OLEH :
A.FADHILAH YUSTISIANTY
(B111 07 073)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS HUKUM
BAGIAN HUKUM ACARA
MAKASSAR
2011
HALAMAN JUDUL
Oleh
A. FADHILAH YUSTISIANTY
B111 07 073
SKRIPSI
Pada
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
JANUARI 2011
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kita
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
tingginya.
mengiringi setiap langkah Penulis dengan doa serta restunya yang tulus
diridhoi oleh Allah SWT. Tak lupa pula kepada saudara Penulis,
v
penyusunan skripsi ini. Serta yang menjadi sumber inspirasi dan sempat
yang tidak akan pernah Penulis lupakan dan saat bersamanya akan
besarnya kepada:
Hasanuddin.
Universitas Hasanuddin.
vi
3. Para Pembantu Dekan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin
dan staf.
Acara.
6. Sumarno,S.E.,Kapolsekta Wajo.
10. Brigpol Nur Anshar, anggota opsnal Polsekta Wajo yang telah
11. Bripka Tumijan, Brigpol Ilyas, Briptu Idris, Briptu Arnoldus, Briptu
Abdillah Rolis, Aipda Majid, Bripka Dalle, Brigpol Dasri, Briptu Pius,
vii
14. Sahabat-sahabatku, Icha, Ardy, Rany, Hendra, Dian, Riri, Inho,
Onna, Accunk, Aby, Rahmat, Sira, dan Eril yang telah menemani
kekurangan. Oleh karena itu, saran, kritik, dan masukan yang bersifat
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penulis
viii
ABSTRAK
ix
Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan, maka hal tersebut menunjukkan
bahwa tidak terjadi hubungan koordinasi antara Kepolisian dalam hal ini
Polsekta Wajo dengan Kejaksaan dalam hal ini Kejaksaan Negeri
Makassar Cabang Pelabuhan Makassar karena telah dicabutnya laporan
sebelum diterbitkannya SPDP, walaupun jika merujuk pada ketentuan
Pasal 109 ayat (1) KUHAP, begitu penyidikan mulai dilakukan maka pihak
Penyidik harus mengirimkan SPDP ke Kejaksaan. Dan berdasarkan
wawancara dengan pihak Kejaksaan, apabila suatu perkara telah
diselesaikan secara damai di Kepolisian sebelum dikirim SPDP maka hal
tersebut tidak perlu diberitahukan kepada pihak Kejaksaan. Faktor lain
yang menyebabkan tidak terjadi hubungan koordinasi antara Kepolisian
dan Kejaksaan dalam hal ini Polsekta Wajo dan Kejaksaan Negeri
Makassar Cabang Pelabuhan Makassar yaitu dihentikannya penyidikan
dan tidak dikirim SPDP pada saat memulai penyidikan ada pertimbangan
dari pihak Kepolisian bahwa meskipun terhadap perkara dengan nomor
laporan polisi LP/244/X/2010/Sekta, 29 Oktober 2010 telah dilakukan
penyidikan, namun pihak Penyidik belum mengirimkan SPDP dengan
pertimbangan efisiensi yaitu Penyidik menunda mengirim SPDP dengan
menunggu sampai maksimal sebelum waktu untuk meminta perpanjangan
penahanan yakni setelah 20 (dua puluh) hari dikirimkan. Hal ini
dimaksudkan karena ada kemungkinan perkara yang masuk tersebut
dapat diselesaikan secara damai sehingga tidak perlu lagi mengirimkan
Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3). Hal ini jelas bertentangan
dengan prosedur yang telah diatur dalam KUHAP khususnya Pasal 109
ayat (1). Hal ini pulalah yang menyebabkan hubungan koordinasi yang
terjadi antara Kepolisian dan Kejaksaan tidak berjalan maksimal karena
SPDP, SP3, P17, P18, P21, dan permohonan perpanjangan penahanan
merupakan sarana kontrol bagi Kepolisian dan Kejaksaan untuk saling
mengawasi jalannya suatu perkara pidana dalam sebuah Sistem
Peradilan Pidana.
x
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……….…………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah….…………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………… 5
C. Tujuan dan Kegunaan……………………………………………….. 5
xi
3. Kepolisian sebagai sub sistem Peradilan Pidana…………….. 20
4. Kejaksaan sebagai sub sistem peradilan Pidana…………….. 22
B. Proses Penyelesaian Perkara Pidana……………………………… 25
1. Pemeriksaan Pendahuluan……………………………………… 25
1.1 Penyelidikan………………………………………………….. 25
1.2 Penyidikan……………………………………………………. 27
2. Penuntutan……………………………………………………….. 30
3. Pemeriksaan dalam Sidang Pengadilan……………………….. 33
C. Bentuk-bentuk Koordinasi antara Penyidik dan Penuntut Umum
dalam Penanganan Perkara Pidana ……………………………… 34
1. Pemberitahuan dimulainya Penyidikan oleh Penyidik
ke Penuntut Umum……………………………………………… 34
2. Perpanjangan Penahanan……………………………………… 35
3. Prapenuntutan…………………………………………………… 37
A. Lokasi Penelitian……………………………………………………… 41
B. Sumber Data…………………………………………………………… 42
C. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data……………………………… 42
D. Teknik Analisis Data………………………………………………… 43
xii
BAB V PENUTUP…………………………………………………………… 76
A. Kesimpulan…………………………………………………………… 76
B. Saran ………………………………………………………………… 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh manusia.
1
Pengadilan untuk diadili dan dijatuhkan putusan, hingga ke
Indonesia No.4288) .
2
Masing-masing lembaga hukum tersebut dalam menjalankan
salah satu sub sistem dalam Sistem Peradilan Pidana telah diatur
3
dalam KUHAP maupun dalam Undang-Undang No.2 Tahun 2002
4
B. Rumusan Masalah
Oktober 2010?
ini adalah:
5
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa
Lembaga Kepolisian.
Peradilan Pidana.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
Sementara yang dimaksud dengan sistem hukum
(J.B.Daliyo,2001:35).
8
1.3 . Definisi Sistem Peradilan Pidana
Atmasasmita,2010:2).
9
menanggulangi masalah kejahatan (Romli
Atmasasmita,2010:3).
Pidana, yaitu:
Barkatullah, 2005:117).
10
(Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
asasi manusia.
b. Menegakkan hukum;
11
Kemudian dalam Pasal 14 dielaskan bahwa dalam
berdasarkan undang-undang.
12
berkedudukan di ibukota provinsi dan daerah hukumnya
daerah kabupaten./kota.
13
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No.4401)
yaitu:
a. melakukan penuntutan;
berdasarkan undang-undang;
lainnya.
14
(Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
negara.
15
tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang
hukum tetap.
16
Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang No. 12
Pemasyarakatan.
1995 adalah :
17
a. Anak Pidana yaitu anak yang berdasarkan putusan
18
sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung
jawab.
a. pengayoman;
c. pendidikan;
d. pembimbingan;
2.5. Advokat
19
di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan
20
Republik Indonesia Tahun 2002 No. 4168). Dalam Pasal 1
perundang-undangan.
dalam masyarakat.
21
Dalam Sistem Peradilan Pidana, Lembaga Kepolisian
22
Kejaksaan merupakan sub sistem kedua setelah
a. melakukan penuntutan;
berdasarkan undang-undang;
23
ke pengadilan yang dalam pemeriksaannya
24
B. Proses Penyelesaian Perkara Pidana
1. Pemeriksaan Pendahuluan
(J.B.Daliyo,2001:230)
dengan penyidikan.
1.1. Penyelidikan
25
yang dimaksud dengan Penyelidik adalah pejabat polisi
pidana;
bertanggung jawab.
berupa:
26
2) Pemeriksaan/penyitaan surat;
Penyidik.
1.2. Penyidikan
menemukan Tersangkanya.
27
b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat
kejadian;
bertanggung jawab.
a. Penyelidik
masing (A.T.Hamid,1982:19).
28
Berdasarkan Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang No.
penyelidikan.
b. Penyidik Pembantu
c. Penyidik
penyidikan.
29
d. Penuntut Umum
penetapan Hakim.
2. Penuntutan
30
berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
berwenang mengadili.
31
memberitahukan kepada Penyidik apakah hasil sudah
Umum.
32
alat bukti yang lain termasuk keterangan ahli (jur.Andi
Hamsah, 2008:170).
surat ketetapan.
dituntut (A.T.Hamid,1982:46).
33
pengadilan (butir 7 Pasal 1 KUHAP). Setelah Ketua
(J.B.Daliyo,2001:232).
Penuntut Umum
34
Penuntut Umum, Tersangka atau keluarganya. Dalam
Tersangka.
2. Perpanjangan Penahanan
35
yang diatur dalam undang-undang. Dalam Pasal 20 ayat (1)
36
kekhawatiran bahwa Tersangka atau Terdakwa akan
3. Prapenuntutan
37
Prapenuntutan diatur dalam Pasal 110 Undang-
38
(1) Penuntut Umum setelah menerima hasil penyidikan dari
Penuntut Umum.
39
Pasal 10 ayat (3) dan ayat (4), dengan memberi
dari Penyidik;
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
keperluan penelitian.
41
laporan polisi LP/244/X/2010/Sekta, 29 Oktober 2010, sehingga
B. Sumber Data
a. Data Primer
penelitian ini.
b. Data Sekunder
42
perkara pidana dengan nomor laporan polisi LP/244/X/2010/Sekta,
objek penelitian.
43
BAB IV
No.4288).
44
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dengan menjunjung
Polsek di Kecamatan.
Polsekta Wajo merupakan salah satu dari empat Polsekta yang ada
keramaian / hiburan,
masyarakat.
45
- Memback-up pelaksanaan kegiatan pengamanan terhadap
kegiatan masyarakat.
meresahkan masyarakat.
Kamtibmas
- Pelayanan masyarakat
asing
46
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta menindak
keamanan .
Dengan melihat empat unit kerja dari Polsekta Wajo beserta tugas
Pidana , Polsekta Wajo sebagai salah satu sub Sistem Peradilan Pidana
sebagai lembaga Kejaksaan yang berada pada wilayah hukum yang sama
47
Di Makassar, terdapat tiga lembaga Kejaksaan yakni Kejaksaan
Hatta.
bidang, yaitu:
1) Bidang intel
2) Bidang tindak pidana yang terdiri dari bagian tindak pidana khusus,
bagian tindak pidana umum, dan bagian perdata dan tata usaha
negara.
3) Bidang pembinaan.
48
C. Koordinasi antara Kepolisian dan Kejaksaan dalam
dalam hal ini Polsekta Wajo yang diwakili oleh Kapolseknya yaitu
49
apabila berkas tersebut telah P21 yaitu surat pemberitahuan hasil
adanya stempel resmi dari Polsekta Wajo pada berkas yang dikirim,
50
Penuntut Umum, surat perpanjangan penahanan, surat
Kejaksaan.
51
Umum, karena penyelidikan dihentikan jika perkara tersebut
adalah bahwa P17 akan terbit jika fungsi koordinasi itu tidak
dihentikan.
yang terjadi antara Kepolisian dalam hal ini Polsekta Wajo dengan
52
hukum pidana melalui proses penerapan pasal-pasal pidana yang
dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini yang merupakan data yang
53
Tabel 1
1. 2005 1 25 62 88
(1 Januari-
9 Nopember)
54
dibuatkan SPDP telah dicabut laporannya oleh pihak yang melapor,
55
penganiayaan. Adapun jenis kejahatan lainnya juga ada yang
sering.
Nama : Nasrijal
Umur : 19 Tahun
Melaporkan :
Umur : 38 Tahun
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
56
melarikan diri, merusak, atau menghilangkan barang bukti dan atau
Oktober 2010 sekitar pukul 10.30 Wita telah terjadi tindak pidana
57
kejadian ia melihat Pelaku melakukan perbuatannya melalui kaca
satu meter namun saat itu Saksi memanggil dan dan memeriksa
58
dengan terjadinya suatu perkara, karena perkara tersebut telah
Nama : Nasrijal
Umur : 19 Tahun
isinya:
59
melanjutkan proses hukumnya ke tingkat Jaksa Penuntut
Umum.
60
61
ingin melanjutkan perkara tersebut hingga ke tahap penuntutan
62
untuk dimintai keterangannya mengenai benar tidaknya telah terjadi
perkara tersebut, perkara ini belum masuk ke tahap SPDP, hal ini
tentu bertentangan dengan apa yang diatur dalam Pasal 109 ayat
yakni setelah 20 (dua puluh) hari dikirimkan. Hal ini dilakukan untuk
KUHAP khususnya Pasal 109 ayat (1). Hal ini pulalah yang
63
P18, P21, dan permohonan perpanjangan penahanan merupakan
Peradilan Pidana.
Kepolisian;
64
laporan polisi LP/244/X/2010/Sekta, 29 Oktober 2010, yang
tindak pidana yang karena sifatnya hanya bisa dituntut atas adanya
65
penilikan (curatele) lain orang bukan dari sebab keborosan,
(2) Jika tidak ada wakil, atau dia sendiri yang harus diadukan, maka
yang lurus, atau kalau ini tidak ada, atas pengaduan kaum
ketiga.
66
untuk tidak menuntut perkara itu daripada keuntungan bagi
Prasetyo, 2010:59).
dalam pasal-pasal: 284, 287, 293, 310, dan berikutnya 332, 322,
delik aduan, akan tetapi jika dilakukan oleh sanak keluarga yang
67
ditentukan dalam pasal 367, lalu menjadi delik aduan. Delik- delik
aduan relatif ini tersebut dalam pasal –pasal:367, 370, 376, 394,
404, dan 411. Dalam hal ini maka pengaduan ini diperlukan bukan
dalam Pasal 284, 287, 293, 310, 332, 322, dan 369 KUHP (delik
aduan absolut) dan Pasal 367, 370, 376, 394, 404, dan 411 KUHP
perkara yang tergolong memenuhi unsur dalam Pasal 109 ayat (2)
68
aduan, dan berdasarkan Berita Acara Pemeriksaannya jelas
saat itu Saksi memanggil dan dan memeriksa barang bukti yang
2010, terdapat barang bukti yakni satu kotak susu bubuk merek
69
dan dikuatkan dengan pengakuan Tersangka Hasna yang
hal yang tidak baik, selain itu pihak mini market Alfa Mart juga
70
nanti, apakah Tersangka akan mendapatkan keringanan hukuman
atau dibebaskan.
Nopember 2010), selain kedua dasar tersebut yakni Pasal 109 ayat
(2) dan apabila perkara tersebut merupakan delik aduan dan telah
Indonesia, yaitu:
kepada masyarakat.
71
(1) Untuk kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara Republik
tersebut.
72
Binmas dengan Polmasnya dapat menjadi wadah penyelesaian
73
Peradilan Pidana dalam Mewujudkan Penegakan Hukum yang
pejabat negara yang surat ijin dari Presiden belum terbit. Pada
batas waktu yang ditentukan (60 hari) ijin tersebut belum turun,
74
Jaksa Penuntut Umum (dan Pengadilan) menolak berkas hasil
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
76
taraf penuntutan ke Kejaksaan atau diselesaikan secara
damai di Kepolisian.
77
Faktor lain yang menyebabkan tidak terjadi hubungan
78
mengawasi jalannya suatu perkara pidana dalam sebuah
B. Saran
2010 , yaitu:
79
suatu perkara pidana, karena bagaimanapun kedua lembaga
80
kontrol bagi Kepolisian dan Kejaksaan dalam penanganan
perkara pidana.
81
penanganan perkara tersebut maka hendaknya prosedur
82
DAFTAR PUSTAKA
83
Teguh Prasetyo, Abdul Halim Barkatullah, 2005, Politik Hukum Pidana
kajian Kebijakan Kriminalisasi dan Deskriminalisasi. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.
84