Anda di halaman 1dari 83

PENYELESAIAN WANPRESTASI PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA

PT NUSANTARA SAKTI KANTOR CABANG BANDA ACEH

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Syarat


Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum

Oleh :

RAMA AGUSTIANINGSIH
NIM: 1803101010306

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2022
ABSTRAK

RAMA PENYELESAIAN SENGKETA


AGUSTIANINGSIH, WANPRESTASI PEMBIAYAAN KONSUMEN
(2022) PADA PT NUSANTARA SAKTI KANTOR
CABANG BANDA ACEH
Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
(vi, 76) pp.,bibl.,tabl.,app.

(Yunita, S.H., LL. M.)


PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh adalah perusahaan pembiayaan
konsumen yang memberikan pembiayaan berupa sepeda motor. Pasal 1 angka (7)
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan disebutkan
bahwa “Pembiayaan Konsumen (Consumen Finance) merupakan suatu pembiayaan
untuk pengadaan barang konsumtif yang pembayarannya dilakukan dengan jangka
waktu tertentu sesuai kesepakatan para pihak”. Pembayaran angsuran diberikan guna
meringankan debitur akibat harga sepeda motor yang terlalu tinggi. Namun, pada
kenyataannya terdapat debitur yang tidak membayar angsuran sesuai dengan tanggal
jatuh tempo pembayaran yang menyebabkan terjadinya kasus wanprestasi.
Tujuan penulisan skripsi ini ialah untuk menjelaskan pemenuhan hak dan
kewajiban para pihak dalam perjanjian pembiayaan konsumen dan upaya penyelesaian
sengketa pembiayaan konsumen.
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode yuridis empiris.
Data pada penelitian skripsi ini diperoleh dari penelitian kepustakaan dengan cara
mengkaji dan mempelajari peraturan perundang-undangan, buku- buku, makalah, jurnal
serta dokumen yang berkaitan dengan masalah dan penelitian lapangan melalui
wawancara langsung kepada responden dan informan untuk memperoleh data yang akan
dianalisis dengan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa pemenuhan hak dan kewajiban para pihak
dalam perjanjian pembiayaan konsumen belum terlaksana secara optimal akibat debitur
kerap melakukan wanprestasi berupa pembayaran angsuran yang tidak sesuai dengan
tanggal jatuh tempo perjanjian pembiayaan konsumen atau debitur telambat membayar ,
debitur terlambat menerima gaji, debitur mengalami kesulitan ekonomi, debitur
megalami musibah, debitur mengalami pencurian motor, dan adanya pandemi Covid 19
yang berdampak luas bagi perekonomian negara. Upaya penyelesaian sengketa
konsumen yang dilakukan PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh dilakukan
secara non litigasi dengan memberikan panggilan telepon kepada debitur jatuh tempo,
somasi hingga 3 kali dengan kriteria waktu penunggakan yang berbeda-beda, surat
penarikan, dan pelelangan objek jaminan fidusia untuk melunasi penunggakan debitur.
Saran kepada PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh untuk
memperketat proses survey kemampuan ekonomi debitur di lapangan, kepada debitur
dapat melakukan pembayaran angsuran sesuai tanggal jatuh tempo guna terlaksana
perjanjian pembiayaan konsumen, dan AR Collector melakukan penarikan objek jaminan
fidusia berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 2/ PUU-XIX/ 2021 untuk
menghindari tindakan sewenang-wenang ketika mengeksekusi objek jaminan fidusia di
lapangan.
i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur dipanjatkan kepada kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Wanprestasi Pembiayaan Konsumen

Pada PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh”. Shalawat beriring dengan

salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa

manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Serta

tanpa pertolongan serta kemudahan-Nya penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan

dengan baik dan tepat waktu.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi dan melengkapi syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Hukum Universitas Syiah Kuala. Dalam proses penulisan

skripsi ini masih banyak kekurangan akibat terbatasnya kemampuan dan pengetahuan

yang dimiliki. Disadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat

terselesaikan tanpa bantuan , bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh sebab

itu, diucapkan terima kasih serta penghargaan kepada:

1. Bapak Dr. M. Gaussyah, S.H.,M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Syiah Kuala;

2. Ibu Khairani, S.H.,M.Hum, selaku Ketua Bagian Hukum Perdata di Fakultas

Hukum Universitas Syiah Kuala yang telah memberikan arahan dan membantu

penulis dalam penyelesaian skripsi;

ii
3. Ibu Yunita, S.H., LL. M, selaku Dosen Pembimbing saya yang telah meluangkan

waktu untuk membantu memeriksa, memperbaiki kesalahan-kesalahan pada skripsi

ini kemudian membimbing, memberi arahan dan memberi saran serta nasehat

kepada penulis selama penyusunan skripsi ini;

4. Bapak Dr. Dahlan, S.H., M. Hum selaku Dosen Wali yang telah memberikan

bimbingan dan arahan selama perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Syiah

Kuala.

5. Seluruh dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala dengan tulus

telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat kepada penulis selama

proses perkuliahan sehingga dapat menyelesaikan studi di Fakultas Hukum

Universitas Syiah Kuala;

6. Seluruh staff Tata Usaha, Akademik, dan Perpustakaan Fakultas Hukum

Universitas Syiah Kuala atas segala kemudahan yang telah diberikan;

7. Responden dan informan yang telah bersedia memberikan bantuan serta informasi

untuk penyelesaian penulisan skripsi ini;

8. Cristina Natalia Rahmawati, Miftah Nur Aziza selaku sahabat terbaik yang telah

memberikan dukungan, doa-doa,serta bantuan dalam penulisan skripsi;

9. Athif Rosihan Aji my precious telah memberi dukungan, semangat, serta doa yang

dipanjatkan setiap waktu dalam menyelesaikan skripsi ini;

10. Zycra Sabrina, Cut Putri Soraya, Nur Azizah, Nabila Warhamni, Qarina Ulfa dan

teman-teman seperjuangan angkatan 2018 yang telah membantu serta bersama-

sama menyelesaikan perkuliahan;

11. Pihak-pihak lain yang namanya tidak dapat dituliskan satu persatu, karena bantuan

dan kemudahan yang telah diberikan.


iii
Terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orangtua penulis, Bapak

Ngatimin dan Ibu Sugiarti yang telah memberi kasih sayang dengan tulus, dorongan,

semangat, motivasi, nasehat, dukungan, serta doa yang dipanjatkan setiap saat

dalam penyelesaian skripsi ini. Tak lupa pula ucapan terima kasih kepada adik

tercinta Dedy Iskandar yang selalu memberi semangat dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu

dengan kerendahan hati sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

seluruh pembaca serta untuk peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya hukum perdata terkait pembiayaan konsumen.

Banda Aceh, 22 Januari 2022

Penulis

Rama Agustianingsih

iv
DAFTAR ISI
Halaman

ABSTRAK .............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................... 7
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................................................ 8
D. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian.................................................................... 9
E. Kegunaan Penelitian .............................................................................................. 10
F. Keaslian Penelitian................................................................................................. 10
G. Metode Penelitian .................................................................................................. 13
H. Sistematika Penulisan ............................................................................................ 16

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN DAN


WANPRESTASI………………………………………………………………………17
A. Perjanjian Pada Umumnya ................................................................................... 17
B. Tinjauan Umum Tentang Pembiayaan Konsumen ................................................ 23
C. Wanprestasi ......................................................................................................... 32
D. Penyelesaian Sengketa Pembiayaan Konsumen ................................................... 37
BAB III PENYELESAIAN WANPRESTASI PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PT
NUSANTARA SAKTI KANTOR CABANG BANDA ACEH……………………..41
A. Pemenuhan Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Pembiayaan
Konsumen Pada PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh ........................ 41
B. Penyelesaian Sengketa Pembiayaan Konsumen Pada PT Nusantara Sakti Kantor
Cabang Banda Aceh ............................................................................................ 55
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………………. 65
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 65
B. Saran ................................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 68
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 73

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Wanprestasi Penarikan Objek Jaminan Pembiayaan Konsumen Pada PT Nusantara

Sakti Kantor Cabang Banda Aceh Pada Tahun 2019, 2020, 2022 ............................... 5

Tabel 2 Data Sampel Penunggakan Pembayaran Angsuran Oleh Debitur PT Nusantara Sakti
Banda Aceh Pada Tahun 2021 .................................................................................... 42

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk yang memiliki berbagai macam

kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan sehari-harinya. Transportasi

merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting untuk mendukung

kelancaran dalam kehidupan sehari-hari manusia. Transportasi merupakan

suatu proses untuk memindahkan manusia atau barang dengan media yang

dijalankan oleh manusia atau mesin. Jenis transportasi terdiri dari transportasi

darat, laut, dan udara. Namun, yang paling banyak dimiliki dan diminati oleh

masyarakat ialah transportasi darat berupa sepeda motor.

Sepeda motor yang dipasarkan memiliki harga yang beragam dan tidak

semua masyarakat mempunyai kemampuan untuk membeli sepeda motor

tersebut dikarenakan keterbatasan uang yang dimilikinya. Dengan

perkembangan zaman yang begitu pesat mulai berkembang dan tumbuh

lembaga-lembaga yang membantu memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut.

Salah satu lembaga tersebut ialah Lembaga Pembiayaan. Lembaga Pembiayaan

menurut Pasal 1 angka (1) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang

Lembaga Pembiayaan disebutkan bahwa “Lembaga Pembiayaan adalah badan

usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana

1
2

atau barang modal”. Lembaga Pembiayaan memiliki 6 (enam) bidang usaha.

Bidang usaha yang membantu masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan akan

sepeda motor yakni pembiayaan konsumen. 1

Pembiayaan konsumen ialah salah satu model pembiayaan yang

dilakukan oleh perusahaan finansial. Berdasarkan Pasal 1 angka (7) Peraturan

Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan disebutkan

bahwa “Pembiayaan Konsumen (Consumen Finance) adalah kegiatan

pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan

pembayaran secara angsuran”. Pada dasarnya pembiayaan konsumen sama

dengan kredit konsumen. Yang membedakan ialah kredit konsumen biayanya

diberikan oleh bank sedangkan pembiayaan konsumen oleh perusahaan

pembiayaan. Pembiayaan konsumen memiliki beberapa karakterisktik

diantaranya yaitu:

a. Sasaran pembiayaan yang jelas seperti debitur yang membutuhkan barang-


barang konsumsi;
b. Objek pembiayaan yang berupa barang-barang yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan debitur;
c. Besarnya pembiayaan yang diberikan oleh perusahaan pembiayaan
konsumen relatif kecil;
d. Risiko pembiayaan relatif aman karena tersebar kepada banyak debitur;
e. Pembayaran kembali oleh debitur kepada perusahaan pembiayaan konsumen
dilakukan secara berkala atau angsuran.2

1
Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2006.
Hlm.3.
2
Murdiansyah Kesuma, “Wanprestasi Pada Perjanjian Pembiayaan Konsumen Sepeda
Motor (Suatu Penelitian Pada PT. WOM Finance Cabang Medan”, Skripsi, Banda Aceh: Fakultas
Hukum, Universitas Syiah Kuala, 2014, Hlm.32.
3

Pembiayaan konsumen ini tercipta karena adanya kesepakatan dua

pihak pihak, yakni perusahaan pembiayaan dan debitur yang dituangkan dalam

suatu perjanjian baku dan diatur oleh peraturan perundang-undangan yang

bersifat publik administratif. 3 Perjanjian baku digunakan dalam pembiayaan

konsumen diyakini mampu memenuhi kebutuhan masyarakat karena dilakukan

secara praktis, cepat, dan efisien, serta terencana, dan memberi kepastian

hukum kepada debitur. Perusahaan pembiayaan konsumen membuat perjanjian

dengan debitur sehingga keduanya memiliki hubungan kontraktual. Perusahaan

pembiayaan memiliki kewajiban untuk memberi barang kepada debitur

sedangkan debitur sebagai penerima barang wajib memberi angsuran secara

berkala kepada perusahaan pembiayaan konsumen. Perjanjian pembiayaan

konsumen ini merupakan bentuk pinjaman atau kredit yang diberikan oleh

perusahaan kepada debitur atas pembelian barang yang langsung digunakan

oleh debitur bukan untuk tujuan produksi atau distribusi. 4

Perjanjian pembiayaan konsumen tersebut dibuat berdasarkan asas

kebebasan berkontrak yang memuat hak dan kewajiban para pihak yang harus

memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Perjanjian pembiayaan

3
Abdulkadir Muhammad dan Rila Muniarti, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan
Pembiayaan, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000, Hlm.214.
4
Yesika Pratiwi Sidabalok, “Akibat Hukum Debitur Wanprestasi Dalam Pembiayaan
Konsumen Dengan Jaminan Fidusia Pada PT Mandiri Tunas Finance”, Skripsi, Medan: Fakultas Hukum,
Universitas Sumatera Utara, 2018, Hlm.25.
4

konsumen yang dibuat secara sah ini berlaku sebagai Undang-undang dan

mengikat para pihak yang membuatnya. Dalam perjanjian pembiayaan

konsumen penyerahan barang dilakukan secara fidusia yang berdasarkan asas

kepercayaan sehingga diperlukan suatu hubungan yang konkrit dari para

pihak. 5

PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh merupakan salah satu

perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatannya dalam bidang

pembiayaan konsumen khusus sepeda motor. Kegiatan pembiayaan ini

dilakukan secara kredit yang pembayarannya dilakukan secara angsuran oleh

debitur dengan jangka waktu bayar mulai dengan cicilan 1 (satu) tahun hingga

3 (tiga) tahun. Dalam memberikan fasilitas kredit tersebut perusahaan

pembiayaan konsumen sangat berhati-hati dikarenakan akan timbul suatu

resiko yakni adanya wanprestasi yang dilakukan oleh debitur. Apabila debitur

tidak tepat waktu dalam pelaksanaan kewajibannya maka debitur tersebut

wanprestasi.

Wanprestasi adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada

waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya.6 Secara umum wanprestasi

ialah suatu keadaan dimana seorang debitur tidak melaksanakan perjanjian

5
I Komang Sugiharta wardana, I Nyoman Wita, “Penyelesaian Perusahaan Pembiayaan
Konsumen Dalam Hal Debitur Wanprestasi Pada Suzuki Finance Cabang Denpasar”, Jurnal Ilmu
Hukum, Fakultas Hukum: Universitas Udayana, Vol 1 (2), 2014, Hlm 2.
6
M. Yahya Harahap. Segi-segi Hukum perjanjian. Bandung: Penerbit Alumni. 1986.
Hlm.60.
5

yang telah disepakatinya dengan kreditur. Adapun bentuk wanprestasi tersebut

ialah:

a) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan;

b) Melaksanakan apa yang dijanjikan tetapi tidak sebagaimana dijanjikan;

c) Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat;

d) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. 7

Wanprestasi mengakibatkan pihak lain merasa dirugikan, oleh karena

itu pihak yang telah melakukan wanprestasi ini harus menanggung akibatnya

yang dapat berupa pembatalan perjanjian, pembatalan perjanjian dengan

disertai ganti rugi, dan pemenuhan perjanjian disertai dengan ganti rugi.

Tabel 1
Data Wanprestasi Penarikan Objek Jaminan Pembiayaan Konsumen
Pada PT. Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh Pada Tahun
2019,2020,2021
No Tahun Jumlah Kredit Macet

1 2019 94 Debitur

2 2020 186 Debitur

3 2021 37 Debitur

Sumber: Branch Manager PT. Nusantara Sakti Banda Aceh, Tahun


2021

Berdasarkan tabel 1 di atas pada PT Nusantara Sakti kantor cabang

Banda Aceh terdapat beberapa kasus wanprestasi yang dilakukan oleh

7
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT Intermasa, 1963, Hlm.17.
6

debitur. Pada tahun 2019 terdapat 94 debitur, tahun 2020 terdapat 186

debitur, dan pada tahun 2021 terdapat 35 debitur. Tahun 2019, 2020, 2021

merupakan tahun dimana muncul penyebaran wabah Covid 19. Pada tahun

2020 merupakan puncak kenaikan wabah Covid 19 yang menyebabkan

peningkatan kasus wanprestasi pada PT Nusantara Sakti Kantor Cabang

Banda Aceh. Masyarakat yang mengambil pembiayaan konsumen

mengalami kesulitan untuk melakukan pembayaran angsuran kredit tersebut.

Data tahun 2021 dimungkinkan adanya penambahan kasus kredit macet

hingga akhir tahun.

Sepanjang tahun 2019, 2020, dan 2021 Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) mengeluarkan beberapa regulasi terkait restrukturisasi debitur dalam

Lembaga Jasa Keuangan Nonbank. Perubahan terakhir yaitu Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 30 /Pojk.05/2021

Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

14/Pojk.05/2020 Tentang Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran

Coronavirus Disease 2019 Bagi Lembaga Jasa Keuangan Nonbank dan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 17

/Pojk.03/2021 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 11/Pojk.03/2020 Tentang Stimulus Perekonomian

Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran

Coronavirus Disease 2019. Perubahan kedua peraturan tersebut terkait

perpanjangan masa berlaku mengingat penyebaran Covid 19 belum selesai


7

hingga sekarang.8Dengan adanya POJK tersebut debitur dapat mengajukan

permohonan restrukturisasi kepada Lembaga Jasa Keuangan Nonbank

(LJKNB) yang menyalurkan pembiayaan tersebut seperti pembiayaan

konsumen.9 Hal ini dilakukan guna meminimalisir peningkatan kredit macet

yang merupakan dampak dari penyebaran Covid 19. Kebijakan terkait

restrukturisasi tersebut diserahkan kepada pihak pembiayaan konsumen

yang bersangkutan dan melakukan penilaian sendiri dengan kriteria debitur

yang terkena dampak Covid 19.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian hukum terkait “Penyelesaian Wanprestasi

Pembiayaan Konsumen pada PT Nusantara Sakti Kantor Cabang

Banda Aceh”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pemenuhan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian

pembiayaan konsumen pada PT. Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh?

8
Wahyu Nofiantoro, Nabilla Washfa Alfathiin Purnawan Putri, “Efektivitas Implementasi
Restrukturisasi Pembiayaan Akibat Pandemi Covid-19 Terhadap Penurunan NPF Pada PT Bank DKI
Unit Usaha Syariah, Jurnal Administrasi Bisnis Terapan, Fakultas Administrasi Bisnis: Universitas
Indonesia, Vol 4 (1), 2021, Hlm 31.
9
Dina Sonia, Januar Agung Saputra, “Restrukturisasi Pinjaman Sebagai Bentuk
Perlindungan Nasabah Pembiayaan Dalam Masa Pandemi Covid-19”, Skripsi, Jakarta: Fakultas Hukum,
Universitas 17 Agustus 1945, 2020, Hlm 10.
8

2. Bagaimana penyelesaian sengketa pembiayaan konsumen pada PT. Nusantara

Sakti Kantor Cabang Banda Aceh?

C. Definisi Operasional Penelitian

Adapun definisi variabel yang dapat dijadikan sebagai dasar di dalam

pengumpulan data penelitian antara lain:

a. Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) adalah kegiatan pembiayaan

untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran

secara angsuran.

b. Wanprestasi atau ingkar janji adalah suatu keadaan dimana debitur tidak

memenuhi kewajibannya untuk memenuhi prestasi sesuai dengan perjanjian

yang disepakati baik karena kesengajaan maupun kelalaian. 10

c. Penyelesaian Sengketa adalah penyelesaian pertikaian yang ditimbulkan akibat

adanya perbedaan kepentingan dan kebutuhan oleh individu atau lembaga

dengan objek yang sama dengan prosedur yang disepakati para pihak yaitu

penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi,

konsiliasi atau penilaian ahli. 11

10
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jakarta: Rajawali Pers, 2007,
Hlm.74.
Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, I Putu Rasmadi Arsha Putra, “Akibat Hukum
11

Penyelesaian Sengketa Alternatif”, Jurnal Hukum Acara Perdata, Fakultas Hukum: Universitas
Udayana, Vol 6 (1), 2020, Hlm 75.
9

D. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian

a. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian agar pembahasan skripsi ini tidak meluas,

maka peneliti memberi batasan penelitian mengenai “Penyelesaian

Wanprestasi Pembiayaan Konsumen pada PT Nusantara Sakti Kantor

Cabang Banda Aceh”. Dengan menggunakan data wanprestasi pada tahun

2021 sebanyak 37 debitur wanprestasi. Oleh karena itu, ruang lingkup dari

penelitian ini adalah pada konsentrasi Hukum Keperdataan khususnya di

bidang Hukum Pembiayaan.

b. Tujuan Penelitian

Penelitian ini termasuk objek kajian Hukum Perdata khususnya ialah

bagian Hukum Pembiayaan. Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan

masalah yang telah disebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini ialah:

1. Untuk menjelaskan pemenuhan hak dan kewajiban para pihak dalam

perjanjian pembiayaan konsumen pada PT. Nusantara Sakti Kantor Cabang

Banda Aceh.

2. Untuk menjelaskan penyelesaian sengketa pembiayaan konsumen pada PT.

Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh.


10

E. Kegunaan Penelitian

a. Manfaat secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan menambah

wawasan dalam pengembangan pengetahuan khususnya dibidang Hukum

Perdata terkait Hukum Pembiayaan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

referensi bagi para peneliti berikutnya.

b. Manfaat secara praktisi

Penelitian ini dapat memberi informasi kepada masyarakat dalam

meningkatkan kesadaran terkait kewajiban dalam memenuhi prestasi agar

terjamin perlindungan hukum dan kepastian hukum dalam setiap transaksi

pembiayaan konsumen yang ada di Indonesia.

F. Keaslian Penelitian

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini dicantumkan beberapa

skripsi yang berkaitan dengan penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

a. Skripsi atas nama Muhammad Hendra dengan judul Eksekusi Jaminan Fidusia

Dalam Hal Debitur Wanprestasi Pada Pembiayaan Konsumen, Fakultas Hukum

Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 2016. 12 Penelitian ini berfokus pada

penyelesaian masalah terkait eksekusi objek jaminan fidusia. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan pelaksanaan eksekusi

Muhammad Hendra, “ Eksekusi Jaminan Fidusia Dalam Hal Debitur Wanprestasi Pada
12

Pembiayaan Konsumen”, Skripsi, Banda Aceh: Fakultas Hukum, Universitas Syiah Kuala, 2016, Hlm.4.
11

objek jaminan fidusia oleh PT Adira Finance Aceh, hambatan yang dihadapi

dalam melakukan eksekusi objek jaminan fidusia oleh PT Adira Finance Aceh

dan upaya penyelesaian hambatan eksekusi objek jaminan fidusia oleh PT

Adira Finance Aceh. Perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti ialah

terkait objeknya, yaitu pada penelitian ini objeknya ialah terkait penyelesaian

wanprestasi pembiayaan konsumen hanya sebatas sepeda motor sedangkan

pada skripsi tersebut objeknya ialah segala bentuk objek jaminan fidusia dan

perbedaan permasalahan yang diteliti ialah fokus kepada eksekusi jaminan

fidusia yang dilakukan oleh PT Adira Finance Aceh sedangkan penelitian ini

focus kepada penyelesaian sengeketa wanprestasi pembiayaan konsumen pada

PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh.

b. Skripsi atas nama M. Kevin dengan judul Tinjauan Yuridis terhadap

Penyelesaian Sengketa Wanprestasi dalam Perjanjian Sewa Beli Kendaraan

Bermotor pada Perusahaan Federal Internasional Finance(FIF) Cabang Jepara,

Fakultas Hukum, Universitas Islam Sultan Agung, Semarang, 2018. 13

Penelitian ini berfokus pada tinjauan yuridis sewa beli kendaraan bermotor pada

PT FIF. Tujuannya ialah bagaimana prosedur pelaksanaa perjanjian sewa beli

kendaraan bermotor di PT Federal Internasional Finance(FIF) Jepara, kapan

debitur dinyatakan wanprestasi dalam perjanjian sewa beli kendaraan bermotor

13
M. Kevin,” Tinjauan Yuridis terhadap Penyelesaian Sengketa Wanprestasi dalam
Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor pada Perusahaan Federal Internasional Finance(FIF) Cabang
Jepara”, Skripsi, Semarang: Fakultas Hukum, Universitas Islam Sultan Agung, 2018, Hlm 15.
12

pada PT Federal Internasional Finance(FIF) Jepara, dan upaya serta prosedur

penyelesaian penarikan kendaraan akibat wanprestasi dalam penjanjian sewa

beli. Perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti ialah terkait objeknya, yaitu

wanprestasi pembiayaan konsumen pada PT Nusantara Sakti Kantor Cabang

Banda Aceh.

c. Skripsi atas nama Tegar Aprila Werdana yang berjudul Wanprestasi Debitur

dalam Membayar Angsuran Sepeda Motor pada Lembaga Pembiayaan PT Nusa

Surya Ciptadana di Kota Pontianak, Fakultas hukum, Universitas Tanjungpura,

Kalimantan Barat, 2015.14 Penelitian ini berfokus pada lembaga pembiayaan.

Tujuannya ialah untuk mengungkapkan faktor-faktor penyebab debitur

wanprestasi atau lalai dalam melaksanakan perjanjian pembiayaan konsumen

yang telah disepakatinya dan akibat hukum yang timbul terhadap debitur

wanprestasi membayar angsuran sepeda motor. Perbedaan dengan penelitian

yang akan diteliti ialah terkait objeknya, yaitu terkait dengan bagaimana

penyelesaian wanprestasi pembiayaan konsumen pada PT Nusantara Sakti

Kantor Cabang Banda Aceh.

14
Tegar Aprila Werdana,” Wanprestasi Debitur dalam Membayar Angsuran Sepeda Motor
pada Lembaga Pembiayaan PT Nusa Surya Ciptadana di Kota Potianak, Skripsi: Fakultas hukum,
Kalimantan Barat, Universitas Tanjungpura, 2015, Hlm 20.
13

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris.

Penelitian hukum empiris adalah penelitian yang mengkaji hukum yang diambil

melalui fakta-fakta dalam kenyataan di masyarakat.15 Data yang digunakan

dalam penelitian ini ialah data primer yang diperoleh melalui wawancara

sebagai sumber utamanya dan data sekunder yang diperoleh dengan mengkaji

bahan hukum primer, sekunder, dan tersier.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di wilayah Kota Banda Aceh. Penulis

memilih tempat tersebut sebagai lokasi penelitian dikarenakan PT Nusantara

Sakti Kantor Cabang Banda Aceh terdapat nasabah yang melakukan

wanprestasi pembiayaan konsumen.

3. Populasi Penelitian

Adapun populasi pada penelitian ini ialah:

1. Branch Manager PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh;

2. Staff Operator PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh;

3. Debitur wanprestasi pembiayaan konsumen pada PT Nusantara Sakti Kantor

Cabang Banda Aceh;

4. Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan Perwakilan Aceh;

15
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris,
Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010, Hlm 65.
14

5. Notaris

6. Akademisi Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala.

7. Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari populasi. Sampel dilakukan dengan cara

“purposive sampling” yaitu keseluruhan populasi akan dipilih beberapa sebagai

sampel yang mewakili seluruh populasi. Adapun yang menjadi sampel dalam

penelitian ini ialah sebagai berikut:

a. Responden

Responden ialah orang yang memberi informasi dan terlibat

langsung dengan objek penelitian. Adapun responden tersebut sebagai

berikut:

a. Branch Manager PT. Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh

b. Staff AR Collector PT. Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh (2

orang)

c. Debitur (6 orang)

b. Informan

Adapun informan dalam penelitian ini ialah:

a. Pengawas Industri Keuangan Nonbank dan Pasar Modal dan Disposisi

Otoritas Jasa Keuangan Perwakilan Aceh (2 orang)

b. Kantor Notaris dan PPAT Ahmad Rifqi Nurilmi di Banda Aceh

c. Akademisi hukum pembiayaan Fakultas Hukum Univeristas Syiah Kuala

(2 orang)
15

8. Metode Pengumpulan Data.

a) Metode pengumpulan data

1. Penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang

dilakukan guna memperoleh data sekunder dengan cara mempelajari

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), buku-buku,

jurnal, peraturan perundang-undangan, dan literature hukum yang

berkaitan langsung dengan permasalahan yang akan diteliti

2. Penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan

untuk mengumpulkan data primer dengan cara melakukan wawancara,

menyebarkankan angket kepada nasabah, dan melakukan observasi

kepada responden dan informan.

9. Analisis Data

Data keseluruhan yang diperoleh melalui penelitian lapangan dan

penelitian kepustakaan disusun secara sistematis. Data hasil penelitian

kepustakaan dan penelitian lapangan berupa catatan lapangan yang disusun

menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu data yang dinyatakan responden

ketika wawancara berupa uraian kalimat-kalimat yang dapat memecahkan

masalah penelitian.
16

H. Sistematika Penulisan

Agar mempermudah penyusunan skripsi ini, maka penyusunan dibagi

menjadi 4 (empat) bab, sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Pada bab I ini terdiri atas Latar Belakang Masalah,

Identifikasi Masalah, Definisi Operasional Penelitian, Ruang Lingkup Dan Tujuan

Penelitian, Kegunaan Penelitian, Keaslian Penelitian, Metode Penelitian, Serta

Sistematika Penulisan.

Bab II Tinjauan Umum Tentang Pembiayaan Konsumen, Wanprestasi, dan

Penyelesaian Sengketa Pembiayaan Konsumen.

Bab III merupakan hasil penelitian yaitu Pemenuhan Hak dan Kewajiban

Para Pihak dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Pada PT Nusantara Sakti

Kantor Cabang Banda Aceh dan Penyelesaian Sengketa Pembiayaan Konsumen

Pada PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh.

Bab IV merupakan bagian penutup. Pada bab penutup terdiri dari

kesimpulan serta saran.


BAB II

TINJAUAN UMUN TENTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN DAN

WANPRESTASI

A. Perjanjian Pada Umumnya

Perjanjian adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih berjanji

kepada satu orang atau lebih untuk melakukan sesuatu. Dari perbuatan ini, lahirlah

suatu hubungan antara dua orang atau lebih yang disebut perikatan. Maka dapat

dikatakan bahwa suatu perjanjian nerupakan salah satu sumber lahirnya sebuah

perikatan seperti yang dinyatakan pada Pasal 1233 KUH Perdata disebutkan

bahwa “Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena

undang-undang”. Persetujuan yang dimaksud ialah perjanjian/kontrak. Dengan

adanya perjanjian ini maka timbulah hak dan kewajiban yang mengikat para pihak

tersebut.

Pengertian perjanjian berdasarkan KUH Perdata adalah “suatu perbuatan

dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang

lainnya atau lebih”, sebagaimana yang disebutkan pada Pasal 1313 KUH Perdata.

Definisi perjanjian dianggap masih terlalu luas dikarenakan hanya merumuskan

satu orang saja yang memiliki kehendak akan orang lain untuk mengikatkan

dirinya melalui suatu perjanjian atau perjanjian itu dilakukan hanya sepihak saja. 16

16
Kadriah, Susiana, Indra Kesuma Hadi. Hukum Perdata Indonesia Dalam
Perkembangannya. Banda Aceh: FH Unsyiah Press. 2017. Hlm .349

17
18

Sedangkan suatu perjanjian tidak hanya mengikat sepihak saja melainkan terdapat

hubungan timbal balik beserta hak dan kewajiban yang melekat pada kedua belah

pihak yang melakukan perjanjian tersebut.

Perjanjian menurut M. Yahya Harahap didefinisikan sebagai berikut

“Perjanjian atau Verbitenis mengandung pengertian: suatu hubungan hukum

kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih yang memberi kekuatan hak

pada satu pihak untuk mendapatkan prestasi dan kewajiban pihak lain untuk

menunaikan prestasi”. 17 Dari definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa perjanjian

merupakan hubungan hukum yang terkait hukum kekayaan yang dilakukan oleh

dua orang atau lebih dimana satu pihak berhak atas prestasi dan pihak lain wajib

memenuhi prestasi tersebut.

Perjanjian merupakan suatu perbuatan hukum yang dilakukan dengan

tercapainya kata sepakat oleh kedua belah pihak. Perjanjian yang dibuat oleh

kedua belah pihak ini berlaku sebagai undang-undang bagi keduanya. Oleh karena

itu, kesepakatan menimbulkan akibat hukum yang mengandung konsekuensi

hukum ketika dilanggar.

syarat sahnya perjanjian ada 4 (empat), seperti yang disebutkan pada Pasal

1320 KUH Perdata “untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 (empat) syarat:

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;


2) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian;
3) Suatu hal tertentu;

17
M. Yahya Harahap. Op. Cit. Hlm. 6.
19

4) Suatu sebab yang halal.”18

Dua syarat pertama yang terdapat pada Pasal tersebut merupakan syarat

subjektif. Syarat subjektif ialah syarat yang berkaitan dengan para pihak dalam

perjanjian. Bila syarat subjektif ini tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut dapat

dibatalkan. Makna batal pada konsekuensi tidak terpenuhinya syarat subjektif

tersebut ialah sepanjang tidak diminta pembatalan oleh para pihak maka perjanjian

tersebut tetap menimbulkan perikatan atau hubungan hukum yang melahirkan hak

dan kewajiban. Sedangkan dua syarat terakhir disebut sebagai syarat objektif yaitu

berkaitan dengan objek dari perjanjian tersebut. Jika tidak terpenuhinya syarat

objektif tersebut maka perjanjian dinyatakan batal demi hukum yamg memiliki

makna tidak pernah terjadinya perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban

bagi para pihak sejak awal.

Dalam perjanjian juga terdapat beberapas asas-asas penting, yaitu: 19

a) Asas Pacta Sunt Servanda

Asas pacta sunt servanda atau asas kekuatan mengikat memiliki makna

bahwa suatu perjanjian mengikat para pihak. Seperti yang disebutkan dalam

Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata bahwa “semua perjanjian yang dibuat secara

sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yan membuatnya”. Oleh sebab

itu para pihak harus melaksanakan isi dari perjanjian dan dilarang melakukan

18
R. Subekti. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: PT Balai Pustaka.
Hlm.371.
19
R. Subekti, Aspek-aspek Hukum Perikatan, Bandung: Alumni, 1986, Hlm 5.
20

perbuatan yang dilanggar dalam perjanjian tersebut.

b) Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme atau sepakat ialah bahwa salah satu syarat sahnya

suatu perjanjian wajib adanya kesepakatan para pihak (consensus). Dari

kesepakatan tersebut timbul yang namanya hak dan kewajiban yang harus

dipenuhi oleh para pihak. Apabila dalam perjanjian tersebut tidak terdapat

adanya kesepakatan maka perjanjian tersebut juga tidak mengikat.

c) Asas Kebabasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak memiliki makna bahwa perjanjian tersebut

bebas dibuat oleh para pihak selama tidak melanggar kesusilaan dan ketertiban

umum. Kebebasan kepada para pihak tersebut dapat berupa membuat atau tidak

membuat perjanjian, kebebasan mengadakan perjanjian dengan siapa saja,

kebebasan menentukan isi, pelaksanaan, dan persyaratan dalam perjanjian,

kebebasan menentukan perjanjian secara tulis atau lisan. Asas kebebasan

berkontrak ini didasari oleh Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang berbunyi:

“perjanjian tersebut dibuat sah dan berlaku sebagai undang-undang bagi mereka

yang membuatnya”.

d) Asas Itikad Baik

Asas itikad baik disebutkan dalam Pasal 1338 ayat (3) “perjanjian harus

dilaksanakan dengan itikad baik”. Itikad baik ialah keadaan batin para pihak

dimana dalam melakukan perjanjian harus didasari dengan adanya kejujuran,

keterbukaan, dan saling percaya. Dalam perjanjian tidak boleh ada maksud
21

tersembuyi untuk menipu dan menutupi keadaan yang sebenarnya.

e) Asas Kepribadian

Asas kepribadian ialah asas yang menyatakan bahwa perjanjian hanya

mengikat para pihak secara personal saja. Sesuai dengan Pasal 1340 KUH

Perdata disebutkan bahwa” suatu perjanjian hanya berlaku kepada pihak-pihak

yang membuatnya”. Namun terdapat pengecualian seseorang dapat dapat

melakukan perjanjian untuk kepentingan pihak ketiga dengan adanya syarat-

syarat yang telah ditentukan sesuai dengan Pasal 1317 KUH Perdata.

Disamping kelima asas tersebut, masih terdapat 8 (delapan) asas hukum

perikatan nasional yang telah diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum

Nasional. Asas-asas ini adalah sebagai berikut:20

1. Asas Kepercayaan

Asas kepercayaan mempunyai makna dalam mengadakan suatu perjanjian

dengan pihak lain harus menumbuhkan rasa kepercayaan akan memenuhi

prestasi di antara para pihak. Adanya rasa kepercayaan akan menimbulkan

kesepakatan yang akan mengikat para pihak tersebut.

2. Asas Moral

Asas ini menjelaskan bahwa suatu perbuatan memiliki kesukarelaan yang

mempunyai kewajiban untuk melaksanakan prestasinya hingga selesai.

20
Niru Anita Sagita Sinaga, “Peranan Asas-Asas Perjanjian Dalam Mewujudkan Tujuan Perjanjian”,
Jurnal Binamulia Hukum, Fakultas Hukum: Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma Jakarta, Vol
7 (2), 2018, Hlm 117-118.
22

3. Asas Persamaan Hak

Asas persamaan hak mempunyai makna bahwa para pihak memiliki tempat

yang sama dejaratnya untuk menerima hak-hak dalam suatu perjanjian.

4. Asas Kepatutan

Asas kepatutan ialah asas mengenai ketentuan-ketentuan isi dalam

perjanjian. Asas ini terdapat dalam Pasal 1339 KUH Perdata.

5. Asas Kebiasaan

Asas kebiasaan menyatakan bahwa suatu perjanjian tidak hanya terkait hal-

hal yang telah diatur secara tegas dalam perjanjian melainkan terdapat

keadaan dan kebiasaan yang diikuti. Asas ini terdapat dalam Pasal 1339 jo

Pasal 1347 KUH Perdata.

6. Asas Kepastian Hukum

Asas kepastian hukum memiliki makna bahwa perjanjian memiliki

kekuatan yang mengikat para pihak, yakni mengikat sebagai undang-

undang.

7. Asas Keseimbangan

Asas keseimbangan ialah bahwa suatu perjanjian menghendaki para pihak

untuk melaksanakan hak dan kewajibannya.

8. Asas Perlindungan

Asas perlindungan ialah asas yang menyatakan bahwa para pihak dalam

perjanjian sama-sama dilindungi kepentingannya.


23

B. Tinjauan Umum Tentang Pembiayaan Konsumen

Pembiayaan konsumen dalam istilah bahasa Inggris disebut dengan

“consumer finance”. Secara hakikatnya pembiayaan konsumen sama dengan

kredit konsumen (consumer credit) yang membedakannya hanya terletak pada

perusahaan yang membiayainya. Pembiayaan konsumen sendiri dibiayai oleh

perusahaan pembiayaan (financing company) sedangkan kredit konsumen dibiayai

oleh bank.21

Berdasarkan Pasal 1 angka (7) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009

tentang Lembaga Pembiayaan disebutkan bahwa “Pembiayaan konsumen

(consumen finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang

berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran”. Dalam

pengertian lain pembiayaan konsumen adalah suatu pinjaman yang diberikan oleh

perusahaan pembiayaan kepada debitur dengan pembelian barang yang langsung

dikonsumsi atau digunakan oleh debitur itu sendiri. Barang yang langsung

dikonsumsi debitur seperti, pembiayaan kendaraan bermotor, pembiayaan alat-alat

rumah tangga, pembiayaan barang elektronik, dan pembiayaan perumahan.

Pengertian pembiayaan konsumen memiliki unsur-unsur yang terkandung yaitu:

a) Subjek ialah para pihak yang memiliki keterkaitan dalam hukum


pembiayaan konsumen dimana terdiri dari perusahaan pembiayaan
konsumen, debitur, dan penyedia barang (supplier)
b) Objek merupakan barang bergerak yang dipakai oleh debitur untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.

21
Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2013, Hlm 96.
24

c) Perjanjian yaitu perbuatan hukum yang berupa persetujuan pembiayaan


antara perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen, serta jual beli
antara pemasok dengan konsumen.
d) Hubungan hak dan kewajiban ialah perusahaan pembiayaan konsumen wajib
membiayai harga yang diperlukan oleh debitur dan membayarnya secara
tunai kepada pemasok dan konsumen wajib membayar secara angsuran
kepada perusahaan permbiayaan konsumen serta pemasok wajib
memberikan barang kepada debitur.
e) Jaminan terdiri dari jaminan utama, jaminan pokok, dan jaminan tambahan.
Jaminan utama ialah jaminan yang biasanya berupa kepercayaan yang
diberikan perusahaan pembiayaan konsumen bahwa debitur dipercaya
mampu membayar angsuran hingga selesai. Jaminan pokok ialah fidusia
yang berupa dokumen kepemilikan barang yang dikuasai oleh perusahaan
pembiayaan konsumen hingga angsuran terakhir dilunasi (fiduciary transfer
of ownership). Adapun jaminan tambahan ialah berupa pengakuan utang dari
debitur.22

Perusahaan yang memberikan pembiayaan ialah perusahaan

pembiayaan konsumen atau disebut consumer finance company yang didirikan

oleh suatu institusi baik bank ataupun nonbank. 23 Perusahaan pembiayaan

diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang

Perusahaan Pembiayaan. Pada Pasal 1 huruf (b) disebutkan bahwa “Perusahaan

Pembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan Lembaga Keuangan Bukan

Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam

bidang usaha Lembaga Pembiayaan”.

Pesatnya perkembangan pembiayaan konsumen juga didukung oleh

faktor-faktor kenyataan sebagai berikut:

1) Bank-bank tidak menyediakan kredit–kredit yang berukuran kecil dan

22
Ibid, Hlm 96
23
Khotibul Umam, Hukum Lembaga Pembiayaan Hak dan Kewajiban Nasabah Pengguna
Jasa Lembaga Pembiayaan, Sleman: Pustaka Yustisia, 2010, Hlm 10.
25

bersifat konsumtif kepada debitur;

2) Keterbatasan sumber dana formal akibat sistem yang dilakukan tidak

fleksibel;

3) Koperasi yang sulit berkembang dikarenakan kurangnya penekanan

pemanfaatan modal;

4) Sistem pembiayaan informal seperti lintah darat mencekam masyarakat

dengan bunga yang sangat tinggi.

Pembiayaan konsumen dibuat berdasarkan suatu perjanjian. Perjanjian

adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih berjanji kepada satu orang

atau lebih untuk melakukan sesuatu. Dari perbuatan ini, lahirlah suatu

hubungan antara dua orang atau lebih yang disebut perikatan. Maka dapat

dikatakan bahwa suatu perjanjian merupakan salah satu sumber lahirnya sebuah

perikatan seperti yang dinyatakan pada Pasal 1233 KUH Perdata disebutkan

bahwa “Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena

undang-undang”. Persetujuan yang dimaksud Pasal di atas ialah perjanjian atau

kontrak. Dengan adanya perjanjian ini maka timbulah hak dan kewajiban yang

mengikat para pihak tersebut.

Pembiayaan konsumen melakukan transaksi selain atas kehendak para

pihak yaitu perusahaan pembiayaan konsumen dan debitur yang dituangkan

dalam suatu perjanjian juga berdasarkan peraturan perundangan yang sifatnya


26

publik administratif. 24 Maka perjanjian merupakan sumber utama pembiayaan

konsumen dilihat dari sisi hukum perdata, sedangkan perundangan-undangan

ialah sumber hukum utama dari sisi hukum publik.

a. Segi Hukum Perdata

Pembiayaan konsumen dilihat dari sisi hukum perdata terbagi

menjadi 2 (dua) sumber, yakni asas kebebasan berkontrak dan perundang-

undangan di bidang hukum perdata. Asas kebebasan berkontrak dalam

pembiayaan konsumen merupakan hubungan hukum yang dibuat secara

tertulis dan merupakan dokumen hukum yang menjadi dasar kepastian

hukum bagi para pihak. Pembuatan perjanjian pembiayaan konsumen yang

didasari oleh asas kebebasan berkontrak harus membuat isi terkait hak dan

kewajiban para pihak dalam hal ini ialah perusahaan pembiayaan konsumen

dan debitur. Perjanjian ini tentunya menjadi dokumen utama yang dalam

pembuatannya memperhatikan syarat sahnya suatu perjanjian berdasarkan

Pasal 1320 KUH Perdata. Perjanjian yang dibuat sah tersebut berlaku

sebagai undang-undang dan mengikat para pihak yang dalam pelaksanaanya

harus didasarkan dengan itikad baik.

b. Di Luar Hukum Perdata

Pembiayaan konsumen tidak hanya diatur dalam buku III KUH

Perdata terkait perjanjian pembiayaan konsumen. Pembiayaan konsumen

24
Sunaryo, Op. cit, Hlm 98.
27

juga diatur di luar KUH Perdata, yaitu:

1) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan;

2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang

Perusahaan Pembiayaan;

3) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 468/KMK.017/1995 tentang

Perubahan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988

tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.

Pembiayaan konsumen terdiri dari beberapa pihak. Pihak yang memiliki

hubungan dengan pembiayaan konsumen terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu:

a) Perusahaan Pembiayaan Konsumen

Perusahaan pembiayaan konsumen berupa Lembaga Keuangan Non

Bank yang dibentuk khusus menjalankan kegiatan bidang usaha lembaga

pembiayaan. Perusahaan pembiayaan konsumen harus berbentuk badan

hukum yang melakukan pembiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan

debitur dengan sistem pembayaran secara berkala atau angsuran.

b) Konsumen (debitur)

Konsumen ialah orang yang membeli barang menggunakan dana

yang dibiayai oleh perusahaan pembiayaan konsumen. Barang yang dibeli

biasanya dipergunakan untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain

dan tidak untuk diperdagangkan kembali. 25

25
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Kencan Predana Media Group, 2013,
Hlm 14.
28

c) Pemasok (supplier)

Pemasok (supplier) ialah perusahaan yang menyediakan barang-

barang yang dibutuhkan oleh konsumen dalam rangka pembiayaan

konsumen. Barang-barang yang disediakan biasa berupa barang konsumsi,

seperti kendaraan bermotor, barang elektronik, barang rumah tangga, dan

komputer dimana pemenuhan pembayaran atas barang-barang tersebut

dilakukan oleh perusahaan pembiayaan konsumen. 26

Ketiga pihak tersebut memiliki hubungan yang masing-masing terikat

oleh hak dan kewajiban. Hubungan antara perusahaan pembiayaan konsumen

dengan debitur terlebih dahulu terjadi dengan adanya perjanjian, yaitu

perjanjian pembiayaan konsumen. Perjanjian tersebut tentunya telah ditanda

tangani oleh kedua belah pihak dan secara hukum telah terikat dengan hak dan

kewajiban yang pelaksanaanya harus didasari dengan itikad baik. Kewajiban

perusahaan pembiayaan konsumen ialah sebagai penyedia dana untuk debitur

yang dibayar secara tunai kepada pemasok atas barang yang dibutuhkan oleh

debitur. Sedangkan kewajiban debitur ialah melakukan pembayaran secara

angsuran kepada perusahaan pembiayaan konsumen hingga lunas. Adapun hak

perusahaan pembiayaan berupa penerimaan pembayaran kembali dana secara

angsuran hingga lunas dari debitur. Dan hak debitur ialah menerima

pembiayaan dalam bentuk dana yang dibayarkan secara tunai kepada pemasok

26
Sunaryo, Op. Cit, Hlm 106.
29

atas pembelian barang yang dibutuhkan debitur.

Hubungan antara perusahaan pembiayaan konsumen dengan pemasok

tidak didasari dengan adanya hubungan hukum khusus, kecuali perusahaan

pembiayaan sebagai pihak ketiga yang diisyaratkan. Sedangkan pemasok

dengan debitur terdapat hubungan jual beli. Dalam hal ini berupa perjanjian jual

beli bersyarat dimana pemasok sebagai penjual memberi syarat bahwa

pembayaran atas harga barang akan dilakukan oleh pihak ketiga yaitu

perusahaan pembiayaan konsumen.27Apabila pihak ketiga melakukan

wanprestasi berupa tidak melakukan pembayaran secara tunai kepada pemasok

maka jual beli antara pemasok dengan debitur akan dibatalkan.

Perjanjian pembiayaan konsumen dibuat dalam bentuk perjanjian baku

(standard contract). Perjanjian baku adalah perjanjian yang telah dibuat

terlebih dahulu oleh suatu pihak dan didalamnya terdapat syarat-syarat

tertentu.28 Perjanjian baku memiliki ciri tersendiri yaitu bersifat keseragaman.

Perjanjian baku dibuat tetap dengan memperhatikan syarat sahnya suatu

perjanjian.

Perjanjian pembiayaan konsumen adalah suatu perjanjian berupa

pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dimana prestasi tersebut

akan dikembalikan dengan jangka waktu tertentu dan disertasi dengan kontra

27
Ibid, Hlm 108
28
Purwahid Patrik, “Peranan Perjanjian Baku dalam Masyarakat”, Jurnal Standar Kontrak,
Fakultas Hukum: Universitas Negeri Surabaya, Vol 1 (1) 1993, Hlm 1.
30

prestasi berupa bunga sesuai dengan perjanjian yang disepakati oleh para

pihak. 29 Perusahaan pembiayaan konsumen selalu mencantumkan asas

perkreditan seperti bank dalam rangka melindungi perusahaanya dan menjadi

tolak ukur kempampuan debitur untuk mengembalikan pinjamannya tersebut.

Jaminan dalam pembiayaan konsumen sangat diperlukan guna

menciptakan ketertiban dan kelancaran debitur dalam membayar angsuran dan

mencegah timbulnya kerugian bagi perusahaan pembiayaan konsumen. Hal ini

dikarenakan pembiayaan konsumen merupakan lembaga bisnis yang dalam

kegiatan pembiayaannya tidak bisa jauh dari unsur risiko. Jaminan yang ada

dalam pembiayaan konsumen sama seperti jaminan kredit bank khususnya

kredit konsumen. Jaminan tersebut terbagi menjadi 3 bagian, yaitu: 30

a) Jaminan utama

Pembiayaan konsumen merupakan pembiayaan dalam bentuk kredit

yang memiliki jaminan utama berupa kepercayaan yang diberikan oleh

perusahaan pembiayaan konsumen kepada debitur. Bahwasanya pihak

debitur dipercaya mampu membayar angsuran sampai lunas atas

pembiayaan yang telah diterima. Perusahaan pembiayaan konsumen juga

menggunakan prinsip-prinsip umum yang berlaku pada perkreditan.

Prinsip tersebut ialah 5C, yaitu collateral, character, capacity, capital,

29
Retno Wulan Sutanto, Perjanjian Konsumen Dalam Pustaka Peradilan Proyek Pembinaan
Teknis Yustikal, Jakarta: MARI, 1994, Hlm 3.
30
Ibid, Hlm 107
31

condition of economy.

b) Jaminan pokok

Perusahaan pembiayaan konsumen juga meminta jaminan pokok

guna lebih mengamankan dana yang telah diberikan kepada debitur.

Jaminan pokok tersebut berupa barang yang dibeli oleh debitur yang

berbentuk fidusia (fiduciary transfer of ownership). Akta jaminan

fidusia harus memenuhi syarat-syarat, yaitu berupa Akta Notaris dan

didaftarkan kepada pejabat yang berwenang. Dengan adanya jaminan

berupa fidusia seluruh dokumen yang memiliki keterkaitan dengan

kepemilikan barang yang bersangkutan akan dipegang oleh pihak

perusahaan pembiayaan konsumen hingga angsuran dilunasi oleh

debitur.

c) Jaminan tambahan

Jaminan tambahan yang diminta oleh perusahaan pembiayaan

konsumen ialah berupa pengakuan hutang (promissory notes), atau kuasa

menjual barang, dan cessie dari asuransi. 31 Selain hal tersebut biasa juga

dimintakan persetujuan dari suami/istri bagi debitur pribadi dan

persetujuan RUPS bagi debitur perusahaan.

Beberapa ketentuan penyebab berakhirnya perjanjian pembiayaan

konsumen, yakni:

31
Munir Fuady, Op. Cit, Hlm 168.
32

1. Tujuan perjanjian telah tercapai, maksudnya ialah apabila debitur telah

memenuhi prestasinya yakni telah melunasi pembiayaan konsumen sesuai

dengan waktu yang telah ditetapkan oleh para pihak;

2. Adanya ketentuan dari para pihak yang mana hal tersebut dituangkan dan

disepakati dalam perjanjian pembiayaan konsumen;

3. Batas waktu berlaku perjanjian telah ditentukan dan disepakati oleh para

pihak dengan adanya akta perjanjian;

4. Jika terjadi suatu peristiwa tertentu para pihak atau undang-undang dapat

menentukan bahwasanya perjanjian tersebut berakhir;

5. Adanya pernyataan penghentian perjanjian yang dilakukan oleh salah satu

pihak atau kedua belah pihak;

6. Kesepakatan para pihak ketika perjanjian pembiayaan konsumen tersebut

berjalan;

7. Adanya putusan hakim.

C. Wanprestasi

Wanprestasi atau ingkar janji berasal dari bahasa Belanda yaitu

“wanprestastie” yang maknanya tidak terpenuhinya suatu kewajiban yang telah

ditetapkan oleh para pihak dalam perikatan. Perikatan tersebut baik yang lahir dari

suatu perjanjian atau perikatan yang lahir dari undang-undang.32

Wanprestasi adalah ingkar janji yang dilakukan oleh debitur karena tidak

32
Ridwan Khairandy, Hukum Kontrak Indonesia, Yogyakarta: FH UII Press, 2013,
Hlm.278.
33

melakukan prestasinya. Wanprestasi adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak

tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya atau tidak dipenuhi

sama sekali. 33 Wanprestasi yang dilakukan oleh debitur terjadi disebabkan oleh 2

(dua) hal, yaitu disebabkan oleh adanya kesengajaan atau kelalaian dan suatu

keadaan yang memaksa. Wanprestasi memiliki hubungan yang erat dengan

perikatan, baik perikatan yang timbul oleh suatu perjanjian atau perikatan yang

timbul oleh undang-undang.

Jika debitur wanprestasi disebabkan oleh kelalaian akan menimbulkan

akibat hukum kepadanya seperti memberi ganti kerugian kepada pihak kreditur.

Wujud dari wanprestasi ada 3 (tiga), yaitu sebagai berikut:

a) Debitur sama sekali tidak berprestasi

Debitur sama sekali tidak berprestasi disebabkan oleh pihak debitur sendiri

tidak mau memenuhi prestasinya atau secara objektif dan subjektif pemenuhan

prestasi tersebut tidak berguna lagi terhadap dirinya.

b) Debitur keliru dalam berprestasi

Debitur keliru dalam berprestasi ialah ketika debitur dalam melaksanakan

prestasinya terdapat kesalahan dalam penyerahannya atau penyerahan tersebut

tidak sesuai dengan apa yang diperjanjikannya.

c) Debitur terlambat dalam berprestasi

Debitur terlambat dalam berprestasi ialah keadaan dimana debitur tetap

33
M. Yahya Harahap, Op. Cit, Hlm 60.
34

memenuhi prestasinya namun tidak dengan jangka waktu yang telah

diperjanjikan dengan kreditur. Terlambat dalam berprestasi ini termasuk ke

dalam keadaan lalai yang disebabkan oleh debitur itu sendiri.

Debitur yang lalai atau alpa atau ingkar janji terhadap pihak kreditur dalam

hal ini ialah perusahaan pembiayaan konsumen memiliki ancaman atau sanksi-

sanksi. Akibat hukum wanprestasi yang diterima debitur tersebut ialah membayar

ganti kerugian kepada kreditur, pembatalan perjanjian, adanya peralihan risiko,

wajib membayar biaya perkara jika dibawa ke pengadilan. Penggantian kerugian

berupa ongkos, kerugian dan bunga sangat diwajibkan dalam wanprestasi.

Ganti kerugian akibat wanprestasi dapat berupa kosten, schaden,

interessen yang diatur dalam Pasal 1243 KUH Perdata. Kerugian tersebut tidak

hanya biaya telah sungguh dikeluarkan atau kerugian yang menimpa kreditur,

tetapi juga kehilangan keuntungan. Keuntungan yang dimaksud ialah keuntungan

yang diperoleh kreditur jika debitur tidak lalai. 34kerugian tersebut dikelompokkan

menjadi 3 (tiga), yaitu:

1) Biaya (kosten) yaitu seluruh pengeluaran yang telah nyata dikeluarkan oleh

suatu pihak;

2) Rugi (schaden) adalah kerugian yang timbul akibat kerusakan barang milik

kreditur yang disebabkan oleh kelalaian debitur;

3) Bunga (interesten) merupakan kerugian kehilangan keuntungan yang sudah

34
Munir Fuady, Op. Cit, Hlm 223.
35

dihitung oleh kreditur.35

Pada tahun 2019 terjadi penyebaran wabah penyakit yakni Covid 19.

Penyebaran tersebut merata ke seluruh dunia, salah satunya Indonesia. Dalam

mengatisipasi penularan virus pemerintah Indonesia mengeluarkan berbagai

kebijakan seperti isolasi mandiri, social dan phsycal distancing, pembatasan sosial

berskala besar, hingga new normal. Kebijakan-kebijakan tersebut memberikan

tantangan bagi sektor perekonomian Indonesia karena mengakibatkan lambatnya

pertumbuhan ekonomi. Pada bulan April 2020 pemerintah telah mengeluarkan

Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non Alam

Penyeberan Corona Virus Desease sebagai Bencana Nasional. Pandemi Covid 19

menyebabkan debitur sulit untuk melaksanakan prestasinya karena keadaan

memaksa atau overmacht. Kedaan memaksa ialah keadaan dimana debitur tidak

dapat melaksanakan prestasinya kepada kreditur setelah adanya perjanjian karena

sesuatu menghalanginya utuk melakukan prestasi karena kejadian yang berbeda di

luar kuasanya.

Wanprestasi yang dilakukan debitur akibat adanya Covid 19 menimbulkan

kerugian bagi pelaku usaha seperti perusahaan pembiayaan konsumen. Untuk

mengatasi masalah tersebut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan peraturan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/Pojk.03/2021

Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

35
Ibid, Hlm 224.
36

11/Pojk.03/2020 Tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan

Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019, Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 30 /Pojk.05/2021 Tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/Pojk.05/2020

Tentang Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease

2019 Bagi Lembaga Jasa Keuangan Nonbank (LJKNB).

Peraturan tersebut merupakan langkah untuk mendorong optimalisasi

kinerja dari LJKNB dalam menjaga stabilitas dari sistem keuangan dan

mendukung pertumbuhan dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian upaya

yang dilakukan pemerintah untuk memberikan keringanan debitur dalam

melaksanakan prestasinya sehingga menjaga kestabilan ekonomi Indonesia.

Restrukturisasi dalam rangka menjaga kestabilan ekonomi tersebut dapat

dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: 36

1) Perurunan suku bunga;

2) Perpanjangan jangka waktu pembayaran angsuran;

3) Penggurangan tunggakan pokok;

4) Penggurangan tunggakan bunga;

5) Penambahan fasilitas kredit atau pembiyaan;

6) Mengkonversi kredit pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara.

Kebijakan tersebut dapat meminimalkan peningkatan kredit macet.

36
Aminah, “Pengaruh Pandemi Covid 19 Pada Pelaksanaan Perjanjian”, Diponegoro Law
Review, Fakultas Hukum: Universitas Diponegoro, Vol 7 (1), Hlm 654.
37

Restrukturisasi tersebut diserahkan kepada perusahaan pembiayaan yang

bersangkutan dalam hal ini ialah perusahaan pembiayaan konsumen dengan sistem

penilaian sendiri yang memuat kriteria debitur terkena dampak Covid 19.

D. Penyelesaian Sengketa Pembiayaan Konsumen

Penyelesaian sengketa di Indonesia dapat ditempuh melalui dua jalur,

yakni:

1. Litigasi

Litigasi adalah penyelesaian sengketa melalui jalur beracara di

pengadilan dimana kewenangan dalam mengatur dan memutuskan

dilaksanakan oleh hakim dan sifatnya mengikat. 37 Dalam proses penyelesaian

sengketa secara litigasi para pihak saling berhadapan satu sama lain dalam

mempertahankan hak-haknya di muka pengadilan. Prosedur yang dijalankan

dalam proses litigasi bersifat formal dan menghasilkan kesepakatan adanya

pihak yang menang dan pihak yang kalah sehingga terdapat pihak yang puas

dan tidak puas akan keputusan tersebut dan dapat menimbulkan persoalan baru

di antara para pihak. Sehingga penyelesaian secara litigasi membutuhkan waktu

yang lama serta biaya yang relatif mahal. Lamanya proses litigasi disebabkan

oleh banyaknya perkara yang harus diselesaikan tidak sebanding dengan jumlah

pekerja di pengadilan. Upaya hukum yang dilakukan secara litigasi memiliki

37
Salim HS, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar Grafika,
2008, Hlm 140.
38

tingkatan, yaitu Pengadilan Negeri (tingkat pertama), Pengadilam Tinggi

(banding), Mahkamah Agung (kasasi), dan Peninjauan Kembali yang

memyebabkan sulit tercapainya asas sederhana, cepat, biaya ringan. 38

2. Non litigasi atau luar pengadilan

Penyelesaian sengketa non litigasi ialah penyelesaian sengketa diluar

pengadilan melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa yang

memiliki dasar hukum yakni Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Pasal 1 ayat (10) Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 1999 disebutkan bahwa “Alternatif penyelesaian

sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui

prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan

dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli”.

a. Konsultasi

Konsultasi adalah suatu tindakan personal antara suatu pihak tertentu

(klien) dengan pihak yang lain yang merupakan konsultas dimana pihak

konsultan memberikan pendapat sesuai dengan kebutuhan klien. Klien

memiliki hak opsi untuk menggunakan atau tidak menggunakan pendapat

konsultan tersebut. Konsultasi tidak memyebabkan timbul adanya

keterikatan atau kewajiban.39

38
Frans Hendra Winata, Hukum Penyelesaian Sengketa Arbitrase Nasional Indonesia,
Jakarta: Sinar Grafika, 2012, Hlm 32
39
Sri Hajati, Buku Ajar Hukum, Surabaya: Airlangga University Press, 2020, Hlm 429.
39

b. Negosiasi

Negosiasi adalah proses tawar-menawar dengan berunding guna

mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak dengan pihak yang lain.

Menurut Nurmangsih Amriani negosiasi merupakan komunikasi dua arah

yang digunakan untuk mencapai kesepakatan dengan berbagai kepentingan

yang sama atau berbeda.40

c. Mediasi

Mediasi merupakan proses perundingan untuk memperoleh

kesepakatan diantara para pihak dengan bantuan mediator sebagai pihak

netral dan tidak memberi nasehat hukum apapun kepada para pihak yang

artinya penyelesaian murni keinginan para pihak. Mediasi terlaksana dengan

adanya keterbukaan, kejujuran, dan tukar pendapat untuk mencapai mufakat.

d. Konsiliasi

Konsiliasi adalah penyelesaian sengketa yang menggunakan jasa

konsiliator yang dipilih para pihak sebagai pihak ketiga yang bersifat netral.

Dalam hal ini konsiliator dapat memberikan nasehat hukum dan solusi

kepada para pihak. Kesepakatan yang terjadi akan bersifat final dan

mengikat para pihak. 41

40
Nurmangsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengkete Perdata Di Pengadilan,
Jakarta: Raja grafindo Persada, 2012, Hlm 23.
41
Sri Hajati, Op. Cit, Hlm 435.
40

e. Penilaian ahli

Penyelesaian sengketa yang dilakukan dengan cara meminta pendapat

ahli terhadap sengketa yang terjadi.

Dalam hal penyelesaian sengketa terhadap wanprestasi dalam suatu

perjanjian sering digunakan penyelesaian sengketa diluar pengadilan melalui

musyawarah mufakat kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian atau biasa

disebut Alternative Dispute Resolution. Hal ini dikarenakan proses penyelesaian

sengketa luar pengadilan memiliki estimasi waktu yang lebih cepat, biaya ringan,

dan terjaminnya kerahasian diantara para pihak.

Terkait dengan penyelesaian sengketa pembiayaan konsumen biasa telah

tercantum pada klausula di dalam perjanjian dan disepakati oleh para pihak. Dapat

diselesaikan secara musyawarah mufakat oleh para pihak, namun jika musyawarah

mufakat tidak mencapai kesepakatan akan diselesaikan melalui Lembaga

Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) dalam bidang Badan Mediasi

Pembiayaan, Pegadaian, dan Ventura Indonesia (BMPPVI). Lembaga Alternatif

Penyelesaian Sengketa (LAPS) menjadi wadah penyelesaian sengketa konsumen

dengan lembaga jasa keuangan di bidang asuransi, pasar modal, penjaminan,

pembiayaan, modal ventura yang telah memenuhi prinsip aksesibilitas,

independen, keadilan, dan efisiensi serta di awasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. 42

42
Afrizal Mukti Wibowo, Sukarmi, Siti Hamidah, “Analisis yuridis Kewenangan
Penyelesaian Sengketa Pembiayaan Konsumen di Indonesia”, Jurnal Hukum, Fakultas Hukum:
Universitas Muhamadiyah Malang, Vol 27 (1), 2019, Hlm 48.
BAB III

PENYELESAIAN WANPRESTASI PEMBIAYAAN KONSUMEN

PADA PT NUSANTARA SAKTI KANTOR CABANG BANDA ACEH

A. Pemenuhan Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Pembiayaan

Pada PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh

PT Nusantara Sakti atau Nusantara Sakti Group (NSS) ini didirikan oleh

Amo Hartanto Kanadi dan Hartati pada tahun 1962 di Jakarta Pusat. Nusantara

Sakti Group memiliki cabang-cabang usaha diantaranya Bengkel Resmi Motor

Honda (AHASS), Lembaga Dana Pembiayaan Motor, Lembaga Dana Pembiayaan

Mobil, Honda Genuine Oil, Federal Oil, dan Ivaro Furniture dan Property.

Nusantara Sakti Group mendirikan kantor cabang di Banda Aceh pada tahun 2007

dengan nama PT Nusantara Sakti yang bergerak pada bidang lembaga pembiayaan

motor Honda. Sejak tahun 2007 hingga saat ini PT Nusantara Sakti Kantor Cabang

Banda Aceh dipimpin oleh Bapak Elvis Fernando Simbolon sebagai Branch

Manager. Pembiayaan konsumen pada PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda

Aceh dilakukan menggunakan skema transaksi pembelian dengan pembayaran

secara angsuran (Murabahah) dengan prinsip syariah dalam suatu perjanjian

pembiayaan konsumen.43Sebelum melakukan perjanjian pembiayaan konsumen

para pihak pada PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh, dilakukan

43
Elvis Fernando Simbolon, Branch Manager PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda
Aceh, Wawancara 15 Januari 2021.

41
42

beberapa proses awal yaitu calon debitur mendatangi distributor menyatakan ingin

membeli motor dengan merek sesuai yang diinginkan dengan syarat: 44

1. Fotocopi KTP atau surat keterangan domisili dari kelurahan setempat;

2. Fotokopi Kartu Keluarga yang masil berlaku;

3. Rekening pembayaran listrik terakhir/ slip pembayaran PDAM/ bukti bayar

PBB;

4. Slip gaji karyawan atau surat keterangan penghasilan;

5. Bersedia disurvey pada lokasi tempat tinggal;

Perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan PT Nusantara Sakti

Kantor Cabang Banda Aceh ialah perjanjian baku. Perjanjian baku ialah perjanjian

yang telah disediakan oleh pihak perusahaan pembiayaan konsumen kemudian

calon debitur membaca dan menanda tangani perjanjian tersebut apabila

menyetujuinya. Perjanjian baku memiliki beberapa karakteristik diantaranya

isinya telah ditetapkan secara sepihak oleh perusahaan pembiayaan konsumen

yang memiliki posisi lebih kuat dibandingkan dengan debitur, perjanjian dengan

bentuk tertulis, debitur sama sekali tidak menentukan isi perjanjian tersebut.45

Perjanjian baku ini merupakan bentuk adanya kepastian hukum bagi para pihak

44
Intan Yolanda, Staff Marketing PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh,
Wawancara 15 Januari 2021.
45
Marian Darus Badruzaman, Perjanjian Baku Perkembangannya di Indonesia, Bandung:
Alumni, 1988, Hlm 17.
43

apabila terjadi wanprestasi. Perjanjian pembiayaan konsumen yang telah disepakati

oleh para pihak akan menimbulkan hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban ini akan

dijelaskan terlebih dahulu oleh perusahaan pembiayaan konsumen kepada calon

debitur sebelum menyetujui perjanjian tersebut. Hak adalah sesuatu hal multak yang

dimiliki setiap orang, sedangkan kewajiban adalah suatu hal yang harus dikerjakan dan

disertai dengan adanya tanggung jawab. Hak perusahaan pembiayaan dalam perjanjian

pembiayaan konsumen akan menjadi kewajiban bagi debitur dan hak debitur akan

menjadi kewajiban kreditur. Oleh karenanya dalam hukum perjanjian terdapat unsur

aktif dan pasif. Kreditur sebagai pihak piutang memiliki posisi sebagai pihak aktif dan

berhak akan prestasi sedangkan debitur orang yang berhutang sebagai posisi pasif

berkewajiban memberikan prestasi.46

Hak dan kewajiban para pihak menurut Elvis Fernando Simbolon pada PT

Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh dalam perjanjian pembiayaan konsumen

adalah:47

1) Hak Perusahaan Pembiayaan Konsumen (kreditur)

a. Berhak mendapat uang muka (down payment) (poin 2 pada perjanjian

pembiayaan konsumen);

b. Berhak mendapatkan pembayaran angsuran setiap bulannya pada tanggal

jatuh tempo pembayaran (poin 4 perjanjian pembiayaan konsumen);

46
Qirom Syamsyudin, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya,
Yogyakarta: Liberty, 1985, Hlm 14.
47
Elvis Fernando Simbolon, Branch Manager PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda
Aceh, Wawancara 15 Januari 2022.
44

c. Berhak menerima pembayaran denda sebesar 1 % atas keterlamabatan


pembayaran angusuran setiap harinya (poin 3 perjanjian pembiayaan
konsumen);
d. Berhak menarik sepeda motor apabila debitur telah lalai memenuhi

prestasinya dalam hal ini membayar angsuran (poin 9 perjanjian pembiayaan

konsumen).

2) Kewajiban perusahaan pembiayaan konsumen

a. Menyerahkan sepeda motor kepada debitur setelah dilakukannya survey

dilapangan dan setelah pembayaran uang muka (poin 1 perjanjian

pembiayaan konsumen);

b. Menyerahkan buku kepemilikan atau hak kepemilikan atas motor kepada

debitur setelah pembayaran angsuran selesai.

3. Hak debitur

a. Berhak mendapatkan barang berupa sepeda motor setelah membayar uang

muka;

b. Berhak mendapat penyerahan hak milik disertai dengan buku kepemilikan

atas sepeda motor setelah angsuran selesai.

4. Kewajiban debitur

a. Membayar uang muka kepada perusahaan pembiayaan;

b. Membayar angsuran setiap bulannya pada tanggal jatuh tempo;

c. Membayar denda keterlambatan sebesar 1 % yang dihitung mulai tanggal

jatuh tempo pembayaran angsuran.


45

Pertanggung jawaban apabila suatu hari sepeda motor hilang atau rusak

diluar kemauannya pihak debitur akan menjadi tanggung jawab perusahaan

pembiayaan. Dalam Pasal 1444 KUH Perdata disebutkan bahwa “jika barang

tertentu menjadi bahan persetujuan musnah dan tak dapat lagi diperdagangkan atau

hilang sedemikian hingga sama sekali tak diketahui apakah barang tersebut masih

ada, maka hapuslah perikatannya asal barang itu musnah atau hilangnya diluar

salahnya si berhutang dan sebelum ia lalai menyerahkannya”. Pasal tersebut

menegaskan bahwa debitur bebas dari segala kewajiban asal sepeda motor hilang

atau musnah diluar kesalahannya.

Seluruh kejadian yang terjadi pada sepeda motor merupakan tanggung

jawab perusahaan pembiayaan sepenuhnya dan tidak dapat menjadi alasan debitur

untuk menunda atau lalai dalam pembayaran angsuran seperti yang tercantum pada

poin 3 dan 7 perjanjian pembiayaan konsumen.48 Debitur tetap menaggung seluruh

kewajibannya membayar angsuran kepada perusahaan pembiayaan konsumen

meskipun sepeda motor hilang atau musnah diluar kesalahannya. Debitur tidak

boleh lalai atau terlambat membayar angsuran, jika hal tersebut dilakukan maka

debitur telah ingkar janji atau wanprestasi.

Dalam pemenuhan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian

pembiayaan konsumen debitur acap kali melakukan wanprestasi. Wanprestasi

tersebut berupa keterlambatan membayar angsuran.

48
Elvis Fernando Simbolon, Branch Manager PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda
Aceh, Wawancara 15 Januari 2022.
46

Tabel 2
Data Sampel Penunggakan Pembayaran Angsuran Oleh Debitur PT
Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh Pada Tahun 2021
No Nama Debitur Nomor Masa Angsuran Angsuran Yang Surat
Perjanjian Menunggak

1 Fajar 2219040000917 Angsuran ke-8 Angsuran ke-9 Surat Penarikan


Apriyanto ke-10 dan (60 hari setelah SP)
angsuran ke-11
2 Kamaruddin 0636719090026 Angsuran ke-13 Angsuran ke-14 Surat Somasi I
(14 hari setelah jatuh
tempo)
3 Anita Rahayu 2246019090024 Angsuran ke-21 Angsuran ke-22 Surat Penarikan
dan ke-23 (60 hari setelah SP)
4 Marlinawati 2219100001843 Angsuran ke-6 Angsuran ke -7 Surat Somasi II ( 20
hari setelah somasi I)
5 Nur 2794919110004 Angsuran ke-17 Angsuran ke-18 Surat Pemberitahuan
Rahmadsyah ( 7 hari setelah jatuh
tempo)
6 Muhammad 0636719070076 Angsuran ke-10 Angsuran ke-10 Surat Penarikan
Khairul dan ke-11 ( 60 hari setelah SP)
Sumber: Branch Manager PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh, Tahun
2021

Tabel tersebut memperlihatkan debitur wanprestasi dalam pembayaran

angsuran pada PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh. Wanprestasi

berupa melaksanakan apa yang diperjanjikan namun terlambat. PT Nusantara

Sakti Kantor Cabang Banda Aceh selaku perusahaan pembiayaan konsumen

memberikan surat peringatan, surat somasi, dan surat penarikan kepada debitur
47

wanprestasi guna melakukan kewajibannya dalam membayar angsuran secara

teratur dan tidak terlambat. Adapun faktor-faktor penyebab debitur wanprestasi

ialah:

a) Debitur belum menerima gaji

Debitur bernama Kamaruddin dan Nur Rahmadsyah merupakan karyawan yang

belum menerima gaji pada saat jatuh tempo pembayaran angsuran. Jatuh tempo

pembayaran angsuran pada pertengahan bulan sedangkan menerima gaji

diakhir bulan.49 Nur Rahmadsyah mengatakan kerap kali mendapat

keterlambatan penerimaan gaji dikarenakan keuntungan perusahaan tempatnya

bekerja keturunan akibat adanya pandemi Covid-19.50

b) Debitur mengalami kesulitan ekonomi

Debitur yang mengalami kesulitan ekonomi disebabkan oleh penurunan

keuntungan dari usaha yang dijalani. Debitur bernama Fajar Apriyanto

membuka usaha rumah makan, usahanya mengalami penurunan yang sangat

merosot karena adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang hanya

memperbolehkan rumah makan buka hanya pada jam tertentu sehingga tidak

dapat membayar angsuran selama berbulan-bulan karena harus menutupi

kerugian yang dialaminya.

Debitur bernama Anita seorang ibu rumah tangga dan hanya suami yang bekerja

49
Kamarudiin dan Nur Rahmadsyah, Debitur PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda
Aceh, Wawancara 29 dan 30 Desember 2021.
50
Nur Rahmadsyah, Debitur PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh, Wawancara
30 Desember 2021.
48

tidak mampu membayar angsuran disebabkan keadaan ekonomi yang tidak

stabil pada masa pandemi sehingga tidak dapat menabung untuk kebutuhan

sekunder. Jumlah kebutuhan pokok yang meningkat dengan penghasilan yang

menurun drastis hanya mampu memenuhi keubutuhan primer saja. Uang muka

yang disetorkan pada awal kepada perusahaan pembiayaan sangat kecil

sehingga jumlah angsurannya perbulannya sangat besar. Awalnya menunggak

satu bulan sehingga pada bulan berikutnya saya harus membayar angsuran lebih

besar berserta dengan dendanya. Hal ini yang menyebabkan penunggakan

menjadi berkelanjutan.51

c) Debitur mengalami musibah

Debitur terlambat membayar disebabkan oleh musibah yang berbeda-beda

seperti debitur yang bernama Marlinawati mengalami musibah suaminya sakit

sehingga memerlukan biaya yang sangat besar untuk melakukan perawatan di

rumah sakit. Uang yang dimiliki untuk membayar angsuran digunakan untuk

membayar rumah sakit. 52

d) Debitur mengalami pencurian sepeda motor

Debitur yang mengalami kehilangan sepeda motor akibat pencurian seperti

Muhammad Khairul diharapkan melapor kepada PT Nusantara Sakti Kantor

51
Anita Rahayu, Debitur PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh, Wawancara 5
Januari 2021.
52
Marlinawati, Debitur PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh, Wawancara 7
Januari 2021.
49

Cabang Banda Aceh dan pihak asuransi. Setelah adanya pelaporan dilakukan

pengecekan dilapangan atau penyelidikan bahwa sepeda motor tersebut benar-

benar telah dicuri dan bukan tipu daya dari pihak debitur untuk tidak membayar

angsuran. 53 Kehilangan motor akibat pencurian tidak dapat menghilangkan

kewajiban debitur untuk membayar angsuran setiap bulannya. Oleh karenanya

debitur tetap mendapat surat penarikan apabila menunggak berbulan-bulan.

Menurut Yohanes M. Simanjuntak terjadinya wanprestasi disebabkan oleh

2 faktor:54

1. Faktor internak ialah faktor yang berasal dari perusahaan pembiayaan

konsumen

a. Kurang baiknya survey lapangan;

b. Tidak mengevaluasi keuangan debitur secara optimal;

c. Lemahnya pengawasan terhadap debitur;

d. Tidak seimbang perhitungan modal kerja dengan bisnis usaha debitur.

2. Faktor eksternal ialah faktor yang berasal debitur

a. Kesulitan ekonomi;

b. Debitur mengalami musibah;

c. Debitur lupa tanggal jatuh tempo pembayaran;

53
Muhammad Khairul, Debitur PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh,
Wawancara 3 Januari 2022.
54
Yohanes M. Simanjuntak, AR Collector PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh,
Wawancara 15 Januari 2022.
50

d. Debitur terlambat menerima gaji.

e. Debitur berada diluar kota;

f. Debitur pindah lokasi rumah;

g. Debitur mengalihkan sepeda motor kepada pihak lain.

Penyebaran covid 19 memang memberikan dampak negatif yang sangat besar

bagi perekonomian. Tidak hanya perekonomian negara, namun perekonomian pribadi

juga. Dampak tersebut ialah meningkatnya wanprestasi oleh debitur pada Lembaga

Jasa Keuangan Nonbak seperti perusahaan pembiayaan konsumen. Oleh sebab itu,

Otoritas Jasa Keuangan dengan sigap mengeluarkan beberapa peraturan untuk

menangani permasalahan tersebut.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/Pojk.03/2021

Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

11/Pojk.03/2020 Tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan

Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019, Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 30/Pojk.05/2021 Tentang Perubahan Kedua

Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/Pojk.05/2020 Tentang Kebijakan

Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 Bagi Lembaga Jasa

Keuangan Nonbank (LJKNB). Kedua peraturan tersebut dikeluarkan oleh

kompartemen yang mengawasi kegiatan LJKNB dimana pelaksanaan aturan tersebut

diserahkan kembali kepada seluruh lembaga yang termasuk kedalam jenis LKJNB,

seperti lembaga pembiayaan, asuransi, dana pensiun. Hal ini dikarenakan dampak
51

Covid 19 adalah penurunan kemampuan debitur yang terdampak. 55

Pasal 9 ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor

30 /Pojk.05/2021 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 14/Pojk.05/2020 Tentang Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran

Coronavirus Disease 2019 Bagi Lembaga Jasa Keuangan Nonbank disebutkan bahwa

“LJKNB dapat melakukan restrukturisasi Pembiayaan terhadap Debitur yang terkena

dampak penyebaran COVID-19”.

Kriteria debitur terdampak Covid 19 menurut Rian terbagi menjadi 2, yaitu:56

1) Terdampak langsung

a. Debitur merupakan orang-perorangan yang terinfeksi Covid 19, pasien dalam

pengawasan yang oleh karena itu penghasilan yang diraup menurun drastis

sehingga tidak dapat melaksanakan prestasi dalam perjanjian;

b. Debitur memiliki usaha dibidang ekonomi yang terkena dampak Covid 19 seperti

pedagang kaki lima, karyawan perhotelan, karwayan ditempat pariwisata, dan

karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja

2) Terdampak tidak langsung

a. Debitur yang mengalami penurunan ekspor dan impor yang signifikan yang

terikat perdagangan dengan negara lain;

55
Bambang Eko Muljono, “Analisis Hukum Relaksasi Kredit Saat Pandemi Corona Dengan
Kelonggaran Kredit Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.01/2020, Jurnal
Sains Sosio Humaniora, Fakultas Hukum: Universitas Lamongan, Vol 1 (2), 2019, Hlm 615.
56
Rian, Pegawas Industri Keuangan Nonbank dan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan,
Wawancara 20 januari 2022.
52

b. Terhambatnya proyek pembangunan karena pemasokan bahan baku, tenaga

kerja, mesin dari negara lain terhenti.

Kriteria tersebut akan dianalisis oleh LJKNB dengan pertimbangan-

pertimbangan. Dari sisi debitur digunakan prinsip “know your customer”. Prinsip ini

dilakukan dengan survey lapangan yaitu, mencari tahu nama, alamat, pekerjaan, serta

usaha yang sedang dijalani oleh debitur. setelah survey terpenuhi akan dilakukan

evaluasi kemampuan debitur benar-benar turun atau hanya memanfaatkan situasi. 57

Dalam hal ini perusahaan pembiayaan konsumen diberikan kesempatan untuk

tetap membayar tetapi tidak menurunkan kualitas kreditnya atau pembiayaannya. Jika

hal tersebut tidak dilakukan akan memperburuk keuangan perusahaan dan akan

tercatat pada Sistem Pelayanan Informasi Keuangan (SPIK). Oleh karena itu debitur

dapat mengajukan restrukturisasi. Restrukturisasi tersebut berupa perpanjangan masa

waktu pembayaran dengan memberikan rest period, memperpanjang masa waktu

dengan memperkecil angsuran, dan mengatur ulang pembiayaan angsuran. 58

PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh sebagai perusahaan

pembiayaan konsumen menerapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tersebut

dengan memberikan restrukturisasi kepada debitur yang terdampak Covid 19.

Restrukturisasi tersebut ditawarkan kepada debitur yang tidak mampu bayar sehingga

terlambat dalam pemenuhan prestasinya. Debitur yang menyetujui restrukturisasi

57
Rahmat Hidayat, Disposisi Otoritas Jasa Keuangan, Wawancara 20 Januari 2022.
58
Rian, Pegawas Industri Keuangan Nonbank dan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan,
Wawancara 20 januari 2022.
53

selanjutnya mengisi formulir pengajuan restrukturisasi secara pribadi. Setelah mengisi

formulir tersebut, perusahaan pembiayaan konsumen akan melakukan evaluasi secara

langsung terkait kemampuan ekonomi debitur. Debitur yang mendapat restrukturisasi

merupakan debitur yang benar-benar terdampak Covid 19 tidak hanya sekedar

memanfaatkan kondisi saja atau free rider, seperti usahanya tidak berjalan dengan

lancar sehingga tidak dapat membayar angsuran pada tanggal jatuh tempo. Apabila

evaluasi telah dilaksanakan, perusahaan pembiayaan akan memutuskan diterima atau

tidaknya restruturisasi tersebut. Jika perusahaan pembiayaan menerima restrukturisasi

tersebut debitur akan mendapatkan penundaan pembayaran angsuran pokok selama 1

(satu) bulan. 59

Pemberlakuan restrukturisasi berupa penundaan pembayaran angsuran pokok

selama 1 (satu) bulan tidak cukup membantu debitur. ketika pengajuan formulir

restrukturisasi ada yang meminta kelonggaran yang bermacam-macam mulai dari 3

bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Namun PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh

hanya memberi penundaan pembayaran yang sama kepada seluruh debitur yang

mengajukan restrukturisasi yakni penundaan pembayaran 1 (satu) bulan. 60 Sehingga

masih terjadi wanprestasi setelah dilakukan resktrukturisasi tersebut. Hal ini

menyatakan bahwa restrukturisasi pada PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda

59
Elvis Fernando Simbolon, Branch Manager PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda
Aceh, Wawancara 15 Januari 2022.
60
Anita Rahayu, Debitur PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh, Wawancara 5
Januari 2021.
54

Aceh belum berjalan dengan efektif.

Otoritas Jasa Keuangan selalu melakukan pengawasan terhadap perusahaan

pembiayaan konsumen yang menerapkan restrukturisasi. Perusahaan pembiayaan

konsumen tidak boleh sembarangan memberikan restrukturisasi tersebut. Apabila

terdapat debitur yang termasuk kolektibilitas 5 (lima) atau macet mendapatkan

restrukturisasi sehingga menjadi kolektibilitas 1(satu) atau lancer akan langsung akan

langsung diperingatkan oleh Otoritas Jasa Keuangan untuk mengurangi adanya free

rider atau pemanfaatan kondisi untuk menuntungkan dirinya sendiri. 61

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/Pojk.03/2021

Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

11/Pojk.03/2020 Tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan

Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019, Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 30 /Pojk.05/2021 Tentang Perubahan

Kedua Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/Pojk.05/2020 Tentang

Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 Bagi

Lembaga Jasa Keuangan Nonbank (LJKNB) harus diterapkan dalam perusahaan

pembiayaan konsumen, jika tidak akan berdampak signifikan bagi kesehatan

perusahaan pembiayaan konsumen yang akan membentuk beban pada Penyisihan

Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). 62

61
Rian, Pegawas Industri Keuangan Nonbank dan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan,
Wawancara 20 januari 2022.
62
Rahmat Hidayat, Disposisi Otoritas Jasa Keuangan, Wawancara 20 Januari 2022.
55

Dari penjabaran-penjabaran di atas, pemehuhan hak dan kewajiban para pihak

dalam perjanjian pembiayaan konsumen belum dilaksanakan secara optimal. Debitur

kerap melakukan wanprestasi berupa keterlambatan pembayaran angsuran yang tidak

sesuai dengan tanggal jatuh tempo perjanjian pembiayaan konsumen. Hal itu

disebabkan oleh berbagai faktor seperti, debitur terlambat menerima gaji, debitur

mengalami kesulitan ekonomi ditambah adanya pandemic Covid 19 sehingga

pendapatan menurun drastis, debitur megalami musibah, debitur mengalami pencurian

motor. Pemberian restrukturisasi kepada debitur terdampak Covid 19 dengan adanya

stimulus perekonomian juga belum terlaksana dengan efektif. Restrukturisasi yang

diberikan oleh PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh tidak menolong

debitur untuk memenuhi prestasinya. Meskipun telah mendapat restrukturisasi,

sebagian debitur tersebut tetap melakukan wanprestasi.

B. Penyelesaian Sengketa Pembiayaan Konsumen Pada PT Nusantara Sakti

Kantor Cabang Banda Aceh

Perjanjian yang dibuat secara sah oleh para pihak berlaku sebagai undang-

undang yang mengikat para pihak dan tidak dapat ditarik kembali sesuai dengan

asas pacta sunt servanda. perjanjian yang dibuat tersebut harus dilaksanakan

sesuai dengan isi perjanjian pembiayaan konsumen, namun pada kenyataan

dilapangan masih terjadi wanprestasi atau ingkar janji atas perjanjian yang
56

disepakati.63 Penyaluran pembiayaan konsumen selalu memiliki risiko kredit

macet baik yang disebabkan oleh kelalaian atau faktor yang tidak disengaja oleh

debitur. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan berbagai upaya seperti

penyelesaian secara litigasi yaitu melalui jalur pengadilan dan non litigasi secara

luar pengadilan yang dilakukan dengan konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi,

pendapat ahli.

PT Nusantara Sakti Banda Aceh sebagai perusahaan pembiayaan

konsumen menyatakan bahwa terjadinya wanprestasi oleh debitur tidak bisa

hindari karena berkaitan dengan kemampuan bayar debitur yang berbeda-beda.

Meskipun telah melakukan survey berdasarkan prinsip 5C, yaitu collateral,

character, capacity, capital, condition of economy. Namun Condition of economy

dan Capacity tidak dapat ditentukan. 64

Perjanjian pembiayaan konsumen diikat dengan adanya penyerahan

secara fidusia. Dalam Pasal 1 angka (1) Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999

tentang Jaminan Fidusia (Undang-Undang Jaminan Fidusia) disebutkan bahwa

“pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan

ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam

penguasaan pemilik benda”. Penjelasan Pasal tersebut ialah sejak ditanda tangani

63
Fitri Rahayu, “Penyelesaian Sengketa Konsumen Atas Perbuatan Melawan Hukum Yang
Dilakukan Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Putusan Nomor 209/PDT/2019/PT MDN,
Skripsi, Fakultas Hukum: Universitas Sumatera Utara, 2020, Hlm 20.
64
Elvis Fernando Simbolon, Branch Manager PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda
Aceh, Wawancara 15 Januari 2022.
57

perjanjian pembiayaan konsumen hak kepemilikan sepeda motor akan beralih

kepada debitur, namun buku kepemilikan atas sepeda motor tetap pada perusahaan

pembiayaan hingga angsuran terakhir lunas. Jaminan fidusia tersebut akan

dibuatkan akta notaris lalu didaftarkan kepada Kementrian Hukum dan HAM.

Pendaftaran ini dilakukan guna memperoleh kekuatan eksekutorial jika debitur

wanprestasi. Perusahaan dapat melakukan eksekusi jaminan fidusia tersebut sesuai

dengan Pasal 29 Undang-Undang Jaminan Fidusia. 65 Sebelum dilakukan eksekusi

objek jaminan fidusia dilakukan upaya penyelesaian lain terlebih dahulu.

Upaya dalam penyelesaian wanprestasi pembiayaan konsumen pada

perusahaan pembiayaan konsumen dikenal dengan istilah “Collection

Management atau AR Management. Collection Management atau AR Management

diterapkan pada perusahaan pembiayaan konsumen sebagai bentuk pencegahan

atau pengurangan kerugian perusahaan yang timbul akibat debitur terlambat

membayar angsuran. Penyelesaian sengketa konsumen dilakukan dengan 6 (enam)

cara, yaitu:66

1) Debitur jatuh tempo (1-7 hari)

Perusahaan pembiayaan akan mengingatkan debitur untuk membayar

angsuran yang telah jatuh tempo melalui media telepon. Debitur diharapkan

dapat membayar angsuran tepat waktu guna menjaga hubungan baik dan

65
Gunawan Widjaya, Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, Jakarta: Raja Grafindo, 2007,
Hlm.119
66
Intan Yolanda, AR Collector PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh,
Wawancara 15 Januari 2022
58

mengusahakan untuk membayar angsuran langsung ke kantor.

2) Debitur terlambat membayar (7 sampai dengan 14 hari)

Pihak AR Collector mengeluarkan surat somasi 1 dan mengirimkan

kepada debitur secara langsung. Pengiriman surat tersebut sekaligus melakukan

usaha penagihan sesuai hasil analisis penyebab terlambat membayar. AR

Collector akan memberitahukan, menjelaskan terkait jatuh tempo pembayaran

dan mengingatkan untuk membayar angsuran. Ketika menerima surat somasi 1

konsumen biasanya akan berjanji segera melakukan pembayaran.

3) Debitur terlambat membayar (15 sampai dengan 34 hari)

Pihak AR Collector menetapkan debitur kedalam warning zone. Setelah

dikeluarkannya somasi 1, apabila tetap diabaikan maka selanjutnya diberi

somasi 2. Akan dilakukan kunjungan yang lebih intensif guna melakukan

pengecekan terkait posisi sepeda motor dan debitur untuk mencegah pengalihan

sepeda motor kepada pihak lain dan melakukan usaha penagihan sesuai analisis

penyebab terjadi tunggakan yang berkelanjutan.

4) Debitur terlambat membayar (35 sampai dengan 54 hari)

Debitur dalam posisi ini sudah memiliki potential bad debt dengan

memberikan surat somasi 3. Di dalam setiap somasi dinyatakan bahwa debitur

bersedia mengembalikan sepeda motor. Debitur yang memiliki potential bad

debt akan langsung ditangani oleh Litigation BU Specialist. Apabila setelah

diberikan somasi 3 debitur tetap mengabaikan dan tidak ditemukan keinginan

untuk membayar langkah selanjutnya ialah pemberian surat penarikan.


59

5) Debitur terlambat membayar (55 sampai dengan 75 hari)

Debitur pada posisi ini sudah termasuk bad debt. AR Collector akan

memberikan surat penarikan sepeda motor. Jika sampai tahap ini belum ada

itikad baik debitur untuk melunasi angsuran yang terlambat akan disiapkan

Berita Acara Serah Terima (BAST) dan memberi waktu kepada debitur paling

lama 7 haru untuk melakukan pembayaran.

6) Debitur terlambat membayar (lebih dari 76 hari)

Debitur pada posisi ini sudah mengalihkan sepeda motor kepada pihak

lain atau adanya itikad buruk yang dilakukan oleh debitur yang melanggar

perjanjian pembiayaan konsumen. AR Collector dalam hal ini bekerja sama

dengan remedial officer untuk mengawasi keberadaan debitur beserta sepeda

motor yang dialihkan. Apabila sudah ditemukan AR Collector akan bekerja

sama dengan kepolisian untuk memblokir Surat Tanda Kendaraan Bermotor

(STNK) dan Buku Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) tersebut

Debitur yang terlambat membayar angsuran hingga 75 hari akan

mendapatkan surat penarikan dari AR Collector akibat debitur tergolong ke

dalam bad debt. Sebelum dilakukan penarikan AR Collector akan menyiapkan

data-data dan dokumen pendukung debitur. Selanjutnya melakukan

musyawarah mufakat bersama keluarga. Jika tidak mencapai kesepakatan akan


60

dilakukan penarikan.67

Penarikan awalnya dilakukan sesuai dengan Pasal 29 ayat (1) Undang-


Undang Jaminan Fidusia bahwa “eksekusi terhadap jaminan fidusia dapat
dilakukan dengan cara:
a. pelaksanaan titel eksekutorial;
b. penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan
penerima fidusia (kreditur) sendiri melalui pelelangan umum serta
mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan;
c. Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan
pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh
harga tertinggi yang menguntungkan para pihak”.

Berdasarkan Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Jaminan Fidusia dapat

disimpulkan bahwasanya penarikan objek jaminan fidusia dapat dilakukan

penarikan ssesuai isi perjanjian dan dapat melakukan penjualan dengan cara-

cara yang diatur dalam undang-undang seperti lelang. Objek jaminan fidusia

dapat ditarik oleh perusahaan pembiayaan disebabkan adanya kesepakatan

dengan menandatangani perjanjian pembiayaan konsumen dan telah dijelaskan

terlebih dahulu apabila debitur wanprestasi objek jaminan fidusia dapat ditarik.

Hal ini menandakan bahwa akta jaminan fidusia dapat menjadi dasar penarikan

objek jaminan fidusia.68 Namun setelah dikeluarkan Putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor 2/ PUU-XIX/ 2021 tanggal 31 Agustus 2021 perusahaan

pembiayaan konsumen tidak dapat melakukan eksekusi objek jaminan fidusia

secara sepihak. Eksekusi tersebut dapat dilakukan apabila ada kesepakatan

terkait wanprestasi yang telah ditentukan di awal perjanjian dan debitur

67
Yohanes M. Simanjuntak, AR Collector PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh,
Wawancara 15 Januari 2022.
68
Ahmad Rifqi Nurilmi, S.H., M.Kn. Notaris, wawancara 23 Januari 2022.
61

bersedia secara sukarela memberikan jaminan tersebut. Namun terhadap objek

jaminan fidusia yang tidak ada kesepakatan terkait wanprestasi debitur kepada

perusahaan pembiayaan konsumen dan debitur keberatan menyerahkan

jaminan fidusia, maka eksekusi akan dilakukan dengan mengajukan

permohonan pelaksanaan kepada pengadilan.69 Putusan Mahkamah Konstitusi

tidak menggugurkan kekuatan eksekutorial pada perusahaan pembiayaan jika

mendapat kesukarelaan dari debitur.

PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh telah mengetahui

Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut. Sebelum dilakukan penarikan terlebih

dahulu mengadakan mediasi agar tercapai musyawarah mufakat. Jika tidak

mencapai mufakat dilanjutkan dengan pengeluaran surat penarikan. Penarikan

dilapangan sebagian masih dilakukan secara paksa dengan mendatangi rumah

debitur, hal ini disebabkan oleh sebagian debitur wanprestasi tidak secara

sukarela memberikan objek jaminan fidusia kepada perusahaan pembiayaan.

Debitur akan memberikan objek jaminan fidusia secara suka rela namun ada

timbal balik yang diberikan perusahaan pembiayaan konsumen seperti

pengembalian uang muka. Hal tersebut sangat bertentangan dengan perjanjian

pembiayaan konsumen dan dapat merugikan perusahaan pembiayaan berkali-

kali lipat.70

69
Rismawati, S.H., M. Hum, Akademisi Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala,
Wawancara 19 Januari 2022.
70
Elvis Fernando Simbolon, Branch Manager PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda
Aceh, Wawancara 15 Januari 2022.
62

Penarikan objek jaminan fidusia secara langsung juga memiliki

hambatan-hambatan, seperti jaminan dibawa kabur oleh debitur, jaminan

dialihkan kepada pihak lain, jaminan disembunyikan oleh keluarganya, debitur

mengundang aparat desa untuk mengusir AR Collection. Dari hambatan-

hambatan tersebut menunjukan bahwasanya adanya itikad tidak baik dari para

debitur kepada perusahaan pembiayaan konsumen.

Penarikan objek jaminan fidusia berdasarkan Putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor 2/ PUU-XIX/ 2021 memungkinkan banyak permasalahan

seperti, banyaknya debitur yang tidak sukarela memberikan objek jaminan

fidusia kepada perusahaan pembiayaan konsumen. Hal ini akan menambah

beban kinerja dari pengadilan, waktu pelaksanaan eksekusi objek jaminan

fidusia berjalan lama, serta biaya relatif mahal. 71 Lamanya waktu yang

digunakan pada saat eksekusi objek jaminan fidusia di pengadilan dapat

memunculkan itikad tidak baik dari debitur untuk mengalihkan,

menghilangkan, dan melakukan perpindahan lokasi tempat tinggal sehingga

dapat merugikan perusahaan pembiayaan konsumen.

Debitur bernama Marlinawati mengalami penarikan objek jaminan

fidusia dengan keterlambatan membayar selama 3 (tiga) bulan akibat musibah

71
Rismawati, S. H., M. Hum, Akademisi Fakutas Hukum Universitas Syiah Kuala,
Wawancara 19 Januari 2022.
63

yang dialami suaminya. Perusahaan pembiayaan konsumen awalnya

mengirimkan surat somasi 1 beserta penawaran pengajuan restrukturisasi akibat

terdampak Covid 19. Restrukturisasi tersebut berupa penundaan pembayaran

angsuran selama 1 (satu) bulan. Penundaan pembayaraan angsuran yang

diberikan tidak cukup membantunya untuk membayar angsuran pada bulan

berikutnya. Penunggakan pembayaran berikutnya dilakukan hingga 3 (tiga)

bulan sehingga perusahaan pembiayaan menarik objek jaminan fidusia tanpa

adanya kesukarelaan dari debitur, meskipun pada awal perjanjian pembiayaan

konsumen ada kesepakatan apabila terjadi wanprestasi akan dilakukan

penarikan objek jaminan fidusia. Hingga saat ini objek jaminan fidusia masih

disimpan oleh perusahaan pembiayaan konsumen dan menunggu itikad baik

debitur untuk melunasinya. 72

Objek jaminan fidusia yang telah ditarik kembali oleh perusahaan

pembiayaan konsumen akan disimpan terlebih dahulu pada perusahaan.

Apabila debitur mampu membayar angsuran kembali selama jangka waktu 30

hari objek jaminan fidusia akan dikembalikan. Jika tidak akan dilaksanakan

lelang oleh perusahaan pembiayaan. Hasil pelelangan tersebut digunakan untuk

membayar angsuran dan biaya perawatan selama disimpan dikantor. Apabila

terdapat sisa pelelangan akan dikembalikan kepada debitur.

72
Marlinawati, Debitur PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh, Wawancara 7
Januari 2021.
64

Berdasarkan hal ini penyelesaian sengketa konsumen yang dilakukan

PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh dilakukan dengan memberikan

panggilan telepon kepada debitur jatuh tempo, somasi hingga 3 kali dengan

kriteria waktu penunggakan yang berbeda-beda, dan surat penarikan. Terkait

penarikan objek jaminan fidusia berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi

Nomor 2/ PUU-XIX/ 2021 tidak berjalan secara efektif di lapangan. Hal ini

disebabkan adanya penetapan pengadilan membutuhkan waktu yang lama

sesuai prosedural dan biaya tinggi. Objek jaminan fidusia yang telah ditarik

oleh perusahaan pembiayaan akan dilakukan penyimpan di kantor dan

selanjutnya akan dilelang untuk melunasi penunggakan debitur.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemenuhan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pembiayaan

konsumen belum terlaksana secara optimal. Debitur kerap melakukan

wanprestasi berupa pembayaran angsuran yang tidak sesuai dengan tanggal

jatuh tempo perjanjian pembiayaan konsumen atau debitur telambat

membayar. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor seperti, debitur terlambat

menerima gaji, debitur mengalami kesulitan ekonomi, debitur megalami

musibah, debitur mengalami pencurian motor, adanya pandemi Covid 19

sehingga pendapatan menurun drastis. Mengatasi faktor tersebut perusahaan

pembiayaan memberikan restrukturisasi kepada debitur terdampak Covid 19

dengan adanya stimulus perekonomian juga belum terlaksana dengan efektif.

Restrukturisasi yang diberikan oleh PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda

Aceh tidak menolomg debitur untuk memenuhi prestasinya. Meskipun telah

mendapat restrukturisasi, sebagian debitur tersebut tetap melakukan

wanprestasi.

2. Upaya penyelesaian sengketa pembiayaan yang dilakukan PT Nusantara Sakti

Kantor Cabang Banda Aceh dilakukan dengan memberikan panggilan telepon

kepada debitur yangs jatuh tempo, somasi hingga 3 kali dengan kriteria waktu

65
66

penunggakan yang berbeda-beda, dan surat penarikan. Terait penarikan

Penunggakan yang berbeda-beda, dan surat penarikan. Terkaitn penarikan

objek jaminan fidusia terlebih dahulu dilakukan mediasi antara AR Collector

dengan keluarga debitur, apabila tidak mencapai kesepakatan akan dilakukan

penarikan dengan mengirimkan surat penarikan. Pernarikan berdasarkan

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 2/ PUU-XIX/ 2021 tidak berjalan

secara efektif di lapangan. Hal ini disebabkan debitur tidak secara sukarela

memberikan objek jaminan fidusi dan adanya penetapan pengadilan dalam

putusan tersebut membutuhkan waktu yang lama sesuai prosedural dan biaya

tinggi. Objek jaminan fidusia yang telah ditarik oleh perusahaan pembiayaan

akan dilakukan penyimpan di kantor dan selanjtnya akan dilelang untuk

melunasi penunggakan debitur apabila selama 30 hari pembayaran tidak

dilunasi.

B. Saran

1. Disarankan kepada PT Nusantara Sakti Kantor Cabang Banda Aceh dapat

memperketat survey lapangan yang dilakukan untuk menganalisis kemampuan

bayar debitur sebelum diberikan perjanjian pembiayaan konsumen.

2. Disarankan kepada AR Collector untuk dapat melaksanakan penarikan objek

jaminan fidusia berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 2/ PUU-

XIX/ 2021 untuk menghindari tindakan sewenang-wenang ketika

mengeksekusi objek jaminan fidusia di lapangan.

3. Disarankan kepada debitur untuk melakukan pembayaran angsuran sesuai


67

dengan tanggal jatuh tempo guna terlaksananya perjanjian pembiayaan

konsumen.
68

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Abdulkadir Muhammad dan Rila Muniarti, Segi Hukum Lembaga Keuangan


dan Pembiayaan, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000.

Frans Hendra Winata, Hukum Penyelesaian Sengketa Arbitrase Nasional


Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Gunawan Widjaya, Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, Jakarta: Raja Grafindo,


2007.

J. Satrio, Hukum Perikatan–perikatan Pada Umumnya, Bandung: P.T.


Alumni,1999.

Kadriah, Susiana, Indra Kesuma Hadi. Hukum Perdata Indonesia Dalam


Perkembangannya. Banda Aceh: FH Unsyiah Press. 2017.

Khatibul Umam, Hukum Lembaga Pembiayaan, Yogyakarta: Pustaka Yustisia,


2010.

Marian Darus Badruzaman, Perjanjian Baku Perkembangannya di Indonesia,


Bandung: Alumni, 1988.

M. Yahya harahap, Segi-segi Hukum perjanjian, Bandung: PT. Alumni, 1986.

Mukti Fajar, Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan


Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Munir Fuady, Arbitrase Nasional, Bandung: PT. Cipta Aditya Aditya Bakti,
2003.

_____, Hukum Tentang Pembiayaan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006.

Nurmangsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengkete Perdata Di


Pengadilan, Jakarta: Raja grafindo Persada, 2012.

R. Subekti, Aneka Perjanjian. Jakarta: Citra Aneka Bakti. 1987.

_______, Aspek-aspek Hukum Perikatan, Bandung: Alumni, 1986.

Retno Wulan Sutanto, Perjanjian Konsumen Dalam Pustaka Peradilan Proyek


69

Pembinaan Teknis Yustikal, Jakarta: MARI, 1994.

Ridwan Khairandy, Hukum Kontrak Indonesia, Yogyakarta: FH UII Press,


2013.

Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak Diluar KUHPerdata, Jakarta: Raja


Grafindo Persada, 2006.

Sofyan A. Jalil. Penjaminan Kredit Mengantar UKMK Mengakses


Pembiayaan. Bandung: PT. Alumni. 2007.

Sri Hajati, Buku Ajar Hukum, Surabaya: Airlangga University Press, 2020.

Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Kencan Predana Media


Group, 2013

B. Skripsi

Daniel Alfredo Sitorus. “Perjanjian Jual Beli Melalui Internet Ditinjau dari
Aspek Hukum Perdata”. Skripsi, Fakultas Hukum: Yogyakarta.
Universitas Atmajaya, 2015.

Dina Sonia, Januar Agung Saputra, “Restrukturisasi Pinjaman Sebagai Bentuk


Perlindungan Nasabah Pembiayaan Dalam Masa Pandemi Covid-19”,
Skripsi, Jakarta: Fakultas Hukum, Universitas 17 Agustus 1945, 2020.

M. Kevin,” Tinjauan Yuridis terhadap Penyelesaian Sengketa Wanprestasi


dalam Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor pada Perusahaan
Federal Internasional Finance(FIF) Cabang Jepara”, Skripsi,
Semarang: Fakultas Hukum, Universitas Islam Sultan Agung, 2018.

Muhammad Hendra,“ Eksekusi Jaminan Fidusia Dalam Hal Debitur


Wanprestasi Pada Pembiayaan Konsumen”, Skripsi, Banda Aceh:
Fakultas Hukum, Universitas Syiah Kuala, 2016.

Murdiansyah Kesuma, “Wanprestasi Pada Perjanjian Pembiayaan Konsumen


Sepeda Motor (Suatu Penelitian Pada PT. WOM Finance Cabang
Medan”, Skripsi, Banda Aceh: Fakultas Hukum, Universitas Syiah
Kuala, 2014.

Purwahid Patrik, “Peranan Perjanjian Baku dalam Masyarakat”, Jurnal Standar


70

Kontrak, Fakultas Hukum: Universitas Negeri Surabaya, Vol 1 (1)


1993.

Stefanus Agung Saputra,” Penerapan Kebijakan Penjualan Secara Tunai dan


Kredit Pada PT. Ratna Jaya Mebel”, Skripsi, Surakarta: Fakultas
Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, 2012.

Tegar Aprila Werdana,” Wanprestasi Debitur dalam Membayar Angsuran


Sepeda Motor pada Lembaga Pembiayaan PT Nusa Surya Ciptadana
di Kota Potianak”, Skripsi: Fakultas hukum, Kalimantan Barat,
Universitas Tanjungpura, 2015.

Yesika Pratiwi Sidabalok, “Akibat Hukum Debitur Wanprestasi Dalam


Pembiayaan Konsumen Dengan Jaminan Fidusia Pada PT Mandiri
Tunas Finance”, Skripsi, Medan: Fakultas Hukum, Universitas
Sumatera Utara, 2018.

C. Jurnal

Afrizal Mukti Wibowo, Sukarmi, Siti Hamidah, “Analisis yuridis Kewenangan


Penyelesaian Sengketa Pembiayaan Konsumen di Indonesia”, Jurnal
Hukum, Fakultas Hukum: Universitas Muhamadiyah Malang, Vol 27
(1), 2019.

Anna Octora Marpaung, Rachmat Sumanjaya Hasibuan, “Analisis Dampak


Kebijakan Pembatasan Uang Muka Kredit (down payment) Terhadap
Permintaan Mobil di Medan”, Jurnal Ekonomi dan Keuangan.
Fakultas Ekonomi: Universitas Sumatra Utara, Vol 1 (11), 2013.

Bambang Eko Muljono, “Analisis Hukum Relaksasi Kredit Saat Pandemi


Corona Dengan Kelonggaran Kredit Berdasarkan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.01/2020, Jurnal Sains Sosio
Humaniora, Fakultas Hukum: Universitas Lamongan, Vol 1 (2), 2019.

Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, I Putu Rasmadi Arsha Putra, “Akibat Hukum
Penyelesaian Sengketa Alternatif”, Jurnal Hukum Acara Perdata,
Fakultas Hukum: Universitas Udayana, Vol 6 (1), 2020.

Fitri Rahayu, “Penyelesaian Sengketa Konsumen Atas Perbuatan Melawan


Hukum Yang Dilakukan Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen
(Studi Putusan Nomor 209/PDT/2019/PT MDN, Skripsi, Fakultas
Hukum: Universitas Sumatera Utara, 2020.
71

Gustav Romli Sianipar, “Wanprestasi Debitur Dalam Perjanjian Pembiayaan


Konsumen Pada Perusahaan PT Adira Finance Di Kota Singkawang”,
Jurnal Hukum, Fakultas Hukum: Universitas Tanjungpura, Vol 3 (3),
2015.

I Komang Sugiharta wardana, I Nyoman Wita, “Penyelesaian Perusahaan


Pembiayaan Konsumen Dalam Hal Debitur Wanprestasi Pada Suzuki
Finance Cabang Denpasar”, Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas Hukum:
Universitas Udayana, Vol 1 (2), 2014.

Umul Khair, “Analisis Yuridis perjanjian Pembiayaan Konsumen dan Akibat


Hukum Jika Terjadi Wanprestasi Dalam Perjanjian Pembiayaan
Konsumen Di Indonesia”, Jurnal Cendikia Hukum, Fakultas Hukum:
Sekolah Tinggi Ilmu Hukum, Vol 3 (1), 2017.

Syahrizal Abbas, “Mediasi dalam Perspektif Hukum Syari’ah, Hukum Adat,


dan Hukum Nasional”. Jurnal Hukum dan Syariah, Fakultas Hukum:
Universitas Indonesia, Vol 1 (1), 2010.

Wahyu Nofiantoro, Nabilla Washfa Alfathiin Purnawan Putri, “Efektivitas


Implementasi Restrukturisasi Pembiayaan Akibat Pandemi Covid-19
Terhadap Penurunan NPF Pada PT Bank DKI Unit Usaha Syariah,
Jurnal Administrasi Bisnis Terapan, Fakultas Administrasi Bisnis:
Universitas Indonesia, Vol 4 (1), 2021.

D. Perundang-undangan

R. Subekti, R. Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta


Timur: PT. Balai pustaka. 2017.

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 2/ PUU-XIX/ 2021 tanggal 31 Agustus


2021.

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan


Pembiayaan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 30 /Pojk.05/2021


Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
72

Nomor 14/Pojk.05/2020 Tentang Kebijakan Countercyclical


Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 Bagi Lembaga Jasa
Keuangan Nonbank

Peraturan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor


17/Pojk.03/2021 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 11/Pojk.03/2020 Tentang Stimulus
Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak
Penyebaran Coronavirus Disease 2019,
73
74
75
76

Anda mungkin juga menyukai