Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1 MATA KULIAH

HUKUM PERSAINGAN USAHA


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2021/20.2

Nama : Salindri Riana Dewi


NIM : 042579915
Jurusan : Ilmu Hukum
Semester :8

Berikanlah jawaban dan analisis anda atas beberapa pertanyaan berikut:


1. Jelaskanlah Urgensi Pentingnya pengaturan tentang praktik persaingan usaha di
Indonesia?
Hukum persaingan usaha diciptakan dalam rangka mendukung terbentuknya sistem ekonomi
pasar agar persaingan antar pelaku usaha dapat tetap hidup dan berlangsung secara sehat.
Hukum persaingan usaha sifatnya mencegah terjadinya praktek monopoli dan/atau mencegah
terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat. Dengan ditegakkannya hukum persaingan usaha
diharapkan efisiensi ekonomi tercapai, sehingga dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat
secara umum. Pasal 33 ayat (4) yang menyatakan : Perekonomian nasional diselenggarakan
berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan,
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Dari Pasal tersebut tersirat bahwa tujuan
pembangunan ekonomi yang hendak dicapai haruslah berdasarkan kepada demokrasi yang
bersifat kerakyatan yaitu adanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sejarah lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat berangkat dari berbagai permasalahan yang muncul dari
berbagai praktis dunia bisnis yang melibatkan pelaku usaha dan konsumen, serta ada beberapa
peran pihak pemerintah dalam melindungi suatu kepentingan tertentu. UU terkait persaingan
usaha ini hadir bertujuan untuk memberikan pengawasan serta memberikan pemahaman terkait
bagaimana praktik-praktik persaingan usaha yang sehat. Kemudian pengaturan praktik
persaingan usaha di Indonesia adalah untuk menjaga stabilitas perekonomian dan keamanan
bangsa, sehingga dapat berjalan dengan normal, efisien, dan sehat serta mendukung daya saing
global.
2. Menurut analisis anda bagaimanakah konsep Monopoly by law dan monopoly by nature
dalam perspektif undang-undang no. 5 tahun 1999? Jelaskan
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, monopoli adalah penguasaan atas produksi dan/ pemasaran
barang dan/ atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku
usaha. monopoly by law adalah terjadinya monopoli karena adanya aturan atau undang-undang
yang berlaku. Hal ini ditujukan untuk membuat produk atau jasa berkaitan dengan kebutuhan
masyarakat, dan harga bisa dikendalikan oleh pemerintah. Sedangkan monopoly by nature
merupakan suatu jenis pasar monopoli yang terjadi secara natural atau alamiah dan terkadang
bisa tidak disengaja. Hal ini bisa terjadi karena perusahaan monopoli mempunyai atau
memproduksi sesuatu yang otentik, unik, dan khas yang tidak dimiliki oleh para pesaingnya.
Pasal 50 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut: UU Persaingan Usaha) memuat tentang
pengecualian pemberlakuan atas undang-undang ini. Pasal 50 huruf a UU Persaingan Usaha
berbicara tentang monopoli karena undang-undang. Siapa pelaku usaha yang layak
mendapatkan monopoli karena undang-undang? Jawaban atas pertanyaan ini sedikit banyak
membawa kita kepada rumusan Pasal 51 UU Persaingan Usaha. Pasal 51 UU Persaingan Usaha
menyatakan: Monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak serta cabang-
cabang produksi yang penting bagi negara diatur dengan undang-undang yang
diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara dan atau badan atau lembaga yang dibentuk
atau ditunjuk oleh Pemerintah.
Dengan membaca ketentuan Pasal 50 huruf a dan Pasal 51 UU Persaingan Usaha, dapatlah
disimpulkan sebagai berikut:
a. UU Persaingan Usaha tidak berlaku bagi pelaku usaha, yakni berupa badan usaha milik
negara; atau badan; atau lembaga, yang dibentuk atau ditunjuk oleh Pemerintah;
b. pelaku usaha tersebut melakukan perbuatan dan atau perjanjian yang bertujuan untuk
melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga ia memperoleh
pengecualian untuk tunduk pada ketentuan-ketentuan menurut UU Persaingan Usaha;
c. area perbuatan dan atau perjanjian itu harus berkaitan dengan produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak serta cabang-
cabang produksi yang penting bagi negara;
d. area usaha yang dimaksud sebagai “menguasai hajat hidup orang banyak serta cabang-
cabang produksi yang penting bagi negara” itu harus sudah ada pengaturannya di dalam
undang-undang.
3. Terangkan Perbedaan Pendekatan Per se illegal dan Rule of Reason yang digunakan
dalam hukum persaingan!
Pendekatan “Rule of Reason” merupakan perbuatan atau perjanjian yang harus dilakukan
pembuktian terlebih dahulu ada atau tidaknya kerugian yang nyata terhadap persaingan.
Biasanya, dalam pasal-pasal peraturan perundang-undangan menggunakan kalimat
“mengakibatkan terjadinya … “. Dengan kata lain, Pendekatan “Rule of Reason” adalah suatu
pendekatan yang digunakan oleh lembaga otoritas persaingan usaha untuk membuat evaluasi
mengenai akibat perjanjian atau kegiatan usaha tertentu, guna menentukan apakah suatu
perjanjian atau kegiatan tersebut bersifat menghambat atau mendukung persaingan. Pendekatan
ini memungkinkan pengadilan melakukan interpretasi terhadap UU seperti mempertimbangkan
faktor-faktor kompetitif dan menetapkan layak atau tidaknya suatu hambatan perdagangan. Hal
ini disebabkan karena perjanjian-perjanjian maupun kegiatan usaha yang termasuk dalam UU
Antimonopoli tidak semuanya dapat menimbulkan praktek monopoli atau persaingan usaha
tidak sehat atau merugikan masyarakat. Sebaliknya, perjanjian-perjanjian maupun kegiatan-
kegiatan tersebut dapat juga menimbulkan dinamika persaingan usaha yang sehat. Oleh
karenanya, pendekatan ini digunakan sebagai penyaring untuk menentukan apakah mereka
menimbulkan praktek monopoli atau persaingan usaha yang tidak sehat atau tidak (Yusran,
2010). Namun, pelanggaran terhadap pasal yang mengandung aturan rule of reason masih
membutuhkan suatu pembuktian, dan pembuktian ini harus dilakukan oleh suatu majelis yang
menangani kasus ini yang dibentuk Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Kelompok
pasal ini dapat dengan mudah dilihat dari teks pasalnya yang dalam kalimatnya selalu dikatakan
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat.
Pendekatan per se illegal menyatakan setiap perjanjian atau kegiatan usaha tertentu sebagai
ilegal, tanpa pembuktian lebih lanjut atas dampak yang ditimbulkan dari perjanjian atau
kegiatan usaha tersebut. Kegiatan yang dianggap sebagai per se illegal biasanya meliputi
penetapan harga secara kolusif atas produk tertentu, serta pengaturan harga penjualan
kembali. Jenis Perilaku yang digolongkan sebagai per se illegal adalah perilaku-perilaku dalam
dunia usaha yang hampir selalu bersifat anti persaingan, dan hampir selalu tidak pernah
membawa manfaat sosial. Pendekatan per se illegal ditinjau dari sudut proses administratif
adalah mudah. Hal ini disebabkan karena metode ini membolehkan pengadilan untuk menolak
melakukan penyelidikan secara rinci, yang biasanya memerlukan waktu lama dan biaya yang
mahal guna mencari fakta di pasar yang bersangkutan. penerapan pendekatan per se
illegal biasanya dipergunakan dalam pasal-pasal yang menyatakan istilah “dilarang”, tanpa
anak kalimat “…yang dapat mengakibatkan…”. Berdasarkan hal-hal tersebut maka KPPU juga
menerapkan kedua pendekatan ini dalam pengambilan keputusan atas perkara-perkara
persaingan usaha.
Per Se Illegal Rule of Reason
Perjanjian/kegiatan dilarang atau melanggar Memerlukan penyelidikan dan pembuktian
hukum persaingan tanpa perlu pembuktian. untuk memutuskan apakah kegiatan/perjanjian
tersebut melanggar atau tidak.

Kelebihan: hemat biaya dan waktu serta Kelebihan: lebih akurat dalam memutuskan
adanya kepastian hukum. apakah tindakan pelaku usaha itu efisien atau
tidak karena dilakukan Analisa hukum dan
ekonomi.

Kekurangan: bisa kontra produktif untuk Kekurangan: untuk mendapatkan kepastian


persaingan karena tidak selalu akurat dalam hukum itu waktu yang diperlukan lebih lama
menilai efisiensi ekonomi yang bisa serta biaya juga lebih banyak.
merugikan konsumen.

Dalam pasal-pasal biasanya menggunakan Dalam pasal pasal biasanya menggunakan


istilah ‘dilarang..’, kaliamat ‘mengakibatkan terjadinya..’

Anda mungkin juga menyukai