Anda di halaman 1dari 38

PENENTUAN TARIF KAMAR RAWAT INAP VIP DAN VVIP

PADA PAVILIUN WIJAYA KUSUMA RSUD KOTA SALATIGA

Oleh:
YOANA DYSTA BHIRAWA PUTRI
NIM : 232013144

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis


Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-Persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS


PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

1
2
3
4
5
6
HALAMAN MOTTO

Fa-inna maal usri yusran


Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan
(QS. Al-Insyirah : 5)

Dan bahwa seseorang itu tidak memperoleh apa-apa selain


dari apa yang diusahakannya
(QS. Al-Qomar : 39)

Mulailah sekarng juga untuk mengetahui bagaimana


membuat cara berpikir anda menghasilkan mukjizat bagi diri
anda (David J. Schwartz)

7
ABSTRACT

The purpose of this research is to describe the rates of VIP and VVIP
inpatient rooms at Wijaya Kusuma Pavilion, RSUD Kota Salatiga. The research
method used descriptive qualitative method, using primary data and secondary
data. The primary data were obtained from in-depth interviews with the financial
and legal sections of RSUD Kota Salatiga. Secondary data were in the form of
financial records documents provided by RSUD Kota Salatiga. The results
showed that the determination of VIP and VVIP inpatient room rates at Wijaya
Kusuma Pavilion, RSUD Kota Salatiga is using cost plus pricing method. With a
surplus target of 0%. The study also shows 5 (five) components to determine the
cost of services, namely: the extent of room, bed, equipment, utilities, food and
baverage service and cleaning services, which are determined based on unit cost.

Keywords : Room Rates, VIP and VVIP, Unit Cost, Cost Plus Pricing

8
SARIPATI

Tujuan penelitian ini memberi gambaran secara deskriptif penentuan tarif


kamar rawat inap VIP dan VVIP pada Paviliun Wijaya Kusuma RSUD Kota
Salatiga. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif, dengan
menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara mendalam dengan bagian keuangan dan bagian hukum RSUD Kota
Salatiga. Data sekunder berupa dokumen-dokumen catatan keuangan yang
diberikan oleh pihak RSUD Kota Salatiga. Hasil penelitian menunjukkan
penentuan tarif kamar rawat inap VIP dan VVIP pada Paviliun Wijaya Kusuma
RSUD Kota Salatiga menggunakan metode cost plus pricing. Dengan target
surplus sebesar 0%. Penelitian juga menunjukkan 5 (lima) komponen untuk
menentukan biaya layanan, yaitu luasan kamar, tempat tidur, peralatan, utilitas,
jasa makan dan jasa kebersihan, yang ditetapkan berdasarkan unit cost.

Kata Kunci : Tarif Kamar, VIP dan VVIP, Unit Cost, Cost Plus Pricing

9
KATA PENGANTAR

Tugas Akhir dengan judul Penentun Tarif Kamar Rawat Inap VIP dan
VVIP Pada Paviliun Wijaya Kusuma RSUD Kota Salatiga. Tujuan dari penelitian
ini memberi gambaran secara deskriptif penentuan tarif kamar rawat inap VIP
dan VVIP pada Paviliun Wijaya Kusuma RSUD Kota Salatiga. Narasumber dalam
Tugas Akhir ini yaitu Wakil Direktur Administrasi dan Keuangan, Kepala Bagian
Administrasi dan Keuangan, serta Bagian Hukum RSUD Kota Salatiga.

Penulis menyadari adanya kekurangan yang terdapat dalam penyusunan


Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Semoga penelitian Tugas Akhir ini dapat memberi
manfaat bagi semua pihak di masa sekarang maupun yang akan datang.

Salatiga, 3 Mei 2017

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

10
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmatNya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan Tugas Akhir ini. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan
membantu selama penulis menyelesaikan perkuliahan, serta penulisan Tugas
Akhir ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Allah SWT yang selalu memberi rahmat, taufik dan hidayahNya.


2. Orang tuaku tersayang Bapak Edy Susanto, S.H dan Ibu ST. Nurul Hidayatul
Marah, S.Pd, adikku Auliya Vidia Maulidiyah terimakasih atas segala
dukungan, motivasi, semangat, doa dan ketulusan yang telah diberikan selama
ini.
3. Bapak Marwata, SE, M.Si, Ak., CA., Ph.D selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan arahan serta masukan yang bermanfaat bagi penulis dari
seminar proposal akuntansi hingga selesainya Tugas Akhir ini.
4. Bapak David Adechandra Ashedica Pesudo, SE., M.Ak selaku wali studi yang
telah membantu penulis selama penulis berkuliah di UKSW sehingga penulis
bisa menyelesaikan perkuliahan dengan baik.
5. Direktur RSUD Kota Salatiga, dr. Agus Sunaryo yang telah memberikan izin
kepada penulis dalam proses pencarian data, serta Bapak Drs. Sulistiya selaku
Wakil Direktur Bagian Keuangan dan Administrasi RSUD Kota Salatiga, Ibu
Djumiati selaku Kepala Bagian Keuangan dan Adminstrasi RSUD Kota
Salatiga, Ibu Mitha selaku Kepala Sub Bagian Keuangan dan Admnistrasi
RSUD Kota Salatiga dan Bapak Heri selaku Bagian Hukum RSUD Kota
Salatiga yang telah membantu melengkapi data selama penyusunan.
6. Sahabat terbaikku Ery Rachmawati, Maya Andayani, Eva Christina, Endah
Puspita Sari, yang telah memberikan semangat, bantuan dan doa, serta seluruh
teman yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu, penulis ucapkan
terimakasih.
Salatiga, 3 Mei 2017

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i

11
Pernyataan Tidak Plagiat ................................................................................. ii
Pernyataan Persetujuan Akses.......................................................................... iii
Persetujuan Unggah Skripsi ............................................................................. iv
Lembar Pengesahan ......................................................................................... v
Pernyataan Keaslian Karya Tulis ..................................................................... vi
Halaman Motto................................................................................................. vii
Abstract.............................................................................................................viii
Saripati.............................................................................................................. ix
Kata Pengantar.................................................................................................. x
Ucapan Terima kasih......................................................................................... xi
Daftar Isi........................................................................................................... xii
Daftar Tabel......................................................................................................xiii
Daftar Lampiran................................................................................................xiv
PENDAHULUAN............................................................................................ 1
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 3
Akuntansi Rumah Sakit.................................................................................... 3
Tarif ................................................................................................................. 4
Penentuan Harga Jual........................................................................................ 6
Tujuan Penentuan Harga Jual........................................................................... 7
Metode Penentuan Harga Jual Cost Plus Pricing............................................. 8
METODA PENELITIAN................................................................................. 9
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................ 10
Gambaran Umum RSUD Kota Salatiga........................................................... 10
Penentuan Biaya dan Tarif Layanan................................................................. 12
Penentuan Tarif Layanan Dengan Metode Cost Plus Pricing.......................... 16
SIMPULAN, SARAN, IMPLIKASI DAN KETERBATASAN...................... 20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 21

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tarif Rawat Inap................................................................................... 6


Tabel 2 Visi Dan Misi RSUD Kota Salatiga..................................................... 12
Tabel 3 Komponen Biaya Dalam Perhitungan Tarif Layanan.......................... 14
Tabel 4 Jumlah Kamar Rawat Inap VIP dan VVIP........................................... 16
Tabel 5 Rekap Pengeluaran Utilitas 6 Bulan Terakhir Tahun 2016.................. 18

12
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Penelitian Dari Kesbangpol................................................. 23


Lampiran 2 Surat Penelitian Dari RSUD Kota Salatiga................................... 24
Lampiran 3 Tarif Pelayanan Rawat Inap.......................................................... 25
Lampiran 4 Rekap Pengeluaran Utilitas Tahun 2016....................................... 26

13
14
PENDAHULUAN
New Public Management menjadikan sektor publik sebagai organisasi
penyedia layanan publik yang efektif dan efisien (Subastian 2013). Mardiasmo
(2002) mengungkapkan ketiga komponen yaitu ekonomis, efektivitas dan efisiensi
merupakan dasar pelaksanaan manajemen publik dewasa ini, yaitu ekonomis
dalam pengadaan dan alokasi sumber daya, efisien dalam penggunaan sumber
daya serta efektif dalam pencapaian tujuan dan sasaran. Penelitian Groot dan
Budding (2004) menganalisis pengaruh praktek New Public Management
terhadap keputusan pembiayaan produk dan penetapan tarif jasa pada kota-kota di
Belanda. Hasil penelitian menunjukkan New Public Management berperan dalam
mempengaruhi keputusan penetapan biaya dan tarif, serta untuk menentukan
standar produk jasa yang diberikan.
Salah satu bentuk usaha pelayanan jasa adalah jasa kesehatan, terutama
jasa rumah sakit. Menurut Undang-undang No. 44 Tahun 2009, rumah sakit
merupakan organisasi non-profit, yang memberikan jasa pelayanan sosial di
bidang medis klinis. Pengelolaan unit usaha rumah sakit mempunyai keunikan
tersendiri, karena selain sebagai unit bisnis juga memiliki nilai sosial. Salah satu
fungsi rumah sakit yaitu penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
Dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit memperoleh
penghasilan dari pendapatan jasa dan fasilitas yang diberikan. Salah satunya
adalah jasa rawat inap. Ardiana (2014), penentuan tarif rawat inap merupakan
keputusan yang sangat penting karena mempengaruhi kelangsungan hidup suatu
rumah sakit. Tarif dapat ditentukan berdasarkan harga pokok produk yang
bertujuan untuk menghitung biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pelayanan
jasanya. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 560/MENKES/SK/IV/2003
tentang pola tarif Perjan Rumah Sakit, dasar perhitungan biaya dari setiap jenis
pelayanan dan kelas perawatan diperhitungkan dengan memperhatikan
kemampuan ekonomi masyarakat, standar biaya, serta perhitungan tarif yang
relevan sesuai dengan fasilitas yang diberikan kepada pasien.
Prihastuti (2013) menyatakan penentuan tarif jasa merupakan masalah
yang sangat penting bagi rumah sakit. Dengan tarif yang telah ditetapkan harus
memenuhi standar biaya operasional yang terjadi atau yang telah dikeluarkan oleh
rumah sakit tersebut. Anggaran diperlukan sebagai perhitungan pengeluaran yang

1
tidak terduga dengan selisih beban yang dikeluarkan, dimana dalam penyusunan
anggaran, pengeluaran biaya operasional rumah sakit dapat dikendalikan dengan
penetapan tarif standar, sehingga kemungkinan besar rumah sakit akan mampu
menutup biaya operasional yang dikeluarkan. Putri (2014) mencatat penentuan
tarif kamar rawat inap merupakan suatu keputusan yang dapat mempengaruhi
biaya pelayanan yang diberikan. Pendapatan rumah sakit berasal dari pelayanan
jasa dan fasilitas yang diberikan. Salah satu fasilitas tersebut adalah kamar rawat
inap VIP dan VVIP, dimana kamar tersebut ditujukan bagi pasien rawat inap
dengan fasilitas yang lebih baik, bagus dan exclusive.
Peraturan Walikota Salatiga No. 39 Tahun 2010 mendefinisikan Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) sebagai rumah sakit umum daerah milik pemerintah
daerah yang melaksanakan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum.
Pengelolaan keuangan RSUD dilaksanakan berdasarkan ketentuan perundang-
undangan bidang pengelolaan daerah dan pola pengelolaan keuangan badan
layanan umum. Dalam prakteknya, penetapan retribusi pelayanan kesehatan pada
RSUD dikenakan untuk kelas pelayanan tertentu dan non kelas pelayanan. Kelas
pelayanan tertentu terdiri dari kelas utama yang meliputi VIP dan VVIP, kelas I,
kelas II, dan kelas III. Sedangkan, untuk non kelas pelayanan meliputi pendidikan
dan pelatihan, penelitian dan kegiatan penunjang lainnya. Pengenaan akomodasi
RSUD sebagai penggunaan fasilitas ruang rawat inap menimbulkan biaya tetap
(fixed cost) dan biaya variabel. Dalam hal ini, fasilitas ruang rawat inap meliputi
tempat tidur yang tercatat dan tersedia di ruang rawat inap serta seluruh fasilitas
yang tersedia didalamnya.
Penelitian penentuan tarif kamar pada Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) pernah diteliti oleh Supriyani (2010) yang menganalisis penentuan tarif
kamar VIP pada RSUD di Surakarta. Prihastuti (2013) menganalisis perbandingan
hasil perhitungan tarif jasa kamar inap berdasarkan metode cost plus pricing
melalui pendekatan full costing pada RSUD di Yogyakarta. Serta, Putri (2014)
yang menganalisis perhitungan tarif rawat inap rumah sakit dengan metode
Activity Based Costing pada RSUD di Kota Demak. Penelitian sebelumnya
melakukan analisis dan perhitungan serta membandingkan hasil perhitungan tarif
kamar rawat inap RSUD berdasarkan metode Cost Plus Pricing maupun Actvity
Based Costing. Sedangkan penelitian ini hanya akan mendiskripsikan dan

2
memberi gambaran bagaimana penentuan tarif kamar rawat inap VIP dan VVIP
pada paviliun wijaya kusuma RSUD Kota Salatiga.
Masalah penelitian ini adalah bagaimana penentuan tarif kamar rawat inap
khususnya pada VIP dan VVIP Paviliun Wijaya Kusuma RSUD Kota Salatiga
mengingat RSUD Kota Salatiga adalah satu-satunya rumah sakit umum milik
pemerintah daerah yang dimungkinkan dalam penentuan tarif kamar rawat inap
rumah sakit tersebut terjadi monopoli.
Penelitian ini akan mendeskripsikan dan memberi gambaran penentuan
tarif kamar rawat inap VIP dan VVIP pada Paviliun Wijaya Kusuma RSUD Kota
Salatiga. Penelitian bertujuan untuk memberi gambaran secara deskriptif
penentuan tarif kamar rawat inap VIP dan VVIP pada Paviliun Wijaya Kusuma
RSUD Kota Salatiga. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menunjukkan
penentuan tarif kamar rawat inap VIP dan VVIP pada Paviliun Wijaya Kusuma
RSUD Kota Salatiga, sebagai bentuk layanan jasa yang diberikan kepada pasien.

TINJAUAN PUSTAKA
Akuntansi Rumah Sakit
Akuntansi Rumah Sakit merupakan salah satu kegiatan manajemen
keuangan dan sasaran pertama yang harus diperbaiki agar dapat memberikan data
dan informasi, yang mendukung manajer rumah sakit dalam pengambilan
keputusan serta pengendalian kegiatan rumah sakit. Djuhaeni (2006) menyatakan
rumah sakit pemerintah merupakan unit kerja dari Instansi Pemerintah yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum.
Permasalahan yang selalu timbul adalah sulitnya memprediksi kebutuhan
pelayanan yang diperlukan masyarakat maupun kebutuhan sumber daya untuk
mendukungnya. Dilain pihak, Rumah Sakit harus siap setiap saat dengan sarana,
prasarana, tenaga maupun dana yang dibutuhkan untuk mendukung pelayanan.
Rumah Sakit sebagai unit sosial dihadapkan pada semakin langkanya sumber dana
untuk membiayai kebutuhannya, padahal di lain pihak rumah sakit diharapkan
dapat bekerja dengan tarif yang dapat terjangkau oleh masyarakat luas (Djuhaeni
2006).
Amanat Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa
tahun 2011 diharapkan semua Rumah Sakit pemerintah (RS Vertikal maupun
RSUD) sudah menjadi Badan Layanan Umum (BLU) / Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD). Pada tahun 2005 dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 23

3
Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2007 yang
mengatur tentang pengelolaan keuangan pada BLU dimana semua Rumah Sakit
pemerintah harus berubah statusnya menjadi BLU/BLUD. Aturan ini menjadi
landasan hukum bagi rumah sakit pemerintah untuk lebih mandiri di bidang
keuangan. Dengan demikian, prinsip efisiensi harus menjadi bagian dari sistem
manajemen. Ini juga menjadi starting point untuk meningkatkan sistem
manajemen di rumah sakit pemerintah dalam pengelolaan yang lebih berjiwa
enterpreneurship dengan menerapkan konsep bisnis secara sehat.
Ada beberapa syarat lain yang harus dipersiapkan untuk mendukung pola
pengelolaan keuangan BLU yaitu 1) Pola tarif berbasis unit cost dan mutu layanan
(Unit Cost dan Tarif); 2) RBA (Rencana Bisnis Anggaran) berbasis akuntansi
biaya; 3) Remunerasi; 4) Sistem Akuntansi dan Keuangan Lembaga-lembaga
pelayanan publik seperti rumah sakit, Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes),
Puskesmas dan sebagainya membutuhkan status BLU untuk meningkatkan
kinerjanya. Paradigma baru tentang pengelolaan keuangan negara sesuai dengan
paket peraturan perundang-undangan di bidang keuangan negara, mengandung
tiga kaidah manajemen keuangan Negara, yaitu: orientasi pada hasil (mutu
layanan), profesionalitas serta akuntabilitas dan transparansi (PERSI 2011).
Tarif
Menurut Tjiptono (2001), penentuan harga diungkapkan dengan berbagai
istilah, salah satunya adalah tarif. Dari sudut pandang pemasaran, tarif sebagai
ukuran yang ditukarkan untuk memperoleh hak penggunaan suatu barang atau
jasa. Menurut Ardiana (2014), penentuan tarif bagi rumah sakit pemerintah telah
ditetapkan melalui Surat Keputusan Menkes atau Peraturan Daerah (Perda).
Penentuan tarif pada rumah sakit ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 560/MENKES/SK/IV/2003 tentang
Pola Tarif Perjan Rumah Sakit dan Peraturan Pemerintah Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1165/MENKES/SK/XI/2007 tentang Pola Tarif Pelayanan
Umum.
Peraturan Walikota Salatiga No. 39 Tahun 2010 tentang tarif retribusi
pelayanan kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) menunjukkan
penetapan tarif retribusi pelayanan kesehatan merupakan pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa pelayanan kesehatan yang diberikan oleh RSUD untuk

4
kepentingan orang pribadi. Penetapan tarif retribusi dimaknai sebagai nilai rupiah
yang ditetapkan untuk menghitung besarnya retribusi yang terhutang untuk
memperoleh hak penggunaan suatu barang atau jasa. Tarif retribusi pelayanan
kesehatan pada pengembangan RSUD dikenakan untuk masing-masing kelas
pelayanan, baik kelas utama (VIP dan VVIP) maupun kelas I, II dan III.
Peraturan Walikota Salatiga No. 27 Tahun 2012 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) menyatakan rincian besarnya tarif retribusi pelayanan kesehatan
disesuaikan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Salatiga tentang Retribusi Jasa
Umum. Peraturan Walikota Salatiga No. 13 Tahun 2016 tentang Aturan Internal
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) pasal 65, menyebutkan tarif layanan RSUD
diusulkan oleh direktur rumah sakit kepada walikota sesuai ketentuan yang
berlaku. Tarif dan perubahannya dapat dilakukan secara keseluruhan maupun per
unit layanan. Dalam hal ini retribusi pelayanan kesehatan dipahami sebagai
pembayaran atas pelayanan kesehatan di RSUD. Sedangkan tarif adalah sebagian
atau seluruh biaya penyelenggaraan pelayanan di RSUD yang dibebankan kepada
pasien sebagai imbalan atas jasa pelayanan yang diterima.
Berikut adalah tarif rawat inap untuk VIP dan VVIP yang berlaku sesuai
lampiran Peraturan Walikota Salatiga No. 27 Tahun 2012 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Retribusi Jasa Pelayanan Kesehatan RSUD Kota Salatiga.

Tabel 1
Tarif Rawat Inap
NO JENIS PELAYANAN TARIF (Rp)
VIP VVIP
A Biaya sarana RS
1 Akomodasi 210,000 260,000
2 Catatan medik/CM (sekali) 6,500 6,500

B Biaya Pelayanan
1 Jasa visite dokter/drg spesialis 65,000 75,000
2 Jasa visite dokter/drg umum 39,000 45,000
3 Jasa konsul dr/drg spesialis 65,000 75,000
4 Jasa pelayanan konsultasi
a. Sarjana 35,000 42,000
b. Akademik 17,500 21,000
5 Jasa asuhan keperawatan 28,500 39,000
6 Jasa asuhan gizi 9,500 13,000

5
7 Jasa rekam medik (sekali) 9,000 10,500
8 Jasa boga 4,500 5,500
9 Jasa portir 4,000 5,400
10 Jasa pembacaan resep tiap R/ utk
a. Non racikan 500 500
b. Racikan 1,000 1,000
11 Jasa pelaksaan administrasi rawat inap 12,000 15,000
Sumber : Peraturan Walikota Salatiga No. 27 tahun 2012
Penentuan Harga Jual
Menurut Mulyadi (2001), ada 4 (empat) metode penentuan harga jual, di
mana dalam metode tersebut, biaya merupakan titik tolak perumusan kebijakan
harga jual. Metode penentuan harga jual tersebut meliputi:
a. Penentuan Harga Jual Normal (Normal Pricing) atau Cost Plus Pricing
Metode penentuan harga jual normal (Normal Pricing) atau Cost
Plus Pricing ditentukan dengan menambah biaya masa yang akan datang
dengan suatu persentase markup (tambahan di atas jumlah biaya) yang
dihitung dengan formula tertentu.
b. Penentuan Harga Jual dalam Cost-type contract (Cost-type Contract
Pricing)
Cost-type contract adalah kontrak pembuatan produk atau jasa di
mana pihak pembeli setuju membeli produk atau jasa pada harga yang
didasarkan total biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen,
ditambah dengan laba yang dihitung sebesar persentase tertentu dari total
biaya sesungguhnya tersebut.
Dalam cost-type contract, harga jual yang dibebankan kepada
customer dihitung berdasarkan biaya penuh sesungguhnya yang telah
dikeluarkan untuk memproduksi dan memasarkan produk.
c. Penentuan Harga Jual Pesanan Khusus (Special Order Pricing)
Pesanan khusus merupakan pesanan yang diterima oleh perusahaan
di luar pesanan reguler perusahaan. Biasanya customer yang melakukan
pesanan khusus, meminta harga dibawah harga jual normal, bahkan
seringkali harga yang diminta oleh customer berada dibawah biaya penuh,
karena biasanya pesanan khusus mencakup jumlah yang besar.
d. Penentuan Harga Jual Produk atau Jasa yang dihasilkan oleh Perusahaan
yang diatur dengan Peraturan Pemerintah

6
Produk dan jasa yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan
pokok masyarakat seperti listrik, air, telepon dan jasa transportasi diatur
dengan Peraturan Pemerintah. Harga jual produk dan jasa tersebut
ditentukan berdasarkan biaya penuh masa yang akan datang ditambah
dengan laba yang diharapkan. Dalam penentuan harga jual yang diatur
Pemerintah, biaya penuh masa yang akan datang dipakai sebagai dasar
penentuan harga jual dan dihitung dengan menggunakan full costing.
Tujuan Penentuan Harga Jual
Swastha (2007) menjelaskan tujuan penentuan harga jual adalah sebagai
berikut:
a. Mendapatkan laba maksimum (Target Surplus)
Penentuan harga ditentukan oleh penjual dan pembeli. Makin besar
daya beli konsumen, semakin besar pula kemungkinan penjual
menetapkan tingkat harga yang lebih tinggi. Dengan demikian, penjual
mempunyai harapan mendapatkan keuntungan maksimum sesuai dengan
kondisi yang ada.
b. Mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan
Harga yang dapat dicapai dalam penjualan dimaksudkan untuk
menutup investasi secara berangsur-angsur. Dana yang dipakai untuk
mengembalikan investasi hanya bisa diambilkan dari laba perusahaan, dan
laba hanya bisa diperoleh bila harga jual lebih besar dari jumlah biaya
seluruhnya.
c. Mencegah atau mengurangi persaingan
Tujuan mencegah atau mengurangi persaingan dapat dilakukan
melalui kebijakan harga. Hal ini dapat diketahui bila para penjual
menawarkan barang dengan harga yang sama. Oleh karena itu, persaingan
hanya mungkin dilakukan tanpa melalui kebijakan harga, tetapi dengan
pelayanan jasa (service) yang lain.
Metode Penentuan Harga Jual Cost Plus Pricing
Mulyadi (2001) mendefinisikan Cost Plus Pricing sebagai penentuan
harga jual dengan cara menambahkan laba yang diharapkan di atas biaya penuh
masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk. Harga jual

7
berdasarkan Cost Plus Pricing dihitung dengan rumus yang digunakan untuk
menghitung harga jual dalam keadaan normal, sebagai berikut:

Harga Jual = Taksiran Biaya Penuh + Target Surplus


Dengan demikian ada 2 (dua) unsur yang diperhitungkan dalam penentuan
harga jual ini, yaitu taksiran biaya penuh dan target surplus. Mulyadi (2001)
menambahkan penyusunan anggaran diperlukan untuk perencanaan laba (target
surplus). Manajemen memerlukan informasi akuntansi untuk mempertimbangkan
berbagai dampak terhadap alternatif yang dipilihnya. Target surplus perusahaan
dalam jangka pendek dipengaruhi oleh besarnya pendapatan, biaya variabel, dan
biaya tetap.
Taksiran biaya penuh dapat dihitung dengan 2 (dua) pendekatan, yaitu full
costing dan variable costing. Dalam pendekatan full costing, taksiran biaya penuh
dapat dihitung dengan rumus:

Taksiran Biaya Penuh


= (biaya bahan baku + biaya tenaga kerja langsung + biaya overhead pabrik)
+ (biaya administrasi dan umum + biaya pemasaran )

Sedangkan taksiran biaya penuh dengan pendekatan variable costing dapat


dihitung dengan rumus:

Taksiran Biaya Penuh


= biaya variabel + biaya tetap
= (biaya bahan baku + biaya tenaga kerja langsung + biaya overhead pabrik
variabel + biaya administrasi dan umum variabel + biaya pemasaran variabel)
+ (biaya
Dalamoverhead
keadaanpabrik tetapharga
normal, + biaya administrasi
jual danmenutup
harus dapat umum tetap + biaya
biaya penuh dan
pemasaran tetap)
dapat menghasilkan laba yang diharapkan. Laba yang diharapkan dihitung
berdasarkan investasi yang ditanam untuk menghasilkan produk atau jasa.

METODA PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus, dimana objek penelitian
dilakukan pada jasa pelayanan rawat inap kamar VIP dan VVIP Paviliun Wijaya
Kusuma RSUD Kota Salatiga. Jenis data yang digunakan adalah data primer
dengan wawancara mendalam (indepth interview) pada kepala bagian keuangan
dan administrasi, kepala bagian hukum dan wakil direktur bagian keuangan dan
administrasi RSUD Kota Salatiga, serta menggunakan data sekunder melalui
dokumen-dokumen catatan keuangan yang diberikan oleh pihak RSUD Kota
Salatiga, yang terdiri dari daftar tarif rawat inap VIP dan VVIP Paviliun Wijaya

8
Kusuma RSUD Kota Salatiga dan laporan pengeluaran biaya operasional seperti
listrik, air dan biaya operasional lainnya.
Pertanyaan yang diajukan kepada narasumber dikelompokkan menjadi 3
(tiga) bagian, yaitu bagian pertama tentang komponen-komponen yang
dibebankan pada penggunaan kamar rawat inap VIP dan VVIP Paviliun Wijaya
Kusuma RSUD Kota Salatiga, bagian kedua tentang besarnya biaya yang
dibebankan pada masing-masing komponen rawat inap VIP dan VVIP Paviliun
Wijaya Kusuma RSUD Kota Salatiga, serta bagian ketiga tentang penentuan tarif
kamar inap VIP dan VVIP Paviliun Wijaya Kusuma RSUD Kota Salatiga
berdasarkan pembebanan biaya masing-masing komponen yang berasal dari
dokumen-dokumen keuangan yang disajikan RSUD Kota Salatiga.
Metode analisis data penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif untuk
mendeskripsikan dan menggambarkan penentuan tarif kamar rawat inap VIP dan
VVIP Paviliun Wijaya Kusuma RSUD Kota Salatiga. Metode deskriptif kualitatif
digunakan untuk menyajikan komponen-komponen yang digunakan dan
dibebankan sebagai biaya rawat inap pada kamar VIP dan VVIP, sebagai
penentuan tarif kamar rawat inap VIP dan VVIP Paviliun Wijaya Kusuma RSUD
Kota Salatiga. Analisis deskriptif menggunakan software Microsoft Excel, dengan
mengelompokkan data-data yang sudah terkumpul, menghitung persentase
masing-masing komponen, kemudian membuat analisis dari hasil yang telah
diolah.
Langkah-langkah analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi komponen-komponen yang dibebankan pada penggunaan
kamar rawat inap VIP dan VVIP Paviliun Wijaya Kusuma RSUD Kota
Salatiga,
2. Identifikasi besarnya biaya yang dibebankan pada masing-masing
komponen rawat inap VIP dan VVIP Paviliun Wijaya Kusuma RSUD Kota
Salatiga, serta
3. Identifikasi penentuan tarif kamar inap VIP dan VVIP Paviliun Wijaya
Kusuma RSUD Kota Salatiga berdasarkan pembebanan biaya pada
masing-masing komponen, dan dari data dokumen-dokumen keuangan
yang diberikan oleh RSUD Kota Salatiga.

9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum RSUD Kota Salatiga
Pada awal berdiri tahun 1978, RSUD Kota Salatiga masih menumpang di
Rumah Sakit DKT Salatiga dan berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No.
134/MENKES/SK/IV/178, status RSUD saat itu adalah RSU Kelas D. Tanggal 1
Mei 1983, RSUD resmi menempati gedung baru di Jalan Osamaliki No. 19
Salatiga dan menjadi RSU kelas C pada tahun 1988 dengan SK Menteri
Kesehatan RI No. 105/MENKES/SK/88. Tahun 1992, RSU Kota Salatiga
melaksanakan uji coba sebagai RSU Unit Swadana Daerah dengan adanya SK
Walikotamadya Tk. II Salatiga No. 445/042 Tahun 1993. RSU Kota Salatiga resmi
menjadi RSU Unit Swadana Daerah pada tahun 1993 dengan keluarnya SK
Menteri Dalam Negeri No. 45/2142/PUOD dan Peraturan Daerah Kodya Dati II
Salatiga Nomor 9 Tahun 1993. Tahun 2009, RSU Salatiga menjadi Rumah Sakit
Kelas B Non Pendidikan dengan SK Menteri Kesehatan No.
823/MENKES/SK/IX/2009, kemudian tahun 2011 RSU Kota Salatiga menjadi
RSU Kelas B Pendidikan dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.
HK.03.05/III/2960/II. Akhir tahun 2012 RSUD Kota Salatiga Lulus Akreditasi
Rumah Sakit Tingkat Lengkap 16 Pelayanan berdasarkan Kars. Sert/370/1/2012
Sertifikat Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
Berdasarkan Peraturan Walikota Salatiga No. 13 Tahun 2016 tentang
Aturan Internal Rumah Sakit Umum Daerah (Hospital By Laws), RSUD Kota
Salatiga memiliki visi dan misi berikut:

10
Tabel 2
Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Salatiga
No VISI MISI TUJUAN MOTTO
1 Mewujudkan a. Menyelenggarakan a. Terwujudnya Keselamatan,
rumah sakit pelayanan RSUD sebagai Kesembuhan, dan
pendidikan yang kesehatan unit pelayanan Kepuasan Anda
menjadi
mandiri sebagai paripurna, berhasil kesehatan kelas
Kebahagiaan
pilihan utama guna dan berdaya B pendidikan Kami
dengan guna yang memenuhi
pelayanan yang b. Melaksanakan standar fisik,
bermutu proses perubahan peralatan medis,
terus-menerus teknik dan
dalam pemenuhan administrasi
kebutuhan manajemen
pelayanan prima b. Terwujudnya
c. Meningkatkan pelayanan
kualitas sumber prima (excellent
daya manusia service) di
melalui pendidikan RSUD
kedokteran c. Meningkatkan
berkelanjutan kualitas sumber
dengan kebutuhan daya manusia
stratejik d. Meningkatkan
d. Meningkatkan mutu pelayanan
kesejahteraan kesehatan di
karyawan RSUD
e. Tersedianya
data evidence
base dengan
menerapkan
sistem
informasi
manajemen
rumah sakit
lebih bermutu
sehingga dapat
mendukukung
pelayanan
f. Meningkatkan
pelaksanaan
sistem reward
and punishment
dalam rangka
mewujudkan
kinerja dan
kesejahteraan
karyawan
Sumber : Peraturan Walikota Salatiga No. 13 Tahun 2016
Penentuan Biaya dan Tarif Layanan
Penentuan biaya layanan pada RSUD Kota Salatiga diawali dengan
melakukan perencanaan dengan meninjau kembali komponen biaya satuan

11
pembiayaan (unit cost), serta melakukan evaluasi terhadap masing-masing biaya
yang dibebankan. Berikut adalah penjelasan dari narasumber:
Perhitungan semua biaya rumah sakit menggunakan unit cost. Semua
apapun yang digunakan sebagai fasilitas dihitung menjadi biaya dan juga
dibebankan menjadi biaya. Ya pokoknya semua fasilitas yang didapat oleh
pasien rawat inap di VIP maupun VVIP masuk dalam biaya akomodasi dan
jadi beban biaya yang ada.

Perencanaan pembebanan biaya diperhitungkan berdasarkan setiap


komponen atau item yang kemudian menjadi penentu munculnya biaya dan
sebagai dasar perhitungan tarif. Dari biaya-biaya yang timbul, diajukan oleh tim
satgas tarif yang salah satu anggota timnya adalah kepala bagian keuangan dan
administrasi RSUD Kota Salatiga. Tim satgas tarif tersebut memilah komponen-
komponen atau item fasilitas yang dikenai biaya. Pada penggunaan fasilitas kamar
rawat inap VIP dan VVIP, tim satgas tarif mengelompokkan menjadi 5 (lima)
komponen yaitu seperti yang dijelaskan oleh narasumber sebagai berikut:
Untuk kamar inap VIP dan VVIP ya semua fasilitas apapun yang ada di
dalam kamar itu jadi bahan munculnya biaya. Kan fasilitasnya lebih
lengkap daripada kamar inap kelas lainnya. Yang kita lihat yang paling
besar adalah komponen luas kamar. Luas kamar VIP dan VVIP kan mesti
lebih besar Mbak, karena didalamnya ada fasilitas peralatan lain seperti
sofa tunggu, almari, kulkas, AC, TV dan meja. Bahkan di ruang VVIP
malah ada meja tamunya. Nah peralatan-peralatan itu juga kami hitung
sebagai komponen atau item biaya dalam menghitung tarif. Nah, kalau
untuk fasilitas tempat tidur ya dihitung detail. Mulai dari selimut, sprei,
dan bantal. Bednya juga lebih empuk dari kelas yang lain. Wong harga
bednya juga lebih mahal kok Mbak. Terus untuk listrik air telepon juga
kami hitung, karena listrik pasti dipanjer 24 jam dan untuk bayar
komponen lain seperti jasa kebersihan dan jasa makan. Dikamar VIP dan
VVIP dibersihkan 2x sehari. Untuk makannya dapat jatah 3x makan dan 2x
snack.

Pembagian komponen penentu dalam fasilitas kamar inap VIP dan VVIP
dari wawancara di atas terbagi menjadi 5 (lima), yaitu luasan kamar, peralatan,
tempat tidur, pemakaian utilitas dan komponen lain seperti jasa kebersihan dan
jasa makan. Ibu Djumiati sebagai kepala bagian keuangan dan administrasi RSUD
Kota Salatiga menegaskan infus sebagai komponen biaya obat, sehingga tidak
diperhitungkan dalam perhitungan tarif kamar dan akomodasi. Fasilitas telepon
hanya bisa digunakan untuk komunikasi antar ruang saja.

Perhitungan biaya menggunakan unit cost yang dijelaskan narasumber


sebagai berikut:

12
Kalau kamar itu dihitung menggunakan unit cost. Harga pokoknya lalu
ditambah laba. Tetapi laba 0%. Memang pada dasarnya menerapkan laba,
tapi untuk sarana dan prasaran tidak diperbolehkan mengambil laba. Yang
diperbobelahkan hanya pada penjualan obat, ya boleh menaikkan paling
15-20% Mbak, tidak banyak-banyak, kan kita rumah sakit milik daerah.
Perhitungan untuk listrik, air dan telepon juga begitu. Ya cuman pakai
kira-kira aja mbak, misal listrik kira-kira dalam sehari apabila semua alat
dan fasilitas dikamar itu menyala menghabiskan berapa watt, hanya
perkiraan saja.

Tabel 3
Tabel Estimasi Komponen Biaya
No Komponen Persentase
1 Luasan Kamar 50 %
2 Tempat Tidur (bed) 20 %
3 Peralatan 10 %
4 Utilitas 10 %
5 Komponen Lain
a. Jasa Makan 7%
b. Jasa Kebersihan 3%
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Tabel 3 di atas menunjukkan estimasi persentase alokasi biaya pada
masing-masing komponen yang dibebankan dalam penentuan tarif kamar rawat
inap VIP dan VVIP di Paviliun Wijaya Kusuma RSUD Kota Salatiga. Persentase
terbesar adalah luasan kamar, kemudian tempat tidur, peralatan yang disediakan,
utilitas serta jasa makan dan jasa kebersihan.
Sumber pendapatan RSUD Kota Salatiga atau selanjutnya disebut
pendapatan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) bersumber dari jasa layanan
(salah satunya rawat inap), hibah, hasil kerjasama dengan pihak lain, APBD,
APBN, serta pendapatan BLUD lain-lain yang sah. Hasil wawancara dengan
narasumber menunjukkan:
Ya sumber pendapatan rumah sakit namanya pendapatan BLUD Mbak.
Subsidi dari pemerintah kurang kalau hanya untuk pembangunan dan lain-
lain, jadi kita mengandalkan dari selisih kenaikan harga jual obat itu
Mbak, lumayan.

Dari wawancara di atas menunjukkan harga jual obat dapat dinaikkan


dengan memperhatikan Harga Eceran Tertinggi atau harga pasaran umum dengan
marjin keuntungan paling banyak sebesar 25%. Aturan tersebut tertuang dalam
Peraturan Walikota Salatiga No. 27 Tahun 2012 pasal 5 tentang perhitungan biaya
habis pakai.

13
Lebih lanjut, perhitungan biaya yang dibebankan hanya berasal dari
seluruh fasilitas yang disediakan tanpa memperhitungkan adanya beban depresiasi
atau penyusutan. Berikut wawancara dengan narasumber:
belum Mbak. RSUD belum memperhitungkan penyusutan atas peralatan
atau barang-barang yang ada dalam kamar sebagai fasilitas. Kami belum
menghitung itu. Itu akan menjadi kajian kami untuk ke depannya. Tapi
untuk saat ini belum menghitung.

Aturan internal RSUD Kota Salatiga untuk menentukan besarnya tarif


pelayanan kamar VIP dan VVIP berbeda dengan aturan tarif pelayanan kamar
kelas I, II dan III. Kepala bagian hukum RSUD Kota Salatiga menyatakan
Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2011 hanya mengatur besarnya tarif layanan
kamar kelas III saja. Sedangkan, tarif pelayanan kamar kelas II, I, VIP dan VVIP
diatur oleh Peraturan Walikota Salatiga No. 27 Tahun 2012. Berikut wawancara
dengan kepala bagian hukum RSUD Kota Salatiga:
Penentuan tarif kamar rawat inap itu berdasarkan unit cost Mbak. Jadi
semua fasilitas yang dipakai masing-masing kamar ya itu dihitung sebagai
tagihannya.

Kalau untuk kamar VIP dan VVIP jelas saja lebih mahal tarifnya karena
fasilitas lebih komplit dari kelas yang lain. Itu diatur kok Mbak, di perwali
(baca: peraturan walikota). Malah perwali itu juga isinya menentukan
besarnya tarif pelayanan kamar untuk kelas I dan II, sedangkan yang
kamar kelas III itu di atur di perda (baca: peraturan daerah).

Untuk menentukan tarif kamar rawat inap, RSUD tidak menentukan


sendiri. Pihak rumah sakit melibatkan pihak ketiga (konsultan) untuk
memperhitungkan besaran tarif masing-masing unit. Konsultan akan
menghitung lalu melaporkan kepada kami, nanti kami analisa, kami lihat
tarif dihitung oleh konsultan itu, kemudian melihat daya beli masyarakat
juga Mbak. Kebijakan internal RSUD dengan patokan perhitungan tarif
dari konsultan. Ya intinya, disesuaikan dengan kemampuan daya beli
masyarakat.

Lebih lanjut, kepala bagian hukum RSUD Kota Salatiga menjelaskan


peruntukan gedung Paviliun Wijaya Kusuma digunakan bagi ruang kamar
inap VIP dan VVIP. Berikut tabel 4 yang menunjukkan jumlah ruang kamar
VIP dan VVIP pada Paviliun Wijaya Kusuma:

Tabel 4
Jumlah Kamar Rawat Inap VIP dan VVIP
Gedung VIP VVIP

14
Wijaya Kusuma Lantai 2 11 2
Wijaya Kusuma Lantai 3 11 2
Wijaya Kusuma Lantai 4 10 2
Total 32 6
Total Kamar Keseluruhan 38
Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Narasumber juga menambahkan, di gedung Paviliun Wijaya Kusuma juga


ditempati 12 ruang kamar inap kelas IA dengan penggunaan 1 kamar untuk 2
pasien.
Penentuan Tarif Layanan Dengan Metode Cost Plus Pricing
Penentuan harga jual atau dalam hal ini disebut tarif layanan bagi rumah
sakit dimaknai sebagai nilai rupiah yang ditetapkan untuk menghitung besarnya
retribusi yang terutang. Penentuan tarif bagi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kota Salatiga merupakan usulan yang diajukan oleh direktur rumah sakit kepada
walikota sesuai ketentuan yang berlaku, dimana tarif dan perubahannya dilakukan
secara menyeluruh maupun per unit layanan. Sesuai Peraturan Walikota Salatiga
No. 13 Tahun 2016 pasal 65 tentang Aturan Internal RSUD, menyebutkan besaran
tarif layanan RSUD diusulkan oleh direktur rumah sakit yang disesuaikan dengan
besaran biaya sesuai fasilitas yang diberikan masing-masing unit layanan.
Secara teori, Mulyadi (2001) menunjukkan metode penentuan harga jual
(tarif layanan) menggunakan cost plus pricing, dimana penentuan harga jual (tarif
layanan) dengan cara menambahkan laba yang diharapkan diatas biaya penuh
untuk menghasilkan sebuah jasa layanan. Penetapan tarif dengan metode cost plus
pricing dihitung berdasarkan taksiran biaya penuh ditambah target surplus yang
diharapkan. Target surplus yang dimaksudkan di sini adalah perencanaan laba
yang diperlukan saat penyusunan anggaran, penentuan biaya, dan penentuan tarif
layanan. Sedangkan taksiran biaya penuh yang dimaksud adalah pendekatan full
costing dengan menambahkan seluruh biaya, baik biaya tenaga kerja langsung
serta biaya yang dibebankan dari fasilitas yang diberikan. Dalam keadaan normal,
target surplus digunakan untuk membantu menutup biaya penuh dan
menghasilkan laba yang diharapkan. Laba yang diharapkan berdasarkan investasi
jangka panjang untuk pembangunan sarana prasarana dan penyediaan fasilitas
masing-masing unit. Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil direktur
keuangan dan administrasi RSUD Kota Salatiga menyatakan penentuan harga jual

15
(tarif layanan) kamar rawat inap di RSUD Kota Salatiga, khususnya pada kelas
VIP dan VVIP menggunakan metode penentuan tarif cost plus pricing. Walaupun
dalam prakteknya, narasumber menyatakan menggunakan target surplus 0%.
Berikut jawaban narasumber ketika diwawancarai:
Kan penentuan tarif kamarnya berdasarkan unit cost Mbak. Semua
fasilitas yang ada di kamar VIP dan VVIP dihitung sebagai beban. Lalu
dari itungan tadi di tagihkan kepada pasien. Ya kalau RSUD tidak berani
golek bathi dewe Mbak. Soalnya kan semua sarana dan prasarana yang
ada di RSUD itu dananya dari subsidi pemerintah. Fasilitasnya juga
subsidi. Jadi ya mosok kita cari bathi Mbak. Wong kita aja gak ngluarin
biaya kok, itu dikasih dari pemerintah.

Ya intinya Mbak, penentuan tarif untuk kamar rawat inap baik kelas I, II,
III, VIP dan VVIP di rumah sakit ini tidak boleh ada kenaikan. Rumah sakit
hanya boleh menentukan tarif berdasarkan seluruh komponen yang
diperhitungkan menjadi beban, seperti yang saya jelaskan kemarin to
Mbak.

Untuk utilitas listrik, air dan telepon, semua rekening atas nama RSUD
dan bukan atas nama paviliun. Artinya seluruh utilitas yang dibayarkan
RSUD untuk semua kebutuhan, baik di gedung rumah sakit lama maupun
gedung paviliun yang baru, termasuk penggunaan lift yang ada di paviliun.
Itu pasti listriknya lebih banyak, terus di ruang bedah dan oprasi alat-alat
medis dan CT Scan juga butuh listrik banyak.

Dari wawancara di atas menunjukkan perhitungan cost plus pricing dalam


penentuan tarif adalah murni total keseluruhan beban yang digunakan sebagai
fasilitas. Artinya, seluruh perhitungan komponen biaya yang dibebankan masing-
masing unit dan kelas layanan VIP dan VVIP, itulah yang ditagihkan kepada
pasien. Perhitungan item utilitas sebagai biaya, narasumber mengaku tidak
menghitung secara alokasi karena seluruh pembayaran utilitas dilakukan satu kali
untuk keseluruhan. Narasumber juga mengaku, secara keseluruhan paviliun hanya
berkontribusi 10% dari total tagihan utilitas yang dibayarkan RSUD.

Berikut adalah tabel 5 yang menggambarkan rekap pengeluaran utilitas


tahun 2016 selama 6 bulan terakhir:

Tabel 5
Rekap Pengeluaran Utilitas 6 Bulan Terakhir Tahun 2016
Komponen Bulan
Utilitas
Juli Agustus September Oktober November Desember
Listrik 99.409.775 104.440.725 102.944.000 105.480.400 104.941.300 99.703.300

16
Air 20.540.050 14.275.550 14.256.850 16.360.600 79.540 509.350

Telepon 9.625.283 9.544.523 9.763.288 9.243.421 9.531.263 9.019791

Sumber: Data Sekunder Diolah, 2017


Hasil wawancara dengan narasumber menunjukkan:
Kalau kontribusi paviliun wijaya kusuma dalam pengeluaran utilitas tiap
bulan, ya paling secara keseluruhan paviliun kontribusinya 10% Mbak.
tapi nggak tau pasnya lho ya, ini cuma kira-kira. Kami nggak ngitung
secara alokasi gitu, dan belum pernah ngitung alokasi per gedungnya.
Soalnya kan bayarnya jadi satu.

Intinya tarif kamar itu disesuaikan dengan fasilitas lah Mbak. biaya
pokoknya dihitung dengan unit cost, semua yang ada dalam kamar
dihargai, tapi ya perkiraan saja. Pada dasarnya, tetap ada kenaikan tapi
untuk sarana dan prasaran 0% karena memang tidak boleh mbathi.

Lain halnya dengan obat to Mbak, di perwali saja ada aturannya kok
kalau rumah sakit boleh menaikkan harga jual obat. Tapi gak boleh tinggi-
tinggi banget. Disini (RSUD) harga jual obat kami naikkan 15-20% saja.

Kalau tadi tentang utilitas, sekarang untuk fasilitas makan masing-


masing kamar juga berbeda. Kalau di VIP dan VVIP kan ada snacknya
juga Mbak. Karena biasanya pasien perlu penanganan khusus. Dan olahan
menu juga berbeda. Itu semuanya juga dihitung. Nah kalau untuk bed
(tempat tidur), tiap item kami hitung, seperti selimut, bantal, matras dan
sprei. Walaupun harga pastinya tidak bisa saya sebutkan."

RSUD Kota Salatiga menggunakan strategi subsidi silang untuk


mengalokasikan biaya dan penentuan tarif layanan. Subsidi silang memiliki
persentase yang besar dari rawat jalan, karena dari rawat jalan lebih menghasilkan
pendapatan yang besar daripada rawat inap dan layanan obat. Berikut penjelasan
narasumber:
Karena tidak boleh ada kenaikan pada tarif sarana dan prasarana, ya
akhirnya kami pakai strategi subsidi silang Mbak. Subsidi silangnya kita
ambil dari pendapatan rawat jalan, karena ini ternyata lebih menjanjikan
dan uangnya lebih besar daripada rawat inap maupun jualan obat. Subsidi
silang kan saling nutup pos satu dengan pos yang lain.

Rumah sakit itu tidak ada laba ataupun rugi. Pemerintah wajib
menyediakan dana untuk pelayanan rumah sakit daerah. Sangat tidak
mungkin kalau kami hanya mengandalkan pendapatan murni dari pasien
yang berobat Mbak. Wong alat-alatnya itu lho mahal-mahal semua Mbak.
Bed kamar VIP dan VVIP Rp. 65 juta satunya. Kalau kita memikirkan balik
modal, nggak akan cukup, dan dengan akomodasi segitu ya sangat tidak
menutup biaya yang sebenarnya Mbak.

Sekarang rumah sakit ditarget oleh pemerintah harus memenuhi


pendapatan sekian persen. Dan untungnya, tahun ini kami bisa memenuhi
target itu, bahkan lebih. Kelebihan target disimpan oleh rumah sakit untuk

17
investasi jangka panjang. Ya buat simpanan untuk kebutuhan dana yang
lain. Itu sudah kebijakan internal dari RSUD Mbak.

Pertanyaan lebih lanjut mengenai penerapan akuntansi rumah sakit


menjadi menarik untuk ditanyakan pada narasumber. Berikut penjelasan
narasumber mengenai akuntansi dalam RSUD:
Rumah sakit itu akuntansinya beda Mbak. Kita menerapkan akuntansi ya
cuma dikit. Adop sih, tapi sebagai dasar aja. Kan kita juga sosial Mbak.
Jadi akuntansinya nggak bisa saklek gitu. Kita kasih layanan gratis juga
ada.

Yang selama ini jadi kendala adalah kita kan tidak menggunakan
akuntansi secara utuh, kita hanya pakai dasar-dasarnya saja. Nah, waktu
diperiksa sama BPK, kita diperiksa dengan standar akuntansi yang saklek
itu Mbak. Jadi sering terjadi kerancuan dalam keuangan kami.
Pengeluaran untuk ini itu yang sifatnya sosial kan nggak ada aturannya
dalam SAP, tapi itu diperiksa sesuai standar. Ya jelas beda Mbak.

Dari hasil wawancara menunjukkan RSUD Kota Salatiga menggunakan


sistem akuntansi dengan mengadopsi standar akuntansi yang berlaku. RSUD
masih memiliki kelemahan dalam hal pengelolaan keuangan karena tidak secara
utuh mengadopsi standar akuntansi bagi rumah sakit. Dalam prakteknya, sistem
akuntansi RSUD Kota Salatiga sudah menggunakan akrual basis, penerapan
akuntansi dilakukan pada setiap transaksi dan peristiwa keuangan lainnya, tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima maupun dibayar. Hal ini sesuai
dengan aturan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.

SIMPULAN, SARAN, IMPLIKASI DAN KETERBATASAN


Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa (1) penentuan tarif kamar
rawat inap VIP dan VVIP pada Paviliun Wijaya Kusuma RSUD Kota Salatiga
didasarkan pada 5 (lima) komponen biaya, yaitu luasan kamar, peralatan yang
digunakan, tempat tidur, pemakaian utilitas dan komponen lain seperti jasa
kebersihan dan jasa makan tanpa perhitungan alokasi biaya penyusutan, (2)
Perhitungan komponen biaya tersebut menggunakan unit cost, dimana
pembebanan biaya hanya didasarkan pada sarana dan prasaran serta fasilitas yang
digunakan dalam kamar, (3) penentuan tarif kamar rawat inap VIP dan VVIP
menggunakan metode cost plus pricing dengan target surplus 0%, karena dalam

18
prateknya, penyediaan seluruh sarana dan prasarana melalui prosedur pemerintah
daerah, sehingga RSUD tidak boleh ada kenaikan (target surplus).
Hasil penelitian menunjukkan perhitungan biaya menggunakan unit cost
belum melibatkan biaya depresiasi atau penyusutan terhadap seluruh peralatan
yang digunakan. Oleh karena itu, RSUD Kota Salatiga baik konsultan maupun
manajemen, sebaiknya memasukkan alokasi komponen beban depresiasi atau
penyusutan dalam perhitungan biaya. Selain itu, jika penentuan tarif layanan
kamar VIP dan VVIP didasarkan pada cost plus pricing dengan target surplus 0%,
sehingga manajemen RSUD dapat menggunakan strategi subsidi silang pada biaya
rawat jalan dan rawat inap, serta penjualan obat.
Penelitian ini terbatas pada dokumen pendukung data-data keuangan,
karena bagi pihak RSUD Kota Salatiga, dokumen dan data keuangan merupakan
rahasia dan penulis hanya memperoleh data pengeluaran biaya utilitas secara
keseluruhan. Untuk penelitian yang akan datang, jika data keuangan yang dimiliki
lebih lengkap, diharapkan dapat menggali lebih detail item atau komponen apa
saja yang digunakan sebagai perhitungan biaya dan penentuan tarif layanan bagi
kamar rawat inap VIP dan VVIP pada Paviliun Wijaya Kusuma RSUD Kota
Salatiga.

DAFTAR PUSTAKA
Ardiana, E. 2014. Evaluasi tarif kamar rawat inap dengan menerapkan metode
ABC pada RSUD Ungaran. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian
Nuswantoro Semarang.
Djuhaeni, H. 2006. Manajemen pelayanan medik di rumah sakit. Jurnal
Akuntansi. Universitas Padjajaran, Bandung.
Groot, Tom dan Tjerk Budding. 2004. The Influence of New Public Management
On Product Costing and Service Pricing Decisions in Dutch Municipalities.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 560/MENKES/SK/IV/2003 tentang Pola
Tarif Perjan Rumah Sakit.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.
Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat & Rekayasa.
Yogyakarta: Salemba Empat.

19
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
Peraturan Pemerintah Menteri Kesehatan No. 1165/MENKES/SK/XI/2007
tentang Pola Tarif Pelayanan Umum.
Peraturan Walikota Salatiga No. 39 Tahun 2010 tentang Tarif Retribusi Pelayanan
Kesehatan Pada Pegembangan Rumah Sakit Umum Daerah.
Peraturan Walikota Salatiga No. 27 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum Daerah.
Peraturan Walikota Salatiga No. 13 Tahun 2016 tentang Aturan Internal Rumah
Sakit Umum Daerah (Hospital By Laws).
Perhimpunan Rumahsakit Seluruh Indonesia (PERSI) 2011 tentang Pola
Pengelolaan Keuangan BLU. Diunduh 27 April 2017.
http://www.pdpersi.co.id
Prihastuti. 2013. Perbandingan hasil perhitungan tarif jasa kamar rawat inap
berdasarkan metode cost plus pricing melalui pendekatan full costing
periode 2012 (Studi Kasus RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan
RSUD Kota Yogyakarta).
Putri, M.I. 2014. Analisis perhitungan tarif rawat inap rumah sakit dengan metode
activity based costing di RSUD Sunan Kalijaga Demak.
Subastian, Avib dan Ikhsan Budi Riharjo. 2013. Laporan akuntabilitas kinerja
Dinas Pendidikan Kota Surabaya melalui pendekatan value for money.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia, Surabaya.
Swastha, B. 2007. Azas-azas Marketing. Yogyakarta: Liberty.
Tjiptono, F. 2001. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi.
Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

20
Lampiran 1

Surat Ijin Dari Kesbangpol

Lampiran 2

21
Surat Ijin Dari RSUD Kota Salatiga

22
Lampiran 3
Tarif Pelayanan Rawat Inap
RSUD Kota Salatiga

Lampiran 4
URAIAN PELAYANAN KELAS PERAWATAN

VVIP VIP IA IB IC II III

Akomodasi (kamar) 260.000 210.000 132.000 108.000 75.000 55.000 22.000

Jasa visite dokter spesialis 75.000 65.000 45.000 40.000 35.000 30.000 15.000

Jasa visite pendamping dr. - - - - - - -


Umum
Jasa asuhan keperawatan 39.000 28.500 28.500 19.500 17.000 13.000 9.000

Jasa Asuhan Gizi 13.000 9.500 9.500 6.500 5.600 4.300 3.000

Jasa Boga 5.500 4.500 4.500 3.500 3.000 2.500 1.000

Pelayanan Adm Rawat 15.000 12.000 9.300 8.000 6.800 5.500 3.500
Inap
Catatan medik 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500

Rekam medik 10.500 9.000 8.000 6.500 4.500 3.000 2.000

Portir 5.400 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500

Jumlah biaya minim hari 429.900 349.000 239.600 201.500 155.900 121.800 63.600
ke 1
Jumlah biaya minim hari 414.000 336.000 228.100 192.000 148.900 116.800 60.000
ke 2, dst

Rekap Pengeluaran Utilitas Tahun 2016

25
RSUD Kota Salatiga

Komponen Bulan
Utilitas
Januari Februari Maret April Mei Juni

Listrik 103.614.775 105.502.450 96.453.239 106.406.400 107.828.725 111.257.500

Air 13.011.300 12.123.050 18.284.700 18.462.350 21.931.200 14.658.900

Telepon 10.186.553 9.807.923 10.374.516 11.164.536 11.381.378 10.298.148

Komponen Bulan
Utilitas
Juli Agustus September Oktober November Desember

Listrik 99.409.775 104.440.725 102.944.000 105.480.000 104.941.300 99.703.300

Air 20.540.050 14.275.550 14.256.850 16.360.600 79.540 509.390

Telepon 9.625.283 9.544.523 9.763.288 9.243.421 9.531.263 9.019.791

26

Anda mungkin juga menyukai