Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

HUKUM PIDANA ADAT FATULEU

Oleh
Kelompok 5
Simson Ade Putra Raga (2302010136)
Angelina Sindy Narti Dima (2302010053)
Rachel Stephanie Lizzie Tameno (2302010084)
Pinkan Putri Daniela Laifoi (2302010101)
Bryan P?. Ivan Kana (2302010114)

Semester 1
Hukum Adat
FAKULTAS HUKUM
PRODI ILMU HUKUM
September 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur seraya kami ucapkan kepada Allah atas rahmat dan berkat-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas pembuatan laporan ini guna melengkapi tugas yang dibebankan oleh dosen
pembimbing Hukum Adat. Di samping itu kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini. Dedikasi ini kami persembahkan kepada
masyarakat Fatuleu, serta bagi mahasiswa untuk menyelesaikan tugas-tugas.
Makalah ini berisi materi tentang “Hukum Pidana Adat Fatuleu” Di mana disini akan
dijabarkan tentang hukum pidana yang berlaku dimasyarakat Kecamatan Fatuleu, serta sanksi-
sanksi yang akan diterima jika melanggar hukum tersebut. Tujuan pembuatan makalah ini seperti
sudah kami sebutkan di adalah untuk menyelesaikan tugas Hukum Adat. Di samping itu juga
dapat bermanfaat untuk para pembaca guna mendapatkan wawasan dan pengetahuan tentang
hukum pidana yang berlaku di Kecamatan Fatuleu.
Dari hati yang terdalam kami mengutarakan permintaan maaf atas kekurangan laporan ini,
karena kami tahu makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kami berharap kritikan, saran dan masukan yang membangun dari pembaca guna
penyempurnaannya ke depan.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga laporan ini bermanfaat sesuai dengan
fungsinya.

Amin.

Kupang,
Sepember 2023

I
Hukum Pidana Adat Fatuleu; Hukum Adat; Kelompok 5; Ilmu Hukum; Fakultas Hukum; 2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................I
DAFTAR ISI ……………………………………………..………………………………………………………………………………II
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN...................................................................................................................4
BAB II PEMAPARAN MATERI HUKUM PIDANA ADAT FATULEU............................................5
A. DEFINISI HUKUM PIDANA ADAT.............................................................................................5
B. SEJARAH HUKUM PIDANA ADAT FATULEU.........................................................................6
1. Sebelum Kemerdekaan................................................................................................................6
2. Sesudah Kemerdekaan.................................................................................................................6
C. SAKSI HUKUM PIDANA ADAT FATULEU...............................................................................7
D. KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN HUKUM PIDANA ADAT DIBANDINGKAN
DENGAN HUKUM POSITIF.................................................................................................................7
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................9
A. KESIMPULAN..............................................................................................................................9
B. SARAN...........................................................................................................................................9
C. NAMA NARASUMBER…………….………………….………………………………………………………………………….9

II
Hukum Pidana Adat Fatuleu; Hukum Adat; Kelompok 5; Ilmu Hukum; Fakultas Hukum; 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Secara garis besar, hukum adat adalah hukum kebiasaan yang artinya aturan dibuat dari
tingkah laku masyarakat yang tumbuh dan berkembang sehingga menjadi sebuah hukum
yang ditaati secara tidak tertulis.
Seperti salah satu dasar hukum berikut ini, yaitu pasal 18B ayat 2 UUD Tahun 1945:
“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-
hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang”
Desa pada umumnya merupakan daerah yang terpencil penduduknya tidak lebih dari
2.500 orang memiliki adat istiadat dan kesatuan hukum adat serta memiliki kehidupan yang
masih famialistik.
Desa adalah salah satu ujung tombak pemerintah dalam mencapai sebuah keberhasilan
yang berasal dari pemerintah pusat.
Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang salah satu pasalnya
dijelaskan bahwa desa memiliki kewenangan dalam bidang penyelengaraan pemerintah,
pembagunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan desa, namun dalam
penyelenggaraannya masih terdapat banyak kendala khususnya dalam hal pidana.
Penerapan hukum adat bagi masyarakwat di Desa Camplong 2, sangat berdampak positif
karena tidak ada kasus-kasus pidana diproses secara hukum di lembaga peradilan umum.
Semua kasus diselesaikan secara adat. Tidak ada kasus yang diselesaikan di Polisi. Hukum
adat selalu menjadi pedoman bagi masyarakat dalam menyelesaikan berbagai persolan di
Desa Camplong 2.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian hukum pidana adat?
2. Bagaimana sejarah hukum pidana adat Fatuleu?
3. Apa saja sanksi yang akan diterima jika melanggar aturan piadana adat Fatuleu?
4. Apa saja kelebihan dan kekuarangan hukum pidana adat dibandingan dengan hukum
positif?

C. TUJUAN PENULISAN
Mahasiswa dapat lebih mengenal dan mendefinisikan hukum pidana yang berlaku dalam
hukum adat Kecamatan Fatuleu. Dan dapat mengetahui sanksi-sanksi yang akan diterima jika
melanggar aturan yang telah berlaku dalam hukum adat Fatuleu, Kabupaten Kupang, Nusa
Tenggara Timur.

4
Hukum Pidana Adat Fatuleu; Hukum Adat; Kelompok 5; Ilmu Hukum; Fakultas Hukum; 2023
BAB II
PEMAPARAN MATERI
HUKUM PIDANA ADAT FATULEU

A. DEFINISI HUKUM PIDANA ADAT


Hukum pidana adalah sebuah aturan atau hukum yang dapat mengatur pelanggaran dan
kejahatan terhadap kepentingan umum, dan kepada pelakunya dapat diancam hukuman
berupa penderitaan atau siksaan.
Hukum pidana merupakan salah satu jenis hukum yang ada di Indonesia. Hukum adalah
seperangkat aturan yang terdiri dari norma dan sanksi.
Hukum adat adalah keseluruhan kaidah-kaidah atau norma baik tertulis maupun tidak
tertulis yang berasal dari adat istiadat atau kebiasaan masyarakat. Tujuan diberlakukannya
hukum adat adalah untuk mengatur tingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat. Siapapun
yang melanggar akan dikenakan sanksi.
Hukum pidana adat atau delik adat adalah mengatur mengenai tindakan yang melanggar
rasa keadilan dan kepatutan yang hidup ditengah masyarakat, sehingga menyebabkan
terganggunya ketentraman serta keseimbangan masyarakat. Untuk memulihkan ketentraman
dan keseimbangan tersebut, maka terjadi reaksi adat.
Pengertian hukum pidana adat menurut para ahli:
 Cornelis van Vollenhoven
Van Vollenhoven menyebutkan bahwa hukum adat adalah keseluruhan aturan tingkah
laku yang di satu sisi memiliki sanksi sehingga disebut sebagai hukum dan di lain sisi
dalam keadaan tidak terkodifikasi sehingga diistilahkan sebagai adat.
Van Vollenhoven dijuluki sebagai ahli hukum yang menemukan hukum adat. Ia
mempopulerkan istilah hukum adat melalui bukunya “Het Adat Recht van Nederlandsch
Indie” atau Hukum Adat Hindia-Belanda.
 Ter Haar BZN
Ter Haar melanjutkan usaha Van Vollenhoven dalam menyempurnakan rumusan
mengenai hukum adat.
Menurut Ter Haar, hukum adat adalah keseluruhan kebijakan yang berasal dari
ketetapan para fungsionaris hukum yang memiliki wibawa dan pengaruh, serta dalam
pelaksanaannya berlaku serta merta (spontan) dan dipatuhi dengan sepenuh hati.
Para fungsionaris hukum yang dimaksud merupakan pejabat yang berkuasa dalam
kelompok sosial, seperti kepala adat, tokoh agama, pejabat desa, dan sebagainya.
 F.D. Holleman
F.D. Holleman mendefinisikan hukum adat sebagai hukum yang mandiri karena
norma-norma hukum yang ada merupakan norma hidup yang diikuti dengan sanksi dan
ditaati oleh masyarakat maupun badan atau lembaga yang bersangkutan.
Oleh karena itu, keberadaannya tidak tergantung pada persoalan siapa pemberi
legitimasi atas keberlakuan norma-norma tersebut.
 D. J.H.P. Bellefroid

3
Hukum Pidana Adat Fatuleu; Hukum Adat; Kelompok 5; Ilmu Hukum; Fakultas Hukum; 2023
Bellefroid berpendapat bahwa hukum adat adalah peraturan-peraturan hidup yang
meskipun tidak diundangkan oleh penguasa, namun tetap dihormati dan dipatuhi oleh
rakyat dengan keyakinan bahwa peraturan-peraturan tersebut berlaku sebagai hukum.
 E. R. Soepomo
Ahli hukum adat pertama Indonesia, R. Soepomo membawa dua rumusan berbeda.
Pertama, Soepomo menyebut hukum adat adalah hukum non-statutair yang sebagian
besar adalah hukum kebiasaan dan sebagian kecil hukum Islam, selain melingkupi hukum
yang berdasarkan keputusan-keputusan hakim yang berisi asas-asas hukum dalam
lingkungan yang ia memutuskan perkara.
Kedua, hukum adat adalah sebutan lain dari hukum tidak tertulis di dalam peraturan
legislatif, hukum yang hidup sebagai kompensasi di badan-badan negara, hukum yang
timbul karena putusan hakim, dan hukum yang hidup sebagai peraturan kebiasaan yang
dipertahankan dalam pergaulan manusia.

B. SEJARAH HUKUM PIDANA ADAT FATULEU


1. Sebelum Kemerdekaan
Dalam kalangan masyarakat Fatuleu sebelum Indonesia merdeka, terdapat hukuman
mati. Hukuman mati merupakan sangksi terberat yang di berikan oleh nenek moyang
zaman dahulu sebelum indonesia merdeka kepada orang-orang yang berada di wilayah
Fatuleu yang dianggap telah melakukan tindakan-tindakan atau pelanggaran yang
menyalahi aturan yang ada atau yang telah dibuat.
Hukuman mati yang dilakukan oleh nenek moyang dari Fatuleu kepada masyarakat
yang melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan yaitu dengan cara
membawa orang yang melakukan kesalahan tersebut ke salah satu desa di Fatuleu tengah
yang bernama Naifalo. Kata “Naifalo” sendiri berasal dari bahasa Timor yang berarti satu
tiang yang sudah diruncing dan ditanam di tanah, seperti arti dari namanya proses
eksekusi hukuman mati yang di lakukan untuk orang-orang Fatuleu yang terbukti
bersalah maka akan dibunuh dengan cara menanamkan sebuah tiang dari kayu yang
sudah diruncing hingga tajam kedalam tanah dan orang yang akan dieksekusi mati akan
ditancapkan ke tiang runcing yang sudah di tanam di dalam tanah, adapun proses hukum
adat pidana Fatuleu bagi kasus atau pelanggaran yang dianggap tidak berat berupa denda
yaitu hewan, perak atau emas.
Begitulah proses hukum adat pidana Fatuleu sebelum kemerdekaan Indonesia
2. Sesudah Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan Indonesia hukuman mati bagi masyarakat di wilayah Fatuleu yg
terbukti melakukan pelanggaran berat sudah tidak dilakukan lagi atau dengan kata lain
hukuman mati di wilayah Fatuleu setelah kemerdekaan indonesia dihapus.
Namun, sebagai gantinya maka bagi masyarakat di wilayah Fatuleu yang melakukan
pelanggaran akan diberikan sangksi berupa denda dan besar kecilnya denda yang
diberikan tergantung dari seberapa berat pelanggaran yang dilakukan, dan bagi mereka
yang melakukan kesalahan yang sama maka akan di denda 10 kali lipat lebih besar dari

2
Hukum Pidana Adat Fatuleu; Hukum Adat; Kelompok 5; Ilmu Hukum; Fakultas Hukum; 2023
denda sebelumnya yang telah diberikan dan akan terus berkelipatan jika orang tersebut
masih melakukan kesalahan yang sama.
Bagi anak-anak usif dan amaf yang melakukan pelanggaran maka akan diberikan
hukuman 2 kali lebih besar dari hukuman yang diberikan untuk masyarakat di Fatuleu
yang bukan anak dari usif atau amaf, hal tersebut karena dianggap telah mencoreng nama
baik usif atau amaf. Denda yang di berikan kelada masyarakat di wilayah fatuleu yang
melakukan pelanggaran dapat berupa uang dan hewan.

C. SAKSI HUKUM PIDANA ADAT FATULEU


Hukuman pidana adat Fatuleu ini bisa mencapai hukuman mati. Terdapat sebuah desa di
Fatuleu Tengah yaitu Naifalo. Hukuman ini bisa dijalankan jika orang bersalah tidak bisa
membayar utang maka akan dinyatakan hukum mati. Tempat hukuman mati itu dinamakan
Naefalo yang artinya ada bambu atau tiang yang ditajamkan dan orang yang bersalah akan
ditancam setelah itu tarik sampai ini.
Dalam adat Fatuleu lebih menekankan untuk menyelesaikan masalah atau kasus yang
dialami secara adat tanpa melibatkan pengadilan.
Denda yang diberikan sesuai kesalahan yang dilakukan. Ada hubungan dengan
perkawinan, jika anak laki-laki menghamili anak perempuan lain maka akan diberikan
hukuman berat. Orang Fatuleu juga tidak pernah membawa ke rana hukum tapi dijalankan
dengan hukum adat. Hukum adat memiliki keuntungan jika hukuman dibawa ke rana hukum
pidana maka akan ada dendam tapi jika dijalankan dengan hukum adat maka akan
diselesaikan sehingga tidak ada dendam lagi. Kelemahan nya hukum adat itu tidak tertulis.
Hukum adat lebih kuat jika menyangkut tanah maka akan berdoa kepada Tuhan, nenek
moyang kepada leluhur bisa maut yang mencabut nyawa dari pelaku pelanggar.
Jika ada orang dibunuh maka harus diganti dengan orang yang berjumlah lebih dari pihak
pembunuh akan memberikan orang sebagai pengganti dengan masuk kekeluargaan korban
dengan mengganti Fam mereka.
Ada juga sumpah adat yang dilakukan jika orang tersebut tidak mengakui perbuatan
kesalahan dengan tahapan-tahapan berikut ini:
 Melakukan pertemuan tapi jika tidak mengakui maka akan dilakukan sumpah adat.
 Jika tidak bersedia melakukan sumpah adat maka korban akan divonis kalau dia bersalah
 Dan akan didenda uang perak, uang emas, uang dan kerbau.

D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN HUKUM PIDANA ADAT


DIBANDINGKAN DENGAN HUKUM POSITIF
Kedudukan hukum adat di dalam sistem hukum di Indonesia memiliki kedudukan secara
konstitusional bersifat sama dengan kedudukan hukum pada umumnya yang berlaku dalam
kehidupan bernegara di Indonesia.
Mengutip ketentuan Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 menyatakan, negara mengakui dan
menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya

3
Hukum Pidana Adat Fatuleu; Hukum Adat; Kelompok 5; Ilmu Hukum; Fakultas Hukum; 2023
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI yang
diatur dalam undang-undang.
Merujuk pada ketentuan tersebut, negara mengakui keberadaan kesatuan masyarakat
hukum adat secara konstitusional haknya. Pengakuan hak tersebut dapat dimaknai sebagai
pengakuan hak bagi masyarakat hukum adat terkait eksistensinya.
Kedudukan hukum adat di dalam sistem hukum di Indonesia memiliki kedudukan secara
konstitusional bersifat sama dengan kedudukan hukum pada umumnya yang berlaku dalam
kehidupan bernegara di Indonesia.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan hukum pidana adat dibandingkan hukum positif
khususnya dalam hal pengaruh dalam penyelesaian kasus atau masalah.
1. Kelebihan hukum pidana adat dibandingkan dengan hukum positif
Hukum adat lebih baik dan cepat dalam menyelesaikan masalah, karena hukum adat
timbul dari kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat yang dari waktu ke waktu akan terus
berubah, sehingga implementasi hukum adat dalam menyelesaikan masalah akan begitu
lebih terkondisikan dengan masyarakat.
Selain itu hukum pidana adat lebih ditaati dan efek jeranya lebih besar dibandingkan
dengan hukum positif, sebab masyarakat sudah hidup dan dibesarkan berdasarkan hukum
adat dan dalam rangkaian proses hukum pidana adat terdapat sumpah adat. Sumpah adat
biasanya digunakan untuk mengetahui atau membuktikan apakah tersangka atau pelaku
melakukan tindakan pidana atau tidak dan bisa juga pernyataan bahwa pelaku tidak akan
melakukan tindakan pidana lagi. Umumnya sumpah adat lebih ditakuti daripada sumpah
di pengadilan, sebab diyakini bahwa jika dalam sumpah adat apa yang dikatakan atau
diucapkan bertentangan dengan apa yang telah dilakukan maka akan terjadi malapetaka,
kematian bagi si pelaku atau kesialan dalam hidupnya dan hal tersebut akan benar-benar
terjadi. Selain itu cara penyelesaian masalah dengan melakukan ritual adat dengan
berdoa kepada Tuhan, nenek moyang dan alam semesta dan apabila bertentangan maka
terjadi kematian bagi si pelaku. Hukuman dan denda dari tindak pidana yang telah
dilakukan tidaklah mudah dan dianggap lebih berat.
Terakhir, kelebihan hukum pidana adat adalah tidak adanya dendam apabila masalah
sudah diselesaikan. Pengaruh ini juga terbukti diantara hukum adat, khususnya adat
Fatuleu. Begitu masalah terselesaikan, kedua belah pihak dan seluruhasyarakat akan
berdamai dan tidak akan ada dendam lagi. Berbeda dengan hukum positif, yang
umumnya walaupun dipenjara beberapa tahun, setelah bebas masih terbersit dendam
dalam diri pelaku atau korban sekalipun.
2. Kekurangan hukum pidana adat dibandingkan dengan hukum positif
Salah satu kekurangan hukum pidana adat adalah hukum adat tidak tertulis, berbeda
dengan hukum positif yang tertulis sehingga diharuskan dan diwajibkan untuk ditaati
oleh semua orang tanpa terkecuali. Hukum positif juga bersifat modern dan merupakan
hukum yang ditetapkan oleh negara untuk diikuti dan dilaksanakan. Walaupun hukum
adat merupakan hukum yang lebih dahulu ada di Nusantara, tetapi karena mengikuti
perkembangan dan akibat penjajahan Belanda, maka diberlakukan pula hukum modern
yaitu hukum positif yang menjadi acuan dan karena pengaruh dan kekuasaan negara
negara lebih kuat sehingga terkadang hukum adat diabaikan.

4
Hukum Pidana Adat Fatuleu; Hukum Adat; Kelompok 5; Ilmu Hukum; Fakultas Hukum; 2023
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hukum pidana adat atau delik adat adalah mengatur mengenai tindakan yang melanggar
rasa keadilan dan kepatutan yang hidup ditengah masyarakat, sehingga menyebabkan
terganggunya ketentraman serta keseimbangan masyarakat. Dalam hukum pidana adat
Fatuleu sebelum kemerdekaan Indonesia terdapat saksi hukuman mati, namun setelah
kemerdekaan hukuman mati tersebut dihapus dan diganti dengan denda emas, uang perak
dan kerbau sesuai dengan berat kasus yang dilakukan.
Umumnya sumpah adat lebih ditakuti daripada sumpah di pengadilan, sebab diyakini
bahwa jika dalam sumpah adat apa yang dikatakan atau diucapkan bertentangan dengan apa
yang telah dilakukan maka akan terjadi malapetaka, kematian bagi si pelaku atau kesialan
dalam hidupnya dan hal tersebut akan benar-benar terjadi. Salah satu kekurangan hukum
pidana adat adalah hukum adat tidak tertulis, berbeda dengan hukum positif yang tertulis
sehingga diharuskan dan diwajibkan untuk ditaati oleh semua orang tanpa terkecuali.

B. SARAN
Perlu ada pencatatan atau pendokumentasian hukum adat secara baik dan sistematisi guna
melestarikan hukum-hukum adat itu. Untuk itu masyarakat hukum adat perlu melakukan
reinterpretasi hukum-hukum adat dan merasionalisasi petuah-petuah adat sesuai dengan
perkembangan masyarakat.
Maka yang harus dilakukan oleh masyarakat hukum adat adalah merasionalisasikan dan
mereinterpretasi nilai-nilai dan menuangkannya secara sitematis, terdokumentasi secara baik
dalam setiap proses penjatuhan sanksi.

C. NAMA NARASUMBER
Nama: Melkianus Manfaat Teuknono
Tempat Tanggal Lahir: Camplong, 05-05-1955
Usia: 68 thn
Jabatan: Ketua lembaga adat Fatuleu dan Koordinator lembaga adat kota Kupang

5
Hukum Pidana Adat Fatuleu; Hukum Adat; Kelompok 5; Ilmu Hukum; Fakultas Hukum; 2023

Anda mungkin juga menyukai