SKRIPSI
Oleh:
I1B118045
UNIVERSITAS JAMBI
2023
NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL KAMI (BUKAN) SARJANA KERTAS
SKRIPSI
Oleh:
I1B118045
UNIVERSITAS JAMBI
2023
HALAMAN PERSETUJUAN
i
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi berjudul Nilai Pendidikan dalam Novel “Kami (bukan) Sarjana Kertas”
Karya J.S. Khairen: Kajian Semiotika yang disusun oleh Ruminta Indah Angelita,
Dewan Penguji
NIP. 195912251989021002
NIP. 199009012019032013
Mengetahui
NIP. 199009012019032013
ii
MOTTO
***
“Sebagai ganti keadaanmu dahulu, ketika engkau ditinggalkan, dibenci dan tidak
(Yesaya 60:15)
Skripsi ini saya persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu hadir dan
memberikan kekuatan untuk saya disaat suka maupun duka. Dan saya
persembahkan skripsi ini kepada diri saya sendiri atas perjuangan dan kerja
kerasnya sampai saat ini. Teruntuk orang tua tercinta, Ayahanda Eben Edwar
Simorangkir dan Ibunda Linda Tambunan serta abang tersayang Immanuel Alfa
Simorangkir, terima kasih atas perhatian, dukungan semangat, bantuan materi, dan
doa yang senantiasa diberikan untuk mengantar saya meraih ilmu dan menjalani
iii
HALAMAN PERNYATAAN
NIM : I1B118045
Dengan ini menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar-benar karya sendiri
dan bukan merupakan jiplakan dari hasil penelitian pihak lain. Apabila di
kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini merupakan
jiplakan atau plagiat, saya bersedia menerima sanksi dicabut gelar dan ditarik
ijazah. Demikianlah pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanggung
jawab.
NIM I1B118045
iv
ABSTRAK
Angelita, Ruminta Indah , 2022, Nilai Pendidikan dalam Novel Kami (bukan)
Sarjana Kertas Karya J.S. Khairen: Kajian Semiotika : Skripsi, Jurusan
Sejarah, Seni, dan Arkeologi, FKIP Universitas Jambi, Pembimbing : (I)
Prof. H. Yundi Fitrah, Drs., M.Hum. Ph.D., (II) Liza Septa Wilyanti,
S.Pd., M.Pd.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam novel Kami (bukan) Sarjana
Kertas karya J.S. Khairen terdapat nilai-nilai pendidikan menurut teori Sukardi
yaitu nilai ketuhanan yaitu nilai yang didasarkan pada ajaran agama terkait
kepercayaan atau iman, perintah atau larangan yang harus diperhatikan, ritual-
ritual yang harus dikerjakan dan sebagainya; nilai moral yaitu nilai yang
mengajarkan tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban, akhlak, budi pekerti dan susila; nilai sosial yaitu nilai yang lebih
mengarah kepada bagaimana pola perilaku seseorang dalam kehidupan
bermasyarakat; dan nilai budaya yaitu konsep-konsep yang hidup di alam pikiran
sebagian besar masyarakat mengenai apa yang dianggap bernilai, berharga dan
penting dalam hidup.
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari keempat nilai pendidikan yang
terdapat pada novel Kami (bukan) Sarjana Kertas karya J.S. Khairen lebih
mendominasi nilai pendidikan moral. Dalam prosesnya sendiri, data berupa nilai
pendidikan tersebut dianalisis maknanya dengan menggunakan kajian semiotika
Roland Barthes secara 3 tahap, yakni: mencari makna denotasi, mencari makna
konotasi, dan mencari makna mitos. Adapun saran dalam penelitian ini adalah
adanya penelitian lebih lanjut mengenai nilai pendidikan dalam novel dengan
menggunakan kajian semiotika terhadap analisis yang berbeda supaya
pengetahuan tentang nilai pendidikan dalam novel dengan menggunakan kajian
semiotika semakin berkembang. Peneliti sangat mengharapkan pada peneliti
selanjutnya dengan meneliti nilai pendidikan dalam novel dengan menggunakan
kajian semiotika dengan permasalahan yang berbeda.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, serta kasih-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Nilai Pendidikan
dalam Novel Kami (bukan) Sarjana Kertas Karya J.S. Khairen: Kajian Semiotika”
dapat terealisasikan dengan baik. Dalam penyelesaian studi dan penulisan skripsi
ini, penulis banyak memperoleh bantuan berupa pengajara, bimbingan dan arahan
sebesar-besarnya kepada bapak Prof. H. Yundi Fitrah, Drs., M.Hum. Ph.D., selaku
dosen pembimbing I yang telah berbaik hati dan penuh kesabaran memberikan
ini. Selanjutnya, kepada ibu Liza Septa Wilyanti, S.Pd., M.Pd., selaku dosen
pembimbing II yang sangat teliti memberikan arahan dan bimbingan dari awal
hingga akhir proses penyusunan skripsi ini. Semoga kebaikan yang diberikan
Kepada dosen penguji skripsi, ibu Dr. Dra. Warni, M.Hum., ibu Siti
Fitriah, S.S., M.A., dan bapak Yoga Mestika Putra, S.Pd., M.Hum., terima kasih
masukan yang membangun dalam memperbaiki penulisan skripsi ini. Penulis juga
Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi, FKIP, dan Universitas Jambi. Atas ilmu dan
vi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan
dan masih jauh dari kata sempurna dengan keterbatasan yang dimiliki. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca
NIM I1B118045
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
MOTTO ................................................................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
BAB II KAJIAN TEORETIK ............................................................................. 5
2.1 Pengertian Novel .............................................................................. 5
2.2 Nilai-Nilai Pendidikan ...................................................................... 6
2.3 Makna dalam Semiotika Roland Barthes ......................................... 8
2.4 Penelitian yang Relevan ................................................................. 14
2.5 Bagan Alur Peneliti ........................................................................ 16
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 17
3.1 Metode dan Jenis Penelitian ........................................................... 17
3.2 Data dan Sumber Data .................................................................... 17
3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 18
3.4 Teknik Analisis Data ...................................................................... 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 20
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................... 20
4.1.1 Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Kami (bukan) Sarjana
Kertas Karya J.S. Khairen ............................................................. 20
4.1.2 Pemaknaan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Kami
(bukan) Sarjana Kertas Karya J.S. Khairen: Kajian Semiotika
Roland Barthes .............................................................................. 37
4.2 Pembahasan .................................................................................... 66
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 70
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 70
5.2 Saran ............................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71
LAMPIRAN ......................................................................................................... 73
viii
BAB I
PENDAHULUAN
hal yang pernah terjadi atau dibuat kembali dari cara hidup seseorang dan tidak
pernah lepas dari masyarakat. Pernyataan ini sejalan dengan pandangan Mashuda
dan Elen (2019:198) bahwa karya sastra diungkapkan melalui teks oleh pengarang
Jika dibandingkan dengan karya sastra bentuk prosa lainnya, novel memiliki
keunggulan dalam teks naratif karena gaya cerita novel berbentuk narasi. Novel
yang memuat cerita-cerita tentang konflik, baik dengan orang lain, konflik dengan
lingkungan, konflik dengan diri sendiri, maupun konflik dengan Tuhan membuat
Selain itu, novel memiliki ciri khas narasi berupa teks yang menceritakan
suatu kejadian sesuai kronologis, sehingga terdapat suatu ajaran berupa nilai-nilai
individu yang religius, sosial, dan bermoral. Nilai-nilai pendidikan harus bisa
dihayati dan dipahami manusia sebab nilai-nilai ini mengarah kepada kebaikan
dalam berfikir maupun bertindak (Jamaludin, 2022). Salah satu dari banyak novel
Novel Kami (bukan) Sarjana Kertas karya J.S. Khairen atau Jombang
Santani Khairen, seorang penulis muda yang muncul dari keresahan dan hasil
1
2
mahasiswa yang merasa salah jurusan karena mengambil jurusan atas pilihan
orangtua, atau bahkan tidak tahu jurusan tersebut akan membawanya kemana.
Novel Kami (bukan) Sarjana Kertas adalah sebuah novel fiksi yang dikemas
UDEL. Diantaranya ada Ogi dan sahabatnya Ranjau, kemudian Gala, Arko, Sania,
pandangan motivasi, dan latar belakang dari para mahasiswa ini tentu saja
menimbulkan persoalan terhadap studi mereka. Berkat bimbingan dari ibu Lira,
dosen konseling yang memberikan pelajaran dengan cara yang unik, akhirnya bisa
membuka cakrawala bagi para mahasiswa ini. Para mahasiswa ini akhrnya
berhasil untuk memupuk impian dan keluar dari zona nyaman untuk bertarung
Novel ini sangat menarik untuk diteliti karena sebagai seorang penulis,
amanat atau pesan yang baik sehingga dapat menjadi contoh tata cara bersikap
tersebut.
Novel ini juga terpajang di rak best seller dan top 10 di beberapa titik toko
buku di Indonesia. J.S. Khairen telah berkeliling pulau Jawa membawa novel
berjudul Sidang Terbuka di mana ia menjadi tersidang dalam sebuah ujian skripsi.
Pertunjukan ini menjadi acara promosi pertama kali dari sekian banyak promosi
Novel ini memiliki tanda berupa kutipan novel seperti kalimat dan
paragraf. Salah satu tokoh yang memfokuskan kajian tandanya pada karya sastra
Roland Barthes mengembangkan dua tingkatan tanda pada studi ilmu semiotika
adalah bagaimana nilai pendidikan dalam novel Kami (bukan) Sarjana Kertas
sebuah novel.
1. Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang berminat
melakukan penelitian yang sama, namun mengambil dari aspek yang berbeda
2. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai bahan ajar kepada civitas
KAJIAN TEORETIK
pengertian yang sama dengan istilah novellet dalam bahasa Indonesia. Novellet
berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukup, tidak terlalu panjang,
namun juga tidak terlalu pendek. Novel mengandung cerita berupa kejadian-
ketegangan dan rasa penasaran pembaca hingga ingin membaca sampai akhir
cerita. Setiap cerita dalam novel selalu berkaitan satu sama lain, sehingga dalam
2012:36).
dibandingkan dengan karya sastra lainnya. novel merupakan karya imajinatif yang
tokoh (Kosasih, 2008:54). Novel menyajikan gejala sosial paling dominan. Novel
2009:335-336).
Novel merupakan salah satu karya sastra yang memiliki ciri khas tersendiri
bila dibandingkan dengan karya sastra lain. Dari segi jumlah kata atau kalimat,
novel mengandung banyak kata dan kalimat sehingga dalam proses pemaknaan
5
6
relatif jauh lebih mudah dipahami. Dari segi panjang cerita, novel dapat
mengemukakan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih
Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang banyak memberikan
penjelasan secara jelas tentang sistem nilai. Nilai itu mengungkapkan perbuatan
apa yang dipuji dan dicela, pandangan hidup mana yang penting untuk dianut dan
dijauhi, dan hal apa saja yang perlu dijunjung tinggi. Menurut Sukardi (1997:79)
yaitu nilai yang didasarkan pada ajaran agama terkait kepercayaan atau iman,
perintah atau larangan yang harus diperhatikan, ritual-ritual yang harus dikerjakan
dan sebagainya. Karena iman merupakan hakikat paling dasar dari keagamaan,
maka nilai pendidikan ketuhanan didasarkan pada rukun iman yang memiliki
enam dimensi yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat Allah, iman kepada
rosul Allah, iman kepada kitab Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada
Nilai Pendidikan Moral. Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang
diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti dan
susila. Nilai dalam pendidikan moral harus dimiliki oleh setiap insan supaya dapat
menjadi pribadi yang utuh dan bermartabat sehingga berbeda dengan makhluk
lainnya dalam semesta ini. Nilai pendidikan moral didasarkan pada semua
perilaku baik pada manusia yang sesuai dengan norma agama, norma hukum dan
norma masyarakat.
7
sangat berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan yang lain. Nilai pendidikan sosial
bermasyarakat. Nilai pendidikan sosial terkait dengan masalah dasar yang sangat
penting dalam hubungan antara satu dengan lainnya dalam kehidupan manusia
anak didik tidak bisa melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem social yang
terbentuk mengikat perilaku anak didik untuk tunduk pada norma-norma sosial,
susila, dan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Demikian juga halnya di
sekolah. Ketika anak didik berada di sekolah, maka dia berada dalam sistem sosial
di sekolah. Peraturan dan tata terbib sekolah harus anak didik taati. Pelanggaran
yang dilakukan oleh anak didik akan dikenakan sanksi sesuai dengan jenis dan
belajar disekolah.
sedangkan kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi)
Nilai budaya yaitu konsep-konsep yang hidup di alam pikiran sebagian besar
masyarakat mengenai apa yang dianggap bernilai, berharga dan penting dalam
melalui karya sastra, budaya suatu kelompok masyarakat tertentu atau suatu
bangsa dapat diketahui dan dikenali, sehingga anak didik dapat memperoleh
yang indah (KBBI, 2002: 308). Nilai estetis muncul sebagai salah satu tujuan dari
diciptakannya sebuah karya sastra karena pada hakikatnya sastra adalah sebuah
yaitu makna denotasi (makna yang sebenarnya) dan makna konotasi (makna
kiasan). Menurut Barthes (dalam Ambarini dan Umaya, 2012) semiotika adalah
ilmu mengenai bentuk (form). Studi ini mengkaji signifikasi yang terpisah dari
isinya. Semiotika tidak hanya meneliti mengenai signifier dan signified, tetapi
yang merujuk pada makna eksplisit yang langsung dan pasti. Makna denotasi
merujuk makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti.
9
1. Signifier 2. Signified
(Petanda) (Petanda)
5. Connotative
4. Connotative Signifier
Signified
(Penanda Konotatif)
(Petanda Konotatif)
atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan tanda denotasi
juga merupakan penanda konotatif (4). Tanda denotasi menghasilkan makna yang
penafsiran yang lain. Jadi, dalam konsep ini Barthes mengungkapkan bahwa tanda
konotasi tidak hanya memiliki makna tambahan, tetapi juga mengandung kedua
yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Menurut Barthes, mitos merupakan
masyarakat. Mitos dalam hal ini berarti hal-hal yang sudah diyakini oleh
masyarakat.
signifikasi dua tahap (two order of signification). Dalam signifikasi dua tahap ini
terdapat beberapa komponen makna yang saling berhubungan antara satu degan
yang lainnya, yaitu makna denotasi, makna konotasi, dan mitos. Signifikasi dua
tahap yang diungkapkan oleh Barthes terdiri dari signifikasi tahap pertama yaitu
makna denotasi, dan signifikasi tahap kedua yang terdiri dari makna konotasi dan
mitos.
connotation
Signifier
denotation
Signified
myth
tahap pertama yang merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam
denotasi. Denotasi yaitu makna yang paling jelas dan yang paling nyata dari
kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan
perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaan. Konotasi
signifikasi kedua tanda bekerja melalui mitos. Mitos (myth) adalah kebudayaan
11
menjelaskan atau memahami beberapa aspek mengenai realitas atau gejala alam
pemaknaan tataran bahasa yang terdiri dari dua tingkatan. Sistem ini terdiri dari
tataran pertama yaitu denotasi dan konotasi, kemudian tataran kedua yaitu
konotasi dan mitos. Tanda dapat bekerja apabila adanya peran pembaca (the
pembaca agar tanda dapat berfungsi. Sastra adalah contoh paling jelas sistem
pemaknaan tataran kedua (konotatif) yang dibangun di atas bahasa sebagai sistem
dengan kesadaran atau pengetahuan, stimulus (dari pihak pengirim pesan) dan
respon (dari pihak penerima pesan) menyangkut hal-hal yang diserap pancaindra
manusia.
12
umum, tradisional, dan presidensial. Makna ini juga disebut makna proporsional,
bersifat faktual. Denotasi adalah makna yang ada pada setiap leksem/kata untuk
memberikan pendapat bahwa makna denotasi bersifat langsung, dan dapat disebut
sebagai gambaran dari suatu petanda. Sering juga makna denotasi disebut sebagai
makna konseptual.
dan tanda dengan suatu benda dalam suatu realitas eksternal. Dalam hal ini,
Barthes (dalam Harnia, 2021) mengatakan bahwa tatanan ini mengacu pada
Makna konotasi adalah suatu jenis makna yang stimulus (dari pihak
pengirim pesan) dan respon (dari pihak penerima pesan) mengadung nilai-nilai
merupakan segala sesuatu yang kita pikirkan apabila kita melihat kata tersebut
positif, negatif, maupun netral. Jadi, pada makna konotasi terdapat unsur rasa dan
opini dari seseorang tentang suatu tanda. Makna konotasi sebagian terjadi karena
dan sebagainya pada pihak penerima pesan. Makna konotasi dapat berubah dari
13
kata dapat berbeda dari suatu kelompok masyarakat. Ini menyesuaikan dengan
bertemu dengan sebuah perasaan atau emosi dari penggunanya (dalam Harnia,
2021).
Kata mitos berasal dari bahasa Yunani yaitu mythos yang berarti kata-kata
atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos berfungsi
Mitos adalah suatu bentuk dimana ideologi tercipta. Mitos muncul melalui
mewakili atau merepresentasikan makna dari apa yang nampak, bukan apa yang
sesungguhnya. Mitos dapat dengan mudah diubah atau dihancurkan karena dicipta
oleh orang-orang dan mitos tergantung pada konteks dimana ia ada. Dengan
mengubah konteksnya, seseorang dapat mengubah efek mitos. Pada saat yang
macam, yaitu mitos tradisional yang berhubungan dengan alam ghaib, spiritual,
dan takhayul. dan mitos modern. Kemudian mitos modern yang dibentuk oleh
14
gejala-gejala yang muncul pada masyarakat saat ini seperti gejala politik,
olahraga, sinema, televisi, dan pers. Menurut Junus (dalam Sobur, 2016:130)
sistem komunikasi yang membawakan pesan. Mitos bukan sebuah objek, konsep,
ataupun gagasan.
bahan referensi pertimbangan dengan penelitian yang akan dilakukan. Berikut ini
Penelitian yang relevan telah dilakukan oleh Rina Septiana pada tahun
2019 dengan menulis Jurnal Skripsi yang berjudul Makna Denotasi, Konotasi,
dan Mitos dalam Film Who Am I Kein System 1st Sicher (Suatu analisis Semiotik).
Jurnal skripsi yang diajukan sebagai salah satu syarat mencapai gelar sarjana
Universitas Sam Ratulangi, Fakultas Ilmu Budaya, Program Studi Sastra Jerman.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna denotasi dan konotasi serta
mendeskripsikan ideologi berdasarkan mitos yang ada dalam film Who Am I Kein
System 1st Sicher. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif
dalam penelitian ini adalah 41 data berupa kalimat dalam dialog yang diperoleh
dari transkip film dan 5 data berupa adegan yang diperoleh dari visual film.
Perbedaan yang ditemukan adalah jenis karya sastra berupa film yang digunakan
sebagai objek penelitian dan beberapa data dalam makna denotasi ditambahkan
penjelasan singkat yang mendukung makna denotasi dalam data yang dianalisis.
15
selalu ada dalam setiap data yang dianalisis, sedangkan mitos tidak selalu ada
Amika, Nurmada Ningsih, dan Insi Sastika dengan menulis Jurnal Sastra, Vol 9,
No. 2, November 2020 yang berjudul Analisis Makna Denotasi, Konotasi, Mitos
pada Lagu Lathi Karya Weird Genius. Jurnal Sastra ini diterbitkan oleh Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni,
memiliki tujuan untuk mengkaji makna denotasi, konotasi, dan mitos dari lirik
lagu Lathi karya Weird Genius yang terdiri dari dua bahasa yaitu bahasa Inggris
dan bahasa Jawa. Hasil penelitian ditemukan bahwa lagu Lathi karya Weird
Perbedaan yang ditemukan adalah jenis karya sastra berupa lagu yang lirik
dari penelitian ini mengungkapkan bahwa makna denotasi dan konotasi dapat
diambil dari setiap bait. Sedangkan mitos di dapat dari kalimat Jawa berupa
pepatah yaitu “ajning diri soko lathi. Ajining rogo soko busono”. Namun dalam
lirik lagu Lathi tersebut hanya mencantumkan “ajining diri ana ing lathi” yang
Penelitian yang relevan selanjutnya telah dilakukan oleh Iva Ani Wijiati
yang terbit pada Jurnal Bahasa Vol. 10, No. 1, Maret 2021 oleh Universitas
Borneo Tarakan dengan judul Kajian Roland Barthes dalam Kumpulan Cerpen
Roland Barthes dalam kumpulan cerpen yang diteliti. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan teknik simak dan catat. Hasil penelitian ini berupa
konotasi. Perbedaan yang ditemukan adalah jenis karya sastra yang berupa cerpen
mengungkapkan bahwa makna denotasi dan konotasi terdapat pada objek yang
diteliti seperti: bunga-bunga mekar dimatamu, batu-batu itu menyanyi tak henti-
henti, senja yang kusam di sudut bibirnya, tersayat pula hatinya, dicuri waktu,
METODE PENELITIAN
pendidikan yang berdasarkan makna semiotika Roland Barthes dalam novel Kami
merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata, kalimat atau
paragraf yang ditulis secara runtut dan jelas sesuai dengan acuan penelitian
kualitatif. Menurut Rahmat (dalam Bogdan & Biklen, 1992) menjelaskan bahwa
penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.
Data merupakan sumber informasi yang akan dipilih atau diseleksi dan
dijadikan sebagai bahan analisis. Data dalam penelitian ini adalah kutipan novel
17
18
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Kami
(bukan) Sarjana Kertas karya J.S. Khairen yang memiliki 362 halaman dan
merupakan cetakan pertama. Buku ini diterbitkan pada Februari 2019 oleh PT.
1. Membaca dan memahami isi novel Kami (bukan) Sarjana Kertas karya J.S.
Khairen
Sukardi
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
1. Reduksi data, yang meliputi klasifikasi data, kemudian menyeleksi kalimat dan
paragraf dalam novel Kami (bukan) Sarjana Kertas karya J.S. Khairen yang
2. Penyajian data, yang disajikan dalam sebuah tabel dengan memasukkan data
yang telah direduksi ke dalam kolom sesuai dengan nilai pendidikan. Selanjutnya,
Di bawah ini, terdapat data penelitian novel Kami (bukan) Sarjana Kertas
4.1.1 Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Kami (bukan) Sarjana Kertas Karya
J.S. Khairen
Menjelang tengah malam, baru Babe pulang. Ia sempat singgah ke masjid untuk
berdoa dan solat malam. Setelah salat, Babe tiduran di masjid. Ternyata ia tak
bangun-bangun lagi hingga subuh menjelang. Tak ada orang yang melihat. Saat
para jamaah subuh mulai berdatangan, mengguncang-guncang badan Babe,
mereka kira Babe nyenyak sekali tidurnya. Ternyata Babe sudah tak bernyawa.
(KBSK, 2019:81, data 1)
Dari data di atas, termasuk dalam nilai ketuhanan berdasarkan iman kepada hari
akhir. Nilai ketuhanan dapat dilihat dari cara tokoh Babe Affandi yang masih
Ogi coba beribadah dan berdoa. Awal mulanya hanya karena ingin diperhatikan
Tuhan, hanya ingin mencoba-coba mana tahu asyik, pikirnya, tapi lama-
kelamaan muncul sedikit kesadaran untuk mencari ketenteraman. (KBSK,
2019:88, data 2)
Dari data di atas, nilai ketuhanan berdasarkan iman kepada Allah dilakukan Ogi
terlihat dari dirinya yang sengaja mencoba beribadah dan berdoa. Hal ini
20
21
lagi rasa ingin menghabisi hidupnya sendiri. Ogi lawan pikiran itu, tapi muncul
lagi, ia lawan terus, muncul lagi lebih kuat.” (KBSK, 2019:172, data 3)
Dari data di atas, termasuk dalam nilai ketuhanan berdasarkan iman kepada qada’
dan qadar. Terlihat dari cara tokoh Ogi yang berusaha menjauhkan dirinya dari
terbaik bangsa ini. Hal ini mencerminkan untuk selalu ikhlas akan takdir yang
ditunjukkan oleh Juwisa, dengan deretan doanya yang indah. Hal ini dilakukan
Juwisa karena rasa syukur kepada Tuhan yang telah membantu dalam lomba
tersebut.
Memang rumahnya amat sangat sederhana. … Namun itu tidak membuat Arko,
bahkan ibunya mau begitu saja menerima sesuatu. Selagi kaki masih bisa
dilangkahkan, selagi tangan masih bisa menggapai dan menadahkan doa, selagi
hati masih keras berupaya, ia tak mau menerima sesuatu cuma-cuma. Dan Gala
seakan mengerti ini. (KBSK, 2019:244, data 6)
Dari data di atas, nilai pendidikan ketuhanan berdasarkan iman kepada qada’ dan
qadar ditunjukkan oleh Arko dan ibunya, yang selalu ikhlas pada takdir meskipun
mereka tinggal di rumah yang amat sangat sederhana. Namun, mereka terus
“Sebagai dosen konseling, sampai kalian lulus nanti, kita akan bertemu dua
hingga tiga kali tiap semester. Tugas saya memastikan kalian semua kuliah
dengan benar and on the right track untuk lulus dengan kualifikasi terbaik, juga
untuk memastikan kalian tetap menjaga mimpi kalian …” (KBSK, 2019:4, data 1)
Dari data di atas, nilai moral tanggung jawab ditunjukkan oleh Bu Lira, sebagai
bimbingannya kuliah dengan benar sehingga bisa lulus dengan kualifikasi terbaik,
“Haha tidak usah dipikirkan betul kawan,” Arko menengahi. “Mau sarjana
kertas, sarjana gundu, sarjana karet gelang, yang penting kita kuliah saja dulu.
Jangan terlalu sering, jangan pula terlalu santai. Sedang-sedang saja. Asal ketika
lulus nanti bisa membanggakan orangtua ..” (KBSK, 2019:17, data 2)
Dari data di atas, nilai moral berupa nasihat ini ditunjukkan oleh Akro, untuk
menjalani masa kuliah ini sesuai dengan kemampuan agar tidak terlalu
memaksakan diri. Tujuan utama dari nasihat Arko adalah membuat orangtua
bangga.
Babe pergi mencarikan kursi dari emas untuk kuliah Ogi. Babe meminjam emas
pada adiknya, Mpok Titis untuk kemudian dijual. (KBSK, 2019:18, data 3)
Dari data di atas, nilai moral yang ditunjukkan oleh Babe Affandi adalah tanggung
jawab. Hal ini dilakukan Babe Affandi sebagai ayah Ogi yang memang sudah
tugasnya untuk membiayai kuliah Ogi meskipun harus meminjam emas pada
Di hati Babe tertumpu sebuah harapan besar agar Ogi menjadi anak yang bisa
mendapat pekerjaan hebat di masa depan. Jangan seperti dirinya yang hanya jadi
tukang bengkel. Semua itu harus dimulai dengan sebuah langkah, kuliah. Meski
kursinya harus dibeli dengan emas. (KBSK, 2019:18, data 4)
23
Dari data di atas, nilai moral berupa kasih sayang ditunjukkan oleh Babe Affandi
kepada Ogi, dengan harapan agar Ogi menjadi anak yang bisa mendapat pekerjaan
hebat di masa depan dan tidak ingin jika Ogi seperti dirinya yang hanya menjadi
tukang bengkel.
“Gue akan buktiin, kalau gue bisa sukses, bisa punya kerjaan bagus, bisa
banggain orangtua.” Kalimat Ranjau menggebu-gebu, biasanya hanya di media
sosial ia begitu. “Ogi, Nyet, pokoknya hari ini adalah momentum! Dan elo adalah
saksi! Kalau gue sukses nanti, elo, temen gue, yang sama-sama, berjuang dari
kampus ini! Kita, harus jadi anak berguna! Harus! Kita harus tancapkan sebuah
kesuksesan maha dahsyat!” … (KBSK, 2019:23, data 6)
Dari data di atas, nilai moral pantang menyerah ditunjukkan oleh Ranjau. Hal ini
“Yaelah Nyet. Sukses. Menjadi anak berguna, maha dahsyat. Bacot lo!” cemooh
Ogi seperti mencemooh lawan politik … “Jangan pesimis gitu dong! Yes I am!
Akan gue buktiin bisa sukses! I’ll prove the world, juga semua yang ngetawain
gue selama ini!” … (KBSK, 2019:23, data 7)
Dari data di atas, nilai moral pantang menyerah ditunjukkan oleh Ranjau dengan
percaya diri memberi kalimat motivasi untuk dirinya, meskipun Ogi telah
mencemoohnya.
“Ayolah Bro, sebentar lagi UTS, loh!” ajak Ranjau. Keseriusan Ranjau dalam
belajar memang tidak bisa diragukan … “Kalian duluan aja deh,” Ogi menjawab
datar. “Ya udah deh, terserah lo, gue sebagai teman udah ngingetin ya.” Ranjau
mengajak Arko berjalan menjauh menuju kelas yang segera mulai. (KBSK,
2019:43, data 8)
24
Dari data di atas, nilai moral peduli ditunjukkan oleh Ranjau dan Arko yang
berusaha mengajak Ogi untuk mengikuti perkuliahan agar tidak tertinggal materi
Gue harus bisa! Kuliah gue nilainya harus bagus! UTS di depan mata! Bulat
sudah tekad Ogi untuk belajar. Dadanya membara. Ia cari-cari buku catatan.
(KBSK, 2019:46, data 9)
Dari data di atas, nilai moral tanggung jawab ditunjukkan oleh Ogi yang sudah
mulai fokus menjalani perkuliahannya. UTS akan segera dilaksanakan, maka Ogi
“Maaf Bu, kami gak bisa menjalankan tugas dari Ibu.” kata Arko pada Bu Lira.
Ranjau mengangguk tipis saja. Bukan Bu Lira namanya kalau dia tak bisa
memecahkan masalah. Ia adalah dosen cerdas dan punya banyak akal. Urusan
mahasiswa pemalas, mahasiswa gak jelas, mahasiswa antah berantah seperti Ogi
ini, justru jadi tantangan menarik baginya. Apalagi ini adalah tahun pertamanya
mengajar di negerinya, di kampus yang didirikan ayahnya. “Baiklah, nanti saya
yang urus.” (KBSK, 2019:58, data 10)
Dari data di atas, nilai moral tanggung jawab ditunjukkan oleh Bu Lira. Ketika ia
gak jelas, dan mahasiswa antah berantah seperti Ogi dengan menganggap ini
“Ibu mau suruh saya makan kecoak ini? Atau masukin ke baju saya? tanya Ogi
polos. … “Yang ingin saya sampaikan adalah, Ogi, kalau kamu jadi kecoak,
jadilah kecoak yang bisa bertahan dari gempuran apa pun. Ini baru sedikit
masalah yang kamu hadapi dalam hidup, yang mungkin juga sebagian dari
masalah itu, kamu sendiri yang menciptakannya? Saya nggak tahulah, … (KBSK,
2019:63, data 11)
Dari data di atas, nilai moral berupa nasihat ditunjukkan oleh Bu Lira. Hal ini
dilakukan Bu Lira dengan memberikan nasihat serta motivasi untuk Ogi yang
… “Memang dunia ini keras, busuk, pahit, di luar sana apalagi, jauh lebih
busuk” … “Tapi jadilah kecoak Ogi, bertahanlah dalam situasi sepahit dan
sejahat apa pun.” “Kita mungkin tidak ada yang bisa jadi manusia sempurna dan
indah seperti kupu-kupu. Tapi, kita semua diberikan kemampuan untuk bertahan.
25
Jangan mau kalah sama kecoak. Sekarang semua keputusan ada di tangan
kamu.” (KBSK, 2019:64, data 12)
Dari data di atas, nilai moral berupa nasihat ditunjukkan oleh Bu Lira ketika
Ogi kepada Bu Lira mengenai janji kecoak yang telah mereka bicarakan
Hari harus terus dijalani, Ogi tetap ingin fokus pada kuliahnya. Dengan situasi
begini, jadi makin kuat alasannya untuk jadi anak sukses. Sekarang kuliah sudah
ada di urutan nomor satu dalam jiwanya yang lebih menggelegak dari bara api.
(KBSK, 2019:75, data 14)
Dari data di atas, nilai moral berjiwa besar ditunjukkan oleh Ogi yang mulai fokus
pada kuliahnya. Hal ini dilakukan Ogi karena tidak ingin larut terlalu lama dalam
situasi ini. Hingga akhirnya, Ogi menjadikan kuliahnya berada diurutan nomor
satu.
memberikan semangat untuk Ogi setelah kehilangan sosok ayah. Hal ini dilakukan
26
Arko karena ia sudah terlebih dahulu merasakan kehilangan seorang ayah dan
Keluarlah dari zona nyaman! Agar kita sekalian sukses.” kata motivator itu.“Di
luar zona nyaman itu adalah zona keajaiban terjadi!” (KBSK, 2019:88, data 16)
Dari data di atas, nilai moral berupa nasihat ditunjukkan oleh motivator yang
Ia sudah bertekad tidak memakai cara-cara buruk lagi seperti berjudi untuk
dapat uang. Ogi coba cari inspirasi dari lingkungan sekitar. (KBSK, 2019:89,
data 17)
Dari data di atas, nilai moral pantang menyerah ditunjukkan oleh Ogi ketika
Mendekati hari UAS, Ranjau dan Arko datang menjemput Ogi ke pertigaan untuk
belajar bareng di kos Arko seperti dahulu kala. “Nggak usah, Bro.” jawab Ogi
datar. … Mereka coba paksa Ogi, mereka yakinkan terus. Tapi Ogi itu betul yang
sudah terlampau pahit hidupnya. Tak ada semangat apa-apa lagi. Datang pula
Sania, sama saja. Tak mungkin. Diajak bercanda-canda, Ogi tak tertawa.
Dinakalin sedikit, Ogi malah jengkel. (KBSK, 2019:93, data 18)
Dari data di atas, nilai moral peduli ditunjukkan oleh Arko, Ranjau, dan Sania
dengan mengajak Ogi untuk belajar bersama karena akan mendekati hari UAS.
Selain itu, mereka mencoba untuk bercanda bersama Ogi yang saat ini hidupnya
sudah terlampau pahit. Hal yang dilakukan Arko, Ranjau, dan Sania merupakan
sikap peduli seorang sahabat yang selalu ada dalam keadaan suka maupun duka.
Tiga hari lagi UAS semester dua. Masih Ogi belum belajar apa-apa. Ia sudah
sangat pasrah. … Kini badannya letih, pikirannya pun letih. Sehari sebelum UAS.
Ia datang ke kos Arko. Memaksakan diri untuk menghadapi UAS. Ia sudah punya
rencana lain yang lebih besar untuk menyelesaikan ini semua. (KBSK, 2019:94,
data 19)
Dari data di atas, nilai moral pantang menyerah ditunjukkan oleh Ogi dengan tetap
ikut bergabung bersama Ranjau dan Arko untuk belajar bersama menjelang UAS
“Semangat Pohon Pisang. Pohon pisang, biar sudah ditebas sampai runtuh, tak
lama kemudian anak-anaknya akan tumbuh lagi tiada habisnya. Cobalah tebas
terus, justru akan tumbuh lagi lebih banyak. Tidak pernah menyerah. Kita
sebagai makhluk yang diberi akal, hendaknya belajar juga dari alam. Salah
satunya, dari semangat pohon pisang ini. (KBSK, 2019:102, data 20)
Dari data di atas, nilai moral pantang menyerah ditunjukkan melalui kutipan
kalimat dalam novel Kami (bukan) Sarjana Kertas karya J.S. Khairen yang
menandakan bahwa kita sebagai makhluk yang diberi akal hendaknya belajar juga
dari alam. Salah satunya dari semangat pohon pisang, meskipun di tebang terus
justru akan tumbuh lagi. Begitu pun sebagai manusia, kita harus memiliki
“Jadi sarjana atau tidak, itu cuma di atas kertas! Banyak sarjana menganggur
juga. Banyak orang tak sekolah tinggi tapi sukses. Banyak sarjana, begitu bekerja
ternyata tidak bisa apa-apa. Masuk kantor gagah, pulang-pulang gagap. Dunia
profesional menuntut begitu tinggi, tak sampai napas mereka berlari. Banyak
sarjana tak pandai ilmu hidup, hanya ilmu silabus saja. Sarjana kertas. Asal
jangan lagi bunuh diri ya! Kami selalu ada. Ikuti saja kata hati. Jadilah anak
yang Mandraguna! Sesuai namamu.” (KBSK, 2019:123, data 21)
Dari data di atas, nilai moral ditunjukkan oleh Bu Lira dengan memberikan
nasihat kepada Ogi agar tidak mengakhiri hidupnya lagi dan selalu ingat arti nama
Rumahnya yang sudah seperti istana itu seketika beku. Ayah Gala merasa
tersudutkan. Ia melakukan semua ini, hingga menjadi orangtua yang
superprotektif, bukanlah tanpa alasan. Gala adalah anak satu-satunya yang akan
meneruskan bisnisnya nanti. … (KBSK, 2019:131, data 22)
Dari data di atas, nilai moral kasih sayang ditunjukkan oleh Ayah Gala yang
memiliki sifat superprotektif, tetapi ini bukanlah tanpa alasan. Hal ini dilakukan
Ayah Gala karena ia sangat sayang kepada Gala yang sejak kecil telah ditinggal
ibunya.
Gala menolaknya. Ia tidak mau kalah, ia tak mau lagi menerima bantuan
ayahnya. Baginya itu sama saja mengiyakan kata-kata orang lain bahwa ya si
Gala itu kan anak orang kaya, apa-apa tinggal minta, mau ini itu tinggal bilang.
Gala tidak terima jika orang mengatakan kekayaan orangtua adalah kemudahan
28
bagi anaknya. Justru bagi Gala, statusnya yang jadi anak orang kaya adalah
beban. (KBSK, 2019:141, data 23)
Dari data di atas, nilai moral berjiwa besar ditunjukkan oleh Gala yang mencoba
untuk menolak bantuan dari ayahnya. Hal ini dilakukan karena Gala merasa
… Pengemudi ojek online itu kini mencoba cari perhatian dari tukang minuman.
“Ya nasib orang kecil begini, kerjaan seadanya, uang cukup buat makan aja.
Mau pulang kampung sana, ya ongkosnya juga gede, belum tentu juga bisa buka
usaha.” lanjutnya bercerita. … “Ya disyukuri aje, Pak, dapat penumpang mah
yang penting buat makan bisa, ye gak,” celetuk mbak-mbak parkiran galak.
(KBSK, 2019:166, data 25)
Dari data di atas, nilai moral berjiwa besar ditunjukkan oleh Mbak Parkir galak
Miral datang dengan kapal jauh-jauh setelah tahu ia diterima di kampus UDIN.
Sekampung heboh dibuatnya, tak ada keluarganya yang bisa berkuliah jauh
sampai ke ibukota, di kampus terbaik pula. “Saya kuliah di sini, datang sendirian.
Terima di kampus UDIN, tapi uang tidak ada, Mas. Tidak juga ada uang untuk
sewa kosan, beli tiket pesawat, kipas angina, bantal motor, dompet baru, minyak
rambut.” (KBSK, 2019:173, data 26)
Dari data di atas, nilai moral pantang menyerah ditunjukkan oleh Miral yang
berasal dari Luwuk. Miral datang jauh-jauh ke ibukota karena diterima di kampus
UDIN, kampus terbaik bangsa ini. Miral datang sendirian tanpa memiliki apapun,
tempat tinggal nya saja berada di masjid. Dalam kondisi seperti ini, Miral hanya
“Sekarang ini anak muda berbisnis dengan cara berbeda. Jadi kalian tidak usah
takut, jangan terjebak dengan pola pikir para pendahulu kalian, kami-kami ini
yang sudah tua-tua. Selesaikanlah masalah yang kalian temui hari ini dengan
cara-cara yang ada di hari ini, jangan justru selesaikan dengan cara yang dulu
dipakai orang-orang sepuluh dua puluh tahun yang lalu,” papar Prof. Reynaldi
Marpaung. (KBSK, 2019:184, data 27)
Dari data di atas, nilai moral dalam memberikan nasihat sekaligus inspirasi dan
“Ayah, aku minta maaf.” Tidak banyak yang bisa diucapkan Gala. … “Ayah, soal
tempo hari, permintaan Ayah yang ingin aku kuliah ke luar negeri. Aku siap,
Ayah. Maafkan kalau selama ini aku …” (KBSK, 2019:215-216, data 28)
Dari data di atas, nilai moral kasih sayang ditunjukkan oleh Gala yang ingin
berbakti kepada orangtua. Hal yang dilakukan Gala adalah meminta maaf dan
“Mau? Emangnya kamu bahagia kalau pergi terpaksa gitu?” Ayah menyelidik, …
“Kalau gak mau, gak apa, kita carikan hal lain yang bisa kamu lakukan. Ayah
gak mau anak ayah gak bahagia. Sudah dari kecil kan, kamu terpaksa ini itu?”
Ayah melempar pandangannya ke jendela … (KBSK, 2019:216, data 29)
Dari data di atas, nilai moral kasih sayang ditunjukkan oleh Ayah Gala yang
menolak permintaan Gala, karena Ayah Gala tidak ingin jika anaknya tidak
Mungkin dengan menuruti satu kali ini lagi saja, bisa membuat ayahnya yang
sudah sakit-sakitan ini menjadi bahagia. Gala tak mau jika ayahnya meninggal.
Gala justru belum melakukan apa-apa untuk membahagiakan ayahnya. (KBSK,
2019:217, data 30)
Dari data di atas, nilai moral kasih sayang ditunjukkan oleh Gala yang ingin
berbakti kepada ayahnya. Hal ini dilakukan Gala, karena selama ini dirinya belum
Sangat besar yang dekat jalan aspal tadi, jika terus ditelusuri hingga ke dalam
hutan maka jadi lebih deras dan lebih jernih. Sungai itu memisahkan jurang dan
jurang lainnya. Di atasnya bergelayut sebuah jembatan lain. Seperti akar, dari
sisi lain seperti kawat dan tali. “Kita lewat sini. Tadi lo bilang yakin ikut kan?
30
Kalau mau balik, sana balik. Kalo mau lanjut, kita sebrangi ini.” Gala kaget tapi
tak surut. Apalagi di depan ia melihat belasan anak sekolah juga sedang
menyebrang. Ia tak mau kalah, anak-anak itu bisa, kenapa ia tak bisa. (KBSK,
2019:239, data 31)
Dari data di atas, nilai pantang menyerah ditunjukkan oleh Gala yang tidak ingin
merasa kalah ketika melihat belasan anak sekolah yang ikut menyebrangi sungai.
“Ayah, dan almarhumah ibumu, cuma menyiapkan masa depan terbaik, dengan
cara terbaik dengan jalan dan cara yang kami punya. … “Pergilah. Sukseslah.”
Sedikit, sederhana, tapi kokoh. “Kalau memang di sini membuatmu terkekang,
maka pergilah. Kalau memang mau jadi guru, jadilah. Ayah akan mendukungmu.
Sepenuhnya.” (KBSK, 2019:246, data 32)
Dari data di atas, nilai moral kasih sayang ditunjukkan oleh Ayah Gala dengan
memberikan kebebasan kepada Gala untuk memilih masa depannya. Ayah Gala
Masih semester enam, Ranjau sudah bersiap untuk skripsiannya. Ia ingin lulu di
semester tujuh nanti. Ranjau sudah mulai rajin ke perpustakaan, mencari-cari
data, membaca jurnal ini itu, berkonsultasi dengan dosen dan para senior, hingga
belajar mengoperasikan SPSS, sebuah aplikasi pengolahan data. (KBSK,
2019:291, data 33)
Dari data di atas, nilai moral ditunjukkan oleh Ranjau adalah disiplin. Hal ini
dilakukan Ranjau karena ingin lulus kuliah di semester tujuh nanti. Ranjau yang
sudah mulai rajin ke perpustakaan untuk mencari data dan membaca jurnal,
kemudian konsultasi dengan dosen serta senior, dan mulai belajar mengoperasikan
kadang semangat betul, namun sesekali jatuh juga semangatnya. Ini semua
ditunjukkan oleh Bu Lira yang telah membantu Arko dengan menggunakan dua
ekor anjing Herder German Shepherd. Hal ini dilakukan Bu Lira sebelum kepala
Puluhan orang mencoba memadamkan deretan ruko, termasuk ruko Ogi dari si
jago merah. Semua isi rumah, bengkel, warung, dilalap cepat. Suara keletukan
menakutkan, bercampur dengan suara riuh histeris. Dari kejauhan, terdengar
suara pemadam kebakaran. (KBSK, 2019:71, data 2)
Dari data di atas, nilai sosial bersimpati dalam bentuk tolong menolong
Mpok Titis tak mau mengungkit utang emas tampaknya. Atau mungkin kini
bukanlah saat yang tepat. Ternyata Mpok Titis masih punya nurani. Ia kini malah
mempersilahkan Affandi sekeluarga tinggal di tempatnya. (KBSK, 2019:74, data
3)
Dari data di atas, nilai sosial dalam kekeluargaan ditunjukkan oleh Mpok Titis
“Gue masih boleh ikutan belajar gak?” tanpa wash wesh wosh, pinta Ogi di
depan pintu kamar Arko yang tak ditutup. …”Woeee dengan senang hati kawan.”
Arko menepuk-nepuk keras pundak Ogi. … “But tomorrow is the exam. Hmm,
baiklah, bisa sih kalau lo cepet nangkepnya. “Ranjau mencoba realistis. …
“Semoga bisa deh,” jawab Ogi pasrah. (KBSK, 2019:95, data 4)
Dari data di atas, nilai sosial persahabatan ditunjukkan oleh Arko dan Ranjau yang
selalu memperbolehkan Ogi untuk bergabung dengan mereka agar bisa belajar
bersama.
32
oleh Ranjau, Arko, dan Sania yang membantu untuk melepaskan ikatan yang ada
di leher Ogi.
“Lo kira mati adalah solusi?” “Lo kalau ada masalah apa-apa, cerita ke kita
dong Monyet! Lo kira kita ini tai? Kita ini temen lo!” “Kita semua sayang sama
elo, Bangsat!” Setelah puas, tidak ada lagi kata-kata. Hanya ada rangkulan
persahabatan. (KBSK, 2019:105, data 6)
Dari data di atas, nilai sosial dalam persahabatan ditunjukkan oleh Arko, Ranjau,
dan Sania yang bersimpati atas kejadian yang Ogi lakukan hampir mengakhiri
hidupnya. Setelah kejadian itu, mereka mencoba untuk saling merangkul satu
sama lain.
ditunjukkan oleh Ogi yang mencoba untuk mengambil HP Ranjau yang jatuh
Mereka semua paham dan segera berkeliaran. Mengambil rekaman tiap sudut
ruangan dan halaman bahkan hingga pantai sesuai sudut CCTV. Sesekali mereka
juga melakukan gerakan acak di depan CCTV agar terlihat natural. Ini semua
kemudian mereka serahkan pada Ogi dan jadi bahan untuk meretas sistem CCTV
vila ini. Tak sampai lima belas menit, ia berhasil membobol sistem CCTV vila.
Hasil video yang diambil teman-temannya ia gunakan sebagai tipuan. (KBSK,
2019:116, data 8)
Dari data di atas, nilai sosial persahabatan dalam bentuk kerjasama ditunjukkan
oleh Ogi dan teman-temannya saat liburan ke vila milik Gala. Mereka
bekerjasama untuk mencoba meretas sistem CCTV yang ada di vila tersebut.
33
“Sudah biasa, Bro Ogi. Gue di Luwuk juga bisa tinggal di mana saja. Rumah
tetangga, orang kampung sebelah, pos ronda, tidak ada masalah. Kami orang
daerah, dekat.” Miral mempertemukan kedua telapak tangannya. “Rumah kalau
malam tidak dikunci. Ke mana-mana orang senyum saling sapa begitu. … (KBSK,
2019:175, data 9)
Dari data di atas, nilai sosial ditunjukkan oleh masyarakat Luwuk yang masih
terasa kekeluargaannya dengan adanya rasa nyaman dan saling percaya satu
“Miral. Lo gak mau pindah ngekos gitu?” “Iya mau. Nantilah, setelah magang.
Cari uang dulu gue.” “Maksud gue, lo mau gak tinggal di rumah gue aja?
Maksudnya, di rumah mpok gue tapi bareng gue. Ya gitulah, panjang ceritanya.”
(KBSK, 2019:176, data 10)
Dari data di atas, niai sosial dalam sebuah pertemanan ditunjukkan oleh Ogi yang
mengajak Miral untuk tinggal di rumah Mpok Titis tanpa biaya sedikitpun.
Dalam seminggu, video mereka sudah melesat menjadi salah satu video dengan
penonton terbanyak. Ini berkat kerja sama semua dosen yang dikoordinasi Bu
Lira, berkat perintah rektor, berkat gerilya mahasiswa-mahasiswa UDEL.
Mereka seperti mendapat angin segar, seperti mendapat sosok pahlawan pada
Juwisa dan kawan kelompoknya. Betapa tidak, tidak pernah ada yang mewakili
kampus UDEL untuk lomba ajang nasional, dan kini datang kesempatan itu.
Bayangkan betapa totalnya anak-anak kampus UDEL mempromosikan video tim
Barakrupa. (KBSK, 2019:184, data 11)
Dari data di atas, nilai sosial kerjasama ditunjukkan oleh seluruh warga kampus
UDEL yang membantu mempromosikan video dari tim Gala, Ranjau, dan Juwisa
Tiba-tiba jendela mobil itu diketuk. Itu Bu Lira. Ia langsung memeluk mereka.
“Terima kasih sudah buat kampus UDEL bangga. Tadi saya duduk di sayap kiri
auditorium. Kalian udah sejauh ini aja udah hebat. Udah juara kok, bagi kita
semua anak-anak UDEL.” Bu Lira menatap satu per satu mata mahasiswa
bimbingannya itu. Mereka semua tampak kelu, tampak amat kecewa. (KBSK,
2019:201, data 12)
Dari data di atas, nilai sosial dalam bentuk kepedulian ditunjukkan oleh Bu Lira
dari cara mengapresiasi dan memberikan semangat atas apa yang telah diusahakan
oleh para mahasiswanya. Hal ini dilakukan oleh Bu Lira karena ia peduli dengan
34
perasaan mahasiswanya yang sedih dan kecewa karena tidak mendapat hasil yang
diinginkan.
“ … Ketemuanlah. Ada kabar buruk nih. Tentang Juwisa.” “Kabar buruk?” Ogi
mendelik, Juwisa” … “Iya nih, Juwisa, mau dikawinin sama bapaknya. Kita mau
datang nih ke kampungnya. Rame-rame diminta Bu Lira. Kasihan dia, dipaksa
nikah. Kita harus bantu bicara sama ayahnya. Memang sih ini urusan keluarga,
tapi inilah gunanya kita sebagai kawan. Datang di saat dibutuhkan.” (KBSK,
2019:230, data 13)
Dari data di atas, nilai sosial tolong menolong ditunjukkan oleh Bu Lira dan
teman-teman Juwisa yang ingin membantu bicara kepada ayah Juwisa agar tidak
“Arko, I can’t take it. Kamera itu berarti banget buat lo, apa pun itu cerita di
belakangnya.” Ranjau menyodorkan kembali kamera mirrorless itu. (KBSK,
2019:236, data 14)
Dari data di atas, nilai sosial dalam bentuk berempati ditunjukkan oleh Ranjau.
mirrorless miliknya kepada Ranjau. Arko juga sempat menceritakan kisah dibalik
kamera tersebut. Kisah ini membuat Ranjau dapat merasakan bahwa kamera
mirrorless itu sangat berharga. Ranjau tersentuh dengan perjuangan yang Arko
Kalau Arko kembali ke tengah, bisa-bisa itu membuat beban tali makin berat. Ia
hanya menunggu di pinggir dengan keadaan panik pula. Cukup lama adeggan
seret menyeret itu. Satu jangkauan terakhir dan Gala terlepas tangannya.
Beruntung Arko sudah berhasil mencengkeram kerah pakaian Gala. Namun
tenaga Arko takkan kuat mengangkat tubuh besar Gala. Ia malah ikut tertarik ke
dalam sungai. Tapi tanpa Arko sadari, lima laki-laki dewasa sudah ada di
belakangnya. Ikut menarik tubuh Gala dan Arko. Mereka berdua lepas empas di
seberang. Para lelaki itu seperti marah, menasehati kemudian tertawa. (KBSK,
2019:240, data 15)
Dari data di atas, nilai sosial tolong menolong ditunjukkan oleh beberapa warga
yang berusaha membantu menarik Arko dan Gala ke atas. Hal ini dilakukan
35
“Semua orang, tadinya menentang keputusan gue, Kawan. Paman gue yang sopir
bis maksa untuk tetap pergi kuliah. Dia yang bayarin kuliah gue setahun pertama.
Biaya hidup gue juga dibayarin. Nyokap? Amak gue itu masih ada uang dari jadi
petani serabutan. Tapi lo kira gue tega? Paman gue, yang artinya dia adalah adik
nyokap, bantu-bantu juga sesekali. Sekarang lo tahu kenapa gue jarang bisa
main-main di ibukota sana, gue beli kamera juga dari tabungan gue, ditambahin
sama paman gue itu. Dia sopir bisa udah ngelihat dunia lebih luas dari gue.
Mungkin dia gak mau nasib gue, sama kayak dia.” (KBSK, 2019:243, data 16)
Dari data di atas, nilai sosial kekeluargaan ditunjukkan oleh Paman Arko yang
Arko saat awal kuliah dan membantu keperluan yang Arko butuhkan. Hal ini
dilakukan Paman Arko karena adanya rasa saling mengasihi dalam keluarga.
“Gak San, gak apa-apa. Habis ini kamu pasti jadi lebih baik kok. Kita semua di
sini, jadi teman kamu, untuk jagain mimpi kamu.” Juwisa langsung teringat
betapa semangatnya Sania menarik-narik anak Fakultas Ekonomi ketika dahulu
Juwisa ikut lomba konsep bisnis. “Dulu kamu juga gitu kan, semua anak-anak
kalau gak datang ke lomba, kamu ancam pukul.” Juwisa cekikikan tipis.
“Sekarang aku gantian. Akan rajin-rajin jengukin kamu. Sampai kamu sembuh.
Nanti kamu pasti bisa jadi lebih baik lagi.” (KBSK, 2019:268, data 17)
Dari data di atas, nilai sosial dalam sebuah persahabatan ditunjukkan oleh Juwisa
semangat kepada Sania agar bisa sembuh dan menjadi lebih baik lagi serta
Di depan ternyata Gala sudah dipeluk duluan oleh Nenek Anjali. Nenek tua itu
menangis. Ia sudah pernah ditinggal hidup tiga anak lelakinya, kini ia akan
ditinggal pula oleh Gala, Ranjau, dan Arko. Mereka sudah seperti cucu angkat
oleh Nenek Anjali. (KBSK, 2019:289, data 18)
Dari data di atas, nilai sosial rasa memiliki ditunjukkan oleh Nenek Anjali kepada
Ranjau, Arko, dan Gala. Hal ini dikarenakan adanya suatu ikatan kasih sayang
Untuk ibu dan adik-adiknya, ia beli dari uang keringatnya, dari jerih payahnya.
Ia tabung terus, hingga akhirnya bulan lalu terkumpullah sejumlah uang dan Ogi
bisa membeli rumah itu dengan uang tunai alias lunas tanpa kredit. (KBSK,
2019:351, data 20)
Dari data di atas, nilai sosial dalam bentuk pengabdian yang ditunjukkan oleh Ogi
kepada ibu dan adiknya melalui usaha untuk memberikan kehidupan yang layak
bagi keluarganya.
Dulu waktu hamil Ogi, Zaenab ngidam biasa-biasa saja. Pas melahirkan juga
biasa-biasa saja. Saat lahir, Ogi diazankan sebagaimana mestinya. (KBSK,
2019:105, data 1)
Dari data di atas, nilai budaya ditunjukkan oleh Zaenab ibu Ogi yang merasa
ngidamnya biasa-biasa saja waktu hamil Ogi. Hal ini mengartikan bahwa ngidam
merupakan suatu budaya yang sering dialami hampir semua wanita yang sedang
hamil. Ngidam terjadi karena keinginan tertentu dari seorang ibu untuk
Selain itu, menikah muda sudah tak asing lagi di keluarga besar Juwisa. Banyak
sepupunya yang sudah menikah sejak umur belasan tahun. Ada yang kini seusia
Juwisa, tapi sudah hamil anak kedua. Dulu ibu dan ayahnya juga menikah muda.
Ibunya berumur enam belas tahun, sementara ayahnya delapan belas tahun.
(KBSK, 2019:205, data 2)
37
Dari data di atas, nilai budaya ditunjukkan oleh keluarga besar Juwisa bahwa
menikah muda sudah menjadi suatu hal yang lumrah. Hal ini termasuk dalam nilai
Sarjana Kertas karya J.S. Khairen secara singkat di atas, maka penulis perlu juga
Menjelang tengah malam, baru Babe pulang. Ia sempat singgah ke masjid untuk
berdoa dan salat malam. Setelah salat, Babe tiduran di masjid. Ternyata ia tak
bangun-bangun lagi hingga subuh menjelang. Tak ada orang yang melihat. Saat
para jamaah subuh mulai berdatangan, mengguncang-guncang badan Babe,
mereka kira Babe nyenyak sekali tidurnya. Ternyata Babe sudah tak bernyawa.
(KBSK, 2019:83, data 1)
Analisis:
Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan dengan kondisi Babe
Affandi yang sudah tidak bernyawa setelah melakukan ibadah di masjid. Makna
konotasi yang terdapat dari data di atas adalah sikap religius Babe Affandi yang
masih menyempatkan dirinya untuk berdoa dan beribadah di masjid. Padahal, saat
itu menjadi hari terakhir Babe Affandi. Makna mitos, peristiwa kematian seperti
ini adalah sebuah karunia dan takdir yang istimewa, sebab hanya orang-orang
Ogi coba beribadah dan berdoa. Awal mulanya hanya karena ingin diperhatikan
Tuhan, hanya ingin mencoba-coba mana tahu asyik, pikirnya, tapi lama-
38
Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Ogi saat
berusaha ingin diperhatikan Tuhan. Makna konotasi dari data di atas adalah Ogi
dari Tuhan. Dengan iman yang kuat, akhirnya muncul kesadaran dalam dirinya
bahwa usaha yang dilakukannya juga untuk mencari ketenteraman. Makna mitos
yang terdapat pada data di atas menjelaskan bahwa selain kewajiban, ibadah dan
berdoa merupakan cara agar diberikan keteduhan karena hanya Tuhan yang
Dari data di atas, terdapat makna denotasi ditunjukkan oleh kisah Ogi saat
berjuang melawan diri sendiri. Makna konotasi yang terdapat pada data di atas
adalah saat Ogi selesai melakukan salat magrib berjamaah, muncul keinginan
perasaan itu muncul lagi. Makna mitos, dari data di atas adalah dengan kita
menjalankan ibadah dapat membantu dalam memperkuat iman agar selalu terjaga
Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Ogi ketika
melihat segerombolan mahasiswa UDIN. Makna konotasi yang terdapat pada data
di atas terjadi setelah isya ketika Ogi melihat segerombolan mahasiswa UDIN
Hal ini dikarenakan kampus UDIN merupakan kampus terbaik. Makna mitos yang
terdapat pada data di atas, mengenai keikhlasan akan takdir yang Tuhan berikan
Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Juwisa atas rasa
syukur yang diberikan Tuhan ketika tim nya menang dalam lomba. Makna
konotasi yang terdapat pada data di atas, terjadi karena kemenangan yang Juwisa
dan tim dapatkan dalam ajang lomba membuat Juwisa terharu dan bangga.
deretan doa yang indah sebagai rasa syukur. Makna mitos yang terdapat dalam
data di atas adalah sebuah peristiwa di mana dalam perjalanan dan perjuangan
yang di raih, jika mengandalkan Tuhan dalam prosesnya akan menjadi berhasil.
Memang rumahnya amat sangat sederhana. … Namun itu tidak membuat Arko,
bahkan ibunya mau begitu saja menerima sesuatu. Selagi kaki masih bisa
dilangkahkan, selagi tangan masih bisa menggapai dan menadahkan doa, selagi
hati masih keras berupaya, ia tak mau menerima sesuatu cuma-cuma. Dan Gala
seakan mengerti ini. (KBSK, 2019:244, data 6)
Analisis:
40
Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Arko dan ibunya
dalam kisah hidup yang sederhana. Makna konotasi yang terdapat dari data di atas
adalah perjuangan Arko dan ibunya yang hidup sederhana, tetapi mereka tidak
begitu saja mau menerima sesuatu. Dalam kesehariannya, selagi masih bisa
berusaha dan berdoa kepada Tuhan mereka akan merasa aman dan tenang dalam
menjalani hidupnya. Makna mitos pada data di atas adalah sebagai manusia yang
selalu menjalankan perintah Tuhan, tidak akan pernah merasa kekurangan. Selain
“Sebagai dosen konseling, sampai kalian lulus nanti, kita akan bertemu dua
hingga tiga kali tiap semester. Tugas saya memastikan kalian semua kuliah
dengan benar and on the right track untuk lulus dengan kualifikasi terbaik, juga
untuk memastikan kalian tetap menjaga mimpi kalian …” (KBSK, 2019:4, data 1)
Analisis:
Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Bu Lira yang memperkenalkan
terdapat pada data di atas adalah tanggung jawab Bu Lira dalam menangani
mereka. Makna mitos yang terdapat pada data di atas adalah Bu Lira yang
“Haha tidak usah dipikirkan betul kawan,” Arko menengahi. “Mau sarjana
kertas, sarjana gundu, sarjana karet gelang, yang penting kita kuliah saja dulu.
41
Jangan terlalu sering, jangan pula terlalu santai. Sedang-sedang saja. Asal ketika
lulus nanti bisa membanggakan orangtua ..” (KBSK, 2019:17, data 2)
Analisis:
Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Arko yang menengahi
perdebatan antara Ranjau dan Ogi. Makna konotasi yang terdapat pada data di atas
adalah sebuah ungkapan yang diberikan Arko ketika menengahi perdebatan antara
Ranjau dan Ogi bahwa ada tanggung jawab yang harus dilakukan setelah
terdapat pada data di atas adalah untuk menjalani masa kuliah lebih baik sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki agar tidak terlalu memaksa, karena pada
Babe pergi mencarikan kursi dari emas untuk kuliah Ogi. Babe meminjam emas
pada adiknya, Mpok Titis untuk kemudian dijual. (KBSK, 2019:18, data 3)
Analisis:
Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh kisah tentang
Babe Affandi yang mencari biaya untuk kuliah Ogi. Makna konotasi yang
terdapat pada data di atas adalah betapa besar kasih sayang serta tanggung jawab
yang dilakukan Babe Affandi terhadap Ogi agar mendapatkan pendidikan terbaik
meskipun dirinya harus meminjam emas kepada adiknya. Makna mitos yang
terdapat pada data di atas adalah dengan perjuangan yang telah dilakukan seorang
Di hati Babe tertumpu sebuah harapan besar agar Ogi menjadi anak yang bisa
mendapat pekerjaan hebat di masa depan. Jangan seperti dirinya yang hanya jadi
tukang bengkel. Semua itu harus dimulai dengan sebuah langkah; kuliah. Meski
kursinya harus dibeli dengan emas. (KBSK, 2019:18, data 4)
Analisis:
42
Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Babe dengan
mempunyai harapan besar kepada Ogi. Makna konotasi yang terdapat pada data di
atas adalah harapan yang diinginkan Babe Affandi ialah memberikan pendidikan
yang lebih baik agar anaknya jangan seperti dirinya. Hal ini juga merupakan
bentuk kasih sayang agar kelak anaknya tidak merasakan betapa susahnya
perjuangan yang dilakukan jika memang sudah berada di tingkat ekonomi rendah.
Makna mitos yang ada pada data di atas adalah doa orang tua biasanya mampu di
dari hati bukan hanya sekedar diucapkan. Hal itu dikarenakan, kelembutan
perilaku dan kasih sayang yang bersumber dari nurani akan berdampak pada
Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang berupa doa Babe Affandi kepada
Ogi. Makna konotasi yang ada pada data di atas merupakan ketulusan Babe yang
mendoakan anaknya agar sukses termasuk kasih sayang yang sangat berharga.
Makna mitos pada data di atas adalah doa yang tulus dari orangtua adalah doa
yang akan terkabul, apalagi jika doa tersebut untuk kebaikan anaknya.
“Gue akan buktiin, kalau gue bisa sukses, bisa punya kerjaan bagus, bisa
banggain orangtua.” Kalimat Ranjau menggebu-gebu, biasanya hanya di media
sosial ia begitu. “Ogi, Nyet, pokoknya hari ini adalah momentum! Dan elo adalah
saksi! Kalau gue sukses nanti, elo, temen gue, yang sama-sama, berjuang dari
kampus ini! Kita, harus jadi anak berguna! Harus! Kita harus tancapkan sebuah
kesuksesan maha dahsyat!” … (KBSK, 2019:23, data 6)
Analisis:
43
Dari data di atas, terdapat makna denotasi berupa kalimat Ranjau yang menggebu-
gebu. Makna konotasi yang ada pada data di atas adalah sikap pantang menyerah
lewat kalimat yang diucapkan Ranjau untuk membuktikan bahwa dirinya bisa
sukses, bisa punya kerjaan bagus, bisa banggain orangtua, dan Ogi yang
merupakan sahabatnya dipilih sebagai saksi ketika dirinya sukses nanti. Makna
mitos pada data di atas menjelaskan bahwa optimis dalam meraih kesuksesan di
masa depan itu sangat dibutuhkan karena sudah memiliki kepercayaan diri untuk
“Yaelah Nyet. Sukses. Menjadi anak berguna, maha dahsyat. Bacot lo!” cemooh
Ogi seperti mencemooh lawan politik. … “Jangan pesimis gitu dong! Yes I am!
Akan gue buktiin bisa sukses! I’ll prove the world, juga semua yang ngetawain
gue selama ini!” … (KBSK, 2019:23, data 7)
Analisis:
Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Ranjau atas
kepercayaan dirinya. Makna konotasi yang ada pada data di atas dilihat dari sikap
Ranjau yang tetap percaya diri meskipun Ogi telah mencemoohnya. Ranjau yang
mengucapkan beberapa kalimat motivasi untuk dirinya supaya jangan pesimis dan
akan membuktikan bahwa dirinya bisa sukses kepada semua yang menertawakan
dirinya selama ini. Makna mitos pada data di atas adalah rasa percaya diri yang
dimiliki Ranjau dapat membantu dirinya untuk tetap optimis dalam mencapai
“Ayolah Bro, sebentar lagi UTS, loh!” ajak Ranjau. Keseriusan Ranjau dalam
belajar memang tidak bisa diragukan … “Kalian duluan aja deh,” Ogi menjawab
datar. “Ya udah deh, terserah lo, gue sebagai teman udah ngingetin ya,” Ranjau
mengajak Arko berjalan menjauh menuju kelas yang segera mulai. (KBSK,
2019:43, data 8)
Analisis:
44
Dari data di atas, terdapat makna denotasi ketika Ranjau dan Arko mengingatkan
Ogi yang akan mengikuti UTS. Makna konotasi yang terdapat pada data di atas
adanya rasa kepedulian Ranjau dan Arko sebagai sahabat Ogi yang berusaha
pembelajaran karena mereka akan segera melaksanakan UTS. Makna mitos pada
data di atas adalah bentuk kepedulian seorang sahabat yang hanya sekedar
Gue harus bisa! Kuliah gue nilainya harus bagus! UTS di depan mata! Bulat
sudah tekad Ogi untuk belajar. Dadanya membara. Ia cari-cari buku catatan.
(KBSK, 2019:46, data 9)
Analisis:
Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh semangat Ogi
untuk berkuliah. Makna konotasi yang terdapat pada data di atas adalah adanya
motivasi dalam diri Ogi untuk mengikuti perkuliahan dengan baik, membuat
motivasi pada diri sendiri dalam mencapai sesuatu menjadikan diri kita lebih
“Maaf Bu, kami gak bisa menjalankan tugas dari Ibu.” kata Arko pada Bu Lira.
Ranjau mengangguk tipis saja. Bukan Bu Lira namanya kalau dia tak bisa
memecahkan masalah. Ia adalah dosen cerdas dan punya banyak akal. Urusan
mahasiswa pemalas, mahasiswa gak jelas, mahasiswa antah berantah seperti Ogi
ini, justru jadi tantangan menarik baginya. Apalagi ini adalah tahun pertamanya
mengajar di negerinya, di kampus yang didirikan ayahnya. “Baiklah, nanti saya
yang urus.” (KBSK, 2019:58, data 10)
Analisis:
Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan dengan tanggung
jawab Bu Lira. Makna konotasi dari data di atas dilihat dari cara Bu Lira yang
45
menarik. Makna mitos yang terdapat pada data di atas adalah menjelaskan bahwa
tugas yang diberikan Bu Lira belum tentu dapat dilakukan Arko dan Ranjau yang
merupakan sahabat Ogi. Sehingga, tugas tersebut kembali kepada dirinya untuk
mengurus mahasiswa seperti Ogi tetapi ini menjadi suatu hal yang menarik bagi
dirinya.
“Ibu mau suruh saya makan kecoak ini? Atau masukin ke baju saya? tanya Ogi
polos. … “Yang ingin saya sampaikan adalah, Ogi, kalau kamu jadi kecoak,
jadilah kecoak yang bisa bertahan dari gempuran apa pun. Ini baru sedikit
masalah yang kamu hadapi dalam hidup, yang mungkin juga sebagian dari
masalah itu, kamu sendiri yang menciptakannya? Saya nggak tahulah, … (KBSK,
2019:63, data 11)
Analisis:
Dari data di atas, terdapat makna denotasi berupa nasihat Bu Lira kepada Ogi.
Makna konotasi yang terdapat pada data di atas dapat dilihat dari cara
hewan yang dapat bertahan hidup dari gempuran apa pun. Makna mitos, suatu
masalah yang sedang dihadapi dalam hidup ini bisa saja berasal dari diri sendiri
yang menciptakannya. Oleh karena itu, Ogi harus bisa mengibaratkan dirinya
sebagai kecoak.
… “Memang dunia ini keras, busuk, pahit, di luar sana apalagi, jauh lebih
busuk.” ,,, “Tapi jadilah kecoak Ogi, bertahanlah dalam situasi sepahit dan
sejahat apa pun.” “Kita mungkin tidak ada yang bisa jadi manusia sempurna dan
indah seperti kupu-kupu. Tapi, kita semua diberikan kemampuan untuk bertahan.
Jangan mau kalah sama kecoak. Sekarang semua keputusan ada di tangan
kamu.” (KBSK, 2019: 64, data 12)
Analisis:
Dari data di atas, terdapat makna denotasi berupa kalimat penyemangat Bu Lira
kepada Ogi. Makna konotasi yang ada pada data di atas ditunjukkan oleh Bu Lira
46
yang merupakan dosen konseling Ogi dengan memberikan nasihat serta kalimat
Jangan mau kalah dengan kecoak yang mampu bertahan dalam situasi sepahit dan
sejahat apa pun. Makna mitos terdapat ketika Bu Lira mengucapkan bahwa kita
mungkin tidak ada yang bisa menjadi manusia sempurna dan indah seperti kupu-
kupu karena dunia ini keras, busuk, pahit, di luar sana apalagi jauh lebih busuk.
Maka itu, kita diberikan kemampuan untuk bertahan dalam situasi apapun.
Dari data di atas, terdapat makna denotasi ditunjukkan oleh Ogi yang menepati
janji kepada Bu Lira. Makna konotasi yang ada pada data di atas cara Ogi
menepati janji kecoak kepada Bu Lira dengan mengikuti mata kuliah pertama di
semester dua dengan duduk di barisan paling depan. Hal ini membuat Ranjau dan
Arko bingung melihat tingkah Ogi. Makna mitos yang ada pada data di atas
adalah janji Ogi kepada diri sendiri dan Bu Lira mengenai janji kecoak untuk
Hari harus terus dijalani. Ogi tetap ingin fokus pada kuliahnya. Dengan situasi
begini, jadi makin kuat alasannya untuk jadi anak sukses. Sekarang kuliah sudah
ada di urutan nomor satu dalam jiwanya yang lebih menggelegak dari bara api.
(KBSK, 2019:75, data 14)
Analisis:
47
Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Ogi yang sedang
berusaha fokus pada kuliahnya. Makna konotasi terdapat pada data di atas adalah
ketika jiwa Ogi yang menggelegak dari bara api setelah keinginannya menjadi
anak sukses sudah bulat, membuat Ogi menjadikan kuliahnya berada di urutan
nomor satu. Makna mitos pada data di atas adalah mempunyai jiwa besar dapat
memberikan dorongan kepada diri sendiri dalam melakukan suatu keinginan yang
akan dicapai.
Dari data di atas, terdapat makna denotasi ketika Arko mencoba menguatkan Ogi.
Makna konotasi dari data di atas adalah adanya sikap berjiwa besar yang
ditunjukkan Arko kepada Ogi melalui kalimat yang diucapkannya. Hal ini
ayah sehingga Arko paham akan situasi yang sedang dialami Ogi. Makna mitos
yang terdapat pada data di atas adalah pentingnya peran seorang sahabat yang
saling memberikan semangat satu sama lain ketika ada yang merasa sedih dalam
kehidupan ini menunjukkan bahwa sahabat tidak hanya datang di saat senang saja.
“Keluarlah dari zona nyaman! Agar kita sekalian sukses,” kata motivator itu.
“Di luar zona nyaman itu adalah zona keajaiban terjadi!” (KBSK, 2019:88, data
16)
Analisis:
Dari data di atas, makna denotasi terdapat pada nasihat yang diucapkan oleh
seorang motivator. Makna konotasi yang ada pada data di atas adalah seorang
48
motivator yang mengatakan untuk keluar dari zona nyaman supaya bisa sukses.
Makna mitos yang tedapat pada data di atas adalah seorang motivator yang
menyampaikan bahwa di luar zona nyaman itu adalah zona keajaiban terjadi.
Ia sudah bertekad tidak memakai cara-cara buruk lagi seperti berjudi untuk
dapat uang. Ogi coba cari inspirasi dari lingkungan sekitar. (KBSK, 2019:89,
data 17)
Analisis:
Dari data di atas, terdapat makna denotasi ditunjukkan oleh Ogi yang bertekad
tidak memakai cara-cara buruk untuk mendapatkan uang. Makna konotasi yang
ada pada data di atas adalah sikap pantang menyerah Ogi ketika berusaha mencari
insipirasi untuk mendapatkan uang selain berjudi. Makna mitos dari data di atas
menjelaskan bahwa tekad yang dimiliki Ogi dalam mendapatkan uang ini
merupakan hal yang baik. Hal ini dikarenakan bahwa judi bukan merupakan cara
yang tepat.
Mendekati hari UAS, Ranjau dan Arko datang menjemput Ogi ke pertigaan untuk
belajar bareng di kos Arko seperti dahulu kala. “Nggak usah, Bro,” jawab Ogi
datar. … Mereka coba paksa Ogi, mereka yakinkan terus. Tapi Ogi itu betul yang
sudah terlampau pahit hidupnya. Tak ada semangat apa-apa lagi. Datang pula
Sania, sama saja. Tak mungkin. Diajak bercanda-canda, Ogi tak tertawa.
Dinakalin sedikit, Ogi malah jengkel. (KBSK, 2019:93, data 18)
Analisis:
Dari data di atas, terdapat makna denotasi berupa kepedulian yang diberikan
Arko, Ranjau, dan Sania kepada Ogi. Makna konotasi yang ada pada data di atas
adalah cara Arko, Ranjau, dan Sania yang berusaha menghibur Ogi serta
mengajak dirinya untuk belajar bersama karena mendekati hari UAS. Makna
mitos yang terdapat pada data di atas dilakukan oleh sahabat-sahabat Ogi yang
Tiga hari lagi UAS semester dua. Masih Ogi belum belajar apa-apa. Ia sudah
sangat pasrah. … Kini badannya letih, pikirannya pun letih. Sehari sebelum UAS,
49
Ia datang ke kos Arko. Memaksakan diri untuk menghadapi UAS. Ia sudah punya
rencana lain yang lebih besar untuk menyelesaikan ini semua. (KBSK, 2019:94,
data 19)
Analisis:
Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Ogi yang memaksakan dirinya
untuk menghadapi UAS. Makna konotasi yang terdapat pada data di atas adalah
ketika Ogi sudah pasrah dengan dirinya, sehingga ia memaksakan untuk datang
dan bergabung bersama Arko dan Ranjau supaya bisa belajar bersama. Hal ini
dilakukan Ogi karena tiga hari lagi mereka akan melaksanakan UAS semester
dua. Meskipun saat ini badan dan pikirannya sedang letih. Makna mitos pada data
di atas adalah Ogi yang sudah punya rencana lain yang lebih besar untuk
“Semangat Pohon Pisang. Pohon pisang, biar sudah ditebas sampai runtuh, tak
lama kemudian anak-anaknya akan tumbuh lagi tiada habisnya. Cobalah tebas
terus, justru akan tumbuh lagi lebih banyak. Tidak pernah menyerah. Kita
sebagai makhluk yang diberi akal, hendaknya belajar juga dari alam. Salah
satunya, dari semangat pohon pisang ini. (KBSK, 2019:102, data 20)
Analisis:
Dari data di atas, makna denotasi terdapat pada pengertian dari semangat pohon
pisang. Makna konotasi yang ada pada data di atas menunjukkan sikap pantang
menyerah dengan melalui kutipan kalimat dalam novel Kami (bukan) Sarjana
Kertas karya J.S. Khairen yang menandakan bahwa kita sebagai makhluk yang
diberi akal hendaknya belajar juga dari alam. Salah satunya dari semangat pohon
pisang, meskipun di tebang terus justru akan tumbuh lagi. Makna mitos yang ada
pada data di atas adalah kita sebagai manusia harus memiliki semangat pantang
“Jadi sarjana atau tidak, itu cuma di atas kertas! Banyak sarjana menganggur
juga. Banyak orang tak sekolah tinggi tapi sukses. Banyak sarjana, begitu bekerja
ternyata tidak bisa apa-apa. Masuk kantor gagah, pulang-pulang gagap. Dunia
50
profesional menuntut begitu tinggi, tak sampai napas mereka berlari. Banyak
sarjana tak pandai ilmu hidup, hanya ilmu silabus saja. Sarjana kertas. Asal
jangan lagi bunuh diri ya! Kami selalu ada. Ikuti saja kata hati. Jadilah anak
yang Mandraguna! Sesuai namamu.” (KBSK, 2019:123, data 21)
Analisis:
Dari data di atas, terdapat makna denotasi berupa nasihat Bu Lira kepada Ogi.
Makna konotasi yang ada pada data di atas menjelaskan bahwa nasihat yang
hidupnya lagi dan selalu ingat arti nama yang dimiliki Ogi. Makna mitos yang
terdapat pada data di atas adalah apapun yang saat ini sedang terjadi, bunuh diri
Rumahnya yang sudah seperti istana itu seketika beku. Ayah Gala merasa
tersudutkan. Ia melakukan semua ini, hingga menjadi orangtua yang
superprotektif, bukanlah tanpa alasan. Gala adalah anak satu-satunya yang akan
meneruskan bisnisnya nanti. … (KBSK, 2019:131, data 22)
Analisis:
Dari data di atas, makna denotasi berupa kasih sayang Ayah Gala kepada
anaknya. Makna konotasi yang ada pada data di atas ditunjukkan oleh Ayah Gala
yang menjadi orangtua superprotektif karena Gala adalah anak satu-satunya yang
akan meneruskan bisnisnya nanti. Makna mitos pada data di atas menjelaskan
bahwa superprotektif bukan cara yang tepat untuk menunjukkan kasih sayang
Gala menolaknya. Ia tidak mau kalah, ia tak mau lagi menerima bantuan
ayahnya. Baginya itu sama saja mengiyakan kata-kata orang lain bahwa ya si
Gala itu kan anak orang kaya, apa-apa tinggal minta, mau ini itu tinggal bilang.
Gala tidak terima jika orang mengatakan kekayaan orangtua adalah kemudahan
bagi anaknya. Justru bagi Gala, statusnya yang jadi anak orang kaya adalah
beban. (KBSK, 2019:141, data 23)
Analisis:
51
Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang berupa cara pandang Gala
mengenai statusnya sebagai anak orang kaya. Makna konotasi yang ada pada data
di atas ditunjukkan oleh Gala yang merasa statusnya sebagai anak orang kaya
adalah beban. Hal ini yang membuat Gala untuk mencoba menolak bantuan dari
ayahnya. Makna mitos pada data di atas adalah sikap yang dilakukan Gala adalah
benar untuk dirinya, tetapi jika dilihat dari pengertian ayahnya. Mungkin ayahnya,
melakukan hal tersebut atas dasar kasih sayang karena sejak kecil Gala telah
ditinggal ibunya.
Dari data di atas, terdapat makna denotasi berupa nasihat yang diberikan Rektor
Areng Sukoco. Makna konotasi yang ada pada data di atas dilihat dari pemaparan
Rektor Areng Sukoco mengenai esensi universitas yang bukan hanya membangun
terhadap lingkungan dan masyarakat. Makna mitos pada data di atas adalah cara
tegas yang diucapkan oleh Rektor Areng Sukoco supaya para pendidik harus ikut
mahasiswanya.
… Pengemudi ojek online itu kini mencoba cari perhatian dari tukang minuman.
“Ya nasib orang kecil begini, kerjaan seadanya, uang cukup buat makan aja.
Mau pulang kampung sana, ya ongkosnya juga gede, belum tentu juga bisa buka
usaha,” lanjutnya bercerita. … “Ya disyukuri aje, Pak, dapat penumpang mah
yang penting buat makan bisa, ye gak,” celetuk mbak-mbak parkiran galak.
(KBSK, 2019:166, data 25)
Analisis:
52
Dari data di atas, makna denotasi berupa percakapan antara pengemudi ojek
online dengan mbak-mbak parkir galak mengenai nasib orang kecil. Makna
konotasi pada data di atas ditunjukkan oleh mbak parkir galak yang sudah pasrah
dengan keadaan dan pengemudi ojek online yang mencoba cari perhatian dengan
bercerita. Makna mitos yang ada pada data di atas adalah adanya rasa bersyukur
Miral datang dengan kapal jauh-jauh setelah tahu ia diterima di kampus UDIN.
Sekampung heboh dibuatnya, tak ada keluarganya yang bisa berkuliah jauh
sampai ke ibukota, di kampus terbaik pula. “Saya kuliah di sini, datang sendirian.
Terima di kampus UDIN, tapi uang tidak ada, Mas. Tidak juga ada uang untuk
sewa kosan, beli tiket pesawat, kipas angin, bantal, motor, dompet baru, minyak
rambut.” (KBSK, 2019:173, data 26)
Analisis:
Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Miral yang berasal dari Luwuk
diterima di kampus UDIN. Makna konotasi pada data di atas adalah miral yang
pantang menyerah untuk datang dengan kapal jauh-jauh setelah tahu ia diterima di
kampus UDIN. Ia datang sendirian tanpa memiliki uang sedikitpun. Makna mitos
yang ada pada data di atas menjelaskan bahwa Miral hanya memfokuskan dirinya
untuk kuliah.
“Sekarang ini anak muda berbisnis dengan cara berbeda. Jadi kalian tidak usah
takut, jangan terjebak dengan pola pikir para pendahulu kalian, kami-kami ini
yang sudah tua-tua. Selesaikanlah masalah yang kalian temui hari ini dengan
cara-cara yang ada di hari ini, jangan justru selesaikan dengan cara yang dulu
dipakai orang-orang sepuluh dua puluh tahun yang lalu,” papar Prof. Reynaldi
Marpaung. (KBSK, 2019:184, data 27)
Analisis:
Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Prof. Reynaldi Marpaung
dalam memberikan nasihat mengenai bisnis. Makna konotasi yang ada pada data
nasihatnya mengenai anak muda yang sudah memiliki cara berbeda dalam
53
berbisnis dapat membantu anak-anak muda tersebut untuk jangan terjebak dengan
pola pikir pendahulu mereka. Makna mitos terdapat pada kalimat selesaikanlah
masalah yang kalian temui hari ini dengan cara-cara yang ada di hari ini, jangan
justru selesaikan dengan cara yang dulu dipakai orang-orang sepuluh dua puluh
“Ayah, aku minta maaf.” Tidak banyak yang bisa diucapkan Gala. … “Ayah, soal
tempo hari, permintaan Ayah yang ingin aku kuliah ke luar negeri. Aku siap,
Ayah. Maafkan kalau selama ini aku …” (KBSK, 2019:215-216, data 28)
Analisis:
Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Gala yang berbakti kepada
ayahnya. Makna konotasi yang ada pada data di atas adalah ketika Gala meminta
maaf dan mengikuti semua keinginan ayahnya termasuk kuliah di luar negeri.
Makna mitos pada data di atas adalah Gala melakukan ini semua supaya tidak
mengecewakan ayahnya.
“Mau? Emangnya kamu bahagia kalau pergi terpaksa gitu?” Ayah menyelidik. …
“Kalau gak mau, gak apa, kita carikan hal lain yang bisa kamu lakukan. Ayah
gak mau anak ayah gak bahagia. Sudah dari kecil kan, kamu terpaksa ini itu?”
Ayah melempar pandangannya ke jendela … (KBSK, 2019:216, data 29)
Analisis:
Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Ayah Gala yang menolak
permintaan Gala. Makna konotasi yang ada pada data di atas adalah Ayah Gala
yang tidak ingin jika anaknya tidak bahagia dan terpaksa melakukannya. Makna
mitos pada data di atas berupa kasih sayang seorang ayah yang sudah mulai
Mungkin dengan menuruti satu kali ini lagi saja, bisa membuat ayahnya yang
sudah sakit-sakitan ini menjadi bahagia. Gala tak mau jika ayahnya meninggal,
Gala justru belum melakukan apa-apa untuk membahagiakan ayahnya. (KBSK,
2019:217, data 30)
Analisis:
54
Dari data di atas, makna denotasi berupa keinginan Gala untuk berbakti kepada
ayahnya. Makna konotasi yang ada pada data di atas adalah alasan Gala ingin
berbakti kepada ayahnya adalah karena selama ini Gala belum melakukan apa-apa
untuk membahagiakan ayahnya. Makna mitos pada data di atas adalah dengan
menuruti satu kali saja bisa membuat ayahnya yang sudah sakit-sakitan ini
menjadi bahagia.
Sungai besar yang dekat jalan aspal tadi, jika terus ditelusuri hingga ke dalam
hutan maka jadi lebih deras dan lebih jernih. Sungai itu memisahkan jurang dan
jurang lainnya. di atasnya bergelayut sebuah jembatan lain. Seperti akar, dari
sisi lain seperti kawat dan tali. “Kita lewat sini. Tadi lo bilang yakin ikut kan?
Kalau mau balik, sana balik. Kalo mau lanjut, kita sebrangi ini.” Gala kaget tapi
tak surut. Apalagi di depan ia melihat belasan anak sekolah juga sedang
menyebrang. Ia tak mau kalah, anak-anak itu bisa, kenapa ia tak bisa. (KBSK,
2019:239, data 31)
Analisis:
Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Gala ketika melihat belasan
anak sekolah sedang menyebrangi sungai melalui jembatan. Makna konotasi dari
data di atas adalah sikap pantang menyerah Gala ketika tidak mau merasa kalah
melihat belasan anak sekolah yang ikut menyebrangi sungai tersebut. Makna
mitos yang ada pada data di atas menjelaskan bahwa adanya motivasi dari segala
cara dapat membantu kita semakin yakin untuk melewati tantangan yang ada di
depan kita.
“Ayah, dan almarhumah ibumu, cuma menyiapkan masa depan terbaik, dengan
cara terbaik dengan jalan dan cara yang kami punya. … “Pergilah. Sukseslah.”
Sedikit, sederhana, tapi kokoh. “Kalau memang di sini membuatmu terkekang,
maka pergilah. Kalau memang mau jadi guru, jadilah. Ayah akan mendukungmu.
Sepenuhnya.” (KBSK, 2019:246, data 32)
Analisis:
Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Ayah Gala
Makna konotasi yang ada pada data di atas berdasarkan kasih sayang yang
diberikan Ayah Gala berupa dukungan sepenuhnya jika Gala ingin menjadi guru.
Makna mitos pada data di atas adalah cara seorang ayah dalam mengungkapkan
kasih sayang kepada anaknya dengan mendukung setiap pilihan untuk masa
Masih semester enam, Ranjau sudah bersiap untuk skripsinya. Ia ingin lulus di
semester tujuh nanti. Ranjau sudah mulai rajin ke perpustakaan, mencari-cari
data, membaca jurnal ini itu, berkonsultasi dengan dosen dan para senior, hingga
belajar mengoperasikan SPSS, sebuah aplikasi pengolahan data. (KBSK,
2019:291, data 33)
Analisis:
Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Ranjau yang
sudah bersiap untuk skripsinya di semester enam ini. Makna konotasi yang ada
pada data di atas adalah sikap disiplin yang dilakukan Ranjau karena ingin lulus
kuliah di semester tujuh nanti. Ranjau yang sudah mulai rajin ke perpustakaan
untuk mencari data dan membaca jurnal, kemudian konsultasi dengan dosen serta
senior dan mulai belajar mengoperasikan SPSS, sebuah aplikasi pengolahan data.
Makna mitos pada data di atas adalah perjuangan yang dilakukan Ranjau saat ini
Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Ranjau yang kesehariannya
saat ini adalah mengerjakan skripsi. Makna konotasi yang ada pada data di atas
semangat betul, namun sesekali jatuh juga semangatnya. Hal ini dilakukan karena
56
keinginannya untuk lulus. Makna mitos yang terdapat pada data di atas adalah
depan teman-temannya.
Dari data di atas, makna denotasi berupa tolong menolong ditunjukkan oleh Bu
Lira kepada Arko. Makna konotasi yang ada pada data di atas adalah Arko yang
kepalanya hendak terkena sepakan dari salah satu seorang komdis di tolong oleh
Bu Lira dengan dua anjing Herder German Shepherd. Makna mitos yang ada pada
data di atas berupa pertolongan yang diberikan Bu Lira membuat Arko selamat
dari kejadian tersebut dan menjadikan hari ini adalah hari terakhir para komdis
tersebut menjadi mahasiswa. Hal ini dilakukan Bu Lira supaya tidak terjadi lagi
Puluhan orang mencoba memadamkan deretan ruko, termasuk ruko Ogi dari si
jago merah. Semua isi rumah, bengkel, warung, dilalap cepat. Suara keletukan
menakutkan, bercampur dengan suara riuh histeris. Dari kejauhan, terdengar
suara pemadam kebakaran. (KBSK, 2019:71, data 2)
Analisis:
Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh puluhan warga yang
membantu memadamkan deretan ruko, termasuk ruko Ogi dari si jago merah.
Makna konotasi yang ada pada data di atas adalah adanya sikap tolong menolong
warga setempat yang mencoba memadamkan deretan ruko, termasuk ruko Ogi
dari si jago merah dan dari kejauhan terdengar suara pemadam kebakaran. Makna
57
mitos pada data di atas adalah sikap tolong menolong dalam bersosialisasi sangat
Mpok Titis tak mau mengungkit utang emas tampaknya. Atau mungkin kini
bukanlah saat yang tepat. Ternyata Mpok Titis masih punya nurani. Ia kini malah
mempersilahkan Affandi sekeluarga tinggal di tempatnya. (KBSK, 2019:74, data
3)
Analisis:
Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Mpok Titis yang membantu
keluarga Babe Affandi. Makna konotasi yang terdapat pada data di atas
merupakan sikap kekeluargaan yang melekat pada Mpok Titis ketika menolong
keluarga Babe Affandi yang terkena musibah. Meskipun Babe masih mempunyai
utang emas kepadanya, ia tidak mau mengungkitnya. Makna mitos pada data di
atas adalah pentingnya bersikap tolong menolong dalam keluarga. Hal ini
dilakukan agar tali persaudaraan tidak putus, dan sebagai makhluk sosial kita akan
“Gue masih boleh ikutan belajar gak?” tanpa wash wesh wosh, pinta Ogi di
depan pintu kamar Arko yang tak ditutup. … “Woeee dengan senang hati
kawan.” Arko menepuk-nepuk keras pundak Ogi. … “But, tomorrow is the exam.
Hmm, baiklah, bisa sih kalau lo cepet nangkepnya.” Ranjau mencoba realistis. …
“Semoga bisa deh,” jawab Ogi pasrah. (KBSK, 2019:95, data 4)
Analisis:
Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Arko dan Ranjau yang selalu
Makna konotasi yang ada pada data di atas adalah adanya sikap persahabatan
yang ditunjukkan oleh Arko dan Ranjau ketika Ogi datang menemui mereka untuk
belajar bersama. Ranjau yang mencoba realistis mengingatkan Ogi untuk bisa
cepat nangkep mengenai pelajaran yang akan diujikan besok. Makna mitos pada
data di atas terlihat dari kebaikan Ranjau dan Arko yang menerima Ogi kembali
58
untuk belajar bersama. Hal ini dilakukan mereka dengan saling membantu satu
sama lain.
Dari data di atas, terdapat makna denotasi ketika Ogi yang hampir kehilangan
nyawanya. Makna konotasi pada data di atas adalah adanya niat Ogi untuk
sikap peduli Ranjau, Arko, dan Sania akan keadaan yang sedang dialami oleh Ogi.
Makna mitos yang ada pada data di atas adalah memiliki tingkat kepekaan yang
tinggi terhadap teman maupun orang sekitar, bisa membantu mencegah hal-hal
“Lo kira mati adalah solusi?” “Lo kalau ada masalah apa-apa, cerita ke kita
dong Monyet! Lo kira kita ini tai? Kita ini temen lo!” “Kita semua sayang sama
elo, Bangsat!” Setelah puas, tidak ada lagi kata-kata. Hanya ada rangkulan
persahabatan. (KBSK, 2019:105, data 6)
Analisis:
Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh persahabatan Ranjau, Arko,
Ogi, dan Sania. Makna konotasi yang ada pada data di atas adalah ketika Ogi
dilakukan Ranjau, Arko, dan Sania karena mereka sayang sama Ogi. Setelah itu,
mereka memutuskan untuk saling merangkul satu sama lain. Makna mitos pada
data di atas menjelaskan bahwa adanya dukungan yang didapatkan dari sahabat
Analisis:
Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Ogi ketika
dirinya hampir tenggelam di laut. Makna konotasi yang ada pada data di atas
adalah Ogi yang diselamatkan oleh Gala dan nahkoda kapalnya ketika dirinya
sudah jatuh ke laut. Makna mitos pada data di atas adalah menolong teman itu
adalah kewajiban kita, tetapi kita juga harus paham akan resiko yang kita alami
setelahnya.
Mereka semua paham dan segera berkeliaran. Mengambil rekaman tiap sudut
ruangan dan halaman bahkan hingga pantai sesuai sudut CCTV. Sesekali mereka
juga melakukan gerakan acak di depan CCTV agar terlihat natural. Ini semua
kemudian mereka serahkan pada Ogi dan jadi bahan untuk meretas sistem CCTV
vila ini. Tak sampai lima belas menit, ia berhasil membobol sistem CCTV vila.
Hasil video yang diambil teman-temannya ia gunakan sebagai tipuan. (KBSK,
2019:116, data 8)
Analisis:
Dari data di atas, terdapat makna denotasi berupa kerjasama yang ditunjukkan
oleh Ogi dan teman-temannya saat liburan di vila milik Gala. Makna konotasi
yang ada pada data di atas adalah mereka bekerjasama untuk mencoba meretas
sistem CCTV yang ada di vila tersebut supaya mereka dapat liburan tanpa diawasi
oleh ayah Gala. Makna mitos terdapat pada data di atas adalah kerjasama sangat
dibutuhkan dalam masalah seperti ini karena akan tenang menjalani liburan
tersebut. Hal ini dilakukan karena bagi mereka adalah hal yang aneh jika liburan
“Sudah biasa, Bro Ogi. Gue di Luwuk juga bisa tinggal di mana saja. Rumah
tetangga, orang kampung sebelah, pos ronda, tidak ada masalah. Kami orang
daerah, dekat.” Miral mempertemukan kedua telapak tangannya. “Rumah kalau
malam tidak dikunci. Ke mana-mana orang senyum saling sapa begitu. … (KBSK,
2019:175, data 9)
Analisis:
60
Dari data diatas, makna denotasi ditunjukkan oleh Miral yang menceritakan
suasana di Luwuk, tempat tinggalnya. Makna konotasi yang terdapat pada data di
adanya rasa nyaman dan saling percaya satu dengan yang lain. Makna mitos dari
data data di atas adalah rasa kepercayaan pada sesama itu berasal dari satu sama
lain, selama tidak ada yang mengganggu dan merusak kepercayaan itu semua
“Miral. Lo gak mau pindah ngekos gitu?” “Iya mau. Nantilah, setelah magang.
Cari uang dulu gue.” “Maksud gue, lo mau gak tinggal di rumah gue aja?
Maksudnya, di rumah mpok gue tapi bareng gue. Ya gitulah, panjang ceritanya.”
(KBSK, 2019:176, data 10)
Analisis:
Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Ogi ketika mengajak Miral
untuk tinggal di rumah Mpok Titis tanpa biaya sedikitpun. Makna konotasi yang
terdapat pada data di atas adalah Ogi yang menunjukkan sisi persahabatannya
kepada Miral dengan mengajak Miral untuk tinggal bersamanya. Hal ini dilakukan
kedatangannya dari Luwuk. Makna mitos pada data di atas adalah dengan tolong
Miral.
Dalam seminggu, video mereka sudah melesat menjadi salah satu video dengan
penonton terbanyak. Ini berkat kerja sama semua dosen yang dikoordinasi Bu
Lira, berkat perintah rektor, berkat gerilya mahasiswa-mahasiswa UDEL.
Mereka seperti mendapat angin segar, seperti mendapat sosok pahlawan pada
Juwisa dan kawan kelompoknya. Betapa tidak, tidak pernah ada yang mewakili
kampus UDEL untuk lomba ajang nasional, dan kini datang kesempatan itu.
Bayangkan betapa totalnya anak-anak kampus UDEL mempromosikan video tim
Barakrupa. (KBSK, 2019:184, data 11)
Analisis:
61
Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh anak-anak
kampus UDEL yang sangat totalitas ikut mempromosikan video tim Barakrupa.
Makna konotasi yang ada pada data di atas terlihat dari hasil kerjasama seluruh
warga kampus UDEL yang membuat video tim Barakrupa mendapatkan penonton
terbanyak sehingga mereka dapat mewakili kampus UDEL dalam lomba ajang
nasional. Makna mitos pada data di atas adalah dengan kerjasama yang baik dapat
menghasilkan sesuatu yang baik. Hal ini dikarenakan adanya tujuan yang sama.
Tiba-tiba jendela mobil itu diketuk. Itu Bu Lira. Ia langsung memeluk mereka.
“Terima kasih sudah buat kampus UDEL bangga. Tadi saya duduk di sayap kiri
auditorium. Kalian udah sejauh ini aja udah hebat. Udah juara kok, bagi kita
semua anak-anak UDEL.” Bu Lira menatap satu per satu mata mahasiswa
bimbingannya itu. Mereka semua tampak kelu, tampak amat kecewa. (KBSK,
2019:201, data 12)
Analisis:
Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Bu Lira dengan
kepeduliannya terhadap para mahasiswanya. Makna konotasi yang ada pada data
di atas adalah Bu Lira yang langsung memeluk mereka sambil mengapresiasi dan
memberikan semangat atas apa yang telah diusahakan oleh para mahasiswanya.
Hal ini dilakukan Bu Lira karena ia peduli dengan perasaan mahasiswanya yang
sedih dan kecewa karena tidak mendapat hasil yang diinginkan. Makna mitos dari
“... Ketemuanlah. Ada kabar buruk nih. Tentang Juwisa.” “Kabar buruk?” Ogi
mendelik. Juwisa?” .. “Iya nih, Juwisa, mau dikawinin sama bapaknya. Kita mau
datang nih ke kampungnya. Rame-rame diminta Bu Lira. Kasihan dia, dipaksa
nikah. Kita harus bantu bicara sama ayahnya. Memang sih ini urusan keluarga,
tapi inilah gunanya kita sebagai kawan. Datang di saat dibutuhkan.” (KBSK,
2019:230, data 13)
Analisis:
62
Dari data di atas, terdapat makna denotasi berupa perbincangan Arko dan Ogi
mengenai lamaran Juwisa. Makna konotasi yang ada pada data di atas adalah
ketika Arko memberikan kabar buruk kepada Ogi tentang Juwisa yang ingin
dengan ayahnya. Makna mitos yang terdapat pada data di atas ada pada kalimat
“Arko, I can’t take it. Kamera itu berarti banget buat lo, apa pun itu cerita di
belakangnya.” Ranjau menyodorkan kembali kamera mirrorless itu. (KBSK,
2019:236, data 14)
Analisis:
Dari data di atas, makna denotasi yang dilihat ketika Arko ingin meminjamkan
atas adalah adanya rasa empati yang ditunjukkan oleh Ranjau ketika dipinjamkan
kamera oleh Arko namun dibalikannya kembali. Hal ini dikarenakan sebelumnya
Arko menceritakan kisah dibalik kamera mirrorless tersebut. Kisah ini membuat
Ranjau dapat merasakan bahwa kamera mirrorless itu sangat berharga. Ranjau
tersentuh dengan perjuangan yang Arko lakukan selama ini. Makna mitos yang
ada pada data di atas menjelaskan bahwa rasa empati merupakan kemampuan
untuk memahami apa yang dirasakan orang lain dan juga dapat memposisikan diri
Kalau Arko kembali ke tengah, bisa-bisa itu membuat beban tali makin berat. Ia
hanya menunggu di pinggir dengan keadaan panik pula. Cukup lama adegan
seret menyeret itu. Satu jangkauan terakhir dan Gala terlepas tangannya.
Beruntung Arko sudah berhasil mencengkeram kerah pakaian Gala. Namun
tenaga Arko takkan kuat mengangkat tubuh besar Gala. Ia malah ikut tertarik ke
dalam sungai. Tapi tanpa Arko sadari, lima laki-laki dewasa sudah ada di
belakangnya. Ikut menarik tubuh Gala dan Arko. Mereka berdua lepas empas di
63
seberang. Para lelaki itu seperti marah, menasehati kemudian tertawa. (KBSK,
2019:240, data 15)
Analisis:
Dari data di atas, makna denotasi terdapat pada beberapa warga yang berusaha
membantu Arko dan Gala ke atas. Makna konotasi yang ada pada data di atas
berupa tolong menolong antara Arko yang menolong Gala dengan mencengkeram
kerah pakaian Gala supaya tidak tertarik, tetapi Arko tidak sadar bahwa ada lima
laki-laki dewasa yang sudah ada di belakangnya untuk menarik tubuh Gala dan
Arko ke seberang. Makna mitos pada data di atas berupa sikap saling menolong
mengartikan suatu hal yang tidak dapat diprediksi, terkadang ketika kita menolong
seseorang bisa saja kita juga menolong diri kita sendiri melalui orang lain.
“Semua orang, tadinya menentang keputusan gue, Kawan. Paman gue yang sopir
bis maksa untuk tetap pergi kuliah. Dia yang bayarin kuliah gue setahun pertama.
Biaya hidup gue juga dibayarin. Nyokap? Amak gue itu masih ada uang dari jadi
petani serabutan. Tapi lo kira gue tega? Paman gue, yang artinya dia adalah adik
nyokap, bantu-bantu juga sesekali. Sekarang lo tahu kenapa gue jarang bisa
main-main di ibukota sana, gue beli kamera juga dari tabungan gue, ditambahin
sama paman gue itu. Dia sopir bis udah ngelihat dunia lebih luas dari gue.
Mungkin dia gak mau nasib gue, sama kayak dia.” (KBSK, 2019:243, data 16)
Analisis:
Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Paman Arko
konotasi yang ada pada data di atas adalah Paman Arko yang hanya seorag supir
mampu membiayai kuliah Arko serta membiayai kehidupan sehari-hari Arko. Hal
ini dilakukan Paman Arko karena ia sudah melihat dunia lebih luas dan tidak
ingin jika nasib Arko sama seperti dirinya. Makna mitos yang terdapat pada data
di atas adalah terjadi karena adanya rasa saling menyayangi dan mengasihi dalam
keluarga.
64
“Gak San, gak apa-apa. Habis ini kamu pasti jadi lebih baik kok. Kita semua di
sini, jadi teman kamu, untuk jagain mimpi kamu.” Juwisa langsung teringat
betapa semangatnya Sania menarik-narik anak Fakultas Ekonomi ketika dahulu
Juwisa ikut lomba konsep bisnis. “Dulu kamu juga gitu kan, semua anak-anak
kalau gak datang ke lomba, kamu ancam pukul,” Juwisa cekikikan tipis.
“Sekarang aku gantian. Akan rajin-rajin jengukin kamu. Sampai kamu sembuh.
Nanti kamu pasti bisa jadi lebih baik lagi.” (KBSK, 2019:268, data 17)
Analisis:
Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh Juwisa dengan
rasa empati kepada Sania. Makna konotasi yang ada pada data di atas dilihat dari
Juwisa yang berusaha memberikan semangat kepada Sania agar bisa sembuh dan
menjadi lebih baik lagi, serta membantu Sania dalam menjaga mimpi-mimpinya.
Makna mitos pada data di atas menjelaskan bahwa rasa empati dalam
persahabatan merupakan hal yang penting, karena bisa merasakan apa yang
Di depan ternyata Gala sudah dipeluk duluan oleh Nenek Anjali. Nenek tua itu
menangis. Ia sudah pernah ditinggal hidup tiga anak lelakinya, kini ia akan
ditinggal pula oleh Gala, Ranjau, dan Arko. Mereka sudah seperti cucu angkat
oleh Nenek Anjali. (KBSK, 2019:289, data 18)
Analisis:
Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Nenek Anjali yang sudah
menganggap Gala, Ranjau, dan Arko seperti cucu angkat. Makna konotasi yang
ada pada data di atas merupakan rasa memiliki yang ada pada diri Nenek Anjali
ketika ia menangis saat ditinggal oleh Gala, Ranjau, dan Arko. Hal ini
dikarenakan bahwa dirinya sudah pernah ditinggal hidup tiga anak lelakinya.
Makna mitos terdapat pada data di atas berupa suatu ikatan kasih sayang yang
Analisis:
Dari data di atas, terdapat makna denotasi dalam penyampaian pendapat yang
terlihat ketika Ogi memberikan saran kepada Bu Lira. Makna konotasi yang ada
pada data di atas adalah Ogi mengeluarkan hak suara nya mengenai cara yang
tetap mendengarkan saran Ogi meskipun menurut Bu Lira masih ada cara lain
yang dapat dilakukan. Makna mitos terdapat pada data di atas adalah bentuk
Untuk ibu dan adik-adiknya, ia beli dari uang keringatnya, dari jerih payahnya.
Ia tabung terus, hingga akhirnya bulan lalu terkumpullah sejumlah uang dan Ogi
bisa membeli rumah itu dengan uang tunai alias lunai tanpa kredit. (KBSK,
2019:351, data 20)
Analisis:
Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Ogi dengan membeli rumah
untuk ibu dan adik-adiknya. Makna konotasi yang ada pada data di atas adalah
rumah yang Ogi beli dari uang keringatnya, dari jerih payahnya. Ia tabung hingga
terkumpul sejumlah uang dan ia bisa membeli rumah itu dengan uang tunai tanpa
kredit. Makna mitos pada data data di atas adalah pengabdian yang ditunjukkan
Ogi kepada ibu dan adik-adiknya melalui usaha untuk memberikan kehidupan
Dulu waktu hamil Ogi, Zaenab ngidam biasa-biasa saja. Pas melahirkan juga
biasa-biasa saja. Saat lahir, Ogi diazankan sebagaimana mestinya. (KBSK,
2019:105, data 1)
Analisis:
66
Dari data di atas, makna denotasi ditunjukkan oleh Zaenab yang merasa ngidam
biasa-biasa saja saat hamil Ogi. Makna konotasi yang ada pada data di atas
menjelaskan bahwa ngidam merupakan suatu budaya yang sering dialami hampir
semua wanita yang sedang hamil. Makna mitos pada data di atas adalah terjadinya
ngidam karena keinginan tertentu dari seorang ibu untuk mengkonsumsi jenis
Selain itu, menikah muda sudah tak asing lagi di keluarga besar Juwisa. Banyak
sepupunya yang sudah menikah sejak umur belasan tahun. ada yang kini seusia
Juwisa, tapi sudah hamil anak kedua. Dulu ibu dan ayahnya juga menikah muda.
Ibunya berumur enam belas tahun, sementara ayahnya delapan belas tahun.
(KBSK, 2019:205, data 2)
Analisis:
Dari data di atas, terdapat makna denotasi yang ditunjukkan oleh keluarga besar
Juwisa bahwa menikah muda sudah tak asing lagi. Makna konotasi yang ada pada
data di atas mengenai budaya menikah muda merupakan hal yang lumrah karena
banyak sepupu Juwisa yang sudah menikah sejak umur belasan tahun dan bahkan
orangtua Juwisa juga menikah muda. Makna mitos pada data di atas termasuk
4.2 Pembahasan
Hasil penelitian ini telah diuraikan bahwa sasaran utama penelitian skripsi
ini adalah menganalisis nilai pendidikan dalam novel Kami (bukan) Sarjana
Kertas karya J.S. Khairen dengan menggunakan teori Sukardi berdasarkan kajian
semiotika Roland Barthes seperti makna denotasi, makna konotasi, dan makna
mitos. Sumber data dalam penelitian ini adalah kutipan novel berupa kalimat dan
paragraf yang di ambil dari novel Kami (bukan) Sarjana Kertas karya J.S.
Khairen. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2022 sampai Januari
2023. Adapun nilai pendidikan yang ditemukan dalam ini meliputi nilai
67
pendidikan ketuhanan, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan sosial, dan nilai
pendidikan budaya.
iman kepada Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qada’ dan qadar.
Salah satu data yang menggambarkan nilai ketuhanan berdasarkan iman kepada
Allah adalah Ogi coba beribadah dan berdoa. Awal mulanya hanya karena ingin
diperhatikan Tuhan, hanya ingin mencoba-coba mana tahu asyik, pikirnya, tapi
kajian semiotika Roland Barthes seperti makna denotasi yang ditunjukkan oleh
kisah Ogi saat berjuang melawan diri sendiri. Makna konotasi yang terdapat pada
data di atas adalah saat Ogi selesai melakukan salat magrib berjamaah, muncul
tetapi perasaan itu muncul lagi. Makna mitos, dari data di atas adalah dengan kita
menjalankan ibadah dapat membantu dalam memperkuat iman agar selalu terjaga
menepati janji, berjiwa besar, dan disiplin. Salah satu data yang menggambarkan
sampai kalian lulus nanti, kita akan bertemu dua hingga tiga kali tiap semester.
Tugas saya memastikan kalian semua kuliah dengan benar and on the right track
untuk lulus dengan kualifikasi terbaik, juga untuk memastikan kalian tetap
menjaga mimpi kalian …” (KBSK, 2019:4, data 1). Dari data tesebut, terdapat
68
dosen konseling kepada mahasiswanya. Makna konotasi yang terdapat pada data
bimbingannya dengan memastikan mereka harus kuliah dengan benar agar bisa
mimpi mereka agar bisa diwujudkan sesuai dengan harapan mereka. Makna mitos
yang terdapat pada data di atas adalah Bu Lira yang menyampaikan apa saja
kalimat “Untuk ibu dan adik-adiknya, ia beli dari uang keringatnya, dari jerih
uang dan Ogi bisa membeli rumah itu dengan uang tunai alias lunai tanpa
kredit.” (KBSK, 2019:351, data 20). Data tersebut terdapat makna denotasi yang
ditunjukkan oleh Ogi dengan membeli rumah untuk ibu dan adik-adiknya. Makna
konotasi yang ada pada data di atas adalah rumah yang Ogi beli dari uang
keringatnya, dari jerih payahnya. Ia tabung hingga terkumpul sejumlah uang dan
ia bisa membeli rumah itu dengan uang tunai tanpa kredit. Makna mitos pada data
data di atas adalah pengabdian yang ditunjukkan Ogi kepada ibu dan adik-adiknya
budaya adalah “Selain itu, menikah muda sudah tak asing lagi di keluarga besar
Juwisa. Banyak sepupunya yang sudah menikah sejak umur belasan tahun. ada
yang kini seusia Juwisa, tapi sudah hamil anak kedua. Dulu ibu dan ayahnya juga
menikah muda. Ibunya berumur enam belas tahun, sementara ayahnya delapan
belas tahun” (KBSK, 2019:205, data 2). Data tersebut memiliki pemaknaan
oleh keluarga besar Juwisa bahwa menikah muda sudah tak asing lagi. Makna
konotasi yang ada pada data di atas mengenai budaya menikah muda merupakan
hal yang lumrah karena banyak sepupu Juwisa yang sudah menikah sejak umur
belasan tahun dan bahkan orangtua Juwisa juga menikah muda. Makna mitos pada
data di atas termasuk budaya terhadap kodrat manusia untuk menikah dan
berkeluarga.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Kutipan kata, kalimat, maupun paragraf
dalam novel Kami (bukan) Sarjana Kertas karya J.S. Khairen memuat nilai-nilai
pendidikan yang terbagi menjadi empat nilai, yaitu: nilai ketuhanan, nilai moral,
nilai sosial, dan nilai budaya. Dari keempat nilai pendidikan yang terdapat pada
novel Kami (bukan) Sarjana Kertas karya J.S. Khairen lebih mendominasi nilai
pendidikan moral. Dalam prosesnya sendiri, data berupa nilai pendidikan tersebut
secara 3 tahap, yakni: mencari makna denotasi, mencari makna konotasi, dan
5.2 Saran
atas, peneliti menyampaikan saran yang dapat dilakukan dalam penelitian ini.
70
DAFTAR PUSTAKA
Antika, T. R., Ningsih, N., & Sastika, I. 2020. Analisis Makna Denotasi,
Konotasi, Mitos pada Lagu Lathi Karya Weird Genius. Asas : Jurnal
Sastra, 61-71.
AS, A., & Umaya, N. M. 2012. Semiotika Teori dan Aplikasi pada Karya Sastra.
Semarang.
Astika, I. M., & Yasa, I. N. 2014. Sastra Lisan Teori dan Penerapannya.
Yogyakarta.
Aziz, A. 2012. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Negeri 5 Menara
Karya A.Fuadi.
Emzir, & Rohman, S. 2016. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta.
Fitrianingsih. 2019. Analisis Novel Rudy Kisah Masa Muda Sang Visioner Karya
Gina S. Noer; Sebuah Kajian Semiotika Roland Barthes. Skripsi.
Ginting, L. L. 2021. Kajian Sosiologi Sastra Terhadap Novel Kami Bukan Sarjana
Kertas . Skripsi.
Harnia, N. T. 2021. Analisis Semiotika Makna Cinta pada Lirik Lagu Tak Sekedar
Cinta Karya Dnanda. Jurnal Metamorfosa, 1-15.
Jamaludin. 2022. Nilai-Nilai Pendidikan Profetik dalam Buku "Hadrah Kiai"
Karya Raedu Basha (Analisis Semiotika Roland Barthes).
Khairen, J. 2019. Kami bukan Sarjana Kertas. Jakarta.
Khuzaemah, B. 2017. Nilai Pendidikan pada Cerbung Mulih Ndesa Karya Suryadi
W.S dalam Majalah Penyebar Semangat Tahun 2015. Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
Kumoro, B. Y. 2021. Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos dalam Lirik Lagu
Album White Shoes & The Couples Company - Self Titled; Kajian
Semiotika Roland Barthes . Skripsi.
Lantowa, J., Marahayu, N. M., & Khairussibyan, M. 2017. Semiotika: Teori,
Metode, dan Penerapannya dalam Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Deepublish.
Lestari, D. 2011. Slide Gambar pada Akun Instagram @Jurnaliskomik: Kajian
Semiotik Roland Barthes. Skripsi.
Maharani, D. 2019. Analisis Semiotik Roland Barthes dalam Novel Matahari
Karya Tere Liye. Skripsi.
71
72
Mudjiyanto, B., & Nur, E. 2013. Semiotika dalam Metode Penelitian Komunikasi.
Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa.
Nazaruddin, K. 2015. Pengantar Semiotika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nurgiyantoro, B. 2017. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: UGM Press.
Piliang, Y. A. 2004. Semiotika Teks : Sebuah Pendekatan Analisis Teks.
MediaTor, 189-198.
Riwu, A., & Pujiati, T. 2018. Analisis Semiotika Roland Barthes pada Film 3
Dara (Kajian Semiotika). Deiksis.
Rizki, A. A. 2020. Analisis Semiotik Roland Barthes dalam Novel Imaji Dua Sisi
Karya Sayfullan dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di
SMA. Skripsi.
Romadhani, N. M., & Mulyawati, Ika Martanti. 2022. Nilai Moral dalam Novel
Kami (bukan) Sarjana Kertas Karya J.S. Khairen dan Relevansinya dengan
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Aliyah.
Rosalina, W. 2015. Analisa Semiotika : Pesan-Pesan Moral Wanita dalam Novel
Catatan Hati Seorang Istri. Skripsi.
Santosa, P. 2013. Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra. Bandung.
Septiana, R. 2019. Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos dalam FIlm Who Am I
Kein System 1st Sicher; Suatu Analisis Semiotik. Skripsi.
Sobur, A. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wati, Lia, Wulandari, Giri, Sunarsih, Eti, & Triani, Susan Neni. 2022. Masalah
Sosial dalam Novel Kami Bukan Sarjana Kertas Karya J.S. Khairen.
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Wibisomo, Panji, & Sari, Yunita. 2021. Analisis Semiotika Roland Barthes dalam
Film Bintang Ketjil Karya Wim Umboh dan Misbach Yusa Bira.
Dinamika Ilmu Komunikasi.
Wijiati, I. A. 2021. Kajian Roland Barthes dalam Kumpulan Cerpen Melankolia
Bunga-Bunga Karya Inung Setyami. Kode : Jurnal Bahasa.
Zaidan, A. R., Rustapa, A. K., & Hani'ah. 1994. Kamus Istilah Sastra. Jakarta.
LAMPIRAN
73
Juwisa mengempaskan badan di kamar asrama. Ia lihat-lihat sertifikat
finalis lomba itu. Matanya berkaca-kaca. Mana ada mahasiswa UDEL
5
sebelumnya bisa tembus ke ajang semacam ini. Lawannya hebat-hebat pula
… Juwisa bersih-bersih dan salat Isya. Indah betul deretan doa-doanya.
(KBSK, 2019:203, data 5)
Memang rumahnya amat sangat sederhana. … Namun itu tidak membuat
Arko, bahkan ibunya mau begitu saja menerima sesuatu. Selagi kaki masih
6
bisa dilangkahkan, selagi tangan masih bisa menggapai dan menadahkan
doa, selagi hati masih keras berupaya, ia tak mau menerima sesuatu cuma-
cuma. Dan Gala seakan mengerti ini. (KBSK, 2019:244, data 6)
“Sebagai dosen konseling, sampai kalian lulus nanti, kita akan bertemu dua
Nilai Pendidikan
hingga tiga kali tiap semester. Tugas saya memastikan kalian semua kuliah
7
dengan benar and on the right track untuk lulus dengan kualifikasi terbaik,
Moral
juga untuk memastikan kalian tetap menjaga mimpi kalian …” (KBSK,
2019:4, data 1)
“Haha tidak usah dipikirkan betul kawan,” Arko menengahi. “Mau sarjana
kertas, sarjana gundu, sarjana karet gelang, yang penting kita kuliah saja
8
dulu. Jangan terlalu sering, jangan pula terlalu santai. Sedang-sedang saja.
Asal ketika lulus nanti bisa membanggakan orangtua ..” (KBSK, 2019:17,
data 2)
Babe pergi mencarikan kursi dari emas untuk kuliah Ogi. Babe meminjam
9
emas pada adiknya, Mpok Titis untuk kemudian dijual. (KBSK, 2019:18,
data 3)
Di hati Babe tertumpu sebuah harapan besar agar Ogi menjadi anak yang
bisa mendapat pekerjaan hebat di masa depan. Jangan seperti dirinya yang
10
hanya jadi tukang bengkel. Semua itu harus dimulai dengan sebuah
langkah, kuliah. Meski kursinya harus dibeli dengan emas. (KBSK,
2019:18, data 4)
74
“Semoga Ogi jadi anak yang sukses.” … “Aamiin.” Jarang Babe
11
memverbalisasikan doanya lewat bibir hitam korban nikotin itu. (KBSK,
2019:21, data 5)
“Gue akan buktiin, kalau gue bisa sukses, bisa punya kerjaan bagus, bisa
banggain orangtua.” Kalimat Ranjau menggebu-gebu, biasanya hanya di
media sosial ia begitu. “Ogi, Nyet, pokoknya hari ini adalah momentum!
12
Dan elo adalah saksi! Kalau gue sukses nanti, elo, temen gue, yang sama-
sama, berjuang dari kampus ini! Kita, harus jadi anak berguna! Harus! Kita
harus tancapkan sebuah kesuksesan maha dahsyat!” … (KBSK, 2019:23,
data 6)
“Yaelah Nyet. Sukses. Menjadi anak berguna, maha dahsyat. Bacot lo!”
13 cemooh Ogi seperti mencemooh lawan politik … “Jangan pesimis gitu
dong! Yes I am! Akan gue buktiin bisa sukses! I’ll prove the world, juga
semua yang ngetawain gue selama ini!” … (KBSK, 2019:23, data 7)
“Ayolah Bro, sebentar lagi UTS, loh!” ajak Ranjau. Keseriusan Ranjau
dalam belajar memang tidak bisa diragukan … “Kalian duluan aja deh,”
14
Ogi menjawab datar. “Ya udah deh, terserah lo, gue sebagai teman udah
ngingetin ya.” Ranjau mengajak Arko berjalan menjauh menuju kelas yang
segera mulai. (KBSK, 2019:43, data 8)
Gue harus bisa! Kuliah gue nilainya harus bagus! UTS di depan mata! Bulat
15
sudah tekad Ogi untuk belajar. Dadanya membara. Ia cari-cari buku catatan.
(KBSK, 2019:46, data 9)
“Maaf Bu, kami gak bisa menjalankan tugas dari Ibu.” kata Arko pada Bu
Lira. Ranjau mengangguk tipis saja. Bukan Bu Lira namanya kalau dia tak
16 bisa memecahkan masalah. Ia adalah dosen cerdas dan punya banyak akal.
Urusan mahasiswa pemalas, mahasiswa gak jelas, mahasiswa antah
berantah seperti Ogi ini, justru jadi tantangan menarik baginya. Apalagi ini
adalah tahun pertamanya mengajar di negerinya, di kampus yang didirikan
75
ayahnya. “Baiklah, nanti saya yang urus.” (KBSK, 2019:58, data 10)
“Ibu mau suruh saya makan kecoak ini? Atau masukin ke baju saya? tanya
Ogi polos. … “Yang ingin saya sampaikan adalah, Ogi, kalau kamu jadi
17 kecoak, jadilah kecoak yang bisa bertahan dari gempuran apa pun. Ini baru
sedikit masalah yang kamu hadapi dalam hidup, yang mungkin juga
sebagian dari masalah itu, kamu sendiri yang menciptakannya? Saya nggak
tahulah, … (KBSK, 2019:63, data 11)
… “Memang dunia ini keras, busuk, pahit, di luar sana apalagi, jauh lebih
busuk” … “Tapi jadilah kecoak Ogi, bertahanlah dalam situasi sepahit dan
18 sejahat apa pun.” “Kita mungkin tidak ada yang bisa jadi manusia sempurna
dan indah seperti kupu-kupu. Tapi, kita semua diberikan kemampuan untuk
bertahan. Jangan mau kalah sama kecoak. Sekarang semua keputusan ada di
tangan kamu.” (KBSK, 2019:64, data 12)
… “Sekarang berjanjilah pada dirimu sendiri. I know that we can’t hold on
promises because as a human we tend to lie to ourself, but, kali ini
pasanglah janji pada dirimu sendiri, Ogi. Janji kecoak untuk mengalahkan
19 kupu-kupu.” Benar saja, Ogi memulai hari-hari berikutnya dengan sangat
bergairah. Mata kuliah pertama semester dua adalah Statistika Sosial
Lanjutan. Di kelas, Ogi duduk di mana? Sudah pasti paling depan. Bingung
Ranjau dan Arko melihat tingkah makhluk yang satu ini. (KBSK, 2019:65,
data 13)
Hari harus terus dijalani, Ogi tetap ingin fokus pada kuliahnya. Dengan
20 situasi begini, jadi makin kuat alasannya untuk jadi anak sukses. Sekarang
kuliah sudah ada di urutan nomor satu dalam jiwanya yang lebih
menggelegak dari bara api. (KBSK, 2019:75, data 14)
“Bokap lo meninggal, bukan berarti impian lo juga ikut dikuburkan,
21
Kawan.” Arko menepuk pundak Ogi. “Gue juga, sama kayak elo. Gue anak
yatim. Dari gue remaja.” … “Haha, wajar sih sedih. Harus malah. Aneh
76
juga kalau lo gak sedih, Gi. … Pasti ada saat-saat kayak gini dalam hidup,
semua orang pasti menghadapinya. Tapi, ya gimana kita melewatinya dan
caranya bangkit setelah itu.” (KBSK, 2019:87, data 15)
Keluarlah dari zona nyaman! Agar kita sekalian sukses.” kata motivator
22
itu.“Di luar zona nyaman itu adalah zona keajaiban terjadi!” (KBSK,
2019:88, data 16)
Ia sudah bertekad tidak memakai cara-cara buruk lagi seperti berjudi untuk
23
dapat uang. Ogi coba cari inspirasi dari lingkungan sekitar. (KBSK,
2019:89, data 17)
Mendekati hari UAS, Ranjau dan Arko datang menjemput Ogi ke pertigaan
untuk belajar bareng di kos Arko seperti dahulu kala. “Nggak usah, Bro.”
jawab Ogi datar. … Mereka coba paksa Ogi, mereka yakinkan terus. Tapi
24
Ogi itu betul yang sudah terlampau pahit hidupnya. Tak ada semangat apa-
apa lagi. Datang pula Sania, sama saja. Tak mungkin. Diajak bercanda-
canda, Ogi tak tertawa. Dinakalin sedikit, Ogi malah jengkel. (KBSK,
2019:93, data 18)
Tiga hari lagi UAS semester dua. Masih Ogi belum belajar apa-apa. Ia
sudah sangat pasrah. … Kini badannya letih, pikirannya pun letih. Sehari
25
sebelum UAS. Ia datang ke kos Arko. Memaksakan diri untuk menghadapi
UAS. Ia sudah punya rencana lain yang lebih besar untuk menyelesaikan ini
semua. (KBSK, 2019:94, data 19)
“Semangat Pohon Pisang. Pohon pisang, biar sudah ditebas sampai runtuh,
tak lama kemudian anak-anaknya akan tumbuh lagi tiada habisnya. Cobalah
26
tebas terus, justru akan tumbuh lagi lebih banyak. Tidak pernah menyerah.
Kita sebagai makhluk yang diberi akal, hendaknya belajar juga dari alam.
Salah satunya, dari semangat pohon pisang ini. (KBSK, 2019:102, data 20)
27 “Jadi sarjana atau tidak, itu cuma di atas kertas! Banyak sarjana
menganggur juga. Banyak orang tak sekolah tinggi tapi sukses. Banyak
77
sarjana, begitu bekerja ternyata tidak bisa apa-apa. Masuk kantor gagah,
pulang-pulang gagap. Dunia profesional menuntut begitu tinggi, tak sampai
napas mereka berlari. Banyak sarjana tak pandai ilmu hidup, hanya ilmu
silabus saja. Sarjana kertas. Asal jangan lagi bunuh diri ya! Kami selalu
ada. Ikuti saja kata hati. Jadilah anak yang Mandraguna! Sesuai namamu.”
(KBSK, 2019:123, data 21)
Rumahnya yang sudah seperti istana itu seketika beku. Ayah Gala merasa
28 tersudutkan. Ia melakukan semua ini, hingga menjadi orangtua yang
superprotektif, bukanlah tanpa alasan. Gala adalah anak satu-satunya yang
akan meneruskan bisnisnya nanti. … (KBSK, 2019:131, data 22)
Gala menolaknya. Ia tidak mau kalah, ia tak mau lagi menerima bantuan
ayahnya. Baginya itu sama saja mengiyakan kata-kata orang lain bahwa ya
29 si Gala itu kan anak orang kaya, apa-apa tinggal minta, mau ini itu tinggal
bilang. Gala tidak terima jika orang mengatakan kekayaan orangtua adalah
kemudahan bagi anaknya. Justru bagi Gala, statusnya yang jadi anak orang
kaya adalah beban. (KBSK, 2019:141, data 23)
“Esensi universitas bukan hanya membangun intelektualitas. Tapi juga
membangun jiwanya, mental pemimpinnya, kepekaan terhadap lingkungan
dan masyarakat. Bagaimana itu bisa terjadi, maka kita para pendidiklah
30
yang harus ikut serta. Jangan sampai ada pula pendidik yang justru
menghambat perkembangan, tidak peka pada kemajuan dan perubahan,
mempersulit mahasiswa.” papar Rektor Areng Sukoco, … (KBSK,
2019:158, data 24)
… Pengemudi ojek online itu kini mencoba cari perhatian dari tukang
minuman. “Ya nasib orang kecil begini, kerjaan seadanya, uang cukup buat
31
makan aja. Mau pulang kampung sana, ya ongkosnya juga gede, belum
tentu juga bisa buka usaha.” lanjutnya bercerita. … “Ya disyukuri aje, Pak,
dapat penumpang mah yang penting buat makan bisa, ye gak,” celetuk
78
mbak-mbak parkiran galak. (KBSK, 2019:166, data 25)
Miral datang dengan kapal jauh-jauh setelah tahu ia diterima di kampus
UDIN. Sekampung heboh dibuatnya, tak ada keluarganya yang bisa
32 berkuliah jauh sampai ke ibukota, di kampus terbaik pula. “Saya kuliah di
sini, datang sendirian. Terima di kampus UDIN, tapi uang tidak ada, Mas.
Tidak juga ada uang untuk sewa kosan, beli tiket pesawat, kipas angina,
bantal motor, dompet baru, minyak rambut.” (KBSK, 2019:173, data 26)
“Sekarang ini anak muda berbisnis dengan cara berbeda. Jadi kalian tidak
usah takut, jangan terjebak dengan pola pikir para pendahulu kalian, kami-
33 kami ini yang sudah tua-tua. Selesaikanlah masalah yang kalian temui hari
ini dengan cara-cara yang ada di hari ini, jangan justru selesaikan dengan
cara yang dulu dipakai orang-orang sepuluh dua puluh tahun yang lalu,”
papar Prof. Reynaldi Marpaung. (KBSK, 2019:184, data 27)
“Ayah, aku minta maaf.” Tidak banyak yang bisa diucapkan Gala. …
34 “Ayah, soal tempo hari, permintaan Ayah yang ingin aku kuliah ke luar
negeri. Aku siap, Ayah. Maafkan kalau selama ini aku …” (KBSK,
2019:215-216, data 28)
“Mau? Emangnya kamu bahagia kalau pergi terpaksa gitu?” Ayah
menyelidik, … “Kalau gak mau, gak apa, kita carikan hal lain yang bisa
35
kamu lakukan. Ayah gak mau anak ayah gak bahagia. Sudah dari kecil kan,
kamu terpaksa ini itu?” Ayah melempar pandangannya ke jendela …
(KBSK, 2019:216, data 29)
Mungkin dengan menuruti satu kali ini lagi saja, bisa membuat ayahnya
36 yang sudah sakit-sakitan ini menjadi bahagia. Gala tak mau jika ayahnya
meninggal. Gala justru belum melakukan apa-apa untuk membahagiakan
ayahnya. (KBSK, 2019:217, data 30)
37 Sangat besar yang dekat jalan aspal tadi, jika terus ditelusuri hingga ke
dalam hutan maka jadi lebih deras dan lebih jernih. Sungai itu memisahkan
79
jurang dan jurang lainnya. Di atasnya bergelayut sebuah jembatan lain.
Seperti akar, dari sisi lain seperti kawat dan tali. “Kita lewat sini. Tadi lo
bilang yakin ikut kan? Kalau mau balik, sana balik. Kalo mau lanjut, kita
sebrangi ini.” Gala kaget tapi tak surut. Apalagi di depan ia melihat belasan
anak sekolah juga sedang menyebrang. Ia tak mau kalah, anak-anak itu bisa,
kenapa ia tak bisa. (KBSK, 2019:239, data 31)
“Ayah, dan almarhumah ibumu, cuma menyiapkan masa depan terbaik,
dengan cara terbaik dengan jalan dan cara yang kami punya. … “Pergilah.
38 Sukseslah.” Sedikit, sederhana, tapi kokoh. “Kalau memang di sini
membuatmu terkekang, maka pergilah. Kalau memang mau jadi guru,
jadilah. Ayah akan mendukungmu. Sepenuhnya.” (KBSK, 2019:246, data
32)
Masih semester enam, Ranjau sudah bersiap untuk skripsiannya. Ia ingin
lulu di semester tujuh nanti. Ranjau sudah mulai rajin ke perpustakaan,
39
mencari-cari data, membaca jurnal ini itu, berkonsultasi dengan dosen dan
para senior, hingga belajar mengoperasikan SPSS, sebuah aplikasi
pengolahan data. (KBSK, 2019:291, data 33)
Bercumbu dengan skripsi kini menjadi keseharian Ranjau. Kadang ia
40 semangat, kadang ia semangat betul. Namun sesekali jatuh juga
semangatnya. … Ranjau sudah tiga langkah di depan teman-temannya. Ia
harus segera lulus. (KBSK, 2019:305, data 34)
Nilai Pendidikan … Arko mencoba berdiri dengan lututnya, tiba-tiba seorang komdis hendak
41 menyasar kepala Arko dengan sebuah sepakan. Persis di saat itu, seseorang
Sosial datang dengan dua anjing Herder German Shepherd. Siapa lagi kalau bukan
Bu Lira! (KBSK, 2019:28-29, data 1)
Puluhan orang mencoba memadamkan deretan ruko, termasuk ruko Ogi
42
dari si jago merah. Semua isi rumah, bengkel, warung, dilalap cepat. Suara
keletukan menakutkan, bercampur dengan suara riuh histeris. Dari
80
kejauhan, terdengar suara pemadam kebakaran. (KBSK, 2019:71, data 2)
Mpok Titis tak mau mengungkit utang emas tampaknya. Atau mungkin kini
43 bukanlah saat yang tepat. Ternyata Mpok Titis masih punya nurani. Ia kini
malah mempersilahkan Affandi sekeluarga tinggal di tempatnya. (KBSK,
2019:74, data 3)
“Gue masih boleh ikutan belajar gak?” tanpa wash wesh wosh, pinta Ogi di
depan pintu kamar Arko yang tak ditutup. …”Woeee dengan senang hati
44
kawan.” Arko menepuk-nepuk keras pundak Ogi. … “But tomorrow is the
exam. Hmm, baiklah, bisa sih kalau lo cepet nangkepnya. “Ranjau mencoba
realistis. … “Semoga bisa deh,” jawab Ogi pasrah. (KBSK, 2019:95, data 4)
45 Sedikit lagi nyawa Ogi benar-benar melayang. Mereka gotong-royong
melepaskan ikatan di leher Ogi. (KBSK, 2019:104, data 5)
“Lo kira mati adalah solusi?” “Lo kalau ada masalah apa-apa, cerita ke kita
46 dong Monyet! Lo kira kita ini tai? Kita ini temen lo!” “Kita semua sayang
sama elo, Bangsat!” Setelah puas, tidak ada lagi kata-kata. Hanya ada
rangkulan persahabatan. (KBSK, 2019:105, data 6)
Ogi diselamatkan secepat kilat. Tubuhnya menggelepar-gelepar di laut. Ia
47 diselamatkan dengan dramatis oleh Gala dan nahkoda kapal. … “Ranjau,
HP lo. Tadi jatuh. Pas kita foto-foto,” papar Ogi sambil megap-megap
seperti ikan sapu-sapu. … (KBSK, 2019:111, data 7)
Mereka semua paham dan segera berkeliaran. Mengambil rekaman tiap
sudut ruangan dan halaman bahkan hingga pantai sesuai sudut CCTV.
Sesekali mereka juga melakukan gerakan acak di depan CCTV agar terlihat
48
natural. Ini semua kemudian mereka serahkan pada Ogi dan jadi bahan
untuk meretas sistem CCTV vila ini. Tak sampai lima belas menit, ia
berhasil membobol sistem CCTV vila. Hasil video yang diambil teman-
temannya ia gunakan sebagai tipuan. (KBSK, 2019:116, data 8)
81
“Sudah biasa, Bro Ogi. Gue di Luwuk juga bisa tinggal di mana saja.
Rumah tetangga, orang kampung sebelah, pos ronda, tidak ada masalah.
49
Kami orang daerah, dekat.” Miral mempertemukan kedua telapak
tangannya. “Rumah kalau malam tidak dikunci. Ke mana-mana orang
senyum saling sapa begitu. … (KBSK, 2019:175, data 9)
“Miral. Lo gak mau pindah ngekos gitu?” “Iya mau. Nantilah, setelah
50 magang. Cari uang dulu gue.” “Maksud gue, lo mau gak tinggal di rumah
gue aja? Maksudnya, di rumah mpok gue tapi bareng gue. Ya gitulah,
panjang ceritanya.” (KBSK, 2019:176, data 10)
Dalam seminggu, video mereka sudah melesat menjadi salah satu video
dengan penonton terbanyak. Ini berkat kerja sama semua dosen yang
dikoordinasi Bu Lira, berkat perintah rektor, berkat gerilya mahasiswa-
51 mahasiswa UDEL. Mereka seperti mendapat angin segar, seperti mendapat
sosok pahlawan pada Juwisa dan kawan kelompoknya. Betapa tidak, tidak
pernah ada yang mewakili kampus UDEL untuk lomba ajang nasional, dan
kini datang kesempatan itu. Bayangkan betapa totalnya anak-anak kampus
UDEL mempromosikan video tim Barakrupa. (KBSK, 2019:184, data 11)
Tiba-tiba jendela mobil itu diketuk. Itu Bu Lira. Ia langsung memeluk
mereka. “Terima kasih sudah buat kampus UDEL bangga. Tadi saya duduk
52 di sayap kiri auditorium. Kalian udah sejauh ini aja udah hebat. Udah juara
kok, bagi kita semua anak-anak UDEL.” Bu Lira menatap satu per satu
mata mahasiswa bimbingannya itu. Mereka semua tampak kelu, tampak
amat kecewa. (KBSK, 2019:201, data 12)
“ … Ketemuanlah. Ada kabar buruk nih. Tentang Juwisa.” “Kabar buruk?”
Ogi mendelik, Juwisa” … “Iya nih, Juwisa, mau dikawinin sama bapaknya.
53
Kita mau datang nih ke kampungnya. Rame-rame diminta Bu Lira. Kasihan
dia, dipaksa nikah. Kita harus bantu bicara sama ayahnya. Memang sih ini
urusan keluarga, tapi inilah gunanya kita sebagai kawan. Datang di saat
82
dibutuhkan.” (KBSK, 2019:230, data 13)
“Arko, I can’t take it. Kamera itu berarti banget buat lo, apa pun itu cerita di
54
belakangnya.” Ranjau menyodorkan kembali kamera mirrorless itu.
(KBSK, 2019:236, data 14)
Kalau Arko kembali ke tengah, bisa-bisa itu membuat beban tali makin
berat. Ia hanya menunggu di pinggir dengan keadaan panik pula. Cukup
lama adeggan seret menyeret itu. Satu jangkauan terakhir dan Gala terlepas
tangannya. Beruntung Arko sudah berhasil mencengkeram kerah pakaian
55
Gala. Namun tenaga Arko takkan kuat mengangkat tubuh besar Gala. Ia
malah ikut tertarik ke dalam sungai. Tapi tanpa Arko sadari, lima laki-laki
dewasa sudah ada di belakangnya. Ikut menarik tubuh Gala dan Arko.
Mereka berdua lepas empas di seberang. Para lelaki itu seperti marah,
menasehati kemudian tertawa. (KBSK, 2019:240, data 15)
“Semua orang, tadinya menentang keputusan gue, Kawan. Paman gue yang
sopir bis maksa untuk tetap pergi kuliah. Dia yang bayarin kuliah gue
setahun pertama. Biaya hidup gue juga dibayarin. Nyokap? Amak gue itu
masih ada uang dari jadi petani serabutan. Tapi lo kira gue tega? Paman
56
gue, yang artinya dia adalah adik nyokap, bantu-bantu juga sesekali.
Sekarang lo tahu kenapa gue jarang bisa main-main di ibukota sana, gue
beli kamera juga dari tabungan gue, ditambahin sama paman gue itu. Dia
sopir bisa udah ngelihat dunia lebih luas dari gue. Mungkin dia gak mau
nasib gue, sama kayak dia.” (KBSK, 2019:243, data 16)
“Gak San, gak apa-apa. Habis ini kamu pasti jadi lebih baik kok. Kita
semua di sini, jadi teman kamu, untuk jagain mimpi kamu.” Juwisa
57 langsung teringat betapa semangatnya Sania menarik-narik anak Fakultas
Ekonomi ketika dahulu Juwisa ikut lomba konsep bisnis. “Dulu kamu juga
gitu kan, semua anak-anak kalau gak datang ke lomba, kamu ancam pukul.”
Juwisa cekikikan tipis. “Sekarang aku gantian. Akan rajin-rajin jengukin
83
kamu. Sampai kamu sembuh. Nanti kamu pasti bisa jadi lebih baik lagi.”
(KBSK, 2019:268, data 17)
Di depan ternyata Gala sudah dipeluk duluan oleh Nenek Anjali. Nenek tua
58 itu menangis. Ia sudah pernah ditinggal hidup tiga anak lelakinya, kini ia
akan ditinggal pula oleh Gala, Ranjau, dan Arko. Mereka sudah seperti cucu
angkat oleh Nenek Anjali. (KBSK, 2019:289, data 18)
“Bu, mungkin gak ya saya, eh kami memberikan beberapa kesaksian?”
“Maksudmu, Ogi?” … “Saya yakin kalau semua mahasiswa ditanyain,
59
kalau yang lain diminta berkomentar, pasti ada aja Bu yang bisa dijadikan
penguat ke kementerian.” “Ogi, terima kasih sudah peduli …” (KBSK,
2019:297, data 19)
Untuk ibu dan adik-adiknya, ia beli dari uang keringatnya, dari jerih
60 payahnya. Ia tabung terus, hingga akhirnya bulan lalu terkumpullah
sejumlah uang dan Ogi bisa membeli rumah itu dengan uang tunai alias
lunas tanpa kredit. (KBSK, 2019:351, data 20)
Nilai Pendidikan
Dulu waktu hamil Ogi, Zaenab ngidam biasa-biasa saja. Pas melahirkan
61
juga biasa-biasa saja. Saat lahir, Ogi diazankan sebagaimana mestinya.
Budaya
(KBSK, 2019:105, data 1)
Selain itu, menikah muda sudah tak asing lagi di keluarga besar Juwisa.
Banyak sepupunya yang sudah menikah sejak umur belasan tahun. Ada
62
yang kini seusia Juwisa, tapi sudah hamil anak kedua. Dulu ibu dan
ayahnya juga menikah muda. Ibunya berumur enam belas tahun, sementara
ayahnya delapan belas tahun. (KBSK, 2019:205, data 2)
84
RIWAYAT HIDUP
Kemudian melanjutkan sekolah tingkat pertama pada tahun yang sama di SMP
Negeri 10 Bekasi dan lulus pada tahun 2014. Selanjutnya pada tahun yang sama,
Pada tahun 2018, penulis terdaftar pada salah satu perguruan tinggi
mengembangkan kreativitas sastra yang telah ada dalam dirinya sejak di Sekolah
Dasar (SD).
Mahasiswa Sastra Indonesia (HIMSI) pada tahun 2018, penulis berusaha untuk
lulus tepat waktu. Semua itu berkat kerja keras, dukungan, motivasi untuk meraih
kesuksesan dan disertai dengan doa dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
85