0854-2031
ABSTRACT
Bribery is part of corruption crime where bribing (bribe) be one of crime type that is
most difficult of the verification, which because good of giver bribes (active) and also
receiver bribes (passive) be itself crime perpetrator, therefore in the eradication, big
possibility that giver bribes and receiver to bribe to be each other protect one
another, that the crime becoming not can be asked it the responsibility. Verification of
visible bribery crime elements from character is fighting against formal law and
material.
ABSTRAK
Penyuapan merupakan bagian dari tindak pidana korupsi dimana suap (bribe) adalah
salah satu jenis tindak pidana yang paling sulit pembuktiannya, hal mana karena baik
pemberi suap (aktif) maupun penerima suap (pasif) adalah sama-sama pelaku tindak
pidana itu sendiri, oleh karena itu dalam pemberantasannya, besar kemungkinan
bahwa pemberi suap dan penerima suap akan saling melindungi satu sama lain, agar
tindak pidana tersebut menjadi tidak dapat dimintakan pertanggungjawabannya.
Pembuktian unsur-unsur tindak pidana penyuapan dapat dilihat dari sifat melawan
hukum formil dan materiil.
memperkaya diri sendiri atau orang lain perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan,
dengan melawan hukum yang dapat atau agar penerima suap tidak melakukan
merugikan keuangan negara atau perbuatan yang seharusnya dilakukan,
perekonomian negara atau perbuatan adalah suatu kejahatan yang menggerogoti
meyalahgunakan kewenangan, kesempatan kepastian dan perlindungan hukum bagi
atau sarana yang ada padanya karena masyarakat, dan dalam jangka waktu
jabatan atau kedudukan dengan tujuan panjang akan merusak kepercayaan
menguntungkan diri sendiri atau orang lain masyakat pada hukum itu sendiri.
serta dapat merugikan keuangan negara Perubahan dan pembaharuan
atau perekonomian negara”. Termasuk hukum, seperti pembaharuan Undang-
dalam pengertian tindak pidana korupsi undang yang terkait dengan pemberantas
adalah suap terhadap pejabat atau pegawai an korupsi dan hukum acara pidana
negeri1. (KUHAP) sebagai ujung tombak penegak
Undang-undang yang secara khusus kan hukum pun sangat dinanti-nantikan
mengatur tindak pidana suap adalah UU oleh masyarakat, sehingga diharapkan
No. 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana dapat menutup celah-celah bagi oknum
Suap (penyuapan/omkoping). Pasal 2 dan yang nakal. Selain itu yang tidak kalah
Pasal 3 UU Tindak Pidana Suap adalah, dua penting adalah integritas dari aparat
bentuk penyuapan yaitu penyuapan aktif penegak hukum itu sendiri, sebab apakah
(Active Omkoping) dan penyuapan Pasif yang dapat diharapkan lagi, jika aparat
(Passive Omkoping). Disebut penyuapan penegak hukum sendiri pun melanggar
aktif (Active Omkoping) Karena subyeknya hukum.
melakukan usaha menyuap, dan disebut Tujuan dari Penulisan ini adalah
penyuapan pasif (Passive Omkoping) untuk mengetahui bagaimana pembuktian
karena subyeknya tidak melakukan usaha unsur sifat melawan hukum dalam tindak
atau menerima pemberian dan mengikuti pidana penyuapan.
kehendak pemberi/penyuap.
Sedangkan dalam UU No. 31 Tahun PEMBAHASAN
1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Penyuapan
penyuapan seperti yang diamanatkan oleh
Undang-undang sebelumnya. Bagi Suap (bribery) semula dari asal kata
penyuap (active omkoping) telah diatur briberie (Perancis) yang artinya “begging”
pada Pasal 5 dan Pasal 6 yang (mengemis) atau “vagrancy” (peng
mengakomodir Pasal 209 KUHP dan 210 gelandangan) dalam bahasa latin disebut
KUHP, sedangkan bagi yang disuap briba, yang artinya a piece of bread given to
(passive omkoping) diatur dalam Pasal 11 beggar (sepotong roti yang diberikan
dan Pasal 12 yang mengakomodir Pasal 418 kepada pengemis). Dalam perkembangan
KUHP, 419 KUHP, 420 KUHP, Pasal 423 nya bermakna “sedekah” (elas), “blackmail
KUHP, Pasal 425 KUHP dan Pasal 435 atau extortion” (pemerasan) dalam
KUHP2. kaitannya dengan “gifts received or given
Karena tanpa disadari, secara in order to influerence corruptly”
perlahan namun pasti, perilaku suap dengan (pemberian atau hadiah yang diterima atau
tujuan agar penerima suap melakukan diberikan dengan maksud untuk mem
1 Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi (Edisi
pengaruhi secara jahat atau korup)3
Kedua), Sinar Grafika, Bandung, 2007, hal 23
2 Lilik Mulyadi, Tindak Pidana Korupsi di 3 Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Ditinjau
Indonesia, Normatif, Teoritis, Praktik dan Dari Hukum Pidana, Pusat Studi Hukum Pidana,
Masalahnya, Alumni, Bandung, 2007 hal 45 Jakarta, 2001 HAL 32
Suap dalam berbagai bentuk, sering disebut sebagai bentuk dasar dari
banyak dilakukan di tengah-tengah tindak pidana korupsi. Kriminalisasi
kehidupan masyarakat. Bentuk suap antara terhadap tindak pidana suap mempunyai
lain dapat berupa pemberian barang, uang alasan yang sangat kuat sebab kejahatan
sogok dan lain sebagainya. Adapun tujuan tersebut tidak lagi dipandang sebagai
suap adalah untuk mempengaruhi kejahatan konvensional, melainkan sebagai
pengambilan keputusan dari orang atau kejahatan luar biasa (extra ordinary crime)
pegawai atau pejabat yang disuap. karena karakter suap yang sangat
Ketentuan baru yang mengatur kriminogen (dapat menjadi sumber
tentang penyuapan dalam UU TPK yang kejahatan lain), dan viktimogen (secara
mulai diundangkan dengan UU No 3 Tahun potensial dapat merugikan pelbagai
1971 dan kemudian diganti dengan UU No. dimensi kepentingan).
31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001. Dengan demikian seseorang yang
Tetapi semua ketentuan tentang suap terlibat dalam perbuatan suap menyuap
tersebut dioper dari KUH Pidana dalam sebenarnya harus malu apabila menghayati
kaitan dengan tindak pidana jabatan (ambs makna dari kata suap yang sangat tercela,
delicten). dan bahkan sangat merendahkan martabat
Dalam kamus besar Bahasa kemanusiaan, terutama bagi si penerima
Indonesia, suap diartikan sebagai pemberi suap.
an dalam bentuk uang atau uang sogok
kepada pegawai negeri. Dalam arti yang Unsur-Unsur Tindak Pidana
lebih luas suap tidak hanya dalam uang saja,
tetapi dapat berupa pemberian barang, rabat Istilah tindak pidana adalah berasal
(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, dari istilah yang dikenal dalam hukum
tiket perjalanan, fasilitas penginapan, pidana Belanda yaitu “ Het strafbaar feit”.
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma Istilah ini terdapat dalam WvS Belanda
dan fasilitas lainnya yang diberikan kepada dengan demikian juga Wvs Hindia Belanda
pegawai negri atau pejabat negara yang (KUHP), Strafbaar feit terdiri dari 3 kata,
pemberian tersebut dianggap ada hubungan yakni starf, baar dan feit. Secara literlijk
dengan jabatanya dan berlawanan dengan kata starf artinya pidana baar artinya dapat
kewajiban atau tugasnya sebagai pegawai atau boleh dan feit artinya perbuatan.
negeri atau pejabat negara. Sehingga Perumusan “ Het Strafbaar feit”
Perbuatan suap dilakukan oleh mengandung beberapa pengertian :
seorang kepada pihak lain baik pegawai 1. Perbuatan yang dapat / boleh dihukum
negeri, pejabat negara maupun kepada 2. Peristiwa Pidana
pihak lain yang mempunyai kewenangan / 3. Perbuatan Pidana
pengaruh. Pemberi suap memperoleh hak- 4. Tindak Pidana
hak, kemudahan atau fasilitas tertentu. Tindak pidana (Straffbaarfeit)
Perbuatan suap pada hakekatnya bertentang menurut Moeljatno dibedakan dapat
an dengan norma sosial, agama dan moral. dipidananya perbuatan dan dapat dipidana
Selain itu juga bertentangan dengan nya orang. Dibedakan pula perbuatan
kepentingan umum serta menimbulkan pidana (criminal act) dengan pertanggung
kerugian masyarakat dan membahayakan jawaban pidana (criminal reponsibility /
4
keselamatan negara. liability).
Suap menyuap bersama-sama Menurut Moeljatno, unsur-unsur
dengan penggelapan dana - dana publik tindak pidana :
a. Perbuatan manusia
4 K. Wantjik, Tindak Pidana, Ghalia Indonesia, b. Memenuhi rumusan Undang-undang
Jakarta, 2002, hal 28
aturan yang mengatur perbuatan Sedangkan jika bersifat melawan hukum ini
tersebut. dicantumkan dalam rumusan delik, maka
b. Melawan hukum Materiil, jika perbuat bersifat melawan hukum itu harus
an yang dilakukan, menimbulkan diselidiki. Dalam rangka penuntutan /
ketidakadilan atau keresahan di dalam mengadili harus terbukti bersifat melawan
masyarakat. hukum tersebut, justru dicantumkannya
Dalam sistem perundang-undangan bersifat melawan hukum dalam norma
hukum pidana yang berlaku sekarang, delik, menghendaki penelitian apakah
ternyata bersifat melawan hukum (dari tindakan itu bersifat melawan hukum atau
suatu tindakan) tidak selalu dicantumkan tidak.
sebagai salah satu unsur delik. Akibatnya Sedangkan bersifat melawan
timbul persoalan, apakah sifat melawan hukum material, harus dianggap ada dalam
hukum harus selalu dianggap sebagai salah setiap delik, walaupun tidak dengan tegas
satu unsur delik, walaupun tidak dirumuskan. Ajaran melawan hukum
dirumuskan secara tegas, ataukah hanya material mengisyaratkan bahwa pengertian
dipandang sebagai unsur dari suatu delik. hukum yang merupakan salah satu kata
Simons dan Moelyatno, mengarti yang terdapat dalam bersifat melawan
kan bersifat melawan hukum berarti hukum, tidak hanya didasarkan pada
bertentangan dengan bertentangan dengan undang-undang saja, tetapi kepada yang
hukum pada umumnya. Tetapi dalam lebih luas lagi, yaitu asas-asas umum yang
7
hubungan bersifat melawan hukum sebagai berlaku sebagai hukum.
salah satu unsur dari suatu delik harus selalu Dengan perkataan lain bersifat
berpegangan kepada norma delik sebagai melawan hukum berarti harus dapat
mana dirumuskan dalam undang-undang dirasakan sebagai tidak boleh terjadi,
hukum pidana. bertentangan dengan kepatutan yang
Jika ada perselisihan mengenai ada terdapat dalam masyarakat, atau lebih tepat
tidaknya sifat melawan hukum dari suatu jika diartikan dengan tidak boleh terjadi
tindakan, hakim tetap terikat pada dalam rangka pengayoman hukum dan
perumusan undang-undang, artinya yang perwujudan cita-cita masyarakat.
harus dibuktikan hanyalah yang dengan
tegas dirumuskan dalam undang-undang Pembuktian Unsur Tindak Pidana
dalam rangka usaha pembuktian. Penyuapan
Seseorang yang melakukan suatu
tindakan yang bersifat melawan hukum, Seperti kita ketahui bahwa Penyuap
tidak selalu diancam dengan pidana an merupakan bagian dari korupsi, dimana
menurut undang-undang hukum pidana, dalam beberapa unsur untuk meng
dengan perkataan lain karena hukum tidak identifikasi penyuapan dalam ketentuan
saja mencakup hukum pidana, melainkan UU No. 31 Tahun 199 jo UU No. 21 tahun
juga mencakup hukum perdata, 2001 adalah :
administrasi, tata negara yang diancam 1. Melawan Hukum.
dengan pidana berupa tindakannya. 2. Memperkaya diri sendiri atau orang lain
Sedangkan bersifat melawan atau korporasi.
hukum formal dalam hubungannya dengan 3. Dapat merugikan keuangan negara atau
perumusan suatu delik, dirumuskan dalam perekonomian negara.
suatu delik, tidak perlu lagi diselidiki 4. Bertujuan menguntungkan diri sendiri
tentang bersifat melawan hukum itu. atau orang lain atau suatu korporasi.
Karena dengan sendirinya seluruh tindakan
itu sudah bersifat melawan hukum.. 7 Robert Klitgard, Membasmi Korupsi, Yayasan
Obor Indonesia, 2000 hal 73
janji tetap harus ada dugaan terlebih dahulu hukum kodifikasi dengan memuat norma,
dari Jaksa Penuntut Umum. sanksi dan asas hukum yang disusun secara
Definisi suap menerima gratifikasi khusus menyimpang, karena kebutuhan
dirumuskan pada penjelasan Pasal 12B UU msyarakat terhadap hukum pidana yang
PTPK 2001 dan dari penjelasan Pasal 12B mengandung peraturan dari anasir-anasir
9
ayat (1) dapat ditarik beberapa kesimpulan kejahatan Inkonvensional.
seperti pengertian suap aktif, artinya tidak
bisa untuk mempersalahkan dan mem KESIMPULAN
pertanggungjawabkan dengan menjatuh
kan pidana pada pemberi suap gratifikasi Pembuktian unsur melawan hukum
menurut pasal ini. dalam tindak pidana penyuapan harus
Asas dalam hukum pidana yaitu memenuhi unsur-unsur dalam Undang-
Presumption of Innocence, yang hanya undang No. 31 tahun 1999 jo Undang-
diterapkan terhadap perkara-perkara undang No. 21 tahun 2001 tentang tindak
tertentu (certain cases), yaitu yang pidana korupsi, karena penyuapan
berkaitan dengan delik korupsi khususnya merupakan bagian dari Korupsi, unsur-
terhadap delik baru pemberian yang unsur nya yaitu:
berkaitan dengan suap. Gratifikasi ini a. Melawan Hukum.
ditujukan kepada pegawai negeri dalam arti b. Memperkaya diri sendiri atau orang lain /
luas dan penyelenggara negara (vide Pasal 2 korporasi.
UU No. 28 tahun1999) dan telah c. Dapat merugikan keuangan negara atau
melakukan pekerjaan bertentangan dengan perekonomian negara.
kewajibannya. Pemberian dianggap suap d. Bertujuan menguntungkan diri sendiri
sampai dibuktikan bukan suap oleh atau orang lain atau suatu korporasi.
penerima suap. e. Menyalahgunakan kewenangan, ke
Batasan untuk kepentingan umum sempatan atau sarana yang ada padanya
ditegaskan dalam Pasal 2,3 serta paragraf karena jabatan atau kedudukan.
ke 3 Undang-undang No 11 tahun 1980 Pembuktian unsur tindak pidana
tentang suap, termasuk untuk kepentingan penyuapan, khususnya bagi penyuap aktif
umum kewenangan dan kewajiban yang dan pasif bertentangan dengan sifat
ditentukan oleh kode etik profesi atau yang melawan hukum formil dan materiil,
ditentukan oleh organisasi masing-masing. dimana melawan hukum formil perbuatan
Hukum pidana khusus dibentuk tersebut sudah diatur dalam Undang-
dimaksudkan agar mendapatkan pengertian undang, sedangkan melawan hukum
yang lebih luas yang berkaitan dengan materiil, perbuatan tersebut dianggap
hukum pidana material dan hukum pidana meresahkan masyarakat.
formal, selain itu juga dimaksudkan agar
urutan hukum yang ada dapat menang SARAN
gulangi tipe, derajat dan sifat kejahatan
yang hidup dan berkembang dalam Tindak Pidana Penyuapan merupa
msyarakat. kan bagian dari tindak pidana korupsi, oleh
Hukum Pidana khusus diharapkan karena itu, dalam pemberantasannya tidak
dapat memperoleh penyempurnaan dari hanya melibatkan aparat penegak hukum
keseluruhan ilmu pengetahuan, asas-asas saja, tetapi juga masyarakat dan faktor
hukum pidana tanpa mencampur adukkan perangkat undang-undang yang
cara bekerjanya hukum pidana. Hukum
Pidana khusus mempunyai ciri mengatur 9 Leden Mapaung, Tindak Pidana Korupsi,
hukum pidana material yang berada di luar Pemberantasan dan Pencegahan, Djambatan,
Jakarta, 2001, hal 54