2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4205
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KREDIT DENGAN
SKRIPSI
Oleh :
NIM 140200246
DEPARTEMEN KEPERDATAAN
FAKULTAS HUKUM
MEDAN
2018
P
* Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
*** Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
ini. Skripsi ini berjudul : “Analisis Yuridis Terhadap Perjanjian Kredit Dengan
Lintongnihuta).
mungkin, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari sempurna, oleh karena keterbatasan ilmu pengetahuan, waktu,
tenaga serta literatur bacaan. Karena itu, penulis akan menerima dengan senang
yang tak ternilai harganya, oleh karena itu dengan rasa hormat, cinta dan kasih
dukungan baik moril maupun materil, mendengar setiap keluhan penulis, memberi
semangat, mendoakan serta mendidik penulis hingga menjadi pribadi yang lebih
Sumatera Utara, saudara-saudara penulis bang Lamhot, kak Fransiska, kak Lusi,
kak Novel, kak Ido, kak Kristin, Kak Yusni, Kakak Ipar Rooslin Bakara, Abang
Ipar bang Sianturi, bang Hombing, bang Regar, bang Munthe, dan bang Siahaan
kepada:
ini.
untuk melengkapi isi dari skripsi penulis, ibu Rumondang Siburian yang
10. Kelompok Kecil Penulis PKK Bang Maruli Sinaga,S.H, Kak Tri
11. UKM KMK USU UP FH yang menjadi wadah penulis untuk semakin
IPA 1, dan seluruh teman di FH USU yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
Penulis,
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...............................................................................................................
i
BAB I : PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 90
B. Saran ....................................................................................................
91
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
kesejahteraan rakyat yang adil dan merata di segala sektor sebagaimana yang
1 Djumialdji, Hukum Bangunan Dasar-Dasar Hukum Dalam Proyek dan Sumber Daya
Manusia, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hal.1
berikut 2:
perlindungan.
tetapi juga ketersediaan lapangan kerja yang lebih banyak, pendidikan yang
lebih baik, serta perhatian lebih besar terhadap nilai-nilai budaya dan
3. Perluasan pilihan ekonomi dan sosial yang tersedia bagi individu dan bangsa
sikap menghamba dan perasaan bergantung kepada orang dan negara bangsa
lain tetapi juga dari berbagai faktor yang menyebabkan kebodohan dan
kesengsaraan.
yang mengelola kekuatan potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
tidak sedikit sebagai modal yang merupakan salah satu faktor penting dalam
2 Michael P.Torado & Stephen C.Smith, Pembangunan Ekonomi, Edisi Kesebelas Jilid 1,
Erlangga, Jakarta, 2015, hal.11
Dalam kaitannya dengan fasilitas pemberian kredit, analisis terhadap fakta dan
bagian dari faktor-faktor yang mendukung analisis dan kesimpulan bahwa terdapat
keyakinan kreditor bahwa kredit yang diberikan dapat kembali dengan tepat
waktu. Dengan kata lain, istilah jaminan yang diistilahkan dengan jaminan
fasilitas kredit oleh lembaga perbankan dan non perbankan idealnya berdasarkan
faktor finansial yang tercakup pada 3 pilar yaitu prospek usaha, kinerja dan
dari tata susunan ekonomi, hal ini berarti bahwa dalam kegiatannya koperasi turut
mengambil bagian bagi tercapainya kehidupan ekonomi yang sejahtera , baik bagi
3 Try Widiyono, Agunan Kredit Dalam Financial Engineering, Ghalia Indonesia, Jakarta,
2013, hal. 3
4Ibid., hal.2
maka tujuan yang telah ditetapkan bersama akan lebih mudah untuk dicapai.5
masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan yang ada dengan bekerja
yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial dan
budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Dalam sejarah koperasi Indonesia
dapat ditarik benang merah bahwa Koperasi Indonesia lahir dan tumbuh dari
‘proses simpan pinjam’. Artinya koperasi yang ada saat ini diawali dari adanya
kegiatan simpan-pinjam. 7
Salah satu bentuk koperasi tersebut adalah koperasi
salah satu jenis koperasi yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 9
5 Zulfi Chair dan Aflah, Hukum Dagang dan Perkembangannya di Indonesia, Pustaka Bangsa
Press, Medan, 2016, hal. 136
6 R.T.Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, PT.Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2001, hal.1
7 Michell Eko Hardian, Jurnal Tesis: “Peranan Hukum dalam Pemberdayaan Credit
Union di Kalimantan Barat (studi pada Credit Union Lantang Tipo)”, Jurnal Nestor Magister
Hukum, Tanjung Pura, 2013, hal.7
8 R.T.Sutantya Rahardja Hadhikusuma,op.cit., hal.65
modalnya dari anggota, dikelola oleh anggota, dan disalurkan kembali untuk
Kredit (Inkopdit), yang dulu bernama Credit Union Counselling Office (CUCO).
Berdasarkan data Inkopdit tahun 2016, jumlah koperasi kredit yang ada di
Indonesia adalah sebanyak 914 koperasi, dengan jumlah anggota lebih dari 2,7
Fakta tersebut selaras dengan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi
Keuangan (SNLIK) tahun 2016 oleh Otoritas Jasa Keuangan yang menyebutkan
bahwa tingkat indeks literasi keuangan Indonesia telah meningkat 7,82 % menjadi
29,66 % pada tahun 2016 dari 21,84 % di tahun sebelumnya (2015). Salah satu
9 Erin Fadillah Sari, Meneropong Pajak Kredit Union, Direktorat Jenderal Pajak
Kementrian Keuangan diakses dari http://www.pajak.go.id/content/article/meneropong-
pajakcredit-union, pada tanggal 19 Februari 2018 pukul 14.24 WIB
(CU).
Badan Hukum Induk Koperasi Indonesia pada era reformasi 1998, maka pada
tahun 1999 CU. Bahen Ma Nadenggan resmi dengan Badan hukum Nomor.
cukup besar dalam menyusun usaha bersama dari orang-orang yang mempunyai
Nadenggan ini adalah salah satu koperasi kredit yang memberi layanan perjanjian
kredit juga kepada Pegawai Negeri dengan jaminan SK Pengangkatan PNS. Pada
saat ini sesuai dengan kenyataan yang dapat dilihat, bahwa tingkat kesejahteraan
para Pegawai Negeri masih dalam taraf yang sederhana. Untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya para Pegawai Negeri dapat mengambil pinjaman uang atau
kredit pegawai negeri yang fasilitas ini memang telah disediakan pemerintah dan
10 Data diambil dari Laporan Keuangan dan Statistik Bulanan (LKSB) CU. Bahen Ma
Nadenggan
tersebut.
atau disebut jaminan kredit (agunan). Agunan yang dijadikan salah satu
persyaratan dalam pemberian kredit, agunan dapat berupa benda yang menurut
hukum digolongkan sebagai barang tidak bergerak seperti tanah dan bangunan dan
dapat juga berupa benda yang menurut hukum digolongkan sebagai barang
dalamnya melekat hak tagih, seperti saham, efek, surat keputusan pengangkatan
surat keputusan pensiun Pegawai Negeri Sipil, dan lain sebagainya. Walaupun SK
dapat diterima oleh beberapa lembaga sebagai jaminan kredit termasuk Credit
Union atau CU. Bahen Ma Nadenggan. Namun disisi lain terdapat pertentangan
Koperasi kredit untuk dapat melakukan eksekusi apabila terdapat kredit macet
istimewa (prevelege) yang wujudnya dapat berupa ijazah, surat keputusan (SK) ,
wanprestasi , dalam hal ini terjadi pergantian antar waktu (PAW) yang dapat
pihak harus memahami peraturan perundangan yang berlaku, sehingga para pihak
Nasabah yang berstatus Pegawai Negeri perlu untuk memahami seperti yang ada
kredit dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap Perjanjian
Nadenggan Lintongnihuta)”.
B. Permasalahan
13 J Satrio, Hukum Jaminan Hak-Hak Jaminan Kebendaan, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1993, hal. 11
C.Tujuan Penulisan
kredit.
Pengangkatan PNS.
D.Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
jaminan SK Pengangkatan PNS yang dalam hal ini disoroti dari proses
hubungan hukum para pihak, kendala-kendala yang terjadi serta upaya yang
ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kearah yang lebih baik kepada
2. Manfaat Praktis
sumbangan pemikiran bagi para praktisi, Pegawai Negeri, dan seluruh masyarakat
Pengangkatan PNS.
E.Metode Penelitian
Penulisan skripsi ini didasari oleh suatu penelitian tertentu untuk menemukan
dengan Pegawai Negeri. Dalam penulisan skripsi ini, jenis penelitian yang
Penelitian hukum normatif yaitu dengan meneliti bahan kepustakaan atau data
sekunder yang meliputi buku-buku serta norma-norma hukum yang terdapat pada
dilakukan untuk mendapat data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan
2. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan didukung data
sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak
melalui media perantara) melalui metode survei dan metode observasi. Data
penelitian yang berwujud laporan , dan sebagainya yang disusun secara yuridis
sifat mengikat atau memiliki otoritas. Bahan hukum dalam skripsi ini
Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang diperoleh dari buku hukum yang
dan pendapat dari pakar hukum. Termasuk juga semua dokumen yang
Bahan hukum tersier yaitu bahan informasi yang baik dan terdokumentasi
F. Keaslian Penulisan
studi kasus pada data sekunder yaitu dengan menelaah pada dokumen Surat
Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara melalui surat uji bersih
tertanggal 17 Januari 2018 menyatakan bahwa tidak ada judul skripsi yang sama.
Penulis juga menelusuri berbagai judul karya ilmiah melalui media elektronik,
belum pernah dilakukan pembahasan skripsi yang berjudul di atas dan ini adalah
murni hasil penelitian dan pemikiran dalam rangka melengkapi tugas memenuhi
G. Sistematika Penulisan
dari penulisan skripsi tersebut. Untuk memudahkan hal tersebut, maka penulisan
skripsi ini dibuat secara menyeluruh mengikat kerangka dasar yang terbagi dalam
bab per bab yang saling berhubungan satu sama lain. Adapun sistematika
BAB I: PENDAHULUAN
Di dalam bab pertama skripsi ini akan membahas tentang latar belakang
Di dalam bab kedua skripsi ini berisi tinjauan tentang perjanjian pada
perjanjian.
Di dalam bab ketiga skripsi ini berisi tinjauan tentang perjanjian kredit,
dimana sub pembahasan dari bab ketiga ini yaitu pengertian kredit, unsur-unsur
perjanjian kredit, fungsi dan tujuan perjanjian kredit, jenis-jenis perjanjian kredit,
Di dalam bab keempat skripsi ini berisi analisis hukum tentang perjanjian
dengan Pegawai Negeri sebagai Nasabah dimana sub pembahasan dari bab
keempat ini adalah ketentuan peraturan hukum tentang Perjanjian Kredit dengan
Pengangkatan PNS.
Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini. Dimana bab ini
berisi kesimpulan dan saran terhadap hasil analisa dari bab–bab sebelumnya.
A.Pengertian Perjanjian
Istilah kontrak atau perjanjian dalam praktik terkadang masih dipahami secara
overeenkomst dan contract untuk pengertian yang sama. Hal ini secara jelas dapat
disimak dari judul Buku III titel kedua tentang “Perikatan-Perikatan yang lahir
dari kontrak atau perjanjian” yang dalam bahasa aslinya (Bahasa Belanda), yaitu :
Hindia Belanda dinamakan “overeenkomst”, yaitu suatu kata sepakat antara dua
pihak atau lebih mengenai harta benda kekayaan mereka yang bertujuan mengikat
pihak, dalam mana satu pihak berjanji untuk melakukan sesuatu hal sedangkan
Menurut para ahli hukum, setiap perjanjian haruslah berdasarkan kata sepakat
suatu peristiwa dimana seorang berjanji pada seorang lain atau dimana dua orang
berdasarkan kata sepakat diantara dua orang atau lebih untuk menimbulkan
Perjanjian merupakan salah satu sumber perikatan, sumber perikatan yang lain
atau perjanjian adalah “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”
Menurut Setiawan, rumusan Pasal 1313 BW selain tidak lengkap juga sangat
luas. Tidak lengkap karena hanya menyebutkan persetujuan sepihak saja. Sangat
sukarela dan perbuatan melawan hukum. Terhadap defenisi Pasal 1313 BW ini
disimak dari rumusan “satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang atau lebihnya”. Kata “mengikatkan” merupakan kata kerja yang
sifatnya hanya datang dari satu pihak saja, tidak dari kedua pihak. Sedang
maksud perjanjian itu para pihak saling mengikatkan diri, sehingga tampak
mengikatkan diri”;
1313 BW
dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan
20
Selain itu, terhadap defenisi perjanjian yang tercantum pada Pasal 1313
Hal ini dapat disimak dari perumusan “satu orang atau lebih mengikatkan
merupakan kata kerja yang sifatnya hanya datang dari satu pihak saja, tidak
berasal dari kedua pihak. Sedang maksud perjanjian itu adalah para pihak
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1990, hal. 88.
22
sehingga para pihak yang mengikatkan diri tersebut dianggap tidak jelas
dasar tersebut perlu dirumuskan kembali apa yang dimaksud dengan perjanjian
perjanjian adalah perbuatan hukum, dimana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.19
Di dalam suatu perjanjian itu harus ada pihak, dimana kedua belah pihak ini
unsur essensialia dan bukan essensialia. Terhadap yang disebutkan belakangan ini
1. Unsur Essensialia
19 Agus Yudha Hernoko. Op. Cit, hal.18.
20 Lukman Santoso AZ, Hukum Perjanjian Kontrak, Yogyakarta, Cakrawala, 2012, hal. 12.
21 I Ketut Oka Setiawan, Hukum Perikatan, Sinar Grafika, Jakarta Timur, 2016, hal. 43
essensialia, karena tanpa unsur ini suatu janji tidak pernah ada. Contohnya tentang
“sebab yang halal”, merupakan essensialia akan adanya perjanjian. Dalam jual
beli, harga dan barang yang disepakati oleh penjual dan pembeli merupakan unsur
unsur essensialia. Begitu pula dalam bentuk tertentu merupakan unsur essensialia
2. Unsur Naturalia
Unsur ini dalam perjanjian diatur dalam undang-undang, tetapi para pihak
menanggung biaya pengambilan. Hal ini diatur dalam Pasal 1476 KUH Perdata :
hukum dan cacat tersembunyi kepada si pembeli atas barang yang dijualnya itu.
3. Unsur Accidentalia
Unsur ini sama halnya dengan unsur naturalia dalam perjanjian yang sifatnya
22Ibid., hal. 44
dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau
a. Ada pihak-pihak
perjanjian ini dapat berupa manusia pribadi dan badan hukum. Dalam
melaksanakan suatu perjanjian para subjek hukum ini haruslah orang-orang yang
cakap dalam melakukan perbuatan hukum seperti yang telah ditetapkan dalam
dianggap tidak cakap hukum sehingga orang tersebut dianggap tidak boleh
melaksanakan perjanjian.
Perjanjian baru disebut berlaku apabila terdapat persetujan diantara para pihak.
Persetujuan disini bersifat tetap, bukan lagi disebut sebagai proses sedang
pendahuluan untuk menuju kepada adanya persetujuan. Dalam hal ini, persetujuan
maksudnya adalah apa yang ditawarkan oleh pihak yang satu diterima oleh pihak
yang lainnya. Dalam perundingan tersebut hal-hal yang dibahas umumnya tentang
timbullah persetujan dan persetujuan ini yang kemudian menjadi salah satu syarat
Setiap perjanjian yang lahir tentunya memiliki tujuan, yaitu untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak itu, yang mana kebutuhan tersebut hanya dapat dipenuhi
apabila mengadakan perjanjian dengan pihak lain. Perjanjian yang dibuat para
pihak tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan tidak
dalam hal jual-beli pembeli berkewajiban membayar harga barang dan penjual
dengan bentuk tertentu suatu perjanjian memiliki kekuatan mengikat dan kekuatan
bukti. Biasanya bentuk tersebut dibuat berupa akta. Selain perjanjian yang dibuat
secara tertulis, ada juga perjanjian yang dibuat secara lisan, yaitu hanya dengan
kata-kata yang jelas maksud dan tujuannya yang dapat dipahami oleh pihak-pihak
itu dirasa sudah cukup, kecuali para pihak yang menghendaki supaya dibuat
objektif.
Dalam membuat suatu perjanjian, dikenal adanya beberapa asas umum yang
diberlakukan yaitu :
Kebebasan berkontrak merupakan salah satu asas yang sangat penting karena
embrional lahir di zaman Yunani, yang menyatakan bahwa setiap orang bebas
ini diwujudkan dalam “kebebasan berkontrak” dan hal ini menurut teori laissez
fair, dianggap sebagai the invisible hand, karenanya pemerintah tidak boleh
golongan yang lemah. Dengan kata lain, pihak yang kuat menentukan kedudukan
yang lemah.24
berkontrak artinya bebas menentukan isi perjanjian dan dengan siapa mengadakan
adanya kehendak yang bebas dari setiap orang yang membuat kontrak atau tidak
2) Asas Konsensualisme
Asas ini menentukan perjanjian dan dikenal baik dalam sistem hukum Civil
Law maupun Common Law. Dalam KUH Perdata asas ini disebutkan pada Pasal
1320 yang mengandung arti “kemauan atau will” para pihak untuk saling
lahir pada detik terjadinya consensus (kesepakatan atau persetujuan antara kedua
belah pihak) mengenai hal-hal pokok dari apa yang menjadi objek perjanjian.
Apabila perjanjian dibuat dalam bentuk tertulis maka bukti tercapainya konsensus
Namun, tidak semua perikatan tunduk dengan asas ini, karena terhadapnya ada
3) Asas Kepribadian
Asas ini diatur dalam Pasal 1315 jo. Pasal 1340 KUH Perdata, dimana Pasal
25 Mariam Darus Badrulzaman, Hukum Perikatan dalam KUH Perdata Buku Ketiga
Yurisprudensi, Doktrin serta Penjelasan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2015, hal. 84
26 I Ketut Oka Setiawan, op. cit., hal. 46
itu sendiri, maka pernyataan tersebut dapat dikatakan menganut asas kepribadian
dalam suatu perjanjian. Namun demikian, tidak semua perjanjian tunduk pada asas
ini karena adanya pengecualian yang diatur dalam Pasal 1317 KUH Perdata yang
menyatakan bahwa :
“Lagi pula diperbolehkan juga untuk meminta ditetapkannya suatu janji guna
untuk kepentingan seorang pihak ketiga, apabila suatu penetapan janji yang
dibuat oleh seseorang untuk dirinya sendiri, atau suatu pemberian yang
dilakukannya kepada seorang lain, memuat suatu janji yang seperti itu.” 4)Asas
Keseimbangan
tersebut secara seimbang. Kreditur mempunyai hak untuk menuntut prestasi, bila
perlu melalui kekayaan debitur, tetapi ia juga berkewajiban melaksanakan janji itu
dengan itikad baik. Dengan demikian, terlihat hak kreditur kuat yang diimbangi
keduanya seimbang.
kepastian hukum. Hal ini tersirat dalam Pasal 1338 KUH Perdata ayat (1).
Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu, yaitu sebagai
6) Asas Moral
zaakwaarneming yang diatur dalam Pasal 1354 KUH Perdata dan dalam Pasal
hati nuraninya.27
7) Asas Kepatutan
Asas ini dapat dijumpai dalam ketentuan Pasal 1339 KUH Perdata yang antara
dapat diketahui bahwa hubungan para pihak ditentukan juga oleh rasa keadilan
dalam masyarakat.
perjanjian, yaitu bagian inti (wezenlijk oordeel) dan bagian yang bukan inti (non
wezenlijk oordeel). Bagian inti disebutkan essensialia, sedangkan bagian non inti
Essensialia: bagian ini merupakan sifat yang harus ada dalam perjanjian, sifat
objek perjanjian.29
Accidentalia: bagian ini merupakan sifat yang melekat pada perjanjian jika
pihak. 31
Mengenai syarat sahnya perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata
syarat yakni sepakat mereka yang mengikatkan diri; kecakapan untuk membuat
suatu perikatan; suatu hal tertentu; dan suatu sebab yang halal.”
Syarat pertama dan kedua yang disebutkan di atas dinamakan syarat subjektif,
syarat ketiga dan keempat disebut syarat objektif karena menyangkut objek dari
1.Sepakat
menunjukkan kehendak kedua belah pihak saling dapat diterima satu sama lain.
Kedua belah pihak sama-sama tidak menolak apa yang diinginkan oleh
masingmasing pihak. Dengan adanya kata sepakat maka perjanjian itu telah terjadi
atau terwujud. Sejak saat itu pula perjanjian menjadi mengikat kedua belah pihak
dan dapat dilaksanakan.33 Sehubungan dengan hal tersebut, Pasal 1338 ayat (3)
30Ibid.,hal. 75
31Ibid.,
32Ibid., hal. 73
33 Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan di Bidang Yuridis,
Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hal. 166
undang.
Sebelum adanya kesepakatan diantara para pihak, biasanya para pihak terlebih
mungkin ada suatu kesepakatan apabila tidak ada pihak-pihak yang saling
terwujud kata sepakat diantara para pihak yang berjanji. Komunikasi yang
mendahului itu bertujuan untuk mencari titik temu atau a meeting of the minds
agar bisa tercapai kata sepakat secara bebas. Biasanya dalam komunikasi tersebut
pihak yang satu memberitahukan kepada pihak yang lain tentang objek perjanjian
Perdata menyebutkan tiga (3) sebab kesepakatan tidak diberikan secara sukarela
yaitu karena adanya paksaan, kekhilafan (dwaling) dan penipuan (bedrog). Hal ini
diatur dalam Pasal 1321 yang menyebutkan bahwa “tiada sepakat yang sah apabila
sepakat itu diberikan karena kekhilafan atau diperolehnya dengan paksaan atau
penipuan”.
barangnya dinamakan error in substantia. Paksaan dalam hal ini harus berupa
paksaan rohani (bukan fisik) dan bukan paksaan absolut. Penipuan (bedrog)
34 I. G. Rai Widjaya. Merancang Suatu Kontrak, Jakarta, Kesaint Blanc, 2008, hal. 46
sengaja memberikan keterangan yang palsu atau tidak benar disertai dengan tipu
Dalam teori ini kata sepakat dianggap telah terjadi manakala para pihak
telah terjadi pada saat pernyataan salah satu pihak dapat dipercaya secara objektif
oleh pihak lainnya. Pada umumnya pernyataan yang dipercaya berasal dari pihak
debitur.
Menurut teori ini landasan kata sepakat didasarkan pada ucapan atau jawaban
pihak debitur. Kata sepakat dianggap telah terajdi pada saat debitur mengucapkan
jawaban dilakukan dengan tulisan atau surat maka kata sepakat dianggap telah
Dalam teori pengiriman, kata sepakat dianggap telah terjadi pada saat debitur
Menurut teori ini, kata sepakat dianggap telah terjadi pada saat kreditur
menerima surat jawaban atau jawaban lisan melalui telepon dari debitur yaitu pada
saat kreditur membaca atau mendengar jawaban dari debitur karena pada waktu
Dalam teori ini kata sepakat dianggap telah terjadi pada saat kredit mengetahui
tampak lebih luas dari teori penerimaan karena dalam teori pengetahuan
2.Kecakapan
karena para pihak bebas menentukan bentuk perjanjian secara lisan atau tertulis.
Cakap atau bekwaam menurut hukum adalah orang yang sudah dewasa, yaitu
sudah berumur 18 tahun atau sudah menikah, hal ini diatur dalam Pasal 39 ayat
Dalam KUH Perdata tidak menentukan orang yang cakap bertindak secara
kecakapan. Pasal 1330 KUH Perdata menyebutkan bahwa orang-orang yang tidak
melakukan perbuatan hukum, sehinga tidak lagi harus seijin suaminya. Perbuatan
hukum yang dilakukan perempuan tersebut sah menurut hukum dan tidak dapat
MA No. 3 Thn 1963). Oleh karena itu, bagi mereka yang dianggap belum dewasa
sendiri.38
orangorang sama sekali tidak dapat membuat suatu perbuatan hukum yang
yang tidak dapat membuat suatu perbuatan hukum tertentu dengan sah.
Orang-orang ini seperti yang disebutkan dalam Pasal 1467, 1601i, dan 1678
KUH Perdata.
Syarat ketiga mengenai sahnya perjanjian adalah hal tertentu. Adapun yang
dimaksud dengan suatu hal atau objek tertentu (een bepaald onderwerp) dalam
Pasal 1320 KUH Perdata syarat 3, adalah prestasi yang menjadi pokok kontrak
yang tidak dapat ditentukan sifat dan luas kewajiban para pihak adalah tidak
mengikat (batal demi hukum).40 Lebih lanjut mengenai hal atau objek tertentu ini
dapat dirujuk dari substansi Pasal 1332, 1333, dan 1334 KUH Perdata sebagai
berikut :
Hanya barang yang dapat diperdagangkan saja yang dapat menjadi pokok
perjanjian.
Suatu perjanjian harus mempunyai pokok berupa suatu barang yang paling
sedikit ditentukan sejenisnya.
Jumlah barang itu tidak perlu pasti, asal saja jumlah itu kemudian dapat
ditentukan atau dihitung.
Barang yang baru ada pada waktu yang akan datang, dapat menjadi pokok
suatu perjanjian.
Tetapi tidaklah diperkenankan untuk melepaskan suatu warisan yang belum
terbuka, ataupun untuk meminta diperjanjikan sesuatu hal mengenai warisan
itu, sekalipun dengann sepakatnya orang yang nantinya akan meninggalkan
warisan yang menjadi pokok perjanjian itu, dengan tidak mengurangi
ketentuan Pasal 169, 176, dan 178.
harus dipenuhi hal atau objek tertentu. Hal ini dimaksudkan agar sifat dan luasnya
40 Agus Yudha Hernoko, op.cit.,hal.191
“tertentu” tidak harus dalam artian gramatikal dan sempit harus sudah ada ketika
kontrak dibuat adalah dimungkinkan untuk hal atau objek tertentu tersebut sekadar
hari.41
Perkataan “sebab” yang dalam bahasa Belanda disebut oorzaak, dan dalam
bahasa Latin disebut causa, merupakan syarat keempat dari suatu perjanjian yang
disebutkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata sebagai “sebab yang halal”. Menurut
Badrulzaman causa dalam hal ini bukanlah hubungan sebab akibat, sehingga
pengertian causa disini tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan ajaran
causaliteit, bukan juga merupakan sebab yang mendorong para pihak untuk
mengadakan perjanjian. Karena apa yang menjadi motif dari seseorang untuk
mengadakan perjanjian itu tidak menjadi perhatian.42 Soal “causa” dalam hukum
perjanjian dipersulitkan oleh Pasal 1335 KUH Perdata yang menentukan bahwa
suatu persetujuan yang diadakan tidak dengan causa (zonder oorzaak) atau dengan
suatu causa yang palsu atau yang tidak diperbolehkan adalah tidak mempunyai
kekuatan. Dengan pasal ini disebabkan seolah-olah mungkin ada persetujuan yang
Untuk mengetahui syarat sebab yang halal adalah dengan melihat dasar
yang menjadi latar belakang sampai terjadinya perjanjian. Hal yang ini dimaksud
41 Ibid., hal. 192
42 I Ketut Oka Setiawan, op.cit., hal. 68
43 Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian, CV. Mandar Maju, Bandung,
2011, hal. 37
1335 KUH Perdata telah memerinci adanya perjanjian tanpa sebab, perjanjian
yang dibuat dengan sebab yang palsu, atau perjanjian yang dibuat karena sebab
yang terlarang. Dari ketentuan tersebut telah menggambarkan apa yang disebut
Menurut undang-undang, causa atau sebab itu halal apabila tidak dilarang oleh
diperbolehkan, sebaliknya perjanjian yang berisi causa atau sebab yang tidak
adalah jual-beli candu, ganja, dan lain-lain. Perjanjian yang bercausa tidak halal
budak, mengacaukan ajaran agama tertentu. Perjanjian yang ber-causa tidak halal
yang berisi causa yang tidak halal ialah bahwa perjanjian itu batal demi hukum.
Dengan demikian tidak ada dasar untuk menuntut pemenuhan perjanjian di muka
hakim, karena sejak semula dianggap tidak pernah ada perjanjian. Demikian juga
perjanjian yang dibuat tanpa sebab,ia dianggap tidak pernah ada (Pasal 1335
KUHPerdata).45
Pada umumnya perjanjian tidak terikat kepada suatu bentuk tertentu, dapat
dibuat secara lisan dan andaikata dibuat secara tertulis maka ini bersifat sebagai
tidak dituruti maka perjanjian itu tidak sah. Dengan demikian bentuk tertulis tadi
Perjanjian sepihak adalah suatu perjanjian yang dinyatakan oleh salah satu
pihak saja, tetapi mempunyai akibat dua pihak, yaitu pihak yang memiliki hak
tagih yang dalam bahasa bisnis disebut pihak kreditur, dan pihak yang dibebani
kewajiban yang dalam bahasa bisnis disebut debitur. Contoh perjanjian sepihak
adalah “hibah” yang diatur dalam Pasal 1666 KUH Perdata yang menyatakan
cuma-cuma dan tidak dapat ditarik kembali menyerahkan suatu benda guna
Perjanjian timbal balik adalah adalah perjanjian yang memuat hak pada salah
satu pihak, dan hal tersebut sekaligus menjadi kewajiban bagi pihak lawannya.
Contoh perjanjian timbal balik adalah perjanjian jual beli yang diatur dalam Pasal
1457 KUH Perdata yang menyatakan bahwa “Jual beli adalah suatu perjanjian
46 Mariam Darus Badrulzaman dkk, op.cit., hal. 65-66
47 I Ketut Oka Setiawan, op.cit., hal. 49
kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan”.
Kedua jenis perjanjian ini diatur dalam Pasal 1314 KUH Perdata yang
pihak yang satu memberikan keuntungan kepada pihak yang lain tanpa menerima
suatu manfaat bagi dirinya sendiri. Suatu persetujuan atas beban adalah suatu
keuntungan bagi salah satu pihak. Misalkan ketentuan Pasal 1666 KUH Perdata
tentang hibah dan Pasal 875 KUH Perdata tentang testament yang isinya telah
disebutkan diatas.
Adapun perjanjian atas beban adalah perjanjian dimana terhadap prestasi dari
pihak yang satu selalu terdapat kontra prestasi dari pihak lain, dan antara kedua
sehari-hari. Perjanjian khusus terdapat dalam Bab V sampai dengan Bab XVIII
KUH Perdata. Di luar perjanjian bernama tumbuh pula perjanjian tidak bernama
yaitu perjanjian yang tidak diatur di dalam KUH Perdata tetapi terdapat di dalam
Perjanjian konsensual adalah perjanjian yang dilakukan oleh dua pihak atau
bagi mereka.
Perjanjian riil terjadi sebaliknya yaitu perjanjian yang hanya berlaku sesudah
dalam Pasal 1694 KUH Perdata yang berbunyi : “Penitipan adalah terjadi, apabila
seseorang menerima suatu barang dari seorang lain dengan syarat bahwa ia akan
perjanjian antara duaa orang atau lebih, di mana keterikatan mereka ditentukan
mengikatkan diri untuk melakukan penyerahan suatu benda kepada pihak lain.
Menurut KUH Perdata perjanjian jual beli saja belum lagi mengakibatkan
beralihnya hak milik atas suatu benda dari penjual kepada pembeli. Fase ini
49Ibid.,
dengan mana seseorang menyerahkan haknya atas suatu benda kepada pihak lain,
6. Perjanjian Formal
Perjanjian formal adalah suatu perjanjian yang tidak hanya harus memenuhi
asas konsensus, tetapi juga harus dituangkan dalam suatu bentuk tertentu atau
hak tanggungan. Perjanjian ini harus dibuat dalam bentuk autentik yang dibuat di
7. Perjanjian Liberatoir
perjanjian antara dua pihak yang isinya adalah untuk menghapuskan perikatan
yang ada antara mereka. Contohnya dalam Pasal 1438 KUH Perdata yang
dibuktikan”.
8. Perjanjian Pembuktian
untuk menetapkan alat-alat bukti yang dapat digunakan dalam hal terjadi
perselisihan antara para pihak kelak. Perjanjian ini bermanfaat dalam proses
50Ibid., hal. 68
51 I Ketut Oka Setiawan, op.cit., hal. 53
hukum dalam bidang hukum acara sehingga tuntutan ganti rugi ataas dasar
9. Perjanjian Untung-untungan
ditentukan kemudian. Hal ini dapat dijumpai dalam ketentuan Pasal 1774 KUH
yang hasilnya mengenai untung-ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi
sementara pihak, bergantung kepada suatu kejadian yang belum tentu. Demikian
nama sendiri yang unsur-unsurnya mirip atau sama dengan unsur-unsur perjanjian
bernama, yang terjalin menjadi satu sedemikian rupa sehingga tak dapat
a. Teori Kombinasi
memberlakukan perjanjian bernama untuk unsur itu yang ada dalam perjanjian
campuran tersebut.
b. Teori Absorpsi
Teori ini mengajarkan untuk melihat unsur mana dalam perjanjian itu paling
unsur yang menonjol itu. Dalam hal ini unsur lain dikalahkan seakan-akan unsur
yang lain dihisap oleh unsur pokok. Kelemahan teori ini adalah tidak mempunyai
analogis diterapkan.
11.Perjanjian Garansi
Perjanjian garansi adalah suatu perjanjian dimana salah satu pihak menjamin
pihak lain (orang ketiga) yang ada diluar perjanjian bahwa lawan janjinya akan
melakukan suatu perbuatan atau tidak melakukan suatu perbuatan terhadap pihak
lain (orang ketiga) itu, dan kalau sampai lawan janjinya tidak berprestasi maka ia
dan lisan. Perjanjian tertulis adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak
dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan (cukup kesepakatan para pihak).54
saja. Perjanjian semacam itu hanya mengikat para pihak dalam perjanjian
tetapi tidak mempunyai kekuatan mengikat pihak ketiga. Dengan kata lain,
jika perjanjian tersebut disangkal oleh pihak ketiga maka para pihak atau salah
pihak ketiga dimaksud adalah tidak berdasar dan tidak dapat dibenarkan.
b. Perjanjian dengan saksi Notaris untuk melegalisir tanda tangan para pihak.
melegalisir kebenaran tanda tangan para pihak. Akan tetapi, kesaksian tersebut
tidak mempengaruhi kekuatan hukum dari isi perjanjian. Salah satu pihak
c. Perjanjian yang dibuat di hadapan dan oleh Notaris dalam bentuk akta
Notariel. Akta Notariel adalah akta yang dibuat dihadapan dan dimuka pejabat
yang berwenang untuk itu. Pejabat yang berwenang untuk itu adalah Notaris,
Camat, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Jenis dokumen ini merupakan
alat buktiyang sempurna bagi para pihak yang bersangkutan maupun pihak
pihak ketiga.
1) Informal contract, yaitu kontrak yang dibuat dalam bentuk yang lazim atau
informal.
tertentu.
pengadilan.
a.Persetujuan (overeenkomst)
suatu tindakan atau perbuatan seseorang atau lebih yang mengikatkan diri kepada
demikian persetujuan tiada lain dari pada “persesuaian kehendak” antara para
pihak. Akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah sekalipun dalam Pasal 1313
atau perbuatan, tetapi tindakan/perbuatan yang dimaksud dalam hal ini adalah
akibat hukum.
lisan, tulisan/surat dan lain-lain. Dalam melakukan perjanjian salah satu pihak
menawarkan usulan, serta pihak yang lainnya menerima atau menyetujui usulan
usul. Dengan adanya penawaran/usul serta persetujuan dari pihak lain atas usul,
lahirlah persetujuan atau kontrak yang mengakibatkan akibat hukum bagi para
pihak.
Dari keempat syarat persetujuan yang disebut dalam Pasal 1320 KUHPerdata
tersebut, ditinjau dari segi subjek/objek dapat dibedakan dalam dua golongan.
Syarat pertama dan kedua adalah syarat yang harus”melekat pada diri persoon”
yang membuat persetujuan atau yang disebut dengan syarat subjektif, sedangkan
syarat ketiga dan keempat merupakan syarat yang harus “terdapat pada objek”
b.Dari undang-undang
Mengenai perjanjian yang lahir dari undang-undang diatur dalam Pasal 1352
KUHPerdata :
sendiri. Juga mengenai hak ahli waris atau harta pewaris, merupakan persetujuan
yang mengikat diantara ahli waris dan pewaris semata-mata oleh karena ketetapan
undang-undang waris sendiri seperti yang telah diatur dalam hukum waris. Dalam
semua hal ini dengan sendirinya telah timbul persetujuan yang mengikat, apabila
Perjanjian yang sesuai dengan hukum mirip seperti perjanjian semu. Perjanjian
yang sesuai dengan hukum yaitu perjanjian yang lahir dari sepihak apabila dia
telah mengikatkan diri karena perbuatan hukum yang sah atau dibenarkan,
sekalipun tanpa persetujuan pihak yang lain. Maksudnya adalah, bahwa dengan
kepentingan orang lain tanpa suatu kewajiban hukum yang dibebankan kepadanya
dilakukan secara sukarela, namun sejak semula dari perbuatan itu mengakibatkan
sempurna.
daad
kerugian. Setiap tingkah laku yang menimbulkan kerugian pada orang lain
mewajibkan orang tersebut membayar ganti rugi sebagai akibat dari kerugian yang
dilakukan oleh si pelaku. Kerugian tersebut haruslah kerugian yang timbul sebagai
akibat langsung dari perbuatan melanggar hukum si pelaku. Dengan kata lain,
Untuk melihat apakah ada hubungan sebab akibat antara perbuatan dan
kerugian, harus memperhatikan teori ajaran kausalitet, antara lain teori sebab
akibat yang serasi yaitu kerugian yang benar-benar serasi dengan akibat langsung
kerugian yang dapat diperhitungkan, yaitu kerugian konkrit yang objektif sebagai
Buku Ketiga KUH Perdata Bab Keempat Pasal 1381-1456 KUH Perdata
mengatur berbagai cara tentang hapusnya suatu perikatan, baik perikatan itu
diatur di dalam Buku Keempat Bab Ketujuh KUH Perdata tentang Daluwarsa
pihak untuk menciptakan cara yang lain untuk menghapuskan suatu perikatan. Hal
ini adalah logis karena hukum perikatan mengandung asas kebebasan berkontrak
hapusnya persetujuan (tenietgaan van overeenkomst). Dari kedua istilah ini, maka
perjanjian. Misalnya dengan cara membayar harga barang yang dibeli, ataupun
adalah :60
a. Pembayaran (Betaling)
janji (vooldoen aan) menunjuk pada hal yang sama, yakni pelaksanaan prestasi
sesuai dengan isi perjanjian.61 Yang dimaksud dengan pembayaran disini adalah
pembayaran dalam arti luas, tidak boleh diartikan dalam ruang lingkup yang
pembayaran tidak selamanya mesti berbentuk sejumlah uang atau barang.Bisa saja
berupa dengan pemenuhan jasa, atau pembayaran dengan bentuk tak berwujud
atau immaterial.62
Pembayaran itu sah apabila dilakukan oleh orang yang berhak menerimanya
dan berkuasa atas pembayaran itu. Mengenai siapa yang harus membayar,
pembayaran dilakukan oleh debitor dan dapat dilakukan oleh penanggung utang
atau orang yang turut berutang. Perikatan bahkan dapat dilakukan oleh pihak
ketiga yang tidak mempunyai kepentingan, asal saja pihak ketiga tersebut
bertindak atas nama debitor dan ketika bertindak atas namanya sendiri tidak
1) Kreditor.
perjanjian. Jika dalam perjanjian tidak ditetapkan suatu tempat, pembayaran harus
berdiam dalam wilayah dimana dia membuat perjanjian itu. Sementara dalam hal
menyerahkan benda atau melakukan suatu pekerjaan. Dengan demikian, ketika itu
terjadi dikatakan bahwa perikatan telah dilaksanakan dan hasil atau tujuan telah
tercapai. Karena itupula, tidaklah cukup jika debitor telah melakukan apa yang
konsignasi atau penitipan. Hal seperti ini bisa terjadi apabila kreditur lalai atau
Akan tetapi, dalam perjanjian yang objek prestasinya melakukan atau tidak
sesuatu, prestasi harus dilakukan sendiri oleh debitur, tidak boleh dengan
c. Pembaharuan utang
Novasi atau pembaharuan utang lahir atas dasar persetujuan. Para pihak
membuat persetujuan dengan jalan menghapuskan perjanjian yang lama, dan pada
saat itu juga perjanjian diganti dengan perjanjian baru dengan hakikat bahwa
perjanjian yang lama dengan perjanjian yang baru tetap sama.67 Dalam hal hutang
lama diganti dengan hutang baru terjadilah pergantian objek perjanjian, yang
dengan kreditur baru, dan kreditur lama tidak berhak lagi menuntut
Point a, dan b yang disebut di atas disebut novasi subjektif, yaitu adanya
diperbaharui dengan debitur baru, maka disebut novasi subjektif passif. Dan kalau
yang diperbaharui ialah pihak kreditur lama diganti dengan kreditur baru, maka
Peristiwa kompensasi sebagai salah satu cara hapunya perjanjian diatur dalam
yang lain, yang mewajibkan mereka saling melunasi dan membebaskan diri dari
perhutangan. 70
Supaya hutang-hutang itu dapat diperjumpakan, maka harus
69Ibid.
70Ibid, hal. 150.
71Ibid, hal. 151.
2) Objek perjanjian terdiri dari prestasi atas sejumlah uang atau barang yang
3) Tuntutan atas prestasi sudah dapat ditagih (opeisbaar) yang mana hutang
hutangpiutang diantara para pihak. Akan tetapi tentu ada pengecualian, yaitu
c) Apabila salah satu pihak dituntut membayar uang nafkah (alimentasi) yang
Apa yang dihapuskan dalam peristiwa kompensasi diatur dalam Pasal 1426
Apabila hutang-piutang dari kedua belah pihak sama jumlahnya, maka terjadi
kedua pihak tidak sama jumlahnya, maka hutang yang terhapus adalah hutang
e. Pencampuran utang
hutang terjadi apabila kedudukan kreditur dan debitur menjadi satu, artinya berada
dalam tangan satu orang. Pencampuran tersebut terjadi dengan otomatis yang
Pasal 1347 KUHPerdata ditentukan bahwa pencampuran hutang yang terjadi pada
f. Pembebasan hutang
Maksudnya adalah bahwa tindakan itu datangnya dari pernyataan kehendak dari
kreditur.83
membebaskan debitur utama. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 1440 dan Pasal
1442 KUHPerdata. 75
Ketentuan Pasal 1441 KUHPerdata menyebutkan
objek perikatan musnah, tidak dapat diperdagangkan atau musnah, terjadi di luar
debitur, telah tersimpul usaha-usaha dari debitur untuk menjaga barang tersebut. 77
Akan tetapi tentang musnahnya atau lenyapnya barang itu harus sesuai dengan
(overmacht).
Bagi mereka yang mendapatkan barang itu dengan cara yang tidak sah,
memperoleh ganti kerugian atas perbuatan orang lain tersebut, maka ganti
h. Pembatalan perjanjian
ditentukan dalam Pasal 1320 KUHPerdata.89 Perjanjian yang tidak sesuai dengan
1) Dengan cara aktif, yaitu menuntut pembatalan kepada hakim dengan cara
mengajukan gugatan.
perikatan itu.
Untuk pembatalan secara aktif, diberi tenggat waktu yaitu 5 (lima) tahun
pembatasan waktu.81
peristiwa tersebut.
e) Putusan hakim.
81Ibid, hal. 71
82 Moh.Syaufii Syamsuddin, Perjanjian-Perjanjian dalam Hubungan Industrial, Sarana
Bakti Persada, Jakarta, 2005, hal. 41
83 BN. Marbun, Membuat Perjanjian Yang Aman dan Sesuai Hukum, Puspa Swara, Jakarta,
2009, hal. 25
1.Pengertian Kredit
penambahan saldo rekening, sisa utang, modal, dan pendataan bagi penabung,
pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain. 84
Kata kredit berasal dari bahasa Romawi “credere” artinya percaya, (Belanda :
a. Savelberg menyatakan “kredit” mempunyai arti antara lain sebagai dasar dari
orang lain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang diserahkan itu
belakang hari
3) Tidak seperti hibah maupun pembelian secara tunai, transaksi kredit akan
bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
87Ibid., hal. 25
88op.cit., hal. 57
Hermansyah,
Bank Umum, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan
pemberian bunga termasuk: (a) cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada
rekening giro nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari, (b)
pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain. 89 Perkataan kredit berarti
kepercayaan.90
Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana dua orang atau dua pihak saling
berjanji untuk melakukan suatu hal atau suatu persetujuan yang dibuat oleh dua
pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan menaati apa yang tersebut dalam
bersifat riil. Sebagai perjanjian prinsipil, maka perjanjian jaminan adalah assessor-
nya. Ada dan berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok.
Arti riil adalah bahwa terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan
89 Ibid., hal. 58
90 R. Surbekti, Jaminan-jaminan untuk Pemberian Kredit (termasuk hak tanggungan)
Menurut Hukum Indonesia,Bandung: Pt.Citra Aditya Bakti, 1996, hal.1
91op.cit., hal.71
Hermansyah,
perjanjian pinjam mengganti dalam Bab XIII Buku KUH Perdata. Sebagai
konsekuensi logis dari pendirian ini, harus dikatakan bahwa perjanjian kredit
bersifat riil.92 Adapun yang disebut perjanjian pinjam pengganti ketentuan Pasal
Sebagaimana diketahui bahwa unsur essensial dari kredit bank adalah adanya
persyaratan untuk memperoleh kredit bank oleh debitur antara lain jelasnya tujuan
peruntukan kredit, adanya benda jaminan atau agunan. Dalam bukunya yang
95op.cit., hal 58
Hermansyah,
diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa, akan benar-benar
diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.
prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan
datang. Dalam unsur waktu itu, terkandung pengertian nilai agio dari uang,
yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan
3. Degree of risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari
kemampuan manusia untuk menerobos masa depan itu, maka masih selalu
4. Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi
juga dapat berbentuk barang atau jasa. Namun, karena kehidupan ekonomi
yang menyangkut uanglah yang setiap kali kita jumpai dalam praktik
perkreditan.96
Selain unsur di atas, terdapat pendapat lain mengenai unsur yang terkandung
96Ibid., hal. 58
97 H. Salim & Erlies Septiana Nurbani, log.cit.,
1) Defenisi-defenisi
dan lain-lainnya.
4) Biaya-biaya
Yaitu biaya-biaya yang harus dikeluarkan dan siapa yang wajib mengeluarkan.
5)Affirmative Covenants
berlangsung. Bentuk affirmative covenants ini antara lain : tentang uang pinjaman
keuangan berkala.
6) Jaminan Hutang
antara lain: gadai, hipotik (=hak tanggungan), F.E.O, Personal and/or Corporate
7) Negative Covenant
8) Condition Precedent
direalisasi.
Klausul ini mengatur hak bank untuk mengakhiri perjanjian kredit secara
Klausul ini mengatur mengenai beban biaya dan ongkos yang timbul akibat
pemberian kredit, yang biasanya dibebankan kepada debitur dan meliputi antara
penentuan arbitrase)
merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidak batalnya perjanjian lain
a. Mendapatkan keuntungan
Bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya
Dana investasi maupun dana untuk modal kerja, maka pihak debitur dapat
c. Membantu pemerintah
Sifat konsensual dari suatu perjanjian kredit merupakan ciri pertama yang
dibantah lagi bahwa perjanjian itu merupakan yang konsensual sifatnya. Setelah
perjanjian kredit ditandatangani oleh bank dan nasabah debitur, nasabah debitur
Hak nasabah debitur untuk dapat menarik atau kewajiban bank untuk menyediakan
kredit, masih bergantung pada terpenuhinya semua syarat yang ditentukan dalam
perjanjian kredit.104
Perjanjian kredit adalah perjanjian loan of money menurut hukum Inggris yang
bersifat riil maupun konsensual, tetapi bukan perjanjian peminjaman uang menurut
Secara yuridis formal ada 2 (dua) jenis perjanjian atau pengikatan kredit yang
tangan atau akta di bawah tangan, dan perjanjian/pengikatan kredit yang dibuat
perjanjian pemberian kredit oleh bank kepada nasabahnya yang hanya dibuat di
antara mereka (kreditur dan debitur) tanpa notaris. Bahkan lazimnya dalam
penandatanganan akta perjanjian kredit tersebut, tanpa adanya saksi yang turut
saksi merupakan salah satu alat pembuktian dalam perkara perdata. Mengenai akta
perjanjian kredit di bawah tangan, ada beberapa hal yang perlu diketahui Legal
Officer, yaitu107 :
1) Kelemahan
Ada beberapa kelemahan dari akta perjanjian kredit di bawah tangan ini, yaitu
(1) apabaila suatu saat nanti terjadi wanprestasi oleh debitur, yang pada akhirnya
akan diambil tindakan hukum melalui proses peradilan, maka apabila debitur yang
mentahnya kekuatan hukum perjanjian kredit yang telah dibuat tersebut 108, (2) oleh
karena perjanjian ini hanya dibuat oleh para pihak, di mana formulirnya telah
disediakan oleh bank dan non-bank (form standar/baku), maka bukan tidak
merugikan bank dan non-bank bila suatu saat berperkara dengan nasabahnya.109
Pada dasarnya juga meru pakan suatu kelemahan dari pada perjanjian yang
dibuat di bawah tangan, dalam arti bahwa apabila akta perjanjian kredit yang
dibuat di bawah tangan (aslinya) tersebut hilang karena sebab apapun, maka bank
dan non-bank tidak memiliki arsip/file asli mengenai adanya perjanjian tersebut
107Ibid.,
108Ibid.,
109Ibid., hal.153
debitur mengingkari atau memungkiri isi perjanjian adalah sangat besar. Hal ini
disiapkan bank, sehingga debitur dapat saja mengelak bahwa yang bersangkutan
menandatangani blangko kosong yang berarti ia tidak tahu menahu tentang isi
perjanjian.111
perjanjian pemberian kredit oleh bank kepada nasabahnya yang hanya dibuat oleh
atau di hadapan notaris. Mengenai defenisi akta otentik dapat dilihat pada Pasal
1868 KUH Perdata. Dari ketentuan/defenisi akta otentik yang diberikan oleh Pasal
wewenang tersebut diserahkan pada pejabat lain atau orang lain. Kedua : akta
otentik dibedakan dalam ; yang dibuat “oleh” dan yang dibuat “di hadapan”
pejabat umum. Ketiga : isi daripada akta otentik adalah; semua “perbuatan” yang
Mengenai akta perjanjian kredit notariel/otentik ini, ada beberapa hal yang
110Ibid.,
111Ibid., hal. 154
112Ibid.,
113Ibid., hal.155
Ketiga : membuktikan tidak saja antara para pihak yang bersangkutan tetapi
juga terhadap pihak ketiga bahwa pada tanggal tersebut dalam akta kedua
belah pihak tersebut sudah menghadap di muka pegawai umum (notaris) dan
keluar)
secara notaril (otentik) yaitu dapatnya dimintakan Grosse Akta Pengakuan Hutang
pelaksanaan eksekusinya tidak perlu lagi melalui proses gugatan yang biasa
notaris yang bersangkutan untuk berpedoman kepada model perjanjian kredit yang
telah disiapkan oleh bank. Legal Officer tetap mengharapkan legal opinion dari
notaris tentang setiap akan diadakan pelepasan kredit, sehingga notaris dalam hal
pelepasan kredit.
Perjanjian merupakan salah satu sumber perikatan, sumber perikatan yang lain
perjanjian adalah “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” Dalam
kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
Bank Umum, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan
1. cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang
perjanjian pinjam mengganti dalam Bab XIII Buku KUH Perdata. Sebagai
konsekuensi logis dari pendirian ini, harus dikatakan bahwa perjanjian kredit
bersifat riil.116 Adapun yang disebut perjanjian pinjam pengganti ketentuan Pasal
memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang
menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak belakangan ini akan
mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama
pula”.117
atau yang disebut jaminan kredit (agunan). Agunan yang dijadikan salah satu
persyaratan dalam pemberian kredit yaitu agunan berupa benda yang menurut
hukum digolongkan sebagai barang tidak bergerak seperti tanah dan bangunan
berupa benda yang menurut hukum digolongkan sebagai barang bergerak seperti
berharga yang didalamnya melekat hak tagih, seperti saham, efek, surat keputusan,
SK PNS atau berupa surat keputusan pensiun Pegawai Negeri Sipil dan lain
sebagainya.
Pengertian kredit yang disebut di atas begitu luas termasuk juga dengan
kreditor menyerahkan suatu nilai kepada debitur dan sebaliknya, debitur berjanji
akan mengembalikannya pada waktu yang telah ditetapkan pada masa depan.
barang yang dapat dialihkan hak kepemilikannya adalah barang tersebut dapat
dialihkan dalam bentuk jual beli, hibah, maupun diwariskan dan dijual melalui
lelang. 119
Bentuk jaminan yang lain adalah penanggungan atau broghtotct dalam
dalamnya karena tidak terdapat pihak ketiga sebagai penjamin dari piutang
tersebut. Pada perjanjian kredit ini bendahara hanya sebagai pihak yang diberi
kuasa atas pemotongan gaji dan pembayaran kepada pihak bank sebagai
pembayaran utang bukan sebagai pihak penanggung. Dari hal tersebut, perjanjian
sebagai benda yaitu barang bergerak, barang tidak berwujud dan berwujud, serta
kredit dengan jaminan SK Pengangkatan PNS. Dari unsur tersebut dapat diketahui
bahwa pihak bank tetap memakai prinsip kehati-hatian dan prinsip mengenal
nasabah dimana juga debitor sebagai Pegawai Negeri Sipil selalu menjaga dan
BAB IV
Pada dasarnya Koperasi Kredit menjalankan fungsi yang hampir sama dengan
bank, yaitu sebagai badan usaha yang melakukan penggalian atau mobilisasi dana
dari masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit kepada warga
koperasi dimiliki secara bersama oleh anggotanya dengan hak dan kedudukan yang
bank dimiliki oleh sejumlah orang atau badan sebagai pemegang saham,
memobilisasi dana dari masyarakat luas untuk menyimpan uang dari bank tersebut,
namun hanya menyalurkan dana yang terhimpun kepada warga masyarakat yang
diberikan oleh bank yang satu dengan yang lain nyaris sama.121
(calon debitur) terlebih dahulu sebelum analisis dilakukan oleh bank atau nonbank
watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari nasabah debitur.
Halhal lain yang perlu mendapatkan perhatian dalam analisis pemberian kredit
debitur.
1. Prosedur Permohonan
Pihak yang berhak untuk mengajukan peminjaman adalah anggota CU. Bahen
yang merupakan anggota, atau harus mengikuti prosedur untuk menjadi seorang
kepemilikan SK Pengangkatan PNS tidak bisa diwakilkan oleh siapapun dan hanya
122Ibid., hal.22
123Ibid., hal.26
berkas selain kartu anggota yang mewakili juga harus disertai identitas dari
jumlah pinjaman, jangka waktu peminjaman, jumlah saham nasabah di CU. Bahen
Pengangkatan PNS tetapi harus persetujuan keluarga sebagai penjamin dan ahli
waris. Dalam hal apabila tidak ada suami/istri, maka diwakilkan oleh ahli waris.
membentuk ketua kelompok dari 20 lingkungan yang dilayani. Ketua kelompok ini
Oleh karena itu, ketua kelompok sangat berperan dalam kegiatan yang dilakukan
ketua kelompok. Tanda tangan ini berguna sebagai bentuk bahwa si nasabah
anggotanya.
tetap, dan juga pihak CU memberikan perjanjian kredit dengan asas kepercayaan
belum mengikat pihak lain. Permohonan tersebut akan mengikat pihak lain jika
demikian, maka ketika suatu permohonan kredit (setelah dianalisis oleh bank)
pihak debitur dan pihak kreditur karena offering yang disampaikan oleh calon
permohonan kredit terlebih dahulu dibawa dalam rapat perkreditan oleh panitia
kredit untuk menguji permohonan pengajuan kredit. Apabila sudah disetujui maka
2. Prosedur Perjanjian
134
sepakat, maka tidak akan ada perjanjian. Oleh karena itu, adanya sepakat ini juga
merupakan salah satu syarat sahnya suatu perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320
KUH Perdata. Jika syarat subyektif ini tidak dipenuhi, maka terhadap perjanjian
ditandatanganinya perjanjian oleh para pihak yang terlibat yaitu Pengurus CU.
Bahen Ma Nadenggan terdiri dari Ketua, Bendahara, dan Panitia Kredit serta
nasabah sebagai Pegawai Negeri Sipil yang tertera dalam SK Pengangkatan PNS.
Kepastian tanggal perjanjian biasanya dimuat dalam bagian awal perjanjian yang
demikian sejak tanggal tersebut, maka lahirlah perjanjian dan segala perikatan
antara satu terhadap lainnya. Bahwa tidak seorangpun dapat menjamin kepastian
tentang forecast di masa mendatang dan berdasarkan pengalaman bahwa tidak ada
satupun cara atau sarana hukum yang dapat mencegah seseorang untuk
bukti kelak apabila terdapat wanprestasi oleh salah satu pihak. Dalam Pasal 1877
135
dan dituangkan dalam bentuk formulir. Munir Fuady mengartikan kontrak baku
adalah : suatu kontrak tertulis yang dibuat hanya oleh salah satu pihak dalam
kontrak tersebut, bahkan sering kali tersebut sudah tercetak (boilerplate) dalam
bentuk formulir-formulir tertentu oleh salah satu pihak yang dalam hal ini ketika
klausul-klausul yang sudah dibuat oleh salah satu pihak tersebut. 136 Berdasarkan
pengurus CU dan diserahkan sepihak kepada nasabah dan hanya berada pada
sejumlah uang, dari pemberi kepada penerima dan ditandatangani oleh penerima
sejumlah uang yang ditulis pada surat tersebut. Kwitansi dilengkapi dengan
Biasanya untuk memperkuat tanda bukti transaksi pada kwitansi akan ditempelkan
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai, fungsi
136
137
bukti di pengadilan, maka dikenakan Bea Meterai sebagai pajak dokumen. Surat
pernyataan yang belum dibubuhi meterai tetapi ingin diajukan sebagai alat bukti di
Kemudian.124
tidak ada satupun cara atau sarana hukum yang dapat mencegah seseorang untuk
Acara Penyerahan Brog yang dibuat oleh Panitia Kredit. Surat bukti penerimaan
brog/agunan ini menjadi privasi dari nasabah dan dikuasai oleh nasabah sendiri.
Surat ini akan dipakai lagi apabila perjanjian telah berakhir dan bukti untuk
menerima sejumlah pinjaman sesuai dengan isi perjanjian, dan CU. Bahen Ma
Tangga, dan Peraturan Khusus Nomor 009 Tahun 2008. Meskipun secara eksplisit
tujuan, asas, fungsi koperasi, Peraturan Khusus dan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga maka perjanjian kredit dapat dilaksanakan oleh CU.
Bahen Ma Nadenggan.
SK Pengangkatan PNS
Hubungan hukum adalah hubungan yang diatur dan diakui oleh hukum.
Hubungan hukum ini pada akhirnya akan menimbulkan akibat hukum tertentu. Di
dalam hubungan hukum, hubungan antara dua pihak yang di dalamnya melekat
hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lainnya. Hubungan ini diatur dan
memiliki akibat hukum tertentu. Hak dan kewajiban para pihak ini dapat
oleh perorangan atau individu. Jadi yang dimaksud disini adalah para pihak harus
terdiri dari dua orang atau lebih, yang dimana mereka akan melakukan hubungan
hukum sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Namun sebelum membahas
hubungan para pihak, harus diketahui terlebih dahulu siapa pihakpihak yang
Bahen Ma Nadenggan.
Para pihak di dalam perikatan menjadi subjek perikatan. Subjek perikatan ini
ada dua pihak, yaitu debitor dan kreditor. Debitor adalah pihak yang memiliki
yang memiliki hak atas pemenuhan prestasi dari debitornya. Pihak dalam perikatan
tidak identik dengan orang dalam konteks hukum perdata orang dapat berarti
126 Ridwan Khairandy, Hukum Kontrak Indonesia dalam Perspektif Perbandingan (Bagian
Pertama), FHUII Press, Yogyakarta, 2013, hal. 6
kreditor dapat terdiri dari beberapa orang atau badan hukum. Dapat saja di dalam
suatu perikatan debitor dan kreditor terdiri atas dua orang atau lebih tetapi di
dalam perikatan tetap dua, yakni debitor dan kreditor.127 Dalam Pasal 1 angka 4
1. Kreditor
Kreditor adalah bank atau non-bank yang menyediakan kredit kepada debitur
2. Debitur
Debitur adalah orang, badan hukum atau badan lainnya yang menerima kredit
b. Pihak kedua sebagai debitur yaitu adalah pihak yang melakukan pinjaman
Dalam kaitannya dengan kegiatan yang dilakukan kreditur, maka terlihat akan
adanya dua sisi tanggung jawab, yakni kewajiban yang terletak pada kreditur itu
sendiri dan kewajiban yang menjadi beban nasabah sebagai akibat hubungan
hukum dengan debitur. Hak dan kewajiban nasabah diwujudkan dalam bentuk
prestasi. Prestasi yang harus dipenuhi kreditur dan nasabah adalah prestasi yang
telah ditentukan dalam perjanjian antara kreditur dan nasabah terhadap produk
perbankan.129
127Ibid., hal. 8
128 H. Salim dan Erlies Septiani Nurbani, op.cit., hal. 67
129 Lukman Santoso AZ, Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank,Pustaka Yustisia,
Yogyakarta, 2011, hal. 89
adalah bahwa para pihak (Pihak CU. Bahen Ma Nadenggan dengan Pihak PNS)
bahwa para pihak harus mengikuti isi perjanjian yang memuat aturan yang
1) Pasal 1
2) Pasal 2
3) Pasal 3
4) Pasal 4
5) Pasal 5
Selain dari isi perjanjian diatas, pihak kedua (yang melakukan pinjaman) diberi
Surat Bukti Penerimaan Brog/Agunan oleh pihak CU yang berisi tentang jangka
waktu peminjaman oleh pihak kedua sesuai dengan kesepakatan para pihak.
Artinya apabila masa peminjam selesai maka pihak yang melakukan pinjaman
130 Data diambil dari isi Surat Perjanjian Pinjaman pada CU. Bahen Ma Nadenggan
dengan bank dengan mana pada bank tertentu pembayaran pinjaman otomatis dari
Pengangkatan PNS tersebut dan jaminan agar nasabah tidak bisa meminjam
Bahen Ma Nadenggan
Pengangkatan PNS
Pada setiap transaksi terdapat resiko, bahwa transaksi itu tidak terselesaikan
atau tidak dapt terlaksana dengan baik. Akibatnya, para pihak pada suatu transaksi
harus menyiapkan diri untuk menghadapi suatu keadaan yang tidak mereka
inginkan, tidak dapat mereka menghindarkan atau mereka ramalkan, yaitu bahwa
pada suatu ketika mereka harus mengatasi suatu perselisihan di antara mereka. 131
Pada dasarnya setiap perjajian yang dibuat para pihak harus dapat dilaksanakan
dengan sukarela atau itikad baik, namun dalam kenyataannya kontrak yang dibuat
maka akan timbul hak dan kewajiban para pihak dan diharapkan para pihak dapat
pihak sudah tentu mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban masingmasing
dan itu sudah dituangkan di dalam perjanjian kredit berserta akibatakibatnya jika
melanggar isi dari perjanjian tersebut. Sehingga para pihak harus mewaspadai
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang
132 Salim H, Hukum Kontrak Teori dan Tkenik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta,
2004, hal. 40
kredit adalah peradilan umum melalui gugatan perdata, peradilan niaga melalui
atas dasar perintah dan dengan pimpinan Ketua Pengadilan Negeri yang
Nadenggan, ada beberapa kondisi yang menjadi sumber sengketa dalam perjanjian
klaim dapat diajukan pihak CU kepada pihak asuransi dari koperasi yaitu Bank
asuransi maka uang akan dibayarkan asuransi disertai Berita Acara Penyerahan
harus membayar sisa pinjaman denda dan potongan lain yang menyangkut
transaksi di CU.
PNS
Selama proses pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan SK
Pengangkatan PNS ini terdapat beberapa kendala yang timbul bagi para pihak.
Beberapa kendala tersebut yang dihadapi oleh pihak CU. Bahen Ma Nadenggan
baik
Seperti halnya dengan perjanjian kredit yang dilaksanakan oleh CU. Bahen Ma
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, dan Peraturan Khusus Nomor 009
Tahun 2008. Akan menjadi sedikit kendala apabila Peraturan Khusus dan
maka pihak-pihak dalam perjanjian kredit akan terbebani dengan ketentuan baru
yang bisa saja menyulitkan salah satu pihak dalam pelaksanaan perjanjian kredit.
dalam perjanjian kredit dengan jaminan SK Pengangkatan PNS ini adalah sebagai
berikut :
kepada CU manapun.
Pengangkatan PNS seperti pengurusan naik pangkat atau hal lain yang
PENUTUP
A.KESIMPULAN
bukan anggota maka harus didampingi oleh anggota keluarga yang menjadi
memiliki dasar hukum pelaksanaan dan masih sesuai dengan aturan yang ada
Nadenggan sebagai kreditor dan Nasabah yang berstatus Pegawai Negeri Sipil
SK Pengangkatan PNS terlihat dua sisi tanggung jawab, yakni hak yang
terletak pada kreditur itu sendiri dan kewajiban yang menjadi beban nasabah.
suatu saat terjadi sengketa maka yang pertama sekali dilakukan adalah
surat somasi, maka CU. Bahen Ma Nadenggan berhak untuk membawa kasus
terjadinya kredit macet yang juga mengakibatkan perhitungan yang tidak baik.
Pengangkatan PNS maka tidak bisa dilakukan atau harus ditunda karena SK
B.SARAN
berstatus Pegawai Negeri, maka penulis memberikan saran yang diharapkan dapat
1. Para pihak yang terlibat dalam proses pelaksanaan perjanjian kredit dengan
hubungan hukum dalam perjanjian kredit di atas agar para pihak tidak dengan
yang ikut serta dalam perjanjian kredit ini. Hal ini dimaksudkan untuk
A.BUKU
Bakti.
2015. Hukum Perikatan dalam KUH Perdata Buku Ketiga Yurisprudensi, Doktrin
Chair, Zulfi & Aflah. 2016. Hukum Dagang dan Perkembangannya di Indonesia.
Alumni.
Sinar Grafika.
H.S, Salim H & Erlies Septiana Nurbani. 2014. Perkembangan Hukum Kontrak
PT. Grasindo.
Marbun, BN. 2009. Membuat Perjanjian Yang Aman dan Sesuai Hukum, Jakarta,
Puspa Swara.
Setiawan, I Ketut Oka. 2016. Hukum Perikatan. Jakarta Timur, Sinar Grafika.
Mandar Maju.
Bakti.
AZ, Lukman Santoso. 2011. Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank.
Aditya Bakti.
Supramono, Gatot. 1995. Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis,
Jakarta, Djambatan.
2009. Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan di Bidang Yuridis. Jakarta :
Rineka Cipta.
Bakti.
Ghalia Indonesia.
Hemoko, Agus Yudha. 2013. Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam
B.PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Simpan Pinjam oleh Koperasi dan Keputusan Menteri Koperasi Pengusaha Kecil
Bank Umum
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga CU. Bahen Ma Nadenggan dan
C.WEBSITE
Eko Hardian, Michell. 2013. Jurnal Tesis: “Peranan Hukum dalam Pemberdayaan
hukum-dalam-pemberdayaan-credit-union-di-kalimantan-baratstudi-pada-
cre.pdf
Fadillah Sari, Erin. Meneropong Pajak Kredit Union. Direktorat Jenderal Pajak
/meneropong-pajak-credit-union.
Diponegoro Semarang.
Hartika, Lia. 2015. Jurnal Skripsi :”Analisis Yuridis Atas SK PNS Yang Dijadikan
PT. Bank
https://media.neliti.com/media/publications/161272-ID-analisis-
yuridisatas-sk-pns-yang-dijadi.pdf
lt51426f0a4f0ee /fungsi-meterai-
lt5175201097ce4/tentang-borgtocht
http://yuniarharya. blogspot.co.id/2013/04/tujuan-fungsi-
manfaatdan-jenis-kredit.html