Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL SKRIPSI

PENGHARMONISASIAN PERATURAN DAERAH


DI PROVINSI SULAWESI UTARA
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2022
TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011
TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Diajukan oleh:

Julio Rafael Tuju

NIM : 19071074
Program Studi : Ilmu Hukum
Peminatan : Hukum Tata Negara

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


FAKULTAS HUKUM
2023
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

PENGHARMONISASIAN PERATURAN DAERAH


DI PROVINSI SULAWESI UTARA
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2022
TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011
TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Diajukan oleh:

Julio Rafael Tuju


19051074

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing

Pada Tanggal 17 Mei 2023

Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Pendamping

Dr. Steven Pailah, S.H., M.Si. Dr. Valentino Lumowa

i
PERSETUJUAN PIMPINAN FAKULTAS

PENGHARMONISASIAN PERATURAN DAERAH


DI PROVINSI SULAWESI UTARA
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2022
TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011
TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Diajukan oleh:

Julio Rafael Tuju

NIM :19051074
Program Studi : Ilmu Hukum
Peminatan : Hukum Tata Negara

Telah disetujui oleh Ketua Program Studi Ilmu Hukum


Pada tanggal… Mei 2023

Dr. Primus Aryesam, S.H., M.H.

Mengetahui

Dekan Fakultas Hukum,

Helena B. Tambajong, S.H., M.H.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat dan karunia yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal skripsi yang berjudul “PENGHARMONISASIAN PERATURAN

DAERAH DI PROVINSI SULAWESI UTARA BERDASARKAN UNDANG-

UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2022 TENTANG UNDANG-UNDANG

NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN”.

Penulisan proposal skripsi ini menjadi pemenuhan salah satu syarat untuk

dapat melanjutkan penulisan skripsi yang merupakan tugas akhir bagi mahasiswa

Fakultas Hukum Universitas Katolik De La Salle Manado untuk mencapai gelar

sarjana hukum. Selama penelitian dan penulisan proposal skripsi ini banyak

hambatan yang penulis alami. Berkat bantuan, dorongan serta bimbingan dari

berbagai pihak, akhirnya proposal skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Karena itu, penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Johanis Ohoitimur, selaku Rektor Universitas Katolik De La Salle

Manado;

2. Helena B. Tambajong, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Katolik De La Salle Manado;

3. Annita T.S.F. Mangundap, S.H., M.H., selaku Wakil Dekan Fakultas Hukum

Universitas Katolik De La Salle Manado;

4. Dr. Primus Aryesam, S.H., M.H., selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Katolik De La Salle Manado;


iii
5. Dr. Valentino Lumowa, selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus

sebagai Dosen Pembimbing Pendamping Proposal Skripsi;

6. Dr. Steven Pailah, S.H., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Utama Proposal

Skripsi;

7. Seluruh dosen dan staf Fakultas Hukum Universitas Katolik De La Salle

Manado;

8. Orang tua, kakak, keluarga, teman-teman Angkatan 2019 (un19norable) serta

semua pihak yang turut memberikan semangat dan doa bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa tidak tertutup kemungkinan di dalamnya terdapat

kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan. Akhir kata, semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis,

masyarakat, pemerintah, dan bagi penelitian selanjutnya.

Manado, Mei 2023


Penulis,

Julio Rafael Tuju

iv
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ........................................................ i


PERSETUJUAN PIMPINAN FAKULTAS ....................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian....................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
E. Keaslian Penulisan .................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 8
A. Pengertian Pengharmonisasian .................................................................. 8
B. Pengertian Peraturan Daerah ..................................................................... 9
C. Pengertian Undang-Undang ....................................................................... 9
D. Pengertian Peraturan Perundang-undangan .............................................. 10
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 12
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 12
B. Sumber Data ........................................................................................... 13
C. Pengumpulan Data .................................................................................. 14
D. Metode Analisis....................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara merupakan organisasi yang terbentuk karena adanya wilayah,

masyarakat, pemerintah, dan kedaulatan yang diakui oleh negara lain, dalam suatu

negara tentunya memiliki aturan, tujuan dan konsep yang berbeda dari negara lain

begitu juga bentuk dari negara. Hal itu selaras dengan definisi negara yang diyakini

oleh George Jellinek, yaitu “Negara merupakan organisasi kekuasaan dari

kelompok manusia yang telah berdiam di suatu wilayah tertentu.”1

Ada berbagai bentuk negara yang ada didunia, setidaknya dikenal tiga bentuk

negara, yaitu bentuk negara kesatuan, bentuk negara federasi, dan bentuk negara

konfederasi. Indonesia sendiri dikenal sebagai negara kesatuan dengan bentuk

pemerintahan republik dan sebagai negara kesatuan yang bertumpuh pada sistem

negara hukum. Hal ini telah ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Negara hukum sendiri merupakan negara yang dibatasi oleh hukum dan

segala tindakan oleh pemerintah ataupun masyarakat harus berdasarkan pada

hukum. Hukum yang dimaksud terutama merujuk pada hukum yang telah nyata

dikodifikasikan dalam bentuk susunan teks yang disebut peraturan perundang-

undangan. Hal itu tidak lepas dari budaya barat yang membawa konsep negara

hukum Eropa Kontinental (rechtstaat) masuk ke dalam Indonesia dan dianut hingga

1
Putera Astomo, Ilmu Negara (Depok: PT RajaGrafindo Perseda, 2021), 13.

1
2

sekarang. Konsep negara hukum Eropa Kontinental yang ditinggalkan penjajah ini

membawa pengaruh besar terhadap hukum yang ada di Indonesia. Hukum tersebut

dalam wujud peraturan perundang-undangan semakin menjamin penegakannya

secara teoretis. Secara substantif, tentunya pembentukan peraturan perundang-

undangan harus memiliki nilai keadilan di dalamnya. 2

Indonesia sebagai negara kesatuan yang memiliki banyak wilayah dengan hak

otonomi daerah di masing-masing wilayah. Otonomi daerah dipandang sebagai

kemandirian daerah untuk dapat mengurus dan mengatur daerah masing-masing.

Dengan diberlakukannya otonomi daerah diharapkan bahwa pembangunan daerah

dapat meningkat. Sebagai negara hukum, urusan kenegaraan dilakukan berdasarkan

hukum. Karena itu, perlulah membetuk peraturan di masing-masing daerah untuk

memberikan kepastian hukum terhadap masyarakat sesuai dengan kebutuhan

masyarakat setempat.3

Suatu peraturan daerah yang baik tentu dalam pembentukannya harus

berdasarkan pada aturan yang telah ditetapkan. Pengharmonisasian rancangan

peraturan daerah menjadi salah satu aturan dalam pembentukan suatu peraturan

daerah. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2022

tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (selanjutnya disingkat Undang-

Undang P3) Pasal 98 ayat (2), perlu dikeluarkan Peraturan Pemerintah Republik

2
Lintje A. Marpaung, Hukum Tata Negara Indonesia (Yogyakarta: CV ANDI OFFSET, 2018), 3-4.

3
Yunus P.S. Bureni dan Rudy H. Pakpahan, Peraturan Daerah Berkeadilan Substantif (Malang: Setara
Press, 2021), 2-3.
3

Indonesia Nomor 59 Tahun 2015 tentang Keikutsertaan Perancang Peraturan

Perundang-undangan dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan

Pembinaannya. Peraturan pemerintah ini diikuti dengan dikeluarkannya Peraturan

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2018

tentang Pengharmonisasian Rancangan Peraturan Perundang-undangan yang

Dibentuk di Daerah oleh Perancang Peraturan Perundang-undangan

(Permenkumham Pengharmonisasian RP2).

Aturan-aturan tersebut mengisyaratkan bahwa pengharmonisasian peraturan

daerah merupakan satu hal yang sangat penting untuk menjamin kepastian hukum

dari produk hukum yang dibentuk di daerah. Pengharmonisasian peraturan daerah

bertujuan meningkatkan kualitas peraturan daerah dan menyelaraskan antara

peraturan yang lebih tinggi atau setingkat untuk memberikan kepastian hukum yang

berkualitas bagi masyarakat.4

Pembentukan suatu peraturan perundang-undangan di daerah harus melalui

pengharmonisasian sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Nomor 22 Tahun 2018 tentang Pengharmonisasian Rancangan Peraturan

Perundang-Undangan yang Dibentuk di Daerah oleh Perancang Peraturan

Perundang-Undangan, untuk mencapai kepastian hukum yang berkualitas. Pada

kenyataannya, pembentukan suatu peraturan perundang-undangan di daerah belum

semua melalui proses pengharmonisasian dan telah diundangkan. Salah satunya

adalah peraturan daerah tentang APBD Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2022 yang

4
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, “Pentingnya Harmonisasi Untuk Meningkatkan Kualitas
Perundang-undangan,” Diakses 5 Mei 2023,
https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=17490&menu=2.
4

tidak melalui proses pengharmonisasian namun telah berlaku. Hal ini tentu

membuat kualitas dari peraturan daerah tersebut perlu dipertanyakan, baik

mengenai materiel maupun sisi formalnya.

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “PENGHARMONISASIAN PERATURAN DAERAH DI

PROVINSI SULAWESI UTARA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 13 TAHUN 2022 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-

UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pengharmonisasian peraturan daerah berdasarkan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua

atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan?

2. Bagaimana pengharmonisasian dapat berperan dalam meningkatkan kualitas

peraturan daerah di Provinsi Sulawesi Utara?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis tidak terlepas dari

rumusan permasalah yang telah dijabarkan sebelumnya, yaitu:

1. Mengidentifikasi proses pengharmonisasian peraturan daerah berdasarkan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan


5

Kedua atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan;

2. Menganalisis peran pengharmonisasian dalam meningkatkan kualitas peraturan

daerah di Provinsi Sulawesi Utara.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangsih berupa

pemikiran, masukan, dan pendapat dalam menambah data kepustakaan

sebagai bahan penelitian selanjutnya, terutama dalam proses penyelesaian

skripsi. Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi

mahasiswa hukum dalam mengembangkan pengetahuan khususnya di bidang

hukum. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi

bagi pemerintah untuk dapat memajukan kualitas peraturan daerah, dengan

memperhatikan proses pengharmonisasian peraturan daerahnya masing-

masing.

2. Manfaat praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi berupa

tambahan wawasan bagi masyarakat awam dan setiap pihak yang memiliki

kepentingan di bidang ilmu hukum. Hasil ini juga dapat menjadi bahan

masukan bagi para pihak yang memiliki kepentingan di bidang Hukum Tata

Negara khususnya para pihak yang memiliki peran dalam pembentukan

peraturan daerah.
6

E. Keaslian Penulisan

Penulis melaksanakan penelitian dengan judul “PENGHARMONISASIAN

PERATURAN DAERAH DI PROVINSI SULAWESI UTARA BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2022 TENTANG PERUBAHAN

KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG

PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN”. Penulis

melakukan pencarian dan menemukan bahwa ada penelitian yang sudah pernah

membahas tentang pergharmonisasian peraturan daerah. Topik yang dibahas dalam

penelitian tersebut mempunyai kemiripan dengan penelitian penulis. Tapi, penulis

menemukan bahwa pembahasan yang akan dijelaskan dalam penelitian ini berbeda

dengan penelitian sebelumnya, secara khusus tentang penggunaan bahasa dan

spesifikasi daerah yang diteliti. Penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Semi Tangke, “Pengharmonisasian Peraturan Daerah Yang Terkait Dengan

Perencanaan Pembangunan Daerah Oleh Kantor Wilayah Kementrian Hukum

Dan Hak Asasi Manusia Maluku,” Tesis. Universitas Hasanuddin Makasar,

2012. Dalam penelitian ini, Tangke meneliti pengharmonisasian peraturan

daerah dalam kaitannya dengan perencanaan pembangunan daerah dan lebih

spesifik ke daerah Maluku. Sedangkan, penulis membahas bagaimana

pengharmonisasian itu dapat menjadi jawaban demi kualitas peraturan daerah

yang lebih baik, secara spesifik di Provinsi Sulawesi Utara.

2. Tasha Fahira, “Singkronisasi dan Harmonisasi Peraturan Menteri Perhubungan

Nomor 18 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi dalam Rangka

Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19),” Skripsi.


7

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021. Dalam penelitian

ini, Fahira meneliti sinkronisasi dan harmonisasi dalam salah satu aturan yang

dikeluarkan pemerintah Indonesia tentang pengendalian transportasi di masa

COVID-19, sedangkan penulis meneliti pengharmonisasian peraturan daerah

yang berada di Provinsi Sulawesi Utara.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pengharmonisasian

Permenkumham Pengharmonisasian RP2 memberikan definisikan

pengharmonisasian sebagai berikut: “Pengharmonisasian rancangan peraturan

perundang-undangan yang selanjutnya disebut Pengharmonisasian adalah proses

penyelarasan substansi rancangan peraturan perundang-undangan dan teknik

penyusunan peraturan perundang-undangan, sehingga menjadi peraturan

perundang-undangan yang merupakan satu kesatuan yang utuh dalam kerangka

sistem hukum nasional.”

Kata harmonisasi sendiri berakar dari kata harmoni yang berasal dari kata

bahasa Yunani, harmonia, yang memiliki arti “terikat secara serasi dan sesuai.”5

Dalam KBBI daring, harmonisasi memiliki arti “upaya mencari keselarasan”. 6

Berdasarkan pengertian yang telah dijabarkan di atas, harmonisasi dalam suatu

rancangan peraturan perundang-undangan dapat dimengerti sebagai sarana untuk

mencapai keselarasan, keserasian, kesesuaian, dan keseimbangan antara satu

peraturan perundang-undangan dengan peraturan perundang-undangan yang lain,

juga untuk menciptakan peraturan yang berkualitas sesuai dengan sistem hukum

yang berlaku.

5
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia di Sumatera Utara, “Harmonisasi
dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,” Diakses 5 Mei 2023,
https://sumut.kemenkumham.go.id/berita-kanwil/berita-utama/harmonisasi-dalam-pembentukan-peraturan-
perundang-undangan.

6
Badan Pengambangan dan Pembinaan Bahasa, KBBI Daring, s.v. “Harmonisasi,” diakses 8 Mei 2023,
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/harmonisasi.

8
9

B. Pengertian Peraturan Daerah

Peraturan daerah terdiri dari 2 (dua) kata, yaitu peraturan dan daerah. Pertama

kata peraturan, yang dalam KBBI, berarti, “tataan (petunjuk, kaidah, ketentuan)

yang dibuat untuk mengatur”.7 Kata daerah didefinisikan sebagai “suatu wilayah

yang ditempati masyarakat, yang memiliki batasan wilayah dan berwenang

mengurus dan mengatur sendiri pemerintahannya untuk kesejahteraan

masyarakat.”8 Berdasarkan Undang-Undang P3, terdapat 2 jenis peraturan daerah,

yaitu pertama, peraturan daerah provinsi yang dibentuk oleh DPRD Provinsi

dengan persetujuan bersama Gubernur dan kedua, peraturan daerah

Kabupaten/Kota yang dibentuk oleh DPRD Kabupaten/Kota dengan persetujuan

bersama Bupati/Walikota.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa peraturan daerah itu

merupakan petunjuk, kaidah, dan ketentuan yang mengatur di suatu wilayah yang

dibentuk oleh Pejabat atau lembaga yang berwenang di daerah sebagai bagian dari

kemandirian wilayah tersebut dalam mengurus dan mengatur wilayahnya dengan

tujuan untuk kesejahteraan masyarakat.

C. Pengertian Undang-Undang

Undang-undang dalam KBBI didefinisikan sebagai, “ketentuan dan peraturan

negara yang dibuat oleh pemerintah (menteri, badan eksekutif, dan sebagainya),

7
Badan Pengambangan dan Pembinaan Bahasa, KBBI Daring, s.v. “Peraturan,” diakses 8 Mei 2023,
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/peraturan.

8
Naja Sarjana, “Definisi Wilayah Lengkap dengan Konsep dan Pembagiannya,” diakses 8 Mei 2023,
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6669567/definisi-wilayah-lengkap-dengan-konsep-dan-
pembagiannya.
10

disahkan oleh parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat, badan legislatif, dan

sebagainya), ditandatangani oleh kepala negara (presiden, kepala pemerintah, raja),

dan mempunyai kekuatan yang mengikat.”9 Berdasarkan Undang-Undang P3,

undang-undang didefinisikan sebagai berikut, “Undang-Undang adalah peraturan

perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan

persetujuan bersama Presiden.”

Melihat penjelasan di atas, undang-undang pada dasarnya merupakan aturan

yang dibuat pemerintah, lebih tepatnya dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat yang

disetujui Presiden dengan tujuan untuk mengisi kekosongan hukum dan

memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dalam skala nasional.

D. Pengertian Peraturan Perundang-undangan

Berdasarkan Undang-Undang P3 dalam ketentuan umum menyebutkan

definisi peraturan perundang-undangan sebagai berikut, “Peraturan Perundang-

undangan adalah Peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat

secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang

berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-

undangan”. Istilah peraturan perundang-undangan sendiri berasal dari bahasa

Belanda yaitu, Wettelijke Regels, yang artinya peraturan perundang-undangan atau

perundang-undangan. 10

9
Badan Pengambangan dan Pembinaan Bahasa, KBBI Daring, s.v. “Undang-undang,” diakses 10 Mei
2023, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/undang-undang.

10
Syihabudin, “Kajian terhadap Jenis dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan Indonesia,”
Jurnal Hukum 10, no. 23 (2003): 49-51, https://journal.uii.ac.id/IUSTUM/article/download/4754/4192/7525.
11

Pembentukan suatu peraturan perundang-undangan di Indonesia telah diatur

dalam Undang-Undang P3, demikian juga dengan asas pembentukan peraturan

perundang-undangan yang telah diatur pada Undang-Undang P3 Pasal 5 yang

mengatur asas pembentukan peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

1. Kejelasan tujuan;
2. Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;
3. Kesesuaian antara jenis, hirarki, dan materi muatan;
4. Dapat dilaksanakan;
5. Kedayagunaan dan kehasilgunaan;
6. Kejelasan rumusan; dan
7. Keterbukaan.

Peraturan perundang-undangan di dalam pembentukan dan pelaksanaannya

perlu juga memperhatikan jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan.

Hierarki tersebut telah tertuang dalam Undang-Undang P3 Pasal 7. Jenis dan

hierarki peraturan perundang-undangan tersebut terdiri dari:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945;


2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012

tentang Pendidikan Tinggi Pasal 1 ayat (10) memberikan pengertian penelitian

sebagai berikut “Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan

metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan

yang berkaitan dengan pemahaman dan/atau pengujian suatu cabang ilmu

pengetahuan dan teknologi.” Soerjono Soekanto memberikan penjelasan bahwa

penelitian hukum adalah “sebuah kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode,

sistematika, dan pemikiran tertentu, dengan tujuan untuk mempelajari sesuatu atau

beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya.”11

Penelitian hukum memiliki dua jenis penelitian yaitu penelitian normatif dan

empiris. Penelitian normatif atau penelitian dogmatik adalah penelitian hukum yang

menggunakan peraturan perundang-undangan, doktrin, dan asas-asas hukum

sebagai bahan kajiannya. 12 Penelitian empiris, di sisi lain, adalah penelitian hukum

dari sudut pandang hukum dalam lingkungan masyarakat yang menitikberatkan

pada individu atau masyarakat.13

11
Muhaimin, Metode Penelitian Hukum (Mataram: Mataram University Press, 2020), 18.

12
Muhaimin, Penelitian Hukum, 45-46.

13
Muhaimin, Penelitian Hukum, 83.

12
13

Melihat penjelasan di atas, dalam penulisan ini penulis mengunakan

penelitian hukum normatif. Alasannya, penelitian hukum normatif adalah penelitian

yang membahas tentang doktrin, asas dan aturan dari ilmu hukum, serta

penerapannya dalam kondisi masyarakat tertentu. Dengan demikian, jenis

penelitian ini sangat cocok untuk meneliti permasalahan yang diangkat oleh

penulis.

B. Sumber Data
Penulis dalam melakukan penelitian menggunakan pendekatan perundang-

undangan (statue approach). Pendekatan ini menganalisis peraturan perundang-

undangan yang terkait dengan permasalahan hukum tertentu.14 Rujukan kasus

tertentu digunakan dalam penelitian ini sebagai instrumen untuk memberi contoh

permasalahan hukum yang menjadi fokus dari penelitian ini.

Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder.

Sumber data primer adalah sumber data yang didapatkan dari wawancara, survei,

dan penelitian langsung ke lapangan. Di sisi lain, sumber data sekunder adalah

sumber data yang diperoleh dari studi kepustakaan buku-buku, jurnal, dan aturan

yang ada. Penelitian hukum ini menggunakan sumber data sekunder, yang tak lain

merujuk pada bahan-bahan hukum yang didapatkan melalui studi kepustakaan

yuridis.

Bahan-bahan hukum yang dimaksud yaitu:

1. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai otoritas, yaitu

sebagai berikut:

14
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana, 2021), 136-137.
14

a. Peraturan Perundang-undangan;

b. Peraturan Menteri.

2. Bahan hukum sekunder merujuk pada semua publikasi tentang hukum yang

merupakan dokumen yang berisi penelitian dan interpretasi yuridis dalam objek

materiel penelitian tertentu, misalnya:

a. Buku-buku yang terkait dengan penelitian;

b. Jurnal-jurnal hukum terkait.15

3. Bahan hukum tersier mengacu pada bahan penelitian yang menjadi pelengkap

dan memberikan petunjuk yang melengkapi penjelasan dari bahan hukum primer

dan sekunder, yaitu kamus dan ensiklopedia.16

C. Pengumpulan Data

Setelah ditetapkan isu hukum apa yang menjadi permasalahan hukum dalam

penulisan penelitian ini, penulis mengumpulkan data yang dilakukan oleh penulis

dengan mengidentifikasi dan mengoleksi data kepustakaan yuridis yang berkaitan

dengan permasalahan hukum yang diangkat oleh penulis. 17 Penulis menggunakan

teknik ini untuk mengkaji dan menganalisis informasi mengenai permasalahan yang

diteliti, sehingga nantinya dapat penulis mendapat informasi yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan penelitian ini.

15
Marzuki, Penelitian Hukum, 181.

16
Muhaimin, Penelitian Hukum, 62.

17
Muhaimin, Penelitian Hukum, 64.
15

Teknik pengumpulan data kepustakaan yuridis dapat dijabarkan sebagai

berikut:

1. Teknik pengumpulan bahan hukum primer

Teknik pengumpulan bahan hukum primer perlu dibuat sistematis dari

hierarki peraturan perundang-undangan untuk mempermudah penulis dalam

menentukan peraturan mana yang lebih tinggi tingkatannya yang berkaitan

dengan permasalahan hukum yang hendak diteliti. Hal ini merujuk pada aturan

yang ditetapkan dalam Undang-Undang P3 Pasal 7 ayat (1) hierarki peraturan

perundang-undangan sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945;


2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Pengumpulan bahan hukum primer juga memperhatikan jenis peraturan

selain aturan di atas, yaitu peraturan menteri. Selanjutnya, memperhatikan

peraturan perundang-undangan yang masih sah berlaku di negara Republik

Indonesia, dan penulis mengidentifikasi peraturan perundangan-undangan yang

sesuai dengan asas lex specialis derogat legi generali (hukum yang khusus

mengesampingkan hukum yang umum), asas lex superior derogat legi inferiori

(hukum yang lebih tinggi tingkatannya mengesampingkan hukum yang lebih

rendah tingkatannya), asas lex posterior derogat legi priori (hukum yang baru

mengesampingkan hukum yang lama).

2. Teknik pengumpulan bahan hukum sekunder


16

Teknik ini penulis gunakan untuk mengumpulkan bahan hukum sekunder

dengan mengkaji buku-buku hukum, jurnal-jurnal hukum yang terkait dengan

permasalahan hukum yang diteliti. Nantinya dengan bahan hukum ini dapat

memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dikumpulkan oleh

penulis. 18

3. Teknik pengumpulan bahan hukum tersier

Teknik yang digunakan penulis dalam mengumpulkan bahan hukum

tersier adalah dengan mengidentifikasi istilah pada bahan hukum primer juga

sekunder dalam kamus.

D. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah analisis

yang bersifat kualitatif. Metode ini dipraktikkan dengan cara melakukan

interpretasi terhadap bahan hukum, serta mengidentifikasi fakta hukum sebagai

langkah awal. Tahap berikutnya adalah mengkaji peraturan perundang-undangan

yang berkaitan dengan permasalahan hukum. Metode analisis dalam penelitian

normatif yang dilakukan adalah, dengan mengelompokkan dan melakukan analisis

terhadap bahan hukum yang telah dikumpulkan dengan pendekatan peraturan

perundang-undangan untuk memperoleh jawaban atas permasalahan hukum yang

diangkat.19 Setidaknya ada tiga langkah dalam menerapkan metode analisis ini.

Pertama, penulis mengumpulkan dan memeriksa kembali bahan hukum yang akan

18
Marzuki, Penelitian Hukum, 182-183.

19
Muhaimin, Penelitian Hukum, 67-71.
17

digunakan. Kedua, penulis melakukan seleksi terhadap bahan hukum dan

menyusun data penelitian secara sistematis dan logis. Ketiga, penulis menjelaskan

hasil dari penelitian yang dilakukan berdasarkan bahan-bahan hukum yang

diperoleh dari mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang diangkat.

Berdasarkan metodologi ini, penelitian ini akan mencakup beberapa bab,

yaitu:

1. Bab I Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penulisan, serta keaslian penelitian;

2. Bab II Tinjauan Pustaka berisi analisis tentang kata-kata kunci yang akan

digunakan dalam penelitian ini;

3. Bab III Metode Penelitian berisi jenis penelitian, sumber data, pengumpulan

data, dan metode analisis;

4. Bab IV Pembahasan berisi analisis terhadap dua rumusan masalah yang

dikemukakan dalam Bab I;

5. Bab V Penutup berisi kesimpulan dan saran.


DAFTAR PUSTAKA

Astomo, Putera. Ilmu Negara. Depok: PT RajaGrafindo Perseda, 2021.

Badan Pengambangan dan Pembinaan Bahasa, KBBI Daring,

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/harmonisasi.

Bureni, Yunus P.S. dan Rudy H. Pakpahan. Peraturan Daerah Berkeadilan

Substantif. Malang: Setara Press, 2021.

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia di Sumatera

Utara. “Harmonisasi dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.”

Diakses 5 Mei, 2023. https://sumut.kemenkumham.go.id/berita-

kanwil/berita-utama/harmonisasi-dalam-pembentukan-peraturan-perundang-

undangan.

Marpaung, Lintje A. Hukum Tata Negara Indonesia. Yogyakarta: CV ANDI

OFFSET, 2018.

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. “Pentingnya Harmonisasi Untuk

Meningkatkan Kualitas Perundang-undangan.” Diakses 5 Mei, 2023.

https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=17490&menu=2.

Muhaimin. Metode Penelitian Hukum. Mataram: Mataram University Press, 2020.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana, 2021.

Sarjana, Naja. “Definisi Wilayah Lengkap dengan Konsep dan Pembagiannya.”

Diakses 8 Mei, 2023. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-

6669567/definisi-wilayah-lengkap-dengan-konsep-dan-pembagiannya.

18
19

Syihabudin. “Kajian terhadap Jenis dan Tata Urutan Peraturan Perundang-

undangan Indonesia.” Jurnal Hukum 10, no. 23 (2003): 49-51,

https://journal.uii.ac.id/IUSTUM/article/download/4754/4192/7525.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan

Kedua atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2015 tentang

Keikutsertaan Perancang Peraturan Perundang-undangan dalam

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Pembinaannya.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 22

Tahun 2018 tentang Pengharmonisasian Rancangan Peraturan Perundang-

undangan yang Dibentuk di Daerah oleh Perancang Peraturan Perundang-

undangan.

Anda mungkin juga menyukai