SKRIPSI
Oleh
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Sehingga, dengan
rahmat dan karunia-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul ”PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PRODUKTIF
DAN KONSUMTIF DI BMT INDRAGIRI KOTA RENGAT”. Sholawat beserta
salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita yakninya Nabi Muhammad
SAW, sebagai penggerak reformasi yang mampu merubah pola jahilliyah kepada
islamiyah dan menjadi uswatun hasanah bagi manusia.
Dengan hidayah dan pertolongan Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Dalam penulisannya, penulis menemukan berbagai macam
tantangan dan kesulitan, akan tetapi semuanya itu dapat teratasi berkat bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih yang mendalam dan setulus-tulusnya, yang teristimewa kepada
Ayahanda tercinta Syafrudin Rasyid, Ibunda tercinta Elvi Sukesih, adik tercinta
Azhari Maulana, Fauzi Qayes, Halbas Syarif, Rahma Kesya dan Hanif Muflih
serta seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberi semangat dan
memberikan motivasi serta memberikan dorongan moril dan materil kepada
penulis, sehingga menjadi motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan program
pendidikan Sarjana Ekonomi ini. Selanjutnya, ucapan terimakasih yang mendalam
penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Marjoni Imamora, M.Sc selaku Rektor IAIN Batusangkar.
2. Dr. H. Rizal, M.Ag, CRP selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
IAIN Batusangkar.
3. Elmiliyani Wahyuni, M.E. Sy selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah IAIN
Batusangkar.
4. Deswita. S.AG.,MA selaku Penasehat Akademik (PA) yang selalu
meluangkan waktu untuk mengarahkan dan memberikan pemikiran dan
petunjuk.
5. Dr. H. Alimin, Lc., M.Ag selaku pembimbing yang selalu membantu
memberikan pemikiran dan petunjuk serta waktu untuk bimbingan terhadap
skripsi ini.
6. Dr. H. Rizal Fahlefi, S.Ag., M.SI selaku penguji I yang telah meluangkan
waktu, mencurahkan pikiran, tenaga, menguji, menasehati, membimbing dan
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Fitri Yenti, SE.I., MA selaku penguji II yang telah meluangkan waktu,
mencurahkan pikiran, tenaga, menguji, menasehati, membimbing dan
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen, Karyawan dan Karyawati IAIN Batusangkar yang
telah membantu, berbagi ilmu serta memberikan kemudahan kepada penulis
selama penulis menempuh perkuliahan dan proses penyusuhan skripsi ini.
9. BMT Indragiri beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian di Kab. Indragiri Hulu.
10. Terima kasih kepada sahabat dan teman-teman yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu, terima kasih telah memberikan semangat dengan tulus,
terima kasih telah banyak membatu selama proses penyusunan skripsi ini.
11. Seluruh teman-teman sejurusan Perbankan Syariah angkatan 2017. Terima
kasih atas kenangan yang telah terjalin selama ini. Terima kasih telah banyak
membantu dan menjadi arti pada setiap kesempatan pertemuan yang telah
Allah berikan.
Penulis yakin dan percaya sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari pihak-
pihak tersebut di atas, sudah tentu skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik.
Untuk itu, penulis berdoa dan berharap kepada Allah SWT semoga apa yang telah
kita lakukan selama ini mendapatkan ridho dan hidayah disisi-Nya. Amiin.
Di samping itu, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun demi kesempurnaan, dengan harapan karya ilmiah ini dapat
menambah khazanah keilmuan/ilmu pengetahuan. Kepada Allah SWT jugalah
penulis mohon ampun, tanpa hidayah-Nya dan petunjuk-Nya, semua ini tidak
akan terlaksana.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. Semoga segala kebaikan
Allah balas dengan pahala yang setimpal. Aamiinn ya Robbal’alamin.
Batusangkar, 8 September 2021
Penulis
HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
ABSTRAK...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Fokus Penelitian......................................................................................6
C. Pertanyaan Penelitian..............................................................................6
D. Tujuan Penelitian.....................................................................................7
E. Manfaat penelitian...................................................................................7
F. Definisi Operasional................................................................................7
BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................................9
A. Pembiayaan Murabahah..........................................................................9
B. Akad Wakalah.......................................................................................12
C. Kegiatan Kredit dan Pembiayaan..........................................................13
D. Kepatuhan Syariah.................................................................................23
E. Konsep Biaya Operasional Bank Syari’ah............................................26
F. Prosedur Pelaksanaan Akad Pada Bank Syariah...................................29
G. Jenis Usaha............................................................................................31
H. Promosi..................................................................................................34
I. Tujuan Pembiayaan Produktif dan Konsumtif......................................34
J. Penelitian Yang Relevan.......................................................................38
K. Kerangka Berfikir..................................................................................41
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................43
A. Jenis Penelitian......................................................................................43
B. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................43
C. Instrumen Penelitian..............................................................................44
D. Sumber Data..........................................................................................44
E. Teknik Pengumpulan Data....................................................................45
F. Teknik Analisis Data.............................................................................45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................47
A. Gambaran Umum BMT Indragiri Kota Rengat.....................................47
B. Temuan Penelitian.................................................................................58
C. Pembahasan...........................................................................................70
BAB V PENUTUP................................................................................................74
A. Kesimpulan............................................................................................74
B. Saran......................................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Data Jumlah Pembiayaan Murabahah....................................................2
Tabel 3. 1 Rancangan Waktu Penelitian................................................................43
Tabel 4. 1 Data Pembiayaan Murabahah Produktif dan Konsumtif......................68
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Skema Ba’I al-Murabahah................................................................11
Gambar 2. 2 Kerangka Berfikir..............................................................................42
Gambar 4. 1 Logo BMT Indragiri..........................................................................52
Gambar 4. 2 Syarat Pengajuan Pembiayaan..........................................................62
Gambar 4. 3 Formulir permohonan pembiayaan...................................................63
Gambar 4. 4 Pembelian Satu Unit Mobil Di Dealer Pekanbaru............................64
Gambar 4. 5 Tanda Terima Realisasi Pembiayaan................................................65
Gambar 4. 6 Pengambilan Satu Unit Motor Oleh Nasabah di Kantor BMT
Indragiri............................................................................................66
Gambar 4. 7 Skema Prosedur Pelaksanaan Akad Murabahah Produktif dan
konsumtif Tanpa Wakalah Pada BMT Indragiri..............................67
Gambar 4. 8 Diagram Pembiayaan Murabahah Produktif dan Konsumtif...........69
9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Baitul maal wattamwil terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan
baitul tamwil. Baitul maal lebih condong pada usaha. Seperti usaha
pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti : zakat, infak,
santunan anak yatim, dan shodaqoh. Sedangkan baitul tamwil berfokus pada
usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang akan dikembangkan atau
sering disebut dana komersial. Usaha usaha tersebut menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pengembang kegiatan ekonomi
masyarakat kecil menegah dengan berlandasakan syariah murni (Sudarsono,
2003:84).
BMT Djami’ merupakan Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS)
yang notabenenya adalah lembaga keuangan aset umat dengan prinsip
operasionalnya mengacu pada prinsip-prinsip syari’at Islam. BMT Djami’
dibentuk dalam upaya memberdayakan ummat secara kebersamaan melalui
kegiatan simpanan dan pembiayaan serta kegiatan-kegiatan lain yang
berdampak pada peningkatan ekonomi anggota dan mitra binaan ke arah yang
lebih baik, lebih aman, serta lebih adil.
Namun pada tahun 2017 BMT Djami’ berganti nama menjadi BMT
Indragiri, dikarenakan agar bisa dikenal lebih luas oleh lapisan masyarakat.
BMT Indragiri sebagai lembaga keuangan syariah yang berbadan hukum
koperasi syariah, dikelola berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah menjadi
wadah kaum muslimin berjamaah dalam ekonomi yang dapat menjadi solusi
bagi kaum muslimin agar terhindar dari transaksi riba dengan produk yang
dimiliki oleh BMT Indragiri adalah produk penghimpunan dan produk
pembiayaan terdiri dari tabungan anggota dan tabungan umum serta
pembiayaan atau sering disebut kredit syar’i dengan sistem bagi hasil
(mudhorobah dan musyarokah), jual beli (murabahah), jasa, pinjaman (al-
qard).
1
2
Tabel 1. 1
Data Jumlah Pembiayaan Murabahah
N Pembiayaan Murabahah Jumlah Pembiayaan
O
1 Tahun 2018 687
2 Tahun 2019 798
3 Tahun 2020 1003
Sumber : BMT Indragiri, 2021.
makro, model keuangan yang ada hanyalah bank konvensional dimana akad
utamanya adalah pinjam meminjam uang (kredit uang) untuk mendapatkan
suatu laba tertentu, baik dari sisi pendanaan maupun dari sisi kredit. Sistim
tersebut dapat dengan mudah dan efesien diterapkan di bank konvensional
sehingga dapat mendatangkan laba bagi bank, dan juga mendatangkan
manfaat bagi nasabah peminjam.
Ketika lembaga keuangan Islam muncul, maka akad yang digunakan
bukanlah akad utang piutang, karena dalam hukum muamalah Islam, akad
utang piutang tidak boleh mengambil suatu laba atau manfaat karena itu sama
dengan perilaku riba yang diharamkan Islam, maka akad utama (produk
utama) yang digunakan adalah akad jual beli barang dan jasa, utamanya
dalam bentuk akad murabahah. Namun demikian, ketika akad murabahah
(jual beli barang dan jasa secara kredit antara nasabah dengan bank syariah)
dilaksanakan oleh lembaga keuangan syariah maka ia akan memerlukan biaya
operasional yang lebih tinggi, karena harus ada dua kali akad jual beli (akad
murabahah paralel), yaitu antara bank dengan supplier, dan antara bank
dengan nasabah dengan berbagai implikasi dan dampak dari pelaksanaan dua
akan tersebut. Oleh karena itu, guna menekan biaya operasional bank syariah,
dan agar bank syariah memiliki kinerja yang lebih efesien secara ekonomi
modern dan juga kompetitif dengan bank konvensional, diterapkanlah “akad
wakalah dalam akad murabahah” (al-murabahah bil wakalah).
Namun demikian, kebolehan pelaksanaan akad wakalah dalam akad
murabahah, sulit dilaksanakan secara benar dan sungguh-sungguh oleh
lembaga keuangan perbankan syariah, karena pelaksanaan transaksi antara
bank syariah dengan nasabah akan lebih panjang, dianggap lebih rumit, dan
kurang menarik dari sisi nasabah maupun bank syariah, sehingga bank tidak
mampu disiplin dalam menerapkannya dan nasabah juga keberatan dalam
melaksanakannya secara jujur. Oleh karena itu banyak penelitian
menunjukkan bahwa lembaga keuangan syariah, baik perbankan maupun non
bank banyak yang kurang taat asas dalam melaksanakan akad murabahah bil
wakalah, seperti pada penelitian Aulia Hanum berjudul Analisis Kesyariahan
5
Akad Murabahah Bil Wakalah (Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia,
Bank BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, dan Bank CIMB Niaga Syariah,
Cabang Malang), skripsi pada Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya Malang tahun 2015 (Aulia Hanum, Analisis
Kesyariahan Akad Murabahah Bil Wakalah, http : // download . garuda.
ristekdikti.go.id, akses 2 Agustus 2021). Penelitian ini menyimpulkan bahwa
terdapat ketidaksesuaian antara penerapan murabahah dengan prinsip syariah
yang ada karena melanggar prinsip wakalah dalam akad murabahah dimana
keempat bank belum mampu melaksanakan akad wakalah dalam akad
murabahah sebagaimana yang digariskan dalam aturan Fatwa DSN MUI No.
04/DSN-MUI/IV/2000. Selain itu penelitian ini juga mendapatkan bahwa
murabahah KPP (Hybrid Contract murabahah wal wakalah), bisa dikatakan
tidak sah karena tidak memenuhi syarat dari jual beli murabahah.
Kesimpulan yang senada juga dapat dilihat pada penelitian Wige Andriyani,
berjudul Analisis Pelaksanaan Akad Murabahah Pada Produk Pembiayaan iB
Kepemilikan Rumah (KPR) Pada Bank Syariah Bukopin Cabang Bukittinggi,
skripsi pada Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam,
IAIN Bukittinggi (Wige Andriyani, Analisis Pelaksanaan Akad Murabahah
Pada Produk Pembiayaan iB Kepemilikan Rumah (KPR) Pada Bank Syariah
Bukopin Cabang Bukittinggi, http://e-campus.iainbukittinggi.ac.id, akses 2
Agustus 2021).
Banyaknya lembaga keuangan syariah yang tidak mampu
melaksanakan akad murabahah bil wakalah dengan baik dan benar, akan
menyebabkan kualitas syariah compliant (aspek kesesuaian syariah) menjadi
rendah, yang lebih buruknya lagi jika akad murabahah bil wakalah yang
tidak dilaksanakan tersebut jatuh pada akad ‘inah, yaitu suatu helah
(rekayasa) menghalalkan riba, ataupun jatuh pada akad tawarruq
munazhzham (keinginan untuk mendapatkan uang tunai dari bank, bukan
barang ditransaksikan) yang syubhat atau diperdebatkan secara tajam oleh
para ulama, sebagaimana dinyatakan oleh Aidil Alfin (Multi-Akad dalam
6
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, maka fokus
masalah penelitian ini tentang pelaksanaan pembiayaan murabahah produktif
dan konsumtif di BMT Indragiri Kota Rengat.
7
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan fokus masalah penulis paparkan sebelumnya, dan karena
keterbatasan penulis dari sisi waktu, biaya, dan kemampuan, maka yang
menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana prosedur penerapan akad murabahah tanpa wakalah di BMT
Indragiri Kota Rengat.
2. Bagaimana kecenderungan jenis transaksi produktif dan konsumtif yang
dilakukan nasabah akad murabahah tanpa wakalah di BMT Indragiri Kota
Rengat.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menjelaskan bagaimana prosedur penerapan akad murabahah di
BMT Indragiri Kota Rengat.
2. Untuk menjelaskan bagaimana kecenderungan jenis transaksi produktif
dan konsumtif yang dilakukan nasabah akad murabahah di BMT Indragiri
Kota Rengat.
E. Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah:
1. Memberikan kontribusi dalam pengembangan teori pelaksaan akad
murabahah dalam lembaga keuangan syariah.
2. Memberikan kontribusi lembaga keuangan syariah mikro umumnya, dan
khususnya bagi BMT Indragiri Rengat dalam mengaplikasikan akad
murabahah tanpa wakalah sebagai pertimbangan atau acuan dalam
melaksanakan operasional lembaga.
3. Secara pragmatis, penelitian ini bermanfaat bagi penulis sebagai syarat
dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
(FEBI) IAIN Batusangkar.
8
F. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami judul yang
terdapat di dalam penelitian ini, maka penulis akan memberikan definisi
istilah yang terdapat dalam penelitian ini :
1. Pelaksanaan adalah proses, cara, perbuatan melaksanakan atau rancangan,
keputusan, dan sebagainya (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 2003:234).
Sedangkan pelaksanaan yang peneliti maksud dalam penelitian adalah
bagaimana proses dan langkah pelaksanaan penerapan akad murabahah
tanpa wakalah di BMT Indragiri Kota Rengat.
2. Pembiayaan Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati dimana penjual harus memberitahu
harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan
sebagai tambahannya serta besaran angsuran kalau memang dibayar secara
angsuran (Muhammad, 2000:23).
3. Akad Wakalah adalah Akad Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh
seseorang kepada yang lain dalam hal-hal yang diwakilkan. Mewakilkan
suatu urusan kepada orang lain, untuk bertindak atas namanya. Akad
wakalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah akad perwakilan dari
lembaga keuangan syariah kepada nasabah atas nama lembaga untuk
melaksanakan transaksi jual beli barang dalam akad murabahah dimana
perwakilan ini bertujuan agar nasabah ikut memudahkan lembaga dalam
membeli barang yang akan menjadi komoditi akad murabahah.
4. Pembiayaan Produktif adalah kredit yang digunakan untuk peningkatan
usaha, produksi, perdagangan atau investasi. Kredit ini diberikan untuk
menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk
membangun pabrik yang nantinya akan mengasilkan barang, kredit
pertanian akan menghasilkan produk pertanian atau kredit pertambangan
menghasikan bahan tambang atau kredit industri lainnya (Kasmir,
2001:99).
5. Pembiayaan Konsumtif adalah kredit yang dipergunakan untuk keperluan
konsumsi, artinya uang kredit akan habis dipergunakan atau semua akan
9
terpakai untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi kredit ini tidak bernilai bila
kita tinjau dari segi utility uang, akan tetapi hanya membantu seseorang
memenuhi kebutuhan hidupnya. Misalnya kredit untuk membeli rumah,
barang-barang keperluan rumah tangga (perabotan), kredit mobil pribadi,
dan kredit konsumtif lainya (Veithzal Rivai, 2010:721).
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembiayaan Murabahah
Murabahah berarti pembelian barang dengan pembayaran
ditangguhkan (1 bulan, 3 bulan, 1 tahun dan seterusnya). Pembiayaan
murabahah adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dalam rangka
pemenuhan kebutuhan produksi dan konsumsi. Pembiayaan murabahah
dengan kredit modal kerja yang biasa diberikan oleh bank-bank konvensional,
dan karenanya pembiayaan murabahah berjangka waktu dibawah 1 tahun
(short run financing) (Karnaen, 1992:25).
فَ ۡٱب َعثُ ٓو ْا َأ َح َد ُكم بِ َو ِرقِ ُكمۡ ٰهَ ِذ ِٓۦه ِإلَى ۡٱل َم ِدينَ ِة
Artinya : “Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota
dengan membawa uang perakmu ini” (QS. Al-Kahf 18:Ayat 19)
10
11
oleh nasabah dengan membeli barang itu dari pemasok, dan kemudiam
menjualnya kepada nasabah dengan harga yang ditambah keuntungan atau di-
mark-up. Dengan kata lain, penjualan barang kepada nasabah dilakukan atas
dasar cost-plus profit (Sudarsono, 2003:47-48).
Landasan hukum :
1. Al-Quran : Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba
(QS. Al-Baqarah 2:275).
2. Al-Hadis : Dari Suaib Ar-Rumi RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Tiga hal yang di dalam terdapat keberkahan : Jual beli secara tangguh,
Muqaradhah (Mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung
untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual” (HR. Ibnu Majah)
Teknis perbankan :
1. Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga
jual adalah harga beli bank dari produsen ditambah keuntungan. Kedua
pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran.
2. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati
tidak dapat berubah selama berlaku akad. Dalam perbankan, Murabahah
lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran cicilan (Bitsaman Ajil).
3. Dalam transaksi ini, bila sudah ada barang diserahkan segera kepada
nasabah, sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh.
Gambar 2. 1
Skema Ba’I al-Murabahah
13
B. Akad Wakalah
Wakalah atau Wikalah berarti menyerahkan, pendelegasian, atau
pemberian mandat. Dalam bahasa arab, hal ini dipahami sebagai at-tafwidh.
Contoh kalimat “aku serahkan urusanku kepada Allah” mewakili pengertian
istilah tersebut. Tetapi yang dimaksud dalam hal ini wakalah adalah
pelimpahan kekuasaan oleh seseorang sebagai pihak pertama kepada orang
lain sebagai pihak kedua dalam hal-hal yang diwakilkan. Dalam hal ini pihak
kedua hanya melaksanakan sesuatu sebatas kuasa atau wewenang yang
diberikan pihak pertama, namun apabila kuasa tersebut telah dilaksanakan
sesuai disyaratkan, maka semua resiko dan tanggungjawab atas
dilaksanakannya perintah tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak
pertama atau pemberi kuasa (Sudarsono, 2003:60-61).
Al-Wakalah atau al-wikalah bermakna al-tafwid (penyerahan,
pendelegasian, pemberian mandat). Yang dimaksud secara syara’ ialah
pelimpahan kekuasaan atau wewenang oleh seorang kepada yang lain dalam
hal-hal yang dapat diwakilkan.
Hal ini di syariatkan dalam Islam karena manusia memiliki
kemampuan untuk menekuni dan mengusai segala urusannya. Untuk itu, ia
memerlukan pendelegasian kuasa atau wewenang kepada orang lain atas
nama dirinya.
Kebolehan cara ini adalah berdasarkan kepadaayat Allah yang
bercerita tentang kisah Yusuf a.s dengan Rajanya : Dia (Yusuf) berkata,
“Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku
14
b. Kesepakatan
Disamping unsur kepercayaan di dalam kredit juga mengandung
unsur kesepakatan antara si pembeli kredit dengan si penerima kredit.
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-
masing pihak menendatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
c. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu,
jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah
disepakati. Jangka waktu tersebut bias berbentuk jangka pendek, jangka
menengah atau jangka panjang.
d. Risiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan
suatu resiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin penjang
suatu kredit semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Resiko
ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah
lalai, maupun oleh resiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi
bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur
kesengajaan lainnya.
e. Balas Jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa
tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk
bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.
Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya
ditentukan dengan bagi hasil.
2. Jenis Kredit
a. Menurut Pengunaan
1) Kredit Konsumtif
Kredit ini dipergunakan oleh peminjam untuk keperluan
konsumsi, artinya uang kredit akan habis dipergunakan atau semua
akan terpakai untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi kredit ini tidak
bernilai bila kita tinjau dari segi utility uang, akan tetapi hanya
17
e. Pajak
Merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada
bank yang memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya.
f. Keadaan Ekonomi dan Keuangan
Dalam hal ini perlu diperhatikan tentang penawaran (supply)
dan permintaan (demand) dari dana-dana atau uang, tegasnya
memperhatikan keadaan pasar uang. Bila uang dan peredarannya terus
meningkat, maka tingkat bunga perlu dinaikkan. Demikian juga arah
kredit perlu ditujukan terutama pada sektor-sektor yang penting serta
menambah produktivitas.
g. Tingkat Risiko
Pertimbangan risiko sangat memperhatikan waktu jatuh tempo
(maturity), nilai jaminan yang disediakan, keadaan keuangan nasabah,
dan prospek usaha yang bersangkutan selama kredit berjalan. Semakin
tinggi suatu risiko, bertambah tinggi pula bunga yang dikenakan, dan
sebaliknya jika risiko kredit rendah maka rendah pula bunga yang
dibebankan.
h. Kemampuan dalam Perdagangan dan Persaingan
Ini merupakan penilaian tambahan bila dalam
mempertimbangkan degree of risk dirasakan kurang lengkap. Penilaian
ini memperhatikan apakah nasabah tetap survive dalam dunia usahanya,
secara minimal. Selain itu diperhitungkan pula kekuatannya dalam
persaingan baik terhadap barang-barang sejenis buatan dalam negeri
atau barang-barang impor. Bila dalam perdagangannya menunjukkan
trend yang terus naik, maka tingkat bunga untuk nasabah ini perlu
ditimbangkan untuk diturunkan agar usahanya dapat bertambah maju
secara pesat. Bila perdagangannya menurun, maka perlu diteliti apakah
bunga yang dikenakan sekarang ini merupakan ongkos produksi yang
“mahal”. Bila memang demikian dan dengan penurunan tingkat bunga
ada kemungkianan usahanya berkembang maju, maka harus diadakan
pertimbangan kembali atas bunga yang ditetapkan.
21
golongan tertentu dan akan mendapat fasilitas kredit yang berbeda pula
dari bank, baik dari segi jumlah, bunga dan persyaratan lainnya.
f. Profitability
Profitability merupakan kemampuan nasabah dalam mencari
laba. Profitability diukur dari periode apakah akan tetap sama atau
semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan
diperolehnya dari bank.
g. Protection
Profitability tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang
dikucurkan oleh bank melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat
berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.
Berkaitan dengan Manajemen pembiayaan Untuk menghasilkan
suatu lembaga keuangan yang berkualitas maka dibutuhkan sistem
manajemen yang berkualitas pula. Berbicara tentang manajemen suatu
lembaga keuangan maka tidak bisa lepas dari fungsi manajemen pada
umumnya.
Dalam hal ini penulis menggunakan teorinya G.R terry yang
memaparkan bahwa fungsi manajemen itu meliputi perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan
pengawasan (controlling) atau biasa disingkat menjadi POAC, namun
untuk membedakan dengan manajemen pada umumnya maka penulis
meninjau dari segi islaminya.
1. Planning (Perencanaan)
Perencanaan menurut G.R Terry dan LW. Rue (2009:43): “proses
memutuskan tujuan-tujuan apa yang akan dikejar selama suatu jangka
waktu yang akan datang dan apa yang akan dilakukan agar tujuan-tujuan
itu dapat tercapai”.
2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian dapat diartikan penentuan pekerjaan yang harus
dilakukan, pengelompokan tugas-tugas dan membagikan pekerjaan kepada
24
D. Kepatuhan Syariah
1. Pengertian Kepatuhan Syariah
Bank Umum Syariah sebagai salah satu lembaga keuangan syariah
dalam menjalankan kegiatan usahanya harus mengacu pada prinsip-prinsip
syariah. Pemenuhan terhadap nilai-nilai syariah menjadi aspek yang
membedakan sistem konvensional dan syariah.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/2/PBI/2011
tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum, kepatuhan adalah
nilai, perilaku, dan tindakan yang mendukung terciptanya kepatuhan
terhadap ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, termasuk prinsip syariah bagi bank umum syariah dan unit
usaha syariah (Bank Indonesia, 2016:13). Sedangkan menurut Adrian
Sutedi, kepatuhan syariah adalah kepatuhan kepada Fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) karena Fatwa DSN merupakan perwujudan prinsip dan
aturan syariah yang harus ditaati dalam perbankan syariah (Sutedi,
2009:145). Dari beberapa definisi tersebut, dapat dipahami bahwa
kepatuhan syariah merupakan pemenuhan terhadap nilai-nilai syariah di
25
bersama. Bagi hasil yang diterima shahibul maal akan naik turun secara wajar
sesuai keberhasilan usaha lembaga keuangan dalam mengelola dana yang
dipercayakan kepadanya. Tidak ada biaya yang perlu digeserkan karena bagi
hasil bukan konsep biaya.
Sedangkan pada penyaluran dana kepada masyarakat, sebagian besar
pembiayaan bank syariah disalurkan dalam bentuk barang / jasa yang
dibelikan Bank Syariah untuk nasabahnya. Dengan demikian, pembiayaan
hanya diberikan apabila barang/jasanya telah ada terlebih dulu, baru ada uang
maka masyarakat dipacu untuk memproduksi barang/jasa atau mengadakan
barang/jasa. Selanjutnya barang yang dibeli menjadi jaminan utang. Sehingga
bank harus mengeluarkan berupa biaya operasional.
Sehingga apa yang kita lihat di lapangan sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya.
5. Wawancara ke II
Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada
kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di
lapangan. Catatan yang ada pada permohonan dan pada saat wawancara I
dicocokkan dengan pada saat on the spot apakah ada kesesuaian dan
mengandung suatu kebenaran.
6. Keputusan kredit
Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit
akan diberikan atau ditolak, jika diterima maka dipersiapkan
administrasinya, keputusan kredit biasanya merupakan keputusan team.
Begitu pula bagi kredit yang ditolak maka hendaknya dikirim surat
penolakan sesuai dengan alasannya masing-masing.
7. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit,
maka sebelum kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah
menandatangani akad kredit, mengikat jaminan dengan hipotik dan surat
perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu.
8. Realisasi kredit
Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang
diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang
bersangkutan.
9. Penyaluran dana
Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai
realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan
tujuan kredit.
G. Jenis Usaha
Usaha adalah kegiatan ekonomi yang memiliki peranan vital untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Adapun salah satu usahanya antaranya seperti
33
lebih besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara
atau swasta, usaha patungan dan usaha asing yang melakukan kegiatan
ekonomi di Indonesia (Nitisusastro, 2010:268). Kemudian menurut Sigih
Wibowo (2005:5) dalam buku Petunjuk Mandiri Usaha Kecil bahwasanya
kegiatan perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis usaha, yaitu :
1. Jenis Usaha Pedagang atau distribusi
Jenis usaha ini merupakan usaha yang bergerak yang terutama pada
kegiatan memindahkan barang dari produsen atau dari tempat yang
mempunyai kelebihan persediaan ketempat yang membutuhkan, jenis
usaha ini bergerang dibidang pertokoan, warung, rumah makan, peragenan
(filial), penyalur (whole), perdagangan perantara dan sebagainya.
2. Jenis Usaha Produksi atau Industri
Usaha industri atau produksi adalah Jenis usaha yang bergerak terutama
dalam kegiatan proses pengubahan suatu barang atau barang lain yang
berbeda bentuk atau sifatnya dan mempunyai nilai tambah. Kegiatan ini
dapat berupa produksi atau industri pangan, pakaian, peralatan rumah,
kerajinan dan sebagainya.
Menurut Mohammad Hidayat (2010:218) usaha produksi mempunyai ciri-
ciri utama yaitu :
a. Kegiatan yang menciptakan manfaat (utility).
b. Perusahaan selalu diasumsikan untuk memaksimumkan keuntungan
dalam produksi. Penekanan pada maslahah dalam kegiatan ekonomi.
c. Perusahaan tidak hanya mementingkan keuntungan pribadi dan
perusahaan juga kemaslahatan bagi masyarakat.
3. Jenis Usaha Jasa Komersil Usaha jasa komersil ini merupakan usaha yang
bergerak dalam kegiatan pelayanan atau menjual jasa kegiatan utamanya.
Jenis usaha ini berupa usaha asuransi, bank, biro perjalanan, pariwisata,
perbengkelan, salon kecantikan, penginapan dan lainnya (Wibowo 2005:6)
35
H. Promosi
Menurut Kotler (2006) juga menjelaskan bahwa aktivitas promosi
merupakan usaha pemasaran yang memberikan berbagai upaya intensif
jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli suatu
produk atau jasa. Seluruh kegiatan promosi bertujuan untuk mempengaruhi
perilaku pembelian, tetapi tujuan promosi yang utama adalah
memberitahukan, membujuk dan mengingatkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa periklanan atau promosi yang
dilakukan secara tepat dapat menimbulkan minat beli seorang konsumen
terhadap suatu produk tertentu.
Sementara dalam buku Principles Merketing yang alih bahasa oleh
Damos Sihombing (2001:111), Kotler dan Armstrong mendefinisikan
“bauran promosi sebagai perpaduan khusus antara iklan, penjualan pribadi,
promosi penjualan, dan hubungan masyarakat yang digunakan perusahaan
untuk meraih tujuan iklan dan pemasaran”
sumber lain yang dapat diperoleh perusaaan. Dengan skema tersebut BMT
dapat memberikan pembiayaan Produktif dan Konsumtif.
Menurut (Antonio, 2001:168) pembiayaan Konsumtif diperlukan oleh
pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan konsumsi dapat dibedakan
atas kebutuhan primer (pokok atau dasar) dan kebutuhan sekunder.
Kebutuhan primer adalah kebutuhsan pokok, baik berupa barang, seperti
makanan, minuman dan pakaian, dan tempat tingga, maupun berupa jasa,
seperti pendidikan dasar dan pengobatan. Adapun kebutuhan sekunder adalah
kebutuhan tambahan, yang secara kuantitatif maupun kualitatif lebih tinggi
atau lebih mewah dari kebutuhan primer, baik berupa kendaraan, dan
sebagainya, maupun berupa jasa, seperti pendidikan, pelayanan kesehatan,
pariwisata, hiburan dan sebagainya.
Pada umumnya, bank konvesional membatasi pemberian kredit untuk
pemenuhan barang tertentu yang dapat disertai dengan bukti kepemilikan
yang sah, sepeti rumah dan kendaraan bermotor, yang kemudian menjadi
barang jaminan utama (main collateral). Adapun untuk memenuhi kebutuhan
jasa, bank meminta jaminan berupa barang lain yang dapat diikat sebagai
collateral. Sumber pembayaran kembali atas pembiayaan tersebut berasal dari
sumber pendapatan lain dan bukan dari eksploitasi barang yang dibiayaai dari
fasilitas ini.
Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersil untuk
pemenuhan barang konsumsi dengan menggunakan skema berikut ini.
1. Al-bai’bi tsaman ajil (salah satu bentuk Murabahah) atau jual beli dengan
angsuran.
2. Al-ijarah al-muntahia bit-tamlik atau sewa beli.
3. Al-musyarakah mutanaqhishah atau descreasing participation, dimana
secara bertahab bank menurunkan jumlah partisipasinya.
4. Ar-rahn untuk memenuhi kebutuhan jasa.
Pembiayaan konsumsi tersebut diatas lazim digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan sekunder. Adapaun kebutuhan primer pada umum nya
39
pihak ketiga. Kedudukan BMT dalam hal ini hanya sebagai pemilik dana,
yang memfasilitasi kebutuhan nasabah, bukan sebagai investor atau mudharib
seperti dalam akad mudharabah. Mekanisme Pembiayaan murabahah di
BMT Assyafi`iyyah KCP Kota Metro dilakukan melalui beberapa tahapan,
yaitu tahapan administrasi, survey kelayakan nasabah dan pencairan. Prinsip
utama yang dijadikan acuan BMT Assyafi`iyah KCP Kota Metro dalam
pembiayaan murabahah adalah prinsip bebas riba, memberitahu secara jujur
harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan, jangka
waktu tertentu yang telah disepakati. Risiko yang harus ditanggung dalam
pembiayaan murabahah yaitu barang dijual nasabah sebelum angsuran lunas,
terlambat mengangsur, atau bahkan macet, sedangkan barang yang digunakan
oleh nasabah sudah rusak. Risiko lainnya yaitu kesulitan mengajukan garansi
pada barang yang rusak, sehingga nasabah memutuskan tidak melanjutkan
angsuran. Dalam rangka meminimalisir risiko pembiayaan murabahah,
manajemen BMT Assyafi`iyyah KCP Kota Metro menerapkan rumus yang
dikenal dengan 5 C, yaitu: penilaian character (karakter), capacity
(kemampuan), capital (kemampuan), condition (kondisi), dan collateral
(jaminan).
Sedangkan penelitian yang penulis lakukan lebih terfokus kepada
pelaksanaan pembiayaan murabahah tanpa akad wakalah yang dilakukan
oleh BMT Indragiri dan apakah pembiayaan murabahah cenderung ke
Produktif atau Konsumtif.
K. Kerangka Berfikir
BMT Indragiri Kota Rengat terdapat produk penyaluran dana yang
biasa disebut pembiayaan. Salah satunya pembiayaan murabahah murni, dari
pembiayaan tersebut penulis hanya membahas tentang pembiayaan
murabahah tanpa akad wakalah, yang mana data tersebut didapatkan melalui
wawancara dengan pihak BMT Indragiri Kota Rengat, dan didalam
wawancara tersebut penulis bertanya tentang lebih cenderung kemana
pembiayaan murabahah tanpa akad wakalah mengarah ke Produktif atau
43
Dampak
Produktif Konsumtif
1. Pelaksanaan Pembiayaan
2. Operasional
3. Keepatuhan Syariah
4. Promosi
5. Prosedur
6. Variasi usaha
Gambar 2. 2
Kerangka Berfikir
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan ini termasuk kedalam jenis penelitian
yang mengunakan metode field research atau penelitian yang dilakukan
dengan turun langsung untuk memperoleh data yang relevan dengan
penelitian yang dilakukan. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian
secara langsung untuk mengambarkan dan mengetahui dampak pelaksanaan
pembiayaan murabahah tanpa Akad wakalah Produktif dan Konsumtif di
BMT Indragiri Kota Rengat.
1 Penyusunan √
Proposal
2 Membuat Dan √ √
Bimbingan
Proposal Skripsi
3 Seminar Proposal √
4 Bimbingan Setelah √
Seminar
44
45
5 Mengumpulkan Dan √
Mengolah Penelitian
6 Analisa Data √
7 Bimbingan Skripsi √ √
8 Agenda Munaqasah √ √
9 Sidang Munaqasah √ √
Sumber : Olahan Peneliti, 2021.
C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti langsung menjadi instrumen kunci
dengan cara peneliti langsung berada dilapangan untuk meneliti yaitu dengan
mengunakan daftar pelayanan, wawancara, dan mengambil dokumentasinya.
Penelitian kualitatif sebagai Human Instrument, berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informasi sebagai sumber data, melakukan pengumpulan
data, menilai kualitas data, menafsirkan data membuat kesimpulan atas
semuanya (Sugiyono, 2014:372-373).
D. Sumber Data
Data adalah serangkaian informasi verbal dan non verbal yang
disampaikan informan kepada peneliti untuk menjelaskan perilaku ataupun
peristiwa yang sedang menjadi fokus penelitian (Idrus, 2009:84).
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer dalam penilitian ini adalah staff dan nasabah
BMT Indragiri Kota Rengat yang dapat memberikan informasi-informasi
secara langsung kepada penulis mengenai persoalan yang diteliti.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder, merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
lewat dokumen. Dalam penelitian ini, yang menjadi sumber data sekunder
yaitu dokumen yang berkaitan dengan pembiayaan murabahah pada
Kantor BMT Indragiri Kota Rengat.
46
48
49
Jumadil Akhir 1431 H di Mesjid Jami’ Rengat oleh Ketua Pengurus Mesjid
Jami’ Rengat yaitu H.M dr. Amin Yunus, Sp.Pd di mesjid Jamik Rengat
sekaligus dengan acara seminar ekonomi syari’ah yang dihadiri oleh
berbagai lapisan masyarakat.
Adapun hal-hal yang melatarbelakangi berdirinya BMT Djami’ dari
sisi keekonomianya secara terperinci antara lainya adalah:
1. Hampir seluruh aktifitas ekonomi masyarakat Islam bersentuhan langsung
dengan sistem ekonomi riba terutama para pedagang kecil baik itu
disengaja maupun karena terpaksa melakukanya. Ini semua salah satu
penyebabnya adalah kurangnya lembaga untuk dijadikan pilihan lainya
dalam memenuhi kebutuhan ekonomi atau modal usahanya. Menurut
pengamatan kami dilapangan mayoritas para pedagang dipasar-pasar
tradisional diberbagai daerah telah terikat dengan “rentenir” yaitu dengan
memberikan pinjaman dengan sistem ribawi dan bunga yg cukup tinggi
dengan suku bunga hampir 120%/Tahun angka fantastis jika dibandingkan
suku bunga bank konvensional. (berbasis ribawi)
2. Minimnya penyaluran kredit mikro melalui lembaga keuangan perbankkan
di pasaran lebih disebabkan tingginya resiko dan besarnya biaya
operasional khusunya bagi lembaga Perbankkan atau dikenal juga dengan
istilah “unbankable“
3. Usaha-Usaha kecil dan atau pedagang-pedagang kecil masih bersifat
tradisional dan tidak memenuhi kriteria (bankable) maka akses
permodalan sulit didapat selain kepada Rentenir yang lebih praktis dan
cepat.
4. Sarana Menyimpan dan menabung bagi masyarakat yang tidak memiliki
akses dengan perbankan.
5. Kurang tergarapnya dengan baik potensi zakat, infaq, sedekah dan wakaf
(ZISWAF) yang cukup besar sebagai amalan yang sangat diperintahkan
oleh Allah SWT dalam Islam. Yang juga sangat bermanfaat dalam
menunjang kesahteraan masyarakat Islam.
50
Namun pada tahun 2017 BMT Djami’ berganti nama menjadi BMT
INDRAGIRI, dikarenakan agar bisa dikenal lebih luas oleh masyarakat.
BMT Indragiri ini sudah memiliki badan hukum dengan (SK :
233/BH/IV.2/02/X/2010) dengan (NPWP : 03.236113.1-213.000) (Sumber,
Profil BMT Indragiri, 2020).
2. Visi dan Misi
a. Visi
Terwujudnya lembaga perekonomian ummat, yang profesional, amanah,
bermanfaat, peduli, menguntungkan dan mensejahterakan umat yang di
ridhai dan diberkahi oleh Allah SWT.
b. Misi
1) Menjadikan lembaga keuangan terdepan yang berpegang teguh pada
prinsip syariah dalam menjalankan seluruh aktifitas dan
operasionalnya.
2) Membangun lembaga keuangan yang bisa menjadi mitra umat yang
sangat diandalkan, dipercaya, profesional dalam memenuhi kebutuhan
yang menyangkut pada persoalan keuangan dan perokonomian
ummat.
3) Menjalankan fungsi Maal secara amanah, profesional dan transparan.
4) Memberikan edukasi kepada masyarakat terutama anggota dalam
mewujudkan kehidupan Islami yang sejahtera dan diridhoi oleh Allah
SAW (Sumber, Profil BMT Indragiri, 2020).
3. Bentuk Usaha Tamwil
a. Produk Penghimpunan (Funding)
1) Produk Simpanan Anggota: Merupakan simpanan yang wajib dimiliki
oleh anggota. Simpanan ini menggunakan akad bagi hasil atau
Mudharabah AlMutlaqah/muqayyadah yang akan diberikan dalam
bentuk Sisa Hasil Usaha setiap tahunya. Adapun bentuk tabunganya
sebagai berikut:
a) Simpanan Pokok ( Musyarakah )
b) Simpanan Wajib ( Musyarakah )
51
Fo : UMAIR
Teller : HERMAWAN
CS : JUMAT
B ASPEK LEGAL
Badan Hukum : SK : 233/BH/IV.2/02/X/2010
NPWP : (03.236113.1-213.000)
C ALAMAT RESMI
Alamat Jl. Sultan Kompleks Indragiri Islamic
Center, Kelurahan Kampung Dagang
Kota Rengat
Provinsi Riau
Telp 0769.21587
E-Mail Saputra.Mansur@Yahoo.Co.Id,
Bmt.Djamik2010@Yahoo.Co.Id
(Sumber, Profil BMT Indragiri, 2021).
5. Logo
Gambar 4. 1
Logo BMT Indragiri
c. Brosur
d. Poster
57
e. Banner
B. Temuan Penelitian
1. Prosedur Pelaksanaan Akad Murabahah
Secara umum pelaksanaan akad murabahah dilaksanakan tanpa
akad wakalah yang dilakukan BMT Indragiri Terdiri dari :
a. Perencanaan pembiayaan murabahah
Sebelum melakukan kegiatan pembiayaan masing-masing
individu yang berkaitan sudah menyiapkan berbagai perencanaan.
Dimulai dari sore hari sebelum pulang dari kantor AO sudah
mendapatkan daftar pembiayaan murabahah yang akan di survey besok
harinya. Pada pagi hari diadakan meeting antara manajer BMT, Kabag
marketing dan tim AO yang akan membahas antara lain adalah hasil
survey calon nasabah, keputusan pencairan dan realisasi barang atau
pembiayaan, pembagian wilayah survei calon nasabah baru. (Alek,
Wawancara langsung pada tanggal 8 Juli 2021)
b. Pengorganisasian dalam pembiayaan murabahah tidak terlepas dari
penentuan pekerjaan dan pengelompokan tugas.
1) Manajer mempunyai tugas antara lain mengarahkan,
mengkoordinasiakan, mengawasi tugas bawahan, mengawasi jalannya
operasional di unit pelayanan, pendelegasian wewenang, penilainan
60
penduduk suami istri, kartu keluarga, surat nikah, surat jaminan, KTP
pemilik jamianan, slip gaji, pas foto 3x4 suami istri dan map biasa.
b. Tim account officer BMT melaksanakan penyelidikan berkas serta
wawancara langsung on the spot dengan teori 5C (character, capacity,
capital, condition dan collateral) dan 7P (personality, party, purpose,
Prospect, payment, profitability, dan protection) oleh account officer.
c. Manajer memberikan keputusan pembiayaan setelah disampaikan hasil
survei oleh account officer.
d. Penandatanganan akad murabahah.
e. Serah terima realisasi pembiayaan di sertai down payment tanpa angsuran
pertama (cicilan dibayar pada bulan selanjutnya).
Pengendalian pembiayaan murabahah dilakukan oleh manajer
kepada setiap sektor yang berkaitan dengan pembiayaan dengan cara
meminta laporan bulanan kepada setiap tim yang berkaitan dengan
pembiayaan murabahah. (Rahmad, Wawancara langsung pada tanggal 15
Juli 2021)
kaki lima, warung, pertokoan, konsumtif dan produktif dalam skala mikro.
Dan jumlah dana yang dapat disanggupi BMT berkisar 1 JT – 100 JT
Rupiah. (Rijal, Wawancara langsung pada tanggal 10 Juli 2021)
Gambar 4. 2
Syarat Pengajuan Pembiayaan
Gambar 4. 3
Formulir permohonan pembiayaan
saja serta uang diserahksan benar-benar secara tunai (tidak boleh transfer)
kepada penjual tertulis dalam bentuk kwitansi, BMT membeli atas
kepentingan nasabah (jujur dalam harga) dan nasabah selalu menerima apa
yang dibelikan pihak BMT untuk nasabah dan dijual kembali oleh BMT
kepada nasabah sesuai harga kwitansi di tambah laba/margin yang
disepakati nasabah untuk BMT.
Gambar 4. 4
Pembelian Satu Unit Mobil Di Dealer Pekanbaru
Gambar 4. 5
Tanda Terima Realisasi Pembiayaan
Ketujuh, motor atau mobil dan barang lainnya boleh dibawa pulang
oleh nasabah dan nasabah mengangsur pelunasan mulai bulan depan dari
bulan transaksi.
Gambar 4. 6
Pengambilan Satu Unit Motor Oleh Nasabah
di Kantor BMT Indragiri
Gambar 4. 7
Skema Prosedur Pelaksanaan Akad Murabahah Produktif dan
konsumtif bil ghairil Wakalah Pada BMT Indragiri
69
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
Produktif Column1
Gambar 4. 8
Diagram Pembiayaan Murabahah Produktif dan Konsumtif
C. Pembahasan
Dalam menjalankan pembiayaan murabahah sesuai dengan moto
BMT Indragiri tanpa riba, tanpa sita, tanpa asuransi, tanpa biaya
administrasi. Kepatuhan syariah adalah modal utama bagi BMT Indragiri.
BMT Indragiri menjalankan pembiayaan dengan konsep murabahah tanpa
akad wakalah atau biasa disebut murni jual beli tanpa ada perantara barang
dimiliki terlebih dahulu baru dijual kembali serta serah terima barang yang
jelas.
Berdasarkan prosedur pelaksanaan akad murabahah tanpa wakalah
di BMT Indragiri Kota Rengat maka peneliti melihat bahwa akad
murabahah tanpa wakalah di BMT Indragiri sudah dilaksanakan dengan
benar dan sungguh-sungguh karena BMT secara ril melaksanakan jual beli
dengan supplier dimana BMT sendiri yang melakukan negosiasi harga
dengan supplier, disamping itu penurunan harga yang berhasil diperoleh
BMT dalam usaha negosiasi harga adalah menjadi hak nasabah, karena
harga beli yang ditulis dalam akad dengan nasabah benar-benar dari harga
beli BMT dengan supplier. Ini berarti bahwa BMT Indragiri benar-benar
amanah dalam melaksanakan akad murabahah, dimana akad murabahah
sendiri disebut sebagai “akad amanah” dalam teori fikih Islam. Jual beli atau
Bai’ amanah adalah jual beli dimana pihak penjual menyebutkan harga
pokok barang secara jujur atau amanah kepada pembeli dimana jika ada
terdapat suatu perbuatan khianat, maka penjual dapat dituntut secara hukum
(Mardani dalam Siti Ramlah, 2018:33).
Lebih dari itu, untuk menjamin terjadinya real purchase (transaksi
beli yang ril) antara BMT dengan supplier, karena BMT melarang kehadiran
nasabah ketika BMT sedang berada atau sedang bertransaksi dengan
supplier, ini berarti bahwa transaksi antara BMT dengan supplier sama
sekali tidak dipengaruhi oleh keberadaan nasabah. Transaksi jual beli
pertama ini (antara BMT dengan Supplier) benar-benar mandiri, tidak
dicampuri oleh rekayasa atau helah, sehingga ia terbebas dari ciri transaksi
syubhat akad tawarruq munazzham yang diharamkan oleh Dewan Akademi
72
ada biaya tambahan yang akan nasabah bayarkan sehingga ini murni jual
beli antara penjual dan pembeli dimana BMT sebagai penjual dan nasabah
sebagai pembeli.
Dari aspek eksternalitas, peneliti juga menemukan ada kemauan
serius dari BMT Indragiri dalam usaha menuju pada taat syariah karena
terlihat kemauan komunitas untuk lebih dekat dengan nilai-nilai agama
secara spiritual dan juga intelektual, dimana keimanan yang kuat akan
mendorong mereka untuk benar-benar melaksanakan aturan syariat dengan
benar dan sungguh-sungguh. Peneliti menemukan bahwa ada beberapa
kegiatan yang dilakukan BMT Indragiri guna mendukung kepatuhan syariah
diantaranya :
a. Setiap pagi hari seluruh karyawan BMT wajid membaca Al-quran secara
bergilir serta membaca artinya, kegiatan ini akan memberikan motivasi
komunitas dalam melaksanakan agama secara kaffah.
b. Setiap malam Rabu, terdapat kegiatan pembacaan kitab kuning dan kitab
fiqih muamalah dari berbagai mazhab yang berhubungan dengan
pembiayaan murabahah serta bedah kasus muamalah.
c. Setiap Jumat, pagi hari manajer membacakan kita fiqih muamalah dan
menguji pemahaman karyawan BMT.
d. Setiap malam Ahad, BMT Indragiri mengadakan pengajian dengan
berbagai tema islami dan seluruh karyawan wajib mengikutinya.
e. Terkadang pada tanggal merah seluruh karyawan BMT Indragiri tetap
masuk untuk meng.adakan kegiatan menambah ilmu tentang fiqih
muamalah bersama Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai bentuk
ikhtiar untuk meningkatkan kualitas sumber daya insani BMT sehingga
memiliki kemampuan dalam mengemban amanah dakwah ekonomi
syariah di tengah-tengah umat.
Berdasarkan analisa penulis di atas, penulis menyimpulkan bahwa
akad murabahah tanpa wakalah yang dilaksanakan oleh BMT Indragiri
Kota Rengat sangat sesuai dengan syariah, atau terpuji dari dari aspek
syariah compliant secara teoritis dan praksis. Dan berdasarkan penelitian
74
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang sudah penulis laksanakan tentang
pelaksanaan akad murabahah tanpa wakalah di BMT Indragiri Kota Rengat,
penulis menyimpulkan bahwa prosedur pelaksanaan akad pembiayaan
murabahah tanpa wakalah di BMT Indragiri Kota Rengat Kabupaten
Inderagiri Hulu benar-benar tidak terdapat akad wakalah padanya dimana
nasabahpun tidak dibolehkan hadir saat terjadi transaksi dan negosiasi jual beli
antara BMT dengan supplier, harga negosiasi dilaksanakan oleh BMT adalah
atas kepentingan nasabah maka diskon harga yang diperoleh BMT diberikan
kepada nasabah, dan BMT telah pula berhasil melaksanakan akad murabahah
KPP (Murabahah kepada pemesan pembelian) dari supplier yang tidak
ditentukan sehingga benar-benar tanpa wakalah, tapi murni atas dasar
kepercayaan nasabah. Dalam pelaksanaan semua bentuk akad murabahah ini
oleh BMT dengan Supplier, tidak ada nasabah yang menolak barang yang
sudah dibeli oleh BMT. Dari aspek analisis dan interpretasi data, peneliti
menemukan tidak adanya prosedur yang melanggar aturan syariah karena akad
jual beli murabahah paraleh benar-benar dilaksanakan secara benar, baik
antara BMT dengan supplier, ataupun antara BMT dengan nasabah.
Sedangkan dari sisi aspek perbandingan dominasi atau kecenderungan
pelaksanaan jenis akad, nasabah lebih dominan untuk mengambil pembiayaan
murabahah tanpa wakalah konsumtif karena transaksi atas satu barang saja
lebih praktis dan mudah, sedangkan untuk pembiyaan murabahah tanpa
wakalah produktif ditemukan banyak kesulitan dalam pelaksanaannya dari
aspek proses pengadaan barang dan banyaknya variasi barang yang akan
diadakan oleh nasabah yang umumnya tersediri dari pada pedagang di Kota
Rengat.
75
76
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, hal-hal yang perlu diperhatikan
mengenai pelaksanaan pembiayaan murabahah tanpa wakalah di BMT
Indragiri Kota Rengat, penulis menyarankan:
1. Hendaklah BMT Indragiri menuangkan aturan atau prosedur pelaksanaan
akad murabahah tanpa wakalah ini dalam bentuk S.O.P lembaga agar
memudahkan bagi generasi mendatang dalam melaksanakannya.
2. Hendaklah BMT Indragiri dapat memperbanyak tenaga ahli yang
kompeten dalam berbagai bidang bisnis (perdagangan, industri, dan
pertanian), khususnya dalam pengadaan barang dan jasa dalam akad
murabahah KPP (murabahah kepada pemesan pembelian [bai’ al-
murabahah li al-amir bisysyira’]) sebagaimana terjadi pada transaksi
pengadaan mobil Kijang Innova bekas yang dipesan atas kepercayaan dari
nasabah dimana memerlukan keahlian dari pegawai BMT tentang kualitas
kendaraan.
3. Hendaknya pihak BMT Indragiri juga mengembangkan model pembiayaan
murabahah tanpa wakalah produktif yang lebih efesien guna
meningkatkan perkembangan ekonomi masarakat kepada yang lebih baik.
Jadi, tidak hanya dominan dalam pembiayaan konsumtif.
4. Sangat banyak peluang bagi penelitian selanjutnya terkait akad ini baik
secara kualitatif maupun kuantitatif seperti bagaimana tanggapan nasabah
tentang efesiensi akad ini, kenaikan biaya operasional, dan lainnya
sebagaimana yang sudah penulis kemukakan dalam identifikasi masalah
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
N
Penandatanganan Akad Murabahah