Anda di halaman 1dari 139

PENGALIHAN KREDITUR MELALUI CESSIE

STUDI KASUS PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM


INDOSURYA

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada


Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SRI ENI JULIANITA KOTO

187011093/M.Kn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ii

Telah Diuji Pada


Tanggal : 08 September 2020

TIM PENGUJI TESIS


Ketua : Prof. Dr. Tan Kamello, S.H., M.S
Anggota : 1. Prof. Dr.Saidin, S.H.,M.Hum
2. Prof.Dr.Hasim Purba,S.H.,M.Hum
3. Prof.Dr.Rosdinar Sembiring,S.H.,M.Hum
4. Dr.T.Keizerina Anwar,S.H.,C.N.,M.Hum

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iii

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iv

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


v

ABSTRAK
Keadaan likuidasi setiap bank dan lembaga keuangan non bank, sangat
terpengaruh dengan keadaan social dan ekonomi, baik dalam skala nasional maupun
internasional. Agar penyaluran kredit ( pinjaman ) terus berjalan dikenal lembaga
pengalihan piutang yang dikenal dengan istilah cessie. Berdasarkan Pasal 613
KUHPerdata menegaskan penyerahan akan piutang atas nama dan kebendaan tak
bertubuh lainnya dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta otentik atau akta dibawah
tangan dengan mana hak hak katas kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain.
Penyerahan piutang ini tidak ada akibatnya bagi yang berutang sebelum penyerahan
diberitahukan dan disetujui secara tertulis atau diakui oleh Debitur/Peminjam.
Keberadaan akta otentik atau akta dibawah tangan diperlukan sebagai cara menyerahkan
atau mengalihkan hak milik atas piutang yang bersangkutan dari kreditur kepada pihak
ketiga . Peranan dan kewenangan Notaris dalam pelaksanaan pembuatan dokumen
cessie, sebagaimana yang diatur dalam undang undang jabatan notaris yaitu notaris
adalah Pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan memiliki
kewenangan lainya sebagaiaman dimaksud dalam undang undang jabatan notaris. Piutang
yang dialihkan secara cessie adalah suatu tagihan yang dimiliki oleh kreditur atas
debiturnya yang merupakan tagihan atas nama. Pada prinsipnya tagihan atas nama
menunjukkan dengan jelas dan pasti mengenai kreditur yang berhak menerima
pembayaran. Hal ini terjadi dalam pengalihan pihutang yang terjadi antara Koperasi
Simpan Pinjam Indosurya ( Kreditur Lama ) dengan Indosurya Inti Finance ( Selaku
kreditur baru ). Peralihan piutang yang terjadi antara Koperasi simpan pinjam Indosurya
dengan Indosurya Inti Finance membawa akibat hukum terhadap pengikatan jaminan
yang telah dipasang hak tanggungan. Juga berakibat hukum kepada peminjam/debitur
koperasi simpan pinjam Indosurya yang beralih dari Peminjam Koperasi yang tunduk
pada aturan Kementrian Koperasi dan Usaha kecil dan Menengah menjadi Debitur
Indosurya Inti finance yang tunduk pada aturan Otorisasi Jasa Keuangan.
Adapun permasalahan dalam penelitian ini, antara lain: Bagaimana pengalihan
piutang secara cessie dan akibatnya terhadap jaminan hak tanggungan, Bagaimana
pelaksanaan pengagilhan piutang ( cessie )yang dibuat dengan akta notaris, Bagaimana
pelaksanaan cessie di koperasi simpan pinjam indosurya .
Penelitian ini menggunakan teori kepastian hukum dan teori perlindungan hukum
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yang bersifat
deskriptif, sumber data penelitian ini dapat dibedakan atas data primer dan data skunder.
Data primer dilakukan guna memperoleh penelitian lapangan melalui wawancara dengan
informan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara membaca buku-buku, jurnal, dan
peraturan perundang-undangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa . Pengalihan piutang ( Cessie ) antara
kreditur lama dan Kreditur baru yang dijamin dengan hak tanggungan
menyebabkan hak tanggungan juga ikut beralih. Undang undang menyatakan jika
piutang yang dijamin dengan hak tanggungan beralih karena cessie, subrogasi hak
tanggungan juga ikut beralih karena hukum. Peranan notaris dalam pembutan akte
cessie sama dengan pembuatan akta-akta lain yang dibuat notaris . Sebagaiamana sebuah
akta yang dibuat dihadapan /dibuat oleh Notaris memiliki Konstruksi, yaitu
Kewenangan,persyaratan dan prosedur yang harus dijalankan oleh Notaris. . Pelaksanaan
Pengaliha piutang ( Cessie ) antara Koperasi Simpan Pinjam Indosurya dan Indosurya Inti
Finance memiliki akibat hukum baik kepada peminjam ataupun kreditur baru (

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


vi

cessionaris ). Pelaksanaan cessie belum dilakukan sebagaimana yang seharusnya diatur


didalam ketentuan Undang-undang. Pengalihan piutang hanya dilakukan secara system
operasional , pinjaman debitur dialihkan kedalam system operasional Indosurya Inti
Finance. Pengelolaan accont ( Pinjaman ) tetap dimaintance oleh Koperasi Simpan
Pinjam Indosurya. hal ini menyebabkan kerugian yang timbul pada peminjam ( Debitur )
dan mengakibatkan ketidak pastian hukum. Pasal 16 undang-undang hak tanggungan
menegaskan piutang yang beralih karena cessie, hak tanggungan ikut beralih karena
hukum kepada kreditur yang baru. Dalam pelaksanaan cessie antara koperasi simpan
pinjam indosurya dan indosurya inti finance, hak tanggungan belum daftarkan kembali.
Penyimpangan praktek pelaksaan cessie ini tidak disebutkan dalam undang-undang yaitu
Pasal 16 UU No 4 Tahun 1996. Secara yuridis tidak beralihnya hak tanggungan ini
menyebabkan perjanjian cessei batal demi hukum atau dianggap peralihan piutang belum
terjadi. Dalam pandangan sosiologis tidak didaftarkanya kembali hak tanggungan tidak
membuat batalnya cessie. Perjanjian tersebut menjadi tidak memiliki hak kebendaan,
karena hak kebendaan memiliki azaz publisitas. Wujud dari azaz publisitas adalah hak
tanggungan harus didaftarkan. Sehingga kreditur berubah dari Kreditur Preferen menjadi
kreditur konkuren

Kata Kunci: Cessie, Koperasi Simpan Pinjam Indosurya, Indosurya Inti Finance .

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


vii

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


viii

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ix

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap : Sri Eni Julianita Koto

2. Tempat/Tanggal Lahir : Sungai Liput, 10-06-1982

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Status Perkawinan : Menikah

5. Agama : Islam

6. Alamat : Jalan Setia I No 42 km 13.5

7. No HP : 0853 5848 9210

8. Nama Orang Tua :

a. Nama Ayah : alm Syamsuar

b. Nama ibu : Alm Nursiah

9. Riwayat Pendidikan

a. SD Negeri Inpres Kejuruan Muda Tahun 1988-1994

b. SLTP Negeri Kejuruan Muda Tahun 1994 -1997

c. SMU Negeri I Kejuruan Muda Tahun 1997-2000

d. Fakultas Hukum Univ Islam Sumatera Utara Tahun 2000-2004

Medan, 21 September 2021

( Sri Eni Julianita Koto )

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji dan syukur hanya milik Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan kepada peneliti dalam penyusunan tesis yang berjudul
“PENGALIHAN KREDITUR MELALUI CESSIE STUDI KASUS PADA
KOPERASI SIMPAN PINJAM INDOSURYA “ ini dapat diselesaikan dengan
baik. Salawat dan salam peneliti anjungkan ke pangkuan Nabi Besar Muhammad
SAW yang telah bersusah payah membawa umatnya dari alam kegelapan ke alam
yang terang benderang yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian tesis ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan.
Oleh sebab itu, Peneliti sangat mengharapkan adanya penelitian lanjutan guna
kesempurnaan penelitian ini. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan
tesis ini dan kepada Pihak yang telah menjadi bagian penting selama peneliti
menjalani kehidupan perkuliahan di Fakultas Hukum Univesrsitas Program Studi
Magister Kenotariatan , Yaitu :

1. Bapak Prof.Dr .Runtung ,S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas


Sumatera Utara.
2. Bapak Prof.Dr.Budiman Ginting, S.H, M.Hum selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Dr.T. Keizerina Devi Azwar, S,H,C.N,M.Hum, selaku ketua
Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara dan juga selaku penguji yang telah banyak
meluangkan waktu dan pikiran serta sabar dalam mengarahkan peneliti
dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Ibu Prof.Dr. Rosdinar Sembiring,S,H,.M.Hum, Selaku penguji yang
banyak meluangkan waktu dan pikiran serta sabar dalam mengarahkan
peneliti dalam menyelesaikan penelitian tesis ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


xi

5. Bapak Prof.Dr.Tan Kamello,S.H.,M.S, selaku pembimbing utama


yang telah meluangkan waktu dan memberi motivasi,
bimbingan,dorongan, saran dan perhatian hingga selesai penelitian
tesis ini.
6. Bapak Prof. Dr.Saidin, S.H.,M.Hum selaku pembimbing kedua yang
telah meluangkan waktu dan memberi motivasi, bimbingan,dorongan,
saran dan perhatian hingga selesai penelitian tesis ini.
7. Bapak Prof.Dr. Hasim Purba, S.H.,M.Hum selaku pembimbing ketiga
yang telah meluangkan waktu dan memberi motivasi,
bimbingan,dorongan, saran dan perhatian hingga selesai penelitian
tesis ini.
8. Bapak Dr.Rudi Haposan Siahaan, S.H.,M.Kn yang telah bersedia
memberi masukan kepada Peneliti
9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, bimbingan serta arahan yang sangat bermanfaat selama
peneliti mengikuti proses kegiatan pekuliahan.
10. Ibu Shelly Lim,S.E,.M.Psi, Bapak Sihar, S.E, yang telah memberikan
data dan masukan untuk hasil penelitian ini.
11. Bapak Rahmat Santoso, ST , selaku suami dan anak anak Peneliti:
Nadia Rasikah Rahmat, Zidan Abid Rahmat, Khairul Akbar yang telah
memberikan semangat untuk menyelesaikan penelitian tesis ini.
12. Sahabat sahabat dan juga seluruh mahasiwa Magister Kenotariatan
Angkatan 2018 yang telah membantu dan memotivasi peneliti untuk
menyelesaikan penelitian tesis ini.

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


xii

DAFTAR SINGKATAN

APHT : Akta Pemberian Hak Tanggungan

BPN : Badan Pertanahan Nasional

HIR : Het Herziene Indoneisch Reglement

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

KUHP : Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

KUHPerdata : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

NPL : Non Performace Loan.

OJK : Otorisasi Jasa Keuangan

PP : Peraturan Pemerintah

PPAT : Pejabat Pembuat Akta Tanah

SHM : Sertipikat Hak Milik

SKMHT : Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


xiii

DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN .......................................................................................... i
TANGGAL UJIAN................................................................................... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS........................................................... iii
PERSETUJUAN PUBLIKASI................................................................ iv
ABSTRAK .................................................................................................. v
ABSTRACT ................................................................................................ vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................. viii
KATA PENGANTAR............................................................................... . ix
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Latar Belakang Masalah ..................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 11
D. Manfaat Penelitian .............................................................. 11
E. Keaslian Penelitian ............................................................. 12
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ............................................. 15
1. Kerangka Teori ............................................................ 15
2. Kerangka Konsepsi ...................................................... 15
G. Metode Penelitian ............................................................... 22
1. Sifat Penelitian ............................................................. 23
2. Jenis Penelitian ............................................................. 23
3. Sumber Data ................................................................. 25
4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ............................ 25
5. Analisis Data ................................................................ 26

BAB II PENGALIHAN PIUTANG SECARA CESSIE DAN


AKIBATNYA TERHADAP JAMINAN HAK TANGGUNGAN
...............................................................................................… 27
A. Cessie dan Perjanjian Pinjaman ......................................... 27
1. Cessie Dalam Makna Yuridis ....................................... 33
2. Perjanjian Pinjaman ...................................................... 40
B. Alasan Kreditur Melakukan Pengalihan Piutang ............... 47
1. Alasan Bank/Lembaga keuangan non Bank melakukan
pengalihan Piutang ....................................................... 47
C. Perjanjian Cessie ................................................................. 49
D. Akibat Cessie Terhadap Jaminan Hak Tanggungan ……. 61

BAB III PELAKSANAAN PENGALIHAN PIUTANG SECARA CESSIE


YANG DIBUAT DALAM AKTA OTEKTIK (AKTA NOTARIS)
……. .......................................................................................... 73

xiii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


xiv

A. Notaris Sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah…………… 73


B. Klausul-Kalausul dalam Akta Cessie Yang dibuat Oleh Notaris
............................................................................................. 83
C. Akta Cessie Terkait dengan Hak Tanggungan ................... 89

BAB IV PELAKSANAAN CESSIE DI KOPERASI SIMPAN PINJAM


INDOSURYA. ......................................................................... 92
A. Tinjauan Umum Tentang Koperasi Simpan Pinjam Indosurya
……………………………………………………………..
1. Fasilitas Pinjaman di Koperasi Simpan Pinjam Indosurya
………………………………………………………… 92
2. Jaminan Pada Fasilitas Pinjaman di Koperasi Simpan Pinjam
Indosurya ......................................................................
B. Terjadinya Perjanjian Pengalihan Piutang Cessie pada Koperasi
Simpan Indosurya dan Indosurya Inti Finance .......... 99
1. Pelaksanaan Cessie di Koperasi Simpan Pinjam Indosurya ..99
……………………………………………………………….
2.Latar Belakang Terjadinya Cessie .................................. 100
3.Pelaksanaan Pengalihan Hutang ( Cessie ) dari Koperasi Simpan
Pinjam Indosurya………………………………………. 102
C. Akibat Hukum Pelaksanaan Cessie Pada Koperasi Simpan Pinjam
Indosurya…………………………………………………. 105
1. Akibat Hukum Pelaksaan Cessie Pada Koperasi Simpan Pinjam
Indosurya……………………………………………….105
2. Akibat Hukum Cessie Terhadap Jaminan Hak Tanggungan
………………………………………………………….109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 116

A. Kesimpulan ......................................................................... 116


B. Saran .................................................................................. 117
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 118

xiv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pelaku usaha sangat berperan dalam perkembangan perekonomian

Indonesia. Pengusaha besar dan kecil dalam menjalankan kegiatan usahanya,

membutuhkan dana untuk membiayai kegiatan usaha yang terkadang jumlahnya

cukup besar. Untuk itu guna memenuhi kebutuhan pendanaan untuk modal kerja

banyak pelaku usaha yang mengajukan pinjaman ke Bank ataupun lembaga

keuangan non bank.

Perbankan dan lembaga keuangan non bank sebagai financial intermediary

institution memegang peranan penting dalam proses pembangunan ekonomi

nasional. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kegiatan usaha utama bank dan

lembaga keuangan non bank , seperti menarik dana langsung dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam

bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya. Pada konteks tersebut menjadi

kewajiban bank dan lembaga keuangan menerapkan prinsip kehati-hatian .

Penyelesaian kredit bermasalah umumnya ditempuh dengan 2 ( dua cara )

yakni penyelamatan kredit dan penyelesaian kredit. Penyelamatan kredit yang

dimaksud adalah suatu langah penyelesaian kredit bermasalah melalui

perundingan kembali antara bank sebagai kreditur dan nasabah peminjam sebagai

debitur, sedangkan penyelesaian kredit adalah suatu langkah penyelesaian kredit

bermasalah melalui lembaga hukum .1

1
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indosnesia, Jakarta: Kecana, 2006, hal.76

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

Keadaan likuidasi setiap bank dan lembaga pembiayaan non bank tidak

slalu sama. Perkembangan yang terjadi di sector sosial dan ekonomi, baik dalam

skala nasional maupun interasional, secara langsung maupun tidak langsung dapat

mempengaruhi kebijakan penyaluran Kredit. Agar kegiatan pendanaan yang

diterima oleh debitur tidak berhenti begitu saja, dan salah satu cara untuk

menyelesaiakan kredit bermasalah atau kredit macet maka dikenal lembaga

pengalihan piutang yang dilakukan dengan cara cessie.

Pengalihan piutang yang dilakukan oleh kreditur harus dilakukan sesuai

dengan Pasal 613 kitab undang undang hukum perdata ( KUHPerdata ).2

Pasal 613 ayat 1 KUHPerdata menegaskan : “Penyerahan akan piutang-piutang

atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya dilakukan dengan jalan membuat

sebuah akta otentik atau akta di bawah tangan, dengan mana hak-hak atas

kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain”.

Piutang yang dialihkan secara cessie adalah suatu tagihan yang dimiliki

oleh kreditur atas debiturnya. Tagihan tersebut merupakan tagihan atas nama.

Pada Prinsipnya tagihan atas nama menunjukkan dengan jelas dan pasti mengenai

kreditur yang berhak menerima pembayaran.

Tagihan utang melibatkan dua pihak yaitu kreditur dan debitur. Tagihan

memiliki sifat pribadi namun demikian, sifat pribadi pada suatu tagihan lebih

ditekankan pada personalitas debitur selaku pihak yang berpiutang. Hal ini juga

terjadi dalam perjalanan pemberian pinjaman yang dikucurkan oleh Koperasi

Simpan Pinjam Indosurya, dimana pengalihan piutang dari Koperasi Simpan

2
Kitab Undang Undang Hukum Perdata, diterjemahkan oleh R.Surbekti dan
R.Tjitrosudibio , cet 29, 1999,Jakarta: Pradya Pramita.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Pinjam Indosurya kepada lembaga pembiayaan Indosurya finance yang

merupakan salah satu group perusahaan Indosurya.

Koperasi simpan pinjam Indosurya adalah salah satu koperasi simpan

pinjam yang besar di Indonesia, merupakan salah satu bagian bisnis dari group

Indosurya. Indosurya simpan pinjam didirikan di Jakarta pada tanggal 27

September 2012 adalah institusi keuangan simpan pinjam untuk anggota dan

calon anggota yang mengikuti ketentuan undang-undang Perkoperasian di bawah

pengawasan kementrian koperasi dan UKM, layanan keuangannya setara dengan

layanan perbankan pada umumnya.3

Indosurya simpan pinjam berusaha untuk membantu para anggotanya

dalam mengembangkan usahanya pada saat mereka memerlukan modal kerja.

Indosurya simpan pinjam menghimpun dana dari anggota dan calon anggota yang

kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada anggota dan calon anggota

dalam bentuk pinjaman. Indosurya Simpan Pinjam merupakan bagian integral dari

indosurya financial group yang juga membawahi sekuritas, manajer investasi,

multi finance, asuransi, dan invesment banking yang sudah berpengalaman selama

lebih dari 25 tahun dalam dunia keuangan, pasar modal, dan investasi di

Indonesia. Saat ini pelaksanaan Indosurya Simpan Pinjam dilakukan oleh

pengurus dan pengelola yang sangat berpengalaman dalam dunia keuangan,

terutama perbankan.

3
Company overview, https://www.jobstreet.co.id/en/companies/779475-koperasi-
simpan-pinjam-indosurya-cipta, diakses pada tanggal 17- Mei-2020 pukul 17.05wib

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

Pengalihan hutang disertai jaminan debitur oleh Koperasi Simpan Pinjam

Indosurya melalui cessie dilakukan kreditur dengan calon kreditur baru melalui

mekanisme cessie.

Subekti menjelaskan cessie sebagai “suatu cara pemindahan piutang atas

nama, di mana piutang itu dijual oleh kreditur lama kepada orang yang nantinya

menjadi kreditur baru, namun hubungan hukum utang piutang tersebut tidak

hapus sedetikpun, tetapi dalam keseluruhannya dipindahkan kepada kreditur

baru”.4

Adapun menurut Soeharnoko dan Endah menjelaskan bahwa cessie adalah

cara pengalihan dan atau penyerahan piutang atas nama sebagaimana yang

dimaksud di dalam pasal 613 kitab undang-undang hukum perdata

(KUHPerdata).5

Pasal 613 KUHPerdata menyebutkan bahwa piutang yang diatur di dalam

pasal 613 KUHPerdata adalah piutang atau tagihan atas nama. Dalam tagihan atas

nama, debitur mengetahui dengan pasti siapa krediturnya. Salah satu ciri khas

yang dimiliki oleh suatu tagihan atas nama adalah bahwa tagihan atas nama tidak

memiliki wujud. Jikalaupun dibuatkan suatu surat hutang, maka surat hutang

hanya berlaku sebagai alat bukti saja. Hal ini dikarenakan adanya surat hutang

dalam bentuk apapun bukan merupakan sesuatu yang penting dari suatu tagihan

atas nama. Dengan demikian, jika tagihan atas nama dituangkan dalam bentuk

surat hutang, maka penyerahan secara fisik surat hutang itu belum mengalihkan

hak tagih yang dibuktikan dengan surat yang bersangkutan. Untuk mengalihkan
4
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, 1998, hlm 71,
5
Soeharnoko dan Endah Hartati, Doktrin Subrogasi, Novasi dan Cessie, Jakarta:
Kencana, 2008, hlm 101.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

tagihan atas nama, dibutuhkan akta penyerahan tagihan atas nama yang dalam

doktrin dan yurisprudensi disebut sebagai akta cessie. Pada cessie, hak milik

beralih dan dengan dibuatnya akta cessie, levering telah selesai. Penyerahan yang

demikian bagi si berhutang (debitur) tidak ada akibatnya, melainkan setelah

penyerahan itu diberitahukan kepadanya atau secara tertulis disetujui dan

diakuinya. Penyerahan tiap-tiap piutang karena surat bawa dilakuka dengan

penyerahan surat itu, penyerahan tiap-tiap piutang karena surat ditunju dilakukan

dengan penyerahan surat disertai dengan endosemen.Unsur unsur yang dapat

disimpulkan berdasarkan Pasal 613 KUHPerdata tersebut dalam suatu tindakan

cessie, yakni :

1.Dibuatkan akta otentik atau akta dibawah tangan Hak hak yang melekat
pada piutang atas nama dialihkan /berpindah kepada penerima
pengalihan. Berarti pengalihan piutang tidak bisa dilakukan secara lisan.

2.Cessie hanya berakibat hukum kepada debitur jika telah diberitahukan


kepadanya atau secara tertulis disetujui dan diakuinya.

Pada pelaksanaan cessie, pihak yang mengalihkan atau menyerahkan

disebut cedent, sedangkan pihak yang menerima pengalihan disebut Cessionaris,

lalu debitur dari tagihan yang dialihkan atau diserahkan disebut Cessus. 6

Penyerahan utang piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya,

dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta otentik atau di bawah tangan,

dengan mana hak-hak atas kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain. Oleh

karena itu, cessie harus dibuat secara jelas, tegas dan tertulis. Dengan adanya

penyerahan piutang secara cessie, maka pihak ketiga menjadi kreditur baru yang

6
Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapan di Bidang
Kenotariatan Bandung : Citra Aditya, 2010, hlm 185.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

menggantikan kreditur yang lama, yang diikuti pula dengan beralihnya seluruh

hak dan kewajiban kreditur lama terhadap debitur kepada pihak ketiga selaku

kreditur baru. Hal ini dikarenakan pengalihan piutang secara cessie tidak

mengakibatkan berakhirnya perikatan yang telah ada yang dibuat antara kreditur

dengan debitur. Hubungan hukum antara debitur dan kreditur berdasarkan

perjanjian kredit yang telah ada sebelumnya tidak menjadi putus, sehingga tidak

terjadi hubungan hukum yang baru yang menggantikan hubungan hukum yang

lama. Perikatan yang lama tetap ada dan berlaku, serta mengikat debitur maupun

kreditur yang menerima pengalihan piutang yang dimaksud. Dengan demikian,

yang terjadi adalah pengalihan seluruh hak dan kewajiban kreditur berdasarkan

perjanjian kredit yang ada kepada pihak ketiga yang selanjutnya menjadi kreditur

baru.7

Dengan adanya cessie, akibat hukum yang terpenting adalah sebagai

berikut:8

1. Piutang beralih dari cedent ke cessionaris.


2. Setelah terjadinya cessie, kedudukan cessionaris menggantikan
kedudukan cedent, yang berarti segala hak yang dimiliki oleh cedent
terhadap cessus dapat digunakan oleh cessionaris sepenuhnya.

Piutang merupakan benda tidak bertubuh, oleh sebab itu untuk

mengalihkan suatu piutang diperlukan adanya suatu dokumen tertulis baik itu

berupa akta otentik atau dibawah tangan. Akta Otentik adalah akta Notaris yang

7
Rachmad Setiawan dan J. Satrio, Penjelasan Hukum tentang Cessie. Jakarta:
Gramedia, 2010, hlm. 47.
8
Ibid, hlm 56.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

dibuat oleh atau dihadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan

oleh undang undang.9

Keberadaan akta otentik atau dibawah tangan diperlukan sebagai cara

menyerahkan atau mengalihkan hak milik atas piutang yang bersangkutan dari

kreditur kepada pihak ketiga. Karena penyerahan hak milik atas suatu benda tidak

mungkin dilakukan dengan penyerahan fisik. Hal ini juga untuk memberikan

kepastian hukum mengenai telah beralihnya kepemilikan atas suatu piutang dan

menunjukkan kepada siapa debitur harus melakukan pembayaran atas hutangnya.

Peranan dan kewenangan Notaris dalam pelaksanaan pembuatan dokumen

cessie. Sebagaimana yang diatur dalam undang undang jabatan notaris yaitu

“Notaris adalah Pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan

memiliki kewenangan lainya sebagaiaman dimaksud dalam undang undang ini

atau undang undang lainya.10

Perjanjian pinjaman /pengikatan jaminan dalam suatu kegiatan pemberian

kredit bersifat accesoir. Perjanjian pemberian dan/atau pengikatan jaminan

merupakan perjanjian accesoir atau perjanjian tambahan dari perjanjian kredit

yang merupakan perjanjian pokok. Perjanjian tambahan itu dibuat oleh para pihak

dengan maksud untuk mendukung secara khusus perjanjian pokok yang telah

disepakati oleh para pihak. Dengan demikian maka sifat perjanjian pemberian

dan/atau pengikatan jaminan adalah mengikuti perjanjian pokok. Lahirnya

perjanjian pemberian dan/atau pengikatan jaminan tergantung dengan perjanjian

pokok yang melatarbelakangi. Oleh sebab itu, hapusnya perjanian pemberian

9
Undang Undang Nomor 2 Tahun 2014, Citra Umbara Bandung hlm 66.
10
ibid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

dan/atau pengikatan jaminan adalah juga tergantung dari hapusnya perjanjian

pokok. Apabila perjanjian pokok batal maka perjanjian pemberian dan/atau

pengikatan jaminan juga batal,dan jika perjanjian pokok beralih maka perjanjian

pemberian dan/atau pengikatan jaminan juga beralih. Hal ini berlaku pula dalam

hal perjanjian pokok tersebut beralih karena terjadinay pengalihan piutang secara

cessie.

Perjanjian pemberian dan/atau pengikatan jaminan adalah merupakan

perjanjian kebendaan. Hak kebendaan yang lahir dari perjanjian kebendaan

memberikan kedudukan istimewa kepad kreditur. Jaminan kebendaan merupakan

komponen yang sangat penting dalam pengajuan kredit di bank. Dalam praktik,

jaminan kebendaan (agunan) lebih menjamin kepastian hukum, karena benda atau

bukti kepemilikan benda yang dijaminkan dikuasai oleh kreditur. Memberikan

suatu barang dalam jaminan, berarti melepaskan sebagian kekuasaan atas barang

itu. Pada asasnya yang harus dilepaskan itu adalah “kekuasaan untuk

memindahkan hak milik atas barang itu dengan cara apapun juga (menjual,

menukarkan, menghibahkan)”11.

Dengan adanya perjanjian mengenai pemberian dan/atau pengikatan

jaminan maka perjanjian kredit akan semakin melindugi kepentingan kreditur.

Perjanjian pemberian dan/atau pengikatan jaminanan yang memberikan hak

kebendaan kepada kreditur akan megakibatkan kreditur yang bersangkutan

berubah kedudukanya dari kreditur konkuren menjadi kreditur preferen dengan

hak-hak yang lebih istimewa.Hak preferen itu mengakibatkan kreditur memiliki

11
Oey Hoey Tong, Fiducia sebagai Jaminan Unsur-unsur Perikatan, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1984, hlm. 35.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

kedudukan yang diutamakan dari kreditur lainya didalam mengambil pelunasan

piutangnya dari debitur. Hal ini disebabkan karena hak kebendaan tidak hanya

memberikan preferensi melainkan mengandung pula sifat absolute,droit de suite

dan asas prioritas. Sifat sifat hak kebendaan tersebut memberikan kepastian dan

perlindungan hukum bagi Kreditur.

Hak kebendaaan yang dikenal di dalam Kitab Undang Undang Hukum

Perdata adalah hak gadai dan hipotik. Dalam perkambangannya saat ini dikenal

pula hak tanggungan dan Fidusia sebagai lembaga jaminan .

Hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah

sebagaimana yang dimaksud didalam Undang Undang No 5 tahun 1960 tentang

peraturan dasar pokok pokok agraria,berikut atau tidak berikut benda benda lain

yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang

tertentu,yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu

terhadap kreditur krediturnya yang lain.12

Hak tanggugan terdiri atas unsur unsure sebagai berikut :

a. Hak Tanggungan adalah hak jaminan untuk pelunasan utang

b. Objek hak tanggungan adalah hak atas tanah sesuai UUPA

c. Hak tanggungan dapat dibebankan atas tanah tanahnya ( Hak atas

tanah ) saja, tetapi dapat pula dibebankan berikut benda benda lain

yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu.

d. Utang yang dijamin harus suatu utang tertentu

12
Undang-undang No 4 Tahun 1996, Undang Undang Hak Tanggungan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

e. Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu

terhadap kreditur lain.

Hak tanggungan memberikan kedudukan yang diutamakan kepada

kreditur tertentu terhadap kreditur kreditur lain. dalam penjelasan UUHT

dikatakan bahwa yang dimaksud dengan memberikan kedudukan iutamakan

kepada kreditor tertentu terhadap kreditur lain adalah bahwa jika debitur

ciderajanji maka kreditur pemegang hak tanggungan berhak menjual melalui

pelelangan umum.

Hak tanggungan bersifat accesoir pada suatu piutang yang dijamin.Oleh

sebab itu, kelahiran, peralihan, eksekusi dan hapusnya hak tanggungan ditentukan

oleh adanya peralihannya, dan hapusnya piutang yang dijamin.

Cessie dapat terjadi sebagai accesoir dari suatu peristiwa hukum seperti

peristiwa jual beli piutang yang dilakukan antara Bank atau lembaga keuangan

lainya seperti Koperasi ( Selaku Kreditur ) dengan pihak ketiga yang kemudian

menjadi kreditur baru. Jual beli piutang yang dimaksud dalam hal ini , jual beli

piutang dimana yang menjadi objeknya adalah piutang atas nama kreditur. Dalam

hal ini perjanjian jual beli piutang dilakukan oleh Bank selaku Kreditur dengan

pihak ketiga selaku pembeli yang kemudian menjadi kreditur yang baru tersebut

dengan perjanjian jual beli piutang yang terpisah dari perjanjian cessie.

Berdasarkan uraian uraian yang telah disampaikan diatas, Saya tertarik

ingin membahas mengenai akibat hukum dari dilakukanya cessie terhadap

jaminan yang terjadi di Koperasi simpan pinjam Indosurya kepada Indosurya Inti

Finance yang merupakan group dari indosuya company, dan mengambil judul

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

tesis “Pengalihan Kreditur melalui cessie ( Studi Kasus di Koperasi Simpan

Pinjam Indosurya ).

Pengalihan piutang yang akan dibahas didalam penulisan ini adalah

pengalihan piutang yang terjadi akibat dari peristiwa hukum jual beli piutang.

Mengigat bahwa pengalihan piutang cessie tidak mengakibatkan berakhirnya

perjanjian kredit yang telah dibuat oleh debitur dengan kreditur, maka perjanjian

perjanjian pemberian dan atau pengikatan jaminan yang telah dibuat yang

merupakan perjanjian accessoir dari perjanjian kredit yang dimaksud tetap

berlaku .

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan urian latar belakang tersebut diatas, dapat dirumuskan

beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas dala penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana Pengalihan piutang secara cessie dan akibatnya terhadap

jaminan hak tanggungan?

2. Bagaimana pelaksanan pengalihan piutang (cessie ) yang dibuat

dengan akte notaris?

3. Bagaimana pelaksanaan cessie di Koperasi simpan Pinjam

Indosurya ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang tersebut diatas, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis Pengalihan piutang secara

cessie dan akibatnya terhadap jaminan hak tanggungan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pengalihan piutang secara cessie

yang dibuat dalam akta notaris

3. Untuk mengetahui dan menganalisa pelaksanaan cessie di Koperasi

Simpan Pinjam Indosurya

D.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun

secara praktis yaitu:

a.Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan masukan dalam

bidang ilmu hukumdan dapat dijadikan sumber bacaan atau tambahan referensi

bagi yang membutuhkanya.

b.Secara Praktis

1. Penelitian ini diharapka dapat berguna sebagai perluasan wawasan

penulis mengenai cessie yang dilakukan oleh Koperasi Simpan Pinjam

khususnya dalam tata cara terkait pelaksanaan cessie

2.Memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi kalangan umum atau

masyarakat untuk dapat mengerti tentang cessie dan pelaksanaanya.

3.Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Kenotariatan

pada Fakultas Hukum Universitas Sumetera Utara.

E.Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan di lingkungan Universitas

Sumatea Utara khususnya di lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Magister

Kenotariatan Sumatera Utara menunjukkan bahwa penelitian dengan judul ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

belum pernah dilakukan. Akan tetapi ditemukan beberapa judul tesis yang

berhubungan dengan topik dalam tesis ini diantara lain:

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan di lingkungan Universitas

Sumatea Utara khususnya di lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Magister

Kenotariatan Sumatera Utara menunjukkan bahwa penelitian dengan judul ini

belum pernah dilakukan. Akan tetapi ditemukan beberapa judul tesis yang

berhubungan dengan topik dalam tesis ini diantara lain:

1.Tesis Saudara Yuristia Eka Erwanda /157011051 : Analisis yuridis pengalihan

piutang secara cessie dan akibat hukumnya terhadap jaminan utang debitur (

Studi Kasus atas putusan PN PekanBaru No .22/Pdt.G/2016/PN.Pbr ) dengan

rumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah akibat hukum terhadap jaminan hutang debitur

(cedent) bila kreditur lama (cessus) mengalihkan piutang secara

cessie kepada kreditur baru (cessionaris) ?

b. Bagaimanakah upaya penyelesaian kredit macet yang dapat

dilakukan oleh kreditur baru (cessionaris) terkait dengan adanya

larangan milik beding (beding van niet zuivering) ?

c. Bagaimanakah analisis hukum terhadap putusan PN Pekanbaru No.

22/Pdt.G/2016/PN.Pbr berkaitan dengan cessie dan akibat hukumnya

terhadap jaminan utang debitur ?

2.Tesis Saudara Rahmat Setiadi / 097011007 :Resiko hukum atas cessie (tagihan

piutang )sebagai jaminan kredit pada perusaahn pembiayaan ( Studi pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

PT.Permodalan Nasional Madani ( Persero ) Cabang Medan.dengan rumusan

masalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah kedudukan hukum cessie (tagihan Piutang) sebagai

jaminan Hutang pada lembaga pembiayaan PT. Permoda lan Nasional

Madani, (Persero) cabang Medan?

b. Bagaimanakah prosedur pemberian kredit dengan cessie (tagihan

piutang) sebagai jaminan pada PT. Permodalan Nasional Madani

(Persero) cabang Medan?

c. Bagaimanakah resiko yang di timbulkan atas cessie (tagihan piutang)

sebagai jaminan kredit pada perusahaan pembiayaan PT. Permodalan

Nasional Madani (Persero) cabang Medan?

3.Tesis Saudara Juanto Padang/157011263 : Analisis Yuridis penggunaan

lembaga cessie dalam perjanjian kredit dengan jaminan kios pada PT.Bank

Danamon Indonesia.dengan rumusan masalah sebagai berikut :

a. Mengapa PT. Bank Danamon Indonesia Cabang Medan menggunakan

lembaga cessie dalam pengikatan kredit dengan jaminan kios?

b.Bagaimana akibat hukum dari penggunaan lembaga cessie dalam

pengikatan kredit dengan jaminan kios?

c.Bagaimanakah upaya penyelesaian kredit macet dengan jaminan kios

yang pengikatan jaminannya menggunakan lembaga cessie pada PT.

Bank Danamon Indonesia Cabang Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam

membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan ( problem ) yang

dianalisis. Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir butir

pendapat, teori, tesis dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir butir

pendapat, teori, tesis, sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui 13 .

Pentingnya kerangka teori menurut Ronny Hanitijo adalah setiap penelitian

haruslah selalu disertai dengan pemikiran pemikiran teoritis.Karena adanya

hubungan timbal balik antara teori dengan kegiatan kegiatan pengumpulan data,

konstruksi data, pengolahan data dan analisis data.14 Terakhir, maka teori sebagai

proposisi adalah perangkat proposisi, dimanan salah satu proposisi dapat diuji

secara empiris, teori tersebut mengembangkan induktif dan/atau deduktif.15

Sebuah penelitian membutuhkan kerangka teori untuk dapat menganalisis

masalah yang diangkat dalam penelitian tersebut. kerangka teori adalah kerangka

pemikiran atau butir-butir pendapat mengenai suatu kasus atau permasalahan

(problem) yang menjadi bahan perbandingan dan pegangan teoritis.16

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala

spesifik atau proses itu terjadi dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkanya

pada fakta fakta yang dapat menunjukan ketidakbenaranya.

13
M. Solly Lubis , Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal.80.
14
Ronny Hanitiji Soemitro, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri,Ghalia
Indonesia, Jakarta 2009, hal.41.
15
Soerjono Soekanto, Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris, IND-HIL-CO,
Jakarta, 1990, hal. 66.
16
Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2004, hal.72.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

Teori hukum adalah cabang ilmu hukum yang menganalisa secara

kritisdalam perspektif interdisipliner, dari berbagai aspek perwujudan ( fenomena)

hokum secara tersendiri atau secara menyeluruh, baik dalam konsepsi teoritis

maupun dalam pelaksanaan praktis dengan tujuan memmperoleh pengetahuan

yang lebih baik dan uraian yang lebih jelastentang bahan bahan yuridis17.

Perkembangan ilmu hukum tidak terlepas dari teori hukum sebagai

landasanya dan tugas teori hukum adalah untuk menjelaskan nilai nilai hukum dan

postulat postulatnya hingga dasar dasar filsafatnya yang paling dalam , sehingga

penelitian tidak terlepas dari teori teori ahli hukum yang dibahas dalam bahasa

dan system pemikiran para ahli hukum sendiri18

Soejono Sukanto menyebutkan , adanya asumsi yang menyatakan bahwa

bagi suatu penelitian,maka teori atau kerangka teoritis mempunyai bebarapa

kegunaan,beberapa diantaranya yaitu :

1. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih

mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenaranya

2. Teori sangat berguna dalam mengembangkan system klasifikasi fakta,

membina struktur konsep konsep serta memperkembangkan definisi

definisi; dan ketiga, teori membeikan petunjuk petunjuk terhadap

kekurangan kekurangan pada pengetahuan peneliti.19

Kerangka teori yang digunakan dalam menelaha dan menganalisa

permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini antara lain adalah Teori

17
Sudikno Mertokusumo, Teori Hukum, Cahaya Atma pusaka, Yogyakarta 2012, hal
87.
18
W.Friedman, Teori dan Filasafat Umum,RAJA Grafindo persada,Jakarta,2005,hal.121
19
Soejono Sukanto, Pengantar penelitian hukum,UI Press ,Jakarta,2005,hal.121

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

Kepastian Hukum, teori Perlindungan hukum, teori keadilan dan teori tanggung

jawab.

a.Teori Kepastian Hukum.

Membahas mengenai teori kepastian hukum mengandung 2 ( dua )

pengertian yaitu pertama adanya aturan yang bersifat umum membuat individu

mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua

berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena

dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui

apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan Negara terhadap individu.20

Hukum tanpa disertai kepastian akan kehilangan makna sebab tidak lagi

dapat dijadikan pedoman bagi tiap manusia untuk berprilaku didalam kehidupan

sosialnya.

Soedikno Mertokusumo mengartikan kepastian hukum merupakan

perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang wenang yang berarti bahwa

seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan

tertentu.21

Kepastian hukum bermuara pada ketertiban, dalam kehidupan sosial,

kepastian merupakan menyamaratakan kedudukan subjek hokum dalam suatu

perbuatan dan peristiwa hokum. Dalam hokum positif , kepastian diberikan oleh

Negara sebagai pencipta hokum dalam bentuk undang undang. Daalam hubungan

secara perdata, setiap subjek hokum dalam melakukan hubungan hukum melalui

20
Meter Mahmud Marzuki,Pengantar Ilmu Hukum,Kencana Pranda Media
Group,Jakarta,2008,hal .158
21
Soedikno Mertokusumo, Mengenal hukum ,Sebuah pengantar,Liberty,Yogyakarta
1999,hal 145

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

perjanjian juga memerlukan kepastian hukum. Pembentuk undang undang

memberikan kepastianya melalui pasal 1338 kitab undang undang hukum perdata.

Dalam hal Pemberian kredit ( Pinjaman ) dari Koperasi Simpan Pinjam

kepada Peminjam ( Debitur ) terdapat hak dan kewajiban dari pada Koperasi

(Sebagai Kreditur ) dan Peminjam sebagai Debitur.

Dalam hal pemberian kredit ( pinjaman ) dari koperasi simpan pinjam

kepada peminjam ( Debitur ) terdapat hak dan kewajiban dari pada Koperasi

(sebagai kreditur ) dan peminjam sebagai debitur.

Untuk itu diperlukan adanya kepastian hukum dari saat perjanjian itu

dimulai hingga kredit ( pinjaman ) lunas. Termasuk jika suatu waktu kreditur

mengalihkan pinjaman( Cessie ) kepada Kreditur lainya.Ada hak debitur yang

harus dilindungi untuk menjamin adanya kepastian hukum. Tindakan pengalihan

hutang ( Cessie ) harus memberikan kepastian hukum bagi peminjam ( debitur )

yang telah dialihkan hutangnya kepada pihak ketiga, dalam hal ini Koperasi

simpan pinjam indosurya ( peminjam/kreditur ) harus memberikan kepastian

hukum terhadap kepentingan peminjam ( debitur ).

Teori kepastian hukum akan digunakan sebagai pisau analisis untuk

mengkaji pelaksanaan cessie di koperasi simpan pinjam indosurya Medan.

b.Teori Perlindungan Hukum

Negara indonesia adalah negara hukum , dimana negara menjamin

persamaan setiap orang dihadapan hokum serta melindungi hak asasi manusia.Hal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

ini sesuai dengan penjelasan UUD 1945 disebutkan bahwa Indonesia adalah

negara yang berdasarkan atas hukum tidak berdasarkan kekuasaan belaka.22

Negara menjamin hak hak warga negaranya dengan memberikan

perlindungan hukum kepada setiap warga negara.

Perlindungan hukum adalah Upaya melindungi kepentingan seseorang

denga cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam

rangka kepentinganya tersebut23.

Menurut Gustav Radbruch, hukum harus mengandung 3 (tiga) nilai


identitas, yaitu sebagai berikut :
1. Asas (rechtmatigheid). Asas ini meninjau dari sudut yuridis.
2. Asas keadilan hukum (gerectigheit). Asas ini meninjau dari sudut ,
dimana keadilan adalah kesamaan hak untuk semua orang di depan
pengadilan
3. Asas Kemanfaatan hukum Asas kemanfaatan
hukum (zwechmatigheid atau doelmatigheid atau utility).

Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi subjk subjek

hokum melalui peraturan per undang undangan yang berlaku dan dipaksakan

pelaksanaanya dengan suatu sanksi.Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi

2 ( dua ) yaitu :24

1.Perlindungan hukum Preventif

Perlindungan hukum Preventif adalah perlindungan yang diberikan

pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran.Hal

ini terdapat dalam peraturan perundang undangan dengan maksud untuk

22
Addurrahman, Aspek aspek Bantuan hukum di Indonesia,Cendana Press, Jakarta
1983,Hal 1
23
Satjipto Rahardjo,Sisi lain dari hukum di Indonesia, Kompas,Jakarta,2003,hal 121.
24
Muchsin,Perlindungan dan kepastian hukum bagi investor di Indonesia,Magister
Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas sebelas maret,Surakarta,2003,hal 14.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

mencegah suatu pelanggran serta memberikan rambu rambu atau batasan dalam

melakukan suatu kewajiban.

2.Perlindungan Hukum Refresif

Merupakan perlindungan akhir berupa sanksi denda,penjara dan hukum

tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu

pelanggaran.

Dalam pengalihan hutang ( Cessie) dari kreditur ( koperasi simpan pinjam

Indosurya ) kepada Indosurya Finance , Negara harus lah melindungi kepentingan

hukum para pihak yaitu debitur, keditur ataupun pihak ketiga.memastikan tidak

ada pihak yang dirugikan.

c. Teori Tanggung Jawab

Tanggung jawab atau Responsibility berarti hak yang dapat

dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban, dan termasuk putusan,

keterampilan,kemampuan dan kecakapan meliputi juga kewajiban bertanggung

jawab atas undang undang yang dilaksanakan.25

Hans kelsenberpendapat bahwa tanggung jawab hukum merupakan

tanggung jawab seorang secara hukum atas suatu perbuatan tertentu dengan kata

lain orang tersebut memikul tanggung jawab hukum, bahwa dia dapat dikenakan

suatu sanksi dalam kasus perbuatan melawan hukum.26

Dalam hal ini, Tanggung jawab tidak hanya berlaku bagi Debitur tetapi

juga Kreditur dan pihak ketiga yang menerima peralihan hutang.

25
Abdul Kadir Muhammad, Etika Profesi Hukum,Citra Aditya,Bandung ,2009,Hal 60
26
Jimly Asshiddiqie dan M.Ali Safa”at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum,
Sekretasiat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta ,2006,hal
61.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

2.Kerangka Konsepsi

Konsepsi adalah, merupakan hal yang menggambarkan hubungan antara

konsep-konsep khusus yang ingin diteliti. Suatu konsep bukanlah gejala itu

sendiri (yang akan diteliti), akan tetapi merupakan suatu abstraksi. Beda antara

fakta dengan konsep adalah, bahwa konsep-konsep menggambarkan hubungan-

hubungan empiris dan gejala yang dinyatakan atau ternyata dari fakta, jadi suatu

konsep pada hakikatnya merupakan suatu pengaruh atau petunjuk bagi penelitian.

Menurut Burhan Ashshofa, suatu konsep merupakan abstraksi mengenai

suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari jumlah karakteristik

kejadian, keadaan, kelompok, atau individu tertentu.27

Konsep bertujuan untuk menghindari perbedaan pengertian ataupun

penafsiran ( multi tafsir ) dari istilah istilah yang akan dipakai dalam penulisan

tesis dan dijadikan acuan dalam melakukan penelitian. Oleh karena itu, kerangka

konesp dari penelitian ini adalah :

a. Cessie adalah cara pengalihan dan/atau penyerahan piutang atas

nama sebagaimana yang dimaksud didalam Pasal 613 Kitab

Undang Undang Hukum Perdata ( KUHPerdata )28.

b. “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang

27
Burhan Ashshofa, Metodologi Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hal. 19.
28
Soeharnoko dan Endah Hartati, Doktrin Subrogasi, Novasi dan Cessei, cet 3, Jakarta
Kencana, 2008, hal 101

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah

jangka waktu tertentu dengan pemberian bunganya”29.

c. Perjanjian Kredit adalah kesepakatan atau persetujuan pinjam

meminjam uang antara bank ( Kreditur ) dengan pihak lain (

Debitur ) yang mewajibkan pihak debitur untuk melunasi

hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan bunganya. 30

Perjanjian kredit atau perjanjian pinjaman ( Istilah yang dipakai

pada Koperasi Simpan Pinjam Indosurya )adalah perjanjian yang

dibuat antara Kreditur dan Debitur yang mengatur lebih lanjut

tentang perjanjian pinjaman, syarat dan ketentuan pinjaman ,

berikut semua perubahan , tambahan, perpanjangan , penegasan

dan pembaharuanya merupakan satu kesatuan dan tidak terpisah

dari persetujuan .

d. Cedent adalah Pihak yang mengalihkan atau menyerahkan piutang,

sedangkan Pihak yang menerima pengalihan atau penyerahan

disebut Cessionaris, lalu debitur dari tagihan yang dialihkan atau

diserahkan disebut Cessus.31

G.Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni. Oleh karna itu, penelitian bertujuan

untuk mengungkap kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsisten.

29
Undang Undang No 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang undang No 7
Tahun 1992 tentang Perbankan, Pasal 1 butir ( 11)
30
Hasim Purba, Hukum Perjanjian, Modul Kuliah, Medan , 2018, hal 72.
31
Herlien Bodiono, Ajaran Umum Perjanjian dan Penerapanya di Bidang Kenotariatan
Bandung : Citra Aditya , 2010, hlm 185

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

Melalui proses penelitian tersebut, diadakan analisis dan kontruksi terhadap data

yang telah dikumpulkan dan diolah.

F.Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum Normatif yaitu sebuah

metode penelitian hukum yang berupaya untuk menemukan kebenaran berdasrkan

logika keilmuan dipandang dari sisi normatifnya.32

Jika ditinjau dari sudut metode yang penulis gunakan, maka penelitian ini

dapat digolongkan penelitian observational research dengan cara survey, yaitu

suatu jenis yang pengumpulan data yang dilakukan dengan cara turun langsung

kelapangan dengan alat pengumpulan data berupa wawancara.33

Sifat dari penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yakni penelitian ini

bermaksud menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisis hukum

baik dalam bentuk teori maupun praktek dari hasil penelitian di lapangan. 34 Pada

penelitian ini bersifat deskritif yaitu penelitian yang menggambarkan, menelaah,

menjelaskan dan menganalisis pelaksanaan Pergantian Kreditur ( Cessie ) di

Koperasi Simpan Pinjam Indosurya

a. Sumber Data

Data dalam penelitian ini dapat dibedakan atas :

a. Data Primer, adalah data utama yang diperoleh oleh peneliti

melalui wawancara terstruktur kepada Peminjam ( Debitur ) , Karyawan Koperasi

32
Odhebora,Wordpress.com/2011/05/17/hak-kekayaan-intelektual/diakses tanggal 02
Juni 2020 pada pukul 20.00 wib
33
Syafrinaldy, Buku Panduan Penulisan Skripsi, UIR Perss, Pekanbaru, 2013, h. 15.
34
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press,
Jakarta, 1982, hal. 63.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

Simpan Pinjam Indosurya, Karyawan Indosurya Inti Finance dan Notaris

Rekanan KoperasiSimpan Pinjam.

b. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh dari buku-buku

literatur, makalah, hasil penelitian, jurnal, surat kabar maupun hasil

seminar dari kalangan hukum yang berkaitan dengan pokok

permasalahan penelitian ini.

c. Data Tertier, yaitu bahan yang memberi penjelasan maupun

petunjuk terhadap bahan hukum primer

d. dan bahan hukum skunder yang berupa data non-hukum yang

diperoleh dari kamus, ensiklopedia, dan lain-lain.

b. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di bebarapa Koperasi Simpan Pinjam di Medan.

Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari pihak yang berkaitan dengan

masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini. Bagian yang menjadi pusat

perhatian seorang peneliti disebut sample. Sedangkan metode yang dipergunakan

untuk menyaring individu-individu dengan purposive sampling. karena peneliti

menganggap bahwa seseorang atau individu tersebut memiliki informasi yang

diperlukansehubung dengan penelitian ini, maka yang dijadikan populasi dalam

penelitian ini adalah :

i. Peminjam ( Debitur )

ii. Karyawan Koperasi dan karyawan Indosurya Finance

iii. Notaris Rekanan Koperasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

Lokasi penelitian ini di bebarapa Koperasi Simpan Pinjam di

Medan.Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini yakni dilakukan

secara purposive sampling yaitu salah satu teknik sampling non radom sampling

dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-

ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat

menjawab permasalahan atau sampel yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan

peneliti.

Bertujuan bahwa dalam penentuan sample itu peneliti secara subyektif

mengambel sampel dengan anggapan bahwa sample yang diambil tersebut


35
mencerminkan (representative) bagi penelitianya. Nara sumber untuk

mengumpulkan data didapat dari :

1. Peminjam ( Debitur ) Koperasi Smpan Pinjam yang dialihkan hutangnya

kepada Pihak ketiga ( Indosurya Finance )

2. Pegawai Koperasi Simpan Pinjam

3. Pegawai Indosurya Finance

4. Notaris Rekanan Koperasi Simpan Pinjam Indosurya.

D.Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu

wawancara. Wawancara sebagai salah satu teknik dalam penelitian bertujuan

untuk mengumpulkan keterangan atau data.36

Merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi, pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung kepada
35
Muslan Abdurrahman, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, Umm Press,Malang,
2009, h. 109.
36
Soerjono Soekanto, op.cit., h.115.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

responden untuk memperoleh data yang sesuai dengan masalah yang diteliti

kepada Peminjam ( Debitur ).37

E. Analisis Data

Analisis data ini adalah metode kualitatif. Pendekatan yang lebih

mengutamakan kalimat ketimbang angka-angka kemudian mengutamakan

dalamnya data ketimbang banyaknya angka. Penelitian hukum ini umumnya lebih

pada uraian-uraian kalimat yang tidak dalam bentuk angka atau prosentase.38

Selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode induktif

yaitu penarikan kesimpulan dari hal khusus ke pada yang umum. Penalaran secara

induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai

ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri

dengan pernyataan yang bersifat umum.

37
Muslan Abdurrahman, op. Cit, h. 114.
38
Ibid , h. 104.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

PENGALIHAN PIUTANG SECARA CESSIE DAN


AKIBATNYATERHADAP JAMINAN HAK TANGGUNGAN

A. Cessie dan Perjanjian Pinjaman

1. Cessie dalan Makna Yuridis

Di Indonesia, definisi cessie salah satunya dikemukakan oleh Subekti.

Menurut pendapat Surbekti, cessie adalah :

“ Suatu cara pemindahan piutang atas nama dimana piutang itu dijual oleh

kreditur lama kepada orang yang nantinya menjadi kreditur baru, namun

hubungan hukun utang piutang tersebut tidak hapus sedetitpun, tetapi dalam

keseluruhanya dipindahkan kepada kreditur baru “39.

Cessie adalah cara pengalihan dan/atau penyerahan piutang atas nama

sebagaimana yang dimaksud didalam Pasal 613 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata ( KUHPerdata) 40. Namun demikian kata Cessie tidak terdapat didalam

undang undang yang berlaku di Indonesia, Cessie hanya dikenal dari doktrin

doktrin hukum dan juga yurisprudensi.

Selain Subekti, ahli hukum Indonesia yang juga mengemukakan pendapat

tentang Cessie adalah M. Yahya Harahap. Cessie menurut Yahya Harahap dapat

disimpulkan sebagai berikut :

“Cessie adalah pemindahan tagihan. Dengan adanya cessie maka

pembayaran yang dilakukan oleh debitur dilakukan bukan kepada diri kreditur

asli melainkan kepada person kreditur pengganti atau cessionaris yang telah

39
Surbekti, Hukum Perjanjian, cet 17, Jakarta: Intermasa 1998 ), hal.71
40
Soeharnoko dan Endah Hartati, Doktrin Subrogasi, Novasi dan Cessei, Cet 3, Jakarta
Kencana 2008, hal.101.

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

menggantikan kedudukan kreditur semula. Pembayaran yang dilakukan kepada

cessionaris sama betul kedaaanya seperti telah melakukan pembayaran in person

kepada kreditur sendiri. “ 41

Sedangkan menurut pendapat Munir Fuady, cessie adalah :“Penyerahan

piutang dari Kreditur lama kepada kreditur baru .“42Lebih lanjut , Munir Fuadi

mengatakan : “ Penyerahan piutang atas nama dan barang barang lain tidak

bertubuh , dilakukan dengan jalan membuat akta ( otentik atau dibawah tangan ),

yang disebut akta cessie yang melimpahkan hak hak atas barang barang itu kepada

orang lain. Penyerahan itu tidak aka ada akibatnya bagi yang berhutang sebelum

penyerahan itu : 1. Diberitahukan kepadanya

2. Disetujui secara tertulis

3. Diakuinya .

Disamping ketiga ahli hukum Indonesia tersebut diatas , Mariam Daruz

Badrulzaman , juga mengemukakan pendapatnya mengenai cessie , yaitu:

“ Cessie adalah suatu perjanjian dimana kreditur mengalihkan piutangnya

( atas nama ) kepada pihak lain. Cessie merupakan perjanjian kebendaan yang

didahului suatu “title “ yang merupakan perjanjian obligatoir “.43

Salah satu definisi Cessie yang dikenal didalam ilmu hukum adalah

definisi yang dikemukakan oleh Vollmar. Definisi Cessie tersebut diterjemahkan

41
M. Yahya Harahap , Segi segi hukum perjanjian, cet II, ( Bandung : Alumni 1986 )
hal 113.
42
Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan, cet IV. Bandung Citra Aditya Bakti, 2006,
hal 74.
Yanti Fristikawati “ Laporan Penelitian Cessei ( Makalah disampaikan pada seminar
43

mempertajam konsep hukum cessei, Jakarta , 13 Januari 2010 ) hal.5.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

oleh Tan Thong Kie sebagai suatu istilah yang lazim dipakai untuk penyerahan

suatu piutang. 44

Selain Vollmer, ahli hukum lainya Schermer juga memberikan definisi

mengenai cessie. Pendapat Schemer mengenai cessie kemudian diterjemahkan

oleh Tan Thon Kie sebagai berikut :

“Cessie adalah penyerahan suatu piutang atas nama yang dilakukan oleh

kreditur yang masih hidup kepada orang lain, dengan penyerahan itu orang yang

disebut terakhir ini menjadi kreditur seorang debitur yang dibebani dengan

piutang tersebut”. 45

Sedangkan menurut Scholten, cessie dapat ditinjau dari dua segi yaitu ;

1. Sebagai lembaga perikatan.

Yaitu sebagai lembaga penggantian kualitas kreditur

2. Sebagai bagian dari hukum bendaYaitu sebagai cara untuk

peralihan hak milik.46

Pandangan mengenai apa yang dimakaksud dengan Cessie juga

dikemukakan oleh C.Asser. Meskipun Asser tidak secara tegas memberikan

definisi mengenai cessie, namun dari pendapat yang dikemukakanya dapat

disimpulkan bahwa cessie adalah pengambil alihan piutang. Pengambilalihan

piutang tersebut tidaklah menghilangkan identitas dari utang itu dan pada

44
Tan Thong Kie, Studi Notaris dan Serba Serbi Praktek Notaris, Cet I, Jakarta : Ichtiar
Baru Van Hoeve, 2007 , hal 688
45
Ibid
46
J. Satrio, Cessei, Subrogatie, Novatie, Kompensatie & Percampuran Hutang, op.cit,hal
24.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

umumnya tidak berpengaruh terhadap hubungan antara si berutang dengan si

berpiutang. 47

Berdasarkan pandangan pandangan yang dikemukakan para ahli hukum ,

jelas bahwa cessie merupakan suatu cara untuk mengalihkan dan/ atau

menyerahkan ha katas suatu piutang atas nama.

Di Indonesia, pengaturan mengenai perbuatan pengalihan piutang atas

nama diatur dalam pasal 613 KUHPerdata. Namun demikian, definisi mengenai

cessie tidaklah disebutkan dan/atau dijabarkan dengan lugas dan jelas di dalam

peraturan perundang undangan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 613 ayat 1

KUHPerdata yang berbunyi sebagai berikit :

“ Penyerahan akan piutang piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh

lainnya, dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta otentik atau dibawah

tangan, dengan mana hak hak katas kebendaan itu dilimpahkan kepada orang

lain”.48

Dengan tegas , pasal 613 KUHPerdata menyebutkan bahwa piutang yang

diatur di dalam pasal 613 KUHPerdata adalah piutang atau tagihan atas nama.

Dalam tagihan atas nama, debitur mengetahui dengan pasti siapa krediturnya.

Salah satu ciri yang dimiliki oleh suatu tagihan atas nama adalah bahwa tagihan

atas nama adalah tidak memiliki wujud . Jika dibuat suatu surat hutang, maka

surat hutang hanya berlaku sebagai alat bukti saja. Hal ini dikarenakan adanya

suatu hutang dalam bentuk apapun bukan merupakan suatu yang penting dari

suatu tagihan atas nama. Dengan demikian , jika tagihan atas nama dituangkan
47
C.Asser’s, Pengajian Hukum Perdata Belanda ( Handleiding Tot de Beofening van het
Nederlands Bergelijk Recht, ditrejemahkan oleh Sulaiman Binol. Jakarta, 1991,hal.579-580.
48
Kitab Undang Undang Hukum Perdata ( Burgelijk Wetboek )

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

dalam bentuk surat hutang, maka penyerahan secara fisik surat hutang itu belum

mengalihkan hak tagih yang dibuktikan dengan surat yang bersangkutan. Untuk

mengalihkan tagihan atas nama , dibutuhkan akta penyerahan tagihan atas nama

yang dalam doktrin dan yurisprudensi disebut akta cessie. pada cessie , hak milik

beralih dan dengan dibuatnya akta cessie , levering telah selesai .49

Piutang yang dimaksud di dalam Pasal 613 KUHPerdata adalah hak tagih

yang timbul dari adanya hubungan hukum pinjam meminjam uang antara pihak

yang meminjam kan ( siberpiutang )dengan pihak yang meminjam ( si berhutang)

atau dari suatu kegiatan penyaluran fasilitas kredit antara Bank atau lembaga

keuangan non bank selaku kreditur dengan debiturnya. Piutang atau hak tagih

yang timbul dari hubungan hukum pinjam meminjam uang atau dari kegiatan

penyaluran kredit bank tersebut dapat dialihkan kepada pihak ketiga, dengan cara

cessie. Meskipun ketentuan pasal 613 KUHPerdata berlaku juga bagi pengalihan

kebendaan tidak bertubuh lainya , akan tetapi sebagaimana telah dikemukan di

dalam latar belakang penulis hanya memfokuskan pada pengalihan piutang atau

tagihan atas nama saja.

Apabila memperhatikan ketentuan pasal 613 KUHPerdata, Pengaturan di

dalam pasal 613 KUHPerdata adalah mengenai penyerahan piutang atas nama dan

kebendaaan tidak bertubuh lainya. Sehubungan dengan kata “ piutang “ di dalam

pasal 613 KUHPerdata, hal ini menunjukkan bahwa yang dapat dialihkan adalah

suatu piutang dan bukanlah suatu hutang. Sehubungan dengan itu, maka hanya

kreditur yang dapat melakukan pengalihan atas piutangnya sedangkan debitur

49
J.Satrio, Cessei, Subrogatie, Novatie, Kompensatie & Percampuran Hutang, hal 47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

tidak berhak untuk melakukan pengalihan atas hutangnya. Ketentuan yang diatur

dalam pasal 613 KUHPerdata hanya dapat dilakukan untuk melakukan

penggantian debitur.50

Ketentuan psal 613 KUHPerdata mengatur mengenai cara penyerahan

( levering ) suatu piutang atas nama. Cara untuk melakukan penyerahan piutang

atas nama cessie. Piutang yang dapat diserahkan atau dialihkan dengan cara cessie

hanyalah piutang atas nama kreditur. Dengan adanya penyerahan piutang secara

cessie maka pihak ketiga menjadi kreditur yang baru yang menggantikan kreditur

yang lama yang diikuti pula dengan beralihnya seluruh hak dan kewajiban

kreditur lama terhadap debitur kepada pihak ketiga selaku kreditur baru. Hal ini

dikarenakan pengalihan piutang secara cessie tidak mengakibatkan berakhirnya

perikatan yang telah ada yang dibuat antara kreditur dengan debitur. Hubungan

hukum antara debitur dengan kreditur berdasarkan perjanjian kredit yang telah ada

sebelumnya tidaklah putus sehingga tidak terjadi hubungan hukum yang baru

yang menggantikan hubungan hukum yang lama. Perikatan yang lama tetap ada

dan berlaku serta mengikat debitur maupun kreditur yang menerima pengalihan

piutang yang dimaksud. Dengan demikian yang terjadi adalah pengalihan seluruh

hak dan kewajiban kreditur berdasarkan perjnjian kredit yang ada kepada pihak

ketiga yang selanjutnya menjadi krediur baru.

Pasal 613 KUHPerdata menyebutkan bahwa “ Penyerahan akan piutang-

piutang atas nama dan kebendaan tidak bertubuh lainya, dilakukan dengan jalan

membuat sebuah akta otentik atau dibawah tangan, dengan mana hak-hak atas

50
Ibid .hal.47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain. Penyerahan yng demikian bagi

siberhutang ( debitur ) tidak ada akibatnya, melainkan setelah penyerahan itu

diberi tahukan kepadanya atau secara tertulis disetujui dan diakuinya.

Cessie adalah cara pengalihan dan atau penyerahan piutang atas nama

sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 613 Kitab Undang –undang hukum

perdata ( KUHPerdata ). 51 Penyerahan tiap-tiap piutang karena surat bawa tangan

dilakukan dengan penyerahan surat , penyerahan tiap tiap piutang karena surat

ditunjuk dilakukan dengan penyerahan surat disetai dengan endosment. Unsur-

unsur yang dapat disimpulkan berdasarkan pasal 613 KUHPerdata tersebut dalam

suatu tindakan cessie, yakni :

1. Dibuatkan akte otentik atau akte dibawah tangan

2. Hak-hak yang melakat pada piutang atas nama dialihkkan /

berpindah kepada pihak penerima pengalihan.

3. Cessie hanya berakibat hukum kepada debitur jika telah

diberitahukan kepadanya atau secara tertulis disetujui dan diakuinya

Adapun yang dimaksud dalam kebendaan tak bertubuh terdapat dalam

pasal 511 KUHPerdata yang berbunyi :

1. Hak pakai hasil dan hak pakai atas kebendaan bergerak


2. Hak atas bunga bunga yang diperjanjikan, baik bunga yang
diabadikan, maupun bunga cagak hidup
3. Perikatan perikatan dan tuntutan tuntutan mengenai jumlah-jumlah
uang yang dapat ditagih atau mengenai benda benda bergerak.
4. Sero sero atau andil- andil dalam persekutuan dagang atau
persekutuan perusahaan , sekalipun benda benda persekutuan yang
bersangkutan dan perusahaan itu adalah kebendaan bergerak , akan
tetapi hanya terhadap para pesertanya selama persekutuan berjalan.

51
Soeharnoko dan Endah Hartati, Doktrin Subrogasi, Novasi dan Cessei, Jakarta,
Kencana, 2008, hal.101.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

5. Andil dalam perutangan atas beban Negara Indonesia, baik andil


andil karena pendaftaran dalam buku besar, maupun sertifikat-
sertifikat, surat surat pengakuan hutang, obligasi atau surat-surat
lain yang berharga , beserta kupon kupon atau surat tanda bunga,
yang termaksuk didalamnya.
6. Sero-sero atau kupon obligasi dalam peutangan yang dilakukan
Negara asing. 52

Dari uraian uraian diatas, tampak bahwa cessie merupakan suatu cara

untuk mengalihkan piutang atas nama tanpa mengakibatkan perjanjian kredit /

perjanjian pinjam meminjam uang yang mengakibatkan timbulnya piutang

tersebut menjadi hapus.

Cessie merupakan suatu cara pengalihan / atau penyerahan hak milik

dimana yang menjadi objek pengalihan yang dimaksud disini adalah piutang atas

nama. Pengalihan piutang atas nama secara cessie dapat terjadi sebagai accesoir

dari suatu perjanjian pokok. Bila mana ada suatu peristiwa hukum yang

mendahuluinya dan dapat pula terjadi tanpa adanya suatu peristiwa hukum lebih

dahulu sehingga cessie tersebut bersifat abligator atas dirinya sendiri karena

merupakan peristiwa hukum itu sendiri. Mengenai perlu atau tidaknya adanya

peristiwa hukum terlebih dahulu untuk dapat melakukan pengalihan atas suatu

piutang atas nama atau kebendaan tidak bertubuh lainya tidak diatur didalam

pasall 613 KUHPerdata . Maka tanpa adanya peristiwa hukum yang

mendahuluinya akta cessie tetap dapat dibuat dan pengalihan piutang secara cessie

tetap dapat dilakukan oleh kreditur kepada pihak ketiga yang akan menjadi

kreditur yang baru.

52
Kitab Undang Undang Hukum Perdata ( Burgelijk Wetboek ), diterjemahkan oleh
R.Surbekti dan R.Tjitrosudibio,cet.29, ( Jakarta: Pradya Pramita,1999 )

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

Cessie dapat terjadi sebagai accesoir dari suatu peristiwa hukum seperti

peristiwa jual beli piutang yang dilakukan antara Bank atau lembaga keuangan

lainya seperti Koperasi ( Selaku Kreditur ) dengan pihak ketiga yang kemudian

menjadi kreditur baru. Jual beli piutang yang dimaksud dalam hal ini , jual beli

piutang dimana yang menjadi objeknya adalah piutang atas nama kreditur. Dalam

hal ini perjanjian jual beli piutang dilakukan oleh Bank selaku Kreditur dengan

pihak ketiga selaku pembeli yang kemudian menjadi kreditur yang baru tersebut

dengan perjanjian jual beli piutang yang terpisah dari perjanjian cessie. Di dalam

prakteknya, perjanjian jual beli piutang memang dimungkinkan untuk dibuat

terpisah dari perjanjian cessie. Alasanya karena harga penjualan piutang atas

nama yang disepakati oleh kreditur selaku penjual dengan pihak ketiga selaku

pembeli hendak dirahasiakan dari debitur karena dianggap debitur tidak perlu

mengetahui mengenai hal tersebut. Oleh sebab itu, yang dicantumkan di dalam

perjanjian cessie hanya besarnya piutang atau tagihan yang dapat dituntut

pembayaranya oleh penerima cessie selaku kreditur baru dari debitur. Jumlah

hutang mana yang wajib dibayarkan oleh debitur kepada kreditur sebagaimana

yang disepakati di didalam perjanjian kredit . Apabila perjanjian cessie dibuat

sebagai penyerahan ( levering ) sehubungan dengan perjanjian jual beli piutang,

maka perjanjian cessie merupakan perjanjian accesoir dari perjanjian jual beli

piutang tersebut. Dalam jual beli piutang, penjual dapat menjual piutangnya

dengan harga dibawah nilai piutangnya. Hal ini mengigat ada resiko yang harus

ditanggung oleh pembeli piutang atau kreditur baru jika ternyata pihak pembeli

piutang juga ingin memperoleh keuntungan dari transaksi jual beli piutang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

tersebut. Nilai piutang/hak tagih yang dialihkan kepada kreditur baru harus sesuai

dengan hak tagih yang dimiliki oleh kreditur lama. Sehingga nilai piutang tersebut

menjadi dasar bagi kreditur baru untuk menuntut pembayaran dari debitur.

Di Indonesia, pengaturan mengenai perrbuatan pengalihan piutang atas

nama diatur dalam Pasal 613 KUHPerdata.53 Namun demikian, definisi mengenai

cessei tidaklah disebutkan dan/atau dijabarkan dengan lugas dan jelas didalam

peraturan perundang-undangan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 613 ayat

( 1) KUHPerdata yang berbunyi sebagai berikut :”

Penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh


lainya, dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta otentik atau dibawah tangan,
dengan mana hak-hak atas kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain.”54

Sebagai bagian dari cara penyerahan cessie selain tunduk terhadap hukum

perjanjian juga tunduk terhadap hukum benda, khususnya yang mengatur tentang

penyerahan piutang atas nama. Dalam hukum benda pengertian benda (Zaak)

mencakup benda berwujud yang biasa dikenal dengan barang (Goed) dan benda

tidak berwujud atau biasa disebut dengan hak (Recht). Hukum benda diatur di

dalam buku kedua KUH Perdata. Hukum benda dan hukum perikatan bersama

sama merupakan hukum harta kekayaan ( veremogensrecht ). Karakternya pada

satu sisi bersifat pribadi ( Persoonlijkrehct right in personan, right in rem ). 55

Didalam hukum harta kekayaan ( veremogensrecht )terdapat dua sifat

penting, yaitu hak perorangan ( persoonlijke rechten ) dan hak kebendaan (

53
Ibid
54
Kitab Undang Undang Hukum Perdata ( Burgelijk Wetboek ), Loc.cit
55
Badrulzaman, Mariam Darus,Sistem Hukum Benda Nasional,Bandung: PT.Alumni
2015, Hal 10.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

zakelijke rechten ) Hak kebendaan diatur dalam Buku II KUHPerdata dan hukum

perorangan diatur dakam Buku III KUHPerdata.

Baik benda berwujud maupun yang tidak berwujud dalam terminologi

hukum dibedakan lagi antara benda bergerak dan benda tidak bergerak.

Pembedaan tersebut, khususnya pembedaan antara benda bergerak dan benda

tidak bergerak memiliki beberapa

beberapa arti penting menurut hukum. Arti penting pembedaan benda tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Dalam hal bezit atau kedudukan berkuasa tidak berlaku terhadap benda

tidak bergerak, sehingga barang siapa yang menguasai benda tidak

bergerak tidak dapat dianggap sebagai pemilik sebelum terbukti

berdasarkan bukti kepemilikan yang sah. Hal ini berbeda dengan benda

bergerak di mana siapapun yang mengusai benda bergerak harus dianggap

sebagai pemilik tanpa harus membuktikan adanya bukti kepemilikan yang

sah. Jika ada orang yang mengaku memiliki benda bergerak yang

diakuasai orang lain maka orang yang mengklaim bahwa dirinya berhak

maka ialah yang harus membuktikan.

b. Dalam hal pembebanan atau jaminan juga dibedakan terhadap jaminan

yang menggunakan objek benda bergerak dengan jaminan yang

menggunakan objek benda tetap. Untuk benda bergerak seperti mobil

maka siapa yang ingin menjaminkan benda tersebut dapat menggunakan

jaminan Gadai atau Fidusia, sedangkan siapa yang ingin menjaminkan

benda tetap seperti tanah dan bangunan, maka menggunakan jaminan Hak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Tanggungan, Sedangkan khusus untuk pesawat terbang atau kapal dengan

bobot 20 M kubik keatas menggunakan hipotik.

c. Cara penyerahan antara benda bergerak dan tidak bergerak juga berbeda.

Untuk benda bergerak umumnya cukup dilakukan penyerahan secara fisik

maka secara yuridis hak miliknya pun sudah beralih, sedangkan untuk

benda tidak bergerak tidak cukup hanya dilakukan penyerahan secara fisik

tetapi harus dilakukan penyerahan secara yuridis, yang umumnya

dilakukan dengan cara pendaftaran atau balik nama. Piutang termasuk

kategori benda bergerak tidak berwujud atau benda bergerak karena

ketentuan undang undang. Kategori tersebut mengingat secara fisik kita

tidak dapat membedakannya apakah piutang termasuk benda bergerak atau

tidak, hal ini mengingat benda tersebut termasuk benda tidak berwujud.

Dengan demikian kita mengetahui bahwa piutang termasuk kedalam benda

bergerak karena undang-undanglah yang mengategorikan piutang sebagai benda

bergerak (Pasal 511 KUHPerdata). Berkaitan dengan perjanjian cessie sebagai

bentuk penyerahan piutang maka yang diserahkan adalah piutang atas nama.

Piutang atas nama adalah hak menagih dari kreditur terhadap debitur tertentu,

berdasarkan suatu perikatan.56

Pada prinsipnya Piutang atas nama menunjukkan siapa krediturnya,

meskipun pada asasnya tidak harus dituangkan dalam bentuk tertulis atau surat

yang menyebutkan nama krediturnya.57

56
Badrulzaman, Mariam Darus. Bab-bab Tentang Crediet Verband, Gadai dan Fidusia.
Bandung: Alumni.1987, hal.66
57
Satrio, J. Cessie, Subrogasi, Novatie, Kompensatie & Percampuran Hutang. Cet.2.
Bandung: Alumni,1999 .hal.4.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Walaupun tidak disebutkan nama krediturnya, para pihak tahu identitas

masing-masing, sehingga tagihan tersebut hanya dapat ditagih terhadap mereka

yang mengikatkan diri berdasarkan perikatan yang dibuat. Termasuk ke dalam

kategori piutang atas nama adalah adalah saham atas nama, sertifikat deposito,

tagihan antar bank, promissory notes dan lain-lain. Selain piutang atas nama kita

mengenal juga piutang atas bawa dan piutang atas tunjuk. Piutang atas bawa

adalah piutang yang memungkinkan pembayarannya kepada siapa saja yang

memegang dan dapat menunjukkan surat piutang sebagai bukti adanya tagihan,

sedangkan piutang atas tunjuk adalah piutang yang pembayarannya dilakukan

terhadap siapa orang yang ditunjuk. Penunjukan tersebut dilakukan dengan

membuat catatan punggung yang biasa dikenal dengan endossement. Termasuk

contoh piutang atas bawa adalah cek, sedangkan yang termasuk piutang atas

tunjuk adalah wesel. Dengan demikian piutang atas bawa maupun atas tunjuk

harus berbentuk surat atau tertulis. Hal ini mengingat pembayarannya dilakukan

terhadap pihak yang membawa surat utang tersebut atau pihak yang ditunjuk.

Dari uraian-uraian di atas, tampak bahwa cessie merupakan suatu cara

untuk mengalihan piutang atas nama tanpa mengakibatkan perjanjian kredit/

pinjam meminjam uang yang mengakibatkan timbulnya piutang tersebut menjadi

hapus. Cessie merupakan suatu cara pengalihan dan/atau penyerahan hak milik

dimana yang menjadi objek pengalihan yang dimaksud di sini adalah piutang atas

nama. Pengalihan piutang atas nama secara cessie dapat terjadi

sebagai accessoir dari suatu perjanjian pokok bilamana ada suatu peristiwa hukum

yang mendahuluinya dan dapat pula terjadi tanpa adanya suatu peristiwa hukum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

terlebih dahulu sehingga cessie tersebut bersifat obligatoir atas dirinya sendiri

karena ia merupakan peristiwa hukum itu sendiri. Perjanjian Obligatoir adalah

perjanjian yang menimbulkan perikatan, artinya sejak terjadinya perjanjian

timbulah hak dan kewajiban pihak pihak. Pembeli berhak menuntut penyerahan

barang, penjual berhak atas pembayaran harga. Oleh karena hal mengenai perlu

atau tidaknya adanya peristiwa hukum terlebih dahulu untuk dapat melakukan

pengalihan atas suatu piutang atas nama atau kebendaan tidak bertubuh lainnya

tidak diatur di dalam Pasal 613 KUHPerdata tersebut maka tanpa adanya

peristiwa hukum yang mendahuluinya, akta cessie tetap dapat dibuat dan

pengalihan piutang secara cessie tetap dapat dilakukan oleh kreditur kepada pihak

ketiga yang akan menjadi kreditur yang baru.

2. Perjanjian Pinjaman

a. Pengertian Perjanjian

Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang

lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.58

Menurut ketentuan Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebiih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Pengertian perjanjian ini

mengandung unsur: 59

a. Perbuatan Penggunaan kata “Perbuatan” pada perumusan tentang

Perjanjian ini lebih tepat jika diganti dengan kata perbuatan hukum atau tindakan

58
Subekti, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta, 1982, h.123
59
Abdul R. Saliman dkk, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan (Teori dan Contoh Kasus),
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007, hal. 50.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

hukum, karena perbuatan tersebut membawa akibat hukum bagi para pihak yang

memperjanjikan;

b. Satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih Untuk adanya

suatu perjanjian, paling sedikit harus ada dua pihak yang saling berhadap-

hadapan dan saling memberikan pernyataan yang cocok/pas satu sama lain. Pihak

tersebut adalah orang atau badan hukum.

c. Mengikatkan dirinya Di dalam perjanjian terdapat unsur janji yang

diberikan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain. Dalam perjanjian ini

orang terikat kepada akibat hukum yang muncul karena kehendaknya sendiri.

Menurut Prof. Subekti, suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana

seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji

untuk melaksanakan sesuatu hal.60

Perjanjian atau persetujuan sering disebut juga dengan kontrak. Hubungan

antara perikatan dengan perjanjian adalah bahwa perjanjian menerbitkan

perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan disamping sumber sumber lainnya.

Suatu perjanjian juga dinamakan npersetujuan , karena kedua belah pihak setuju

untuk melakukan sesuatu, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dua perkataan

yaitu perjanjian dan persetujuan itu adalah sama.61

Dari peristiwa ini timbullah suatu hubungan hukum antara dua orang

tersebut yang di namakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan

antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu

60
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1984, hal. 1.
61
Rudy Haposan Siahaan, Hukum Perikatan Indonesia, Inteligensia Media,Malang,
2017,hal 42.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang

diucapkan atau ditulis.

1.Syarat sahnya Perjanjian

Untuk membuat suatu perjanjian harus memenuhi syarat-syarat supaya

perjanjian di akui dan mengikat para pihak yang membuatnya. Pasal 1320 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata menentukan syarat-syarat untuk sahnya suatu

perjanjian yaitu:62

a. Syarat Subjektif, syarat ini apabila dilanggar maka perjanjian dapat di

batalkan,meliputi: 1) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian

2) Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya.

b. Syarat objektif, syarat ini apabila di langgar maka perjanjian akan batal demi

hukum, meliputi: 1) Suatu hal (objek) tertentu;

2) Sesuatu sebab yang halal (causa).

2. Asas-Asas Perjanjian

Menurut Sudikno Mertokusumo, asas hukum adalah: Suatu pikiran dasar

yang bersifat umum, yang melatar belakangi pembentukan hukum positif. Dengan

demikian, asas hukum tersebut pada umumnya tidak tertuang dalam peraturan

yang konkrit, akan tetapi hanyalah merupakan suatu hal yang menjiwai atau

melatarbelakangi pembentukkannya. Hal ini di sebabkan sifat dari asas tersebut

adalah abstrak dan konkrit.63

a. Asas Kebebasan Berkontrak Asas kebebesan berkontrak adalah suatu asas yang

menentukan bahwa setiap orang adalah bebas atau leluasa untuk memperjanjikan
62
Abdul R. Saliman dkk, Loc. Cit.
63
A.Qiram Syamsuddin Meliala, pokok-pokok hukum perjanjian beserta
perkembanganya, Liberty, Yogyakarta, 1985,hal.2o.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

apa saja dan kepada siapa saja. Asas ini dapat disimpulkan dari kata “bebas” yang

mengandung makna:

1) Semua orang bebas mengadakan atau tidak mengadakan suatu

perjanjian.

2) Setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian dengan siapapun

yang dikehendakinya.

3) Setiap orang bebas untuk menentukan bentuk perjanjian yang

dibuatnya.

4) Setiap orang bebas menentukan isi dan syarat-syarat perjanjian yang

dibuatnya.

5) Setiap orang bebas menentukan ketentuan-ketentuan hukum yang

berlaku bagi perjanjian yang dibuatnya. Meskipun Pasal 1338 ayat (1) tersebut

menetukan adanya kebebasan bagi setiap orang untuk mengadakan perjanjian,

namun. kebebasan tersebut tidaklah bersifat mutlak. Maksud bebas tidak berarti

sebebas-bebas nya, tetapi ada batasannya, yaitu asalkan tidak di larang oleh

undang-undang serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.

Hal ini tercantum dalam Pasal 1339 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata yang menyatakan” bahwa perjanjian-perjanjian tidak hanya mengikat

untuk hal-hal yang tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu

yang menurut sifatnya perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan dan

undang-undang”.64

64
Ibid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

b. Asas Konsensualitas Dalam membuat perjanjian disyaratkan adanya

consensus, yaitu para pihak sepakat atau setuju mengenai suatu soal yang

diperjanjikan. Dengan adanya asas konsensualitas mengandung arti bahwa

perjanjian itu terjadi sejak saat tercapainya kata sepakat antara pihak-pihak

mengenai pokok perjanjian. Sepakat adalah persesuaian faham dan kehendak

antara para pihak yang membuat perjanjian. Apa yang dikehendaki pihak yang

satu adalah juga dikehendaki pihak lainnya. Sejak saat itu perjanjian mengikat dan

mempunyai akibat hukum. Asas konsensualitas diatur dalam Pasal 1320 Kitab

UndangUndang Hukum Perdata. Dalam Pasal tersebut tidak ditentukan adanya

formalitas tertentu selain kata sepakat yang telah tercapai, maka setiap perjanjian

sudah sah dalam arti mengikat para pihak yang membuat perjanjian bila sudah

tercapai mengenai hal-hal pokok dari perjanjian tersebut.

c. Asas Pacta Sunt Servanda/Kekuatan Mengikatnya Perjanjian Asas pacta

sunt servanda disebut juga asas kepastian hukum. Dengan adanya kepastian

hukum para pihak yang telah memperjanjikan sesuatu akan memperoleh jaminan,

yaitu apa yang telah di perjanjikan itu akan dijamin pelaksanaannya. Asas

merupakan adanya kewajiban bagi pihak ketiga untuk menghormati perjanjian

yang telah dibuat oleh para pihak, artinya pihak ketiga tidak boleh mencampuri isi

perjanjian tersebut, dengan kata lain pihak ketiga tidak diperkenankan untuk

mengubah, menambah, mengurangi atau bahkan menghapus ketentuanketentuan

yang merupakan isi dari perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak yang

membuatnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

d. Asas Itikad Baik Perjanjian yang sudah disepakati para pihak yang

diwujudkan dengan penandatanganan perjanjian oleh para pihak harus

dilaksanakan dengan itikad baik. Hal ini dapat disimpulkan dari Pasal 1338 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata yang menegaskan bahwa semua perjanjian harus

dilaksanakan dengan itikad baik, artinya cara menjalankan atau melaksanakan

suatu perjanjian tidak boleh bertentangan dengan kepatutatn dan keadilan.

Perjanjian pinjam meminjam menurut pasal 1754 KUHPerdata yang


berbunyi :“ Perjanjian pinjam meminjam adalah perjanjian dengan mana pihak
yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-
barang yang menghabis karena pemakaian dengan syarat bahwa pihak yang
belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan
keadaan yang sama pula”.65

Para ahli berpendapat bahwa perjanjian kredit sangat mirip dengan

perjanjian pinjam meminjam. Pengertian perjanjian kredit tidak aada diatur secara

tegas dalam undang -undang . Baik itu undang-undang nomor 10 tahun 1998

tentang perubahan atas undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan

maupun dalam kitab undang undang hukum perdata.

Perjanjian kredit bank adalah perjanjian yang isinya telah disusun oleh

bank secara sepihak dalam bentuk baku mengenai kredit yang memuat hubungan

hukum antara bank dengan nasabah debitur.66

Perjanjian pinjaman baru dapat dikatakan sah dan mengikat serta

mempunyai kekuatan hukum, apabila telah memenuhi unsur sebagimana yang

telah ditegaskan dalam pasal 1320 KUHPerdata. Dalam perjanjian pinjaman uang

yang dilakukan oleh koperasi terdapat salah satu pihak yaitu koperasi sebagai

65
Kitab Undang Undang Hukum Perdata ( Burgelijk Wetboek ), diterjemahkan oleh
R.Surbekti dan R.Tjitrosudibio,cet.29, ( Jakarta: Pradya Pramita,1999 )
66
Tan Kamello, hukum jaminan fidusia : suatu kebutuhan yang didambakan ( Bandung :
PT Alumni, 2006) hlm 19-20.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

pemberi pinjaman dan pihak lain yaitu peminjam yang mennerima pinjaman. Pada

saat koperasi memberikan sejumlah pinjaman kepada peminjam maka saat itu

pula terjadinya suatu perjanjian pinjam meminjam uang atau suatu transaksi

antara koperasi dengan pihak peminjam. 67

Dalam pemberian pinjaman kepada peminjam ( anggota koperasi ),

koperasi menetapkan sejumlah bunga yang harus ditanggung oleh peminjam.

Bunga pinjaman tersebut telah ditetapkan secara tertulis oleh koperasi dalam suatu

surat perjanjian pinjam meminjam uang. Mengenai pinjaman uang dengan bunga

pasal 1765 KUHPerdata menyebutkan bahwa “ untuk peminjaman uang atau

barang yang habis dalam pemakaian, diperbolehkan membuat syarat bahwa atas

pinjaman itu akan dibayar bunga”.Selanjutnya pasal 1776 KUHPerdata

menegaskan bahwa : siapa yang telah menerima pinjaman dan membayar bunga

yang tidak diperjanjiakan tidak dapat menuntutnya kembali maupun

menguranginya dari jumlah pokok, kecuali apabila bunga yang dibayar itu

melebihi bunga menurut undang –undang, dalam hal mana uang yang telah

dibayarkan dikurangkan dari jumlah pokok. Sementara berdasarkan Peraturan

Pemerintah No 9 Tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan usaha pinjam oleh

koperasi , memberikan definisi sebagai “ kegiatan yang dilakukan untuk

menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha pinjam dari dan

untuk anggota koperasi yang bersangkutan . Sedangkan pengertian koperasi

pinjaman berdasarkan PSAK 27 Reformat 2007 adalah koperasi yang kegiatan

atau jasa utamanya menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman untuk

67
Abdul Kadir Muhammad, Segi segi hukum perikatan, Alumni Bandung, 1993, hlm 57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

anggotanya. Koperasi yang cukup berkembang di Indonesia adalah Koperasi

Simpan Pinjam. Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang modalnya

berdasarkan hasil dari simpanan pokok dan simpanan wajib anggota-anggota

koperasi. kemudian dana yang terkumpul dan tersimpan tersebut dijadikan modal

koperasi untuk dipinjamkan kepada para anggota koperasi dan juga dipinjamkan

kepada yang bukan anggota koperasi yang membutuhkan pinjaman modal dengan

bunga yang sedikit. Tujuan koperasi simpan pinjam antara lain membantu

keperluan kredit para anggota yang sangat membutuhkannya dengan syarat-syarat yang

ringan.68

B.Alasan Kreditur Melakukan Pengalihan Piutang

Penyaluran fasilitas kredit yang dirasa tidak efektif atau kebijakan bank

maupun non bank untuk melakukan restrukturisasi didalam kegiatan perkreditan

merupakan beberapa diantara alasan alasan yang dapat menjadi dasar

pertimbangan lembaga keuangan untuk mengalihkan piutangnya degan jalan

menjual piutang kreditnya itu kepada pihak ketiga. Namun selain alasan alasan

tersebut ada beberapa alasan yang dapat membuat lembaga keuangan melakukan

penjualan atau pengalihan atas piutanganya.

1. Alasan Bank Atau Lembaga Keuangan non Bank Melakukan Pengalihan

Piutang.

Pengalihan piutang secara cessie dapat terjadi di dunia perbankan ataupun

lembaga keuangan non bank. Ada beberapa alasan lain yang dapat membuat bank

68
Drs. Arifinal Chaniago dkk, Pendidikan Perkoperasian Indonesia, Bandung, Angkasa,
1973, h.4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

dan lembaga keuangan non bank melakukan penjualan atau pengalihan atas

piutangnya. Alasan alasan tersebut adalah :69

1.Bank atau lembaga keuangan non bank bermaksud untuk meningkatkan

Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio ( CAR ) adalah

rasio kecukupan modal yang sangat mempengaruhi kemampuan

Bank/lembaga keuangan non bank di dalam menyelenggarakan kegiatan

usaha di bidang perbankan. Berkenaan dengan itu Bank sangat

memperhatikan hal hal yang dapat mempengaruhuinya.

2.Bank hendak meningkatkan rasio profitabilitasnya (Return on Asset).

Salah satu ukuranya dari profitabilas suatu Bank besarnya rasio dari

keuntunganya dibandingkan dengan asset Bank tersebut, atau yang biasa

disebut Return On Asset ( RAO ).

3. Pemberian fasilitas kredit yang dilakukan oleh Bank telah melampaui

batas maksimum Pemberian Kredit (BMPK) bagi debitur yang

bersangkutan.

4. Bank mengalami kekurangan likuiditas akibat dari terlalu besarnya loan

portfolio (portepel kredit) Bank

5. Bank menilai, berdasarkan pertimbangan baiknya, bahwa loan

fortfolianya disektor industri tertentu atau disuatu wilayah tertentu

terlalu besar sehingga Bank bermaksud untuk menguranginya.

6. Bank atau lembaga keuangan non bank bermaksud untuk melakukan

restrukturisasi terhadap loan portofolionya.


69
Victor Apryantho, Analisis Pengalihan Piutang secara cessie
https://indonesianbankersclub.wordpress.com/2016/09/21/first-blog-post/, diakses pada tanggal 5
Juni 2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Kegiatan penyaluran kredit memang merupakan salah satu sumber

pendapat bank ataupun lembaga keuangan non bank yang terbesar. Akan tetapi,

kegiatan tersebut juga memiliki rasiko yang sangat besar pula. Oleh sebab itu,

kebijakan yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan bank atau non bank slalu

diperbaharui dengan tujuan untuk mencegah kerugian dari resiko yang

ditimbulkan. Baik lembaga keuangan bank maupun non bank sering melakukan

restrukturisasi terhadap loan portofolionya . Salah satu cara restrukturisasi adalah

dengan cara melakukan pengalihan piutang yang timbul dari suatu perjanjian

kredit kepada pihak ketiga.70 Saat lembaga keuangan terlalu banyak menyalurkan

kredit ( pinjaman ) dan lembaga keuangan bermaksud untuk menguranginya

dengan tujuan mengembalikan modal maka lembaga keuangan bank maupuan non

bank melakukan penjualan piutang kepada pihak ketiga.

C.Perjanjian Cessie

Cessie adalah suatu cara untuk melakukan pengalihan piutang atas nama

dari kreditur lama kepada kreditur baru. Dalam hal terjadinya Cessie, muncul

kehadiran pihak ketiga sebagai kreditur baru. Kehadiran pihak ketiga untuk

mengambil alih hak dan kewajiban kreditur lama yang timbul berdasarkan

perjanjian kredit yang dibuat oleh kreditur lama dengan debitur. Pengambil alihan

piutang juga disertai pengambil alihan hak dan kewajiban yang dilakukan dengan

cara kreditur baru membeli piutang tersebut kepada kreditur lama. Namun

perikatakan yang lama tetap ada namun dialihkan kepada kreditur baru. Dengan

dilakukanya pengalihan piutang , segala ketentuan dan hubungan hukum yang

70
Ibid.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

diatur didalam perjanjian kredit beralih dan mengikat kepada kreditur baru.

Hubungan hukum antara kreditur dengan debitur tetap ada dan berlaku

sebagaimana yang diatur dalam perjanjian kredit. Hanya saja , person kreditur

yang dimaksudkan didalam perjanjian kredit bukan lagi kreditur lama melainkan

kreditur baru yang mengambil alih piutang kreditur lama terhadap debiturnya,

berikut dengan seluruh hak dan kewajiban kreditur lama berdasarkan perjanjian

kredit.71

Saat berlakukanya efektif suatu pengalihan piutang, kreditur lama tidak

lagi berhak untuk menerima pembayaran / pelunasan hutang debitur kepadanya.

Setiap pembayaran atau pelunasan menjadi hak kreditur baru. Demikian juga

dengan hak debitur baru atas jaminan kebendaan yang telah diberikan oleh debitur

kepada kreditur berdasarkan perjanjian kredit/pinjaman . Agar kepentingan dan

hak hak Kreditur baru terlindungi, kreditur baru yang bersangkutan wajib

memberitahukan hal mengenai pengalihan piutang tersebut kepada debitur.

Pemberitahuan yang dimaksud disini adalah pemberitahuan resmi. Pemberitahuan

resmi ini bertujuan untuk memperingatkan kepada debitur bahwa kreditur telah

menyerahkan piutangnya kepada pihak ketiga sehingga sejak saat itu setiap

pembayaran yang dilakukan oleh debitur yang berkenaan dengan hutangnya

kepada kreditur wajib dibayarkanya kepada pihak ketiga yang bersangkutan

selaku kreditur baru. 72

Pengalihan piutang secara cessie memiliki keterkaitan dengan perjanjian

kredit yang mengakibatkan timbulnya piutang yang dialihkan itu. Perjanjian

71
J.Satrio, Cessei,Subrogatie, Novatie, Kompensatie & Pencampuran Hutang, Hal 7
72
Ibid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Kredit merupakan perjanjian tak bernama. Cessie berkaitan dengan hak kreditur

baru untuk memperoleh pembayaran atas piutang kreditur lama dari jumlah

jumlah uang yang terhutang dan wajib dibayarkan oleh debitur berdasarkan

perjanjian kredit harus ditujukan dan/atau diserahkan kepada kreditur. Akan tetapi

dengan dialihkanya piutang tersebut oleh kreditur yang bersangkutan kepada

pihak pihak ketiga, maka hak untuk menerima pembayaran dan hak hak lainya

berikut juga kewajiban yang dimiliki oleh kreditur berdasarkan perjanjian kredit

dimaksud beralih kepada pihak ketiga yang menjadi kreditur baru. Meskipun

tampaknya perjanjian kredit memiliki keterkaitan dengan perjanjian pengalihan

piutang secara cessie (perjanjian cessie ), namun perjanjian kredit yang

mengakibatkan timbulnya piutang yang dialihkan itu tidak mempengaruhi

perjanjian cessie.73

Walaupun piutang yang dialihkan secara cessei bukan merupakan accesoir

dari hubungan pinjam meminjam uang dalam perjanjian kredit yang bersangkutan.

Sepanjang pengalihan piutang secara cessie dilaksanakan sesuai dengan pasal 613

KUHPerdata dan perjanjian cessie dibuat dengan memenuhi ketentuan syarat

sahnya perjanjian sebagaimana dimaksud didlaam KUHPerdata , maka perjanjian

cessie adalah sah. Di dalam perjanjian cessie yang diatur adalah mengenai

pengalihan piutang atas nama, maka piutang atas nama tersebut merupakan objek

perjanjian cessie. Sebagai objek dalam perjanjian cessie, yang diserahkan oleh

kreditur selaku pemilik piutag kepada pihak ketiga selaku pembeli piutang adalah

berupa piutang yang dimaksud . Piutang yang dialihkan didalam perjanjian cessie

73
J.Satrio, Loc.cit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

ini memberikan hak tagih kepada penerima cessie atas setiap dan sluruh jumlah

uang yang wajib dibayar oleh debitur/peminjam kepada kreditur berdasarkan

perjanjian kredit/pinjaman. Dengan dibuatnya perjanjian cessie , maka kreditur

lama selaku pemilik piutang telah melakukan kewajibanya menyerahkan piutang

sebagaimana yang dimaksud didalam perjanjian cessie. Perjanjian cessie yang

dibuat secara sah sesuai dengan ketentuan Pasal 613 KUHPerdata dan memenuhi

pula syarat sahnya perjanjian sesuai dengan KUHPerdata , tetaplah sah dan

mengikat bagi para pihak yang membuatnya. Jika setelah perjanjian cessie dibuat,

debitur dinyatakan pailit atau kondisi finansial debitur mengalami penurunan

sehinna kreditur baru ( Pihak ketiga ) tidak dapat melakukan penagihan kepada

debitur atas piutang yang dialihkan oleh kreditur lama kepadanya, maka kreditur

lama yang melakukan pengalihan piutang yang dimaksud tidak dapat dimintakan

pertanggung jawabannya atas hal itu, kecuali jika didalam perjanjian cessie

dikatakan sebaliknya. 74 Sepanjang perjanjian cessie dibuat dengan memenuhi

ketentuan Pasal 613 KUHPerdata dan memenuhi ketentuan Pasal 1320

KUHPerdata , perjanjian cessie tetap sah, hanya saja kreditur baru selaku pihak

yang menerima pengalihan tidak dapat menerima haknya atas piutang yang

dimaksud sebagaiamnaa yang ditetapkan didalaam perjanjian cessie.

Jadi perjanjian cessei bukan merupakan accesoir dari perjanjian kredit.

Perjanjian accesoir adalah perjanjian yang timbul karena adanya perjanjian

pokok. Keberadaan perjanjian accesoir ditentukan oleh perjanjian pokoknya.

Keabsahan perjanjian pokok tersebut mempengaruhi keabsahan perjanjian

74
Kitab Undang Undang Hukum Perdata ( Burgelijk Wetboek ), diterjemahkan oleh
R.Surbekti dan R.Tjitrosudibio,cet.29, ( Jakarta: Pradya Pramita,1999 )

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

accesoirnya . dengan demikian, terdapat keterkaitan dan ketergantungan yang

sangat erat antara perjanjian accesoir dengan perjanjian pokoknya.

Perjanjian cessie dapat bersifat accesoir dan dapat pula tidak bersifat

accesoir. Apabila pengalihan piutang secara cessie dilakukan sehubungan telah

terjadinya peristiwa hukum yang mendahuluinya maka perjanjian cessie akan

bersifat accesoir. Peristiwa hukum yang dimaksud itu salah satunya dapat berupa

jual beli piutang diantara kreditur dengan pihak ketiga. Dalam hal ini smua

peristiwa jual beli piutang atas nama terjadi mendahului perjanjian cessie dan

perjanjian cessie itu dibuat sebagai suatu levering sehubungan dengan transaksi

jual beli tersebut maka perjanjian cessie itu bersifat accesoir dengan perjanjian

jual beli piutang sebagai perjanjian pokoknya. Hal tersebut dikarenakan suatu

transaksi jual beli belum mengakibatkan beralihnya hak milik . oleh sebab itu

dalam hal objek transaksi jual beli adalah berupa piutang atas nama , maka

pengalihan hak milik ini dilakukan dengan cara cessie. Akan tetapi, perjanjian

cessie baru dapat bersifat accesoir dari perjanjian jual beli piutang bilamana

perjanjian cessie dibuat terpisah dari perjanjian jual beli atas nama dimana

perjanjian jual beli piutang itu sebagai perjanjian pokoknya. Namun , jika hal

mengenai kesepakatan jual beli piutang atas nama dan penyerahan piutang atas

nama tersebut dicantumkan dan/atau diatur didalam suatu perjanjian yang sama

yaitu didalam perjanjian cessie maka cessie tidak bersifat accesoir.

Pengalihan suatu piutang atas nama yang dikenal dengan cessie, yaitu

pengalihan dengan cara untuk menyerahkan hak milik atas suatu benda kepada

pihak lain. Berkenaan dengan penyerahan/levering, pengalihan piutang atas nama

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

bertujuan untuk menyerahkan dan/atau memindahkan hak milik atas suatu piutang

kepada pihak ketiga. Jika dilihat dari sudut pandang pihak yang menerima

pengalihan, pengalihan piutang atas nama merupakan cara untuk memperoleh hak

milik atas tagihan/piutang yang dialihkan. Ketentuan Pasal 584 KUHPerdata

menyatakan bahwa : “Hak milik atas suatu kebendaaan tak dapat diperoleh

dengan cara lain, melainkan dengan pemilikan , karena pelekatan, karena

daluarsa, karena pewarisan , baik menurut undang undang, maupun menurut surat

wasiat, dan karena penunjukan dan penyerahan berdasrkan atas suatu peristiwa

perdata untuk memindahkan hak milik, dilakukan oleh seorang yang berhak

berbuat bebas terhadap kebendaan tersebut.

Oleh sebab itu sahnya suatu penyerahan /levering, harus diperhatikan hal

hal sebagai berikut :75

1. Adanya ( atau berdasarkan ) suatu rechtstitel/peristiwa perdata;

2. Dilakukan oleh orang yang mempunyai kewenangan beschikking

( mengambil tindakan pemilikan ).

Cessie dapat merupakan peristiwa hukum/rechtstitel itu sendiri dan dapat

pula merupakan suatu accesoir dari peristiwa hukum yang mendahuluinya. Cessie

merupakan peristiwa hukum jika kreditur melakukan pengalihan piutang atas

namanya kepada pihak ketiga semata mata didasari oleh kehendaknya sendiri atau

karena cessie dilakukan tanpa adanya perjanjian pokok yang mendahuluinya.

Dalam akta cessei selain hal mengenai penyerahan dan pengalihan hak milik atas

piutang atas nama, dapat juga dimuat ketentuan ketentuan yang berkaitan dengan

75
J.Satrio, Cessie, Subrogatie, Novatie, Kompensatie & Pencampuran Hutang, cet 2 , Bandung
Alumni, 1999, hal 11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

kesepakatan jual beli piutang atas nama yang dialihkan tersebut. Dengan

demikian, cessie merupakan peristiwa hukum dan bukan merupakan accesoir

karena tidak ada perjanjian pokok yang mendahuluinya.

Namun demikian apabila pengalihan piutang atas nama dilakukan

sehubbungan dengan peristiwa hukum jual beli piutang antara kreditur dengan

pihak ketiga selaku pembeli dan perjanjian jual beli piutang atas nama tersebut

dibuat lebih dahulu dan terpisah dari perjanjian pengalihan piutang secara cessie,

maka cessie dalam hal ini merupakan penyerahan/levering sehubungan dengan

pelaksanaan dari perjanjian jual beli piutang yang bersangkutan. Oleh karena

peristiwa jual beli belum mengakibatkan beralihnya hak milik maka timbul

kewajiban bagi kreditur ( kreditur ) selaku penjual untuk menyerahkan dan/atau

mengalihkan hak milikny atas piutang atas nama bank yang dijual oleh bank

kepada pihak ketiga selaku pembeli bilamana pembeli telah melaksanakan

kewajibanya membayar harga sesuai dengan yang disepakati diantara mereka.

Dengan demikian, perjanjian cessie merupakan accessoir dari perjanjian jual beli

piutang atas nama tersebut.

Penagihan hak milik atas suatu benda hanya dapat dilakukan secara sah

oleh orang yang mempunyai kewenangan beschikking. Kewenangan beschikking

adalah kewenagan untuk mengambil tindakan kepemilikan .76

Dalam hal dilakukanya pengalihan piutang, pihak yang berhak dan/atau

berwenang untuk mengalihkan piutang adalah kreditur yang memiliki tagihan

piutang. Tagihan/piutang yang dimaksud didalam penulisan ini adalah

76
Ibid, hal 26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

tagihan/piutang yang berasal dari kegiatan pemberian kredit yang dilakukan oleh

oleh koperasi kepada debiturnya ( Anggotanya ). Karena Koperasi adalah pihak

yang meminjamkan uang maka koperasi adalah pemilik piutang atas debitur yang

bersangkutan. Maka kopearasi selaku kreditur adalah pihak yang berhak untuk

melakukan pengalihkan atas piutangnya sebesar jumlah uang yang terhutang dan

wajib dibayarkan oleh debitur kepada koperasi berdasarkan perjanjian kredit yang

dibuat diantara koperasi dengan debitur yang bersangkutan.

Piutang atas nama merupakan benda tidak bertubuh . oleh sebab itu maka

penyerahan fisik tidak mungkin dilakukan . sehingga harus ada perjanjian tertulis,

baik itu berupa akta otentik maupun akte dibawah tangan. Ini adalah sesuatu yang

mutlak untuk dipenuhi didalam melakukan pengalihan piutangatas nama.

Sebagaimana yang diatur didalam pasal 613 KUHPerdata. Keberadaan perjanjian

cessie yang dibuat baik secara otentik atau dibawah tangan belum akan mengikat

dan/atau memberikan akibat hukum apapun juga kepada debitur bilamana belum

diberitahukan kepada debitur secara tertulis ( diakui/disetujui ) oleh debitur.

Meskipun demikian, ketidaktahuan dan/atau tidak diberitahukanya kepada debitur

oleh kreditur baru mengenai telah dilakukanya pengalihan piutang secara cessie

tersebut tidak mempengaruhi keabsahan perjanjian cessie . Sepanjang perjanjian

cessie memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana yang ditetapkan didalam

KUHPerdata, maka perjanjian cessie tetap berlaku dan sah. Akan tetapi, bilamana

debitur tetap menganggap koperasi sebagai krediturnya dan melakukan

pembayaran dan/atau pelunasan hutangnya kepada koperasi berdasarkan

perjanjian kredit yang dibuat diantara mereka, jika perbuatan ini dilakukan oleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

karena ketidaktahuanya mengenai telah terjadi pengalihan atas piutang yang

dimaksud dari koperasi kepada pihak ketiga selaku kreditur baru, maka hal ini

tidak dapat dipersalahkan kepada debitur.77

Berdasarkan ketentuan pasal 613 KUHPerdata pengalihan piutang atas

nama wajib dilakukan dalam bentuk akta otentik atau dibawah tangan yang

dikenal dengan nama perjanjian pengalihan piutang secara cessie atau perjanjian

cessei. Dengan selesaidibuat dan ditanda tangani ( akta) perjanjian cessie, piutang

yang dimaksud sudah diserahkan kepada kreditur baru/cessionaris, sehingga pihak

ketiga ( kreditur baru ) adalah pemilik piutang. Perjanjian cessie termasuk dalam

ranah hukum perjanjian, maka didalam membuat perjanjian cessie, para pihak

harus memperhatikan hal hal yang berkenaan dengan sahnya suatu perjanjian

sebagaimana yang diatur dalam KUHPerdata.

Berdasarkan ketentuan Pasal 613 KUHPerdata tampak jelas bahwa dalam

pengalihan piutang atas nama atau kebendaan tidak bertubuh tidak harus

dilakukan dengan membuat suatu akta otentik melainkan dapat pula dilakukan

dengan membuat suatu akta di bawah tangan. Pasal tersebut memberikan

penegasan bahwa pengalihan piutang pada prinsipnya harus dilakukan secara

tertulis walaupun tidak diwajibkan untuk dilakukan dalam bentuk satu akta

otentik. Hal ini bertujuan agar segala sesuatu yang berkenaan dengan pengalihan

hak dan kewajiban sehubungan dengan pengalihan suatu piutang dapat diatur

dengan lebih jelas dan tegas sehinga memberikan kepastian hukum kepada pihak-

pihak yang terkait dengan hal pengalihan piutang tersebut. Selain itu, mengingat

77
J.Satrio, loc.cit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

bahwa piutang merupakan suatu benda tidak bertubuh yang tidak memiliki wujud,

maka penyerahan dan/atau pengalihanya tidak mungkin dilakukan secara nyata.

Pengalihan piutang tersebut hanya sah apabila dilakukan dengan adanya suatu

bukti tertulis yang dapat membuktikan adanya penyerahan dan/atau pengalihan

itu. Adanya suatu akta otentik dalam hal pengalihan piutang secara cessie tidak

mutlak diperlukan. Keberadaan akta otentik yang berkenaan dengan adanya suatu

pengalihan piutang semata-mata hanya didasarkan oleh karena akta otentik


78
memberikan kekuatan pembuktian yang sempurna. Suatu akta otentik

memberikan di antara para pihak besertan ahli waris-ahli warisnya atau orang-

orang yang mendapat hak dari mereka bukti yang sempurna tentang apa yang

dimuat didalamnya. Berdasarkan ketentuan pasal 1868 kitab undang-undang

hukum perdata, yang dimaksud dengan suatu akta otentik adalah : “ Suatu akta

yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undnag, dibuat oleh atau

dihadapan pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta

dibuatnya.”

Dengan memperhatikan ketentuan tersebut diatas, suatu akte pengalihan

piutang secara cessie adalah merupakan akta otentik apabila akta tersebut

memenuhi kriteria :

1. Dibuat dihadapan Notaris.

Berdasarkan ketentuan pasal 1 ayat (1) undang-undang no 30 Tahun 2004

tentang jabatan notaris .79 dikatakakan bahwa notaris adalah pejabat umum yang

berwenang untuk membuat akta otentik. Lebih lanjut lagi, didalm ayat ( 7 )
78
Kitab Undang Undang Hukum Perdata ( Burgelijk Wetboek ), Pasal 1870
diterjemahkan oleh R.Surbekti dan R.Tjitrosudibio,cet.29, ( Jakarta: Pradya Pramita,1999 )
79
Undang-Undang No 30 Tahun 2004, Undang –Undang Jabatan Notaris

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

ditegaskan kembali bahwa akta notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau

dihadapan notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam UUJN

( undang-undang jabatan notaris ). Dengan demikian, suatu akta pengalihan

piutang secara cessie yang dibuat dihadapan notaris adalah merupakan suatu akta

otentik.

2.Dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang.

Bentuk suatu akta notaris harus memenuhi aturan aturan sebagaimana

yang telah ditentukan oleh undang-undang. Dalam pasal 38 UUJN, ditetapkan

bahwa suatu akta notaris harus terdiri atas tiga bagian yaitu :

i. Awal Akta atau kepala akta

ii. Badan Akta dan

iii. Akhir atau penutup akta.

Dari ketiga bagian akta tersebut, UUJN merinci lebih lanjut mengenai hal hal apa

saja yang harus dimuat didalam masing masing bagian akta.

Dalam bagian awal akta atau kepala akta, UUJN menentukan bahwa

bagian ini harus memuat hal hal sebagai berikut :80

i.Judul Akta

ii. Nomor akta

iii.Jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun

iv.Nama lengkap dan tempat kedudukan notaris

80
Hendry Sinaga, Modul Kuliah, Medan 2018, hal 11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

Selain menentukan bagian awal akta atau kepala akta, UUJN menentukan juga

mengenai hal hal apa saja yang harus dimuat didalam bagian badan akta. Dalam

bagian badan akta harus memuat hal hal sebagai berikut :

i. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan ,

jabatan, kedudukan , tempat tinggal para penghadap dan atau orang yang

mereka wakili.

ii. Keterangan menegenai kedudukan bertindak penghadap.

iii. Isi akta yang merupakan kehendak dak keinginan dari para pihak yang

berkepentingan.

iv.Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan , jabatan,

kependudukan, tempat tinggal dari tiap tiap saksi pengenal. Setelah

bagian badan akta selesai dibuat, akta a notaris akan diakhiri dengan

bagian akhir akta atau penutup akta yang memuat:

i. Uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 16 ayat (1) huruf 1 atau Pasal 16 ayat (7).

ii. Uraian tentang penandatangan dan rempat penandatanganan

atau penerjemahan akta apabila ada.

iii. Lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan,

kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta , dan

iv. Uraian tentang tidak adanya perubahan terjadi dalam

pembuatan akta atau uraian tentang adanya perubahan yang

dapat berupa penambahan,pencoretan,atau penggantian.

3.Dibuat dan ditandatangani di wilayah kerja notaris dimana akta tersebut dibuat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

Setiap pengalihan atas piutang atas nama haruslah dilakukan secara tertulis.

Dalam perjajian itu, dicantumkan secara jelas identitas pihak yang melakukan

pengalihan atas nama dan pihak ketiga yang menerima pengalihan piutang yang

bersangkutan. Selain itu, dalam perjanjian yang bersangkutan, dinyatakan pula

dengan tegas mengenai jumlah piutang yang dialihkan dan dapat ditagih oleh

pihak ketiga tersebut kepada debitur dan bahwa terhitung sejak tanggalyang

ditetapkan didalam perjanjian cessei yang dibuat diantara mereka, segala hak dan

kewajiban koperasi sebagai kreditur akan beralih kepada pihak ketiga sebagai

kreditur baru. Akan tetapi yang terpenting dalam perjanjian cessie adalah adanya

ketentuan yang mentapkan bahwa peralihan piutang yang dilakukan tersebut tidak

mengakibatkan berakhirnya kredit/pinjaman uang yang telah dibuat diantara

kreditur dan debitur yang mengakibatkan timbulnya piutang yang dialihkan itu.81

D. Akibat Cessie Terhadap Jaminan Hak Tanggungan.

Untuk menjamin pembayaran kembali dan/atau pelunasan atas setiap

jumlah uang yang terhutang oleh debitur kepada Kreditur , maka didalam

perjanjian kredit/pinjaman yang dibuat disepakati adanya penyerahan jaminan

oleh kreditur kepada debitur. Pengalihan piutang yang timbul dari suatu perjanjian

kredit/pinjaman tidak dapat dipisahkan dari pengalihan hak kreditur lama atas

jaminan yang menjamin fasilitas kredit itu kepada kreditur baru.

Penyerahan jaminan oleh debitur untuk menjamin hutang kepada Kreditur

merupakan hal yang umum dipersyaratkan didlaam suatu perjanjian

kredit/pinjaman. Meskipun disebut didalam pasal 1131 KUHPerdata bahwa

81
Ibid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

kepada segala kebendaan seseorang, baik yang bergerak maupun tidak bergerak ,

baik yang sudah ada maupun yang baru aka ada dikemudian hari, menjadi

tanggungan untuk sgala perikatan perseorangan , namun demi kepentingan

kreditur , pada umumnya kreditur meminta jaminan kepada debitur untuk secara

khusus menjamin pelunasan hutang debitur yang bersangkutan kreditur.

Disebabkan karena kreditur memiliki kedudukan yang diutamakan didalam

memperoleh pembayaran kembali atas hutang debitur kepadanya. Akan tetapi

ketidak adaan jaminan yang secara khusus menjamin hutang debitur kepada

kreditur tidak berarti bahwa kreditur tidak memiliki jaminan atas piutangnya itu.

Dengan berdasrkan ketentuan pasal 1131 KUHPerdata. 82

Kreditur tetap memiliki jaminan atas piutangnya yaitu meliputi sgala

kebendaan debitur, namun kedudukan kreditur tidak diutamakan daripada kreditur

lainya bilamana terdapat kreditur lainyang juga memiliki tagihan kepada debitur

yang bersangkutan. Salah satu jaminan yang umumdiberikan dalam suatu kegiatan

perkreditan dilembaga perbankan atau non perbankan adalah jaminan hak

tanggungan dan/atau fidusia.

Dalam pasal 1 ayat 1 undang undang no 4 tahun 1996 tentang hak

tanggungan ( UUHT ) atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan

tanah disebutkan bahwa :

“ Hak tanggungan atas tanah beserta benda benda yang berkaitan dengan
tanah, yang selanjutnya disebut hak tanggungan, adalah hak jaminan yang
dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam undang undang no
5 tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok pokok agraria, berikut atau tidak
berikut benda benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk

82
Kitab Undang Undang Hukum Perdata ( Burgelijk Wetboek ), Pasal 1131
diterjemahkan oleh R.Surbekti dan R.Tjitrosudibio,cet.29, ( Jakarta: Pradya Pramita,1999 )

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada


kreditur tertentu terhadap kreditur kreditur lain.”83

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa hak

tanggungan memiliki unsur-unsur pokok sebagai berikut :

1. Hak tanggungan adalah hak jaminan untuk pelunasan hutang

2. Objek hak tanggungan adalah hak atas tanah sesuai UUPA.

3. Hak tanggungan dapat dibebeankan atas tanahnya (Hak atas tanah )

saja, tetapi dapat pula dibebankan benda-benda lainyang merupakan

satu kesatuan dengan tanah itu.

4. Hutang yang dijamin ada suatu hutang tertentu.

5. Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu

terhadap kreditur kreditur lain.

Hak tanggungan sebagaimana yang diatur didalam UUHT tidak hanya

dapat dibebankan pada ha katas tanah tetapi juga atas benda benda berupa

bangunan, tanaman yang secara tetap merupakan kesatuan dengan tanah yang

dijadikan jaminan. Hal ini didasarkan kepada system hukum pertanahan

diIndonesia yang menganut azaz pemisahan horizontal.

Azaz pemisahan horizontal yang dimaksudkan ini mengandung pengertian

bahwa benda benda yang ada diatas/melekat diatas tanah secara hukum bukan

merupakan bagian dari tanah yang bersangkutan. Oleh karena itu maka perbuatan

hukum terhadap hak atas tanah tidak dengan sendirinya meliputi benda-benda

yang melekat diatas tanah tersebut. apabila benda benda yang ada diatas tanah

83
Undang- undang no 4 tahun 1996, Undang-undang Hak Tanggungan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

diikut sertakan sebagai jaminan atas hutang debitur kepada kreditur maka hal ini

harus dinyatakan dengan tegas didalam akta pemberian hak tanggungan .84

Sehubungan dengan pembebanan suatu jaminan dengan hak tanggungan ,

ada beberapa hal yang harus diperhatikan , yaitu :

1.Subjek Hak Tanggungan

Pasal 8 UUHT menentukan bahwa yang dapat memberikan hak

tanggungan adalah orang perseorang atau badan hukum yang mempunyai

kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek hak tanggungan

tersebut. Berkenaan dengan hal tersebut, maka pemberian hak tanggungan dapat

dilakukan tidak hanya oleh debitur melainkan dapat pula diberikan oleh pihak

ketiga sepanjang pihak-pihak tersebut mempunyai kewenangan untuk melakukan

perbuatan hukum terhadap objek hak tanggungan itu.

Apabila ditinjau dari sisi penerima Hak Tanggungan , berdasarkan Pasal 9

UUHT ditentukan bahwa pemegang Hak Tanggungan adalah orang perseorangan

atau badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang atau

kreditur. Dalam hal pihak yang berpiutang adalah kreditur, maka kreditur

merupakan penerima hak tanggungan atas apa yang dibebankan dengan hak

tanggungan yang bersangkutan.

2..Objek Hak Tanggungan

Pemberian hak tanggungan dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas

pelunasan atas suatu hutang. Oleh sebab itu maka objek yang dibebankan dnegan

84
Ibid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

hak tanggungan tersebut sudah seharusnya memenuhi syarat syarat sebagai

berikut :85

1. Dapat dinilai dengan uang

Sebagai suatu jaminan hutang, suatu objek yang dibebankan hak

tanggungan untuk menjamin hutang tertentu sudah seharusnya memiliki nilai jual

yang memadai yang dapat dinilai dengan uang. Nilai jual ini sangat berpengaruh

untuk menentukan nilai hak tanggungan yang dapat dibebankan atas objek

tersebut. Dalam hal dilakukanya eksekusi atas objek jaminan hak tanggungan itu,

penerima hak tanggungan berhak untuk menerima pembayaran sebesar jumlah

nilai hak tanggungan tersebut.

2. Termasuk hak yang didaftar dalam daftar umum.

Objek yang dapat dibebani dengan hak tanggungan adalah sebagaimana yang

ditentukan didalam pasal 4 UUHT. Ketentuan mengenai objek hak tanggungan ini

selain diaturdalam pasal 4 UUHT juga diatur pula dalam pasal 27 UUHT.

Berdasarkan ketentuan pasal 4 dan pasal 27 UUHT tersebut, hak katas tanah yang

dapat dibebankan dengan hak tanggungan adalah meliputi :86

i. Hak Milik ( SHM )

ii. Hak Guna Usaha ( HGU )

iii. Hak Guna Bangunan (HGB )

iv. Hak Milik atas Satuan Rumah Susun ( HMSRS )

Sebagai suatu jaminan hutang, hak tanggungan memiliki sifat sebagai berikut :

85
Reza Setiadi, Hak tanggungan dalam hukum jaminan
http://rezafhunas.blogspot.com/2014/12/subjek-dan-objek-hak-tanggungan-1.html, diakses pada
tanggal 06- Juni 2020,
86
.Ibid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

1. Memberikan kedudukan yang diutamakan bagi kreditur pemegang hak

tanggungan untuk memperoleh pelunasan hutang tertentu. Kreditur pemegang

hak tanggungan mempunyai hak untuk didahulukan didalm mengambil

pelunasan atas piutangnya dibandingkan dengan kreditur lainya. Hak untuk

didahulukan ( Hak Peference ) ini diatur dalam pasal 1 ayat ( 1 ) UUHT .

2. Hak tanggungan selalu mengikuti objeknya dalam tangan siapaun objek

tersebut berada ( droit de suite ). Demi melindungi kepentingan kreditur

pemegang hak tanggungan meskipun objek hak tanggungan sudah berpindah

tangan, kreditur pemegang hak tanggungan masih tetap menggunakan hak nya

sehubungan dengan pemberian hak tanggungan tersebut bilamana debitur

yang hutangnya dijamin dengan Hak Tanggungan itu melakukan wanprestasi

dan/atau tidak membayar kembali hutang-hutangnya kepada kreditur. Hal ini

dijamin oleh pasal 7 UUHT tersebut dinyatakan dengan tegas bahwa Hak

Tanggungan selalu mengikuti objeknya dalam tangan siapapun objek tersebut

berada.

3. Memenuhi asas spesialitas dan publisistas.

Asas spesialitas dan asas publisitas merupakan asas yang memberikan

kepastian hukum bagi para pihak yang berkepentingan serta mengikat pihak

ketiga. Asas spesialitas diatur dalam Pasal 11 Ayat (1) UUHT yang meliputi

subjek dan objek Hak Tanggungan. Maksud asas spesialitas ini adalah bahwa

demi adanya suatu kepastian hukum maka Hak Tanggungan hanya dapat

diberikan oleh dan kepada pihak yang berhak dengan tujuan untuk menjamin

hutang tertentu atas debitur tertentu. Sedangkan asas publisitas sebagaimana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

yang diatur dalam pasal 13 ayat ( 1 ) UUHT bertujuan agar pihak ketiga yang

berkepentingan mengetahui perihal telah dibebankanya suatu objek dengan hak

tanggungan. Oleh sebab itu mak ahak tanggungan wajib didaftarkan dikantor

Badan Pertanahan Nasional. Pendaftaran hak tanggungan merupakan syarat

mutlak untuk berlakuknya hak tanggungan dan untuk mengikat hak tanggungan

terhadap pihak ketiga.

4. Hak tanggungan tidak dapat dibagi bagi.

Hak tanggungan diberikan untuk menjamin suatu hutang tertentu. Hal ini

mengandung pengertian bahwa suatu ha katas tanah yang menjamin hutang

tertentu tidaklah dapat dibebaskan dari beban hak tanggungan jika pelunasan

atas hutang debitur kepada kreditur baru dilaksanakan sebagian saja. Dengan

telah dilunasinya sebagian dari hutang yang dijamin dengan hak tanggungan

tersebut tidak beratti sebagai objek hak tanggungan tersebut dibebaskan dari

beban hak tanggungan.

Hak tanggungan tetap membebani sluruh objek hak tanggungan sebagaimana

yang ditetapkan didalm pasal 2 ayat 1 UUHT.Namun apabila hak tanggungan

dibebankan pada beberapa hak atas tanah , UUHT memberikan pengecualian

mengenai hal itu. Apabila diperjanjikan APHT sebagaimana yang diatur

dalam Pasal 2 ayat 2 UUHT maka, pelunasan atas hutang yang dijamin

dengan hak tanggungan dapat dilakukan secara angsuran yang besarnya sama

dengan nilai hak atas tanah yang merupakan bagian dari objek yang dijamin

dengan hak tanggungan tersebut. Sehubungan dengan adanya pelunasan ini,

ha katas tanah yang nilainya sama dengan jumlah hutang yang dibayarkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

oleh debitur kepada kreditur akan dibebaskan dari beban hak tangunggan.

Dengan demikian, hak tanggungan hanya akan membebani hak hak atas tanah

sesuai dengan sisa hutang yang belum dibayar oleh debitur kepada kreditur.

Berkenaan dengan hal ini dikenal istilah Roya partial atau roya sebagian.

5. Apabila debitur wan prestasi maka dalam eksekusi objek jaminan dapat melalui

lembaga parate executie. Apabila debitur cidera janji, pemegang hak

tanggungan pertama mendapatkan prioritas pertama untuk menjual objek hak

tanggungan. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 6 UUHT yang menyatakan

bahwa :“Apabila debitur cidera janji pemegang hak tanggungan pertama

mempunyai hak untuk menjual objek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri

melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil

penjualan tersebut.”87

Berkaitan dengan ketentuan Pasal 6 UUHT, hak untuk menjual objek Hak

Tanggungan atas kekuasaan sendiri merupakan salah satu perwujudan dari

kedudukan diutamakan yang dimiliki oleh pemegang Hak tanggungan. Hak

dari pemegang hak tanggungan untuk dapat melakukan parate eksekusi adalah

hak yang diberikan oleh pasal 6 UUHT atau dengan kata lain diperjanjiakan

atau tidak diperjanjikan, hak itu tampak dari hira hira yang terdapat pada

setifikat hak tanggungan yang merupakan tanda bukti adaanya hak tanggungan

yang diberikan oleh kator pertanahan dan yang membuat hira hira

”DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

adanya hira hira tersebut mengakibatkan sertifikat hak tanggungan mempunyai

87
Undang- undang Hak Tanggungan no 4 tahun 1996

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap dan berlalu sebagai pengganti grose akta

hipotek sepanjang mengenai tanah 88 . Akan tetapi, jika terdapat sisa hasil

penjualan, maka sisa hasil penjualan itu tetap menjadi hak pemberi hak

tanggungan.

6. Perjanjian hak tanggungan bersifat accesoir.

Perjanjian hak tanggungan bukanlah merupakan perjanjian yang berdiri

sendiri. Perjanjian hak tanggungan dibuat mengikuti perjanjian yang terjadi

sebelumnya yang disebut perjanjian induk. Perjanjian induk yang terdapat pada

hak tanggungan adalah perjanjian kredit atau perjanjian pinjam meminjam

uang atau pernajian hutang piutang yang menimbulkan hutang yang dijamin

dengan hak tanggungan tersebut. Perjanjian yang mengikuti perjanjian induk

ini didalm terminology hukum Belanda disebut perjanjian accesoir. 89

Penegasan terhadap azaz accesoir yang disebutkan diatas, dijelaskan

didalam angka 8 pada penjelasan UUHT. Dalam angka 8 penjelasan UUHT

tersebut dinyatakan bahwa : “Oleh karena hak tanggungan menurut sifatnya

merupakan ikutan atau accesoir pada suatu piutang tertentu, yang didasarkan pada

sesuatu perjanjian hutang piutang atau perjanjian lain, maka kelahiran dan

keberadaanya ditentukan oleh adanya piutang yang dijamin pelunasanya.”

Selain penegasan yang termuat dalam angka 8 pada penjelasan umum

UUHT diatas, sifat accesoir juga secara tegas disebutkan dalam pasal 10 ayat 1

dan pasal 19 ayat 1 UUHT . Dalam pasal 10 ayat 1 UUHT dinyatakan bahwa
88
Prinsip-prinsip dasar hak tanggungan atas tanah, oct 1, 2009, http:
//www.notaris_indonesia@yahoogroups.com. Diakses pada tanggal 7 Juni 2020.
89
Ibid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

perjanjian untuk memberikan hak tanggungan merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari perjanjian hutang piutang yang bersangkutan. Sedangkan pasal

18 ayat 1 huruf a UUHT menyatakan bahwa hak tanggungan hapus karena

hapusnya hutang yang dijamin dengan hak tanggungan. Dengan demikian jelas

sekali bahwa perjanjian hak tanggungan sangat mempunyai kaitan yang sangat

erat dengan perjanjian kredit atau perjanjian hutang piutang yang dimaksud. 90

Berdasarkan uraian uraian diatas tampak bahwa pemberian jaminan

dengan hak tanggungan memiliki banyak kelebihan yang melindungi kepentingan

kreditur. Kelebihan lain dari hak tanggungan bahwa hak tanggungan dapat

menjamin lebih dari satu hutang . hal ini ditegaskan dalam pasal 3 ayat 2 UUHT.

Dalam pasal tersbut dinyatakan bahwa :

“ Hak tanggugan dapat diberikan untuk suatu hutang yang bersal dari satu

hubungan hukum atau untuk satu hutang atau lebih yang berasal dari beberapa

hubungan hukum”.

Dengan berdasarkan ketentuan pasal 3 ayat 2 UUHT diatas dan dengan

memperhatikan penjelasan pasal tersebut sebagaimana diterangkan didalam

UUHT dapat disimpulkan hal hal sebagai berikut :

Hak tanggungan dapat diberikan oleh debitur untuk menjamin lebih dari satu

hutangnya yang timbul dari beberapa hubungan hukum yang berbeda. Dalam hal

ini, debitur yang telah membebankan objek hak tanggungan untuk kepentingan

kreditur tertentu berdasrkan suatu perjanjian kredit masih dimungkinkan untuk

90
Op.cit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

membebakan kembali objek jaminan tersebut dengan hak tanggungan untuk

kepentingan kreditur yang lain, demikian seterusnya.

Pembebanan hak tanggungan ini, dilakukan tidak dalam waktu yang bersamaan

dan didasarkan pada perjanjian kredit yang berbeda. Oleh sebab itu maka urut

urutan kedudukan kreditur pemegang hak tanggungan ditentukan berdasarkan

tanggal danatau waktupembebanan hak tanggungan tersebut dilaksanakan.

Berkenaan dengan hal ini maka disebut pemegang hak tanggunga peringkat

pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.

Dalam hal debitur berhutang kepada lebih dari satu kreditur pada waktu

yang bersamaan dimana masing-masing hutang tersebut timbul berdasarkan

kepada perjanjian kredit atau perjanjian pijaman atau hutang piutang yang

berlainan, maka dimungkinkan bagi debitur untuk memberikan satu jaminan hak

tanggungan yang sama kepada para kreditur itu berdasrkan kesepakatan .

Piutang yang telah dialihkan yang timbul dari perjanjian kredit /pinjaman dan

dijamin dengan hak tanggungan , jika kredit tersebut dialihkan oleh kreditur

dengan cara cessie perjanjian kredit hak kreditur sebagai pemegang hak

tanggungan akan berpindah dan beralih kepada pihak ketiga yang menrima

pengalihan kredit yang dimaksud . Pasal 16 ayat 1 (Undang Undang Hak

Tanggungan ) berbunyi :91

1. Jika piutang yang dijamin dengan Hak Tanggungan beralih karena cessie,
subrogasi, pewarisan, atau sebab-sebab lain, Hak Tanggungan tersebut
ikut beralih karena hukum kepada kreditor yang baru. Maka dari itu, jika
piutang yang dijamin dengan hak tanggungan beralih karena subrogasi,
hak tanggungan tersebut juga ikut beralih karena hukum kepada kreditor
yang baru.

91
Undang-Undang No 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

2. Peralihan hak tanggungan tersebut kemudian wajib didaftarkan oleh


kreditor yang baru kepada kantor pertanahan.
3. kemudian, beralihnya hak tanggungan kepada pihak ketiga mulai berlaku
pada hari tanggal pencatatan pada buku tanah, yaitu tanggal hari ketujuh
setelah diterimanya secara lengkap surat-surat yang diperlukan bagi
pendaftaran beralihnya hak tanggungan atau hari berikutnya jika hari
ketujuh jatuh pada hari libur.

Penjelasan Pasal 16 ayat (1) UUHT menerangkan bahwa peralihan hak

tanggungan terjadi karena hukum, sehingga hal tidak perlu dibuktikan dengan

akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah. Pencatatan cukup dilakukan

berdasarkan akta yang membuktikan beralihnya piutang yang dijamin kepada

kreditor yang baru. Maka dari itu, jika piutang yang dijamin dengan hak

tanggungan beralih karena subrogasi, cessie hak tanggungan tersebut juga ikut

beralih karena hukum kepada kreditor yang baru. Dari uraian Pasal 16 UUHT ,

mengharuskan didaftarkanya hak tanggungan oleh kreditur yang baru pada

Kantor Badan Pertanahan Nasional.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

PELAKSANAAN PENGALIHAN PIUTANG SECARA CESSIE YANG


DIBUAT DALAM AKTA OTENTIK ( AKTA NOTARIS )

A.Notaris sebagai pejabat pembuat akta otentik.

Notaris berasal dari kata Latin yakni Notariaat, sedangkan Notaris dari

Notarius (Notarui) diartikan “orang yang menjalankan pekerjaan menulis”. 92

Secara historis institusi notariat merupakan salah satu cabang profesi hukum yang

tertua di dunia.93 Notaris memberikan pelayanan jasa hukum kepada masyarakat

umum dalam bidang hukum perdata, yang termasuk dalam bidang hukum publik.

Adapun yang dimaksud Notary Public dalam Black’s Law Dictionary adalah :

“A person authorized by a state to administer oaths, certify documents,


attest to the authenticity of signatures and perform official acts in commercial
matters”94 .

Dari pernyataan ini dapat disimak bahwa notaris adalah seseorang yang

ditunjuk oleh Negara untuk mengambil sumpah, menerangkan isi sesuatu

dokumen, mengesahkan keaslian tanda tangan dan menjalankan pekerjaan resmi

lainnya yang ditentukan di bidang komersil. Hal itu menyebabkan bahwa sejak

ada hukum pembuktian maka lembaga notariat tidak hanya ditugaskan untuk

menulis, tetapi juga sebagai lembaga pembuktian yang melahirkan suatu akta

otentik. Hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal 1870 KUHPerdata dengan

menetapkan bahwa yang dapat menjadi alat bukti sempurna adalah akta otentik

sehingga lahirlah lembaga kenotariatan. Arti kata tugas dalam Kamus Umum

92
R.Soegondo Notodisoerjo,1993,Hukum Notariat Indonesia, Suatu Penjelasan, Jakarta,
Rajawali,hal.82
93
Ibid.
94
Henry Campbell Black, 1991, Black’s Law Dictionary,West Publishing & Co,
St.paul, Minnesota, hlm.1085.

73

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

bahasa Indonesia adalah sesuatu yang wajib dikerjakan atau yang ditentukan

untuk dilakukan.95

Tugas jabatan Notaris adalah memformulasikan keinginan/tindakan para

pihak ke dalam akta otentik. 96 Menurut Tan Tong Kie, tugas notaris adalah

mengkonstantir hubungan hukum antara para pihak dalam bentuk tertulis dan

format tertentu, sehingga merupakan suatu akta autentik. Ia adalah pembuat

dokumen yang kuat dalam suatu proses hukum. 97 Adapun akta autentik itu

menurut Pasal 1870 Kitab Undang-undang Hukum Perdata memberikan kepada

pihak-pihak yang membuatnya suatu pembuktian sempurna. Di sinilah letak arti

penting bagi seorang notaris, bahwa notaris karena undang-undang diberi

wewenang membuat suatu alat pembuktian yang sempurna, dalam pengertian

bahwa apa yang tersebut dalam akta autentik itu pada pokoknya dianggap benar

sepanjang tidak ada pembuktian sebaliknya

Notaris di Indonesia menjalankan sebagian tugas Negara dalam bidang

hukum keperdataan dengan kewenangan membuat akta-akta otentik, oleh karena

itu notaris diperkenankan menggunakan lambang Negara dalam menjalankan

tugasnya. Pelaksanaan tugas jabatan Notaris merupakan pelaksanaan tugas jabatan

yang Esoterik, diperlukan pendidikan khusus dan kemampuan yang memadai

untuk menjalankannya. Oleh karena itu Notaris dalam menjalankan tugasnya

95
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum bahasa Indonesia,1984 Jakarta, hlm.1094.
96
Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat
Publik, 2008 Cetakan Pertama, Refika Aditama, Bandung,hlm.35
97
Tan Tong Kie, Studi Notariat, 2000, Buku I, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
Jakarta,hlm. 159

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

harus mematuhi berbagai ketentuan yang tersebut dalam Undang-undang jabatan

Notaris (UUJN ).

Menurut Bapak Rudi Haposan Sihaan notaris Medan yang merupakan

notaris rekanan Koperasi Indosurya cessie termasuk sebagai pembaharuan

Hutang.98 Cessie biasanya terjadi karena kreditur membutuhkan uang, sehingga ia

menjual piutangnya kepada pihak ketiga yang akan menerima pembayaran dari

debitur pada saat piutang tersebut jatuh tempo. Pasal 613 KUHPerdata

menyebutkan “Penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tak

bertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta otentik atau

dibawah tangan. Dengan mana hak hak atas kebendaan itu dilimpahkan kepada

orang lain .

Undang undang mensyaratkan agar Akta cessie dibuat dalam akta otentik

atau dibawah tangan tidak boleh dilakukan secara lisan. Akta adalah : Surat atau

tulisan yang dijadikan sebagai alat bukti ( Pasal 1867 BW ). Akta Otektik adalah

akta yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang

ditetapkan dalam undang-undang jabatan notaris. Menurut Bapak Rudi Haposan

Sihaan” tidak ada keharusan dalam membuat akta cessei secara Otentik. Yang

artinya akta cessei boleh dibuat dibawah tangan. Perbedaanya terletak pada

kekuatan pembuktianya”. Jika akta cessie dibuat dihadapan Notaris maka akta

tersebut memiliki kekuatan pembuktian sempurna, lainya hal nya jika cessie

dibuat dibawah tangan.”

98
Hasil wawancara dengan Bapak DR. Rudi Haposan Sihaan, SH, SPN,MKn , Pada hari
Selasa Tanggal 9 Juni 2020, Dikntor Notaris Rudi Haposan Jalan KH Wahid Hasim No 106
Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

Dalam Pasal 165 HIR ditegaskan bahwa akta yang dibuat oleh pegawai

umum yang memiliki kuasa untuk membuatnya, merupakan bukti yang cukup.

Sehingga, Akta otentik memiliki kekuatan pembuktian yang kuat dihadapan

hukum sehingga tidak dapat disangkal keberadaannya di pengadilan. Kecuali

terdapat bukti lain yang diajukan pihak lawan yang menyatakan sebaliknya.

dengan syarat utama keabsahan cessie. Keabsahan cessie adalah pemberitahuan

cessie tersebut kepada pihak terhutang untuk disetujui dan diakuinya. Pihak

terhutang di sini adalah pihak terhadap mana si berpiutang memiliki tagihan,

sehingga cessie merupakan penggantian orang yang berpiutang lama dengan

seseorang berpiutang. Pada prakteknya di masyarakat banyak yang membuat akta

cessie di Notaris yang merupakan akta otentik dibandingkan dibawah tangan.

Menurut Bapak Rudi Haposan Sihaan, oleh Peranan notaris dalam


pembutan akte cessie sama dengan pembuatan akta-akta lain yang dibuat notaris
. 99 Sebagaiamana sebuah akta yang dibuat dihadapan /dibuat oleh Notaris
memiliki Konstruksi, yaitu
1. Kewenangan

2. Persyaratan

3. Prosedur/ Mekanisme

Ketiga hal diatas harus benar benar diperhatikan oleh seorang Notaris dalam

melakukan tugas dan kewenganganya.

Adapun Kewenangan notaris diatur pada Pasal 15 UUJN ( Undang Undang

Jabatan Notaris ) No 2 tahun 2014 yaitu :100

99
ibid
100
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan
Notaris, Citra Umbara Bandung.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

1.Notaris berwenang membuat akta otententik


2. Notaris berwenang pula :
a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat
di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus
b. Membukukan surat dibawah tanggan dengan mendaftar dalam buku
khusus
c. Membuat kopi dari hasil surat dibawah tangan berupa salinan yang
memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat
yang bersangkutan.
d. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya.
e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan
akta.
f. Membuat Akta yang berkaitan dengan pertahanan;atau
g. Membuat akta risalah lelang.

3. Selain kewengan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dan ayat ( 2 ) , Notaris


mempunyai kewengan lain yang diatur dalam peraturan per undang-undangan.

Dalam menjalankan tugas seorang notaris diperlukan kecermatan,

ketelitian dan ketepatan tidak hanya dalam teknik administrative membuat akta,

tapi juga penerapan berbagai aturan hukum yang tertuang dalam akta

bersangkutan untuk para penghadap, dan kemampuan menguasai keilmuan bidang

Notaris secara khusus dan hukum pada umumnya.101 Dalam menjalankan tugas

jabatan Notaris yang baik perlu berpedoman pada asasasas pemerintahan yang

baik yaitu : a). Asas persamaan;

b). Asas kepercayaan;

c). Asas kepastian hukum;

d). Asas kecermatan;

e). Asas pemberian alasan;

f). Larangan penyalahgunaan wewenang;

g). Larangan bertindak sewenang-wenang;

101
Marthalena Pohan, 1985, Tanggung Gugat Advocat, Dokter dan Notaris, Surabaya,
Bina Ilmu, hlm.45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

Untuk kepentingan pelaksanaan tugas jabatan notaris, ditambahkan dengan

asas proporsionalitas dan asas profesionalitas. Asas-asas tersebut dapat adopsi

sebagai asas-asas yang harus dijadikan pedoman dalam menjalankan tugas jabatan

Notaris sebagai asas-asas pelaksanaan tugas jabatan notaris yang baik, dengan

substansi dan pengertian untuk kepentingan notaris, sebagai berikut : 102

a) Asas persamaan notaris dalam menjalankan tugas jabatanya, dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat tidak membeda-bedakan satu dengan

yang lainnya berdasarkan keadaan social-ekonomi atau alasan lainnya. Alasan

alasan seperti ini tidak dibenarkan dilakukan oleh notaris dalam melayani

masyarakat, hanya alasan hukum yang boleh dijadikan dasar bahwa notaris tidak

dapat memberikan jasa kepada yang menghadap notaris. Bahkan dalam keadaan

tertentu, notaris wajib memberikan jasa hukum di bidang kenotariatan secara

cuma-cuma kepada yang tidak mampu (Pasal 37 UUJN).

b) Asas kepercayaan Jabatan notaris merupakan jabatan kepercayaan yang

harus selaras dengan mereka yang menjalankan tugas jabatan Notaris sebagai

orang yang dapat dipercaya. Notaris sebagai jabatan kepercayaan tidak berarti

apa-apa jika ternyata mereka yang menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris

adalah orang yang tidak dapat dipercaya. Dalam hal ini, antara jabatan notaris dan

pejabatnya (yang menjalankan tugas jabatan notaris) harus sejalan bagaikan dua

sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, salah satunya dengan merahasiakan

segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan keterangan/ pernyataan para

pihak yang diperoleh dalam pembuatan akta, kevuali undang-undang

102
Ibid hal 45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

memerintahkannya untuk membuka rahasia dan memberikan

keterangan/pernyataan tersebut kepada pihak yang memintanya.

c) Asas kepastian hukum Notaris dalam menjalankan tugas jabatanya

wajib berpedoman secara normative kepada aturan hukum yang berkaitan dengan

segala tindakan yang akan diambil untuk kemudian dituangkan dalam akta.

Bertindak berdasarkan aturan hukum yang berlaku akan memberikan kepastian

kepada para pihak, bahwa akta yang dibuat dihadapan atau oleh notaris telah

sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, sehingga jika terjadi permasalahan,

akta Notaris dapat dijadikan pedoman oleh para pihak.

d) Asas Kecermatan Notaris dalam mengambil suatu tindakan harus

dipersiapkan dan didasarkan pada aturan hukum yang berlaku. Meneliti semua

bukti yang diperlihatkan kepada Notaris dan mendengarkan keterangan atau

pernyataan para pihak wajib dilakukan sebagai dasar untuk dituangkan dalam

akta. Asas kecermatan ini merupakan penerapan pasal 16 ayat (1) 59 huruf a,

antara lain dalam menjalankan tugas jabatan Notaris wajib bertindak seksama.

e) Asas Pemberian Alasan Setiap akta yang dibuat dihadapan atau oleh

Notaris harus mempunyai alasan dan fakta yang mendukung untuk akta yang

bersangkutan atau ada pertimbangan hukum yang harus dijelaskan kepada para

pihak/penghadap.

f) Larangan Penyalahgunaan Wewenang Pasal 15 UUJNP merupakan

batas kewenangan Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya. Penyalahgunaan

wewenang yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh Notaris di luar dari

wewenang yang tekah ditentukan. Jika Notaris membuat suatu tindakan di luar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

wewenang yang telah ditentukan, maka tindakan Notaris dapat disebut dengan

tindakan penyalahgunaan wewenang. Jika tindakan seperti itu merugikan para

pihak, maka para pihak yang merasa dirugikan dapat menuntut Notaris yang

bersangkutan dengan kualifikasi sebagai suatu tindakan hukum yang merugikan

para pihak. Para pihak yang menderita kerugian dapat menuntut penggantian

biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.

g) Larangan bertindak sewenang-wenang Notaris dalam menjalankan

tugas jabatannya dapat menentukan bahwa tindakan para pihak dapat dituangkan

dalam bentuk akta notaris atau tidak. Sebelum sampai pada keputusan seperti itu,

Notaris harus mempertimbangkan dan melihat semua dokumen yang diperlihatkan

kepada Notaris. Dalam hal ini notaris mempunyai peranan untuk menentukan

suatu tindakan dapat dituangkan dalam bentuk akta atau tidak, dan keputusan

yang diambil harus didasarkan pada alasan hukum yang harus dijelaskan kepada

para pihak.

h) Asas Proporsionalitas Dalam pasal 16 ayat (1) huruf a, Notaris dalam

menjalankan tugas jabatannya wajib bertindak menjaga kepentingan para pihak

yang terkait dalam perbuatan hukum atau dalam menjalankan tugas jabatan

Notaris. Di samping itu, wajib mengutamakan adanya keseimbangan antara hak

dan kewajiban para pihak yang menghadap Notaris.103

Notaris dituntut untuk senantiasa mendengar dan mempertimbangkan keingininan

para pihak agar tindakannya dituangkan dalam akta Notaris, sehingga kepentingan

103
Op.cit hal 45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

para pihak terjaga secara proporsional yang kemudian dituangkan ke dalam

bentuk akta Notaris.

i) Asas Profesionalitas Dalam pasal 16 ayat (1) huruf e, notaris wajib

memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam UUJNP, kecuali ada

alasan untuk menolaknya, asas ini mengutamakan keahlian (keilmuan) Notaris

dalam menjalankan tugas jabatannya berdasarkan UUJN dan Kode Etik Jabatan

Notaris. Tindakan profesioanl Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya

diwujudkan dalam melayani masyarakat dan akta yang dibuat di hadapan atau

oleh Notaris.

Jadi dapat disimpulkan bahwa notaris itu adalah seorang pejabat umum

yang diangkat Oleh seorang penguasa umum, juga seorang praktisi hukum yang

jujur, pandai membuat tulisan dalam bentuk akta otentik, teliti, berpendirian

teguh, slalu bertindak berdasarkan hukum. Notaris sebagaimana tersebut di atas,

diharapkan untuk senantiasa menjungjung tinggi keluhuran dari martabat dan

tugas jabatannya serta menjalankan tugas dengan memenuhi persyaratan yang

ditentukan oleh perundang-undangan. Kewenangan Notaris Setiap perbuatan

pemerintahan disyaratkan harus bertumpu pada kewenangan yang sah, tanpa

adanya kewenangan yang sah seorang pejabat ataupun Badan Tata Usaha Negara

tidak dapat melaksanakan suatu perbuatan pemerintahan. 104 Oleh karena itu

kewenangan yang sah merupakan atribut bagi setiap pejabat ataupun bagi setiap

badan. Wewenang (atau sering pula ditulis dengan istilah kewenangan)

merupakan suatu tindakan hukum yang diatur dan diberikan kepada suatu jabatan

104
Tan Thong Kie, Studi Notariat & Serba serbi praktek Notaris, Jakarta, PT.Ichtiar
Baru Van Hoe, 2007 , hal. 460 )

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur jabatan

yang bersangkutan. Dengan demikian setiap wewenang ada batasannya

sebagaimana yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan yang

mengaturnya. Wewenang Notaris terbatas sebagaimana peraturan perundang-

undangan yang mengatur jabatan pejabat yang bersangkutan. Dengan demikian

jika seseorang pejabat (Notaris) melakukan suatu tindakan diluar wewenang yang

telah ditentukan, dapat dikategorikan sebagai perbuatan melanggar wewenang.

Wewenang yang diperoleh suatu jabatan mempunyai sumber asalnya. Dalam

hukum administrasi wewenang bisa diperoleh secara Atribusi, Delegasi atau

Mandat. Wewenang secara atribusi adalah pemberian wewenang yang baru

kepada suatu jabatan berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan .

Wewenang secara Delegasi merupakan pemindahan/pengalihan wewenang

yang ada berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan atau aturan hukum.

Dan Mandat sebenarnya bukan pengalihan atau pemindahan wewenang, tapi

karena yang berkompeten berhalangan. Berdasarkan UUJNP, maka notaris

sebagai pejabat umum memperoleh wewenang secara atribusi. Karena wewenang

tersebut diciptakan dan diberikan oleh UUJNP sendiri. Jadi wewenang yang

diperoleh notaris bukan berasal dari suatu lembaga. Mengenai kewenangan notaris

tersebut dalam Pasal 15 dari ayat (1) sampai dengan (3) UUJNP, yang dapat

dibagi menjadi: 105

a) Kewenangan Umum Notaris.

b) Kewenangan Khusus Notaris.

105
Undang-Undang Jabatan Notaris, UU No 30 Tahun 2004 Pasal 15 ayat 1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

c) Kewenangan Notaris yang akan ditentukan kemudian.

Kewenangan umum notaris menurut undang-undang ini diatur dalam Pasal

15 ayat (1) yang menyatakan bahwa: “Notaris berwenang membuat akta autentik

mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh yang

berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta autentik, menjamin kepastian

tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan

kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga

ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan

oleh undang-undang”106

B. Klausul - klausul Dalam Akta Cessie Yang dibuat dihadapan Notaris.

Akta notaris adalah Akta Autentik yang dibuat oleh atau dihadapan

notaris, menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam undang undang

jabatan notaris ( Pasal 1 angka 7 UUJN ).

Akta adalah surat atau tulisan yang dijadikan sebagai alat bukti (Pasal 1867 BW ).

Akta ada 2 ( dua ) jenis yaitu akta otentik dan akta dibawah tangan ( 1867 BW ).

Akta Otentik memiliki kekuatan pembuktian sempurna ( 1870 BW ).

Sedangkan akta dibawah tangan tidak memiliki aturan bentuk, tidak dibuat oleh

pejabat yang berwenag dan tidak mempunyai kekuatan pembuktian sempurna.

Sebagaimana akta akta yang dibuat oleh notaris, akta cessie juga memiliki

3 ( tiga ) bentuk akta sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 38 UUJN yaitu :

1. Kepala Akta ( Awal Akta )

2. Badan Akta

106
Ibid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

3. Akhir Akta ( Penutup Akta ).107

1. Kepala Akta ( Awal Akta )

Kepala akta atau awal akta merupakan bagian dari sebuah akta.

Didalam sebuah akta cessie awal akta terdiri dari :

a. Judul Akta

Judul akta cessie biasanya ditulis dengan “ Pengalihan dan Penyerahan

hak ( cessie ).

b. Nomor Akta.

Nomor akta disesuaikan dengan penomoran akta dikantor notaris yang

membuat akta cessie.

c. Jam, Hari dan Tahun akta.

Notaris menjamin kepastian jam, hari dan tahun di dalam akta cessie

yang dibuat.

d. Nama lengkap dan tempat kedudukan notaris.

Dalam sebuah akta cessie nama lengkap dan gelar sah notaris harus

dicantumkan dengan lengkap tanpa singkatan singkatan dan sesuai

dengan SK pengangkatan . Tempat kedudukan harus dicantumkan

dalam akta sesuai dengan SK pengangkatan. Jika notaris pengganti

(jika notaris pengganti yang membuat, selain nama lengkap dan tempat

kedudukan juga harus mencantumkan nomor dan tanggal

pengangkatan serta pejabat yang mengangkatnya.

2. Badan akta

107
Hendry Sinaga, Modul Kuliah, Medan 2018, hal 11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

Dalam sebuah akta cessie badan akta , memuat :

a. Identitas penghadap ( Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir,

kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para

penghadap dan orang orang yang mereka wakili. Dalam badan akta

cessei menjelaskan identitas para pihak yang biasaya disebut dengan

“Pemberi Hak/ penyerahan hak ( Biasanya disebut Pihak pertama )

dan Penerima penyerahan/pemindahan hak ( Biasanya disebut pihak

kedua ).

Selain menjelaskan identitas penghadap, bagian badan akta cesssei

juga menjelaskan kapasitas penghadap serta legalitasnya. Kapasitas

bertindak para penghadap dalam hal ini ada tiga, yaitu :

1. Direktur Utama ( Direksi ) yang mewakili perseroan terbatas.

2. Ketua ( Pengurus ) yang mewakili yayasan, koperasi, perkumpulan

dan badan bdan lain.

3. Bupati/ Walikota ( Pemerintah Daerah ) yang mewakili daerah

kabupaten/kota..

Sedangkan Kapasitas bertindak dalam kedudukan dalam hal ini ada 2 ( dua )

yaitu:

1. Orang tua /Wali yang mewakili anak dibawah umur.

2. Curator yang mewakili Curandus.

Isi Akta adalah Klausul klausul atau ketentuan ketentuan perjanjian yang

tercantum dalam akta, biasanya tertuang dalam bentuk pasal-pasal.108

108
Ibid. hal 12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

Isi dalam sebuah akta otentik herus memperhatikan 4 hal yaitu :

A. Pasal 3 KUHPerdata yang meyebutkan “ Tidak ada suatu hukum

Pidana ) yang mengakibatkan kematian perdata.

B. Pasal 1338 KUHPerdata menyebutkan “Semua perjanjian yang dibuat

secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuat

( kebabasan membuat perjanjian apapun ), perjanjian hanya dapat

dibatalkan oleh mereka yang mebuatnya.

C. Pasal 1320 syarat nya suatu perjanjian , sepakat, cakap,hal tertentu,

kesusilaan dan ketertiban.

D. Ketentuan yang tercantum dalam perjanjian bernama dan tidak

bernama.

Bagian isi akta, isi akta menguraikan syarat-syarat dan ketentuan sebagai

substansi perjanjian secara jelas, konkrit dan rinci sesuai dengan yang telah

diperjanjikan oleh para pihak yang membuat perjanjian. Perumusan isi akta

sebenarnya merupakan pemilihan norma-norma hukum individual dan konkrit

dalam aturan hukum positif (perundang-undangan yang berlaku) yang mendasari

atau berlaku terhadap seluruh fakta, relasi dan peristiwa hukum yang dikehendaki

atau yang tidak dikehendaki oleh para pihak yang membuat perjanjian.

Sebaliknya, perumusan isi akta juga dapat dipahami sebagai penyesuaian antara

kehendak para pihak yang membuat perjanjian dengan norma-norma hukum

individual dan konkrit dalam peraturan perundang-undangan dan mengakomodasi

serta memfasilitasi kehendak para pihak yang membuat perjanjian.109

109
Muhammad Syaifuddin, Hukum Kontrak, (Bandung: Bandar Maju, 2012), hlm. 115

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

Menurut Bapak Rudi Haposan, notaris Medan yang merupakan notaris rekanan

Koperasi simpan pinjam Indosurya “ dalam akta cessie Kalusul-klausul ( Pasal

pasal ) menerangkan :

1. Tentang kesepakatan antara para pihak yaitu Kreditur lama dan Kreditur

baru. Kreditur lama yang menjamin bahwa debitur akan membayar dan

melunasi kewajibanya kepada Kreditur baru ( Pihak kedua ). Dalam hal

ini berarti ada kewajiban kreditur lama untuk menjamin agar kredit

/pinjaman tetap dibayar oleh Debitur. Dalam prakteknya Cessie.

( Pengalihan hutang ) harus diberitahukan kepada Debitur, sehingga

debitur mengetahui kepada siapa dia harus membayar kewajibanya.

2. Mencantumkan kuasa , yaitu kuasa yang diberikan oleh pihak pertama (

Pemberi Cessie) kepada Pihak kedua ( Penerima Cessie ). Kuasa disini

termaksuk kepada :

- Untuk memberitahukan dengan surat jurusita atau dengan cara lain

tentang penyerahan hak, kepada semua relasi usaha pihak pertama

tersebut diatas/atau kepada siapa pun dan dimanapun yang

berkepentingan.

- Kuasa untuk melakukan peneguran, penagihan, penuntutan,

menandatangani dan menyerahkan kuitansi pembayaran piutang

kepada atau dari semua relasi usaha pihak pertama tersebut diatas.

- Kuasa untuk membayarkan kepada pihak kedua sendiri uang hasil

penagihan tersebut, dan memperhitungkanya dengan hutang atau

kewajibanya membayar debitur kepada pihak kedua.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

- Untuk melakukan tindakan tindakan lain tanpa pengecualian yang oleh

pihak kedua dianggap baik, berguna, perlu, sehingga tagihan pihak

kedua kepada debitur tersebut dapat terpenuhi.

- Kuasa untuk melakukan tindakan tindakan lain, tanpa pengecualian

yang oleh pihak kedua dianggap baik, berguna perlu sehingga tagihan

pihak kedua kepada debitur tersebut dapat terpenuhi.110

Dalam akta cessie harus memuat setidak tidaknya hak tagih yang dialihkan :

1. Nama-nama dari cedent, cessionaris dan debitur-cesus;

2. Keterangan/pernyataan dari pihak cedent dan cessionaris atas pengalihan

hak tagih;dan

3. Tanda tangan dari ceden dan cessionaris.

Proses pembuatan jaminan secra cessie sebagai jaminan, kreditur yang akan

menerima jaminan piutang dalam bentuk cessie tersebut harus melakukan

penelitian atas piutang tersebut dengan memastikan bahwa :

1. Piutang harus benar benar harus ada dan memang hak dari pemberi cessie

( kreditur lama/cedent )

2. Si berutang/debitur memiliki kemampuan untuk membayar

3. Merupakan piutang yang mudah ditagih dan belum dibayarkan kepada

kreditur (kreditur lama/cedent )

4. Piutang tidak sedang dijaminkan dalam bentuk gadai atau bentuk lain

kepada pihak lain.

110
Hasil wawancara dengan Bapak DR. Rudi Haposan Sihaan, SH, SPN,MKn , Pada hari
Selasa Tanggal 9 Juni 2020 di Jalan KH.Wahid Hasim No 106 Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

5. Bebas dari sgala tuntutan pihak lain

6. Debitur bebas dari kemungkinan pailit.111

C . Akta Cessie Terkait Dengan Hak Tanggungan

Kegiatan pemberian kredit/pinjaman tidak dapat dilepaskan dari kegiatan

pemberian jaminan yang dilakukan oleh debitur kepada kreditur. Keberadaan

jaminan tidak merupakan suatu keharusan, namun demi melindungi kepentingan

kreditur guna menjamin pelunasan dan/atau pembayaran kembali atas setiap

jumlah uang yang terhutang dan wajib dibayar oleh debitur kepada kreditur, maka

dapat disepakati adanya pemberian jaminan oleh debitur kepada kreditur.

Perjanjian pemberian jaminan ini bersifat accesoir dimana perjanjian

kredit/pinjaman adalah perjanjian pokok.

Pengalihan jaminan yang menjamin fasilitas kredit/pinjaman dari kreditur

lama kepada kreditur baru yang mengikat jaminan dalam perjanjian hak

tanggungan bukanlah merupakan perjanjian yang berdiri sendiri. Perjanjian hak

tanggungan dibuat mengikuti perjanjian yang terjadi sebelumnya yang disebut

perjanjian induk. Perjanjian induk yang terdapat pada hak tanggungan adalah

perjanjian kredit atau pinjam meminjam uang atau perjanjian hutang piutang.

Hak tanggungan merupakan perjanjian accesoir. Penegasan azaz accesoir

yang disebut diatas, dijelaskan dalam angka 8 pada penjelasan UUHT ( Undang-

Undang hak tanggungan ). Dalam angka 8 pada penjelasan UUHT tersebut

dinyatakan bahwa :112

111
Dr.Rudy Haposan Sihaahnan,S.H,Sp1.M.Kn , Perjanjian Kredit Perbankan Aspek Hukum
dalam Teor I & Praktek,USU Press, 2020, hal. 860.
112
Undang- undang Hak Tanggungan no 4 tahun 1996

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

“ Oleh kerana hak tanggungan menurut sifatnya merupakan ikutan atau


accesoir pada suatu piutang tertentu, yang didasarkan pada suatu perjanjian utang
piutang atau perjanjian lain, maka kelahiran dan keberadaanya ditentukan oleh
adanya piutang yang dijamin pelunasanya...”

Dalam pasal 10 ayat 1 UUHT dinyatakan bahwa perjanjian untuk

memberikan hak tanggungan merupakan bagian tak terpisah perjanjian utang

piutang yang bersangkutan.

Pengalihan piutang yang dilakukan oleh Kreditur lama kepada kreditur

baru ( Cessie) memiliki kaitan dengan hak tanggungan. Pengaliha piutang yang

dilakukan oleh kreditur tidak mengakibatkan berakhirnya perjanjian kredit. Dan

perjanjian jaminan yang bersifat accesoir dari perjanjian kredit juga tetap berlaku.

Pengalihan hak dan kewajiban meliputi juga pengalihan hak dan kewajiban

kreditur berdasarkan suatu perjanjian pemberian jaminan yang merupakan

accesoir dari pejanjian kredit yang bersangkutan . Aapabila suatu piutang yang

dialihkan timbul dari suatu perjanjian kredit/pinjaman dan dijamin dengan hak

tanggungan , maka jika kredit tersebut dialihkan oleh kreditur dengan cara cessie

hak kreditur sebagai pemegang hak tanggungan akan berpindah dan beralih

kepada pihak ketiga yang menerima pengalihan kredit yang dimaksud.

Pasal 16 ayat (1) UUHT ( Undang-undang hak tanggungan ) berbunyi:

“Jika piutang yang dijamin dengan Hak Tanggungan beralih karena cessie,

subrogasi, pewarisan, atau sebab-sebab lain, Hak Tanggungan tersebut

ikut beralih karena hukum kepada kreditor yang baru. Maka dari itu, jika

piutang yang dijamin dengan hak tanggungan beralih karena subrogasi,

hak tanggungan tersebut juga ikut beralih karena hukum kepada kreditor

yang baru.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

Peralihan hak tanggungan tersebut kemudian wajib didaftarkan oleh

kreditor yang baru kepada kantor pertanahan.

kemudian, beralihnya hak tanggungan kepada pihak ketiga mulai berlaku

pada hari tanggal pencatatan pada buku tanah, yaitu tanggal hari ketujuh

setelah diterimanya secara lengkap surat-surat yang diperlukan bagi

pendaftaran beralihnya hak tanggungan atau hari berikutnya jika hari

ketujuh jatuh pada hari libur.

Penjelasan Pasal 16 ayat (1) UUHT menerangkan bahwa peralihan hak

tanggungan terjadi karena hukum, sehingga hal tidak perlu dibuktikan dengan

akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah. Pencatatan cukup dilakukan

berdasarkan akta yang membuktikan beralihnya piutang yang dijamin kepada

kreditor yang baru. Sehingga Peralihan hak tanggungan tersebut kemudian wajib

didaftarkan oleh kreditor yang baru kepada kantor pertanahan. 113

Dengan demikian, apabila memang benar terjadi pengalihan piutang melalui

cessie antara kreditor lama dengan kreditur baru , maka dibutuhkan:

1. Akta yang membuktikan beralihnya piutang yang dijamin kepada kreditor

yang baru; dan

2. Pendaftaran beralihnya hak tanggungan oleh kantor pertanahan dengan

mencatatnya pada buku tanah hak tanggungan dan buku tanah hak atas tanah

obyek hak tanggungan serta pada salinan sertifikat hak tanggungan dan sertifikat

hak atas tanah yang bersangkutan.

113
Hery Shietra, aspek hukum cessei dan subrogasi https://www.hukum-
hukum.com/2014/08/aspek-hukum-cessie-dan-subrogasi.html, diakses pada tanggal 20-
juni-2020.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

PELAKSANAAN CESSIE DI KOPERASI SIMPAN PINJAM


INDOSURYA

A.Tinjauan umum tentang koperasi simpan pinjam Indosurya

Koperasi Simpan Pinjam Indosurya atau sering disbut dengan Indosurya

simpan pinjam (ISP) diperkenalkan sebagai instansi di bawah pengawasan

Kementerian Koperasi. Bidang usahanya funding (Tabungan, deposito ) dan

pembiayaan usaha. ISP didirikan berdasarkan akta pendirian no, 84 tgl 27

September 2012 dengan pengesahan melalui keputusan Dinas Koperasi Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah dan Perdagangan Provinsi DKI Jakarta no.

430/BH/XII.1/1.829.31/XI/2012.114

Dari hasil wawancara dengan Ibu Shelly Lim, Business Manager Koperasi

Simpan Pinjam Indosurya Medan, Koperasi simpan pinjam indosurya merupakan

anak perusahaan dari Indosurya Group. Dimana Indosurya Group adalah holding

company yang memiliki beberapa anak peusahaan seperti Indosurya Securities,


115
Indosurya Inti Finance, Indosurya Ansurance . Koperasi simpan pinjam

Indosurya adalah institusi keuangan simpan pinjam untuk anggota dan calon

anggota yang mengikuti ketentuan UU Perkoperasian di bawah pengawasan

kementrian koperasi dan UKM, dimana layanan keuangannya setara dengan

layanan perbankan pada umumnya. Indosurya simpan pinjam juga berusaha untuk

114
Company overview, https://www.jobstreet.co.id/en/companies/779475-koperasi-
simpan-pinjam-indosurya-cipta, diakses pada tanggal 17- Mei-2020 pukul 17.05wib
115
Hasil wawancara dengan Ibu Shelly Lim, Business Manager Koperasi Simpan Pinjam
Indosurya Medan, pada hari jumat, 12 juni 2020

92

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

membantu para anggotanya dalam mengembangkan usahanya pada saat mereka

memerlukan modal kerja. Indosurya simpan pinjam menghimpun dana dari

anggota dan calon anggota yang kemudian menyalurkan kembali dana tersebut

kepada anggota dan calon anggota dalam bentuk pinjaman.

B. Fasilitas Pinjaman di Koperasi Simpan Pinjam Indosurya.

Koperasi simpang pinjam indosurya menjankan kegiatan usahanya dengan

memberikan pinjaman kepada anggotanya ( Peminjam ). Dengan menerapkan

bunga diatas rates bunga ( margin ) Bank , tidak membuat koperasi kehilangan

pasar ( market ) di Masyarakat.

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya peminjam dikarenakan kebutuhan masyarakat

akan modal untuk usaha .

Koperasi simpan pinjam indosurya memiliki beberapa produk pinjaman antara

lain :116

1. Jenis jenis Pinjaman di Koperasi Simpan pinjam Indosurya

a. ISP Flexi .

- Bunga dimulai dari 1,5 % - 3 % Flat /Bulan atau setara 31,4% - 62,8 %

effektif/tahun .

- Pinjaman dimulai dari 100 juta- 500 juta

- Tujuan pinjaman untuk Investasi, Modal Kerja dan Konsumtif.

- Biaya Provisi 1-5 % - 5 % dari Plafond pinjaman

- Biaya Afraisal 1 Juta.

116
Ibid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

- Administrasi : 1 % dari Plafond Pinjaman

- Biaya Notaris Pengikatan Pinjaman, biaya Hak Tanggungan

- .Pinjaman di cover dengan asuransi jiwa dan asurasi kebakaran.

b. ISP Optima

- Bunga dimulai dari 1,1 % sampai dengan 3 % Flat/bulan atau setara

dengan 22,8 % - 62,2 % effektif/pertahun

- Pinjaman dimulai dari 101 juta - 2 M

- Tujuan Pinjaman untuk investasi , Modal Kerja dan Konsumtif.

- Biaya Provisi 1,5 % - 5 % dari Plafond Pinjaman

- Administrasi : 1 % dari Plafond Pinjaman

- Biaya Notaris pengikatan pinjaman, biaya hak tanggungan

- Pinjaman di cover dengan asuransi jiwa dan kebakaran.

Dari hasil wawancara dengan Ibu Shelly Lim , “ Koperasi simpan pinjam

indosurya mampu menarik hati masyarakat dalam hal pengadaan dana pinjaman,

dikarenkan Koperasi Indosurya sebagai badan hukum yang dibawah naungan

Kementrian Koperasi bukan dibawah Otorisasi Jasa Keuangan ( OJK ) . 117Yang

berarti boleh menyalurkan pinjaman tanpa IDI BI ( Bi Checking ) atau yang lebih

dikenal saat ini dengan cek OJK ( otorisasi jasa keuangan ). Masyarakat yang

memiliki tunggakan di Bank Atau dilembaga keuangan lain seperti Leasing tidak

bisa mendapatkan fasilitas pinjaman di bank atau dilembaga keuangan. Syarat

untuk mendapatkan kredit salah satunya adalah bersih dalam cek ojk (otorisasi

jasa keuangan )didalam sistem informasi debitur(sid) Tidak memiliki tunggakan

117
Op.cit, hasil wawancara dengan Shelly Lim

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

kredit baik kolektibilitas dalam perhatian khusus hingga Macet. Sehingga

meminjam di koperasi simpan pinjam indosurya adalah solusi bagi masyarakat

yang sudah memiliki tunggakan pinjaman, baik dalam kolektibilas perhatian

khusus ataupun macet. Saat ini Portofolio pijaman di Koperasi Simpan Pinjam

Indosurya berkisar 3 Trilyun .

2. Jaminan Pada Fasilitas Pinjaman di Koperasi Simpan Pinjam

Indosurya.

Bagi lembaga keuangan bank maupun non bank, jaminan merupakan salah satu

syarat untuk dapat dikabulkanya permohonan kredit/pinjaman. Ada dua jenis

kredit/pinjaman digolongkan berdasarkan barang jaminan yaitu :118

1. Secure Loan ( Pinjaman aman )

2. Ansecured Loan ( Pinjaman tidak aman )

Kata “aman dan tidak aman” biasanya mengacu pada pada aspek

collateral/agunan yang menjadi landasan second way out dari suatu pembiayaan,

karena suatu bank/lembaga keuangan lain pastinya tidak pernah mengharapkan

sampai menjual agunan nasabah jika kredit itu masuk bisa diselamatkan secured

loan maksudnya adalah pemberian kredit yang dijamin oleh adanya agunan

terutama yang bersifat fixed asset (tanah, bangunan), inventory, atau cash

collateral (blokir tabungan atau deposito) jenis kredit ini sendiri bervariasi bisa

berbentuk modal kerja, kredit investasi, dan bunganya pastinya lebih rendah

daripada unsecured loan.Sedangkan unsecured loan adalah pemberian kredit yang

118
Zahra Afifah , Devinisi,fungsi unsur dan jenis kredit
https://abstraksiekonomi.blogspot.com/2013/11/kredit-devinisi-fungsi-unsur-dan-jenis.html,
diakses pada tanggal 12 juni 2020,pukul 16.00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


96

tidak dijamin oleh agunan tambahan, seperti contohnya Kartu Kredit, tanpa

agunan (KTA) maupun kredit untuk karyawan dan pensiunan yang agunannya

biasanya adalah SK pengangkatan maupun kartu pensiun (KARIP), dan pastinya

bunganya lebih besar daripada kredit yang memakai agunan, karena bank/lembaga

keuangan lain menanggung risiko yang lebih besar dengan tidak adanya”bemper”,

kalau kreditnya nunggak tidak ada yang bisa disita. Dari hasil wawancara dengan

ibu Shelly Lim “ koperasi simpan pinjam indosurya selain mengucurkan pinjaman

untuk calon peminjam yang memiliki kolektibilitas perbankan lancar, juga

mengucurkan dana untuk calon peminjam yang memiliki tunggakan kredit di

perbankan atau lembaga keuangan lain atau masuk dalam daftar hitam OJK

(Otorisasi Jasa Keuangan ). Koperasi simpan pinjam Indosurya hanya

mengucurkan pinjaman dengan jaminan (Secure Loan )119. Hal ini dikarenakan

market ( pasar ) terbesar daripada koperasi simpan pinjam indosurya adalah calon

peminjam yang sudah tidak bisa diproses lagi kreditnya oleh bank/lembaga

keuangan lainya. Sehingga tingkat resiko Risk ) sangat tinggi. Karena calon

pemimjam sudah memiliki tunggakan kredit (kolektibilitas dalam perhatian

khusus hingga macet ) sehingga kemungkinan untuk macet sangat tinggi.

Sehingga jaminan dijadikan second way ( jalan alternative ) disaat kredit

bermasalah atau gagal bayar. Penilaian jaminan (appraisal jaminan ) yang

dilakukan oleh Koperasi Simpan Pinjam indosurya jahu berbeda dengan penilaian

yang dilakukan oleh Perbankan atau lembaga keuangan lainya. Koperasi simpan

pinjam menerapkan Loan To Value ( LTV ) besarnya penilaian agunan dibanding

119
Hasil wawancara dengan Ibu Shelly Lim, Business Manager Koperasi Simpan Pinjam
Indosurya Medan, pada hari jumat, 12 juni 2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

besarnya pinjaman sebesar 40 % - 50 % . Contohnya jika Jaminan dinilai seharga

1 Milyard maka besarnya pinjaman yang hanya bisa diberikan sebesar 400 juta

hingga maksimal 500 juta. Berbeda dengan perbankan dan lembaga keuangan lain

yang menerapkan LTV berkisar 70 % - 80 %. Contohnya jika Jaminan dinilai

seharga 1 Milyard maka besarnya kredit yang diberikan sebesar 700 juta hingga

maksimal 800 juta. Menurut Ibu Shelly Lim rendahnya LTV ( Loan To Value ) di

Koperasi simpan pinjam Indosurya dikarenakan untuk memudahkan eksekusi

jaminan apabila terjadi kredit/pinjaman macet.120

Dalam Pasal 2 ayat 1 ( satu )surat keputusan direksi Bank Indonesia nomor

23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang jaminan pemberian kredit,

memberi pengertian bahwa yang dimaksud dengan jaminan dalam hal ini adalah

“Suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai

dengan yang diperjanjikan”, sedangkan yang dimaksud dengan agunan menurut

pasal 1 butir 23 ( dua puluh tiga ) Undang-undnag nomor 10 tahun 1998 adalah “

Jaminan tambahan yang diserahkan kepada bank dalam rangka pembrian fasilitas

kredit atau pembiayaaan.

Thomas Suyatno mengemukakan bahwa , “ Jaminan secara umum dapat

diartikan sebagai penyerahan kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang

untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang.121 . Penyerahan kekayaan

debitur merupakan bukti kesungguhan debitur untuk mengembalikan dana yang

dipinjam oleh kreditur.

120
Ibid
121
Thomas Suyatno, Dasar-dasar Perkreditan, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta 1992. Hal 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98

Thomas Suyatno berpendapat bahwa kegunaan jaminan adalah untuk :

1. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan

pelunasan dari hasil penjualan barang-barang janminan tersbut apabila

nasabah melakukan cidera janji, yaitu tidak membayar kembali utangnya

pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian

2. Menjamin agar nasabah berperan serta dalam transaksi untuk membiayai

usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau

proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaanya, dapat

dicegah atau sekurang kurangnya kemungkinan untuk dapat berbuat

demikian diperkecil terjadinya.

3. Memberikan dorongsn kepada debutur ( tertagih ) untuk memenuhi

perjanjian kredit .khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dnegan

syarat-syarat yang telah disetujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang

telah dijaminkan kepada bank.122

Jaminan sebagai motivator kepada debitur supaya menjalankan usahanya

secara baik, dan menggunakan dana kredit/pinjaman sesuai dengan tujuan

pengajuan pemberian kredit/pinjaman.

Dari definisi jaminan dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi utama dari

jaminan adalah untuk mendapatkan kepercayaan dari kreditur. Bahwa dalam hal

ini seorang calon debitur mempunyai kemaampuan untuk memenuhi clausul yang

telah disepakati bersama oleh para pihak. R.Soebekti memberi pendapat bahwa :

122
Ibid, hal 81.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

Pemberian jaminan kebendaan kepada si Kreditur, memberikan suatu

keistimewaan baginya terhadap kreditur lainya.123

B. Terjadinya Perjanjian Pengalihan Piutang Cessi antara Koperasi simpan

Pinjam Indosurya dan Indosurya Inti Finance.

1. Pelaksanaan Cessie di Koperasi Simpan Pinjam

Shelly Lim, Business Manager Koperasi Simpan Pinjam mengatakan

bahwa sebagian pinjaman di koperasi simpan pinjam Indosurya telah dialihkan

kepada Indosurya Inti Finance. 124 Pengalihan pinjaman tersebut dilaksanakan

berdasarkan perjanjian jual beli piutang No. 071/JBP/ISP-IIF/VIII/2018 dan

perjanjian cessie nomor 72/CESSIE/ISP-IIF/VIII/2018 antara Indosurya Inti

Finance dan Koperasi Indosurya .

Koperasi simpan pinjam Indosurya dan Indosurya Inti Finance merupakan

bagian dari Holding Company Indosurya Group.

PT Indosurya Inti Finance atau IIF didirikan pada tanggal 27 Mei 2011

berdasarkan izin dari Kementerian Keuangan dan BAPEPAM-LK dengan Surat

Keputusan Nomor: KEP-425/KM.10/2011, adalah salah satu lembaga keuangan

yang bernaung di bawah Indosurya Group yang bergerak dalam bidang keuangan

dan properti di Indonesia selama lebih dari 30 tahun.

Indosurya Inti Finance merupakan Perusahaan Multifinance pertama di Indonesia

yang berfokus menyediakan fasilitas pembiayaan usaha kecil dan menengah

(SME), sebagai wujud komitmen untuk menunjang pertumbuhan ekonomi

123
R. Soebekti, Jaminan-jaminan untuk pemberian kredit Menurut Hukum Indonesia,
Cetakan Ketiga, Bandung, Alumni.1996. hal 29.
124
Hasil wawancara dengan Ibu Shelly Lim, Business Manager Koperasi Simpan Pinjam
Indosurya Medan, pada hari jumat, 12 juni 2020.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


100

terutama di sektor usaha kecil dan menengah yang merata bagi masyarakat di

Indonesia. Indosurya Inti Finance diakui dengan berbagai penghargaan yang terus

didapatkan, diantaranya menjadi “Peringkat 1 The Best Risk Management”

Kategori Multifinance dengan Company Aset 1T – 5T oleh Economic Review

dalam Indonesia Enterprise Risk Management Award – III 2019 dan The Best in

Finance Kategori Multifinance pada Indonesia Finance Award - II 2019.

Di tahun 2020 penghargaan kembali diraih sebagai peringkat 2 dalam ajang

Indonesia Corporate Secretary & Corporate Communication Award (ICCA-V-

2020) pada kategori perusahaan Multifinance Aset 1T – 5T.125

2.Latar belakang terjadinya Pengalihan Hutang ( Cessie )

kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Penetapan nilai piutang pembiayaan

dengan kategori kualitas NPF yang dimaksud adalah setelah pengurangan

cadangan

penyisihan penghapusan piutang pembiayaan wajib paling tinggi sebesar 5% dari

total piutang pembiayaan. 126 Pengalihan Piutang ( Cessie ) yang terjadi di

Koperassi Simpan Pinjam Indosurya, dilatar belakangi karena target Fortopolio

dari sebuah perusaahan Pembiayaan yang berada di bawah pengawasan OJK (

Otorisasi Jasa Keuangan ). Indosurya Inti Finance merupakan perusahaan multi

finance yang masuk dalam kategori lembaga pembiayaan dengan asset berkisar 1-

5 T. Untuk memenuhi target besarnya asset maka, Indosurya Inti Finance

125
https://indosurya.finance/tentangkami#:~:text=PT%20Indosurya%20Inti%20na
nce%20atau,bidang%20keuangan%20dan%20properti%20di.diaksses pada tangal 8 Juni
2020,pukul 15.20
126
https://keuangan.kontan.co.id/news/rasio-modal-multifinance-minimal-10-dari-
aset, diakses pada tanggal 25 juni 2020.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


101

mengambil alih piutang dari Koperasi Simpan Pinjam Indosurya. Pengalihan

piutang dari Kreditur lama ( Koperasi Simpan Pinjam Indosurya ) kepada

Indosurya Inti Finance ( IIF ) yang merupakan anak perusahaan yang termasuk

dalam Indosurya Group.

Perusahaan pembiayaan atau multifinance wajib memenuhi rasio

permodalan paling sedikit 10% dari aset. Penetapan ini berguna untuk menjaga

tingkat kesehatan keuangan multifinance. Dalam Surat Edaran OJK (SE) OJK

Nomor 1/SEOJK 05/2016 tentang tingkat kesehatan keuangan perusahaan

pembiayaan, OJK menetapkan rasio permodalan paling sedikit 10% dari asset.

Bagi multifinance berbentuk badan hukum perseroan terbatas, penjumlahan

ditetapkan berdasarkan dua penjumlahan. Pertama, berasal dari ekuitas yang

disesuaikan. Di antaranya modal disetor, tambahan modal modal disetor, serta

selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas. Plus, saldo laba atau rugi. Kedua,

pinjaman subordinasi paling tinggi 50% dari modal disetor. Pinjaman subordinasi

juga harus memenuhi kriteria seperti paling singkat misalnya berjangka waktu

lima tahun. Di sisi lain, dari kualitas piutang pembiayaan. OJK menetapkan nilai

piutang pembiayaan dikategorikan sebagai piutang pembiayaan bermasalah (non

perfoaming finance) terdiri dari piutang pembiayaan dengan

Aturan yang ketat dari Otorisasi Jasa Keuangan untuk lembaga

pembiayaan, yang mensyaratkan akan kualitas kredit yang sehat dan kecukupan

modal yang berbanding dengan asset inilah yang mendasari terjadinya cessei

antara Koperasi simpan pinjam indosurya dengan Indosurya inti finance.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


102

Pengalihan piutang Nasabah lancar Koperasi Simpan Indosurya kepada Indosurya

Inti Finance dimaksudkan untuk mencukupi portofolio asset pembiayaan dan

menambah jumlah pembiayaan lancar. Sehingga mampu menekan persentase dari

pembiayaan kualitas kurang lancar ataupun macet.127

3.Pelaksanaan Pengalihan hutang ( Cessie ) dari Koperasi Simpan Pinjam

Indosurya kepada Indosurya Inti Finance.

Pengalihan pinjaman ( Cessie ) di Koperasi simpan pinjam Indosurya

dilaksanakan berdasarkan perjanjian jual beli piutang No. 071/JBP/ISP-

IIF/VIII/2018 dan perjanjian cessie nomor 72/CESSIE/ISP-IIF/VIII/2018 antara

Indosurya Inti Finance dan Koperasi Indosurya .

Pasal 613 KUHPerdata menyebutkan bahwa :

“ Penyerahanakan piutang piutang atas nama dan kebendaan tidk bertubuh


lainya, dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta otentik atau dibawah tangan
, dengan mana hak hak atas kebendaaan itu dilimpahkan kepada orang lain.
Penyerahan demikian bagi siberhutang tidak ada akibatnya, melainkan setelah
penyerahan itu diberitahukan kepadanya atau secara tertulis disetujui dan
diakuinya. Penyerahan tiap-tiap piutang karena surat bawa dilakukan dengan
penyerahan surat itu;penyerahan tiap-tiap piutang karena surat ditunjuk dilakukan
dengan penyerahan surat disertai dengan endosemen”.

Unsur –unsur yang dapat disimpulkan berdasarkan Pasal 613 KUHPerdata

tersebut dalam suatu tindakan cessie, yakni :

127
Hasil Wawancara, Shelli Lim Business Manager Koperasi Simpan Pinjam Indosurya
pada hari jumat, 12 juni 2020.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


103

1. Dibuatkan akta otentik atau akta dibawah tangan

2. Hak-hak yang melekat pada piutang atas nama dialihkan/berpindah

kepada pihak penerima pengalihan.

3. Cessie hanya berakibat hukum kepada debitur jika telah diberitahukan

kepadanya atau secara tertulis disetujui dan diakuinya.

Pelaksanaan cessie di Koperasi simpan pinjam indosurya, setelah ditanda

tangani perjanjian jual beli piutang No. 071/JBP/ISP-IIF/VIII/2018 dan

perjanjian cessie nomor 72/CESSEI/ISP-IIF/VIII/2018 antara Indosurya Inti

Finance dan Koperasi Indosurya , maka pihak koperasi simpan pinjam indosurya

menyurati Peminjam ( Nasabah ) untuk menanda tangani surat pemberitahuan

dan persetujuan pengalihan piutang ( cessie ).

Pelaksanaan cessie di Koperasi Simpan Pinjam Indosurya berdasarkan

hasil wawancara dengan Nunik Zulfriani salah satu peminjam, yang pinjaman nya

dialihkan kepada Indosurya Inti Finance mengatakan “ Karyawan Koperasi

Indosurya memberitahu bahwa pinjaman beliau dialihkan ke anak perusahaan

indosurya, yaitu Indosurya Inti Finance yang masih satu perusahaan, sehingga

saya tidak perlu khawatir, dan mereka memberikan sebuah surat yang harus saya

tanda tangani , dan saat itu saya diberi voucer pulsa”128

Wahyu Hidayani salah satu peminjam di Koperasi Simpan Pinjam

Indosurya , yang pinjamannya dialihkan kepada Indosurya Inti Finance

mengatakan “ Ada Marketing indosurya yang datang kerumah nya dan

memberitahu kalau pinjaman beliau telah beralih kepada anak perusahaan

128
Hasil wawancara dengan Nunik Zulfriani, peminjam Koperasi simpan pinjam
Indosurya.pada 13 Juni 2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


104

indosurya, beliau disuruh menanda tangani sepucuk surat yang isinya

memberitahukan kalau pinjaman beliau telah dialihkan kepada anak perusahaan

indosurya”129

Dengan diberitahukan kepada peminjam dan disetujui secara tertulis,

berarti cessie telah berlaku dan memiliki akibat hukum, yaitu pihak Indosurya Inti

Finance memiliki hak menagih piutang kepada Peminjam ( Anggota Koperasi

Indosurya )

Sihar Maruli, Busisness Manager Indosurya Inti Finance mengatakan “

Pelaksanaan cessei di IIF sebagai kreditur baru hanya secara system operasional.

Didalam system operasional , peminjam sudah tercatat memilikin accont,

(rekening pinjaman ) indosurya inti finance. Namun, dalam system maintance

account baik itu berupa pengelolaan, penagihan angsuran tetap dilakukan oleh

Koperasi simpan pinjam Indosurya. 130

Yang artinya cessie yang terjadi tetap dikelola ( maintance ) oleh koperasi

simpan pinjam indosurya, namun dalam system operasional peminjam telah

tercatat sebagai debitur Indosurya inti finance yang merupakan perusahaan

pembiayaan yang merupakan perusahaan dari Indosurya Group.

129
Hasil wawancara dengan Wahyu Hidayani, peminjam Koperasi Simpan Pinjam
Indosurya , pada tanggal 12 Juni 2020
130
Hasil wawancara dengan Bapak Sihar Maruli, Business Manager Indosurya Inti
Finance.pada tanggal 13 Juni 2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


105

C.Akibat Hukum Pelaksanaan Cessie Pada Koperasi Simpan Pinjam

Indosurya.

1.Akibat Hukum Cessie Terhadap Pinjaman Nasabah ( Anggota Koperasi

Indosurya simpan Pinjam ).

Akibat hukum perjanjian cessie terhadap kreditur baru ( cessionaris ) dan

kreditur lama ( cedent ) di Koperasi simpan pinjam indosurya adalah berubahnya

hak dan kewajiban dari kreditur baru ( cessionaris ) dan kreditur lama ( cedent )

sebagaimana ketentuan Pasal 613 KUHPerdata.

Pengalihan pinjaman ( Cessie ) yang terjadi antara Koperasi simpan

pinjam indosurya dengan Indosurya inti finance , merubah posisi kreditur yang

awalnya adalah koperasi simpan pinjam indosurya yang merupakan lembaga

keuangan non bank yang berada dibawah pengawasan Kementrian koperasi dan

usaha kecil dan menengah Republik Indonesia sekarang menjadi Indosurya Inti

Finance ( Kreditur baru ) yang merupakan lembaga pembiayaan multi finance

yang berada dibawah pengawasan OJK ( Otorisasi Jasa Keuangan ) Republik

Indonesia.

Pengalihan piutang ini berdampak pada peminjam ( anggota koperasi

simpan Pinjam Indosurya ). Menurut Shelly lim, Business Manager Koperasi

Simpan Pinjam Indosurya “meski pengelolaan nasabah tetap dilakukan oleh

pihak koperasi baik itu untuk penagihan, penyelamatan pinjaman ataupun

penambahan pinjaman ( Top Up ) namun peraturan yang melekat pada peminjam

tidak lagi aturan pada koperasi namun sudah beralih tunduk kepada aturan OJK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


106

( Otorisasi Jasa Keuangan ) dikarenakan rekening pinjaman sudah beralih ke

system operational perusahaan pembiayaan dibawah otorisasi jasa keuangan.131

Pengalihan pinjaman ini mengakibatkan, pinjaman nasabah yang

sebelumnya tidak tercatat dalam system iinformasi debitur ( SID ) yang dikelola

oleh Otorisasi Jasa Keuangan.

Setiap pengajuan pinjaman ke bank, baik berupa kartu kredit, KTA (kredit

tanpa agunan), KKB (kredit kendaraan bermotor), KPR (kredit pemilikan rumah),

maupun pinjaman lainnya, biasanya pihak bank pasti akan menilai kredibilitas

calon peminjam. Hal ini dilakukan untuk untuk menilai karakter dan kemampuan

bayar calon debiturnya. Penentuan ini juga tidak dilakukan secara asal-asalan.

Pihak bank atau lembaga keuangan akan menggunakan Sistem Informasi Debitur

(SID) untuk melakukan pemeriksaan data informasi calon debitur (BI Checking).

SID merakam seluruh data dan riwayat pembayaran cicilan/pembiayaan lain yang

pernah diambil oleh calon peminjam ( debitur ) baik yang baru maupun di masa

lampau, serta mencatat tunggakan saat ini atau pun tunggakan yang ada dimasa

lampau, atau melakukan pembayaran secara lancar.

Dengan beralihnya pinjaman nasabah dari koperasi Indosurya simpan

pinjam kepada Indosurya Inti Finance mengakibatkan pinjaman tersebut yang

sebelumnya tidak tercatat dalam system informasi debitur menjadi tercatat dalam

system informasi debitur.

Wahyu hidayani, peminjam koperasi simpan pinjam indosurya yang

pinjaman nya dialihkan kepada indosurya Inti Finance mengatakan “ Beliau

131
Hasil wawancara dengan Shelly Lim, Business Manager Koperasi Simpan Pinjam
Indosurya pada hari jumat, 12 juni 2020.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


107

dirugikan dengan adanya peralihan piutang ( cessei ) dikarenakan, pinjaman

beliau diperbankan tidak bisa ditop up ( penambahan ) .dikarenakan pinjaman di

Koperasi Indosurya yang sebelumnya tidak tercatat di Sistem informasi debitur

( sid ), saat ini sudah terbaca di sistem informasi debitur Otorisasi Jasa

Keuangan. Sehingga pihak bank menolak penambahan kredit beliau dengan

alasan pinjaman beliau sudah over finance ( sudah melewati batas maksimal

pembiayaan) 132 ”. Padahal sebelum dialihkan pinjaman beliau ke Indosurya Inti

Finance, pinjaman beliau tidak tercatat di IDI BI sehingga pinjaman beliau tidak

masuk kedalam kewajiban yang mempengaruhi perhitungan kemampuan

bayar.Sehingga beliau jadi sulit untuk melakukan penambahan pinjaman

Selain itu Nunik Zulfriani mengatakan” Beliau dirugikan dengan

pengalihan pinjaman ini dikarenakan pinjaman beliau yang dialihkan saat ini

sudah macet dan tercatat di IDI BI padahak sebelumnya tidak tercatat di IDI BI,

sehingga untuk memindahkan ( take over) pinjaman yang telah macet jadi sulit

diperbankan , karena syarat dari pengajuan kredit harus bersih (memiliki

kolektibilitas lancar ).133

Padahal, alasan Peminjam ( nasabah ) koperasi Simpan Pinjam

Indosurya mengajukan pinjaman di Koperasi salah satunya adalah :

1. Sudah tidak bisa lagi mendapatkan pinjaman di Bank atau lembaga

keuangan lainya karena memiliki kolektibilitas dalam perhatian khusus

hingga macet. Sehingga kebutuhan akan modal hanya bisa mereka

132
Hasil wawancara dengan Wahyu Hidayani, peminjam Koperasi Simpan Pinjam
Indosurya , pada tanggal 12 Juni 2020
133
Hasil wawancara dengan Ibu Nunik Zulfriani,peminjam Koperasi Simpan Pinjam
Indosurya, pada tanggal 13 Juni 2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


108

dapatkan di koperasi dikarenakan tidak ada nya proses pengecekan pada

system informasi debitur .

2. Untuk menghindari perhitungan analisa bank atau lembaga keuangan yang

memperhitungkan jumlah pinjaman debitur dibandingkan dengan

kemampuan bayar. Pengusaha akan merasa nyaman, jika hutang yang

merupakan kewajiban nya tidak semuanya masuk dalam system informasi

debitur yang dapat diakses di Otorisasi Jasa Keuangan akan

mempengaruhi perhitungan analisa kemampuan bayar, menghindari hasil

penilaian analisa bank over finance ( Kelebihan pembiayaan )

Dengan adanya pengalihan piutang dari Koperasi Simpan Pinjam Indosurya

kepada Indosurya Inti Finance memberikan akibat hukum yang terjadi kepada

peminjam. Dimana pinjaman yang awalnya tunduk pada regulasi Kementrian

Koperasi yang tidak mempersyaratkan pinjaman nasabah ( anggota koperasi )

dicatat dan dilaporkan disistem informasi debitur ( SID ), menjadi pinjaman yang

wajib dicatat dan dilaporkan ke system informasi debitur ( SID ). Sehingga bagi

pengusaha yang setiap saat butuh pinjaman . Selain itu disaat pinjaman ( kredit )

mengalami kendala keterlambatan pembayaran, Peminjam ( anggota koperasi )

tidak bisa melakukan pemindahan ( take over ) kredit ke bank atau lembaga

keuangan lainya. Pinjaman telah tercatat di system informasi debitur dan terbaca

saat bank atau lembaga keuangan lain melakukan IDI Checking , sementara syarat

awal pencairan kredit adalah memiliki kolektibilitas lancar dismua fasilitas

pinjaman ( kredit ) yang berjalan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


109

2.Akibat Hukum Cessie Terhadap Jaminan dan Hak Tanggungan

Adanya penyerahan suatu jaminan oleh debitur untuk menjamin hutang-

hutangnya kepada Bank atau lembaga keuangan lainya merupakan hal umum

yang dipersyaratkan didalam suatu perjanjian kredit. Meskipun disebut didalm

pasal 1131 KUHPerdata

“Bahwa segala kebendaan seseorang , baik yang bergerak maupun tidak


bergerak , baik yang sudah ada maupun yang aka nada dikemudian hari, menjadi
tanggungan untuk sgala perikatan perseorangan”134

Namun demi kepentingan bank atau lembaga keuangan sebagai kreditur , bank

atau lembaga keuangan lainnya meminta kepada debitur untuk secara khusus

menjamin pelunasan hutang debitur . Pemberian jaminan bersifat accesoir dimana

perjanjian kredit adalah sebagai perjanjian pokoknya.

Suatu piutang yang timbul dari perjanjian kredit dapat dikatakan sebagai

benda yang dimiliki oleh kreditur . oleh sebab itu , layaknya seorang pemilik

suatu kebendaaan, kreditur berhak untuk mengalihkan piutangnya kepada pihak

ketiga maupun berdasrkan pertimbangan bainya sendiri tanpa diperlukan adanya

persetujuan dari pihak manapun. Pengalihan piutang yang dilakukan oleh kreditur

kepada pihak ketiga secara cessei tidak mengakibatkan berakhirnya perjanjian

kredit. Dan perjanjian pemberian jaminan yang bersifat accesoir dari perjanjian

kredit itu juga tetap berlaku.Apabila suatu piutang yang dialihkan itu timbul dari

suatu perjanjian kredit dan dijamin dengan hak tanggungan , maka jika kredit

tersebut dialihkan oleh kreditur dengan cara cessie , hak kreditur sebagai

pemegang hak tanggungan akan berpindah dan beralih kepada pihak ketiga yang

134
Kitab Undang Undang Hukum Perdata ( Burgelijk Wetboek ), diterjemahkan oleh
R.Surbekti dan R.Tjitrosudibio,cet.29, ( Jakarta: Pradya Pramita,1999 )

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


110

menerima pengalihan kredit yang dimaksud. Hal ini diatur dalam Pasal 16 UUHT

yang menyatakan bahwa :

1. Jika piutang yang dijamin dengan hak tanggungan beralih karena


cessie, subrogasi, pewarisan atau sebab sebab lain, hak tanggungan
tersebut ikut beralih karena hukum kepada kreditur yang baru
2. Beralihnya hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1 )
wajib didaftarkan oleh kreditur yang baru kepada kantor pertanahan.
3. Pendaftaran beralihnya hak tanggungan dilakukan oleh kantor
pertanahan dengan mencatatnya pada buku tanah hak tanggungan dan
buku tanah ha katas tanah yang menjadi objek hak tanggungan serta
menyalin catatan tersebut pada sertifikat hak tanggungan dan sertifikat
hak atas tanah yang bersangkutan.
4. Tanggal pencatatan pada buku tanah sebagaimana dimaksud dalam
ayat 3 adalah tanggal hari ketujuh setelah diterimanya secara lengkap
surat-surat yang diperlukan bagi pendaftaran beralihnya hak
tanggungan dan jika hari ketujuh itu jatuh tempo pada hari libur,
catatan itu diberi bertanggal hari kerja berikutnya.
5. Beralihnya hak tanggungan mulai berlaku bagi pihak ketiga pada hari
tanggal pencatatan ‘135

Dengan melihat uraian diatas , jelas bahwa beralihnya hak tanggungan

yang diatur didalam ketentuan ini terjadi karena hukum. Oleh karena itu

pengalihan piutang dengan cara cessie mengalihkan juga hak dan wewenang

kreditur lama kepada kreditur baru juga terhadap jaminan hak tanggungan yang

berkaitan dengan perjanjian kredit .Menurut Bapak Rudi Haposan Sihaaan,

Notaris di Kota Medan “ Pada praktek pelaksanaan Cessie , Hak tanggungan

harus kembali didaftarkan pada Badan Kantor Pertanah Nasional. Yang berarti

pemegang hak tanggungan di Sertifikat hak tanggungangan dan di Serifikat ha

katas tanah harus diganti dan didaftarkan dengan kreditur baru136 .

135
Undang- undang Hak Tanggungan no 4 tahun 1996
136
Hasil Wawancara, dengan Bapak DR.Rudi Haposan Sihaan Pada hari Selasa Tanggal
9 Juni 2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


111

Proses yang ditempuh didalm beralihnya hak tanggungan sehubungan dengan

terjadinya pengalihan piutang yang dijamin dengan hak tanggungan dilaksanakan

melalui suatu proses. Proses tersebut meliputi proses pendaftaran peralihan hak

tanggungan, pencatatan pada buku tanah ha katas tanah yang menjadi objek hak

tanggungan serta proses penyalinan catatan tersebut pada sertifikat hak

tanggungan dan sertifikat ha katas tanah yang bersangkutan..

Berkenaan dengan pengalihan hak tanggungan karena terjadinya

pengalihan piutang secara cessei, tidak berarti hak tanggungan yang lama menjadi

hapus dan dibebaskan untuk kemudian dibebankan kembali dengan hak

tanggungan yang baru untuk kepentingan kreditur yang baru. Hal ini disebabkan

karena pembebasan hak tanggungan salah satunya baru dapat terjadi bilaman

hutang yang dijamin dengan hak tanggungan tersebut telah dilunasi. Dalam hal

terjadinya pengalihan hak tanggungangan karena pengalihan piutang secara cessei

, hutang yang dijamin dengan hak tanggungan itu belum dilunasi dan atau belum

berakhir .Sehingga dengan demikian yang terjadi adalah pengalihan hak

tanggungan dari kreditur lama kepada kreditur baru dan bukan pembebasan dan

pemasangan kembali hak tanggungan ( Roya pasang ).

Dari hasil wawancara dengan Ibu Shelly Lim “ Pelaksanaan cessei di

Koperasi Simpan Pinjam Indosurya, baik pihak koperasi simpan pinjam indosurya

maupun Indosurya Inti Finance tidak melakukan pendaftarkan hak tanggungan

kreditur baru137. Hal ini dikarenakan jaminan berupa sertifikat tanah dan sertifikat

hak tanggungan disimpan di kantor pusat Jakarta , sehingga sertifikat hak

137
Hasil wawancara dengan Shelly Lim, Business Manager Koperasi Simpan Pinjam
Indosurya ada hari jumat, 12 juni 2020.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


112

tanggungan dan sertifikat tanah tetap terdaftar dengan pemilik hak tanggungan

koperasi simpan pinjam Indosurya.138

Bapak Sihar Maruli, Business Manager Indosurya Inti Finance

mengatakan ”tidak ada dilakukan perubahan pada sertifikat hak tanggungan,

maupun sertifikat atas tanah”. Dikarenakan smua jaminan disimpan di custody

(tempat penyimpanan jaminan ) di kantor pusat Jakarta. Dan kewenangan untuk

pendaftaran hak tanggungan ada pada bagian legal Indosurya Inti Finance di

Jakarta bukan kewenangan kantor Cabang Medan .139

Dr. Zamaan Tarigan, salah satu peminjam ( nasabah ) koperasi simpan

pinjam indosurya yang dialihkan pinjmanya ke Indosurya inti finance yang telah

melunasi pinjamannya ( pelunasan maju/dipercepat ) mengatakan” Bahwa saat

pelunasan pinjaman beliau melunasi dikantor Koperasi simpan pinjam indosurya

bukan dikantor Indosurya Finance dan mendapkan surat lunas dari koperasi

Simpan Pinjam Indosurya.140

Pelaksanaan cessie ( pengalihan piutang ) yang terjadi di koperasi simpan

pinjam kepada Indosurya inti finance pada pelaksanaannya seharusnya

mendaftarkan kembali hak tanggungan di kantor badan pertanahan nasional

dengan mendaftarkan kreditur baru ( Indosurya Inti Finance ) sebagai pemegang

hak tanggungan. Sebagaimana yang diatur didalam pasal 16 UUHT yang

138
Hasil wawancara dengan Ibu Shelly Lim Business Manager Koperasi Simpan Pinjam
Indosurya ada hari jumat, 12 juni 2020.
139
Hasil wawancara dengan Bapak Sihar Maruli, Business Manager Indosurya Inti
Finance,pada tanggal 13 Juni 2020
140
Hasil wawancara dengan Bapak Dr.Zamaan Tarigan, Peminjam di Koperasi Simpan
Pinjam Indosurya, pada tanggal 13 Juni 2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


113

mensyaratkan beralihnya hak tanggungan dikarenakan pengalihan hutang wajib

didaftarkan oleh kreditur yang baru kepada kantor pertanahan.

Dengan tidak dilakukanya pendaftan hak tanggungan oleh kreditur baru

( Indosurya Inti Finance ) menjadikan perjanjian jual beli piutang No.

071/JBP/ISP-IIF/VIII/2018 dan perjanjian cessie nomor 72/CESSIE/ISP-

IIF/VIII/2018 antara Indosurya Inti Finance dan Koperasi Indosurya batal atau

dianggap belum terjadi.

Sesuai pasal 16 Undang Undang Hak Tanggungan (Undang Undang Hak

Tanggungan ) berbunyi :141

1. Jika piutang yang dijamin dengan Hak Tanggungan beralih karena cessie,
subrogasi, pewarisan, atau sebab-sebab lain, Hak Tanggungan tersebut
ikut beralih karena hukum kepada kreditor yang baru. Maka dari itu, jika
piutang yang dijamin dengan hak tanggungan beralih karena subrogasi,
hak tanggungan tersebut juga ikut beralih karena hukum kepada kreditor
yang baru.
2. Peralihan hak tanggungan tersebut kemudian wajib didaftarkan oleh
kreditor yang baru kepada kantor pertanahan.
3. kemudian, beralihnya hak tanggungan kepada pihak ketiga mulai berlaku
pada hari tanggal pencatatan pada buku tanah, yaitu tanggal hari ketujuh
setelah diterimanya secara lengkap surat-surat yang diperlukan bagi
pendaftaran beralihnya hak tanggungan atau hari berikutnya jika hari
ketujuh jatuh pada hari libur.

Undang undang menyatakan jika piutang yang dijamin dengan hak tanggungan

beralih karena cessie, subrogasi hak tanggungan juga ikut beralih karena hukum

Namun pada pelaksanaan cessie diKoperasi Simpan Pinjam Indosurya Hak

tanggungan tidak didaftarkan ( dialihkan ) kepada Kreditur baru . Pelaksanaan

cessie belum dilakukan sebagaimana yang seharusnya diatur didalam ketentuan Undang-

undang.Pengalihan Piutang telah diberitahukan dan disetujui secara tertulis dan diakui

oleh Peminjam. Namun Pengalihan piutang hanya dilakukan dalam system


141
Pasal 16 , Undang-Undang No 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


114

operasional , dimana pinjaman debitur dialihkan kedalam system operasional

Indosurya inti finance. Pengelolaan account Pinjaman tetap dikelola oleh Koperasi

Simpan Pinjam Indosurya. hal ini menyebabkan kerugian yang timbul pada

peminjam dan mengakibatkan ketidak pastian hukum. Peralihan piutang yang

dijamin dengan hak tanggungan , membuat hak kreditur sebagai penerima hak

tanggungan beralih kepada pihak yang menerima pengalihan piutang (Kreditur

baru ). Pengalihan hak tanggungan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 16

Undang-Undang hak tanggungan ikut beralih karena hukum kepada kreditur yang

baru. Dalam pelaksanaan cessie antara koperasi simpan pinjam indosurya dan

indosurya inti finance, hak tanggungan belum daftarkan kembali. Penyimpangan

praktek pelaksaan cessie ini tidak disebutkan dalam undang-undang yaitu Pasal 16

UU No 4 Tahun 1996.

Secara yuridis tidak beralihnya hak tanggungan ini menyebabkan

perjanjian cessie batal atau dianggap peralihan piutang belum terjadi. Dalam

pandangan sosiologis tidak didaftarkanya kembali hak tanggungan tidak

membuat batalnya cessie. Perjanjian tersebut menjadi tidak memiliki hak

kebendaan, karena thak kebendaan memiliki azaz publisitas142. Wujud dari azaz

publisitas adalah hak tanggungan harus didaftarkan. Sehingga kreditur berubah

dari Kreditur Preferen menjadi kreditur konkuren. Hukum perikatan merupakan

hukum harta kekayaan

142
Pendapat Prof. Dr. OK. Saidin, S.H.M.Hum, sebagai dosen Pembimbing Peneliti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


115

( varemogensrecht). Karakternya pada satu sisi bersifat pribadi ( Persoonlijkrehct;

right in personan, right in rem . )143

Salah satu azaz umum hak kebandaan adalah asas publisitas. Asas ini

memberikan sifat pengumuman kepemilikan kepada masyarakat luas, yaitu

pengumumam hak atas tanah dengan jalan pendaftaran. Oleh karena itu hak

tanggungan yang tidak didaftarkan tidak memiliki azaz publisitas. karena wujud

dari azaz publisitas adalah hak tanggungan harus didaftarkan.144 Hak tanggungan

merupakan hak jaminan untuk pelunasan hutang ( kredit ) , dapat dibebankan pada

ha katas tanah dengan atau tanpa benda diatasnya, dan menimbulkan kedudukan

didahulukan daripada kreditor kreditor lainya.145

Pada prinsipnya, hak tanggungan merupakan lembaga hak jaminan

kebendaan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan

kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor lain.

Jamianan yang diberikan yaitu hak yang diutamakan atau mendahului dari

kreditor kreditor lainnya bagi kreditor pemegang hak tanggungan.146

Kreditur konkuren adalah kreditur yang tidak memegang hak jaminan

kebendaan, kreditur preferen adalah kreditur yang diutamakan karena sifat

piutanya ( hak istimewa ). Belum didaftarkanya Hak tanggungan oleh Indosurya

Inti Finance (cessionaris ) , merubah kedudukan kreditur dari Kreditur Preferen

menjadi kreditur konkuren

143
Badrulzama Mariam Darus , Sistem hukum benda Nasional, Bandung: Alumni, 2015
hal. 10.
144
Pendapat Bapak Prof.Ok.Saidin,S.H.,M.Hum ,Dosen Pembimbing II pada 20-07-2020
145
Sutiarnoto, Peraturan Hukum Lelang Indonesia; Medan; USU Press, 2018, hal.67.
146
Ibid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

1. Pengalihan piutang ( Cessie ) antara kreditur lama dan Kreditur baru yang

dijamin dengan hak tanggungan menyebabkan hak tanggungan juga ikut

beralih. Undang undang menyatakan jika piutang yang dijamin dengan hak

tanggungan beralih karena cessie, subrogasi hak tanggungan juga ikut beralih

karena hukum. Pengalihan pemegang hak tanggungan ini wajib didaftarkan

pada kantor Badan Pertanahan dimana hak tanggungan ini didaftarkan dengan

menyerahkan dan memperlihatkan akta yang membuktikan beralihnya piutang

yang dijamin dengan hak tanggungan yang bersangkutan dari kreditur lama

kepada kreditur baru.

2. Peranan notaris dalam pembutan akte cessie sama dengan pembuatan akta-akta

lain yang dibuat notaris . Sebagaiamana sebuah akta yang dibuat dihadapan

/dibuat oleh Notaris memiliki Konstruksi, yaitu Kewenangan,persyaratan dan

prosedur yang harus dijalankan oleh Notaris.

3. Pelaksanaan Pengaliha piutang ( Cessie ) antara Koperasi Simpan Pinjam

Indosurya dan Indosurya Inti Finance memiliki akibat hukum baik kepada

peminjam ataupun kreditur baru ( cessionaris ). Pelaksanaan cessie belum

dilakukan sebagaimana yang seharusnya diatur didalam ketentuan Undang-

undang. Pengalihan piutang hanya dilakukan secara system operasional ,

pinjaman debitur dialihkan kedalam system operasional Indosurya Inti Finance.

116

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


117

Pengelolaan accont ( Pinjaman ) tetap dimaintance oleh Koperasi Simpan

Pinjam Indosurya. hal ini menyebabkan kerugian yang timbul pada peminjam

( Debitur ) dan mengakibatkan ketidak pastian hukum. Pasal 16 undang-undang

hak tanggungan menegaskan piutang yang beralih karena cessie, hak

tanggungan ikut beralih karena hukum kepada kreditur yang baru. Dalam

pelaksanaan cessie antara koperasi simpan pinjam indosurya dan indosurya

inti finance, hak tanggungan belum daftarkan kembali. Penyimpangan praktek

pelaksaan cessie ini tidak disebutkan dalam undang-undang yaitu Pasal 16 UU

No 4 Tahun 1996. Secara yuridis tidak beralihnya hak tanggungan ini

menyebabkan perjanjian cessei batal demi hukum atau dianggap peralihan

piutang belum terjadi. Dalam pandangan sosiologis tidak didaftarkanya

kembali hak tanggungan tidak membuat batalnya cessie. Perjanjian tersebut

menjadi tidak memiliki hak kebendaan, karena hak kebendaan memiliki azaz

publisitas. Wujud dari azaz publisitas adalah hak tanggungan harus

didaftarkan. Sehingga kreditur berubah dari Kreditur Preferen menjadi kreditur

konkuren.

SARAN

1. Pemerintah hendaknya memberikan edukasi dan pemahaman kepada

masyarakat sebagai pelaku usaha maupun perseorang mengenai pelaksanaan

cessie. Sehingga pelaku usaha dan masyarakat memahami bagaimana

pelaksanaan cessei yang harus tunduk kepada aturan hak tanggungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


118

2. Perananan Notaris untuk mewujudkan kepastian hukum dalam pembuatan

akta cessie diamasyarakat harus lebih dioptimalkan. Dikarenakan akta otentik

yang dibuat oleh Pejabat yang berwenang memiliki kekuatan pembuktian yang

kuat dihadapan hukum sehingga tidak dapat disangkal keberadaannya di

pengadilan.

3. Mentri Koperasi dan Usaha kecil menengah perlu menjalankan peran dan funsi

pengawasan dalam pelaksanaan kegaiatan koperasi khususnya koperasi simpan

pinjam. Koperasi sebagai lembaga keuangan non Bank, masih sangat

dibutuhkan masyarakat dalam hal penyaluran kredit. Sehingga dengan adanya

regulasi dan pengawasan yang ketat dapat melindungi kepentingan Peminjam

( anggota koperasi ) dan menjamin kepastian hukum bagi peminjam ( anggota

koperasi ) maupun bagi pelaku usaha.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


119

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
Abdul Kadir Muhammad, 1993, Segi segi hukum perikatan,Bandung:Alumni.
Abdul Kadir Muhammad,2009, Etika Profesi Hukum, Bandung :Citra
Aditya.
Addurrahman, 1983 Aspek aspek Bantuan hukum di Indonesia,Jakarta :
Cendana Press.
Abdul R. Saliman dkk, 2007, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan (Teori dan
Contoh Kasus), Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Arifinal Cahniago dkk, 1973,Pendidikan Perkoperasian Indoneisa, Bandung:
Angkasa
Asser’s.C, 1991, Pengajian hukum perdata Belanda , diterjemahkan oleh
Sulaiman Binol. Jakarta, Dian Rakyat.
Badrulzaman Mariam Darus, 1987, Bab-bab tentang Credit Verband gadai
dan fidusia , Bandung :Alumi.
Badrulzaman Mariam Darus , 2015 Sistem hukum benda Nasional, Bandung:
Alumni.
Burhan Ashshofa, 1996, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta :Rineka
Cipta.
Habib Adjie, 2008, Sanksi Perdatadan administrative terhadap notaris
sebagai pejabat publik,Bandung :Rafka Aditama.
Hasim Purba, 2018, Hukum Perjanjian, Modul Kuliah, Medan.
Herlien Budiono, 2010, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerpan di
Bidang Kenotariatan Bandung : Citra Aditya.
Hermansyah, 2006,Hukum Perbankan Nasional Indosnesia, Jakarta: Kecana.
J.Satrio, Cessei, Subrogatie, Novatie, Kompensatie & Percampuran
Hutang,1999, Bandung :Alumni.
Jimly Asshiddiqie dan M.Ali Safa”at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum,
2016, Sekretasiat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia, Jakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


120

Marthalena Pohan,1985, Tanggung gugat advokat,dokter,notaris inaSurabaya:


Bina Ilmu
Meter Mahmud Marzuki,2008, Pengantar Ilmu Hukum,Jakarta,Kencana
Pranda Media Group.
Muhammad, Abdulkadir, 2004,Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya
Bandung : Bakti.
Munir Fuady, 2006, Hukum Tentang Pembiayaan, cet IV. Bandung Citra
Bandung Aditya Bakti.
M. Yahya Harahap 1986, Segi segi hukum perjanjian, cet II, Bandung.:
Alumni
M. Solly Lubis 1994, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung.
Muchsin,Perlindungan dan kepastian hokum bagi investor di Indonesia,
2003,Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas
sebelas maret,Surakarta.
Muhammad Syaifuddin,2012, Hukum Kontrak, Maju, Bandung.
Muslan Abdurrahman, 2009,Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, Umm
Press,Malang.
Oey Hoey Tong, 1984,Fiducia sebagai Jaminan Unsur-unsur Perikatan,
Jakarta, Ghalia Indonesia.
R.Soebekti, 1996, jaminan untuk pemberian kredit menurut hukum
Indoneisa,Bandung : Alumni
Rachmad Setiawan dan J. Satrio, 2010, Penjelasan Hukum tentang Cessie.
Jakarta :Gramedia.
Ronny Hanitiji Soemitro, 2009, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri,
Jakarta: Gahalia Indonesia
Rudy Haposan Sihaan , 2020, Perjanjian Kredit Perbankan Aspek Hukum
dalam Teori & Praktek, Medan:USU Press
Satjipto Rahardjo,Sisi lain dari hukum di Indonesia,2003, Kompas, Jakarta.
Soeharnoko dan Endah Hartati 2008, Doktrin Subrogasi, Novasi dan Cessie,
Jakarta: Kencana.
Soerjono Soekanto, 1990, Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris,
Ind-Hil-Co- Jakarta,
Soejono Sukanto, 2005, Pengantar penelitian hukum,Jakarta:UI Press .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


121

Subekti, Hukum Perjanjian, 1999, Jakarta: Intermasa.


Sudikno Mertokusumo, 1999, Mengenal hukum ,Sebuah
Pengantar,Yogyakarta : Lyberti
Sudikno Mertokusumo, 2012, Teori Hukum, Yogyakarta: Cahaya Atma
pusaka
Sutiarnoto, 2018, Peraturan Hukum Lelang Indonesia, Medan; USU Press.
Tan Kamello, 2006,hukum jaminan fidusia : suatu kebutuhan yang
didambakan , Bandung:Alumni
Tan Thong Kie,2007, Studi Notaris dan Serba Serbi Praktek Notaris, Cet I,
Ichtiar Baru Van Hoeve ), Jakarta.
Thomas Suyatno, 1992, dasar dasar perkreditan,Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
W.Friedman, 2005, Teori dan Filasafat Umum,Jakarta: Raja Grafindo.

B. Perundang-Undangan
Kitab Undang Undang Hukum Perdata ( Burgelijk Wetboek ),
1999,diterjemahkan oleh R.Surbekti dan R.Tjitrosudibio,cet.29, J
Pradya Pramita,Jakarta.
Undang Undang No 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang undang
No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Undang-Undang Hak Tanggungan , no 4 tahun 1998
Undang-undang no 7 Tahun 1992, Tentang Perbankan.
Undang-Undang No 2 Tahun 2014, Tentang jabatan Notaris, Citra Umbara
Bandung.
C. Artikel/Jurnal
Yanti Fristikawati “ Laporan Penelitian Cessei ( Makalah disampaikan pada
seminar mempertajam konsep hukum cessei, Jakarta , 13 Januari
2010 )
D. Internet
Company overview, https://www.jobstreet.co.id/en/companies/779475-
koperasi-simpan-pinjam-indosurya-cipta, diakses pada tanggal
17- Mei-2020 pukul 17.05wib

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


122

Victor Apryantho, Analisis Pengalihan Piutang secara cessie


https://indonesianbankersclub.wordpress.com/2016/09/21/first-
blog-post/, diakses pada tanggal 5 Juni 2020

Reza Setiadi, Hak tanggungan dalam hukum jaminan


http://rezafhunas.blogspot.com/2014/12/subjek-dan-objek-hak-
tanggungan-1.html, diakses pada tanggal 06- Juni 2020,

Prinsip-prinsip dasar hak tanggungan atas tanah, oct 1, 2009, http:


//www.notaris_indonesia@yahoogroups.com. Diakses pada tanggal 7
Juni 2020.

Hery hietra, aspek hukum cessei dan subrogasi https://www.hukum-


hukum.com/2014/08/aspek-hukum-cessie-dan-subrogasi.htmlS,
diakses pada tanggal 20-juni-2020.

Zahra Afifah,, Definisi fungsi unsur dan jenis kredit


https://abstraksiekonomi.blogspot.com/2013/11/kredit-devinisi-
fungsi-unsur-dan-jenis.html, diakses pada tanggal 12 juni 2020,pukul
16.00

https://indosurya.finance/tentangkami#:~:text=PT%20Indosurya%20Inti%2
0nance%20atau,bidang%20keuangan%20dan%20properti%20di.diak
sses pada tangal 8 Juni 2020,pukul 15.20

https://keuangan.kontan.co.id/news/rasio-modal-multifinance-minimal-10-
dari-aset, diakses pada tanggal 25 juni 2020.

E. Wawancara
Nunik Zulfriani, Nasabah Koperasi Simpan Pinjam Indosurya
DR.Rudi Haposan Sihaan, SH,Spn,Mkn , Notaris Rekanan Koperasi
Simpan Pinjam Indosurya.
Sihar Maruli, Business Manager Indosurya Inti Finance
Shelly Lim, Business Manager Koperasi Simpan Pinjam Indosurya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


123

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


124

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai