Anda di halaman 1dari 30

PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP KESALAHAN

DAN/ATAU KELALAIAN PEGAWAI BANK YANG MENYEBABKAN


KERUGIAN PADA NASABAH
(KASUS PERKARA ANTARA KOPERASI SIMPAN PINJAM PURNAMA
VS PT BANK RAKYAT INDONESIA TBK CABANG YOGYAKARTA
CIK DITIRO)

Naskah Publikasi

Untuk
Berkala Penelitian Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada

Program Studi Magister Hukum Bisnis dan Kenegaraan


Konsetrasi Hukum Bisnis

Oleh:
Tessa Amelia
18/437215/PHK/10472

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS HUKUM


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021

i
NASKAH PUBLIKASI

Untuk
Berkala Penelitian Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada

Dipersiapkan dan disusun oleh:

Tessa Amelia
18/437215/PHK/10472

Yogyakarta, 18 Desember 2021

Disetujui oleh Pembimbing:

................................................

ii
PERNYATAAN
Dengan ini kami selaku pembimbing tesis mahasiswa Sekolah Pascasarjana:

Nama : Tessa Amelia


No.Mahasiswa : 18/437215/PHK/10472
Program Studi : Magister Hukum Bisnis dan Kenegaraan Konsentrasi
Hukum Bisnis

Setuju naskah ringkasan penelitian (calon naskah Bersekala Penelitian Program


Pascasarjana) yang disusun oleh yang bersangkutan dengan mencantumkan nama
pembimbing sebagai co-author.

Kemudian harap maklum,


Yogyakarta, 18 Desember 2021
Pembimbing

.....................................

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN...............................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
ABSTRACT ...........................................................................................................v
Latar Belakang Masalah........................................................................................ 1
Rumusan Masalah.................................................................................................4
Metode Penelitian..................................................................................................5

1. Sifat Penelitian...............................................................................................5
2. Jenis Penelitian...............................................................................................5
3. Analisis Data..................................................................................................8

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................................9

1. Tanggung Jawab Bank Terhadap Kesalahan Dana atau Kelalain Pegawai


Bank Yang Menyebabkan Kerugian Pada Nasabah (Kasus Perkara
Antara Koperasi Simpan Pinjam Purnama vs PT Bank Rakyat Indonesia
Tbk Cabang Yogyakarta Cik Ditiro)..............................................................
2. Perlindungan Nasabah Bank Penyimpan Dana Terhadap Kesalahan Atau
Kelalaian Bank...............................................................................................

BAB V PENUTUP................................................................................................20

1. Kesimpulan.....................................................................................................20
2. Saran ..............................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA

iv
PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP KESALAHAN
DAN/ATAU KELALAIAN PEGAWAI BANK YANG MENYEBABKAN
KERUGIAN PADA NASABAH
(KASUS PERKARA ANTARA KOPERASI SIMPAN PINJAM PURNAMA
VS PT BANK RAKYAT INDONESIA TBK CABANG YOGYAKARTA
CIK DITIRO)

INTISARI
Oleh:
Tessa Amelia1, Veri Antoni2

Penelitian dengan tujuan ini bertujuan untuk mengetahui dan


pertanggungjawaban bank terhadap kesalahan dana atau kelalain pegawai bank
yang menyebabkan kerugian pada nasabah (Kasus Perkara Antara Koperasi
Simpan Pinjam Purnama vs PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Cabang Yogyakarta
Cik Ditiro) dan perlindungan nasabah bank peyimpan dana terhadap kesalahan
atau kelalaian bank.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif. Penelitian hukum
normatif dilakukan melalui penelitian kepustakaan untuk mengumpulkan dan
mendapatkan data sekunder, yaitu segala informasi, keterangan dan penjelasan
dari bahan-bahan bacaan dan kepustakaan. Data yang diperoleh dari penelitian
kepustakaan dianalisis secara kualitatif. Hasil analisis disajikan dengan deskriptif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Tanggung jawab bank terhadap
kesalahan dana atau kelalain pegawai bank pada kasus KSP Purnama dan PT BRI
Tbk Cabang Yogyakarta Cik Ditiro, dapat dimintakan secara perdata dan pidana.
Dari kasus tersebut, bank secara tidak langsung menyetujui adanya pencairan atau
penarikan dana nasabah, maka dari itu tanggung jawab dapat dikategorikan
sebagai tanggung jawab bank secara perusahaan sesuai ketentuan Pasal 1365
KUHPerdata. Pasal 19 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Pasal 29
Undang-Undang Perbankan, POJK No. 1/POJK.07/2013. Pada kasus ini, bank
tersebut telah gagal dimintakan tanggung jawab secara perdata, berdasarkan
putusan dengan nomor 161/Pdt.G/2019/PN.Yyk. Perlindungan nasabah bank
penyimpan dana terhadap kesalahan atau kelalaian bank, perlindungan hukum
preventif yang diberikan oleh pemerintah kepada nasabah perbankan dalam
bentuk pencegahan terjadinya pelanggaran. Perlindungan hukum represif sebagai
upaya penyelesaian sengketa bank dan nasabah. Proses penyelesaian sengketa
dapat dilakukan melalui beberapa mekanisme, diantaranya mekanisme litigasi
(menempuh jalur gugatan ke badan peradilan) dan mekanisme non litigasi (tanpa
menempuh jalur pengadilan). Untuk non litigasi, perbankan memiliki mekanisme
sendiri yaitu mediasi perbankan, diatur dalam PBI No.10/1/PBI/2008 tentang
Mediasi Perbankan.

Kata kunci: Kelalaian, Tanggung Jawab Bank, Perlindungan Hukum Konsumen

1
Mahasiswa Magister Hukum Bisnis, Univesitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta
2
Dosen Hukum Fakultas Hukum Univesitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta

v
A. Latar Belakang

Perkembangan ekonomi nasional saat ini tidak terlepas dari pengaruh

perekonomian global yang menunjukkan tren perbaikan. Perkembangan

ekonomi nasional yang senantiasa bergerak cepat, kompetitif dan terintegrasi

dengan tantangan yang semakin kompleks serta sistem keuangan yag semakin

maju marupakan faktor pemicu perubahan pada Bank dan Lembaga Keuangan

lainnya.3

Bank merupakan lembaga intermediasi, artinya kegiatan utamanya

adalah penghimpun dana dan kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat.

Dana yang ditarik dari masyarakat tersebut kemudian disalurkan kembali

kepada masyarakat.4

Lembaga perbankan adalah lembaga keuangan yang menjadi perantara

antara pihak yang mempunyai kelebihan (surplus of funds) dengan pihak yang

membutuhkan atau kekurangan dana (lacks of funds), tentu membutuhkan dana

yang tidak sedikit dalam menjalankan kegiatan usaha atau operasionalnya. 5

Fungsi untuk mencari dan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan memegang peranan penting terhadap pertumbuhan suatu bank.

Menurut Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan, dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank terdiri dari

beberapa bentuk yaitu dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito,

3
Wiji Nurastuti, 2011, Teknologi Perbankan, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm.1
4
Sutan Reny Sjahdeini, 1993, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi
Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta,
hlm.9
5
Hermansyah, 2009, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, hlm.45.

1
tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Masyarakat

sudah yakin dan percaya dana yang mereka titipkan akan aman dan dapat

diambil sewaktu-waktu tanpa adanya ketakutan bank akan bangkrut atau tidak

bisa diambil kembali.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap suatu bank, faktor-faktor tersebut yaitu: integritas

pengurus, pengetahuan dan kemampuan pengurus baik berupa pengetahuan

kemampuan manajerial maupun pengetahuan dan kemampuan teknis

perbankan, kesehatan bank yang bersangkutan, dan kepatuhan bank terhadap

kewajiban bank.6

Penggunaan sistem komputerisasi pada perbankan berkaitan dengan

fungsinya yakni antara lain lebih cepat dan jelas dalam penentuan dan

pengaturan data perbankan seperti data nasabah bank, tetapi juga dapat

disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan.7 Manakala pihak

pegawai bank yang bertugas dalam penghimpunan dana nasabah dan

pengadministrasian atau pembukuannya menghilangkan atau menggelapkan

dana nasabah untuk kepentingan dirinya sendiri, jelas merupakan kejahatan

perbankan dan diancam pidana berdasarkan ketentuan hukum perbankan yang

berlaku, hal tersebut diatur dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998

disebutkan pada Pasal 49 ayat (1).

Dalam salah satu contoh adalah peristiwa yang terjadi di PT Bank

Rakyat Indonesia Persero Tbk Kantor Cabang Yogyakarta Cik Ditiro dalam
6
Rani Sri Agustina, 2017, Rahasia Bank, Keni Media, Bandung, hlm. 3
7
Muhammad Djumhana, 2006, Hukum Perbankan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.
590.

2
Perkara No. 161/Pdt.G/2019/PN Yyk yang melibatkan Koperasi Simpan

Pinjam Purnama sebagai Penggugat yang menggugat PT Bank Rakyat

Indonesia Persero Tbk Kantor Cabang Yogyakarta Cik Ditiro, karena

tabungan yang bersangkutan dilakukan penarikan uang secara ilegal oleh

karyawati PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Kantor Cabang Yogyakarta

Cik Ditiro.

Penggugat mengajukan gugatan tertangal 9 Desember 2019 kepada

Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam Register No. 161/Pdt.G/2019/PN.Yyk.

Pokok gugatan tersebut bahwa penggugat telah mengalami kerugian akibat

perbuatan Elsa sebagai pegawai Bank tersebut yaitu sdr Elsa beberapa kali

melakukan transaksi debet giro milik penggugat tanpa sepengetahuan

penggugat dan memalsukan tanda tangan penggugat. Salah satu transaksi yang

dilakukan yaitu pada tanggal 10 Juli 2013 terdapat pencairan bukan atas

perintah Penggugat dengan jumlah Rp.1.000.000.000;- (satu milyar rupiah)

akan tetapi jumlah yang masuk ke giro Penggugat hanya sejumlah

Rp.600.000.000;- (enam ratus juta Rupiah), sehingga dari transaksi tersebut

Penggugat mengalami kerugian sebesar Rp.400.000.000;- (empat ratus juta

rupiah). Kegiatan transaksi tersebut sering dilakukan oleh sdr Elsa.8

Putusan dalam perkara tersebut yaitu hakim memutuskan bahwa

Penggugat tidak dapat diterima (Niet On Vankelijke Verlaadr), dengan

pertimbangan bahwa gugatan Pengugat tidak lengkap, karena masih ada pihak

yang semestinya ikut ditarik sebagai phak dalam perkara yaitu Elsa Noprida

8
Putusan Pengadilan Negeri Yogykarta dengan Register Nomor.161/Pdt.G/2019/PN Yyk

3
Andriani. Berdasarkan hal tersebut, gugatan Penggugat mengandung cacat

formil dalam bentuk kurang pihak (Plurium Litis Consertium).

Berkaitan dengan kesalahan dan/atau kelalaian yang dilakukan oleh

pegawai Bank, pengurus, maupun pihak ketiga yang berkerja untuk

kepentingan Bank, maka Bank sebagai pelaku usaha jasa keuangan wajib

bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkannya kepada nasabah, hal ini

tercermin dalam Pasal 29 POJK Nomor: 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan

Konsumen Sektor Jasa Keuangan. Sehingga apabila terjadi perilaku-perilaku

kecurangan maupun pelanggaran yang terjadi di dalam Bank dengan partisipasi

dari pihak internal (pengurus, pegawai, dan pihak ketiga) yang menimbulkan

kerugian pada nasabah.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dengan judul penelitian Pertanggungjawaban Bank

Terhadap Kesalahan Dan/Atau Kelalaian Pegawai Bank yang Menyebabkan

Kerugian Pada Nasabah (Kasus Perkara Antara Koperasi Simpan Pinjam

Purnama vs PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Cabang Yogyakarta Cik Ditiro).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan urain latar belakang masalah tersebut, maka terdapat

beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian tesis ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pertanggungjawaban bank terhadap kesalahan dana atau kelalain

pegawai bank yang menyebabkan kerugian pada nasabah (Kasus Perkara

4
Antara Koperasi Simpan Pinjam Purnama vs PT Bank Rakyat Indonesia

Tbk Cabang Yogyakarta Cik Ditiro)?

2. Bagaimana perlindungan nasabah bank penyimpan dana terhadap kesalahan

atau kelalaian bank?

C. Metode Penelitian

1. Sifat Penelitian

Penelitian dalam tesis ini bersifat deskriptif. Peneletian deskriptif

adalah penelitian yang bertujuan untuk menata dan mengklasifikasikan

gejala-gejala yang digambarkan oleh peneliti dengan sebanyak mungkin

diusahakan mencapai kesempurnaan atas dasar bangunan permasalahan

penelitian.9

2. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian normatif.

Penelitian normatif yaitu dilakukan dengan cara melakukan pengkajian

perundang-undangan yang berlaku dan diterapkan terhadap suatu

permaslahan hukum tertentu.10

3. Bahan Penelitian

Data dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder. Data

sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil penelaahan terhadap berbagai

literatur atau bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan beberapa sumber bahan hukum, yaitu:

a. Bahan Hukum Primer


9
Maria SW. Sumardono, 2014, Metodelogi Penelitian Ilmu Hukum, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, hlm.7.
10
Soejono dan H. Abdurrahman, 2003, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, hlm.56.

5
Dalam penelitian ini bahan hukum primer yang digunakan

adalah sebagai berikut:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

Perbankan.

5) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No

1251/KMK.013/1998 Tentang Ketentuan dan Tata Cara

Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.

6) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen.

7) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan.

8) Peraturan Bank IndonesiaNomor: 11/25/PBI/2009 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Bank IndonesiaNomor 5/8/PBI/2003

Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.

9) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia

perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang

Bank Indonesia.

6
10) Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 yang kemudian

diubah menjadi Peraturan Bank Indonesia Nomor 10 /1/PBI/2008

tentang Mediasi Perbankan.

11) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa

Keuangan.

12) Peraturan Bank Indonesia No. 13/2 /PBI/2011 tentang

Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum.

13) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013

Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

14) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014

Tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa

Keuangan.

15) Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 2/SEOJK.07/2014

Tentang Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan Konsumen Pada

Pelaku Usaha Jasa Keuangan.

16) Peraturan Bank Indonesia Nomor 22/20/PBI/2020 Tentang

Perlindungan Konsumen Bank Indonesia.

17) Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta Register Nomor

161/Pdt.G/2019/PN.Yyk,

18) Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta Register Nomor

260/Pid.B/2016/PN.Yyk.

b. Bahan Hukum Sekunder

7
Bahan - bahan yang terkait dengan bahan hukum primer yang

bisa berguna untuk menganalisis. Bahan hukum sekunder yang digunaan

dalam peneitian ini adalah:

1) Buku-buku yang membahas mengenai Hukum Perbankan;

2) Buku-buku yang membahas mengenai Perlindungan Konsumen.

3) Buku-buku yang membahas mengenai Perlindungan Nasabah Bank.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan penunjang yakni bahan yang

memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer

dan bahan hukum sekunder, antara lain kamus istilah hukum dan kamus

bahasa Indonesia.

4. Cara Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan studi dokumen atau studi literatur

yaitu pengumpulan data dari bahan hukum yang berupa perundang-

undangan, yurisprudensi atau telah terhadap karya tulis, jurnal serta bahan

lain mengenai pertanggungjawaban perusahaan perbankan terhadap

kesalahan dan/atau kelalaian pegawai bank yang menyebabkan kerugian

pada nasabah bank.

5. Analisis Data

Analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini

adalah kualitatif dan dijabarkan dengan proses deskriptif analitis. Analisis

perspektif kualitatif adalah menerangkan dan memaparkan data yang

diperoleh secara apa adanya dari hasil penelitian, untuk kemudian ditarik

8
kesimpulan yang jelas dan nyata untuk menjawab permasalahan yang

diangkat dalam penelitian hukum ini.11

D. Hasil Penelitian

1. Tanggung Jawab Bank Terhadap Kesalahan Dana atau Kelalain Pegawai

Bank Yang Menyebabkan Kerugian Pada Nasabah (Kasus Perkara Antara

Koperasi Simpan Pinjam Purnama vs PT Bank Rakyat Indonesia Tbk

Cabang Yogyakarta Cik Ditiro)

Didalam Pasal 1367 KUHPerdata menyatakan bahwa seorang tidak

saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatan sendiri,

akan tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan oleh perbuatan orang-

orang yang menjadi tanggungannya, atau disebabkan oleh barang-barang

yang berada di bawah pengawasannya. Menurut Peraturan Bank Indonesia

No.10/10/PBI 2008, bank memiliki kewajiban dalam melakukan

penanganan atas pengaduan nasabah, termasuk penyelesaiannya dalam

jangka waktu yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hal tersebut artinya sudah seharusnya bank

menindaklanjuti pengaduan para nasabahnya dan bukan mengabaikan

keluhan nasabah. Berdasarkan Peaturan Otoritas Jasa Keunagan No.

1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan

dan Peraturan Bank Indonesia No. 16/1/PBI/2014 tentang Perlindungan

Konsumen Jasa Sistem Pembayaran menegaskan bahwa harus

menerapkan perlindungan konsumen terhadap nasabah bank. Berdasarkan

ketentuan tersebut, bank sebagai pelaku usaha jasa keuangan dapat diminta
11
M. Subana, 2005, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Pustaka Setia, Bandung, hlm.90.

9
untuk bertanggung jawab apabila kesalahan yang dilakukan oleh pegawai

bank yang dapat merugikan nasabah dari bank tesebut.

Tanggung jawab perusahaan bank dibagi menjadi 2 (dua) macam

yaitu tanggung jawab secara perdata dan tanggung jawab secara pidana.

Tanggung jawab secara perdata diatur berdasarkan pada Pasal 29 POJK

Nomor 1/POJK.07/2013. Tetapi jika kerugian nasabah yang timbul akibat

kesalahan dan/atau kelalaian nasabah itu sendiri maka bank tidak

bertanggung jawab atas kerugian nasabah yang bersangkutan.

Tanggung jawab bank di dalam perspektif perdata bank

berdasarkan kesalahan maupun kelalaian yang dilakukan oleh pegawainya,

dapat dimaknai sebagai tanggung jawab pengurus atau tanggung jawab

bank secara perusahaan. Dari kasus tersebut, bank secara tidak langsung

menyetujui adanya pencairan atau penarikan dana nasabah, maka dari itu

tanggung jawab dapat dikategorikan sebagai tanggung jawab bank secara

perusahaan sesuai ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata.

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Purnama yang melawan Bank BRI

Cabang Yogyakarta Cik Ditiro. KSP Purnama mengajukan gugatan

tertangal 9 Desember 2019 kepada Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam

Register No. 161/Pdt.G/2019/PN.Yyk. Pokok gugatan tersebut bahwa

penggugat telah mengalami kerugian akibat perbuatan Elsa sebagai

pegawai Bank tersebut yaitu sdr Elsa Noprida Andriani beberapa kali

melakukan transaksi debet giro milik penggugat tanpa sepengetahuan

10
penggugat dan memalsukan tanda tangan penggugat. Kegiatan transaksi

tersebut sering dilakukan oleh sdr Elsa Noprida Andriani.12

Sebelum adanya gugatan tersebut, sdr Elsa Noprida Andriani telah

diputus bersalah dengan amar putusan terbukti secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana seorang pegawai Bank dengan sengaja

membuat pencatatan palsu pada dokumen, laporan transaksi, dan rekening

suatu bank secara berlanjut. Sdr Elsa Noprida Andriani sebagai pegawai

bank dijerat dengan Pasal 49 ayat (1) huruf b Undang-Undang No. 10

Tahun 1998 jo Pasal 64 ayat (1) KUHP.13

Putusan dengan nomor perkara 260/Pid.B/2016/PN.Yyk, jaksa

penuntut umum hanya menuntut 1 (satu) orang yang di dakwa dengan

dakwaan alternatif, sedangkan PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk

Kantor Cabang Yogyakarta Cik Ditiro tidak dijadikan sebagai terdakwa.

Melihat dari kasus tersebut, pihak Koperasi Simpan Pinjam (KSP)

Purnama merasa kebaratan dan pada tahun 2019 mengajukan gugatan

kepada pihak PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Kantor Cabang

Yogyakarta Cik Ditiro, namun gugatan tersebut di putusan dengan tidak

dapat diterima (Niet On Vankelijke Verlaadr), dengan pertimbangan

bahwa gugatan Pengugat tidak lengkap, karena masih ada pihak yang

semestinya ikut ditarik sebagai pihak dalam perkara ini yaitu Elsa Noprida

Andriani yang merupakan pegawai Bank BRI sebagai Account Officier

(AO) di BRI Kantor Cabang Yogyakarta Cik Ditiro.

12
Putusan Pengadilan Negeri Yogykarta dengan Register Nomor.161/Pdt.G/2019/PN Yyk
13
Putusan Pengadilan Negeri Yogykarta dengan Register Nomor .260/Pid.B/2016/PN.Yyk

11
Dilakukannya penarikan cek secara sepihak oleh bank dan

memalsukan tanda tangan pada Bilyet Giro merupakan suatu pelanggaran

perbankan. Pelanggaran tersebut dapat dikatakan sebagai suatu perbuatan

yang menimbulkan kerugian bagi nasabah bank dengan adanya unsur

kesengajaan. Pegawai bank yang telah melakukan tindakan yang

merugikan nasabah tersebut harus dapat bertanggung jawab atas kerugian

yang nasabah yang bersangkutan.

Bank seharusnya bertanggung jawab kepada nasabah karena

hubungan antara bank dengan pegawainya adalah hubungan kerja yang

dimana si pegawai ini adalah kepanjangan tangan dari bank atau dengan

kata lain pegawai adalah bank. Bentuk-bentuk tanggung jawab bank

sebagai pelaku usaha dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen, antara lain Contractual liability, Product

liability, Professional liability, Criminal liability.

Berdasarkan peraturan yang sudah dijabarkan di atas, pihak bank

BRI Kantor Cabang Yogyakarta Cik Ditiro dapat dimintakan tanggung

jawab secara perdata akibat kesalahan pegawainya. Tanggung jawab

tersebut dapat berupa pemberian ganti rugi kepada nasabah yang

bersangkutan. Tanggung jawab tersebut juga harus diterima atau dipenuhi

oleh bank dan pegawainya karena menurut Undang-Undang Perbankan

Pasal 49 ayat (1) yang menentukan bahwa anggota Dewan Komisaris,

Direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja:

12
1. membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam
pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam dokumen atau
laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank;
2. menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan tidak
dilakukannya pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan,
maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan
transaksi atau rekening suatu bank;
3. mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau
menghilangkan adanya suatu pencatatan dalam pembukuan atau
dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan
usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank, atau dengan
sengaja mengubah, mengaburkan, menghilangkan,
menyembunyikan atau merusak catatan pembukuan tersebut,
diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun
dan paling lama 15 (lima belas) tahun serta denda sekurang-
kurangnya Rp 10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah) dan paling
banyak Rp 200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah).

Di dalam Pasal 49 ayat (1) tersebut telah mengatur secara jelas

bahwa ada tindakan yang dapat menimbulkan tanggung jawab bagi pegawai

yang membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam

pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan

kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank. Berdasarkan hal

tersebut, pegawai selaku bank dan bank selaku pemberi kerja bertanggung

jawab atas kerugian yang diderita oleh nasabah.

Dalam hal tanggung jawab secara pidana, PT Bank Rakyat Indonesia

Persero Tbk Kantor Cabang Yogyakarta Cik Ditiro tidak bertanggungjawab

terhadap permasalahan ini tetapi oknum yang melakukan tindakan ini

bertanggungjawab secara pidana. Menurut Pasal 51 Undang-Undang

Perbankan menjelaskan apabila terdapat kejahatan perbankan maka Bank

BRI Tbk Kantor Cabang Yogyakarta Cik Ditiro menanggung dengan sanksi

13
administratif dari Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan pada Pasal 52

Undang-Undang Perbankan.

Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 49, Bank Indonesia dapat menetapkan sanksi administratif

kepada bank yang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana ditentukan

dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuanga berlaku maka fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan

pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan beralih dari Bank

Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan.

Pada kasus BRI Kantor Cabang Yogyakarta Cik Ditiro tidak

menjalankan menajemen resikonya dengan baik terutama terhadap

penerapan manajemen kepatuhan. Bank BRI Kantor Cabang Yogyakarta

Cik Ditiro telah terbukti tidak patuh terhadap ketentuan yang di atur dalam

Pasal 2 dan Pasal 29 Undang-Undang Perbankan, serta pasal 12 ayat (1) PBI

No.2/19/2020.

Berdasarkan regulasi-regulasi yang sudah dijabarkan di atas,

tanggung jawab perusahaan bank dalam terjadi kesalahan pegawai bank

yang menyebabkan kerugian nasabah dapat dimintakan tanggung jawab

secara perdata. Pada kasus ini tanggung jawab bank terhadap kesalahan

dana atau kelalain pegawai bank yang menyebabkan kerugian pada nasabah,

Bank BRI Tbk Cabang Yogyakarta Cik Ditiro gagal dimintakan

pertanggung jawaban secara perdata, karena gugatan KPS Purnama tidak

dapat diterima oleh Pengadilan Negeri Yogyakarta.

14
2. Perlindungan Nasabah Bank Penyimpan Dana Terhadap Kesalahan Atau

Kelalaian Bank

Nasabah merupakan konsumen dari pelayanan jasa perbankan,

perlindungan konsumen baginya merupakan suatu tuntutan yang tidak boleh

diabaikan begitu saja. Didalam dunia perbankan, pihak nasabah merupakan

unsur yang sangat berperan. Mati hidupnya dunia perbankan bersandar pada

kepercayaan masyarakat atau nasabah.

Adanya perlindungan hukum bagi nasabah selaku konsumen

dibidang perbankan menjadi urgent, karena secara faktual kedudukan antara

para pihak seringkali tidak seimbang. Suatu hal yang tidak adil bagi

konsumen bila kepentingan konsumen tidak seimbang dan tidak dihargai

sebagaimana penghargaan terhadap kalangan pengusaha.

a. Perlindungan Preventif

Perlindungan hukum preventif yaitu perlindungan hukum yang

memiliki tujuan untuk mencegah terjadinya suatu sengketa. Perlindungan

hukum terhadap nasabah penyimpan dana dijamin oleh pemerintah

dengan produk hukumnya yaitu peraturan perundang-undangan yang

terkait.

Adapun perlindungan bagi nasabah yang diberikan bank

berdasarkan Undang-Undang Perbankan adalah sebagai berikut:

1) Penyediaan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko

kerugian

15
Pasal 29 ayat (4) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perbankanmenyatakan:

untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan


informasi mengenaikemungkinan timbulnya risiko kerugian
sehubungan dengan transaksi nasabah yangdilakukan
melalui bank.

Penyediaan informasi mengenai kemungkinan timbulnya

risiko kerugian nasabah dimaksudkan agar akses untuk

memperoleh informasi perihal kegiatan usaha dan kondisi bank

menjadi lebih terbuka yang sekaligus menjamin adanya

transparansi dalam dunia perbankan.

2) Rahasia Bank

Berdasarkan Pasal 1 angka 28 UU 10/1998:

Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan


keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.

Kemudian, Pasal 40 ayat (1) dan (2) UU 10/1998 menyatakan:

a) Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai Nasabah


Penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal
44, dan Pasal 44A.
b) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula
bagi Pihak Terafiliasi.

3) Jaminan Atas Simpanan Nasabah Melalui Lembaga Penjamin

Simpanan

Perlindungan lainnya yang diberikan Undang-Undang

Perbankan adalah dibentuknya Lembaga Penjamin Simpanan

sebagaimana diatur dalam Pasal 37B ayat (1) dan (2) Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Lembaga

16
Penjamin Simpanan adalah badan hukum yang menyelenggarakan

kegiatan penjaminan atas simpanan nasabah penyimpan melalui

skim asuransi, dana penyangga, atau skim lainnya.

Undang-Undang Perbankan mengamanatkan dibentuknya

Lembaga Penjamin Simpanan dan mewajibkan setiap bank

menjamin dana masyarakat yang disimpan dalam bank

bersangkutan. Adapun dasar hukum dari lembaga ini adalah

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga

Penjamin Simpanan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004

tentang Lembaga Penjamin Simpanan telah ditetapkan sebagai

Undang-Undang melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009.

Perlindungan hukum bagi nasabah bank selaku konsumen

ditinjau dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Perlindungan

Konsumen. Pasal tersebut mengatur mengenai segala upaya yang

menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan

kepada konsumen, sehingga meletakkan konsumen dalam

kedudukan seimbang dengan pelaku usaha. Berlakunya peraturan

tersebut memberikan konsekuensi logis terhadap pelayanan jasa

perbankan oleh karenanya bank dalam memberikan layanan kepada

nasabah.

17
Ketentuan Pasal 1 Angka 3 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 1 /POJK. 07 / 2013 Tahun 2013 disebutkan bahwa

perlindungan konsumen ialah perlindungan terhadap konsumen

dengan cakupan perilaku pelaku usahajasa keuangan. Berdasarkan

Pasal 29 menyebutkan, pelaku usaha jasa keuangan wajib

bertanggungjawab atas kerugian konsumen yang timbul akibat

kesalahan atau kelalaian pengurus,pegawai pelaku usaha jasa

keuangan dan / atau pihak ketiga yang bekerjauntuk kepentingan

pelaku usaha jasa keuangan. Kesalahan dan/atau kelalaianyang

dimaksud dalam pasal ini ialah kesalahan dan / atau kelalaian

dalammenjalankan kegiatan usaha pelaku usaha jasa keuangan,

baik dilaksanakan

b. Perlindungan Represif

Perlindungan hukum represif adalah perlindungan hukum

yang dilakukan dengan cara melaksanakan sanksi terhadap pelaku

agar membersihkan hukum kepada keadaan sebenarnya, dan

perlindungan hukum jenis ini biasanya dilakukan di pengadilan.

Adanya perlindungan hukum terhadap nasabah atas kelalaian bank

maka nasabah terlindungi sebagai konsumen dari pelayanan jasa

perbankan karena dalam dunia perbankan, pihak nasabah merupakan

unsur yang sangat berperan. Perlindungan refresif merupakan suatu

upaya hukum yang dilakukan oleh nasabah terkait kerugian yang

dialami akibat tindakan pegawai bank.

18
Upaya melalui jalur hukum dapat dilakukan ketika nasabah

merasa dirugikan akibat kesalahan atau kelalaian bank. Nasabah dapat

melakukan upaya hukum ketika ia merasa dirugikan akibat adanya

tindakan pegawai bank yang melakukan pencatatan palsu atau

memalsukan catatan dokumen nasabah bank.

Secara umum, proses penyelesaian sengketa dapat dilakukan

melalui beberapa mekanisme, diantaranya mekanisme litigasi

(menempuh jalur gugatan ke badan peradilan) dan mekanisme non

litigasi (tanpa menempuh jalur pengadilan). Mekanisme untuk

penyelesaian sengketa non litigasi biasanya dikenal dengan istilah

Alternatif Penyelesaian Sengketa (Alternative Dispute Resolutions),

yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Sengketa di bidang perbankan memiliki mekanisme

penyelesaian sengketa tersendiri yang disebut dengan mediasi

perbankan. Menurut Pasal 1 butir 4 Peraturan Bank Indonesia Nomor

8/5/PBI/2006 yang kemudian diubah menjadi Peraturan Bank

Indonesia Nomor 10 /1/PBI/2008 tentang Mediasi Perbankan,

menyatakan bahwa :

Sengketa ialah permasalahan yang diajukan oleh Nasabah


atau Perwakilan Nasabah kepada penyelenggara mediasi perbankan,
setelah melalui proses penyelesaian pengaduan oleh Bank
sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang
Penyelenggaraan Pengaduan Nasabah.

19
Beradasarkan kalimat di atas, dapat diartikan bahwa ada

pihak yang akan menjadi mediator dalam penyelesaian antara nasabah

dengan bank. Sebelum masuk pada ke tahap tersebut, harus diketahui

terlebih dahulu mengenai mekanisme pengaduan nasabah.

Apabila hasil mediasi tidak tercapai kesepakatan antara

nasabah dengan bank, maka upaya hukum untuk menyelesaikan

sengketa dapat ditempuh melalui litigasi atau pengadilan. Nasabah

dapat menggugat bank menggunakan dasar perbuatan melanggar

hukum yg dimana salah satu unsur dari perbuatan melanggar hukum

adalah adanya suatu pelanggaran terhadap suatu undang-undang.

Perbuatan melanggar hukum merupakan suatu perbuatan yang tidak

didasarkan pada suatu perjanjian, akan tetapi suatu perbuatan yang

didasarkan pada kesalahan dan suatu peraturan perundang-undangan.

Nasabah dapat menggunakan dasar perbuatan melanggar

hukum yang di atur di dalam pasal 1365 KUHPerdata yang

menentukan bahwa tiap perbuatan yang melanggar hukum dan

membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang

menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan

kerugian tersebut. Tanggung jawab tersebut di tujukan kepada bank

selaku perusahaan yang memperkerjakan seorang pegawai yang telah

menimbulkan kerugian bagi nasabah bank.

E. Penutup
1. Kesimpulan

20
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, penulis dapat

menyimpulkan sebagai berikut:

a. Tanggung jawab bank terhadap kesalahan dana atau kelalain pegawai

bank yang menyebabkan kerugian pada nasabah pada kasus KSP

Purnama dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Cabang Yogyakarta Cik

Ditiro, dapat dimintakan secara perdata dan pidana. Tanggung jawab

pidana hanya dapat dimintakan kepada pegawai bank yang telah

melakukan kesalahan yaitu melakukan pencatatan palsu dokumen,

dengan dijerat Pasal 49 ayat (1) huruf b Undang-Undang No. 10 Tahun

1998 jo Pasal 64 ayat (1) KUHP. Tanggung jawab bank di dalam

perspektif perdata bank berdasarkan kesalahan maupun kelalaian yang

dilakukan oleh pegawainya, dapat dimaknai sebagai tanggung jawab

pengurus atau tanggung jawab bank secara perusahaan. Dari kasus

yang ada, bank secara tidak langsung menyetujui adanya pencairan atau

penarikan dana nasabah, maka dari itu tanggung jawab dapat

dikategorikan sebagai tanggung jawab bank secara perusahaan sesuai

ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata. Pasal 19 Undang-Undang

Perlindungan Konsumen, Pasal 29 Undang-Undang Perbankan, POJK

No. 1/POJK.07/2013. Pada kasus ini, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk

Cabang Yogyakarta Cik Ditiro telah gagal dimintakan tanggung jawab

secara perdata, karena berdasarkan putusan dengan nomor

161/Pdt.G/2019/PN.Yyk, gugtan KSP tidak dapat diterima karena

kurangnya para pihak dalam perkara tersebut.

21
b. Perlindungan nasabah bank penyimpan dana terhadap kesalahan atau

kelalaian bank dengan menggunakan perlindungan represif maupun

preventif. Perlindungan hukum preventif yang diberikan oleh

pemerintah kepada nasabah perbankan dalam bentuk pencegahan

terjadinya pelanggaran. Hal ini diterapkan melalui pembentukan

peraturan perundangundangan, pembinaan, dan pengawasan.

Perlindungan hukum yang diberikan oleh bank atas penggunaan jasa

layanan perbankan jika dilihat berdasarkan Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998 tentang Perbankan terdiri atas penyediaan informasi

mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian nasabah, Pasal 29

ayat (4), rahasia bank, Pasal 1 angka 28, dibentuknya Lembaga

Penjamin Simpanan dan mewajibkan setiap bank menjamin dana

masyarakat yang disimpan dalam bank bersangkutan, Pasal 37B ayat

(1) dan (2). Perlindungan hukum nasabah dilakukan dengan adanya

pembentukan ketentuan-ketentuan yang dapat melindungi nasabah

apabila terjadi sengketa, seperti:

a. Pasal 2 Jo Pasal 49 ayat (2), Pasal 52 Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998;

b. Pasal 4 jo. Pasal 7 Jo. Pasal 84 Peraturan Pemerintah Nomor 82

Tahun 2012;

c. Pasal 2, Pasal 4, Pasal 7, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

d. Pasal 2, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 29, Pasal 32, Pasal 34, Pasal 38

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 1/POJK.07/2013.

22
e. Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Perlindungan hukum represif yang dapat diberikan kepada nasabah

perbankan yaitu pemenuhan hak, pemberian kompensasi sampai

pengembalian kerugian yang diderita nasabah bank sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Proses penyelesaian sengketa dapat

dilakukan melalui beberapa mekanisme, diantaranya mekanisme litigasi

(menempuh jalur gugatan ke badan peradilan) dan mekanisme non

litigasi (tanpa menempuh jalur pengadilan). Untuk non litigasi,

perbankan memiliki mekanisme sendiri yaitu mediasi perbankan, diatur

dalam PBI No.10/1/PBI/2008 tentang Mediasi Perbankan.

2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis kemudian memberikan

saran sebagai berikut:

a. Sebaiknya kepada pemerintah meperbahurui Undang-Undang Nomor

10 Tahun 1998 untuk melindungi nasabah secara langsung karena

didalam Undang-Undang tersebut belum adanya secara tegas terhadap

perlindungan nasabah bank.

b. Kepada pegawai bank dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan

sesuai prosedur yang berlaku karena segala tindakan pegawai dapat

dikatakan sebagai tindakan bank itu sendiri.

c. Pihak-pihak yang terafiliasi dengan bank, baik anggota dewan

komisaris,direksi atau pegawai bank hendaknya bisa meningkatkan

23
standar moral yang berpengaruh langsung terhadap Risk Culture

ataupun budaya resiko dalam lingkungan internal bank.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Hermansyah, 2009, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada


Media Group, Jakarta.
Maria SW. Sumardono, 2014, Metodelogi Penelitian Ilmu Hukum,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Muhammad Djumhana, 2006, Hukum Perbankan Indonesia, Citra Aditya
Bakti, Bandung.
Rani Sri Agustina, 2017, Rahasia Bank, Keni Media, Bandung.
Sutan Reny Sjahdeini, 1993, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang
Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di
Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta.
Subana, M, 2005, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Pustaka Setia, Bandung.
Wiji Nurastuti, 2011, Teknologi Perbankan, Graha Ilmu, Yogyakarta.

B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No 1251/KMK.013/1998
Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Peraturan Bank IndonesiaNomor: 11/25/PBI/2009 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Bank IndonesiaNomor 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan
Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia perubahan
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia.

24
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 yang kemudian diubah
menjadi Peraturan Bank Indonesia Nomor 10 /1/PBI/2008 tentang
Mediasi Perbankan.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Peraturan Bank Indonesia No. 13/2 /PBI/2011 tentang Pelaksanaan Fungsi
Kepatuhan Bank Umum.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang
Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 Tentang Lembaga
Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa Keuangan.
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 2/SEOJK.07/2014 Tentang
Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan Konsumen Pada Pelaku
Usaha Jasa Keuangan.
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 2/SEOJK.07/2014 Tentang
Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan Konsumen Pada Pelaku
Usaha Jasa Keu Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No
1251/KMK.013/1998 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan
Lembaga Pembiayaan.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 22/20/PBI/2020 Tentang Perlindungan
Konsumen Bank Indonesia.
Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta Register Nomor
161/Pdt.G/2019/PN.Yyk
Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta Register Nomor
260/Pid.B/2016/PN.Yyk.

25

Anda mungkin juga menyukai