TESIS
Universitas Hasanuddin
Oleh :
ATIKA M. AMARIE
P3600208567
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER KENOTARIATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
HALAMAN PENGESAHAN
TESIS
Menyetujui :
Komisi Penasehat
Ketua Anggota
Mengetahui :
Ketua Program Studi Magister Kenotariatan
2
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Wata’ala, karena berkat dan rahmat serta taufik – Nya pula, sehingga
Akta PPAT”, dapat selesai dalam rangka memenuhi salah satu syarat
Universitas Hasanuddin.
kekurangan dan ketidaksempurnaan dari tesis ini, Oleh karena itu segala
kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.
tercinta, yang telah mengasuh dan mendidik penulis sejak kecil sampai
dewasa serta iringan do’a dan bantuan baik moril maupun materil,
sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan selama ini khususnya
tesis ini.
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Razak, SH., MH. dan ibu Prof. Dr. Farida
kepada penulis.
Universitas Hasanuddin
4. Bapak dan Ibu PPAT/Notaris Kota Makassar serta Kepala Kantor dan
ini, Kak ema, Kak Titin, Kak Wiwi, Astika, Indah, Vina, Kak Kirana, Ika
4
7. Rekan-rekan di Magister Kenotariatan UNHAS angkatan 2008 dan
persatu.
Semoga kebaikan dari semua yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung mendapat rahmat dan hidayah dari Allah SWT.
Wassalamu’Alaikum Wr.Wb.
Atika M. Amarie
ABSTRAK
6
ABSTRACT
The research was carried out in the region of Makassar City, South
Sulawesi Province with 7 respondents of OLDM, the Head of Land Affairs
office, Makassar City who were selected by a purposive sampling. Data
used in the research were primary and secondary data. The collection of
the primary data was carried out by a field research and an interview,
whereas the secondary data were obtained by a library research by
carrying out the study on the related regulations and acts.
The results of the research reveals that the official documents of OLDM do
not fulfill or are not in line the criteria of authentic official documents in
which the authenticity of an official document is regulated in the Article
1868 of the Book of Civil Law, i.e. an authentic official document is a
document whose form is determined by the acts, is made or in the
presence of a public official, is made in the authority area/region of the
relevant public official. While, the form of the OLDM official document is
only regulated on the level of the Minister Decree, i.e. the Regulation of
State Minister of land Affairs/the Head of Board of National land Affairs
Number 3 Year 1997. The use of blank paper of OLDM as the public
official is not maximal to give service to the community. Theoretically and
normatively, OLDM can make their own blank paper in producing the land
official documents, however, in terms or administration and practically in
reality, OLDM can not carry out such things.
Key Words : Form / Blank, deed The Land Deed Official Makers
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
ABSTRAK.. ........................................................................................................ vi
ABSTRACT............................................................................................... vii
B. Rumusan Masalah.............................................................. 8
D. Manfaat Penelitian.............................................................. 9
B. Teori Kewenangan......................................................... 31
1. Pengertian Kewenangan.......................................... 31
8
D. Tinjauan Umum tentang Blanko Akta Pembuat Akta
Tanah.................................................................................... 45
PPAT.................................................................................... 54
PPAT.................................................................................... 64
PENDAHULUAN
ini mengandung arti bahwa menjadi kewajiban agar bumi, air dan ruang
adil dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Melihat dari materi Pasal
33 ayat (3) di atas, maka tujuan di sini merupakan tujuan dari Negara
10
Menurut Sudjito 1 :
1
Sudjito, Penyelesaian Konflik Sumberdaya Agraria, Makalah dis ampaik an pada Kuliah
Perdana Program Magister Kenotariatan di Universitas Hasanuddin, Makassar, 2005,
hlm. 2
2
Boedi Harsono, Huk um Agraria I ndonesia Sejarah Pembentuk an Undang-Undang
Pok ok Agraria, Isi dan Pelak sanaannya, Jakarta, Djambat an 2005, hlm. 8.
memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan dan
Nasional (BPN). Pada Pasal 6 ayat (1) ditegaskan bahwa dalam rangka
adalah pejabat dari Kantor Lelang, Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf,
12
melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat
mengenai hak atas tanah dan atau hak milik atas satuan rumah susun,
3
Habib Adjie, Menoropong Khazanah Notaris dan PPAT di Indonesia, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2009, hlm. 278.
membebankan hak tanggungan menurut peraturan perundang -
dan membuat akta yang sesuai dengan bentuk yang ditentukan. 4 Lebih
mengerjakan5.
4
GHS. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, 1980, hlm 28.
5
Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 148
14
PPAT dalam membuat akta PPAT harus dibuat dengan bentuk
“untuk memenuhi syarat otentiknya suatu akta, maka akta PPAT wajib
6
ditentukan bentuknya oleh menteri”.
dalam Pasal 95 ayat (1) dan (2) harus dilakukan dengan menggunakan
yang disediakan.
Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, blanko akta PPAT dibuat dan
PPAT dibuat dengan mengisi blanko akta yang tersedia sesuai dengan
kejadian, status dan data yang benar serta didukung dengan dokumen
6
Penjelasan Pasal demi Pas al PP No. 37 tahun 1998 tentang PJPPA T
Aturan ini menurut penulis menimbulkan ketergantungan
Tanah.
Pasal 95 ayat (1) dan ayat (2) harus menggunakan formulir sesuai
1. Akta itu harus dibuat oleh atau di hadapan seorang pejabat umum.
7
Habib Adjie, Percik an Pemik iran tentang Jabatan dan Ak ta PPAT, Makalah, Surabaya,
2008, hal. 31
16
2. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang -
undang.
B. Rumusan Masalah
sendiri?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan yang telah dirumuskan
D. Manfaat Penelitian
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
umum, hal ini dapat kita lihat dari aturan hukum yang mengatur
wewenangnya.
dalam arti yang umum, untuk setiap bidang pekerjaan (tugas) yang
8
E. Utrecht, Pengant ar Huk un Administrasi Indonesia, Penerbitan dan Balai Buk u Ichtiar,
Djakarta, 1963, hlm.159.
9
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebuday aan -Balai
Pustaka, Jakarta, 1994, hlm. 392.
10
N.E Algra, H.R.W. Gokkel-dkk, Kamus Istilah Hukum Fockema Andrea,
Belanda-Indonesia, Bina Cipta, Jakarta, 1983, hlm. 29
merupakan suatu istilah yang dipergunakan sebagai fungsi atau
Sebagai subjek hukum yaitu badan hukum, maka jabatan itu dapat
tersebut diisi atau dijabat oleh para subjek hukum yang dipilih atau
11
E. Utrech, op.cit, hlm.159.
12
Ibid,hlm. 160.
13
Loc.cit.
14
Loc.cit.
20
diangkat untuk waktu tertentu yang akan menjalankan jabatan yang
ada.
maka jabatan tersebut dapat disandang oleh sub jek hukum lainnya
pejabat. Istilah kata penjabat dan pejabat dari segi arti kata
jabatan16.
15
Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit.,hlm.392. Badudu-zain, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1994, hlm. 543
16
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Loc.cit, hlm. 392. Badudu-Zain, Loc.cit, hlm. 543.
bertindak dengan perantaraan pejabatnya 17. Jabatan merupakan
17
E. Utrecht, Op.cit, hlm. 124-125
18
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MKRI), dengan putusan Nomor 009 -
014/PUU-III/2005, tanggal 13 September 2005 mengistilahkan pejabat umum sebagai
Public official.
19
Istilah Openbare Ambtenaren yang terdapat dalam Pasal 1868 BW diterjemahkan
menjadi Pejabat Umum oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang
Huk um Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 1983
20
N. E. Algra, H.R.W. Gokkel-dkk, op.cit.,hlm. 29.
21
Dalam kamus Hukum Fockema Andreae’s Rechtsgeleerd Handwoordenboek, oleh N.
E. Algra, H.R.W. Gokkel, H.D. tjeenk Willink-Alphen aan den Rijn, 1981, hlm. 432, bahwa
salah satu arti dari openbare adalah de publiek e zaak, yang berarti kepentingan atau
urusan publik.
22
sehingga tepat jika openbare diartikan sebagai pejabat publik.
kepentingan publik.
menyebutkan:
yaitu:
Tanah.
24
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah
akta PPAT.
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas tanah
perundang-undangan, yaitu:
berlaku.
mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah
susun.
pejabat umum.
22
Boedi Harsono, PPAT Sejarah Tugas dan Kewenangannya, Majalah RE NVOI, No.
8.44. IV, Jak arta, 3 Januari 2007, hlm. 11.
26
pengangkatan, pemberhentian, dan kewenangan PPAT. 23 PPAT
perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik
oleh PPAT dirinci secara tegas, yaitu akta pemindahan hak atas
23
Sri Winarsi, Pengaturan Notaris dan P ejabat Pembuat Ak ta Tanah sebagai Pejabat
Umum, Majalah Y URIDIKA, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Volume 17 No. 2,
Surabaya, Maret 2002, hlm. 186.
mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah
susun.
Akta yang dibuat oleh PPAT adalah akta tanah. Menurut Boedi
tanah, yaitu :
24
Boedi Harsono, PPAT, Akta PPAT, dan Permasalahannya, Mak alah, Temu Ilmiah
Mahasiswa Notariat se-Indonesia, Candra Wilwatikta, Pandaan, Jawa Timur, 25– 6
Agustus 1989, hlm. 2.
28
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998, untuk
1. Berkewarganegaraan Indonesia.
pendidikan tinggi.
PPAT; atau
30
ini hanya disebutkan kegiatan-kegiatan tertentu, tidak disebutkan
Kabupaten/Kota.
tanah atau hak milik atas satuan rumah susun, yang akan
sebagai berikut:
a. Jual beli;
b. Tukar menukar;
c. Hibah;
Milik;
yang dilakukan oleh para pihak mengenai hak atas tanah atau hak
pembagian hak25.
25
Urip santos o, Tugas PPAT dalam Pendaftran Tanah, Hukumonline.com, Tanggal 12
Desember 2007
32
1. Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali (Opzet atau Initial
Registration).
26
Urip Santoso, Loc.cit
a. Pengumpulan dan pengolahan data fisik. Untuk keperluan
3. pembukuan hak.
4. Penerbitan sertipikat.
Maintenance).
34
dan sertifikat dengan perubahan-perubahan yang terjadi
kemudian.
atas:
meliputi:
1. Pemindahan hak;
5. Pembebanan hak;
meliputi:
Susun.
7. Perubahan nama.
36
Perubahan data fisik dapat berupa:
perbuatan hukum mengenai hak atas tanah atau hak milik atas
hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun
membuat akta.
27
A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, cv. Mandar Maju: Bandung, 1999,
hlm. 83.
“Bahwa tugas PPAT adalah melaksanakan suatu
recording of deeds of conveyance, yaitu suatu perekaman
pembuatan akta tanah yang meliputi mutasi hak,
pengikatan jaminan dengan hak atas tanah sebagai Hak
Tanggungan, mendirikan hak baru di atas sebidang tanah
(Hak Guna Bangunan di atas HakMilik atau Hak Pakai di
atas HakMilik) ditambah membuat surat kuasa memasang
Hak Tanggungan”.
tanah, yaitu:
atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang
atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun pada saat
38
wajib pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa
pemindahan hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah
berlaku;
berlaku.
B. Teori Wewenang
1. Pengertian Kewenangan
28
Lihat kamus bahasa Indonesia
40
jaminan bahwa suatu pekerjaan dapat dilaksanakan oleh yang
29
P. Niko lai dalam skripsi Akbar, kewenangan bupati sebagai pejabat Pembina Kepegawaian
Daerah, 2007, hal. 20
30
kamus Bahasa Indonesia, op.cit.
Menurut Ridwan H.R 31 mendefinisikan sebagai berikut :
Steenbeek menyebutkan32:
perundang-undangan.
31
Ridwan H. R.., Huk um Administrasi Negara, Penerbit Rajawali Pers, 2008,.
32
Op.cit, Skirpsi, hlm. 23
42
tanggung jawab intern dan ekstern pelaksanaan wewenang yang
bersangkutan.
yang baku atau apa saja ketentuan yang dapat dicantumkan dalam
33
Indrawan W.S., Kamus Lengk ap Bahasa Indonesia, Jombang, Penerbit Lintas Media,
1998, hlm. 22.
34
Wojowasito, Kamus Umum Belanda Indonesia, Jakarta, Penerbit P T Ichtiar B aru-Van
Hoeve, 1990, hlm.34.
44
akta, syarat-syarat sebagai pihak yang berkepentingan dan
sebagai berikut :
lebih jelas, yaitu suatu tulisan yang ditanda tangani oleh pihak-pihak
tetapi, pengertian akta ini belum membahas mengenai siapa saja yang
dalam perkara perdata terdiri dari bukti tulisan, b ukti dengan saksi-
pembuktian yang pertama. Hal ini menyatakan bahwa dalam lalu lintas
atau kejadian, yang sengaja dibuat untuk dijadikan sebagai alat bukti
berkepentingan.
Hal ini sebagaimana yang ternyata dalam Pasal 1878 ayat (1)
kebenaran dari apa yang telah ditulis tersebut dan juga bertanggung
46
jawab mengenai isi dari tulisan tersebut apabila dikemudian hari
tangan”, sehingga akta sebagai alat bukti tertulis terbagi menjadi akta
otentik dan akta di bawah tangan. Baik akta otentik maupun akta di
orang terhadap siapa tulisan itu hendak dipakai, atau yang dengan
35
Kitab undang-undang Hukum Perdata, op.cit., Pasal 1869
warisnya dan orang-orang yang mendapat hak daripada mereka, bukti
lagi diperlukan bukti tambahan, yaitu tidak diperlukan alat bukti lainnya
yang menjadi pokok dari ketentuan dan isi akta tersebut yaitu segala
sesuatu yang dengan tegas telah dinyatakan oleh pihak -pihak yang
36
Subekti dan Tjiptos udibjo, Kitab Undang-Undang Huk um Perdat a (Burgelijk e Wetbook ),
Jak arta PT. Intermasa, 1979, hlm.475 dan 477.
37
Pasal 1871 berbunyi “ Suatu akta ot entik namunlah tidak memberikan bukti yang
sempurna tentang apa yang termuat di dalamnya sebagai suatu penuturan belaka selain
apa yang dituturkan itu ada hubungan langsung dengan pokok isi akta.”
48
dalam arti, bahwa segala sesuatu yang tertulis dalam akta tersebut
otentik apabila para pihak mengakui tanda tangan yang mereka buat
38
Subekti, op.cit.,hal.29-30.
dengan pihak ketiga, maka pihak ketiga tersebut yang harus dapat
pihak tersebut terhadap segala sesuatu yang telah tertulis dalam akta
tersebut. 39
bentuk dan sifat akta. Dalam ayat (1) Pasal tersebut, disebutkan
39
Pasal 1880 berbunyi “Akta-akta di bawah tangan, sekedar tidak dibubuhi suatu
pernyataan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat kedua dari Pas al 1874 dan dalam
Pasal 1874a, tidak mempunyai kekuatan terhadap orang-orang pihak ketiga, mengenai
tanggalnya, selain sejak hari dibubuhi pernyataan oleh seorang Not aris atau seorang
pegawai lain yang ditunjuk oleh undang-undang; atau sejak hari meninggalnya si
penandatangan maupun salah seorang dari para penandatangan atau sejak hari
dibuktikanny a tentang adanya akta-akta dibawah tangan itu dari akta-akta yang dibuat
oleh pegawai umum, at au pula sejak hari diakuinya akta-akta di bawah tangan itu s ecara
tertulis oleh orang-orang pihak ketiga terhadap siapa akta-akta itu dipergunakan.” Subekti
dan Tjipt osudibio, op.cit.,hlm.475
50
bahwa setiap akta notaris terdiri dari awal akta atau kepala akta,
kepala akta harus memuat judul akta, nomor akta, dan tempat
kedudukan Notaris. Pada ayat (3) yaitu mengenai badan akta berisi :
Ketentuan dalam ayat (4), yaitu akhir akta atau penutup akta
memuat mengenai :
tangan.
garis lurus ke atas atau ke bawah tanpa pembatasan derajat dan garis
52
diperkenalkan kepada Notaris atau diterangkan identitas dan
harus dinyatakan secara tegas dalam akta yang dibuat oleh Notaris
bersangkutan.
ditetapkan oleh Menteri.” Selain itu, berdasarkan ayat (3) dari Pasal
(dua) orang saksi sebelum ditandatangani seketika itu juga oleh para
37 Tahun 1998, maka menjadi jelas bahwa akta PPAT dapat menjadi
PP 37 Tahun1998.
dan kemudian diedarkan oleh Kantor Pos di seluruh Indonesia. Hal ini
SK.62/Dja/1977.
saja pada lembar tambahan diberi juga nomor seperti yang tercantum
3752 tanggal 20-9-1989 ada 4 jenis akta PPAT yang baru yaitu akta
40
Effendi Perangin,., Prak tek Jual Beli Tanah, cet.3, Jakart a PT Raja Grafindo Persada,
1994, hlm. 25
41
A. P. Parlindungan, Pedoman Pelak sanaan UUPA dan Tata Cara Pejabat Pembuat
Akta Tanah,cet.5, Bandung : Alumni, 1985, hlm. 27
54
jual beli, akta hibah, akta credit verband, dan akta pemisahan dan
b. Akta hibah
f. Akta hipotik
g. Akta creditverband
h. Akta fidusia
Indonesia dan hanya boleh dibeli oleh PPAT, PPAT Pengganti PPAT
42
Effendi Perangin, Op.Cit, hlm. 26.
Akta PPAT dibuat dengan mengisi blanko akta yang tersedia
sesuai dengan kejadian, status dan data yang benar serta didukung
dan PPAT. 44
43
John Salindeho, Masalah tanah Dalam Pembangunan, cet. 3, Jakart a: Sinar Grafika,
1993, hlm. 143.
44
Peraturan Pemerintah Tentang Pendaftaran Tanah, PP No. 24 Tahun 1997, LN No. 59
Tahun 1997, ps.22.
56
e. Telah dilaksanakannya pembuatan hukum tersebut oleh para pihak
yang bersangkutan
otentik adalah: 45
1. Nama
2. Jabatan
3. Tempat tinggal
1. Kepala akta
45
Salindeho, op. cit., hlm 143.
Terdiri dari judul akta, hari dan tanggal akta, nama PPAT,
2. Badan akta
mewakilinya.
58
c. Hubungan dan dalam kedudukan apa ataupun surat kuasa
bagaimana di bertindak
lainnya harus diletakkan pada akta PPAT yang menjadi file dari
PPAT.
3. Akhir akta
diwujudkan, yakni:
46
Ibid, hlm.147
- Diletakkannya tanda tangan PPAT
banyaknya hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah
pemegang kuasa.
salinannya
60
47
Suatu akta otentik terdapat tiga macam kekuatan yaitu :
dibuat “oleh (door) atau “di hadapan” seorang pejabat umum, akta
Pejabat Umum oleh atau di hadapan siapa akta itu dibuat, harus
47
Ibid, hal.27.
demi kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum bagi pihak
keseluruhan.
hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun.
62
Pertama, PPAT merupakan pejabat umum. Pasal 1 butir 1
mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah
pejabat umum.
a). Notaris
Pengangkatan Notaris.
64
dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik,
lain.
Wewenang Notaris
hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas
66
oleh perbuatan hukum itu (Pasal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah
1. jual beli;
2. tukar menukar;
3. hibah;
Milik;
perwilayah/perkota.
68