Disususn oleh:
Visia Oktaviani
181134139
HALAMAN JUDUL
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP RASA INGIN TAHU
SISWA KELAS IV SD SELAMA SFH DI YAYASAN DWI BAKTI
BANDARLAMPUNG
Oleh :
Visia Oktaviani
NIM: 181134139
Telah disetujui oleh :
Pembimbing
Tanggal ....
Eny Winarty, M.Hum,.Ph.D
iii
HALAMAN PENGESAHAN
................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
PERSEMBAHAN
HALAMAN MOTTO
Visia Oktaviani
vii
AKADEMIS
Yang bertanda tangandi bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dahrma,
Nama : Visia Okatviani/ Sr.M.Lidwina FSGM
NIM : 181134139
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memebrikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Karya Ilmiah saya yang berjudul :
“HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP RASA INGIN TAHU
SISWA KELAS IV SD SELAMA SFH DI YAYASAN DWI BAKTI
BANDARLAMPUNG “
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata dharma
hal untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain untuk kepentingan
akademis selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan penelitinya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : ..... April 2022
Yang menyatakan ,
ABSTRAK
Pola asuh yang digunakan orang tua dalam mengasuh anak mempengaruhi
kepribadian dan karakteristik kognitif mereka. Rasa ingin tahu merupakan outcome
dari perkembangan kognitif anak. Selama masa pendemi anak dan orang tua memiliki
waktu yang lebih intens terutama dalam pendampingan School from home.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap rasa
ingin tahu siswa. penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif non
ekperimental. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV SD di Yayasan Dwi Bakti
Bandar Lampung, cara pengambilan sampel dengan teknis disproprsionate stratified
random sampling sebanyak 180 siswa. pengumpulan data menggunakan kuesioner
dan analisis data dengan uji chi square.
Hasil analisis chi square menunjukan nilai sig. 0,000 <0,05, dapat di simpulkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh dan rasa ingin tahu siswa
kelas IV SD di Yaayyasan Dwi Bakti Bandar Lampung selama sekolah dari rumah.
.Kata kunci : Pola asuh orang tua, rasa ingin tahu siswa
ix
ABSTRACT
x
KATA PENGANTAR
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................................iv
HALAMAN MOTTO....................................................................................................v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.....................................................vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...................................................................vii
ABSTRAK.................................................................................................................viii
ABSTRACT...................................................................................................................ix
KATA PENGANTAR...................................................................................................x
DAFTAR ISI................................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL.......................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................6
1.3 Tujuan penelitian............................................................................................6
1.4 Manfaat penelitian..........................................................................................6
1.4.1. Manfaat Teoritis......................................................................................6
1.4.2. Manfaat Praktis........................................................................................6
1.5 Definisi Oprasional.........................................................................................7
1.5.1. Orang tua.................................................................................................7
1.5.2. Pola Pendampingan.................................................................................7
1.5.3. Rasa ingin tahu/Couriosity......................................................................7
1.5.4. School From Home (SFH).......................................................................7
xii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
2.1.2.1
PENDAHULUAN
2.1.2.2
2.1 Latar Belakang
Menurut undang-undang dasar (UU No. 20 tahun 2003) Pendidikan adalah
suatu usaha sadar dan terencana untuk membuat suasana belajar juga siklus belajar
untuk menumbuhkan kemampuan intelektual, spiritual karakter dan kemampuan lain
yang dibutuhkan dirinya, orang lain, masyarakat dan negara. Terdapat beberapa jenis
pendidikan yaitu formal, nonformal, dan informal. Tingkat pendidikan formal di
Indonesia yaitu jenjang pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi.
Orang tua adalah orang dewasa yang mendampingi anak selama masa
pertumbuhannya, memeberikan kasih sayang dan memenuhi segala kebutuhan anak.
Keterlibatan orang tua begitu penting dalam mempengaruhi keberhasilan belajar
anaknya. Menurut Menheere dan Hooge melalui keterlibatannya orang tua dapat
2
Secara etimologis, anak adalah individu yang muda atau belum dewasa. Pada
penelitian ini adalah anak yang masih dalam usia dasar 7-12 tahun menurut Piaget
pada usia tersebut anak masih dalam tahap berpikir logis mengenai pristiwa-pristiwa
konkret, memahami konsep percakapan, mengelompokan objek menjadi klasifikasi
dan mengurutkan objek-objek (Rudianto et al., 2018). Pemenuhan kebutuhan setiap
anak yang didapatkan dari lingkungannya sangat berpengaruh terhadap baik buruknya
perkembangan anak. Aspek penting untuk dipahami dari tumbuh kembang anak usia
dasar adalah aspek kognitif. Aspek kognitif ialah suatu perkembangan yang sangat
komperhensif yang berhubungan dengan kemampuan menalar. Ilmu dan pengalaman
yang diperoleh seseorang dapat meningkatkan kemampuan kognitif seseorang,
motivasi atau dorongan untuk memeperoleh lebih banyak pengetahuan datang dari
rasa ingin tahu (Raharja et al., 2018).
Rasa ingin tahu adalah salah satu karakter yang dimiliki setiap orang. Rasa
ingin tahu muncul dengan alasan ada inkonsistensi atau hal-hal yang tidak dirasakan
atau tidak diketahuinya, rasa ingin tahu juga muncul dengan asumsi orang tertarik
pada faktor lingkungan atau sesuatu yang belum diketahui, sikap ini akan mendorong
seseorang untuk terus mengembangkan pengetahuannya dan memanfaatkan pan.
Seperti diungkapkan oleh Kashdan (Kashdan et al., 2009) saat seseorang mempunyai
curiosity, ia akan menggunakan banyak perhatian dan waktunya pada suatu kegiatan,
3
memproses informasi lebih intens, mengingatnya dengan lebih baik dan berusaha
mengerjakan tugas sampai selesai. Dengan curiosity yang tinggi pada anak, ia tidak
perlu mendapat paksaan atau dorongan untuk belajar, ia akan melakukannya dengan
suka rela bahkan antusias. Anak akan mengalami betapa belajar adalah suatu
kebutuhan yang akan memenuhi rasa ingin tahunya, untuk itu rasa ingin tahu
merupakan hal yang amat mendasar dan penting dalam proses pembelajaran.
Perilaku dan karakteristik kognitif manusia dipengaruhi oleh orang tua dan
tampaknya pola asuhan yang digunakan orang tua selama membesarkan anak-anak
mereka mempengaruhi kepribadian dan karakteristik kognitif mereka. Rasa ingin tahu
adalah salah satu outcome yang ditampakan oleh perkembangan kognitif manusia.
Setiap orang tua menerapkan gaya atau pola asuhan yang berlainan, jenis-jenis pola
asuh yang sering ditemui adalah pola asuh otoritatif, permisif dan demokratis atau ada
pula yang cempuran (Helmawati, 2014) Studi menunjukkan bahwa berbagai metode
pengasuhan anak memiliki efek yang berbeda pada harga diri anak dan rasa ingin
tahu anak (Nosrati, 2018). Pola asuh yang berbeda tentu juga mempengaruhi terhadap
rasa ingin tahu anak, terlebih saat masa pendemi dimana anak lebih banyak berada
dirumah dan secara intens orang tua mendampingi anak melakuakn pembelajaran di
rumah karena adanya pandemi covid-19.
Coronavirus Diseases 2019 atau covid-19 adalah wabah yang berasal dari
Wuhan, Propinsi Hubai China yang kemudian menyebar keseluruh dunia dikenal
dengan nama 2019-nCoV (Jargalsaikhan et al., 2021). Penyebarannya di indonesia
sudah terdeteksi sejak 2 April 2020 dua pasien pertama terkonfirmasi terkena Covid-
19 (Yousif et al., 2020). Menurut laman berita nasional.tempo.com jumlah kasus per
31 Agustus 2021 di Indonesia sudah mencapai 4.079.267 kasus. Semenjak
terdeteksi, kasusnya terus meningkat membuat pemerintah harus bergerak cepat
membuat berbagai kebijakan untuk mengendalikan penyebarannya.
Pemerintah telah membuat kebijakan diberbagai sektor kehidupan yang
terdampak oleh adanya pandemi ini agar kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi dan
4
penambahan kasus positif dapat ditekan. Beberapa kebijakan yang telah dibuat antara
lain pembatasan sosial bersekala besar (PSBB), menghimbau masayarakat untuk
memperhatikan kebersihan diri, tidak berkrumun, Phsycal distancing, karantina
wilayah, bekerja dirumah bagi karyawan (work from home), hingga dibatasi
kunjungan/ perpindahan manusia dari wilayah kewilayah (BBC,2020). Mentri
pendidikan, kebudayaan riset dan teknologi Republik Indonesia berdasarkan surat
edaran nomor 4 tahun 2020 mengenai pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa
darurat penyebaran covid-19, memutuskan bahwa kegiatan pembelajaran dilakukan
di rumah melalui pembelajaran online/ pembelajaran jarak jauh guna memberikan
pengalaman belajar bermakna bagi siswa dengan mempertimbangkan kondisi
keterbatsan akses/sarana belajar di rumah( Kemendikbud, 2020).
Pembelajaran online adalah pembelajaran yang memanfaatkan fasilitas
internet dan teknologi virtual(Dewi, 2020). Dalam pembelajaran online guru dan
siswa tidak melakukan pertemuan tatap muka, siswa mengikuti pembelajaran dari
rumah atau School From Home (SFH) dengan menggunakan teknologi digital
seperti: Google class room, zoom, whatsapp, ruang guru, google meet, veramah
online atau dapatjuga memanfaatkan video pembelajran atau konten-konten
pembelajaran dari berbagai sumber (Kusumaningrum et al., 2020). Belajar dari
rumah dilaksanakan setiap hari sesuai dengn jadwal seperti pada aktivitas sekolah
konvensional, dapat dilakukan virtual meeting dan memberikan materi serta
penugasan dengan mengirimkannya melalui aplikasi tertentu, siswa kemudian belajar
secara mendiri dan mengerjakan tugasnya. Dalam pembelajaran dari rumah siswa
membutuhkan orangtua atau pendamping sebagai pengganti dan patner guru untuk
membimbing anak dalam pemahaman materi dan mengerjakan tugas. Peran orang
tua diduga sangat mempengaruhi kesungguhan siswa dalam belajar dan
mengembangkan rasa ingin tahunya dalam pembelajaran daring. Hal ini sejalan
dengan penelitian Fatima Nosrati dan Bagher Ghobari Bonap melakukan penelitian
terhadap anak di kota Tehran kesimpulan yang diperoleh bahwa paarenting style
mempunyai hubungan yang berarti dengan rasa curiosity dan creativitas siswa.
5
1.4.2.5 Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan memberikan tambahan
wawasan serta pengetahuan bagi pembaca atau mahasiswa lain yang tertarik
untuk mengangkat topik yang serupa.
alat komunikasi dengan siswa yang berada di rumah sesui dengan jadwal yang
ada.
2.1.2.3
LANDASAN TEORI
2.1.2.4
4.1 Kajian Pustaka
4.1.1. Orangtua
2.1.1.1 Pengertian orangtua
Pengertian orang tua secara biologis adalah seorang yang melahirkan kita.
Menurut (Novrinda, 2017) “Orang tua adalah pria dan wanita yang terkait dalam
perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu
dari anak –anak yang dilahirkannya”. Menurut Muthmainan (Muthmainnah, 2012)
“orang tua adalah sosok yang seharusnya paling mengenal kapan dan bagaimana
anak belajar sebaik-baiknya” karena orang tua adalah pribadi yang hidup dekat
dan menemani anak dalam kehidupan sehari-harinya, selain orang tua kandung
atau biologis, orang tua juga dapat didefinisikan sebagai orang yang memberikan
kasih sayang, memberikan arti kehidupan atau pun orang yang telah memelihara
kita dari kecil. Dalam pengasuhan orang tua tentu memiliki pengaruh yang sangat
besar, selain orang tua kandung, peran orang tua dalam pengasuhan bisa saja
diemban oleh orang lain sesuai dengan kondisi keluarga anak, misalnya, kerabat
dekat, pamong panti asuhan/ asrama, asisten rumah tangga, atau wali yang
bertanggung jawab terhadap kehidupan anak (Sutanto & Andriyani, 2019, hal.
103).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang
tua adalah semua bentuk komunikasi dan hubungan antara orang tua dan anak
yang dilakukan secara konsisten dalam proses mendidik anak dalam
perkembangan afektif, kognitif dan psikomotor anak.
Pola asuh ini menggunakan pola hubungan searah. Ciri pola asuh
otoriter memaksakan semua aturan orang tua patut ditaati oleh anak. Anak
dipaksa untuk mengikuti pendapat dan keinginan orang tua, tanpa ada
kesempatan bagi anak untuk mengkritik. Kehendak atau perintah
orangtualah yang harus dilakukan oleh anak. Anak tidak diijinkan
mengemukakan pendapat, apa yang dirasakan, dipikirkan dan diinginkan.
Menurut Djamarah (Djamarah, 2014, p. 60) membedakan pola asuh menjadi tiga
macam, yaitu :
1) Gaya Otoriter
Ciri pola asuh ini adalah anak dipaksa melakukan kehendak orang
tua. Orang tua berperan sebagai pengawas dan pengendali, cenderung
mendesakkan kemauannya kepada anak, anak tidak boleh berpendapat,
tidak adanya musyawarah. Biasanya menerapkan kebijakan yang
mengandung unsur ancaman dan paksaan.
2) GayaaDemokratis
11
Menurut Delfriana Ayu A (Delfriana, 2016) tipe dan kategori pola asuh
diindentifikasi menjadi 3, yaitu:
1) Pola AsuhhOtoriter
2) Pola AsuhhPermisif
Dalam pola asuh ini orang tua sama sekali tidak menerapkan aturan
kepada aggota keluarga termasuk anak. Anak diberi kebebasan. Tidak ada
hukuman atau pujian saat anak melakukan suatu hal, artinya anak
sepehunya bebas menetukan kehendak dan keinginannnya tanpa batasan
atau aturan dari orang tua. Orangtua menerima begitu saja perlakuan anak,
menuruti setiap permintaan anak, pasif dan tidak menunjukan kekuasaanya
sebagai orang tua. Pada pola asuh ini orang tua membiarkan anak/acuh tak
acuh.
3) Pola AsuhhDemokratis
Dalam pola suh ini orangtua selalu memberikan penjelasan yang rasional
akan apa yang di kehendaki dan ditutuntnya dari sang anak.
Menurut Syamsu Yusuf (Syamsu, 2009)terdapat tiga jenis pola asuh orang tua
yaitu :
1) Demokratis
Pola asuh demokratis ditandai oleh orang tua yang memberi
pengertian dan melakukan diskusi dengan anaknya. Anak berada pada
posisi yang setara dengan mereka, anak mendapatkan peluang untuk
mngungkapkan apa yang menjadi usul dan saran yang berkaitan dengan
masalahnya, untuk itu akan tumbuh rasa bertangung jawab dalam dirinya
dan penerimaan diri.
Syamsu Yusuf dan Yulia S mengungkapkan Ciri-ciri pola asuh
demokratis antara lain : anak tidak bebas mutlak, menghargai anak dan
mamahaminya, selalu ada penjelasn tentang larangan dan sesuatu yang
boleh dan tidak boleh dilakukan, peka terhadap kebutuhan anak, selalu
menggunakan musyawarah untuk mencapai kesepakatan, hubungan
terjalain harmonis dan akrab, diberi kesempatan berkreatifitas bagi anak.
Kondisi demikian akan membuat anak memiliki karater bersahabat,
percaya diri, self control, sopan, team work , memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi, dan berani berpendapat.
2) Otoriter
Pola asuh ini memiliki ciri antara lain orang tua memiliki kontrol
yang tinggi dan penerimaan yang rendah, cenderung menggunakan
14
3) Permissive
Pola asuh permissive adalah cara medidik orang tua yang memberi
kebebsan mutlak kepada anak tanpa adanya kewajiban dan tangung ajwab
yang harus dipenuhi oleh anak.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan ada beberapa
tipe pola pengasuhan yang biasanya diterapkan dalam berkomunikasi dan
berinteraksi antara anak dan orang tua yaitu secara demokratis, otoriter dan
permisif.
2) Lingkungan
3) Budaya
maka dari itu cara hidup atau kecenderungan masyarakat setempat dalam
mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan
pengasuhan kepada anak-anaknya.(Wijanarko & Setiawati, 2016)
(Sutanto & Andriyani, 2019)
4) Pengalaman Sebelumnya
5) Kepribadian
6) Keyakinan
memiliki tujuan yang sama yaitu mendidik anak agar menjadi pribadi yang
baik(Sutanto & Andriyani, 2019).
Apabila usia terlalu muda atau terlalu tua, maka tidak akan dapat
menjalankan peran-peran pengasuhan secara optimal karena diperlukan
kekuatan fisik dan psikososial.(Tridonanto, 2014). Orang tua dengan usia
yang lebih dewasa atau siap berkeluarga akan lebih siap pula untuk
mendidik anak dibandingkan orang tua yang masih terlalu muda.
masyarakat sekitar, stress orang tua, pengalaman sebelumnya dan sosial ekonomi
keluarga.
Ciri-ciri pola asuh tipe permisif adalah membiarkan, tidak ambil pusing,
tidak atau kurang peduli, acuh tak acuh, tidak atau kurang memberi perhatian
karena sibuk dengan tugas-tugas, menyerah pada keadaan, melepaskan tanpa
kontrol, mengalah karena tidak mampu mengatasi keadaan, atau membiarkan anak
kerana bodohan. Ciri prilaku ini adalah refleksi kepribadian yang tidak sehat.
tidak cepat menyalahkan, memberikan kasih sayang dan kemesraan pada anak.
Ciri –ciri orang tua seperti ini merupakan refleksi dari kondisi kepribadian yang
matang, dewasa, sehat, produktif, normal, dan tidak mengalami hambatan.
Beberapa teori tentang rasa ingin tahu untuk memaparkan tentang apa itu
rasa ingin tahu (Raharja et al., 2018).
Dari pernyatan para ahli yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa
rasa ingin tahu adalah dorongan dari dalam diri individu untuk mengetahui lebih
dalam sebuah informasi dengan melakukan suatu tindakan seperti menanyakan
suatu sebab secara mendalam, bukan hanya dengan menanyakan “apa” tapi”
mengapa” hal itu bisa terjadi dan “bagaimana hal itu terjadi “seperti jika
seseorang mengalami sakit dan akan membeli obat maka akan dicari tahu dulu apa
yang sakit mengapa menjadi sakit dan bagimana dapat diobati. Untuk
mendapatkan jawaban tersebut seeorang perlu melakukan ekploras informasi dari
berbagai sumber.
Indikator ras aingin tahu siswa dalam penelitian ini menggunkan pendapat
dari Raharja (Raharja et al., 2018) yaitu:
individu, minat eksplorasi anak dan keingin tahuannya merupakan produk dari
perkembang kognitif seseorang. Selanjutnya hal ini juga didukung oleh
Tridonanto (Tridonanto, 2014, p. 5) menyatakan bahwa pola asuh orang tua yaitu
segala bentuk hubungan orang tua dan anak, orang tua yang memberikan motivasi
untuk anak dengan memperbaiki perilaku, wawasan, dan ideologi yang dianggap
paling benar supaya anak dapat mandiri, berkembang baik, percaya diri,
mempunyai rasa ingin tahu, bersikap hangat dan bertujuan untuk berhasil.
Terdapat beberapa bentuk peran orang tua, terlebih dalam masa sekolah
dari rumah menurut Cahyati (Cahyati & Kusumah, 2020) yaitu:
1) Orang tua memiliki peran sebagai guru selama sekolah dari rumah,
2) Orang tua sebagai fasilitator, yaitu orang tua menyediakan sarana dan
prasarana bagi anak dalam melaksanakan pembelajaran dari rumah.
3) Orang tua sebagai motivator, orang tua dapat memberikan dukungan
dan motivasi bagi anak dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga
anak merasa semangat karena didukung dan di perhatikan oleh orang
tua.
4) Orang tua sebagai pengarah atau director, orang tua mempunyai
peranan untuk selalu membimbing anaknya agar dapat mencapai
keberhasilan di masa yang akan datang.
26
Pada jenjang sekolah dasar pada umumnya anak berusia 6-12 tahun, dalam
tahap ini anak-anak sedang berada pada masa tumbuh kembang dari kanak-anak
memasuki masa remaja awal. Anak usia sekolah dasar adalah pribadi yang sedang
berkembang dalam perubahan, baik perubahan aspek fisik maupun psikologis
pada arah yang lebih baik. Anak sekolah dasar berada pada 2 masa perkembangan
yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9) dan masa kanak-kanak akhir (10-12)
(Syamsu, 2009). Anak usia kelas 4 SD biasanya berumur 10/11 tahun, dan masuk
dalam masa kanak-kanak ahir.
maupun belajar bersama, hal ini membuat anak harus menekan keinginnannya
karen asituasi.
Peran orang dewasa atau orang tua sangat lah dibutuhkan pada siatuasi
sekolah dari rumah, pertama-tama untuk memberikan pengertian kepada anak
agar dapat memahami situasi yang ada dan mambantu anak menyesuaikan diri
dengan kebiasaan baru dalam pembelajan dan kehidupan sosialnya. Karena pada
usia ini guru dan orang tua merupakan sosok idola bagi anak maka keterlibatan
dan kerjasama yang baik antar guru dan orang tua sangat dibutuhkan agar anak
tetap berpikir realistis, positif dan mengembangkan rasa ingin tahunya.
Yayasan Dwi bakti adalah suatu badan hukum yang merupakan lembaga
pendidikan, berkedudukan di Bandar Lampung, dengan kantor pusat Jln. Gereja
No. 13 Pringsewu 35373 Lampung, dan kantor kedua di Jln. Untung Suropati No.
3 Bandar Lampung 35143, dengan unit-unit kerja di kota Bandar Lampung, Way
Kanan, baturaja/OKU, dan daerah- daerah lain yang membutuhkan.
dari pukul 07.15 sampai 11.30 setalah virtual meeting siswa kan mendapat tugas
rumah.
Karateristik
oleh guru, materi yang disampaikan, motivasi guru, kemampuan awal siswa,
tingkat kompleksitas materi, lingkungan dan keluarga.
Berbeda dengan penelitian yang di lakukan oleh Vicky Rudianto dkk
(Rudianto et al., 2018) dalam penelitian dengan judul “ Hubungan antara pola
asuh orang tua dengan tingkat prestasi belajar anak usia SD 7-11 tahundi SD
Sudimoro” Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan pola asuh
dengan tingkat prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan penelitian
analitik korelasi yang menggunakan desain cross-sectional dan uji statistik
menggunakan chi – square dengan 0,05. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
pada tahun 2018 di SD Negeri 1 Sudimoro dari 53 responden didapatkan bahwa
sebagian besar tingkat prestasi anak termasuk dalam kategori Baik sebanyak 50
anak (94.4 %) Sedangkan hasil chi – square nilai didapatkan p value = 0,070 <
(0,05), terdapat hubungan yang signifikan. Dalam penelitian ini jenis pola asuh
sebagian besar termasuk dalam kategori Otoritatif yaitu sebanyak 37 orang (69,8
%) dan tingkat prestasi belajar anak hampir seluruhnya baik yaitu 50 orang (94,4
%).
M. Fahmi Iskandar dan Dinie Anggraeni Dewi (Iskandar & Dewi, 2021)
dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Penerapan Nilai Karakter Ingin Tahu
pada Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Selama Pandemi Covid 19”. Metode
penelitian kuantitatif non eksperimen. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
survei, kuesioner di sebarkan melalui grup whatssapp berupa link google form.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 89.9% atau sama dengan 34 dari 38 siswa
kelas 6 SD Negeri 2 Cisaat memiliki rasa ingin tahu. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa sebanyak 34 siswa memiliki rasa ingin tahu untuk menggali
informasi, bahkan informasi diluar pembelajaran.
Penelitian Fatima Nosrati dkk (Nosrati, 2018) yang berjudul “The
Investigation of the Relation between Parenting Styles and the Curiosity and
Creativity in Students”. Penelitian ini menggunakan rencana penelitian pasca
acara. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, peneliti memilih 200 siswi SMA kota
Teheran melalui metode multistage cluster sampling. Untuk mengukur variabel,
tes sikap Coper Smith, skala rasa ingin tahu GhobariBanab dan YarAhmadi
32
(1999) dan skala kreativitas Abedi (1984) telah digunakan. Untuk analisis data
digunakan uji t independent, koefisien korelasi Pearson dan koefisien korelasi
rank Pearson, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara demokrasi dengan kreativitas siswa dan juga antara penerimaan
dan rasa ingin tahu siswa. Sedangkan hubungan bermakna terlihat antara umur,
pendidikan ibu dan perilaku santai serta antara jumlah dan urutan kelahiran anak
dengan dimensi penerimaan.
Lima penelitian terdahulu memberikan informasi kepada peneliti
mengenai Pengaruh pola asuh orangtua terhadap pembentukan karakter anak kelas
V, faktor-faktor yang mempengaruhi rasa ingin tahu dan kemampuan
memecahkan masalah siswa, hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat
prestasi belajar anak usia SD 7-11 tahun, penerapan nilai karakter ingin tahu pada
Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Selama Pandemi Covid 19 dan Hubungan pola
asuh dengan keretiviatas dan rasa ingin tahu siswa. penelitian ini memiliki
persama degan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama meneliti tentang pola asuh
orang tua dan rasa ingin tahu siswa, namun terdapat pula perbedaan yaitu lokasi
penelitian dan situasi Pandemi Covid 19 dimana anak melakukan School Fom
Home. Untuk itu judul penelitian ini yaitu HUBUNGAN POLA ASUH
ORANG TUA TERHADAP RASA INGIN TAHU SISWA KELAS IV SD
SELAMA SFH DI YAYASAN DWI BAKTI BANDARLAMPUNG. Adapun
kaitan antara penelitin sebelumnya dan penelitian ini akan di jelaskan dalam
bagan pada gambar 2.1
33
anak yang belajar di rumah. Berbagai cara dilakukan oleh orang tua agar kedua
tugas tersebut dapat tetap terlaksana dengan baik.
Setiap orang tua mempunyai cara atau pola yang dipakai untuk
mendampingi anak-anaknya, baik itu secara demokratis, permisif ataupun
otoritataif. Berbagai pola pendampingan yang digunakan oleh orang tua biasanya
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya budaya, pendidikan, pengalaman,
lingkungan, usia, keyakinan dan sosial ekonomi keluarga. Setiap pola asuh yang
diterapkan oleh otangtua tentunya akan memberikan dampak pada perkembangan
anak bukan hanya secara afektif dan psikomotor namun juga kognitif. Dalam
perkembangan kognitif seorang anak memerlukan rasa ingin tahu/couriosity.
5.4 Hipotesis
Berdasarkan kajian pustakan dan rumusan masalah yang disajikan dalam
penelitian ini, maka dapat dirumuskan hipotesis sataistik dan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
Ha : ρ≠ 0
Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua dan rasa ingin tahu
siswa
Hо : ρ = 0
Tidak ada hubunganyang signifikan antara pola asuh orang tua dan rasa ingin
tahu siwa
2.1.2.6
METODOLOGI PENELITIAN
2.1.2.7
BAB III ini membahas (1) jenis penelitian,(2) setting penelitian,
(3)populasi dan sampel, (4)Variabel Penelitian (5)Teknik pengumpulan data, (6)
Intrumen penelitia, (7)teknik pengujian instrumen, dan (8) teknik analisis data.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu, unit analisis adalah
subjek yang akan diberi kuesioner untuk memperoleh data penelitian (Sofyana &
Rozaq, 2019). dalam penelitian ini akan melakukan survei kepada siswa sebagai
unit analisis individu mengenai pola asuh dari perspektif siswa dan mengenai rasa
ingin tahu siswa
sekolah dari rumah dengan menggunakan video confrence selama pandemi covid
19.
menjadi
lokasi
penelitian
5 Melakukan
olah data yang
telah di
peroleh
Keterangan :
n = Jumlah sampel yang di perlukan
N = Jumlah populasi
e = Tingkat kesalahan sampel(sampling eror )
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 343 siswa, dan tingkat
kesalahan sampel atau sampling eror dalam penelitian ini adalah 5%. Maka untuk
40
343
n=
1 + 343(0,05)²
343
n= = = 180
1,9
mempengaruhi variabel lain (Sugiyono, 2019, p. 69) dalam penelitian ini yang
menjadi variabel bebas adalah pola asuh. Karena dalam penelitian ini pola asuh
diduga mempengaruhi perkembangan anak, secara mental, kognitif, maupun fisik.
Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen. (Sugiyono, 2019, p. 69) dalam penelitian ini yang menjadi variabel
terikat adalah adalah rasa ingin tahu siswa. Dalam penelitian ini diduga rasa ingin
tahu (aspek kognitif) dipengaruhi oleh beberapa faktor dan salah satunya adalah
pola asuh orang tua.
Tabel 3.3 Rincian Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Pola Asuh Orang Tua
No
N
Aspek Indikator Pertanyaan Selama Sekolah dari Rumah mo
o
r
Pendekatan Orang tuaku selalu mengapresiasi setiap hasil
1 Demokratis 1
kooperatif belajar yang aku peroleh.
Aku dan orangtuaku membuat kesepakatan 4
43
Tabel 3.3 adalah tabel yang memaparkan kisi-kisi indikator variabel pola
asuh orang tua dengan bentuk kalimat pernyataan. Kisi-kisi indikator ini terdiri
dari 9 butir indikator yang dijabarkan menjadi 25 pernyataan.
Berdasarkan tabel 3.3 berikut ini adalah blue print kuesioner pola asuh
orang tua yang disusun oleh peneliti dalam pengumpulan data pola asuh orang tua
pada tabel 3.4:
Tabel 3.4 Blue-print Penyusunan Kuesioner Variabel Pola Asuh Orang Tua
Nomor Butir Jumla
No. Aspek Indikator pola asuh Bobot
Pernyataan h
1 Demokratis Pendekatan kooperatif 1,4,7 3 12 %
Terbuka dan akrab 10,13,16 3 12 %
Adanya kebebasan dan 21,23 2 8%
tangung jawab
2 Otoritatif Pendekatan yang digunakan 2,5,8 3 12 %
menggunakan unsur paksaan
dan hukuman
Orang tua cenderung 11,14,17 3 12 %
menguasai anak
Tidak ada musyawarah 19,24 2 8%
3 Permisif Pendekatan yang digunakan 3,6,9 3 12 %
45
mengedepankan kemauan
anak
Orang tua cenderung acuh 12,15,18 3 12 %
terhadap anak
Anak memiliki kebebasan 20,22,25 3 12 %
penuh
Jumlah 25 100 %
Tabel 3.4 adalah tabel yang menggambarkan kisi-kisi indikator variabel
pola asuh orang tua dengan bentuk angka, terdapat 9 butir indikator dengan total
jumlah pernyataan sebanyak 25 item.
Berikut ini adalah kisi-kisi indikator variabel rasa ingin tahu siswa:
Tabel 3.6 Rincian Kisi-kisi Indikator Variabel Rasa Ingin Tahu Siswa
No Indikator Pernyataan Nomor
1 Explorer Selama sekolah dari rumah aku memanfaatkan
internet untuk mencari informasi tentang materi 1
pelajaran
Selama sekolah dari rumah aku berusaha memahami
5
informasi dengan detail/lengkap
Selama sekolah dari rumah aku tertarik dengan
9
kegiatan percobaan diluar pembelajaran
2 Discover Selama sekolah dari rumah aku akan mencari tahu
penyebabnya dari suatu pristiwa yang aku ketahui 2
(contoh : apa penyebab pandemi korona ?)
Aku mencari kebenaran dari suatu informasi yang aku
dapatkan selama sekolah dari rumah (contoh : 6
Bagaimana layar HP menyebabkan radiasi)
Aku mencari tahu dampak yang akan terjadi dari
suatu pristiwa. (contoh: jika hujan secara terus 10
menerus apa yang akan terjadi ?)
3 Adventurous Selama sekolah dari rumah aku tertarik mempelajari
3
hal-hal baru.
Saat menemukan permasalahan dalam belajar selama
sekolah dari rumah aku berusaha untuk 7
menyelesaikannya.
Selama sekolah dari rumah aku senang mempelajari
11
hal yang menantang.
4 Questioning Aku akan bertanya kepada guru/orang tua ketika tidak
4
memahami materi belajar.
Selama sekolah dari rumah aku berusaha mencari
jawaban dari berbagai sumber untuk memuaskan rasa 8
ingin tahuku.
Selama sekolah dari rumah aku senang berdiskusi
12
dengan orangtuaku tentang berbagai pristiwa.
Jumlah 12
47
Tabel 3.6 adalah tabel yang memaparkan kisi-kisi indikator dari kuesioner
varabel rasa ingin tahu siswa dengan bentuk kalimat pernyataan. Kisi-kisi
indikator terdiri dari 4 butir indikator.
Berikut ini adalah blue print kuesioner varabel rasa ingin tahu siswa yang
di gunakan dalam penelitian ini :
Tabel 3.7 Blue Print Kuesioner Variabel Rasa Ingin Tahu Siswa
Indikator Nomor butir
No. Jumlah bobot
rasa ingin tahu pernyataan
1 Eksplorer 1,5,9 3 25%
2 Discover 2,6,10 3 25%
3 Adventurous 3,7,11 3 25%
4 Questioning 4,8,12 3 25%
Jumlah 12 100 %
Tabel 3.7 adalah tabel yang menjelaskan tentang kisi-kisi indikator varibel
rasa ingin tahu siswa dalam bentuk angka. Kisi-kisi indikator terdiri dari 4 butir
indikator dengan jumlah total pernyataan 12 butir.
Dari cara estimasi yang disesuaikan dengan sifat dan fungsi setiap tes, tipe
validitas secara tradisional dapat digolongkan kedalam tiga kategori besar yaitu
validitas isi,validitas konstrak dan validitas kriteria (Azwar, 2013, p. 42). Dalam
penelitian ini menggunakan 2 macam validitas yaitu:
1) Validitas tampang
2) Validitas logis
Validitas ini berkaitan dengan apakah alat penelitian yang dipakai sudah di
susun berdasarkan kerangka teoritis yang tepat dan relevan (Budiastuti & Bandur,
2018, p. 148). Secara teknis pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat
di bantu dengan menggunkan kisi-kisi instrumen. Untuk memperoleh validitas
konstruk dapat digunakan pendapat dari ahli (Sugiyono, 2019, p. 179).
Dalam penelitian ini validitas isi dan validitas konstruk di peroleh melalui
bantuan jugment ekspert dengan jumlah 2 dosen dan 1 kepala sekolah di Yayasan
dwi Bakti Bandar Lampung. kriteria validitas instrumen yang dinilai ada 3 terdiri
49
dari 3 aspek yaitu (1) Format kuesioner, meliputi : Keterbacaan huruf, ketepatan
ejaan, tata letak pengetikan, kepraktisan jumlah butir, (2) Bahasa, meliputi :
Kefektifan kalimat, Kesesuaian bahasa dengan target pengisi kuesioner, (3) Isi,
meliputi : Kesesuian indikator dengan aspek yang di nilai dan keterwakilan
indikator dengan aspek yang di nilai
Tabel 3.8 adalah tabel yang memaparkan hasil uji validitas setelah
kuesioner di kerjakan oleh 30 responden. Darii tabel tersebut dapat dilihat bahwa
terdapat 18 item/pernyataan valid maka aakan di gunkan dalam penelitian dan 7
item/ pernyatan dinyatakan tidak valid. Karena 7 item tersebut tidak valid maka
tidak akan di gunakan dalam penelitian/gugur.
Tabel 3.9 adalah tabel yang memaparkan hasil uji validitas setelah
kuesioner di kerjakan oleh 30 responden. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa
terdapat 12 item/pernyataan valid maka akan digunakan dalam penelitian.
7.7.2. Uji Reliabilitas
Instrumen penelitian yang sudah melalui uji validitas kemudian akan
diukur tingkat reliabilitasnya. Reliabilitas adalah konsistensi atau keajegan sebuah
instrumen yang di gunakan dalam pengambilan data penelitina (Budiastuti &
Bandur, 2018, p. 210). Dalam penelitian kuantitatif terdapat 2 cara yang umum
52
Keterangan :
= Reliabilitas internal Spearman Brown
= korelasi Product Moment antara belahan ganjil dengan belahan
genap
Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Item Kuesioner Pola Asuh Orangtua dan Rasa
Ingin Tahu Siswa
dikategorikan sesuai dengan item mana yang menggambarkan salah satu pola
asuh yaitu demokratis, otoritatif atau permisif.
Dengan P=6 dan nilai terendah adalah 0 sebagai batas bawah, maka
kategorinya adalah sebagai berikut :
0-4 = Rendah
5-8 = Sedang
9-12 = Tinggi
Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dan rasa ingin
tahu siswa selama sekolah dari rumah siswa kelas IV SD di Yayasan Dwi Bandar
Lampung
55
Dimana :
X² = Chi Kuadrat
1. Jika nilai Sig <0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan antara pola
asuh orang tua dan rasa ingin tahu siswa
56
2. Jika nilai sig >0,05 maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
pola asuh orang tua dan rasa ingin tahu siswa.
2.1.2.8
2.1.2.9
9.1 Deskrisi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimental dengan
menggunakan metode survei. Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
yang di peroleh dari kuesioner tertutup. Variabel yang di teliti dalam penelitian ini
adalah Pola asuh orantua dan rasa ingin tahu siswa selama masa sekolah dari
rumah. penelitian ini di lakukan di sekolah dasar di bawah naungan Yayasan Dwi
Bakti Bandar Lampung yaitu : SD Fransiskus Rawalaut , SD Fransiskus Gisting,
SD Fransiskus Kalirejo dan SD Fransiskus Baturaja.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2021 sampai dengan bulan
Januari 2022. Proses penelitian diawali dengan indentifikasi masalah, membaca
refrensi dari penelitian sebelumnya, tinjauan pustaka, menyusunan kuesioneryang
terdiri dari 18 pernyatatn pola asuh dan 12 pernyataan rasa ingin tahu siswa
selama sekolah dari rumah. instrumen penelitian yang digunakan telah melalui uji
validitas yang meliputi validitas isi dan validitas konstruk dengan bantuan
57
No
Pekerjaan Ibu Jumlah Responden Presentase
.
1 Ibu Rumah tangga 133 74%
2 Pegawai 11 6%
3 ASN 1 0,5 %
4 Petani 1 0,5 %
5 Dagang 5 3%
6 Buruh 1 0,5 %
7 Guru 5 3%
8 PNS 6 3,3 %
9 Perawat 1 0.5%
10 Sudah meninggal 1 0,5%
11 Dokter 1 0,5%
12 Dosen 4 2,2 %
13 Wiraswasta 9 5%
Jumlah 180 100 %
Beradsarkan tabel 4.4 menunjukan keseluruhan responden berjumlah 180 siswa.
Jenis pekerjaan ibu terbanyak adalah ibu rumah tangga (IRT) dengan jumlah 133
orang atau sebesar 74 %. Dapat disimpulakn bahwa sebagian besar siswa
memiliki ibu yang memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga.
60
4.2.1.4 Deskripsi data yang menemani anak belajar selama sekolah dari rumah
4.2.1.5 Deskripsi Data Fasilitas Belajar Yang di Gunakan Anak Untuk Mengikuti
Sekolah Dari Rumah.
HP,/Laptop milik orang tua. Dari prosentase tersebut dapat dikatakan sebagian
besar siswa masih menggunakan Hp/Laptop milik orang tua saat sekolah dari
rumah.
dwi bakti berdasarkan data sampel termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak
133 siswa atau 74 %.
Ho :Tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dan
rasa ingin tahu siswa selama sekolah dari rumah siswa kelas IV SD Se
Yayasan Dwi Bandar Lampung
memiliki rasa ingin tahu dengan kategori tinggi dan 11 siswa yang
mengalami pola asuh demokratis memiliki kategori sedang. Orang tua
dengan pola asuh demokratis paling banyak di terapkan dan paling banyak
mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
9.4 Pembahasan
9.4.1. Identifikasi Pola Asuh Orang Tua
Berdasarkan tabel di stribusi frekensi poal asuh orang tua pada penelitian
ini diperoleh 130 siswa (72%), pola asuh otoritatif sebanyak 31 siswa(17%) dan
anak yang mengalami pola asuh permisif sebanyak 19 siswa (11 %) . Hal ini
64
menunjukan bahwa sebagian besar siswa mengalami pola asuh demokratis selama
pelaksankan sekolah dari rumah.
Bersadarkan data hasil penelitian ini siswa yang mengalami pola asuh
otoriter adalah sebanyak 31 siswa (17%). Pola asuh otoriter merupakan pola asuh
yang menerapkan dimana anak harus mematuhi semua atauran yang di buat oleh
orang tua, tidak ada kesempatan untuk anak untuk mengemukaan pendapat dan
perasaannya (Helmawati, 2014). Dampak dari pola asuh ini secara negatif adalah
anak menjadi individu yang pasif, kurang percaya diri, sering merasa cemas
hingga kurang mandiri segala sesutu tergantung pada orang lain dan menunggu
perintah. Secara positif orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter adalah
mereka yang ingin menunjukan wibawanya sebagi orang tua dan mendidik anak
menjadi pribadi yang disiplin dan patuh (Helmawati, 2014).
65
Sebagian besar pola asuh yang dialami oleh anak dalam penelitia ini
adalah pola asuh demokratis, menurut pendapat penulis ini dikarenakan orang tau
yang sudah memahami parnting style yang baik di terapkan bagi anak-anak
mereka terutama di masa pandemi. Keadaan yang terlalu menekan seperti pola
asuh otoriter dapat membuat anak tidak memiliki kemauan untuk bereksplorasi
dan membatasi kretaivitas anak karena dalam masa perkebangannya anak kelas
tinggi memiliki ciri-ciri (Samatowa, 2016) sangat realistis, rasa ingin tahu tinggi
dan kemauan belajar tinggi. Sementara pola asuh yang terlampau bebas dan
membiarkan juga kurang tepat karena anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang
semena-mena dan tidak menghargai peraturan, terlebih pada anak pada masa
kanak-kanak akhir dimana anak mulai mengenal lingkungan sosialnya anak mulai
mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai yang terdapat dalam lingkungan
sosialnya dan membutuhkan orang dewasa untuk membantunya menyelesaikan
tugas perkembangannya (Desmita, 2012). Untuk itu di butuhkan pola asuh
demokratis yang dengan realistis melihat siatuasi, kondisi dan kemampuan anak
sehingga dapat memberikan anak ruang gerak yang cukup untuk bereksplorasi dan
memberikan batasan yang wajar agar anak tetap bisa mematuhi peraturan yang
ada dengan baik.
66
Rasa ingin tahu menurut Mustari (Mustari, 2011) adalah dorongan dari
dalam diri seseorang untuk mengetahui lebih dalam dan luas tentang apa yang
dipelajarinya, dilihat d an di dengar. Rasa ingin tahu sangat penting dimiliki oleh
seorang siswa karena menuurt Cicero rasa ingin tahu merupakan gairah untuk
belajar. Rasa ingin tahu dipengaruhi berbagai faktor (Mustari, 2011) yaitu 1)
kebebasan anak untuk berekplorasi dan memuaskan rasa ingin tahunya. 2) orang
tau memfasilitasi anak untuk bereksplorasi. Selain itu faktor lain yang
memepengaruhi rasa ingin tahu siswa yaitu suasana hatiseseorang, lingkungan
sekitar anak dan konteks pembahasan.
Dalam penelitian ini di peroleh bahwa rasa ingin tahu siswa sebagian besar
masuk dalam kategori tinggi, secara psikolagi perkembangan menurut Yusuf anak
pada masa kelas tinggi memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. hal ini tentu saja di
pengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya lingkungan keseharian anak, dimana
selama masa sekolah dari rumah anak memiliki waktu yang lebih banyak bersama
keluarga teruatma orang tua yang memiliki tugas tambahan yaitu menjadi guru
bagi anak di rumah selama belajar. Orang tua yang memberikan kesempatan
untuk anak untuk berekplorasi akan membuat anak merasa di dukung untuk
bereksplorasi dan mempelajari hal-hal yang membuat anak merasa penasaran dan
memuaskan rasa ingin tahunya.
9.4.3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Rasa Ingin Tahu Siswa
Hasil penelitian ini menunjukan180 responden dari siswa kelas IV SD di
Yayasan dwi bakti Bandar Lampung, dengan jumlah 130 siswa yang mengalami
pola asuh demokratis 119 siswa (91,5 %) memiliki rasa ingin tahu dengan
kategori tinggi dan 11 sisiwa yang mengalami pola asuh demokratis memiliki
kategori sedang. Sementara untuk 31 sisiwa yang mengalami pola asuh otoritatif,
10 siswa memiliki rasa ingin tahu dengan kategori tinggi dan 21 siswa memiliki
67
rasa ingin tahu dengan kategori sedang, sedangkan untuk 19 siswa yang
mengalami pola asuh permisif 4 diantaranya memiliki rasa ingin tahu kategori
tinggi dan 15 siswa memiliki rasa ingin tahu kategori sedang.
dengan pola asuh yang di berikan oleh orang tua. Kepribadian dan karakteristik
perilaku dan kognitif manusia dipengaruhi oleh orang tua dan tampaknya gaya
pengasuhan mempengaruhi kepribadian dan karakteristik kognitif individu
(Nosrati, 2018).
2.1.2.10
2.1.2.11
11.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan pola
asuhorang tua dan rasa ingin tahu siswa kelas IV SD se Yayasan Dwi Bakti
Bandar Lampung selama sekolah dari rumah, maka peneliti memperole
kesimpulan bahwa ter dapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua
dan rasa ingin tahu siswa kelas IV SD Se yayasan Dwi abkti Bandar lampung
Selama sekolah dari rumah. hal ini di buktikan dengan pengujian Chi
Squaredengan nilai Sig. 0, 000<0,05, berati Ha di etrima dan Ho di tolak.
11.2 Saran
Bagi peneliti selanjutnya mendapatkan acuan dari penelitian ini untuk di
gunakan sebagai bahan refrensi penelitian lebih lanjut, yang membahas tentang
rasa ingin tahu siswa dengan variabel indenpenden yang berbeda.
69
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, F., Lestari, P., Lestari, I. D., & Riko. (2021). Pola Pendampingan
Orang Tua Dalam Pembelajaran Online Anak Di Tengah Pandemi Covid 19.
Seminar Nasional Riset Dan Inovasi Teknologi (SEMNAS RISTEK, 5 NO.1,
846–850.
Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Rineka Cipta.
Artinta, S. V., & Fauziyah, H. N. (2021). Faktor yang Mempengaruhi Rasa Ingin
Tahu dan Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa pada Mata Pelajaran
IPA SMP. Jurnal Tradis IPA Indonesia, 1(2), 68–72.
Asra, A., Irawan, P. B., & Purwoto, A. (2016). Metode Penelitian Survei. In
Media.
Azwar, S. (2013). Reliabilitas dan Validitas (4th ed.). Pustaka Pelajar.
Bafdal, I. (2008). Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Bumi Aksara.
Budiastuti, D., & Bandur, A. (2018). Validitas dan reliabilitas Penelitian. Mitra
Wacana Media.
Bujuri, D. A. (2018). Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar dan
Implikasinya dalam Kegiatan Belajar Mengajar. LITERASI (Jurnal Ilmu
Pendidikan), 9(1), 37. https://doi.org/10.21927/literasi.2018.9(1).37-50
Cahyati, N., & Kusumah, R. (2020). Peran Orang Tua Dalam Menerapkan
Pembelajaran Di Rumah Saat Pandemi Covid 19. Jurnal Golden Age, 4(01),
4–6. https://doi.org/10.29408/jga.v4i01.2203
Dahlan, S. (2014). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 6. Salmba
Medika.
Delfriana, A. A. (2016). Pola Asuh Orang Tua,Konsep Diri Remaja dan Prilaku
Seksual. Jurnal Jumantik, 1(1).
Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. PT Remaja Rosdakarya.
Dewi, W. A. F. (2020). DAMPAK COVID-19 TERHADAP IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN DARING DI. 2(1), 55–61.
Djamarah, B. (2014). Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga:
Upaya Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak. PT Rineka Cipta.
Donnellan, E., Aslan, S., Fastrich, G. M., & Murayama, K. (2021). How Are
Curiosity and Interest Different? Naïve Bayes Classification of People’s
Beliefs. In Educational Psychology Review. Educational Psychology Review.
https://doi.org/10.1007/s10648-021-09622-9
Effendi, S. (2012). Metode Penelitian Survei. LP3ES.
70
Mutaqin, I., & Pratiwi, M. R. (2021). Pengalaman Orang Tua Dalam Proses
Pendampingan Pembelajaran Daring di Masa Pandemi. Jurnal Komunikasi
Korporasi Dan Media (JASIMA), 2(1), 1–19.
https://doi.org/10.30872/jasima.v2i1.25
Muthmainnah. (2012). Pendidikan Anak Dalam Keluarga Perspektif Islam. Jurnal
Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education Studies), 3(1), 109.
https://doi.org/10.15642/pai.2015.3.1.109-136
Muyassaroh, A. (2019). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan
Karakter Anak Kelas V Sekolah Dasar Negeri 163 Kecamatan Tampan Kota
Pekanbaru. In Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim
Riau Pekanbaru (Vol. 126, Issue 1). UIN SUSKA RIAU.
Nosrati, F. (2018). A sian R esearch C onsortium The Investigation of the
Relation between Parenting Styles and the Curiosity and Creativity in
Students. May.
Novrinda. (2017). Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Usia Dini.
Raudhatul Athfal: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 1(1), 61–80.
https://doi.org/10.19109/ra.v1i1.1526
Raharja, S., Wibhawa, M. R., & Lukas, S. (2018). Mengukur Rasa Ingin Tahu
Siswa [Measuring Students’ Curiosity]. Polyglot: Jurnal Ilmiah, 14(2), 151.
https://doi.org/10.19166/pji.v14i2.832
Rowson, J., Young, J., Spencer, N., Lindley, E., & Gecius, E. (2012). The power
of curiosity: How linking inquisitiveness to innovation could help to address
our energy challenges. RSA Social Brain Centre, 1(June), 1–36.
https://www.thersa.org/globalassets/pdfs/blogs/rsa-social-brain-the-power-
of-curiosity.pdf
Rudianto, V., Ni Luh Putu, E., & Neni, M. (2018). Hubungan Antara Pola Asuh
Orang Tua Dengan Tingkat Prestasi Belajar Anak Usia Masa Sekolah Dasar
7-11Tahun di SD Negeri 1 Sudimoro Desa Sudimoro Kecamatan
Bululawang Kabupaten Malang. Nursing News, 2(3), 21–33.
https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/view/450/368
Rukminingsih, Adnan, G., & Latief, M. A. (2020). Metode Penelitian Pendidikan.
Penelitian Kuantitatif, Penelitian Kualitatif, Penelitian Tindakan Kelas.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 29.
Samatowa, U. (2016). Bagaimana Membelajarkan IPA si Sekolah Dasar. PT.
Indeks.
Sarwono, J. (2015). Rumus-Rumus Populer dalam SPSS 22 untuk Riset Skripsi.
ANDI.
Shiau, W. L., & Wu, H. C. (2013). Using curiosity and group-buying navigation
to explore the influence of perceived hedonic value, attitude, and group-
buying behavioral intention. Journal of Software, 8(9), 2169–2176.
72
https://doi.org/10.4304/jsw.8.9.2169-2176
Sinambela, L. P., & Sinambela, S. (2021). Metodologi Penelitian Kuantitatif
Teoretik dan Praktik (Monalisa (ed.); 1st ed.). PT RajaGrafindo Persada.
Sofyana, L., & Rozaq, A. (2019). Pembelajaran Daring Kombinasi Berbasis
Whatsapp Pada Kelas Karyawan Prodi Teknik Informatika Universitas PGRI
Madiun. Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika (JANAPATI), 8(1),
81. https://doi.org/10.23887/janapati.v8i1.17204
Sugiyono. (2010). Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Sutopo
(ed.); 2nd ed.). Alfabeta.
Sutanto, V., & Andriyani, A. (2019). Positive Parenting Membangun Karakter
Positif Anak. PT. PUSTAKA BARU.
Syamaun, N. (2012). Dampak Pola Asuh Orang Tua dan Guru Terhadap
Kecenderungan Perilaku Agresif Siswa. Ar-Ruzz Media.
Syamsu, Y. (2009). Psikologi perkembangan anak & remaja. PT Remaja
Rosdakarya.
Tridonanto, A. (2014). Mengembangkan Pola Asuh Demokratis. Komputindo.
Valeza, A. R. (2017). Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi Anak di
Perum Tanjung Raya Permai Kelurahan Pematang Wangi Kecamatan
Tanjung Senang Bandar Lampung. Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam
UIN Raden Intan Lampung.
Wijanarko, J., & Setiawati, E. (2016). Ayah Ibu Baik Parenting Era Digital
(Tangsel). Kelurga Indonesia Bahagia.
Yousif, N., Cole, J., Rothwell, J. C., Diedrichsen, J., Zelik, K. E., Winstein, C. J.,
Kay, D. B., Wijesinghe, R., Protti, D. A., Camp, A. J., Quinlan, E., Jacobs, J.
V, Henry, S. M., Horak, F. B., Jacobs, J. V, Fraser, L. E., Mansfield, A.,
Harris, L. R., Merino, D. M., … Dublin, C. (2020). No 主観的健康感を中
心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析
Title. Journal of Physical Therapy Science, 9(1), 1–11.
http://dx.doi.org/10.1016/j.neuropsychologia.2015.07.010%0Ahttp://
dx.doi.org/10.1016/j.visres.2014.07.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.humov.2018.08.006%0Ahttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
24582474%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.gaitpost.2018.12.007%0Ahttps:
Yulianingsih, W., Suhanadji, S., Nugroho, R., & Mustakim, M. (2020).
Keterlibatan Orangtua dalam Pendampingan Belajar Anak selama Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2),
1138–1150. https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.740
73