masih ada keterkaitan dengan

masalah yang diteliti. 41

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

strategis dalam penelitian, karena tujuan penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkn data yang memenuhi standar. Untuk memperoleh data yang

diperlukan maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

wawancara dan dokumentasi. 42

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila

peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang

informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan

wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian

berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannyapun telah

disiapkan. Proses wawancara yang dilakukan peneliti adalah dengan

membuat kesepakatan terlebih dahulu dengan informan penelitian

41
Widagdo, R., & Rokhlinasari, S. 2017. Dampak Keberadaan Pariwisata Religi
terhadap Perkembangan Ekonomi Masyarakat Cirebon. Al-Amwal: Jurnal Ekonomi dan
Perbankan Syari'ah, Hlm 9.
42
Purnomo, B. H. 2011. Metodedan teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan
kelas (classroomaction research). Jurnal Pengembangan Pendidikan, Hlm 8.
34

mengenai waktu untuk dapat melakukan wawancara. 43 Wawancara

dilakukan dengan menyampaikan beberapa pertanyaan kepada informan.

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah pengumpulan dokumen catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisa, gambar atau

karya-karya monumental dari seseorang. Teknik ini digunakan untuk

memperoleh data tertulis yang berhubungan dengan penelitian.

7. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah upaya atau cara untuk mengolah data

menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan

bermanfaat untuk solusi permasalahan, terutama masalah yang berkaitan

dengan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif,

yaitu dilakukan dengan cara menelusuri peraturan perundang-undangan dan

bahan pustaka yang kemudian ditulis secara deskriptif. 44 sehingga menjadi

sistematis dan menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Data yang

ada dianalisis sehingga dapat membantu sebagai dasar aturan dan

pertimbangan hukum yang berguna dalam implementasi hukum peran

Kejaksaan Negeri Empat Lawang terhadap sengketa lahan di Kabupaten

Empat Lawang.

43
Soegijono, M. S. 1993. Wawancara sebagai salah satu metode pengumpulan
data. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Hlm3(1).
44
Yuliani, W. 2018. Metode penelitian deskriptif kualitatif dalam perspektif bimbingan
dan konseling. Quanta, 2(2),Hlm 83.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mutalib Saranani,2020. Tinjauan Hukum Tentang Pembuktian Sertifikat


Dalam Penyelesaian Sengketa Tanah.Vol 1,No 3. Hlm 173- 174. Diakses
pada tanggal 20 November 2022 pukul 19:43
Alfia, G. F. (2019). Peran Jaksa Pengacara Negara di Bidang Perdata Untuk
Mewakili Instansi Pemerintah Daerah Pada Kejaksaan Tinggi Kepulauan
Riau (Doctoral dissertation, Universitas Islam Riau).Hlm 4 . diakses pada
27 November 2022 pukul 20:17
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian, 2016 Hukum (Jakarta: Raja Grafindo
Persada) halaman 83.
Djoko Prakoso dan Budiman Adi Purwanto. 1999. Eksistensi Prona Sebagai
Pelaksana Mekanisme Fungsi Agraria. Jakarta: Ghalia. Hlm. 71
Fingli A. Wowor,2014. Fungsi Badan Pertanahan Nasional Terhadap
Penyelesaian Sengketa Tanah. Hlm 95-96.
https://www.ampera.co/baca/sengketa-lahan-warga-mengadu-ke-pemkab-empat-
lawang/ di akses pada 31 oktober 2022, pukul 19:53
Lantaeda, S. B., Lengkong, F. D., & Ruru, J. (2017). Peran Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Dalam Penyusunan Rpjmd Kota Tomohon. Jurnal
Administrasi Publik, vol 4, Hlm 48.
Lasmadi, S. (2014). Peran Advokat Dalam Pendampingan Hukum. Inovatif|
Jurnal Ilmu Hukum, Vol 7, Hlm 2. . diakses pada 27 November 2022 pukul
20:14
Lumangkun, A. Peranan Lembaga Adat Dalam Penyelesaian Konflik Lahan Pada
Hutan Adat Di Desa Engkode Kecamatan Mukok Kabupaten
Sanggau. Jurnal Hutan Lestari, Hlm 2. diakses pada 27 November 2022
pukul 20:25
M Arba. 2015. Hukum Agraria Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, Hlm 7.
Martono, N. (2010). Metode penelitian kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data
Sekunder (sampel halaman gratis). RajaGrafindo Persada.

35
36

Muhammad Joni, Efektifitas Penerapan Hukum (Online),


http://www.mjoni.com/opini/artikelhukum/efektifitas-penerapan-
hukum.html (diakses pada 11 April 2017)
Mustofa, & Suratman. 2022. Penggunaan hak atas tanah untuk industri. Bumi
Aksara.Hlm 27
Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
Philipus M. Hadjon. 1987. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia.
Surabaya: Bina Ilmu. Hlm. 38
Pramiyati, T., Jayanta, J., & Yulnelly, Y. 2017. Peran Data Primer Pada
Pembentukan Skema Konseptual Yang Faktual (Studi Kasus: Skema
Konseptual Basisdata Simbumil). Simetris: Jurnal Teknik Mesin, Elektro
dan Ilmu Komputer, 8(2), Hlm 686.
Purnomo, B. H. 2011. Metodedan teknik pengumpulan data dalam penelitian
tindakan kelas (classroomaction research). Jurnal Pengembangan
Pendidikan, Hlm 8.
Rachmat Trijono, 2015, Hak Menguasai Negara di Bidang Pertanahan, Badan
Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta, Hal. 2.
Rusmadi Murad. 1991. Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah. Bandung:
Almuni. Hlm. 2
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani. 2013. Penerapan Teori Hukum pada
Penelitian Tesis dan Disertasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm.30
Salim HS. 2010. Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum. Jakarta: Rajawali Pers.
Hlm.81
Saranani, A. M. 2022. Tinjauan Hukum Tentang Pembuktian Sertifikat Dalam
Penyelesaian Sengketa Tanah. Sibatik Journal: Jurnal Ilmiah Bidang
Sosial, Ekonomi, Budaya, Teknologi, Dan Pendidikan, 1(3), Hlm 184.
diakses pada 27 November 2022 pukul 20:33
Simanjuntak, J. (2018). Kajian Yuridis Pemberian Bantuan Hukum Jaksa
Pengacara Negara dalam Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara
(TUN). Lex Administratum, Hlm 6. . diakses pada 27 November 2022
pukul 20:08
37

Soegijono, M. S. 1993. Wawancara sebagai salah satu metode pengumpulan


data. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Hlm3(1).
Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: UI Press. Hlm. 10
Sulchan Yasyidn, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Serta Ejaan yang
Disempurnakan dan Kosa Kata Baru, Amanah, Surabaya, 1998, hlm 327.
Supriadi. 2010. Hukum Agraria, Sinar Grafika. Jakarta hal.
Takdir Rahmadi,2014. Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan
Mufakat, dalam Asmawati, “Mediasi Salah Satu Cara dalam Penyelesaian
Sengketa Pertanahan”, Jurnal Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas
Jambi, Hlm 55, diakses pada 27 November 2022 pukul 19:55
Varesa, D., Asmara, R., & Husni, H. 2022. Visum Et Repertum Sebagai Alat Bukti
Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Berencana (Studi Putusan Nomor:
214/Pid. B/2019/Pn. Bna). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Malikussaleh,vol 4, Hlm 3. diakses pada 27 November 2022
pukul 20:30
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai
Pustaka, Jakarta, 1989, hlm 521.
Widagdo, R., & Rokhlinasari, S. 2017. Dampak Keberadaan Pariwisata Religi
terhadap Perkembangan Ekonomi Masyarakat Cirebon. Al-Amwal: Jurnal
Ekonomi dan Perbankan Syari'ah, Hlm 9.
Yan Aldi Ayyubie, 2018, Kedudukan Jaksa Pada Kejaksaan Negeri Sebagai
Jaksa Pengacara Negara Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Studi Penelitian Pada
Kejaksaan Negeri Serang) , HLM 53-54. Di akses pada 28 November
2022 pukul 19:11 wib.
Yuliani, W. 2018. Metode penelitian deskriptif kualitatif dalam perspektif
bimbingan dan konseling. Quanta, 2(2),Hlm 83.
38

LAMPIRAN

Lampiran 1 Observasi Awal di kantor kejaksaan Empat lawang

Anda mungkin juga menyukai