2017
Prabowo, Joko
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/912
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN NOMINEE ATAS
KEPEMILIKAN SAHAM PADA PERSEROAN TERBATAS (Studi
Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor : 1269 /Pid.B/2013/PN
Mdn. dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 3007 K/Pdt./2014)
TESIS
Oleh :
JOKO PRABOWO
157011180/M.Kn
TESIS
Oleh :
JOKO PRABOWO
157011180/M.Kn
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya buat adalah asli karya saya
sendiri bukan plagiat, apabila dikemudian hari diketahui tesis saya tersebut plagiat
karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program
Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan saya
tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dalam keadaan
sehat dan tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun.
JOKO PRABOWO
NIM : 157011180
A limited liability company knows of shares, which are the capital of its
operation. Besides owned directly by shareholders, share ownership in a limited
liability company is also owned by a nominee. A nominee is a person or an individual
who is appointed to particularly take a legal action as a shareholder. Nominee
agreement has been banned in Article 33 paragraph (1) of the Law No. 25/2007 on
Capital Investment, yet it is widely used by the society. The objective of the research
is to find out and analyze the grounds for banning nominee agreement in Indonesia
and the law implementation to the nominee in a court ruling.
This is a normative juridical research with prescriptive analysis. Library
Research such as document study was employed as the data collecting technique. The
data were analyzed qualitatively, which means that the analysis is described in form
of sentences and the conclusion is drawn by applying the deductive reasoning
method.
The results show that a nominee agreement is made especially by a foreigner
to gain profits by investing capital in business sectors which are closed for foreign
investors in Indonesia. The grounds for banning a nominee agreement are to protect
the State’s sake in these sectors so that they will not be ruled by foreign party through
a nominee, to anticipate legal infiltration and money laundering by means of
Beneficial Ownership. The freedom to make agreement in nominee agreement is
limited by the laws which strongly ban nominee agreement stipulated in Article 33
paragraph (1) of the Law No. 25/2007 on Capital Investment, so automatically
nominee agreement violates the element of good faith. The legal consequence of the
nominee agreement is that it is void before the law. The consequence of the void
nominee agreement is that the legal owner who is legally acknowledged is the
rightful owner of the shares, while the beneficiary owner is not; this is the
consequence of the void nominee agreement between both parties. The Ruling of
Medan District Court No. 1269/Pid.B/2013/PN Mdn and the Ruling of the Supreme
Court No. 3007 K/Pdt./2014 do not acknowledge the ownership by nominee; in both
rulings, the Judges refer to what has been agreed by both parties in the company’s
articles of association. In case the nominee agreement is made separately from the
articles of association, the agreement does not have legal certainty, because it is
clearly banned for the share ownership in Indonesia in Indonesia and it does not
meet the requirement that his action is not in good faith.
ii
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya jugalah akhirnya tesis yang berjudul “ANALISIS YURIDIS
memperoleh gelar Magister dalam bidang Ilmu Kenotariatan (M.Kn) Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara ini dapat selesai tepat pada waktunya, penulis menyadari
bahwa tanpa bantuan berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
tesis ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini, oleh karena itu
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum., Selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis sehingga
2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
3. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH., CN., M.Hum., selaku Ketua Program Studi
iii
5. Notaris Syafnil Gani, SH., M.Hum. selaku Pembimbing Ketiga, yang penuh
6. Dr. Edy Ikhsan, SH., MA. dan Dr. Dedi Harianto, SH., M.Hum. selaku
Komisi Penguji yang penuh ketelitian dalam memberikan masukan dan kritik
Utara yang telah banyak memberikan bantuan teknis kepada penulis selama
menjalani perkuliahan.
diskusi khususnya Odi Yehezkiel, SH; Stella, SH; Hari, Julio, SH; Riyanda
Baharaja, SH; Muhammad Afdhol. SH, Debora Margareth, SH, serta rekan-rekan
9. Dian Stevany Tongli yang tercinta, yang selalu menemani penulis dan selalu
iv
11. Notaris Suhendro Saputra, S.H., M.kn., selaku Notaris di kantor dimana penulis
magang dan menimba ilmu, yang selalu mendukung penulis dalam menjalani
12. Seluruh teman-teman penulis di Institut Karate-do Nasional dojo Tasbih abangda
Jordan Sitepu, SH, abangda Yogi, Restu Mahendra, ST, Fadhil Akbar, S.Hut. dkk.
kedua orang tua penulis, Robin dan Mariati Saragih, Terima kasih yang tidak
terhingga atas segala pengorbanan dan kasih kepada penulis dalam merawat,
membesarkan dan mendidik serta membimbing penulis agar menjadi orang yang
berguna. dan juga kepada kedua kakak tercinta, Widya Salina, Amd dan Wijuni Salim
Amd serta adik penulis tercinta, Achi, terima kasih atas perhatian dan semangatnya
kepada penulis.
JOKO PRABOWO
NIM : 157011180
I . IDENTITAS PRIBADI
Umur : 26 Tahum
Kewarganegaraan : Indonesia
II. PENDIDIKAN
vi
Halaman
ABSTRAK................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 9
E. Keaslian Penelitian ............................................................................ 11
F. Kerangka Teori Dan Konsepsi ........................................................... 13
1. Kerangka Teori ............................................................................. 13
2. Konsepsi ....................................................................................... 19
G. Metode Penelitian.............................................................................. 20
1. Jenis Penelitian ............................................................................. 21
2. Sifat Penelitian .............................................................................. 22
3. Sumber Data ................................................................................. 22
4. Metode dan Alat Pengumpulan Data ............................................. 24
5. Metode Analisis Data .................................................................... 24
BAB II LARANGAN PERJANJIAN NOMINEE DALAM KEGIATAN
PENANAMAN MODAL DI INDONESIA
A. Konsep kepemilikan dalam Common Law System.............................. 26
1. Trust dalam Common Law System ................................................. 26
2. Pemilikan Ganda (Dual ownesrship) dalam Trust.......................... 44
B. Keberadaan Trust di Indonesia .......................................................... 46
1. Transplantasi Trust pada Negara-negara penganut sistem hukum
Civil Law System ......................................................................... 46
2. Lembaga Trust dalam Pasar Modal di Indonesia ........................... 49
C. Perjanjian Nominee dalam kepemilikan saham (Nominee Share
Agreement) ........................................................................................ 55
1. Nominee Share Agreement dan sistem kepemilikan Common Law
System ......................................................................................... 55
2. Maksud dan tujuan penggunaan Nominee ...................................... 57
3. Bentuk-bentuk perjanjian nominee ................................................ 60
D. Larangan Nominee Share Agreement dalam penanaman modal di
Indonesia ........................................................................................... 63
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
masyarakat.1
pesat perlu didukung oleh suatu undang-undang yang memadai guna untuk menjamin
kepastian hukum dalam dunia usaha. Perseroan Terbatas sebagai perusahaan dapat
dijadikan sebagai wadah dalam organisasi badan usaha, serta menjadi motor
paling disukai saat ini, di samping karena pertanggungjawaban yang bersifat terbatas,
adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri dari
1
Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
2
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis, Perseroan Terbatas, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 1999, hal. 1.
kekayaan pribadi pemilik perusahaan. Setiap orang dapat memiliki lebih dari satu
tanggung jawab yang terbatas, yaitu sebanyak saham yang dimiliki. Apabila utang
Perseroan Terbatas3
perseroan juga sering dilakukan dalam bentuk nominee. Nominee adalah orang atau
individu yang ditunjuk untuk khusus bertindak atas nama orang yang menunjuknya
3
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Perseroan Terbatas
sebagai pemilik properti atau tanah, sebagai direktur, sebagai kuasa, sebagai
/Pid.B/2013/PN Mdn. dimana Ramli Lubis adalah pemilik dari PT. Rizkina Mandiri
Perdana, namun Kepemilikan saham dari perusahaan tersebut tidak dibuat atas nama
yang bersangkutan namun dibuat atas nama orang lain yakni salah satunya adalah
dalam kasus aquo yaitu terdakwa Syafwan Lubis yang menjabat sebagai Direktur
Utama PT. Rizkina Mandiri Perdana sebagaimana tercantum dalam Akta Pendirian
Perseroan Terbatas Nomor : 2, tanggal 18 Oktober 2003 yang dibuat oleh Notaris
oleh Syafwan Lubis, dalam hal ini Syafwan Lubis ditunjuk sebagai nominee dari
orang yang menujuknya (beneficiary) yaitu Ramli Lubis, disebut sebagai beneficiary
karena Ramli Lubis, adalah pemilik yang sebenarnya dalam arti bahwa modal nyata
yang disetor pada PT. Rizkina Mandiri Perdana berasal dari Ramli Lubis tersebut
(beneficiary).
suatu bentuk perjanjian antara Ramli Lubis, dengan Syafwan Lubis, bentuk perjanjian
tersebut menyatakan bahwa saham yang dimiliki oleh Syafwan Lubis sebagaimana
tercantum pada akta pendirian PT. Rizkina Mandiri Perdana hanyalah pinjam nama
4
Nella Hasibuan, “Perjanjian Nominee Yang Dibuat Untuk Penguasaan Tanah Hak Milik
Warga Negara Indonesia Oleh Warga Negara Asing”, Disertasi, Program Doktor Ilmu Hukum,
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, 2012, hal. 68.
bahwa berdasarkan pasal 33 ayat (1) Undang-undang nomor : 25 Tahun 2007 tentang
saham tetapi namanya tidak tercantum sebagai pemegang saham dalam anggaran
dasar suatu perseroan, maka keberadaannya tidak diakui, jika ada pihak yang
dalam kasus ini terdapat kepemilikan saham secara nominee dalam perseroan,
rangkaian putusan dalam kasus ini menyimpulkan bahwa hakim tidak mengakui
keberadaan saham dari penggugat yang dimiliki secara nominee, hakim cenderung
menilai bahwa konsep nominee tidak diakui karena memang keberadaannya telah
Dari kedua putusan di atas terdapat konsep nominee dalam struktur saham
Konsep nominee atau kadang disebut konsep trust tidak dikenal dalam sistem
hukum civil law yang berlaku di Indonesia. Trusts yang pada mulanya dikatakan khas
tradisi hukum common law, kepemilikan secara absolut dipecah menjadi kepemilikan
yang terdaftar dalam hukum atau disebut dengan legal owner dan kepemilikan secara
kemanfaatan atau kenikmatan dari benda atau disebut beneficial owner.5 Konsep
nominee pada awalnya hanya terdapat pada sistem hukum common law. Akan tetapi
seiring dengan arus investasi dari pemodal asing, pada sekitar tahun 90-an di
Indonesia mulai mengenal konsep nominee dan sering digunakan dalam beberapa
transaksi hukum.
langsung atau direct investment. Pemodal asing yang tertarik melakukan direct
tetapi terbentur oleh aturan daftar negatif investasi (negative list investment) yang
tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 tentang
Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan
Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Pemerintah yang dalam hal ini adalah
pada bidang usaha tertentu dengan tujuan untuk memberikan perlindungan terhadap
kehidupan masyarakat Indonesia. Beberapa bidang usaha yang termasuk negative list
investment antara lain produksi senjata, mesiu, alat peledak, peralatan perang, dan
sebagainya.
5
Gunawan Widjaja, Pentingnya Pengaturan Trust dalam Institusi Di luar Pasar Modal,
Ed.18, (Jakarta: Buletin Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal, 2013), hal7.
tentunya menyebabkan individu tertentu mencari jalan keluar dengan membuat suatu
atau yang lebih dikenal dengan Perjanjian Nominee. Hal tersebut menjadi salah satu
Indonesia.
(UUPT), pasal 7 ayat (1), Pendirian perseroan terbatas dapat dilakukan oleh 2 (dua)
orang atau lebih. 6 Pada bagian penjelasan dari UUPT pasal 7 ayat (1), yang dimaksud
orang adalah perseorangan, baik warga Negara Indonesia maupun asing atau badan
hukum Indonesia atau asing. Syarat mendirikan perseroan terbatas melalui perjanjian
yang menyebabkan pendirian perseroan terbatas harus dilakukan oleh 2 (dua) orang
atau lebih sebagai pemegang saham, karena tidak mungkin satu orang mengadakan
perjanjian dengan dirinya sendiri. Syarat pendirian perseroan terbatas dengan 2 (dua)
orang atau lebih ini juga memicu timbulnya pemegang saham nominee (nominee
terbatas secara tidak terbatas. Dalam Perjanjian nominee, keberadaan seseorang atau
suatu pihak tertentu yang dijadikan sebagai pemegang saham atau lebih tepatnya
mendapatkan manfaat dari saham tersebut. Tujuan dari adanya Perjanjian nominee ini
perusahaan dengan perusahaan lainnya yang sudah ada atau didirikan lebih dahulu.
6
Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas, UU No. 40 Tahun 2007, Pasal.7. Ayat (1)
Indonesia, yang paling tegas melarang terdapat di Pasal 33 Ayat (1) Undang-Undang
penanaman modal asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk perseroan
terbatas dilarang membuat perjanjian dan/ atau pernyataan yang menegaskan bahwa
kepemilikan saham dalam perseroan terbatas untuk dan atas nama orang lain.”
Dengan tujuan untuk menghindari terjadinya perseroan yang secara normatif dimiliki
seseorang, tetapi secara materi atau substansi pemilik perseroan tersebut adalah orang
lain. 7
Dalam UUPM Pasal 33 ayat (2) yang menyebutkan : “Dalam hal penanam
modal dalam negeri dan penanam modal asing membuat perjanjian dan/atau
pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perjanjian dan/atau pernyataan itu
dinyatakan batal demi hukum”. Jika ada perjanjian semacam itu yaitu salah satunya
dari perjanjian nominee, terutama bagi mereka pemilik modal (beneficiary), walaupun
perjanjian dan/atau pernyataan itu telah dibuat berdasarkan kebebasan para pihak
dalam membuat suatu perjanjian, tetapi tidak memiliki kepastian hukum apabila
terjadi masalah hukum dikemudian hari, seperti yang terjadi pada kasus dalam
7
Undang-Undang tentang Penanaman Modal, UU No. 25 Tahun 2007, Penjelasan Pasal 33.
Ayat (1)
penelitian ini yaitu Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor : 1269 /Pid.B/2013/PN
Medan Nomor : 1269 /Pid.B/2013/PN Mdn. dan Putusan Mahkamah Agung Nomor
3007 K/Pdt./2014) menarik dan penting untuk diteliti dengan alasan sebagai berikut:
UUPM melarang kegiatan penanaman modal dalam bentuk nominee, hal ini
tersebut.
2. Penulis juga ingin meneliti mengenai larangan nominee jika dikatikan dengan
kebebasan yang hakiki setiap pelaku usaha dalam membuat suatu perjanjian,
B. Rumusan Masalah
Indonesia?
K/Pdt./2014?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada topik penelitian dan rumusan masalah yang diajukan di atas,
maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Terbatas.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
kasanah ilmu hukum pada umumnya dan khususnya di bidang kenotariatan yang
Terbatas.
2. Secara Praktis
a. Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan
memberikan kontribusi positif bagi pemerintah untuk melakukan studi dan kajian
b. Notaris
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi
dapat mengetahui mengenai resiko yang mungkin akan timbul di kemudian hari
dan memberikan informasi ini kepada klien sebagai bentuk penyuluhan hukum
c. Mahasiswa Kenotariatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan studi yang bermanfaat
bagi mahasiswa kenotariatan, dapat menjadikan hasil `penelitian di dalam tesis ini
d. Pelaku usaha
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran bagi pelaku
usaha yang sering menggunakan perjanjian pinjam nama dalam bentuk nominee
sehingga dapat mengetahui resiko yang mungkin akan timbul di kemudian hari.
E. Keaslian Penelitian
nominee atas kepemilikan saham pada Perseroan Terbatas (Studi Putusan Pengadilan
Negeri Medan Nomor : 1269 /Pid.B/2013/PN Mdn. dan Putusan Mahkamah Agung
Universitas Sumatera Utara bahwa Judul Tesis ini belum ada yang membahasnya
Dilakukan Perseroan”
Rumusan Permasalahan :
terbatas?
perseroan?
2. Nama : Sugondo
Rumusan Permasalahan :
Medan) “
Rumusan Permasalahan :
kata lain apa saja yang menjadi motivasi bagi kelompok masyarakat
1. Kerangka Teori
teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan
perbandingan penulis di bidang hukum. Kata lain dari kerangka teori adalah kerangka
pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, mengenai suatu kasus atau
8
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju Bandung, 1994), hal.
27.
9
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta Jakarta, hal. 23.
fenomena atau teori juga merupakan simpulan dari rangkaian berbagai fenomena
Terdapat empat ciri kerangka teoritis dalam penulisan karya ilmiah hukum,
yaitu: teori hukum, asas-asas hukum, doktrin hukum, dan ulasan pakar hukum
tersebut, maka teori adalah serangkaian konsep, definisi dan proposisi yang berkaitan
dan bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis tentang suatu gejala. 12
atas kepemilikan saham pada Perseroan Terbatas menggunakan suatu teori untuk
menjawab permasalahan yang ada yaitu Teori Perjanjian, yang mengandung asas
para pihak terkait perjanjian nominee tersebut jika dikaitkan dengan larangan
Perjanjian Nominee lahir dari adanya asas kebebasan berkontrak dalam hukum
perjanjian, dan karenanya termasuk perjanjian yang tidak diatur di dalam undang-
undang karena belum terdapat pengaturan secara khusus mengenai konsep nominee.
Oleh karena itu, perjanjian nominee dapat dikategorikan sebagai perjanjian tidak
bernama (innominat) yang timbul berdasarkan asas kebebasan berkontrak, pacta sunt
10
Mukti Fajar Nurdewata et al, Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), hal. 134.
11
H. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 79.
12
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Mandar Maju, 2008), hal.
141.
kekuatan mengikat bagi para pihak yang membuatnya ditinjau dari aspek kebebasan
untuk membuat perjanjian, kebebasan untuk menentukan isi perjanjian dan kebebasan
asas kebebasan berkontrak dan asas kekuatan mengikat sebagaimana diatur dalam
Pasal 1320 KUHPerdata juncto Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata. Setiap dan seluruh
ketentuan yang terdapat dalam perjanjian yang dibuat akan mengikat dan berlaku
peraturan yang terdapat dalam buku III KUHPerdata hanya merupakan hukum
pelengkap saja13
suatu perjanjian dalam KUHPerdata terdapat dalam Pasal 1338 ayat (1), yang
berbunyi "Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
setiap orang atau pihak yang membuat suatu perjanjian dengan sah akan mengikat
mengandung unsur atau elemen dari kebebasan berkontrak, kekuatan mengikat dan
kepastian hukum.
Kekuatan mengikat suatu perjanjian yang hanya berlaku di antara para pihak
13
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 2001), hlm. 128
14
Vide Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
yang membuatnya.”15, serta Pasal 1315 KUHPerdata “Pada umumnya tak seorang
dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji dari
pada untuk dirinya sendiri.” 16 Berdasarkan kedua pasal tersebut, dapat ditarik suatu
pengertian bahwa setiap perjanjian yang dibuat dimaksudkan hanya untuk dan
undang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk mengatur sendiri hubungan
ketentuan, bentuk serta judul, melalui suatu perjanjian dan sekaligus memberikan
terhadap keabsahan suatu perjanjian dan batasan terhadap isi suatu perjanjian (dalam
arti batasan tersebut dapat dipakai sebagai dasar oleh para pihak yang membuatnya
keabsahan perjanjian mengandung arti bahwa suatu perjanjian dianggap sah oleh para
memenuhi keempat unsur yang disyaratkan oleh ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata,
sedangkan batasan yang mengenai isi perjanjian dapat dilihat dalam ketentuan pasal
mengikat untuk hal-hal yang secara tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk
15
Vide Pasal 1340 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
16
Vide Pasal 1315 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh keputusan, kebiasaan
dan undang-undang.”17
Perbuatan hukum dibatasi akibat hukumnya oleh tiga hal, yaitu jika dilarang
saham adalah perjanjian yang lahir dari terdapatnya asas kebebasan berkontrak dan
Innominaat karena belum ada pengaturan secara khusus tentangnya dan tidak secara
tegas disebutkan dalam pasal-pasal KUH Perdata, namun timbul, tumbuh dan
Negeri Medan Nomor : 1269 /Pid.B/2013/PN Mdn dimana dibuat suatu bentuk
dihadapan notaris yang dalam penulisan ini akan diteliti kepastian hukum dari
perjanjian yang dibuat oleh para pihak adalah sebagai Undang-Undang yang belaku
bagi mereka yang membuatnya, jika dikaitkan terhadap larangan perjanjian nominee,
kedua hal tersebut menimbulkan ketidakpastian hukum, oleh sebab itu Teori ini
17
Vide Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
18
Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, (Bandung:
PT Citra Aditya Bakti, 2008), hal. 148.
digunakan untuk meneliti kepastian hukum dari perjanjian nominee terhadap larangan
mengandung 2 (dua) pengertian yaitu pertama adanya aturan yang bersifat umum
membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan,
dan kedua berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah
karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat
mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap
melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim yang
satu dengan putusan hakim lainnya untuk kasus yang serupa yang telah di putuskan. 19
kepastian yang dicapai “oleh karena hukum”. Dalam tugas itu tersimpul dua tugas
lain yakni hukum harus menjamin keadilan maupun hukum harus tetap berguna.
Akibatnya kadang-kadang yang adil terpaksa dikorbankan untuk yang berguna. Ada 2
(dua) macam pengertian “kepastian hukum” yaitu kepastian oleh karena hukum dan
kepastian dalam atau dari hukum. Kepastian dalam hukum tercapai kalau hukum itu
19
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana Pranada Media Group,
2008), hal 137.
berhak menurut hukum dapat memperoleh haknya dan bahwa putusan dapat
2. Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi
dalam penelitian ini untuk menggabungkan teori dengan observasi, antara abstrak dan
Burhan Ashshofa, suatu konsep merupakan abstraksi mengenai suatu fenomena yang
Adapun uraian dari pada konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah
a. Perjanjian, dalam pasal 1313 KUH Perdata bahwa perjanjian adalah “suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
20
M. Solly Lubis, Diktat Teori Hukum, Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum, USU Medan,
2007, hal. 43
21
Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998), hal 31.
22
Burhan Ashshofa, Op.Cit., hal 19.
untuk bertindak sebagai wakilnya dalam arti yang tidak terbatas, terkadang
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
e. Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh
penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan
G. Metode Penelitian
didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya,
kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum
23
Bryan A, Garner, Black’s Law Dictionary With Guide to Pronunciation, St.Paul:West
Publising, 1992, Hal.1072.
24
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia, (Salemba Empat,
Indonesia, 2001), hal. 8.
25
Lihat pasal 1 ayat (1) Undang-undang Perseroan terbatas
26
Lihat pasal 1 Undang-Undang tentang Penanaman Mdal
Agar penulisan tesis ini dapat dilakukan secara sederhana dan terarah
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif.
ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan-bahan hukum yang
lain. Penelitian dengan yuridis normatif secara garis besar ditujukan kepada penelitian
terhadap asas-asas hukum, sistematika hukum, dan taraf sinkronisasi hukum. 28 Jenis
norma hukum yang ada dalam masyarakat. Selain itu, juga melihat sinkronisasi suatu
Jenis penelitian yuridis normatif yang digunakan pada topik penulisan ini
adalah dengan melihat sinkronisasi perjanjian nominee atas kepemilikan saham pada
Perseroan Terbatas pada aturan hukum yang ada, serta menganalisis penerapan
27
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT RajaGrafido Persada, 2007),
hal 38.
28
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta : Sinar Grafika, 1996),
hal 13.
2. Sifat Penelitian
norma-norma hukum. 29
sifat preskriptif ilmu hukum, dimana perbincangan tersebut biasanya diakhiri dengan
nominee.
Terbatas maka akan diberi saran-saran atas masalahnya sehingga dapat dijadikan
pedoman untuk masalah yang berkaitan dengan topik peneltian yakni perjanjian
nominee.
3. Sumber Data
yang sifatnya mutlak untuk dilakukan karena data merupakan sumber yang akan
29
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2010), hal 22.
30
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,UI Press, Jakarta, 2010 , hlm. 10
31
Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit., hal 23
diteliti. Pengumpulan data difokuskan pada pokok permasalahan yang ada, sehingga
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Data sekunder dibidang hukum
Bahan hukum primer terdiri dari asas dan kaidah hukum. Perwujudan asas dan
c. Bahan hukum tertier yaitu bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus umum, kamus
32
Nomensen Sinamo, Metode Penelitian Hukum dalam Teori dan Praktek, ( Jakarta: Bumi
Intitama Sejahtera, 2010), hal.16.
yang sifatnya mutlak untuk dilakukan karena data merupakan sumber yang akan
diteliti. Pengumpulan data difokuskan pada pokok permasalahan yang ada, sehingga
perpustakaan dan melakukan identifikasi data. Data yang diperoleh melalui penelitian
dalam suatu bentuk pengelolaan data untuk menemukan tema dan hipotesis kerja
yang diangkat menjadi teori substantif. 33 Untuk menemukan teori dari data tersebut
maka menggunakan metode kualitatif adalah penelitian yang mengacu pada norma
33
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993,
hal. 103.
34
Zainuddin Ali, Op.Cit, hal. 105.
bahan hukum secara bermutu dengan bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, dan
mendalam dan dari berbagai aspek sesuai dengan lingkup penelitian. Analisis bahan
hukum dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik deskriptif, kontruksi hukum dan
yang bersifat penalaran hukum, yaitu dengan mengemukakan doktrin dan asas-asas
secara deduktif untuk sampai pada kesimpulan, sehingga pokok permasalahan yang
BAB II
MODAL DI INDONESIA
Di dunia ini tidak dijumpai satu sistem hukum saja, melainkan lebih dari satu.
Adapun yang dimaksud dengan sistem hukum disini meliputi unsur-unsur seperti:
perbedaan dalam sistem hukum yang dipakai. Kita mengenal dua sistem hukum yang
berbeda, yaitu sistem hukum Eropa benua dan sistem hukum Inggris. Orang juga
lazim menggunakan sebutan sistem hukum Romawi-Jerman atau Civil Law system
untuk yang pertama dan Common Law System untuk yang kedua.35
Pandangan sistem hukum Common Law mengenai trust, “trusts is created the
absolute owner of property (the settlor) passes the legal title in that property to a
person (the trustee) to hold that property on trust for the benefit of another person
(the beneficiary) in accordance with terms set out by the settlor”.36 Hal ini
mengandung pengertian bahwa trust dibuat pemilik mutlak dari properti (settlor)
melewati proses hukum properti tersebut untuk seseorang (wali amanat) untuk
menahan properti yang ada pada trust untuk kepentingan orang lain (penerima) sesuai
35
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991), hal 235.
36
Gunawan Widjaja, Transplantasi Trust dalam KUH Perdata, KUD, dan Undang-
Undnag Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: PT Raja Gafindo Persada, 2008) hal 30.
recognized by equity which arises where property is vested in (a person or) persons
called the trustees, which those trustees are obligated to hold for the benefit of other
persons called cestuis que trust or beneficiaries”.37 Konsep tersebut berarti trust
adalah hubungan yang diakui oleh ekuitas yang timbul di mana properti dipegang
(seseorang atau) orang yang disebut para wali (wali amanat), yang diwajibkan untuk
menahan untuk kepentingan orang lain yang disebut que cestuis trust atau penerima
manfaat.
benda untuk diletakkan dalam trusts yang tercatat atas nama atau dalam kepemilikan
trustee. Pemberian oleh seorang settlor ini disertai dengan kewajiban kepada trustee
untuk menyerahkan kenikmatan atau kemanfaatan benda tersebut kepada pihak ketiga
yang disebut dengan beneficiary39. Ini menunjukkan bahwa settlor sebagai pemberi
suatu benda, setelah pernyataan trusts yang diucapkan olehnya dilaksanakan tidak
lagi menguasai, memiliki mempunyai kepentingan apapun atas benda yang sudah
diserahkan dalam trusts tersebut. Penyerahan benda tersebut tidak disertai dengan
suatu kontra prestasi langsung yang harus dilakukan oleh trustee40 kepada settlor,
melainkan kepada seorang pihak ketiga yang disebutkan oleh settlor dalam
pernyataan trusts-nya tersebut. Dalam konteks tersebut, antara settlor, trustee dan
37
Peter Joseph Loughlin, The Domestication of The Trust: Bridging the Gap Beetween
Common Law and Civil Law, hal 3, http://www.financialanalyst.org/newarticle2.html. diakses pada 01
Mei 2017
38
Seseorang yang menyerahkan harta kekayaannya untuk diatur kepada orang lain atau pihak
kedua yang dipercayainya (Trustor).
39
Pihak ketiga yang akan menerima keuntungan atau manfaat atas pengelolaan harta
kekayaan settlor sesuai dengan perjanjian.
40
Setiap orang yang memegang properti, otoritas, atau posisi kepercayaan atau tanggung
jawab terhadap harta kekayaan untuk kepentingan orang lain (settlor).
kewajiban trustee, demikian juga settlor (oleh karena settlor sudah kehilangan haknya
mempunyai kewenangan atas benda yang berada dalam trusts, yang merupakan
bagian dari kewajibannya terhadap beneficiary atau cestui que trust, meskipun
kewenangan tersebut hanya sebatas pencatatan dan pendaftaran atas nama trustee
a. Express Trust
41
Gunawan Widjaja, Op.cit, hal 30.
42
Phillip H. Pettit,Equity and the Law of Trusts, 12th edition (London: Oxford University
Press, 2009) hal. 23.
43
Gary Watt ,Briefcase Equity and Trusts 2nd ed.,(London: Cavendish
Publishing Ltd., 1999), hal. 2
a. Express Trusts
Express trusts terjadi jika seorang settlor membuat pernyataan bahwa harta
tujuan tertentu.44
1) Private trusts ;
2) Public trusts ;
1) Private trust45
Express trust melahirkan private trusts jika benda yang diletakkan dalam trusts
tersebut hanya dimanfaatkan oleh suatu orang atau satu kelompok orang tertentu.
Sementara itu, express trusts dinilai melahirkan public trusts jika benda yang
diletakkan dalam trusts tersebut dipergunakan untuk tujuan sosial tertentu, yang dapat
Private trusts selanjutnya dibedakan ke dalam fixed trusts, protective trusts, dan
discretionary trusts.
(kebijakan) untuk melakukan suatu tindakan untuk kepetingan dari salah satu atau
lebih beneficiary tertentu dalam suatu kelompok orang yang telah ditentukan oleh
44
Ibid hal 3.
45
Ibid, hal. 4.
46
Ibid.
settlor atau kepada seluruh beneficiary dalam kelompok tersebut, semata-mata atas
pertimbangan dari trustee. Sementara itu, dalam fixed trusts, kewajiban trustee sudah
ditentukan dengan pasti. Trustee hanya melaksanakan segala sesuatu yang telah
b) Protective Trusts47
Protective trusts adalah trusts yang dengan sengaja secara khusus diciptakan
meniadakan dengan cara apapun juga hak-haknya dalam equity (beneficiary rights)
kepada pihak lain, selama benda yang dinikmatinya tersebut masih berada dalam tusts
2) Charitable Trusts
Charitable trusts adalah suatu public trusts yang dengan sengaja dibuat atau
dibentuk untuk kegiatan bagi kepentingan umum yang diakui oleh pengadilan sebagai
hukum, sehingga apa yang dikandung atau dirasakan oleh donor (sebagai settlor)
untuk mendirikan sekolah yang melatih orang-orang dalam bidang kerohanian untuk
47
Ibid, hal 4-5.
48
Ibid.
tujuan amal. Mengenai hal tersebut Russie LJ mengemukakan : 49 “in my opinion the
question whether a gift is or may be operative for the public benefit is the question to
be answered by the court by forming an opinion on the evidence before it.” Pendapat
sebelumnya.
Pada sisi lain, meskipun dalam pandangan pemberi wasiat suatu tindakan hanya
pengadilan hal tersebut membawa kepentingan bagi masyarakat banyak, wasiat yang
Untuk menilai apakah suatu tindakan pemberian adalah charitable trusts atau
bukan, ada tiga hal pokok yang diperhatikan oleh pengadilan yaitu sebagai berikut: 51
a) Trusts must be of a charitable nature within the spirit and intend of the preamble
benefit;
a) Trust harus bersifat amal dalam semangat dan berniat dari Piagam Statuta
undang-undang
49
Ibid. hal 171.
50
Gunawan Widjaja, Op.Cit hal 100.
51
Margareth Halliwell, Equity and Trusts, (London: Old Bailey Press, 2002) hal. 172.
Purpose trusts adalah trusts yang dibuat untuk tujuan tertentu dan bagi
beneficiary. Purpose trusts ini sering kali disebut juga dengan nama “trusts of
imperfect obligation”. Secara umum trusts yang demikian batal dan tidak memiliki
kekuatan hukum, karena dalam konsepsi private trusts, trusts dibuat dan diciptakan
untuk kepentingan dari seorang atau lebih beneficiary tertentu dan dicptakan untuk
bukanlah trusts jika tidak ada objek yang tertuju pada kepentingan orang perorangan
tertentu.53
Ada tiga kondisi yang harus diperhatikan dalam suatu purpose trusts, yang
sering kali dipergunakan oleh pengadilan untuk menyatakan bahwa suatu purpose
trusts adalah purpose trusts yang memiliki akibat hukum dan atau memiliki kekuatan
a) The trusts must be for a purpose which has been previously upheld by the court
52
Ibid hal 5.
53
Ibid hal 155.
54
Ibid hal 157.
dari berlakunya ketentuan trusts secara umum. Purpose trusts hanya dibatasi pada
pelaksanaan suatu wasiat yang jika tidak dilaksanakan akan menyebabakan terjadinya
hibah atas sisa benda milik pewasiat. Pengadilan dapat secara tidak langsung
melaksanakan wasiat tersebut sesuai dengan dan untuk kepentingan yang telah
ditentukan tersebut, dan selanjutnya memberikan kepada para penerima wasiat sisa
(lainnya) untuk melaksanakan wasiat tersebut secara bebas jika hal tersebut tidak
dilaksanakan.55
1) resulting trusts
2) conctructive trusts
1) Resulting Trusts
Resulting trusts sering kali dinamakan juga implied trusts.56 Suatu trusts
dikatakan merupakan implied ataiu resulting trusts jika, misalnya seorang settlor
sejumlah tertentu untuk keperluan selama hidup dari orang tersebut. Trusts yang
demikian tidak menjelaskan ke mana perginya sisa uang yang diletakkan dalam trusts
tersebut, ketika beneficiary telah meninggal dunia. Dalam konteks yang demikian
kepada settlor atau masuk harta kekayaan settlor pada saat meninggal dunia.57
Dalam konteks yang lain, resulting trusts dapat terjadi misalnya dalam hal dua
55
Pettit, Op.cit., hal 49.
56
Halliwell, Op.cit. hal 5.
57
Ibid. hal 5
atau lebih orang memberli sesuatu benda secara bersama-sama, baik atas nama
seseorang dari mereka atau atas nama bersama. Dalam hal ini, equity mengatakan
bahwa suatu resulting trusts telah terjadi untuk kepentingan atas benda yang dibeli
tersebut untuk kepentingan dari seluruh pihak yang telah berkontribusi untuk
2) Construtive Trusts
pelaksanaannya oleh Pengadilan karena perilaku dari pihak tertentu dalam trusts
tersebut yang tidak adil yang berkehendak untuk mempertahankan seluruh atau
sebagian kepetingan atau manfaat atas suatu benda tertentu hanya untuk kepentingan
dirinya sendiri. Dalam trust jenis ini, kehendak dari settlor tidak lagi menjadi
perhatian (penting), oleh karena constructive trusts ini berjalan demi hukum dan
a) Seorang pihak ketiga (di luar instrumen trusts), yang bukan bona fide
kekuasaanya tersebut;
58
Ibid. hal 6.
59
Pettit, Op.cit., hal. 55.
60
Seseorang yang memperoleh hak atas properti tanpa pemberitahuan aktual, pemberitahuan
konstruktif tetapi didasari dengan itikad baik.
beneficiary;
c) Dalam suatu perjanjian yang bertujuan melaksanakan jual beli tanah, pemilik
menjadi constructive trustee bagi pembeli hingga seluruh proses jual beli
Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa jika ada pemisahan
kepemilikkan, sedangkan tidak ada express trusts, implied trusts atau resulting trusts,
menjadi trustee dalam suatu constructive trusts.61 Constructive trust lahir karena
constructive trust diwajibkan oleh dan berdasarkan pada putusan pengadilan tanpa
perlu memerhatikan kehendak dari para pihak yang ada dalam hubungan hukum
tersebut.62
tradisi hukum Common Law lainnya, yang tergabung dalam negara persemakmuran
pernah dijajajah oleh Negara Inggris Raya, meskipun sejarah menunjukan bahwa
sebagian besar Negara bagian dalam Amerka Serikat merupakan bekas jajahan
Inggris Raya. Sejarah juga menunjukan bahwa negara-negara bagian dalam Amerika
61
Ibid. hal 55.
62
Ibid. hal 342.
Serikat pernah dijajah juga oleh negara-negara dengan tradisi hukum Civil Law
seperti Spanyol di Florida, Perancis di New Orleans dan Swedia di Delaware. Dengan
hukumnya sendiri. Dari muatan-muatan hukum yang ada, disamping hukum Inggris,
tidaklah sepenuhnya sama dengan hukum yang berkembang di Inggris itu sendiri.
dalam penegakan hukum dan keadilan baik di Amerika Serikat maupun di Inggris.
Sistem peradilan Equity yang dikenal di Inggris tidaklah dikenal sepenuhnya oleh
seluruh negara bagian di Amerika Serikat yang menganut tradisi hukum Common
Law.
sistem hukum yang berbeda-beda dan perlakuan yang berbeda terhadap Equity, pada
tingkat Federal hanya dikenal satu jenis peradilan yang menyelesaikan segala macam
persoalan/ sengketa yang terkait baik dengan Common Law maupun equity. Seiring
63
Lawrence M. Friedman, History of American Law2nd, edition 1st, (New York: Simon &
Schulster, 1958), hal 19.
64
Ibid, hal 20.
trust di Amerika Serikat pun berbeda dengan yang terjadi di Inggris Raya.
Trust bukan lagi suatu pranata yang lahir dari equity dan semata-mata untuk
dipertahankan dalam Common Law. Trust adalah “A right property, real or personal,
heldby one party, the person appointed or required by law to administer a trust, for
benefit of another.”65 dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa trust dibentuk
berdasarkan perjanjian. Selain itu, trust dapat dibentuk berdasarkan perjanjian yang
tertulis yang mengatur mengenai trust, trust dimungkinkan untuk dibentuk atau
Trust yang demikian disebut dengan nama pure trust. Sebagai suatu perjanjian, pure
trust tunduk pada ketentuan yang diatur dalam Common Law dan karenanya masuk
dalam yuridiksi sistem peradilan Common Law. Pure trust tidak berada dalam
wilayah equity karena pure trust tunduk sepenuhnya pada aturan-aturan hukum
Serikat.
Selanjutnya oleh karena pure trust ini tunduk sepenuhnya pada ketentuan
65
James D. Fullerton, Trust Fund Laws and Agreements, hal 1,
www.fullertonlaw.com/trustfundchap.htm diakses pada 01 Mei 2017.
66
Ibid, hal 2.
67
Gwen H. Wycoff, What Is The Common Law Trust?, hal 1, www.socal.print.com/574.html
diakses pada 10 Mei 2017.
68
Lawrence M. Friedman, Op. Cit, hal 19.
hukum perjanjian dalam Common Law, seperti halnya Common Law yang tidak
pemilikan manfaat (beneficial ownership 69), pure trust juga tidak mengakui
manfaat (beneficial owner). 70 Peran trust dalam kegiatan ekonomi di Amerika Serikat
scheme)
Secara praktis, trust khususnya pure trust dalam berbagai kegiatan ekonomi
tersebut di atas mengambil bentuk yang serupa dengan suatu perusahaan, hanya saja
dalam hukum perjanjian. Sehubungan dengan hal tersebut, pure trust dalam
(UBTO).72
Sebagai suatu bentuk organisasi perusahaan serupa tetapi tidak sama dengan
69
Siapa saja yang memiliki manfaat kepemilikan barang atau harta namun bukan merupakan
pemilik terdaftar melainkan pemilik sebenarnya atas barang atau harta tersebut.
70
Ibid.
71
Gunawan Widjadja, Op. Cit, hal 143.
72
Joe Sweet, Op.cit hal 3 diakses pada 10 Mei 2017.
pihak yang ada dalam pure trust atau UBTO tersebut, pure trust dapat mengambil
a. Baik sebagai pengelola dan pengurus trust corpus secara aktif dan
icurliabilities) maupun hanya sebagai pemilik trust corpus yang pasif (only
tersebut.
investment trust atau dana pension atau dengan kewajiban untuk melakukan
Hal-hal tersebut diatas memperlihatkan bahwa pure trust dalam bentuk UBTO,
kepemilikan trust corpus secara hukum dan kenikmatan berada di tangan trustee
tetapi dengan kewajiban bagi trustee untuk menyerahkan kepada beneficiary setiap
keuntungan dan manfaat yang diperoleh dari trust corpus tersebut berdasarkan trust
73
Gunawan Widjaja, op.cit hal 153.
74
Bare trust adalah suatu trust yang dalam instrumen penerbitannya tidak secara tegas dan
terang memberikan beban atau kewajiban kepada seorang trustee melainkan menyerahkan persoalan
tersebut kepada ketentuan atau aturan hukum yang berlaku.
indenture. Beneficiary bukan lagi pemilik manfaat dalam pengertian pemilik manfaat
yang dipisahkan dari pemilik hukum. Setiap keuntungan atau manfaat yang diperoleh
benefiaciary adalah benda yang secara dominium merupakan milik beneficiary yang
Eksistensi pure trust atau UBTO yang berada dalam lapangan Common Law
menunjukan bahwa fiduciary duty dapat disimpangi dan dikesampingkan oleh para
Common Law juga telah mengalami perubahan dari yang semula berada dalam
lapangan equity semata-mata pada akhirnya juga masuk ke dalam hukum perjanjian
yang berada dalam lapangan Common Law. Namun demikian, trust yang berada
dalam lapangan hukum perjanjian Common Law memiliki perbedaan dengan trust
Trust dalam lapangan hukum perjanjian sebagai bagian dari Common Law tidak
75
Gunawan Widjaja, op.cit hal 154.
76
Tindakan atau prinsip memperlakukan semua orang sama-sama sesuai dengan hukum,
proses hukum, atau sesuai keadilan.
77
Aturan hukum yang dapat ditimpa oleh kontrak, trust, keinginan, atau perjanjian hukum
efektif lainnya. Ide default rules dalam hukum kontrak kadang-kadang dihubungkan dengan gagasan
tentang kontrak lengkap.
78
Melanie B. Leslie, Trusting Trustee: Fiduciary Duties and The Limits of Default Rules,
(Cardozo: School of Law, 2005), hal 2.
Beneficiary dalam trust yang lahir dari perjanjian merupakan pihak yang berdasarkan
perjanjian yang dibuat memperoleh manfaat hasil hasil pengelolaan harta kekayaan
yang diletakan kepemilikannya dalam semua harta kekayaan terpisah yang dikelola
trustee. Harta kekayaan yang terikat tersebut yang dicatatkan atas nama trustee
bukanlah harta kekayaan trustee sebagai dominium, melainkan hanya sebagai suatu
bentuk rekening terpisah dari kekayaan pribadi trustee. Pemisahan ini menjadi
penting artinya bagi kepentingan beneficiary dari kepailatan trustee dan jangkauan
Common Law adalah: “Legal relationship created under the laws of equity whereby
property (the corpus) is held by one party (the trustee) for the benefit of other (cestui
tradisi hukum Common Law merupakan produk dari equity, yang berada di luar
sistem peradilan Common Law. Common Law sendiri tidaklah mengakui eksistensi
trust. Trust lahir karena adanya equity, tanpa equity tidak ada trust.81
Pihak-pihak yang terkait hubungan hukum dalam suatu trust tidak dapat
79
Melanie B. Leslie, Op. Cit, hal 3.
80
AR Fullarton, The Common Law and Taxation of Trust in Australia in the Twenty-First
Century, hal 3, www.arfullartonassociates.com.au/trust%20paper.htm. diakses pada 01 Mei 2017.
81
Peter Joseph Loughlin, The Domestication of Trust : Bridging the gap between Common
law and Civil Law, hal 3, www.jurisconsultsgroup.com/trust.com diakses pada 01 Mei 2017.
equity. Sistem peradilan equity ini sejak awalnya memang tidak dimaksudkan untuk
menjadi sistem dengan hukum yang terpisah. Segala sesuatu yang diputuskan oleh
equity akan diberikan jika hukum yang berlaku saat itu (Common Law) atau hukum
perkembangan dan perjalanan Common Law, equity dan Common Law memiliki
hubungan yang saling melengkapi. Di antara keduanya ada garis-garis merah yang
menjadi dan merupakan batasan hubungan dan sekaligus menjadi dasar bekerjanya
equity dan Common Law secara bersama-sama. Prinsip-prinsip dasar yang menjadi
batasan hubungan equity dan Common Law tersebut dapat dilukiskan sebagai berikut
: 83
a. Dalam pandangan yuridiksi Common Law hanya trustee yang diakui oleh
Common Law sebagai pemilik dari suatu benda dan bukan beneficiary. Ini
Common Law.
berkaitan dengan legal rights dan titles. Dengan demikian setiap pihak yang
82
Gunawan Wijaya, Op.Cit, hal 59.
83
Ibid, hal 60-62.
84
kewajiban yang tidak dikuatkan kontrak atau hanya karena kewajiban moral atau kewajiban
demi kewajaran atau keadilan.
peradilan ini hanya berwenang untuk memberikan hukuman ganti rugi dalam
bentuk restitusi dan bukan jenis-jenis kerugian lainnya yang dikenal dalam
Common Law.
e. Perkara yang tengah diperiksa di sistem peradilan Common Law tidak dapat
peradilan yang dikenal dalam tradisi hukum Common Law. Sistem peradilan
equity bukan merupakan bagian dari sistem Common Law pada nyatanya
Salah satu kontribusi besar equity adalah trust. Melalui equity seseorang
memiliki suatu benda untuk kepentingan pihak lain, yang dalam Common Law
berdasarkan trust (yang menjadikan orang yang memiliki benda tersebut dalam
hukum sebagi legal owner) kepada pihak, untuk siapa kemanfaatan atas benda
85
Ibid, hal 71.
Salah satu ciri khas trusts adalah adanya pemilikan ganda (dual ownership).
Maksud pemilikan ganda tersebut adalah pemilikan yang berada di tangan dua orang
atau subjek hukum. Pemilikan pertama yang dinamakan dengan legal ownership atau
pemilikan dalam hukum yang ada di tangan trustee. Sementara itu, pemilikan kedua
yang disebut dengan beneficial ownership atau equity owner adalah pihak yang
menerima manfaat dari atau menikmati benda yang diserahkan kepada trustee sebagai
pemilik hukum. Ini berarti setiap tindakan atau perbuatan hukum yang bertujuan atau
terkait dengan kepemilikan atas benda tersebut dalam hukum hanya dapat dilakukan
oleh trustee. Beneficiary, di mata hukum bukanlah pemilik yang berhak atas benda
memiliki kewenangan yang terbatas, khususnya dalam hal tidak boleh menikmati
benda yang berada dalam trusts, serta ketiadaan wewenang untuk melakukan
benda yang berada dalam pemilikannya. Tindakan trustee untuk merusak atau
pelanggaran terhadap hak dalam equity dari seorang beneficiary. Hal ini
86
Paul Todd, Textbook on Trust 4th edition, (London: Blackstone Press Limited, 1999), hal
22.
untuk bertindak bebas atas benda yang berada dalam trusts. Kewenangan trustee yang
terbatas ini mencerminkan adanya perbedaan antara kepemilikan dalam trusts oleh
adalah serangkaian kemampuan dan kecakapan yang dilahirkan dari instrumen yang
trustee sebagai ”pemilik” benda yang diletakkan dalam trusts, untuk melakukan
tindakan atau perbuatan hukum yang terkait dengan benda yang berada dalam trusts
tersebut. Tindakan atau perbuatan hukum tersebut antara lain meliputi kegiatan untuk
melakukan investasi atas dana tunai yang dipercayakan kepadanya. Trustee wajib
yang berhak atas dana yang diserahkan dalam (discretionary) trusts dan lain
sebagainya.
kepercayaan (fiduciary) dapat dilihat dari hubungan antara direksi perusahaan dengan
perusahaan itu sendiri, agen dengan perusahaan prinsipalnya, rekanan bisnis dalam
87
Maurizio Lupoi, “The Civil Law Trusts”, Vanderbilt Journal of Transnational Law [Vol.
32 : 1999], hal. 5.
System
Hukum merupakan “the borrowing and transmissibility of rules from one society or
sistem to another”. Definisi semacam ini bisa disebut sebagai definisi yang luas, yang
melainkan pula pengaruh dari tradisi hukum antar masyarakat 88. Demikian juga
pendapat dari sudut pandang ahli pemerintahan Frederick Schauer yang memberi
developed in one country are then adopted byanother”89 (terjemahan bebasnya adalah
transplantasi hukum adalah proses hukum dan lembaga hukum yang dikembangkan
di satu negara kemudian diadopsi oleh negara lain). Hal ini diperjelas bahwa
transplantasi hukum tidak saja merupakan proses adopsi hukum sebagai aturan
tertulis saja, melainkan pula adopsi terhadap kelembagaan hukum yang menyertainya.
atau berbagai macam institusi dan/atau pranata hukum dari negara yang satu negara
ke negara yang lain masuknya pranata hukum tersebut, dari satu negara ke negara
yang lain melalui tranplantasi hukum. Salah satu transplantasi hukum yang telah
terjadi adalah masuknya trusts yang bernuansa atau bersumber dari negara-negara
88
Budiyoni, Tri, 2009, Transplantasi Hukum Harmonisasi dan Potensi Benturan Studi
Transplantasi Doktrin Yang Dikembangkan dari Tradisi Common Law pada UU PT, Griya Media,
Salatiga, hal 9
89
Frederick Schauer, “The Politics and Incentives of Legal Transplantations” (Working
Paper: Center for international development at Harvard University. 2000).
dengan tradisi hukum Common Law ke negara-negara yang bertradisi hukum Civil
pranata finansial yang mengglobal, yang mau tidak mau juga membawa akibat
masuknya yang pranata hukum yang menyertai pranata ekonomi dan finansial
tersebut.
Transplantasi trusts yang berakar dari tradisi hukum Common Law ke dalam
negara-negara dengan tradisi hukum Civil Law pada umumnya terjadi karena dua
yaitu negara-negara yang secara historis, teritorial dan kultural berbaur antara
tradisi hukum Civil Law dengan tradisi hukum Common Law, seperti terjadi di
Louisiana (Civil Law), di Amerika Serikat (Common Law), ceylon (Civil Law)
diantara negara persemakmuran (Common Law) dan Afrika Selatan yang pernah
dijajah oleh Belanda (Civil Law) dan Inggris (Common Law) pada kurun yang
berbeda.
90
William Tetley, Q.C., Mixed jurisdiction: “Common Law vs Civil Law (Codified and
Uncodified) (2000) hal 680.
91
Gunawan Widjaja, Transplantasi Trust dalam KUH Perdata, KUD, dan Undang-
Undnag Pasar Modal Indonesia, PT Raja Gafindo Persada, Jakarta, 2008 hal. 273.
modal. Negara-negara tersebut antara lain jepang (Civil Law), Korea Selatan
(Civil Law), Taiwan (Civil Law),dan Cina (Civil Law) yang membuat undang-
pasar modal seperti Mutual Fund dan asset securitization di negara mereka
masing-masing.
pada negara-negara yang bertradisi hukum Civil Law tersebut juga menunjukkan
hukum dalam kitab undang-undang (code) sama sekali tidak disimpangi. Bentuk-
bentuk transplantasi trusts ke dalam negara-negara dengan tradisi hukum Civil Law
tetap tidak mengakui adanya dualisme pemilikan yaitu dalam bentuk legal owner dan
equity owner sebagaimana diakui dan dikenal dalam tradisi hukum Common Law.
dengan tradisi hukum Civil Law bersama-sama dengan trusts yang ditransplantasikan,
hukum Civil Law, melainkan juga negara-negara dengan tradisi hukum Common
Law, dalam rangka mengisi kebutuhan hukum akan pranata-pranata trusts dalam
tahun 1952 mengenai bursa efek. Pembukaan kembali bursa efek terutama ditujukan
untuk menangani transaksi RI 3% pada tahun 1950. Sementara itu, pemerintah orde
tanggal 10 Agustus 1977 kegiatan bursa efek diaktifkan kembali serta diorganisasi
pada Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia nomor 52/1976 dan dilanjuti
tahun 1995 serta Peraturaan Pemerintah No. 45 dan 46 keluar setelah pasar modal
berjalan selama 18 tahun. 93 Maka sejak semua peraturan yang berhubungan dengan
pasar modal itulah pranata trust mulai masuk ke dalam pasar modal Indonesia. Ini
a. Kustodian Trust
92
Mohamad Samsul, Pasar Modal & Manejemen Portofolio. Erlangga, Jakarta,
2006. hal 27
93
ibid. hal 28
Kustodian merupakan salah satu pihak yang dapat menjadi trustee, yang
merupakan pemilik yang tercatat dari suatu kumpulan investasi kolektif yang dikelola
oleh manager. Sebagai trustee dalam Mutual Fund, kustodian memiliki kewajiban
fidusia yang sehubungan dengan penyimpanan harta kekayaan yang berwujud efek-
efek pasar modal dan pasar uang. Kustodian ini selanjutnya bertindak sebagai satu-
bentuk efek-efek yang disimpan dan tercatat ata snama kustodian dilakukan oleh
Dalam hal demikian, dapat dikatakan juga bahwa kustodian tidak lebih dari
sekedar nominee, yang mencatatkan kepemilikan atas suatu harta kekayaan tertentu
atas namanya. 94 Di luar konteks Mutual Fund, fungsi kustodian sangatlah diperlukan
dalam transaksi perdagangan efek yang tidak berbasis pada warkat atau penyerahan
Dalam konteks tersebut, kustodian adalah registered titleholder, dan nasabah dari
menyimpan efek milik pemegang rekening dan kewajiban lain sesuai dengan kontrak
antara kustodian dan pemegang rekening. Efek yang dititipkan wajib dibukukan dan
dicatatkan secara tersendiri, hal ini dikarenakan efek custodian bukan merupakan
94
Alastair Hudson, Equity and Trust (London: Cavendish Publishing, 2002) hal 3.
95
Madeline Times, Global Custody – an Overview,Volume 1, hal 2.
96
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 44.
Kustodian hanya mengeluarkan efek atau dana yang tercatat pada rekening
efek atas perintah tertulis dari pemegang rekening atau pihak yang diberi wewenang
untuk bertindak atas namanya.97 Selain itu kustodian juga wajib memberikan ganti
rugi kepada pemegang rekening atas setiap kerugian yang timbul akibat
kesalahannya98
b. Unit trust
akta trust atau perjanjian trust yang dibuat antara trustee dengan manajer atau antara
kustodian dan management company. Isi akta pembentukan unit trust secara prinsipil
untuk kepentingan manajer itu sendiri pada mulanya. Kepentingan sebagai penikmat
dari efek-efek yang diserahkan ke dalam pemilikan trustee tersebut (yang mulanya
berada di tangan manajer) akan dibagi-bagi kedalam unit penyertaan yang lebih kecil
atau bukti-bukti penyertaan lainya untuk kemudian ditawarkan dan dijual kepada
umum.
Investor atau masyarakat yang membeli setiap unit penyertaan atau bagian
penyertaan lainya demi hukum akan menjadi beneficiary dari efek-efek yang
diserahkan dalam trust kepada trustee. Seluruh investor yang membeli, yang
selanjutnya menjadi pemilik unit penyertaan adalah pemilik bersama yang terikat,
yang tidak terpisahkan dari harta bersama ‘milik’ persekutuan perdata khusu atau
97
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 45.
98
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 46.
Dalam unit trust seperti yang telah dijelaskan di atas, setiap investor
mereka dalam pool investasi secara keseluruhan. Seluruh nilai investasi tersebut
dimiliki dalam trust, namun terdaftar atau tercatat atas nama trustee untuk
harta kekayaan yang berada dalam trust diserahkan kepada manajer investasi
independen yang juga memiliki kewajiban fidusia (fidusia duty) terhadap investor
sebagai beneficiary.
atau manajer investasi di Indonesia inilah yang membeli efek yang menjadi dasar
penerbitan unit trust ini. Seluruh penerimaan yang diterima oleh manajer yang terkait
dengan efek yang dibeli olehnya tersebut dipergunakan untuk membayar biaya-biaya
karyawannya yang melaksanakan kegiatan investasi dalam efek tersebut. Sisa hasil
investasi setelah dikurangi biaya-biaya, yang merupakan sebagian besar nilai hasil
pemegang unit penyertaan atau bagian penyertaan dalam jumlah yang seimbang
dengan bagian penyertaan mereka terhadap seluruh investasi yang ada dalam pool
c. Invesment trust
Pada prinsipnya suatu investment trust tidak jauh berbeda dengan suatu unit
trust. Jika pada unit trust dimungkinkan berbentuk persekutuan perdata, disamping
99
Investment Company Institute, A Guide to Understanding Mutual Fund, hal 16.
bentuk suatu perseroan terbatas (Mutual Fund corporation) suatu investment trust
kepemilikan dari bagian portofolio efek-efek tersebut. Hanya saja berbeda dengan
tidaklah redeemable.100
terbatas yang menawarkan sahamnya di bursa efek. Hal ini menunjukan bahwa pada
prinsipnya suatu investment trust company tidak berbeda dengan perusahaan publik
lainya yang terdaftar di bursa efek. Hal yang membedakan investment trust company
dari perusahaan publik lainnya adalah kriteria yang ditetapkan untuk perusahaan.
Seperti yang telah disebutkan di muka, salah satu perbedaan utama investment trust
company ini dengan perseroan terbatas publik lainnya bahwa dalam hal ini,
d. Trust Indenture
governing a trustee’s conduct and the trust beneficiaries.101 Rumusan tersebut secara
tegas menunjuk pada suatu dokumen yang mengatur mengenai hak dan kewajiban
100
Section five paragraph 1 and 2 Invesment Company Act of 1940 as Amended
101
Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, 8th edition, (St. Paul: West 2004), hal 773
yang harus dipenuhi oleh seorang trustee terhadap beneficiary. Trust Indenture secara
historis berkembang di Amerika Serikat dan sampai kini dipergunakan sebagai salah
satu instrumen pokok untuk mengeluarkan surat utang (debentures) atau obligasi
(bonds).
kepentingan pemegang efek yang bersifat utang”. 102 Dalam gambaran yang lebih
rinci, Wali Amanat merupakan institusi yang mendapatkan kewenangan fidusia dari
dalam perjanjian perwali-amanatan. Salah satu tugas pokok Wali Amanat tersebut
adalah mengesahkan perjanjian per wali-amanatan. Tugas pokok Wali Amanat adalah
memastikan pembayaran bunga dan pokok pinjaman dilakukan oleh emiten sesuai
dengan jadwal dan tata cara yang telah ditetapkan dan melindungi kepentingan
uang dan pasar modal. Hal ini terlihat dalam UU Pasar Modal Indonesia di dalam
yang telah memiliki pengaturan hukum secara jelas yakni UU Pasar Modal, namun
102
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995, pasal 1 angka 30.
103
http://id.beritasatu.com/home/trustee-sang-wali-amanat/51027, diakses pada tanggal 08
Juli 2017.
trust yang telah dilarang adalah trust dalam bentuk perjanjian Nominee atas
Sistem hukum Common law hidup dan berkembang melalui pengajaran turun
System diterapkan dan mulai berkembang sejak abad XVI di negara Inggris. Di
dukung keadaan geografis serta perkembangan politik dan sosial yang terus menerus,
sistem hukum ini dengan pesat berkembang hingga di luar wilayah Inggris, seperti di
Dalam sistem ini tidak dikenal sumber hukum baku, sumber hukum tertinggi
keputusan pengadilan. Sumber hukum yang berasal dari kebiasaan inilah yang
menganut sistem hukum Common Law yang kiblatnya adalah negara Kerajaan
“monarchy” Inggris dan terutama Amerika Serikat. Hal ini tentu berbeda dengan
Indonesia dengan warisan sistem hukum bercorak Eropa Kontinental dari Belanda,
dengan sistem hukum “Civil Law” yang tidak menganut “Stare Decisis Doctrine”
seperti “Common Law”, yaitu hakim yang belakangan wajib mengikuti putusan
satu contoh negara yang menjadi acuan secara Internasional yaitu negara Inggris yang
menganut sistem Common Law. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudargo Gautama
“Salah satu bentuk organisasi usaha dalam wilayah United Kingdom dikenal
dengan registered Companies (perseroan yang terdaftar), dimana perseroan
yang terdaftar ini didirikan oleh dua atau lebih banyak orang. Sebagaimana
diatur dalam Companies Act tahun 1948, perseroan yang telah terdaftar ini
memperoleh status badan hukum yang terpisah daripada pribadi orang-orang
yang telah menjadi anggota daripada perseroan ini. Seperti halnya dengan
perseroan terbatas menurut hukum Indonesia, maka pada umumnya para
pemegang saham yang dianggap sebagai anggota daripada perseroan yang
terdaftar ini mempunyai tanggung jawab secara terbatas (limited liability)
untuk hutang-hutang dari pada perseroan terhadap pihak ketiga. Karena
statusnya sebagai badan hukum maka perseroan ini berjalan terus sampai ia
dibubarkan sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasarnya. Berdirinya
perseroan ini tidak terpengaruh oleh perubahan dalam keanggotaan. Demikian
pula milik daripada perseroan ini terlepas daripada anggotaanggota pribadi
yang merupakan pemegang saham perseroan ini. Pengurusan (management)
dipisahkan daripada keanggotaan (pemegang saham). Para anggota dalam
kualitasnya sebagai pemegang saham tidak berhak untuk mengikat perseroan.
Mereka ini seolah-olah mempunyai status yang terlepas dari pada perseroan
yang terdaftar itu.”105
104
Erman Rajagukguk, “Pengelolaan Perusahaan yang Baik: Tanggung Jawab Pemegang
Saham, Komisaris dan Direksi”, 2007, Artikel Utama pada Jurnal Hukum Bisnis Volume 26 – No.
3, hal. 14
105
Sudargo Gautama, Komala Lumanau, dan Liz Asnahwati, Ikhtisar Hukum Perseroan
Berbagai Negara yang Penting bagi Indonesia, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1991), hal. 53-55.
pre-configured share transfer documents from the nominee toward the actual
perihal bagaimana sebenarnya keberadaan nominee saham pada negara dengan sistem
hukum Common Law. Bahwa untuk memenuhi pemegang saham yang mensyaratkan
pemegang saham lebih dari 1 (satu) tersebut dapat menggunakan pemegang saham
dokumen yang dibuat pada awal pembentukan suatu perusahaan yang isinya
shareholder) oleh pihak asing tetapi juga kepemilikan tanah oleh Warga Negara
Asing dengan status hak milik di Indonesia, serta penunjukan seseorang untuk
oleh pihak asing adalah untuk mencari jalan keluar dari pembatasan-pembatasan yeng
106
Ibid, hal. 57-58.
107
Fidelity Corporate Services, Shareholder, https://www.seychellesoffshore.com/offshore-
company-management.php, tanggal 10 Mei 2017
ditetapkan oleh Pemerintah. Pihak asing yang menunjuk pihak Indonesia sebagai
tersebut, pihak asing memiliki keinginan untuk tidak diketahui oleh khalayak umum
Dengan menggunakan konsep nominee, maka nama dan identitas dari pemilik saham
yang sebenarnya akan dapat dirahasiakan dari khalayak umum dan pemerintah
Indonesia karena nama dan identitas yang tercatat sebagai pemilik dari saham
tersebut adalah nama dan identitas dari pihak nominee yang ditunjuk.
Di dalam Pasal 13 ayat (2) UUPM telah ditentukan daftar bidang usaha
tertutup bagi investasi, baik investasi domestik maupun investasi asing yang meliputi:
a. produksi senjata;
b. mesiu;
c. alat peledak;
Modal).108
kepemilikan tanah oleh Warga Negara Asing mempunyai tujuan yang hampir sama,
108
Salim HS. dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers,
2008), hlm. 54.
Indonesia. Secara garis besar dapat dilihat bahwa tujuan dari penggunaan nominee
dalam kepemilikan saham oleh pihak asing dan kepemilikan tanah oleh Warga
Negara Asing adalah agar nama dan identitas dari pihak beneficiary tidak diketahui
perusahaan oleh Direktur Nominee hampir memiliki tujuan yang sama juga dengan
kepemilikan saham oleh pihak asing dan kepemilikan tanah oleh Warga Negara
Asing, yaitu agar nama dan identitas diri dari pihak yang sesungguhnya
mengendalikan perusahaan tidak diketahui oleh khalayak umum. Hal ini dapat
disebabkan karena adanya antipati ataupun respon negatif dari masyarakat terhadap
figur pihak tertentu, sehingga untuk menghindari hal tersebut diperlukan penggunaan
nominee dalam direksi perusahaan. Pihak yang mendapai respon negatif akan
tindakan yang dilakukan ataupun kebijakan yang ditetapkan oleh Direktur Nominee
atas perusahaan harus berdasarkan perintah beneficiary. Pihak yang pada umumnya
menjadi beneficiary adalah para pemegang saham mayoritas dari perusahaan yang
nominee baik dalam kepemilikan saham oleh pihak asing, kepemilikan tanah oleh
Warga Negara Asing dan kepengurusan perusahaan oleh Direktur Nominee memiliki
tujuan yang sama, yaitu untuk menjaga kerahasiaan nama dan identitas asli dari pihak
yang memiliki benda tersebut (saham, tanah atau wewenang pengelolaan perusahaan)
dari khalayak umum dan pemerintah Indonesia, sehingga pihak yang diakui dan
memiliki kedudukan secara hukum adalah pihak nominee. Tujuan lain yang tentunya
perjanjian. Di dalam perjanjian tersebut diatur secara tegas dan jelas mengenai
melakukan kegiatan atau bisnis tertentu atas perintah dan kepentingan beneficiary.
nominee, pada umumnya nama dan identitas dari pihak yang tercatat sebagai pemilik
sah dalam daftar pemegang saham perusahaan hanya nama dan identitas diri dari
pihak nominee. Nama dan identitas diri dari pihak beneficiary tidak muncul dalam
digunakannya nama serta identitas dari nominee sebagai pihak yang tercatat secara
hukum, maka pihak beneficiary memberikan kompensasi dalam bentuk nominee fee.
Jumlah dari nominee fee tersebut berdasarkan kesepakatan bersama antara nominee
dan beneficiary. Setelah tercapainya kesepakatan bersama, maka jumlah dan tata cara
pembayaran dari nominee fee akan dituangkan dalam bentuk suatu perjanjian tertulis
yang ditandatangani oleh nominee dan beneficiary sebagai suatu bentuk persetujuan.
lain:
b. nama dan identitas nominee akan didaftarkan sebagai pemilik dari saham di
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa struktur yang digunakan dalam konsep
nominee adalah terdapatnya perjanjian yang dibuat oleh dan antara nominee dengan
beneficiary, yang dikenal dengan nama nominee Agreement. Nominee dan beneficiary
akan menentukan hal-hal apa saja yang akan dituangkan dalam nominee Agreement
tersebut. Dalam perjanjian tersebut selain mengatur mengenai jumlah dan tata cara
mewajibkan dan/atau melarang nominee untuk melakukan sesuatu hal yang berkaitan
Nominee ini tidak dibentuk dari nominee Agreement yang secara tegas dan
Nominee tidak langsung tidak dibuat hanya terdiri dari satu perjanjian saja, melainkan
terdiri dari beberapa perjanjian yang apabila dihubungkan satu sama lain akan
melakukan tindakan atau kegiatan bisnis tertentu atas perintah dan kepentingan
beneficiary.
Adapun akta-akta yang dibuat baik secara notaril maupun di bawah tangan
e. Perjanjian Jual Beli Saham dan Kuasa Menjual (Sale And Purchase of and
Namun pada kenyataannya secara yuridis formal pemegang saham nominee yang
langsung maupun nominee tidak langsung mempunyai tujuan atau prestasi yang sama
untuk menghasilkan nominee saham di Indonesia109. Tujuan atau prestasi yang ingin
dicapai adalah:
109
Lucky Suryo Wicaksono, Kepastian Hukum Nominee Agreement Kepemilikan Saham
Perseroan Terbatas, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM NO. 1 VOL. 23 JANUARI 2016: 42 – 57
Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia
pemilik terdaftar.
b. sumber dana yang digunakan berasal dari beneficiary namun dibuat seolah-
c. hak atas saham yang dimiliki oleh nominee menjadi hilang, sehingga
saham tersebut;
keuntungan lainnya.
Dalam ketentuan Pasal 52 ayat (4) UUPT menyatakan bahwa: ”setiap saham
memberikan kepada pemiliknya hak yang tidak dapat dibagi” 110, artinya konsep
hanya mengenal satu orang pemegang saham dengan segala hak, kewajiban, tugas
dan tanggung jawab yang melekat padanya sebagai pemegang saham mutlak berarti
nominee diakui melalui bentuk penitipan kolektif pada lembaga Kustodian, dimana
110
Lihat pasal 52 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
perseroan terbatas tersebut. Dengan demikian berarti, selama dan sepanjang diakui
oleh undang-undang yang khusus (lex specialis) dan diatur dengan jelas dan tegas
bahwa hingga saat ini tidak ada aturan khusus yang mengesampingkan atau
(dominium plenum) oleh pemegang saham yang terdaftar dalam daftar pemegang
mengenal satu orang pemegang saham dengan segala hak, kewajiban, tugas dan
tanggung jawab yang melekat padanya sebagai pemegang saham mutlak (dominium
plenum).111
Dalam sebuah teori ekonomi yang diungkapkan oleh Evsey Domar dan Roy
Harrod, pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi. 112
Jika tabungan dan investasi rendah pertumbuhan ekonomi masyarakat atau negara
tersebut juga akan rendah.113 Dengan demikian, berhasil atau tidaknya suatu
111
Lihat Pasal 528 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
112
Arief Budiman, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta: Gramedia, 1985), hal. 6
113
Ibid
pada Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 yang berbunyi “Perekonomian nasional
nasional yang dijalankan dewasa ini adalah bahwa meskipun penggunaan dana yang
terlepas dari bantuan dan kerjasama pihak luar, sepanjang dana dari pihak luar
sektor pemerintah maupun dari sektor swasta. Karena modal yang diperlukan untuk
Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 menyiratkan secara tidak langsung bahwa sektor swasta
bagi para pemilik modal, baik pemilik modal dalam negeri maupun pemilik modal
114
Sumantoro, Hukum Ekonomi, (Jakarta : UI-Press, 1986), hal 5.
sejumlah manfaat bagi pemerintah yakni dapat menyerap tenaga kerja di negara
penerima modal, dapat menciptakan tuntutan bagi produk dalam negeri sebagai bahan
baku, menambah devisa apalagi investor asing yang berorientasi ekspor, dapat
menambah penghasilan negara dari sektor pajak, adanya alih teknologi (transfer of
resources” yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Secara garis besar, penanaman
modal asing terhadap pembangunan bagi negara sedang berkembang dapat diperinci
a. Sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh negara sedang
ekonomi;
transformasi struktural;
lebih produktif;
115
Sentosa Sembiring, Hukum Investasi Pembahasan Dilengkapi dengan Undang - Undang No.
25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, (Bandung : Nuansa Aulia, 2007), Hal 24
membangun industri - industri berat dan industri strategis, adanya modal asing
akan sangat membantu untuk dapat mendirikan pabrik - pabrik baja, alat - alat
yang penting yaitu faktor modal non-manusia baik berupa uang atau surat-surat
berharga atau peralatan usaha. Khusus bagi investasi asing, modal yang ditanamkan
pengusahaan sumber daya alam atau membangun usaha pelayanan jasa untuk
modal asing juga mampu berkontribusi pada pembangunan nasional misalnya untuk
sumber daya tambang terdapat production sharing atau pun penerimaan berupa pajak
ditanamkannya modal, atau bentuk usaha lainnya yang berkembang dari usaha pokok.
Akan tetapi, seringkali investasi asing terutama pada bidang-bidang usaha yang
kehilangan sejumlah potensi sumberdaya alam. Dalam hal ini Kenichi Ohmae
berpendapat bahwa:
116
Jonker Sihombing, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Bandung: PT. Alumni, 2009),
hal 43.
117
Sentosa Sembiring, Op. Cit, hal. 23
“Jika sumber daya alam adalah sumber utama kekayaan negara, sehingga
perusahaan-perusahaan atau negara asing yang menginginkan akses ke sana
paling banter berupa penerobos yang ditoleransi dan paling buruk adalah
pengeksploitasian yang tidak berperasaan yang harus dijauhkan dengan segala
cara yang ada”.118
Begitu pula dengan proses transfer teknologi yang tidak tepat atau tidak
dilakukan, menjadikan negara yang menjadi tujuan investasi asing tidak mendapatkan
banyak hal dibandingkan para investor asing. Hal-hal di atas seringkali menimbulkan
kebergantungan khususnya bagi dunia ketiga sebagai tujuan investasi kepada para
dan potensi kerugian yang harus diminimalisasikan. Dalam sebuah direct investment,
potensi untuk mengolah bahan mentah yang sebelumnya tidak dimiliki oleh suatu
negara karena kekurangan modal, dapat terwujud melalui suatu industri pengolahan
dengan modal asing. Dari hasil produksi tersebut negara tujuan investasi menerima
sejumlah production sharing dan keuntungan lain, seperti devisa dan pajak.
pajak dari perumaman modal juga memberikan sejumlah keuntungan dalam konteks
barang melalui impor. Bahkan dengan adanya produksi masal tersebut volume ekspor
118
Ibid., hal 27.
pun dapat meningkat. Selain dampak langsung seperti di atas, terdapat beberapa
kepada para investor asing juga akan memberikan dampak penguasaan teknologi
untuk membangun usaha serupa secara mandiri. Hal tersebut tidak hanya dalam level
produksi tetapi juga termasuk pola-pola pemasaran yang diterapkan perusahaan dan
memancing kreatifitas, baik pekerja dengan etos yang lebih baik atau bahkan pihak
lain seperti pengusaha dalam negeri untuk menjalankan usaha serupa atau bahkan
pengembangannya.
pembangunan nasional seperti yang dipaparkan di atas, kegiatan tersebut perlu diatur
dan diawasi secara saksama karena motif utama pemilik modal untuk menanamkan
tidak menghendaki agar penanaman modal yang telah dilakukan oleh investor asing
pembangunan nasional dari segi sumber daya manusia akibat alih pengetahuan dan
alih teknologi seperti yang telah diuraikan di atas, sehingga modal dalam negeri tetap
prinsip kemandirian pembangunan nasional yang akan hilang jika secara terus-
investor asing dapat digunakan sebagai sarana pemilikan modal secara sembunyi-
Investasi serta pembatasan jangka waktu penanaman modal asing di Indonesia. Hal
ini menyebabkan modal asing menjadi dominan dalam jangka waktu yang tidak
terbatas.
Indonesia
menggunakan konsep nominee maka pihak yang terlarang secara hukum dapat
hal tanah disebabkan karena adanya kebijakan yang membatasi kepemilikan atas hak
119
Munir Fuady, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek, Buku Keempat, (Bandung: PT. Citra
Aditya, 1997), hal. 107-108.
milik tanah sehingga pada akhirnya mendorong pihak asing untuk meminjam nama
Indonesia bumi putera kepada golongan asing, baik Eropa maupun Timur Asing, 120
terdapat dalam Daftar Negatif Investasi, hal itu pada akhirnya mendorong penanam
modal asing untuk memiliki saham dengan nama orang lain, terutama orang
adalah pada masa lalu berupa ketentuan joint venture yang disertai dengan kewajiban
divestasi saham. Sedangkan pada masa kini adanya kebijakan untuk membuat
perseroan terbatas minimal oleh dua orang dan adanya Daftar Negatif Investasi.
kesan agar penyeludupan hukum tersebut terkesan sah dan memiliki dasar
120
Ibid,hal.108-109.
121
Ibid, hal. 111
nominee atas saham adalah 123 Surat Pengakuan Hutang, Perjanjian Gadai
Saham, Surat Kuasa untuk RUPS, dan surat Kuasa untuk menjual saham.
oleh dua orang, penyelundupan hukum ini dapat dilakukan oleh WNI maupun
WNA, pada umumnya pihak WNI ingin mendominasi secara penuh terhadap
saham adalah menimbulkan keadaan dimana perseroan yang secara normatif dimiliki
122
Herlina Latief, “Tanggung Jawab Notaris Terkait Praktek Nominee di Indonesia,” (Tesis
Magister Kenotariatan Universitas Indonesia, 2010), hal.22-23.
123
Ibid, hlm. 22
seseorang, tetapi secara materi atau substansi pemilik perseroan tersebut adalah orang
lain, hal ini dapat merugikan pemerintah dalam hal pendataan administrasi perseroan
atas tanah maupun saham, melainkan juga dalam perbuatan-perbuatan hukum lain
yang sifatnya membutuhkan peminjaman nama pihak lain. Sifat perikatan hukum
tujuan ilegal seperti pencucian uang, suap dan korupsi, menyembunyikan aset dari
perbuatan yang dilakukan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta
kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana. Perbuatan ini dilakukan agar harta
kekayaan yang diperoleh dari hasil tindak pidana dapat dinikmati dengan aman tanpa
menimbulkan kecurigaan dari aparat penegak hukum. Salah satu cara yang dilakukan
oleh beneficiary owner adalah dengan menggunakan atau meminjam nama orang lain
sebagai pemilik atas aset tersebut. Secara de jure, aset tersebut dimiliki oleh orang
lain, sementara secara de facto pihak yang menguasai dan menerima manfaat dari aset
penelitian menunjukkan bahwa Indonesia baru patuh pada satu prinsip di antara
sepuluh prinsip, yakni prinsip mengenai bearer shares dan Nominee Shareholders
sulitnya untuk menyelidiki aliran dana korupsi atau pencucian uang sampai
menemukan orang yang mendapat manfaat terbesar (beneficial owner) dari uang
jejak. 125
124
Humas KPK, 2016, KPK Dorong Transparansi Beneficial Ownership,
https://www.kpk.go.id/id/berita/berita-kpk-kegiatan/3610-kpk-dorong-transparansi-beneficial-
ownership, diakses tanggal 10 Mei 2017.
125
Ibid.
BAB III
dapat disimpulkan dari ketentuan pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang menyatakan
bahwa semua kontrak (perjanjian) yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya. Sumber dari kebebasan berkontrak adalah
kebebasan berkontrak. Tanpa sepakat dari salah satu pihak yang membuat perjanjian,
Tanpa sepakat maka perjanjian yang dibuat dapat dibatalkan. Orang tidak dapat
perjanjian tentang apa saja, asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan, kepatutan dan ketertiban umum, serta bebas untuk membuat perjanjian
orang tertentu yang tidak cakap untuk membuat perjanjian, pengaturan mengenai hal
ini dapat dilihat dalam pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dari
ketentuan ini dapat disimpulkan bahwa setiap orang bebas untuk memilih pihak yang
ia inginkan untuk membuat perianjian, asalkan pihak tersebut bukan pihak yang tidak
cakap. tetapi dalam pasal 1331, ditentukan bahwa andai katapun seseorang membuat
perjianjian dengan pihak yang dianggap tidak cakap menurut pasal 1330 KUH
Perdata tersebut, maka perjanjian itu tetap sah selama tidak dituntut pembatalannya
oleh pihak yang tidak cakap. Larangan kepada seseorang untuk membuat perjanjian
dalam bentuk tertentu yang dikehendakinya juga tidak diatur dalam Kitab Undang-
undangan tidak menentukan bahwa suatu perjanjian harus dibuat dalam bentuk
tertentu, maka para pihak bebas untuk memilih bentuk perjanjian yang dikehendaki,
yaitu apakah perjanjian akan dibuat secara lisan atau tertulis atau perjanjian dibuat
kebebasan berkontrak dengan istilah Freedom of Contract atau laisseiz faire. Yang
dirumuskan oleh Jessel M.R. dalam kasus “Printing and Numerical Registering Co.
Vs. Samson”126; “…… men of full age understanding shall have the utmost liberty of
contracting, and that contracts which are freely and voluntarily entered into shall be
held and onforce by the courts…… you are not lightly to interfere with this freedom
of contract”.
perjanjian (beginsel der contracts vrijheid). Asas ini dapat disimpulkan dari Pasal
126
Jessel dalam Haridjan Rusli, “Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law”, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1993), Hal-39
1338 KUH Perdata yang menerangkan bahwa segala perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Sebenarnya yang
dimaksudkan oleh pasal tersebut tidak lain dari pernyataan bahwa setiap perjanjian
mengikat kedua belah pihak. Tetapi dari pasal ini kemudian dapat ditarik kesimpulan
bahwa orang leluasa untuk membuat perjanjian apa saja asal tidak melanggar
ketertiban umum atau kesusilaan. Orang tidak saja leluasa untuk mebuat perjanjian
peraturan yang termuat dalam KUH Perdata. Sistem tersebut lazim disebut dengan
Hal tersebut juga dipertegas dalam rumusan angka 4 Pasal 1320 KUHPerdata.
Dengan asas ini para pihak yang membuat dan mengadakan perjanjian diperbolehkan
kewajiban apa saja, selama dan sepanjang prestasi yang wajib dilakukan tersebut
Hal yang dilarang tadi diatur pada Pasal 1337 KUHPerdata yang menyatakan bahwa :
pada dasarnya semua perjanjian dapat dibuat dan diselenggarakan oleh setiap orang
dan hanya perjanjian yang mengandung prestasi atau kewajiban pada salah satu pihak
127
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, (Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada, 2003) hal 46.
dilarang128
Kebebasan berkontrak adalah salah satu asas utama dalam hukum perdata,
khususnya dalam hukum perjanjian yang dikenal baik dalam civil law system maupun
dalam common law system. Asas kebebasan berkontrak dalam sistem civil law dan
menekankan kepada semangat individualism serta pasar bebas 129. Yohanes Sogar
dalam setiap kajian hukum yang berkaitan dengan kontrak. Ini mungkin menjadi
surut. Tidak seperti asas itikad baik yang menunjukkan fungsi lebih kuat, kebebasan
tindakan yang bersifat penyalahgunaan kewenangan yang dapat merugikan salah satu
umum.
128
Ibid
129
Ridwan Khairandy, Hukum Kontrak Indonesia dalam Perspektif Perbandingan (Bagian
Pertama), (Yogyakarta: FH UII Press, 2013) hal. 100.
130
Yohanes Sogar Simamora, Hukum Kontrak (Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah di Indonesia, (Surabaya: Kantor Hukum “Wins & Partners” bekerjasama Laksbang
Justitia, 2013) hal. 30.
dalam hukum kontrak, meskipun asas ini tidak dituangkan menjadi aturan hukum
namun mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam hubungan kontraktual para
pihak. 131
Asal mula perkembangan asas kebebasan berkontrak adalah berawal dari abad
18 dan 19 yakni pada masa ajaran Hukum Alam dan filsafat laissez faire begitu
dominan. Oleh karena hakim pada masa itu, sebagai konsekuensi pengaruh teori
hukum alam, menganut paham bahwa setiap orang mempunyai hak untuk memiliki
(right to own property) dan karenanya berhak untuk melakukan perbuatan hukum
menjual atau membeli atau jenis yang lain menyangkut harta mereka serta membuat
kontrak mereka sendiri. Campur tangan pemerintah ditolak sebaliknya individu harus
untuk mengadakan hubungan sesuai yang dikehendaki. Dalam era ini, konsep klasik
kebebasan berkontrak meliputi dua hal yaitu kontrak didasarkan kepada persetujuan
dan kontrak merupakan hasil dari pilihan kebebasan 132. Jadi asas kebebasan
berkontrak pada masa klasik telah didudukan dalam posisi yang sangat sentral dalam
perjanjian yang hendak dibuat oleh para pihak. asas kebebasan berkontrak tersebut,
sangat dipengaruhi oleh paham individualisme yang secara embrional lahir pada masa
peradaban Yunani, yang dilanjutkan oleh kaum Epicuristen dan berkembang pesat
melalui antara lain ajaranajaran Hugo de Groot, Thomas Hobbes, John Locke dan
131
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian (Asas Proporsionalitas dalam Kontrak
Komersial), (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013) hal. 108.
132
Yohanes Sogar Simamora, Op.cit.,hal. 32.
Rousseau133
setelah periode Revolusi Perancis. Sebagai asas yang bersifat universal yang
bersumber dari paham hukum klasik, maka asas kebebsan berkontrak (freedom of
contract). Pada masa itu, kebebasan berkontrak menjadi paradigma baru dalam
dari berbagai pengaruh aliran filsafat politik dan ekonomi liberal yang berkembang
pada abad kesembilan belas. Seperti konsep laissez faire atau persaingan bebas yang
terhadap kegiatan ekonomi dan bekerjanya pasar. Filsafat utilitarian Jeremy Bentham
yang menekankan adanya free choice juga memberikan pengaruh cukup besar bagi
tersebut, tidak dapat dilepaskan dari pengaruh filsafat etika Emanuel Kant. Semua
filsafat yang menekankan pada aspek kebebasan indvidu yang dikembangkan para
filosof Barat dimaksud, jika dilacak lebih jauh, berakar kepada filsafat hukum alam
133
Agus Yudha Hernoko. Loc. Cit.
134
Ibid.
135
Ridwan Khairandy, Itikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak, (Jakarta: Universitas
Indonesia Fakultas Hukum Pascasarjana, 2003) hal. 45.
(natural law) yang sangat berkembang pada abad pencerahan (enlightenment atau
aufklarung)136.
Memasuki awal abad ke19 terjadilah perubahan sosial dan ekonomi di Inggris
yang membawa implikasi pada praktik peradilan yang kemudian berimplikasi pada
hanya dapat diterima dalam sebuah situasi yang menempatkan kedudukan para pihak
pada abad ke20, makna asas kebebasan berkontrak mulai mengalami perubahan
dalam pengertian yang tidak seekstrim abad sebelumnya, sebab makna kebebasan
berkontrak abad ke-19 sudah dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan dunia
modern.
sistem hukum di dunia ini, merupakan asas yang bersifat universal. Seperti juga untuk
dalam Pasal 1320 BW yang menyatakan bahwa syarat sahnya perjanjian adalah
sepakat mereka yang mengikatkan dirinya. Secara historis pasal ini mencerminkan
kontrak ada waktu itu yang berpijak pada revolusi Perancis 137. Selain pada pasal
tersebut, juga kebebasan berkontrak tersirat dalam Pasal 1338 BW Ayat (1) bahwa
semua kontrak yang dibuat secara sah berlaku sebagai undangundang bagi mereka
136
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum (Edisi Revisi), (Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2012), hal. 92.
137
Ridwan Khairandy., Op. cit., hal. 87.
yang membuatnya138.
juga bebas untuk mengikatkan diri kepada orang lain, kapan dan bagaimana yang
paradigma sesuai dengan tuntutan dunia modern. Pada abad tersebut, keberatan
dengan pendekatan subjektif tergeser oleh pendekatan objektif sesuai dengan tuntutan
diperkenalkan oleh Hakim Oliver Wendel Holmes bahwa seluruh doktrin kontrak
adalah formal dan eksternal. Professor Samuel Williston menyatakan bahwa semua
138
Muhammad Syaifuddin, Hukum Kontrak (Memahami Kontrak dalam Perspektif Filsafat,
Teori, Dogmatik, dan Praktik Hukum Seri Pengayaan Hukum Perikatan, (Bandung: CV Mandar Maju,
2012), hal. 82.
139
Peter Mahmud Marzuki., Op.cit, hal. 75.
kewajiban yang lahir dari hubungan kontraktual harus ditafsirkan sesuai dengan
maksud subjektif para pihak, tetapi harus menurut interpretasi yang reasonable dari
bahasa dan perilaku para pihak. Interpretasi yang reasonable tentu saja bermakna
bahwa para pihak dalam kontrak haruslah mencerminkan kehendak yang tidak
paradigma ketika masyarakat barat berada pada fase modernisme parah awal abad
itu, menurut pendapat Arthur S Hartkamp dan Marianne 141 menguraikan tentang
free to enter into a contract with somebody of his choice, to agree upon the
law. This principle is also a least partly contained in the provision mentioned
before.
dari perjanjian versi BW, akan tetapi asas kebebasan berkontrak menurut Arthur S
140
Ridwan Khairandy., Op. cit, hal. 116.
141
Arthur S Hartkamp dan Marianne MM Tilemma, Contract Law In the Netherlands, (The
HagueLondonBoston: Kluwer Law International, 1995), hal. 34.
Hartkamp dan Marianne142 tetap berada dalam batasan yang menghormati hak-hak
Common Law melalui doktrin Laissez Faire di Inggris dan juga dikembangkan di
Amerika yang menganut kebebasan tanpa batas maka pemerintah menyadari betapa
pentingnya arti perjanjian itu terutama bagi pihak yang lemah posisinya agar terjadi
kesetaraan dan tidak terjadi ketimpangan dalam perjanjian. Pemerintah tidak lagi
melaksanakan filosofi Laissez Faire yang mendasari kebebasan ini dan mereka lebih
dengan ide ini, yang merupakan penghargaan pasif bagi pihak-pihak swasta dalam
ekonomi tidak dicapai dalam kehidupan yang nyata dan kebebasan ini tidak berarti
142
Ibid.,hal. 37.
143
Paul H. Briestzke, Relevansi Hukum Kontrak Amerika di Indonesia, Lokakarya Elips Project
(Economic Law and Improved Procurement System) Materi Perbandingan Hukum Perjanjian,
Surabaya, 1993, hal 25
mencantumkan mengenai ketentuan mana yang boleh dan mana yang dilarang dan
khusus mengenai public policy lebih banyak berhubungan dengan ukuran kepatuhan
menurut penilaian masyarakat. Oleh karena itu public policy tersebut dapat berbeda-
batasan-batasan azas kebebasan berkontrak ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasan
1320 BW khususnya syarat keempat, yaitu yang mengatur mengenai suatu sebab
(causa) yang diperbolehkan, di mana pengaturan persyaratan adanya sebab yang halal
ini harus sesuai dengan Pasal-pasal 1335 – 1337 BW. Kausa yang halal merupakan
salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu perjanjian, artinya
kesusilaan baik.144 Tindakan hukum yang mengandung kausa yang terlarang atau
Pasal 1335 KUH.perdata, yang berbunyi: Tindakan hukum yang mengandung kausa
yang terlarang atau kausa yang palsu, diatur dalam KUH.Perdata yaitu: “Suatu
persetujuan tanpa sebab atau yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau
Pasal 1337 KUH.Perdata, yang berbunyi: “Suatu sebab adalah terlarang apabila
dilarang oleh undang-undang atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik atau
ketertiban umum.”
144
J. Satrio, Hukum Perjanjian, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1992), hal. 305-355
(UUPK), pembatasan ini ditujukan pada perjanjian yang memuat klausula baku,
kalusula baku lahir karena asas kebebasan berkontrak, pada umumnya digunakan oleh
Pada pasal 18 ayat (1) UUPK dinyatakan bahwa Pelaku usaha dalam
yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen;
d. menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara
yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran;
f. memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau
mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa;
pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang
Pada prinsipnya dapat dilihat bahwa maksud dan tujuan pelaku usaha
merupakan itikad yang tidak baik karena mengalihkan tanggung jawab kepada
Selanjutnya akibat hukum dari dibuatnya klausula baku pada pasal 18 ayat (3)
UUPK menyatakan dokumen atau perjanjian itu menjadi batal demi hukum.
Pembatasan kebebasan berkontrak pada UUPK dalam lingkup klausula baku adalah
ditakutkan apabila tidak diatur dalam bentuk aturan hukum akan mengakibatkan
yang dilarang oleh Undang-Undang atau motivasi atau maksud dan tujuan dalam
perjanjian simulasi yaitu suatu perjanjian dimana para pihak menyatakan keadaan
yang berbeda dengan perjanjian yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam perjanjian
simulasi, terdapat dua persetujuan, dimana persetujuan lanjutan (akta lanjutan) dibuat
berbeda dengan persetujuan semula (akta aslinya), dan keadaan yuridis dari perbuatan
145
Herlien Budiono, Op.Cit, hal. 376
hukum yang dimuat dalam akta lanjutan, disembunyikan dari pihak ketiga. Akibat
hukum dari perjanjian simulasi baik absolut maupun relatif diatur dalam pasal 1873
bertentangan dengan akta asli, hanya memberikan bukti diantara pihak yang turut
serta dan para ahli warisnya atau orang yang mendapat hak daripada mereka, tetapi
tidak dapat berlaku terhadap orang-orang pihak ketiga yang beritikad baik.”
ini bahwa perikatan yang dilahirkan dari perjanjian, bagi para pihaknya bukan
hanya terikat oleh kata-kata dalam perjanjian itu, dan oleh kata-kata ketentuan
itikad baik. Itikad baik disebut bona fides, artinya bahwa kedua belah pihak
harus berlaku yang satu terhadap yang lain seperti patut saja antara orang-
orang sopan, tanpa tipu tipu daya, tanpa tipu muslihat, akal akalan, tanpa
menggangu pihak lain, tidak dengan melihat kepentingan sendiri saja tetapi
146
Ibid, hal. 89
147
P.L Wery, Perkembangan Hukum Tentang Itikad Baik di Nederland: Ceramah pada
Fakultas Hukum Universitas Airlangga di Surabaya pada tanggal 26 Januari 1990, (Jakarta: Percetakan
Negara RI, 1990),
Ada 2 pemahaman itikad baik yang dimaksud dalam pasal 1338 ayat 3
a. Tingkah laku para pihak dalam pelaksanaan perjanjian harus diuji atas dasar
norma norma objektif yang tidak tertulis. Pengertian objektif adalah tingkah
b. Tidak menunjuk pada nilai-nilai objektif yang tidak tertulis tetapi kepada
keadaan jiwa dan keadaaan jiwa itu dilindungi oleh undang-undang seperti
trouw) yaitu menambah isinya suatu perjanjian tertentu dan juga dapat
adil. Fungsi membatasi dari itikad baik merupakan pengecualian dari asas
untuk membuat perjanjian, kebebasan untuk menentukan isi perjanjian dan kebebasan
148
Ibid.
kesusilaan baik atau ketertiban umum, serta harus dilaksanakan dengan itikad baik
yang tidak mempunyai arti lain atau maksud-maksud jahat lainnya yang bertentangan
Agreement
contract)
perjanjian yang mengikat para pihak dalam perjanjian tersebut sebagai undang-
undang. Asas kebebasan berkontrak merupakan hal pokok dan penting dalam
penggunaan konsep nominee karena terdapatnya perjanjian nominee yang dibuat oleh
dan antara para pihak. Pihak yang ditunjuk sebagai nominee adalah pihak yang
sesungguhnya akan menikmati kemanfaatan dari benda yang dimiliki oleh nominee
(beneficial owner).
Perjanjian nominee lahir dari adanya asas kebebasan berkontrak dalam hukum
perjanjian, dan karenanya termasuk perjanjian yang tidak diatur di dalam undang-
undang karena belum terdapat pengaturan secara khusus mengenai konsep nominee.
Oleh karena itu, perjanjian nominee dapat dikategorikan sebagai perjanjian tidak
bernama (innominat) yang timbul berdasarkan asas kebebasan berkontrak, pacta sunt
Share Agreement
kekuatan mengikat bagi para pihak yang membuatnya ditinjau dari aspek kebebasan
untuk membuat perjanjian, kebebasan untuk menentukan isi perjanjian dan kebebasan
asas kebebasan berkontrak dan asas kekuatan mengikat sebagaimana diatur dalam
perjanjian nominee dalam KUHPerdata terdapat dalam Pasal 1338 ayat (1), yang
berbunyi "Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
setiap orang atau pihak yang membuat perjanjian nominee dengan sah akan mengikat
mengandung unsur atau elemen dari kebebasan berkontrak, kekuatan mengikat dan
kepastian hukum.
ini, yaitu:
149
Vide Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
150
Vide Pasal 1340 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji dari pada untuk dirinya
sendiri.”151 Berdasarkan kedua pasal tersebut di atas, dapat ditarik suatu pengertian
bahwa setiap perjanjian yang dibuat dimaksudkan hanya untuk dan mengikat para
Pada dasarnya Perbuatan hukum dibatasi akibat hukumnya oleh tiga hal, yaitu
umum. 152 Serta harus memiliki itikad baik dalam pembuatan perjanjian tersebut,
undang yang tegas melarang perjanjian nominee terdapat dalam ketentuan Pasal 33
ayat (1) UU PM ditegaskan bahwa penanam modal dalam negeri dan penanam modal
asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas dilarang
saham dalam perseroan terbatas untuk dan atas nama orang lain. Dan akibat hukum
adanya perjanjian pinjam nama saham tersebut berdasarkan kententuan pasal 33 ayat
nominee perlu diketahui dahulu maksud dan tujuan penggunaan nominee itu sendiri,
seperti yang telah dipaparkan sebelumnya dalam bab terdahulu mengenai maksud dan
tujuan penggunaan nominee, maksud dan tujuan penggunaan nominee adalah untuk
151
Vide Pasal 1315 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
152
Herlien Budiono, Op. Cit hal. 148.
hukum sedemikian rupa, sampai pada tindak pidana pencucian uang, secara logika
umum maksud dan tujuan penggunaan nominee telah melanggar unsur itikad baik
adalah sah dan mempunyai kekuatan mengikat bagi para pihak yang membuatnya
saja, tetapi tidak memiliki daya paksa dimuka hukum dan hanya menjadi perikatan
alamiah belaka, hal ini dikarenakan perjanjian nominee yang lahir karena kebebasan
berkontrak telah melanggar ketentuan hukum yang yang secara tegas berlaku di
lebih lanjut, yang dibuat dalam suatu akta tersendiri (yang bertentangan dengan akta
asli) hanya memberikan bukti diantara para pihak, para ahli waris atau penerima hak,
tetapi tidak dapat berlaku terhadap orang-orang pihak ketiga yang beritikad baik.
Perjanjian nominee dalam ketentuan KUHPerdata Pasal 1873 tersirat dalam frasa
“yang dibuat dalam suatu akta tersendiri (yang bertentangan dengan akta asli)” yang
lebih lanjut memiliki akibat hukum “hanya memberikan bukti diantara para pihak,
para ahli waris atau penerima hak, tetapi tidak dapat berlaku terhadap orang-orang
pihak ketiga yang beritikad baik.” pasal ini secara tegas menyatakan perjanjian
nominee tidak dapat dijadikan bukti secara hukum oleh pihak ketiga yang beritikad
perjanjian harus memenuhi 4 syarat diantaranya syarat adanya kausa yang halal,
kausa yang halal lebih lanjut dijabarkan dalam Pasal 1335 dan 1337 KUHPer. Pasal
1335 KUHPerdata, berbunyi: “Suatu persetujuan tanpa sebab atau yang telah dibuat
karena suatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuataan.” Pasal
1337 KUHPerdata, berbunyi: “Suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh
Kausa halal yang dimaksudkan dalam Pasal 1335 dan 1337 KUHPer di atas
pada prinsipnya adalah sama yaitu melarang suatu perjanjian dibuat apabila dilarang
bahwa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing yang melakukan
terbatas untuk dan atas nama orang lain. Dan akibat hukum adanya perjanjian pinjam
UUPM dengan ketentuan Pasal 1335 dan 1337 KUHPer, dimana secara lex specialis
batal demi hukum apabila perjanjian itu dibuat, dengan kata lain perjanjian tersebut
dianggap tidak pernah ada, hak dan kewajibannya yang timbul dari perjanjian
mengakibatkan kepemilikan saham yang terdaftar saja yang diakui, legal owner yang
diakui secara hukum memiliki hak penuh atas saham yg dimiliki, sedangkan
beneficiary tidak memiliki hak sama sekali atas saham miliknya yg terdaftar atas
nama orang lain, ini adalah konsekuensi akibat batalnya perjanjian nominee antara
BAB IV
penentuan bagaimanakah hukum yang seharusnya dalam suatu kasus. Putusan adalah
hasil yang di dasarkan pada pengadilan atau dengan kata lain putusan dapat berarti
dilakukan oleh para pihak yang berperkara, putusan dan bagaimana putusan itu
dilaksanakan adalah suatu tahapan ataupun hasil akhir dari persidangan yang menjadi
tujuan dari para pihak yang berperkara. Sebab putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap menjadi dasar bagi para pihak yang bersengketa untuk
mengikat bagi para pihak yang berperkara dan memiliki kekuatan eksekutorial yang
artinya bahwa putusan pengadilan dapat dilaksanakan secara paksa oleh para pihak
dengan bantuan alat-alat negara terhadap para pihak yang tidak melaksanakan
153
Fence M. Wantu, Mutia Cherawaty Thalib, Suwitno Y. Imran, cara cepat belajar Hukum
Acara Perdata. (Jakarta: Reviva Cendekia, 2010, Hal 171.
2 buah putusan yang berkaitan dengan perjanjian nominee saham, yang selanjutnya
1. Kronologi Kasus
Kasus ini terjadi antara Syafwan Lubis dengan Ramli Lubis, Syafwan Lubis
merupakan supir dan orang kepercayaan Ramli Lubis, pada tahun 2003 Ramli Lubis
tanggal 18 Oktober 2003 yang dibuat oleh Notaris Muhammad Hasyim Nasution di
Medan, modal dasar dalam pendirian PT tersebut seluruhnya adalah milik Ramli
Lubis, tetapi karena sesuatu hal Ramli Lubis tidak masuk dalam akta pendirian PT
tersebut, Ramli Lubis menempatkan Syafwan Lubis beserta 6 orang lainnya yakni
Nuhud Pulungan, Ramlan Bayanuddin Disebut Juga Ramlan By, Mara Monang
Pulungan, Henri Pardede, Ingrita Pulungan, Arwan Efendi Lubis sebagai pendiri PT
tersebut. Kepemilikan saham oleh Syafwan Lubis beserta 6 orang lainnya tersebut
dibuat secara nominee, hal ini berdasarkan Surat Pernyataan dan Surat Kuasa yang
dibuat antara Ramli Lubis dengan Syafwan Lubis beserta pemegang saham lainnya
masing-masing,
selaku Direktur Utama, Kemudian pada tahun 2004 telah dilakukan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) yang isinya penambahan modal dan penambahan nilai
saham serta pengangkatan pengurus baru dimana Syafwan Lubis tetap menjabat
Direktur Utama, Selanjutnya pada tahun 2007 dilakukan lagi Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT. Rizkina Mandiri Perdana yang isinya
melakukan Penambahan Modal Dasar Perseroan menjadi 10. 000.- (Sepuluh Ribu)
Saham dengan nilai Nominal atau sebesar Rp. 10.000.000.000,- (Sepuluh Milyar
Rupiah)
Utama PT. Rizkina Mandiri Perdana menjumpai Notaris Ikhsan Lubis dan meminta
Notaris membuat Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
(RUPSLB). Atas permintaan tersebut, Notaris membuat Akta Berita Acara No.12
telah dilakukan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Kantor
Notaris yang mana RUPSLB tersebut untuk pengalihan seluruh saham PT. Rizkina
Mandiri Perdana kepada saksi Ivan Iskandar Batubara dan PT Sumatera Borneo Palm
Oil dan perubahan Manajemen PT. Rizkina Mandiri Perdana yang sebelumnya
terdakwa Safwan Lubis dan para pemegang saham lainnya sebagai pengurus PT.
Rizkina Mandiri Perdana berubah menjadi Ivan Iskandar Batubara sebagai Direktur
saksi Ivan Iskandar Batubara dan Maslin Batubara untuk menguasai seluruh saham
beserta seluruh aset-aset dari PT. Rizkina Mandiri Perdana. sehingga akibat dari
beralihnya seluruh saham-saham PT. Rizkina Mandiri Perdana kepada Ivan Iskandar
Batubara dan PT. Sumatera Borneo Palm Oil (Maslin Batubara) kemudian terjadi
perubahan terhadap Managemen PT. Rizkina Mandiri Perdana dimana Ivan Iskandar
Batubara menjabat sebagai Direktur Utama dan Maslin Batubara sebagai Komisaris
di PT. Rizkina Mandiri Perdana, dimana akibat terjadinya Pengalihan seluruh saham-
saham PT. Rizkina Mandiri Perdana tersebut Mengakibatkan Ramli Lubis mengalami
kerugian sebesar lebih kurang lebih 400 M (Empat ratus milyar rupiah).
Atas kerugian tersebut Ramli Lubis melapor kepada pihak berwajib dengan
palsu dalam Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
(RUPSLB) No.12 tanggal 12 Desember 2007, yang diatur pasal 266 ayat (1)
KUHPidana.
a. Pertimbangan hakim
Pertama :
Primair: pasal 266 ayat (1) Jo. pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana ;
Atau:
Kedua :
Primair: pasal 263 ayat (1) Jo. pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana;
Maka Majelis akan mempertimbangkan dahulu dakwaan primair dari dakwaan Jaksa
Penuntut Umum;
pasal 266 ayat (1) Jo. pasal 55 ayat (1) KUHP mempunyai unsurunsur sebagai
berikut:
sesuatu hal yang kebenarannya harus dinyatakan oleh akta itu, dengan maksud
untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai akta itu seolah-olah
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan unsur barang siapa adalah orang
perorangan yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai subyek hukum pidana dan
mampu bertanggung jawab atas tindak pidana yang dilakukannya, dan sepanjang
dari keterangan para saksi dan keterangan terdakwa sendiri, maka barang siapa yang
dimaksud adalah terdakwa Syafwan Lubis, dengan segala identitasnya yang telah
diakui kebenarannya;
telah terbukti;
selanjutnya :
sesuatu hal yang kebenarannya harus dinyatakan oleh akta itu, dengan maksud
dengan kebenaran :
keterangan palsu dalam perkara ini adalah keterangan yang menyatakan tentang
berita acara kehadiran pemegang saham didalam Rapat Umum Pemegang Saham PT.
Akta Nomor: 12 tanggal 12 Desember Tahun 2007 yang dibuat di hadapan Saksi
dibuat di hadapan Saksi Notaris Ikhsan Lubis, SH. telah diakui dan ditanda tangani
serta dengan cap jempol dari seluruh pemilik saham dari PT. Rizkina Mandiri
Perdana;
seluruh pemilik saham yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham PT. Rizkina
Mandiri Perdana;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum para pemilik saham yang tidak
hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham PT. Rizkina Mandiri Perdana pada
tanggal 12 Desember 2007 adalah : saksi Ir. Henri Pardede dan saksi Ingrita
Pulungan;
Menimbang, bahwa akan tetapi dalam berita acara Akta No.12 tanggal 12
Desember 2007, saksi Ir. Henri Pardede dan saksi Ingrita Pulungan walaupun tidak
hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham PT. Rizkina Mandiri Perdana, tetapi juga
ikut menanda tangani daftar hadir Rapat Umum Pemegang Saham tersebut di atas;;
Ramli Lubis yang menyuruh Terdakwa untuk menanda tangani berita acara dalam
Akta No.12 Tahun 2007 dan juga kepada para pemegang saham lainnya, termasuk
saksi Ir. Henri Pardede dan saksi Ingrita Pulungan yang tidak hadir pada saat itu;;
otentik mengenai sesuatu hal yang kebenarannya harus dinyatakan oleh akta
itu, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai akta
itu seolah-olah keterangannya sesuai dengan kebenaran, telah terbukti secara sah
dan meyakinkan;
dari kata “dapat” ini mempunyai pengertian bahwa pasal ini menganut delik formil,
yaitu pasal ini tidak memerlukan akibat yang ditimbulkan dari perbuatan Terdakwa,
berpendapat unsur dapat menimbulkan kerugian telah terbukti secara sah dan
meyakinkan;
2007 telah terjadi pengalihan saham-saham PT. Rizkina Mandiri Perdana dari seluruh
pemilik saham kepada saksi Ivan Batubara, yang dilakukan di hadapan saksi Notaris
Ramli Lubis telah menerima sejumlah uang hasil dari pengalihan saham PT. Rizkina
Mandiri Perdana tersebut di atas sebesar Rp. 48.000.000.000 (empat puluh delapan
milyar);
hutang sebesar Rp.20.000.000.000,- (dua puluh miliar rupiah) kepada saksi Ivan
Perdana Mandiri juga telah dibuat Akta Perdamaian No.37 tanggal 28 Oktober 2009
antara saksi Ramli Lubis dengan saksi Ivan Batubara yang dibuat di hadapan Notaris
Desember 2007 tahun 2007 tentang pengalihan kepemilikan saham PT. Rizkina
Mandiri Perdana oleh para pemilik saham kepada saksi Ivan Batubara, maka para
pemilik saham telah sepakat akan menggunakan cara-cara sebagaimana yang telah
dari saksi Ramlan Bayanuddin yang ditujukan kepada saksi Notaris Ikhsan Lubis,
SH., yang menyatakan bahwa saksi Ramlan Bayanuddin yang meminta untuk
dibuatkan Akta Nomor 12 Tahun 2007, tentang pengalihan seluruh saham PT.
Rapat Umum Pemegang Saham dapat dilakukan dengan secara kehadiran phisik
yang dilakukan oleh para pemilik saham ini, dengan telah menanda tangani daftar
hadir sebagaimana berita acara dalam Akta No.12 tanggal 12 Desember 2007 adalah
suatu kesepakatan yang merupakan kehendak dan keinginan dari para pihak sebagai
timbul antara saksi DR.Drs. Ramli Lubis, MM dengan saksi Ivan iskandar Batubara
dan saksi Maslin Batubara adalah tentang belum terlaksananya seluruh hasil
maka sudah sepatutnya Terdakwa dinyatakan untuk dilepaskan dari tuntutan hukum
(onstlag van alle rechts vervolging) dari dakwaan Pertama Primer tersebut;
dakwaan Pertama Subsidair penuntut umum yaitu pasal 266 ayat (1) KUHP yang
mengenai sesuatu hal yang kebenarannya harus dinyatakan oleh akta itu,
dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai akta itu
adalah sama dengan dakwaan Pertama Primair, maka Majelis mengambil alih
berpendapat demi hukum melepaskan Terdakwa dari tuntutan hukum (onstlag van
dalam dakwaan Kedua Primair pasal 263 ayat (1) Jo. pasal 55 ayat (1) ke-1
Dipalsukan;
6. Unsur sebagai orang yang melakukan, menyuruh melakukan atau turut serta
melakukan;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan unsur barang siapa adalah setiap
orang yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai subyek hukum pidana dan mampu
bertanggung jawab atas tindak pidana yang dilakukannya, dan sepanjang kemampuan
unsur tindak
pidana;
dari keterangan para saksi dan keterangan terdakwa sendiri, maka barang siapa yang
dimaksud adalah terdakwa Syahwan Lubis dengan segala identitasnya yang diakui
kebenarannya;
sebagaimana dalam dakwaannya, adalah surat kuasa dari akhli waris Mara Monang
dimaksud adalah sebagaimana surat kuasa No.11 tanggal 12 Desember 2007, yang
Menimbang, bahwa para akhli waris dari Mara Monang Pulungan menyatakan
bahwa tanda tangan di dalam surat kuasa yang memberikan kuasa kepada Ramlan
Bayanuddin, adalah bukan tanda tangan dari para akhli waris Mara Monang
Pulungan;
menyatakan Terdakwa yang telah membuat surat palsu atau memalsukan surat berupa
para akhli waris dari Mara Monang Pulungan di dalam surat kuasa No. 11 tanggal 12
yang berwajib agar dapat sebagai bukti pembenar adanya tanda tangan yang tidak sah
untuk itu;
benaran dari tanda tangan para akhli waris dari Mara Monang Pulungan di dalam
surat kuasa No.11 tanggal 12 Desember 2007 yang di buat dihadapan Notaris Ikhsan
Lubis, SH.;
Kedua Subsidair penuntut umum pasal 263 ayat (1) KUHPidana yang unsur-
Dipalsukan;
dakwaan Kedua Primair, maka Majelis mengambil alih seluruh pertimbangan dalam
Subsidair tersebut;
menyangkut melepaskan terdakwa dari semua tuntutan hukum (onstlag van alle
terdakwa sedangkan pledooi selain dan selebihnya tidak beralasan maka haruslah
dikesampingkan ;
Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa berada dalam tahanan kota, maka
Primair dan Subsidair serta dibebaskan dari seluruh dakwaan kedua Primair dan
Memperhatikan, akan pasal 191 ayat (1); (2) KUHAP dan pasal 97
b. Putusan
MENGADILI:
1) Menyatakan terdakwa Syahwan Lubis telah terbukti secara sah dan meyakinkan
tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana
martabatnya;
a) 1 (satu) Exemplar Foto Copi Minuta Akta Berita Acara No. 12, tanggal 12
Desember 2007 yang dibuat dan dilegalisasi oleh Notaris Ikhsan Lubis, SH,
SpN di Medan ;
b) 1 (satu) Exemplar Foto Copi Minuta Akta Berita Acara No. 12, tanggal 12
Desember 2007 yang dibuat dan dilegalisasi oleh Notaris Ikhsan Lubis, SH,
SpN di Medan
c) 1 (satu) Exemplar Foto Copi Minuta Akta Berita Acara No. 12, tanggal 12
Desember 2007 yang dibuat dan dilegalisasi oleh Notaris Ikhsan Lubis, SH,
SpN di Medan
d) 1 (satu) Exemplar foto copi yang dilegalisir oleh Notaris Muhammad Hasyim
Bayanuddin
e) 1 (satu) Exemplar foto copi yang dilegalisir oleh Notaris Muhammad Hasyim
Nasution, SH, Surat Kuasa Nomor : 4, tanggal 18 oktober 2003 yang dibuat
Alias Ramlan By
f) 1 (satu) Exemplar foto copi yang dilegalisir oleh Notaris Muhammad Hasyim
dibuat oleh Notaris Muhammad Hasyim Nasution, SH An. Haji Mara Monang
2003 yang dibuat oleh Notaris Muhammad Hasyim Nasution, SH An. Haji
g) 1 (satu) Exemplar foto copi yang dilegalisir oleh Notaris Muhammad Hasyim
h) (satu) Exemplar foto copi yang dilegalisir oleh Notaris Muhammad Hasyim
i) 1 (satu) Exemplar foto copi yang dilegalisir oleh Notaris Muhammad Hasyim
dibuat oleh Notaris Muhammad Hasyim Nasution, SH An. Ir. Henri Pardede
j) 1 (satu) Exemplar foto copi yang dilegalisir oleh Notaris Muhammad Hasyim
Nasution, SH Surat Kuasa Nomor : 10, tanggal 18 oktober 2003 yang dibuat
k) 1 (satu) Exemplar foto copi yang dilegalisir oleh Notaris Muhammad Hasyim
l) 1 (satu) Exemplar foto copi yang dilegalisir oleh Notaris Muhammad Hasyim
Nasution, SH Surat Kuasa Nomor : 12, tanggal 18 oktober 2003 yang dibuat
m) 1 (satu) Exemplar foto copi yang dilegalisir oleh Notaris Muhammad Hasyim
dibuat oleh Notaris Muhammad Hasyim Nasution, SH An. Ir. Arwan Efendi
Lubis 1 (satu) Exemplar foto copi yang dilegalisir oleh Notaris Muhammad
Hasyim Nasution, SH Surat Kuasa Nomor : 15, tanggal 18 oktober 2003 yang
dibuat oleh Notaris Muhammad Hasyim Nasution, SH An. Ir. Arwan Efendi
perkara lain ;
3. Analisa Putusan
Pada kasus di atas yang terjadi antara Syafwan Lubis dengan Ramli Lubis,
tahun 2007 adalah Direktur Utama PT. Rizkina Mandiri Perdana dengan miliki 2.000.
lembar saham”
“Bahwa benar dalam Anggaran Dasar PT. Rizkina Mandiri Perdana tidak ada
“Bahwa benar berdasarkan surat pernyataan No.3; No.5; No.7; No.9; No.11
dan No.15 serta surat kuasa No.4; No.6; No.8; No.10; No.12 dan No.16 menyatakan
bahwa pemilik seluruh saham PT. Rizkina Mandiri Perdana adalah saksi Ramli Lubis
dan isterinya yang bernama saksi Hj. Erna Rostini Pulungan sedangkan para
Namun kasus tersebut bermula ketika Syafwan Lubis sebagai direktur utama
perseroan mengalihkan seluruh saham PT. Rizkina Mandiri Perdana kepada saksi
Ivan Iskandar Batubara dan PT Sumatera Borneo Palm Oil yang mengakibatkan
Ramli Lubis mengalami kerugian sebesar lebih kurang 400 M (Empat ratus milyard
rupiah).
medan menyatakan bahwa dengan telah ditanda tanganinya Akta No.12 tanggal 12
Desember 2007 tahun 2007 tentang pengalihan kepemilikan saham PT. Rizkina
Mandiri Perdana oleh para pemilik saham kepada saksi Ivan Batubara, maka para
pemilik saham telah sepakat akan menggunakan cara-cara sebagaimana yang telah
yang dilakukan oleh para pemilik saham, dengan telah menanda tangani daftar hadir
sebagaimana berita acara dalam Akta No.12 tanggal 12 Desember 2007 adalah suatu
kesepakatan yang merupakan kehendak dan keinginan dari para pihak sebagai
hukum yang dilakukan oleh Syafwan Lubis bukanlah termasuk dalam lingkungan
pidana melainkan termasuk dalam lingkungan perdata, atas pertimbangan itu hakim
rangkaian pertimbangan hakim, hakim tidak secara tegas menyatakan status hukum
dari perjanjian nominee antara Syafwan Lubis dengan Ramli Lubis tetapi secara tidak
langsung majelis hakim bependapat mengenai perjanjian nominee itu adalah batal
demi hukum karena dalam fakta persidangan hakim memuat fakta-fakta hukum
sebagai pemegang saham tetapi namanya tidak tercantum sebagai pemegang saham
dalam anggaran dasar suatu perseroan, maka keberadaannya tidak diakui, kemudian
perjanjiannya tidak memiliki causa yang halal, sehingga perjanjiannya menjadi batal
demi hukum;
tentang nominee dimana dalam Hukum Perseroan Terbatas organ Perseroan terbatas
adalah RUPS, Direksi dan Komisaris. RUPS adalah Organ Perseroan yang
mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Komisaris, yang
hanya dimiliki Pemegang Saham dan Pemegang Saham adalah orang yang terdaftar
dalam Anggaran Dasar yang namanya tertulis, kemudian yang punya hak menghadiri
RUPS adalah Pemegang Saham. Dalam UU Perserotan Terbatas tidak dikenal orang
luar mengatakan itu sahamnya (Nominee) maka sama sekali tidak boleh ada
intervensi dari pihak diluar pemegang saham. Seandainya nomine hadir ada dibuat
perjanjian, itu perjanjian internal pemegang saham dengan pihak ketiga, yang
menyuruh membuat akta otintek adalah tanggung jawab orang yang menyuruh.
tentang nominee dimana dalam anggaran dasar harus disebutkan nama-nama dari
pemegang saham, saham adalah atas nama, maka nama yang tercantum dalam
anggaran dasar adalah yang memiliki saham itu. Saham adalah atas nama dan
nama yang tercantum dalam anggaran dasar sajalah yang punya hak, pihak-pihak lain
tidak punya hak karena namanya tidak tercantum dalam anggaran dasar. Pada pasal
mengadakan perjanjian bahwa dia itu adalah pemegang saham milik orang lain.
Dalam ilmiah hukum Perdata ada dikenal perjanjian nominee. Perjanjian Nominee
adalah suatu konsep yang dikenal dalam Comman Law, kita tidak mengenal itu, Civil
Law tidak mengenal konsep perjanjian nominee dalam hukum nasional kita itu tidak
diakui. Dalam praktek, perjanjian nominee orang yang menyediakan uang disebut
beneficiary ownership dan orang yang tercantum namanya dalam anggaran dasar
disebut legal ownership jadi jika ada pihak yang mengadakan perjanjian nominee,
maka perjanjian itu tidak memiliki causa sehingga perjanjian itu batal demi hukum,
Orang yang tidak tercantum namanya dalam akta tidak berhak meminta kerugian dari
badan hukum itu, itu adalah resiko janji yang tidak mempunyai causa. Seseorang bisa
saja mengaku sebagai pemeilik Perseroan, perlu ditanya bukti kepemilikannya apa,
bukti kepemilikan harus namanya tercantum dalam anggaran dasar dan kreteria itu
sifatnya memaksa
menunjukkan bahwa Ramli Lubis sama sekali tidak memiliki kewenangan untuk
Ramli Lubis tidak tercantum namanya dalam anggaran dasar perseroan. Mengenai
milik Ramli Lubis, berdasarkan pasal 33 ayat (1) Undang-undang nomor : 25 Tahun
pemegang saham tetapi namanya tidak tercantum sebagai pemegang saham dalam
seperti itu tidak memiliki causa yang halal, sehingga perjanjiannya menjadi batal
demi hukum. Sehingga terhadap putusan pengadilan negeri medan tersebut penulis
berpendapat putusan hakim telah memenuhi keadilan dimana kepastian hukum dari
anggaran dasar perseroan telah terpenuhi sebagai bukti pertimbangan hakim dalam
memutus, putusan hakim dalam perkara ini menurut penulis telah sesuai dengan
1. Kronologi kasus
Kasus ini terjadi antara Penggugat yakni Taw Kining alias Kining dengan
Tergugat yakni Hoi Fat alias Patrick Pangestu, Tergugat (Hoi Fat) awalnya berniat
mendirikan usaha dalam bentuk Perseroan Komanditer (CV) tetapi terbentur dengan
adanya syarat minimal 2 orang pendiri, karena kendala tersebut ia meminta kepada
adik iparnya yaitu Penggugat (Kining) untuk mau meminjamkan namanya agar dapat
CV. Prima, selanjutnya atas kesepakatan itu dibuatlah akta pendiriannya yang
dengan komposisi pengurus yaitu Tergugat (Hoi Fat) sebagai Pengurus (Direktur)
rupiah), sedangkan Penggugat (Kining) tidak menyetor modal sama sekali, karena
memang pada dasarnya hanya pinjam nama saja. namun secara formalitas dalam akta
pendirian CV. Prima tertera untuk pertama kali menyetor modal awal dalam
(Hoi Fat) sebesar Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan Penggugat (Kining)
laporan keuangan dan laporan rugi laba perseroan kepada Tergugat, namun selalu
Penggugat untuk mengundurkan diri sebagai persero komanditer pada perseroan CV.
Prima dan akan digantikan oleh anak kandung Tergugat. Atas permintaan itu
laporan keuangan dan laporan rugi laba dari Tergugat termasuk pembagian
perseroan tersebut ditolak oleh Tergugat, Tergugat menyatakan tidak bersedia untuk
memberikan laporan keuangan perseroan CV. Prima kepada Penggugat, sehingga atas
Batam.
rugi laba perseroan komanditer CV. Prima terhitung sejak tahun 1999
(1). 2 (dua) unit ruko kantor CV. Prima yang terletak di Komplek
(2). 2 (dua) unit ruko Hotel Prima Asia yang terletak di Komplek
(4). 1 (satu) unit mobil sedan Toyota Corolla, warna merah, Nomor
sebagai berikut:
a. Pertimbangan Hakim
- akta pendirian CV. Prima adalah tidak sah, dan oleh karenanya dapat dibatalkan
karena adanya cacat kehendak (wilsgebreke), yang awalnya hanya atas nama saja
sebagai persero (pengurus), telah meminta sebesar 40 (empat puluh) persen padahal
tidak pernah memasukkan modalnya, sehingga sudah tidak sesuai lagi dengan
kesepakatannya pada waktu membuat akta dimaksud, dan oleh karenanya akta
tersebut adalah tidak sah dan dapat dibatalkan; dan isinya tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat lagi bagi Tergugat untuk memenuhi agar menyerahkan aset CV.
- perjanjian yang dibuat dihadapan Notaris atau Pejabat yang berwenang bukanlah
selalu dianggap benar, namun dianggap menjadi autentik, sehingga akta pendirian
tersebut tidak sah dan dapat dibatalkan, karena faktanya akta tersebut tidak sesuai
dengan fakta yang terjadi pada saat akta tersebut dibuat dan ditandatangani pun
b. Putusan
Nomor 82/Pdt.G/2012/PN Btm., tanggal 4 Juli 2013 yang amarnya sebagai berikut:
Dalam Eksepsi:
MENGADILI SENDIRI
Dalam Eksepsi:
- Menyatakan sah menurut hukum Akta Perseroan Komanditer CV. Prima Nomor 14
Prima terhitung sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2012 kepada Penggugat;
Perseroan Komanditer CV. Prima terhitung sejak 1994 sampai dengan tahun 2012
dan modal sebesar Rp40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah) yang diserahkan oleh
- Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam kedua
Pengadilan Negeri Batam tidak salah menerapkan hukum sebab putusan dan
Bahwa akta autentik yang tidak dilawan dengan bukti yang kuat, isi akta
putusan Judex Facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau
undang-undang, maka permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi HOI
M E N G A D I L I:
perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah);
3. Analisis Kasus
Kasus yang terjadi antara Hoi Fat dengan Kinning adalah terdapatnya
nominee dalam kepemilikan saham kinning pada CV. Prima, dalam akta pendirian
CV. Prima, Hoi Fat menyetor sebesar 60 % saham dan Kinning sebesar 40 % saham,
secara materil total 100 % saham dalam CV. Prima tersebut sebenarnya berasal dari
Hoi Fat, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kepemilikan saham kinning
dan laporan rugi laba perseroan, atas permintaan itu Hoi Fat menolak karena dalam
kasus ini penulis berasumsi bahwa hoi fat sebagai pemilik modal (beneficial owner)
menganggap kinning (legal owner) tidak memiliki hak untuk menuntut laporan
keuangan dan laporan rugi laba perseroan tesebut, karena modal yang masuk ke
dalam perseroan adalah miliknya. Penulis berasumsi bahwa Hoi Fat meyakini
secara nominee.
Selanjutnya atas penolakan itu, Kinning menggugat hoi fat telah melakukan
wanprestasi atau ingkar janji atas kewajiban Hoi Fat, kwalifikasi wanprestasi menurut
empat macam:
Berdasarkan hal tersebut, menurut penulis tindakan Hoi Fat yang tidak pernah
menyerahkan laporan keuangan dan laporan rugi laba perseroan setiap tahunnya
kepada Kinning selaku persero komanditer dari tahun pertama perseroan berdiri yaitu
154
Subekti, Op. Cit, hal 45
1994 hingga tahun 2012 saat gugatan diajukan, adalah merupakan tindakan
wanprestasi.
- Judex Facti Tingkat Pertama menganggap akta pendirian CV. Prima tidak sah, dan
oleh karenanya dapat dibatalkan karena adanya cacat kehendak (wilsgebreke), yang
awalnya hanya atas nama saja sebagai persero (pengurus), telah meminta sebesar 40
(empat puluh) persen padahal tidak pernah memasukkan modalnya, sehingga sudah
tidak sesuai lagi dengan kesepakatannya pada waktu membuat akta dimaksud, dan
oleh karenanya akta tersebut adalah tidak sah dan dapat dibatalkan; dan isinya tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat lagi bagi Tergugat untuk memenuhi agar
- Judex Facti Tingkat Pertama dalam pertimbangannya bahwa perjanjian yang dibuat
dihadapan Notaris atau Pejabat yang berwenang bukanlah selalu dianggap benar,
namun dianggap menjadi autentik, sehingga akta pendirian tersebut tidak sah dan
dapat dibatalkan, karena faktanya akta tersebut tidak sesuai dengan fakta yang terjadi
pada saat akta tersebut dibuat dan ditandatangani pun ternyata bertentangan dengan
a) Dalam pembuktian Perdata, alat bukti yang sah atau yang diakui oleh hukum
terdiri dari:
1) Bukti tulisan;
3) Persangkaan-persangkaan;
4) Pengakuan;
5) Sumpah155
Alat bukti tulisan ditempatkan dalam urutan pertama, hal ini membuktikan
bahwa bukti tulisan dalam perkara perdata memiliki peran yang sangat
sebagai maksud untuk menjadi alat bukti yang sempurna atas peristiwa
hubungan hukum yang terjadi apabila suatu ketika timbul sengketa atas
bukti yang dianggap paling dapat diterima adalah alat bukti surat atau tulisan,
karena dalam hukum acara perdata yang dicari adalah kebenaran formil.
Adapun yang dimaksud dengan kebenaran formil tidak lain adalah kebenaran
yang didasarkan pada apa yang dikemukakan oleh para pihak di muka
Dalam hukum acara perdata, hakim terikat pada apa yang dikemukakan oleh
155
Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Dalam kasus a quo, bukti tulisan yang dimaksud adalah akta pendirian
CV. Prima yang dianggap oleh hakim tidak sah, karena nyatanya kinning
hakim tersebut menurut penulis tidak sesuai dengan kebenaran formil yang
tertera dalam akta pendirian CV. Prima. Jika hakim menilai akta itu tidak
menurut penulis wujud dari kesepakatan para pihak untuk mendirikan CV.
Prima adalah akta pendirian itu sendiri, penulis berpendapat bahwa hakim
atas nama saja yang sebenarnya adalah milik Hoi Fat, tentu hal ini dapat
undangan di indonesia yang secara tegas dilarang pada pasal 33 ayat (1) dan
langsung Hoi Fat telah mengakui modal tersebut adalah berasal dari Kinning,
bukti tulisan yang sempurna yang tidak dapat dibatalkan karena telah
b) Akta otentik memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna sebagai suatu alat
dan Pasal 285 Rbg yaitu sempurna dan mengikat. Kemampuan lahiriah akta
KUH Perdata tidak dapat diberikan kepada akta yang dibuat di bawah tangan
sehingga akta yang dibuat di bawah tangan tersebut baru berlaku sah apabila
apabila hal tersebut dengan cara yang sah menurut hukum dapat dianggap
sebagai telah diakui oleh yang bersangkutan. Suatu akta otentik yang
sebaliknya, bahwa akta itu bukan akta otentik. Akta otentik membuktikan
artinya menandakan akta tersebut dilihat dari luar dan dari kata-katanya
sebagai yang berasal dari seorang pejabat umum, maka akta itu terhadap
setiap orang dianggap sebagai akta otentik sampai pihak lawan dapat
membuktikan bahwa akta yang diajukan bukan akta otentik karena pihak
Batam yang menyatakan perjanjian bukanlah selalu dianggap benar namun dianggap
otentik adalah penilaian yang keliru, hal ini tentu dapat menimbulkan ketidakpastian
hukum, dimana dalam pembuktian perdata seharusnya hakim mengacu pada apa yang
diperjanjikan para pihak, terlebih lagi perjanjian itu telah dituangkan dalam akta
otentik. menurut Mahmul Siregar, kepastian hukum tidak saja meliputi kepastian
kepastian hukum dari substasnsi hukum yang telah diperjanjikan para pihak.
MENGADILI SENDIRI
Dalam Eksepsi:
- Menyatakan sah menurut hukum Akta Perseroan Komanditer CV. Prima Nomor 14
Prima terhitung sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2012 kepada Penggugat;
Perseroan Komanditer CV. Prima terhitung sejak 1994 sampai dengan tahun 2012
156
Mahmul Siregar “Kepastian Hukum dalam Transaksi Bisnis Internasional dan
Implikasinya terhadap Kegiatan Investasi di Indonesia” Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 27, No. 4, Tahun
2008, hal 4.
dan modal sebesar Rp40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah) yang diserahkan oleh
- Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam kedua
penulis adalah tindakan yang tepat, dalam putusan ini terdapat perbedaan yang
mencolok dari putusan PN Batam dimana hakim Menyatakan sah menurut hukum
Menyatakan secara hukum Tergugat telah melakukan ingkar janji/ wanprestasi dan
Komanditer CV. Prima terhitung sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2012 kepada
Komanditer CV. Prima terhitung sejak 1994 sampai dengan tahun 2012 dan modal
sebesar Rp40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah) yang diserahkan oleh Penggugat
kedalam CV. Prima kepada Penggugat; membayar biaya perkara yang timbul dalam
kedua tingkat peradilan, yang untuk peradilan tingkat banding sebesar Rp150.000,00
Menyatakan sah menurut hukum Akta Perseroan Komanditer CV. Prima Nomor 14
Prima terhitung sejak 1994 sampai dengan tahun 2012 dan modal sebesar
Penulis berpendapat bahwa hakim tingkat banding telah tepat memutus untuk
membatalkan putusan tingkat pertama, hal ini menandakan hakim tingkat banding
tidak mengakui keberadaan saham kinning yang dimiliki secara nominee, dan tetap
mengacu pada Akta Perseroan Komanditer CV. Prima, sehingga menurut penulis
indonesia yang melarang kepemilikan saham secara nominee, serta putusan tingkat
banding memberikan kepastian hukum terhadap apa yang diperjanjikan para pihak
membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp500.000,00 (lima ratus
ribu rupiah);
saham yang sebenarnya dimiliki oleh beneficiary cenderung tidak memiliki kepastian
hukum dan akibatnya menjadi batal demi hukum karena telah menyalahi aturan
BAB V
A. Kesimpulan
Pemaparan mengenai konsep, definisi dan penjelasan dalam tesis ini diakhiri
permasalahan yang diangkat di dalam tesis ini, dimana terdapat beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Trust adalah suatu konsep yang dikenal dalam Common Law System, trust
eksistensinya dalam pasal 33 ayat (1) dan (2) UUPM, Latar belakang dari
bidang usaha yang tertutup bagi investor asing di Indonesia. Alasan mengapa
meliputi:
tertutup untuk penanaman modal agar tidak dikuasai pihak asing secara
nominee .
ketertiban umum, serta harus dilaksanakan dengan itikad baik. Dalam hal
tegas melarang perjanjian nominee itu dalam ketentuan Pasal 33 ayat (1)
tujuan penggunaan nominee itu telah melanggar unsur itikad baik dalam hal
itikad baik mengakibatkan perjanjian itu batal demi hukum. Akibat dari
kepemilikan saham yang terdaftar saja yang diakui, legal owner yang diakui
beneficiary tidak memiliki hak sama sekali atas saham miliknya yg terdaftar
atas nama orang lain, ini adalah konsekuensi akibat batalnya perjanjian
saham di Indonesia, hal tersebut disebabkan adanya niat yang tidak baik oleh
para penanam modal pada suatu perseroan ataupun karena ketidaktahuan akan
secara nominee, pada kedua putusan tersebut, hakim tetap mengacu pada apa
yang disepakati para pihak dalam anggaran dasar perseroan, sehingga kedua
perseroan. Dalam hal perjanjian nominee yang dibuat secara terpisah dari
B. Saran
Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan penulisan ini adalah sebagai
berikut:
pada surat keputusan (SK) pendirian perseroan terbatas yang diterbitkan oleh
oleh pelaku usaha terhadap larangan nominee, faktor lain adalah dikarenakan
itu hendaknya perlu dilakukan sosialisasi oleh notaris sebagai pihak yang
Jabatan Notaris.
BUKU
Pettit, Phillip H, Equity and the Law of Trusts, 12th edition Oxford
University Press, London, 2009.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
INTERNET
https://www.seychellesoffshore.com/offshore-company-
management.php, diakses pada tanggal 01 Mei 2017
https://www.kpk.go.id/id/berita/berita-kpk-kegiatan/3610-kpk-dorong-
transparansi-beneficial-ownership, diakses pada tanggal 10 Mei 2017.
http://id.beritasatu.com/home/trustee-sang-wali-amanat/51027, diakses
pada tanggal 08 Juli 2017.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Mengesahkan pendirian badan hukum - PT CAHAYA CASTINDO HASANAH
CEMERLANG - yang berkedudukan di KOTA MEDAN karena telah sesuai dengan
Data Format Isian Pendirian yang disimpan di dalam database Sistem Administrasi
Badan Hukum sebagaimana salinan Akta Nomor 02 Tanggal 02 Februari 2017 yang
dibuat oleh SUHENDRO SAPUTRA, SH., M.KN , yang berkedudukan di KABUPATEN
DELI SERDANG.
KEDUA : Modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal disetor sebagaimana yang
tercantum dalam akta yang disebut pada poin PERTAMA.
KETIGA : Jenis Perseroan UMUM.
KEEMPAT : Susunan Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi Terlampir.
KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Apabila ternyata dikemudian hari terdapat kekeliruan maka akan diperbaiki
sebagaimana mestinya dan/atau apabila terjadi kesalahan, keputusan ini akan
dibatalkan atau dicabut.
kepemilikan saham pada perseroan terbatas dalam Surat Keputusan ini adalah bersifat
mutlak, perjanjian dan/atau pernyataan yang menegaskan kepemilikan saham dalam
perseroan terbatas untuk dan atas nama orang lain adalah batal demi hukum