Anda di halaman 1dari 30

PEMBATALAN AKTA JUAL BELI TANAH AKIBAT KESALAHAN PPAT YANG

CACAT HUKUM DENGAN PUTUSAN PENGADILAN BERDASARKAN PUTUSAN

PERDATA NO. 161/PDT.G/2007/PN MDN

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

Melisa Ensiana Wongso

20071101317

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN

TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

FAKULTAS HUKUM

MANADO

2023
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI

Skripsi dengan judul“Pembatalan Akta Jual Beli Tanah Akibat Kesalahan PPAT yang

Catat Hukum dengan Putusan Pengadilan berdasarkan Putusan Perdata

NO.161/PDT.G/2007/PN MDN” yang ditulis oleh Melisa Ensiana Wongso, Nim:

20071101317, telah disetujui dan diterima untuk di Uji pada Ujian Skripsi Fakultas Hukum

Universitas Sam Ratulangi.

Manado, November 2023

DOSEN PEMBIMBING

Harly Stanly Muaja SH,MH Djefry Welly Lumintang SH,MH


NIP.196212071990031003 NIP. 196601031992031004

Mengetahui/Menyetujui

Dekan Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi,

Dr. Emma V. T. Senewe, SH, MH


NIP.196307141990032002

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena hanya

dengan penyertaan dan pertolonganNya sehingga penulis dapat memperoleh kekuatan

dan kemampuan dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi yang berjudul “Pembatalan Akta Jual Beli Tanah Akibat

Kesalahan PPAT Yang Cacat Hukum Dengan Putusan Pengadilan Berdasarkan

Putusan Perdata No. 161/PDT.G/2007PN MDN” disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sam

Ratulangi, Manado.

Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit kendala yang penulis hadapi, namun berkat

bantuan doa dan dukungan yang penulis dapatkan dari berbagai pihak, maka penulisan

skripsi ini bisa diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini patutlah kiranya penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Emma V T Senewe, SH, MH selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sam

Ratulangi Manado.

2. Para Wakil Dekan Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi Manado, masing-masing:

- Bapak Dr. Dani R Pinasang, SH, M.Hum selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan

Kerjasama.

- Ibu Dr.Caecilia J J Waha, SH, MH selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan

- Ibu Debby Telly Antow, SH, MH selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan

Alumni

iii
3. Para Dosen Pembimbing Skripsi yang berkat arahan mereka, sehingga penulis dapat

dirangkum dengan baik, masing-masing :

- Bapak Harly Stanly Muaja SH,MH selaku Dosen Pembimbing Skripsi I.

- Bapak Djefry Welly Lumintang SH,MH selaku Dosen Pembimbing Skripsi II.

4. Seluruh Staf Dosen Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi, yang telah membimbing

penulis selama studi di Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi Manado.

5. Orang tua dan segenap keluarga besar (Papa, Mama, Ku Mei, Om Oni, Oma Eng,

Monica dan Marcel) yang telah senantiasa memberikan perhatian, dorongan dan kasih

sayang serta doa untuk keberhasilan penulis.

6. Sahabat-sahabat selama perkuliahan (Christian, Jilly, Gisell, April, Bella, Riri,

Lily,Natasya,dan Cinta) yang selalu memberikan motivasi dan dukungan di dalam

menjalani perkuliahan.

7. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

memberikan doa dan dukungan, penulis ucapkan banyak terima kasih.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak mungkin sempurna, pasti masih terdapat

banyak kekurangan atau kesalahan teknis maupun non teknis. Oleh karena itu, penulis

dengan kerendahan hati menerima segala kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis

Melisa Ensiana Wongso

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI ........................................ ii


KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A.Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 12
D.Metode Penelitian.................................................................................... 12
1. Jenis Penelitian .................................................................................... 12
2. Sumber Data ........................................................................................ 13
3. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 13
E. Sistematika Penulisan .............................................................................. 14

BAB II .............................................................................................................. 16
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 16
A.Hukum Pertanahan dan Hak atas Tanah ................................................... 16
1. Pengertian Hukum dan Hak atas Tanah ................................................ 16
2. Hak Penguasaan Atas Tanah................................................................. 18
3. Jenis-Jenis Hak Tanah ............................................................................. 19
B. Prosedur Pembatalan Hak atas Tanah....................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 22

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu perbuatan hukum yang dilakukan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang

selanjutnya disebut PPAT adalah dalam hal jual beli.Jual beli merupakan salah satu

upaya dalam perolehan hak atas tanah Pemindahan hak/Peralihan hak,yang merupakan

suatu perbuatan hukum dengan bertujuan memindahkan hak, antara lain: jual beli,

hibah, tukar menukar, pemisahan dan pembagian harta bersama dan pemasukan dalam

perusahaan atau inbreng.1Pelaksanaan jual beli hak atas tanah harus dilakukan

dihadapan PPAT. Hal inisebagai bukti bahwa telah terjadi jual beli sesuatu hak atas

tanah sudah sesuaidengan ketentuan hukum dan PPAT membuat Akta Jual Belinya yang

kemudian di ikuti dengan pendaftarannya pada Kantor Pertanahan setempat yang sesuai

dengan lokasi keberadaan tanah yang menjadi obyek jual beli tersebut.2Secara umum

jual beli ada yang dilakukan secara lisan dan adapula yang dilakukan secara lisan

biasanya dilakukan karena para pihak yang menganggap jual belinya telah selesai atau

tuntas dan tidak perlu dijadikan sebagai semacam alat bukti.Sedangkan jual beli yang

dibuat secara tertulis oleh para pihak dengan tujuan untuk dijadikan sebagai alat bukti,

baik ada sengketa maupun tidak jual beli dilakukan secara tertulis adapula yang

dilakukan dibawah tangan, akan tetapi ada pula yang dilakukan

1
Sancaya,I.W.W.2013.KekuatanMengikatPerjanjianNomineedalamPenguasaan Hak Milik Atas
Tanah. Jurnal Magister Hukum Udayana (Udayana Master LawJournal),Vol.2(3).hlm.6
2
Baharudin. 2016. “Kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) DalamProses Jual Beli
Tanah”. Jurnal Keadilan Progresif, Vol. 5 No.1, Fakultas Hukum UniversitasBandar Lampung, hlm.151

1
maupun tidak jual beli dilakukan secara tertulis adapulayang dilakukan

dibawah tangan, akan tetapi ada pula yang dilakukan secaranotariil, tergantung dari

seberapa jauh nilai dan kepentingan jual beli tersebut bagi para pelakunya.3

Demikian juga halnya mengenai penerbitan sertipikat hak milik atas tanah yang

dibuat berdasarkan akta jual beli, sebelum sertipikat hak milik ituditerbitkan, maka

harus didahului pengumuman selama 30 hari untuk pendaftaran tanah secara

sistematik dan 60 hari untuk pendaftaran tanah secara sporadisse bagaimana diatur

dalam Pasal 26 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah (PPPendaftaranTanah), untuk memberi kesempatan kepada pihak-pihak

tertentu mengajukan keberatan, sebelum sertipikat hak milik atas itu diterbitkan, yang

mengandung arti pula bahwa sertifikat hak milik atas tanah itu, tidak saja diberikan

kekuatan hukum akan tetapi juga diberikan kekuatan mengikat, sebagaimana halnya

sebuah akta otentikyang diberi kekuatan sempurna dan mengikat (volledig en bindende

bewijskracht) kepada para pihak mengenai apa yang tercantum didalamnya dan kepada

hakimapabiladigunakan sebagai alat bukti.4

Seorang Notaris adalah sama halnya dengan masyarakat umum seperti

biasanya, akan tetapi dalam jabatannya sebagai pejabat umum yang melekat banyak

sekali tugas dan wewenangnya sehingga tidak seperti orang biasa yang tidak dapat

dijumpai pada orang kebanyakan sehingga dalam kedudukannyatersebut notaris harus

selalu mengingat dan memperhatikan etika yang melekat pada jabatannya.5

Di dalam kehidupan bersama di dalam masyarakat sejak dulu kala anggota-anggota

masyarakat itu telah mengenal adanya penukaran barang-barang dan jasa, sejak itu

2
pula telah terjadi sebuah perjanjian-perjanjian dimana masing-masing anggota

masyarakat saling mengikatkan dirinya.6Perbuatan jual beli tanah terjadi dengan

dibuatnya suatu akta jual beli yang dilakukan di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah

(PPAT).Namun demikian, akta jual beli tanah tersebut menurut hukum sepanjang tidak

memenuhi syarat-syarat sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1320 KUH

Perdata, maka terhadap akta tersebut dapat terjadi kebatalan, yang dalam lapangan

ilmu hukum perdata dikenal ajaran mengenai kebatalan akta tersebut, yaitu kebatalan

mutlak (absolutenietigheid) dan kebatalan nisbi (relatiefnietigheid). Pembedaan kedua

jenis kebatalan ini terkait dengan akibat yang dapat muncul dari hubungan hukum yang

tercipta.7Perbuatan jual beli tanah terjadi dengan dibuatnya suatu akta jual beli yang

dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Namun demikian, akta jual

beli tanah tersebut menurut hukum sepanjang tidak memenuhi syarat-syarat

sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata, maka terhadap akta

tersebut dapat terjadi kebatalan, yang dalam lapangan ilmu hukum perdata dikenal

ajaran mengenai sebuah perjanjian atau persetujuan bukan saja mengenai segala hal

yang telah secara jelas diperjanjikan, tetapi juga menyangkut pada hal-hal yang

berdasarkan atas sifat dari persetujuan itu sendiri dapat dituntut atas dasar kebiasaan,

keadilan, dan juga atas dasar undang-undang.

3 Nastasya Shinta Devi 2016,Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Yang


AktaJualBelinyaDiakuiCacatOleh PihakNotaris,JurnalPrivat LawVol.7 No..1,hlm.12
4
YahyaHarahap2014,HukumAcaraPerdataTentangGugatan,Persidangan,Penyitaan,
Pembukuandan PutusanPengadilan, CetakanKesembilan, SinarGrafika,Jakarta,hlm.545.
5
Ida Ayu Wulan Rismayanthi. 2016. “Tanggungjawab Pejabat Pembuat Akta
Tanah(PPAT)TerhadapPendafataranPeralihanHakAtasTanahYangMenjadiObjekSengketa”.Jurnal
Ilmiah Prodi Magister Kenotariatan 2016. Denpasar : Program Magister
KenotariatanUniversitasUdayana,Volume.1, hlm.82.

3
Mengenai syarat-syaratyang terkandung dalam sebuah perjanjian, meskipun

tidak tercantum secara jelasdan tegas dalam perjanjian tersebut, apabila sudah

merupakan sebuah kebiasaan,maka syarat-syarat tersebut haruslah dianggap sudah

tercantum didalam sebuahperjanjian tersebut. Perjanjian mengikat para pihak yang

membuatnya dan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak (KUHPerdata

Pasal 1338). Namun terdapat pembatasan mengenai hal tersebut, khususnya dalam

hukum pertanahan,yaitu adalah selama persetujuan atau perjanjianyang dilakukan

tersebut telah mengikuti dan sesuai dengan aturan-aturan didalam UUPA.

Kesepakatan didalam sebuah perjanjian dianggap telah terjadi pada saat salah satu

pihak telah menerima atau menyanggupi penawaran (offerte) yang diberikan oleh

pihak lainnya. Sebuah perjanjian yang telah dibuat tidak bisa dibatalkan begitu saja

dari satu pihak tanpa adanya persetujuan dari pihak lainnya.Dalam perjanjian sangat

perlu agar diketahui, hal ini sehubungan dengan apabila terjadinya perubahan atas

aturan perundang-undangan terkait yang dapat membawa dampak terhadap

perjanjian itu sendiri. Contohnya adalah mengenai peralihan sebuah risiko di dalam

sebuah perjanjian jual beli.8Dalam rangka menjaga agar kesepakatan itu tetap

terlaksana dengan baik sementara persyaratan yang diminta bisa tetap dapat di urus,

maka biasanya pihakyang akan melakukan jual beli menuangkan kesepakatan awal

dalam PerjanjianPerikatan Jual Beli (PPJB).

7
Budi Sunanda, dkk, 2013, Pembatalan Perjanjian Jual Beli Tanah Meskipun TelahMemiliki
Akta Jual Beli Tanah Dari PPAT Oleh Pengadilan Negeri (Studi Penelitian PutusandiPengadilan Negeri
Bireuen Nomor: 11 / Pdt.G / 2008 / PN-BIR, tanggal 23 Februari 2009),JurnalIlmu Hukum, Volume
2, No.1, hlm.108.

4
Dengan bantuan notaris para pihak yang membuatperjanjian pengikatan jual

beli akan mendapatkan bantuan dalam merumuskanhal-hal yang akan diperjanjikan.

Namun suatu perjanjian tidak selamanya dapat berjalan sesuai dengan kesepakatan

yang diinginkan oleh para pihak. Dalam kondisi-kondisi tertentu dapat ditemukan

terjadinya berbagai hal atau semacam hal, yang akan berakibat suatu perjanjian akan

mengalami pembatalan ,baik dibatalkan oleh para pihak maupun atas perintah

pengadilan. Dengan demikian peralihan hak atas tanah tidak dapat dilakukan begitu

saja tanpa memenuhi semacam persyaratan yang telah ditetapkan oleh peraturan

perundang-undanganyangberlaku.10

Masalah tanah dalam pembangunan amat luas dan menyangkut banyaksegi

kehidupan manusia dalam masyarakat yang bersifat politis, hukum, sosialekonomi.

Maka dari itu banyak alasan yang menjadi pembatalan akta hak atas jualbeli tanah

yang akan membatalkan akta otentik yang di buat di hadapan PPATtersebut. 11

Perjanjian pengikatan jual-beli (PPJB) hak milik atas tanah adalah

suatuperbuatan hukum yang mendahului proses peralihan hak milik atas tanah.

PPJBmerupakanperjanjianyangdilakukanolehpenjualdanpembelisebelumpelaksanaan

jualbeli,halinidikarenakanadanyaunsur-unsuryangharusdipenuhi untuk jual beli

tersebut.Dalam hal PPJB tanah, permasalahan yang mungkin akan muncul akibat

belum terpenuhinya unsur-unsurjual beli yaitu sertifikat tanah yang belum jadi secara

sempurna karena sedang dalam

8
Santosa,K.,&Hanim,L.2017.PerlindunganHukumBagiPihak-
PihakYangBeritikadBaikDalamPermbatalanPerjanjianJualBeliTanahDanBngunan(StudiKasusNomor29/Pd
t. G/2014/PN.Wsb).JurnalAkta,Vol.4, No.2,167-173.hlm.168.
9
Randang S. Ivan. 2016. "Tinjauan Yuridis Tentang Peranan Identitas Domisili DalamMenentukan
KompetensiRelatifPengadilan". JurnalLexPrivatum.Vol.4/No.1.hlm.122

5
melewati tahap demi tahap atau proses demi proses, atau belum terjadi pelunasan

pembayaran terhadap tanah tersebut, atau belum melakukan pembayaran atas pajak-

pajak yang dikenakan terhadap jual beli tanah tersebut. Dalam PPJB ditentukan, ataukah

adanya tunggakan utang piutang oleh orang yang, para pihak yang bersangkutan

tersebut yang akan melakukan jual beli sudah terikat dan mempunyai hak dan kewajiban

untuk menaati perjanjian.12

Akta jual beli tanah menurut hukum sepanjang tidak memenuhi syarat-syarat

sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1320 yang berisi dari KUHPerdata, maka

terhadap akta tersebut dapat terjadi suatu hal yaitu pembatalan, pembatalan adalah

pernyataan batalnya suatu tindakan hukum, perbuatan hukum ataukah perbuatan hukum

atas tuntutan dari para pihak-pihak yang ditunjuk oleh undang-undang dibenarkan untuk

menuntut pembatalan syarat tersebut.13Menurut Pasal 1321 KUHPerdata bahwa tiada

sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan, atau diperolehnya

dengan paksaan atau penipuan. Seorang notaris wajib untuk menjelaskan kepada

siapapun yang menghadap agar perbuatan dan tindakan notaris tersebut sesuai dengan

peraturan yang ada.

10
RahmatSetiawan,2005, Pokok-PokokHukumPerikatan,PutraAbardin,Bandung, hlm5.
11
TengkuErwinsyahbana.2017.“PertanggungjawabanYuridisDireksiterhadapRisiko
KerugianKeuanganDaerahpadaBadanUsahaMilikDaerah”.DeLegaLataJurnalIlmuHukum. Januari-Juni.
Medan, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Vol.2.No. 1.hlm.298
12
Dewi, R.P. dan Purwadi. H, 2017 "Pembatalan Akta Perjanjian Pengikatan Jual
BeliAkibatWanprestasi(StudiKasusPutusanNomor:200/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Sel)."JurnalRepertorium,Vol
ume 2, No. 1, 143-151, hlm.143.
13
Fitria Hudaningrum. 2014. “Hubungan Antara Asas Kebebasan Berkontrak, Pacta
SunServanda, dan Itikad Baik”. Jurnal Repertorium. Edisi 2 Juli-Desember 2014. Surakarta:
ProdiKenotariatan.FakultasHukumUniversitasSebelasMaret, Vol.2.No.1 hlm.104.

6
Apabila para pihak menganggap akta notaris tersebut tidak sesuai dengan yang

diharapkan, maka pihak-pihak terkait dapat datang bersama kehadapan notaris yang

bersangkutan agar akta tersebut selanjutnya dapatdi batalkan. Di dalam tatanan hukum

kenotariatan, terkait dengan akta, apabila suatu akta di kemudian hari di

permasalahkan oleh para pihak, maka pihak-pihak terkait dapat menghadap ke notaris

yang bersangkutan untuk membatalkan aktayang pernah dibuatnya, sehingga para

pihak yang terkait tidak lagi terikat dengan isi dari akta yang dibatalkan tersebut,

namun pihak-pihakyang bersangkutan harus bersedia untuk bertanggung jawab

terhadap akibat-akibat yang akan terjadi dengan dibatalkannya akta tersebut. Di dalam

sebuah keadaan tertentu apabila terjadi cacat tertentu didalam sebuah perjanjian, maka

perjanjian tersebut akan dianggap batal demi hukum. Sebuah perbuatan hukum yang

memiliki cacat tetapi yang menentukan sah atau dianggap batal tergantung kepada

keingingan dari orang tertentu sehingga perbuatan hukum tersebut dapat dibatalkan.

Syarat batalnya dianggap tercantum didalam persetujuan-persetujuan yang memiliki

timbal balik, ketika satu pihak tidak menjalankan kewaajibannya. Ketika terjadi hal

seperti itu, persetujuan bukanlah batal demi hukum, namun pembatalan yaperlu

dimintakan kepada hakim. Pembatalan berlaku sejak putusan hakim yang memperoleh

kekuataan hukum yang tetap.14

Perbuatan hukum yang mengakibatkan peralihan hak atas tanah serta harus

didaftarkan balik namanya adalah perbuatan hukum jual-beli dimana aktanya dibuat

dalam AJB yang dibuat oleh PPAT yang biasa disebut denganAJB balik nama, AJB

tersebut selanjutnya digunakan sebagai alat pendaftaran peralihan hak atas tanah

terkait perjanjian jual beli hak milik atas tanah, pihak penjual mengalihkan hak milik

7
atas tanahnya kepada pembeli yang sebelumnya telah ditentukan dan sesuai

kesepakatan yang disepakati dan dicantumkan dalam perjanjian jual beli. Perjanjian

tersebut terkait dengan Pasal 1320 KUHPerdata tentangsyarat sahnya suatu perjanjian

yang menentukan.15Tanggung Jawab PPAT ialah membuat akta tanah seperti

menyusun akta tanah yang sesuai dengan ketentuan hukum dan administratif yang

berlaku yang disebut APHT (Akta Pemberian Hak Tanggungan ). APHT dalam

konteks hukum benda, APHT adalah dokumen yang digunakan dalam proses

pemberian hak tanggungan atas suatu benda.

Tanggung Jawab PPAT ialah membuat akta tanah seperti menyusun akta tanah

yang sesuai dengan ketentuan hukum dan administratuf yang berlaku yang disebut

APHT (Akta Pemberian Hak Tanggungan ). APHT dalam konteks hukum benda,

APHT adalah dokumen yang digunakan dalam proses pemberian hak tanggungan atas

suatu benda.

Dasar hukum adalah norma hukum atau ketentuan dalam peraturan perundang-

undangan yang menjadi landasan atau dasar bagi setiap penyelenggaraan atau tindakan

hukum oleh subyek hukum baik orang perorangan atau badan hukum. Selain itu

dasar hukum juga dapat berupa norma hukum atau ketentuan dalam peraturan

perundang-undangan yang menjadi landasan atau dasar bagi pembentukan peraturan

perundang- undangan yang lebih baru dan atau yang lebih rendah derajatnya dalam

hirarkiatau tata urutan peraturan perundang-undangan. Bentuk yang disebut terakhir

ini juga biasanya disebut sebagai landasan yuridis yang biasanya tercantum dalam

considerans peraturan hukum atau surat keputusan yang diterbitkan oleh lembaga-

lembaga tertentu. Akta Jual Beli adalah bentuk perjanjian pengikatan atas perbuatan

8
hukum jual beli, di mana perjanjian yang dituangkan dalam akta tersebut dapat diuji

kebenaran dan keabsahannya oleh Pengadilan berdasarkan kewenangan yang ada

pada Pengadilan tersebut. Putusan Pengadilan dalam membatalkan perjanjian

jual beli yang diikat dengan akta jual beli yang dikeluarkan olehPPAT adalah

merupakan bentuk putusan yang bersifat declaratoir. Hak Atas Tanah adalah hak yang

memberi wewenang kepada pemegang haknya untuk mempergunakan atau

mengambil manfaat dari tanah yang dihaki. Perkataan mempergunakan mengandung

pengertian bahwa hak atastanah digunakan untuk kepentingan pertanian, perikanan

peternakan dan perkebunan.

PPAT adalah dipertahankannya keluhuran martabat atau tugas jabatan Camat

demi kepentingan masyarakat sebagai pemakai jasa Camat selaku PPAT dan demi

integritas jabatan sebagai suatu jabatan kepercayaan serta pada akhirnya juga demi

ketertiban hukum di masyarakat. PPAT bertanggung jawab memeriksa syarat-syarat

untuk sahnya perbuatan hukum yang bersangkutan, seperti mencocokan data yang

terdapat dalam sertifikat dengan daftar-daftar yang ada di kantor pertanahan, namun

dalam putusan No. 161/Pdt.G/2007 PN Mdn terdapat kekeliruan dari PPAT sehingga

menyebabkan aktanya dinyatakan cacat hukum.

Dasar hukum PPAT diatur dalam UUPA, Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan

dengan Tanah (UU Hak Tanggungan), Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021

tentang Hak Pengelolaan, Hak atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran

Tanah (PP NO.18 Tahun 2021), Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan

9
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PP No. 24 Tahun 2016) dan Peraturan Menteri Negara

Agraria/Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan

Pemerintah No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan PPAT (PMNA No. 1 Tahun

2006). PPAT merupakan pejabat umum. Untuk itu, akta yang dibuatnya diberi

kedudukan sebagai Akta Otentik. Sebagai Akta Otentik, Akta PPAT mempunyai

kekuatan pembuktian yang sempurna. Oleh karena itu, tata cara terbitnya Akta

PPAT sebagai Akta Otentik sangatlah menentukan. Apabila pihak yang

berkepentingan dapat membuktikan adanya kecacatan dalam bentuknya karena adanya

kesalahan atau ketidaksesuaian dalam tata cara pembuatannya, maka akan

mengakibatkan timbulnya risiko bagi kepastian hak yang timbul atas dasar akta

tersebut.

Berdasarkan Pasal 1 Ayat (1), (2) dan (3) PP Nomor 24 tahun 2016 Tentang

Perubahan atas PP Nomor 37 tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pembuat Akta

Tanah, PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta

otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik

atas satuan rumah susun, PPAT Sementara adalah Pejabat Pemerintah yang ditunjuk

karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT di

daerah yang belum cukup terdapat PPAT, PPAT Khusus adalah pejabat Badan

Pertanahan Nasional yang ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan tugas

PPAT dengan membuat akta PPAT tertentu khusus dalam rangka pelaksanaan

program atau tugas pemerintah tertentu.

10
PPAT mempunyai peranan besar dalam peralihan hak atas tanah karena

memiliki tugas membantu Kepala Kantor Pertanahan dalam rangka melaksanakan

kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya

perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah yang merupakan akta otentik.

Sebagai akta otentik akta PPAT haruslah memenuhi tata cara pembuatan akta PPAT

sebagaimana yang ditentukan oleh Undang-Undang dan peraturan- peraturan lainnya.

Pembuatan akta yang tidak sesuai dengan tata cara pembuatan akta PPAT dapat

membuat suatu akta batal demi hukum dan akan mengakibatkan kerugian bagi salah

satu pihak dalam akta tersebut.

PP No. 24 Tahun 2016 menyatakan bahwa PPAT dapat merangkap jabatan

sebagai Notaris. Namun, PPAT dilarang merangkap jabatan atau profesi sebagai:

advokat dan konsultan atau penasehat hukum, pegawai negeri, pegawai BUMN,

pegawai BUMD, pegawai swasta, pejabat negara atau pegawai pemerintah dengan

perjanjian kerja (PPPK), pimpinan pada sekolah, perguruan tinggi negeri, atau

perguruan tinggi swasta, surveyor berlisensi, penilai tanah, mediator dan Jabatan

lainnya yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan.

14
Ardianti, M., & Handayani, I. G. A. K. R. 2018.Penyalahgunaan
WewenangPenerimaKuasaDalamPerjanjianPerikatanJualBeliTanahDanKuasaMenjual(PutusanNom
or:173/K/Pdt/2012). JurnalRepertorium. Vol. 5(1).hlm.179.

11
B. Rumusan Masalah
Dari beberapa uraian yang telah penulis kemukakan maka yang menjadi

pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimana proses pembatalan akta tanah akibat cacat hukum?

2. Bagaimana pertanggungjawaban hukum bagi PPAT terhadap kesalahan yang

dibuatnya?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menjelaskan :

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis proses

pembatalan akta tanah atas akta yang cacat hukum.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bentuk

pertanggungjawaban PPAT atas akta yang cacat hukum yang disebabkan

olehnya.

D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah jenis penelitian Yuridis Normatif. Jenis
penelitian Yuridis Normatif biasa disebut sebagai penelitian hukum doktriner atau
penelitian perpustakaan.20

Dinamakan penelitian hukum doktriner dikarenakan penelitian ini hanya ditujukan


pada peraturan–peraturan tertulis sehingga penelitian ini sangat erat hubungannya
pada perpustakaan karena akan membutuhkan data-data yang bersifat sekunder pada
perpustakaan.21

12
2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data sekunderyaitu bahan
pustaka yang diperoleh penulis mencakup dokumen – dokumenresmi,buku –buku
perpustakaan, peraturan perundang–undangan, karyai lmiah, artikel– artikel, serta
dokumen – dokumen yang berkaitan dengan materi penelitian.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Sekunder yaitu data yang
diperoleh dari berbagai sumber literatur hasil penelitian dalam bentuk jurnal dan dari
bahan–bahan pustaka yang mempunyai kekuatan hokum mengikat.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian hukum ini teknik pengumpulan data yang digunakanadalah Data
Sekunder. Pengumpulan data sekunder melalui studi pustaka (libraryresearch) ini
dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data yang berhubungan
dengan penelitian penulis. Data- data tersebut diperoleh dari buku –buku kepustakaan,
peraturan perundang–undangan, menjelajahi internet, dan dokumen –dokumen
lainnya.Dalam hal ini penulis mencari buku–buku yang ada relevansi dengan
penelitian.

Data sekunder dikelompokkan menjadi 3 jenis bahan hukum,yaitu:

1) Bahan HukumPrimer
Bahan hukum primer adalah bahan hukumyang mengikat atau bahan yang terkait
erat dengan permasalahan yang diteliti,meliputi :
a) KitabUndang–UndangHukumPerdata
b) Hukum Agraria dan Undang-Undang Pokok Agraria(UUPA)
c) Yurisprudensi Mahkamah Agung
2) Bahan HukumSekunder
Bahan hokum sekunder, yaitu member penjelasan mengenai badan hukum primer,
yaitu :
a) Buku–buku yang berkaitan dengan judul dan permasalahan yang akan di kaji
dalam penulisan skripsi ini.

13
b) Hasil penelitian dan karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan penulisan skripsi
ini.
c) Makalah–makalah seminar terkait penulisan skripsi ini.
d) Jurnal hokum dan literature yang terkait dengan penulisan skripsi.
3) Bahan HukumTersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk atau penjelasan
terhadap bahan hokum primer dan sekunder,yaitu:
a) Kamus Hukum
b) Kamus Besar Bahasa Indonesia
4) Analisa Data
Data yang sudah diperoleh dari sumber hukum yang dikumpulkan diklasifikasikan,

yang kemudian dianalisis secara kualitatif, artinya menguraikan data secara

bermutu dalam bentuk kalimat yang sistematis, logis dan efektif, sehingga

memudahkan interpretasin data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang

sistematis, logis dan efektif, sehingga memudahkan interpretasi data dan

pemahaman hasil analisis. Yang kemudian dapat ditarik kesimpulan dengan

menggunkan metode deduktif, yakni berpikir dari hal yang umum menuju kepada

hal yang khusus atau spesifik dengan menggunakan pendekatan normatif yang

dapat membantu menjawab permasalahan dalam penelitian.

E. Sistematika Penulisan\

BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, ruang lingkup dan tujuan penelitian,

dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini menjabarkan tentang teori-teori yang memperkuat peneliti tentang tinjauan

umum tentang pendaftaran tanah, tinjauan umum tentang fungsi akta otentik dan

14
tinjauan umum tentang pembatalan akta jual beli tanah,serta hal-hal yangberkenaan

dengan penelitian ini.

BAB III PEMBAHASAN


Pada bab ini berisi tentang alasan hukum yang dapat membatalkan akta jual beli hak

atas tanah dan akibat hukum dari akta jual beli tanahyang tidak dibuat di hadapan

PPAT

BAB IV PENUTUP
Pada bagian ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan sarandari

pembahasan yang telah diuraikan diatas proses pembatalan akta jual beli tanah dan

akibat hukum dari pembatalan akta jual beli tanah.

15
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hukum Pertanahan dan Hak atas Tanah

Hukum pertanahan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960

tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (selanjutnya disingkat UUPA).Dalam

UUPA sampai saat ini masih dipandang sebagai parameter hukum tanah nasional,

UUPA mengatur hampir semua hak-hak atas tanah sebagaimana yang diatur dalam

Pasal 16 UUPA kecuali hak pengelolaan diatur dalam Undang- Undang Nomor 11

Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021

tentang Hak Pengelolaan, Hak atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran

Tanah. Namun demikian, UUPA tidak memberi pengertian secara eksplisit tentang

hukum pertanahan.

1. Pengertian Hukum dan Hak atas Tanah

Dalam ruang lingkup hukum agraria dipaparkan mengenai pengertian hukum tanah.

Tanah merupakan bagian dari bumi yang disebut permukaan bumi. Tanah yang

dimaksud bukan mengatur tanah dalam segala aspek, melainkan hanya mengatur

salah satu aspekya, yaitu tanah dalam pengertian yuridis yang disebut hak. Dengan

demikian bahwa tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi,sedangkan

hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi.22 Hukum tanah

sebutan “tanah” dipakai dalam arti yuridis, sebagai suatu pengertian yang telah

diberi batasan resmi oleh UUPA. Pasal 4 UUPA menyatakan bahwa atas dasar hak

menguasai dari negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya

16
macam-macam hak atas permukaaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat

diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-

sama dengan orang lain serta badan-badan hukum.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa tanah dalam pengertian

yuridis adalah permukaan bumi. Makna permukaan bumi yaitu sebagai bagian dari

tanah yang dapat dihaki oleh setiap orang atau badanhukum. Oleh karena itu, hak-

hak yang timbul di atas hak atas permukaan bumi termasuk di dalamnya bangunan

atau benda-benda yang terdapat di atasnya merupakan suatu persoalan hukum.

Persoalan hukum yang dimaksud adalah persoalan yang berkaitan dengan

dianutnya asas-asas yang berkaitan dengan hubungan antara tanah dengan tanaman

dan bangunan yang terdapat di atasnya.23 Hukum tanah adalah keseluruhan

peraturan-peraturan hukum baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur

hak-hak penguasaan atas tanah yang meruakan lembaga-lembaga hukum dan

hubungan-hubungan hukum yang konkret.24. Objek hukum tanah adalah hak

penguasaan atas tanah yaitu hak yang berisi serangkaian wewenang, kewajiban dan/

atau larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang

dihaki.24

Hak atas tanah menurut Pasal 1 Ayat (4)Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun

2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan

Pendaftaran

21
UripSantoso,HukumAgraria:KajianKomprehensif,Op.Cit.,hlm9.
22
Supriadi,HukumAgraria,Jakarta:SinarRafika,2007,hlm3.
23
EffendiPerangin,HukumAgrariadiIndonesia:SuatuTelaahdariSudutPandang Praktisi Hukum,
Jakarta: Rajawali, 1989, hlm.195.

17
Tanah adalah hak yang diperoleh dari hubungan hukum antara pemegang hak dengan

tanah, termasuk ruang di atas tanah, dan atau ruang di bawah tanah untuk menguasai,

memiliki, menggunakan, dan memanfaatkan, serta memelihara tanah, ruang di atas

tanah, dan/atau ruang di bawah tanah.Hak atas tanah menurut Pasal 1 Ayat (4)Peraturan

Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak atas Tanah, Satuan

Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah adalah hak yang diperoleh dari hubungan hukum

antara pemegang hak dengan tanah, termasuk ruang di atas tanah, dan atau ruang di

bawah tanah untuk menguasai, memiliki, menggunakan, dan memanfaatkan, serta

memelihara tanah, ruang di atas tanah, dan/atau ruang di bawah tanah. Peraturan

Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak atas Tanah, Satuan

Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah yang pada dasarnya merupakan salah satu

turunan dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yang mana

berkaitan dengan hak pengelolaan atas tanah oleh pemerintah.

2. Hak Penguasaan Atas Tanah

Ruang lingkup bumi menurut Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) adalah

permukaan bumi, dan tubuh bumi dibawahnya dan yang berada dibawah air. Permukaan

bumi sebagai bagian dari bumi juga disebut tanah. Tanah yang dimaksud di sini bukan

mengatur tanah dalam segala aspeknya, melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya,

yaitu tanah dalam pengertian yuridis yang disebut hak penguasaan atas tanah.25Hak

penguasaan atas tanah berisi serangkaian wewenang, kewajiban dan/atau larangan bagi

pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang dihaki. Sesuatu

yangboleh, wajib, atau dilaranguntuk diperbuat, yang merupakan isi hak penguasaan

18
itulah yang menjadi kriterium atas tolak ukur pembeda di antara hak-hak penguasaan

atas tanah yang diatur dalam hukum tanah. 26

Menurut Boedi Harsono peraturan hak-hak penguasaan atas tanah dalam hukum tanah

dibagi menjadi menjadi dua yaitu:27

a. Hak penguasaan atas tanah sebagai lembaga hukum, hak penguasaan atas tanah ini

belum dihubungkan dengan tanah sebagai objek dan orang atau badan hukum tertentu

sebagai pemegang haknya.

b. Hak penguasaan atas tanah sebagai hubungan hukum yang konkret, hak penguasaan atas

tanah ini sudah dihubungkan dengan tanah tertentu sbagai objeknya dan orang atau

badan hukum tertentu sebagai subjek dan pemegang haknya.

Hierarki hak-hak penguasaan atas tanah dalam UUPA dan hukum tanah nasional

adalahhakbangsaIndonsiaatastanah,hakmnguasainegaraatastanah,hakulayat masyarakat

hukum adat, serta hak perseorangan atas tanah meliputi: hak-hak atas tanah, wakaf tanah

hak milik, hak tanggungan dan hak milik atas satuan rumah susun.

3. Jenis-Jenis Hak Tanah


Hak atas tanah bersumber dari hak menguasai dari negara atas tanah dapat

diberikankepadaperseoranganbaikwarganegaraindonesiamaupunwarganegara asing,

sekeompok orang secara bersama-sama, dan badan hukum privat maupun badan hukum

publik.15

24
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia:Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya,Op.Cit., hlm. 24.
25
Ibid.,hlm.26-27

19
Hak-hak atas tanah disebutkan dalam Pasal 16 Jo. Pasal 53 UUPA tidak bersifat
limitatif, artinya disamping hak-hak atas tanah yang disebutkan dalam UUPA, kelak
dikemungkinkan lahirnya hak atas tanah baru yang diatur secara khusus dengan
undang-undang. Dari segi asal tanahnya, hak atas tanah dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu:16

a. Hak atas tanah yang bersifat primer, yaitu hak atas tanah yang berasal dari

negara. Meliputi hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan atas tanah

negara, hak pakai atas tanah negara.

b. Hak atas tanah yang bersifat sekunder, yaitu hak atas tanah yang berasal dari

tanah pihak lain. Meliputi hak guna bangunan atas tanah hak pengelolaan, hak

guna bangunan atas tanah hak milik, hak pakai atas tanah hak pengelolaan, hak

pakai atas tanah hak milik, hak sewa untuk bangunan, hak gadai (gadai tanah),

hak usaha bagi hasil (perjanjian bagi hasil), hak menumpang, hak sewa tanah

pertanian.

26
UripSantoso,HukumAgraria:KajianKomprehensif,Op.Cit.,hlm.89.

27
Ibid., hlm.91.

20
B. Prosedur Pembatalan Hak atas Tanah

Pembatalan hak atas tanah dapat beralih dan dialihkan yang menunjukkan suatu

perbuatan hukum yang disengaja untuk memindahkan hak atas tanah kepadapihak lain

menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peralihan hak atas

tanah dan bangunan tidak bisa dilakukan di bawah tangan. Sementara dalam praktik

jual beli tanah seringkali pihak penjual menggunakan prosedur jual beli dengan

melakukan pemindahan hak atas tanah berdasarkan Perjanjian Pengikatan Jual Beli

(PPJB).Secara hukum,hak atas tanah tersebut telah beralih kepada pembeli meskipun

tanah tersebut belum disertifikatkan.28

Peralihan hak atas tanah dapat dilakukan oleh pemegang hak yang lama kepada

pemegang hak yang baru menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Prosedur peralihan hak atas tanah tersebut dapat terjadi karena undang-

undang atau karena adanya suatu perbuatan hukum yang sengaja dilakukan.

21
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

RahmatSetiawan,2005,Pokok-PokokHukumPerikatan,PutraAbardin,Bandung.
Yahya Harahap, 2014, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan,Penyitaan,
Pembukuan dan Putusan Pengadilan, Cetakan
Kesembilan,SinarGrafika,Jakarta.
Trisadini,Leonora,2013, Buku Referensi Hukum Perbankan Hukum Jaminan, PT.
RevkaPetraMedia, Surabaya.
B. Jurnal/Karya Ilmiah Artikel

A'anEffendi,2013,“PenyelesaianSengketaLingkunganMelaluiPeradilanTataUsahaNega
ra”, Jurnal Perspektif, Volume 18. No. 1.
AchmadAli,2014,MengembaradiBelantaraHukum,(Jakarta:PTYasrifWatampone),Jurnal
cita Hukum, Volume2, Nomor2.
Akmelen Zulda Putra, 2010, Akibat Hukum Dari Pembuatan Akta Jual Beli TanahYang
Tidak Sesuai Dengan Tata Cara Pembuatan Akta PPAT, JurnalIlmuHukum,
Volume 2,Nomor1.
Amiruddin A. Wahab, 2013, Pembatalan Perjanjian Jual Beli Tanah MeskipunTelah
Memiliki Akta Jual Beli tanah dari ppat oleh pengadilan negeri(Studi
Penelitian Putusan Di Pengadilan Negeri Bireuen Nomor: 11 /pdt.g/ 2008 /pn-
bir, tanggal 23februari 2009),Volume2, nomor1.
17
AyuRiskianaDinaryanti,2013,TinjauanYuridisLegalisasiAktaDiBawahTanganOleh
Notaris,JurnalIlmu Hukum, Volume1,Nomor3
Baharudin,2016,“KewenanganPejabatPembuatAktaTanah(PPAT)DalamProsesJualBeli
Tanah”.JurnalKeadilanProgresif,Volume5,Nomor1.
Budi Sunanda, dkk, 2013, Pembatalan Perjanjian Jual Beli Tanah Meskipun
TelahMemilikiAktaJualBeliTanahDariPPATOlehPengadilanNegeri(Studi
Penelitian Putusan di Pengadilan Negeri Bireuen Nomor: 11 /Pdt.G / 2008 /
PN-BIR, tanggal 23 Februari 2009), Jurnal Ilmu Hukum,Volume2, Nomor 1.
DennySaputra,2017,PrinsipKehati-
HatianBagiNotaris/PPATDalamMenjalankanTupoksinyaDalamUpayaPenceg
ahanKriminalisasiBerdasarkanKodeEtik,Jurnal Akta, Volume 4,Nomor 3.
Dhaniswara,K.H.,2009.AspekHukumDalamBisnis.Jakarta:PusatPengembanganHukum
danBisnisIndonesia,JurnalIlmuHukum,Volume3, Nomor 1.
Dewi, R.P. dan Purwadi. H. 2017 "Pembatalan Akta Perjanjian Pengikatan
JualBeliAkibatWanprestasi(StudiKasusPutusanNomor:200/Pdt.G/2012/PN.Jk
t. Sel)." Jurnal Repertorium , Volume 2, Nomor1.

22
DwiSersioNugraheni,2015,PelanggaranJabatan(PPAT)DalamHalPembuatanAktaTana
h(PPAT)TerhadapAktaPPAT,JurnalIlmuHukum,Volume 1, Nomor 2.
EdgarBrigeTatulus,2018,TinjauanTerhadapTanggungJawabParaPihakDalam
Pembatalan Jual Beli Tanah Karena Tidak Terlaksananya
SuatuProsesPeralihanHakAtasTanah,JurnalLexPrivatum,Volume6,Nomor10.
Elly,E.,danHerlienBudiono,2010.PenjelasanHukumTentangKebatalanPerjanjian,Nasio
nalLegalReformProgram.Jakarta,JurnalIlmuHukum,Volume 1, Nomor 2.
Fitria Hudaningrum. 2014. “Hubungan Antara Asas Kebebasan Berkontrak,
PactaSunServanda,danItikadBaik”.JurnalRepertorium.Edisi2Juli-
Desember2014.Surakarta:ProdiKenotariatan.FakultasHukumUniversitasSebel
as Maret, Volume 2, Nomor 1.
Habib, 2009, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai
18
PejabatPublik,JurnalIlmu Hukum, Volume2, Nomor2.
Habib Adjie, 2012, Pembatalan Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT),
JurnalRepertorium,Volume 1,Nomor1.
Harsono, 1998, Penggunaan dan Penerapan Asas-asas Hukum Adat pada HakMilik Atas
Tanah, Paper disampaikan pada Simposium Hak Milik AtasTanahMenurut
UUPA,JurnalIlmu Hukum,Volume 3, Nomor2.

HendrikSalmon,2010“EksistensiPeradilanTataUsahaNegaraDalamMewujudkan Suatu
Pemerintahan Yang Baik”, Jurnal Sasi, Volume 16.No 4.
Herlien Budiono, 2011, “Perwakilan, kuasa dan Pemberi Kuasa”, Renvoi,
JurnalIlmuHukum, Volume 1,Nomor3.
Herman Saputra, 2015 “Sistem Pengujian Keputusan tata Usaha Negara
Berantai(KetingBeshcikking)DalamPeradilanTataUsahaNegara”,JurnalKom
pilasiHukum, Volume 1. No. 1.
HusniTamrin,2011,PembuatanAktaPertanahanolehNotaris,JurnalIlmuHukumVolume 2
Nomor 1

I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, 2014, Pelanggaran PPAT Dalam


MembuatAktaTanahYangTelahLewatWaktuJabatan,JurnalIlmuHukum,Volume
1, Nomor 2
IdaAyuWulanRismayanthi.2016.“TanggungjawabPejabatPembuatAktaTanah (PPAT)
Terhadap Pendafataran Peralihan Hak Atas Tanah YangMenjadi Objek
Sengketa”. Jurnal Ilmiah Prodi Magister Kenotariatan2016. Denpasar :
Program Magister Kenotariatan Universitas Udayana,Volume1, Nomor 1.

23
Iga Gangga Santi Dewi, 2010, Peran Camat Selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah(PPAT)
Dalam Jual BeliTanah, JurnalIlmu Hukum, Volume 5, Nomor2.
IndahAyu Wulan Rismayantih, 2016, Tanggung Jawab Pejabat Pembuat AktaTanah
(PPAT) Terhadap Pendaftaran Peralihan Hak Atas Tanah, JurnalIlmuHukum,
Volume 3,Nomor1.
Istanti, 2017, Akibat Hukum Dari Akta Jual Beli Tanah Dihadapan PPAT yangDibuat
Tidak Sesuai dengan Prosedur Pembuatan Akta PPAT, JurnalAkta,Volume194,
Nomor2.
La Sina, 2010 “Kedudukan Keputusan Tata Usaha Negara Dalam Sistem
HukumDiIndonesia”, Jurnal Pro Justita. Volume 28 No. 1.
MariaSWSumardjono,TanahDalamPerspektifHukumEkonomiSosialdanBudaya,Jurnal
Hukum, Volume2, Nomor2.
Muzakkir Abubakar. 2013,Pembatalan Perjanjian Jual BeliTtanah
MeskipunTelahMemilikiAktaJualBeliTanahDariPPATOlehPengadilanNegeri(
studipenelitianputusandipengadilannegeribireuennomor:11/ pdt.g / 2008 / pn-
bir, tanggal 23 februari 2009), Jurnal Ilmu Hukum,Volume2, Nomor 1.
Nastasya Shinta Devi 2016,Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak YangAkta Jual
Belinya Diakui Cacat Oleh Pihak Notaris, Jurnal Privat LawVolume7, Nomor
1.

PipitSaputriUtami,2019,PertanggungjawabanNotaris/PPATterhadapAktaPemindahan
HakatasTanahdan/atauBangunanyangBPHTB-nyaBelumDibayar, Jurnal
WawasanYuridika, Volume 3, Nomor2.

Rafiq Adi Wardana, 2016, Pembatalan Akta Jual Beli PPAT Yang Cacat HukumDengan
Putusan Pengadilan (Studi Kasus Putusan Pengadilan
TinggiTanjungkarangNo.17/Pdt.G/2012/PT.TK),JurnalRepertorium,Volume5,
Nomor 1.
Rahmad Hendra, 2014, Tanggung Jawab Notaris Terhadap Akta Otentik
YangPenghadapnya Mempergunakan Identitas PalsuDi
Pekanbaru,JurnalIlmuHukum, Volume 3,Nomor1.
Randang S. Ivan. 2016. "Tinjauan Yuridis Tentang Peranan Identitas
DomisiliDalamMenentukanKompetensiRelatifPengadilan".JurnalLexPrivatu
m. Volume 4, Nomor 1.
Randi S. Ivan, 2016. "Tinjauan Yuridis Tentang Peranan Identitas Domisili
DalamMenentukanKompetensiRelatifPengadilan".JurnalLexPrivatum.Volum
e4, Nomor 1.

24
RezaFebriantina,2010,KewenanganPejabatPembuatAktaTanah(PPAT)DalamPembuata
20
nAktaOtentik,JurnalIlmuHukum,Volume3,No.1.
RudiIndrajayadanIkaIkamassari,2015,KedudukanAktaIzinRoyaHakTanggungansebagai
PenggantiSertifikatYangHilang,JurnalIlmuHukum,Volume 1, Nomor 2.
Sancaya,I.W.W.2013.KekuatanMengikatPerjanjianNomineedalamPenguasaan Hak
Milik Atas Tanah. Jurnal Magister Hukum Udayana(UdayanaMaster Law
Journal), Volume 2, Nomor 3.
Santosa, K., & Hanim, L. 2017. Perlindungan Hukum Bagi Pihak-Pihak
YangBeritikadBaikDalamPermbatalanPerjanjianJualBeliTanahDanBngunan(
StudiKasus Nomor29/Pdt.G/2014/PN.Wsb).JurnalAkta,Volume4, Nomor 2.

SoejonoSoekamto,1997,KesadaranhukumdankepatuhanHukum,JurnalRepertorium,Vol
ume 7,No.6, hlm 3.

SriEndahWahyuNingsih,2017,PrinsipBagiNotarisdalamMenjalankanProfesinya,Jurnal
Akta, Volume3, Nomor1.

Syahdani, Remi, Hak Tanggungan (Asas-asas, Ketentuan-ketentuan Pokok danMasalah


yang dihadapi PPAT),JurnalIlmu Hukum, Volume 1,Nomor3.

Tengku Erwinsyahbana. 2017. “Pertanggung jawaban Yuridis Direksi terhadapRisiko


Kerugian Keuangan Daerah pada Badan Usaha Milik Daerah”.De Lega Lata
Jurnal Ilmu Hukum. Januari-Juni. Medan: Fakultas
HukumUniversitasMuhammadiyahSumateraUtara.Volume2, Nomor 1.
UripSantoso,2016,PengatutanHakPengelolaan,Jurnalmediahukum,Yogyakarta:
FakultasHukumMuhammadiyah,Volume15,Nomor1.
Yudara,N.G,2009“KedudukanaktaPPATsebagaialatbuktitertulisyangOtentik,Jurnalhuk
um, Volume2, Nomor1.
YunitaNerissaWijaya,2014,PerlindunganHukumbagiKonsumenatasWanprestasi dari
Pengembangan, Jurnal Ilmiah Mahasiswa UniversitasSurabaya.Volume
3,Nomor, 1.

C. Internet

http://unpashukum.blogspot.com/2014/12/dasar-hukum-danpengertiannya.htmldiakses

padahari kamistanggal 6November 2023.

25

Anda mungkin juga menyukai