TESIS
Oleh
RICKY
087011093/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
TESIS
Oleh
R ICKY
087011093/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
Menyetujui
Komisi Pembimbing,
Kredit sindikasi adalah kredit yang diberikan oleh beberapa bank atau
lembaga non bank secara sindikasi membiayai satu debitur, dimana diantara bank-
bank peserta sindikasi tersebut terdapat hubungan lintas kreditur yang dikoordinasi
secara erat dan kokoh oleh satu bank sebagai koordinator yang disebut lead creditur
atau lead manager, dan subjek yang ada dalam kredit sindikasi yakni : pihak debitur,
pihak kreditur, pihak lead manager, pihak agen bank.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa dalam pelaksanaannya, dapat dijumpai
dua jenis sindikasi yakni Sindikasi Murni dan Club Deal/Join Banking. Dalam
Sindikasi Murni, kredit yang disindikasikan oleh dua bank atau lebih berdasarkan
sebuah Perjanjian Kredit yang berlaku sama untuk semua Kreditur. Dokumen-
dokumen Perjanjian Kredit ini diadministrasikan oleh Agen. Sedangkan dalam Club
Deal, masing-masing kreditur dan debitur mempunyai perjanjian kredit (bilateral),
dan para kreditur bermaksud berbagi jaminan dengan kreditur lain, yang
pelaksanaannya dilakukan oleh agen jaminan yang diangkat oleh para kreditur
tersebut.
Hal yang tidak dapat diabaikan dalam perjanjian kredit adalah perlindungan
hukum bagi kreditor manakala debitor wanprestasi, apalagi kalau debitor sampai
mengalami kemacetan dalam pembayarannya. Dalam Sindikasi Murni, untuk
menutup kebutuhan dana debitor, debitor dapat saja menyerahkan suatu objek
jaminan untuk dijaminkan dengan hak tanggungan namun bukan sebagai jaminan
utama melainkan hanya sebagai jaminan tambahan. Sedangkan dalam Club Deal/Join
Banking, objek yang dijaminkan dengan Hak Tanggungan adalah merupakan jaminan
utama dan karena kreditur bermaksud berbagi jaminan dengan kreditur lain, maka
pelaksanaannya dilakukan oleh agen jaminan yang diangkat oleh para kreditur
tersebut.
Bagaimana hubungan para kreditor satu dengan yang lain, diatur oleh mereka
sendiri, sedangkan dalam hubungannya dengan debitor dan pemberi Hak Tanggungan
jika bukan oleh debitor sendiri yang memberinya, mereka menunjuk salah seorang
kreditor yang akan bertindak atas nama mereka. Dalam pelaksanaan kredit sindikasi,
tata cara pemberian Hak Tanggungan sama dengan pemberian Hak Tanggungan pada
umumnya sesuai dengan dalam Undang Undang Hak Tanggungan.
Syndication loan is the loan which is granted by some banks and non-bank
financial institutions in financing debtors, in which the inter creditor relationship
among the members of the syndication banks is closely related and tenaciously
coordinated by one bank as the coordinator which is called lead creditor or lead
manager, and the subjects of the syndication loan are debtors, creditors, lead
manager and bank agencies
The result of the research showed that in practice, there were two kinds of
syndication: Pure Syndication and Club/Join Banking. In the Pure Syndication, the
loan syndicated by two or more banks is based on o loan agreement which is effected
to all creditors. The loan agreement will be administered by the Representative. In
the Club Deal, each creditor or debtor has loan agreement (bilateral), and the
creditors will share the guarantee with the other creditors. The application is done by
the guarantee representative who is appointed by the creditors.
One thing which cannot be ignored in the loan agreement is the legal
protection for the creditors if the debtors default, or they cannot pay up their debts. In
the Pure Syndication, in order to cover the debtors’ finance, the debtors can give
collateral as the hypothecation, not as the primary guarantee but as the
supplementary one. In the Club Deal/Join Banking, the collateral which is
guaranteed by the hypothecation is the primary guarantee because the creditors will
share the guarantee with the other creditors. The application is done by the
guarantee representative who is appointed by the creditors. The relationship among
the creditors is established by themselves, while the relationship between the
creditors and the hypothecation providers is established by one of the creditors on
behalf of their own rights. In the application of syndication loan, the procedure of
giving the hypothecation is similar to all cases, based on the Hypothecation Act.
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
perlindungan-Nya karena hanya dengan berkat rahmat dan karunia-Nya penulisan
tesis berjudul ”ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN KREDIT SINDIKASI
DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN” (STUDI DI BANK UOB
INDONESIA)” dapat terlaksana. Penulisan tesis ini merupakan salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn.) Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan
dorongan moril berupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih
yang mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat dan
amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum, Ibu Chairani Bustami,
S.H., SpN, MKn. dan Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., MS, CN., selaku
Komisi Pembimbing yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan
arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini. Demikian pula ucapan terima kasih
kepada Dosen Penguji Ujian Tesis Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, S.H., CN,
M.Hum., dan Bapak Syahril Sofyan, S.H., MKn. yang telah memberikan masukan
yang berharga terhadap kesempurnaan tesis ini.
Kemudian juga, semua pihak yang telah berkenan memberi masukan dan
arahan yang konstruktif dalam penulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil
sampai pada tahap ujian tesis tertutup sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih
sempurna dan terarah.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. DR. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, Sp.A(K) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan dalam
menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum, Program Studi Magister
Kenotariatan Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada
Penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., MS, CN, selaku Ketua Program Studi
Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan
dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, S.H., CN, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi
Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan
dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen pada Program Studi Magister Kenotariatan Universitas
Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan serta ilmu
yang sangat bermanfaat kepada Penulis selama mengikuti proses kegiatan belajar
mengajar di bangku kuliah.
Ricky
I. DATA PRIBADI
Nama : RICKY
Tempat / Tanggal Lahir : Medan, 02 Agustus 1986
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Agama : Buddha
Status : Belum Menikah
Alamat Rumah : Jalan Asahan No.1 C Medan
Telepon/HP : 061-4560427 / 08126496125
Halaman
ABSTRAK …….………………………………….……………… i
ABSTRACT ………………………………………………..…… ii
KATA PENGANTAR …............................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………. v
DAFTAR ISI …............................................................................... vi
DAFTAR ISTILAH ……………………………………………. viii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1
B. Permasalahan........................................................................... 14
C. Tujuan Penelitian..................................................................... 14
D. Manfaat Penelitian................................................................... 15
E. Keaslian Penelitian .................................................................. 15
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ................................................. 16
G. Metode Penelitian.................................................................... 29
BAB II PERJANJIAN KREDIT SINDIKASI DAN HUBUNGAN
HUKUM ANTARA PARA KREDITUR (BANK) DENGAN
DEBITUR (NASABAH) .............................................................. 33
A. Pengertian Perjanjian Kredit pada Umumnya......................... 33
1. Sifat Perjanjian Kredit Bank ............................................. 39
2. Macam-macam Kredit Bank ............................................. 42
3. Dokumen dalam Perjanjian Kredit.................................... 48
B. Perjanjian Kredit Sindikasi pada Umumnya ........................... 50
1. Pengertian Perjanjian Kredit Sindikasi ............................. 50
2. Ciri-Ciri Utama Kredit Sindikasi ...................................... 54
3. Dasar Hukum Perjanjian Kredit Sindikasi ........................ 57
4. Fungsi Kredit Sindikasi..................................................... 58
5. Para Pihak dan Isi dari Perjanjian Kredit Sindikasi .......... 59
Agency fee, yaitu fee yang wajib dibayar olehebitur kepada dan untuk agent bank
sebagai pengelola kredit sindikasi bank.
Agent bank, adalah bank yang ditunjuk untuk bertindak sebagai kuasa dari bank-bank
peserta sindikasi dengan tugas mengadministrasikan kredit tersebut setelah perjanjian
kreditnya ditandatangani.
Arrangement fee, yaitu fee yang dibebankan oleh arranger baik oleh arranging bank
maupun bidding group of bank untuk jasanya dalam membentuk sindikasi.
Arranger, yaitu yang bertugas dan bertanggungjawab mulai dari proses solisitasi
(permintaan pinjaman) nasabah sampai dengan proses penandatanganan kredit.
Commitment fee, merupakan fee atau honorarium yang dibebankan kepada debitur
atas bagian yang tidak digunakan dari pinjaman.
Cross default clause, yaitu suatu klausul yang berisi pernyataan hukum yang
mengikat para pihak bahwa apabila debitur mengalami kemacetan kredit yang
diperoleh dari lembaga pemberi kredit yang lain, maka kredit yang diterima debitur
berdasarkan perjanjian tersebut menjadi demi hukum default dan dengan demikian
pemberi kredit berhak untuk seketika dan sekaligus menagih seluruh kredit sekalipun
jangka waktu kredit belum berakhir atau masa penyicilan belum tiba saatnya.
Double dipping, yaitu suatu keadaan yang terjadi apabila bank melakukan
kompensasi atas jumlah kreditnya dengan suatu jumlah deposito milik debitur
Events of default, yaitu klausul yang menentukan apabila terjadi salah satu kejadian
(event) yang ditentukan di dalam klausul tersebut akan mengakibatkan timbulnya hak
sindikasi para kreditur yang dilaksanakan oleh agent bank untuk dapat menghentikan
penggunaan selanjutnya dari kredit itu oleh debitur dan menimbulkan hak bagi
sindikasi untuk seketika dan sekaligus menagih kredit sindikasi yang telah digunakan
oleh debitur.
Facility Agent, merupakan bank yang berperan sebagai agen fasilitas kredit.
Front-end fee adalah fee yang diterima oleh kreditur untuk partisipasinya pada suatu
fasilitas kredit sindikasi
Governing law, adalah hukum mana yang dipilih untuk menyelesaikan suatu masalah
Lead Manager, yaitu salah satu bank peserta sindikasi yang ditunjuk untuk
memimpin mereka dalam melakukan kredit sindikasi.
Lender merupakan bank-bank yang tergabung dalam sindikasi kredit dan ikut serta
membiayai kredit sindikasi.
Management fee, yaitu fee yang wajib dibayarkan kepada bank-bank yang
berpatisipasi di dalam management group
Mandate, yaitu kewenangan yang diberikan oleh calon debitur kepada bank atau
sekelompok bank untuk mengorganisasi transaksi kredit yang dimaksud.
Multi currency loans adalah Kredit yang diberikan dalam beberapa mata uang.
Participation fee, adalah fee yang dibayarkan kepada bank-bank yang bepartisipasi di
dalam transaksi sebagai participant.
Pool fee, yaitu fee yang diberikan berdasarkan tingkat komitmen yang diberikan.
Underwriting fee, yaitu fee yang dibayarkan oleh debitur kepada arranging bank jika
arranging bank selain melakukan arrangement juga menanggung (to underwrite)
fasilitas tersebut, atau mengumpulkan sekelompok penanggung bagi transaksi itu.
Kredit sindikasi adalah kredit yang diberikan oleh beberapa bank atau
lembaga non bank secara sindikasi membiayai satu debitur, dimana diantara bank-
bank peserta sindikasi tersebut terdapat hubungan lintas kreditur yang dikoordinasi
secara erat dan kokoh oleh satu bank sebagai koordinator yang disebut lead creditur
atau lead manager, dan subjek yang ada dalam kredit sindikasi yakni : pihak debitur,
pihak kreditur, pihak lead manager, pihak agen bank.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa dalam pelaksanaannya, dapat dijumpai
dua jenis sindikasi yakni Sindikasi Murni dan Club Deal/Join Banking. Dalam
Sindikasi Murni, kredit yang disindikasikan oleh dua bank atau lebih berdasarkan
sebuah Perjanjian Kredit yang berlaku sama untuk semua Kreditur. Dokumen-
dokumen Perjanjian Kredit ini diadministrasikan oleh Agen. Sedangkan dalam Club
Deal, masing-masing kreditur dan debitur mempunyai perjanjian kredit (bilateral),
dan para kreditur bermaksud berbagi jaminan dengan kreditur lain, yang
pelaksanaannya dilakukan oleh agen jaminan yang diangkat oleh para kreditur
tersebut.
Hal yang tidak dapat diabaikan dalam perjanjian kredit adalah perlindungan
hukum bagi kreditor manakala debitor wanprestasi, apalagi kalau debitor sampai
mengalami kemacetan dalam pembayarannya. Dalam Sindikasi Murni, untuk
menutup kebutuhan dana debitor, debitor dapat saja menyerahkan suatu objek
jaminan untuk dijaminkan dengan hak tanggungan namun bukan sebagai jaminan
utama melainkan hanya sebagai jaminan tambahan. Sedangkan dalam Club Deal/Join
Banking, objek yang dijaminkan dengan Hak Tanggungan adalah merupakan jaminan
utama dan karena kreditur bermaksud berbagi jaminan dengan kreditur lain, maka
pelaksanaannya dilakukan oleh agen jaminan yang diangkat oleh para kreditur
tersebut.
Bagaimana hubungan para kreditor satu dengan yang lain, diatur oleh mereka
sendiri, sedangkan dalam hubungannya dengan debitor dan pemberi Hak Tanggungan
jika bukan oleh debitor sendiri yang memberinya, mereka menunjuk salah seorang
kreditor yang akan bertindak atas nama mereka. Dalam pelaksanaan kredit sindikasi,
tata cara pemberian Hak Tanggungan sama dengan pemberian Hak Tanggungan pada
umumnya sesuai dengan dalam Undang Undang Hak Tanggungan.
Syndication loan is the loan which is granted by some banks and non-bank
financial institutions in financing debtors, in which the inter creditor relationship
among the members of the syndication banks is closely related and tenaciously
coordinated by one bank as the coordinator which is called lead creditor or lead
manager, and the subjects of the syndication loan are debtors, creditors, lead
manager and bank agencies
The result of the research showed that in practice, there were two kinds of
syndication: Pure Syndication and Club/Join Banking. In the Pure Syndication, the
loan syndicated by two or more banks is based on o loan agreement which is effected
to all creditors. The loan agreement will be administered by the Representative. In
the Club Deal, each creditor or debtor has loan agreement (bilateral), and the
creditors will share the guarantee with the other creditors. The application is done by
the guarantee representative who is appointed by the creditors.
One thing which cannot be ignored in the loan agreement is the legal
protection for the creditors if the debtors default, or they cannot pay up their debts. In
the Pure Syndication, in order to cover the debtors’ finance, the debtors can give
collateral as the hypothecation, not as the primary guarantee but as the
supplementary one. In the Club Deal/Join Banking, the collateral which is
guaranteed by the hypothecation is the primary guarantee because the creditors will
share the guarantee with the other creditors. The application is done by the
guarantee representative who is appointed by the creditors. The relationship among
the creditors is established by themselves, while the relationship between the
creditors and the hypothecation providers is established by one of the creditors on
behalf of their own rights. In the application of syndication loan, the procedure of
giving the hypothecation is similar to all cases, based on the Hypothecation Act.
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
perlindungan-Nya karena hanya dengan berkat rahmat dan karunia-Nya penulisan
tesis berjudul ”ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN KREDIT SINDIKASI
DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN” (STUDI DI BANK UOB
INDONESIA)” dapat terlaksana. Penulisan tesis ini merupakan salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn.) Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan
dorongan moril berupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih
yang mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat dan
amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum, Ibu Chairani Bustami,
S.H., SpN, MKn. dan Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., MS, CN., selaku
Komisi Pembimbing yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan
arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini. Demikian pula ucapan terima kasih
kepada Dosen Penguji Ujian Tesis Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, S.H., CN,
M.Hum., dan Bapak Syahril Sofyan, S.H., MKn. yang telah memberikan masukan
yang berharga terhadap kesempurnaan tesis ini.
Kemudian juga, semua pihak yang telah berkenan memberi masukan dan
arahan yang konstruktif dalam penulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil
sampai pada tahap ujian tesis tertutup sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih
sempurna dan terarah.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. DR. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, Sp.A(K) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan dalam
menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum, Program Studi Magister
Kenotariatan Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada
Penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., MS, CN, selaku Ketua Program Studi
Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan
dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, S.H., CN, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi
Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan
dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen pada Program Studi Magister Kenotariatan Universitas
Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan serta ilmu
yang sangat bermanfaat kepada Penulis selama mengikuti proses kegiatan belajar
mengajar di bangku kuliah.
Ricky
PENDAHULUAN
tidak diragukan lagi sebagai suatu kebutuhan yang amat esensial. Dana bagi sebuah
perusahaan dapat diperoleh dari berbagai sumber; dapat berupa modal (equity) atau
utang (loan). Dana yang berupa modal (equity) dapat diperoleh dari para pendirinya
berupa setoran modal pendiri dan dapat juga diperoleh dari para pemodal (investor)
yang menyetorkan dana untuk modal perusahaan setelah perusahaan tersebut berdiri.1
Memperoleh dana modal dapat dilakukan baik dengan cara menjual saham
saham, tentu saja, hanya dapat dilakukan sepanjang perusahaan tersebut berbentuk
terbatas, misalnya firma atau persekutuan (partnership), maka penyertaan modal oleh
investor dilakukan dengan cara menjadi kongsi atau mitra usaha perusahaan itu.2
Menurut Remy Sjahdeini, dana merupakan ‘darah’ bagi pelaku usaha dalam
melakukan kegiatan usahanya. Ibarat manusia yang tidak mungkin hidup tanpa darah,
1
Fanny Kurniawan, SH, Penerapan Hak Jaminan Dalam Kepailitan, Analisa Yuridis Putusan
No.10/PAILIT/2001/PN.NIAGA/ JAK.PST Dalam Perkara Kepailitan Bank Shinta Indonesia Melawan
Harry Susanto, Yogyakarta, 2004, hal. ii
2
Ibid.
3
Sutan Remy Sjahdeini, “Hak Jaminan dan Kepailitan,” dalam Transaksi Berjamin (Secured
Transaction) Hak Tanggungan dan Jaminan Fiducia dikumpulkan oleh Arie S.Hutagalung (Jakarta UI
2006), hal. 641.
surat utang jangka panjang (obligasi atau bond), atau dari sumber-sumber
pembiayaan lainnya.
sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis dalam kehidupan
pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak-pihak yang
oleh Bank Indonesia untuk menciptakan suatu sistem perkreditan yang sehat.
4
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, CV.Alfabeta, Jakarta, 2003, hal. 1
5
Muhamad Djumhana., Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
1996, hal. ix
senantiasa terdapat pembinaan dan pengawasan yang efektif agar mampu berfungsi
secara efisien, sehat, wajar dan mampu menghadapi persaingan yang semakin bersifat
global, serta mampu melindungi secara baik dana yang dititipkan masyarakat
Salah satu penyebab dari kegagalan usaha bank antara lain adalah penyediaan
dana yang tidak didukung oleh kemampuan bank mengelola konsentrasi penyediaan
dana secara efektif. Dalam rangka mengurangi potensi kegagalan usaha bank sebagai
akibat dari konsentrasi penyediaan dana tersebut maka bank wajib menerapkan
kepada pihak terkait maupun kepada pihak bukan terkait sebesar persentase tertentu
dari modal bank atau yang dikenal dengan batas maksimum pemberian kredit
(BMPK).8
6
Butar-Butar, Harlen dan Aris Budi Setyawan, Analisis Perbandingan Tingkat Kolektibilitas
Kredit Pada Bank Pembangunan Daerah Di Pulau Jawa Dan Luar Pulau Jawa Desember 2002
Sampai Dengan Desember 2006, http://haryramadhon.files.wordpress.com/2008/05/jurnal-
kolektibilitas-kredit.doc, diakses pada tanggal 20 Agustus 2009.
7
Ibid
8
Penjelasan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/3/PBI/2005 Tentang Batas Maksimum
Pemberian Kredit Bank Umum.
dalam memberikan kredit bank tidak sembarangan. Ada kriteria-kriteria tertentu yang
harus dipenuhi debitur. Kriteria-kriteria itu ada lima, yang disebut dengan lima
analisis kredit (The Five C’s Of Credit Analysis). Kelima kriteria itu adalah sebagai
berikut:9
a. Watak (character)
Watak debitur yang dinilai adalah kepribadian, moral dan kejujuran dalam
mengajukan permohonan kredit, karena debitur yang berwatak buruk tidak dapat
b. Kemampuan (capacity)
masa depan sehingga usaha permohonan yang dibiayai dengan kredit itu berjalan baik
dan menguntungkan.
c. Modal (capital)
memiliki modal sendiri dan bukan bergantung sepenuhnya kepada kredit bank. Di
sini kredit dari bank hanya bersifat melengkapi dan bukan pokok.
9
Levy dalam Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1991,hal. 56-59
mengembalikan pinjamannya.
e. Jaminan (collateral)
Jaminan disini berarti kekayaan yang dapat dikaitkan sebagai jaminan guna kepastian
Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas iktikad
dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau
Dari pasal ini persyaratan adanya jaminan untuk memberikan kredit tidak
menjadi keharusan. Bank hanya diminta untuk meyakini berdasarkan analisis yang
mendalam atas itikad baik debitur dan kemampuan dari debitur. Ukuran itikad baik
analisa dari pendapatan debitur dalam berusaha atau pendapatan dari pekerjaannya
Mengingat bahwa agunan sebagai salah satu unsur pemberian kredit, maka
10
Sutarno, Op. Cit, Hal. 141
barang, proyek, atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. 11
Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa jaminan disini
dapat berarti material maupun inmaterial. Apabila kita melihat ketentuan pasal 1131
penghutang, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun
yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan
perseorangan.12
Dari pasal 1131 KUHPerdata dapat kita simpulkan bahwa hak-hak tagihan
1) semua barang yang sudah ada, artinya yang sudah ada pada saat hutang dibuat;
2) semua barang yang akan ada; disini berarti barang-barang yang pada saat
miliiknya. Dengan perkataan lain hak kreditur meliputi barang-barang yang akan
Hal ini menunjukan bahwa piutang kreditur menindih seluruh harta debitur
tanpa terkecuali. Maka Bank dalam memberikan kredit disamping jaminan kredit
berupa keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad baik dan
11
Penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998
12
H. Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Andi Yogyakarta,Yogyakarta, 2000,
hal.55
13
J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan , Cetakan 4, (Bandung : PT. Citra
Aditya Bakti, 2002), hal.4-6
benda bergerak atau benda tidak bergerak yang memiliki nilai dan dokumen yang
Mengenai pentingnya suatu jaminan oleh kreditur (bank) atas suatu pemberian
kredit tidak lain adalah karena jaminan merupakan salah satu upaya untuk
mengantisipasi risiko yang mungkin timbul dalam tenggang waktu antara pelepasan
memperkecil risiko bank dalam meyalurkan kredit. Yang dimaksud dengan jaminan
kredit adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai mudah untuk diuangkan yang
diikat dengan janji sebagai jaminan untuk pembayaran dari hutang debitur
Pada prinsipnya suatu penyaluran kredit tidak selalu harus dengan jaminan
kredit, sebab jenis usaha dan peluang bisnis yang dimiliki debitur pada dasarnya
sudah merupakan jaminan atas prospek usaha sendiri. Hanya saja, jika suatu kredit
dilepas tanpa agunan maka kredit itu akan memiliki risiko yang sangat besar karena
jika investasi yang dibiayai mengalami kegagalan atau tidak sesuai dengan
perhitungan semula. Jika hal ini terjadi maka bank akan dirugikan sebab dana yang
disalurkan berpeluang untuk tidak dapat dikembalikan. Jadi fungsi jaminan adalah
memberikan hak kekuasaan kepada kreditur untuk mendapatkan pelunasan dari hasil
14
Sutarno, Op. Cit,hal 142
15
H.Budi Untung, Op.Cit, hal 57.
16
Sutarno, Op. Cit, hal 142
berlaku sehingga apabila dikemudian hari terjadi wanprestasi dari debitur maka
bank mempunyai alat bukti yang sempurna dan lengkap untuk menjalankan suatu
tindakan hukum.
b. Marketable, artinya apabila jaminan tersebut harus atau perlu dieksekusi, maka
jaminan kredit tersebut dapat dengan mudah dijual atau diuangkan untuk
dari :18
a. Dapat secara mudah membantu perolehan kredit oleh pihak yang memerlukannya.
(meneruskan) usahanya.
c. Memberikan kepastian kepada kreditur dalam arti bahwa yaitu bila perlu mudah
debitur dan kreditur. Mengenai bentuk pengikatan jaminan tersebut adalah tergantung
17
H.Budi Untung, Op. Cit, hal 58
18
R. Soebekti,Jaminan-jaminan untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Cetakan
Ketiga, Bandung :Alumni, 1986, hal.29
bergerak.
besar Indonesia dan semakin meningkatnya permintaan dana dari pelaku usaha
kredit (BMPK) menjadi semacam penghalang bagi para pelaku usaha untuk
Adapun salah satu usaha yang dapat ditempuh oleh bank dalam mengsiasati
kredit sindikasi.
Kredit sindikasi saat ini seringkali dilakukan oleh kalangan perbankan, baik
itu diantara bank-bank swasta sendiri, atau di antara bank-bank pemerintah sendiri
maupun di antara bank pemerintah sendiri maupun diantara bank-bank asing yang
Bahkan jika mengamati perkembangan yang ada sekarang ini dalam berbagai
aspek serta melihat proyeksi kebutuhan dunia usaha pada masa yang akan datang,
akan dapat diperkirakan bahwa bentuk kredit sindikasi akan semakin ramai.19
Kredit sindikasi adalah suatu teknik bagi suatu teknik bagi suatu bank untuk
dapat menyebarkan risiko dalam pemberian kredit. Karena itu biasanya tidak cocok
untuk kredit yang jumlahnya kecil, dimana bank tersebut dapat memenuhi sendiri
19
Herlina Suyati Bachtiar, Aspek Legal Kredit Sindikasi, PT. Raja Grafindo Persada, 2000,
Hal. 6
pinjaman mencapai jumlah sedemikian besarnya sehingga dirasakan terlalu besar bagi
bank tersebut untuk dapat memikulnya sendiri. Apabila bank tersebut merasa bahwa
risikonya terlalu besar bagi bank tersebut bila seluruh permintaan debitur tertentu
dipikul sendiri, sekalipun mungkin dari segi ketentuan legal lending limit atau “batas
maksimum pemberian kredit” (BMPK) dari bank tersebut belum terlampaui, maka
bank itu akan berusaha membentuk suatu sindikasi untuk dapat membiayai
debiturnya itu. Dalam terminologi bank disebut bahwa bank itu telah melampaui
Dengan kata lain, mengapa suatu bank memilih untuk tidak memberikan
sendiri jumlah kredit yang diminta oleh debitur tersebut sekalipun seandainya masih
dalam batas BMPKnya, ialah karena pertimbangan demi penyebaran risiko. Mungkin
saja bahwa kredit dalam jumlah yang diminta oleh debitur tidak terlalu besar bagi
bank tersebut untuk dapat memikulnya sendiri, tetapi dirasakan oleh bank tersebut
perlu untuk disindikasikan di antara dua atau lebih bank karena menurut
pertimbangan bank itu jumlah tersebut telah melampaui obligor limit dari debitur itu.
20
Sutan Remy Sjahdeni, Kredit Sindikasi (Proses, teknik pemberian, dan aspek hukumnya),
PT. Kreatama, Cetakan Ke II, Jakarta, 2008,hal.27
21
Ibid.
Pada dasarnya proses kredit sindikasi sama saja seperti proses kredit biasa
yang dilakukan oleh bank-bank. Sebagaimana kita ketahui, dalam kredit bisa hanya
diberikan oleh satu bank, sedangkan dalam kredit sindikasi diberikan oleh lebih dari
satu bank , disinilah letak perbedaan mendasar antara kredit sindikasi dengan kredit
biasa. Namun karena dalam kredit sindikasi melibatkan beberapa bank, tentulah
dalam prosesnya ada beberapa langkah yang memerlukan perhatian khusus dalam
bank calon peserta sindikasi. Hubungan antara bank yang satu dengan bank yang lain
dicapai titik temu yang memuaskan masing-masing bank dengan tidak menimbulkan
Kredit Sindikasi pada umumnya ditempuh apabila 1 (satu) bank tidak akan
mampu memenuhi permintaan kredit dari debitur mengingat besarnya dana yang
mall/mega shopping centre, maupun dalam pembangunan jalan tol, dimana jaminan
dari kredit sindikasi tersebut adalah proyek yang dibiayai dengan kredit sindikasi.
yang banyak digunakan adalah jaminan kebendaan berupa tanah. Penggunaan tanah
sebagai jaminan kredit, baik untuk kredit produktif maupun konsumtif, didasarkan
pada pertimbangan tanah paling aman dan mempunyai nilai ekonomis yang relatif
tinggi.23 Lembaga jaminan oleh lembaga perbankan dianggap paling efektif dan aman
adalah tanah dengan jaminan Hak Tanggungan. Hal itu didasari adanya kemudahan
samping itu hutang yang dijamin dengan Hak Tanggungan harus dibayar terlebih
dahulu dari tagihan lainnya dengan uang hasil pelelangan tanah yang menjadi objek
Hak Tanggungan24, memang hal yang tidak dapat diabaikan dalam perjanjian kredit
pelunasan piutang agar dana yang telah dikeluarkan itu dapat segera kembali kepada
perekonomian.
Kebutuhan akan modal usaha inilah akhirnya membuat debitur terjebak dalam
23
Herowati Poesoko, Parate Executie Objek Hak Tanggungan (Inkonsistensi, Konflik
Norma dan Kesesatan Penalaran dalam UUHT), hal. 4.
24
Retnowulan Sutantio, Penelitian Tentang Perlindungan Hukum Eksekusi Jaminan Kredit,
Badan Pembinaan Hukum Nasional-Departemen Kehakiman RI, Jakarta, 1999, hal. 8.
tidak berwenang membuat suatu perjanjian bahwa apabila debitur wanprestasi, maka
secara otomatis kreditur dapat menguasai benda jaminan begitu saja, melainkan harus
melalui lelang di muka umum, namun dilain pihak kreditur selaku pihak yang
meminjamkan uang juga perlu dilindungi, maka itu mutlak diperlukan solusi hukum
dan penerima pinjaman atau debitor.25 Solusi hukum yang dimaksudkan disini adalah
Dalam pemberian kredit sindikasi ini, apabila terjadi kredit bermasalah maka
karena tidak semua kreditur memiliki pemahaman yang sama, mengenai arti
besar. Seringkali terjadi bahwa sebagian anggota atau peserta sindikasi menginginkan
agar dilakukan restrukturisasi utang, namun sebagian anggota atau peserta yang lain
25
Sony Harsono, Sambutan Menteri Agraria/Kepala BPN pada Seminar Hak Tanggungan
atas Tanah dan Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, Fakultas Hukum UNPAD, Bandung,
1996, hal. 33.
UOB INDONESIA).
B. Permasalahan
C. Tujuan Penelitian
masalah tersebut dapat diberikan. Mengacu pada judul dan rumusan masalah yang
telah diuraikan, maka dapat dikemukakan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari
D. Manfaat Penelitian
hendak dicapai bersama, maka dengan demikian, dari penulisan ini diharapkan akan
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini, akan menguatkan teori bahwa suatu norma hukum wajib
ditaati karena norma hukum itu sendiri dibentuk untuk kepentingan manusia.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan masukan kepada masyarakat
dan bagi para praktisi hukum, khususnya bagi para kreditor/Bank Pemegang Hak
sindikasi.
E. Keaslian Penelitian
Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, dan sejauh yang
Hukum/Hukum Bisnis.
3. Penelitian dengan judul “Pemberian Kredit oleh Bank Swasta dengan Jaminan
Dilihat dari topik yang dikaji yang disebut diatas jelas sangat berbeda dengan
penelitian yang penulis lakukan. Oleh karena itu, penelitian tentang “ANALISIS
dilakukan. Oleh karena itu , penelitian in adalah asli adanya. Artinya secara akademik
1. Kerangka Teori.
unsur berikut antara lain metodologi, aktivitas penelitian, imajinasi sosial dan juga
mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi,27dan suatu teori harus diuji
pendapat, teori, tesis si penulis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang
Dalam menjawab rumusan permasalahan yang ada, adapun teori yang akan
digunakan sebagai pisau analisis dalam penulisan ini adalah teori kepastian hukum.
Teori kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian, yaitu pertama adanya aturan
yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau
tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa keamanan hukum bagi individu dari
kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum
itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh
Negara terhadap individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam
26
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI-Press, Jakarta, 1986, hal. 6.
27
J.J.J M.Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, (Penyunting: M.Hisyam),
Jakarta:FE UI,1996, hal 203
28
Ibid. hal 16
29
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 80.
30
Bandingkan Snelbecker dalam Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja
Rosdakarya, Bandung, 1993, hal. 35.
dengan yang lainnya untuk kasus yang serupa yang telah diputuskan31
hukum disebut sebagai orang, melakukan berbagai kegiatan dalam berbagai bidang
yaitu baik antara kelompok masyarakat, para pelaku uasaha dan berbagai instansi atau
Untuk itu maka diperlukan hukum, tugas yang sangat fundamental hukum
adalah menciptakan ketertiban, sebab ketertiban merupakan suatu syarat dari adanya
masyarakat yang teratur. Hal ini berlaku bagi masyarakat manusia dalam segala
bentuknya. Oleh karena itu pengertian manusia, masyarakat dan hukum tak akan
kepastian hukum dan kepastian oleh karena hukum. Hal ini disebabkan karena
pengertian hukum mempunyai dua segi. Segi pertama adalah bahwa ada hukum yang
pasti bagi peristiwa yang kongkret, segi kedua adalah adanya suatu perlindungan
31
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Pranada Media Group, Jakarta,
2008, hal. 158.
32
Soerjono Soekamto, Penegakan Hukum, Binacipta, Jakarta, 1983, hal.42
33
Ibid.
(rechtszekerheid)34.
Lembaga Hak Tanggungan merupakan salah satu dari hak kebendaan yang
Lembaga Hak Tanggungan akan timbul sebagai suatu pranata hukum yang
memberikan perlindungan dan jaminan kepastian hukum, pada saat para pihak dalam
melakukan interaksi dan hubungan hukum dalam suatu kegiatan usaha, membutuhkan
penyediaan dana. Lembaga Hak Tanggungan akan timbul sebagai suatu Lembaga
Hak Jaminan, di saat pihak yang memerlukan dana dan pihak yang memberikan dana,
mengikatkan diri pada suatu perjanjian utang piutang. Lembaga Hak Tanggungan ini
akan berfungsi sebagai lembaga hak jaminan yang akan menjamin pelunasan utang
tersebut. Lembaga Hak Tanggungan ini merupakan lembaga hak jaminan atas tanah,
tanah yang berstatus Hak Milik, Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan dapat
Undang haruslah memberikan keadilan yang sama kepada semua walaupun terdapat
34
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), PT. Gunung
Agung Tbk, Jakarta, 2002, hal. 85
35
J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, Cetakan 4, (Bandung : PT. Citra
Aditya Bakti, 2002), hal. 16.
36
Lihat Undang-Undang Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, UU No.5, LN
No.104 tahun 1960, TLN NO.2043, Pasal 25,33,39.
kredit sindikasi diperlukan suatu lembaga jaminan dalam hal ini yaitu lembaga
jaminan hak tanggungan untuk menjamin dan memberikan rasa keadilan kepada para
Stanley Hurn dalam bukunya Syndicated Loan : A Handbook for Banker and
by common agent.”
Definisi tersebut diatas mencakup semua unsur – unsur yang penting dari
suatu kredit sindikasi. Pertama, kredit sindikasi melibatkan lebih dari satu lembaga
bahwa kredit sindikasi adalah kredit yang diberikan berdasarkan syarat – syarat dan
ketentuan – ketentuan yang sama bagi masing – masing peserta sindikasi. Hal ini
diwujudkan dalam bentuk hanya ada satu perjanjian kredit antara nasabah dan sebuah
bank peserta sindikasi. Ketiga, definisi tersebut menegaskan bahwa hanya ada satu
dokumentasi kredit, karena dokumentasi inilah yang menjadi pegangan bagi semua
diadministrasikan oleh satu agen (agent) yang sama bagi semua bank peserta
37
W.Friedman,Teori dan Filsafat Hukum Dalam Buku Telaah Kritis Atas Teori-Teori
Hukum,diterjemahkan dari buku aslinya Legal Theory oleh Muhammad Arifin, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1993, hal. 7
38
Sutan Remy Sjahdeni,Op. Cit, hal. 2
bilateral (dua pihak), yang sama tetapi mandiri, antara masing – masing bank peserta
dengan nasabah.
Kredit yang berbentuk sindikasi atau kredit patungan yang dilakukan oleh
bank ini, berbeda dari kredit – kredit yang biasa diberikan oleh bank kepada
nasabahnya.
Dengan demikian dalam perjanjian kredit sindikasi ada beberapa bank sebagai
antara lain fasilitas Letter of Credit atau sebuah penjaminan untuk pengeluaran surat-
Pada dasarnya proses kredit sindikasi sama saja seperti proses kredit biasa
Seperti kita ketahui, maka kredit biasa hanya diberikan oleh satu bank saja.
Dalam kredit sindikasi diberikan oleh lebih dari satu bank. Karena dalam kredit
sindikasi melibatkan beberapa bank tentulah dalam prosesnya ada beberapa langkah
satu bank dan inilah yang menjadi perbedaan paling mendasar dari kredit-kredit
biasa.
Namun seperti halnya kredit biasa, bahwa dalam kredit sindikasi, bank-bank
peserta kredit sindikasi tetap meminta suatu jaminan guna menjamin pelunasan krdeit
terhadap debitor, yang dibuat dalam suatu perikatan. Jaminan dalam hukum berfungsi
seseorang.39
Fungsi jaminan untuk menjamin utang, terutama akan tertera jelas dalam
jaminan kebendaan. Jaminan kebendaan merupakan hak mutlak atas suatu benda
tertentu, yang untuk suatu waktu ketika debitor cidera janji, dapat diuangkan untuk
kepada kreditor yaitu hak preferen atau hak untuk didahulukan daripada kreditor lain
dalam pengambilan pelunasan piutang dari benda yang menjadi objek jaminan.
Pada prinsipnya tidak semua benda jaminan dapat dijaminkan pada lembaga
perbankan atau lembaga keuangan nonbank, namun benda yang dapat dijaminkan
1. dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang
memerlukannya;
meneruskan usahanya;
39
J. Satrio, Op.Cit., hal. 3.
waktu tersedia untuk di eksekusi, bila perlu dapat mudah diuangkan untuk
Nomor 5 Tahun 1960, tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau
tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk
Hak Tanggungan ini, dibuat oleh para pihak dengan tujuan untuk melengkapi
perjanjian pokok yang umumnya merupakan perjanjian utang piutang atau perjanjian
kredit. Mengamati sketsa seperti itu dapat ditarik suatu pemahaman, bahwasannya
hubungan hukum antara para pihak itu dijalin oleh 2 (dua) jenis perjanjian, yakni
perjanjian kredit selaku perjanjian pokok, dan perjanjian jaminan sebagai jaminan
tambahan (accesoir).42
Lembaga Hak Tanggungan akan timbul sebagai suatu pranata hukum yang
memberikan perlindungan dan jaminan kepastian hukum, pada saat para pihak dalam
melakukan interaksi dan hubungan hukum dalam suatu kegiatan usaha, membutuhkan
40
R. Subekti, Jaminan-jaminan untuk Pemberian Kredit Termasuk Hak Tanggungan menurut
Hukum Indonesia. Diolah kembali oleh Johannes Gunawan. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hal.
73.
41
Kansil, Pokok-Pokok Hukum Hak Tanggungan Atas Tanah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,
1997, hal. 19-20.
42
M. Isnaeni, Kerancuan Hak Tanggungan Dalam Kaitannya Sebagai Pengaman Penyaluran
Kredit Bank, Amrta, Vol. 1, No. 1, Mei 1999, hal. 80.
Hak Jaminan, di saat pihak yang memerlukan dana dan pihak yang memberikan dana,
mengikatkan diri pada suatu perjanjian utang piutang. Lembaga Hak Tanggungan ini
akan berfungsi sebagai lembaga hak jaminan yang akan menjamin pelunasan utang
tersebut. Lembaga Hak Tanggungan ini merupakan lembaga hak jaminan atas tanah,
tanah yang berstatus Hak Milik, Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan dapat
fungsinya memberikan rasa aman bagi kreditor, karena manakala debitor cidera janji,
dapat diuangkan sebagai pelunasan utang debitor. Fungsi jaminan secara hukum
dipertegas pula oleh Juhaendah Hasan, yakni untuk meng-cover hutang, karena
jaminan merupakan sarana perlindungan bagi para kreditor yaitu kepastian akan
pelunasan hutang debitor atau pelaksanaan suatu prestasi oleh debitor atau penjamin
kredit, dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, yaitu
bila perlu dapat dengan mudah diuangkan untuk melunasi utang si penerima
43
Lihat Undang-Undang Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, UU No.5, LN
No.104 tahun 1960, TLN NO.2043, Pasal 25,33,39.
44
Djuhaenda Hasan, Aspek Hukum Jaminan Kebendaan dan Perorangan, Jurnal Hukum
Bisnis, Vol. 11, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, 2000, hal. 16.
janji, yakni kepastian bahwa barang jaminan setiap saat tersedia untuk dieksekusi dan
bila perlu dapat dengan mudah diuangkan untuk pelunasan utang debitor.
Sebagai suatu lembaga jaminan yang kuat, dalam Penjelasan Umum Nomor 3
pemegangnya;
b. selalu mengikuti objek yang dijaminkan dalam tangan siapapun objek itu berada;
c. memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak ketiga
Tanggungan itu badan atau tubuhnya adalah hipotik yang disesuaikan, sedang
bajunya adalah hukum Adat. Hal itu nampak dari diadopsinya sifat-sifat hak
45
Hermayulius, Aspek Hukum Jaminan Dalam Dunia Usaha Perbankan, Majalah Hukum
Nasional, No. 1, 2002, hal. 69-70.
46
A. P. Parlindungan, Komentar Undang-Undang Hak Tanggungan dan Sejarah
Terbentuknya, Mandar Maju, Bandung, 1996, hal. 33.
berpendapat bahwa melekatkan begitu saja sifat-sifat unggul hipotik ke dalam Hak
jaminan hipotik yang telah ratusan tahun mengabdi, sungguh masih memerlukan
credietverband. Adapun hak atas tanah yang dapat dibebani Hak Tanggungan
menurut Pasal 4 ayat (1) UUHT adalah (a) Hak Milik; (b) Hak Guna Usaha; (c) Hak
Guna Bangunan. Selain hak-hak atas tanah sebagaimana disebut di atas, Hak Pakai
atas Tanah Negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib didaftar dan menurut
negara sebagai suatu badan yuridis, Kedua, kepentingan negara sebagai penjaga
47
M. Isnaeni, Op.Cit, hal. 41.
48
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal.298.
2. Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsep dalam
penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi
dan realitas.49 Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang
penelitian. Oleh karena itu, dalam penulisan hukum ini, maka istilah-istilah berikut
1. Kredit adalah penyediaan dana yang dapat berupa uang atau yang dipersamakan
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
49
Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, 1989, hal. 34.
50
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo, Jakarta, 1998, hal. 3.
51
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal. 7.
dari dua bank atau lebih lembaga keuangan non bank kepada subjek hukum
3. Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
4. Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah,
yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan adalah jaminan yang dibebankan pada
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut
benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk
tertentu.
tertentu.
7. Pejabat Pembuat Akta Tanah, yang selanjutnya disebut PPAT, adalah pejabat
umum yang diberi wewenang untuk membuat akta pemindahan hak atas tanah,
akta pembebanan hak atas tanah dan akta pemberian kuasa pembebanan Hak
Tanggungan.
piutangnya.
10. Pemegang Hak Tanggungan adalah perseorangan atau badan hukum yang
11. Hak Istimewa adalah suatu hak yang diberikan oleh undang-undang kepada
G. Metode Penelitian
1. Sifat Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian normatif, yang dalam hal ini peneliti
dituntut untuk mengkaji kaedah hukum yang berlaku. Hasil dari kajian ini bersifat
gambaran atau lukisan secara sistematik, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta,
52
Soerjono Soekamto, Metodologi Research, Andi Offset, Yogyakarta, 1998, hal 3.
Metode penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
53
pendekatan yuridis normatif , yaitu dengan meneliti sumber-sumber bacaan yang
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
penelitian kepustakaan untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat atau
penelitian ini yang dapat berupa peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah
lainnya.
Dalam penelitian hukum normatif, data yang diperlukan adalah data sekunder
54
. Selanjutnya untuk melengkapi dan memperoleh kerangka teoritis sehingga dapat
dijadikan landasan dalam proses penulisan tesis ini, penulis menggunakan beberapa
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat, antara lain berupa :
53
Penelitian Hukum Normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti
bahan pustaka atau data sekunder. Lihat Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 13.
54
Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2004, hal. 121.
hukum primer, antara lain berupa : buku atau literatur, tulisan atau pendapat para
dokumen lain yang terkait dengan pembahasan yang akan ditulis yang diperoleh
c. Bahan hukum tertier, merupakan data yang diperoleh dari kamus, baik kamus
1. Studi dokumen/kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder. Bahan hukum primer meliputi segala jenis peraturan perundang-
undangan (hukum normatif) yang terkait dengan masalah yang sedang diteliti.
Bahan hukum sekunder meliputi pendapat para pakar hukum yang bersumber
a. Pejabat/Staff Bank;
b. Notaris/PPAT.
Setelah diperoleh data sekunder yakni berupa bahan hukum primer, bahan
kepustakaan. Kemudian baik data primer maupun data sekunder dilakukan analisis
penelitian secara kuantitatif dan untuk membahas lebih mendalam dilakukan secara
Secara etimologi kata kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu “credere” yang
kepercayaan. Dengan demikian, dasar dari suatu kredit adalah kepercayaan.55 Secara
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
KUH Perdata, yaitu suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih, Marhainis Abdul Hay mengemukakan
55
Edy Putra The Aman, Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis, Liberty, Yogyakarta,
1989, hal.1.
33
Perdata tentang pinjam meminjam. Pasal 1754 KUH Perdata berbunyi sebagai berikut
perjanjian kredit adalah perjanjian pinjam meminjam berupa uang antara pihak yang
satu (kreditor) dengan pihak lain (debitor) dalam hal mana pihak peminjam
berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga
Sedangkan jika dilihat dari sudut ekonomi, kredit diartikan sebagai penundaan
dan atau suatu barang tidak dilakukan bersamaan pada saat menerima, akan tetapi
Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa inti dari arti kredit adalah
kepercayaan.56
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kredit adalah suatu kepercayaan
yang diberikan oleh bank kepada penerima kredit atau debitor, di mana kredit yang
diberikan oleh bank akan dibayar kembali oleh oleh debitor pada masa yang akan
56
Tjiptonegoro, Perbankan Masalah Perkreditan, Pradnya Paramita, Jakarta, 1990, hal. 14.
meminjam yang diatur dalam Pasal 1754 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Menurut Buku III Kitab Undangundang Hukum Perdata yang mengatur tentang
perikatan, perjanjian kredit sebagai perjanjian pinjam meminjam mempunyai sifat riil.
Riil di sini salah satunya adalah dalam bentuk perjanjian pinjam mengganti yang
Menurut Marhainis A.H., ketentuan dalam Pasal 1754 Kitab Undang Undang
“Perjanjian pinjam mengganti adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu
memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang
menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan
mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.”
dalam ketentuan Pasal 1754 Kitab Undangundang Hukum Perdata tidak disebutkan
57
Marhainis A.H., Hukum Perbankan di Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta, 1979, hal.
147.
58
Wiryono Prodjodikoro, Pokok-pokok Hukum Perdata Tentang Persetujuan-persetujuan
Tertentu, Sumur Bandung, Bandung, 1981, hal. 137.
meminta kepada pihak debitor untuk memberikan jaminan yang berupa sejumlah
haruslah memenuhi syaratsyarat sahnya suatu perjanjian. Hal ini dimaksudkan agar
perbuatan hukum yang dilakukan mempunyai kekuatan yang mengikat bagi kedua
belah pihak.
Syarat sahnya perjanjian tersebut diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-
Syarat 1 dan 2 merupakan syarat subyektif karena mengenai orang atau subyek yang
mengenai perjanjiannya sendiri atau obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan.59
59
R. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Internusa, Jakarta, 1993, hal. 17.
tersebut dapat dibatalkan. Sedangkan apabila suatu perjanjian tidak memenuhi syarat
Suatu perjanjian yang sudah disepakati oleh para pihak berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka sendiri dan perjanjian itu tidak mengikat pihak ketiga
yang berada di luar perjanjian.60 Suatu perjanjian melahirkan hak dan kewajiban bagi
masing-masing pihak yang terlibat di dalamnya. Kewajiban yang dimaksud dalam hal
ini adalah pemberian prestasi yang misalnya berupa uang atau barang serta adanya
dijanjikan. Kewajiban ini harus dipenuhi oleh debitor sebagai pihak yang menerima
kredit. Sedang hak yang harus diterima oleh kreditor adalah berupa penerimaan
kredit dituangkan dalam bentuk tertulis dan dalam perjanjian baku (standard
contract) yang dapat dibuat di bawah tangan ataupun dibuat secara notariil. Perjanjian
kredit yang merupakan perjanjian baku (standard contract) di mana isi atau klausula-
klausula perjanjian kredit tersebut telah dibakukan dan dituangkan dalam bentuk
Bertitik tolak dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa suatu perjanjian kredit
terbit dari suatu perjanjian pinjam meminjam antara bank atau kreditor dengan
nasabah atau debitor. Perjanjian pinjam meminjam tersebut lahir sejak dicapainya
60
Ibid
bank kepada nasabah dengan prestasi pengembalian uang dari debitor kepada kreditor
terdapat tenggang waktu yang dapat menimbulkan suatu risiko bagi bank, maka bank
Lebih lanjut Munir Fuady mengatakan, bahwa dari pengertian kredit di atas,
a. Adanya kesepakatan atau perjanjian antara pihak kreditor dengan debitor, yang
b. Adanya para pihak, yaitu pihak “kreditor” sebagai pihak yang memberikan
pinjaman, seperti bank, dan pihak “debitor” yang merupakan pihak yang
c. Adanya unsur kepercayaan dari kreditor bahwa pihak debitor mau dan mampu
membayar/mencicil kreditnya.
debitor.
f. Adanya pembayaran kembali sejumlah uang/barang atau jasa oleh pihak debitor
keuntungan.
61
Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002,
hal. 5.
h. Adanya risiko tertentu yang diakibatkan karena adanya perbedaan waktu tadi.
pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang, di mana baik secara sosial maupun secara ekonomi pihak debitor dan
Dalam bentuk apapun juga pemberian kredit itu diadakan, dalam semuanya itu
pada hakekatnya yang terjadi adalah suatu perjanjian pinjam meminjam
sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1754
sampai dengan Pasal 1769, di mana pinjam meminjam di sini adalah suatu
perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada suatu jumlah
62
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, PT. Citra Aditya Bakti, bandung,
1991,hal. 23.
63
Muchlis Sutopo, Pokok-pokok Manajemen Perkreditan, 1989, hal. 32.
64
R. Subekti, Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Alumni,
Bandung, 1986, hal. 13.
Berdasarkan pendapat para sarjana di atas, dapat diketahui bahwa sifat dari
perjanjian kredit bank adalah riil di mana suatu perjanjian baru terjadi setelah
tercapainya suatu kesepakatan antara para pihak dan adanya penyerahan uang atau
benda.
Bank sebagai salah satu lembaga keuangan memegang peranan yang sangat
dalam bidang perekonomian. Dari uraian tersebut maka fungsi kredit dalam
kehidupan perekonomian perdagangan secara garis besar adalah sebagai berikut :65
sesuatu yang menentukan batal atau tidaknya perjanjian lain yang mengikutinya;
2. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasanbatasan hak dan
65
Muchdarsyah Sinungan, Dasar-dasar dan Teknik manajemen Kredit, PT. Bina Aksara,
Jakarta,1993, hal. 14.
66
C. H. Gatot Wardoyo, Sekitar Klausula-klausula Perjanjian Kredit Bank dan Manajemen,
1992,hal. 64.
adalah:67
Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya kepada
para pengusaha yang memerlukan atau dapat menyimpan uangnya pada lembaga
keuangan dan diberikan kepada perusahaan lain, untuk meningkatkan produksi atau
usahanya.
Kredit uang yang disalurkan melalui rekening biro dapat menciptakan pembayaran
baru seperti cek, bilyet giro, dan wesel sehingga dapat meningkatkan peredaran uang
giral. Di samping itu, kredit perbankan yang ditarik secara tunai dapat pula
Dengan mendapat kredit, pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang
Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakan diarahkan kepada usaha-usaha
Untuk itu kredit diarahkan pada sektor-sektor yang produktif dengan pembatasan
67
Munir Fuady,Op. Cit, hal. 16-17.
Dengan bantuan kredit dari bank, para pengusaha dapat memperluas usahanya dan
baru akan membutuhkan tenaga kerja, dengan tertampungnya tenaga kerja tersebut
Bank-bank di luar negeri yang mempunyai jaringan usaha dapat memberikan bantuan
dalam bentuk kredit, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
digunakan :68
Apabila jangka waktu digunakan sebagai kriteria, maka suatu kredit dapat dibagi
ke dalam:
a. Kredit Jangka Pendek; yakni kredit yang jangka waktunya tidak melebihi 1
tahun.
68
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2003, hal 238-240.
sampai 3 tahun.
c. Kredit Jangka Panjang; dalam hal ini merupakan kredit yang mempunyai
b. Kredit tanpa surat perjanjian kredit. Untuk itu dapat dibagi ke dalam:
1) Kredit lisan.
2) Kredit dengan instrumen surat berharga. Misalnya kredit yang hanya lewat
sebagainya.
a. Kredit Konsumtif. Ini merupakan kredit yang diberikan kepada debitor untuk
b. Kredit Bukan Uang (Non Money Credit, Mercantile Credit, Merchant Credit),
a. Kredit Tunai (Cash Credit), di mana pencairan kredit dilakukan dengan tunai
b. Kredit Tidak Tunai (Non Cash Credit), di mana kredit tidak dibayar pada saat
1) Garansi Bank atau Stand By L/C. Dalam hal ini bank akan membayar
apabila terjadi perbuatan tertentu, misalnya jika pada suatu saat pihak
b. Kredit Rekening Koran. Dalam hal ini, baik penyediaan dana maupun
kapan saja dan berulang kali. Penarikan dana oleh nasabah dilakukan selama
dengan kredit rekening koran, maka kredit berulang-ulang ini lebih dibatasi
penyetorannya.
dengan revolving credit, maka kredit eenmalige ini tidak ditarik dananya
saja.
Apabila dilihat dari segi pihak pemberi kredit, maka suatu kredit dapat digolong-
golongkan ke dalam:
diberikan oleh seseorang atau sekelompok orang, ataupun badan yang tidak
resmi untuk memberikan kredit. Kredit tidak terorganisasi ini dapat dipilah-
1) Kredit Rentenir, yakni kredit yang diberikan oleh perorangan atau badan
tidak resmi untuk memberikan kredit, yang sering dijuluki lintah darat.
3) Kredit Pembeli, yang dimaksudkan adalah kredit yang juga terbit dari jual-
negeri.
Merupakan kredit dengan kreditor atau kreditor utamanya berasal dari luar
negeri
Berdasarkan berapa banyaknya jumlah kreditor, maka suatu kredit dapat dibagi ke
dalam:
Yakni kredit yang kreditornya hanya satu orang/satu badan hukum saja. Ini
Ini merupakan kredit dimana pihak krediturnya terdiri dari beberapa badan
1. Dokumen Pendahuluan.
Pendahuluan” dan biasanya berisi data finansial atau garis besar data tentang term
2. Dokumen Jaminan.
Ada juga beberapa dokumentasi yang menyertai perjanjian kredit yang dapat
disebut sebagai “Dokumen Jaminan”. Seluruh dokumen ini secara yuridis dianggap
perjanjian pokok. Sehingga apabila perjanjian pokok yang dalam hal ini adalah
perjanjian kredit karena suatu alasan dinyatakan batal atau tidak berlaku secara
hukum, maka perjanjian jaminan pun tidak mempunyai kekuatan hukum lagi.
3. Dokumen Legalitas
notariil, dibuat dengan tujuan agar terjaminnya keabsahan dari perjanjian kredit dan
pelaksanannya nanti.
4. Dokumen Instrumentalia.
69
Munir Fuady, Op. cit, hal. 52
hanya bersifat instrumentalia saja, yang termasuk dalam dokumen instrumentalia ini
b. Pemberitahuan penarikan;
c. Promes;
Dilihat dari hubungan hukum antara pemberi kredit (lender) dan debitur
(borrower), ada tiga macam cara bagi seorang debitur dalam memperoleh kredit
untuk keperluan usahanya dari lembaga pemberi kredit. Cara yang pertama, debitur
memperoleh kredit hanya dari satu lembaga pemberi kredit bagi seluruh kebutuhan
kreditnya. Cara yang kedua, debitur menerima kredit dari beberapa pemberi kredit
lembaga pemberi kredit tersebut. Secara hukum, masing-masing perjanjian kredit itu
tidak berhubungan satu sama lain kecuali apabila di dalam masing-masing perjanjian
kredit dicantumkan cross default clause, yaitu suatu klausul yang berisi pernyataan
hukum yang mengikat para pihak bahwa apabila debitur mengalami kemacetan
kredit yang diperoleh dari lembaga pemberi kredit yang lain, maka kredit yang
diterima debitur berdasarkan perjanjian tersebut menjadi demi hukum default dan
seluruh kredit sekalipun jangka waktu kredit belum berakhir atau masa penyicilan
belum tiba saatnya. Cara yang ketiga, debitur memperoleh kredit dari suatu sindikasi
yang anggotanya terdiri atas lembaga-lembaga pemberi kredit. Pada cara yang ketiga
ini, terdapat satu perjanjian kredit saja, yaitu perjanjian antara debitur dengan
dahulu dibedakan antara kredit sindikasi dan sindikasi kredit. Sindikasi kredit adalah
yang dibentuk dengan tujuan untuk memberikan kredit kepada suatu perusahaan yang
memerlukan kredit untuk membiayai suatu proyek, sedangkan yang dimaksud dengan
Kredit sindikasi adalah pinjaman yang diberikan dua atau lebih lembaga
yang umum dan ditatausahakan oleh suatu Agent Bank, disusun oleh arranger yang
Berdasarkan artikel yang ditulis oleh White & Case, sebuah lawfirm terkenal
di Amerika Serikat, yang berjudul Syndicated Loan Resemble Shared Taxis pada
70
Sutan Remy Sjahdeini,Op. cit, hal 1-2.
71
Ibid.
72
Priasmoro Prawiroardjo, Pinjaman Sindikasi, Jakarta-Jakarta, Edisi No. 377, 25 September-
1 Oktober 1993, hal.75.
kredit sindikasi dapat diartikan sebagai dana yang diberikan secara bersama-sama
oleh beberapa bank berdasarkan satu perjanjian kredit saja, dan pada saat yang sama
Keduanya sama-sama merupakan upaya bank untuk menyalurkan dana kepada pihak
investasi dalam jangka waktu tertentu. Namun demikian, terdapat banyak faktor yang
antara debitur dengan pihak-pihak terkait, seperti participants dan Agent Bank.
Dalam kredit sindikasi diperlukan satu pihak dari peserta sindikasi untuk memimpin
mereka dalam melakukan kredit sindikasi. Pihak ini disebut Lead Manager.
Pada kredit sindikasi. Ada kalanya dilakukan negosiasi khusus mengenai tingkat suku
bunga yang akan dibebankan kepada debitur bersangkutan. Biasanya sistem suku
73
Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit,,hal.4-5.
74
Yunus Hussein, Kredit Sindikasi, Perkembangan Perbankan, Jakarta, Maret-April 1994.
Target yang dituju dalam kredit sindikasi biasanya adalah perseroan terbatas.
Pada umumnya kredit sindikasi berjangka waktu panjang, antara 3-15 tahun.
perjanjian kredit sindikasi diatur segala macam bentuk hak dan kewajiban dari
masing-masing pihak, baik pihak pemberi kredit (lenders) atau kreditor maupun
dan kewajiban dari agent bank yang ditunjuk. Bila terjadi perbedaan pendapat atau
sengketa di antar para pihak berkaitan dengan pelaksanaan fasilitas kredit sindikasi
ini, maka perjanjian kredit sindikasi itulah yang akan dijadikan dasar dan rujukan
bagi para pihak untuk menyelesaikan perbedaan pendapat atau sengketa di antara
mereka. Dengan kata lain, tujuan dari dibuatnya perjanjian kredit itu adalah untuk
menjadi dasar rujukan bagi penyelesaian sengketa yang timbul di antara pihak-pihak
Perjanjian kredit sindikasi dapat dibuat sendiri oleh bank dengan ataupun
tanpa bantuan notaris atau konsultan hukum. Perjanjian kredit sindikasi dapat dibuat
dengan hanya terdiri dari beberapa halaman, namun dapat pula dibuat hingga puluhan
75
Sutan Remy Sjahdeini,Op.Cit.,hal.189.
yang sama dan mengikat para pihak yang menandatangani perjanjian tersebut.76
Para pihak yang ikut serta menandatangani perjanjian itu harus memastikan bahwa
sehingga apabila timbul perselisihan atau sengketa posisinya menjadi lebih kuat.
peserta kredit sindikasi dengan terlebih dahulu meminta advis/nasihat hukum dari
nantinya akan diserahkan kepada notaris yang ditunjuk untuk kemudian dituangkan
dalam suatu bentuk akta yang akan ditandatangani oleh para pihak.77
Ada beberapa ciri – ciri utama dari suatu kredit sindikasi yang perlu diketahui.
Kredit sindikasi selalu diberikan oleh lebih dari satu pemberi kredit sebagai peserta
Kredit sindikasi adalah suatu teknik bagi suatu bank untuk dapat menyebarkan resiko
dalam pemberian kredit. Oleh karena itu biasanya tidak cocok untuk kredit yang
76
Ibid., hal.190.
77
Wawancara dengan Bapak Pohan Djingga, Branch Manager Bank UOB Indonesia, tanggal
2 Agustus 2010
Namun ada keadaan – keadaan dimana suatu pinjaman mencapai suatu jumlah
sedemikian rupa besarnya sehingga dirasakan terlalu besar bagi bank tersebut untuk
dapat memikulnya sendiri. Apabila bank tersebut merasa bahwa resikonya terlalu
besar bagi bank tersebut bila seluruh permintaan sesuatu nasabah tertentu dipikul
sendiri, sekalipun mungkin dari segi ketentuan legal lending limit atau batas
3. Jangka waktu
Pada umumnya kredit sindikasi berjangka waktu menengah (medium term) atau
berjangka waktu panjang (long-term), sekalipun tidak ada alasan mengapa tidak
mungkin kredit sindikasi diberikan juga dalam jangka waktu pendek (short-term).
Dalam termonologi kredit sindikasi belum ada kesamaan mengenai apa yang
dimaksudkan short, medium dan long. Namun pada umumnya short berarti sampai
dengan 1 tahun, medium berarti antara 1- 5 tahun dan long berarti diatas 5 tahun.
4. Bunga
Pada umumnya bunga dari kredit sindikasi bersifat mengambang (floating rate) yang
disesuaikan setiap jangka waktu tertentu, misalnya setiap 3 bulan sekali. Untuk
menetapkan bunga kredit sindikasi dalam kurs rupiah yaitu berpatokan pada JIBOR
(Jakarta Interbank Offered Rate). Sekalipun bunga dari kredit sindikasi bersifat
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang menjadi acuan dalam menetapkan suku
bunga JIBOR.
Meskipun suatu fasilitas kredit sindikasi adalah suatu totalitas dan bukannya
kombinasi dari sejumlah fasilitas bilateral, namun bertanggung jawab dari masing –
masing bank peserta dalam sindikasi itu tidak bersifat tanggung renteng. Artinya,
bahwa masing – masing bank peserta hanya bertanggung jawab untuk bagian jumlah
kredit yang menjadi komitmennya. Tanggung jawab dari masing – masing bank di
dalam sindikasi tidak merupakan tanggung jawab dimana suatu bank menjamin bank
lainnya.
6. Dokumentasi Kredit
Dokumentasi kredit (loan documentation) yang sama bagi semua peserta sindikasi
Dokumentasi kredit tersebut adalah dasar bagi administrasi kredit sindikasi tersebut
antara bank – bank peserta sindikasi, maka ditunjuklah satu bank diantara bank-bank
peserta itu sebagai agen (agent bank) untuk bertindak sebagai kuasa dari bank-bank
kreditnya ditandatangani.
Ciri lain yang membedakan antara pinjaman bilateral dengan kredit sindikasi adalah
keharusan bagi kredit sindikasi itu untuk dipublikasikan (diketahui oleh umum).
perjanjian kredit (bilateral), dan para kreditur bermaksud berbagi jaminan dengan
kreditur lain, yang pelaksanaannya dilakukan oleh agen jaminan yang diangkat oleh
Dasar hukum dari Perjanjian Kredit Sindikasi (PKS) adalah Pasal 1320 Kitab
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.79 Perjanjian tersebut sudah sah dan mengikat apabila telah memenuhi
4. suatu sebab yang halal. Dalam hukum perjanjian berlaku suatu asas yang disebut
78
Fennieka Kristianto, Kewenangan Menggugat Pailit Dalam Perjanjian Kredit Sindikasi,
Minerva Athena Pressindo, Jakarta, 2009,hal.14-15
79
Ibid
perjanjian untuk membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa saja, asalkan tidak
Salah satu dasar yang cukup jelas bagi bank mengenai keharusan adanya suatu
perjanjian kredit adalah dari bunyi Pasal 1 ayat (12) Undang-Undang Nomor 7 Tahun
menegaskan bahwa hubungan kredit bank adalah hubungan kontraktual antara bank
demikian, bagi hubungan kredit bank berlaku Buku Ketiga tentang perikatan pada
Pemberian kredit sindikasi sebagai kredit yang berbeda dari kredit biasa
umumnya memberikan manfaat tidak hanya bagi pemberi kredit sindikasi, namun
80
Ibid, hal. 16
81
Ibid.
82
Ibid
sebagai berikut :
pinjaman.
• memperoleh pinjaman dengan jumlah yang besar, yang biasanya tidak dapat
bank-bank ternama.
Dalam perjanjian kredit sindikasi tentu perlu melibatkan beberapa pihak yang
juga memiliki kepentingan pada perjanjian kredit sindikasi tersebut. Selain itu,
perjanjian kredit sindikasi juga mengatur beberapa kepentingan serta hak dan
kewajiban dari pihak-pihak tersebut. Karenanya, isi dari perjanjian kredit sindikasi
merupakan inti dari perjanjian yang wajib untuk diketahui dan dipahami.
yang selain berperan sebagai lender, juga berperan sebagai Agent Bank.
Untuk lebih jelasnya, subyek hukum dari perjanjian kredit sindikasi adalah
sebagai berikut:
1. Pihak Borrower
adalah nasabah peminjam kredit sindikasi. Nasabah ini pada umumnya berbentuk
badan hukum dari pihak debitur dan siapa yang berhak menandatangani
perjanjian kredit sindikasi bank. Hal ini bertujuan untuk memperjelas pihak mana
yang dapat bertanggungjawab atau dituntut oleh pihak kreditur ketika terjadi
2. Pihak Arranger
yaitu bank yang mengatur segala proses perjanjian kredit sindikasi, mulai dari
Dalam menjalankan tugasnya ini, arranger mendapat fee yang lebih besar
dibandingkan pihak lain dalam kredit sindikasi. Hal ini dikarenakan beratnya
tugas arranger.
3. Lead Manager
Merupakan bank yang memimpin sindikasi. Ada kalanya peranan Lead Manager
dirangkap dengan peranan arranger dan dipegang oleh satu bank saja. Namun
berperan sebagai Lead Manager, maka bank yang berperan sebagai Lead
tahap arrangement diserahkan pada bank lain yang berperan sebagai arranger.
Hal ini dimaksudkan agar bank lead dapat berkosentrasi pada proyek-proyeknya
yang lain.
4. Facility Agent
Merupakan bank yang berperan sebagai agen fasilitas kredit. Umumnya pada
suatu kredit sindikasi akan di tunjuk satu bank selaku agen fasilitas kredit, dimana
membayar kepada rekening agen fasilitas, kemudian oleh agen fasilitas akan di
bank tersebut.
5. Lender
Merupakan bank-bank yang tergabung dalam sindikasi kredit dan ikut serta
sindikasi, aspek selanjutnya dalam perjanjian kredit sindikasi ini adalah isi dari
lain adalah mengenai jumlah utang, cara dan batas waktu pembayaran, penentuan
bunga, jaminan, asuransi, penunjukkan agen dan manager, serta pilihan hukum.83
Selain itu, bahwa hampir dalam seluruh dokumen perjanjian kredit sindikasi
1. Pendahuluan
yang membuat dan terikat dengan perjanjian itu serta tanggal yang merupakan
2. Definisi
Pada bagian ini disebutkan definisi dari setiap istilah yang digunakan dalam
semua pihak yang membuat perjanjian itu mengenai istilah-istilah yang digunakan
Salah satu tujuan dari dibuatnya perjanjian kredit sindikasi adalah untuk
83
Gani Djemat, Kredit Sindikasi dan Masalahnya, Info Bank, Nomor 22, hal. 27.
84
Sutan Remy Sjahdeini, Op.cit., hal 192-266
para kreditur.
Jumlah kredit yang diberikan oleh kreditur bukan tidak terbatas. Jumlah dari
kredit sindikasi yang akan diberikan oleh bank-bank pemberi kredit yang menjadi
jumlah self financing dari debitur. Self financing adalah bagian dari biaya proyek
tersebut yang menjadi bagian debitur. Jumlah kredit yang diberikan oleh bank-
bank peserta kredit sindikasi adalah jumlah biaya yang diperlukan untuk
project cost, dikurangi dengan jumlah self financing. Debitur diwajibkan untuk
juga memiliki bagian dalam jumlah keseluruhan project cost agar debitur juga
ikut menanggung resiko atas pembiayaan proyek itu. Dengan demikian debitur
merupakan suatu hal yang lazim. Begitu juga dalam perjanjian kredit sindikasi.
b. sekalipun debitur menggunakan hasil dari kredit itu untuk tujuan-tujuan yang
bahwa mereka tidak mengetahui tentang tujuan ilegal dari penggunaan hasil
sindikasi juga terdapat klausul yang menentukan batas waktu kredit tersebut harus
dilunasi. Bila sampai batas waktu tersebut ternyata debitur tidak dapat melunasi
kreditnya, maka debitur berada dalam keadaan ingkar janji (event of default).
Penyediaan dana dapat ditentukan dalam satu atau sejumlah mata uang.
Apabila dana tersebut harus disediakan dalam lebih dari satu mata uang maka
mata uang tersebut harus ditentukan secara spesifik. Namun demikian, jumlah
maksimum kredit yang diberikan kepada debitur ditentukan di dalam mata uang
Rupiah ataupun US Dollar. Kredit yang diberikan dalam beberapa mata uang
Apabila diinginkan agar pelunasan kredit itu dilakukan dalam mata uang
tertentu, maka untuk ketentuan yang demikian itu harus dibuat klausul yang jelas
untuk memastikan bahwa mata uang pelunasan atas kredit itu sama dengan mata
yang ditetapkan secara tetap disebut dengan ‘tingkat bunga tetap’ atau ‘fixed
rate of interest’.
debiturnya dengan fixed rate. Namun karena akhir-akhir ini tingkat bunga
tingkat bunga dengan floating rate. Apabila bank menetapkan tingkat bunga
besarnya tingkat bunga yang harus dibayar kepada bank, maka debitur
mengetahui bukan saja kewajibannya untuk membayar bunga tetapi juga batas
diketahui oleh debitur mengenai dasar perhitungan jumlah uang dari bunga
yang harus dibayar, baik yang menyangkut jumlah uang dari bunga yang
harus dibayar, jumlah hari perhitungan bunga maupun dasar penetapan prime
rate-nya.
Selain dari tingkat bunga yang biasa, yang ditetapkan baik dengan
fixed rate atau floating rate di dalam klausul yang menyangkut bunga bank
tunggakan. Bunga tunggakan adalah bunga yang tingkatnya lebih tinggi dari
atau pelunasan utang pokok. Menurut Rodger Fighe dalam bukunya yang
dibayar, maka bank mengalami resiko yang lebih tinggi bahwa kredit itu tidak
dapat dilunasi oleh debitur. Menghadapi kenaikan risiko itu maka bank berhak
c. Bunga Berganda
selama sebulan. Dengan kata lain, apabila debitur tidak membayar bunga, dan
pada perhitungan bunga bulan berikutnya bunga tersebut belum juga dibayar,
maka bunga yang belum dibayar itu (yang tertunggak) ditambahkan ke dalam
1251:
“Bunga dari uang pokok yang dapat ditagih dapat pula menghasilkan bunga,
khusus, asal saja permintaan atau persetujuan tersebut mengenai bunga yang
penghitungan bunga berganda bagi kredit bank jauh berbeda dengan ketentuan
Beberapa hal yang harus diperhatikan dari ketentuan pasal 1251 KUH
1) bunga yang dapat dibebani bunga harus merupakan bunga dari uang
pokok (pinjaman pokok). Dengan demikian bunga atas bunga yang berasal
tahun. Dengan demikian bunga atas bunga yang dihitung bulanan, apalagi
ditentukan oleh pasal 1251 KUH Perdata mengenai bunga berganda itu bahwa
berlaku bagi perjanjian peminjaman uang. Untuk kredit bank bukan saja
bunga berganda sering tidak diperjanjikan dalam perjanjian kredit, tetapi juga
bunga dibebankan atas bunga yang dipungut bulanan serta bunga dibebankan
bukan atas bunga yang berasal dari pinjaman pokok saja, tetapi juga terhadap
bunga yang berasal dari bunga. Sudah seharusnya dalam perjanjian kredit
tegas.
bank peserta ditunjuk sebagai Agent Bank yang mewakili semua anggota sindikasi
dalam berhubungan dengan debitur. Dengan pola ini, penarikan kredit dilakukan
terpisah langsung dengan debitur, namun harus dilakukan melalui suatu rekening
Agent Bank adalah kuasa dari dan oleh karena itu bertindak untuk dan atas
terjadi ingkar janji oleh salah satu bank peserta sindikasi, yaitu bahwa bank
debitur, maka debitur mempunyai ikatan yang langsung dengan peserta sindikasi
a) Suatu jangka waktu yang pasti dalam masa mana debitur diizinkan untuk
menggunakan kredit;
Menurut Andrew Fight dalam bukunya yang berjudul Syndicated Lending, ada
a) Amortizing Loans
Istilah ini dipakai untuk kredit-kredit yang memiliki jadwal angsuran atau
b) Bullet Repayment
Istilah ini dipakai untuk suatu kredit yang berjangka waktu tertentu, misalnya
angsuran tetapi harus dilakukan sekaligus pada saat jangka waktu kredit tersebut
berakhir.
c) Balloon Repayment
Istilah ini dipakai untuk suatu kredit dimana debitur diwajibkan untuk membayar
angsuran secara teratur dengan jumlah kecil selama beberapa waktu di masa
permulaan kredit itu diberikan dan harus membayar dalam jumlah yang besar
Dari ketiga cara pelunasan tersebut, amortizing loans adalah cara yang
Dalam kredit sindikasi dapat pula diberikan berupa revolving facility, yaitu
mempunyai hak untuk melakukan angsuran hanya untuk melunasi kredit yang
diberikan oleh bank peserta tertentu. Debitur juga tidak dapat melakukan
angsuran langsung kepada salah satu atau kepada masing-masing bank peserta.
Dalam perjanjian kredit sindikasi ditentukan jenis-jenis dan besarnya fee yang
harus dibayar debitur. Fee tersebut dibayarkan kepada agent untuk kemiudian
oleh agent dibayarkan kepada para kreditur. Jumlah dan jenis-jenis fee berlainan
demikian, pada umumnya jenis-jenis fee terdiri dari commitment fee, arrangement
Pada umumnya jaminan kredit sindikasi yang harus disediakan oleh debitur
adalah proyek yang dibiayai dengan kredit sindikasi itu. Namun demikian, tidak
sistem hukum yang berlaku sebagaimana ditentukan dalam perjanjian kredit itu
sesuai dengan governing law yang dipilih oleh para pihak sebagaimana hal itu
Conditions precedent adalah segala sesuatu yang harus dipenuhi dulu oleh debitur
a) Bahwa klausul representation dan warranties yang dibuat dan diberikan pada
telah terjadi perubahan terhadap hukum yang berlaku yang mungkin dapat
14. Covenants
a) positive/affirmative covenants;
seorang debitur
yang berlaku
(c) Menyalurkan bisnis dari perusahaan debitur menurut cara-cara yang patut
(d) Membayar seluruh sewa, bunga kredit, dan biaya-biaya lainnya dengan
perusahaan
(e) Keharusan untuk memberi agunan kredit yang cukup untuk menjamin
melakukan penggantian
perusahaan baik yang telah ada sekarang maupun yang masih akan ada di
kemudian hari
(m) Keharusan bagi debitur untuk menyampaikan laporan stok bahan baku
b) negative covenants;
Sementara isi dari negative covenants pada umumnya menurut Burgess adalah
bahwa debitur dilarang tanpa persetujuan pemberi kredit, untuk melakukan hal-
(b) Membeli saham atau aset dari perusahaan lain, memberikan penjaminan atau
kredit (lain daripada kredit perdagangan yang biasa), atau menerima kredit
(e) meningkatkan fasilitas atau pensiun yang harus dibayarkan kepada para
(f) membayar dividen, melunasi modal kepada para pemegang saham kecuali
Adapun fungsi dari covenants menurut Andrew fights dalam bukunya yang
(b) Untuk menyediakan peringatan dini bagi bank ketika perusahaan debitur
mulai mengalami masalah atau apabila sifat dari kegiatan operasi perusahaan
Selain affirmative dan negative covenants, terdapat pula covenants yang dapat
kriteria kinerja keuangan yang dasar. Covenants yang demikian disebut financial
covenants. Berikut ini dijelaskan financial covenants yang lazim dimuat dalam
korporasi.
Rasio ini adalah salah satu rasio terpenting. Klausul ini mensyaratkan bahwa
pinjaman yang diperoleh oleh debitur tidak boleh pada setiap waktu kapan pun
melebihi suatu perkalian tertentu dari jumlah modalnya (equity) yang terdiri atas
Rasio ini merupakan pelengkap dari debt to equity ratio. Rasio ini menghendaki
bahwa nilai dari tangible asset dikurangi semua outstanding liabilities harus tetap
kerugian.
Rasio ini menghendaki debitur memelihara rasio tertentu antara current asset
dan current liabilities di dalam neracanya. Tujuan dari penetapan rasio ini adalah
untuk memastikan bahwa perusahaan debitur memiliki liquid assets yang cukup
pokok pinjaman, dengan cara melakukan likuidasi atas aset tersebut, apabila hal
Covenant ini berkaitan dengan current ratio covenant yang bertujuan untuk
liabilities-nya yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan mendatang.
Rasio ini menentukan bahwa pembayaran bunga dan angsuran pinjaman tidak
melebihi suatu rasio tertentu dari keuntungan tahunan perusahaan sebelum pajak
dan bunga.
telah dipublikasikan tetapi juga informasi keuangan lainnya yang diperlukan oleh
bank-bank peserta sindikasi yang menurut bank-bank tersebut dapat dijadikan alat
besaran. Dimaksudkan pula bahwa debitur tidak boleh, termasuk juga perusahaan-
kecuali dalam rangka kegiatan bisnisnya (in ordinary course of its business)
lainnya tanpa persetujuan bank-bank peserta sindikasi. Tujuan dari klausul ini
debitur.
tingkatan yang sama dengan hak-hak dari kreditur konkuren (unsecured creditors)
lainnya.
pari passu dan sama dengan semua kewajiban yang tidak berjaminan dari debitur.
Tujuan utama dari klausul ini adalah untuk memastikan bahwa debitur tidak
Apabila terjadi pelanggaran terhadap salah satu covenants, maka berarti telah
terjadi salah satu dari event of defaults. Hal ini memberikan hak bagi bank untuk
melarang debitur menarik sisa kredit yang belum digunakan dan bahkan
memberikan hak kepada bank untuk seketika menagih pelunasan kredit dari
melakukan restrukturisasi terhadap kredit itu. Dalam hal ini debitur akan
menghadapi berbagai konsekuensi yang pada akhirnya akan menjadi beban (cost)
bagi debitur. Seperti apa yang dikatakan oleh Fight, beban-beban yang dihadapi
1. Renegotiation Costs
Beban ini merupakan biaya langsung (direct cost) yang harus dipikul oleh
2. Refinancing Cost
Yaitu berupa peningkatan biaya bunga atas kredit yang diperoleh debitur.
3. Restructuring Cost
operasi agar tuntutan pelunasan kredit yang diminta oleh pemberi kredit dapat
dipenuhi.
berisi jaminan (indemnity) kepada Agent Bank untuk berhak membebankan biaya-
jaminan bagi Agent Bank untuk dapat membebankan biaya-biaya itu diberikan
oleh debitur. Dengan demikian klausul ini memberikan hak kepada Agent Bank
untuk menagih dan membebankan kepada debitur setiap biaya yang telah
Di dalam perjanjian kredit Harus secara rinci ditentukan siapa yang menjadi
Agent Bank dan apa saja yang menjadi tugas dari Agent Bank tersebut. Fungsi
utama dari Agent Bank bersifat mekanis dan administratif, misalnya menjadi
penyalur untuk pembayaran kredit kepada debitur dan menerima angsuran dari
clausul conditions precedent; menghitung besarnya suku bunga bila tingkat suku
informasi lainnya yang diterima agent kepada debitur. Terkadang dalam suatu
sindikasi karena waktu sudah mendesak sehingga tidak memungkinkan bagi agent
meminta persetujuan tersebut, dimana jika tindakan itu tidak disegerakan justru
conditions precedent oleh debitur merupakan tugas yang paling penting. Hal ini
sindikasi jika ada kemungkinan atau telah terjadinya ingkar janji oleh debitur.
langsung kepada debitur. Debitur juga dilarang untuk melakukan pelunasan baik
itu. Semua pembayaran dan pelunasan yang terjadi dalam rangka perjanjian kredit
Sharing clause adalah sarana yang digunakan untuk memastikan kualitas dari
kreditur anggota sindikasi dari sumber manapun, baik karena kompensasi (set
off), putusan pengadilan, ataupun berasal dari pembayaran langsung dari debitur
kepada kreditur tersebut, tidak boleh hanya dinikmati oleh kreditur itu sendiri.
dipping yang terjadi apabila bank melakukan kompensasi (set off) atas jumlah
kreditnya dengan suatu jumlah deposito milik debitur. Sharing clause juga dapat
dirancang berkaitan dengan pembayaran yang diterima oleh kreditur tertentu dari
pihak lain, misalnya pembayaran yang diterima dari adanya penjaminan yang
20. Default (ingkar janji) dan Cross Default (ingkar janji bersilang);
Ingkar janji dapat terjadi karena kredit tidak dilunasi oleh debitur, tidak
dipenuhinya salah satu covenant, atau karena terjadinya cross default yang timbul
karena terjadinya non-payment oleh debitur terhadap suatu perjanjian kredit yang
lain.
85
Dalam hal terjadinya event of default oleh debitur, perjanjian kredit harus
85
Adapun yang klausul-klausul yang umumnya termasuk dalam event of default :
a. DEBITUR tidak membayar bunga-bunga uang dan provisi kredit pada waktu yang telah ditentukan;
b. Jika DEBITUR dinyatakan pailit dan/atau PENJAMIN meninggal dunia atau karena apapun juga tidak berhak
dan tidak berkuasa mengurus dan menguasai harta kekayaannya;
c. Kekayaan DEBITUR dan/atau PENJAMIN sebahagian atau seluruhnya disita oleh orang lain;
d. Kekayaan DEBITUR dan/atau PENJAMIN menjadi berkurang sedemikian rupa sehingga harganya tidak
merupakan jaminan yang cukup lagi untuk membayar hutang DEBITUR kepada BANK satu dan lainnya semata-
mata menurut pertimbangan BANK;
e. Jika apa yang dijaminkan dengan akta ini adalah sedemikian rupa sehingga harganya menurut pertimbangan
BANK tidak diberikan jaminan yang cukup lagi guna membayar lunas hutang tersebut;
f. Jika rekening DEBITUR dan/atau PENJAMIN yang ada pada BANK ditutup atau nama DEBITUR tercantum
dalam daftar kredit macet yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia;
g. Menurut penilaian BANK, keadaan keuangan bonafiditas DEBITUR mundur s edemikan rupa sehingga
mempengaruhi DEBITUR dalam melakukan pembayaran hutang ;
h. DEBITUR dan/atau PENJAMIN terlibat dalam perkara di pengadilan yang menurut penilaian BANK dapat
mengakibatkan DEBITUR dan/atau pembayaran lainnya yang secara material dapat mempengaruhi kemampuan
DEBITUR untuk pembayaran hutang;
i. DEBITUR melakukan tindakan yang melanggar suatu ketentuan atau peraturan hukum yang berlaku yang dapat
mengakibatkan izin usaha DEBITUR dicabut dan/atau secara langsung maupun tidak langsung dapat
mempengaruhi kemampuan DEBITUR untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan Perjanjian Kredit ;
j. DEBITUR dibubarkan atau dilikuidasi;
Dalam pengakhiran tersebut BANK tidak berkewajiban lagi untuk memberikan pinjaman uang kepada DEBITUR
dan berhak menagih piutangnya dengan seketika dan sekaligus lunas.
bergantung pada keputusan anggota yang lain. Akan tetapi pelaksanaan hak-hak
(a) di satu pihak setiap bank menginginkan untuk tetap memiliki kemandirian
(b) Dalam hal terjadi event of default, masing-masing tentu ingin dapat
Dalam perjanjian kredit sindikasi harus dimuat ketentuan mengenai cara yang
dapat diselamatkan. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai terjadi bahwa
itu.
(c) Kepentingan lain dari anggota sindikasi adalah hak untuk secara individual
keluar dari sindikasi tanpa harus merugikan kepentingan para anggota yang
lain.
Pada asasnya, hak-hak dari seorang kreditur yang ditentukan dalam suatu
perjanjian kredit bilateral dalam seorang debitur ingkar janji, berlaku pula bagi
para peserta sindikasi yang terikat dalam perjanjian kredit sindikasi. Akan tetapi,
dalam suatu sindikasi implikasinya lebih kompleks. Makin banyak jumlah peserta
Voting clause harus dirancang sedemikian rupa sehingga untuk Agent Bank
anggota sindikasi. Namun demikian, voting clause juga harus dapat memastikan
bahwa anggota sindikasi yang menduduki posisi minoritas tidak akan dirugikan
anggota sindikasi untuk menjual partisipasinya kepada pihak lain. Penjualan itu
Salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh Agent Bank adalah
oleh para peserta sindikasi memungkinkan bagi para peserta sindikasi untuk
menyangkut kepentingannya.
Namun demikian, belum ada aturan hukum yang jelas mengenai hal ini.
Berdasarkan common law, Agent Bank adalah true agent yang menyebabkan ia
bertujuan untuk meniadakan atau membatasi fiduciary duties tertentu bagi Agent
untuk diwajibkan memikul tanggungjawab karena telah ingkar atau karena tidak
melaksanakan fiduciary duties mereka, kecuali bila hal itu dilakukan karena
sukarela apabila menghadapi risiko bila tetap bertahan sebagai Agent Bank.
bertanggungjawab renteng dengan anggota sindikasi yang lain. Artinya, bila salah
seorang anggota sindikasi tidak memenuhi komitmennya, maka anggota yang lain
tidak harus memikul komitmen tersebut, baik secara tanggung renteng ataupun
secara proporsional.
Apabila salah satu anggota sindikasi ingkar janji untuk memenuhi komitmen yang
harus dilaksanakannya, maka hal tersebut dapat merugikan Agent Bank dalam dua
hal:
(a) Debitur dapat menggugat Agent Bank karena dana yang diperlukannya tidak
debitur tidak memiliki hak untuk melakukan gugatan terhadap Agent Bank
debitur. Apabila hal tersebut terjadi, dan salah satu anggota sindikasi tidak
memenuhi komitmennya. Hal ini tentu akan sangat merugikan Agent Bank.
Untuk menghindari terjadinya hal ini maka dalam perjanjian kredit seharusnya
dimuat klausul yang memungkinkan Agent Bank untuk menarik dana talangan
tersebut. Klausul ini lah yang disebut clawback provision. Dengan adanya
klausul ini maka Agent Bank akan terlindungi terhadap terjadinya ingkar janji
penagihan kredit sindikasi. Biasanya para pihak dalam perjanjian kredit sindikasi
bermasalah direstrukturisasi.
Dalam proses pemberian kredit sindikasi, ada tiga tahap yang harus dilalui
ditandatangani dan akhirnya kredit sindikasi dapat digunakan oleh debitur. Ketiga
phase.86
Pada Pre-mandate phase, langkah pertama yang dilakukan oleh lead bank adalah
tonggak penting pada masa sebelum mandate dikeluarkan oleh debitur, adalah
sebagai berikut:
dari debitur, maka segera akan dibagi peranan di antara mereka. Tugas-tugas
Running the books merupakan istilah khusus dalam kredit sindikasi, yaitu
sindikasi.
Yang termasuk dalam tugas ini adalah pengiriman undangan bagi bank-
2. Dokumentasi;
sebagai ketua yang disebut dengan Lead Manager atau Lead Bank. Dapat
arranger terdiri dari satu bank, maka bank tersebutlah yang sekaligus
(b) Penyampaian Offer oleh arranger dan penyampaian acceptance oleh debitur;
syndicating bank dalam hal terdapat beberapa bank yang menjadi arrangers)
dokumen yang disebut term sheet atau offer document. Apabila tawaran
tersebut telah disetujui oleh debitur, baik dengan atau tanpa perubahan
dengan acceptance.
Namun demikian, dapat pula terjadi, debitur yang berusaha untuk mencari
sindikasi kredit yang dimaksud. Dalam keadaan seperti itu, maka debitur lah
penawaran haruslah jelas disebutkan bahwa offer ini adalah best offer,
3. Underwritten offer
Ada dua bentuk underwritten offer, yaitu fully underwritten offer dan
kredit sindikasi kepada debitur, dan diberikan oleh debitur setelah adanya
Dengan tidak tergantung pada siapa yang memberikan offer dan acceptance,
sebagai berikut:
(a) Penyiapan draft dokumentasi kredit; Setelah mandate diberikan oleh debitur
lembaga pemberi kredit yang akan diundang untuk bergabung dalam sindikasi
yang memuat rincian mengenai kredit sindikasi yang dimaksud dan informasi
mengenai financial condition dan business profile dari debitur. Tujuan dari
info memo ini adalah untuk menjelaskan segala sesuatu yang menyangkut
perusahaan debitur dan untuk menjual transaksi tersebut. Info memo ini
perjanjian antara peserta sindikasi dan Agent Bank, antara Agent Bank dan
debitur, serta antara para peserta sindikasi itu sendiri. Biasanya dokumen itu
disiapkan oleh external lawyer dari Lead Manager, dan bukan oleh in-house
counsel.
kepada bank-bank yang diundang untuk bergabung dalam sindikasi yang akan
dibentuk.
perjanjian kredit telah disepakati antara arranger dan debitur, maka tugas
menentukan bank mana saja yang akan diundang untuk ikut dalam
menentukan bank-bank mana saja yang akan diundang untuk ikut dalam
ditentukan oleh debitur dan keinginan debitur agar hanya bank-bank yang
2. Faktor-faktor bagi bank-bank yang diundang untuk ikut atau menolak ikut
dalam sindikasi;
market).
(c) Roadshows
Apabila bank-bank yang diundang berminat untuk ikut dalam sindikasi, maka
kepuasan pihak yang diundang akan segala sesuatu yang berkenaan dengan
tersebut.
harus dilakukan oleh suatu bank yang berperan sebagai Agent Bank. Oleh
karena itu para peserta sindikasi harus menyepakati siapa yang akan bertindak
Siapa yang akan bertindak sebagai Agent Bank biasanya telah diketahui sejak
proses pembentukkan arranger(s). Secara teoritis Agent Bank dan Lead Bank
konsultan hukum yang mengerti betul mengenai seluk beluk kredit sindikasi
penting dari jadwal sindikasi, dihadiri oleh semua bank peserta dan debitur.
loan signing ceremony dapat dilakukan tanpa melalui upacara, yaitu dengan
diberikannya surat kuasa kepada Agent Bank atas nama semua peserta.
agent agar apabila terjadi perwakilan dari salah satu bank tidak dapat hadir,
(h) Publisitas
dan juga publik. Bagi debitur, dengan adanya publisitas maka masyarakat luas
reputasi yang sangat baik dan banyak bank besar ingin memiliki hubungan
resiko dari debitur yang bersangkutan. Hal ini diperlukan terutama apabila di
kemudian hari publik bermaksud akan membeli saham atau obligasi yang
Pada tahap ini peranan arranger(s) berakhir dan selanjutnya aktivitas pemberian
kredit oleh sindikasi kredit dilakukan oleh Agent Bank. Tahap ini dimulai dengan
aktifnya Agent Bank yang diikuti dengan dikucurkannya dana kredit oleh masing-
atas permintaan Agent Bank dengan cara diterbitkannya notices of drawdown oleh
Bank, dana yang telah dikucurkan oleh kreditur dibukukan pada suatu rekening
khusus yang ada pada Agent Bank. Sepanjang syarat-syarat untuk melakukan
penarikan kredit itu telah dipenuhi oleh debitur, selanjutnya debitur dapat
menarik dana tersebut. Terlebih dahulu, dana yang telah dikucurkan tersebut
dibukukan ke dalam rekening kredit sindikasi atas nama debitur yang juga ada
Sharing Agreement);
5. Perjanjian Penanggungan.
87
Fennieka Kristianto, Op.Cit., hal.18-19.
Namun dari akta perjanjian kredit yang dibuat antara Bank UOB Indonesia
dengan Bank CIMB Niaga, maka kita akan melihat bahwa dalam praktek perbankan
sehari-hari banyak terjadi perbedaan konsep tentang definisi dari perjanjian kredit
Dari wawancara dan data yang diperoleh dari Bank UOB Indonesia dan Bank
dilakukan adalah termasuk salah satu bentuk dari perjanjian kredit sindikasi. Penulis
mendapati bahwa perjanjian yang terjadi antara kedua bank tersebut agak
menyimpang dari kebiasaan pembentukan kredit sindikasi yang berlaku selama ini.
Hal yang paling mencolok dari yang dilakukan antara kedua bank adalah terdapatnya
lebih dari satu dokumentasi kredit. Dengan demikian debitur dapatlah berhubungan
dengan masing-masing bank. Dalam hal ini maka justru yang lebih berperan aktif
dalam perjanjian kredit biasa. Dalam perjanjian kredit tersebut hanya berisi klausula-
debitur lebih berperan aktif dalam jenis sindikasi kredit ini, berhubung tidak ada
pengangkatan agent bank yang bertugas untuk mewakili bank-bank peserta sindikasi.
Dari hal tersebut penulis beranggapan bahwa sesunguhnya perjanjian yang terbentuk
antara kedua bank tersebut bukanlah merupakan kredit sindikasi, namun lebih
mengarah kepada club deal, sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya.
maka dibuatlah suatu perjanjian yang disebut dengan Perjanjian Antar Kreditur.
Dalam Perjanjian Antar Kreditur tersebutlah akan diatur mengenai hubungan antara
Para Kreditur akan menunjuk dan mengangkat salah satu di antara mereka selaku
wakil Para Kreditur, dengan nama "Agen Jaminan" yang bertugas untuk menata
usahakan dan pada umumnya menjalankan hak dan wewenang Para Kreditur atas
sama maupun masing-masing akan memberi kuasa kepada Agen Jaminan dengan
hak substitusi, untuk mewakili dan karenanya bertindak untuk dan atas nama Para
Kreditur dalam menata usahakan dan pada umumnya menjalankan hak dan
atau berdasarkan Perjanjian Kredit dan Perjanjian Antar Kreditur ini, baik atas
Adapun isu penting dalam Perjanjian Antar Kreditur ini adalah mengatur
tentang adanya suatu sindikasi antara beberapa bank dalam menyalurkan kredit
kepada debitur dan mengatur penunjukan siapa yang akan bertindak selaku Agen
debitur wanprestasi, akan dibuat “Perjanjian Pembagian Hasil Jaminan atau sering
accesoir dari perjanjian kredit sindikasi. Dalam perjanjian tersebut akan diuraikan
secara rinci tentang bagaimana pembagian hasil jaminan dari jaminan yang diberikan
Security sharing agreement lebih banyak mengatur untuk kepentingan para kreditor
sindikasi namun kehadiran pihak debitor sebagai pemilik barang jaminan dan turut
menyetujui serta terikat dengan segala akibat hukum yang terjadi sehubungan dengan
isi perjanjian.
antara lain berhak untuk meminta pelaksanaan eksekusi jaminan, berhak untuk
memberi penilaian telah terjadinya peristiwa, kelalaian sesuai dengan ketentuan yang
Salah satu klausul yang paling penting dalam security sharing agreement
adalah mencantumkan bahwa para pihak telah setuju dan mufakat untuk membagi
seluruh hasil penjualan barang jaminan diantara mereka untuk dibagikan secara pari
passu. Pari passu artinya pembagian secara proporsional diantara para kreditor atas
setiap pembayaran uang yang merupakan hasil eksekusi jaminan atau hasil penagihan
kepada debitor tanpa ada hak istimewa atau hak didahulukan pada masing-masing
akan mendapatkan sejumlah uang dan posisi piutang yang sebanding dengan bagian
dan hak yang sama untuk mendapatkan pelunasan dari hasil penjualan jaminan jika
debitor wanprestasi.
Dari hubungan hukum antara kedua bank tersebut, maka penulis beranggapan
Dalam dunia perbankan, umumnya dikenal dua Jenis Kredit Sindikasi yaitu:88
1. Sindikasi Murni
Kredit yang disindikasikan oleh dua bank atau lebih berdasarkan sebuah Perjanjian
lembaga keuangan dalam rangka pembiayaan proyek berskala besar yang tidak
Keuntungan:
d. Meningkatkan kredibilitas.
2. Club Deal
Fasilitas kredit multilateral untuk sebuah proyek yang spesifik berdasarkan perjanjian
Tujuan:
Sebagai pilihan alternatif bagi Debitur bila salah satu Kreditur memiliki keterbatasan
dalam menyediakan atau meningkatkan faslitas kredit dalam hal skala pembiayaan,
Keuntungan:
f. Menyebarkan risiko.
1. mempunyai lebih dari satu dokumentasi kredit karena masing-masing kreditur dan
2. tingkat suku bunga yang berlaku berbeda antara satu bank dengan bank yang lain
para kreditur bermaksud berbagi jaminan dengan kreditur lain, yang pelaksanaanya
dilakukan oleh agen jaminan yang diangkat oleh para kreditur tersebut.
Pada umumnya jaminan kredit sindikasi yang harus disediakan oleh debitur
dalam perjanjian kredit sindikasi adalah proyek yang dibiayai dengan kredit sindikasi
itu. Namun demikian, demi meyakinkan para kreditur tidak menutup kemungkinan
jaminan perorangan (personal guarantee) dan juga jaminan kebendaan (seperti hak
tanggungan).
1. Jaminan Perorangan
Hak jaminan perorangan timbul dari perjanjian jaminan antara kreditur dan
pihak ketiga. Jaminan perorangan mernpunyai hak relative yaitu hak yang hanya
dapat dipertahankan terhadap orang tertentu saja. Dalam perjanjian perorangan, pihak
sebagai kreditur konkuren karena tidak ada benda tertentu yang diikat sebagai
89
Sutan Remy Sjahdeini,Op. cit,Hal. 215
109
yang berhutang apabila ia tidak memenuhi sifat sukarela dan pihak ketiga ternyata
dalam ketentuan Pasal 1823 KUHPer dan penanggungan tidak dipersangkakan tetapi
harus dinyatakan secara tegas ternyata dari ketentuan Pasal 1824 KUHPer.
perjanjian pokok yang diikutinya dalam hal ini perjanjian hutang piutang (Pasa1 1821
ayat (1) KUHPer menyebutkan bahwa diadakan penanggungan jika tidak ada
perjanjian pokok yang sah). Apabila diadakan tambahan kredit dan atau perpanjangan
masa kredit atau perubahan yang terkait dengan penanggung sccara yuridis formal
perjanjian yang mengikutinya harus pula diubah sesuai dengan perikatan pokoknya,
yang dijamin oleh penanggungan hutang, maka haruslah dengan sepengetahuan dan
dalam KUHPer sehingga kreditur dapat juga menagih penanggung tanpa adanya
kewajiban menagih debitur terlebih dahulu (Pasal 1831 KUHPer menyebutkan bahwa
lalai, sedangkan benda—benda debitur ini harus disita lebih dahulu dan dijual untuk
melunasi hutangnya).
penanggung tidak dapat menuntut supaya benda-benda debitur lebih dahulu disita dan
istimewanya untuk menuntut supaya benda-benda milik debitur lebih dahulu disita
dan dijual.
Hak untuk meminta pemecahan hutang sebagaimana dimuat dalam Pasal 1837
KUHPer. Hak istimewa tersebut hanya penting bilamana terdapat lebih dari satu
orang penanggung. Dalam hal ada lebih dari satu penanggung, maka Iazimnya para
90
Hasanuddin Rahman, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia,Cet.
1 (Bandung :PT. Citra Aditya Bakti, 1995), hal. 179-180.
liable)91
dalam Pasa1 1820 sampai Pasal 1850 KUHPer, sedangkan indemnity diatur dalam
Pasal 1316 KUHPer. Dalam hal ini, misalnya X sebagai personal guarantor hanya
bisa ditagih (foreclose) oleh kreditur apabila aset debitur sudah habis sehingga tidak
bisa ditagih Iagi. Karena perjanjian pemberian jaminan bersifat accessoir, maka
apabila perjanjian pokoknya (atau dalam hal ini perjanjian kreditnya) batal oleh sebab
indemnity. Hal ini memberi jaminan apabila pihak ketiga tidak membayar maka
berarti penjamin yang akan membayar. Indemnity adalah perjanjian pokok yang
berdiri sendiri, terlepas dari perjanjian pemberian kreditnya. Dalam suatu perjanjian,
klausula indemnity biasanya dicantumkan pada pasal terakhir, ”... jika karena sebab
apapun juga, perjanjian kredit itu batal maka penjamin dengan ini indemnity kepada
kreditur untuk mengganti kerugian dari kreditur. ..”, dengan demikian guarantee
penjamin secara jelas terpisah dari hubungan yang ada antara debitur dan kreditur,
91
Rudhy A. Lontoh, Denny Kailimang, Benny Ponto, Penyelesaian Utang-Piutang MElalui
Pailit atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang , Alumni,Bandung, 2001, hal. 400.
92
Fennieka Kristianto, Op. cit, hal 30-31.
93
Ibid
berdiri sendiri.94
Pendapat ini dapat dijumpai dalam ketentuan Pasal 1316 KUHPer yang
selengkapnya berbunyi :
Apabila penanggung setelah ditagih oleh kreditur tetap tidak mau bayar maka
ternyata:
b. Atau harta debitor telah disita dan dilelang tetapi hasilnya tidak mencukupi
2. Penanggung mempunyai lebih dari satu kreditur jadi harus dibuktikan oleh
utang kepada kreditur pemohon juga mempunyai utang pada kreditor lain.
94
Jerry Hoff, Indonesian Bankruptcy Law, Cet. 1 ,PT.Tatanusa,Jakarta, 1999, hal. 110
Menutut Elijana, apabila hal-hal di atas dipenuhi, maka permohonan kreditur agar
Dalam praktek perjanjian penanggungan harus dibuat secara tegas, biasanya para
2. Jaminan Kebendaan
Jaminan Kebendaan merupakan hak mutlak atas suatu benda tertentu yang
menjadi objek jaminan suatu hutang, yang suatu waktu dapat diuangkan bagi
pelunasan hutang debitur apabila debitur ingkar janji. Benda objek jaminan dalam
tertentu yang telah memintanya, sehingga memberikan hak atau kedudukan istimewa
kepada kreditur tersebut sebagai kreditur preferen yang didahulukan dari kreditur Iain
dalam pengambilan pelunasan piutangnya dari benda objek jaminan, bahkan dalam
kepailitan debitur.
kebendaan dengan sifat-sifatnya seperti droit de preference, droit de suit, serta asas-
95
Lontoh,et al,Op. Cit,hal. 405.
Pengertian hak tanggungan dapat kita lihat dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-
“Hak Tanggungan adalah hak atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan
tanah yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yang
dibebankan pada hak atas tanah yang sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria berikut atau tidak
berikut benda-benda lain tang merupakan satu kesatuan dengan tanah-tanah itu, untuk
dengan tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah sebagai agunan.
Istilah hak tanggungan juga dapat ditemukan pada Pasal 25, 33 dan 39
Yang dimaksud dengan subyek dalam hal ini adalah pemberi hak tanggungan dan
hak tanggungan adalah orang atau badan hukum yang mempunyai kewenangan untuk
Berdasarkan Pasal 8 tersebut, maka pemberi hak tanggungan di sini adalah pihak
yang berutang atau debitor. Namun, subyek hukum lain dapat pula dimungkinkan
untuk menjamin pelunasan utang debitor dengan syarat pemberi hak tanggungannya
tanggungan.
tanggungan tersebut harus ada pada pemberi hak tanggungan pada saat pendaftaran
hak tanggungan dilakukan. Karena lahirnya hak tanggungan adalah pada saat
hukum terhadap obyek hak tanggungan diharuskan ada pada pemberi hak tanggungan
96
Purwahid Patrik, Kashadi, Hukum Jaminan Edisi Revisi dengan UUHT, Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro, Semarang, 2004, hal. 62.
atau debitor, akan tetapi bisa subyek hukum lain yang mempunyai kewenangan untuk
Misalnya pemegang hak atas tanah yang dijadikan jaminan, pemilik bangunan,
hak tanggungan adalah orang perseorangan atau badan hukum yang berkedudukan
sebagai pihak yang berpiutang. Sebagai pihak yang berpiutang di sini dapat berupa
lembaga keuangan berupa bank, lembaga keuangan bukan bank, badan hukum
Karena hak tanggungan sebagai lembaga jaminan hak atas tanah tidak
mengandung kewenangan untuk menguasai secara fisik dan menggunakan tanah yang
dijadikan jaminan, maka tanah tetap berada dalam penguasaan pemberi hak
tanggungan. Kecuali dalam keadaan yang disebut dalam Pasal 11 ayat (2) huruf c
oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia dan dapat juga oleh warga
97
Ibid.
Obyek hak tanggungan adalah sesuatu yang dapat dibebani dengan hak
tanggungan. Untuk dapat dibebani hak jaminan atas tanah, maka obyek hak
a. Dapat dinilai dengan uang, karena utang yang dijamin berupa uang. Maksudnya
adalah jika debitor cidera janji maka obyek hak tanggungan itu dapat dijual dengan
cara lelang;
b. Mempunyai sifat dapat dipindahkan, karena apabila debitor cidera janji, maka
benda yang dijadikan jaminan akan dijual. Sehingga apabila diperlukan dapat segera
c. Termasuk hak yang didaftar menurut peraturan tentang pendaftaran tanah yang
kewajiban untuk mendaftarkan obyek hak tanggungan dalam daftar umum, dalam hal
ini adalah Kantor Pertanahan. Unsur ini berkaitan dengan kedudukan diutamakan atau
preferen yang diberikan kepada kreditor pemegang hak tanggungan terhadap kreditor
lainnya. Untuk itu harus ada catatan mengenai hak tanggungan tersebut pada buku
tanah dan sertifikat hak atas tanah yang dibebaninya, sehingga setiap orang dapat
mengetahuinya;
Tanggungan disebutkan bahwa hak tanggungan sebagai lembaga hak jaminan atas
(droit de preference), hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 angka 1 dan Pasal 20
ayat(1);
melalui pelelangan umum dengan hak mendahului dari kreditor yang lain.
2. Selalu mengikuti obyek yang dijaminkan dalam tangan siapapun obyek itu berada
99
Ibid.
100
Purwahid Patrik, Kashadi, Hukum Jaminan Edisi Revisi dengan UUHT, Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro, Semarang, 2004, hal. 53.
menjadi milik pihak lain, namun kreditor masih tetap dapat menggunakan haknya
3. Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya, hal ini diatur dalam Pasal 6. Apabila
debitor cidera janji (wanprestasi), maka kreditor tidak perlu menempuh acara
gugatan perdata biasa yang memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit.
diatur dalam Pasal 224 HIR dan Pasal 158 RBg bahkan dalam hal tertentu
Hak tanggungan membebani secara utuh obyek hak tanggungan dan setiap
bagian darinya. Telah dilunasinya sebagian dari hutang yang dijamin tidak berarti
terbebasnya sebagian obyek hak tanggungan dari beban hak tanggungan. Melainkan
hak tanggungan tersebut tetap membebani seluruh obyek hak tanggungan untuk sisa
hutang yang belum dilunasi. Dengan demikian, pelunasan sebagian dari hutang
Pasal 2 Ayat (1) Undang-undang Hak Tanggungan telah dijelaskan bahwa hak
mengenai hal yang telah diperjanjikan terlebih dahulu dalam Akta Pemberian Hak
dilakukan dengan cara angsuran yang besarnya sama dengan nilai masing-masing
hak atas tanah yang merupakan bagian dari obyek hak tanggungan. Sehingga hak
tanggungan tersebut hanya membebani sisa dari obyek hak tanggungan untuk
menjamin sisa hutang yang dilunasi, asalkan hak tanggungan tersebut dibebankan
kepada beberapa hak atas tanah yang terdiri dari beberapa bagian yang masing-
masing merupakan suatu kesatuan yang berdiri sendiri dan dapat dinilai secara
tersendiri.
- Dengan sendirinya hak tanggungan menjadi hapus karena hukum, apabila utang
piutangnya itu berakhir atau hapus, baik karena pelunasan atau sebab lain yang
- Hak tanggungan merupakan bagian tak terpisahkan dari atau selalu melekat pada
sama dengan kredit biasa, karena di antara kreditur telah dibuat perjanjian security
janji-janji tersebut tidak merugikan salah satu pihak dan tidak bertentangan dengan isi
kedua perjanjian (perjanjian antar kreditur dan security sharing agreement) tersebut
Menurut ketentuan Pasal 11 ayat (2) UUHT, dalam Akta Pemberian Hak
waktu sewa dan/atau menerima uang sewa dimuka, kecuali kreditor (pemegang
praktek hal ini akan merugikan pihak kreditor (pemegang Hak Tanggungan),
yaitu dapat mengurangi nilai (harga) objek Hak Tanggungan itu pada saat akan
dieksekusi lelang.
bentuk atau tata susunan obyek Hak Tanggungan, termasuk mengubah sifat dan
Hal ini dikarenakan perubahan bentuk dari objek yang dibebani Hak Tanggungan
3. Janji yang memberikan kewenangan dan kuasa kepada kreditor sebagai Pemegang
Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi letak objek Hak
dapat menyelamatkan objek Hak Tanggungan, jika hal itu perlu untuk
yang menjadi objek hak tanggungan karena tidak terpenuhinya atau dilanggarnya
ketentuan undang-undang. Misalnya hak atas tanah yang dijadikan objek Hak
Tanggungan tidak diperpanjang masa berlakunya, katakan saja hak atas tanah
5. Janji jika debitor tidak memenuhi kewajiban untuk melunasi utang berdasarkan
102
Sutan Remy Sjahdeni., Hak Tanggungan : Asas-asas, Ketentuan-ketentuan Pokok dan
Masalah yang Dihadapi oleh perbankan, Op.Cit. hal. 80.
debitor, untuk :
a. Menjual atau menyuruh menjual dihadapan umum secara lelang objek Hak
Tanggungan.
di atas.103
Ketentuan di atas sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 6 UUHT yang
menyatakan bahwa :
mempunyai hak untuk menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri
penjualan tersebut”.104
103
Ibid, hal. 80.
104
Lihat Pasal 6 UU Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta
Benda-Benda yang berkaitan dengan Tanah.
tidak akan dibersihkan dari Hak Tanggungan; hal ini untuk melindungi
7. Janji dari Pemberi Hak Tanggungan tidak akan melepaskan haknya tanpa
8. Janji bahwa jika ternyata Pemberi Hak Tanggungan memperoleh ganti rugi,
karena Pemberi Hak Tanggungan melepaskan haknya atau dicabut haknya untuk
sebagian dari ganti rugi yang diterima Pemberi Hak Tanggungan untuk pelunasan
piutangnya.
9. Janji jika Pemberi Hak Tanggungan memperoleh penggantian dari asuransi, maka
seluruhnya atau sebagian akan diberikan kepada kreditor sebagai Pemegang Hak
10. Janji bahwa Pemberi Hak Tanggungan akan mengosongkan objek Hak
11. Janji Pemegang Hak Tanggungan Sertipikat hak atas tanah yang dibubuhi catatan
kepada pemegang hak atas tanah yang bersangkutan setelah pelunasan seluruh
sertipikat tanda bukti hak atas tanah yang menjadi objek Hak Tanggungan akan
a. Janji Pemberi Hak Tanggungan mengikat diri kepada kreditor manakala akan
atau kuasanya, dan harus dalam keadaan kosong dan terpelihara baik dalam waktu
Tanggungan.
c. Janji bahwa Pemberi Hak Tanggungan tidak menuntut ganti rugi atas pembebasan
d. Janji bahwa Pemberi Hak Tanggungan akan membayar biaya apapun dan beban
lain dengan nama apapun yang dikenakan atas objek Hak Tanggungan pada saat
105
Sutan Remy Sjahdeni., Hak Tanggungan : Asas-asas, Ketentuan-ketentuan Pokok dan
Masalah yang Dihadapi oleh perbankan, Op.Cit., hal. 81.
lain untuk mendirikan dan/atau ikut memiliki hak atas bangunan, tanaman dan
hasil karya di atas tanah yang dijadikan objek Hak Tanggungan tanpa persetujuan
Yang paling penting ialah bahwa tidak bolehnya diadakan janji oleh pemberi
Hak Tanggungan untuk memiliki objek Hak Tanggungan apabila debitor cidera janji.
Hal ini ditegaskan dalam Pasal 12 UUHT yang menyebutkan bahwa janji
demi hukum”.
melindungi kedudukan pihak debitor dan juga pemberi Hak Tanggungan lainnya.
Karena lazimnya harga sebenarnya dari objek Hak Tanggungan adalah jauh lebih
tinggi daripada jumlah hutang. Karena dalam praktek kreditor hanya memberikan
kredit untuk persentase tertentu di bawah nilai sebenarnya dari objek Hak
tidaklah jauh berbeda dengan pemberian Hak Tanggungan dalam kredit biasa. Hanya
saja perlu di ingat bahwa pengikatan hak tanggungan dalam kredit sindikasi hanya
106
Wawancara dengan Bapak Pohan Djingga, Branch Manager Bank UOB Indonesia, tanggal 2
Agustus 2010
kreditur seandainya nantinya debitur melakukan default atas pelunasan kredit yang
diterimanya itu.
beberapa pilihan, dimana kadang-kadang semua nama bank peserta kredit sindikasi
dicantumkan sebagai pemegang hak tanggungan, namun dapat juga hanya nama agen
bank. Notaris dalam hal ini sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah akan mengacu
Hampir sama dengan kredit biasa tahap pemberian hak tanggungan didahului
dengan janji akan memberikan hak tanggungan. Menurut Pasal 10 Ayat (1) Undang
Undang Hak Tanggungan, janji tersebut wajib dituangkan dan merupakan bagian
sebagai orang yang berhak atas obyek hak tanggungan. Apabila pemberi hak
tanggungan tidak dapat hadir maka dapat dikuasakan kepada pihak lain dan
pemberian kuasa tersebut harus dilakukan di hadapan Notaris atau PPAT dengan akta
otentik yang disebut dengan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT).
107
Offering Letter atau yang lebih dikenal dengan surat penawaran adalah merupakan
petunjuk bagi Notaris dalam mempersiapkan jenis akta yang diperlukan dan sebagai dasar bagi notaris
dalam merancang perjanjian kredit sesuai dengan maksud dan kehendak para pihak (antara Bank dan
Nasabah)
108
Wawancara dengan Edy, SH, Notaris di Medan, pada tanggal 8 Agustus 2010
yang disebut dalam Pasal 15 Ayat (1) Undang-undang Hak Tanggungan agar
a) Tidak memuat kuasa untuk melakukan perbuatan hukum untuk menjual atau
menyewakan obyek hak tanggungan atau pun untuk mengurus perpanjangan jangka
c) Wajib mencantumkan secara jelas obyek hak tanggungan, jumlah hutang, nama
dan identitas kreditornya serta nama dan identitas debitornya jika debitor bukan
Proses pemberian Hak Tanggungan dilaksanakan dalam dua (2) tahap, yaitu
Akta Tanah (PPAT) adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta
pemindahan hak atas tanah dan akta lain dalam rangka pembebanan hak atas tanah,
sebagai bukti perbuatan hukum tertentu mengenai tanah yang terletak dalam daerah
isi yang sifatnya wajib untuk sahnya APHT. Dengan tidak dicantumkannya secara
11 Ayat (1) Undang Undang Hak Tanggungan disebutkan hal-hal yang wajib
2) Dalam hal ini jika hak tanggungan dibebankan pula pada benda-benda yang
merupakan satu kesatuan dengan tanah milik orang perorangan atau badan hukum
lain dari pemegang hak atas tanah, pemegang hak tanggungan adalah pemegang hak
3) Domisili para pihak, dan apabila diantara mereka ada yang berdomisili di luar
Indonesia, maka harus dicantumkan pula domisili pilihan di Indonesia. Jika domisili
pilihan tersebut tidak dicantumkan, maka kantor PPAT tempat pembuatan APHT
dengan hak tanggungan. Dalam hal ini memuat juga nama dan identitas debitor yang
bersangkutan.
5) Nilai tanggungan, yaitu suatu pernyataan sampai sejumlah berapa batas uang yang
dijamin dengan hak tanggungan yang bersangkutan. Utang yang sebenarnya bisa
6) Uraian yang jelas mengenai obyek hak tanggungan. Uraian ini meliputi rincian
mengenai sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan atau bagi tanah yang belum
109
Kashadi, Pelaksanaan Pembebanan Hak Tanggungan, di Dalam Undang-undang Hak
Tanggungan (UU No. 4 tahun 1996), Fakultas hukum Universitas Diponegoro, Majalah masalah-
masalah Hukum, Semarang, 1995, hal. 14.
tanahnya.
hari kerja setelah penandatanganan APHT, PPAT wajib mengirimkan APHT yang
bersangkutan dan warkah lain yang diperlukan. Warkah yang dimaksud meliputi
surat-surat bukti yang berkaitan dengan obyek hak tanggungan dan identitas pihak-
pihak yang bersangkutan, termasuk di dalamnya sertifikat hak atas tanah dan/atau
hal tersebut karena jabatannya dan sanksi atas pelanggaran hal tersebut akan
PPAT.110
membuat buku tanah hak tanggungan dan mencatatnya dalam buku tanah hak atas
tanah yang menjadi obyek hak tanggungan serta menyalin catatan tersebut pada
sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan. Tanggal buku tanah hak tanggungan
adalah tanggal hari ketujuh setelah penerimaan secara lengkap surat-surat yang
diperlukan bagi pendaftarannya. Jika hari ketujuh tersebut jatuh pada hari libur, maka
buku tanah yang bersangkutan diberi tanggal hari kerja berikutnya. Kepastian tanggal
110
Sutardja Sudrajat, Pendaftaran Hak Tanggungan dan Penerbitan Sertifikatnya, Mandar
Maju,Bandung, 1997, hal. 54.
mengurangi jaminan kepastian hukum. Dengan adanya hari tanggal buku tanah hak
tanggungan, maka hak tanggungan itu lahir serta asas publisitas terpenuhi dengan
dibuatnya buku tanah hak tanggungan dan hak tanggungan mengikat kepada hak
ketiga.
sebagai bukti adanya hak tanggungan, Kantor Pertanahan menerbitkan sertifikat hak
tanggungan. Hal ini berarti sertifikat hak tanggungan merupakan bukti adanya hak
tanggungan. Oleh karena itu maka sertifikat hak tanggungan dapat membuktikan
sesuatu yang pada saat pembuatannya sudah ada atau dengan kata lain yang menjadi
patokan pokok adalah tanggal pendaftaran atau pencatatannya dalam buku tanah hak
tanggungan.111
1. bahwa seluruh nama kreditor peserta sindikasi dicantumkan dalam Sertipikat Hak
Tanggungan; namun
2. ada kalanya pula hanya nama Agen Jaminan yang tercantum dalam Sertifikat Hak
Tanggungan. Dengan penjelasan bahwa Agen Jaminan bertindak untuk dan atas
111
Boedi Harsono dan Sudarianto Wiriodarsono, Konsepsi Pemikiran tentang UUHT,
Makalah Seminar Nasional, Bandung, 27 Mei 1996, hal. 17.
piutang kreditor beralih tangan lebih dan satu kali. Apabila hanya nama Agen
Jaminan yang terdaftar, maka tidak perlu diadakan perubahan atas Sertipikat Hak
112
Wawancara dengan Bapak Pohan Djingga, Branch Manager Bank UOB Indonesia, tanggal 2
Agustus 2010
A. Wanprestasi
Wanprestasi adalah suatu istilah yang menunjuk pada tidak adanya pelaksanaan
prestasi oleh debitor. Bentuk tidak adanya pelaksanaan prestasi terwujud dalam
dibebankan oleh kontrak kepada pihak-pihak tertentu seperti yang disebut dalam
Dari uraian tersebut maka bentuk-bentuk wanprestasi adalah sebagai berikut :114
113
Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2001, hal. 87.
114
Purwahid Patrik dan Kashadi, Hukum Jaminan, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro,
Semarang, 2001, hal. 11
134
apakah pada waktu debitor tidak memenuhi prestasi termasuk tidak memenuhi
Maka jawabannya adalah bahwa apabila debitor sudah tidak mampu untuk
memenuhi prestasinya maka ia termasuk dalam bentuk yang pertama. Tetapi apabila
memenuhi prestasi.
keliru dalam memenuhi prestasinya, apabila prestasi masih dapat diharapkan untuk
diperbaiki maka ia dianggap terlambat. Tetapi apabila tidak dapat diperbaiki lagi ia
Wanprestasi atau ingkar janji dewasa ini di dalam perjanjian kredit lebih
dikenal dengan sebutan event of default. Event of default dapat disebabkan karena
salah satu pasal dalam perjanjian kredit dan sebagainya. Oleh karena itu, jika
dikaitkan dengan perjanjian kredit maka keadaan default (wanprestasi) dapat terjadi
115
Igantius Ridwan Widyadharma, Hukum Sekitar Perjanjian Kredit, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang, 1997, hal. 5.
memberikan ganti rugi, sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak
1. Mengganti kerugian;
2. Benda yang dijadikan obyek dari perikatan sejak saat tidak dipenuhi kewajiban
3. Jika perikatan itu timbul dari perjanjian yang timbal balik, kreditor dapat minta
maka yang dapat dilakukan oleh kreditor dalam menghadapi debitor yang wanprestasi
116
Purwahid Patrik, Dasar-dasar Hukum Perikatan, CV.Mandar Maju, Bandung, 1994,hal.11
117
Ibid, hal. 12.
dengan perjanjian utang piutang antara debitor dan kreditor dan dalam hal perjanjian
hutang piutang dibuat akta perjanjian kredit dan untuk jaminan dengan membuat Akta
(PPAT). Disamping itu kreditor meminta agar debitor menyerahkan asli sertipikat
tanah yang menjadi objek Hak Tanggungan tersebut untuk pelunasan utang debitor.
Pertanahan untuk mengetahui apakah masih ada beban Hak Tanggungan atau tidak
ada, apabila tidak ada kemudian PPAT mendaftarkan perjanjian tersebut ke Kantor
Pertanahan. Kemudian Kantor Pertanahan membuat buku tanah Hak Tanggungan dan
mencatatnya dalam buku tanah debitor yang ada di Kantor Pertanahan serta menyalin
Seperti halnya perjanjian kredit yang bersifat konsensuil, karena perjanjian itu
ada atau lahir sejak adanya kata sepakat antara kedua belah pihak yaitu pihak kreditor
dan pihak debitor. Dengan adanya kata sepakat tersebut maka perjanjian kredit
Apabila perjanjian kredit dibatalkan atau diputuskan secara sepihak maka pihak
yang lain dapat menuntut. Setelah uang yang menjadi objek yang diperjanjikan
tersebut telah diserahkan kreditor dengan nyata kepada pihak debitor, maka pihak
waktu kepada pihak kreditor sesuai dengan kesepakatan yang ada dalam perjanjian
kredit. Selain bersifat konsensual perjanjian kredit juga bersifat riil sebab harus
diadakan penyerahan atau dengan kata lain perjanjian tersebut baru dikatakan
penyerahan sekaligus antara kedua belah pihak yang membuat perjanjian itu.
“kemauan” (will) para pihak untuk saling berprestasi, ada kemauan untuk saling
berkontrak dan asas kekuatan mengikat yang terdapat dalam Pasal 1338 ayat (1)
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.
yang diperbuat sesuai dengan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ini
sebagaimana mestinya adalah hak pemegang Hak Tanggungan untuk menjual objek
Hak Tanggungan dan mengambil dari hasil penjualan tersebut untuk pelunasan
piutangnya.
hal terdapat lebih dari satu pemegang Hak Tanggungan berdasarkan pada janji yang
diberikan oleh pemberi Hak Tanggungan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan
(APHT) berhak untuk menjual melalui pelelangan umum objek Hak Tanggungan atas
kekuasaan sendiri tanpa perlu minta penetapan Ketua Pengadilan Negeri Setempat.
eksekutorial yang terdapat dalam Sertifikat Hak Tanggungan (Pasal 14 ayat (2)
UUHT).
Tanggungan, namun ada kalanya pula hanya nama Agen Jaminan yang tercantum
119
Ibid, Hal. 84.
sindikasi.
dalam hal pembagian hasil eksekusi hanya saja dalam praktek, pendekatan yang
kedua ini dianggap lebih praktis mengingat ada kalanya piutang kreditur beralih
tangan lebih dari satu kali. Hal ini dikarenakan apabila hanya nama Agen Jaminan
yang terdaftar, maka tidak perlu diadakan perubahan atas Sertifikat Hak Tanggungan.
Salah satu klausul penting dalam security sharing agreement berkaitan dengan
pembagian hasil eksekusi yaitu adanya pencantuman klausul bahwa para pihak telah
setuju dan mufakat untuk membagi seluruh hasil penjualan barang jaminan diantara
Pari passu artinya pembagian secara proporsional diantara para kreditor atas setiap
pembayaran uang yang merupakan hasil eksekusi jaminan atau hasil penagihan
kepada debitor tanpa ada hak istimewa atau hak didahulukan pada masing-masing
akan mendapatkan sejumlah uang dan posisi piutang yang sebanding dengan bagian
dan hak yang sama untuk mendapatkan pelunasan dari hasil penjualan jaminan jika
debitor wanprestasi.
Tujuan dari klausul pari passu adalah untuk memastikan bahwa penerima
lain tidak ada suatu hak istimewa diantara bank-bank peserta sindikasi khususnya
Penjualan agunan merupakan second way out sebagai strategi terakhir untuk
bagian bagian gedung dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bangunan
gedung dalam rangka pelunasan piutang yang dijamin dengan Hak Tanggungan jika
penerima kredit melakukan ingkar janji adalah melakukan eksekusi atas barang
Demikian pula jika jaminan disita oleh pihak lain maka agen menunggu keputusan
wanprestasi, tidak perlu ditempuh acara gugatan perdata biasa yang memakan waktu
dan biaya. Bagi kreditor pemegang Hak Tanggungan disediakan cara khusus yang
diatur dalam Pasal 20 UUHT yaitu menjual obyek Hak Tanggungan melalui
pertama untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui
tersebut.
dahulu dari pemberi Hak Tanggungan dan tidak perlu pula meminta penetapan Ketua
Kantor Lelang Negara setempat untuk pelaksanaan pelelangan umum dalam rangka
eksekusi obyek Hak Tanggungan. Bank sering sulit sekali untuk dapat menemukan
pembeli yang berminat untuk membeli barang agunan yang dijual bahkan sulit juga
untuk menjual sekalipun dengan harga sedikit di bawah harga pasar. Ketentuan Pasal
secara di bawah tangan berdasarkan kesepakatan antara pemberi dan pemegang Hak
obyek Hak Tanggungan atau agunan kredit apabila debitor tidak menyetujuinya.
Kendala yang dihadapi oleh bank apabila kredit sudah menjadi macet, yaitu
bank menghadapi kesulitan untuk dapat memperoleh persetujuan dari debitor. Dalam
keadaan-keadaan tertentu justru menurut pertimbangan bank lebih baik agunan itu
jumlahnya untuk membayar seluruh jumlah kredit yang terutang. Kesulitan untuk
memperoleh persetujuan nasabah dapat terjadi misalnya karena nasabah debitor tidak
bersedia ditemui oleh bank atau telah tidak diketahui lagi keberadaannya.
sudah menjadi macet, untuk mengatasinya pada saat kredit diberikan telah
dipersyaratkan dalam perjanjian kredit bahwa bank diberi kewenangan untuk dapat
menjual sendiri agunan secara di bawah tangan atau meminta kepada debitor untuk
gugatan, hendaknya di dalam surat kuasa untuk menjual di bawah itu ditetapkan
harga minimal tertentu atau ditetapkan bahwa penjualan di bawah tangan dilakukan
Menurut ketentuan Pasal 20 ayat (3) UUHT, setelah ada persetujuan dari
dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh
berkepentingan dan diumumkan dalam dua surat kabar harian serta tidak ada pihak
pajak, premi asuransi, biaya-biaya urusan hukum, akan dibagikan kepada para
kreditor secara pari passu. Apabila hasil eksekusi Hak Tanggungan tidak mencukupi
untuk melunasi seluruh hutang debitor, maka para kreditor yang diwakili oleh agen
dapat mengajukan sita terhadap benda-benda milik debitor yang lain dengan
mengajukan permohonan sita kepada Pengadilan Negeri untuk diproses. Hal ini
sesuai dengan ketentuan Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu
apabila debitor cidera janji tidak melunasi utang yang diperolehnya dari para kreditor
A. Kesimpulan
terdapat perbedaan pemahaman konsepsi dan bentuk kredit sindikasi yang satu
dengan yang lain. Adapun hal ini terjadi karena belum adanya suatu pemahaman
yang jelas mengenai pemberian kredit sindikasi ini. Salah satunya sebagaimana
didapati dari penelitian penulis dari pelaksanaan sindikasi kredit antara Bank
UOB dan Bank Niaga, dimana yang dilakukan kedua bank tersebut sesungguhnya
bukanlah kredit sindikasi murni, melainkan hanya sindikasi dalam bentuk club
Pailit dalam Perjanjian Kredit Sindikasi bahwa dalam Club Deal, masing-masing
kreditur dan debitur mempunyai perjanjian kredit (bilateral), dan para kreditur
pelaksanaannya dilakukan oleh agen jaminan yang diangkat oleh para kreditur,
namun oleh mereka (Bank) menyebut hal ini sebagai kredit sindikasi.
memberi keyakinan lebih kepada para kreditur, yang mana dalam pengikatannya
pun dapat dilakukan dengan beberapa opsi, yaitu dapat dilakukan dengan hanya
mencantumkan nama salah satu bank peserta sindikasi yang telah diangkat
146
terhadap kreditor lain secara substansi ialah, bahwa apabila debitor cidera janji,
(tanpa memerlukan persetujuan dari pemberi Hak Tanggungan dan juga tidak
perlu meminta penetapan dari pengadilan setempat), yaitu menjual objek Hak
Tanggungan atas kekuasaan sendiri, melalui pelelangan umum menurut tata cara
piutangnya pemegang Hak Tanggungan dari hasil penjualan tersebut, dengan hak
secara langsung dengan syarat jika telah dilengkapi dengan Sertipikat Hak
B. Saran
dengan kredit sindikasi ini mengingat prospek pemberian kredit secara sindikasi
yang mengatur tentang kredit sindikasi ini maka diharapkan akan ada pemahaman
2. Perlu adanya pelatihan dan pembelajaran khusus kepada staf legal dari bank
tentang makna dan cara pelaksanaan kredit sindikasi ini sehingga untuk masa
yang akan datang tidak terjadi lagi kesalahan pemahaman terhadap kredit
sindikasi ini.
3. Kepada Notaris dan PPAT yang menghadapi pembuatan akta yang berkaitan
dengan perjanjian kredit sindikasi ini agar lebih jeli dan teliti dalam pencantuman
pihak baik itu kepada salah satu kreditur maupun debitur yang terlibat dalam
A. Buku
Ali, Achmad, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), PT.
Gunung Agung Tbk, Jakarta, 2002
Bachtiar, Herlina Suyati, Aspek Legal Kredit Sindikasi, PT. Raja Grafindo Persada,
2000
Badrulzaman, Mariam Darus, Perjanjian Kredit Bank, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1991.
Friedman, W, Teori dan Filsafat Hukum Dalam Buku Telaah Kritis Atas Teori-Teori
Hukum,diterjemahkan dari buku aslinya Legal Theory oleh Muhammad Arifin,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993
Fuady, Munir, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2001.
Kansil, Pokok-Pokok Hukum Hak Tanggungan Atas Tanah, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 1997,
Levy dalam Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, PT Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1991
Lubis, M. Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 199
149
Muhammad, Abdul Kadir, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2004,
Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2002
UU Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tangungan Atas Tanah beserta Benda-Benda
yang berkaitan dengan Tanah
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah.
Fanny Kurniawan, SH, Penerapan Hak Jaminan Dalam Kepailitan, Analisa Yuridis
Putusan No.10/PAILIT/2001/PN.NIAGA/ JAK.PST Dalam Perkara Kepailitan
Bank Shinta Indonesia Melawan Harry Susanto, Yogyakarta, 2004.