HAK TANGGUNGAN
Disusun Oleh :
NIM :12218042
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NAROTAMA
SURABAYA
2020
i
TESIS
TANGGUNGAN
Disusun Oleh :
NIM :12218042
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NAROTAMA
SURABAYA
2020
ii
Lembar Pengesahan
TANGGUNGAN
Mengetahui
Universitas Narotama
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Bersama ini saya menyatakan bahwa Tesis ini bukan merupakan karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar Magister di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya / pendapat yang pernah
ditulis oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
sanksi akademis dan sanksi lain yang diberikan oleh pihak yang berwenang dan
berlaku.
Surabaya, 2020
NIM:12218042
iv
ABSTRAK
Latar belakang penulisan tesis ini dikarenakan terdapat fakta hukum yakni
gugatan yang timbul atas perjanjian kredit yang ditujukan kepada kreditur oleh
terhadap isi perjanjian kredit yang mengakibatkan kerugian debitur dan notaris
selaku pejabat umum pembuat akta perjanjian kredit. Rumusan masalah dalam tesis
dengan jaminan berupa hak tanggungan melalui BPSK. Metode Penelitian yang
digunakan dalam penulisan tesis ini yaitu penelitian hukum normatif, yaitu
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau bahan
kredit dan akta pemberian hak tanggungan, akibat hukum nasabah debitur
wanprestasi terhadap isi perjanjian. konklusi dari penelitian hukum ini bahwa bpsk
v
dalam UU Perlindungan Konsumen dan pembatalan perjanjian melalui BPSK akan
hukum ini akan memberikan sumbangsih pemikiran baru dan mejadi dasar bagi
vi
ABSTRACT
The background of writing this thesis is because there is a legal fact that is a lawsuit
arising from the credit agreement addressed to the creditor by the debtor through
the Consumer Dispute Settlement Agency with the aim of canceling the contents of
the credit agreement which results in the loss of the debtor and notary public as the
public official making the deed of credit agreement. The formulation of the
agreement disputes with collateral in the form of mortgage rights through BPSK.
The research method used in the writing of this thesis is normative legal research,
materials while the problem approach is carried out using a statutory approach,
This thesis study discusses the legis ratios for the formation of consumer protection
laws with the aim to discuss the basis / urgency of the establishment of a law and
regulation, then study the concept of consumer loss disputes based on consumer
resolving consumer loss dispute cases. . then also discussed the characteristics of
the credit agreement and deed of granting the mortgage rights, due to the legal
debtor customer default on the contents of the agreement. the conclusion from this
legal research is that the bpsk is not authorized to settle disputes outside its
authority as in the Consumer Protection Act and the cancellation of the agreement
vii
through BPSK will have a negative impact on creditors and notaries. It is hoped
that this legal research will contribute new thinking and become the basis for those
viii
RINGKASAN
TANGGUNGAN
mengenai fakta hukum melahirkan isu hukum yang akan diteliti. Isu hukum yang
timbul dari fakta hukum tersebut kemudian dirumuskan ke dalam rumusan masalah.
Dari rumusan masalah, timbul tujuan penelitian ini dilakukan dengan manfaat
yang menjelaskan gambaran umum dari penelitian yang akan ditulis oleh peneliti.
Bab II, membahas rumusan masalah pertama yaitu Kompetensi absolut Badan
Dalam bab II membahas beberapa sub bab diantaranya mengenai konsep sengketa
perjanjian kredit dan akta pemberian hak tanggungan, akibat hukum nasabah
ix
Bab III membahas rumusan masalah kedua yaitu penyelesaian sengketa perjanjian
kredit dengan jaminan berupa hak tanggungan melalui BPSK. Dalam bab III
dibahas sub bab diantaranya karakteristik perjanjian kredit dan akta pemberian hak
tanggungan dan akibat hukum nasabah debitur wanprestasi terhadap isi perjanjian
Bab IV, penutup yang terdiri dari simpulan atas pembahasan dari rumusan masalah
pertama dan kedua, kemudian disebutkan saran atas pokok permasalahan dari
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
“ dapat saya selesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada :
1. kedua orang tua penulis, yaitu Bapak dr Achmad Djatmiko & Ibu Heni
2. suami tercinta Yugo Ismoyo yang selalu mensuport secara material dan
mendoakan penulis , atas segala do’a yang tiada henti terucap untuk penulis
4. Bapak Aswin Agung dan Ibu Eny selaku atasan saya di Dinas Kebersihan
Selanjutnya, penulis sadari tesis ini tidak akan pernah terwujud tanpa
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dengan setulus hati
penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu atas
xi
1. Bapak Dr. Arasy Alimudin, S.E., M.M., selaku Rektor Universitas
Narotama Surabaya.
tesis ini.
mendoakan penulis .
xii
9. Teman-teman Magister Kenotariatan Angkatan ke XVII, terima
10. Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan fikiran dan
langsung.
kekurangan dalam tesis ini, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Harapan penulis semoga tesis ini
Surabaya, 2020
xiii
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN………………………………………………………………… Iv
ABSTRAK……………………………………………………………………………….. V
RINGKASAN…………………………………………………………………………….. Viii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….. Xi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….....
xiv
1.7.3. Sumber Bahan Hukum…………………………………………………… 18
BAB II
Hak Tanggungan
Isi Perjanjian
BAB IV PENUTUP
xv
4.2 Saran……………………………………………………….…………………….. 102
DAFTAR BACAAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Perjanjian kredit merupakan salah satu macam perjanjian yang diatur dalam
dengan jangka waktu dan bunga yang telah disepakati oleh para pihak. Merujuk
adalah:
“penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga.”
Bank selaku kreditur dapat meminta agunan atau jaminan, konsep Jaminan
keyakinan kepada kreditur bahwa debitur akan membayar hutangnya sesuai dengan
yang di perjanjikan1. Bentuk jaminan dapat berupa Hak Tanggungan untuk benda-
benda tidak bergerak seperti tanah dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah
yang diatur dalam Undang-Undang No. 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
1
Hartono Hadisaputro, Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Jaminan, Liberty,
Yogyakarta, 1986, h.31
1
Pelaksanaan isi perjanjian dapat dimungkinkan mengalami kendala yang
sering timbul dalam pelaksanaan perjanjian kredit seperti debitur lalai untuk
dapat berupa terlambat atau tidak dapat dibayarkannya bunga angsuran serta biaya
lain. Fakta yang sering kali terjadi dilapangan adalah debitur terlambat dalam
Demi menjaga kondisi keuangan bank yang stabil, apabila telah melewati
peringatan tertentu namun debitur tidak dapat membayar angsuran, maka bank
dapat melelang agunan tersebut. Tidak semua debitur sebagai pemilik hak atas
tanah merelakan obyek agunan di lelang oleh bank. Dengan kondisi tersebut debitur
akan mencari cara agar bank tidak melelang obyek jaminan tersebut atau jika perlu
perjanjian kredit batal demi hukum. Salah satu cara yang ditempuh debitur untuk
membatalkan perjanjian kredit dan usaha untuk menggagalkan upaya hukum lelang
Dalam hal ini BPSK menerima aduan tersebut dengan berpedoman pada UU
Perlinkos) dengan asumsi nasabah debitur ialah konsumen atas jasa yang diberikan
bank berupa fasilitas kredit. Tindakan pembatalan perjanjian kredit / perjanjian hak
pihak kreditur dan notaris selaku pejabat yang membuat akta perjanjian kredit/ hak
tanggungan tersebut.
2
BPSK telah memutus sengketa yang lahir dari perjanjian kredit telah
Mei 2016 dengan duduk perkara Kamarudin sinaga selaku debitur dan PT. Bank
Mandiri Cabang Pematang Siantar selaku kreditur, hubungan hukum kedua belah
pihak merupakan hutang piutang secara kredit yang didasarkan atas sebuah
Perjanjian Kredit yang didasarkan atas sebuah perjanjian kredit modal kerja Nomor
kreditur, menimbulkan hak eksekusi bagi kreditur atas harta jaminan kreditur
berupa Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor 104 Desa/Kel Timbaan, berupa
sebidang tanah pertanian seluas 5.862 m², Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor 102
Desa/Kel Timbaan, berupa sebidang tanah pertanian seluas 6.500 m² (enam ribu
lima ratus meter persegi) Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor 101 Desa/Kel
Timbaan, berupa sebidang tanah pertanian seluas 1.871 m² (seribu delapan ratus
tujuh puluh satu meter persegi), Serta Sertifikat Hak Milik (SHM) dan/atau surat-
melakukan lelang eksekusi terhadap barang jaminan tersebut, upaya hukum yang
dilakukan oleh debitur dengan cara menggugat bank / kreditur melalui BPSK. Inti
2016 :
3
Mengabulkan permohonan konsumen seluruhnya, Menyatakan ada kerugian
dengan pelaku usaha seperti Akta Perjanjian Kredit, Polis Asuransi dan Akta
dengan pelaku usaha adalah batal demi hukum dan tidak memiliki kekuatan hukum
kewajibannya kepada pelaku usaha yaitu dengan membayar angsuran suku bunga
pinjaman kredit setiap perbulannya kepada pelaku usaha, Menyatakan pelaku usaha
yang akan dan/atau telah melakukan lelang eksekusi hak tanggungan dimuka umum
atas agunan yang menjadi jaminan pembayaran kembali atas fasilitas pinjaman
kredit yang telah diberikan oleh pelaku usaha kepada konsumen yaitu dengan
Pematang Siantar, yaitu berupa Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor 104 Desa/Kel
4
Mengabulkan Permohonan Keberatan dari Pemohon Keberatan untuk seluruhnya,
melakukan upaya hukum lain yakni kasasi yang telah diputus dengan putusan
“suatu sengketa antara pihak-pihak yang hubungan hukumnya didasari oleh sebuah
perjanjian yang dengan adanya wanprestasi atas perjanjian tersebut maka yang
Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), lagi pula tidak ada kesepakatan pilihan
hukum (klausula arbitrase) dalam perjanjian kredit tersebut yang memilih Arbitrase
tanggal 11 Juli 2017 dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau
undang-undang.
dan Majelis hakim pada Mahkamah Agung telah menyatakan bahwa sengketa yang
lahir dari perjanjian kredit bukanlah obyek sengketa konsumen. Beberapa putusan
5
kasasi terhadap kasus sejenis seperti dalam putusan Nomor 334 K/Pdt.Sus-
dalam pembahasan.
Dengan adanya kasus sejenis yang telah diputus hingga tingkat kasasi
kaidah hukum dalam yurisprudensi tersebut disebutkan bahwa sengketa yang timbul
dari perjanjian pembiayaan dan kredit dengan hak tanggungan tidak tunduk pada
kredit dengan jaminan berupa hak tanggungan melalui BPSK. Terhadap isu hukum
Konsumen atas sengketa perjanjian kredit dengan jaminan berupa hak tanggungan
6
1. Kompetensi absolut Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam
2) Untuk menganalisis akibat hukum gugatan debitur wanprestasi atas isi perjanjian
kredit dengan jaminan hak tanggungan terhadap kreditur melalui BPSK Manfaat
Penelitian
7
1.5 Orisinalitas Penelitian
Sengketa Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Berupa Hak Tanggungan dari sekian
banyak pencarian judul penelitian yang serupa dan juga peneliti mencari alat ukur
untuk mengukur originalitas penelitian. Hingga saat penelitian ini disusun peneliti
belum menemukan judul serupa, adapun alat ukur yang dipakai oleh peneliti
berasal dari Estelle Phillips. Berikut ini dikemukakan pendapat Estelle Phillips
2
Estelle Phillips dalam Rusdianto S, Prinsip Kesatuan Hukum Nasional Dalam
Pembentukan Produk Hukum Pemerintah Daerah Otonomi Khusus atau Sementara,
Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya, 2016.
8
d. Menggunakan materi yang sama namun dengan pendekatan lain;
e. Mencoba sesuatu di Negara-negaranya terhadap sesuatu yang telah
diterapkan di Negara lain;
f. Mengambil teknik tertentu dan menerapkannya di bidang baru;
g. Menggunakan bukti baru untuk menyelesaikan masalah lama;
h. Menjada ilmu interdisipliner dan menggunakan metodologi yang berbeda
dengan metodologi sebelumnya;
i. Mengambil gagasan orang lain dan menafsirkannya kembali dengan cara
yang berbeda;
j. Menunjukkan sesuatu yang baru dari disiplin ilmu si peneliti yang belum
pernah ditunjukkan oleh peneliti sebelumnya;
k. Menambah pengetahuan yang belum pernah dilakukan sebelumnya;
l. Melihat pengetahuan yang ada saat ini dan mengujinya;
m. Menjelaskan/ menguraikan kata-kata. Kata-kata yang diuraikan tersebut
kemudian disusun dengan cara lain yang belum pernah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya.
penelitian hukum yang serupa dan sama sehingga dapat disimpulkan bahwa
semestinya bahwa hukum itu mesti didaratkan di dunia nyata yaitu dunia
sosial yang penuh sesak dengan kebutuhan dan kepentingan yang saling
bersaing. Touri pound lahir didasarkan kondisi awal di mana struktu suatu
9
masyarakat selalu berada dalam kondisi yang kurang imbang, dengan
beradab, dalam konsep yang demikian setiap orang harus berpegang pada
asumsi bahwa :
b. Tiap orang dapat menguasai apa yang mereka peroleh dalam tata tertib
mereka sendiri
c. Orang lain akan bertindak dengan etikad baik sehingga akan memenuhi
3
Bernard L Tanya, dkk, Teori Hukum, Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan
Generasi, KITA, Surabaya, 2007, H. 180
10
apa yang diharapkan
apa yang mereka peroleh secara tidak wajar yang merugikan orang lain
balancing dan karenannya yang terpenting adalah tujuan akhir dari hukum
fungsional dan karenanya hukum terletak pada karya yang dihasilkan bagi
yang diinginkan. Hukum tidak lagi dilihat sekedar sebagai sistem pengaturan
demi menciptakan keadaan yang baru dan tidak lagi sekedar merekam
11
konsumen yang menganut asas keseimbangan ialah dimaksudkan untuk
kekuasaan yang sah menurut hukum atau kekuasaan hukum suatu jabatan
4
Ahmadi Miru, Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo,
Jakarta, 2004, h.25
12
berlaku.
atau pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan jika tanpa kewenangan atau
hanya dapat dilakukan dalam hal dan dengan cara yang telah diatur dan
wewenang5
diperoleh melalui atribusi, delegasi dan mandat. Orang atau badan hukum
perdata yang tidak memperoleh wewenang melalui salah satu cara tersebut
5
Ridwan, Tiga Dimensi Hukum Administrasi Dan Peradilan Administrasi, Fh UII
Press, Yogyakarta, 2008, h.42
13
pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ pemerintahan ke organ
lainnya. 6
perundang-undangan.
6
Philipus M Hadjon, Hukum Administrasi Sebagai Instrumen Hukum untuk
Mewujudkan Good Governance, Trisakti, Jakarta, 2010, h. 42
14
1.7.1 Tipe Penelitian
guna menemukan koherensi, yaitu adakah aturan hukum sesuai dengan norma
hukum dan adakah norma yang berupa perintah atau larangan itu sesuai
dengan prinsip hukum, serta apakah tindakan seseorang sesuai dengan norma
7
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2011 (selanjutnya disebut Peter Mahmud Marzuki II), Hlm 35.
8
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Prenada Media Group,
2014 (selanjutnya disebut Peter Mahmud Marzuki III), Hlm. 47.
9
Ibid, Hlm. 133.
15
perjanjian kredit dengan jaminan berupa hak tanggungan. Peneliti
a. Burgerlijk Wetboek
Tentang Perbankan
Sengketa
Pemerintahan
Sengketa Konsumen
Mediasi di Pengadilan
16
k. Putusan Kasasi Nomor 334 K/Pdt.Sus-BPSK/2013, 238
169K/Pdt.Sus-BPSK/2018, 84K/Pdt.Sus-BPSK/2018
masalah tersebut kemudian akan dianalisis dengan konsep dan teori yang
10
Ibid, hlm. 135-136.
17
telah ada sebelumnya.
11
Ibid, hlm. 181.
12
Ibid.
18
makalah-makalah, artikel-artikel, dan tesis.
berkaitan dengan isu hukum yang sedang diteliti dan kemudian di analisa
khusus), dari kedua premis itu kemudian ditarik suatu kesimpulan atau
adalah dengan cara deduktif, yaitu menjelaskan suatu hal yang bersifat
Sistematika penulisan pada tesis ini, peneliti membagi menjadi empat bagian
sebagai berikut:
mengenai fakta hukum melahirkan isu hukum yang akan diteliti. Isu hukum yang
timbul dari fakta hukum tersebut kemudian dirumuskan ke dalam rumusan masalah.
Dari rumusan masalah, timbul tujuan penelitian ini dilakukan dengan manfaat
13
Peter Mahmud Marzuki II, op. cit., hlm 14.
19
penelitian yang akan dirasakan bagi kepentingan akademis dan kepentingan praktisi.
yang menjelaskan gambaran umum dari penelitian yang akan ditulis oleh peneliti.
Bab II, membahas rumusan masalah pertama yaitu Kompetensi absolut Badan
Bab III membahas rumusan masalah kedua yaitu penyelesaian sengketa perjanjian
Bab IV, penutup yang terdiri dari simpulan atas pembahasan dari rumusan masalah
pertama dan kedua, kemudian disebutkan saran atas pokok permasalahan dari
20
BAB II
yang diartikan sebagai negara hukum.14 Negara hukum memiliki beberapa istilah
seperti the rule of law. Negara hukum memiliki beberapa istilah seperti legislation,
atau prolegda
Menurut pendapat Hans Kelsen disebutkan bahwa terdapat jenjang norma atau
terdapat lapisan dalam tingkatan norma. Maksud dari ungkapan tersebut bahwa,
norma hukum yang dibawah tingkatan berlaku dan bersumber dari norma yang
14
Philipus M.Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat- Sebuah Studi Tentang
Prinsipprinsipnya, Penanganannya Oleh Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan
Umum Dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara, Surabaya, Bina Ilmu, 1987,
hlm.30.
15
Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-Undangan, Dasar-Dasar dan
Pembentukannya, Kanisius, Yogyakarta, 2006, hlm. 3.
21
tingkatanya lebih tinggi begitu seterusnya sampai berhenti pada suatu norma
tertinggi yang disebut sebagai Norma Dasar (Grundnorm). Aturan hukum dibentuk
cara norma pada tingkatan dibawahnya merujuk pada aturan yang lebih tinggi pada
Hierarki.16
Undangan. Merujuk pada Pasal 7 (1) dalam UU PPP bahwa terdapat hirarki dalam
2) TAP MPR;
4) Peraturan Pemerintah;
5) Peraturan Presiden;
terdapat istilah hukum yakni Ratio legis yakni alasan pertimbangan mengapa
16
Aziz Syamsuddi, Proses Dan teknik Penyusunan Undang-undang, Sinar
Grafika, Jakarta, 2011, h. 14-15.
22
diperlukan ketentuan seperti itu dalam undang-undang, sedangkan dasar Ontologis
umum. Berkaitan dengan dasar pemikiran atau ratio legis pembentukan peraturan
Pada era tahun 1970 konsumen lebih cenderung mengkonsumsi barang atau produk
impor dengan alasan bahwa produk dalam negeri yang tidak sebanding kualitasnya
sekitar tahun 1974, dan saat ini organisasi tersebut dikenal dengan nama Consumers
International (CI). Pada tahun 1980 YLKI memutuskan untuk mengajak masyarakat
konsumen pada tahun 1992 terdapat kasus yang melibatkan YLKI sebagai
penengah atas masalah pembeli rumah dengan PT. KSI. Pada awalnya PT. KSI
23
menyebarkan brosur yang berisikan iklan perumahan dengan fasilitas kolam
pemancingan dan fasilitas rekreasi lainnya. Setelah unit rumah terjual, fasilitas yang
dijanjikan tersebut tidak dipenuhi oleh pengembang / PT. KSI melainkan pada
lokasi tersebut dibangun rumah-rumah yang akan diperjual belikan dengan alas an
kolam pemancingan/ tempat rekreasi tidak profit bagi pengembang. Atas kerugian
menghasilkan berbagai jenis barang dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi dengan
barang dan/atau jasa ke suluruh negara di dunia, sehingga akan terdapat variasi
barang atau jasa dalam suatu pasar dan memberikan opsi pilihan kepada konsumen
memberikan dampak positif bagi produsen maupun konsumen dalam negeri. Dari
sisi konsumen akan diuntungkan karena kebutuhan konsumen akan barang atau jasa
yang diinginkan dapat terpenuhi dengan beraneka ragamnya barang akan semakin
terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka produk sesuai dengan keinginan dan
17
Yusuf Shofie, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Adi Bakti,
bandung, 2008, h.2
24
kemampuan konsumen. Dampak persaingan bisnis mengakibatkan
konsumen akan menjadi sasaran utama bagi pelaku usaha untuk menjadi sasaran
bisnis yang bertujuan untuk mendapat keuntungan yang besar oleh pelaku usaha
melalui cara promosi, penjualan, dan penggunaan perjanjian baku yang dapat
merugikan konsumen. Konsumen selaku pihak sasaran bagi pelaku usaha memiliki
bertujuan untuk melemahkan kegiatan bisnis bagi para pelaku usaha, namun
25
Indonesia termasuk perlindungan konsumen. Ahmad Miru menjelaskan beberapa
a. Asas Manfaat
konsumen
b. Asas keadilan
dihadapan hukum
c. Asas Keseimbangan
produsen
kepada konsumen dan pelaku usaha demi menjaga kualitas jasa/ barang
suatu negara disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.
18
Ahmad Miru, Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo,
Jakarta, 2004, h.25
26
Selain ke empat pasal tersebut, pembentuk undang-undang mengacu beberapa
Perdagangan Dunia);
Konsumen
27
Konsumen dalam pasal 1 angka 2 UU Perlindungan Konsumen merupakan setiap
orang yang memakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, untuk
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup dan tidak
untuk diperdagangkan.
melalui undang-undang khusus, dan memberi kepastian agar pelaku usaha tidak
Stakeholder lain selain konsumen ialah pelaku usaha, konsep pelaku usaha dalam
UU Perlinkos merupakan setiap orang / badan usaha baik yang berbentuk badan
hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan di republik Indonesia dan
dalam berbagai bidang ekonomi. Setiap subyek hukum memiliki hak dan
kewajiban, begitu pula dengan konsumen yang memiliki hak dan kewajiban sesuai
dengan tujuan hukum yang diciptakan sebagai sarana pelindung hak atau
kepentingan individu. Hak – hak tersebut merupakan hak yang melekat pada setiap
individu yang diatur dalam konstitusi/ UUD NRI 1945. Untuk menjamin hak
19
Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, Visimedia, Jakarta, 2008,
h.4
28
konsumen maka diaturlah hak konsumen sebagaimana dalam Pasal 4 UU Perlinkos
a. Hak atas keamanan dan keselamatan dalam penggunaan suatu barang atau jasa
c. Hak untuk mendapatkan barang dan/atau jasa dengan jaminan yang diberikan
d. Hak untuk mendapat informasi yang sesuai dengan kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa;
e. Hak untuk didengar pendapat atas barang dan/atau jasa yang digunakan;
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
Hukum tidak hanya mengatur mengenai kepastian akan hak konsumen tanpa
29
a. membaca /mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
patut.
jaminan kepastian hukum terkait barang atau jasa yang diperjualbelikan. Undang-
diantaranya adalah:
barang / jasa
b. Kewajiban untuk memberi informasi yang benar dan jelas berkaitan dengan
pemeliharaan barang
30
f. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk pengujian terhadap barang yang
Selain hak dan kewajiban, diatur pula mengenai perbuatan yang dilarang oleh
usaha dilarang:
a. memproduksi barang atau jasa yang tidak layak atau tidak sesuai dengan
b. Memperdagangkan barang yang tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih
atau netto, dan jumlah sesuai dengan yang tercantum dalam label atau etiket
barang
31
e. Memperdagangkan barang yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan
dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau
jasa tersebut
h. Pelaku usaha tidak memasang label atau tidak memberikan penjelesan yang
dan konsumen dapat digunakan perjanjian baku yang telah ditetapkan oleh pelaku
usaha. Menurut UU Perlinkos definisi klausula Baku adalah setiap klausula yang
berisi aturan atau syarat yang terlebih dahulu dibuat/ dipersiapkan secara sepihak
oleh pelaku usaha dalam suatu dokumen / surat/ atau perjanjian yang berakibat
hukum mengikat bagi para pihak dan wajib dipenuhi oleh konsumen. Klausula baku
b. Larangan penolakan barang yang telah dibeli oleh konsumen dengan syarat
32
c. Larangan pencantuman klausula hak untuk penolakan terhadap uang yang telah
usaha
usaha baik secara langsung maupun tidak langsung dalam hal melakukan
f. Larangan pencantuman pemberian hak kepada pelaku usaha memberi hak untuk
yang dibuat secara sepihak oleh pelaku usaha mengenai perjanjian baru atau
pada Pasal 18 ayat 2 UU Perlinkos yang mengatur mengenai larangan pelaku usaha
untuk membuat klausula baku yang letak /bentuknya sulit terlihat atau klausula
tersebut tidak dapat dibaca secara jelas, atau klausula yang pengungkapannya sulit
maka akan ada akibat hukum yang perjanjian tersebut batal demi hukum
33
Pasal 18 UU Perlinkos, maka hendaknya pelaku usaha menyesuaikan klausula baku
Konsumen dalam mengkonsumsi barang/ jasa dari pelaku usaha dapat saja
atas kerugian yang dialami oleh konsumen dapat menyebabkan sengketa kerugian
kepada pelaku usaha melalui BPSK/ pengadilan yang berwenang. Terhadap bentuk
“ pelaku usaha wajib memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau
a. pengembalian uang
b. penggantian barang atau jasa yang sejenis dan senilai dengan hara sesuai
dengan kesepakatan
c. perawatan kesehatan
atas kergian konsumen dengan jangka waktu 7 (tujuh) hari pasca transaksi.
Tuntutan ganti rugi tersebut dapat hangus apabila pelaku usaha dapat membuktikan
34
bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen dan bukan kesalahan
media, pelaku usaha wajib menyampaikan informasi yang sesuai dengan barang/
jasa yang diperdagangkan dan tidak boleh menyesatkan. Apabila terdapat kerugian
akibat iklan yang tidak sesuai, maka pelaku usaha wajib bertanggung jawab atas
usaha yang bergerak pada bisnis periklanan bertanggung jawab atas iklan yang
dibuat dan ditayangkan dengan segala akibat hukum yang bersumber dari iklan
menolak atau tidak memberikan tanggapan dan tidak memenuhi tuntutan ganti rugi
konsumen sebagaimana yang diatur dalam Pasal 19 ayat (1), (2), (3), dan ayat (4),
kepastian hukum terhadap hak dan kewajiban para pihak dan sebagai pedoman
dalam menyelesaikan sengketa. Dalam pelaksanaan isi atau klausul perjanjian dapat
timbul permasalahan atau konflik dan berujung pada sengketa perdata. Sengketa
perdata dapat terjadi antara orang dengan orang, antara orang dengan badan hukum
atau badan usaha, orang dengan pemerintah. Konsep dari sengketa merupakan suatu
35
permasalahan hukum yang terjadi antara para pihak yang berselisih kepentingan
Agus Yudha Hernoko bahwa suatu sengketa atau konflik muncul sebagai akibat
a. Scarce resource
konflik. Pada kondisi ini pendekatan yang paling sering digunakan adalah
kompetisi yang bermuara pada zero-sum game (satu pihak menang, yang
lain kalah);
b. Ambigious Jurisdictionts
kondisi atas klausul hak dan kewajiban yang dilanggar oleh para pihak/
c. Intimacy
Hubungan dekat antara para pihak yang dapat menjadi konflik. Sengketa
20
Suyud Margono, ADR (Alternative Dispute Resolution) dan Arbitrase Proses
Pelembagaan dan Aspek Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta. 2004, h.34
21
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam
Kontrak Komersial, Prenadamedia Group, Jakarta, 2010, h.304
36
d. We-They Distinctions
terjadi atas diskriminasi antara para pihak yang sehingga para pihak
keadilan.
hukum acara perdata yang berguna bagi hakim atau arbiter / mediator dalam
Asas ini mengandung makna bahwa ruang lingkup atau luas pokok perkara
yang diajukan ditentukan oleh para pihak yang berperkara dan bukan oleh
hakim. Wajib hukumnya bagi hakim untuk mengadili seluruh gugatan dan
dinyatakan tidak terbuka untuk umum, maka akan berakibat hukum bahwa
22
Bambang Sugeng dan Sujayadi, Hukum Acara Perdata & Dokumen Litigasi
Perkara Perdata, Kencana, Surabaya, 2009, h.10
37
putusan tersebut tidak sah serta tidak mempunyai kekuatan hukum serta
umum hanya digunakan untuk kasus tertentu. Hakim wajib untuk mendengar
putusan yang seperti itu dapat dibatalkan pada tingkat banding atau kasasi.
d. Tidak ada keharusan mewakilkan atau menguasakan jika merujuk pada HIR
para pihak tidak diwajibkan untuk memberikan kuasa pada penasehat hukum
Jika par pihak merasa tidak dapat hadir dimuka hakim. Kuasa hukum
38
e. Proses peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan
efisien dan efektif serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh para pihak
yang bersenketa. Namun demikian, asas sederhana, cepat, dan biaya ringan
pengadilan.
tersebut, norma ini disebut Hukum Acara Perdata. Hukum acara perdata di
Madura;
e. Yurisprudensi
39
Yurisprudensi merupakan keputusan hakim sebelumnya yang dapat menjadi
acuan untuk hakim berikutnya dalam memutus suatu perkara terhadap perkara
Penyelesaian sengketa secara litigasi adalah gugatan atas suatu konflik yang
Umum dengan rumusan bahwa pengadilan negeri memiliki tuga dan wewenang
untuk memutus dan menyelesaikan perkara pidana maupun perdata pada tingkat
pertama. Penyelesaian sengketa secara non litigasi dapat berupa arbitrase, mediasi,
mendasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak
23
Suyud Margono,Op.Cit, h. 23
40
yang bersengketa. Penyelesaian sengketa secara non litigasi hanya diperuntukkan
bagi sengketa perdata sesuai dengan Pasal 6 (1) UU Arbitrase dan ADR, sifat
melalui pengadilan di Pengadilan Negeri. Pasal 6 ayat (2) UU Arbitrase dan ADR
dibuat secara langsung oleh para pihak dalam waktu paling lama 14 (empat belas)
hari dan hasil dari penyelesaian sengketa secara non litigasi dibuat dalam sauatu
dokumen / akta.
arbitrase sebelum terjadinya sengketa atau setelah terjadinya sengketa. Apabila para
bahwa Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili sengketa para pihak
ketentuan dalam perjanjian tertulis, maka para pihak dapat membuat akta notaris
41
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 9 (1) UU Arbitrase dan ADR menyebutkan
bahwa tindakan hukum berkaitan dengan hal tersebut wajib dibuat dalam suatu
perjanjian tertulis yang dibuat dengan akta notariil oleh notaris dan ditandatangani
oleh para pihak yang memuat permasalahan yang disengketakan. Isi akta autentik
a. nama lengkap
dalam amar putusannya mengenai hak dan kewajiban pihak yang bersengketa jika
dalam perjanjian aribtrasse atau akta autentik tersebut tidak diatur lebih lanjut.
Tidak semua sengkea hukum dapat diselesaikan melalui arbitrase, jenis sengketa
Arbitrase dan ADR memberikan batasan bahwa objek sengketa yang diselesaikan
dalam Pasal 54 ayat 1 bahwa suatu putusan memiliki bentuk yang telah ditentukan
42
b. badan putusan yang meliputi:
majelis arbitrase,
e. amar putusan
f. tempat dan tanggal putusan, tanda tangan arbiter atau majelis arbitrase.
UU Arbitrase dan ADR bahwa amar putusan wajib disampaikan kepada para pihak
dengan kurun waktu 30 (tiga puluh) hari setelah pemeriksaan ditutup. Apabila
dalam amar putusan terdapat kesalahan administratif para pihak dapat meminta
koreksi paling lama empat belas hari setelah putusan diterima oleh para pihak dan
arbitrase, para pihak memiliki jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak tanggal putusan diucapkan, maka arbiter atau kuasanya wajib
43
kepastian hukum atas putusan arbitrase, sifat putusan arbitrase bersifat final and
binding. Biaya yang dikeluarkan para pihak dalam melaksanakan proses arbitrase
sangat tidak sedikit, maka jika terdapat pihak yang tidak secara sukarela
melaksanakan putusan arbitrase maka salah satu pihak dapat memohon kepada
Ketua Pengadilan Negeri untuk eksekusi putusan arbitrase dengan merujuk pada
Perintah dalam uraian diatas diberikan dalam waktu paling lama 30 (tiga
menemukan hal –hal yang bertentangan dengan hukum dan norma maka putusan
a. Bukti tertulis yang diajukan oleh para pihak dinyatakan tidak asli setelah
44
b. salah satu pihak menemukan dokumen yang bersifat menentukan tidak
c. arbiter mengabil keputusan dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh
Para pihak yang akan mengajukan pembatalan putusan arbitrase maka wajib
mengajukan surat / dokumen tertulis dengan waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak hari penyerahan dan pendaftaran putusan arbitrase kepada Panitera
negeri dapat membatalkan putusan arbitrase dan wajib menetapkan dalam waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan pembatalan arbitrase diterima
oleh Pengadilan Negeri. Para pihak yang dirugikan oleh putusan pembatalan
selaku lembaga negara yang berwenang untuk memutus perkara dalam tingkat
merupakan cara penyelesaian sengketa secara damai yang diharapkan tepat, efektif,
dan dapat membuka kesempatan bagi pihak yang bersengketa untuk memperoleh
45
penyelesaian secara kekeluargaan, dan seusai dengan asas penyelenggaraan
peradilan yang sederhana, cepat, dan berbiaya ringan. Ketentuan mengenai mediasi
dapat dilihat dengan merujuk pada Pasal 154 RV dan Pasal 130 HIR serta
tersebut. Para Pihak dapat dibantu seseorang yang berprofesi sebagai advokat atau
seseorang yang sesuai untuk menjadi mediator. Disebutkan dalam Perma Prosedur
Mediasai bahwa seseorang yang dapat menjadi mediator merupakan hakim yang
mediator sebagai pihak netral yang bertugas untuk memberikan bantuan kepada
mengenai mediasi yang telah ditempuh oleh para pihak maka dalam pertimbangan
hukum wajib disebutkan bahwa perkara telah diupayakan untuk damai dengan
pihak tidak dapat hadir secara langsung. Proses Mediasi berlangsung paling lama
30 (tiga puluh) hari terhitung sejak hakim pemeriksa perkara membuat ketetapan
atau perintah melaksanakan mediasi kepada para pihak. Apabila mediasi mencapai
46
kesepakatan, bedasarkan Pasal 27 dalam perma tersebut bahwa Para Pihak dengan
hukum, ketertiban umum, dan/atau kesusilaan, merugikan pihak ketiga, tidak dapat
dilaksanakan oleh mediator. Dalam Pasal 27 ayat (4) Perma Mediasi menyebutkan
bahwa para pihak diberi hak untuk mengajukan kesepakatan perdamaian secara
tertulis kepada hakim melalui melalui Mediator dan dikukuhkan melalui Akta
Perdamaian dan menjadi kewajiban bagi Mediator untuk membuat laporan secara
tertulis mengenai proses mediasi yang mencapai kata sepakat atau damai Mediasi
tersebut.
menangani perkara perdata diwajibkan untuk segera mempelajari dan meneliti akta
perdamaian dengan kurun waktu dua hari. Penyelesaian sengketa secara alternative
47
Seorang yang bertugas sebgaai konsiliator memiliki tugas untuk sebagai pihak
netral yang menengahi suatu permasalahan dan member masukan terhadap masalah
konsumen
perlindungan konsumen
48
e. memberikan informasi melalui media cetak maupun internet berkaitan
konsumen baik
yang merupakan anggota, seorang wakil ketua yang merupakan bagian dari
anggota, serta 15 (lima belas) orang sampai 25 (dua puluh lima) orang anggota
swadaya masyarakat, akademisi dan tenaga ahli. Tidak semua warga negara dapat
c. Berperilaku baik
49
lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi syarat.
informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak dan kewajiban dan
nasehat kepada konsumen, bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya
perlindungan konsumen.
Berkaitan dengan uraian pada sub bab ini, konsumen suatu barang atau jasa
memiliki hak untuk menggugat pelaku usaha jika dirugikan, Pasal 44 UU Perlinkos
dalam ayat (1) menjelaskan bahwa konsumen barang atau jasa yang dirugikan
berwenang untuk menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau
dapat melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum. Dari rumusan
tanggung jawab pidana. Gugatan melalui peradilan umum hanya dapat dilakukan
50
apabila para pihak tidak berhasil menyelesaikan sengketa diluar pengadilan
sehingga para pihak dapat mengajukan gugatan secara perdata melalui pengadilan
tuntutan hak yang bertujuan untuk mwncwgah perbuatan yang bertentangan dengan
pada pelaku usaha dapat dilihat dalam Pasal 46 UU Perlinkos yang menyebutkan
bahwa gugatan perbuatan yang dilarang dalam UU Perlinkos yang dilakukan oleh
pelaku usaha dilakukan oleh seorang konsumen yang dirugikan atau dapat
diajukan oleh ahli waris yang bersangkutan. Gugatan dapat diajukan melalui cara
class action yaitu gugatan yang diajukan oleh sekelompok orang yang mempunyai
yayasan).
24
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta,
2002, h. 52.
51
c. Memiliki perilaku yang baik
d. tidak dipidana
unsur konsumen, dan unsur pelaku usaha, setiap unsur tersebut berjumlah sedikit-
majelis BPSK berdasarkan Pasal 50 UU Pelinkos terdiri atas ketua , wakil , dan
anggota.
oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan dan penyelenggara negara lainnya untuk
b. undang-undang
c. Wewenang baru
52
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memperoleh wewenang melalui
atribusi, maka tanggung jawab mengenai kewenangan berada pada Badan dan/atau
diberikan oleh suatu badan pemerintahan kepada badan atau pejabat pemerintahan
ada.
Berkaitan dengan topik yang sedang dibahas dalma penelitian ini, BPSK
pelaku usaha;
53
e. Menerima pengaduan baik secara tertulis maupun secara lisan dari konsumen
g. BPSK dapat mengundang pelaku usaha yang diduga telah melakukan tindakan
h. BPSK dapat mengundang saksi, ahli , atau pihak yang berkeptingan dalam
i. meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli,
atau seseorang yang dinyatakan tidak dapat hadir untuk memenuhi panggilan
j. BPSK dapat meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain untuk
k. Membuat keputusan dan ketetapan mengenai ada atau tidak adanya kerugian di
pihak konsumen;
ketentuan UU Perlinkos
Merujuk pada uraian diats dapat dilihat bahwa BPSK bertugas dan
dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi. Terhadap penyelesaian
54
dilaksanakan berdasarkan UU Arbitrase dan ADR, Para pihak dapat mengajukan
putusan arbiter pada BPSK diatur dalam Pasal 3 Perma No 1 Tahun 2006 yang
a. alat bukti yang diajukan dalam proses pemeriksaan perkara dinyatakan tidak asli
b. salah satu pihak menyembunyikan dokumen dan diketahui oleh pihak lain
apabila syarat tersebut terpenuhi maka majelis hakim pada pengadilan negeri dapat
Jumlah anggota majelis wajib berjumlah paling sedikit tiga orang dan berjumlah
ganjil yang mewakili semua unsur dan dalam melaksanakan tugas nya dapat
dibantu oleh seorang panitera. Hasil sidang tersebut berupa putusan yang final dan
55
mengikat. Untuk efisiensi dalam penangan perkara, BPSK wajib mengeluarkan
putusan paling lambat dalam waktu duapuluh satu hari kerja setelah gugatan
diterima. Akibat hukum terhadap putusan tersebut maka pelaku usaha wajib
melaksanakan putusan tersebut dalam waktu paling lambat tujuh hari kerja sejak
Apabila pelaku usaha yang tidak mengajukan keberatan dalam jangka waktu
tersebut, maka akibat hukumnya bahwa pelaku usaha dianggap menerima putusan
Terhadap keberatan mengenai putusan majelis pada BPSK, maka berdasarkan Pasal
dengan jangka waktu paling lambat dua puluh satu hari sejak diterimanya
keberatan.
Pengadilan Negeri dalam waktu paling lambat empat belas hari dengan cara
56
Indonesia wajib mengeluarkan putusan dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh)
57
BAB III
Penggunaan perjanjian tidak pernah lepas dari proses bisnis atau hubungan
perjanjian adalah suatu tindakan hukum seseorang atau beberapa orang yang
mengikatkan dirinya satu sama lain. Suatu perjanjian menimbulkan ikatan antar
pihak yang dalam hukum perdata disebut sebagai perikatan. Berkenaan dengan
1233 BW yang dirumuskan bahwa setiap perikatan yang berasal dari persetujuan
hukum perikatan, yakni pertama dari persetujuan atau perjanjian, kedua perikatan
demi memenuhi keamanan dan legalitas di hadapan hukum dengan tanpa unsur
paksaan, khilaf, penipuan. Suatu perjanjian agar sah menurut hukum yang berlaku
a. Sepakat
58
b. Cakap hukum
dikarenakan kedua syarat ini berkaitan dengan subyek hukum yang mengadakan
suatu perjanjian. Sedangkan syarat sah suatu perjanjian berupa suatu hal tertentu
dan sebab yang diperbolehkan disebut sebagai syarat objektif karena dikaitkan
dengan obyek yang diperjanjikan. Makna sepakat dalam Pasal 1320 alinea pertama
tersebut berkaitan dengan persetujuan para pihak untuk membuat perjanjian dan
mengakibatkan hubungan timbal balik antar para pihak. Syarat kedua sahnya
dengan orang lain, kecuali jika ia dinyatakan tidak cakap hukum untuk hal
tersebut.
cakap hukum apabila memenuhi rumusan pada Pasal 1330 BW yang dinyatakan
bahwa:
59
perundang-undangan dapat dinyatakan tidak cakap hukum dikarenakan
orang tuanya.
ketenagakerjaan
b. Seseorang yang tidak cakap hukum merupakan orang yang ditaruh di bawah
pengampuan
60
perjanjian akan terikat dengan perjanjian itu, maka dalam melaksankan isi
a. Pasal 433 BW
orang dewasa yang memiliki kondisi berupa cacat mental, gila meskipun
keuangan nya.
seseorang yang tidak cakap hukum maka dapat berakibat hukum berupa
61
berhak membuat surat-surat wasiat.
zaman kedudukan suami dan istri ialah sama dimata hukum, sehingga ketentuan ini
Perkawinan yang disebutkan bahwa hak dan keajiban suami istri seimbang dalam
berumah tangga , ayat ke dua dalam pasal tersebut menyebutkan bahwa baik suami
atau istri dapat melakukan perbuatan hukum. Dalam membuat perjanjian para pihak
diwajibkan untuk cakap hukum, maksud dari cakap hukum ialah para pihak dapat
melaksanakan perbuatan hukum dan dapat bertanggung jawab atas perbuatan yang
pembatalan perjanjian yang telah mereka buat dalam hal kuasa untuk itu tidak
subjektif pada alinea pertama dan kedua Pasal 1320 BW maka perjanjian tersebut
dapat dibatalkan.
diwajibkan terdapat obyek tertentu yang diperjanjikan. Tidak semua obyek dapat
persetujuan. Berkaitan dengan syarat ke empat dalam pasal 1320 BW yakni syarat
sah perjanjian wajib memenuhi unsur sebab yang diperbolehkan, ketentuan pasal
62
tersebut lebih lanjut diatur dalam Pasal 1337 BW yang menyebutkan bahwa suatu
setiap orang dapat membuat suatu perjanjian dengan siapapun atau partij otonomi.
yang menyebutkan bahwa semua perjanjian baik yang tertera dalam BW maupun
yang tidak tertera yang dikenal dengan suatu nama tertentu tunduk pada peraturan
Salah satu perjanjian tidak bernama yakni perjanjian kredit kerap digunakan
oleh lembaga keuangan seperti bank. pemberian kredit merupakan kegiatan bank
sistem yang berkaitan dengan bank, kelembagaan, usaha bank, dan prosedur dalam
diatur dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah
dengan sistem dan kelembagaan, maka istilah bank berbeda dengan perbankan.
63
Definisi bank terdapat dalam Pasal 1 (2) UU Perbankan dan Perubahannya, bank
adalah badan usaha yang melakukan kegiatan menghimpun sejumlah dana yang
diperoleh dari masyarakat dengan bentuk simpanan dan kemudian disalurkan dalam
membutuhkan dana tersebut. Kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabah
tertuang dalam perjanjian kredit dengan terlebih dahulu nasabah memenuhi syarat
dan ketetntuan yang diberikan oleh bank. Merujuk Pasal 1 (11) UU Perbankan dan
c. Kewajiban debitor untuk melunasi biaya kredit dengan jangka waktu dan
perjanjian25.
uang kepada nasabah debitur. Perjanjian kredit ini merupakan hasil kesepakatan
asas atau prudent banking principle. Pengertian asas kehati-hatian merupakan suatu
25
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta. 2009, h. 70
64
prinsip hukum yang menjelaskan menjadi kewajiban bank untuk menjalankan
kehati-hatian maka hasil penilaian oleh bank akan didapat perkiraan mengenai
tinggi rendahnya risiko yang ditanggung bila mereka menyetujui kredit yang
diminta.26
26
Siswanto Sutojo, Analisa Kredit Bank Umum Konsep dan Teknik, Pustaka
Binaman Pressindo, Jakarta,1995,h.44
65
d. Kondisi kekayaan calon nasabah (capital)
Dalam hal ini bank akan menilai jumlah pendapatan nasabah dan aset
Untuk menjamin pelunasan kredit pada bank, maka bank akan menilai
jaminan yang diberikan layak atau tidak dan bernilai jual lebih tinggi dari
economy).27
Perjanjian kredit yang dibuat oleh pihak bank dibuat dengan format
kredit pada umumnya dibuat secara tertulis, dalam praktek bank bentuk
27
Siswanto Sutojo, Ibid.
66
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Tujuan dari pemberian kredit juga sangat penting diketahui oleh pihak
bank. Maka dalam hal ini bank wajib menilai apakah kredit akan
c. Payment (pembayaran)
bahwa kredit yang akan diberikan tersebut dapat dibayar kembali oleh
kreditnya.
67
d. Profitability (perolehan laba)
penting dalam proses kredit. Untuk itu, bank wajib menilai prospek
e. Protection (perlindungan)
Kredit memiliki resiko tinggi maka bank memerlukan suatu jaminan atau
atas kredit dapat berupa jaminan dari holding, atau jaminan pribadi
Kedua metode analisa tersebut diberlakukan oleh bank guna melaksanakan prinsip
kehatihatian.
perjanjian pokok antara bank nasabah. Perjanjian kredit yang dibuat dengan akta
yang selanjutnya disebut akta adalah akta autentik yang dibuat oleh notaris atau di
buat di hadapan notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam
68
format akta, berdasarkan Pasal 38 UU Jabatan notaris menjelaskan bahwa suatu
a. awal akta
b. badan akta
c. penutup akta.
a. judul akta
Sedangkan Badan Akta memuat nama lengkap para pihak, tempat dan
tinggal /atau orang yang mereka wakili, keterangan yang berkaitan dengan
dan keinginan dari pihak yang berkepentingan. Bagian terakhir dari sebuah akta
c. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan
d. pernyataan tidak adanya perubahan yang terjadi dalam proses pembuatan akta
69
Akibat hukum perjanjian kredit yang dibuat dalam bentuk akta autentik
akan menjadi alat bukti yang sempurna. Apabila dalam proses pembuatan akta
Perubahannya, maka akan berakibat hukum yakni akta tersebut tidak lagi
Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, Pasal 39,
dan Pasal 40 mengakibatkan bahwa akta tersebut tidak lagi menjadi akta autentik
Sesuai dengan asas kebebasan berkontrak, para pihak dapat membuat suatu
akta perjanjian kredit terdapat beberapa klausa yang dicantumkan dalam perjanjian
c. Jangka waktu kredit, merupakan batas waktu bagi bank untuk menagih
pengembalian kredit dari nasabah dan batas waktu bagi bank untuk
28
Djumhana, Muhammad. Hukum Perbankan di Indonesia. PT. Citra Aditya .
Bakti, Bandung. 2010. H. 213
70
melakukan analisis apakah fasilitas kredit tersebut perlu diperpanjang atau
memungut bunga pinjaman dengan jumlah yang telah disepakati para pihak.
maka kreditur dapat meminta jaminan. J.Satrio menjelaskan bahwa hukum jaminan
terdiri dari dua yaitu jaminan kebendaan dan jaminan perorangan, dikatakan
jaminan kebendaan apabila obyeknya benda jaminan tertentu milik debitor yang
29
J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2002, h.3
30
Ibid,h.11
71
pelunasannya.31Jaminan peorangan dengan sebutan penangungan atau borgtocht
pengaturannya pada Bab XVII Buku III BW. Bila para pihak memperjanjikan
jaminan perorangan karena muncul dari perjanjian obligatoir maka hak yang timbul
hanyalah hak yang bersifat relatif. Jaminan perorangan tidak banyak dimanfaatkan
menjamin kelancaran dan keamanan pemberian kredit, maka jaminan yang baik
usahanya
kebendaan ialah hak yang mutlak terhadap suatu benda dimana hak ini
memberikan kekuasaan langsung atas sesuatu benda dan pemegang obyek jaminan
a. Bersifat mutlak
31
Ibid,h.12
32
Rachmadi Usman sebagaimana dikutip dalam Prof M Isnaeni, Leonora
Bakarbessy, Trisadini P Usanti, Perjanjian Kredit dan Jaminan, Surabaya ,2012,h. 6
72
Sifat mutlak pada jaminan kebendaan yaitu dapat obyek jaminan dapat
dipertahankan
b. Asas pada jaminan kebendaan berupa asas droit de suite atau zaaksgevelog
Maksud asas tersebut adalah benda jaminan akan tetap mengikuti kepada
pemegang benda itu berada. Jadi hak kebendaan itu melekat pada bendanya,
c. Adanya preferensi
d. Mengandung asas prioritas yaitu hak kebendaan yang terlahir lebih dahulu
Merujuk pada Pasal 1133 BW ada tiga macam hak yang didahulukan yaitu
maka telah terjadi perubahan dalam Buku II BW sepanjang yang mengenai bumi,
air, serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Sifat perjanjian jaminan
perjanjian tambahan yang dikaitkan dengan perjanjian pokok yang dapat berupa
33
Sri Soedewi M, Hukum Benda, Liberty,Yogyakarta,1974, h. 18
73
perjanjian kredit/ utang piutang. Perjanjian jaminan sebagai perjanjian yang bersifat
tergantung pada perjanjian pokok, Jika perjanjian pokok batal maka perjanjian
jaminan dapat dibatalkan, maka perjanjian jaminan akan beralih dengan beralihnya
perjanjian pokok.
Perjanjian pokok dapat beralih dengan cara cessie atau subrogasi dengan
akibat hukum obyek jaminan ikut beralih meskipun tanpa penyerahan khusus 34.
Jaminan kebendaan dapat berupa hak tanggungan, definisi hak tanggungan menurut
Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah
menyebutkan bahwa hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada
hak atas tanah sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, tidak hanya tanah namun
dapat berupa benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu.
Obyek hak atas tanah yang dapat dibebani dengan hak tanggungan
berdasarkan Pasal 4 (1) UU HT adalah hak milik, hak guna usaha, dan hak guna
bangunan, hak pakai atas tanah negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib
didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan dapat juga di bebani Hak
Tanggungan. Subjek hukum pemberi dan penerima hak tanggungan tertera dalam
34
Bahsan, M., Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia,
Rajawali Pers, Jakarta, 2007, hlm. 28
74
melakukan perbuatan hukum terhadap obyek Hak Tanggungan yang bersangkutan.
tertera bahwa tata cara pemberian hak tanggungan bermula pada pembuatan
utang tertentu yang dituangkan di dalam dan merupakan bagian tak terpisahkan dari
d. nilai tanggungan
75
h. janji yang membatasi kewenangan pemberi HT untuk mengubah bentuk
obyek jaminan HT, terkecuali dengan persetujuan tertulis lebih dahulu dari
obyek jaminan yang ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri yang daerah
ketentuan undang-undang;
l. janji yang diberikan oleh pemegang Hak Tanggungan pertama bahwa obyek
m. janji bahwa pemberi Hak Tanggungan tidak akan melepaskan haknya atas
sebagian dari ganti rugi yang diterima pemberi Hak Tanggungan untuk
76
pelunasan piutangnya apabila obyek Hak Tanggungan dilepaskan haknya
o. janji bahwa pemegang HT akan memperoleh seluruh atau sebagian dari uang
HT diasuransikan;
PPAT wajib mengirimkan APHT yang bersangkutan dan warkah lain yang
oleh Kantor Pertanahan dengan cara pihak kantor pertanahan membuat buku tanah
HT dan yang kemudian dicatat dalam buku tanah hak atas tanah yang menjadi
obyek Hak Tanggungan dan membuat salinan catatan tersebut pada sertifikat hak
atas tanah yang bersangkutan. Atas pendaftaran APHT para pihak membutuhkan
tanda bukti resmi dari kantor pertanahan, jika merujuk pada Pasal 14 (1) UU HT
77
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan berlaku sebagai pengganti grosse
acte Hypotheek sepanjang mengenai hak atas tanah. Suatu hak tanggungan dapat
hapus jika hak tanggungan tersebut terdapat dalam kriteria yang berdasarkan Pasal
18 (1) UU HT yang disebutkan bahwa hak tanggungan dapat dihapus karena hal-
apabila hak tanggungan hapus atas dasar pelepasan hak tanggungan oleh
tersebut oleh pemegang HT kepada pemberi HT. Obyek hak tanggungan dapat di
dengan alasan apabila debitor cidera janji atau wanprestasi, maka pemegang HT
pada peringkat pertama berhak untuk menjual obyek Hak Tanggungan. Tata acara
lainnya. Cara penjualan objek hak tanggungan dapat dilakukan dengan cara lain
dengan melalui kesepakatan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan. Adapun tata
cara penjualan obyek HT dapat dilakukan di bawah tangan jika para pihak
78
Akibat hukum atas hapusnya hak tanggungan berdasarkan Pasal 22 (1) UU
Tanggungan tersebut pada buku tanah hak atas tanah dan sertifikatnya. Atas
dan bersamaan dengan buku tanah Hak Tanggungan serta dinyatakan tidak berlaku
salah satu resiko yang sering dialami oleh bank dalam pemberian kredit kepada
nasabah adalah resiko gagal bayar/ terlambat melakukan pembayaran. Cidera janji
perjanjian, dapat disebabkan dua hal, yaitu kesalahan debitur baik disengaja maupun
biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan
apabila debitur dinyatakan telah lalai memenuhi perikatan itu, pihak dalam
35
Djaja S. Meliala. Hukum Perikatan dalam Prespektif BW, Nuansa Aulia.
Bandung, 2012, h. 175.
79
terlambat dalam melaksanakan prestasi. Bentuk wanprestasi (kelalaian atau
b. Melaksanakan isi perjanjian tetapi , tetapi tidak sesuai dengan apa yang
b. Addendum perjanjian;
c. peralihan resiko;
ditetapkan lebih dahulu apakah debitur melakukan wanprestasi atau lalai, dan harus
1. Ganti rugi
36
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2002,h.45
37
Ibid.
80
Penggantian kerugian atas pihak yang wanprestasi terhadap isi perjanjian terdiri
a. biaya
biaya merupakan materi yang telah dikeluarkan oleh pihak yang dirugikan
karena wanprestasi
Sebagai Contoh atas biaya ialah A menyewa mobil milik B, pada saat
b. Rugi
Maksud dari rugi ialah kerugian akibat tindakan yang dilakukan oleh pihak
lain.
300.000.
c. Bunga
38
Ibid,h.47
81
A dan C membuat perjanjian jual beli rumah, dalam klausula perjanjian
dari nilai jual rumah. Karena C terlambat membayar C diberi sanksi oleh A
ketentuan tentang ganti rugi tersebut, hal ini terdapat dalam Pasal 1247 BW dan
Pasal 1248 BW. Rumusann Pasal 1247 BW menyebutkan bahwa Debitur hanya
diwajibkan mengganti biaya, kerugian dan bunga, yang diharap atau sedianya dapat
diduga pada waktu perikatan diadakan, kecuali jika tidak dipenuhinya perikatan itu
disebabkan oleh tipu daya yang dilakukannya. Sedangakan rumusan pada Pasal
disebabkan oleh tipu daya debitur, maka ganti rugi berupa biaya, kerugian dan
hanya mencakup hal-hal yang menjadi akibat langsung dari tidak dilaksanakannya
perikatan itu. Kesimpulannya, ganti rugi itu dibatasi yakni hanya meliputi kerugian
yang dapat diduga dan yang merupakan akibat langsung dari wanprestasi.39
kesulitan dalam membayar kredit dengan syarat bahwa nasabah tersebut wajib
memiliki itikad baik untuk melunasi hutangnya meskipun ia belum dapat membayar
39
Ibid,h.48.
82
7/2/PBI/2005 Pasal 1 angka 25 tentang penilaian kualitas aktiva Bank Umum
Restrukturisasi Kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan Bank dalam kegiatan
memenuhi kewajibannya.
Bentuk restrukturisasi yang akan dilakukan oleh bank antara lain melalui
membayar tunggakan kredit, maka bank selaku pemegang hak tanggungan dapat
melaksanakan lelang objek jaminan apabila debitur tidak dapat membayar utang
kepada bank.
Perjanjian Kredit
Resiko gagal bayar tidak dapat dihindarkan dalam proses pemberian kredit.
Nasabah yang tidak beritikad baik akan menggunakan segala upaya penyelesaian
masalah, dalam praktik nasabah melakukan upaya hukum berupa gugatan dengan
tujuan mengulur waktu dan diharapkan proses lelang benda jaminan tidak dapat
sengketa yang timbul atas perjanjian kredit dapat diselesaikan secara litigasi maupun
dan perjanjian tambahan dengan tujuan kembali keadaan semula tanpa perjanjian
kredit dan perjanjian jaminan. Debitur berpendapat bahwa apabila upaya hukum
83
pembatalan dilakukan maka obyek jaminan tidak akan dilelang sesuai dengan
dampak negatif kepada bank dan berdampak pada perekonomian secara mikro
maupun makro.
Dalam praktik salah satu upaya hukum yang dilakukan nasabah debitur
gugatan ke BPSK dengan anggapan debitur sebagai konsumen dan bank sebagai
pelaku usaha. Penulis mengambil contoh atas kasus penyelesaian sengketa yang
timbul atas perjanjian kredit dengan dibebani hak tanggungan sebagaimana dalam
BB/I/2017 tanggal 4 Mei 2016 dengan duduk perkara Kamarudin sinaga selaku
debitur dan PT. Bank Mandiri Cabang Pematang Siantar selaku kreditur, hubungan
hukum kedua belah pihak merupakan hutang piutang secara kredit yang didasarkan
atas sebuah Perjanjian Kredit yang didasarkan atas sebuah perjanjian kredit modal
hutangnya kepada kreditur, menimbulkan hak eksekusi bagi kreditur atas harta
jaminan kreditur berupa Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor 104 Desa/Kel Timbaan,
berupa sebidang tanah pertanian seluas 5.862 m², Sertifikat Hak Milik (SHM)
Nomor 102 Desa/Kel Timbaan, berupa sebidang tanah pertanian seluas 6.500 m²
(enam ribu lima ratus meter persegi) Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor 101
Desa/Kel Timbaan, berupa sebidang tanah pertanian seluas 1.871 m² (seribu delapan
84
ratus tujuh puluh satu meter persegi), Serta Sertifikat Hak Milik (SHM) dan/atau
melelang eksekusi terhadap barang jaminan tersebut dengan harapan bahwa barang
jaminan yang dijual akan mengganti biaya kredit serta kerugian. Upaya hukum yang
dilakukan oleh debitur dengan cara menggugat bank / kreditur melalui BPSK. Inti
2016 :
perjanjian kredit yang mengikat diri antara konsumen dengan pelaku usaha
seperti akta perjanjian kredit, polis asuransi dan akta pemberian hak tanggungan
4. Menyatakan perjanjian kredit modal kerja sebagaimana yang telah dibuat dan
yakni batal demi hukum dan tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat
kepada pelaku usaha berupa telah membayar angsuran suku bunga pinjaman
85
6. Menyatakan pelaku usaha yang akan dan/atau telah melakukan lelang eksekusi
hak tanggungan dimuka umum atas agunan yang menjadi jaminan pembayaran
kembali atas fasilitas pinjaman kredit yang telah diberikan oleh pelaku usaha
Negara dan Lelang (KPKNL) Pematang Siantar, yaitu berupa Sertifikat Hak
Milik (SHM) Nomor 104 Desa/Kel Timbaan, berupa sebidang tanah pertanian
seluruhnya
perkara ini.
upaya hukum lain yakni kasasi yang telah diputus dengan putusan Nomor 79
86
“suatu sengketa antara pihak-pihak yang hubungan hukumnya didasari oleh sebuah
perjanjian yang dengan adanya wanprestasi atas perjanjian tersebut maka yang
Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), lagi pula tidak ada kesepakatan pilihan
hukum (klausula arbitrase) dalam perjanjian kredit tersebut yang memilih Arbitrase
tanggal 11 Juli 2017 dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau
undang-undang.
dengan duduk perkara sdr PALIL yang bertempat tinggal di Dusun Antara
tersebut disebutkan Bahwa hubungan hukum antara sdr Palil dengan Bank
Danamon unit pasar bagan batu adalah hubungan hukum hutang piutang secara
nya, dalam proses pembayaran sdr Palil wanprestasi terhadap kreditur/ Bank
87
Danamon, kemudian dalam pembayaran hutangnya kepada kreditur, menimbulkan
hak eksekusi bagi kreditur atas harta jaminan kredit. Atas gugatan tersebut, majelis
pelaku usaha seperti Akta Perjanjian Kredit, Polis Ansuransi, dan APHT
batal demi hukum dan tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat;
yaitu berupa Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor 299 Desa/Kel Bangko
Sempurna, berupa sebidang tanah seluas 802 m² (dua ratus dua meter
Kabupetan/Kota Rokan Hilir, Lebih jauh diuraikan dalam Surat Ukur Nomor
88
tertulis/terdaftar atas nama Palil, merupakan melawan hukum dan
kepada Pasal 224 HIR/258 RBG yang diwajibkan bahwa Ketua Pengadilan
Pengadilan Negeri;
7. Bertentangan dengan Pasal 200 ayat (1) HIR yang mewajibkan Ketua
8. Menyatakan tidak sah dan batal demi hukum Permintaan lelang yang akan
dan/atau telah dilakukan oleh pelaku usaha dengan melalui perantara Kantor
yang menjadi jaminan konsumen kepada pelaku usaha, berupa Sertifikat Hak
89
tanah seluas 802 m² (dua ratus dua meter persegi) berikut segala yang ada
telah dilakukan secara lelang eksekusi hak tanggungan dimuka umum atas
kredit (hutang) yang telah diberikan oleh pelaku usaha kepada konsumen
Lelang (KPKNL) Dumai, berupa Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor 299
Desa/Kel Bangko Sempurna, berupa sebidang tanah seluas 802 m² (dua ratus
dua meter persegi) berikut segala yang ada diatasnya, terletak di Provinsi
Riau:
10. Menghukum pelaku usaha untuk menghapus denda tunggakan yang menjadi
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) setiap harinya, apabila lalai atau tidak mau
90
1. Mengabulkan Permohonan Keberatan dari Pemohon Keberatan untuk
seluruhnya;
ini;
putusan arbitrase tersebut dibatalkan, namun pihak debitur tetap mengambil upaya
hukum agara putusan pengadilan negeri tersebut dibatalkan dengan cara pengajuan
kasasi. Putusan kasasi atas kasus tersebut telah diputus dengan putusan kasasi
perkara
debitur dan kreditur adalah hubungan hukum hutang piutang secara kredit yang
91
tanggal 21 Juli 2011 dengan perjanjian addendum-nya, karena terjadinya
menimbulkan hak eksekusi bagi kreditur atas harta jaminan kredit, dan dalam suatu
perjanjian yang dengan adanya wanprestasi atas perjanjian tersebut maka yang
Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), lagi pula tidak ada kesepakatan pilihan
hukum (klausula arbitrase) dalam perjanjian kredit tersebut yang memilih Arbitrase
Beberapa kasus sejenis yang diputus oleh majelis arbiter pada BPSK hingga
upaya hukum yang telah dilakukan oleh paara pihak melahirkan yurisprudensi
mahkamah agung. Yurisprudensi adalah salah satu sumber hukum yang dapat
sumber hukum yang tidak mengikat oleh hakim berbeda dengan sistem hukum
common law yang mewajibkan hakim mengikuti putusan terdahulu dengan perkara
sebagainya.
92
Terdapat dua asas dalam yurisprudensi yang menjadi pertimbangan hakim untuk
mengikuti putusan hakim yang terdahulu atau tidak, adapun asas hukum tersebut
diantaranya:40
a. Asas precedent
yakni bermakna bahwa seseorang hakim terikat oleh putusan hakim lain, baik
yang sederajat maupun hakim yang lebih tinggi tingkatanya. Hakim dalam
mengadili dan memutuskan perkara tidak boleh menyimpang dari putusan hakim
lain, baik yang sederajat maupun yang lebih tinggi. Asas precedent dianut di
Asas precedent atau dapat juga disebut sebagai doktrin stare dicisie . Asas
ini dimaknai bahwa seorang hakim tidak terikat oleh putusan hakim
terdahulu, baik yang sederajat maupun yang lebih tinggi. Maksud dari
suatu perkara diberi kebebasan untuk mengikuti putusan hakim terdahulu atau
tidak mengikuti putusan hakim terdahulu. Asas bebas ini dianut oleh negara-
negara eropa kontinental atau civil law system seperti Belanda, Perancis
40
Dudu Duswara Machmudin, Pengantar Ilmu Hukum, Refika Aditama,
Bandung, 2000, h. 97
93
Hukum Perdata Khusus dengan Klasifikasi Perlindungan Konsumen dan Perjanjian
dilakukan oleh kamar perdata, dalam praktek kerap ditemukan perkara dimana
tanggungan atau fidusia dengan alasan debitur telah lalai melunasi kewajiban
angsurannya.
memutus perjanjian antara kreditur dan debitur batal demi hukum dengan alasan
klausula baku yang dilarang oleh UU Perlindungan Konsumen. Selain itu dalam
obyek yang dijaminkan tidak sah dan memerintahkan kepada kreditur untuk
94
Atas putusan yang diputus BPSK tersebut, pihak kreditur mengajukan
dalam kasus tersebut yakni apakah sengketa yang ditimbul dalam perjanjian
Agustri Admodjo
c. Putusan kasasi No. 335 K/Pdt.Sus/2012 tanggal 6 September 2012 dengan pihak
Sementara itu pendapat merujuk pada putusan kasasi No. 447 K/Pdt.Sus/2011
November 2012 serta dissenting opinion dari Hakim Agung Syamsul Ma’arif, SH,
95
Sejak tahun 2013 pendapat pertama para hakim sebagaimana dalam uraian
diatas telah ditinggalkan oleh Mahkamah Agung sebagaimana dalam putusan No.
PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk yang menyatakan bahwa hubungan hukum
antara Penggugat dan Tergugat, merupakan hubungan hukum yang didasarkan pada
dengan perjanjian fiducia. Kasus tersebut / obyek sengketa tersebut tidak termasuk
perkara tersebut.
2013 dengan para pihak Zuraidah melawan PT. Adira Dinamika Multi Finance,
Tbk yang dalam putusan tersebut terdapat pertimbangan hukum bahwa Pengadilan
Negeri Tebing Tinggi Deli dan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota
Tebing Tinggi tidak tepat dalam menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai
berikut:
debitur karena tidak menyerahkan BPKB 1 unit sepeda motor yang telah
96
merupakan sengketa konsumen sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
Pandangan hukum serupa telah diikuti oleh hakim hingga tahun 2018.
Sikap hukum sebagaimana di atas, para hakim sepakat bahwa sengketa yang
dan yurisprudensi ini telah menjadi yurisprudensi tetap di Mahkamah Agung. Hal
dan sikap hukum tersebut pada kasus sejenis sejak tahun 2013. Penulis berpendapat
bahwa suatu perjanjian tidak serta merta dapat dibatalkan apabila debitur tidak
dibuat dengan format akta notaris, sifat dari perjanjian kredit yang dibuat dengan
akta autentik berlaku mengikat dan sebagai bukti tertulis terkuat. apabila akta
tersebut dibatalkan maka akta tersebut akan turun derajatnya menjadi akta dibawah
tangan tidak lagi menjadi akta autentik. Pihak notaris selaku pembuat akta autentik
wajib melindungi akta perjanjian pembiayaan//kredit yang telah ia buat dan wajib
menyampaikan di hadapan majelis hakim bahwa akta tersebut benar ia buat dan
97
dalam proses pembuatan tidak ada cacat hukum sehingga tidak melanggar UU
sendirinya (Nietig) namun hanya memberikan kemungkinan bagi para pihak yang
cacat ini terjadi pada syarat obyektifnya maka perjanjian tersebut akan batal demi
perjanjian tersebut dapat dibatalkan dan bahkan dapat dikategorikan batal demi
hukum.
yang diajukan oleh debitur dan kreditur dikarenakan tidak sesuai dengan wewenang
konsiliasi;
41
J Satrio, Hukum Perikatan,Perikatan yang lahir dari perjanjian, Citra Aditya
Bhakti,Bandung,h. 165.
98
e. menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen
h. BPSK dapat memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap
saksi, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada huruf g dan
sengketa konsumen;
j. BPSK dapat meneliti dan/atau menilai surat, dokumen,atau alat bukti lain
BPSK tidak berwenang dalam memutus perkara yang timbul dari perjanjian
pembiayan / kredit beserta perjanjian tambahan. Namun hingga saat ini belum ada
99
peraturan perundang-undangan yang bersumber dari yurisprudensi mengenai
100
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. Bahwa hubungan hukum antara debitur dan kreditur adalah hubungan hukum
kreditur sehingga menimbulkan hak eksekusi bagi kreditur atas harta jaminan
kredit
oleh sebuah perjanjian yang dengan adanya wanprestasi atas perjanjian tersebut
3. Suatu perjanjian tidak serta merta dapat dibatalkan apabila debitur tidak dapat
sebagaimana dalam Pasal 1338 BW. Perjanjian yang dibuat dengan format akta
notaris berlaku mengikat dan sebagai bukti tertulis terkuat, apabila akta tersebut
dibatalkan maka akta tersebut akan turun menjadi akta dibawah tangan tidak
lagi menjadi akta autentik dan dalam hal ini notaris wajib melindungi akta
101
bahwa akta tersebut benar ia buat dan dalam proses pembuatan tidak ada cacat
Saran
Agung No 1/Yur/Perkons/2018
102
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta, 1986
Bernard L Tanya, dkk, Teori Hukum, Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan
Jakarta, 2004.
Ridwan, Tiga Dimensi Hukum Administrasi Dan Peradilan Administrasi, Fh UII Press,
Yogyakarta, 2008.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2011.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Prenada Media Group, 2014
Umum Dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara, Surabaya, Bina Ilmu, 1987
103
Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-Undangan, Dasar-Dasar dan
Jakarta, 2011
Yusuf Shofie, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Adi Bakti, bandung,
2008
Ahmad Miru, Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo, Jakarta,
2004
Bambang Sugeng dan Sujayadi, Hukum Acara Perdata & Dokumen Litigasi Perkara
Jakarta. 2009.
Siswanto Sutojo, Analisa Kredit Bank Umum Konsep dan Teknik, Pustaka Binaman
Pressindo, Jakarta,1995.
104
Djumhana, Muhammad. Hukum Perbankan di Indonesia. PT. Citra Aditya . Bakti,
Bandung. 2010
J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2002
Bahsan, M., Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Rajawali Pers,
Jakarta, 2007.
Djaja S. Meliala. Hukum Perikatan dalam Prespektif BW, Nuansa Aulia. Bandung, 2012
2000.
Bhakti,Bandung
105
DAFTAR PERUNDANG-UNDANGAN
1. Burgerlijk Wetboek
Perbankan
Pengadilan
106
1290 K/Pdt.Sus-BPSK/2017,168 K/Pdt.Sus-BPSK/2018, 169K/Pdt.Sus-
BPSK/2018, 84K/Pdt.Sus-BPSK/2018
107