Anda di halaman 1dari 130

TESIS

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA JASA

LAYANAN PINJAMAN ONLINE PAYLATER DI PADANG (STUDY

PADA PERUSAHAAN GOJEK DAN FINDAYA)

NAMA : WULAN TRI SURYANI S.H


NOMOR MAHASISWA :1820123034
PROGRAM STUDI :MAGISTER KENOTARIATAN

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yulfasni S.H.,M.H Dr. Wetria Fauzi, S.H., M.Hum


SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Wulan Tri Suryani S.H

Nomor Mahasiswa : 1820123034

Program Studi : Magister Kenotariatan

Penulis menyatakan bahwa Tesis ini merupakan hasil karya saya sendiri dan

tidak dibuatkan oleh orang lain serta sepengetahuan saya Tesis ini belum pernah

ditulis oleh orang lain. Untuk itu bila dikemudian hari Tesis ini terbukti merupakan

hasil karya orang lain, atau hasil mencontek Tesis atau karya orang lain (plagiat),

maka gelar Magister Kenotariatan (M.Kn.) yang telah saya peroleh bersedia untuk

dibatalkan. Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya tanpa

adanya paksaan dari pihak manapun.

Padang, Oktober 2021

Yang Menyatakan,

Wulan Tri Suryani S.H

1820123034

ii
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA JASA
LAYANAN PINJAMAN ONLINE PAYLATER DI PADANG (STUDY PADA
PERUSAHAAN GOJEK DAN FINDAYA)

ABSTRAK
Paylater merupakan fasilitas keuangan melalui metode pembayaran dengan
cicilan tanpa kartu kredit, Paylater disediakan oleh perusahaan Fintech atau Peer to
Peer Landing Paylater mempunyai payung hukum yaitu POJK No 77/Pojk.01/2016
Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
Penelitian tesis ini mengkaji tentang perlindungan hukum terhadap
konsumen pengguna jasa layanan pinjaman online paylater di kota Padang
pengaturan hukum dan bentuk kerugian yang di derita konsumen
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis empiris dan sifat penelitian
deskriptif dengan dukungan data primer dan sekunder yang dikumpulkan melalui
wawancara dan studi pustaka
Hasil yang diperoleh dari penelitian serta kesimpulan dari penelitan ini
bahwa perlindungan hukum konsumen paylater gojek di kota Padang belum
berjalan efektif dikarenakan adanya hak-hak konsumen yang dilanggar, perjanjian
elektronik yang tidak jelas dan tidak selesainya pengaduan konsumen, kerugian
yang dirasakan konsumen Paylater yaitu peretasan akun Paylater, penurunan limit,
sistem yang selalu eror, penagihan Paylater yang tidak jelas, pengaturan hukum
Paylater belum memadai dan mencerminkan adanya kepastian hukum
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti yaitu agar OJK sebagai lembaga
yang mengawasi perusahaan Paylater Fintech memperketat aturan dan pengawasan,
Penyelesaian hukum dibidang perlindungan konsumen Paylater harus
mencerminkan kepastian hukum, dan konsumen sebagai pengguna Paylater di
haruskan berhati-hati dalam menggunakan aplikasi Paylater terutama Paylater yang
terdaftar di OJK

Kata Kunci: Pengaturan Hukum,Kerugian Konsumen, Perlindungan Hukum

iii
LEGAL PROTECTION OF CONSUMERS USING ONLINE PAYLATER
LOAN SERVICES IN PADANG (STUDY ON GOJEK AND FINDAYA
COMPANIES)

ABSTRACT

Paylater is a financial facility through a payment method with installments


without a credit card, Paylater is provided by a Fintech company or Peer to Peer
Landing Paylater has a legal umbrella, namely POJK No 77/Pojk.01/2016
concerning Information Technology-Based Lending and Borrowing Services.
This thesis research examines the legal protection for consumers using
online paylater loan services in Padang City, legal arrangements and forms of loss
for consumers
This study uses an empirical juridical approach and the nature of descriptive
research with the support of primary and secondary data collected through
interviews and literature studies.
The results obtained from the research and the conclusions of this research
are that the legal protection of Gojek Paylater Consumers in the city of Padang has
not been effective because of violated consumer rights, unclear and unclear
electronic agreements and unfinished consumer complaints, losses felt by Paylater
consumers. namely Paylater account hacking, limit reduction, system error always,
unclear paylater billing, insufficient paylater legal arrangements and reflect legal
certainty
Suggestions that can be given by researchers are that OJK as an institution
that oversees Paylater Fintech companies, legal settlements in the field of Paylater
consumer protection must reflect legal supervision, and Consumers as Paylater
users must be careful in using Paylater applications, especially Paylater registered
with OJK

Keywords: Legal Regulation, Consumer Loss, Legal Protection

iv
KATA PENGANTAR

AssalamuAlaikum Warahmatullahi Babarakatuh

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis persembahkan kehadiran ALLAH

SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, berkat karunia-Nya penulis masih

diberikan kekuatan dan keteguhan hati serta kemauan, sehingga penelitian dan

penyusunan tesis ini dapat penulis selesaikan dengan segala keterbatasan dan usaha

yang sungguh-sungguh. Kemudian shalawat dan salam tak lupa pula penulis

sampaikan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah

membawa ummat manusia dari alam Jahiliah kepada alam yang penuh dengan ilmu

pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Dengan segala daya upaya dan dengan kesanggupan serta kemampuan yang

penulis miliki, penulis dapat berusaha untuk menyelesaikan penelitian dan

penyusunan tesis ini dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

KONSUMEN PENGGUNA JASA LAYANAN PINJAMAN ONLINE

PAYLATER DI PADANG (STUDY PADA PERUSAHAAN GOJEK DAN

FINDAYA)”

Adapun maksud dan tujuan penulis melakukan penyusunan tesis ini, serta

diselesaikan untuk dapat menambah ilmu pengetahuan penulis dan yang lebih

penting lagi untuk menyelesaikan Ujian Magister Kenotariatan dalam program

studi stara dua (S2) yang sedang penulis tekuni di Program Magister (S2) Ilmu

Hukum Pascasarjana Universitas Andalas Padang dan sekaligus untuk memperoleh

gelar Magister Kenotariatan (M.Kn).

v
Selanjutnya penulis menyadari bahwa penelitian tesis ini dapat terlaksana

dan diselesaikan berkat motifasi, dorongan, budi baik, dan bantuan berbagai para

pihak. Oleh karena itu penulis harus menyampaikan rasa ucapan terima kasih

penulis yang tulus kepada Ibu Dr. Yulfasni S.H.,M.H selaku pembimbing 1 dan Ibu

Dr. Wetria Fauzi, S.H., M.Hum selaku Pembimbing 2 dan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Yuliandri, S.H., M.H. selaku Rektor Universitas Andalas,

yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti

pendidikan dan menjadi salah satu mahasiswi pada Universitas Andalas.

2. Bapak Prof. Dr. Busyra Azheri, S.H., M.H., selaku DekanFakultas Hukum

Universitas Andalas, yang telah memberikan masukan tentang tata cara

dalam penulisan tesis ini.

3. Bapak Dr. Azmi Fendri, S.H., M.Kn., selaku Kepala Program Studi

Magister Kenotariatan Pasca Sarjana Universitas Andalas, yang telah

memberikan sempatan kepada penulis untuk menyusun tesis dengan judul

tesis tersebut di atas.

4. Bapak dan Ibu dosen Pasca Sarjana Universitas Andalas, yang telah

memberikan bimbingan serta ilmu pengetahuan kepada penulis, sehingga

penulis mendapatkan tambahan ilmu dan perluasan wawasan di Pasca

Sarjana Universitas Andalas.

5. Bapak dan Ibu staf atau pegawai perpustakaan Universitas Andalas dan

serta staf atau pegawai Tata Usaha Pasca Sarjana Universitas Andalas, yang

telah memberikan kemudahan dan pelayanan administrasi yang tulus

selama penulis mengikuti pendidikan di Pasca Sarjana Universitas Andalas

vi
6. Terimakasih yang tulus dan mendalam kedua orang tua yang telah

memberikan do’a dan dukungan yang tiada henti.

7. Dan tak lupa penulis haturkan terimakasih atas bantuan semua pihak yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga bantuannya mendapat

imbalan yang berlipat ganda di sisi ALLAH SWT, Amin.

Dalam penelitian tesis ini, penulis benar-benar menyadari bahwa tulisan ini

masih banyak kekurangan baik dari segi redaksi maupun teknik penulisan, maka

oleh sebab itu tesis ini belum memuaskan, karenanya dengan hati yang terbuka

penulis bersedia menerima kritikan, saran, dan segala kabaikan untuk

kesempurnaannya, semoga tesis yang jauh dari kesempurnaan ini memberi faedah

dan manfaat kepada penulis, mahasiswa/mahasiswi, masyarakat, agama, dan

Negara Indonesia.

Wassalamu’alaikum WarahmatullahiBabarakatuh

Padang, Oktober 2021

Yang Menyatakan,

Wulan Tri Suryani S.H

1820123034

vii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

ABSTRAK........................................................................... ................................. iii

ABSTRACT .......................................................................................................... iv

KATAPENGANTAR ........................................................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Rumusa Masalah ....................................................................................... 12

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 12

D. Manfaat Penelitian..................................................................................... 13

E. Keaslian Penelitian .................................................................................... 14

F. Kerangka Teoritis ...................................................................................... 16

G. Kerangka Konseptual ................................................................................ 22

H. Metode Penelitian...................................................................................... 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Perjanjian Kredit ............................................................ 30

B. Tinjauan Umum Paylater Gojek ................................................................ 42

C. Tinjauan Umum Financial Technology..................................................... 45

viii
BAB III PEMBAHASAN

1. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Pengguna Jasa Layanan

Pinjaman Online Paylater Di Padang (Study Pada Perusahaan Gojek

Dan Findaya) ........................................................................................ 59

2. Bentuk Kerugian Konsumen Pengguna Jasa Layanan Pinjaman

Online Paylater Di Padang (Study Pada Perusahaan Gojek Dan

Findaya)................................................................................................ 88

3. Pengaturan Hukum Terhadap Konsumen Pengguna Jasa Layanan

Pinjaman Online Paylater Di Padang (Study Pada Perusahaan Gojek

Dan Findaya) ........................................................................................ 100

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 115

B. Saran .................................................................................................... 117

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional,

merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil

dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat 4 disebutkan

Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi

dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan

kesatuan ekonomi nasional. Dalam meningkatan pembangunan nasional

pemerintah dalam hal ini menggerakan sektor perbankan untuk ikut andil

didalam nya baik dibidang mikro ataupun makro pelaku usaha perbankan

dengan fungsi utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat,

memiliki peranan yang strategis untuk menunjang pelaksanaan pembangunan

nasional, dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-

hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan

taraf hidup rakyat banyak yang berasaskan demokrasi ekonomi.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyalur dana dimasyarakat maka

pemerintah mengelurakan aturan dasar hukum perbankan Undang- undang

Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana

telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

1998, tujuan nya adalah untuk mengatur berbagai kegiatan perbankan baik

1
transaksi, penyimpanan uang, investasi dan kredit agar masyarakat juga

mendapat perlindungan hukum, salah satu layanan yang ditawarkan oleh pihak

bank untuk masyarakat adalah pemberian kredit, kredit secara etimologis

berasal dari bahasa Yunani yaitu credere, yang artinya kepercayaan, jika

seorang nasabah debitur yang memperoleh kredit dari bank adalah tentu orang

yang mendapat kepercayaan dari bank. Hal ni menunjukkan bahwa yang

menjadi dasar pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur adalah

kepercayaan.1 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjabarkan pengertian

kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara

mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh

bank atau badan lain. Demikian terlihat bahwa hubungan hukum antara

pemberi kredit yaitu bank sebagai kreditur dan penerima kredit, yaitu nasabah

sebagai debitur didasarkan pada perjanjian yang dalam praktik perbankan

dikenal dengan perjanjian kredit bank. Maka hubungan antara dan nasabah

tersebut diatur oleh hukum perjanjian.

Tekhnologi dan informasi yang semakin maju dan canggih telah merubah

sistem di sektor lembaga keuangan, pada sekarang ini bukan hanya perbankan

saja yang ikut andil memajukan perekonomian Indonesia namun lembaga-

lembaga jasa keuangan lainnya juga mulai berjamur dengan inovasi-inovasi

keuangan digital yang lebih efektif dan mudah dalam bertransaksi, dengan

bertumbuhnya perusahaan dibidang keuangan digital, kredit atau pinjaman

1
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, cetakan ke 4 Kencana Prenada
Jakarta 2008,Hlm 57
2
bukan lagi hanya di sediakan oleh sektor perbankan tetapi juga di tawarkan

oleh perusahan-perusahaan start up yang ada, untuk mengawal lajunya

perkembangan di sektor keuangan digital ini terutama dalam pinjam

meminjam, maka pemerintah mengeluarkan dasar hukum sebagai perwujudan

perlindungan hukum bagi konsumen dan penyedia jasa dengan dikeluarkannya

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016, tentang Layanan

Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, peraturan ini

merupakan produk hukum dari Otiritas Jasa Keuangan yang dibuat dengan

tujuan dalam rangka untuk mengatur dan mengawasi perlindungan pengguna,

penyelenggaraan kegiatan layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi

informasi, dan perlindungan kepentingan nasional dengan tetap memberikan

ruang bertumbuh bagi perusahaan perintis (start up company) dalam rangka

peningkatan inklusi keuangan di Indonesia.

Layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi telah

diatur pada Pasal 1 angka (3) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.

77/POJK.1/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis

Teknologi Informasi yang menyatakan bahwa layanan pinjam meminjam uang

berbasis teknologi informasi adalah penyelenggaran layanan jasa keuangan

untuk mempertemukan pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman dalam

rangka melakukan perjanjian pinjam meminjam dalam mata uang rupiah secara

langsung melalui sistem elektronik dengan menggunakan jaringan internet.2

2
Pasal 1 angka (3) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 77/POJK.1/2016 tentang
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi
3
Adapun peraturan lain yang mendasari diadakannya tentang layanan pinjam

meminjam uang berbasis teknologi informasi yaitu Undang-undang No. 11

Tahun 2008 jo Undang-undang No 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU

No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transkasi Elektronil, PP No. 82

Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik,

SEOJK 18/SEOJK.02/2017 tentang Pelaksanaan Tata Kelola Dan Manajemen

Risiko Teknologi Informasi Pada Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis

Teknologi, PBI No. 16/8/PBI/2014 tentang Perubahan atas PBI No. 11/12/

PBI/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money), dan PBI No 18/17/

PBI/2016 tentang Perubahan Kedua atas PBI No. 11/12/PBI/2009 tentang

Uang Elektronik (Electronic Money)

Pertumbuhan alat pembayaran telah meningkat begitu pesat, seiring

dengan pengembangan tekhnologi dalam sistem pembayaran yang sedang

berkembang saat ini. Penggunaan tekhnologi moderen sebagai instrumen

pembayaran non-cash, baik secara domestik maupun secara internasional, telah

berkembang pesat disertai dengan berbagai inovasi yang mengarah pada

penggunaannya yang semakin efisien, aman, cepat dan nyaman.3 Pada era

sekarang banyak muncul aplikasi-aplikasi milik perusahaan start up besar yang

menyediakan layanan seperti belanja online, ojek online, pinjaman online

dengan pembayaran melalui uang digital adapun aplikasi yang banyak di minati

seperti Gojek, OVO, Tokopedia, Traveloka, Akulaku dan Kredivo.

3
Burhanuddin Abdullah, Paper Seminar Internasional Toward a Less Cash Society in
Indonesia, Direktorat Akunting dan Sistim Pembayaran Bank Indonesia, Jakarta 2006
Hlm 9

4
Aplikasi-aplikasi tersebut banyak menawarkan fitur-fitur layanan kepada

masyarakat untuk mempermudah dan efisien dalam memenuhi kebutuhan

hidup khusus nya dalam bertransaksi salah satu fitur yang akhir-akhir ini ramai

di perbincangkan dan banyak di gunakan pada aplikasi online tersebut yaitu

Paylater. Paylater sendiri muncul sebagai solusi buat siapa pun yang ingin

mengambil cicilan tanpa harus memiliki kartu kredit. Rata-rata orang yang

gagal mendapat kartu tersebut akan beralih ke Paylater agar bisa mencicil

pembayaran barang yang diinginkan.4 Paylater merupakan pinjam meminjam

uang berbasis tekhnologi dengan moto beli dulu bayar nanti kemudian, Paylater

pada umum nya hampir sama dengan pinjaman kredit di bank, yang

membedakan hanya sistem peminjaman nya, jika bank menggunakan kredit

melalui kartu kredit dan pembuatannya melalui bank berbeda dengan Paylater

yang melalui sistem online, salah satu aplikasi yang menawarkan fitur Paylater

adalah Gojek.

Gojek merupakan platform tekhnologi yang menghasilkan produk

layanan online guna membantu kebutuhan masyarakat sehari-hari. Didirikan

pada tahun 2010 oleh Nadiem Makarim, Gojek merupakan perusahaan yang

pertama kali menyediakan layanan pemesanan ojek online dari Indonesia.

Diawali dengan penyediaan layanan pemesanan ojek melalui call-center, lalu

Gojek mengembangkan layanannya dengan meluncurkan aplikasi berisi

layanan GoRide, GoSend, dan GoMart pada tahun 2015. Layanan Gojek terus

4
https://lifepal.co.id/media/belanja-pakai-kartu-kredit-atau-paylater/ Diakses 27 April
2020 Pukul 08:00WIB
5
berkembang hingga kini Gojek memilki 20 layanan dan telah melayani

pengguna tidak hanya di Indonesia saja tetapi juga di beberapa negara Asia

Tenggara.5 Salah satu produk layanan terbaru dari Gojek adalah fitur Paylater,

Paylater adalah metode pembayaran dari Gojek berupa pinjaman dengan batas

tertentu yang diberikan oleh Gojek agar pengguna dapat melakukan

pembayaran layanan terlebih dahulu dan membayar tagihan pinjaman tersebut

di waktu yang telah ditentukan. Dalam kata lain melalui fitur ini Gojek

menyediakan sejumlah dana untuk digunakan oleh pengguna yang tagihannya

harus dibayarkan di setiap akhir bulan menggunakan saldo GoPay.6 Dana yang

disediakan oleh Gojek berbeda-beda bagi tiap pengguna, semakin sering

pengguna menggunakan aplikasi Gojek maka semakin besar dana pinjaman

yang akan diberikan oleh Gojek. Hal ini menunjukkan bahwa upaya

manajemen risiko dari Gojek dalam memberikan pinjaman adalah dengan

melihat loyalitas dari pengguna.

Pembayaran menggunakan fitur Paylater untuk saat ini dikenakan biaya

oleh Gojek sebesar Rp 25.000,- per bulan dan keterlambatan pembayaran akan

dikenakan denda sebesar Rp 2.000,- per hari. Upaya yang dapat dilakukan

pengguna untuk mendapatkan fitur Paylater yaitu pengguna harus

mengupgrade fitur Gopay pada aplikasi Gojek dengan mengunggah foto KTP

bersama foto diri dengan ketentuan pengguna wajib minimal berumur 21 tahun,

setelah itu pengguna hanya perlu terus menggunakan aplikasi Gojek sampai

5
https://www.gojek.com/about/ Diakses 27 April 2020 Pukul 08:00WIB
6
https://www.gojek.com/paylater/ Diakses 27 April 2020 Pukul 08:02WIB
6
Gojek memunculkan fitur tersebut pada aplikasi pengguna lalu pengguna dapat

mengaktifkan fitur tersebut untuk dapat menggunakannya.

Ketentuan mengenai besaran dana yang dipinjamkan serta biaya-biaya

lain yang perlu dibayarkan oleh pengguna ketika menggunakan metode

pembayaran Paylater dituangkan dalam suatu perjanjian baku yang disediakan

oleh pihak Gojek ketika pertama kali fitur metode pembayaran Paylater muncul

pada aplikasi pengguna. Paylater dalam fitur Gojek merupakan perjanjian

bukan hanya antara Gojek dengan konsumen saja tetapi dengan perusahaan

Penyelenggara Pinjaman Peer-to-Peer (P2P) Lending, yaitu Findaya.

Findaya merupakan layanan finansial berbasis teknologi dengan misi

sosial yang bertujuan untuk mendorong inklusi keuangan dan ekonomi digital

di Indonesia, mulai dari berbagai fitur finansial untuk pengguna Gojek, hingga

pinjaman pendidikan untuk Ketua Arisan Mapan. Findaya terus memberikan

layanan keuangan kepada masyarakat underbanked and unbanked secara tepat,

mudah, dan bertanggung jawab.7 Dengan kata lain Findaya merupakan

perusahaan yang mendanai peminjaman dengan fitur Paylater pada aplikasi

Gojek.

Paylater pada Gojek agar dapat digunakan oleh konsumen ditandai

dengan adanya perjanjian, meskipun peminjaman ini menggunakan sistem

online tetapi perjanjian tersebut tetap harus berdasarkan syarat syah perjanjian

yang sudah diatur didalam KUHPerdata, suatu perjanjian adalah suatu

peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang

7
https://www.findaya.com/tentang/ Diakses 27 April 2020 Pukul 08:15WIB
7
itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah

suatu hubungan antara dua orang tersebut dinamakan perikatan. Perjanjian itu

menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya.8

Perjanjian diatur dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHPerdata) yang menganut sistem terbuka dalam arti hukum perjanjian

memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk

mengadakan perjanjian asal tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan.

Pasal-pasal dari hukum perjanjian merupakan hukum pelengkap (optional

law). Hal ini berarti bahwa pasal-pasal itu boleh dikesampingkan apabila

dikehendaki oleh para pihak yang membuat perjanjian, mereka diperbolehkan

membuat ketentuan sendiri yang menyimpang dari pasal-pasal hukum

perjanjian Selanjutnya dijelaskan pada Pasal 1765 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata bahwa diperbolehkan memperjanjikan, bunga atas

peminjaman uang atau lain barang yang menghabis karena pemakaian. Dari

pengertian tersebut dapat dilihat unsur-unsur pinjam-meminjam adalah sebagai

berikut:9

1. Adanya persetujuan antara peminjam dengan pemberi pinjaman

2. Adanya suatu jumlah barang tertentu habis karena memberi

pinjaman

3. Pihak yang menerima pinjaman akan mengganti barang yang

sama

8
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta 2008, Hlm 1.
9
Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, Cetakan ke-2,Mandar Manju, Bandung, 2008,
Hlm 67
8
4. Peminjam wajib membayar bunga bila diperjanjikan.

Akbiat hukum setelah ditandatangani suau perjanjian adalah perjanjian

itu akan mengikat para pihak atau dikenal dengan asas kebebasan berkontrak

(The Freedom Of Contract) yang disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat 1 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata. Pasal tersebut mengemukakan bahwa semua

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi para

pihak yang membuatnya. Sedangkan syarat sahnya suatu perjanjian dapat

dilihat pada Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang

mengandung asas kesepakatan (konsensualisme).

Paylater Gojek dalam hal ini menggunakan perjanjian baku yang sudah

di tetapkan sehingga konsumen jika ingin menggunakan fitur ini harus

menyetujui ketentuan-ketentuan yang sudah ada di dalam nya keberadaan dari

kontrak baku bukan merupakan hal baru dalam dunia usaha, namun persetujuan

perjanjian oleh pengguna melalui aktivasi metode pembayaran merupakan

suatu perkembangan dari bentuk persetujuan perjanjian yang dapat

mempermudah pengguna namun juga memiliki kekurangan terutama terhadap

perlindungan hukum bagi pengguna sebagai konsumen. Meskipun sudah ada

POJK 77/2016, tetapi jika ditelaah peraturan ini hanya mengatur inovasi

keuangan digital di sektor jasa keuangan secara umum saja dan tidak ada

menjelaskan tentang perlindungan konsumen pinjam meminjam uang berbasis

tekhnologi secara khusus, terlebih banyak sekali permasalahan-permasalahan

9
yang timbul akibat tidak adanya perlindungan konsumen dan dianggap

dirugikan oleh konsumen yaitu:

1. Banyak nya kasus peretasan akun data Paylater yang di gunakan

oleh oknum tidak bertanggungjawab, tetapi pihak Gojek lepas

tangan.10

2. Adanya sistem yang bermasalah konsumen telah membayar

cicilan Paylater tetapi sistem tidak membaca itu sehingga tagihan

Paylater dianggap belum di bayar dan kosumen mendapatkan

denda perhari sebesar Rp. 2000, pihak Gojek selalu lepas tangan

dan melimpahkan ke pihak Findaya, tetapi pihak Findaya juga

tidak memberikan perlindungan kepada konsumen atau

pengguna.11

3. Penurunan jumlah limit yang dilakukan oleh pihak penyedia dana

Findaya terhadap konsumen di aplikasi Gojek Paylater.12

4. Tidak adanya kejelasan layanan pengaduan kepada pihak Findaya

jika terjadi masalah mengenai pembayaran Paylater.13

5. Adanya perjanjian yang tidak sesuai dengan syarat sah perjanjian,

karena didalam perjanjian Paylater para pihak adalah Findaya

yang memberikan pinjaman dengan konsumen atau pengguna,

sedangkan perjanjian tersebut dilakukan di dalam sistem aplikasi

10
https://mediakonsumen.com/tag/gojek-paylater Diakses 27 April 2020 Pukul 08:19WIB
11
https://mediakonsumen.com/2019/04/09/surat-pembaca/pihak-gojek-terkesan-abai-
dalam-mengembalikan-hak-konsumen Diakses 27 April 2020 Pukul 08:15WIB
12
https://mediakonsumen.com/tag/gojek-paylater Diakses 27 April 2010 Pukul 08:20WIB
13
https://mediakonsumen.com/2020/01/14/surat-pembaca/tidak-pernah-pakai-paylater-
gojek-tapi-dapat-tagihan Diakses 27 April 2020 Pukul 08:21WIB
10
Gojek Paylater sebagai penyelenggara, hal ini menjadi tidak ada

kejelasan dengan siapa sebenarnya konsumen melakukan

perjanjian.14

Perlindungan hukum juga belum bisa di rasakan oleh konsumen Paylater

dimana konsumen Paylater tidak memahami dan mengerti prosedur hukum untuk

mendapatkan perlindungan, Konsumen hanya bisa melakukan pengaduan kepada

pihak penyedia layanan Paylater yang kerap kali diabaikan, penyelesaian sengketa

konsumen seharusnya tahap paling awal adalah pengaduan kepada pihak penyedia

layanan Paylater yang harus di perhatikan dan mencari solusi atas penyelesaian

permasalahan,Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan

Paylater merupakan bentuk dari suatu perjanjian maka dari itu dalam pengunaan

Paylater berlaku pula pengaturan umum mengenai perjanjian. Perjanjian yang

terjadi dalam penggunaan Paylater pada aplikasi Gojek tidak hanya sebatas pada

perjanjian yang terjadi antara pengguna dengan Gojek, karena Paylater merupakan

bentuk dari perjanjian P2P yang merupakan perjanjian pinjam meminjam dari suatu

pihak ke pihak lain melalui penyelenggara selain bank maka terdapat pihak lain

yang terlibat dalam penggunaan metode pembayaran Paylater dalam aplikasi

Gojek, tetapi perjanjian tersebut merupakan perjanjian baku yang sangat merugikan

konsumen dimana perjanjian itu hanya tertuang tentang tanggung jawab dan hak

pengguna dengan Findaya perusahaan Fintech Peer to Peer Landing tanpa ada

ketentuan yang melibatkan pihak Gojek, sedangkan penyelenggara aplikasi tersebut

14
https://www.gojek.com/help/paylater/syarat-dan-ketentuan-paylater/ Diakses 27 April
2020 Pukul 08:22WIB
11
untuk bertransaksi adalah Gojek sendiri, terlebih lagi banyak konsumen yang sangat

di rugikan dan tidak mendapat perlindungan hukum, POJK 77/2016 yang

merupakan dasar hukum tidak benar-benar memberikan perlindungan hukum,

karena peraturan ini hanya berisi tentang ketentuan-ketentuan umum saja tanpa

lebih khusus menangani masalah Konsumen dengan paylater ataupun pihak ketiga

sebagai penyedia dana ini. suatu hal menarik yang dapat dikaji menurut kajian

hukum perdata ini adalah mengenai keabsahan kontrak dan perlindungan konsumen

pada aplikasi Paylater ini, sehingga Peneliti akan mengkaji dengan judul

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA JASA

LAYANAN PINJAMAN ONLINE PAYLATER DI PADANG (STUDY PADA

PERUSAHAAN GOJEK DAN FINDAYA)

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi

pertanyaan dalam rumusan permasalahan penelitian dalam tesis ini adalah:

1. Bagaimanakah Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Pengguna Jasa

Layanan Pinjaman Online Paylater Di Padang (Study Pada Perusahaan

Gojek Dan Findaya)?

2. Apasaja Bentuk Kerugian Konsumen Pengguna Jasa Layanan Pinjaman

Online Paylater Di Padang (Study Pada Perusahaan Gojek Dan Findaya)?

3. Apakah Pengaturan Hukum Terhadap Konsumen Pengguna Jasa Layanan

Pinjaman Online Paylater Di Padang (Study Pada Perusahaan Gojek Dan

Findaya) sudah Memadai?

12
C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan yang akan menjadi fokus studi, maka yang

menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1) Tujuan Umum

Penelitian ini berusaha mengungkap pengaturan hukum Paylater,

perlindungan konsumen pada pengguna fitur aplikasi Paylater berdasarkan

Peraturan OJK NO. 77/POJK.01/2016 Tentang Pinjam Meminjam Uang

Berbasis Teknologi Informasi.

2) Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisis bagaimanakah perlindungan hukum terhadap

konsumen pengguna jasa layanan pinjaman online Paylater di Padang

(study pada perusahaan Gojek dan Findaya)

b. Untuk menganalisis apasaja bentuk kerugian konsumen pengguna jasa

layanan pinjaman online Paylater di Padang (study pada perusahaan

Gojek dan Findaya)

c. Untuk menganalalisis apakah pengaturan hukum terhadap konsumen

pengguna jasa layanan pinjaman online paylater di Padang (study

pada perusahaan Gojek Dan Findaya) sudah memadai

13
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mengungkap perlindungan hukum

terhadap pengguna Paylater berdasarkan ketentauan peraturan

perundang-undangan di Indonesia

2. Manfaat Praktis

Dari segi penerapannya diharapkan memberikan sumbangan pemikiran

pada pemerintah untuk menjadikan penelitian ini sebagai salah satu

rujukan oleh akademisi dan praktisi dalam kaitannya dengan hukum

pembuktian terutama dalam praktek penggunaan fitur Paylater

E. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai perlindungan konsumen paylater berdasarkan

penelusuran yang penulis lakukan lebih lanjut baik di perpustakaan Fakultas

Hukum Universitas Andalas belum pernah diadakan penelitian oleh pihak

lain. Adapun beberapa penelitian mahasiswa Magister Kenotariatan terlebih

dahulu yang berhubungan dengan masalah penelitian yang penulis ketahui

adalah yang disusun oleh:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Yuda Fuadi tahun 2019 dengan judul

Kajian Hukum Terhadap Penggunaan Paylater Dalam Pembayaran

Transaksi Antara Konsumen Dengan Traveloka Ditinjau Dari Pojk

Nomor 77/Pojk.01/2016 dengan rumusan masalah nya yaitu:

14
a. Bagaimanakah kedudukan hukum Paylater dalam

pembayaran antara konsumen dengan Traveloka menurut

hukum di Indonesia?

b. Bagaimanakah hubungan hukum antara konsumen pengguna

Traveloka Paylater dengan Traveloka?

c. Bagaimanakah praktik pembayaran dengan fasilitas

Traveloka Paylater ditinjau berdasarkan PJOK Nomor

77/POJK.01/2016?

2. Penelitian yang dilakukan oleh Eva Saputri pada tahun 2020 dengan

Judul Pemakaian Sistem Paylater Dalam Pembayaran Jual Beli

Online Menurut Perspektif Hukum Islam (Studi Di PT. Aplikasi

Karya Anak Bangsa (Gojek) dengan rumusan masalah nya yaitu:

a. Bagaimana sistem paylater dalam pembayaran jual beli

online pada PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek)?

b. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap pemakaian

sistem paylater dalam pembayaran jual beli online pada PT

Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek)

3. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Nela Safitry pada tahun 2020

dengan judul Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Pengguna

Paylater Traveloka (Studi Atas Korban Paylater Dalam Kasus Trias

Dian Lestari) dengan rumusan masalah:

a. Bagaimana Pengaturan pay later pada Traveloka?

15
b. Bagaimana Bentuk Perlindungan Konsumen Korban dalam

transaksi pay later Traveloka Dalam Kasus Trias Dian

Lestari?

Berdasarkan judul penelitian-penelitian terdahulu yang mengkaji Perlindungan

hukum konsumen Paylater, terdapat perbedaan dengan penelitian yang peneliti

lakukan, letak perbedaan tersebut yaitu objek PT dari Paylater ataupun fintech nya

dan kajian mengenai dasar hukum yang di pakai oleh peneliti terdahulu, serta

penelitian terdahulu tidak spesifik merujuk pada tempat atau lokasi penelitian,

sehingga dengan demikian penelitian penulis lakukan sangat berbeda dengan

penelitian-penelitian sebelumnya yang telah ada.

F. Kerangka Teoritis

Untuk membedah permasalahan dibutuhkan pisau analisis, yaitu teori.

Untuk itu teori yang digunakan untuk membedah permasalahan pada tesis ini

adalah sebagai berikut:

a. Teori Kepastian Hukum

Kepastian adalah perihal (keadaan) yang pasti ketentuan atau

ketetapan.15 Hukum secara hakiki harus pasti dan adil. Pasti sebagai

pedoman kelakuan dan adil karena pedoman kelakuan itu harus

menunjang suatu tatanan yang dinilai wajar. Hanya karena bersifat

adil dan dilaksanakan dengan pasti hukum dapat menjalankan

fungsinya, menurutnya kepastian dan keadilan bukanlah sekedar

tuntutan moral, melainkan secara faktual mencirikan hukum. Suatu

15
Cst Kansil, dkk, Kamus Istilah Hukum, Jala Permata Aksara,Jakarta 2009, Hlm, 385.
16
hukum yang tidak pasti dan tidak mau adil bukan sekedar hukum

yang buruk, melinkan bukan hukum sama sekali. Kedua sifat itu

termasuk paham hukum itu sendiri (Den Begriff Des Rechts).16

Hukum adalah kumpulan peraturan- peraturan atau kaidah-kaidah

dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan peraturan tentang

tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang

dapat dipaksakan pelaksanaanya dengan suatu sanksi.17 Kepastian

hukum merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum,

terutama untuk norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian

akan kehilangan makna karena tidak lagi dapat dijadikan pedoman

perilaku bagi semua orang. Ubi jus incertum, ibi jus nullum (di mana

tiada kepastian hukum, di situ tidak ada hukum).18

Kepastian hukum menurut Apeldoorn mempunyai dua segi.

Pertama, mengenai soal dapat ditentukannya (bepaalbaarheid)

hukum dalam hal- hal uang konkret. Artinya pihak-pihak yang

mencari keadilan ingin mengetahui apakah yang menjadi hukumnya

dalam hal yang khusus, sebelum ia memulai perkara, ke dua,

kepastian hukum berarti keamanan hukum. Artinya, perlindungan

bagi para pihak terhadap kesewenangan hakim.19

16
Shidarta, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka Berfikir, PT Revika
Aditama,Bandung 2006, Hlm.79
17
Sudikno Mertokusumo dalam Salim Hs, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum,PT
Rajagrafindo Persada, Jakarta 2010, Hlm 24.
18
Ibid, Hlm 82.
19
L.J van Apeldoorn dalam Shidarta, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka
Berfikir, PT Revika Aditama, Bandung 2006. Hlm 82
17
Kepastian hukum Menurut Jan Michiel Otto yang

sesungguhnya memang lebih berdimensi yuridis. Otto memberikan

batasan kepastian hukum yang lebih jauh. Sehingga Ia

mendefinisikan kepastian hukum sebagai kemungkinan bahwa

dalam situasi tertentu:20

1) Tersedia aturan-aturan yang jelas (jernih), konsisten dan

mudah diperoleh (accessible), diterbitkan oleh dan diakui

karena (kekuasaan) negara

2) Instansi-instansi penguasa (pemerintahan) menerapkan aturan-

aturan hukum tersebut secara konsisten dan juga tunduk dan

taat kepadanya

3) Warga secara prinsipil menyesuaikan prilaku mereka terhadap

aturan- aturan tersebut

4) Hakim-hakim (peradilan) yang mandiri dan tidak berpihak

menerapkan aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten

sewaktu mereka menyelesaikan sengketa hukum

5) Keputusan peradilan secara konkrit dilaksanakan.

Hukum yang di tegakkan oleh institusi penegak hukumyang diserai tugas

untuk itu, harus menjamin “kepastian hukum” demi tegaknya ketertiban dan

keadilan dalam kehidupan masyarakat. Ketidakpastian hukum akan menimbulkan

kekacauan dalam kehidupan masyarakat dan akan saling berbuat sesuka hati serta

20
Jan Michiel Otto terjemahan Tristam Moeliono dalam Shidarta, Moralitas Profesi
Hukum Suatu Tawaran Kerangka Berfikir, PT Revika Aditama,Bandung, 2006, hlm 85.
18
bertindak main hakim sendiri. Keadaan seperti ini menjadikan kehidupan berada

dalam suasana social disorganization atau kekacauan sosial.21

Kepastian hukum adalah “sicherkeit des Rechts selbst” (kepastian tentang

hukum itu sendiri). Menurut Satjipto Raharjo terdapat empat hal yang berhubungan

dengan makna kepastian hukum. Pertama bahwa hukum itu positif artinya bahwa

ia adalah perundang-undangan (gesetzliches Recht). Kedua bahwa hukum itu

didasarkan pada fakta (Tatsachen), bukan suatu rumusan tentang penilaian yang

nanti akan dilakukan oleh hakim, seperti “kemauan baik”, ”kesopanan”. Ketiga

bahwa fakta itu harus dirumuskan dengan cara yang jelas sehingga menghindari

kekeliruan dalam pemaknaan, di samping juga mudah dijalankan. Keempat, hukum

positif itu tidak boleh sering diubah-ubah.22

Masalah kepastian hukum tidak dadapt dilepaskan dari perilaku manusia

Kepastian hukum bukan mengikuti prinsip “pencet tombol” (subsumsi otomatis),

melainkan sesuatu yang cukup rumit, yang banyak berkaitan dengan faktor diluar

hukum itu sendiri. Berbicara mengenai kepastian, maka seperti dikatakan

Radbruch, yang lebih tepat adalah kepastian dari adanya peraturan itu sendiri atau

kepastian peraturan (sicherkeit des Rechts).23

b. Teori Perindungan Hukum

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada

subyek hukum yakni orang atau badan hukum ke dalam bentuk perangkat

baik yang bersifat prefentif maupun yang bersifat represif, baik yang lisan

21
M. Yahya harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHP Penyidikan dan
Penuntutan, Sinar Grfika, Jakarta 2002, Hlm 76.
22
Satjipto Rahardjo, Hukum Dalam Jagat Ketertiban, UKI Press, Jakarta, 2006, Hlm 135.
23
ibid, Hlm 139.
19
maupun yang tertulis. Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman

kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut

diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak

yang diberikan oleh hukum atau dengan kata lain perlindungan hukum adalah

berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum

untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan

dan berbagai ancaman dari pihak manapun.24

Perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi

masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai

dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga

memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.25

Perlindungan hukum menurut Philipus M. Hadjon adalah perlindungan akan

harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki

oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan,

perlindungan hukum menurut Phillipus Hadjon ada dua bentuk, pertama

perlindungan hukum preventif artinya rakyat diberi kesempatan menyatakan

pendapatnya sebelum keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitive yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, kedua, perlindungan hukum

represif yang bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.

Perlindungan hukum berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui

adalah segala bentuk upaya pengayoman terhadap harkat dan martabat manusia

24
Satjipto Rahardjo,Penyelenggaraan Keadilan Dalam Masyarakat Yang Sedang Berubah,
Jurnal Masalah Hukum 1993, Hlm 4
25
Setiono, Rule Of Law (supremasi hukum), Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2004, Hlm.3
20
serta pengakuan terhadahak asasi manusia di bidang hukum. Prinsip perlindungan

hukum bagi rakyat Indonesia bersumber pada Pancasila dan konsep Negara Hukum,

kedua sumber tersebut mengutamakan pengakuan serta penghormatan terhadap

harkat dan martabat manusia. Sarana perlindungan hukum ada dua bentuk, yaitu

sarana perlindungan hukum preventif dan represif.

Teori perlindungan hukum Menurut Fitzgerald sebagaimana dikutip

Satjipto Raharjo awal mula dari munculnya teori ini bersumber dari teori hukum

alam atau aliran hukum alam. Aliran ini dipelopori oleh Plato, Aristoteles (murid

Plato), dan Zeno (pendiri aliran Stoic). Menurut aliran hukum alam menyebutkan

bahwa hukum itu bersumber dari Tuhan yang bersifat universal dan abadi, serta

antara hukum dan moral tidak boleh dipisahkan. Para penganut aliran ini

memandang bahwa hukum dan moral adalah cerminan dan aturan secara internal

dan eksternal dari kehidupan manusia yang diwujudkan melalui hukum dan

moral.26

Perlindungan hukum menurut R. La Porta dalam Jurnal of Financial

Economics, merupakan bentuk yang diberikan oleh suatu negara memiliki dua sifat,

yaitu bersifat pencegahan (prohibited) dan bersifat hukuman (sanction).27 Bentuk

perlindungan hukum yang paling nyata adalah adanya institusi-institusi penegak

hukum seperti Pengadilan, Kejaksaan, Kepolisian, dan lembaga-lembaga

penyelesaian sengketa diluar pengadilan (non-litigasi) lainnya. Perlindungan yang

di maksud dengan bersifat pencegahan (prohibited) yaitu membuat peraturan,

26
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, , PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2000, Hlm 53
27
R. La Porta Investor Protection and Corporate governance Jurnal Of financial
Economics 58 (1 January) 2000
21
sedangkan perlindungan yang di maksud bersifat hukuman (sanction) yaitu

menegakkan peraturan.

G. Kerangka Konseptual

1. Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi subjek-

subjek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

dipaksakan pelaksanaannya dengan menggunakan suatu sanksi.28

2. Konsumen

Konsumen merupakan pengguna dari suatu produk yang di ciptakan oleh

produsen ataupun perusahaan yang beredar di masyarakat, baik

berbentuk produk barang ataupun jasa yang digunakan untuk diri sendiri,

keluarga, makhluk lainnya tanpa ada tujuan untuk di perdagangkan.29

3. Pengguna Jasa

Pengguna jasa merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia terdiri dari

dua suku kata yaitu pengguna dan jasa. Pengguna adalah orang yang

menggunakan sesuatu.30 Sedangkan jasa adalah adalah aktivitas ekonomi

yang melibatkan sejumlah interaksi dengan konsumen atau dengan

barang-barang milik, tetapi tidak menghasilkan transfer kepemilikan.31

28
Moh Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Sinar
Bakti, 2003, Hlm,102
29
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis-Menata Bisnis Modern di Era Global, PT.
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008, Hlm 227
30
Ibid.Hlm 478
31
Ibid, Hlm 777
22
4. Layanan Pinjaman Online

Pinjaman online adalah fasilitas pinjaman uang oleh penyedia jasa

keuangan yang berbasis online.32 Pengertian online berkaitan dengan

tekhnologi informasi sehingga layanan pinjaman online juga dapat

diartikan sebagai layanan pinjam meminjam berbasis teknologi

informasi, layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi Informasi

adalah penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk mempertemukan

pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman dalam rangka melakukan

perjanjian pinjam meminjam dalam mata uang rupiah dengan langsung

melalui sistem elektronik dengan menggunakan jaringan internet.33

5. PayLater adalah fasilitas keuangan yang memungkinkan metode

pembayaran dengan cicilan tanpa kartu kredit yang di selenggarakan oleh

perusahaan Starup dibidang layanan keuangan secara digital.34

6. Padang

Kota Padang merupakan salah satu kota yang terletak di Negara

Indonesia, Kota Padang adalah Ibu kota dari provinsi Sumatera Barat,

dengan luas 1.414,96 KM berdasarkan Perda No 10 Tahun 2005 tentang

luas kota Padang, Kota Padang memiliki 11 Kecamatan dan 104

32
https://glints.com/id/lowongan/pinjaman-online-adalah/#.YNny-DhKjIU diakses
tanggal 01Juni 2021 Pukul 08:09 WIB
33
Pasal 1 angka 3 POJK 77/2016
34
https://sis.binus.ac.id/2020/01/30/apa-itu-paylater/ dikases tanggal 01 Juni 2021 Pukul
08:15 WIB
23
Kelurahan dengan kepadatan penduduk pada tahun 2016 sebanyak

914.968 jiwa.35

7. Perusahaan Gojek

Gojek merupakan sebuah perusahaan tekhnologi asal Indonesia yang

melayani angkutan melalui jasa ojek. Perusahaan ini didirikan pada tahun

2010 di Jakarta oleh Nadiem Makarim, berkembangnya perusahaan

Gojek tidak hanya merambah melayani jasa angkutan saja, berbagai

produk Gojek saat ini yang berkembang salah satunya yaitu fasilitas

pembayaran.36

8. Perusahaan Findaya

Findaya merupakan layanan finansial berbasis teknologi dengan misi

sosial yang bertujuan untuk mendorong inklusi keuangan dan ekonomi

digital di Indonesia, mulai dari berbagai fitur finansial untuk pengguna

Gojek, hingga pinjaman pendidikan untuk Ketua Arisan Mapan.37

H. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan

pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk

mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan

menganalisanya, serta dilakukan pemeriksaan yang mendalam terhadap

fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas

35
https://padang.go.id/gambaran-umum-kota-padang diakses tanggal 01 Juni 2021 Pukul
08:20 WIB
36
https://www.gojek.com/id-id/products/ dikases tanggal 01 Juni 2021 Pukul 08:30 WIB
37
https://www.findaya.co.id/tentang/ dikases tanggal 01 Juni 2021 Pukul 08:35 WIB
24
permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang

bersangkutan.38

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis dalam penelitian ini

menggunakan metode penulisan antara lain sebagai berikut:

1. Metode Pendekatan.

Metode pendekatan utama yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan sosio legal research untuk melihat secara

langsung melalui data primer mengenai perlindungan hukum

terhadap konsumen pengguna aplikasi Gojek fitur Paylater

2. Jenis Data

Pendekatan hukum sosiologis memiliki karakterisitik yang bertumpu

pada data primer, sehingga yang menjadi sumber data utama pada

penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang akan diapat melalui studi dan

penelitian langsung di lokasi penelitian yaitu pada Kantor Otoritas

Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Barat dan Perusahaan

Gojek wilayah Regional Padang Sumatera Barat.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian

kepustakaan. Data sekunder merupakan tumpuan utama pada

38
Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta 2008, Hlm. 43.
25
pendekatan hukum normatif. Sumber data yang akan digunakan

dalam penelitian adalah berasal dari:

1) Penelitian Kepustakaan (library research)

Yakni penelitian yang dilakukan terhadap buku, undang-

undang dan peraturan terkait lainnya yang berhubungan

dengan permasalahan. Penelitian kepustakaan bertujuan

untuk mendapatkan bahan hukum yaitu:

a) Bahan hukum Primer

KUHPerdata, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 jo

Undang-undang No 19 Tahun 2016 tentang Perubahan

atas UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik, SEOJK 18/SEOJK.02/2017

tentang Pelaksanaan Tata Kelola Dan Manajemen

Risiko Teknologi Informasi pada layanan pinjam

meminjam uang berbasis teknologi, Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan (POJK) Nomor 77/POJK.01/2016,

tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis

Teknologi Informasi (LPMUBTI)

b) Bahan hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan bahan-bahan yang erat hubunganya

dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan

memahami bahan hukum sekunder ini mencakup Buku-buku/Literatur,

26
hasil Karya Ilmiah Para sarjana, Jurnal, Hasil-hasil Penelitian dan lain

sebagainya

c) Bahan hukum tersier

Adalah bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder, misalnya, Ensiklopedi, Kamus bahasa

Indonesia Kamus Hukum

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Teknik wawancara yang dilakukan adalah secara mendalam.39dimana

pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada informan yang telah

ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu Staf Subbagian

Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan Padang

Propinsi Sumatera Barat dan Manager Karyawan Front Office & Pemasaran

Perusahaan Gojek Wilayah Regional Padang Sumatera Barat

b. Studi Dokumentasi atau Perpustakaan

Yaitu dengan mengumpulkan bahan kepustakaan yang berkaitan dengan

permasalahan yang diteliti.

c. Populasi dan Sampel

a) Populasi Penelitian

Populasi adalah seluruh objek, seluruh individu, segala

gejala/kegiatan dan atau seluruh unit yang diteliti. Populasi dalam

penelitian ini adalah karyawan/Petugas Komisioner Sistem Informasi

39
Hadari Nawawi dalam Soejono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta 2003,hlm. 45.
27
dan Keuangan pada OJK Propinsi Sumatera Barat dan Karyawan

Perusahaan Gojek Wilayah Regional Padang Sumatera Barat

b) Sampel Penelitian

Mengingat besar dan luasnya populasi, maka dalam pengumpulan

data ini, diambil sebagian saja untuk dijadikan sampel. Sampel adalah

sebagian dari populasi yang dapat mewakili seluruh objek penelitian.

Dalam penulisan tesis ini mengambil teknik purposive sampling

untuk menetapkan sampel penelitian, pengambilan sampel secara

purposive sampling yaitu mengambil unsur-unsur atau elemen-

elemen dari populasi didasarkan atas tujuan tertentu dengan tidak

membuka kesempatan yang sama bagi setiap unsur-unsur atau

elemen-elemen dari populasi untuk menjadi sampel.40

9. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Kota Padang dengan mengambil sampel di Kantor

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Propinsi Sumatera Barat. Dan Perusahaan Gojek

wilayah Regional Padang Sumatera Barat, Adapun alasan pengambilan lokasi

penelitian adalah karena OJK adalah lembaga yang memberikan kelayakan

terhadap aplikasi Paylater dalam melaksanakan praktek perbankan, dan

lembaga pengawas terhadap perusahaan dibidang pinjaman digital, sedangkan

Perusahaan Gojek merupakan perusahaan yang menjalankan bisnis pinjaman

uang secara digital.

40
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri,Bina Indonesia,
Jakarta 1990, hlm. 9.
28
10. Analisis Data

Setelah data diperoleh baik data primer maupun data sekunder yang diolah,

selanjutnya dianalisis secara kualitatif yang bersifat yuridis yaitu tidak

menggunakan angka-angka (tidak menggunakan rumus matematika), tetapi

menggunakan kalimat-kalimat yang merupakan pandangan para pakar,

peraturan perundangan-undangan, termasuk data yang diperoleh di lapangan

yang memberikan gambaran secara detail mengenai permasalahan sehingga

dapat diambil kesimpulannya sesuai dengan tujuan penelitian.41

41
Soerjono Soekanto, Op. Cit, Hlm, 20
29
BAB II

TINJAUAN UMUM

A. TINJAUAN UMUM PERJANJIAN KREDIT

1. Pengertian Perjanjian Kredit

Kredit, berasal dari suatu kata dalam bahasa Latin yang berbunyi

Creder, yang berarti “kepercayaan” atau Credo, arinya “saya percaya

”bahwa pemberian suatu kredit terjadi, didalamnya terkandung adanya

kepercayaan orang atau badan yang memberikannya kepada orang lain

atau badan yang diberinya, dengan ikatan perjanjian harus memenuhi

segala kewajiban yang diperjanjikan untuk dipenuhi pada waktunya. Bila

transaksi kredit terjadi, maka akan dapat kita lihat adanya pemindahan

materi dari yang memberikan kredit kepada yang diberi kredit. Dalam

pengertian umum, kredit itu didasarkan kepada kepercayaan atas

kemampuan si peminjam untuk membayar sejumlah uang pada masa yang

akan datang.

Rolling G. Thomas, mengemukakan bahwa kepercayaan kredit atau

pemberian kredit oleh kreditur itu, didasarkan kepada kemampuan debitur

dalam hal mengembalikan pinjaman berikut bunganya, dan tertentu

menurut estimasi analisis kredit. Sedangkan Amir R. Batubara,

mengemukakan kredit itu terjadi, bila ada tenggang waktu antara pemberi

kredit itu sendiri oleh kreditur, dengan saat pembayaran yang dilakukan

debitur. Adapun pengertian kredit yang tercantum dalam Pasal 1 angka 11

Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan “Bahwa kredit

30
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”, dari

pengertian tersebut terdapat unsur-unsur yang terkandung dalam kredit

tersebut, diantaranya sebagai berikut :

a) Adanya orang atau badan yang memiliki uang, barang atau jasa, dan

bersedia untuk meminjamkannya kepada pihak lain.

b) Adanya orang atau badan sebagai pihak yang memerlukan atau

meminjam uang barang atau jasa.

c) Adanya kepercayaan kreditur kepada debitur.

d) Adanya janji dan kesanggupan membayar dari debitur kepada

kreditur.

e) Adanya perbedaan waktu, yaitu perbedaan antara saat penyerahan

uang, barang atau jasa, oleh kreditur dengan saat pembayaran

kembali oleh debitur.

f) Adanya risiko.

Perjanjian kredit adalah perjanjian pokok (prinsipil) yang bersifat rill.42

sebagai perjanjian yang bersifar prinsipil, maka perjanjian jaminan adalah assessor

nya, ada dan berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok, arti

42
Hermansah,Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2005 Hlm. 71.
31
rill ialah bahwa terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh

bank kepada nasabah debitur

Perjanjian kredit perbankan dilihat dari bentuknya, umumnya menggunakan

bentuk perjanjian baku (Standard Contract). Berkaitan dengan itu, memang dalam

praktiknya bentuk perjanjiannya telah disediakan oleh pihak bank sebagai kreditur

sedangkan debitur hanya mempelajari dan memahaminya dengan bank. Apabila

debitur menerima semua ketentuan dan persyaratan yang ditentukan oleh bank,

maka ia berkewajiban untuk menandatangani perjanjian kredit tersebut, tetapi jika

debitur menolak ia tidak perlu untuk menandatangani perjanjian kredit.Perjanjian

kredit ini perlu memperoleh perhatian yang khusus baik oleh bank sebagai kreditur

maupun nasabah sebagai debitur, karena perjanjian kredit mempunyai fungsi yang

sangat penting dalam pemberian, pengelolaan dan penatalaksanaan kredit tersebut.

Perjanjian kredit Menurut Ch. Gatot Wardoyo mempunyai fungsi- fungsi sebagai

berikut:43

a) Perjanjian kredit berfungssi sebagai perjanjian pokok.

b) Perjanjian kredit berfungsi sebagai bukti mengenai batasan-batasan hak dan

kewajiban diantara kreditur dan debitur.

c) Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit.

Perjanjian kredit dalam perbankan pihak kreditur untuk mengurangi

terjadinya suatu risiko dalam perjanjian kredit, debitur harus memberikan suatu

jaminan untuk memberikan rasa yakin dan aman terhadap kreditur dalam suatu

perjanjian kredit. Adapun pengertian jaminan menurut ketentuan Pasal 2 Ayat (1)

43
Ibid
32
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/69/KEP/DIR tanggal 28

Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit. Bahwa yang dimaksud dengan

jaminan adalah suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi

suatu kredit sesuai dengan yang diperjanjikan. Adapun menurut ketentuan Pasal 1

butir 23 yang dimaksud dengan agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan

nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau

pembayaran berdasarkan prinsip syariah.

Tujuan dari agunan untuk mendapat fasilitas kredit dari bank. Agunan ini

diserahkan oleh debitur kepada bank. Adapun pengertian jaminan yang lainnya

menurut Hartono Hadisoeprapto bahwa Jaminan adalah sesuatu yang diberikan

kepada kreditur untuk memberikan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi

kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan. Adapun

pengertian lainnya menurut M. Bahsan berpendapat bahwa Jaminan adalah segala

sesuatu yang diterima oleh kreditur dan diserahkan debitur untuk menjamin suatu

utang piutang dalam masyarakat. Serta Seminar Badan Pembinaan Hukum

Nasional di Yogyakarta berpendapat bahwa Jaminan adalah menjamin dipenuhinya

kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan hukum.

Oleh karena itu, hukum jaminan erat sekali dengan hukum benda.44

44
Salim H.S, Perkembangan Hukum jaminan di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2014, Hlm. 22.
33
2. Prinsip-Prinsip Kredit

Kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diberikan oleh

bank mengandung risiko, sehingga dalam setiap pemberian kredit atau

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah harus memperhatikan asas-asas

perkreditan atau pembiayaan berdasarkan prinsip kehati-hatian. Untuk itu,

sebelum memberikan kredit bank harus melakukan penilaian yang seksama

terhadap berbagai aspek.45

Berdasarkan penjelasan Pasal 8 Undang-undang Perbankan yang mesti

dinilai oleh bank sebelum memberikan kredit adalah watak, kemampuan,

modal, agunan, dan prospek usaha dari nasabah debitur, yang kemudian

dikenal sebagai Prinsip 5 C’s. Prinsip 5 C’s ini akan memberikan informasi

mengenai itikad baik (Willingness to pay) dan kemampuan membayar (Ability

to pay) nasabah untuk melunasi pinjaman beserta bunganya.46

a) Penilaian Watak (Character)

Penilaian watak atau kepribadian calon debitur dimaksudkan untuk

mengetahui kejujuran dan itikad baik calon debitur untuk melunasi

atau mengembalikan pinjamannya. Sehingga tidak akan menyulitkan

bank dikemudian hari. Hal ini dapat diperoleh terutama didasarkan

kepada hubungan yang telah terjalin antara bank dan calon debitur

atau informasi yang diperoleh dari pihak lain yang mengetahui moral,

45
Racmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Cetakan II, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta 2003, Hlm. 240
46
Dahlan Siamat, Manajemen Bank Umum, Intermedia, Jakarta 1993, Hlm. 99.
34
kepribadian dan perilaku calon debitur dalam kehidupan sehari-

harinya.

b) Penilaian Kemampuan (Capacity)

Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitur dalam bidang usahanya

dan kemampuan manajerialnya. Sehingga bank yakin bahwa usaha yang

akan dibiayainya dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga calon

debiturnya dalam jangka waktu tertentu maupun melunasi atau

mengembalikan pinjamannya.

c) Penilaian terhadap Modal (Capital)

Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh

mengenai masa lalu dan yang akan dating. Sehingga dapat diketahui

kemampuan pemodalan calon debitur dalam pembayaran proyek atau usaha

calon debitur yang bersangkutan.

d) Penilaian terhadap Agunan (Colleteral)

Untuk menanggung pembayaran kredit macet, calon debitur umumnya

wajib menyediakan jaminan berupa agunan yang berkualitas tinggi dan

mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau

pembiayaan yang diberikan kepadanya. Untuk itu sudah seharusnya bank

wajib meminta agunan tambahan dengan maksud jika calon debitur tidak

dapat melunasi kreditnya, maka agunan tambahan tersebut dapat dicairkan

guna menutupi pelunasan.

e) Penilaian terhadap Prospek Usaha Nasabah Debitur (Kondisi Ekonomi)

Bank harus menganalisis keadaan pasar didalam atau diluar negeri baik

35
masa lalu maupun masa yang akan datang. Sehingga masa depan pemasaran

dari hasil proyek atau usaha calon debitur yang dibiayai bank dapat

diketahui.

3. Tujuan dan Fungsi kredit

Kredit pada awal perkembangannya mengarahkan fungsinya untuk

merangsang bagi kedua belah pihak untuk saling menolong untuk tujuan

pencapaian kebutuhan, baik dalam bidang usaha maupun kebutuhan sehari-

hari. Pihak yang mendapatkan kredit harus dapat membuktikan prestasi

yang lebih tinggi berupa keemajuan-kemajuan pada usahanya atau

mendapatkan pemenuhan atas kebutuhannya. Adapun pihak yang memberi

kredit, secara materil harus mendapatkan rentabilitas berdasarkan

pertimbangan yang wajar dari modal yang dijadikan objek kredit.

Suatu kredit mencapai fungsinya apabila secara sosial ekonomis,

baik bagi debitur, kreditur maupun masyarakat membawa pengaruh pada

tahapan yang lebih baik. Maksudnya, baik pihak debitur maupun kreditur

mendapatkan kemajuan. Kemajuan tersebut dapat tergambarkan apabila

mereka mengalami keuntungan juga mengalami peningkatan kesejahteraan

dan masyarakat pun atau negara mengalami suatu penambahan dari

penerimaan pajak, kemajuan ekonomi, baik yang bersifat mikro maupun

makro. Dari manfaat nyata dan manfaat yang diharapkan maka kredit dalam

perekonomian dan perdagangan mempunyai fungsi:

a) Meningkatkan daya guna uang.

36
b) Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

c) Meningkatkan daya guna dan peredaran barang.

d) Salah satu alat stabilitas ekonomi.

e) Meningkatkan kegairahan berusaha.

f) Meningkatkan pemerataan pendapatan.

g) Meningkatkan hubungan internasional.

Kredit khususnya kredit perbankan terdiri dari beberapa jenis apabila dilihat

dari beberapa segi kriteria tertentu. Dalam hal ini, jenis kredit yang ada sekarang

juga tidak dapat dipisahkan dari kebijakan perkreditan yang telah digariskan dengan

sesuai tujuan pembangunan. Semula kredit berdasarkan kepercayaan murni yaitu

berbentuk kredit perorangan karena kedua belah pihak saling mengenal, dengan

berkembangnya waktu maka perkreditan perorangan semakin mengecil perannya

digantikan oleh kredit dari lembaga perbankan.

Jenis kredit perbankan dapat dibedakan dengan mengacu kepada kriteria tertentu,

yaitu:

a) Jenis Kredit menurut Kelembagaannya.

b) Jenis Kredit menurut Jangka waktu.

c) Jenis Kredit menurut Tujuan penggunaan kredit.

d) Jenis Kredit menurut Aktivitas perputaran usaha.

e) Jenis Kredit menurut Jaminannya.

f) Jenis Kredit menurut Objek yang ditrasfer.

Pengelompokan kredit dengan melihat jenisnya tersebut tidaklah merupakan

sesuatu yang kaku, pengelompokan tersebut hanyalah untuk mempermudah

37
penatalaksanaannya, karena pada dasarnya kredit tersebut mempunyai suatu

kesamaan yang asasi, maksudnya satu jenis kredit dapat saja dimasukan dalam

beberapa pengklasifikasian.

a) Menurut kelembagaan jenis kredit terdiri dari tiga, yaitu :

1) Kredit Perbankan

Kredit perbankan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha, dan atau

konsumsi. Kredit ini diberikan oleh bank pemerintah atau bank swasta

kepada dunia usaha untuk membiayai sebagian kebutuhan permodalan,

dan atau kredit bank kepada individu untuk membiayai pembelian

kebutuhan hidup yang berupa barang maupun jasa.

2) Kredit Likuiditas

Kredit likuiditas yaitu kredit yang diberikan oleh bank sentral kepada bank-

bank yang beroperasi di Indonesia, yang selanjutnya digunakan sebagai

dana untuk membiayai kegiatan perkreditannya. Pelaksanaan kredit ini,

merupakan operasi Bank Indonesia dalam rangka pelaksanaan fungsinya

yang dinyatakan sesuai dengan ketentuan Pasal 29 Undang-undang Nomor

13 Tahun 1968 Tentang Bank Sentral, yaitu untuk memajukan perkreditan,

sekaligus bertindak mengadakan peengawasan terhadap urusan kredit.

Dengan demikian Bank Indonesia mempunyai wewenang untuk

menetapkan batas-batas kuantitatif dan kualitatif dibidang perkreditan bagi

perbankan yang ada.

38
3) Kredit Langsung

Kredit ini diberikan oleh Bank Indoneia kepada lembaga pemerintah atau

semi pemerintah. Misalnya Bank Indonesia memberikan kredit langsung

kepada bulog dalam rangka pelaksanaan program pengadaan pangan atau

pemberian kredit langsung kepada Pertamina atau pihak ketiga lainnya.47

b) Berdasarkan jangka waktu dan penggunaanya kredit dapat digolongkan menjadi

tiga jenis, yaitu :

1) Kredit jangka pendek yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun,

bentuknya dapat berupa kredit pembeli dan kredit wesel, juga dapat

berbentuk kredit modal kerja.

2) Kredit jangka menengah yaitu kredit berjangka waktu antara 1 (satu) tahun

sampai 3 (tiga) tahun, bentuknya dapat berupa kredit investasi jangka

menengah.

3) Kredit jangka panjang yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 (tiga)

tahun. Kredit jangka panjang ini pada umumnya yaitu kredit investasi yang

bertujuan menambah modal perusahaan dalam rangka untuk melakukan

rehabilitasi, ekspansi dan pendirian proyek baru.

c) Jenis kredit berdasarkan tujuan penggunaan

Dalam segi tujuan penggunaan kredit, jenis kredit dibagi atas:

1) Kredit konsumtif merupakan kredit yang diberikan oleh bank

pemerintah, atau bank swasta yang diberikan kepada debitur untuk

47
Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia edisi Ke 1, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung 1993, Hlm. 221
39
membiayai keperluan konsumsinya seperti kredit profesi, kredit

perumahan, kredit kendaraan bermotor.

2) Kredit produktif yang terdiri dari:

a) Kredit investasi yaitu kredit yang ditujukan untuk penggunaan

sebagai pembiayaan modal tetap atau untuk membeli barang modal

seperti peralatan produksi, gedung dan mesin-mesin juga untuk

membiayai rehabilitasi, dan ekspansi, relokasi proyek atau

pendirian proyek baru. Adapun angka waktunya dapat berjangka

waktu menengah atau jangka waktu panjang.

b) Kredit Modal Kerja, yaitu kredit modal kerja yang diberikan baik

dalam rupiah maupun valuta asing untuk memenuhi modal kerja

yang habis dalam satu siklus usaha dalam jangka waktu maksimal

satu tahun dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan antara para

pihak yang bersangkutan. Dapat juga dikatakan bahwa kredit ini

diberikan untuk membiayai modal kerja, dan modal kerja adalah

jenis pembiayaan yang diperlukan oleh perusahaan untuk operasi

perusahaan sehari-hari.

c) Perpaduan antara kredit konsumtif dan kredit produktif.

3) Jenis kredit berdasarkan aktivitas perputaran usaha Dari segi berdasarnya

aktivitas perputaran usaha, yaitu melihat dinamika, sektor yang digeluti, aspek

yang dimiliki, dan sebagainya, maka jenis kredit terdiri dari :

a) Kredit kecil, yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang

digolongkan sebagai pengusaha kecil.

40
b) Kredit menengah, yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang

asetnya lebih besar dari pada pengusaha kecil.

c) Kredit besar, kredit besar pada biasanya ditinjau dari segi jumlah kredit yang

diterima oleh debitur.

Dalam pelaksanaan pemberian kredit yang besar ini tidak dengan melihat risiko

yang besar pada biasanya memberikannya secara kredit sindikasi maupun

konsorsium.

4) Jenis kredit berdasarkan jaminannya

Dalam segi jaminannya jenis kredit dapat dibedakan:

a) Kredit tanpa jaminan, yaitu pemberian kredit tanpa jaminan materi

(agunan fisik), pemberiannya sangatlah selektif dan ditujukan kepada

nasabah besar yang telah terjadi bonafiditas, kejujuran dan ketaatannya

dalam transaksi perbankan maupun kegiatan usaha yang dijalaninya.

b) Kredit dengan jaminan, yaitu kredit model yang diberikan kepada

debitur selain didasarkan adanya keyakinan kemampuan debitur juga

didasarkan kepada adanya agunan atau jaminan yang berupa fisik

sebagai jaminan tambahan.

5) Jenis kredit berdasarkan objek yang ditransfer:

a) Kredit uang, yaitu dimana pemberian dan pengembalian kredit

dilakukan dalam bentuk uang.

b) Kredit bukan uang, yaitu dimana diberikan dalam bentuk barang, jasa

dan pengembaliannya dilakukan dalam bentuk uang.

41
B. TINJAUAN UMUM PAYLATER GOJEK

1. Pengertian Paylater Gojek

Paylater Gojek adalah menu atau fitur baru dari aplikasi Gojek

dengan kegunaan untuk pembayaran sesuatu baik itu pemesanan makanan,

minuman dan berbagai fasilitas layanan yang disediakan oleh Gojek.48

Paylater Gojek merupakan fitur yang dapat dinikmati yang dihasilkan dari

kerja sama antara Gojek dengan perusahaan Findaya yang telah terdaftar

dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Findaya merupakan perusahaan yang bergerak dibidang layanan jasa

keuangan berbasis technologi atau fintech dengan membawa visi atau

tujuan menggerakan inklusi keuangan dan majunya perekonomian

Indonesia dibidang digital tekhnologi, Findaya mempunyai beberapa

macam kerja sama dibidang fitur finansial diantaranya dengan aplikasi

Gojek dan pinjaman Pendidikan untuk arisan mapan, Findaya akan terus

memajukan perekonomian Indonesia dibidang digital dengan selalu

menyalurkan dan memberikan layanan keuangan masyarakat secara

Underbaked dan unbaked secara tepat, mudah dan bertanggungjawab.49

2. Keunggulan dan manfaat Paylater Gojek

Gojek dalam menawarkan dan mempasarkan Prodak fitur

Paylaternya agar masyarakat bersedia memakai nya yaitu dengan cara

48
https://www.gojek.com/blog/gojek/paylater/ diakses 01 September 2020 Pukul
011:01WIB
49
https://www.findaya.com/tentang/ diakses 01 September 2020 Pukul 011:15 WIB
42
memberikan dan menawarkan berbagai keuntungan, adapun keuntungan

tersebut yaitu:50

1) Pakai sekali bayarnya berkali-kali, Paylater Gojek menawarkan sebuah

sistem pinjaman seperti jika ingin memakai atau menimati layanan

gojek seperti pemesanan makanan, minuman, Gosend Barang, dan ojek

online bisa dibayar di akhir bulan sesuai waktu dan tempo yang telah di

tentukan oleh pihak Gojek

2) Bebas Bunga, Paylater Gojek tidak memberikan bunga untuk pinjaman

Paylater, cukup membayar harga sesuai dengan harga aplikasi awal

3) Gratis biaya langganan bulan pertama, untuk konsumen yang akan

menikmati fitur paylater Gojek akan diberikan gratis biaya langganan

bulan pertama

3. Cara menggunakan Paylater Gojek

Paylater Gojek tidak dapat digunakan jika konsumen belum mengajukan dan

mengaktifkan Fitur Paylater Gojek, adapaun langkah atau cara agar

konsumen dapat mengakses Paylater Gojek yaitu dengan mengajukan

permohonan terlebih dahulu dengan cara:51

1) Masuk kedalam Aplikasi Gopay, pilih Paylater

2) Aktifkan Paylater

3) Isi identitas, masukan syarat-syarat seperti upload Foto, upload KTP,

persetujuan perjanjian

50
https://www.gojek.com/blog/gojek/paylater/ diakses 01 September 2020 Pukul 011:30
WIB
51
https://www.gojek.com/blog/gojek/ketentuan-menggunakan-GOJEK-PayLater/ diakses
01 September 2020 Pukul 012:00 WIB
43
4) Tunggu sampai Paylater disetujui

Konsumen dapat menggunakan Paylater Gojek setelah mengaktifkan dan

disetujui, barulah konsumen dapat menikmati beberapa fiture layanan di aplikasi

gojek caranya yaitu:

1) Pilih layanan yang di inginkan contoh: membeli makanan, minuman,

gosend, Gojek.

2) Pilih metode pembayaran, klik Paylater

3) Pilih pesan

Konsumen yang menggunakan Paylater Gojek, maka di akhir bulan akan

dikenakan tagihan pembayaran, adapun cara untuk membayar yaitu dengan saldo

Gopay, artinya konsumen harus mengisi terlebih dahulu saldo Go Pay nya, jika

konsumen telat membayar, maka Gojek akan memberitahukan telat pembayaran

dan denda Rp. 200.000 Perharinya, cara membayar Paylater di aplikasi Gojek

yaitu:52

1) Pilih aplikasi Gopay

2) Pilih Paylater

3) Cek tagihan Paylater, pilih bayar

52
https://www.gojek.com/blog/gojek/paylater/ diakses 01 September 2020 Pukul
011:45WIB
44
C. TINJAUAN UMUM FINANCIAL TEKHNOLOGY

1. Pengertian Fintech

Fintech merupakan singkatan dari Financial Technology, jika

diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti teknologi finansial.

Pasal 1 angka 1 Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 tentang

Penyelenggaraan Teknologi Finansial, tekhnologi finansial diartikan

sebagai penggunaan tekhnologi dalam sistem keuangan yang

menghasilkan produk, layanan, tekhnologi, dan/atau model bisnis baru

serta dapat berdampak pada stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan,

dan/atau efisiensi, kelancaran, keamanan, dan keandalan sistem

pembayaran.53

Fintech merupakan implementasi dan pemanfaatan teknologi untuk

peningkatan layanan jasa perbankan dan keuangan yang umumnya

dilakukan oleh perusahaan rintisan (startup) yang memanfaatkan

teknologi software, internet, dan komunikasi. Bentuk dasar Fintech antara

lain Pembayaran (digital wallets, Peer to Peer, payments), Investasi

(equity crowdfunding, Peer to Peer Lending), Pembiayaan (crowdfunding,

micro-loans, credit facilities), Asuransi (risk management), Lintasproses

(big data analysis, predicitive modeling), Infrastruktur (security).54

53
Nuzul Rahmayani, Tinjauan Hukum Perlindungan Konsumen Terkait Pengawasan
Perusahaan Berbasis Financial Technology di Indonesia, Pagaruyuang Law Journal,
Edisi No. 1
54
Nofie Iman, Loc.Cit.
45
Konsep Fintech mengadaptasi perkembangan teknologi yang

dipadukan dengan bidang finansial pada lembaga perbankan, sehingga

diharapkan dapat memfasilitasi proses transaksi keuangan yang lebih

praktis, aman dan modern, meliputi layanan keuangan berbasis digital

yang saat ini telah berkembang di Indonesia.

Fintech juga memiliki peran penting dalam mengubah perilaku

konsumen serta ekspetasi konsumen diantaranya yaitu dapat mengakses

data dan informasi kapan saja dan dimana saja, serta menyamaratakan

bisnis besar dan kecil sehingga cenderung untuk memiliki ekspektasi

tinggi meski terhedap bisnis kecil yang baru dibangun.55

Fintech muncul disebabkan masyarakat tidak dapat dilayani oleh

industri keuangan tradisional dimana perbankan terikat aturan yang ketat

dan keterbatasan industri perbankan dalam melayani masyarakat di daerah

tertentu. Masyarakat mencari alternatif pendanaan selain jasa industri

keuangan tradisional. Masyarakat memerlukan alternatif pembiayaan yang

40 lebih demokratis dan transparan dimana Biaya layanan keuangan yang

efisien dan menjangkau masyarakat luas.56

Perkembangan Fintech saat ini telah menghasilkan industri sendiri

yang sebagian produknya bahkan beririsan langsung dengan komoditas

berbagai lembaga keuangan konvensional yang selama ini telah dikenal

55
Muzdalifa, et. al., Peran Fintech Dalam Meningkatkan Keuangan Inklusif Pada UMKM
di Indonesia (Pendekatan Keuangan Syarian), Jurnal Masharif al Syariah:Jurnal
Ekonomi dan Perbankan Syariah, No. 1 Vol. 3, Surabaya, 2018.
56
Sianturi Tygor Franky D, Financial Technologi: issue Strategi , Implikasi, Kebijakan
Serta Tinjauan Hukum dan Regulasi ICT, 2018, Hlm 2
46
oleh masyarakat. Selain itu, produk Fintech juga ada yang sifatnya

menggandeng produk dari lembaga keuangan konvensional, seperti

perusahaan perbankan, investasi, dan perasuransian. Fintech telah menjadi

sebuah fenomena yang mempengaruhi sistem hukum dunia, karena fintech

bersandar pada internet of things yang mampu beroperasi melintasi batas

yurisdiksi yang ada.57

2. Jenis-jenis Fintech

Seiring dengan berkembangnya teknologi, jenis-jenis Fintechpun

semakin beragam, diantaranya:58

a. Managemen asset Kesibukan operasional perusahaan, seperti penggajian,

pengelolaan karyawan, sistem pembiayaan, dan lain - lain. Sekarang

banyak startup yang melihat hal itu sebagai peluang untuk membuka

bidang usaha. Jojonomic misalnya, salah satu jenis startupyang bergerak

dibidang manajemen aset. Perusahaan ini menyediakan platform

Expense Management System untuk membantu berjalannya sebuah

usaha lebih praktis dan efisien. Dengan adanya start up seperti Jojonomic

ini, masyarakat Indonesia dapat lebih paperless,karena semua rekapan

pergantian biaya yang semula dilakukan manual, cukup dilakukan

melalui aplikasi untuk persetujuan pergantian biaya tersebut

57
Nuzul Rahmayani, Tinjauan Hukum Perlindungan Konsumen Terkait Perusahaan
Berbasis Financial Technology di Indonesia, Pagaruyuang Law Jurnal Vol 2 No 1,
2018, Hlm 25
58
Alfica Reszita S, Perlindungan Hukum Bagi Pemberi Pinajaman dalam
Pemyelenggaraan Financial Tecnolgi berbasis P2P, https://dspace.uii.ac.id, akses 11
September 2020
47
b. Crowd funding adalah startup yang menyediakan platform penggalangan

dana untuk disalurkan kembali kepada orang- orang yang membutuhkan.

Seperti korban bencana alam, korban perang, mendanai pembuatan

karya, dan sebagainya. Penggalangan dana tersebut dilakukan secara

online Salah satu contoh startup crowd funding terbesar adalah

Kitabisa.com. Startup ini diciptakan sebagai wadah agar dapat membantu

sesama dengan cara yang lebih mudah, aman, dan efisien.

c. E-Money atau uang elektronik, sebagaimana namanya, adalah uang yang

dikemas ke dalam dunia digital, sehingga dapat dikatakan dompet

elektronik. Uang ini umumnya dapat digunakan untuk berbelanja,

membayar tagihan, dan lain-lain melalui sebuah aplikasi. Salah satu

dompet elektronik itu adalah Doku. Doku merupakan sebuah aplikasi

yang dapat dengan mudah diunggah di smartphone

d. Insurance Jenis startup yang bergerak di bidang insuranceini cukup

menarik. Karena biasanya asuransi yang selama ini merupakan asuransi

konvensional, di mana dengan mensisihkan sejumlah uang perbulan

sebagai iuran wajib untuk mendapatkan manfaat dari asuransi tersebut di

masa depan. Jenis asuransi startup tidak semua berjalan demikian, ada

pula startup asuransi yang menyediakan layanan kepada penggunanya

berupa informasi rumah sakit terdekat, dokter terpercaya, referensi

rumah sakit, dan sebagainya.

e. Payment Gateway Bertumbuhnya perusahaan e-commerce memicu pula

semakin banyak didirikannya startup yang menjadi jembatan

48
penghubung antara e-commerce dengan pelanggan, terutama dalam hal

sistem pembayaran. Layanan yang disediakan startup untuk e- commerce

ini disebut dengan layanan payment gateway Payment gateway

memungkinkan masyarakat memilih beragam metode pembayaran

berbasis digital (digital payment gateway) yang dikelola oleh sejumlah

startup Dengan demikian akan meningkatkan volume penjualan e-

commerce Payment gateway satu di antaranya adalah iPaymu.

f. Remittence adalah jenis startup yang khusus menyediakan layanan

pengiriman uang antar negara, banyak didirikannya startup remittance ini

dalam rangka membantu masyarakat yang tidak memiliki akun atau

akses perbankan. Adanya startup jenis ini sangat membantu para TKI

atau siapa saja yang mungkin salah satu anggota keluarganya berada di

luar negeri, karena proses pengiriman yang mudah dan biaya lebih

murah.

g. Securitas Saham, forex, reksadana, dan lain sebagainya merupakan

investasi yang sudah tidak asing lagi didengar. Securities dapat dikatakan

sebagai jenis startup yang menyediakan platform untuk berinvestasi

saham secara online, contoh startup nya adalah Bareksa.com

h. Peer to Peer Landing (P2P) adalah startup yang menyediakan platform

pinjaman secara online. Urusan permodalan yang sering dianggap bagian

paling vital untuk membuka usaha, melahirkan ide banyak pihak untuk

mendirikan startup jenis ini. Dengan demikian, bagi orang-orang yang

membutuhkan dana untuk membuka atau mengembangkan usahanya.

49
Uangteman.com salah satu contoh startupyang bergerak di bidang ini.

Startup ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan finansial masyarakat

dengan cara cukup mengisi formulir di website uangteman.com dalam

waktu sekitar 5 menit dan memenuhi persyaratannya.

P2P Lending hadirnya menjanjikan solusi bagi orang yang memerlukan

pinjaman dan orang yang mencari alternatif investasi.Peminjam mendapatkan

pinjaman terjangkau dengan proses mudah dan cepat, sedangkan pemberi pinjaman

mendapatkan pengembalian berbasis bunga karena telah mendanai pinjaman.

Secara teoritis, Peer-to-peer lending atau P2P Lending adalah kegiatan pinjam

meminjam antar perseorangan yang dilakukan secara online melalui platform

website dari berbagai perusahaan peer lending P2P Lending merupakan salah satu

kegiatan atau sistem pada perusahaan Fintech yang mempertemukan secara

langsung pemilik dana (investor/lender) dengan peminjam dana (borrower).

Caranya ialah dengan membuat platform online yang menyediakan fasilitas bagi

pemilik dana, untuk memberikan pinjaman secara langsung kepada kreditur dengan

return (pengembalian) yang lebih tinggi. Akan tetapi peminjam dana juga akan

diuntungkan, karena dapat mengajukan kredit dengan syarat dan proses yang lebih

mudah cepat, serta tanpa agunan, bila dibandingkan dengan lembaga keuangan

konvensional lain, seperti bank.59

Fintech berdasarkan POJK No.77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam

Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (LPMUBT) timbul karena

59
Merine Gararita SitompulUrgensi Lgalitas Financial Technologi (FINTECH): Peer to
Peer (P2P) Lending Di Indonesia, JURNAL YURIDIS UNAJA VIL 1 NO 2,2018,Hlm
70.
50
perjanjian pinjam meminjam uang. Pinjam meminjam menurut Pasal 1754 KUH

Perdata adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada

pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian,

dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang

samadari jenis dan mutu yang sama pula.

Subjek dalam perjanjian pinjam meminjam uang adalah pemberi pinjaman

(kreditur) dan penerima pinjaman (debitur). Sementara objek dalam perjanjian

pinjam meminjam uang adalah semua barang-barang yang habis dipakai dengan

syarat barang tersebut harus tidak bertentangan dengan undang-undang,kesusilaan

dan ketertiban umum sedangkan dalam Perjanjian pinjam meminjam uang online

atau dikenal juga dengannama Peer to Peer Lending (P2PLending) pada dasarnya

sama seperti perjanjian pinjam meminjam uang konvensional, hanya saja yang

membedakan adalah para pihak tidak bertemu langsung, para pihak tidak perlu

saling mengenal karena terdapat penyelenggara yang akan mempertemukan para

pihak dan pelaksanan perjanjian dilakukan secara online.60

Lahirnya perjanjian pinjam-meminjam uang online diawali dengan adanya

penawaran yang dilakukan oleh penyelenggara layanan pinjam meminjam uang

berbasis Teknologi Informasi dandilanjutkan dengan penerimaan yang dilakukan

oleh nasabah. Penawaran dan penerimaan dalam perjanjian ini tentu saja memiliki

mekanisme yang berbeda dari perjanjian pinjam meminjam konvensional, hal ini

60
Ernama, Budiharto, Hendro, “Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Financial
Technology (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016)”,
Diponegoro 2017 Law Journal, Vol. 6, No. 3, hlm.5

51
dilihat dari cara perjanjian online itu lahir, adapun para pihak dalam Peer to Peer

Landing

a) Penyelenggara Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis

Teknologi Informasi yang selanjutnya disebut Penyelenggara menurut Pasal

1 angka 6 POJK Nomor 77/POJK.01/2016 adalah badan hukum Indonesia

yang menyediakan, mengelola, dan mengoperasikan Layanan pinjam

meminjam uang berbasis teknologi. Penyelenggara dalam pelaksanaan

perjanjian pinjam meminjam uang online ini sebagai lembaga jasa keuangan

lainnya yang berbentuk badan hukum berupa perseroan terbatas atau

koperasi. Badan hukum yang menjadi penyelenggara layanan pinjam

meminjam uang berbasis Teknologi Informasi tersebut wajib mengajukan

pendaftaran dan perizinan kepada OJK

b) Penerima Pinjaman Penerima pinjaman menurut Pasal 1 Angka 7 POJK

Nomor 77/POJK.01/2016 adalah orang dan/atau badan hukum yang

mempunyai utang karena perjanjian layanan pinjam meminjam uang

berbasis Teknologi Informasi. Penerima pinjaman dana yang kemudian

dipertemukan oleh penyelenggara dengan pemberi pinjaman. Ketentuan

penerima pinjaman menurut POJK Nomor 77/POJK.01/2016 adalah orang

perseorangan Warga Negara Indonesia atau badan hukum Indonesia.

Ketentuan mengenai syarat-syarat penerima pinjaman merupakan kebijakan

masing-masing penyelenggara.

c) Pemberi pinjaman Pemberi pinjaman menurut Pasal 1 angka 8 POJK Nomor

77/POJK.01/2016 adalah orang, badan hukum dan/atau badan usaha yang

52
mempunyai piutang karena perjanjian layanan pinjam meminjma berbasis

Teknologi Informasi. Penerima pinjaman merupakan pihak yang

memberikan pinjaman atau pendanaan kepada penerima pinjaman yang

membutuhkan dana yang kemudian dipertemukan oleh penyelenggara.

Ketentuan pemberi pinjaman menurut POJK Nomor 77/POJK.01/2016

adalah orang perseorangan warga negara Indonesia, orang perseorangan

warga negara asing, badan hukum Indonesia atau asing, badan usaha

Indonesia atau asing dan/atau lembaga Internasional. Ketentuan mengenai

syarat-syarat pemberi pinjaman merupakan kebijakan masing-masing

penyelenggara.

3. Dasar Hukum Fintech

Otoritas Jasa Keuangan telah mengeluarkan POJK No. 77/

POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi

Informasi (POJK P2P Lending) ini mengatur mengenai salah satu jenis Fintech

yang berkembang di Indonesia saat ini yaitu Peer-to-Peer Lending (P2P

Lending) Hal tersebut dikarenakan OJK melihat urgensi hadirnya ketentuan

yang mengatur Fintech pinjam-meminjam, memperhatikan masih kuatnya

budaya pinjam meminjam (utang) di masyarakat Indonesia, selain itu,

perusahaan Fintech dengan skema Peer-to-Peer Lending merupakan lingkup

kewenangan OJK dikarenakan perusahaan tersebut memberikan pelayanan jasa

keuangan. Namun perusahaan tersebut belum memiliki landasan hukum

kelembagaan dalam menjalankan kegiatan usahanya Peraturan perundang-

undangan tersebut poin-poin perlindungan didalamnya meliputi mitigasi risiko,

53
tata kelola sistem teknologi informasi penyelenggaran layanan pinjam

meminjam uang berbasis teknologi informasi, edukasi dan perlindungan

pengguna layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi,

prinsip dan teknis pengenalan nasabah, larangan dalam penyelenggaran

layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi dan laporan

berkala kepada otoritas jasa keuangan. Dalam POJK ini mengatur juga terkait

kerahasiaan data yaitu Pasal 26 huruf a bahwa penyelenggara wajib “menjaga

kerahasiaan keuutuhan dan data keuangan yang dikelolahnya sejak data itu di

peroleh hingga data tersebut di musnahkan”kemudian dalam Pasal 26 huruf c

mengatakan bahwa penyelenggara wajib ”menjamin perolehan, penggunaan,

pemanfaatan, dan pengungkapan data pribadi, data transaksi, dan data

keuanganyang diperoleh oleh penyelenggara berdasarkan persetujuan pemilik

data pribadi, data transaksi, dan data keuangan, kecuali ditentukan lain oleh

ketentuan peraturan perundang-undangan”; Kemudian terkait perlindungan

penggunaan layanan pinjam meminjam uang berbasis Teknologi Informasi

Pasal 29 menyatakan bahwa Penyelenggara wajib menerapkan prinsipdasar

dari perlindungan Pengguna yaitu tranparasi, perlakuan yang

adil,keandalan,kerahasiaan dan keamanan data dan penyelesaian sengketa

pengguna secara sederhana cepat, dan biaya terjangkau. Pasal 30 ayat (1)

Penyelenggara wajib menyediakan dan/atau menyampaikan informasi terkini

mengenai Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi

yang akurat, jujur, jelas, dan tidak menyesatkan. Ayat (2) Informasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam dokumen atau sarana

54
lain yang dapat digunakan sebagai alat bukti Pasal 39 ayat 1 mengatakann

bahwa Penyelenggara dilarang dengan cara apapun, memberikan data dan/atau

informasi mengenai Pengguna kepada pihak ketiga. Kemudian atas

pelanggaran terhadap larangan dalam POJK ini pasal 47 Ayat 1 diatur

mengenai sanksi administratif terhadap penyelenggara berupa :

a. Peringatan tertulis

b. Denda, yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang

tertentu

c. Pembatasan kegiatan usaha

d. pencabutan izin.

e. Surat Edaran Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Setelah

berlakunya POJK nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan

Pinjam meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, OJK

telah mengeluarkan ketentuan tentang pelaksanaan tata kelola

dan manajemen risiko Teknologi Informasi pada layanan

pinjam meminjam uang berbasis teknologi dalam SEOJK

Nomor : 18/ SEOJK.02/2017 yang mulai berlaku pada tanggal

ditetapkan yaitu 18 April 2017

f. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.014/SEOJK.07/2014

tentang Kerahasiaan dan Keamanan Data dan/atau Informasi

Pribadi Konsumen Dalam hal perlindungan data dan/atau

informasi pribadi konsumen Pelaku Usaha Jasa Keuangan (

PUJK) menurut SEOJK No.014/SEOJK.07/2014 Dilarang

55
dengan cara apapun, memberikan data dan/atau informasi

pribadi mengenai Konsumennya kepada pihak ketiga.Larangan

sebagaimana dimaksud dikecualikan dalam hal Konsumen

memberikan persetujuan tertulis; dan/atau diwajibkan oleh

peraturan perundang-undangan.

g. Undang-undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen Dalam hal ini yang dimaksud dengan konsumen

yaitu pasien. Mengenai hak-hak konsumen diatur dalam

Undang-undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, Pasal 4 menyebutkan diantaranya;

1) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan

dalam mengkonsumsi barang dan/ atau jasa

2) Hak untuk memilih barang dan/ atau jasa serta

mendapatkan barang dan/ atau jasa tersebut sesuai

dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

dijanjikan

3) Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai

kondisi dan jaminan barang dan/ atau jasa

4) Hak untuk di dengar pendapat dan keluhannya atas

barang dan/atau jasa yang digunakan

5) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan

upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen

secara patut

56
6) Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan

konsumen

7) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, dan /

atau penggantian, apabila barang dan/ atau jasa yang

diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak

sebagaimana mestinya

8) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan

perundang-undangan yang lainnya

h. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas

UndangUndang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik pasal 27 ayat 3 UU ITE menyebut

melarang setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak

mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/ atau membuat

dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau

pencemaran nama baik.

Pasal 45 UU Nomor 19 Tahun 2016 perubahan atas UndangUndang No 11

Tahun 2011 Tentang Informasi dan Teknologi Elektronik menyaatakan bahwa

“Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau

mentransmisikandan/ atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik

dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar

kesusilaansebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat 1 (dipidana dengan pidana

penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp

57
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)” Kemudian didalam Pasal 45 ayat 4

menyatakan bahwa Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak

mendistribusikan dan/atau mentransmisikandan/ atau membuat dapat diaksesnya

Informasi Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik yangmemiliki muatan

pemerasan dan/ataupengancaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (4)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling

banyakRp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

58
BAB III

PEMBAHASAN

1. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Pengguna Jasa Layanan

Pinjaman Online Paylater Di Padang (Study Pada Perusahaan Gojek Dan

Findaya)

Perlindungan hukum merupakan hak setiap warganegara Indonesia yang

harus diberikan oleh Negara dan dijamin oleh Undang-undang, Konsumen

merupakan setiap orang yang menikmati atau menggunakan produk baik jasa

atau benda yang terselenggara di masyarakat baik pemakaian untuk diri sendiri,

orang lain namun untuk tidak di perdagangkan, sehingga dalam pemakaian

produk tersebut harus adanya diberikan perlindungan hukum agar terjamin dari

resiko-resiko yang merugikan.

Perlindungan hukum konsumen, dinegara Indonesia terdapat di Undang-

undang Perlindungan konsumen Nomor Undang-undang No. 8 Tahun 1999,

Undang-undang Perlindungan Konsumen mengatakan bahwa perlindungan

konsumen merupakan segala upaya untuk terwujudnya suatu kepastian hukum

dalam memberikan perlindungan terhadap konsumen atas dua aspek yang

merugikan yaitu aspek kemungkinan barang yang dibeli tidak sesuai dengan

perjanjian dan aspek adanya persyaratan yang merugikan konsumen dalam

membeli barang tersebut.61

61
Erman Rajagukguk, Pentingnya Hukum Perlindungan Konsumen dalam
Era Perdagangan Bebas, Mandar Maju, Bandung 2000, Hlm 2
59
Hubungan bisnis antara konsumen dan produsen rentan terhadap

permasalahan-permasalahan yang terjadi, apalagi biasanya posisi konsumen

adalah posisi yang sangat dirugikan, meskipun sebenarnya hubungan antara

produsen dan konsumen saling membutuhkan, produsen membutuhkan

laba/profit dari hasil penjualan nya, sedangkan konsumen membutuhkan

manfaat prodak tersebut untuk menunjang dalam kehidupan sehari-hari, untuk

itu terkadang adanya ketimpangan dan munculah permasalahan hukum, maka

dari itu untuk melindungi Konsumen maka Undang-undang perlindungan

Konsumen No 8 Tahun 1999 didalam Pasal 3 menyebutkan adanya tujuan

perlindungan konsumen yaitu:

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen

untuk melindungi diri.

2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan

dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk

mendapatkan informasi.

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

bertanggung jawab dalam berusaha.

60
6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin

kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.62

Tujuan dibuatnya Undang-undang perlindungan Konsumen untuk

mengakomodir kebutuhan konsumen, terlebih lagi pada zaman sekarang ini,

konsumen yang rentan dirugikan adalah konsumen penikmat layanan online

membeli barang/menggunakan jasa melalui jaringan internet pada aplikasi atau

fiture-fiture seperti halnya konsumen pengguna jasa layanan pinjaman online

paylater. Konsumen pengguna jasa layanan pinjaman online Paylater merupakan

konsumen yang menggunakan jasa pinjaman melalui aplikasi yang menyediakan

fiture Paylater.

Perlindungan dan jaminan konsumen dalam menggunakan Paylater,

tertuang didalam Peraturan OJK Nomor 77 /Pojk.01/2016, yang mengatur

perlindungan hukum didalam BAB VII E dukasi dan Perlindungan Pengguna

Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, didalam hal ini

peneliti akan mengkaitkan perlindungan hukum konsumen Paylater dengan teori

perlindungan hukum dari Philipus M. Hadjon, yang mengatakan bahwa

perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta

pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum

berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan yang memuat dua hal, yaitu

62
Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus,
Kencana, Jakarta 2015 Hlm 190
61
perlindungan hukum Tindakan represif dan perlindungan hukum Tindakan

preventif.63

1. Perlindungan Hukum Konsumen Paylater Secara Preventif

Perlindungan hukum secara preventif yaitu, subyek hukum

diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya

sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitive,

Tujuannya adalah mencegah terjadinya sengketa, Adapun perlindungan

hukum konsumen Paylater secara Preventif ini antara lain yaitu:

a) Penyelenggara Aplikasi/Perusahaan Penyedia dana harus

memiliki Izin dari OJK.

Penyelenggara adalah Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam

Uang Berbasis Teknologi Informasi yang selanjutnya disebut

Penyelenggara adalah badan hukum Indonesia yang

menyediakan, mengelola, dan mengoperasikan Layanan Pinjam

Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.64

Penyelenggara layanan pinjam meminjam berbasis tekhnologi ini

merupakan perusahaan Fintech atau yang dikenal dengan Peer to

peer landing, perusahaan Fintech ini sebagai sarana bertemunya

antara pemberi dana dengan penerima dana pinjaman atau

konsumen, kehadiran Fintech sebagai penyelenggara penyedia

63
Satjipto Rahardjo, Op.Cit Hlm 4
64
Pasal 1 ayat 6 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77 /Pojk.01/2016
Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi
62
dana juga dipertegas oleh peraturan POJK No 77 Tahun 2016 Pasal

1 angka 5, penyelenggara Penyelenggara layanan dalam layanan

pinjaman P2P menjadi fasilitator untuk mempertemukan penerima

pinjaman dengan pemberi pinjaman dan mewakili tindakan

pemberi pinjaman berdasarkan pemberian kuasa seperti yang diatur

dalam Pasal 1792-1819 BW untuk melakukan tindakan-tindakan

yang diperlukan dalam kegiatan pinjam meminjam seperti

pencairan dana dan penagihan utang.

Pihak-pihak yang ada didalam layanan pinjam meminjam

terdiri dari penyelenggaara layanan pinjam meminjam berbasis

tekhnologi Informasi atau perusahaan Fintech dan penyedia dana,

dimana kedua pihak ini harus berbentuk badan hukum dan terdaftar

di OJK, Perusahaan Penyelenggara atau Fintech harus melakukan

permohonan pendaftaran kepada OJK sesuai dengan Pasal 7 POJK,

tujuan dari pendaftaran ini agar bisnis dalam bidang Fintech baik

sisi pengguna atau konsumen dapat di berikan perlindungan

hukum, OJK juga dapat mengawasi, kegiatan perusahaan Fintech

tersebut. Sepertihalnya Paylater Gojek, PayLater merupakan

produk hasil kerjasama antara Gojek dengan Findaya sebagai

perusahaan penyelenggara pinjaman P2P yang telah terdaftar di

Otoritas Jasa Keuangan dengan surat tanda bukti terdaftar nomor

S-7/ NB.11/2018 tanggal 8 Januari 2018 dibawah naungan PT

Mapan Global Reksa.

63
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dito Satrio

Wicaksono Staf Subbagian Edukasi dan Perlindungan Konsumen

Otoritas Jasa Keuangan Padang dalam menggunakan Paylater atau

pinjaman online masyarakat diharapkan agar mampu memilih dan

menggali informasi perusahaan fintech yang menyediakan fiture

Paylater, apakah perusahaan tersebut sudah memiliki izin dan

terdaftar di OJK, masyarakat harus jeli dan berhati-hati karena

banyak nya perusahaan fintech yang belum terdaftar di OJK, tetapi

banyak menawarkan jasa pinjaman online, untuk itu OJK

memberikan informasi secara rutin daftar nama-nama perusahaan

Fintech penyedia fiture Paylater melalui web www.ojk.go.id

sampai sekarang jumlah fintech legal yang terdaftar di OJK

berjumlah 158 Perusahaan, dan perusahaan tersebut selama izin

nya masih berlangsung akan tetap di awasi oleh OJK, dengan

konsumen menerapkan prinsip ke hati-hatian dalam memilih

perusahaan Fintech yang memiliki izin OJK maka ini adalah

Langkah awal agar konsumen mendapat perlindungan.65

65
Wawancara dengan Bapak Dito Satrio Wicaksono Staf Subbagian Edukasi dan
Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan Padang Tanggal 09
September 2020
64
b) Perjanjian antara konsumen dengan penyedia dana

Perjanjian antara konsumen dengan penyedia dana didalam

Peraturan OJK diatur di Pasal 18, Perjanjian menurut KUHPerdata

Pasal 1313, merupakan suatu persetujuan yang dibuat oleh dua

orang atau lebih dengan cara mengikatkan diri dan mengandung

hak dan kewajiban didalam perjanjian tersebut. Didalam

perjanjian Paylater terdapat dua perjanjian yaitu:

1. Perjanjian antara penyelenggara layanan pinjam

meminjam berbasis tekhnologi informasi dengan

perusahaan pemberi pinjaman, contoh didalam aplikasi

Gojek fiture Paylater yaitu PT. Mapan Global Reksa

(Findaya) dengan para perusahaan yang terdaftar sebagai

pemberi pinjaman pada PT. Mapan Global Reksa

(Findaya)

2. Perjanjian antara Pemberi pinjaman dengan konsumen

Paylater, contoh perjanjian para perusahaan yang

terdaftar sebagai pemberi pinjaman melalui PT. Mapan

Global Reksa (Findaya) dengan konsumen Paylater

Gojek

Perjanjian Paylater pada umumnya yang digunakan dan

di tampilkan perjanjian selalu dalam bentuk perjanjian baku,

menurut Abdul Kadir Muhammad, perjanjian baku merupakan

65
standar kontrak yang isinya sudah di tentukan terlebih dahulu

oleh salah satu pihak, biasanya dalam bentuk formulir sehingga

pihak lainnya harus mengikuti perjanjian tersebut tanpa bisa

mengajukan keberatan dan syarat-syarat tertentu.66

Perjanjian antara penyelenggara perusahaan Fintech

dengan pemberi pinjaman atau penyedia dana merupakan

perjanjian antara perusahaan dengan perusahaan, mengenai dana

yang akan disalurkan kepada konsumen melalui perusahaan

Fintech, seperti pada Findaya dari Paylater Gojek, jadi Findaya

merupakan perusahaan penyelenggara penyalur dana, dana

tersebut bukan dari perusahaan Findaya melainkan dari

perusahaan lain/perusahaan pemberi dana sehingga antara

Findaya dan perusahaan pemberi dana dilakukan perjanjian,

perjanjian tersebut memuat nomor perjanjian, tanggal perjanjian,

identitas para pihak, ketentuan mengenai hak dan kewajiban para

pihak, jumlah pinjaman, suku bunga pinjaman, besarnya komisi,

jangka waktu, rincian biaya terkait, ketentuan mengenai denda

(jika ada), mekanisme penyelesaian sengketa, mekanisme

penyelesaian dalam hal penyelenggara, tidak dapat melanjutkan

kegiatan operasionalnya, penyelenggara wajib menyediakan

akses informasi kepada Pemberi Pinjaman atas penggunaan

66
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 2006, Hlm 10

66
dananya tetapi tidak termasuk informasi terkait identitas

penerima pinjaman, Informasi tersebut paling sedikit memuat

jumlah dana yang dipinjamkan kepada penerima pinjaman,

tujuan pemanfaatan dana oleh penerima pinjaman, besaran bunga

pinjaman dan jangka waktu pinjaman sesuai ketentuan Pasal 19

POJK.67

Perjanjian antara konsumen Paylater dengan Pemberi

dana berbeda lagi, konsumen Paylater harus membuat

perjanjian dibuat terlebih dahulu sebelum terjadinya pemberian

pinjaman dana Paylater, Perjanjian antara pemberi dana dan

konsumen Paylater ini memuat hak dan kewajiban, dan harus

dituangkan dalam bentuk tertulis dengan ketentuan memuat

Nomor, tanggal, identitas, mengenai hak dan kewajiban, jumlah

pinjaman, suku bunga, nilai angsuran jangka waktu, objek

jaminan, dan rincian biaya, ketentuan mengenai denda dan

penyelesaian sengketa, hal ini sesuai dengan Pasal 29 POJK.

Perjanjian antara konsumen Paylater dengan Pemberi dana

sebenernya juga merupakan perjanjian antara konsumen

dengan penyelenggara karena meskipun dana tersebut berasal

dari perusahaan pemberi dana bukan perusahaan Fintech, tetapi

pada kenyataannya perjanjian tersebut di wakilkan oleh

67
Pasal 19 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77 /Pojk.01/2016 Tentang
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi
67
perusahaan Fintech seperti perjanjian Paylater Gojek, pemberi

dana tetap diwakilkan oleh perusahaan Findaya dalam

melalukan perjanjian baku dengan konsumen, selama ini

perjanjian baku yang sering ditampilkan kepada konsumen

hanyalah perjanjian antara pemberi dana dan konsumen saja.

Aplikasi gojek pada Fiture Paylater Ketika konsumen

melakukan permohonan Paylater maka pihak Gojek akan

menampilkan tentang “Syarat dan ketentuan Paylater” yang

memuat tentang Ketentuan Umum.

Ketentuan perjanjian Pinjaman, Hak dan kewajiban para pihak

dalam perjanjian pemberi pinjaman, antara konsumen Paylater

dengan Pemberi dana, dan ketentuan lain.68 Konsumen Paylater

harus terlebih dahulu membaca dan memahami isi perjanjian

tersebut karena pada saat konsumen mengklik atau

menyetujuinya konsumen akan menerima segala resiko yang

terjadi apakah itu menguntungkan atau merugikan.

Perjanjian baku yang dibuat antara konsumen dengan

penyedia dana ini termasuk Langkah perlindungan konsumen,

dari perjanjian tersebut masing-masing pihak akan mengetahui

kewajiban dan hak nya sehingga tidak dilanggar, perjanjian ini

berkekuatan hukum dan saling mengikat kedua belah pihak jika

68
https://www.gojek.com/help/paylater/syarat-dan-ketentuan-paylater/ diakses tanggal 12
September 2020 Pukul 011:00 WIB
68
nantinya perjanjian ini dilanggar maka salah satu pihak bisa

terkena wanprestasi.

Berdasarkan hasil wawancara bersama Bapak Septian

Dwijayanto Manager Karyawan Front Office & Pemasaran

Gojek Padang bahwa perlindungan konsumen Paylater Gojek di

Kota Padang, yang diberikan yaitu melalui perjanjian baku yang

di sebut Trims and condition, dimana perjanjian tersebut dibuat

oleh konsumen dengan pihak Paylater ataupun Findaya, dari

perjanjian baku tersebut memuat hak dan kewajiban masing-

masing pihak, inilah dasar dari bentuk perlindungan hukum yang

diberikan kepada konsumen.69

c) Prinsip Dasar Perlindungan Pengguna

Penyelenggara wajib menerapkan prinsip dasar dari perlindungan Pengguna

sesuai dengan Pasal 29 POJK No 77 Tahun 2016 yaitu:

1) Transparansi, mengenai hak dan kewajiban, biaya, bunga dan

denda pengguna Paylater.

Transparansi memiliki makna transparan tidak ada yang di tutup

tutupi dan terbuka, transparansi disini merujuk pada hak dan

kewajiban yang di tuangkan didalam perjanjian, seperti halnya

69
Wawancara Bersama Bapak Septian Dwijayanto Manager Karyawan Front Office &
Pemasaran Gojek tanggal 01 Januari 2021

69
pada perjanjian baku milik dari Paylater Gojek antara Findaya

dengan konsumen, didalam perjanjian tersebut disebutkan pihak-

pihak yang berkedudukan seperti pihak pemberi dana diwakili oleh

perusahaan penyelenggara yaitu Findaya, konsumen Paylater

Gojek diberikan pilihan dua metode pembayaran yaitu pembayaran

angsuran Paylater di akhir bulan, dan pembayaran cicilan,

pembayaran diakhir bulan pembayaran ini langsung dibayar tanpa

cicilan dengan bunga 0%, jika ada denda keterlambatan maka

dikenakan biaya 1%, sedangkan untuk pembayaran cicilan

Penggunaan Paylater bisa di cicil selama 2,3,6 dan 12 bulan, besar

nilai angsuran tergantung dari total nilai pinjaman dan priode

angsuran yang dipilih, besar nilai bunga juga tergantung pada

sistem aplikasi, sehingga tidak disebutkan didalam perjanjian baku

ini besar bunga cicilan seperti halnya pada pembayaran akhir bulan,

jatuh tempo pembayaran jika transaksi dilakukan tanggal 1-15

hari, maka tempo pembayaran dilakukan pada hari terakhir dibulan

kalender tersebut, jika transaksi dilakukan tanggal ke 16 maka jatuh

tempo di kalender terakhir di bulan berikutnya.70

2) Perlakuan yang adil, memberikan kesempatan kepada Konsumen dan

pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya

secara adil.

70
https://www.gojek.com/help/paylater/syarat-dan-ketentuan-paylater/ diakses tanggal 12
September 2020 Pukul 011:30 WIB
70
Perlakuan yang adil harus diberikan kepada kedua belah pihak,

terutama kepada konsumen, konsumen dalam menggunakan Paylater

terutama paylater Gojek dapat berbelanja di merchend Gopay, Ketika

memesan layanan Go food, Gojek, Gocar, Gosend, Gobluberd, Gotik,

Gotagihan sebagai hak pengguna Paylater, dan konsumen harus membayar

kewajiban tagihan paylater nya baik secara bulanan atau cicilan dengan

cara mengisi saldo Gopay Terlebih dahulu dan masuk ke fiture Paylater

kemudian lihat penagihan pembayaran dan pilih bayar, biasanya akan ada

muncul pemberitahuan di aplikasi paylater Gojek jam 23:59:59 WIB di

hari terakhir setiap bulannya pembayaran.71

Perlakuan yang adil ini dirasa belum diberlakukan oleh

penyelenggara dengan konsumen, Permasalahan yang sering terjadi pada

konsumen Paylater adalah Ketika dia sudah membayar tetapi tidak

terferifikasi oleh sisitem, namun saldo Gopay sudah terpotong, alhasil

konsumen mendapat denda ditambah biaya layanan dan diminta tetap

membayar, padahal itu merupakan kesalahan sistem dari aplikasi Fiture

Paylater.72

Perhitungan denda dari Paylater Gojek yaitu contoh total tagihan

Rp. 50.000, biaya langganan Rp. 12.500, hari keterlambatan 17 hari, denda

keterlambatan maksimal Rp 50.000-Rp.12.500 = Rp. 37.500 denda

71
https://www.gojek.com/help/paylater/cara-membayar-tagihan-paylater/ diakses
tanggal 12 September 2020 Pukul 15:01 WIB
72
https://id.quora.com/Pernahkah-kamu-memiliki-masalah-dalam-layanan-paylater-
di-aplikasi-GOJEK diakses tanggal 12 September 2020 Pukul 022:00 WIB
71
keterlambatan perhari Rp 37.500:17 hari= Rp. 2.205.73 jika dilihat denda

nya sangat besar sekali, apalagi ditambah adanya biaya langganan sebesar

Rp. 12.500 padahal didalam perjanjian baku tidak ada menyebutkan

adanya biaya layanan, dari kasus ini dapat dilihat bahwa prinsip adil tidak

dijalankan atau diterapkan oleh penyelenggara perusahaan Findaya Gojek.

3) Keandalan, atau sesuatu hal yang dapat diandalkan tentang fungsi dan

kejelasan prodak.

Prodak-prodak yang di tawarkan oleh Paylater harus jelas dan transparan

dari mulai fungsi prodak dan harga pembayaran, tidak boleh ada unsur tipu

didalam nya.

4) Kerahasiaan dan Keamanan data.

Kerahasiaan dan keamananan data sangatlah penting yang harus dijaga oleh

penyelenggara, meskipun didalam kontrak perjanjian baku terdapat klausula

bahwa data konsumen dapat diberikan kepada pihak ketiga, tetapi konsumen

harus mengetahui data tersebut digunakan untuk apa, banyak nya kasus-

kasus peretasan data terjadi pada pengguna konsumen Paylater seperti

berdasarkan hasil wawancara Bersama Bapak Dito Satrio Wicaksono Staf

Subbagian Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Kuangan

Padang, kerapkali mendapat pengaduan tentang data konsumen yang bocor,

cara menagih dengan melalui kontak nomor telfon yang tertera di hanphone

konsumen, yang paling sering kasus terjadi di hampir semua pengguna

73
https://www.gojek.com/help/paylater/saya-lupa-bayar-tagihan-paylater-tepat-
waktu/diakses tanggal 20 September 2020 Pukul 07:45 WIB
72
Paylater, baik Paylater Gojek, Traveloka, Ovo, kredivo, Shopee, Bukalapak,

Beli-beli, dll adalah pencurian data, seperti data paylater konsumen

digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab sedangkan konsumen

merasa tidak menggunakannya, akibatnya konsumen harus membayar

cicilan kepada pihak ketiga atau perusahaan Fintech, jika tidak maka denda

akan terus berjalan.74 Kasus yang sering terjadi juga konsumen tidak pernah

mengaktifkan Paylater namun tiba-tiba muncul tagihan paylater, dari kasus

dan pengaduaan konsumen tersebut dapat dikatakan bahwa kerahasiaan dan

keamanan data konsumen Paylater tidak terjaga.

5) Penyelesaian sengketa Pengguna secara sederhana, cepat, dan biaya

terjangkau. Penyelesaian permasalahan konsumen Paylater diharapkan

selesai secara cepat dan sederhana, didalam perjanjian terdapat klausula

jika terjadi permasalahan baik secara tekhnis ataupun sistem maka

konsumen dapat menggunakan layanan pengaduan kepada pihak fintech,

jika tidak maka dapat menempuh jalur hukum, pada perjanjian Gojek

Paaylater maka konsumen dapat mengadukan permasalahan kepada pihak

findaya dan jika ingin melanjutlkan kepersidangan maka wilayah hukum

nya adalah pengadilan negeri Jakarta Selatan.

Permasalahan-permasalahan diatas yang telah di jelaskan dapat disimpulkan

bahwa ternyata pelaku usaha baik dari penyelenggara ataupun penyedia dana

74
wawancara Bersama Bapak Dito Satrio Wicaksono Staf Subbagian Edukasi dan
Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan Padang tanggal 09 September 2020
73
Paylater belum menerapkan prinsip dasar perlindungan pengguna karena

masih ada hak-hak konsumen yang dilanggar.

Ganti rugi sebagaimana dimaksud, harus memenuhi persyaratan seperti

terdapat pengaduan yang mengandung tuntutan ganti rugi yang berkaitan dengan

aspek finansial, pengaduan Konsumen yang diajukan adalah benar, setelah PUJK

melakukan penelitian, adanya ketidaksesuaian antara perjanjian produk dan/atau

layanan dengan produk dan/atau layanan yang diterima, adanya kerugian material

dan Konsumen telah memenuhi kewajibannya, meskipun konsep pengaduan

konsumen melalui Nomor Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor

2/SEOJK.07/2014 tentang Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan Konsumen

Pada Pelaku Usaha Jasa Keuangan sudah ada, namun belum diterapkan

sepenuhnya oleh pelaku usaha sehingga banyak konsumen yang masih dirugikan.

Berdasarkan wawancara bersama Bapak Septian Dwijayanto Manager

Karyawan Front Office & Pemasaran Gojek Padang untuk pengaduan paylater

Gojek di Padang pihak nya memang tidak bisa berbuat banyak, dikarenakan

kewenangan untuk penyelesaian Paylater terdapat pada perusahaan Findaya,

bukan pada perusahaan Gojek, sehingga Gojek hanya bisa menampung pengaduan

yang nantinya akan di teruskan ke pihak Findaya.75

2. Perlindungan Hukum Konsumen Paylater secara Represif

Perlindungan hukum Konsumen yang represif bertujuan untuk

menyelesaikan sengketa, setelah perlindungan hukum preventif tidak bisa lagi

75
Berdasarkan wawancara bersama Bapak Septian Dwijayanto Manager Karyawan Front
Office & Pemasaran Gojek Padang tanggal 01 Januari 2021
74
memberikan perlindungan sebagaimana mestinya, ini merupakan perlindungan

hukum terakhir apabila konsumen dirugikan oleh pelaku usaha

Tugas dan pengawasan pinjaman Paylater atau Pinjaman Online fintech di

awasi oleh OJK maka, melalui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

77/Pojk.01/2016 Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi

Informasi dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/POJK.07/2020

tentang Penyelenggaraan Layanan Konsumen dan Masyarakat di Sektor Jasa

Keuangan oleh Otoritas Jasa Keuangan. adapun langkah-langkah yang dapat

diambil dalam perlindungan hukum konsumen Paylater secara represif yaitu:

1) Melakukan pelaporan/pengaduan kepada Pelaku usaha Jasa Keuangan

Konsumen pengguna Paylater yang mengalami kasus kerugian atas

penggunaan Paylater, maka konsumen dapat melakukan

pengaduan/keluhan kepada pelaku usaha tersebut dalam hal Paylater

adalah perusahaan Fintech, berdasarkan Surat Edaran Otoritas Jasa

keuangan Nomor Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor

2/SEOJK.07/2014 tentang Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan

Konsumen Pada Pelaku Usaha Jasa Keuangan, didalam surat edaran

tersebut kewajiban PUJK yaitu:

a) Wajib melayani dan menerima pengaduan konsumen

b) Pengaduan harus diselesaikan dalam waktu 20 hari, bisa di

perpanjang 20 hari lagi jika masalah nya cukup sulit

75
Sanksi penyelesaian permasalahan maka PUJK bisa dengan

memberikan permohonan maaf dan ganti kerugian, permohonan maaf di

buat secara tertulis dengan membubuhkan kalimat pernyataan maaf dan

disepakati oleh kedua belah pihak, sedangkan ganti rugi adalah kerugian

yang terjadi karena aspek finansial. Ganti rugi sebagaimana dimaksud,

harus memenuhi persyaratan seperti terdapat pengaduan yang

mengandung tuntutan ganti rugi yang berkaitan dengan aspek finansial,

pengaduan Konsumen yang diajukan adalah benar, setelah PUJK

melakukan penelitian, adanya ketidaksesuaian antara perjanjian produk

dan/atau layanan dengan produk dan/atau layanan yang diterima, adanya

kerugian material dan konsumen telah memenuhi kewajibannya.

Mekanisme pengajuan ganti rugi harus mengajukan permohonan ganti rugi

dengan disertai kronologis kejadian bahwa penjelasan mengenai produk

dan/atau pemanfaatan layanan yang tidak sesuai yang disertai dengan

bukti-bukti, permohonan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak

diketahuinya produk dan/atau layanan yang tidak sesuai dengan perjanjian.

Layanan pengaduan perusahaan fintech harus disertakan didalam aplikasi

untuk memudahkan konsumen menghubungi jika terdapat kendala atau

masalah dalam sistem pemakaian Paylater.

Kasus-kasus tersebut ternyata meskipun konsep pengaduan

konsumen melalui Nomor Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor

2/SEOJK.07/2014 tentang Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan

Konsumen Pada Pelaku Usaha Jasa Keuangan sudah ada, namun belum

76
diterapkan sepenuhnya oleh pelaku usaha sehingga banyak konsumen

yang masih dirugikan.

2) Melakukan Pengaduan/ Pelaporan kepada OJK

Otoritas Jasa Keuangan yang bertugas mengawasi, melakukan pemeriksaan

dan melakukan penyidikan, maka melalui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Republik Indonesia Nomor 31 /Pojk.07/2020 Tentang Penyelenggaraan

Layanan Konsumen Dan Masyarakat Di Sektor Jasa Keuangan Oleh

Otoritas Jasa Keuangan, OJK menerima tiga jenis layanan yaitu layanan

penerimaan informasi, pemberian informasi dan pengaduan konsumen jika

terjadi masalah, pengaduan ini dibedakan menjadi dua menurut Pasal 9 OJK

yaitu:

a) Pengaduan berindikasi sengketa, yaitu pengaduan Pengaduan

Berindikasi Sengketa adalah ungkapan ketidakpuasan Konsumen

yang disebabkan oleh adanya kerugian dan/atau potensi kerugian

materiil, wajar dan secara langsung pada Konsumen karena PUJK

tidak memenuhi perjanjian dan/atau dokumen transaksi keuangan

yang telah disepakati.

b) Pengaduan Berindikasi Pelanggaran adalah penyampaian ungkapan

oleh Konsumen dan/atau masyarakat atas indikasi pelanggaran

ketentuan peraturan perundang- undangan di sektor jasa keuangan

yang dilakukan oleh LJK yang diduga terjadi karena kesengajaan

atau kelalaian LJK.

Pengaduan ini juga dilakukan dengan dua cara yaitu:

77
a) Fasilitasi adalah upaya penyelesaian sengketa dengan

mempertemukan konsumen dan PUJK untuk mengkaji ulang

permasalahan secara mendasar dalam rangka memperoleh

kesepakatan penyelesaian Sengketa yang hasilnya dituangkan dalam

akta kesepakatan atau berita acara fasilitasi.

b) Fasilitasi secara terbatas adalah upaya penyelesaian Sengketa

dengan mempertemukan Konsumen dan PUJK untuk mengkaji

ulang permasalahan secara mendasar dalam rangka memperoleh

kesepakatan penyelesaian Sengketa tanpa adanya akta kesepakatan

atau berita acara fasilitasi

Langkah-langkah yang di tempuh konsumen dalam menyampaikan keluhan

atas dilanggarnya hak dalam menggunakan Paylater menurut Pasal 10 Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 31 / Pojk.07/2020 yaitu:

a) Pengaduan berisi sengketa diajukan secara tertulis kepada cq

Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan

Konsumen cq satuan kerja di Bidang Edukasi dan Perlindungan

Konsumen; atau cq Kepala Regional Otoritas Jasa Keuangan atau

Kantor Otoritas Jasa Keuangan.

b) Pengaduan memuat identitas konsumen, tanggapan pengaduan, surat

pernyataan bahwa kasus ini sedang tidak di tangani pihak manapun,

dan bukti pendukung lain,

c) Setelah syarat-syarat terpenuhi maka OJK akan melakukan penelaah

untuk melanjutkan laporan tersebut, jika pengaduan tersebut

78
dilakukan dengan cara fasilitasi atau hanya fasilitasi terbatas,

perbedaannya hanya terletak jika Lembaga alternatif penyelesaian

sengketa fasilitasi maka Lembaga tersebut belum terdaftar di OJK,

jika fasilitasi terbatas maka Lembaga tersebut sudah terdaftar di

OJK, OJK mempertemukan PUJK dengan konsumen untuk

membicarakan penyelesaian sengketa, jika penyelesaian tersebut

mencapai kesepakatan, maka PUJK wajib melaksanakan

kesepakatan tersebut

d) Jika tidak mencapai kesepakatan maka OJK akan memberikan

fasilitas untuk melakukan penyelesaian melalui jalur Lembaga

Alternatife penyelesaian sengketa.

e) Jika kedua belah pihak setuju menggunakan fasiitas dari OJK

melalui jalur Lembaga Alternatife penyelesaian sengketa, maka

kedua belah pihak menandatangani perjanjian fasilitasi.

f) OJK akan menyelesaiakan pengaduan ini selama 30 hari, hasil

keputusan dapat berupa penyelesaian tercapai atau tidak nya

kesepakatan penyelesaian sengketa, maka hasil tersebut akan

dituangkan didalam akta kesepakatan.

Layanan Pengaduan berindikasi pelanggaran menurut Pasal 19 Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 31 /Pojk.07/2020

dengan cara:

79
a) Pengaduan pelanggaran disampaikan dengan cara tertulis memuat

identitas, alamat yang dapat dihubungi, materi atau deskripsi

pengaduan yang memuat pelanggaran

b) OJK kemudian memeriksa dan menelaah permasalahan, dan

memanggil pihak-pihak untuk mendengar keterangan.

c) Selama 20 hari maka OJK akan memproses, jika memang terdapat

pelanggaran didalam nya maka OJK aakan melakukan Tindakan

yang telah di atur didalam ketentuan undang-undang.

Sanksi bagi PUJK yang melanggar perlindungan konsumen yaitu sanksi

administrative Adapun sanksi tersebut yaitu:

a) PUJK Denda mulai dari RP.500.000 sampai Rp.5000.000 jika PUJK

tidak dapat memberikan informasi

b) PUJK Denda mulai dari RP.500.000 sampai Rp.5000.000 atau Rp.

100.000 sampai Rp. 1000.000 jika PUJK melanggar Tindakan

seperti, tidak dapat memenuhi panggilan dari OJK terkait pengaduan

konsumen selama 10 hari Pasal 11 ayat 4, tidak melaporkan tindak

lanjut hasil fasilitasi dan fasilitasi terbatas permasalahan pengaduan

konsumen melalui Lembaga alternatif penyelesaian sengketa dari

OJK selama 5 hari, Pasal 16 ayat 2 dan Pasal 18 ayat 9

c) Pelanggaran terhadap beberapa Pasal yaitu:

1) Pelanggaran terhadap Pasal 12 ayat (2), tentang PUJK tidak

melaksanakan kesepakatan perjanjian

80
2) Pasal 16 ayat (1), PUJK tidak melaksanankan hasil fasilitasi

yang dituangkan didalam akta kesepakatan selama 5 hari

3) Pasal 17 ayat (4), PUJK tidak mematuhi keinginan konsumen

yang ingin menggunakan fasilitasai secara terbatas di OJK

4) Pasal 8 ayat (8) PUJK tidak melaksanakan hasil fasilitasi

secara terbatas

5) Pasal 22 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) PUJK tidak memantau,

menindak lanjuti dan tidak menginformasikan pengaduan pada

sistem pada Sistem Layanan Konsumen Terintegrasi di Sektor

Jasa Keuangan.

Pelanggaran-pelanggaran tersebut diatas dapat dikenakan sanksi administrasi

berupa:

1) peringatan atau teguran tertulis

2) penurunan dalam penilaian tingkat Kesehatan

3) pembatasan kegiatan usaha; dan/atau

4) pembekuan kegiatan usaha.

Penyelesaian permasalahan hukum berupa pengaduan konsumen kepada OJK

berdasarkan hasil wawancara Bersama Bapak Dito Satrio Wicaksono Staf

Subbagian Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Kuangan Padang

Tanggal 09 September 2020 dapat dilakukan apabila kerugian yang di rasakan

konsumen tidak lebih dari Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) dan apabila

pengaduan tersebut bersifat non-perdata maka OJK tidak dapat menindak lanjuti

pengaduan tersebut, hal ini ditegaskan oleh Pasal 10 ayat 4 POJK Nomor

81
31/POJK.07/2020, Pengaduan kepada OJK juga hanya bisa diproses apabila

perusahaan Fintech terdaftar di OJK, jika tidak maka OJK tidak bisa memproses.76

3) Penyelesaian Hukum Jalur Pengadilan

Penyelesaian hukum jalur pengadilan biasa di sebut penyelesaian

secara litigasi, Menurut Suyud Margono berpendapat Litigasi adalah

gugatan atas suatu konflik yang diritualisasikan untuk menggantikan

konflik sesungguhnya dimana para pihak memberikan kepada seorang

pengambilan keputusan dua pilihan yang bertentangan.77

Litigasi merupakan proses penyelesaian sengketa di pengadilan, di

mana semua pihak yang bersengketa saling berhadapan satu sama lain untuk

mempertahankan hak-haknya di muka pengadilan. Hasil akhir dari suatu

penyelesaian sengketa melalui litigasi adalah putusan yang menyatakan

win-lose solution.78

Prosedur dalam jalur litigasi ini sifatnya lebih formal (very

formalistic) dan sangat teknis (very technical). Seperti yang dikatakan J.

David Reitzel “there is a long wait for litigants to get trial”, jangankan

untuk mendapat putusan yang berkekuatan hukum tetap, untuk

menyelesaikan pada satu instansi peradilan saja, harus antri menunggu.79

76
Wawancara dengan Bapak Dito Satrio Wicaksono Staf Subbagian Edukasi dan
Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan Padang Tanggal 09 September 2020
77
Suyud Margono, loc.cit.
78
Nurnaningsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa di Pengadilan,
Grafindo Persada, Jakarta, 2012, Hlm. 16.
79
Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan,
Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009,
hlm. 233.

82
Prosedur penyelesaian sengketa yang dilaksanakan di pengadilan

(litigasi), lazimnya dikenal juga dengan proses persidangan perkara perdata

sebagaimana ditentukan berdasarkan hukum acara perdata (HIR), untuk

kasus pelanggaran konsumen karena yang di langar adalah sebuah

perjanjian dari kontrak elektronik maka konsumen dapat mengajukan

gugatan dengan dasar hukum nya wanprestasi Menurut Subekti dalam Djaja

S. Meliala wanprestasi, artinya tidak memenuhi kewajiban sebagaimana

ditetapkan dalam perikatan atau perjanjian, tidak dipenuhinya kewajiban

dalam suatu perjanjian, dapat disebabkan Karena kesalahan debitur baik

sengaja maupun karena kelalaian dan Karena keadaan memaksa

(overmacht/forcemajeur).80

Pelanggaran hak konsumen Paylater terjadi karena adanya pelaku usaha

atau Fintech yang melanggar kontrak elektronik sehingga ada dari hak dan

kewajiban salah satu pihak yang tidak terpenuhi dan merugikan, pada saat

penyelesaian di OJK melalui Lembaga abitrase tidak tercapai maka pihak-pihak

yang merasa di rugikan dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan untuk

penyelesaiannnya.

Penyelesaian pelanggaran hukum terhadap konsumen diatas jika dikaitkan

dengan teori kepastian hukum, maka penyelesaian hukum perlindungan

konsumen Paylater Gojek di Padang belum efektif dan mencerminkan adanya

80
Djaja S. Meliala, Hukum Perdata Dalam Perspektif BW , Nuansa Aulia, Bandung,
2012, Hlm175
83
kepastian hukum, karena kepastian hukum menurut Jan Michel Otto

memberikan batasan kepastian hukum yang lebih jauh.

Wawancara yang dilakukan peneliti dengan Bapak Dito Satrio Wicaksono

Staf Subbagian Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Kuangan

Padang, OJK Per 5 Agustus 2020, OJK mencatat terdapat 158 entitas fintech P2P

lending yang legal, terdiri dari 33 perusahaan dengan status berizin dan 125

berstatus terdaftar, Jumlahnya berkurang dari data Juni 2020, dengan catatan

Fintech terdaftar sebanyak 128 entitas, jumlah berkurang ini berasal dari izin

satu tahun yang tidak di perpanjang dan pencabutan izin karena masalah-

masalah tertentu.81

Dari pemaparan perlindungan konsumen diatas menurut POJK dan

dihubungkan dengan Teori perlindungan hukum serta wawancara dan data di

lapangan maka peneliti menganalisis bahwa perlindungan Konsumen Gojek

Paylater di Kota Padang yang diberikan POJK belum sepenuh nya efektif baik

dari perlindungan konsumen secara preventif maupun secara represif, adapun

yang masih menjadi kendala yaitu:

1. Lemahnya Pengawasan OJK

Lemahnya pengawasan OJK terletak pada pengawasan tentang penerapan

prinsip dasar dari perlindungan Pengguna, hampir semua prinsip dasar

dilanggar oleh penyelenggara dan tidak di terapkan dengan baik, terutama

untuk konsumen pada kerahasiaan dan perlindungan data pengguna Paylater

81
Wawancara yang dilakukan peneliti dengan Bapak Dito Satrio Wicaksono Staf Subbagian
Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan Padang Tanggal 09
September 2020
84
Gojek, seharusnya selain mengeluarkan regulasi Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi

Informasi Nomor 77 /Pojk.01/2016 OJK juga harus mengawasi tentang

penerapan sistem keamannan data, setidak nya OJK harus mewajibkan dan

memberikan penekanan bahwa perusahaan Fintech harus melakukan prinsip

keamanan data seperti:

a) Perusahaan Fintech Paylater wajib melakukan enskripsi seluruh

data konsumen dengan tujuan melindungi keamanan data

konsumen

b) Perusahaan Fintech Paylater wajib melakukan manajemen data

konsumen

c) Perusahaan Fintech Paylater wajib memberikan hak informasi

kepada konsumen jika diminta terkait kegunaan data yang

diberikan konsumen digunaakan untuk apa.

2. Tidak adanya pengaturan yang lebih jelas tentang para pihak pengguna

Fintech Findaya Gojek.

Peraturan POJK jika dianalisis sebagian besar hanya mengatur tentang

penyelenggara layanan pinjam meminjam, sedangkan pihak-pihak dari

adanya Paylater itu terdiri dari penyelenggara, pemberi dana, dan

konsumen, bahkan di dalam POJK tidak disebutkan pelaku usaha yang

mempunyai aplikasi seperti Gojek, jika dikaitkan para pihak sama-sama

mempunyai hubungan hukum, konsumen paylater hanya mengetahui

hubungan hukum dengan aplikasi Gojek, karena Paylater tersebut berasal

85
dari aplikasi Gojek, bukan Findaya, pelaku usaha yang mempunyai

aplikasi seperti Gojek juga tidak memperjelas kedudukan hukum dari

Findaya atau perusahaan Fintech meskipun terdapat perjanjian baku antara

konsumen dengan Findaya, dan para pemberi dana juga tidak dijelaskan

siapa-siapa didalam nya, padahal Kerjasama antara pemberi dana dengan

perusahaan fintech bukan hanya satu perusahaan pemberi dana saja, tetapi

terdapat beberapa perusahaan didalamnya yang terhimpun kemudian di

beri wadah oleh perusahaan fintech untuk menyalurkan dana tersebut, jika

nantinya terdapat permasalahan maka dalam hal ini perusahaan fintech lah

yang harus bertanggungjawab sehingga terkesan aplikasi Gojek dan para

pemberi dana berlindung dibalik perusahaan Fintech.

Untuk terhindar dari resiko pelanggaran hak dan keadaan-

keadaan yang di rugikan konsumen Paylater, maka masyarakat sebelum

menggunakan Paylater harus melihat terlebih dahulu:

1. Mempelajari dan membaca prodak dari suatu Paylater terutama

Paylater Gojek

2. Mempelajari dan memahami isi dari perjanjian Paylater, mulai

dari sistem pembayaran, fungsi dan kegunaan Paylater, besaran

bunga angsuran, besaran denda jika mengalami keterlambatan.

3. Mengetahui pihak-pihak yang ada didalam perjanjian Paylater,

termasuk status hukum perusahaan penyelenggara terdaftar di

OJK atau tidak.

86
4. Mengetahui Langkah-langkah untuk melakukan pengaduan jika

terjadi permasalahan

5. Tidak mudah tergiur dengan tawaran-tawaran aplikasi untuk

melakukan pengaktifan Paylater jika tidak terlalu dibutuhkan.

6. Tidak memberikan password dan akun kepada orang atau pihak

lain yang dapat menyalahgunakan akun Paylater.

Penyelesaian proses pelanggaran hukum bagi konsumen paylater juga belum

efektif dan mencerminkan adanya kepastian hukum disebabkan hal berikut ini:

1) Banyak nya jenjang tahap proses penanganan permasalahan dari

Pengaduan ke PUJK, OJK, dan pengadilan seperti halnya pengaduan

di POJK Padang

2) Proses tersebut tidak mencerminkan prinsip penyelesaian

permasalahan konsumen secara mudah dan cepat, seharusnya

kerugian konsumen dapat diselesaikan oleh pelaku usaha dengan

pengaduan, karena jika kerugian seperti Paylater Gojek yang tidak

banyak maka harus diselesaikan lewat pengaduan, jika tidak maka

konsumen akan tambah di rugikan dengan proses yang Panjang

namun hasil tidak efektif

3) Tidak adanya regulasi pengaturan Fintech berupa Undang-undang,

Fintech hanya di atur oleh Peraturan Otoritas Jasa Keuangan,

padahal kita mengetahui perkembangan bisnis fintech di era modern

87
ini sangat banyak menjamur sehingga perlu regulasi peraturan yang

memadai, bukan hanya peraturan POJK saja.

Dari berbagai peroses yang Panjang tersebut, maka hemat peneliti untuk

dapat menanggulangi hal tersebut terjadi yaitu:

1. PUJK harus mempunyai standar penyelesaian pengaduan konsumen

terutama pihak Fintech Findaya

2. Terdapat kantor perwakilan Fintech seperti Findaya di setiap Daerah

Gojek beroperasi

3. OJK harus mengawasi devisi penyelesaian sengketa di PUJK

4. Harus ada pembatasan kerugian dari yang terkecil sampai terendah

untuk penanganan perkara

5. Kewenangan OJK diperluas untuk penanganan pelanggaran

konsumen Paylater yang tidak memiliki izin, karena bagaimanapun

mereka tetap lah konsumen yang di lindungi oleh Undang-undang

Konsumen

2. Bentuk Kerugian Konsumen Pengguna Jasa Layanan Pinjaman Online

Paylater Di Padang (Study Pada Perusahaan Gojek Dan Findaya)

Paylater sebagai jasa pinjaman Peer to Peer Landing, selain menguntungkan

konsumen dengan penggunaan pinjaman nya yang mudah, juga terdapat kerugian

yang timbul dan hal tersebut banyak di rasakan oleh masyarakat terutama pada

Konsumen Paylater Gojek, adapun kerugian yang timbul adalah sebagai berikut:

88
a. Peretasan Akun Paylater

Peretasan dalam sebuah aplikasi jejaring sosial lebih identik dengan

sebutan hack, hack atau hacker merupakan perbuatan seseorang yang

mengakses dan masuk tanpa izin atau secara ilegal terhadap akun atau sistus

jejaring sosial yang dimiliki seserorang, dimana tujuannya adalah merubah

data, memakai data, megakses data, menambah dan mengurangi data untuk

menguntungkan diri sendiri.82 Hacker merupakan kejahatan yang paling

berbahaya di dunia Internet, karena perbuatan hacker merupakan langkah

awal untuk memulai kejahatan internet lainnya.

Peretasan akun gojek paylater banyak sekali dirasakan konsumen

seperti:

1) Tidak pernah memakai Paylater Gojek tetapi mendapat tagihan

Hal ini dirasakan oleh konsumen yang berasal dari Semarang

bernama Anastasia Lita Anggi Utami, bahwa ia di telfon oleh

Findaya perusahaan Paylater Gojek untuk segera membayar

tagihan Paylater nya, padahal dia tidak merasa menggunakan

Payalter, setelah melakukan pengaduan ke Pihak Findaya,

pengaduan nya tersebut tidak di tanggapi dan tidak ada

penyelesaian sehingga dia harus membayar tagihan Paylater

dengan dendanya.83

82
Sutarman, Membangun Aplikasi Web Dengan Php Dan Mysql, Graha Ilmu. Yogyakarta
2007 Hlm 68
83
https://mediakonsumen.com/2020/01/14/surat-pembaca/tidak-pernah-pakai-paylater-
gojek-tapi-dapat-tagihan diakses tanggal 27 April 2021 Pukul 08:00 WIB
89
2) Saldo Paylater di curi oleh oknum tidak bertanggungjawab

sehingga mewajibkan membayar dan dikenakan denda

apabila terlambat membayar.

Pencurian saldo Paylater juga kerap kali terjadi seperti halnya

yang dirasakan konsumen bernama Delvita R. Napitupulu

yang berasal dari Medan, ia mengatakan Paylater nya di curi

sebanyak Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah) tanpa

diketahui,kemudian pada saat jatuh tempo ia tidak membayar

dan dikenakan denda, saat mengkonfirmasi ke pihak Paylater

Findaya bahwa ia tidak menggunakan Paylater maka pihak

Findaya tidak mengatakan bukan kesalahan dantangggung

jawab Findaya sehingga ia tetap harus membayar.

b. Penurunan Limit Pinjaman sepihak oleh Aplikasi Paylater

Limit pinjaman merupakan besaran dana yang sudah di tentukan di

awal perjanjian Paylater, saat konsumen mengajukan dana tersebut maka

dana limit akan di berikan, namun limit pinjaman ternyata dapat di turunkan

sepihak oleh Paylater Gojek seperti halnya yang pernah di rasakan

konsumen.

c. Sistem yang selalu Eror

Sistem Paylater Gojek ternyata seringkali mengalami gagal transaksi

ataupun eror, hal ini membuat pembayaran oleh konsumen menjadi

terhambat, dan membuat konsumen mengalami kerugian, seperti hal nya

yang di rasakan konsumen bernama Lisna asal tangerang selatan yang

90
mengatakan bahwa ia di kenakan denda oleh pihak Paylater akibat

menunggak pembayaran, padahal saat ia membayar sistem eror sehingga

pembayaran tersebut tidak masuk pada Paylter, tetapi saldo Gojek ia tetap

terpotong, ia juga sudah mengirim email kepada pihak Findaya namun tidak

ada tanggapan.84

d. Penagihan Paylater yang tidak jelas

Penagihan Paylater dilakukan pada saat konsumen menunggak

pembayaran ataupun sudah jatuh tempo namun konsumen tidak membayar,

Paylater dapat menagih kepada konsumen melalui email, ataupun sms

pemberitahuan, namun terdapat juga konsumen yang ditagih oleh pihak ke

tiga yaitu debcolector Paylater dengan cara mengakses no kontak tlf yang

tertera di Handphone konsumen menyebarkan bahwa konsumen tersebut

tidak membayar Paylater nya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Septian Dwijayanto

Manager Karyawan Front Office & Pemasaran Gojek Padang mengenai

kerugian konsumen dan menanggapi pemberitaan di berbagai media sosial

tentang pengaduan kerugian beberapa konsumen, pihak nya hanya

menyanyangkan kejadian tersebut, karena menurut nya Paylater Gojek

sangat memberi manfaat jika konsumen dapat menggunakan nya dengan

benar, mengetahui syarat dan kebijakan yang dikeluarkan Paylater Gojek

dan dapat menjaga kerahasiaan akun konsumen tersebut.85

84
https://mediakonsumen.com/2020/12/06/surat-pembaca/ingin-bayar-gojek-paylater-
tepat-waktu-tapi-sistem-error diakses tanggal 27 April 2021 Pukul 08:00 WIB
85
Wawancara bersama Bapak Septian Dwijayanto Manager Karyawan Front Office &
Pemasaran Gojek Padang tanggal 01 Januari 2021
91
Kasus kerugian Konsumen paylater Gojek sendiri di Padang

terdapat beberapa kasus pengaduan, seperti keterlambatan pembayaran,

saldo Gojek yang di potong tidak sesuai dengan jumlah tagihan Paylater,

menurut Bapak Septian Dwijayanto Manager Karyawan Front Office &

Pemasaran, sebenarnya pengaduan tersebut tidak tepat di adukan ke

perusahaan Gojek Padang melainkan ke perusahaan Findaya dengan

menghubungi No pengaduan yang terdapat di Aplikasi, namun untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut pihak Gojek biasanya akan

membantu menjelaskan kenapa hal-hal tersebut terjadi, sebagian konsumen

mengerti daan bersikap koperatif tetapi ada juga yang tidak mengerti dan

ingin uang nya dikembalikan, jika kasus nya demikian maka pihak Gojek

membantu untuk menghubungi pihak Findaya dan melakukan Pengaduan

Permasalahan Konsumen, untuk selanjutnya dapat di selesaikan oleh Pihak

Findaya.

Perusahaan Findaya sendiri di kota Padang tidak ada kantor

perwakilannya seperti Gojek, sehingga jika terdapat permasalahan

konsumen memang hanya bisa melakukan pengaduan melalui tlf dan email

mengenai permasalahannya, jika permasalahan tidak menemukan titik

terang maka biasanya pihak Gojek akan menyarankan untuk melakukan

pengaduan ke OJK jika kerugian yang di alami sangat besar.

Dari bentuk kerugian-kerugian konsumen Paylater diatas

menandakan lemah nya hak-hak konsumen dan diabaikan oleh Paylater,

terdapat kesalahan-kesalahan oleh Paylater dan aturan hukum yang

92
dilanggar, hubungan hukum didalam Paylater antara konsumen dengan

penyedia jasa Paylater seperti PT. Findaya pada Aplikasi Gojek ditandai

dengan adanya perjanjian baku elektronik.

Kontrak elektronik sah apabila memenuhi Pasal 47 ayat (2),

Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem

dan Transaksi Elektronik, yaitu:

1) Terdapat kesepakatan para pihak

2) Dilakukan oleh subjek hukum yang cakap atau yang berwenang

mewakili sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

3) Terdapat hal tertentu

4) Objek transaksi tidak boleh bertentangan dengan peraturan

perundang undangan, kesusilaandan ketertiban umum

Didalam Paylater terdapat beberapa hubungan hukum yaitu:

a) Hubungan hukum antara para pemberi pinjaman atau penyedia dana

dengan penyelenggara

Hubungan hukum antara pemberi pinjaman dengan penyelenggara

ditandai dengan adanya perjanjian dengan ketentuan perjanjian tersebut

memuat nomor perjanjian, tanggal perjanjian, identitas para pihak,

ketentuan mengenai hak dan kewajiban para pihak, jumlah pinjaman, suku

bunga pinjaman, besarnya komisi, jangka waktu, rincian biaya terkait,

ketentuan mengenai denda (jika ada), mekanisme penyelesaian sengketa,

mekanisme penyelesaian dalam hal penyelenggara, tidak dapat

melanjutkan kegiatan operasionalnya, Penyelenggara wajib menyediakan

93
akses informasi kepada Pemberi Pinjaman atas penggunaan dananya tetapi

tidak termasuk informasi terkait identitas Penerima Pinjaman, Informasi

tersebut paling sedikit memuat jumlah dana yang dipinjamkan kepada

Penerima Pinjaman, tujuan pemanfaatan dana oleh Penerima Pinjaman,

besaran bunga pinjaman dan jangka waktu pinjaman sesuai ketentuan

Pasal 19 POJK.

Paylater mempunyai hubungan hukum antara penyelenggara dengan

pemberi dana yaitu pemberi dana memberikan kuasa kepada

penyelenggara fintech untuk menyalurkan dana dan melakukan suatu

tindakan-tindakan seperti menagih hutang dari konsumen, sehingga

pemberi dana memberikan kuasa kepada penyelenggara bertindak untuk

dan atas nama pemberi dana dalam penggunaan Paylater, penyelenggara

atau fintech juga bertugas untuk mempertemukan konsumen dengan

pemberi dana didalam aplikasi fiture Paylater, seperti halnya pada aplikasi

Gojek Fiture Paylater.

Penyelenggara didalam Paylater Gojek merupakan perusahaan

Fintech Findaya yang bekerja sama dengan aplikasi gojek, sehingga

Findaya bertindak untuk dan atas nama pemberi pinjaman dalam

menyalurkan dana nya kepada konsumen Paylater Gojek, Findaya juga

berhak menagih hutang atau cicilan Paylater Gojek, findaya juga berhak

menyetujui dan menolak permohonan pengajuan Paylater untuk

menghindari resiko.

94
b) Hubungan hukum antara aplikasi dengan penyelenggara dan Konsumen

Hubungan Hukum antara aplikasi dengan Penyelenggara tidak

disebutkan didalam POJK No 77 Tahun 2016, yang disebutkan hanya

perjanjian antara penyelenggara dengan pemberi dana dan perjanjian

pemberi dana dengan penerima dana Pasal 18 POJK, tetapi aplikasi

sebagai pelaku usaha dengan penyelenggara terdapat hubungan hukum,

karena ada kerja sama antara pemilik aplikasi sebagai pelaku usaha dengan

penyelenggara, seperti halnya pada Gojek yang bekerjasama dengan

Findaya sebagai penyelenggara, dapat diketahui bahwa PayLater

merupakan salah satu pilihan metode pembayaran dalam aplikasi Gojek

yang menawarkan pinjaman dana untuk membayar layanan terlebih dahulu

dan hanya dapat digunakan untuk pembayaran melalui aplikasi Gojek.

Dana yang dipinjamkan melalui fitur PayLater merupakan dana yang

disalurkan oleh Findaya dari para pemberi pinjaman yang bekerjasama

dengan Findaya. Dalam mengelola PayLater Gojek perlu bekerjasama

dengan Findaya karena Gojek tidak memiliki izin untuk melakukan usaha

pemberian fasilitas pinjam meminjam berbasis teknologi informasi

sehingga dapat diketahui pula bahwa pengelolaan PayLater merupakan

tanggungjawab dari Findaya.

Hubungan hukum antara aplikasi Gojek dengan Konsumen yaitu

Hubungan hukum yang terdapat dalam penggunaan fitur PayLater pada

aplikasi Gojek adalah hubungan hukum antara Gojek dengan pengguna

PayLater karena dengan menggunakan layanan dalam aplikasi Gojek maka

95
pengguna memiliki hubungan hukum dengan Gojek sebagai konsumen

dan pelaku usaha.

c) Hubungan hukum antara pemberi dana dengan penerima dana atau

konsumen

Hubungan hukum antara pemberi dana dengan penerima dana atau

konsumen ditandai dengan adanya perjanjian pada “syarat dan ketentuan”

sebelum mengajukan Paylater, dalam hal ini pemberi dana diwakilkan oleh

penyelenggara perusahaan Fintech sepertihalnya pada Paylater Gojek

maka yang mewakili pemberi dana bertindak yaitu Findaya.

Syarat dan ketentuan tersebut juga memuat ketentuan-ketentuan

perjanjian baku elektronik yang akan di sepakati seperti,

1) Ketentuan Umum

2) Ketentuan Terkait Perjanjian Pinjaman Pokok pembayaran cicilan

ataupun akhir bulan seperti, Limit Pinjaman seperti akhir periode,

Biaya Layanan, Bunga Pinjaman, Nilai Angsuran Pinjaman untuk

sistem pembayaran akhir bulan, Nilai angsuran pinjman untuk

sistem pembayaran cicilan di tentukan perbulan, Periode

ketersediaan Fasilitas, satu bulan kalender, Jatuh tempo, Denda

Keterlambatan, dan masa tenggang

3) Biaya dan Pembayaran kembali setiap bulan

96
4) Kuasa pemberi dana kepada Findaya untuk melakukan, penilaian,

melakukan pencairan, menetukan mekanisme pembayaran,

penagihan, mewakili atas nama pemberi pinjaman

5) Hak dan kewajiban Penerima Dana

6) Hak dan Kewajiban Konsumen atau penerima Pinjaman

7) Batasan Tanggung Jawab

8) Peristiwa Cedera janji dan pegakhiran

Dari hubungan hukum yang telah disebutkan diatas masing- masing pihak

mempunyai keterikatan satu sama lain karena adanya perjanjian yang memuat hak

dan kewajiban, dan jika salah satu pihak melanggar perjanjian atau melakukan

wanprestasi tentunya akan ada yang dirugikan terutama pada konsumen yang

rentan sekali dirugikan, untuk itu perlu lah suatu Langkah hukum sebagai

penyelesaiannya.

Setelah memaparkan kerugian konsumen dengan di hubungkan adanya

perjanjian elektronik dan hubungan hukum masing-masing pihak yang terikat

didalam perjanjian diatas, maka terdapat aturan hukum serta perjanjian kontrak

elektronik yang dilanggar oleh pihak Paylater kepada konsumen nya, terutama

pada peretasan akun merupakan pencurian datapribadi, dimana akun paylater

tersebut digunakan oleh orang lain untuk memakai saldo atau pinjman Paylater,

hal ini telah melanggar Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Komunikasi dan

Informatika Republik Indonesia No 20 tahun 2016 tentang Perlindungan Data

Pribadi Dalam Sistem Elektronik yang mendefinisikan bahwa data pribadi adalah

data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat, dan dijaga kebenaran serta

97
dilindungi kerahasiaannya. Pada pasal 2 ayat (1) dijelaskan bahwa perlindungan

data pribadi dalam sistem elektronik mencakup beberapa hal perlindungan pada

saat:

a. Perolehan dan pengumpulan

b. Pengelolaan dan penganalisisan

c. Penyimpanan

d. Penampilan, pengumuman, pengiriman, penyebarluasan, pembukaan

akses. Pemusnahan.86

Penggunaan data konsumen atau debitur oleh penyelenggara fintech hanya

dapat dilakukan atas dasar persetujuan dari konsumen yang bersangkutan. Hal ini

sejalan pada ketentuan dalam Pasal 26 ayat 1 Undang-undang Nomor 11 Tahun

2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang berbunyi sebagai berikut:

“kecuali yang ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan, penggunaan

setiap informasi melalui media elektronik yang menyangkut data pribadi

seseorang harus dilakukan atas persetujuan orang yang bersangkutan.87 Pemilik

data pribadi menurut Pasal 26 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika

Nomor 20 Tahun 2016, berhak atas kerahasiaan data miliknya, berhak

mengajukan pengaduan dalam rangka penyelesaian sengketa data pribadi, dan

berhak meminta pemusnahan data perseorangan tertentu miliknya dalam sistem

elektronik.

86
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2016 Tentang Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik
87
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik,
98
Kemenkominfo berperan dapat memberikan assessment bagi

penyelenggara jasa untuk memastikan penyedia jasa Fintech dapat berperan

mengikuti standar yang telah ditetapkan atau tidak, tentunya segalanya harus

sesuai dengan kriteria dan standar yang ditetapkan oleh RUU.88

Pelanggaran mengenai Peretasan Akun ataupun pencurian yang terjadi

selain merupakan tanggungjawab Fintech juga termasuk pelanggaran penurunan

limit pinjaman, sistem yang selalu eror, penagihan paylater yang tidak jelas juga

merupakan pelanggaran yang di lakukan oleh Fintech berdasarkan Pasal 19 POJK

No 77 Tahun 2016 dimana pada saat melakukan perjanjian Paylater dengan

ketentuan perjanjian tersebut memuat nomor perjanjian, tanggal perjanjian,

identitas para pihak, ketentuan mengenai hak dan kewajiban para pihak, jumlah

pinjaman, suku bunga pinjaman, besarnya komisi, jangka waktu, rincian biaya

terkait, ketentuan mengenai denda (jika ada), mekanisme penyelesaian sengketa,

mekanisme penyelesaian dalam hal Penyelenggara, tidak dapat melanjutkan

kegiatan operasionalnya, Penyelenggara wajib menyediakan akses informasi

kepada Pemberi Pinjaman atas penggunaan dananya tetapi tidak termasuk

informasi terkait identitas Penerima Pinjaman, Informasi tersebut paling sedikit

memuat jumlah dana yang dipinjamkan kepada penerima pinjaman, tujuan

pemanfaatan dana oleh penerima pinjaman, besaran bunga pinjaman dan jangka

waktu pinjaman.

88
Basrowi, “Analisis Aspek dan Upaya Perlindungan Konsumen Fintech Syariah”, (Jurnal
Lex Librum, Vol.V, No. 2 Juni 2019), Hlm 974.
99
Selain Pasal 19 POJK juga terdapat di perjanjian “elektronik Syarat dan

ketentuan” mengenai besaran limit, jumlah pinjaman cicilan baik akhir bulan atau

tiap bulan serta denda ketelambatan pembayaran dan cara penagihan, pihak

paylater tidak bisa merubah sewaktu-waktu ketentuan yang sudah di tentukan

diawal didalam perjanjian, kecuali antara konsumen dengan Paylater melakukan

perjanjian baru.

3. Pengaturan Hukum Terhadap Konsumen Pengguna Jasa Layanan

Pinjaman Online Paylater Di Padang (Study Pada Perusahaan Gojek

Dan Findaya)

Pinjaman online Paylater merupakan pinjaman dengan menggunakan

layanan berbasis online tekhnologi Informasi, penyelenggaran layanan jasa

keuangan untuk mempertemukan pemberi pinjaman dengan penerima

pinjaman dalam rangka melakukan perjanjian pinjam meminjam dalam mata

uang rupiah secara langsung melalui sistem elektronik dengan menggunakan

jaringan internet.

Paylater merupakan fitur dari berbagai Platfrom penyedia pinjaman atau

kredit online untuk masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan penunjang

hidup yang dibutuhkan sehar-hari, adapun yang dimaksud dengan kredit

berdasarkan Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan disebutkan bahwa “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan

uang yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

100
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga

PayLater merupakan metode pembayaran berbentuk pemberian pinjaman

yang saat ini dikenal dengan sebutan Pinjaman Peer To Peer Landing atau P2P.

Pinjaman P2P adalah bentuk pinjaman dari orang ke orang melalui perantara

jasa keuangan non bank. P2P merupakan perkembangan dari Financial

tekhnologi atau biasa disebut Fintech, Fintech merupakan layanan keuangan

bentuk perkembangan dari tekhnologi informasi dengan tujuan meningkatkan

sektor keuangan.89 Secara definisi, Peer to Peer landing merupakan salah satu

bentuk Crowdfounding berbasis utang, dimana kedua belah pihak si kreditur

dan debitur di pertemukan oleh aplikasi platfrom yang diberikan oleh

perusahaan penyelenggara P2P.

Paylater sangat banyak diminati, karena Paylater kegunaannya mudah

dan praktis dengan cara beli sekarang bayar kemudian, Paylater juga

menggeser minat masyarakat terhadap kartu kredit, fungsi Paylater dan kartu

kredit hampir sama yaitu untuk membayar cicilan barang yang kita inginkan,

namun bentuk nya berbeda, jika kartu kredit identik dengan menggunakan

kartu dalam bentuk fisik, lainhal dengan Paylater yang hanya menggunakan

aplikasi,

Paylater yang berkembang dan saat ini sering dipakai oleh kalangan

masyarakat yaitu:

89
H, Ratna. Juliani PR. Hubungan Hukum Para Pihak Dalam Peer To Peer Lending,
Yogyakarta Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM. Universitas Islam Indonesia 2018,
Hlm 56
101
1) Paylater OVO dengan perusahaan Fintech atau penyelenggara dana PT.

Indonusa Bara Sejahtera (Taralite)

2) Paylater Gojek dengan perusahaan Fintech atau penyelenggara dana PT.

Mapan Global Reksa (Findaya)

3) Paylater Kredivo dengan perusahaan Fintech atau penyelenggara dana PT.

Finaccel Digital Indonesia (Finaccel)

4) Paylater Traveloka dengan perusahaan Fintech atau penyelenggara dana

PT. Dasar Dana Pinjman (Dana Mas).90

Paylater mempunyai cara kerja sangat mudah, konsumen dapat

membeli produk atau barang yang disediakan oleh platform sesuai aplikasi,

kemudian untuk menggunakan Paylater dengan sistem bayar kemudian, maka

konsumen harus mengajukan permohonan Paylater terlebih dahulu kepada

Aplikasi tersebut, seperti halnya pada Paylater Gojek, Paylater Gojek adalah

menu atau fitur baru dari aplikasi Gojek dengan kegunaan untuk pembayaran

sesuatu baik itu pemesanan makanan, minuman dan berbagai fasilitas layanan

yang disediakan oleh Gojek.91 Paylater Gojek merupakan fitur yang dapat

dinikmati yang dihasilkan dari kerja sama antara Gojek dengan perusahaan

Findaya yang telah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Perusahaan Fintech berkembang dengan jenis layanan Peer to Peer

landing yang menghasilkan fiture Paylater di aplikasi online, karena bisnis

90
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/03/27/111800226/-fintech-kredivo-resmi-
terdaftar-di-ojk diakses tanggal 11 September 2020 Pukul 09:09 WIB
91
https://www.gojek.com/blog/gojek/paylater/ diakses tanggal 11 September 2020 Pukul
09:09 WIB
102
Paylater ini sangat berkembang di Negara Indonesia yang merupakan dalam

perkembangan era ekonomi digital dengan fungsi salah satunya memajukan

perekonomian dan berkontribusi dalam pembangunan maka untuk menjamin hak-

hak masing-masing pihak secara hukum maka di buatlah pengaturan sebagai

wujud bahwa negara Indonesia adalah negara hukum.

Pengaturan hukum menurut ilmu hukum merupakan suatu peraturan

norma yang tertulis berupa perundang-undangan yang di buat oleh pejabat yang

berwenang, bersifat mengikat secara hukum untuk umum, hal ini tertuang didalam

Pasal 1 ayat 4 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004. Istilah Perundang-

undangan menurut Maria Farida Indrati Soeprapto menyatakan bahwa Istilah

perundang-undangan (legislation, wetgeving atau gezetzgebung) mempunyai 2

(dua) pengertian yang berbeda, yaitu:

1) Perundang-undangan merupakan proses pembentukan/proses membentuk

peraturan-peraturan negara, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

2) Perundang-undangan adalah segala peraturan negara, yang merupakan

hasil pembentukan peraturan peraturan, baik di tingkat pusat maupun di

tingkat daerah.92

Pengaturan hukum terhadap penggunaan Paylater di Indonesia secara khusus diatur

berdasarkan:

92
Maria Farida Indriati, Ilmu Perundang-undangan Dasar-dasar Dan Pembentukannya,
Kanisius, Yogjakarta, 2007, Hlm 7
103
a. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/Pojk.01/2016 Tentang

Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.

Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi

Fintech Nomor 77 /Pojk.01/2016 yang dikeluarkan Oleh Otoritas Jasa

Keuangan atau disingkat menjadi OJK, tujuan di buatnya peraturan ini

karena sampai dengan saat ini, belum ada peraturan perundang-undangan

yang mengatur mengenai kegiatan bisnis layanan jasa keuangan berbasis

teknologi informasi. Kondisi tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan

kerugian bagi pengguna. Oleh karena itu, regulasi kegiatan bisnis layanan

pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi dinilai sudah sangat

mendesak. Berdasarkan pertimbangan tersebut, kegiatan usaha layanan

pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi perlu diatur dan

diawasi dalam rangka perlindungan Pengguna, penyelenggaraan kegiatan

layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi, dan

perlindungan kepentingan nasional dengan tetap memberikan ruang

bertumbuh bagi perusahaan perintis (start up company) dalam rangka

peningkatan inklusi keuangan di Indonesia. Peraturan OJK ini antara lain

berisi ketentuan untuk meminimalisasi risiko kredit, perlindungan

kepentingan Pengguna seperti penyalahgunaan dana dan data Pengguna,

dan perlindungan kepentingan nasional seperti kegiatan anti pencucian uang

dan pencegahan pendanaan terorisme, serta gangguan pada stabilitas sistem

keuangan.

104
Peraturan Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi

Fintech Nomor 77 /Pojk.01/2016 terdiri dari XV Bab yang berisikan tentang, Bab-

bab aturannya antara lain mengatur mengenai penyelenggara, pengguna, perjanjian

layanan, mitigasi risiko, tata kelola sistem teknologi informasi, edukasi dan

pelindungan pengguna, tanda tangan elektronik, prinsip dan teknis pengenalan

nasabah, sanksi, dan ketentuan lainnya.

Pengaturan Layanan Pinjam Memim Peraturan Layanan Pinjam Meminjam

Uang Berbasis Teknologi Informasi Fintech Nomor 77 /Pojk.01/2016 secara rinci

dapat dilihat sebagai berikut:

1) Penyelenggara layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi

informasi penyelenggara adalah badan hukum indonesia yang

menyediakan, mengelola, dan mengoperasikan layanan pinjam

meminjam uang berbasis teknologi informasi, penyelenggara wajib

mengajukan pendaftaran dan perizinan kepada OJK, sesuai dengan

Pasal 7 POJK

2) Penerima Pinjaman adalah orang dan/atau badan hukum yang

mempunyai utang karena perjanjian layanan pinjam meminjam uang

berbasis teknologi informasi berdasarkan Pasal 15 POJK

3) Pemberi Pinjaman adalah orang, badan hukum, dan/atau badan usaha

yang mempunyai piutang karena perjanjian layanan pinjam

meminjam uang berbasis teknologi informasi berdasarkan Pasal 16

POJK

105
4) Paylater Fintech ditandai dengan adanya perjanjian perjanjian

pelaksanaan layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi

informasi meliputi perjanjian antara penyelenggara dengan pemberi

pinjaman dan perjanjian antara pemberi pinjaman dengan penerima

pinjaman, serta di tuangkan didalam bentuk dokumen elektronik

berdasarkan Pasal 18 POJK dan dengan tanda tangan elektronik

5) Penyelenggara wajib menjaga kerahasiaan data dan privasi data serta

meng autentivikasi, ferifikasi keutuhan data berdasarkan persetujuan

dari pengguna, penyelenggara juga dapat mengakses data keuangan

data pribadi dan informasi pribadi sepanjang persetujuan dan tidak

bertentangan dengan undang-undang, serta dapat memberikan

informasi apabila kerahasiaan data terjadi kegagalan perlindungan,

berdasarkan Pasal 28 POJK

6) Penyelenggara wajib menerapkan prinsip dasar dari perlindungan

Pengguna yaitu transparansi, perlakuan yang adil, keandalan,

kerahasiaan dan keamanan data dan penyelesaian sengketa Pengguna

secara sederhana, cepat, dan biaya terjangkau berdasarkan Pasal 29

7) Penyelenggara wajib menyampaikan informasi kepada pengguna

tentang penerimaan, penundaan, atau penolakan permohonan layanan

pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi. Pasal 31

8) Penyelenggara wajib bertanggung jawab atas kerugian pengguna yang

timbul akibat kesalahan dan/atau kelalaian, direksi, dan/atau pegawai

penyelenggara. Pasal 37 POJK

106
9) Atas pelanggaran kewajiban dan larangan dalam peraturan OJK ini,

OJK berwenang mengenakan sanksi administratif terhadap

Penyelenggara berupa peringatan tertulis, denda, yaitu kewajiban

untuk membayar sejumlah uang tertentu, pembatasan kegiatan usaha

dan pencabutan izin. Berdasarkan Pasal 47 POJK

b. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18 /Seojk.02/2017 Tentang

Tata Kelola Dan Manajemen Risiko Teknologi Informasi Pada Layanan

Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi

Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga yang mengawasi adanya Layanan

Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi setelah mengeluarkan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/Pojk.01/2016 Tentang Layanan

Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, maka mengeluarkan

Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18 /Seojk.02/2017 Tentang Tata

Kelola Dan Manajemen Risiko Teknologi Informasi Pada Layanan Pinjam

Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi dengan tujuan untuk mengatur

ketentuan pelaksanaan mengenai tata kelola dan manajemen risiko teknologi

informasi pada layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi

Didalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18 /Seojk.02/2017

terdapat ketentuan tentang pengaturan khusus kepada Penyelenggara yaitu peran

dan tanggung jawab direksi dalam pengawasan serta resiko tekhnologi Informasi

yang timbul, penempatan pusat data dan pusat pemulihan bencana serta rencana

pemulihan bencana, pengelolaan data dan informasi, pengelolaan resiko data

107
informasi, pengamanan sistem elektronik, penanganan insiden dan ketahanan

terhadap gangguan, tanda tangan elektronik, ketersediaan layanan dan kegagalan

transaksi, dan keterbukaan informasi produk dan layanan

c. Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 tentang

Penyelenggaraan Teknologi Finansial pada tanggal 29 November 2017 (PBI

Tekfin).

Peraturan ini berisi pengaturan teknis atas materi ketentuan yang diatur

dalam PBI Tekfin dalam rangka memperjelas dan memberikan pedoman

pendaftaran bagi penyelenggara teknologi finansial. Pokok-pokok yang diatur di

dalam regulasi ini adalah:

1) Pendaftaran antara lain mencakup tata cara, pemrosesan, publikasi

pendaftaran, dan penghapusan pendaftaran.

2) Prinsip Manajemen Risiko dan Kehati-hatian.

3) Pemantauan antara lain mengatur pemantauan oleh BI terhadap

TekFin terdaftar, serta tata cara penyampaian informasi.

4) Ketentuan lain-lain mengatur terkait dengan korespondensi dengan

Bank Indonesia.

Prinsip manajemen resiko dan kehati-hatian masih menjadi perhatian utama dari

Bank Indonesia dalam hal tata cara pendaftaran, penyampaian informasi, dan

pemantauan penyelenggara teknologi finansial di Indonesia, ini tentunya harus

diapreasi oleh seluruh pihak agar tercipta kondisi yang aman dan nyaman dalam

menggunakan layanan keuangan melalui Fintech ini.

108
Pengaturan Paylater yang merupakan pinjaman berbasis tekhnologi finansial

berdasarkan Pengaturan Layanan Pinjam Memim Peraturan Layanan Pinjam

Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi Fintech Nomor 77 /Pojk.01/2016,

Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18 /Seojk.02/2017 Tentang Tata

Kelola Dan Manajemen Risiko Teknologi Informasi Pada Layanan Pinjam

Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi dan Peraturan Bank Indonesia

Nomor 19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial pada tanggal

29 November 2017 (PBI Tekfin), juga di dukung oleh Undang-Undang No. 19

Tahun 2016 tentang Perubahan Atas UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik Sehingga dalam pelaksanaannya, Paylater ini diatur dan

diawasi juga oleh Kemkominfo.

d. Pengaturan Hubungan Hukum antara Paylater dengan Konsumen

Hubungan hukum (rechtsbetrekkingen) diartikan sebagai hubungan antara

dua atau lebih subyek hukum, hubungan mana terdiri atas ikatan antara individu

dengan individu, antara individu dengan masyarakat antara masyarakat yang satu

dengan masyarakat yang lain. Dalam hubungan hukum ini hak dan kewajiban pihak

yang satu berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak yang lain.93

Ikatan antara individu ini merupakan perjanjian Subekti mendefinisikan

perjanjian adalah suatu hubungan hukum (mengenai kekayaan harta benda) antara

93
Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Cetakan Kedelapan 2006. Hlm 269.
109
dua orang, yang memberi hak pada yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari

yang lainnya, sedangkan yang lainnya ini diwajibkan memenuhi tuntutan itu.94

Hubungan hukum para pengguna Paylater terdiri dari aplikasi,

penyelenggara, pemberi dana dan penerima dana, dimana hubungan hukum tersebut

ditandai dengan adanya sebuah perjanjian, secara ril perjanjian tersebut merupakan

tindakan dari kedua belah pihak atau masing-masing pihak yang bertindak untuk

dan atas nama dirinya atau untuk dan tas nama mewakili perusahaan, dimana pihak

pertama memberikan suatu penawaran (offeror) kemudian penawaran tersebut

diterima oleh penerima (offere) sehingga terciptalah suatu hubungan hukum dengan

tujuan yang jelas di dasari oleh kecakapan, kesepakatan, objek tertentu dan sesuatau

yang halal.95

Pasal 1754 KUH Perdata menyebutkan perjanjian pinjam meminjam adalah

suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain

suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian, dengan syarat

bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis

dan mutu yang sama pula.

Perjanjian menurut Abdulkadir Muhammad memiliki unsur-unsur yaitu ada

pihak-pihak atau subjek minimal dua orang yang saling mengikatkan diri, ada

persetujuan pihak-pihak yang bersifat tetap, ada tujuan yang hendak dicapai, ada

94
R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cet XXXIV, Intermasa, Jakarta, 2010,
Hlm122.
95
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Hukum Perdata di Indonesia, Prestasi Pustaka
Publisher, Jakarta 2006, Hlm 5
110
prestasi yang akan dilaksanakan, ada bentuk perjanjian secara lisan dan tulisan, dan

syarat tertentu sebagai isi perjanjian.96 Syarat sah perjanjian diatur dialam Pasal

1320 KUHPerdata yaitu sepakat, cakap, suatu hal tertentu dan suatu sebab hal yang

halal.

Paylater merupakan sarana pinjam meminjam yang berbentuk online atau

digital, maka bentuk perjanjian kontrak paylater juga berbentuk secara online atau

digital yang di tuangkan didalam perjanjian elektronik, Penerimaan (acceptance)

adalah suatu komunikasi yang dilakukan oleh pihak yang ditawarkan sesuatu

(offeree) kepada pihak yang menawarkan sesuatu (offeror) di mana rangkaian kata-

kata atau Tindakan yang dilakukan secara objektif dapat diterjemahkan atau

diartikan menyetujui penawaran (offer). Pengguna melakukan penerimaan terhadap

penawaran dalam bisnis Fintech secara elektronik yaitu melaluai e-mail atau

webpage. Dalam hal ini perusahaan Fintech melalui website nya telah menyediakan

formular jasa keuangan atau produk keuangan yang bisa diisi secara langsung

oleh calon konsumen sesuai dengan yang dibutuhkan atau calon konsumen

diharuskan untuk terlebih dahulu membuka akun atau mendaftarkan diri menjadi

anggota sebelum kemudian mendapatkan formulir dan melakukan verifikasi data

dan approval melalui e-mail.97

96
Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, Kencana, Jakarta,
2008, Hlm 222
97
E. Santi, B. Budiharto& H. Saptono ‘Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap
Financial Technology (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK. 01/2016)’
(2018) Diponegoro Law Journal Hlm13
111
Subjek dalam perjanjian pinjam meminjam uang adalah pemberi pinjaman

(kreditur) dan penerima pinjaman (debitur). Sementara objek dalam perjanjian

pinjam meminjam uang adalah semua barang-barang yang habis dipakai dengan

syarat barang tersebut harus tidak bertentangan dengan undang-undang,

kesusilaan dan ketertiban umum.

e. Pengawasan Paylater Oleh Otoritas Jasa Keamanan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga Negara yang dibentuk

berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi

menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi

terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan baik di sektor

perbankan, pasar modal, dan sektor jasa keuangan non-bank seperti Asuransi,

Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya.

Secara lebih lengkap, OJK adalah lembaga independen dan bebas dari campur

tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,

pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam

Undang-undang Nomor 21 tersebut.98

Pengawasan yang dilakukan OJK berada pada tahap awal dan tahap akhir,

tahap awal berada pada pengawasan perizinan legalitas Paylater atau Jasa

layanan pinjaman tekhnologi Informasi yang terdaftar di OJK, tahap akhir yaitu

pada saat konsumen mengadu adanya hak-hak yang dilanggar oleh pihak

Paylater.

98
https://www.ojk.go.id/id/Pages/FAQ-Otoritas-Jasa-Keuangan.aspx diakses tanggal 10
April 2021 Pukul 09:00 WIB
112
Berdasarkan Pengaturan hukum paylater yang telah di jelaskan diatas

maka peneliti akan menghubungkan dengan teori kepastian hukum, Kepastian

hukum adalah “sicherkeit des Rechts selbst” (kepastian tentang hukum itu

sendiri). Menurut Satjipto Raharjo terdapat empat hal yang berhubungan

dengan makna kepastian hukum. Pertama bahwa hukum itu positif artinya

bahwa ia adalah perundang-undangan (gesetzliches Recht). Kedua bahwa

hukum itu didasarkan pada fakta (Tatsachen), bukan suatu rumusan tentang

penilaian yang nanti akan dilakukan oleh hakim, seperti “kemauan baik”,

”kesopanan”. Ketiga bahwa fakta itu harus dirumuskan dengan cara yang jelas

sehingga menghindari kekeliruan dalam pemaknaan, di samping juga mudah

dijalankan. Keempat, hukum positif itu tidak boleh sering diubah-ubah.99

Kepastian hukum merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum,

terutama untuk norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan

kehilangan makna karena tidak lagi dapat dijadikan pedoman perilaku bagi

semua orang. Ubi jus incertum, ibi jus nullum (di mana tiada kepastian hukum,

di situ tidak ada hukum).100

Peraturan Paylater terutama Pengaturan Layanan Pinjam Memim

Peraturan Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi

Fintech Nomor 77 /Pojk.01/2016 merupakan peraturan secara tertulis sehingga

wujud dan sifat nya pasti serta mengikat bagi pihak-pihak yang ada didalam

nya, seperti kedudukan para pihak, hak-hak para pihak, kewajiban para pihak

99
M. Yahya harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHP Penyidikan dan
Penuntutan, Sinar Grfika, Jakarta 2002, Hlm 76.
100
Satjipto Rahardjo, Hukum Dalam Jagat Ketertiban, UKI Press, Jakarta, 2006, Hlm 13

113
serta sanksi yang mengatru namun terdapat kelemahan di dalam peraturan

tersebut mengenai kedudukan penyelenggara dan pengguna, pengguna dalam

hal ini terdapat dua pihak yaitu pemberi dana dan penerima dana, jika dikaitkan

dengan Paylater Gojek Padang, pihak Penyelenggara dana Paylater adalah

perusahaan Findaya, sedangkan pemberi dana tidak disebutkan didalam

perjanjian elektronik, perjanjian elektronik hanya menyebutkan bahwa segala

pertanggungjawaban jatuh kepada pihak Findaya apabila terdapat

permasalahan maka pihak findaya lah yang harus bertanggungjawab kepada

konsumen, sehingga terdapat celah hukum yang membuat keraguan dan hukum

menjadi tidak pasti yaitu kedudukan Aplikasi Gojek dan pemberi dana,

pengaturan mengenai kedudukan hukum para pihak didalam perjanjian juga

menimbulkan ketidakpastian, karena didalam perjanjian elektronik hanya

mengatur hubungan hukum antara perusahaan paylater dengan konsumen

dengan segala hak kewajiban serta akibat yang timbul, dari hal tersebut maka

peraturan tidak cukup memadai untuk perlindungan konsumen Paylater Gojek

di kota Padang dikarenakan masih ada hak-hak konsumen yang di langgar.

114
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemaparan pembahasan diatas, maka peneliti akan

memberikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Pengguna Jasa Layanan

Pinjaman Online Paylater Di Indonesia yaitu melalui Undang-undang

No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan No.77/ Pojk.01/2016 Tentang Layanan

Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi dan Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 31 /Pojk.07/2020

Tentang Penyelenggaraan Layanan Konsumen Dan Masyarakat Di

Sektor Jasa Keuangan Oleh Otoritas Jasa Keuangan, Perlindungan

hukum terhadap konsumen Paylater Gojek di Kota Padang belum

efektif dikarenakan masih ada konsumen yang dilanggar hak nya oleh

perusahaan Findaya Fintech Paylater Gojek dan pihak Findaya

melanggar perjanjian baku serta perusahaan Gojek yang tidak

bertanggungjawab

2. Bentuk Kerugian Konsumen Pengguna Jasa Layanan Pinjaman

Online Paylater Gojek di Padang antara lain Pretasan akun paylater,

penurunan limit pinjaman sepihak, sistem yang selalu eror, penagihan

paylater yang tidak jelas, bentuk kerugian ini merupakan tanggung

jawab pihak Paylater Findaya dan telah melanggar hak konsumen

115
seperti pencurian data pribadi yang seharusnya keamanan nya di jaga

oleh Paylater dan melanggar Pasal 26 ayat 1 Undang-undang Nomor

11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, serta

Pasal 19 POJK tentang perjanjian elektronik karena tidak sesuai

dengan ketentuan perjanjian awal

3. Pengaturan Hukum pengguna Paylater di Indonesia diatur didalam

Peraturan Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi

Informasi Fintech Nomor 77 /Pojk.01/2016, Surat Edaran Otoritas

Jasa Keuangan Nomor 18 /Seojk.02/2017 Tentang Tata Kelola Dan

Manajemen Risiko Teknologi Informasi Pada Layanan Pinjam

Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, Peraturan Bank

Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan

Teknologi Finansial dan perjanjian elektronik, pengaturan

penggunaan Paylater belum memadai karena hal tersebut belum

mencerminkan kepastian hukum dikarenakan masih adanya

kekosongan hukum antara pihak Aplikasi yang tidak di sebutkan

didalam perjanjian elektronik.

116
B. Saran

Berdasarkan hasil pemaparan kesimpulan diatas, maka peneliti akan

memberikan saran sebagai berikut:

1. Otoritas Jasa Keuangan sebagai Lembaga yang mengawasi

perusahaan Paylater Fintech seharusnya lebih memperketat aturan dan

pengawasan nya, terutama dalam penerapan prinsip-prinsip

perlindungan konsumen, banyaknya konsumen yang dirugikan

terutama dalam hal keamanan data seharusnya menjadi tugas OJK

untuk menekankan lagi kepada perusahaan Paylater agar keamanan

data dapat di tingkatkan atau menerapkan bahwa perusahaan Paylater

harus mempunyai sistem keamanan data.

2. Penyelesaian hukum dibidang perlindungan konsumen Paylater harus

mencerminkan kepastian hukum, seharusnya permasalahan Paylater

dapat diselesaikan dengan tahap-tahap yang mudah dan proses yang

cepat, OJK harus mempunyai suatu ketentuan batas-batas nominal

kerugian yang harus di tindak lanjuti, jika hanya kerugian yang sangat

kecil, maka OJK harus bisa menekankan Perusahaan Paylater Fintech

untuk menyelesaikan nya dan menanggapi setiap pengaduan dan

keluhan konsumen, sehingga terjadi keseimbangan antara kerugian

yang di derita dengan biaya penanganan masalah yang dikeluarkan.

3. Konsumen sebagai pengguna Paylater di haruskan berhati-hati dalam

menggunakan aplikasi paylater, membaca secara jeli perjanjian

elektronik yang di berikan, membayar cicilan secara tepat waktu agar

117
tidak dikenakan denda, dan menjaga kerahasiaan akun serta pasword

paylater agar tidak disalah gunakan orang lain, jika terdapat

ketidaksesuaian pemakaian terhadap Paylater konsumen diharapkan

langsung segera melakukan pengaduan kepada aplikasi Paylater agar

kendala cepat di proses dan tidak merugikan konsumen.

118
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Agus Santoso, 2015, Hukum, Moral dan Keadilan Sebuah Kajian Filsafat
Hukum, Prenada Media, Jakarta
Amirudin, Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja
grafindo persada, Jakarta
Cst Kansil, dkk, Kamus Istilah Hukum, 2009, Jala Permata Aksara, Jakarta
Ernama, Budiharto, Hendro S., 2017 “Pengawasan Otoritas Jasa
Keuangan Terhadap Financial Technology (Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016),” Diponegoro Law Journal,
Vol. 6, No.3,
Hermansyah, 2008, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, cetakan ke 4
Kencana Prenada Jakarta.
Jan Michiel Otto terjemahan Tristam Moeliono dalam Shidarta, 2006,
Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka Berfikir, PT
Revika Aditama, Bandung
Muhammad Djumhana, 1997, Hukum Perbankan Indonesia, Citra Aditya
Bakti, Bandung
M. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, 1998, Hukum Tata Negara Indonesia,
Sinar Bakti, Jakarta
M. Yahya harahap, 2002, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHP
Penyidikan dan Penuntutan, Sinar Grfika, Jakarta
Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Bagi Rakyat diIndonesia, PT.Bina
Ilmu, Surabaya
R. La Porta “ Investor Protection and Corporate governance” Jurnal Of
financial Economics 58 (1 January) 2000
Satjipto Rahardjo, 1993, Penyelenggaraan Keadilan Dalam Masyarakat
Yang Sedang Berubah Jurnal Masalah Hukum
________2000, Ilmu hukum,Cetakan ke V, Citra Aditya Bakti, Bandung
________2006, Hukum Dalam Jagat Ketertiban, UKI Press, Jakarta
Sentosa Sembiring, 2008, Hukum Perbankan, Cetakan ke-2,Mandar Manju,
Bandung
Setiono, 2004, Rule Of Law (supremasi hukum), Magister Ilmu Hukum
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Shidarta, 2006, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka Berfikir,
PT Revika Aditama, Bandung
Sinta Dewi Rosadi, 2015, CYBER LAW Aspek Data Privasi Menurut
Hukum Internasional, Regional, dan Nasional, PT Refika Aditama,
Bandung
Soerjono Soekanto. 2008, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta.
Subekti dan Tjitrosudibio, 2007, Kitab Undang‐Undang Hukum Perdata,
Pradnya Paramita. Jakarta,
Subekti, 2008, Hukum Perjanjian , Intermasa, Jakarta.

119
Sudikno Mertokusumo dalam Salim Hs, 2010, Perkembangan Teori Dalam
Ilmu Hukum, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta
Titik WIjayanti, 2018, “Pelaksanaan Pemberian Kredit Berbasis Teknologi
Informasi Oleh Fintech Kepada Pelaku Ukm ( Studi Pengawasan
OJK Surakarta)” . Tesis Program Studi Ilmu Hukum Universitas
Muhammadiya, Surakarta

2. Undang-undang

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata


Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 jo Undang-Undang No 19 Tahun 2016
tentang Perubahan atas UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik
SEOJK 18/SEOJK.02/2017 tentang pelaksanaan tata kelola dan manajemen
risiko Teknologi Informasi pada layanan pinjam meminjam uang berbasis
teknologi
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 77/POJK.01/2016, tentang
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (LPMUBTI)

3. Internet dan Sumber Lain


https://lifepal.co.id/media/belanja-pakai-kartu-kredit-atau-paylater/Diakses 27
April 2020 Pukul 08:00WIB
https://www.gojek.com/about/ Diakses 27 April 2020 Pukul 08:00WIB
https://www.gojek.com/paylater/ Diakses 27 April 2020 Pukul 08:02WIB
https://www.findaya.com/tentang/ Diakses 27 April 2020 Pukul 08:15WIB
https://mediakonsumen.com/tag/gojek-paylater Diakses 27 April 2020 Pukul
08:19WIB
https://mediakonsumen.com/2019/04/09/surat-pembaca/pihak-gojek-terkesan-
abai-dalam-mengembalikan-hak-konsumen Diakses 27 April 2020 Pukul
08:15WIB
https://mediakonsumen.com/tag/gojek-paylater Diakses 27 April 2010 Pukul
08:20WIB
https://mediakonsumen.com/2020/01/14/surat-pembaca/tidak-pernah-pakai-
paylater-gojek-tapi-dapat-tagihan Diakses 27 April 2020 Pukul 08:21WIB
https://www.gojek.com/help/paylater/syarat-dan-ketentuan-paylater/ Diakses
27 April 2020 Pukul 08:22WIB

120

Anda mungkin juga menyukai