TESIS
Oleh
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
TESIS
Oleh
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
Apabila koperasi berada dalam keadaan merugi dan tidak dapat membayar
utang-utangnya, ada 2 (dua) jalan yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan masalah
tersebut, yaitu dengan keputusan rapat anggota atau keputusan pemerintah yang
diatur. Permasalahan kemudian timbul setelah meninggalnya HMJ yang merupakan
ayah dari penggugat. Dimana harta sengketa tetap dikuasai oleh tergugat dan
dinikmati hasilnya sendiri tanpa memperbolehkan para penggugat untuk turut
menikmati hasil harta sengketa tersebut karena dilarang oleh tergugat. Putusan No.
01/Pailit/2008/PN.Niaga.Smg yang menyatakan pailitnya koperasi SAM yang
berkedudukan di Solo dengan pengajuan permohonan pailit oleh 3 (tiga) orang
pengurusnya, BS, LTT, dan AW.
Ada beberapa permasalahan yang akan dibahas, yaitu Bagaimanakah akibat
hukum putusan pailit terhadap harta kekayaan Koperasi, bagaimanakah mekanisme
dan kendala dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit dan bagaimanakah
kedudukan hukum koperasi akibat putusan pailit koperasi. Sifat dari penelitian ini
adalah bersifat deskriptif analisis, dengan pendekatan yuridis normatif. Bahan utama
dari penelitian ini adalah data sekunder yang dilakukan dengan menghimpun bahan-
bahan berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.
Akibat hukum putusan pailit terhadap harta kekayaan koperasi adalah seluruh
harta kekayaan koperasi berada di bawah pengawasan dan pengurusan kurator. Pada
umumnya sisa kekayaan Koperasi yang dibubarkan tidak mencukupi untuk
memenuhi kewajiban. Kedudukan hukum koperasi akibat putusan pailit, maka
koperasi dapat dibubarkan. Hambatan biasanya datang dari pihak debitur yang
beritikad buruk atau yang tidak mempunyai keinginan untuk melunasi utang-
utangnya bisa berupa, penggelapan investasi pada saat kurator akan mencatat harta
debitur, dengan serta merta debitur memindahkan harta kekayaannya ketempat lain
sehingga pada saat diadakan pencatatan oleh kurator ternyata debitur telah
tidak mempunyai harta apa-apa lagi. Ketidak profesionalnya Kurator dalam mengurus
harta-harta debitur yang telah dinyatakan pailitmerupakan faktor hambatan lainnya
Apabila terjadi pembubaran maka para anggota hanya bertanggung jawab sebatas
simpanan pokok, simpanan wajib, dan modal penyertaan yang disetorkannya. Dalam
hal anggota koperasi yang memberikan pinjaman pribadi pada koperasi, ia
mempunyai posisi yang sama dengan para kreditur lain dalam hal menuntut
pelunasan piutang kepada badan hukum koperasi.
When a cooperative suffers a loss and is not able to pay off its debt, two
methods can be used to solve the problem, either by the decision of membership
meeting or by the government directive. The problem arouse after the death of HMJ
who was the plaintiff’s father. In this case, the assents were completely controlled bye
the benefit from them. The ruling No.01/Pailit/2008/PN.Niaga.Smg states the
bankruptcy of Koperasi SAM, located in Solo, by the request for bankruptcy by its
three managers: BS,LTT,and AW.
There were some problems which would be analyzed: how about the legal
consequence of the bankruptcy on the assets of the cooperative, how about the
mechanism and abstacle in managing and settling bankruptcy assent, and how about
the legal status of the cooperative due to the ruling on the bankruptcy. The research
was descriptive analytic with judicial normative approach. The data comprised
secondary data which were obtained bye gathering primary, secondary, and tertiary
legal materials.
The legal consequence of the bankruptcy of the cooperative’s assent was that
all of the cooperative’s assents were under the curators’ control and management.
Generally, the rest of the assets of a cooperative which has been closed down is not
sufficient to pay off the debt. The legal status of a cooverative as the result of
bankruptcy is that it will be closed down. The problems usually come from the
debtors who have bad intention or who do not want to pay off their debts; they can
embezzle investment when the curators are filing the debtors’ assets by transferring
their assets to other places. The result is that the curators cannot detect the debtors’
assets. The non-professional curators in managing bankrupted debtors’ assets can
cause another problem. When a cooperative is closed down, its members are only
responsible fot their main savings and initial capital they have deposited. In the case
of some members who give their personal loan to the cooperative, they will have the
same status as the other creditors in claiming the payoff of the loan to the
cooperative which has a legal entity.
ii
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
Penulisan tesis ini adalah merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
untuk menyelesaikan sutudi pada Magister Kenotariatan Fakultas Hukum USU. Akan
tetapi menurut Penulis, tesis ini adalah merupakan amanah yang diberikan dan harus
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), SpA (K),
selaku Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang
2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program
iii
5. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
6. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing II
7. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Dosen Pembimbing
8. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf pengajar serta para karyawan di program studi
9. Terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua dan keluarga besar yang telah
moril dan finansial kepada penulis, serta doanya yang tak pernah putus sehingga
10. Kepada hasianku Siska Evi Martina yang selalu mengingatkan penulis untuk
sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tesis ini, penulis
menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna, namun diharapkan semoga tesis ini
I. DATA PRIBADI
Nama : Vetra Reheldrim Berkatsyah Sinaga
Tempat/ Tanggal Lahir : Pematangsiantar, 17 Januari 1983
Pekerjaan/ Jabatan : Notaris
Alamat : Jln. HOK Salamuddin No. 15, Kelurahan Siantar
Estate, Kecamatan Siantar, Kabupaten
Simalungun, Propinsi Sumatera Utara
Agama : Kristen Protestan
Kewarganegaraan : Indonesia
Status Perkawinan : Kawin
Email : vetrareheldrim@yahoo.com
Telepon : 085297906654
III. KELUARGA
1. Nama Ayah: Daulat Sinaga
2. Nama Ibu : Rotua Pangaribuan
3. Nama Saudara Kandung:
- Renova B Sinaga
- Helga M Sinaga
- Dina D A sinaga
- Rina L Sinaga
- Immanuel G I Sinaga
- Vetra R B Sinaga
- Ika A Sinaga
vi
Halaman
ABSTRAK .......................................................................................................... i
ABSTRACT ......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vi
DAFTAR ISI........................................................................................................ vii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 10
E. Keaslian Penelitian ..................................................................... 11
F. Kerangka Teori dan Konsepsi..................................................... 11
1. Kerangka Teori ................................................................... 11
2. Konsepsi............................................................................... 18
G. Metode Penelitian........................................................................ 21
BAB II AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP HARTA
KEKAYAAN KOPERASI ............................................................... 23
vii
viii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yaitu, suatu kegiatan yang mengandung pengertian bahwa kegiatan yang dimaksud
harus dilakukan:
internasional. 1
Koperasi merupakan bagian dari tata susunan ekonomi, hal ini berarti bahwa
ekonomi yang sejahtera, baik bagi orang-orang yang menjadi anggota perkumpulan
itu sendiri maupun untuk masyarakat di sekitarnya. Banyak Pemerintah di dunia yang
bekerjasama.
1
Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Ekonomi, CV Mandar Maju, Bandung, 2000.
hal.4.
kesejahteraan kepada rakyat banyak dengan asas demokrasi ekonomi. Hal ini
yang cukup besar dalam menyusun usaha bersama dari orang-orang yang mempunyai
saja akan berakibat pula pada tidak dapat dipenuhinya kewajiban yang sudah jatuh
tempo, dan dapat ditagih serta masalah hilangnya kesempatan kerja dan kepercayaan
investor. Maka perlu adanya aturan-aturan yang dapat digunakan secara cepat,
normal.3
Apabila koperasi berada dalam keadaan merugi dan tidak dapat membayar
utang-utangnya, ada 2 (dua) jalan yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan masalah
2
Koperasi, http://www.google.co.id.koperasi, diakses tanggal 26 Desember 2012.
3
Ahmad Yani & Gunawan Widjaya, Seri Hukum Bisnis Kepailitan, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002), Hal. 2.
tersebut, yaitu dengan keputusan rapat anggota atau keputusan pemerintah yang
antara debitor dengan kreditor dengan cara cepat, efisien dan berimbang serta
transparan. Peraturan Kepailitan ini juga harus memberikan kesempatan bagi debitor
berada dalam insolvent (dalam keadaan tidak lagi mampu membayar). Dalam hal ini
Sutan Remi Syahdeini berpendapat bahwa seharusnya salah satu syarat untuk
mengajukan permohonan pailit adalah selain debitor memiliki lebih dari satu orang
kreditor, debitor tersebut harus berada dalam keadaan insolvent yaitu debitor tidak
kreditor.4 Koperasi sebagai debitor untuk dapat dinyatakan pailit, harus mempunyai 2
(dua) atau lebih kreditor dan tidak mampu membayar lunas sedikitnya 1(satu) utang
yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Pernyataan pailit harus dimohonkan ke
4
Sutan Remi Sjahdeini, Hukum Kepailitan Memahami Faillisement Verordening Juncto
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998, (Jakarta: Pustaka Umum Garfiti, 2002), hal . 71
Sebagian besar koperasi di Indonesia mempunyai bisnis lebih dari satu. Jenis
bisnis gado-gado ini lebih banyak diminati kalangan koperasi, ketimbang bisnis
terfokus pada satu bidang usaha. Mengapa koperasi memilih mengelola banyak unit
biasanya memiliki unit simpan pinjam (USP) untuk memenuhi kebutuhan pinjaman
anggota, toko atau waserda untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan lain-lain.
Namun, hal yang lazim terjadi, kendati unit usaha sebuah koperasi sangat banyak,
unit simpan pinjam tetap menjadi andalan. Jarang sekali sebuah koperasi yang
keputusan koperasi tidak menutup unit bisnis yang mati suri. Ada yang beralasan
tidak ingin mem-PHK karyawan. Namun, ada juga anggapan bahwa semakin banyak
Padahal, dengan fokus pada satu bisnis, koperasi lebih bisa mengembangkan
usahanya. Karena, hanya fokus pada satu bidang usaha. Strategi seperti ini juga
diterapkan banyak kalangan pebisnis. Sehingga, kemajuan bisnis lebih cepat. Selain
itu, dengan memiliki banyak unit bisnis, koperasi akan mengalami kerugian ketika
5
Susan Sutardjo. “Lebih Untung dengan Satu Bisnis, “https://susansutardjo.
wordpress.com/tag/koperasi-pailit/, diakses tanggal 7 Januari 2013
Kepailitan Dan Penundaan Pembayaran Utang, kepailitan adalah sita umum atas
semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh
permohonan pailit oleh 3 (tiga) orang pengurusnya, BS, LTT, dan AW.
Permohonan pailit diajukan karena ada utang yang belum bisa dibayar dan
koperasi yang dianggap tidak lagi sanggup membayar akan dijatuhi putusan pailit.
Apabila ditinjau, tidak satupun pengaturan yang secara khusus mengatur tentang tata
cara pengajuan permohonan pernyataan pailit terhadap suatu koperasi. Oleh karena
itu maka diintrodusir sejumlah ketentuan yang terdapat dalam Undang-undang No. 37
Tahun 2007 tentang Kepailitan dan PKPU dan UU No. 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian dan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1995 tentang Kegiatan Usaha
Kepailitan juga bisa menjadi salah satu penyebab bubarnya koperasi. Secara
hukum, apabila terjadi pembubaran dari sebuah badan hukum, maka para badan
hukum tersebut dalam hal ini koperasi hanya menanggung kerugian yang diderita
badan hukum, koperasi itu masing-masing sebesar simpanan pokok, simpanan wajib,
menanggung kerugian terbatas pada jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib
serta jumlah modal penyertaan saja, jadi tidak termasuk uang yang disetorkan kepada
Selama suatu koperasi belum dinyatakan pailit oleh pengadilan, selama itu
pula masih dianggap mampu membayar utang-utangnya yang telah jatuh tempo, akan
tetapi setelah ada putusan pailit dari pengadilan, maka seluruh harta kekayaan
koperasi menjadi harta pailit yang akan dipergunakan untuk melakukan pembayaran
dalam hal ini pengadilan niaga, dikarenakan debitor tersebut tidak dapat membayar
6
Sutantya Rahardja Hadikusuma, Op. Cit.. hal. 94
utangnya. Harta debitor dapat dibagikan kepada para kreditor, sesuai dengan
peraturan pemerintah.7
dinyatakan pailit tersebut, tersangkut baik kepentingan koperasi itu sendiri, maupun
diharapkan agar harta pailit suatu koperasi dapat digunakan untuk melakukan
pembayaran kembali seluruh utang-utangnya secara adil dan merata serta berimbang.
komersial untuk keluar dari persoalan utang piutang yang menghimpit seorang
debitor, di mana debitor tersebut sudah tidak mempunyai kemampuan lagi untuk
tempo tersebut disadari oleh debitor, maka langkah untuk mengajukan permohonan
penetapan status pailit terhadap dirinya (voluntary petition for self bankruptcy)
menjadi suatu langkah yang memungkinkan, atau penetapan status pailit oleh
pengadilan terhadap debitor tersebut bila kemudian ditemukan bukti bahwa debitor
tersebut memang telah tidak mampu lagi membayar utangnya yang telah jatuh tempo
7
J. Djohansah. Pengadilan Niaga di dalam Rudy Lontoh (Ed.), Penyelesaian Utang Melalui
Pailit atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang , (Alumni: Bandungi, 2001), hal. 23.
8
Ricardo Simanjuntak, Esensi Pembuktian Sederhana dalam Kepailitan, Dalam: Emmy
Yuhassarie (ed.), Undang-undang Kepailitan dan Perkembangannya, Pusat pengkajian Hukum,
Jakarta, 2005, hal.55-56.
utangnya, tetapi harus memberikan alternatif jalan penyelesaian yang lain, yaitu
yang tidak mampu membayar utangnya tetapi mempunyai prospek usaha yang bagus
dan pengurusannya beritikad baik serta kooperatif dengan para kreditornya untuk
disehatkan perusahaannya.
hutangnya yang telah jatuh tempo, meskipun sesungguhnya koperasi memiliki uang
dalam bentuk hak tagih. Berdasarkan beberapa keterangan saksi, Koperasi Sumber
Artha Mandiri bahwa dana yang disimpan oleh para deposan ada sekitar + 13 milyar
rupiah, namun dana-dana tersebut tidak bisa dicairkan karena dana-dana tersebut
masih berada di tangan para peminjam. Bahkan, salah seorang peminjam yang
jumlahnya besar, juga telah dilakukan penagihan, hingga waktu jatuh tempo, sama
Adanya hutang-hutang yang telah jatuh tempo dan adanya lebih dari 2 (dua)
9
Editorial: Dicari Undang-Undang Kepailitan Yang Komprehensif, Jurnal Hukum Bisnis,
Volume 22 Nomor 4 Tahun 2003, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, 2003, Hal. 4.
yang dilakukan oleh pengurus sebuah koperasi untuk dirinya sendiri harus ada
pertimbangan dari Menteri Koperasi. Untuk itu Koperasi Artha Mandiri sudah
Koperasi dan UKM Jawa Tengah telah melakukan penelitian di Koperasi Sumber
Artha Mandiri dan berkesimpulan bahwa koperasi tersebut sudah tidak dapat
Tahun 2004 yang menyebutkan Kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitor pada
saat putusan pernyataan diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama
daerah hukumnya maka pengurusan harta kekayaan koperasi beralih kepada kurator.
Kemudian kurator akan membuat sebuah daftar semua hutang dan piutang
serta membuat alamat orang-orangnya berpiutang dan apabila dianggap perlu kurator
akan akan menyegel barang-barang milik koperasi yang pailit. Setelah koperasi itu
dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga dan pengurusan harta kekayaan koperasi
beralih kepada kurator dan juga bagaimana kedudukan koperasi dalam menjalankan
kegiatannya.
Hal-hal inilah yang pada akhirnya menarik perhatian dan mendorong untuk
B. Perumusan Masalah
pailit ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengkaji akibat hukum putusan pailit terhadap harta kekayaan Koperasi.
harta pailit .
pailit koperasi.
D. Manfaat Penelitian
wawasan dan kajian lebih lanjut bagi yang ingin mengetahui dan memperdalam
Pembayaran Hutang.
2. Secara Praktis adalah untuk memberikan manfaat berupa sandaran hukum atau
3. Sebagai bahan bacaan lebih lanjut bagi siapa saja yang berminat meneliti lebih
E. Keaslian Penelitian
tertentu terjadi,12 dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-
11
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1999), Hal. 244
12
J.J.J M. Wuisman dengan penyunting M. Hisma, Penelitian ilmu-ilmu sosial, Jilid 1,
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1996, hal. 203
kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau
mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat
yang berisi konsep abstrak atau konsep yang sudah didefenisikan dan saling
fenomena yang digambarkan oleh suatu variabel dengan variabel lainnya dan
penemuan dan menyajikan penjelasan yang dalam hal ini untuk menjawab
dengan objek yang dijelaskan dan harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat
dinyatakan benar.16
13
Ibid hal 206
14
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Madju, Bandung, 1994, hal. 80.
15
Maria S. W. Sumardjono, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian, Yogjakarta, Gramedia,
1989, hal. 12
16
M. Solly Lubis, loc.it
menjadi ukuran bagi adil tidak adilnya tata hukum. Tidak hanya itu, nilai keadilan
juga menjadi dasar dari hukum sebagai hukum. Dengan demikian, keadilan memiliki
identifikasi masalah yang diteliti dalam penelitian ini, maka penelitian ini
menggunakan landasan teori yaitu teori tujuan hukum. Tujuan hukum merupakan
arah atau sasaran yang hendak dicapai hukum dalam mengatur masyarakat.
(justice)
17
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum cetakan ke enam 2006, Penerbit PT. Citra Adtya Bakti,
Bandung, 2006, hal. 259.
18
Bernard L. Tanya, Teori Hukum (Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi),
Genta Publishing, Yogyakarta, 2010, Hal. 129
kepastian hukum.19
manifestasinya bisa berwujud konkrit. Suatu ketentuan hukum baru dapat dinilai baik
Guru Besar dalam bidang filosofi moral dan sebagai ahli teori hukum dari Glasgow
University pada tahun 1750,22 telah melahirkan ajaran mengenai keadilan (justice).
Smith mengatakan bahwa: tujuan keadilan adalah untuk melindungi diri dari kerugian
19
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti Bandung, 1991, Hal. 264.
20
Lili Rasjidi dan I. B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remaja Rosdakarya,
Bandung, 1993, h. 79.
21
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), PT. Gunung
Agung Tbk, Jakarta, 2002, h. 85.
22
Bismar Nasution, Mengkaji Ulang sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi, Pidata pada
Pengukuhan sebagai Guru Besar, USU – Medan, 17 April 2004, h. 4-5. Sebagaimana dikutip dari Neil
Mac Cormick, Adam Smith On Law, Valvaraiso University Law Review, Vol. 15, 1981 h. 244.
23
Ibid, h. 9.
keluasan dan ke dalamannya. Kekuasaan yang demikian itulah yang disebut hak.
Tetapi tidak di setiap kekuasaan dalam masyarakat bisa disebut sebagai hak,
melainkan hanya kekuasaan tertentu yang menjadi alasan melekatnya hak itu pada
seseorang.24
masyarakat sehingga kemajuan usaha tidak cukup hanya dilakukan secara individual,
melainkan sudah harus bekerja sama secara berkelompok. Dalam teori realistis (teori
organ) yang menganggap bahwa keberadaan suatu perusahaan yang berbadan hukum
dalam suatu tata hukum, sama saja layaknya dengan keberadaan manusia selaku
subjek hukum. Jadi badan hukum bukanlah hanya hayalan semata dari hukum
sebagaimana diajarkan dalam teori fiksi akan tetapi benar adanya dalam kehidupan
hukum. Dalam hal ini badan hukum tersebut bertindak lewat organ-organnya.25
dan pertimbangan beda dalam menentukan mana yang diutamakan antara kepastian
hukum dan keadilan tersebut. Bahkan idealnya adalah hukum dapat mencerminkan
24
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Cetakan ke – V Bandung, 2000, h. 53.
25
Munir Fuady, Dokrin-doktrin Moderen dalam Corporate Law, Eksistensinya di dalam
Hukum Indonesia, Citra Aditia Bakti, Bandung, 2002, h. 4
hukum. Sebab dalam keadilan semua manusia akan mempunyai konsep dan persepsi
yang berlainan. Sementara itu, jika selalu mengagungkan kepastian hukum, jelas akan
Pada saat hukum akan ditegakkan untuk menjamin adanya kepastian hukum,
maka ada kemungkinan rasa keadilan masyarakat terganggu, sehingga dalam situasi
yang demikian ada konflik atau berbenturan kepentingan antara kepastian hukum
e. Budaya hukumnya, misalnya perlu ada syarat yang tersirat tentang budaya malu
26
Waluyadi, Pengantar Ilmu Hukum dalam Perspektif Hukum Positif, Djakarta: Djambatan,
2001, h.42
27
Ibid, h. 14
karena bagaimanapun, nilai keadilan selalu subjektif dan abstrak. Jika harus
mengikuti perspektif tujuan hukum Barat ini, maka seyogyanyalah jika keadilan
Sejalan dengan tujuan hukum untuk keadilan dan kepastian hukum, tujuan
utama kepailitan adalah untuk melakukan pembagian secara adil antar para kreditor
terjadinya sitaan terpisah atau eksekusi terpisah oleh kreditor dan menggantikannya
pada asas untuk memberikan perlindungan yang seimbang bagi semua pihak yang
dan PKPU dapat ditarik kesimpulan tentang syarat-syarat yuridis agar suatu
a. Adanya utang
b. Minimal satu dari utang sudah jatuh tempo
c. Minimal satu dari utang dapat ditagih
d. Adanya debitor
e. Adanya paling sedikit dua kreditor
f. Pernyataan pailit dilakukan oleh Pengadilan khusus yang disebut dengan
Pengadilan Niaga.
28
Ahmad Ali., Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial
Prudence) termasuk Interprestasi Undang-undang (Legiprudence), (Jakarta: Prenada Media Group,
2009), hal. 223.
keseimbangan pembagian kekayaan atau asset debitor bagi seluruh kreditor dan yang
kedua, untuk kegiatan usaha baru yang sehat (fresh start) bagi debitor dalam memulai
kesempatan bernafas atau waktu kepada kreditor untuk berkompromi dengan para
pihak (kreditor) melalui beberapa opsi yaitu penjadwalan kembali, restrukrisasi utang
2. Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi
dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan obserpasi, antara abstraksi dan
Konsep atau pengertian merupakan unsur poko dari suatu penelitian, kalau
masalahnya dan kerangka konsep teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui
pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok penelitian, dan suatu konsep
sebenarnya adalah defenisi secara singkat dari kelompok fakta atau gejala itu.
Maka konsep merupakan defenisi dari apa yang perlu diamati , konsep
29
Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo, Persada, Jakarta, 1998, hal. 3.
sebagai berikut:
a. Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau
bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip
Koperasi.31
b. Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau Undang-
c. Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau Undang-
d. Kepailitan adalah Setiap berutang (debitor) yang ada dalam keadaan berhenti
membayar, baik atas laporan sendiri maupun atas permohonan seseorang atau
pailit.
30
Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, edisi ketiga, Gramedia Pustaka
Utama, 1997, hal. 21.
31
Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian
32
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
33
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
e. Utang adalah kewajiban yang dinyatakan dalam atau dapat dinyatakan dalam
jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik
secara langsung maupun yang akan timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang
timbul karena perjanjian atau karena Undang-Undang dan wajib dipenuhi oleh
debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk mendapat
f. Debitor yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan
membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat
34
Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
35
Pasal 222 ayat (1) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
36
Bagir Manan, Op. Cit..., hal. 67.
G. Metode Penelitian
Pada penelitian ini metode yang akan dipergunakan adalah metode penelitian
yang bersifat Deksriptif Analitis, artinya penelitian ini termasuk lingkup penelitian
pendekatan Yuridis Normatif yaitu penelitian yang mengutamakan tinjauan dari segi
cara menganalisa hukum baik tertulis didalam buku maupun media cetak lainnya.
2. Sumber Data
Pembayaran Utang.
lainnya, bahkan dokumen pribadi atau pendapat dari kalangan pakar hukum
seperti Kamus Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum maupun berupa majalah
sumber lain.
4. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini digunakan data kualitatif, yaitu suatu
analisis secara jelas serta diuraikan dalam bentuk kalimat yang disusun secara
37
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1982, hal. 24.
38
Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Jakarta: Radjawali Press, 1990, hal. 14-15.
BAB II
A. Pengertian Koperasi
Koperasi berasal dari kata cooperation (bahasa Inggris), yang berarti kerja
sama. Sedangkan menurut istilah, yang dimaksud dengan koperasi adalah suatu
perkumpulan yang dibentuk oleh para anggota peserta yang berfungsi untuk
memenuihi kebutuhan para anggotanya dengan harga yang relatif rendah dan
sama memikul tanggung jawab bila perkumpulan tersebut menderita kerugian dan
demikian pula menikmati bersama-sama segala manfaat yang diperoleh bila usaha
Secara umum yang dimaksud koperasi adalah: “Suatu badan usaha di bidang
bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban melakukan
39
A.G. Kartasapoetra, dkk, Koperasi Indonesia, Bina Adiaksara bekerjasama dengan Rineka
Cipta Jakarta, 2003, hal. 1.
23
anggotanya”.40
Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau
badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai
modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan
bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan
prinsip Koperasi.
cukup kuat karena memiliki cantolan konstitusional, yaitu berpegang pada Pasal 33
sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan". Dalam Penjelasan UUD
1945 itu dikatakan bahwa bangun usaha yang paling cocok dengan asas kekeluargaan
itu adalah koperasi. “Tafsiran itu sering pula dikemukakan oleh Mohammad Hatta,
1. Alasan Yuridis
Alasan yuridis adalah alasan yang berpangkal pada dasar hukum yang
menjamin mereka untuk dapat mendirikan usaha bersama dalam bentuk koperasi.
Salah satu pedoman pokok dalam bidang ekonomi adalah Pasal 33 ayat 1 beserta
42
Penjelasan Umum Undang-undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.
43
Smecda. “Pengetahuan Perkoperasian”/. https://www.google.co.id, diakses tanggal 27
Desember 2012.
Undang-Undang ini memberikan ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas
landasan hukum yang mampu mendorong koperasi agar dapat tumbuh dan
2. Alasan Ekonomis
44
Ibid.
45
Revrisond Baswir, Koperasi Indonesia, BPFE Yogyakarta, 1997, hal. 45.
dasarnya menentukan arah tujuan dan geraknya. Sebagai badan usaha, koperasi
dicapai melalui suatu kegiatan ekonomi yang terorganisir yang disebut badan usaha.
Keadaan ini menyebabkan koperasi mempunyai dua unsur yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya, yaitu unsur sosial dan unsur ekonomi.”46
a. Inisiatif dari seseorang atau beberapa orang dari kelompok orang-orang yang
merasa senasib (golongan ekonomi lemah) yang telah sepakat untuk mencari
46
Bayu Krisnamurthi, Membangun Koperasi Berbasis Anggota Dalam Rangka Pengembangan
Ekonomi Rakyat, Makalah disampaikan dalam seminar Pendalaman Ekonomi Rakyat Koperasi,
Jakarta, 21 Mei 2002.
47
Rusidi, dan Maman Suratman, Bunga Rampai 20 Pokok Pemikiran Tentang Koperasi,
Institut Manajemen Koperasi Indonesia, Bandung, 2002 , hal. 84.
manfaat koperasi;
untuk perbaikan hidup masyarakat itu ada tetapi penggerak ke arah itu belum
Para pelopor, baik yang timbul dari kelompok maupun yang didorong oleh
LKMD/ Pemerintah, mereka selanjutnya, dapat bertindak sebagai pendiri, yang pada
Seseorang atau beberapa orang yang menjadi pelopor dan selanjutnya akan
bertindak sebagai pendiri koperasi (tentunya atas kesepakatan para calon anggota)
a. Mempunyai minat dan dinamika yang besar, kreatif dan bercita-cita tinggi,
mempunyai jiwa sosial yang tebal untuk bekerja bagi kepentingan orang banyak;
b. Berjiwa Pancasila sehingga dapat memupuk persatuan dan kesatuan, jujur dan
48
ibid
c. Menyadari peranan dan tugas koperasi, yaitu antara lain yang utama mewujudkan
demokrasi ekonomi dan meningkatkan taraf hidup rakyat (para calon anggota
dan masyarakat);
tentang berhasilnya koperasi untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang
kelak dalam pelaksanaan usaha akan sejalan searah, berat sama dijinjing, ringan
sama dipikul.49
(observasi) tentang beberapa hal yang berkaitan dengan sosial ekonomis sekitar
lingkungan yang akan di tentukan sebagai daerah kerja koperasi tersebut, antara lain
mengenai:
a. Situasi dan kondisi penghidupan rakyat dalam lingkungan dimana koperasi itu
didirikan;
b. Untuk memperoleh petunjuk tentang koperasi jenis mana ang harus dibentuk,
49
Ibid.
tetapi dengan perhitungan akan dapat di atasi, apabila jenis koperasi tertentu
dibentuk akan dapat bergerak lancar dalam usaha-usahanya, sesuai dengan harapan
(kelak setelah koperasi dibentuk) akan mempunyai ketahanan dan dapat mengatasi
segala rintangan dan hambatan, dengan demikian maka koperasi yang bersangkutan
diperhitungkan benar-benar bahwa usha tersebut dapat dijalankan dengan baik dan
mudah serta dapat ditangani pula oleh para anggotanya (mengingat koperasi adalah
usaha bersama) dan dapat terasa/ dirasakan oleh segenap anggota, dengan demikian
kerja, dengan kegairahan kerja inilah (terutama baik Koperasi Prosuksi KUD) maka
diberi nama Panitia Pendiri Koperasi, dimana pelopor atau pengambil inisiatif
diterima oleh beberapa orang yang mempunyai pengaruh dalam masyarakat atau yang
50
Revrisond Baswir, Op. Cit, hal. 46.
mewujudkan inisiatifnya. Setelah panitia ini mayakini bahwa koperasi dapat didirikan
dilakukan secermat mungkin, mengingat berita acara ini dalam waktu dekat sangat
diperlukan dan akan sangat membantu dalam pengajuan surat permintaan Badan
berisi:
lengkap dengan data, tempat dan jumlah calon anggota dan peserta lainnya yang
hadir;
b. Nama orang-orang yang membentuk koperasi tersebut (mereka yang oleh rapat
d. Anggaran Dasar Koperasi yang telah disiapkan dan disetujui oleh rapat
kantor wilayahnya telah disediakan pedoman untuk hal ini, yang antara lain setiap
e. Ketegasan usahanya;
sebagai Badan Hukum tidak lain atau pada hakekatnya adalah untuk kepentingan
usaha.
ekonomi bersama dari para anggotanya. Koperasi atas dasar tersebut mempunyai
perekonomian di Indonesia dan bahkan secara jelas disebutkan dalam UUD 1945
dengan tidak membebani para warganya, hal itu dikarenakan asas kekeluargaan yang
sebagai lazimnya didalam kehidupan suatu keluarga. Dengan demikian suatu usaha
bersama untuk bisa disebut sebagai koperasi haruslah mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
Konsekuensi dari hal ini adalah koperasi harus benar-benar mengabdi kepada
b. Merupakan kerja sama; Suatu bentuk gotong royong berdasarkan asas kesemaan derajat,
hak dan kewajiban. Sehingga koperasi benar-benar sebagai wahana demokrasi ekonomi
dan sosial.
c. Semua kegiatan harus didasarkan atas kesadaran para anggotanya; dalam hal ini tidak
boleh ada paksaan atau intimidasi maupun campur tangan dari luar yang tidak ada
d. Tujuan koperasi harus merupakan kepentingan bersama para anggotanya dan tujuan
tersebut hanya dapat dicapai dengan karya dan jasa yang disumbangkan para anggotanya
dan pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) harus dapat mencerminkan perimbangan secara
adil dari besar kecilnya karya dan jasa dari para anggotanya.51
sistem perekonomian yang berlaku disuatu negara; karena itu hal yang penting dan
mendasar yang harus dipahami terlebih dahulu oleh orang yang hendak mempelajari
51
Rusidi, dan Maman Suratman, Op. Cit. hal. 69
hukum koperasi adalah pengetahuan dasar tentang ideologi, paham, dan sistem
perekonomian yang dianut oleh negara tersebut. Koperasi sebagai suatu badan atau
perkumpulan merupakan suatu alat, wahana atau wadah bagi para anggotanya untuk
Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang mulai berlaku pada tanggal 21 Oktober
1992, disebutkan dengan jelas bahwa tujuan koperasi adalah: Koperasi bertujuan
masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
Indonesia Tahun 1945, serta berdasarkan atas asas kekeluargaan. Menurut Pasal 4
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dijelaskan, bahwa Fungsi dan peran koperasi
sebagai berikut:
sosialnya;
merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.52
prinsip yang setidak-tidaknya harus dipenuhi oleh setiap badan yang menamakan
1. Adanya ketentuan tentang perbandingan yang berimbang di dalam hasil yang diperoleh
2. Bersumber dari ketentuan ini timbul ketentuan-ketentuan tentang pembagian atas sisa
hasil usaha, kewajiban penyertaan uang simpanan untuk partisipasi dalam pembiayaan
Koperasi, kewajiban ikut serta bertanggung jawab atas kemungkinan kerugian yang
terjadi pada Koperasi, atau ikut sertanya dalam pembentukan cadangan perorangan atau
3. Adanya ketentuan atau peraturan tentang persamaan hak antara para anggota;
5. Adanya ketentuan atau peraturan tentang partisipasi dari pihak anggota dalam
usahanya (SHU) dilakukan secara adil dan sebanding dengan besarnya jasa usaha
52
R.T. Sutantya RahardjaHadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, Penerbit RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2005) hal 40.
53
Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi ,Cet. Kedua (Jakarta: PT.Rineka
Cipta, 1997), hal. 11.
masing-masing anggota serta pemberian balas jasa yang terbatas, terhadap modal
yang utama adalah kemandiriannya. Adapun tentang hak suara, jika dalam Perseroan
Terbatas berdasarkan kepada jumlah saham yang dimiliki sehingga dikenal adanya
pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas dan sampai batas-batas
yang diatur oleh undang-undang, setiap orang pada prinsipnya boleh memiliki saham
yang sebanyak-banyaknya, tetapi dalam Koperasi setiap anggota hanya memiliki hak
sebanyak 1 (satu) suara saja tanpa memperhatikan jumlah dana yang disimpan.
Ketentuan pada pasal tersebut di atas sejalan dengan bunyi Pasal 1659 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang mengatur tentang hak suara dalam suatu
perkumpulan yang berbunyi sebagai berikut: Jika dalam surat pendirian, perjanjian-
suara terbanyak.
pendapatnya, yaitu besarnya modal yang terkumpul itu tetap harus menjadi perhatian
koperasi, meskipun banyaknya anggota koperasi merupakan ciri utama dari suatu
koperasi.54
54
Sutantya Rahardja Hadikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, Cet. II. (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2001), hal 1-2.
mempengaruhi kepada besarnya perolehan sisa hasil usaha (SHU) tetapi tidak
merubah jumlah hak suara yang dimilikinya. Ketentuan pada pasal tersebut di atas
sejalan dengan bunyi Pasal 1659 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
mengatur tentang hak suara dalam suatu perkumpulan yang berbunyi sebagai berikut:
Jika dalam surat pendirian, perjanjian-perjanjian dan reglemennya tidak telah dibuat
yang sama.
b. Orang-orang yang akan mendirikan koperasi harus mempunyai tujuan yang sama.
c. Harus memenuhi syarat jumlah minimum anggota, seperti telah ditentukan oleh
pemerintah.
d. Harus memenuhi persyaratan wilayah tertentu, seperti telah ditentukan oleh pemerintah.
Sebagai suatu badan usaha, koperasi dapat mengalami untung dan rugi.
Apabila suatu Koperasi memperoleh keuntungan, tentu koperasi itu akan terus
berkembang dan menjadi besar, namun permasalahan akan timbul jika suatu koperasi
55
Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Op. Cit... hal. 66
mengalami kerugian yang tidak dapat ditanggungnya lagi, sehingga menjadi insolven
Secara tata bahasa, kepailitan berarti segala hal yang berhubungan dengan
“pailit”. Jika dibaca seluruh ketentuan yang dalam undang-undang tentang Kepailitan,
tidak akan ditemui satu rumusan atau ketentuan dalam undang-undang kepailitan
Menurut Peter Mahmud, kata pailit dari bahasa Perancis failite yang berarti
kemacetan pembayaran. Dalam bahasa Belanda digunakan istilah failliet dan dalam
Kata pailit berasal dari bahasa Prancis; Failite yang berarti kemacetan
pembayaran. Secara tata bahasa, kepailitan berarti berarti segala hal yang
berhubungan dengan pailit. Menurut Imran Nating, kepailitan diartikan sebagai suatu
membayar utangnya dinyatakan pailit oleh pengadilan, dalam hal ini pengadilan
kewenangannya untuk mengurus dan menguasai hartanya merupakan salah satu asas
umum kepailitan. Dengan demikian debitor pailit dianggap tidak cakap (onbekwaam)
56
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja. 2004, Seri Hukum Bisnis, Kepailitan, Jakarta:
Grafindo Raja Persada, h 11
57
Rahayu Hartini, 2009, Penyelesaian Sengketa Kepailitan di Indonesia, dualism
Kewenangan Pengadilan Niaga dan Lembaga Arbitrase, Jakarta: Kencana, halaman 71.
untuk mengurus dan menguasai hartanya tersebut. Pengurusan dan pemberesan atas
Harta debitur dapat dibagikan kepada para kreditor sesuai dengan peraturan
yang dimaksudkan dengan pailit adalah seseorang yang oleh suatu pengadilan
tersebut harus disertai suatu tindakan nyata untuk mengajukan, baik yang dilakukan
secara sukarela oleh debitor sendiri, maupun atas permintaan pihak ketiga. Maksud
Orang sering menyamakan arti pailit ini sama dengan bankrupt atau bangkrut
dalam bahasa Indonesia. Namun sebenarnya pengertian pailit tidak sama dengan
bangkrut, karena bangkrut berarti ada unsur keuangan yang tidak sehat dalam suatu
perusahaan, tetapi pailit bisa terjadi pada perusahaan yang keadaan keuangannya
sehat, perusahaan tersebut dipailitkan karena tidak membayar utang yang telah jatuh
58
H. Man S. Sastrawidjaja, 2006. Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang Bandung: Alumni, halaman 81.
umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya
dalam Undang-Undang ini.” Dari Pasal di atas dapat dilihat bahwa pernyataan pailit
hanya dapat diberikan oleh Putusan Pengadilan. Hal ini berarti jika belum ada
putusan pengadilan, maka keadaan seseorang atau badan hukum tidak dapat
dinyatakan pailit.
sama.“
kewajibannya kepada pihak pemberi hutang (kreditor) tepat pada waktu yang sudah
ditentukan. Jika terjadi ketidakmampuan untuk membayar utang, maka salah satu
solusi hukum yang dapat ditempuh baik oleh debitor maupun kreditor melalui pranata
hukum kepailitan.59
kepailitan. Kepailitan merupakan realisasi dari amanat Pasal 1131 dan Pasal 1132
59
Sentosa Sembiring, Op. Cit, halaman 13.
menyatakan: “Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru ada dikemudian hari, menjadi
Ada beberapa pihak yang terlibat dalam proses kepailitan, yaitu antara lain:
Salah satu pihak yang terlibat dalam perkara kepailitan adalah pihak pemohon
pailit, yakni pihak yang mengambil inisiatif untuk mengajukan permohonan pailit ke
pengadilan, yang dalam perkara biasa disebut sebagai pihak penggugat. Menurut
Undang-undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004 (Pasal 3) maka yang dapat menjadi
pemohon dalam suatu perkara pailit adalah salah satu dari pihak berikut ini:
e. Pihak Badan Pengawas Pasar Modal jika debitornya adalah suatu perusahaan
efek. Yang dimaksud dengan perusahaan efek adalah pihak yang melakukan
reasuransi, dana pensiun atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di
Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik. Dalam
penjelasan Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 disebutkan bahwa
risiko dan sekaligus sebagai lembaga pengelola dana masyarakat yang memiliki
Kewenangan untuk mengajukan pailit bagi Dana Pensiun, sepenuhnya ada pada
Menteri Keuangan.
60
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Op. Cit, hal. 56
terhadap Dana Pensiun, mengingat Dana Pensiun mengelola dana masyarakat dalam
jumlah besar dan dana tersebut merupakan hak dari peserta yang banyak jumlahnya.61
pengadilan yang berwenang. Yang dapat menjadi debitor pailit adalah debitor yang
mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu hutang yang
3. Hakim Niaga
Perkara kepailitan diperiksa oleh hakim majelis (tidak boleh hakim tunggal)
baik untuk tingkat pertama maupun tingkat kasasi. Hanya untuk perkara perniagaan
lainnya yakni yang bukan perkara kepailitan untuk tingkat pengadilan pertama yang
boleh diperiksa oleh hakim tunggal dengan penetapan Mahkamah Agung (vide Pasal
hakim pada Pengadilan Niaga, yakni hakim Pengadilan niaga yang telah diangkat
4. Hakim Pengawas
kuratornya.
61
Bismar Nasution dan Sunarmi, 2007, Hukum Kepialitan, Medan: Diktat Program Magister
Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Hal. 41
62
Munir Fuady, Op.Cit, hal. 35
5. Kurator
Kurator merupakan salah satu pihak yang cukup memegang peranan dalam suatu
proses perkara pailit. Dan karena peranannya yang besar dan tugasnya yang berat, maka tidak
sembarangan orang dapat menjadi pihak kurator. Karena itu pula maka persyaratan dan
prosedur untuk dapat menjadi kurator ini oleh Undang-Undang Kepailitan diatur secara
relatif ketat.
6. Panitia Kreditor
Salah satu pihak dalam proses kepailitan adalah apa yang disebut Panitia
Kreditor. Pada prinsipnya, suatu panitia kreditor adalah pihak yang mewakili pihak
hukum dari pihak kreditor. Ada dua macam panitia kreditor yang diperkenalkan oleh
a. Panitia kreditor sementara (yang ditunjuk dalam putusan pernyataan pailit); dan
b. Panitia kreditor (tetap) yakni yang dibentuk oleh hakim pengawas apabila dalam
atau membentuk panitia kreditor (tetap) jika tidak diangkat panitia diangkat
sementara. Berbagai penafsiran yang kurang tepat dan terasa mengada-ada itu
sebenarnya tidak akan terjadi kalau saja penafsiran itu dilakukan secara berhati-hati,
63
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Op. Cit, hal. 58
Suatu perusahaan atau koperasi dapat dikategorikan pailit jika memiliki kewajiban
yang jumlahnya lebih besar dari aset perusahaan yang bersangkutan. Contohnya, jika dalam
satu periode suatu perusahaan memiliki aset sebesar Rp 1 miliar, tetapi juga mempunyai
kewajiban membayar hutang Rp 2 miliar, maka secara logika perusahaan tersebut dapat
digolongkan sebagai perusahaan yang pailit. Suatu perusahaan hanya dapat dinyatakan pailit
jika telah diputus oleh pengadilan, dalam hal ini pengadilan niaga (hingga saat ini hanya ada
di Jakarta). Permohonan kepailitan dapat diajukan oleh perusahaan yang akan pailit itu
sendiri, atau oleh salah satu kreditur (yang memiliki piutang) yang telah jatuh tempo atau
bersangkutan (debitur) akan dinyatakan pailit, dan direksi atau pengurus perusahaan tersebut
dilakukan oleh kurator (ditunjuk oleh pengadilan) yang bertugas untuk menyelesaikan
seluruh kewajiban perusahaan yang pailit tersebut kepada seluruh pihak kreditur.
ternyata cukup mudah untuk mempailitkan suatu perusahaan, karena syarat yang
1. Adanya debitur (misalnya suatu perusahaan) yang mempunyai dua atau lebih
2. Perusahaan tersebut tidak membayar satu hutang yang telah jatuh tempo.
64
Munir Fuady, Op. Cit. hal. 80/
kepailitan adalah proses pembuktian sederhana (sumir), yaitu apabila fakta atau
keadaan sebagaimana yang disebutkan di atas dapat dibuktikan oleh pemohon, maka
Pada tanggal 21 Januari 2008 menjadi titik balik. Pada tanggal itu pengurus
Koperasi Sumber Artha Mandiri mempailitkan terhadap diri koperasi Sumber Artha
Mandiri dan dikabulkan oleh hakim Pengadilan Niaga karena dinilai tidak mampu
membayar utang yang sudah jatuh tempo dan sudah harus dibayar terhadap kreditor /
penyimpan dana.
Adapun permohonan Pailit dari Pemohon Pailit tersebut didasarkan pada dalil-
1. Bahwa pemohon adalah suatu badan hukun berbentuk koperasi yang telah disahkan
65
”Dinyatakan Pailit oleh Pengadilan,” http://www.pikiran-rakyat. com/cetak/0604/
14/teropong/konsul_hukum.htm, diakses tanggal 05 Januari 2013 Ketentuan ini tidak berlaku untuk
bank dan perusahaan efek, karena pihak pemohon pailit terhadap bank hanya Bank Indonesia dan
perusahaan efek hanya Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)
2. Bahwa oleh karena pemohon pailit berbentuk badan hukum berbentuk koperasi telah
pertahun;
3. Bahwa oleh karena simpanan jangka pendek ataupun simpanan jangka menengah
serta jangka panjang yang ada pada pemohon pailit harus diberikan bunga, maka
pemohon pailit juga menyalurkan kepada debitor / peminjam dengan bunga berkisar
33 – 36 persen pertahun;
4. Bahwa para debitor pemohon pailit ada yang sudah jatuh tempo dan ada yang belum
jatuh tempo, sehingga total asset pemohon pailit yang telah disalurkan kepada para
tiga ratus enam puluh tujuh juta dua ratus dua puluh enam ribu delapan ratus enam
5. Bahwa para penyimpan dana yang tercatat pada pemohon pailit pada saat ini
(simpanan pokok, simpanan wajib, sinpanan sukarela, dan simpanan berjangka) yang
ada pada pasiva pertanggal 23 Juli 2007 sebesar Rp 14.408.302.192,- (empat belas
milyar empat ratus delapan juta tiga ratus dua ribu seratus sembilan puluh dua
rupiah);
6. Apabila simpanan berjangka yang tercatat pada pemohon pailit bervariatif dan
329.161.601,- (tiga ratus dua puluh sembilan juta seratus enam puluh satu ribu
tiga puluh tujuh juta tiga ratus empat puluh tujuh ribu dua ratus tujuh puluh
enam rupiah);
c. Simpanan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) keseluruhan sebesar Rp.
2.018.962.672,- (dua milyar delapan belas juta sembilan ratus enam puluh dua
10.679.408.002 (sepuluh milyar enam ratus tujuh puluh sembilan juta empat
ratus delapan ribu dua rupiah); (dana penyimpan / kreditur tersebut diantaranya
7. Bahwa dana berupa kas sebesar Rp. 871.000,- (delapan ratus tujuh puluh satu ribu
rupiah) maupun pada simpanan di koperasi lain yang tercatat saat ini sebesar Rp
100.000.000,- (seratus juta rupiah) di koperasi Anugrah Buana Artha sedangkan asset
169.457.400,- (seratus enam puluh sembilan juta empat ratus lima puluh tujuh ribu
empat ratus rupiah) yang tercatat pada aktiva pertanggal 23 Juli 2007;
8. Bahwa kewajiban pemohon pailit terhadap kreditor/ para penyimpan dana yang saat
ini sudah jatuh tempo yang sudah diminta agar pemohon pailit menyelesaikan
tersebut karena uang para kreditor yang telah disalurkan dalam bentuk pinjaman juga
September 2007 atas laporan tersebut yang berakibat Ketua Koperasi dan Manager
Koperasi ditahan;
9. Bahwa kewajiban pemohon pailit yang sudah jatuh tempo dan yang diminta oleh
10. Bahwa kewajiban pemohon kepada para penyimpan dana/ kreditor (simpanan pokok,
simpanan wajib, sinpanan sukarela, dan simpanan berjangka) ada yang sudah jatuh
14.408.302.192,- (empat belas milyar empar ratus delapan juta tiga ratus dua ribu
11. Bahwa sebagaimana ketentuan Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Nomor 37 Tahun
terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12. Bahwa oleh karena sudah jelas dan senyatanya atas bukti-bukti yang ada terdapat
fakta atau keadaan yang terbukti sederhana, sehingga pemohon pailit dapat
koperasi Sumber Artha Mandiri yang berkedudukandi jalan Cendrawasih M.2, Solo
mengajukan kasasi atau tidak. Akan tetapi, jika diyakini bahwa perusahaan tersebut
sangat sehat, maka sebagai kreditur punya hak untuk memilih, apakah akan
peserta. Salah satu caranya adalah dengan mencari informasi tentang neraca keuangan
mereka. Perusahaan yang sehat dan telah go public tentu saja tidak pernah keberatan
dan bahkan secara periodik akan mengumumkan kepada publik tentang posisi
dalam hukum materil, namun bila dipelajari seluruhnya maka akan diketahui bahwa
Kewajiban Pembayaran Utang bahkan proses upaya hukumnya dari tingkat kasasi
jumlah dan peristiwa tertentu sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan usahanya,
yaitu (1) pada waktu didirikan dan hendak memulai usaha koperasi memerlukan
modal dalam jumlah minimum tertentu, (2) pada waktu melakukan perluasan usaha
memerlukan tambahan modal, dan (3) pada waktu mengalami kesulitan yang hanya
mekanisme untuk mengatasi permodalan dengan saham, yaitu ada ketentuan tentang
minimum modal saat didirikan dalam bentuk modal dasar, modal ditempatkan dan
saham baru.
Mekanisme dan cara penghimpunan modal pada koperasi tidak sama dengan
cara penghimpunan modal pada perusahaan secara umum. Pada koperasi ketentuan
yang mengharuskan adanya minimum modal pada waktu didirikan tidak ada, kecuali
untuk KSP dan Unit Simpan Pinjam (USP). Adanya ketentuan seperti itu tidak
menggembirakan dan banyak ditentang oleh kalangan KSP dan USP, karena
Simpanan pokok merupakan syarat keanggotaan yang dibayar waktu masuk menjadi
waktu lama untuk mencapai jumlah tertentu. Selain itu juga disebabkan karena
jumlah yang besar. Penambahan modal untuk keperluan perluasan usaha sulit
dilakukan.
kekayaan debitor pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu
umum. Dengan adanya sita umum ini hendak dihindari adanya sita perorangan.
eksekusi “massal" dengan cara melakukan sitaan umum atas seluruh harta kekayaan
debitor untuk kepentingan semua kreditor yang bersangkutan yang dijalankan dengan
bersangkutan.
sesuai dengan asas dalam Pasal 1132 KUHPerdata. Perlu ditekankan bahwa tujuan
Kepailitan itu adalah untuk membagi seluruh kekayaan debitor oleh kurator kepada
netral tentang kepailitan menyangkut debitor yang berada dalam keadaan berhenti
membayar.
debitor. Kepailitan adalah sita umum atas barang-barang milik debitor untuk
Yang dimaksud dengan kekayaan adalah semua barang dan hak atas benda
Kepailitan itu juga berlaku terhadap semua harta kekayaan debitor yang
berada di luar negeri. Terhadap harta kekeyaan debitor yang berada di luar negeri ini
Undang-Undang No.37 Tahun 204 memerinci apa saja yang tidak termasuk ke dalam
kepailitan yaitu:
tempat tidur dan perlengkapannya yang dipergunakan oleh Debitor dan keluarganya
dan bahan makanan untuk 30 (tiga puluh) hari bagi debitor dan keluarganya, yang
b. Segala sesuatu yang diperoleh dari pekerjaannya sendiri sebagai penggajian dari
suatu jabatan atau jasa, sebagai upah, pension, uang tunggu atau uang tunjangan,
c. Uang yang diberikan kepada debitor untuk memenuhi suatu kewajiban member
Selain itu juga barang yang bukan merupakan bagian dari kekayaan debitor
barang-barang yang bukan milik debitor berlaku ketentuan Pasal 56 ayat (1) yaitu:
“Hak eksekusi kreditor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) dan hak pihak
ketiga untuk menuntut hartanya yang berada dalam penguasaan debitor pailit atau
kurator ditangguhkan untuk jangka waktu paling lama 90 (Sembilan puluh) hari
66
Sudarsono. Manajemen Koperasi Indonesi, Jakarta: Rineka Cipta, hal 86.
Kepailitan juga meliputi seluruh harta kekayaan suami atau isteri debitor pailit
yang menikah dalam suatu persatuan harta. Meskipun debitor pailit tidak kehilangan
dan mengurus kekayaannya yang termasuk harta pailit, sejak tanggal Putusan
Putusan pailit mulai berlaku sejak pukul 00.00 waktu setempat. Bila sebelum
putusan pernyataan pailit diucapkan telah dilaksanakan transfer dana melalui bank
atau lembaga selain bank pada tanggal Putusan, transfer tersebut wajib diteruskan.
Demikian pula bila sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan telah dilaksanakan
1) Dalam hal debitor adalah Perseroan Terbatas, organ perseroan tersebut tetap berfungsi
harta pailit, maka pengeluaran uang yang merupakan bagian harta pailit, adalah
wewenang kurator.
2) Yang dimaksud dengan “waktu setempat” adalah waktu tempat putusan pernyataan pailit
diucapkan oleh Pengadilan Niaga, misalnya Putusan diucapakan di Jakarta pada tanggal
1 Juli 2001 pukul 13.00 WIB, maka Putusan tersebut dihitung mulai berlaku sejak pukul
3) Transfer dana melalui Bank perlu dikecualikan untuk menjamin kelancaran dan
4) Transfer Efek di Bursa Efek perlu dikecualikan untuk menjamin kelancaran dan
kepastian hukum atas Transaksi Efek di Bursa Efek. Adapun penyelesaian Transaksi
Efek di Bursa Efek dapat dilaksanakan dengan cara penyelesaian pembukuan atau cara
kekayaannnya tetapi debitor tidak kehilangan kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum
sepanjang perbuatan hukum tersebut tidak mempunyai akibat hukum atas harta kekayaannya
harta pailit, maka perbuatan tersebut tidak mengikat harta pailit kecuali apabila
perbuatan hukum tersebut mendatangkan keuntungan bagi harta pailit. Hal ini
perikatan debitor pailit yang dilakukan sesudah penyataan pailit, tidak dapat dibayar
Dalam hal Majelis Hakim harus memeriksa apakah ada bukti yang cukup dan
melihat ada tidaknya hubungan perutangan, yaitu perikatan yang mendasari hubungan
tersebut. Lebih jauh lagi, siapa yang berperan sebagai kreditor dan debitor serta apa
objek perutangannya (prestasi). Bukti adanya hubungan perutangan ini dapat dilihat
dan adanya akta perjanjian atau pun sekedar buku tagihan, namun tidak jarang
dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa
persyaratan untuk dinyatakan pailit telah terpenuhi sebagaimana diatur dalam Pasal 2
ayat (1).
Kewajiban Pembayaran Utang, khususnya Pasal 2 ayat (1) tentang syarat pailit jo
Pasal 8 ayat (4) tentang pembuktian sederhana. Sehingga koperasi Sumber Artha
Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, yang
kepada semua kreditor. Perdamaian tersebut diajukan paling lambat 8 (delapan) hari
sebelum rapat pencocokan piutang. Dan rumusan tersebut di atas dapat diketahui
bahwa perdamaian merupakan hak dari debitor pailit, sehingga apabila debitor pailit
tidak mempergunakan haknya tersebut maka proses perdamaian tidak akan pernah
debitor hak pailit dan bukan hak pribadi si debitor. Debitor masih tetap memiliki hak
suami, orang tua terhadap anak-anaknya dan lain-lain hubungan pribadi antara si
Salah satu alasan utama dimasukkannya hakim ad hoc dalam UU Kepailitan 1998
adalah untuk membantu para hakim niaga dalam menganalisis berbagai kasus yang dihadapi.
Oleh karenanya atas dasar itu diperlukan hakim yang ahli yang disebut juga hakim ad hoc.
Mengenai pengertian “ahli” ini memang tidak ada definisi khusus dalam peraturan
perundangan. Pasal 1 ayat (2) Peraturan MA No. 2 Tahun 2000 tentang Penyempurnaan
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1999 tentang Hakim Ad hoc hanya menyatakan
bahwa, “ahli adalah seorang yang memiliki disiplin ilmu yang cukup dan berpengalaman di
bidang keilmuan apa yang disandang, siapa yang menilai “cukup” bagi disiplin ilmu tersebut
debitor. Kekayaan tersebut akan dikuasi oleh kurator. Kuratorlah yang akan
mengurus dan membereskan seluruh harta pailit. Akibat dari Putusan Pailit
membawa konsekuensi bahwa gugatan-gugatan hukum yang bersumber pada hak dan
kewajiban harta kekayaan debitor pailit harus diajukan oleh atau terhadap kurator.
Bila tuntutan diajukan atau diteruskan oleh atau terhadap debitor pailit, maka apabila
perikatan dari harta pailit yang ditujuak tehadap debitor pailit, hanya dapat diajukan
67
Sunarmi, Hukum Kepailitan. Edisi II. Jakarta: Softmedia, 2010, hal. 136
BAB III
Secara umum tugas kurator ialah mengurus dan membereskan harta Debitor
atau salah satu organ Debitor, meskipun dalam keadaan di luar kepailitan persetujuan
upaya yang perlu dan patut mengusahakan keselamatan harta pailit, antara lain
dengan secara langsung mengambil dan menyimpan segala surat-surat, uang- uang,
barang-barang perhiasan, efek-efek dan lain-lain surat yang berharga harus disimpan
sendiri oleh Kurator, kecuali apabila oleh Hakim Pengawas ditetapkan cara
penyempanan lain.
membebani harta pailit dengan hak agunan atas kebendaan lainnya maka pinjaman
tersebut harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari Hakim Pengawas. Untuk
menghadap di muka Pengadilan Kurator harus terlebih dahulu harus mendapat ijin
68
Kelik Pramudya, “Kurator dalam Kepailitan”, http://click-gtg.blogspot.com/2009/10/
kurator-dalam-kepailitan.html, diakses tanggal 29 Desember 2012.
61
c. sengketa tentang penghentian hubungan sewa yang dilakukan oleh debitor pailit
agunan tersebut.
keadaan harta pailit dan pelaksanaan tugasnya setiap tiga bulan sekali. Kurator
anggaran dasar, atau keputusan rapat umum para anggota memberikan persetujuan
kepada orang lain sebagai pemberes. Dalam hal pembubaran sukarela, penunjukkan
pemberes biasanya dilakukan oleh rapat umum.Para pemberes dan setiap penggantian
pemberes dimasukkan dalam daftar koperasi, dan diumumkan dalam Berita Negara.
Para pemberes mempunyai status hukum yang sama dengan para anggota
yang timbul akibat pelanggaran itu. Selama pemberesan, para pemberes diawasi oleh
para anggota,oleh dewan pengawas (jika ada) dan oleh pejabat pendaftaran, atau
kegiatan pemberes juga diawasi oleh para kreditur. Memasuki tahap pemberesan
tidak perlu berarti menghentikan semua kegiatan badan usaha koperasi dengan
segera. Jika diperlukan untuk pemanfaatan yang paling memungkinkan dari sisa harta
kekayaan koperasi, misalnya pemanfaatan bahan mentah yang dijual oleh koperasi.
ketidakmampuan membayar atau insolvensi dan dibubarkan karena alasan ini, dan
tidak mampu untuk membayar atau insolvensi dan karenanya mengajukan kepailitan,
maka wali pengawas kepailitan membuat neraca keuangan pada permulaan acara
Berdasarkan neraca keuangan ini dan daftar para anggota, wali pengawas
kepailitan menentukan jumlah yang harus dikontribusikan oleh setiap anggota untuk
menutup selisih antara jumlah harta kekayaan koperasi dan jumlah tuntutan yang
Dalam perhitungan ini, tidak hanya termasuk para anggota sekarang yang
pada waktu pembubaran tercatat dalam daftar anggota, tapi juga orang-orang yang
sebelum pembubaran koperasi. Daftar nama penyumbang harus harus memuat nama-
nama semua anggota yang bertanggung jawab dan jumlah yang harus mereka
baru dapat ditentukan kekurangan jumlah untuk memenuhi semua tuntutan. Selain
itu, juga untuk menentukan jumlah yang pasti yang harus disumbangkan oleh para
sumbangannya.69
Dalam hal para anggota telah menyumbang uang lebih dari yang diperlukan
untuk menyelesaikan semua tuntutan para kreditur, uang itu dikembalikan oleh
wali pengawas kepailitan. Hal ini dilakukan agar sumbangan para anggota yang
69
Budi Untung¸ Hukum Koperasi dan Peran Notaris Indonesia, Hukum Koperasi dan Peran
Notaris Indonesia, Yogyakarta, Andi, 2005 ¸ hal. 48.
70
Imran Nating, Op. Cit, hal. 96.
ahli-ahli. Para saksi tersebut harus dipanggil atas nama Hakim Pengawas. Apabila ada
saksi yang tidak datang menghadap atau menolak memberikan kesaksiannya, maka
bagi mereka berlaku Pasal 140, Pasal 141 dan Pasal 148 Reglement Indonesia yang
diperbaharui (Het Herziene Indlandsch Reglement) atau pasal-pasal 166, 167 dan 176
Reglement Acara Hukum untuk daerah di luar jawa dan Madura (Rechtsreglement
wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal saksi. Dalam hal kedudukan sebagai isteri
atau suami, dan keluarga sedarah menurut keturunan lurus ke atas dan kebawah dari
adalah bersifat final. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 91 UUK yang menyatakan
bahwa: “ Semua penetapan mengenai pengurusan dan atau pemberesan harta pailit
menentukan lain”.
penetapan tentang honor kurator, pengangkatan atau pemberhentian kurator dan yang
Tahun 2004).
pemberesan harta pailit yang ditetapkan oleh hakim dapat dilaksanakan terlebih
2004).
1. Mengawasi Kurator dan mengurus dan membereskan harta pailit (Pasal 65);
mengenai Kepailitan;
7. Mendengar saksi-saksi;
ayat (1));
9. Hakim pengawas tidak hanya berfungsi sebagai pengawas tetapi juga sebagai
pemimpin dalam pengurus dan pemberesan harta pailit (Pasal 85, 86, 90 dan
131);
atau yang biasa disebut “stay” yang diajukan oleh kreditor atau pihak ketiga
Pengawas agar meninjau kembali penolakan Kurator itu (Pasal 57 ayat (3)
4. Tahap Pengurusan
Dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari setelah tanggal Putusan pernyataan
pailit diterima oleh Kurator dan Hakim Pengawas, Kurator mengumumkan dalam Berita
Negara RI dan paling sedikit 2 (dua) surat kabar harian yang ditetapkan oleh Hakim
Pengawas, mengenai ikhtisar Putusan pernyataan pailit yang memuat hal-hal sebagai
berikut:
3) Nama, alamat dan pekerjaan Anggota Panitia Kreditor Sementara, apabila telah
ditunjuk;
alasan untuk mengamankan harta pailit, melalui Hakim Pengawas. Penyegelan dilakukan
oleh jurusita di tempat harta tersebut berada dengan dihadiri oleh 2 (dua) saksi yang salah
satu diantaranya adalah wakil dari Pemerintahan Daerah setempat (Pasal 99 UU No.37 Tahun
2004). Yang dimaksud dengan ‘wakil dari Pemerintahan Daerah setempat’ adalah lurah atau
Kurator harus membuat pencatatan harta pailit paling lambat 2 (dua) hari setelah
bawah tangan oleh Kurator dengan persetujuan Hakim Pengawas. Anggota panitia kreditor
sementara berhak menghadiri pembuatan pencatatan tersebut (Pasal 100 UU No.37 Tahun
2004). Mengingat bahwa debitor telah mengetahui tentang seluruh harta kekayaannya, maka
dalam prakteknya kehadiran Debitor akan sangat membantu pelaksanaan pendaftaran harta
kekayaan ini. Untuk itu kurator perlu memanggil debitor pailit untuk memberikan
tersebut. Bahwa informasi pertama yang akan diperoleh tentang harta kekayaan debitor
adalah dari putusan/ penetapan Pengadilan Niaga, karena dalam pertimbangan hukumnya
Pengadilan Niaga akan menyebutkan, baik harta kekayaan maupun utang Debitor dan siapa-
72
Penjelasan Pasal 99 ayat (2) UU No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan.
siapa yang menjadi Kreditornya. Selain itu, informasi tentang harta kekayaan Debitor dapat
juga diketahui dari kantor badan Pertanahan Nasional, kantor-kantor Bank, baik Bank
Setelah pencatatan harta pailit, Kurator harus membuat daftar yang menyatakan sifat,
jumlah piutang dan utang harta pailit, nama dan tempat tinggal kreditor beserta jumlah
walaupun ada Kasasi atau Peninjauan Kembali, bila tidak ada panita kreditor sementara maka
diperlukan izin dari Hakim Pengawas (Pasal 104 UU No. 37 Tahun 2004).
Kurator berwenang untuk membuka surat dan telegram yang dialamatkan kepada
Debitor Pailit. Surat dan telegram yang tidak berkaitan dengan harta pailit, harus segera
diserahkan kepada Debitor Pailit. Perusahaan pengirim surat dan telegram memberikan
kepada Kurator, surat dan telegram yang dialamatkan kepada Debitor Pailit. Semua surat
pengaduan dan keberatan yang berkaitan dengan harta pailit ditujukan kepada kurator (Pasal
Berdasarkan Pasal 24 dan Pasal 69 sejak Putusan Pailit diucapkan semua wewenang
Debitor untuk menguasai dan mengurus harta pailit termasuk memeperoleh keterangan
mengengai pembukuan, catatan, rekening bank, dan simpanan Debitor dari bank yang
bersangkutan beralih kepada Kurator. (Penjelasan Pasal 105 UU No. 37 Tahun 2004).
73
Pasal 102 dan 103 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan.
Pengalihan harta pailit dapat dilakukan sepanjang itu diperlukan untuk menutup
biaya Kepailitan atau apabila penahanannya akan mengakibatkan kerugian kepada harta pailit
g. Melakukan penyimpanan
Uang, perhiasan, efek dan surat berharga lainnya wajib disimpan oleh Kurator
kecuali ditentukan lain oleh Hakim Pengawas. Uang tunai wajib disimpan di Bank (Pasal 108
UU No. 37 Tahun 2004). Yang dimaksud dengan ‘disimpan oleh Kurator sendiri’ dalam
pengertian tidak mengurangi kemungkinan efek atau surat berharga tersebut disimpan oleh
kustodian, tetapi tanggung jawab atas nama Debitor Pailit. Misalnya, deposito atas nama
h. Mengadakan perdamaian guna mengakhiri suatu perkara yang sedang berjalan atau
mencegah timbulnya suatu perkara (Pasal 109 UU No. 37 Tahun 2004). Yang dimaksud
dengan ‘perdamaian’ dalam pasal ini adalah perkara yang sedang berjalan di Pengadilan.
kepada Kurator. Dalam hal ini, Hakim Pengawas akan menentukan batas akhir pengajuan
tagihan, batas akhir verifikasi pajak, hari, tanggal, waktu dan tempat rapat kreditor untuk
mengadakan pencocokan piutang. Pemanggilan tersebut dapat dilakukan dengan surat dan
mengiklankannya dalam surat kabar umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4)
UUK. Tentang waktu batas akhir pengajuan tagihan oleh Kreditor dengan hari pelaksanaan
Rapat Pencocokan Piutang harus ada selisihnya paling sedikit 14 (empat belas) hari (Pasal
dengan catatan yang telah dibuat sebelumnya dan keterangan Debitor Pailit dan berunding
dengan Kreditor jika terdapat keberatan terhadap penagihan yang diterima. Tagihan-tagihan
yang disetujui akan dimasukkan kedalam sebuah daftar yang disebut dengan “Daftar Piutang
yang Sementara Diakui”, sedangkan untuk tagihan yang dibantah oleh Kurator akan
dimasukkan ke dalam sebuah daftar tersendiri disertai dengan alasan-alasannya. Dalam daftar
tagihan tersebut dibubuhkan pula catatan apakah termasuk piutang yang diistimewakan atau
dijamin dengan gadai, fidusia, hak tanggungan, hipotek dan hak agunan atas kebendaan
lainnya atau hak untuk menahan benda bagi tagihan yang bersangkutan dapat dilaksanakan.
(tujuh) hari untuk dapat dilihat oleh yang berkepentingan atau siapapun yang
semua Kreditor yang dikenal dan juga untuk menghadiri rapat pencocokan piutang serta
pemberitahuan jika Debitor ada memasukkan rencana perdamaian kepada Kurator (Pasal 116,
dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh Hakim Pengawas. Hakim Pengawas hadir dalam
rapat tersebut dan bertindak selaku pemimpin rapat yang dihadiri oleh Kurator, para Kreditor
Kehadiran Debitor dalam rapat pencocokan piutang sangat penting, karena Debitor
dapat memberikan keterangan yang diminta oleh Hakim Pengawas mengenai sebab musabab
Kepailitan dan keadaan harta pailit. Debitor lebih mengetahui dan dapat memberikan
siapa yang menjadi Kreditor dalam Kepailitan dan besarnya tagihan masing-masing Kreditor.
Hakim pengawas membacakan “Daftar Piutang Yang Diakui Sementara” dan “Daftar
tentang status dari para Kreditor, apakah sebagai kreditor separatis, kreditor preferens
Daftar terakhir dari tagihan-tagihan ini selanjutnya harus disetujui dan disahkan oleh
Hakim Pengawas yang dilakukan dalam rapat pencocokan tagihan tersebut di atas.
mengenai keadaan harta pailit, dan selanjutnya kepada Kreditor, wajib diberikan semua
keterangan yang diminta oleh mereka. Laporan mengenai harta pailit beserta berita acara
rapat pencocokan piutang wajib disediakan di Kepaniteraan dan kantor Kurator yang dapat
5. Tahap Pemberesan
Tahap pemberesan harta pailit dilakukan dengan cara seperti di bawah ini.
memulai pemberesan dan menjual semua harta pailit tanpa perlu memperoleh
74
Zinal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran Utang, Jakarta: Raja
Grafindo Jakarta, 2001, hal. 85.
1) Usul untuk mengurus perusahaan Debitor tidak diajukan dalam jangka waktu yang
telah ditentukan atau usul tersebut telah diajukan tetapi ditolak; atau
2004).
jasa Kurator diperlukan dana, dan dana tersebut diperoleh dari hasil penjualan harta kekayaan
Semua benda harus dijual dimuka umum sesuai dengan tata cara yang ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan. Bila penjualan di muka umum tidak tercapai maka
dapat dilakukan penjualan di bawah tangan dengan izin Hakim Pengawas (Pasal 185 UU
No.37 Tahun 2004). Untuk semua benda yang tidak segera atau sama sekali tidak dapat
dibereskan, maka Kurator yang memutuskan tindakan yang harus dilakukan terhadap benda
Dalam melaksanakan penjualan harta pailit ini, Kurator harus terlebih dahulu
meminta izin dari Hakim Pengawas. Izin dari Hakim Pengawas ini dituangkan dalam suatu
Penetapan, Izin Penetapan ini diperoleh setelah kurator terlebih dahulu mengajukan
permohonan untuk melakukan penjualan harta pailit dan dapat dilakukan secara lelang di
melaksanakan penjualan harta pailit dengan cara di bawah tangan. Alasannya adalah:
penjualan secara lelang akan menyita banyak waktu dan memerlukan dana yang akan
dibebankan kepada harta pailit. Kurator berkewajiban membayar piutang Kreditor yang
mempunyai hak untuk menahan suatu benda, sehingga benda itu masuk kembali dan
dan pengeluaran termasuk di dalamnya upah Kurator, nama Kreditor, jumlah yang
dicocokkan dari tiap-tiap piutang dan bagian yang wajib diterima diberikan kepada
kreditor. Daftar pembagian ini dapat dibuat sekali atau lebih dari sekali dengan
Kreditor selama tenggang waktu yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas pada waktu
daftar tersebut disetujui dan diumumkan oleh Kurator dalam surat kabar. 75
Daftar pembagian ini dapat dilawan oleh Kreditor dengan mengajukan surat
keberatan disertai alasan kepada Panitera Pengadilan dengan menerima tanda bukti
sidang pengadilan yang terbuka untuk umum. Dalam sidang tersebut Hakim
Pengawas member laporan tertulis, sedangkan Kurator dan setiap Kreditor atau
(tujuh) hari wajib memberikan putusan yang disertai dengan pertimbangan hukum
yang cukup. Terhadap Putusan Pengadilan ini dapat diajukan permohonan Kasasi.
75
Ibid, h. 86.
Kepailitan dalam Berita Negara Republik Indonesia dan surat kabar (Pasal 201 dan
pemberesan yang telah dilakukannya kepada Hakim Pengawas paling lama 30 (tiga
puluh) hari setelah berakhirnya kepailitan. Semua buku dan dokumen mengenai harta
pailit wajib diserahkan kepada debitor dengan tanda bukti penerimaannya (Pasal 202
dicadangkan jatuh kembali dalam harta pailit atau apabila ternyata masih terdapat
bagian harta pailit yang sewaktu diadakan pemberesan tidak diketahui, maka atas
76
Ibid, hal 74.
pelaksanaan terhadap suatu putusan yang sudah berkekuatan hukum tetap yang
eksekusi adalah:
Melaksanakan putusan yang sudah tidak dapat diubah lagi itu, ditaati secara
sukarela oleh pihak yang bersengketa. Jadi di dalam makna perkataan
eksekusi sudah mengandung arti pihak yang kalah mau tidak mau harus
mentaati putusan itu secara sukarela, sehingga putusan itu harus dipaksakan
kepadanya dengan bantuan kekuatan umum, dimana kekuatan umum ini
berarti polisi.77
syarat yang dipakai oleh alat-alat negara guna membantu pihak yang berkepentingan
untuk menjalankan putusan hakim, apabila pihak yang kalah tidak bersedia
memenuhi bunyinya putusan dalam waktu yang ditentukan”.78 Suatu putusan hakim
yang dapat dieksekusi harus putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap (in kracht van gewijsde) yaitu apabila tidak ada lagi upaya hukum biasa yang
77
Salim H. S. 2003. Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak ,Sinar Grafika,
Bandung, halaman. 130.
78
Munir Fuady, 2001. Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra Aditya
Bakti, Bandung, halaman 119.
kekuatan hukum yang tetap maka putusan itu tidak dapat lagi diubah, sekalipun
dengan pengadilan yang lebih tinggi, kecuali dengan upaya hukum yang khusus, yaitu
Tetapi tidak selalu hanya putusan yang telah memperoleh berkekuatan hukum
tetap yang dapat dieksekusi, menurut ketentuan Pasal 180 HIR/191 RBg, hakim
berkekuatan hukum tetap yang disebut dengan putusan serta merta (uitvoerbaar bij
vooraad). Putusan serta merta tersebut dianut dalam UUKPKPU, diatur dalam Pasal 8
ayat (6) yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan
tersebut harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum dan dapat
upaya hukum”.
Pelaksanaan putusan secara serta merta ini dapat menimbulkan masalah hukum
nantinya apabila terhadap putusan pailit tersebut dimintakan upaya hukum, baik
oleh Mahkamah Agung dan putusan Pengadilan Niaga dibatalkan sedangkan Kurator
telah melakukan pengurusan dan/ atau pemberesan atas harta pailit tersebut,
misalnya: telah dilakukan penjualan terhadap sebagian harta pailit kepada pihak
79
H. Man S. Sastrawidjaja, Op. Cit, halaman 101
ketiga, apakah pihak ketiga harus mengembalikan barang tersebut? Bagaimana bila
Menyikapi hal tersebut Pasal 16 ayat (2) UUKPKPU mengatur bahwa dalam
hal putusan pernyataan pailit dibatalkan sebagai akibat adanya Kasasi atau
Peninjauan Kembali, segala perbuatan yang telah dilakukan oleh Kurator sebelum
Secara umum, kendala dan hambatan dalam eksekusi pailit koperasi dapat
dibagi atas:
menentukan bahwa yang boleh dilakukan Kurator terhitung sejak tanggal putusan
pernyataan pailit itu adalah tugas pengurusan dan pemberesan atas harta pailit kecuali
melakukan penjualan harta tetap yang merupakan harta yang mutlak diperlukan bagi
kegiatan usaha atau bisnis Debitor, yang tanpa dimilikinya lagi harta itu oleh Debitor
maka tidak mungkin lagi bagi Debitor untuk dapat melanjutkan usaha atau bisnisnya
pernyataan palit terhadap debitor begitu mudahnya. Hal ini berakibat terhadap
banyaknya debitor yang dinyatakan pailit, meskipun dalam tingkat kasasi kepailitan
tersebut dibatalkan,
80
Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit. 252
kekuatan hukum yang tetap (kracht van gewijsde) Kurator telah dapat melakukan
tindakan pengurusan dan atau pemberesan harta pailit, seperti yang dimuat dalam
Pasal 6 ayat 5 dan Pasal 12 UUK yang berbunyi: Pasal 6 ayat 5: “Putusan atas
diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum dan dapat dijalankan terlebih
mengurus dan mengalihkan harta kekayaannya saja, Debitor tidaklah berada di bawah
harta bendanya yang telah ada. Tindakan pengurusan dan pengalihan tersebut berada
pada Kurator.
Apabila menyangkut harta benda yang akan diperolehnya debitor tetap dapat
melakukan perbuatan hukum menerima harta benda yang akan diperolehnya itu,
namun harta yang diperolehnya itu kemudian menjadi bagian dari harta pailit. 82
81
Sudargo Gautama, Komentar Atas Peraturan Kepailitan Baru Untuk Indonesia, Citra
Aditya Bakti, Bandung., 1998, hal. 89.
82
Ibid, 257.
Hambatan biasanya datang dari pihak debitur yang beritikad buruk atau yang
penggelapan investasi pada saat kurator akan mencatat harta debitur, dengan
mengurus harta-harta debitur yang telah dinyatakan pailit merupakan faktor hambatan
lainnya. Hal ini mungkin saja terjadi karena para kurator yang rata-rata merupakan
seharusnya para kurator juga memiliki kemampuan dalam pengelolaan suatu usaha
tujuan akhir dari kegiatan bisnis, namun tidak semua pelaku usaha dapat mencapai
dalam menjalankan usaha. Kegagalan dalam menjalankan usaha dalam skala apapun
Kesulitan berikutnya akan timbul yaitu apabila terjadi keadaan bahwa utang
Debitur sangat besar dan ia dalam keadaan tidak mampu membayar dan tidak lagi
bersedia melunasi utangnya yang dalam hal demikian ini bisa saja berakibat Kreditor
sulit menjalankan usahanya, maka dalam keadaan ini akan sangat sulit bagi Kreditur
pailit, hingga sangat terpaksa dalam situasi seperti ini Kreditur hanya dapat
3. Budaya hukumnya
Tahun 1998 ini menganut asas adil (memperhatikan kepentingan secara seimbang
antara kreditur dan debitur), cepat (dibatasi jangka waktu penyelesaian perkara baik
ditingkat pertama, kasasi maupun peninjauan kembali), dan efektif (tanpa putusan
Pertama, main hakim sendiri. Hal ini sesungguhnya telah meniadakan eksistensi
negara sebagai pemegang monopoli alat paksa. Kedua, masyarakat cenderung tidak
cara kekerasan. Hal ini terjadi karena proses hukum dinilai tidak bisa memberikan
pengurusan atau pemberesan Kurator tetap sah dan mengikat Debitor walau
dilakukan upaya hukum tapi tetap tidak dapat dihindari kemungkinan terjadinya
pailit oleh Mahkamah Agung karena bisa saja yang berhasil dijual oleh Kurator
Salah satu tonggak utama dari suatu profesi adalah pengakuan atas
kepentingan publik harus diterjemahkan sebagai upaya dari kurator atau pengurus
kepentingan dari seluruh pihak yang terkait dengan kepailitan dan PKPU, termasuk
kreditor, masyarakat Pemerintah atau Negara, debitor itu sendiri serta pihak lain,
yang mengandalkan pada obyektifitas, kemandirian dan integritas dari kurator atau
pengurus. Dengan dilandasi prinsip tersebut, kurator atau pengurus wajib untuk
profesinya.
kepada para kreditor tapi sedapat mungkin bisa meningkatkan nilai harta pailit
berpedoman pada kebenaran dan keadilan serta keharusan untuk menaati standar
profesi dan etika. Hal ini untuk menghindari adanya benturan kepentingan dengan
debitor maupun kreditor. Namun pada prakteknya kinerja kurator menjadi terhambat
oleh permasalahan seperti debitor pailit tidak mengacuhkan putusan pengadilan atau
permasalahan dengan debitor (tidak kooperatif) dalam hal debitor tersebut menolak
dan pengurus wajib membuat dan memelihara daftar nama klien dan jenis pekerjaan
yang pernah dilakukan dalam pekerjaannya baik di dalam maupun di luar kepailitan
atau PKPU. Sebelum menerima penugasan, kurator atau pengurus wajib, baik jika
diminta maupun tidak diminta oleh pihak manapun, memeriksa dan memastikan
bahwa ia tidak memiliki benturan kepentingan dengan debitor maupun kreditor yang
saat itu diketahui berdasarkan daftar kreditor yang tercantum dalam permohonan
menggunakan hukum acara perdata (HIR atau R.Bg) yaitu melalui gugatan yang
Pengadilan Niaga, yang ternyata pula Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 ini telah
83
Imran Nating, Op. Cit, halaman 107.
sangat penting bagi pelaksanaan dan pengambilan keputusan dalam perkara perkara
perkara kepailitan.
a. Maka Kurator dapat digugat dan wajib membayar anti kerugian apabila karena
kelalaiannya, lebih-lebih lagi karena kesalahannya (dilakukan dengan
sengaja) telah menyebabkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap harta
pailit, terutama tentunya adalah para Kreditor konkuren, dirugikan.
b. Kerugian itu terutama apabila harta pailit berkurang nilainya sehingga dengan
demikian para Kreditor konkuren memperoleh nilai pelunasan tagihannya
kurang dari yang seyogyanya diterima dari hasil penjualan harta pailit
seandainya nilai harta pailit tidak mengalami pengurangan sebagai akibat
perbuatan Kurator.84’
gugatan oleh pihak yang dirugikan harus diajukan kepada Pengadilan Niaga yang
Mengenai hal ini UUK tidak mengaturnya. Dalam praktek, karena Pengadilan Niaga
84
Lihat Pasal 67 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan.
tak dapat terealisir dengan memuaskan. Kurator sebaiknya dilindungi oleh asuransi.
Asuransi jenis ini adalah asuransi yang juga biasanya dipakai untuk melindungi
kewajiban yang dibebankan oleh hukum untuk membayar ganti kerugian apabila
dan atas perbuatannva itu dihukum oleh pengadilan untuk membayar ganti kerugian
Kurator dapat digugat untuk bertanggung jawab secara pribadi oleh pihak-pihak yang
dirugikan atas sikap dan perbuatan Kurator. Bahkan kurator harus bertanggung jawab
Tolak ukur untuk menentukan bahwa kurator telah melakukan kesalahan atau
UUPT dan fiduciary duties. Kewajiban kedua dari Kurator ialah berupa fiduciary
85
Herna, “Kurator”, http://hernathesis. multiply. com/reviews/item/24 diakses tanggal 10
Februari 2012.
Pengadilan yang diwakili oleh hakim pengawas, debitor, kreditor dan para pemegang
saham.
berhak lagi untuk melakukan pengurusan atas harta kekayaannya. Kurator merupakan
pemberesan harta pailit. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi kepentingan kreditor
kepada para Kreditor tapi sedapat mungkin bisa meningkatkan nilai harta pailit
tersebut.86
Lebih jauh lagi, Kurator dituntut untuk memiliki integritas yang berpedoman
pada kebenaran dan keadilan serta keharusan untuk menaati standar profesi dan etika.
Hal ini untuk menghindari adanya benturan kepentingan dengan debitur maupun
ditentukan dalam putusan pernyataan pailit. Apabila debitor atau kreditor tidak
86
Sudargo Gautama, Komentar Atas Peraturan Kepailitan Baru Untuk Indonesia, Bandung:
CitraAditya Bakti, 1998, hal. 56
bertindak sebagai Kurator. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 15 yang menyatakan
bahwa:
1. Dalam Putusan pernyataan pailit, harus diangkat Kurator dan seorang Hakim
4. Dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari setalah tanggal Putusan
(dua) surat kabar harian yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas, mengenai
d. Nama, alamat dan pekerjaan anggota panitia kreditor sementara apabila telah
ditunjuk; dan
pada debitor atau kreditor, dan kurator tidak memiliki kepentingan ekonomis yang
sama dengan kepentingan ekonomis debitor atau kreditor. Paling sedikit 2 (dua) surat
Kurator mulai bertugas sejak diangkat dalam Putusan pernyataan pailit. Sejak
mengamankan harta pailit dan menyimpan semua surat, dokumen, uang perhiasan,
efek dan surat berharga lainnya dengan memberikan tanda terima (Pasal 98 UU
kurator adalah melakukan pengurusan dan/atau pemberesan atau harta pailit sejak
tanggal Putusan Pailit diucapkan meskipun terhadap putusan tersebut diajukan Kasasi
atau Peninjauan Kembali. Dalam hal putusan pernyataan pailit dibatalkan sebagai
akibat adanya kasasi atau Peninjauan Kembali, segala perbuatan yang telah dilakukan
oleh Kurator sebelum atau pada tanggal perbuatan yang telah dilakukan oleh Kurator
87
Rudy Lontoh, Penyelesaian Utang Melalui Pailit atau Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang, Bandung: Alumni, 2001.
setidaknya oleh media massa, untuk mengilustrasikan kondisi penegakan hukum kita
sepanjang 2012. Ungkapan itu menggambarkan, di satu sisi proses penegakan hukum
sangat sulit ketika berhadapan dengan kasus-kasus yang melibatkan penguasa dan
pemodal. Di sisi lain, hukum ditegakkan secara tegas terhadap masyarakat kecil.
Hukum memang harus tegas dan pasti, namun akan menjadi persoalan ketika tidak
berlaku sama terhadap seluruh lapisan masyarakat. Kondisi tersebut setidaknya telah
Pertama, main hakim sendiri. Hal ini sesungguhnya telah meniadakan eksistensi
negara sebagai pemegang monopoli alat paksa. Kedua, masyarakat cenderung tidak
cara kekerasan. Hal ini terjadi karena proses hukum dinilai tidak bisa memberikan
BAB IV
masyarakat golongan ekonomi lemah untuk memperbaiki keadaan ekonomi. Hal itu
tidak hanya terjadi ketika koperasi pertama berdiri di Inggris, tetapi juga terjadi di
negara lain di seluruh Eropa. Dengan berjuang melalui koperasi, keadaan sosial
ekonomi kaum buruh dan petani di berbagai negara mengalami perbaikan yang
bergantung pada usaha para tengkulak, kemudian dapat mereka penuhi sendiri.
Meskipun dengan latar belakang sosial ekonomi dan historis yang berbeda-
beda, berkat keberhasilan yang dicapai oleh para pendiri koperasi di Eropa itu,
politik dan ekonomi kolonial bangsa Indonesia mewarisi suatu keadaan ekonomi dan
sosial yang dikenal dengan nama ekonomi dualistis, yaitu: “Situasi perekonomian di
mana terdapat ketimpangan yang dalam antara sektor perekonomian modern yang
90
dikuasai oleh para saudagar asing, dengan sektor perekonomian rakyat tempat
Setelah merdeka, Bangsa Indonesia mulai berbenah diri. Salah satu upaya
yang segera dilakukan adalah memperbaiki taraf hidup rakyat banyak, yaitu dengan
tersebut.
Dalam konteks yang lebih besar koperasi dapat dilihat sebagai wahana koreksi
pasar. Secara teoretis koperasi akan tetap hadir jika terjadi kegagalan pasar. Jika pasar
persaingan dari dalam. Karena segala insentif ekonomi yang selama ini didapat tidak
88
Revrisond Baswir, Op. Cit, hal. 89.
89
Martin Manurung, Perkoperasian di Indonesia, Makalah disampaikan dalam seminar
Pendalaman Ekonomi Rakyat Koperasi, Jakarta, 21 Mei 2002, halaman 56
pengesahan atas akta pendirian atau anggaran dasar di hadapan notaris. Sedangkan
koperasi menjadi subjek hukum yang memiliki hak dan kewajiban. Sehingga,
terhadap pihak ketiga dapat dengan jelas dan tegas mengetahui siapa yang dapat
diminta bertanggung jawab atas jalannya usaha badan hukum koperasi tersebut.
melakukan perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUH Perdata) terhadap pihak
ketiga misalnya, akan dapat ditentukan siapa yang bertanggung jawab secara hukum
terhadap tindakan melawan hukum tersebut; apakah badan hukum koperasi, manajer,
dalam koperasi. Sedangkan anggota koperasi hanya akan bertanggung jawab terhadap
kerugian yang diderita oleh koperasi sebatas jumlah simpanan yang mereka setorkan.
Dengan menggunakan logika, maka ketika koperasi sudah berupa badan hukum,
maka secara tegas harus diatur pula tentang hal-hal pembubaran badan hukum
koperasi. Apabila terjadi pembubaran maka para anggota hanya bertanggung jawab
sebatas simpanan pokok, simpanan wajib, dan modal penyertaan yang disetorkannya.
Dalam hal anggota koperasi yang memberikan pinjaman pribadi pada koperasi, ia
mempunyai posisi yang sama dengan para kreditur lain dalam hal menuntut
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga merupakan aturan main dalam
ketentuan dan peraturan yang dibuat oleh para pendiri koperasi atas dasar
koperasi. Maka dapatlah dikatakan bahwa anggaran dasar tersebut berlaku sebagai
dasar sebagai perjanjian haruslah ditaati dan berlaku sebagai undang-undang yang
mengikat bagi pembuatnya (Pasal 1338 KUH Perdata) sebagai kekuatan derivatif dari
hukum perikatan.
mewakili koperasi sebagai badan hukum, baik dimuka Pengadilan maupun di luar
koperasi yang diberikan kuasa atau rapat anggota koperasi untuk melaksanakan
diatur di dalam Pasal 29 sampai dengan Pasal 37. Dari ketentuan pasal-pasal tersebut,
dapat ditarik kesimpulan bahwa pengurus koperasi dipilih dari dan oleh anggota
dalam suatu rapat anggota, untuk masa jabatan selama 5 (lima) tahun, dengan
91
M. Tohar, Permodalan dan Perkreditan Koperasi, Yogyakarta: Kanisius, 2000, hal. 4.
Pengurus akan bertindak atas nama koperasi di dalam dan di luar hukum. Yang
pengadilan atau perlu diminta kesaksiannya mengenai suatu hal yang ada
pejabat pemerintah maka yang memenuhi undangan atau panggilan itu ialah
uang dan dalam hal sebagai jaminan (agunan) utang, maka yang mewakili
Di dalam Pasal 30 UU No. 25 Tahun 1992, tugas pengurus koperasi dalam garis
usaha koperasi maka pengurus harus berusaha menjalankan semua kebijakan dan
rencana kerja yang telah disusun, sehingga usaha koperasi dapat memberikan
koperasi
teknis pelaksanaan rapat anggota yang paling baik. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa anggota koperasi yang bukan pengurus pada umumnya kurang
tugas.
kepada Rapat Anggota atau Rapat Anggota Luar Biasa. Dalam mengelola koperasi
ini, sebagai kuasa rapat anggota, pengurus harus melaksanakan kegiatannya semata-
Sebagai perangkat organisasi dari suatu badan hukum koperasi, yang diberi
untuk dan atas nama badan hukum koperasi yang besangkutan, pengurus
92
Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2001, hal. 89.
tersebut.
Eksistensi yuridis dari koperasi yang telah dipailitkan adalah masih tetap ada
eksistensi badan hukumnya. Dengan dinyatakan pailit tidak muitatis mutandis badan
hukum koperasi menjadi tidak ada. Suatu argumentasi yuridis mengenai proposisi ini
tidaknya atas mandat kurator. Sehingga tidak mungkin jika badan hukum
hukum koperasi telah tiada sementara masih dapat melakukan proses transaksi
tersebut.
Sebagai suatu perkumpulan, koperasi tidak akan mungkin terbentuk tanpa adanya
anggota sebagai tulang punggungnya. Sebagai kumpulan orang bukannya kumpulan modal,
anggota koperasi mutlak penting perannya demi majunya koperasi itu sendiri. Anggota
koperasi merupakan bagian penentu dalam kehidupan koperasi. Semakin banyak anggota
maka semakin kokoh kedudukan koperasi sebagai suatu badan usaha, ditinjau dari segi
organisasi maupun dari sudut ekonomis. Semakin banyak anggota koperasi maka semakin
banyak sebab badan usaha koperasi dikelola serta dibiayai oleh para anggota, hal ini terlihat
dari pemasukan modal koperasi yang bersumber dari simpanan-simpanan para anggota, yang
Di samping itu menurut ketentuan Pasal 17 ayat (1) UU No. 25 Tahun 1992
pengguna jasa koperasi. Hal ini mengartikan bahwa anggota merupakan unsur pembentuk
yang sangat menentukan kehidupan koperasi. Apabila anggota koperasi dapat berperan aktif,
maka koperasi akan maju dan sebaliknya jika anggota hanya dilihat dari daftar namanya saja,
koperasi akan mandeg dan akhirnya akan mati. Dari sini bisa disimpulkan bahwa maju
mundurnya badan usaha koperasi adalah sangat ditentukan sekali dari para anggotanya.
dari para calon anggota, tanpa adanya paksaan apapun dan oleh siapapun. Di dalam
koperasi dijunjung tinggi asas persamaan derajat diantara sesama anggota, serta
adanya jalinan hubungan koordinasi yang harmonis antar sesama anggota, serta tanpa
badan hukum dan badan usaha yang sama sekali tidak memberlakukan pembedaan
Setiap orang yang merasa mempunyai kepentingan dan kebutuhan sama dan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam keanggotaan koperasi dikenal adanya sifat
bebas, sukarela dan terbuka. Di dalam ketentuan Pasal 19 ayat (1) UU No. 25 Tahun
bahwa faktor kesamaan kepentingan dalam usaha koperasi merupakan tolok ukur
untuk menentukan diterima atau tidaknya seseorang/ badan hukum koperasi menjadi
menentukan sikap apakah akan ke luar sebagai anggota ataukah terus sebagai
anggota. Dalam ketentuan Pasal 19 ayat (2) UU No. 25 Tahun 1992 dinyatakan
bahwa keanggotaan koperasi diperoleh maupun diakhiri setelah syarat seperti diatur
sama boleh masuk menjadi anggota koperasi bersangkutan dan siapapun anggota
koperasi yang merasa kepentingannya sudah tidak terwakili dalam koperasi tersebut
boleh ke luar sebagai anggota. Namun demikian, persyaratan untuk masuk sebagai
anggota dan persyaratan untuk keluar sebagai anggota koperasi harus diatur dalam
Anggaran Dasar Koperasi untuk menjaga kestabilan dari koperasi itu sendiri.
dengan koperasi, maka pada umumnya dalam Anggaran Dasar atau dalam Keputusan
1. Syarat masuk atau diterima sebagai anggota koperasi dan syarat keluar atau
yang cukup besar dalam kehidupan koperasi. Sehubungan dengan pailitnya koperasi,
Jika koperasi tidak lagi dapat memenuhi hutangnya terhadap para kreditur, atau jika
Setelah permohonan kepailitan diajukan oleh koperasi atau oleh sakah seorang
93
M. Tohar, OP. Cit . hal. 21
94
Revrisond Baswir, Op. Cit, hal. 49.
bersama-sama.
berlainan dan menerima bagiannya apabila harta kekayaan koperasi yang bangkrut
kekayaan debitur yang ada disita untuk kepentingan semua kreditur yang telah
karena pailit. Dalam menyelesaikan tuntutan para kreditur menurut urutan yang
mereka ajukan, dibuatlah suatu rencana sehingga semua kreditur dengan bukti hutang
menerima bagiannya. Tetapi, bagi koperasi berlaku ketentuan khusus yang mengganti
Hal ini timbul dari struktur koperasi sebagai perhimpunan orang-orang dan
dari bentuk khusus keikutsertaan finansial para anggota. Karena koperasi tidak
mempunyai modal tetap yang stabil seperti dalam perusahaan perseroan, melainkan
modal sahamnya berubah-ubah, maka tanggung jawab koperasi sebagai badan hukum
dasarnya mengenai sejauh mana para anggota akan bertanggung jawab secara
sehingga hanya dapat dilakukan jika harta kekayaan koperasi tidak cukup untuk
bertanggung jawab bagi tuntutan yang belum terselesaikan. Apabila diputuskan jika
koperasi tidak mampu membayar (insolvensi) dan dinyatakan menurut kriteria khusus
ini, maka tidak hanya dewan pengurus namun setiapanggota dewan pengurus
harus menunjuk satu atau beberapa wali pengurus dalam kepailitan. Pada koperasi
yang dinyatakan pailit, biasanya akan berdampak pada harta kekayaannya. Koperasi
yang dibubarkan dapat dipastikan karena mengalami kesulitan dalam usaha atau
keuangan, kecuali karena habis jangka waktu berdirinya. Pada umumnya sisa
Simpanan anggota (pokok dan wajib) akan dipergunakan untuk menutup kewajiban
akibat pembubaran, sehingga tidak ada sisa untuk dikembalikan kepada anggota.
sisa kekayaan dalam jumlah cukup besar, setelah semua kewajiban dipenuhi dan
simpanan anggota dikembalikan sesuai dengan nilai nominal. Sisa kekayaan yang
besar antara lain disebabkan karena kenaikan nilai harta tetap. Contoh imajiner yang
simpanan anggota sebesar 20 juta rupiah untuk membeli tanah dijalan utama Jakarta
(Jalan Sudirman) lima puluh tahun yang lalu yang sekarang mungkin harganya bisa
mencapai 100 milyar rupiah, pasti memiliki sisa kekayaan yang sangat besar dalam
kenaikan nilai kekayaan, (2) adanya dana cadangan yang berjumlah besar, dan (3)
adanya kekayaan yang timbul dari hibah yang diterima oleh koperasi, jika ada. Jika
terlalu besar.
Persoalannya ialah sisa kekayaan tersebut milik siapa dan dipergunakan untuk
apa. Berapa bagiankah milik anggota dan sisanya diberikan kepada siapa. Hak
anggota adalah pengembalian simpanan, jika masih ada sisa kekayaan setelah
bagian yang dikembalikan kepada anggota sangat kecil. Sedang sisa kekayaan lainnya
yang lebih besar dianggap bukan hak anggota, karena sisa kekayaan tersebut
merupakan modal sosial, atau bahkan koperasinya sendiri dianggap milik umum
(public good). Suatu anggapan yang diragukan kebenarannya. Ada ketentuan yang
harus ada pertimbangan dari menteri koperasi, dan berdasarkan Pasal 32 ayat (3)
yang berwenang, Pengurus Koperasi Simpan Pinjam atau Unit Simpan Pinjam yang
diatas, koperasi Sumber Artha Mandiri dapat dinyatakan pailit dan memenuhi seluruh
syarat-syarat sebagaimana telah ditentukan dalam Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 8 ayat (5)
sehingga jika koperasi dibubarkan dan masih memiliki sisa kekayaan mendapat
pengembalian simpanan dengan nilai yang wajar. Jika saran untuk menghitung nilai
simpanan yang disinggung dimuka dapat diterima, yaitu nilai nominal simpanan
ditambah dana cadangan, maka sisa kekayaan setelah koperasi dibubarkan tidak akan
sebagian dari modal itu adalah milik bersama koperasi, perlu diinterpretasikan dengan
tepat. Jika perlu modal milik bersama koperasi tersebut diatur tersendiri oleh masing-
koperasi, dan dapat dibagikan kepada anggota jika koperasi dibubarkan. Dengan
demikian, jumlah sisa kekayaan menjadi betul-betul sisa yang kemudian diserahkan
Hibah yang merupakan bagian dari kekayaan koperasi perlu diatur tersendiri
dalam pembubaran koperasi. Hibah yang diberikan kepada koperasi terutama dari
merupakan hak anggota. Hibah tersebut sebaiknya diberikan kepada koperasi lain,
apalagi hibah berupa barang atau mesin untuk kepentingan pengembangan usaha
koperasi. Seharusnya ketentuan hibah diatur dalam akad hibah antara koperasi dengan
BAB V
A. Kesimpulan
kesimpulan, yaitu:
1. Akibat hukum putusan pailit terhadap harta kekayaan koperasi adalah seluruh
Pada umumnya sisa kekayaan Koperasi yang dibubarkan tidak mencukupi untuk
untuk menutup kewajiban akibat pembubaran, sehingga tidak ada sisa untuk
a. Hambatan biasanya datang dari pihak debitur yang beritikad buruk atau yang
penggelapan investasi pada saat kurator akan mencatat harta debitur, dengan
107
jawab sebatas simpanan pokok, simpanan wajib, dan modal penyertaan yang
pada koperasi, ia mempunyai posisi yang sama dengan para kreditur lain dalam
B. Saran
sehingga kesehatan koperasi sebagai badan usaha dapat terjaga dengan baik dan
mengingat beratnya tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Untuk itu
profesional.
dengan baik dalam hal pemberesan dan pengurusan harta pailit, sehingga dapat
DAFTAR PUSTAKA
BUKU-BUKU:
Ali Achmad, Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, PT.
Gunung Agung Tbk, Jakarta, 2009.
Anoraga Pandji dan Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi ,Cet. Kedua Jakarta:
PT.Rineka Cipta, 1997.
Fuady Munir, 2001. Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Gautama Sudargo, Komentar atas Peraturan Kepailitan Baru Untuk Indonesia, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1998.
Hadikusuma Sutantya Rahardja, Hukum Koperasi Indonesia, Cet. II. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2001.
Lontoh Rudy Ed., Penyelesaian Utang Melalui Pailit atau Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang , Alumni: Bandungi, 2001.
109
Lubis, M. Solly Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Madju, Bandung, 1994.
Nasution Bismar dan Sunarmi, 2007, Hukum Kepailitan, Medan: Diktat Program
Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Nating Imran, Peranan dan Tanggung Jawab Kurator dalam Pengurusan Dan
Pemberesan Harta Pailit, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.
Rahardjo Satjipto, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Cetakan ke – V Bandung, 2000.
Rahardjo Satjipto, Ilmu Hukum cetakan ke enam 2006, Penerbit PT. Citra Adtya
Bakti, Bandung, 2006.
Rasjidi Lili dan I. B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remaja
Rosdakarya, Bandung, 1993.
Salim H. S. 2003. Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak ,Sinar
Grafika, Bandung.
Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Penerbit Radjawali Press, Jakarta, 1990
Untung Budi ¸ Hukum Koperasi dan Peran Notaris Indonesia, Hukum Koperasi dan
Peran Notaris Indonesia, Yogyakarta, Andi, 2005
Tanya Bernard L., Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi,
Genta Publishing, Yogyakarta, 2010.
Yani Ahmad & Gunawan Widjaya, Seri Hukum Bisnis Kepailitan, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2002.
KARYA ILMIAH
Raharjo Dawam, Apa Kabar Koperasi Indonesia, Makalah, Jum’at, 2 Agustus 2002.
PERUNDANG-UNDANGAN: