Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Banyak
daerah di Indonesia yang dibatasi oleh laut. Dengan kondisi geografis
seperti ini maka sistem transportasi adalah salah satu hal yang harus sangat
diperhatikan. Karena transportasi merupakan hal utama yang dapat
memajukan perekonomian di suatu daerah. Moda transportasi udara dan laut
adalah solusi dari bentuk geografis kepulauan di Indonesia. Namun moda
transportasi udara adalah moda yang lebih efisien dibanding moda
transportasi laut. Hal tersebut karena moda transportasi udara mampu
menempuh jarak yang jauh dengan waktu yang singkat. Oleh karena itu
penting untuk melakukan pembangunan infrastruktur moda transportasi
udara demi meningkatkan efisiensi dalam perpindahan dari satu tempat ke
tempat lain.

Salah satu infrastruktur utama dari moda transportasi udara adalah bandara.
Bandara merupakan fasilitas dimana pesawat melakukan pendaratan dan
lepas landas dan juga tempat terjadinya proses transaksi yang berkaitan
dengan transportasi udara. Fasilitas bandara dibagi lagi menjadi dua bagian.
Yang pertama sisi darat dan yang kedua adalah sisi udara. Yang termaksud
dalam sisi udara adalah runway atau lintasan pesawat, apron dan taxiway.
Sedangkan untuk sisi darat adalah terminal, hanggar dan tempat parkir
kendaraan. Runway merupakan salah satu fasilitas udara yang paling krusial
karena digunakan sebagai landasan pesawat pada saat take off maupun pada
saat landing. Sehingga beban yang diterima oleh runway cukup besar dan
harus direncanakan dengan matang karena menyangkut keselamatan
penumpang pesawat. Oleh karena itu pengerjaan konstruksi dari runway
harus dikerjakan dengan baik demi keselamatan pengguna pesawat udara.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perencanaan Bandar Udara Soekarno Hatta?
2. Jenis pesawat apakah yang digunakan sebagai pesawat rencana untuk
perhitungan standar tebal perkerasan runway, taxiway, dan apron di
Bandar Udara Soekarno Hatta?
3. Apa sajakah pelayanan atau fasilitas yang ada di Bandar Udara Soekarno
Hatta?

1.3. Batasan Masalah


Batasan masalah penilitian ini adalah :
1. Lokasi penelitian dilakukan di Bandar Udara Soekarno Hatta
2. Objek penelitian adalah runway, taxiway, dan apron Bandar Udara
Soekarno Hatta.

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui jenis pesawat yang digunakan sebagai pesawat rencana
untuk perhitungan standar tebal perkerasan runway, taxiway, dan apron
di Bandar Udara Soekarno Hatta.
2. Sebagai ilmu pengetahuan tentang Bandar Udara Soekarno Hatta
3. Sebagai bahan ajar bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk manfaat keilmuan yang dapat di ambil dari penelitian ini adalah
dapat mempelajari tentang perhitungan tebal perkerasan runway,
taxiway, dan apron.
2. Untuk manfaat bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon
tentang Bandar Udara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bandar Udara


Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport
merupakan sebuah fasilitas di mana pesawat terbang seperti pesawat udara
dan helikopter dapat lepas landas dan mendarat.  Suatu bandar udara yang
paling sederhana minimal memiliki sebuah landasan pacu atau helipad
(untuk pendaratan helikopter), sedangkan untuk bandara-bandara besar
biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator
layanan penerbangan maupun bagi penggunanya seperti bangunan terminal
dan hanggar.

Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization) :


Bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk
bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara
keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan
pesawat.

Sedangkan definisi bandar udara menurut PT (Persero) Angkasa Pura I


adalah lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang
merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi
angkutan udara untuk masyarakat.

Pada masa awal penerbangan, bandara hanyalah sebuah tanah lapang


berumput yang bisa didarati pesawat dari arah mana saja tergantung
arah angin. Di masa Perang Dunia I, bandara mulai dibangun permanen
seiring meningkatnya penggunaan pesawat terbang dan landas pacu mulai
terlihat seperti sekarang. Setelah perang, bandara mulai ditambahkan
fasilitas komersial untuk melayani  penumpang.  Sekarang, bandara bukan
hanya tempat untuk naik dan turun pesawat. Dalam perkembangannya,
berbagai fasilitas ditambahkan seperti toko- toko, restoran, pusat kebugaran,
dan butik-butik merek ternama apalagi di bandara-bandara baru.Setiap
bandara memiliki kode IATA dan ICAO yang berbeda satu sama lain. Kode
bisa diambil dari berbagai hal seperti nama bandara, daerah tempat bandara
terletak, atau nama kota yang dilayani. Kode yang diambil dari nama
bandara mungkin akan berbeda dengan namanya yang sekarang karena
sebelumnya bandara tersebut memiliki nama yang berbeda.

2.1. Fasilitas Bandar Udara


Berikut merupakan beberapa fasilitas terpenting di Bandar Udara :
1. Sisi Udara (Air Side)
landas pacu yang mutlak diperlukan pesawat. Panjangnya landas pacu
biasanya tergantung dari besarnya pesawat yang dilayani. Untuk bandar
udara perintis yang melayani pesawat kecil, landasan cukup dari rumput
ataupun tanah diperkeras (stabilisasi).

Panjang landasan perintis umumnya 1.200 meter dengan lebar 20 meter,


misal melayani Twin Otter, Cessna, dll. pesawat kecil berbaling-baling
dua (umumnya cukup 600-800 meter saja). Sedangkan untuk bandar
udara yang agak ramai dipakai konstruksi aspal,  dengan panjang 1.800
meter dan lebar 30 meter. Pesawat yang dilayani adalah jenis turbo-prop
atau jet kecil seperti Fokker-27, Tetuko 234, Fokker-28, dlsb.

Pada bandar udara yang ramai, umumnya dengan konstruksi beton


dengan panjang 3.600 meter dan lebar meter. Pesawat yang dilayani
adalah jet sedang seperti Fokker-100, DC-10, B-747, Hercules, dlsb.
Bandar udara international terdapat lebih dari satu landasan untuk
antisipasi ramainya lalu lintas.

Apron adalah tempat parkir pesawat yang dekat dengan bangunan


terminal, sedangkan  taxiway menghubungkan apron dan run-way.
Konstruksi apron umumnya beton bertulang, karena memikul beban
besar yang statis dari pesawat untuk keamanan dan pengaturan, terdapat
Air Traffic Controller,  berupa menara khusus pemantau yang dilengkapi
radio control dan radar.
Karena dalam bandar udara sering terjadi kecelakaan, maka diseduiakan
unit pemadan kebakaran, mobil pemadam kebakaran, tabung pemadam
kebakaran, ambulance, dll. peralatan penolong dan pemadam kebakaran
Juga ada fuel service untuk mengisi bahan bakar avtur.

2. Sisi Darat (Land Side)


Terminal bandar udara atau concourse adalah pusat urusan penumpang
yang datang atau pergi. Di dalamnya terdapat pemindai bagasi sinar X,
counter check-in, (CIQ, Custom - Inmigration Quarantine) untuk bandar
udara internasional, dan ruang tunggu (boarding lounge) serta berbagai
fasilitas untuk kenyamanan penumpang. Dibandar udara besar,
penumpang masuk ke pesawat melalui garbarata atau avio bridge. Di
bandar udara kecil, penumpang naik ke pesawat melalui tangga (pax
step) yang bisa dipindah-pindah.

Curb, adalah tempat penumpang naik-turun dari kendaraan darat ke


dalam bangunan terminal.

Parkir kendaraan, untuk parkir para penumpang dan


pengantar/penjemput, termasuk taksi.

2.3. Faktor yang Mempengaruhi dalam Perencanaan Bandar Udara


Berikut merupakan faktor – faktor yang mempengaruhi dalam perencanaan
Bandar Udara :
1. Tingkat kebutuhan peayanan jasa transportasi udara di daerah pada suatu
negara.
2. Pengembangan wilayah atau daerah dalam tinjauan aspek ekonomi dan
kepentingan otonomi regional.
3. Kepentingan strategis dari pemerintah daerah setempat.
4. Kondisi geografis dari daerah setempat.

2.4. Perencanaan Lapangan Terbang


Berikut merupakan aspek – aspek yang harus diperhatikan dalam
perencanaan lapangan terbang :
Peraturan-peraturan atau pedoman yang disyaratkan/ direkomendasikan
dalam perencanaan lapangan terbang dari FAA (Federal Aviation
Administration) dan ICAO (International Civil Aviation Organization) serta
dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

Inventarisasi data tentang kondisi geografis dan geologis daerah, curah


hujan tahunan, peta topografi daerah dan peta aliran angin. Berikut
merupakan faktor yang mempengaruhi perencanaan lapangan terbang :

1. Tipe pengembangan daerah disekitar lapangan terbang.


2. Kondisi geologi, geografi, dan klimatologi dari daerah setempat, hal ini
mempengaruhi dalam design geometris landasan pacu maupun landasan
penghubung dan perencanaan drainase dari Bandar Udara.
3. Kemudahan untuk dicapai dengan sarana transportasi darat, hal ini
dipengaruhi oleh jumlah distribusi harian kendaraan bermotor, alternatif
penggunaan sarana transportasi darat yang ada dan penentuan jumlah
kemungkinan cara penggunaan moda transportasi darat yang tersedia.
4. Ketersediaan lahan untuk perluasan wilayah atau kawasan lapangan
terbang.
5. Ada tidaknya Bandar Udara atau lapangan terbang lain yang tersedianya
wilayah penerbangan atau jalur terbang, hal ini menentukan jarak antar
lapangan terbang dan kapasitas dasa dari bandar udara yang dapat
melayani pengguna jasa transportasi udara, sehingga menimbulkan
gangguan dalam proses operasional lapangan terbang.
6. Ada tidaknya halangan terhadap pandangan dari pilot pesawat terbang
maupun dari pengawas menara ATC (sigh Obstruction) secara alami
(keadaan asli daerah yang direncanakan untuk lapangan terbang berupa
pegunungan atau perbukitan) maupun buatan (gangguan asap dari
industri).
7. Tersedianya sumber daya pendukung operasional lapangan terbang
seperti suplai kebutuhan air, tenaga listrik, dan jangkauan distribusi
bahan bakar untuk pesawat terbang dapat dicaapi dengan mudah.
Rencana pengguanaan lahan lapangan terbang dipengaruhi oleh 2 (dua) tipe
pembagian wilayah lapangan terbang, yaitu :

1. Pembagian wilayah menurut ketinggian daerah kawasan lapangan


terbang dan kemungkinan bahaya kecelakaan pesawat terbang yang dapat
terjadi.
2. Pembagian wilayah tata guna lahan lapangan terbang.

Faktor yang memepengaruhi dimensi atau ukuran lapangan terbang :

1. Karakteristik dan spesifikasi pesawat terbang rencana berpengaruh pada


perencanaan ukuran panjang dan lebar dari landasan pacu dan landasan
penghubung.
2. Kepadatan lalu intas penerbangan yang dilayani mempengaruhan jumlah
landasan pacu dan susunan landasan penghubung.
3. Kondisi iklim dan cuaca pada pada lokasi lapangan terbang, aspek
temperatur udara berpengaruh pada ukuran panjang landasan pacu dan
aspe arah angin berpengaruh pada jumlah dan konfigurasi landasan
pacu.
BAB III
METODOLOGI

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2020 dengan lokasi penelitian
adalah Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Kecamatan Benda, Kota
Tangerang, Banten.

3.2. Skema Bandar Udara

Gambar 1. Skema Bandar Udara


3.3. Bagan Alur Penelitian

Gambar 2. Bagan Alur Penelitian


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Alur Keberangkatan dan Kedatangan Penerbangan Internasionan


(Internasional Departure)

Gambar 3. Flow Keberangkatan

Gambar 4. Flow Kedatangan


4.2. Karakteristik Pesawat
Karakteristik pesawat terbang yang dipertimbangkan dalam perencanaan
lapangan terbang adalah :
1. Bentang sayap (wing span), jarak antar roda pendarat utama (wheel
tread) dan panjang badan (fuselage) dari pesawat terbang rencana
mempengaruhi ukuran lebar landasan pacu (runway), lebar landasan
penghubung (taxiway), jarak antara landasan pacu dan landasan
penghubung, dimensi apron, diameter manuver perputaran pesawat
terbang (jejari putar) dan letak gedung terminal pada kompleks bandar
udara.
2. Wheel base/ jarak antara roda pendarat utama (main gear) dan roda depan
(nose gear) dan wheel tread/ jarak antara roda pendarat utama
mempengaruhi perencanaan ukuran lebar landasan pacu (runway), lebar
landasan penghubung (taxiway), jarak antara landasan pacu dan landasan
penghubung, dan ukuran segmentasi plat beton untuk perkerasan apron.
struktur lapisan perkerasan pada landasan pacu dan landasan
penghubung, serta jenis perkerasan pada apron.
Gambar 5. Karakteristik Pesawat

4.3. Faktor Pendukung Landasan Pacu


1. Perkerasan struktur (structural pavement) berupa perkerasan lentur
(flexible pavement) dengan tipe perkerasan kekuatan penuh (full strength
hardening) yang berfungsi untuk mendukung operasional pesawat
terbang (kemampuan manuver, kendali dan stabilitas pergerakan.
2. Bahu landasan pacu (runway shoulder) adalah bagian yang berdekatan
dengan landasan pacu dan merupakan perpanjangan arah melintang dari
perkerasan struktur landasan pacu yang berfungsi untuk menempatkan
instrumen navigasi, pelampuan landasan pacu dan peralatan pendukung
operasional penerbangan.
3. Daerah aman landasan pacu (runway safety area) adalah daerah bebas
halangan dan gangguan di sekitar landasan pacu yang difungsikan secara
darurat untuk mengatasi kemungkinan kondisi pesawat terbang yang
keluar (slip-off) dari landasan pacu karena berbagai sebab (permasalahan
mesin, roda pesawat terbang selip, dsb). Menurut FAA (Federal Aviation
Adminstration) ukuran daerah aman landasan pacu untuk pesawat
terbang rencana kategori transport, panjang harus lebih besar dari 270 ft
(90 m) dan lebar minimum 500 ft (152,4 m) dari setiap ujung landasan
pacu.
4. Pelindung semburan (blast pad) adalah suatu bagian yang dirancang
untuk mencegah erosi permukaan yang berdekatan dengan ujung-ujung
landasan pacu yang menerima semburan jet secara terus menerus atau
yang berulang dari pesawat terbang yang akan melakukan lepas landas.
Dimensi atau ukuran blast pad ini tergantung pada rekomendasi FAA
atau ICAO terhadap jenis pesawat terbang rencana yang dilayani oleh
bandar udara.

Gambar 6. Bagian Pada Landasan Pacu


4.4. Perencanaan Geometrik Pada Landasan Penghubung (Taxiway)
Landasan penghubung (taxiway) didefinisikan sebagai suatu jalur
perkerasan yang digunakan oleh pesawat terbang sebagai akses dari apron
menuju landasan pacu (runway) dan sebaliknya dari landasan pacu menuju
apron setelah melakukan pendaratan. Untuk akses dari apron menuju
landasan pacu disebut ‘entrance taxiway’ dan akses dari landasan pacu
menuju apron disebut ‘exit taxiway’. Kedua jalur akses ini merupakan by-
pass taxiway.

1. Perencanaan tikungan dan lebar tambahan tikungan (fillet) pada taxiway.

Gambar 7. Perencanaan Tikungan

Keterangan :
F = Jari – jari tikungan tambahan (fillet) terhadap taxiway centerline
L = Panjang jalur tikungan tambahan (fillet) hingga pada ujung
belokan taxiway
R = Jari – jari belokan taxiway

Lounge kelas utama eksekutif Aerowisata Catering Services (ACS),


tersedia hanya untuk penumpang internasional Garuda Indonesia. Lounge
ini juga menerima pemegang kartu GECC. Lounge Garuda Indonesia
tersedia untuk penumpang domestik kelas utama dan bisnis serta
pemegang kartu GECC.

4.5. Transportasi dari dan ke Bandara


1. Bus
Bus DAMRI tersedia menuju ke pusat kota, termasuk ke stasiun kereta
Gambir dan terminal lain. Juga tersedia bus untuk pindah terminal, dari
terminal 1,2,3 termasuk juga terminal keberangkatan / kedatangan
internasional. Rute – rute yang dilayani oleh Bus dari Bandar Udara
Internasional Soekarno Hatta :
2. Kereta Api
Pada Juli 2011, pemerintah telah memberi tugas kepada PT. Kereta Api
Indonesia untuk membangun kereta api yang menghubungkan Stasiun
Manggarai ke Bandara melalui Tangerang dengan biaya Rp. 2.25 Triliun
(US$ 250 Juta). Jalur sepanjang 7 Km akan di bangun untuk
menghubungkan stasiun kereta komuter di Tangerang dan bandara selain
untuk mempercepat kinerja kereta api. Jalur tunggal yang ada di
komputer antara Manggarai dan Tanah Tinggi akan diperluas menjadi 2
jalur. Jalur tersebut akan menghubungkan stasiun Manggarai, Tanah
Tinggi dan Bandara Internasional Soekarno – Hatta. Pemerintah juga
menawarkan jalur ekspress sepanjang 33 Km antara Stasiun Manggarai
dan bandara melalui Angke dan Pluit kepada investor sebagai Public
Private Partnership (PPP). Pada Maret 2012, pemerintah memutuskan
untuk mempercepat pembangunan kereta api komuter jalur ganda yang
diprediksi akan mulai beroperasi pada pertengahan 2013. Sekarang PT
KAI sedang mempelajari titik masuk di bandara, ketika kereta akan
memasuki bagian belakang bandara melalui gerbang M1 atau berjalan
berdampingan dengan koridor Jakarta Outer Ring Road sebelum
memasuki bandara.

3. Taksi
Tersedia banyak taksi, mulai dari Blue Bird Grup (Blue Bird, Pusaka
Biru, Pusaka Sentra, Pusaka Nuri, Morante, Silver Bird (VIP), dll),
Express Grup (Express, Express VIP), Transcab, Yellow Cab, Celebrity
Grup, Mersindo, Golden Taxi, Putera, dll.

Dikenakan biaya surcharge berkisar antara Rp9.000 - 11.000 untuk setiap


taksi yang keluar dari bandara. Perlu diperhatikan bahwa banyak taksi
yang beroperasi tidak menggunakan argo melainkan tawar-menawar
langsung dengan pengemudinya, pastikan bahwa argo menyala sebelum
taksi mulai berjalan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

4. Sewa Mobil
Ada banyak pilihan jasa persewaan mobil ketika kita tiba di terminal
kedatangan. Beberapa agen jasa sewa mobil diantaranya adalah TRAC,
Hertz, Avis, Cipaganti, dan masih ada banyak agen-agen sewa mobil
lainnya.

5. Taksi Gelap
Taksi gelap yang dioperasikan perorangan juga banyak ditemui ketika
keluar dari terminal kedatangan baik domestik maupun internasional.
Taksi gelap ini menawarkan harga yang konon lebih murah dibanding
dengan taksi resmi, tetapi tentunya belum tentu lebih murah dan tidaklah
dianjurkan karena keselamatan tidak terjamin. Tetapi kebanyakan
terdapat taksi gelap yang menawarkan tarif belasan bahkan puluhan kali
lipat lebih mahal dibandingkan dengan taksi resmi.

4.6. Permasalahan
Bandara Soekarno – Hatta telah mengalami banyak permasalahan,
diantaranya adalah :
1. Jumlah penumpang yang meningkat
Di Terminal 1, bandara sering mengalami kelebihan kapasitas
penumpang. Hal ini membuat para penumpang untuk mengantri lebih
lama. Saat ini, Bandara Soekarno-Hatta sudah melayani lebih dari 50 juta
penumpang per tahunnya, sementara bandara ini hanya dirancang untuk
menangani sekitar 22 juta penumpang per tahunnya.
2. Banjir
Banjir di kawasan Bandara Soekarno – Hatta sering terjadi terutama di
jalan Tol menuju Bandara dan juga jalur Rel Kereta Api. Banjir ini
menjadi permaslahan yang harus ditangani oleh Bandara Soekarno –
Hatta karena dapat menghambat waktu perjalanan para penumpang.

4.7. Grand Desain SHIA


Dalam sebuah "Masterplan" yang terbaru, Bandara Internasional
SoerkarnoHatta akan meningkatkan kapasitasnya dari 22 juta penumpang
per tahun menjadi 62 juta per tahun pada tahun 2014 mendatang. Bandara
ini akan menggunakan tema "Bandara Modern Dengan Sentuhan
Tradisional" untuk megaproyek tersebut. PT Angkasa Pura II sebagai
operator merancang Bandara Internasional Soekarno-Hatta akan memiliki 3
terminal penumpang, terminal kargo baru 1 (Cargo Village) dan sebuah
bangunan yang terintegrasi pada 2014. Juga akan ada peningkatan kapasitas
apron dari 125 pesawat menjadi 174 pesawat terbang. Sebuah kereta menuju
bandara dari Stasiun Manggarai dan People Mover System dirancang untuk
transportasi darat dari, ke, dan di dalam bandara juga dalam perencanaan.
PT Angkasa Pura II akan menghabiskan dana sekitar Rp11.7 triliun (US$
1.36juta) untuk mengubah Bandara Internasional Soekarno-Hatta menjadi
sebuah 'Bandara Berkelas Dunia' yang akan disebut Aerotropolis pada tahun
2014. Terminal 3 terlebih dahulu yang akan dikembangkan, selanjutnya
Terminal 1 dan Terminal 2 akan dikembangkan dan diintegrasikan dengan
dinding hijau dan bandara akan memiliki ruang konvensi, pusat
perbelanjaan, hotel, taman bermain, fasilitas rekreasi dan area parkir untuk
20.000 kendaraan. Juga akan terintergrasi dengancommuter line. Untuk
mengantisipasi lonjakan jumlah penumpang, pemerintah sedang
mempersiapkan untuk meletakkan landasan pacu nomor 3. Ini ditargetkan
akan selesai pada 2017. Jika bandara memiliki 3 landasan pacu, maka
kapasitas layanan akan meningkat menjadi 623.420 pergerakan per tahun
dan akan dapat mengantisipasi pertumbuhan setidaknya sampai dekade
2030-an. Perluasan lahan tersebut akan menggunakan 1.000 hektaree dari 10
desa di Teluk Naga dan Kosambi. Rencana ekspansi telah ditolak oleh
Pemkab Tangerang karena penduduk yang tinggal di sekitar bandara tidak
akan mampu untuk mendapatkan penghasilan untuk keluarga mereka.
Pemerintah daerah menawarkan lokasi lain seperti di Balaraja, tetapi
sekretaris perusahaan PT Angkasa Pura II mengatakan bahwa membangun
bandara baru tidak akan menjadi tugas yang mudah, karena membutuhkan
kajian yang menyeluruh.

Karena kurangnya ruang untuk membuat landasan pacu ketiga di Bandara


Internasional Soekarno-Hatta, pemerintah berencana untuk membangun
bandara baru pada 2013 sekitar Cikarang dan Karawang. Bandara ini akan
diintegrasikan dengan sebuah pelabuhan internasional yang sedang
direncanakan, yaitu Pelabuhan Internasional Cilamaya diKarawang. Studi
kelayakan masih berjalan dan akan selesai pada akhir 2011 atau awal 2012.
Pembangunan bandara internasional baru di sekitar Cikarang dan Karawang
akan dilakukan mulai tahun 2015 sebagai solusi jangka panjang untuk
meningkatkan kapasitas penumpang dan pergerakan pesawat di Bandar
Udara Internasional Soekarno-Hatta, sehingga Jabodetabek memiliki 2
bandara internasional.

4.8. Objek

Objek Pekerjaan Sebelum Sesudah


18 Juta
9 Juta Penumpang /
Terminal 1 Revitalisasi Penumpang /
Tahun
Tahun
19 Juta
9 Juta Penumpang /
Terminal 2 Revitalisasi Penumpang /
Tahun
Tahun
25 Juta
4 Juta Penumpang /
Terminal 3 Penyelesaian Penumpang /
Tahun
Tahun
25 Juta
Pembanguna
Terminal 4 Belum Ada Penumpang /
n
Tahun
Drop - off
Pelebaran 4 Lajur 6 Lajur
zone
174 - 234
Apron Penambahan 125 Parking Stand
Parking Stand
Cargo 500 Kilo Ton / 1.500 Kilo Ton /
Pembaruan
Village Tahun Tahun
Pergerakan 64 Kali / Jam (2 72 - 90 Kali / Jam
Optimalisasi
Pesawat runway) (2 runway)
Landas Pacu Penambahan 2 Buah 3 Buah
Tangki Air
Penambahan 3 Buah 4 Buah
Bersih
Main Pwer
Penambahan 1 Buah, 35 MW 2 Buah, 55 MW
Station

Juga Termasuk :
1. Penutupan pintu M1 pada jam sibuk (07.00 – 18.00 WIB).
2. Pembangunan People mover system, integrated building Berlantai 7 di
antara T1 dan T2, commercial area, shelter bus.
3. Penataan parkir kendaraan T1 dan T2
4. Pembuatan centralized check – in dan automatic baggage handling
system.
5. Pemudahan akses masuk / keluar bandara.
6. Pambenahan manajemen arus lalu lintas udara.

Opsi perluasan yang ditawarkan

1. Lahan seluas 400 hektaree yang berada di Kecamatan Teluknaga


2. Lahan seluas 1.200 hektaree yang berada di Kecamatan Pakuhaji
3. Pulau reklamasi seluas 9.000 hektaree yang sedang dalam proses
pembuatan

Opsi landas pacu

Keputusan landas pacu III akan diputuskan pada bulan Maret 2014

1. Cross Parallel runway : landas pacu III dibangun pada jarak beberapa
meter di sebelah utara landas pacu II, tanpa membangun terminal IV.
2. Independent runway : landas pacu III dibangun pada jarak 1 Km di
sebelah utara landas pacu II, serta membangun terminal IV.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Terminal 3 sebagai gerbang utama Indonesia menjadi penting karena
letaknya yang berada di wilayah Ibukota Indonesia, baik secara hal ekonomi
maupun pariwisata akan mengundang banyak tamu baik dari dalam maupun
luar negeri. PT. Angkasa Pura II selaku perusahaan BUMN yang bergerak
dalam mengembangkan bidang bandar udara di Indonesia turut
memperkenalkan kebudayaan Indonesia melalui ornamen-ornamen khas
yang di sajikan secara unik di area bandara, khususnya di terminal 3
Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Berdasarkan hasil analisis yang peneliti dapatkan terkait bagaimana PT.


Angkasa Pura II membangun corporate image Terminal 3 Bandara
Internasional Soekarno-Hatta, maka didapatkan kesimpulan sebagai
berikut : Strategi komunikasi public relations yang dilakukan oleh PT.
Angkasa Pura II memiliki beberapa tahapan yakni yang pertama adalah
dengan melakukan perencanaan dengan menemukan fact finding yang mana
hal tersebut dilakukan oleh divisi Corporate Strategy Management Angkasa
Pura II. Dalam prosesnya, terdapat 2 tim yang memiliki tugas masing-
masing seperti terjun langsung ke lapangan dan melakukan analisis melalui
situs jejaring sosial.

Tahapan yang kedua ialah dilakukannya planning pembentukkan corporate


image. Dalam tahapan ini, dijelaskan bahwa nantinya segala pelaksanaan
terkait corporate image ini berada di Terminal 3 Bandara Internasional
Soekarno-Hatta.

Kemudian tahapan selanjutnya yakni communicating, bagaimana cara


Angkasa Pura II mengkomunikasikan corporate image-nya. Pihaknya
menjelaskan pula bahwa metode komunikasi yang dipilih ialah informatif,
dimana metode ini dilakukan dengan harapan komunikan (pengunjung
bandara) dapat mengerti dan memahami pesan apa yang ingin disampaikan
oleh perusahaan. Selain itu, dijabarkan pula sasaran target dari corporate
image ini sendiri. Yang tidak lain adalah tentunya pengunjung Bandara
Internasional Soekarno-Hatta, baik wisatawan dalam maupun luar negeri.

Lalu di tahapan akhir terdapat proses evaluation. Pihak Angkasa Pura II


selalu melakukan pemeriksaan berkala melalui media monitoring, setiap
hari selama jam kerja berlangsung. Setelah data diolah menjadi data yang
akurat, kemudian di bahas saat rapat bersama jajaran direksi PT. Angkasa
Pura II yang berlangsung secara rutin setiap bulannya. Akan tetapi, peneliti
tidak mendapatkan data internal terkait dengan proses akhir dari rangkaian
strategi PR. Inilah mengapa data-data yang disajikan hanya berupa data
eksternal yang berasal dari media sosial Instagram.

5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian strategi komunikasi, PT. Angkasa Pura II
memiliki 4 tahap. Dimana menurut peneliti, masing-masing tahapan sudah
cukup baik. Namun pada tahapan ketiga yakni communicating, pihak
Angkasa Pura II dirasa kurang dalam mengenalkan corporate image Pesona
Gerbang Indonesia. Kurangnya hal tersebut berdampak pada wawasan
pengunjung akan image dari terminal 3. Alangkah lebih baik apabila pihak
Angkasa Pura II melampirkan slogannya di berbagai foto yang dilampirkan
di media sosialnya, atau di pameran/event yang diadakan dalam
mengenalkan budaya Indonesia sendiri.
GALERI BANDARA SOEKARNO – HATTA

Anda mungkin juga menyukai