Anda di halaman 1dari 22

“ LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN ”

PERAN PENYIDIK DALAM MENERBITKAN SURAT PERMINTAAN


VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DI SPKT POLDA NTB

Oleh :
DHAMMANANDA
19133130

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


INSTITUT AGAMA HINDU NEGERI
GDE PUDJA MATARAM
FAKULTAS DHARMA DUTA BRAHMA WIDYA
DAN DHARMA SASTRA
JURUSAN DHARMA SASTRA
PROGRAM STUDI HUKUM AGAMA HINDU
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) berjudul : “PERAN PENYIDIK


DALAM MENERBITKAN SURAT PERMINTAAN VISUM ET
REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DI SPKT POLDA NTB”, Oleh :
DHAMMANANDA, NIM : 19133130, telah disetujui pada tanggal 2 November
2022.

Mataram, 2 November 2022

Mengesahkan

Dosen Pembimbing Penyelia

Dr. Drs. I Nyoman Murba Widana, M.Ag I Ketut Suastika, S.H., M.I.Kom
NIP. 196312311992031024 Komisaris Polisi NRP 69040337

Mengetahui,
Ketua Jurusan Dharma Sastra

I Gusti Ayu Aditi, SH.,MH.


NIP. 196901302005012001

ii
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
Tuhan Yang Maha Esa atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya, sehingga Laporan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) di SPKT Polda NTB. bisa diselesaikan sesuai
dengan jadwal yang telah di tentukan.
Dalam laporan ini memuat berbagai kegiatan yang penulis realisasikan dan
penulis kerjakan berdasarkan kepercayaan dalam kurun waktu dua bulan yang
sesuai dengan yang dijadwalkan. Penulis telah banyak merepotkan sekaligus
melibatkan beberapa orang baik secara langsung maupun tidak langsung turut
mendukung dan membantu dalam pembuatan Laporan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) ini yang berupa dukungan atau bantuan moral maupun material. Oleh
karena itu penulis tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Ir. I Wayan Wirata, A. Ma., M. Si, Rektor Institut Agama Hindu Negeri
Gde Pudja Mataram.
2. I Gusti Ayu Aditi, S.H,. M.H. selaku Ketua Jurusan Dharma Sastra yang telah
menyetujui pelaksanaan PKL di SPKT Polda NTB.
3. Dr. Drs. I Nyoman Murba W, M. Ag. selaku Pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingannya dalam pelaksanaan PKL maupun
dalam menyelasaikan Laporan PKL ini.
4. Kompol I Ketut Suastika, SH., M.I.Kom. selaku Ka SPKT Polda NTB tempat
melaksanakan PKL
5. Segenap anggota Siaga II SPKT Polda NTB yang ada di Lokasi PKL yang
mengarahkan kami dalam pelaksanaan PKL.
6. Serta teman-teman mahasiswa yang telah membantu dan mendukung dalam
jalannya kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Penulis menyadari bahwa Laporan Praktik Kerja Lapangan ini banyak
kelemahan dan kekurangannya. Termasuk pula dalam tata cara penulisan atau
penyajian hasil data Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan. Berkenaan
dengan itu penyusun sangat membutuhkan saran dan kritik yang konstruktif dari
berbagai pihak demi penyempurnaan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini.

iii
Semoga Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dapat memberikan manfaat
bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Om Shanti, shanti, shanti Om

Mataram, 2 November 2022


Penulis

Dhammananda

iv
DAFTAR ISI

Cover ...............................................................................................................i

Halaman Pengesahan .......................................................................................ii

Kata Pengantar .................................................................................................iii

Daftar Isi ..........................................................................................................v

Abstrak .............................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1

Latar Belakang .....................................................................................1

Rumusan Masalah ................................................................................3

Tujuan ..................................................................................................3

Manfaat ................................................................................................3

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKL ...............................................4

Lokasi PKL ..........................................................................................4

Sejarah Lokasi PKL..............................................................................4

Manajemen Organisasi Lokasi PKL.....................................................5

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................6

Uraian Pekerjaan / Kegiatan ................................................................6

Analisis Hasil Pekerjaan.......................................................................7

BAB IV PENUTUP .........................................................................................11

Kesimpulan ..........................................................................................11

Saran ....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
ABSTRAK
PERAN PENYIDIK DALAM MENERBITKAN SURAT PENGANTAR
VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DI POLDA NTB
Oleh :
Dhammananda
19133130

Abstrak
Di dalam laporan ini membahas tentang peran penyidik dalam menerbitkan surat
permintaan Visum et Repertum sebagai alat bukti di SPKT Polda NTB. Di mana
hal tersebut bertujuan untuk mengetahui aturan hukum dan perundang-undangan
terhadap peranan visum et repertum dalam upaya pembuktian dan peran penyidik
dalam menerbitkan surat permintaan visum et repertum dalam upaya pembuktian
di SPKT Polda NTB. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam laporan
ini adalah dengan menggunakan studi literatur dan studi lapangan serta analisa
data menggunakan analisa deskriptif. Hasil laporan dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya Visum et Repertum merupakan alat bukti yang sah, hal ini sesuai
dengan yang disebutkan dalam Pasal 184 ayat (1) huruf b dan huruf c KUHAP.
Adapun yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik
pembantu sebagaimana bunyi pasal 7 ayat (1) huruf h yang menyatakan bahwa
penyidik yang karena kewajibannya mempunyai wewenang untuk mendatangkan
orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara.
Kata Kunci: Visum et Repertum, Penyidik, Alat Bukti.

Abstract
This report discusses the role of investigators in issuing a letter requesting a visum
et repertum as evidence at the SPKT Polda NTB. Where it aims to find out the
rules of law and legislation on the role of visum et repertum in an effort to prove
and the role of investigators in issuing a letter of request for visum et repertum in
an effort to prove at the SPKT Polda NTB. The data collection technique used in
this report is by using literature studies and field studies and data analysis using
descriptive analysis. The results of the report can be concluded that basically

vi
Visum et Repertum is valid evidence, this is in accordance with what is stated in
Article 184 paragraph (1) letter b and letter c of the KUHAP. Those who are
authorized to request expert testimony are investigators and assistant investigators
as stated in Article 7 paragraph (1) letter h which states that it is investigators who
because of their obligations have the authority to bring in the necessary experts in
connection with the examination of cases.
Keywords: Visum et Repertum, Investigators, Evidence

vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan utama penyidikan perkara pidana di pengadilan adalah untuk
mengetahui kebenaran materiil (materiile waarheid) dari perkara tersebut. Hal ini
terlihat dari berbagai upaya yang dilakukan aparat penegak hukum untuk
memperoleh bukti-bukti yang diperlukan untuk memperjelas suatu perkara, baik
pada tahap penyelidikan, penyidikan dan penuntutan, maupun pada tahap
persidangan.

Upaya yang dilakukan oleh para penegak hukum untuk menegakkan


kebenaran materiil dalam proses pidana ditujukan untuk menghindari kesalahan
dalam pemidanaan atas kejahatan terhadap orang. sebagimana ditentukan dalam
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Peradilan, Pasal 6 ayat (2) yang menyatakan : “Tiada seorang juapun dapat
dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan karena alat pembuktian yang sah
menurut Undang-undang mendapat keyakinan bahwa seseorang yang diangggap
dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang dituduhkan atas
dirinya”. Menurut ketentuan undang-undang tersebut di atas, dalam proses
penyelesaian suatu perkara pidana, aparat penegak hukum wajib mengumpulkan
bukti-bukti dan fakta-fakta yang berkaitan dengan perkara pidana tersebut.

Alat-alat bukti yang sah sebagaimana dimaksud diatas dan yang telah
ditentukan menurut ketentuan perundang-undangan adalah sebagaimana diatur
dalam Undang-undang No.8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP) pada pasal 184 ayat (1) yang menyebutkan : “Alat bukti
yang sah ialah :

1. Keterangan saksi

2. Keterangan ahli

3. Surat

4. Petunjuk

5. Keterangan terdakwa

1
2

Salah satu upaya hakim untuk menegakkan keadilan dan menemukan


kebenaran materiil dalam menyelesaikan atau memutus perkara pidana adalah
dengan menggunakan alat bukti secara aktif dalam proses pembuktian di dalam
sidang pengadilan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dalam proses penyelesaian suatu


perkara pidana, aparat penegak hukum berkewajiban untuk berusaha
mengumpulkan selengkap-lengkapnya bukti dan fakta yang relevan dengan
perkara pidana yang sedang diproses. Dalam upaya memperoleh bukti yang
diperlukan untuk penyidikan suatu perkara pidana, aparat penegak hukum
seringkali menghadapi masalah tertentu yang tidak dapat mereka selesaikan
karena berada di luar kemampuan dan keahliannya. Dalam hal ini, bantuan
profesional sangat penting untuk menemukan kebenaran kunci bagi penegakan
hukum selengkap mungkin.

Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter atas


permintaan tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan media terhadap
seorang manusia (baik hidup maupun mati) atau bagian dari tubuh manusia
(berupa temuan dan interpretasinya), di bawah sumpah untuk kepentingan
peradilan. (Afandi, 2017:1)

Visum et Repertum merupakan suatu bukti surat sah yang dapat diyakini
kebenarannya oleh hakim pengadilan, hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 184
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana yang selanjutnya di singkat
KUHAP. Semenjak diundangkannya KUHAP (Undang-undang No 8 Tahun
1981) ketentuan Hukum Acara Pidana dan Peraturan perundangan lainnya,
maka ketentuan perihal macam-macam alat bukti yang sah tentang pembuktian
dalam proses pemeriksaan sidang pengadilan menjadi lengkap.

Hal yang secara umum diketahui dan tidak perlu dibuktikan adalah dasar
hukum mengenai peranan keterangan ahli tentang kelengkapan alat bukti dalam
catatan proyustisia (bahwa penyidikan akan dilakukan untuk keadilan, sehingga
dilakukan proses peradilan sesuai dengan prinsip keadilan bagi semua pihak
menurut aturan hukum yang berlaku) dan pemeriksaan di pengadilan, yang
berguna dalam upaya memperkuat kepercayaan hakim dalam pengambilan
3

keputusan. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis menjadi tertarik


mengambil judul “PERAN PENYIDIK DALAM MENERBITKAN
SURAT PERMINTAAN VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT
BUKTI DI SPKT POLDA NTB”

1.2 Rumusan Masalah


Pada posisi demikian yang menjadi ketertarikan peneliti untuk
melakukan penelitian setidaknya terdapat dua permasalahan yang akan dibahas
dalam tulisan ini yaitu:
1. Bagaimanakah aturan hukum dan perundang-undangan terhadap peranan
Visum et Repertum dalam upaya pembuktian?
2. Bagaimanakah peran penyidik dalam menerbitkan surat permintaan Visum et
Repertum dalam upaya pembuktian di SPKT Polda NTB?

1.3 Tujuan
Pada dasarnya tujuan laporan ini adalah untuk mencari pemahaman
tentang masalah-masalah yang telah dirumuskan. Adapun tujuannya adalah:
1. Untuk mengetahui aturan hukum dan perundang-undangan terhadap peranan
Visum et Repertum dalam upaya pembuktian.
2. Untuk mengetahui peran penyidik dalam menerbitkan surat permintaan Visum
et Repertum dalam upaya pembuktian di SPKT Polda NTB.

1.4 Manfaat
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis maupun secara praktis:
1. Manfaat Teoritis, Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis
yaitu memberikan kejelasan guna melengkapi pengetahuan dan wawasan
penulis.
2. Manfaat Praktis, Laporan ini diharapkan memberikan informasi bagi
Mahasiswa tentang Visum et Repertum.
BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PKL


2.1 Lokasi PKL

Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu Kepolisian Daerah Nusa Tenggara


Barat atau yang kemudian disingkat dengan nama SPKT Polda NTB berlokasi di
Jl. Langko no 77, Taman Sari, Kota Mataram.

2.2 Sejarah Lokasi PKL

Awal mula didirikannya SPKT Polda NTB adalah pada tahun 2011
berdasarkan Perkapolri No. 22 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi Dan Tata
Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah. SPKT Polda NTB merupakan satuan kerja
Polda NTB yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepolisian kepada
masyarakat.
SPKT Polda NTB dapat memberikan pelayanan berupa : (“Polri,” 2021)
1. Laporan Polisi (LP)
2. Surat Tanda Terima Laporan Polisi (STTPLP)
3. Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP)
4. Surat Keterangan Tanda Lapor Kehilangan (SKTLK)
5. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK)
6. Surat Tanda Terima Pemberitahuan (STTP)
7. Surat Keterangan Lapor Diri (SKLD)
8. Surat Ijin Keramaian
9. Surat Rekomendasi Ijin Usaha Jasa Pengamatan
10. Surat Ijin Mengemudi (SIM)
11. Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK)

4
5

2.3 Manajemen Organisasi Lokasi PKL


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Uraian Pekerjaan / Kegiatan

3.1.1 Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Praktik kerja lapangan di kantor SPKT Polda NTB berlangsung selama 5


hari kerja (senin s/d jumat) dimulai dari jam 07.00 – 15.00 WITA dengan
tenggang waktu selama 2 bulan dimulai dari tanggal 5 September 2022 s/d 28
Oktober 2022.

3.1.2 Pekerjaan / Kegiatan Yang Dilaksanakan

Pekerjaan yang dilaksanakan selama mengikuti kegiatan PKL di SPKT


Polda NTB antara lain :

1. Melaksanakan kegiatan apel pagi


2. Melaksanakan pelayanan pembuatan surat keterangan kehilangan
3. Menerima dan membuat laporan polisi
4. Melaksanakan pemantauan aksi unjuk rasa melalui cctv command center
Polda NTB
5. Melaksanakan pemantauan daerah rawan dan wilayah objek vital melalui cctv
command center Polda NTB
6. Melaksanakan monitoring perkembangan situasi jajaran polres/polresta se-
Polda NTB menggunakan radio HT.
7. Mengikuti kegiatan seminar deradikalisasi bagi pegawai negeri pada Polri
Polda NTB.

3.1.3 Metode Praktik Kerja Lapangan


Dalam pelaksanaan PKL ini menggunakan metode penelitian deskriptif,
dimana kegiatan ini mendeskripsikan dan megumpulkan data-data yang terjadi
secara langsung ke lapangan terkait dengan peranan penyidik dalam menerbitkan
surat permintaan Visum et Repertum. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam Laporan PKL ini adalah :

6
7

1. Studi literatur

Studi literatur ialah pendekatan penelitian yang dilakukan dengan cara


mencari referensi atas landasan teori yang relevan dengan kasus atau
permasalahan yang ditemukan. Referensi tersebut bisa dicari dari buku, jurnal,
artikel laporan penelitian, dan situs-situs online di internet. Output yang
dihasilkan dari studi literatur ialah terkoleksinya referensi yang relevan dengan
rumusan masalah. (Hayati, Mei 13, 2022)

2. Studi lapangan

Studi lapangan adalah pengumpulan data secara langsung ke lapangan


dengan mempergunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
Menurut (Suharsimi Arikunto, 2010:199) mengatakan bahwa observasi
merupakan pengamatan yang meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap
sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Observasi ini dilakukan
oleh peneliti yang bertindak sebagai orang luar atau pengamat, dengan tujuan
untuk lebih memahami dan mendalami masalah-masalah yang terjadi dalam
kehidupan sosial dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan proses penelitian.
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
leggers, agenda dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 2006:158)

3.2 Analisis Hasil Pekerjaan


3.2.1 Aturan Hukum Visum et Repertum

Dalam KUHAP tidak terdapat satu pasalpun yang secara eksplisit memuat
perkataan Visum et Repertum. Hanya dalam Staatsblad Tahun 1937 Nomor 350
pada pasal 1 dinyatakan bahwa Visum et Repertum adalah suatu keterangan
tertulis yang dibuat oleh dokter atas sumpah atau janji tentang apa yang dilihat
pada benda yang diperiksanya yang mempunyai daya bukti dalam perkara-perkara
pidana.
Apabila ditinjau dari ketentuan Staatblad Tahun 1937 Nomor 350 yang
merupakan satu-satunya ketentuan yang memberikan definisi Visum et Repertum
termaksud alat bukti surat karena keterangan yang dibuat oleh dokter dituangkan
8

dalam bentuk tertulis. Menurut Waluyadi, Visum et Repertum merupakan


keterangan tertulis dalam bentuk surat yang dibuat atas sumpah jabatan yaitu
jabatan sebagai seorang dokter, sehingga surat tersebut mempunyai keotentikan
sebagai alat bukti.
Disamping ketentuan Staatslad Tahun 1937 Nomor 350 yang menjadi
dasar hukum kedudukan Visum et Repertum sebagai alat bukti surat yaitu pasal
184 ayat (1) huruf c KUHAP mengenai alat bukti surat serta pasal 187 huruf c
yang menyatakan bahwa surat sebagaimana tersebut pada pasal 184 ayat (1) huruf
c, dibuat atas sumpah jabatan atau dilakukan dengan sumpah, adalah “Surat dari
seseorang keterangan ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari
padanya.”
Dengan demikian berdasarkan pengertian yuridis dari Visum et Repertum
yang diberikan oleh Staatsblad Tahun 1937 Nomor 350 maka kedua pasal
KUHAP tersebut telah memberikan kedudukan Visum et Repertum sebagai suatu
alat bukti surat dalam pemeriksaan perkara pidana.
Oleh karena Visum et Repertum merupakan alat bukti yang sah, apabila
terdapat dalam berkas perkara, berarti Visum et Repertum harus pula disebutkan
serta dipertimbangkan oleh majelis hakim dalam putusannya.
Meskipun Visum et Repertum tidak mutlak harus ada, namun dalam
tindak pidana yang objeknya adalah tubuh manusia, misalnya pembunuhan,
penganiayaan, pemerkosaan, maka sebaiknya dilengkapi dengan Visum et
Repertum. Jika beberapa orang saksi melihat terjadinya pembunuhan atau
penganiayaan atau bahkan pemerkosaan dan didukung dengan keterangan
terdakwa serta hakim yakin atas kesalahan terdakwa, maka terdakwa sudah dapat
dipidana meskipun tidak disertai dengan Visum et Repertum.
Sebagaimana dari penjelasan tersebut mengenai peranan alat bukti Visum
et Repertum adalah sebagai alat bukti surat, dan sebagai alat bukti surat
mempunyai kekuatan sama dengan alat bukti yang lain. Dengan melampirkan
Visum et Repertum dalam suatu berkas perkara oleh penyidik atau pada tahap
pemeriksaan dalam proses penuntutan oleh penuntut umum, setelah dinyatakan
cukup hasil pemeriksaan itu dari perkara pidana yang didakwakan kepada
9

terdakwa, kemudian diajukan ke persidangan, maka alat bukti surat Visum et


Repertum termaksud alat bukti sah seperti disebutkan dalam Pasal 184 ayat (1)
huruf b dan huruf c KUHAP.
3.2.2 Peranan Penyidik dalam menerbitkan surat permintaan Visum et
Repertum dalam upaya pembuktian di SPKT Polda NTB
Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter atas
permintaan tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan media terhadap seorang
manusia (baik hidup maupun mati) atau bagian dari tubuh manusia (berupa
temuan dan interpretasinya), di bawah sumpah untuk kepentingan peradilan.
(Afandi, 2017:1)
Pasal 133 KUHAP menyebutkan:
a. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan
ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
b. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah
mayat.
Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik
pembantu sebagaimana bunyi pasal 7 ayat (1) huruf h yang menyatakan bahwa
penyidik yang karena kewajibannya mempunyai wewenang untuk mendatangkan
orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara.
Selain itu dalam pasal 11 ayat (1) KUHAP dijelaskan bahwa penyidik yang
mengetahui, menerima laporan, atau pengaduan tentang terjadinya suatu peristiwa
yang patut diduga merupakan tindak pidana dalam waktu paling lama 2 (dua) hari
terhitung sejak mengetahui, menerima laporan, atau pengaduan tersebut wajib
melakukan tindakan penyidikan yang diperlukan.
Penyidik yang dimaksud di sini adalah penyidik sesuai dengan pasal 6 ayat
(1) huruf a, yaitu pejabat polisi negara Republik Indonesia.
Dalam hal membuat Visum et Repertum, terlebih dahulu seorang penyidik
Polri akan menerbitkan surat pengantar pembuatan Visum et Repertum. Adapun
10

dasar rujukan daripada surat pengantar tersebut adalah laporan polisi yang dibuat
oleh korban / pelapor.
Berdasarkan Pasal 1 angka 24 KUHAP, laporan polisi adalah
pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang karena hak atau kewajiban
berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau
sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana. Dengan demikian, peristiwa
pidana yang dilaporkan ke polisi belum tentu merupakan suatu tindak pidana
sehingga perlu dilakukan penyelidikan oleh pejabat yang berwenang.
Berdasarkan Pasal 106 Ayat (2) Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Nomor 23 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat
Kepolisian Resor dan Kepolisian Sektor, SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian
Terpadu) bertugas untuk memberikan pelayanan kepolisian secara terpadu
terhadap laporan atau pengaduan masyarakat, memberikan bantuan dan
pertolongan, serta memberikan pelayanan informasi.
Dengan demikian, sesampainya di Kantor Polisi, Pelapor / korban menuju
ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) dan menyampaikan laporan
sesuai dengan dugaan tindak pidana yang dialami / dilihat / disaksikan. Setelah itu
penyidikan akan dimulai berdasarkan Laporan Polisi dan Surat Perintah
Penyidikan, terhadap pelapor akan dilakukan pemeriksaan yang dituangkan dalam
“Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Saksi Pelapor”. Setelah tahap inilah baru dapat
diterbitkannya surat pengantar pembuatan Visum et Repertum oleh penyidik.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Laporan Visum et Repertum merupakan alat bukti yang sah, hal ini sesuai
dengan yang disebutkan dalam Pasal 184 ayat (1) huruf b dan huruf c
KUHAP, dimana keterangan ahli yang dikemukakan di dalamnya wajib
dipercaya sepanjang belum ada bukti lain yang melemahkan. Visum et
Repertum adalah alat bukti otentik yang dibuat dalam bentuk yang telah
ditetapkan dan dibuat oleh dokter sebagai pejabat yang berwenang.
2. Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik
pembantu sebagaimana bunyi pasal 7 ayat (1) huruf h yang menyatakan
bahwa penyidik yang karena kewajibannya mempunyai wewenang untuk
mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara. Adapun dalam hal pembuatan Visum et Repertum,
terlebih dahulu seorang penyidik Polri akan menerbitkan surat pengantar
pembuatan Visum et Repertum dengan Laporan Polisi yang dibuat oleh
korban / pelapor sebagai dasar rujukan pembuatannya.

4.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil laporan ini
adalah sebagai berikut :
1. Meskipun tidak mutlak harus ada Visum et Repertum dalam pembuktian
dalam perkara pidana, akan tetapi untuk memperkuat keyakinan hakim, maka
sebaiknya Visum et Repertum itu tetap harus ada, khususnya tindak pidana
kejahatan terhadap tubuh, seperti pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan,
dll.
2. Visum et Repertum dapat memberikan petunjuk mengenai adanya unsur
penganiayaan dan unsur kekerasan, perkiraan waktu terjadinya tindak pidana,
dan juga dapat memberikan hasil pemeriksaan terhadap barang bukti dalam
tindak pidana kejahatan terhadap tubuh, seperti pembunuhan, penganiayaan,
pemerkosaan, dll.

11
12

3. Hasil yang termuat dalam Visum et Repertum dapat menjadi bukti permulaan
bagi penyidik untuk melakukan penindakan lainya dalam mengungkap sesuatu
kasus tindak pidana kejahatan terhadap tubuh, seperti pembunuhan,
penganiayaan, pemerkosaan, dll.
4. Keberadaan Visum et Repertum penting untuk kelengkapan/ kesempurnaan
berkas perkara tindak pidana kejahatan terhadap tubuh, seperti pembunuhan,
penganiayaan, pemerkosaan yang dibuat dan diserahkan penyidik kepada
penuntut umum.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta : Bina Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Jurnal
Afandi, Dedi. "VISUM ET REPERTUM Tata Laksana dan Teknik Pembuatan
Edisi Kedua." (2017).

Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Nomor 23 Tahun 2010 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Resor dan
Kepolisian Sektor
Staatsblad Tahun 1937 Nomor 350
Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan
Kehakiman
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana ( KUHAP).

Website
Hayati, Rina. (2022, Mei 13). Pengertian Penelitian Studi Literatur, Ciri,
Metode, dan Contohnya. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2022 dari
https://penelitianilmiah.com/penelitian-studi-literatur/
Polri. (2021). Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT). Diakses pada
tanggal 29 Oktober 2022, dari https://polri.go.id/spkt
LAMPIRAN
1. Pelaksanaan apel pagi rutin

2. Menerima laporan pengaduan 3. Memberikan pelayanan pembuatan


masyarakat surat keterangan kehilangan

4. Melaksanakan pemantauan melalui cctv command center giat aksi unjuk rasa di
depan mako Polda NTB

5. Melaksanakan pemantauan daerah rawan dan wilayah obvit melalui cctv


command center Polda NTB dan Memonitoring wilayah Polres /Polresta jajaran
melalui radio HT
LAMPIRAN

6. Mengikuti Seminar Deradikalisasi Bagi Pegawai Negeri Pada Polri Polda NTB

Anda mungkin juga menyukai