Oleh :
2022
1
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL TESIS
Oleh :
Pembimbing 1,
Pembimbing 2,
Mengetahui
Ketua Program Studi Kenotariatan Program Magister
Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia
2
Bukti Persetujuan :
3
DAFTAR ISI
4
A. Latar Belakang Masalah
banyak perubahan dan perbedaan secara terus menerus dari suatu kurun waktu ke
kurun waktu yang lain. Pada masyarakat yang lebih sederhana, hukum telah berfungsi
untuk menciptakan dan juga untuk memelihara keamanan serta ketertiban. Fungsi ini
juga berkembang sesuai dengan perkembangan yang ada pada masyarakat itu sendiri
yang juga meliputi berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat yang memiliki sifat
antara negara atau masyarakat dengan warganya, dan hubungan antara sesama warga
masyarakaat tersebut, agar kehidupan dalam masyarakat berjalan dengan tertib dan
lancar. Hal ini mengakibatkan bahwa tugas hukum untuk mecapai kepastian hukum
umum. Agar tercipta suasana aman dan tentram dalam masayarakat, maka kaidah
kepentingan tersebut. Pengalihan kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti
hak. Tetapi tidak di setiap kekuasaan dalam masyarakat bisa disebut sebagai hak,
1
Soerjono Soekanto, 1999, Penegakan Hukum, Binacipta, Bandung, hlm 15
5
melainkan hanya kekuasaan tertentu yang menjadi alasan melekatnya hak itu pada
seseorang.2
hukum juga membutuhkan sektor pelayanan jasa publik yang pada saat ini juga
semakin berkembang atas pelayanan jasa, hal ini misalnya Notaris merupakan salah
jasa hukum kepada masyarakat, perlu mendapatkan perlindungan dan jaminan demi
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang menjamin kepastian, ketertiban dan
Salah satu fungsi negara yaitu dapat memberikan pelayanan umum kepada
rakyatnya. Salah satu bentuk pelayanan negara kepada rakyatnya, yaitu negara
memberi kesempatan kepada rakyat untuk memperoleh tanda bukti atau dokumen
hukum yang berkaitan dalam hukum perdata, untuk keperluan tersebut diberikan
kepada Pejabat Umum yang dijabat oleh Notaris. Notaris menjalankan sebagian
kekuasaan negara dalam bidang hukum perdata untuk melayani kepentingan rakyat
memerlukan bukti atau dokumen hukum berbentuk akta autentik yang diakui oleh
negara sebagai bukti yang sempurna. Oleh karena itu, Notaris yang menjalankan
profesi dalam pelayanan hukum kepada masyarakat, perlu mendapat perlindungan dan
selbst” kepastian tentang hukum itu sendiri. Ada empat hal yang berhubungan dengan
2
Satjipto Rahardjo, 2012, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 53
6
makna kepastian hukum.3 Begitu juga Perlindungan hukum menurut Satjipto
Rahardjo memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia yang dirugikan orang
lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua
Notaris sebagai pejabat umum, merupakan salah satu organ negara yang
masyarakat, teristimewa dalam pembuatan akta otentik sebagai alat bukti yang
antara para pihak yang secara mufakat meminta jasa Notaris. Dari tugas utama notaris
tersebut, maka dapat dikatakan notaris mempunyai tugas yang berat karena
Notaris selanjutnya disebut UUJN, yang diundangkan pada tanggal 06 Oktober 2004
3. Memberikan jaminan terhadap validitas dari akta notaris sebagai alat bukti yang
sempurna.
3
Satjipto Rahardjo, Hukum dalam Jagat Ketertiban, UKI Press, Jakarta, 2006, hlm. 135-136
4
Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h.54.
5
N.G.Yudara, 2006, Notaris dan Permasalahannya (Pokok-pokok Pemikiran Di Seputar Kedudukan
dan Fungsi Notaris Serta Akta Notaris Menurut System Hukum Indonesia),makalah disampaikan dalam
rangka Kongres INI di Jakata: Majalah Renvoi Nomor 10.34. III, hlm 72
7
Berkaitan dengan kepastian dan perlindungan hukum dapat dipahami bahwa
salah satu tujuan UUPA adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi seluruh
rakyat mengenai hak-hak atas tanahnya. Berkaitan dengan arti penting kepastian
menjamin kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah dalam rangka menjamin
kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah, dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c
UUPA “sertipikat” merupakan alat pembuktian yang kuat sehingga bagi pemiliknya
diberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum. Dengan sertifikat itu maka
pemegang hak atas tanah akan terjamin eksistensinya.6 Karena itu berkaitan dengan
alat-alat bukti dalam proses peradilan perdata sebagaimana dimaksud didalam Pasal
1866 KUH Perdata maka sertifikat berstatus sebagai bukti surat yang berkualifikasi
hukum, maka kepada pihak yang berhak akan diterbitkan sertifikat sebagai bukti
haknya. Pembuatan akta otentik dengan peralihan hak atas tanah notaris berwenang
ketika ada sebab-sebab lain yang membenarkan notaris tentang hak atas tanah. Dasar
hukumnya yang mengikat sebagai akta otentik, karena akta tanah yang dibuat Notaris
sudah memenuhi unsur sebagai akta otentik dan dalam UU Jabatan Notaris, ada
Dalam melakukan tugas jabatannya Notaris pasti pernah khilaf dan membuat
kesalahan, dan oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan terhadap Notaris dalam
melaksanakan tugas jabatannya tersebut. Untuk itu dibentuklah suatu badan yang
6
Harris Yonatan Parmahan Sibuea, “Arti Penting Pendaftaran Tanah Untuk Pertamakali”, Jurnal
Negara Hukum, Volume 2, Nomor 2, Tahun 2011, hlm. 289.
8
melakukan pengawasan khusus terhadap Notaris yaitu Majelis Pengawas Notaris.
Majelis Pengawas yang terbagi atas Majelis Pengawas Daerah, Majelis Pengawas
Wilayah dan Majelis Pengawas Pusat yang memiliki tugas dan fungsi masing-masing.
Notaris dalam menjalankan tugas dan jabatannya diwajibkan untuk tunduk dan
taat terhadap segala aturan yang dituangkan dalam UUJN dan Kode Etik Ikatan
tangan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Tujuan dari pengawasan ini adalah agar para Notaris ketika menjalankan tugas
oleh pemerintah bukan untuk kepentingan Notaris sendiri tetapi untuk kepentingan
pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik diawasi oleh Majelis Pengawas
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan
9
yakni salah satunya menyimpan akta dalam bentuk protokol notaris. Pasal 62 UUJN
Protokol Notaris. Salah satunya adalah yaitu notaris yang telah meninggal dunia.
Protokol notaris yang merupakan arsip negara tidak hanya menjadi tanggung jawab
adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan
MPD dapat terlihat dari pengawasan terhadap penyerahan protokol notaris yang telah
meninggal dunia kepada notaris lain yang ditunjuk oleh Majelis Pengawas Daerah.
Dapat kita lihat bahwa notaris lain yang akan menerima protokol notaris yang
telah meninggal dunia adalah notaris yang ditunjuk oleh Majelis Pengawas Daerah
dengan koordinasi MPD. Penyerahan protokol notaris tersebut dilakukan paling lama
30 (tiga puluh) hari dengan pembuatan berita acara penyerahan protokol notaris.
Berita acara tersebut ditandatangani oleh yang menyerahkan yaitu perwakilan dari
MPD dan notaris yang ditunjuk sebagai penerima protokol notaris berdasarkan Pasal
63 ayat (1) UUJN justru diberikan melebihi waktu yang seharusnya ditentukan.
Adapun dokumen yang diserahkan mencakup seluruh minuta akta, daftar akta atau
repertorium, buku daftar akta dibawah tangan yang penandatanganan nya dilakuakan
dihadapan notaris atau akta dibawah tangan yang didaftar, buku daftar nama
penghadap atau klapper serta dokumen lain yang masih dalam proses oleh notaris
yang bersangkutan.
Majelis Pengawas Daerah pada dasarnya menunjuk notaris yang masih aktif
untuk menyimpan protokol dari notaris yang telah meninggal dunia, namun dalam
10
kenyataannya banyak notaris yang enggan menerimanya dengan alasan ketersediaan
tempat yang kurang memadai, ribet dan tidak ingin menjadi protokolernya, terlebih
apabila notaris yang meninggal dunia telah menjabat untuk waktu yang lama dan
memiliki banyak protokol. Pada dasarnya seorang notaris yang ditunjuk oleh MPD
untuk menerima protokol notaris ini tidak boleh menolak, dikarenakan itu merupakan
pengangkatan sebagai Notaris berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf (m) Peraturan
Menteri Nomor 62 Tahun 2016. Surat tersebut berisi pernyataan bahwa ia bersedia
untuk menerima protokol notaris lain apabila diperlukan, namun faktanya masih ada
notaris yang menolak menerima protokol notaris lain. MPD sudah berperan aktif
dalam melakukan pembinaan dan pengawasan kepada notaris tetapi notaris penerima
protokol notaris tidak dapat bekerjasama sehingga peran MPD menjadi tidak optimal.
Perkembangan teknologi di era digital saat ini begitu pesat sehingga segala
teknologi, selama ini dunia kearsipan hanya terpaku pada kertas lusuh yang tertumpuk
begitu saja dan berbau menyengat. Arsip-arsip lama yang memiliki nilai informasi
sejarah dan keunikan sekarang dapat diakses karena telah disajikan melalui media
elektronik.
11
Jika dikaitkan dengan Protokol Notaris yang telah meninggal dunia maka
dapat dikatakan bahwasannya jika penyimpanan dokumen dengan cara digital seperti
ini mungkin dapat menjamin agar tidak adanya penolakan lagi oleh Notaris yang telah
yang kurang memadai Sehingga arsip-arsip yang dulunya hanya dapat dibaca dan
dilihat pada pusat penyimpanan arsip, sekarang dapat digunakan secara online.
Pengarsipan data adalah proses memindahkan data yang tidak aktif lagi digunakan ke
Melihat permasalahan yang terjadi di lapangan, dimana salah satu ahli waris
bernama Aldi Rijaldi, S.H.,M.Kn anak dari Notaris yang telah meninggal dunia
mengatakan bahwa protokol notaris yang mana seharusnya diserahkan paling lama 30
(tiga puluh) hari dengan pembuatan berita acara penyerahan protokol notaris yang
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 63 UUJN justru diberikan melebihi waktu yang
seharusnya ditentukan.9
salah satunya surat pernyataan kesediaan sebagai pemegang protokol notaris. Pada
saat pengangkatan Notaris disumpah apabila ada notaris lain meninggal notaris yang
ditunjuk oleh Majelis Pengawas Daerah harus bersedia menerima meggantikan notaris
tersebut, Tetapi faktanya Aldi Rijaldi, S.H.,M.Kn selaku ahli waris10 mengatakan
bahwa yang terjadi dilapangan banyak notaris yang tidak bersedia ditunjuk dari
Majelis Pengawas Daerah. Jika seperti ini sangat jelas bertentangan dengan undang-
undang.
9
Hasil Wawancara dengan Aldi Rijaldi, S.H., M.Kn selaku Ahli Waris Notaris yang telah Meninggal
Dunia
10
Hasil Wawancara dengan Aldi Rijaldi, S.H., M.Kn selaku Ahli Waris Notaris yang telah Meninggal
Dunia
12
Hal ini justru membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang telah meninggal dunia di Kota Pekanbaru dan Bagaimana tanggung jawab
Pekanbaru dan penulisan tesis tentang “Peranan Majelis Pengawas Daerah (MPD)
Kota Pekanbaru”
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada latar belakang masalah dan
dilakukan, yaitu :
D. Manfaat Penelitian
Bagi penulis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana yang bermanfaat
13
Daerah (MPD) Terhadap Penyerahan Protokol Notaris Setelah Notaris Meninggal
Dunia di Kota Pekanbaru. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi
ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan khususnya mengenai
telah meninggal dunia dan tanggung jawab Notaris sebagai penerima Protokol
b. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur dalam
setelah Notaris meninggal dunia dan Tanggung jawab Notaros sebagai pemegang
c. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat dipakai sebagai acuan terhadap penelitian-
E. Orisinalitas Penelitian
bahwa penelitian yang berkaitan dengan peranan Majelis Pengawas Daerah (MPD)
Pekanbaru sampai saat ini belum ada, namun, telah ditemukan penelitian serupa
penelusuran hasil penelitian yang penulis himpun adalah sebagaimana di dalam table
berikut ini:
14
No Nama Judul Persamaan Perbedaan
Notaris pemegang
Protokol Notaris
yang meninggal
perbedaan lokasi
penelitian.
dunia. pertanggung
jawaban dan
perlindungan
hukum bagi
Notaris sebagai
penerima
15
Protokol Notaris,
sedangkan
penulis meneliti
Peran Majelis
Pengawas Daerah
terhadap Protokol
meninggal dunia.
Tanggungjawab
Notaris
sedangkan
peneliti terdahulu
meneliti
perlindungan
hukum terhadap
Protokol notaris
yang telah
meninggal dunia.
16
Hasil penelitian ini belum menggambarkan tentang bagaimana aspek hukum
tentang pelimpahan arsip dari notaris yang meniggal, cuti atau karena pensiun, belum
ada konsekuensi hukum juga seandainya penyerahan arsip melebihi jangka waktu
yang ditetapkan berdasarkan UUJN, dan apa tanggungjawab notaris yang telah
diserahkan berkas dari notaris yang telah meninggal tersebut dan bagaimana jika
notaris yang ditunjuk oleh Majelis Pengawas Daerah itu menolak untuk menerima
protokol notaris.
F. Tinjauan Pustaka
sumber tulisan yang merujuk pada referensi yang berupa peraturan perundang-
undangan, putusan pengadilan, dan pustaka berupa buku, artikel ilmiah, hasil
penelitian orang lain, risalah siding dan data elektronik yang substansinya
teoritis.12
a. Notaris
Istilah Notaris berawal pada zaman Romawi, yaitu dari kata ”Notarius” yang
berarti orang yang menjalankan pekerjaan menulis. Pada abad kedua Masehi, arti
umum yang diangkat negara untuk melakukan tugas-tugas negara dalam pelayanan
11
Buku Pedoman Penulisan dan Ujian Tesis, 2020, Universitas Islam Indonesia Fakultas Hukum
12
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hlm. 80
17
hukum kepada masyarakat demi tercapainya kepastian hukum sebagai Pejabat
Namun demikian, Notaris merupakan pegawai pemerintah yang berdiri sendiri, tidak
digaji oleh Pemerintah dan mendapat honorarium dari orang-orang yang meminta
jasanya. Akta Otentik merupakan alat bukti terkuat dan terpenuh yang memiliki
peranan penting dalam setiap hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat, karena
Akta Otentik menentukan secara jelas hak dan kewajiban, menjamin kepastian hukum
dan sekaligus diharapkan pula memberi sumbangan nyata bagi penyelesaian perkara
secara murah dan cepat bagi masyarakat. Karena itu pula apa yang dinyatakan dalam
Akta Otentik harus diterima sepenuhnya oleh para pihak, kecuali pihak yang
persidangan pengadilan.
kompleks dan seringkali sangat berbeda dengan ketentuan yang berlaku. Dengan
demikian kiranya sulit mendefenisikan secara lengkap tugas dan pekerjaan notaris.14
Nomor 3) bahwa yang dimaksud dengan Notaris adalah pejabat umum satu-satunya
berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan
penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan
yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan
13
N.G. Yudara, Notaris dan Permasalahannya (Pokok-Pokok Pemikiran di Seputar Kedudukan dan
Fungsi Notaris Serta Akta Notaris Menurut Sistem Hukum Indonesia), (Makalah disampaikan dalam
rangka Kongres INI di Jakarta), Majalah Renvoi Nomor 10.34.III, Edisi 3 Maret 2006, Hal. 72
14
Habib Adjie, 2003, Tebaran Pemikiran dalam Dunia Notaris dan PPAT “Penegakan Etika Profesi
Notaris dari Perspektif Pendekatan Sistem”, Lembaga Kajian Notaris dan PPAT Indonesia, Surabaya,
hlm 27.
18
tanggalnya menyimpan aktanya dan memberi grosse, salinan dan kutipan akta,
semuanya sepanjang perbuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan
adalah pejabat umum khususnya yang berwenang untuk membuat akta-akta otentik,
untuk dikehendaki oleh yang berkepentingan bahwa hal itu dinyatakan dalam surat
demikian itu dikhususkan untuk itu atau dikhususkan kepada pejabat-pejabat atau
orang lain.16
sebagai seorang pejabat tempat seseorang dapat memperoleh nasihat hukum. Segala
sesuatu yang ditulis serta ditetapkan (konstantir) adalah benar, Notaris adalah
15
Habib Adjie, Hukum Indonesia Tafsir Tematik Tehadap UU No. 30 tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris,Rafika Aditama, Bandung, 2008, hlm. 13.
16
M. Luthfan Hadi Darus, Hukum Notariat dan Tanggungjawab Jabatan Notaris, UII Press,
Yogyakarta,2017, hlm. 2.
17
Tan Thong Kie, Studi Notariat dan Serba-Serbi Praktek Notaris, Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2011, hlm. 444.
19
Notaris tidak menerima gaji dan pensiun dari pemerintah, tetapi memperoleh gaji dari
Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos“ yang berarti kesusilaan, yang berasal
dari suara batin manusia yang memberi pengaruh keluar dan etika adalah filsafat
moral yang berasal dari kata “mores“ yaitu adat istiadat, dimana adat istiadat berada
diluar manusia serta memberi pengaruh ke dalam sehingga secara umum etika adalah
prinsip-prinsip tentang sikap hidup dan perilaku manusia dan masyarakat.19 Istilah ini
dijadikan sebagai pedoman atau ukuran bagi tindakan manusia dengan penilaian baik
Kode Etik Notaris adalah kaidah moral yang ditentukan oleh INI berdasarkan
Keputusan Kongres dan/atau yang ditentukan oleh dan diatur peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang hal itu dan yang berlaku bagi serta wajib ditaati
ditaati oleh setiap dan semua anggota INI dan semua orang yang menjalankan tugas
jabatan Notaris. Kode Etik Notaris yang berlaku sekarang adalah berdasarkan
Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia yang diadakan di Banten tanggal 29-30
Mei 2015.20
c. Akta Notaris
Dokumen resmi yang dikeluarkan oleh notaris menurut KUH Perdata pasal
1870 dan HIR pasal 165 (Rbg 285) yang mempunyai kekuatan pembuktian mutlak
dan mengikat. Akta notaris merupakan bukti yang sempurna sehingga tidak perlu lagi
Berdasarkan KUH Perdata pasal 1866 dan HIR 165, akta notaris merupakan alat bukti
18
Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia, UII Press : Yogyakarta, 2009, hlm. 16.
19
F.Sukemi, “Varia Peradilan Tahun IV Nomor 36”, Notaris dan Kode Etik (Desember 1988), hlm.
154.
20
Rudi Indrajaya, Yogastio Esa Dimmarca, Prasetyo Teguh Pamungkas, Riskika Arkan Putera
Indrajaya, 2020, Notaris dan PPAT Suatu Pengantar. Bengkulu: Refika Aditama
20
tulisan atau surat pembuktian yang utama sehingga dokumen ini merupakan alat bukti
Notaris sebagai pejabat publik produk akhirnya yaitu akta otentik, yang terikat
dalam ketentuan hukum perdata terutama dalam hukum pembuktian.22 Akta Notaris
merupakan akta dokumen resmi yang dibuat oleh dan/atau dihadapan Notaris yang
“suatu akta otentik adalah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh
Undang-Undang oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di
Pasal 1 ayat (7) UUJN-P menyatakan bahwa akta Notaris yang selanjutnya
disebut akta adalah akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris menurut
bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini. Berdasarkan Pasal
1) Partij Acte
Partij acte merupakan akta yang dibuat di hadapan Notaris yang merupakan
kehendak dari penghadap, para penghadap/para pihak sehingga isi dari akta
2) Ambtelijke Acte
Ambtelijke acte atau disebut juga akta pejabat merupakan akta yang dibuat oleh
Notaris yang berisikan segala sesuatu yang dilihat, yang didengar, dialami oleh
Notaris yang kemudian dituangkan dalam suatu akta. Akta yang dibuat oleh
Notaris merupakan hasil dari uraian yang diterangkan atau diceritakan oleh pihak
lain kepada Notaris dalam menjalankan jabatannya dan untuk keperluan mana
21
https://id.wikipedia.org/wiki/Akta_Notaris, 21 Februari 2022, Jam. 21.15
22
Habib Adjie (3), Sanksi Perdata dan Administrasi terhadap Notaris sebagai Pejabat Publik, Refika
Aditama, Bandung, 2008, hlm. 31.
21
pihak lain itu sengaja datang di hadapan Notaris dan memberikan keterangan
d. Protokol Notaris
kumpulan dokumen yang merupakan arsip Negara yang harus disimpan dan
sebagai sebuah arsip Negara, Protokol Notaris harus taat pada ketentuan arsip Negara
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan. Dalam
undang-undang ini disebutkan arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam
berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga Negara, pemerintah daerah,
terhadap perilaku dan pelaksanaan jabatan Notaris. Majelis dibentuk oleh Menteri dan
mempunyai anggota sebanyak 9 (sembilan) orang yang terdiri atas unsur pemerintah,
Dalam hal suatu daerah tidak terdapat unsur instansi pemerintah, keanggotaan dalam
Majelis diisi dari unsur lain yang ditunjuk oleh Menteri.24 Majelis pegawas
23
Habib Adjie dan Rusdianto Sesung (1), Tafsir, Penjelasan dan Komentar Atas Undang-Undang
Jabatan Notaris, Bandung, PT. Refika Aditama, 2020, hlm. 512
24
Pasal 67 Undang-Undang Jabatan Notaris
22
sebagaimana tersebut di atas terdiri dari Majelis Pengawas Daerah, Majelis Pengawas
1) Majelis Pengawas Daerah dibentuk Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri
yang telah diangkat berjumlah minimal 12 (dua belas) orang. Ketua dan Wakil
Ketua Majelis Pengawas Daerah dipilih dari dan oleh anggota. Masa jabatan
ketua, wakil ketua, dan anggota Majelis Pengawas Daerah adalah 3 (tiga)
tahun dan dapat diangkat kembali. Majelis Pengawas Daerah dibantu oleh
seorang sekretaris atau lebih yang ditunjuk dalam Rapat Majeli Pengawas
Daerah.26
2) Majelis Pengawas Wilayah dibentuk Direktur Jenderal atas nama Menteri dan
berkedudukan di ibu kota Provinsi. Ketua dan Wakil Ketua Majelis Pengawas
Wilayah dipilih dari dan oleh anggota. Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan
anggota Majelis Pengawas Wilayah adalag 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat
kembali. Majelis Pengawas Wilayah dibantu oleh seorang sekretaris atau yang
3) Majelis Pengawas Pusat dibentuk oleh Menteri dan berkedudukan di ibu kota
negara. Ketua dan Wakil Ketua Majelis Pengawas Pusat dipilih dari dan oleh
anggota. Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan anggota Majelis Pengawas
Pusat adalag 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali. Majelis Pengawas
25
Pasal 68 Undang-Undang Jabatan Notaris
26
Pasal 69 UUJN Jo Pasal 4 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor 40 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi, Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian
Anggota, dan Tata Kerja Majelis Pengawas.
27
Pasal 72 UUJN Jo Pasal 5 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor 40 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi, Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian
Anggota, dan Tata Kerja Majelis Pengawas.
23
Pusat dibantu oleh seorang sekretaris atau lebih yang ditunjuk dalam Rapat
G. Metode Penelitian
Metode adalah proses prinsi-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah-
masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati- hati, tekun dan tuntas
terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia, maka metode penelitian
1. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah hal-hal yang menjadi kajian yang akan diteliti dalam
rumusan masalah penelitian. Penelitian ini diperoleh dari data lapangan (field
research). Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peranan Majelis
2. Subjek Penelitian
yang ada dalam penelitian hukum ini, menggunakan metode pendekatan hukum
penting untuk melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana
digunakan oleh peneliti dalam meneliti Peran Majelis Pengawas Daerah (MPD)
24
Tanggungjawab Notaris Sebagai Penerima Protokol Notaris yang Telah
Meninggal Dunia, dikarenakan subjek yang diteliti adalah orang atau Notaris
Dalam penelitian ini data yang digunakan oleh penulis dapat dikelompokkan
a. Data Primer
merupakan sumber data yang langsung memberikan data dari pihak pertama
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperlukan untuk melengkapi data primer.
Selain berupa pendapat pra pakar yang ahli mengenai masalah-masalah ini,
ilmiah, laporan penelitian, media massa, dan laim-lain. Adapun data sekunder
mengikat berupa :
29
Arikunto, S, 2003, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm. 172
25
1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)
bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan
hukum primer. Adapun yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jurnal,
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan melalui 3 (tiga cara
sebagai berikut :
yang disesuaikan dengan obyek yang di teliti. Jenis field research yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis observasi secara peneliti terjun
secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara
diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang.31 Pewawancara hanya
26
wawancara berlangsung mengikuti situasi. Dalam penelitin ini yang akan
5. Pendekatan Penelitian
hukum yang berupaya untuk melihat hukum dalam artian yang nyata atau dapat
Disamping melihat aspek hukum positif juga melihat seperti apa penerapan
dilapangan dan masyarakat, data yang diteliti awalnya data sekunder untuk
penelitian terhadap para pihak-pihak yang terkait dengan peran Majelis Pengawas
Daerah. Dalam hal ini pendekatan yuridis juga digunakan untuk menganalisa
6. Analisis Penelitian
yaitu data yang diperoleh dan disusun secara sistematis, kemudian dianalisis
32
Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, 2002, Metodologi Penelitian, PT. Bumi Aksara, Jakarta,
hlm.14
33
Bambang Sunggono, 2003, Metodologi Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.3
27
Daerah dalam upaya penyerahan protokol Notaris, untuk selanjutnya disusun
disusun dalam 4 (empat) Bab dengan dengan sistematika penulisan yang pada
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Orisinalitas Penelitian
F. Tinjauan Pustaka
G. Metode Penelitian
28
A. Bagaimana Peranan Majelis Pengawas Daerah terhadap penyerahan Protokol
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, 2002, Metodologi Penelitian, PT. Bumi
Aksara, Jakarta.
F.Sukemi, “Varia Peradilan Tahun IV Nomor 36”, Notaris dan Kode Etik (Desember
1988).
Habib Adjie, 2003, Tebaran Pemikiran Dalam Dunia Notaris Dan PPAT “Penegakan
Etika Profesi Notaris Dari Perspektif Pendekatan Sistem”, Lembaga Kajian
Notaris dan PPAT Indonesia, Surabaya.
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu Dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994.
30
Rudi Indrajaya, Yogastio Esa Dimmarca, Prasetyo Teguh Pamungkas, Riskika Arkan
Putera Indrajaya, 2020, Notaris dan PPAT Suatu Pengantar. Bengkulu: Refika
Aditama
Satjipto Rahardjo, 2006, Hukum Dalam Jagat Ketertiban, Jakarta, UKI Press
Tan Thong Kie, Studi Notariat Dan Serba-Serbi Praktek Notaris, Jakarta : PT. Ichtiar
Baru Van Hoeve, 2011.
Peraturan Perundang-undangan :
Internet :
Jam 21.00
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/8346/TESIS%20M.Kn%202018.
31