TESIS
OLEH:
YANTI ARNILIS
NIM : 177005017/HK
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Ilmu
Hukum dalam Program Studi Ilmu Hukum pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
YANTI ARNILIS
NIM : 177005017/HK
Keistimewaan dari jaminan fidusia yakni objek yang dibiayai oleh lembaga
pembiayaan juga merupakan objek jaminan atas kontrak bisnis para pihak, penguasaannya
justru dikuasi oleh konsumen atau debitur itu sendiri bukan di dalam penguasaan kreditur.
Salah satu wujud dari pemberian kepastian hukum hak–hak kreditur adalah dengan
mengadakan lembaga pendaftaran jaminan fidusia. Konsekuensi yuridis bagi kreditur yang
tidak mendaftarkan akta jaminan fidusia yaitu tidak mendapat perlindungan sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang No 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah akibat hukum bagi kreditur yang tidak
mendaftarkannya objek jaminan fidusia, pelaksanaan eksekusi objek jaminan fidusia yang
tidak didaftarkan pada Bank BRI cabang Takengon dan PT. Mandala Finance dan hambatan-
hambatan dan upaya yang dilakukan oleh BRI cabang Takengon dan PT. Mandala Finance
dalam melakukan eksekusi objek jaminan yang tidak didaftarkan.
Jenis metode penulisan yang diaplikasikan dalam penelitian ini adalah penelitian
hukum normatif, objek dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan, mensistemasikan dan
menganalisis norma-norma hukum positif di Indonesia yang pengaturannya berkenaan
dengan eksekusi jaminan fidusia.
Akibat hukum bagi kreditur yang tidak mendaftarkan objek jaminan fidusia
adalahtidak melahirkan hak kebendaan jaminan fidusia bagi Bank maupun perusahaan
pembiayaan selaku kreditur, kreditur tidak mempunyai hak preferen, kreditur tidak dapat
melakukan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia, kreditur tidak dapat meminta
pengamanan eksekusi kepada Kepolisian. Hambatan yang menjadikan BRI cabang Takengon
sulit untuk melaksanakan eksekusi adalah adanya ketentuan yang mengatur tentang jumlah
minimal nilai objek jaminan yang dapat didaftarkan yaitu Rp. 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah), proses eksekusi membutuhkan waktu yang lama, objek jaminan fidusia musnah,
penerima fasilitas atas nama, nilai barang yang menjadi objek jaminan berkurang dan debitur
pindah alamat, dan hambatan yang tidak termasuk dalam katagori hukum adalah masyarakat
kurang paham mengenai jaminan fidusia. Hambatan bagi PT. Mandala Finance dalam
eksekusi adalah PT. Mandala Finance tidak dapat melakukan eksekusi karena tidak
mendaftarkkan objek jaminan fidusia pada Kantor Pendaftaran Fidusia. upaya yang dilakukan
BRI cabang Takengonadalah dengan kesepakatan, eksekusi dengan menggunakan perjanjian
penyerahan hak kepemilikan secara kepercayaan terhadap barang, melalui gugatan sederhana
dan mendaftarkan kembali jaminan fidusia. Upaya yang dapat dilakukan PT. Mandala
Finance dalam eksekusi objek jaminan yang tidak didaftarkan adalah dengan surat kuasa
penarikan dan negosiasi kepada debitur.
Kata kunci : Eksekusi, Jaminan Fidusia, Kreditur
1
Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara.
2
Ketua Komisi Pembimbing
3
Dosen Pembimbing
4
Dosen pembimbing
1
A student in Study of Master Jurisprudence, University of Sumatera Utara Program
2
A Head of Supervising Board
3
Supervisor
4
Supervisor
ii
Puji dan syukur saya ucapkan kepada kehadirat Allah SWT atas kesehatan dan
kesempatan yang diberikan kepada saya dapat menyelesaikan tesis ini. Adapun judul
tesis yang saya teliti adalah EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA YANG
Pada Bank BRI Cabang Takengon dan PT. Mandala Finance cabang takengon).
kerendahan hati, saya mengharapkan saran dan kritik dalam penyempurnaan tesis ini.
Secara khusus saya mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua saya
Bapak Sabran dan Ibu Radiah, telah membantu dalam usaha dan doa sehingga
perkuliahan dapat berjalan lancar sampai kepada penyelesaian tesis ini. Dalam
penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, terlebih kepada :
2. Prof. Dr. Sunarmi, SH. M.Hum. Selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
3. Prof. Tan Kamello, SH. MS. Selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
4. Prof. Dr. Sunarmi, SH.M.Hum. selaku Dosen Pembimbing II, yang telah
iii
membimbing dan meberikan saran dan petunjuk dalam penulisan tesis ini.
7. Para staf dan pegawai di Program Studi Magister Ilmu Hukum, Fakultas
8. Selurus staf dan karyawan BRI Cabang Takengon dan PT. Mandala Finance.
10. Seluruh pihak yang turut serta membantu dalam penulisan tesis ini.
Akhir kata saya berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi setiap orang atau
Medan,29Juli 2019
YANTI ARNILIS
iv
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABTRACT ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
vi
vii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebijaksanaan pembangunan secara makro,
kredit harus merata agar semua lapisan masyarakat ikut berperan serta dalam
pihak bank bagi pengusaha menengah keatas tidak begitu sulit untuk mendapatkan
oleh pihak bank dapat mereka penuhi dengan baik dalam keyakinan bank atas watak,
kemampuan dan modal. Prospek usaha dan jaminannya karena pengusaha tersebut
mempunyai kemampuan yang lebih dibanding dengan para pengusaha kecil ditambah
pembangunan. Kredit sangat vital bagi pembangunan ekonomi, karena itu kredit
9
Yurizal, aspek pidana dalam Undang – Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia, (Malang : media Nusa Creative). Hlm 2
10
Ibid, hlm 3.
1
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
pengusaha, baik pengusaha besar atau pun pengusaha menengah maupun pengusaha
kecil.11
Dalam kehidupan sehari – hari keperluan akan dana guna menggerakkan roda
disisi lain ada juga sekelompok masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk
berusaha tetapi terhambat di dana, bahkan banyak pada kalangan masyarakat yang
sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk berusaha dan tidak memiliki dana
sama sekali. Untuk dipertemukan keduanya maka diperlukan intermediary yang akan
bertindak selaku kreditor yang bisa menyediakan dana bagi debitor. Dari sinilah
Jaminan dalam rangka pemberian kredit dapat dibedakan atas dua bagian
yaitu jaminan atas benda bergerak dan jaminan atas benda tidak bergerak atau benda
tetap. Jaminan merupakan sesuatu yang diberikan oleh debitur kepada kreditur untuk
memberikan keyakinan atau kepastian kepada kreditur, bahwa debitur akan mampu
membayar utangnya dengan yang diperjanjikan. Hal ini bisa dimaklumi karena setiap
11
Ibid, hlm. 1
12
Agra Putra Abdi Laksana, Perjanjian 9kredit pada koperasi simpan pinjam (KSP) dengan
jaminan fidusia yang tidak didaftarkan, http://repository.unej.ac.iddiakses pada tanggal 15 Januari
2019.
13
Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok – Pokok Hukum Jaminan
dan Jaminan Perorangan,cetakan ke 4 (Yogyakarta: Liberty,2007), hlm. 2
Secara garis besar, dikenal dua macam bentuk jaminan yaitu jaminan
jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda yang mempunyai hubungan
mengikuti bendanya dan dapat dialihkan, tujuan dari jaminan yang bersifat kebendaan
ini bermaksud memberikan hak verhaal kepada kreditor, terhadap hasil penjualan
benda–benda tertentu dari debitor untuk pemenuhan piutangnya. Selain itu hak
kebendaan dapat dipertahankan terhadap siapapun juga, yaitu terhadap mereka yang
memperoleh hak baik berdasarkan atas hak yang umum maupun khusus, juga pada
Jaminan yang paling disukai bank adalah jaminan kebendaan. Salah satu jenis
jaminan kebendaan yang dikenal dalam hukum positif adalah jaminan fidusia.
14
Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan (Bandung :
PT. Alumni, 2006). Hlm 2.
Sebagai lembaga jaminan atas benda bergerak jaminan fidusia banyak dipergunakan
oleh masyarakat bisnis. 15 Jaminan yang diminta bank atau non bank dapat berupa
jaminan pokok dan jaminan tambahan. Jaminan pokok berupa barang, proyek atau
hak tagih yang dibiayai dengan kredit tersebut, sedangkan jaminan tambahan adalah
Jaminan fidusia ini diberikan kepada pihak kreditur oleh lembaga pembiayaan.
pemberian jaminan tersebut nantinya akan berguna bagi lembaga pembiayaan dalam
hal eksekusi benda jaminan.17 Dengan kata lain, apabila debitur wanprestasi atau
yang sudah waktunya ditagih, maka dalam peristiwa seperti itu, kreditur dapat
tersebut.
15
Ibid, hlm. 2
16
Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang
tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak
tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan yang ettap berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan
utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap
kreditor lainnya. Dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia.
17
Rega Satya Rachellariny, “eksekusi objek jaminan fidusia yang tidak didaftarkan lembaga
keuangan non bank”, privat law vol. IV, 2016. Hlm 2.
dan sekaligus memenuhi kebutuhan sangat besar yang terus meningkat bagi dunia
pengusaha besar saja, tetapi juga digunakan oleh masyarakat pada umumnya.
Keistimewaan dari jaminan fidusia yakni objek yang dibiayai oleh lembaga
pembiayaan yang juga merupakan objek jaminan atas kontrak bisnis para pihak,
penguasaannya justru dikuasi oleh konsumen atau debitur itu sendiri bukan didalam
debitur di samping menjadi sebuah solusi bagi para debitur yang membutuhkan dana
dalam jumlah besar yang sekaligus menjadi objek pembiayaan yang nantinya
penguasaannya justru tetap berada di tangan para debitur. Hal ini tentunya berbeda
kreditur.19
Salah satu wujud dari pemberian kepastian hukum hak–hak kreditur adalah
pendaftaran itu tidak lain adalah untuk menjamin kepentingan dari pihak yang
18
Munir Fuadi, Hukum Tentang Pembiayaan dalam Teori dan Praktek, (Bandung : Citra
Aditya Bakti, 2002). Hlm.248.
19
Hadi Setia Tunggal, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia, (Jakarta : Harvarindo, 2006). Hlm.2.
20
Diatur pada pasal 11 Undang-Undang No 42 Tahun 1999, yang menyatakan bahwa : (1)
benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib didaftarkan. (2) dalam hal benda yang dibebani
dengan jaminan fidusia berada di luar negaraa Republik Indonesia, kewajiban sebagaimana dimaksud
ayat (1) tetap berlaku. Dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia.
menerima fidusia. Lebih dari itu, dalam penjelasan ternyata bahwa kepentingan yang
dilindungi lebih luas, sebab kepastian hukum ditujukan kepada para pihak yang
fidusia berdasarkan perjanjian jaminan khusus, oleh karena itu kreditur berkewajiban
untuk mendaftarkan akta jaminan fidusia yang dibuat oleh Notaris untuk medapatkan
Dengan diaturnya data–data yang harus termuat dalam akta jaminan fidusia
secara tidak langsung memberikan pegangan yang kuat bagi kreditur, khususnya
mengenai tagihan mana yang dijamin dan besarnya nilai jaminan, yang menentukan
hutang yang akan datang tentunya diberikan untuk menampung kebutuhan praktek
mendudukan kreditur menjadi kreditur separatis dengan segala hak istimewa yang
berlaku pada pihak kreditur sedangkan debitur tidak memiliki kepentingan atas
didaftarkan atau tidaknya jaminan tersebut, bahkan debitur akan lebih diuntungkan
21
J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, (Bandung : Citra Aditya
Bakti, 2002), hlm 143
22
Witanto, Hukum Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen, (Bandung :
Mandar Maju, 2015). Hlm 174
seandainya benda yang diserahkan sebagai jaminan fidusia tidak didaftarkan oleh
pihak kreditur.23
pembiayaan bagi konsumen sewa guna usaha (leasing)24, anjak piutang (factoring25).
jaminan fidusia bagi objek benda jaminan fidusia. Prakteknya lembaga pembiayaan
menyediakan barang bergerak yang diminta konsumen (seperti motor atau mesin
industri) kemudian diatas namakan konsumen sebagai debitor secara fidusia. Artinya
debitor sebagai pemilik atas nama barang menjadi pemberi fidusia kepada kreditor
Praktek sederhana dalam jaminan fidusia adalah debitor / pihak yang punya
barang mengajukan pembiayaan kepada kreditor, lalu kedua belah pihak sama – sama
sepakat menggunakan jaminan fidusia terhadap benda milik debitor dan dibuatkan
penerima fidusia akan mendapat sertifikat jaminan fidusia maka kreditor serta merta
mempunyai hak eksekusi langsung (parate eksekusi), seperti terjadi dalam pinjam
23
Ibid, hlm 175.
24
Leasing atau equipment funding, yaitu pembiayaan peralatan atau barang modal untuk
digunakan pada proses produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam,
Jurnal Ekonomi islam. Vol. I, No2, Desember 2007.
25
Factoring atau anjak piutang adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang
dagang dalam jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut, dalam
keputusan Menteri Keuangan No. 84 /PMK.012/2006.
Tahun 1999 tentang jaminan fidusia tidak menyatakan secara tegas dan jelas terkait
menyebutkan secara tegas terkait dengan sanksi hukum yang diberikan kepada
lembaga pembiayaan bank maupun non bank atas tidak didaftarkannya jaminan
jangka waktu kreditnya hanya berlangsung selama tidak lebih dari satu tahun, nilai
pinjaman kecil dan debiturnya sudah dikenal dengan baik oleh bank yang
26
Yosef Warmanto Panggabean, sanksi hukum terhadap lembaga perbankan yang tidak
mendaftarkan jaminan fidusia dalam praktik pembiayaan kredit pemilikan mobil (studi pada PT. Bank
X), dalam hasis penelitian tesis. Hlm 7.
27
Ibid, Hlm 8
wanprestasi.28 Dan dilihat dari faktor biaya yang ditentukan dalam pendaftaran
Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, 30 sebagaimana sesuai dengan amanat undang-
diatur dalam undang-undang tersebut, pembebanan benda dengan akta jaminan fidusi
harus dibuat dengan akta otentik dan dicatatkan dalam Buku Daftar Fidusia. Jika
Fidusia.
pelaksanaan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia yang dilakukan oleh lembaga
jaminan fidusia, namun fakta di lapangan pelaksanaan eksekusi yang dilakukan oleh
lembaga pembiayaan bank atau pun non bank tidak memenuhi aturan undang–undang
yang berlaku. Tidak jarang di pelaksaan eksekusi yang dilakukan oleh lembaga
28
Op.Cit. Hlm 214
29
PP No. 21 Tahun 2015 Pasal 18 menyebutkan bahwa : pembuatan akta jaminan fidusia
dikenakan berdasarkan biaya yang besarnya ditentukan berdasarkan nilai penjamin, dengan ketentuan
sebagai berikut :
a Nilai penjaminan sampai dengan Rp. 100.000.000,00, biaya pembuatan akta paling banyak
2,5% .
b Nilai penjaminan diatas Rp. 100.000.000,00 sampai dengan Rp. 1.000.000.000,00, biaya
pembuatan akta paling banyak 1,5%
c Nilai penjaminan diatas Rp. 1.000.000.000,00 biaya pembuatan akta berdasarkan kesepakatan
antara Notaris dengan para pihak, tetapi tidak melebihi 1% dari objek yang dibuatkan
aktanya.
30
Op.cit, Hlm 216
pembiayaan terjadi penyimpangan. Lembaga pembiyaan atau pihak bank juga dapat
perjanjian dibawah tangan karena tidak ada akta notaris sebagai kekuatan hukum
perjanjian tersebut.
Pemberi kredit di bank atau pun dilembaga pembiayaan non bank juga sering
sekali tidak mendaftarkan jaminan fidusia pada Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia
dibawah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia maka apa yang terjadi di dalam
prakteknya dan apa yang diharapkan oleh Undang–Undang Jaminan Fidusia tidak
tercapai. Dengan latar belakang tersebut antara peraturan yang ada dengan kenyataan
yang tidak didaftarkan dalam pelaksanaan eksekusi tidak seperti yang diharapkan,
dibutuhkan solusi yang cocok untuk mengsinkronkan antara aturan yang ada dengan
penjaminan secara fidusia adalah PT. Mandala Finance yang disahkan berdasarkan
meliputi sewa guna usaha, anjak piutang, usaha kartu kredit dan pembiayaan
konsumen, yang sampai saat ini perusahaan menfokuskan diri pada kegiatan usaha
31
Anonim, Sejarah, visi dan misi, http://mandalafinance.com/tentang-kami/sejarah-visi-misi/ ,
diakses pada tanggal, 26 Maret 2019.
10
Mandala Finance cabang Takengon belum ada nya dilakukan pendaftaran jaminan
fidusia, dan pengikatan objek jaminan hanya melalui perjanjian dibawah tangan saja,
Pada lembaga perbankan yaitu pada bank BRI cabang Takengon salah satu
bank BRI cabang Takengon ini pendaftran jaminan fidusia hanya untuk objek
jaminan yang senilai dari Rp. 50.000.000,00 (Lima Puluh Juta) keatas yang
didaftarkan, sebaliknya objek jaminan yang nilai nya dibawah Rp.50.000.000,- hanya
melakukan perjanjian dibawah tangan antara pihak bank sebagai kreditur dengan
pihak debitur.
Objek Jaminan Fidusia Yang Tidak Didaftarkan Dan Akibat Hukumnya Bagi
Kreditur Dan Debitur (Studi Pada Bank BRI Cabang Takengon dan PT. Mandala
B. Permasalahan
jaminan fidusia ?
didaftarkan pada Bank BRI cabang Takengon dan PT. Mandala Finance ?
11
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis akibat hukum bagi kreditur dan debitur dari tidak
jaminan pada Bank BRI cabang Takengon dan PT. Mandala Finance
didaftarkan pada Bank BRI cabang Takengon dan PT. Mandala Finance
perundang-undangan.
didaftarkan.
12
D. Manfaat Penelitian
disiplin ilmu hukum yang ditekuni oleh peneliti maupun praktis kepada para praktisi
hukum.32
1. Secara teoretis.
perdata khususnya.
32
Ediwarman, Metode Peneitian Hukum, Panduann Penulisan Skripsi, Tesis dan
Disertasi.(Yogyakarta : Genta Publishing, 2016). Hlm. 63.
33
Ibid, hlm 63
13
penerima fidusia.
2. Secara praktis
E. Keaslian Penelitian
judul “Eksekusi Jaminan Fidusia yang Tidak Didaftarkan dan Akibat Hukumnya Bagi
Kreditur dan Debitur, Studi pada Bank BRI cabang Takengon dan PT. Mandala
Finance”. Merupakan penelitian baru dan asli sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu
14
jujur, rasional dan objektif dan terbuka sehingga penelitian ini dapat
penelitian ini.
sama, maka peneliti melakukan pengumpulan data dan juga pemeriksaan terhadap
hasil-hasil penelitian yang ada. Berdasarkan hasil observasi, ada beberapa penelitian
masalah :
jaminan fidusia ?
hukum nasional ?
15
masalah :
dalam kepailitan ?
membahas tentang sanksi hukum terhadap perbankan yang tidak mendaftarkan objek
jaminannya. Dan pada penelitian kedua dari Anggiat Ferdinan, yang membahas
tentang kekuatan eksekutorian dari sertifikat jaminan fidusia. Dari kedua penelitian
tesebut belum ada yang membahas tentang eksekusi objek jaminan fidusia yang tidak
didaftarkan dan akibat hukumnya bagi kreditur dan debitur khususnya pada pada
bank BRI cabang Takengon dan pada PT. Mandala Finance, oleh karena itu
16
1. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah bagian penting dalam penelitian. Artinya teori hukum
harus dijadikan dasar dalam memberikan deskripsi atau penilaian apa yang
teoretis.34 Penelitian ini merupakan penelitian hukum, maka kerangka teori diarahkan
secara ilmu hukum dan mengarahkan diri kepada unsur hukum. Soejono Soekanto
aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori”. 35 Fungsi teori
membuat prediksi atas dasar penemuan dan menyajikan penjelasan yang dalam hal ini
untuk menjawab pertanyaan. Artinya teori merupakan suatu penjelasan rasional yang
berkesesuaian dengan objek yang dijelaskan dan harus didukung oleh fakta empiris
untuk dapat dinyatakan benar. Ada beberapa teori yang dipakai dalam penelitian ini
yaitu teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori sistem hukum.
34
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta : Universitas Gajah Mada
Press, 2003). Hlm 39.
35
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005).
Hlm. 6.
17
Kepastian hukum berarti dengan adanya aturan hukum yang jelas dan tegas,
maka setiap orang mengetahui dan menjalankan apa yang menjadi kewajiban dan
Oleh karena itu kepastian hukum dimaknai dapat memberikan jaminan perlindungan
hukum. Dengan demikian kendatipun keadalian bukan merupakan tujuan hukum satu
– satunya akan tetapi tujuan hukum yang paling substantif adalah keadilan.38
Ajaran kepastian hukum ini berasal dari ajaran Yuridis Dogmatik yang
melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom yang mandiri, karena bagi penganut
36
Soejono Soekanto A, Beberapa Permasalahan Hukum dalam Kerangka Pembangunan
Indonesia, (Jakarta :UI Press, 1974). Hlm 56.
37
Heo Hujibers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, (Yogyakarta: Kanisius, 1982). Hlm
163.
38
Domikinos Rato, Filsafat Hukum Mnecari dan memahami hukum, (Yogyakarta : Laksbang
Pressindo,2010). Hlm 59.
18
aliran ini hukum tak lain dari sekedar menjamin terwujudnya kepastian hukum.
Kepastian hukum itu diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang hanya membuat
suatu aturan hukum yang bersifat umum. Sifat umum dari aturam-aturan hukum
yang mengatur tentang lembaga perbankan atau non perbankan dalam melakukan
pendaftaran jaminan fidusia agar memberikan kepastian hukum kepada para pihak
yang berkepentigan. Dan dengan adanya kepastian hukum dalam pendaftaran akta
jaminan fidusia akan dapat memberikan jaminan perlindungan bagi setiap orang,
mengingat kepastian hukum itu sendiri adalah alat atau syarat untuk memberikan
39
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Suatu Kajian Filosofis dan Sosiogis, (Jakarta
:TokoGunung Agung 2002). Hlm 82-83
19
berkembang pesat di dunia komunitasnya atau dalam bernegara, hal ini dipengaruhi
Keberlakuan ini secara langsung tidak memiliki relevansi dengan kepastian hukum,
karenamya hukum akan bersifat statis tanpa adanya penyesuaian antara hukum dan
Untuk itu perlu hukum yang kontekstual, dalam arti dapat mengakomodir
praktik–praktik sosial di masyarakat dengan diatur oleh norma dan hukum. Ajaran
ajaran hukum yang diterapkan, menurut Jhonson “agar tercipta korelasi antara hukum
dan masyarakatnya, yaitu hukum sosial yang lebih kuat dan lebih maju daripada
ajaran–ajaran yang diciptakan oleh hukum perorangan.42 Artikulasi hukum ini akan
mencitakan hukum yang sesuai cita–cita masyarakat. Karenanya muara hukum tidak
hanya keadilan dan kepastian hukum, akan tetapi aspek kemanfaatan juga harus
terpenuhi.
disamping keadilan dan kepastian hukum. Dilanjutkan tujuan hukum itu adalah untuk
kemanfaatan bagi seluruh orang. Teori ulititas (utilitarialisme) atau teori kemanfaatan
yang dipelopori oleh Jeremy Bentham dan selanjutnya dikembangkan oleh Jhon
40
Sudikno Mertokusuo, Teori Hukum, Cetakan ke 1 (Yogyakarta : Universitas Atma Jaya,
2011). Hlm 16.
41
Suwardi Sagama, “Analisis Konsep Keadilan, Kepastian Hukum dan Kemamfaatan dalam
Pengelolaan Lingkungan”, Mazhab Jurnal Pemikiran Hukum Islam. Vol XV 2016. Hlm 14
42
Alvin S Jhonson, Sosiologi Hukum, Cetakan ke 3 (Jakarta : Asdi Mahastya,2006). Hlm.
204.
20
Stuart Mill. Utilitarialisme disebut lagi suatu teleologis (telos = tujuan, dalam bahasa
Yunani), sebab menurut teori ini kualitas etis suatu perbuatan diperoleh dengan
dicapainya tujuan pembuatan. Perbuatan yang memang bermaksud baik tetapi tidak
baik adalah apabila aplikasi norma hukum memberikan kemanfaatan yang baik bagi
mengutamakan rakyat.
jaminan fidusia kepada kantor pendaftaran fidusia maka penerima fidusia akan
eksekutorial, yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap. Sertikat jaminan fidusia tersebut dapat digunakan untuk melakukan
eksekusi terhadap objek jaminan fidusia jika sewaktu-waktu pemberi fidusia cidera
janji.
43
K. Bertens, Etika dan Etiket, Pentingnya Sebuah Perbedaan, (Yogyakarta : Kanisius,
1989), hlm 67.
21
Salah satu tokoh yang cukup dikenal yang menganggap hukum sebagai
Pengadilan dan institusi hukum lainnya harus dapat menjamin tegaknya hukum dan
keadilan. Diantara institusi di atas apabila tanpa sumber daya berkualitas, niscaya
hukum hanya ada diatas kertas.44 Komponen substansi adalah segala produk yang
dikeluarkan oleh masyarakat, baik yang sifatnya tertulis maupun yang tidak tertulis,
mempunyai hubungan dalam sistem hukum. Bagaimana pun hukum itu dibuat
sebagai institusi dan nilai serta sikap akan mempengaruhi prilaku masyarakat baik
44
Mahmud Kusuma, Menyelami Semangat Hukum Progresif : TerapiParadigma Bagi
Lemahnya Hukum Indonesia, (Yogyakarta : Antonylib, 2009). Hlm 96.
45
Ibid, hlm 97
46
Ibid, hlm 98
47
Ariya Zurnetti dan Himawan Ahmed Sanusi, “Perkembangan Pertentangan Hukum Suatu
Sistem Dalam Perspektif Penegekan Hukum Di Indonesia”. Jurnal Normatif , Vol 5Tahun 2017. Hlm
4.
22
bahwa:48
Penelitian tesis ini difokuskan pada sistem hukum dalam budaya hukum yang
menyangkut sikap masyarakat terhadap hukum dan sistem hukum yaitu terhadap
pendaftaran jaminan fidusia yang merupakan suatu kewajiban para pihak untuk
Unsur – unsur hukum bekerja secara integral satu dengan yang lainya agar
tujuan dari hukum dapat tercapai, yaitu keadilan, kepastian dan kemanfaat dari suatu
hukum. Tercapainya suatu hukum dapat menekan kepada para pihak yang melakukan
perjanjian kredit dengan jaminan fidusia agar mendaftarkan objek jaminan fidusia
yang diatur dalam Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia.
2. Kerangka konseptual
Konsepsi merupakan salah satu bagian terpenting dari teori peranan konsep
dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara
48
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum : Suatu Pengantar (Yogyakarta : Universitas
Atma Jaya Yogyakarta, 2010). Hlm 115
23
abstaksi dan realitas.49 Peranan konsep dalam penelitian adalah sebagai suatu upaya
baru yang lebih konkrit, jelas dan tegas yang disebut Operational Definition. Definisi
operational memainkan peranan yang sangat penting guna menghindari adanya suatu
perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubitus) atau bahkan kesalahan sebuah
interprestasi dari istilah yang digunakan. Oleh karena itu didalam penelitian ini
Undang-Undang.52
49
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Raja grafindo Persada, 1998). Hlm 3.
50
Pasal 1 angka 1 Undang – Undang No. 10 Tahun 2008 tentang Perbankan.
51
Pasal 1 angka 2 undang-undang No 10 Tahun 2008 tentang Perbankan.
52
Pasal 1 ayat (9) Undang-Undang No 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
24
fidusia.56
53
Pasal 1 ayat (8) Undang-Undang No 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
54
Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
55
Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang No 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
56
Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang No 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
57
Tan Kamello , Hukum Jaminan fidusia, suatu kebutuhan yang didambakan, (Bandung : PT.
Alumni, 2004). Hlm 31
25
j Objek jaminan fidusia adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan
hipotik.59
58
Ibid, hlm 31.
59
Ibid, hlm. 32.
26
pendaftaran.61
G. Metode Penelitian
suatu rangkaian sebab akibat dan menemukan jawaban ilmiah terhadap permasalahan.
Setiap penelitian berangkat dari ketidaktahuan dan berakhir pada suatu keraguan, dan
selanjutnya berangkat dari keraguan dan berakhir pada suatu hipotesis. 62 Peter
Marzuki merumuskan:63
27
Suatu karya ilmiah selalu disusun berdasarkan data – data yang benar dan
bersifat objektif sehingga dapat diuji kebenarannya, serta tunduk pada suatu
ini dikonsepsikan sebagai sekumpulan asas dan kaidah – kaidah hukum dalam
karena itu, pada awal penelitian ini mengkaji tentang norma – norma hukum yang
terdapat dalam Undang – Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriftif analitis, yang artinya adalah
28
sistematis, faktual dan akurat tentang bagaimana akibat hukum dari eksekusi jaminan
2. Sumber Data
Dalam penelitian pada umumnya dibedakan antara data yang diperoleh secara
langsung dari masyarakat dan dari bahan–bahan pustaka. Yang diperoleh langsung
dari masyarakat dinamakan data primer (data dasar), sedangkan yang diperoleh dari
bahan – bahan pustaka lazimnya dinamakan data sekunder.65 Dalam penelitian hukum
normatif digunakan data sekunder, adapun data yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Bahan hukum primer yaitu bahan – bahan hukum yang mengikat pada
64
Ibrahim Johni, Teori dan Metodelogi Hukum Normatif (Malang : Bayu Media Publishing,
2005), hlm 336.
65
Soerjono soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada), hal 12.
29
bahan hukum primer dan sekunder, seperti Kamus Hukum dan Kamus
66
Ibid, hlm 13
30
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni studi
pustaka (Library Research) dan studi lapangan (Field Research). studi pustaka
yang meliputi bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer
dengan mengumpukan data serta informasi yang diperoleh langsung dari responden
Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah studi
tulisan yang pernah dibuat sebelumnya. 67 Wawancara adalah cara untuk memperoleh
informasi dengan bertanya langsung pada informan, yang merupakan suatu proses
interaksi dan komunikasi.68 Yang menjadi Informan pada penelitian ini adalah pihak
bank BRI yaitu bagian Administrasi kredit dan pihak PT. Mandala Finance yang akan
bagian kredit.
67
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta : Yayasa Obor Indonesia, 2008. Hlm
2.
68
Ediwarman, Op.Cit. hlm 81
31
4. Analisis Data
mengurutkan data ke dalam sebuah pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukan sebuah tema serta dapat juga dirumuskan suatu hipotesis kerja
seperti yang disarankan data.69 Metode yang digunakan untuk mengalisis data adalah
analisis data secara kualitatif yaitu masalah yang diselidiki dengan menggambarkan
menjadi objek penelitiannya adalah eksekusi objek jaminan fidusia yang tidak
didaftarkan dan akibat hukumnya kepada para pihak yang melakukan pengikatan
jaminan.
deduktif yaitu proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap
69
Ibid, hlm 103
70
Op.Cit. hln 88
71
Op.Cit. hlm 89.
32
BAB II
para ahli adalah karena ketentuan undang–undang yang mengatur tentang lembaga
kebendaan, yaitu hak gadai dan hipotek. Secara umum orang mengatakan bahwa hak
gadai adalah hak jaminan untuk barang yang bergerak, dan hipotek untuk barang
Pada mulanya kedua pranata jaminan tersebut dirasa cukup untuk memenuhi
pertanian yang melanda negara–negara Eropa pada pertengahan sampai akhir abad ke
kredit. Pada waktu itu tanah sebagai jaminan kredit kurang populer dan kreditor
72
O.K. Brahn, Penggadaian Diam – Diam dan Retensi Milik Menurut Hukum yang Sekarang
dan yang Akan Datang, TataNUSA, (Jakarta-Indonesia, 2001). Hlm 11.
33
33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
pengambilan kredit sama saja dengan bunuh diri. Apakah artinya kredit yang
/ berada pada pemegang gadai, sebagaimana yang diatur dalam pasal 1152
KUH Perdata. Ini merupakan hambatan yanng berat bagi gadai atas
34
perdagangan;
Berbagai kelemahan diatas, dalam praktik timbul lembaga baru, yang disebut
negeri Belanda mendapat tantangan yang keras dari yurisprudensi karena dianggap
menyimpang dari ketentuan pasal 1152 BW. Tidak memenuhi syarat tentang harus
Fidusia. Sebelum Undang-Undang ini dibentuk lembaga jaminan ini disebut dengan
73
Salim HS, Peerkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2014). Hlm 57.
35
berbagai macam nama. Zaman Romawi menyebutnya “Fidusia cum creditore” Asser
Fidusia dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah “penyerahan hak milik
secara kepercayaan”. Dalam terminologi Belanda nya sering disebut dengan istilah
Inggris nya secara lengkap sering disebut istilah Fidusiary Transfer of Ownership.75
Fidusia adalah lembaga yang berasal dari sistem hukum perdata barat 77 yang
eksistensi dan perkembangannya selalu dikaitan dengan civil law. istilah civil law
berasal dari kata latin jus civile, yang diperlakukan kepada masyarakat Romawi.
74
Mariam Darus Badrulzaman, Bab Tentang Kredit Verband, Gadai dan Fidusia, (Bandung:
Citra AdityaBakti 1983). Hlm. 90
75
Munir Fuady. Jaminan Fidusia, cetakan kedua, (Bandung: citra adytia bakti, 2003) Hlm 3.
76
Ibid, Hlm 4
77
Di Indonesia, dalam pandangan tradisionil, potensi fidusia ini sudah cukup lama dikenal
dalam kehidupan masyarakat dengan sebutan “boreh”. R. Soebekti, Suatu Tinjauan Tentang Sistem
Hukum Jaminan Nasional, kertas kerja pada seminar hukum jaminan, Bina Cipta tahun 1081. Hlm. 29.
36
Lembaga jaminan fidusia sudah dikenal sejak zaman Romawi, pada masa itu orang
Kedua bentuk fidusia tersebut timbul dari perjanjian yang disebut pactum
fidusiae yang kemudian diikuti dengan penyerahan hak atau in iure cessio. Dari kata
cum creditore dapat diduga bahwa debitur akan mengalihkan kepemilikan atas suatu
Dilihat dari isi perjanjian yang disepakati dalam bentuk fidusia cum creditore,
maka ada beberapa hal yang penting sebagai unsur dalm hubungan hukum antara
debitur dengan kreditur yakni: pertama, debitur mengalihkan kepemilikan atas benda
kepada kreditur; kedua, benda yang diserahkan adalah sebagai jaminan hutang;
ketiga, secara fisik benda yang dijadikan jaminan hutang dikuasa oleh debitur;
keempat, kreditur berkewajiban mengembalikan hak milik atas benda kepada debitur
dalam kepemilikan kreditur bukan berarti bahwa kreditur dapat melakukan sesuatu
terhadap benda itu secara bebas dan tidak terbatas. Debitur percaya bahwa kreditur
78
Oey Hoey Tiong, Fidusia Sebagai Jaminan Unsur-unsur Perikatan,(Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1985). Hlm 35.
79
Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan (Bandung :
PT. Alumni, 2006). Hlm 42.
80
Ibid. Hlm 42.
37
tidak akan menyalahgunakan hak tersebut walaupun tidak ada undang-undang atau
itu didasarkan kepada aturan moral.81 Kaitannya dengan fidusia cum creditore yaitu
moral intrinsik, yang tidak dipengauhi oleh hukum positif baik undang-undang
maupun yurisprudensi.82
Selain bentuk fidusia cum creditore, dikenal pula fidusia cum amico, yang
Fidusia cum amico merupakan suatu lembaga titian yang dikenal dalam
hukum Romawi. Lembaga ini sering digunakan oleh seorang Pater
familias yang harus meninggalkan keluarga dan tanahnya untuk jangka
waktu yang lama karena ia harus membuat perjalanan jauh atau
bepergan perang. Dalam hal demikian Pater familias tersebut akan
menitipkan familiarnya yaitu keluarga dan seluruh kekayaannya kepad
seorang teman yang selanjutnya akan mengurus tanah dan kekayaannya
yang ditinggalkan oleh pater famililas. Tentu saja antara pater familias
dan temannya tersebut dibuat janji bahwa teman tersebut akan
mengembalikan kepemilikan atas familiasnya bilamana si pater familis
sudah kembali dari perjalanannya. 84
81
Kata “moral” berasal dari kata latin “mores” yang identik dengan akar kata “ethos” berarti
alat kebiasaan. Moral berarti bebarti sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan
manusia, mana yang baik dan wajar, lihat sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, buku IV, Bulan Bintang
Jakarta, 1978, hal. 512 (lihat Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang
Didambakan, Alumni, Bandung 2004. Hlm. 43).
82
Ibid. Hlm 44.
83
Oey HoeyTiong. Op. Cit. Hlm 37.
84
Fred. B.G, Op.Cit hal 11. Disitir dari Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia Suatu
Kebutuhan Yang Didambakan, (Bandung: Alumni, 2004). Hlm 45.
38
kepentingan jaminan hutang. Hubungan antara pemberi dan penerima adalah bersifat
dengan kepentingan dari pemberi harta benda. Pranata jaminan ini pada dasarnya
sama dengan “trust” yang dikenal dengan dalam sistem hukum common law. Dalam
fidusia cum amico ini kewenangan diserahkan kepada pihak penerima tetapi
kepentingan tetap berada pada pihak pemberi.85 Kedua bentuk fidusia yang dianut
dalam hukum Romawi tersebut jaminan fidusia yang dimaksud dalam undang-undang
sejarah dengan hukum Prancis yang berasal dari hukum Romawi. Lembaga jaminan
85
Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Jaminan Fidusia. (Jakarta: PT Raja Grapindo persada,
2006). Hlm 15.
86
K. Agus Rahardjo, Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia,
(Bandung: Makalah disampaikan dalam pelatihan sisminbakum tanggal 29-31 Maret 2004), hal 3.
Disitir dari Rega Satya Rachellariny, “eksekusi objek jaminan fidusia yang tidak didaftarkan lembaga
keuangan non bank”, privat law vol. IV, 2016
87
Schoulten Van Oud Haarlem, asas konkordansi yang diikuti Indonesia adalah konkordansi
sempit (enge concordantie), disitir dari C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka., 1982). Hlm 198.
39
di Belanda.88
Lembaga jaminan yang diatur secara khusus dalam KUHPerdata hanyalah hipotik
dan gadai. Namun, secara tersirat dapat dilihat dari beberapa pasal dalam hukum
perjanjian yang diatur dalam Buku III KUHPerdata yang menganut sitem terbuka.
para pihak untuk membuat perjanjian apa saja, asalkan tidak bertentangan dengan
fidusia diakui oleh yurisprudensi, baik di negara Belanda yang berrdasarkan asas
fidusia adalah Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yang
diundangkan pada tanggal 30 September 1999 LN.168, TLN. 3889 dan berlaku pada
saat diundangkan.
88
Tan Kamello. Op. Cit. Hlm 69
89
Zaeni Asyhadie dan Rahma Kusumawati, Hukum Jaminan Indonesia Kajian Berdasarkan
Hukum Nasional dan Prinsip Ekonomi Syariah. (Depok: PT. RajaGrafindo, 2018). Hlm 165.
90
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
40
dihubungkan atau dikaitkan dengan suatu perjanjian pokok jadi belum dikaitkan
yang timbul dari suatu perikatan hukum,92 sedangkan Jaminan fidusia adalah hak
jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tdak terwujud dan
bangunan / rumah di atas tanah orang lain baik yang terdaftar maupun tidak terdaftar,
91
J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, (Bandung : Citra Aditya
Bakti, 2002). Hlm. 160-175
92
Ibid. Hlm 31
41
yang tidak dapat dibebani hak tanggungan, yang tetap berada dalam penguasaan
“Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak
khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan
sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang Nomor 4 tahun 1996
tentang hak tanggungan, yang tetap berada dalam pengusaan pemberi
fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan yang tertentu, yang memberikan
kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor
lainnya”.
Defenisi tersebut sudah jelas bahwa fidusia berbeda dengan jaminan fidusia,
dimana Fidusia merupakan suuatu proses pengalihan hak kepemilikan dan jaminan
fidusia adalah jaminan yang diberikan dalam bentuk fidusia. Ini berarti pranata
jaminan fidusia yang diatur dalam Undang – Undang No 42 Tahun 1999 ini adalah
contracta di atas.95
berlakunya undang – undang jaminan fidusia yaitu berlaku berlaku terhadap setiap
93
J. Satrio. Op.Cit. Hlm 56
94
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia/.
95
Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Op.Cit. Hlm123
42
bertujuan untuk membenani benda dengan jaminan fidusia perjanjian tersebut tunduk
Objek jaminan fidusia pada awalnya hanya benda bergerak saja. Hal ini dapat
Maret 1950 dan Keputusan Mahkamah Agung Nomor 372 K/Sip/1970 tanggal 1
September 1971, yang menyatakan bahwa fidusia hanya sah sepanjang mengenai
barang-barang bergerak.
pasal 1 butir 2 dan 4 serta pasal 3 Undang–Undang Jaminan Fidusia, dapat dikatakan
bahwa yang menjadi objek jaminan fidusia adalah benda apapun yang dapat dimiliki
dan dialihkan hak kepemilikannya. Benda itu dapat berupa benda terdaftar maupun
tidak terdaftar, bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud, dan benda tidak
bergerak dengan syarat bahwa benda tersebut tidak dapat dibebani dengan hak
tentang Hak Tanggungan atau Hipotek sebagaimana dimaksud dalam pasal 314 KUH
Dagang jis pasal 1162 Kitap Undang-Undang Hukum Perdata.97 Dengan begitu
berarti atas suatu hubungan hukum yang mempunyai ciri–ciri fidusia yang disebutkan
96
Pasal 2 Undang-Undang 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
97
Gunawan widjaja, Op.Cit, hal 141.
43
Benda yang tidak dapat menjadi objek jaminan fidusia sekarang ini meliputi :
benda bergerak dan benda tetap yaitu benda yang tidak bisa dijaminkan melalui
lembaga jaminan hak tanggungan atau hipotik dan dengan syarat benda tetap tersebut
jaminan fidusia itu benda bergerak yang terdiri atas benda persediaan, benda
Jaminan fidusia mengatur tentang objek jaminan fidusia ketentuan tersebut dapat
dilihat dalam pasal 1 ayat 4, pasal 9, pasal 20 dan pasal 31. Yang menjadi objek
98
J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, (Bandung : Citra Aditya
Bakti, 2002). Hlm. 179
99
Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, (Jakarta: Sinar Grafika 2009. Hlm 176.
100
Munir Fuady, Jaminan Fidusia, cetakan kedua, (Bandung: citra adytia bakti, 2003). Hlm.
22.
44
j Dapat juga terhadap hak milik atas satuan rumah susun (Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun), jika tanahnya
tanah hak pakai atas rumah negara.
k Klaim asuransi dalam hal benda yang menjadi objek jaminan musnah
dan diasuransikan, maka klaim asuransi akan menjadi penggantu objek
jaminan fidusia tersebut (penjelasan pasal 25 ayat 2).
l Benda persediaan (inventory/stok perdagangan) dapat juga menjadi
jaminan fidusia.
hukum anglo saxon dikenal dengan nama Floating Lien atau Floating Charge.
jaminan sering berubah – ubah sesuai dengan persediaan stok, mengikuti irama
Pasal 3 Undang – Undang Nomor 42 Tahun 1999 ini tidak berlaku terhadap
:102
Ilmu hukum yang merupakan sumber hukum dalam arti formil adalah
101
Ibid. Hlm. 23
102
Ibid. Hlm. 138
45
Adapun sumber-sumber yang melandasi lembaga jaminan fidusia ini antara lain
adalah:103
a Umum (General)
b Khusus:
103
Andi Hamzah dan Senjun Manullang, Lembaga Fidusia dan Penerapannya Di Indonesia,
(Jakarta: indhill Co, 1987). Hlm 41-42.
46
Pembiayaan.
9) Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 10 Tahun 2013 tentang Tata
47
tidak mencantumkan secara tegas asas–asas hukum jaminan fidusia yang menjadi
Asas–asas hukum jaminan fidusia dapat dilihat dari pasal-pasal dari Undang–
Undang Jaminan Fidusia. Asas–asas yang terdapat dalam hukum jaminan fidusia
hak untuk mendahului atau memiliki kedudukan yang didahulukan dari kreditor–
kreditor lainnya. Maksud dari kedudukan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor
lain adalah jika debitor cidera janji (wanprestasi), maka kreditor pemegang jaminan
kebendaan (kreditor gadai, hipotek, hak tanggunan dan fidusia) berhak menjual
yang lainnya.104
104
D.Y. Witanto, Hukum Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Aspek
Perikatan, Pendaftaran dan Eksekusi), (Bandung: MandarMaju, 2015). Hlm. 114
48
Hak preferensi akan sangat berguna bagi kreditor pada saat debitor dalam
waktu yang bersamaan memiliki lebih dari satu kreditur, sehingga para kreditor akan
paling dulu untuk mengambil pelunasan benda jaminan, lalu disusul oleh kreditur
preferen dan diposisi terakhir adalah kreditor konkuren yang akan mengambil
pelunasan dari harta milik si debitor yang masih tersisa. Jika hanya ada satu–satunya
kreditor maka hak preferensi menjadi tidak begitu penting artinya karena kreditor
tidak dihadapkan pada persaingan untuk melakukan pelunasan atas harta benda milik
debitor.105
b Asas jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan
fidusia, dalam tangan siapapun benda tersebut berada. (droit de suite atau
zaaksgevolg).
105
Ibid. Hlm 115
106
Andreas Albertus Andi Prajitno, Hukum Fidusia, (Malang: Selaras Malang, 2010). Hlm
115-116
49
“Jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia
dalam tangan siapapun benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas benda
Hak kebendaan jaminan fidusia baru lahir pada tanggal dicatatnya jaminan
fidusia dalam buku daftar fidusia. Maksud dari penegasan ini tidak lain adalah kalau
jaminan fidusia tidak dicatatkan dalam buku daftar fidusia berarti hak jaminan fidusia
Akibatnya, bagi pihak ketiga adalah pihak yang tidak dihormatinya hak jaminan
kebendaan yang dijadikan sebagai objek jaminan fidusia berupa benda atau barang
persediaan (inventory), seperti barang jadi (finished good) yang diproduksi dan
dipasarkan pemberi fidusia. Pengecualian prinsip droit de suite ini dinyatakan dalam
pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia”. Dengan
demikian berarti sifat hak kebendaan berupa droit de suite tidak berlaku terhadap
107
Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, (Jakarta: Sinar Grafika 2009) hlm. 166
50
c Asas Accessoir
Asas ini merupakan perjanjian ikutan yang lazim disebut dengan asas
fidusia adalah ditentukan oleh perjanjian lain yaitu perjanjian utama atau perjanjian
prinsipal dalam hal ini perjanjian utama bagi jaminan fidusia adalah perjanjian utama
suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk
memenuhi suatu prestasi yang berupa memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau
tidak berbuat sesuatu, yang dapat dinilai dengan uang. Dengan demikian berarti,
bahwa kelahiran dan kebenaran perjanjian jaminan fidusia ditentukan oleh adanya
perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban dan sekaligus tanggung jawab para
pihak untuk memenuhi suatu prestasi sebagai akibat terjadinya suatu perikatan.
sebagai berikut:110
108
Andreas Albertus Andi Prajitno,Op. Cit. Hlm 115-116
109
Pasal 4 Undang – Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia menyatakan ;
“Jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan
kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi”
110
Gunawan widjaja & Ahmad Yani, Op.Cit. Hlm 123-124.
51
piutang dari kreditur pemegang jaminan fidusia lama kepada pemegang jaminan
fidusia baru. Hal ini berarti terjadi pemindahan hak dan kewajiban dari kreditur
pemegang jaminan fidusia lama kepada kreditur pemegang jaminan fidusia baru.
Pihak yang menerima peralihan hak jaminan fidusia mendaftarkan perbuatan hukum
Konsekuensi dari perjanjian assessoir ini adalah bahwa jika perjanjian pokok
tidak sah, atau karena sebab apa pun hilang berakunya atau dinyatakan tidak berlaku,
maka secara hukum perjanjian fidusia sebagai perjanjian accessoir juga ikut menjadi
batal.112
d Asas jaminan fidusia dapat dilayakkan atas hutang yang baru akan ada
(kontinjen).
dapat dibebankan kepada hutang yang telah ada dan yang akan ada. Asas ini adalah
111
Tan kamello,Op.Cit. Hlm. 164-165
112
Munir fuady, Jaminan Fidusia, cetakan kedua, (Bandung: citra adytia bakti, 2003). Hlm,
19
52
untuk menampung aspirasi hukum dari dunia bisnis perbankan, misalnya hutang yang
timbul dari pembayaran yang dilakukan oleh kreditur untuk kepentingan debitur
dalam rangka pelaksanaan garansi bank. Pengatutran asas ni juga ingin menuntaskan
problema hukum jaminan pada masa lalu dalam menetukan besarnya jumlah hutang
yang pasti.
tentang Jaminan Fidusia, 113 yang menentukan bahwa objek jaminan fidusia dapat
diberikan pada satu atau lebih atau jenis benda, termasuk piutang, baik yang telah ada
Asas ini adalah salah satu yang membedakan jaminan fidusia dengan jaminan
hipotek. Seperti diketahu bahwa jaminan hipotek hanya dapat diletakkan atas benda-
benda yang sudah ada (pasal 1175 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata).
atas tanah milik orang lain. Dalam ilmu hukum sas ini disebut dengan asas
pemisahan horisontal.114 Dalam pemberian kredit bank, penegasan asas ini dapat
menampung pihak mencari kredit khususnya pelaku usaha yang tidak memiliki tanah
113
(1). Jaminan fidusia dapat memberikan terhadap satu atau lebih satuan atau jenis benda,
termasuk piutang, baik yang telah pada saat jaminan diberikan maupun yang diperoleh kemudian. (2).
Pembebanan jaminan atas benda atau piutang yang diperoleh kemudian sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) tidak perllu dilakukan dengan perjanjian jaminan tersendiri. Undang-Undang Nomor 42 Tahun
1999 tentang Jaminan Fidusia.
114
Tan kamello. Op.Cit., Hlm, 168
53
g Asas publisitas
Artinya setiap pembebanan jaminan dilakukan secara terbuka dan tegas, tidak
diakukan secara diam–diam dan tersembunyi. Menurut asas ini setiap pembebanan
kecuali pada jaminan gadai, karena gadai secara langsung benda jaminannya
diserahkan kepada pihak kreditur, sehingga asas publisitas pada jaminan gadai
Setelah fidusia di daftarkan, maka berlaku fictie hukum bahwa setiap orang
jaminan dapat mempertahankan objek jaminan tersebut kepada siapapun, dan sebagai
kelanjutan dari asas publisitas ini adalah bahwa pihak pemegang jaminan dapat
konsumen namun, ternyta melakukan pendaftaran tersebut setelah lewat jangka waktu
30 hari sejak akta pemberian jaminan fidusia itu ditandatangani oleh para pihak,
115
D.Y. Witanto, Hukum Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Aspek
Perikatan, Pendaftaran dan Eksekusi), (Bandung: MandarMaju, 2015). Hlm 117
54
h Asas bahwa benda dijadikan objek jaminan fidusia tidak dapat dimiliki oleh
mempunyai iktikad baik. Asas iktikad baik disisni memiliki kepatutan seperti dalam
hukum perjanjian. Dengan asas ini diharapkan bahwa pemberi jaminan fidusia wajib
bahwa apabila debitur cidera janji, kreditur sebagai penerima fidusia mempunyai hak
untuk menjual benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan sendiri.
Hak menjual atau hak untuk menjual benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas
kekuasaan sendiri.
116
Pasal 15: (1) “dalam sertifikat jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat
(1) dicantumkan kata-kata “Demi Keadalian Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. (2) sertifikat
jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama
dengan putusan pengadian yang telh memperoleh kekuatan hukum tetap. (3) apabila debitur cidera
janji, penerima fidusia berhak untuk menjual benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas
kekuasaan sendiri.
55
“Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” pada sertifikat jaminan
yuridis bahwa jaminan fidusia mempunyai kekuatan yang sama dengan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Dalam penjualan benda
jaminan fidusia, selain melalui titel eksekutorial, dapat juga dilakukan dengan cara
hukum jaminan fidusia mempunyai karakter dan keunikan tersendiri yang perlu
asas–asas tersebut diatas seharusnya dalam pembuatan akta jaminan fidusia yang
dibuat oleh Notaris, antara pemberi fidusia dengan penerima fidusia haruslah dibuat
untuk mendaftarkan fidusia dari penerima fidusia kepada Notaris atau Karyawan
notaris, apabila didalam surat kuasa tersebut penerima akta jaminan fidusia tidak
lantas berhenti sampai tahap pembuatan akta jaminan fidusia saja, namun proses
pendaftaran jaminan fidusia sangat diperlukan untuk menjamin kepastian hukum serta
56
Menurut hukum perdata, bahwa peralihan hak atas suatu piutang yang timbul
dari suatu perikatan dapat terjadi karena cessie, subrogasi, novasi ataupun sebab
lainnya. Karena perjanjian memberikan jaminan fidusia bersifat accessoir pada pitang
fidusia kepada penerima fidusia baru, juga akan mengikuti peralihan pitang yang
sebagai berikut:117
piutang itu dilakukan dengan cessie atau pengalihan piutang yang dilakukan dengan
sebuah akta. Pasal 631 KUH Perdata menyebutkan bahwa “ penyerahan piutang–
piutang atas nama dan barang–barang lain yang tidak bertubuh dilakukan dengan
jalan membuat akta otentik atau dibawah tangan yang melimpahkan hak–hak atas
117
Pasal 19 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
118
Ibid, Hlm. 168
57
Untuk supaya pengalihan jaminan fidusia itu sah, maka tentunya harus
didahului oleh pengadilan piutang yang menjadi perjanjian pokoknya yang sah, jika
pengalihan piutang itu batal, maka secara hukum akan dianggap bahwa jaminan
Selain karena adanya peralihan tagihan, jaminan fidusia juga bisa beralih
karena disepakati oleh pemberi dan penerima fidusia untuk mengalihkan hal tersebut
“persetujuan” di antara pemberi fidusia dan penerima fidusia, maka pemberi fidusia
cessie dengan peralihan objek jaminan fidusia karena adanya over kredit, dalam
hubungan hukum yang pertama yang beralih sedangkan pada peralihan karena adanya
over kredit yang beralih adalah penguasaannya atau hak pinjam pakainya karea pada
saat itu hak atas objek jaminan sedang pada pihak penerima fidusia sehingga
119
Rachmadi usman, Hukum Jaminan Keperdataan, (Jakarta: Sinar Grafika 2009). Hlm. 219
58
mungkin debitor dapat mengalihkan hak milik atas benda tersebut sedangkan pada
Sebagai suatu perjanjian accessoir, jaminan fidusia ini demi hukum hapus bila
utang pada perjanjian pokok, yang menjadi sumber lahirnya perjanjian penjaminan
fidusia atau utang yang dijamin dengan jaminan fidusia hapus. Pasal 25 Undang–
Undang Jaminan fidusia menyatakan secara tegas bahwa jaminan fidusia hapus
karena:
jaminan fidusia sebagai perikatan assesoir yang dimaksud dengan “perikatan yang
dijamin” adalah “perikatan pokoknya”. Jadi kata “hutang” disini ahrus ditafsirkan
luas, meliputi segala macam perikatan, karena pada asasnya lembaga jaminan bisa
dipakai untuk menjamin kewajiban prestasi yang timbul dari perikatan yang
manapun.121
Jaminan fidusia akan berakhir jika utang yang dijamin dengan fidusia hapus
dengan kata lain perikatan dalam perjanjian pokok yang dijamin dengan jaminan
120
D.Y. Witanto, Op.Cit. Hlm. 170
121
J. Satrio, Op.Cit. Hlm 200
59
fidusia tersebut berakhir.122 Hapusnya perikatan, menurut pasal 1381 KUH Perdata
1) Pembayaran
2) Penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpangan atau
penitipan
3) Pembaharuan hutang (novasi)
4) Perjumpaan hutang atau kompensasi
5) Pembebasan hutangnya
6) Musnahnya barang yang terhutang
7) Kebatalan atau pembatalan
8) Berlakunya syarat batal, yang diatur dalam bab 1 KUH Perdata
9) Lewatnya waktu
Bedasarkan pasal 1444 KUH Perdata, jika objek persetujuan musnah, tidak
dan ketentuan dalam pasal 14 Keputusn Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
Nomor M.01.UM.01.06 Tahun 2000 menegaskan, bahwa dala m jaminn fidusia hapus
karen hal–hal sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (1) UUJF, maka penerima
dokumen pendukung tentang hapusnya jaminan fidusia dalam waktu paling lambat 5
dari buku daftar fidusia, meskipun tindakan ini hanya sebatas tindakan administratif,
tindakan roya itu aan sangat bermamfaat bagi si pemilik barang ketika hapusnya
jaminan fidusia itu terjadi karena pelunasan hutang pokoknya, sehingga jika suatu
122
D.Y.Witanto, Op.Cit. Hlm. 141
123
Rachmadi Usman, Op.Cit,. Hlm. 227
60
saat pemilik barang akan menjaminkan kembali dengan utang yang lain tidak akan
menyatakan bahwa sertifikat berlaku sebagaimana yang diatur dalam pasal 16 ayat
(2) Undang–Undang Jaminan Fidusia akan menjadi dasar bagi pemberi fidusia untuk
menolak permohonan eksekusi jikasetelah lunasnya utang yang dijamin dengan benda
milik pemberi fidusia pihak kreditor tetap mengajukan permohonan eksekusi, atau
setidaknya dapat menjadi bukti yang akan menggugurkan kekuatan eksekutorial dari
sertifikat fidusia.
fidusia tidak berlaku memberikan asumsi bahwa kreditor tidak diwajibkan untuk
menyerahkan syarat bagi pencoretan (roya) dalam daftar fidusia sedangkan yang
menjadi syarat bagi pencoretan tersebut adalah keterangan tentang hapusnya utang,
keterangan tentang pelepasan hak dari kreditor dan keterangan tentang hapusnya
hukum yang lahir dari praktek dan tidak mendapatkan pengaturan perundang–
undangan, maka tidak ada pengaturan dari segi prosedural dan proses. Sebab
124
D.Y. Witanto,Op.Cit. Hlm. 144
125
Ibid. Hlm 145
61
yurisprudensi tetang fidusia tidak sampai mengatur tentang prosedural dan proses
tersebut. Karena itu, tidak mengherankan jika kewajiban pendaftaran fidusia sebagai
salah satu mata rantai dari prosedur lahirnya fidusia tidak diatur sehingga tidak ada
sebagai kekurangan dan kelemahan bagi pranata hukum fidusia ini. Sebab di samping
sehingga susah dikontrol. Hal ini dapat menimbulkan hal – hal yang tidak sehat
dalam praktek, seperti adanya fidusia dua kali tanpa sepengetahuan krediturnya,
adanya pengalihan barang fidusia tanpa sepengetahuan kreditur, dan lain lain.
hukum para pihak, baik bagi pemberi fidusia, apalagi bagi penerima fidusia, sehingga
dapat memberikan perlindungan hukum terhadap kreditor dan pihak ketiga lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa maksud dan tujuan dari sistem pendaftaran jaminan
126
Munir fuady, Jaminan Fidusia, cetakan kedua, (Bandung: citra adytia bakti, 2003). Hlm.
29
127
Rachmadi Usman, Op.Cit. Hlm. 200
62
Setelah diberlakukan Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 9 Tahun 2013
semuanya melalui sistem elektronik. Proses pendaftaran jaminan fidusia dapat dilihat
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran
Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia. Sedangkan biaya
dijaminkan.
paling lama 30 hari terhitung sejak tanggal pembuatan Akta Jaminan Fidusia. 129
128
Pasal 13 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
129
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
63
oleh penerima fidusia itu “benda” yang dibebani dengan jaminan fidusia, yang
didaftarkan bendanya mencakup benda, baik benda yang berada di wilayah negara
Republik Indonesia, maupun benda yang berada diluar Republik Indonesia. Dengan
kata lain berdasarkan ketentuan dalam pasal 11 Undang-Undang Jaminan Fidusia ini,
yang wajib untuk didaftarkan itu adalah “benda” objek jaminan fidusia.
“benda”, tidak dengan sendirinya benda itu menjadi terikat jaminan, sedangkan
sebaliknya, selama ini tidak ada pendaftaran ikatan jaminan atas benda yang tidak
didaftarkan ikatan jaminannya. Akan tetapi, kalau memang yang dimaksud dengan
130
Pasal 11 Undang – Undang Nomor 42 Tahun 1999 menyatakan bahwa
1. Benda yang dibebani jaminan fidusia wajib didaftarkan.
2. Dalam hal benda yang dbebani dengan jaminan fidusia berada diluar wilayah negara
Republik Indonesia, kewajiban sebagaimana dimaksud pasal (1) tetap berlaku.
(Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia).
131
Munir Fuady, Op.cit., hal 30
64
benda jaminan didaftarkan atas nama Pemberi Jaminan, kemudian dicacat hak
menentukan bahwa yang wajib didaftarkan adalah ikatan hipotek dan hak
tanggungannya, bukan benda yang diikat dengan hipotek dan hak tanggungan.
Bahkan yang didaftarkan itu termasuk pula janiji–janji yang tercantum dalam Akta
Hipotek dan Akta Pemberian Hak Tanggungan. Karenanya bagi benda-benda yang
belum terdaftar tidak dijaminkan dengan menggunakan lembaga hipotek maupun hak
tanggungan. Bagi tanah adat atau tanah yang belum bersertifikat, jika hendak
jaminan fidusia yang selama ini kita kenal, yang didasarkan atas hukum kebiasaan
dan yurisprudensi, maka kita perlu penjelasan mengenai kata “wajib” dalam
(1).134
mengatakan bahwa fidusia yang tidak didaftarkan adalah tidak sah, maka ketentuan
132
Racmadi Usman, Op.cit,. Hlm 202
133
Ibid. Hlm. 203
134
J. Satrio Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Citra Aditya Bakti, Bandung 2007).
Hlm. 242
65
undang–undang fidusia, maka haruslah dipenuhi syarat, bahwa benda jaminan fidusia
itu didaftarkan”. Fidusia yang tidak didaftarkan, tidak bisa menikmati keuntungan–
Fidusia.
sebagaimana asas yang berlaku umum, sebuah jaminan itu selalu diatur dalam bentuk
hak bukan kewajiban, artinya pihak kreditor boleh memilih untuk mendaftarkannya
ataupun tidak karena jika jaminan tersebut tidak didaftarkan pada akhirnya yang
akan rugi adalah pihak kreditor sendiri, namun dengan ditentukannya pendaftaran
tersebut menjadi sebuah kewajiban, maka mau tidak mau kreditor harus melakukan
pendaftaran tersebut meskipun dari segi mamfaat proses pendaftaran itu akan
135
D.Y. Witanto, Hukum Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Aspek
Perikatan, Pendaftaran dan Eksekusi), (Bandung: MandarMaju, 2015). Hlm. 174 - 175
66
Pemerintah Nomor: 86 Tahun 2000 yang mengatur secara khusus tentang prosedur
67
a Benda objek jaminan fidusia yang berada di dalam negeri (pasal 11 ayat
(1)).
b Benda obek jaminan fidusia yang berada diluar negeri (pasal 11 ayat (2)).
Perubahan ini tidak perlu dilakukan dengan akta notaris tetapi perlu
Jaminan fidusia tentunya juga akan digunakan oleh anggota masyarakat untuk
menjamin kredit–kredit kecil, dengan benda–benda jaminan yang kecil pula nilainya.
Kalau benda–benda jaminan seperti itu didaftarkan, maka dibanding dengan nilai
benda jaminan itu, biaya pendaftaran akan dirasakan berat. Dalam hal ini, bahwa
dimaksud dengan benda yang menjadi objek jaminan fidusia adalah sebagai
berikut:136
“Benda adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan, baik
yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang terdaftar maupun yang
tidak terdaftar, yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang tidak
dapat dibebani oleh Hak Tanggungan atau hipotek”.
136
Rachmadi Usman,Op.Cit. Hlm. 176
68
Makna Benda terdaftar yang biasa dipahami adalah untuk benda tetap seperti
hak atas tanah dan kapal–kapal yang terdaftar, sedang untuk benda bergerak seperti
ciri–ciri benda yang bersangkutan secara relatif, rinci dalam daftar yang disediakan.
publisitas yang pada umumnya dianut dalam suatu pendaftaran dan sudah tentu
semua itu kalau dihubungkan dengan asas spesialitas, yang biasnya juga dianut dalam
kesan, bahwa disana ada pendaftaran “benda”. Kesan seperti itu lebih diperkuat lagi
keterangan mengenai benda fidusia yang menjadi objek jaminan fidusia yang ada
jaminan fidusia adalah benda terdaftar. Walaupun bagian terbesar dari objek jaminan
fidusia adalah benda bergerak tidak atas nama. Namun sebagian dari padanya bisa
dengan memakai lembaga jaminan fidusia, benda tersebut terdaftar 2 kali ?. jika ada
69
accesoir dari fidusia ?, apakah jika hubungan hukum pokoknya dilunasi dan fidusia
benda tidak atas nama / tidak terdaftar ataukah tetap menjadi benda terdaftar ? 138
tanah menurut Undang–Undang Pokok Agraria dan dibuatkan serta dicacat dalam
buku tanah. Setelah hutang pokok dilunasi dan beban roya, persil yang bersangkutan
tetap merupakan hak atas tanah terdaftar. Pendaftaran benda dan ikatan jaminan
fidusia, berarti bahwa yang harus didaftar adalah benda dan ikatan jaminannya
sekalian, akan sangat menguntungkan. Dengan demikian bisa mengikat pihak ketiga.
Dalam suatu perjanjian penjaminan, biasanya memang antara kreditur dan debitur
suatu posisi yang kuat bagi kreditur dan nantinya sesudah didaftarkan dimaksudkan
juga untuk mengikat pihak ketiga. Penafsiran tersebut juga sesuai dengan bunyi pasal
12, pasal 13 dan pasal 15 Undang–Undang Jaminan Fidusia. Selain itu berdasarkan
berlaku, sekalipun benda yang dijaminkan berada diluar negeri. Hal ini berarti, bahwa
138
Ibid. Hlm 243 - 244
139
Ibid hal 248 - 249
70
Salah satu alasan kreditur tidak mendaftarkan objek jaminan fidusia adalah
mahal nya biaya yang harus dikeluarkan. Biaya pendaftaran jaminan fidusia diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran
Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia. Pembuatan akta
sepeda motor tentu biaya pendaftaran sebesar 2.5 % teralu berat, mengingat kantor
pendaftaran fidusia merupakan layanan publik. Oleh karena hal tersebut kreditur tidak
140
Pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran
Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia.
71
mengatur tentang sanksi hukum terhadap kreditur yang tidak mendaftarkan jaminan
Fidusia yang menyatakan bahwa benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib
sanksi hukum kepada kreditur yang tidak mendaftarkan benda jaminan fidusia,
sedangkan hal tersebut merupakan sebuah kewajiban bagi debitur. Jika kreditur tidak
mendaftarkan benda jaminan fidusia maka kreditur tidak dapat melakukan eksekusi
Oleh karena tidak adanya sanksi yang mengatur tentang hal tersebut, maka
kreditur dapat menyepelekan hal pendaftaran jaminan fidusia yang telah diwajibakan
tidak didaftarkannya objek jaminan fidusia tersebut maka pada praktek sering sekali
terjadi eksekusi secara paksa oleh kreditur terhadap objek jaminan yang berada pasa
penguasaan kreditur.
sebagai pemberi fidusia atau konsumen yang perlu diberikan perlindungan selain
untuk keditur. Undang-udang Jaminan Fidusia yang sudah berlaku selama kurang
lebih 20 tahun, tetapi banyak dari masyarakat yang tidak mengetahui apa itu jaminan
72
fidusia. Oleh sebab itu masih banyak pihak kreditur yang tidak mendaftarkan objek
jaminan fidusia pada kantor pendaftaran fidusia yang saat ini dapat dilakukan secara
online. Banyak dari Bank atau lembaga pembiayaan yang tidak mendaftarkan
jaminan fidusia yang hanya melakukan perjanjian dan pengikatan jaminan dibawah
tangan. Hal tersebut menyebabkan kreditur sebagai pemilik objek jaminan yang
secara hukum tidak dapa dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
tentang Jaminan fidusia, karena pendaftaran jamina fidusia merupakan satu hal yang
Pada saat ini pendaftaran objek jaminan fidusia dapat dilakukan secara online
oleh notaris, yang tidak memakan waktu yang lama dalam melakukan pendaftaran.
Tetapi akses yang pendaftaran online hanya dapat dilakukan oleh notaris, hal ini
tentunya suatu hambatan bagi suatu lembaga pembiayaan dalam memberikan kredit
kepada debitur, karena memungkinkan benda yang akan menjadi objek jaminan
Akibat hukum bagi kreditur yang tidak didaftarkan adalah sebagai berikut:
tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan
73
Fidusia. Hal ini wajib dilakukan agar memberikan kepastian hukum kepada para
pihak hak yang didahulukan (preferen) kepada penerima fidusia atau kreditur
terhadap kreditur lainnya. Karena jaminan fidusia memberikan hak kepada pihak
pemberi fidusia untuk menguasai benda yang menjadi objek jaminan fidusia
Undang Jaminan Fidusia, jaminan fidusia baru lahir pada tanggal yang sama dengan
tanggal dicatatnya jaminan fidusia dalam Buku Daftar Jaminan Fidusia dan kreditur
Ketuhanan Yang Maha Esa” dengan mendapat sertifikat jaminan fidusia tersebut
maka kreditur serta merta mempunyai hak eksekusi langsung (parate executie),
kekuatan hukum sertifikat jaminan fidusia tersebut sama dengan putusan pengadilan
menjelaskan “hak preferensi adalah hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan
141
Rachmadi Usman, Op.Cit. Hlm 265
142
Pasal 14 ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
“jaminan fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal dicatatnya jaminan fidusia dalam buku
daftar fidusia”.
74
piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia” dan
sebagaimana ketentuan penjelasan atas pasal tersebut hak preferensi timbul sejak
preferensi, apabila objek jaminan fidusia dilakukan pembebanan lebih dari satu
penerima fidusia maka yang didahulukan adalah hak preferensi dari pemegang
pendaftaran jaminan fidusia yang pertama kali. Karena apabila sistem pendafarannya
dilakukan secara baik dan benar hampir tidak ada pendaftaran yang kedua 144 hal ini
Kreditur sebagai penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan atau hak
preferent terhadap kreditur lainnya artinya jika debitur cidera janji maka kreditur
penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual atau mengeksekusi benda jaminan
fidusia dan kreditur mendapat hak untuk didahulukan dalam mendapatkan pelunasan
143
Munir Fuady. Op.Cit. Hlm 131.
144
Ibid. Hlm 132
145
“Pemberi fidusia dilarang melakukan fidusia ulang terhadap benda yang menjadi objek
jaminan fidusia yang sudah terdaftar”. Pasal 17 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
146
Munir Fuady. Op.Cit. Hlm 124
75
Asas perjanjian pacta sun servanda yang menyatakan bahwa perjanjian yang
keduanya, tetap berlaku dan menjadi asas utama dalam hukum perjanjian. Tetapi
dalam hal penjanjian yang memberikan penjaminan secara fidusia di bawah tangan
tidak dapat dilakukan eksekusi. Proses eksekusi harus dilakukan dengan cara
mengajukan gugatan perdata ke pengadilan negeri memalui proses hukum acara yang
normal hingga turunnya putusan pengadilan. Inilah pilihan yang prosedural hukum
formil agar dapat menjaga keadilan dan penegakan terhadap hukum materiil yang
dikandungnya.
Akta dibawah tangan bukanlah akta otentik yang memiliki nilai pembuktian
sempurna. Sebaliknya akta otentik adalah akta yang dibuat oleh dan atau dihadapan
pejabat yang ditunjuk oleh undang-undang dan memiliki kekuatan pembuktian yang
sempurna. Akan tetapi suatu akta dibawah tangan tetap memiliki kekuatan bukti
hukum sepanjang para pihak mengakui keberadaan dan isi akta tersebut, namun agar
memiliki kekuatan yang lebih kuat akta tersebut harus dilegalisir oleh pejabat yang
berwenang.
dijamin dengan jaminan fidusia, kreditur penerima fidusia dalam hal ini bank atau
76
dapat langsung melakukan eksekusi atau penjualan objek jaminan melalui pelelangan
umum atau atas dasar kekuasaan sendiri berdasarkan sertifikat jaminan fidusia yang
Tahun 1999 merupakan pelaksanaan dari pasal 15 ayat (3), bahwa kreditur
melainkan kreditur dapat langsung menghubungi juru lelang agar benda jaminan
dilelang. Pelaksanaan eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia adalah
42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, namun dalam praktek pelaksanaan eksekusi
lebih banyak dipakai adalah eksekusi dengan penjualan benda jaminan fidusia secara
dibawah tangan, karena dengan eksekusi ini kedua belah pihak baik kreditur maupun
debitur dapat menghemat waktu dan biaya juga dapat mencapai harga yang tinggi
atas penjualan objek jaminan tersebut sehingga menguntungkan kedua belah pihak
baik kreditur maupun debitur. Tetapi hal tersebut dapat tercapai jika kreditur
mendaftarkan objek jaminan fidusia dan mendapatkan sertifikat jaminan fidusia yang
147
Retno Puspa Dewi, Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jamina Fidusia. Jurnal Repertorium Volume IV No. 1
Januari-Juni 2017. Hlm 6
77
Undang jaminan fidusia dan aturan pelaksanaannya, maka akta perjanjian fidusia
membutuhkan campur tangan peradilan. Selain itu bank atau lembaga pembiayaan
sebagai kreditur menjadi tidak memiliki hak yang didahulukan 148 terhadap
fidusia tidak sah jika tidak didaftarkan.149 Oleh karena itu proses eksekusi harus
Proses eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia ataupun
benda yang menjadi objek diluar jaminan fidusia, para pihak harus memperhatikan
hak debitur yang melekat pada objek benda yang menjadi jaminan pinjaman
dimaksud, karena dalam hal demikian, perlu diperhatikan bahwa terhadap objek
pembiayaan jaminan fidusia dalam perjalanannya tidak full sesuai nilai barang,
karena debitur sudah melakukan prestasinya yakni menjadi kewajibannya. 150 Oleh
148
Penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap kreditur lainnya, hak yang
didahulukan sebagaimana dimaksud adalah hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan
piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia, hak yang didahhulukan dari
penerima fidusia tidak hapus karena adanya kepailitan atau likuidasi pemberi fidusias. Dilihat Pasal 27
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
149
Bob Horo & Partners Advocates, Legal Consultans & Legal Auditors, Akibat hukum
jaminan fidusia yang tidak didaftarkan. http://bhp.co.id/akibat-hukum-jaminan-fidusia-yang-tdak-
didaftarkan/, diakses pada tanggal 29 April 2019, jam 23:39.
150
Muhammad Hilmi Iikhsan, Akibat Hukum Jaminan Fidusia Yang Tidak Didaftarkan
Menurut Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Jurnal Kita, Vol. 4 No. 3
September 2017. Hlm 4
78
karena itu benda yang menjadi objek jaminan fidusia ada sebagian hak yang dimiliki
Eksekusi yang dilakukan secara paksa yakni dengan melalui jasa debt
collector atau tukang tagih, hal ini tentunya akan melanggar hukum. Pelanggaran
hukum tersebut dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum sebagai mana
diatur dalam pasal 1365 KUHPerdata. Sehingga Debitur dapat mengajukan gugatan
melalui pengadilan untuk meminta ganti kerugian atas perbuatan kreditur tersebut.
Eksekusi objek jaminan fidusia yang dibuat dibawah tangan (tanpa adanya putusan
pengadilan) masuk kedalam tindak pidana pasal 368 KUHPidana 151 jika kreditur
Situasi seperti ini dapat terjadi jika kreditur dalam eksekusi melakukan
pemaksaan dan mengambil barang secara sepihak, padahal diketahui dalam barang
tersebut sebagian atau seluruhnya milik orang lain. Walaupun juga diketahui bahwa
sebagian barang tersebut adalah milik kreditur yang mau mengeksekusi tetapi tidak
dapat terjadi mengingat bahwa eksekusi merupakan bukan hal yang mudah, untuk itu
151
Pasal 338 ayat (1)KUHPidana menyebutkan: “Barang siapa dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian
adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat hutang maupun mengahpuskan
piutang, diancam karena pemerasan dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan”.
79
dengan model-model eksekusi khusus tidak meniadakan hukum acara yang umum.
Tidak ada indikasi sedikit pun dalam Undang-Undang tersebut yang meniadakan
ketentuan hukum secara umum tentang eksekusi umum lewat gugatan ke Pengadilan
jaminan fidusia. Oleh karena ada ketentuan yang mengaturnya, banyak yang
menafsirkan eksekusi objek jaminan fidusia dengan memakai prosedur gugatan biasa
(lewat pengadilan dengan prosedur biasa) yang panjang dan biaya yang mahal.152
Salah satu ciri jaminan fidusia yang kuat itu mudah dan pasti dalam pelaksanaan
Jika debitur wanprestasi sehingga kreditur berhak atas eksekusi objek jaminan
fidusia, apabila terdaftar sehingga terbit sertifikat jaminan fidusia, kreditur dapat
melakukan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia dan dapat meminta bantuan
152
Rachmadi Usman. Op.Cit. Hlm 229
153
Ibid, Hlm 229.
80
2011 tentang Pengamanan Eksekusi Objek Jaminan fidusia. Namun lain hal apabila
jaminan fidusia tersebut tidak didaftarkan sehingga tidak terbit sertifikat jaminan
154
Pasal 5 ayat (1) Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2011 menyatakan bahwa “objek
pengamanan jaminan fidusia terhadap benda jaminan yang telah didaftarkan di kantor pendaftaran
jaminan fidusia.
155
Pasal 6 Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan
Fidusia.
156
Pasal 22 ayat (2) Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2011
tentang Pengawasan Eksekusi Jaminan Fidusia.
81
Akibat lain dari tidak didaftarkannya jaminan fidusia adalah debitur dapat
mengalihkan benda objek jaminan fidusia dibawah tangan yang tidak didaftarkan
kepada pihak lain maka tidak dapat dijerat dengan ketentuan yang ada dalam
Undang-Undang Jaminan Fidusia.157 Dalam hal seperti itu kreditur dapat melaporkan
dengan alasan penggelapan barang jaminan 158. Langkah kreditur yang demikian pada
dasarnya dibenarkan oleh undang-undang, akan tetapi jika kreditur juga melakukan
debitur juga bertindak mengalihkan benda jaminan fidusia, maka hal ini akan terjadi
saling melaporkan.
keuangan atau pun bank belum memahami dan mentaati ketentuan yang diatur dalam
fidusia yang didaftarkan secara benar akan memberikan perlindungan hukum bagi
157
Grace p. Nugroho, Eksekusi Terhadap Benda Objek Jaminan Fidusia Dengan Akta
Dibawah Tangan. https://hukumonline.com diakses pada tanggal 29 April 2019, jam 23:56.
158
Pasal 372 KUHPidana menegaskan bahwa “ barang siapa yang sengaja melawan hukum
memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada
dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara
paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus ribu rupiah”.
82
mendaftarkan jaminan fidusia contohnya seperti pada PT. Mandala Finance yang
merupakan tempat penelitian tesis ini belum melakukan pendaftaran jaminan fidusia
terhadap objek jaminan fidusia, hal tersebut hanya dilakukan pada perjanjian dibawah
tangan saja. Juga pada BRI cabang Takengon tidak mendaftarkan objek jaminan
fidusia yang nilainya dibawah dari Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah), tentunya
hal ini akan menjadi hambatan dalam hal eksekusi objek jaminan fidusia karena tidak
memiliki sertifikat jaminan fidusia yang memiliki kekuatan hukum sehingga dapat
dilaksanakan parate eksekusi, Untuk lebih lanjut akan dibahas pada bab-bab
selanjutnya.
159
Muhammad Hilmi Iikhsan, Akibat Hukum Jaminan Fidusia Yang Tidak Didaftarkan
Menurut Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Jurnal Kita, Vol. 4 No. 3
September 2017. Hlm 3
83
BAB III
kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara dan merupakan tata cara lanjutan dari
suatu kesatuan yang tidak terpisah dari pelaksanaan tata tertib beracara yang
eksekusi harus merujuk kepada aturan perundang-undangan dalam hal ini HIR dan
Rbg.160
debitur dan hak prestasi atas kreditur, hubungan hukum akan lancar terlaksana jika
perhutangan yang sudah dapat ditagih (opeisbaar) jika debitur tidak memenuhi
160
M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Barang Perdata (Jakarta: PT.
Sinar Grafika, 2014). Hlm.1
84
84
piutangnya (hak verhaal atau hak eksekusi) terhadap harta kekayaan debitur yang
dengan eksekusi objek jaminan fidusia adalah penyitaan dan penjualan benda yang
menjadi objek jaminan fidusia. Penyebab timbulnya eksekusi objek jaminan fidusia
adalah karena debitur atau pemberi fidusia wanprestasi tidak memenuhi prestasinya
tepat pada waktunya kepada keditur atau penerima fidusia, walaupun mereka telah
melakukan somasi.162
Benda atau objek yang dijaminkan oleh debitur kepada kreditur akan
dalam hal debitur wanprestasi maka pelaksanaan eksekusi akan lebih mudah dan pasti
dan tidak akan ada pihak-pihak yang dirugikan. Utang yang pelunasannya dijaminkan
161
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum
Jminan dan Jaminan Perorangan. (Yogyakarta: Libery Offset Yogyakarta. Cetakan ke empat 2007).
Hlm 31
162
Retno Puspa Dewi, Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jamina Fidusia. Jurnal Repertorium Volume IV No. 1
Januari-Juni 2017. Hlm 5
163
Gunawan Widjaja, Jaminan Fidusia (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000). Hlm 124-
125.
85
Salah satu ciri jaminan fidusia yang kuat itu mudah dan pasti dalam
pelaksanaan eksekusi dianut pula oleh lembaga hak jaminan kebendaan lainnya,
seperti gadai, hipotek dan hak tanggungan. Berdasarkan Pasal 15 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, sertifikat jaminan fidusia
mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukkum tetap. Berdasarkan titel eksekutorial ini penerima fidusia dapat
Fidusia mengenai eksekusi objek jaminan fidusia memberi penegasan kepastian atas
lahirya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. 166 Dasar
alasan eksekusi objek jaminan fidusia, diatur dalam Pasal 29 ayat (1) Undang–
Undang Jaminan Fidusia. Menurut Pasal tersebut hak eksekusi didasarkan kepada
164
Rachmadi Usman. Op.Cit. Hlm. 229
165
Ibid. hal 214
166
Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia,
eksekusi objek barang bergerak yang diikat dengan jaminan fidusia pada umumnya tidak melalui
lelang, tetapi hanya dengan mengefektifkan kuitansi kosong yang sebelumnya telah ditandatangani
oleh pemilik barang jaminan debitur. Sesungguhnya pada waktu yang lalu, pengikatan jaminan secara
fidusia sangat lemah karena tidak terdaftar dan tidak diumumkan. Akibatnya banyak pengikatan
fidusia yang sangat terkesan ragu-ragu. Hal ini terlihat dari banyaknya pengikatan pendamping fidusia
seperti kuasa menjual, kuitansi kosong, pengakuan hutang dan sewa beli. (Bachtiar Sibrani, Parate
Eksekusi dan Paksa Badan, Jurnal Hukum Bisnis, 2011, volume 15. Hlm 6.
86
Apabila debitur atau pemberi fidusia cidera janji, eksekusi terhadap benda
titel eksekutorial dapat dilakukan fiat eksekusi. Pasal 224 HIR tersebut menyatakan
bahwa:169
“Grosse Akta hipotik dan surat hutang yang dibuat dihadapan notaris di
Indonesia dan kepalanya berbunyi “Demi Keadilan Berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa” berkekuatan hukum sama dengan kekuatan
suatu keputusan Hakim. Jika tidak dengan jalan damai, maka surat yang
demikian dieksekusi dengan perintah dibawah pimpinan ketua Pengadilan
Negeri, yang dalam daerah hukum tempat diam atau tempat tinggal
debitur itu atau tempat kedudukan yang dipilihnya, yaitu menurut cara
yang dinyatakan dalam pasal – pasal yang lalu dalam bagian ini, tetapi
dengan pengertian bahwa paksaan badan hanya boleh dilakukan jika
sudah dengan keputusan Hakim. Jika keputusan Hakim itu harus
dilakksanakan seluruhnya atau sebagian di luar daerah hukum Pengadilan
167
Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
168
Munir fuady, Op.Cit,. Hlm 58
169
Pasal 224 HIR
87
Ada dua hal yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan sebagai grosse akta
pengakuan hutang yaitu memenuhi syarat materiil dan formil. Syarat formil
meliputi:171
170
Ahmad Fikri assegaf dan Elijana Tanzah, Penjelasan Hukum Tentang Grosse Akta,
cetakan pertama (Jakarta: National Legal Reform Program, 2010). Hlm. 54-55
171
Ibid. Hlm. 56
172
Ibid. Hlm. 58
88
mempunyai kekuatan eksekutorial sama hal nya dengan putusan pengadilan yang
Irah–irah yang ini lah yang memberikan titel eksekutorial, yakni titel yang
keputusan Pengadilan). Karena itu yang dimaksud dengan fiat eksekusi adalah
eksekusi atas sebuah akta seperti mengeksekusi suatu putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum pasti. Yakni dengan cara fiat dari ketua pengadilan, yaitu
uang maka dilakukan penjualan terhadap barang-barang yang telah disita. Sebelum
masyarakat umum mengetahuinya sehingga jika ada warga masyarakat yang berminat
membeli dapat mendatangi tempat pelelangan. Menurut HIR ada dua macam cara
yang dapat dilakukan dalam penjualan barang sitaan, yaitu dengan perantaraan kantor
lelang dan dengan dilakukan oleh juru sita atau orang yang ditunjuk secara khusus
oleh Ketua Pengadilan Negeri.174 Pelelangan umum ini dapat dilakukan tanpa
173
Munir Fuady, Op.Cit hal 59 - 60
174
Pasal 200, Herzeine Indonesisch Reglement (HIR)
89
melibatkan pengadilan. Diatur dalam Pasal 29 ayat (1) huruf b yang menyatakan
bahwa “penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan
tanpa lewat pengadilan) dengan cara menjual benda objek Fidusia tersebut secara
dibawah tangan, asalkan terpenuhi syarat–syarat untuk itu antara lain dilakukan
berdasarkan kesepakatan antara pemberi fidusia dan penerima fidusia, jika melakukan
menguntungkan para pihak, diberitahukan secara tertulis oleh debitur kepada pihak-
pihak yang berkepentingan, diumumkan oleh kreditur dan/atau debitur kepada pihak-
pihak yang berkepentingan dan yang terakhir diumumkan dalam sedikitnya dua surat
kabar yang beredar diwilayah tersebut. Dalam hal ini pelaksanaan penjualan
sebagaimana yang dijelaskan diatas dilakukan setelah lewat 1 (satu) bulan sejak
Eksekusi juga dapat dilakukan melalui gugatan biasa dikarenakan hak dari
Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia tidak pernah menyebutkan
175
Salawiah, Iwan Riswandi dan Muhammad Aini, Efektivitas Eksekusi Objek Jaminan
Fidusia Bagi Nasabah Yang Tidak Mau Menyerahkan Objek Jaminan Fidusia Secara Sukarela. Jurnal
Al’Adl, volume IX Nomor 3, Desember 2017. Hlm 343
90
tentang gugatan melalui pengadilan, dengan kata lain bahwa keberadaan Undang-
Undang tersebut secara khusus tidak meniadakan hukum secara umum atau dengan
kata lain tidak ada indikasi sedikitpun dalam Undangg-Undang Jaminan Fidusia
bertujuan untuk meniadakan ketentuan hukum acara eksekusi umum lewat suatu
hubungan hukum (perikatan) yang disepakati dalam perjanjian tersebut. hak dan
kewajiban dalam perjanjian yang dibuat antara pihak-pihak terkait dalam perjanjian
akan menentukan seperti apa jenis dan model pemenuhan prestasi yang dikehendaki
oleh perjanjian tersebut. Adapun dalam sebuah perjanjian mungkin saja tersusun atas
berbagai perikatan dan masing-masing memiliki sifat dan jenis yang berbeda-beda,
minsalnya karena para pihak yang terikat dalam perjanjian terdiri dari beberapa oran
atau mungkin beberapa pihak dan masing-masing pihak terikat dengan pihak lain
pembiayaan konsumen sebagai bentuk perjanjian khusus atau biasa dengan perjanjian
tak bernama karena tidak disebutkan secara tegas dalam buku III KUHPerdata yang
176
Ibid. Hlm 343-344
177
D.Y. Witanto. Op.Cit. Hlm 28.
91
bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang
menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi. Hal ini dapa
diartikan bahwa jaminan fidusia terjadi jika ada perjanjian kredit atau pinjam
meminjam. Proses pengajuan kredit ke bank atau lembaga pembiayaan selalu diawali
yang termuat dalam pasal 1320 KUHPerdata. Oleh karena itu kreditur (BRI cabang
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan BRI cabang Takengon dalam memberikan
kredit adalah:179
178
Reza Fikri dan Siti Malikhatun, Tinjuan Yuridis Pelaksanaan Eksekusi Objek Jaminan
Fidusia Terhadap Debitur wanprestasi. Diponegoro Law Journal, Volume 6 Nomor 1, Tahun 2017.
Hlm 4.
179
Wawancara dengan zulham, kepala sub Administrasi kredit pada BRI cabang Takengon,
pada tanggal 8 Maret 2019, jam 10:30.
92
Hal tersebut diatas berkaitan dengan Pasal 1320 KUHPerdata yang megatur
Ada beberapa bentuk kredit yang ditawarkan oleh BRI cabang Takengon
Proses pemberian kredit oleh BRI cabang Takengon dilakukan melalui 3 (tiga)
tahap yaitu:
Permohonan kredit dilakukan oleh debitur kepada pihak BRI selaku kreditur
dengan melampirkan formulir yang diberikan oleh BRI cabang Takengon dengan
180
Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
181
Wawancara dengan zulham, kepala sub Administrasi kredit pada BRI cabang Takengon,
pada tanggal 8 Maret 2019, jam 10:30.
93
dilengkapi dengan data pinjaman, data permohonan, data jaminan berisi data benda
penghasilan berisi mengenai penghasilan bersih yang diperoleh calon debitur, data
kekayaan dan referensi bank yang memuat di bank mana saja debitur memiliki
Proses analis dilakukan oleh kreditur yaitu BRI cabang Takengon yang
dilaksanakan sebagai langkah awal untuk mengendalikan resiko yang akan dihadapi
bank, menetapkan jenis kredit yang dapat diberikan kepada debitur serta bahan
a) Character
Character yaitu sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur.
Tujuannya untuk memberikan keyakinan kepada bank. Sifat atau
watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat
dipercaya.
b) Capacity
Melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit
dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta
kemampuan mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat
kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.
182
Ibid.
183
Ibid.
184
Refan Erdi, Penerapan Prinsip 5C Terhadap Pengambilan Keputusan Kredit. Volume 4,
nomor 6, Januari 2017. Hlm. 6
94
c) Capital
Capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang
dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.
Biasanya bank tidak akan bersedia untuk membiayai suatu usaha
100%, artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit
harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri.
d) Collateral
Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang
bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah
kredit yang diberikan. Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung bank
dari resiko kerugian.
e) Condition
Penilaian kredit juga dinilai dari ekonomi sekarang dan untuk masa
yang akan datang sesuai sektor masing-masing. Dalam kondisi
perekonomian yang kurang stabil sebaiknya pemberian kredit untuk
sektor tertentu jangan diberikan tetapi lebih baik baik melihat prospek
usaha yang akan datang.
Proses persetujuan kredit adalah hasil analisa yang diberikan oleh bank
kepada debitur berdasarkan dari data atau informasi yang ada, bank dapat
memutuskan apakah kredit tersebut dapat diberikan atau menawarkan kredit yang
lebih sesuai dengan kemampuan atau kebutuhan debitur atau menolak permohonan
185
Refan Erdi, Penerapan Prinsip 5C Terhadap Pengambilan Keputusan Kredit. Volume 4,
nomor 6, Januari 2017.
95
Pemberian kredit dengan jaminan fidusia pada BRI cabang Takengon terdapat
Pengikatan jaminan fidusia pada BRI cabang Takengon dilakukan dengan dua
tahap yaitu tahap pembebanan jaminan fidusia dan pendaftaran jaminan fidusia.
Pembuatan akta tersebut dilakukan dengan dua cara yaitu akta dibawah tangan dan
kedua cara tersebut sesuai dengan nilai jaminan yang akan menjadi jaminan dalam
melakukan perkreditan. Apabila nilai jaminan kurang dari Rp. 50.000.000 (lima
puluh juta rupiah) maka BRI menggunakan akta dibawah tangan sebagai pengikat
perjanjian kredit. Sebaliknya apabila nilai jaminan lebih dari Rp. 50.000.000 (lima
puluh juta rupiah) maka BRI cabang Takengon melakukan pendaftaran jaminan
186
Wawancara dengan o, kepala sub Administrasi kredit pada BRI cabang Takengn, pada
tanggal 8 Maret 2019, jam 10:30
96
fidusia sesuai dengan aturan yang berlaku dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun
kredit dengan nilai jaminan dibawah Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah)
Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, pada Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor
benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia dan
merupakan akta jaminan fidusia”. Sedangkan pada Pasal 11 ayat (1) menyatakan
Jaminan fidusia yang tidak didaftarkan dapat merugikan pihak bank sendiri,
bank tidak dapat melakukan parate eksekusi terhadap objek jaminan fidusia karena
tidak memiliki sertifikat jaminan fidusia yang memiliki kekuatan eksekutorial. Untuk
187
Ibid.
188
Wawancara dengan Syahrial Irkhaf Tanjung, Notaris pada kota Takengon, pada tanggal 9
Maret 2019, jam 12:00.
189
Diponegoro Law Journal. Op.Cit. Hlm 6
97
melalui proses normal hingga turunnya putusan pengadilan yang memiliki kekuatan
hukum tetap. Selain itu pihak bank selaku kreditur tidak mendapatkan hak preferen
Bagi bank kredit yang dibebani dengan jaminan fidusia merupakan suatu
resiko karena aset yang dikuasi oleh debitur. Setiap bank menginginkan agar kualitas
aset sehat dalam arti produktif dan dapat ditagih (collectable), namun terkadang
kredit yang diberikan kepada kreditur terkadang mengalami masalah dalam hal
atau serrtifikat yang memiliki kekuatan eksekutorial yang telah memiki kekuatan
macet. Meskipun setiap debitur yang wanpestasi akan menyebabkan kredit macet,
sebab pada saat debitur wanprestasi yang menyebabkan kredit bermasalah masih
dapat dilakukan penyelamatan kredit agar kredit tersebut tidak menjadi macet, yaitu
dengan cara reschedulling atau restrukturisasi kredit. Apabila setelah adanya upaya
190
Ibid, Hlm 6.
191
Wawancara dengan Zulham, kepala sub Administrasi kredit pada BRI cabang Takengon,
pada tanggal 8 Maret 2019, jam 10:30.
192
Diponegoro Law Jurnal, Reza Fikri dan Siti Malikhatun. Op.cit. Hlm 7
98
tercapai maka pihak Bank akan melakukan eksekusi objek jaminan fidusia.193
apakah debitur masih kooperatif atau tidak dalam usaha penyelesaiaan kredit
bermasalah itu. Bila debitur kooperatif dan ternyata kegiatan usaha debitur masih
yang tidak memiliki iktikad baik dan tidak kooperatif, maka untuk penyelesaian
kredit akan tergantung dari kuat tidaknya fisik jaminan yang dijaminkan, karena
jaminan inilah satu-satunya sumber pengembalian kredit, oleh karena itu bagi debitur
yang tidak berktikad baik ada dua strategi yang di tempuh yaitu dengan penyelamatan
bunga dari kredit dan debitur tidak bersedia untuk malakukan pembayaran angsuran
pokok atau bunga.195 Eksekusi tersebut didahului dengan surat peringatan kepada
dengan dua cara pertama dengan setifikat jaminan fidusia yang sudah berkekuatan
193
Ibid. Hlm 7
194
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, (Bandung: CV. Alfabeta,2004).
Hlm. 263.
195
Wawancara dengan Zulham, kepala sub Administrasi kredit pada BRI cabang Takengon,
pada tanggal 8 Maret 2019, jam 10:30.
99
hukum tetap yaitu terhadap jaminan yang telah didaftarkan terlebih dahulu, kedua
eksekusi objek jaminan fidusia yang diikat dengan perjanjian dibawah tangan yang
nilai jaminan kurang dari Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) yaitu eksekusi
dengan penjualan barang jaminan oleh kreditur. Eksekusi terhadap objek jaminan
kesepakatan antara para pihak yang berkepentingan dan model eksekusi tersebut
dapat melalui pelaksanaan titel eksekutorial yang ada pada sertifikat jaminan fidusia,
antara kreditur dan debitur jika dengan cara tersebut dapat menguntungkan para
perjanjian dibawah tangan BRI cabang Takengon melakukan eksekusi dengan cara
mengambil secara lansung objek jaminan fidusia sesuai dengan kesepakatan para
pihak yang diatur dalam pengikatan perjajian kredit dibawah tangan, dan pada BRI
pengadilan dikarenakan biaya yang cukup mahal dan waktu yang lama. 197
Penyelesaian kredit yang bermasalah pada BRI cabang Takengon tidak selalu
dengan eksekusi tetapi pihak bank lebih sering melakukan restrukturisasi atau
196
Ibid.
197
Ibid.
198
Ibid.
100
terhadap debitur yang kredit bermasalah menurut BRI cabang Takengon adalah
dengan cara menurunkan suku bunga kredit, mengurangi tunggakan angsuran pokok
kredit atau dengan cara memperpanjang jangka waktu kredit. Dengan cara tersebut
bank dapat mendapatkan prestasi dari debitur, dan debitur mendapat keringanan
dalam pelunasan angsuran kredit.199 Hal tersebut menguntungkan bagi bank jika
barang objek jaminan telah berkurang nilainya dan penjualan objek jaminan tersebut
pembiayaan, salah satunya adalah PT. Mandala Finance Takengon yang bergerak di
bidang jasa keuangan yang meliputi pembiayaan konsumen. Setiap tahap awal,
199
Ibid.
101
kredit sepeda motor kepada dealer. Dealer memberikan price list (harga beserta uang
muka dan angsuran) kepada konsumen. Apabila konsumen setuju dengan harga
kondisi keuangan dan karakter calon debitur, setelah disetujui perusahaan maka
ditetapkan oleh PT. Manadala Finance tersebut. Adapun besar angsuran ditentukan
berdasarkan pembayaran uang muka dan jangka waktu yang di minta oleh debitur itu
sendiri.201
200
http://mandalafinance.com//id/tentang-kami/sejarah-visi-misi/ yang diakses pada tanggal 15
mei 2019, jam 03:19.
201
Wawancara dengan Miara, administrasi PT. Mandala Finance Takengon, pada Tanggal 10
Maret 2019 jam 11:00
102
1. Bank kurang tertarik tidak cukup banyak dalam menyediakan kredit kepada
konsumen, yang umumnya merupakan kredit-kredit berukuran kecil.
2. Sumber dana yang formal lainnya banyak keterbatasan atau sistemna
kurang fleksibel atu tidak sesuai dengan kebutuhan.
3. Sistem pembayaran informal seperti yang dilakukan oleh para lintah darat
atau tengkulak dirasakan sangat mencengkram masyarakat. Sistem
pembiayaan formal lewat koperasi, seperti koperasi unit desa ternyata tidk
berkembang seperti yang diharapkan.
diserahkan kepada pihak konsumen kemudian diserahkan kembali hak miliknya oleh
debitur tersebut kepada pihak pemberi pembiayaan atau kreditur untuk dibebankan
sebagai jaminan atas hutang yang timbul dari fasilitas pembiayaan yang diberikan.
dibiayai oleh lembaga pembiayaan, atas pemberian biaya tersebut kemudian pihak
konsumen akan terhutang senilai harga pembiayaan ditambah dengan bunga dan
202
Munir Fuady, Op.Cit. Hlm 163.
103
hanya diikat oleh sebuah perjanjian pemberian jaminan, namun juga ada kewajiban
yang dibebankan kepada debitur untuk menyerahkan BPKB kendaraan kepada pihak
kreditur sebagai bentuk retensi, sebelum hutangnya lunas pihak pihak kreditur berhak
BPKB kepada pihak kreditur, maka sesungguhnya prinsip jaminan fidusia sebagai
pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan sebagaimana disebut
Jaminan Fidusia menjadi kurang tepat karena pemberian jaminan itu tidak lagi hanya
atas kepercayaan, namun telah timbul adanya penguasaan atas bukti kepemilikan dari
objek jaminan tersebut yang menimbulkan konsekuensi bahwa pihak debitur tidak
mungkin bisa menjual objek jaminan itu kepada pihak lain selain dengan cara
jaminan fidusia tersebut pada kantor pendafatran fidusia paling lama 30 (tiga puluh)
hari kelender terhitung sejak tanggal pembiayaan konsumen”. Pada PT. Mandala
203
D.Y. Witanto, Op.Cit. Hlm 135
204
Ibid. Hlm 136.
104
Finance sampai saat ini belum mendaftarkan jaminan fidusia ke kantor pendaftaran
tangan, hal tersebut dikarenakan biaya yang cukup mahal dan nilai dari objek jaminan
yang rendah.205 Namun demikian hal tersebut melanggar ketentuan yang diatur dalam
bahwa jaminan fidusia wajib untuk didaftarkan, dan Peraturan Pemerintah nomor 21
Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan
Akta Jaminan Fidusia yang menyatakan benda dijamin dengan jaminan fidusia wajib
didaftarkan secara online untuk mendapatkan sertifikat jaminan fidusia hal ini terkait
dengan aspek kekuatan hukum dalam hal pembuktian. Proses pendaftaran jaminan
fidusia secara online tidak membutuhkan waktu yang lama, sertifikat jaminan fidusia
didaftarkannya akta jaminan fidusia pada kantor pendaftaran fidusia secara online.206
konsumen sehubungan dengan penyerahan hak milik atas kendaraan bermotor dari
205
Wawancara dengan Miara, administrasi PT. Mandala Finance Takengon, pada Tanggal 10
Maret 2019 jam 11:00.
206
Wawancara Syahrial Irkhaf Tanjung, Notaris di Takengon. Pada tanggal 9 Maret, jam
11:30.
105
dengan pembebanan jaminan fidusia yang mulai berlaku pada tanggal 7 Oktober
2012.207
kredit antara konsumen dan pihak PT. Mandala Finance menyatakan bahwa: 208
Penarikan objek jaminan terhadap debitur yang wanprestasi pada PT. Mandala
melakukan peringatan terlebih dahulu kepada debitur melalui telepon, dan apabila
cara tersebut belum juga mendapatkan iktikad baik dari debitur maka PT. Mandala
hadapan debitur, jika hal tersebut juga belum mendatangkan iktikad baik debitur
terhadap pelunasan hutang-hutang nya maka pihak PT. Mandala Finance melakukan
eksekusi secara langsung oleh petugas penagihan PT Mandala Finance atau CR Field
207
Yuzrizal, Aspek Pidana dalam Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia, (Malang: Media Nusantara Creative, 2015). Hlm. 74.
208
pasal 7 dari rangkuman perjanjian kredit antara konsumen dan pihak PT. Mandala
Finance.
106
terhadap objek jaminan yang berada dalam penguasaan debitur. Setelah dilaksanakan
penarikan barang objek jaminan oleh pihak PT. Mandala Finance debitur masih
diberikan waktu jika ingin melakukan penebusan terhadap objek jaminan yang
dieksekusi oleh pihak kreditur yaitu PT. Mandala Finance. Pada PT. Mandala
Finance tidak ada pengembalian dana terhadap debitur209, hal tersebut tidak sesuai
dengan ketentuan Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tetang
Jaminan Fidusia yang menyatakan bahwa “Dalam hal eksekusi melebihi nilai
penerima fidusia” Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tetang
Jaminan Fidusia”.
oleh BRI cabang Takengon dan PT. Mandala Finance apabila debitur tidak dapat
membuahkan hasil. Eksekusi benda jaminan ini merupakan cara untuk mendapatkan
pelunasan utang debitur dengan cara menjual objek jaminan, hasil penjualan benda
209
Pasal 7 dari pernyataan nasabah PT. Mandala Finance “konsumen bersedia menitipkan atau
ditarik oleh PT. Mandala Finance apabila lewat 1 (satu) hari dari tangga jatuh tempo belum ada
kejelasan mengenai pembayaran angsurannya dan apabila unit yang ditarik atau dikembalikan maka
uang Dp dan angsuran yang telah dilabayarkan tidak dikembalikan.”
107
seperti droit de suite (jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek
jaminan fidusia dalam tangan siapa pun benda tersebut berada), kecuali
kebendaannya berdasarkan pengalihan hak atas hutang (cessie), dengan demikian hak
atas jaminan fidusia merupakan hak kebendaan mutlak dan hak preferensi (hak
istimewa yang dimiliki oleh yang berpiutang atau memberi kedudukan haak yang
didahulukan kepada kreditur terhadap kreditur lainnya) tidak melekat pada kreditur.
Sehingga dapat dikatakan, konsekuensi yuridis bagi kreditur tidak mendaftarkan akta
jamina fidusia tidak mendapatkan perlindungan hukum sesuai dengan yang diatur
Kewajiban atas pendaftaran jaminan fidusia termuat dalam Pasal 11 ayat (1)
bahwa “benda yang dibebani jaminan fidusia wajib didaftarkan” 211 adapun penjelasan
dari Pasal tersebut adalah “pendaftaran benda yang didebani dengan jaminan fidusia
benda, baik benda yang berada di dalam maupun diluar wilayah negara Republik
terhadap kreditur lainnya mengenai benda yang telah dibebani jaminan fidusia.212
Undang Jaminan Fidusia dan aturan pelaksananya, maka perjanjian fidusia tersebut
masuk dalam katagori perjanjian dibawah tangan, sebagaimana yang telah dijelaskan
210
Tan Kamello, Op.Cit.Hlm. 213-216.
211
Pasal 11 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan fidusia
212
Penjelasan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan fidusia
108
sebelumnya akibat dari tidak didaftarkannya jaminan fidusia tersebut kreditur tidak
yang memilliki kekuatan hukum tetap maka dapat dilaksanakan eksekusi terhadap
objek jaminan yang sebelumnya tidak didaftarkan oleh kreditur. setelah mendapatkan
hak untuk mengeksekusi objek jaminan fidusia, kreditur berhak untuk mendapatkan
pelunasan hutang dari penjualan objek jaminan secara dibawah tangan kreditur
sendiri dan apabila hasil eksekusi melebihi nilai pinjaman, penerima fidusia wajib
mengembalikan kelebihan tersebut kepada penerima fidusia atau debitur, seperti yang
dijelaskan dalam pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tetang
Jaminan Fidusia “ dalam hal hasil eksekusi melebihi nilai pinjaman, penerima fidusia
Tahun 1999 tetang Jaminan Fidusia, terdapat banyak kendala dalam hal melakukan
eksekusi salah satu nya adalah debitur tidak sukarela memberikan objek jaminan
213
Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tetang Jaminan Fidusia
109
fidusia yang berada dalam penguasaannya 214dalam hal seperti ini pengadilan
menetapkan juru sita yang ditugaskan untuk melaksanakan ekskusi jaminan fidusia,
jika nilai dari penjualan eksekusi tersebut bekum mencukupi pelunasan hutang
debitur, maka debitur wajib melaksanakan pelunasan hutang kepada kreditur sesuai
dengan putusan pengadilan. Jika jaminan fidusia sebagai jaminan yang terdaftar pada
kepada aparat kepolisian agar mendapatkan eksekusi yang aman dengan syarat
bahwa215:
214
Wawancara dengan zulham, kepala sub Administrasi kredit pada BRI cabang Takengon,
pada tanggal 8 Maret 2019, jam 10:30.
215
Pasal 6 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Repulik Indonesia Nomor 8 Tahun 2011.
110
BAB IV
diutamakan dari pada kreditur-kreditur lainnya yang disebutkan secara tegas dalam
preferen, yaitu kedudukan istimewa dari seorang kreditur untuk didahulukan dalam
fidusia dalam hal debitur wanprestasi. Pelaksanaan eksekusi objek jaminan fidusia
diatur dalam Pasal 29 ayat (1), berdasarkan pasal tersebut eksekusi terhadap jaminan
15 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang Jaminan Fidusia bahwa sertifikat
216
Pasal 29 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
111
111
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
112
penjualan tersebut.217
ada harus melalui penjualan umum atau pelelangan. Baik pelaksanaan eksekusi yang
melalui prosedur beslag (sita) ataupun berdasakan janji untuk menjual atas kekuasaan
sendiri (parate eksekusi). Ternyata penjualan umum ini tidak dapat berjalan dengan
lancar dan banyak menimbulkan kerugian –kerugian baik bagi kreditur maupun bagi
debitur. Yaitu karena adanya biaya penjualan secara umum/lelang yang cukup tinggi
yang dapat memberatkan bagi pihak debitur maupun kreditur. Juga terjadinya harga
penjualan yang rendah, sehingga merugikan bagi kreditur sebagai pihak akan
217
Pasal 29 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
“penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan penerima fidusia sendiri melalui
pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangny dari hasil penjulan”.
218
Pasal 29 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
112
meminta pelunasan hutang dari penjualan tersebut. Oleh karena itu dalam praktek
sering terjadi bahwa eksekusi dilakukan melalui penjualan dibawah tangan, agar
memperoleh harga yang tinggi, yaitu berdasarkan harga tertinggi dari calon pembeli
yang disetujui oleh kedua belah pihakyaitu debitur dan kreditur. Dalam praktek sering
terjadi bahwa kreditur menyetujui agar debitur menjual sendiri benda jaminan dengan
pengawasan dari bank dan pembayarannya dilakukan dihadapan kreditur dan debitur,
agar tercapai harga penjualan yang tinggi sebagaimana diharapkan bersama maka
Larangan janji yang berkaitan dengan eksekusi terhadap benda yang menjadi
Sebaliknya dalam hal pemberi fidusia tidak menyerahkan benda yang menjadi objek
jaminan fidusia pada waktu eksekusi dilaksanakan, kreditur berhak untuk mengambil
219
Sri Soendewi Masjchoen Sofwan,Hukum Jaminan Di Indonesia Pokok-Pokok Hukum
Jaminan Dan Jaminan Perorangan, Cetakan kelima (Yogyakarta: Liberty Offset Yogyakarta, 2011)
Hlm 35-36.
220
Rachmadi Usman, Hukum Kebendaan. Cetakan pertama (Jakarta: Sinar Grafika Offset,
2011). Hlm 296
113
benda yang menjadi objek jaminan fidusia fidusia dan apabila perlu meminta bantuan
Fidusia, ada beberapa hambatan yang menjadikan kreditur sulit untuk melaksanakan
Pada BRI cabang Takengon jaminan fidusia dilakukan melalui dua cara yaitu
dengan melakukan pendafaran jaminan fidusia dan yang tidak dengan pendaftaran
jaminan fidusia. Adapun hal yang menjadi hambatan bagi BRI cabang Takengon
tidak mendaftarkan jaminan fidusia adalah adanya ketentuan yang mengatur tentang
jumlah minimal nilai objek jaminan yang dapat didaftarkan yaitu Rp. 50.000.000
(lima puluh juta rupiah)222 bagi barang jaminan fidusia yang dibawah nilai tersebut
tidak dapat dilakukan pendaftaran jaminan fidusia secara online oleh Notaris,
Adanya ketentuan dari nilai objek jaminan fidusia juga berlaku pada BPR
5.000.000,- (lima juta rupiah) ke bawah, maka menggunakan akta dibawah tangan
221
Ibid. Hlm 296
222
Wawancara Syahrial Irkhaf Tanjung, Notaris di Takengon. Pada tanggal 9 Maret 2019
223
Hasil penelitian dari Reza Fikri Muhammad, tinjauan pelaksanaan eksekusi objek jaminan
fidusia terhadap debitur wanprestasi (studi pada PT. ARTOMORO Semarang, dalam Jurnal Volume 6
Nomor 1 Tahun 2017.
114
dan jika nominal barang objek jaminan melebihi nilai tersebut maka dilakukan
dengan cara pembuatan akta notariil dan dilakukan pendaftaran jaminan fidusia.
Berbeda dengan Notaris X di kota Medan yang menyatakan bahwa tidak ada
batasan tertentu dari nilai objek jaminan fidusia dalam pendaftaran jaminan fidusia.224
Artinya setiap objek jaminan yang dibebankan dengan jaminan fidusia dapat
didaftarkan oleh Notaris secara online sebagaimana yang ditentukan dalam Peraturan
Menteri hukum dan HAM No. 10 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan
kredit dengan ditentukan jumlah nilai objek jaminan fidusia mengakibatkan akta
tersebut tidak dapat didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia. Hal ini merupakan
pelanggaran terhadap Undang-Undang Jaminan Fidusia Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 11
ayat (1). Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Jaminan Fidusia menyatakan bahwa
pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa
Indonesia dan merupakan Akta Jaminan Fidusia. sedangkan pasal 11 ayat (1)
Oleh karena hal tersebut BRI cabang Takengon hanya melakukan perjanjian
dilakukan hanya dengan kekuatan yang disepakati para pihak dalam perjanjian
224
Wawancara Notaris X Medan, pada Tanggal 26 Juni 2019.
225
Wawancara dengan zulham, kepala sub Administrasi kredit pada BRI cabang Takengon,
pada tanggal 8 Maret 2019
115
(debitur) dengan ini memberi kuasa kepada pihak kedua (kreditur) untuk mengambil
dan menjual barang, baik secara dibawah tangan maupun dimuka umum dan untuk
mengambil pelunasannya atas pinjaman pihak pertama, kuasa tidak dapat dibatalkan
oleh apapun atau sebab-sebab sebagaimana diatur dalam pasal 1813 KUHPerdata”226
Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dan ketentuan yang ada
tersebut, termasuk ketentuan eksekusi objek jaminan fidusia yang disebabkan oleh
memiliki objek yang menjadi jaminan fidusia tersebut yang diserahkan oleh pemberi
fidusia atau debitur. Walaupun pada dasarnya barang yang telah dipindah tangankan
itu milik debitur akan tetapi debitur telah menyerahkan kepada kreditur sebagai
jaminan fidusia yang tentunya perbuatan tersebut sudah melalui dengan bentuk
226
Pasal 5 dalam perjanjian penyerahan hak kepemilikan secara kepercayaan, pada BRI
cabang Takengon.
116
setiap akan melakukan tindakan yang berkaitan dengan objek jaminan fidusia tersebut
benda objek jaminan fidusia sesuai dengan maksud dan tujuannya dengan kewajiban
untuk memelihara dan memperbaiki semua kerusakan benda atas biaya dan
tanggungan debitur sendiri. Dan debitur juga dilarang untuk menyewakan benda
rinci menjelaskan tentang sebab akibat dari musnahnya barang jaminan. Terkait
yang menjadi objek jaminan adalah salah satu bagian atau alasan dari hapusnya
jaminan fidusia. Sehingga tidak nampak secara rinci yang dimaksud dengan
musnahnya benda jaminan yang menjadi objek jaminan tersebut. Namun berdasarkan
penafsiran yang dilandasi pada penertiban secara umum dari kata “musnah” maka
diartikan sebagai lenyap atau hilangnya barang yang menjadi objek jaminan.229
tanggungjawab terhadap objek jaminan fidusia yang hilang230, dan debitur dapat
227
Yurizal. aspek pidana dalam Undang – Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia, (Malang : media Nusa Creative). Hlm 69.
228
J. Satrio, Hukum Jaminan Kebendaan . (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002). Hlm. 131.
229
Ida Bagus Gde Surya, Tanggung Jawab Debitur Terhadap Musnasnya Objek Jaminan
Fidusia dalam Perjanjian Kredit. Https://ojs.unud.ac.id. Hlm. 3, diakses pada tanggal 19 Mei 2019
jam 22:51.
230
Wawancara dengan zulham, kepala sub Administrasi kredit pada BRI cabang Takengon,
pada tanggal 8 Maret 2019.
117
mengganti hutang lama dengan huang yang baru, dalam hal ini yang diganti adalah
asuransi, benda jaminan diasuransikan dan sisa dari pinjaman kredit yang belum
lunas tetap dilunasi oleh pihak debitur. Tetapi jika benda jaminan tidak diasuransikan
kredit kepada kreditur. Hal ini dikarenakan debitur telah terikat dalam perjanjian
tindakan atau kesalahan (kesengajaan atau kelalaian) dari pihak pemberi fidusia, baik
yang timbul karena hubungan kontraktual atau timbul dari perbuatan melanggar
hukum, sehubungan dengan penggunaan dan pengalihan benda yang menjadi objek
jaminan fidusia”.233
penggunaan atau pengalihan objek jaminan fidusia, maka pihak kreditur memiliki
231
Pada pasal 2 dari pernyataan nasabah PT. Mandala Financemenjelaskan bahwa “konsumen
mendapatkan jaminan asuransi kehilangan/TLO (bukan kecelakaan) selama mas angsuran. Jika
kehilangan dikarenakan pencurian, perampasan, perampokan (bukan penipuan / gendam), penggelapan
maka konsumen berkewajiban melengkapi semua dokumen yang diperlukan untuk proses klaim
asuransi dan tetap membayar angsuran kredit selama proses klaim berlangsung dan kepadanya tidak
ada pengganti kendaraan baru.”
232
Ida Bagus Gde Surya.Op.Cit. Hlm 4
233
Pasal 24 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
118
prestasi dari kredit yang diberikan kepada debitur, dengan kata lain bahwa debitur
bertanggungjawab penuh terhadap objek jaminan fidusia yang musnah atau hilang.
menyesatkan yang jika hal tersebut diketahui oleh salah satu pihak tidak melahirkan
perjanjian jaminan fidusia, dipidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama (lima) Tahun dan denda paling sedikit Rp. 10.000,00,- (sepuluh ribu rupiah)
Penerima fasilitas atas nama artinya debitur yang tertulis dalam pengingatan
jaminan berbeda dengan debitur yang menguasi objek jaminan. Dan memanfaatkan
identitas pihak lain untuk mendapatkan pembiayaan dari kreditur, hal ini dilakukan
karena:235
bahwa harta kekayaan debitur menjadi jaminan hutang untuk segala perikatan yang
234
Pasal 35 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
235
Wawancara dengan Miara, administrasi PT. Mandala Finance Takengon, pada Tanggal 10
Maret 2019.
119
dibuatnya.236 Prinsip ini kurang memberikan rasa perlindungan yang cukup aman
bagi kreditur. Untuk menutupi adanya kelemahan itu, perlu diperjanjikan secara
khusus benda-benda tertentu dari debitur diikat sebagai jaminan hutang. Hukum
jaminan yang diperjanjikan adalah hipotik, hak tanggungan, gadai, jaminan fidusia
dan jaminan perorangan. Secara teoretis jika seorang debitur pemberi fidusia
wanprestasi terhadap objek jaminan fidusia dapat dilakukan eksekusi. 237 Dalam hal
eksekusi jika harga jual benda jaminan melebihi hutang debitur, kreditur penerima
Sebaliknya apabila hasil eksekusi tidak mencukupi untuk membayar hutang, debitur
Salah satu faktor BRI cabang Takengon tidak serta merta melakukan eksekusi
terhadap objek jaminan yang disebabkan debitur wanprestasi adalah karena nilai dari
objek jaminan yang berkurang, hal tersebut terkadang belum cukup untuk melunasi
hutang dari debitur. Terhadap hal tersebut BRI cabang Takengon menyelesaikan
secara kekeluargaan sesuai dengan kesepakatan para pihak, BRI cabang Takengon
memberikan keringanan dapat berupa pengurangan bunga atau jumlah angsuran yang
236
Prinsip Hukum jaminan yang tercantum dalam pasal 1131 KUHPerdata “segala barang-
barang bergerak dan tidak bergerak milik debitur, baik yang sudah ada maupun yang akan ada,
menjadi jaminan untuk perikatan-perikatan perorangan debitur itu”.
237
Tan Kamello. Op.Cit. Hlm 330
238
Pasal 34 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
239
Wawancara dengan zulham, kepala sub Administrasi kredit pada BRI cabang Takengon,
pada tanggal 8 Maret 2019.
120
hutang dari debitur, dan debitur mendapatkan keringanan untuk melunasi hutang
tersebut.
Salah satu hambatan yang sering terjadi dalam pelaksanaan eksekusi objek
jaminan fidusia adalah debitur pindah tanpa sepengetahuan kreditur, hal tersebut
tanpa pengetahuan kreditur merupakan suatu iktikad buruk dari debitur dalam
melakukan penarikan paksa terhadap objek jaminan fidusia yang dilakukan oleh debt
collector.
maupun peraturan pelaksananya tidak mengatur lebih lanjut mengenai tata cara
eksekusi objek jaminan fidusia, sehingga pihak kreditur yang akan melakukan
eksekusi jaminan fidusia menggunakan cara yang menurut mereka benar. Akibatnya
eksekusi objek jaminan fidusia sering dianggap tindak perampasan. Selain itu dalam
lebih lanjut mengenai pihak yang berwenang untuk dimintai bantuan melakukan
240
Ibid.
121
Pada PT. Mandala Finance sampai saat dilakukan penelitian ini belum
melakukan pembuatan akta jaminan fidusia dan tidak mendaftarkan objek jaminan
tentang Jaminan Fidusia. Hal tersebut merupakan suatu hambatan bagi PT. Mandala
Finance dalam melakukan eksekusi objek jaminan fidusia, karena eksekusi tidak
dapat dilakukan tanpa adanya sertifikat jaminan fidusia. Tetapi, pada prakteknya PT.
Mandala Finance tetap melakukan penarikan terhadap objek jaminan fidusia dengan
petugas-petugas khusus yang ditunjuk oleh PT. Mandala Finance untuk melakukan
Selain tidak dapat melakukan eksekusi bagi lembaga pembiayaan seperti PT.
Mandala Finance dapat dikenakan sanksi yang telah ditentukan dalam Peraturan
122
diterbitkan.
130/PMK.010/2012.
ssertifikat jaminan fidusia. Hal ini sesuai dengan UU no 42 Tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia dan secara tidak langsung untuk memberikan keadilan dan
241
Yurizal. Op.Cit. Hlm 33
123
diterbitkan.
kurang paham mengenai jaminan fidusia, sehingga sering kali mereka menyepelekan
jaminan. Selain itu masyarakat tidak mengetahui apakah barang jaminan tersebut
dapat dibebankan dengan jaminan lain atau tidak, oleh karena hal tersebut banyak
debitur yang membebankan kembali objek jaminan fidusia dengan cara gadai. 242
B. Upaya Yang Dilakukan Bank BRI Cabang Takengon dan PT. Mandala
Finance Dalam Menyelesaikan Eksekusi Objek Jaminan Fidusia yang
Tidak Didaftarkan
dijadikan objek jaminan fidusia. Oleh karena itu, debitur pemberi fidusia harus
melakukan pemeliharaan agar benda jamina fidusia dalam keadaan relatif baik. 243
Debitur pemberi fidusia wajib mengganti benda jaminan fidusia apabila benda
tersebut rusak, hilang atau tidak dapat dipakai lagi. Kewajiban debitur pemberi
fidusia harus diletakkan dalam logika berfikir bahwa kreditur penerima fidusia
memiliki hak atas benda jaminan fidusia dalam kaitannya dengan penjaminan hutang
242
Ibid.
243
Tan Kamello. Op.Cit. Hlm 302.
124
debitur. Realisasi ini lebih semakin jelas ketika debitur melakukan wanprestasi yakni
debitur adalah dengan meletakkan sita atas objek jaminan fidusia yang kemudian
negosiasi dengan debitur agar para pihak mendapatkan keuntungan. BRI cabang
Takengon tidak selalu dengan eksekusi tetapi pihak bank lebih sering melakukan
Kebijakan yang dapat diberikan oleh BRI cabang Takengon adalah dengan
cara menurunkan suku bunga kredit, mengurangi tunggakan angsuran pokok kredit
atau dengan cara memperpanjang jangka waktu kredit. Dengan cara tersebut bank
244
Ibid. Hlm 302
245
Wawancara dengan zulham, kepala sub Administrasi kredit pada BRI cabang Takengon,
pada tanggal 8 Maret 2019.
125
dapat mendapatkan prestasi dari debitur dan debitur mendapat keringanan dalam
pelunasan angsuran kredit.246 Dalam hal benda jaminan hilang atau musnah debitur
pemberi fidusia tetap berkewajiban untuk melunasi hutang kepada kreditur. 247
pendaftaran jaminan fidusia dan mendapatkan sertfikat jaminan fidusia. Berbeda jika
pengadilan.
pelunasan hutang debitur yang wanprestasi. Salah satu upaya yang dilakukan BRI
Cabang Takengon dalam melakukan eksekusi yang tidak didaftarkan adalah dengan
secara kepercayaan terhadap barang, kepada pihak kedua sebagaimana pihak kedua
setuju untuk menerima penyerahan tersebut dari pihak pertama sebagai jaminan atas
246
Ibid.
247
Pasal 24 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia “penerima
fidusia tidak menanggung kewajiban atas akibat tindakan atau kelalaian pemberi fidusia baik yang
timbul karena hubungan kontraktual atau yang timbul dari perbuatan melanggar hukum sehubungan
dengan penggunaan dan pengalihan benda yang menjadi objek jaminan fidusia”.
126
sebagaimana daftar terlampir dan ditandatangani oleh pihak pertama dan merupakan
dengan ini memberikan kuasa kepada pihak kedua untuk mengambil dan menjual
barang yang dimaksud baik secara dibawah tangan maupun dimuka umum untuk
mengambil pelunasannya atas pinjaman pihak pertama, kuasa mana tidak dapat
dibatalkan oleh apapun atau sebab-sebab sebagaimana diatur dalam pasal 1813
dapat melakukan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia apabila debitur wanprestasi
yang dilakukan BRI cabang Takengon tersebut merupakan suatu perbuatan melawan
Pasal 11 ayat (1) dari Undang-Undang Jaminan Fidusia menjelaskan bahwa jaminan
diatur dalam Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Jaminan fidusia yang merupakan
248
Pasal 1perjanjian penyerahan hak kepemilikan secara kepercayaan BRI Cabang Takengon.
249
Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia,
127
Akibat hukum bagi penerima fidusia yang tidak membuat akta jaminan fidusia
dalam bentuk akta notaris ataupun tidak mendaftarkan ke kantor pendaftaran fidusia,
maka kreditur tidak dapat langsung melakukan eksekusi terhadap objek jaminan
proses memakan waktu yang panjang. Oleh karena itu Mahkamah Agung
Suatu hal yang menarik dari PERMA No 2 Tahun 2015 adalah kewajiban
hakim untuk berperan aktif dalam bentuk memberikan pejelasan mengenai acara
menjelaskan upaya hukum yang dapat ditempuh para pihak.251 Hal tersebut dapat
dilakukan kreditur yaitu BRI cabang Takengon apabila melaksanakan eksekusi tanpa
Upaya dapat dilakukan kreditur terhadap eksekusi objek jaminan yang tidak
250
Pasal 1 ayat (1) PERMA No. 2 Tahun 2015 menyatakan bahwa “penyelesaian gugatan
sederhana adalah tata cara pemeriksaan di persidangan terhadap gugatan perdata dengan nilai gugatan
paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) yang diselesaikan dengan tata cara
pembuktiannya sederhana.”
251
MA tetapkan kriteria perkara Small Claim Court. Https://m.hukumonline.com, 2015
128
banyak dari lembaga pembiayaan yang tidak mendaftarkan jaminan fidusia dan juga
tidak didaftarkan, melainkan hanya melakukan penarikan dengan jasa debt collector.
Indonesia Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia jika
Mandala Finance dalam melaksanakan eksekusi dengan cara penarikan secara paksa
dari debitur adalah suatu perbuatan melawan hukum yang dapat di tindak lanjuti
dengan tuntutan pidana perampasan hak milik sesuai dengan pasal 368 KUHP.
129
dicatatkan dalam Buku Daftar Fidusia. Jika ketentuan tersebut tidak terpenuhi maka
Undang Jaminan Fidusia. Salah satu hak kreditur adalah dapat melakukan eksekusi
terhadap objek jaminan fidusia yang dibebankan dengan jaminan fidusia sesuai
terhadap objek jaminan fidusia jika debitur wanprestasi. Oleh karena hal tersebut
pendaftaran jaminan fidusia telah lebih dahulu dilaksanakan oleh kreditur dan debitur
wanprestasi adalah tetap dapat dilakukan eksekusi objek jaminan fidusia karena
walaupun sudah terlambat dan tetap mengeluarkan sertifikat jaminan fidusia untuk
252
Tharina Mahaswani, Akibat hybHukum Pendaftaran Jaminan Fidusia Setelah Debitur
wanprestasi , 2014. Hlm. 2
130
dibawah tangan oleh sebagian kreditur dan jaminan perlindungan kepada kreditur
bisanya dilakukan dengan kesepakatan kuasa jual atau kesediaan bahwa barang
tersebut akan diambil secara fisik. Apabila debitur lalai dalam melaksanakan
Fidusia sudah mengatur cara eksekusi yang memberikan rasa keadilan dan kepastian
dilakukan apabila debitur wanprestasi. Pasal 4 dari perjanjian kredit antara konsumen
dan PT. Mandala Finance menyatakan bahwa “akibat wanprestasi maka konsumen
Financedalam kondisi baik / seperti awal pengambilan unit dan kepadanya diberikan
kewajibannya”.253 Selanjutnya dijelaskan kembali pada Pasal 8 ayat (2) ketentuan dan
“perusahaan berhak untuk menarik kembali kendaraan tersebut dari konsumen atau
253
Pasal 4 dari perjanjian kredit antara konsumen dan PT. Mandala Finance
131
dari pihak lain yang menguasai kendaraan, pada setiap waktu dan tempat tanpa
kuasa penarikan yang dibuat oleh PT. Mandala Finance untuk dapat melakukan
eksekusi terhadap objek jaminan fidusia yang tidak didaftarkan kepada Kantor
Pendaftaran Fidusia, hal tersebut tidak sesuai dengan aturan yang ada dalam Undang-
berupa peringata, pembekuan kegiatan usaha dan pencabutan izin usaha bagi kreditur
Dalam hal penarikan objek jaminan tentunya tidak mudah, banyak diantara
debitur yang mengalihkan objek jaminan, objek jaminan hilang, objek jaminan tidak
berada pada wilayah kerja PT.Mandala Finance Takengon, hal tersebut merupakan
jaminan fidusia meskipun PT. Mandala Finance tidak mendaftarkan objek jaminan
132
hambatan tesebut adalah menawarkan kebijakan kepada debitur jika debitur masih
debitur untuk untuk menunjukkan rincian pelunasan dan jika barang objek jaminan
telah dialihkan maka kreditur meminta debitur untuk menunjukkan benda objek
Keuntungan dari negosiasi antara PT. Mandala Finance dan debitur atau
konsumen adalah kreditur dapat melakukan penarikan objek jaminan dengan cepat
tanpa adanya hambatan dari debitur yang tidak mau memberikan objek jaminan
secara sukarela dan adanya kewajiban bagi debitur untuk membayar denda kelalaian
membayar angsuran kredit kepada kreditur. Pada tahap ini kreditur dapat mengetahui
apakah debitur mau menebus objek jaminan fidusia yang ditarik oleh PT. Mandala
Finance beserta denda dari penunggakan angsuran atau memberikan objek jaminan
fidusia secara sukarela kepada pihak debitur. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 3
Perjanjian kredit antara konsumen dan PT. Mandala Finance adalah “jika terjadi
sebesar 0,5 % dari nilai angsuran terhitung dari hari kedua dari tanggal jatuh tempo
yang telah ditetapkan dan konsumen dianggap telah melakukan wanprestasi atau
lalai”.254
Berbeda halnya apabila objek jaminan fidusia pada PT. Mandala Finance
hilang atau musnah maka PT. Mandala Finance mengupayakan debitur untuk
133
Kendaraan yang termaktub dalam perjanjian ini akan diasuransikan dengan kondisi
TLO (Total Loss Only) yaitu asuransi yang hanya menjamin kerugian akibat
kerugian sama dengan atau lebih dari 75 % dari harga kendaraan tersebut.256Akan
tetapi pada PT. Mandala Finance.tidak ada pengantian kendaraan baru jika objek
255
Pada pasal 2 dari pernyataan nasabah PT. Mandala Financemenjelaskan bahwa “konsumen
mendapatkan jaminan asuransi kehilangan/TLO (bukan kecelakaan) selama mas angsuran. Jika
kehilangan dikarenakan pencurian, perampasan, perampokan (bukan penipuan / gendam), penggelapan
maka konsumen berkewajiban melengkapi semua dokumen yang diperlukan untuk proses klaim
asuransi dan tetap membayar angsuran kredit selama proses klaim berlangsung dan kepadanya tidak
ada pengganti kendaraan baru.”
256
Prosedur claim asuransi sesuai dengan Pasal 4 dan 5 ketentuan dan syarat-syarat dari
perjanjian konsumen pada PT. Mandala Finance cabang Takengon.
134
BAB V
A. Kesimpulan
1. Akibat hukum bagi kreditur yang tidak mendaftarkan objek jaminan fidusia
jaminan fidusia yang tidak didaftarkan yaitu eksekusi objek jaminan fidusia
yang diikat dengan perjanjian dibawah tangan yang nilai jaminan kurang dari
Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) dengan cara mengambil secara
lansung objek jaminan fidusia sesuai dengan kesepakatan para pihak yang
kepercayaan terhadap barang objek jaminan yang dibuat antara BRI cabang
Takengon dengan Debitur, dan pada BRI cabang Takengon belum pernah
yang tidak didaftarkan adalah dengansurat kuasa penarikan yang dibuat oleh
135
135
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
136
PT. Mandala Finance dalam perjanjian dengan debitur dan ekekusi dilakukan
nilai objek jaminan yang dapat didaftarkan yaitu Rp. 50.000.000 (lima puluh
juta rupiah), proses eksekusi membutuhkan waktu yang lama, objek jaminan
fidusia musnah, penerima fasilitas atas nama, nilai barang yang menjadi
objek jaminan berkurang dan debitur pindah alamat, dan hambatan yang tidak
jaminan fidusia,
Hambatan bagi PT. Mandala Finance dalam eksekusi adalah PT. Mandala
fidusia.
Upaya yang dapat dilakukan kreditur BRI cabang Takenggon da PT. Mandala
136
B. Saran
debitur wanprestasi
2. Pelaksanaan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia yang dilakukan oleh bank
Jaminan Fidusia yang mengatur secara jelas sanksi terhadap kreditur yang tidak
mendaftarkan jaminan fidusia, dengan begitu hak dan kewajiban bagi kreditur
3. Hambatan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia pada BRI cabang Takengon
dan PT. Mandala Finance ada karena objek jaminan fidusia tidak didaftarkan.
Agar tidak ada hambatan dalam eksekusi BRI Cabang Takengon dan PT.
tersebut tidak didaftarkan, agar eksekusi dapat dilakukan terhadap debitur yang
wanprestsi.
137
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ali, Achmad., 2002. Menguak Tabir Hukum, Suatu Kajian Filosofis dan Sosiogis.
Jakarta, Toko Gunung Agung.
Badrulzaman, Mariam Darus., 1991. Bab Tentang Kredit Verband, Gadai dan
Fidusia. Bandung : Citra AdityaBakti.
Brahn, O.K.., 2001. Penggadaian Diam – Diam dan Retensi Milik Menurut
Hukum yang Sekarang dan yang Akan Datang. Jakarta : TataNUSA.
Fuady, Munir, 2003, Jaminan Fidusia, Bandung: P.T Citra Aditya Bakti.
Haarlem, Schoulten Van Oud., asas konkordansi yang diikuti Indonesia adalah
konkordansi sempit (enge concordantie).
Kamello, Tan., 2006, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan yang Didambakan,
Bandung , P.T. Alumni.
Kansil. C.S.T., 1982., Pengantar Ilmu Hukum Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka.
138
Prajitno, Andreas Albertus Andi., 2010. Hukum Fidusia. Malang, Selaras Malang.
Satrio, J., 2002. Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, Bandung, Citra
Aditya Bakti.
Tiong, Oey Hoey., 1985. Fidusia Sebagai Jaminan Unsur-unsur Perikatan. Jakarta:
Ghalia Indonesia
Tutik, Triwulan Titik., 2011, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional,
Jakarta, Kencana.
139
Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani., 2006. Jaminan Fidusia. Jakarta: PT Raja
Grapindo persada
Yurizal., aspek pidana dalam Undang – Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia, Malang, media Nusa Creative.
B. Jurnal
Fikri , Reza dan Siti Malikhatun., 2017. Tinjuan Yuridis Pelaksanaan Eksekusi
Objek Jaminan Fidusia Terhadap Debitur wanprestasi. Diponegoro Law
Journal, Volume 6 Nomor 1, Tahun 2017.
Laksana, Agra Putra Abdi., “Perjanjian kredit pada koperasi simpan pinjam (KSP)
dengan jaminan fidusia yang tidak didaftarkan”,
http://repository.unej.ac.id diakses pada tanggal 15 Januari 2019.
140
Rachellariny, Rega Satya., 2016. eksekusi objek jaminan fidusia yang tidak
didaftarkan lembaga keuangan non bank. Privat law vol. IV, 2016.
Sibrani, Bachtiar., 2011. Parate Eksekusi dan Paksa Badan, Jurnal Hukum Bisnis,
volume 15. Hlm 6.
Rachellariny, Rega Satya., “eksekusi objek jaminan fidusia yang tidak didaftarkan
lembaga keuangan non bank”, privat law vol. IV, 2016.
C. Peraturan perundang-undangan
Peraturan Pemerintah Repbubik Indonesia No. 21 Tahu 20165 tentang Tata Cara
Penaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia.
141
Peraturan Menteri hukum dan HAM No. 10 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik.
D. Internet
http://mandalafinance.com//id/tentang-kami/sejarah-visi-misi/
Bob Horo & Partners Advocates, Legal Consultans & Legal Auditors, Akibat hukum
jaminan fidusia yang tidak didaftarkan. http://bhp.co.id/akibat-hukum-
jaminan-fidusia-yang-tdak-didaftarkan/,
Grace p. Nugroho, Eksekusi Terhadap Benda Objek Jaminan Fidusia Dengan Akta
Dibawah Tangan. https://hukumonline.com
142