Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1

Nama : Salindri Riana Dewi

NIM : 042579915

Jurusan : Ilmu Hukum

Semester : 1

1. Bagaimana sejarah konsep civil society dan masyarakat madani?

Sebagai sebuah konsep, civil society berasal dari proses sejarah masyarakat Barat. Akar
perkembangannya dapat dirunut mulai Cicero (106–43 SM) dan bahkan sampai Aristoteles ( 384-322
SM). Mengenai istilah civil society, Cicero lah yang pertama kali menggunakan dalam filsafat
politiknya. Di sini civil society identik dengan the state (negara), yaitu sebuah komunitas yang
mendominasi sejumlah komunitas lain ( Hikam, 1996:1). Sedang Aristoteles tidak menggunakan
istilah civil society, tetapi koininie politike, yakni sebuah komunitas politik tempat warga dapat
terlibat langsung dalam pengambilan keputusan (Cohen dan Arato, 1992:84). Namun pada
pertengahan abad 18, terminologi ini mengalami pergeseran makna. Negara dan civil society
kemudian dimengerti sebagai dua buah entitas yang berbeda, sejalan dengan proses pembentukan
sosial dan perubahan-perubahan struktur politik di Eropa sebagai akibat dari zaman enlightment
dan modernisasi yang sangat berperan menggusur rezim-rezim absolut ( Hikam, 1996:2).

Tidak hanya dalam konsep Barat, Islam pun sudah menerapkan konsep yang identik dengan
civil society tesebut, melalui pemerintahan Muhammad saw dengan memproklamirkan Piagam
Madinah dengan konsep ummahnya. Dalam perkembangannya, pemaknaan konsep ummah yang
identik dengan civil society mengalami perubahan istilah, yakni konsep masyarakat madani.

Dipandang dari sudut peralihan peristilahan, istilah “madani” biasanya diambil dari kata
“madinah”, yang digunakan sejak abad lalu dalam arti “civil”, beradab. Muhammad Abduh menulis
salah satu karangannya dengan judul al-Islam wa –l-Nashraniyyah ma’al Ilmu wa al-Madaniyyah
(Islam dan Kristen tentang Ilmu dan Peradaban). Republika, 19 Mei 1998 , pernah menjelaskan
bahwa secara etimologi masyarakat madani mengandung dua makna, yaitu masyarakat kota dan
masyarakat beradab. Jelas mempunyai kedekatan makna dengan istilah asalnya, yaitu “civil society”.
Sebelumnya, istilah civil society diterjemahkan dengan “masyarakat warga”, “masyarakat sipil”,
“masyarakat modern”, “masyarakat kekeluargaan” dan mungkin masih ada terjemahan yang lain.
Meskipun masih ada pro dan kontra, istilah “masyarakat madani” ini dirasa lebih pas untuk
diterapkan terutama di Indonesia.

Secara keilmuan, istilah tersebut dibawa ke Indonesia oleh Dato Seri Anwar Ibrahim yang
ketika itu sebagai Menteri Keuangan dan Wakil PM Malaysia, dalam acara Simposium Nasional pada
Festival Istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Istilah itu sendiri diterjemahkan dari bahasa Arab
‘mujtama’madani’, yang diperkenalkan oleh Prof. Naquib al-Attas, seorang ahli sejarah dan
peradaban Islam dari Malaysia, pendiri sebuah lembaga yang bernama Institute for Islamic Thought
and Civilization (ISTAC) yang disponsori oleh Anwar Ibrahim ( Rahadjo, 1999:8).

2. Sebutkan prinsip-prinsip masyarakat madani dan jelaskan!

Prinsip masyarakat beradab dan sejahtera (masyarakat madani) adalah:

1. Keadilan Sosial

Keadilan sosial adalah tindakan adil terhadap setiap orang dan membebaskan segala penindasan.
2. Supremasi Hukum

Supremasi hukum adalah menempatkan hukum di atas segalanya dan menetapkannya tanpa
memandang " atas " dan " bawah ".

3. Egalitarianisme (Persamaan)

Egalitarianisme adalah kesamaan tanpa diskriminasi baik etnis, agama, suku, dll.

4. Pluralisme

Pluralisme adalah sikap menghormati kemajemukan dengan menerimanya secara tulus sebagai
sebuah anugerah dan kebajikan.

5. Pengawasan Sosial

Pengawasan sosial baik secara individu maupun lembaga merupakan suatu keharusan dalam suatu
upaya pembentukan masyarakat madani.

3. Bagaimana peran yang dapat dilakukan oleh umat beragama dalam mewujudkan masyarakat
madani?

1. Menciptakan sebuah bentuk sikap yang dimana akan selalu saling memberikan pengertian yang
dimana berada dinata sesama umat beragama. Peran tersebut akan dapatlah dilakukan dengan cara
mengciptakan sebuah dialog intensif.

2. Melakukan sebuah bentuk dari studi dibidang agama dengan cara menciptakan sebuah tujuan dari
kerukunan akan umat beragama. Tujuannya adalah:

a. Menghayati ajaran agama masing-masing,

b. Membangun suasana iman yang dialogis,

c. menumbuhkan etika pergaulan anatara umat beragama,

d. kesadaran untuk menghilangkan bias-bias dari satu umat beragama terhadap umat agama lain,

e. Menghancurkan rintangan-rintangan budaya yang ada pada diri masing-masing umat beragama
seperti eksklusivisme,

f. Menumbuhkan kesadaran plurarisme,

g. Menumbuhkan kesadaran akan perlunya solidaritas dan kerja sama untuk menyelesaikan masalah
kemiskinan, keterbelakangan, ketidak adilan dan lain-lain.

3. Melakukan segala macam bentuk usaha untuk melakukan penumbuhan dari sikap demokratis,
pluralis hingga toleran dari kepada sesama dari umat beragama pada masa sejak dini untuk melalui
sebuah pendidikan Islam yang dimana mewajibkan dari umatnya guna untuk melakukan
pendakwaan.

4. Mengerahkan energi bersama untuk mewujudkan cita-cita bersama membangun masyarakat


madani.

4. Sebutkan beberapa poin penting hak asasi manusia dalam Islam beserta ayat al-Qur’an yang
berkaitan dengannya!
1. Hak Hidup

Hidup adalah karunia yang diberikan oleh Allah SWT yang Maha Tinggi dan Suci kepada setiap
manusia. Seseorang tidak berkuasa sama sekali untuk melenyapkan tanpa kehendak Allah,
sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Hijr/15 : 23. Terjemahnya: Dan sungguh, Kamilah yang
menghidupkan dan mematikan dan Kami (pulalah) yang mewarisi.

Hak untuk melenyapkan hidup seseorang itu oleh Allah hanya diberikan kepada kekuasaan negara
(pemerintah) saja, sesuai dengan hukum tindak pidana. Kepentingannya ialah semata-mata untuk
kemaslahatan masyarakat dan melindungi hidup setiap jiwa yang ada. dalam Q.S. al-Baqarah/2 : 179
Allah berfirman; Terjemahnya: Dan dalam qishas itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-
orang yang berakal, agar kamu bertakwa.

2. Hak Milik

Islam menjamin hak pemilikan yang sah dan mengharamkan penggunaan cara apapun untuk
mendapatkan harta orang lain yang bukan haknya, sebagaimana firman Allah: "Dan janganlah
sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan bathil dan janganlah
kamu bawa urusan harta itu kepada hakim agar kamu dapat memakan sebagian harta benda orang
lain itu dengan jalan berbuat dosa padahal kamu mengetahuinya." (QS. 2: 188). Oleh karena itulah
Islam melarang riba dan setiap upaya yang merugikan hajat manusia. Islam juga melarang penipuan
dalam perniagaan. Sabda nabi saw: "Jual beli itu dengan pilihan selama antara penjual dan pembeli
belum berpisah. Jika keduanya jujur dalam jual-beli, maka mereka diberkahi. Tetapi jika berdusta dan
menipu berkah jual-bei mereka dihapus." (HR. Al-Khamsah)

Islam juga melarang pencabutan hak milik yang didapatkan dari usaha yang halal, kecuali untuk
kemashlahatan umum dan mewajibkan pembayaran ganti yang setimpal bagi pemiliknya. Sabda nabi
saw: "Barangsiapa mengambil hak tanah orang lain secara tidak sah, maka dia dibenamkan ke dalam
bumi lapis tujuh pada hari kiamat." Pelanggaran terhadap hak umum lebih besar dan sanksinya akan
lebih berat, karena itu berarti pelanggaran tehadap masyarakat secara keseluruhan.

3. Hak Kehormatan

Alquran meminta kepada semua orang tanpa kecuali untuk menghormati dan menjaga kehormatan
seseorang. Sampai-sampai, bagi orang Muslim apabila diminta untuk melindungi orang musyrik di
waktu perang dia pun harus melindunginya. Orang Islam juga dilarang memasuki rumah tetangga
kecuali setelah mendapat izinnya. Hal ini dilakukan demi menjaga kehormatan yang punya rumah.
Juga dilarang mengolok-olok sesama manusia. Sikap dan perintah ini dapat kita lihat dalam QS. An-
Nur 24:27, At-Taubah 9: 6, Al-Hujurat 49: 11-12, An-Nisa’ 4: 148-149.

4. Hak Persamaan

Allah mengutus rasulullah untuk melakukan perubahan sosial dengan mendeklarasikan persamaan
dan keadilan bagi seluruh umat manusia (lihat QS. Al-Hadid: 25, Al-A’raf: 157 dan An-Nisa: 5).
Manusia seluruhnya sama di mata hukum. Sabda nabi saw: "Seandainya Fathimah anak Muhammad
mencuri, pasti aku potong tangannya." (HR. Bukhari dan Muslim).

Pada masa rasulullah banyak kisah tentang kesamaan dan keadilan hukum ini. Misalnya kasus putri
bangsawan dari suku Makhzum yang mencuri lalu dimintai keringanan hukum oleh Usamah bin Zaid,
sampai kemudian rasul menegur dengan: "... Apabila orang yang berkedudukan di antara kalian
melakukan pencurian, dia dibiarkan. Akan tetapi bila orang lemah yang melakukan pencurian,
mereka memberlakukan hukum kriminal..." Juga kisah raja Jabalah Al-Ghassani masuk Islam dan
melakukan penganiayaan saat haji, Umar tetap memberlakukan hukum meskipun ia seorang raja.
Atau kisah Ali yang mengadukan seorang Yahudi mengenai tameng perangnya, dimana Yahudi
akhirnya memenangkan perkara.

Umar pernah berpesan kepada Abu Musa Al-Asy’ari ketika mengangkatnya sebagai Qadli:
"Perbaikilah manusia di hadapanmu, dalam majlismu, dan dalam pengadilanmu. Sehingga seseorang
yang berkedudukan tidak mengharap kedzalimanmu dan seorang yang lemah tidak putus asa atas
keadilanmu."

5. Hak Kebebasan

Alquran sangat berkepentingan dalam penjaminan bagi persamaan seluruh entitas kemanusiaan,
serta memberikan kebebasan bagi mereka untuk berbuat apa saja, termasuk didalamnya untuk
menjadi penentang Tuhan. Karena itu agama Islam kemudian juga sangat dikenal sebagai agama
pembebas. Terutama bagi orang-orang yang tertindas. Baik tertindas karena kultur maupun struktur.
Citra persamaan itu dapat kita lihat dalam Q.S. Ali Imran: 104, 110 & 159, An-Nisa’: 58, 105, 107 &
135, At-Thur: 21. Asy-Syura: 10 & 38.

6. Hak Sederajat

Setiap orang tanpa kecuali dijamin kesamaannya. Yang membedakan dari setiap orang hanyalah
ketakwaannya. Jaminan kesederajatan ini dapat dilihat dalam QS. Al-Hujurat 49: 13 dan Al-Baqarah :
228.

7. Hak Bebas Memilih Agama

Alquran juga menjamin kebebasan seseorang dalam beragama, bahkan untuk tidak beragama. Bagi
siapa saja yang ingin beragama selain Islam, Alquran menyatakan harus
mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan. Sehingga menjadi urusan privat antara Tuhan dan
Manusia yang bersangkutan. Hal tersebut terdapat dalam QS. Al-Baqarah : 217 & 256, Al-Kahfi : 29,
Yunus : 99, An-Nahl : 125, Al-Ankabut: 46.

5. Bagaimana hubungan Islam dan demokrasi?

Jika demokrasi dengan system pengambilan keputusan diserahkan kepada rakyat demi kepentingan
bersama dengan menjamin eksistensi hak-hak dasar manusia, maka demokrasi tidak ada masalah
degan Islam. Demokrasi kompatibel dengan Islam.islam sebagai agama rahmatan lil alamin, dalam
bernegara. Tujuan pokoknya adalah menyelenggarakan kebaikan dan mencegah keburukan dengan
senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai dasar kemanusiaan. Nilai-niiai demokrasi yang bisa digali dari
sumber Islam yang kompatibel dengan nilai-nilai demokrasi seperti dikemukakan oleh Huwaydi dan
Muhammad Dhiya al-Din Rais adalah, 1) keadilan dan musyawarah; 2) kekuasaan di pegang penuh
oleh rakyat; 3) kebebasan adalah hak penuh bagi semua warga Negara; 4) persamaan di antara
sesama manusia khususnya persamaan di depan hukum; 5) keadilan untuk kelompok minoritas; 6)
undang-undang di atas segala-galanya; 7) pertanggung jawaban penguasa kepada rakyat. Oleh
karena itu, seperti dikatakan Ahmad Syafii Maarif, mayoritas umat Islam menerima demokrasi
sebagai bagian dari nilai yang prinsip-prinsipnya sesuai dengan Islam. Dan karena itu pula umat Islam
harus berusaha untuk mendorong terjadinnya demokrasi di dalam bidang kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Anda mungkin juga menyukai