Anda di halaman 1dari 34

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM TENTANG

KEDALUWARSA PENGAJUAN GUGATAN SERTIPIKAT TANAH

(Studi Kasus Putusan Nomor : 2934/Kdt//P2017)

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh : DELASYE SIMAUW

NPM: 217063

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM (STIH) LITIGASI

Jalan Percetakan Negara VII No.27 Rawasari, Jakarta Pusat

2021/2022
PENGESAHAN TIM PENGUJI PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Delasye Simauw

NPM : 217063

Program Studi : Ilmu Hukum

Judul Proposal : Analisis Yuridis Terhadap Putusan Hakim Tentang

Kedaluwarsa Pengajuan Gugatan Sertipikat Tanah (Studi

Kasus Putusan Nomor : 2934/K/Pdt/2017)

Telah diujikan dan diterima oleh Tim Penguji Proposal Skripsi Sekolah Tinggi

Ilmu Hukum (STIH) Litigasi pada hari Selasa, 20 April 2021

Tim Penguji

Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan

Dr.Sri Sugiarti, S.H., M.H. Ketua …….………..

Hernayati, S.Sos, M.Si Sekertaris …….………..

Mengetahui,

Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Litigasi Ketua

Dr. H. Achmad Ubbe, S.H., M.H. NIDN 885010016

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Tuhan Yesus Kristus hanya karena kasih dan

berkat-Nya yang tak putus-putus kepada penulis, sehingga dapat menyusun dan

menyelesaikan proposal skripsi ini dengan baik adapun proposal skripsi berjudul

“Analisis Yuridis Terhadap Putusan Hakim Tentang Kedaluwarsa Pengajuan

Gugatan Sertipikat Tanah (Studi Kasus Putusan Nomor: 2934/K/Pdt/2017) ’.

Dalam proposal ini penulis menyadari bahwa proses penulisan proposal

skripsi ini banyak mengalami kendala, namun atas penyertaan Tuhan Yesus

Kristus serta bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga kendala-

kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan

ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H Achmad Ubbe. SH., MH. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Hukum Litigasi yang telah memberi ilmu dan wawasan yang luas bagi

penulis.

2. Wakil ketua I, II, III dan Ketua Prodi Ilmu Hukum, Jajaran Dosen, dan

seluruh Staf Akademik Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Litigasi yang telah

memberikan fasilitas, pendidikan dan ilmu kepada penulis.

3. Terkhusus kepada Alm Papi tercinta, Mami tercinta, kakak-kakak, dan

seluruh keluarga besar persatu yang selalu mendukung dalam doa dan

selalu memberikan support kepada penulis agar menyelesaiakan proposal

skripsi tepat waktu.

ii
4. Tak lupa juga teman-teman seperjuangan Septha, Nensya, Lena dan Gerry

yang selalu meluangkan banyak waktu untuk membantu, memberi

semangat serta memberikan banyak ilmu dalam mengerjakan proposal

skripsi ini.

Ambon, 16 April 2021

Penulis,

Delasye Simauw

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................iii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................v

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 8

D. Kerangka Teoritis dan Kerengka Konseptual ........................................... 10

E. Metode Penelitian ..................................................................................... 22

F. Sistematika Penulisan ............................................................................... 25

G. Rencana Jadwal Kegiatan .........................................................................

27

H. Rencana Anggaran Kegiatan Penelitian ................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 28

iv
A. LATAR BELAKANG

Tanah sebagai sumber daya alam yang dikaruniakan Tuhan Yang Maha

Esa kepada bangsa Indonesia sebagai kekayaan nasional merupakan sarana dalam

menyelenggarakan seluruh aktivitas kehidupan rakyat dan mempunyai peranan

yang penting bagi kelangsungan h idup manusia, dalam hal ini setiap orang pasti

memerlukan tanah, bukan hanya dalam menjalani hidup dan kehidupannya, untuk

mati pun manusia masih memerlukan sebidang tanah.1 Demikian juga dalam

rangka kepentingan kenegaraan, terutama dalam mendukung kegiatan

pembangunan di segala bidang, selalu memerlukan tanah sebagai tempat untuk

pelaksanaan kegiatan pembangunan tersebut.

Ketimpangan antara peningkatan kebutuhan manusia akan tanah dengan

keterbatasan ketersediaan tanah sering menimbulkan benturan kepentingan di

tengah-tengah masyarakat. Terjadinya benturan kepentingan menyangkut sumber

daya tanah tersebutlah yang dinamakan masalah pertanahan. Masalah pertanahan

juga ada yang menyebut sengketa atau konflik pertanahan. Secara etimologi,

istilah “masalah” diartikan sebagai sesuatu yang harus diselesaikan, persoalan2


3
sedang istilah “sengketa” dimaksudkan sebagai sesuatu yang

menyebabkan perbedaan pendapat, pertengkaran/perbantahan,

pertikaian/perselisihan, perkara di pengadilan,4 dan “konflik” adalah percekcokan,

perselisihan, pertentangan.

1
K. Wantjik Saleh,Hak Anda Atas Tanah, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985) hal 20.
2
kamil Anshari, Mengungkap Permasalahan Pertanahan di Propinsi Sumatera ,UMtaarkaalah
pada Kuliah Bedah Kasus Hukum pada Fakultas Hukum UNPAB Medan, 27 -6-2003, hal. 1
3
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indone,s(iJaakarta :
Balai Pustaka, Edisi Ketga, 2002), hal. 719.
4
Ibid, hal. 1037
1
Pada prinsipnya setiap sengketa pertanahan dapat diatasi dengan norma

dan aturan-aturan yang ada, atau dengan kata lain diselesaikan berdasarkan

hukum yang berlaku. Bahkan terhadap sengketa pertanahan yang menyangkut

aspek politik, ekonomi, sosial-kultural, dan pertahanan keamanan, tetap disiasati

penyelesaiannya dengan ketentuan hukum yang ada, sebab semua peraturan yang

diterbitkan oleh Pemerintah pada dasarnya merupakan resultante dari faktor-

faktor ekonomi, politik, sosial, budaya dan pertahanan keamanan, yang kemudian

dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.

Penyelesaian sengketa pertanahan berdasarkan hukum yang berlaku

tersebut dilandasi oleh konstitusi yang menegaskan bahwa Negara Indonesia

sebagai suatu negara hukum. Hal ini Untuk langgengnya suatu negara hukum,

maka secara formal penghormatan terhadap hak-hak azasi manusia ditandai

dengan dicantumkannya dalam konstitusi. Sedang kekuasaan Pemerintah harus

memegang teguh konstitusi dan menjalankan segala undang-undang dan

peraturan pelaksanaannya. Selain itu masyarakat wajib untuk menjunjung dengan

tegas dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3)Undang Undang Dasar (UUD) 1945.

Negara hukum pada prinsipnya memiliki syarat-syarat esensial, antara lain harus

terdapat kondisi-kondisi minimum dari suatu sistem hukum dimana hak-hak asasi

manusia dan Human Dignitydihormati.5

5
Ismail Sunny,Mekanisme Demokrasi Pancasila, (Jakarta : Aksara Baru, 1979), hal. 11
2
tinggi hukum dan pemerintahan. Dengan perkataan lain bahwa makna

negara hukum adalah apabila segala aktifitas kenegaraan dari lembaga-lembaga

negara maupun aktivitas kemasyarakatan dari seluruh warga negara didasarkan

pada hukum. Didasarkan pada hukum maksudnya segala bidang yang menyangkut

pengaturan tata kehidupan warga negara harus dibingkai oleh hukum. Salah satu

bidang yang mengatur tentang tata kehidupan warga negara yang juga harus

tunduk pada hukum adalah bidang pertanahan/keagrariaan.

Dalam hal ini pertanahan/keagrariaan disebut bidang yang termasuk harus

tunduk pada hukum karena negara mengatur bidang pertanahan/keagrariaan dalam

konstitusi yang menjadi aturan dasarnya, yakni tertera dalam Pasal 33 ayat (3)

UUD 1945 yang menyatakan “bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat”. Selanjutnya aturan dasar tersebut dijabarkan dalam

peraturan perundangundangan (Undang- undang Nomor 5 tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokokpokok Agraria atau disebut jugaUndang-Undang Pokok

Agraria (UUPA) dan juga dalam peraturan pelaksanaannya) yang merupakan

substansi hukum yang disebut Hukum Pertanahan/Keagrariaan. Oleh karena

pengaturan dan pengelolaan terhadap bidang pertanahan/keagrariaan ini melalui

kehadiran peraturan perundang-undangan yang ada, khususnya dalam UUPA,

diyakini dapat menyelesaikan masalah/sengketa tanah baik yang sudah ada

maupun yang akan ada. Hal yang lebih penting lagi bahwa semangat UUPA yang

mendahulukan kepentingan rakyat, yakni dalam pertimbangannya menegaskan

bahwa Hukum Agraria Nasional harus memberi kemungkinan akan tercapainya

3
fungsi bumi, air dan ruang angkasa, sesuai dengan kepentingan rakyat

Indonesia dan perkembangan zaman serta merupakan perwujudan asas Ketuhanan

Yang Maha Esa,perikemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan dan keadilan sosial.

Terdapat pengaturan yang berkaitan dengan suatu hak keperdataan yang

diatur dalam Pasal 1963 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata),

yaitu berbunyi: “Seseorang yang dengan itikad baik memperoleh suatu barang tak

bergerak, suatu bunga, atau suatu piutang lain yang tidak harus dibayar atas tunjuk

dengan suatu besit selama dua puluh tahun, memperoleh hak milik atasnya dengan

jalan lewat waktu. Seseorang yang dengan itikad baik menguasai sesuatu selama

tiga puluh tahun memperoleh hak milik tanpa dapat dipaksa untuk menunjukkan

alas haknya”.

Berdasarkan Pasal 1963 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH

Perdata) mengatur kedaluwarsa sebagai sarana seseorang untuk memperoleh suatu

hak yang termasuk diantaranya jenis barang tak bergerak yaitu hak atas tanah

yang mengakibatkan terjadinya kedaluwarsa seseorang untuk menggugat atas hak

yang diperoleh seseorang dimana diatur waktunya adalah 20 tahun dan apabila

sudah 30 tahun bahwa seseroang tidak dapat memaksakan orang tersebut untuk

dimintakan alas haknya.

Terdapat permasalahan dalam penerapan kedaluwarsa dimana terdapat

peraturan pemerintah yang berbeda dengan Pasal 1963 KUH Perdata yaitu Pasal

32 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

(selanjutnya disebut dengan PP Pendaftaran Tanah). Menurut pasal tersebut

mengatur tentang lewatnya waktu (kedaluwarsa) untuk menggugat sertifikat hak

4
atas tanah yang diterbitkan oleh kantor pertanahan dan sekaligus pula

melegitimasi dasar perolehan hak atas tanah bagi pemegang sertifikat dengan cara

kedaluwarsa dengan jangka waktu kedaluwarsa yang ditetapkan adalah 5 tahun.6

Berdasarkan perbedaan terjadi antara Pasal 1963 KUH Perdata


yaitu Pasal

32 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

menimbulkan masalah dalam pengajuan gugatan atas perolehan hak atas tanah

seseorang yang didaftarkan dengan berupa bukti yaitu sertifikat hak atas tanah.

Sertifikat hak atas tanah menurut Pasal 32 ayat 1 PP Pendaftaran Tanah bahwa

sertifikat merupakan tanda bukti hak yang kuat, dalam arti bahwa selama tidak

dapat dibuktikan sebaliknya data fisik dan data yuridis yang tercantum di

dalamnya harus diterima sebagai data yang benar. Sertifikat merupakan salinan

dari buku tanah yang memuat data fisik dan data yuridis salinan surat ukur yang

memuat data fisik.7

Menurut Pasal 1 angka 19 PP nomor 24 tahun 1997 Pendaftaran Tanah yang

dimaksud buku tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data

yuridis dan data fisik suatu objek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya.

Menurut Pasal 1 angkat 17 PP Pendaftaran Tanah bahwa yang dimaksud dengan

surat ukur adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam

bentuk peta dan uraian. Menurut Pasal 1 angka 6 PP nomor 24 tahun 1997

Pendaftaran Tanah yang dimaksud dengan data fisik adalah keterangan mengenai

letak, batas, dan luas bidang tanah dan satuan rumah yang sudah didaftar,

termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan diatasnya.

6 Henry Sinaga, Hukum Agraria DalamTeori Dan Praktik(Kompilasi Carut- Marut Regulasi Di
Indonesia), Cintra Aditya Bakti, Bandung, 2019, h. 22-23.
7 Urip Santoso, Pejabat Pembuat Akta Tahap Perspektif Regulasi, Wewenang, dan Sifat Akta),
Kencana, Jakarta, 2016, h. 28.
5
Menurut Pasal 1 angka 7 PP nomor 24 tahun 1997 Pendaftaran Tanah yang

dimaksud dengan data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang

tanah dan satuan rumah susun yang dida ftar pemegang haknya dan hak pihak lain

serta beban-beban lain yang membebaninya. Tujuan diterbitkan sertifikat hak atas

tanah dalam kegiatan pendaftaran tanah untuk pemilik atau pemegang hak atas

tanah dengan mudah dapat membuktikan bahwa dirinya sebagai pemegang hak

atas tanah. Menurut Adrian Sutedi menyatakan bahwa sertifikat hak atas tanah

membuktikan bahwa pemegang hak mempunyai suatu hak atas tanah di bidang

tanah tertentu. Kedaluwarsanya atas pengajuan suatu gugatan berkaitan dengan

hak atas tanah seseorang yang telah bersertifikat terjadi perbedaan antara undang-

undang yaitu KUH Perdata dengan Peraturan Pemerintah yaitu PP Pendaftaran.

Dalam pertimbangan hukum pada perkara ini, Dengan isi Permohonan

kasasi Bahwa pertimbangan hukum Majelis Hakim dianggap telah keliru dalam

penerapan hukumnya dan tidak sesuai dengan hukum dan fakta di persidangan

dikarenakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah Pasal 32 ayat (2) sudah jelas dan nyata telah disebutkan:

Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan secara sah atas nama

orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan

secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas

tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu

5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertifikat itu tidak mengajukan keberatan

secara tertulis kepada pemegang sertifikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang

bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai

6
penguasaan tanah atau penerbitan sertifikat tersebut;Begitu pula sesuai dengan

bukti T.III-1 yang berupa Sertifikat Hak Milik Nomor 119 atas nama Totok

Dirham Samsudin yang penerbitan awalnya atas nama Sartais yang diterbitkan

Pemohon Kasasi/Pembanding/ Tergugat III pada tanggal 7 November 2000, yang

berdasarkan Surat Keputusan Kepala Inspeksi Agraria Jawa Timur Nomor

I/Agr/20/XI/98 /HM/III/64, tanggal 15-9-1964 (bukti T.III-4) dan Surat

Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa

Timur Nomor 69-420.335-1995, tanggal 24 Juli 1995 (bukti T.III-5). Namun

bahwa terhadap alasan – alas an tersebut Mahkamah Agung berpendapat: Bahwa

alasan tersebut tidak dapat dibenarkan oleh karena Judex Facti/Pengadilan Tinggi

tidak salah dalam menerapkan hukum dan pertimbangan Judex Fact/iPengadilan

Tinggi sudah tepat dan benar; Bahwa Tergugat I yang telah terbukti melakukan

tindak pidana penipuan terhadap Penggugat berdasarkan putusan Hakim yang

telah berkekuatan hukum tetap yang mengakibatkan tanah objek sengketa milik

Penggugat Letter C Nomor 608 atas nama Muniroh/Penggugat beralih menjadi

Sertifikat Hak Milik Nomor 119 atas nama Tergugat I; Bahwa dengan demikian

tindakan Tergugat I tersebut merupakan perbuatan melawan hukum dan Sertifikat

Hak Milik Nomor 119/Kelurahan Karang Rejo tidak mempunyai kekuatan hukum

karena penerbitannya disebabkan adanya tindak pidana oleh Tergugat I;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, ternyata Putusan Judex

Facti/ Pengadilan Tinggi Surabaya dalam perkara ini tidak bertentangan dengan

hukum dan/atau undang-undang, maka permohonan kasasi yang diajukan oleh

Pemohon Kasasi Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Gresik tersebut harus

7
ditolak. perlu dilakukan penelitian dengan judul penelitian yaitu “ANALISIS

YURIDIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM TENTANG KEDALUWARSA

PENGAJUAN GUGATAN TENTANG SERTIPIKAT TANAH”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengemukakan

rumusan masalahnya yaitu:

1. Bagaimana kedaluwarsa pengajuan gugatan terhadap kepemilikan tanah

dengan sertipikat hak atas tanah menurut KUH Perdata dan Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah ?

2. Bagaimana pertimbangan Hukum Hakim dalam pengambilan Putusan

Perkara MA.No.2934 K/Pdt/2017 ?

C. Tujuan dan ManfaatPenelitian

1. Tujuan Penelitian

berdasarkan hal tersebut maka tujuan penelitian dalam proposal ini

adalah sebagai berikut :

a. Untuk menganalisis kedaluwarsa pengajuan gugatan terhadap

kepemilikan tanah dengan sertifikat hak atas tanah menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendataran Tanah.

b. Untuk menganalisis kedaluwarsa pengajuan gugatan terhadap

kepemilikan tanah dengan sertifikat hak atas tanah menurut

8
hukum hakim dalam Putusan Perkara

MA.No.2934/K/PDT/2017.

2. Manfaat Penelitian.

Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian dalam

penelitian ini dan tujuan yang hendak dicapai, maka diharapkan

penelitian ini dapat memberikan manfaat, sebagai berikut:

a. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

memberikan masukan untuk penambahan ilmu pengetahuan,

khususnya di bidang hukum pada umumnya dan ilmu hukum

dibidang kenotariatan pada khususnya, sebagai:

1) Memberikan gambaran yang jelas sertifikat hak atas tanah.

2) Memberikan gambaran yang jelas kedaluwarsa gugatan.

3) Memberikan gambaran yang jelas terhada

pengajuan gugatan terhadap sertifikat hak atas tanah.

b. Secara Praktis

Penelitian diharapkan dapat Secara Penelitian diharapkan

dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti,

yaitu:

1) Dapat menjadi masukan bagi para pihak yang terkait

terhadap kedaluwarsa gugatan.

2) Dapat menjadi masukan bagi pembentuk undang-undang

berkaitan kedaluwarsa gugatan.

9
3) Dapat menjadi masukan bagi organisasi notaris/PPAT

dalam kedaluwarsa gugatan.

D. Kerangka teoritis dan konseptual

Menurut Mukti Fajar, teori adalah “suatu penjelasan yang berupaya untuk

menyederhanakan pemahaman mengenai suatu fenomena atau teori juga

merupakan kesimpulan dari rangkaian berbagai fenomena menjadi sebuah

penjelasan yang sifatnya umum”.8Suatu kerangka teori bertujuan menyajikan

cara-cara untuk bagaimana mengorganisasi dan menginterpretasi hasil pen elitian

dan menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian yang terdahulu. Teori yang

digunakan sebagi pisau analisis dalam menguraikan rumusan permasalahan yang

ada dalam penelitian “Analisis Yuridis Terhadap Putusan Hukum Tentang

Kedaluwarsa pengajuan Gugatan Sertipikat Tanah”

a. Teori Tujuan

Hukum Menurut Gustav Radbuch tujuan hukum untuk dituntut

memenuhi berbagai karya disebut sebagai nilai-nilai dasar hukum.

Ketiga nilai dasar tersebut adalah keadilan, kepastian, dan

kegunaan/kemanfaatan.9 Peraturan perundangundangan termasuk

dalam pengaturan mengenai dalawarsa pengajuan gugatas atas sertifikat

hak atas tanah haruslah sesuai dengan tujuan hukum itu sendiri.

b. Teori Keadilan

Keadilan merupakan problema bagi para pencari keadilan yang paling

8 Mukt Faj ar Dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitan Hukum Normaaf & Empir Pisu,staka
Pelajar, Yogyakarta, 2013, h.134.
9 Burhan Ashshofa, Metode Penelitan Hukum Rineka Cipta, Jakarta, 1996, h.19.
10
sering menjadi diskursus adalah persoalan keadilan dalam kaitannya

dengan hukum. Hal ini dikarenakan hukum atau suatu bentuk peraturan

perundangan yang diterapkan dan diterimanya dengan pandangan yang

berbeda, pandangan yang menganggap hukum itu telah adil dan

pandangan lainnya yang menganggap hukum itu tidak adil. Problema

demikian sering ditemukan dalam kasus konkrit, seperti dalam suatu

perkara, seorang tidak adil terhadap putusan

majelis hakim. dan sebaliknya majelis hakim merasa dengan

keyakinanya putu san itu telah adil karena putusan itu telah didasarkan

pada pertimbangan-pertimbangan hukum yang tertulis dalam bentuk

peraturan perundang-undangan.10 Pengertian adil menurut kamus besar

Bahasa Indonesia yaitu sikap yang berpihak pada yang benar, tidak

memihak salah satunya atau tidak berat sebelah. Keadilan adalah suatu

tuntutan sikap dan sifat yang seimbang antara hak dan kewajiban.

Salah satu asas dalam hukum yang mencerminkan keadilan yaitu asas

equality before the law yaitu asas yang menyatakan bahwa s emua

orang sama kedudukannya dalam hukum. Kata

justice memiliki kesamaan dengan kata equity yaitu keadilan, yang

dapat diartikan Keadilan (justice) tidak memihak (impartial),

memberikan setiap orang haknya (his due,) Segala sesuatu layak

(fair), atau adil (equitable)11 John Rawls adalah

seorang pemikir yang memiliki pengaruh sangat besar di bidang

10
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Di Indonesia Edisi Revisi Sinar Grafika, Jakarta, 1996, h.
251.
11
Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, h. 91
11
filsafat politik dan filsafat moral. Melalui gagasan – gagasan yang

10
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Di Indonesia Edisi Revisi Sinar Grafika, Jakarta, 1996, h.
251.
11
Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, h. 91
11
dituangkan di dalam A Theory of Justice(1971), Rawls mengemukakan

bahwa kesukarelaan segenap anggota masyarakat untuk menerima dan

mematuhi ketentuan-ketentuan sosial yang ada hanya dimungkinkan

jika masyarakatnya tertata baik di mana keadilan sebagai fariness

menjadi dasar bagi prinsip -prinsip pengaturan institusi-institusi yang

ada di dalamnya.12

Menurut filusuf Yunani yaitu, Aristoteles menyatakan ukuran dari

keadilan bahwa:

1) Seseorang tidak melanggar hukum yang berlaku, sehingga

keadilan berarti sesuai hukuman atau “lawfull” , yaitu hukum

tidak boleh dilanggar dan aturan hukum harus diikuti.

2) Seseorang tidak boleh mengambil lebih dari haknya, sehingga

keadilan berarti persamaan hak “equal”. Dalam hal ini equality

merupakan proporsi yang benar, titik tengah, atau jarak yang

sama antara “terlalu banyak” dengan “terlalu sedikit”.13 Teori

keadilan hukum digunakan untuk menganalisis keadilan hukum

terjadinya perbedaan kedaluwarsa dalam pengajuan gugatan

yang diatur dalam peraturan perundang-undangan atas sertifikat

hak atas tanah

c. Teori Kepastian Hukum

Teori kepastian hukum yang ditegakk an oleh instansi penegak hukum

yang diberikan tugas untuk itu harus menjamin “kepastian hukum”

demi tegaknya ketertiban dan keadilan dalam kehidupan masyarakat.

12 13 Ibid, h. 60
13 Munir Fuady, op.cit, h. 93.
12
Ketidakpastian hukum akan menimbulkan kekacauan dalam kehidupan

masyarakat dan akan saling berbuat sesuka hati serta bertindak main

hakim sendiri. Keadaan seperti ini menjadikan kehidupan berada dalam

suasana “social disorganization atau kekacauan sosial”.14 Hukum adalah

perintah dari penguasa negara yang menentukan apa yang dilarang dan

apa yang diperintahkan. Kekuasaan penguasa itu memaksa orang lain

untuk taat. Ia memberlakukan hukum dengan cara menakut-nakuti, dan

mengarahkan tingkah laku orang lain kearah yang diinginkannya.

Hukum yang sebenarnya memiliki empat unsur, yaitu 1) perintah

(command),2) Sanksi (sanction),3) kewajiban (duty),dan 4) Kedaulatan

(sovereignty)15 Kaum positivisme termasuk Hart memandang hukum

sebagai perintah dan menempatkan sanksi sebagai suatu yang melekat

pada hukum, mengaitkan antara unsur paksaan dengan hierarki perintah

secara formal. Mereka membedakan norma hukum dan norma-norma

lainnya karena pada norma hukum dilekatkan suatu paksaan atau

sanksi.16 Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam

undang-undang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan

hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hukum lainnya

untuk kasus yang serupa yang telah di putuskan. 17 Kepastian hukum

adalah “kepastian tentang hukum itu sendiri, ada empat hal yang

14 Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHP Penyidikan dan


Penu,ntutan
Sinar Grfika, Jakarta, 2002, h. 76.
15
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2006, h. 114.
16
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu HukumK, encana Pranada Media Group, Jakarta,
2008, h. 73.
17 17 Ibid, h. 158.
13
berhubungan dengan makna kepastian hukum. Pertama, bahwa hukum

itu positif, artinya positif hukum tersebut dalam bentuk perundang-

undangan. Kedua, bahwa hukum ini didasarkan pada fakta, bukan suatu

rumusan berdasarkan penilaian oleh hakim. Ketiga, bahwa fakta itu

harus dirumuskan dengan cara yang jelas sehingga menghindari

kekeliruan dalam pemaknaan dan mudah untuk dijalankan. Keempat,

hukum positif itu tidak boleh sering diubahubah”.18 Teori kepastian

hukum digunakan untuk menganalisis kepastian hukum atas

kedaluwarsa dalam pengajuan gugatan yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan atas sertifikat hak atas tanah.

d. Teori Kemanfaatan Masyarakat mengharapkan manfaat dalam

pelaksanaan atau penegakan hukum. Hukum itu untuk manusia, maka

pelaksanaan hukum atau penegakkan hukum harus memberi manfaat

atau kegunaan bagi masyarakat. Jangan sampai justru karena hukumnya

dilaksanakan atau ditegakkan malah akan timbul keresahan di dalam

masyarakat itu sendiri.19 Putusan hakim akan mencerminkan

kemanfaatan, manakalah hakim tidak saja menerapkan hukum secara

tekstual belaka dan hanya mengejar keadilan semata, akan tetapi juga

mengarahkan pada kemanfaatan bagi kepentingan pihak-pihak yang

berperkara dan kepentingan masyarakat pada umumnya.

e. Artinya, hakim dalam menerapkan hukum, hendaklah

mempertimbangkan hasil akhirnya nanti, apakah putusan hakim

18 Achmad Ali, Menguak Teori Hukum(Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence)
Termasuk Interpretasi Undang -Undang (Legisprudence) Vol. 1 Pemahaman Awal Edisi
Pertama, Kencana, Jakarta, 2009, h. 288-293.
19 Sudikno Mertokususmo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar Liberty, Yogyakarta 2005, h.
160.
14
tersebut membawa manfaat atau kegunaan bagi semua pihak.20 Hukum

bertujuan unuk “The greatest happiness of the greatest number”. Teori

kemanfaatan hukum digunakan untuk menganalisis kemanafaatan

hukum atas terjadinya perbedaan pengaturan mengenai kedaluwarsa

dalam pengajuan gugatan yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan atas sertifikat hak atas tanah.

f. Teori Efektivitas Hukum Istilah teori efektivitas yang hukum berasal

dari terjemahan bahasa Inggris, effectiveness of the legal theory, dan

dalam bahasa Belanda, disebut dengan effectiviteit vande juridi

schetheorie, dan pada bahasa Jerman, disebut dengan

wirksamkeit der rechtliche.21 Menurut Halim HS dan Erlies Septiana

Nurbani, teori efektivitas hukum adalah “teori yang mengkaji dan

menganalisis tentang keberhasilan, kegagalan, dan faktor-faktor yang

mempengaruhi penegakan hukum dalam pelaksanaan dan penerapan

hukum”.22

Ada tiga fokkus kajian teori efektivitas hukum, yaitu: 23 a. Keberhasilan

pelaksanaan hukum; b. Kegagalan di dalam pelaksanaan hukum; dan c.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hukum.

3. Kerangka Konseptual Konsep berasal dari bahasa Latin, conceptus yang

memiliki arti sebagai suatu kegiatan atau proses berpikir, daya berpikir

20
Syafruddin Kalo, op.cit.
21 Salim HS dan Erlies Septana Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada Peneliian
Tesis dan Disertas,i Rajawali Pers, Jakarta, 2013, h. 301.
22 Ibid., h. 303
23 Ibid.

15
khususnya penalaran dan pertimbangan.24 Suatu konsep merupakan bukan
25
gejala yang akan diteliti, akan tetapi suatu abstra ksi dari gejala tersebut.

Konsep diartikan sebagai penggambaran antara konsep khusus yang

merupakan kumpulan dalam arti yang berkaitan, dengan istilah yang akan

diteliti dan di uraikan.26

a. Putusan Pengadilan

Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap

disebut dengan Yurisprudensi.

Purnadi Purbacaraka, mengatakan yurisprudensi berasal dari kata

yurisprudentia (Bahasa latin) yang berarti pengetahuan hukum

(rechsgellerdheid).27 Kata “yurisprudensi” dikenal dengan beberapa

Bahasa, seperti Bahasa Prancis disebut dengan yurisprudentie yaitu

peradilan tetap atau hukum peradilan.

Bahasa Inggris dikenal dengan istilah Case Law atau Judge Law.

Bahasa Jerman mengenal dengan Ueberlieferyng. Dari segi

praktik peradilan yurisprudensi adalah Keputusan h akim yang

selalu dijadikan pedoman hakim yang lain dalam memutuskan

kasus-kasus yang sama.28 Menurut R. Soeroso, dasar hukum

yurisprudensi adalah sebagai berikut: Pertama, dasar historis, yaitu

24
Komaruddin dan Yooke Tjuparmah, Kamus Istlah Karya Tulis Ilmia,hBumi Aksara, Jakarta,
2009, h. 122.
25
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitan HukumPe, nerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 1986,
h. 132
26
Zainuddin Ali, Metode Penelitan Huku,mPenerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2010, h. 96.
27
Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis (2008 : 18 -19). Surabaya.
28
Hasan Wargakusumah, Peningkatan Yurisprudensi Sebagai Sumber Hukum, dalam
PenyajianHasil Penelitian TentangPerananHukum KebiasaanDalam Hukum Nasional,Badan
Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, 1992, hal. 64.

16
secara historis diikutinya oleh umum, Kedua, adanya kekurangan

daripada hukum yang ada, karena pembuat undang-undang tidak

dapat mewujudkan segala sesuatu dalam undang-undang, maka

yurisprudensi.

b. Kedaluwarsa

Kedaluwarsa adalah lewat waktu (verjaring); suatu alat waktu

untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu

perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-

syarat yang ditentukan oleh undang -undang. Hapus atau gugur

karena lewatnya waktu; tidak dapat dituntut/digugat karena lewat

waktu.29

Pengaturan hukum pertanahan nasional masih berpedoman pada ketentuan

umum perdata (KUH Perdata). Hapusnya hak seseorang atas objek tanah

dapat disebabkan karena tanah tersebut musnah, dicabutnya surat

keputusan pemberian hak atas tanah oleh Badan Pertanahan Negara atau

bisa karena kadaluarsa. Hapusnya hak atas tanah karena diterlantarkan

dapat terjadi karena terbitnya surat pencabutan hak atas tanah atau

kadaluarsanya kerena diterlantarkan secara de factooleh pemegang hak.30

Secara khusus, dalam permasalahan ini dapat kita lihat didalam pasa l 27

Undang- Undang No. 5 tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok

-Pokok Agraria (UUPA) menyebutkan:

Hak milik hapus bila:

29
B.N. Marbun, Kamus Hukum Indones,iaPustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2009, h. 45 - 46
30
Undang-Undang No. 5 tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA)
17
a. tanahnya jatuh kepada Negara:

1) karena pencabutan hak berdasarkan pasal 18;

2) karena penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya;

3) karena diterlantarkan;

4) karena ketentuan pasal 21 ayat (3) dan pasal 26 ayat (2).

b. Tanahnya musnah :

Penelantaran ini dimaksud pada pasal 27 Undang-Undang No. 5

tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

(UUPA) adalah kalau dengan sengaja tidak dipergunakan sesuai

dengan keadaannya atau sifat dan tujuan daripada haknya. Tetapi

pada pasal 32 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

tentang Pendaftaran Tanah menyatakan:

“Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat

secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh

tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya,

maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak

dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu

5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu telah tidak

mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat

dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak

mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah

atau penerbitan sertipikat tersebut.”

Berarti orang tidak dapat menuntut tanah yang sudah ada sertifikat

18
atas nama orang atau badan hukum lain, jika selama 5 (lima) tahun

sejak dikeluarkannya sertipikat itu dia tidak mengajukan gugatan

pada Pengadilan dan tanah tersebut didapatkan dengan itikad baik

dan secara fisik nyata dikuasai oleh orang lain atau badan hukum

yang sudah memperoleh persetujuan.

c. Gugatan

Gugatan adalah permasalahan perdata yang mengandung sengketa

antara 2 (dua) pihak atau lebih yang diajukan kepada Ketua

Pengadilan Negeri dimana salah satu pihak sebagai penggugat

untuk menggugat pihak lain sebagai tergugat. Perkataan

contentiosa, berasal dari bahasa Latin yang berarti penuh semangat

bertanding atau berpolemik. Itu sebabnya penyelesaian perkara

yang mengandung sengketa, disebut yuridiksi contentiosa yaitu

kewenangan peradilan yang memeriksa perkara yang berkenaan

dengan masalah persengketaan antara pihak yang bersengketa.31

Bentuk gugatan ada 2 (dua) macam, yaitu gugatan lisan dan

gugatan tertulis. Dasar hukum mengenai gugatan diatur dalam

Pasal 118 ayat (1) Herziene Inlandsch Reglement (“HIR”) juncto

Pasal 142 Rectstreglement voorde Buitengewesten (“RBg”)

untuk gugatan tertulis dan Pasal 120 HIR untuk gugatan lisan.

Akan tetapi yang diutamakan adalah gugatan berbentuk tertulis.

d. Sertifikat hak atas tanah adalah tanda atau surat keterangan

(pernyataan) tertulis atau tercetak dari orang yang berwenang yang

31 M.Yahya Harahap.,Buku hukum acara perdata, tentang gugatan perdata


19
dapat digunakan sebagai bukti kepemilikan hak atas tanah.

Sertifikat hak atas tanah adalah bukti ke pemilikan seseorang atas

suatu tanah beserta bangunannya.

Dalam Pasal 4 ayat (1) jo. Pasal 3 huruf a Peraturan Pemerintah

No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah(“PP Pendaftaran

Tanah”):

Pasal 4 ayat (1) PP

Pendaftaran Tanah:

Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hokum

sebagaimana dimaksud dalam Pasahl u3ruf a kepada pemegang hak

yang bersangkutan diberikan sertifikat hak atas tanah.

Pasal 3 huruf a PP Pendaftaran Tanah:

Pendaftaran tanah bertujuan:

a. untuk memberikan kepastian hukum dapnerlindungan

hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang

tasnaathu,an rumah susun dan ha-khak lain yang terdaftar agar

dengamnudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang

hak yang bersangkutan;

Sertifikat atas tanah diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak

atas tanah tersebut (Pasal 31 ayat [1)] PP Pendaftaran Tanah).

Lebih lanjut dikatakan dalam Pasal 32 PP Pendaftaran Tanah

bahwa sertifikat hak atas tanah merupakan surat tanda bukti hak

yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data

20
fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data

fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam

surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.

Pemberian hak atas tanah ini dilakukan oleh Kantor Pertanahan,

Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional, dan Kepala Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia, bergantung pada jenis

dan luas tanah yang diajukan permintaan hak atas tanah (Pasal 3-

Pasal 13 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia No. 2 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Kewenangan

Pemberian Hak Atas Tanah Dan Kegiatan Pendaftaran Tanah

(“Peraturan Kepala BPN No. 2/2013”). Sedangkan mengenai siapa

yang akan menandatangani buku tanah dan sertifikat hak atas tanah

untuk pertama kali adalah Kepala Kantor Pertanahan dalam hal

pendaftaran tanah secara sporadik (Pasal 18 Peraturan Kepala BPN

No. 2/2013).

e. Perolehan Hak Milik Atas Tanah

Untuk memperoleh hak milik atas tanah, dilakukan upaya

pendaftaran tanah sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah

No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (PP Pendaftaran

Tanah). Pasal 3 PP Pendaftaran Tanah, mengatur bahwa

pendaftaran tanah bertujuan:

- untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum

kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah

21
susun dan hak -hak lain yang terdaftar agar dengan mudah

dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang

bersangkutan,

- untuk men yediakan informasi kepada pihak-pihak yang

berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat

memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan

perbuatan hukum mengenai bidang -bidang tanah dan satuan-

satuan rumah susun yang sudah terdaftar;

- untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.

Pendaftaran tanah yang dimaksudkan untuk memberikan

kepastian hukum, ditindaklanjuti dengan pemberian sertifikat

hak atas tanah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tana h, terdapat beberapa

langkah dalam pendaftaran tanah. 32

E. Metode Penelitian

1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Yuridis Normatif

Menurut Soerjono Soekanto pendekatan Yuridis Normatif yaitu

penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka

atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti d engan cara

mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur

yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

Penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif karena dalam

32 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (PP Pendaftaran Tanah).
Pasal 3 PP Pendaftaran Tanah
22
menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan, jelas bahwa yang

diteliti lebih mengutamakan bahan pustaka atau data sekunder.

Penelitian hukum nomatif menekankan kepada bahan-bahan data

sekunder, baik berupa peratutan maupun teori -teori hukum,

disamping menelaah kaidah-kaidah hukum yang berlaku dalam

masyarakat, sehingga ditemukan suatu asas -asas hukum yang berupa

dogma atau doktrin hukum yang bersifat teoretis ilmiah serta dapat

digunakan untuk menganalisis masalah yang dibahas. Penelitian ini

termasuk ke dalam ruang lingkup penelitian yang menggambarkan,

menelaah dan menjelaskan serta menganalisa teori hukum yang

bersifat umum dan peraturan perundang-undangan mengenai

permasalahan terhadap kedaluwarsa pengajuan gugatan atas sertifikat

hak atas tanah. Sifat penelitian penulisan ini adalah deskriptif analistis,

maksud dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci

dan sistematis tentang permasalahan yang diteliti. Analisis dilakukan

berdasarkan “gambaran”, fakta yang diperoleh dan akan dilakukan

secara cermat bagaimana menjawab permasalahan dalam

menyimpulkan suatu solusi sebagai jawaban dari permasalahan

tersebut”.

2 Bahan Hukum

Bahan Hukum primer, yaitu bahan-bahan yang mengikat terdiri dari :

a. Bahan Hukum Sekunder, adalah bahan hukum yang terdiri dari

karya ilmiah berupa buku teks, kitab perundang -undangan,

23
karya tulis dan makalah yang membahas tentang kedaluwarsa

gugatan sertipikat tanah.

b. Bahan Hukum Tersier, adalah bahan hukum yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan

sekunder, seperti kamus hukum, ensiklopedia yang terkait

dengan kedaluwarsa gugatan sertipikat.

3 Metode Pengumpulan Data

Suatu penelitian pasti membutuhkan bahan hukum yang lengkap

dalam hal ini dimaksudkan agar bahan hukum yang terkumpul benar

-benar memiliki validitas yang cukup tinggi. Dalam penelitian ini

menggunakan jenis pengumpulan bahan hukum yaitu :

a. Library Research(Penelitian Perpustakaan)

Penelitian melalui perpustaan dengan cara, menafsirkan,

mempelajari dan mengkaji dari buku-buku, jurnal-jurnal, dan

peraturan-peraturan yang memiliki kaitannya dengan

pendukung terlaksananya skripsi ini.

b. Internet Research(Penelitian Situs-Situs Internet)

Penelitian dengan situs internet dengan mencari, membaca,

dan memahami tentang kaitannya dengan penelitian yang saya

kerjakan.33

F. SISTEMATIKA PENELITIAN

Untuk lebih memudahkan dalam memberikan penjelasan, maka dalam

penulisan proposal ini penulis membagi kedalam 4 (empat) bab dengan

25
perincian sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

E. Metode Penelitian

F. Sistematika Penelitian

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG KEDALUWARSA

GUGATAN SERTIPIKAT TANAH

A. Pengertian Kedaluwarsa Gugatan

B. Macam-macam Penyebab Kedaluwarsa Gugatan

C. Akibat Hukum Dari Kedaluwarsa Gugatan

D. Pengertian Sertipikat HaknAtas Tanah

E. Macam-macam Sertipikat Hak Atas Tanah

BAB III : ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN NOMOR:

2934/K/Pdt/2017

A. Kasus Posisi

B. Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Nomor : 2934/K/Pdt/2017

25
BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Rencana Jadwal Kegiatan

NO HARI/TANGGAL KEGIATAN

1. Tanggal 15 Maret 2021 Pengajuan Judul Skripsi


Penyetujuan Judul Skripsi oleh
2. Tanggal 03 April 2021
KA Prodi S1
Tanggal
3. Penyusunan Proposal Skripsi
03 April 2021 - 15 April 2021

4. Tanggal 17 April 2021 Pengumpulan Proposal Skripsi


Tanggal
5. Ujian Proposal Skripsi
20 April 2021 - 21 April 2021

A. Rencana Anggaran Kegiatan Penelitian


1. Print Putusan.................................................Rp. 65.000 ,-

2. Print dan Jilid Proposa………….................... Rp. 260.000,- (Pengajuan

Judul s/d Proposal Skripsi)

3. Transportasi…………………………..………Rp. 235.000,-
*total keseluruhan……………..…………….Rp. 560.000,-

26
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Achmad, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) daTneori Peradilan


(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Und-aUnngdang (Legisprudence)
Vol. 1 Pemahaman Awal Ed isi Perta,mKaencana, Jakarta, 2009
Anshari, Kamil, Mengungkap Permasalahan Pertanahan di Propinsi Sumatera
Utara Makalah pada Kuliah Bedah KassuHukum pada Fakultas Hukum
UNPABMedan, 27-6-2003
Ashshofa, Burhan, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1996,
Darmodiharjo, Darji dan Shidarta, Poko-Pkokok Filsafat Hukum,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006,
Hamzah, Andi, Hukum Acara Pidana Di Indonesia, Edisi RevSiisniar Grafika,
Jakarta, 1996
HS, Salim dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian
Tesis dan Disertas,iRajawali Pers, Jakarta, 2013
Harahap, M.Yahya., Buku hukum acara perdata,tentangggautan perdata
Fajar, Mukti Dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &
Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013
Fuady, Munir Dinamika Teori Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010 Munir
Fuady, op.cit
Lubis, Mhd. Yamin dan Abd. Rahim Lubis (20 08 : 18 -19). Surabaya. Marzuki,
Mahmud, Peter, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Pranada Media
Group, Jakarta, 2008
Mertokususmo, Mengenal Hukum Suatu Pengan, tLairberty, Yogyakarta 2005
B.N. Marbun, Kamus Hukum Indones,iaPustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2009
Henry Sinaga, Hukum Agraria Dalam Teori Dan Praktik (Kompilasi Ca-rMutarut
Regulasi Di Indonesia, )Cintra Aditya Bakti, Bandung, 2019
Hasan Wargakusumah, Peningkatan Yurisprudensi Sebagai Sumber
Hukum, dalam Penyajian Hasil PenelitianTentang Peranan Hukum Kebiasaan
Dalam Hukum Nasional, Badan PembinaaHnukumNasionalDepartemen
Kehakiman, 1992
Ismail Sunny,Mekanisme Demokrasi Pancas, i(laJakarta : Aksara Baru, 1979),
John Rawls, A Theory of Justic,eOxford University Press, London,1971,
K. Wantjik Saleh,Hak Anda Atas Tana,h(Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985)
Komaruddin dan Yooke Tjuparmah, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmia,hBumi
Aksara, Jakarta, 2009
Pendekatan perundang undangan statute aproach dalam penelitian hukum
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (PP
Pendaftaran Tanah). Pasal 3 PP Pendaftaran Tanah
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indone,sia
(Jakarta : Balai Pustaka, Edisi Ketiga, 2002

Soejono Soekanto, PengantarPenelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia,


\Jakarta, 1986
Sudikno Mertokususmo, Mengenal Hukum Suatu Pengan, tLairberty, Yogyakarta
2005
Syafruddin Kalo, op.cit
Undang-Undang No. 5 tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (UUPA)
Urip Santoso, Pejabat Pembuat Akta Tanah (Perspektif Regulasi, Wewenang, dan
Sifat Akta,) Kencana, Jakarta, 2016

Anda mungkin juga menyukai