SKRIPSI
Oleh
TOHA WARDANA
NIM : 160200110
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
Efforts to protect copyrights are carried out in order to prevent violations against
copyright itself. Copyright holders can be distinguished between individuals as well as legal
entities. Disputes that occur in this case are regarding violations of copyright owned by the
company PT. Inter Sport Marketing. The company is a copyright holder in the form of a
license for broadcasting rights to the world cup based on an agreement with FIFA dated May
5, 2011. Protection is carried out by giving severe sanctions against the perpetrators of
copyright infringement in Indonesia. For this reason, it is felt necessary to dig deeper into the
occurrence of copyright infringement. The research is written in the form of a thesis with the
title "Dispute Settlement of License Agreements as Part of Intellectual Property Rights
(Decision Study Number 10 / IPR / COPYRIGHT / 2016 / PN / Niaga.Sby)". The problems
in this research are: how is the licensing agreement in the copyright law in Indonesia, how is
the violation of the licensee as part of Intellectual Property Rights (IPR) and how is the
juridical analysis of Decision Number 10 / IPR. COPYRIGHT / 2016 /PN/Niaga.Sby.
Research conducted is normative or doctrinal legal research, which is emphasized on
the use of secondary data. Researchers used a data collection tool in the form of a Literature
Study or Documentary Study relating to Decision Number 10 / HKI. COPYRIGHT / 2016 /
PN / Niaga.Sby.
The definition of a license according to Article 1 number (20) of Law Number 28
Year 2014 concerning Copyright is a written permission granted by the Copyright Holder or
Owner of Related Rights to other parties to exercise economic rights over his Work or
Related Right products with certain conditions. So basically a copyright license is a form of
granting permission to use or use of copyright, which is not a transfer of rights, which is
owned by the licensor to the licensee within a certain period of time, which is generally
accompanied by compensation in the form of royalties. The permission in the copyright
license is absolute and the permission given must be stated in the form of an agreement. The
announcement was carried out in a public area that should have obtained PT. Inter Sport
Marketing as the licensing holder of the world cup competition in all regions of the Republic
of Indonesia. The use of the license of course violates the provisions in the copyright law so
that the perpetrators can be sanctioned. The witness given in this decision was a fine in the
form of an obligation to pay compensation amounting to Rp 100,000,000.00 or one hundred
million rupiah to the plaintiff. Based on matters considered in the trial, the Supreme Court
Decision has fulfilled the principles contained in the Act. This decision does not contradict
Law Number 28 of 2004 concerning Copyright and also Law Number 48 of 2009 concerning
Judicial Power.
ii
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah, kasih
karunia, hikmat dan sukacita sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi ini
salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum (S-1) pada Fakultas Hukum
bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang
1. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum Selaku Dekan Fakultas Hukum
2. Prof. Dr. OK. Saidin, S.H., M.HumSelaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum
4. Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum Selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
5. Terima kasih juga saya ucapkan kepada ibu Dr. Rosnidar Sembiring,
ii
USU.
8. Terima kasih kepada kedua orang tua saya yang selalu memberi dukungan
dan semangat kepada saya baik secara moral maupun secara materi.
9. Terima kasih kepada rekan- rekan saya di Fakutas Hukum USU yang telah
Mudah- mudahan skripsi saya ini dapat bermanfaat khususnya dalam hal
Penulis
iii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Abstrak...................................................................................................................i
Kata Pengantar......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 8
D. Keaslian Penelitian ........................................................................ 9
E. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 9
F. Metode Penelitian .......................................................................... 21
G. Sistematika Penulisan ................................................................... 23
BAB II PENGATURAN PERJANJIAN LISENSI DALAM UNDANG-
UNDANG HAK CIPTA DI INDONESIA
A. Pengertian Perjanjian ..................................................................... 26
B. Pengertian Lisensi dan Regulasinya .............................................. 38
C. Jenis-jenis Lisensi .......................................................................... 41
D. Lisensi Sebagai Bagian dari Hak Kekayaan Intelektual ................ 43
BAB III TERJADINYA PELANGGARAN TERHADAP PEMEGANG
HAK LISENSI SEBAGAI BAGIAN DARI HAK KEKAYAAN
INTELEKTUAL (HAKI)
A. Tata Cara Penggunaan Hak Cipta ................................................. 57
B. Hak Pemegang Hak Cipta ............................................................ 60
C. Pelanggaran Hak Pemegang Lisensi ............................................ 65
BAB IV ANALISIS YURIDIS Putusan NOMOR 10/HKI.HAK
CIPTA/2016/PN/NIAGA.SBY
A. Kasus Posisi ................................................................................... 72
B. Pertimbangan dalam Memutuskan Sengketa Hak Cipta ............... 73
C. Analisis Terhadap Putusan No. 10/ HKI. HAK CIPTA/ 2016/
PN/ NIAGA. SBY ......................................................................... 84
iv
Lampiran
v
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak cipta merupakan salah satu bagian dari kekayaan intelektual yang
memiliki ruang lingkup objek dilindungi paling luas, karena mencakup ilmu
pengetahuan, seni dan sastra (art and literary) yang di dalamnya mencakup pula
program komputer. Hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta atau penerima hak
untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya atau memberi izin untuk itu
tahun 2014 tentang Hak Cipta diatur bahwa hak cipta adalah hak eksklusif
pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu
perusahaan agar lebih dikenal oleh masyarakat luas. Pada dasarnya pemilik merek
ingin meraih loyalitas konsumen yaitu perilaku puncak konsumen terhadap merek,
pilihannya.2
1
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2011), hal. 208
2
Maulana, Insan Budi, Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal Asing Di
Indonesia Dari Masa Ke Masa. Bandung : Citra Aditya Bakti, 1999 hal 91
seni, dan sastra salah satunya adalah karya sinematografi. Dari karya
sinematografi, terciptalah film. Film adalah karya seni budaya yang merupakan
pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah
sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertujukkan. Film juga dikenal
dengan rekaman dari orang dan benda dengan kamera, dan/atau oleh animasi.
yang berlaku saat ini, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun
2002 tentang Hak Cipta. Dalam undang-undang tersebut, pengertian Hak Cipta
adalah “Hak eksklusif bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan
atau memperbanyak ciptaannya maupun memberikan izin untuk itu dengan tidak
baru di luar hak kebendaan atau barang. Pengakuaan atas segala temuan, ciptaan
dan kreasi baru yang ditemukan dan diciptakan baik oleh individu maupun
kelompok telah melahirkan apa yang disebut dengan Hak Milik Intelektual (HMI)
atau Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Pada abad kuno, hak cipta belum dikenal
oleh masyarakat, sekalipun banyak karya cipta yang dihasilkan masyarakat pada
saat itu. Karya cipta dianggap sebagai hal biasa yang eksistensinya tidak perlu
3
Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis: Membangun Wacana Integrasi Perundangan
Nasional dengan Syariáh, (Malang: UIN-Malang Press, Cet I, 2009), hal. 235
cipta tidak memiliki arti yang strategis dalam kehidupan manusia, seperti halnya
dilakukan sejak dahulu. Sebagai negara bekas jajahan Belanda, maka sejarah
dapat dilepaskan dari sejarah hukum serupa di Belanda pada masa itu, karena
hampir seluruh peraturan yang berlaku di Belanda waktu itu juga diperlakukan di
kali berlaku di Indonesia adalah UUHC pada tanggal 23 September 1912 yang
1982 tentang Hak Cipta yang mendapat penyempurnaan pada tahun 1987.
Departemen Kehakiman pada tahun 1989 mengeluarkan UUHP, pada tahun 1992
tentang Hak Cipta. Dengan demikian, Hak Cipta diakui dan mempunyai
perlindungan hukum yang sah, dan pelanggarnya dapat dituntut dengan hukuman
Sebagai suatu kekayaan intelektual yang berasal dari daya pikir manusia,
4
Syafrinaldi, Hukum tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual dalam Menghadapi Era
Global, (Riau: UIR Press, Cet I, 2001), hal.1
5
Andriana Krinawati, TRIPs-WTO & Hukum HKI Indonesia, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2005 hal. 12
Kreasi sebagai milik berdasarkan postulat hak milik dalam arti yang
karya tersebut.
sehingga setiap pelanggaran atas hak itu dapat dituntut baik secara
cipta secara efektif. Upaya- upaya kreatif dari seniman suatu negara
intelektual yang efektif juga memberikan manfaat yang dapat dirasakan dari segi
politis, ekonomi, sosial, maupun budaya. Bahkan, segi pertahanan kemanan juga
dapat meraih manfaat dari adanya perlindungan hak kekayaan intelektual ini.
Secara garis besar kita dapat melihat beberapa keuntungan dan manfaat yang
lagi.
6
Mahadi, Hak Milik Immateriil, Jakarta: Bina Cipta, 1985 hal. 4
perdagangan internasional.
oleh Indonesia, yang mana tujuan dari perjanjian The TRIPs Agreement untuk
Intelektual (HKI) berlaku juga bagi Indonesia, dalam hal ini dapat diartikan
7
Budi Agus Riswandi, Hak Cipta Di Internet Aspek Hukum Dan Permasalahannya Di
Indonesia, (Yogyakarta: FH UII Press, 2009, hal. 23
dalam rangka pencegahan pelanggaran terhadap hak cipta itu sendiri. Pemegang
hak cipta dapat dibedakan antara orang secara individu dan juga badan hukum.
Sengketa yang terjadi dalam hal ini adalah mengenai pelanggaran terhadap hak
cipta yang dimiliki oleh perusahaan PT. Inter Sport Marketing. Perusahaan ini
adalah perusahaan pemegang hak cipta berupa lisensi hak siar piala dunia
dilakukan dengan memberikan sanksi yang berat terhadap pelaku pelanggaran hak
cipta di Indonesia. Atas dasar itulah, dirasa perlu untuk menggali lebih dalam
tentang terjadinya pelanggaran hak cipta. Adapun penelitian ini dituangkan dalam
Lisensi Sebagai Bagian dari Hak Kekayaan Intelektual (Studi Putusan Nomor
10/HKI.HAK CIPTA/2016/PN/Niaga.Sby)”.
B. Rumusan Masalah
cipta di Indonesia?
CIPTA/2016/PN/Niaga.Sby?
C. Tujuan Penelitian
10/HKI.HAK CIPTA/2016/PN/Niaga.Sby.
Sedangkan manfaat penelitian ini adalah untuk mencapai hal- hal sebagai
berikut ini:
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
D. Keaslian Penulisan
Penelitian ini dilakukan atas ide dan pemikiran dari peneliti sendiri atas
masukan yang berasal dari berbagai pihak guna membantu penelitian dimaksud.
Perjanjian Lisensi Sebagai Bagian dari Hak Kekayaan Intelektual (Studi Putusan
ada dalam penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan
karya ilmiah yang asli, apabila ternyata dikemudian hari ditemukan judul yang
E. Tinjauan Kepustakaan
Sengketa Atas Perjanjian Lisensi Sebagai Bagian dari Hak Kekayaan Intelektual
menjadi sorotan dalam mengadakan studi kepustakaan. Hal ini akan berguna bagi
penulis untuk membantu melihat ruang lingkup skripsi agar tetap berada di dalam
topik yang diangkat dari permasalahan yang telah diangkat di atas. Adapun yang
menjadi pengertian secara etimologis daripada judul skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Penyelesaian Sengketa
Sengketa tidak lepas dari suatu konflik. Dimana ada sengketa pasti disitu
ada konflik. Begitu banyak konflik dalam kehidupan sehari-hari. Entah konflik
kecil ringan bahkan konflik yang besar dan berat. Hal ini dialami oleh semua
kalangan, karena hidup ini tidak lepas dari permasalahan. Tergantung bagaimana
penyelesaiannya.8
atau konflik. Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan antara orang-orang,
8
Sarjita, Teknik dan Strategi Penyelesaian Sengketa Pertanahan, Yogyakarta, Tugujogja
Pustaka, 2005, hal. 8
kepentingan yang sama atas suatu obyek kepemilikan, yang menimbulkan akibat
lembaga pengadilan). Oleh karena kemenangan yang menjadi tujuan utama, para
sekalipun melalui cara-cara melawan hukum. Akibatnya, apabila salah satu pihak
kemenangan tidak lagi menjadi pilihan utama, bahkan sedapat mungkin dihindari.
yang muncul di antara mereka, dengan harapan melalui kompromi tidak ada pihak
lembaga pengadilan, maka pada permulaan tahun 1970-an mulailah muncul suatu
9
Ali. Achmad Chomzah, Seri Hukum Pertanahan III Penyelesaian Sengketa Hak Atas
Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah, Jakarta, Prestasi
Pustaka, 2003, hal. 14
sebagai hal yang tidak adil dan alasan-alasan atau dasar-dasar dari
bersifat nyata atau imajinasi saja. Yang terpenting pihak itu merasakan
pihak lawannya tentang keluhan itu. Pada tahap ini kedua belah pihak
menjadi hal yang memasuki bidang publik. Hal ini dilakukan secara
10
http://sofian-memandang.blogspot.co.id/2015/03/perbedaan-konflik-dan-sengketa.html
diakses pada 21 Oktober 2019
2. Hak Cipta
Hak cipta ialah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
undangan yang berlaku. Dari pengertian ini, hasil ciptaan seseorang merupakan
hasil karya dalam bentuk yang khas dan menunjukkan keaslian konsep dalam
lapangan pendidikan, ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Sementara itu, pencipta
ialah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya
keterampilan, atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat
pribadi.
atau pemegang hak cipta yang lebih berhak atas suatu ciptaan.
sastra, musik, buku ceramah, seni tari, program komputer dan lainnya.
a. Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak
berlaku.
b. Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak
berlaku.
3. Perlindungan Hukum
yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat
agar mereka dapat menikmati semua hak- hak yang diberikan oleh hukum atau
dengan kata lain perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus
diberikan oleh aparat penegak hukum hak yang diberikan oleh hukum untuk
memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan
nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam
seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah
macam, yaitu :
11
Ishaq, Dasar- dasar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009 hal. 43
12
Nashriana, Perlindungan Hukum Pidana, Jakarta: Rajawali, 2016 hal. 17
13
Ibid, hal. 20
asasi manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang
asasi manusia mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari
negara hukum.
pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada Saksi dan/atau Korban
yang wajib dilaksanakan oleh LPSK atau lembaga lainnya sesuai dengan
yaitu, yang berlaku saat ini, Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014. Dalam
undang-undang tersebut, pengertian hak cipta adalah "hak eksklusif bagi pencipta
Hak cipta di Indonesia juga mengenal konsep "hak ekonomi" dan "hak
moral". Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas
ciptaan, sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau
pelaku (seni, rekaman, siaran) yang tidak dapat dihilangkan dengan alasan apa
pun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan. Contoh pelaksanaan hak
moral adalah pencantuman nama pencipta pada ciptaan, walaupun misalnya hak
cipta atas ciptaan tersebut sudah dijual untuk dimanfaatkan pihak lain. Hak moral
Perkecualian hak cipta dalam hal ini berarti tidak berlakunya hak eksklusif
yang diatur dalam hukum tentang hak cipta. Contoh perkecualian hak cipta adalah
doktrin fair use atau fair dealing yang diterapkan pada beberapa negara yang
diatur sebagai dianggap tidak melanggar hak cipta (pasal 14–18). Pemakaian
ciptaan tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta apabila sumbernya disebut
atau dicantumkan dengan jelas dan hal itu dilakukan terbatas untuk kegiatan yang
Kepentingan yang wajar dalam hal ini adalah "kepentingan yang didasarkan pada
pementasan yang tidak dikenakan bayaran. Khusus untuk pengutipan karya tulis,
pencipta, judul atau nama ciptaan, dan nama penerbit jika ada. Selain itu, seorang
5. Sanksi
yang mengatur tata tertib dalam sesuatu masyarakat dan seharusnyalah ditaati oleh
anggota masyarakat itu. Oleh karena itu, pelanggaran petunjuk tersebut dapat
peraturan hukum itu dapat dipaksakan artinya bahwa hukum mempunyai sanksi,
Dari kedua definisi tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hukum
berkaitan dengan sanksi. Hal ini dapat dipahami karena pada dasarnya hukum itu
memiliki sifat mengatur dan memaksa. Didalam sifat hukum yang mengatur,
menimbulkan sanksi. Sanksi hukum ini bersifat memaksa, hal ini berarti bahwa
14
Soerjono Soekanto, Teori Yang Murni Tentang Hukum, (Bandung: PT. Alumni, 1985)
hal. 40
15
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, cet. ke-8, (Jakarta, Sinar Grafika, 2006) hal. 40
memberikan akibat tertentu apabila perintah itu ditaati atau dilanggar. Suatu tertib
sosial dapat pula memerintahkan agar suatu perbuatan dilakukan sekaligus dengan
masyarakat. Setiap sistem norma dalam pandangan Hans Kelsen selalu bersandar
pada sanksi. Esensi dari hukum adalah organisasi dari kekuatan, dan hukum
bersandar pada sistem paksaan yang dirancang untuk menjaga tingkah laku sosial
hukum dan ada sebuah organ dari komunitas yang melaksanakan hal tersebut.
Setiap norma dapat dikatakan “legal” apabila dilekati sanksi, walaupun norma itu
16
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Fustaka, 1995) hal. 1265
17
Antonius Cahyadi dan E. Fernando M. Manullang, Pengantar Ke Filsafat Hukum,
(Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2007) hal. 84
F. Metode Penelitian
diadakan analisa dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah.
Oleh karena penelitian merupakan suatu sarana (ilmiah) bagi pengembangan ilmu
1. Jenis Penelitian
fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode
yang ada. Fenomena yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai
gambaran holistik dan rumit agar dapat membantu memperjelas hasil penelitian 18.
2. Metode penelitian
normatif yaitu penelitian yang mengkonsepkan hukum sebagai apa yang tertulis
18
Moeleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2007) hal. 6
sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang
(Analitical Approach).
judul penelitian ini yaitu Penyelesaian Sengketa Atas Perjanjian Lisensi Sebagai
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
b. Bentuk maupun isinya data sekunder telah dibentuk dan diisi olehpeneliti-
peneliti terdahulu.
19
Ibrahim Johny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Edisi Revisi),
(Malang: Bayu Media Publishing, 2007) hal. 303
Indonesia.
G. Sistematika Penulisan
yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan tidak terpisahkan.
BAB I : PENDAHULUAN
sistematika penulisan.
INDONESIA
INTELEKTUAL (HAKI)
10/HKI.HAK CIPTA/2016/PN/NIAGA.SBY
CIPTA/2016/PN/Niaga.Sby.
BAB V : PENUTUP
mungkin berguna.
A. Pengertian Perjanjian
didengar dan juga sangat sering dilakukan oleh masyarakat misalnya: perjanjian
diadakan secara lisan, dan dapat pula di terapkan dalam bentuk tulisan. Namun
aspek legalitas. Sebab dalam perkara perdata, bukti surat menjadi sebuah
Perdata yang berisi mengenai peraturan perikatan. Pada pasal 1233 Kitab Undang-
26
Undang mulai berlaku atau diumumkan secara resmi pada tanggal 30 April 1847
(St. No. 23/1847). Dari tahun pengundanganya jelas dapat kita ketahui, BW yang
kolinial Belanda.41
antara dua pihak atau lebih. Untuk mengetahui arti sebenarnya dari suatu
perjanjian tidaklah mudah karena banyak pendapat para ahli hukum di dalam
yang memiliki sifat terbuka artinya isinya dapat ditentukan oleh para pihak
satu atau orang lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”
“Sebagai suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak,
dalam mana suatu pihak berjanji atau di anggap berjanji untuk melakukan suatu
41
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni, 1986, hal 3
42
Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2009,
hal. 39
43
Wirjono Prodjodikoro, Azas-asas Hukum Perjanjian, Bandung: Mandar Maju, 2000,
hal.7
Badrulzaman: perjanjian ialah suatu hubungan yang terjadi antara dua orang atau
lebih, yag terletak dalam bidang harta kekayaan, dengan mana pihak yang satu
berhak atau prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu.44
Hal ini diketahui dari perumusan “satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.” Kata kerja “mengikatkan” sifatnya
hanya datang dari satu pihak saja, tidak dari kedua belah pihak. Seharusnya
perumusan itu “Saling mengikatkan diri”, jadi ada konsensus antara pihak-pihak.
“Persetujuan”.
debitur dan kreditur dalam lapangan harta kekayaan saja. Perjanjian yang
44
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Bandung: Alumni, 1994, hal. 3
dikehendaki oleh Buku Ketiga KUH Perdata sebenarnya hanyalah perjanjian yang
antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan
hukum”.46
dimana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau dimana dua orang itu saling
dua orang atau lebih yang didasarkan pada kata sepakat mengenai sesuatu hal
kata “obligation” dalam code civil prancis dengan demikian berarti perikatan
adalah kewajiban pada salah satu pihak dalam hubungan hukum perikatan
tersebut.
45
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung: Alumni, 1982, hal. 78
46
Sudiksno Mertokusumo, Mengenai Hukum, Yogyakarta: Liberty, 1998, hal. 97
47
Johannnes Ibrahim, Kartu Kredit-Dilematis Antara Kontrak Dan Kejahatan, Bandung:
Refika Aditama, 2004, hal. 30
hukum antara dua orang atau lebih yang memberi hak pada satu pihak dan
kewajiban dipihak laim untuk memenuhi suatu hal (prestasi) yang telah
disepakati. Perjanjian harus menjadi perbuatan kedua belah pihak yang berjanji
untuk memenuhi prestasi kepada pihak lainnya, begitu pula pihak lainnya harus
memperoleh pemenuhan prestasi yang telah dijanjikan oleh pihak lainnya itu.48
tertulis dan tidak tertulis. Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh
para pihak dalam bentuk tulisan. Sedangkan perjanjian lisan suatu perjanjian yang
dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan (cukup kesepakatan para pihak).
Dengan kata lain, jika perjanjian tersebut disangkal pihak ketiga maka para
pihak atau salah satu pihak dari perjanjian itu berkewajiban mengajukan
b. Perjanjian dengan saksi notaris untuk melegalisir tanda tangan para pihak.
48
Aquila Siregar, Aspek Perjanjian Kerjasama Pengangkutan Limbah B3 Pada
Perusahaan pengangkutan, Medan: USU, hal. 15
49
Salim, Hukum Perjanjian, Teori dan Praktik Penyusunan Perjanjian, Jakarta : Sinar
Gafika, 2008, hal. 42
satu pihak mungkin saja menyangkal isi perjanjian namun pihak yang
c. Perjanjian yang dibuat dihadapan dan oleh notaris dalam bentuk akta
notariel. Akta notariel adalah akta yang dibuat di hadapan dan di muka
pejabat yang berwenang untuk itu. Pejabat yang berwenang untuk itu
adalah notaris, camat, PPAT, dan lain-lain. Jenis dokumen ini merupakan
alat bukti yang sempurna bagi para pihak yang bersangkutan maupun
pihak ketiga.
perjanjian tertentu.
b. Sebagai bukti bagi pra pihak bahwa apa yang telah tertulis dalam
c. Sebagai bukti kepada pihak ketiga bahwa pada tanggal tertentu, kecuali
a. Asas Konsensualisme
perjanjian itu lahir pada saat detik tercapainya kesepakatan para pihak,
walaupun perjanjian tersebut belum dilaksanakan pada saat itu. Hal ini
melahirkan hak dan kewajiban bagi mereka atau biasa juga disebut
sebagian sarjana hukum biasanya didasarkan pada Pasal 1338 ayat (1)
Pasal 1338 ayat (1) di atas, pada kalimat “semua perjanjian yang dibuat
dengan perjanjian.
juga dari sifat Buku III KUH Perdata yang hanya merupakan hukum
sifatnya memaksa.
Ketentuan tentang asas iktikad baik ini diatur dalam Pasal 1338 ayat
dengan Iktikad baik.” Adapun yang dimaksud asas iktikad baik adalah
52
Ibid, hal. 14
Asas Iktikad baik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu iktikad baik
nisbi dan iktikad baik mutlak. Pada iktikad baik nisbi orang
memerhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek. Pada
iktikad baik mutlak, penilaiannya terletak pada akal sehat dan keadilan,
Agar suatu perjanjian oleh hukum dianggap sah sehingga mengikat kedua
Mengenai syarat sahnya suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata,
53
Subekti, Op.Cit, hal. 41
Dari keempat syarat sahnya suatu perjanjian dapat dibedakan atas adanya
syarat-syarat subjektif yang merupakan syarat yang berkenaan dengan orang atau
berkenaan dengan objek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu. Yang
merupakan konsekuensi hukum dari tidak terpenuhinya salah satu atau lebih dari
dilanggar.
Perjanjian ini akan berlaku sampai kedua belah pihak menyatakan telah
Kecuali semua perikatan-perikatan yang ada pada perjanjian tersebut sudah hapus.
Sebaliknya jika perjanjian berakhir atau hapus, maka perikatan yang bersumber
Teori ini adalah yang tertua dan menekankan kepada faktor kehendak.
berbeda dengan apa yang dikehendaki, maka kita tidak terikat kepada
pernyataan tersebut.
54
Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bandung: Alumni, 1979, hal. 4
kepercayaan, di mana menurut teori ini kata sepakat terjadi jika ada
Menurut teori ini bahwa persetujuan terjadi pada saat orang yang
surat tersebut dan lagi pula saat pengiriman dapat ditentukan secara
tepat.
teori ini adalah sulit untuk menentukan saat diketahuinya isi surat
tersebut.
diantara para pihak menjadi berakhir setelah apa yang menjadi tujuan
55
diadakannya perjanjian telah tercapai oleh para pihak. Bila X dan Y
mengadakan jual beli, perikatan dapat hapus dengan dibayarkannya harga oleh Y
dulu. Jadi, bila perjanjian telah hapus seluruhnya barulah perjanjian dinyatakan
telah berakhir.
menurut Pasal 1066 ayat 3 KUHPerdata bahwa para ahli waris dapat
baik oleh salah satu atau dua belah pihak. Opzegging hanya ada pada
5. Tujuan perjanjian telah tercapai. Misalnya dalam perjanjian jual beli bila
salah satu pihak telah mendapat uang dan pihak lain telah mendapatkan
7. Dengan perjanjian para pihak. Dalam hal ini para pihak masing-masing
barangnya.
Secara umum lisensi merupakan adopsi penuh dari kata license (noun)
dalam bahasa Inggris yang memiliki arti “permission from someone in authority
pemberian izin oleh seseorang atas sesuatu yang menjadi haknya kepada pihak
Tahun 2014 tentang Hak Cipta adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pemegang
Hak Cipta atau Pemilik Hak Terkait kepada pihak lain untuk melaksanakan hak
ekonomi atas Ciptaannya atau produk Hak Terkait dengan syarat tertentu. Jadi
pada dasarnya lisensi hak cipta merupakan suatu bentuk pemberian izin
pemanfaatan atau penggunaan hak cipta, yang bukan merupakan pengalihan hak,
yang dimiliki oleh pemberi lisensi kepada penerima lisensi dalam jangka waktu
tertentu, yang pada umumnya disertai dengan imbalan berupa royalti. Adanya izin
dalam lisensi hak cipta tersebut bersifat mutlak dan izin yang diberikan harus
dituangkan dalam bentuk perjanjian. Hal ini membawa konsekuensi bahwa lisensi
harus dibuat secara tertulis antara pihak pemberi lisensi yaitu pemegang hak cipta
Dari rumusan ketentuan pasal diatas , maka yang menjadi objek lisensi
bukan hanya hak cipta tetapi juga hak lain yang terkait dengan hak cipta. Hak
cipta yang dimaksudkan misalnya hak cipta di bidang lagu atau musik, dimana
lagu berkaitan dengan suara yang dapat direkam sehingga menimbulkan hak di
bidang rekaman. Kemudian apabila ciptaan itu disiarkan kepada masyarakat juga
menimbulkan hak siar. Hak rekam dan hak siar merupakan hak yang menjadi
balik antara pihak satu dengan pihak lain. Atas hal tersebut maka lisensi
merupakan perjanjian yang mengikat mereka. Dalam ilmu hukum perjanjian yang
atau kata sepakat. Kemudian lahirnya perjanjian lisensi hak cipta mengikuti asas
kebebasan berkontrak, bahwa setiap orang dapat membuat perjanjian apa saja,
kapan saja, dan berisi apa saja asal tidak bertentangan dengan hukum, kebiasaan,
2014 tentang Hak Cipta terhadap kebebasan dalam melakukan perjanjian lisensi
adalah seperti yang disebutkan dalam Pasal 82 bahwa perjanjian lisensi dilarang
57
Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, (Bandung : Penerbit Rineka
Cipta, 2010), hal. 45
58
Ibid.
lisensi hak cipta dibuat dengan dasar perjanjian tertulis. Sesuai dengan ketentuan
lisensi wajib dicatatkan pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang
kemudian dimuat dalam Daftar Umum dengan membayar biaya yang besarnya
dicatatkan, maka perjanjian lisensi tidak mempunyai akibat hukum terhadap pihak
ketiga.
lisensi secara tertulis ternyata tidak diikuti dengan sanksi hukum yang tegas,
hukum. Perjanjian lisensi secara tidak tertulis tetap sah sepanjang para pihak
mekanisme dalam pelaksanaan pemberian lisensi antara obyek hak cipta yang satu
terhadap obyek hak cipta yang lain, baik antara lisensi lagu atau musik, lisensi
penerbitan buku maupun lisensi komputer program atau piranti lunak program
59
Munir Fuady, Op.Cit, hal. 67
pembuatan perjanjian lisensi ada yang menggunakan kontrak baku dan ada pula
yang tidak. Di dalam mekanisme lisensi pengumuman lagu atau musik misalnya,
atau musik terlebih dahulu dan itupun ditagih oleh kuasa dari para pencipta atau
pemegang hak cipta lagu atau musik. Begitu juga dengan lisensi hak siar, setiap
pihak yang hendak menanyangkan hak siar di area publik, maka harus meminta
yang diberikan oleh pemegang hak cipta bagi lembaga-lembaga penyiaran seperti
televisi, radio, konser dan lain sebagainya. Setiap kali sebuah lagu ditampilkan
Pemungutan royalti performing rights ini umumnya dikelola atau ditangani oleh
Copyright) atau Collecting Society atau yang dalam disertai ini disebut Lembaga
Dalam lingkungan hukum hak cipta di kenal istilah lisensi paksa atau
lisensi wajib (compulsory license). Maksud dari lisensi wajib ini adalah bahwa
wajib, biasanya pencipta tetap juga mendapat imbalan, tetapi jumlahnya bukan
Jika dikaitkan dengan sengketa dalam putusan ini, maka lisensi yang
dipegang oleh PT. Inter Sport Marketing adalah jenis hak siar. Hak siar dalam hal
ini adalah hak menyiarkan tayangan sepakbola piala dunia. Apabila ada yang
pihak PT. Inter Sport Marketing, maka dapat digugat sesuai ketentuang yang
berlaku di atas.
Hak kekayaan intelektual adalah hak yang timbul bagi hasil olah pikir otak
yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia.
Menurut OK. Saidin, hak kekayaan intelektual adalah hak kebendaan, hak atas
sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak dan hasil kerja rasio.60 Hasil
kerja otak itu kemudian dirumuskan sebagai intelektualitas. Orang yang optimal
merupakan suatu hak kebendaan yang sah dan diakui oleh hukum atas benda tidak
property rights, makna dari istilah tersebut yaitu, hak, kekayaan, dan intelektual.
60
Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta: Rajawali Press, 2010) hal. 9
61
Ibid.
untuk menyebut semua hal yang berasal dari penggunaan otak manusia, seperi
hak cipta, paten, merek, dan lain-lain. Terlihat bahwa hak-hak ini terutama
karyanya tersebut dalam periode atau batas waktu tertentu. Hukum memberikan
hak kepada pemilik kekayaan intelektual agar dapat menarik manfaat dari waktu
Pada intinya hak kekayaan intelektual adalah hak untuk menikmati secara
ekonomis hasil dari suatu kreatifitas intelektual. 64 Hak yang berasal dari hasil
dan biaya. Adanya pengorbanan ini menjadikan karya yang telah dihasilkan
konsep ini maka mendorong kebutuhan adanya penghargaan atas hasil karya yang
62
Munir Fuady, Op.Cit, hal. 208
63
Arthur Lewis, Dasar-Dasar Hukum Bisnis, (Bandung: Nusa Media, 2014) hal. 335
64
Muhammad Firmansyah, Tata Cara Mengurus HAKI, (Jakarta: Visi Media, 2008) hal.
7
benda yang tidak berwujud (benda immateril), benda dalam hukum perdata dapat
diklasifikasikan kedalam berbagai kategori. Salah satu di antara kategori itu ialah
berwujud. Untuk hal ini dapatlah dilihat batasan benda yang terdapat pada Pasal
seandainya dikehendaki rumusan lain dari pasal ini dapat diturunkan kalimat,
yaitu: yang dapat menjadi objek hak milik adalah benda dan benda itu terdiri dari
barang dan hak. Barang yang dimaksudkan oleh Pasal 499 KUHPerdata tersebut
immateril. Uraian ini sejalan dengan klasifikasi benda berdasarkan Pasal 503
terpisahnya antara hak kekayaan intelektual itu dengan hasil material yang
menjadi bentuk jelmaannya. Yang disebut terakhir ini adalah benda berwujud
(benda materil). Suatu contoh dapat dikemukakan misalnya hak cipta dalam
bidang karya sinematografi (berupa hak kekayaan intelektual) dan hasil materil
yang menjadi bentuk film. Jadi yang dilindungi dalam kerangka hak kekayaan
intelektual adalah haknya bukan jelmaan dari hak tersebut. Jelmaan dari hak
tersebut dilindungi oleh hukum benda dalam kategori benda materil (benda
berwujud).
65
Saidin, Op.Cit, hal. 11
yaitu: 67
menjadi:
a. Paten
b. Paten sederhana
c. Desain industri
wiliyah Hindia Belanda melalui Staatsblaad No. 23 tahun 1847 tentang Burgerlijk
Wetboek Voor Indonesie dan dinyatakan berlaku pada tahun 1848 bersamaan
66
Ibid, hal. 13
67
Ibid, hal. 16
tentang Hak Cipta dua tahun kemudian. Pada masa pendudukan Jepang, peraturan
UUD 1945 menyatakan semua peraturan yang ada sebelum ada yang baru
pengaturan tentang hak cipta, paten dan merek digantikan dengan Undang-
transportasi, perfilman, dan teknologi serat optik) juga membawa pengaruh dalam
Kekayaan Intelektual baru. Kemajuan teknologi micro chip atau semi konduktor
melahirkan temuan dalam bidang desain atas topogragi atau elektronika yang
kemudian dikenal sebagai desain tata letak sirkut terpadu (intergrated circuits)
68
Ibid, hal. 32
mesin cetak pada tahun 1436 di Eropa. Mesin ini mempermudah perbanyakan
karya-karya tulis yang ada pada saat itu dalam jumlah besar. Diperkirakan bahwa
sebelum mesin cetak ditemukan, jumlah buku yang beredar di Eropa hanya
ribuan, namun hanya dalam waktu 50 tahun, jumlah tersebut meningkat hingga 10
juta buku.
buku meminta kepada Raja untuk memberikan hak monopoli perbanyakan buku-
buku yang akan diterbitkan. Para pengusaha ini menginginkan agar hanya mereka
yang memiliki hak memperbanyak (copyright) atas karya-karya tulis yang akan
diterbitkan. Dari sini cikal bakal rezim perlindungan hak cipta beranjak.
Inggris pada tahun 1557. King Philip dan Queen Mary memberikan Royal Charter
karya tulis. Dengan monopoli yang dipunyainya, pencetakan dan penerbitan karya
tulis dalam bentuk buku hanya boleh dilakukan perusahaan ini atau
hak pengarang untuk memperbanyak karya tulis sama sekali diabaikan. 69 Bahkan
dalam praktiknya, tujuan diberikannya hak monopoli ini tidak lain dari upaya
tulisnya kemudian diatur dalam Statute of Anne tahun 1710. Statute of Anne berisi
ketentuan tentang hak eksklusif seorang pengarang sebagai pemilik hak yang
undang-undang hak cipta pertama di dunia dan besar pengaruhnya dalam sejarah
perkembangan hak cipta karena untuk pertama kalinya seorang pengarang diakui
the right to copy atau hak untuk memperbanyak karya-karya tulis pada masa itu.
dengan tradisi hukum Civil Law seperti Prancis, Jerman, Italia, dan Belanda. Di
negaranegara ini muncul istilah: droit de auteur, auteursrecht, dan atau authors’s
69
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, edisi ke-2, cetakan ke-3, (Bandung: P.T. Alumni,
2009), hal. 48
pada tahun 1912 karena telah menandatangani dan meratifikasi Konvensi Berne.70
Untuk Indonesia sendiri Istilah hak cipta diusulkan pertama kalinya oleh
St. Moh. Syah, S.H. pada Kongres Kebudayaan di Bandung Tahun 1951 (yang
pengarang itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah bahasa Belanda Auteurs
Rechts.
kesan “penyempitan” arti seolah-olah yang dicakup oleh hak pengarang itu
hanyalah hak dari para pengarang saja, yang ada sangkut pautnya dengan karang
mengarang. Sedangkan istilah hak cipta itu lebih luas, dan ia mencakup juga
Menurut Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta, hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak untuk
Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hak cipta adalah
hak kebendaan yang bersifat eksklusif bagi seorang pencipta atau penerima hak
atas suatu karya atau ciptaannya di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.
70
Agus Sardjono, Hak Cipta dalam Desain Grafis (Jakarta: Yellow Dot Publishing,
2008), hal. 16
71
Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2010), hal. 58
72
Yusran Isnain, Buku Pintar HAKI (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hal. 1
Sebagai suatu hak kebendaan yang bersifat khusus, hak cipta memiliki sifat dan
karakter yang sedikit berbeda dengan hak kebendaan pada umumnya. Hakikat,
kriteria, dan sifat dari hak cipta, baik secara implisit maupun eksplisit terkandung
dalam beberapa pasal Undang-Undang Hak Cipta, yaitu Pasal 1 ayat (1), Pasal 2,
Pasal 3, dan Penjelasan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta, yaitu:73
1. Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak untuk
hukum.
Pada dasarnya, hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta timbul
secara otomatis terhitung sejak suatu ciptaan dilahirkan. Sejak saat itu, pencipta
atau pemegang hak telah memiliki hak eksklusif atas ciptaannya tersebut tanpa
sebagai pencipta (author). Karena itu, siapakah yang disebut sebagai pencipta atau
73
Elyta Ras Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia, (Bandung, PT. Citra Aditya Bakti,
2012), hal. 61
negara anggota. Hukum Prancis dan negara-negara civil law pada umumnya,
subjek hukum berupa badan hukum (legal entity), seperti produser film, organisasi
publishing company). Secara yuridis, badan hukum ini dianggap sebagai pencipta
sekaligus sebagai pemegang hak cipta (the original rights owner) atas sebuah
ciptaan.
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
pengetahuan;
pantomime;
f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir,
seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;
g. Arsitektur;
h. Peta;
i. Seni batik;
j. Fotografi;
k. Sinematografi;
l. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, data base, dan karya lain
selama hidup pencipta dan terus berlangsung selama 50 tahun setelah Pencipta
Tanpa mengurangi hak pencipta atas jangka waktu perlindungan hak cipta
yang dihitung sejak sejak lahirnya suatu ciptaan, perhitungan jangka waktu
siaran;
diterbitkan;
Pada dasarnya pencipta suatu karya atau ciptaan pada awalnya adalah
pemegang hak cipta atas karyanya karena dianggap sebagai pemilik pertama dari
hak cipta tersebut. Adanya istilah pemegang hak cipta selain pencipta muncul
karena hak cipta dapat di alihkan seperti hak kebendaan lainnya. Setelah hak itu
dialihkan sepenuhnya maka yang tertinggal pada pencipta hanyalah hak moral
saja (moral right). Dalam Undang-Undang Hak Cipta Pasal 1 ayat (4) yang
dimaksud dengan pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta,
atau pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta atau pihak lain yang
menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut.
Hak tersebut diterima oleh pemegang hak cipta karena adanya peritiwa
hukum. Adapun peristiwa hukum yang dimaksud diatur dalam Pasal 3 ayat (2)
UUHC seperti pengalihan hak berdasarkan perjanjian, jual beli, pemberian hibah,
wasiat, dan warisan. Tidak hanya itu, Pasal 45 UUHC juga membolehkan pemilik
hak cipta memberi izin kepada pihak lain untuk melaksanakan hak eksklusifnya
atas ciptaan berdasarkan perjanjian lisensi. Dalam hal ini pihak yang menerima
pengalihan hak cipta berdasarkan waris, jual beli, atau perjanjian izin lisensi
sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 45 tersebut, Undang-Undang
Hak Cipta juga memiliki konsep kepemilikan hak cipta disebabkan oleh undang-
undang (by law) yang di atur dalam Pasal 9, 10, dan 11 Undang-Undang Hak
Cipta. Dalam hal ini, negara atau badan hukum, seperti penerbit atau produser
rekaman dianggap sebagai pemegang hak cipta secara hukum dalam hal sebagai
berikut:
works);
dan penerbitnya;
mengindikasikan bahwa hak cipta merupakan suatu hak kebendaan bergerak yang
dapat dimiliki oleh subjek hukum, baik perorangan maupun badan hukum
termasuk negara.
Nomor 28 Tahun 2014 dapat ditentukan unsur-unsur dari hak cipta, yakni :
a. Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta ;
berlaku.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat berbagai jenis hak cipta yang
dilindungi oleh undang-undang. Salah satunya adalah pemberian hak cipta melalui
lisensi. Dalam hal ini, perjanjian lisensi dilakukan oleh PT. Inter Sport Marketing
dengan pihak FIFA dalam hal penyiaran pertandingan sepakbola piala dunia
(world cup). Dalam gugatan tersebut pihak PT. ISM menyatakan pelanggaran hak
sepakbola piala dunia di area publik tanpa melalui izin dari pihak PT. Inter Sport
Marketing.
(HAKI)
yang baru. Hak cipta dapat dikatakan sebagai hak absolut. Hak absolut adalah
hubungan hukum antara subjek hukum dengan objek hukum yang menimbulkan
kewajiban pada setiap orang lain untuk menghormati hubungan hukum itu.39
Sifat absolut ini kemudian melekat pada hak eksklusif yang diberikan kepada
pencipta dan pemegang hak cipta. Hak ekslusif itu berupa hak moral dan hak
Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak cipta,
hak moral merupakan bentuk perwujudan apresiasi secara moral yang tetap
melekat pada pencipta. Hak ini menjadi satu kesatuan yang tidak dapat
109
Saidin, Op.Cit. hal. 250
57
Cipta bahwa hak ekonomi yaitu hak untuk dapat menikmati manfaat ekonomi dari
ciptaan. Hak ini dimiliki oleh pencipta atau pemegang hak cipta secara eksklusif.
Hak cipta sendiri lahir secara deklaratif, yaitu lahir tanpa perlu adanya
pendaftaran. Namun demikian, agar suatu hak cipta memiliki bukti otentik yang
sangat berperan dalam pembuktian awal di pengadilan, maka sebaiknya hak cipta
tersebut didaftarkan.
perundangundangan.
komersil.
Pengaturan yang berlaku bagi perlindungan hak cipta di Indonesia saat ini
perlindungan bagi para pencipta di Indonesia.Hal ini dapat dilihat dari Pasal-Pasal
di dalamnya yang lebih memberi kepastian hukum bagi pihak-pihak dalam hak
Cipta ini mengatur lebih banyak mengenai defenisi, seperti adanya defenisi atas
pembahasan hak ekonomi, hak cipta, dan hak terkait diberi porsi 17 Pasal.
pencipta yang telah dijual putus sold flat kepada pihak lain akan beralih kembali
ketentuan yang sama untuk performer lagu dan/atau musik yang telah dijual hak
cipta, harus terlebih dulu mendapatkan izin dari pemilik hak cipta. permohonan
izin ini adalah dilakukan dengan pemberian royalti atau disebut dengan imbalan
royalti kepada pemegang hak cipta. Pemberian ini sebagai tanda bahwa pihak
tersebut telah mendapatkan izin atas hak cipta yang dimohon akan digunakan.
Dalam sengketa putusan ini, hak cipta yang dipegang oleh PT. Inter Sport
Marketing melalui perjanjian lisensi dengan pihak FIFA dalam hal penayangan
piala dunia. Seharusnya sebelum melakukan penyiaran di area publik, PT. Bali
Giri Kencana harus lebih dulu melakukan permohonan izin kepada PT. Inter Sport
Marketing. Permohonan izin ini tentunya akan memberikan royalti pemegang hak
Dalam penggunaan hak cipta, ada dua hak yang dimiliki oleh pencipta atau
1. Hak Ekonomi
ekonomi di dalam hak cipta tersebut, merupakan suatu perwujudan dari sifat hak
cipta itu sendiri, yaitu bahwa ciptaan-ciptaan yang merupakan produk olah pikir
memberikan kepuasan, tetapi dari segi yang lain karya cipta tersebut sebenarnya
juga memiliki arti ekonomi. Hal ini rasanya perlu dipahami, dan tidak sekedar
bersifat universal dan dapat dinikmati oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun
juga, apalagi dengan sikap bahwa sepantasnya hak itu dapat diperoleh secara
cuma-cuma.
Hak ekonomi tersebut adalah hak yang dimiliki oleh seseorang pencipta
dan ruang lingkup dari tiap jenis hak ekonomi tersebut. Dalam Pasal 9 ayat (1)
111
Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Hak Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual,
(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001) hal. 19
pencipta atau pemegang hak cipta memiliki hak ekonomi untuk melakukan:
1) Penerbitan ciptaan;
Hak cipta sebagai hak ekonomi dapat dilihat dari penerapan hak eksklusif,
ciptaan tersebut.
hak cipta juga bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari perbuatan tersebut.
Hal ini memang wajar, pencipta/pemegang hak cipta ikut serta mendapat bagian
berupa keuntungan sejumlah uang yang diperoleh karena penggunaan sendiri hak
Dalam perjanjian lisensi hak cipta selain memperjanjikan izin menggunakan hak
112
Gatot Supramono,Op,Cit., hal. 45
113
Ibid, hal. 46
Berbicara tentang hak cipta tidak dapat dipisahkan dari masalah moral
karena di dalam hak cipta itu sendiri melekat hak moral sepanjang jangka waktu
perlindungan hak cipta masih ada. Masalah moral muncul disebabkan pada
karya cipta orang lain. Dengan kata lain, hak moral merupakan penghargaan
moral yang diberikan masyarakat kepada seseorang karena orang tersebut telah
menghasilkan suatu ciptaan atau karya tertentu yang bermanfaat bagi masyarakat.
Penghargaan moral ini tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi berwujud
sesuatu dan orang lain tidak dapat dengan sesuka hatinya mengambil maupun
Hak moral adalah hak yang melindungi kepentingan pribadi atau reputasi
pencipta. Hak moral melekat pada pribadi pencipta. Apabila hak cipta dapat
dialihkan kepada pihak lain, maka hak moral tidak dapat dipisahkan dari pencipta
dan penemu karena bersifat pribadi atau kekal. Sifat pribadi menunjukkan ciri
khas yang berkenaan dengan nama baik, kemampuan dan integritas yang hanya
dimiliki oleh pencipta atau penemu. Kekal artinya melekat pada pencipta atau
bahwa:
perbuatan lain yang berkaitan dengan karya tersebut yang dapat merugikan
merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri pencipta untuk: 114
dirinya.
hak moral tersebut. Penerima dapat melepaskan atau menolak pelaksanaan haknya
secara tertulis.
Berdasarkan hal di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hak yang
dimiliki oleh PT. Inter Sport Marketing adalah hak ekonomi. Hal ini dapat dilihat
dalam Pasal 9 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, yang
mana disebutkan bahwa pencipta dan pemegang hak cipta memiliki hak ekonomi.
114
Ibid.
perjanjian lisensi hak cipta selain memperjanjikan izin menggunakan hak cipta
Selama ini kita tidak asing dengan istilah pelanggaran Hak Cipta.
budaya masyarakat Indonesia yang masih dalam proses perubahan sosial menuju
konsep hak cipta yang sebelumya belum pernah dikenal pada masyarakat
mengatur juga mengalami perubahan yaitu dari hukum tradisional menjadi hukum
modern, contohnya adalah munculnya hukum yang mengatur masalah hak cipta.
Konsep hak cipta berasal dari negara Eropa dengan budaya masyarakat yang
timurnya lebih mengutamakan nilai sosial (komunal). Hal ini tentunya berdampak
pada pemikiran bahwa munculnya perasan senang dan tersanjung jika hasil
karyanya dapat bermanfaat bagi orang banyak, apalagi karyanya dapat dinikmati
individu atas karya cipta dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra.
atau masyarakat hukum adatnya. Karya seni asli yang ada tidak pernah
mencantumkan nama atau tanda lain sebagai tanda pengenal penciptanya. 116
Hukum hak cipta melindungi karya intelektual dan seni dalam bentuk
ekspresi. Ekspresi yang dimaksud adalah dalam bentuk tulisan seperti lirik lagu,
puisi, artikel, dan buku, dalam bentuk gambar seperti foto, logo, gambar arsitektur
dan peta, serta dalam bentuk suara dan video seperti rekaman lagu, pidato, video
hukum terhadap hak cipta, berarti hak dan kepentingan pencipta diakui dan
yang melanggar hak dan kepentingannya atas karya cipta tersebut. Upaya hukum
untuk menuntut para pelanggar hak cipta dapat dilakukan oleh pencipta atau
organisasi yang terkait dengan ciptaan tersebut, melalui tuntutan pidana atau
115
Maryadi, Transformasi Budaya, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2000
hal. 53
116
Riswandi, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2004 hal. 140
gugatan secara perdata. Berdasarkan uraian tentang perlindungan hukum hak cipta
dapat diketahui bahwa ketentuan- ketentuan hukum yang mengatur tentang hak
perlindungan hak cipta. Namun demikian meskipun ketentuan hukum telah cukup
disebutkan masih ada saja hambatan yang sering menghadang dalam upaya
penegakan hukum tersebut sehingga perlu ada solusi atau pemecahan terhadap
hambatan tersebut.
masyarakat. Akan tetapi sejauh ini upaya sosialisasi tersebut tampaknya belum
cukup berhasil. Ada beberapa alasan yang mendasarinya. Pertama, konsep dan
kurang optimalnya upaya penegakan, baik oleh pemilik HKI itu sendiri
pemilik HKI dan aparat penegak hukum, baik itu aparat Kepolisian, Kejaksaan
maupun hakim.117
117
Lindsey Tim, dkk, Hak Kekayaan Intelektual, Bandung: PT. Alumni, 2013 hal. 26
hingga saat ini status Indonesia masih tetap sebagai negara dengan status
yang sangat identik dengan free market, free competition dan transparansi
yang memadai atas HKI sehingga terciptanya persaingan yang sehat yang
di Indonesia.
terlaksana dengan baik, apabila terdapat perlindungan yang memadai atas HKI itu
tercipta. Sosialisasi HKI harus dilakukan pada semua kalangan terkait, seperti
aparat penegak hukum, pelajar, masyarakat pemakai, para pencipta dan yang tak
kalah pentingnya adalah kalangan pers karena dengan kekuatan tinta kalangan
jurnalis upaya kesadaranakan pentingnya HKI akan relatif lebih mudah terwujud.
Upaya sosialisasi perlu dilakukan oleh semua stake holder secara sistematis,
terarah dan berkelanjutan. Selain itu target audience dari kegiatan sosialisasi
hukum dan pelaksanaannya bagi aparat dan praktisi hukum, dan lain-
mereka akan mengambil tindakan yang tegas terhadap segala upaya penggunaan
atau pemanfaatan secara tidak sahatas haknya tersebut. Upaya perlindungan HKI
sistem hukum yang ada, tetapi perlu langkah-langkah non-legal. Langkah itu
Dalam Pasal 113 ayat (3) Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta disebutkan bahwa: Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/ atau tanpa
izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi
Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e,
dan/ atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp.
118
Edy Damian, Hukum Hak Cipta, Bandung: PT. Alumni, 2002 hal. 61
dan dapat dilakukan tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta.
b. Seluruh atau bagian yang substansial dari suatu buku atau notasi
musik;
ayat (1);
Pemegang.
Dalam hal ini yang dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak cipta
adalah penayangan pertandingan sepakbola piala dunia secara sepihak oleh PT.
seharusnya lebih dulu mendapatkan izin PT. Inter Sport Marketing selaku
dalam undang- undang hak cipta sehingga terhadap pelaku dapat diberikan sanksi.
Saksi yang diberikan dalam putusan ini adalah denda berupa kewajiban
pembayaran ganti rugi sebesar Rp 100.000.000,00 atau seratus juta rupiah kepada
penggugat.
CIPTA/2016/PN/NIAGA.SBY
A. Posisi Kasus
Kasus ini adalah gugatan yang diajukan oleh PT. Inter Sport Marketing.
Penggugat adalah suatu Badan Hukum dengan nama PT. INTER SPORTS
MARKETING yang sudah ada dan didirikan sejak Tahun 2010 berdasarkan
pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia
23-02-2011 dan Akta mana telah dirubah dengan Akta Pernyataan Keputusan
usaha yang di kelolanya adalah Hotel dan Resort yang dikenal dengan nama
didapati oleh Penggugat pada tanggal 27 Juni 2014 pada pukul 00.30 Wita
72
kamar-kamar, yang mana saat itu sedang bertanding antara negara AMERIKA
Tayangan siaran 2014 FIFA World Cup Brazil atau Piala Dunia Fifa
Brazil 2014 tersebut ditayangkan oleh Tergugat tanpa ijin dari Penggugat yang
mempunyai Hak Media atas tayangan 2014 FIFA World Cup Brazil, dan
perbuatan yang melakukan nonton siaran 2014 FIFA World Cup Brazil di
tempat komersial tanpa ijin dari Penggugat adalah perbuatan melawan hukum,
biaya perijinan kepada Penggugat atau yang ditunjuk oleh Penggugat yaitu
PT.NONBAR.
World Cup Brazil di areal komersil di tempat Tergugat yaitu di restorant dan
oleh para pihak untuk mengatur hubungan hukum antara pemberi lisensi dengan
penerima lisensi. Definisi dari perjanjian lisensi didalilkan oleh Dewi Astutty
merupakan suatu penjualan izin untuk mempergunakan hak paten, teknologi, hak
atas merek ataupun hak atas kekayaan intelektual lainnya dari suatu pihak kepada
pembayaran fee atau royalty dari penerima lisensi. Dapat dikatakan juga bahwa
dengan lisensi, terjadi suatu penyerahan hak dari pemberi lisensi kepada penerima
lisensi untuk memakai penemuan yang dilindungi oleh paten, baik membuat,
menggunakan dan/atau menjual barang yang ada di bawah lisensi tersebut dengan
membayar.
tentang Hak Cipta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 85)
tentang Hak Cipta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
ketentuan Pasal 1 angka 20 ditentukan bahwa, “Lisensi adalah izin tertulis yang
diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemilik Hak Terkait kepada pihak lain
untuk melaksanakan hak ekonomi atas Ciptaannya atau produk Hak Terkait
Dalam suatu perjanjian lisensi terdapat para pihak yang terlibat dalam
perjanjian tersebut. Pihak pertama dalam perjanjian lisensi adalah pihak pemberi
129
Dewi Astutty Mochtar, Perjanjian Lisensi Alih Teknologi dalam Pengembangan
Teknologi Indonesia, (Bandung: Penerbit Alumni, 2001), hal. 21
lisensi, yaitu badan atau orang yang memberikan izin tertulis kepada pihak lain
untuk melaksanakan hak ekonomi atas ciptaannya atau produk hak terkait dengan
syarat tertentu., adapun pihak pemberi lisensi dalam penelitian ini adalah
Sedangkan yang dimaksud dengan pihak kedua adalah pihak penerima lisensi,
yaitu badan atau orang yang diberikan izin oleh pemegang hak cipta atau pemilik
hak terkait untuk melaksanakan hak ekonomi atas ciptaannya atau produk hak
terkait dengan syarat tertentu, adapun pihak kedua dalam penelitian ini adalah PT.
Inter Sport Marketing (selanjutnya disebut PT. ISM) dan PT. Nonbar. Sedangkan
yang dimaksud dengan pihak ketiga disini adalah orang atau badan selain pemberi
dan penerima lisensi yang yang tidak ada sangkut pautnya dengan pelaksanaan
perjanjian lisensi diantara kedua belah pihak tersebut, adapun pihak ketiga dalam
penelitian ini adalah Hotel, Villa maupun Restoran yang mengalami tuntutan
5) Properti intelektual
6) Sub Lisensi
Selanjutnya atas penjelasan di atas, terjadi pelanggaran atas hak- hak yang
diberikan oleh FIFA kepada pihak PT. Inter Sport Marketing yang dilakukan oleh
PT. Bali Giri Kencana dengan melakukan perbuatan melawan hukum dengan
menayangkan 2014 FIFA World Cup Brazil di area komersial tanpa izin dari PT.
Inter Sport Marketing. Kemudian diajukan gugatan oleh PT. Inter Sport
Pada putusan ini disebutkan bahwa eksepsi yang diajukan oleh tergugat
fakta yang terungkap di dalam persidangan. Untuk itu hakim harus menggali nilai-
nilai, mengikuti dan memahami nilai- nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup
130
dalam masyarakat. Sumber hukum yang dapat berupa peraturan perundang-
Dalam praktik pengadilan perdata yang mana sengketa merek dan HAKI
adalah bagian dari perdata, dikenal sumber hukum berupa Burgerlijk Wetboek
(BW) yang terdiri dari 1993 pasal. BW tersebut berdasarkan Pasal 1 Aturan
Peralihan UUD 19945 (amandemen) masih berlaku hingga saat ini. Pada masa
130
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman
131
R. Soerparmono, Hukum Acara Perdata dan Yurisprudensi, Bandung: Mandar Maju,
2005 hal. 146
132
R. Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: PT. Pradnya Paramitha,
2004 hal. 6
Sementara itu untuk golongan bangsa Indonesia Asli berlaku hukum adat
yang sejak dahulu telah berlaku di kalangan rakyat, yang sebagian besar masih
belum tertulis, tetapi telah hidup dalam tindakan- tindakan rakyat, mengenai
133
segala soal dalam kehidupan masyarakat.
dari asas- asas putusan yang harus diterapkan dalam putusan. Pada hakikatnya
asas- asas tersebut terdapat dalam Pasal 178 HIR/ 189 RBG dan Pasal 50 Undang-
133
R. Subekti, Pokok- pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT. Intermasa, 1996 hal. 10
dijadikan dasar untuk mengadili. Bahkan menurut Pasal 178 ayat (1)
memenuhi syarat sebagai putusan yang jelas dan rinci, sehingga cukup
digariskan Pasal 178 ayat (1) HIR/189 ayat (1) RBG dan Pasal 50
Kehakiman.
134
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005 hal. 798
Asas kedua yang digariskan oleh Pasal 178 ayat (2) HIR/Pasal 189
ayat (2) RBG dan Pasal 50 RV adalah putusan harus secara total dan
Berdasarkan Pasal 178 ayat (3) HIR/Pasal 189 ayat (3) RBG dan Pasal
135
Ibid.
terbuka untuk umum atau di muka umum merupakan salah satu bagian
yang tidak terpisahkan dari asas fair trial. Melalui asas fair trial,
awal sampai akhir. Prinsip peradilan terbuka untuk umum mulai dari
yurist saat ini. Sepengetahuan penulis tidak lebih dari seperlima dari jumlah
dalam putusannya.
hakim baik hakim tingkat pertama, banding maupun kasasi. Tidak pernah tercatat
dalam sejarah peradilan Indonesia putusan hakim menjadi batal atau batal demi
solving atas sengketa yang ada, tidak pernah hakim dalam pertimbangannya
Indonesia. Menurut penulis hal tersebut tidak menjadi persoalan asalkan diambil
harus memuat alasan dan dasar putusan, juga memuat pasal tertentu dari peraturan
10/Pdt.Sus/HAKI/2016/PN.Sby;
melawan hukum;
C. Analisis Terhadap Putusan No. 10/ HKI. HAK CIPTA/ 2016/ PN/
NIAGA. SBY
sebagai berikut:
MENGADILI:
adalah sah;
rupiah).
Putusan ini dapat dilihat bahwa hakim dalam perkara pedata ini memutus
dengan melihat fakta- fakta yang ada dalam persidangan. Hakim melihat bahwa
hal- hal yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Hak
Cipta yang mengatur tentang Pencipta sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (2)
dan juga Pemegang Hak Cipta sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (4). Pada
perkara ini telah dijelaskan oleh Penggugat bahwa pemilik lisensi untuk
menayangkan konten sepakbola piala dunia Brazil 2014 adalah PT. Inter Sport
Marketing.
Terhadap keabsahan putusan ini, dapat dilihat dari asas- asas yang diatur
Putusan yang dijatuhkan dalam perkara ini tidak melebihi tuntutan. Hal
ini dapat dilihat bahwa hakim menolak kasasi yang diajukan oleh pihak
pemohon.
serta Panitera Pengganti. Dengan begitu, jelas bahwa putusan ini telah
berlaku.
D. Akibat Hukum Atas Putusan Nomor 10/ HKI .HAK CIPTA/ 2016/ PN/
NIAGA. SBY
akan melahirkan sebuah akibat hukum. Akibat hukum adalah suatu akibat yang
ditimbulkan oleh hukum, terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh subjek
hukum. Akibat hukum merupakan suatu akibat dari tindakan yang dilakukan,
untuk memperoleh suatu akibat yang diharapkan oleh pelaku hukum. Akibat yang
dimaksud adalah akibat yang diatur oleh hukum, sedangkan tindakan yang
dilakukan merupakan tindakan hukum yaitu tindakan yang sesuai dengan hukum
yang berlaku.136
Akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa hukum,
akibat hukum dapat berubah dari tidak cakap hukum menjadi cakap
2. Lahir, berubah atau lenyapnya suatu hubungan hukum antara dua atau
lebih subjek hukum, dimana hak dan kewajiban pihak yang satu
suatu sebab, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh subjek hukum, baik perbuatan
136
R. Soeroso, Praktek Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2006 hal. 295
137
Ibid.
yang sesuai dengan hukum, maupun perbuatan yang tidak sesuai dengan hukum.
dipengaruhi oleh norma- norma dan aturan- aturan yang ada di dalam lingkungan
Adapun akibat hukum atas putusan ini adalah penolakan kasasi derta
dilakukan terhadap nominal denda yang dikenakan kepada pihak PT. Bali Giri
A. Kesimpulan
ini:
28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta adalah izin tertulis yang diberikan
oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemilik Hak Terkait kepada pihak lain
Terkait dengan syarat tertentu. Jadi pada dasarnya lisensi hak cipta
hak cipta, yang bukan merupakan pengalihan hak, yang dimiliki oleh
izin dalam lisensi hak cipta tersebut bersifat mutlak dan izin yang
lisensi.
89
di area publik yang seharusnya lebih dulu mendapatkan izin PT. Inter
sanksi. Saksi yang diberikan dalam putusan ini adalah denda berupa
Kehakiman.
B. Saran
diperketat. Sebab banyak sekali gugatan hak cipta di bidang ini yang
terdapat di pengadilan.
2. Dengan berpedoman bahwa hak lisensi adalah hak pemegang hak cipta,
Hal ini hendaknya menjadi perhatian yang perlu diatasi oleh pemerintah
baik pusat maupun daerah agar memacu niat dan bakat seni di kalangan
masyarakat.
92
C. Internet
Sinaga, Selvie. “Catatan Terhadap UU Hak Cipta Baru”, Kompas,
http://print.kompas.com/2015/01/12/Catatan-terhadap-UU-Hak-Cipta-Baru,
diakses tanggal 15 Oktober 2019