Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PEMBUBARAH PARTAI POLITIK”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Acara Mahkamah Konstitusi

Dosen Pengampu :

Dr. Susianto, S.H., M.Hum, C.L.A

Disusun oleh :

Elsa (-)

Diana Adinda Sari (210202110084)

Akhyar Izza Rizqillah (210202110077)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.

Adapun tujuan dari makalah “PEMBUBARAH PARTAI POLITIK” ini adalah


untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Acara Mahkamah Konstitusi.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Susianto, S.H., M.Hum, C.L.A

selaku dosen mata kuliah Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan dan juga wawasan kami.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat jauh dari kata sempurna, masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat

Malang, 10 Mei 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
1. Latar Belakang...........................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
3. Tujuan........................................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................2
A. PENGERTIAN PEMBUBARAN DAN PARTAI POLITIK....................................................................2
1. Pengertian Pembubaran........................................................................................................2
2. Pengertian Partai Politik........................................................................................................3
BAB III....................................................................................................................................................4
PENUTUP...............................................................................................................................................4
A. KESIMPULAN..............................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................6

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Suatu negara yang ideal bercirikan dengan adanya institusi yang terbentuk
melalui kesepakatan individu-individu di dalamnya yang menginginkan adanya suatu
agen yang dapat menjamin dan melindungi anggota-anggota di dalamnya. Ciri khas
terbentuknya suatu negara diawali oleh kondisi alamiah manusia dalam
mempertahankan dirinya yang berusaha memenuhi kebutuhannya dan juga
mempertahankan dirinya yang merupakan suatu bentuk kekodratan manusia yang
memiliki kemampuan untuk mengetahui dan menyadari dunianya. Dengan akal,
manusia berusaha untuk memahami dan mengenal dengan yang baik dan buruk,
terutama dalam rangka mempertahankan dirinya dengan menyesuaikan dengan alam
yang berada di sekitarnya. Tindakan untuk mempertahankan hidup, memenuhi
kebutuhan, dan menjaga apa yang dimilikinya menunjukkan bahwa manusia memiliki
hak ilmiah dalam berupaya untuk mempertahankan kehidupannya.1
Seiring bertumbuhnya tuntutan akan kebutuhan masyarakat, maka wacana hak
asasi manusia mengalami perubahan pula yang disertai adanya perubahan prinsip dan
konsepsi hak asasi manusia. Pengertian definitif hak asasi manusia adalah hak-hak
yang dimiliki manusia semata-mata karena dirinya adalah manusia. Umat manusia
memiliki hak-hak asasi bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau
berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan hukum positif,
melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia. Dengan
pengertian ini, meskipun manusia terlahir dengan jenis kelamin, bahasa, budaya,
warna kulit, dan kewarganegaraan yang berbeda-beda, ia tetap memiliki hakhaknya.
Inilah sifat hak asasi yang dikatakan bersifat universal. Selain bersifat universal, hak
itu juga tidak dapat dicabut, yang artinya seburuk apapun perlakuan yang telah
dialami oleh seseorang atau betapa kejamnya perlakuan seseorang, ia tidak otomatis
dikatakan bukan manusia lagi dan karena itu hak-hak tersebut tetap melekat padanya
sebagai insan manusia.2
Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan
cerminan kuat tekad bangsa Indonesia untuk lepas dari penjajahan. Demikian pula

1
Katrin Atmadewi, “Eksistensi Hak Individu dalam Bernegara Kajian Filosofis Pemikiran Robert Nozick dalam
Kehidupan Bernegara,” Skripsi Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1.
2
Rhona K. M. Smith, et. al., eds, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: PUSHAM UII, 2008), hal. 11.

1
dengan sisi pengakuan hak-hak asasi rakyat Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Di dalam kumpulan hak asasi itu terdapat
hak yang sifatnya memerlukan partisipasi aktif dari rakyat dalam aktivitas tertentu,
misalnya dalam konteks pemerintahan, rakyat bisa berhimpun dalam sebuah partai
politik, atau dapat juga secara aktif turut berpartisipasi dalam pengawasan
pelaksanaan dan perlindungan hak yang diatur dalam konstitusi. Negara Indonesia
secara yuridis memberikan pengaturan kemerdekaan dalam berserikat dan berkumpul,
serta menyatakan pendapat dalam konstitusinya yang telah mengalami amandemen
melalui Pasal 28 NRI UUD 1945.3 Kemudian negara memberikan jaminan yang lebih
tegas dalam pasal 28E ayat (3) mengenai hak bagi setiap orang untuk kebebasan
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapatnya.4 Oleh karena itu kebebasan
berserikat guna membentuk partai politik dan organisasi massa sudah barang pasti
merupakan hal yang sangat dilindungi dalam konstitusi negara yang menganut
demokrasi konstitusional.5
Kebebasan berserikat bukan berarti dapat dilakukan dalam arti sebebasnya.
Sebuah pemberian pembatasan dinilai perlu untuk dilakukan guna memberikan
jaminan-jaminan untuk keamanan nasional dan keselamatan negara, mencegah
kejahatan dan melindungi kesehatan dan moral, serta melindungi hak dan kebebasan
lainnya yang terkandung dalam masyarakat demokratis. Pembatasan yang diberikan
harus ditafsirkan secara ketat bahwa pembatasan itu harus diatur dalam aturan hukum,
harus dilakukan untuk mencapai tujuan dalam masyarakat demokratis semata dan
harus benar–benar dibutuhkan sesuai proposional kebutuhan sosial.

3
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Pasal.28.
4
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Pasal.28 ayat (3).
5
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hal.

2
2. Rumusan Masalah
1. apa pengertian pembubaran dan parpol?
2. Apa alasan pembubaran parpol?
3. Siapa pemohon dan termohon dan bagaimana isi permohonan?
4. Apa yang di maksud partai politik yang dimohonkan pembubaran sebagai
termohon?
5. Bagaimana proses persidangan?
6. Bagaimana putusan dan akibat hukum putusan?

3. Tujuan
Untuk mengetahui apa definisi pembiayaan mudharabah dan pembiyaan
musyarakah serta mengetahui bagaimana sistem bagi hasil dalam pembiayaan
mudharabah dan pembiayaan musyarakah.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. PEMBUBARAN DAN PARTAI POLITIK
1. Pengertian Pembubaran
Pembubaran adalah proses hukum yang dilakukan oleh pemerintah atau
otoritas yang berwenang untuk mengakhiri keberadaan suatu organisasi atau
kelompok secara resmi. Dalam konteks partai politik, pembubaran dapat terjadi
ketika partai tersebut melanggar hukum atau aturan yang ditetapkan oleh
pemerintah, seperti pelanggaran undang-undang tentang keamanan nasional atau
keuangan.
Pembubaran partai politik dapat dilakukan oleh pemerintah melalui
mekanisme hukum yang berbeda-beda di setiap negara. Di Indonesia, proses
pembubaran partai politik diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
tentang Partai Politik.6 Pasal 21 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa
partai politik dapat dibubarkan jika melanggar ketentuan yang diatur dalam
undang-undang tersebut atau melakukan kegiatan yang bertentangan dengan
Pancasila, UUD 1945, atau negara Kesatuan Republik Indonesia.
Setelah dilakukan pembubaran, partai politik tidak lagi diperbolehkan
melakukan kegiatan politik dan harus menghentikan seluruh kegiatan organisasi.
Selain itu, aset partai politik akan disita dan dibubarkan sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.
Pembubaran partai politik dapat menjadi kontroversial karena dapat
menimbulkan isu kebebasan berorganisasi dan kebebasan berpendapat. Oleh
karena itu, pemerintah harus memastikan bahwa pembubaran partai politik
dilakukan secara objektif dan sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku.
 Pasal 41 UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik Bab XVII Pembubaran
Dan Penggabungan Partai Politik, Partai Politik akan bubar apabila:
a. membubarkan diri atas keputusan sendiri;
b. menggabungkan diri dengan Partai Politik lain; atau
c. dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi.
 Pasal 44 UU No. 2 Tahun 2008 (1) Pembubaran Partai Politik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41 di beritahukan kepada Menteri. (2) Menteri

6
https://ditjenpp.kemenkumham.go.id/.

2
mencabut status badan hukum Partai Politik sebagaimana dimaksud dimaksud
pada ayat (1).
 Pasal 45 UU No. 2 Tahun 2011 : Pembubaran Partai Politik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41 diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia oleh Kementerian.

2. Pengertian Partai Politik


Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan
kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan
politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijaksanaan-
kebijaksanaan mereka.7
Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai
Politik dinyatakan bahwa, partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional
dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar
kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela
kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Partai politik merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem politik
demokrasi. Oleh karena itu, mendirikan dan menjadi anggota partai politik yang
secara universal diakui sebagai pilar utama demokrasi, adalah hak asasi bagi
setiap orang yang dijamin oleh UUD 1945. Oleh karena itu, partai politik jangan
hanya menjadi kendaraan politik bagi segelintir orang untuk meraih sukses.
Partai politik memiliki beberapa fungsi dalam sistem politik, yaitu:
a. Menyediakan pilihan politik bagi masyarakat
b. Mendorong partisipasi warga dalam kegiatan politik
c. Merepresentasikan kepentingan masyarakat di dalam pemerintahan
d. Menjaga stabilitas politik dan mendukung keamanan nasional
e. Menciptakan jembatan antara pemerintah dan masyarakat

Partai politik dapat berperan dalam memperkuat sistem demokrasi dengan


menyediakan pilihan politik dan mendorong partisipasi warga dalam kegiatan

7
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, PT Gramedia, Jakarta, 1985, hal 160-161.

3
politik. Namun, partai politik juga dapat menimbulkan masalah, seperti korupsi,
penggunaan kekerasan dalam politik, atau mengabaikan kepentingan masyarakat.
Oleh karena itu, partai politik harus diawasi oleh pemerintah dan masyarakat
untuk memastikan bahwa mereka menjalankan kegiatan politik dengan transparan,
jujur, dan bertanggung jawab. Partai politik juga harus mematuhi undang-undang
dan peraturan yang berlaku serta berkomitmen untuk memajukan kepentingan
masyarakat secara keseluruhan. Adapun kewenangan mk terhadap pembubaran
parpol tertera pada pasal 24 C UUD 1945 jo Pasal 19 ayat (1) UU kekuasaan
kehakiman jo. Pasal 10 ayat 1 UU MK.

3. Pemohon dan Termohon


a. Pemohon
Pasal 68 ayat ( 1 ) Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2003, menentukan
bahwa pemohon dalam perkara pembubaran partai politik adalah pemerintah, yaitu
pemerintah pusat. Namun tidak ditentukan instansi mana yang mewakili
pemerintah pusat tersebut. Menurut hakim konsitusi Maruarar Siahaan, mengingat
pemerintahan pusat di pimpin oleh presiden, maka departemen pemerintahan yang
akan mewakili pemerintah untuk mengajukan pemohonan pembubaran partai
politik harus dengan penunjukkan atau didasarkan oleh surat kuasa presiden.
Sebagai pemohon, sebaiknya adalah instansi yang disatu sisi memiliki data dan
memahami persoalan kepartaian sehingga dapat menentukan saat suatu partai
politik telah melakukan pelanggaran yang diancam dengan sanksi pembubaran.
Disisi lain, pemohon juga harus menguasai persoalan hukum dan mekanisme
beracara di peradilan. Kemudian, pasal 3 ayat ( 1 ) PMK Nomor 12 Tahun 2008
menyatakan bahwa Pemohon adalah Pemerintah yang dapat diwakili oleh Jaksa
Agung dan/atau Menteri yang ditugasi oleh Presiden. Pemberian hak mengajukan
permohonan pembubaran partai politik hanya kepada pemerintah adalah untuk
mencegah terjadinya saling menuntut pembubaran di antara partai politik yang ada.
Namun demikian, permasalahan yang muncul adalah jika yang melakukan
pelanggaran adalah partai yang sedang memerintah. Untuk itu di masa yang akan
dating perlu dipertimbangkan hak mengajukan permihonan pembubaran partai
politik juka diberikan kepada anggota DPR dan /atau anggota DPD. Namun harus
pula dibatasi dengan menyaratkan jumlah tertentu sehingga mewakili pendapat
banyak kelompok serta berdasarkan bukti – bukti awal yang kuat.

4
b. Termohon
Dalam Pasal 3 ayat ke ( 2 ) dan ( 3 ) PMK Nomor 12 Tahun 2008 dijelaskan
bahwa termohon adalah partai politik yang diwakilkan oleh pimpinan partai politik
yang dimohonkan untuk dibubarkan dan termohon yang sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 2 ) dapat didampingi atau diwakili oleh kuasa hukumnya.

c. Isi Surat Permohonan


Berdasarkan Pasal 4 PMK Nomor 12 Tahun 2008, Permohonan harus
ditandatangani oleh Pemohon atau Kuasanya, Permohonan sekurang – kurangnya
memuat, sebagai berikut :

a. Identitas lengkap pemohon dan kuasanya jika ada, yang dilengkapi


dengan surat kuasa khusus.
b. Uraian yang jelas tentang ideologi, asas, tujuan, program dan kegiatan
partai politik yang dimohonkan pembubaran yang dianggap bertentangan dengan
UUD 1945.

Alat – alat bukti yang mendukung permohonan. Permohonan perkara


pembubaran partai politik yang diterima Mahkamah Konstitusi dicatat dalam Buku
Registrasi Perkara konstitusi. Mahkamah konstitusi menyampaikan permohonan
yang sudah dicatat tersebut kepada partai politik yang bersangkutan dalam waktu
paling lambat 7 hari sejak pencatatan dilakukan. Karena tidak diatur secara khusus.
Proses pemeriksaan persidangan selanjutnya mengikuti hukum acara mahkamah
konstitusi yang meliputi pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan persidangan, dan
putusan.

4. Partai politik yang dimohonkan pembubaran sebagai termohon


Dalam praktiknya di Indonesia, pengawasan terhadap partai politik dilakukan
melalui dua cara, yakni melalui pemilu dan melalui pembubaran partai politik.
Berkenaan dengan pembubaran partai politik, Mahkamah Konstitusi (MK) yang
lahir pada tahun 2003 berdasar Pasal 25 C ayat (1) UUD NRI 1945 telah diberi
mandat oleh konstitusi untuk membubarkan partai politik. Secara umum alasan
pembubaran partai politik oleh MK adalah karena partai politik telah melakukan
kegiatan yang bertentangan dengan Pancasila, UUD NRI 1945, menggangggu
NKRI dan terbukti menyebarkan faham komunisme dan leninisme.7 Sesuai

5
dengan Pasal 68 ayat (1) UU No 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi,
pemohon dalam pembubaran partai politik adalah pemerintah8 dan termohonnya
adalah partai politik.
Peran tunggal kepada pemerintah sebagai pemohon pembubaran partai politik
juga dirasa bermasalah jika dibenturkan dengan prinsip-prinsip dasar demokrasi
dan dikhawatirkan dapat menjadi alat penyalahgunaan kekuasaan oleh
pemerintah. Sebagai contoh, bukan tidak mungkin pemerintah melindungi partai
politik pemerintah yang terindikasi bermasalah, ataupun sebaliknya pemerintah
mengusulkan pembubaran partai politik yang menjadi lawan dari partai politik
pemerintah.
Partai politik yang dimohonkan pembubaran ke MK meliputi baik partai
politik lokal maupun partai politik nasional. Di dalam UU MK tidak disebutkan
kedudukan partai politik yang dimohonkan pembubarannya. Namun dalam PMK
nomor 12 tahun 2008 dalam pasal 3 ayat 2 dinyatakan bahwa termohon adalah
partai politik yang diwakili oleh pimpinan partai politik yang dimohonkan untuk
dibubarkan. Dengan demikian kedudukan partai politik yang dimohonkan
pembubaran adalah sebagai termohon. Partai politik tersebut didampingi atau
diwakili oleh kuasa hukumnya.
Di Indonesia, larangan-larangan terhadap tindakan yang tidak semestinya
dilakukan oleh partai politik yang apabila dilanggar maka partai politik tersebut
akan mendapatkan sanksi telah secara jelas diatur di dalam UU No 2. Tahun 2008
joUU No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik. Pasal 40 UU tersebut
menyebutkan18:
(1) Partai Politik dilarang menggunakan nama, lambang, atau tanda gambar yang
sama dengan:
a. bendera atau lambang negara Republik Indonesia;
b. lambang lembaga negara atau lambang Pemerintah;
c. nama, bendera, lambang negara lain atau lembaga/badan internasional;
d. nama, bendera, simbol organisasi gerakan separatis atau organisasi
terlarang;
e. nama atau gambar seseorang; atau
f. yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
nama, lambang, atau tanda gambar Partai Politik lain.

6
(2) Partai Politik dilarang:
a. melakukan kegiatan yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan peraturan perundangundangan;
b. melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan dan keselamatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(3) Partai Politik dilarang:
a. menerima dari atau memberikan kepada pihak asing sumbangan dalam
bentuk apapun yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
b. menerima sumbangan berupa uang, barang, ataupun jasa dari pihak mana
pun tanpa mencantumkan identitas yang jelas;
c. menerima sumbangan dari perseorangan dan/atau perusahaan/badan
usaha melebihi batas yang ditetapkan dalam peraturan perundangundangan;
d. meminta atau menerima dana dari badan usaha milik negara, badan usaha
milik daerah, dan badan usaha milik desa atau dengan sebutan lainnya;atau
e. menggunakan fraksi di Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota sebagai sumber pendanaan
Partai Politik.
(4) Partai Politik dilarang mendirikan badan usaha dan/ atau memiliki saham
suatu badan usaha.
(5) Partai Politik dilarang menganut dan mengembangkan serta menyebarkan
ajaran atau paham komunisme/Marxisme-Leninisme

Berkenaan dengan sanksi pembubaran, partai politik hanya dapat dibubarkan oleh
Mahkamah Konstitusi apabila ideologi, asas, tujuan, program partai politik
bertentangan dengan UUD NRI 1945; dan/atau kegiatan partai politik
bertentangan dengan UUD NRI Tahun 1945 atau akibat yang ditimbulkannya
bertentangan dengan UUD NRI 1945.8

8
https://media.neliti.com/media/publications/96758-ID-urgensi-perluasan-permohonan-pembubaran.pdf

7
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
-------

8
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai