SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Pada
Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung
Disusun Oleh:
NIM. 1173050103
Dalam kasus ini, Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris menjelaskan bahwa akta autentik dibuat oleh dan di hadapan
Notaris sesuai dengan ketetapan UU yang berlaku. Notaris dan penghadap harus
melewati kesepakatan bersama. Namun Notaris dan PPAT Ny. Endang Muniarti, S.H.
diduga melakukan penciptaan surat/dokumen palsu. Penyebabnya adalah Ir. Gregorius
Daryanto tidak merasa menandatangani berkas-berkas akta dari Ny. Endang Muniarti.
Oleh :
Raisa Salsabila Natanegara
NIM. 1173050103
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Prof. Dr. Fauzan Ali Rasyid, M.Si. Dr. H. Utang Rosidin, S.H., M.H
NIP. 197002011997031003 NIP. 197902052007101004
LEMBAR PERNYATAAN
NIM : 1173050103
Menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya sendiri dan bukan
merupakan duplikasi atau plagiasi dari hasil penelitian orang lain kecuali yang
tercantum dalam Daftar Pustaka.
Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti merupakan hasil duplikasi atau
plagiasi dari hasil penelitian orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik dan sanksi hukum yang berlaku.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tiada kata lain selain memanjaktan puji dan syukur penulis kepada Allah SWT
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skrispi ini. Shalawat serta
salam selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW karena telah menjadi
suri tauladan dan senantiasa dinantikan syafa’atnya kelak di hari akhir. Penulis juga
berterimakasih banyak kepada kedua orang tua yaitu Ayah dan Ibu karena telah
senantiasa mendukung penulis dari segala aspek kehidupan dan doa-doa yang tidak
Penulis meyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini, masih banyak
baik dikarenakan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
tidak akan pernah penulis lupakan karena telah berjasa dan banyak membantu
1. Bapak Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si Selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan
i
2. Bapak Prof. Dr. Fauzan Ali Rasyid, S.Ag., M.Si., Selaku Dekan Fakultas Syariah
3. Bapak Dr. H. Syahrul Anwar, M.Ag. Selaku Wakil Dekan I Fakultas Syariah dan
4. Bapak Dr. H. Ateng Rohendi, M.Ag. Selaku Wakil Dekan II Fakultas Syariah dan
5. Bapak Dr. H. Aden Rosadi, M.Ag. Selaku Wakil Dekan III Fakultas Syariah dan
6. Bapak Dr. H. Utang Rosidin, S.H., M.H., Selaku Ketua Jurusan Ilmu Hukum
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung.
7. Bapak Muhammad Khalid, S.H., M.H., Selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Hukum
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung.
8. Ibu Neng Yani Nurhayani, S.H., M.H. Selaku Dosen Pembimbing I yang telah
banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan, nasehat, arahan dan ilmu baru
kepada penulis dengan baik, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
9. Ibu Fenny Fatriany, S.H., M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen
ilmunya kepada penulis dari awal semester hingga saat ini sehingga penulis dapat
ii
10. Seluruh Dosen yang telah memberi ilmu di Jurusan Ilmu Hukum yang tidak bisa
pengalaman dan ilmunya, semoga menjadi kebaikan dan keberkahan, dan juga
11. Kepada Ayah, Drs. Iwa Gartiwa Natanegara yang senantiasa memberi bantuan dan
12. Kepada Paman, Dudung Natanegara, Ph.D. karena telah mensupport saya dari awal
kuliah sehingga saya bisa menjalankan perkuliahan dengan lancer dan bisa
13. Kepada Notaris dan PPAT Ibu Sofiyanti Harris Kartasasmita, S.H.,M.Kn. karena
telah mengizinkan untuk memberi informasi dan pendapat tekait penelitian skripsi
ini dan bersedia untuk di wawancara sehingga membantu proses penelitian ini.
14. Sahabat-Sahabat saya Albert Rezon Sutanto, Putri Annanda, Putri Vuspitasari,
Qintharra Novelia Kristti, Rista Siti Nurawaliah, Siti Nurfauziah Azmi, Wilda
dalam segala aspek dan selalu ada dalam suka dan duka. Terimakasih banyak.
15. Keluarga Besar Ilmu Hukum Angkatan 2017, khususnya Keluarga Ilmu Hukum C
2017, terimakasih atas Kerjasama, cerita dan teamwork yang baik selama
perkuliahan ini.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih banyak kepada pihak-pihak lainnya yang tidak
mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberi
iii
dukungan kepada penlis dalam proses pembuatan skripsi ini. semoga skripsi ini dapat
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
BAB I PENDAHULUAN
v
3. Ketentuan Membuat Akta Autentik ................................................ 42
4. Tata Cara Membuat Akta Autentik ................................................. 43
C. Ruang Lingkup Jabatan Notaris Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2014 ......................................................................................... 44
1. Pengertian Jabatan Notaris ............................................................. 44
2. Wewenang Yang Dimiliki Notaris.................................................. 48
3. Etika Profesi Notaris ...................................................................... 51
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menjadi (SPPN). Implikasi atau dampak dari hal tersebut ialah munculnya
kondisi yang lebih baik dari sebelumnya dan mengacu pada RPJP (Rencana
UUD NRI Tahun 1945 adalah bagian penting dari system perencanaan
dibilang juga saat masa reformasi, secara yuridis, strategi pembangunan hukum
1
2
Pejabat publik seperti Notaris adalah salah satu elemen penting atas
mempunyai banyak pengaruh perihal kewajiban dan hak para pihak yang
para penghadap sebagai alat bukti bahwa penghadap tersebut mempunyai hak
dan kewajiban atas apa yang dimiliki1. Notaris juga memiliki keahlian serta
berkaitan erat satu sama lain. Secara idealnya, hal tersebut harus berjalan
2007 bahwa mewujudkan sistem hukum nasional pada era reformasi akan terus
1
Abdul ghofur, Anshori, Lembaga Kementrian Indonesia, Perspektif Hukum dan Etika, UII Press,
Yogyakarta, 2009. hlm. 5.
2
Lawrence M. Friedman, Hukum Amerika: Sebuah Pengantar, Terjemahan dari American Law An
Introduction, 2nd Edition, Alih Bahasa: Wisnu Basuki, Jakarta, Tatanusa, 2001, hlm. 6-8.
3
sehingga dibutuhkannya bukti bukti yang konkrit berupa bukti tertulis yang
berhubungan dalam penegakan hukum yang mana dalam melakukan upaya itu
harus melaksanakan proses yang diatur sesuai dengan peraturan yang berlaku
nurani sebagai naluri manusia yang mempunyai budaya hukum. Maka dari itu
Setiap jabatan yang ada di negeri ini mempunyai kepentingan dan wewenang
4
notaris adalah salah satu jabatan yang sangat penting dalam pelaksanaan
penegakkan hukum di Indonesia. Sejak dahulu kala saat zaman Belanda, sudah
ada pejabat pejabat yang membuat pencatatan atau pendataan serta juga
perjanjian-perjanjian antar pihak yang mana hasil dan kutipan dari catatan-
adalah akta tersebut harus selalu dianggap benar, kecuali jika dibuktikan
5
bukti yang lain karena akta otentik merupakan bukti yang sempurna. 3
memerlukannya. Notaris adalah profesi yang mulia dan juga berkaitan dengan
moral dan etika dalam menjalankan perkerjaannya, notaris berpegang teguh dan
(officium nobile).4
sebagai alat bukti yang kuat dilain waktu, dijelaskan pada Pasal 1 ayat (1)
“Notaris adalah pejabat umum yang membuat akta otentik dan memiliki
kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini
atau berdasarkan Undang-Undang lainnya.’’
3
R. Subekti, Hukum Acara Perdata, Bima Cipta, Jakarta, 1989, hlm. 91.
4
Abdul ghofur, Anshori, op. cit, hlm. 6.
6
dimaksud dan juga menjaga akta akta yang dibuatnya agar tetap mendapatkan
Akta adalah surat yang ditandatangani dan juga memuat data data yang
berkaitan dengan kasus kasus yang menjadi akar dari suatu perjanjian. Notaris
mempunyai kewajiban untuk mematuhi kode etik notaris, salah satunya adalah
pendaftaran pada pengadilan negeri dan diumumkan oleh berita negara, jika
Notaris yang mempunyai kepentingan dan para pihak tersebut mau memenuhi
ketentuan yang dibutuhkan.5 Akta yang diciptakan notaris dapat menjadi suatu
Di dalam Ambteliijke akten atau akta relaas terdapat akta milik notaris
Berbeda lagi dengan partij akten atau akta pata pihak yang mana isi aktanya
5
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1998, hlm 149.
7
mengenai kemauan atau kehendak dari para pihak yang memberi wewenang
rapat umum pemegang saham, jika para pihak sudah lebih dulu meninggalkan
rapat sebelum para pihak yang dimaksud mengisi tanda tangan akta relaas, lalu
notaris hanya diahruskan untuk menjelaskan di dalam akta mengapa para pihak
“Suatu akta otentik ialah suatu akta yang ditentukan oleh undang-
undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang
berkuasa untuk itu di tempat di mana akta dibuatnya”.
1860-3 yang telah ditranslate oleh G.H.S Lumbang Tobing. Yang isinya adalah
sebagai berikut:
6
G.H.S.Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, 1999, hlm.31.
8
tulisan dilakukan dengan tulisan otentik atau dengan tulisan di bawah tangan”
Akta di bawah tangan adalah akta yang ditandatangani oleh para pihak
suatu alat bukti yang valid dan sempurna karena telah diatur Undang-Undang
dan dibuat dihadapan pejabat yang mempunyai wewenang. Akta akta otentik
dihadapan dan oleh seorang pejabat umum. Namun jika para pihak tidak
menyangkal suatu akta di bawah tangan, maka mereka yang tidak menyangkal
dan mengakui apa yang ditulis di dalam akta di bawah tangan tersebut dianggap
benar. Sesuai Pasal 1857 KUH Perdata, akta di bawah tangan yang dimaksud
7
Ibid, hlm.49
9
tangan adalah “akta yang sengaja dibuat untuk pembuktian oleh para pihak
tanpa bantuan dari seorang pejabat. Jadi semata-mata dibuat antara pihak yang
berkepentingan”. 8
penerima hak dari mereka serta ahli warisnya. Aturan tersebut telah ditentukan
dalam Pasal 1875 KUH Perdata (Pasal 288Rbg), artinya adalah keaslian tanda
tangan dari isi akta di bawah tangan telah diakui dan dianggap memenuhi syarat
sah berdasarkan Undang-Undang yang berlaku dan juga bagi para pihak
sebagai akta otentik, dan perwujudan bukti sempurna bagi mereka serta para
ahli warisnya, dan juga para penerima hak, sepanjang mengenai apa yang
8
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi Keempat, Yogyakarta, Liberty: 1993,
hlm.12
10
tangga dan tulisan tulisan yang lain yang dibuat tanpa perantaraan
seorang pejabat umum”.
Saat ini ada berbagai cara untuk melakukan hal yang dapat disebut
melanggar kode etik, khususnya kode etik notaris yang pastinya terjadi atas
dan sebagai salah satu sarana perbuatan . Mengenai perbuatan yang dimaksud,
bentuk akta otentik, maka notarislah yang berwenang untuk membuat akta-akta
otentik yang dimaksud, karena satu-satunya pejabat umum yang diangkat dan
diperintahkan oleh peraturan umum yang telah diberi wewenang oleh orang-
Bagi individu seperti notaris yang hati hati dan teliti, tugas legalisasi ini
selembar dan sudah ditanda tangani itu dituntut untuk “disahkan”. Pengesahan
itu bisa saja menyerang notaris. Karena notaris seringkali tidak tahu siapa saja
yang memberi tanda tangan yang ada di dalam akta di bawah tanda tangan
satunya adalah etika pelayanan terhadap para pihak, karena sebagai pejabat
Namun masalah yang muncul, penulis temukan pada kasus yang penulis baca
Notaris dan PPAT Ny. Endang Muniarti, S.H. Notaris yang berasal dari
3 Mei 2011. Bukti tersebut merangkum bahwa tanda tangan penghadap Ir.
Gregorius Daryanto adalah berbeda dengan tanda tangan beliau di dalam Akta
surat kuasa jual nomor 51, surat kuasa jual Nomor 52 dan surat perikatan jual
9
Putusan Mahkamah Agung Nomor 1234 K/PID/2012
12
Endang Muniatri, S.H., Terkena pasal 263 ayat 1 dan Pasal 264 Ayat 1 Kitab
Menurut Penulis, Hal tersebut diatur juga dalam Pasal 48 ayat (1)
sebagai berikut :
Karena terbukti adanya ketidak sesuaian antara tanda tangan salah satu
penghadap yang asli bersumber dari hasil bukti lab dan tanda tangan akta,
keseluruhan akta yang diterbitkan dan dibuat oleh Notaris Endang Murniati,
S.H., karena dari keterangan penghadap mengenai akta para pihak (akta partij),
pidana yang ditanggung jawab oleh notaris dari putusan tersebut tidak sesuai
Pada kasus yang penulis teliti, Notaris Endang Muniarti, S.H., dituntut
kasus atas jual beli tanah milik Ir. Gregorius Daryanto yang mana tanah tersebut
13
dijual kepada Dra. Mawar Muria Rini dan beliau bersedia membayar dengan
cara tukar guling tanah Milik Dra Muria Rini. Namun kenyataannya saat proses
penandatanganan surat, Ir. Gregorius Daryanto tidak membaca seluruh isi surat
yang di berikan oleh Notaris Endang Muniarti, S.H.,. dalam hal ini Notaris
“Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan
Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-
Undang ini.”
Maka dari itu, akta notaris dibuat dihadapan notaris, tata cara dan bentuknya
telah diatur oleh undang-undang. Dalam hal ini, akta notaris dapat digolongkan
10
Adjie Habib, Hukum Notaris Indonesia, Jakarta, Erlangga, 2006, hlm. 51
14
1. Akta yang diciptakan oleh notaris (akta pejabat atau relaas), akta tersebut
adalah akta yang diciptakan oleh notaris untuk merangkum atau memuat uraian
dari apa yang terjadi, misalnya adalah suatu tindakan yang dilakukan atas suatu
2. Akta yang diciptakan dihadapan notaris atau bisa juga disebut akta Partij, akta
merangkum uraian dari keterangan yang diperoleh dan diterangkan oleh para
Bersumber dari hal di atas, yang merupakan suatu alat pembuktian ialah
akta notaris. untuk membuat akta notaris, seorang notaris harus mendahulukan
dalam surat putusan yang penulis lihat, akta menjual No.52, akta menjual No.51
dan juga akta jual beli No. 65 tersebut adalah Akta Partij yang artinya akta
tersebut adalah akta yang dibuat atas dasar keinginan para penghadap. notaris
tidak mempunyai kepentingan apapun terhadap isi dan kata kata yang dibuat
diterima, maka dari itu semua materi dan isi yang bersumber dari akta tersebut
adalah tanggung jawab para penghadap yang memberi keterangan. dalam akta
partij notaris tidak perlu memberikan bukti kebenaran materiil dari keterangan-
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan Penelitian
adalah untuk :
D. Kegunaan Penelitian
16
diteliti. Oleh karena itu, setidaknya suatu penelitian dapat menghasilkan kegunaan
Terdapat 2 (dua) segi yang berkaitan satu sama lain dan dapat ditinjau dari
a. Kegunaan Teoritis
lainnya atau yang serupa, baik belum dilakukan maupun yang sudah
dilakukan.
2) Harapannya penelitian ini bisa berguna bagi orang yang mempunyai minat
b. Kegunaan praktis
umum. Dan penelitian ini bisa berguna menjadi bahan introspeksi agar
secara praktis yang berguna bagi profesi hukum khususnya Notaris yang
Notaris.
E. Kerangka Pemikiran
Dalam Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 mengatur bahwa “Negara
Indonesia adalah negara hukum” Pasal ini memberi implikasi bahwa setiap hal-
tersebut bersumber dari Pancasila, yang mana Pancasila adalah sumber dari
segala sumber hukum negara. dan UUD NRI Tahun 1945 adalah hierarki
harus ada pemahaman hukum untuk kesatuan sistem. Umumnya, setiap sistem
sesuai tujuan, diperlukan waktu yang panjang dan juga pembangunan yang
adil dan makmur, seperti yang ditujukan oleh UUD NRI tahun 1945.
rechtsidee atau cita hukum. Oleh sebab itu, Pancasila dideskripsikan sebagai
kekuasaan kehakiman, makna putusan hakim tidak dapat diganggu gugat. Hal
ini terdapat dalam Pasal 24 ayat (2) UUD NRI 1945 yang berbunyi “Kekuasaan
sebagai berikut :
Dari pasal di atas, dapat diketahui bahwa hakim mempunyai kuasa atau
jasa-jasanya.
mana “keadilan adalah keutamaan dan ini bersifat umum”. 12 hal ini berkaitan
dengan kronologi kasus yang mana Notaris Endang Muniarti, S.H., mendapat
kekeliruan putusan dari hakim sehingga berimbas pada nama baik Notaris
11
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Jakarta, 2008, hlm.60-62
12
Hyronimus Rhiti, Filsafat Hukum Edisi Lengkap (Dari Klasik ke Postmodernisme), Ctk. Kelima,
Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2015, hlm. 241.
20
pengesahan dan pengetahuan antara kedua belah pihak sebab isi akta adalah
apa yang dimaksud dan dikehendaki oleh para pihak, notaris tidak
menghendaki isi akta. Hal ini diatur dalam pasal 48 sampai dengan pasal 50
Undang-Undang Jabatan Notaris nomor 30 tahun 2004 yang pada intinya jika
akta atau bisa juga dengan lembar terpisah yang melekat dengan minuta akta
Dalam hal ini terlihat bahwa hak kepemilikan tanah adalah hal yang
sangat sangat penting dan harus sangat hati hati dalam aturannya. Notaris
adalah pejabat yang salah satu tugasnya adalah membuat akta autentik yang
mana akta autentik mempunyai hubungan dengan permasalahan tanah dan hak
atas tanah. Tidak bisa dipungkiri bahwa tanah mempunyai aturan yang ketat
karena tanah adalah unsur yang sangat penting, hal ini terdapat dalam Undang-
13
Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, pasal 48-50.
21
Undang Pokok Agraria yakni UU no. 5 tahun 1960, pada pasal 1 ayat (1) yang
Putusan hakim adalah produk kekuasaan kehakiman, maka dari itu, hal
ini dapat dinilai dan dikoreksi ulang secara bertahap oleh pengadilan yang
bertingkat lebih tinggi, dalam tingkat juris atau dalam judex facti. Putusan yang
telah diberikan kekuatan hukum yang pasti oleh judex juris maupun judex facti
dan masih mempunyai peluang untuk diperiksa dan diputus pada tingkat
Peninjauan Kembali. Hal ini dibahas juga dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-
sebagai berikut:
Jika para penghadap merasa ada kesalahan pada akta notaris, kemudian
notaris sebagai suatu alat bukti yang sempurna. Hal ini terdapat pada Pasal 51
Dalam hal ini juga notaris maupun para pihak harus bisa membedakan
antara akta yang dirubah setelah ditandatangani maupun yang dirubah sebelum
renvoi dapat dilihat pada hal ini juga diatur Undang-Undang jabatan notaris
14
Mas Hushendar, “Tuntutan Ganti Kerugian Dalam Perkara Praperadilan.” Melalui:
<https://badilum.mahkamahagung.go.id/artikel-hukum/2990-tuntutan-ganti-kerugian-dalam-perkara-
praperadilan.html>, Akses internet tanggal 18 februari 2022, Pukul 22:43.
15
Ebta Setiawan. “Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).” Melalui: <https://kbbi.web.id/renvoi>,
Akses internet tanggal 11 Januari 2022, Pukul 15:25.
23
Nomor 30 Tahun 2004 Pasal 50 ayat (1) sampai dengan ayat (4) yang berbunyi
sebagai berikut:
1) Jika dalam Akta perlu dilakukan pencoretan kata, huruf, atau angka,
pencoretan dilakukan sedemikian rupa sehingga tetap dapat dibaca sesuai
dengan yang tercantum semula, dan jumlah kata, huruf, atau angka yang
dicoret dinyatakan pada sisi kiri Akta.
2) Pencoretan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah setelah
diparaf atau diberi tanda pengesahan lain oleh penghadap, saksi, dan
Notaris.
3) Dalam hal terjadi perubahan lain terhadap pencoretan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), perubahan itu dilakukan pada sisi kiri Akta sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2).
4) Pada penutup setiap Akta dinyatakan tentang ada atau tidak adanya
perubahan atas pencoretan.”
Kesalahan yang terjadi pada akta yang dimaksud akan dibuat oleh
Notaris dan dikoreksi oleh hakim saat akan diajukan ke pengadilan sebagai alat
perlindungan hukum untuk notaris sebagai profesi, hal ini ditemukan pada
itu mengandung unsur pelanggaran, maka hal ini termasuk pelanggaran kode
etik notaris yang merugikan pihak tertentu. Ada dua bagian sumpah jabatan
notaris, yang pertama bernama janji atau sumpah belovende eed dan juga diberi
nama politieke eed kemudian yang kedua diberi nama zuiveringseed dan juga
24
akan mematuhi dan tunduk kepada peraturan yang berlaku, dan juga setia pada
seksama, jujur, mandiri dan amanah juga akan menjaga tingkah laku, sikap dan
akan merealisasikan kewajiban sesuai apa yang tertulis di dalam kode etik
didapatkan pada saat masa jabatan, Karena data yang di dalamnya sangat
penting. Oleh karena itu, profesi notaris menjunjung tinggi kode etik notaris
yang telah tertulis. Karena pastinya, notaris adalah profesi yang sangat berhati
apa konsekuensi yang terjadi jika melanggar kode etik tersebut. Penting untuk
16
Sjaifurrachman dan Habib Adjie, Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta,
Bandung, Mandar Maju, 2011, hlm.233
25
matang berkaitan dengan motivasi dan juga keadaan dari tergugat itu serta latar
memalsukan minuta akta, khususnya tanda tangan penghadap, dan jika para
pembuktian sebagai akta di bawah tangan tidak mungkin akan berlaku lagi. 18
F. Langkah-Langkah Penelitian
17
Republik Indonesia. Undang-Undang Jabatan Notaris No.2 Tahun 2014. Pasal 16 (1) huruf b
Tentang Jabatan Notaris.
18
Indonesia. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
19
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali
Perss, Jakarta, 2012, hlm.1.
26
1. Metode Penelitian
masalah yang sedang diteliti, kemudian hasil penelitian tersebut dianalisis dan
unsur unsur atau bahan bahan penelitian dijalani dengan cara mempelajari data-
data yang mempunyai kaitan dengan inti permasalahan. diambil dari data
yang diteliti melalui sampel atau data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk
2. Metode pendekatan
20
Soerjono Soekanto, Penghantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 2009 , hlm. 51.
21
Sugiono, Metodologi Penelitian Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 29.
27
meneliti data sekunder atau bahan pustaka dengan cara menelaah literatur-
dari itu, menurut penulis metode pendekatan ini dirasa tepat untuk menganalisis
a. Jenis Data
Dalam pemelitian ini jenis data yang penulis gunakan adalah jenis data
b. Sumber Data
pembuatan penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder yang mana
sebagai berikut :
22
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, 2012, hlm.13-14
28
primer. Yang mana sumber hukum ini didapatkan dari studi lapangan
Notaris
Kehakiman
29
Pokok-Pokok Agraria
Peraturan Perundang-Undangan
dan referensinya berasal dari media online. Dan juga data yang
Penelitian ini adalah penelitian yang berasal dari jurnal ilmiah, perundang
c. Studi Dokumentasi
1) Observasi
2) Wawancara
23
Sri Mamudji, Et Al, Metode Penelitian Hukum, Cetakan Pertama, Fakultas Hukum UI, Jakarta,
2005, hlm. 31
31
dengan penelitian.
data dari studi kepustakaan dan lapangan. dianalisis dengan analisis deskriptif
sebagai jawaban atas masalah penelitian ini, dipaparkan secara jelas dan
6. Lokasi Penelitian
a. Lokasi Kepustakaan
24
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2005, hlm. 21.
32
b. Lokasi Penelitian
Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia atau bisa juga disingkat menjadi KBBI,
tanggung jawab adalah keadaan untuk wajib menanggung segala sesuatunya. Dalam
hal ini, jika dijabarkan tanggung jawab adalah kesadaran seseorang akan kewajiban
Tanggung jawab adalah unsur penting yang sifatnya harus selalu diterapkan
dalam aspek apapun. Tanggung jawab terbagi menjadi beberapa macam. Yaitu
adalah kepada Tuhan, diri sendiri, keluarga, masyarakat. Dan juga seluruh
makhluk hidup.
Tanggung jawab pada diri sendiri adalah hal yang harus kita tanamkan
dalam diri kita, karena hal itu dapat merefleksikan karakter maupun sifat
yang ada dalam diri kita. Contoh Tanggung jawab terhadap diri sendiri
adalah:
24
Ebta Setiawan. “Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).” Melalui:
<https://kbbi.web.id/tanggung%20jawab> Akses internet tanggal 5 Maret 2022, Pukul 10:57
31
32
sendiri.
Kita adalah manusia yang artinya adalah salah satu dari bukti kekuasaan
Allah swt. Allah dengan segala kebesarannya telah menciptakan hal hal
yang luar biasa, Salah satunya adalah manusia. Tanggung jawab yang harus
dilakukan terhadap Allah. adalah dengan bersyukur atas semua nikmat yang
dan perintah yang jelas tertulis dalam kitab suci Al-Qur’an maupun hadis
shahih. Karena dengan menaatinya maka hidup akan terhindar dari kerugian
untuk diri sendiri maupun orang lain. Dan insha Allah, mendapat ridha-Nya.
Keluarga adalah hal yang berharga. Maka dari itu, kita harus
Seperti berikut25 :
25
Djoko Widagdho, Ilmu Budaya Dasar, Bumi Aksara, Jakarta, 1999, hlm. 145.
33
keluarga.
yang indah dan memiiki berbagai cerita yang sangat tak ternilai
harganya. Maka dari itu, mencintai tanah air adalah hal yang harus
dilakukan.
budaya. Semua hal yang menjadi ciri khas budaya tanah air, Harus
dihormati.
harganya. Dan jika itu semua bersatu, maka bangsa Indonesia akan
Indonesia.
34
Menurut Titik Triwulan, definisi tanggung jawab adalah hal yang harus
mempunyai dasar, contohnya seperti hal yang memberi sebab akibat akan
timbulnya hak hukum bagi individu untuk menuntut orang lain dan juga
sekaligus berbentuk hal yang menghasilkan kewajiban hukum orang lain untuk
bentuk ganti rugi atau kompensasi setelah adanya Tindakan atau peristiwa
hukum. 27
yaitu adalah risiko dan kesalahan. Hal ini bisa juga disebut dengan liability
sebagai tanggung jawab mutlak atau tanggung jawab risiko (strict liability)28,
26
Titik Triwulan dan Shinta Febrian, Perlindungan Hukum bagi Pasien, Prestasi Pustaka, Jakarta,
2010, hlm. 48.
27
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008,
hlm. 258.
28
Titik Triwulan dan Shinta Febrian , Op.Cit. Hlm 49.
35
Sebaliknya, maksud dari liability without fault adalah ketika Ketika tergugat
pengguggat.
(concept of fault) yang berkaitan dengan moral dan hukum yang sudah
29
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, 2010, hlm. 503.
36
perbuatannya.
tanggung jawab berasal dari hakikat manusia sebagai makhluk yang memiliki
kesadaran, kecintaan, dan juga mampu melaksanakan dan melakukan hal yang
sebagai berikut:
a) Kesadaran
perbuatannya, biasanya hal ini juga bisa saja bersumber dari budaya dalam
diri suatu individu sebagai mahluk yang mempunyai budaya (beradab) dan
dapat menilai mana yang benar, patut dan baik. Dan mana juga yang buruk
itu sendiri.
30
Krich, A.M. Anatomi Cinta: Risalah Cinta, Arti Cinta & Kekuatan Cinta, terjemahan Nosa
Normanda dan Dewi anggraeni, Komunitas bamboo, Jakarta, 2009, hlm. 245.
37
suatu perbuatan atau Tindakan seseorang yang harus melekat pada aturan-
c) Pengabdian
yang dianggap lebih penting dalam suatu hal. Hal ini biasanya dilakukan
dengan ikhlas dan dikuti oleh pengorbanan, kesetiaan, cinta kasih dan
loyalitas
d) Pengorbanan
e) Norma Sosial
“Suatu akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang
ditentukan undang-undang oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum
yang berkuasa untuk itu, di tempat dimana akta itu dibuat.”
Kemudian, pengertian akta autentik dijelaskan pula pada Pasal 165 HIR,
“Surat (akta) yang sah, ialah surat yang diperbuat demikian oleh atau
dihadapan pegawai umum yang berkuasa untuk membuatnya, menjadi
bukti yang cukup bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya dan sekalian
orang yang mendapat hak darinya, tentang segala hal yang disebut dalam
surat itu sebagai pemberitahuan saja, dalam hal terakhir ini hanya jika orang
yang diberitahukan itu berhubungan langsung perihal ada surat akta itu”
Kutipan Pasal diatas menjelaskan bahwa akta otentik adalah akta yang
wewenang untuk itu, dan menjadi bukti yang lengkap antara kedua belah pihak.
juga menjadi salah satu alat bukti yang tertulis. Hal ini diatur dalam pasal 1866
KUHPer dan Pasal 164 HIR yang mana bahwa alat-alat bukti meliputi bukti
seterusnya.
Andi prajitno berpendapat, bahwa akta notaris merupakan akta otentik yang
mempunyai kekuatan hukum dan juga jaminan kepastian hukum sebagai alat
tambahan alat bukti yang lain, dan mengikat jakim, karena Salinan pertama
(grosse) dari akta notaris mempunyai kedudukan yang sama dengan vonis
31
Soesilo, R., RIB / HIR Dengan Penjelasan, Politeia, Bogor, 1995, hlm 138
39
Pasal 1870 KUHper juga telah mengatur kekuatan pembuktian pada akta
autentik. Bahwa akta autentik memberikan bukti yang sempurna mengenai apa
yang dikandung didalamnya kepada para pihak beserta para ahli warisnya atau
orang orang yang mempunyai hak dari mereka. Dengan begitu, kekuatan yang
ada di dalam akta autentik tersebut adalah sempurna dan mengikat para pihak
mengenai apa yang ada didalam akta itu. Memberikan kepastian bahwa suatu
kejadian dan fakta yang ada dialam akta tersebut benar juga beserta pernyataan
para pihak yang dinyatakan kepada notaris. Bahwa hal tersebut adalah kekuatan
pembuktian formal yang menjadi salah satu kekuatan nilai pembuktian pada
menghadap, siapa yang menghadap, paraf tanda tangan para penghadap, sakis
Dalam Bahasa belanda, akta disebut “acte” atau “akta” dan dalam
Bahasa inggris diartikan sebagai “act” atau “deed”. akta mempunyai 2 (dua)
32
Prajitno, A. A., Pengetahuan Praktis Tentang Apa dan Siapa Notaris di Indonesia, Perwira Media
Nusantara, Surabaya, 2015, hlm. 9.
40
yang luas.
b. Suatu tulisan yang dibuat untuk dipakai / digunakan sebagai bukti perbuatan
sesuatu.33
Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) dab Ajta Jual Beli mempunyai
Akta Jual Beli (AJB) adalah dokumen yang memberi bukti bahwa
adanya peralihan hak mengenai tanah dari pemilik sebagai penjual kepada
pembeli sebagai pemilik baru. Pada prinsipnya jual beli tanah bersifat tunai dan
Akta Tanah (PPAT) dengan pembayaran yang telah tuntas (lunas). Hal
perjanjian pengikatan jual beli sendiri dibuat dalam bentuk akta autentik yang
dibuat di hadapan notaris sebagai pejabat umum yang diberikan wewenang oleh
Undang-Undang untuk membuat akta autentik, dan bisa juga dibuat dalam
bentuk dibawah tangan. Sementara itu untuk proses pembuatan akta jual beli
33
Victor Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Aspek Hukum Akta Catatan Sipil Di Indonesia,
Sinar Grafika, Jakarta, 1991, hlm. 50.
34
R. Subekti, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, PT Citra Aditya Bakti , Bandung, 1998, hlm.
29.
41
Tentang Pendaftaran Tanah, Akta Jual Beli adalah bukti sah yang menandakan
hak atas tanah dan bangunan telah beralih kepihak lain. Pasal tersebut berisi
sebagai berikut:
“peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui
jual beli hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang
dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.”.
Sebelum membuat Akta Jual Beli, parah pihak yang bersangkutan harus
mengikuti prosedur pembuatan Akta Jual Beli, akta tersebut adalah sebagai
berikut:35
1. Pembuatan AJB harus dihadiri penjual dan pembeli (suami istri bila sudah
menikah) atau orang yang sudah diberi kuasa dengan surat kuasa tertulis.
pembeli.
3. PPAT akan membacakan dan menjelaskan isi akta, bila pihak penjual dan
35
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria,
Isi dan Pelaksanannya, Djambatan, Jakarta, 2003, hlm. 296.
42
4. Akta dibuat dua lembar asli, satu disimpan oleh PPAT dan satu lembar lain
perjanjian pengikatan jual beli yang diciptakan di depan notaris terlebih daulu.
Akta tersebut diciptakan antara calon pembeli dan calon penjual sebelum
Untuk dapat membuat akta autentik, tentu harus sesuai dengan Undang-
kewenangan atas hal itu. Pejabat umum tersebut adalah seorang notaris,
kewenangan yang notaris miliki didapat secara atributif dari negara untuk
menjalani tugasnya dibidang perdata dalam membuat akta autentik. Hal ini
diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berisi
sebagai berikut:
“Suatu akta otentik ialah suatu akta yang didalam bentuk yang
ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-
pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akta
dibuatnya.”
dihadapan pejabat yang berwenang. Jika pembuatan akta autentik tidak sesuai
43
penting. Dibawah ini adalah syarat syarat dan tata cara membuat akta autentik.
akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan
Notaris sesuai dengan bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam
wajib membuat Daftar Akta dan mencatat semua akta yang dibuat
36
C.A.Kraan, De Authentieke Akte, Gouda Quint BV, Amsterdam, 1984, Hlm, 143 dan 201.
44
c. Akta yang dibuat oleh Notaris dalam praktek Notaris disebut akta
Relaas atau Akta Berita Acara yang berisi uraian Notaris yang
d. Pembuatan akta Notaris baik akta relaas maupun akta pihak, yang
menjadi dasar utama atau inti dalam pembuatan akta notaris, yaitu
harus ada keinginan atau kehendak dan permintaan para pihak, jika
tidak ada keinginan atau permintaan yang berasal dari para pihak,
Tahun 2014 dan Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris (PJN). Isi dari pasal 1
37
Moekijat, Analisis Jabatan, Cetakan VIII, Bandung, Mandar Maju, 1998, hlm. 10.
38
Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Buku I,
Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1996, hlm. 28.
46
pendapat tersebut berasal dari Habib Adjie, pendapat tersebut adalah Jabatan
sebagai Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, perbedaan tersebut dapat
terlihat dari masing masing produk yang dikerjakan Pejabat Publik tersebut.
39
N.E.Algra, H.R.W.Gokkel dkk, Kamus istilah Hukum Fockema Andreae, Belanda-Indonesia,
Jakarta, Binacipta, 1983, hlm. 29.
47
pembuktian. akta tidak memnuhi syarat sebagai keputusan Tata Usaha Negara
yang bersifat konkret, final dan individual. dan juga tidak memberi dampak
hukum perdata bagi seseorang atau badan hukum perdata, karena akta yang
dibuat oleh seseorang yang menjabat sebagai Notaris adalah wlisvorming atau
formulasi kehendak maupun keinginan para pihak yang ditulis dalam akta
Notaris. 40
semi swasta. maksudnya, orang yang mengemban jabatan Notaris tidak bisa
peran menjalankan tugas negara pada bidang hukum keperdataan, dan notaris
40
Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, Cetakan
2, Bandung, Refika Aditama, 2009, hlm. 27.
41
Nusyirwan, Membedah Profesi Notaris, Universitas Padjadjaran Bandung, 2000, hlm. 3-4.
48
Tanah (PPAT). Dengan begitu Notaris sudah pasti menjadi Pejabat Umum,
syarat syarat yang harus dijalankan sebagai Notaris yang jujur dan berintegritas.
Notaris diangkat oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Bersama dengan
surat keputusan. Notaris yang belum disumpah namun sudah diangkat, sudah
akta autentik. Hal yang sama juga terjadi kepada Notaris yang sedang dalam
masa cuti dan Notaris yang sedang diskors. Tidak cakap yang dimaksud adalah
materiil.
membuat akta, notaris yang sudah diangkat namun belum disumpah dan juga
notaris yang sedang dalam masa cuti tidak mempunyai wewenang membuat
dilaksanakan. Dan cutinya sudah berakhir atau berhenti atas permintaan notaris
yang berkaitan. Dalam hal ini notaris memiliki 4 (empat) wewenang, yaitu
sebagai berikut42:
dibuat itu;
tidak dikecualikan kepada pihak atau pejabat lain, atau Notaris juga
wewenang yang telah diberikan, dan jika Notaris tetap melanggar apa yang
atau Majelis Pemeriksa yang dibentuk oleh Majelis Pengawas tidak perlu
42
Lumban Tobing, G.H.S., Peraturan Jabatan Notaris., Jakarta, Penerbit Erlangga, 1982, hlm. 49.
50
untuk kepentingan siapa akta itu dibuat. walaupun Notaris bisa membuat
untuk diri sendiri, istri/suami atau orang lain yang mempunyai hubungan
darah dalam garis keturunan lurus kebawah dan atau keatas tanpa
serta menjadi pihak untuk diri sendiri, maupun dalam suatu kedudukan
ataupun dengan perantaraan kuasa. Mengenai orang dan untuk siapa akta
dibuat, harus ada keterkaitan yang jelas misalnya jika akan dibuat akta
pengikatan jual beli yang diikuti dengan akta kuasa untuk menjual, bahwa
Notaris akan melihat (asli surat) dan meminta fotocopy atas identitas dan
bukti kepemilikannya. Salah satu tanda bukti yang sering diminta oleh
Notaris dalam pembuatan akta Notaris, yaitu Kartu Tanda Penduduk dan
dan data antara KTP dan sertifikat yang berkaitan, hal ini kadang terjadi
51
karena banyak kesamaan nama dan mudahnya membuat KTP, dan juga
dalam sertifikat hanya tertulis nama pemegang hak, tanpa ada penyebutan
maka hal ini bukan tanggung jawab Notaris, tanggung jawabnya diserahkan
akta itu dibuat. Pasal 18 ayat (1) UU Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan
kedudukan dan berkantor di daerah kabupaten atau kota (Pasal 19 ayat (1)
Notaris).
Istilah etika bermula dari bahasa Yunani kuno. Etika berarti ethos
(tunggal) bisa berarti Etika adalah akhlak, watak, sikap, perasaan dan cara
43
Abdul Ghofur, Op. Cit., hlm. 55.
52
berbicara lebih mengenai hati daripada logika. Bahkan ada yang menyebut etika
menyentuh unsur paling hakiki dari diri manusia yakni nurani. Seperti rambu
lalu lintas, etika memberi arah kepada setiap manusia untuk mencapai tujuan
yang diinginkannya. Tanpa adanya etika, manusia tidak akan menjadi makhluk
baik buruk yang bisa diterima oleh umum yang berhubungan dengan perbuatan,
kewajiban dan sifat. Hati Nurani adalah kesadaran yang dilakukan maupun
diucapkan oleh manusia dalam menjawab pertanyaan, apakah baik dan etis
fungsi hati nurani yang dimiliki oleh manusia, khususnya notaris. Sehingga
secara yakin bisa menjalani tanggung jawab dan tugasnya sebagai pejabat
umum yang berpaku pada hukum yuridis formal, yaitu Kode Etik Notaris dan
tuntutan moral yang berhubungan dengan suatu profesi, sehingga etika profesi
44
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Temantik Terhadap UU No.30 Tahun 2004 Tentang
Jabatan Notaris, Bandung, Refika Aditama: 2009, hlm. 128.
45
Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, Op.Cit., hlm. 195.
53
hak-hak istimewa dan tanggung jawab yang melekat dengan profesi tersebut,
yang merupakan ekspresi dari usaha untuk memperjelas nilai-nilai moral umum
yang ada dalam bidang khusus yang lebih dipastikan lagi dalam kode etik.46
Dalam pengertian yang lebih luas, etika bisa didefinisikan sebagai ilmu
Etika memberi ilmu bahwa etika profesi adalah ilmu pengetahuan mengenai
tingkah laku yang sengaja dilakukan oleh manusia dengan sadar dan berkaitan
Undang-Undang Jabatan Notaris saja, namun juga berpedoman pada sikap yang
harus sesuai dengan etika profesi yang dijalaninya. Notaris adalah profesi yang
luhur sehingga para pemilik profesi yang berkaitan juga harus mempunyai budi
46
Liliana Tedjosaputro, Etika Profesi dan Profesi Hukum, Semarang, CV.Aneka Ilmu, 2003, hlm. 9.
BAB III
Menurut Prof R. Subekti, SH., Definisi dari akta autentik adalah suatu bukti
yang “mengikat” atau valid. maksudnya adalah, apa yang ada di dalam akta itu
harus dianggap valid, benar dan dipercaya oleh hakim, selama ketidakbenaran
tersebut tidak dibuktikan.42 Akta autentik harus diciptakan dengan mengikuti apa
yang telah diatur dan ditetapkan oleh Undang-Undang yang berlaku seperti yang
oleh pejabat umum. Dan akta tersebut harus dibuat berdasarkan permintaan
seseorang, akta yang diciptakan oleh pejabat umum disebabkan oleh karena adanya
42
Kohar A, Notaris Dalam Praktek Hukum, Penerbit Alumni, Bandung:, 1983, hlm. 24.
52
53
sebagai pelaku dari akta tersebut. Notaris masih berada di luar para pihak maupun
bukan para bukan yang ada dalam akta tersebut. dengan begitu, jika terdapat
masalah pada akta notaris, notaris akan tetap berada di luar para pihak maupun
bukan sebagai pihak atau membantu melancarkan aksi dalam kualifikasi hukum
pidana, sebagai tergugat maupun turut tergugat dalam kualifikasi hukum perdata.44
a. Akta Notaris wajib dibuat dalam bentuk yang sudah ditentukan oleh undang-
b. Akta Notaris dibuat karena ada permintaan para pihak, dan bukan keinginan
Notaris. Meskipun dalam akta Notaris tercantum nama Notaris, tetapi dalam
hal ini Notaris tidak berkedudukan sebagai pihak bersama-sama para pihak atau
akta Notaris serta tidak dapat ditafsirkan lain, selain yang tercantum dalam akta
tersebut. Pembatalan daya ikat akta Notaris hanya dapat dilakukan atas
43
Tan Thong Kie, Studi Notariat Dan Serba-Serbi Praktek Notaris, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
Jakarta, 2013, hlm. 442.
44
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Temantik Terhadap UU No.30 Tahun 2004 Tentang
Jabatan Notaris, Bandung, Refika Aditama, 2009, hlm.128.
45
Ibid, hlm. 48.
54
kesepakatan para pihak yang namanya tercantum dalam akta. Jika ada yang
tidak setuju, maka pihak yang tidak setuju harus mengajukan permohonan ke
pengadilan umum agar akta yang bersangkutan tidak mengikat lagi dengan
Secara materiil, isi akta merupakan kehendak para pihak, namun akta dapat
batal dalam hukum dalam alasan atau keadaan tertentu saja, 46 penghadap atau para
pihak adalah orang yang menghadap kepada notaris, sehingga orang yang diwakili
bukanlah penghadap. 47
menandatangani akta perikatan Jual Beli dan Akta Kuasa Menjual Kepada Dra.
Mawar Muria Rini Selaku pembeli di Notaris/PPAT Endang Muniarti, S.H. dalam
kasus tersebut. hal tersebut memang benar adanya, namun Ir. Gregorius Daryanto
mengaku tidak sempat membaca secara keseluruhan isi dari surat tersebut. alasan
mengapa Ir. Gregorius Daryanto tidak memeriksa ulang isi dari surat karena Ir.
Gregorius Daryanto telah sepenuhnya percaya akan isi surat tersebut kepada Ny.
Endang Muniarti, S.H. bahwa surat yang Ir. Gregorius Daryanto tandatangani
tersebut adalah kesepakatan tukar guling, bukan akta jual beli tanah. dan pada awal
tukar guling tanah antar Ir. Gregorius Daryanto dan Dra. Mawar Muria Rini.
46
Ibid, hlm. 139.
47
A. Kohar, Op cit., hlm. 39.
55
Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah Sofiyanti Harris Kartasasmita, S.H.
selaku notaris di kota Bandung, bahwa agar notaris dapat terhindar dari
menghadap adalah penghadap yang asli namun lebih baik saat proses
notaris dapat saja dikualifikasikan sebagai tindak pidana yang dilakukan oleh
notaris. Namun, aspek yang menjadi batasan yang digunakan notaris harus
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris bahwa akta yang
notaris.
tersebut adalah suatu tindak pidana, maka sebelum dilakukan penyidikan lanjut,
hendaknya penyidik meminta pendapat ahli yang lebih pasti memahami hal
tersebut. contohnya adalah dari organisasi jabatan notaris. Ancaman sanksi yang
ada dimaksudkan agar saat menjalani jabatan dan tugasnya, sehingga notaris yang
48
Hasil Wawancara Pribadi Penulis dengan Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah Sofiyanti Harris
Kartasasmita, S.H
56
bersangkutan, yaitu klien, diri sendiri dan Tuhan Yang Maha Esa. 49
Maka dari itu, Notaris harus selalu berhati-hati dan selalu cermat dalam
menjalani setiap tugas sebagai pejabat Notaris, karena notaris pasti memiliki
keahlian profesional baik secara praktis maupun teoritis. sehingga tidak akan
mengatur bahwa jika notaris melanggar ketetapan yang dimaksud dalam Pasal 38,
Pasal 39 dan Pasal 40 Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014 akan
memberi akibat bahwa akta hanya memiliki kekuatan pembuktian akta di bawah
tangan, namun jika di dalam persidangan para pihak dapat memberi bukti bahwa
akta autentik tersebut tidak benar adanya, maka hal itu dapat memberi akibat bahwa
akta tersebut dapat dibatalkan dan kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah
tangan tidak dapat berlaku kembali. karena akta yang dapat dibatalkan tersebut
mempunyai kaitan dengan asas praduga sah, hal tersebut adalah Tindakan yang
menciptakan akta secara formal, materiil dan lahiriah dan juga hal ini tidak sinkron
49
Hasil Wawancara Pribadi Penulis dengan Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah Sofiyanti Harris
Kartasasmita, S.H.
50
Hasil Wawancara Pribadi Penulis dengan Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah Sofiyanti Harris
Kartasasmita, S.H.
51
Hasil Wawancara Pribadi Penulis dengan Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah Sofiyanti Harris
Kartasasmita, S.H.
57
Nomor 1234 K/PID/2012, kasus ini telah memiliki kekuatan hukum tetap dari
Mahkamah Agung. Namun putusan hakim terkait tidak selaras dengan Undang-
Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014. Memang benar para pihak hadir di hadapan
Notaris Ny. Endang Muniarti S.H., namun terdapat miskomunikasi antara para
pihak dengan Notaris. karena dari yang penulis analisis, notaris tersebut tidak
membacakan keseluruhan. pada saat membuat akta autentik ada beberapa syarat
penting. hal ini diatur dalam Pasal 40 ayat (1) sampai dengan (2) Undang-Undang
Nomor 2 tahun 2014 tentang Jabatan Notaris. yang menyatakan Pertama, para
pihak hadir di hadapan notaris, kedua, kehendak para pihak dibacakan, kemudian
ditandatangani oleh notaris. Untuk kasus ini, para pihak wajib hadir di hadapan
notaris. 52
menjalankan tugasnya, notaris bisa saja mengalami human error atau kekeliruan
52
Hasil Wawancara Pribadi Penulis dengan Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah Sofiyanti Harris
Kartasasmita, S.H.
58
1. Kesalahan ketik pada salinan Notaris, dalam hal ini kesalahan tersebut dapat
diperbaiki dengan membuat salinan baru yang sama dengan yang asli dan hanya
salinan yang sama dengan yang asli baru mempunyai kekuatan sama seperti
akta asli;
2. Kesalahan bentuk akta Notaris, dalam hal ini dimana seharusnya dibuat berita
acara rapat tapi oleh Notaris dibuat sebagai pernyataan keputusan rapat;
3. Kesalahan isi akta Notaris, dalam hal ini mengenai keterangan dari para pihak
yang menghadap Notaris, di mana saat pembuatan akta dianggap benar tapi
tidak sepenuhnya salah. karena tanda tangan yang tertera pada akta menandakan
bahwa pihak penghadap sudah setuju atas isinya, dan seharusnya jika tidak ingin
mengalami kerugian, maka penghadap disarankan lebih teliti lagi dalam membaca
isi akta sehingga tidak terjadi kekeliruan antara kedua belah pihak. kemudian pihak
Dalam hal ini memang Notaris harus bertanggung jawab atas kekeliruan
yang terjadi di dalam kasus tersebut, namun pada kenyataannya, notaris tidak serta
merta sepenuhnya salah karena kelalaian yang terjadi di dalam kasus ini disebabkan
53
Mudofr Hadi, Varia Peradilan Tahun VI Nomor 72, Pembatalan Isi Akta Notaris Dengan Putusan
Hakim, 1991, hlm. 142-143
59
oleh kedua belah pihak. yang mengakibatkan akta autentik batal secara hukum
adalah dimana salah satu syarat saja tidak terpenuhi. contohnya adalah,
penghadap/client tidak hadir di hadapan Notaris kemudian isi akta tidak dibacakan
oleh Notaris dan juga akta tidak ditandatangani dan masalah yang ada di dalam
kasus ini termasuk kedalam pembatalan akta autentik secara hukum, yaitu
kekeliruan dalam pembacaan isi dari akta yang dikehendaki oleh para penghadap
oleh para pihak yang mempunyai kepentingan atas akta tersebut, untuk
akta Notaris mempunyai kekuatan alat bukti yang sempurna. Kesalahan atau
kekeliruan yang terjadi mengenai akta-akta yang dibuat oleh Notaris akan
diperbaiki atau dikoreksi hakim saat akta Notaris tersebut diberikan ke pengadilan
adalah kepastian mengenai materi suatu akta. maksudnya adalah, apa yang tersebut
di dalam akta adalah pembuktian yang sah atas mereka yang mempunyai hak dan
berlaku untuk umum atau para pihak yang menghendaki akta tersebut, kecuali ada
berita acara (atau akta pejabat) di hadapan Notaris (akta pihak) harus benar atau
dinilai telah benar berkata, jika pernyataan para penghadap tersebut tidak benar
berkata, maka para pihak harus bertanggung jawab sendiri. sehingga isi akta notaris
menjadi bukti yang sah diantara/untuk para pihak, ahli waris dan para penerima hak
mereka.
dalam Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Jabatan Notaris Tahun 2004 yang
hal ini dikarenakan jika penghadap tidak memberi tanda tangan pada akta
notaris tersebut, maka hal itu akan membuat notaris berada dalam posisi yang
berbahaya. karena selalu ada kemungkinan bahwa notaris berhadapan dengan klien
54
Habib Adjie, Op. cit, hlm. 132.
61
yang nakal. seringkali klien mengaku bahwa klien tersebut tidak dapat memberi
dan dapat memberi tanda tangan. akan tetapi, jika benar adanya klien tidak dapat
memberi tanda tangan pada akta, notaris dapat mengambil sidik jari klien tersebut
dan notaris menerangkan mengapa pihak tersebut tidak dapat memberi atau
menulis tanda tangannya. ada beberapa akibat hukum yang ditimbulkan jika notaris
sebagai berikut:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. pemberhentian sementara;
d. pemberhentian dengan hormat; atau
e. pemberhentian dengan tidak hormat.
Nomor 2 Tahun 2014 Pasal 16 ayat (1) huruf a sampai dengan k yang berisi sebagai
berikut:
yang diatur dalam Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 30 Tahun 2004 Pasal
Maka, akta yang dibuat di hadapan atau oleh Notaris yang berhubungan,
memberi akibat bahwa akta yang dimaksud hanya memiliki kekuatan pembuktian
Dalam alasan atau keadaan tertentu, suatu akta yang dikehendaki para pihak
dapat batal demi hukum, alasannya adalah jika materi akta tersebut bertentangan
dengan aturan hukum. Akta notaris secara materiil tidak memiliki kekuatan
eksekusi dan batal demi hukum dengan putusan pengadilan apabila dalam akta
dengan sejelas-jelasnya dan dihadiri oleh setidaknya 2 (dua) orang saksi dan
ditandatangani langsung saat itu juga oleh para penghadap, saksi dan notaris. hal
tersebut tertera dalam Pasal 40 ayat (1) yang berbunyi “Setiap Akta yang dibacakan
oleh Notaris dihadiri paling sedikit 2 (dua) orang saksi, kecuali peraturan
Dan dijelaskan juga bahwasanya Notaris harus hadir secara fisik dan
memberi tanda tangan untuk akta di hadapan para penghadap dan sanksi. Esensi
55
Habib Adjie, Op, Cit. hlm. 149.
56
Habib Adjie, Op. cit, hlm. 139.
64
dari Pasal tersebut dihubungkan dengan Pasal 39 ayat (2) dan ayat (3) yang
(1) Penghadap harus dikenal oleh Notaris atau diperkenalkan kepadanya oleh
2 (dua) orang saksi pengenal yang berumur paling rendah 18 (delapan belas)
tahun atau telah menikah dan cakap melakukan perbuatan hukum atau
diperkenalkan oleh 2 (dua) penghadap lainnya.
(2) Pengenalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan secara tegas
dalam Akta.
Dalam pasal di atas, Notaris juga harus kenal dengan para penghadap satu
sama lain dan pengenalan tersebut secara tegas harus dinyatakan di dalam akta
juga berlaku kepada saksi. Hal tersebut disebut dalam Pasal 40 ayat (3) dan ayat
(3) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dikenal oleh Notaris atau
diperkenalkan kepada Notaris atau diterangkan tentang identitas dan
kewenangannya kepada Notaris oleh penghadap.
(4) Pengenalan atau pernyataan tentang identitas dan kewenangan saksi
dinyatakan secara tegas dalam Akta.Mengenai esensi dari pasal-pasal
tersebut, seorang Notaris harus mengenal identitas dari para penghadap
maupun saksi berdasarkan identitas yang diperlihatkan kepada Notaris, dan
juga di tempat yang sama saat itu juga.
Umumnya, akta adalah suatu dokumen yang pasti ditanda tangani, benda
kejadian yang bisa menjadi permulaan atas suatu kejadian yang memuat perjanjian.
Akta bisa juga dikatakan sebagai suatu tulisan yang mengandung pernyataan, suatu
perbuatan atau peristiwa hukum. Hal tersebut terkandung di dalam akta yang
mempunyai beberapa sifat, yaitu ada yang sifatnya autentik dan juga bersifat di
bawah tangan.
65
berdasarkan apa yang dinyatakan oleh para pihak/penghadap, yaitu Ir. Gregorius
Daryanto. Notaris telah menciptakan akta tersebut dalam bentuk yang sudah sesuai
dengan ketentuan undang-undang, dan dalam hal ini, notaris bukan pihak di dalam
akta tersebut. karena pencantuman nama notaris mengikuti ketentuan yang telah
ditulis oleh Undang-Undang. dalam akta tersebut sudah tidak ada hubungan hukum
lagi, karena akta tersebut dapat dibatalkan jika adanya pembuktian ketidak benaran
atas akta. juga, tidak berlaku lagi kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah
hukum tetap.
dalam hukum dilanggar.57 Namun dalam kasus ini, tidak terdapat pemalsuan tanda
tangan dalam akta autentik, karena pemalsuan akta autentik identik dengan
kasus ini adalah, Notaris Endang Muniarti, S.H. hanya kurang teliti dalam
penjabaran isi akta terhadap para penghadap saja dan penghadap kurang teliti dalam
membaca ulang isi akta. Karena pastinya Notaris memberi kesempatan kepada para
penghadap untuk membaca ulang atau memastikan isi dari akta sehingga
57
Habib Adjie, Op. Cit. hlm 90.
66
Seharusnya akta yang tadinya autentik terdegradasi menjadi akta di bawah tangan
biasa. Sehingga kekuatan akta tersebut hanya untuk kedua belah pihak tanpa bisa
Hal ini tidak seharusnya diselesaikan melalui cara pidana, namun dapat
diselesaikan melalui cara perdata karena yang terjadi di dalam kasus ini bersumber
dari peristiwa hukum perdata. dari kasus tersebut maka akta dapat dijadikan akta
autentik. 59
30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, mengatur bahwa Akta Notaris adalah akta
autentik yang dibuat di hadapan notaris. tata cara dan bentuk akta autentik sudah
tersebut di samping ketentuan perundang undangan dan kode etik notaris. dari yang
penulis amati dalam kasus tersebut, Akta menjual No.51,52 dan akta jual beli No.65
adalah Akta partij, artinya akta tersebut dibuat berdasarkan keterangan dan
pernyataan para pihak atau penggugat. maka dari itu notaris tidak memiliki
berdasarkan kehendak yang dinyatakan oleh para pihak, sehingga seluruh materi
58
Hasil Wawancara Pribadi Penulis dengan Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah Sofiyanti Harris
Kartasasmita, S.H.
59
Hasil Wawancara Pribadi Penulis dengan Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah Sofiyanti Harris
Kartasasmita, S.H.
67
dan isi di dalam akta tersebut adalah tanggung jawab para pihak atau penghadap,
dalam Partij acte notaris tidak wajib memberi bukti kebenaran materiil dari apa
Syarat sah perjanjian salah satunya terdapat dalam Pasal 1320 Kitab
bertindak, kesepakatan para penghadap, adanya hal tertentu yang disepakati dan
suatu sebab yang halal terhadap perjanjian tersebut, jika suatu akta menimbulkan
perjanjian yang ada di dalamnya. Dalam hal ini timbul kesalahpahaman pengartian
mengenai kedudukan Notaris sementara itu akta autentik yang diciptakan oleh
Notaris adalah alat bukti hukum perdata, maka, menurut penulis kasus ini terjadi
Gregorius Daryanto. beliau mengaku tidak membaca ulang isi surat sedangkan
tuduhan yang dikenakan kepada Ny. Endang Muniarti, S.H. adalah tuduhan
pembuatan surat/dokumen palsu. sementara itu, dalam hal ini kedua belah pihak
hanya tidak memenuhi syarat perjanjian objektif sebagaimana dalam Pasal 1320
Sudikno Mertokusuno sepakat bahwa ada beberapa unsur perjanjian, unsur itu
terdiri dari unsur naturalia, unsur esensialia dan unsur aksidentalia. Pengertian
esensialia adalah unsur yang mutlak dan harus ada karena unsur tersebut
adalah syarat sahnya perjanjian. Sehingga, keempat syarat dalam Pasal 1320
b. Unsur naturalia adalah unsur yang biasanya melekat pada perjanjian, unsur
naturalia adalah unsur yang tanpa diperjanjikan secara khusus pada perjanjian
secara diam-diam dengan sendirinya dianggap ada dalam perjanjian. unsur ini
melekat pada perjanjian atau sifat bawaan (natuur). contohnya adalah penjual
c. Unsur aksidentalia adalah unsur yang secara tegas harus dinyatakan atau
untuk meyakinkan suatu akta tersebut tidak atau sahnya, digunakan asas
praduga sah (vermoeden Van Rechtimatigheid). atau dapat juga disebut dengan
60
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada,2010), hlm. 84.
69
Presumtio Iustae Causa. yang mana asas ini menganggap sah suatu produk hukum
sebelum munculnya putusan pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap dan
memberi pernyataan tidak sah. oleh asas ini, maka akta autentik yang diciptakan
oleh Notaris Ny. Endang Muniarti, S.H. patut dianggap sah dan mengikat para
pihak sebelum dari aspek lahiriah terdapat bukti ketidakabsahan, secara materiil
Undang dan dapat diancam dengan pidana memiliki 2 (dua) unsur, yaitu sebagai
berikut61:
b. Unsur objektif adalah unsur-unsur yang terdapat di luar manusia yang dapat
berupa:
1) Suatu tindakan atau tindak tanduk yang dilarang dan diancam dengan
2) Suatu akibat tertentu yang dilarang dan diancam sanksi pidana oleh
3) Keadaan atau hal-hal yang khusus dilarang dan diancam sanksi pidana
61
Liliana Tedjosapatro, Mal Praktek Notaris dan Hukum Pidana, CV Agung, Semarang, 1991, hlm.
51.
70
2) Kesalahan (schuld).
1) Terdapat tindakan hukum dari notaris terhadap aspek formal akta yang
untuk menilai suatu tindakan notaris, hal ini disebutkan dalam Majelis
Pengawas Notaris.
tanda tangan terhadap akta autentik yang dimaksud adalah, jika notaris melakukan
perbuatan melawan hukum terhadap akta autentik sebagaimana kasus yang penulis
maksud, hal tersebut dapat berdampak akan batalnya akta menjadi autentik dan
status tersebut berubah menjadi akta di bawah tangan. akta tersebut dapat
dibatalkan telah searah dengan teori kewenangan dan konsep perlindungan hukum.
seperti apa yang disebut dalam teori kewenangan, Contoh kewenangan secara
62
Habib Adjie, Batasan Pemidanaan Notaris, Jurnal Renvoi, Nomor 10-22 Tanggal 3 Maret, 2005,
h1m. 123- 125.
71
atribusi salah satunya adalah saat Notaris menciptakan akta autentik. Berdasarkan
Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris
Namun dalam hal ini, Notaris tidak memenuhi salah satu unsur dalam pasal
di atas, maka terjadi suatu akibat hukum yang mana suatu akta batal menjadi akta
autentik dan berubah menjadi akta di bawah tangan. Karena Notaris mempunyai
bukti dan data yang valid atas dokumen yang dimilikinya, sehingga jika bukti
tersebut dapat dinyatakan tidak valid oleh para penghadap, maka Notaris tersebut
PENUTUP/SIMPULAN
Dari hasil pembahasan dan penelitian pada bab-bab di atas, maka dapat
jabatan Notaris adalah kasus ini memiliki kekuatan hukum tetap dari Mahkamah
Agung. namun putusan hakim terkait tidak selaras dengan Undang-undang Nomor
2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris. karena para pihak maupun notaris telah
Nomor 2 tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, kedua belah pihak telah sepakat atas
Dalam hal ini Notaris dapat dibebankan tanggung jawab atas kekeliruan
yang terjadi di dalam kasus tersebut, namun dalam hal ini, notaris tidak serta merta
sepenuhnya salah karena kekeliruan yang terjadi di dalam kasus ini disebabkan oleh
kedua belah pihak. yang mengakibatkan akta autentik batal secara hukum adalah
oleh para pihak yang mempunyai kepentingan atas akta tersebut, untuk
72
73
akta Notaris mempunyai kekuatan alat bukti yang sempurna. Kesalahan atau
kekeliruan yang terjadi mengenai akta-akta yang dibuat oleh Notaris akan
diperbaiki atau dikoreksi hakim saat akta Notaris tersebut diberikan ke pengadilan
Notaris, karena akta autentik yang diciptakan Notaris adalah alat bukti hukum
tepat. sementara itu kedua belah pihak hanya tidak memenuhi syarat perjanjian
maka terjadi suatu akibat hukum yang mana suatu akta batal menjadi akta autentik
dan berubah menjadi akta di bawah tangan. Karena Notaris mempunyai bukti dan
tersebut dapat mengakibatkan pembatalan atas akta autentik tersebut, yang mana
kekuatan pembuktian sebagai akta autentik maupun akta di bawah tangan sudah
tidak akan berlaku, karena akta yang bisa dibatalkan tersebut mempunyai hubungan
dengan asas praduga sah, adalah suatu tindakan cacat hukum jika pembuktian para
penghadap benar. hal tersebut dapat mengakibatkan Notaris tidak berwenang dalam
74
membuat akta secara materiil, lahiriah, dan formal. karena tidak sesuai dengan
Buku buku:
Krich, A.M, Anatomi Cinta: Risalah Cinta, Arti Cinta & Kekuatan Cinta, terjemahan
Nosa Normanda dan Dewi anggraeni, Komunitas bamboo, Jakarta, 2009
Prajitno, A. A., Pengetahuan Praktis Tentang Apa dan Siapa Notaris di Indonesia,
Perwira Media Nusantara, Surabaya, 2015
75
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi Keempat, Liberty,
Yogyakarta, 1993
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, Rajawali Perss, Jakarta, 2012
Sri Mamudji, Et Al, Metode Penelitian Hukum, Cetakan Pertama, Fakultas Hukum UI,
Jakarta, 2005
Titik Triwulan dan Shinta Febrian, Perlindungan Hukum bagi Pasien, Prestasi
Pustaka, Jakarta, 2010
Peraturan Perundang-Undangan:
76
Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Jurnal Jurnal:
Dimas Agung Prastomo, Akhmad Khisni, Akibat Hukum Akta Di Bawah Tangan Yang
Dilegalisasi Oleh Notaris, Jurnal Akta, Vol. 4, No. 4, 2017.
Sumber Elektronik:
Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Diakses Melalui Website:
<https://kbbi.web.id/renvoi>, Akses internet tanggal 11 Januari 2022, Pukul
15:25.
Mas Hushendar, Tuntutan Ganti Kerugian Dalam Perkara Praperadilan, Diakses
Melalui Website: <https://badilum.mahkamahagung.go.id/artikel-
hukum/2990tuntutan-ganti-kerugian-dalam-perkara-praperadilan.html>, Akses
internet tanggal 18 februari 2022, Pukul 22:43 WIB
Hasil Wawancara:
Hasil Wawancara Pribadi Penulis dengan Ibu Sofiyanti Harris Kartasasmita, S.H.
selaku Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah di Kantor Notaris Sofiyanti
Harris Kartasasmita, S.H. tanggal 21 Maret 2022 Pukul 11.50 WIB
77
LAMPIRAN
Foto Bersama Pejabat Notaris dan PPAT Sofiyanti Harris Kartasasmita, S.H
KEMENTERIAN AGAMA R.I.
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
Jl. A.H. Nasution No. 105 Cibiru Bandung 40614 Telp. (022) 7802278 Fax. (022) 7802278
Kepada Yth,
Bapak/Ibu Pimpinan
Notaris dan PPAT Sofiyanti Harris Kartasasmita, S.H.,M.kn.
Jl. Raya Bojongsoang No, 137, Bojongsoang, Kec. Bojongsoang,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat
Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
Gunung Djati Bandung, dengan ini memberikan pengantar kepada mahasiswa:
a.n. Dekan,
Wakil Dekan I,
Catatan:
Nomor Tlp. Konfirmasi: 081211775054
Tembusan Yth.:
Dekan Fakultas Syariáh dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung (sebagai laporan)