TESIS
Oleh
TESIS
Oleh
ii
ABSTRAK
ABSTRACT
vi
1. Ayah dan Umi Tercinta, selaku orang tua penulis, terima kasih atas semua
kasih sayangnya yang tidak pernah hilang, motivasi, dukungan semangat
yang sangat berarti;
2. Adik-adik kandung saya yang sangat saya sayangi, terima kasih atas
semua dukungan dan motivasi yang sudah kalian berikan;
vii
viii
Sekian kata pengantar dari penulis, lebih dan kurang penulis memohon
maaf. Sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah Subhanawata’ala
sedangkan penulis hanyalah manusia biasa yang selalu dekat dengan kesalahan.
Semoga rahmat dan hidayah serta lindungan-Nya selalu dilimpahkan kepada kita
semua selaku orang-orang yang selalu ingin mencari kehidupan yang lebih baik di
dunia dan di akhirat. kepadaMu kami menyerahkan diri dan ampunan. Semoga
tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin Ya Rabbal’aalamiin.
Penulis,
Muhammad Rizza Fuady,SH.,MKn
ix
4. Agama : Islam
6. Riwayat Pendidikan
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Perumusan Masalah .......................................................................................7
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................................7
D. Manfaat Penelitian .........................................................................................8
E. Keaslian Penelitian .........................................................................................9
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ........................................................................11
1. Kerangka Teori.........................................................................................11
2. Kerangka Konsepsi ..................................................................................27
G. Metode Penelitian...........................................................................................30
1. Jenis dan Sifat Penelitian .........................................................................31
2. Sumber Data Penelitian ............................................................................32
3. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................33
4. Analisis Data ............................................................................................33
BAB II PERANAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH NOTARIS
DALAM MELAKUKAN PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN NOTARIS DI TINGKAT KABUPATEN/KOTA
xii
xiii
xiv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Notaris sebagai pejabat umum, merupakan salah satu organ negara yang
masyarakat, terkhusus dalam pembuatan akta autentik sebagai alat bukti yang
kedua sesudah masehi, nama notaris dimaksudkan kepada orang yang mengadakan
pencatatan dengan tulisan cepat.1 Suatu akta yang autentik adalah yang sedemikian,
yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang atau yang dibuat
dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu, di tempat dimana itu dibuat. 2
Secara teoritis, akta autentik adalah surat atau akta yang sejak semula dengan sengaja
bahwa akta autentik adalah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh
untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya. Sedangkan dalam Pasal 1 ayat 7 Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris menyebutkan bahwa akta
1
R.Sugondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2007, hal 13.
2
G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, 1983, hal 33.
3
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 2006, hal
153.
1
Universitas Sumatera Utara
2
notaris adalah akta autentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris menurut bentuk
dan tata cara yang ditetapkan dalam undang-undang. Pembuatan akta autentik
ketertiban dan perlindungan hukum. Akta autentik yang menentukan secara jelas hak
memberikan sumbangan nyata bagi penyelesaian perkara secara mudah dan cepat
bagi masyarakat.4
Selain itu, akta autentik yang dibuat di hadapan notaris, bukan saja karena
diharuskan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga dikehendaki oleh
pihak yang berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak.
Akta autentik adalah akta yang dibuat oleh pejabat yang diberi wewenang
untuk itu oleh penguasa menurut ketentuan yang telah ditetapkan5.
kebenaran dari hal-hal yang tertulis dalam akta tersebut dianggap sebagai benar,
selama kebenarannya itu tidak ada pihak lain yang dapat membuktikan sebaliknya. 6
Seorang notaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Hukum dan Hak
dan kewajiban dapat berjalan oleh manusia atau subjek hukum. Yang menjalankan
hak dan kewajiban yang didukung oleh jabatan adalah pejabat. 8 Jabatan
4
Habib Adjie, Majelis Pengawas Notaris Sebagai Pejabat Tata Usaha Negara, Cet. 1 Refika
Aditama, Bandung, 2011, hal 15.
5
Rusmandi Murad, Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah, Bandung, 2000, hal 54.
6
Teguh Samudera, Hukum Pembuktian dalam Acara Perdata, Edisi Pertama, PT. Alumni,
Bandung, 2004, hal 49.
7
Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, Buku Kedua,
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2013, hal 220.
8
E. Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Penerbit dan Balai Buku Ichtiar,
Jakarta, 1963, hal 124.
dikehendaki oleh aturan hukum dengan maksud untuk membantu dan melayani
masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat autentik mengenai
keadaan, peristiwa, atau perbuatan hukum. Dengan dasar seperti ini mereka yang
diangkat sebagai notaris harus mempunyai semangat untuk melayani masyarakat dan
atas pelayanan tersebut. masyarakat yang telah merasa dilayani oleh notaris sesuai
dengan tugas jabatannya, dapat memberikan honorarium kepada notaris. Oleh karena
profesi sesuai dengan tuntutan kewajiban hati nurani.10 Notaris dalam menjalankan
tugas jabatannya wajib berpedoman secara normatif kepada aturan hukum yang
berkaitan dengan segala tindakan yang akan diambil untuk kemudian dituangkan
dalam akta.11 Setiap wewenang yang diberikan jabatan harus ada aturan hukumnya. 12
Dengan demikian jika seorang pejabat (notaris) melakukan tindakan diluar wewenang
Notaris.
9
Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris sebagai Pejabat Publik,
Cetakan Kedua, PT. Refika Aditama, Bandung, 2009, hal 32.
10
Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hal. 60.
11
Habib Adjie, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia, Buku II, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2009, hal. 185.
12
Philipus M.Hadjon & Tatik Sri Djatmiati, Tentang Wewenang, Edisi V, Majalah Yuridika,
Surabaya, 1997, hal 1.
dan kewajiban untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap notaris. Badan
ini dibentuk oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang
Wilayah (MPW) di Provinsi dan Majelis Pengawas Pusat (MPP) yang berpusat di
Jakarta.
dilakukan oleh sesama notaris juga yang memahami dunia notaris luar-dalam.
Sedangkan unsur lainnya merupakan unsur eksternal yang mewakili dunia akademik,
setiap pengawasan dilakukan berdasarkan aturan hukum yang berlaku, dan para
notaris dalam menjalankan tugas jabatannya tidak menyimpang dari UUJN karena
Adapun yang menjadi tugas pokok Majelis Pengawas Notaris ini adalah agar
segala hak dan kewenangan maupun kewajiban yang diberikan kepada notaris dalam
13
Winanto Wiryomartani, Tugas dan Kewenangan Majelis Pengawas Notaris, Makalah
disampaikan pada acara kongres Ikatan Notaris Indonesia, pada tanggal 13-16 Juli 2005 di Makassar,
Sulawesi Selatan.
bersangkutan, senantiasa dilakukan diatas jalur yang telah ditentukan bukan saja jalur
hukum tetapi juga atas dasar moral dan etika profesi demi terjaminnya perlindungan
Tahun 2014 yaitu, Ayat (1) berbunyi dalam waktu paling lambat 60 (enam puluh)
bersangkutan wajib :
c. Menyampaikan alamat kantor, contoh tanda tangan dan paraf serta cap atau
stempel jabatan notaris berwarna merah kepada Menteri Pejabat lain yang
bertanggunng jawab di bidang pertanahan, organisasi notaris, ketua
pengadilan negeri, majelis pengawas daerah, serta bupati/walikota di tempat
notaris diangkat.14
14
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
suatu hal yang harus diperhatikan oleh Majelis Pengawas Notaris. Karena hal tersebut
jabatannya agar notaris dapat menjalankan jabatannya dengan benar dan sesuai
diatur dalam pasal 7 ayat (1) yang merupakan salah satu objek pengawasan yang
mengamati dan membahas dalam tesis ini mengenai peranan dan impelementasi
jabatannya secara nyata dan bagaimana kinerja Majelis Pengawas Daerah Binjai-
segala sesuatu yang terkait dengan tugas dan kewenangan serta kewajiban yang
dimiliki oleh Majelis Pengawas Notaris khususnya Majelis Pengawas Daerah Binjai-
Langkat, termasuk didalamnya adalah antara lain upaya pembinaan dan pengawasan
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan yang akan diangkat
C. Tujuan Penelitian
tingkat Kabupaten/Kota.
Binjai-Langkat.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis akibat hukum terhadap notaris yang tidak
D. Manfaat Penelitian
Ada dua manfaat yang dimiliki dalam penelitian ini yaitu manfaat secara
1. Secara Teoritis
diperoleh dari selama perkuliahan serta bagi penulis sendiri tentang kewajiban
Dan sebagai bahan kepustakaan bagi penelitian yang berkaitan dengan judul
dan permasalahan yang akan dibahas dalam tesis. Disamping itu diharapkan
2. Secara praktis
pemikiran secara umum dan berguna sebagai bahan masukan bagi notaris dan
calon notaris tentang kewajiban notaris yang telah diangkat dan disumpah
E. Keaslian Penelitian
Oleh Majelis Pengawas Daerah Terkait Notaris Yang Tidak Menjalankan Jabatannya
Secara Nyata Setelah Dilantik Dan Disumpah (Studi MPD Binjai-Langkat)” belum
pernah ditemukan judul atau penelitian terhadap masalah tersebut di atas, dengan
Daerah, namun topik permasalahan dan bidang kajiannya berbeda dengan penelitian
Kota Pekanbaru”.
Akibat Hukum Dari Buku Daftar Akta Notaris Yang Tidak Ditandatangani
;14/PK/PID/2012)”.
penelitian tersebut yang sama dengan penelitian ini baik dari segi judul maupun dari
segi substansi permasalahan yang dibahas. Oleh karena itu penelitian ini secara
1. Kerangka Teori
atau proses tertentu terjadi.15 Dan suatu teori harus diuji menghadapkannya pada
Wignjosoebroto dikatakan teori adalah suatu konstruksi di alam cita atau ide
konsep”.19 Sedangkan salah satu pengertian teori secara lebih luas yaitu prinsip
abstrak atau umum di dalam tubuh pengetahuan yang menyajikan suatu pandangan
yang jelas dan sistematis tentang beberapa materi pokoknya, sebagaimana dalam
teori seni dan teori atom.20 Sebuah kumpulan proposisi umum yang saling berkaitan
15
J.J.J. M. Wuisman dengan penyuntingan M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I,
FE.UI, Jakarta, 1996, hal 203.
16
Ibid, hal 16.
17
Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum; Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya,
ELSAM-HUMA, Jakarta, 2002, hal 184.
18
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2010, hal 6.
19
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hal 9.
20
Loren Bagus, Kamus Filsafat, Gramedia, Jakarta, 1996, hal 1097.
dan digunakan untuk menjelaskan hubungan yang timbul antara beberapa variabel
memberikan landasan yang mantap, pada umumnya setiap penelitian harus selalu
disertai dengan pemikiran teoritis.22 Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau
butir-butir pendapat, teori, tesis, mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang
21
Lia Amami, Kerangka Teoritis, http://liaamami.blogspot.com/p/kerangka-teoritis.html,
diakses tanggal 16 Agustus 2018.
22
Ronny H. Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta,1982, hal 37.
23
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal 9.
24
Soerjono Soekanto, op.cit., hal 121.
kumpulan norma-norma abstrak atau suatu tertib hukum tetapi juga merupakan suatu
minimal, dimana peraturan yang berlaku harus dipatuhi dan dijalankan demi
Sejalan dengan hal tersebut, maka terdapat beberapa teori yang dipergunakan
sebagai pisau analisis dalam tesis ini. Teori-teori yang digunakan yaitu Teori
a) Teori Kewenangan
berasal dari kekuasaan legislatif (diberi oleh undang-undang) atau dari kekuasaan
adalah kekuasaan terhadap segolongan orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu
bidang pemerintahan.25
25
Prajudi Atmasudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal 78.
26
Nur Basuki Winarno, Penyalahgunaan Wewenang dan Tindak Pidana Korupsi, Laksbang
Mediatama, Yogyakarta, 2008, hal 65.
oleh pemerintah secara atributif kepada badan atau Jabatan Tata Usaha Negara
lainnya. Suatu atribusi menunjuk pada kewenangan yang asli atas dasar konstitusi
mengendalikan prilaku subjek hukum, komponen dasar hukum bahwa wewenang itu
selalu harus dapat ditunjuk dasar hukumnya, dan komponen konformitas hukum,
Dalam kaitannya dengan konsep atribusi, delegasi, mandat itu dinyatakan oleh
27
Indroharto, Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994,
hal 65.
28
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal 104.
badan administrasi oleh suatu badan legislatif yang independen. Kewenangan ini asli,
yang tidak diambil dari kewenangan yang ada sebelumnya. Badan legislatif
yang satu kepada yang lainnya, sehingga delegator (badan yang telah memberikan
kewenangan) dapat menguji kewenangan tersebut atas namanya. Pada mandat tidak
kepada badan lain untuk membuat suatu keputusan atau mengambil suatu tindakan
atas namanya.
Ada perbedaan yang mendasar yang lain antara kewenangan atribusi dan
delegasi. Pada atribusi, kewenangan yang siap ditransfer, tidak demikian dengan
delegasi. Dalam kaitan dengan asas legalitas kewenangan tidak dengan didelegasian
29
Nur Basuki Winarno, Op.cit, hal 74.
secara besar-besaran, akan tetapi hanya mungkin dibawah kondisi bahwa peraturan
Asas ini dikenal juga didalam hukum pidana tidak mengenal undang-undang.
Di dalam hukum adminstrasi negara, asas legalitas ini memiliki makna dat her
bestuur aan wet is onderworpen, yakni bahwa pemerintah tunduk kepada undang-
undang. Asas ini merupakan sebuah prinsip dalam negara hukum. Kewenangan harus
komponen, yaitu :
2. Komponen dasar hukum, yaitu bahwa wewenang itu selalu dapat ditunjukkan
dasar hukumnya.
30
Eny Kusdarini, Dasar-Dasar Hukum Administrasi Negara Dan Asas-Asas Umum
Pemerintahan Yang Baik, UNY Press, Yogyakarta, 2011, hal 89.
yaitu standar umum (semua jenis wewenang) dan standar khusus (untuk jenis
wewenang tertentu.
Sejalan dengan pilar utama negara hukum yaitu legalitas (legalities beginselen
atau wetmatigheid van bestuur), atas dasar prinsip tersebut bahwa wewenang
pada kewenangan yang sah. Tanpa adanya kewenangan yang sah, seorang pejabat
merupakan atribut bagi setiap pejabat atau bagi setiap badan. Dalam tulisan ini,
ini. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan teori ini, maka dapat diketahui
mengenai sejauh mana dan seperti apa kewenangan yang diberikan oleh undang-
31
Frenadin Adegustara, Hukum Administrasi Negara, Buku Ajar, Universitas Andalas Padang,
2005, hal 14.
b) Teori Pengawasan
Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauh mana kebijakan pimpinan dijalankan dan
sampai sejauh mana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.
dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dan instruksi yang
penentuan apa yang harus dicapai. Dan sedangkan menurut Stephen Robein
berhubungan.
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.02.PR.08.10 Tahun
Organisasi, Tata Cara Kerja dan Tata Cata Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris
sebagai berikut: “Pengawasan adalah kegiatan yang bersifat prefentif dan kuratif
Notaris.”
khusus yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap notaris-
notaris. Hal ini dikarenakan melihat yang terjadi dilapangan terdapat notaris yang
masih banyak melakukan pelanggaran nilai-nilai hukum yang berlaku. Untuk itu
dan Hak Asasi Manusia. Tetapi dalam praktek, menteri memberikan wewenang itu
kepada MPN yang dia bentuk. UUJN menegasan bahwa Menteri melakukan
ini oleh UUJN diberikan dalam bentuk pendelegasian delegatif kepada Menteri untuk
terhadap notaris seperti menurut penjelasan Pasal 67 ayat (1) UUJN. Pasal 1 angka
(5) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
kegiatan prefentif dan kuratif termasuk kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh
Majelis Pengawas terhadap notaris. Dengan demikian ada 3 (tiga) tugas yang
terjadinya penyimpangan/pelanggaran;
c. Pembinaan.
Selain itu, terdapat juga beberapa surat edaran tentang pengawasan terhadap
notaris yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung dan Menteri Kehakiman, yaitu :
32
Nico, Tanggung Jawab Notaris Selaku Pejabat Umum, CDSBL,Yogyakarta, 2003, Hal 62.
kepadanya. Persyaratan-persyaratan yang dituntut itu tidak hanya oleh hukum atau
undang-undang saja, akan tetapi juga berdasarkan kepercayaan yang diberikan oleh
klien terhadap notaris tersebut. Tujuan dari pengawasan itupun tidak hanya ditujukan
bagi penataan kode etik notaris akan tetapi juga untuk tujuan yang lebih luas, yaitu
Teori pengawasan yang digunakan dalam tesis ini merupakan suatu teori yang
cukup berpengaruh. Hal ini dikarenakan dengan teori ini dapat diketahui mengenai
33
Karmila, Peran Notaris Dalam Pembuatan Akta Notaris Koperasi Menurut Kepmen
No.98/KEP/M.KUKM/IX/2004 (studi di Dinas Koperasi Kota Medan), Tesis Magister Kenotariatan
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2006.
34
Nico, op. cit., hal 71.
tugas pokok dari majelis pengawas dalam melakukan pengawasan terhadap notaris-
Kabupaten/Kota.
c) Teori Efektivitas
Kata efektiv berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil
atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah popular
Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah
apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan. Hal ini sesuai
menyatakan bahwa Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang
Efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih oleh sebuah
konsep dalam teori manajemen dan organisasi khususnya yang berkaitan dengan teori
memiliki arti yang berbeda, walaupun dalam berbagai penggunaan kata efisiensi lekat
tujuan. Efektivitas adalah melakukan hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah
1. Efektivitas individu, hal ini didasarkan pada pandangan dari segi individu
yang menekankan pada hasil karya karyawan atau anggota dari organisasi;
bila organisasi tersebut dapat sepenuhnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan.”
tujuan atau sasaran organisasional sesuai yang ditetapkan. Efektivitas adalah seberapa
baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana seseorang menghasilkan keluaran sesuai
dengan yang diharapkan. Ini dapat diartikan, apabila sesuatu pekerjaan dapat
dilakukan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan, dapat dikatakan efektif
yang menyangkut faktor internal organisasi dan faktor eksternal organisasi antara
lain:
1. Produktivitas;
3. Kepuasan kerja;
4. Kemampuan berlaba;
arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Jadi
organisasi dapat dilakukan melalui konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau dari sisi masukan
(input), proses, maupun keluaran (output). Dalam hal ini yang dimaksud sumber
daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan prasarana serta metode dan model
yang digunakan. Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar
dan sesuai dengan prosedur sedangkan dikatakan efektif bila kegiatan tersebut
Efektif dan berhasil tidaknya penegakan hukum tergantung tiga unsur sistem
(structure of law), substansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal
culture). Struktur hukum menyangkut kepada aparat penegak hukum, jumlah dan
ukuran pengadilan, yuridiksinya dan tata cara naik banding dari pengadilan ke
perangkat hukum yang ada. Substansi hukum adalah aturan atau norma dan perilaku
nyata manusia yang berada dalam sistem hukum itu, menyangkut kepada peraturan
kenyataannya berbuat menurut suatu cara untuk menghindari sanksi yang diancamkan
oleh norma hukum atau bukan, dan apakah sanksi tersebut benar-benar dilaksanakan
Konsep efektivitas dalam definisi Hans Kelsen difokuskan pada subjek dan
sanksi. Subjek yang melaksanakannya yaitu, orang-orang atau badan hukum.
Orang-orang tersebut harus melaksanakan hukum sesuai dengan bunyinya
norma hukum. Dilaksanakan atau tidak. Hukum diartikan norma hukum, baik
yang tertulis maupun norma hukum yang tidak tertulis.35
pengadilan. Sementara itu, substansi berkaitan isi norma hukum. Norma hukum ini
ada yang dibuat oleh Negara (state law) dan ada juga hukum yang hidup dan
nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah yang mantap dan sikap tindak
sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memeliharan dan
35
Salim HS dan Erlies Septiana Nurhani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian disertasi
dan Tesis, Rajawali Pers, Jakarta, 2014, hal 302.
36
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hal 8.
yang berlaku umum dan dibuat oleh penguasa pusat maupun daerah yang sah.
Peraturan dibagi 2 macam, yaitu peraturan pusat dan peraturan setempat. Peraturan
pusat berlaku bagi semua warga negara atau suatu golongan tertentu saja maupun
yang berlaku umum di sebagian wilayah negara. Peraturan setempat hanya berlaku di
suatu tempat atau daerah saja. Kelima faktor itu harus diperhatikan secara seksama
dalam proses penegakan hukum. Karena apabila hal itu kurang mendapat perhatian,
2. Kerangka Konsepsi
diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang
adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua dari suatu
istilah yang dipakai untuk dapat ditemukan suatu kebenaran dengan substansi yang
diperlukan.37
37
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Fakultas Hukum Universitas Airlangga,
Surabaya, 2005, hal 139.
b) Implementasi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau pun
ditujukan kepada orang atau sekelompok orang lain melalui materi pembinaan
diharapkan.38
dilakukan secara berdaya dan berhasil guna oleh pimpinan terhadap sumber
38
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, Teras, Yogyakarta, 2009, hal 144.
39
Pasal 67 ayat (1) UUJN.
40
Viktor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Hukum Administrasi
Pemerintahan Di Daerah, (Jakarta : Sinar Grafika, 1993), Hal. 233
e) Notaris adalah Pejabat Umum yang dapat diangkat oleh Negara untuk
memperoleh sifat akta otentik, seperti yang dimaksud dalam Pasal 1868
KUHPerdata.41
Notaris.42
kabupaten/kota.
menjalankan fungsi dari suatu kedudukan yang menunjukan tugas dan hak
dapat dilihat secara garis besar guna untuk memperoleh suatu hasil atau
41
Pasal 1 ayat (1) UUJN.
42
Pasal 1 ayat (6) UUJN.
G. Metode Penelitian
Metode berarti jalan atau cara kerja untuk dapat memahami objek yang
prinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam
melakukan penelitian.45
Penulisan penelitian ini sebagai salah satu jenis karya tulis ilmiah yang
Oleh karena itu, jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
yang bersifat yuridis empiris, karena dilakukan penelitian lapangan akan berlakunya
43
Koentjara Ningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1997, hal 16.
44
Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, PT.Bumi Aksara, Jakarta,
2002, hal 1.
45
Sutrisno Hadi, Metodologi Riset, ANDI, Yogyakarta, 2000, hal 4.
46
Soejono Soekanto, op.cit., hal 43.
jabatannya yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Notaris dan juga untuk melihat
seperti apa penerapan dilapangan dan masyarakat. Dalam hal ini pendekatan yuridis
hukum dikonsepkan sebagai suatu gejala empiris yang dapat diamati dalam
kehidupan nyata.
antara Norma Hukum yang berlaku dengan kenyataan yang ada di kehidupan nyata.
terjadinya dan proses bekerjanya hukum. Pendekatan ini bertujuan untuk memahami
bahwa hukum itu tidak semata-mata sebagai salah satu perangkat aturan perundang-
undangan yang bersifat normatif belaka, akan tetapi hukum dipahami sebagai
bermasyarakat.
Data pokok dalam penelitian ini adalah data primer yang meliputi :
47
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2003, hal 43.
Langkat.
primer, seperti data yang diperoleh dari bahan pustaka, hasil-hasil penelitian,
hasil karya dari kalangan pakar hukum, buku-buku serta bahan dokumen-
maupun petunjuk terhadap data primer yang berasal dari berbagai literatur.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk
dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum hukum
sekunder yang mengikat khususnya dibidang kenotariatan, seperti Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris, Peraturan Menteri
Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republic Indonesia Nomor : M.02.PR.08.10
Tahun 2004 Tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian
Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja Dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis
Pengawas Notaris, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHP Perdata),
peraturan kamus umum, kamus hukum, majalah/jurnal atau surat kabar
sepanjang memuat informasi yang relevan dengan materi penelitian ini. 48
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis
48
Soeryono Soekanto dan Sri Madmuji, Penelitian Hukum Normatif, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hal 23.
Penelitian lapangan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk
notaris yang terjadi di lapangan terkait dengan penelitian yang diteliti. Dalam
hal ini peneliti akan melakukan wawancara kepada Ketua dan atau Sekretaris
MPD Binjai-Langkat yang akan dijadikan sebagai data primer atau data
pokok.
4. Analisis Data
research) serta data pendukung yang diperoleh dari Penelitian Kepustakaan (library
keabsahannya, kemudian data diseleksi, diolah dan dikelompokkan atas data yang
melihat kecendrungan yang ada. Terhadap data yang sifatnya kualitatif ditafsirkan
terhadap Notaris. Dengan menggunakan metode deduktif ini, maka akan diperoleh
Dari hasil pembahasan dan analisis ini diharapkan akan diperoleh kesimpulan yang
dilakukan oleh notaris dalam hal memproduksi akta akta autentik. Adapun yang
merupakan tujuan dari pengawasan dan pembinaan tersebut adalah agar para notaris
masyarakat, karena notaris diangkat oleh pemerintah, bukan untuk kepentingan diri
notaris dilakukan oleh badan peradilan, sebagaimana pernah diatur dalam pasal 96
Lembaran negara 1946 nomor 135 dan Pasal 50 Peraturan Jabatan Notaris. Dengan
Nomor 13 Tahun 1965 tentang Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Umum dan
Mahkamah Agung. Kemudian dibuat pula Surat Edaran Mahkamah Agung Republik
35
Universitas Sumatera Utara
36
Indonesia Nomor 2 Tahun 1984 tentang Tata Cara Pengawasan Terhadap Notaris,
diri notaris dan terakhir dalam Pasal 54 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004.
Namun, pada tahun 1999 sampai dengan tahun 2001 dilakukan perubahan
merubah pula kekuasaan Kehakiman. Dalam pasal 24 ayat (2) UUD 1945
dan Badan Peradilan yang berada dibawahnya dalam Lingkungan Peradilan Umum,
tidak tepat lagi jika pengawasannya dilakukan oleh instansi lain dalam hal ini
badan peradilan. Kemudian tentang pengawasan terhadap notaris yang diatur dalam
Rechterlijke Organisatie en het beleid der justitie in Indonesia (LN 1847 No. 23 jo
1848 No. 57), Rechtsreglement buitengewesten (LN 1927 No. 227), Peraturan Jabatan
Notaris (LN 1860 No.3) dan sejak pada tanggal 6 Oktober 2004, maka diberlakukan
dari peraturan di atas bisa diketahui dan dipahami akan adanya penetapan notaris di
terhadap notaris yang semulanya dilakukan oleh badan peradilan yang ada pada
waktu itu kini berada dibawah wewenang Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Indonesia.
49
N.G. Yudara, Notaris dan Permasalahannya (Pokok-Pokok Pemikiran Di Seputar
Kedudukan Dan Fungsi Notaris Serta Akta Notaris Menurut Sistem Hukum Indonesia), Majalah
Renvoi Nomor 10.34.III, Jakarta, 2006, hal. 72.
50
Pasal 67 ayat (1) UUJN.
51
Pasal 67 ayat (2) UUJN.
52
Pasal 68 UUJN.
Pengawas Notaris yang mana jumlah Majelis Pengawas tersebut adalah 9 orang, yang
terdiri atas:53
terdiri atas:54
Tinggi setempat.
terdiri atas:55
tinggi setempat;
53
Pasal 67 ayat (3) UUJN.
54
Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor : M.02.Pr.08.10 Tahun 2004 Tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian
Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja, Dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris.
55
Ibid, Pasal 4 ayat (1).
atas:56
Hukum dan HAM.57 Majelis Pengawas Notaris secara umum mempunyai ruang
adalah sangat penting, karena pengawasan adalah suatu usaha untuk menjamin
berhasil guna.58 Majelis Pengawas Notaris adalah suatu badan yang mempunyai
terhadap notaris. Tujuan diadakannya pengawasan dari segi hukum, yaitu agar
56
Ibid, Pasal 5 ayat (1).
57
Hasil wawancara dengan Sekretaris Majelis Pengawas Daerah Binjai-Langkat.
58
Viktor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Hukum Administrasi Pemerintahan Di
Daerah, Sinar Grafika, Jakarta, 1993, hal 213.
hukum dalam rangka memberi perlindungan hukum bagi rakyat, yang terdiri
kewenangan notaris yang sangat penting bagi lalu lintas hukum dalam
berdasarkan :
dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Majelis Pengawas yang dibentuk oleh Menteri.
dari Menteri dapat dianggap sebagai menerima tugas dari Menteri (secara atributif)
59
Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara, Rajawali Press, Jakarta, 2002. hal 314.
60
Habib Adjie,Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) sebagai Unifikasi Hukum
Pengaturan Notaris, Renvoi, No. 28, Th. III, 2005, hal 130.
pengawasan terhadap notaris ada pada pemerintah, sehingga berkaitan dengan cara
Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Pengawasan adalah kegiatan yang bersifat preventif dan kuratif termasuk kegiatan
1. Pengawasan Preventif;
2. Pengawasan Kuratif;
3. Pembinaan.
adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris.63 Pemberian wewenang seperti itu
telah memberikan wewenang yang sangat besar kepada Majelis Pengawas. Bahwa
Kode Etik notaris merupakan pengaturan yang berlaku untuk anggota organisasi
61
Habib Adjie, Op cit., Hal 131.
62
Ibid., Hal 144.
63
Pasal 70 huruf a UUJN.
notaris, jika terjadi pelanggaran kode etik notaris tersebut, maka organisasi notaris
kewenangan Majelis Pengawas yang perlu untuk diluruskan sesuai aturan hukum
yang berlaku, yaitu atas laporan Majelis Pemeriksa jika menemukan suatu tindak
pidana dalam melakukan pemeriksaan terhadap notaris, maka Majelis Pengawas akan
Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan jabatan notaris sebagaimana yang
tertuang dalam Pasal 70 huruf a, Pasal 73 ayat (1) huruf a dan b, Pasal 77 huruf a dan
1. Kode Etik;
masing dalam melakukan pengawasan dan untuk menjatuhkan sanksi. UUJN tidak
64
Dwikky Bagus Wibisono, Peranan MPD Terhadap Pengawasan Pelaksanaan Jabatan
Notaris Vol 5 No 1, Jurnal Akta, 2018, Hal 183.
notaris, tetapi hanya MPW dan MPP yang berwenang untuk memberikan sanksi.
MPW berwenang untuk memberikan sanksi berupa teguran lisan atau tertulis,65 yang
sanksi tersebut bersifat final.66, dan putusan dapat mengusulkan kepada MPP berupa
pemberhentian sementara dari jabatan notaris 3 (tiga) sampai 6 (enam) bulan, dan
dapat mengusulkan kepada MPP untuk memberhentikan secara tidak hormat dari
jabatan notaris.67 Di dalam Pasal 77 huruf c dan d UUJN, MPP berwenang untuk
kepada Menteri.
Wewenang MPD diatur dalam UUJN, Peraturan Menteri Hukum dan HAM
Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor M.39-PW.07.10 Tahun 2004. Dalam
65
Pasal 73 ayat (1) huruf e UUJN.
66
Pasal 73 ayat (2).
67
Pasal 73 ayat (1) huruf f UUJN.
bersangkutan;
e) Menentukan tempat penyimpanan protokol notaris yang ada pada saat serah
terima protokol notaris telah berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih;
a) Mencatat dalam buku daftar yang termasuk dalam protocol notaris dengan
tangan yang disahkan dan yang dibuat sejak tanggal pemeriksaan terakhir;
d) Menerima salinan yang telah disahkan dari daftar akta dan daftar lain dari
pemeriksaan tersebut kepada MPW dalam waktu 30 (tiga puluh) hari, dengan
Wewenang MPD juga diatur dalam Peraturan Menteri Hukun dan HAM
Republik Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 tahun 2004, seperti dalam pasal 13 ayat
(1) dan (2) yang menegaskan bahwa, kewenangan MPD yang bersifat administratif
dilaksanakan oleh ketua, wakil ketua atau salah satu anggota yang diberi wewenang
a) Memberikan izin cuti untuk jangka waktu sampai dengan 6 (enam) bulan;
terima protokol notaris telah berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih;
e) Memberi paraf dan menandatangani daftar akta, daftar surat dibawah tangan
yang disahkan, daftar surat dibawah yang yang dibukukan dan daftar surat
f) Menerima penyampaian secara tertulis salinan dari daftar akta, daftar surat
dibawah tangan yang disahkan dan daftar surat dibawah tangan yang
dibukukan yang telah disahkannya, yang dibuat pada bulan sebelumnya paling
lambat 15 (lima belas) hari kalender pada bulan berikutnya, yang memuat
rapat MPD diatur dalam pasal 14 Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik
akta yang dibuatnya atau protokol notaris yang berada dalam penyimpanan
notaris.
waktu yang dianggap perlu, dengan terlebih dahulu secara tertulis kepada
pemeriksaan dilakukan;
jam, hari, tanggal dan nama anggota MPD yang akan melakukan
pemeriksaan;
3). Pada waktu yang ditentukan unntuk melakukan pemeriksaan, notaris yang
pemeriksaan terhadap notaris yang dilakukan oleh sebuah Tim Pemeriksa, yaitu :
1). Pemeriksaan secara berkala dilakukan oleh Tim Pemeriksa yang terdiri atas 3
(tiga) orang anggota dari masing-masing unsur yang dibentuk oleh MPD yang
2). Tim pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menolak untuk
3). Dalam hal Tim Pemeriksa mempunyai hubungan sebagaimana dimaksud pada
Wewenang MPD juga diatur dalam Keputusan Menteri Hukum dan HAM
kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 70,71 UUJN, Pasal 12 ayat (2),
Pasal 14, 15, 16, dan 17 Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia
2). Memberitahukan kepada MPW adanya dugaan unsure pidana yang ditemukan
4). Menandatangani dan member paraf Buku Daftar Akta dan buku khusus yang
a. Laporan berkala 6 (enam) bulan sekali atau pada bulan Juli dan
Januari;
cuti.
Tahun 2004 dan Keputusan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor
M.39-PW.07.10 Tahun 2004. Dalam pasal 73 ayat (1) UUJN diatur mengenai
c) Memberikan izin cuti lebih dari 6 (enam) bulan sampai dengan 1 (satu) tahun;
atau;
4). Putusan diucapkan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
dalam Pasal 91A UUJN, dan Pasal 26 Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik
Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor M.39-PW.07.10 Tahun 2004
2). Memeriksa dan memutus keberatan atas putusan penolakan cuti oleh MPD;
4). Melaporkan kepada instansi yang berwenang adanya dugaan unsur pidana
a) Laporan berkala setiap 6 (enam) bulan sekali dalam bulan Agustus dan
Februari;
Majelis Pemeriksa.
Tahun 2004 dan Keputusan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor
kepada Menteri.
1). Memberikan izin cuti lebih dari 1 (satu) tahun dan mencatat izin cuti dalam
sertifikat cuti;
hormat;
tingkat banding terhadap penolakan cuti dan putusan tersebut bersifat final.
1). Pengawasan;
meliputi pelaksanaan Jabatan Notaris berdasarkan UUJN, Kode Etik Jabatan (bukan
kode etik profesi) dan aturan hukum lainnya, tapi juga meliputi perilaku notaris
Bahwa perilaku notaris yang harus diawasi oleh Majelis Pengawas, antara lain
dengan norma agama, norma keasusilaan dan norma adat dan “Perbuatan yang
68
Majalah Berita Bulanan Notaris/PPAT, RENVOI NO. 22/Th.II/Maret 2005, PT. Jurnal
Renvoi Mediatama, Jakarta, 2005, hal 36.
sanksi apapun. Dalam hal ini, MPD hanya berwenang untuk melaporkan hasil
MPW hanya dapat menjatuhkan sanksi berupa teguran lisan atau tertulis, dan
sementara dari jabatan notaris selama 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam)
Sanksi dari MPW berupa teguran lisan dan teguran tertulis yang bersifat final
tidak dapat dikategorikan sebagai sanksi, tapi merupakan tahap awal dari
aspek prosedur paksaan nyata untuk kemudian dijatuhi sanksi yang lain,
menunggu dalam jangka waktu tertentu sebelum dijatuhkan sanksi yang lain,
Pengawas harus berdasarkan kewenangan yang telah ditentukan UUJN sebagai acuan
untuk mengambil keputusan. Hal ini perlu dipahami karena anggota Majelis
Pengawas tidak semua berasal dari notaris, sehingga tindakan atau keputusan dari
suatu badan, bukan tindakan anggota Majelis Pengawas yang dianggap sebagai
tindakan instansi.
yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Notaris. 69 Majelis Pengawas Notaris dalam
memberikan sanksi-sanksi tertentu dari MPW kepada MPP ataupun MPP kepada
Menteri.70
ada pada Menteri sendiri, yang dibuat, diciptakan, dan diperintahkan dalam undang-
69
Eureika Kezia Sakudu dan Wahyuni Syafitri, Peranan MPW Dalam Melakukan
Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Jabatan Notaris Terkait UUJN, Jurnal Akta, 2017, Hal 69.
70
Dalam hal ini Majelis Pengawas Daerah tidak diberikan kewenangan oleh peraturan yang
mengatur tentang pemberian sanksi kepada notaris. Sebab kewenangan yang dapat memberikan sanksi
kepada notaris hanya dimiliki oleh Majelis Pengawas Wilayah dan Majelis Pengawas Pusat. Majelis
Pengawas Daerah hanya dapat memberikan laporan kepada Majelis Pengawas Wilayah tentang notaris
yag melakukan pelanggaran.
71
Dwikki Bagus Wibisono, Op.cit., hal 183.
Dengan demikian jika Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia yang
Majelis Pengawas Notaris untuk melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan
Pengawas Notaris bisa jalan, akan tetapi dengan keluarnya Peraturan Menteri Hukum
dan ingin menarik kembali delegasinya yang sudah diberikan kepada Majelis
Pengawas Notaris.
dan tindakan yang dilakukan oleh notaris diluar menjalankan jabatannya diawasi oleh
wujud dari perlindungan hukum terhadap notaris itu sendiri oleh karena dengan
adanya suatu pengawasan, maka setiap notaris dalam berperilaku dan tindakannya
baik dalam menjalankan jabatannya maupun diluar jabatannya selalu dalam koridor
hukum.
terhadap notaris, agar dalam menjalankan tugas jabatannya tidak menyimpang dari
Notaris adalah agar segala hak dan kewenangan maupun kewajiban yang diberikan
kepada notaris dalam menjalankan tugas jabatannya sebagaimana yang diberikan oleh
telah ditentukan, bukan hanya jalur hukum, tetapi juga atas dasara moral dan etika
demi terjaminnya perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi pihak yang
membutuhkannya. Dan peranan Majelis Pengawas Notaris ini sangat penting didalam
dunia kenotariatan.
bukti berupa akta autentik sesuai permintaan kepada notaris. Mekanisme pengawasan
yang dilakukan secara terus menerus terhadap notaris di dalam menjalankan tugas
Notaris, dan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor
Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja, dan Tata Cara Pemeriksaan
dalam UUJN serta Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Anggota, Pemberhetian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara
Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris dan Keputusan Menteri Hukum dan Hak
Kabupaten/Kota72;
72
Pada pasal 69 ayat (2a) merupakan refleksi dari keadaan pengawasan notaris selama ini.
Sebelum adanya perubahan ini, pengawasan Majelis Pengawas Daerah berdasarkan wilayah
kabupaten/kota.
3) Ketua dan wakil ketua Majelis Pengawas Daerah dipilih dari dan oleh anggota
4) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan anggota Majelis Pengawas Daerah
5) Majelis Pengawas Daerah dibantu oleh seorang sekretaris atau lebih yang
berperan penting dalam melaksanakan fungsi tersebut. Hal ini dikarenakan Majelis
yang berlaku. Selain itu juga, hal ini bertujuan agar notaris dapat menjalankan
tugasnya sebagai pejabat umum dengan benar dan dapat meminimalisir terjadinya
adanya pembinaan dan pengawasan yang langsung diawasi oleh badan atau lembaga
resmi dari pemerintah yaitu dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia ini merupakan suatu hal yang efektif dalam
Indonesia. Hal ini dikarenakan dengan dibentuknya Majelis Pengawas ini dapat
Indonesia sebagai pemerintahan yang menjadi induk dari notaris-notaris yang ada di
Indonesia.
Permen nomor M.02.PR08.10 Tahun 2004, anggota MPD diangkat oleh Kepala
dilakukan. Para anggota MPD Binjai-Langkat tersebut telah diambil sumpah dan
pelantikannya oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan Hak Asasi
dan tanggung jawab notaris selaku Pejabat Pembuat Akta Autentik bisa dilaksanakan
berlaku dengan harapan agar akta yang dibuat oleh notaris lebih berkualitas sebagai
alat bukti yang kuat dan sah dalam pembuktian yang pada akhirnya dapat
wawancara terhadap salah satu anggota MPD Binjai-Langkat bahwa Formasi notaris
61
Universitas Sumatera Utara
62
yang terdapat di daerah Binjai-Langkat adalah sebanyak 165 orang. Yang mana
terbagi menjadi 2 bagian daerah yaitu Binjai sebanyak 73 orang notaris dan Langkat
Program kerja MPD Binjai-Langkat adalah melakukan salah satu tugas dan
Langkat dilakukan dengan 2 (dua) mekanisme yaitu mekanisme langsung dan tidak
langsung.73
Langkat yang berjumlah kurang lebih 165 kantor notaris, pengawasan dan
berkala oleh MPD Binjai-Langkat, juga dilaksanakan pada waktu tertentu. Waktu
tertentu ini adalah pemeriksaan yang dilaksanakan beberapa kali setiap tahunnya atau
73
Hasil wawancara dengan Bapak Enrico Naibaho, SH selaku Anggota MPD Binjai-Langkat
yang dilakukan pada tanggal 6 Mei 2019.
dilakukan apabila diperlukan atau dalam keadaaan mendesak untuk keperluan dari
langsung ini tidak dilakukan terhadap notaris yang sudah disiplin dalam melakukan
yang bagus dari notaris tersebut. Secara tidak langsung bahwasanya tidak semua
hanya diberikan waktu untuk melakukan pemeriksaan terhadap notaris selama 3 hari.
terhadap notaris juga dapat bersumber dari laporan masyarakat terkait pelanggaran
yang dilakukan oleh notaris dilapangan. Adapun tata cara pengawasan dan
tentang adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan notaris harus bersifat tertulis dan
disampaikan dalam bahasa Indonesia yang disertai dengan alat bukti yang cukup serta
identitas pelapor juga harus jelas. Laporan akan diterima oleh Sekretariat MPD
Binjai-Langkat melalui Sekretaris, yang akan ditelaah dan dikaji dari segi formal
laporan baik identitas, bukti permulaan, identitas notaris yang dilaporkan, serta dari
segi materiil laporan seperti apakah laporan tersebut merupakan salah satu bagian
Jika laporan dinyatakan lengkap, maka laporan akan diterima oleh sekretraris,
dan apabila terdapat kekurangan secara formal maka akan dikembalikan untuk
dilengkapi, serta jika dari segi materiil tidak memenuhi persyaratan akan ditolak
dengan penyampaian secara tertulis dari MPD. Laporan yang telah diterima akan
deregister oleh sekretaris dalam buku register perkara MPD dan diberikan nomor
register. Laporan yang telah deregister akan disampaikan kepada ketua MPD untuk
dapat dikaji lebih lanjut dan selanjutnya ditetapkan Majelis Pemeriksa paling lambat
3 (tiga) hari setelah perkara diregister yang terdiri dari 3 orang anggota yang terdiri
dari ketiga unsur (Birokrasi, Akademisi, dan Profesi Notaris) yang dibantu oleh
menunjuk salah satu unsur sebagai Ketua Majelis Pemeriksa dalam waktu paling
Majelis tersebut harus sudah terselesaikan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
sekretaris untuk memanggil kedua belah pihak (pelapor dan terlapor), dengan surat
panggilan yang sudah diterima paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum hari
laporan dari pihak pelapor dan dapat ditanggapi oleh terlapor berdasarkan bukti yang
dimiliki. Jika pada pemeriksaan pertama pihak pelapor tidak hadir walaupun telah
pemanggilan kedua. Dan apabila pada pemeriksaan kedua pelapor tidak dating juga
maka laporan dinyatakan gugur dan tidak dapat diajukan kembali. Kemudian jka
terlapor tidak hadir pada pemeriksaan pertama maka dipanggil untuk kedua kalinya,
dan jika pada saat pemeriksaan kedua tidak hadir maka pemeriksaan dilanjutkan dan
diputus tanpa kehadiran terlapor. Pemeriksaan dilakukan secara tertutup untuk umum.
Hasil dari pemeriksaan oleh tim pemeriksa yang tertuang dalam berita acara
pemeriksaan dievaluasi untuk menilai tingkat kepatuhan notaris terhadap UUJN dan
Kode Etik Notaris, dan hasil evaluasi tersebut yang dijadikan pertimbangan dalam
Untuk mencapai sebuah praktek pembinaan dan pengawasan yang ideal, pada
pengawasan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai
melalui kegiatan tersebut. Oleh karena itu, langkah-langkah yang diambil oleh
jabatan notaris dan melakukan pembinaan terhadap notaris itu sendiri yang
mengacu kepada apa yang diatur dalam UUJN, Permen dan Kepmen.
b) Pengawasan yang bersifat preventif dan kuratif yang dilakukan oleh MPD
pihak-pihak yang terkait dengan profesi notaris antara lain yaitu unsur
74
Didit Wiranto, Peranan Majelis Pengawas Terhadap Pengawasan Pelaksanaan Tugas
Jabatan Notaris Di Kabupaten Sleman, Jurnal Akta, Vol 5 No.1, 2018, Hal 132.
dalam menjaga penegakkan kode etik notaris dan pelaksanaan tugas jabatan
notaris. Dan selain itu, sosialisasi ini juga bertujuan untuk agar masyarakat
sebagai pengguna jasa notaris dapat lebih mengetahui hak dan kewajibannya
yang bersifat preventif dan kewenangan-kewenangan mana saja yang bersifat kuratif,
sebagai berikut :
pelanggaran yang dilakukan oleh notaris terhadap UUJN dan Kode Etik.
Dalam hal untuk pembinaan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah
disampaikan kepada para notaris secara lisan yang disampaikan langsung oleh
dikantornya dan mempersiapkan semua protokol yang akan diperiksa, yang terdiri
dari :
a) Minuta Akta;
d) Buku Daftar Nama Penghadap Atau Klapper Dari Daftar Akta Dan Daftar
Selain hal-hal yang disebutkan diatas, tim pemeriksa juga memeriksa antara
lain : Kondisi Kantor Notaris, Surat Pengangkatan Sebagai Notaris Dan Berita Acara
Sumpah Jabatan, Surat Keterangan Izin Cuti Notaris Serta Sertifikat Cuti Notaris,
Keadaan Arsip, Keadaan Penyimpanan Akta, Laporan Bulanan, Uji Petik Terhadap
Untuk selanjutnya, tim pemeriksa mencatat pada buku daftar dan bundel
pemeriksaan, jumlah akta serta jumlah surat dibawah tangan yang disahkan dan
dibuat sejak tanggal terakhir pemeriksaan. Hasil dari pemeriksaan oleh tim pemeriksa
yang tertuang dalam Berita Acara Pemeriksaan di evaluasi untuk menilai tingkat
kepatuhan notaris terhadap UUJN dan Kode Etik Notaris dan hasil evaluasi tersebut
Sumatera Utara atau iuran dari masing-masing notaris yang ada di Binjai-
negeri di instansi terkait. Dengan adanya keterbatasan waktu ini, maka para
dalam membagi waktu dan mensikronkan waktu mereka bersama untuk dapat
Manusia Provinsi Sumatera Utara menjadi secretariat bagi MPD dan tentunya
Notaris di Binjai-Langkat.
d) Notaris yang kurang kooperatif dan aktif dengan MPD Binjai-Langkat terkait
ada juga admistrasi yang harus dilengkapi. Tapi dalam prakteknya, notaris
masih kurang kooperatif dalam hal tersebut. Majelis Pengawas Daerah Binjai-
benar. Kalau kewajiban seorang notaris itu tidak dilengkapi dan dijalankan
dengan benar, maka MPD tidak bisa mengeluarkan yang namanya Conduite
tersebut.
memberikan sanksi kepada para notaris yang melakukan pelanggaran. Hal ini
sanksi oleh MPD tanpa harus melapor dahulu kepada MPW. Dan hal ini
76
Hasil wawancara dengan Ibu Martina Lova, SH, MH selaku Sekretaris MPD Binjai-Langkat
yang dilakukan pada tanggal 06 Mei 2019.
membuat MPD menjadi lebih dihargai dan dihormati oleh notaris. Karena hak
Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat 11 Kode Etik Notaris, setiap anggota
INI diwajibkan membayar uang iuran secara tertib, sedangkan tidak ada
mewajibkan notaris untuk membayar uang iuran kepada MPD, karena Majelis
Kemenkumham.
menjadi kurang baik dimana hal tersebut menjadi salah satu penghambat pelaksanaan
terjadi. Hal ini dikarenakan tiap-tiap orang yang menerima usulan pengangkatan
dirinya sebagai anggota MPD dari masing-masing unsur sudah seharusnya mampu
bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan jabatan yang diembannya sebagai
anggota MPD.77
77
Untuk itu, setiap anggota MPD yang terpilih harus bisa menyesuaikan waktunya untuk
melaksanakan tugas sebagai anggota MPD demi berjalannya fungsi dan tugas MPD dengan baik dan
benar. Selain itu juga, MPD harus memberikan waktu khusus kepada anggota MPD tanpa harus
menyesuaikan diri dengan waktu yang dimiliki oleh anggota, akan tetapi anggota lah yang harus patuh
dengan waktu yang sudah ditentukan oleh MPD.
Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Provinsi Sumatera Utara. Jika
dengan melampirkan keterangan dan bukti yang cukup mengenai hal tersebut.
memberikan waktu khusus atau yang terjadwal yang harus diikuti oleh para
notaris. Karena jika menunggu waktu kosong dari para majelis pengawas,
78
Hasil wawancara dengan Anggota MPD Binjai-Langkat yang dilakukan pada tanggal 6 Mei
2019.
anggota MPD.
sosialisasi dan himbauan kepada para notaris yang bersangkutan. Baik melalui
lisan dan tulisan agar lebih kooperatif lagi dalam melakukan laporan atau
pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah kepada
lebih yang diberikan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
memadai untuk menjalankan tugas dan fungssi dari Majelis Pengawas Notaris dan
pelanggaran Kode Etik Notaris, pada saat seorang notaris melakukan kesalahan-
untuk memeriksa dan mengadilinya adalah Peradilan Profesi Notaris, yang dijalankan
oleh Majelis Pengawas Notaris secara berjenjang, hal ini untuk memberikan jaminan
hukum bagi profesi notaris, terutama untuk menghindari campur tangan pihak
manapun.79
Berdasarkan pasal 16 ayat (1) butir (a) UUJN, dalam menjalankan jabatannya
notaris berkewajiban bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga
kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum. Berkaitan dengan hal itu
disebutkan juga dalam pasal 3 angka 4 kode etik notaris bahwa notaris harus
bertindak jujur, mandiri, tidak berpihak, penuh rasa tanggung jawab berdasarkan
peraturan perundang-undangan dan isi sumpah jabatan notaris. Jujur baik terhadap
diri sendiri, terhadap klien, dan terhadap profesi. Mandiri, dalam arti dapat
menyelenggarakan kantor sendiri, tidak bergantung pada orang atau pihak lain serta
tidak menggunakan jasa pihak lainnya yang dapat mengganggu kemandirian. Tidak
berpiahk, berarti tidak membela/menguntungkan salah satu pihak dan selalu bertindak
untuk kebenaran dan keadilan. Penuh rasa tanggung jawab, dalam arti selalu dapat
79
Lathifah Hanim, Peranan MPD Terhadap Pengawasan Pelaksanaan Tugas Jabatan Notaris di
Kabupaten Sleman, Jurnal Akta, 2018, hal 132.
jujur dalam menjalankan profesinya sebagai notaris selaku pejabat umum. Adapun
Pelanggaran Umum
atau petunjuk kepada notaris-notaris agar lebih tertib dan disiplin lagi dalam
pengisian buku protokol notaris. Untuk pelanggaran ini biasanya MPD hanya
pelanggaran.
b) Pelanggaran kode etik notaris. Pelanggaran kode etik notaris juga merupakan
pembinaan terhadap notaris perihal kode etik notaris dengan tujuan untuk
80
Hasil wawancara dengan Anggota MPD Binjai-Langkat yang dilakukan pada tanggal 6 Mei
2019.
c) Kantor notaris yang belum sesuai standar dengan syarat yang telah ditetapkan
memiliki kantor yang belum sesuai dengan standar sebagaimana yang telah
ditetapkan oleh undang-undang. Selain itu, masih ada juga notaris yang
d) Laporan bulanan yang tidak tepat waktu. Masih ada notaris yang melakukan
kepada MPD lewat dari waktu yang sudah ditentukan. Hal ini merupakan
tugasnya sebagai pejabat umum. Untuk hal ini, MPD biasanya memberikan
teguran secara lisan dan pembinaan kepada notaris yang terkait untuk lebih
Pelanggaran Khusus
menyatakan bahwa notaris yang telah dilantik dan disumpah wajib untuk
waktu kerja yang sesuai dengan kantor-kantor pada umumnya yang telah
ditentukan dan atau harus wajib memiliki dan membuka kantor secara nyata.81
Hal ini wajib dilakukan dengan tujuan untuk menjalankan fungsi dari suatu
kedudukan yang menunjukan tugas dan hak seseorang yang memiliki profesi
guna untuk memperoleh hasil atau mencapai suatu tujuan tertentu. Dan hal ini
juga merupakan suatu kewajiban yang dimiliki oleh notaris selaku pejabat
kenyataannya dalam praktek tidak sesuai dengan apa yang telah diatur oleh
Contoh Pelanggaran
Binjai yang terindikasi tidak menjalankan jabatannya secara nyata. Hal ini
sebagaimana mestinya dalam jangka waktu yang lama. Dalam hal lain,
Notaris harus selalu membuka kantornya sesuai dengan waktu kerja yang
telah ditentukan di tempat notaris itu berada dengan tujuan agar masyarakat memiliki
tempat untuk mengadu atau berkonsultasi dengan notaris mengenai pembuatan akta
Selain itu, hal tersebut bertujuan agar berjalannya fungsi notaris dalam memberikan
bersifat permanen. Karena jika tiba waktunya pemeriksaan yang dilakukan oleh MPD
jabatannya sebagai pejabat umum. Padahal kejujuran merupakan suatu hal yang
sangat ditekankan kepada notaris di dalam kode etik notaris dan sebagai tugas serta
tidak menemukan kantor notaris yang selalu tutup atau tidak pernah buka dalam
jangka waktu yang lama. Hal ini dikarenakan ada kemungkinan notaris yang
berdasarkan hal tersebut, maka MPD berasumsi bahwa notaris telah menjalankan
jabatannya secara nyata dan benar. Selain itu, ada kemungkinan lain juga dikarenakan
keterbatasan waktu yang diberikan kepada MPD dalam melakukan pemeriksaan dan
pengawasan terhadap notaris secara langsung, sehingga tidak semua notaris dapat
yang di ambilnya sewaktu dilantik menjadi notaris. Adapun isi dari sumpah/janji
notaris tersebut berdasarkan Pasal 4 ayat (2) UUJN adalah sebagai berikut :
“ Saya bersumpah/berjanji:
83
Kejujuran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menjalankan suatu jabatan,
apapun jabatan itu tetap harus mengedepankan kejujuran. Sebab hal tersebut dapat memberikan nilai
moral yang baik dimata masyarakat. Terutama dalam profesi notaris. Mengingat notaris memiliki tugas
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam pembuatan akta otentik.
Bahwa saya akan patuh dan setia kepada Negara Republik Indonesia, Pancasila
perundang-undangan lainnya.
Bahwa saya akan menjalankan jabatan saya dengan amanah, jujur, seksama,
Bahwa saya akan menjaga sikap, tingkah laku saya dan menjalankan kewajiban
saya sesuai dengan Kode Etik profesi, kehormatan, martabat, dan tanggung jawab
Bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam
Bahwa saya untuk dapat diangkat dalam jabatan ini, baik secara langsung maupun
tidak langsunng dengan nama atau dalih apapun, tidak pernah dan tidak akan
bertindak jujur. Dengan adanya pelanggaran ini, maka notaris yang bersangkutan
sudah tidak jujur dalam melaksanakan jabatannya sebagai pejabat umum. Minimal
dia tidak jujur dengan dirinya sendiri dan terhadap profesinya dalam melaksanakan
masyarakat yang memerlukan dokumen hukum (akta autentik) dalam bidang hukum
memberikan jaminan dan bukti yang kuat, seorang ahli yang tidak memihak dan
penasihat yang tidak ada cacatnya (onkreukbaar atau unimpeachable), yang tutup
mulut, dan membuat suatu perjanjian yang dapat melindunginya di hari-hari yang
akan datang. Kalau seorang advokat membela hak-hak seseorang ketika timbul suatu
kesulitan, maka seorang Notaris harus berusaha mencegah terjadinya kesulitan itu.85
diantara nya yaitu harus bertindak jujur. Sejalan dengan hal tersebut, maka dipegang
profesi notaris sebagai abdi masyarakat.86 Kejujuran merupakan suatu nilai moral
yang sangat penting yang harus dimiliki oleh setiap orang yang memiliki profesi atau
jabatan dalam pekerjaan tertentu. Dengan dikedepankannya nilai moral kejujuran ini
84
Habib Adjie, Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia, cet. 1, Bandung: CV. Mandar
Maju, 2009, hal. 27-28.
85
Tan Thong Kie, Studi Notariat dan Serba Serbi Praktek Notaris, cet. 1, PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve, Jakarta, 2007, hal 449.
86
Wahyuni Safitri, Peranan MPW Terhadap Pelaksanaan Jabatan Notaris, Jurnal Akta, 2017,
hal 73.
maka setiap orang yang memiliki profesi tertentu atau jabatan dalam suatu pekerjaan
tertentu dapat menjalankan tugas dan amanah yang diberikan kepadanya dengan baik
dan benar.
Masalah mendasar yang dihadapi dewasa ini adalah kualitas sumber daya
adalah tuntutan jiwa seorang notaris. Melalui semangat berpikir demikian, notaris
Notaris harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas dan mendalam serta
keterampilan yang baik dalam merancang, menyusun, membuat berbagai akta
autentik, susunan bahasa, teknis yuridisnya rapi, baik dan benar, karena
disamping keahlian tersebut diperlukan pula kejujuran, ketulusan dan
memiliki sifat atau pandangan yang sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.87
dari segi jumlah maupun kemampuan. Hendaklah diadakan seleksi yang cukup ketat
pendidikan notaris perlu didorong agar dapat menyusun program yang seragam,
edukatifnya.
jumlah lulusan yang melebihi alokasi penempatan Notaris dengan ratio wilayah
87
Komar Andasasmita, Notaris Dengan Sejarah, Peranan, Tugas Kewajiban, Rahasia
Jabatannya, Sumur, Bandung, 1981, hal 14.
masalah yakni tumbuhnya persaingan yang tidak sehat diantara notaris dan meluas
yang tinggi dan berdasarkan keterpanggilan, serta ikrar untuk menerima panggilan
demikian profesi tidaklah sekali-kali boleh disamakan begitu saja dengan kerja biasa
yaitu :
yang dijunjung tinggi dalam masyarakat, yang oleh karena itu tak akanlah
kerja itu meningkatkan atau mengharapkan imbalan upah materiil untuk para
88
G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta, Erlangga, Hal 48.
tinggi, yang karena itu amat mensyaratkan adanya pendidikan dan pelatihan
c) Bahwa kualitas teknis dan moral yang amat disyaratkan dalam kerja-kerja
jabatannya secara nyata setelah dilantik dan disumpah jabatan merupakan suatu
perbuatan yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
selaku pejabat umum. Karena notaris juga harus memiliki tanggung jawab etika
hukum yang tinggi berupa nilai-nilai atau ukuran-ukuran etika, penghayatan terhadap
keluhuran dan tugas jabatannya, serta integritas dan moral yang baik.
menjalankan jabatannya dengan jujur, seksama dan tidak memihak. Seorang notaris
juga harus patuh dan taat dengan semua peraturan-peraturan dan nilai moral bagi
89
Soetandyo Wignjosoebroto, Profesi Profesionalisme dan Etika Profesi, Media Notariat,
2001, Hal 32.
mematuhi semua isi dari peraturan-peraturan dan kode etik yang mengatur
tentang jabatan notaris. Hal ini sangatlah penting, karena hal tersebut dapat
dalam pembuatan akta otentik. Dengan adanya aturan yang mengatur notaris,
dengan benar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Maka dari itu, seorang
yang terikat dengan undang-undang. Untuk itu, sangat penting bagi notaris
ini.
sebagai pejabat umum. Selain sebagai pejabat pembuat akta autentik, profesi
90
Hasil wawancara dengan salah satu anggota MPD Binjai-Langkat pada tanggal 6 Mei 2019.
notaris juga merupakan profesi yang sangat menekankan dalam bersikap dan
berprilaku serta harus memiliki nilai moral yang bagus dalam menjalankan
perilaku dan kinerjanya oleh masyarakat. Untuk itu, perlunya kejujuran dan
kedisiplinan dalam menjalankan profesi ini. Dan hal ini juga merupakan
Jabatan Notaris serta kode etik notaris agar tidak menyalahi aturan-aturan
nilai moral yang sangat penting dalam menjalankan semua profesi atau
notaris ini. Karena notaris merupakan pejabat umum yang senantiasa dekat
autentik.
memungkinkan notaris tidak fokus menjalankan jabatannya. Hal ini bisa jadi
jabatannya. Karena seorang notaris harus terlebih dahulu disiplin diri terhadap
keadaan tertentu, notaris dapat menolak untuk memberikan pelayanan dengan alasan-
alasan tertentu (Pasal 16 ayat [1] huruf d UUJN). Dalam penjelasan pasal ini,
ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan “alasan untuk menolaknya” adalah alasan
yang mengakibatkan notaris tidak berpihak, seperti adanya hubungan darah atau
semenda dengan notaris sendiri atau dengan suami/istrinya, salah satu pihak tidak
mempunyai kemampuan bertindak untuk melakukan perbuatan, atau hal lain yang
2) Apabila notaris tidak ada di tempat karena sedang dalam masa cuti;
91
R. Soegondo Notodisoerjo, op. cit., hal 97.
89
Universitas Sumatera Utara
90
lain;
5) Apabila penghadap atau saksi yang diajukan oleh penghadap tidak dikenal
6) Apabila yang berkepentingan tidak mau membayar biaya bea materai yang
diwajibkan;
yang tidak dikuasai oleh notaris yang bersangkutan, atau apabila orang-orang
yang menghadap berbicara dengan yang tidak jelas, sehingga notaris tidak
merupakan penolakan dalam arti hukum, dalam artian ada alasan atau argumentasi
hukum yang jelas dan tegas sehingga pihak yang bersangkutan dapat memahaminya.
oleh Menteri, dalam hal ini Menteri Hukum dan HAM. Seseorang agar dapat
tersebut mutlak harus dipenuhi, yang diatur dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 2
telah diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 menurut dengan
agama masing-masing yang dianut oleh notaris di hadapan Menteri atau pejabat yang
bulan atau 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan pengangkatan
sebagai notaris. Dalam hal ini, jika pengucapan sumpah/janji tidak dilakukan maka
keputusan pengatan notaris dapat dibatalkan oleh Menteri. Setelah seorang notaris
dilantik dan mengucapkan sumpah/janji, dalam waktu 60 (enam puluh) hari sejak
yang berupa:
c) Menyampaikan alamat kantor, contoh tanda tangan dan paraf serta teraan
cap/stempel jabatan Notaris berwarna merah kepada Menteri dan pejabat lain
menjalankan jabatannya sebagai pejabat umum dengan jujur, amanah, adil dan sesuai
92
Pengambilan sumpah/janji jabatan dilakukan dilakukan di kantor Kemenkumham tempat
notaris menjalani tugas yang dilakukan oleh pejabat kemenkumham yang berwenang.
atas, maka notaris sebagai pejabat umum atau organisasi profesi dalam menjalankan
8 ayat (1) UU Nomor 2 Tahun 2014 dinyatakan bahwa Notaris berhenti atau
1) Meninggal dunia;
3) Permintaan sendiri;
Sementara itu, dalam kaitannya dengan ketentuan Pasal 8 ayat (1) di atas,
Sejalan dengan ketentuan dalam Pasal 7 dan Pasal 8 di atas, maka Notaris
dapat diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya oleh menteri atas usul
2) Berada dibawah pengampuan secara terus menerus lebih dari tiga tahun;
atau
pada kode etik jabatan notaris. Oleh karena merupakan hasil pengaturan diri profesi
yang bersangkutan dan merupakan perwujudan nilai moral yang hakiki yang tidak
bisa dipaksakan dari luar maka hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan
nilai-nilai yang hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri, sehingga profesi tersebut
dan menjadi tolak ukur perbuatan anggota kelompok profesi serta merupakan upaya
kewajiban Ikatan Notaris Indonesia (INI) dan MPD hanyalah bersifat administratif
biasa, tanggung jawab tetap melekat pada notaris, artinya ada pengawasan diri sendiri
yang menjadi lebih penting agar tidak sampai mengalami permasalahan hukum. MPD
93
Abdulkadir Muhammad, op. cit., hal 72.
telah melakukan pengawasan dengan baik sebagai lembaga yang mengingatkan dan
notaris dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan jabatan dan kode etik.
Apabila ada indikasi oknum notaris yang melakukan pelanggaran tersebut, harus
ditindak sesuai dengan pelanggarannya dan diberikan sanksi tegas namun tentunya
dengan pemeriksaan yang adil. Semua berdasarkan mekanisme yang sesuai dengan
pelanggaran kode etik notaris, pada saat seorang notaris melakukan kesalahan-
yang dijalankan oleh Majelis Pengawas Notaris secara berjenjang. Hal ini untuk
memberi jaminan hukum bagi profesi notaris, terutama untuk menghindari campur
Berdasarkan Pasal 16 ayat (1) butir (a) UUJN, dalam menjalankan jabatannya
kepentingan pihak terkait dalam perbuatan hukum. Berkaitan dengan hal itu
disebutkan dalam Pasal 3 angka 4 Kode Etik Notaris bahwa notaris harus bertindak
jujur, mandiri, tidak berpihak, penuh rasa tanggung jawab berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan isi sumpah jabatan notaris. Baik jujur terhadap diri sendiri,
Hukum sebagai perintah dan menempatkan sanksi sebagai sesuatu yang memang
melekat pada hukum.94 Sanksi merupakan alat kekuasaan yang bersifat hukum publik
a) Teguran;
b) Peringatan;
Kode etik notaris merupakan suatu kaidah moral yang ditentukan oleh
mengatur tentang hal itu dan yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dari
94
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2008, hal
73.
95
Philipus M. Hadjon, Penegakan Hukum Administrasi dalam Kaitannya dengan Ketentuan
Pasal 20 ayat (3) dan (4) UU No. 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Yuridika, Surabaya, 1996, hal 1.
96
Tatiek Sri Djatmiati, Prinsip Izin Industri di Indonesia, Disertasi, Program Pascasarjana,
Univeersitas Airlangga, Surabaya, 2004, hal 82.
semua anggota perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas dan jabatan
sebagai notaris.
juncto Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 61
Tahun 2016 Tentang Tata Cara Penjatuhan Sanksi Administratif Terhadap Notaris
a) Peringatan tertulis;
b) Pemberhentian sementara;
sidang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris atau
sanksi kepada notaris yang melakukan pelanggaran terhadap UUJN dan Kode Etik
Notaris.
tugas dan kewenangan masing-masing, yang diatur dalam Pasal 70 sampai dengan
Pasal 77 UUJN juncto Bagian III Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
sanksi hanya dapat diberikan oleh Majelis Pengawas Wilayah dan Majelis Pengawas
Majelis Pengawas Daerah terhadap notaris, maka MPD akan melakukan pemeriksaan
terlebih dahulu terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh notaris dan akan
yang ditemukan oleh MPD tersebut. Untuk proses selanjutnya, maka keputusan akan
diambil oleh MPW atau MPP. Adapun wewenang MPD dalam Pasal 16 Peraturan
Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004,
mengatur mengenai pemeriksaan terhadap notaris yang dilakukan oleh sebuah Tim
Pemeriksa, yaitu:
1) Pemeriksaan secara berkala dilakukan oleh Tim Pemeriksa yang terdiri atas 3
(tiga) orang anggota dari masing-masing unsur yang dibentuk oleh MPD yang
2) Tim Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menolak untuk
Berita Acara dan dilaporkan kepada MPW, pengurus organisasi jabatan notaris dan
MPW, hal ini berdasarkan Pasal 17 Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik
pelanggaran dan memberikan laporan yang berbentuk berita acara laporan yang akan
yang bersangkutan. Hal ini sebagaimana yang disebutkan didalam Pasal 4 ayat (1)
dan (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor 61 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penjatuhan Sanksi Administratif Terhadap
1). Dalam hal terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh terlapor atau berdasarkan
bersangkutan;
Adapun selain tugas dan kewenangan MPD diatas, MPD juga memberikan
berbentuk berita acara kepada MPW. Namun, jika notaris yang bersangkutan tidak
menanggapi teguran MPD, maka dari itu MPD akan memberikan laporan kepada
mendapatkan sanksi peringatan tertulis oleh MPW setelah mendapat laporan dari
MPD berbentuk Berita Acara. Hal ini sebagaimana yang telah disebutkan didalam
Pasal 5 ayat (1) huruf a sampai dengan ayat (5) Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2016 tentang Tata Cara
contoh tanda tangan, dan paraf, serta teraan cap atau stempel jabatan
2). Notaris yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
3). Apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah dikenakan sanksi
4). Apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah dikenakan sanksi
5). Bentuk keputusan pejabat yang berwenang tentang penjatuhan sanksi berupa
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) tercantum pada Lampiran I, Lampiran II, dan
Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2016 tentang
dan wewenang Majelis Pengawas Notaris adalah memberikan arah dan tuntunan bagi
dan perlindungan hukum bagi penerima jasa notaris, karena adanya notaris bukanlah
untuk kepentingan notaris itu sendiri tetapi untuk kepentingan masyarakat yang
tugas jabatan Notaris diharapkan mampu melakukan pengawasan dengan cara dan
metode yang terencana dan terprogram dengan baik.97 Dengan dibentuknya Majelis
Pengawas (mulai dari tingkat daerah sampai dengan pusat), diharapkan notaris lebih
Pengawas baik untuk tingkat daerah maupun tingkat pusat merupakan pengawas
sekaligus pelindung serta mengayomi notaris agar tetap menjalankan tugasnya sesuai
97
Okta Jony Firmanzah, Pelaksanaan Pengawasan Majelis Pengawas Daerah Notaris
Terhadap Tugas Dan Jabatan Notaris, Tesis, Jakarta, 2011, hal 75.
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada uraian diatas yang telah dijelaskan pada bab – bab
1). Peranan Majelis Pengawas Daerah sangat penting sebagai pengawas notaris
Langkat sudah benar dan sudah sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
notaris kurang maksimal dan terbatas. Dengan waktu pengawasan seperti ini,
104
Universitas Sumatera Utara
105
3). Akibat hukum yang diterima oleh notaris yang melakukan pelanggaran tidak
menjalankan jabatannya secara nyata yaitu berupa sanksi yang diberikan oleh
yang telah diatur di dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a sampai dengan ayat (5)
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
Notaris.
B. Saran
cukup agar kinerja dari Majelis Pengawas lebih efektif dalam menjalankan
memiliki kesibukan lebih diluar tugas sebagai anggota MPD. Hal ini
pengawasan oleh MPD terhadap notaris. Dengan memiliki anggota yang tidak
terlalu memiliki kesibukan, maka MPD dengan ini akan lebih mudah
3). Disarankan agar Majelis Pengawas Daerah diberikan hak untuk menjatuhkan
untuk menjatuhkan sanksi tidak memberikan izin cuti kepada notaris yang
tanpa harus membuat laporan kepada Majelis Pengawas Wilayah. Jadi dengan
adanya hal seperti itu memungkinkan membuat notaris agar lebih disiplin dan
jujur dalam menjalankan jabatannya sebagai pejabat umum dan juga MPD
jadi lebih berwibawa dan dapat lebih dihargai oleh notaris sebagai Majelis
Pengawas Notaris.
4). Disarankan agar MPD Binjai-Langkat diberikan durasi waktu yang lebih
langsung dilakukan 3-4 kali dalam setahun dan dalam tempo waktu 7 hari atau
lebih. Hal ini dilakukan agar seluruh notaris di daerah Binjai-Langkat dapat
A. Buku
Adjie ,Habib, 2009, Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia, Cet. 1, Bandung:
Cv. Mandar Maju.
Adjie ,Habib,2011, Majelis Pengawas Notaris Sebagai Pejabat Tata Usaha Negara,
Cet. 1, Bandung: Refika Aditama.
Indroharto, 1994, Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik, Bandung: Citra Aditya
Bakti.
Karmila, 2006, Peran Notaris Dalam Pembuatan Akta Notaris Koperasi Menurut
Kepmen No.98/KEP/M.KUKM/IX/2004 (studi di Dinas Koperasi Kota
Medan), Medan: Tesis Magister Kenotariatan Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara.
Kie, Tan Thong, 2007, Studi Notariat dan Serba Serbi Praktek Notaris, cet. 1,
Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.
Lubis, M. Solly, 1994, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju.
Muhammad , Abdulkadir, 1997, Etika Profesi Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti.
Soekanto, Soeryono dan Madmuji, Sri, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Keputusan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor :
M.39-PW.07.10 Tahun 2004.
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor :
M.02.Pr.08.10 Tahun 2004 Tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota,
Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja, Dan Tata Cara
Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris.
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 61
Tahun 2016 Tentang Tata Cara Pemberian Sanksi Administratif Terhadap
Notaris.
C. Artikel /Jurnal
D.Internet
E.Majalah