SKRIPSI
OLEH :
MUHAMMAD DERRY SETIAWAN
NPM.20216600
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama
1. Tim Penguji
SURAT PERNYATAAN
NPM : 20216600
Judul Skripsi :
Dengan ini menyatakan apabila dikemudian hari ternyata Skripsi dengan judul diatas
bukan merupakan hasil karya saya dan kesanggupan untuk menyelesaikan perbaikan
Skripsi sesuai dengan aturan dari Tim Penguji Komprehensif dalam waktu 15 (lima
belas) hari terhitung dari saat penutupan pelaksanaan Ujian Komprehensif.
Apabila ternyata melanggar pernyataan tersebut diatas, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku di lingkungan Universitas
Bandar Lampung.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa mendapat tekanan atau
paksaan dari pihak manapun.
Saudari penulis : Devita Indriyani, S.E., dan Indah Rahmawati atas dukungan
moril dan serta dukungan disetiap langkah penulis dalam menggapai impian.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
penulisan skripsi sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada
Program Strata Satu (S.1) Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung yang
Nomor: 1176/Pid.B/2021/PN.Tjk).
Penulisan skripsi ini, penulis menyadari baik isi maupun materinya masih kurang
namun penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun kepada
bagi kesempurnaan penulisan skripsi ini dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
1. Ibu Dra. Hj. Sri Hayati Barusman, selaku Ketua Dewan Pembina Yayasan
Administrasi Lampung;
2. Bapak Dr. Andala Putra Barusman, S.E., MA.Ec., selaku Ketua Yayasan
Administrasi Lampung;
3. Prof. Dr. Ir. M. Yusuf Sulfarano Barusman, MBA., selaku Rektor Universitas
Bandar Lampung;
ix
4. Bapak Dr. Bambang Hartono, S.H., M.Hum., selaku Wakil Rektor III
5. Ibu Dr. Erlina B, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Bandar Lampung;
6. Ibu Recca Ayu Hapsari, S.H., M.H., selaku Ketua Program Studi Ilmu
8. Bapak Prof. Dr. I Ketut Seregig, S.H., M.H., selaku Pembimbing Tunggal
dan Penguji Skripsi ini yang telah banyak memberikan saran dan motivasi
9. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Karyawan dan Karyawati
Universitas Bandar Lampung, khususnya Bapak dan Ibu Dosen yang telah
10. Ibu Sely, selaku Direktur Lembaga Advokasi Perempuan Damar Provinsi
11. Ibu Hastuti, S.H., M.H., selaku Hakim Ketua Pada Pengadilan Negeri
Tanjung Karang Kelas IA, yang telah memberikan banyak bantuan selama
penelitian;
12. Ayahanda Sunaryo, S.Sos., M.H., dan Ibunda Meirita, yang telah banyak
13. Saudari penulis : Kakak Devita Indriyani, S.E., dan Adikku Indah Rahmawati
x
dukungan moril dan serta dukungan disetiap langkah penulis dalam
menggapai impian;
Lampung.
Semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua yang membutuhkan terutama
bagi penulis. Tiada gading yang tak retak maka saran dan kritik yang bersifat
membangun Penulis harapkan dan akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan balasan yang sebaik-
baiknya atas segala jasa dan budi baiknya serta melindungi kita bersama.
Penulis
(Muhammad Derry Setiawan)
xi
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN
xii
C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ................................................ 33
D. Analisis Data .................................................................................................. 35
A. Posisi Kasus.................................................................................................... 40
B. Hasil Wawancara ........................................................................................... 40
C. Hasil Analisis ................................................................................................. 50
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 52
B. Saran ............................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan pola pikir masyarakat tidak hanya berkembang menjadi baik, tetapi
juga bisa berkembang menjadi pola pikir yang buruk. Pembangunan ke arah yang
buruk tentu akan membuat masyarakat hidup di luar norma kehidupan sosial.
lagi adalah salah satu makhluk terbaik yang diciptakan oleh Tuhan. Selain akal
dan jiwa, manusia juga memiliki nafsu, salah satunya adalah nafsu seksual.
Karena dengan daging seksual ini, manusia bisa melahirkan keturunan. Kebutuhan
akan seks merupakan salah satu kebutuhan esensial manusia, bahkan menjadi
kebutuhan yang harus dipenuhi bukan berarti pemuasan kebutuhan tersebut tidak
normal. Berdasarkan uraian di atas, ada standar kesopanan yang bertujuan untuk
melindungi mereka yang belum dewasa (Pasal 533 KUHP) juga memidana tindak
pidana susila seperti Pasal 281 KUHP mengatur pelanggaran kesusilaan di muka
1
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Keamanan dan Keselamatan Negara, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada), h. 1
umum dan mengenai menunjukkan alat kelamin, reaksi bugil berlaku terhadap
Ada suatu kasus yang memprihatinkan yang menarik perhatian peneliti yaitu di
Kota Bandar Lampung. Pada April tahun 2021 di Sekolah Dasar Negeri 1
alat kelaminnya, ada seorang yang mengeluarkan alat kelaminnya kepada para
siswi SD yang telah pulang sekolah kemudian para siswi berteriak dan ketakutan
sepeda motornya.
Hal seperti ini sudah dialami para siswi hingga 7 kali, namun baru bulan april
lalu para siswi mengadukan hal tersebut kepada pihak sekolah. Karena
banyaknya yang menjadi korban dan masyarakat juga resah terhadap pelaku
tersebut, maka pihak sekolah melaporkan ke pihak yang berwajib, akan tetapi kasus
ini tidak ditangani oleh pihak kepolisian. Dan kejahatan menunjukkan alat kelamin
juga terjadi di Pusat Kota Bandar Lampung pada September 2021, ada seorang laki-
laki tua dengan sengaja menunjukan alat kelaminnya dan melakukan pelecehan
seksual kepada anak remaja umur 19 (sembilan belas) tahun dengan kondisi
Jadi, ada 2 (dua) kasus menunjukkan alat kelamin yang terjadi di Kota Bandar
Lampung pada tahun 2021, namun hanya 1 (satu) yang dapat ditangani oleh Polres
Kota Bandar Lampung. Banyak kasus menunjukkan alat kelamin yang terjadi di
2
Rendi Saputra Mukti, Tinjauan Yuridis Terhadap Pornografi Menurut Kuhp Pidana Dan Undang-
Undang No. 44 Tahun 2008, (Surabaya : Fh Universitas Wijaya Putra Surabaya, 2012), h.2
2
Kota Bandar Lampung tetapi belum terungkap semuanya oleh Polres Kota Bandar
Lampung sehingga membuat warga resah dan tidak nyaman atas aksi tindakan
Polres Kota Bandar Lampung yang pada umumnya adalah melaksanakan tugas
lainnya dan sumber gangguan keamanan. Akan tetapi, Polres Kota Bandar
kasus kejahatan menunjukkan alat kelamin yang terjadi di Kota Bandar Lampung
Berdasarkan hal tersebut, terkait dengan masalah penunjukkan alat kelamin yang
ditujukan kepada anak-anak, dapat dilihat pada salah satu kasus putusan nomor
1176/Pid.B/2021/PN.Tjk yang dimulai pada akhir tahun. Saat itu tahun 2021
dengan temannya. Pelaku melakukan pelecehan seksual pada anak tersebut dan
ternyata pelaku melakukan hal tersebut bukan untuk pertama kali, melainkan
beberapa kali.
Dalam kasus ini pelaku tinggal disebuah ruko kosong sehingga ketika anak-anak
bermain pasti berada didekat tempat tinggal pelaku, pelaku sering memperlihatkan
3
Abu Al-Ghifari, Gelombang Kejahatan Seks Remaja, (Bandung: Mujahid, 2002), h. 30.
3
ulahnya, keluarga korban melaporkan pelaku ke polisi. Tidak lama kemudian
pelakunya pun langsung tertangkap. Selain itu, jaksa menuntut hukuman hanya 5
(lima) bulan penjara bagi pelaku karena perbuatan asusila terhadap anak dengan
penyimpangan ini tidak hanya mengganggu ketentraman pribadi. Yuni Kartika dan
Andi Najemi mengatakan bahwa “pelecehan seksual adalah suatu bentuk perilaku
seksual yang tidak diinginkan dari suatu sasaran, permintaan untuk melakukan
suatu perbuatan seksual, baik secara lisan maupun fisik, dimana peristiwa tersebut
Perempuan yang menyebutkan secara rinci terkait kasus pelecehan seksual yang
tertinggi yaitu di Provinsi Lampung, Berdasarkan keterangan hasil data pada tabel
perempuan dan anak di Provinsi Lampung yang telah ditinjau selama tahun 2021-
Juli 2023 sebanyak 689 kasus pelecehan dan kekerasan seksual dan kasus
4
Neng Djubaedah, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi (Perspektif Negara Hukum
Berdasarkan Pancasila), (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h.1.
5
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi,(Yogyakarta:
Bening, 2010), h. 62
4
Berdasarkan data yang diperoleh dari Lembaga Advokasi Perempuan Damar
Perempuan yang menyebutkan secara rinci terkait kasus pelecehan seksual yang
tertinggi yaitu di Provinsi Lampung, Berdasarkan keterangan hasil data pada tabel
perempuan dan anak di Provinsi Lampung yang telah ditinjau selama tahun 2021-
Juli 2023 sebanyak 689 kasus pelecehan dan kekerasan seksual dan kasus
Kejadian kasus perkara pelecehan dan kekerasan seksual berdasarkan data yang
kekerasan berdasarkan keterangan hasil pada data diatas dapat disimpulkan bahwa
kejadian kasus pelecehan dan kekerasan seksual menjadi daerah terbanyak terjadi
pada Kota Bandar Lampung dengan jumlah kasus 210 kasus pada tahun 2021 –
Juli 2023.
Ketidak jelasan norma yang diatur dalam Pasal 44 KUHP dalam kasus nyata,
yakni dalam kasus Ahmad Robi yang dibebaskan dari pertanggung jawaban
yang diberikan kepada Ahmad Darobi berbeda dengan Putusan Pengadilan tingkat
6
Lembaga Advokasi Damar Perempuan Provinsi Lampung, Data Pelecehan Seksual,2023
5
Perlindungan hukum bagi mereka yang melakukan pemaparan alat kelamin
Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini harus membahas
Pasal 44 KUHP. Karena kelemahan pasal ini, maka terdapat perbedaan langkah
atau pembelaan hukum terhadap pelaku dalam proses hukum, yaitu terkait apakah
penting untuk ditinjau secara mendalam dan menyajikannya dalam bentuk sebuah
karya tulis berupa penelitian. Agar kasus-kasus yang sedemikian rupa dapat di
1176/Pid.B/2021/PN.Tjk).
7
Solahuddin, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Acara Pidana, dan Perdata KUHP, KUHAP, &
KUHPdt) (Cet. I; Jakarta: Visimedia, 2008), h. 98
6
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Permasalahan Penelitian
sebagai berikut :
yakni pembatasan pada kajian hukum pidana pada ruang lingkup penelitian ini
adalah :
1. Tujuan Penelitian
7
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
b. Kegunaan Praktis
2) Sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi dan meraih
D. Kerangka Konsepsional
Pidana berasal dari bahasa Belanda kata straf, yang ada kalanya disebut dengan
istilah hukuman, walaupun istilah pidana lebih tepat dari istilah hukuman, karena
Pidana lebih tepat didefinisikan sebagai suatu penderitaan yang sengaja dijatuhkan
atau diberikan oleh negara kepada seseorang atau beberapa orang sebagai akibat
hukum pidana. Secara khusus larangan dalam hukum pidana ini disebut sebagai
Menurut Wirjono Projodikoro menyatakan bahwa tindak pidana itu adalah suatu
perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana. Strafbaar feit adalah
8
Yan Pramadya Puspa. 2008. Kamus Hukum Belanda-Indonesia-Inggris. Aneka Ilmu, Semarang, hlm.
470.
9
Adami Chazawi. 2002. Pelajaran Hukum Pidana I. Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 23.
8
suatu tindakan melanggar hukum yang dengan sengaja telah dilakukan oleh
yang dalam hukum pidana ada 2 (dua) macam yaitu sengaja (dolus/ opzet) dan
kealpaan (culpa) :
1. Kesengajaan (dolus/opzet)
Ada 3 (tiga) kesengajaan dalam hukum pidana yaitu :
a. Kesengajaan untuk mencapai sesuatu kesengajaan yang dimaksud/
tujuan.
b. Kesengajaan yang bukan mengandung suatu tujuan melainkan disertai
keinsyafan, bahwa suatu akibat pasti akan terjadi (kesengajaan dengan
kepastian);
c. Kesengajaan seperti sub diatas, tetapi dengan disertai keinsyafan hanya
ada kemungkinan (bukan kepastian, bahwa sesuatu akibat akan terjadi
(kesengajaan dengan kemungkinan).
umumnya, tetapi dalam ilmu pengetahuan mempunyai arti teknis yaitu suatu
disengaja terjadi.
10
Bambang Poernomo. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta. Ghalia Indonesia. 1997. hal. 86
9
aparatur penegak hukum dalam menghadapi masalah-masalah dalam penegakan
hukum.11
Hal ini berarti penegakan hukum selalu berkaitan dengan kegiatan yang
dilakukan oleh para penegak hukum. Secara lebih tegas lagi Soedarto
sistem aksi Sebagai sistem aksi maka dalam penegakan hukum akan terjadi
undangan.
pidana dapat diartikan sebagai upaya untuk membuat hukum pidana dapat
Hukum sebagai alat pembaharuan dalam masyarakat yang sedang membangun itu
11
Soedarto. 1996. Kapita Selekta Hukum Pidana. Alumni, Bandung, hlm. 113.
12
Barda Nawawi Arief. 2002. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Alumni, Bandung, hlm. 157.
10
dapat pula merugikan, sehingga harus dilakukan dengan hati-hati. Penggunaan
hukum itu harus dikaitkan juga dengan segi-segi sosiologi, antropologi, dan
perubahan itu terjadi dengan cara yang teratur (tertib), hukum berperan melalui
keduanya.
semata. Tetapi juga termasuk perbuatan erotis dan sensual yang menjijikan,
atau menyentuhnya. Hal ini disebabkan oleh bangkitnya birahi seksual seseorang
akan berbeda dengan yang lain, apabila diukur perbuatan erotis atau gerak tubuh
maupun gambar, tulisan, karya seni berupa patung, alat ganti kelamin, suara dalam
terdapat di media komunikasi baik cetak maupun elektronik, hanya di ukur dengan
objek pornografi lebih luas daripada objek pornografi menurut KUHP. KUHP
menyebut 3 (tiga) objek, yaitu tulisan, gambar, dan benda. Adapun yang termasuk
11
diundangkan pada tanggal 26 November 2008. Berbagai tanggapan telah terjadi
Majelis Ulama Indonesia Nomor 287 Tahun 2001 yang dikeluarkan pada tanggal
22 Agustus 2001.13
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini disesuaikan dengan format yang telah ditentukan
berikut :
Bab I. Pendahuluan, Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, permasalahan
dan ruang lingkup penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka pemikiran
Bab II. Tinjauan Pustaka, Bab ini berisi tentang pengertian pidana dan tindak
Bab III. Metode Penelitian, Bab ini berisi tentang metode penelitian yang
dipakai untuk memperoleh dan mengolah data yang akurat. Adapun metode yang
digunakan terdiri dari pendekatan masalah, sumber dan jenis data, prosedur
tentang hasil jawaban permasalahan yang terdiri dari bagaimana faktor yang
13
J.B. Daliyo. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta. Prenhalindo. 2001. hal. 93
12
menyebabkan pelaku melakukan pelecehan seksual dengan memperlihatkan alat
Bab V. Penutup, Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil pembahasan yang
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Pidana
Menurut Van Hamel yang dikutip dalam bukunya P.A.F Lamintang, pidana
menurut hukum positif dewasa ini adalah suatu penderitaan yang bersifat khusus,
yang telah dijatuhkan oleh kekuasaan untuk menjatuhkan pidana atas nama negara
karena semata-mata karena orang tersebut telah melanggar suatu peraturan hukum
Menurut Simons, pidana atau straf adalah suatu penderitaan yang oleh Undang-
Undang Pidana telah dikaitkan dengan pelanggaran terhadap suatu norma, yang
Pidana adalah alat yang digunakan oleh penguasa atau Hakim untuk
meningkatkan mereka yang telah melakukan suatu perbuatan yang tidak dapat
dibenarkan. Reaksi dari penguasa tersebut telah mencabut kembali sebagian dari
dimaksud dengan pidana itu adalah : penderitaan, reaksi atas delik, siksaan dan
14
P.A.F. Lamintang. 2007. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Citra Aditya Bhakti, Bandung,
hlm. 34.
15
Ibid, hlm. 35.
16
Ibid, hlm. 35-36.
sebagai alat negara dari negara atau penguasa yang dilimpahkan kepada pelanggar
Hukum Pidana. Antara pidana dan pemidanaan tidaklah sama, pidana masih
Membahas definisi pidana di atas, tidak terlepas dari pengertian pidana itu sendiri,
dimana salah satu definisi pidana adalah mengenai jenis-jenis pidana. Jenis-jenis
1) Pidana Mati;
bahwa pidana mati merupakan suatu reaksi atas delik yang dijatuhkan
diantara yang setuju dan tidak setuju. Pidana mati ini adalah puncaknya
terhadap pidana mati ini. Salah satu yang dirasakan orang terhadap
pidana mati ini ialah sifatnya yang mutlak, sifatnya yang tidak
mati itu telah dijalankan, hakim sebagai manusia yang tidak luput dari
tetapi karena kebenaran itu hanya pada Tuhan, tidaklah mustahil hakim
15
itu, walaupun dengan segala kejujuran, keliru di dalam pandangan dan
pendapatnya.17
2) Pidana Penjara;
boleh melebihi 20 (dua puluh) tahun. Hal ini sesuai dengan Pasal 12 ayat
diantaranya:
17
Bambang Waluyo. 2004. Pidana dan Pemidanaan. Sinar Grafika, Jakarta,hlm. 13.
16
c) Hak untuk bekerja di perusahaan;
d) Hak untuk mendapatkan perizinan tertentu;
e) Hak untuk mengadakan asuransi hidup;
f) Hak untuk kawin, dan lain-lain.
3) Pidana Kurungan;
lama, yaitu 1 (satu) tahun 4 (empat) bulan (Pasal 18 ayat (2) KUHP).
Pidana kurungan dianggap lebih ringan dari pidana penjara dan hanya
4) Pidana Denda
denda. Walaupun sifatnya pidana ini ditujukan pada orang yang bersalah,
akan tetapi berlainan dengan pidana lainnya, yang tidak dapat dijalankan
dan diderita orang yang dikenai pidana. Maka di dalam hal pidana denda
pihak ketiga.
17
Pencabutan segala hak yang dipunyai atau diperoleh orang sebagai
diketahui bahwa Hukum Pidana itu adalah sanksi. Adanya sanksi, dimaksudkan
untuk menguatkan apa yang telah dilarang atau yang diperintahkan oleh ketentuan
Jenis pidana tercantum di dalam Pasal 10 KUHP. Pidana ini juga berlaku bagi
18
menyimpang. Jenis pidana ini dibedakan antara pidana pokok dan pidana
adalah upaya untuk menciptakan gagasan dan rancangan hukum publik menjadi
kenyataan.
misalnya polisi, jaksa sebagai aparat penegak hukum serta masyarakat pembentuk
hukum dan masyarakat pendukung hukum dalam bentuk sikap, pendapat, perilaku,
hukum mencakup ciri substantif dan budaya hukum, maka ketiga faktor tersebul
Dari segi subjek, penegakan hukum dapat dimaknai sebagai upaya subjek yang luas
untuk menegakkan hukum, atau sebagai upaya subjek yang sempit untuk
menegakkan hukum. Penegakan hukum dalam arti luas mencakup segala hukum
18
Moeljatno. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta. Rineka Cipta. 2005. hal. 54
19
C.S.T. Kansil. Pokok-pokok Hukum Pidana. Jakarta. Pradnya Paramita. 2004. hal. 37
19
Bahasa Indonesia, Pengertian tanggungjawab adalah keadaan wajib menanggung
jawabkan.20
Istilah labil (tidak konsekuen) menunjuk pada pertanggung jawaban hukum yaitu
tanggung gugat akibat kesalahan yang. dilakukan oleh subjek hukum, sedangkan
memperlihatkan hal-hal yang tidak senonoh, seperti alat kelamin pada lawan jenis.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya pergeseran nilai-nilai moral
manusia ke arah yang tidak baik sehingga berujung kepada terjadinya tindak pidana
asusila22, yaitu:
3. Kurangnya Iman
Iman adalah kepercayaan atau ketetapan hati kepada Tuhan. Manusia pasti
mengenal sang penciptanya, oleh karena itu manusia menganut suatu agama untuk
20
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hlm. 60.
21
C.S.T. Kansil. Pokok-pokok Hukum Pidana, Loc. Cit.,. hal. 38
22
J.B. Daliyo. Pengantar Hukum Indonesia,… hal. 93
20
mengenal penciptanya. Melalui agama yang dianutnya manusia itu memiliki
iman.Iman dapat menjaga kita dari suatu perbuatan yang tercela, karena melalui
iman, manusia pasti bisa mengendalikan diri jika dia memiliki iman yang kuat, dan
sebaliknya.23
Suatu peristiwa dapat dikatakan peristiwa pidana bila peristiwa itu benar-benar
peristiwa yang melanggar sistem hukum yang berlaku dan peristiwa itu memiliki
pelaku dan korban. Dalam hal mencapaitujuannya, seorang pelaku tindak pidana
5. Teknologi
Kemajuan dalam bidang teknologi saat ini sangat mempengaruhi pola kehidupan
masyarakat di Indonesia dari yang hidup di kota-kota besar sampai pada pelosok
pedesaan, dari yang sudah usia senja sampai anak- anak dalam kehidupan sehari-
semata. Tetapi juga termasuk perbuatan erotis dan sensual yang menjijikan,
memuakkan, memalukan, orang yang melihatnya dan atau mendengarnya dan atau
menyentuhnya. Hal ini disebabkan oleh bangkitnya birahi seksual seseorang akan
berbeda dengan yang lain, apabila diukur perbuatan erotis atau gerak tubuh maupun
gambar, tulisan, karya seni berupa patung, alat ganti kelamin, suara dalam
23
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hal. 64
24
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Rajawali Pers, Jakarta 2010, hal. 48-49
21
nyanyian-nyanyian maupun suara yang mendesah, humor dan lain-lain yang
terdapat di media komunikasi baik cetak maupun elektronik, hanya di ukur dengan
Secara etimologi pornografi berasal dari dua suku kata yakni pornos dan grafis.
Pornos artinya suatu perbuatan yang asusila (dalam hal yang berhubungan dengan
seksual), atau perbuatan yang bersifat tidak senonoh atau cabul. Sedangkan grafis
adalah gambar atau tulisan, yang dalam arti luas termasuk benda benda patung,
yang isi atau artinya menunujukan atau menggambarkan sesuatu yang bersifat
Definisi pornografi yang diajukan Catherine Mckinnon, seperti dikutip oleh Ninuk
Merdiana Pambudy dapat dipakai sebagai acuan internasional, yaitu: “Grafis yang
dengan menggunakan benda atau pemuas seksual atau perbudakan secara biadab,
darah, tersiksa, atau disakiti dalam konteks dan kondisi seksual semata.”26
25
Yesmil Anwar dan Adang, Pembaruan Hukum Pidana: Reformasi Hukum Pidana, (Jakarta : PT.
Gramedia, 2008), hal. 332.
26
Burhan Bungin, Pornomedia Konstruksi Teknologi Telematika Dan Peryaan Seks Di Media Massa,
Prenada Media, Jakarta, 2003, hlm. 124
22
1. Mempermainkan selera rendah msyarakat semata-mata menonjolkan masalah
sex dan kemaksiatan
2. Bertentangan dengan:
a. Kaidah- kaidah moral dan tata susila serta kesopanan;
b. Kode etik jurnalistik
c. Ajaran agama yang merupakan prima causa di Indonesia dan;
d. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Kesemuanya itu dapat menimbulkan nafsu birahi, rangsangan dan pikiran- pikiran
yang tidak sehat, terutama di kalangan anak-anak muda, serta menyinggung rasa
RUU ITE” mengatakan bahwa beberapa tokoh telah memberikan definisi apa yang
dan nilai yang ada ditengah-tengah masyarakat, pornografi bukan hanya mengacu
pada tindakan atau perbuatan seseorang. Namun sudah menjadi semacam ideologi
27
Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan , PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 22
28
Sinar Harapan,(tanggal 11 mei 1970), dikutip dariAndi Hamzah, Pornografi Dalam Hukum Pidana
Indonesia Suatu Studi Perbandingan, Bina Mulia, Jakarta,1987, hlm 9
23
menyinggung rasa susila; meskipun ada unsur kemanfaatannya bagi kepentingan
gambaran tentang cinta bebas; lain-lain bentuk gambar atau tulisan yang
cenderung kepada penarikan perhatian orang akan hal-hal yang akan dapat
tubuh, suara yang erotis dan sensual baik dilakukan secara tunggal atau bersama-
sama, atau dilakukan antara hewan yang sengaja dipertunjukan oleh orang atau
lebih yang bertujuan untuk membangkitkan nafsu birahi orang, baik perbuatan
(sodomi) baik dilakukan oleh orang sejenis maupun berlawanan jenis kelamin, yang
ditujukan atau mengakibatkan orang yang melihatnya dan atau mendengarnya, dan
atau menyentuhnya timbul rasa yang menjijikan dan atau memuakan dan atau
memalukan, yang bertentangan dengan agama dan atau adat istiadat setempat.29
Pengertian pornografi dan pornoaksi, tidak hanya menyangkut perbuatan erotis dan
sensual semata. Tetapi pengertian juga termasuk perbuatan erotis dan sensual yang
29
Atmadi, Bunga Rampai (Catatan Pertumbuhan dan Perkembangan Sistem Pers Indonesia), Pantja Simpati,
Jakarta, 2001, hlm. 19-20
24
mendengarnya dan atau menyentuhnya. Hal ini disebabkan oleh bangkitnya birahi
seksual seseorang akan berbeda dengan yang lain, apabila diukur perbuatan erotis
atau gerak tubuh maupun gambar, tulisan, karya seni berupa patung, alat ganti
kelamin, suara dalam nyanyian-nyanyian maupun suara yang mendesah, humor dan
lain-lain yang terdapat di media komunikasi baik cetak maupun elektronik, hanya
tentang Pornografi
Indonesia Nomor 287 Tahun 2001 yang dikeluarkan pada tanggal 22 Agustus
2001.30
dimuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sebagai warisan dari penjajah
Hindia Belanda dan berlaku di Indonesia sejak tahun 1917, yang kemudian menjadi
Undang Nomor 1 Tahun 1946 hingga saat ini. Pasal-pasal yang mengatur dan
menentukan larangan dan hukuman bagi setiap orang yang melakukan tindak
pidana pornografi dan pornoaksi terdapat Pasal 281, Pasal 282, Pasal 283, Pasal
532, dan Pasal 533 KUHP. Tetapi ketentuan-ketentuan dalam KUHP tidak efektif,
30
Pasal 1 Undang – Undang Nomor 44 tahun 2008 tentang Pornografi
31
Pasal 283, 534, 535 KUHP
25
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 Tentang
Pornografi pada Bab I Ketentuan Umum Pasal I Ayat I, yang dimaksud dengan
pengertian Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi,
gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan
umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma
Berdasarkan pengertian tindak pidana dan pornografi tersebut, dapat diberi batasan
tindak pidana pornografi adalah perbuatan dengan segala bentuk dan caranya
mengenai dan yang berhubungan dengan gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan,
suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau
pertunjukan di muka umum yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang
undang pornografi dan pidana bagi siapa yang melakukan perbuatan tersebut.32
objek pornografi lebih luas daripada objek pornografi menurut KUHP. KUHP
menyebut 3 (tiga) objek, yaitu tulisan, gambar, dan benda. Adapun yang termasuk
benda ialah alat untuk mencegah dan menggugurkan kehamilan. Objek pornografi
suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau
32
Ade Armando, Mengupas Batas Pornografi, (Jakarta: Meneg Pemberdayaan Perempuan,2004), h. 76
26
bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi.33
suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Oleh karena memuat kecabulan, maka
yang mengandung isi kecabulan tersebut harus terbentuk dalam suatu wujud,
misalnya dalam bentuk gambar, sketsa ilustarsi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar
bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan. Pada wujud inilah terdapat isi
A. Jenis-Jenis Pornografi
sebagai berikut35:
a..Sifat melanggar hukum sifat melanggar hukum yang dimaksud adalah erat
33
Yusuf Madan, Sex Education Teens: Pendidikan Sex Remaja, (Jakarta:Hikmah, 2004), h. 103.
34
Undang-Undang Republik Indonesia 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi, h. 71
35
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi, h. 74
27
hubungannya dengan asas legalitas dalam hukum pidana, yakni tidak ada suatu
tersebut, maka suatu perbuatan yang dapat dikualifikasi sebagai tindak pidana
ayat 1).
mengiklankan, baik langsung atau tidak langsung layanan seksual (pasal 4 ayat
2).
28
pasal 4 ayat 1 (pasal 5).
g. Menjadi objek atau model yang mengandung muatan pornografi (pasal 8).
h. Menjadikan orang lain sebagai objek atau model yang mengandung muatan
pornografi (pasal 9)
i. Mempertontonkan diri atau orang lain dalam pertunjukan atau di muka umum
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah
masalah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara pendekatan
studi kepustakaan, studi kompetitif dan studi dokumen dengan cara membaca,
penelitian ini.
cara meneliti serta mengumpulkan data primer yang telah diperoleh secara
Indonesia.37
36
Petter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum; Edisi Revisi, (Jakarta:Kencana Prenada Mdia Group,
2005), hlm. 181.
37
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), hlm. 174.
B. Sumber dan Jenis Data
1. Sumber Data
Dalam melakukan penelitian ini, diperlukan data yang bersumber dari data
surat kabar, media cetak dan media elektronik dan dari hasil penelitian di
2. Jenis Data
Jenis data bersumber dari data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri
dari :
a. Data Sekunder
Amandemen.
Pidana (KUHAP).
31
Republik Indonesia.
Republik Indonesia.
penelitian.
b. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan
dengan cara observasi dan wawancara secara langsung. Data primer ini
b. Data Lapangan
yaitu :
1) Pengamatan
2) Wawancara (Interview)
33
b) Saksi Korban Pelecehan Seksual ........................................... 2 Orang
kegiatan data seleksi dengan cara memeriksa data yang diperoleh mengenai
D. Analisis Data
Setelah data terkumpul secara keseluruhan baik yang diperoleh dari hasil studi
pustaka dan studi lapangan, kemudian dianalisis secara yuridis kualitatif yaitu
dalam bentuk penjelasan atau uraian kalimat yang disusun secara sistematis.
Setelah dilakukan analisis data maka kesimpulan secara deduktif suatu cara
berfikir yang didasarkan fakta-fakta yang bersifat umum kemudian ditarik suatu
penelitian.
34
Fokus penelitian ini berlokasi pada Pengadilan Tinggi Tanjung Karang menguatkan
putusan tersebut pada 23 Desember 2021. Atas putusan tersebut, Jaksa Penuntut
bersalah atas tindakan tersebut dalam surat dakwaan. Oleh karena itu, hakim
membebaskan terdakwa dalam semua proses. Namun ada sebab-sebab yang dapat
Perempuan yang menyebutkan secara rinci terkait kasus pelecehan seksual yang
tertinggi yaitu di Provinsi Lampung, seperti data yang dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut;
Pemerkosaan 87
Pencabulan 224
Pelecehan Seksual
20
Berbasis
Pelecehan secara Online
Memperlihatkan Alat 243
Kelamin
Perdagangan Perempuan 115
Total Kasus 689
Sumber: LBH Damar Provinsi Lampung, 2023
35
Tabel 2. Jumlah Wilayah dengan Kasus Pelecehan dan Kekerasan Seksual di
Provinsi Lampung tahun 2021 – Juli 2023
36
BAB IV
PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA PELAKU PELECEHAN
SEKSUAL DENGAN CARA MEMPERLIHATKAN KELAMIN
KEPADA KORBAN
(Studi Kasus Putusan Nomor 1176/Pid.B/2021/PN.Tjk)
Fenomena maraknya berbagai kasus kekerasan seksual yang terjadi dewasa ini,
tidak dapat dianggap sebelah mata. Apalagi yang menjadi incaran bukan hanya
orang dewasa saja melainkan anak-anak yang dilihat dari kondisi fisik maupun
kekerasan seksual sangat luas, mulai dari kata-kata lisan maupun tulisan yang tidak
bagian tubuh yang dilarang (payudara, alat kelamin, bokong), hingga pada
Kehadiran dari kasus kekerasan seksual ini seperti fenomena gunung es dimana
kasus-kasus yang dilaporkan masih sedikit, berbanding terbalik dengan kasus yang
kekerasan seksual sama saja membuka aib sendiri. Padahal anak yang menjadi
korban kekerasan seksual harus segera ditangani supaya tidak muncul dampak
Menurut Lembaga Damar, sangat dominan terbukti dengan anak yang masih sulit
mengontrol emosi, mood gampang berubah, cemas, gugup, takut, menyalahkan diri
yang berhubungan dengan peristiwa traumatik, sulit belajar, sering menangis tiba-
tiba, gangguan tidur, lesu, gemetar dll. Dengan kondisi trauma yang seperti itu,
keseluruhan atas peristiwa yang dialaminya, supaya anak tidak lagi merasa takut
Beberapa hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi trauma korban
Perempuan Damar Provinsi Lampung korban yang bernama Wita Wulandari yang
mengontrol emosi, lebih mudah tersinggung, marah, mudah untuk dibuat emosi,
mood gampang berubah dari baik keburuk dan sebaliknya terjadi begitu cepat,
cemas, gugup, sedih, berduka, takut, khawatir kejadian akan terulang, memberikan
traumatiknya. Seperti wawancara yang peneliti lakukan dengan ibu Sely selaku
direktur Lembaga Advokasi Perempuan Damar dan juga selaku pendamping korban
1. Posisi Kasus
Kasus Pidana Perkara Biasa ini telah diputuskan dan selesai pada tanggal 11
November 2021 oleh Majelis Hakim pada Pengadilan Negeri Tanjung Karang
38
tanpa ada upaya banding dari pihak Terdakwa.
2. Hasil Wawancara
sebagai berikut :
Pada hari Minggu tanggal 29 Agustus 2021 sekitar jam 18.00 WIB, atau setidak-
tidaknya dalam bulan Agustus Tahun 2021 bertempat di Jalan P Antasari Kelurahan
seseorang padahal diketahui bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya, lebih
“Awalnya waktu itu setelah saya mendapat laporan dari keluarga korban waktu itu
hari Minggu Tanggal 29 Agustus 2021 sekira pukul 18.00 WIB, korban yang
bernama Wita Wulandari Alias Salama yang melihat terdakwa sedang memakan
roti duduk di depan ruko, lalu mendekati terdakwa dengan tujuan meminta roti,
dan oleh terdakwa yang sedang dalam posisi duduk memberikan roti miliknya,
kemudian memegang pipi sebelah kanan dan memegang perut bagian bawah
dekat alat kelamin, sambil menunjukkan alat kelamin pada korban, tidak lama
kemudian saksi Siti Rahayu selaku kakak kandung dari korban memanggil korban
untuk pulang ke rumah karna korban memiliki kelainan mental yaitu down
syndrome. Namun setelah kakak korban menjemput, adiknya sudah dalam keadaan
tidak sadarkan diri/pingsan. Maka saya dan tim Lembaga Damar melakukan
pendampingan kepada korban dan bergegas melakukan Visum di Rumah sakit
Bhayangkara Polda Lampung pada tanggal 15 september 2021.”
Berdasarkan keterangan dari hasil wawancara pada tanggal 1 Agustus 2023 dengan
menghubungi Wali Korban melalui telepon seluler pada pukul 13.00 wib tersebut
39
kejadian tersebut mengakibatkan korban mengalami luka sesuai dengan Visum Et
fisik yang sesuai dengan gambaran berkebutuhan khusus, pada pemeriksaan dalam
ditemukan cairan kemerahan (haid) dalam batas normal, dan robekan selaput dara
pada arah jam tiga hingga enam yang diakibatkan trauma tumpul.
Bahwa untuk membuktikan pernyataan diatas Peneliti juga bertanya terkait saksi-
saksi yang berada pada kejadian tersebut, seperti yang dinyatakan oleh Ibu Sely
“Untuk saksi-saksinya pada kejadian tersebut ada kakaknya korban yaitu Siti
Rahayu selaku kakak kandung korban, kemudian ada Asep selaku tetangga korban.
Untuk terdakwa sendiri bernama Mul Sutiono. Menurut pernyataan saksi waktu itu
kepada saya pada hari Minggu tanggal 29 Agustus 2021 sekira jam 18.00 wib, di
Ruko Kosong yang terletak di Jalan P. Antasari, Kelurahan Kalibalau Kencana,
Kecamatan Kedamaian, Kota Bandar Lampung saat itu saksi melihat korban sering
memperagakan perbuatan yang dilakukan oleh Pak Mul (panggilan diri terdakwa)
terhadap korban, dan saat korban bertemu dengan terdakwa, dia selalu terlihat
ketakutan dan sering berkata “kakal/nakal”. Kemudian menurut saksi bernama
Asep di waktu yang sama mau membuang sampah dan melihat korban sedang
bersama terdakwa dengan posisi saling berhadapan di depan ruko namun katanya
korban saat itu berteriak namun Asep tidak mengetahui teriakan apa yang dikatakan
korban karena bicaranya tidak jelas, saat itu korban mengenakan kaos oblong dan
celana pendek.”
Seksual ditarik kesimpulan bahwa pada kejadian tersebut terdapat 2 (dua) saksi di
lokasi kejadian perkara, yang pertama yaitu Saksi 1 Sri Rahayu selaku kakak dari
Korban, yang kedua Saksi 2 Asep selaku tetangga dari korban dan terdakwa. Maka
40
demi memperkuat hasil analisis, Peneliti juga mewawancarai para saksi dengan
melakukan wawancara melalui telepon seluler pada tanggal 1 Agustus 2023 pada
pukul 15.00 WIB dikarenakan para saksi tidak ingin ditemui secara langsung. Maka
berikut adalah pernyataan dari Saksi 1 Sri Rahayu selaku saksi dan kakak kandung
korban menyatakan;
“Saya memang dekat sekali dengan adik saya karna dia juga dalam kondisi lemah
mental jadi saya mengetahui persis gerak gerik adik saya Wita Wulandari walaupun
kondisinya lemah mental/ downsyndrome. Jadi kak pada saat itu saya melihat adik
saya sering memperagakan perbuatan yang dilakukan oleh Pak Mul (panggilan diri
terdakwa) terhadap adik saya, dan saat adik saya bertemu dengan terdakwa, dia
selalu terlihat ketakutan dan sering berkata (kakal/nakal). Jadi perbuatan cabul yang
dilakukan terdakwa juga baru saya ketahui pada hari Minggu Tanggal 29 Agustus
2021 sekira jam 18.00 wib, di Ruko Kosong. Disitu saya menemukan adik saya
dalam keadaan tidak sadarkan diri/pingsan.”
Berdasarkan kesimpulan pada hasil wawancara diatas menurut Saksi 1 yaitu Sri
Rahayu selaku kakak korban pernah melihat terdakwa memberi jajanan kepada
Korban. Sebelum Korban ditemukan saksi dalam keadaan tidak sadarkan diri.
kemudian pada sekitar 2 (dua) bulan yang lalu saksi melihat terdakwa sedang
memeluk korban dengan posisi saling berhadapan di depan warung, saksi melihat
tangan kanan terdakwa meraba dada korban. Pada saat itu saksi melihat dari jarak
sekitar 3 (tiga) Meter, namun saksi pada saat itu belum mengetahui apakah adiknya
Agar pernyataan saksi diatas dianggap kuat maka peneliti bertanya kepada saksi 2
untuk menyampaikan keterangan pada saat beliau juga berada di lokasi kejadian.
41
Maka berikut adalah pernyataan dari Saksi 2 Asep selaku saksi dan tetangga dari
“Sebenarnya saya juga tidak mengenal terdakwa cuma sekedar tahu bapak Mul
Sutiono karna beliau memang sehari-harinya tinggal di ruko milik pak H. Nuri.
Untuk perbuatan pelecehan seksual itu saya juga tidak pernah tau sebelumnya tapi
saya pernah melihat korban dengan terdakwa ada di ruko itu karna waktu itu saya
sedang jalan untuk membuang sampah dipinggir jalan gang dekat ruko tempat
kejadian itu dengan sepeda motor saya. Kemudian saya mendengar ada suara
korban, suaranya khas karena korban kan kelainan mental, terus saya melihat waktu
itu terdakwa sedang berdiri didepan seperti menghalangi korban sambil memegang
kedua pundak korban karna korban terlihat memberontak, tapi waktu itu saya kira
mereka lagi bercanda karna sepengetahuan saya mereka bertetangga jadi saya tidak
berbuat apa-apa cuma melihat dan langsung pulang kerumah.”
bahwa terdakwa memang tinggal di ruko kosong milik bapak H. Nuri, namun saksi
2 tidak menyadari akan adanya pelecehan seksual karena pada saat saksi 2 di lokasi
kejadian saksi 2 tidak melihat adanya unsur perbuatan cabul dan pelecehan seksual.
Maka untuk saat ini perkara pelecehan seksual belum ditemukan titik temu
untuk menghubungi Terdakwa terkait kasus perbuatan cabul yang dilakukan sesuai
dilakukan melalui telepon seluler pada hari rabu tanggal 2 Agustus 2023 pukul
11.00 wib dengan informasi kontak terdakwa yang Peneliti dapatkan dari ibu Sely
pada korban Wita Wulandari. Namun pada saat Peneliti menghubungi terdakwa,
terdakwa tidak mau melakukan proses wawancara terkait perkara tersebut, tetapi
atas bantuan ibu Sely dari Lembaga Advokasi Perempuan Damar Provinsi
adalah pernyataan dari Bapak Mul Sutiono selaku terdakwa atas Putusan
42
Pengadilan Nomor 1176/Pid.B/2021/PN.Tjk menyatakan;
“ya saya mengenal Salama (Korban) karna anak itu memang sering main didekat
ruko tempat saya tinggal, dan saya memang benar saat itu memegang bagian bawah
perut si Salama tapi kan tidak ada buktinya saya melakukan Pelecehan Seksual
karna saya melakukan itu hanya sebatas bercanda karna saya pikir anak itu kan
cuma anak kecil dan keterbelakangan mental juga. Awalnya kejadian waktu itu
sehabis saya membeli roti, saya duduk didepan ruko, kemudian si Salama itu
mendatangi saya untuk minta roti, memang posisi dia ada didepan saya makanya
saya iseng mainin dia sambil megang bawah perutnya dan itu juga cuma sekali dia
juga tidak berontak cuma diam. Kemudian kakaknya datang nyuruh dia pulang.
Sudah itu saja yang saya lakukan dan tidak ada bukti juga saya melakukan
perbuatan cabul kan. Sudah ya saya sudah tidak mau bahas masalah ini lagi kan
sudah selesai juga putusannya.”
bahwa terdakwa sama sekali tidak mengakui bahwa beliau melakukan tindak
pidana Pelecehan Seksual dan Perbuatan Cabul dengan menunjukkan alat kelamin
kepada korban, mengelus pipi korban dan memegang perut bawah korban.
Terdakwa menyela dengan pernyataan bahwa tidak terdapat bukti bahwa terdakwa
ruang lingkup dari permasalahan tindak pidana Pelecehan Seksual dan Perbuatan
Cabul yang dilakukan oleh Bapak Mul Sutiono, Peneliti melakukan wawancara
dan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) Kota Bandar Lampung pada tanggal 1 Juli 2023 pada pukul 13.00
43
1176/Pid.B/2021/PN.Tjk tersebut yaitu bapak Hendri Irawan, S.H., selaku Hakim
Anggota pada putusan perkara tersebut. Maka berikut adalah pernyataan dari bapak
“kalau yang saya tinjau lagi berdasarkan putusannya begini dek, nanti saya berikan
juga salinan putusannya bisa dibaca lagi disitu. Jadi penetapan majelis Hakim untuk
perkara Nomor 1176/Pid.B/2021/PN.Tjk tanggal 11 November 2021 itu tanggal
untuk penetapan hari sidang, untuk penetapan tuntutan pidana oleh Penuntut Umum
itu pada tanggal 23 Desember 2021. Penuntut Umum udah menyatakan kalau
terdakwa Mul Sutiono terbukti dan secara sah dan meyakinkan memang bersalah
berbuat tindak pidana Pelecehan Seksual. Terdakwa juga menjatuhkan hukuman
Pidana Penjara selama 5 bulan dan kemudian terdakwa ditahan di tahanan rutan.
Pada saat putusan ditetapkan terdakwa juga tidak mengajukan keberatan, kemudian
juga Penuntut Umum mengajukan dua saksi untuk menjelaskan kronologi kejadian.
Kemudian hasil Visum yang diberikan oleh pendamping korban yaitu Lembaga
Advokasi Perempuan Damar Provinsi Lampung yang juga memperkuat bukti kalau
terdakwa memang dinyatakan bersalah melakukan Pelecehan Seksual dan korban
juga pada kondisi keterbelakangan mental. Dalam persidangan juga LAP Damar
Perempuan mengajukan barang bukti berupa, 1 (satu) baju kaos tangan pendek
warna merah putih dan 1 (satu) celana pendek warna hitam, karena barang bukti
tersebut merupakan milik Korban untuk memperkuat putusan Penuntut Umum.”
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bersama bapak Henri selaku Hakim
dinyatakan sah secara hukum melakukan Tindak Pidana Pelecehan Seksual dan di
Pidana Penjara selama 5 (Lima) Bulan oleh Penuntut Umum, serta bukti visum
perempuan umur Sembilan belas tahun, pada pemeriksaan fisik yang sesuai dengan
kemerahan (haid) dalam batas normal, dan robekan selaput dara pada arah jam
44
Kemudian untuk memperkuat bukti lagi pihak keluarga korban melakukan
Psikologi korban Trauma Psikologi yang di tanda tangani oleh Cindani Trika
Anak, dengan hasil pemeriksaan Psikologis bahwa korban adalah anak dengan
Berkebutuhan khusus sedang, yaitu kondisi keterbelakangan fisik dan mental anak
dewasa, mereka baru mencapai tingkat kecerdasan yang setara dengan anak normal
Mereka hampir tidak mampu untuk mengikuti kegiatan akademik, namun masih
bias di latih untuk merawat diri dan melakukan aktifitas sehari-hari, korban
memahami situasi sebab akibat dan mengutarakan apa yang dialami dan dirasakan
mengkaitkan dengan teori dan dasar-dasar hukum yang terkait dengan Kasus
Tindak Pidana Pelecehan Seksual dan Pencabulan pada Perempuan dan Anak.
Berdasarkan fakta- fakta hukum tersebut diatas, Terdakwa dapat dinyatakan telah
45
melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, Terdakwa telah didakwa
oleh Penuntut Umum dengan dakwaan tunggal sebagaimana diatur dalam Pasal
diketahuinya bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya, bahwa yang dimaksud
setiap orang adalah siapa saja yang menjadi subyek hukum sebagai pendukung
secara hukum.
Setelah dikaitkan dasar hukum diatas dengan perkara putusan Pengadilan Nomor
terdakwa yang telah mengaku sehat jasmani dan rohani Mul Sutiono Bin R. Sutejo
Majelis Hakim, Jaksa Penuntut Umum dengan baik dan lancar, dapat mengingat
serta menerangkan yang benar sesuai dengan perbuatan terdakwa telah dilakukan.
Maka hal tersebut menunjukan bahwa perbuatan terdakwa telah maupun saat
jasmani dan rohani serta ditemukan adanya alasan pembenar dan atau alasan
seluruh perbuatan pidana yang telah dilakukannya dan sesuai dengan dasar hukum
tertera diatas.
itu pingsan atau tidak berdaya, bahwa unsur tersebut bersifat alternatif yang artinya
apabila salah satu unsur dalam unsur ini telah terpenuhi, maka dianggap telah
terbukti secara sah dan meyakinkan. Dan yang dimaksud dengan cabul adalah
46
segala perbuatan yang melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji
dan kotor, tidak senonoh, yang dimaksud tidak berdaya adalah tidak mempunyai
kekuatan atau tenaga sama sekali sehingga tidak dapat mengadakan perlawanan
sedikitpun.
Orang yang tidak berdaya itu masih dapat mengetahui apa yang terjadi atas
dirinya, yang dimaksud dengan pingsan adalah tidak ingat atau tidak sadar akan
dirinya. Orang yang pingsan tidak dapat megetahui apa yang terjadi akan dirinya.
Setelah dikaitkan dengan hasil penelitian perkara diatas dan berdasarkan fakta
terdakwa diketahui bahwa benar terdakwa telah berbuat tidak senonoh (tidak
patut/tidak pantas) pada korban Wita Wulandari alias Salama adalah seorang gadis
yang mengalami keterbelakangan mental maka hal tersebut sesuai dengan unsur
Pelecehan Seksual Menurut Bapak Hendri Irawan, S.H., M.H, selaku hakim yang
memutus perkara ini, dalam memutus perkara menyatakan bahwa dilihat pada
fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan, alat bukti, dan keyakinan hakim.
Perbuatan terdakwa dinyatakan sah secara hukum ketika dakwaan yang diajukan
Jaksa Penuntut umum terbukti benar dengan adanya alat bukti dan keterangan para
maksimal dan minimal suatu perkara, mengenai tinggi rendahnya hukuman yang
47
bagaimana kasusnya (kasuistik), sebab, alasan dan hal-hal lain yang
Nomor 1176/Pid.B/2021/PN.Tjk.
Berdasarkan ketentuan sebagaimana yang diatur dalam KUHP, maka terdapat pasal
yang dapat digunakan untuk menjerat tindak pidana pelecehan seksual yaitu Pasal
Pasal 281 angka 1 dan Pasal 281 angka 2 KUHP. Pasal 289 KUHP juga dapat
menjerat pelaku pelecehan seksual karena pasal ini memuat unsur pencabulan yaitu
seksual melakukan suatu tindak pidana kesusilaan berupa pencabulan terhadap anak
dibawah umur, maka perbuatan tersebut dapat dikenakan aturan dalam Pasal 290
KUHP dan apabila ada peraturan yang bersifat khusus maka dapat digunakan
1. Undang-undang Pornografi
48
perbuatan cabul yang tujuannya menimbulkanatau merangsang nafsu. Pasal-pasal
terkait yang dapat digunakan dalam menjerat pelaku pelecehan seksual ialah Pasal
undang Pornografi juga dapat digunakan untuk menjerat pelaku pelecehan seksual.
Pornografi tersebut karena dalam Pasal 4 tidak dijelaskan mengenai maksud dari
kata menyajikan ketelanjangan. Pasal 10 juga tidak jelas menuliskan apa yang
perbuatannya karena terdapat unsur kesalahan pada diri pelaku yaitu adanya
kelakuan yang bersifat melawan hukum, adanya dolus atau kesengajaan yaitu
jawab yaitu kondisi batin yang normal yaitu adanya akal yang dapat membedakan
perbuatan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dan faktor kehendak yang
dapat menyesuaikan tingkah laku yang boleh dan tidak boleh dilakukan dan tidak
merupakan suatu penyakit layaknya orang gila yang tidak mengerti, menginsyafi
dan mengontrol apa yang diperbuat dan tidak memiliki tujuan tertentu terhadap
perbuatannya.
B. Komentar Penulis
49
bahwa, terdapat surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum
menggunakan surat dakwaan alternatif yang berarti bahwa Hakim harus memilih
salah satu pasal yang didakwakan untuk menentukan dakwaan yang terbukti
dilakukan majelis Hakim. Tetapi yang masih mengganjal adalah terkait dengan
bukti kasus dalam putusan kasus tersebut, seharusnya mereka memberikan bukti
fakta bukan hanya sekedar bukti visum untuk melakukan tindak pidana kepada
terdakwa. Sehingga hukuman yang didapat terdakwa akan lebih setimpal dengan
jawabkan perbuatannya karena terdapat unsur kesalahan pada diri pelaku yaitu
adanya kelakuan yang bersifat melawan hukum, adanya dolus atau kesengajaan
bertanggung jawab yaitu kondisi batin yang normal yaitu adanya akal yang dapat
kehendak yang dapat menyesuaikan tingkah laku yang boleh dan tidak boleh
dilakukan dan tidak adanya alasan pemaaf karena pelecehan seksual dipandang
dan bukan merupakan suatu penyakit layaknya orang gila yang tidak mengerti,
menginsyafi dan mengontrol apa yang diperbuat dan tidak memiliki tujuan tertentu
terhadap perbuatannya.
50
Berdasarkan analisis peneliti, masih terdapat kekurangan dalam Pasal 4 maupun
mengenai maksud dari kata menyajikan ketelanjangan. Pasal 10 juga tidak jelas
Peraturan yang seharusnya yaitu harus sesuai dengan ketentuan yang dapat
menjerat pelaku pelecehan seksual dalam RUU-KUHP 2013, yakni diatur dalam
Bab XVI Tentang Tindak Pidana Kesusilaan Bagian Kesatu mengenai Kesusilaan
di Muka Umum dapat dilihat pada Pasal 467 sampai Pasal 505 Bab XVI RUU-
KUHP. Istilah pelecehan seksual belum dimuat dalam penjelasan RUU-KUHP serta
jawabkan dan tidak dapat dipertanggung jawabkan yang tidak dijelaskan pada Pasal
44 KUHP.
norma pasal 44 KUHP dan belum adanya istilah pelecehan seksual dalam hukum
Negeri Tanjung Karang tidak adil, karena dirasa terlalu ringan, Namun setelah
51
dalam kasus tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dan tinjauan dalam putusan pada kasus tersebut
tersebut diatas telah mengakui semua perbuatannya dan bersikap kooperatif selama
aspek kepantasan hukum memutus perkara tersebut. Berikut adalah tinjauan hasil
5. Kebangsaan : Indonesia;
8. Pekerjaan : Supir;
Terdakwa Mul Sutiono Bin R. Sutejo Alm ditahan dalam tahanan rutan oleh:
2021;
52
3. Penuntut Umum sejak tanggal 27 Oktober 2021 sampai dengan tanggal
15 November 2021;
bukti surat dan barang bukti yang diajukan di persidangan; Setelah mendengar
pembacaan tuntutan pidana yang diajukan oleh Penuntut Umum yang pada
diatur dan diancam dalam Pasal 290 ayat (1) KUHP, dalam dakwaan kami.
ditahan.
53
Dikembalikan pada saksi WITA WULANDARI Als SALAMA Binti UTOYO;
seorang diri dan tidak mempunyai keluarga, Setelah mendengar tanggapan Penuntut
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data serta pengkajian lebih dalam
bahwa :
pasal yang dapat digunakan untuk menjerat tindak pidana pelecehan seksual
yaitu Pasal Pasal 281 angka 1 dan Pasal 281 angka 2 KUHP. Pasal 289 KUHP
juga dapat menjerat pelaku pelecehan seksual karena pasal ini memuat unsur
berupa pencabulan terhadap anak dibawah umur, maka perbuatan tersebut dapat
dikenakan aturan dalam Pasal 290 KUHP dan apabila ada peraturan yang
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan informasi yang telah diperoleh,
maka pada kesempatan kali ini peneliti dapat memberikan saran, yaitu :
55
1. Masih terdapat kekurangan dalam Pasal 4 maupun Pasal 10 tentang Undang-
norma pasal 44 KUHP dan belum adanya istilah pelecehan seksual dalam
pemerintah terutama yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dengan cara
56
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU :
Bambang Waluyo. 2004. Pemidanaan dan Tindakan Hukum Anak. Citra Aditya
Bhakti, Bandung.
Fuad Usfa dan Tongat. 2004. Pengantar Hukum Pidana. UMM Pers, Malang.
Indah Sri Utami. 2012. Aliran dan Teori dalam Kriminologi. Thafa Media,
Yogyakarta.
57
Kartini Kartono. 2002. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Rajawali Pers,
Jakarta.
M. Nasir Djamil. 2013. Anak Bukan Untuk Dihukum. Sinar Grafika, Jakarta.
Muladi dan Barda Nawawi Arief. 2010. Teori-Teori dan Kebijakan Pidana.
Alumni, Bandung.
58
Soekedi. 2002. Menyiram Bara Narkoba. Daya Tama Milenia, Jakarta.
59
C. SUMBER LAIN :
Dwi Kusumadewi Aditia, Pujiyono, A.M. Endah Sri Astuti. 2016. Diponegoro
Law Journal Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016. Analisis Yuridis
Penjatuhan Sanksi Pidana terhadap Anak yang Berkonflik dengan Hukum
(Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Tegal No. 32/Pid.Sus-
ank/2014/PN.TGL). Program Studi Ilmu Hukum Universitas Diponegoro,
Semarang.
Zainab Ompu Jainah. 2011. Jurnal Ilmu Hukum Volume 2 Nomor 2 September
2011. Membangun Budaya Hukum Masyarakat Penegak Hukum dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Narkotika (Studi tentang Lahirnya Badan
Narkotika Nasional). Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung,
Bandar Lampung.
Zainab Ompu Jainah. 2012. Jurnal Ilmu Hukum Jilid 2 Nomor 2 April 2012.
Persepsi Penerapan Sanksi Pidana terhadap Pelaku Tindak Pidana
Narkotika (Studi pada Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Tanjungkarang
Kelas IA). Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung, Bandar
Lampung.
60
PEMERINTAH KOTA BANDARLAMPUNG
DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
Jalan Dr. Susilo Nomor 2 Bandarlampung, Telepon (0721) 476362
Faksimile (0721) 476362 Website: www.dpmptsp.bandarlampungkota.go.id
Pos-el: dpmptsp.kota@bandarlampungkota.go.id
SURAT
: KETERANGAN PENELITIAN (SKP)
Nomor :1871/070/04026/SKP/III.16/VII/2023
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2018 tentang Penerbitan
Surat Keterangan Penelitian dan Rekomendasi dari Kepala Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota Bandar
Lampung Nomor 070/00552/IV.05/2023 Tanggal 2023-06-22 14:36:56, yang bertandatangan dibawah ini Kepala
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Bandar Lampung memberikan Surat
Keterangan Penelitian (SKP) kepada :
Ditetapkan di : Bandarlampung
pada tanggal : 03 Juli 2023
Tembusan :
1. BAKESBANGPOL Kota Bandar Lampung
2. Bapeda Kota Bandar Lampung
3. Pertinggal
PUTUSAN
Nomor 1176/Pid.B/2021/PN Tjk
Terdakwa Mul Sutiono Bin R. Sutejo Alm ditahan dalam tahanan rutan oleh:
1. Penyidik sejak tanggal 1 September 2021 sampai dengan tanggal
20 September 2021;
2. Penyidik Perpanjangan Oleh Penuntut Umum sejak tanggal 21
September 2021 sampai dengan tanggal 30 Oktober 2021;
3. Penuntut Umum sejak tanggal 27 Oktober 2021 sampai dengan tanggal
15 November 2021;
4. Hakim Pengadilan Negeri sejak tanggal 11 November 2021 sampai
dengan tanggal 10 Desember 2021;
5. Hakim Pengadilan Negeri Perpanjangan Pertama Oleh Ketua Pengadilan
Negeri sejak tanggal 11 Desember 2021 sampai dengan tanggal 8
Februari 2022;
Terdakwa menghadap sendiri;
Pengadilan Negeri tersebut;
Setelah membaca:
Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 290 ayat (1)
KUHP telah terpenuhi, maka Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti
secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana
didakwakan dalam dakwaan tunggal;
Menimbang, bahwa dalam persidangan, Majelis Hakim tidak
menemukan hal-hal yang dapat menghapus pertanggungjawaban pidana
baik sebagai alasan pembenar dan atau alasan pemaaf, maka Terdakwa
harus mempertanggungjawabkan perbuatannya;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa mampu
bertanggungjawab, maka haruslah dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana;
Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap diri Terdakwa telah
dilakukan penangkapan dan penahanan yang sah, maka berdasarkan Pasal
22 ayat (4) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, masa penangkapan
dan penahanan tersebut haruslah dikurangkan seluruhnya dari pidana yang
dijatuhkan;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa ditahan dan penahanan
terhadap Terdakwa dilandasi alasan yang cukup maka berdasarkan Pasal
193 ayat (2) sub b Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, maka perlu
ditetapkan agar Terdakwa tetap ditahan;
Panitera Pengganti