Anda di halaman 1dari 41

INSTANSI:

Pos Bantuan Hukum Advokat


Indonesia DPC Surabaya
Arief Rachman Hakim, S.H.,M.H
Khoirun Nisa Salsa Bila

2023
MODUL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

“PROSEDUR PENYELESAIAN PERKARA


PERBUATAN MELAWAN HUKUM SENGKETA
TANAH AHLI WARIS”

Oleh :
KHOIRUN NISA SALSA BILA
20071010114

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PEMBANGUNAN


NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA
2023
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Modul : PROSEDUR PENYELESAIAN PERKARA
PERBUATAN MELAWAN
HUKUM SENGKETA TANAH
AHLI WARIS
2. Pemanfaatan IPTEKS :-
3. Nama Dosen Pembimbing Lapangan
a. Nama Lengkap : Arief Rachman Hakim S.H., M.H.
b. NIP : 21119930820264
c. Jabatan Fungsional : Tenaga Pengajar
d. Program Studi : Hukum
e. Nomor HP : 081380187059
f. Alamat e-mail : arief.ih@upnjatim.ac.id
g. Perguruan Tinggi : UPN “Veteran” Jawa Timur
4. Lokasi Kegiatan : Pos Bantuan Hukum Advokat Indonesia
DPCSurabaya.
5. Anggota
Nama Lengkap : Khoirun Nisa Salsa Bila
NPM : 20071010114
Prodi : Hukum
Surabaya,10 Juli 2023
Menyetujui DPL Penulis

Arief Rachman Hakim, S.H., M.H. Khoirun Nisa Salsa


Bila NIP. 21119930820264 NPM. 20071010114
Mengetahui,
Ka. LPPM Kapusdimas dan KKN

Dr. Ir. Rossyda Priyadarshinii, MP. Dr. Z.Abidin Achmad, M.Si.,


M.Ed. NIP. 19670319 199103 2001 NPT. 373059901701

iii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Tuhan Yang


Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Modul
Pengabdian Masyarakat ini dengan judul “Prosedur Penyelesaian
Perkara Perbuatan Melawan Hukum Sengketa Tanah Waris”.
Modul ini disusun untuk memberikan pemahaman kepada
masyarakat yang tengah menghadapi permasalahan dalam bidang
perdata terutama ruang lingkup perjanjian di Pos Bantuan Hukum
Advokat Indonesia DPC Surabaya Jawa Timur.
Selama penulisan modul ini, penulis banyak menerima
bantuan dan dukungan sehingga dapat menyelesaikan Modul
Pengabdian Masyarakat ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, MMT selaku Rektor UPN
“Veteran” Jawa Timur;
2. Dr. Rossyda Priyadarshinii, MP selaku Ketua LPPM;
3. Pos Bantuan Hukum Advokat Indonesia DPC Surabaya yang
memberikan kesempatan untuk berkolaborasi dengan
Mahasiswa Magang MBKM;
4. Seluruh pihak yang terkait dan berkepentingan untuk
membantu penyusunan modul ini.

iv
Dalam penulisan modul ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan,karena itu segala
kritik dan saran yang membangun akan menyempurnakan
penulisan Modul ini serta bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca.

Surabaya, 10 Juli 2023

Tim Penulis

v
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............... iii
KATA PENGANTAR ........................... iv
DAFTAR ISI.......................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................ vii
DAFTAR TABEL DAN BAGAN ...... viii
1. PENDAHULUAN ......................... 1
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
MAGANG MBKM ........................ 9
2.1 Tinjauan Umum ............................... 9
1. Perbuatan Melawan Hukum ............ 10
2. Tanah dan Sengketa Tanah ............. 11
3. Waris ............................................... 13
4. Pos Bantuan Hukum
Advokat Indonesia DPC
Surabaya .......................................... 16
2.2 Alur Pendaftaran dan Proses
Penyelesaian Perkara ...................... 19
2.3 Prosedur Penyelesaian Perkara
Perbuatan Melawan Hukum Di
Pengadilan Negeri ........................... 22
3. PENUTUP..................................... 29
3.1 Kesimpulan ..................................... 29
3.2 Saran ............................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ........................... 31

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Lambang Pos Bantuan


Hukum Advokat Indonesia ............ 16

vii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.2 Struktur Organisasi Bantuan


Hukum Advokat Indonesia DPC....... 19

viii
PROSEDUR PENYELESAIAN PERKARA PERBUATAN
MELAWAN HUKUM SENGKETA TANAH AHLI WARIS”
Arief Rachman Hakim S.H., M.H.,
Khoirun Nisa Salsa Bila e-mail : arief.ih@upnjatim.ac.id

1. PENDAHULUAN

Masyarakat indonesia sudah menganggap hukum adalah


suatu hak yang tidak asing lagi dalam kehidupannya, sebab
segala tingkah laku dan perbuatan kita akan selalu diawasi
dengan hukum. Di indonesia sendiri hukum sedang memiliki
persoalan yang sangat serius, kita dihadapkan denganberbagai
macam kasus mengenai ketidakadilan hukum hampir setiap
harinya. Hukum dan keadilan masyarakat adalah kedua hal yang
saling berkaitan, hukum harus ditegakkan dengan seadil adilnya
agar menciptakan kesejahteraan dalam masyarakat.
Masalah yang berkaitan dengan ketidakadilan dan sering
dihadapi adalah masalah perebutan sengketa tanah. Tanah
merupakan sebuah aset penting yang berhubungan erat dengan
masyarakat. Pada awalnya tanah hanya dimanfaatkan sebagai
tempat tinggal saja, namun seiring berjalannya waktu sesuai
dengan perkembangan zaman maka jumlah penduduk
meningkat pula, serta menyediakan tanah yang sangat banyak
yang artinya sudah barang tentu akan semakin banyak pula
dibutuhkan tanah untuk bertempat tinggal.1

1
Tanah memiliki nilai jual yang tinggi sehingga
masyarakat menjadikan tanah sebagai objek yang seringkali
diperebutkan.Perebutan tersebut pada akhirnya menimbulkan
sebuah akibat hukum dan juga perbedaan pendapat serta
perselisihan di kalangan masyarakat. 2
Peraturan mengenai perselisihan tanah juga telah diatur
dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Penanganan dan Penyelesaian Kasus Pertanahan. Di dalam
pasal 1 disebutkan bahwa ada 2 jenis perselisihan tanah yakni
perselisihan tanah antara perorangan, badan hukum, atau
lembaga yang tidak berdampak luas atau yang sering disebut
dengan sengketa tanah. Kemudian yang selanjutnya adalah
perselisihan tanah antara orang perorangan, kelompok,
organisasi, atau lembaga yang memiliki dampak yang luas,
atau yang sering disebut dengan konflik pertanahan.3
Hak milik atas tanah adalah suatu hal yangperludidukung
guna mensejahterakan prinsip keadilan dalam masyarakat, hak
atas kepemilikan suatu tanah dapat diartikan bahwa
penguasaan tanah haruslah didasarkan pada sebuahkewajiban
dan larangan yang memang seharusnya dipatuhi oleh si pelaku
pemegang hak tersebut, dan nantinya isi dari hakpenguasaan
tersebut yang akan dijadikan tolak ukur

1
Angreni, Ni Kadek Ditha dan Wairocana, I Gusti Ngurah. (2018)Legalitas
Jual Beli Tanah Dihadapan Pejabat Akta Pembuat Akta Tanah”. Kertha Semaya
6, No.9,, h. 4
2
Erna Sri Wibawanto. (2013). Hak Atas Tanah dan Peralihannya. Yogyakarta.
Liberty. Hlm.1

2
dalam perbedaan hak hak penguasaan yang diatur dalam hukum
tanah.Hal ini juga telah disempurnakan dalam Pasal 16 Ayat(1)
UUPA yang menyatakan bahwa terdapat hak-hak atastanah
antara lain sebagai berikut: hak milik; hak guna usaha; hak guna
bangunan; hak pakai; hak sewa; hak membuka tanah;dan hak
memungut hasil hutan Diantara jenis hak hak tersebutterdapat
arti kepemilikan yang berbeda beda berikut adalah
penjelasannya:
a. Hak milik memiliki arti kepemilikan yang paling kuat dari
hak hak yang lain nya. Hak milik mengandung hak untuk
pemakaian sebidang tanah dalam kepentingan apapun. Hak
ini hanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki
kewarganegaraan tunggal di indonesia. Selain itu hak ini
adalah satu satunya hak yang berhak untuk diwakafkan.
kemudian yang selanjutnya adalah
b. Hak guna usaha dimana dalam hak ini kekuatan alas hak nya
tentu sangat berbeda dengan hak milik. Sebagaimana telah
disebutkan pada pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Pokok
Agraria Hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan
langsung tanah yang dikuasai oleh Negara untuk usaha
pertanian, perikanan, atau peternakan.
c. Hak guna bangunan merupakan sebuah hak untuk
mendirikan sebuah bangunan diatas tanah yang tidak
menjadi hak miliknya sendiri, dengan terikat dengan
perjanjian waktu paling lama 30 tahun.

3
Permen agraria/kepala BPN no. 21 tahun 2020 Tentang Penanganan Dan
Penyelesaian Kasus Pertanahan [JDIH bpk ri]. (n.d.).
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/210603/permen-agrariakepala-bpn- no-
21-tahun-2020 diakses tanggal 13 April 2023
3
Peletakan tanahnya bersifat bebas dapat diletakkan di atas
tanah negara ataupun di atas tanah hak milik.hal tersebut
telah teratur dalam pasal35 ayat (1) dan ayat (2) Undang-
Undang Pokok Agraria
d. Hak pakai adalah hak yang dipergunakan untuk memungut
hasil dari tanah yang dikuasai oleh negara atau milik orang
lain. hak ini tidak terikat oleh sebuah perjanjian, hak ini juga
dapat dimiliki oleh orang asing dan juga badan hukum asing.
keputusan pemberian tanah ini ditentukan oleh pejabat yang
berwenang Hak pakai ini tidak dapat dijadikanjaminan untuk
hipotik namun dapat dijadikan jaminan untukhutang karena
bersifat dapat dipindah tangankan.
e. Hak membuka tanah adalah hak yang diberikan untuk
kepentingan pemanfaatan sumber daya alam tanpa perlu
memiliki hak milik atas hutan tersebut. Hak ini termasuk hak
khusus untuk perusahaan-perusahaan milik pemerintah guna
menyelenggarakan usaha industrial estate, pembangunan
perumahan dan perusahaan pada umumnya.4
Perselisihan yang kerap terjadi tidak hanya muncul
dikalangan masyarakat, perselisihan pun juga sering muncul
di kalangan yang lebih mengerucut yakni lingkungan
keluarga. Di dalam ruang lingkup lingkungan ini
ketidakadilan dan perebutan didasarkan pada masalah
kewarisan yang dimana pewaris merasa telah membagi

4 Sari,
I. (2020). Hak-hak atas tanah dalam sistem hukum pertanahan di Indonesia
menurut Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA). Jurnal MitraManajemen, 9(1)

4
waris sesuai dengan bagian yang telah ditentukan namun
pihak ahli warisnya masih merasa kurang, hal tersebut telah
menumbuhkan rasa ketidakadilan di dalamnya. Dimana ahli
waris satu ingin mendapatkan bagian paling banyak dan ahli
waris lainnya merasa tidak mendapatkan bagian sesuai
dengan ketetapan.
Perebutan tanah sengketa waris bisa menjadi
permasalahan yang cukup serius yang harus ditangani, dalam
pembagiannya pun harus didasarkan pada aturan yangtelah
ada, sebagaimana telah disebutkan dalam Pasal 171
KUHPerdata, bahwa : Hukum waris adalah hukum yang
mengatur tentang pemindahan hak kepemilikan atas harta
peninggalan pewaris kemudian menentukan siapa- siapa
yang berhak menjadi ahli waris dan menentukan berapa
bagian masing-masing. Dari pasal tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa setiap orang berhak menjadi ahli waris
dari setiap harta yang ditinggalkan oleh subjek yang memiliki
hubungan hukum dengan pewaris, dan yang dapat
diwariskan hanyalah hak hak dan kewajibannya dalam
laporan hukum kekayaan atau harta bendanya saja yangdapat
diwariskan. Kemudian juga ada 2 jenis cara menjadi ahli
waris yang pertama yakni menjadi ahli waris sesuai dengan
ketetapan Undang Undang, dan menjadi waris dengan cara
ditunjuk oleh surat wasiat (testament).
Ahli waris menempati kedudukan pewaris dalam hal
yang menyangkut harta kekayaannya. Oleh sebab itu ahli
waris berhak memperoleh haknya, tanpa dilakukan

5
penyerahan (levering). Namun, harta peninggalan waris baru
terbuka apabila pewaris meninggal dunia dan ahli warisharus
masih hidup pada saat harta warisan terbuka. Penentuan
pewaris dapat merujuk pada pasal 832 BW yang disebutkan
bahwa yang berhak menjadi ahli waris adalah anggota
keluarga sedarah, baik sah maupun luar kawin (yangdiakui
sah) dan suami istri yang hidup terlama. Namun pada
faktanya perebutan waris masih sering terjadi walaupun telah
diatur dengan sedemikian rupa di dalam undang undang.
Pemberian atau pembagian warisan tidak akan menjadi
sebuah masalah selama dibagi secara adil merata atau
dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku. Terutama
apabila warisan yang diberikan berupa tanah, dan ahli waris
memiliki bukti hak milik atas tanah tersebut. Akan tetapi
masalah akan timbul apabila ada orang lain yang tidak begitu
paham mengenai aturan pembagian warisan namun
menggugat seolah olah dirinya adalah pewaris yang tidak
diakui dan tidak mendapatkan bagian yang diinginkannya.
Urgensi dari pembuatan modul pengabdian masyarakat
ini adalah karena masih banyaknya masyarakat yang tidak
tahu tentang sistem pembagian waris terutama mengenai
siapa saja yang berhak mendapatkan harta warisan tersebut.
Sehingga dengan adanya modul ini dapat membantu untuk
memberikan pengertian tentang pengertian lebih lanjut dan
perlindungan hukum kepada masyarakat yang memiliki
masalah persengketaan tanah waris. Selain itu modul ini
dapat membantu masyarakat dalam menemukan kuasa
hukum yang terpercaya dalam menangani perkara
persengketaan tanah waris.

6
memberikan pengertian tentang pengertian lebih lanjut dan
perlindungan hukum kepada masyarakat yang memiliki
masalah persengketaan tanah waris. Selain itu modul ini
dapat membantu masyarakat dalam menemukan kuasa
hukum yang terpercaya dalam menangani perkara
persengketaan tanah waris.
Tujuan dari pembuatan modul pengabdian masyarakat
ini adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai
prosedur penanganan perkara perbuatan melawan hukum,
serta memberikan pengetahuan tentang pembagian tanah
warisan sesuai peraturan yang berlaku.
Metode yang digunakan dalam pembuatan modul ini
adalah dengan cara observasi pengamatan di lapangan serta
melakukan wawancara kepada staf Pos Bantuan Hukum
Advokat Indonesia DPC Surabaya mengenai prosedur
penyelesaian perkara perbuatan melawan hukum dalam
sengketa tanah waris.
Sasaran dari dibuatnya modul pengabdian masyarakat ini
adalah semua kalangan masyarakat yang perlu diedukasi
mengenai perkara tersebut. Modul ini dibuat untuk kelompok
masyarakat umum yang cenderung sedang mengalami
persoalan yang sama dengan tema modul ini. Hasil akhir
yang diharapkan penulis adalah masyarakat
dapat lebih memahami mengenai hukum dan proses apa saja
yang akan ditempuh apabila mengalami konflik dengan
pihak lain.

7
Lokasi dari pengambilan data atau prosedur yang
digunakan untuk penulisan modul ini adalah Pos Bantuan
Hukum Advokat Indonesia DPC Surabaya. Pos Bantuan
Hukum Advokat Indonesia DPC Surabaya adalah salah satu
instansi yang menyelesaikan perkara perbuatan melawan
hukum dan perkara sengketa tanah waris yang siap
membantu masyarakat untuk menjadi kuasa hukum.
Berdasarkan uraian diatas, mendorong penulis untuk
mengangkat judul Modul Pengabdian Masyarakat
PROSEDUR PENYELESAIAN PERKARA PERBUATAN
MELAWAN HUKUM SENGKETA TANAH AHLI WARIS.
Dengan menggunakan metode kualitatif berupa observasi
atau sebuah pengamatan yang dilakukan langsung oleh
penulis di Pos Bantuan Hukum Advokat Indonesia DPC
Surabaya . Sedangkan untuk metode penyampaian yang akan
digunakan kepada pembaca adalah metode deskripsi tertulis
yang merupakan hasil dari pengamatan observasi yang
dilakukan penulis.

8
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Umum
1. Perbuatan Melawan Hukum

Perbuatan melawan hukum atau yang sering


disebut dengan onrectimage daad dapat diartikan
sebagai sebuah perbuatan yang dilakukan oleh
subjek hukum yang menimbulkan akibat hukum,
dan perbuatan yang dilakukan adalah perbuatan
yang mengandung kesalahan perdata namun tidak
terikat wanprestasi atau kontrak. Hal ini telah diatur
dalam pasal 1365 KUHPerdata yang berbunyi “Tiap
perbuatan melanggar hukum yang membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang
karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut.”
Terdapat perbedaan perbuatan melawan
hukum di bidang perdata dan bidang pidana,
perbedaannya adalah perbuatan melawan hukum
dalam konteks perdata (onrechtmatige daad)
perbuatan itu merugikan kepentingan pribadi atau
keperdataan, sedangkan di bidang pidana
(wederrechtelijk) perbuatan tersebut merugikan
kepentingan publik.5 Sebuah perbuatan dapat
dikatakan melawan hukum apabila memenuhi unsur
unsur sebagai berikut:

5
Sari, I. (2021). Perbuatan Melawan Hukum (PMH) Dalam Hukum Pidana
Dan Hukum Perdata. Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara, 11(1).
9
1. Adanya perbuatan melawan hukum

2. Adanya kesalahan

3. Adanya kerugian

4. Adanya hubungan kausal antara perbuatan


melawanhukum oleh pelaku dengan kerugian
tersebut. Perbuatan melawan hukum yang
tercantum dalam
Pasal 1365 KUH Perdata (BW) hanya mengatur
bentuk ganti rugi yang dibebankan kepada orang
yang telah menimbulkan kesalahan kepada pihak
yang dirugikan. Ganti rugi ini timbul karena adanya
kesalahan bukan karena adanya perjanjian.6
Unsur kesalahan itu sendiri dapat diklasifikasikan
menjadi 2 (dua) yaitu kesalahan yang dilakukan
dengan kesengajaan dan kesalahan karena kekurang
hati-hatian atau kealpaan. Dalam hukum perdata,
baik kesalahan atas dasar kesengajaan ataupun
kekurang hati-hatian memiliki akibat hukum yang
sama. Hal ini dikarenakan menurut Pasal 1365
KUHPerdata perbuatan yang dilakukan dengan
sengaja ataupun dilakukan karena kurang hati-hati
atau kealpaan memiliki akibat hukum yang sama,
yaitu pelaku tetap bertanggung jawab mengganti

6
Salim HS, 2008, Hukum Kontrak Teori Dan Teknik Penyusunan Kontrak,
Sinar Grafika, Jakarta, hal.100
10
seluruh kerugian yang diakibatkan dari Perbuatan
Melawan Hukum yang dilakukannya.7
Kerugian dalam hukum perdata dapat dibagi
menjadi 2 (dua) klasifikasi, yakni kerugian materil
dan/atau kerugian immateril. Kerugian materil adalah
kerugian yang secara nyata diderita. Adapun yang
dimaksud dengan kerugian immateril adalah kerugian
atas manfaat atau keuntungan yang mungkin diterima
di kemudian hari.
Pada praktiknya, pemenuhan tuntutankerugian
immateril diserahkan kepada hakim, hal ini yang
kemudian membuat kesulitan dalam menentukan
besaran kerugian immateril yang akan dikabulkan
karenatolak ukurnya diserahkan kepada subjektifitas
Hakimyang memutus.
2. Tanah dan Sengketa Tanah
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam
yang memiliki banyak manfaat dalam
penggunaannya. Sebagaimana dapat dilihat dari
kehidupan sehari hari tanah dapat dimanfaatkan
untuk menjalankan berbagai pembangunan seperti
pemukiman maupun tempat untuk melakukan
kegiatan usaha. Indonesia sendiri menetapkan tanah
sebagai unsur utama dari berdirinya suatu negara.

7
Leonora Bakarbessy, Ghansham Anand, Buku Ajar Hukum Perikatan
(Surabaya: Zifatama Jawara, 2018), halaman 248.
11
Sebab bagi indonesia yang terkenal dengan
negara agrarisnya dan tanahnya yang subur, maka
tanah merupakan hal yang sangat penting dalam
penyelenggaraan kehidupan masyarakat di
indonesia, dan juga karena tanah merupakan aset
yang penting dan memiliki nilai jual yang tinggi
maka sering kali tanah menjadi objek perselisihan.
Permasalahan yang sering terjadi adalah masih
banyaknya penggunaan tanah yang tumpang tindih
dalam berbagai kepentingan dan tidak sesuai dengan
peruntukannya. Tidak sedikit pula penguasaan tanah
oleh oknum-oknum tertentu secara sepihak sehingga
dapat dikatakan sengketa di bidang pertanahan tidak
pernah menurun, bahkan memiliki kecenderungan
untuk meningkat.
Sengketa tanah sendiri dapat diartikan sebagai
suatu perselisihan yang timbul karena adanya
kepentingan atas tanah antara perorangan, badan
hukum, atau lembaga yang tidak berdampak luas.
Pada dasarnyapilihan penyelesaian sengketa dapat
dilakukan dengan 2 (dua) proses. Penyelesaian
proses melalui litigasi di dalam pengadilan, dan
proses penyelesaian sengketa melalui kerja sama
(kooperatif) diluar pengadilan. Proses litigasi
biasanya menghasilkan kesepakatan yang bersifat
adversarial yang belum mampu merangkul
kepentingan bersama, cenderung menambah
masalah baru, lamban dalam penyelesaiannya.
Sebaliknya, melalui proses diluar pengadilan
menghasilkan kesepakatan yang bersifat “win - win
12
solution”, menyelesaikan komprehensif dalam
kebersamaan dan tetap menjaga hubungan baik
sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang
Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian sengketa penyelesaiang
sengketa tanah di luar pengadilan adalah dengan
cara melakukan upaya mediasi yang dimana
penyelesaian ini dapat dibilang lebih relevan,namun
dalam penerapannya tetap harus didampingi oleh
Badan Pertahanan Nasional yang dimana telah
menerbitkan Petunjuk Teknis Penanganan dan
penyelesaian Masalah Pertanahan melalui
Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 34 Tahun 2007Tentang Petunjuk Teknis
Penanganan Penyelesaian Kasus Pertanahan, yang
juga didukung dengan Peraturan Menteri
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
11 Tahun 2011 Tentang Penyelesaian Kasus
Pertanahan.8
3. Waris

Warisan merupakan harta kekayaan dari


pewarisyang telah wafat, baik harta ini telah dibagi
atau masih dalam keadaan tidak terbagi-bagi.
Warisan biasanya diberikan oleh pewaris kepada
ahli warisnya atau pewarisan atas dasr undang-
undang (ab-intestant) dan orang-orang yang
diberikan wasiat atau pewarisan atas dasar surat
wasiat (testamenter) untuk mewarisi sebagian atau
seluruh harta pewaris, sesuai dengan pembagian
pewaris dalam hukum perdata barat. 9
13
Pemberian atau pembagian warisan tidak akan
menjadi sebuah masalah selama dibagi secara adil
merata atau dilakukan sesuai dengan aturan yang
berlaku. Terutama apabila warisan yang diberikan
adalah tanah menurut pasal 14-22 peraturan
pemerintah Nomor 24 tahun 1997 dalam salah satu
syaratya yang mengharuskan untuk melakukan
pengukuran dan pemetaan bidang- bidang tanah dan
pembuatan peta
Tanah hal ini dimaksudkan untuk menghindari
terjadinyasengketa antar pemilik tanah. 10 Selain itu
dalam pembagiannya pun harus didasarkan pada
aturan yang telah ada, sebagaimana telah disebutkan
dalamPasal 171 KUHPerdata, bahwa “Hukum waris
adalah hukum yang mengatur tentang
pemindahan hak kepemilikan atas harta peninggalan
pewaris kemudian menentukan siapa- siapa yang
berhak menjadi ahli waris dan menentukan berapa
bagian masing-masing.

8
M. A. F, Syahril, Ramli, Muh. R., Karim, K., &. (n.d.). Polemik
Sengketa Hak atas Tanah. View of Polemik Sengketa Hak Atas Tanah.
http://journalstih.amsir.ac.id/index.php/julia/article/view/53/44 diakses pada
tanggal 23 Juni 2023
9
Hilman Hadi Kusuma, Hukum waris Adat, Penerbit Alumni, Bandung, 1983,
h.21
10
PP No. 24 tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah [JDIH bpk ri]. (n.d.).
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/56273/pp-no-24-tahun-1997 diakses
pada tanggal 23 Juni 2023

14
Dari pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
setiaporang berhak menjadi ahli waris dari setiap
harta yang ditinggalkan oleh subjek yang memiliki
hubungan hukum dengan pewaris, dan yang dapat
diwariskan hanyalah hak hak dan kewajibannya
dalam laporan hukum kekayaan atau harta bendanya
saja yang dapat diwariskan. Pemberian atau
pembagian warisan tidak akan menjadi sebuah
masalah selama dibagi secara adil merata atau
dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Terutama apabila warisan yang diberikan berupa
tanah, dan ahli waris memiliki bukti hak milik atas
tanah tersebut. Akan tetapi masalah akan timbul
apabila ada orang lain yang tidak begitu paham
mengenai aturan pembagian warisan namun
menggugat seolah olah dirinya adalah pewaris yang
tidak diakui dan tidak mendapatkan bagian yang
diinginkannya.

15
4. Pos Bantuan Hukum Advokat Indonesia DPC
Surabaya

Gambar 1.1 Lambang Pos Bantuan


HukumAdvokat Indonesia
(sumber: aset pribadi POSBAKUMADIN)
Pos Bantuan Hukum Advokat Indonesia
DPCSurabaya berlokasi di provinsi Jawa Timur
tepatnya
terletak di Ruko Landmark Kayoon No 38-40 Blok
A3 Kota Surabaya dengan jam operasional kerja
pada pukul09.00 – 17.00 WIB.
Ruang lingkup layanan hukum bagi masyarakat
tidak mampu di pengadilan yang diatur di Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pemberian Layanan Hukum Bagi
Masyarakat Tidak Mampu Di Pengadilan terdiri dari
layanan pembebasan biaya perkara,
penyelenggaraan sidang di luar gedung pengadilan
dan penyediaan pos bantuanhukum pengadilan. Ini
16
tidak berbeda jauh dengan ruang lingkup layanan
bantuan hukum di pengadilan menurut Surat Edaran
Mahkamah Agung Nomor 10 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pemberian Bantuan Hukum.
Pada Surat Edaran Mahkamah Agung yang
ditetapkan pada 30 Agustus 2010 itu, bantuan
hukum meliputi layanan perkara prodeo,
penyelenggaraan sidang keliling dan penyediaan pos
bantuan hukum.Pos Bantuan Hukum Advokat
Indonesia adalah lembaga Pemberi Bantuan Hukum
yang kedudukan dan kepentingannya dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Kekuasaan
Kehakiman Nomor 48 Tahun 2009
Kehakiman adalah kekuasaan negara yang guna
menegakkan hukum dan keadilan
Kekuasaanmerdeka untuk menyelenggarakan
peradilan berdasarkan Pancasila dan Undang-
UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945,demi terselenggaranya Negara Hukum
Republik Indonesia. Surat Edaran Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010
tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum.

17
Berikut beberapa rangkaian kasus yang pernah
ditangani oleh Pos Bantuan Hukum Advokat
Indonesia DPC Surabaya:
1) Perkara Tanah;

2) Perkara Kekerasan Dalam Rumah Tangga;

3) Perkara Perceraian;

4) Perkara Penganiayaan;

5) Perkara Narkotika.11

Pos Bantuan Hukum Advokat Indonesia adalah


lembaga Pemberi Bantuan Hukum yang kedudukan
dan kepentingannya dibentuk berdasarkan Undang-
Undang Kekuasaan Kehakiman Nomor 48 Tahun
2009 jo. Surat Edaran Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 10Tahun 2010 tentang Pedoman
Pemberian BantuanHukum. Seluruh proses bantuan
hukum ini dilakukan secara probono atau gratis bagi
kalangan tak mampu sesuai syarat dan ketentuan
berlaku.12

11 POSBAKUMADIN, https://posbakumadin.com/ diakses tanggal 23


Juni 2023
12 Ibid

18
2.2 Alur Pendaftaran dan Proses Penyelesaian Perkara

Bagan 2.2
Prosedur Penanganan Oleh Pos Bantuan Hukum
Advokat IndonesiaSurabaya

19
Penjelasan Bagan :
1. Klien datang ke Kantor Pos Bantuan Hukum
AdvokatIndonesia DPC Surabaya yang berlokasi di
Ruko Landmark Kayoon Nomor 38-40 Blok A3,
Kota Surabaya. Jam operasional layanan di Pos
Bantuan Hukum Advokat Indonesia DPC Surabaya
tersedia pada Hari Senin sampai dengan Hari Jumat
pukul 9.00– 17.00WIB
2. Klien melakukan registrasi;
3. Selanjutnya klien akan mendapatkan arahan dari
Paralegal mengenai syarat dan ketentuan yang ada
pada Pos Bantuan Hukum Advokat Indonesia DPC
Surabaya;
4. Klien dapat menceritakan permasalahan atau
kasus yang tengah dihadapi kepada Paralegal;
5. Pengacara Publik mendalami perkara untuk
menentukan sifat kasus. Tahap ini akan menentukan
pengacara mana yang akan ditunjuk untuk
memberikan konsultasi serta pandangan hukum bagi
klien atas permasalahan atau kasus yang dihadapi;
6. Paralegal akan menyerahkan berkas klien yang
berisi biodata, dokumen serta pokok permasalahan
kepada Advokat Utama/Ketua Pos Bantuan Hukum
Advokat Indonesia DPC Surabaya. Selanjutnya akan
dilakukan dengan penunjukan Pengacara Publik
yang tepat oleh Advokat Utama/Ketua Pos Bantuan
Hukum Advokat
Indonesia DPC Surabaya untuk menangani
permasalahanatau kasus klien;
20
7. Klien dapat melakukan konsultasi secara
langsung dengan Pengacara Publik dan pihak Pos
Bantuan HukumAdvokat Indonesia DPC Surabaya
akan memberikan solusi terhadap permasalahan atau
kasus yang sedang dihadapi klien;
8. Dalam tahap konsultasi ini, Pengacara Publik
akan memahami permasalahan atau kasus secara
detail dan melihat apakah permasalahan atau kasus
tersebut merupakan kasus struktural atau non-
struktural. Jika kasus tersebut termasuk kasus
struktural maka PengacaraPublik akan memberikan
bantuan hukum sesuai dengan aturan yang berlaku
tetapi jika kasus tersebut termasuk kasus
nonstruktural maka Pengacara Publik hanya dapat
memberikan solusi sebagai pandangan hukum bagi
klien akan penyelesaian permasalahan atau kasus
yang dihadapi karena Pos Bantuan Hukum Advokat
Indonesia DPC Surabaya hanya dapat membantu
atau mengatasi permasalahan yang bersifat
struktural13

13 Wawancara dengan Fitra Afnia Shofyanita, bendahara Pos BantuanHukum


Advokat Indonesia DPC Surabaya, 27 Juni 2023

21
2.3 Prosedur Penyelesaian Perkara Perbuatan
Melawan Hukum Di Pengadilan Negeri
A. Gugatan

Gugatan yang diajukan haruslah disertai dengan


dengan tanda tangan yang sah oleh penggugat atau
kuasanya dan ditujukan kepada Ketua Pengadilan
Negeri. Setelah itu, gugatan Gugatan disampaikan
kepada Pengadilan Negeri, yang nantinya akan diberi
nomor dan didaftarkan dalam bukuRegister setelah pihak
penggugat membayar biaya perkara, yang besarnya
ditentukan oleh Pengadilan Negeri.
Penggugat yang benar-benar tidak mampu membayar
biaya perkara, hal mana harus di buktikan dengan surat
keterangan dari Kepala Desa yang bersangkutan, dapat
mengajukan gugatannya secara prodeo.Penggugat yang
tidak bisa menulis dapat mengajukan gugatannya secara
lisan dihadapan Ketua Pengadilan Negeri, yang akan
menyuruh mencatat gugatan tersebut.
B. Kompetensi Relatif

Pengadilan Negeri berwenang memeriksa gugatan yang


daerahhukumnya, meliputi:
a. Dimana tergugat bertempat tinggal;

b. Dimana tergugat sebenarnya berdiam (jikalau) tergugat


tidak diketahui tempat tinggalnya);
c. Salah satu tergugat bertempat tinggal, jika ada banyak
tergugat yang tempat tinggalnya tidak dalam satu daerah
hukum Pengadilan Negeri;

22
d. Tergugat utama bertempat tinggal, jika hubungan antara
tergugat-tergugat adalah sebagai yang berhutang dan
penjaminnya.
Penggugat atau salah satu dari penggugat ber
tempat tinggal dalam hal:
a. Tergugat tidak mempunyai tempat tinggal dan
tidakdiketahui dimana ia berada;
b. Tergugat tidak dikenal.

Dalam hal tersebut diatas dan yang menjadi objek


gugatan adalah benda tidak bergerak (tanah),
maka ditempat benda yang tidak bergerak terletak
sesuai dalam Herzien Inlandsch Reglement yang
dalam hal ini berbeda dari Rechtreglement voor
de Buitengewesten. Menurut Rechtreglement
voor de Buitengewesten Pasal 142, apabila objek
gugatan adalah tanah, maka gugatan selalu dapat
diajukankepada Pengadilan Negeri dimana tanah
itu terletak, dalam hal ini ada pilihan domisili
secara tertulis dalam akta, jika penggugat
menghendaki, di tempat domisiliyang dipilih itu,
apabila tergugat pada hari sidang pertama tidak
mengajukan tangkisan (eksepsi) tentang
wewenang mengadili secara relatif ini,
Pengadilan Negeri tidak boleh menyatakan
dirinya tidak berwenang. (Hal ini adalah sesuai
dengan ketentuan Pasal 133 Herzien Inlandsch
Reglement (HIR), yang menyatakan, bahwa
eksepsi mengenai kewenangan relatip harus di

23
ajukan pada permulaan sidang, apabila diajukan
terlambat, Hakim dilarang untuk memperhatikan
eksepsi tersebut).
C. Kuasa/Wakil

Untuk bertindak sebagai Kuasa/Wakil dari


penggugat/tergugat ataupun pemohon, seseorang harus
memenuhi syarat- syarat:
a. Mempunyai surat kuasa khusus yang harus
diserahkan dipersidangan. Atau pemberian kuasa
disebutkan dalam surat gugatan/permohonan, atau
kuasa/wakil ditunjuk oleh pihak yang berperkara
atau pemohon dalam persidangan yang dilakukan
secara lisan.
b. Memenuhi syarat yang ditentukan dalam peraturan
Mentri kehakiman No. 1/1985 jo Keputusan Mentri
kehakiman tanggal 7 Oktober 1965 No. J.P.14-2-11.
c. Telah terdaftar sebagai Advokat/Pengacara praktek
di kantor Pengadilan Tinggi/Pengadilan Negeri
setempatatau secara khusus telah di izinkan untuk
bersidang mewakili penggugat/ tergugat dalam
perkara tertentu.
d. Permohonan banding atau kasasi yang diajukan oleh
Kuasa/Wakil dari pihak yang bersang kutan harus
dilampiri dengan surat kuasa khusus untuk
mengajukan permohonan tersebut atau surat kuasa
yang dipergunakan di Pengadilan Negeri telah
menyebutkan pemberian kuasa pula untuk
mengajukan permohonan banding ataukasasi.
Untuk menjadi kuasa dari pihak tergugat juga

24
berlaku hal-hal tersebut diatas. Kuasa/Wakil
Negara/Pemerintah dalam suatu perkara perdata
berdasarkan Staatsblad. 1922 No. 522 dan pasal 123
ayat 2 Herzien Inlandsch Reglement (HIR), adalah:
a. Pengacara Negara yang diangkat oleh
Pemerintah;
b. Jaksa;
c. Orang tertentu atau Pejabat-pejabat yang
diangkat/ditunjuk oleh Instansi-instansi yang
bersangkutan.Jaksa tidak perlu menyerahkan
Surat Kuasa khusus. Pejabat atau orang yang
diangkat/ditun juk oleh instansi yang
bersangkutan, cukup hanya dengan
menyerahkan Salinan yang berupa sebuah
Surat pengangkatan/penunjukan, yang tidak
bermaterai.
D. Perkara Gugur

Perkara dapat dikatakan gugur apabila pada hari sidang


pertama penggugat atau semua penggugat tidak datang,
meskipun telah dipanggil dengan patut dan juga tidak
mengirim kuasanya yang sah, sedangkan tergugat atau ku
asanya yang sah datang, maka gugatan digugur kan dan
penggugat dihukum untuk membayar biaya perkara.
Penggugat dapat mengajukan gu gatantersebut sekali lagi
dengan membayar panjar biaya perkara lagi. Apabila telab
dilakukan sita jaminan, sita tersebut ikut gugur.
Dalam hal-hal yang tertentu, misalnya apabila penggugat
tempat tinggalnya jauh atau ia benar mengirim kuasanya,
namunsurat kuasanya tidak memenuhi syarat, Hakim boleh

25
mengundurkan dan menyuruh memanggil penggugat sekali
lagi. Kepada pihak yang datang diberitahukan agar ia
menghadap lagitanpa panggilan.Jika penggugat pada hari
sidang pertama tidak datang, meskipun ia telah dipanggil
dengan patut, tetapi pada harikedua ia datang dan pada hari
ketiga penggugat tidak hadir lagi, perkaranya tidak bisa
digugurkan.
E. Putusan Verstek

Pada hari sidang pertama dan pada hari sidang kedua


tergugat atau semuatergugat tidak datang padahal telah
dipanggildengan patut dan juga tidak mengirim kuasanya
yang sah, sedangkan penggugat/para penggugat selalu
datang, maka perkara akan diputus verstek.Meskipun
tergugat tidak hadir padahari sidang pertama atau tidak
mengirim kuasanya yang sah, tetapi jika ia mengajukan
jawaban tertulis berupa tangkisan tentang tidak berwenang
mengadili, maka perkara tidak diputus dengan verstek.
F. Tangkisan/Eksepsi

Tangkisan atau eksepsi yang diajukan oleh tergugat,


diperiksa dan diputus bersama- sama dengan pokok
perkaranya, kecuali jika eksepsi itu mengenai tidak
berwenangnya Pengadilan Negeriuntuk memeriksa perkara
tersebut.
Apabila diputuskan bersama-sama dengan pokok perkara,
dalam pertimbangan hukum dan dalam diktum putusan,
tetap disebutkan:
a. Dalam eksepsi dan,

b. Dalam pokok perkara.

G. Pencabutan Surat Gugatan


26
Menurut Pasal 271 dan 272 Reglement op de
Rechtsvordering, Gugatan dapat dicabut secara sepihak jika
perkara belum diperiksa.Tetapi jika perkara sudah diperiksa
dan tergugat telah memberi jawabannya, maka pen cabutan
perkara harus mendapat persetujuan dari tergugat.
H. Perubahan atau Penambahan dalam Gugatan

Pembahan atau penambahan gugatan diperkenankan,


asal diajukan pada hari sidang perta ma dimana para pihak
hadir, tetapi hat tersebut harus ditanyakan pada pihak
lawannya guna pembelaan kepentingannya.
Penambahan dan/atau penambahan gugatan tidak boleh
sedemikian rupa, sehingga dasar pokok gugatan menjadi lain
darimateri yang menjadi sebab perkara antara kedua belah
pihak tersebut. Dalam hal demikian, maka surat gugat harus
dicabut.
I. Perdamaian

Hakim harus berusaha mendamaikan kedua belah pihak


yang hadir dalam ersidangan mereka. Usaha tersebut tidak
terbatas pada hari sidang pertama saja, melainkan dapat
dilakukan meskipun taraf pemeriksaan telah lanjut. Apabila
usaha perdamaian berhasil, maka dibuatlah akta
perdamaian, yang harus dibacakan terlebih dahulu oleh
Hakim dihadapan parapihak, sebelum Hakim menjatuhkan
putusan yang menghukum kedua belah pihak untuk mentaati
isi perdamaian tersebut.
Akta perdamaian mempunyai kekuatan yang sama
dengan putusan Hakim yang berkuatan hukum tetap dan
apabila tidak dilaksanakan, eksekusi dapat dimintakan
kepada Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
27
Terhadap putusan perdamaian tidak dapat diajukan upaya
hukum banding.Jika usaha perdamaian tidak berhasil, hal
mana harus dicatat dalam berita acara persidangan, maka
pemeriksaan perkara dilanjutkan dengan membacakan surat
gugatan dalam bahasa yang dimengerti oleh para pihak, jika
perlu dengan menggunakanpenerjemah.
J. Penggugat/Tergugat Meninggal Dunia

Ahli waris dapat melanjutkan perkara apabila


Penggugat atau tergugat setelah mengajukan gugatan
meninggal dunia, maka ahli
K. Biaya yang Dapat Timbul dalam Persidangan

Biaya dibeban kan kepada pemohon dan dianggap


sebagai per sekot biaya perkara Jika selama pemeriksaan
perkara atas permohonan salah satu pihak ada hal-hal atau
perbuatan yang barus dilakukan, yang dikemudian 24 hari
akan diperhitungkan dengan biaya perkara yang harus
dibayar oleh pihak yang denganputusan Hakim dihukum
untuk membayar biaya perkara, biasa nya pihak yang
dikalahkan.
Pihak lawan, apabila ia mau, dapat membayarnya
Jika kedua belah pihak tidak mau membayar biaya tersebut,
maka hal/perbuatan yang barus dilakukan itu tidak jadi
dilakukan, ke cuali jika hal/perbuatan itu menurut Hakim
me mang sangat diperlukan. Dalam hal itu, biaya tersebut
sementara akan diambildari uang panjar biaya perkara yang
telah dibayar olehPenggugat.

28
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa


1. Perkara sengketa tanah waris dan perbuatan
melawan hukum merupakan perkara yang kerap
dijumpai di kalangan masyarakat, namun
masyarakat masih belum paham betul mengenai
aturan yang diterapkan dan prosedur penyelesaian
perkara perkara tersebut. Oleh karena itu edukasi
mengenai hal tersebut perlu diterapkan di kalangan
masyarakat awam, agar nantinya apabila
tersandung kasus hukum, masyarakat sudah paham
langkah apa saja yang harus ditempuh untuk
menyelesaikan perkara tersebut.
2. Masyarakat awam tentu saja membutuhkan
pendamping yang ahli dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapinya. Oleh karena itu,
mereka yang terjeratkasus hukum dapat meminta
pertolongan kepada lembaga atau instansi dalam
bidang hukum seperti advokat atau pengacara
untuk menjadikan kuasa hukum yang akan
menolong dan membantu masyarakat bila terjerat
kasus hukum, seperti halnya Pos Bantuan Hukum
Advokat Indonesia DPC Surabaya yang senantiasa
membantu masyarakat yang terjerat kasus hukum
dan memberikan bantuan secara gratis sesuai
dengan aturan yang berlaku.

29
3.2 Saran

1. Dalam pelaksanaannya Pos Bantuan Hukum Advokat


Indonesia DPC Surabaya telah memberikan bantuan hukum
atau pelayanan dalam pendampingan dengan sangat baik
yang tidak hanya mengedepankan kepentingan advokat
namun mengedepankan kepentingan klien dan penulis harap
hal tersebut terus dipertahankan dalam menangani kasus
atau dalam menangani permohonan pendampingan yang
masuk sehingga akan lebih banyak masyarakat yang percaya
akan Profesi advokatdan lebih mempercayakan kinerja dari
Pos Bantuan Hukum Advokat Indonesia DPC Surabaya,
namun ada beberapa kekurangan yang perlu penulis
sampaikan, selama magang di PosBantuan Hukum Advokat
Indonesia DPC Surabaya
2. Penulis merasa Pos Bantuan Hukum Advokat Indonesia
DPC Surabaya mengalami kendala di management waktu
dalam mengatur jadwal jam kerja, jadwal pulang kantor
seringkali tidaktepat waktu dikarenakan terlalu banyaknya
perkara yang perlu diatasi, hal ini didukung dengan kuantiti
sumber daya manusia dari kantor tersebut masih kurang
serta tidak ada jadwal yang tertata dalam penanganan
perkaranya. Oleh karena hal tersebut diharapkan
kedepannya Pos Bantuan Hukum Advokat IndonesiaDPC
Surabaya bisa memberikan perbaikan dengan cara merekrut
anggota baru agar kuantiti sumber daya manusia nya
memadai, sehingga management waktu yang tidak tepat
dapat teratasi

30
DAFTAR PUSTAKA

BUKU DAN JURNAL

Angreni., Ditha K.N., Wairocana. (2018). Legalitas Jual Beli


Tanah Dihadapan Pejabat Akta Pembuat Akta Tanah. Kertha
Semaya .

Bakarbessy Leonora, Anand Ghansham (2018), Buku Ajar Hukum


Perikatan (Surabaya: Zifatama Jawara).

Hilman Hadi Kusuma,(1983) Hukum waris Adat,


Penerbit Alumni, Bandung

HS Salim, 2008, Hukum Kontrak Teori Dan Teknik Penyusunan


Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta.
Ramli, Muh. R., Karim, K., & Syahril, M. A. F. (n.d.). (2021)
Polemik Sengketa Hak atas Tanah. View of Polemik Sengketa
Hak Atas Tanah

Sari, I. (2020). Hak-hak atas tanah dalam sistem hukum pertanahan


di Indonesia menurut Undang-Undang Pokok Agraria
(UUPA). Jurnal Mitra Manajemen, 9(1)

Sari, I. (2021). Perbuatan Melawan Hukum (PMH) Dalam Hukum


Pidana Dan Hukum Perdata. Jurnal Ilmiah Hukum
Dirgantara, 11(1).

31
Wibawanti, E. S. (2013). Hak Atas Tanah Dan Peralihannya:
Dilengkapidengan PP no. 40 tahun 1996 Tentang Hak Guna
usaha, Hak Guna Bangunan, Dan Hak Pakai Atas Tanah.
Yogyakarta: PenerbitLiberty Yogyakarta.

PERATURAN

Kitab Undang Undang Hukum Perdata

Undang Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar


Pokok Pokok Agraria Lembaran Negara No. 104 Tahun 1960

Peraturan Menteri Agraria / Kepala BPN no. 21 tahun 2020


tentang Penanganan dan Penyelesaian Kasus Pertanahan Berita
Negara No.1369 Tahun 2020

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2014 tentang


Pedoman Pemberian Layanan Hukum Bagi Masyarakat Berita
Negara No. 59 Tahun 2014

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun


1997 Tengang Pendaftaran Tanah Lembaran Negara No. 59
Tahun 1997

32
LAIN LAIN

Wawancara dengan Fitra Afnia Shofyanita, bendahara Pos Bantuan


Hukum Advokat Indonesia DPC Surabaya, 27 Juni 2023

POSBAKUMADIN, https://posbakumadin.com/ diakses tanggal


23 Juni 2023

33

Anda mungkin juga menyukai