Anda di halaman 1dari 66

PENGURUSAN PIUTANG

NEGARA
Kementerian Keuangan
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
Direktorat Piutang Negara dan
Kekayaan Negara Lain-lain

Ruang Lingkup Piutang Negara


Pasal 8 Undang-undang Nomor 49 Prp tahun 1960 : piutang negara adalah

jumlah uang yang wajib dibayar kepada negara atau badan-badan yang baik
secara langsung atau tidak langsung dikuasai oleh negara berdasarkan suatu
peraturan, perjanjian, atau sebab apapun.

Pasal 1 angka 6 Undang-undang nomor 1 Tahun 2004 :

a. piutang negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah
Pusat dan/atau hak Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang
sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah.
b. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah
Daerah dan/atau hak Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang
sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah.

Putusan MK No.77/PUU-IX/2011 atas Uji Materiil UU No.49/Prp Thn 1960


Pasal 8 Undang-undang Nomor 49 Prp tahun 1960 :
piutang negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada negara atau

badan-badan yang baik secara langsung atau tidak langsung dikuasai oleh
negara berdasarkan suatu peraturan, perjanjian, atau sebab apapun.
2

Pengurusan Piutang Negara

PMK
128/PMK.06/2007
ttg PPN

PMK
88/PMK.06/2009
ttg Perubahan I
PMK 128

KMK
300/KMK.01/2002 ttg
PPN

PP 33 Th 2006
Revisi PP 14 th 2005
PP 14 Tahun 2005

UU NO 1 Th 2004
PN: Piutang Ins,
Pem Pusat

uu No.49/Prp th
1960
PNadalah
Piutang ins
Pemerintah dan
(BUMN/BUMD)

PMK
163/PMK.01/2011
ttg Perubahan II
PMK 128

PD: piutang Ins.


Pemerintah
Daerah.
Piutang
BUMN/BUMD tdk
termasuk PN/PD

Penghapusan PN/PD
dan piutang
perusahaan
negara/daerah

Ketentuan
Penghapusan
Piutang Perusahaan
Negara/Daerah
DIHAPUS
PPN/PD berdasarkan
perundangan ttg
PT/BUMN dan
peraturan
pelaksananya

PMK
48/PMK.06/2014 ttg
Perubahan III
PMK 128

Putusan MK
No.77/PUUIX/2011

Uji Materil UU
49 Prp Th 1960
PUPN tidak
melakukan
pengurusan
Piutang
BUMN/BUMD

PPN/PD yang telah


diserahkan ke PUPN
tetap diurus berdasar
UU No49.Prp Th 1960
3

BATASAN PENYERAHAN BARU


PIUTANG NEGARA
Instansi pemerintah, lembaga negara, atau badan usaha yang modalnya
sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh negara atau dimiliki Badan Usaha Milik
Negara/Badan Usaha Milik Daerah

Instansi Pemerintah Pusat, Instansi Pemerintah Daerah, Lembaga Negara,


Sekretariat Jenderal dari Komisi Negara/Lembaga Tinggi Negara, Badan
Hukum Milik Negara, dan Badan Layanan Umum.

1. Instansi Pemerintah Pusat, Instansi Pemerintah Daerah, Lembaga Negara, Sekretariat


Jenderal dari Komisi Negara/Lembaga Tinggi Negara, Badan Hukum Milik Negara, dan
Badan Layanan Umum.
2. BUMN/BUMD dalam hal dana yang disalurkan berasal dari Instansi Pemerintah melalui
pola channeling atau risk sharing.
3. BUMN/BUMD sektor nonperbankan

1. Instansi Pemerintah, Lembaga Negara, Komisi Negara


2. BUMN/BUMD dalam hal dana yang disalurkan berasal dari
Instansi Pemerintah melalui pola channeling atau risk sharing.
Dalam hal channeling dan risk sharing disalurkan melalui Pihak swasta, maka penyerahan dapat
diterima, dengan penyerah piutang adalah instansi pemerintah yang menyalurkan dana risk
sharing/ channeling tersebut (SE Dirjen KN No.10 Tahun 2010)

Pengurusan Piutang Negara


Pengertian: merupakan suatu proses kegiatan yang secara khusus
dilakukan untuk mengurus piutang negara dalam rangka penyelamatan
keuangan negara.
Tujuan: untuk memperoleh hasil pengurusan yang lebih cepat dan efektif
dan hasil optimal dengan tetap memberikan kepastianhukum. Cepat
dan efektif dibanding pengurusan melalui Lembaga Peradilan yang
memakan waktu lama.
Wewenang khusus: parate eksekusi, yaitu kewenangan untuk
menerbitkan keputusan-keputusan yang mempunyai kekuatan seperti
keputusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap
dan pasti sehingga dapat dilaksanakan sendiri tanpa meminta bantuan
dari lembaga peradilan.

Putusan-putusan PUPN al: Surat Paksa (SP), Surat Perintah Penyitaan


(SPP), Surat Perintah Penjualan Barang Sitaan (SPPBS), dll.
5

Landasan Hukum Pengurusan Piutang Negara


1.
2.
3.

UU Prp tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara


UU No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
PP No.14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang
Negara/Daerah sebagaimana diubah dengan PP No.33 tahun
2006
4. Peraturan Presiden No.89 tahun 2006 tentang Panitia Urusan
Piutang Negara
5. Peraturan Menteri Keuangan (PMK)No.122/PMK.06/2007 tentang
Keanggotaan dan Tata Kerja PUPN
6. PMK No.155/PMK.06/2009 tentang Perubahan PMK
No.122/PMK.06/2009
7. PMK No.128/PMK.06/2007 tentang Pengurusan Piutang Negara
8. PMK No. 88/PMK.06/2009 tentang perubahan atas PMK No.
128/PMK.06/2007
9. PMK No. 163/PMK.06/2011 tentang perubahan kedua atas PMK
No. 128/PMK.06/2007
10. PMK No. 48/PMK.06/2014 tentang perubahan kedua atas PMK
No. 128/PMK.06/2007
11. Perdirjen Kekayaan Negara No. PER-01/KN/2008 tentang
Petunjuk Teknis Pengurusan Piutang Negara
6

SEJARAH KELEMBAGAAN PUPN/DJKN


No.

Tanggal

Keterangan

1.

14 Maret 1957

Pernyatan Negara dalam keadaan darurat perang (Staat Van


Oorlog en Beleg SOB).

2.

6 April 1958

Dibentuk Panitia Penyelesaian Piutang Negara (P3N)


berdasarkan Keputusan Penguasa Perang Pusat Nomor
Kpts/Peperpu/0241/1958. Tujuan penyelesaian piutang negara
dengan cara Parate Eksekusi.

3.

5 Juli 1959

Dekrit Presiden, negara kembali dalam keadaan Tertib Sipil


yang dimulai tanggal 16 Desember 1960, sehingga
Kpts/Peperpu/0241/1958 tentang P3N tidak berlaku lagi mulai
pada tanggal 16 Desember 1960.

4.

14 Desember 1960

Diterbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang


Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang PUPN untuk membentuk
PUPN sebagai pengganti P3N. PUPN juga diberi kewenangan
Parate Eksekusi.

5.

4 Februari 1961

Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1961 tentang


Penetapan semua Undang-Undang Darurat dan Semua
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang yang Sudah Ada
Sebelum tanggal 1 Januari 1961 menjadi Undang-Undang
(UU berlaku surut sampai tanggal 1 Januari 1961).

SEJARAH KELEMBAGAAN PUPN/DJKN


No.

Tanggal

Keterangan

6.

26 Desember 1961

Keputusan Menteri Pertama RI Nomor 454/M.P./1961 tentang


Pembentukan Panitya Urusan Piutang Negara

7.

20 Maret 1976

Ditetapkan Keppres No .11 Tahun 1976 tentang PUPN dan BUPN,


untuk membentuk BUPN dengan tugas mengurus penyelesaian
piutang negara, sedangkan PUPN hanya menetapkan produk
hukum dalam pengurusan piutang Negara

8.

1 Juni 1991

Ditetapkan Keppres Nomor.21 Tahun 1991 untuk


menggabungkan fungsi lelang dari Direktorat Jenderal Pajak ke
dalam BUPN sehingga terbentuk BUPLN.

9.

15 Desember 2000

Diterbitkan Keppres Nomor 177 Tahun 2000, pembentukan DJPLN


untuk menggantikan BUPLN

10.

8 Juni 2006

Diterbitkan PP Nomor 66 Tahun 2006 tentang Unit Organisasi dan


Tugas Eselon I Kementerian RI, Dibentuk DJKN sebagai
Penggabungan DJPLN fungsi Pengelolaan kekayaan Negara Dit
Pengelolaan BM/KN DJPB.

11.

26 Oktober 2006

Ditetapkan Perpres No.89/2006 tentang Panitia Urusan Piutang


Negara sebagai pengganti Keppres No.11 Tahun 1976.

12.

11 Oktober 2010

Diterbitkan PMK 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan tata


Kerja Kementerian Keuangan termasuk organisasi DJKN
8

DJKN merupakan unit eselon I di bawah Kemenkeu


yang bertugas untuk melakukan kebijakan
standarisasi teknis di bidang kekayaan negara,
piutang negara dan lelang sesuai kebijakan yang
ditetapkan oleh menteri keuangan dan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
9

Direktur
Jenderal

Sekretaris
Ditjen

Direktur
Hukum dan
Humas

DJKN terdiri dari Kantor


Pusat, Kantor Wilayah
(Kanwil), dan Kantor
Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang
(KPKNL)

Direktur

Direktur

BMN

KND

Direktur

Direktur
Penilaian PKNSI

Direktur
PNKNL

Direktur
Lelang

Kanwil I
s/d XVII

KPKNL

1 s/d 70
10

PUPN

menerbitkan produk hukum,


antara lain SP3N, PB/PJPN,SP,
SPP, SPPBS, SPPNL, SPPNS,
PSBDT

DJKN

melaksanakan operasional
produk hukum PUPN

KPKNL instansi vertikal DJKN


melaksanakan produk hukum
PUPN Cabang

11

Definisi PUPN
PUPN adalah suatu Panitia
interdepartemental sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
49 Prp. Tahun 1960 tentang PUPN

Pelaksanaan keputusan PUPN


diselenggarakan oleh unit organisasi di
lingkungan Kementerian Keuangan yang
menangani bidang Piutang Negara (d.h.i
DJKN dan unit vertikalnya)
12

Kedudukan dan Keanggotaan


PUPN Pusat
PUPN Pusat berkedudukan di Jakarta dengan
anggota:
1. Direktur Jenderal Kekayaan Negara selaku
Ketua
2. Direktur PNKNL-DJKN selaku sekretaris.
3. Kepala Biro Hukum Kemenkeu selaku anggota
4. Direktur II Ekonomi dan Khusus Bareskrim POLRI
selaku anggota
5. Direktur Pemulihan dan Perlindungan HakJAMDATUN-Kejaksaan Agung selaku anggota

13

Kedudukan dan Keanggotaan


PUPN Cabang
PUPN Cabang berkedudukan di ibukota Provinsi,
kecuali ditentukan lain oleh Menteri Keuangan,
dengan anggota:
1. Kepala Kanwil DJKN atau Kepala KPKNL selaku
Ketua
2. Kepala KPKNL selaku sekretaris dan anggota
3. Dirreskrim pada Polda atau Kabag/Kasatserse
pada Polwil/Polres selaku anggota
4. Asdatun Kejati atau Kepala Kejaksaan Negeri
selaku anggota
5. Badan Pengawasan Daerah Pemprov setempat
selaku anggota
14

DAFTAR PUPN CABANG


No.

Kanwil

KANWIL ACEH

2
3
4
5

9
10
11
12
13
14
15

KPKNL Banda Aceh


KPKNL Lhokseumawe

KANWIL SUMUT KPKNL Medan


KPKNL Pematang Siantar
KPKNL Kisaran

PUPNC
PUPNC Nanggroe Aceh
Darussalam
PUPNC Sumatera Utara

KPKNL Padang Sidempuan

6
7
8

KPKNL

KANWIL RIAU
SUMBAR KEPRI

KPKNL Padang
KPKNL Bukittinggi
KPKNL Pekanbaru
KPKNL Dumai
KPKNL Batam

KANWIL IV DJKN KPKNL Jambi


PALEMBANG
KPKNL Palembang
KPKNL Lahat
KPKNL Pangkal Pinang

PUPNC Sumatera Barat


PUPNC Riau
PUPNC Kepulauan Riau
PUPNC Jambi
PUPNC Sumatera Selatan
PUPNC Kepulauan Bangka
Belitung
15

DAFTAR PUPN CABANG


No.

Kanwil DJKN

16

KANWIL
LAMPUNG
BENGKULU

17
18
19
20
21

KANWIL
BANTEN

KPKNL

KPKNL Bandarlampung
KPKNL Metro
KPKNL Bengkulu
KPKNL Serang
KPKNL Tangerang
KPKNL Serpong

22

KPKNL Jakarta I

23

KPKNL Jakarta II

24

KANWIL DKI
JAKARTA

KPKNL Jakarta III

25

KPKNL Jakarta IV

26

KPKNL Jakarta V

27

KPKNL Bandung

28

KPKNL Bekasi
KPKNL Bogor

29
30
31
32

KANWIL JAWA KPKNL Purwakarta


BARAT
KPKNL Tasikmalaya

PUPNC
PUPNC Lampung
PUPNC Bengkulu
PUPNC Banten

PUPNC DKI Jakarta

PUPNC Jawa Barat

KPKNL Cirebon
16

DAFTAR PUPN CABANG


No.

Kanwil

33
34

KANWIL JAWA
TENGAH DAN DIY

KPKNL
KPKNL Semarang
KPKNL Surakarta

PUPNC
PUPNC Jawa Tengah

35

KPKNL Pekalongan

36

KPKNL Tegal

37

KPKNL Purwokerto

38

KPKNL Yogyakarta

PUPNC D.I. Yogyakarta

KPKNL Surabaya

PUPNC Jawa Timur

39
40

KANWIL JAWA
TIMUR

KPKNL Sidoarjo

41

KPKNL Malang

42

KPKNL Jember

43

KPKNL Pamekasan

44

KPKNL Madiun

45
46

47
48
49

KANWIL
KPKNL Pontianak
KALIMANTAN BARAT KPKNL Singkawang

KANWIL KALSEL
DAN KALTENG

PUPNC Kalimantan Barat

KPKNL Palangkaraya

PUPNC Kalimantan Tengah

KPKNL Pangkalan Bun

PUPNC Kalimantan Selatan

KPKNL Banjarmasin
17

DAFTAR PUPN CABANG


No.
50
51
52

KANWIL

KANWIL
KPKNL Balikpapan
KALIMANTAN TIMUR KPKNL Samarinda
KPKNL Bontang

53
54
55

KPKNL

PUPN CABANG
PUPNC Kalimantan Timur

KPKNL Tarakan
KANWIL BALI
NUSATENGGARA

KPKNL Denpasar

PUPNC Bali

KPKNL Singaraja

56

KPKNL Bima

PUPNC Nusa Tenggara Barat

57
58

KPKNL Mataram
KPKNL Kupang

PUPNC Nusa Tenggara Timur

59
60
61

KANWIL SULSEL
TENGGARA DAN
BARAT

62
63
64
65
66

KANWIL SULUT
TENGAH
GORONTALO
MALUKU UTARA

KPKNL Makassar
KPKNL Parepare
KPKNL Palopo

PUPNC Sulawesi Selatan

KPKNL Kendari

PUPNC Sulawesi Tenggara

KPKNL Manado
KPKNL Gorontalo
KPKNL Palu
KPKNL Ternate

PUPNC Sulawesi Utara


PUPNC Gorontalo
PUPNC Sulawesi Tengah
PUPNC Maluku Utara

PUPNC Sulawesi Barat

18

DAFTAR PUPN CABANG


No.
67
68
69
70

Kanwil

KPKNL
KPKNL Ambon

KANWIL PAPUA
KPKNL Sorong
MALUKU
KPKNL Biak
KPKNL Jayapura

PUPN CABANG
PUPNC Maluku

PUPNC Papua Barat

PUPNC Papua

19

Asas-Asas Pengurusan Piutang


Negara:
1. Prosedur pengurusan piutang negara merupakan
prosedur khusus (Lex Spesialis);
2. Pengurusan dilakukan secara Due Process of Law
3. Piutang yang diurus adalah piutang negara yang telah
macet;
4. Dilakukan atas piutang yang ada dan besar piutang
negara telah pasti menurut hukum;
5. Pengenaan biaya administrasi pengurusan piutang
negara.

20

Prosedur Pengurusan Piutang Negara


Secara Khusus (lex spesialis):
1. Pengurusan piutang negara yang dilakukan dengan
langkah-langkah yang sistematis berdasarkan prinsip
percepatan dan efektivitas, dan dimaksudkan sebagai
pelaksanaan kewenangan parate eksekusi yang
dimiliki oleh PUPN berdasarkan amanat Undangundang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 tentang Panitia
Urusan Piutang Negara.
2. Kewenangan PUPN: Pembuatan Pernyataan Bersama
(PB); Penerbitan Surat Paksa (SP); Penyitaan barang
jaminan dan harta kekayaan Lain milik debitor;
Pelelangan barang jaminan dan harta kekayaan Lain
milik debitor; Penyanderaan/Paksa Badan
(Gijzeling/Lijfdwang); Pencegahan bepergian ke luar
wilayah Indonesia
21

Due Process Of Law


1. Dapat diartikan sebagai hak Penanggung Hutang untuk
dipanggil dan didengar pendapatnya dan hak untuk
menunjukkan bukti-bukti yang terkait dengan keberadaan
dan besaran hutangnya kepada negara, serta cara-cara
penyelesaian hutangnya tersebut. Bila sah dan secara
hukum dapat dipertanggungjawabkan, tentunya bukti-bukti
tersebut digunakan PUPN untuk memperbaiki data tentang
adanya dan besarnya piutang negara atas nama
Penanggung Hutang yang bersangkutan.
2. Due process of law tersebut, dalam pengurusan piutang
negara dilaksanakan melalui tahap:
Pemanggilan secara tertulis kepada Penanggung
Hutang
Tanya jawab/Wawancara
22

Piutang Negara yang Telah Macet:

Piutang yang diurus oleh PUPN/DJKN adalah piutang yang telah dinyatakan
macet dan sebelumnya telah diupayakan untuk ditagih sendiri oleh masingmasing pemilik piutang.
Penentuan kriteria macet dilakukan berdasarkan Ketentuan sbb:
1. PMK No. 69/PMK.06/2014 tentang Penentuan Kualitas Piutang dan
Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih pada K/L dan BUN.
2. PMK No,151/PMK.06/2014 tentang Penetapan Kualitas Piutang dan
Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Eks BPPN dan PT PPA.
3. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-12/PB/2011 tentang Petunjuk
Teknis Penentuan Kualitas dan Penyisihan Piutang tidak tertagih
Penerusan Pinjaman.
4. Perdirjen BC Nomor Per-58/BC/2011 tentang Perubahan atas Perdirjen
BC Nomor P-46/BC/2010 tentang Pedoman Penatausahaan Piutang di
DJBC.
5. Perdirjen Pajak Nomor Per-02/PJ/2-13 tentang Perubahan atas Perdirjen
Pajak No. Per-02/PJ/2012 tentang Penggolongan Kualitas Piutang Pajak
dan Cara Penghitungan Penyisihan Piutang Pajak.
Untuk Jenis piutang No. 4 dan 5 kecuali piutang Bea Keluar diurus
berdasar UU No.19/2000 tentang PPSP, bukan oleh PUPN
23

Adanya Dan Besar Piutang Negara Telah


Pasti Menurut Hukum:
Untuk piutang negara yang berasal dari Obligor eks. BPPN
dan aset Kredit Eks BPPN:

Adanya piutang negara, didasarkan karena adanya


perjanjian(misal : Perjanjian Kredit/PK)
Kepastian besarnya piutang negara, dapat dibuktikan
dengan :
1. Rekening Koran;
2. Prima Nota;
3. Dokumen lain, yang dipersamakan dengan Rekening
Koran;
4. Surat Pengakuan Utang (untuk Obligor eks BPPN) dalam
bentuk: Master of Refinance not Issuance Agreement
(MRNIA) Master Settlement and Acquisition and
Agreement ( MSAA ) dan Akta Pengakuan Utang (APU)
24

Ada dan besar piutang. (lanjutan):


Untuk piutang negara Instansi Pemerintah/lembaga:
Adanya piutang negara, didasarkan karena:
adanya peraturan perundang-undangan yang berlaku di
masing-masing penyerah piutang;
Sebab-sebab lain yang sah (misal: surat pernyataan
kesanggupan membayar dari debitor, dll)
Kepastian besarnya piutang negara, dapat dibuktikan
dengan:
1. Bukti tagihan piutang (tagihan SPP, RS dll);
2. Surat pernyataan kesanggupan membayar;
3. dll.
Dokumen untuk membuktikan besarnya piutang negara beragam/tidak sama
diantara para Penyerah Piutang, tergantung jenis Piutang.

25

Biaya Administrasi Pengurusan Piutang


Negara
1. Biaya Administrasi Pengurusan Piutang Negara (Biad PPN)
adalah: pungutan negara atas setiap kasus piutang negara
yang diterima dan dilakukan pengurusannya oleh PUPN/DJKN.
2. Biad PPN dibebankan kepada debitor/Penanggung Hutang
dan/atau Penjamin Hutang dan dikenakan terhitung mulai
tanggal diterbitkannya SP3N.
3. Biad PPN dikenakan dari jumlah hutang yang wajib
dilunasi/diselesaikan oleh Penanggung Hutang.
4. Biad PPN dipungut secara proporsional dari setiap pembayaran
yang diterima.
5. Biad PPN termasuk dalam Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) dan disetorkan ke kas negara.
6. Besarnya Biad PPN sesuai dengan PP No .1 Tahun 2014 tentang
Jenis dan Tarif Atas Jenis PNBP Pada Kementerian Keuangan.
26

Tarif Biad PPN:


1. Tarif 0% : diterapkan apabila debitor telah melunasi
hutangnya sebelum kasus hutangnya secara resmi
diterima oleh PUPN/DJKN (belum terbit SP3N).
2. Tarif 1% : diterapkan apabila debitor m3embayar/melunasi
seluruh hutangnya dalam jangka waktu 6 (enama) bulan
yang dihitung sejak tanggal diterbitkannya SP3N.
3. Tarif 10% : diterapkan apabila debitor membayar/melunasi
seluruh hutangnya dalam jangka waktu lebih dari 6
(enam) bulan yang dihitung sejak tanggal diterbitkannya
SP3N.
4. Tarif 2,5% : diterapkan apabila kreditor melakukan
penarikan kasus piutang negara yang sedang dilakukan
pengurusannya oleh PUPN/DJKN dengan alasan untuk
dilakukan upaya penyehatan terhadap usaha debitor.
27

Pihak-pihak dalam pengurusan


Piutang Negara:
1.
2.
3.
4.

Penyerah Piutang;
Penanggung Hutang;
Penanggung Jawab Hutang;
Penjamin Hutang.

28

Pihak-pihak dalam pengurusan


Piutang Negara:
Penyerah Piutang adalah
a. Instansi Pemerintah, meliputi:
Instansi Pemerintah Pusat
Instansi Pemerintah Daerah
Lembaga Negara
Sekretariat Jenderal dari Komisi Negara/Lembaga
Tinggi Negara
Badan Hukum Milik Negara
Badan Layanan Umum
b. BUMN/BUMD sektor perbankan dan non perbankan atau
badan-badan udaha yang sebagian besar modalnya
dimiliki BUMN/BUMD, dalam hal dana yang disalurkan
berasal dari Instansi Pemerintah melalui pola channeling
atau risk sharing.
29

Pihak-pihak .(lanjutan):
Penanggung Hutang:
adalah badan atau orang yang berhutang menurut peraturan, perjanjian
atau sebab apapun, termasuk badan atau orang yang menjamin
penyelesaian sebagian atau seluruh hutang Penanggung Hutang, disebut
juga dengan: Debitor.
Penanggung Jawab Hutang:
Para anggota pengurus dari Badan-badan yang berhutang tanggung
renteng terhadap hutang kepada Negara sepanjang tidak diatur dalam
perjanjian atau peraturan yang bersangkutan.
Penjamin Hutang:
adalah badan atau orang yang menjamin penyelesaian sebagian atau
seluruh hutang Penanggung Hutang, disebut juga dengan: borg.
Dalam KUH Perdata:
disebut juga: borg, merupakan pihak ketiga yang berjanji kepada
Kreditor untuk menanggung pembayaran suatu hutang apabila
Debitor tidak menepati kewajibannya.
penjamin hutang/borg ini timbul sebagai akibat adanya suatu
perjanjian.
30

Prosedur Pengurusan Piutang Negara


MULAI
SURAT
PENERIMAAN
PENGURUSAN
PIUTANG
NEGARA
(SP3N)

SURAT
PENYERAHAN

PENELITIAN
KPKNL

Ya

Ya

PERNYATAAN
BERSAMA (PB)

BAYAR
Tidak

MENGAKUI
JUMLAH HUTANG
TAPI TIDAK
SEPAKAT CARA
PEYELESAIAN

PANGGILAN 2X
DAN/ATAU
PENGUMUMAN
PANGGILAN

ADANYA &
Ada Dan
Besar Pasti
BESARNYA
PASTI

PB

PATUH
DITAATI

MENGAKUI
JUMLAH
HUTANG &
SEPAKATCARA
PEYELESAIAN

Peringatan
PB
LUNAS ?

LUNAS

Ya
SELESAI

Tidak

WAWANCARA

TIDAK
MENGAKUI
JUMLAH
HUTANG

LUNAS?

Tidak
PEMERIKSAAN

Ya
Tidak

MEMENUHI
PANGGILAN

Ya

PSBDT
LAKU

SURAT
PENOLAKAN

Tidak

PENETAPAN
JUMLAH
PIUTANG
NEGARA
(PJPN)

Tidak
SURAT
PAKSA

SITA

LELANG

31

1. Piutang Negara yang berasal dari Instansi Pemerintah


(Pusat/daerah) dan Lembaga.
2. Dikategorikan sebagai Piutang Negara macet
3. Upaya maksimal telah ditempuh oleh penyerah piutang,
tapi tetap belum diselesaikan oleh Penanggung Hutang
(PH)
4. Adanya dan besarnya piutang telah pasti, dibuktikan
dengan dokumen lengkap dan jelas

32

1.

2.
3.

4.
5.

Berkas penyerahan piutang negara berupa surat penyerahan, resume dan


dokumen piutang, bukti upaya penagihan oleh penyerah piutang dan dokumen
penjaminan (bila ada).
Penyerahan dilakukan kepada Panitia Cabang melalui Kantor Pelayanan yang
wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Penyerah Piutang.
Pengecualian tempat penyerahan:
a. Harus dilakukan kepada Panitia Cabang melalui Kantor Pelayanan yang
wilayah kerjanya meliputi domisili hukum yang ditunjuk dalam perjanjian
dimaksud.
b. Dapat dilakukan kepada Panitia Cabang melalui Kantor Pelayanan yang
wilayah kerjanya meliputi tempat dibuatnya perjanjian kredit/tempat
terjadinya piutang dimaksud
c. Dapat dilakukan kepada Panitia Cabang melalui Kantor Pelayanan yang
wilayah kerjanya meliputi domisili Penanggung Hutang dimaksud.
setiap berkas kasus dilengkapi surat penyerahan dengan nomor surat
tersendiri.
Piutang negara terdiri atas hutang pokok, bunga, denda, ongkos dan/atau
beban lainnya sesuai perjanjian/peraturan/putusan pengadilan.
33

Secara Umum dokumen Yang dilampirkan dalam Penyerahan


pengurusan piutang negara, yaitu fotokopi:

a. perjanjian kredit (dan addendum perjanjian kredit jika ada), atau


dokumen lain yang sejenis yang dapat membuktikan adanya piutang;
b. rekening koran, prima nota, mutasi piutang dan atau dokumen lain
yang sejenis yang dapat membuktikan besarnya piutang;
c. surat menyurat antara Penyerah Piutang dengan Penanggung Hutang
dan/atau Penjamin Hutang yangn berkaitan dengan upaya-upaya
penagihan;
d. Surat pemberitahuan dari Penyerah Piutang kepada Penanggung
Hutang bahwa pengurusan Piutang Negara diserahkan kepada Panitia
Cabang;
e. Bukti pemilikan dan pengikatan barang Jaminan;
f. Bukti penjaminan kredit oleh pihak ketiga atau bukti lain sejenis;
g. Akta Pendirian Perusahaan, pengumuman akta pendirian perusahaan
dalam Tambahan Berita Negara, beserta akta perubahannya, tanda
pengenal/pendaftaran perusahaannya dan atau identitas lainnya;
h. izin usaha, izin mendirikan bangunan dan atau surat-surat izin lainnya;
i. Kartu identitas diri Penanggung Hutang dan /atau Penjamin Hutang;
j. Daftar Harta Kekayaan Lain; dan
k. Surat Pernyataan Kesanggupan Penyerah Piutang untuk mengajukan
permohonan roya.
*) Detail dokumen penyerahan berbeda-beda tergantung jenis piutang:
Piutang PNBP, Piutang Tuntutan Perbendaharaan , Piutang TGR dll.

34

Penerimaan Pengurusan
Piutang Negara:
Panitia Cabang menerima penyerahan pengurusan piutang
negara yang telah memenuhi persyaratan sesuai hasil
penelitian dengan menerbitkan Surat Penerimaan
Pengurusan Piutang Negara (SP3N).
SP3N memuat sekurang-kurangnya:
nomor dan tanggal surat penyerahan pengurusan Piutang
Negara;
identitas Penyerah Piutang dan Penanggung Hutang;
pernyataan menerima pengurusan Piutang Negara;
rincian dan jumlah Piutang Negara yang telah diperhitungkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
uraian barang jaminan; dan
tanda tangan Panitia Cabang.
35

Piutang Negara Dengan Dokumen Tidak


Lengkap
Dalam hal berkas penyerahan tidak memenuhi persyaratan
(tempat penyerahan dan dokumen penyerahan), yang
disebabkan keadaan kahar, penyerahan dapat diterima
dengan ketentuan penyerahan dilampiri:
a. dokumen pengganti, daftar nominatif/rekapitulasi dan/atau data
pendukung yang menunjukkan adanya dan besarnya piutang;
dan
b. laporan kepada Kepolisian atau keterangan dari pejabat yang
berwenang tentang dokumen yang hilang/musnah karena
keadaan kahar.

36

Penerimaan Pengurusan Piutang Negara.....


(lanjutan....):
Panitia Cabang menerima penyerahan pengurusan
Piutang Negara dari Penyerah Piutang atas piutang yang
terjadi atau diperjanjikan di luar negeri dalam hal:
a. memenuhi ketentuan sesuai persyaratan dan ketentuan;
b. Penanggung Hutang berstatus Warga Negara Indonesia
atau Badan Hukum Indonesia; atau
c. terdapat kewenangan Penyerah Piutang untuk memilih
yurisdiksi hukum di Indonesia.

37

Penerimaan Pengurusan Piutang Negara.....


(lanjutan....):
Dalam hal Penanggung Hutang berkedudukan sebagai
Instansi Pemerintah, pengurusan Piutang Negara
dilaksanakan sesuai prosedur yang berlaku dengan ketentuan
tidak dilakukan tindakan penyitaan, pencegahan dan/atau
paksa badan.
Sejak SP3N diterbitkan, pengurusan Piutang Negara beralih
kepada Panitia Cabang dan penyelenggaraannya dilakukan
oleh KPKNL.
Dalam hal piutang didukung dengan barang jaminan, sejak
SP3N diterbitkan Penyerah Piutang wajib menyerahkan semua
dokumen asli Barang Jaminan.

LINK: SP3N

38

Penolakan Pengurusan Piutang Negara:

Panitia Cabang menolak penyerahan pengurusan Piutang


Negara dengan menerbitkan Surat Penolakan Pengurusan
Piutang Negara dalam hal:

a. kelengkapan syarat-syarat penyerahan pengurusan


Piutang Negara tidak dapat dipenuhi oleh Penyerah
Piutang, sehingga tidak dapat dibuktikan adanya dan
besarnya Piutang Negara;
b. Penyerah Piutang dalam waktu 1 (satu) bulan sejak
tanggal surat permintaan konfirmasi, tidak memberikan
tanggapan; atau
c. Penyerah Piutang bukan berasal dari instansi pemerintah
dan bukan berasal dari badan-badan usaha.
LINK: STPPN

39

PANGGILAN
1.

2.

3.
4.
5.

6.

Panggilan dilakukan dengan surat panggilan pertama, dan


pangilan terakhir.
Panggilan ditujukan kepada diri pribadi dlm hal PH perorangan;
atau kpd direksi, komisaris, pengurus, firman atau pesero
pengurus badan hukum;
Panggilan terakhir 7 dilaksanakan 7 hari setelah tanggal
menghadap dalam surat panggilan;
Panggilan memuat identitas PH dan kewajiban yang harus
diselesaikan;
Dalam hal PH menghilang/tdk diketahui keberadaannya
dilakukan pengumuman panggilan melalui media
massa/papan pengumuman kantor Pelayanan;
Pihak ketiga sbg wakil PH hrs melengkapi dengan surat kuasa
khusus notariil/surat kuasa dibawah tangan dan fotokopi
identitas pemberi dan penerima kuasa.
40

Pernyataan Bersama
1.

Pernyataan Bersama tersebut adalah surat pernyataan


pengakuan dan pengukuhan hutang Penanggung
Hutang, hal ini ditunjukkan dari disepakatinya besarnya
piutang pegara yang harus diselesaikan Penanggung
Hutang; dan

2.

pada dasarnya Pernyataan Bersama tersebut adalah


Grosse Acte yang mempunyai kekuatan pelaksanaan
seperti putusan Hakim dalam perkara perdata yang
berkekuatan pasti dan tidak dapat dibanding dan dikasasi
(inkracht van gewijsde), mengingat Pernyataan Bersama
berkepala/berirah-irah Demi Keadilan Berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa;

41

PERNYATAAN BERSAMA
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Dilakukan setelah wawancara, yang dituangkan dalam BA


tanya jawab dengan di ttd oleh PH, kepala kantor/pejabat
yang ditunjuk dan 2 org saksi (21 thn/telah menikah);
Berdasarkan BA tanya jawab dibuat PB yg di ttd oleh Panitia
Cabang, PH dan 2 org saksi.
PH meninggal, PB di ttd ahli waris; Kuasa PHPB dibuat dgn
kuasa PH.
Jangka waktu maksimal pembayaran dalam PB 12 bulan
Dalam hal dilakukan angsuran tdk boleh lebih dari setiap
triwulanan;
PB tidak sanggup PH mengakui hutang tapi tidak sanggup
menyelesaikan dlm jangka waktu 12 bulan;
Perubahan piutang negara dilakukan dengan surat
pemberitahuan perubahan besaran piutang negara yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari PB
LINK: PB

42

Peringatan PB
1. PH tidak membayar angsuran dalam
PB dalam 7 hari kerja;
2. Surat peringatan PB dapat diterbitkan
lebih dari 1 (satu) kali setiap kali PH
melakukan tunggakan;

43

Penetapan Jumlah Piutang Negara


(PJPN):
Panitia Cabang menerbitkan Surat Keputusan Penetapan
Jumlah Piutang Negara, dalam hal Pernyataan Bersama
tidak dapat dibuat karena:
a. Penanggung Hutang tidak mengakui jumlah hutang baik
sebagian atau seluruhnya, tetapi tidak dapat
membuktikan;
b. Penanggung Hutang mengakui jumlah hutang, tetapi
menolak menandatangani Pernyataan Bersama tanpa
alasan yang sah; atau
c. Penanggung Hutang tidak memenuhi panggilan
dan/atau pengumuman panggilan.
Perubahan piutang negara melalui
pemberitahuankoreksi/perubahan besaran piutang negara
yg merupakan bagiantidak terpisah dari PJPN
LINK: PJPN

44

Surat Paksa : surat perintah yang diterbitkan oleh Panitia


Cabang kepada Penanggung Hutang untuk membayar
sekaligus seluruh hutangnya dalam jangka waktu 1 X 24
jam terhitung sejak tanggal diberitahukan.
Surat Paksa diterbitkan dalam hal:
a. Penanggung Hutang tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan
dalam Pernyataan Bersama, setelah terlebih dahulu diberi
peringatan tertulis;
b. Penanggung Hutang menandatangani Pernyataan Bersama
namun tidak sanggup menyelesaikan hutang dalam jangka waktu
yang ditetapkan dalam PB tersebut; atau
c. telah diterbitkan Surat Keputusan Penetapan Jumlah Piutang
Negara (PJPN).
Surat Paksa diterbitkan dan ditandatangani oleh PUPN Cabang.

45

PENYITAAN
Penyitaan merupakan tindakan hukum dalam bentuk
keputusan, penetapan dari instansi yang diberi wewenang
berdasarkan undang-undang yang berlaku untuk menyita
barang milik seseorang yang kalah dalam suatu perkara di
pengadilan atau dalam kedudukannya sebagai debitur.
Penyitaan dilakukan terhadap barang milik Penanggung
Hutang dan/atau Penjamin Hutang.
Dalam hal Barang Jaminan tidak ada atau diperkirakan
nilainya tidak dapat menutup sisa hutang, penyitaan dapat
dilakukan terhadap Harta Kekayaan Lain.

LINK: PENYITAAN

46

LELANG BARANG SITAAN


Penjualan barang sitaan melalui lelang dilakukan jika
Penanggung Hutang tidak menyelesaikan seluruh hutangnya
kepada negara walaupun barang jaminan dan/atau harta
kekayaan lain miliknya telah disita.
Pelelangan tersebut dilaksanakan oleh KPKNL berdasarkan
Surat Perintah Penjualan Barang Sitaan (SPPBS) yang
ditandatangani oleh Ketua PUPN.
Kepala KPKNL selaku Ketua/ anggota PUPN Cabang
menetapkan nilai limit barang yang akan dilelang dengan
berpedoman kepada hasil taksasi Tim Penilai dalam laporan
penilai yang masih berlaku

LINK: LELANG BARANG SITAAN

47

Upaya Hukum/Kewenangan lain PUPN/DJKN dalam


Pengurusan Piutang Negara:
1.

pencegahan bepergian ke luar wilayah Republik Indonesia


terhadap Penanggung Hutang dan/atau Penjamin Hutang
yang memenuhi syarat;

2.

pelaksanaan sandera/paksa badan terhadap Penanggung


Hutang dan/atau Penjamin Hutang yang memenuhi syarat;

3.

Pemblokiran barang jaminan/harta kekayaan lain yang tidak


diikat dengan hak tanggungan/fidusia.

4.

Pemblokiran harta kekayaan berupa rekening pada Bank atau


surat berharga yang diperjual belikan di bursa efek.

5.

Pemeriksaan atas diri Penanggung Hutang dan/atau Penjamin


Hutang dan/atau atas harta kekayaan Penanggung Hutang
dan/atau Penjamin Hutang;

48

Pencegahan Bepergian Ke Luar Wilayah RI:


Pencegahan dapat dilakukan sejak SP3N diterbitkan.
Pencegahan dilaksanakan dengan memperhatikan efektivitas
dan efisiensi.
Pencegahan dapat dilakukan dalam hal:
a. sisa hutang:
1. lebih dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah); atau
2. kurang dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) tetapi
objek Pencegahan sering bepergian keluar wilayah Republik
Indonesia;
b. objek pencegahan beritikad tidak baik; dan
c. nilai Barang Jaminan diperkirakan tidak menutup sisa hutang.

49

Paksa Badan:
Penyanderaan (gijzeling) sebagaimana dimaksud dalam UU
Nomor 49 Prp Tahun 1960, yaitu pengekangan kebebasan
untuk sementara waktu terhadap diri pribadi Penanggung
Hutang atau pihak lain yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku harus bertanggung
jawab.
Paksa Badan bersifat sementara waktu terhadap Objek
Paksa Badan di tempat Paksa Badan.

Obyek Paksa Badan Penanggung Hutang, Penjamin


Hutang, Pemegang Saham dan/atau ahli waris.

Tempat Paksa Badan tempat tertentu yang tertutup,


mempunyai fasilitas terbatas, dan mempunyai sistem
pengamanan serta pengawasan memadai, yang digunakan
untuk pelaksanaan Paksa Badan.
LINK: PAKSA BADAN

50

PEMBLOKIRAN BARANG JAMINAN / HARTA KEKAYAAN


LAIN YANG TIDAK DIIKAT HT/FIDUSIA
A. Pemblokiran wajib dilakukan terhadap barang milik
Penanggung Hutang (bukan barang jaminan) yang
tidak dibebani Hak Tanggungan/Fidusia dalam rangka
pengamanan penyelesaian hutang.
B. Dilaksanakan dengan cara menerbitkan Surat
Pemblokiran yang ditandatangani oleh Kepala KPKNL
dan ditujukan kepada Instansi yang berwenang
melakukan pemblokiran, seperti:
1. Kantor Pertanahan untuk memblokir dokumen yang
terkait dengan hak atas tanah dan bangunan; atau
2. Kantor SAMSAT untuk memblokir dokumen
kendaraan.
51

PEMBLOKIRAN REKENING PH/PjH PADA BANK ATAU SURAT


BERHARGA YANG DIPERJUALBELIKAN DI BURSA EFEK
Pemblokiran Rekening atau Surat berharga efek milik PH/PjH
di Bank dapat dilakukan agar rekening tersebut dapat
dilakukan penyitaan.
Pemblokiran terhadap Harta Kekayaan Lain yang tersimpan
pada bank / surat berharga efek dilaksanakan setelah
mendapatkan izin tertulis dari Pimpinan Otoritas Jasa
Keuangan.
Izin tertulis dari Otoritas Jasa Keuangan tersebut diperlukan
untuk mencegah terjadinya pelanggaran ketentuan tentang
rahasia bank (sebagaimana yang diatur dalam Undangundang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor
10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan).
52

PEMERIKSAAN PH/PjH/HARTA KEKAYAAN PH/PjH


1. Pemeriksaan adalah serangkaian upaya yang dilakukan oleh
Pemeriksa guna memperoleh informasi dan/atau bukti-bukti
dalam rangka penyelesaian Piutang Negara (vide Pasal 1 PMK
128/PMK.06/2007)
2. Tujuan Pemeriksaan adalah untuk menyelesaikan pengurusan
piutang negara dengan cara meneliti, mencari dan
mengumpulkan bukti-bukti/dokumen dan informasi atas diri,
harta kekayaan, kemampuan dan/atau keberadaan
Penanggung Hutang dan/atau Penjamin Hutang serta fisik
barang jaminan yang belum diketemukan
3. Obyek Pemeriksaan:
a. Penanggung Hutang, Penjamin Hutang, atau pemegang
saham.
b. Kemampuan Penanggung Hutang
c. Harta Kekayaan Lain dari penanggung hutang
d. Fisik Barang Jaminan
53

PENDEKATAN NON EKSEKUSI


DALAM
PENGURUSAN PIUTANG NEGARA
1.
2.
3.
4.

Penjualan Barang Jaminan Tidak Melalui Lelang


Penebusan Barang Jaminan
Pendayagunaan Barang Jaminan
Pemberian Keringanan Penyelesaian Hutang

54

Permohonan Penjualan Barang


Jaminan Tanpa Melalui Lelang:

Penanggung Hutang atau Penjamin Hutang selaku pemilik


Barang Jaminan dan/atau Harta Kekayaan Lain dapat
mengajukan permohonan Penjualan tanpa melalui lelang
untuk penyelesaian hutang.
Permohonan penjualan tanpa melalui lelang dapat
diajukan pada semua tingkat pengurusan.
Persetujuan penjualan tanpa melalui lelang ditetapkan oleh
Panitia Cabang dengan ketentuan:
a. berpedoman pada Laporan Penilaian yang masih
berlaku; dan
b. nilai persetujuan paling sedikit sama dengan Nilai Pasar.

55

Permohonan Penjualan Barang


Jaminan Tanpa Melalui Lelang:
Dikecualikan dari ketentuan di atas, persetujuan penjualan
tanpa melalui lelang dengan nilai sampai dengan
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dapat disetujui tanpa
dilakukan Penilaian lebih dulu; dalam hal :
a. Penyerah Piutang menyetujui, menyatakan tidak
keberatan, atau menyerahkan keputusan penjualan
kepada Panitia Cabang/Kantor Pelayanan; dan
b. nilai persetujuan tidak lebih rendah dari Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP).

56

Permohonan Penebusan
Barang Jaminan:
Penjamin Hutang dapat mengajukan permohonan untuk
menebus Barang Jaminan miliknya.
Penebusan tidak boleh diajukan oleh Penanggung Hutang
atau Penjamin Hutang yang menjamin seluruh hutang
Penanggung Hutang
Nilai Penebusan yang ditetapkan ditambah Biaya Administrasi
Pengurusan Piutang Negara.
Sejak permohonan Penebusan diterima Kantor Pelayanan sampai
terbitnya Keputusan Panitia Cabang tentang Penebusan, Kantor
Pelayanan tidak melakukan tindakan hukum pengurusan Piutang
Negara lebih lanjut.
Tindakan hukum pengurusan Piutang Negara dapat dilaksanakan
terhadap barang lain yang tidak diajukan permohonan untuk
ditebus.

57

PENDAYAGUNAAN BARANG JAMINAN


1.

2.

Dapat dilakukan sewa menyewa/kontrak yang hasilnya digunakan


untuk pembayaran hutang, dengan cara membuat perjanjian
dalam bentuk sewa-menyewa Barang jaminan dengan ketentuan:
a. Permohonan sewa-menyewa diajukan oleh Penanggung
Hutang, dan/atau Pemilik Barang Jaminan;
b. sewa-menyewa disepakati oleh Kantor Pelayanan, Penyerah
Piutang, Penanggung Hutang, dan Pemilik Barang Jaminan;
c. jangka waktu sewa-menyewa ditetapkan paling lama 2
(dua) tahun;
d. tidak menghalangi proses pengurusan Piutang Negara
terhadap Barang jaminan lainnya dan/atau Harta Kekayaan
Lain; dan
e. perjanjian sewa-menyewa antara Pemilik Barang Jaminan
dengan Penyewa dibuat dengan akta notaris.
Perjanjian sewa-menyewa dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali

58

PENYERAHAN DOKUMEN ASLI BARANG JAMINAN


1. Penanggung Hutang atau Penjamin Hutang, dalam hal Piutang
Negara dinyatakan lunas;
2. Penyerah Piutang, dalam hal pengurusan Piutang Negara dinyatakan
selesai;
3. Penyerah Piutang atau pihak yang berwenang, dalam hal barang
dan/atau dokumen disita dalam perkara pidana;
4. Pejabat Lelang, dalam hal barang telah laku terjual melalui lelang;
5. Pembeli dengan diketahui pemilik barang atau pemilik barang
dengan diketahui pembeli, dalam hal barang telah terjual tanpa
melalui lelang dan pembeli telah melunasi pembayarannya; atau
6. Penjamin Hutang, dalam hal barang telah ditebus dan uang
penebusan telah dibayarkan seluruhnya.
7. Dapat kepada Penjamin Hutang yang melunasi hutang namun harus
membuat pernyataan sanggup menanggung risiko yang mungkin
timbul dan membebaskan KPKNL dan PP dari segala tuntutan PH.
8. Ahli waris PH/PjH, dengan harus mendapat kuasa dari ahli waris lain
dan membuat pernyataan sanggup menanggung risiko yang
mungkin timbul dan membebaskan Kantor Pelayanan dan Penyerah
Piutang dari segala tuntutan.

59

Kewenangan Pemberian Keringanan


Hutang:
Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan diberi
kewenangan untuk memberikan keringanan hutang dalam
bentuk:
a. keringanan jumlah hutang yang menyangkut bunga,
denda, dan/atau ongkos/beban lainnya;
b. keringanan jangka waktu penyelesaian hutang;
c. keringanan jumlah hutang yang menyangkut bunga,
denda, dan/atau ongkos/beban lainnya sekaligus
keringanan jangka waktu; atau
d. Konversi satuan mata uang asing ke dalam satuan mata
uang rupiah.
Dikecualikan dari ketentuan a, c dan d, keringanan jumlah
hutang tidak diberikan terhadap piutang negara berupa
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
60

Batasan kewenangan keringanan oleh Kepala Kanwil:


pokok kredit/hutang lebih dari Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), atau
satuan mata uang asing yang setara; berupa:
1.
bunga, denda, dan/atau ongkos/beban lainnya sampai dengan 100%
(seratus persen);
2.
jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun untuk pokok kredit/hutang
paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);
3.
jangka waktu paling lama 7 (tujuh) tahun untuk pokok kredit/hutang
lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);
4.
bunga, denda, dan/atau ongkos/beban lainnya sampai dengan 100%
(seratus persen) sekaligus keringanan jangka waktu paling lama 5
(lima) tahun untuk pokok kredit/hutang paling banyak Rp
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);
5.
bunga, denda, dan/atau ongkos/beban lainnya sampai dengan 100%
(seratus persen) sekaligus keringanan jangka waktu paling lama 7
(tujuh) tahun untuk pokok kredit/hutang lebih dari Rp 5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).

61

Batasan kewenangan keringanan oleh Kepala KPKNL


pokok kredit/hutang paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah), atau satuan mata uang asing yang setara,
berupa:

1. bunga, denda, dan/atau ongkos/beban lainnya sampai


dengan 100% (seratus persen);
2. jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun
3. bunga, denda, dan/atau ongkos/beban lainnya sampai
dengan 100% (seratus persen) sekaligus keringanan
jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun.
Catatan: Pokok kredit/hutang adalah pokok kredit/hutang
yang tercantum dalam perjanjian kredit, perjanjian lain yang
sejenis, atau keputusan pejabat yang berwenang.
62

STATUS BKPN SETELAH PENGURUSAN


PIUTANG NEGARA SECARA OPTIMAL
1. Surat Pernyataan Piutang Negara
Lunas (SPPNL)
2. Surat Pernyataan Piutang Negara
Selesai (SPPNS)
3. PENGEMBALIAN
4. Piutang Negara Sementara Belum
Dapat Tertagih (PSBDT)

63

1. SPPNL Diterbitkan dalam hal piutang negara dan


Biad PPN telah dilunasi.
2. SPPNS Diterbitkan dalam hal BKPN ditarik oleh
penyerah piutang untuk tujuan
restrukturisasi/penyelesaian piutang pada penyerah
piutang.
3. PENGEMBALIAN Diterbitkan dalam hal terdapat
kekeliuran penyerahan, piutang terkait perkara
Pidana, Penyerah Piutang tidak kooperatif, Putusan
lembaga peradilan yang incracht dan piutang di
eks- Provinsi Timor-Timur.
Pengembalian piutang BUMN/BUMD akibat PMK
168/PMK.06/2013 atas Putusan MK No.77/PUU-IX/2011

64

Piutang Negara Sementara Belum


Dapat Ditagih(PSBDT)
Piutang Negara ditetapkan sebagai Piutang Negara
Sementara Belum Dapat Ditagih, dalam hal masih terdapat
sisa Piutang Negara, namun:
a. Penanggung Hutang tidak mempunyai kemampuan
untuk menyelesaikan atau tidak diketahui tempat
tinggalnya; dan
b. Barang Jaminan tidak ada, telah terjual, ditebus, atau
tidak lagi mempunyai nilai ekonomis.
Nilai ekonomis sebagaimana dimaksud pada huruf b di atas
ditentukan berdasarkan Laporan Penilaian bahwa barang
jaminan mempunyai nilai jual yang rendah atau sama sekali
tidak mempunyai nilai jual.

65

TERIMA KASIH

66

Anda mungkin juga menyukai