Oleh:
B11114350
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
HALAMAN JUDUL
Oleh
B 111 14 350
SKRIPSI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Jenjang Pendidikan : S1
atau keseluruhan isi skripsi ini hasil karya orang lain atau dikutip tanpa
perbuatan tersebut.
iii
ABSTRAK
MUHAMMAD REZA MURTI (B111 14 350), Analisis Hukum Terhadap
Penghapusan Desa, di bawah bimbingan Marwati Riza selaku
Pembimbing I (Satu) dan Anshori Ilyas selaku Pembimbing II (Dua).
vi
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR
kepada segala puji hanya milik Allah Pemelihara Alam Semesta yang tidak
sosok yang telah mendampingi upaya penulis patut dimuat secara tertulis
dalam kata pengantar ini. Terkhusus kepada kedua orang tua penulis
viii
setiap langkah hidup penulis karena sungguh tidak ada kecerdasan yang
lebih tinggi, amal yang sangat mulia, dan pahala paling agung dari diri
hayat. Selanjutnya kepada saudara penulis Nizar Nazri Murti serta nenek
setinggi-tingginya kepada Ibu Prof. Dr. Marwati Riza, S.H., M.Si. dan
Bapak Dr. Anshori Ilyas, S.H., M.H. selaku pembimbing penulis dalam
penyelesaian tugas akhir ini. Pada kesempatan ini pula, penulis juga
1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Puluhubutu, MA. Selaku Rektor
Bapak Prof. Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H., selaku Wakil Dekan
ix
3. Bapak Prof. Dr. Aminuddin Ilmar, S.H., M.H. selaku Ketua
Hasanuddin.
penulis.
5. Bapak Prof. Dr. Bagir Manan, SH., M.H. yang telah meluangkan
penulis.
Hasanduddin.
x
menyelesaikan jenjang strata satu di Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin.
penulis.
13. Terima kasih kepada guru-guru penulis dari tingkat TK, SD, SMP,
xi
15. Keluarga Besar Asosiasi Mahasiswa Anti Korusi Indonesia
paripurna serta jejaring yang lebih luas bagi para pejuang anti
korupsi.
dimanapun.
xii
18. Terima kasih kepada om Irfan Syamsul, S.H. dan tante Afriani M,
S.E. serta om Adnan dan Etta Eni yang telah menjadi sosok
Syafaat, S.H. Bintang Maha Putra, S.H. Ahmad Fauzy, S.H. Farid
20. Terima kasih kepada maha senior Onna Bustang, S.H. atas dasar
keilmuan penulis.
22. Kepada koalisi “MoU” yang telah menjadi pemantik dan pencerah
xiii
Kepada Kakanda Muhammad Fazzlurahman Komardin, S.H.
sesungguhnya.
S.H. serta official yang luar biasa Aulia Inzana Tubagus, S.H.
xiv
terima kasih telah menjadi sosok yang paling berpengaruh dalam
serta official Ayu Nur Annisa Yasin. Terima kasih telah kembali
Alvira Aslam S.H. Adinda Ramdan dan Adinda Uci yang telah
Hidayat Nur Putra, S.H., Kakanda Ahmad S.H. Terima kasih telah
29. Terima Kasih kepada TIM Program Hibah Bina Desa (PHBD)
xv
30. Terima kasih kepada pemilik serta jajaran Warkop Khatulistiwa
32. Seluruh pihak yang tutur andil dalam penyusunan tugas akhir ini
penulis senantiasa membuka ruang untuk kritik, saran, serta dialog dalam
khasanah dialektis demi perbaikan tugas akhir ini. Hingga pada akhirnya,
Indonesia.
xvi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
xvi
3.3 Era Kemerdekaan ....................................................................... 30
Berlaku ..................................................................................................... 72
xvii
1. Masyarakat Desa ............................................................................... 94
xviii
DAFTAR TABEL
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sosial dari masyarakat desa atau disebut dengan nama lain di horizon
Semua itu tentunya dalam lingkup yang jauh lebih besar dan dalam
1
Rico Hermawan, Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia : Melihat Desa dari
Sudut Pandang Aturan Perundang-Undangan (Jurnal Desentralisasi Volume 13 Nomor 1 Tahun
2015). Pusat Kajian Desentralisasi dan Otonomi Daerah Lembaga Administrasi Negara: Jakarta.
2015. Hal 61.
2
A. Hamid S. Attamimi, Peranan Keputusan Presiden RI dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Negara, Disertasi Doktor, Universitas Indonesia, Jakarta, 1990. Hlm. 101-102.
1
Selanjutnya beliau dengan tegas ditulisnya bahwa, “the
memiliki suatu nyawa, suatu asas akal, yang tumbuh dalam jiwa rakyat
merupakan dua entitas yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Menurut sifat tata negara Indonesia yang asli, yang sampai zaman
sekarang pun masih dapat terlihat dalam suasana desa dimana para
3
Tulisan Prof. Soepomo saat mengisi kuliah di The Court of St. James, London, UK. Dikutip dalam
Pusat Studi Tokoh Pemikiran Hukum (Pustokum), Soepomo Pergulatan Tafsir Negara Integralistik
(Biografi Intelektual, Pemikiran Hukum Adat, dan Konstitusionalisme, Thafa Media: Yogyakarta.
2015. Hlm 76.
4
Yudi Latif. Negara Paripurna. Cet. 4. Jakarta:Kompas Gramedia, 2012. Hal 371.
2
pejabat desa ataupun negara ialah pemimpin yang bersatu jiwa dengan
dengan nama lain, tidak menjadi penghalang bagi para pendiri bangsa
Indonesia.
5
Ni’Matul Huda, Hukum Pemerintahan Desa. Setara Press:Malang, 2015. Hal 210.
3
Secara historis, intervensi negara terhadap tatanan
6
Tentang perkataan “di lain-lain daerah jang dianggap perlu oleh Menteri Dalam Negeri”. Ini
tambahan diadakan berhubung dengan perkataan “mengatur rumah tangga daerahnja” dalam
fatsal 2. Ketika kita merundingkan ini, kita menggambarkan daerah tersebut, tersusun menurut
faham decentralisatie wetgeving jang dulu, dengan mempunjai harta benda dan penghasilan
sendiri (eigen middelen). Dengan kefahaman itu nistjaya sukar sekali untuk merentjanakan
budgetnya, djika andaikata daerah dibawahnya kabupaten, umpama assitenan atau Desa djuga
dijadikan badan jang berautonomie dengan mempunyai “eigen middelen”. Nistjaja buat
ketmasilan: djika Desa telah memungaut padjak kendaraan dan rooiver gunningen dalam Desa
itu nistjaja saja Kabupaten tidak akan dapat memungut lagi padjak-padjak itu dari object dan
subject yang sama. Dan lagi pemerintah, pada waktu itu (seperti jang diutjapkan oleh Menteri
Kehakiman Prof. Soepomo) berkeberatan, bahwa bangunan-bangunan (adatinstituten) jang masih
dihargaia oleh penduduk Desa, akan dihapuskan oleh bangunan baru ini. maka dari sebab itu
begitulah Prof. Soepomo sebelumja hal ini harus diselidiki sedalam-dalamnja, sehingga kita dapat
gambaran jang terang tentang keadaan di Desa-Desa. Baiklah kita selidiki soal ini, djangan sampai
kecepatan unutk mengatur soal ini melahirkan akibat: kekalutan. Akan tetapi djika Rakjat memang
menghendaki bangunan baru ini, maka mereka diberi kesempatan untuk mengusulkan hal itu
kepada Menteri Dalam Negeri. Seperti diatas telah diterangkan: Desa aunotomie jang digambarkan
ini berlainan dengan adatrechtelijke autonomi. (Pendjelasan UU. No. 1 Tahun 1945 Bagian B huruf
C).
4
Pengaturan Desa, yaitu (a) norma dasar pemahaman konstitusi
diatur dalam Pasal 18 ayat (7); dan (b) norma dasar pemahaman
masyarakat hukum adat adalah Desa atau dengan sebutan lain yang
dengan nama lain merujuk pada pasal 18 ayat (7) UUD NRI Tahun 1945
7
Muhammad Yasin dkk, Anotasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Pusat Telaah
dan Informasi Regional (PATTIRO): Jakarta. 2015. Hlm 26.
5
dipertegas melalui ketentuan Pasal 18B ayat (2) UUD NRI Tahun 1945
yang berbunyi:
kompromi atas perdebatan mengenai Pasal 18 ayat (7) dan Pasal 18B
ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 yang telah menempatkan desa
8
Asas rekognisi adalah asas yang terkait soal hak asal usul atas kehadiran desa. Asas rekognisi
memberikan pengakuan dan penghormatan kepada desa terhadap identitas desa, adat istiadat
yang berlaku, kebiasaan pengelolaan desa, sistem pranata sosial dan kearifan lokal yang
berkembang dan tumbuh di desa. Sedangkan Asas subsidiaritas berarti pemberian kewenangan
kepada desa untuk mengatur, mengelola dan memanajemeni permasalahan desa secara lokal.
Dengan asas ini desa bisa tentukan arah dan kebijakan pembangunan dengan perencanaan sendiri.
Satu desa, satu rencana, satu anggaran. Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa, bandingkan dengan Muhammad Yasin dkk,op.cit, 2015. Hlm 26.
6
dimana negara tidak lagi mengontrol desa secara penuh tapi harus
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa lebih tertuju kepada alokasi dana
desa yang sangat besar. Padahal isi dari Undang-Undang Desa tidak
9
Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa menjelaskan bahwa
penataan desa meliputi: pembentukan, penghapusan, penggabungan, perubahan status dan,
penetapan Desa.
7
Pemerintah bagaimanapun harus mengembangkan kepekaan terhadap
bahwa:
dari desa tersebut telah hilang. Terdapat dua legal reasoning (alasan
10
Pasal 9 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
8
karena keseluruhan tujuan penataan desa hanya menjadi kaedah
penataan desa, sehingga merugikan desa serta unsur dalam desa yang
yang dikehendaki.
11
Pusat Kajian Politik (PUSKAPOL FISIP UI). Makalah Kebijakan “Grand Design Tata Kelola Desa
yang Partisipatif, Adil, dan Sejahtera. Departemen Ilmu Politik FISIP Universitas Indonesia: Jakarta.
2016. Hlm 38. Pemberitaan lebih lanjut tentang pembangunan waduk jatigede serta masalah
hukumnya dapat dilihat di:
http://jabar.tribunnews.com/2016/01/14/6-desa-hilang-ditelan-jatigede-kepala-desa-dapat-
pesangon-rp-16-juta Diakses pada tanggal 5 Desember 2017
http://www.wartakini.co/2016/01/6-desa-tergenang-jatigede-diperlakukan-sesuai-uu-desa/
Diakses pada tanggal 5 Desember 2017
https://news.detik.com/berita/3006846/akankah-nama-28-desa-yang-terkubur-air-jatigede-
tinggal-sejarah Diakses pada tanggal 5 Desember 2017.
9
Pelaksanaan penghapusan desa sendiri telah melahirkan
serta masyarakatnya.
12
Pasal 42 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Penataan Desa.
13
Penjelasan Pasal 54 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
10
dikecilkan secara signifikan. Hal ini sama saja, hak untuk
dijadikan sebagai desa baru. Relokasi secara kolektif ini pada akhirnya
yang telah dijamin dalam konstitusi. Oleh karena itu penghapusan desa
11
akan menetukan maju mundurnya pengaturan desa itu sendiri, yang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Indonesia.
12
penataan desa khususnya dalam merumuskan kebijakan tentang
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Negara Kesatuan
(Bahasa Italia). Istilah staat, state, ataupun d’etat ini sendiri secara
etimologis berasal dari istilah dalam Bahasa latin “status” atau “statum”
sendiri;menempatkan berdiri. 14
kata berasa dari Bahasa Sansakerta “nagari” atau “nagara” yang berarti
“kota”. Akar pemahaman ini seirama dengan istilah negara kota (city
sebagai areal yang sempit dengan kapasitas luas kota, dan ini
“polis”.15
14
Soetomo, Ilmu Negara, Surabaya: Usaha Nasional. 1993. Hlm 20.
15
Ibid. Hlm 21.
14
Pengertian negara pada umumnya telah dikemukakan oleh
negara adalah suatu tertib hukum. Tertib hukum yang timbul karena
wewenang yang bersifat memaksa dan secara sah lebih agung daripada
authority legally supreme over any individu or group wich is part of the
society.
16
Soehino, Ilmu Negara, Yogyakrta: Liberti. 2000.Hlm 140.
17
Harold J Laski, The Statein Theory and Practice, New York: The Viking Press, 1947. Hlm 8-9.
Lihat pula I Gde Panjta Astawa, Memahami Ilmu Negar dan Teori Negara, Refika Aditama:
Bandung. 2009. Hlm 5.
18
HRT. Sri Soemantri Martosoewignjo, Sistem-sistem Pemerintahan Negara-Negara Asean,
Bandung: Tarsilo, 1976. Hlm 3.
19
J.C.T Simorangkir, Pelajaran Hukum Indonesia, Gunung Agung: Jakarta Cet X, 1961. Hlm 32.
Lihat pula I Gde Panjta Astawa, Memahami Ilmu Negar dan Teori Negara, Refika Aditama:
Bandung. 2009. Hlm 6.
15
adalah persekutuan hukum yang letaknya dalam suatu daerah tertentu
negara berkaitan dengan dasar negara, susunan, dan tertib suatu negara
negara atas; 1) negara federal atau serikat (federal state, bondstaat); dan
gezag) itu berasal. Apakah dari koloni negara bagian ataukah dari
20
I Gde Panjta Astawa, op.cit. Hlm 91.
21
F. isjwara, Pengantar Ilmu Politik, Bandung:Binacipta. 1992 Hlm 184. Lihat pula I Gde Panjta
Astawa, op.cit. Hlm 91.
22
Bagir Manan, Lembaga Kepresidenan, Yogkarta: Pusat Studi Hukum Universitas Islam
Indonesia. 1999. Hlm 1.
23
Sri Soemantri Martosoewignjo, Bentuk Negara dan Implementasinya Berdasarkan UUD NRI
tahun 1945, dalam Padmo Wahjono, Masalah Ketatanegaraan Indonesia Dewasa ini, Ghalia
Indonesia: Jakrta. 1984. Hlm 39-40.
16
pemerintah pusat. Jika kekuasaan itu berasal dari negara-negara yang
negara kesatuan.
bahwa ciri mutlak yang melekat ada negara kesatuan ialah: pertama,
adanya supremasi dari dewan perwakilan rakyat pusat, dan kedua tidak
24
Mririam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet. XVII, Gramedia: Jakarta. 1992. Hlm 273.
25
I Gde Pantja Astawa, op.cit. Hlm 100.
26
Ibid. Hlm 100.
17
dekonsentrasi (centralisatie met de deconcentratie), dimana semua
ditinjau dari sejarah perumusan dalam UUD NRI Tahun 1945. Dalam
UUD NRI Tahun 1945 telah terjadi suatu perdebatan diantara pada
27
Jimly Asshidiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, Sinar Grafika: Jakarta. 2011. Hlm 212.
18
Nusantara yang pernah Berjaya di masa silam. Sedangkan Soeomo
memuat rasa kesatuan untuk berbangsa satu, bertanah air satu, dan
28
Ghufron, Tesis: Hubungan Antara Pemerintah Daerah dan Pemeritnah Desa dalam Konsep
Otonomi PASCA Reformasi Indonesia. Universitas Islam Indonesia: Yogyakarta. 2016. Hlm 49.
29
M. Yamin. Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia. Jakarta: Djambatan. 1951. Hlm 81.
19
pendiri bangsa waktu itu yang telah menampakkan sosok
negarawaran sejati.
terjadi bukan karena prosedur yang ditentukan sendiri oleh UUD NRI
30
Jimly Asshidiqie, op.cit. Hlm 211-212.
20
bersifat persatuan harus dikembalikan kepada bunyi rumusan sila
Apabila dilihat dalam UUD NRI Tahun 1945 Pasal I ayat (1),
pusat.32
31
Ibid. Hlm 213.
32
Ni’Matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Grafindo Persada. 2005. Hlm 92.
21
didesentralisasikan, menyebabkan ada tugas-tugas tertentu yang di
Begitu pula terkait kedudukan desa, dimana UUD NRI Tahun 1945
Republik Indonesia yang kemudian diatur dalam Pasal 18B ayat (2).
33
Ibid.
34
Sri Soemantri, Sistem-Sistem Pemerintahan Negara-Negara Asean. Tarsito:Bandung. 1976. Hlm
14-15. Lihat pula I Gde Pantja Astawa. Op.cit. Hlm 99.
22
keragaman antar daerah diseluruh tanah air. Kekayaan alam dan
35
Jimly Asshidiqie, op.cit. Hlm 79 Lihat pula Ni’Matul Huda, Desentralisasi Asimetris Dalam NKRI,
Nusamedia: Bandung. 2014. Hlm 13.
36
Ni’Matul Huda, Hukum Pemerintahan Daerah, Nusamedia: Bandung. 2012. Hlm 12.
23
peraturan perundang-undangan sebagai mekanisme kontrol sangat
daerah.
37
Bagir Manan, Hubungan Antara Pusat dan Daerah menurut UUD NRI Tahun 1945. Pustaka
Sinar Harapan: Jakarta. 1994. Hlm 67.
38
Jimly Asshidiqie, Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah Perubahan Keempat, Pusat Studi
Hukum Tata Negara Indonesia Universitas Indonesia: Jakarta. 2002.Hlm 23.
39
Bagir Manan, op.cit. Hlm 68.
40
Ibid. Hlm 68.
24
tahun 1945 dimana terapat dua dasar pokok yang melandasi
dalam hal ini yang menjadi objek yang diurusi adalah sama, namun
25
muncul dari pemberian kewenangan, agar terjaga keutuhan negara
kesatuan.41
berganti membawahinya.42
a. Era Kerajaan
41
Dewan Perwakilan Daerah, Kerangka Acuan Penelian Studi Hubungan Pusat Dan Daerah
Kerjasama DPD RI Dengan Perguruan Tinggi Di Daerah, Jakarta: Dewan Perwakilan Daerah
Republik Indonesia, 2009, hlm. 6.
42
Solly Lubis, Perkembangan Garis Politik dan Perundang-undangan Pemerintah Daerah Alumni:
Bandung.1983. Hlm 15.
26
desa-desa yang jauh letaknya dari pusat kerajaan. Desa-desa itu
otonom.43
b. Era Kolonial
43
Soepomo, Bab-Bab Tentang Hukum Adat, Pradnya Paramita: Jakarta. 2003. Hlm 79-80.
44
Ni’Matul Huda, Hukum Pemerintahan Desa. Setara Press:Malang, 2015. Hal 36-37.
27
20, Gubernur Jenderal Hindia Belanda menerbitkan Inlandsche
45
Ibid. Hlm 42.
46
Ibid. Hlm 45.
28
c) Ordonansi Desa Bumiputera di Kalimantan Selatan dan
desa:47
keadaan keterbelakangan.
47
Ibid. Hlm 46.
29
membanggakan daerahnya namun berorientasi kepada
c. Era Kemerdekaan
48
Iis Mardeli, Artikel Tesis: Kedudukan Desa dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia.
Program Magister Ilmu Hukum Universitas Atma Jaya: Yogyakarta. 2015. Hlm 9.
49
Ni’Matul Huda, Hukum Pemerintahan Desa..op.cit. Hlm 126.
30
oleh Yamin, Soepomo, Ratulangi, dan Amir), dalam
yang mendukung.
50
Ibid. Hlm 126.
51
Ibid. Hlm 126.
31
dasar pertama dari susunan negara sehingga harus
52
Ibid. Hlm 126.
32
dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974
Desa Praja.
53
Ibid. Hlm 146.
54
Soetandyo Wignosoebroto, “Menggagas Perundangan Baru Tentang Pemerintahan Desa, Demi
Terwujudnya Demokratisasi dan Penguatan Fungsi Sosial Desa” dalam Angger Jati dkk, Reformasi
Tata Pemerintahan Menuju Demokrasi, Pustaka Pelajar kerjasama Yapika dan Forum LSM DIY:
Yogyakarta. 2000. Hlm 151.
33
bagian dari strategi developmentalisme kekuasaan sentral yang
55
Ni’matul Huda, Hukum Pemerintahan Desa…op.cit. 2015. Hlm 152-153.
34
Musyawarah Desa Majelis Permusyawaratan
Rakyat
Presiden
Kepala Desa BPK DPR DPA MA
Wakil
Presiden
PEMERINTAH DAERAH
56
A. Hamid S. Attamimi, op.cit. 1990. Hlm 110.
35
lembaga-lembaga dalam desa. Selain sistem pemerintahan,
57
A. Pangeran Moenta, Permusyawaratan dan DPRD: Analisis Aspek Hukum dan Produk
Permusyawaratan, Intelegensia Media: Malang. 2017. Hlm 24.
58
A. Hamid S. Attamimi, op.cit. 1993. Hlm 21.
59
Ni’matul Huda, op.cit. 2015. Hlm 172.
36
dan sumber-sumber pendapatan sendiri, tetapi dengan
siginifikan.
60
Mashuri Maschab, Politik Pemerintahan Desa di Indonesia, PolGov Fisipol UGM: Yogyakarta.
2013. Hlm 141-142.
37
72 Tahun 2005 Tentang Desa serta beberapa Peraturan Menteri
mendatang.61
61
Muhammad Yasin dkk, op.cit. 2014. Hlm 10.
62
Ibid. Hlm 10.
38
Kedudukan Desa berdasarkan UU Desa merupakan
(7) dan Pasal 18 B ayat (2) UUD NRI Tahun 1945. Dimana dalam
kesejahteraan masyarakat.65
63
Ibid. Hlm 42-43. Lihat pula Bito Wikantosa, Narasumber Exper Meeting Anotasi UU Desa, 7 Mei
2015 di Kantor Pattiro, Jakarta.
64
Ibid. Hlm 43.
65
Ibid. Hlm 53.
39
Sementara asas dalam pengaturan desa yang bertumpu
66
Ibid. Hlm 63.
67
Ibid. Hlm 66.
40
sebagaimana yang dicantumkan dalam Pasal 4 tersebut.
tidak tercapai.68
tetapi bersyarat.70
1. Pengertian Desa
68
Ibid. Hlm 67.
69
Ibid. Hlm 69.
70
Ibid. Hlm 72.
41
dan mempunyai adat-istiadat untuk mengelola dirinya sendiri. Inilah
badan hukum berdiri sendiri secara bulat, atau yang sebagai badan
hukum dapat berupa suatu teritori tetap, artinya berlaku bagi setiap
71
Muhammad Yasin dkk, op.cit. 2014. Hlm 44.
72
Soepomo, Bab-Bab Tentang Hukum Adat, Pradnya Paramita: Jakarta. 2003. Hlm 53.
73
Ni’matul Huda, Hukum Pemerintahan… op.cit. Hlm 34.
42
orang yang berada di wilayah itu dan/atau bagi setiap warga
Desa terjadi dari hanya satu tempat kediaman saja, ataupun terjadi
dari satu induk desa dan beberapa tempat kediaman sebagian dari
74
Ibid. Hlm 34. Lihat pula Soetoro Kartohadikoesoemo, Desa. Balai Pustaka:Jakarta. 1984. Hlm 15.
75
Ni’matul Huda, op.cit. 2015. Hlm 34.
76
Ibid. Hlm 34.
77
HAW Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2003, Hal. 3.
43
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli
sebagai “Het Palladium van rust en orde” yaitu suatu dewa (yang
zachtste volk der aarde” yakni penghuni dunia yang halus, sabar dan
lunak.
78
Solly Lubis, Perkembangan Garis Politik dan Perundang-Undangan Pemerintah Daerah.
Alumni:Bandung. 1983. Hlm 315.
44
2. Konsep Otonomi Desa
sendiri serta relaitf mandiri. Hal ini antara lain ditunjukan dengan
79
HAW Widjaja, Otonomi Desa... op.cit. Hlm 4.
80
Soetardjo Kartohadikoesoemo, Desa, Balai Pustaka: Jakarta, 1984, Hlm 281.
45
mengatur kepercayaan, cara orang berbakti kepada Tuhan dan
terhadap apa yang disebut otonomi desa. Lebih dari itu, dengan
81
Ibid. Hlm 282.
46
maka menurut UUD NRI Tahun 1945 hanya desa yang dipastikan
memiliki otonomi.82
otonomi asli, bulat, dan utuh serta bukan merupakan pemberian dari
Desa.
82
Ni’Matul Huda, Perkembangan Hukum Tata Negara Indonesia, Rajawali Pers: Jakarta. 2005. Hlm
368
83
HAW Widjaja, Otonomi Desa, op.cit. Hlm 165.
47
menyatakan bahwa desa memiliki kewenangan berdasrkan hak asal-
pemerintahan desa.
84
Agus Kusnadi, Jurnal Ilmu Hukum Padjajaran Volume 2 Nomor 3 Tahun 2015: Perkembangan
Politik Hukum Pemerintahan Desa Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Fakultas Hukum
UNPAD: Bandung. 2015, Hlm 573.
85
Zudan Arif, Hukum Indonesia dalam Berbagai Perspektif, Raja Grafindo: Jakarta. 2015. Hlm 74.
48
dan mengurus kepentingan bersama sesuai dengan sistem nilai
legal formal yamg sering dikemukakan oleh para ahli hukum. Dalam
86
Sutoro Eko, “Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan Otonomi Desa” dalam Soetandyo
Wignusoebroto dkk Pasang Surut Otonomi Daerah, Institute for Local Development dan Yayasan
Tifa: Jakarta. 2005. Hlm 527-529.
49
kewenangan dan keuangan dari negara, sehingga desa mempunyai
ini belum ada elaborasi yang memadai tentang konsep asing itu.
usul dan adat setempat. Konsep otonomi asli justru bias menjadi
jebakan mematikan bagi desa, sebab banyak hal yang “asli” milik
desa (terutama sumber daya alam) sudah diambil oleh negara dan
50
tanggung jawab terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
3. Kewenangan Desa
Desa juga tidak lagi identik dengan pemerintah desa dan kepala
87
W Widjaja, Otonomi Desa, op.cit. Hlm 166.
51
masyarakat yang membentuk kesatuan entitas hukum. Artinya,
88
M Silahuddin, Kewenangan Desa dan Regulasi Desa. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia: Jakarta. Hlm 11
89
Ibid. Hlm 12.
90
Lihat Pasal 18 Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
91
Penjelasan lebih lanjut baca Pasal 19 dan Pasal 103 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa.
52
1. Kewenangan berdasarkan hak asal usul. Hal ini berbeda
Kabupaten/Kota.
perundang-undangan.
53
kewenangan tersebut diakui dan ditetapkan langsung oleh UU Desa
UU Desa diuraikan Pasal 34 ayat (1) PP No. 43. Tahun 2014, yang
54
Sedangkan Kewenangan lokal berskala Desa dalam
desa.92
4. Penataan Desa
dari kata “tata” yang artinya aturan (biasanya dipakai kata majemuk)
92
M Silahuddin, op.cit. Hlm 20-21.
55
merujuk kata menata yang artinya mengatur; menyusun;
membenahi.
93
Muh. Yasin.op.cit. Hlm 70.
56
dapat dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
dalam klausul ini digunakan kata “dapat” maka otoritas tersebut tidak
94
Ibid. Hlm 75.
57
e) meningkatkan daya saing Desa.
Norma ini menjadi arah dalam proses penataan desa,
a) pembentukan;
b) penghapusan;
c) penggabungan;
d) perubahan status; dan
e) penetapan Desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
a) Pembentukan desa;
b) Penghapusan desa;
58
c) Perubahan status desa;
d) Penetapan desa dan desa adat.
Perbedaan yang terdapat dalam UU Desa dengan Peraturan
59
“Desa dapat dihapus karena bencana alam dan/atau
Tahun 2014 Tentang Desa dalam Pasal 19 ayat (2) dijelaskan bahwa
Pemerintah”
60
dijelaskan bahwa “Penghapusan Desa menjadi wewenang
penghapusan desa dapat dilakukan jika ditemui salah satu atau dua
95
Muhammad Yasin dkk, Anotasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Pusat
Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO): Jakarta. 2015. Hlm 92.
61
Sementara itu, Kedudukan desa dalam penghapusan desa
96
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Penataan Desa Pasal 67 Ayat (1).
97
Agus Kusnadi, Jurnal Ilmu Hukum Padjajaran: Perkembangan Politik Hukum Pemerintahan Desa
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Universitas Padjajaran:Bandung. 2015. Hlm 573.
62
lanjut dari Undang-Undang Desa. Dalam Undang-Undang Desa
63
(2).Dalam hal Gubernur memberikan persetujuan atas
Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
melakukan penyempurnaan dan penetapan menjadi
Peraturan Daerah paling lama 20 (dua puluh) hari.
(3).Dalam hal Gubernur menolak memberikan persetujuan
terhadap Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Rancangan Peraturan Daerah
tersebut tidak dapat disahkan dan tidak dapat diajukan
kembali dalam waktu 5 (lima) tahun setelah penolakan oleh
Gubernur.
(4).Dalam hal Gubernur tidak memberikan persetujuan atau
tidak memberikan penolakan terhadap Rancangan
Peraturan Daerah yang dimaksud dalam Pasal 15 dalam
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bupati/Walikota dapat mengesahkan Rancangan
Peraturan Daerah tersebut serta sekretaris daerah
mengundangkannya dalam Lembaran Daerah.
(5).Dalam hal Bupati/Walikota tidak menetapkan Rancangan
Peraturan Daerah yang telah disetujui oleh Gubernur,
Rancangan Peraturan Daerah tersebut dalam jangka waktu
20 (dua puluh) hari setelah tanggal persetujuan Gubernur
dinyatakan berlaku dengan sendirinya.
64
(2).Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disertai lampiran peta batas wilayah Desa.
kemudian diakhiri dengan Pasal 54 ayat (1) dan ayat (2) yang
Daerah Kabupaten/Kota.
diantaranya;
65
Kabupaten/Kota mengusulkan penghapusan Desa kepada
Menteri.
(2).Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (1), Menteri bersama-sama dengan
menteri/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian
pemrakarsa, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota melakukan pembahasan untuk
penghapusan Desa.
(3).Dalam hal hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) telah disepakati. Menteri menerbitkan Keputusan
Menteri tentang persetujuan penghapusan Desa dan
penghapusan kode desa untuk selanjutnya disampaikan
kepada Bupati/Wali Kota.
66
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
memiliki metode kajian yang khas100, atau dengan kata lain bersifat sui
generis101, yang berfokus pada telaah kaidah atau norma, sesuatu yang
seharusnya.
98
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, h. 34.
99
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar (edisi revisi), Yogyakarta: Cahya
Atma Pustaka, 2014, h. 36.
100
Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum (Legal Argumentasi/ Legal
Reasoning) Langkah-Langkah Legal Problem Solving dan Penyusunan Legal Opinion, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2005, h. 3.
101
Sui generis, memiliki arti bahwa ilmu hukum merupakan ilmu jenis tersendiri, (dikutip dalam
ibid., h. 1).
102
Sudikno Mertokusumo, op.cit., h. 37.
67
apa baiknya jika ditujukan terhadap perundang-undangan103. Dengan
sendiri.
B. Pendekatan Penelitian
103
Titon Slemet Kurnia, dkk, Pendidikan Hukum, Ilmu Hukum & Penelitian Hukum di Indonesia
Sebuah Reorientasi, Yogyakarta: Pustka Belajar, 2013, h. 149.
104
Ibid, h. 149.
105
Sudikno Mertokusumo, op.cit. h. 37.
106
Peter Mahmud Marzuki, op.cit., h. 137.
68
konseptual berkaitan dengan konsepsi negara kesatuan khususnya
penghapusan desa.
69
C. Jenis dan Sumber Bahan
Jenis data yang digunakan adalah data skunder 107, yang terdiri
dari :
penelitian yang telah ada, pendapat ahli yang terkait, jurnal dari
penelitian yang telah ada, pendapat ahli yang terkait, jurnal dari
107
Selengkapnya, Sudikno Mertokusumo, op.cit., h. 37.
70
E. Analisis Bahan Hukum
komprehensif.
108
Pemaparan material ini tidak sepenuhnuya objektif. Tiap pengetahuan tentang kenyataan
adalah yang diwarnai oleh penafsiran, dan karena itu diwarnai oleh teori…. Pengungkapan hasil
penetapan isi aturan hukum dapat dirumuskan melalui hipotesis. Selengkapnya, Bernard Arief
Sidharta, op.cit., 2009, h. 43.
71
BAB IV
yang Berlaku
Desa
72
6) meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat
Desa guna mempercepat perwujudan kesejahteraan
umum;
7) meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa
guna mewujudkan masyarakat Desa yang mampu
memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari
ketahanan nasional;
8) memajukan perekonomian masyarakat Desa serta
mengatasi kesenjangan pembangunan nasional; dan
9) memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek
pembangunan
73
muatan penghapusan desa maka akan diperoleh perbandingan
74
Pasal 200
UU No. 6 Tahun 2014 Penataan Desa:
Tentang Desa 1.Pembentukan,
Pasal 7 2.Penghapusan,
3.Penggabungan,
4.Perubahan Status,
5.Penetapan Desa
Sumber: Dihimpun dari beberapa peraturan perundang-undangan
terkait
penghapusan desa pertama kali diatur dalam masa orde baru yaitu
menjelaskan bahwa:
“Penataan bertujuan:
a. mewujudkan efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan
Desa;
b. mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat
Desa;
c. mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik;
d. meningkatkan kualitas tata kelola Pemerintahan Desa;
dan
75
e. meningkatkan daya saing Desa.
secara keseluruhan.
76
desa yang terkena dampaknya termasuk 6 Desa yang mengalami
masyarakat desa, aset desa, badan usaha milik desa, hingga pada
hendak dicapai.
109
Pusat Kajian Politik (PUSKAPOL FISIP UI). Makalah Kebijakan “Grand Design Tata Kelola Desa
yang Partisipatif, Adil, dan Sejahtera. Departemen Ilmu Politik FISIP Universitas Indonesia: Jakarta.
2016. Hlm 38. Pemberitaan lebih lanjut tentang pembangunan waduk jatigede serta masalah
hukumnya dapat dilihat di:
http://jabar.tribunnews.com/2016/01/14/6-desa-hilang-ditelan-jatigede-kepala-desa-dapat-
pesangon-rp-16-juta Diakses pada tanggal 5 Desember 2017
http://www.wartakini.co/2016/01/6-desa-tergenang-jatigede-diperlakukan-sesuai-uu-desa/
Diakses pada tanggal 5 Desember 2017
https://news.detik.com/berita/3006846/akankah-nama-28-desa-yang-terkubur-air-jatigede-
tinggal-sejarah Diakses pada tanggal 5 Desember 2017.
110
Jimly Asshidiqqie, Perihal Undag-Undang, Rajawali Pers: Depok. 2006. Hlm 235.
77
memiliki keterkaitan yang padu sehingga tidak menimbulkan suatu
ayat (3) dan Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
pada tujuan dari penataan desa itu sendiri tapi merupakan suatu
78
mengalami penghapusan. Kedua alternatif tersebut menjadi proyeksi
menjelaskan bahwa:
79
Tentang Penataan Desa yang merupakan peraturan lebih lanjut
80
tujuan dari penataan desa yangs sejatinya menjadi latar belakang
81
menjelaskan bahwa alasan dilakukannya penghapusan desa karena
desa lebih menitikberatkan kepada inisiasi desa itu sendiri, hal ini
dalam undang-undang
82
UU No. 6 Tahun 1969
Tentang Pemerintahan -
Daerah
UU No. 5 Tahun 1979 Syarat Pembentukan
Orde Baru Tentang Pemerintahan tidak lagi terpenuhi
Desa serta melalui
Pasal 2 permufakatan
Lembaga
Musayawarah Desa
UU No. 22 Tahun 1999 Atas prakarsa
Tentang Pemerintahan masyarakat desa
Daerah
Pasal 93
UU Nomor 32 Tahun1.Persyaratan
Pasca 2004 Tentang Pembentukan desa
Reformasi tidak lagi terpenuhi
Pemerintahan Daerah
Pasal 200 2. Atas prakarsa
masyarakat desa
UU No. 6 Tahun 2014 1. Program Nasional
Tentang Desa yang Strategis
Pasal 7 2. Bencana Alam
Sumber: Dihimpun dari beberapa peraturan perundang-undangan
terkait
alam.
111
Hasil wawancara peneliti bersama dengan Prof Bagir Manan
83
bencana alam dan program nasional yang strategis juga
karena alasan modernisasi. Karena karakteristik
masyaratakat desa yang mengalami modernisasi sudah tidak
termasuk lagi dalam pengertian desa itu sendiri sehingga
sistem pemerintahan desa tidak dapat lagi dilaksanakan.”
tolak ukur yang pasti dan bergantung dari keadaan tertentu yang
84
kewenangan terhadap penghapusan desa antara pemerintah dan
85
nasional, kepentingan daerah, kepentingan masyarakat
Desa, dan/atau peraturan perundang-undangan.
86
Pasal 17 yang berbunyi;
kemudian diakhiri dengan Pasal 54 ayat (1) dan ayat (2) yang
Daerah Kabupaten/Kota.
diantaranya;
87
(2).Penghapusan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi wewenang Pemerintah Pusat.
88
DPRD Kabupaten/Kota, Bupati/Wali Kota mengajukan
Rancangan Perda Kabupaten/Kota kepada Gubernur untuk
dievaluasi.
112
Muhammad Yasin dkk, op.cit… 2015. Hlm 92.
89
sehingga otoritas pemerintah dalam penghapusan desa bersifat
113
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Penataan Desa Pasal 67 Ayat
(1).
90
pertimbangan kepada pemerintah terkait penghapusan desa. Desa
pendapat bahwa;
114
Seotardjo Kartohadikoesomo, op.cit.. Hlm 69.
91
penggabungan atau pemecahan yang didalamnya termasuk
bahwa:
92
masyarakat desa telah menjadikan desa tidak hanya sebagai tempat
bentuk warisan leluhur yang telah ada secara turun temurun dalam
suatu desa.
sendiri yang tidak hanya bergantung dari political will dari satuan
masyarakat desa.
93
Implikasi hukum dari penghapusan desa terdiri atas beberapa
1. Masyarakat Desa
dijelaskan bahwa :
94
(1).Kepada penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) huruf a diberikan tempat penampungan
pemukiman baru berupa rumah pengganti dalam bentuk
uang tunai.
(2).Uang tunai sebagaimana dimaksud pada huruf a
diperuntukkan sebagai:
a. penggantian bangunan;
b. penggantian pengadaan tanah; dan
c. tunjangan kehilangan pendapatan.
(3).Besaran nilai uang tunai sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan
usulan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
berdasarkan hasil Rapat Koordinasi yang dipimpin oleh
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
Sedangkan dalam Pasal 4 menjelaskan bahwa:
95
Secara keseluruhan isi pasal diatas memuat terkait
mencakup pengertian hak-hak asli masa lalu yang telah ada sebelum
lahir NKRI pada tahun 1945 dan tetap dibawa dan dijalankan oleh
96
masyarakat desa.115 Akan tetapi karena menjadi salah satu desa
115
www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/07/150714_majalah_lingkungan_jatigede Diakses ada
tanggal 15 April 2018, pukul 14.17 WITA.
116
Volksgemeenschappen dalam Penjelasan Pasal 18 UUD NRI Tahun 1945 tidak menyebutkan
jumlah tertentu akan tetapi menyebutkan contoh yaitu desa di Jawa dan Bali. Meski desa di Jawa
dan Bali hanya merupakan salah satu bentuk volksgemeenschappen seperti yang disebut dalam
penjelasan Pasal 18 UUD NRI Tahun 1945, namun istilah “desa” digunakan sebagai istilah yang
menggantikan volksgemeenschappen. Lihat Ni’Matul Huda, op.cit…. Hlm 25.
117
Ni’Matul Huda, op.cit… Hlm 101.
118
Bagir Manan, Hubungan Antar Pusat dan Daerah, op.cit… Hlm 159. Lihat pula Ni’Matul Huda,
op.cit …Hlm 10.
97
perundang-undangan Hindia Belanda di pergunakan istilah
di SumateraSelatan.”
119
Ibid. Hlm 10.
120
Ibid. Hlm 12.
98
UUD NRI Tahun 1945 adalah setiap aturan negara atau peraturan
kewajiban.
121
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi
Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan CV Sinar Bakti: Jakarta. Hlm 289-
290.
99
sejak sebelum daerah itu merupakan bagian dari negara Republik
Indonesia.122
dan optimalisasi pemanfaatan. Hal ini karena tidak sedikit desa atau
desa yang dijaga dan diwariskan secara turun temurun. Tanah desa
kehidupan bagi desa dan masyarakat. Oleh karena itu, negara perlu
122
Ibid. Hlm 12.
123
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Masyarakat Desa (Piagam Tanggung Jawab dan Hak Asasi Warga
Desa), hal. 3. Diakses melalui Diambil dari http://www.jimly.com/makalah/namafi
le/176/KONSTITUSI_MASYARAKAT_DESA.pdf. Pada tanggal 5 April 2018
100
sebagai unit komunitas politik dan administrasi pemerintahan
dan legislatif, pemilihan kepala desa, dan lain sebagainya. Desa dan
masyarakat desa sekali lagi hanya dilihat sebagai suatu unit politik
masyarakat terabaikan.
2. Keuangan Desa
yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang
kewajiban desa.
101
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
102
terlaksana secara maksimal. Atas dasar inilah Desa memiliki
a. Hasil Usaha;
b. Hasil aset;
c. Swadaya, partisipasi dan Gotong Royong; dan
d. Lain-lain pendapatan asli desa.
Hasil usaha antara lain BUM Desa, tanah kas desa. Hasil aset
Sedangkan terkait lain lain pendapatan asli desa antara lain hasil
pungutan desa.124
124
Lihat Pasal 9 ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7) Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Keuangan Desa.
103
Tabel 3. Daftar Pendapatan Asli Desa yang Mengalami
Penghapusan di Kab. Sumedang
3. Leuwihdeung Ada
5. Sukakersa Ada
Sumber : sumedangtandang.com
104
3. Badan Usaha Milik Desa
105
Menurut pendapat Anang Prihantoro yang menjelaskan
RUU Desa pada taanggal 4 April 2012 bahwa “Desa sebagai negara
penting:
penghidupan bersama.
106
Tabel 4. Daftar Badan Usaha Milik Desa yang terdapat di
desa yang mengalami penghapusan di Kab. Sumedang
Desa Cipaku -
Desa Leuwihideung -
Desa Sukakersa -
Desa Jatibungur -
125
www.sumedangtandang.com dan kknm.unpad.ac.id diakses pada tanggal 15 April 2018 pukul
19.40 WITA
107
Menurut peneliti, pengaturan pengelolaan BUM Desa setelah
108
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
disimpulkan bahwa:
tereduksi.
109
subyek hukum penyandang hak khususnya hak kolektif yang telah
B. Saran
110
desa itu sendiri dalam sisitem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
111
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Malang.
Hasanuddin: Makassar.
Yogyakarta.
112
I Gde Panjta Astawa. 2009, Memahami Ilmu Negar dan Teori Negara,
HAW Widjaja. 2003, Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat
Grafika:Jakarta.
Indonesia: Jakarta.
Agung:Jakarta.
Yogyakarta.
113
M Silahuddin, 2014 Kewenangan Desa dan Regulasi Desa. Kementerian
Jakarta
(PATTIRO): Jakarta.
Persada.
Bandung.
114
Soetandyo Wignosubroto dkk, 2005 Pasang Surut Otonomi Daerah,
Jakarta.
Titon Slemet Kurnia, dkk, 2013 Pendidikan Hukum, Ilmu Hukum &
Pustka Belajar.
Peraturan Perundang-Undangan
115
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Desa.
Desa.
Padjajaran:Bandung.
Republik Indonesia.
Jakarta.
116
Rico Hermawan, 2015, Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik
Padjajaran: Bandung.
Internet
http://jabar.tribunnews.com/2016/01/14/6-desa-hilang-ditelan-jatigede-
kepala-desa-dapat-pesangon-rp-16-juta.
http://www.wartakini.co/2016/01/6-desa-tergenang-jatigede-diperlakukan-
sesuai-uu-desa/
https://news.detik.com/berita/3006846/akankah-nama-28-desa-yang
terkubur-air-jatigede-tinggal-sejarah.
http://www.jimly.com/makalah/namafile/176/KONSTITUSI_MASYARAKAT
_DESA.pdf.
117
LAMPIRAN
118