Anda di halaman 1dari 14

Perkembangan Pengaturan Hukum dan Tantangan Upaya Hukum

Perlawanan Pihak Ketiga Terhadap Sita Hak Kepemilikan dalam Perkara


Perdata di Pengadilan Negeri

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Upaya Hukum Perkara
Perdata Kelas – F (NIM Gasal)

Disusun Oleh :
Mikael Adityo Bakuh Hernanda
11000120120163

Dosen Pengampu :
Bapak Mardjo, S.H., M.Hum
Bapak Zil Aidi, S.H., M.H

Program Studi S1 Ilmu Hukum


Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro
KATA PENGANTAR

Tiada kalimat yang pantas Penulis ucapkan kecuali Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas terselesainya Makalah yang berjudul “Perkembangan Pengaturan Hukum dan
Tantangan Upaya Hukum Perlawanan Pihak Ketiga Terhadap Sita Hak Kepemilikan dalam
Perkara Perdata di Pengadilan Negeri”. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi Tugas Akhir
Mata Kuliah Upaya Hukum Perkara Perdata kelas F. Tidak lupa Penulis mengucapkan
Terimakasih atas segala bantuan serta dukungan moral dan materill yang diberikan dalam
penyusunan makalah ini, maka dari itu disini Penulis mengucapakan Terimakasih Kepada :
1. Bapak Mardjo, S.H., M.Hum., Selaku Dosen Pengampu Setelah UTS Mata Kuliah
Upaya Hukum Perkara Perdata kelas F yang telah banyak memberikan bimbingan,
ilmu, materi, pengetahuan, saran, ide, dan kesempatan untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan dalam Mata Kuliah Upaya Hukum Perdata Perdata dan Ilmu Hukum.
2. Bapak Zil Aidi, S.H., M.H., Selaku Dosen Pengampu Sebelum UTS Mata Kuliah
Upaya Hukum Perkara Perdata kelas F yang telah banyak memberikan bimbingan,
ilmu, materi, pengetahuan, saran, ide, dan kesempatan untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan dalam Mata Kuliah Upaya Hukum Perkara Perdata dan Ilmu Hukum.
3. Orang tua Penulis yang selalu memberikan dukungan moril dan materill hingga
terselesainya makalah ini.
4. Teman teman kelas Upaya Hukum Perkara Perdata Kelas F yang telah membantu,
bekerja sama, dan memberikan dukungan selama masa perkuliahan satu semester.
5. Semua pihak yang tidak dapat Penulis rinci secara satu per satu yang telah membantu
dan membimbing Penulis dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis disini menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan terdaoat
beberapa kekurangan, oleh karena itu disini Penulis sangata mengharapkan adanya saran dan
kritik yang membangun dari pembaca makalah ini untuk tujuan penyempurnaan makalah ini.
Penulis mengahrapakan semoga tulisan makalah ini dapaat bermanfaat bagi pembaca makalah.

Semarang, 27 Mei 2023

Mikael Adityo Bakuh Hernanda


11000120120163
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara hukum. Hal ini tertera dengan jelas pada Pasal 1 Ayat
3 Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kemudian
ditegaskan kembali pada Pasal 27 Ayat 1 Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 mengaskan bahwa segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan wajib menjunjung hukum itu dengan
tidak ada pengecualiannya.1 Sehingga dalam hal ini seluruh warga negara Indonesia
tunduk pada hukum dan mempunyai persamaan di mata hukum dengan tidak membeda
bedakan dalam penegakan hukum di Indonesia. Hukum bekerja dan berada pada semua
segi bidang kehidupan yang dilakukan oleh masyrakat Indonesia dalam berbangsan dan
bernegara sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku demi menjamin hak hak
masyarakat maka pemerintah mewujudkan hukum yang adil dan bijaksana dalam
penerapanya.
Pada hakekatnya manusia adalah mahluk sosial yang membutukan manusia
lain, sehingga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sudah pasti dan dapat
dimungkinkan terjadi konflik antara satu manusia dengan manusia lainya sebagain
warga negara. Konflik yang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tersebut
dapat terjadi ketika manusial lain menguasai, mengurangi, dan melanggar hak hak
orang lain yang tidak dapat dipertahankan haknya oleh orang yang berangkutan.
Sehingga dalam hal ini tidak terjadi keseimbangan antara hak yang dimiliki oleh
seseorang dengan orang lain yang kemudian menyangkut juga hak dan kewajiban yang
dimiliki. Di Indonesia sendiri hukum mengatur hubungan hak dan kewajiban antar
individu dan individu dengan badan hukum yang telah dibagi secara adil. Hukum di
Indonesia terbagi lagi menjadi beberapa lingkup hukum dimana salah satunya yaitu
Hukum Acara Perdata dan Hukum Perdata yang masuk kedalam ranah hukum Privat.
Hukum Acara Perdata terfokus mengatur bagaimana cara untuk mengajukan tuntutan
hak, pemeriksaan, memutusnya, dan pelaksanaan dalam putusan tersebut. 2

1
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta, Liberty, 2002, hlm 2
Hukum Privat mengatur hubungan hukum antara individu dengan individua tau
dapat dikatakan hubungan hukum perorangan. Sehingga apabila terjadi suatu konflik
maka dapat dikatakan pihak individu inividu tersebut sedang bersengketa. Secara
Perdata, Pihak yang bersengketa akan mengajukan gugatan ke ketua Pengadilan Negeri
yang berwenang menangani sengketa tersebut karena ada hak yang dilanggar atau tidak
dipenuhi oleh pihak lain gugatan yang diajukan tersebut dinamanakan gugatan perkara
perdata. Gugatan ini dapat diartikan sebagai tuntutan hak yang mengandung arti dan
maksud sengketa, dimana minimal terdapat dua pihak di dalamnya yaitu penggugat dan
tergugat. Gugatan terdapat dua jenis yaitu tuntutan hak yang mengandung sengketa atau
yang dinamakan gugatan dan tuntutan hak yang tidak mengandung sengketa disebut
prmohonan. Pihak yang sedang bersengjeta merasa haknya dilanggar dan tidak dapat
diselesaikan sengketnya secara kekeluargaan atau secara damai. Kemudian para pihak
yang bersengketa tersebut melanjutkan perkaraya dengan menyerahkan ke Pengadilan
Negeri untuk dapat diselesaikan dan dituntaskan secara hukum Perdata Indonesia.
Dalam sidang Perdata para pihak tersebut baik penggugat atau tergugat akan
saling memberikan bukti dan saling menguatkan untuk memberikan keyakinan kepada
hakim bahwa salah satu dari mereka adalah yang benar dengan memberikan alibi
hukum yang berlaku dan keyakinan hakim dalam memutus sengketa perkara perdata
tersebut. Putusan hakim tersebut tidak mutlak dan dapat dimungkinkan juga
menimbulkan suatu permaslaahan dalam pelaksanaan putusan pengadilan yang sering
kali terdapat pihak yang merasa keberatan dan dirugikan atas putusan hakim tersbeut.
Salah satunya adalah pihak ketiga yang tidak ikut serta sebagai pihak yang berperkara
karena adnaya suatu hal. Pihak ketiga ini terkadang merasa keberatan dengan putusan
pengadilan dimana objek yang akan dieksekusi oleh pengadilan adalah hak dari pihak
ketiga. Karena pihak ketiga bukan pihak yang berperkara atau yang iktu dalam perkara
maka pihak ketiga tersebut dapat mengajukan perlawanan eksekusi atau bias disebut
dengan derden verzet. Pihak ketiga disini tidak hanya memiliki kepentingan pada para
pihak yang sedang bersengketa, namun pihak ketiga disini hak perdatanya telah
dirugikan oleh putusan hakim tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa derden verzet
merupakan hak yang dimiliki oleh pelawan telah terlanggar karena putusan hakim
dimana sebagai pihak ketiga. 3

3
R. Subekti, Hukum Acara Perdata Cetakan 2, Bandung, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen
Kehakiman, 1887, hlm 170
Apabila perlawanan yang dilakukan oleh salah satu pihak yang sedang
berperkara disebut dengan Partij Verzet, maka perlawnan pihak ketiga disebut dengan
derden verzet yang dapat juga diartikan sebagai bentuk perlawanan untuk membatalkan
dan menghambat eksekusi dengan menggunakan upaya hukum ini. Sehinga, perbedaan
perlawanan ini terletak pada subjek atau pihak yang mengajukan perlawanan. Berdasar
pada upaya hukum perlawnaan yang dimungkinkan digunakan pihak yang berpekkara
dalam hal ini tergugat atau tergugat atau pihak ketiga di luar pihak berpekra akan
ditemukan beberapa hal menartik yang digunakan oleh penulis untuk membahas dan
memberikan analisis sistematik dengan makalah yang berjudul “Perkembangan
Pengaturan Hukum dan Tantangan Upaya Hukum Perlawanan Pihak Ketiga Terhadap
Sita Hak Kepemilikan dalam Perkara Perdata di Pengadilan Negeri Indonesia”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat penulis
rumuskan beberapa rumusan masalah antara lain :
1. Bagaimana Perkembangan Pengaturan Hukum Upaya Hukum Perlawanan Pihak
Ketiga pada Perkara Perdata dalam Hukum Positif di Indonesia ?
2. Bagaimana Upaya Hukum Perlawanan Pihak Ketiga Terhadap Sita Hak
Kepemilikan Perkara Perdata dan Tantanganya ?
3. Bagaimana Solusi atau Cara untuk Memenangkan Perlawanan Pihak Ketiga Pada
Pemriksaan Perkara Perdata Pengadilan Negeri ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini disusun adalah untuk mengetahui secara umum
Perkembangan Pengaturan Hukum dan Tantangan Upaya Hukum Perlawanan Pihak
Ketiga pada Perkara Perdata di Pengadilan Negeri Indonesia, adapun secara khusus
tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1. Untuk Mengetahui Perkembangan Pengaturan Hukum Upaya Hukum Perlawanan
Pihak Ketiga pada Perkara Perdata dalam Hukum Positif di Indonesia.
2. Untuk Mengetahui Upaya Hukum Perlawanan Pihak Ketiga Terhadap Sita Hak
Kepemilikan Perkara Perdata dan Tantanganya.
3. Untuk Mengetahui Solusi atau Cara untuk Memenangkan Perlawanan Pihak Ketiga
Pada Pemeriksaan Perkara Perdata di Pengadilan Negeri.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Bagaimana Perkembangan Pengaturan Hukum Upaya Hukum Perlawanan


Pihak Ketiga pada Perkara Perdata dalam Hukum Positif di Indonesia ?
Upaya hukum merupakan bentuk upaya yang diberikan oleh hukum kepada
pihak yamg dirugikan atas adanya putusan hakim yang dianggap keliru atau salah
dalam memberikan putusan tersebut. Upaya hukum secara umum banyak dimengerti
oleh dalam dua bentuk yaitu upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa. Suatu
putusan yang telah memiliki kuatan hukum tetap atau telah inkracht yang sudah tidak
dapat diupayakan dengan upaya hukum biasa maka dapat menggunakan upaya hukum
istimewa atau upaya hukum luar biasa. Upaya hukum yang luar biasa hanya
diperbolehkan dan diperuntukan untuk hal hal tertentu saja yang telah disebutkan dalam
undang- undang termasuk dalam hal ini perlawanan pihak ketiga atau derden verzet
termasuk ke dalam upaya hukum luar biasa.
Upaya hukum perlawanan pihak ketiga atau derden verzet merupakan suatu
perlawnana yang dilakukan oleh pihak ketiga yang tidak memiliki sangkut paut akan
tetapi dengan perkara tersebut putusanya telah merugikan pihak ketiga tersebut.
Terdapat dua bentuk perlawanan pihak ketiga yaitu4 :
a. Perlawanan pihak ketiga terhadap sita eksekusi
Perlawnaan pihak ketiga terhadap suatu penyitaan terhadap benda atau
barang miliknya yang karena putusan sudah mempunyai kekuatan hukum
tetap merugikan pihak ketiga tersebut.
b. Perlawanan pihak ketiga terhadap sita jaminan
Perlawanan yang dilakukan oleh pihak ketiga terhadap putusan pengadilan
yang belum mempunyai keputusan hukum yang tetap.
Perlawawan diajukan kepada hakim yang menjatuhkan putusan yang dilawan tersebut
yang dilawan dnegan menggugat para pihak yang bersangkutan dengan cara biasa.
Dalam derden verzet, pihak ketiga ketika dalam mengajukan perlawnaan tidak hanya
sebatas menyangkut kepentingannya tetapi juga dirugikan hak hak yang dimilikinya.
Jika perlawanan dikabulkan maka putusan tersebut akan diperbaiki sepanjang

4
M. Yahya Harahap, Jakarta, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, hlm 295
merugikan pihak ketiga tersebut. Berdasarkan hal tersebut pelawanan dapat diajukan
dengan dasar Pasal 207 HIR yang dilakukan secara tertulis atau lisan. 5
Pengaturan hukum banyak yang mengatur mengenai perlawanan pihak ketiga
atau derden verzet ini meskipun peraturan perundang undang tidak memberikan
definisi secara rinci mengenai ketentuan yang mengatur derden verzet, pasal pasal
pengaturan hukum derden verzet semakin berkembang dan ditemukan dalam beberapa
kitab pengaturan hukum. Seperti pada Pasal 206 ayat 6 RBG yang menerangkan
mengenai perlawanan pihak ketiga datang berdasarkan hak miliki yang diakui olehnya
disitu untuk pelaksanaan putusan, juga sengketa menganai upaya paksa yang
diperintahkan, diadili oleh pengadilan negeri yang mempunyai wilayah hukum dimana
dilakukan perbuatan untuk melaksanakan keputusan hakim. Kemudian dalam pasal 195
ayat 6 HIR menerangkan mengani perlawanan terhadap keputusan yang dari orang lain
menyatakan bahwa barang yang disita milikinya dihadapkan serta diadili seperti segala
perselisihan upaya paksa. 6
Pengaturan mengenai derden verzet juga berkembang lebih luas, selain yang
terdapat pada HIR dan RBG juga terdapat pada RV seperti pada pasal 379 RV yang
menerangkan bahwa perlawnana diperiksa oleh hakim yang menjatuhkan putusan yang
merugikan pihak ketiga tersebut. Perlawanan diajukan dengan pemanggilan untuk
menhadap sidang terhadap smeua pihak yang telah mendapat keputusan dan peraturan
umum mengenai cara berperkara. Kemudian pada pasal 378 RV juga menerangkan
bahwa pihak ketiga berhak melakukan perlawanan atas putusan yang merugikan
haknya. Kemudian terkait dnegan penundaan pelaksanaan putusan diatur dalam pasal
381 RV dimana yang berwenang hakim yang memriksa tersebut. Kecuali ditentukan
bahwa putusan tersebut sebelum telah diputusn dalam keadaan serta merta. Keadaan
serta merta perlawan pihak ketiga ini dilakukan dengan syarat yang terdapat pada pasal
54 RV dan SEMA 3 Tahun 2000. Mengenai penyelesaian diatur dalam Pasal 382 RV
dimana putusan yang dilawan tersebut harus segera diperbaiki terbatas pada hal yang
merugikan pihak ketiga kecuali terhadap putusan yang tidak dapat dipecah dan
menghendaki pembatalan putusan secara keseluruhan tersebut. 7
Peraturan utama dari hukum perdata juga mengatur mengenai derden verzet
yang ditujukan untuk melawan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan

5
Laila M. Rasyid, Modul Penganter Hukum Acara Perdata, Lhoksumawe, Unimal Press, 2015, hlm 128
6
Ibid, hlm 132
7
Ibid, hlm 135
hukum tetap dan merugikan pihak ketiga dapat diajukan dengan syarat yang perlu untuk
dilakukan yang tercantum dalam Pasal 1917 KUHPerdata antara lain, perihal yang
dituntut harus sama, tuntutan didasarkan pada alasan yang sama, dan harus diajukan
oleh pihak yang sama terhadap pihak yang sama dalam hubungan yang sama. 8

2. Bagaimana Upaya Hukum Perlawanan Pihak Ketiga Terhadap Sita Hak


Kepemilikan Perkara Perdata dan Tantanganya ?
Hakim dalam memberikan putusannya terkadang dapat terjadi keluputan atau
kekeliruan bahkan terjadi kekhilafan dalam memberikan putusan yang bias saja bersifat
memihak walupun terdapat prinsip res yudicate proveritate atau apa yang diputus
hakim dianggap benar. Akan tetapi hakim juga merupakan manusia biasa yang tidak
dapat dipaksakan untuk menjadi sempurna, demi keadilan dan kebenaran maka putusan
hakim yang dianggap keliru tersebut dapat dimungkinkan untuk diperiksa ulang agar
kesalahan atau kekeliruan dapat diperbaiki dan dievaluasi. Untuk memperbaiki putusan
hakim yang keliru atau salah tersebut dapat dilakukan dengan menempuh upaya hukum
yang telah diberikan oleh undang undang. Upaya hukum dapat terbagi menjadi upaya
hukum biasa dan upaya hukum luar biasa. Pada makalan ini berkiatan dengan upaya
hukum luar biasa yaitu perlawanan pihak ketiga atau derden verzet.
Pada hakikatnya putusan hakim yang telah telah dikeluarkan hanya mengikat
pihak yang sedang berperkara dan tidak mengikat pihak ketiga. Pihak ketiga dapat
melakukan perlawanan apabila merugikan hak pihak ketiga yang dinamakan derden
verzet. Perlawanana ini diperiksa oleh hakim yang memberikan putusan yang
diajukan dengan suatu pemanggilan untuk menghadap sidang terhadap semua pihak
yang telah mendapatkan putusan sebagaiman diatur dalam Pasal 378 RV. Dalam
memeriksa kembali hakim dapat menunda eksekusi putusan degan dasar Pasal 318 RV.
Apabula perlawanan dikabulkan maka putusan yang merugikan pihak ketiga harus
diperbaiki sesuai dengan Pasal 382 RV. Derden verzet dapat diajukan atas objek sita
hak kepemilikan pihak ketiga. 9
Menurut Sudikno Mertokusumo, derden verzet dilakukan oleh pihak ketiuga
dengan menggugat pihak yang bersangkutan dengan cara biasa yang harus dibuktikan
dengan bukti otentik. Derden verzet jika terhadap sita eksekutorial dapat

8
R. Subekti, Kitab Undang Udang Hukum Perdata/ Burgerlijk Wetboek, Jakarta, Balai Pustaka
9
Sophar Maru Hutagalung, Praktik Peradilan Perdata, Jakarta, Sinar Grafika, 2010, hlm 54
menangguhkan suta eksekusi sepanjangn permohonan yang diajukan benar alasanya,
sedangkan untuk sita jaminan derden verzet bukan upaya hukum luar biasa yang mana
derden verzet untuk dita jaminan tidak diatur lebih lanjut. Perlawanaan pihak ketiga
terhdap sita jaminan tidak diatur secara khsusu dalam HIR, RBG, dan RV tetapi banyak
dalam praktek yurispudensi. Selain pada perlawanan terhadap derden verzet sita
jaminan juga terdapat perlawana terhadap sita ekseksui yang diajukan oleh pihak ketiga
atas dasar hak yang dimilikinya kepada ketua pengadilan negeri yang akan
melaksanakan ekskusi dengan asasnya tidak menangguhkan ekseksusi kecuali dengan
alas an yang benar. 10
Pendapat lain yang ikut mmeberikan padanganya terkait derden verzet terhadap
sita objek hak kepemilikan juga disampaikan oleh Muhammad Iqbal diaman derden
verzet terhadap sita eksekusi atau sita jaminana tidak hanya dapat diajukan atas dasar
hak milik, tetapi juga harus didasarkan pada hak lainya seperti hak pakai, hak guna
bangunan, hak tanggungan, hak sewa, dan hak guna usaha. Pemegang hak wajib
terlindungi dari sita ekseksi dimana pemegang hak tersebut sebagai pihak ketiga yang
tidak ikut berperkara atau bersengketa di pengadilan negeri. 11
Tantangan derdenverzet terhadap objek sita hak kepemilikan disini yaitu
pelawan atau pihak ketiga harus dapat membuktikan bahwa ia mempunyai bukti atau
alas ha katas barang yang disita tersebut dan jika berhasil membuktika maka akan
dinyatakan sebagai pelawan yang benar dan sita akan diperinatahakna untuk diangkat,
namun disisi lain jika pelawan tidak dapat membuktikan maka akan dinyatakan
pelawan berbuat tidak jujur dan sita akan dipertahankan. Perlawanan pihak ketiga harus
didasarkan pada hak yang dimiliki bahwa objek sita terebut benar milik pihak ketiga
yang harus dibuktikan degan rinci dan rigit.12 Tantangan lainya dalam praktik peradilan
dapat dilakukan oleh tergugat yang sering mengajukan gugatan keberatan atas
penyitaan yang diletakkan pada harta kekayaannya dengan dalih barang yang disita
adalah milik pihak ketiga. Akan tetapi dalil dan keberatan ini jarang dihiraukan okleh
hakim dan pegadilan atas alasan karena jika keberata barant itu benar milik pihak ketiga
maka dapat mengajukan keberatan derden verzet. 13

10
Firman, Zuli Diane Zaini, Analisis Perlawana Pihak Ketiga (Derden Verzet) terhadap Eksekusi di Pengadilan
Negeri, Vol 7 No 1, Jurnal Hukum Universitas Bandar Lampung, Desember 2020, hlm 5
11
Bambang Sugeng A. S SUjayadi, Pengantar Hukum Acara Perdata dan Contoh Dokumen Litigasi, Jakarta,
Kencana Prenada Media Group, hlm 95
12
Ibid, hlm 95
13
M Yahya Harahap, Opcit, hlm 299
3. Bagaimana Solusi atau Cara untuk Memenangkan Perlawanan Pihak Ketiga
Pada Pemeriksaan Perkara Perdata di Pengadilan Negeri ?
Pada setiap perkara pasti pihak yang sedang berpekara berkeinginan untuk
memenangkan apa yang menjadi haknya atau yang menjadi tuntutanya termasuk dalam
perkara derden verzet atau perlawanan pihak ketiga yang semula bukan menjadi pihak
yang ikut berperkara. Memenangkan perkara derden verzet di pengadilan negeri harus
melibatkan sejumlah faktor, termasuk kekuatan argumen hukum, bukti yang kuat, dan
pemahaman yang baik tentang persyaratan dan prosedur hukum yang berlaku. Berikut
beberapa solusi atau cara yang dapat digunakan dalam memenangkan perkara derden
verzet pada pemeriksaan di pengadilan negeri, antara lain14 :
a. Menyatakan Hak Kepemilikan dengan Benar
Seperti yang diuraikan dalam sub bab pembahasan sebelumnya, yang
menjadi tantangan yaitu harus dapat membuktian dan menyatakan dengan benar
bahwa objek sita tersebut merupakan hak kepemilikan dari pihak ketiga atau
pelawan yang dapat dibuktian dengan hak milik, hak sewa, hak guna bangunan, hak
guna usaha, hak tanggungan ataupun hak pakai. Apabila pelawan atau pihak ketiga
dapat membuktikan dengan haknya tersbeut maka dapat dikatakan sita akan
diangkat kepadanya.
b. Berkonsultasi dengan ahli hukum
Penting untuk mencari bantuan dari ahli hukum yang berpengalaman dalam
hukum perdata. Para Ahli hukum dapat memberikan nasihat hukum dan solusi yang
tepat untuk membantu menyusun strategi, solusi, cara, dan menggambarkan
kemungkinan hasil yang dapat dicapai dalam proses pemeriksaan.
c. Meninjau persyaratan hukum mengajukan derden verzet secara baik
Teliti persyaratan hukum yang berlaku untuk derden verzet dalam yurisdiksi
hukum. Pastikan memahami dengan baik batas waktu yang ditetapkan, kepentingan
hukum yang harus dibuktikan, dan alasan-alasan yang dapat menjadi dasar untuk
mengajukan derden verzet. Batas tenggang waktu pengajuan derden verzet tidak
dibatasi oleh jumlah hari karena yang membatasi adalah eeksekusi putusan. Jika
cepat eksekusi putusanya maka akan semakin cepat tenggang waktu pengajuan
derden verzet. Derden verzet harus diajukan oleh pihak ketiga yang bukan terlibat

14
Martiman Prodjohamidjojo, Strategi Memenangkan Perkara, Jakarta, Pradnya Paramita, 2003, hlm 35
langsuyng sebagau pihak yang berperkara tetapi pihak yang membela dan.
Memeprtahankan haknya. Kemudian karena derden verzet didaftarkan sebagai
perkara baru maka bahan pemeriksaannya yaitu perlawanan pelawan bila terlawan
membantah dalil dari pelawan maka pelawan wajib untuk membuktian dalilnya.
Derden verzet wajib membayar biaya perkara baru dan mendapatkan nomor perkara
yang berbeda dnegan perkawa yang dilawan. Terdapat juga syarat lain seperti
perihal yang dituntut harus sama, tuntutan didasarkan pada alasan yang sama, dan
harus diajkan oleh pihak yang sama terhadap pihak yang sama dalam hubungan
yang sama. Hal ini tertera pada pasal 1917 KUHPerdata.
d. Mengumpulkan bukti yang kuat dan sesuai dengan perkara
Lakukan usaha maksimal untuk mengumpulkan bukti yang kuat yang
mendukung pengajuan gugatan derden verzet. Hal ini dapat berbentuk berupa
dokumen, saksi, atau ahli yang dapat memberikan kesaksian atau pendapat atau
keterangan yang relevan dan sesuai. Bukti yang kuat dapat memperkuat argumen
pembuktian dalam pemeriksaan di pengadilan.
e. Mempersiapkan argumen yang kuat
Dalam mempersiapkan argumen hukum, pastikan mengacu pada hukum dan
peraturan yang relevan dan berlaku positif di Indonesia. Analisis kasus serupa dan
argumen hukum yang baik dapat memberikan dasar yang kuat untuk mendukung
pengajuan perlawanan derden verzet dan membantu mendorong bukti yang ada.
f. Mengikuti prosedur dengan benar
Pastikan untuk mengikuti prosedur hukum yang ditetapkan dengan benar.
Ajukan permohonan derden verzet dalam batas waktu yang ditetapkan dan pastikan
bahwa semua persyaratan prosedural terpenuhi. Jika tidak yakin atau merasa ragu
perihal prosedur yang harus diikuti dapat memintaa bantuan dari ahli hukum.
Karena pada dasarnya prosedur merupakan hal penting agar tidak terjadi kekeliruan
dalam mengajukan gugatan perlawanan derden verzet.
g. Menyiapkan pembelaan terhadap argumen lawan
Analisis argumen yang mungkin diajukan oleh pihak lawan pasti membuat
pihak terlawan harus memikikan cara untuk melakukan perlawanan maka dapat
dilakukan dengan menyiapkan pembelaan yang kuat terhadap argumen tersebut
dnegan disertai bukti atau fakta dari peristiwa yang sedengan diperkarakan tersebut.
Hal ini juga harus dilakukan dengan mengidentifikasi kelemahan dalam argumen
lawan untuk kemudian menemukan cara terbaik untuk meresponsnya dengan bukti
dan argumen yang relevan sesuai dengan ketentuan hukum.
h. Berkomunikasi dengan baik
Berkomunikasi dengan baik juga tidak kalah penting dalam proses
pemeriksaan derden verzet di pengadilan negeri. menjaga komunikasi yang baik
dengan pengadilan ataupun pihak lain yang terlibat dalam perkara. Serta mengikuti
semua petunjuk dan arahan dari pengadilan dengan cermat dan sesuai. Komunikasi
yang baik dapat membantu membangun reputasi yang baik di mata pengadilan dan
mempengaruhi pandangan terhadap kasus yang sedang diajukan derden verzet
tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melebarkan cakrawala berfikir, beranalogi, dan beranalisa maka dapat
disimpulkan bahwa perkembangan pengaturan hukum mengenai perlawanan pihak
ketiga atau derden verzet di Indonesia terdapat beberapa pengaturan di luar
KUHPerdata. Dimana dalam KUHPerdata diatur dalam Pasal 1917. Pada pengaturan
lain terdapat pada Pasal 195 HIR, 207 HIR, 206 RBG, 378 RV, 379 RV, 54 RV, 381
RV, 382 RV, dan SEMA 3 Tahun 2000. Walaupun sudah ada pengaturan hukumnya
tapi tidak dipungkiri masih terdapat tantangan dalam pelaksanaan derden verzet yang
juga berkaitan dengan derden verzet atas objek sita hak kepemilikan dimana dalam
pemeriksaan pelawan atau pihak yang mengajukan perlawanan deren verzet harus
membuktikan hak kepemilikan atas barang yang menjadi objek sita kepemilikan yang
dapat dibuktikan dengan mengajukan hak milik, hak pakai, hak sewa, hak guna usaha,
hak guna bangunan, atau hak tanggunggan. Tidak hanya harus membuktikann hak
kepemilikanya atas objek sita hak kepemilkan tersebut. Pelawan dari pihak yang
mengajukan derden verzet juga harus dapat melakukan hal hal lain untuk dapat
memenankan gugatan perkaranya agar menang di pengadilan negeri seperti
berkonsultasi dengan ahli hukum, meninjau persyaratan hukum mengajukan derden
verzet secara baik, mengumpulkan bukti yang kuat dan sesuai dengan perkara,
mempersiapkan argument yang kuat, mengikuti prosedur dengan benar, menyiapkan
pembelaan terhadap argument lawan, dan berkomunikasi dengan baik.

B. Saran
Tidak banyak saran yang dapat penulis berikan, penulis menyadari bahwa ilmu
penulis masih perlu untuk dikembangkan lagi. Sedikit saran dari penulis agar system
peradilan di Indonesia dapat dilakukan sesuai dengan prosedur, tata cara, dan aturan
yang sesuai dengan kaidah hukum agar para pihak yang berperkara mendapatkan hak
yang sesuai dengan yang dituntutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang Undangan (2 Sumber)


Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Subekti. Kitab Undang Undang Hukum Perdata/ Burgerlijk Wetboek. Jakarta: Balai Pustaka

Buku (7 Sumber)
Harahap, Yahya. Hukum Acara Perdata. Jakarta: Sinar Grafika
Maru, Sophar Hutagalung. 2010. Praktik Peradilan Perdata. Jakarta: Sinar Grafika
Mertokusumo, Sudikno. 2002. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta: Liberty
M. Rasyid, Laila. 2015. Modul Penganter Hukum Acara Perdata. Lhoksumawe: Unimal Press
Prodjohamidjojo, Martiman. 2003. Strategi Memenangkan Perkara. Jakarta: Pradnya Paramita
Subekti. 1887. Hukum Acara Perdata Cetakan 2. Bandung: Badan Pembinaan Hukum
Nasional Departemen Kehakiman
Sugeng, Bambang A. S Sujayadi, Pengantar Hukum Acara Perdata dan Contoh Dokumen
Litigasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Jurnal (1 Sumber)
Firman, Zuli Diane Zaini, 2020. Analisis Perlawana Pihak Ketiga (Derden Verzet) terhadap
Eksekusi di Pengadilan Negeri, Vol 7 No 1, Jurnal Hukum Universitas Bandar
Lampung.

Anda mungkin juga menyukai