TESIS
Oleh
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
TESIS
Oleh
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
saya :
Adalah karya orisinal saya dan setiap serta seluruh sumber acuan telah ditulis sesuai
Sumatera Utara.
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini
ii
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan kasih karunia-Nya yang tiada berkesudahan dan telah
Dibuat Dihadapannya”.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan Tesis ini, namun
penulis menyadari bahwa hasil yang diperoleh masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak yang menaruh perhatian demi kesempurnaan Tesis ini.
terhingga kepada kedua orang tua penulis, Mama dan Papa yang selalu berjuang
selalu mendoakan penulis, yang selalu memberikan nasihat dan dukungan kepada
kakak sulung yang selalu menjadi inspirasiku, kakak keduaku Novita Sitompul,
S.Sos, SH, MH, yang selalu menjadi motivatorku, adikku Pangeran Sitompul, ST
my one and only brother, adik kesayanganku Anak-anakku yang menjadi mood
booster pengerjaan tesis ini Maria chelsea Nainggolan dan Johny Alexander
Nainggolan terima kasih buat semua cinta kasih kalian. juga keluarga besar
penulis yang selalu mendukung penulis dan menjadi motivasi bagi penulis.
iii
1. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas
2. Bapak Prof. Dr. Saidin, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum
3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas
4. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas
5. Ibu Prof. Dr. T. Keizerina Devi Azwar S.H., CN., M.Hum., selaku Ketua
Utara;
6. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang
Tesis ini;
7. Dr. Mahmud Mulyadi, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
dan memberi banyak bantuan kepada penulis dalam penulisan Tesis ini;
8. Notaris Dr. Suprayitno, SH, M.Kn., selaku Dosen Pembimbing III yang telah
dan memberi banyak bantuan kepada penulis dalam penulisan Tesis ini;
iv
11. Terima kasih kepada Keluarga Besar Kelas Reguler khusus angkatan 2016
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan baik itu kata
maupun perbuatan. Semoga kiranya apa yang penulis tuliskan di Tesis ini dapat
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : INDAH PERMATASARI SITOMPUL
Tempat/tgl lahir : Tarutung, 4 Februari 1987
Alamat : Jl. Ar. Hakim Gg. Kantil No.48 Medan
Jenis kelamin : Perempuan
III. PENDIDIKAN
SD : SD SWASTA ST. MARIA / TARUTUNG
(1993-1999)
vi
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR ISTILAH ..................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 8
E. Keaslian Penelitian ............................................................... 9
F. Kerangka Teori dan Konsepsi .............................................. 11
1. Kerangka Teori ............................................................. 11
2. Kerangka Konseptual .................................................... 16
G. Metode Penelitian................................................................. 18
BAB II PENGATURAN MENGENAI KEDUDUKAN NOTARIS
BERKAITAN DENGAN AKTA YANG DIBUAT DI
HADAPANNYA ........................................................................ 22
vii
viii
Negligence : kekhilafan
Culpa : kesalahan
acta publica probant seseipsa : sesuai dengan yang telah ditentukan oleh
undang-undang
ix
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pada tanggal 27 agustus 1620. Kemudian, pada tanggal 16 juni 1625 dibuat suatu
milik kliennya. Peraturan ini disebut “Instruksi untuk Para Notaris” yang terdiri
atas 10 pasal.1 Praktik kenotariatan di Indonesia tidak lepas dari pengaruh Belanda
sebagai Negara penjajah , dimana sebagai Negara yang menganut sistem hukum
menggunakan sistem hukum civil law dan terus berlaku sampai sekarang.
Peraturan Tentang Jabatan Notaris (PJN) yang mengacu pada Notariswet yang ada
di Belanda pada januari 1860. Selanjutnya PJN dijadikan dasar pedoman bagi
1
Ira Koesomawati dan Yunirman Rijan, Ke Notaris, Raih Asa Sukses, Jakarta, 2009, hal. 27
2
Ibid, hal. 28
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosee, salinan dan kutipan akta,
semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh Undang-
selanjutnya disebut UUJN. Notaris merupakan suatu prpfesi yang mandiri yang
bisa membantu masyarakat, baik itu secara sosial sebagai bentuk pengabdian
3
kepada bangsa dan negara. Akta otentik sendiri mempunyai peranan penting
yang sempurna bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta sekalian orang
yang mendapat hak darinya tentang apa yang dimuat dalam akta tersebut (vide
Pasal 165 HIR, Pasal 285 RBg, dan Pasal 1870 KUHPerdata).
Akta otentik merupakan bukti yang mengikat yang berarti kebenaran dari
hal-hal yang tertulis dalam akta tersebut harus diakui oleh hakim, yaitu akta
tersebut dianggap sebagai benar selama kebenarannya itu tidak ada pihak lain
serta para ahli warisnya dan orang-orang yang mendapatkan hak darinya hanya
apabila tanda tangan dalam akta di bawah tangan tersebut diakui oleh orang
terhadap siapa tulisan itu hendak dipakai (vide Pasal 1857 KUHPerdata). Notaris
3
Hendry Sinaga Notaris, tabloid local news, 2008
terhadap surat-surat di bawah tangan. Akta autentik Notaris merupakan alat bukti
yang sempurna bagi para pihak yang melaksanakan perbuatan hukum tertentu
yang memuat hak dan kewajiban para pihak yang diuraikan secara jelas dalam
Seiring dengan tugas Notaris sebagai pembuat akta otentik maka Notaris
juga harus menjaga lancarnya suatu proses hukum termasuk yang berkenaan
dengan proses peradilan . Proses peradilan yang dimaksud erat kaitannya dengan
karena akta autentik yang dibuatnya juga merupakan dokumen Negara, meskipun
Notaris tidak digaji oleh Negara, tetapi Notaris diangkat dan diberhentikan oleh
Negara melalui Menteri Hukum dan HAM.4 Dalam prakteknya Notaris harus
Notaris sebagai akta otentik dibuat menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan
dalam pasal 38s/d Pasal 65 UUJN.5 Suatu akta menjadi otentik jika memenuhi
4
R.Soesanto, Tugas, Kewajiban, dan Hak-hak Notaris,Wakil Notaris,Pradnya Paramita,
Jakarta, 2013, hal. 75.
5
Abdul Gofur Ansori, Lembaga Kenotariatan Indonesia : Perspektif Hukum dan Etika,
UII Press, Yogyakarta, 2009, hal.16.
syarat yang ditentukan oleh undang-undang. Oleh karena itu, seorang Notaris
disiplin, profesional dan integritas moralnya tidak boleh diragukan. Apa yang
tertuang dalam awal dan akhir akta yang menjadi tanggung jawab Notaris adalah
akta.6 Hal ini dinyatakan dengan tegas dalam Pasal 65 UUJN : “Notaris, Notaris
jawab atas setiap akta yang dibuatnya meskipun protokol Notaris telah diserahkan
Ghofur, tanggung jawab Notaris selaku pejabat umum yang berhubungan dengan
yaitu:7
Terkait dengan tanggung jawabnya itu tidak jarang pula Notaris yang
menyimpang dari tanggung jawab yang sudah diatur dalam undang-undang dan
Notaris sebagai pihak yang bersalah terkait akta yang dibuatnya. Mengapa sampai
Notaris terkait terhadap akta yang dibuat dihadapannya yaitu karena hubungan
6
Than Thong Kie, Studi notariat-Serba Serbi Praktek Notaris, Ichtiar Baru Van Hoeve,
Jakarta, 2000, hal.166.
7
Abdul Ghofur Ansori,op.cit,hal. 34
terkait akta yang dibuat di hadapannya apabila suatu saat akta yang dibuatnya itu
bermasalah dan harus dibawa ke pengadilan. Namun disisi lain Notaris tidak
Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya membuat akta otentik tidak luput
dari kesalahan atau kekeliruan baik disebabkan karena perilaku yang tidak
profesional atau memihak salah satu pihak, menambah atau mengurangi bagian
dari akta yang dapat menyebabkan akta tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki
penghadap, penghadap tidak memahami isi akta akibatnya akta tersebut tidak
mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna
8
Freddy Harris, Accs dan Lenny Helena, S.H, M.Kn, Notaris Indonesia, PT. Lintas
Cetak Djaja, Jakarta, 2017, hal. 134
dapat dikenai sanksi berupa teguran lisan sampai dengan pemberhentian dengan
tercantum dalam Pasal 66 ayat (1) UUJN membuat notaris seakan-akan tidak ada
notaris. Demikian juga menjalin hubungan dengan para penegak hukum lainnya,
agar penegak hukum lainnya yang ada hubungan dengan notaris dapat memahami
jarang Notaris ikut tersangkut dalam kasus hukum terkait akta yang dibuat
dihadapannya. Ada pula Notaris yang diposisikan sebagai tergugat dan turut
tergugat dalam suatu perkara perdata terkait akta yang yang dibuat di hadapannya,
dan ada juga yang dilibatkan menjadi saksi bahkan tersangka dalam persidangan
terkait akta yang dibuat olehnya. Hal ini juga menandakan bahwa tidak ada
profesi yang kebal hukum, sekalipun penyandang profesi itu berlabel penegak
hukum. Prinsip yang sama juga berlaku untuk Notaris sebagai pembuat akta.
secara khusus. Untuk itu penulis merasa tertarik untuk membahasnya dalam tesis
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
di hadapannya?
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Praktis
didepan hakim yang berkaitan dengan akta yang dibuat dihadapannya. Dan
sebagai bahan pertimbangan bagi para Notaris baru untuk dapat menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai Notaris agar jangan sampai merugikan
dirinya sendiri terkait akta yang dbuatnya. Hasil penelitian ini juga diharapkan
berkaitan dengan akta yang dibuat di hadapannya bisa dipahami oleh masyarakat,
2. Secara Teoritis
E. Keaslian Penelitian
menunjukkan bahwa penelitian dengan judul ini belum pernah dilakukan. Akan
tetapi, ditemukan beberapa judul tesis yang berhubungan dengan topic dalam tesis
MBO).”
No.09/Pdt.G/2010/PN-Mbo?
akta Notaris yang dijadikan sebagai alat bukti dalam pemeriksaan perkara
di persidangan?
akta Notaris yang diajukan sebagai alat bukti dalam pemeriksaan perkara
di pengadilan?
membuat akta jika terjadi masalah pada akta tersebutdi tinjau dari
b. Bagaimanakah akibat hukum bagi akta Notaris jika terjadi perkara pidana?
1. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah asas-asas umum dan abstrak yang diterima secara
fenomena yang ada.9 Pendapat lain mengenai teori yaitu teori adalah : suatu
teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan ( problem ) yang menjadi
pengetahuan yang sudah pasti, tetapi harus dianggap sebagai petunjuk analisis dan
perbuatan tertentu atau atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subyek
berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam perbuatan yang
9
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, Gramedia, 2001, hal.47
10
Mukti Fajar ND Yulianto Achmad. 2010. Cetakan I. Dualisme Penelitian Hukum
Normatif & Empiris. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hal.134
11
JJJ.M.Wisman, Penelitian ilmu-ilmu Sosia,jilid I, penyunting M.Hisyam UI press,
Jakarta,1996, Hal.203
12
Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal.91
(negligence), dan kekhilafan yang biasanya dipandang sebagai satu jenis dari
mengantisipasi dan mengkehendaki, dengan atau tanpa maksud jahat, akibat yang
membahayakan.”
jawab lebih menekankan pada makna tanggung jawab yang lahir dari ketentuan
13
Hans Kelsen, Sebagaimana diterjemahkan oleh Somardi,generak Theory of Law and
State, Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-dasar Ilmu Hukum Normatif sebagai Ilmu Hukum
DEskriptif Empirik,BEE Media Indonesia, Jakarta, Hal. 81
14
Ibid, Hans Kelsen,hal 83
15
Hans Kelsen (b) sebagaimana diterjemahkan oleh Raisul Mutaqien, Teori Hukum
Murni Nuansa dan Nusa Media,Bandung,2006, hal.140.
16
HR. Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006,
hal.337
arti liability.17, sebagai suatu konsep yang terkait dengan kewajiban hukum
seseorang yang bertanggung jawab secara hukum atas perbuatan tertentu bahwa
pertanggungjawaban).18
Fungsi teori pada penulisan tesis ini adalah memberikan petunjuk serta
menjelaskan gejala yang diamati, oleh karena itu penelitian diarahkan kepada
hukum positif yang berlaku yaitu mengenai kedudukan Notaris sebagai pembuat
akta.
17
Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility dari Voluntary menjadi Mandotary,
Raja Grafindo Persada,Jakarta, 2011, hal.54
16
HR.Ridwan,Op. Cit, Hal. 352
19
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bhakti,
2010,Hal.336
berpedoman secara normatif kepada aturan hukum yang terkait dengan segala
tindakan yang diambil untuk kemudian dituangkan dalam suatu akta. Bertindak
berdasarkan aturan hukum yang berlaku akan memberikan kepada pihak, bahwa
akta yang dibuat “di hadapan”Atau “oleh” Notaris telah sesuai dengan aturan
hukum yang berlaku, sehingga jika terjadi permasalahan, akta Notaris dapat
tiga aspek yang ketiga-tiganya diperlukan untuk sampai pada pengertian hukum
yang memadai, aspek pertama ialah keadilan dalam arti sempit, keadilan ini
berarti kesamaan hak untuk semua orang di hadapan pengadilan, aspek kedua
ialah tujuan keadilan atau finalitas, aspek ini menentukan isi hukum, sebab isi
hukum memang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Aspek ketiga ialah
kepastian hukum atau legalitas, aspek itu mencapai bahwa hukum dapat berfungsi
sebagai peraturan.
20
Habieb Adjie (a), Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No.30 tahun
2004 tentang Jabatan Notaris, Refika Aditama, Bandung, 2004, hal. 37
21
Heo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, Kasius, Yogyakarta, 1982, hal. 163
22
Soerjono Soekanto (a), Beberapa Permasalahan Hukum dalam Rangka Pembangunan
di Indonesia (suatu tinjauan secara sosiologis), cetakan keempat, Jakarta,1999, Universitas
Indonesia, hal. 55
Dalam hal Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta
autentik bentuk yang sudah ditentukan undang-undang. Hal ini merupakan salah
satu karakter dari akta Notaris. Bila akta Notaris sudah memenuhi ketentuan yang
ada, maka akta Notaris tersebut memberikan kepastian dan perlindungan hukum
memerlukan alat bukti berupa akta autentik yang mempunyai kepastian hukum
normatif, bukan sosiologis. Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu
peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan
logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi-tafsir) dan logis
23
Jan Michael Otto, Kepastian Hukum di Negara Berkembang, terjemahan Tristam
Moelliono,Komisi hukum Nasional,Jakarta, 2003, hal. 25
24
Habib Adjie, Hukum Notaris di Indonesia-Tafsiran Tematik Terhadap UU No. 30
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, PT.Refika Aditama, Bandung. Hal.42
dalam artian menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak
2. Kerangka Konseptual
yang merupakan kumpulan dalam arti yang berkaitan dengan istilah yang akan
diteliti dan/atau diuraikan dalam karya ilmiah.25 Kerangka konseptual dalam karya
a. Konstitusi
c. Traktat
d. Yurisprudensi, dan
e. Definisi operasional
Oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus
2. Akta adalah: menurut A.Pitlo akta adalah surat yang ditandatangani, dibuat
untuk dipakai sebagai bukti, dan untuk dipergunakan oleh orang, untuk
25
Zainudiddin Ali, Metode Penelitian Hukum,Sinar Grafika, Jakarta, 2009, Hal.96
26
Rosnantiti Prayitno, Sejarah Lembaga Kenotariatan Indonesia, Rajawali Press, Jakarta,
2013, Hal. 20
3. Akta Notaris adalah : akta otentik karena dibuat oleh atau di hadapan
Notaris maksudnya adalah suatu akta yang isinya pada pokoknya dianggap
benar asalkan akta tersebut dibuat dengan bentuk dan tata cara yang telah
dalam sistem hukum civil law mempunyai kekuatan yang sama dengan
kepastian hukum. 30
27
A.Pitlo, Pembuktian dan Daluarsa, Alih Bahasa M Isa Arief, Intermasa, Jakarta, 1986,
Hal.52
28
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Jakarta, 1999,
Hal.116
29
Freddy Harris, dan Lenny Helena, Notaris Indonesia, PT.Lintas Cetak Djaja, Jakarta,
2017, Hal.61
30
Konsideran Sub.c UU No. 30 tahun 2004.
31
KUHAP lengkap, pelaksanaan KUHAP, Bumi aksara, Jakarta,2001
G. Metode Penelitian
masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara teliti, tekun dan tuntas
terhadap metode penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata
dalam bidang hukum kenotariatan dan penerapannya. Selain itu penelitian ini juga
hukum.32
mengenai benar atau salah atau apa yang seyogyanya menurut hukum terhadap
2. Sumber Data
Data pokok dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang meliputi :
32
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta,UI Press, 1983, hal. 51
33
Ibid, hal. 184
UUJN No. 30 Tahun 2004 jo UUJN No.2 Tahun 2014 dan juga Kitab
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana sebagai penerapan dari
pustaka (library research), yang biasanya dikenal dengan studi kepustakaan, yaitu
dilakukan dengan studi pustaka terhadap bahan-bahan hukum baik bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder maupun badan hukum tersier dan atau bahan non
34
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Op cit. hal. 160
Kerangka teoritis akan digunakan sebagai pedoman dan acuan untuk menganalisis
4. Analisis Data
melakukan kajian atau telaah terhadap hasil pengolahan data yang dibantu dengan
teori-teori yang telah didapatkan sebelumnya. Secara sederhana analisis data ini
membuat suatu kesimpulan hasil penelitian dengan pikiran sendiri dan bantuan
Setelah itu, keseluruhan data tersebut akan dianalisis dan disistematisasikan secara
35
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Op cit. hal. 183
36
Raimon Hartadi, Methode Penelitian Hukum Dalam Teori dan Praktek, Bumi Intitama
Sejahtera, Jakarta, 2010, hal. 16
dengan kalimat sendiri dari data yang sudah ada yakni data sekunder yaitu : bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tersier, sehingga
penelitian ini, yaitu untuk memperoleh jawaban yang benar mengenai kedudukan
Notaris dalam memberikan keterangan di depan Hakim terkait dengan akta yang
hak dan kewajiban antara para pihak, yaitu memberikan jaminan atau alat bukti
terhadap perbuatan, perjanjian, dan juga ketetapan tersebut agar para pihak yang
dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat
seperti ini mereka yang diangkat sebagai Notaris hars mempunyai semangat untuk
wewenang yang diberikan kepada jabatan dapat berjalan dengan baik dan tidak
Notaris melakukan suatu tindakan diluar wewenang yang telah ditentukan, dapat
37
Habib Adjie, Op. Cit, hal.32.
38
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Jakarta, Pustaka Amani,
1995, hal. 621.
22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
dan / atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam
memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan
akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau
orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang. Sedangkan pada pasal 1 undang-
pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik, kecuali undang-
undang menugaskan atau mengecualikan kepada pejabat lain atau orang lain. Kata
merupakan satu-satunya yang mempunyai wewenang umum itu, tidak turut pada
artinya wewenang mereka tidak melebihi daripada pembuatan akta otentik yang
merupakan suatu bidang pekerjaan atau tugas yang sengaja dibuat oleh aturan
hukum untuk keperluan dan fungsi tertentu (kewenangan tertentu) serta bersifat
39
GHS. Lumban Tobing, Loc. Cit, hal. 34
40
Susanto, Op cit, hal. 40
Kewenangan lain yang dimaksud pada pasal 15 ayat (3) UUJN ini
aturan hukum lain yang akan datang kemudian (ius constituendum ).42 Berkaitan
dengan kewenangan tersebut, jika Notaris telah melakukan tindakan diluar hukum
atau tidak dapat dilaksanakan (non-executable), dan pihak atau mereka yang
41
Indonesia,UUJN, Pasal 15 ayat (2) dan (3) jo UU No.2 tahun 2014
42
Notaris indonesia, Op.Cit, hal 63
43
Habieb adjie, sanksi perdata dan administratif terhadap Notaris sebagai pejabat
publik, bandung ;refina aditama 2008, hal. 34-35.
Ada beberapa akta otentik yang merupakan wewenang Notaris dan juga
KUHPerdata)
d. Akta protes wesel dan cek ( pasal 143 dan pasal 218 KUHDagang)
kewenangan Notaris bersama pejabat lainnya, sedangkan akta pada butir (e)
Notaris tidak berwenang membuatnya. Akan tetapi, hanya oleh pegawai Kantor
Catatan Sipil. Dapat dikatakan wewenang yang dimiliki oleh seorang Notaris
bersifat umum, sedangkan wewenang yang dimiliki oleh pejabat lainnya bersifat
pengecualian. Wewenang para pejabat lainnya untuk membuat akta otentik hanya
ada apabila oleh undang-undang dinyatakan secara tegas, bahwa selain Notaris
mereka juga turut berwenang membuatnya atau untuk pembuatan suatu akta
berwenang untuk itu. Wewenang utama yang dimiliki Notaris adalah membuat
suatu akta otentik sehingga keotentikannya suatu akta Notaris bersumber dari
Telah menjadi asas hukum publik bahwa seorang pejabat umum, sebelum
menjalankan jabatannya dengan sah harus terlebih dahulu mengangkat sumpah (di
ambil sumpahnya). Selama hal tersebut belum dilakukan, maka jabatan itu tidak
Sesuai dengan isi dari Pasal 4 ayat (1) UUJN yang berbunyi, bahwa
pada ayat (2) menyatakan : Saya bersumpah/berjanji Bahwa saya akan patuh dan
saya dengan amanah, jujur, seksama,mandiri, dan tidak berpihak. Bahwa saya
akan menjaga sikap, tingkah laku saya, dan akan menjalankan kewajiban saya
sesuai dengan Kode Etik Profesi, kehormatan martabat, dan tanggung jawab saya
sebagai Notaris. Bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang
diperoleh dalam pelaksanaan jabatan saya. Bahwa saya untuk dapat diangkat
dalam jabatan ini, baik secara langsung, dengan nama atau dalih apapun, tidak
pernah dan tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada siapapun.
44
G.H.S. Lumban Tobing. 1983. Peraturan Jabatan Notaris. Penerbit Erlangga: Jakarta.
hal. 125.
Jabatan Notaris. Sebelum diadakan sumpah jabatan bagi seorang Notaris, Notaris
tidak berhak untuk membuat akta otentik. Apabila seorang Notaris melanggar
ketentuan tersebut, maka selain dikenakan sanksi, akta yang dibuat oleh Notaris
tersebut tidak akan mempunyai sifat otentik melainkan hanya berlaku sebagai akta
sumpah untuk merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperolehnya. Pasal 16
ayat (1) huruf (e) juga menyatakan bahwa dalam menjalankan jabatannya,
sesuatu yang berhubungan dengan akta dan surat-surat lainnya adalah untuk
melindungi kepentingan semua pihak yang terkait dengan akta tersebut. Pasal 322
Berdasarkan kedua Pasal yang telah dijabarkan diatas, maka sudah jelas
pembuatan suatu akta. Mereka apabila dijadikan saksi dalam perkara, dapat
bertanggung jawab atas setiap akta yang dibuatnya. Jika akta yang dibuatnya
mengandung cacat hukum yang terjadi baik karena kesalahan notaris baik karena
kelalaiannya maupun karena kesengajaan notaris itu sendiri, maka notaris dapat
sebagai Notaris, sekalipun ada sebagian yang tidak dicantumkan dalam akta.
Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai
negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk
melakukan penyidikan. Penuntut Umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh
hakim. Sedangkan pengertian Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi
45
Fatia Zahra, tesis : “ Analisis yuridis pelanggaran pasal 40 ayat (2) huruf (E) UU No.2
tahun 2014 tentang saksi dalam akta otentik.”, Medan,Mkn USU, 2017, hal.102
dalam Pasal 66 Ayat (1) UU Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan notaris, dan
penyimpanan notaris.”
yang diuji. Dengan demikian, pemeriksaan proses hukum yang melibatkan pejabat
notaris tak perlu persetujuan Majelis Pengawas Daerah (MPD). Tahun 2014 terbit
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Undang undang ini tidak
ayat (1) Pasal 66 diubah dan ditambah 2 (dua) ayat, yakni ayat (3) dan ayat (4)
yang memberikan batasan waktu kepada Majelis kehormatan Notaris dalam waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya surat permintaan
46
M.Harianto,SH,M.Hum, Prosedur Pemanggilan Notaris Dalam Penyidikan, artikel
GAKUM LHK.
Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2016
pemanggilan Notaris oleh pihak penyidik, penuntut umum, atau hakim untuk
hadir dalam pemeriksaan yang terkait dengan akta atau protokol Notaris yang
bersangkutan.
Notaris; c. nomor akta dan/atau surat yang dilekatkan pada minuta akta atau
disangkakan.
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal
diterimanya permohonan.
▪ Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terlampaui,
persetujuan
1. Akta Otentik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, akta adalah surat tanda bukti
hukum yang dibuat dan disahkan oleh pejabat resmi. Akta adalah tulisan yang
sengaja dibuat untuk dijadikan bukti tentang suatu peristiwa (perbuatan, perjanjian
maupun ketetapan) dan ditandatangani. Jadi ada 2 unsur penting untuk dapat
2. Ditandatangani
Akta otentik adalah akta yang dibuat oleh dan di hadapan pejabat yang
alat bukti yang mengikat dan sempurna. Mengikat artinya apa yang tercantum
cukup untuk membuktikan dengan diri sendiri tanpa perlu alat-alat bukti lain.48
47
Sulham, Dkk, Profesi Notaris Dan Pejabat Pembuat Akta Tanah, Mitra Wacana Media,
Jakarta, 2018, hal. .27
48
Ibid, hal. 28
Dasar hukum dan pengertian akta otentik menurut pasal 1868 KUH
Perdata : “suatu akta otentik adalah suatu akta yang di dalam bentuk yang
yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akta itu dibuatnya. Tidak dipenuhi salah
apabila ditandatangani oleh para pihak sesuai dengan pasal 1869 KUH Perdata.”
Pasal 1869 KUH Perdata berbunyi : “ suatu akta yang karena tidak
berkuasa atau tidak cakapnya pegawai termaksud di atas atau karena suatu cacat
dalam bentuknya, tidak dapat diperlakukan sebagai akta otentik namun demikian
para pihak.
Akta otentik adalah suatu alat bukti tulisan di dalam bentuk yang
umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya, sebagaimana
bunyi ketentuan pasal 1867 dan pasala 1868 KUH Perdata. Kata otentik dalam
pasal 1867 KUH Perdata adalah pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan
tulisan-tulisan otentik. Apabila dikaji, maka ada 3 ( tiga ) unsur akta otentik yang
meliputi ;
bersangkutan saja.
2. Suatu tulisan sampai ada bukti sebaliknya, dianggap berasal dari pejabat
yang berwenang.
4. Seorang pejabat yang diangkat oleh negara dan dan mempunyai sifat dan
jabatannya.
5. Pernyataan dari fakta atau tindakan yang disebutkan oleh pejabat adalah
Akta otentik itu tidak hanya membuktikan bahwa para pihak sudah
menerangkan apa yang dituliskan benar, tetapi apa yang diterangkan juga benar.
2. Akta Notaris
Pasal 1 angka 7 UUJN bahwa Akta Notaris yang selanjutnya disebut akta
adalah akta autentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris menurut bentuk dan
1. Akta Notaris yang dituliskan dengan jelas dalam hubungan satu sama lain
2. Ruang dan sela kosong dalam akta digaris dengan jelas sebelum akta
yang disebut dalam akta, penyebutan tanggal, bulan, dan tahun dinyatakan
4. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku bagi surat
2. Dalam hal penghadap tidak mengerti bahasa yang digunakan dalam akta,
Notaris wajib menerjemahkan atau menjelaskan isi akta itu dalam bahasa
3. Jika para pihak menghendaki, akta dapat dibuat dalam bahasa asing
4. Dalam hal akta dibuat sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Notaris
dimaksud pada ayat (2), maka yang digunakan adalah akta yang dibuat
1. Akta yang dibuat oleh Notaris ( akta relaas atau akta pejabat )
para penghadap/pihak. Akta pihak dibacakan oleh Notaris dan jangan salah. Akta
yang dibuat di hadapan Notaris memuat uraian dari apa yang diterangkan atau
diceritakan oleh para pihak yang menghadap kepada Notaris, harus sesuai koridor
49
Ibid, hal. 32
oleh para pihak, saksi dan Notaris, kecuali apabila ia menyatakan tidak
demikian, maka hal itu diuraikan secara jelas di dalam akta, dimana
dimaksud dengan definisi akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh/ atau
di hadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-
Undang ini. Akta otentik atau akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris
merupakan suatu alat bukti sempurna. Alat bukti yang sah atau di terima dalam
suatu perkara, pada dasarnya terdiri dari ucapan dalam bentuk keterangan saksi-
mempunyai nilai pembuktian. Dalam perkembangan alat bukti sekarang ini (untuk
perkara pidana maupun perkara perdata) telah pula diterima alat bukti elektronis
atau yang disimpan secara elaktronis sebagai alat bukti yang sah dalam
atau fisiknya, akan tetapi akta yang dimaksud benar-benar dibuat di hadapan
50
Habib Adjie, Op.Cit. hal. 47.
perkataan lain akta yang dibuat notaris mempunyai sifat otentik, bukan karena
Undang-undang menetapkan sedemikian, akan tetapi oleh karena akta itu dibuat
oleh atau di hadapan pejabat umum seperti yang dimaksud dalam pasal 1868
KUHPerdata.51
yang menekankan pada alat bukti menurut Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-
a) keterangan saksi;
b) keterangan ahli;
c) surat;
d) petunjuk;
e) keterangan terdakwa.
a) bukti tulisan;
c) persangkaan;
d) pengakuan;
e) sumpah;
51
Agustining, Tanggung jawab Notaris terhadap akta otentik yang dibuat dan
berindikasi perbuatan pidana ,Tesis, Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, 2010,
hal. 104
KUHPerdata, yaitu suatu akta yang di dalam bentuk yang ditetapkan oleh
akta otentik, yang diberi kekuatan pembuktian sempurna (volledig bewijs) yang di
Bahwa dari bentuk lahiriah tampak luar sebuah akta diakui otentik karena
sesuai dengan yang telah ditentukan oleh undang-undang ( acta publica probant
Pasal 38 UUJN
a. Judul akta
b. Nomor akta
52
KUHperdata Pasal 1870 jo HIR Pasal 165, Rbg Pasal 285
c. Isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang
berkepentingan; dan
perubahannya.
(5) Akta Notaris pengganti dan pejabat sementara Notaris, selain memuat
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) dan ayat (4), juga
mengangkatnya.53
Pasal 42 UUJN
akta, Notaris wajib menerjemahkan atau menjelaskan isi akta itu dalam
(3)Jika para pihak menghendaki, akta dapat dibuat dalam bahasa asing
(4)Dalam hal akta dibuat sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Notaris wajib
dimaksud pada ayat (2), maka yang digunakan adalah akta yang dibuat
bulan dan tahun, pukul (waktu) menghadap dan para pihak yang menghadap,
paraf dan tanda tangan para penghadap, saksi, dan Notaris, serta membuktikan apa
yang dilihat, disaksikan, didengar oleh Notaris ( pada akta pejabat/berita acara),
dan mencatatkan keterangan atau pernyataan para penghadap ( pada akta pihak ),
sebagaimana kewenangan Notaris yang diatur dalam pasal 15 ayat (1) UUJN.55
53
Undang-Undang No.2 Tahun 2014 tentang Undang-Undang Jabatan Notaris Pasal 38
54
Undang-Undang No.2 Tahun 2014 tentang Undang-Undang Jabatan Notaris Pasal 15
55
Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 tentang Undang-Undang Jabatan Notaris Pasal 15
mereka lihat, disaksikan dan didengar oleh para Notaris, juga harus dapat
saksi dan Notaris ataupun ada prosedur pembuatan akta yang tidak dilakukan.
berita acara) atau keterangan para pihak yang disampaikan di hadapan Notaris
(akta pihak) dan para pihak harus dinilai benar sebagai kejadian sebenarnya yang
diinginkan dan kemudian dituangkan dalam akta. Dengan kata lain haruslah dapat
56
Notaris indonesia, Op.Cit, hal.68
57
Mariam darus, kompilasi hukum perikatan, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001,
ha.74
Jika ada yang menyangkal maka secara materi hal tersebut bukan
yang sempurna, jika seluruh ketentuan prosedur atau tata cara pembuatan akta
dipenuhi. Jika ada prosedur yang tidak dipenuhi, dan prosedur yang tidak
dipenuhi tersebut dapat dibuktikan, maka akta tersebut dengan proses pengadilan
akta di bawah tangan. Jika sudah berkedudukan seperti itu, maka nilai
dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta
memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan
58
Ibid,hal.75
59
Op.cit, hal. 70
akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau
orang lain yang ditetapkan oleh Undang-Undang. Sesuai dengan bunyi Pasal
tersebut, yang menegaskan bahwa salah satu kewenangan yang dimiliki oleh
Undang;
b) Menyangkut akta yang harus dibuat atau berwenang membuat akta otentik
d) Berwenang mengenai tempat, di mana akta itu dibuat, hal ini sesuai
e) Mengenai waktu pembuatan akta, dalam hal ini Notaris harus menjamin
Akta yang dibuat oleh/ atau di hadapan Notaris berkedudukan sebagai akta
otentik menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang
Jabatan Notaris.
60
Habib Adjie, Op.Cit. hal. 56.
61
Irawan Soerodjo, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah di Indonesia, Surabaya, Arkola,
2003, hal. 148.
c) Akta yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang
adalah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang
itu ditempat di mana akta dibuatnya. Sesuai dengan pengertian yang tercantum
dalam Pasal tersebut, maka suatu akta otentik selain merupakan sumber untuk
otentisitas suatu akta Notaris juga merupakan dasar dari legalitas eksistensi akta
a) Akta itu harus dibuat oleh (door) atau di hadapan (ten overstaan) seorang
pejabat umum.
Apabila akta Notaris hanya memuat apa yang dialami dan disaksikan oleh
Notaris sebagai pejabat umum, maka akta itu dinamakan akta verbal atau akta
pejabat (ambtelijke akten). Salah satu contoh akta pejabat adalah akta berita
acara yang dianut oleh Notaris dari suatu rapat pemegang saham dari suatu
perseroan terbatas. Apabila suatu akta selain memuat catatan tentang apa
yang disaksikan atau dialami oleh Notaris juga memuat tentang apa yang
b) Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang.
tersebut terdiri dari kepala akta, badan akta, akhir akta. Bagian-bagian akta
yang terdiri dari kepala akta dan akhir akta adalah bagian yang mengandung
unsur otentik, artinya apa yang tercantum dalam kepala akta dan akhir akta
tersebut akan menentukan apakah akta itu dibuat dalam bentuk yang
c) Pejabat Umum oleh atau di hadapan siapa akta itu dibuat, harus mempunyai
wewenang untuk membuat akta tersebut. Salah satu syarat yang harus
menurut teori Hans Kelsen dan terhadap kewenangan, kewajiban dan keautentikan
akta Notaris berdasarkan UUJN, maka dapat diuraikan bahwa tanggung jawab
hukum Notaris terkait akta yang dibuat di hadapannya dapat dibagi menjadi 3
kepada Notaris. Pasal 16 ayat (11) menyatakan sanksi berupa: peringatan tertulis;
ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf a sampai dengan l sehubungan dengan tugas
Notaris dalam membuat akta. Sifat sanksi pada ayat tersebut menurut pendapat
pada pendapat J.B.J.M. ten Berge sebagaimana dikutip oleh Habib Adjie, bahwa
62
Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif terhadap Notaris sebagai Pejabat
Publik, Cetakan Kedua, Bandung: Refika Aditama, 2009, hlm. 106-107.
46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
akta autentik, artinya Notaris yang diberi sanksi berupa peringatan tertulis
terulang.
bertujuan agar Notaris yang bersangkutan dapat berfikir dan lebih berhati-
berakhir.
3) Sanksi Regresif, yaitu sanksi sebagai reaksi dari tindakan tidak taat, yang
hukum tersebut.
Ketentuan Pasal 16 ayat (12) memberikan tanggung jawab Notaris secara perdata
kepada pihak yang menghadap kepada Notaris. Ketentuan tersebut berbunyi, bagi
Notaris yang melakukan pelanggaran kewajiban Notaris Pasal 16 ayat (1) huruf j
terkait partij akta dapat dikenai sanksi berupa penggantian biaya, ganti rugi, dan
bunga kepada Notaris. Sanksi tersebut dapat dijatuhkan bersamaan dengan sanksi
sanksi yang diberikan oleh ayat (12) ini merupakan sanksi perdata, karena
memungkinkan untuk Notaris memberikan ganti rugi dan bunga yang identik
dengan ketentuan dalam hukum perdata kepada pihak yang merasa dirugikan.
Ketentuan mengenai sanksi perdata terhadap Notaris juga terlihat pada ketentuan
Pasal 44 ayat (5) UUJN. 169 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) Pasal 44
UUJN dapat dituntut ganti rugi dan bunga oleh pihak yang karena kelalaian
Notaris pihak tersebut menderita kerugian. Pasal 41 UUJN juga memuat ketentuan
mengenai kebatalan akta Notaris apabila tidak memenuhi ketentuan Pasal 38,
Pasal 39, dan Pasal 40 tentang bentuk, kedudukan cakap bertindak para pihak
serta saksi dalam membuat akta Notaris. Akta Notaris yang hanya mempunyai
kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan akibat Notaris tidak membuat
akta sesuai ketentuan UUJN tentu saja mempengaruhi kepentingan para pihak
yang menghadap kepada Notaris, mengingat bahwa akta Notaris merupakan akta
autentik dan memiliki nilai pembuktian yang sempurna. Meskipun di dalam Pasal
41 UUJN tidak memuat ketentuan bahwa para pihak dapat menuntut ganti rugi
dan bunga, namun apabila para pihak menderita kerugian akibat akta yang dibuat
di hadapan Notaris hanya berlaku sebagai akta di bawah tangan (bukan akta
auentik) maka menurut kaca mata hukum perdata, hal tersebut dapat dijadikan
alasan untuk para pihak menuntut ganti kerugian kepada Notaris yang
bersangkutan. Notaris dalam hal ini wajib bertanggung jawa secara perdata
terhadap para pihak yang merasa dirugikan. Pasal 1243 KUH Perdata memberikan
ketentuan bahwa pihak yang lalai untuk memenuhi suatu perikatan maka dapat
dituntut oleh pihak yang merasa dirugikan atas tidak dipenuhinya prestasi dalam
perikatan tersebut, tuntutan tersebut antara lain; ganti rugi berupa penggantian
diperoleh. Notaris sebagai pihak yang diwajibkan oleh ketentuan Pasal 16 ayat (1)
huruf j, Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40, Pasal 42 dan Pasal 43 UUJN dapat dikatakan
sebagai subyek hukum yang wajib melaksanakan prestasi. Prestasi yang harus
dipenuhi oleh Notaris adalah membuat akta autentik berdasar ketentuan UUJN,
dan subyek hukum yang berhak atas akibat baik/keuntungan dari dilaksanakannya
prestasi tersebut adalah pihak yang menghadap kepada Notaris (klien Notaris).
Apabila pihak yang menghadap kepada Notaris merasa dirugikan karena Notaris
telah dikeluarkan, ganti kerugian dan bunga atau keuntungan yang seharusnya
diperoleh. Tanggung jawab Notaris yang demikian itu disebut dengan tanggung
jawab perdata. Sanksi ini diberikan kepada Notaris apabila Notaris melakukan
meminta bantuan jasa kepada Notaris, sehingga akibat dari kerugian tersebut
dapat menjadi alasan untuk menuntut 170 No. 1 VOL. 2 JANUARI 2017: 162 -
176 penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris. Sanksi ini masuk ke
dalam lingkup perdata karena adanya suatu prestasi (hal yang harus dipenuhi) oleh
hukum antara Notaris dengan pihak yang menuntut ganti rugi. Hubungan hukum
ini diatur oleh hukum perdata yang mewajibkan Notaris untuk melaksanakan
yang harus dilaksanakan oleh Notaris apabila Notaris terbukti secara sah dan
benar bahwa perbuatan Notaris dalam membuat party akta memenuhi unsur-unsur
perbuatan pidana. Sanksi pidana terhadap Notaris tidak diatur di dalam UUJN,
karena tugas dan fungsi jabatan Notaris pada dasarnya adalah dalam ranah hukum
administrasi dan hukum perdata. Berdasar tugas dan fungsi Notaris tersebut, maka
UUJN hanya memberikan sanksi berupa sanksi administratif dan sanksi perdata
kemungkinan untuk dapat dikenai tanggung jawab secara pidana. Hal tersebut
dapat dilihat dari unsur-unsur tindak pidana yang diatur di dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP). Sanksi yang diberikan bagi Notaris yang
melakukan perbuatan pidana dalam membuat akta autentik juga merupakan sanksi
pidana sebagaimana diatur di dalam KUHP, dan bukan sanksi yang diberikan oleh
memberikan sanksi berupa sanksi perdata dan sanksi administratif. Sanksi pidana
dapat diberikan kepada Notaris salah satunya adalah apabila Notaris membuka
rahasia yang wajib disimpannya dalam menajalankan jabatan Notaris. Pasal 322
ayat (1) KUHP megatakan bahwa: “Barang siapa dengan sengaja membuka
rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan atau pencahariannya, baik yang
sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.” ketentuan
seluruh informasi terhadap akta yang dibuatnya, sebagaimana diatur dalam Pasal 4
ayat (2), Pasal 16 ayat (1) furuh f, dan Pasal 54 ayat (1) UUJN. Notaris hanya
dapat bertanggung jawab secara pidana dalam perbuatan di atas apabila pihak
yang merasa dirugikan, atau pihak yang bersangkutan dengan akta tersebut
mengadukan perbuatan Notaris ke polisi atau penegak hukum lainnya63 (Pasal 322
ayat (2) KUHP). Delik/pidana yang terdapat pada Pasal 322 ayat (1) berdasar
ketentuan Pasal 322 ayat (2) merupakan delik aduan, jadi hanya dengan adanya
pengaduan dari pihak yang bersangkutan, Notaris dapat dikenai sanksi pidana.
1. Ada tindakan hukum dari Notaris terhadap aspek lahiriah, formal dan materiil
bahwa akta yang akan dibuat di hadapan Notaris atau oleh Notaris bersama-
sama (sepakat) para penghadap dijadikan dasar untuk melakukan suatu tindak
pidana.
2. Ada tindakan hukum dari Notaris dalam membuat akta di hadapan atau oleh
Notaris yang apabila diukur berdasarkan UUJN tidak sesuai dengan UUJN.
63
M. Marwan & jimmy P. Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta,
Madju, Bandung, 2011,hal.7
3. Tindakan Notaris tersebut juga tidak sesuai menurut instansi yang berwenang
untuk menilai tindakan suatu Notaris, dalam hal ini Majelis Pengawas
Notaris.64
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia hak berarti “benar; milik atau
Ranuhandoko, hak (right) berarti dasar untuk melakukan sesuatu tindakan secara
hukum.66
dengan perilaku yang diwajibkan atas individu lain biasanya disebut “hak”sebagai
individu yang satu yang berkaitan dengan perilaku yang diwajibkan, disebut
pelaksanaan hak. Namun demikian, dalam hal penggunaan hak untuk tidak
pencurian, kita biasanya tidak berbicara tentang hak atau tuntutan “untuk tidak
dibunuh” atau “untuk tidak dicuri”. Dalam hal penggunaan hak untuk mentolellir
sesuatu, perilaku seseorang yang berhubungan dengan penggunaan hak orang lain
64
Habieb adjie, Op.Cit hal.210
65
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. 2002. Departemen Pendidikan, Balai
Pustaka:Jakarta. Hal. 381.
66
I.P.M. Ranuhandoko. 2003. Terminologi Hukum. Sinar Grafika: Jakarta.hal. 487.
Lebih lanjut menurut Hans Kelsen bahwa kata “hak” mempunyai banyak
makna. Ia digunakan baik dalam artian mengenai suatu hak seseorang untuk
bertingkah laku dengan cara tertentu, dan dalam artian suatu hak yang
bahwa seseorang punya hak untuk berperilaku demikian, mungkin hanya berarti
bebas. Kebebasan ini hanyalah sebuah ingkaran dari suatu penggunaan hak.
Tetapi kalimat tersebut juga mempunyai makna positif bahwa orang lain juga
diwajibkan untuk berperilaku selaras dengan itu. Bahwa hak seseorang telah
mempresumsikan penggunaan hak bagi orang lain jelas ketika hak itu memastikan
perilaku tertentu oleh orang lain. Kalau saya punya hak untuk membuat orang lain
membayar sejumlah uang kepada saya jelas mengimplikasikan bahwa itu adalah
penggunaan hak untuk membayar. Setiap hak yang sesungguhnya tidak hanya
sekedar berupa kebebasan negatif dari sebuah penggunaan hak yang terdiri atas
penggunaan hak orang lain, atau banyak orang. “Hak” dalam artian ini adalah
67
Hans Kelsen. 2007. Teori Hukum Murni, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif. Penerbit
Nusamedia dan Penerbit Nuansa: Bandung. hal.145
68
Hans Kelsen, 2008. Dasar-Dasar Hukum Normatif, Prinsip-Prinsip Teoritis untuk
Mewujudkan Keadilan dalam Hukum dan Politik, Penerjemah Nurulita Yusron Penerbit
Nusamedia: Bandung hal. 330-331.
berbeda”. Teori Austin tidak mengandung konsep hak yang berbeda dari
penggunaan hak. Hak semacam ini ada ketika ketentuan legal memberikan
kesempatan kepada seseorang untuk membuat agar penggunaan hak orang lain
Jika hak itu adalah hukum, hak tersebut mesti merupakan hak atas
perbuatan orang lain, atas perbuatan yang menurut hukum merupakan penggunaan
hak dari orang lain itu. Hak hukum mensyaratkan penggunaan hak hukum orang
lain. Penggunaan hak ini ada dengan sendirinya bila kita berbicara tentang hak
atas perbuatan orang lain. Seorang kreditur mempunyai hak hukum untuk
hak hukum, yakni mempunyai penggunaan hak hukum untuk membayar sejumlah
uang tersebut. Tetapi kita juga hanya dapat mengatakan tentang hak hukum
menyangkut perbuatan dari seseorang itu sendiri jika suatu penggunaan hak yang
menyertai hak tersebut dipikul oleh seseorang yang lain. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia kata ingkar berarti “tidak menepati; tidak melaksanakan; tidak
Hak ingkar para Notaris didasarkan pada Pasal 4 Ayat (2) Jo. Pasal 16
Ayat (1) huruf (e) Jo. Pasal 54 UUJN yang pada prinsipnya menyatakan bahwa
hak ingkar Notaris adalah hak untuk tidak berbicara (vercshoninngsrecht), hak
69
Ibid, hal. 56
70
Kamus besar Bahasa Indonesia, hal. 80
terdapat dalam Pasal 16 Ayat (1) huruf (e) Jo. Pasal 54 UUJN, artinya Notaris
tidak dibolehkan untuk memberikan kesaksian mengenai apa yang dimuat dalam
aktanya, Notaris tidak hanya berhak untuk tidak bicara akan tetapi mempunyai
Pasal 4 Ayat (2) UUJN mewajibkan Notaris untuk tidak bicara, artinya
dimuat dalam akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh dalam
pelaksanaan jabatan, akan tetapi berdasarkan Pasal 16 Ayat (1) huruf (e) Jo. Pasal
undangnya, dengan kata lain Notaris ada penggunaan hak untuk bicara. Dengan
demikian Notaris harus bisa membatasi diri kapan harus bicara dan kapan tidak
maka khusus untuk keperluan itu ia dibebaskan dari sumpah dan rahasia jabatan.
saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam
pelaksanaan jabatan saya”. Selanjutnya Pasal 16 Ayat (1) huruf (e) UUJN Jo.Pasal
54 UUJN dinyatakan bahwa Notaris mempunyai hak ingkar. Hak ingkar tersebut
adalah hak untuk tidak berbicara yang berkaitan dengan permasalahan akta yang
dibuat oleh Notaris. Sejalan dengan hak ingkar yaitu hak untuk mengundurkan
diri sebagai saksi, sebagaimana ditentukan pada Pasal 168 KUHAP yaitu hak
yang kurang wajar dalam hubungannya dengan hak ingkar ini. Apabila seorang
dalam hubungannya dengan sesuatu perjanjian yang dibuat dengan akta dihadapan
itu, seolah-olah menganggap tidak ada rahasia jabatan Notaris, demikian juga
sendiri ada yang tidak/kurang memahami tentang hak ingkar ini dan baru
Notaris yang tidak dapat membatasi dirinya akan berhadapan dengan konsekuensi
kepercayaan.71
Menurut Van Bemmelen bahwa “ada 3 (tiga) dasar untuk dapat menuntut
71
DR.Sjaifurrachman,SH,MH,2011 Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam
Pembuatan Akta, Mandar Maju,Bandung,hal.228
72
G.H.S. Lumban Tobing. 1983. Peraturan Jabatan Notaris. Penerbit Erlangga: Jakarta.
hal. 120
Veroordeling);
Berkaitan mengenai hak ingkar Notaris, dalam Pasal 1909 KUH Perdata
ditentukan semua orang yang cakap untuk menjadi saksi diharuskan memberikan
1. Siapa yang ada pertalian kekeluargaan darah, dalam garis samping dalam
2. Siapa yang ada pertalian darah dalam garis lurus tak terbatas dan dalam
garis samping dalam derajat kedua dengan suami atau istri salah satu
pihak.
Selanjutnya dalam Pasal 4 Ayat (2) UUJN yang menyatakan “bahwa saya
akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan
jabatan saya”. Kemudian Pasal 16 Ayat (1) huruf (e) UUJN Jo. Pasal 54 UUJN
dinyatakan bahwa Notaris mempunyai hak ingkar.Hak ingkar tersebut adalah hak
untuk tidak berbicara yang berkaitan dengan permasalahan akta yang dibuat oleh
merahasiakan ini mempunyai dasar yang bersifat hukum publik (Een Publiek
memperoleh keuntungan dari adanya rahasia jabatan dan hak ingkar, akan tetapi
penggunaan hak merahasiakan dan hak ingkar itu bukan dibebankan untuk
Lebih lanjut menurut Tobing bahwa “dasar penggunaan hak ingkar bagi
dibedakan antara perkara perdata dan perkara pidana. Dalam praktik peradilan,
lazimnya para pihak, baik pengacara, hakim, penyidik maupun jaksa biasanya
73
Ibid, hal. 124
74
Ibid, hal.126
bahwa“aspek ini yang dibuat oleh Notaris tersebut adalah bersifat akta otentik dan
dengan yang ada dalam hukum acara pidana, dimana hakim mencari kebenaran
materil, ini tidak berarti bahwa dalam acara perdata hakim mencari kebenaran
hakim tidak boleh melampaui batas-batas yang diajukan oleh yang berperkara,
jadi tidak melihat kepada bobot atau isi, akan tetapi kepada seberapa luas
pemeriksaan hakim”. 75
pidana yang dicari adalah kebenaran materil, Notaris tersebut wajib memberikan
kesaksian tentang apa yang dilihat, dan diketahui tentang suatu peristiwa sehingga
dicapai. Akan tetapi, apabila yang dinyatakan adalah seputar kerahasiaan suatu
akta yang tidak mungkin diungkapkan dalam persidangan maka lebih baik Notaris
kerahasiaan aktanya berdasarkan ketentuan pasal 170 Ayat (1) KUHP dan Pasal
1909 Ayat (2) KUHPerdata. Mengenai penggunaan hak ingkar ini dinyatakan
bahwa, menurut pendapat umum, hak ingkar tidak hanya diperlakukan terhadap
pendapat tersebut di atas, diketahui bahwa penolakan untuk menjadi saksi tidak
75
Muhamad Ilham Arisaputra, Jurnal: kewajiban Notaris dalam Menjaga Kerahasiaan
Akta dalam kaitannya dengan Hak Ingkar Notaris, hal.11
selalu untuk keseluruhannya, tetapi dapat tetap menjadi saksi, hanya dalam
yaitu yang bersangkutan dengan substansi (isi) akta, baik isi akta secara tertulis
maupun hal-hal di luar akta yang diketahui oleh Notaris karena jabatannya.
(1) KUHP dalam hubungannya dengan Pasal 4 Ayat (2) Jo. Pasal 16 Ayat (1)
huruf (e) Jo. Pasal 54 UUJN, diatur dalam Pasal 322 Ayat (1) KUHP yakni:
“Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena
jabatan atau pencahariannya, baik yang sekarang, maupun yang dahulu, diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak
Berdasarkan Pasal 322 Ayat (1) KUHP tersebut di atas, tampak bahwa
jabatannya untuk hal-hal yang diketahuinya baik pada sekarang maupun dahulu
yang dimulai dari saat dia menjabat dalam jabatannya tersebut secara sah. Hal ini
Pejabat, terutama Pejabat Umum, yaitu Notaris sangat berat karena sengaja hal
yang dibuat olehnya akan membawa akibat hukum, bukan hanya untuk para pihak
(klien), tapi juga pihak lain yang bersangkutan dan berkepentingan. Mengenai
konsekuensi denda dan hukuman yang dimaksud dalam Pasal 322 Ayat (1) KUHP
tersebut perlu disesuaikan dengan keadaan zaman sekarang. Seperti yang telah
penulis utarakan sebelumnya bahwa dalam proses peradilan pidana yang dicari
adalah kebenaran materil bukan hanya kebenaran formil, sehingga dalam hal ini
dan tepat kapan seorang Notaris dapat membuka rahasia jabatan demi kepentingan
peradilan. Hal ini merupakan pengecualian bagi Notaris untuk tidak dikenai
ketentuan Pasal 322 Ayat (1) KUHP. Membuka rahasia jabatan berarti melanggar
berpraktek.
yang diwajibkan, sesuatu yang dilaksanakan atau dapat dilaksanakan atau dapat
diartikan juga sebagai suatu keharusan.76 Sehingga kewajiban Notaris itu adalah
karena menjadi keharusan yang diharuskan UUJN. Bagian dari sumpah/ janji
diperoleh dalam pelaksanaan jabatan Notaris.77 Pasal 16 ayat (1) huruf f UUJN-P
yang mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna
menentukan lain. Ketentuan pasal 16 ayat (1) UUJN-P ini ditempatkan sebagai
Notaris wajib merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam
76
www.kbbi.web.id, diakses pada tanggal 5 oktober 2019
77
Pasal 4 ayat (2) UUJN
undang saja yang dapat memerintahkan Notaris untuk membuka rahasia isi akta
pasal 16 ayat (1) huruf f UUJN-P untuk merahasiakan segala sesuatu yang
berkaitan dengan akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris dan berkaitan
ditugaskan sebagai salah satu kewajiban yang disebutkan dalam pasal 16 ayat (1)
huruf f UUJN-P, sehingga kewajiban ingkar untuk Notaris melekat pada tugas
jabatan Notaris. Sebagai salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan, berbeda
dengan hak ingkar yang dapat dipergunakan atau tidak dipergunakan. Tetapi
kewajiban ingkar mutlak dilakukan dan dijalankan Notaris, kecuali ada undang-
ingkarnya yaitu :
78
Habieb Adjie, Op.Cit. hal. 89
79
Ibid hal. .137
kepadanya selaku Notaris sekalipun ada sebagian yang tidak dicantumkan dalam
akta.80
isi akta sesuai dengan jabatan, maka pihak penegak hukum lain yang untuk proses
diperiksa oleh instansi mana saja yang berupaya meminta pernyataan atau
keterangan dari Notaris yang berkaitan dengan akta yang telah atau dibuat oleh
menyebutkan: “semua orang yang cakap untuk menjadi saksi, wajib memberikan
80
Sjaifurahman dan Habieb Adjiie, Aspek pertangggung jawaban Notaris dalam
pembuatan Akta, Bandung,Mandar Maju, 2011, hal. 252-253
81
Moh. Sodik, Jurnal, relevansi kewajiban ingkar Notaris dalam menjalankan jabatannya,
Magister Kenotariatan Universitas Islam Indonesia, Sleman, hal. .137
diatur pula dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, yakni : Pasal 170
ayat (1) yang menyatakan bahwa : mereka yang karena pekerjaan, harkat dan
martabat, atau juga jabatannya diwajibkan untuk menyimpan rahasia, dapat minta
pasal 4 ayat (2) dan ayat pasal 16 ayat (1) huruf f UUJN-P. Jika ternyata Notaris
sebagai saksi atau tersangka, tergugat ataupun dalam pemeriksaan oleh Majelis
dirugikan kepada pihak yang berwajib dapat diambil tindakan atas Notaris
tersebut.
akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan
jabatan Notaris dan dikaitkan dengan ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf f UUJN-P
karena ditempatkan sebagai kewajiban ingkar Notaris dapat disebut sebagai suatu
UUJN tidak ada satu pun peraturan perundang-undangan yang membuat atau
nomor 2 tahun 2014 memberikan tugas baru kepada Menteri untuk segera
perubahan terhadap UUJN pada tahun 2014, baru pada tahun 2016 Menteri
ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 hingga tanggal 3 Februari 2016
belum dapat dilaksanakan. Pasal tersebut tidak dapat dilaksanakan karena belum
dibentuknya MKN dan belum ada peraturan yang mengatur mengenai MKN.
perlindungan hukum bagi Notaris karena tidak ada satu pun lembaga/badan yang
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 7 Tahun 2016 tentang Majelis
Majelis Kehormatan Notaris (MKN) menurut Pasal 1 angka 1 adalah suatu badan
penyidikan dan proses peradilan, atas pengambilan fotokopi Minuta Akta dan
pemanggilan Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan Akta
pelaksaan dari Pasal 66 ayat (1) UUJN. MKN terdiri atas MKN Pusat yang
dan MKN Wilayah yang dibentuk oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri dan
berkedudukan di ibukota Provinsi. Tugas dan fungsi MKN Pusat dan MKN
Wilayah berbeda. MKN Pusat menurut Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) mempunyai
berkaitan dengan tugas MKN Wilayah. Tugas MKN Pusat tidak secara langsung
82
Jurnal hukum No. 1 VOL. 2 JANUARI 2017 hal. 162 - 176
kepada Notaris berupa persetujuan atau penolakan pemeriksaan akta Notaris dan
Notaris dalam proses peradilan adalah MKN Wilayah.84 MKN Wilayah menurut
Notaris juga mempunyai fungsi untuk melakukan pembinaan terkait martabat dan
Pasal 20 terkait dengan tugas dan fungsinya sebagai implementasi dari Pasal 66
Notaris dalam hal ini sebagai jabatan yang mulia (nobile officum) dapat
berarti Notaris kebal hukum, akan tetapi Notaris wajib melaksanakan tugas
83
Pasal 2 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 7 Tahun 2016
tentang Majelis Kehormatan Notaris.
84
Pasal 18 ayat (1), ibid. hal. 10
85
Pasal 27 ayat (2), ibid.
bagi tiap-tiap pelanggaran yang dilakukannya, baik sanksi yang diberikan oleh
UUJN maupun sanksi yang diberikan oleh Kode Etik Notaris. Notaris yang
melaksanakan jabatannya dengan tanggung jawab dan sesuai dengan UUJN serta
Kode Etik Notaris adalah Notarsi yang berhak mendapat perlindungan hukum.
Jabatan Notaris yang telah diberlakukan sejak tanggal 6 Oktober 2004 dan dirubah
Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang berlaku sejak
alat bukti mengenai keadaan, peristiwa dan perbuatan hukum yang dilakukan para
Het Notaris Ambt in Indonesia (S.1860 No.3) tentang Peraturan Jabatan Notaris
(PJN), yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan
kebutuhan akan alat bukti berupa akta autentik yang dibutuhkan masyarakat,
masyarakat maupun terhadap Notaris itu sendiri dengan lebih baik.86 Sebab,
86
Habib Adjie, Op. Cit, hal. 7
70
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
71
kewajiban dan larangan bagi Notaris dalam menjalankan tugas dan jabatannya
selaku pejabat umum. Salah satu kewajiban Notaris dalam menjalankan tugas
umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan
autentik, tujuannya adalah agar akta tersebut dapat digunakan sebagai bukti pada
proses peradilan jika suatu saat terjadi perselisihan antara para pihak atau ada
gugatan dari pihak lain. Notaris sebagai jabatan kepercayaan wajib merahasiakan
isi akta dan segala keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan tugas dan
jabatannya sebagai pejabat umum, selain terkait pada suatu peraturan jabatan, juga
terkait pada sumpah jabatan yang diucapkan pada saat diangkat sebagai Notaris
dimana Notaris wajib merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperolehnya
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Ayat (2) UUJN yang menyatakan bahwa:
87
Dr.Sunarmi, Sejarah Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2016, hal. 14
segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang
akta, salinan akta atau kutipan akta kepada akta kepada orang yang
berkepentingan langsung pada akta, ahli waris, atau orang yang memperoleh hak,
merahasikan akta dan semua keterangan yang diperoleh oleh Notaris merupakan
perintah dari undang-undang. Bukan untuk melindungi Notaris, tetapi lebih untuk
Melindungi kehendak para pihak dalam mebuat akta autentik, dan untuk menjaga
kepentingan yang menyangkut isi dari akta yang dibuat oleh Notaris tersebut.
mengkonstantir apa yang dikehendaki oleh para pihak dan menuliskannya dalam
akta autentik sebagai alat bukti yang sempurna bagi para pihak yang
bersangkutan.88
88
Habib Adjie (b), Menjalin Pemikiran-Pendapat Tentang Kenotariatan (Kumpulan
Tulisan). Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2013, hal. 80
akta-aktanya, akan tetapi juga semua yang diberitahukan atau disampaikan kepada
Notaris pada saat akan dibuat akta tentang kehendak para pihak, dalam
menyimpan rahasia akta yang dibuat oleh/atau dihadapannya, disisi lain Notaris
harus berdiri pada kepentingan negara yang mengacu pada kepentingan publik
putusan yang adil dan menjamin kepastian hukum. Dengan adanya suatu amanah
yang diberikan kepada seorang Notaris, tanggung jawab Notaris terhadap suatu
kepentingan umum. Terdapat klausul dalam Pasal 16 ayat (1) huruf f UUJN-P
Dalam kedua Pasal tersebut, terkesan seorang Notaris bisa memberitahukan akta
kepada pihak yang tidak berkepentingan langsung kepada akta yang dibuatnya,
Hukum di Indonesia salah satunya menganut asas equality berfor the law,
yaitu persamaan di bidang hukum, baik itu pejabat maupun rakyat biasa sama
89
Ibid, hal. 98
keterangan palsu, membatu salah satu pihak dalam mebuat akta autentik, Notaris
perdata. Notaris sebagai pejabat publik yang memiliki kewenangan membuat akta
autentik erat kaitannya dengan kearsipan negara. Akta Notaris merupakan salah
satu arsip negara yang harus dilindungi kerahasiaan dan isinya. Tidak boleh di
buka dan di serahkan kepada pihak yang tidak mempunyai kepentingan terhadap
akta tersebut. Ini akan menjadi dilema bagi para Notaris bakwa akta autentik yang
memberikan keterangan dan barang bukti fotocopy salinan akta autentik untuk
menjadi bukti pada saat pemeriksaan dan di hadapan persidangan jika terjadi
terhadap Notaris yang diperiksa jika permasalahan menyangkut akta yang dibuat
tidak bisa diperiksa dengan Kitab Undang-undang Acara Pidana yang merupakan
lex generalis, karena Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta
autentik.90
Ingkar bukan merupakan kesalahan para pihak yang membuat akta tersebut. Tugas
Notaris hanya mencatat apa yang dikehendaki oleh para pihak dalam akta
90
Jurnal Repertorium Volume IV No. 2 Juli -Desember 2017, hal. 42
atau pejabat yang ditunjuk. Sumpah jabatan Notaris itu terdiri dari dua bagian,
yaitu bagian pertama dinamakan “sumpah janji” (belovende eed) atau juga
Selain itu, Notaris juga harus sudah lulus ujian kode etik Notaris yang
profesi Notaris yang berbadan hukum dan diakui oleh pemerintah.92Oleh karena
itu, Notaris yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris antara lain wajib :
memiliki moral, akhlak dan kepribadian yang baik, bertindak jujur, mandiri, tidak
Notaris sebagai Pejabat Umum yang mewakili Negara dan selaku salah satu unsur
penegak hukum, diberikan rasa aman dan tenang untuk menjalankan jabatannya.
Perlindungan Hukum yang layak, baik dan benar sesuai UUJ dan UUJN-P juga
tenang dan mantap melakukan pengabdian pada negara serta pelayanan yang lebih
menyebutkan bahwa setiap warga negara sama kedudukannya dalam hukum dan
91
G.H.S.L. Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Airlangga, Jakarta, 1992, hal. 62
92
Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, Jati Diri Notaris Indonesia, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hal. 227
93
Ibid
warga negara Indonesia adalah sama di hadapan hukum, sesuai asas equality
before the law, yaitu persamaan di hadapan hukum, tidak membedakan status
untuk melakukan penegakan kepada setiap warga negara secara sama rata. Notaris
memiliki hak dan kewajiban ingkar, hak ingkar merupakan das sollen atau kondisi
masing-masing pihak punya suatu cara pandang dari sudut kacamatanya sendiri,
memiliki hak dan kewajiban ingkar bukan berarti Notaris adalah profesi yang
sebagai pejabat Negara yang melayani dibidang pembuatan akta autentik. Sebagai
hukum, maka terhadap kesalahan Notaris perlu dibedakan antara kesalahan yang
bersifat pribadi (foute personelle fault) dan kesalahan di dalam menjalankan tugas
(faute de serive atau in service fault).94. Akta Notaris sebagai produk dari Pejabat
Publik, maka penilaian terhadap akta Notaris harus dilakukan dengan Asas
Praduga Sah (vermoeden van rechmatigheid) atau presumtio iustae causa. Asas
ini dapat dipergunakan untuk menilai akta Notaris, yaitu akta Notaris harus
dianggap sah sampai ada pihak yang menyatakan akta tersebut tidak sah.95. Akta
94
Paulus Effendi Lotulung, Hukum Tata Usaha Negara dan Kekuasaan, Salemba
Humanika, Jakarta, 2013. hal. 3
95
Ibid, hal. 4
Notaris merupakan alat bukti yang sempurna dihadapan pengadilan. Akta Notaris
seorang Notaris selaku pejabat umum yang harus dijaga kehormatannya sehingga
diperlukan perlakuan khusus dalam rangka menjaga harkat dan martabat Notaris
negara hukum yang antara lain adalah persamaan kedudukan di hadapan hukum
kewajiban ingkar Notaris dalam UUJN dan UUJN-P dan peraturan perundang-
undangan yang lain yang setingkat sering membuat para pengambil keputusan
akta autentik.
ingkar Notaris jika terjadi persoalan menyangkut akta yang dibuat oleh dan atau
dihadapan Notaris. Sehingga pengambil keputusan dalam hal ini hakim harus
cermat jika menghadapi kasus yang melibatkan akta Notaris sebagai alat bukti
dalam suatu perkara di pengadilan. Bagian dari sumpah/janji Notaris yaitu bahwa
akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta
Ketentuan Pasal ayat (1) huruf f UUJN-P ini ditempatkan sebagai kewajiban
ingkar Notaris. Notaris wajib merahasikan isi akta dan keterangan yang diperoleh
undang saja yang dapat memerintahkan Notaris untuk membuka rahasia isi akta
ingkarnya, yaitu :
96
Habib Adjie, 200 : 89.
menyimpan rahasia.”
kepadanya selaku Notaris dekalipun ada sebagian yang tidak dicantumkan dalam
akta. 98
dilaksanakan karena ini berkaitan erat dengan sumpah jabatan Notaris. Jangan
97
Jurnal Repertorium Volume IV No. 2 Juli - Desember 201744
98
(Sjaifurrahman dan HabibAdjie, 2011 : 252-253)
jika diperiksa di hadapan pihak penyidik. Hak dan kewajiban ingkar ini adalah
sebatas pada akta yang dibuatnya. Notaris bisa memberikan keterangan kepada
pihak penyidik dan sebagai warga negara yang baik Notaris harus membantu
proses tegaknya hukum. Keterangan yang harus dijaga adalah jika pertanyaan
yang disampaikan oleh penyidik menyangkut akta yang dibuatnya maka Notaris
harus menggunakan hak dan kewajiban ingkar yang terdapat di dalam Undang-
dilakukan oleh Notaris yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Notaris. Dalam
dari sebuah PT bernama Kant Kamal kepada Mahkamah Konstitusi (MK) yang
dan
dengan akta yang dibuatnya atau protokol Notaris yang berada dalam
penyimpanan Notaris.
2. Pasal 28 D ayat (1) yang berbunyi : setiap orang berhak atas pengakuan,
perkara yang bersangkutan karena tidak dikabulkan oleh Majelis Pengawas untuk
99
Indonesia,UUJN pasal 66
100
Undang-Undang Dasar 1945
101
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (1)
102
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 D ayat (1)
103
Notaris Indonesia, Ibid,hal. 126
penyidikan tidak dapat dilanjutkan akibat tidak dapat dilihatnya minuta tersebut.
Kant Kamal merasa dirugikan dan tidak mendapat keadilan. Pasal 66 UUJN saat
hukum. Notaris berlindung di balik pasal yang bisa merugikan masyarakat. Ketika
kasus ini diajukan, dalam persidangan pertama pada juni 2012 yang menanggapi
kasus konkret tetapi mengenai kendala akibat frasa itu tidak diuraikan. Pengawas
Daerah ? masih sangat minim penjelasannya.” Kata fadlil. Kemudian ketua panel
Hakim Hamdan Zoelva meminta agar apa yang disampaikan Hakim Fadlil perlu
pasal yang diuji dengan UUD 1945 dimana setiap pekerjaan perlu dilindungi.
Putusan Mahkamah Konstitusi berkaitan dengan gugatan yang diajukan oleh Kant
Kamal yang diputus pada hari selasa, tanggal 23 maret 2013 dengan diketuai
1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Dengan putusan
1. Tidak ada
Disamping itu, menurut MK ada suatu prisip demokrasi dan rule of law
yang dapat diingkari dengan frasa di atas, yaitu kekuasaan kehakiman yang
2013 maka proses penyidikan yang melibatkan Notaris dapat meminta langsung
104
Notaris indonesia, ibid hal. 128
perlakuan istimewa pada pasal 66 UUJN padahal hal itu tidak sepenuhnya benar.
Sebagai warga negara, notaris tetap dapat dituntut secara pidana maupun perdata
hadapannya.
penuntut umum atau hakim terhadap pengambilan minuta akta dan pemanggilan
105
Notaris Indonesia Ibid hal.129
Majelis Kehormatan Notaris yang berjumlah 7 ( tujuh ) orang, terdiri atas unsur :
No.49/PUU-X/2013 terkait uji materil terhadap pasal 66 ayat (1) UU No.30 tahun
2004 tentang jabatan Notaris.106 Hal ini untuk tetap menjamin seorang Notaris
tetap bisa menjaga kerahasiaan akta dan wajib ingkarnya menjalankan jabatan.
jabatannya secara sah harus mengangkat sumpah. Notaris wajib ingkar untuk
sebelum ia diangkat. Sesuai dengan pasal 54 UUJN. Bahwa Notaris hanya dapat
waris, atau orang yang memperoleh hak, kecuali ditentukan lain oleh perundang-
undangan.108
106
Hakiki Waki Desky,tesis, “ Peranan Majelis Pengawas Daerah Notaris dalam
mencegah terjadinya perbuatan melawan hukum oleh notaris di Medan.”, Medan,Mkn USU,
2017, hal.33
107
Silvia sumbogo, tesis : “ analisis hukum tentang wewenang Majelis Pengawas Daerah
pasca putusan MK No.49/PUU-X/2012.”, Medan, Mkn USU, 2019, hal.70
108
Iwaris Harefa,tesis,” Kewenangan Majelis Pengawas Notaris dalam memberikan
persetujuan terhadap pemanggilan penyidik, penuntut umum dan hakim berkaitan dengan
ketentuan pasal 66 ayat (1) Undang-undang Jabatan Notaris, Medan, Mkn USU, 2018,hal.80
a. Peringatan tertulis;
b. Pemberhentian sementara;
akta dan pemanggilan Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan
dengan akta atau protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris.109
telah diadakan pengawasan dan pembinaan oleh Majelis Pengawas Notaris yang
Notaris.110
109
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang Majelis Kehormatan
Notaris No.7 Tahun 2016 Pasal 1
110
Patricia Edeline,tesis,” Sinergisitas Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis
Pengawas Notaris dalam pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik”, Medan,Mkn
USU,2019,hal.72
Yasona Laoly dalam sambutan dan pengarahannya pada Rapat Koordinasi Majelis
dalam memenuhi panggilan penyidik, penuntut umum atau Hakim, maka kasus
tersebut tidak dapat diajukan untuk kedua kalinya ( asas nebis in idem ), agar
bersifat final dan mengikat. Untuk itu Majelis Kehormatan Notaris dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan Notaris dalam hal ini dapat
tersebut sudah pernah diperiksan dan diputus, agar tidak perlu lagi untuk
Wilayah dalam hal ini agar segera menjelaskan melalui surat tertulis kepada pihak
penyidik bahwa terhadap kasus yang sama terhadap orang yang sama, kasus
apabila lewat jangka waktu 30 hari kerja sejak surat diterima, maka pihak Majelis
Kehormatan Notaris dianggap menyetujui, berarti pihak penyidik dalam hal ini
Kehormatan Notaris Wilayah dibentuk oleh Direktur Jendral atas nama Menteri
Ketua dan wakil ketua Majelis Kehormatan Notaris pusat harus berasal
dari unsur yang berbeda dan dipilih ari dan oleh anggota Majelis Kehormatan
Notaris pusat. Pemilihan ketua dan wakil ketua Majelis Kehormatan Notaris pusat
dan dilakukan secara musyawarah. Dalam hal pemilihan secara musyawarah tidak
mencapai kata sepakat, pemilihan ketua dan wakil ketua Majelis Kehormatan
a. Pemerintah
b. Notaris; dan
berbeda dan dipilih dari dan oleh anggota Majelis Kehormatan Notaris Wilayah.
Pemilihan ketua dan wakil ketua Majelis Kehormatan Notaris Wilayah dilakukan
111
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang Majelis Kehormatan
Notaris No.7 Tahun 2016 Pasal 2
secara musyawarah. Dalam hal pemilihan secara musyawarah tidak mencapai kata
sepakat, pemilihan ketua dan wakil ketua Majelis Kehormatan Notaris wilayah
Peraturan hak ingkar notaris yang belum terbentuk dalam peraturan yang
dalam peradilan pidana yang terlibat dalam perkara hukum antara lain disebabkan
karena adanya kesalahan pada akta yang dibuatnya, baik karena kesalahan notaris
itu sendiri maupun kesalahan para pihak, atau salah satu pihak yang tidak
memberikan keterangan atau dokumen yang sebenarnya (tidak adanya itikad baik
dari para pihak atau salah satu pihak), atau telah ada kesepakatan antara notaris
dengan salah satu pihak yang menimbulkan kerugian pada pihak lain.113
Berikut adalah contoh kasus yang terjadi dalam ranah pidana terkait akta
autentik yang dibuat oleh notaris, dengan mengacu pada putusan Mahkamah
pemilik sah tanah yang terletak di Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu Kota Batu
112
Jusmar, tesis, “ Peran Majelis kehormatan Notaris SUMUT dalam memberikan
perlindungan dan penegakan hukum sesuai UUJN.”, Medan, MKn USU, 2018, hal.53
113
Arum Dewi Azizah Salsabila dkk jurnal vol 3 No.1,, Hak Ingkar Notaris Sebagai
Saksi dalam Peradilan Pidana, hal.10
Soehandojo, dan Handika Susilo sedangkan pemilik sah villa kipas Desa
Sidomulyo Kecamatan Batu Kota Batu yaitu Elly Machdalena. Terdakwa Drs.
Tjonet Soeharyanto telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana dengan meminta Rr. Intan Febriana menempatkan keterangan palsu
untuk membuat akta autentik berupa perjanjian pengikatan jual beli atas obyek
tanah yang terletak di Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu Kota Batu dan villa
kipas Desa Sidomulyo Kecamatan Batu Kota Batu dihadapan notaris Roy Pudyo
dalam persidangan peradilan pidana terkait akta pengikatan jual beli yang telah
pemilik tanah yaitu I Slamet Santoso. Hal ini dilakukan terdakwa agar notaris
bersedia membuatkan akta pengikatan jual beli yang diminta oleh terdakwa.
peradilan pidana terkait akta pengikatan jual beli yang telah notaris buat sesuai
suatu akta autentik mengenai seluruh perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang
diwajibkan oleh peraturan hukum dan/ atau yang dikehendaki oleh yang
menjadi alat bukti yang sah manakala akta yang dibuatnya menjadi objek
sengketa. Apabila dianalisis berdasarkan kasus yang telah ada dalam Putusan
tanah atau kwitansi pembayaran tanah bahwa jelas disini kedua notaris tersebut
Hak ingkar notaris tidak dapat digunakan dalam peradilan pidana karena
Sistem pembuktian negatif (negative wettelijk) ini hampir sama dengan sistem
hakim tentang besar atau salahnya terdakwa adalah alat bukti yang ditetapkan oleh
Dalam sistem pembuktian ini ada 2 (dua) syarat yang harus dipenuhi
a. Wettelijk
114
Sasangko, 1996 hal. 12
115
Ibid hal.13
Terdapat alat bukti yang sah yang telah ditetapkan oleh undang- undang;
dan
b. Negatief
Berdasarkan sistem pembuktian pidana terdapat alat bukti yang sah yang
telah ditetapkan Undang-undang adalah alat yang ada hubungannya dengan suatu
guna menimbulkan keyakinan kepada hakim atas kebenaran adanya suatu tindak
pidana yang telah dilakukan terdakwa, salah satunya adalah keterangan ahli.
Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki
keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang tentang suatu
ketentuan Pasal 1 butir 28 KUHAP. Alat bukti lainnya yaitu ; “surat” tentang alat
bukti ini diatur dalam Pasal 187 KUHAP sebagai berikut:surat sebagaimana
tersebut dalam Pasal 184 ayat (1) c KUHAP dibuat atas sumpah jabatan atau
1. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang di buat dihadapannya
dilihat atau yang dialami sendiri disertai dengan alasan yang jelas dan
yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tatalaksana
keahliannya mengenai sesuatu hal yang atau sesuatu keadaan yang diminta
4. Surat lain yang hanya dapatberlaku jika ada hubungannya dengan isi dari
atau keadaan yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain
maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu
dalam ayat 1 hanya dapat diperoleh dari keterangan saksi, surat, dan keterangan
terdakwa. Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiap
tentang perbuatan yang ia lakukan, yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri.
membatu menemukan bukti disidang, asalkan keterangan itu didukung oleh suatu
alat bukti yang sah sepanjang mengenal hal yang, didakwakan kepadanya.
perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai alat bukti yang
lain.
Akta autentik yang merupakan isi kehendak para pihak yang telah dibuat
notaris tersebut dalam hukum acara pidana dapat dikategorikan sebagai alat bukti
surat dan apabila akta otentik tersebut termasuk dalam alat bukti yang dibutuhkan
oleh hakim dalam memutus perkara pidana, maka hakim juga dapat meminta
fotokopian dari minuta akta tersebut, hal ini telah diatur didalam Pasal 66 ayat (2)
UUJN-P. Akta autentik yang dibuat oleh dan dihadapan notaris tersebut menjadi
salah satu alat bukti dari dua alat bukti yang minimal dibutuhkan hakim dalam
(dua) alat bukti dan keyakinan untuk memutus suatu perkara, sehingga tidak
satu alat bukti yang dibutuhkan hakim untuk memutus perkara pidana. Bahwa
ketika notaris dihadirkan dalam sidang sebagai saksi, yang dibutuhkan aparat
penegak hukum adalah menemukan kebenaran dalam perkara pidana dan ini
memerlukan notaris sebagai pihak yang meng-konstantir kehendak para pihak dan
juga membutuhkan keterangan notaris terkait akta- akta yang telah dibuatnya bagi
parapihak.116
116
ibid hal.9
dapat ditangani oleh lembaga ini yaitu kasus di bidang Perbankan yang di
sehingga proses hukum bisa berjalan dengan baik sehingga menghasilkan putusan
yang adil, bermanfaat dan menjamin kepastian bagi para pihak. Berdasarkan
ketentuan yang diatur dalam Pasal 60 ayat (1) huruf a dan b Undang-Undang
penyimpanan Notaris.
peraturan hukum dan / atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk
dikonstantir Notaris tersebut dapat menjadi alat bukti yang sah manakala akta
117
Rudi Haposan, jurnal hukum : “ penyelesaian sengketa perbankan melalui mediasi
pasca keluarnya UU No.21 thn 2011 tentang OJK, april 2018, hal.25
yang dibuatnya menjadi objek sengketa. Dalam hal ini ada kaitannya dengan hak
ingkar Notaris yang dapat menolak untuk memberikan keterangan terkait dengan
akta yang dibuat di hadapannya yaitu yang disebut dengan hak ingkar Notaris.
Akta autentik yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris tersebut menjadi
salah satu alat bukti dari dua alat bukti yang minimal dibutuhkan hakim dalam
(dua) alat bukti dan keyakinan untuk memutus suatu perkara, sehingga tidak
satu alat bukti yang dibutuhkan hakim untuk memutus perkara pidana.
Apabila terjadi sengketa, maka salah satu pihak yang mengajukan akta
autentik di pengadilan harus mengakui dan menghormati serta mengakui isi akta
autentik, kecuali jika para pihak yang menyangkal dapat membuktikan bahwa
bagian tertentu dalam akta telah diganti atau bahwa hal tersebut bukanlah disetujui
oleh para pihak. Dengan demikian karena pekerjaan notaris yang salah satunya
membuat akta autentik, maka akan menjadi fundamen utama tentang status harta
Bahwa ketika Notaris dihadirkan dalam sidang sebagai saksi dalam hal
perkara pidana dan ini memerlukan Notaris sebagai pihak yang meng-konstantir
118
Herlina ernawati Napitupulu,tesis, Peranan Ikatan Notaris Indonesia dalam pembinaan
Notaris dan pengawasan kode etik Notaris di wilayah SUMUT, Medan,MKn USU, 2017,
halaman.49
kehendak para pihak dan juga membutuhkan keterangan Notaris terkait akta- akta
pemeriksaan perkara pidana.” Notaris sering kali ikut dipanggil sebagai saksi
ketika terjadi sengketa yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya. Bahkan tidak
jarang Notaris juga berkedudukan sebagai pihak terlapor dalam suatu laporan
polisi.
119
Op.Cit.hal.10
120
Norman Edwin Elnizar, Waspadai Tuntutan Pidana yang Mungkin Dihadapi Notaris
dalam Bertugas, https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5a7ae033bc871/waspadai-tuntutan-
pidana-yang-mungkin-dihadapi-notaris-dalam-bertugas/, diakses tanggal 8 Januari 2020
Terdapat tujuh hal berkaitan dengan produk notaris yang sering berujung
ke kepolisian, yaitu:122
121
Ibid
122
Fitri N. Heriani, 7 Hal yang Sering Menyeret Notaris ke Pusaran Kasus,
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt573298b2a4142/7-hal-yang-sering-menyeret-notaris-
ke-pusaran-kasus/, diakses tanggal 8 Januari 2020
123
Ibid
profesionalitas (perkara). Uji kompetensi bagi calon notaris menjadi salah satu
kuncinya. Setelah lulus harusnya ada uji kompetensi. Sertifikat kompentensi bisa
dijadikan syarat untuk bisa diangkat atau tidak sebagai notaris.124 Sehingga
dengan modal profesionalitas yang baik dalam diri Notaris, kapanpun notaris
ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh atau dihadapan
pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat”. Sekalipun
124
Ibid
Notaris berwenang membuat akta, namun tidak berarti tidak ada pembatasan,
dengan kata lain bahwa Notaris dilarang membuat akta untuk dirinya sendiri, istri,
keluarga sedarah atau keluarga semenda, dalam garis lurus tanpa pembatasan
derajat dan dalam garis samping sampai derajat ketiga, baik secara pribadi
merupakan akta otentik adalah sebagai alat bukti tertulis, baik yang dibuat oleh
sebagai Notaris berbagai macam akta yang dapat dibuat oleh Notaris, tergantung
kebutuhan para pihak yang menghadap, namun sebagai suatu jenis alat bukti,
khususnya alat bukti tertulis, masih perlu dikaji sejauh mana akta Notaris tersebut
dapat dijadikan sebagai alat bukti, sebab dalam praktek kadang terjadi seorang
Notaris digugat karena Ia telah membuat akta yang dipandang isinya tidak sesuai.
yang tidak menguasai barang sengketa atau tidak berkewajiban untuk melakukan
dalam petitum hanya sekedar dimohonkan agar tunduk dan taat terhadap putusan
dijadikan Turut Tergugat agar gugatan menjadi lengkap, sehingga Turut Tergugat
dapat dimohonkan agar tunduk dan taat terhadap putusan, padahal pihak yang
125
Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata dalam
Teori dan Praktek, Bandung: Mandar Maju, 1992) hal. 2
“dimasukkan sebagai pihak yang digugat atau minimal didudukkan sebagai Turut
Tergugat. Hal ini terjadi dikarenakan adanya keharusan para pihak dalam
gugatan harus lengkap sehingga tanpa menggugat yang lain-lain itu maka subjek
Selain itu disebutkan juga dalam salah satu pertimbangan putusan tersebut:
Dari pendapat Mahkamah Agung tersebut dapat kita ketahui bahwa bila
seorang notaris dimasukan sebagai salah satu pihak dalam gugatan adalah untuk
melengkapi subjek/para pihak dalam gugatan, karena suatu gugatan yang tidak
negeri, pengadilan tinggi dan mahkamah agung sering terjadi suatu akta Notaris
dibatalkan khususnya akta yang disebut akta para pihak (akta yang dibuat
dihadapan Notaris). Sebagaimana halnya dengan akta otentik lainnya bahwa akta
Notaris tersebut tidak mempunyai kekuatan pembuktian materil. Pada akta yang
demikian ini tidak mengikat para pihak ketiga yang tidak berkepentingan dalam
pembuatan akta tersebut, misalnya dalam hal jual beli tanah, sehingga dengan
126
Adi Condro Bawono, Kedudukan Notaris Sebagai Turut Tergugat,
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4f2a062695e26/kedudukan-notaris-sebagai-
turut-tergugat, diakses tanggal 8 Januari 2020
127
Ibid
demikian, setiap saat pihak ketiga yang dimaksud dapat menggugat keabsahan
Jadi dalam hal ini timbul pertanyaan apakah Notaris boleh digugat?
Menurut Dr. Habieb Adjie ada batasan atau parameter untuk para pihak dalam
Jika gugatan terhadap pengingkaran itu tidak terbukti, maka Akta Notaris
tersebut tetap berlaku dan mengikat para pihak yang terkait sepanjang tidak
dibatalkan oleh para pihak sendiri atau karena putusan pengadilan. Begitu pula
kedudukannya dari akta otentik menjadi akta di bawah tangan maka mengenai
Dari hal tersebut dapat dilihat ada beberapa hal yang menjadi kontruksi
128
Dr.Habieb Adjie, salah kaprah mendudukkan Notaris sebagai tergugat,artikel Media
Notariat edisi 4 februari 2008 hal.26-29
129
Ibid hal.155
3. Keinginan atau niat untuk membuat akta tertentu tidak akan pernah berasal
dari Notaris, tapi sudah pasti berasal dari keinginan para pihak itu
sendiri.130
Untuk itu apabila akta notaris dibawa dalam persidangan dan Notaris
hadapannya,maka harus dilihat secara teliti dan seksama apabila ada gugatan
ataupun dakwaan terhadap akta Notaris apakah mungkin Notaris secara sengaja
(culpa) atau khilaf (alpa) bersama-sama dengan para penghadap ataupun para
pihak yang diniatkan sejak awal untuk melakukan suatu pelanggaran? Apabila
sudah sesuai dengan ketentuan yang ada kiranya Notaris tidak perlu takut untuk
pembuat akta. Kembali lagi hal ini kembali kepada kinerja Notaris yang harus
130
Ibid.hal 156
131
Ibid hal 157
A. Kesimpulan
Notaris sebagaimana tertuang dalam tugas dan wewenang Notaris yaitu erat
yaitu memberikan jaminan atau alat bukti terhadap perbuatan, perjanjian, dan
juga ketetapan tersebut agar para pihak yang terlibat di dalamnya mempunyai
Sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam ketentuan di atas, maka Notaris
menghasilkan produk hukum yaitu “akta Notaris” yang merupakan suatu alat
bukti sempurna, yang dapat digunakan secara sah dalam suatu perkara, yang
dikatakan akta Notaris merupakan altat bukti yang sah dalam persidangan di
2. Terkait akta yang dibuat di hadapannya dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bentuk
105
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
106
perdata, dan tanggung jawab pidana oleh Notaris. Akta otentik yang dibuat di
hadapan Notaris menjadi salah satu alat bukti dari dua alat bukti minimal
perdata akta otentik memiliki kekuatan pembuktian formil dan akta otentik itu
menjadi bukti kebenaran dari apa yang dilihat, didengar dan dilakukan oleh
pejabat pembuat akta. Notaris mempunyai hak ingkar. Hak ingkar para
Notaris pada prinsipnya menyatakan bahwa hak ingkar Notaris adalah hak
huruf (e) Jo. Pasal 54 UUJN, artinya Notaris tidak dibolehkan untuk
tidak hanya berhak untuk tidak bicara akan tetapi mempunyai penggunaan
hak untuk tidak bicara. Di sisi lain ada kewajiban ingkar Notaris. Kewajiban
ingkar bukan untuk kepentingan diri Notaris tapi untuk kepentingan para
dan kewajiban ingkar Notaris. Jika dilihat dari putusan Mahakamah Konstitusi
dan proses peradilan tanpa harus meminta persetujuan Majelis Pengawas Daerah.
proses peradilan dengan Persetujuan Majelis Kehormatan Notaris. Selain itu ada
pengecualian hak ingkar Notaris yang tidak dapat digunakan dalam peradilan
pidana karena yang harus digali dalam pidana yaitu kebenaran materil dari akta
Notaris. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa hak ingkar Notaris tidak dapat
Namun hak ingkar itu ada secara khusus untuk kerahasiaan yang ada dalam akta
kepentingan para pihak dalam yang tertuang dalam akta sebagai rahasia jabatan.
B. Saran
selalu dijalankan dan taat pada norma hukum dan etika profesi. Tuntutan
kehadiran organisasi profesi yang kuat dan dapat dipercaya, makin diperlukan
oleh masyarakat agar para warganya dapat terlindungi dari segala bentuk
Notaris perlu dibedakan antara kesalahan yang bersifat pribadi dan kesalahan
Notaris adalah sama seperti warga masyarakat biasa (equality before the law).
sebagai pejabat pembuat akta. Kehadiran MKN ini juga diharapkan dapat
umum.
dapat diatasi dengan memaksimalkan peran Majelis pengawas yang tetap eksis
membuat akta sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jangan sampai pembuatan
kekuatan akta terdegradasi dan merugikan Notaris sendiri dan para pihak dalam
akta.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
A.A. Andi Prajitno, 2010, Apa dan Siapa Notaris di Indonesia?, Cetakan Pertama,
Putra Media Nusantara, Surabaya
Abdulkadir Muhammad, 2004 Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2000. Hukum Perdata Indonesia, Cetakan Ketiga, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung (selanjutnya ditulis Abdulkadir Muhammad II),
Adjie, Habib, 2008, Hukum Notaris Indonsi, Tafsir Tematik Terhadap Undang-
Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Revika Aditama,
Bandung.
Ahmad Ali, 2007, Teori Hukum dan Implementasinya, Rajawali Pers, Bandung.
Aiskin, Zainal dan Aminuddin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Anke Dwi Saputro, 2008, Jati Diri Notaris Indonesia Dulu, Sekarang, dan di Masa
Datang, Gramedia Pustaka, Jakarta
Bahder Johan Nasution, 2002, Metode Penelitian Ilmu Hukum, CV. Mandara
Maju, Bandung.
110
Freddy Hari, dan Leny Helena, 2017, Notaris Indonesia, PT.Lintas Cetak Djaja,
Jakarta.
Habib Adjie, 2009, Sanksi Perdata dan Administratif terhadap Notaris sebagai
Pejabat Publik, Cetakan Pertama, PT. Refika Aditama, Bandung
INI (Ikatan Notaris Indonesia), 2009, Rapat Pleno Pengurus Pusat yang diperluas
INI, Jakarta.
Kansil, CST, 1997, Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum, Pradnya Pramita, Jakarta.
Kanter, E.Y. Kanter, Etika Profesi Hukum; Sebuah Pendekatan Religius, Storia
Grafika, Jakarta.
Kie, Tan Thong, 2007, Studi Notariat, Serba-serbi praktek Notaris, Ichtiar Baru
Van Hoeve, Jakarta.
Nasution, Karim, A., 1976, Masaalah Hukum Pembuktian dalam Proses Pidana,
I, tanpa penerbit, Jakarta.
Paulus Effendi Lotulung, 2013, Hukum Tata Usaha Negara dan Kekuasaan,
Salemba Humanika, Jakarta
Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, 2008, Jati Diri Notaris Indonesia, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Prakoso, Djoko, 1987, Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, dalam Proses Hukum
Acara Pidana, Bina Aksara, Jakarta.
Redaksi Bumi Aksara, 1990., KUHAP Lengkap, Bumi Aksara, Jakarta, cet.ke-2.
Satjipto Rahardjo, 2009, Hukum dan Perilaku, Hidup Baik adalah Dasar Hukum
yang Baik, Kompas Media Nusantara, Jakarta.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2004, Penelitian Hukum Normatif, Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 1983. Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Solly Lubis, 1994, Filsafat Ilmu Dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung.
Sunggono, Bambang, 2005, Metodologi Penelitian Hukum, Cet. ke-7, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Tan Thong Kie, 2007, Studi Notariat, Serba-serbi Praktek Notaris, PT Ichtiar Baru
Van Hoeve, Jakarta
2. Peraturan perundang-undangan
3. Majalah
4. Internet
http: //globalNotary.net
LAMPIRAN
pemanggilan Notaris.