Oleh :
DHAMMANANDA
19133130
Mengesahkan
Dr. Drs. I Nyoman Murba Widana, M.Ag I Ketut Suastika, S.H., M.I.Kom
NIP. 196312311992031024 Komisaris Polisi NRP 69040337
Mengetahui,
Ketua Jurusan Dharma Sastra
ii
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
Tuhan Yang Maha Esa atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya, sehingga Laporan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) di SPKT Polda NTB. bisa diselesaikan sesuai
dengan jadwal yang telah di tentukan.
Dalam laporan ini memuat berbagai kegiatan yang penulis realisasikan dan
penulis kerjakan berdasarkan kepercayaan dalam kurun waktu dua bulan yang
sesuai dengan yang dijadwalkan. Penulis telah banyak merepotkan sekaligus
melibatkan beberapa orang baik secara langsung maupun tidak langsung turut
mendukung dan membantu dalam pembuatan Laporan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) ini yang berupa dukungan atau bantuan moral maupun material. Oleh
karena itu penulis tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Ir. I Wayan Wirata, A. Ma., M. Si, Rektor Institut Agama Hindu Negeri
Gde Pudja Mataram.
2. I Gusti Ayu Aditi, S.H,. M.H. selaku Ketua Jurusan Dharma Sastra yang telah
menyetujui pelaksanaan PKL di SPKT Polda NTB.
3. Dr. Drs. I Nyoman Murba W, M. Ag. selaku Pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingannya dalam pelaksanaan PKL maupun
dalam menyelasaikan Laporan PKL ini.
4. Kompol I Ketut Suastika, SH., M.I.Kom. selaku Ka SPKT Polda NTB tempat
melaksanakan PKL
5. Segenap anggota Siaga II SPKT Polda NTB yang ada di Lokasi PKL yang
mengarahkan kami dalam pelaksanaan PKL.
6. Serta teman-teman mahasiswa yang telah membantu dan mendukung dalam
jalannya kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Penulis menyadari bahwa Laporan Praktik Kerja Lapangan ini banyak
kelemahan dan kekurangannya. Termasuk pula dalam tata cara penulisan atau
penyajian hasil data Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan. Berkenaan
dengan itu penyusun sangat membutuhkan saran dan kritik yang konstruktif dari
berbagai pihak demi penyempurnaan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini.
iii
Semoga Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dapat memberikan manfaat
bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Om Shanti, shanti, shanti Om
Dhammananda
iv
DAFTAR ISI
Cover ...............................................................................................................i
Abstrak .............................................................................................................vi
Tujuan ..................................................................................................3
Manfaat ................................................................................................3
Kesimpulan ..........................................................................................11
Saran ....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
ABSTRAK
PERAN PENYIDIK DALAM MENERBITKAN SURAT PENGANTAR
VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DI POLDA NTB
Oleh :
Dhammananda
19133130
Abstrak
Di dalam laporan ini membahas tentang peran penyidik dalam menerbitkan surat
permintaan Visum et Repertum sebagai alat bukti di SPKT Polda NTB. Di mana
hal tersebut bertujuan untuk mengetahui aturan hukum dan perundang-undangan
terhadap peranan visum et repertum dalam upaya pembuktian dan peran penyidik
dalam menerbitkan surat permintaan visum et repertum dalam upaya pembuktian
di SPKT Polda NTB. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam laporan
ini adalah dengan menggunakan studi literatur dan studi lapangan serta analisa
data menggunakan analisa deskriptif. Hasil laporan dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya Visum et Repertum merupakan alat bukti yang sah, hal ini sesuai
dengan yang disebutkan dalam Pasal 184 ayat (1) huruf b dan huruf c KUHAP.
Adapun yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik
pembantu sebagaimana bunyi pasal 7 ayat (1) huruf h yang menyatakan bahwa
penyidik yang karena kewajibannya mempunyai wewenang untuk mendatangkan
orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara.
Kata Kunci: Visum et Repertum, Penyidik, Alat Bukti.
Abstract
This report discusses the role of investigators in issuing a letter requesting a visum
et repertum as evidence at the SPKT Polda NTB. Where it aims to find out the
rules of law and legislation on the role of visum et repertum in an effort to prove
and the role of investigators in issuing a letter of request for visum et repertum in
an effort to prove at the SPKT Polda NTB. The data collection technique used in
this report is by using literature studies and field studies and data analysis using
descriptive analysis. The results of the report can be concluded that basically
vi
Visum et Repertum is valid evidence, this is in accordance with what is stated in
Article 184 paragraph (1) letter b and letter c of the KUHAP. Those who are
authorized to request expert testimony are investigators and assistant investigators
as stated in Article 7 paragraph (1) letter h which states that it is investigators who
because of their obligations have the authority to bring in the necessary experts in
connection with the examination of cases.
Keywords: Visum et Repertum, Investigators, Evidence
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan utama penyidikan perkara pidana di pengadilan adalah untuk
mengetahui kebenaran materiil (materiile waarheid) dari perkara tersebut. Hal ini
terlihat dari berbagai upaya yang dilakukan aparat penegak hukum untuk
memperoleh bukti-bukti yang diperlukan untuk memperjelas suatu perkara, baik
pada tahap penyelidikan, penyidikan dan penuntutan, maupun pada tahap
persidangan.
Alat-alat bukti yang sah sebagaimana dimaksud diatas dan yang telah
ditentukan menurut ketentuan perundang-undangan adalah sebagaimana diatur
dalam Undang-undang No.8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP) pada pasal 184 ayat (1) yang menyebutkan : “Alat bukti
yang sah ialah :
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
1
2
Visum et Repertum merupakan suatu bukti surat sah yang dapat diyakini
kebenarannya oleh hakim pengadilan, hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 184
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana yang selanjutnya di singkat
KUHAP. Semenjak diundangkannya KUHAP (Undang-undang No 8 Tahun
1981) ketentuan Hukum Acara Pidana dan Peraturan perundangan lainnya,
maka ketentuan perihal macam-macam alat bukti yang sah tentang pembuktian
dalam proses pemeriksaan sidang pengadilan menjadi lengkap.
Hal yang secara umum diketahui dan tidak perlu dibuktikan adalah dasar
hukum mengenai peranan keterangan ahli tentang kelengkapan alat bukti dalam
catatan proyustisia (bahwa penyidikan akan dilakukan untuk keadilan, sehingga
dilakukan proses peradilan sesuai dengan prinsip keadilan bagi semua pihak
menurut aturan hukum yang berlaku) dan pemeriksaan di pengadilan, yang
berguna dalam upaya memperkuat kepercayaan hakim dalam pengambilan
3
1.3 Tujuan
Pada dasarnya tujuan laporan ini adalah untuk mencari pemahaman
tentang masalah-masalah yang telah dirumuskan. Adapun tujuannya adalah:
1. Untuk mengetahui aturan hukum dan perundang-undangan terhadap peranan
Visum et Repertum dalam upaya pembuktian.
2. Untuk mengetahui peran penyidik dalam menerbitkan surat permintaan Visum
et Repertum dalam upaya pembuktian di SPKT Polda NTB.
1.4 Manfaat
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis maupun secara praktis:
1. Manfaat Teoritis, Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis
yaitu memberikan kejelasan guna melengkapi pengetahuan dan wawasan
penulis.
2. Manfaat Praktis, Laporan ini diharapkan memberikan informasi bagi
Mahasiswa tentang Visum et Repertum.
BAB II
Awal mula didirikannya SPKT Polda NTB adalah pada tahun 2011
berdasarkan Perkapolri No. 22 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi Dan Tata
Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah. SPKT Polda NTB merupakan satuan kerja
Polda NTB yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepolisian kepada
masyarakat.
SPKT Polda NTB dapat memberikan pelayanan berupa : (“Polri,” 2021)
1. Laporan Polisi (LP)
2. Surat Tanda Terima Laporan Polisi (STTPLP)
3. Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP)
4. Surat Keterangan Tanda Lapor Kehilangan (SKTLK)
5. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK)
6. Surat Tanda Terima Pemberitahuan (STTP)
7. Surat Keterangan Lapor Diri (SKLD)
8. Surat Ijin Keramaian
9. Surat Rekomendasi Ijin Usaha Jasa Pengamatan
10. Surat Ijin Mengemudi (SIM)
11. Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK)
4
5
PEMBAHASAN
6
7
1. Studi literatur
2. Studi lapangan
Dalam KUHAP tidak terdapat satu pasalpun yang secara eksplisit memuat
perkataan Visum et Repertum. Hanya dalam Staatsblad Tahun 1937 Nomor 350
pada pasal 1 dinyatakan bahwa Visum et Repertum adalah suatu keterangan
tertulis yang dibuat oleh dokter atas sumpah atau janji tentang apa yang dilihat
pada benda yang diperiksanya yang mempunyai daya bukti dalam perkara-perkara
pidana.
Apabila ditinjau dari ketentuan Staatblad Tahun 1937 Nomor 350 yang
merupakan satu-satunya ketentuan yang memberikan definisi Visum et Repertum
termaksud alat bukti surat karena keterangan yang dibuat oleh dokter dituangkan
8
dasar rujukan daripada surat pengantar tersebut adalah laporan polisi yang dibuat
oleh korban / pelapor.
Berdasarkan Pasal 1 angka 24 KUHAP, laporan polisi adalah
pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang karena hak atau kewajiban
berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau
sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana. Dengan demikian, peristiwa
pidana yang dilaporkan ke polisi belum tentu merupakan suatu tindak pidana
sehingga perlu dilakukan penyelidikan oleh pejabat yang berwenang.
Berdasarkan Pasal 106 Ayat (2) Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Nomor 23 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat
Kepolisian Resor dan Kepolisian Sektor, SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian
Terpadu) bertugas untuk memberikan pelayanan kepolisian secara terpadu
terhadap laporan atau pengaduan masyarakat, memberikan bantuan dan
pertolongan, serta memberikan pelayanan informasi.
Dengan demikian, sesampainya di Kantor Polisi, Pelapor / korban menuju
ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) dan menyampaikan laporan
sesuai dengan dugaan tindak pidana yang dialami / dilihat / disaksikan. Setelah itu
penyidikan akan dimulai berdasarkan Laporan Polisi dan Surat Perintah
Penyidikan, terhadap pelapor akan dilakukan pemeriksaan yang dituangkan dalam
“Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Saksi Pelapor”. Setelah tahap inilah baru dapat
diterbitkannya surat pengantar pembuatan Visum et Repertum oleh penyidik.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Laporan Visum et Repertum merupakan alat bukti yang sah, hal ini sesuai
dengan yang disebutkan dalam Pasal 184 ayat (1) huruf b dan huruf c
KUHAP, dimana keterangan ahli yang dikemukakan di dalamnya wajib
dipercaya sepanjang belum ada bukti lain yang melemahkan. Visum et
Repertum adalah alat bukti otentik yang dibuat dalam bentuk yang telah
ditetapkan dan dibuat oleh dokter sebagai pejabat yang berwenang.
2. Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik
pembantu sebagaimana bunyi pasal 7 ayat (1) huruf h yang menyatakan
bahwa penyidik yang karena kewajibannya mempunyai wewenang untuk
mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara. Adapun dalam hal pembuatan Visum et Repertum,
terlebih dahulu seorang penyidik Polri akan menerbitkan surat pengantar
pembuatan Visum et Repertum dengan Laporan Polisi yang dibuat oleh
korban / pelapor sebagai dasar rujukan pembuatannya.
4.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil laporan ini
adalah sebagai berikut :
1. Meskipun tidak mutlak harus ada Visum et Repertum dalam pembuktian
dalam perkara pidana, akan tetapi untuk memperkuat keyakinan hakim, maka
sebaiknya Visum et Repertum itu tetap harus ada, khususnya tindak pidana
kejahatan terhadap tubuh, seperti pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan,
dll.
2. Visum et Repertum dapat memberikan petunjuk mengenai adanya unsur
penganiayaan dan unsur kekerasan, perkiraan waktu terjadinya tindak pidana,
dan juga dapat memberikan hasil pemeriksaan terhadap barang bukti dalam
tindak pidana kejahatan terhadap tubuh, seperti pembunuhan, penganiayaan,
pemerkosaan, dll.
11
12
3. Hasil yang termuat dalam Visum et Repertum dapat menjadi bukti permulaan
bagi penyidik untuk melakukan penindakan lainya dalam mengungkap sesuatu
kasus tindak pidana kejahatan terhadap tubuh, seperti pembunuhan,
penganiayaan, pemerkosaan, dll.
4. Keberadaan Visum et Repertum penting untuk kelengkapan/ kesempurnaan
berkas perkara tindak pidana kejahatan terhadap tubuh, seperti pembunuhan,
penganiayaan, pemerkosaan yang dibuat dan diserahkan penyidik kepada
penuntut umum.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta : Bina Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Jurnal
Afandi, Dedi. "VISUM ET REPERTUM Tata Laksana dan Teknik Pembuatan
Edisi Kedua." (2017).
Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Nomor 23 Tahun 2010 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Resor dan
Kepolisian Sektor
Staatsblad Tahun 1937 Nomor 350
Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan
Kehakiman
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana ( KUHAP).
Website
Hayati, Rina. (2022, Mei 13). Pengertian Penelitian Studi Literatur, Ciri,
Metode, dan Contohnya. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2022 dari
https://penelitianilmiah.com/penelitian-studi-literatur/
Polri. (2021). Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT). Diakses pada
tanggal 29 Oktober 2022, dari https://polri.go.id/spkt
LAMPIRAN
1. Pelaksanaan apel pagi rutin
4. Melaksanakan pemantauan melalui cctv command center giat aksi unjuk rasa di
depan mako Polda NTB
6. Mengikuti Seminar Deradikalisasi Bagi Pegawai Negeri Pada Polri Polda NTB