PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
20071101317
TEKNOLOGI
FAKULTAS HUKUM
MANADO
2023
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI
Skripsi dengan judul“Pembatalan Akta Jual Beli Tanah Akibat Kesalahan PPAT yang
20071101317, telah disetujui dan diterima untuk di Uji pada Ujian Skripsi Fakultas Hukum
DOSEN PEMBIMBING
Mengetahui/Menyetujui
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena hanya
dan kemampuan dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga penulis dapat
Penulisan skripsi yang berjudul “Pembatalan Akta Jual Beli Tanah Akibat
Putusan Perdata No. 161/PDT.G/2007PN MDN” disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sam
Ratulangi, Manado.
Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit kendala yang penulis hadapi, namun berkat
bantuan doa dan dukungan yang penulis dapatkan dari berbagai pihak, maka penulisan
skripsi ini bisa diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini patutlah kiranya penulis
1. Ibu Dr. Emma V T Senewe, SH, MH selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sam
Ratulangi Manado.
2. Para Wakil Dekan Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi Manado, masing-masing:
- Bapak Dr. Dani R Pinasang, SH, M.Hum selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan
Kerjasama.
- Ibu Dr.Caecilia J J Waha, SH, MH selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan
- Ibu Debby Telly Antow, SH, MH selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan
Alumni
iii
3. Para Dosen Pembimbing Skripsi yang berkat arahan mereka, sehingga penulis dapat
- Bapak Djefry Welly Lumintang SH,MH selaku Dosen Pembimbing Skripsi II.
4. Seluruh Staf Dosen Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi, yang telah membimbing
5. Orang tua dan segenap keluarga besar (Papa, Mama, Ku Mei, Om Oni, Oma Eng,
Monica dan Marcel) yang telah senantiasa memberikan perhatian, dorongan dan kasih
menjalani perkuliahan.
7. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak mungkin sempurna, pasti masih terdapat
banyak kekurangan atau kesalahan teknis maupun non teknis. Oleh karena itu, penulis
dengan kerendahan hati menerima segala kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
BAB II .............................................................................................................. 16
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 16
A.Hukum Pertanahan dan Hak atas Tanah ................................................... 16
1. Pengertian Hukum dan Hak atas Tanah ................................................ 16
2. Hak Penguasaan Atas Tanah................................................................. 18
3. Jenis-Jenis Hak Tanah ............................................................................. 19
B. Prosedur Pembatalan Hak atas Tanah....................................................... 21
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu perbuatan hukum yang dilakukan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang
selanjutnya disebut PPAT adalah dalam hal jual beli.Jual beli merupakan salah satu
upaya dalam perolehan hak atas tanah Pemindahan hak/Peralihan hak,yang merupakan
suatu perbuatan hukum dengan bertujuan memindahkan hak, antara lain: jual beli,
hibah, tukar menukar, pemisahan dan pembagian harta bersama dan pemasukan dalam
perusahaan atau inbreng.1Pelaksanaan jual beli hak atas tanah harus dilakukan
dihadapan PPAT. Hal inisebagai bukti bahwa telah terjadi jual beli sesuatu hak atas
tanah sudah sesuaidengan ketentuan hukum dan PPAT membuat Akta Jual Belinya yang
kemudian di ikuti dengan pendaftarannya pada Kantor Pertanahan setempat yang sesuai
dengan lokasi keberadaan tanah yang menjadi obyek jual beli tersebut.2Secara umum
jual beli ada yang dilakukan secara lisan dan adapula yang dilakukan secara lisan
biasanya dilakukan karena para pihak yang menganggap jual belinya telah selesai atau
tuntas dan tidak perlu dijadikan sebagai semacam alat bukti.Sedangkan jual beli yang
dibuat secara tertulis oleh para pihak dengan tujuan untuk dijadikan sebagai alat bukti,
baik ada sengketa maupun tidak jual beli dilakukan secara tertulis adapula yang
1
Sancaya,I.W.W.2013.KekuatanMengikatPerjanjianNomineedalamPenguasaan Hak Milik Atas
Tanah. Jurnal Magister Hukum Udayana (Udayana Master LawJournal),Vol.2(3).hlm.6
2
Baharudin. 2016. “Kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) DalamProses Jual Beli
Tanah”. Jurnal Keadilan Progresif, Vol. 5 No.1, Fakultas Hukum UniversitasBandar Lampung, hlm.151
1
maupun tidak jual beli dilakukan secara tertulis adapulayang dilakukan
dibawah tangan, akan tetapi ada pula yang dilakukan secaranotariil, tergantung dari
seberapa jauh nilai dan kepentingan jual beli tersebut bagi para pelakunya.3
Demikian juga halnya mengenai penerbitan sertipikat hak milik atas tanah yang
dibuat berdasarkan akta jual beli, sebelum sertipikat hak milik ituditerbitkan, maka
sistematik dan 60 hari untuk pendaftaran tanah secara sporadisse bagaimana diatur
dalam Pasal 26 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran
tertentu mengajukan keberatan, sebelum sertipikat hak milik atas itu diterbitkan, yang
mengandung arti pula bahwa sertifikat hak milik atas tanah itu, tidak saja diberikan
kekuatan hukum akan tetapi juga diberikan kekuatan mengikat, sebagaimana halnya
sebuah akta otentikyang diberi kekuatan sempurna dan mengikat (volledig en bindende
bewijskracht) kepada para pihak mengenai apa yang tercantum didalamnya dan kepada
biasanya, akan tetapi dalam jabatannya sebagai pejabat umum yang melekat banyak
sekali tugas dan wewenangnya sehingga tidak seperti orang biasa yang tidak dapat
masyarakat itu telah mengenal adanya penukaran barang-barang dan jasa, sejak itu
2
pula telah terjadi sebuah perjanjian-perjanjian dimana masing-masing anggota
dibuatnya suatu akta jual beli yang dilakukan di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT).Namun demikian, akta jual beli tanah tersebut menurut hukum sepanjang tidak
Perdata, maka terhadap akta tersebut dapat terjadi kebatalan, yang dalam lapangan
ilmu hukum perdata dikenal ajaran mengenai kebatalan akta tersebut, yaitu kebatalan
jenis kebatalan ini terkait dengan akibat yang dapat muncul dari hubungan hukum yang
tercipta.7Perbuatan jual beli tanah terjadi dengan dibuatnya suatu akta jual beli yang
dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Namun demikian, akta jual
sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata, maka terhadap akta
tersebut dapat terjadi kebatalan, yang dalam lapangan ilmu hukum perdata dikenal
ajaran mengenai sebuah perjanjian atau persetujuan bukan saja mengenai segala hal
yang telah secara jelas diperjanjikan, tetapi juga menyangkut pada hal-hal yang
berdasarkan atas sifat dari persetujuan itu sendiri dapat dituntut atas dasar kebiasaan,
3
Mengenai syarat-syaratyang terkandung dalam sebuah perjanjian, meskipun
tidak tercantum secara jelasdan tegas dalam perjanjian tersebut, apabila sudah
Pasal 1338). Namun terdapat pembatasan mengenai hal tersebut, khususnya dalam
Kesepakatan didalam sebuah perjanjian dianggap telah terjadi pada saat salah satu
pihak telah menerima atau menyanggupi penawaran (offerte) yang diberikan oleh
pihak lainnya. Sebuah perjanjian yang telah dibuat tidak bisa dibatalkan begitu saja
dari satu pihak tanpa adanya persetujuan dari pihak lainnya.Dalam perjanjian sangat
perlu agar diketahui, hal ini sehubungan dengan apabila terjadinya perubahan atas
perjanjian itu sendiri. Contohnya adalah mengenai peralihan sebuah risiko di dalam
sebuah perjanjian jual beli.8Dalam rangka menjaga agar kesepakatan itu tetap
terlaksana dengan baik sementara persyaratan yang diminta bisa tetap dapat di urus,
maka biasanya pihakyang akan melakukan jual beli menuangkan kesepakatan awal
7
Budi Sunanda, dkk, 2013, Pembatalan Perjanjian Jual Beli Tanah Meskipun TelahMemiliki
Akta Jual Beli Tanah Dari PPAT Oleh Pengadilan Negeri (Studi Penelitian PutusandiPengadilan Negeri
Bireuen Nomor: 11 / Pdt.G / 2008 / PN-BIR, tanggal 23 Februari 2009),JurnalIlmu Hukum, Volume
2, No.1, hlm.108.
4
Dengan bantuan notaris para pihak yang membuatperjanjian pengikatan jual
Namun suatu perjanjian tidak selamanya dapat berjalan sesuai dengan kesepakatan
yang diinginkan oleh para pihak. Dalam kondisi-kondisi tertentu dapat ditemukan
terjadinya berbagai hal atau semacam hal, yang akan berakibat suatu perjanjian akan
mengalami pembatalan ,baik dibatalkan oleh para pihak maupun atas perintah
pengadilan. Dengan demikian peralihan hak atas tanah tidak dapat dilakukan begitu
saja tanpa memenuhi semacam persyaratan yang telah ditetapkan oleh peraturan
perundang-undanganyangberlaku.10
Maka dari itu banyak alasan yang menjadi pembatalan akta hak atas jualbeli tanah
suatuperbuatan hukum yang mendahului proses peralihan hak milik atas tanah.
PPJBmerupakanperjanjianyangdilakukanolehpenjualdanpembelisebelumpelaksanaan
tersebut.Dalam hal PPJB tanah, permasalahan yang mungkin akan muncul akibat
belum terpenuhinya unsur-unsurjual beli yaitu sertifikat tanah yang belum jadi secara
8
Santosa,K.,&Hanim,L.2017.PerlindunganHukumBagiPihak-
PihakYangBeritikadBaikDalamPermbatalanPerjanjianJualBeliTanahDanBngunan(StudiKasusNomor29/Pd
t. G/2014/PN.Wsb).JurnalAkta,Vol.4, No.2,167-173.hlm.168.
9
Randang S. Ivan. 2016. "Tinjauan Yuridis Tentang Peranan Identitas Domisili DalamMenentukan
KompetensiRelatifPengadilan". JurnalLexPrivatum.Vol.4/No.1.hlm.122
5
melewati tahap demi tahap atau proses demi proses, atau belum terjadi pelunasan
pembayaran terhadap tanah tersebut, atau belum melakukan pembayaran atas pajak-
pajak yang dikenakan terhadap jual beli tanah tersebut. Dalam PPJB ditentukan, ataukah
adanya tunggakan utang piutang oleh orang yang, para pihak yang bersangkutan
tersebut yang akan melakukan jual beli sudah terikat dan mempunyai hak dan kewajiban
Akta jual beli tanah menurut hukum sepanjang tidak memenuhi syarat-syarat
sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1320 yang berisi dari KUHPerdata, maka
terhadap akta tersebut dapat terjadi suatu hal yaitu pembatalan, pembatalan adalah
pernyataan batalnya suatu tindakan hukum, perbuatan hukum ataukah perbuatan hukum
atas tuntutan dari para pihak-pihak yang ditunjuk oleh undang-undang dibenarkan untuk
sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan, atau diperolehnya
dengan paksaan atau penipuan. Seorang notaris wajib untuk menjelaskan kepada
siapapun yang menghadap agar perbuatan dan tindakan notaris tersebut sesuai dengan
10
RahmatSetiawan,2005, Pokok-PokokHukumPerikatan,PutraAbardin,Bandung, hlm5.
11
TengkuErwinsyahbana.2017.“PertanggungjawabanYuridisDireksiterhadapRisiko
KerugianKeuanganDaerahpadaBadanUsahaMilikDaerah”.DeLegaLataJurnalIlmuHukum. Januari-Juni.
Medan, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Vol.2.No. 1.hlm.298
12
Dewi, R.P. dan Purwadi. H, 2017 "Pembatalan Akta Perjanjian Pengikatan Jual
BeliAkibatWanprestasi(StudiKasusPutusanNomor:200/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Sel)."JurnalRepertorium,Vol
ume 2, No. 1, 143-151, hlm.143.
13
Fitria Hudaningrum. 2014. “Hubungan Antara Asas Kebebasan Berkontrak, Pacta
SunServanda, dan Itikad Baik”. Jurnal Repertorium. Edisi 2 Juli-Desember 2014. Surakarta:
ProdiKenotariatan.FakultasHukumUniversitasSebelasMaret, Vol.2.No.1 hlm.104.
6
Apabila para pihak menganggap akta notaris tersebut tidak sesuai dengan yang
diharapkan, maka pihak-pihak terkait dapat datang bersama kehadapan notaris yang
bersangkutan agar akta tersebut selanjutnya dapatdi batalkan. Di dalam tatanan hukum
permasalahkan oleh para pihak, maka pihak-pihak terkait dapat menghadap ke notaris
pihak yang terkait tidak lagi terikat dengan isi dari akta yang dibatalkan tersebut,
terhadap akibat-akibat yang akan terjadi dengan dibatalkannya akta tersebut. Di dalam
sebuah keadaan tertentu apabila terjadi cacat tertentu didalam sebuah perjanjian, maka
perjanjian tersebut akan dianggap batal demi hukum. Sebuah perbuatan hukum yang
memiliki cacat tetapi yang menentukan sah atau dianggap batal tergantung kepada
keingingan dari orang tertentu sehingga perbuatan hukum tersebut dapat dibatalkan.
timbal balik, ketika satu pihak tidak menjalankan kewaajibannya. Ketika terjadi hal
seperti itu, persetujuan bukanlah batal demi hukum, namun pembatalan yaperlu
dimintakan kepada hakim. Pembatalan berlaku sejak putusan hakim yang memperoleh
Perbuatan hukum yang mengakibatkan peralihan hak atas tanah serta harus
didaftarkan balik namanya adalah perbuatan hukum jual-beli dimana aktanya dibuat
dalam AJB yang dibuat oleh PPAT yang biasa disebut denganAJB balik nama, AJB
tersebut selanjutnya digunakan sebagai alat pendaftaran peralihan hak atas tanah
terkait perjanjian jual beli hak milik atas tanah, pihak penjual mengalihkan hak milik
7
atas tanahnya kepada pembeli yang sebelumnya telah ditentukan dan sesuai
kesepakatan yang disepakati dan dicantumkan dalam perjanjian jual beli. Perjanjian
tersebut terkait dengan Pasal 1320 KUHPerdata tentangsyarat sahnya suatu perjanjian
menyusun akta tanah yang sesuai dengan ketentuan hukum dan administratif yang
berlaku yang disebut APHT (Akta Pemberian Hak Tanggungan ). APHT dalam
konteks hukum benda, APHT adalah dokumen yang digunakan dalam proses
Tanggung Jawab PPAT ialah membuat akta tanah seperti menyusun akta tanah
yang sesuai dengan ketentuan hukum dan administratuf yang berlaku yang disebut
APHT (Akta Pemberian Hak Tanggungan ). APHT dalam konteks hukum benda,
APHT adalah dokumen yang digunakan dalam proses pemberian hak tanggungan atas
suatu benda.
Dasar hukum adalah norma hukum atau ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan yang menjadi landasan atau dasar bagi setiap penyelenggaraan atau tindakan
hukum oleh subyek hukum baik orang perorangan atau badan hukum. Selain itu
dasar hukum juga dapat berupa norma hukum atau ketentuan dalam peraturan
perundang- undangan yang lebih baru dan atau yang lebih rendah derajatnya dalam
ini juga biasanya disebut sebagai landasan yuridis yang biasanya tercantum dalam
considerans peraturan hukum atau surat keputusan yang diterbitkan oleh lembaga-
lembaga tertentu. Akta Jual Beli adalah bentuk perjanjian pengikatan atas perbuatan
8
hukum jual beli, di mana perjanjian yang dituangkan dalam akta tersebut dapat diuji
jual beli yang diikat dengan akta jual beli yang dikeluarkan olehPPAT adalah
merupakan bentuk putusan yang bersifat declaratoir. Hak Atas Tanah adalah hak yang
demi kepentingan masyarakat sebagai pemakai jasa Camat selaku PPAT dan demi
integritas jabatan sebagai suatu jabatan kepercayaan serta pada akhirnya juga demi
untuk sahnya perbuatan hukum yang bersangkutan, seperti mencocokan data yang
terdapat dalam sertifikat dengan daftar-daftar yang ada di kantor pertanahan, namun
dalam putusan No. 161/Pdt.G/2007 PN Mdn terdapat kekeliruan dari PPAT sehingga
1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan
dengan Tanah (UU Hak Tanggungan), Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021
tentang Hak Pengelolaan, Hak atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran
Tanah (PP NO.18 Tahun 2021), Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan
9
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PP No. 24 Tahun 2016) dan Peraturan Menteri Negara
Pemerintah No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan PPAT (PMNA No. 1 Tahun
2006). PPAT merupakan pejabat umum. Untuk itu, akta yang dibuatnya diberi
kedudukan sebagai Akta Otentik. Sebagai Akta Otentik, Akta PPAT mempunyai
kekuatan pembuktian yang sempurna. Oleh karena itu, tata cara terbitnya Akta
mengakibatkan timbulnya risiko bagi kepastian hak yang timbul atas dasar akta
tersebut.
Berdasarkan Pasal 1 Ayat (1), (2) dan (3) PP Nomor 24 tahun 2016 Tentang
Perubahan atas PP Nomor 37 tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pembuat Akta
Tanah, PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta
otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik
atas satuan rumah susun, PPAT Sementara adalah Pejabat Pemerintah yang ditunjuk
karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT di
daerah yang belum cukup terdapat PPAT, PPAT Khusus adalah pejabat Badan
PPAT dengan membuat akta PPAT tertentu khusus dalam rangka pelaksanaan
10
PPAT mempunyai peranan besar dalam peralihan hak atas tanah karena
kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya
perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah yang merupakan akta otentik.
Sebagai akta otentik akta PPAT haruslah memenuhi tata cara pembuatan akta PPAT
Pembuatan akta yang tidak sesuai dengan tata cara pembuatan akta PPAT dapat
membuat suatu akta batal demi hukum dan akan mengakibatkan kerugian bagi salah
sebagai Notaris. Namun, PPAT dilarang merangkap jabatan atau profesi sebagai:
advokat dan konsultan atau penasehat hukum, pegawai negeri, pegawai BUMN,
pegawai BUMD, pegawai swasta, pejabat negara atau pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja (PPPK), pimpinan pada sekolah, perguruan tinggi negeri, atau
perguruan tinggi swasta, surveyor berlisensi, penilai tanah, mediator dan Jabatan
14
Ardianti, M., & Handayani, I. G. A. K. R. 2018.Penyalahgunaan
WewenangPenerimaKuasaDalamPerjanjianPerikatanJualBeliTanahDanKuasaMenjual(PutusanNom
or:173/K/Pdt/2012). JurnalRepertorium. Vol. 5(1).hlm.179.
11
B. Rumusan Masalah
Dari beberapa uraian yang telah penulis kemukakan maka yang menjadi
dibuatnya?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menjelaskan :
olehnya.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah jenis penelitian Yuridis Normatif. Jenis
penelitian Yuridis Normatif biasa disebut sebagai penelitian hukum doktriner atau
penelitian perpustakaan.20
12
2. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data sekunderyaitu bahan
pustaka yang diperoleh penulis mencakup dokumen – dokumenresmi,buku –buku
perpustakaan, peraturan perundang–undangan, karyai lmiah, artikel– artikel, serta
dokumen – dokumen yang berkaitan dengan materi penelitian.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Sekunder yaitu data yang
diperoleh dari berbagai sumber literatur hasil penelitian dalam bentuk jurnal dan dari
bahan–bahan pustaka yang mempunyai kekuatan hokum mengikat.
Dalam penelitian hukum ini teknik pengumpulan data yang digunakanadalah Data
Sekunder. Pengumpulan data sekunder melalui studi pustaka (libraryresearch) ini
dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data yang berhubungan
dengan penelitian penulis. Data- data tersebut diperoleh dari buku –buku kepustakaan,
peraturan perundang–undangan, menjelajahi internet, dan dokumen –dokumen
lainnya.Dalam hal ini penulis mencari buku–buku yang ada relevansi dengan
penelitian.
1) Bahan HukumPrimer
Bahan hukum primer adalah bahan hukumyang mengikat atau bahan yang terkait
erat dengan permasalahan yang diteliti,meliputi :
a) KitabUndang–UndangHukumPerdata
b) Hukum Agraria dan Undang-Undang Pokok Agraria(UUPA)
c) Yurisprudensi Mahkamah Agung
2) Bahan HukumSekunder
Bahan hokum sekunder, yaitu member penjelasan mengenai badan hukum primer,
yaitu :
a) Buku–buku yang berkaitan dengan judul dan permasalahan yang akan di kaji
dalam penulisan skripsi ini.
13
b) Hasil penelitian dan karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan penulisan skripsi
ini.
c) Makalah–makalah seminar terkait penulisan skripsi ini.
d) Jurnal hokum dan literature yang terkait dengan penulisan skripsi.
3) Bahan HukumTersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk atau penjelasan
terhadap bahan hokum primer dan sekunder,yaitu:
a) Kamus Hukum
b) Kamus Besar Bahasa Indonesia
4) Analisa Data
Data yang sudah diperoleh dari sumber hukum yang dikumpulkan diklasifikasikan,
bermutu dalam bentuk kalimat yang sistematis, logis dan efektif, sehingga
menggunkan metode deduktif, yakni berpikir dari hal yang umum menuju kepada
hal yang khusus atau spesifik dengan menggunakan pendekatan normatif yang
E. Sistematika Penulisan\
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, ruang lingkup dan tujuan penelitian,
umum tentang pendaftaran tanah, tinjauan umum tentang fungsi akta otentik dan
14
tinjauan umum tentang pembatalan akta jual beli tanah,serta hal-hal yangberkenaan
atas tanah dan akibat hukum dari akta jual beli tanahyang tidak dibuat di hadapan
PPAT
BAB IV PENUTUP
Pada bagian ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan sarandari
pembahasan yang telah diuraikan diatas proses pembatalan akta jual beli tanah dan
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
UUPA sampai saat ini masih dipandang sebagai parameter hukum tanah nasional,
UUPA mengatur hampir semua hak-hak atas tanah sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 16 UUPA kecuali hak pengelolaan diatur dalam Undang- Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021
tentang Hak Pengelolaan, Hak atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran
Tanah. Namun demikian, UUPA tidak memberi pengertian secara eksplisit tentang
hukum pertanahan.
Dalam ruang lingkup hukum agraria dipaparkan mengenai pengertian hukum tanah.
Tanah merupakan bagian dari bumi yang disebut permukaan bumi. Tanah yang
dimaksud bukan mengatur tanah dalam segala aspek, melainkan hanya mengatur
salah satu aspekya, yaitu tanah dalam pengertian yuridis yang disebut hak. Dengan
hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi.22 Hukum tanah
sebutan “tanah” dipakai dalam arti yuridis, sebagai suatu pengertian yang telah
diberi batasan resmi oleh UUPA. Pasal 4 UUPA menyatakan bahwa atas dasar hak
menguasai dari negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya
16
macam-macam hak atas permukaaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat
diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa tanah dalam pengertian
yuridis adalah permukaan bumi. Makna permukaan bumi yaitu sebagai bagian dari
tanah yang dapat dihaki oleh setiap orang atau badanhukum. Oleh karena itu, hak-
hak yang timbul di atas hak atas permukaan bumi termasuk di dalamnya bangunan
dianutnya asas-asas yang berkaitan dengan hubungan antara tanah dengan tanaman
peraturan-peraturan hukum baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur
penguasaan atas tanah yaitu hak yang berisi serangkaian wewenang, kewajiban dan/
atau larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang
dihaki.24
Hak atas tanah menurut Pasal 1 Ayat (4)Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan
Pendaftaran
21
UripSantoso,HukumAgraria:KajianKomprehensif,Op.Cit.,hlm9.
22
Supriadi,HukumAgraria,Jakarta:SinarRafika,2007,hlm3.
23
EffendiPerangin,HukumAgrariadiIndonesia:SuatuTelaahdariSudutPandang Praktisi Hukum,
Jakarta: Rajawali, 1989, hlm.195.
17
Tanah adalah hak yang diperoleh dari hubungan hukum antara pemegang hak dengan
tanah, termasuk ruang di atas tanah, dan atau ruang di bawah tanah untuk menguasai,
tanah, dan/atau ruang di bawah tanah.Hak atas tanah menurut Pasal 1 Ayat (4)Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak atas Tanah, Satuan
Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah adalah hak yang diperoleh dari hubungan hukum
antara pemegang hak dengan tanah, termasuk ruang di atas tanah, dan atau ruang di
memelihara tanah, ruang di atas tanah, dan/atau ruang di bawah tanah. Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak atas Tanah, Satuan
Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah yang pada dasarnya merupakan salah satu
turunan dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yang mana
permukaan bumi, dan tubuh bumi dibawahnya dan yang berada dibawah air. Permukaan
bumi sebagai bagian dari bumi juga disebut tanah. Tanah yang dimaksud di sini bukan
mengatur tanah dalam segala aspeknya, melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya,
yaitu tanah dalam pengertian yuridis yang disebut hak penguasaan atas tanah.25Hak
penguasaan atas tanah berisi serangkaian wewenang, kewajiban dan/atau larangan bagi
pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang dihaki. Sesuatu
yangboleh, wajib, atau dilaranguntuk diperbuat, yang merupakan isi hak penguasaan
18
itulah yang menjadi kriterium atas tolak ukur pembeda di antara hak-hak penguasaan
Menurut Boedi Harsono peraturan hak-hak penguasaan atas tanah dalam hukum tanah
a. Hak penguasaan atas tanah sebagai lembaga hukum, hak penguasaan atas tanah ini
belum dihubungkan dengan tanah sebagai objek dan orang atau badan hukum tertentu
b. Hak penguasaan atas tanah sebagai hubungan hukum yang konkret, hak penguasaan atas
tanah ini sudah dihubungkan dengan tanah tertentu sbagai objeknya dan orang atau
Hierarki hak-hak penguasaan atas tanah dalam UUPA dan hukum tanah nasional
adalahhakbangsaIndonsiaatastanah,hakmnguasainegaraatastanah,hakulayat masyarakat
hukum adat, serta hak perseorangan atas tanah meliputi: hak-hak atas tanah, wakaf tanah
hak milik, hak tanggungan dan hak milik atas satuan rumah susun.
diberikankepadaperseoranganbaikwarganegaraindonesiamaupunwarganegara asing,
sekeompok orang secara bersama-sama, dan badan hukum privat maupun badan hukum
publik.15
24
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia:Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya,Op.Cit., hlm. 24.
25
Ibid.,hlm.26-27
19
Hak-hak atas tanah disebutkan dalam Pasal 16 Jo. Pasal 53 UUPA tidak bersifat
limitatif, artinya disamping hak-hak atas tanah yang disebutkan dalam UUPA, kelak
dikemungkinkan lahirnya hak atas tanah baru yang diatur secara khusus dengan
undang-undang. Dari segi asal tanahnya, hak atas tanah dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu:16
a. Hak atas tanah yang bersifat primer, yaitu hak atas tanah yang berasal dari
negara. Meliputi hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan atas tanah
b. Hak atas tanah yang bersifat sekunder, yaitu hak atas tanah yang berasal dari
tanah pihak lain. Meliputi hak guna bangunan atas tanah hak pengelolaan, hak
guna bangunan atas tanah hak milik, hak pakai atas tanah hak pengelolaan, hak
pakai atas tanah hak milik, hak sewa untuk bangunan, hak gadai (gadai tanah),
hak usaha bagi hasil (perjanjian bagi hasil), hak menumpang, hak sewa tanah
pertanian.
26
UripSantoso,HukumAgraria:KajianKomprehensif,Op.Cit.,hlm.89.
27
Ibid., hlm.91.
20
B. Prosedur Pembatalan Hak atas Tanah
Pembatalan hak atas tanah dapat beralih dan dialihkan yang menunjukkan suatu
perbuatan hukum yang disengaja untuk memindahkan hak atas tanah kepadapihak lain
tanah dan bangunan tidak bisa dilakukan di bawah tangan. Sementara dalam praktik
jual beli tanah seringkali pihak penjual menggunakan prosedur jual beli dengan
melakukan pemindahan hak atas tanah berdasarkan Perjanjian Pengikatan Jual Beli
(PPJB).Secara hukum,hak atas tanah tersebut telah beralih kepada pembeli meskipun
Peralihan hak atas tanah dapat dilakukan oleh pemegang hak yang lama kepada
berlaku. Prosedur peralihan hak atas tanah tersebut dapat terjadi karena undang-
undang atau karena adanya suatu perbuatan hukum yang sengaja dilakukan.
21
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
RahmatSetiawan,2005,Pokok-PokokHukumPerikatan,PutraAbardin,Bandung.
Yahya Harahap, 2014, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan,Penyitaan,
Pembukuan dan Putusan Pengadilan, Cetakan
Kesembilan,SinarGrafika,Jakarta.
Trisadini,Leonora,2013, Buku Referensi Hukum Perbankan Hukum Jaminan, PT.
RevkaPetraMedia, Surabaya.
B. Jurnal/Karya Ilmiah Artikel
A'anEffendi,2013,“PenyelesaianSengketaLingkunganMelaluiPeradilanTataUsahaNega
ra”, Jurnal Perspektif, Volume 18. No. 1.
AchmadAli,2014,MengembaradiBelantaraHukum,(Jakarta:PTYasrifWatampone),Jurnal
cita Hukum, Volume2, Nomor2.
Akmelen Zulda Putra, 2010, Akibat Hukum Dari Pembuatan Akta Jual Beli TanahYang
Tidak Sesuai Dengan Tata Cara Pembuatan Akta PPAT, JurnalIlmuHukum,
Volume 2,Nomor1.
Amiruddin A. Wahab, 2013, Pembatalan Perjanjian Jual Beli Tanah MeskipunTelah
Memiliki Akta Jual Beli tanah dari ppat oleh pengadilan negeri(Studi
Penelitian Putusan Di Pengadilan Negeri Bireuen Nomor: 11 /pdt.g/ 2008 /pn-
bir, tanggal 23februari 2009),Volume2, nomor1.
17
AyuRiskianaDinaryanti,2013,TinjauanYuridisLegalisasiAktaDiBawahTanganOleh
Notaris,JurnalIlmu Hukum, Volume1,Nomor3
Baharudin,2016,“KewenanganPejabatPembuatAktaTanah(PPAT)DalamProsesJualBeli
Tanah”.JurnalKeadilanProgresif,Volume5,Nomor1.
Budi Sunanda, dkk, 2013, Pembatalan Perjanjian Jual Beli Tanah Meskipun
TelahMemilikiAktaJualBeliTanahDariPPATOlehPengadilanNegeri(Studi
Penelitian Putusan di Pengadilan Negeri Bireuen Nomor: 11 /Pdt.G / 2008 /
PN-BIR, tanggal 23 Februari 2009), Jurnal Ilmu Hukum,Volume2, Nomor 1.
DennySaputra,2017,PrinsipKehati-
HatianBagiNotaris/PPATDalamMenjalankanTupoksinyaDalamUpayaPenceg
ahanKriminalisasiBerdasarkanKodeEtik,Jurnal Akta, Volume 4,Nomor 3.
Dhaniswara,K.H.,2009.AspekHukumDalamBisnis.Jakarta:PusatPengembanganHukum
danBisnisIndonesia,JurnalIlmuHukum,Volume3, Nomor 1.
Dewi, R.P. dan Purwadi. H. 2017 "Pembatalan Akta Perjanjian Pengikatan
JualBeliAkibatWanprestasi(StudiKasusPutusanNomor:200/Pdt.G/2012/PN.Jk
t. Sel)." Jurnal Repertorium , Volume 2, Nomor1.
22
DwiSersioNugraheni,2015,PelanggaranJabatan(PPAT)DalamHalPembuatanAktaTana
h(PPAT)TerhadapAktaPPAT,JurnalIlmuHukum,Volume 1, Nomor 2.
EdgarBrigeTatulus,2018,TinjauanTerhadapTanggungJawabParaPihakDalam
Pembatalan Jual Beli Tanah Karena Tidak Terlaksananya
SuatuProsesPeralihanHakAtasTanah,JurnalLexPrivatum,Volume6,Nomor10.
Elly,E.,danHerlienBudiono,2010.PenjelasanHukumTentangKebatalanPerjanjian,Nasio
nalLegalReformProgram.Jakarta,JurnalIlmuHukum,Volume 1, Nomor 2.
Fitria Hudaningrum. 2014. “Hubungan Antara Asas Kebebasan Berkontrak,
PactaSunServanda,danItikadBaik”.JurnalRepertorium.Edisi2Juli-
Desember2014.Surakarta:ProdiKenotariatan.FakultasHukumUniversitasSebel
as Maret, Volume 2, Nomor 1.
Habib, 2009, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai
18
PejabatPublik,JurnalIlmu Hukum, Volume2, Nomor2.
Habib Adjie, 2012, Pembatalan Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT),
JurnalRepertorium,Volume 1,Nomor1.
Harsono, 1998, Penggunaan dan Penerapan Asas-asas Hukum Adat pada HakMilik Atas
Tanah, Paper disampaikan pada Simposium Hak Milik AtasTanahMenurut
UUPA,JurnalIlmu Hukum,Volume 3, Nomor2.
HendrikSalmon,2010“EksistensiPeradilanTataUsahaNegaraDalamMewujudkan Suatu
Pemerintahan Yang Baik”, Jurnal Sasi, Volume 16.No 4.
Herlien Budiono, 2011, “Perwakilan, kuasa dan Pemberi Kuasa”, Renvoi,
JurnalIlmuHukum, Volume 1,Nomor3.
Herman Saputra, 2015 “Sistem Pengujian Keputusan tata Usaha Negara
Berantai(KetingBeshcikking)DalamPeradilanTataUsahaNegara”,JurnalKom
pilasiHukum, Volume 1. No. 1.
HusniTamrin,2011,PembuatanAktaPertanahanolehNotaris,JurnalIlmuHukumVolume 2
Nomor 1
23
Iga Gangga Santi Dewi, 2010, Peran Camat Selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah(PPAT)
Dalam Jual BeliTanah, JurnalIlmu Hukum, Volume 5, Nomor2.
IndahAyu Wulan Rismayantih, 2016, Tanggung Jawab Pejabat Pembuat AktaTanah
(PPAT) Terhadap Pendaftaran Peralihan Hak Atas Tanah, JurnalIlmuHukum,
Volume 3,Nomor1.
Istanti, 2017, Akibat Hukum Dari Akta Jual Beli Tanah Dihadapan PPAT yangDibuat
Tidak Sesuai dengan Prosedur Pembuatan Akta PPAT, JurnalAkta,Volume194,
Nomor2.
La Sina, 2010 “Kedudukan Keputusan Tata Usaha Negara Dalam Sistem
HukumDiIndonesia”, Jurnal Pro Justita. Volume 28 No. 1.
MariaSWSumardjono,TanahDalamPerspektifHukumEkonomiSosialdanBudaya,Jurnal
Hukum, Volume2, Nomor2.
Muzakkir Abubakar. 2013,Pembatalan Perjanjian Jual BeliTtanah
MeskipunTelahMemilikiAktaJualBeliTanahDariPPATOlehPengadilanNegeri(
studipenelitianputusandipengadilannegeribireuennomor:11/ pdt.g / 2008 / pn-
bir, tanggal 23 februari 2009), Jurnal Ilmu Hukum,Volume2, Nomor 1.
Nastasya Shinta Devi 2016,Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak YangAkta Jual
Belinya Diakui Cacat Oleh Pihak Notaris, Jurnal Privat LawVolume7, Nomor
1.
PipitSaputriUtami,2019,PertanggungjawabanNotaris/PPATterhadapAktaPemindahan
HakatasTanahdan/atauBangunanyangBPHTB-nyaBelumDibayar, Jurnal
WawasanYuridika, Volume 3, Nomor2.
Rafiq Adi Wardana, 2016, Pembatalan Akta Jual Beli PPAT Yang Cacat HukumDengan
Putusan Pengadilan (Studi Kasus Putusan Pengadilan
TinggiTanjungkarangNo.17/Pdt.G/2012/PT.TK),JurnalRepertorium,Volume5,
Nomor 1.
Rahmad Hendra, 2014, Tanggung Jawab Notaris Terhadap Akta Otentik
YangPenghadapnya Mempergunakan Identitas PalsuDi
Pekanbaru,JurnalIlmuHukum, Volume 3,Nomor1.
Randang S. Ivan. 2016. "Tinjauan Yuridis Tentang Peranan Identitas
DomisiliDalamMenentukanKompetensiRelatifPengadilan".JurnalLexPrivatu
m. Volume 4, Nomor 1.
Randi S. Ivan, 2016. "Tinjauan Yuridis Tentang Peranan Identitas Domisili
DalamMenentukanKompetensiRelatifPengadilan".JurnalLexPrivatum.Volum
e4, Nomor 1.
24
RezaFebriantina,2010,KewenanganPejabatPembuatAktaTanah(PPAT)DalamPembuata
20
nAktaOtentik,JurnalIlmuHukum,Volume3,No.1.
RudiIndrajayadanIkaIkamassari,2015,KedudukanAktaIzinRoyaHakTanggungansebagai
PenggantiSertifikatYangHilang,JurnalIlmuHukum,Volume 1, Nomor 2.
Sancaya,I.W.W.2013.KekuatanMengikatPerjanjianNomineedalamPenguasaan Hak
Milik Atas Tanah. Jurnal Magister Hukum Udayana(UdayanaMaster Law
Journal), Volume 2, Nomor 3.
Santosa, K., & Hanim, L. 2017. Perlindungan Hukum Bagi Pihak-Pihak
YangBeritikadBaikDalamPermbatalanPerjanjianJualBeliTanahDanBngunan(
StudiKasus Nomor29/Pdt.G/2014/PN.Wsb).JurnalAkta,Volume4, Nomor 2.
SoejonoSoekamto,1997,KesadaranhukumdankepatuhanHukum,JurnalRepertorium,Vol
ume 7,No.6, hlm 3.
SriEndahWahyuNingsih,2017,PrinsipBagiNotarisdalamMenjalankanProfesinya,Jurnal
Akta, Volume3, Nomor1.
C. Internet
http://unpashukum.blogspot.com/2014/12/dasar-hukum-danpengertiannya.htmldiakses
25