2023
MODUL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Oleh :
KHOIRUN NISA SALSA BILA
20071010114
iii
KATA PENGANTAR
iv
Dalam penulisan modul ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan,karena itu segala
kritik dan saran yang membangun akan menyempurnakan
penulisan Modul ini serta bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca.
Tim Penulis
v
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............... iii
KATA PENGANTAR ........................... iv
DAFTAR ISI.......................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................ vii
DAFTAR TABEL DAN BAGAN ...... viii
1. PENDAHULUAN ......................... 1
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
MAGANG MBKM ........................ 9
2.1 Tinjauan Umum ............................... 9
1. Perbuatan Melawan Hukum ............ 10
2. Tanah dan Sengketa Tanah ............. 11
3. Waris ............................................... 13
4. Pos Bantuan Hukum
Advokat Indonesia DPC
Surabaya .......................................... 16
2.2 Alur Pendaftaran dan Proses
Penyelesaian Perkara ...................... 19
2.3 Prosedur Penyelesaian Perkara
Perbuatan Melawan Hukum Di
Pengadilan Negeri ........................... 22
3. PENUTUP..................................... 29
3.1 Kesimpulan ..................................... 29
3.2 Saran ............................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ........................... 31
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR BAGAN
viii
PROSEDUR PENYELESAIAN PERKARA PERBUATAN
MELAWAN HUKUM SENGKETA TANAH AHLI WARIS”
Arief Rachman Hakim S.H., M.H.,
Khoirun Nisa Salsa Bila e-mail : arief.ih@upnjatim.ac.id
1. PENDAHULUAN
1
Tanah memiliki nilai jual yang tinggi sehingga
masyarakat menjadikan tanah sebagai objek yang seringkali
diperebutkan.Perebutan tersebut pada akhirnya menimbulkan
sebuah akibat hukum dan juga perbedaan pendapat serta
perselisihan di kalangan masyarakat. 2
Peraturan mengenai perselisihan tanah juga telah diatur
dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Penanganan dan Penyelesaian Kasus Pertanahan. Di dalam
pasal 1 disebutkan bahwa ada 2 jenis perselisihan tanah yakni
perselisihan tanah antara perorangan, badan hukum, atau
lembaga yang tidak berdampak luas atau yang sering disebut
dengan sengketa tanah. Kemudian yang selanjutnya adalah
perselisihan tanah antara orang perorangan, kelompok,
organisasi, atau lembaga yang memiliki dampak yang luas,
atau yang sering disebut dengan konflik pertanahan.3
Hak milik atas tanah adalah suatu hal yangperludidukung
guna mensejahterakan prinsip keadilan dalam masyarakat, hak
atas kepemilikan suatu tanah dapat diartikan bahwa
penguasaan tanah haruslah didasarkan pada sebuahkewajiban
dan larangan yang memang seharusnya dipatuhi oleh si pelaku
pemegang hak tersebut, dan nantinya isi dari hakpenguasaan
tersebut yang akan dijadikan tolak ukur
1
Angreni, Ni Kadek Ditha dan Wairocana, I Gusti Ngurah. (2018)Legalitas
Jual Beli Tanah Dihadapan Pejabat Akta Pembuat Akta Tanah”. Kertha Semaya
6, No.9,, h. 4
2
Erna Sri Wibawanto. (2013). Hak Atas Tanah dan Peralihannya. Yogyakarta.
Liberty. Hlm.1
2
dalam perbedaan hak hak penguasaan yang diatur dalam hukum
tanah.Hal ini juga telah disempurnakan dalam Pasal 16 Ayat(1)
UUPA yang menyatakan bahwa terdapat hak-hak atastanah
antara lain sebagai berikut: hak milik; hak guna usaha; hak guna
bangunan; hak pakai; hak sewa; hak membuka tanah;dan hak
memungut hasil hutan Diantara jenis hak hak tersebutterdapat
arti kepemilikan yang berbeda beda berikut adalah
penjelasannya:
a. Hak milik memiliki arti kepemilikan yang paling kuat dari
hak hak yang lain nya. Hak milik mengandung hak untuk
pemakaian sebidang tanah dalam kepentingan apapun. Hak
ini hanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki
kewarganegaraan tunggal di indonesia. Selain itu hak ini
adalah satu satunya hak yang berhak untuk diwakafkan.
kemudian yang selanjutnya adalah
b. Hak guna usaha dimana dalam hak ini kekuatan alas hak nya
tentu sangat berbeda dengan hak milik. Sebagaimana telah
disebutkan pada pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Pokok
Agraria Hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan
langsung tanah yang dikuasai oleh Negara untuk usaha
pertanian, perikanan, atau peternakan.
c. Hak guna bangunan merupakan sebuah hak untuk
mendirikan sebuah bangunan diatas tanah yang tidak
menjadi hak miliknya sendiri, dengan terikat dengan
perjanjian waktu paling lama 30 tahun.
3
Permen agraria/kepala BPN no. 21 tahun 2020 Tentang Penanganan Dan
Penyelesaian Kasus Pertanahan [JDIH bpk ri]. (n.d.).
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/210603/permen-agrariakepala-bpn- no-
21-tahun-2020 diakses tanggal 13 April 2023
3
Peletakan tanahnya bersifat bebas dapat diletakkan di atas
tanah negara ataupun di atas tanah hak milik.hal tersebut
telah teratur dalam pasal35 ayat (1) dan ayat (2) Undang-
Undang Pokok Agraria
d. Hak pakai adalah hak yang dipergunakan untuk memungut
hasil dari tanah yang dikuasai oleh negara atau milik orang
lain. hak ini tidak terikat oleh sebuah perjanjian, hak ini juga
dapat dimiliki oleh orang asing dan juga badan hukum asing.
keputusan pemberian tanah ini ditentukan oleh pejabat yang
berwenang Hak pakai ini tidak dapat dijadikanjaminan untuk
hipotik namun dapat dijadikan jaminan untukhutang karena
bersifat dapat dipindah tangankan.
e. Hak membuka tanah adalah hak yang diberikan untuk
kepentingan pemanfaatan sumber daya alam tanpa perlu
memiliki hak milik atas hutan tersebut. Hak ini termasuk hak
khusus untuk perusahaan-perusahaan milik pemerintah guna
menyelenggarakan usaha industrial estate, pembangunan
perumahan dan perusahaan pada umumnya.4
Perselisihan yang kerap terjadi tidak hanya muncul
dikalangan masyarakat, perselisihan pun juga sering muncul
di kalangan yang lebih mengerucut yakni lingkungan
keluarga. Di dalam ruang lingkup lingkungan ini
ketidakadilan dan perebutan didasarkan pada masalah
kewarisan yang dimana pewaris merasa telah membagi
4 Sari,
I. (2020). Hak-hak atas tanah dalam sistem hukum pertanahan di Indonesia
menurut Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA). Jurnal MitraManajemen, 9(1)
4
waris sesuai dengan bagian yang telah ditentukan namun
pihak ahli warisnya masih merasa kurang, hal tersebut telah
menumbuhkan rasa ketidakadilan di dalamnya. Dimana ahli
waris satu ingin mendapatkan bagian paling banyak dan ahli
waris lainnya merasa tidak mendapatkan bagian sesuai
dengan ketetapan.
Perebutan tanah sengketa waris bisa menjadi
permasalahan yang cukup serius yang harus ditangani, dalam
pembagiannya pun harus didasarkan pada aturan yangtelah
ada, sebagaimana telah disebutkan dalam Pasal 171
KUHPerdata, bahwa : Hukum waris adalah hukum yang
mengatur tentang pemindahan hak kepemilikan atas harta
peninggalan pewaris kemudian menentukan siapa- siapa
yang berhak menjadi ahli waris dan menentukan berapa
bagian masing-masing. Dari pasal tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa setiap orang berhak menjadi ahli waris
dari setiap harta yang ditinggalkan oleh subjek yang memiliki
hubungan hukum dengan pewaris, dan yang dapat
diwariskan hanyalah hak hak dan kewajibannya dalam
laporan hukum kekayaan atau harta bendanya saja yangdapat
diwariskan. Kemudian juga ada 2 jenis cara menjadi ahli
waris yang pertama yakni menjadi ahli waris sesuai dengan
ketetapan Undang Undang, dan menjadi waris dengan cara
ditunjuk oleh surat wasiat (testament).
Ahli waris menempati kedudukan pewaris dalam hal
yang menyangkut harta kekayaannya. Oleh sebab itu ahli
waris berhak memperoleh haknya, tanpa dilakukan
5
penyerahan (levering). Namun, harta peninggalan waris baru
terbuka apabila pewaris meninggal dunia dan ahli warisharus
masih hidup pada saat harta warisan terbuka. Penentuan
pewaris dapat merujuk pada pasal 832 BW yang disebutkan
bahwa yang berhak menjadi ahli waris adalah anggota
keluarga sedarah, baik sah maupun luar kawin (yangdiakui
sah) dan suami istri yang hidup terlama. Namun pada
faktanya perebutan waris masih sering terjadi walaupun telah
diatur dengan sedemikian rupa di dalam undang undang.
Pemberian atau pembagian warisan tidak akan menjadi
sebuah masalah selama dibagi secara adil merata atau
dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku. Terutama
apabila warisan yang diberikan berupa tanah, dan ahli waris
memiliki bukti hak milik atas tanah tersebut. Akan tetapi
masalah akan timbul apabila ada orang lain yang tidak begitu
paham mengenai aturan pembagian warisan namun
menggugat seolah olah dirinya adalah pewaris yang tidak
diakui dan tidak mendapatkan bagian yang diinginkannya.
Urgensi dari pembuatan modul pengabdian masyarakat
ini adalah karena masih banyaknya masyarakat yang tidak
tahu tentang sistem pembagian waris terutama mengenai
siapa saja yang berhak mendapatkan harta warisan tersebut.
Sehingga dengan adanya modul ini dapat membantu untuk
memberikan pengertian tentang pengertian lebih lanjut dan
perlindungan hukum kepada masyarakat yang memiliki
masalah persengketaan tanah waris. Selain itu modul ini
dapat membantu masyarakat dalam menemukan kuasa
hukum yang terpercaya dalam menangani perkara
persengketaan tanah waris.
6
memberikan pengertian tentang pengertian lebih lanjut dan
perlindungan hukum kepada masyarakat yang memiliki
masalah persengketaan tanah waris. Selain itu modul ini
dapat membantu masyarakat dalam menemukan kuasa
hukum yang terpercaya dalam menangani perkara
persengketaan tanah waris.
Tujuan dari pembuatan modul pengabdian masyarakat
ini adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai
prosedur penanganan perkara perbuatan melawan hukum,
serta memberikan pengetahuan tentang pembagian tanah
warisan sesuai peraturan yang berlaku.
Metode yang digunakan dalam pembuatan modul ini
adalah dengan cara observasi pengamatan di lapangan serta
melakukan wawancara kepada staf Pos Bantuan Hukum
Advokat Indonesia DPC Surabaya mengenai prosedur
penyelesaian perkara perbuatan melawan hukum dalam
sengketa tanah waris.
Sasaran dari dibuatnya modul pengabdian masyarakat ini
adalah semua kalangan masyarakat yang perlu diedukasi
mengenai perkara tersebut. Modul ini dibuat untuk kelompok
masyarakat umum yang cenderung sedang mengalami
persoalan yang sama dengan tema modul ini. Hasil akhir
yang diharapkan penulis adalah masyarakat
dapat lebih memahami mengenai hukum dan proses apa saja
yang akan ditempuh apabila mengalami konflik dengan
pihak lain.
7
Lokasi dari pengambilan data atau prosedur yang
digunakan untuk penulisan modul ini adalah Pos Bantuan
Hukum Advokat Indonesia DPC Surabaya. Pos Bantuan
Hukum Advokat Indonesia DPC Surabaya adalah salah satu
instansi yang menyelesaikan perkara perbuatan melawan
hukum dan perkara sengketa tanah waris yang siap
membantu masyarakat untuk menjadi kuasa hukum.
Berdasarkan uraian diatas, mendorong penulis untuk
mengangkat judul Modul Pengabdian Masyarakat
PROSEDUR PENYELESAIAN PERKARA PERBUATAN
MELAWAN HUKUM SENGKETA TANAH AHLI WARIS.
Dengan menggunakan metode kualitatif berupa observasi
atau sebuah pengamatan yang dilakukan langsung oleh
penulis di Pos Bantuan Hukum Advokat Indonesia DPC
Surabaya . Sedangkan untuk metode penyampaian yang akan
digunakan kepada pembaca adalah metode deskripsi tertulis
yang merupakan hasil dari pengamatan observasi yang
dilakukan penulis.
8
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Umum
1. Perbuatan Melawan Hukum
5
Sari, I. (2021). Perbuatan Melawan Hukum (PMH) Dalam Hukum Pidana
Dan Hukum Perdata. Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara, 11(1).
9
1. Adanya perbuatan melawan hukum
2. Adanya kesalahan
3. Adanya kerugian
6
Salim HS, 2008, Hukum Kontrak Teori Dan Teknik Penyusunan Kontrak,
Sinar Grafika, Jakarta, hal.100
10
seluruh kerugian yang diakibatkan dari Perbuatan
Melawan Hukum yang dilakukannya.7
Kerugian dalam hukum perdata dapat dibagi
menjadi 2 (dua) klasifikasi, yakni kerugian materil
dan/atau kerugian immateril. Kerugian materil adalah
kerugian yang secara nyata diderita. Adapun yang
dimaksud dengan kerugian immateril adalah kerugian
atas manfaat atau keuntungan yang mungkin diterima
di kemudian hari.
Pada praktiknya, pemenuhan tuntutankerugian
immateril diserahkan kepada hakim, hal ini yang
kemudian membuat kesulitan dalam menentukan
besaran kerugian immateril yang akan dikabulkan
karenatolak ukurnya diserahkan kepada subjektifitas
Hakimyang memutus.
2. Tanah dan Sengketa Tanah
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam
yang memiliki banyak manfaat dalam
penggunaannya. Sebagaimana dapat dilihat dari
kehidupan sehari hari tanah dapat dimanfaatkan
untuk menjalankan berbagai pembangunan seperti
pemukiman maupun tempat untuk melakukan
kegiatan usaha. Indonesia sendiri menetapkan tanah
sebagai unsur utama dari berdirinya suatu negara.
7
Leonora Bakarbessy, Ghansham Anand, Buku Ajar Hukum Perikatan
(Surabaya: Zifatama Jawara, 2018), halaman 248.
11
Sebab bagi indonesia yang terkenal dengan
negara agrarisnya dan tanahnya yang subur, maka
tanah merupakan hal yang sangat penting dalam
penyelenggaraan kehidupan masyarakat di
indonesia, dan juga karena tanah merupakan aset
yang penting dan memiliki nilai jual yang tinggi
maka sering kali tanah menjadi objek perselisihan.
Permasalahan yang sering terjadi adalah masih
banyaknya penggunaan tanah yang tumpang tindih
dalam berbagai kepentingan dan tidak sesuai dengan
peruntukannya. Tidak sedikit pula penguasaan tanah
oleh oknum-oknum tertentu secara sepihak sehingga
dapat dikatakan sengketa di bidang pertanahan tidak
pernah menurun, bahkan memiliki kecenderungan
untuk meningkat.
Sengketa tanah sendiri dapat diartikan sebagai
suatu perselisihan yang timbul karena adanya
kepentingan atas tanah antara perorangan, badan
hukum, atau lembaga yang tidak berdampak luas.
Pada dasarnyapilihan penyelesaian sengketa dapat
dilakukan dengan 2 (dua) proses. Penyelesaian
proses melalui litigasi di dalam pengadilan, dan
proses penyelesaian sengketa melalui kerja sama
(kooperatif) diluar pengadilan. Proses litigasi
biasanya menghasilkan kesepakatan yang bersifat
adversarial yang belum mampu merangkul
kepentingan bersama, cenderung menambah
masalah baru, lamban dalam penyelesaiannya.
Sebaliknya, melalui proses diluar pengadilan
menghasilkan kesepakatan yang bersifat “win - win
12
solution”, menyelesaikan komprehensif dalam
kebersamaan dan tetap menjaga hubungan baik
sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang
Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian sengketa penyelesaiang
sengketa tanah di luar pengadilan adalah dengan
cara melakukan upaya mediasi yang dimana
penyelesaian ini dapat dibilang lebih relevan,namun
dalam penerapannya tetap harus didampingi oleh
Badan Pertahanan Nasional yang dimana telah
menerbitkan Petunjuk Teknis Penanganan dan
penyelesaian Masalah Pertanahan melalui
Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 34 Tahun 2007Tentang Petunjuk Teknis
Penanganan Penyelesaian Kasus Pertanahan, yang
juga didukung dengan Peraturan Menteri
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
11 Tahun 2011 Tentang Penyelesaian Kasus
Pertanahan.8
3. Waris
8
M. A. F, Syahril, Ramli, Muh. R., Karim, K., &. (n.d.). Polemik
Sengketa Hak atas Tanah. View of Polemik Sengketa Hak Atas Tanah.
http://journalstih.amsir.ac.id/index.php/julia/article/view/53/44 diakses pada
tanggal 23 Juni 2023
9
Hilman Hadi Kusuma, Hukum waris Adat, Penerbit Alumni, Bandung, 1983,
h.21
10
PP No. 24 tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah [JDIH bpk ri]. (n.d.).
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/56273/pp-no-24-tahun-1997 diakses
pada tanggal 23 Juni 2023
14
Dari pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
setiaporang berhak menjadi ahli waris dari setiap
harta yang ditinggalkan oleh subjek yang memiliki
hubungan hukum dengan pewaris, dan yang dapat
diwariskan hanyalah hak hak dan kewajibannya
dalam laporan hukum kekayaan atau harta bendanya
saja yang dapat diwariskan. Pemberian atau
pembagian warisan tidak akan menjadi sebuah
masalah selama dibagi secara adil merata atau
dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Terutama apabila warisan yang diberikan berupa
tanah, dan ahli waris memiliki bukti hak milik atas
tanah tersebut. Akan tetapi masalah akan timbul
apabila ada orang lain yang tidak begitu paham
mengenai aturan pembagian warisan namun
menggugat seolah olah dirinya adalah pewaris yang
tidak diakui dan tidak mendapatkan bagian yang
diinginkannya.
15
4. Pos Bantuan Hukum Advokat Indonesia DPC
Surabaya
17
Berikut beberapa rangkaian kasus yang pernah
ditangani oleh Pos Bantuan Hukum Advokat
Indonesia DPC Surabaya:
1) Perkara Tanah;
3) Perkara Perceraian;
4) Perkara Penganiayaan;
5) Perkara Narkotika.11
18
2.2 Alur Pendaftaran dan Proses Penyelesaian Perkara
Bagan 2.2
Prosedur Penanganan Oleh Pos Bantuan Hukum
Advokat IndonesiaSurabaya
19
Penjelasan Bagan :
1. Klien datang ke Kantor Pos Bantuan Hukum
AdvokatIndonesia DPC Surabaya yang berlokasi di
Ruko Landmark Kayoon Nomor 38-40 Blok A3,
Kota Surabaya. Jam operasional layanan di Pos
Bantuan Hukum Advokat Indonesia DPC Surabaya
tersedia pada Hari Senin sampai dengan Hari Jumat
pukul 9.00– 17.00WIB
2. Klien melakukan registrasi;
3. Selanjutnya klien akan mendapatkan arahan dari
Paralegal mengenai syarat dan ketentuan yang ada
pada Pos Bantuan Hukum Advokat Indonesia DPC
Surabaya;
4. Klien dapat menceritakan permasalahan atau
kasus yang tengah dihadapi kepada Paralegal;
5. Pengacara Publik mendalami perkara untuk
menentukan sifat kasus. Tahap ini akan menentukan
pengacara mana yang akan ditunjuk untuk
memberikan konsultasi serta pandangan hukum bagi
klien atas permasalahan atau kasus yang dihadapi;
6. Paralegal akan menyerahkan berkas klien yang
berisi biodata, dokumen serta pokok permasalahan
kepada Advokat Utama/Ketua Pos Bantuan Hukum
Advokat Indonesia DPC Surabaya. Selanjutnya akan
dilakukan dengan penunjukan Pengacara Publik
yang tepat oleh Advokat Utama/Ketua Pos Bantuan
Hukum Advokat
Indonesia DPC Surabaya untuk menangani
permasalahanatau kasus klien;
20
7. Klien dapat melakukan konsultasi secara
langsung dengan Pengacara Publik dan pihak Pos
Bantuan HukumAdvokat Indonesia DPC Surabaya
akan memberikan solusi terhadap permasalahan atau
kasus yang sedang dihadapi klien;
8. Dalam tahap konsultasi ini, Pengacara Publik
akan memahami permasalahan atau kasus secara
detail dan melihat apakah permasalahan atau kasus
tersebut merupakan kasus struktural atau non-
struktural. Jika kasus tersebut termasuk kasus
struktural maka PengacaraPublik akan memberikan
bantuan hukum sesuai dengan aturan yang berlaku
tetapi jika kasus tersebut termasuk kasus
nonstruktural maka Pengacara Publik hanya dapat
memberikan solusi sebagai pandangan hukum bagi
klien akan penyelesaian permasalahan atau kasus
yang dihadapi karena Pos Bantuan Hukum Advokat
Indonesia DPC Surabaya hanya dapat membantu
atau mengatasi permasalahan yang bersifat
struktural13
21
2.3 Prosedur Penyelesaian Perkara Perbuatan
Melawan Hukum Di Pengadilan Negeri
A. Gugatan
22
d. Tergugat utama bertempat tinggal, jika hubungan antara
tergugat-tergugat adalah sebagai yang berhutang dan
penjaminnya.
Penggugat atau salah satu dari penggugat ber
tempat tinggal dalam hal:
a. Tergugat tidak mempunyai tempat tinggal dan
tidakdiketahui dimana ia berada;
b. Tergugat tidak dikenal.
23
ajukan pada permulaan sidang, apabila diajukan
terlambat, Hakim dilarang untuk memperhatikan
eksepsi tersebut).
C. Kuasa/Wakil
24
berlaku hal-hal tersebut diatas. Kuasa/Wakil
Negara/Pemerintah dalam suatu perkara perdata
berdasarkan Staatsblad. 1922 No. 522 dan pasal 123
ayat 2 Herzien Inlandsch Reglement (HIR), adalah:
a. Pengacara Negara yang diangkat oleh
Pemerintah;
b. Jaksa;
c. Orang tertentu atau Pejabat-pejabat yang
diangkat/ditunjuk oleh Instansi-instansi yang
bersangkutan.Jaksa tidak perlu menyerahkan
Surat Kuasa khusus. Pejabat atau orang yang
diangkat/ditun juk oleh instansi yang
bersangkutan, cukup hanya dengan
menyerahkan Salinan yang berupa sebuah
Surat pengangkatan/penunjukan, yang tidak
bermaterai.
D. Perkara Gugur
25
mengundurkan dan menyuruh memanggil penggugat sekali
lagi. Kepada pihak yang datang diberitahukan agar ia
menghadap lagitanpa panggilan.Jika penggugat pada hari
sidang pertama tidak datang, meskipun ia telah dipanggil
dengan patut, tetapi pada harikedua ia datang dan pada hari
ketiga penggugat tidak hadir lagi, perkaranya tidak bisa
digugurkan.
E. Putusan Verstek
28
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
29
3.2 Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
31
Wibawanti, E. S. (2013). Hak Atas Tanah Dan Peralihannya:
Dilengkapidengan PP no. 40 tahun 1996 Tentang Hak Guna
usaha, Hak Guna Bangunan, Dan Hak Pakai Atas Tanah.
Yogyakarta: PenerbitLiberty Yogyakarta.
PERATURAN
32
LAIN LAIN
33