Anda di halaman 1dari 8

Usaha adalah kegiatan ekonomi yang memiliki peranan vital untuk memenuhi kebutuhan

manusia. Adapun salah satu usahanya antaranya seperti jual beli, memproduksikan dan
memasarkan, dan interaksi dengan manusia yang lain (Norvadewi, 2015 : 14).

Usaha bisa disebut perusahaan meupakan usaha yang melakukan kegiatan secara tetap
atau terus menerus untuk mencapai tujuan dan memperoleh keuntungan.baik perorang
maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum
(Harmaizar 2008 : 13).

Jenis-jenis usaha Sejak dulu hingga sekarang, setiap manusia berusaha mencukupi
kebutuhan hidupnya dengan berbagai macam cara. Cara-cara yang ditempuh akan
mendatangkan hasil untuk mencukupi kebutuhan dalam hidupnya. Untuk memenuhi
kebutuhan hidup dalam masyarakat, ada beberapa kegiatan dan jenis usaha yang dapat
menghasilkan barang dan jasa sebagai berikut: (Mulyaningsih, 2009 : 62 )
1) Pertanian
2) Industri
3) Perdagangan
4) Jasa

Jenis-Jenis Usaha Usaha dapat dibedakan menjadi 3 yaitu : usaha mikro, usaha menengah dan
usaha makro. Menurut Awalil Rizky, usaha mikro adalah usaha informal yang memiliki aset,
modal dan omzet yang sangat kecil. Ciri lain usaha mikro ini adalah jenis komoditi usahanya
sering berganti, tempat usaha tidak tetap dan umumnya tidak memiliki legalitas usaha.
Berdasarkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 adalah segala kegiatan ekonomi rakyat yang
berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta
kepemilikan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini (Amalia, 2009 : 42).

Usaha menengah adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga
maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara
komersial dan mempunyai omzet penjualan lebih dari 1 (satu) miliar (Tanti, 2009 : 55) .
Sedangkan usaha makro adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari usaha menengah,
yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan dan usaha asing yang
melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia (Nitisusastro, 2010 : 268). Kemudian menurut Sigih
Wibowo (2005 : 5) dalam buku Petunjuk Mandiri Usaha Kecil bahwasanya kegiatan perusahaan
dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis usaha, yaitu :

1. Jenis Usaha Pedagang atau distribusi


Jenis usaha ini merupakan usaha yang bergerak yang terutama pada kegiatan
memindahkan barang dari produsen atau dari tempat yang mempunyai kelebihan
persediaan ketempat yang membutuhkan, jenis usaha ini bergerang dibidang pertokoan,
warung, rumah makan, peragenan (filial), penyalur (whole), perdagangan perantara dan
sebagainya.
2. Jenis Usaha Produksi atau Industri Usaha industri atau produksi adalah jenis usaha yang
bergerak terutama dalam kegiatan proses pengubahan suatu barang atau barang lain yang
berbeda bentuk atau sifatnya dan mempunyai nilai tambah. Kegiatan ini dapat berupa
produksi atau industri pangan, pakaian, peralatan rumah, kerajinan dan sebagainya.
Menurut Mohammad Hidayat (2010 : 218) usaha produksi mempunyai ciri-ciri utama
yaitu :
a. Kegiatan yang menciptakan manfaat (utility).
b. Perusahaan selalu diasumsikan untuk memaksimumkan keuntungan dalam
produksi. Penekanan pada maslahah dalam kegiatan ekonomi.
c. Perusahaan tidak hanya mementingkan keuntungan pribadi dan perusahaan juga
kemaslahatan bagi masyarakat.
3. Jenis Usaha Jasa Komersil Usaha jasa komersil ini merupakan usaha yang bergerak
dalam kegiatan pelayanan atau menjual jasa kegiatan utamanya. Jenis usaha ini berupa
usaha asuransi, bank, biro perjalanan, pariwisata, perbengkelan, salon kecantikan,
penginapan dan lainnya (Wibowo 2005 : 6).

Euis Amalia. (2009). Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

Francis Tantri. (2009). Pengantar Bisnis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


Mulyadi Nitisusastro. (2010). Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Jakarta: Alvabeta.

Sigih Wibowo. (2005). Petunjuk Mandiri Usaha Kecil. Jakarta: Penerbit Swadaya.

Mohammad Hidayat. (2010). an Introduction to The Sharia Economic, Pengantar Ekonomi


Syari’ah. Jakarta: Zikrul Hakim.

Mulyaningsih, Sri. Tuju Widodo. (2009). Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.

Harmaizar Z. (2008). Menagkap Peluang Usaha. Bekasi: CV Dian Anugerah Prakasa.

Norvadewi. (2015). “Bisnis dalam Prespektif Islam”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 1, No. 1.
Teori Prosedur

Istilah prosedur sudah tidak asing lagi digunakan baik itu dalam kehidupan sehari-hari. Prosedur
mencakup mengenai cara dan aturan untuk melaksanakan suatu kegiatan tertentu, sehingga
kegiatan tersebut dapat dilaksanakan dengan efisien dan terkoordinir dengan baik. Pendapat Ahli
mengenai prosedur ialah sebagai berikut :

1. Ismail Masya (1994 : 74) berpendapat bahwa “Prosedur adalah rangkaian tugas-tugas
yang saling berhubungan dan dalam melaksanakannya harus secara berurutan menurut
waktu, dan prosedur tersebut dilaksanakan berukang-ulang”
2. Muhammad Ali (2000 : 325) mengatakan bahwa “Prosedur adalah cara menjalankan
suatu pekerjaan”
3. Ismail Solihin (2009 : 71) mengatakan bahwa “Prosedur merupakanmetode atau cara
yang baku untuk melaksanakan pekerjaan tertentu”

Prosedur dalam pemberian kredit dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum antar
bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi perbedaan mungkin
hanya terletak dari prosedur dan persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-
masing.

Prosedur pemberian kredit secara umum dapat dapat dibedakan antara pinjaman perseorangan
denga pinjaman oleh suatu badan hukum, kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya
apakah untuk konsumtif atau produktif (Kasmir, 2001 : 110).

Secara umum akan dijelaskan prosedur pemberian kredit oleh badan hukum sebagai berikut:

1. Pengajuan berkas-berkas
2. Penyelidikan berkas pinjaman
3. Wawancara I
4. On the spot
5. Wawancara ke II
6. Keputusan kredit
7. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya
8. Realisasi kredit
9. Penyaluran dana

Ali, Muhammad. (2000). Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung : Angkasa

Ismail, Masya. (1994). Teori Prosedur. Jakarta : PT Grasindo

Solihin, Ismail. (2009). Pengantar Manajemen. Jakarta : Erlangga.

Kasmir. (2001). Bank dan Lembaga Keungan Lainnya. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Manajemen Pembiayaan

Manajemen memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Karenanya, manajemen


dapat diartikan sebagai ilmu dan seni tentang upaya untuk memanfaatkan semua sumber daya
yang dimiliki untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Sugono, dkk 2008 : 870).
Menurut Daft Richard L Manajemen adalah pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang
paling efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian pengarahan dan pengendalian
sumber daya organisasi (Daft, 2006 : 6)

Manajemen bank atau pengelolaan bank disebut juga manajemen aktiva pasiva bank
(Banking Asset Liability Management). Kegiatan manajemen dana bank meliputi perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian terhadap penghimpunan dan pengalokasian dana dari masyarakat.

Era perbankan modern sangat terkait erat dengan manajemen bank, sehingga menuntut
pengelolaan aktiva dan pasiva bank secara terpadu. Pengambilan keputusan mengenai kebijakan
pengelolaan sisi aktiva bank perlu dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi sisi pasiva bank
pada waktu yang bersamaan. Pada perusahaan bank yang besar, umumnya pengelolaan aktiva
pasiva bank dilaksanakan oleh suatu komite tersendiri yaitu Komite Aktiva Pasiva (Asset
Liability Commite).

a. Sitem Manajemen Bank


Dalam pembahasan ini yang dimaksud sitem manajemen adalah berkaitan dengan
metode yang digunakan oleh manajemen bank dalam mengelola bentuk operasional dari
berbagai kegiatan bank. Bentuk operasional tersebut berkaitan dengan sentralisasi dan
desentralisasi manajemen pada bank.
Sistem manajemen bank ada 4 macam, yaitu:
10. Unit banking system
11. Branch banking system
12. Group and chain banking system
13. Mixed system (Sinungan, 1994 : 50)

b. Manajemen Perkreditan
Kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman-meminjam antara pihak bank
dengan pihak lain yang mewajibkan untuk melunasi hutangnya. Sedangkan manajemen
perkreditan pada dasarnya merupakan suatu proses yang terintegrasi antara sumber-
sumber dana, aloksi dana yang dapat dijadikan kredit dengan perencanaan,
pengorganisasian, pemberian, administrasi, dan pengamanan kredit (Martono, 2002 :
51).
1. Unsur-unsur Kredit
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah
sebagai berikut:
a) Kepercayaan
b) Kesepakatan
c) Jangka Waktu
d) Risiko
e) Balas Jasa
2. Jenis Kredit
a) Menurut Pengunaan
i. Kredit Konsumtif
ii. Kredit Produktif
b) Menurut Keperluannya
i. Kredit Produksi
ii. Kredit Perdagangan
iii. Kredit Investasi
c) Menurut Jangak Waktu
i. Kredit Jangka Pendek
ii. Kredit Jangka Menengah
iii. Kredit Jangka Panjang
d) Menurut Jaminannya
i. Kredit Tanpa Jaminan
ii. Kredit dengan Jaminan
c. Faktor-faktor Dalam Penentuan Kredit
1. Total Biaya Dana
2. Biaya Operasi
3. Cadangan Risiko Kredit Macet
4. Laba yang Diinginkan
5. Pajak
6. Keadaan Ekonomi dan Keuangan
7. Tingkat Risiko
8. Kemampuan dalam Perdagangan dan Persaingan
d. Konsep Penilaian Kredit
1. Prinsip-prinsip Perkreditan
a) Character
b) Capacity
c) Capital
d) Collateral
e) Condition
2. Prinsip-prinsip 7P dalam kredit
a) Personality
b) Purpose
c) Prospect
d) Payment
e) Party
f) Profitability
g) Protection

Sugono Dendy. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia.

Daft Richard L. (2006). Manajemen. Jakarta : Selemba Empat.

Muchdaryah Sinungan. (1994). Srategi Manajemen Bank Menghadapi Tahun 2000. Jakarta :
Rineka Cipta.

Martono. (2002). Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta : Ekonisia.

Anda mungkin juga menyukai