Oleh :
Ayu Novia Sari ( 223101093 )
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya
kepada kita semua, serta tak lupa sholawat serta salam kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Karya Tulis Ilmiah Mata
Kuliah Bahasa Indonesia.
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai salah satu tugas
individu mata kuliah Bahasa Indonesia oleh dosen pengampu Ibu Sintaria
Praptinasati,S.Pd,M.Si. Saya menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari kata
sempurna dan masih terdapat beberapa kekurangan, karena adanya keterbatasan ilmu dan
pengalaman yang saya miliki. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Saya mengucapkan terima kasih kepada, Ibu Sintaria Praptinasati,S.Pd,M.Si.
selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga
saya dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagikan sebagian pengetahuannya, sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan
bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan kita semua.
i
DAFTAR ISI
ii
ABSTRAK
Dalam mengatasi persaingan didunia perbankan yang semakin ketat, maka perbankan berupaya
meningkatkan kepuasan nasabahnya. Suatu bank harus melakukan kegiatan pelayanan yang
dapat membuat nasabahnya merasa puas baik dari segi fasilitas, pelayanan yang cepat dan teliti,
beretika dan sopan santun yang dapat memberikan kenyamanan bagi nasabah yang akan
melakukan transaksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari
dimensi kualitas pelayanan terhadap tingkat kepuasan yang dirasakan oleh nasabah yang
menggunakan jasa PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Metode yang yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode observasi, kuesioner dan kajian pustaka dengan
menggunakan skala likert dan metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive
sampel non probabilitas. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi kualitas pelayanan yang terdiri atas Tangible,
Emphaty, Reliability, Responsiveness dan Assurance memiliki pengaruh terhadap kepuasan
nasabah.
Kata Kunci : Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Nasabah
iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Pada era globalisasi ini, lembaga keuangan seperti perbankan merupakan lembaga yang
memberikan kontribusi dalam memperlancar pembangunan suatu bangsa. Menurut UU
Perbankan No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam
bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang
banyak. Dunia perbankan telah berhasil merubah cara pandang masyarakat yang semula hanya
menyimpan uangnya di rumah menjadi masyarakat pemilik rekening bank pribadi.
Perkembangan bank di Indonesia mengalami persaingan yang ketat, baik dalam bidang produk
maupun jasa pelayanan sehingga masyarakat sudah melangkah lagi bukan hanya sekedar
menabung tetapi sudah menjadi masyarakat investor. Meningkatnya intensitas persaingan dan
jumlah pesaing menuntut bank untuk menawarkan berbagai macam produk-produk sehingga
mampu berasaing dengan bank-bank lainnya dalam memberikan kualitas pelayannya kepada
nasabah.
Selain kegiatan utamanya, bank yang juga menawarkan produk jasa dan pelayanan
yaitu sebagai tempat meminjam bagi yang membutuhkan, asuransi jiwa menukarkan uang,
memindahkan uang, atau menerima segala bentuk pembayaran setoran, pembayaran listrik, air,
pajak dan pembayaran lainnya yang memudahkan masyarakat. Untuk itu, bank haruslah
memperhatikan keinginan dan kebutuhan setiap nasabah serta berusaha memenuhi harapan
nasabah dengan cara memberikan pelayanan yang memuaskan berkaitan dengan produk-
produk jasanya.
Ada berbagai macam pemasalahan yang dihadapi dunia perbankan dalam menjalankan
aktifitas utamanya maupun dalam menawarkan jasa dari produk- produknya. Selain
pertimbangan mengenai tinggi rendahnya suku bunga dari setiap bank dalam memberikan
modal pinjaman, ada juga permasalahan mengenai ketersediaan produk yang ada dari setiap
bank, karena tidak semua bank dapat memberikan produk-produk yang sama yang menjamin
meningkatnya taraf hidup masyarakat. Ada juga permasalahan mengenai fasilitas umum yang
ada dalam suatu gedung dari bank-bank tersebut. Bahkan ada juga permasalahan yang timbul
pihak perbankan itu sendiri mengenai Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang berkompeten
dalam pelayanan terhadap para nasabah.
Permasalahan yang didapati oleh penulis selama melakukan penelitian pada PT. Bank
Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk. yaitu yang pertama dari bukti fisik seperti AC yang
bermasalah membuat ruangan terasa panas terlebih pada siang hari, kurangnya meja kerja bagi
mantri, gangguan jaringan membuat nasabah harus menunggu lama untuk bertransaksi. Kedua,
dari empati yaitu kurangnya perhatian kepada nasabah yang sedang menunggu proses transaksi
seperti tidak tersedianya air mineral. Ketiga, dari kehandalan yaitu ketepatan waktu pelayanan
kepada nasabah tidak sesuai dengan harapan di karenakan kurang disiplin dari karyawan baik
dari segi waktu maupun pekerjaan. Keempat, dilihat dari ketanggapan adanya kesalahan dalam
transaksi pengiriman uang yang dilakukan teller, dan kurangnya informasi mengenai produk
1
kepada nasabah. Kelima, dari jaminan yaitu kurangnya keamanan dalam penyimpanan berkas
nasabah pinjaman, sehingga mengakibatkan adanya kehilangan berkas.
Salah satu faktor yang terpenting dalam mempersiapkan diri dalam bisnis perbankan
ini adalah dengan kemampuan memberikan pelayanan terbaik kepada nasabah dan kebijakan
pihak bank dalam memberikan pinjaman dan pembiayaan kepada nasabahnya. Pelayanan yang
berkualitas akan mampu menarik minat nasabah untuk menggunakan produk yang ditawarkan
oleh bank, namun jika pelayanan yang diberikan kurang efektif, cenderung akan membuat
nasabah merasa kurang puas.
Untuk itu, segala pekerjaan yang berkaitan dalam menjalankan bisnis perbankan
haruslah berkualitas baik dari segi fasilitas, empati, kehandalan, ketanggapan, serta jaminan
dan kepastian dalam menarik dan memuaskan para nasabahnya, karena kualitas pelayanan dan
kepuasan pelanggan sangat berkaitan. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada nasabah
untuk menjalin ikatan yang kuat dengan bank. Ikatan seperti ini dalam jangka panjang dapat
memungkinkan bank memahami dengan seksama kebutuhan dari setiap nasabahnya dan dapat
meningkatkan kepuasan nasabah di mana bank dapat memaksimumkan pengala nasabah yang
menyenangkan dalam hal pengetahuan mengenai produk dan kenyamanan dalam memakai jasa
produk tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang kemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk
mengkaji masalah kepuasan nasabah yang dihubungkan dengan standar pelayanan. Hal ini
penulis tuangkan dalam bentuk tulisan yang berjudul “Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap
Kepuasan Nasabah Dalam Melakukan Transaksi pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk.
I.II Rumusan Masalah
Pelayanan adalah faktor yang penting dan pelayanan juga suatu pendukung dari
kegiatan pemasaran produk dari perbankan berupa jasa yang diberikan pada nasabah. Setiap
bank bersaing untuk mendapatkan nasabah dengan meningkatkan kualitas pelayanan.
Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kualitas pelayanan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk?
2. Bagaimana tingkat kepuasan nasabah terhadap pelayanan yang dilakukan pada PT.
Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk?
3. Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan nasabah pada saat
melakukan transaksi pada PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk?
I.II Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian tentang Pentingnya Standar Pelayanan dalam meningkatkan
Kepuasan Nasabah pada PT. Bank BRI, adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kulitas pelayanan PT. Bank BRI.
2. Untuk mengetahui tingkat kepuasan nasabah pada PT. Bank BRI terhadap kepuasan
nasabah.
3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan nasabah pada saat
melakukan transaksi pada PT. Bank BRI.
2
I.IV Pendekatan dan Ruang Lingkup Kajian
Untuk tujuan diatas, dilakukan pendekatan dengan mengidentifikasi aspek-aspek
sebagai berikut :
1. Kualitas Pelayanan
2. Kepuasan Nasabah
3. Prosedur Dokumen Nasabah
4. Kesadaran dan Pelatihan Kerja Karyawan
I.V Jenis Penelitian dan Metode Pengumpulan Data
1. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan
menghasilkan data deskriptif karena bermaksud untuk mendalami dan menghayati
suatu obyek. Disamping itu penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu suatu penelitian yang
menilai dan mengungkapkan permasalahan mengenai apa adanya sesuai dengan
kenyataan yang ada dilapangan.
2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a) Observasi (Observation)
b) Angket (Questioner)
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi (Observation)
b. Kuesioner (Questioner)
c. Kajian Pustaka
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Pengertian di atas mengemukakan bahwa pelayanan merupakan berbagai kegiatan yang
harus dilakukan oleh setiap instansi atau perusahaan untuk memenuhi kebutuhan yang
menjadi tuntutan dari masyarakat. Bagi kehidupan suatu perusahaan khususnya didunia
perbankan, pelayanan sangat penting artinya. Oleh sebab itu kegiatan pelayanan haruslah
berorientasi pada kepuasan konsumen/ pelanggan. Adapun cir-ciri pelayanan yang baik
menurut Kasmir (2005:39) dirumuskan sebagai berikut:
5
5. Assurance (jaminan dan kepastian) yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan
kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para
pelanggan kepada perusahaan. Terdiri dari beberapa komponen antara lain
komunikasi, kredibilitas, keamanan, kompetensi, dan sopan santun.
c. Pengertian Kepuasan
Nasabah Peranan setiap individu dalam pemberian service sangat penting dan berpengaruh
terhadap kepuasan yang dibentuk (Arief, 2007:166). Berikut konsep kepuasan pelanggan
menurut beberapa ahli :
1. Menurut (Kotler,2000) kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang
setelah membandingkan antara kinerja yang dia rasakan atau alami terhadap
harapannya.
2. Menurut Richard F. Gerson (Arief, 2005:167) kepuasan pelanggan adalah jika
harapannya terpenuhi atau terlampaui.
3. Wikkie (Tjiptono, 2007:349) mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan sebagai
tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu produk
atau jasa.
Kepuasan pelanggan akan terjadi setelah produk atau jasa di konsumsi atau dibelinya.
Pelanggan akan memutuskan apakah mereka akan menggunakan kembali produk atau jasa
tersebut. Kepuasan (Satisfaction) berasal dari bahasa Latin “satis yang artinya cukup baik,
memadai dan facio yang berarti melakukan atau membuat. Menurut Kotler dan Keller
(2009) kepuasan pelanggan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul
karena membandingkan kinerja yang dipresepsikan produk (atau hasil) terhadap ekspektasi
mereka. Jika kinerja melebihi harapan pelanggan, maka itu artinya pelanggan puas.
6
Menurut Simamora (2003:18) kepuasan pelanggan adalah hasil pengalaman terhadap
produk. Ini adalah perasaan yang dirasakan pelanggan setelah membandingkan antara
harapan dengan kinerja.
Kedua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasan pelanggan adalah
fungsi dari kesan kinerja dan harapan. Jika kinerja berada dibawah harapan maka pelanggan
akan merasa tidak puas, begitupun sebaliknya.
Zeithmal dan Bitner (2003) mengemukakan bahwa kepuasan adalah konsep yang jauh
lebih luas dari hanya sekedar penilaian kualitas pelayanan, namun juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kualitas pelayanan atau jasa, yaitu konsumen akan merasa puas apabila mereka
mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.
2. Kualitas produk, yaitu konsumen akan merasa puas apabila hasil mereka
menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.
3. Harga, yaitu produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga
yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada konsumen.
4. Faktor situasi, yaitu keadaan atau kondisi yang dialami oleh konsumen.
5. Faktor pribadi dari konsumen, yaitu karakteristik konsumen yang mencakup
kebutuhan pribadi.
7
II.III Prosedur Dokumen Nasabah
a. Pengertian Prosedur
Menurut Fajri dan Senja(2003 : 672), pengertian prosedur yaitu cara memecahkan
suatu masalah yang dilakukan langkah demi langkah dancara melakukan kegiatan
dengan disusun secara rapi dan sistematis. Menurut Tambunan (2013 : 84), tentang
prosedur sebagai pedoman yang berisi prosedur operasional yang ada didalam suatu
organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan,
serta penggunaan fasilitas-fasilitas proses yang dilakukan oleh orang-orang didalam
organisasi yang merupakan anggota organisai berjalan secara efesien, konsisten,
standar dan sistematis.
b. Pengertian Dokumen
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan.
Dokumen perusahaan ialah data, catatan, dan atau keterangan yang dibuat dan atau
diterima oleh perusahaan dalam rangka pelaksanaan kegiatannya, baik tertulis di atas
kertas atau sarana lain maupun terekam dalam bentuk corak apapun yang dapat dilihat,
dibaca, atau didengar.
II.IV Kesadaran dan Pelatihan Kerja Karyawan
a. Pengertian Kesadaran
Menurut Hasibuan (2012:193), “kesadaran adalah sikap seseorang yang secara
sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “kesadaran adalah keinsafan, keadaan
mengerti, hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang”.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan kesadaran adalah kondisi dimana
seseorang mengerti akan hak dan kewajiban yang harus dijalankannya.
b. Pengertian Pelatihan
Pelatihan kerja berdasarkan UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah
keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta
mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada
tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan
atau pekerjaan. Umumnya, pelatihan kerja atau training dalam sebuah perusahaan
selalu berhubungan erat dengan hasil kinerja karyawan di perusahaan tersebut.
Dengan melakukan training, para karyawan dapat memiliki pengetahuan,
kemampuan, dan keterampilan sesuai dengan pekerjaan yang mereka lakukan.
Perusahaan selalu membutuhkan tenaga-tenaga yang berkompeten di bidangnya untuk
meningkatkan profit dan perkembangan perusahaan. Oleh karena itu, pelatihan dan
pembinaan karyawan menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Training dinilai
sebagai salah satu media yang efektif untuk meningkatkan kemampuan karyawan dan
mendukung laju perkembangan perusahaan.
c. Tujuan Training Atau Tujuan Pelatihan Karyawan
8
Umumnya, pelatihan kerja memiliki 3 (tiga) tujuan atau objektivitas yang ingin
dicapai dari kegiatan tersebut, yaitu:
1. Ilmu Pengetahuan (Knowledge)
Para karyawan yang dilatih atau dibina oleh perusahaan diharapkan
mendapatkan ilmu pengetahuan yang cukup untuk dapat mengerjakan tugas
yang akan diberikan.
2. Kemampuan (Skill)
Parak karyawan yang baru dilatih diharapkan dapat dan mampu melakukan tugas
saat ditempatkan pada proses yang telah ditentukan.
3. Penentuan Sikap (Attitude)
Setelah melakukan pelatihan kerja, karyawan baru diharapkan dapat memiliki
minat dan kesadaran atas pekerjaan yang akan dilakukannya. Tujuan yang ingin
dicapai dari program training karyawan tersebut pada dasarnya untuk mendukung
kelancaran operasional dan produktivitas perusahaan. Trainning dapat dilakukan
oleh perusahaan itu sendiri secara internal, maupun eksternal seperti
mengundang trainer dari luar atau membawa karyawan baru pada pelatihan di luar
perusahaan.
d. Jenis-Jenis Pelatihan Kerja di Perusahaan
Training kerja dapat dilakukan dalam beragam cara, berikut merupakan jenis-
jenis training yang bisa diterapkan dalam suatu perusahaan:
1. Job/Technical Training
Jenis pelatihan ini lebih berfokus pada pekerjaan/tugas serta teknik yang
dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan.
2. Interpersonal and Problem Solving Training
Pelatihan ini lebih berpusat pada cara memecahkan masalah dalam suatu proses
produksi.
3. Developmental and Innovative Training
Jenis pelatihan ini akan melatih pengembangan dan inovasi dalam diri karyawan
untuk membantu operasional perusahaan.
4. Required and Regular Training
Jenis pelatihan ini lebih dikenal dengan pelatihan rutin, yaitu pelatihan
karyawan yang dilakukan perusahaan secara berkala dan bertahap pada kurun
waktu tertentu. Training jenis ini merupakan yang paling banyak dilakukan oleh
perusahaan.
e. Pengertian Karyawan
Karyawan merupakan kekayaan dalam suatu perusahaan. Aktivitas perusahaan
tidak dapat berjalan apabila tanpa adanya keikutsertaan karyawan. Salah satu yang
harus dilakukan karyawan dalam melakukan pekerjaannya yaitu komunikasi.
Karyawan perusahaan bertanggung jawab dalam menjelaskan tindakan perusahaan
kepada khalayak yang memiliki kepentingan dengan organisasi atau perusahaan
9
tersebut. Karyawan yang memiliki tugas berkaitan dengan publiknya harus
memberikan perhatian serta menjadi saluran arus bolak- balik antara organisasi dan
khalayak, karena khalayak yang berkepentingan akan selalu tertarik dengan apa saja
yang dilakukan perusahaan. Khalayak dapat dibagi menjadi khalayak internal, yaitu
mereka yang terlibat dalam pekerjaan internal organisasi yaitu karyawan itu sendiri
dan keluarganya serta khalayak eksternal, yaitu khalayak yang berada di luar
organisasi misalnya masyarakat sekitar, konsumen, pemerhati lingkungan dan
investor. Saat ini, setiap pesan yang disampaikan tidak bisa dilakukan secara pukul
rata ke semua orang. Setiap organisasi memiliki khalayak khususnya. Kepada
khalayak yang terbatas inilah karyawan perusahaan harus senantiasa menjalin
komunikasi baik internal maupun eksternal.
10
BAB III
METODE PENELITIAN
11
BAB IV
PENUTUP
IV.I Kesimpulan
Kualitas pelayanan ini dapat diartikan sebagai tingkat kepuasan tamu atau konsumen.
Sedangkan tingkat kepuasan tamu ini sendiri dapat diperoleh dari perbandingan atas jenis
pelayanan yang nyata diterima oleh konsumen dengan jenis pelayanan yang diharapkan oleh
konsumen. Kualitas pelayanan memiliki beberapa dimensi atau unsur kualitas pelayanan.
Unsur-unsur kualitas pelayanan merupakan hasil temuan penelitian dari teori kualitas
pelayanan yang disampaikan oleh A. Pasuraman. Terdiri dari : Tangibles, Reliability,
Responsiveness, Assurance, dan Empathy. Mengenai pengertian kepuasan pelanggan kita bisa
melihat definisi yang diberikan oleh seorang ahli seperti (Kotler,2000), Richard F. Gerson
(Arief, 2005:167) dan Wikkie (Tjiptono, 2007:349) kepuasan pelanggan lebih mengarah pada
perasaan senang atau kecewa dari seseorang yang muncul setelah membandingkan produk
maupun jasa dari apa yang mereka pikirkan dengan apa yang mereka harapkan.
IV.II Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian agar penelitian ini lebih baik lagi adalah
sebagai berikut :
Dari penelitian ini didapat koefisien korelasi antara kualitas pelayanan, tingkat
kepuasan pelanggan mempunyai kekuatan hubungan yang lemah-cukup kuat terhadap
citra perusahaan, menandakan kedua variabel tersebut tidak terlalu kuat membentuk
citra perusahaan, terdapat faktor lainnya yang memiliki kekuatan hubungan yang
sangat kuat untuk membentuk citra perusahaan. Maka, perlu adanya penelitan faktor-
faktor lain untuk mengetahui faktor lain yang mempunyai pengaruh kuat pada citra
perusahaan.
Dalam rangka meningkatkan citra perusahaan, perlu adanya peningkatan lagi pada
dimensi-dimensi pembentuk kualitas pelayanan karena dari semua dimensi memiliki
nilai koefisien yang masih cukup kuat, terutama peningkatan pada dimensi reliability
yang memiliki nilai terendah diantara dimensi lainnya terutama untuk penyediaan
waktu yang disediakan petugas dalam menghadapi keluhan maupun permintaan dan
sikap tanggap Customer Service.
12
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, Hanafi, Cahyadi. (2018). Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
(Studi Kasus Karyawan Non-Medis RS Islam Siti Khadijah Palembang). Jurnal Ilmiah
Manajemen Bisnis Dan Terapan Tahun XV No 2. Hal: 75-86.
Sampara, Lukman. 2000. Manajemen Kualitas Pelayanan. Jakarta: STIA LAN Press.
13