KREDIT INSTANSI
(Analisis Terhadap Pemberian Kredit Instansi di Bank BPD DIY)
SKRIPSI
Oleh:
TENI SUSANTO
No. Mahasiswa: 14 410 642
FAKULTAS HUKUM
YOGYAKARTA
2021
PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH DALAM PEMBERIAN
KREDIT INSTANSI
SKRIPSI
OLEH:
TENI SUSANTO
FAKULTAS HUKUM
YOGYAKARTA
2021
i
HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR PRA PENDADARAN
KREDIT INSTANSI
Pada Tanggal
Yogyakarta,
(Abdurahhman Al-Faqih,S.H.,MA,LLM)
ii
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR
1. Ketua : ………………
2. Anggota : ………………
3. Anggota : ………………
Mengetahui;
Fakultas Hukum
Dekan,
iii
SURAT PERNYATAAN TELAH MELAKUKAN REVISI/PERBAIKAN
TUGAS AKHIR
Yogyakarta, 2021
Saya,
Teni Susanto
Menyetujui:
Telah melakukan revisi / perbaikan tugas akhir
1. …………………………………… …………………
2. …………………………………… …………………
Mengetahui:
iv
CURRICULUM VITAE
7. Identitas Orangtua :
a. SD : SD Negeri Duwet 01
b. SMP : SMP Negeri 27 Surakarta
c. SMA : SMA Batik 1 Surakarta
9. Hobby : Bisnis, Olahraga, Travelling, dan Kuliner
TENI SUSANTO
v
MOTTO
~Qs. Al-Insyirah 5~
Merendahkan Dirimu”
~Baim Wong~
~Teni Susanto~
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan segala rasa syukur atas segala berkat dan ridha Allah Ta’ala,
Dan,
vii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Indonesia yang telah melakukan penulisan Karya Tulis Ilmiah (Tugas Akhir)
Karya ilmiah ini saya ajukan kepada Tim Penguji dalam Ujian Pendadaran yang
diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia.
1. Bahwa karya tulis ilmiah ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri
yang dalam penyusunan tunduk dan patuh terhadap kaidah, etika, dan
norma-norma penulisan sebuah karya ilmiah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
2. Bahwa saya menjamin hasil tugas akhir yang dapat dikategorikan sebagai
karya ilmiah yang benar-benar asli (original), bebas dari unsur-unsur
“penjiplakan karya ilmiah (plagiasi)”;
viii
3. Bahwa meskipun secara prinsip hak milik atas karya ilmiah ini ada pada
saya, namun demi kepentingan-kepentingan yang sifatnya akademik dan
pengembangannya, saya memberikan kewenangan kepada perpustakaan
Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia dan perpustakaan-
perpustakaan di lingkup Universitas Islam Indonesia untuk mempergunakan
karya ilmiah ini.
Selanjutnya, berkaitan dengan hal-hal tersebut diatas, terutama pada poin 1 (satu)
dan poin 2 (dua) maka saya sanggup menerima sanksi baik administratif, akademik,
bahkan sanksi pidana jika saya terbukti secara kuat dan meyakinkan telah
melakukan perbuatan yang menyimpang dari pernyataan tersebut. Saya juga akan
Universitas Islam Indonesia yang ditunjuk oleh Pimpinan Fakultas, apabila tanda-
tanda plagiat disinyalir terjadi pada karya ilmiah saya ini oleh pihak Fakultas
kondisi sehat jasmani dan rohani, dengan sadar serta tidak ada tekanan dalam
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas rahmat, ridho, dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta
salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Agung, Muhammad SAW melalui
petunjuknya yang membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Adapun judul yang diangkat oleh penulis
Skripsi ini murni ditulis oleh penulis sendiri dengan menggunakan data dari
berupaya semaksimal mungkin agar dapat memenuhi harapan semua pihak, namun
penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata baik bahkan sempurna.
x
Selanjutnya dengan segala kerendahan, ketulusan, keikhlasan hati dan dengan tidak
1. Bapak Abdul Jamil, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Islam Indonesia;
3. Kedua orang tua yang selalu ada buat penulis untuk memberikan doa,
menyelesaikan skripsi;
5. Pihak Bank BPD DIY Kantor Pusat, khususnya kepada Ibu Elva & Bapak
6. Ririd Yunita selaku sahabat terbaik penulis yang selalu memberi motivasi,
7. Sahabat saya Hendra, Farand, Roman, Raka, Rito, Rizki yang selalu
xi
8. Teman-teman mahasiswa Fakultas Hukum Angkatan 2014 atas
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
imbalan anugerah dari Allah SWT. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat terbuka untuk diberikan
kritik dan saran dari para pembaca, serta penulis berharap semoga nilai positif dari
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis,
TENI SUSANTO
xii
DAFTAR ISI
MOTTO ............................................................................................................. vi
xiii
1. Pengertian Perbankan .................................................................. 10
F. Definisi Operasional................................................................................ 22
4. Jenis-Jenis Perbankan.................................................................. 34
xiv
5. Fungsi dan Tujuan Perbankan ..................................................... 37
Nasional....................................................................................... 71
Nasabah ....................................................................................... 79
xv
1. Pengertian Kredit Bermasalah..................................................... 83
Kredit Instansi Ketika Debitor dipecat dan/atau Meninggal Dunia ........ 142
xvi
1. Hambatan Bank BPD DIY Kantor Pusat dalam Penerapan
xvii
ABSTRAK
Kata kunci: Prinsip Mengenal Nasabah, Kredit Instansi, Kredit Tanpa Jaminan
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
mengalami perkembangan yang pesat. Jika melihat masa lampau maka tidak akan
menemukan sebuah sistem keuangan, karena pada masa lampau sistem keuangan
belum dikenal. Dalam praktek jual beli misalnya, dahulu hanya dikenal dengan
sistem barter atau masih tukar menukar barang. Sangat berbeda dengan masa kini,
keuangan itu sendiri, sesuai dengan arus pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
suatu bangsa kini lembaga keuangan turut tumbuh dengan berbagai alternatif jasa
yang ditawarkan.
Lembaga keuangan pada dasarnya terdiri atas lembaga keuangan bank dan
lembaga keuangan non-bank. Pada penelitian ini, yang akan dibicarakan adalah
definisi mengenai perbankan yang pada intinya yaitu segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.1 Peran bank sangatlah vital dalam
1
Lihat Pasal 1 angka 1 UU Perbankan
1
2
dana.2
Kegiatan yang paling utama dilakukan oleh bank adalah menyerap dana dari
antara pihak yang kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak yang kekurangan
dana (luck of funds).3 Bank dalam menyalurkan dana salah satunya dalam bentuk
pemberian kredit, setiap bank memiliki fasilitas pemberian kredit yang bermacam-
Saat ini, dalam pemberian kredit bank, ada yang menggunakan jaminan dan ada
pihak bank atau kreditor dengan nasabah atau debitor, yang nantinya tentu akan ada
bunga yang harus dibayarkan oleh debitor atau nasabah. Hal tersebut sesuai dengan
dalam praktek perbankan dikenal dengan istilah analisis atau penilaian tentang
layak tidaknya suatu nasabah diberikan fasilitas kredit oleh bank. Bank pada
2
Lihat Pasal 1 angka 2 UU Perbankan
3
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta, 2006, hlm. 3
4
Lihat Pasal 1 angka 11 UU Perbankan
3
mengenal nasabah, pada dasarnya tidak diatur dalam undang-undang karena pada
memberikan dasar hukum mengenai prinsip mengenal nasabah yakni dalam Pasal
disebutkan dalam Pasal 2 dalam peraturan yang sama dengan yang telah disebutkan
di atas, bahwa: “Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib menerapkan
Nasabah”.6 Atas dasar peraturan-peraturan tersebut di atas, maka Bank BPD DIY
Pusat sebagai salah satu bank umum yang menjalankan kegiatan usahanya melalui
5
Pasal 1 angka 5 POJK Nomor 22/POJK.04/2014 tentang Prinsip Mengenal Nasabah Oleh
Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal
6
Pasal 2 POJK Nomor 22/POJK.04/2014 tentang Prinsip Mengenal Nasabah Oleh
Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal
4
nasabah, selain dalam rangka menerapkan prinsip kehati-hatian agar bank selalu
dalam tingkat kesehatan yang baik, maka juga mempunyai tujuan untuk mencegah
Sebagai salah satu bank umum, maka Bank BPD DIY Pusat berkewajiban
dalam pemberian kredit. Bank BPD DIY Pusat menyediakan berbagai fasilitas
kredit salah satunya kredit instansi. Kredit instansi di Bank BPD DIY Pusat adalah
salah satu kredit tanpa agunan. Nasabah yang hendak mengambil fasilitas kredit
instansi di Bank BPD DIY Pusat tidaklah dimintai agunan, karena dalam praktek
pegawai atau karyawan yang gajinya dibayarkan melalui rekening Bank BPD DIY
kredit, Bank BPD DIY secara otomatis akan mengambil dari rekening nasabah yang
bersangkutan.
Kredit instansi yang tanpa agunan tersebut dapat berjalan karena prinsip
mengenal nasabah itu harus benar-benar dapat diterapkan. Hal tersebut dikarenakan
kredit instansi tentunya sangat beresiko karena tidak adanya agunan yang
dijaminkan. Padahal dilain sisi, keberadaan agunan itu penting karena sebagai salah
satu dari yang harus di nilai oleh bank sebelum pemberian kredit terhadap nasabah.
Hal ini dikarenakan dalam rangka menanggung pembayaran kredit jika terjadi
kredit macet, maka calon debitur umumnya wajib menyediakan jaminan berupa
5
agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang nilai minimal sebesar
memaksakan pembayaran atas kredit yang telah diberikannya.8 Pada KUH Perdata
dikenal dua macam jaminan, yaitu jaminan umum dan jaminan khusus.9 Mengenai
jaminan khusus diatur pada Pasal 1132 KUH Perdata sebagaimana fungsinya ialah
solusi untuk menghindari terjadinya resiko atau kelemahan yang ada pada jaminan
umum.10 Sedangkan, jaminan umum diatur dalam Pasal 1131 KUH Perdata yang
menyebutkan: “Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak
bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari,
Apabila dipahami lebih lanjut, fungsi agunan atau jaminan tentunya sangat
kredit itu didapatkan oleh masyarakat. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya
fasilitas kredit tanpa agunan seperti dalam wujud kredit instansi yang disediakan
7
Uswatun Hasanah, Hukum Perbankan, Setara Press, Malang, 2017, hlm. 73
8
Badriyah Harun, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah, Ctk. Pertama, Pustaka
Yustisia, Yogyakarta, 2010, hlm. 67
9
Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit : suatu Tinjauan di Bidang Yuridis,
Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hlm. 197
10
Riky Rustam, Hukum Jaminan, Ctk. Pertama, UII Press, Yogyakarta, 2017, hlm. 73
11
Lihat Pasal 1131 KUH Perdata
6
oleh Bank BPD DIY Pusat sebagaimana telah dijelaskan di atas. Pemberian kredit
secara umum dalam prosesnya sudah pasti terdapat penilaian atau analisis yang
dijalankan pihak bank untuk menilai layak tidaknya suatu nasabah itu menerima
kredit termasuk memastikan bahwa prinsip mengenal nasabah itu telah secara nyata
diterapkan oleh bank, terlebih dalam hal pemberian kredit instansi yang tanpa
agunan tentunya bank akan sangat berhati-hati dan memastikan bahwa prinsip
nasabah itu sangat penting mengingat kredit instansi yang tanpa agunan dan hanya
mengandalkan gaji pokok debitor sebagai pegawai atau karyawan suatu instansi
yang dibayarkan melalui rekening Bank BPD DIY, sehingga Bank BPD DIY dapat
debitor membayar cicilan kreditnya. Maka ketika debitor itu dipecat dan/atau
meninggal dunia tentunya tidak akan ada lagi gaji yang diterima debitor yang
bersangkutan, yang juga akan berdampak kepada Bank BPD DIY karena tidak
dapat lagi memotong saldo rekening debitor yang bersangkutan karena telah dipecat
atau meninggal dunia sehingga tidak ada lagi sumber pendapatan yang masuk ke
rekening tersebut.
Sementara di lain sisi, tidak ada jaminan yang dapat dicairkan oleh bank
untuk membayar atau menutup sisa kredit debitor yang bersangkutan. Terlebih,
ditengah situasi Pandemi Covid-19 yang membuat naiknya jumlah pegawai atau
membayar cicilan kredit. Ketika itu terjadi, tentunya resiko kredit dapat terjadi dan
7
akan membuat kreditor jatuh ke dalam ancaman kerugian karena kredit itu gagal
bayar atau macet, sementara kreditor tidak memegang agunan untuk di eksekusi
guna pembayaran sisa kredit macet tersebut. Semakin banyak kredit macet di bank,
sehingga diperlukan penerapan prinsip mengenal nasabah yang ketat pada analisis
pemberian kredit instansi. Atas dasar uraian di atas, prinsip mengenal nasabah itu
sangat penting untuk diterapkan, untuk itu penulis tertarik untuk meneliti dan
BPD DIY).
B. Rumusan Masalah
2. Bagaimana mekanisme hukum yang dijalankan Bank BPD DIY selaku kreditor
dunia?
8
C. Tujuan Penelitian
dijalankan Bank BPD DIY selaku kreditur dalam pemberian kredit instansi
D. Orisinalitas Penelitian
beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan judul penelitian yang hendak
Indonesia Fakultas Hukum. Hasil penelitiannya adalah Bank BPD DIY Cabang
kredit dengan jaminan SK ASN dan Bank BPD DIY Cabang Pembantu
Ngaglik telah menyiapkan perlindungan hukum ketika resiko kredit itu terjadi.
DIY Pusat dan fokus penelitian yang akan peneliti lakukan adalah terhadap
kredit. Hal tersebut tentunya berbeda dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan, karena penelitian yang akan peneliti lakukan adalah penerapan prinsip
nasabah sudah diterapkan mulai dari tahap calon anggota membuka rekening
yang akan peneliti lakukan, penelitian peneliti akan dilakukan di Bank BPD
DIY dan obyeknya adalah perjanjian kredit instansi, bukan pembiayaan seperti
E. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Perbankan
a. Pengertian Perbankan
12
Lihat Pasal 1 angka 1 UU Perbankan
11
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.13 Bank
terdiri atas bank umum dan bank perkreditan rakyat. Bank umum adalah bank
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.15
b. Fungsi Perbankan
perbankan atau bank tersebut diatas. Apabila merujuk pada definisi diatas,
13
Lihat Pasal 1 angka 2 UU Perbankan
14
Lihat Pasal 1 angka 3 UU Perbankan
15
Lihat Pasal 1 angka 4 UU Perbankan
12
yang berasal dari dalam kota (clearing), penagihan surat berharga yang
berasal dari luar kota atau luar negeri (inkaso), letter of credit, safe
2. Kredit Perbankan
a. Pengertian Kredit
dari bank adalah merupakan seorang yang mendapat kepercayaan dari bank.
Hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi dasar pemberian kredit oleh bank
16
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm 4
13
dasar aturan perjanjian pada umumnya yaitu sebagaimana dalam Buku Ketiga
KUH Perdata tentang perikatan. Pengertian perjanjian dalam Pasal 1313 KUH
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih”.18 Perjanjian kredit tersebut, sah atau tidaknya tetap harus berdasarkan
kriteria tertentu. Pada proses pemberian kredit, bank akan melakukan analisis
atau penilaian yang dilakukan bank dalam rangka pemberian kredit tersebut
17
Hermansyah, Op. Cit, hlm. 57
18
Lihat Pasal 1313 KUH Perdata
19
Lihat Pasal 1320 KUH Perdata
14
secara sederhana berarti bank tengah mencari alasan atau dasar mengapa harus
kredit tersebut.
lain:20
dan nasabah bank. Bank berusaha dari dana masyarakat yang disimpan
20
Neni Sri Imaniyati, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, Refika Aditama, Bandung,
2010, hlm. 16
15
Kredit tanpa agunan adalah kredit yang dikenal dengan sebutan kredit
21
Ni Made Arini, Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, S.H.,MH, dan Dr. I Wayan
Wiryawan, SH.,MH, “Penyelesaian Permasalahan Kredit Tanpa Agunan (UMKM) di Denpasar”,
Jurnal Hukum, Magister Kenotariatan Universitas Udayana, 2017, hlm. 125
16
Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI), Peraturan Bank Indonesia (PBI),
Peraturan OJK (POJK), dan ketentuan perjanjian yang terdapat dalam KUH
diatur dalam Pasal 1754-1760, praktek mengenai kredit tanpa agunan secara
tersebut secara tidak langsung, berarti lebih menganut kepada jaminan yang
bersifat non-fisik, artinya bahwa pemberian kredit dapat dilakukan oleh bank
diperjanjikan.23
22
Ibid,
23
Ibid,
17
satu prinsip yang penting diterapkan adalah prinsip mengenal nasabah. Prinsip
ini pada dasarnya adalah prinsip yang berfungsi untuk mengetahui identitas
kepada nasabah bank biasa (face to face customer) maupun nasabah tanpa
24
Neni Sri Imaniyati, Op. Cit, hlm. 16-18
25
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm. 210
26
Asep Rozali, “Prinsip Mengenal Nasabah dalam Praktik Perbankan”, Jurnal Hukum
Sekolah Tinggi Hukum Bandung, 2011, hlm. 304
18
Principles).
5. Kredit Bermasalah
kredit. Terlebih dalam praktek kredit tanpa agunan, peluang resiko kredit
menjadi semakin lebar. Oleh karena itu, kredit yang tidak berjalan lancar ini
resiko yang terkandung dalam sebuah pemberian kredit oleh bank, resiko
tersebut berupa keadaan dimana kredit tidak dapat kembali tepat pada
waktunya.27
mengingkari janjinya membayar bunga dan/atau kredit induk yang telah jatuh
tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada
konsep perbankan, definisi kredit bermasalah adalah kredit yang berada pada
27
Hermansyah, Op. Cit, hlm. 75
28
Bekti Kristiantoro, “Pelaksanaan Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Jaminan Hak
Tanggungan Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Semarang”, Tesis, Magister
Kenotariatan Universitas Semarang, 2006, hlm. 58
19
perjanjian kredit itu bermasalah. Bank harus segera mengambil tindakan. Hal
tersebut dikarenakan, dampak dari kredit bermasalah itu sangatlah besar dan
bermasalah.30
29
Mahmoeddin, Dasar-Dasar Kredit BPR, Quantum, Bandung, 2010, hlm. 3
30
Badriyah Harun, Op. Cit, hlm. 114
31
Siswanto Sutojo, Menangani Kredit Bermasalah, Damar Mulia Pustaka, Jakarta, 2008,
hlm. 25
20
penyelamatan kredit melalui jalur hukum dapat dilakukan dengan cara seperti
memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu
tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian
32
Badriyah Harun, Op. Cit, hlm. 118-120
33
Ibid, hlm. 121-125
34
Hartono Hadi Saputro, Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Liberty,
Yogyakarta, 1984, hlm. 50
35
Lihat Pasal 1131 KUH Perdata
21
apabila di antara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk
dan pelunasan kredit. Apabila debitur lalai melunasi kredit yang diberikan
b. Macam-macam jaminan
pada dasarnya jaminan itu ada 2 (dua) yaitu jaminan umum dan jaminan
semua kreditor yang menyangkut semua harta kekayaan debitor.38 Dari definisi
36
Lihat Pasal 1132 KUH Perdata
37
Nita Putri Yadiarsih, “Kredit Dengan Jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri di Bank
Rakyat Indonesia Cabang Karanganyar”, Jurnal Hukum, Edisi No. 1 Vol. 2, Fakultas Hukum
Universitas Slamet Riyadi, 2016, hlm. 10-12
38
Frieda Husni Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata Hak-Hak Yang Memberikan
Jaminan Jilid 2, Indo Hill-Co, Jakarta, 2005, hlm. 8
22
untuk kreditor tertentu, akan tetapi hasil dari penjualan benda yang menjadi
jaminan akan dibagi secara seimbang untuk seluruh kreditor sesuai dengan
jaminan khusus adalah untuk menutupi kelemahan yang ada pada jaminan
umum. Jaminan khusus sendiri terbagi ke dalam 2 (dua) hal, yaitu jaminan
F. Definisi Operasional
menyelaraskan pandangan atau konsepsi materiil yang ada pada penelitian ini.
1. Penerapan
kata ‘penerapan’ persis dengan pengertian tersebut diatas. Maksudnya adalah, pada
penelitian ini akan dikaji mengenai penerapan suatu prinsip yakni prinsip mengenal
nasabah.
39
https://www.legalku.com/hukum-jaminan-dalam-indonesia/ terakhir diakses pada 01
Desember 2020 Pukul 20.47 WIB
40
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terdapat dalam https://kbbi.web.id/terap-2
terakhir diakses pada 01 Desember 2020 Pukul 22.03 WIB
23
adalah, pada penelitian ini yang akan dikaji ialah mengenai kebijakan atau
kredit instansi.
3. Perjanjian
Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.42 Pengertian perjanjian ini
sesuai dengan yang dimaksudkan pada penelitian ini, yang mana adanya perjanjian
4. Kredit Instansi
Kredit instansi lebih dikenal dengan kredit pegawai. Kredit instansi atau
kredit pegawai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kredit instansi atau
instansi atau kredit pegawai adalah Bank BPD DIY, yang menamakan produknya
41
Neni Sri Imaniyati, Loc. Cit
42
Lihat Pasal 1313 KUH Perdata
43
http://www.bpddiy.co.id/index.php?page=produk&sub=kreditpegawai terakhir di akses
pada 1 Desember 2020 Pukul 23.43 WIB
24
Kredit tanpa agunan adalah kredit yang dikenal dengan sebutan kredit
blanko (Insecured Loan). Kredit blanko adalah pemberian kredit tanpa jaminan
material (agunan fisik), pemberiannya sangat selektif dan ditujukan kepada nasabah
besar yang teruji bonafiditas, kejujuran dan ketaatannya dalam transaksi perbankan
maupun kegiatan usaha yang dijalaninya.44 Pada penelitian ini, maksud dari kredit
tanpa agunan sesuai dengan pengertian tersebut diatas. Artinya adalah, pada
penelitian ini sasaran penelitiannya ialah kepada kredit instansi yang tidak sama
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
BPD DIY)” menggunakan jenis penelitian empiris. Penelitian empiris adalah suatu
metode penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata
empiris pada definisi yang lain adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk
44
Ni Made Arini……, Loc. Cit
45
https://idtesis.com/metode-penelitian-hukum-empiris-dan-normatif/ terakhir di akses
pada 2 Desember 2020 Pukul 00.06 WIB
25
berlaku secara wajar dan efektif dan berfungsi secara nyata di lapangan.46 Artinya,
dalam proses penelitian nantinya peneliti akan terjun langsung ke lapangan. Jenis
nasabah dalam pemberian kredit instansi dan mekanisme hukum yang dijalankan
Bank BPD DIY selaku kreditur dalam pemberian kredit instansi ketika debitor
2. Pendekatan Penelitian
arti bahwa pada penelitian ini penulis akan memadupadankan konsep, pendapat
atau doktrin, berbagai macam dasar hukum dan peristiwa hukum yang terjadi dalam
3. Obyek Penelitian
Obyek penelitian pada penelitian ini adalah perjanjian kredit instansi atau
yang lebih dikenal dengan kredit pegawai. Perjanjian kredit instansi atau pegawai
yang dimaksud disini adalah bagi debitor yang tergolong sebagai pegawai atau
Hilman Hadikusuma, “Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum”, Cet. 1,
46
4. Subyek Penelitian
Subyek pada penelitian ini adalah perwakilan dari pihak Bank BPD DIY
Pusat. Perwakilan yang dimaksud adalah pihak-pihak yang masih terkait dengan
proses pemberian kredit instansi atau kredit pegawai di Bank BPD DIY Pusat.
penelitian dan lokasi penelitian. Pada penelitian ini, data primer akan
undangan yang berlaku dan bahan hukum lainnya yang berkaitan dengan
penelitian.
a. Data primer, pada penelitian ini data primer diperoleh dari wawancara
b. Data sekunder, pada penelitian ini data sekunder diperoleh dengan cara
7. Analisis Data
instansi. Kemudian, data sekunder yang telah dipilih tersebut diatas kemudian
dianalisis secara kualitatif dan logis. Data yang diperoleh melalui penelitian akan
dikaji secara mendalam sebagai bahan kajian yang komprehensif, dan hasil analisis
tahapan-tahapan, maka berikut ini adalah tahapan analisis data dalam penelitian ini:
H. Sistematika Penulisan
memperoleh gambaran pada hasil skripsi ini, maka akan diuraikan secara singkat
ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, orisinalitas penelitian,
penulisan; BAB II berisi mengenai tinjauan pustaka pada skripsi ini yang terdiri
atas kajian teoritis yang berfungsi sebagai pedoman dalam melakukan pembahasan
terhadap pokok masalah yang berkaitan dengan tinjauan umum tentang perbankan,
perjanjian kredit, kredit tanpa agunan, hukum jaminan dan prinsip mengenal
nasabah; BAB III berisi mengenai hasil penelitian beserta pembahasan yang
rumusan masalah; dan BAB IV merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan
JAMINAN
pembelian hasil bumi dalam negeri dan penjualan ke luar negeri serta terdapat
beberapa bank yang memegang peranan penting di Hindia Belanda. Bank yang
a. De Javasche, NV
b. De Postspaarbank
g. De Escompto Bank, NV
47
Neni Wijayanti, “Peran Customer Service dalam Meningkatkan Pelayanan Kepada
Nasabah di Bank Lampung Cabang Bandar Jaya”, Skripsi, Perbankan Syariah Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Metro, 2018, hlm. 28
29
30
Selain itu, juga terdapat bank milik orang Indonesia, dan orang asing yang
berasal dari Tiongkok, Jepang, dan Eropa. Bank-bank tersebut antara lain; NV.
Abuan Saudagar; NV Bank Boemi; The Chartered Bank of India, Australia and
China; The Yokohama Species Bank; The Matsui Bank; The Bank of China; dan
oleh pemerintah Indonesia. Hingga kini, praktik perbankan sudah sampai kepada
perbankan (banking law), yaitu seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan
perbankan juga dikenal sebagai suatu sumber hukum yang mengatur masalah-
rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak dan
kewajiban, tugas tanggung jawab para pihak yang terkait dengan bisnis perbankan,
apa yang boleh dilakukan bank, eksistensi perbankan, dan lain-lain yang berkenaan
48
Ibid, hlm. 29
49
Munir Fuady, Op. Cit, hlm. 14
31
bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses melaksanakan
norma yang tidak tertulis adalah hal-hal kebiasaan-kebiasaan yang timbul dalam
Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia. Kelima, KUH Perdata
terutama ketentuan dalam Buku II dan III mengenai jaminan kebendaan dan
50
Djoni S Gazali dan Rachmadi Usman, “Hukum Perbankan”, Edisi 1 Cet. 1, Sinar
Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 2
51
Neni Sri Imaniyati, Op. Cit, hlm. 18
32
dan mengawasi kegiatan perbankan baik bank maupun nasabah; dan mendorong
antara bank dan nasabah bank. Bank berusaha dari dana masyarakat yang
52
Ibid, hlm. 16
33
piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan
bank dengan nasabah, dan dalam rangka tukar menukar informasi antar
bank.
4. Jenis-Jenis Perbankan
berikut:
a. Dilihat dari segi bidang usahanya, yaitu Bank Umum dan Bank
pihak swasta nasional dan oleh asing. Bank yang dimiliki pemerintah
pusat maupun daerah.54 Bank Swasta Nasional, bank dimana seluruh atau
53
Uswatun Hasanah, Op. Cit, hlm. 20
54
Kasmir, Op. Cit, hlm. 21
55
Ibid, hlm. 22
36
yang ada di luar negeri, baik milik swasta atau pemerintah asing yang
modalnya dimiliki oleh warga negara asing atau badan hukum asing.56
c. Dilihat dari segi status, kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran
d. Dilihat dari segi cara menentukan harga, jenis bank jika dilihat dari segi
atau caranya dalam menentukan harga, baik harga jual maupun harga beli
56
Ibid, hlm. 23
57
Ibid, hlm. 24-25
37
bunga tertentu, penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based.
tertentu. Sistem pengenan biaya ini dikenal dengan istilah fee based;
barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah muntahiyyah
bittamlik).
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Bab II Pasal 4) tujuan perbankan adalah
sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, hal ini sebagaimana tertuang
58
Bab II Pasal 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
38
sebagainya maka juga menyalurkan dana dengan produk kredit dan sebagainya.
dana dan pemberian kredit merupakan pelayanan jasa perbankan yang utama dari
bersangkutan.63
59
Neni Sri Imaniyati, Op. Cit, hlm. 13-14
60
Kasmir, Loc. Cit
61
Pasal 1 angka 16 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
62
Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
63
Pasal 1 angka 18 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
39
Kemudian, adanya nasabah dan pihak bank dalam kegiatan usaha bisnis
bank. Hubungan hukum antara nasabah dengan bank pada dasarnya diatur oleh
berjanji kepada seseorang yang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk
melakukan suatu hal. Perjanjian tersebut menerbitkan suatu perikatan antara dua
orang yang membuatnya. Hukum perjanjian memang merupakan suatu hal yang
menjadi dasar apabila di antara dua orang akan melakukan hubungan dalam bidang
hukum. Pada hukum perjanjian diatur tentang apa yang menjadi hak dan kewajiban
dengan perjanjian kredit bank. Bentuk hubungan hukum antara bank dan nasabah
dari pengertian kredit itu sendiri. Pada kitab Undang-Undang Hukum Perdata
ternyata tidak terdapat suatu bentuk hubungan hukum khusus atau lembaga
perjanjian khusus yang namanya Perjanjian Kredit Bank.65 Oleh karena itu,
penetapan mengenai bentuk hubungan hukum antara bank dan nasabah debitor
yang disebut Perjanjian Kredit Bank itu, harus digali dari sumber-sumber di luar
64
Putra Pierson David Iroth, “Perjanjian Kredit Bank Sebagai Dasar Hubungan Hukum
Antara Bank dan Nasabah Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan”,
Jurnal Hukum, Edisi Vol. V/No. 5/Jul/2017, Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi, 2017,
hlm. 107
65
Ibid,
40
bank tersebut.66
nasabah peminjam dana sebagai debitor dalam jangka waktu tertentu, yang telah
imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.67 Hubungan antara nasabah dan bank
didasarkan pada 2 (dua) unsur yang paling berkaitan, yaitu hukum dan kepercayaan.
Suatu bank hanya bisa melakukan kegiatan dan mengembangkan banknya, apabila
yang ada pada bank tersebut. Berdasarkan kepercayaan masyarakat tersebut, bank
dapat memobilisasi dana dari masyarakat untuk ditempatkan pada banknya dan
dana, maka terdapat 2 (dua) hubungan yang lazim antara bank dan nasabah yaitu
hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana, dan hubungan hukum
antara bank dan nasabah debitur, secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
66
Sutan Remy Sjahdeini, “Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi
Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia”, Cet. Ketiga, Badan Pembina Hukum
Nasional, Jakarta, 2006, hlm. 66
67
Putra Pierson David Iroth, Loc. Cit
68
Lukman Santoso Az, “Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank”, Pustaka Yustisia,
Yogyakarta, 2011, hlm. 55
41
antara bank dan nasabah penyimpan dana, dapat terlihat dari hubungan
syarat umum yang harus dipenuhi oleh setiap nasabah penyimpan dana.70
69
Ibid, hlm. 56
70
Putra Pierson David Iroth, Loc. Cit
42
kredit, seperti kredit modal kerja, kredit investasi, atau kredit usaha kecil.
terkait.74
71
Ibid, hlm. 108
72
Lukman Santoso Az, Op. Cit, hlm. 58
73
Putra Pierson David Iroth, Loc. Cit
74
Lukman Santoso Az, Op. Cit, hlm. 62
43
oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran
maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.75 Pada
definisi yang lain, perlindungan hukum adalah suatu tindakan untuk melindungi
dikedepankan agar kepentingan para pihak dapat terlindungi karena wujud dari
75
C.S.T. Kansil, “Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia”, Balai Pustaka,
Jakarta, 1989, hlm. 102
76
Philipus M. Hadjon, “Pengantar Hukum Administrasi Indonesia”, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta, 2011, hlm. 10
77
Ibid, hlm. 4
78
Ibid, hlm. 5
79
Johannes Ibrahim, “Dilematis Penerapan UU Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga
Penjamin Simpanan antara Perlindungan Hukum dan Kejahatan Perbankan”, Jurnal Hukum,
Volume 24 Nomor 1 Tahun 2005, hlm. 43
44
undangan dalam kedudukan yang sama atau berlaku asas paritas creditorum,
preference) kepada para kreditor tersebut.80 Namun, pada perjanjian kredit juga
Kreditor separatis pada dasarnya memiliki kedudukan yang lebih aman jika
parate executie, yang artinya kreditor dalam mengeksekusi tidak perlu menunggu
jaminan hutang berupa Obyek Hak Tanggungan.81 Berdasarkan hal tersebut, maka
kedudukan kreditor itu sendiri dalam sebuah perjanjian kredit. Kreditor separatis
separatis ini dapat dimaknai sebagai hak kreditor yang benar-benar terpisah
80
Johannes Ibrahim Kosasih, “Akses Perkreditan dan Ragam Fasilitas Kredit Dalam
Perjanjian Kredit Bank”, Sinar Grafika, Jakarta, 2019, hlm. 22
81
Man S. Sastrawidjaja, “Hukum Kepailititan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang”, P.T. Alumni, Bandung, 2006, hlm. 35
82
Ibid,
45
Islam adalah agama yang diridhoi oleh Allah Swt. Nilai-nilai yang ada pada
islam selaras dengan segala kemajuan kebutuhan umat manusia. Sejak dahulu kala
hingga sekarang ini, nilai-nilai islam tetap masih selaras dengan kemajuan-
kemajuan yang terjadi di dunia dan itu diberikan jaminan langsung oleh Allah Swt
hingga akhir zaman nanti. Islam merupakan agama yang universal, hal ini
dibuktikan dengan adanya nilai-nilai islam yang menyinggung persoalan kredit atau
hutang. Islam memberikan pandangan mengenai kredit dan hutang, yang mana
kredit dalam islam secara bahasa berarti membagi atau menjadikan sesuatu
beberapa bagian.83 Secara istilah yaitu menjual sesuatu dengan cara tunda, dengan
secara tertentu.84 Sebagaimana firman Allah dalam Qs. Al-Baqarah ayat 282:85
83
Alif Ilham Akbar Fatriansyah, “Kajian Penelitian Tentang Hukum Jual Beli Kredit”,
Jurnal Ilmu Ekonomi Al-Madani, Vol. 32 No. 1, Fakultas Ekonomi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Al-Madani, Bandarlampung, 2020, hlm. 52
84
Ibid,
85
Kitab Suci Al-Qur’an
46
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,
baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian
itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu),
kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara
kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan
persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi
saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka
sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah
kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu”.
Berpedoman kepada firman Allah Swt tersebut diatas, pada dasarnya kredit
atau hutang itu boleh selama masih sesuai dengan apa yang diajarkan dalam islam.
Hutang atau kredit yang mengandung riba adalah sesuatu yang tidak diperbolehkan,
selama hutang atau kredit itu tidak mengandung riba maka dibolehkan. Majelis
Aceh Nomor 1 Tahun 2017 tentang Jual Beli Secara Kredit Menurut Syariat Islam
memberikan pandangan bahwa jual beli secara kredit termasuk bagian hutang yang
artinya transaksi suatu barang dengan harga yang ditangguhkan dan dibayar secara
cicilan atau sekaligus dalam waktu yang disepakati.86 Penjelasan ini menyatakan
bahwa kredit termasuk dalam hutang, dan sifatnya utang yaitu mengikat dan wajib
dilunasi hingga kewajiban itu terpenuhi. Pada keputusan yang lainnya, Majelis
syar’i adalah boleh. Unsur syar’i yang harus terpenuhi antara lain suatu harga dalam
aqad, tidak disyaratkan bayar bunga, tidak ada unsur gharar/tipuan dan bukan
barang ribawi.87
86
Alif Ilham Akbar Fatriansyah, Op. Cit, hlm. 54
87
Ibid, hlm. 55
47
mendapatkan dana bantuan dalam bentuk kredit. Kredit atau credit berasal dari kata
nasabah atau debitor yang mendapatkan fasilitas kredit bank sudah pasti adalah
nasabah atau debitor yang diberikan kepercayaan oleh bank.88 Kredit mempunyai
dasar bagi setiap perikatan (verbintenis) dimana seorang berhak menuntut sesuatu
dari orang sebagai jaminan, dimana seorang menyerahkan sesuatu dari orang lain
dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang diserahkan itu.89 Arti hukum
dari kredit yaitu menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan
definisi kredit, bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
88
Hermansyah, Loc. Cit
89
Johannes Ibrahim, “Cross Default & Cross Collateral dalam Upaya Penyelesaian Kredit
Bermasalah”, PT Refika Aditama, Bandung, 2004, hlm. 17
90
Ibid,
91
Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
48
dengan harapan mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama di kemudian
hari, suatu tindakan atas dasar perjanjian dimana dalam perjanjian tersebut terdapat
jasa dan balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduanya di pisahkan oleh
unsur waktu, dan suatu hak yang mana dengan hak tersebut seseorang dapat
mempergunakannya untuk tujuan tertentu dalam batas waktu tertentu serta atas
mengikuti dasar aturan perjanjian pada umumnya yaitu diatur dalam Buku Ketiga
KUH Perdata tentang perikatan. Pengertian perjanjian dalam Pasal 1313 KUH
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih”.93 Perjanjian kredit yang dibuat baik secara notarial maupun dibawah tangan
yang tunduk pada pengertian perjanjian dalam KUH Perdata serta harus memenuhi
syarat sah perjanjian Pasal 1320 KUH Perdata yaitu sepakat para pihak untuk
mengikatkan diri, cakap untuk membuat perjanjian, mengenai suatu hal tertentu dan
adalah terjanjinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh bank
92
Mahmoeddin, Op. Cit, hlm. 24
93
Pasal 1313 KUH Perdata
94
Pasal 1320 KUH Perdata
95
Hermansyah, Loc. Cit
49
biasanya telah disediakan oleh bank sebagai kreditor, sedangkan debitor hanya
dengan perjanjian baku (standart contract), yang mana dalam perjanjian tersebut
pihak debitor hanya dalam posisi menerima atau menolak tanpa ada kemungkinan
kredit yang lain seperti prinsip kehati-hatian, prinsip mengenal nasabah atau prinsip
kerahasiaan. Sejatinya, pemberian kredit adalah suatu proses yang panjang dengan
analisis kredit yang ketat. Bank tentunya tidak akan dengan mudah memberikan
fasilitas kredit kepada nasabah debitor tanpa terlebih dahulu melalui tahapan
analisis yang panjang. Pada pemberian kredit, bank wajib menerapkan prinsip
pemberian kredit sebagai salah satu prosedur analisis dalam rangka melakukan
penilaian tentang layak atau tidaknya suatu permohonan kredit itu dikabulkan.
Prinsip-prinsip pemberian kredit yang harus diterapkan antara lain seperti prinsip
kerahasiaan.
96
Muhammad Djumhana, “Hukum Perbankan di Indonesia”, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1996, hlm. 481
50
sub prinsip dalam pemberian kredit seperti prinsip 5C’s atau yang lebih dikenal
dengan the five c’s of credit, prinsip 5P dan 3R, yang dapat dijabarkan sebagai
berikut:
pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang dijalaninya, keadaan
panjang.98
97
Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, “Bank dan Lembaga Keuangan”, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 173
98
Johannes Ibrahim Kosasih, Op. Cit, hlm. 16
51
dari kondisi ekonomi ini adalah kondisi ekonomi calon debitor yang
maka bank akan menyesuaikan diri dalam pemberian kredit agar tidak
resiko kredit yang mungkin akan terjadi yang dapat diketahui dari
akan diikat suatu hak atas jaminan sesuai dengan jenis jaminan yang
99
Ibid,
100
Ibid,
52
kredit.
101
Ibid,
102
Ibid, hlm. 17
53
yang bersangkutan. Dalam hal ini dilihat dan dianalisis apakah setelah
memperoleh keuntungan.
yang diberikan calon debitor dan yang dinilai bukan saja nilai pasar
beserta kewajibannya.
103
Ibid, hlm. 18
54
dari pemberian kredit pada dasarnya adalah pertama, untuk meningkatkan daya
guna uang, maksudnya jika uang hanya disimpan di rumah saja tentu tidak akan
lalu lintas uang, uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah
memperoleh kredit, maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari
daerah lainnya. Ketiga, untuk meningkatkan daya guna barang, maksudnya ketika
debitor mendapat kredit oleh bank maka debitor dapat mengolah suatu barang yang
memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah
barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah. Kelima,
sebagai alat stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan
55
pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik
pendapatan seperti gaji bagi karyawan yang bekerja di pabrik dan membuka warung
atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya bagi masyarakat yang tinggal di
tujuan utama. Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima
oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada
yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja.
Dengan dana tersebut, maka pihak debitor akan dapat mengembangkan dan
memperluaskan usahanya. Dalam hal ini baik bank maupun nasabah sama-sama
pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan maka
semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya kucuran dana dalam
104
Kasmir, Op. Cit, hlm. 117-119
105
Ibid, hlm. 116
56
Kredit tanpa agunan adalah kredit yang dikenal dengan sebutan kredit
blanko (Insecured Loan). Kredit blanko adalah pemberian kredit tanpa jaminan
material (agunan fisik), pemberiannya sangat selektif dan ditujukan kepada nasabah
besar yang teruji bonafiditas, kejujuran dan ketaatannya dalam transaksi perbankan
maupun kegiatan usaha yang dijalaninya.106 Kredit tanpa agunan ini pada dasarnya
dapat untuk direalisasikan karena ada dasar hukumnya. Meskipun belum terdapat
Namun, dalam UU Perbankan, Surat Keputusan Bank Indonesia (SK BI), Surat
Edaran Bank Indonesia (SE BI), Peraturan Bank Indonesia (PBI), Peraturan OJK
(POJK), dan ketentuan perjanjian yang terdapat dalam KUH Perdata buku ketiga
mengenai perjanjian pada umumnya, karena perjanjian kredit adalah salah satu
mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk
melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Hal tersebut secara tidak
langsung, berarti lebih menganut kepada jaminan yang bersifat non-fisik, artinya
bahwa pemberian kredit dapat dilakukan oleh bank apabila bank mempunyai
106
Ni Made Arini, Loc. Cit
107
Ibid,
57
melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.108 Kredit tanpa jaminan ini
Perbankan, namun tidak mengatur secara khusus mengenai kredit tanpa jaminan.
Walaupun terdapat pasal yang tidak mewajibkan adanya jaminan materiil sebagai
syarat kredit, tetapi tidak ada pengaturan tersendiri mengenai kredit tanpa
dengan pemberian kredit yang terdapat dalam Pasal 8 ayat (1) yang berbunyi:
yang diperjanjikan. Sama halnya yang terdapat dalam Pasal 2 ayat (1) Surat
108
Ibid,
109
Aristmaya Widyasari, “Perlindungan Hukum Terhadap Debitur dalam Pemberian
Kredit Tanpa Jaminan”, Skripsi, Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2018, hlm. 5
58
keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang
10 Tahun 1998 terdapat dalam Pasal 1 angka 23 yang berbunyi: “Agunan adalah
jaminan tambahan yang diserahkan Nasabah Debitur kepada bank dalam rangka
Dapat dilihat dari pasal diatas bahwa agunan adalah jaminan tambahan yang
berupa barang-barang milik debitor atau bisa disebut dengan jaminan kebendaan
yang bukan merupakan hal utama dalam memberikan kredit kepada nasabah,
melainkan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta
Agunan adalah unsur pendukung, bukan merupakan unsur utama dalam pemberian
tambahan atau agunan tetapi tetap memerlukan jaminan utama yakni keyakinan
kredit. Suatu hal yang tidak mungkin dapat terjadi ketika hapusnya perjanjian kredit
110
Ibid, hlm. 6
111
Ibid,
59
ketentuan mengenai hapusnya perjanjian kredit. Namun, sesuai dengan asas lex
kredit menggunakan ketentuan dalam buku III Bab IV KUH Perdata mengenai
hapusnya suatu perikatan. Pasal 1381 KUH Perdata memuat ketentuan tentang
hapusnya perikatan.112
tertentu yang mewajibkan dilakukan sesuatu tindakan yang lebih dari hanya sekedar
hanya pihak dalam perjanjian tersebut, tetapi termasuk juga setiap individu yang
merupakan pihak ketiga di luar para pihak yang mengadakan perjanjian. Pada
112
Hartanto Hadisaputro, “Jaminan dalam Perjanjian Kredit”, Arloka, Surabaya, 2011,
hlm. 20
113
Ibid,
60
dilaksanakan.114
Bagi keadaan yang terakhir ini, Pasal 1451 dan Pasal 1452 KUH Perdata
menentukan bahwa setiap kebatalan membawa akibat bahwa semua kebendaan dan
Perdata juga memberikan alasan tertentu kepada salah satu pihak dalam perjanjian
untuk membatalkan perjanjian yang telah dibuat olehnya.115 Alasan diatas dikenal
dengan alasan subyektif, karena berhubungan dengan diri dari subjek yang
dimintakan apabila; pertama, telah terjadi kesepakatan secara palsu dalam suatu
perjanjian apabila dikarenakan telah terjadi kekhilafan, paksaan atau penipuan pada
salah satu pihak dalam perjanjian pada saat perjanjian itu dibuat (Pasal 1321 sampai
dengan Pasal 1328 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata); dan kedua, apabila
salah satu pihak dalam perjanjian tidak cakap untuk bertindak dalam hukum (Pasal
Selain itu suatu perjanjian dapat dikatakan ‘batal demi hukum’, jika terjadi
pelanggaran terhadap syarat objektif dari sahnya suatu perikatan. Kewajiban akan
adanya objek dalam perjanjian, dirumuskan dalam Pasal 1332 sampai dengan 1334
yang diikuti dengan Pasal 1335 sampai dengan Pasal 1336 KUH Perdata yang
114
Hassanuddin Rahman, “Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia
(Panduan Dasar: Legal Officer)”, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, hlm. 69
115
Ibid,
116
Ibid, hlm. 72
61
mengatur mengenai rumusan klausa yang halal, yaitu klausa yang diperbolehkan
oleh hukum. Kemudian Pasal 1266 ayat (1) KUH Perdata juga menentukan bahwa
tersebut tidak dapat dibatalkan begitu saja tanpa adanya keputusan hakim yang
juga mengenal kredit. Kredit pada dasarnya boleh, yang tidak boleh adalah riba-
nya. Oleh karena itu, islam juga mengenal dengan yang namanya jaminan. Syariat
dengan berbagai macam muamalah yang bisa diambil manfaatnya, yang telah diatur
dalam ajaran islam seperti jual-beli, sewa-menyewa, dan sebagainya. Pada zaman
ini manusia cenderung dituntut harus memenuhi kebutuhan hidupnya yang kurang
sesuai dengan kemampuannya, maka dari itu mereka lebih cenderung menjaminkan
dengan keinginan mereka, karena diharapkan barang tersebut akan bisa dimilikinya
kembali setelah membayar utangnya dan hal ini diperbolehkan dalam islam.
117
Ibid, hlm. 74
62
Al-qur’an secara jelas menyebutkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 283 yang
berbunyi:
Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu
mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan
janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang
dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.118 Selain Al-Qur’an, juga
terdapat hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Siti Aisyah r.a, yang
berbunyi: “dari Aisyah r.a, bahwa Nabi Muhammad Saw pernah membeli makanan
Jaminan dalam hukum Islam dibagi menjadi 2 (dua); jaminan yang berupa
orang dan jaminan yang berupa harta benda. Jaminan yang berupa orang sering
118
Kitab Suci Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 283
63
dikenal dengan istilah damman atau kafalah, sedangkan jaminan yang berupa harta
benda dikenal dengan istilah rahn. Secara etimologi, kafalah berarti al-damanah,
hamalah, dan za’amah. Ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang sama, yakni
didefinisikan sebagai jaminan yang diberikan oleh kafil (penanggung) kepada pihak
ketiga atas kewajiban yang harus ditunaikan pihak kedua (tertanggung).120 Jaminan
tentunya mempunyai rukun, rukun adalah suatu hal yang wajib dipenuhi dan
terletak dalam ibadah atau muamalah. Rukun jaminan terdiri atas Ar-rahin dan Al-
murtahin yang berarti orang yang berakad, sighat yaitu adanya ijab dan qabul, Al-
marhun yaitu adanya barang yang dijadikan jaminan, dan Al-marhun bih yaitu
adanya utang.121
Syarat sahnya akad jaminan pada dasarnya terdiri atas berakal, baligh,
jaminan harus ada pada saat akad, dan jaminan harus dipegang orang yang
menerima jaminan. Pemegang jaminan dapat menjual apabila pemberi jaminan atau
yang berutang tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Hasil
jika masih ada sisa maka sisanya dikembalikan kepada si berutang. Pemegang
119
Dr. Mardani, “Hukum Perikatan di Indonesia”, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm. 189
120
Ibid,
121
Rachmat Syafe’I, “Fiqih Muamalah”, Pustaka Setia, Bandung, 2010, hlm. 160
122
Ibid, hlm. 161
64
dengan Universitas Gadjah Mada pada tanggal 9 Oktober sampai dengan tanggal
dengan pengertian hukum jaminan, pada dasarnya tidak banyak literatur yang
merumuskan pengertian dari hukum jaminan itu sendiri. Beberapa ahli seperti salah
debitor, singkatnya adalah hukum jaminan itu hukum yang mengatur tentang
Selain itu, pengertian hukum jaminan juga dapat dipahami melalui KUH
Perdata. Pasal 1131 KUH Perdata menyebutkan bahwa jaminan adalah segala
kebendaan milik si berutang baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik
yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan
123
Salim HS, “Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia”, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2008, hlm. 6
124
J. Satrio, “Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan”, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2007, hlm. 3
125
Riky Rustam, Op. Cit, hlm. 41
65
berikut:126
masyarakat;
penerima jaminan;
3. Macam-Macam Jaminan
lembaga jaminan yang dikenal dalam tata hukum Indonesia, antara lain:
baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah
126
Ibid, hlm. 43
66
maupun yang baru aka nada dikemudian hari menjadi tanggungan untuk
berpiutang itu ada alasan yang sah untuk didahulukan. Selain jaminan
umum yang ditentukan Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUH Perdata tersebut
diatas, jaminan yang lahir karena ditentukan oleh UU lainnya adalah hak
Perdata) pada gadai, pada bezitter yang jujur (Buku II KUH Perdata),
diperjanjikan terlebih dahulu oleh para pihak, jaminan ini dibuat secara
ditentukan oleh UU yang dalam hal ini ditentukan Pasal 1131 dan Pasal
67
diantara para pihak, jaminan ini dapat berupa jaminan yang bersifat
jenis benda tersebut. Jika benda berupa benda bergerak maka Lembaga
sedangkan jika benda berbentuk benda tidak bergerak (benda tetap) maka
Jaminan dilain sisi sebagai unsur pembangun keyakinan bank dalam pemberian
kredit, namun di sisi lain pula jaminan bukanlah syarat mutlak pemberian kredit.
kreditor, yaitu untuk menjamin dana yang telah dikeluarkan oleh kreditor dalam
127
Pasal 1 butir b Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/69/KEP/DIR Tahun
1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit
69
pengikatan jaminan.128
seandainya debitor tidak mampu menyelesaikan semua kewajiban yang timbul dari
utang atau kredit yang telah dikeluarkannya. Jika debitor tidak mampu membayar
utangnya maka kreditor dapat memaksakan pembayaran atas kredit yang telah
benda yang dijaminkan itu akan dilelang (dijual) dan uang hasil penjualan
kebendaan tertentu tersebut akan digunakan untuk pelunasan seluruh atau sebagaian
dari pinjaman atau utang debitor kepada kreditor. Dengan kata lain, jaminan
berfungsi sebagai sarana untuk menjamin pelunasan pinjaman atau utang debitor
apabila debitor wanprestasi sebelum pinjaman jatuh tempo atau utang tersebut
berakhir.130
kredit kepada debitor, karena selain didasarkan adanya keyakinan atas kemampuan
adanya agunan atau jaminan yang merupakan fisik (collateral) sebagai jaminan
tambahan. Hal ini dalam rangka menjalankan sistem kehati-hatian bank, sehingga
128
Riky Rustam, Op. Cit, hlm. 47
129
Badriyah Harun, Op. Cit, hlm. 67
130
Riky Rustam, Op. Cit, hlm. 48
70
jaminan dalam perjanjian kredit pada dasarnya ialah untuk menjadi pegangan bagi
yang berkepentingan terutama pihak bank. Bank merasa sangat aman dan percaya
dengan adanya jaminan dari pihak debitor atau nasabah karena apabila dikemudian
hari terjadi resiko wanprestasi, bank dapat menjual jaminan itu sebagai pengganti
mengenai jaminan utang disebut jaminan kredit atau agunan mengingat jaminan
sehingga adanya jaminan itu untuk memberikan perlindungan kepada bank sebagai
kreditor atas pemberian suatu kredit kepada nasabahnya.133 Jaminan adalah sarana
perlindungan bagi keamanan kreditor dalam hal ini bank, yaitu kepastian atas
pelunasan utang debitor atau pelaksanaan suatu prestasi oleh debitor atau oleh
risiko bank dalam menyalurkan kredit. Meskipun demikian, secara prinsip jaminan
bukan sebagai syarat utama karena bank lebih memprioritaskan kelayakan usaha
yang dibiayainya sebagai jaminan utama bagi pengembalian kredit sesuai dengan
131
Muhammad Djumhana, Op. Cit, hlm. 382
132
Newfriend N. Sambe, “Fungsi Jaminan Terhadap Pemberian Kredit Oleh Pihak Bank
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998”, Jurnal Hukum, Vol. V/No.4/April-Juni, 2016,
hlm. 77
133
Johannes Ibrahim Kosasih, Op. Cit, hlm. 19
71
kelayakan usaha atas prospek bisnis debitor tidak mendukung lagi untuk
pengembalian kredit dalam langkah menarik kembali dana yang telah disalurkan.
faktor secured dan faktor marketable.134 Maksud dari faktor secured adalah jaminan
kredit dapat diadakan pengikatan secara yuridis formal, sesuai dengan ketentuan
debitor, maka bank memiliki kekuatan yuridis untuk melakukan tindakan eksekusi.
dapat segera dijual atau diuangkan untuk melunasi seluruh kewajiban debitor.135
diberikan fasilitas kredit. Keberadaan jaminan adalah alat pelindung bank, jika
dipahami bahwa sebagian besar dalam praktek pemberian kredit tentu ada jaminan
yang diminta bank terhadap debitor. Jenis jaminan dalam perjanjian kredit tentunya
tergantung dari kesepakatan dua belah pihak, untuk kemudian bank yang
134
Ibid, hlm. 21
135
Ibid,
72
Pada hukum jaminan, jaminan dapat dibedakan menjadi jaminan umum dan
jaminan khusus. Pada ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata menyebutkan bahwa
jaminan adalah segala kebendaan milik si berutang, baik yang bergerak maupun
yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru aka nada dikemudian
1131 KUH Perdata tersebut menunjukkan bahwa jaminan umum adalah bentuk
jaminan yang dibebankan kepada seluruh harta debitor dan ditujukan kepada
pengertian bahwa jika debitor tidak memperjanjikan adanya suatu jaminan khusus,
maka seluruh harta yang dimiliki debitor baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak dan yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari, semuanya
menjadi jaminan atas utang debitor. Ketentuan ini kemudian diperjelas dengan
kalimat ‘ditujukan kepada seluruh kreditor’ yang berarti bahwa jaminan yang
diberikan tidak diperuntukkan hanya untuk kreditor tertentu saja melainkan untuk
seluruh kreditor.137
resiko atau kelemahan yang ada pada jaminan umum. Jaminan khusus akan
membebani piutang yang dimiliki kreditor dengan menggunakan hak jaminan yang
bersifat khusus.138 Jaminan khusus sendiri dapat dibagi menjadi jaminan khusus
jaminan yang memberikan hak kebendaan kepada kreditor, hak kebendaan ini
136
Riky Rustam, Op. Cit, hlm. 70
137
Ibid,
138
Riky Rustam, Loc. Cit
73
maupun benda tidak bergerak. Klasifikasi jaminan kebendaan terdiri atas gadai,
perjanjian antara seorang berpiutang atau kreditor dengan seorang ketiga yang
jaminan perorangan dapat ditemukan dalam Pasal 1820 KUH Perdata yang
Kemudian, mengenai corporate guarantee yang pada dasarnya tidak ada perbedaan
khusus dengan borgtoch karena keduanya sama-sama jaminan yang diberikan pihak
pokoknya hanyalah terletak pada siapa pihak ketiga yang memberikan jaminan
139
Ibid, hlm. 75-78
140
Ibid, hlm. 79
74
itu adalah badan hukum baik berupa perseroan terbatas, bank maupun lembaga
Seiring dengan perkembangan hukum jaminan itu sendiri, saat ini dalam
praktek pemberian kredit jaminan tidak hanya seperti yang telah disebutkan di atas.
ditemukan adanya pemberian kredit yang jaminannya hanya berupa gaji si debitor
yang dibayarkan oleh perusahaan dimana debitor itu bekerja melalui rekening bank
dasarnya jaminan berupa gaji tersebut tidaklah masuk ke dalam jenis jaminan
manapun sebagaimana telah disebutkan diatas. Namun, jaminan seperti gaji dalam
pemberian kredit itu tetaplah dimungkinkan karena kembali lagi jika jaminan
bukanlah syarat mutlak dalam pemberian kredit. Selama bank yakin hendak
memberikan kredit dengan jaminan gaji debitor, maka kredit dapat diberikan.
disamping tetap memperhatikan mekanisme dan prosedur yang telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
Selain jaminan umum dan jaminan khusus, di lain sisi masih dikenal dengan
141
Ibid, hlm. 80
142
J. Satrio, Loc. Cit
75
yang tidak dapat dimasukkan kedalam jenis jaminan umum maupun jaminan
khusus, yaitu dalam wujud ijazah, surat pensiun, dan lain-lain yang berupa jaminan
benda tertentu atau sekelompok benda tertentu, tetapi tidak mempunyai sifat hak
kebendaan dan bukan pula merupakan jaminan perorangan.143 Ijazah sangat erat
kaitannya dengan pemiliknya, sehingga bagi orang lain tidak akan memiliki arti
yang dalam hal ini adalah arti dari segi ekonomi. Namun, dapat dimungkinkan
bahwa jika kreditor yang memegang ijazah sebagai jaminan mempunyai kedudukan
yang lebih baik dari pada kreditor biasa karena kreditor pemegang jaminan ijazah
Terkait dengan jaminan berupa gaji dalam pemberian kredit, maka jaminan
gaji tersebut tidak termasuk ke dalam jaminan umum maupun jaminan khusus.
Jaminan dalam bentuk gaji tersebut lebih kepada hak istimewa (privilege), karena
jaminan dalam bentuk gaji tersebut sama halnya dengan ijazah yang telah dijelaskan
diatas. Hak privilege yang dimaksud dalam hal ini berbeda dengan droit de
oleh kreditor atas benda-benda tertentu yang dijaminkan pada kreditor tersebut.
utang debitor terlebih dahulu. Sedangkan hak privilege bukan hak untuk
143
Ibid,
144
Sovia Hasanah, Kedudukan SK PNS Sebagai Jaminan Utang, terdapat dalam
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl5373/kedudukan-sk-pns-sebagai-
jaminanutang/ diakses terakhir tanggal 13 Maret 2021 pada Pukul 20.43 WIB
76
tertentu yang dijaminkan pada pemegang hak privilege. Akan tetapi pemegang hak
privilege berhak untuk mendapatkan pelunasan terlebih dahulu dari hasil penjualan
Hal pokok dalam kegiatan usaha bank tentunya adalah mengenai nasabah.
Oleh karena itu, kehadiran prinsip-prinsip dalam perbankan perlu untuk diterapkan.
Ketika nasabah mengajukan permohonan kredit, maka salah satu prinsip yang
penting diterapkan adalah prinsip mengenal nasabah. Prinsip ini pada dasarnya
Penerapan prinsip mengenal nasabah ini dapat diterapkan kepada nasabah bank
biasa (face to face customer) maupun nasabah tanpa berhadapan (non-face to face
Prinsip mengenal nasabah ini merupakan salah satu metode untuk menjaga
tingkat kesehatan bank. Prinsip mengenal nasabah juga berperan penting dalam
145
Letezia Tobing, “Perbedaan Droit de Preference dan Hak Privilege” terdapat dalam
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt547a9355c4b95/perbedaan-droit-de-
preference-dan-hak-privilege/ diakses terakhir tanggal 13 Maret 2021 pada Pukul 21.05 WIB
146
Neni Sri Imaniyati, Loc. Cit
147
Munir Fuady, Loc. Cit
77
suatu prinsip yang mewajibkan bank untuk terlebih dahulu mengenali nasabahnya
mengenal nasabah tidak hanya berlaku bagi lembaga perbankan saja, tetapi juga
kebijakan dan prosedur pemantauan terhadap rekening dan transaksi nasabah serta
menetapkan kebijakan dan prosedur manajemen risiko.150 Bagi bank yang telah
pembukaan rekening dan bila perlu bank harus melakukan wawancara dengan calon
148
M. Haidar Ma’ruf, “Prinsip Mengenal Nasabah Sebagai Upaya Perusahaan Perbankan
dalam Mengatasi Kredit Macet Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/21/PBI/2003
(Studi di BRI Cabang Brebes)”, Skripsi, Ilmu Hukum Universitas Negeri Semarang, 2018, hlm. 46
149
Muhammad Muallif Heru Wicaksono, “Pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah dalam
Transaksi Perbankan Sebagai Upaya Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang (Money
Laundering) (Studi Kasus Bank BRI Cabang Somba Opu Tahun 2013)”, Skripsi, Ilmu Hukum
Universitas Hasanuddin Makasar, 2016, hlm. 37
150
M. Haidar Ma’ruf, Op. Cit, hlm. 53
78
mengenal nasabah, ditujukan untuk melindungi kepentingan bank dari tindakan dan
transaksi nasabah yang dapat menimbulkan kerugian pada bank. Walaupun tujuan
prinsip ini untuk melindungi kepentingan bank, namun bank merasa adanya
nasabahnya, hal ini dikarenakan banyak nasabah yang merasa kurang nyaman
terhadap bank yang tidak menerapkan prinsip mengenal nasabah dalam setiap
transaksi bank yang dilakukan. Tentu saja hal ini membuat lembaga perbankan
dalam keadaan yang sangat dilematis. Namun, jauh sebelum Bank Indonesia
mengeluarkan surat edaran tentang sanksi, Bank Indonesia telah memberikan dasar
Mengenal Nasabah
151
Ibid, hlm. 54
152
Ibid,
153
Ibid, hlm. 55
79
Nasabah
Keuangan di Pasar Modal dirilis agar penyedia jasa keuangan di sektor pasar modal
dapat beroperasi secara sehat dan berdaya saing global, namun pertumbuhan
investor domestik tetap dapat ditingkatkan. Selain itu, POJK ini dirilis untuk
kesehatan bank maka juga untuk mencegah terjadinya tindak pidana seperti tindak
mengenal nasabah ini terkadang membuat pihak bank menjadi dilema karena tidak
semua nasabah ingin informasi pribadinya diketahui oleh bank dan membuat
untuk menerapkan prinsip mengenal nasabah karena adanya prinsip tersebut sudah
maka terdapat sanksi yang dapat dikenakan terhadap bank. Hal tersebut
dikarenakan prinsip mengenal nasabah merupakan salah satu prinsip yang harus
dipegang teguh oleh bank dalam melaksanakan setiap kegiatannya, tentu saja
didukung oleh pengenaan suatu sanksi apabila prinsip ini dilanggar. Hal ini
bertujuan agar prinsip ini mempunyai kepastian hukum dan kekuatan berlaku dalam
pelaksanaannya, sama halnya dengan asas kerahasiaan bank (bank secrecy) sebagai
salah satu asas yang wajib diterapkan oleh lembaga perbankan. Berkenaan dengan
sanksi terhadap bank yang tidak menerapkan prinsip mengenal nasabah dalam
telah dilakukan oleh bank yang bersangkutan. Penilaian ini berkaitan dengan
ketentuan manajemen risiko yang telah ditentukan dalam PBI tentang Prinsip
154
Muhammad Muallif Heru Wicaksono, Op. Cit, hlm. 45
81
manajemen risiko oleh suatu bank tersebut, maka akan diketahui seberapa jauh
prinsip mengenal nasabah telah diterapkan. Berdasarkan hal inilah Bank Indonesia
Penilaian yang diberikan Bank Indonesia ada 5 (lima) kategori, yaitu nilai 1
(satu) bagi bank yang telah menerapkan prinsip mengenal nasabah dengan sangat
mengurangi risiko-risiko yang dihadapi oleh bank yang bersangkutan. Nilai 1 (satu)
ini juga diberikan terhadap bank-bank yang aktif dalam memberikan laporan
tentang transaksi keuangan yang mencurigakan. Nilai yang berikutnya adalah nilai
2 (dua), yang diberikan terhadap bank yang menerapkan prinsip mengenal nasabah
dengan bagus. Selanjutnya nilai 3 (tiga), yaitu penerapan prinsip yang tergolong
cukup bagus, dan nilai 4 (empat) bagi bank yang menerapkan prinsip mengenal
nasabah dengan kurang baik. Serta yang terakhir nilai 5 (lima), yang diberikan pada
bank-bank yang tergolong tidak baik dalam menerapkan prinsip mengenal nasabah
dalam setiap kegiatannya. Hal ini dikarenakan bank yang bersangkutan tidak bisa
155
Ibid, hlm. 46
82
yang ditentukan dalam PBI tentang Prinsip Mengenal Nasabah berkenaan dengan
mengenal nasabah dengan baik dalam setiap kegiatannya, yaitu bank-bank yang
termasuk dalam kategori nilai 5 (lima). Sanksi yang akan diberikan oleh Bank
Indonesia terhadap bank-bank yang termasuk dalam kategori nilai 5 (lima) ini
kepatutan (fit and proper test). Pemberhentian pengurus bank dilakukan apabila
nasabah. Selain bank-bank yang termasuk dalam kategori nilai 5 (lima) ini, Bank
Indonesia juga akan memberikan sanksi administratif dan teguran tertulis terhadap
telah diatur dalam PBI, khususnya yang berkaitan dengan ketentuan pelaporan
Dengan adanya sanksi ini, diharapkan semua bank yang ada di Indonesia
dari risiko-risiko yang timbul akibat transaksi yang dilakukan oleh bank itu sendiri
156
Ibid, hlm. 47
157
Ibid,
83
pelanggaran prinsip mengenal nasabah. Namun, tidak bisa dipungkiri masih ada
bank yang tidak menerapkan prinsip ini dalam setiap kegiatannya. Hal ini
dikarenakan ketentuan prinsip ini dianggap dapat merugikan bank dan mengurangi
volume nasabah.158
Setiap pemberian kredit itu mengandung sebuah resiko, yaitu resiko kredit.
Terlebih dalam praktek kredit tanpa agunan, peluang resiko kredit menjadi semakin
lebar. Oleh karena itu, kredit yang tidak berjalan lancar ini dikenal dengan istilah
dalam sebuah pemberian kredit oleh bank, resiko tersebut berupa keadaan dimana
kredit tidak dapat kembali tepat pada waktunya.159 Suatu perjanjian kredit dikatakan
kredit induk yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran
atau sama sekali tidak ada pembayaran, dengan demikian mutu kredit menjadi
merosot.160
yang berada pada klasifikasi diragukan dan macet. Istilah ‘diragukan’ dan ‘macet’
158
Ibid, hlm. 48
159
Hermansyah, Loc. Cit
160
Bekti Kristiantoro, Loc. Cit
84
di sini mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia yang dianut oleh perbankan
berbagai pertanyaan mengenai apakah kredit macet itu sama dengan kredit
bermasalah. Maka, setiap kredit macet merupakan kredit bermasalah namun belum
Pemberian kredit itu pada dasarnya mengandung resiko. Resiko kredit itu
sering dikenal dengan kredit bermasalah. Penyebab kredit bermasalah itu beragam,
bermasalah dapat dibagi menjadi faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
baik dari pemilik, pengurus atau pegawai bank, lemahnya sistem administrasi dan
perbankan yang tidak sehat oleh debitor, kegagalan usaha debitor dan debitor
mengalami musibah.162
maupun faktor eksternal seperti yang telah diuraikan diatas, tidak semua kredit
161
Mahmoeddin, Loc. Cit
162
Dahlan Siamat, “Manajemen Lembaga Keuangan”, LPEE UI, Jakarta, 2001, hlm. 175
85
kredit bermasalah itu beragam dan yang pasti penyebab kredit bermasalah itu dapat
berasal dari pihak debitor maupun kreditor, sehingga sangat wajar apabila penyebab
kredit bermasalah itu beragam mengingat setiap pemberian kredit oleh perbankan
itu pasti mengandung sebuah resiko. Apabila penyebab kredit bermasalah itu dilihat
dalam melakukan perhitungan. Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak
kesengajaan atau dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak membayar
dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu atau angsuran terutama bagi
kredit terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai
86
Kredit bermasalah belum tentu kredit macet. Namun, ketika suatu perjanjian
kredit itu bermasalah. Bank harus segera mengambil tindakan. Hal tersebut
dikarenakan, dampak dari kredit bermasalah itu sangatlah besar dan harus segera
yang seminimal mungkin menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam upaya
penyelamatan kredit dapat ditempuh dengan jalur hukum maupun jalur non-hukum.
Upaya penyelamatan kredit melalui jalur non-hukum dapat dilakukan dengan cara
dilakukan dengan cara seperti somasi; gugatan kepada debitur melalui pengadilan
negeri; eksekusi putusan pengadilan; eksekusi akta pengakuan utang; eksekusi hak
163
Kasmir, “Bank & Lembaga Keuangan Lainnya”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2007, hlm. 109
164
Badriyah Harun, Loc. Cit
165
Siswanto Sutojo, Loc. Cit
166
Badriyah Harun, Loc. Cit
87
Lembaga paksa badan; dan kepailitan melalui pengadilan niaga.167 Lebih detail
terkait dengan penyelamatan kredit yang bermasalah atau kredit macet, dapat
penambahan kredit.
perusahaan.
167
Hartono Hadi Saputro, Loc. Cit
168
Hermansyah, Op. Cit, hlm. 76
88
Ketika kredit itu benar-benar tidak dapat diselamatkan melalui ketiga cara
tersebut diatas. Maka sebagai Langkah terakhir adalah melalui jalur hukum atau
badan peradilan. Apabila melalui badan peradilan maka kepastian hukumnya baru
ada setelah putusan pengadilan itu memperoleh kekuatan hukum tetap. Mengingat
penyelesaian melalui badan peradilan itu membutuhkan waktu yang relatif lama,
maka penyelesaian kredit bermasalah itu dapat pula melalui lembaga-lembaga lain
Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) dan Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang
Negara (DJPLN), melalui badan peradilan, dan melalui arbitrase atau badan
Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara adalah lembaga yang dibentuk
pemerintah khusus untuk menyelesaikan utang kepada negara atau utang kepala
badan-badan, baik secara langsung maupun tidak langsung dikuasai negara. Tujuan
melalui Panitia Urusan Piutang Negara dan Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang
169
Ibid, hlm. 77
89
eksekutor. Selain itu, penyelesaian kredit bermasalah bisa juga melalui badan
adalah badan peradilan umum melalui gugatan perdata, dan peradilan niaga melalui
gugatan kepailitan.170
diatas, dapat pula melalui arbitrase atau badan alternatif penyelesaian sengketa.
kredit dimuat klausul arbitrase atau perjanjian arbitrase sendiri yang dibuat para
dilakukan oleh lembaga arbitrase, yaitu suatu badan yang dipilih oleh para pihak
170
Ibid, hlm. 79
171
Ibid,
90
diklasifikasikan kualitas dari kredit itu sendiri. Ketentuan Pasal 10 menyatakan jika
kualitas kredit itu ditetapkan berdasarkan faktor penilaian dari prospek usaha,
kepada ketentuan Pasal 12 ayat (1) yang pada intinya menyatakan penetapan
Pasal 11 ayat (1) pada intinya menyatakan penilaian terhadap prospek usaha
dari grup atau afiliasi dan upaya yang dilakukan debitur dalam rangka memelihara
172
Yudhana Hendra Pramapta, “Penerapan Prinsip Kehati-hatian dalam Pemberian
Kredit (Analisis Terhadap SK ASN Sebagai Jaminan Kredit di Bank BPD DIY Cabang Pembantu
Ngaglik)”, Skripsi, Ilmu Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2020, hlm. 96
173
Ibid,
174
Ibid,
91
tersebut dinilai kualitasnya. Berdasarkan ketentuan Pasal 12 ayat (3) kualitas kredit
dapat ditetapkan menjadi kredit lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar,
sebagai berikut:177
pokok dan/bunga tepat, memiliki mutasi rekening yang aktif atau bagian
175
Ibid, hlm. 97
176
Pasal 12 ayat (3) Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian
Kualitas Aset Bank Umum
177
Hermansyah, Op. Cit. hlm. 66-68
92
angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari, kerugian
operasional ditutup dengan pinjaman baru, atau dari segi hukum maupun
berdasarkan akta notaris Nomor 11, di kantor Notaris R.M. Soerjanto Partaningrat.
Sebagai suatu perusahaan daerah, pertama kalinya milik daerah. Bank BPD DIY
diatur melalui Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1976. Dengan berjalannya waktu,
dilakukan berbagai penyesuaian.178 Saat ini, landasan hukum pendirian Bank BPD
Tahun 1993, junctis Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 1997 dan Nomor 7 Tahun
perekonomian dan pembangunan daerah di segala bidang serta sebagai salah satu
sumber pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank BPD DIY merupakan salahsatu alat kelengkapan otonomi daerah di bidang
178
http://www.bpddiy.co.id/index.php?page=profile&sub=sejarah diakses terakhir pada
tanggal 20 Maret 2021 Pukul 21.45 WIB
93
94
daerah, sebagai pemegang kas daerah/menyimpan uang daerah, dan sebagai salah
satu sumber pendapatan daerah serta menjalankan usahanya sebagai bank umum.179
Bank BPD DIY pada dasarnya berkantor pusat di Jalan Tentara Pelajar No.
Yogyakarta dengan berbagai kantor cabang dan kantor cabang pembantu. Baik
kantor pusat, kantor cabang dan/atau kantor cabang pembantu pada dasarnya
Berikut ini adalah struktur organisasi kantor pusat Bank BPD DIY:
179
Ibid,
95
Visi dari Bank BPD DIY adalah menjadi bank terpercaya, istimewa, dan
pilihan masyarakat. Sedangkan, misi Bank BPD DIY adalah menyediakan solusi
dan produk yang inovatif berbasis budaya untuk menjadi Regional Champion yang
Bank BPD DIY merupakan salah satu perbankan, yang tentunya dalam
kegiatan usahanya adalah untuk menampung uang masyarakat yang kelebihan dana
dan menyalurkan kembali uang tersebut kepada masyarakat yang kekurangan dana.
Bank BPD DIY dalam menyalurkan dana kepada masyarakat tentunya melalui
sebuah fasilitas yang dikenal dengan kredit perbankan. Bank BPD DIY
memberikan beberapa produk kredit yang dapat diakses oleh masyarakat luas,
diantaranya adalah:181
a. Kredit Usaha Rakyat (KUR), tujuan dari layanan ini ialah meningkatkan
b. Kredit Mikro Ekonomi Produktif, tujuan layanan ini ialah untuk modal
badan hukum.
tujuan layanan ini modal kerja dan investasi. Debitor yang disasar dapat
180
http://www.bpddiy.co.id/index.php?page=profile&sub=visi diakses terakhir pada
tanggal 20 Maret 2021 pukul 23.42 WIB
181
http://www.bpddiy.co.id/index.php?page=produk&sub=kredit diakses terakhir pada
tanggal 20 Maret 2021 pukul 23.58 WIB
97
d. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), tujuan layanan ini adalah
nasabah melalui kelompok tani dan/atau koperasi, baik untuk modal kerja
maupun investasi. Jenis penggunaan layanan kredit ini ialah untuk modal
kerja dan investasi, dengan jangka waktu sesuai dengan siklus tanam,
maksimal 5 tahun.
(LPDBKUMKM).
baik untuk modal kerja, investasi, maupun pembelian kios atau los pasar
baru. Sistem angsuran jemput bola yaitu bisa harian, mingguan, bulanan
atau pasaran.
Plafon pada layanan ini sesuai dengan kemampuan, maksimal 90% dari
98
Berkaitan dengan kredit instansi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
produk kredit Bank BPD DIY seperti Kredit Multi Usaha (KMU) dan Kredit
kredit yang menggunakan gaji pegawai yang dibayarkan setiap bulannya melalui
rekening Bank BPD DIY sebagai jaminan. Pegawai yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah pegawai swasta atau yang bukan sebagai pegawai negeri,
karena untuk pegawai negeri fasilitas Kredit Multi Usaha (KMU) dan Kredit
selain gaji dari pegawai negeri yang bersangkutan.182 Berkaitan dengan fasilitas
182
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
99
kredit tersebut, pada awal prosesnya terdapat form perjanjian kerjasama antara
1. Prosedur dan Tahapan Pemberian Kredit Instansi di Bank BPD DIY Kantor
Pusat
Kredit instansi yang dimaksud pada penelitian ini adalah fasilitas kredit bagi
pegawai swasta ataupun pegawai negeri, di Bank BPD DIY produk kreditnya
bernama Kredit Multi Usaha (KMU) dan Kredit Swaguna. Kredit instansi ini, di
Bank BPD DIY dikenal sebagai kredit tanpa agunan meskipun dalam prakteknya
gaji si pegawai yang bersangkutan adalah jaminan dari perjanjian kreditnya. Jika
debitor adalah pegawai negeri, selain gaji bulanannya maka Surat Pengangkatan
sebagai pegawai negeri turut dilampirkan untuk dijadikan jaminan kredit. Berbeda
dengan kredit instansi yang debitornya adalah pegawai swasta, benar-benar hanya
gaji bulanannya yang dibayarkan melalui rekening Bank BPD DIY adalah seolah-
perusahaan debitor.
183
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
100
Merujuk kepada pengertian kredit tanpa agunan, kredit tanpa agunan ialah
kredit yang dikenal dengan sebutan kredit blanko (Insecured Loan). Kredit blanko
sangat selektif dan ditujukan kepada nasabah besar yang teruji bonafiditas,
kejujuran dan ketaatannya dalam transaksi perbankan maupun kegiatan usaha yang
dijalaninya.184 Maka fasilitas Kredit Multi Usaha dan Kredit Swaguna tersebut
masuk ke dalam kredit tanpa agunan, karena hanya ditujukan bagi nasabah debitor
tertentu seperti pegawai negeri atau pegawai swasta yang instansi atau
Kredit Multi Usaha dan Kredit Swaguna atau yang disebut dengan kredit instansi
khususnya bagi debitor yang berprofesi sebagai pegawai atau karyawan swasta itu
pemberian kredit, serta sudah atau belum analisis kredit dalam pemberian kredit
oleh Bank BPD DIY itu dijalankan. Oleh karena itu, perlu kiranya dijabarkan terkait
prosedur dan tahapan pemberian kredit instansi di Bank BPD DIY Pusat.
dengan Kredit Swaguna pada dasarnya sama, hanya peruntukan kreditnya yang
berbeda. Kredit Multi Usaha (KMU) hanya diperuntukkan untuk kegiatan yang
184
Ni Made Arini, Loc. Cit
101
Covid-19 di Indonesia, banyak hal yang harus disesuaikan terutama oleh pihak bank
dalam melayani masyarakat. Layanan Kredit Multi Usaha (KMU) dan Kredit
Swaguna dapat dilakukan secara online yang dapat diakses dengan baik melalui
http://www.bpddiy.co.id/index.php?page=produk&sub=formkredit.
Selain online, tentunya yang paling utama permohonan kredit itu dilakukan
secara offline. Tahapan dan prosedur pemberian kredit instansi di Bank BPD DIY
diawali dengan kedatangan nasabah ke customer service Bank BPD DIY, nantinya
customer service akan memberikan satu bandel form permohonan pengajuan kredit
yang ada di Bank BPD DIY atau dikenal dengan Surat Permohonan Kredit (SPK)
untuk mengisi form permohonan kredit, yang dilampiri dengan fotocopy Kartu
Tanda Penduduk, fotocopy NPWP, fotocopy identitas dari perusahaan atau kantor
nasabah, slip gaji asli beserta surat keterangan kerja, fotocopy Kartu Keluarga, dan
surat nikah bagi yang sudah menikah. Pada satu bandel form permohonan kredit, di
dalamnya sudah termasuk adanya surat pernyataan dan kuasa potong gaji. Setelah
185
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
102
tersebut diatas, dilakukan oleh bagian analis kredit standar. Kemudian dibuatkan
Surat Keterangan Permohonan Kredit (SKPK), yaitu surat yang berfungsi untuk
mengetahui data-data yang dibutuhkan bank secara lengkap sebagai bahan usulan
kredit dan mengetahui kebenaran informasi dalam permohonan kredit. Analis kredit
calon debitor atas fasilitas kredit bank yang telah diterima calon debitor (BI
Checking), Bank BPD DIY masih dapat menerima permohonan kredit baru calon
nasabah meskipun telah mempunyai fasilitas kredit bank lainnya atau si calon
nasabah mempunyai cicilan kredit ditempat lain. Hal tersebut dimungkinkan karena
Bank BPD DIY berpedoman pada sisa gaji dan kemampuan nasabah dalam
mengangsur.187
Jika Bank BPD DIY mendapati calon nasabah yang mempunyai kredit di
bank lain, permohonan kredit masih dapat diterima oleh Bank BPD DIY selama
perhitungan atas besaran gaji nasabah masih cukup untuk membayar cicilan kredit
yang sedang dalam proses pengajuan. Semakin mudah permohonan kredit diterima
ketika gaji nasabah tersebut dibayarkan melalui rekening Bank BPD DIY. Surat
186
Wawancara dengan Hanafi Prayitno, Desk Pelayanan dan Operasional, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
187
Wawancara dengan Hanafi Prayitno, Desk Pelayanan dan Operasional, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
103
wilayah kerja BPD dan satunya untuk kearsipan sementara. Hal itu dilakukan untuk
lebih memperjelas status calon debitor mengenai layak atau tidaknya suatu
permohonan kredit itu diterima. Jika permohonan kredit tidak layak, maka account
officer akan berkoordinasi dengan analis kredit standar bersama officer administrasi
kunjungan atau survey lokasi dan wawancara dengan calon debitor dan meminta
karena kantor atau perusahaan debitor juga telah menjalin kerja sama dengan Bank
BPD DIY maka bank dapat memiliki akses untuk menganalisis bagaimana
profesionalisme debitor dalam bekerja sehari-hari. Pada kredit instansi ini nantinya
pihak perusahaan atau kantor debitor juga akan mengetahui bahwa ada beberapa
atau salah satu karyawannya yang mengambil fasilitas kredit instansi di Bank BPD
DIY.188
dan mengusulkan kepada komite kredit untuk mendapatkan persetujuan kredit yang
188
Wawancara dengan Hanafi Prayitno, Desk Pelayanan dan Operasional, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
104
profitability, dan protection serta return, repayment dan risk bearing ability.
Kemudian Acoount Officer akan membuat usulan kepada pemimpin cabang atas
permohonan kredit dalam bentuk formulir putusan kredit. Masuk kepada pemimpin
cabang, pemimpin cabang akan meneliti formulir putusan kredit untuk diambil
kredit, yang berfungsi sebagai bukti bahwa permohonan kredit telah mendapatkan
keputusan dari pejabat yang berwenang, dalam hal ini adalah pemimpin cabang.
Hasil keputusan permohonan kredit dicatat oleh kelompok administrasi kredit, jika
dan diserahkan kembali kepada analis kredit standar untuk dibuatkan Surat
pertama untuk debitor dan lembar kedua untuk kearsipan sementara. Kelompok
tanggal putusan kredit dalam berkas permohonan kredit dan mempersiapkan syarat-
syarat pencairan kredit. Namun, bila permohonan kredit ditolak maka pemimpin
cabang akan membuat 2 (dua) rangkap Putusan Permohonan Kredit (PPK) yang
189
Wawancara dengan Hanafi Prayitno, Desk Pelayanan dan Operasional, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
105
mana lembar pertama untuk debitor dan lembar kedua sebagai kearsipan
permanen.190
permohonan kredit yang telah disetujui tersebut dituangkan dalam perjanjian kredit
tertulis antara debitor dengan pihak Bank BPD DIY. Perjanjian kredit sebanyak 2
(dua) rangkap ditandatangani oleh debitor dan pihak Bank BPD DIY, lembar
pertama untuk debitor dan lembar kedua untuk kearsipan Bank BPD DIY.
didalamnya juga dimuat asuransi terhadap kredit, dan pernyataan untuk melunasi.
Setelah administrasi pencairan kredit selesai, maka surat putusan kredit dicetak oleh
debitor, lembar kedua untuk bagian kasir, dan lembar ketiga untuk kearsipan bank.
Bagian administrasi kredit atau pemasaran bisnis yang berhak menerima surat
keputusan kredit tersebut. Lalu, debitor ke bagian kasir dengan membawa surat
keputusan kredit, dan juga buku tabungan. Ketika debitor telah memiliki rekening
Bank BPD DIY maka proses pencairan kredit hanya pemindahbukuan, namun jika
190
Wawancara dengan Hanafi Prayitno, Desk Pelayanan dan Operasional, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
191
Wawancara dengan Hanafi Prayitno, Desk Pelayanan dan Operasional, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
106
belum mempunyai rekening Bank BPD DIY maka akan dibukakan rekening
tabungan. Setelah itu, nominal kredit akan ditransferkan ke dalam rekening debitor
sesuai dengan nominal yang tertera pada surat keputusan kredit.192 Tahapan
dilakukan pengikatan jaminan karena memang untuk kredit instansi ini adalah
kredit tanpa agunan meskipun dalam praktek gaji si debitor adalah jaminan atas
pemberian kredit, hal yang utama menjadi pertimbangan selain identitas dan latar
belakang debitor adalah jaminan kreditnya. Namun, pada penelitian ini kredit yang
dimaksud adalah kredit instansi yang merupakan salah satu fasilitas kredit tanpa
jaminan yang ada di Bank BPD DIY. Hal tersebut dimungkinkan karena UU
Perbankan yang baru mengatur hal tersebut. Jika dulu dalam UU Pokok-Pokok
Perbankan yang lama Nomor 14 tahun 1967 Pasal 24 ayat 1 memang menegaskan
bahwa bank umum tidak memberikan kredit tanpa jaminan kepada siapapun.
192
Wawancara dengan Hanafi Prayitno, Desk Pelayanan dan Operasional, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
193
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
107
Berpedoman pada undang-undang ini jelas pemberian kredit harus disertai jaminan
undang yang baru, Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah dirubah
undang yang baru ini tidak lagi mensyaratkan bahwa pemberian kredit harus diikuti
analisis yang mendalam atas itikad baik dan kemampuan debitor serta kesanggupan
memberikan kredit tidak menjadi keharusan. Bank hanya diminta untuk meyakini
berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad baik debitor dan kemampuan dari
debitor. Ukuran itikad baik sifatnya kualitatif tidak mudah untuk mengukurnya,
194
Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok
Perbankan
195
Marlina Kalangkahan, “Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah dalam Transaksi
Perbankan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998”, Jurnal Hukum, Vol. VII/No. 2,
2019, hlm. 163
108
Bank BPD DIY memang tanpa jaminan, namun dalam praktek ternyata terdapat
gaji debitor yang dibayarkan oleh perusahaan dimana debitor bekerja melalui
rekening Bank BPD DIY dapat dijadikan jaminan atas kredit instansi debitor. Hal
tersebut karena kredit instansi yang tanpa jaminan, pembayarannya auto debit atau
pemotongan gaji bulanan debitor secara otomatis untuk membayar cicilan kredit
debitor.197
Fenomena gaji pegawai sebagai jaminan kredit sebenarnya bukan hal baru,
debitor dan kemampuan dari debitor. Sehingga, apabila dengan adanya gaji debitor
yang dibayarkan melalui rekening Bank BPD DIY membuat bank yakin untuk
dapat memberikan fasilitas kredit instansi, maka hal tersebut sah-sah saja. Pada
pemberian kredit instansi, faktor yang membuat bank yakin untuk memberikan
Understanding (MoU) dan/atau kerja sama antara Bank BPD DIY dengan
Selain beberapa hal tersebut diatas, pada dasarnya analisis mendalam dan
mendetail yang dilaksanakan bank dalam rangka pemberian kredit juga haruslah
196
Ibid,
197
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
198
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
109
pemberian kredit, yang utama adalah prinsip kehati-hatian dan prinsip mengenal
Nasabah sebagaimana telah diubah dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
5/32/DPNP tanggal 4 Desember 2003 dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
199
Marlina Kalangkahan, Op. Cit, hlm. 165
200
POJK Nomor 22/POJK.04/2014 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Oleh
Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal
110
diwajibkan untuk menerapkan prinsip mengenal nasabah dengan cara antara lain
dalam dokumentasi profil calon nasabah debitor, yang minimal berisikan data
rekening pada bank. Secara garis besar penerimaan calon nasabah bank dibedakan
prinsip mengenal nasabah, pengisian formulir standar yang ditetapkan oleh bank
Dalam hal calon nasabah tidak memiliki pekerjaan, maka data yang
201
Marlina Kalangkahan, Op. Cit, hlm. 166
202
Rio Christiawan, “Prinsip Know Your Customer Guna Penelusuran Transaksi
Nasabah”, dalam https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5fd8a91e33db1/prinsip-i-
know-your-customer-i-guna-penelusuran-transaksi-nasabah/
111
Apabila diperlukan bank dapat meminta informasi lain antara lain berupa
major credit card, identitas kerja dari calon nasabah, rekening telepon, dan
rekening listrik. Khusus untuk calon nasabah yang melakukan pembukaan rekening
melalui telepon, surat menyurat atau electronic banking, maka petugas bank wajib
Pengisian formulir standar yang ditetapkan oleh bank minimal memuat informasi
sebagai berikut:203
b. Izin usaha atau izin lainnya dari instansi yang berwenang yang
untuk bertindak atas nama perusahaan dibuktikan dengan surat kuasa dari
203
Marlina Kalangkahan, Op. Cit, hlm. 167
112
asing.
bank lain. Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang
pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of funds) dengan para pihak yang
usahanya, bank tentu akan menghadapi berbagai macam resiko usaha. Untuk
mengurangi risiko usaha, bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian. Hal ini
sejalan dengan Pasal 2 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang menyatakan
sehat. Salah satu cara melaksanakan prinsip kehati-hatian yaitu dengan menerapkan
prinsip mengenai nasabah, yang dikenal juga dengan istilah know your customer
principle. Penerapan prinsip mengenai nasabah dianggap penting sebagai salah satu
204
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
113
pertama kali diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 3/10/PBI/2001
Nasabah dalam PBI ini adalah prinsip yang diterapkan bank untuk mengetahui
transaksi yang mencurigakan. Selain itu, dalam Pasal 1 ayat (5) POJK Nomor
menyimpang dari profil, karakterisitik, atau kebiasaan pola transaksi dari nasabah
yang bersangkutan, transaksi keuangan oleh nasabah yang patut diduga dilakukan
205
Pasal 1 ayat (5) POJK Nomor 22/POJK.04/2014 tentang Penerapan Prinsip Mengenal
Nasabah Oleh Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal
114
wajib dilakukan oleh bank sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang Nomor
15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah
dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan harta kekayaan yang diduga
(concentration risk), dan risiko reputasi (reputational risk). Di samping itu, dengan
menerapkan prinsip ini, bank diharapkan tidak hanya mengenal nasabah secara
harafiah saja, tapi bisa mengenal lebih komprehensif lagi, tidak hanya mengetahui
identitas nasabah tapi juga berkaitan dengan profil dan karakter transaksi nasabah,
yang dilakukan melalui jasa perbankan.207 Operational risk, artinya resiko bank
tidak dapat melakukan operasionalnya secara normal, yang antara lain disebabkan
eksternal, atau adanya hal-hal yang bersifat force majeur, seperti bencana alam,
206
Abdul Rasyid, “Prinsip Mengenal Nasabah dalam Perbankan”, terdapat pada
https://business-law.binus.ac.id/2016/12/29/prinsip-mengenal-nasabah-dalam-perbankan/
207
Mindo Pramono, “Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual”, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2006, hlm. 218-219
115
Legal risk, artinya resiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek
yang mendukung atau kelemahan perilaku seperti tidak terpenuhinya syarat sahnya
kontrak dan pengikatan agunan tidak sempurna. Concentration risk, artinya risiko
yang terjadi karena bank menerima dana-dana dari pihak ketiga dalam jumlah besar
yang terkonsentrasi pada beberapa nasabah. Reputational risk, artinya risiko yang
antara lain disebabkan adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha
bank atau persepsi negatif terhadap bank. Penerapan Mengenal Nasabah (Know
(PBI) No. 11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan
Financial Action Task Force (FATF) terkait dengan upaya pencegahan tindak
fasiltas dan produk perbankan. Menariknya, dalam Peraturan ini, terminologi know
sesuai dengan profil calon nasabah, WIC (walk in customer), atau nasabah. Di
(EDD). EDD adalah tindakan CDD lebih mendalam yang dilakukan Bank pada saat
208
Marlina Kalangkahan, Op. Cit. hlm. 169
116
berhubungan dengan calon nasabah, WIC, atau nasabah yang tergolong berisiko
mengenal nasabah (know your customer principle) sangat penting dalam industri
maka risiko yang dihadapi oleh bank juga akan semakin meningkat. Peningkatan
prinsip ini dalam perbankan guna menghindari risiko yang pada akhirnya
diharapkan terwujudnya perlindungan hukum bagi nasabah dan bank yang sehat.210
nasabah yang bersangkutan. Prinsip mengenal nasabah tidak hanya berlaku bagi
lembaga perbankan saja, tetapi juga berlaku bagi lembaga keuangan non-bank.211
209
Abdul Rasyid, Loc. Cit
210
Marlina Kalangkahan, Loc. Cit
211
Muhammad Muallif Heru Wicaksono, Loc. Cit
117
Prinsip Mengenal Nasabah, Surat Edaran Bank Indonesia kepada semua bank
perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/29/DPNP tentang Standar
beberapa produk peraturan, sudah pasti bagi pihak yang tidak menerapkan prinsip
mengenal nasabah itu dapat dikenakan sanksi. Berkenaan dengan pengenaan sanksi
ini, Bank Indonesia telah mengeluarkan ketentuan mengenai sanksi terhadap bank
yang tidak menerapkan prinsip mengenal nasabah dalam setiap kegiatannya, yaitu
berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/37/DPNP tentang Penilaian dan
Pengenaan Sanksi atas Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah dan Kewajiban Lain
dapat dikenakan terhadap bank yang tidak menerapkan prinsip mengenal nasabah
212
M. Haidar Ma’ruf, Loc. Cit
213
Muhammad Muallif Heru Wicaksono, Loc. Cit
118
Transaksi perbankan yang dimaksud dalam hal ini adalah pemberian kredit
oleh kreditor kepada debitor nasabah. Penerapan prinsip mengenal nasabah ini
perbankan, terlebih di zaman rezim APU dan PPT. APU adalah singkatan dari Anti
zaman dahulu musuh bank adalah resiko kredit, kini beberapa tindak pidana turut
seperti prinsip mengenal nasabah itu wajib diterapkan oleh bank, salah satunya bagi
akses pemberian kredit salah satunya pada salah satu produk kredit yang ada di
Bank BPD DIY yaitu fasilitas kredit instansi seperti Kredit Multi Usaha (KMU)
dan Kredit Swaguna yang memungkinkan pemberian kredit itu tanpa adanya
jaminan. Bank BPD DIY memang menyediakan fasilitas kredit yang mudah untuk
diakses karena tanpa jaminan, namun fasilitas tersebut hanya bagi pegawai baik
pegawai yang berstatus sebagai pegawai negeri ataupun pegawai swasta yang
instansi atau perusahaannya menjalin kerja sama dengan Bank BPD DIY. Bank
BPD DIY dalam memberikan kredit tanpa jaminan, seperti dalam pemberian Kredit
119
Multi Usaha atau Kredit Swaguna benar-benar memilah debitor dan tidak
kredit.214
Prinsip- prinsip pemberian kredit yang diterapkan Bank BPD DIY dalam
pemberian kredit salah satunya adalah dalam hal prinsip mengenal nasabah.
Penerapan prinsip mengenal nasabah Bank BPD DIY dalam pemberian kredit tanpa
jaminan seperti Kredit Multi Usaha dan Kredit Swaguna dapat dilihat dari berbagai
pemberian kredit yang dilaksanakan oleh Bank BPD DIY. Pada prosedur
214
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
120
Cabang.215
dengan yang tertera dalam dokumen. Alamat dan nomor telepon tempat
nasabah atau calon debitor kepada pihak bank, juga disertai surat pernyataan
bahwa seluruh data dan informasi yang diberikan kepada pihak bank
215
Wawancara dengan Hanafi Prayitno, Desk Pelayanan dan Operasional, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
216
Rio Christiawan, Loc. Cit
121
tersebut berlatar belakang sebagai salah satu pegawai perusahaan yang telah
Analisis panjang Bank BPD DIY dalam proses pemberian kredit dapat
217
Wawancara dengan Hanafi Prayitno, Desk Pelayanan dan Operasional, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
218
Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, Loc. Cit
122
keluarganya.219
219
Wawancara dengan Hanafi Prayitno, Desk Pelayanan dan Operasional, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
220
Johannes Ibrahim Kosasih, Loc. Cit
123
221
Wawancara dengan Hanafi Prayitno, Desk Pelayanan dan Operasional, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
222
Johannes Ibrahim Kosasih, Loc. Cit
124
bank.223
223
Wawancara dengan Hanafi Prayitno, Desk Pelayanan dan Operasional, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
224
Johannes Ibrahim Kosasih, Loc. Cit
125
yang dapat diketahui dari analisis kondisi ekonomi ini. Bank BPD
karyawan atau debitor bekerja atas dasar kerja sama antara bank
pegawai.225
debitor akan diikat suatu hak atas jaminan sesuai dengan jenis
225
Wawancara dengan Hanafi Prayitno, Desk Pelayanan dan Operasional, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
226
Johannes Ibrahim Kosasih, Loc. Cit
126
dan adanya kerja sama antara Bank BPD DIY dengan instansi
227
Wawancara dengan Hanafi Prayitno, Desk Pelayanan dan Operasional, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
228
Marlina Kalangkahan, Loc. Cit
229
Johannes Ibrahim Kosasih, Loc. Cit
127
belum layak.230
sangat penting, terlebih di rezim APU dan PPT seperti saat ini
230
Wawancara dengan Hanafi Prayitno, Desk Pelayanan dan Operasional, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
231
Wawancara dengan Hanafi Prayitno, Desk Pelayanan dan Operasional, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
128
kembali oleh debitor yang bersangkutan. Dalam hal ini dilihat dan
beban cicilan bank lain selain Bank BPD DIY dan debitor
232
Wawancara dengan Hanafi Prayitno, Desk Pelayanan dan Operasional, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
129
pada bagian ini juga dalam rangka Bank BPD DIY untuk
Keuangan.233
233
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
130
dinilai bukan saja nilai pasar dari agunan yang diserahkan tetapi
yang dapat di eksekusi oleh Bank BPD DIY maka bank dapat
234
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
131
angsuran hutang pokok, bunga dan denda serta biaya lain atas
235
Wawancara dengan Hanafi Prayitno, Desk Pelayanan dan Operasional, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
236
Johannes Ibrahim Kosasih, Loc. Cit
132
dalam pemberian kredit instansi melalui slip gaji dan hasil survey
yang dapat di eksekusi oleh bank, namun bank dapat yakin bahwa
237
Wawancara dengan Hanafi Prayitno, Desk Pelayanan dan Operasional, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
238
Wawancara dengan Hanafi Prayitno, Desk Pelayanan dan Operasional, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
133
pihak bank, maka setiap fasilitas kredit baik yang ada jaminan
lain.
239
Wawancara dengan Hanafi Prayitno, Desk Pelayanan dan Operasional, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
134
hati. Tujuan diterapkannya prinsip kehati-hatian ini agar bank selalu dalam
solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan
240
Detisa Monica Podung, “Kredit Macet dan Penerapan Prinsip Kehati-hatian Dalam
Perbankan”, Jurnal Hukum, Edisi No. 3 Vol. V, Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi, 2016,
hlm. 50
241
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
242
Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
135
pemberian kredit, prinsip kehati-hatian adalah suatu prinsip yang ideal dan
kredit itu saling terkait antara satu prinsip dengan prinsip yang lainnya.
salah satu upaya penerapan prinsip mengenal nasabah. Jika prinsip kehati-
hatian itu sudah diterapkan oleh bank dalam pemberian kredit, maka secara
243
Hermansyah, Op. Cit, hlm. 134
244
Rachmadi Usman, “Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia”, Ctk. Kedua,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hlm. 246.
136
Bank BPD DIY harus memiliki informasi yang memadai untuk melakukan
assesment dari desk risiko kredit, pemisahan fungsi antara bagian yang
dan/atau perusahaan yang masuk ke dalam daftar negatif bank dan dalam
debitor kepada pihak bank, juga disertai surat pernyataan bahwa seluruh
data dan informasi yang diberikan kepada pihak bank tersebut adalah
245
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
137
pada awal proses permohonan kredit. Bank BPD DIY dapat menerapkan
sudah pasti diterapkan oleh Bank BPD DIY dalam setiap pemberian kredit
Apabila bank ingin jauh dari resiko kredit, maka bank harus menerapkan
246
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
138
Bank BPD DIY dalam pemberian kredit instansi adalah adanya kebijakan
atau beberapa orang staf yang ditugaskan untuk itu (Bank BPD DIY
koordinasi UKPN.
247
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
139
tersebut.
masing. Adanya manajemen resiko adalah karena kegiatan usaha bank itu
kelebihan dana di bank, karena uang tersebut diputarkan kembali oleh bank
140
Manajemen resiko yang diterapkan Bank BPD DIY pada pemberian kredit
dipastikan tidak melanggar peraturan yang ada atau sesuai SOP (Standart
fungsi kepatuhan dalam pemberian kredit oleh Bank BPD DIY sejauh ini
lainnya.249
seperti adanya pembahasan kredit dengan lebih cermat dan sesuai dengan
248
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
249
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
141
kerja Kepatuhan dan UKPN, untuk dilakukan review oleh unit kerja
di Kantor Cabang dengan petugas dari unit kerja Kepatuhan dan UKPN
250
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
251
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
142
1. Hambatan Bank BPD DIY Kantor Pusat dalam Penerapan Prinsip Mengenal
pemberian kredit instansi diatas, yang mana Bank BPD DIY telah menerapkan
prinsip mengenal nasabah dalam pemberian kredit instansi. Maka, berikutnya akan
penerapan prinsip mengenal nasabah sudah baik setidaknya sampai saat ini, namun
nasabah ruang lingkupnya adalah mengenai identitas pribadi seorang debitor yang
terkadang semua informasi tentang debitor tidak ingin diketahui oleh pihak bank.252
masyarakat, ada masyarakat yang menerima dan ada juga masyarakat yang
khusus baru-baru ini di rezim APU dan PPT. Melaksanakan prinsip mengenal
nasabah, bank tentu mengalami kesulitan-kesulitan baik yang berasal dari bank itu
252
Wawancara dengan Hanafi Prayitno, Desk Pelayanan dan Operasional, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
143
bersangkutan. Hambatan yang dihadapi oleh Bank BPD DIY dalam melaksanakan
prinsip mengenal nasabah tidak jauh berbeda, yaitu berasal dari hubungan bank
dengan nasabahnya. Artinya, kendala yang dihadapi oleh bank berasal dari tingkah
instansi:253
disediakan oleh Bank BPD DIY, namun selama ini Bank BPD DIY
KYC, maka Bank BPD DIY akan memberikan penjelasan dan edukasi
pada kolom alamat tinggal di isi alamat yang tertulis di KTP padahal
dengan alamat yang tertera di KTP. Pada kasus ini, Bank BPD DIY
terkadang harus konfirmasi ulang dengan calon debitor, Bank BPD DIY
253
Wawancara dengan Hanafi Prayitno, Desk Pelayanan dan Operasional, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
144
tanggap untuk mengatasi hal-hal seperti ini karena memang secara rutin
BPD DIY menanyakan sesuatu hal yang bersifat pribadi, padahal hal ini
bukan untuk hal yang lain. Memang benar, secara logika antara prinsip
Perbankan.254
Meninggal Dunia
14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum dan Peraturan OJK
Nomor 40/POJK.03/2019 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum. Pada Pasal
10 dalam kedua peraturan tersebut intinya sama, yaitu kualitas kredit ditetapkan
254
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
145
berdasarkan faktor penilaian terhadap prospek usaha debitor, kinerja debitor dan
kemampuan membayar debitor. Kemudian, baru suatu kredit instansi itu dapat
ditetapkan kualitasnya. Pasal 12 ayat (3) dalam kedua peraturan tersebut juga pada
intinya sama, yaitu kualitas kredit dapat ditetapkan menjadi kredit lancar, dalam
pokok dan/atau bunga tepat, memiliki mutasi rekening yang aktif atau
255
Hermansyah, Loc. Cit
146
angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 (dua ratus
atau dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat
Pada kredit instansi di Bank BPD DIY yang tanpa jaminan, atau yang dalam
perusahaan yang dibayarkan melalui rekening Bank BPD DIY tersebut, tentunya
meninggal dunia akan berdampak terhadap kredit instansi yang sedang berjalan.
meninggal dunia maka pihak Bank BPD DIY akan segera mengetahui dari pihak
perusahaan dimana debitor itu bekerja, hal ini dikarenakan adanya kerja sama
antara pihak Bank BPD DIY dengan instansi atau perusahaan debitor yang
memungkinkan terjadi komunikasi yang intens antar kedua belah pihak. Langkah
awal yang dilakukan Bank BPD DIY ketika mengetahui salah satu debitor kredit
147
Penetapan kualitas kredit menjadi kredit dalam perhatian khusus tersebut, tetap
sesuai dengan prosedur yang ada dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum dan Peraturan OJK
kredit instansi si debitor yang dipecat atau diberhentikan dan/atau meninggal dunia
ditetapkan sebagai kredit dalam perhatian khusus karena terjadinya telat bayar
tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum yang intinya menyatakan penilaian
dilanggar.257
sehingga jika terjadi sesuatu yang akan berdampak kepada faktor kemampuan
256
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
257
Pasal 11 ayat (3) POJK Nomor 40/POJK.03/2019 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank
Umum
148
instansi di Bank BPD DIY dan kredit ditetapkan menjadi kredit dalam perhatian
dengan 90 hari, hal ini dikarenakan proses administrasi yang harus dilalui
oleh Bank BPD DIY. Bank tidak dapat mendapat memotong secara
258
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
259
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
149
nasabah itu dilakukan oleh Bank BPD DIY setelah diketahui debitor
maka slip gaji menjadi tidak berguna lagi. Sehingga, Bank BPD DIY
3. Mekanisme Hukum yang dilakukan Bank BPD DIY Selaku Kreditor Terhadap
petunjuk bagi bank dalam kegiatan usahanya, salah satunya yaitu pemberian kredit
agar terhindar dari resiko kredit. Setiap pemberian kredit haruslah mengedepankan
keamanan maupun kepentingan para pihak, baik debitor maupun kreditor. Oleh
karena itu, mekanisme hukum untuk melindungi keamanan atau kepentingan para
pihak yaitu debitor dan kreditor itu sangat perlu. Mekanisme hukum tersebut sangat
diperlukan bagi pemberian kredit, terlebih pemberian kredit instansi di Bank BPD
Pada kredit instansi di Bank BPD DIY diperlukan untuk melindungi para
pihak dalam kredit instansi yaitu debitor dan kreditor itu sendiri. Mekanisme hukum
itu diperlukan apabila dalam proses pemberian kredit salah satu pihak ada yang
proses kredit instansi sedang berjalan si debitor yang berprofesi sebagai karyawan
berdampak pada kredit instansi itu sendiri, karena kredit instansi di Bank BPD DIY
rekening Bank BPD DIY dipotong secara otomatis oleh Bank BPD DIY. 260 Pada
260
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
151
dasarnya, berkaitan dengan hal-hal seperti ini baik Bank Indonesia maupun Otoritas
Jasa Keuangan mengatur mengenai mekanisme hukum yang dapat ditempuh untuk
Keuangan di Sektor Pasar Modal pada intinya menyatakan bahwa penyedia jasa
keuangan di sektor pasar modal wajib menerapkan prinsip mengenal nasabah dan
Berkaitan dengan kedua peraturan tersebut diatas, Bank BPD DIY telah
BPD DIY telah menerapkan prinsip mengenal nasabah, terlihat dengan adanya
UKPN (Unit Kerja Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah) yang tugas dan tanggung
261
Pasal 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/21/PBI/2003 tentang Perubahan Atas
Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah
262
Pasal 2 POJK Nomor 22/POJK.04/2014 tentang Prinsip Mengenal Nasabah Oleh
Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal
152
jawab UKPN melekat pada Kelompok Kepatuhan dan UKPN di bawah Pemimpin
Divisi Manajemen Risiko dan Kepatuhan sesuai dengan Surat Keputusan Direksi
Perusahaan Bidang Organisasi PT. Bank BPD DIY. Tugas dan tanggung jawab
UKPN antara lain melakukan monitoring pelaksanaan dan analisis pelaporan terkait
itu, pada formulir pemberian kredit seperti kredit instansi didalamnya juga telah
memuat serangkaian klausul atau covenant, di mana sebagian besar dari klausul
upaya pemberian kredit dari aspek finansial dan hukum. Aspek finansial disini
adalah yang berhubungan dengan dana, artinya mekanisme hukum yang diperlukan
aspek hukum disini, maksudnya adalah mekanisme hukum yang nantinya diambil
hukum disini adalah klausul yang mengharuskan debitor mematuhi substansi yang
selaku kreditor ketika debitor dalam kredit instansi itu dipecat atau diberhentikan
dan/atau meninggal dunia adalah adanya kerja sama (MoU) dengan pihak instansi
263
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
264
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
153
atau perusahaan debitor. Pada pemberian kredit instansi di Bank BPD DIY memang
tidak sembarang debitor diberikan fasilitas kredit ini, pemberian kredit instansi juga
karena adanya kerja sama antara Bank BPD DIY dengan perusahaan si debitor.
Sehingga ketika secara mendadak terjadi hal-hal yang dapat berdampak pada
kelangsungan kredit instansi antara Bank BPD DIY dengan debitor yang berlatar
belakang sebagai karyawan suatu perusahaan tersebut, maka Bank BPD DIY dapat
dengan mudah konfirmasi dengan perusahaan tersebut. Disamping Bank BPD DIY
kreditnya. Hal ini dikarenakan terkadang proses ini membutuhkan waktu yang
Ketika kondisi semakin memburuk, dan nasib kredit instansi semakin tidak
menentu. Bank BPD DIY melalui Desk risiko kredit dan penyelesaian kredit
penjadwalan kembali, Bank BPD DIY akan memperpanjang jangka waktu kredit,
penurunan suku bunga bank atau dengan penundaan pembayaran suku bunga bank.
265
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
154
jaminan dalam pemberian kredit instansi di Bank BPD DIY. Kredit instansi
merupakan fasilitas kredit tanpa jaminan di Bank BPD DIY khusus bagi karyawan
swasta yang perusahaan atau instansinya bekerja sama dengan Bank BPD DIY.
Meski tidak ada jaminan, dalam praktek sebenarnya gaji debitor yang dibayarkan
melalui rekening Bank BPD DIY merupakan salah satu hal yang membuat Bank
BPD DIY mempunyai keyakinan terhadap debitor untuk diberikan fasilitas kredit
kredit itu ada jaminan. Selain itu, ternyata dalam kredit instansi di Bank BPD DIY
itu pihak bank meminta jaminan tambahan yakni dalam bentuk avalis.267 Mengenai
avalis, avalis atau penanggungan lazim dikenal dalam kontrak kerja sama atau
perjanjian timbal balik, terlebih khusus lagi dalam perjanjian perkreditan yang
mana pihak kreditor (bank) seringkali membutuhkan jaminan tambahan atas utang
debitornya.268
untuk kepentingan debitor itu sendiri, utang yang ditanggung merupakan suatu
kewajiban prestasi atau perikatan yang sah demi hukum, dan kewajiban
266
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
267
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
268
Yudhana Hendra Pramapta, Op. Cit. hlm. 215
155
setelah debitor itu wanprestasi.269 Pasal 1820 KUH Perdata menyatakan bahwa
mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan debitur, bila debitur itu tidak
(bank guarantee).270
Pada pemberian kredit instansi, yang merupakan salah satu kredit tanpa
agunan di Bank BPD DIY yang diperuntukkan bagi karyawan suatu perusahaan
yang menjalin kerja sama dengan Bank BPD DIY, maka Bank BPD DIY meski
debitor tertentu karena adanya gaji debitor yang dibayarkan perusahaannya melalui
rekening Bank BPD DIY. Ternyata dalam prakteknya Bank BPD DIY tetaplah
meminta jaminan yaitu dalam wujud avalis.271 Berkaitan dengan avalis ini, selalu
DIY dengan debitor. Avalis yang diminta Bank BPD DIY adalah jaminan
269
Ibid,
270
Ibid,
271
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
272
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
156
praktek pemberian kredit instansi di Bank BPD DIY ditemui jaminan pribadi
(personal guarantee), lebih sering dari pada jaminan perusahaan atau corporate
guarantee. Misalnya dalam kredit instansi yang mana ada ahli warisnya (biasanya
dalam praktek, di Bank BPD DIY itu bisa istri/suami ataupun anak debitor
tergantung bagaimana perjanjian yang disepakati kedua belah pihak) yang menjadi
Mekanisme hukum terakhir yang diambil Bank BPD DIY dalam pemberian
kredit instansi adalah mengklaim asuransi. Setiap pemberian kredit, termasuk kredit
instansi (Kredit Multi Usaha dan Kredit Swaguna) maupun produk-produk kredit
yang lain di Bank BPD DIY, pada dasarnya nasabah debitor dibebani bea asuransi.
Hal ini dilakukan karena sudah menjadi salah satu prosedur dalam pemberian kredit
yang ditetapkan oleh Bank BPD DIY. Bank BPD DIY juga telah menjalin kerja
sama dengan beberapa perusahaan asuransi seperti PT. Asuransi Bangun Askrida,
dan PT. ASEI karena untuk mendukung kebijakan pemberian kredit Bank BPD
DIY tersebut. Adanya pembebanan bea asuransi kepada nasabah debitor yang telah
menjadi prosedur yang mau tidak mau harus diterima oleh nasabah debitor
perjanjian kredit di Bank BPD DIY tersebut, juga dalam rangka bank menjalankan
dan Pelaksanaan Kebijakan Perkreditan atau Pembiayaan Bank Bagi Bank Umum
yang menyatakan:274
273
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
274
Pasal 2 Peraturan OJK Nomor 42/POJK.03/2017 tentang Kewajiban Penyusunan dan
Pelaksanaan Kebijakan Perkreditan atau Pembiayaan Bank Bagi Bank Umum
157
prosedur atau kebijakan kredit secara tertulis yang disetujui oleh dewan komisaris
Bank BPD DIY. Pada kebijakan perkreditan secara tertulis tersebut oleh Bank BPD
seluruh produk atau plafon kredit di Bank BPD DIY khususnya seperti perjanjian
kredit instansi yang disetujui oleh pejabat bank yang berwenang.275 Pemberian
kredit instansi secara khusus memuat klausul perjanjian penambahan jumlah kredit
dan perpanjangan jangka waktu kredit yaitu klausul definisi, klausul fasilitas kredit,
pernyataan dan jaminan, klausul hal-hal kewajiban, klausul hal-hal yang dilarang,
klausul asuransi perjanjian kredit, klausul pernyataan kuasa memotong gaji, klausul
275
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
158
pembebanan bea asuransi kepada nasabah debitor adalah salah satu prosedur dalam
276
Wawancara dengan Ibu Elva, Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer, di Kantor
Cabang Utama Bank BPD DIY, pada tanggal 18 Maret 2021.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang penulis paparkan pada Bab III diatas, maka
perusahaan atau instansi debitor melalui rekening Bank BPD DIY yang
tersebut dalam hal ini lebih kepada salah satu unsur pembangun keyakinan
Bank BPD DIY untuk dapat memberikan fasilitas kredit instansi kepada
Meskipun kredit instansi tersebut tanpa jaminan, Bank BPD DIY sangat
selektif dalam memberikan fasilitas kredit instansi. Bank BPD DIY tetap
159
160
alamat, pekerjaan atau keterangan kerja dari instansi, dan specimen tanda
nasabah yang dijalankan Bank BPD DIY dapat dilihat dari prosedur dan
salah satu penerapan prinsip mengenal nasabah oleh Bank BPD DIY,
adanya kebijakan strategis yang dikeluarkan oleh Bank BPD DIY, dan
lebih kepada keinginan debitor yang tidak ingin privasinya itu diketahui
dilakukan oleh Bank BPD DIY sebagai kreditor dalam pemberian kredit
pokok dan bunga yang bisa sampai dengan 90 hari. Penilaian kualitas kredit
tersebut dapat segera dilaksanakan karena adanya MoU antara Bank BPD
dapat segera diketahui pihak bank. Mekanisme hukum yang dilakukan Bank
dengan melihat pada ada tidaknya jaminan dalam pemberian kredit instansi.
Maksudnya adalah, meski tidak ada jaminan dalam praktek sebenarnya gaji
debitor yang dibayarkan melalui rekening Bank BPD DIY merupakan salah
satu hal yang membuat Bank BPD DIY mempunyai keyakinan terhadap
Selain itu, ternyata dalam kredit instansi di Bank BPD DIY itu pihak bank
avalis ini merupakan mekanisme hukum yang dapat dilaksanakan oleh Bank
BPD DIY berikutnya, karena dengan adanya avalis tersebut terdapat pihak
mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan debitor, bila debitor itu tidak
yang dapat dilaksanakan oleh Bank BPD DIY ketika beberapa mekanisme
B. SARAN
nasabah dalam pemberian kredit instansi di Bank BPD DIY, serta berkaca dari hasil
kepada pihak Bank BPD DIY untuk lebih rutin memberikan pemahaman dan
edukasi kepada calon nasabah debitor. Hal ini dikarenakan, masih ditemukan
beberapa nasabah debitor yang sekedarnya saja dalam mengisi formulir KYC atau
formulir yang difungsikan untuk menerapkan prinsip mengenal nasabah. Hal ini
kepada Bank BPD DIY untuk lebih sering melakukan peningkatan sumber daya
manusia agar sumber daya manusia yang ada di Bank BPD DIY dapat dengan cepat
usaha perbankan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
163
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1996.
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.
Mindo Pramono, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2006.
Man S. Sastrawidjaja, Hukum Kepailititan Dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang, P.T. Alumni, Bandung, 2006.
Mahmoeddin, Dasar-Dasar Kredit BPR, Quantum, Bandung, 2010.
Neni Sri Imaniyati, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, Refika Aditama,
Bandung, 2010.
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta, 2011.
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Ctk. Kedua,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.
Rachmat Syafe’I, Fiqih Muamalah, Pustaka Setia, Bandung, 2010.
Riky Rustam, Hukum Jaminan, Ctk. Pertama, UII Press, Yogyakarta, 2017.
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang
bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Cet. Ketiga,
Badan Pembina Hukum Nasional, Jakarta, 2006.
Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2008.
Siswanto Sutojo, Menangani Kredit Bermasalah, Damar Mulia Pustaka, Jakarta,
2008.
Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, Bank dan Lembaga Keuangan, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2012.
Uswatun Hasanah, Hukum Perbankan, Setara Press, Malang, 2017.
Jurnal
Asep Rozali, “Prinsip Mengenal Nasabah dalam Praktik Perbankan”, Jurnal Hukum
Sekolah Tinggi Hukum Bandung, 2011.
Alif Ilham Akbar Fatriansyah, “Kajian Penelitian Tentang Hukum Jual Beli
Kredit”, Jurnal Ilmu Ekonomi Al-Madani Bandarlampung, Vol. 32 No. 1,
Fakultas Ekonomi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al-Madani, 2020.
164
Detisa Monica Podung, “Kredit Macet dan Penerapan Prinsip Kehati-hatian Dalam
Perbankan”, Jurnal Hukum, Edisi No. 3 Vol. V, Fakultas Hukum
Universitas Sam Ratulangi, 2016.
Johannes Ibrahim, “Dilematis Penerapan UU Nomor 24 Tahun 2004 Tentang
Lembaga Penjamin Simpanan antara Perlindungan Hukum dan Kejahatan
Perbankan”, Jurnal Hukum, Volume 24 Nomor 1 Tahun 2005.
Marlina Kalangkahan, “Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah dalam Transaksi
Perbankan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998”, Jurnal
Hukum, Vol. VII/No. 2, 2019.
Nita Putri Yadiarsih, “Kredit Dengan Jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri di
Bank Rakyat Indonesia Cabang Karanganyar”, Jurnal Hukum, Edisi No. 1
Vol. 2, Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi, 2016.
Newfriend N. Sambe, “Fungsi Jaminan Terhadap Pemberian Kredit Oleh Pihak
Bank Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998”, Jurnal Hukum,
Vol. V/No.4/April-Juni, 2016.
Ni Made Arini, Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, S.H.,MH, dan Dr. I Wayan
Wiryawan, SH.,MH, “Penyelesaian Permasalahan Kredit Tanpa Agunan
(UMKM) di Denpasar”, Jurnal Hukum, Magister Kenotariatan Universitas
Udayana, 2017.
Putra Pierson David Iroth, “Perjanjian Kredit Bank Sebagai Dasar Hubungan
Hukum Antara Bank dan Nasabah Menurut Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 Tentang Perbankan”, Jurnal Hukum, Edisi Vol. V/No.
5/Jul/2017, Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi, 2017.
165
M. Haidar Ma’ruf, “Prinsip Mengenal Nasabah Sebagai Upaya Perusahaan
Perbankan dalam Mengatasi Kredit Macet Berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 5/21/PBI/2003 (Studi di BRI Cabang Brebes)”, Skripsi,
Ilmu Hukum Universitas Negeri Semarang, 2018.
Neni Wijayanti, “Peran Customer Service dalam Meningkatkan Pelayanan Kepada
Nasabah di Bank Lampung Cabang Bandar Jaya”, Skripsi, Perbankan
Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro, 2018.
Yudhana Hendra Pramapta, “Penerapan Prinsip Kehati-hatian dalam Pemberian
Kredit (Analisis Terhadap SK ASN Sebagai Jaminan Kredit di Bank BPD
DIY Cabang Pembantu Ngaglik)”, Skripsi, Ilmu Hukum Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta, 2020.
Peraturan Perundang-Undangan
Data Internet
https://www.legalku.com/hukum-jaminan-dalam-indonesia/
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terdapat dalam https://kbbi.web.id/terap-2
166
Abdul Rasyid, “Prinsip Mengenal Nasabah dalam Perbankan”, terdapat pada
https://business-law.binus.ac.id/2016/12/29/prinsip-mengenal-nasabah-
dalam-perbankan/
Letezia Tobing, “Perbedaan Droit de Preference dan Hak Privilege” dalam
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt547a9355c4b95/per
bedaan-droit-de-preference-dan-hak-privilege/
Rio Christiawan, “Prinsip Know Your Customer Guna Penelusuran Transaksi
Nasabah”, terdapat pada
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5fd8a91e33db1/prin
sip-i-know-your-customer-i-guna-penelusuran-transaksi-nasabah/
Sovia Hasanah, “Kedudukan SK PNS Sebagai Jaminan Utang”, dalam
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl5373/kedudukan-
sk-pns-sebagai-jaminanutang/
http://www.bpddiy.co.id/index.php?page=produk&sub=kreditpegawai
https://idtesis.com/metode-penelitian-hukum-empiris-dan-normatif/
http://www.bpddiy.co.id/index.php?page=profile&sub=sejarah
http://www.bpddiy.co.id/index.php?page=profile&sub=visi
167
LAMPIRAN-LAMPIRAN
168
TRANSKIP HASIL WAWANCARA
KETERANGAN
169
menggali informasi terkait kredit instansi ini pak/bu jika kredit semacam
ini itukan tanpa jaminan kan? Jadi begitu pak/bu gambaran singkatnya.
N2 : Berarti garis besarnya tentang penerapan prinsip mengenal nasabah ya
mas?
P : Iya betul bu, benarkan pak/bu kredit instansi ini tanpa jaminan?
N1 : Gimana ya mas, sebenarnya ini bisa dikatakan tanpa jaminan meski
dalam praktek sebenarnya jaminannya itu ya gaji si debitor yang
dibayarkan perusahaannya melalui rekening di Bank BPD DIY mas.
N2 : Betul, kredit instansi ini didalam prakteknya memang bisa dikatakan
jaminanya itu gaji si debitor itu sendiri mas. Bank berani seperti itukan
karena ada kerja sama dengan perusahaan atau kantor si debitor mas,
jadi memang pembayaran gaji semua pegawai perusahaan atau kantor
debitor itu dibayarkan melalui rekening Bank BPD DIY sehingga kami
kemudian menawarkan kepada seluruh pegawainya kalau dikami bisa
ambil kredit tanpa jaminan dan cicilannya potong gaji. Di dunia bank,
dikenal auto debet. Kalo di kami, kredit instansi ini hanya istilah sih
sebenarnya nama fasilitas kreditnya bukan kredit instansi, jadi kredit
semacam ini itu ada dua yaitu kredit Swaguna sama kredit multi usaha.
Cuma ya disebutkan kredit instansi karena debitornya memang khusus.
P : Baik bapak dan ibu, saya paham mengenai apa itu kredit instansi di Bank
BPD DIY. Sebelum lanjut pak/bu, apakah ada bagan atau struktur
organisasi kantor pusat Bank BPD DIY ini ya?
N1 : Yang mana bu? Yang baru kayaknya masih diformat ulang.
N2 : Ambilkan yang lama dulu saja, masih dipakai kok pak?
N1 : Sebentar mas saya ambilkan, sekalian saya kasih copyannya.
P : Oh ya pak, makasih pak malah ngerepotin saya.
N1 : Santai mas.
N2 : Mas, saya dulu awal tahun 2020 kalo enggak salah pernah ngasih data
juga lewat wawancara sama WA mas, juga mahasiswa UII Cuma
anaknya itu penelitian ke kantor cabang, cuma beberapa data minta ke
saya karena awalnya mau penelitian disini sama saya kemudian
dilempar ke kantor cabang. Waktu itu masih ramai corona, penelitian di
kantor ini sama saya.
P : Wah, banyak bu dari UII yang penelitian disini? Mungkin itu kakak
tingkat saya bu.
N2 : Banyaknya jurusan ekonomi, akuntansi, dan manajemen mas. UII jarang
sih kalau saya, mungkin bagian yang lain mas.
P : Oh iya bu, kalau pandemi seperti ini kredit terpengaruh enggak bu?
N1 : Ini mas, nanti di scan aja biar jelas mas.
N2 : Jelas ngaruh mas, semua terpengaruh.
P : Oh nggeh pak, makasih. Iya ya bu, kondisi ekonomi jadi seperti ini. Baik
bapak dan ibu, apakah boleh saya lanjutkan agar segera selesai ?
N1 : Monggo mas.
P : Terkait dengan visi misi Bank BPD DIY saya bisa melihat dimana ya
pak/bu?
N2 : Kalau itu diweb saja mas, lengkap.
170
N1 : Iya mas, nanti di web aja. Seperti buku tahunan yang ini juga bisa di
download mas di website resmi Bank BPD DIY.
P : Baik pak/bu, kemudian saya mau bertanya soal dasar alasan Bank BPD
DIY memberikan fasilitas kredit multi usaha dan kredit swaguna yang
keduanya itu dikenal kredit instansi itu bagaimana ya pak/bu?
N1 : Aku atau kamu bu yang jawab, masih standar pertanyaannya kayaknya
aku saja bu.
N2 : Ya monggo pak.
N1 : Jadi gini mas, kredit instansi itu sama halnya dengan kredit-kredit yang
lain. Cuma peruntukannya bagi pegawai, bisa pegawai negeri atau
pegawai swasta. Bagi pegawai negeri wajib menjaminkan SKnya mas.
Untuk pegawai swasta ya standar dokumen kerja seperti surat
keterangan kerja dari perusahaannya mas. Perlu digaris bawahi, kredit
instansi khususnya untuk pegawai swasta itupun tidak dapat
sembarangan diberikan begitu saja mas, butuh analisis yang detail yang
harus kami lakukan. Saya katakan kredit instansi sama dengan kredit
yang lain karena memang kredit ini juga ada jaminannya kok mas,
meskipun bukan berupa jaminan materiil atau jaminan benda gitu.
Dalam praktek kredit instansi ini diberikan karena ada MoU antara bank
dengan perusahaan si debitor, ada gaji debitor yang dibayarkan oleh
perusahaannya melalui rekening Bank BPD DIY. Kurang lebihnya
seperti itu mas, mungkin bu elva mau menambahkan.
N2 : Mungkin saya menegaskan saja mas, memang betul apa yang
disampaikan pak Hanafi. Kredit instansi itu dikhususkan bagi pegawai
negeri dan pegawai swasta. Dalam kasus debitor itu pegawai negeri,
kami meminta SK pengangkatan sebagai ASN-nya itu untuk dijaminkan
kepada kami. Untuk pegawai swasta, kami berdasar kepada ada tidaknya
MoU antara kami dengan perusahaan si pegawai swasta tersebut.
Adanya gaji pegawai swasta yang dibayarkan perusahaannya melalui
rekening Bank BPD DIY juga memberikan alasan kepada kami untuk
menawarkan fasilitas kredit tanpa jaminan yang cicilan perbulannya
dengan potong gaji secara otomatis.
P : Jadi seperti itu ya bapak dan ibu. Lalu, tahapan pemberian kredit instansi
itu apakah sama dengan fasilitas kredit lain yang ada di Bank BPD DIY?
N2 : Tidak sama mas, karena tidak ada penyerahan jaminan. Permohonan
kredit instansi ini dapat dilakukan secara online melalui website dan
secara offline mas. Meski online, kita juga pada waktunya nanti akan
tetap mewajibkan kehadiran debitor ke kantor kami. Permohonan kredit
instansi dimulai ketika nasabah mendatangi customer service, kemudian
mengisi form permohonan kredit, yang dilampiri dengan fotocopy Kartu
Tanda Penduduk, fotocopy NPWP, fotocopy identitas dari perusahaan
atau kantor nasabah, slip gaji asli beserta surat keterangan kerja,
fotocopy Kartu Keluarga, dan surat nikah bagi yang sudah menikah.
Pada satu bandel form permohonan kredit, di dalamnya sudah termasuk
adanya surat pernyataan dan kuasa potong gaji. Kemudian kami
verifikasi seluruh dokumen tersebut dan kami lakukan analisis.
171
N1 : Kalau sudah verifikasi dan kemudian kami lakukan analisis, kemudian
itu sudah masuk ke bagian analis kredit standar untuk dikeluarkannya
surat keterangan permohonan kredit (SKPK). Setiap ada permohonan
kredit, kami mencatat dalam sebuah buku khusus. Lalu kami lakukan BI
Checking, nah terkait dengan SKPK tadi, itu nanti terdapat 2 lembar
yang satunya untuk arsip sementara dan satunya masuk ke bagian analis
kredit standar. Jika permohonan kredit tersebut layak untuk diberikan,
maka analis kredit standar akan menginformasikan kepada Account
Officer, kemudian AO akan melakukan survey ke lapangan. AO
bertemu calon debitor, kemudian mengisi lembar laporan kunjungan
nasabah yang kemudian hasilnya dimasukkan ke dalam memorandum
analisis kredit yang akan diteruskan AO kepada komite kredit. Pada
analisis di awal tadi nanti kita sesuai unsur 7P, 5C, dan 3R. lebih
detailnya nanti ibu elva yang akan menjelaskan terkait unsur itu. Lanjut,
ada surat keputusan tentang permohonan kredit tersebut. Pemimpin
cabang akan membuat surat pemberitahuan persetujuan kredit, yang
diteruskan oleh analis kredit standar untuk membuat surat
penegasannya. Surat keputusannya tadi dicetak 3x, satu untuk debitor,
satu untuk kasir sebagai proses pencairan dan satu untuk kearsipan bank.
Ketika debitor telah memiliki rekening Bank BPD DIY maka proses
pencairan kredit hanya pemindahbukuan.
P : Baik pak/bu, sangat mengerti saya. Kemudian bagaimanakah penerapan
prinsip mengenal nasabah di Bank BPD DIY?
N2 : Jadi gini mas, di Bank BPD DIY itu ada yang namanya unit kerja
kepatuhan dan UKPN yang tupoksinya adalah mengawasi dan
menjamin bahwa seluruh kegiatan usaha perbankan kit aini sesuai
peraturan yang ada baik UU, POJK dan ketentuan BI serta sudah
melakukan penerapan prinsip-prinsip pemberian kredit seperti prinsip
mengenal nasabah sebagai salahsatunya. Jika masnya bertanya
mengenai bagaimana penerapannya, menurut pendapat saya itu dapat
diketahui dalam proses pengajuan permohonan kredit instansi yang
sudah dijelaskan secara detail oleh bapak Hanafi.
N1 : Bank BPD DIY sudah pasti menerapkan prinsip mengenal nasabah mas,
diawal seperti yang saya jelaskan tadi itukan kami melakukan
salahsatunya BI Checking. Dari situ kita bisa tahu karakternya, catatan
keuangan, serta informasi-informasi lain terkait debitor. Masih
ditambah informasi yang berhasil didapatkan dari hasil survey lapangan,
informasi terkait kondisi keluarga biasanya diketahui ada anak berapa
atau istri berapa hanya dengan melihat Kartu Keluarga, kemudian
dokumen rekening listrik, dan ada atau tidaknya usaha sampingan juga
sangat penting, tujuan penggunaan dana kredit juga harus diketahui
kami karena sekarang ini mengenai prinsip mengenal nasabah kita jadi
punya solusi untuk menangani pencucian uang dan pendanaan
terorisme. Pemberian kredit instansi ini sangat hati-hati mas, apalagi
kondisi ekonomi yang sedang buruk karena corona ini mas. Situasi-
situasi seperti ini juga menjadi pertimbangan.
172
N2 : Mungkin saya sedikit menambahkan, selain yang disebutkan oleh pak
Hanafi tadi. Sebenarnya, kami juga akan mengupayakan dan
memprediksi tentang apasih yang akan didapatkan debitor nanti setelah
mengambil fasilitas kredit instansi di kami. Untuk hal ini, kami
menyebutnya sebagai profit atau profitability yang harus didapatkan
oleh debitor atas akibat mengambil fasilitas kredit instandi di kami.
Kredit instansi ini kami persiapkan sebaik mungkin karena setiap kredit
itukan mengandung resiko. Mitigasi untuk menghadapi resiko kredit,
Bank BPD DIY dengan asuransi, kami kerjasama dengan dua
perusahaan asuransi terkait kredit pegawai. Keduanya membackup kami
untuk asuransi jiwa, asuransi phk, dan asuransi kredit macet, itu sudah
aman, biaya memang dibebankan kepada nasabah karena itu apa yang
tidak ada jaminan itu kami backup dengan asuransi dan kami bebankan
dengan nasabah, jadi tiap pencairan kredit nanti sudah dipotong untuk
asuransi. Kami kerja sama dengan PT. Asuransi Bangun Askrida dan
PT. ASEI. Juga ada MoU dengan perusahaan debitor membuat kami
sedikit nyaman dalam memberikan kredit instansi.
P : Baik bapak dan ibu, terimakasih penjelasannya. Saya sudah mempunyai
gambaran mengenai penerapan prinsip mengenal nasabah dalam
pemberian kredit instansi di Bank BPD DIY. Berikutnya pak/bu, apakah
bank dapat mengetahui dengan cepat terkait kebenaran informasi yang
diberikan nasabah kepada bank?
N2 : Hal tersebut adalah yang utama, yang menjadi fokus kami setelah
nasabah memberikan informasi-informasinya. Nanti saya kasih formulir
permohonan kredit, didalamnya terdapat pernyataan tentang keaslian
data atau informasi yang diberikan oleh nasabah kepada kami.
P : Oh iya bu, saya juga butuh untuk dokumentasi.
N2 : Sebentar mas, diawal saya juga lupa menginformasikan bahwa di Bank
BPD DIY ini juga mempunyai manajemen resiko mas. Namanya kredit,
pasti mengandung resiko. Jika kredit tanpa resiko itu mustahil. Terlebih
kredit tanpa jaminan. Kami selalu melakukan pengkinian data nasabah,
agar informasi terbaru terkait nasabah dapat kami ketahui.
P : Baik bu, terimakasih. Selanjutnya saya mau bertanya mengenai ada
tidaknya hambatan dalam menerapkan prinsip mengenal nasabah?
N2 : Pertanyaan ini, dijawab oleh pak Hanafi saja karena pintu pertama
bertemu dengan nasabah.
N1 : Jadi gini mas, penerapan prinsip mengenal nasabah inikan garis
besarnya adalah kita harus benar-benar kenal si nasabah. Kita kenal,
berarti kita tahu informasi secara detail terkait nasabah tersebut. Kita
berkenalannya melalui formulir, dokumen dan keterangan si nasabah itu
sendiri. Namun, terkadang ada nasabah yang enggan informasi
pribadinya kami ketahui padahal untuk kepentingan perbankan. Bank
BPD DIY menyediakan form KYC, yang digunakan untuk mengisi data
diri dan keterangan lain terkait informasi pribadi nasabah agar bank
dapat kenal. Terkadang nasabah enggan untuk mengisi, kami berikan
173
edukasi terkadang ada yang paham dan ada yang mengalihkan
pembicaraan. Mungkin itu sih mas, hambatannya.
P : Baik pak terimakasih. Selanjutnya saya ingin bertanya mengenai ada
tidaknya penetapan kualitas kredit, ketika debitor kredit instansi itu
dipecat atau meninggal dunia?
N2 : Penetapan kualitas kredit itu ada mas, cuma selama ini untuk debitor
kredit instansi yang meninggal dunia itu sedikit. Selama pandemi ini,
mungkin faktor banyak PHK yang beberapa ada yang dipecat. Kami
dapat kabar cepat, karena ada MoU dengan perusahaan dimana debitor
itu bekerja. Penetapan kualitas kredit ini sebagai salah satu mekanisme
hukum yang kami persiapkan untuk menghadapi ancaman resiko kredit.
Ketika debitor dipecat atau meninggal dunia, otomatis kami tidak bisa
memotong gaji debitor secara otomatis karena perusahaan debitor sudah
tidak membayarkan gaji si debitor. Sehingga terjadi keterlambatan
pokok dan bunga karena proses-proses administrasi yang panjang bisa
sampai dengan 90 hari, kami lakukan penetapan kualitas kredit menjadi
kredit dalam perhatian khusus. Artinya, turun satu tingkat dari kredit
lancar. Faktor kemampuan membayar bagi kami sangat penting, karena
inti dari pemberian kredit adalah kembalinya uang kredit kepada bank
sepenuhnya dengan bunga sebagai keuntungannya.
P : Oke ibu elva, nah lalu terkait dengan mekanisme hukum yang disiapkan
Bank BPD DIY untuk menghadapi debitor yang dipecat atau meninggal
dunia sementara debitor yang bersangkutan masih terikat perjanjian
kredit instansi?
N1 : Sebelumnya mohon maaf, saya izin untuk meneruskan kegiatan saya
dulu ya mas, bu elva. Mungkin bisa dilanjutkan via WA saja mas, jika
ingin bertanya dikemudian hari jika dirasa masih ada yang mengganjal.
Masnya tidak membagi angket gitukan?hanya wawancara?
P : Oh baik pak, sebelumnya saya yang mengucapkan banyak terimakasih
karena sudah dibantu pak. Kebetulan saya hanya wawancara saja pak,
makasih ya pak. Ini juga hanya sisa 5 menit, mungkin saya persingkat
saja karena ibu elva juga akan ada rapat ya?
N2 : Iya mas, nanti juga saya kasih kartu nama saya supaya bisa
menghubungi say ajika masih ada pertanyaan.
P : Baik bu, terkait mekanisme hukum tadi sebenarnya pas pertanyaan
terakhir saya bu.
N2 : Baik mas, saya jelaskan. Ketika kami mendapati salah satu debitor kredit
instansi kami yang dipecat atau meninggal dunia. Mekanisme hukum
yang kami ambil pertama kali adalah dengan melakukan penetapan
kualitas kredit terlebih dahulu. Hal tersebut dikarenakan, berhentinya
gaji si debitor yang dibayarkan melalui rekening Bank BPD DIY
otomatis kami tidak bisa memotong gaji tersebut karena sudah tidak ada,
padahal cicilan harus tetap dibayarkan. Kami berpegang teguh kepada
klausul dalam perjanjian kredit instansi yang disetujui masing-masing
pihak. Berikutnya kami melakukan reschedulling, reconditioning dan
liquidation. Rescheduling atau penjadwalan kembali, Bank BPD DIY
174
akan memperpanjang jangka waktu kredit, memperpanjang jangka
waktu angsuran, dan perubahan jumlah angsuran. Recondittioning atau
persyaratan kembali, Bank BPD DIY akan memberikan penurunan suku
bunga bank atau dengan penundaan pembayaran suku bunga bank.
Mekanisme hukum yang berikutnya dapat diketahui dari ada tidaknya
jaminan dalam pemberian kredit instansi. Meski tidak ada jaminan,
dalam praktek sebenarnya gaji debitor yang dibayarkan melalui
rekening Bank BPD DIY merupakan salah satu hal yang membuat Bank
BPD DIY mempunyai keyakinan terhadap debitor untuk diberikan
fasilitas kredit instansi karena memang UU Perbankan tidak
mengharuskan dalam pemberian kredit itu ada jaminan. Selain itu,
ternyata dalam kredit instansi di Bank BPD DIY itu pihak bank meminta
jaminan tambahan yakni dalam bentuk avalis. Avalis menurut kami ini
adalah penanggung, biasanya debitor yang hutang nanti ada penanggung
entah itu istri atau ahli waris ataupun perusahaan si debitor. Baru
kemudian mekanisme hukum yang terakhir adalah mengklaim asuransi
jika ternyata kondisi kredit instansi tidak dapat diselamatkan.
P : Baik bu, ternyata ada avalis juga ya bu. Mekanismu hukumnya lumayan
banyak bu. Baik bu, terimakasih. Proses wawancara ini saya rekam bu
karena saya tidak hanya mencatat poin-poin pentingnya. Sekali lagi,
saya mengucapkan banyak terimakasih ibu sudah menyediakan
waktunya untuk menjadi narasumber penelitian saya. Saya juga titip
salam kepada bapak Hanafi ya bu, untuk disampaikan terimakasih saya
karena saya disini ditengah kesibukan ibu dan pak Hanafi tetap
meluangkan waktunya. Mungkin wawancara saya sudah selesai ibu.
N2 : Iya mas, sami-sami. Ini kartu nama saya. Jika kedepannya masih ada
pertanyaan-pertanyaan bisa via WA, insyaallah saya bantu.
175
FORMULIR PERMOHONAN KREDIT INSTANSI
176
177
178
179
180
FORMULIR PENGKINIAN DATA NASABAH
181