Anda di halaman 1dari 95

NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL KAMI (BUKAN) SARJANA KERTAS

KARYA J.S. KHAIREN: KAJIAN SEMIOTIKA

SKRIPSI

Oleh:

RUMINTA INDAH ANGELITA

I1B118045

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SEJARAH, SENI, DAN ARKEOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2023
NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL KAMI (BUKAN) SARJANA KERTAS

KARYA J.S. KHAIREN: KAJIAN SEMIOTIKA

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Jambi

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan

Program Sarjana Sastra Indonesia

Oleh:

RUMINTA INDAH ANGELITA

I1B118045

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SEJARAH, SENI, DAN ARKEOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2023
HALAMAN PERSETUJUAN

i
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi berjudul Nilai Pendidikan dalam Novel “Kami (bukan) Sarjana Kertas”

Karya J.S. Khairen: Kajian Semiotika yang disusun oleh Ruminta Indah Angelita,

Nomor Induk Mahasiswa I1B118045 telah dipertahankan di depan Dewan

Penguji pada Senin, 27 Februari 2023.

Dewan Penguji

1. Prof. H. Yundi Fitrah, Drs., M.Hum. Ph.D. Ketua

NIP. 195912251989021002

2. Liza Septa Wilyanti, S.Pd., M.Pd. Sekretaris

NIP. 199009012019032013

Mengetahui

Ka. Prodi Sastra Indonesia

Liza Septa Wilyanti, S.Pd., M.Pd.

NIP. 199009012019032013

ii
MOTTO

“Jangan kasih titik kalau Tuhan masih mau kasih koma”

(Ps. Raditya Oloan)

***

“Sebagai ganti keadaanmu dahulu, ketika engkau ditinggalkan, dibenci dan tidak

disinggahi seorang pun, sekarang Aku akan membuat engkau menjadi

kebanggaan abadi, menjadi kegirangan turun-temurun.”

(Yesaya 60:15)

Skripsi ini saya persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu hadir dan

memberikan kekuatan untuk saya disaat suka maupun duka. Dan saya

persembahkan skripsi ini kepada diri saya sendiri atas perjuangan dan kerja

kerasnya sampai saat ini. Teruntuk orang tua tercinta, Ayahanda Eben Edwar

Simorangkir dan Ibunda Linda Tambunan serta abang tersayang Immanuel Alfa

Simorangkir, terima kasih atas perhatian, dukungan semangat, bantuan materi, dan

doa yang senantiasa diberikan untuk mengantar saya meraih ilmu dan menjalani

kehidupan ini. Semoga saya bisa membahagiakan kalian.

iii
HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : RUMINTA INDAH ANGELITA

NIM : I1B118045

Program Studi : Sastra Indonesia

Dengan ini menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar-benar karya sendiri

dan bukan merupakan jiplakan dari hasil penelitian pihak lain. Apabila di

kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini merupakan

jiplakan atau plagiat, saya bersedia menerima sanksi dicabut gelar dan ditarik

ijazah. Demikianlah pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanggung

jawab.

Jambi, Februari 2023

Yang membuat pernyataan,

Ruminta Indah Angelita

NIM I1B118045

iv
ABSTRAK

Angelita, Ruminta Indah , 2022, Nilai Pendidikan dalam Novel Kami (bukan)
Sarjana Kertas Karya J.S. Khairen: Kajian Semiotika : Skripsi, Jurusan
Sejarah, Seni, dan Arkeologi, FKIP Universitas Jambi, Pembimbing : (I)
Prof. H. Yundi Fitrah, Drs., M.Hum. Ph.D., (II) Liza Septa Wilyanti,
S.Pd., M.Pd.

Kata kunci : nilai pendidikan, novel, kajian semiotika, Roland Barthes

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai pendidikan dalam novel


Kami (bukan) Sarjana Kertas karya J.S. Khairen menggunakan kajian semiotika.
Data penelitian diperoleh dengan menggunakan deskriptif analisis. Data penelitian
ini adalah kutipan novel yang berupa kalimat dan paragraf. Jenis penelitian yang
digunakan adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
mengidentifikasi data yang terkait dengan nilai pendidikan kemudian
menganalisis makna dengan menggunakan kajian semiotika Roland Barthes.
Teknik analisis data dengan menggunakan reduksi data, penyajian data, dan
verifikasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam novel Kami (bukan) Sarjana
Kertas karya J.S. Khairen terdapat nilai-nilai pendidikan menurut teori Sukardi
yaitu nilai ketuhanan yaitu nilai yang didasarkan pada ajaran agama terkait
kepercayaan atau iman, perintah atau larangan yang harus diperhatikan, ritual-
ritual yang harus dikerjakan dan sebagainya; nilai moral yaitu nilai yang
mengajarkan tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban, akhlak, budi pekerti dan susila; nilai sosial yaitu nilai yang lebih
mengarah kepada bagaimana pola perilaku seseorang dalam kehidupan
bermasyarakat; dan nilai budaya yaitu konsep-konsep yang hidup di alam pikiran
sebagian besar masyarakat mengenai apa yang dianggap bernilai, berharga dan
penting dalam hidup.

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari keempat nilai pendidikan yang
terdapat pada novel Kami (bukan) Sarjana Kertas karya J.S. Khairen lebih
mendominasi nilai pendidikan moral. Dalam prosesnya sendiri, data berupa nilai
pendidikan tersebut dianalisis maknanya dengan menggunakan kajian semiotika
Roland Barthes secara 3 tahap, yakni: mencari makna denotasi, mencari makna
konotasi, dan mencari makna mitos. Adapun saran dalam penelitian ini adalah
adanya penelitian lebih lanjut mengenai nilai pendidikan dalam novel dengan
menggunakan kajian semiotika terhadap analisis yang berbeda supaya
pengetahuan tentang nilai pendidikan dalam novel dengan menggunakan kajian
semiotika semakin berkembang. Peneliti sangat mengharapkan pada peneliti
selanjutnya dengan meneliti nilai pendidikan dalam novel dengan menggunakan
kajian semiotika dengan permasalahan yang berbeda.

v
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas

berkat, rahmat, serta kasih-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Nilai Pendidikan

dalam Novel Kami (bukan) Sarjana Kertas Karya J.S. Khairen: Kajian Semiotika”

dapat terealisasikan dengan baik. Dalam penyelesaian studi dan penulisan skripsi

ini, penulis banyak memperoleh bantuan berupa pengajara, bimbingan dan arahan

dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada bapak Prof. H. Yundi Fitrah, Drs., M.Hum. Ph.D., selaku

dosen pembimbing I yang telah berbaik hati dan penuh kesabaran memberikan

bimbingan serta motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi

ini. Selanjutnya, kepada ibu Liza Septa Wilyanti, S.Pd., M.Pd., selaku dosen

pembimbing II yang sangat teliti memberikan arahan dan bimbingan dari awal

hingga akhir proses penyusunan skripsi ini. Semoga kebaikan yang diberikan

dibalas berlipat ganda oleh rahmat-Nya.

Kepada dosen penguji skripsi, ibu Dr. Dra. Warni, M.Hum., ibu Siti

Fitriah, S.S., M.A., dan bapak Yoga Mestika Putra, S.Pd., M.Hum., terima kasih

telah meluangkan waktunya untuk turut memberikan bimbingan, arahan, dan

masukan yang membangun dalam memperbaiki penulisan skripsi ini. Penulis juga

menyampaikan terima kasih kepada dosen Program Studi Sastra Indonesia,

Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi, FKIP, dan Universitas Jambi. Atas ilmu dan

niat baiknya untuk mencerdaskan mahasiswa, serta memberikan kemudahan dan

pengarahan kepada mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhirnya.

vi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan

dan masih jauh dari kata sempurna dengan keterbatasan yang dimiliki. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca

guna menyempurnakan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca

maupun pihak yang berkepentingan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Jambi, Februari 2023

Ruminta Indah Angelita

NIM I1B118045

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
MOTTO ................................................................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
BAB II KAJIAN TEORETIK ............................................................................. 5
2.1 Pengertian Novel .............................................................................. 5
2.2 Nilai-Nilai Pendidikan ...................................................................... 6
2.3 Makna dalam Semiotika Roland Barthes ......................................... 8
2.4 Penelitian yang Relevan ................................................................. 14
2.5 Bagan Alur Peneliti ........................................................................ 16
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 17
3.1 Metode dan Jenis Penelitian ........................................................... 17
3.2 Data dan Sumber Data .................................................................... 17
3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 18
3.4 Teknik Analisis Data ...................................................................... 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 20
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................... 20
4.1.1 Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Kami (bukan) Sarjana
Kertas Karya J.S. Khairen ............................................................. 20
4.1.2 Pemaknaan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Kami
(bukan) Sarjana Kertas Karya J.S. Khairen: Kajian Semiotika
Roland Barthes .............................................................................. 37
4.2 Pembahasan .................................................................................... 66
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 70
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 70
5.2 Saran ............................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71
LAMPIRAN ......................................................................................................... 73

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan sebuah tiruan yang berarti menyamakan sesuatu

hal yang pernah terjadi atau dibuat kembali dari cara hidup seseorang dan tidak

pernah lepas dari masyarakat. Pernyataan ini sejalan dengan pandangan Mashuda

dan Elen (2019:198) bahwa karya sastra diungkapkan melalui teks oleh pengarang

dan tercermin dalam berbagai pengalaman hidup di lingkungan sosial masyarakat.

Jika dibandingkan dengan karya sastra bentuk prosa lainnya, novel memiliki

keunggulan dalam teks naratif karena gaya cerita novel berbentuk narasi. Novel

yang memuat cerita-cerita tentang konflik, baik dengan orang lain, konflik dengan

lingkungan, konflik dengan diri sendiri, maupun konflik dengan Tuhan membuat

novel semakin hidup dan seru.

Selain itu, novel memiliki ciri khas narasi berupa teks yang menceritakan

suatu kejadian sesuai kronologis, sehingga terdapat suatu ajaran berupa nilai-nilai

pendidikan dengan mengarahkan pada pembentukan pribadi manusia sebagai

individu yang religius, sosial, dan bermoral. Nilai-nilai pendidikan harus bisa

dihayati dan dipahami manusia sebab nilai-nilai ini mengarah kepada kebaikan

dalam berfikir maupun bertindak (Jamaludin, 2022). Salah satu dari banyak novel

yang dapat memberi sebuah pembelajaran dan memberikan nilai-nilai pendidikan

adalah novel Kami (bukan) Sarjana Kertas karya J.S. Khairen.

Novel Kami (bukan) Sarjana Kertas karya J.S. Khairen atau Jombang

Santani Khairen, seorang penulis muda yang muncul dari keresahan dan hasil

risetnya bertahun-tahun mengenai fenomena sarjana kertas. Banyak para

1
2

mahasiswa yang merasa salah jurusan karena mengambil jurusan atas pilihan

orangtua, atau bahkan tidak tahu jurusan tersebut akan membawanya kemana.

Novel Kami (bukan) Sarjana Kertas adalah sebuah novel fiksi yang dikemas

secara ringan dan diiringi humor-humor khas anak kampus.

Novel ini menceritakan tentang tujuh mahasiswa yang terjebak dikampus

UDEL. Diantaranya ada Ogi dan sahabatnya Ranjau, kemudian Gala, Arko, Sania,

Juwisa, dan Chaterine. Sekumpulan mahasiswa ini memiliki alasan untuk

berkuliah. Namun, Ogi gagal dalam melanjutkan kuliahnya. Karena perbedaan

pandangan motivasi, dan latar belakang dari para mahasiswa ini tentu saja

menimbulkan persoalan terhadap studi mereka. Berkat bimbingan dari ibu Lira,

dosen konseling yang memberikan pelajaran dengan cara yang unik, akhirnya bisa

membuka cakrawala bagi para mahasiswa ini. Para mahasiswa ini akhrnya

berhasil untuk memupuk impian dan keluar dari zona nyaman untuk bertarung

demi masa depan yang terbaik (Khairen, 2019).

Novel ini sangat menarik untuk diteliti karena sebagai seorang penulis,

J.S. Khairen seringkali menjadi penyebab ceritanya melalui pengalaman pribadi

maupun peristiwa-peristiwa di dunia nyata. Mengusung tema perkuliahan, novel

ini juga memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai sulitnya masuk

Universitas, konsisten menjalaninya, sampai wisuda hingga sulitnya mencari

pekerjaan. Selain itu, keterlibatan keluarga, teman, serta lingkungan sosial

masyarakat di dalam cerita memungkinkan adanya interaksi sosial dengan muatan

amanat atau pesan yang baik sehingga dapat menjadi contoh tata cara bersikap

yang baik dalam keseharian masyarakat saat semakin memudarnya nilai-nilai

sosial. Novel ini juga menggambarkan dan menjelaskan kalimat-kalimat dalam


3

novel tersebut, yang mengandung nilai moral dengan menguraikan dan

menganalisis serta memberi pemahaman atas kalimat-kalimat yang dideskripsikan

tersebut.

Novel ini juga terpajang di rak best seller dan top 10 di beberapa titik toko

buku di Indonesia. J.S. Khairen telah berkeliling pulau Jawa membawa novel

Kami (bukan) Sarjana Kertas. Di sana ia membuat pertunjukan-pertunjukan

berjudul Sidang Terbuka di mana ia menjadi tersidang dalam sebuah ujian skripsi.

Pertunjukan ini menjadi acara promosi pertama kali dari sekian banyak promosi

yang hanya sekedar talkshow.

Novel ini memiliki tanda berupa kutipan novel seperti kalimat dan

paragraf. Salah satu tokoh yang memfokuskan kajian tandanya pada karya sastra

dan membawa pengaruh pada perkembangan semiotika, yaitu Roland Barthes.

Roland Barthes mengembangkan dua tingkatan tanda pada studi ilmu semiotika

dapat menghasilkan makna yang juga bertingkat-tingkat, seperti makna denotasi,

makna konotasi, dan makna mitos.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah bagaimana nilai pendidikan dalam novel Kami (bukan) Sarjana Kertas

karya J.S. Khairen menggunakan kajian semiotika?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan nilai pendidikan dalam novel Kami (bukan) Sarjana Kertas

karya J.S. Khairen menggunakan kajian semiotika.


4

1.4 Manfaat Penelitian

Pada dasarnya, penelitian dilaksanakan dengan harapan mampu

memberikan manfaat. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini merupakan penerapan dari kajian

semiotika Roland Barthes, khususnya untuk menganalisis nilai pendidikan dalam

sebuah novel.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang berminat

melakukan penelitian yang sama, namun mengambil dari aspek yang berbeda

2. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai bahan ajar kepada civitas

akademik dalam bidang karya sastra.


BAB II

KAJIAN TEORETIK

2.1 Pengertian Novel

Menurut Nurgiyantoro (2016:9-10), istilah novella mengandung

pengertian yang sama dengan istilah novellet dalam bahasa Indonesia. Novellet

berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukup, tidak terlalu panjang,

namun juga tidak terlalu pendek. Novel mengandung cerita berupa kejadian-

kejadian dengan menimbulkan pergolakan batin yang mengubah perjalanan nasib

para tokoh. Kejadian-kejadian tersebut yang menjadi pemicu munculnya berbagai

konflik. Konflik akan selalu dihadirkan dalam novel untuk menimbulkan

ketegangan dan rasa penasaran pembaca hingga ingin membaca sampai akhir

cerita. Setiap cerita dalam novel selalu berkaitan satu sama lain, sehingga dalam

membaca novel dibutuhkan konsentrasi tinggi dalam penggarapannya (Semi,

2012:36).

Novel memiliki karakterisitik permasalahan yang lebih kompleks

dibandingkan dengan karya sastra lainnya. novel merupakan karya imajinatif yang

mengisahkan sisi utuh problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang

tokoh (Kosasih, 2008:54). Novel menyajikan gejala sosial paling dominan. Novel

mampu menampilkan unsur-unsur cerita paling lengkap, memiliki media paling

luas, dan menyajikan masalah kemasyarakatan paling kompleks (Ratna,

2009:335-336).

Novel merupakan salah satu karya sastra yang memiliki ciri khas tersendiri

bila dibandingkan dengan karya sastra lain. Dari segi jumlah kata atau kalimat,

novel mengandung banyak kata dan kalimat sehingga dalam proses pemaknaan

5
6

relatif jauh lebih mudah dipahami. Dari segi panjang cerita, novel dapat

mengemukakan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih

banyak melibatkan berbagai permasalahan yang kompleks.

2.2 Nilai-Nilai Pendidikan

Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang banyak memberikan

penjelasan secara jelas tentang sistem nilai. Nilai itu mengungkapkan perbuatan

apa yang dipuji dan dicela, pandangan hidup mana yang penting untuk dianut dan

dijauhi, dan hal apa saja yang perlu dijunjung tinggi. Menurut Sukardi (1997:79)

nilai-nilai pendidikan dalam novel sebagai berikut: Nilai Pendidikan Ketuhanan,

yaitu nilai yang didasarkan pada ajaran agama terkait kepercayaan atau iman,

perintah atau larangan yang harus diperhatikan, ritual-ritual yang harus dikerjakan

dan sebagainya. Karena iman merupakan hakikat paling dasar dari keagamaan,

maka nilai pendidikan ketuhanan didasarkan pada rukun iman yang memiliki

enam dimensi yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat Allah, iman kepada

rosul Allah, iman kepada kitab Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada

qodlo dan qodar.

Nilai Pendidikan Moral. Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang

diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti dan

susila. Nilai dalam pendidikan moral harus dimiliki oleh setiap insan supaya dapat

menjadi pribadi yang utuh dan bermartabat sehingga berbeda dengan makhluk

lainnya dalam semesta ini. Nilai pendidikan moral didasarkan pada semua

perilaku baik pada manusia yang sesuai dengan norma agama, norma hukum dan

norma masyarakat.
7

Nilai Pendidikan Sosial. Nilai pendidikan sosial atau kemasyarakatan

sangat berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan yang lain. Nilai pendidikan sosial

lebih mengarah kepada bagaimana pola perilaku seseorang dalam kehidupan

bermasyarakat. Nilai pendidikan sosial terkait dengan masalah dasar yang sangat

penting dalam hubungan antara satu dengan lainnya dalam kehidupan manusia

sebagai makhluk monopluralis (Wati et al., 2022). Sebagai anggota masyarakat,

anak didik tidak bisa melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem social yang

terbentuk mengikat perilaku anak didik untuk tunduk pada norma-norma sosial,

susila, dan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Demikian juga halnya di

sekolah. Ketika anak didik berada di sekolah, maka dia berada dalam sistem sosial

di sekolah. Peraturan dan tata terbib sekolah harus anak didik taati. Pelanggaran

yang dilakukan oleh anak didik akan dikenakan sanksi sesuai dengan jenis dan

berat ringannya pelanggaran. Lahirnya peraturan sekolah bertujuan untuk

mengatur dan membentuk perilaku anak didik yang menunjang keberhasilan

belajar disekolah.

Nilai Pendidikan Budaya. Budaya adalah pikiran atau akal budi,

sedangkan kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi)

manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat (KBBI, 2002:169-179).

Nilai budaya yaitu konsep-konsep yang hidup di alam pikiran sebagian besar

masyarakat mengenai apa yang dianggap bernilai, berharga dan penting dalam

hidup (Kuntjaraningrat, 1979:204). Nilai pendidikan budaya dimaksudkan bahwa

melalui karya sastra, budaya suatu kelompok masyarakat tertentu atau suatu

bangsa dapat diketahui dan dikenali, sehingga anak didik dapat memperoleh

pengetahuan budaya suatu bangsa atau generasi pendahulunya.


8

Nilai Pendidikan Estetika. Estetis berarti keindahan atau segala sesuatu

yang indah (KBBI, 2002: 308). Nilai estetis muncul sebagai salah satu tujuan dari

diciptakannya sebuah karya sastra karena pada hakikatnya sastra adalah sebuah

objek estetis yang mampu membangkitkan pengalaman estetis pembacanya

(Wellek & Warren, 1990: 321).

2.3 Makna dalam Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes (dalam Kumoro, 2021) mengembangkan semiotika yang

membahas pemaknaan atas tanda dengan menggunakan dua tahap signifikasi,

yaitu makna denotasi (makna yang sebenarnya) dan makna konotasi (makna

kiasan). Menurut Barthes (dalam Ambarini dan Umaya, 2012) semiotika adalah

ilmu mengenai bentuk (form). Studi ini mengkaji signifikasi yang terpisah dari

isinya. Semiotika tidak hanya meneliti mengenai signifier dan signified, tetapi

juga hubungan yang memikat keduanya (sign).

Barthes mengembangkan dua tingkatan tanda yang menghasilkan makna

yang juga bertingkat-tingkat. Tingkatan itu yaitu, denotasi yang merupakan

tingkatan pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda

yang merujuk pada makna eksplisit yang langsung dan pasti. Makna denotasi

terdapat pada setiap leksem/kata. Konotasi yang merupakan tingkat pertandaan

yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda yang didalamnya

merujuk makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti.
9

1. Signifier 2. Signified

(Petanda) (Petanda)

3. Denotative Sign (Tanda Denotasi)

5. Connotative
4. Connotative Signifier
Signified
(Penanda Konotatif)
(Petanda Konotatif)

6. Connotative Sign (Tanda Konotatif)

Berdasarkan bagan pemaknaan terlihat bahwa tanda denotasi (3) terdiri

atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan tanda denotasi

juga merupakan penanda konotatif (4). Tanda denotasi menghasilkan makna yang

eksplisit dan langsung, sementara tanda konotasi penandaannya memiliki

keterbukaan makna yang implisit untuk memungkinkan terbukanya penafsiran-

penafsiran yang lain. Jadi, dalam konsep ini Barthes mengungkapkan bahwa tanda

konotasi tidak hanya memiliki makna tambahan, tetapi juga mengandung kedua

bagian tanda denotasi yang melandasi keberadaannya.

Dalam kerangka Barthes, konotasi indentik dengan mitos dan berfungsi

untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan

yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Menurut Barthes, mitos merupakan

perkembangan dari konotasi yang sudah terbentuk lama di lingkungan

masyarakat. Mitos dalam hal ini berarti hal-hal yang sudah diyakini oleh

masyarakat.

Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari

tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes lebih tertuju pada gagasan tentang


10

signifikasi dua tahap (two order of signification). Dalam signifikasi dua tahap ini

terdapat beberapa komponen makna yang saling berhubungan antara satu degan

yang lainnya, yaitu makna denotasi, makna konotasi, dan mitos. Signifikasi dua

tahap yang diungkapkan oleh Barthes terdiri dari signifikasi tahap pertama yaitu

makna denotasi, dan signifikasi tahap kedua yang terdiri dari makna konotasi dan

mitos.

First Order Second Order

reality signs culture

connotation
Signifier
denotation
Signified

myth

Berdasarkan gambar diatas, Barthes menjelaskan mengenai signifikasi

tahap pertama yang merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam

denotasi. Denotasi yaitu makna yang paling jelas dan yang paling nyata dari

tanda. Konotasi adalah istilah Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap

kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan

perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaan. Konotasi

memiliki makna yang subjektif yang mengandung pemilihan kata. Tahap

signifikasi kedua tanda bekerja melalui mitos. Mitos (myth) adalah kebudayaan
11

menjelaskan atau memahami beberapa aspek mengenai realitas atau gejala alam

(dalam Lestari, 2011).

Roland Barthes dalam kajian mengenai tanda menggunakan sistem

pemaknaan tataran bahasa yang terdiri dari dua tingkatan. Sistem ini terdiri dari

tataran pertama yaitu denotasi dan konotasi, kemudian tataran kedua yaitu

konotasi dan mitos. Tanda dapat bekerja apabila adanya peran pembaca (the

reader). Konotasi merupakan sifat asli tanda yang membutuhkan keaktifan

pembaca agar tanda dapat berfungsi. Sastra adalah contoh paling jelas sistem

pemaknaan tataran kedua (konotatif) yang dibangun di atas bahasa sebagai sistem

pertama (denotatif). Menurutnya signifier (penanda) dan signified (petanda)

memiliki tanda denotative. Secara bersamaan tanda denotatif juga penanda

konotatif. Tanda konotatif indentik dengan mitos dan berfungsi untuk

mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang

berlaku dalam suatu periode tertentu. Menurut Barthes, mitos merupakan

perkembangan dari konotasi yang sudah terbentuk lama di lingkungan

masyarakat. (Cobley dan Jansz, 1999:51).

Untuk menemukan maksud dari makna denotasi, konotasi, dan mitos

dibutuhkan pemahaman mengenai pengertian ketiganya.

2.3.1 Makna Denotasi

Sobur (2015:27) menyatakan bahwa makna denotasi disebut sebagai

makna kognitif. Makna kognitif merupakan makna yang memiliki hubungan

dengan kesadaran atau pengetahuan, stimulus (dari pihak pengirim pesan) dan

respon (dari pihak penerima pesan) menyangkut hal-hal yang diserap pancaindra

manusia.
12

Tarigan (2013:56) menyatakan bahwa denotasi merupakan makna-makna

umum, tradisional, dan presidensial. Makna ini juga disebut makna proporsional,

karena berhubungan dengan informasi-informasi atau pernyataan-pernyataan yang

bersifat faktual. Denotasi adalah makna yang ada pada setiap leksem/kata untuk

menunjukkan, mengemukakan, dan menunjuk pada hal itu sendiri dengan

menyangkut informasi-informasi yang memiliki makna sebenarnya. Berger (2010)

memberikan pendapat bahwa makna denotasi bersifat langsung, dan dapat disebut

sebagai gambaran dari suatu petanda. Sering juga makna denotasi disebut sebagai

makna konseptual.

Denotasi adalah penggambaran hubungan antara penanda dengan petanda

dan tanda dengan suatu benda dalam suatu realitas eksternal. Dalam hal ini,

Barthes (dalam Harnia, 2021) mengatakan bahwa tatanan ini mengacu pada

anggapan umum mengenai tanda.

2.3.2 Makna Konotasi

Makna konotasi adalah suatu jenis makna yang stimulus (dari pihak

pengirim pesan) dan respon (dari pihak penerima pesan) mengadung nilai-nilai

emosional. Tarigan (2013:56) menyatakan bahwa makna konotasi suatu kata

merupakan segala sesuatu yang kita pikirkan apabila kita melihat kata tersebut

mungkin atau tidak mungkin sesuai dengan makna sebenarnya.

Charles (2016:100) menambahkan bahwa makna konotasi adalah nilai rasa

positif, negatif, maupun netral. Jadi, pada makna konotasi terdapat unsur rasa dan

opini dari seseorang tentang suatu tanda. Makna konotasi sebagian terjadi karena

pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju-tidak setuju, senang-tidak senang,

dan sebagainya pada pihak penerima pesan. Makna konotasi dapat berubah dari
13

waktu ke waktu. Chaer (2009:67-69) menyatakan bahwa makna konotasi sebuah

kata dapat berbeda dari suatu kelompok masyarakat. Ini menyesuaikan dengan

pandangan hidup dan norma-norma penilaian kelompok masyarakat tersebut.

Konotasi adalah suatu gambaran mengenai sebuah interaksi ketika tanda

bertemu dengan sebuah perasaan atau emosi dari penggunanya (dalam Harnia,

2021).

2.3.3 Makna Mitos

Kata mitos berasal dari bahasa Yunani yaitu mythos yang berarti kata-kata

wicara (Antika et al., 2020). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan

atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos berfungsi

sebagai teori narasi yang asli tentang dunia.

Mitos adalah suatu bentuk dimana ideologi tercipta. Mitos muncul melalui

suatu anggapan berdasarkan observasi kasar (Septiana, 2019). Mitos dalam

semiotika merupakan proses pemaknaan yang tidak mendalam. Mitos hanya

mewakili atau merepresentasikan makna dari apa yang nampak, bukan apa yang

sesungguhnya. Mitos dapat dengan mudah diubah atau dihancurkan karena dicipta

oleh orang-orang dan mitos tergantung pada konteks dimana ia ada. Dengan

mengubah konteksnya, seseorang dapat mengubah efek mitos. Pada saat yang

sama, mitos berfungsi untuk menaturalisasikan sebuah kepercayaan. Mitos

membuat pandangan seolah menjadi tidak mungkin ditentang karena memang

itulah yang seharusnya.

Rahardjo (dalam Sobur, 2016:128) menyatakan bahwa mitos menjadi dua

macam, yaitu mitos tradisional yang berhubungan dengan alam ghaib, spiritual,

dan takhayul. dan mitos modern. Kemudian mitos modern yang dibentuk oleh
14

gejala-gejala yang muncul pada masyarakat saat ini seperti gejala politik,

olahraga, sinema, televisi, dan pers. Menurut Junus (dalam Sobur, 2016:130)

menambahkan bahwa mitos tidak dibentuk melalui penyelidikan, tetapi melalui

anggapan berdasarkan observasi kasar yang digeneralisasikan. Mitos adalah suatu

sistem komunikasi yang membawakan pesan. Mitos bukan sebuah objek, konsep,

ataupun gagasan.

2.4 Penelitian yang Relevan

Penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu yang relevan sebagai

bahan referensi pertimbangan dengan penelitian yang akan dilakukan. Berikut ini

beberapa hasil penelitian yang relevan dalam penelitian ini:

Penelitian yang relevan telah dilakukan oleh Rina Septiana pada tahun

2019 dengan menulis Jurnal Skripsi yang berjudul Makna Denotasi, Konotasi,

dan Mitos dalam Film Who Am I Kein System 1st Sicher (Suatu analisis Semiotik).

Jurnal skripsi yang diajukan sebagai salah satu syarat mencapai gelar sarjana

Universitas Sam Ratulangi, Fakultas Ilmu Budaya, Program Studi Sastra Jerman.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna denotasi dan konotasi serta

mendeskripsikan ideologi berdasarkan mitos yang ada dalam film Who Am I Kein

System 1st Sicher. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif

dengan teknik dokumentasi untuk mengumpulkan data. Hasil yang ditemukan

dalam penelitian ini adalah 41 data berupa kalimat dalam dialog yang diperoleh

dari transkip film dan 5 data berupa adegan yang diperoleh dari visual film.

Perbedaan yang ditemukan adalah jenis karya sastra berupa film yang digunakan

sebagai objek penelitian dan beberapa data dalam makna denotasi ditambahkan

penjelasan singkat yang mendukung makna denotasi dalam data yang dianalisis.
15

Kesimpulan penelitian ini mengungkapkan bahwa makna denotasi dan konotasi

selalu ada dalam setiap data yang dianalisis, sedangkan mitos tidak selalu ada

dalam setiap data yang dianalisis.

Penelitian yang relevan selanjutnya telah dilakukan oleh Tamia Rindi

Amika, Nurmada Ningsih, dan Insi Sastika dengan menulis Jurnal Sastra, Vol 9,

No. 2, November 2020 yang berjudul Analisis Makna Denotasi, Konotasi, Mitos

pada Lagu Lathi Karya Weird Genius. Jurnal Sastra ini diterbitkan oleh Program

Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni,

Universitas Negeri Medan. Penelitian dengan metode deskriptif kualitatif ini

memiliki tujuan untuk mengkaji makna denotasi, konotasi, dan mitos dari lirik

lagu Lathi karya Weird Genius yang terdiri dari dua bahasa yaitu bahasa Inggris

dan bahasa Jawa. Hasil penelitian ditemukan bahwa lagu Lathi karya Weird

Genius memuat 5 makna denotasi, 5 makna konotasi, dan 1 makna mitos.

Perbedaan yang ditemukan adalah jenis karya sastra berupa lagu yang lirik

lagunya diterjemahkan terlebih dahulu ke dalam bahasa Indonesia. Kesimpulan

dari penelitian ini mengungkapkan bahwa makna denotasi dan konotasi dapat

diambil dari setiap bait. Sedangkan mitos di dapat dari kalimat Jawa berupa

pepatah yaitu “ajning diri soko lathi. Ajining rogo soko busono”. Namun dalam

lirik lagu Lathi tersebut hanya mencantumkan “ajining diri ana ing lathi” yang

berarti harga diri dilihat dari lidah atau ucapannya.

Penelitian yang relevan selanjutnya telah dilakukan oleh Iva Ani Wijiati

yang terbit pada Jurnal Bahasa Vol. 10, No. 1, Maret 2021 oleh Universitas

Borneo Tarakan dengan judul Kajian Roland Barthes dalam Kumpulan Cerpen

Melankolis Bunga-Bunga Karya Inung Setyami. Penelitian ini bertujuan untuk


16

mengetahui makna denotasi dan konotasi yang menggunakan kajian semiotika

Roland Barthes dalam kumpulan cerpen yang diteliti. Penelitian ini menggunakan

metode kualitatif dengan teknik simak dan catat. Hasil penelitian ini berupa

kutipan dalam cerpen yang mengandung 10 makna denotasi dan 10 makna

konotasi. Perbedaan yang ditemukan adalah jenis karya sastra yang berupa cerpen

dan pemaparan data tanpa mengikutsertakan mitos. Kesimpulan penelitian ini

mengungkapkan bahwa makna denotasi dan konotasi terdapat pada objek yang

diteliti seperti: bunga-bunga mekar dimatamu, batu-batu itu menyanyi tak henti-

henti, senja yang kusam di sudut bibirnya, tersayat pula hatinya, dicuri waktu,

jantung kehidupan, dan gula-gula murahan.

2.5 Bagan Alur Peneliti


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analisis. Metode penelitian deskriptif analisis adalah mengumpulkan

data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-faktor yang merupakan faktor

pendukung penelitian, kemudian menganalisis faktor-faktor tersebut untuk dicari

peranannya terhadap hasil penelitian. Data yang telah diperoleh perlu

dideskripsikan atau dipaparkan apa adanya sehingga dapat diketahui nilai

pendidikan yang berdasarkan makna semiotika Roland Barthes dalam novel Kami

(bukan) Sarjana Kertas karya J.S. Khairen

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata, kalimat atau

paragraf yang ditulis secara runtut dan jelas sesuai dengan acuan penelitian

kualitatif. Menurut Rahmat (dalam Bogdan & Biklen, 1992) menjelaskan bahwa

penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.

3.2 Data dan Sumber Data

Data merupakan sumber informasi yang akan dipilih atau diseleksi dan

dijadikan sebagai bahan analisis. Data dalam penelitian ini adalah kutipan novel

berupa kata, kalimat, dan paragraf mengenai nilai pendidikan dengan

menggunakan kajian semiotika Roland Barthes berdasarkan makna denotasi,

konotasi, dan mitos

17
18

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Kami

(bukan) Sarjana Kertas karya J.S. Khairen yang memiliki 362 halaman dan

merupakan cetakan pertama. Buku ini diterbitkan pada Februari 2019 oleh PT.

Bukune Kreatif Cipta, Jakarta.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Membaca dan memahami isi novel Kami (bukan) Sarjana Kertas karya J.S.

Khairen

2. Mengidentifikasi data yang terkait dengan nilai pendidikan menggunakan teori

Sukardi

3. Mendeskripsikan data yang terkait dengan nilai pendidikan menggunakan

kajian semiotika Roland Barthes, seperti: denotasi, konotasi, dan mitos

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

analisis, yang berarti menguraikan. Ahmad Bahtiar dan Aswinarko (2013:19)

menyatakan bahwa teknik deskriptif analisis dilakukan dengan mendeskripsi

terhadap fakta-fakta kemudian disusul dengan analisis. Adapun langkah-langkah

analisis data dalam penelitian ini:

1. Reduksi data, yang meliputi klasifikasi data, kemudian menyeleksi kalimat dan

paragraf dalam novel Kami (bukan) Sarjana Kertas karya J.S. Khairen yang

diduga terdapat nilai pendidikan berdasarkan teori Sukardi dengan menggunakan

kajian semiotika Roland Barthes


19

2. Penyajian data, yang disajikan dalam sebuah tabel dengan memasukkan data

yang telah direduksi ke dalam kolom sesuai dengan nilai pendidikan. Selanjutnya,

memberi centang pada kolom “Makna dalam Semiotika”.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi, yang dilakukan berdasarkan teori nilai

pendidikan Sukardi dengan menggunakan kajian semiotika Roland Barthes.

Kemudian menarik kesimpulan dari data yang digunakan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Di bawah ini, terdapat data penelitian novel Kami (bukan) Sarjana Kertas

karya J.S. Khairen dengan menganalisis nilai-nilai pendidikan dalam novel

menggunakan teori Sukardi sebagai berikut:

4.1.1 Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Kami (bukan) Sarjana Kertas Karya

J.S. Khairen

4.1.1.1 Nilai Pendidikan Ketuhanan

Menjelang tengah malam, baru Babe pulang. Ia sempat singgah ke masjid untuk
berdoa dan solat malam. Setelah salat, Babe tiduran di masjid. Ternyata ia tak
bangun-bangun lagi hingga subuh menjelang. Tak ada orang yang melihat. Saat
para jamaah subuh mulai berdatangan, mengguncang-guncang badan Babe,
mereka kira Babe nyenyak sekali tidurnya. Ternyata Babe sudah tak bernyawa.
(KBSK, 2019:81, data 1)
Dari data di atas, termasuk dalam nilai ketuhanan berdasarkan iman kepada hari

akhir. Nilai ketuhanan dapat dilihat dari cara tokoh Babe Affandi yang masih

memberikan waktunya untuk beribadah di masjid, setelah pulang kerja. Meskipun,

saat itu merupakan hari terakhirnya.

Ogi coba beribadah dan berdoa. Awal mulanya hanya karena ingin diperhatikan
Tuhan, hanya ingin mencoba-coba mana tahu asyik, pikirnya, tapi lama-
kelamaan muncul sedikit kesadaran untuk mencari ketenteraman. (KBSK,
2019:88, data 2)
Dari data di atas, nilai ketuhanan berdasarkan iman kepada Allah dilakukan Ogi

terlihat dari dirinya yang sengaja mencoba beribadah dan berdoa. Hal ini

dilakukan karena ingin diperhatikan Tuhan. Hingga akhirnya, kesadaran itu

muncul untuk mencari ketenteraman.

“ … Selepas magrib berjamaah, Ogi duduk-duduk saja sambil termenung. Rasa-


rasanya sia-sia semua hal yang ia lakukan, semua hal yang ia pikirkan. Muncul

20
21

lagi rasa ingin menghabisi hidupnya sendiri. Ogi lawan pikiran itu, tapi muncul
lagi, ia lawan terus, muncul lagi lebih kuat.” (KBSK, 2019:172, data 3)
Dari data di atas, termasuk dalam nilai ketuhanan berdasarkan iman kepada qada’

dan qadar. Terlihat dari cara tokoh Ogi yang berusaha menjauhkan dirinya dari

sifat putus asa.

Selepas Isya, tampak segerombol mahasiswa berjaket almamater kuning. Mereka


nampaknya baru pulang kuliah. Itu adalah mahasiswa UDIN. Kampus terbaik
bangsa ini. Berdegup jantung Ogi meski hanya melihat jaketnya saja. (KBSK,
2019:172, data 4)
Dari data di atas, nilai ketuhanan berdasarkan iman kepada qada’ dan qadar

ditunjukkan oleh Ogi, ketika melihat segerombolan mahasiswa UDIN. Kampus

terbaik bangsa ini. Hal ini mencerminkan untuk selalu ikhlas akan takdir yang

Tuhan berikan, karena sesungguhnya takdir Tuhan adalah yang terbaik.

Juwisa mengempaskan badan di kamar asrama. Ia lihat-lihat sertifikat finalis


lomba itu. Matanya berkaca-kaca. Mana ada mahasiswa UDEL sebelumnya bisa
tembus ke ajang semacam ini. Lawannya hebat-hebat pula … Juwisa bersih-
bersih dan salat Isya. Indah betul deretan doa-doanya. (KBSK, 2019:203, data 5)
Dari data di atas, nilai pendidikan ketuhanan berdasarkan iman kepada Allah

ditunjukkan oleh Juwisa, dengan deretan doanya yang indah. Hal ini dilakukan

Juwisa karena rasa syukur kepada Tuhan yang telah membantu dalam lomba

tersebut.

Memang rumahnya amat sangat sederhana. … Namun itu tidak membuat Arko,
bahkan ibunya mau begitu saja menerima sesuatu. Selagi kaki masih bisa
dilangkahkan, selagi tangan masih bisa menggapai dan menadahkan doa, selagi
hati masih keras berupaya, ia tak mau menerima sesuatu cuma-cuma. Dan Gala
seakan mengerti ini. (KBSK, 2019:244, data 6)
Dari data di atas, nilai pendidikan ketuhanan berdasarkan iman kepada qada’ dan

qadar ditunjukkan oleh Arko dan ibunya, yang selalu ikhlas pada takdir meskipun

mereka tinggal di rumah yang amat sangat sederhana. Namun, mereka terus

berikhtiar untuk meraih tujuan dan keinginannya.


22

4.1.1.2 Nilai Pendidikan Moral

“Sebagai dosen konseling, sampai kalian lulus nanti, kita akan bertemu dua
hingga tiga kali tiap semester. Tugas saya memastikan kalian semua kuliah
dengan benar and on the right track untuk lulus dengan kualifikasi terbaik, juga
untuk memastikan kalian tetap menjaga mimpi kalian …” (KBSK, 2019:4, data 1)
Dari data di atas, nilai moral tanggung jawab ditunjukkan oleh Bu Lira, sebagai

dosen konseling. Bu Lira memiliki tanggung jawab untuk memastikan mahasiswa

bimbingannya kuliah dengan benar sehingga bisa lulus dengan kualifikasi terbaik,

serta memastikan mahasiswanya tetap menjaga mimpi masing-masing agar bisa

diwujudkan sesuai dengan harapan.

“Haha tidak usah dipikirkan betul kawan,” Arko menengahi. “Mau sarjana
kertas, sarjana gundu, sarjana karet gelang, yang penting kita kuliah saja dulu.
Jangan terlalu sering, jangan pula terlalu santai. Sedang-sedang saja. Asal ketika
lulus nanti bisa membanggakan orangtua ..” (KBSK, 2019:17, data 2)
Dari data di atas, nilai moral berupa nasihat ini ditunjukkan oleh Akro, untuk

menengahi perdebatan kedua temannya. Arko memberikan nasihat untuk

menjalani masa kuliah ini sesuai dengan kemampuan agar tidak terlalu

memaksakan diri. Tujuan utama dari nasihat Arko adalah membuat orangtua

bangga.

Babe pergi mencarikan kursi dari emas untuk kuliah Ogi. Babe meminjam emas
pada adiknya, Mpok Titis untuk kemudian dijual. (KBSK, 2019:18, data 3)
Dari data di atas, nilai moral yang ditunjukkan oleh Babe Affandi adalah tanggung

jawab. Hal ini dilakukan Babe Affandi sebagai ayah Ogi yang memang sudah

tugasnya untuk membiayai kuliah Ogi meskipun harus meminjam emas pada

adiknya untuk kemudian dijual.

Di hati Babe tertumpu sebuah harapan besar agar Ogi menjadi anak yang bisa
mendapat pekerjaan hebat di masa depan. Jangan seperti dirinya yang hanya jadi
tukang bengkel. Semua itu harus dimulai dengan sebuah langkah, kuliah. Meski
kursinya harus dibeli dengan emas. (KBSK, 2019:18, data 4)
23

Dari data di atas, nilai moral berupa kasih sayang ditunjukkan oleh Babe Affandi

kepada Ogi, dengan harapan agar Ogi menjadi anak yang bisa mendapat pekerjaan

hebat di masa depan dan tidak ingin jika Ogi seperti dirinya yang hanya menjadi

tukang bengkel.

“Semoga Ogi jadi anak yang sukses.” … “Aamiin.” Jarang Babe


memverbalisasikan doanya lewat bibir hitam korban nikotin itu. (KBSK, 2019:21,
data 5)
Dari data di atas, nilai moral kasih sayang ditunjukkan oleh Babe Affandi yang

mendoakan Ogi agar menjadi anak yang sukses.

“Gue akan buktiin, kalau gue bisa sukses, bisa punya kerjaan bagus, bisa
banggain orangtua.” Kalimat Ranjau menggebu-gebu, biasanya hanya di media
sosial ia begitu. “Ogi, Nyet, pokoknya hari ini adalah momentum! Dan elo adalah
saksi! Kalau gue sukses nanti, elo, temen gue, yang sama-sama, berjuang dari
kampus ini! Kita, harus jadi anak berguna! Harus! Kita harus tancapkan sebuah
kesuksesan maha dahsyat!” … (KBSK, 2019:23, data 6)
Dari data di atas, nilai moral pantang menyerah ditunjukkan oleh Ranjau. Hal ini

dilakukan Ranjau dengan kalimat yang menggebu-gebu untuk tetap optimis

meraih kesuksesan di masa depan.

“Yaelah Nyet. Sukses. Menjadi anak berguna, maha dahsyat. Bacot lo!” cemooh
Ogi seperti mencemooh lawan politik … “Jangan pesimis gitu dong! Yes I am!
Akan gue buktiin bisa sukses! I’ll prove the world, juga semua yang ngetawain
gue selama ini!” … (KBSK, 2019:23, data 7)
Dari data di atas, nilai moral pantang menyerah ditunjukkan oleh Ranjau dengan

percaya diri memberi kalimat motivasi untuk dirinya, meskipun Ogi telah

mencemoohnya.

“Ayolah Bro, sebentar lagi UTS, loh!” ajak Ranjau. Keseriusan Ranjau dalam
belajar memang tidak bisa diragukan … “Kalian duluan aja deh,” Ogi menjawab
datar. “Ya udah deh, terserah lo, gue sebagai teman udah ngingetin ya.” Ranjau
mengajak Arko berjalan menjauh menuju kelas yang segera mulai. (KBSK,
2019:43, data 8)
24

Dari data di atas, nilai moral peduli ditunjukkan oleh Ranjau dan Arko yang

berusaha mengajak Ogi untuk mengikuti perkuliahan agar tidak tertinggal materi

pembelajaran, karena mereka akan segera melaksanakan UTS.

Gue harus bisa! Kuliah gue nilainya harus bagus! UTS di depan mata! Bulat
sudah tekad Ogi untuk belajar. Dadanya membara. Ia cari-cari buku catatan.
(KBSK, 2019:46, data 9)
Dari data di atas, nilai moral tanggung jawab ditunjukkan oleh Ogi yang sudah

mulai fokus menjalani perkuliahannya. UTS akan segera dilaksanakan, maka Ogi

harus memberikan nilai yang terbaik.

“Maaf Bu, kami gak bisa menjalankan tugas dari Ibu.” kata Arko pada Bu Lira.
Ranjau mengangguk tipis saja. Bukan Bu Lira namanya kalau dia tak bisa
memecahkan masalah. Ia adalah dosen cerdas dan punya banyak akal. Urusan
mahasiswa pemalas, mahasiswa gak jelas, mahasiswa antah berantah seperti Ogi
ini, justru jadi tantangan menarik baginya. Apalagi ini adalah tahun pertamanya
mengajar di negerinya, di kampus yang didirikan ayahnya. “Baiklah, nanti saya
yang urus.” (KBSK, 2019:58, data 10)
Dari data di atas, nilai moral tanggung jawab ditunjukkan oleh Bu Lira. Ketika ia

harus memecahkan masalah dalam menghadapi mahasiswa pemalas, mahasiswa

gak jelas, dan mahasiswa antah berantah seperti Ogi dengan menganggap ini

sebagai tantangan menarik.

“Ibu mau suruh saya makan kecoak ini? Atau masukin ke baju saya? tanya Ogi
polos. … “Yang ingin saya sampaikan adalah, Ogi, kalau kamu jadi kecoak,
jadilah kecoak yang bisa bertahan dari gempuran apa pun. Ini baru sedikit
masalah yang kamu hadapi dalam hidup, yang mungkin juga sebagian dari
masalah itu, kamu sendiri yang menciptakannya? Saya nggak tahulah, … (KBSK,
2019:63, data 11)
Dari data di atas, nilai moral berupa nasihat ditunjukkan oleh Bu Lira. Hal ini

dilakukan Bu Lira dengan memberikan nasihat serta motivasi untuk Ogi yang

sedang mengalami masalah dalam hidupnya.

… “Memang dunia ini keras, busuk, pahit, di luar sana apalagi, jauh lebih
busuk” … “Tapi jadilah kecoak Ogi, bertahanlah dalam situasi sepahit dan
sejahat apa pun.” “Kita mungkin tidak ada yang bisa jadi manusia sempurna dan
indah seperti kupu-kupu. Tapi, kita semua diberikan kemampuan untuk bertahan.
25

Jangan mau kalah sama kecoak. Sekarang semua keputusan ada di tangan
kamu.” (KBSK, 2019:64, data 12)
Dari data di atas, nilai moral berupa nasihat ditunjukkan oleh Bu Lira ketika

memberikan kalimat-kalimat penyemangat kepada Ogi supaya mampu bertahan

dalam situasi apapun.

… “Sekarang berjanjilah pada dirimu sendiri. I know that we can’t hold on


promises because as a human we tend to lie to ourself, but, kali ini pasanglah
janji pada dirimu sendiri, Ogi. Janji kecoak untuk mengalahkan kupu-kupu.”
Benar saja, Ogi memulai hari-hari berikutnya dengan sangat bergairah. Mata
kuliah pertama semester dua adalah Statistika Sosial Lanjutan. Di kelas, Ogi
duduk di mana? Sudah pasti paling depan. Bingung Ranjau dan Arko melihat
tingkah makhluk yang satu ini. (KBSK, 2019:65, data 13)
Dari data di atas, nilai moral dalam bentuk menepati janji yang ditunjukkan oleh

Ogi kepada Bu Lira mengenai janji kecoak yang telah mereka bicarakan

sebelumnya. Sehingga, membuat Ogi menjadi lebih semangat dalam mengikuti

perkuliahan di awal semester dua ini.

Hari harus terus dijalani, Ogi tetap ingin fokus pada kuliahnya. Dengan situasi
begini, jadi makin kuat alasannya untuk jadi anak sukses. Sekarang kuliah sudah
ada di urutan nomor satu dalam jiwanya yang lebih menggelegak dari bara api.
(KBSK, 2019:75, data 14)
Dari data di atas, nilai moral berjiwa besar ditunjukkan oleh Ogi yang mulai fokus

pada kuliahnya. Hal ini dilakukan Ogi karena tidak ingin larut terlalu lama dalam

situasi ini. Hingga akhirnya, Ogi menjadikan kuliahnya berada diurutan nomor

satu.

“Bokap lo meninggal, bukan berarti impian lo juga ikut dikuburkan, Kawan.”


Arko menepuk pundak Ogi. “Gue juga, sama kayak elo. Gue anak yatim. Dari gue
remaja.” … “Haha, wajar sih sedih. Harus malah. Aneh juga kalau lo gak sedih,
Gi. … Pasti ada saat-saat kayak gini dalam hidup, semua orang pasti
menghadapinya. Tapi, ya gimana kita melewatinya dan caranya bangkit setelah
itu.” (KBSK, 2019:87, data 15)
Dari data di atas, nilai moral berjiwa besar ditunjukkan oleh Arko yang

memberikan semangat untuk Ogi setelah kehilangan sosok ayah. Hal ini dilakukan
26

Arko karena ia sudah terlebih dahulu merasakan kehilangan seorang ayah dan

Arko paham akan situasi yang sedang dialami Ogi.

Keluarlah dari zona nyaman! Agar kita sekalian sukses.” kata motivator itu.“Di
luar zona nyaman itu adalah zona keajaiban terjadi!” (KBSK, 2019:88, data 16)
Dari data di atas, nilai moral berupa nasihat ditunjukkan oleh motivator yang

dilihat Ogi saat menonton televisi.

Ia sudah bertekad tidak memakai cara-cara buruk lagi seperti berjudi untuk
dapat uang. Ogi coba cari inspirasi dari lingkungan sekitar. (KBSK, 2019:89,
data 17)
Dari data di atas, nilai moral pantang menyerah ditunjukkan oleh Ogi ketika

berusaha mencari inspirasi untuk mendapatkan uang selain berjudi.

Mendekati hari UAS, Ranjau dan Arko datang menjemput Ogi ke pertigaan untuk
belajar bareng di kos Arko seperti dahulu kala. “Nggak usah, Bro.” jawab Ogi
datar. … Mereka coba paksa Ogi, mereka yakinkan terus. Tapi Ogi itu betul yang
sudah terlampau pahit hidupnya. Tak ada semangat apa-apa lagi. Datang pula
Sania, sama saja. Tak mungkin. Diajak bercanda-canda, Ogi tak tertawa.
Dinakalin sedikit, Ogi malah jengkel. (KBSK, 2019:93, data 18)
Dari data di atas, nilai moral peduli ditunjukkan oleh Arko, Ranjau, dan Sania

dengan mengajak Ogi untuk belajar bersama karena akan mendekati hari UAS.

Selain itu, mereka mencoba untuk bercanda bersama Ogi yang saat ini hidupnya

sudah terlampau pahit. Hal yang dilakukan Arko, Ranjau, dan Sania merupakan

sikap peduli seorang sahabat yang selalu ada dalam keadaan suka maupun duka.

Tiga hari lagi UAS semester dua. Masih Ogi belum belajar apa-apa. Ia sudah
sangat pasrah. … Kini badannya letih, pikirannya pun letih. Sehari sebelum UAS.
Ia datang ke kos Arko. Memaksakan diri untuk menghadapi UAS. Ia sudah punya
rencana lain yang lebih besar untuk menyelesaikan ini semua. (KBSK, 2019:94,
data 19)
Dari data di atas, nilai moral pantang menyerah ditunjukkan oleh Ogi dengan tetap

ikut bergabung bersama Ranjau dan Arko untuk belajar bersama menjelang UAS

semester dua. Meskipun badannya letih dan pikirannya pun letih.


27

“Semangat Pohon Pisang. Pohon pisang, biar sudah ditebas sampai runtuh, tak
lama kemudian anak-anaknya akan tumbuh lagi tiada habisnya. Cobalah tebas
terus, justru akan tumbuh lagi lebih banyak. Tidak pernah menyerah. Kita
sebagai makhluk yang diberi akal, hendaknya belajar juga dari alam. Salah
satunya, dari semangat pohon pisang ini. (KBSK, 2019:102, data 20)
Dari data di atas, nilai moral pantang menyerah ditunjukkan melalui kutipan

kalimat dalam novel Kami (bukan) Sarjana Kertas karya J.S. Khairen yang

menandakan bahwa kita sebagai makhluk yang diberi akal hendaknya belajar juga

dari alam. Salah satunya dari semangat pohon pisang, meskipun di tebang terus

justru akan tumbuh lagi. Begitu pun sebagai manusia, kita harus memiliki

semangat pantang menyerah dalam menjalani berbagai masalah dalam kehidupan.

“Jadi sarjana atau tidak, itu cuma di atas kertas! Banyak sarjana menganggur
juga. Banyak orang tak sekolah tinggi tapi sukses. Banyak sarjana, begitu bekerja
ternyata tidak bisa apa-apa. Masuk kantor gagah, pulang-pulang gagap. Dunia
profesional menuntut begitu tinggi, tak sampai napas mereka berlari. Banyak
sarjana tak pandai ilmu hidup, hanya ilmu silabus saja. Sarjana kertas. Asal
jangan lagi bunuh diri ya! Kami selalu ada. Ikuti saja kata hati. Jadilah anak
yang Mandraguna! Sesuai namamu.” (KBSK, 2019:123, data 21)
Dari data di atas, nilai moral ditunjukkan oleh Bu Lira dengan memberikan

nasihat kepada Ogi agar tidak mengakhiri hidupnya lagi dan selalu ingat arti nama

yang dimiliki Ogi.

Rumahnya yang sudah seperti istana itu seketika beku. Ayah Gala merasa
tersudutkan. Ia melakukan semua ini, hingga menjadi orangtua yang
superprotektif, bukanlah tanpa alasan. Gala adalah anak satu-satunya yang akan
meneruskan bisnisnya nanti. … (KBSK, 2019:131, data 22)
Dari data di atas, nilai moral kasih sayang ditunjukkan oleh Ayah Gala yang

memiliki sifat superprotektif, tetapi ini bukanlah tanpa alasan. Hal ini dilakukan

Ayah Gala karena ia sangat sayang kepada Gala yang sejak kecil telah ditinggal

ibunya.

Gala menolaknya. Ia tidak mau kalah, ia tak mau lagi menerima bantuan
ayahnya. Baginya itu sama saja mengiyakan kata-kata orang lain bahwa ya si
Gala itu kan anak orang kaya, apa-apa tinggal minta, mau ini itu tinggal bilang.
Gala tidak terima jika orang mengatakan kekayaan orangtua adalah kemudahan
28

bagi anaknya. Justru bagi Gala, statusnya yang jadi anak orang kaya adalah
beban. (KBSK, 2019:141, data 23)
Dari data di atas, nilai moral berjiwa besar ditunjukkan oleh Gala yang mencoba

untuk menolak bantuan dari ayahnya. Hal ini dilakukan karena Gala merasa

statusnya sebagai anak orang kaya adalah beban.

“Esensi universitas bukan hanya membangun intelektualitas. Tapi juga


membangun jiwanya, mental pemimpinnya, kepekaan terhadap lingkungan dan
masyarakat. Bagaimana itu bisa terjadi, maka kita para pendidiklah yang harus
ikut serta. Jangan sampai ada pula pendidik yang justru menghambat
perkembangan, tidak peka pada kemajuan dan perubahan, mempersulit
mahasiswa.” papar Rektor Areng Sukoco, … (KBSK, 2019:158, data 24)
Dari data di atas, nilai moral ditunjukkan oleh bapak Rektor Areng Sukoco

dengan memberikan nasihat sekaligus menyindir secara halus Dosen Sugiono.

… Pengemudi ojek online itu kini mencoba cari perhatian dari tukang minuman.
“Ya nasib orang kecil begini, kerjaan seadanya, uang cukup buat makan aja.
Mau pulang kampung sana, ya ongkosnya juga gede, belum tentu juga bisa buka
usaha.” lanjutnya bercerita. … “Ya disyukuri aje, Pak, dapat penumpang mah
yang penting buat makan bisa, ye gak,” celetuk mbak-mbak parkiran galak.
(KBSK, 2019:166, data 25)
Dari data di atas, nilai moral berjiwa besar ditunjukkan oleh Mbak Parkir galak

yang sudah pasrah dengan keadaan.

Miral datang dengan kapal jauh-jauh setelah tahu ia diterima di kampus UDIN.
Sekampung heboh dibuatnya, tak ada keluarganya yang bisa berkuliah jauh
sampai ke ibukota, di kampus terbaik pula. “Saya kuliah di sini, datang sendirian.
Terima di kampus UDIN, tapi uang tidak ada, Mas. Tidak juga ada uang untuk
sewa kosan, beli tiket pesawat, kipas angina, bantal motor, dompet baru, minyak
rambut.” (KBSK, 2019:173, data 26)
Dari data di atas, nilai moral pantang menyerah ditunjukkan oleh Miral yang

berasal dari Luwuk. Miral datang jauh-jauh ke ibukota karena diterima di kampus

UDIN, kampus terbaik bangsa ini. Miral datang sendirian tanpa memiliki apapun,

tempat tinggal nya saja berada di masjid. Dalam kondisi seperti ini, Miral hanya

memfokuskan dirinya untuk kuliah.


29

“Sekarang ini anak muda berbisnis dengan cara berbeda. Jadi kalian tidak usah
takut, jangan terjebak dengan pola pikir para pendahulu kalian, kami-kami ini
yang sudah tua-tua. Selesaikanlah masalah yang kalian temui hari ini dengan
cara-cara yang ada di hari ini, jangan justru selesaikan dengan cara yang dulu
dipakai orang-orang sepuluh dua puluh tahun yang lalu,” papar Prof. Reynaldi
Marpaung. (KBSK, 2019:184, data 27)
Dari data di atas, nilai moral dalam memberikan nasihat sekaligus inspirasi dan

semangat ditunjukkan oleh Prof. Reynaldi Marpaung mengenai bisnis.

“Ayah, aku minta maaf.” Tidak banyak yang bisa diucapkan Gala. … “Ayah, soal
tempo hari, permintaan Ayah yang ingin aku kuliah ke luar negeri. Aku siap,
Ayah. Maafkan kalau selama ini aku …” (KBSK, 2019:215-216, data 28)
Dari data di atas, nilai moral kasih sayang ditunjukkan oleh Gala yang ingin

berbakti kepada orangtua. Hal yang dilakukan Gala adalah meminta maaf dan

mengikuti semua keinginan Ayahnya termasuk kuliah di luar negeri. Ini

mencerminkan bahwa Gala tidak ingin mengecewakan ayahnya.

“Mau? Emangnya kamu bahagia kalau pergi terpaksa gitu?” Ayah menyelidik, …
“Kalau gak mau, gak apa, kita carikan hal lain yang bisa kamu lakukan. Ayah
gak mau anak ayah gak bahagia. Sudah dari kecil kan, kamu terpaksa ini itu?”
Ayah melempar pandangannya ke jendela … (KBSK, 2019:216, data 29)
Dari data di atas, nilai moral kasih sayang ditunjukkan oleh Ayah Gala yang

menolak permintaan Gala, karena Ayah Gala tidak ingin jika anaknya tidak

merasa bahagia dan terpaksa melakukannya.

Mungkin dengan menuruti satu kali ini lagi saja, bisa membuat ayahnya yang
sudah sakit-sakitan ini menjadi bahagia. Gala tak mau jika ayahnya meninggal.
Gala justru belum melakukan apa-apa untuk membahagiakan ayahnya. (KBSK,
2019:217, data 30)
Dari data di atas, nilai moral kasih sayang ditunjukkan oleh Gala yang ingin

berbakti kepada ayahnya. Hal ini dilakukan Gala, karena selama ini dirinya belum

melakukan apa-apa untuk membahagiakan ayahnya.

Sangat besar yang dekat jalan aspal tadi, jika terus ditelusuri hingga ke dalam
hutan maka jadi lebih deras dan lebih jernih. Sungai itu memisahkan jurang dan
jurang lainnya. Di atasnya bergelayut sebuah jembatan lain. Seperti akar, dari
sisi lain seperti kawat dan tali. “Kita lewat sini. Tadi lo bilang yakin ikut kan?
30

Kalau mau balik, sana balik. Kalo mau lanjut, kita sebrangi ini.” Gala kaget tapi
tak surut. Apalagi di depan ia melihat belasan anak sekolah juga sedang
menyebrang. Ia tak mau kalah, anak-anak itu bisa, kenapa ia tak bisa. (KBSK,
2019:239, data 31)
Dari data di atas, nilai pantang menyerah ditunjukkan oleh Gala yang tidak ingin

merasa kalah ketika melihat belasan anak sekolah yang ikut menyebrangi sungai.

“Ayah, dan almarhumah ibumu, cuma menyiapkan masa depan terbaik, dengan
cara terbaik dengan jalan dan cara yang kami punya. … “Pergilah. Sukseslah.”
Sedikit, sederhana, tapi kokoh. “Kalau memang di sini membuatmu terkekang,
maka pergilah. Kalau memang mau jadi guru, jadilah. Ayah akan mendukungmu.
Sepenuhnya.” (KBSK, 2019:246, data 32)
Dari data di atas, nilai moral kasih sayang ditunjukkan oleh Ayah Gala dengan

memberikan kebebasan kepada Gala untuk memilih masa depannya. Ayah Gala

juga mendukung sepenuhnya jika Gala ingin menjadi guru.

Masih semester enam, Ranjau sudah bersiap untuk skripsiannya. Ia ingin lulu di
semester tujuh nanti. Ranjau sudah mulai rajin ke perpustakaan, mencari-cari
data, membaca jurnal ini itu, berkonsultasi dengan dosen dan para senior, hingga
belajar mengoperasikan SPSS, sebuah aplikasi pengolahan data. (KBSK,
2019:291, data 33)
Dari data di atas, nilai moral ditunjukkan oleh Ranjau adalah disiplin. Hal ini

dilakukan Ranjau karena ingin lulus kuliah di semester tujuh nanti. Ranjau yang

sudah mulai rajin ke perpustakaan untuk mencari data dan membaca jurnal,

kemudian konsultasi dengan dosen serta senior, dan mulai belajar mengoperasikan

SPSS, sebuah aplikasi pengolahan data.

Bercumbu dengan skripsi kini menjadi keseharian Ranjau. Kadang ia semangat,


kadang ia semangat betul. Namun sesekali jatuh juga semangatnya. … Ranjau
sudah tiga langkah di depan teman-temannya. Ia harus segera lulus. (KBSK,
2019:305, data 34)
Dari data di atas, nilai moral pantang menyerah ditunjukkan oleh Ranjau yang

kesehariannya saat ini adalah mengerjakan skripsi. Kadang dirinya semangat,

kadang semangat betul, namun sesekali jatuh juga semangatnya. Ini semua

dilakukan agar dirinya segera lulus.


31

4.1.1.3 Nilai Pendidikan Sosial

… Arko mencoba berdiri dengan lututnya, tiba-tiba seorang komdis hendak


menyasar kepala Arko dengan sebuah sepakan. Persis di saat itu, seseorang
datang dengan dua anjing Herder German Shepherd. Siapa lagi kalau bukan Bu
Lira! (KBSK, 2019:28-29, data 1)
Dari data di atas, nilai sosial bersimpati dalam bentuk tolong menolong

ditunjukkan oleh Bu Lira yang telah membantu Arko dengan menggunakan dua

ekor anjing Herder German Shepherd. Hal ini dilakukan Bu Lira sebelum kepala

Arko terkena sepakan dari seorang komdis.

Puluhan orang mencoba memadamkan deretan ruko, termasuk ruko Ogi dari si
jago merah. Semua isi rumah, bengkel, warung, dilalap cepat. Suara keletukan
menakutkan, bercampur dengan suara riuh histeris. Dari kejauhan, terdengar
suara pemadam kebakaran. (KBSK, 2019:71, data 2)
Dari data di atas, nilai sosial bersimpati dalam bentuk tolong menolong

ditunjukkan oleh warga setempat yang membantu memadamkan deretan ruko

termasuk ruko Ogi dari si jago merah.

Mpok Titis tak mau mengungkit utang emas tampaknya. Atau mungkin kini
bukanlah saat yang tepat. Ternyata Mpok Titis masih punya nurani. Ia kini malah
mempersilahkan Affandi sekeluarga tinggal di tempatnya. (KBSK, 2019:74, data
3)
Dari data di atas, nilai sosial dalam kekeluargaan ditunjukkan oleh Mpok Titis

yang masih membantu keluarga Affandi dengan mempersilahkan mereka untuk

tinggal di rumahnya, tanpa mengungkit utang emas tersebut.

“Gue masih boleh ikutan belajar gak?” tanpa wash wesh wosh, pinta Ogi di
depan pintu kamar Arko yang tak ditutup. …”Woeee dengan senang hati kawan.”
Arko menepuk-nepuk keras pundak Ogi. … “But tomorrow is the exam. Hmm,
baiklah, bisa sih kalau lo cepet nangkepnya. “Ranjau mencoba realistis. …
“Semoga bisa deh,” jawab Ogi pasrah. (KBSK, 2019:95, data 4)
Dari data di atas, nilai sosial persahabatan ditunjukkan oleh Arko dan Ranjau yang

selalu memperbolehkan Ogi untuk bergabung dengan mereka agar bisa belajar

bersama.
32

Sedikit lagi nyawa Ogi benar-benar melayang. Mereka gotong-royong


melepaskan ikatan di leher Ogi. (KBSK, 2019:104, data 5)
Dari data di atas, nilai sosial persahabatan dalam bentuk kepedulian ditunjukkan

oleh Ranjau, Arko, dan Sania yang membantu untuk melepaskan ikatan yang ada

di leher Ogi.

“Lo kira mati adalah solusi?” “Lo kalau ada masalah apa-apa, cerita ke kita
dong Monyet! Lo kira kita ini tai? Kita ini temen lo!” “Kita semua sayang sama
elo, Bangsat!” Setelah puas, tidak ada lagi kata-kata. Hanya ada rangkulan
persahabatan. (KBSK, 2019:105, data 6)
Dari data di atas, nilai sosial dalam persahabatan ditunjukkan oleh Arko, Ranjau,

dan Sania yang bersimpati atas kejadian yang Ogi lakukan hampir mengakhiri

hidupnya. Setelah kejadian itu, mereka mencoba untuk saling merangkul satu

sama lain.

Ogi diselamatkan secepat kilat. Tubuhnya menggelepar-gelepar di laut. Ia


diselamatkan dengan dramatis oleh Gala dan nahkoda kapal. … “Ranjau, HP lo.
Tadi jatuh. Pas kita foto-foto,” papar Ogi sambil megap-megap seperti ikan sapu-
sapu. … (KBSK, 2019:111, data 7)
Dari data di atas, nilai sosial persahabatan dalam bentuk tolong menolong

ditunjukkan oleh Ogi yang mencoba untuk mengambil HP Ranjau yang jatuh

kelaut, meskipun dirinya hampir tenggelam. Kemudian Gala dan nahkoda

kapalnya berhasil menyelamatkan Ogi.

Mereka semua paham dan segera berkeliaran. Mengambil rekaman tiap sudut
ruangan dan halaman bahkan hingga pantai sesuai sudut CCTV. Sesekali mereka
juga melakukan gerakan acak di depan CCTV agar terlihat natural. Ini semua
kemudian mereka serahkan pada Ogi dan jadi bahan untuk meretas sistem CCTV
vila ini. Tak sampai lima belas menit, ia berhasil membobol sistem CCTV vila.
Hasil video yang diambil teman-temannya ia gunakan sebagai tipuan. (KBSK,
2019:116, data 8)
Dari data di atas, nilai sosial persahabatan dalam bentuk kerjasama ditunjukkan

oleh Ogi dan teman-temannya saat liburan ke vila milik Gala. Mereka

bekerjasama untuk mencoba meretas sistem CCTV yang ada di vila tersebut.
33

“Sudah biasa, Bro Ogi. Gue di Luwuk juga bisa tinggal di mana saja. Rumah
tetangga, orang kampung sebelah, pos ronda, tidak ada masalah. Kami orang
daerah, dekat.” Miral mempertemukan kedua telapak tangannya. “Rumah kalau
malam tidak dikunci. Ke mana-mana orang senyum saling sapa begitu. … (KBSK,
2019:175, data 9)
Dari data di atas, nilai sosial ditunjukkan oleh masyarakat Luwuk yang masih

terasa kekeluargaannya dengan adanya rasa nyaman dan saling percaya satu

dengan yang lain.

“Miral. Lo gak mau pindah ngekos gitu?” “Iya mau. Nantilah, setelah magang.
Cari uang dulu gue.” “Maksud gue, lo mau gak tinggal di rumah gue aja?
Maksudnya, di rumah mpok gue tapi bareng gue. Ya gitulah, panjang ceritanya.”
(KBSK, 2019:176, data 10)
Dari data di atas, niai sosial dalam sebuah pertemanan ditunjukkan oleh Ogi yang

mengajak Miral untuk tinggal di rumah Mpok Titis tanpa biaya sedikitpun.

Dalam seminggu, video mereka sudah melesat menjadi salah satu video dengan
penonton terbanyak. Ini berkat kerja sama semua dosen yang dikoordinasi Bu
Lira, berkat perintah rektor, berkat gerilya mahasiswa-mahasiswa UDEL.
Mereka seperti mendapat angin segar, seperti mendapat sosok pahlawan pada
Juwisa dan kawan kelompoknya. Betapa tidak, tidak pernah ada yang mewakili
kampus UDEL untuk lomba ajang nasional, dan kini datang kesempatan itu.
Bayangkan betapa totalnya anak-anak kampus UDEL mempromosikan video tim
Barakrupa. (KBSK, 2019:184, data 11)
Dari data di atas, nilai sosial kerjasama ditunjukkan oleh seluruh warga kampus

UDEL yang membantu mempromosikan video dari tim Gala, Ranjau, dan Juwisa

hingga menjadi salah satu video dengan penonton terbanyak.

Tiba-tiba jendela mobil itu diketuk. Itu Bu Lira. Ia langsung memeluk mereka.
“Terima kasih sudah buat kampus UDEL bangga. Tadi saya duduk di sayap kiri
auditorium. Kalian udah sejauh ini aja udah hebat. Udah juara kok, bagi kita
semua anak-anak UDEL.” Bu Lira menatap satu per satu mata mahasiswa
bimbingannya itu. Mereka semua tampak kelu, tampak amat kecewa. (KBSK,
2019:201, data 12)
Dari data di atas, nilai sosial dalam bentuk kepedulian ditunjukkan oleh Bu Lira

dari cara mengapresiasi dan memberikan semangat atas apa yang telah diusahakan

oleh para mahasiswanya. Hal ini dilakukan oleh Bu Lira karena ia peduli dengan
34

perasaan mahasiswanya yang sedih dan kecewa karena tidak mendapat hasil yang

diinginkan.

“ … Ketemuanlah. Ada kabar buruk nih. Tentang Juwisa.” “Kabar buruk?” Ogi
mendelik, Juwisa” … “Iya nih, Juwisa, mau dikawinin sama bapaknya. Kita mau
datang nih ke kampungnya. Rame-rame diminta Bu Lira. Kasihan dia, dipaksa
nikah. Kita harus bantu bicara sama ayahnya. Memang sih ini urusan keluarga,
tapi inilah gunanya kita sebagai kawan. Datang di saat dibutuhkan.” (KBSK,
2019:230, data 13)
Dari data di atas, nilai sosial tolong menolong ditunjukkan oleh Bu Lira dan

teman-teman Juwisa yang ingin membantu bicara kepada ayah Juwisa agar tidak

memaksakan Juwisa untuk menikah.

“Arko, I can’t take it. Kamera itu berarti banget buat lo, apa pun itu cerita di
belakangnya.” Ranjau menyodorkan kembali kamera mirrorless itu. (KBSK,
2019:236, data 14)
Dari data di atas, nilai sosial dalam bentuk berempati ditunjukkan oleh Ranjau.

Saat itu, sebelum Arko pulang ke kampungnya, ia meminjamkan kamera

mirrorless miliknya kepada Ranjau. Arko juga sempat menceritakan kisah dibalik

kamera tersebut. Kisah ini membuat Ranjau dapat merasakan bahwa kamera

mirrorless itu sangat berharga. Ranjau tersentuh dengan perjuangan yang Arko

lakukan selama ini.

Kalau Arko kembali ke tengah, bisa-bisa itu membuat beban tali makin berat. Ia
hanya menunggu di pinggir dengan keadaan panik pula. Cukup lama adeggan
seret menyeret itu. Satu jangkauan terakhir dan Gala terlepas tangannya.
Beruntung Arko sudah berhasil mencengkeram kerah pakaian Gala. Namun
tenaga Arko takkan kuat mengangkat tubuh besar Gala. Ia malah ikut tertarik ke
dalam sungai. Tapi tanpa Arko sadari, lima laki-laki dewasa sudah ada di
belakangnya. Ikut menarik tubuh Gala dan Arko. Mereka berdua lepas empas di
seberang. Para lelaki itu seperti marah, menasehati kemudian tertawa. (KBSK,
2019:240, data 15)
Dari data di atas, nilai sosial tolong menolong ditunjukkan oleh beberapa warga

yang berusaha membantu menarik Arko dan Gala ke atas. Hal ini dilakukan
35

berdasarkan perilaku saling menolong dapat mencerminkan bentuk tolong

menolong sesama manusia yang dilakukan tanpa pamrih.

“Semua orang, tadinya menentang keputusan gue, Kawan. Paman gue yang sopir
bis maksa untuk tetap pergi kuliah. Dia yang bayarin kuliah gue setahun pertama.
Biaya hidup gue juga dibayarin. Nyokap? Amak gue itu masih ada uang dari jadi
petani serabutan. Tapi lo kira gue tega? Paman gue, yang artinya dia adalah adik
nyokap, bantu-bantu juga sesekali. Sekarang lo tahu kenapa gue jarang bisa
main-main di ibukota sana, gue beli kamera juga dari tabungan gue, ditambahin
sama paman gue itu. Dia sopir bisa udah ngelihat dunia lebih luas dari gue.
Mungkin dia gak mau nasib gue, sama kayak dia.” (KBSK, 2019:243, data 16)
Dari data di atas, nilai sosial kekeluargaan ditunjukkan oleh Paman Arko yang

sangat menginginkan Arko untuk memiliki pendidikan tinggi. Ia rela membiayai

Arko saat awal kuliah dan membantu keperluan yang Arko butuhkan. Hal ini

dilakukan Paman Arko karena adanya rasa saling mengasihi dalam keluarga.

“Gak San, gak apa-apa. Habis ini kamu pasti jadi lebih baik kok. Kita semua di
sini, jadi teman kamu, untuk jagain mimpi kamu.” Juwisa langsung teringat
betapa semangatnya Sania menarik-narik anak Fakultas Ekonomi ketika dahulu
Juwisa ikut lomba konsep bisnis. “Dulu kamu juga gitu kan, semua anak-anak
kalau gak datang ke lomba, kamu ancam pukul.” Juwisa cekikikan tipis.
“Sekarang aku gantian. Akan rajin-rajin jengukin kamu. Sampai kamu sembuh.
Nanti kamu pasti bisa jadi lebih baik lagi.” (KBSK, 2019:268, data 17)
Dari data di atas, nilai sosial dalam sebuah persahabatan ditunjukkan oleh Juwisa

dengan rasa empatinya kepada Sania. Juwisa yang berusaha memberikan

semangat kepada Sania agar bisa sembuh dan menjadi lebih baik lagi serta

membantu Sania untuk menjaga mimpi-mimpinya.

Di depan ternyata Gala sudah dipeluk duluan oleh Nenek Anjali. Nenek tua itu
menangis. Ia sudah pernah ditinggal hidup tiga anak lelakinya, kini ia akan
ditinggal pula oleh Gala, Ranjau, dan Arko. Mereka sudah seperti cucu angkat
oleh Nenek Anjali. (KBSK, 2019:289, data 18)
Dari data di atas, nilai sosial rasa memiliki ditunjukkan oleh Nenek Anjali kepada

Ranjau, Arko, dan Gala. Hal ini dikarenakan adanya suatu ikatan kasih sayang

yang menimbulkan rasa takut kehilangan di antara mereka.


36

“Bu, mungkin gak ya saya, eh kami memberikan beberapa kesaksian?”


“Maksudmu, Ogi?” … “Saya yakin kalau semua mahasiswa ditanyain, kalau
yang lain diminta berkomentar, pasti ada aja Bu yang bisa dijadikan penguat ke
kementerian.” “Ogi, terima kasih sudah peduli …” (KBSK, 2019:297, data 19)
Dari data di atas, nilai sosial dalam bentuk demokrasi. Hal ini dilakukan atas

usulan Ogi supaya mahasiswa dapat menampung apresiasi dalam

mempertahankan keberadaan kampus tempat mereka menuntut ilmu dan

mengharapkan lulus dengan ijazah.

Untuk ibu dan adik-adiknya, ia beli dari uang keringatnya, dari jerih payahnya.
Ia tabung terus, hingga akhirnya bulan lalu terkumpullah sejumlah uang dan Ogi
bisa membeli rumah itu dengan uang tunai alias lunas tanpa kredit. (KBSK,
2019:351, data 20)
Dari data di atas, nilai sosial dalam bentuk pengabdian yang ditunjukkan oleh Ogi

kepada ibu dan adiknya melalui usaha untuk memberikan kehidupan yang layak

bagi keluarganya.

4.1.1.4 Nilai Pendidikan Budaya

Dulu waktu hamil Ogi, Zaenab ngidam biasa-biasa saja. Pas melahirkan juga
biasa-biasa saja. Saat lahir, Ogi diazankan sebagaimana mestinya. (KBSK,
2019:105, data 1)
Dari data di atas, nilai budaya ditunjukkan oleh Zaenab ibu Ogi yang merasa

ngidamnya biasa-biasa saja waktu hamil Ogi. Hal ini mengartikan bahwa ngidam

merupakan suatu budaya yang sering dialami hampir semua wanita yang sedang

hamil. Ngidam terjadi karena keinginan tertentu dari seorang ibu untuk

mengkonsumsi jenis makanan selama masa kehamilan.

Selain itu, menikah muda sudah tak asing lagi di keluarga besar Juwisa. Banyak
sepupunya yang sudah menikah sejak umur belasan tahun. Ada yang kini seusia
Juwisa, tapi sudah hamil anak kedua. Dulu ibu dan ayahnya juga menikah muda.
Ibunya berumur enam belas tahun, sementara ayahnya delapan belas tahun.
(KBSK, 2019:205, data 2)
37

Dari data di atas, nilai budaya ditunjukkan oleh keluarga besar Juwisa bahwa

menikah muda sudah menjadi suatu hal yang lumrah. Hal ini termasuk dalam nilai

budaya terhadap kodrat manusia untuk menikah dan berkeluarga.

4.1.2 Pemaknaan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Kami (bukan) Sarjana

Kertas Karya J.S. Khairen: Kajian Semiotika Roland Barthes

Setelah memaparkan nilai-nilai pendidikan dalam novel Kami (bukan)

Sarjana Kertas karya J.S. Khairen secara singkat di atas, maka penulis perlu juga

untuk menyajikan analisis-analisis terkait nilai-nilai pendidikan dengan kajian

semiotika Roland Barthes secara bertahap, dari pemaparan makna denotasi,

konotasi, kemudian mitos yang ada dalam kutipan-kutipan novel tersebut.

4.1.2.1 Nilai Pendidikan Ketuhanan

Menjelang tengah malam, baru Babe pulang. Ia sempat singgah ke masjid untuk
berdoa dan salat malam. Setelah salat, Babe tiduran di masjid. Ternyata ia tak
bangun-bangun lagi hingga subuh menjelang. Tak ada orang yang melihat. Saat
para jamaah subuh mulai berdatangan, mengguncang-guncang badan Babe,
mereka kira Babe nyenyak sekali tidurnya. Ternyata Babe sudah tak bernyawa.
(KBSK, 2019:83, data 1)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan dengan kondisi Babe

Affandi yang sudah tidak bernyawa setelah melakukan ibadah di masjid. Makna

konotasi yang terdapat dari data di atas adalah sikap religius Babe Affandi yang

masih menyempatkan dirinya untuk berdoa dan beribadah di masjid. Padahal, saat

itu menjadi hari terakhir Babe Affandi. Makna mitos, peristiwa kematian seperti

ini adalah sebuah karunia dan takdir yang istimewa, sebab hanya orang-orang

terpilih yang mengalami nya.

Ogi coba beribadah dan berdoa. Awal mulanya hanya karena ingin diperhatikan
Tuhan, hanya ingin mencoba-coba mana tahu asyik, pikirnya, tapi lama-
38

kelamaan muncul sedikit kesadaran untuk mencari ketenteraman. (KBSK,


2019:88, data 2)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Ogi saat

berusaha ingin diperhatikan Tuhan. Makna konotasi dari data di atas adalah Ogi

melakukan ibadah dan berdoa dengan coba-coba untuk mendapatkan perhatian

dari Tuhan. Dengan iman yang kuat, akhirnya muncul kesadaran dalam dirinya

bahwa usaha yang dilakukannya juga untuk mencari ketenteraman. Makna mitos

yang terdapat pada data di atas menjelaskan bahwa selain kewajiban, ibadah dan

berdoa merupakan cara agar diberikan keteduhan karena hanya Tuhan yang

mengerti hidup kita.

“… Selepas magrib berjamaah, Ogi duduk-duduk saja sambil termenung. Rasa-


rasanya sia-sia semua hal yang ia lakukan, semua hal yang ia pikirkan. Muncul
lagi rasa ingin menghabisi hidupnya sendiri. Ogi lawan pikiran itu, tapi muncul
lagi, ia lawan terus, muncul lagi lebih kuat.” (KBSK, 2019:172, data 3)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi ditunjukkan oleh kisah Ogi saat

berjuang melawan diri sendiri. Makna konotasi yang terdapat pada data di atas

adalah saat Ogi selesai melakukan salat magrib berjamaah, muncul keinginan

untuk mengakhiri hidupnya. Meski Ogi sudah berusaha melawannya tetapi

perasaan itu muncul lagi. Makna mitos, dari data di atas adalah dengan kita

menjalankan ibadah dapat membantu dalam memperkuat iman agar selalu terjaga

dari penguasaan diri.

Selepas Isya, tampak segerombol mahasiswa berjaket almamater kuning. Mereka


tampaknya baru pulang kuliah. Itu adalah mahasiswa UDIN. Kampus terbaik
bangsa ini. Berdegup jantung Ogi meski hanya melihat jaketnya saja. (KBSK,
2019:172, data 4)
Analisis:
39

Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Ogi ketika

melihat segerombolan mahasiswa UDIN. Makna konotasi yang terdapat pada data

di atas terjadi setelah isya ketika Ogi melihat segerombolan mahasiswa UDIN

dengan mengenakan jaket almamater kuningnya membuat jantung Ogi berdegup.

Hal ini dikarenakan kampus UDIN merupakan kampus terbaik. Makna mitos yang

terdapat pada data di atas, mengenai keikhlasan akan takdir yang Tuhan berikan

bisa menjadi anugerah kepada orang-orang yang sabar.

Juwisa mengempaskan badan di kamar asrama. Ia lihat-lihat sertifikat finalis


lomba itu. Matanya berkaca-kaca. Mana ada mahasiswa UDEL sebelumnya bisa
tembus ke ajang semacam ini. Lawannya hebat-hebat pula … .Juwisa bersih-
bersih dan salat Isya. Indah betul deretan doanya. (KBSK, 2019:203, data 5)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Juwisa atas rasa

syukur yang diberikan Tuhan ketika tim nya menang dalam lomba. Makna

konotasi yang terdapat pada data di atas, terjadi karena kemenangan yang Juwisa

dan tim dapatkan dalam ajang lomba membuat Juwisa terharu dan bangga.

Sungguh membuat Juwisa tersentuh hingga matanya berkaca-kaca karena

kebaikan Tuhan yang ikut membantu kemenangan yang didapatnya. Ia berikan

deretan doa yang indah sebagai rasa syukur. Makna mitos yang terdapat dalam

data di atas adalah sebuah peristiwa di mana dalam perjalanan dan perjuangan

yang di raih, jika mengandalkan Tuhan dalam prosesnya akan menjadi berhasil.

Memang rumahnya amat sangat sederhana. … Namun itu tidak membuat Arko,
bahkan ibunya mau begitu saja menerima sesuatu. Selagi kaki masih bisa
dilangkahkan, selagi tangan masih bisa menggapai dan menadahkan doa, selagi
hati masih keras berupaya, ia tak mau menerima sesuatu cuma-cuma. Dan Gala
seakan mengerti ini. (KBSK, 2019:244, data 6)
Analisis:
40

Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Arko dan ibunya

dalam kisah hidup yang sederhana. Makna konotasi yang terdapat dari data di atas

adalah perjuangan Arko dan ibunya yang hidup sederhana, tetapi mereka tidak

begitu saja mau menerima sesuatu. Dalam kesehariannya, selagi masih bisa

berusaha dan berdoa kepada Tuhan mereka akan merasa aman dan tenang dalam

menjalani hidupnya. Makna mitos pada data di atas adalah sebagai manusia yang

selalu menjalankan perintah Tuhan, tidak akan pernah merasa kekurangan. Selain

itu, harus adanya keseimbangan dalam usaha dan berdoa.

4.1.2.2 Nilai Pendidikan Moral

“Sebagai dosen konseling, sampai kalian lulus nanti, kita akan bertemu dua
hingga tiga kali tiap semester. Tugas saya memastikan kalian semua kuliah
dengan benar and on the right track untuk lulus dengan kualifikasi terbaik, juga
untuk memastikan kalian tetap menjaga mimpi kalian …” (KBSK, 2019:4, data 1)
Analisis:
Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Bu Lira yang memperkenalkan

dirinya sebagai dosen konseling kepada mahasiswanya. Makna konotasi yang

terdapat pada data di atas adalah tanggung jawab Bu Lira dalam menangani

mahasiswa bimbingannya dengan memastikan mereka harus kuliah dengan benar

agar bisa lulus dengan kualifikasi terbaik, juga memastikan mahasiswanya

menjaga mimpi-mimpi mereka agar bisa diwujudkan sesuai dengan harapan

mereka. Makna mitos yang terdapat pada data di atas adalah Bu Lira yang

menyampaikan apa saja tanggung jawab sebagai dosen konseling, supaya

membantu mahasiswa bimbingannya agar semangat dalam meraih cita-citanya,

dan berusaha menjadi sesuatu yang terbaik.

“Haha tidak usah dipikirkan betul kawan,” Arko menengahi. “Mau sarjana
kertas, sarjana gundu, sarjana karet gelang, yang penting kita kuliah saja dulu.
41

Jangan terlalu sering, jangan pula terlalu santai. Sedang-sedang saja. Asal ketika
lulus nanti bisa membanggakan orangtua ..” (KBSK, 2019:17, data 2)
Analisis:

Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Arko yang menengahi

perdebatan antara Ranjau dan Ogi. Makna konotasi yang terdapat pada data di atas

adalah sebuah ungkapan yang diberikan Arko ketika menengahi perdebatan antara

Ranjau dan Ogi bahwa ada tanggung jawab yang harus dilakukan setelah

menjalani perkuliahan yaitu bisa membanggakan orangtua. Makna mitos yang

terdapat pada data di atas adalah untuk menjalani masa kuliah lebih baik sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki agar tidak terlalu memaksa, karena pada

akhirnya yang dilihat adalah cara kita membanggakan orangtua..

Babe pergi mencarikan kursi dari emas untuk kuliah Ogi. Babe meminjam emas
pada adiknya, Mpok Titis untuk kemudian dijual. (KBSK, 2019:18, data 3)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh kisah tentang

Babe Affandi yang mencari biaya untuk kuliah Ogi. Makna konotasi yang

terdapat pada data di atas adalah betapa besar kasih sayang serta tanggung jawab

yang dilakukan Babe Affandi terhadap Ogi agar mendapatkan pendidikan terbaik

meskipun dirinya harus meminjam emas kepada adiknya. Makna mitos yang

terdapat pada data di atas adalah dengan perjuangan yang telah dilakukan seorang

ayah, diharapkan suksesnya sesuai dengan apa yang dicita-citakan anaknya.

Di hati Babe tertumpu sebuah harapan besar agar Ogi menjadi anak yang bisa
mendapat pekerjaan hebat di masa depan. Jangan seperti dirinya yang hanya jadi
tukang bengkel. Semua itu harus dimulai dengan sebuah langkah; kuliah. Meski
kursinya harus dibeli dengan emas. (KBSK, 2019:18, data 4)
Analisis:
42

Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Babe dengan

mempunyai harapan besar kepada Ogi. Makna konotasi yang terdapat pada data di

atas adalah harapan yang diinginkan Babe Affandi ialah memberikan pendidikan

yang lebih baik agar anaknya jangan seperti dirinya. Hal ini juga merupakan

bentuk kasih sayang agar kelak anaknya tidak merasakan betapa susahnya

perjuangan yang dilakukan jika memang sudah berada di tingkat ekonomi rendah.

Makna mitos yang ada pada data di atas adalah doa orang tua biasanya mampu di

kabulkan. Sehingga saat diharapkan harus betul-betul sesuai dengan keinginan

dari hati bukan hanya sekedar diucapkan. Hal itu dikarenakan, kelembutan

perilaku dan kasih sayang yang bersumber dari nurani akan berdampak pada

suksesnya yang diharapkan.

“Semoga Ogi jadi anak yang sukses.” “Aamiin.” Jarang Babe


memverbalisasikan doanya lewat bibir hitam korban nikotin itu. (KBSK, 2019:21,
data 5)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang berupa doa Babe Affandi kepada

Ogi. Makna konotasi yang ada pada data di atas merupakan ketulusan Babe yang

mendoakan anaknya agar sukses termasuk kasih sayang yang sangat berharga.

Makna mitos pada data di atas adalah doa yang tulus dari orangtua adalah doa

yang akan terkabul, apalagi jika doa tersebut untuk kebaikan anaknya.

“Gue akan buktiin, kalau gue bisa sukses, bisa punya kerjaan bagus, bisa
banggain orangtua.” Kalimat Ranjau menggebu-gebu, biasanya hanya di media
sosial ia begitu. “Ogi, Nyet, pokoknya hari ini adalah momentum! Dan elo adalah
saksi! Kalau gue sukses nanti, elo, temen gue, yang sama-sama, berjuang dari
kampus ini! Kita, harus jadi anak berguna! Harus! Kita harus tancapkan sebuah
kesuksesan maha dahsyat!” … (KBSK, 2019:23, data 6)
Analisis:
43

Dari data di atas, terdapat makna denotasi berupa kalimat Ranjau yang menggebu-

gebu. Makna konotasi yang ada pada data di atas adalah sikap pantang menyerah

lewat kalimat yang diucapkan Ranjau untuk membuktikan bahwa dirinya bisa

sukses, bisa punya kerjaan bagus, bisa banggain orangtua, dan Ogi yang

merupakan sahabatnya dipilih sebagai saksi ketika dirinya sukses nanti. Makna

mitos pada data di atas menjelaskan bahwa optimis dalam meraih kesuksesan di

masa depan itu sangat dibutuhkan karena sudah memiliki kepercayaan diri untuk

melakukannya meskipun itu masih sekedar ucapan.

“Yaelah Nyet. Sukses. Menjadi anak berguna, maha dahsyat. Bacot lo!” cemooh
Ogi seperti mencemooh lawan politik. … “Jangan pesimis gitu dong! Yes I am!
Akan gue buktiin bisa sukses! I’ll prove the world, juga semua yang ngetawain
gue selama ini!” … (KBSK, 2019:23, data 7)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Ranjau atas

kepercayaan dirinya. Makna konotasi yang ada pada data di atas dilihat dari sikap

Ranjau yang tetap percaya diri meskipun Ogi telah mencemoohnya. Ranjau yang

mengucapkan beberapa kalimat motivasi untuk dirinya supaya jangan pesimis dan

akan membuktikan bahwa dirinya bisa sukses kepada semua yang menertawakan

dirinya selama ini. Makna mitos pada data di atas adalah rasa percaya diri yang

dimiliki Ranjau dapat membantu dirinya untuk tetap optimis dalam mencapai

kesuksesannya di masa depan.

“Ayolah Bro, sebentar lagi UTS, loh!” ajak Ranjau. Keseriusan Ranjau dalam
belajar memang tidak bisa diragukan … “Kalian duluan aja deh,” Ogi menjawab
datar. “Ya udah deh, terserah lo, gue sebagai teman udah ngingetin ya,” Ranjau
mengajak Arko berjalan menjauh menuju kelas yang segera mulai. (KBSK,
2019:43, data 8)
Analisis:
44

Dari data di atas, terdapat makna denotasi ketika Ranjau dan Arko mengingatkan

Ogi yang akan mengikuti UTS. Makna konotasi yang terdapat pada data di atas

adanya rasa kepedulian Ranjau dan Arko sebagai sahabat Ogi yang berusaha

mengajak Ogi untuk mengikuti perkuliahan agar tidak tertinggal materi

pembelajaran karena mereka akan segera melaksanakan UTS. Makna mitos pada

data di atas adalah bentuk kepedulian seorang sahabat yang hanya sekedar

mengingatkan juga merupakan perhatian kecil supaya sahabatnya tidak merasa

tertinggal, meskipun Ogi berusaha menolaknya.

Gue harus bisa! Kuliah gue nilainya harus bagus! UTS di depan mata! Bulat
sudah tekad Ogi untuk belajar. Dadanya membara. Ia cari-cari buku catatan.
(KBSK, 2019:46, data 9)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh semangat Ogi

untuk berkuliah. Makna konotasi yang terdapat pada data di atas adalah adanya

motivasi dalam diri Ogi untuk mengikuti perkuliahan dengan baik, membuat

dirinya bersemangat. Hal itu dikarenakan agar mendapatkan nilai yang

memuaskan. Makna mitos pada data di atas adalah pentingnya memberikan

motivasi pada diri sendiri dalam mencapai sesuatu menjadikan diri kita lebih

semangat untuk melakukannya.

“Maaf Bu, kami gak bisa menjalankan tugas dari Ibu.” kata Arko pada Bu Lira.
Ranjau mengangguk tipis saja. Bukan Bu Lira namanya kalau dia tak bisa
memecahkan masalah. Ia adalah dosen cerdas dan punya banyak akal. Urusan
mahasiswa pemalas, mahasiswa gak jelas, mahasiswa antah berantah seperti Ogi
ini, justru jadi tantangan menarik baginya. Apalagi ini adalah tahun pertamanya
mengajar di negerinya, di kampus yang didirikan ayahnya. “Baiklah, nanti saya
yang urus.” (KBSK, 2019:58, data 10)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan dengan tanggung

jawab Bu Lira. Makna konotasi dari data di atas dilihat dari cara Bu Lira yang
45

harus menghadapi mahasiswa pemalas, mahasiswa gak jelas, dan mahasiswa

antah berantah seperti Ogi dengan mengartikannya sebagai tantangan yang

menarik. Makna mitos yang terdapat pada data di atas adalah menjelaskan bahwa

tugas yang diberikan Bu Lira belum tentu dapat dilakukan Arko dan Ranjau yang

merupakan sahabat Ogi. Sehingga, tugas tersebut kembali kepada dirinya untuk

mengurus mahasiswa seperti Ogi tetapi ini menjadi suatu hal yang menarik bagi

dirinya.

“Ibu mau suruh saya makan kecoak ini? Atau masukin ke baju saya? tanya Ogi
polos. … “Yang ingin saya sampaikan adalah, Ogi, kalau kamu jadi kecoak,
jadilah kecoak yang bisa bertahan dari gempuran apa pun. Ini baru sedikit
masalah yang kamu hadapi dalam hidup, yang mungkin juga sebagian dari
masalah itu, kamu sendiri yang menciptakannya? Saya nggak tahulah, … (KBSK,
2019:63, data 11)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi berupa nasihat Bu Lira kepada Ogi.

Makna konotasi yang terdapat pada data di atas dapat dilihat dari cara

penyampaian Bu Lira kepada Ogi dengan mengibaratkan kocoak merupakan

hewan yang dapat bertahan hidup dari gempuran apa pun. Makna mitos, suatu

masalah yang sedang dihadapi dalam hidup ini bisa saja berasal dari diri sendiri

yang menciptakannya. Oleh karena itu, Ogi harus bisa mengibaratkan dirinya

sebagai kecoak.

… “Memang dunia ini keras, busuk, pahit, di luar sana apalagi, jauh lebih
busuk.” ,,, “Tapi jadilah kecoak Ogi, bertahanlah dalam situasi sepahit dan
sejahat apa pun.” “Kita mungkin tidak ada yang bisa jadi manusia sempurna dan
indah seperti kupu-kupu. Tapi, kita semua diberikan kemampuan untuk bertahan.
Jangan mau kalah sama kecoak. Sekarang semua keputusan ada di tangan
kamu.” (KBSK, 2019: 64, data 12)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi berupa kalimat penyemangat Bu Lira

kepada Ogi. Makna konotasi yang ada pada data di atas ditunjukkan oleh Bu Lira
46

yang merupakan dosen konseling Ogi dengan memberikan nasihat serta kalimat

penyemangat bahwa sebagai manusia, kita diberikan kemampuan untuk bertahan.

Jangan mau kalah dengan kecoak yang mampu bertahan dalam situasi sepahit dan

sejahat apa pun. Makna mitos terdapat ketika Bu Lira mengucapkan bahwa kita

mungkin tidak ada yang bisa menjadi manusia sempurna dan indah seperti kupu-

kupu karena dunia ini keras, busuk, pahit, di luar sana apalagi jauh lebih busuk.

Maka itu, kita diberikan kemampuan untuk bertahan dalam situasi apapun.

… “Sekarang berjanjilah pada dirimu sendiri. I know that we can’t hold on


promises because as a human we tend to lie to ourself, but, kali ini pasanglah
janji pada dirimu sendiri, Ogi. Janji kecoak, untuk mengalahkan kupu-kupu.”
Benar saja, Ogi memulai hari-hari berikutnya dengan sangat bergairah. Mata
kuliah pertama semester dua adalah Statistika Sosial Lanjutan. Di kelas, Ogi
duduk di mana? Sudah pasti paling depan. Bingung Ranjau dan Arko melihat
tingkah makhluk yang satu ini. (KBSK, 2019:65, data 13)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi ditunjukkan oleh Ogi yang menepati

janji kepada Bu Lira. Makna konotasi yang ada pada data di atas cara Ogi

menepati janji kecoak kepada Bu Lira dengan mengikuti mata kuliah pertama di

semester dua dengan duduk di barisan paling depan. Hal ini membuat Ranjau dan

Arko bingung melihat tingkah Ogi. Makna mitos yang ada pada data di atas

adalah janji Ogi kepada diri sendiri dan Bu Lira mengenai janji kecoak untuk

mengalahkan kupu-kupu dapat dijalankan dengan baik oleh dirinya sehingga

membuat dirinya semakin semangat dalam menjalani perkuliahannya.

Hari harus terus dijalani. Ogi tetap ingin fokus pada kuliahnya. Dengan situasi
begini, jadi makin kuat alasannya untuk jadi anak sukses. Sekarang kuliah sudah
ada di urutan nomor satu dalam jiwanya yang lebih menggelegak dari bara api.
(KBSK, 2019:75, data 14)
Analisis:
47

Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Ogi yang sedang

berusaha fokus pada kuliahnya. Makna konotasi terdapat pada data di atas adalah

ketika jiwa Ogi yang menggelegak dari bara api setelah keinginannya menjadi

anak sukses sudah bulat, membuat Ogi menjadikan kuliahnya berada di urutan

nomor satu. Makna mitos pada data di atas adalah mempunyai jiwa besar dapat

memberikan dorongan kepada diri sendiri dalam melakukan suatu keinginan yang

akan dicapai.

“Bokap lo meninggal, bukan berarti impian lo juga ikut dikuburkan, Kawan.”


Arko menepuk pundak Ogi. “Gue juga, sama kayak elo. Gue anak yatim. Dari gue
remaja.” … “Haha, wajar sih sedih. Harus malah. Aneh juga kalau lo gak sedih,
Gi. … Pasti ada saat-saat kayak gini dalam hidup, semua orang pasti
menghadapinya. Tapi, ya gimana kita melewatinya dan caranya bangkit setelah
itu.” (KBSK, 2019:87, data 15)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi ketika Arko mencoba menguatkan Ogi.

Makna konotasi dari data di atas adalah adanya sikap berjiwa besar yang

ditunjukkan Arko kepada Ogi melalui kalimat yang diucapkannya. Hal ini

dilakukan Arko karena ia sudah terlebih dahulu merasakan kehilangan seorang

ayah sehingga Arko paham akan situasi yang sedang dialami Ogi. Makna mitos

yang terdapat pada data di atas adalah pentingnya peran seorang sahabat yang

saling memberikan semangat satu sama lain ketika ada yang merasa sedih dalam

kehidupan ini menunjukkan bahwa sahabat tidak hanya datang di saat senang saja.

“Keluarlah dari zona nyaman! Agar kita sekalian sukses,” kata motivator itu.
“Di luar zona nyaman itu adalah zona keajaiban terjadi!” (KBSK, 2019:88, data
16)
Analisis:

Dari data di atas, makna denotasi terdapat pada nasihat yang diucapkan oleh

seorang motivator. Makna konotasi yang ada pada data di atas adalah seorang
48

motivator yang mengatakan untuk keluar dari zona nyaman supaya bisa sukses.

Makna mitos yang tedapat pada data di atas adalah seorang motivator yang

menyampaikan bahwa di luar zona nyaman itu adalah zona keajaiban terjadi.

Ia sudah bertekad tidak memakai cara-cara buruk lagi seperti berjudi untuk
dapat uang. Ogi coba cari inspirasi dari lingkungan sekitar. (KBSK, 2019:89,
data 17)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi ditunjukkan oleh Ogi yang bertekad

tidak memakai cara-cara buruk untuk mendapatkan uang. Makna konotasi yang

ada pada data di atas adalah sikap pantang menyerah Ogi ketika berusaha mencari

insipirasi untuk mendapatkan uang selain berjudi. Makna mitos dari data di atas

menjelaskan bahwa tekad yang dimiliki Ogi dalam mendapatkan uang ini

merupakan hal yang baik. Hal ini dikarenakan bahwa judi bukan merupakan cara

yang tepat.

Mendekati hari UAS, Ranjau dan Arko datang menjemput Ogi ke pertigaan untuk
belajar bareng di kos Arko seperti dahulu kala. “Nggak usah, Bro,” jawab Ogi
datar. … Mereka coba paksa Ogi, mereka yakinkan terus. Tapi Ogi itu betul yang
sudah terlampau pahit hidupnya. Tak ada semangat apa-apa lagi. Datang pula
Sania, sama saja. Tak mungkin. Diajak bercanda-canda, Ogi tak tertawa.
Dinakalin sedikit, Ogi malah jengkel. (KBSK, 2019:93, data 18)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi berupa kepedulian yang diberikan

Arko, Ranjau, dan Sania kepada Ogi. Makna konotasi yang ada pada data di atas

adalah cara Arko, Ranjau, dan Sania yang berusaha menghibur Ogi serta

mengajak dirinya untuk belajar bersama karena mendekati hari UAS. Makna

mitos yang terdapat pada data di atas dilakukan oleh sahabat-sahabat Ogi yang

selalu ada dalam keadaan suka maupun duka.

Tiga hari lagi UAS semester dua. Masih Ogi belum belajar apa-apa. Ia sudah
sangat pasrah. … Kini badannya letih, pikirannya pun letih. Sehari sebelum UAS,
49

Ia datang ke kos Arko. Memaksakan diri untuk menghadapi UAS. Ia sudah punya
rencana lain yang lebih besar untuk menyelesaikan ini semua. (KBSK, 2019:94,
data 19)
Analisis:

Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Ogi yang memaksakan dirinya

untuk menghadapi UAS. Makna konotasi yang terdapat pada data di atas adalah

ketika Ogi sudah pasrah dengan dirinya, sehingga ia memaksakan untuk datang

dan bergabung bersama Arko dan Ranjau supaya bisa belajar bersama. Hal ini

dilakukan Ogi karena tiga hari lagi mereka akan melaksanakan UAS semester

dua. Meskipun saat ini badan dan pikirannya sedang letih. Makna mitos pada data

di atas adalah Ogi yang sudah punya rencana lain yang lebih besar untuk

menyelesaikan ini semua.

“Semangat Pohon Pisang. Pohon pisang, biar sudah ditebas sampai runtuh, tak
lama kemudian anak-anaknya akan tumbuh lagi tiada habisnya. Cobalah tebas
terus, justru akan tumbuh lagi lebih banyak. Tidak pernah menyerah. Kita
sebagai makhluk yang diberi akal, hendaknya belajar juga dari alam. Salah
satunya, dari semangat pohon pisang ini. (KBSK, 2019:102, data 20)
Analisis:

Dari data di atas, makna denotasi terdapat pada pengertian dari semangat pohon

pisang. Makna konotasi yang ada pada data di atas menunjukkan sikap pantang

menyerah dengan melalui kutipan kalimat dalam novel Kami (bukan) Sarjana

Kertas karya J.S. Khairen yang menandakan bahwa kita sebagai makhluk yang

diberi akal hendaknya belajar juga dari alam. Salah satunya dari semangat pohon

pisang, meskipun di tebang terus justru akan tumbuh lagi. Makna mitos yang ada

pada data di atas adalah kita sebagai manusia harus memiliki semangat pantang

menyerah dalam menjalani berbagai masalah dalam kehidupan.

“Jadi sarjana atau tidak, itu cuma di atas kertas! Banyak sarjana menganggur
juga. Banyak orang tak sekolah tinggi tapi sukses. Banyak sarjana, begitu bekerja
ternyata tidak bisa apa-apa. Masuk kantor gagah, pulang-pulang gagap. Dunia
50

profesional menuntut begitu tinggi, tak sampai napas mereka berlari. Banyak
sarjana tak pandai ilmu hidup, hanya ilmu silabus saja. Sarjana kertas. Asal
jangan lagi bunuh diri ya! Kami selalu ada. Ikuti saja kata hati. Jadilah anak
yang Mandraguna! Sesuai namamu.” (KBSK, 2019:123, data 21)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi berupa nasihat Bu Lira kepada Ogi.

Makna konotasi yang ada pada data di atas menjelaskan bahwa nasihat yang

diberikan Bu Lira sebagai penyemangat untuk Ogi supaya tidak mengakhiri

hidupnya lagi dan selalu ingat arti nama yang dimiliki Ogi. Makna mitos yang

terdapat pada data di atas adalah apapun yang saat ini sedang terjadi, bunuh diri

bukanlah cara yang tepat untuk mengakhiri semua permasalahan.

Rumahnya yang sudah seperti istana itu seketika beku. Ayah Gala merasa
tersudutkan. Ia melakukan semua ini, hingga menjadi orangtua yang
superprotektif, bukanlah tanpa alasan. Gala adalah anak satu-satunya yang akan
meneruskan bisnisnya nanti. … (KBSK, 2019:131, data 22)
Analisis:

Dari data di atas, makna denotasi berupa kasih sayang Ayah Gala kepada

anaknya. Makna konotasi yang ada pada data di atas ditunjukkan oleh Ayah Gala

yang menjadi orangtua superprotektif karena Gala adalah anak satu-satunya yang

akan meneruskan bisnisnya nanti. Makna mitos pada data di atas menjelaskan

bahwa superprotektif bukan cara yang tepat untuk menunjukkan kasih sayang

kepada anaknya karena bisa membuat anak merasa terkekang.

Gala menolaknya. Ia tidak mau kalah, ia tak mau lagi menerima bantuan
ayahnya. Baginya itu sama saja mengiyakan kata-kata orang lain bahwa ya si
Gala itu kan anak orang kaya, apa-apa tinggal minta, mau ini itu tinggal bilang.
Gala tidak terima jika orang mengatakan kekayaan orangtua adalah kemudahan
bagi anaknya. Justru bagi Gala, statusnya yang jadi anak orang kaya adalah
beban. (KBSK, 2019:141, data 23)
Analisis:
51

Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang berupa cara pandang Gala

mengenai statusnya sebagai anak orang kaya. Makna konotasi yang ada pada data

di atas ditunjukkan oleh Gala yang merasa statusnya sebagai anak orang kaya

adalah beban. Hal ini yang membuat Gala untuk mencoba menolak bantuan dari

ayahnya. Makna mitos pada data di atas adalah sikap yang dilakukan Gala adalah

benar untuk dirinya, tetapi jika dilihat dari pengertian ayahnya. Mungkin ayahnya,

melakukan hal tersebut atas dasar kasih sayang karena sejak kecil Gala telah

ditinggal ibunya.

“Esensi universitas bukan hanya membangun intelektualitas. Tapi juga


membangun jiwanya, mental pemimpinnya, kepekaan terhadap lingkungan dan
masyarakat. Bagaimana itu bisa terjadi, maka kita para pendidiklah yang harus
ikut serta. Jangan sampai ada pula pendidik yang justru menghambat
perkembangan, tidak peka pada kemajuan dan perubahan, mempersulit
mahasiswa,” papar Rektor Areng Sukoco, … (KBSK, 2019:158, data 24)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi berupa nasihat yang diberikan Rektor

Areng Sukoco. Makna konotasi yang ada pada data di atas dilihat dari pemaparan

Rektor Areng Sukoco mengenai esensi universitas yang bukan hanya membangun

intelektualitasnya tetapi juga membangun jiwa mental pemimpinnya, kepekaan

terhadap lingkungan dan masyarakat. Makna mitos pada data di atas adalah cara

tegas yang diucapkan oleh Rektor Areng Sukoco supaya para pendidik harus ikut

serta supaya tidak menghambat perkembangan dan tidak mempersulit

mahasiswanya.

… Pengemudi ojek online itu kini mencoba cari perhatian dari tukang minuman.
“Ya nasib orang kecil begini, kerjaan seadanya, uang cukup buat makan aja.
Mau pulang kampung sana, ya ongkosnya juga gede, belum tentu juga bisa buka
usaha,” lanjutnya bercerita. … “Ya disyukuri aje, Pak, dapat penumpang mah
yang penting buat makan bisa, ye gak,” celetuk mbak-mbak parkiran galak.
(KBSK, 2019:166, data 25)
Analisis:
52

Dari data di atas, makna denotasi berupa percakapan antara pengemudi ojek

online dengan mbak-mbak parkir galak mengenai nasib orang kecil. Makna

konotasi pada data di atas ditunjukkan oleh mbak parkir galak yang sudah pasrah

dengan keadaan dan pengemudi ojek online yang mencoba cari perhatian dengan

bercerita. Makna mitos yang ada pada data di atas adalah adanya rasa bersyukur

membantu kita untuk menyikapi diri dengan keadaan saat ini.

Miral datang dengan kapal jauh-jauh setelah tahu ia diterima di kampus UDIN.
Sekampung heboh dibuatnya, tak ada keluarganya yang bisa berkuliah jauh
sampai ke ibukota, di kampus terbaik pula. “Saya kuliah di sini, datang sendirian.
Terima di kampus UDIN, tapi uang tidak ada, Mas. Tidak juga ada uang untuk
sewa kosan, beli tiket pesawat, kipas angin, bantal, motor, dompet baru, minyak
rambut.” (KBSK, 2019:173, data 26)
Analisis:

Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Miral yang berasal dari Luwuk

diterima di kampus UDIN. Makna konotasi pada data di atas adalah miral yang

pantang menyerah untuk datang dengan kapal jauh-jauh setelah tahu ia diterima di

kampus UDIN. Ia datang sendirian tanpa memiliki uang sedikitpun. Makna mitos

yang ada pada data di atas menjelaskan bahwa Miral hanya memfokuskan dirinya

untuk kuliah.

“Sekarang ini anak muda berbisnis dengan cara berbeda. Jadi kalian tidak usah
takut, jangan terjebak dengan pola pikir para pendahulu kalian, kami-kami ini
yang sudah tua-tua. Selesaikanlah masalah yang kalian temui hari ini dengan
cara-cara yang ada di hari ini, jangan justru selesaikan dengan cara yang dulu
dipakai orang-orang sepuluh dua puluh tahun yang lalu,” papar Prof. Reynaldi
Marpaung. (KBSK, 2019:184, data 27)
Analisis:

Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Prof. Reynaldi Marpaung

dalam memberikan nasihat mengenai bisnis. Makna konotasi yang ada pada data

di atas adalah sikap semangat Prof. Reynaldi Marpaung dalam menyampaikan

nasihatnya mengenai anak muda yang sudah memiliki cara berbeda dalam
53

berbisnis dapat membantu anak-anak muda tersebut untuk jangan terjebak dengan

pola pikir pendahulu mereka. Makna mitos terdapat pada kalimat selesaikanlah

masalah yang kalian temui hari ini dengan cara-cara yang ada di hari ini, jangan

justru selesaikan dengan cara yang dulu dipakai orang-orang sepuluh dua puluh

tahun yang lalu.

“Ayah, aku minta maaf.” Tidak banyak yang bisa diucapkan Gala. … “Ayah, soal
tempo hari, permintaan Ayah yang ingin aku kuliah ke luar negeri. Aku siap,
Ayah. Maafkan kalau selama ini aku …” (KBSK, 2019:215-216, data 28)
Analisis:

Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Gala yang berbakti kepada

ayahnya. Makna konotasi yang ada pada data di atas adalah ketika Gala meminta

maaf dan mengikuti semua keinginan ayahnya termasuk kuliah di luar negeri.

Makna mitos pada data di atas adalah Gala melakukan ini semua supaya tidak

mengecewakan ayahnya.

“Mau? Emangnya kamu bahagia kalau pergi terpaksa gitu?” Ayah menyelidik. …
“Kalau gak mau, gak apa, kita carikan hal lain yang bisa kamu lakukan. Ayah
gak mau anak ayah gak bahagia. Sudah dari kecil kan, kamu terpaksa ini itu?”
Ayah melempar pandangannya ke jendela … (KBSK, 2019:216, data 29)
Analisis:

Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Ayah Gala yang menolak

permintaan Gala. Makna konotasi yang ada pada data di atas adalah Ayah Gala

yang tidak ingin jika anaknya tidak bahagia dan terpaksa melakukannya. Makna

mitos pada data di atas berupa kasih sayang seorang ayah yang sudah mulai

membebaskan keinginan anaknya untuk bahagia menjalankan masa depannya.

Mungkin dengan menuruti satu kali ini lagi saja, bisa membuat ayahnya yang
sudah sakit-sakitan ini menjadi bahagia. Gala tak mau jika ayahnya meninggal,
Gala justru belum melakukan apa-apa untuk membahagiakan ayahnya. (KBSK,
2019:217, data 30)
Analisis:
54

Dari data di atas, makna denotasi berupa keinginan Gala untuk berbakti kepada

ayahnya. Makna konotasi yang ada pada data di atas adalah alasan Gala ingin

berbakti kepada ayahnya adalah karena selama ini Gala belum melakukan apa-apa

untuk membahagiakan ayahnya. Makna mitos pada data di atas adalah dengan

menuruti satu kali saja bisa membuat ayahnya yang sudah sakit-sakitan ini

menjadi bahagia.

Sungai besar yang dekat jalan aspal tadi, jika terus ditelusuri hingga ke dalam
hutan maka jadi lebih deras dan lebih jernih. Sungai itu memisahkan jurang dan
jurang lainnya. di atasnya bergelayut sebuah jembatan lain. Seperti akar, dari
sisi lain seperti kawat dan tali. “Kita lewat sini. Tadi lo bilang yakin ikut kan?
Kalau mau balik, sana balik. Kalo mau lanjut, kita sebrangi ini.” Gala kaget tapi
tak surut. Apalagi di depan ia melihat belasan anak sekolah juga sedang
menyebrang. Ia tak mau kalah, anak-anak itu bisa, kenapa ia tak bisa. (KBSK,
2019:239, data 31)
Analisis:

Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Gala ketika melihat belasan

anak sekolah sedang menyebrangi sungai melalui jembatan. Makna konotasi dari

data di atas adalah sikap pantang menyerah Gala ketika tidak mau merasa kalah

melihat belasan anak sekolah yang ikut menyebrangi sungai tersebut. Makna

mitos yang ada pada data di atas menjelaskan bahwa adanya motivasi dari segala

cara dapat membantu kita semakin yakin untuk melewati tantangan yang ada di

depan kita.

“Ayah, dan almarhumah ibumu, cuma menyiapkan masa depan terbaik, dengan
cara terbaik dengan jalan dan cara yang kami punya. … “Pergilah. Sukseslah.”
Sedikit, sederhana, tapi kokoh. “Kalau memang di sini membuatmu terkekang,
maka pergilah. Kalau memang mau jadi guru, jadilah. Ayah akan mendukungmu.
Sepenuhnya.” (KBSK, 2019:246, data 32)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Ayah Gala

dengan memberikan kebebasan kepada Gala untuk memilih masa depannya.


55

Makna konotasi yang ada pada data di atas berdasarkan kasih sayang yang

diberikan Ayah Gala berupa dukungan sepenuhnya jika Gala ingin menjadi guru.

Makna mitos pada data di atas adalah cara seorang ayah dalam mengungkapkan

kasih sayang kepada anaknya dengan mendukung setiap pilihan untuk masa

depannya sudah membuat dirinya merasa bahagia.

Masih semester enam, Ranjau sudah bersiap untuk skripsinya. Ia ingin lulus di
semester tujuh nanti. Ranjau sudah mulai rajin ke perpustakaan, mencari-cari
data, membaca jurnal ini itu, berkonsultasi dengan dosen dan para senior, hingga
belajar mengoperasikan SPSS, sebuah aplikasi pengolahan data. (KBSK,
2019:291, data 33)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Ranjau yang

sudah bersiap untuk skripsinya di semester enam ini. Makna konotasi yang ada

pada data di atas adalah sikap disiplin yang dilakukan Ranjau karena ingin lulus

kuliah di semester tujuh nanti. Ranjau yang sudah mulai rajin ke perpustakaan

untuk mencari data dan membaca jurnal, kemudian konsultasi dengan dosen serta

senior dan mulai belajar mengoperasikan SPSS, sebuah aplikasi pengolahan data.

Makna mitos pada data di atas adalah perjuangan yang dilakukan Ranjau saat ini

bisa membantu dirinya untuk menyelesaikan skripsinya.

Bercumbu dengan skripsi kini menjadi keseharian Ranjau. Kadang ia semangat,


kadang ia semangat betul. Namun sesekali jatuh juga semangatnya. … Ranjau
sudah tiga langkah di depan teman-temannya. Ia harus segera lulus. (KBSK,
2019:305, data 34)
Analisis:

Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Ranjau yang kesehariannya

saat ini adalah mengerjakan skripsi. Makna konotasi yang ada pada data di atas

adalah sikap pantang menyerah yang kadang membuat ia semangat, kadang

semangat betul, namun sesekali jatuh juga semangatnya. Hal ini dilakukan karena
56

keinginannya untuk lulus. Makna mitos yang terdapat pada data di atas adalah

dengan semangatnya mengerjakan skripsi sudah membuat dirinya tiga langkah di

depan teman-temannya.

4.1.2.3 Nilai Pendidikan Sosial

… Arko mencoba berdiri dengan lututnya, tiba-tiba seorang komdis hendak


menyasar kepala Arko dengan sebuah sepakan. Persis di saat itu, seseorang
datang dengan dua anjing Herder German Shepherd. Siapa lagi kalau bukan Bu
Lira! (KBSK, 2019:28-29, data 1)
Analisis:

Dari data di atas, makna denotasi berupa tolong menolong ditunjukkan oleh Bu

Lira kepada Arko. Makna konotasi yang ada pada data di atas adalah Arko yang

kepalanya hendak terkena sepakan dari salah satu seorang komdis di tolong oleh

Bu Lira dengan dua anjing Herder German Shepherd. Makna mitos yang ada pada

data di atas berupa pertolongan yang diberikan Bu Lira membuat Arko selamat

dari kejadian tersebut dan menjadikan hari ini adalah hari terakhir para komdis

tersebut menjadi mahasiswa. Hal ini dilakukan Bu Lira supaya tidak terjadi lagi

kekerasan di dalam kampus.

Puluhan orang mencoba memadamkan deretan ruko, termasuk ruko Ogi dari si
jago merah. Semua isi rumah, bengkel, warung, dilalap cepat. Suara keletukan
menakutkan, bercampur dengan suara riuh histeris. Dari kejauhan, terdengar
suara pemadam kebakaran. (KBSK, 2019:71, data 2)
Analisis:

Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh puluhan warga yang

membantu memadamkan deretan ruko, termasuk ruko Ogi dari si jago merah.

Makna konotasi yang ada pada data di atas adalah adanya sikap tolong menolong

warga setempat yang mencoba memadamkan deretan ruko, termasuk ruko Ogi

dari si jago merah dan dari kejauhan terdengar suara pemadam kebakaran. Makna
57

mitos pada data di atas adalah sikap tolong menolong dalam bersosialisasi sangat

dibutuhkan karena kita hidup bermasyarakat.

Mpok Titis tak mau mengungkit utang emas tampaknya. Atau mungkin kini
bukanlah saat yang tepat. Ternyata Mpok Titis masih punya nurani. Ia kini malah
mempersilahkan Affandi sekeluarga tinggal di tempatnya. (KBSK, 2019:74, data
3)
Analisis:

Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Mpok Titis yang membantu

keluarga Babe Affandi. Makna konotasi yang terdapat pada data di atas

merupakan sikap kekeluargaan yang melekat pada Mpok Titis ketika menolong

keluarga Babe Affandi yang terkena musibah. Meskipun Babe masih mempunyai

utang emas kepadanya, ia tidak mau mengungkitnya. Makna mitos pada data di

atas adalah pentingnya bersikap tolong menolong dalam keluarga. Hal ini

dilakukan agar tali persaudaraan tidak putus, dan sebagai makhluk sosial kita akan

selalu merasa butuh dengan yang lain.

“Gue masih boleh ikutan belajar gak?” tanpa wash wesh wosh, pinta Ogi di
depan pintu kamar Arko yang tak ditutup. … “Woeee dengan senang hati
kawan.” Arko menepuk-nepuk keras pundak Ogi. … “But, tomorrow is the exam.
Hmm, baiklah, bisa sih kalau lo cepet nangkepnya.” Ranjau mencoba realistis. …
“Semoga bisa deh,” jawab Ogi pasrah. (KBSK, 2019:95, data 4)
Analisis:

Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Arko dan Ranjau yang selalu

memperbolehkan Ogi untuk bergabung dengan mereka untuk belajar bersama.

Makna konotasi yang ada pada data di atas adalah adanya sikap persahabatan

yang ditunjukkan oleh Arko dan Ranjau ketika Ogi datang menemui mereka untuk

belajar bersama. Ranjau yang mencoba realistis mengingatkan Ogi untuk bisa

cepat nangkep mengenai pelajaran yang akan diujikan besok. Makna mitos pada

data di atas terlihat dari kebaikan Ranjau dan Arko yang menerima Ogi kembali
58

untuk belajar bersama. Hal ini dilakukan mereka dengan saling membantu satu

sama lain.

Sedikit lagi nyawa Ogi benar-benar melayang. Mereka gotong royong


melepaskan ikatan di leher Ogi. (KBSK, 2019:104, data 5)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi ketika Ogi yang hampir kehilangan

nyawanya. Makna konotasi pada data di atas adalah adanya niat Ogi untuk

mengakhiri hidupnya dapat dicegah oleh teman-temannya. Hal ini dikarenakan

sikap peduli Ranjau, Arko, dan Sania akan keadaan yang sedang dialami oleh Ogi.

Makna mitos yang ada pada data di atas adalah memiliki tingkat kepekaan yang

tinggi terhadap teman maupun orang sekitar, bisa membantu mencegah hal-hal

yang tidak diinginkan.

“Lo kira mati adalah solusi?” “Lo kalau ada masalah apa-apa, cerita ke kita
dong Monyet! Lo kira kita ini tai? Kita ini temen lo!” “Kita semua sayang sama
elo, Bangsat!” Setelah puas, tidak ada lagi kata-kata. Hanya ada rangkulan
persahabatan. (KBSK, 2019:105, data 6)
Analisis:

Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh persahabatan Ranjau, Arko,

Ogi, dan Sania. Makna konotasi yang ada pada data di atas adalah ketika Ogi

hampir mengakhiri hidupnya, tetapi di cegah oleh sahabat-sahabatnya. Hal ini

dilakukan Ranjau, Arko, dan Sania karena mereka sayang sama Ogi. Setelah itu,

mereka memutuskan untuk saling merangkul satu sama lain. Makna mitos pada

data di atas menjelaskan bahwa adanya dukungan yang didapatkan dari sahabat

dapat mengurangi rasa khawatir kita akan permasalahan hidup.

Ogi diselamatkan secepat kilat. Tubuhnya menggelepar-gelepar di laut. Ia


diselamatkan dengan dramatis oleh Gala dan nahkoda kapal. … “Ranjau, HP lo.
Tadi jatuh. Pas kita foto-foto,” papar Ogi sambil megap-megap seperti ikan sapu-
sapu. … (KBSK, 2019:111, data 7)
59

Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Ogi ketika

dirinya hampir tenggelam di laut. Makna konotasi yang ada pada data di atas

adalah Ogi yang diselamatkan oleh Gala dan nahkoda kapalnya ketika dirinya

sudah menggelepar-gelepar di laut karena ingin mengambil HP Ranjau yang

sudah jatuh ke laut. Makna mitos pada data di atas adalah menolong teman itu

adalah kewajiban kita, tetapi kita juga harus paham akan resiko yang kita alami

setelahnya.

Mereka semua paham dan segera berkeliaran. Mengambil rekaman tiap sudut
ruangan dan halaman bahkan hingga pantai sesuai sudut CCTV. Sesekali mereka
juga melakukan gerakan acak di depan CCTV agar terlihat natural. Ini semua
kemudian mereka serahkan pada Ogi dan jadi bahan untuk meretas sistem CCTV
vila ini. Tak sampai lima belas menit, ia berhasil membobol sistem CCTV vila.
Hasil video yang diambil teman-temannya ia gunakan sebagai tipuan. (KBSK,
2019:116, data 8)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi berupa kerjasama yang ditunjukkan

oleh Ogi dan teman-temannya saat liburan di vila milik Gala. Makna konotasi

yang ada pada data di atas adalah mereka bekerjasama untuk mencoba meretas

sistem CCTV yang ada di vila tersebut supaya mereka dapat liburan tanpa diawasi

oleh ayah Gala. Makna mitos terdapat pada data di atas adalah kerjasama sangat

dibutuhkan dalam masalah seperti ini karena akan tenang menjalani liburan

tersebut. Hal ini dilakukan karena bagi mereka adalah hal yang aneh jika liburan

saja harus diawasi.

“Sudah biasa, Bro Ogi. Gue di Luwuk juga bisa tinggal di mana saja. Rumah
tetangga, orang kampung sebelah, pos ronda, tidak ada masalah. Kami orang
daerah, dekat.” Miral mempertemukan kedua telapak tangannya. “Rumah kalau
malam tidak dikunci. Ke mana-mana orang senyum saling sapa begitu. … (KBSK,
2019:175, data 9)
Analisis:
60

Dari data diatas, makna denotasi ditunjukkan oleh Miral yang menceritakan

suasana di Luwuk, tempat tinggalnya. Makna konotasi yang terdapat pada data di

atas adalah masyarakat Luwuk yang masih terasa kekeluargaannya, dengan

adanya rasa nyaman dan saling percaya satu dengan yang lain. Makna mitos dari

data data di atas adalah rasa kepercayaan pada sesama itu berasal dari satu sama

lain, selama tidak ada yang mengganggu dan merusak kepercayaan itu semua

akan terasa aman

“Miral. Lo gak mau pindah ngekos gitu?” “Iya mau. Nantilah, setelah magang.
Cari uang dulu gue.” “Maksud gue, lo mau gak tinggal di rumah gue aja?
Maksudnya, di rumah mpok gue tapi bareng gue. Ya gitulah, panjang ceritanya.”
(KBSK, 2019:176, data 10)
Analisis:

Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Ogi ketika mengajak Miral

untuk tinggal di rumah Mpok Titis tanpa biaya sedikitpun. Makna konotasi yang

terdapat pada data di atas adalah Ogi yang menunjukkan sisi persahabatannya

kepada Miral dengan mengajak Miral untuk tinggal bersamanya. Hal ini dilakukan

Ogi karena melihat keadaan Miral yang tinggal di masjid semenjak

kedatangannya dari Luwuk. Makna mitos pada data di atas adalah dengan tolong

menolong yang dilakukan Ogi dapat menciptakan hubungan persahabatan dengan

Miral.

Dalam seminggu, video mereka sudah melesat menjadi salah satu video dengan
penonton terbanyak. Ini berkat kerja sama semua dosen yang dikoordinasi Bu
Lira, berkat perintah rektor, berkat gerilya mahasiswa-mahasiswa UDEL.
Mereka seperti mendapat angin segar, seperti mendapat sosok pahlawan pada
Juwisa dan kawan kelompoknya. Betapa tidak, tidak pernah ada yang mewakili
kampus UDEL untuk lomba ajang nasional, dan kini datang kesempatan itu.
Bayangkan betapa totalnya anak-anak kampus UDEL mempromosikan video tim
Barakrupa. (KBSK, 2019:184, data 11)
Analisis:
61

Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh anak-anak

kampus UDEL yang sangat totalitas ikut mempromosikan video tim Barakrupa.

Makna konotasi yang ada pada data di atas terlihat dari hasil kerjasama seluruh

warga kampus UDEL yang membuat video tim Barakrupa mendapatkan penonton

terbanyak sehingga mereka dapat mewakili kampus UDEL dalam lomba ajang

nasional. Makna mitos pada data di atas adalah dengan kerjasama yang baik dapat

menghasilkan sesuatu yang baik. Hal ini dikarenakan adanya tujuan yang sama.

Tiba-tiba jendela mobil itu diketuk. Itu Bu Lira. Ia langsung memeluk mereka.
“Terima kasih sudah buat kampus UDEL bangga. Tadi saya duduk di sayap kiri
auditorium. Kalian udah sejauh ini aja udah hebat. Udah juara kok, bagi kita
semua anak-anak UDEL.” Bu Lira menatap satu per satu mata mahasiswa
bimbingannya itu. Mereka semua tampak kelu, tampak amat kecewa. (KBSK,
2019:201, data 12)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Bu Lira dengan

kepeduliannya terhadap para mahasiswanya. Makna konotasi yang ada pada data

di atas adalah Bu Lira yang langsung memeluk mereka sambil mengapresiasi dan

memberikan semangat atas apa yang telah diusahakan oleh para mahasiswanya.

Hal ini dilakukan Bu Lira karena ia peduli dengan perasaan mahasiswanya yang

sedih dan kecewa karena tidak mendapat hasil yang diinginkan. Makna mitos dari

data di atas menjelaskan bahwa kepedulian merupakan bentuk tindakan yang

dilakukan seseorang untuk merespon suatu keadaan.

“... Ketemuanlah. Ada kabar buruk nih. Tentang Juwisa.” “Kabar buruk?” Ogi
mendelik. Juwisa?” .. “Iya nih, Juwisa, mau dikawinin sama bapaknya. Kita mau
datang nih ke kampungnya. Rame-rame diminta Bu Lira. Kasihan dia, dipaksa
nikah. Kita harus bantu bicara sama ayahnya. Memang sih ini urusan keluarga,
tapi inilah gunanya kita sebagai kawan. Datang di saat dibutuhkan.” (KBSK,
2019:230, data 13)
Analisis:
62

Dari data di atas, terdapat makna denotasi berupa perbincangan Arko dan Ogi

mengenai lamaran Juwisa. Makna konotasi yang ada pada data di atas adalah

ketika Arko memberikan kabar buruk kepada Ogi tentang Juwisa yang ingin

dinikahkan. Arko mengabarkan bahwa dirinya serta teman-temannya yang lain

akan datang ke kampung halaman Juwisa untuk membantu Juwisa berbicara

dengan ayahnya. Makna mitos yang terdapat pada data di atas ada pada kalimat

inilah gunanya kita sebagai kawan, datang di saat dibutuhkan.

“Arko, I can’t take it. Kamera itu berarti banget buat lo, apa pun itu cerita di
belakangnya.” Ranjau menyodorkan kembali kamera mirrorless itu. (KBSK,
2019:236, data 14)
Analisis:

Dari data di atas, makna denotasi yang dilihat ketika Arko ingin meminjamkan

kameranya kepada Ranjau, tetapi dikembalikannya. Makna konotasi dari data di

atas adalah adanya rasa empati yang ditunjukkan oleh Ranjau ketika dipinjamkan

kamera oleh Arko namun dibalikannya kembali. Hal ini dikarenakan sebelumnya

Arko menceritakan kisah dibalik kamera mirrorless tersebut. Kisah ini membuat

Ranjau dapat merasakan bahwa kamera mirrorless itu sangat berharga. Ranjau

tersentuh dengan perjuangan yang Arko lakukan selama ini. Makna mitos yang

ada pada data di atas menjelaskan bahwa rasa empati merupakan kemampuan

untuk memahami apa yang dirasakan orang lain dan juga dapat memposisikan diri

sendiri jika berada di posisi orang tersebut.

Kalau Arko kembali ke tengah, bisa-bisa itu membuat beban tali makin berat. Ia
hanya menunggu di pinggir dengan keadaan panik pula. Cukup lama adegan
seret menyeret itu. Satu jangkauan terakhir dan Gala terlepas tangannya.
Beruntung Arko sudah berhasil mencengkeram kerah pakaian Gala. Namun
tenaga Arko takkan kuat mengangkat tubuh besar Gala. Ia malah ikut tertarik ke
dalam sungai. Tapi tanpa Arko sadari, lima laki-laki dewasa sudah ada di
belakangnya. Ikut menarik tubuh Gala dan Arko. Mereka berdua lepas empas di
63

seberang. Para lelaki itu seperti marah, menasehati kemudian tertawa. (KBSK,
2019:240, data 15)
Analisis:

Dari data di atas, makna denotasi terdapat pada beberapa warga yang berusaha

membantu Arko dan Gala ke atas. Makna konotasi yang ada pada data di atas

berupa tolong menolong antara Arko yang menolong Gala dengan mencengkeram

kerah pakaian Gala supaya tidak tertarik, tetapi Arko tidak sadar bahwa ada lima

laki-laki dewasa yang sudah ada di belakangnya untuk menarik tubuh Gala dan

Arko ke seberang. Makna mitos pada data di atas berupa sikap saling menolong

mengartikan suatu hal yang tidak dapat diprediksi, terkadang ketika kita menolong

seseorang bisa saja kita juga menolong diri kita sendiri melalui orang lain.

“Semua orang, tadinya menentang keputusan gue, Kawan. Paman gue yang sopir
bis maksa untuk tetap pergi kuliah. Dia yang bayarin kuliah gue setahun pertama.
Biaya hidup gue juga dibayarin. Nyokap? Amak gue itu masih ada uang dari jadi
petani serabutan. Tapi lo kira gue tega? Paman gue, yang artinya dia adalah adik
nyokap, bantu-bantu juga sesekali. Sekarang lo tahu kenapa gue jarang bisa
main-main di ibukota sana, gue beli kamera juga dari tabungan gue, ditambahin
sama paman gue itu. Dia sopir bis udah ngelihat dunia lebih luas dari gue.
Mungkin dia gak mau nasib gue, sama kayak dia.” (KBSK, 2019:243, data 16)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Paman Arko

yang sangat menginginkan Arko untuk memiliki pendidikan tinggi. Makna

konotasi yang ada pada data di atas adalah Paman Arko yang hanya seorag supir

mampu membiayai kuliah Arko serta membiayai kehidupan sehari-hari Arko. Hal

ini dilakukan Paman Arko karena ia sudah melihat dunia lebih luas dan tidak

ingin jika nasib Arko sama seperti dirinya. Makna mitos yang terdapat pada data

di atas adalah terjadi karena adanya rasa saling menyayangi dan mengasihi dalam

keluarga.
64

“Gak San, gak apa-apa. Habis ini kamu pasti jadi lebih baik kok. Kita semua di
sini, jadi teman kamu, untuk jagain mimpi kamu.” Juwisa langsung teringat
betapa semangatnya Sania menarik-narik anak Fakultas Ekonomi ketika dahulu
Juwisa ikut lomba konsep bisnis. “Dulu kamu juga gitu kan, semua anak-anak
kalau gak datang ke lomba, kamu ancam pukul,” Juwisa cekikikan tipis.
“Sekarang aku gantian. Akan rajin-rajin jengukin kamu. Sampai kamu sembuh.
Nanti kamu pasti bisa jadi lebih baik lagi.” (KBSK, 2019:268, data 17)
Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Juwisa dengan

rasa empati kepada Sania. Makna konotasi yang ada pada data di atas dilihat dari

Juwisa yang berusaha memberikan semangat kepada Sania agar bisa sembuh dan

menjadi lebih baik lagi, serta membantu Sania dalam menjaga mimpi-mimpinya.

Makna mitos pada data di atas menjelaskan bahwa rasa empati dalam

persahabatan merupakan hal yang penting, karena bisa merasakan apa yang

sedang dirasakan oleh sahabat kita.

Di depan ternyata Gala sudah dipeluk duluan oleh Nenek Anjali. Nenek tua itu
menangis. Ia sudah pernah ditinggal hidup tiga anak lelakinya, kini ia akan
ditinggal pula oleh Gala, Ranjau, dan Arko. Mereka sudah seperti cucu angkat
oleh Nenek Anjali. (KBSK, 2019:289, data 18)
Analisis:

Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Nenek Anjali yang sudah

menganggap Gala, Ranjau, dan Arko seperti cucu angkat. Makna konotasi yang

ada pada data di atas merupakan rasa memiliki yang ada pada diri Nenek Anjali

ketika ia menangis saat ditinggal oleh Gala, Ranjau, dan Arko. Hal ini

dikarenakan bahwa dirinya sudah pernah ditinggal hidup tiga anak lelakinya.

Makna mitos terdapat pada data di atas berupa suatu ikatan kasih sayang yang

menimbulkan rasa takut kehilangan di antara mereka.

“Bu, mungkin gak ya saya, eh kami memberikan beberapa kesaksian?”


“Maksudmu, Ogi?” … “Saya yakin kalau semua mahasiswa ditanyain, kalau
yang lain diminta berkomentar, pasti ada aja Bu yang bisa dijadikan penguat ke
kementerian.” “Ogi, terima kasih sudah peduli …” (KBSK, 2019:297, data 19)
65

Analisis:

Dari data di atas, terdapat makna denotasi dalam penyampaian pendapat yang

terlihat ketika Ogi memberikan saran kepada Bu Lira. Makna konotasi yang ada

pada data di atas adalah Ogi mengeluarkan hak suara nya mengenai cara yang

mungkin bisa dilakukan untuk mencegah pembubaran kampus UDEL. Bu Lira

tetap mendengarkan saran Ogi meskipun menurut Bu Lira masih ada cara lain

yang dapat dilakukan. Makna mitos terdapat pada data di atas adalah bentuk

demokrasi yang merupakan ajang penyampaian pendapat juga dapat dilakukan

melalu demonstrasi yang dilakukan mahasiswa.

Untuk ibu dan adik-adiknya, ia beli dari uang keringatnya, dari jerih payahnya.
Ia tabung terus, hingga akhirnya bulan lalu terkumpullah sejumlah uang dan Ogi
bisa membeli rumah itu dengan uang tunai alias lunai tanpa kredit. (KBSK,
2019:351, data 20)
Analisis:

Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Ogi dengan membeli rumah

untuk ibu dan adik-adiknya. Makna konotasi yang ada pada data di atas adalah

rumah yang Ogi beli dari uang keringatnya, dari jerih payahnya. Ia tabung hingga

terkumpul sejumlah uang dan ia bisa membeli rumah itu dengan uang tunai tanpa

kredit. Makna mitos pada data data di atas adalah pengabdian yang ditunjukkan

Ogi kepada ibu dan adik-adiknya melalui usaha untuk memberikan kehidupan

yang layak bagi keluarganya.

4.1.2.4 Nilai Pendidikan Budaya

Dulu waktu hamil Ogi, Zaenab ngidam biasa-biasa saja. Pas melahirkan juga
biasa-biasa saja. Saat lahir, Ogi diazankan sebagaimana mestinya. (KBSK,
2019:105, data 1)
Analisis:
66

Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Zaenab yang merasa ngidam

biasa-biasa saja saat hamil Ogi. Makna konotasi yang ada pada data di atas

menjelaskan bahwa ngidam merupakan suatu budaya yang sering dialami hampir

semua wanita yang sedang hamil. Makna mitos pada data di atas adalah terjadinya

ngidam karena keinginan tertentu dari seorang ibu untuk mengkonsumsi jenis

makanan selama masa kehamilan.

Selain itu, menikah muda sudah tak asing lagi di keluarga besar Juwisa. Banyak
sepupunya yang sudah menikah sejak umur belasan tahun. ada yang kini seusia
Juwisa, tapi sudah hamil anak kedua. Dulu ibu dan ayahnya juga menikah muda.
Ibunya berumur enam belas tahun, sementara ayahnya delapan belas tahun.
(KBSK, 2019:205, data 2)
Analisis:
Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh keluarga besar

Juwisa bahwa menikah muda sudah tak asing lagi. Makna konotasi yang ada pada

data di atas mengenai budaya menikah muda merupakan hal yang lumrah karena

banyak sepupu Juwisa yang sudah menikah sejak umur belasan tahun dan bahkan

orangtua Juwisa juga menikah muda. Makna mitos pada data di atas termasuk

budaya terhadap kodrat manusia untuk menikah dan berkeluarga.

4.2 Pembahasan

Hasil penelitian ini telah diuraikan bahwa sasaran utama penelitian skripsi

ini adalah menganalisis nilai pendidikan dalam novel Kami (bukan) Sarjana

Kertas karya J.S. Khairen dengan menggunakan teori Sukardi berdasarkan kajian

semiotika Roland Barthes seperti makna denotasi, makna konotasi, dan makna

mitos. Sumber data dalam penelitian ini adalah kutipan novel berupa kalimat dan

paragraf yang di ambil dari novel Kami (bukan) Sarjana Kertas karya J.S.

Khairen. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2022 sampai Januari

2023. Adapun nilai pendidikan yang ditemukan dalam ini meliputi nilai
67

pendidikan ketuhanan, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan sosial, dan nilai

pendidikan budaya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya nilai ketuhanan berdasarkan

iman kepada Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qada’ dan qadar.

Salah satu data yang menggambarkan nilai ketuhanan berdasarkan iman kepada

Allah adalah Ogi coba beribadah dan berdoa. Awal mulanya hanya karena ingin

diperhatikan Tuhan, hanya ingin mencoba-coba mana tahu asyik, pikirnya, tapi

lama-kelamaan muncul sedikit kesadaran untuk mencari ketenteraman. (KBSK,

2019:88, data 2). Kemudian data tersebut dianalisis maknanya menggunakan

kajian semiotika Roland Barthes seperti makna denotasi yang ditunjukkan oleh

kisah Ogi saat berjuang melawan diri sendiri. Makna konotasi yang terdapat pada

data di atas adalah saat Ogi selesai melakukan salat magrib berjamaah, muncul

keinginan untuk mengakhiri hidupnya. Meski Ogi sudah berusaha melawannya

tetapi perasaan itu muncul lagi. Makna mitos, dari data di atas adalah dengan kita

menjalankan ibadah dapat membantu dalam memperkuat iman agar selalu terjaga

dari penguasaan diri.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya nilai moral berdasarkan

tanggung jawab, memberikan nasihat, kasih sayang, pantang menyerah, peduli,

menepati janji, berjiwa besar, dan disiplin. Salah satu data yang menggambarkan

nilai pendidikan berdasarkan tanggung jawab adalah “Sebagai dosen konseling,

sampai kalian lulus nanti, kita akan bertemu dua hingga tiga kali tiap semester.

Tugas saya memastikan kalian semua kuliah dengan benar and on the right track

untuk lulus dengan kualifikasi terbaik, juga untuk memastikan kalian tetap

menjaga mimpi kalian …” (KBSK, 2019:4, data 1). Dari data tesebut, terdapat
68

makna denotasi ditunjukkan oleh Bu Lira yang memperkenalkan dirinya sebagai

dosen konseling kepada mahasiswanya. Makna konotasi yang terdapat pada data

di atas adalah tanggung jawab Bu Lira dalam menangani mahasiswa

bimbingannya dengan memastikan mereka harus kuliah dengan benar agar bisa

lulus dengan kualifikasi terbaik, juga memastikan mahasiswanya menjaga mimpi-

mimpi mereka agar bisa diwujudkan sesuai dengan harapan mereka. Makna mitos

yang terdapat pada data di atas adalah Bu Lira yang menyampaikan apa saja

tanggung jawab sebagai dosen konseling, supaya membantu mahasiswa

bimbingannya agar semangat dalam meraih cita-citanya, dan berusaha menjadi

sesuatu yang terbaik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya nilai sosial berdasarkan

tolong menolong, berempati, kerjasama, demokrasi, dan pengabdian. Salah satu

data yang menggambarkan nilai pendidikan berdasarkan pengabdian terdapat pada

kalimat “Untuk ibu dan adik-adiknya, ia beli dari uang keringatnya, dari jerih

payahnya. Ia tabung terus, hingga akhirnya bulan lalu terkumpullah sejumlah

uang dan Ogi bisa membeli rumah itu dengan uang tunai alias lunai tanpa

kredit.” (KBSK, 2019:351, data 20). Data tersebut terdapat makna denotasi yang

ditunjukkan oleh Ogi dengan membeli rumah untuk ibu dan adik-adiknya. Makna

konotasi yang ada pada data di atas adalah rumah yang Ogi beli dari uang

keringatnya, dari jerih payahnya. Ia tabung hingga terkumpul sejumlah uang dan

ia bisa membeli rumah itu dengan uang tunai tanpa kredit. Makna mitos pada data

data di atas adalah pengabdian yang ditunjukkan Ogi kepada ibu dan adik-adiknya

melalui usaha untuk memberikan kehidupan yang layak bagi keluarganya.


69

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai budaya berdasarkan

kepercayaan dan adat istiadat. Data yang menggambarkan nilai pendidikan

budaya adalah “Selain itu, menikah muda sudah tak asing lagi di keluarga besar

Juwisa. Banyak sepupunya yang sudah menikah sejak umur belasan tahun. ada

yang kini seusia Juwisa, tapi sudah hamil anak kedua. Dulu ibu dan ayahnya juga

menikah muda. Ibunya berumur enam belas tahun, sementara ayahnya delapan

belas tahun” (KBSK, 2019:205, data 2). Data tersebut memiliki pemaknaan

berdasarkan semiotika Roland Barthes, seperti makna denotasi yang ditunjukkan

oleh keluarga besar Juwisa bahwa menikah muda sudah tak asing lagi. Makna

konotasi yang ada pada data di atas mengenai budaya menikah muda merupakan

hal yang lumrah karena banyak sepupu Juwisa yang sudah menikah sejak umur

belasan tahun dan bahkan orangtua Juwisa juga menikah muda. Makna mitos pada

data di atas termasuk budaya terhadap kodrat manusia untuk menikah dan

berkeluarga.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan tentang nilai-nilai

pendidikan dalam novel dengan menggunakan kajian semiotika Roland Barthes,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Kutipan kata, kalimat, maupun paragraf

dalam novel Kami (bukan) Sarjana Kertas karya J.S. Khairen memuat nilai-nilai

pendidikan yang terbagi menjadi empat nilai, yaitu: nilai ketuhanan, nilai moral,

nilai sosial, dan nilai budaya. Dari keempat nilai pendidikan yang terdapat pada

novel Kami (bukan) Sarjana Kertas karya J.S. Khairen lebih mendominasi nilai

pendidikan moral. Dalam prosesnya sendiri, data berupa nilai pendidikan tersebut

dianalisis maknanya dengan menggunakan kajian semiotika Roland Barthes

secara 3 tahap, yakni: mencari makna denotasi, mencari makna konotasi, dan

mencari makna mitos.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan yang telah dijelaskan di

atas, peneliti menyampaikan saran yang dapat dilakukan dalam penelitian ini.

Adapun saran tersebut adalah penulis mengharapkan adanya penelitian lebih

lanjut mengenai nilai pendidikan dalam novel dengan menggunakan kajian

semiotika terhadap analisis yang berbeda supaya pengetahuan tentang nilai

pendidikan dalam novel dengan menggunakan kajian semiotika semakin

berkembang. Peneliti sangat mengharapkan pada peneliti selanjutnya dengan

meneliti nilai pendidikan dalam novel dengan menggunakan kajian semiotika

dengan permasalahan yang berbeda.

70
DAFTAR PUSTAKA

Abdussamad, Z. 2021. Metode Penelitian Kualitatif. Makassar.

Antika, T. R., Ningsih, N., & Sastika, I. 2020. Analisis Makna Denotasi,
Konotasi, Mitos pada Lagu Lathi Karya Weird Genius. Asas : Jurnal
Sastra, 61-71.
AS, A., & Umaya, N. M. 2012. Semiotika Teori dan Aplikasi pada Karya Sastra.
Semarang.
Astika, I. M., & Yasa, I. N. 2014. Sastra Lisan Teori dan Penerapannya.
Yogyakarta.
Aziz, A. 2012. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Negeri 5 Menara
Karya A.Fuadi.
Emzir, & Rohman, S. 2016. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta.
Fitrianingsih. 2019. Analisis Novel Rudy Kisah Masa Muda Sang Visioner Karya
Gina S. Noer; Sebuah Kajian Semiotika Roland Barthes. Skripsi.
Ginting, L. L. 2021. Kajian Sosiologi Sastra Terhadap Novel Kami Bukan Sarjana
Kertas . Skripsi.
Harnia, N. T. 2021. Analisis Semiotika Makna Cinta pada Lirik Lagu Tak Sekedar
Cinta Karya Dnanda. Jurnal Metamorfosa, 1-15.
Jamaludin. 2022. Nilai-Nilai Pendidikan Profetik dalam Buku "Hadrah Kiai"
Karya Raedu Basha (Analisis Semiotika Roland Barthes).
Khairen, J. 2019. Kami bukan Sarjana Kertas. Jakarta.
Khuzaemah, B. 2017. Nilai Pendidikan pada Cerbung Mulih Ndesa Karya Suryadi
W.S dalam Majalah Penyebar Semangat Tahun 2015. Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
Kumoro, B. Y. 2021. Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos dalam Lirik Lagu
Album White Shoes & The Couples Company - Self Titled; Kajian
Semiotika Roland Barthes . Skripsi.
Lantowa, J., Marahayu, N. M., & Khairussibyan, M. 2017. Semiotika: Teori,
Metode, dan Penerapannya dalam Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Deepublish.
Lestari, D. 2011. Slide Gambar pada Akun Instagram @Jurnaliskomik: Kajian
Semiotik Roland Barthes. Skripsi.
Maharani, D. 2019. Analisis Semiotik Roland Barthes dalam Novel Matahari
Karya Tere Liye. Skripsi.

71
72

Mudjiyanto, B., & Nur, E. 2013. Semiotika dalam Metode Penelitian Komunikasi.
Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa.
Nazaruddin, K. 2015. Pengantar Semiotika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nurgiyantoro, B. 2017. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: UGM Press.
Piliang, Y. A. 2004. Semiotika Teks : Sebuah Pendekatan Analisis Teks.
MediaTor, 189-198.
Riwu, A., & Pujiati, T. 2018. Analisis Semiotika Roland Barthes pada Film 3
Dara (Kajian Semiotika). Deiksis.
Rizki, A. A. 2020. Analisis Semiotik Roland Barthes dalam Novel Imaji Dua Sisi
Karya Sayfullan dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di
SMA. Skripsi.
Romadhani, N. M., & Mulyawati, Ika Martanti. 2022. Nilai Moral dalam Novel
Kami (bukan) Sarjana Kertas Karya J.S. Khairen dan Relevansinya dengan
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Aliyah.
Rosalina, W. 2015. Analisa Semiotika : Pesan-Pesan Moral Wanita dalam Novel
Catatan Hati Seorang Istri. Skripsi.
Santosa, P. 2013. Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra. Bandung.
Septiana, R. 2019. Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos dalam FIlm Who Am I
Kein System 1st Sicher; Suatu Analisis Semiotik. Skripsi.
Sobur, A. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wati, Lia, Wulandari, Giri, Sunarsih, Eti, & Triani, Susan Neni. 2022. Masalah
Sosial dalam Novel Kami Bukan Sarjana Kertas Karya J.S. Khairen.
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Wibisomo, Panji, & Sari, Yunita. 2021. Analisis Semiotika Roland Barthes dalam
Film Bintang Ketjil Karya Wim Umboh dan Misbach Yusa Bira.
Dinamika Ilmu Komunikasi.
Wijiati, I. A. 2021. Kajian Roland Barthes dalam Kumpulan Cerpen Melankolia
Bunga-Bunga Karya Inung Setyami. Kode : Jurnal Bahasa.
Zaidan, A. R., Rustapa, A. K., & Hani'ah. 1994. Kamus Istilah Sastra. Jakarta.
LAMPIRAN

TABEL PENGUMPULAN DATA

Makna dalam Semiotika


No Nilai Pendidikan Data
Denotasi Konotasi Mitos

Menjelang tengah malam, baru Babe pulang. Ia sempat singgah ke masjid


Nilai Pendidikan untuk berdoa dan solat malam. Setelah salat, Babe tiduran di masjid.
1 Ternyata ia tak bangun-bangun lagi hingga subuh menjelang. Tak ada orang   
Ketuhanan yang melihat. Saat para jamaah subuh mulai berdatangan, mengguncang-
guncang badan Babe, mereka kira Babe nyenyak sekali tidurnya. Ternyata
Babe sudah tak bernyawa. (KBSK, 2019:81, data 1)
Ogi coba beribadah dan berdoa. Awal mulanya hanya karena ingin
2 diperhatikan Tuhan, hanya ingin mencoba-coba mana tahu asyik, pikirnya,   
tapi lama-kelamaan muncul sedikit kesadaran untuk mencari ketenteraman.
(KBSK, 2019:88, data 2)
“ … Selepas magrib berjamaah, Ogi duduk-duduk saja sambil termenung.
Rasa-rasanya sia-sia semua hal yang ia lakukan, semua hal yang ia pikirkan.
3   
Muncul lagi rasa ingin menghabisi hidupnya sendiri. Ogi lawan pikiran itu,
tapi muncul lagi, ia lawan terus, muncul lagi lebih kuat.” (KBSK, 2019:172,
data 3)
Selepas Isya, tampak segerombol mahasiswa berjaket almamater kuning.
4 Mereka nampaknya baru pulang kuliah. Itu adalah mahasiswa UDIN.   
Kampus terbaik bangsa ini. Berdegup jantung Ogi meski hanya melihat
jaketnya saja. (KBSK, 2019:172, data 4)

73
Juwisa mengempaskan badan di kamar asrama. Ia lihat-lihat sertifikat
finalis lomba itu. Matanya berkaca-kaca. Mana ada mahasiswa UDEL
5   
sebelumnya bisa tembus ke ajang semacam ini. Lawannya hebat-hebat pula
… Juwisa bersih-bersih dan salat Isya. Indah betul deretan doa-doanya.
(KBSK, 2019:203, data 5)
Memang rumahnya amat sangat sederhana. … Namun itu tidak membuat
Arko, bahkan ibunya mau begitu saja menerima sesuatu. Selagi kaki masih
6   
bisa dilangkahkan, selagi tangan masih bisa menggapai dan menadahkan
doa, selagi hati masih keras berupaya, ia tak mau menerima sesuatu cuma-
cuma. Dan Gala seakan mengerti ini. (KBSK, 2019:244, data 6)
“Sebagai dosen konseling, sampai kalian lulus nanti, kita akan bertemu dua
Nilai Pendidikan
hingga tiga kali tiap semester. Tugas saya memastikan kalian semua kuliah
7   
dengan benar and on the right track untuk lulus dengan kualifikasi terbaik,
Moral
juga untuk memastikan kalian tetap menjaga mimpi kalian …” (KBSK,
2019:4, data 1)
“Haha tidak usah dipikirkan betul kawan,” Arko menengahi. “Mau sarjana
kertas, sarjana gundu, sarjana karet gelang, yang penting kita kuliah saja
8   
dulu. Jangan terlalu sering, jangan pula terlalu santai. Sedang-sedang saja.
Asal ketika lulus nanti bisa membanggakan orangtua ..” (KBSK, 2019:17,
data 2)
Babe pergi mencarikan kursi dari emas untuk kuliah Ogi. Babe meminjam
9   
emas pada adiknya, Mpok Titis untuk kemudian dijual. (KBSK, 2019:18,
data 3)
Di hati Babe tertumpu sebuah harapan besar agar Ogi menjadi anak yang
bisa mendapat pekerjaan hebat di masa depan. Jangan seperti dirinya yang
10   
hanya jadi tukang bengkel. Semua itu harus dimulai dengan sebuah
langkah, kuliah. Meski kursinya harus dibeli dengan emas. (KBSK,
2019:18, data 4)

74
“Semoga Ogi jadi anak yang sukses.” … “Aamiin.” Jarang Babe
11   
memverbalisasikan doanya lewat bibir hitam korban nikotin itu. (KBSK,
2019:21, data 5)
“Gue akan buktiin, kalau gue bisa sukses, bisa punya kerjaan bagus, bisa
banggain orangtua.” Kalimat Ranjau menggebu-gebu, biasanya hanya di
media sosial ia begitu. “Ogi, Nyet, pokoknya hari ini adalah momentum!
12   
Dan elo adalah saksi! Kalau gue sukses nanti, elo, temen gue, yang sama-
sama, berjuang dari kampus ini! Kita, harus jadi anak berguna! Harus! Kita
harus tancapkan sebuah kesuksesan maha dahsyat!” … (KBSK, 2019:23,
data 6)
“Yaelah Nyet. Sukses. Menjadi anak berguna, maha dahsyat. Bacot lo!”
13 cemooh Ogi seperti mencemooh lawan politik … “Jangan pesimis gitu   
dong! Yes I am! Akan gue buktiin bisa sukses! I’ll prove the world, juga
semua yang ngetawain gue selama ini!” … (KBSK, 2019:23, data 7)
“Ayolah Bro, sebentar lagi UTS, loh!” ajak Ranjau. Keseriusan Ranjau
dalam belajar memang tidak bisa diragukan … “Kalian duluan aja deh,”
14   
Ogi menjawab datar. “Ya udah deh, terserah lo, gue sebagai teman udah
ngingetin ya.” Ranjau mengajak Arko berjalan menjauh menuju kelas yang
segera mulai. (KBSK, 2019:43, data 8)
Gue harus bisa! Kuliah gue nilainya harus bagus! UTS di depan mata! Bulat
15   
sudah tekad Ogi untuk belajar. Dadanya membara. Ia cari-cari buku catatan.
(KBSK, 2019:46, data 9)
“Maaf Bu, kami gak bisa menjalankan tugas dari Ibu.” kata Arko pada Bu
Lira. Ranjau mengangguk tipis saja. Bukan Bu Lira namanya kalau dia tak
16 bisa memecahkan masalah. Ia adalah dosen cerdas dan punya banyak akal.   
Urusan mahasiswa pemalas, mahasiswa gak jelas, mahasiswa antah
berantah seperti Ogi ini, justru jadi tantangan menarik baginya. Apalagi ini
adalah tahun pertamanya mengajar di negerinya, di kampus yang didirikan

75
ayahnya. “Baiklah, nanti saya yang urus.” (KBSK, 2019:58, data 10)
“Ibu mau suruh saya makan kecoak ini? Atau masukin ke baju saya? tanya
Ogi polos. … “Yang ingin saya sampaikan adalah, Ogi, kalau kamu jadi
17 kecoak, jadilah kecoak yang bisa bertahan dari gempuran apa pun. Ini baru   
sedikit masalah yang kamu hadapi dalam hidup, yang mungkin juga
sebagian dari masalah itu, kamu sendiri yang menciptakannya? Saya nggak
tahulah, … (KBSK, 2019:63, data 11)
… “Memang dunia ini keras, busuk, pahit, di luar sana apalagi, jauh lebih
busuk” … “Tapi jadilah kecoak Ogi, bertahanlah dalam situasi sepahit dan
18 sejahat apa pun.” “Kita mungkin tidak ada yang bisa jadi manusia sempurna   
dan indah seperti kupu-kupu. Tapi, kita semua diberikan kemampuan untuk
bertahan. Jangan mau kalah sama kecoak. Sekarang semua keputusan ada di
tangan kamu.” (KBSK, 2019:64, data 12)
… “Sekarang berjanjilah pada dirimu sendiri. I know that we can’t hold on
promises because as a human we tend to lie to ourself, but, kali ini
pasanglah janji pada dirimu sendiri, Ogi. Janji kecoak untuk mengalahkan
19 kupu-kupu.” Benar saja, Ogi memulai hari-hari berikutnya dengan sangat   
bergairah. Mata kuliah pertama semester dua adalah Statistika Sosial
Lanjutan. Di kelas, Ogi duduk di mana? Sudah pasti paling depan. Bingung
Ranjau dan Arko melihat tingkah makhluk yang satu ini. (KBSK, 2019:65,
data 13)
Hari harus terus dijalani, Ogi tetap ingin fokus pada kuliahnya. Dengan
20 situasi begini, jadi makin kuat alasannya untuk jadi anak sukses. Sekarang   
kuliah sudah ada di urutan nomor satu dalam jiwanya yang lebih
menggelegak dari bara api. (KBSK, 2019:75, data 14)
“Bokap lo meninggal, bukan berarti impian lo juga ikut dikuburkan,
21   
Kawan.” Arko menepuk pundak Ogi. “Gue juga, sama kayak elo. Gue anak
yatim. Dari gue remaja.” … “Haha, wajar sih sedih. Harus malah. Aneh

76
juga kalau lo gak sedih, Gi. … Pasti ada saat-saat kayak gini dalam hidup,
semua orang pasti menghadapinya. Tapi, ya gimana kita melewatinya dan
caranya bangkit setelah itu.” (KBSK, 2019:87, data 15)
Keluarlah dari zona nyaman! Agar kita sekalian sukses.” kata motivator
22   
itu.“Di luar zona nyaman itu adalah zona keajaiban terjadi!” (KBSK,
2019:88, data 16)
Ia sudah bertekad tidak memakai cara-cara buruk lagi seperti berjudi untuk
23   
dapat uang. Ogi coba cari inspirasi dari lingkungan sekitar. (KBSK,
2019:89, data 17)
Mendekati hari UAS, Ranjau dan Arko datang menjemput Ogi ke pertigaan
untuk belajar bareng di kos Arko seperti dahulu kala. “Nggak usah, Bro.”
jawab Ogi datar. … Mereka coba paksa Ogi, mereka yakinkan terus. Tapi
24   
Ogi itu betul yang sudah terlampau pahit hidupnya. Tak ada semangat apa-
apa lagi. Datang pula Sania, sama saja. Tak mungkin. Diajak bercanda-
canda, Ogi tak tertawa. Dinakalin sedikit, Ogi malah jengkel. (KBSK,
2019:93, data 18)
Tiga hari lagi UAS semester dua. Masih Ogi belum belajar apa-apa. Ia
sudah sangat pasrah. … Kini badannya letih, pikirannya pun letih. Sehari
25   
sebelum UAS. Ia datang ke kos Arko. Memaksakan diri untuk menghadapi
UAS. Ia sudah punya rencana lain yang lebih besar untuk menyelesaikan ini
semua. (KBSK, 2019:94, data 19)
“Semangat Pohon Pisang. Pohon pisang, biar sudah ditebas sampai runtuh,
tak lama kemudian anak-anaknya akan tumbuh lagi tiada habisnya. Cobalah
26   
tebas terus, justru akan tumbuh lagi lebih banyak. Tidak pernah menyerah.
Kita sebagai makhluk yang diberi akal, hendaknya belajar juga dari alam.
Salah satunya, dari semangat pohon pisang ini. (KBSK, 2019:102, data 20)
27 “Jadi sarjana atau tidak, itu cuma di atas kertas! Banyak sarjana   
menganggur juga. Banyak orang tak sekolah tinggi tapi sukses. Banyak

77
sarjana, begitu bekerja ternyata tidak bisa apa-apa. Masuk kantor gagah,
pulang-pulang gagap. Dunia profesional menuntut begitu tinggi, tak sampai
napas mereka berlari. Banyak sarjana tak pandai ilmu hidup, hanya ilmu
silabus saja. Sarjana kertas. Asal jangan lagi bunuh diri ya! Kami selalu
ada. Ikuti saja kata hati. Jadilah anak yang Mandraguna! Sesuai namamu.”
(KBSK, 2019:123, data 21)
Rumahnya yang sudah seperti istana itu seketika beku. Ayah Gala merasa
28 tersudutkan. Ia melakukan semua ini, hingga menjadi orangtua yang   
superprotektif, bukanlah tanpa alasan. Gala adalah anak satu-satunya yang
akan meneruskan bisnisnya nanti. … (KBSK, 2019:131, data 22)
Gala menolaknya. Ia tidak mau kalah, ia tak mau lagi menerima bantuan
ayahnya. Baginya itu sama saja mengiyakan kata-kata orang lain bahwa ya
29 si Gala itu kan anak orang kaya, apa-apa tinggal minta, mau ini itu tinggal   
bilang. Gala tidak terima jika orang mengatakan kekayaan orangtua adalah
kemudahan bagi anaknya. Justru bagi Gala, statusnya yang jadi anak orang
kaya adalah beban. (KBSK, 2019:141, data 23)
“Esensi universitas bukan hanya membangun intelektualitas. Tapi juga
membangun jiwanya, mental pemimpinnya, kepekaan terhadap lingkungan
dan masyarakat. Bagaimana itu bisa terjadi, maka kita para pendidiklah
30   
yang harus ikut serta. Jangan sampai ada pula pendidik yang justru
menghambat perkembangan, tidak peka pada kemajuan dan perubahan,
mempersulit mahasiswa.” papar Rektor Areng Sukoco, … (KBSK,
2019:158, data 24)
… Pengemudi ojek online itu kini mencoba cari perhatian dari tukang
minuman. “Ya nasib orang kecil begini, kerjaan seadanya, uang cukup buat
31   
makan aja. Mau pulang kampung sana, ya ongkosnya juga gede, belum
tentu juga bisa buka usaha.” lanjutnya bercerita. … “Ya disyukuri aje, Pak,
dapat penumpang mah yang penting buat makan bisa, ye gak,” celetuk

78
mbak-mbak parkiran galak. (KBSK, 2019:166, data 25)
Miral datang dengan kapal jauh-jauh setelah tahu ia diterima di kampus
UDIN. Sekampung heboh dibuatnya, tak ada keluarganya yang bisa
32 berkuliah jauh sampai ke ibukota, di kampus terbaik pula. “Saya kuliah di   
sini, datang sendirian. Terima di kampus UDIN, tapi uang tidak ada, Mas.
Tidak juga ada uang untuk sewa kosan, beli tiket pesawat, kipas angina,
bantal motor, dompet baru, minyak rambut.” (KBSK, 2019:173, data 26)
“Sekarang ini anak muda berbisnis dengan cara berbeda. Jadi kalian tidak
usah takut, jangan terjebak dengan pola pikir para pendahulu kalian, kami-
33 kami ini yang sudah tua-tua. Selesaikanlah masalah yang kalian temui hari   
ini dengan cara-cara yang ada di hari ini, jangan justru selesaikan dengan
cara yang dulu dipakai orang-orang sepuluh dua puluh tahun yang lalu,”
papar Prof. Reynaldi Marpaung. (KBSK, 2019:184, data 27)
“Ayah, aku minta maaf.” Tidak banyak yang bisa diucapkan Gala. …
34 “Ayah, soal tempo hari, permintaan Ayah yang ingin aku kuliah ke luar   
negeri. Aku siap, Ayah. Maafkan kalau selama ini aku …” (KBSK,
2019:215-216, data 28)
“Mau? Emangnya kamu bahagia kalau pergi terpaksa gitu?” Ayah
menyelidik, … “Kalau gak mau, gak apa, kita carikan hal lain yang bisa
35   
kamu lakukan. Ayah gak mau anak ayah gak bahagia. Sudah dari kecil kan,
kamu terpaksa ini itu?” Ayah melempar pandangannya ke jendela …
(KBSK, 2019:216, data 29)
Mungkin dengan menuruti satu kali ini lagi saja, bisa membuat ayahnya
36 yang sudah sakit-sakitan ini menjadi bahagia. Gala tak mau jika ayahnya   
meninggal. Gala justru belum melakukan apa-apa untuk membahagiakan
ayahnya. (KBSK, 2019:217, data 30)
37 Sangat besar yang dekat jalan aspal tadi, jika terus ditelusuri hingga ke   
dalam hutan maka jadi lebih deras dan lebih jernih. Sungai itu memisahkan

79
jurang dan jurang lainnya. Di atasnya bergelayut sebuah jembatan lain.
Seperti akar, dari sisi lain seperti kawat dan tali. “Kita lewat sini. Tadi lo
bilang yakin ikut kan? Kalau mau balik, sana balik. Kalo mau lanjut, kita
sebrangi ini.” Gala kaget tapi tak surut. Apalagi di depan ia melihat belasan
anak sekolah juga sedang menyebrang. Ia tak mau kalah, anak-anak itu bisa,
kenapa ia tak bisa. (KBSK, 2019:239, data 31)
“Ayah, dan almarhumah ibumu, cuma menyiapkan masa depan terbaik,
dengan cara terbaik dengan jalan dan cara yang kami punya. … “Pergilah.
38 Sukseslah.” Sedikit, sederhana, tapi kokoh. “Kalau memang di sini   
membuatmu terkekang, maka pergilah. Kalau memang mau jadi guru,
jadilah. Ayah akan mendukungmu. Sepenuhnya.” (KBSK, 2019:246, data
32)
Masih semester enam, Ranjau sudah bersiap untuk skripsiannya. Ia ingin
lulu di semester tujuh nanti. Ranjau sudah mulai rajin ke perpustakaan,
39   
mencari-cari data, membaca jurnal ini itu, berkonsultasi dengan dosen dan
para senior, hingga belajar mengoperasikan SPSS, sebuah aplikasi
pengolahan data. (KBSK, 2019:291, data 33)
Bercumbu dengan skripsi kini menjadi keseharian Ranjau. Kadang ia
40 semangat, kadang ia semangat betul. Namun sesekali jatuh juga   
semangatnya. … Ranjau sudah tiga langkah di depan teman-temannya. Ia
harus segera lulus. (KBSK, 2019:305, data 34)
Nilai Pendidikan … Arko mencoba berdiri dengan lututnya, tiba-tiba seorang komdis hendak
41 menyasar kepala Arko dengan sebuah sepakan. Persis di saat itu, seseorang   
Sosial datang dengan dua anjing Herder German Shepherd. Siapa lagi kalau bukan
Bu Lira! (KBSK, 2019:28-29, data 1)
Puluhan orang mencoba memadamkan deretan ruko, termasuk ruko Ogi
42   
dari si jago merah. Semua isi rumah, bengkel, warung, dilalap cepat. Suara
keletukan menakutkan, bercampur dengan suara riuh histeris. Dari

80
kejauhan, terdengar suara pemadam kebakaran. (KBSK, 2019:71, data 2)
Mpok Titis tak mau mengungkit utang emas tampaknya. Atau mungkin kini
43 bukanlah saat yang tepat. Ternyata Mpok Titis masih punya nurani. Ia kini   
malah mempersilahkan Affandi sekeluarga tinggal di tempatnya. (KBSK,
2019:74, data 3)
“Gue masih boleh ikutan belajar gak?” tanpa wash wesh wosh, pinta Ogi di
depan pintu kamar Arko yang tak ditutup. …”Woeee dengan senang hati
44   
kawan.” Arko menepuk-nepuk keras pundak Ogi. … “But tomorrow is the
exam. Hmm, baiklah, bisa sih kalau lo cepet nangkepnya. “Ranjau mencoba
realistis. … “Semoga bisa deh,” jawab Ogi pasrah. (KBSK, 2019:95, data 4)
45 Sedikit lagi nyawa Ogi benar-benar melayang. Mereka gotong-royong   
melepaskan ikatan di leher Ogi. (KBSK, 2019:104, data 5)
“Lo kira mati adalah solusi?” “Lo kalau ada masalah apa-apa, cerita ke kita
46 dong Monyet! Lo kira kita ini tai? Kita ini temen lo!” “Kita semua sayang   
sama elo, Bangsat!” Setelah puas, tidak ada lagi kata-kata. Hanya ada
rangkulan persahabatan. (KBSK, 2019:105, data 6)
Ogi diselamatkan secepat kilat. Tubuhnya menggelepar-gelepar di laut. Ia
47 diselamatkan dengan dramatis oleh Gala dan nahkoda kapal. … “Ranjau,   
HP lo. Tadi jatuh. Pas kita foto-foto,” papar Ogi sambil megap-megap
seperti ikan sapu-sapu. … (KBSK, 2019:111, data 7)
Mereka semua paham dan segera berkeliaran. Mengambil rekaman tiap
sudut ruangan dan halaman bahkan hingga pantai sesuai sudut CCTV.
Sesekali mereka juga melakukan gerakan acak di depan CCTV agar terlihat
48   
natural. Ini semua kemudian mereka serahkan pada Ogi dan jadi bahan
untuk meretas sistem CCTV vila ini. Tak sampai lima belas menit, ia
berhasil membobol sistem CCTV vila. Hasil video yang diambil teman-
temannya ia gunakan sebagai tipuan. (KBSK, 2019:116, data 8)

81
“Sudah biasa, Bro Ogi. Gue di Luwuk juga bisa tinggal di mana saja.
Rumah tetangga, orang kampung sebelah, pos ronda, tidak ada masalah.
49   
Kami orang daerah, dekat.” Miral mempertemukan kedua telapak
tangannya. “Rumah kalau malam tidak dikunci. Ke mana-mana orang
senyum saling sapa begitu. … (KBSK, 2019:175, data 9)
“Miral. Lo gak mau pindah ngekos gitu?” “Iya mau. Nantilah, setelah
50 magang. Cari uang dulu gue.” “Maksud gue, lo mau gak tinggal di rumah   
gue aja? Maksudnya, di rumah mpok gue tapi bareng gue. Ya gitulah,
panjang ceritanya.” (KBSK, 2019:176, data 10)
Dalam seminggu, video mereka sudah melesat menjadi salah satu video
dengan penonton terbanyak. Ini berkat kerja sama semua dosen yang
dikoordinasi Bu Lira, berkat perintah rektor, berkat gerilya mahasiswa-
51 mahasiswa UDEL. Mereka seperti mendapat angin segar, seperti mendapat   
sosok pahlawan pada Juwisa dan kawan kelompoknya. Betapa tidak, tidak
pernah ada yang mewakili kampus UDEL untuk lomba ajang nasional, dan
kini datang kesempatan itu. Bayangkan betapa totalnya anak-anak kampus
UDEL mempromosikan video tim Barakrupa. (KBSK, 2019:184, data 11)
Tiba-tiba jendela mobil itu diketuk. Itu Bu Lira. Ia langsung memeluk
mereka. “Terima kasih sudah buat kampus UDEL bangga. Tadi saya duduk
52 di sayap kiri auditorium. Kalian udah sejauh ini aja udah hebat. Udah juara   
kok, bagi kita semua anak-anak UDEL.” Bu Lira menatap satu per satu
mata mahasiswa bimbingannya itu. Mereka semua tampak kelu, tampak
amat kecewa. (KBSK, 2019:201, data 12)
“ … Ketemuanlah. Ada kabar buruk nih. Tentang Juwisa.” “Kabar buruk?”
Ogi mendelik, Juwisa” … “Iya nih, Juwisa, mau dikawinin sama bapaknya.
53   
Kita mau datang nih ke kampungnya. Rame-rame diminta Bu Lira. Kasihan
dia, dipaksa nikah. Kita harus bantu bicara sama ayahnya. Memang sih ini
urusan keluarga, tapi inilah gunanya kita sebagai kawan. Datang di saat

82
dibutuhkan.” (KBSK, 2019:230, data 13)
“Arko, I can’t take it. Kamera itu berarti banget buat lo, apa pun itu cerita di
54   
belakangnya.” Ranjau menyodorkan kembali kamera mirrorless itu.
(KBSK, 2019:236, data 14)
Kalau Arko kembali ke tengah, bisa-bisa itu membuat beban tali makin
berat. Ia hanya menunggu di pinggir dengan keadaan panik pula. Cukup
lama adeggan seret menyeret itu. Satu jangkauan terakhir dan Gala terlepas
tangannya. Beruntung Arko sudah berhasil mencengkeram kerah pakaian
55   
Gala. Namun tenaga Arko takkan kuat mengangkat tubuh besar Gala. Ia
malah ikut tertarik ke dalam sungai. Tapi tanpa Arko sadari, lima laki-laki
dewasa sudah ada di belakangnya. Ikut menarik tubuh Gala dan Arko.
Mereka berdua lepas empas di seberang. Para lelaki itu seperti marah,
menasehati kemudian tertawa. (KBSK, 2019:240, data 15)
“Semua orang, tadinya menentang keputusan gue, Kawan. Paman gue yang
sopir bis maksa untuk tetap pergi kuliah. Dia yang bayarin kuliah gue
setahun pertama. Biaya hidup gue juga dibayarin. Nyokap? Amak gue itu
masih ada uang dari jadi petani serabutan. Tapi lo kira gue tega? Paman
56   
gue, yang artinya dia adalah adik nyokap, bantu-bantu juga sesekali.
Sekarang lo tahu kenapa gue jarang bisa main-main di ibukota sana, gue
beli kamera juga dari tabungan gue, ditambahin sama paman gue itu. Dia
sopir bisa udah ngelihat dunia lebih luas dari gue. Mungkin dia gak mau
nasib gue, sama kayak dia.” (KBSK, 2019:243, data 16)
“Gak San, gak apa-apa. Habis ini kamu pasti jadi lebih baik kok. Kita
semua di sini, jadi teman kamu, untuk jagain mimpi kamu.” Juwisa
57 langsung teringat betapa semangatnya Sania menarik-narik anak Fakultas   
Ekonomi ketika dahulu Juwisa ikut lomba konsep bisnis. “Dulu kamu juga
gitu kan, semua anak-anak kalau gak datang ke lomba, kamu ancam pukul.”
Juwisa cekikikan tipis. “Sekarang aku gantian. Akan rajin-rajin jengukin

83
kamu. Sampai kamu sembuh. Nanti kamu pasti bisa jadi lebih baik lagi.”
(KBSK, 2019:268, data 17)
Di depan ternyata Gala sudah dipeluk duluan oleh Nenek Anjali. Nenek tua
58 itu menangis. Ia sudah pernah ditinggal hidup tiga anak lelakinya, kini ia   
akan ditinggal pula oleh Gala, Ranjau, dan Arko. Mereka sudah seperti cucu
angkat oleh Nenek Anjali. (KBSK, 2019:289, data 18)
“Bu, mungkin gak ya saya, eh kami memberikan beberapa kesaksian?”
“Maksudmu, Ogi?” … “Saya yakin kalau semua mahasiswa ditanyain,
59   
kalau yang lain diminta berkomentar, pasti ada aja Bu yang bisa dijadikan
penguat ke kementerian.” “Ogi, terima kasih sudah peduli …” (KBSK,
2019:297, data 19)
Untuk ibu dan adik-adiknya, ia beli dari uang keringatnya, dari jerih
60 payahnya. Ia tabung terus, hingga akhirnya bulan lalu terkumpullah   
sejumlah uang dan Ogi bisa membeli rumah itu dengan uang tunai alias
lunas tanpa kredit. (KBSK, 2019:351, data 20)
Nilai Pendidikan
Dulu waktu hamil Ogi, Zaenab ngidam biasa-biasa saja. Pas melahirkan
61   
juga biasa-biasa saja. Saat lahir, Ogi diazankan sebagaimana mestinya.
Budaya
(KBSK, 2019:105, data 1)
Selain itu, menikah muda sudah tak asing lagi di keluarga besar Juwisa.
Banyak sepupunya yang sudah menikah sejak umur belasan tahun. Ada
62   
yang kini seusia Juwisa, tapi sudah hamil anak kedua. Dulu ibu dan
ayahnya juga menikah muda. Ibunya berumur enam belas tahun, sementara
ayahnya delapan belas tahun. (KBSK, 2019:205, data 2)

84
RIWAYAT HIDUP

Ruminta Indah Angelita Simorangkir, lahir di Jakarta pada

tanggal 3 Desember 1999, anak kedua dari dua bersaudara,

buah hati pasangan dari Bapak Eben Edwar Simorangkir

dan Ibunda Linda Tambunan. Penulis pertama kali

menempuh pendidikan pada tahun 2005 di Sekolah Dasar

Negeri 1 Padurenan Bekasi dan lulus pada tahun 2011.

Kemudian melanjutkan sekolah tingkat pertama pada tahun yang sama di SMP

Negeri 10 Bekasi dan lulus pada tahun 2014. Selanjutnya pada tahun yang sama,

melanjutkan sekolah menengah atas di SMA Budhaya 2 Santo Agustinus Jakarta

dan lulus pada tahun 2017.

Pada tahun 2018, penulis terdaftar pada salah satu perguruan tinggi

negeri Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Jambi. Program Studi Sastra Indonesia merupakan pilihannya untuk

mengembangkan kreativitas sastra yang telah ada dalam dirinya sejak di Sekolah

Dasar (SD).

Penulis berperan dalam beberapa organisasi dilingkungan kampus seperti

Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Kristen (UKMKK) dan Himpunan

Mahasiswa Sastra Indonesia (HIMSI) pada tahun 2018, penulis berusaha untuk

lulus tepat waktu. Semua itu berkat kerja keras, dukungan, motivasi untuk meraih

kesuksesan dan disertai dengan doa dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha

Esa.

85

Anda mungkin juga menyukai