Disusun oleh :
Herman Tumanggor (200200049)
FAKULTASHUKUM
UNIVERSITASSUMATERAUTARA
PERBEDAAN PELANGGARAN DAN KEJAHATAN,
GRATIFIKASI DENGAN SUAP DAN PENAFSIRAN ASAS
PROPORSIONALITAS DENGAN ASAS PERSAMAAN DI
DALAM HUKUM
Herman Tumanggor
ABSTRAK
Hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik bersamaan dengan hukum tata negara
dan Hukum administrasi negara. Dikatakan hukum publik karena hukum pidana menurut
pengertiannya mengatur tentang ketentuan-ketentuan publik atau dengan kata lain hukum
pidana mengatur tentang kejahatan kejahatan dan pelanggaran-pelanggaran terhadap
ketentuan umum yang mana dapat diberi sanksi atau hukuman. Dari pengertiannya kita
mengetahui ada dua hal yang harus diketahui apa itu kejahatan dan apa itu pelanggaran. Jika
kita mengambil pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan kita dapat mengambil
contoh yaitu gratifikasi dan suap yang keduanya memiliki persamaan dan juga perbedaan dan
disini saya akan menerangkan perbedaan dari gratifikasi dan suap tersebut. hukum pidana
juga ada dikenal bermacam-macam asas sebagai payung dari berlakunya hukum pidana
tersebut dua diantaranya yaitu asas proporsionalitas dan asas persamaan didalamhukum dan
kedua asas ini akan saling berbeda pandang jika dikaitkan dengan kasus yang sama-sama
berkaitan dengan kedua asas ini
KEJAHATAN PELANGGARAN
Dalam banyak kasus yang ditangani komisi pemberantasan korupsi (KPK) , pejabat negara
Arab segera tindak pidana terkait gratifikasi dan suap.
Ketentuan gratifikasi diatur dalam pasal 12 B undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang
perubahan atas undang-undang nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi (UU TIPIKOR).
Pasal 12B mengatur, setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan
kewajiban atau tugasnya.
Kemudian berdasarkan pasal 12C ayat (1) , pemberian gratifikasi tidak dianggap suap jika
penerima melaporkannya kepada KPK.
Dalam arti luas, gratifikasi meliputi pemberian uang, barang, rabat (diskon),komisi, pinjaman
tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan Cuma
Cuma,dan lain-lain.
Misalnya pengusaha memberi hadiah voucher belanja kepada pegawai negeri sipil atau PNS
karena merasa terbantu dalam pengurusan perizinan.
Sedangkan tindakan suap bersifat transaksional. Artinya ada agenda pertemuan antara
pemberi dan penerima,egiatan suap itu umumnya dilakukan secara tertutup.
Wakil menteri hukum dan HAM Edward Omar Sharif hiariej dalam program hukum yang
tayang di Kompas TV mengatakan, supaya tindakan yang dilandasi oleh kesepakatan antara
pemberi dan penerima dalam gratifikasi tidak ada kesepakatan antara pemberi dan penerima.
Eddy hiariej, mengatakan an3 memperhatikan ketentuan pasal disebutkan setiap gratifikasi
dianggap sebagai pemberian suap
maka pertanyaan masyarakat awam yakni mengapa gratifikasi tidak dimasukkan ke suap
saja?
Kata EddyJadi menyebabkan perbedaan antara tindakan suap dan gratifikasi dalam kasus
penerimaan pegawai. Jika kepala kantor yang PNS oleh seorang calon pegawai yang
memohon agarditerima dan menjanjikan akan memberi misalnya Rp 200 juta agar diterima,
kemudian permintaan itu disetujui oleh kepala kantor tersebut maka kegiatan itu masuk
dalam tindakan suap.
“Dan pada saat dia diterima, dia datang memberikan uang tersebut, itu namanya suap karena
apa? “Karena ada kesepakatan” ucap Eddy
Dalam contoh kasus yang sama dapat disebut gratifikasi jika tidak ada pertemuan antara
kepala kantor dengan calon pegawai.
Kemudian calon pegawai datang setelah diterima dan memberikan sejumlah uang sebagai
tanda terima kasih.
“ternyata di situ ada perbedaannya perbedaannya itu tadi dia yang satu ada kesepakatan yang
satu lagi tidak ada kesepakatan”
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Lihat Foto