TESIS
Oleh
ISDIANA SYAFITRI
077005078/HK
FAKULTAS HUKUM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
TESIS
Oleh
ISDIANA SYAFITRI
077005078/HK
FAKULTAS HUKUM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Suhaidi, SH., MH) (Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum)
Anggota Anggota
(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH. MH) (Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH. M.Hum)
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan KaruniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis untuk menyelesaikan program Magister
Ilmu Hukum dengan Judul "ANALISIS PENGALIHAN (OPER KREDIT) HAK
PADA KREDIT PEMILIKAN RUMAH: STUDI DI BANK TABUNGAN
NEGARA (BTN) CABANG MEDAN".
Pada penulisan tesis ini penulis mengambil data berdasarkan pengumpulan
data dengan cara wawancara dan tinjauan dari beberapa buku yang sesuai dengan
judul tersebut. Shalawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah mengantarkan umat manusia dari alam kebodohan kepada alam yang penuh
dengan ilmu pengetahuan.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi
untuk menyelesaikan studi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,
Medan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,
Sp.A(K), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk mengikuti dan
menyelesaikan Pendidikan Program Magister Ilmu Hukum;
2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Ir. T.
Chairun Nisa B., M.Sc, dan Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH. M.Hum selaku
Dekan Fakultas Hukum atas kesempatan menjadi Mahasiswa Program Magister
Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara;
3. Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Hukum
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, atas segala pelayanan,
pengarahan dan dorongan yang diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu
Isdiana Syafitri
PENDIDIKAN FORMAL
1. SD : Negeri 13 Binjai Tahun 1985
2. SMP : Negeri 1 Binjai Tahun 1988
3. SMA : Negeri 1 Binjai Tahun 1991
4. S1 (Sarjana) : Universitas Sumatera Utara (USU) Medan Tahun 1997
5. S2 (Pascasarjana) Universitas Sumatera Utara (USU) Medan Tahun 2009
Halaman
ABSTRAK……………………………………………………………………… i
ABSTRACT…………………………………………………………………….. ii
RIWAYAT HIDUP……………………………………………………………. vi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah…………………………………………….. 7
C. Tujuan Penelitian……………………………………………….. 8
D. Manfaat Penelitian……………………………………………… 8
E. Keaslian Penelitian……………………………………………... 9
G. Metode Penelitian………………………………………………. 18
1. Pengertian Kredit…………………………………………... 22
2. Jenis-Jenis Kredit…………………………………………… 23
1. Hak Bank…………………………………………………… 55
2. Kewajiban Bank.……………………………………………. 56
1. Hak Debitur.....……………………………………………… 58
2. Kewajiban Debitur..…………………………………………. 58
A. Kesimpulan.............…….………….………….………………. 110
B. Saran......………….………….………….………….…………… 113
DAFTAR PUSTAKA………….………….………….………….……………….115
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mendapatkan perumahan dan permukiman yang layak, sehat, aman, serasi dan teratur
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia seperti yang tercantum dalam UUD
1945 Pasal 28 h angka 1 (amandemen kedua tahun 2000) yang menyatakan setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik, sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman pada Pasal 5
mempertegas hak atas rumah yang layak dengan menyatakan bahwa setiap warga
negara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki
rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur.
yang layak dan bermartabat serta cukupnya kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang,
papan, kesehatan, pendidikan, dan lapangan kerja. Ditambah lagi dengan kebijakan
pemerintah di bidang ekonomi, mengelola kebijakan makro dan mikro ekonomi serta
terkoordinasi dan sinergis guna menentukan tingkat suku bunga yang wajar, tingkat
budaya yang berkembang”.1 Salah satu sektor yang dikembangkan oleh pemerintah
adalah sektor perumahan yang merupakan salah satu sarana kehidupan bagi
lemah antara lain dengan jalan penyediaan dana perkreditan melalui bank-bank
bunga rendah untuk tipe-tipe rumah kecil yang suku bunganya disubsidi oleh
menarik minat konsumen, memberikan subsidi dengan suku bunga yang lebih rendah
pada tahun pertama kredit berjalan, selanjutnya diberlakukan suku bunga normal
yang berlaku pada bank tersebut sesuai dengan kebijakan Bank Indonesia.
jumlah nasabah (customer based) sehingga makin banyak nasabah yang dilayani akan
menekan biaya (cost) bank yang bersangkutan. Meskipun KPR begitu menjanjikan,
bank tidak akan sembarangan dalam menyalurkan kreditnya. Bank dengan prinsip
1
Alvi Syahrin, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan
Pemukiman Berkelanjutan, (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2003), hal. 1.
tidak diinginkan.2 Salah satu wujud prinsip ini, bank tidak akan memberikan kredit
untuk suatu proyek tanpa didahului studi kelayakan terhadap rencana proyek itu.
rumah karena perjanjian itu dibuat untuk menjamin kepastian hukum dan melindungi
kepemilikan rumah adalah perjanjian kredit antara bank dengan nasabah atau kreditur
dan debitur dengan jangka waktu kredit yang cukup lama sehingga menimbulkan
berbagai masalah bagi debiturnya, masalah yang biasanya terjadi adalah masalah
Mengatasi masalah keuangan dan agar tidak terjadi wanprestasi sehingga akan
mengakibatkan objek dari perjanjian kredit tersebut disita oleh pihak bank maka
debitur mencari jalan keluar dengan cara menjual kembali atau mengalihkan apa yang
menjadi obyek dalam perjanjian kredit tersebut dalam hal ini debitur mengalihkan
hak kreditnya atau oper kredit atas tanah dan bangunan tersebut. Pengalihan hak atas
tanah tersebut, dilakukan di depan pejabat yang berwenang yaitu pihak bank dan
2
Slamet Ristanto, Mudah Meraih Dana KPR (Kredit Pemilikan Rumah), (Yogyakarta:
Pustaka Gratama, 2008), hal. 21.
pemindahan hak atas tanah yang sengaja dialihkan pada pihak lain.3 Bentuk
1. Jual beli yaitu suatu persetujuan yang mengikat pihak penjual untuk
menyerahkan suatu barang dari pihak lain yang bertindak sebagai pembeli
2. Tukar menukar yaitu suatu persetujuan di mana kedua belah pihak berjanji
3. Hibah yaitu suatu persetujuan pemberian suatu barang yang diberikan sewaktu
saham dalam perusahaan dengan tunai yang diberikan dengan benda bergerak
6. Hibah wasiat yaitu hibah yang dibuat secara tertulis melalui perantaraan
diberikan kepada ahli waris tertentu (bisa juga dihadiahkan pada orang
tertentu).
3
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang
Peraturan Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, (Jakarta: Jambatan, 1999), hal. 318.
membeli dengan sistem kredit pemilikan rumah. Tidak selamanya pembeli rumah
dengan sistem kredit pemilikan rumah ini menyelesaikan semua kewajiban secara
tuntas. Adakalanya karena hal-hal tertentu mengalihkan haknya kepada pihak lain.
Proses pengalihan hak kredit seperti ini banyak dijumpai dalam praktek tanpa
sepengetahuan pihak bank. Hal ini menimbulkan permasalahan baru bagi debitur
penerima pengalihan hak kredit baik dari segi kepastian hukum maupun dari
selama jangka waktu kredit berjalan dan belum dilunasi maka pihak debitur penerima
pengalihan hak kredit tersebut tidak mempunyai kewenangan apapun dengan pihak
bank pemberi kredit. Baik sertifikat ataupun perjanjian kredit tersebut masih tetap
Dalam prakteknya bila pihak penerima pengalihan hak tersebut masih terus
melanjutkan kredit rumah yaitu dengan tetap membayar cicilan kredit pemilikan
rumah atas nama pihak pertama yang terikat dengan bank pemberi kredit yang jangka
waktu kreditnya masih cukup lama, sehingga timbul permasalahan di kemudian hari
dengan pihak bank pemberi kredit. Apabila kredit telah lunas ataupun dilunasi untuk
segala administrasi menyangkut kredit tersebut pihak bank masih tetap mensyaratkan
pihak pemberi pengalihan hak tersebut harus hadir untuk menyelesaikan masalah
pihak penerima pengalihan hak kredit tersebut, karena pada saat itu pihak pemberi
tidak diketahui di mana keberadaannya. Hal ini sangat merugikan dan tidak
memberikan kepastian serta perlindungan hukum bagi konsumen dalam hal ini pihak
kurangnya pengetahuan mengenai seluk beluk oper kredit. Banyak yang menganggap
bahwa dengan bukti lunas antara pembeli dan penjual saja urusan jual beli sudah
selesai.
Jual beli secara kredit ini tidak hanya melibatkan pemilik rumah saja tetapi
juga melibatkan pihak bank sebagai pemilik jaminan atas tanah dan bangunan.
Jaminan yang lahir dalam perjanjian jual beli ini menimbulkan jaminan khusus yang
Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah
dasar pokok-pokok agraria. Hak Tanggungan bersifat accesoir pada piutang tertentu.
pengalihan hak/oper kredit sering terjadi di masyarakat di mana para pihak yang
melakukan jual beli tanpa sepengetahuan pihak bank. Perjanjian jual beli yang terjadi
antara debitur dan pihak ketiga, di mana cicilan kredit pemilikan rumah tetap dibayar
oleh pihak ketiga sampai lunas walaupun masih atas nama pihak pertama (penjual).
Pada saat pengambilan sertifikat yang disimpan di bank sebagai agunan, oleh pihak
ketiga pengambilan sertifikat tersebut memakai surat kuasa dan diketahui oleh
antara debitur dan pihak ketiga pada saat perjanjian jual beli atau oper kredit yang
dilakukan tanpa sepengetahuan bank hanya berdasarkan kertas bermeterai saja, jadi
agar berkekuatan hukum dibuat surat kuasa pengambilan sertifikat oleh notaris dan
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dan untuk lebih terfokus dalam
membahas tulisan ini, sehingga mampu menguraikan pembahasan dengan tepat, maka
1. Bagaimana syarat dan prosedur pengalihan hak/oper kredit pada PT. Bank
2. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pengalihan hak milik
atas rumah yang beli dengan menggunakan fasilitas Kredit Pemilikan Rumah
4
Wawancara dengan Ternamentha Sitepu, Asisten Manager Bank Tabungan Negara Cabang
Medan, Tanggal 08 Maret 2009.
Setelah mengetahui rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan dari
1. Untuk mengetahui tentang syarat dan prosedur pengalihan hak/oper kredit pada
2. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pengalihan hak
milik atas rumah yang dibeli dengan menggunakan fasilitas Kredit Pemilikan
D. Manfaat Penelitian
Harapan penulis agar penelitian ini dapat memberikan manfaat secara teoritis
a. Penelitian ini dapat bermanfaat menambah masukan bagi ilmu hukum di bidang
b. Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pihak baik itu developer
khususnya pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Hukum dan Program Studi
Kredit Hak pada Kredit Pemilikan Rumah di Bank Tabungan Negara (BTN)” belum
pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Tesis yang pernah ditulis oleh
mahasiswa Magister Kenotariatan atas nama Jannes Donald Vicky Boring dengan
Memenuhi Kebutuhan Akan Rumah Bagi Masyarakat Kota Medan (Studi Kasus pada
Bank Tabungan Negara Cab. Medan)”. Tesis ini meneliti pelaksanaan Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) di Bank Tabungan Negara (BTN), tetapi tidak mengangkat
Dari judul dan permasalahan tesis di atas, jelas tidak ada yang mengkaji hal
yang sama dengan yang akan diteliti dalam penelitian ini. Walaupun tesis-tesis di atas
dapat dipakai sebagai bacaan dan rujukan untuk penelitian ini, tetapi permasalahan
yang akan diteliti pada permasalahan ini jelas berbeda. Dengan demikian penelitian
1. Kerangka Teori
kemasyarakatan. Hukum menjamin kepastian pada pihak yang satu terhadap pihak
yang lain.6 Van Apeldoorn juga sependapat di mana, dengan adanya kepastian hukum
pemegang hak milik. Kebutuhan masyarakat akan suatu peraturan kepastian hukum
Apa yang dinamakan hak itu sah karena dilindungi oleh sistem hukum.
Pemegang hak melaksanakan kehendak menurut cara tertentu dan kehendaknya itu
1. subjek hukum,
2. objek hukum,
4. perlindungan hukum.
5
M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: CV Mandar Maju, 1994), hal. 80.
6
M. Solly Lubis, Beberapa Pengertian Umum tentang Hukum, (Program Studi Ilmu Hukum
Sekolah Pascasarjana USU).
7
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Hak Atas Benda, (Jakarta: PT. Intermasa,
1980), hal. 21.
suatu benda dengan sepenuhnya dan untuk menguasai benda itu dengan sebebas-
yang diadakan oleh kekuasaan yang mempunyai wewenang untuk itu, semuanya itu
dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya pencabutan hak itu untuk kepentingan
umum dengan pembayaran ganti kerugian yang layak dan menurut ketentuan undang-
undang”.
Hak milik itu ada subjeknya yaitu pemilik, sebaliknya setiap orang terikat
oleh kewajiban untuk menghormati hubungan antara pemilik dan objeknya yang
dimilikinya. Seorang yang membeli suatu barang dari orang lain berhak atas barang
menyerahkan barang yang dijualnya, jadi hak pada hakekatnya merupakan hubungan
adalah subjek hukum dengan objek hukum atau subjek hukum dengan subjek hukum
Menurut Undang-Undang Pokok Agraria bahwa hak milik adalah hak turun-
temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah.8 Kata “turun-
temurun” menunjukkan bahwa hak tersebut dapat berlangsung terus selama pemilik
masih hidup dan jika dia meninggal dunia maka, hak tersebut dapat dilanjutkan oleh
ahli waris. “Terkuat” menunjukkan kedudukan hak itu paling kuat jika dibandingkan
dengan hak-hak atas tanah lainnya, karena terdaftar dan pemilik hak diberi tanda
bukti hak (sertifikat), sehingga mudah dipertahankan terhadap pihak lain dan jangka
8
Suardi, Hukum Agraria, (Jakarta: Iblam, 2005), hal. 32.
kepada pemiliknya wewenang paling luas, jika dibandingkan dengan hak-hak atas
tanah lainnya.
Menurut Pasal 20 ayat (2) Undang-Undang Pokok Agraria, hak milik dapat
dialihkan kepada pihak lain melalui jual beli, hibah, tukar-menukar. Pemberian
dengan wasiat, pemberian menurut hukum adat dan lain-lain pemindahan hak yang
perundang-undangan.9
Hak milik atas suatu benda adalah suatu hak terpenting. Hak atas suatu benda
atau barang yang dipegang oleh seseorang tidak selamanya ada padanya. Hal ini
berlaku pada benda bergerak atau benda tidak bergerak seperti tanah. Benda bergerak
dapat beralih atau dialihkan secara langsung dan seketika antara pihak yang
menyerahkan hak dan penerima hak. Lain halnya dengan benda tidak bergerak,
peralihan hak atas benda tidak bergerak harus dilakukan dengan akte otentik yang
Dalam Pasal 584 KUHPerdata dinyatakan cara memperoleh hak milik ialah
milik, dilakukan oleh orang yang berhak berbuat bebas terhadap benda hidup.
Ketentuan ini mengandung yang dalam bahasa latin dikatakan nemo plus iuris in
alium transferre pottest quam ipse habet yang artinya tiada seorangpun dapat
9
Ibid, hal. 34.
Penyerahan merupakan salah satu cara memperoleh hak kebendaan yang banyak
terjadi dalam masyarakat. Penyerahan (Levering) ialah pengalihan suatu benda oleh
pemiliknya atau atas namanya kepada orang lain, sehingga orang lain itu memperoleh
Hak milik baru beralih kepada pembeli bila penyerahan bendanya diserahkan
oleh penjual kepada pembeli. Jadi, penyerahan adalah perbuatan yuridis yang
Menurut Paul Scholten dalam ajaran causal penyerahan sah apabila alas hak
sah, penyerahan tidak sah apabila alas hak tidak sah. Yang dimaksud dengan alas hak
perjanjian seperti jual beli, tukar-menukar pemberian hadiah dan dapat timbul karena
sah tidaknya alas hak. Ajaran Causal mengabaikan pihak yang jujur, tetapi hukum
tetap memberikan perlindungan. Untuk memindahkan hak milik perlu ada perjanjian
yang bersifat kebendaan (Zakelijk) dan harus orang yang berhak atau mempunyai
kewenangan yang sah yaitu orang yang memiliki benda itu sendiri.12
tanggungan itu beralih pada pihak ketiga. Peralihan piutang dapat terjadi karena
10
Mariam Darus Badrulzaman, Persiapan Pelaksanaan Hak Tanggungan di Lingkungan
Perbankan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1996), hal. 43.
11
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2000), hal. 155.
12
Ibid, hal. 158.
rumah (yang dijamin dengan Hak Tanggungan atas tanah berikut bangunan rumah
yang dibiayai dengan KPR itu) dari bank kepada pihak ketiga. Dengan kata lain, hak
tanggungan beralih karena hukum kepada kreditur yang baru apabila piutang yang
dijamin dengan hak tanggungan itu beralih kepada kreditur yang baru. Keabsahan
pengalihan hak kepada pihak ketiga diatur menurut Pasal 16 Undang-Undang Hak
Tanggungan karena beralihnya hak tanggungan yang diatur dalam ketentuan ini
terjadi karena hukum, hal tersebut tidak perlu dibuktikan dengan akta yang dibuat
oleh PPAT.13
melekat pada kredit (yang bermasalah) yang dialihkan oleh bank kepada pihak lain
sebagai debitur baru yang menggantikan debitur yang lama, haruslah penggantian
perjanjian yang diikuti dengan perjanjian jaminan. Perjanjian kredit berlaku sejak
ditandatangani kedua pihak, kreditur dan debitur. Perjanjian kredit perumahan yang
dibuat oleh pihak bank disiapkan dalam bentuk standard (standard form). Dalam
pemberian kredit, bank tetap meminta agunan/jaminan dari pemohon kredit. Jaminan
kredit adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai untuk diuangkan yang diikat
13
St. Remy Sjahdeini, Hak Tanggungan Asas-asas, Ketentuan-ketentuan Pokok dan Masalah
yang Dihadapi oleh Perbankan, (Bandung: Penerbit Alumni, 1999), hal. 128.
Bank sebagai pihak pemberi kredit pemilikan rumah selalu memegang aspek-
a. Kontrak kredit.
juta rumah pertahun. Dengan jumlah yang sedemikian besar yang pemenuhannya
akan melibatkan peran berbagai pihak yaitu: pemerintah, masyarakat, investor dalam
2. Kerangka Konsepsi
14
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, (Jakarta: Alfabeta, 2003), hal. 10.
15
Slamet Ristanto, op.cit, hal. 20.
16
M. Solly Lubis, op.cit, hal. 80.
orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk
menunaikan prestasi.17
b. Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah perjanjian yang lahir sejak
adanya kata sepakat antara kedua belah pihak yaitu pihak bank dan pihak
d. Debitur adalah pihak yang berhutang dalam suatu hubungan hutang piutang
tertentu.
e. Kreditur adalah pihak yang berpiutang dalam suatu hubungan hutang piutang
tertentu.18
f. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
17
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, (Bandung: Penerbit Alumni, 1986), hal.
6.
18
Pasal 1 butir 2 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan.
g. Bank, yaitu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
rakyat banyak.20 Dalam hal ini bank (Bank Tabungan Negara) berperan
h. Pihak Ketiga adalah pihak yang menerima pengalihan kredit pemilikan rumah
dari debitur.
pengesahan oleh pejabat yang berwenang atas akta di bawah tangan meliputi
tanda tangan, tanggal dan tempat dibuatnya perjanjian dan isi perjanjian.
k. Oper Kredit yaitu menggantikan pekerjaan orang lain atau mengambil alih
tugas orang lain dalam hal ini membeli barang di mana barang tersebut dibeli
19
Pasal 1 angka 11 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
20
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
bersifat deskriptif analitis. Adapun maksud deskriptif di sini yang bertujuan untuk
mengambil data secara sistematis, faktual dan akurat terhadap terhadap suatu populasi
undangan akan lebih akurat bila digunakan penelitian yang menggambarkan tentang
bagaimana dikatakan pengalihan hak yang diketahui pihak bank menurut ketentuan
2. Sumber Data
yaitu:
21
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1977),
hal. 36.
22
Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia,
2007), hal. 300.
1998.
dokumen kredit, hasil tulisan berupa tesis dan bahan-bahan yang terkait mengenai
perjanjian Kredit Pemilikan Rumah dan pengalihan hak/oper kredit yang dapat
c. Bahan Hukum Tertier atau bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang
sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, majalah serta bahan-bahan di luar
bidang hukum yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder yang dapat berupa peraturan
hukum tersier yaitu berupa kamus, majalah, surat kabar dan jurnal-jurnal ilmiah.
informan yang berhubungan erat dengan permasalahan yang diteliti antara lain
a. Studi dokumen
Untuk memperoleh data sekunder, maka perlu dilakukan studi dokumentasi yaitu
1. Informan, yaitu:
23
M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta:
Ghalia, 2002), hal. 87.
24
M. Iqbal Hasan, op.cit. hal. 186.
5. Analisis Data
dasarnya tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi
Analisis untuk data kualitatif dengan cara menganalisis proses pengalihan hak
pada kredit pemilikan rumah yang sering terjadi di masyarakat dengan cara di bawah
1. Pengertian Kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa Romawi yaitu “Credere”25 yang berarti
kepercayaan. Sehingga dasar dari kredit adalah kepercayaan atau keyakinan dari
kreditur dalam hal ini adalah lembaga keuangan atau bank yang membiayai, bahwa
pihak lain pada masa yang akan datang sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah
Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, Pasal 1 butir 11, pengertian kredit
antara bank dengan pihak yang meminjam yang mewajibkan pihak peminjam
bunga”.26
25
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, (Bandung: Alumni, 1989), hal. 19.
26 Indonesia, Undang-Undang Tentang Pokok Perbankan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, LN, No. 182. TLN No. 3790, Pasal 1 butir 11
.
itu merupakan perjanjian meminjam uang antara bank sebagai lembaga keuangan dan
bertidak sebagai kreditur dengan nasabah atau debitur. Dalam perjanjian ini bank
sebagai pemberi kredit percaya terhadap nasabahnya, bahwa dalam jangka waktu
Menurut Mgs. Edy Putra Tje’Aman, 27 tenggang waktu antara pemberian dan
penerimaan kembali prestasi ini merupakan suatu hal yang abstrak, yang sukar diraba,
karena masa antara pemberian dan penerimaan prestasi tersebut dapat berjalin dalam
pembayaran di kemudian hari berupa uang, barang atau jasa-jasa, untuk uang barang
2. Jenis-Jenis Kredit
2. Keperluan Kredit
5. Jaminan Kredit29
27
Mgs. Edy Putra Tje’Aman, Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis, (Yogyakarta:
Liberty, 1989), hal. 10.
28
Winardi, Kamus Ekonomi (Inggris-Indonesia), (Bandung: Mandar Maju, 1989), hal. 148.
a. Kredit Konsumtif
debiturnya.
b. Kredit Produktif
Yaitu kredit yang ditujukan untuk kegiatan usaha debitur, baik untuk
debitur. Kredit inilah yang paling sering diadakan oleh bank, karena selain
kredit konsumtif, juga kredit produktif dapat menigkatkan taraf hidup dan
a. Kredit Investasi
perusahaan.
b. Kredit Eksploitasi
perusahaan secara luas, baik untuk pembelian bahan baku, bahan penolong
29
Mgs. Edy Putra Tje’Aman, op.cit, hal. 3.
umumnya.
a. Kredit dengan uang muka (persekot), yaitu kredit yang diberikan sekaligus
kredit yang boleh dipergunakan oleh debitur adalah tertentu jumlahnya (tidak
a. Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan tidak adanya
jaminan dari debitur. Maksudnya debitur dalam hal ini tidak memberikan
dan lain-lain). Akan tetapi pemberian kredit tanpa jaminan tidak berarti tidak
ada jaminan sama sekali, melainkan jaminan yang berbentuk bonafiditas dan
menyatakan: "Last but not least suatu pikiran yang menyatakan bahwa
pinjaman harus diukur dari besanya jaminan adalah tidak dapat dibenarkan
orang-perseorangan dan badan hukum, sangat memerlukan dana dalam jumlah yang
keperluan akan ketersedianya dana yang sebagian besar diperoleh melalui kegiatan
pembangunan, sudah semestinya jika pemberi dan penerima kredit serta pihak lain
yang terkait mendapat perlindungan melalui suatu lembaga hak jaminan yang kuat
30
R. Tjiptoadinugroho, Perbankan Masalah Perkreditan, Penghayatan, Analisis dan
Penuntun, (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1994), hal. 46.
berkepentingan.31
Sandang, pangan dan papan sudah menjadi bagian dari kebutuhan pokok
yang selalu berulang dibutuhkan dalam jangka panjang, namun dapat diperoleh dalam
waktu yang relatif singkat serta mudah diperoleh setiap saat. Sedangkan untuk
pemenuhan kebutuhan akan papan masih dirasakan berat oleh sebagian besar
masyarakat. Secara umum, ada 2 (dua) pola dalam upaya pemenuhan akan kebutuhan
perurnahan, yakni dalam bentuk kredit kepemilikan rumah atau melalui sewa.
sanggup untuk membeli rumah secara kontan. Hal itu dikarenakan keterbatasan
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebagai alternatif menarik untuk memiliki rumah
31
Sri Turatmiyah, Studi SKMHT dalam Perjanjian KPR-BTN, telah dipresentasikan dalam
seminar terbatas di Bagian Perdata Fakultas Hukum UGM tanggal 2 September 2004.
properti. Tanpa adanya KPR, konsumen Indonesia akan sangat sulit membeli.
Dalam industri properti nasional Indonesia, KPR memang mutlak harus ada,
pendanaan perumahannya.
KPR masih sangat dibutuhkan, karena hanya sedikit yang mampu membeli
demand untuk KPR sendiri juga masih tinggi. KPR (Kredit Kepemilikan Rumah)
mirip, tetapi KPR berbeda dengan kredit konstruksi dan renovasi. Agunan yang
diperlukan untuk KPR adalah rumah yang akan dibeli itu sendiri. tetapi untuk hal KPR
sekalipun, pihak bank tentunya sesuai dengan praktek perbankan yang lazim, tetap
dimaksud.
baik bunga kredit ataupun tunggakan sementara bagi konsumen khususnya untuk
konsumen yang memerlukan rumah atau tempat tinggal dengan adanya Kredit
dalam pembelian rumah karena dengan adanya perjanjian kredit antara konsumen
dengan bank, secara tidak langsung konsumen tersebut membeli tunai kepada pihak
harga yang telah disepakai sebelumnya dan konsumen tersebut langsung dapat
menikmati rumah sendiri karena setelah selesainya akad kredit dapat langsung serah
Perjanjian adalah terjemahan dari kons overenkomst, yang dari segi bahasa
“Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
32
R. Subekti, dan R. Tjitrosudibio, KUH Perdata, terjemahan dari Burgelijk Wetboek,
(Jakarta: Pradnya Paramita, 1976) Pasal 1313.
yang diartikan sebagai peristiwa hukum sebagaimana terdapat dalam rumusan yang
Supaya perjanjian atau persetujuan yang dibuat oleh para pihak yang
membuatnya, menyangkut para pihak yang bersangkutan maka perjanjian itu harus
dibuat secara sah. Mengenai syarat sahnya suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1320
a. Kata Sepakat
Kata sepakat dalam suatu perjanjian merupakan suatu keadaan yang menunjukkan
kehendak kedua belah pihak, saling menerima satu dengan lainnya. Dengan
adanya kata sepakat, maka perjanjian itu telah ada dan telah lahir dan sejak saat
itu perjanjian mengikat kedua belah pihak dan dapat dilaksanakan. Prinsip Pasal
1338 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, kekuatan mengikat setelah
tercapainya kata sepakat sangat kuat sekali, karena perjanjian itu tidak dapat
oleh Undang-Undang.33
b. Kecakapan
Undang Hukum Perdata telah menetapkan mengenai siapa-siapa yang tidak cakap
33
Ibid., Pasal 1338 ayat (3).
dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang
mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin dari kedua orang tuanya.36
Dari kedua ketentuan diatas dapat dapat disimpulkan bahwa orang yang berumur
c. Hal Tertentu
34
R. Subekti, op.cit, Pasal 1330.
35
Indonesia, Undang-Undang Tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang No. 3 Tahun
1979, LN No. 4 Tahun 1979, Pasal 1 butir 2.
36
Indonesia, Undang-Undang Tentang Perkawinan, Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, LN
No. 1 Tahun 1974, Pasal 6 ayat (2).
maupun hak dan kewajiban kedua belah pihak. Pasal 1333 Kitab Undang-Undang
yang menjadi obyeknya, supaya perjanjian dapat dilaksanakan dengan baik, suatu
perjanjian yang tidak memenuhi syarat yang ketiga ini berakibat batal demi
Tujuan dari perjanjian adalah merupakan sebab dari adanya perjanjian, dan sebab
yang disyaratkan undang-undang harus halal. Dalam Pasal 1335 Kitab Undang-
perjanjian yang dibuat karena sebab yang terlarang. Sehingga semua perjanjian
yang tidak memenuhi sebab yang halal akibatnya perjanjian menjadi batal demi
hukum.
37
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, op.cit., Pasal 1333.
38
Gatot Supramono, Perbankan Dan Permasalahanya, (Jakarta: Djambatan, 1996), hal. 57-
58.
Asas Terbuka disebut juga asas kebebasan berkontrak. Asas ini terdapat dalam
2. Asas Konsensualitas
adalah cukup dengan dicapainya sepakat mengenai hal-hal pokok dari perjanjian
tersebut dan bahwa perjanjian itu (dan perikatan yang timbul karenanya) sudah
dilahirkan pada saat atau detik tercapainya konsensus atau kesepakatan. Asas ini
3. Asas Kepercayaan
Kepercayaan merupakan salah satu dasar dalam suatu perjanjian sebelum para
itikad baik. Gunanya untuk melindungi para pihak dalam suatu perjanjian dari
Perjanjian yang dibuat sah oleh para pihak mengikat mereka yang membuat
seperti Undang-Undang. Terikatnya para pihak tidak terbatas pada apa yang
dan keputusan secara moral. Tujuan asas ini untuk mendapatkan perlindungan dan
Asas ini menempatkan para pihak dalam persamaan derajat, tidak ada perbedaan
6. Asas Keseimbangan
Asas ini menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian
itu. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan
Kepastian ini terungkap dari persetujuan itu tidak dapat ditarik kembalikecuali
atas persetujuan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang ditentukan
oleh Undang-Undang. Asas ini bersumber pada Pasal 1338 ayat (2) KUH Perdata.
8. Asas Moral
9. Asas Kepatutan
Asas ini harus dipertahankan, karena melalui asas ini ukuran tentang hubungan
ditentukan juga oleh rasa keadilan dalam masyarakat. Asas Kekuatan mengikat.
Kredit Pemilikan Rumah adalah salah satu fasilitas kredit yang diberikan oleh
bank kepada konsumen khususnya dalam jual beli rumah. Pelayanan kredit ini
diberikan hampir semua bank yang mempunyai fasilitas Kredit Pemilikan Rumah
baik bank-bank swasta ataupun bank Pemerintah. Khusus untuk bank pemerintah
ditangani Bank Tabungan Negara (BTN) dimana Bank Tabungan Negara pada saat
ini memberikan suku bunga yang berbeda khususnya untuk rumah-rumah sangat
sederhana yang suku bunganya disubsidi oleh Pemerintah hanya pada developer-
developer tertentu yang dapat diberikan fasilitas ini yaitu untuk pengembang yang
permohonan Kredit Pemilikan Rumah, karena hampir semua bank swasta (Bank
Lippo, Bank Central Asia/BCA, OCBC NISP, BII, Danamon, CIMB Niaga, Bank
Mega), menyediakan fasilitas Kredit Pemilikan Rumah, hanya berbeda dalam hal
suku bunga yang diberikan antara masing-masing bank, yaitu antara 14% PA
(Pertahun Anuitas) sampai dengan 17% PA, dan hal ini merupakan subsidi tersendiri
dari pihak bank yang bersangkutan untuk menarik konsumen, besarnya suku bunga
tersebut berlaku hanya pada 1 (satu) tahun pertama kredit berjalan, sementara pada
ketentuan suku bunga tersendiri yang telah disepakati kedua belah pihak (debitur dan
kreditur), sementara untuk tahun berikutnya atau tahun kedua mengikuti kebijakan
Bank Tabungan Negara (BTN) suku bunga 14%. Untuk jangka waktu sampai dengan
15 (lima belas) tahun masa kredit dengan suku bunga 16% PA.40
Adapun prosedur Kredit Pemilikan Rumah yang diajukan kepada bank oleh
pemohon baik itu bank-bank Swasta ataupun bank pemerintah memiliki tahapan-
tahapan yang hampir sama dalam menentukan pemberian kreditnya kepada calon
Badan Hukum Perdata) secara tertulis, yaitu dengan mengisi formulir aplikasi yang
telah disediakan oleh bank yang bersangkutan yang isinya: identitas calon debitur,
pemakaian kredit dan agunan yang diberikan guna jaminan pelunasan kreditnya.
I. Persyaratan Umum
3. Berusia minimal 21 tahun atau sudah menikah pada saat pengajuan kredit, dan
39
Hasil Wawancara dengan Bapak Ternamentha Sitepu, Asisten Manager Bank Tabungan
Negara Cabang Medan Tanggal 08 Maret 2009.
40
Ibid.
IMB, PBB tahun terakhir, denah bangunan dan advis planning) atau surat
10. Saat berakhirnya kredit paling lambat 1 tahun sebelum sertifikat berakhir.
2. Kartu Keluarga.
3. Akte Nikah/Cerai.
5. Curriculum Vitae.
Setelah pihak bank menerima surat permohonan kredit atau daftra isian yang
permohonan kredit tersebut, yaitu pihak bank melakukan penilaian yang seksama
terhadap hal-hak pada point pertama yang pada umumnya dikenal dengan formulasi
1. Character (Watak)
kejujuran dari calon nasabah. Nasabah yang tidak beritikad baik, yang dapat
dilihat pada waktu pengajuan permohonan kredit, misalnya pemberian data palsu
2. Capacity (Kemampuan)
41
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2001), hal. 246.
Adalah besarnya modal usaha dari calon nasabah yang telah tersedia atau
berada dalam keadaan resesi secara nasional, maka perkembangan dunia usaha
dalam perekonomian resesi ini tentulah tidak dapat berkembang pesat sehingga
kemungkinan menghadapi masalah akan lebih besar di masa yang akan datang.
5. Collateral (Agunan)
Adalah jaminan yang diberikan oleh calon nasabah. Jaminan ini dapat berupa
benda tetap atau benda tidak tetap (benda bergerak), yang secara yuridis dapat
diikat dengan hak tanggungan dan secara ekonomi mempunyai nilai yang lebih
wanprestasi.
Apabila semua keterangan secara umum datanya telah lengkap, maka langkah
selanjutnya adalah menganalisis data tersebut dan melakukan penilaian data tersebut
dan melakukan penilaian secara umum atau terhadap jaminan atau agunan dengan
melakukan appraisal oleh pihak bank atau perusahaan penilai yang telah bekerja sama
dilapangan (Inspection on the spot) baik terhadap calon debitur itu sendiri juga
dibiayai oleh kredit. Analisa yang dilakukan adalah analisa yuridis dan analisa
ekonomis. Dalam tahap analisa ini disamping pemeriksaan langsung dilapangan juga
diadakan interview langsung dari pihak bank dalam hal ini bagian kredit dengan
c. Tahap Persetujuan
diselesaikan dan dianggap layak dengan pihak bank, maka langkah berikutnya adalah
mengeluarkan Surat Keputusan Kredit (SPK) yang berisi nomor Surat Pemohon
Kredit. Batas maksimum kredit yang disetujui oleh bank atau plafon kredit, jangka
waktu kredit, keperluan kredit, bunga/profisi, cara penarikan dan pelunasan, akte jual
beli dan balik nama. Surat Keputusan Kredit ini ditanda tangani oleh phak bank yang
berwenang dalam hal ini adalah kelompok pemutus kredit, dan diserahkan kepada
calon debitur. Jika debitur menyetujui dan melanjutkan kredit, maka calon debitur
sehingga pihak bank hanya tinggal menentukan jadwal untuk penanda tanganan akad
kredit dan pengikatan dengan bank, akan tetapi apabila analisa dianggap tidak layak
dicantumkan segala hak dan kewajiban masing-masing pihak juga berisi syarat-syarat
Dalam perjanjian kredit pihak bank tidak mau menanggung resiko hilangnya
pinjaman yang diberikan tanpa ada jaminan, sehingga biasanya diberikan tanggungan
sesuai dengan agunan yang telah disepakati untuk diserahkan kepada bank, guna
Setelah semua proses diselesaikan maka pihak bank akan mencairkan dana
sebesar nilai yang dipinjamkan atau plafon kredit kepada pihak pengembang atau
dalam hal ini debitur yang memiliki hak Kredit Pemilikan Rumah umtuk
mengalihkan hak kreditnya. Tindakan aktif ini dapat berupa menjual kembali dengan
pengalihan kewajiban dari (delegasi) yaitu merupakan kebalikan dari Cessie sebab
dengan delegasi yang beralih bukan piutang melainkan adalah “hutang”.42 Sehingga
42
Munir Fuady, Hukum Kontrak (dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Buku Kedua
(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), hal. 171.
dalam cessie melainkan yang terjadi pergantian debitur sehingga delegasi kewajiban
yang dilakukan secara penuh juga merupakan sejenis novasi, yakni novasi subyektif
pasif.
Penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya
dilakukan dengan membuat sebuah akte otentik atau di bawah tangan, dengan mana
Penyerahan hak demikian bagi pihak yang berhutang tiada akibatnya melainkan
diakuinya.43
pengalihan hak/oper kredit adalah merupakan kebalikan dari cessie di mana bila
cessie yang berganti adalah krediturnya dalam hal ini bank akan tetapi bila
pengalihan hak/oper kredit yang berganti adalah debiturnya yaitu yang berhutang
baik itu dengan sepengetahuan pihak kreditur atau tidak, hutangnya tetap dialihkan
Pengalihan hak/oper kredit yang sering dilakukan oleh debitur adalah untuk
mengalihkan hutangnya, dalam hal ini hutang yang berupa angsuran/cicilan kredit
43
Subekti, Aneka Perjanjian, Cet. 10, 1995, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti), hal. 11.
untuk menghindari kredit macet. Suatu kredit digolongkan kredit macet sejak tidak
ditepatinya atau dipenuhinya ketentuan yang tercantum dalam perjanjian kredit, yaitu
apabila debitur selama tiga kali berturut-turut tidak membayar angsuran dan bunga.44
berikut:
1. Sebelum jatuh tempo, rekening tidak menunjukan mutasi debit dan kredit.
3. Adanya tanda-tanda bahwa debitur tidak sanggup lagi membayar bunga atas
Sebelum semua hal tersebut diatas terjadi biasanya debitur akan berusaha
menyelamatkan uang yang telah dibayarkan kepada pihak bank dan agunan rumah
tersebut dengan jalan menjual kembali atau mengalihkan kredit tersebut kepada pihak
lain, dalam hal ini debitur baru, sehingga angsuran tersebut akan diteruskan oleh
debitur baru tersebut dan pembayaran yang diterima diperhitungkan dengan uang
44
Eugenia Liliawati Mulyono dan Amin Tunggal, Eksekusi Grosse Akta Hipotik oleh Bank,
Cet, 1, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), hal. 50.
45
Ibid, hal. 50.
2. Resiko disita oleh pihak bank dengan terjadinya kredit macet, sehingga akan
3. Mencari keuntungan.
Dari 20 (dua puluh) responden yaitu konsumen atau calon nasabah debitur
yang akan membeli rumah pada Griya Metropolis Martubung tipe rumah sederhana
dapat disimpulkan:
1. 94,5% (sembilan puluh empat koma lima persen) konsumen membeli pada
(Persero) Bank Tabungan Negara (BTN) atau pada bank swasta yang ada
2. 5% (lima persen) membeli secara oper kredit dengan menggunakan tata cara
subyektif pasif.
Kredit Pemilikan Rumah kepada bank akan ditolak, karena tidak memiliki
mampu membayar cicilan rumah (contoh: pedagang kecil, pekerja yang tidak
tetap/kontrak).
4. Tidak mau berurusan dengan Kredit Pemilikan Rumah yang dirasa sangat
5. Usia yang sudah tua sehingga bila mengajukan kredit kepada bank akan
ditolak.
7. Lokasi yang diinginkan sangat strategis dari pihak pengembang yang tidak
46
Hasil Wawancara dengan Konsumen Pembeli Rumah Pada periode April – Juni 2009 pada
Perumahan Griya Metropolis Martubung.
Pengalihan hak kredit yang dimaksud dalam hal ini adalah pengalihan
kewajiban yang berupa pembayaran angsuran kredit perumahan, tindakan ini adalah
Undang-Undang Hukum Perdata adalah Pasal 1413 dan pada peraturan serta
kebijakan pada bank pemberi kredit baik itu bank-bank swasta ataupun bank
Dalam KUH Perdata bahwa pengalihan hak atau pengalihan kewajiban adalah
bahwa yang dimaksud dengan Novasi adalah penggantian perikatan lama dengan
47
Munir Fuady, op.cit, hal. 151.
48
J. Satrio, Cessie, Subrogatie, Novasie, Kompensatie & Percampuran Hutang, (Bandung:
PT. Alumni, 1999), hal. 100.
secara khusus, maka berlakulah ketentuan umum tentang perikatan termasuk tentang
hapusnya perikatan.49
1. Apabila seorang yang berhutang membuat suatu perikatan hutang baru guna
3. Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang berpiutang baru ditunjuk
Dari uraian mengenai cara mengadakan Novasi tersebut diatas dapat kita
katakan, bahwa peristiwa yang kedua dan ketiga ada pergantian subyek perikatan bisa
merupakan peristiwa Novasi subyektif, dalam hal yang diganti adalah subyek debitur.
Debitur lama diganti dengan debitur baru, maka kita katakan di sana ada Novasi
49
Ibid, hal. 101.
50
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, op.cit., Pasal 1413.
subyektif aktif.51
atau pemindahan hutangnya kepada debitur baru sehingga dalam hal ini yang berganti
subyektif pasif.
Persyaratan oper kredit atau alih debitur hampir sama dengan syarat-syarat
permohonan penerusan utang atau alih debitur. Setelah syarat-syarat terpenuhi, bank
mengadakan wawancara dengan calon debitur baru dan bagi yang layak bank akan
notaris akan memproses oper kredit atau alih debitur seperti halnya akad kredit
Akta Delegasi ini ditandatangani oleh debitur lama sebagai pihak pertama dan debitur
baru sebagai pihak kedua. Dalam akta ini diuraikan hal-hal sebagai berikut:
BTN pada tanggal …………., yang harus dilunasi dalam jangka waktu
…………….”
51
J. Satrio, op.cit., hal. 103.
52
Suharnoko dan Endah Hartati, Doktrin Subrogasi, Novasi dan Cessie, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2006), hal. 98.
debitur lama.
Debitur dan tercantum berapa bulan lagi angsuran yang harus dibayar oleh debitur
Pengalihan debitur ini akan dibuat dan ditandatangani dalam Akta Perjanjian
krediturnya seorang debitur baru yang bersedia untuk mengikatkan dirinya demi
keuntungan kreditur atau dengan perkataan lain, bersedia untuk membayar hutang-
hutang debitur.54
sebagai berikut:55
53
Ibid, hal. 99.
54
Ibid., hal. 118.
55
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, op.cit., Pasal 1417.
debitur yang baru, dengan tegas menyatakan bahwa ia membebaskan debitur lama,
(lebih lanjut) terhadap kreditur. Dengan perkataan lain, dengan hanya menerima
penawaran seorang debitur baru saja yang disodorkan debitur lama belum terjadi
baru terjadi, kalau kreditur sudah menerima penawaran person debitur baru,
menimbulkan perikatan (baru) antara kreditur dengan debitur baru, yang sekaligus
lama.57
karena ia adalah keluarga debitur lama yang lebih mampu, atau merasa pernah
56
J. Satrio, op.cit., hal. 110.
57
Ibid., hal. 120.
Dari hasil penelitian oper kredit yang terjadi dalam praktek dengan memakai
novasi subjektif pasif jarang dilakukan. Karena sama saja dengan membuat perjanjian
jual beli yang baru. Di mana bank memulai dari awal lagi dan biaya yang dikeluarkan
juga sama dengan perjanjian yang baru. Hal inilah yang dihindari oleh pihak ketiga.
Karena mereka menganggap berurusan dengan bank memakan waktu lama. Oleh
karena itu debitur dan pihak ketiga mengambil jalan pintas, oper kredit dengan
memakai jasa notaris. Waktunya cepat dan barang/rumah dapat langsung diterima
58
Ibid., hal. 121.
59
Munir Fuady, op.cit, hal. 185.
kreditur, maka ada beberapa konsekuensi yang terjadi, yang masing-masing dapat
menguntungkan ataupun merugikan bagi kedua belah pihak bagi kreditur atau debitur
a. Bila debitur yang berganti, debitur lama terbebas dari kewajibannya dan kreditur
tidak dapat menagih kepada kreditur lama, kecuali jika ada semacam kontrak
b. Bila kreditur yang berganti, maka hak-hak kreditur lama akan hapus dan kreditur
c. Bila kreditur yang berganti, maka segala tangkisan yang semula dapat diajukan
oleh debitur kepada kreditur lama, sekarang tidak dapat lagi diajukannya.
d. Bila hak accesoir atau hak yang semula melekat pada kontrak lama tidak ikut
terbawa pada kontrak yang baru, kecuali dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Jika debiturnya tetap dan hak accesoirnya diletakkan atas asset debitur
tersebut.
2. Jika hak accesoir dan hak istimewa tersebut dengan tegas dipertahankan oleh
kreditur.
tersebut.
60
Ibid, hal. 187.
1. Kreditur memperjanjikan bahwa dalam kasus seperti itu debitur lama tetap
bertanggung jawab. Dengan kata lain di sini ada perjanjian garansi antara
kreditur dengan debitur lama, sehingga apa yang semula kelihatan sebagai
2. Debitur baru pada saat pemindahan/delegasi sudah dalam keadaan pailit atau
61
J. Satrio, op.cit, hal. 127.
1. Hak Bank
Pasal-Pasal 1759, 1760, 1761 dan 1762 KUH Perdata mengatur kewajiban-
kewajiban orang yang meminjamkan. Pasal 1759 KUH Perdata mengatakan bahwa:
“Orang yang meminjamkan tidak dapat meminta kembali apa yang telah
Bank berhak secara sepihak dan tanpa terlebih dahulu memberitahukan atau
menegur penerima kredit, untuk tidak mengizinkan atau penggunaan kredit lebih
lanjut oleh penerima kredit dan mengakhiri jangka waktu kredit bila:63
1. Penerima kredit tidak atau belum mempergunakan kredit setelah lewat 3 (tiga)
2. Bunga yang tidak dibayar tepat waktu sebagaimana yang telah ditentukan, dalam
hal ini lewatnya waktu saja tidak perlu diberikan teguran terlebih dahulu oleh
bank kepada penerima kredit telah memberikan bukti yang cukup bahwa
62
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian kredit ……, op.cit, hal. 74.
63
Ibid, hal. 76.
kepemilikan perusahaan. Penerima kredit karena sebab apapun juga tidak lagi
menjadi jaminan kredit ini juga bila usaha perusahaannya atau jumlah
kekayaannya mundur atau berkurang sedemikian rupa sehingga atau hal-hal lain
5. Penerima kredit memberikan data yang tidak benar sehubungan dengan perjanjian
ini.
6. Penerima kredit melakukan perbuatan dan atau terjadinya peristiwa dalam bentuk
dan dengan nama apapun yang semata-mata atas pertimbangan bank dapat
2. Kewajiban Bank
kepemilikan barang jaminan tersebut kepada penerima kredit atau pihak lain yang
namanya tercantum sebagai pemilik atau pemegang hak dalam surat bukti
kepemilikan tersebut.
a. Kartu identitas calon debitur yang masih berlaku dan Kartu Keluarga
Tujuannya:
1. Untuk mengetahui domisili terakhir dari calon debitur sehingga pihak bank
dengan mudah dapat mengetahui dan menentukan domisili hukum yang tetap
pada Panitera Pengadilan Negeri mana yang harus dipilih jika harus
bank dalam perjanjian hutang piutang benar adalah calon debitur yang sesuai
pengikatan kreditnya di mana kesalahan atas hal ini berarti kerugian bagi
pihak bank.
b. Kartu/surat nikah
Tujuannya:
2. Untuk mengetahui sudah berapa kali menikah dan bagaimana status masing-
masing istrinya sehingga pihak bank dapat mengetahui dan menentukan siapa
mengenai warisan dan harta bersama yang diatur dalam KUH Perdata dan Undang-
jumlah dan keadaan yang sama dan pada waktu yang ditentukan (Pasal 1763 KUH
Perdata).64 Pasal 1764 KUH Perdata mengatur tentang kewajiban peminjam jika yang
1. Hak Debitur
2. Kewajiban Debitur65
a. Debitur wajib membayar kepada bank bunga sebesar yang telah diperjanjikan.
64
Ibid, hal. 77.
65
Hasil wawancara dengan staff analys credit Bank Tabungan Negara Cabang Medan tanggal
27 Juli 2009.
ditunjuk bank.
d. Semua biaya yang timbul karena dan untuk pelaksanaan perjanjian kredit menjadi
beban debitur.
e. Memberitahukan kepada bank bila terjadi perkara antara debitur dengan pihak
lain.
jaminan debitur.
g. Debitur wajib memberitahu bank dalam hal debitur pindah alamat atau pindah
“selama kredit belum lunas tanpa persetujuan tertulis dari bank, debitur
memberikan hak kepada pihak lain atas barang jaminan tersebut baik seluruh
Jadi telah jelas disebutkan bahwa bank tidak menyetujui pengalihan hak/oper
kredit di bawah tangan. Tetapi karena berbagai macam faktor menyebabkan orang
memilih mengalihkan atau oper kredit tanpa sepengetahuan bank. Hal ini merugikan
pihak ketiga karena tidak ada perlindungan hukum yang dapat diberikan kepadanya,
apalagi bila bukti tertulisnya tidak lengkap. Hal ini hanya akan menimbulkan masalah
dikemudian hari.
Debitur yang tidak sanggup membayar Kredit Pemilikan Rumah pada bank
memikirkan cara lain agar bank tidak mengambil alih kredit rumahnya. Banyak
Cabang Medan.
Cabang Medan
Bank adalah suatu lembaga keuangan yang memberikan kredit bank kepada
calon nasabah debitur untuk mendapatkan fasilitas kredit, petugas bank akan
menganalisis calon nasabah debitur untuk menetukan kemauan dan kemampuan calon
nasabah debitur tersebut untuk membayar kembali fasilitas kredit yang akan
formulasi 5-C67 dan formulasi 3-R. Formulasi 4-P atau yang dikenal dengan sebutan
a. Personality
belakang), tingkah laku, keadaan kelurga, social standing dan sikap tingkah laku
calon nasabah (debitur) serta hal-hal lain yang berhubungan dengan kepribadian
calon nasabah.
b. Purpose
Aspek purpose adalah aspek tentang tujuan calon nasabah (debitur) mengadakan
c. Payment
kreditnya.
66
Sutan Remy Syahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi
Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta: Institut Bank Indonesia (IBI)), hal.
176.
67
Rachmadi Usman, op,cit., hal. 246 – 249.
Aspek prospect adalah harapan masa depan debitur, apakah dari sisi usahanya
Prinsip 3 R
Yaitu perkiraan hasil yang akan dicapai, apakah dapat mencukupi pengembalian
kreditnya.
resikonya.
menghindari kredit macet pada nasabah debitur karena Kredit Pemilikan Rumah
biasanya diberikan dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga tindakan tersebut
dilakukan kreditur untuk menghindari wanprestasi dari pihak nasabah debitur. Karena
menurut ketentuan bank bila dalam waktu 3 (tiga) bulan berturut-turut nasabah
debitur tidak membayar angsuran kredit rumahnya, maka dikategorikan kredit macet,
sehingga bank berhak mengambil tindakan terhadap aset atau agunan tersebut.
yaitu dengan melakukan alih debitur, dalam hal ini bank mempunyai ketentuan-
ketentuan tersendiri untuk menentukan apakah tindakan alih debitur itu bisa
bahwa kredit pemilikan rumah tersebut telah berjalan selama 4 (empat) tahun dan
hutangnya atau batas kreditnya adalah maksimal sejumlah batas kredit yang terakhir
Persyaratan alih debitur pada kredit pemilikan rumah pada Bank Tabungan
menunggak.
68
Hasil Wawancara dengan Analys Credit Bank Tabungan Negara Cabang Medan, tanggal 5
Juni 2009.
69
Hasil wawancara dengan Analys Credit Bank Tabungan Negara Cabang Medan, tanggal 3
Juni 2009.
11. Surat Persetujuan dari istri/suami untuk menjual rumah, di atas meterai
Menerima uang pembayaran penggantian kredit dari pihak ketiga yang menerima
pengalihan
Tabungan Negara.
5. Fotocopi Tabungan Batara (saldo minimal Rp.350.000,- (tiga ratus lima puluh
12. Perjanjian jual beli dengan pihak I (di atas meterai Rp. 6000,- atau kertas
Setelah semua aplikasi dilengkapi dan diajukan kepada bank maka bank akan
memproses awal lagi seperti pada permohonan kredit dengan diberlakukan suku
Permohonan kredit tersebut dapat ditolak ataupun disetujui, hal ini merupakan
kewenangan dari bank, bila permohonan telah disetujui maka antara debitur lama dan
debitur baru menandatangani surat pernyataan yang telah disediakan oleh pihak bank
yang merupakan pelimpahan kewajiban yaitu meneruskan sisa kredit yang telah
disetujui tersebut. Ini merupakan proses yang sama dengan Kredit Pemilikan Rumah,
hanya yang menjadi pihak penjual adalah perseorangan bukan badan hukum.
merupakan tindakan aktif dari pihak debitur pada Kredit Pemilikan Rumah, tindakan
akuisisi ataupun penyitaan dari pihak bank pemberi kredit. Tindakan ini
diperbolehkan oleh bank, bahkan secara langsung bank memberi kesempatan kepada
pemilikan rumah yang macet tersebut dengan jangka waktu yang telah disepakati
antara pihak debitur dan bank pemberi kredit. Dalam tindakan tersebut ada 2 (dua)
1. Bahwa debitur baru melunasi seluruh kredit yang tersisa pada bank dan
2. Melanjutkan angsuran kredit dari debitur lama, untuk dan atas nama debitur lama.
bank swasta. Bank Tabungan Negara dapat memahami hal ini atas sikap debitur baru
yang telah melakukan tindakan jual beli dan kuasa dengan cara melanjutkan angsuran
kredit pemilikan rumah dari debitur yang telah mempunyai ikatan kredit dengan
bank tersebut. Dengan syarat pengalihan tersebut dilakukan dihadapan pejabat yang
merupakan tindakan sepihak dari debitur. Tindakan ini dibuat debitur agar perjanjian
70
Hasil wawancara dengan Account Officer Bank Swasta tanggal 03 Juni 2009.
tersebut merupakan suatu jenis perjanjian yang berpotensi konflik, hal ini disebabkan
karena:71
2. Sertifikat tanah yang menjadi objek perjanjian sedang menjadi agunan bank.
Jika jual beli antara A dengan B terdapat cacat yang tersembunyi karena tanah
tersebut masih dalam status jaminan bank yang berakibat tidak boleh terjadi peralihan
hak. Pada dasarnya notaris menyarankan agar debitur melunasi kredit rumahnya pada
bank, baru dilakukan jual beli rumah. Tetapi biasanya debitur menolak karena
terbentur pada kondisi keuangan sehingga melakukan oper kredit, walaupun sertifikat
pengikatan jual beli dan kuasa bagi para pihak dimana akta notaris tersebut mengikat
kedua belah pihak dan membuktikan telah adanya suatu pengikatan jual beli yang
disertai pembayaran dari pihak pertama kepada pihak kedua. Tujuan pembuatan akta
ini untuk memberi kepastian hukum bagi debitur baru, dalam hal berurusan dengan
pihak bank pemberi kredit. Dan disitu juga disebutkan tentang kuasa untuk
71
Kartini J. Soejendro, Pengalihan Hak-Hak Atas Tanah yang Berpotensi Konflik, (Jakarta:
Kanisius, 2001), hal. 115.
72
Hasil wawancara dengan Irdhanila Hasibuan, Notaris di daerah kerja Binjai pada tanggal 12
Mei 2009.
Dari hasil penelitian disebutkannya dalam akta jual beli dan kuasa untuk
mengambil sertifikat yang menjadi agunan pada bank karena sering terjadi
di lapangan pada saat angsuran KPR telah lunas, pihak pertama sudah sulit untuk
dijumpai sehingga ini menimbulkan permasalahan baru bagi pihak ketiga pada saat
pengambilan sertifikat tersebut. Oleh sebab itu untuk mengantisipasi hal tersebut
maka pada saat pengikatan jual beli dihadapan notaris disebutkan juga kuasa untuk
berdasarkan kwitansi pembayaran saja, pada saat KPR lunas dan waktu pengambilan
sertifikat, bank tidak akan memberikan sertifikat tersebut. Bank hanya akan
memberikan sertifikat pada pihak pertama. Jadi seandainya pihak pertama tidak
diketahui keberadaannya, maka pengambilan sertifikat tidak akan terjadi. Tanpa ada
penyelesaian.
D. Pengalihan Hak Kredit Pemilikan Rumah dari Debitur pada Pihak Lain
Jual beli rumah bertujuan untuk mengalihkan hak milik kebendaan yang
dijual. Tentang cara memperoleh hak milik diatur dalam Pasal 584 KUH Perdata
Sahnya suatu penyerahan tergantung pada sahnya alas hak, terdapat dua
macam ajaran mengenai sahnya penyerahan dihubungkan dengan sahnya alas hak,
Menurut ajaran causal: ada hubungan sebab akibat antara alas hak/perjanjian
tergantung pada alas haknya, jika alas haknya sah maka penyerahan sah, sebaliknya
jika alas haknya tidak sah maka penyerahan tidak sah. Untuk sahnya penyerahan
diperlukan titel yang nyata atau titel yang riil antara alas dan hak penyerahannya pada
hubungan causal. Demikian juga dengan pengalihan hak milik. Dengan demikian
persetujuan jual beli batal dengan sendirinya, persetujuan penyerahan barang juga
batal dan hak atas barang tidak jadi berpindah ke tangan si pembeli/pihak lain.
persetujuan jual beli, penyerahan dan alas hak harus terpisah satu sama lain dan tidak
tergantung pada alas hak nyata tetapi menurut Pasal 584 KUH Perdata untuk sahnya
penyerahan itu mengharuskan adanya titel. Jadi menurut ajaran abstrak penyerahan
itu tidak perlu adanya titel cukup ada titel anggapan saja.
73
Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, (Bandung: Alumni,
Bandung), 1983, hal. 70.
74
A. Pitlo, Pembuktian dan Daluwarsa Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Belanda, Alih Bahasa oleh M. Isa Arief, (Jakarta: PT Intermasa, 1986), hal. 240.
sebagai pelaksanaan dari asas nemo plus bahwa seseorang itu tidak dapat
asasnya seorang pemilik (eigenaar) berwenang menguasai dan seorang bukan pemilik
yang bertujuan untuk mengalihkan hak atas tanah tersebut. Tetapi pengalihan yang
sering terjadi di masyarakat adalah pengalihan hak/oper kredit di bawah tangan tanpa
Ada kebiasaan masyarakat Indonesia melakukan jual beli tanah atau bangunan
termasuk rumah KPR dengan cara oper kredit yaitu dengan cara menggunakan
perjanjian di bawah tangan bermeterai. Pihak yang ingin mengalihkan kredit tidak
ada membuat syarat-syarat seperti yang dibuat di bank. Karena mereka semua ingin
prosesnya cepat tidak memakai persyaratan-persyaratan lain. Jadi mereka tidak ada
membuat perjanjian mengenai hak dan kewajiban pihak yang mengalihkan dan pihak
yang menerima pengalihan. Hanya surat perjanjian di atas meterai yang menyatakan
bahwa pihak pertama telah menerima uang dari pihak kedua sebesar yang telah
Dari segi legalitas hukum tindakan ini tidak dibenarkan karena akan
merugikan pihak ketiga karena beberapa hal:
75
Mariam Darus Badrulzaman, op.cit, hal. 43.
2. Meskipun setiap bulannya pihak kedua meneruskan angsuran, namun bila kredit
sudah lunas maka sertifikat (agunan) hanya dapat diserahkan oleh bank kepada
3. Bisa saja terjadi mendekati pelunasan, pihak I (yang sebenarnya suadah menjual
4. Jika pihak I meninggal dunia, maka dimungkinkan ahli warisnya akan tetap
mengakui bahwa tanah dan rumah tersebut menjadi haknya, meskipun pihak
kedua menunjukkan bukti kwitansi pembayaran. Jika terjadi gugatan, pihak kedua
akan kalah karena pihak ahli waris mempunyai kekuatan hukum yang lebih kuat.
5. Rumah yang dijual tersebut masih tercatat sebagai agunan kredit di bank,
6. Seorang pembeli (pihak kedua yang menerima pengalihan KPR) tidak selalu
beritikad baik. Belum tentu pihak kedua membayar lancar angsurannya sehingga
nama pihak pertama bisa tercatat sebagai debitur macet. Hal ini sangat merugikan
karena data ini dapat diakses oleh seluruh bank melalui Sistem Informasi Debitur
atau BI Checking.
pihak pertama dan pihak kedua, di mana bank hanya memerlukan surat kuasa tersebut
untuk mengambil sertifikat, sehingga apa yang telah dibuat dalam pengikatan jual
beli tersebut merupakan suatu awal proses dari terjadinya jual beli. Karena jual beli
atas rumah tersebut sebenarnya belum terjadi dan baru dapat dilaksanakan bila pihak
kedua telah melunasi kredit dari bank dan sertifikat aslinya telah diambil dari bank.
Dari hasil penelitian pihak perbankan khususnya Bank Tabungan Negara dan
Bank X yang berkaitan dengan kredit Pemilikan Rumah khususnya berkaitan dengan
pengalihan hak/oper kredit sampai saat ini akta pengikatan jual beli dan kuasa tidak
dapat atau belum dapat diterima sepenuhnya oleh bank pemberi kredit baik bank
pemerintah ataupun bank swasta. Tindakan debitur yang mengalihkan hak kreditnya
tersebut bank tetap tidak mengakuinya, bila bank mengetahuinya pihak bank akan
Tindakan jual beli dan kuasa antar para pihak merupakan tindakan intern
kedua belah pihak dan dianggap suatu perjanjian di bawah tangan, walaupun dibuat
dihadapan notaris. Karena dalam tindakan ini tidak melibatkan bank sebagai pemberi
kredit, maka dalam hal ini bank masih tetap mengakui debitur pihak pertama yang
masih terikat dengan perjanjian kredit dengan bank di mana semua data-data yang
berkaitan dengan agunan rumah tersebut masih tercantum atau terdaftar nama atas
debitur tersebut. Kaitannya dengan tindakan pengikatan jual beli dan kuasa tersebut
bank hanya mengakui surat kuasa untuk pengambilan sertifikatnya saja, yaitu surat
mengadakan pengalihan hak secara resmi atau dengan alih debitur demi menghindari
segala resiko yang dapat saja terjadi dimasa yang akan datang karena lamanya masa
angsuran yang akan diteruskan oleh pihak penerima pengalihan hak atau pelimpahan
kewajiban angsuran.76
Karena dengan melakukan alih debitur ada jaminan kepemilikan baik dari
nasabah debitur yang baru ataupun dari pihak bank sendiri lebih mudah untuk
76
Hasil wawancara dengan Legal Officer Bank X pada tanggal 10 Juni 2009.
bentuk pinjaman. Salah satu program yang ditawarkan bank adalah Kredit Pemilikan
Rumah. Dalam Kredit Pemilikan Rumah dalam penyaluran kreditnya juga sering
terjadi kredit bermasalah. Untuk mengantisipasi hal ini disebutkan dalam Pasal 2
keuangan. Kredit bermasalah bagaimanapun juga akan berdampak negatif baik secara
mikro (bagi bank itu sendiri dan nasabah) maupun secara makro (sistem perbankan
dan perekonomian Negara). Ada beberapa pihak yang berkepentingan dengan kredit
bank, yaitu:
negara, yaitu:
1. Kredibilitas.
2. Perkembangan ekonomi.
3. Kesinambungan usaha.
kelancaran ekonomi. Dalam Kredit Pemilikan Rumah debitur yang tidak sanggup
sepengetahuan bank, melalui notaris dan ada yang tanpa sepengetahuan bank.
Agar tidak terjadi sesuatu hal di kemudian hari maka bank dalam Kredit
Pemilikan Rumah membuat jaminan yang berupa sertifikat dan disimpan di bank
77
As. Mahmoeddin, Melacak Kredit Bermasalah, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2004),
hal. 111.
kerugian dan wanprestasi dari debitur. Karena jaminan yang melindungi bank berupa
bank dan memberikan keuntungan pada penerima kredit. Dari segi kepentingan bank
Untuk lebih jelas mengenai Hak Tanggungan dapat dilihat pada point di bawah ini.
Dari rumusan di atas dapat diketahui bahwa pada dasarnya suatu Hak
Tanggungan adalah suatu bentuk jaminan pelunasan utang, dengan hak mendahulu,
dengan objek (jaminan)nya berupa hak-hak atas tanah yang diatur dalam Undang-
hutang (kredit) dengan dibebani Hak Tanggungan adalah Hak Milik, Hak Guna
Usaha dan Hak Guna Bangunan sebagai hak-hak atas tanah yang wajib didaftarkan
mengatur perihal tentang Hak Tanggungan (unifikasi hukum tanah nasional yang
merupakan salah satu tujuan utama UUPA, tentang Hak Tanggungan atas tanah
Undang Hak Tanggungan harus dapat memenuhi kebutuhan atas perlindungan dan
kepastian hukum khususnya bagi kreditur/bank yang dalam hal ini sebagai
penyandang dana agar tidak ragu-ragu dalam mengucurkan dananya bagi kepentingan
debitur.79
perlindungan hukum bagi kreditur saja, melainkan perlindungan dan kepastian hukum
Tanggungan dan pihak ketiga (pihak lain yang ada kaitannya dengan obyek Hak
wanprestasi yang dilakukan oleh debitur, demi kepentingan debitur itu sendiri dan
demi kepentingan pihak ketiga yang mungkin dalam hal ini dirugikan oleh akibat
78
Kartini Muljadi-Gunawan Widjaja, Hak Tanggungan, (Jakarta: Prenada Media, 2005), hal.
13.
79
Ibid, hal. 15.
perlindungan hukum dan jaminan adanya suatu kepastian hukum bagi mereka
berkepentingan adalah pihak kreditur, debitur dan pihak ketiga. Pihak kreditur
sebagai pihak yang memberi kredit (penyandang dana) menghendaki agar uang yang
yang dipinjamkan dapat dikembalikan pada waktunya sesuai dengan apa yang telah
diperjanjikan, begitu juga dengan debitur (debitur yang baik/yang mempunyai itikad
baik) pada umumnya selalu berusaha untuk memenuhi apa-apa yang telah
diperjanjikan dengan pihak kreditur, namun ada kalanya karena ada alasan-alasan
perlindungan hukum kepada kreditur sesuai dengan ciri-ciri Hak Tanggungan yaitu
Hak Tanggungan (asas Droit de Preference, Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1)
UUHT), Hak Tanggungan mengikuti obyeknya dalam tangan siapapun obyek Hak
Tanggungan itu berada (asas Droit de Suite, Pasal 7 UUHT), Hak Tanggungan hanya
dapat dibebankan atas tanah tertentu dan wajib didaftarkan (asas Spesialitas dan asas
Publisitas, Pasal 8 dan Pasal 11 ayat (1) huruf e UUHT) dan pelaksanaan eksekusi
Hak Tanggungan mudah dan pasti (Pasal 6 UUHT), kesemuanya itu adalah
merupakan keistimewaan yang dimiliki oleh lembaga Hak Tanggungan, yang maksud
dibentuknya UUHT adalah untuk memberi perlindungan hukum dan kepastian hukum
pembangunan nasional
Tanggungan sebagai jaminan pelunasan hutang tertentu yang dituangkan dalam Akta
tertentu adalah yang memperoleh atau yang menjadi pemegang Hak Tanggungan
“bahwa jika debitur cidera janji, kreditur pemegang Hak Tanggungan berhak
preference.81
dalam Pasal 2 UUHT. Artinya Hak Tanggungan membebani secara utuh objek
Hak Tanggungan dan setiap bagian daripadanya. Telah dilunasinya sebagian dari
utang yang dijamin tidak berarti terbebasnya sebagian objek Hak Tanggungan
seluruh objek Hak Tanggungan untuk sisa utang yang belum dilunasi (penjelasan
80
Remy Sjahdeini, op.cit, hal. 16.
Ada
Hak Tanggungan hanya dapat dibebankan pada hak atas tanah yang telah dimiliki
oleh pemegang Hak Tanggungan. Jadi hak atas tanah yang baru akan dipunyai
di kemudian hari tidak dapat dijaminkan dengan Hak Tanggungan bagi pelunasan
suatu utang. Hak atas tanah di sini dalam Perjanjian Kredit sebagai jaminan
objeknya dalam tangan siapapun objek tersebut berada. Dengan demikian, Hak
Tanggungan tidak akan berakhir sekalipun objek Hak Tanggungan itu beralih
kepada pihak lain oleh karena sebab apapun juga. Ketentuan Pasal 7 UUHT ini
merupakan asas yang disebut droit de suite. Asas ini juga merupakan asas yang
diambil dari Hipotik yang diatur dalam Pasal 1163 ayat (2) dan Pasal 1198
KUHPerdata.
UUHT tidak menyatakan secara eksplisit sebagai ketentuan yang memaksa, tapi
dari ketentuan yang diatur dalam berbagai pasal dalam UUHT bersifat memaksa
hak untuk menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui
tersebut".
atau perpindahan Hak Milik atas piutang yang dijamin dengan Hak Tanggungan
pada pihak lain tanpa sepengetahuan bank. Tetapi bila sepengetahuan bank Hak
Tanggungan dapat beralih, tetapi dibuat dahulu surat permohonan alih debitur.
Individualiteit adalah bahwa yang dapat dimiliki sebagai kebendaan adalah segala
Meskipun atas sebidang tanah tertentu telah diletakkan lebih dari satu Hak
Hak Tanggungan dengan segala ikutannya yang melekat dan menjadi satu
kesatuan dengan bidang tanah yang dijaminkan atau diagunkan dengan Hak
meliputi segala ikutannya, yang melekat dan menjadi satu kesatuan dengan
(Pasal 4 UUHT).
Dalam Surat Perjanjian Kredit disebutkan segala harta kekayaan penerima kredit
baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun
yang akan ada di kemudian hari menjadi jaminan bagi pelunasan jumlah kredit
yang timbul karena perjanjian kredit ini. Jadi Hak Tanggungan yang melekat pada
i. Hak Tanggungan Berjenjang (Ada Prioritas yang Satu Atas yang Lainnya)
saat pendaftarannya. Dan dalam hal pendaftaran dilakukan pada saat yang
Sistem pendaftaran tanah memakai torrens system atau disebut juga registration
of titles. Dalam sistem ini setiap penciptaan hak baru, peralihan hak, termasuk
pembebanannya harus dapat dibuktikan dengan suatu akta. Akta tersebut tidak
didaftar melainkan haknya yang dilahirkan dari akta tersebut yang didaftar.
Dalam Pasal 13 UUPA disebutkan secara tegas bahwa saat pendaftaran beban
pendaftaran Hak Tanggungan itu tidak pernah ada. Hak Tanggungan lahir dengan
Tanggungan (SKMHT) dalam hal jaminan berupa benda tak bergerak harus sudah
diterima bank sebelum dilakukan penarikan kredit, jadi dengan adanya SKMHT
ini bank terlindungi sebagai pemberi pinjaman.Hal ini untuk mencegah debitur
menolak untuk pelunasan pinjaman dengan alasan hak atas tanah telah habis,
karena hak atas tanah yang dimiliki biasanya Hak Guna Bangunan. Sehingga hal
dengan atau tanpa disertai ganti rugi (Pasal 18 dan Pasal 19 UUHT).
Droit De Preference adalah sifat khusus yang dimiliki oleh hak kebendaan. Hak
ini memperoleh landasannya melalui ketentuan Pasal 1132 KUH Perdata, Pasal
Hak Tanggungan. Subjek Hak Tanggungan adalah mereka yang mengikatkan diri
dalam perjanjian hak tanggungan yang terdiri dari pemberi dan pemegang Hak
menjadi pemberi Hak Tanggungan adalah orang perseorangan atau badan hukum
Objek Hak Tanggungan menurut Pasal 4 UUHT adalah hak milik, hak guna
bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai atas Negara, maka subjek dari masing-
secara rinci diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 tersebut.
di Indonesia.
Namun demikian tidak semua pemegang hak atas tanah berhak menjadi
subjek Hak Tanggungan karena untuk menjadi subjek Hak Tanggungan, hak atas
tanahnya harus dapat beralih dan dialihkan serta terdaftar. Contohnya badan
keagamaan yang dapat memiliki hak milik atas tanah, walaupun didaftarkan
dipindahtangankan.
b. Apabila Hak Tanggungan dibebankan pada beberapa hak atas tanah, dapat
bahwa pelunasan utang yang dijamin dapat dilakukan dengan cara angsuran
yang besarnya sama dengan nilai masing-masing hak atas tanah yang
merupakan bagian dari obyek Hak Tanggungan, yang dibebaskan dari Hak
membebani sisa obyek Hak Tanggungan untuk menjamin sisa utang yang
belum dilunasi.
Dari isi Pasal 2 ayat (1) di atas, Hak Tanggungan mempunyai sifat tidak dapat
dibagi-bagi, ini berarti Hak Tanggungan membebani secara utuh obyek Hak
Tanggungan dan setiap bagian daripadanya. Telah dilunasinya sebagian dari hutang
Pada Pasal 2 ayat (2) menyatakan sifat tidak dapat dibagi-baginya Hak
Tanggungan dapat disimpangi oleh para pihak apabila para pihak menginginkan hal
Tanggungan.
2. Pelunasan utang yang dijamin dilakukan dengan cara angsuran yang besarnya
sama dengan nilai masing-masing hak atas tanah yang merupakan bagian dari
objek Hak Tanggungan, yang akan dibebaskan dari Hak Tanggungan tersebut,
sehingga kemudian Hak Tanggungan itu hanya membebani sisa objek Hak
Dari penjelasan Pasal 2 ayat (2) UUHT penyimpangan atau pengecualian itu
dijual kepada pemakai satu persatu dan untuk membayarnya pemakai menggunakan
82
Remy Sjahdeini, op.cit., hal. 21-22.
83
Ibid., hal 22.
peralihan Hak Tanggungan dari satu kreditur kepada kreditur lain. Peralihan Hak
2. Subrogasi yaitu penggantian kreditur oleh pihak ketiga yang melunasi hutang-
hutang debitur.
4. Karena pewarisan.
Hak tanggungan beralih apabila piutang yang dengan Hak Tanggungan itu
beralih kepada pihak ketiga. Peralihan piutang itu dapat terjadi karena cessie,
UUHT. Dengan kata lain, Hak Tanggungan itu beralih karena hukum kepada kreditor
yang baru apabila piutang yang dijamin dengan Hak Tanggungan itu beralih kepada
Peralihan hak milik sebagai suatu benda harus memenuhi ketentuan Pasal 584
84
Kartini Muljadi-Gunawan Widjaja, op.cit., hal. 228.
surat wasiat dank arena penunjukan atau penyerahan berdasar suatu peristiwa
perdata untuk memindahkan Hak Milik, dilakukan oleh seorang yang berhak
Dalam hal peralihan Hak Milik didahului dengan suatu peristiwa perdata yang
bertujuan untuk mengalihkan Hak Milik, maka ketentuan ini diatur dalam Pasal 613
Menurut Pasal 16 ayat (1) UUHT, karena beralihnya Hak Tanggungan yang
diatur dalam ketentuan ini terjadi karena hukum, hal tesebut tidak perlu dibuktikan
dengan akta yang dibuat oleh PPAT. Pencatatan beralihnya Hak Tanggungan ini
piutangnya dijamin dengan Hak Tanggungan itu beralih. Ketentuan Pasal 16 UUHT
ini adalah sejalan dengan sifat Hak Tanggungan sebagai perjanjian ikutan atau
saja yang sering terjadi, tetapi juga penggantian debitur. Dalam hal ini yang terjadi
lain. Dengan kata lain, terjadi penggantian debitur dengan kreditor (bank) yang sama.
menggunakan lembaga novasi (pembaruan utang). Menurut Pasal 1381 KUH Perdata,
perjanjian (lama) berakhir karena dibuatnya perjanjian baru atau novasi. Sedangkan
menurut ketentuan Pasal 18 ayat (1) UUHT, Hak Tanggungan hapus karena
hapusnya utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan itu. Jadi, karena perjan-
jian yang baru yang mengakhiri perjanjian lama, Hak Tanggungan menjadi
berakhir pula.
mengakibatkan beralihnya Hipotik atas benda milik debitur lama kepada benda
milik debitur baru. Dikatakan oleh Pasal 1422 KUH Perdata, apabila pembaruan
debitur lama, maka Hak-hak Istimewa dan Hipotik-hipotik yang dari semula
menjadi bermasalah, bank berhak dengan atau tanpa persetujuan debitur meng-
alihkan kredit tersebut kepada pihak lain yang akan menggantikan kedudukan debitur
kewajiban untuk melunasi kredit, sedangkan debitur baru terikat dengan segala
sebagai pengganti dari debitur untuk menjadi debitur baru atau sebaliknya debitur
baru, sedangkan apabila terjadi penggantian debitur sebagaimana yang demikian itu,
fasilitas kredit untuk perumahan yang diperlukan oleh masyarakat (KPR), ketentuan
Pasal 16 UUHT saja belum memadai. Pasal itu baru memadai untuk menampung
mekanisme peralihan piutang bank (KPR) dari bank kepada perusahaan conduit
yang akan melakukan pengerahan dana obligasi yang dijamin dengan KPR-KPR
tersebut. Peralihan KPR (yang dijamin dengan Hak Tanggungan atas tanah berikut
bangunan rumah yang dibiayai dengan KPR itu) dari bank kepada
sehingga dengan demikian Hak Tanggungan yang menjamin KPR itu ikut
beralih dengan peralihan KPR yang bersangkutan. Tetapi Pasal 16 UUHT itu,
seperti telah diterangkan dimuka, belum dapat menampung peralihan utang dari
nasabah debitur yang menikmati KPR kepada pihak lain yang bermaksud
di atas.
Tanggungan tersebut wajib didaftarkan oleh kreditor yang baru kepada Kantor
mulai berlaku bagi pihak ketiga pada hari tanggal pencatatannya (Pasal 16 ayat (5)
UUHT).
hak kreditnya atau pelimpahan kewajiban angsurannya kepada pihak lain salah
angsuran kreditnya tersebut kepada pihak lain yang sanggup ataupun akan
kewajiban angsuran dilakukan sesuai dengan peraturan bank pemberi kredit yaitu
dengan cara alih debitur maka segala permasalahan yang akan timbul adalah
merupakan yang dapat diselesaikan secara prosedural bank pemberi kredit yaitu
menjadi tanggung jawab debitur itu sendiri. Yang terjadi dalam praktek, di mana
pengikatan jual beli dan kuasa. Maka segala resiko masih melibatkan debitur yang
kredit pemilikan rumah pada nasabah melalui beberapa tahap yang bertujuan untuk
yang berbunyi:
untuk kredit pemilikan rumah yang begitu teliti, maka bank mengharapkan debitur
melunasi angsuran kreditnya sampai selesai tanpa ada masalah yang timbul, hal ini
akan sangat jauh berbeda dengan tindakan nasabah debitur yang mengalihkan hak
dalam pengalihan hak ini pihak debitur tidak melihat kemampuan atau kesanggupan
lebih lanjut lagi dari debitur yang akan mengambil alih angsuran kreditnya. Yang
dilihat hanya kemampuan awal pembayarannya saja di mana bila telah sepakat
mengenai harga dan kondisi serta status rumah dan surat-suratnya maka pengalihan
Pada saat ini hampir semua bank pemberi kredit sangat ketat sekali mengenai
ketepatan debitur dalam membayar angsuran kreditnya. Bank menentukan bila dalam
waktu 180 hari (seratus delapan puluh hari) berturut-turut tidak ada angsuran yang
dibayarkan kepada bank maka bank telah memasukkan debitur tersebut kedalam
kategori kredit macet atau Non Performance Loan/NPL, sehingga dengan adanya
kredit tersebut. Dengan adanya pengalihan hak kredit maka tanggung jawab
menggunakan pengikatan jual beli dan kuasa maka pihak kedua yang menerima
angsuran kreditnya atas rumah tersebut atau bila tetap tidak membayar maka akan
permohonan secara tertulis kepada pihak bank. Dengan adanya permohonan ini maka
akan diadakan analisis lagi oleh pihak bank. Dengan menganalisis ini pihak bank
dapat mengetahui apakah debitur masih ada kemungkinan untuk mengangsur kredit
beserta bunganya. Bila menurut analisis pihak bank bahwa dengan perpanjangan
waktu pengembalian kredit ini debitur akan dapat mengangsur pinjamannya maka
diadakan perjanjian tambahan untuk ini, yang dituangkan dalam satu akta, akan tetapi
bila hasil analisis tersebut dapat menunjukkan bahwa debitur sudah tidak mungkin
lagi atau tidak mampu untuk mengangsur pinjamannya maka berdasarkan keputusan
85
Rachmadi Usman, op.cit, hal. 293.
berikutnya.
Apabila segala tindakan dan usaha yang telah dilakukan oleh pihak bank dan
nasabah debitur itu sendiri tidak dapat memenuhi kewajibannya maka pihak bank
pemberi kredit akan menyita asset atau agunan dari perjanjian kredit tersebut.
tidak dilakukan oleh pihak Bank, Khususnya dalam masalah-masalah debitur yang
telah menerima pengalihan hak kredit atau pelimpahan kewajiban angsuran yang
tercatat dalam kategori Non Performance Loan (NPL) dapat melakukan tindakan-
1. Melaporkan atau memberitahukan kepada pihak bank pemberi kredit bahwa telah
bank dalam hal ini legal officernya untuk meminta perpanjangan waktu agar dapat
diperlukan baik oleh nasabah debitur itu sendiri dalam rangka menyelamatkan
agunannya ataupun oleh pihak bank dalam rangka mengatasi kredit macet di bank.
dari Undang-Undang atau peraturan perbankan itu sendiri dangat merugikan nasabah
debitur, di mana dalam perjanjian kredit terdapat klausula yang secara tidak terinci
conditions precedents ialah fakta atau peristiwa yang harus atau terjadi terlebih
dahulu setelah perjanjian ditanda tangani oleh para pihak sebelum bank berkewajiban
merupakan kontrak baku yang berkaitan dengan Kredit Pemilikan Rumah, yaitu:87
86
St. Remy Sjahdeini, op.cit., hal. 158.
87
Ibid., hal. 199-239.
2. Nasabah debitur diwajibkan untuk tunduk kepada segala petunjuk dan peraturan
bank yang telah ada dan masih akan ditetapkan kemudian oleh bank.
3. Nasabah debitur harus memberi kuasa yang tidak dapat dicabut kembali kepada
bank untuk melakukan segala tindakan yang dipandang perlu oleh bank.
ganti rugi yang diderita oleh nasabah debitur sebagai akibat dari tindakan bank.
5. Kelalaian nasabah debitur dibuktikan secara sepihak oleh pihak bank semata-
mata.
terlibat dalam perjanjian kredit dengan bank secara formil atau sah secara hukum
bersama dengan bank, bilamana kita lihat bagi nasabah debitur yang menerima
pengalihan hak kredit atau melanjutkan angsuran dari pihak debitur yang pertama
yaitu dengan membuat akta pengikatan jual beli dan kuasa di mana oleh bank
dianggap merupakan perjanjian di bawah tangan, hal ini akan sangat merugikan dan
berpengaruh terhadap hak dari agunan kredit tersebut bila mengalami kredit macet,
kerugian ini lebih diperjelas dengan dibuatnya Akta Pemberian Hak Tanggungan
pada setiap perjanjian Kredit Pemilikan Rumah dengan bank, dapat dilihat pada Pasal
mempunyai hak untuk menjual obyek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri
penjualan tersebut”.
jika nasabah debitur telah dinyatakan wanprestasi ataupun dalam kondisi Non
pasal inipun masih diperkuat dengan janji yang disebut dalam Pasal 11 ayat (2) huruf
pertama mempunyai hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri obyek hak tanggungan
apabila debitur cidera janji. Tata cara eksekusi tersebut adalah yang paling singkat
karena kreditur tidak perlu mengajukan permohonan eksekusi kepada pengadilan atau
debitur semakin lemah sehingga untuk nasabah debitur yang menerima pengalihan
hak kredit atau melanjutkan angsuran di mana pada bank namanya tidak terdaftar dan
tidak mempunyai kewenangan sama sekali atas agunan yang menjadi obyek
perjanjian kredit. Bila terjadi hal seperti ini, maka pihak bank masih tetap meminta
kehadiran nasabah debitur yang pertama untuk menerima sisa pengembalian uang
atau pembayaran bilamana agunan tersebut telah laku dijual, dalam kaitannya dengan
rumah yang tidak jelas pada bank, pihak penerima pengalihan hak kredit juga
3. Alternatif penyelesaian dengan bank bilamana telah disita atau masuk dalam
4. Tidak adanya jaminan kepemilikan rumah dari pihak bank sampai dengan
kreditnya dilunasi.
tersebut.
6. Dengan lamanya kredit dan pelunasannya maka akan semakin naik atau tinggi
pajak-pajak yang harus dibayar yaitu Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Dari kerugian-kerugian tersebut diatas yang paling fatal yang diderita oleh
nasabah debitur penerima pengalihan hak kredit adalah bilamana telah masuk dalam
1. Menyita aset/bangunan.
pelunasan dari bank bila agunan terjual karena tidak dibuat kuasa untuk itu.
pendaftaran hak-hak atas tanah yaitu Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna
Usaha dan Hak Tanggungan merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai
hapusnya serta peralihan hak-hak tersebut. Hal ini membawa akibat bahwa sistem
pendaftaran tersebut tidak menjamin bahwa seseorang yang namanya terdaftar adalah
88
Cyntia P. Dewantoro, 43 Kasus Hukum & Solusi Pengalihan Hak Tanah & Properti,
(Jakarta: Gramedia, 2009), hal. 6.
berwenang.
tidak menjadikan peristiwa peralihan hak atas tanah menjadi tidak sah. Ketiga
langkah prosedur hukum ini perlu dilakukan guna memberi perlindungan hukum
kepemilikan hak atas tanah bagi si penerima peralihan hak atas tanah atau pihak
ketiga. Bila pendaftaran peralihan itu tidak dilakukan inilah yang sering terjadi
di lapangan, karena pihak ketiga tidak mengerti bagaimana prosedur yang harus
dilakukan dalam hal oper kredit pemilikan rumah. Bank juga sebagai pemberi
yang semula diatur melalui mekanisme ijin pemindahan hak yang diatur dengan
Peraturan Menteri Agraria Nomor 14 Tahun 1961, tentang Permintaan dan Pemberian
diperlukan bagi penerima hak yang ternyata sudah memiliki lima bidang tanah atau
lebih. Ketentuan ini kemudian dengan PMNA/KaBPN Nomor 6 Tahun 1998, tentang
89
Muctar Wahid, Memaknai Kepastian Hukum Hak Milik Atas Tanah, (Jakarta: Republika,
2008), hal. 41.
perumahan.
pengendalian pemilikan tanah tidak lagi melaui izin pemindahan hak dari pejabat
yang berwenang (BPN) tetapi melalui pernyataan penerima hak sebelum pembuatan
Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang menyatakan dengan pemindahan hak
tersebut tidak akan melanggar ketentuan batas maksimum pemilikan tanah dana
ketentuan absentee. Nasabah debitur dan pihak bank pemberi kredit, dan yang
dimaksud dengan konsumen itu sendiri adalah nasabah debitur itu sendiri yang terikat
yaitu bahwa setiap perjanjian Kredit Pemilikan Rumah selalu atau telah menjadi
kewajiban dengan dibuatnya akta pemberian Hak Tanggungan oleh pihak bank
pemberi kredit.
Perdata bentuk perlindungan hukum yang berkaitan dengan asas-asas dalam hukum
perjanjian Indonesia, yaitu antara lain asas ketertiban umum, asas kepatutan dan asas
itikad baik sebagaimana tercantum dalam Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum
dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat
Dengan berlakunya UUPA, proses terjadinya peralihan hak milik yang sudah
1. Fase pertama: fase yang mendahului akta PPAT, berupa perjanjian konsensuil,
2. Fase kedua: Akta PPAT, pihak penjual dan pembeli harus menuangkan kehendak
3. Akta PPAT semacam transport dan hal tanah kekuatan sebagi alat bukti untuk
Jual beli KPR yang dialihkan pada pihak ketiga pada saat ini belum ada
perlindungan hukum bagi pihak ketiga yang beritikad baik. Maksudnya di sini,
apabila jual beli KPR yang dialihkan kepada pihak ketiga hanya berdasarkan
selembar kwitansi saja, maka perlindungan hukum belum dapat diberikan pada
mereka. Padahal jual beli yang terjadi antar mereka bila dilihat dari akibat hukum
perjanjian, yang memenuhi keabsahan memiliki kekuatan mengikat bagi para pihak
karena:
2. Perjanjian dilaksanakan dengan itikad baik (good faith) sesuai Pasal 1338 ayat (3)
KUH Perdata.
obligatoir sedangkan hak milik atas barang yang diperjualbelikan baru berpindah bila
Menurut Mariam Darus Badrulzaman, jika ditinjau dari sistem UUPA dan
dipertanggungjawabkan.92
Jadi bila terjadi jual beli KPR yang kemudian dialihkan kepada pihak ketiga
Mahkamah Agung. Hal-hal yang terjadi pada saat pengambilan sertifikat di bank bagi
orang yang awam tentang proses alih debitur memang sangat disesalkan, karena
ketidaktahuan, mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena bank tidak bisa memberikan
sertifikat Hak Milik yang diagunkan di bank, karena pihak pertama tidak diketahui
92 Mariam Darus Badrulzaman, Beberapa Masalah Hukum dalam Perjanjian Kredit Bank dengan Jaminan Hypotheek Serta Hambatannya
dalam Praktek di Medan, (Bandung: Alumni, 1978), hal 118
. .
yang terikat perjanjian KPR dengan bank, baik itu di BTN maupun Bank X.
pemberi pinjaman/bank menghentikan izin tarik dan menagih pinjaman kredit dari
kredit.
pinjaman.
Hal-hal tersebut adalah salah satu tindakan bank kepada nasabah debitur
Sehingga perlindungan ini mencegah akibat yang lebih buruk lagi dari nasabah
debitur. Sementara perlindungan hukum dalam hal ini dalam Kredit Pemilikan
angsuran kredit rumah pada obyek perjanjian yang dilakukan dengan pengikatan jual
93 Sutan Remy Sjadeini, op.cit., hal. 10
.
Yaitu maksudnya bahwa kemampuan dari akta pengikatan jual beli dan kuasa
yang dibuat dihadapan Notaris membuktikan sebagai akta otentik (kemampuan mana
menurut Pasal 1875 KUH Perdata tidak diberikan kepada akta di bawah tangan, hal
ini berhubungan erat dengan perjanjian pengikatan jual beli dan kuasa walaupun
menurut pendapat pihak bank bahwa perjanjian tersebut dianggap perjanjian di bawah
tangan, akan tetapi menurut ketentuan Undang-Undang Akta Pengikatan Jual Beli
dan Kuasa tersebut adalah merupakan suatu akta yang otentik atau yang
Bahwa apa yang tercantum dalam akta itu adalah merupakan hal yang
benar/berlaku sebagai hal yang benar, isinya mempunyai kepastian sebagai yang
sebenarnya, sehingga akta otentik dapat menjadi bukti yang sah diantara pihak dan
ahli waris serta para penerima hak mereka, dengan pengertian bahwa:
1. Akta itu, bila dipergunakan di muka pengadilan adalah cukup dan bahwa hakim
(Dalam hal akta otentik, Undang-Undang mengikat hakim pada alat bukti itu).
Notaris memberikan perlindungan dan kepastian hukum akan akibat dari yang telah
dilakukannya pengikatan jual beli dan kuasa tersebut. Dengan demikian tidak akan
“Bilamana pihak pertama lupa dan (atau berhalangan untuk melaksanakan jual beli
sebagimana mestinya dihadapan pembuat akta tanah yang berwenang, sedangkan
seluruh harga tanah dan bangunan atas nama pihak pertama telah dilunasi, demikian
pula dokumen-dokumen asli mengenai tanah dan bagunan tersebut diantaranya
sertifikat tanda bukti hak atas tanahnya telah diterima oleh dan dari Bank Tabungan
Negara, maka pihak pertama baik sekarang ini juga untuk nanti pada waktunya
dengan ini memberi kuasa kepada pihak kedua dan/atau baik bersama-sama maupun
masing-masing;
---------------------------------------------KHUSUS----------------------------------------------
Maksud dan ketentuan dari pasal tersebut adala memberi jaminan dan
kepastian kepada nasabah debitur yang menerima pengalihan hak kredit dengan cara
melanjutkan angsuran bilamana angsurannya telah lunas atau dilunasi lebih cepat dan
sertifikat tanda bukti haknya telah diambil dari pihak bank, maka dengan sendirinya
dihadapan pejabat yang berwenang dalam hal ini Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT) yang dikehendaki, sehingga dengan adanya pengikatan jual beli dan kuasa
tersebut pihak penerima pengalihan hak tersebut tidak akan mendapat kesulitan untuk
Dari hasil penelitian di lapangan, dengan adanya surat kuasa jual beli dan
kuasa mengambil sertifikat yang dibuat dihadapan notaris, maka pihak ketiga bisa
mengambil sertifikat Hak Milik yang diagunkan di bank. Tetapi bila hanya
berdasarkan kwitansi saja, hal ini tidak bisa dilakukan karena tidak memberikan
kepastian hukum. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari
dan demi memberi perlindungan hukum bagi pihak ketiga, pengalihan hak/oper kredit
untuk KPR sebaiknya bank lebih membuka diri dan tidak terlalu kaku pada peraturan
yang ada sehingga pihak ketiga mau melakukan pengalihan hak dengan
A. Kesimpulan
dengan Novasi Subjektif Pasif yaitu tindakan debitur untuk mencari debitur
pengganti dengan seizin dan sepengetahuan pihak kreditur dalam hal ini adalah
pihak bank pemberi kredit yang diatur dalam Pasal 1417 KUH Perdata. Dengan
seorang debitur baru yang bersedia untuk mengikatkan dirinya demi keuntungan
kreditur atau bersedia untuk membayar hutang-hutang debitur. Hal ini di BTN
jarang terjadi karena sesuai dengan definisi novasi yaitu berakhirnya perikatan
lama timbul perikatan baru yang berarti sama dengan membuat perjanjian KPR
lagi. Cuma bedanya debitur lama mengajukan permohonan penerusan utang atau
alih debitur. Di BTN pada proses alih debitur disebutkan tentang pihak pertama
telah membayar berapa bulan dan jaminannya berupa apa dan disebutkan juga
debitur lama mengalihkan pada pihak kedua untuk menggantikannya dan semua
itu telah diatur di BTN dan sesuai dengan peraturan perbankan. Setelah disetujui
bank akan mengeluarkan Surat Persetujuan Alih Debitur. Banyak faktor yang
apabila penerima kredit memberikan data yang tidak benar sehubungan dengan
perjanjian ini, bunga tidak dibayar tepat waktu yang telah ditentukan, dan selama
meminjamkan atau memberikan hak kepada pihak lain, maka PT Bank Tabungan
Negara berhak untuk menegur atau mengakhiri secara sepihak perjanjian kredit
jaminan bila kredit sudah lunas. PT. Bank Tabungan Negara memberikan apa saja
yang menjadi hak dan kewajiban para pihak (debitur dan bank) sehingga dapat
menciptakan suatu kepastian hukum bagi para pihak yang terlibat dalam
sepengetahuan bank, hal ini akan merugikan pihak ketiga karena tidak ada
pertama tidak dapat melanjutkan angsuran sesuai perjanjian. Sampai saat ini pihak
bank sebagai pemberi kredit tidak dapat menerima pengalihan hak/oper kredit
dengan cara pengikatan jual beli dan surat kuasa yang dibuat dihadapan notaris
demikian adalah merupakan perjanjian di bawah tangan dan hanya mengikat para
pihak yang membuatnya saja, di mana pihak bank hanya mengakui debitur yang
pertama yang masih terikat perjanjian kredit dengan bank karena semua data-data
dan dokumen yang berkaitan dengan agunan tersebut masih atas nama debitur
yang pertama. Pengalihan hak/oper kredit pemilikan rumah dari debitur kepada
(PT. Bank Tabungan Negara Cabang Medan dan PT Bank X) adalah tidak sah
karena pihak pertama melanggar kesepakatan atas perjanjian yang dibuat pada
saat pengikatan jual beli KPR. Hal ini dilakukan bank untuk melindungi agar
tidak terjadi masalah dikemudian hari bila debitur mengalihkan secara diam-diam
sehingga tidak ada perlindungan hukum bagi pihak ketiga karena bank hanya
mengakui debitur yang pertama yang terikat perjanjian kredit dengan bank.
3. Perlindungan Hukum terhadap kreditur di PT. Bank Tabungan Negara jika debitur
bank tidak ketat dalam menjalankan operasional perkreditan. Agar tidak terjadi
sesuatu hal di kemudian hari bank dalam Kredit Pemilikan Rumah membuat
jaminan yang berupa serifikat dan disimpan di bank sampai pembayaran lunas.
Dengan adanya jaminan, bank terlindungi dari kerugian dan wanprestasi dari
kepastian hukum bagi kreditur/bank. Jika terjadi pengalihan hak milik atau oper
kredit yang dilakukan di bawah tangan atau terjadinya wanprestasi pada debitur
dapat dilakukan dengan pelunasan kredit karena dengan adanya Hak Tanggungan
Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) UUHT), Hak Tanggungan mengikuti
obyeknya dalam tangan siapapun obyek Hak Tanggungan itu berada (asas Droit
de Suite, Pasal 7 UUHT), Hak Tanggungan hanya dapat dibebankan atas tanah
tertentu dan wajib didaftarkan (asas Spesialitas dan asas Publisitas, Pasal 8 dan
Pasal 11 ayat (1) huruf e UUHT) dan pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan
mudah dan pasti (Pasal 6 UUHT). Perlindungan hukum pada pihak ketiga yang
beritikad baik saat ini belum ada dibuat sehingga bila terjadi pengalihan secara
diam-diam, bank hanya akan memberikan sertifikat pada debitur yang pertama
kecuali bila pihak ketiga membawa pihak pertama ke bank untuk mengambil
B. Saran
1. Diharapkan bank dapat mencari jalan keluar mengapa para pihak yang terlibat
Karena peraturan bank yang begitu ketat membuat pihak-pihak yang ingin
bank telah membuat syarat-syarat yang dapat dipakai bila debitur ingin
mengalihkan haknya dengan mengadakan oper kredit yang sesuai dengan undang-
undang yaitu novasi subjektif pasif dan mengajukan Surat Permohonan Alih
Debitur.
mensosialisasikan mengenai tata cara oper kredit pemilikan rumah yang benar
yang sesuai dengan peraturan perbankan. Karena yang kita sering lihat bank pada
saat memberi informasi tentang Kredit Pemilikan Rumah hanya bercerita yang
manis-manisnya saja, tidak ada informasi seandainya oper kredit apa yang harus
dilakukan debitur.
3. Sebaiknya lebih diperhatikan lagi perlindungan hukum bagi pihak kreditur (bank)
dan bagi pihak ketiga dalam masalah oper kredit, Hal ini untuk memberikan
kepastian hukum pada pihak ketiga yang beritikad baik dalam meneruskan
pembayaran kredit dari pihak pertama sampai lunas. Dan bank juga tidak terkena
kredit bermasalah akibat tindakan pengalihan kredit yang dilakukan oleh orang-
orang yang tidak mengerti peraturan bank dalam hal oper kredit.
A. Buku-Buku
________, Bab-Bab Tentang Hypotheek, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991.
Fuady, Munir, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Bandung: PT
Citra Aditya Bakti, 2003.
Lubis, M. Solly, Beberapa Pengertian Umum Tentang Hukum, Program Studi Ilmu
Hukum Sekolah Pascasarjana USU.
Mulyadi Kartini, Widjaya Gunawan, Seri Hukum Harta Kekayaan: Hak Tanggungan,
Jakarta: Prenada Media, 2005.
Mulyono, Eugenia Liliawati, Eksekusi Groose Akta Hipotik oleh Bank, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1996.
Nasution, Bismar dan Mahmul Siregar, Bahan Kuliah Teori Hukum, Program Studi
Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana USU.
Putra, Edy Mgs Tje Aman, Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis, Yogyakarta:
Liberty, 1989.
Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Perdata tentang Hak Atas Benda, Jakarta: PT.
Intermasa, 1980.
Ristanto, Slamet, Mudah Meraih Dana KPR Kredit Pemilikan Rumah, Yogyakarta:
Pustaka Grhatama, 2008.
B. Peraturan Perundang-Undangan