TESIS
Oleh :
TESIS
Oleh :
Nim : 157011146
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah hasil karya saya sendiri bukan
Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan
saya sendiri,maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Magister
Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan
tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.
Medan,
Nim : 157011146
Merek merupakan salah satu komponen hak kekayaan intelektual yang perlu
mendapat perhatian khusus. Pelanggaran atau perilaku menyimpang dibidang merek
akan selalu terjadi. Hal ini berkaitan dengan perilaku bisnis yang curang yang
menghendaki persaingan (competitive) dan berorientasi keuntungan (profit oriented),
sehingga membuka potensi aktivitas bisnis yang curang atau melanggar hukum, dan
motivasi seseorang melakukan pelanggaran merek terutama adanya keinginan untuk
memperoleh keuntungan di dalam praktek bisnisnya..
Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan jenis penelitian yang
dipergunakan adalah penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian yang menggunakan
peraturan perundang-undangan sebagai dasar pemecahan permasalahan yang
dikemukakan. Data yang dipergunakan adalah data sekunder dan metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian kepustakaan
(Library Research) dan analisis data yang digunakan adalah data kualitatif.
Implikasi hukum pendaftaran suatu merek yang didaftarkan dengan iktikad
tidak baik adalah tidak mendapatkan perlindungan hukum dan dibatalkan
pendaftarannya serta dicoret dai Daftar Umum Merek (DUM) karena perbuatan
tersebut dikualifikasikan mengandung itikad tidak baik (bad faith) dan persaingan
tidak sehat (unfair competition). Pendaftaran merek oleh Badan Hukum harus
didaftarkan oleh Direktur atau orang yang dikuasakan. Pendaftaran merek milik
Badan Hukum tidak boleh didaftarkan atas nama pribadi walaupun yang
menandatanggani permohonan pendaftaran merek adalah seorang direktur, ia
mewakili badan hukumnya bukan atas nama pribadi. Syarat dan ketentuan untuk
mendaftarkan sebuah merek atas nama badan hukum tidak sulit. Ketentuan hukum
tentang penyelesaian sengketa merek dalam hal terjadinya pendaftaran 2 (dua) merek
yang sama dalam kelas yang sama diselesaikan secara litigasi adalah penyelesaian
melalui lembaga pengadilan. Penyelesaian sengketa secara litigasi diatur dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis
sedangkan penyelesaian sengketa secara non litigasi merupakan penyelesaian
sengketa diluar pengadilan, seperti melalui alternatif penyelesaian sengketa ataupun
arbitrase. Pertimbangan hakim tentang status pendaftaran merek dengan iktikad tidak
baik dalam putusan Pengadilan Niaga Medan Nomor 01/2013/Merek/PN. Niaga
Medan adalah suatu merek tidak dapat didaftar atas dasar permohonan yang
diajukan oleh pemohon yang beritikad tidak baik. Hal tersebut yang menjadi dasar
Penggugat untuk mengajukan gugatan ke Pengadilan Niaga Medan. Majelis Hakim
dalam pertimbangan hukumnya bahwa Tergugat (Suparno) dikatakan beritikad tidak
baik karena tidak mengajak rekan bisnisnya ketika mendaftarkan merek. Pengadilan
Niaga berpendapat bahwa antara Suparno dan Ahmad Saiful Bahri memiliki
hubungan kerjasama yang erat untuk mempopulerkan Ayam Lepaas. Sehingga merek
tersebut harus dibatalkan dari Daftar Umum Merek.
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
ii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
Pada kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini dan kepada pihak yang
yaitu :
iii
penulis, mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, agar selalu dilimpahkan
tesis ini dapat berguna bagi diri penulis dan juga bagi semua pihak khususnya yang
I. IDENTITAS DIRI
Umur : 25 Tahun
Kewarganegaraan : Indonesia
II. PENDIDIKAN
1. SDN 50 (1998-2005)
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .......................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PEWNGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 10
E. Keaslian Penelitian ....................................................................... 11
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ....................................................... 13
1. Kerangka Teori ...................................................................... 13
2. Konsepsi ........................................................................... 19
G. Metode Penelitian ......................................................................... 21
1. Jenis dan Sifat Penelitian ....................................................... 21
2. Sumber Data .......................................................................... 22
3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ...................................... 23
4. Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................. 25
ii
iii
A. Latar Belakang
(empat koma tujuh puluh Sembilan persen) terendah selama 6 tahun, demikian
menurut laporan Badan Pusat Statistik, ini adalah kali pertama ekonomi Indonesia
berada dibawah 5% (lima persen) sejak tahun 2009 ketika terjadi krisis keuangan
Indonesia sepanjang 2015 mencapai 4,8 % (empat koma delapan persen), sedikit
lain-lain.
hidupnya. Begitu juga dengan pelaku usaha memerlukan biaya untuk menjalankan
operasional usahanya. Setiap kegiatan usaha atau bisnis yang dijalankan biasanya
1
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diperkirakan Capai 6% Tahun ini – Ekonomi,
http://ekonomitvone.co.id/mobile/read.php?id=34206.Terakhir diakses tanggal 22 Maret 2017.
badan usaha.
bentuk badan usaha paling banyak digunakan oleh para pengusaha Usaha Kecil
pendiriannya yang tidak serumit badan usaha lain seperti Perseroan Terbatas (PT).
masyarakat pengusaha, sebagai salah satu bentuk badan usaha. Dasar pengaturan
persekutuan perdata. Ketentuan CV diatur dalam Pasal 19, 20, 21, dan 32
KUHD.2
terletak pada eksistensi sekutu komanditer yang tidak ada pada firma. Firma
2
I.G.Rai Widjaya, Hukum Perusahaan (Undang-Undang dan Peraturan Pelaksana
(Undang-Undang di Bidang Usaha), Kesain Blanc, Bekasi, 2005, h.1. (untuk selanjutnya disingkat
“I.G. Rai Widjaya-I”)
hanya mempunyai sekutu aktif yang disebut firma, sedangkan pada CV selain ada
sekutu aktif juga ada sekutu komanditer atau sekutu pasif (sleeping partner).3
yang juga dinamakan Perseroan komanditer, didirikan antara satu orang atau
seluruhnya pada pihak satu, dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang pada
pihak lain”.
(gelduittener), oleh sebab itu seorang komanditer akan menjadi seorang penagih
seorang penagih atas uang yang telah dilepaskannya. Seorang komanditer adalah
sebagai peserta dalam suatu perusahan yang memiliki hak dan kewajiban untuk
3
Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, Jilid 1 Bagian Kedua, Rajawali Pers, Jakarta,
1991, h.102 (untuk selanjutnya disingkat “Soekardono-I”)
4
Ibid.
yang cukup prinsipil, oleh karena perbuatan hukum dari kedua istilah tersebut
internal maupun eksternal CV itu sendiri. Sumber modal internal yaitu dari
pemasukan modal (inbreng) para pengurus dan sumber modal eksternal misalnya
dikembalikan sejak jatuh tempo dan telah dapat ditagih maka CV tersebut dapat
5
Ibid., hlm.101
6
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2: Bentuk-Bentuk
Perusahaan, Djambatan, Jakarta, 2005, h.76 (selanjutnya disingkat “H.M.N.Purwosutjipto-I”)
7
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1999, h.55 (selanjutnya disingkat “Abdulkadir Muhammad-I”)
didirikan minimal oleh dua orang, dimana salah satunya akan bertindak selaku
Persero aktif (Persero pengurus) yang nantinya akan bergelar direktur, sedangkan
yang lain akan bertindak selaku Persero komanditer (Persero diam). Seorang
Perseroan, dengan demikian dalam hal terjadi kerugian maka Persero aktif akan
komanditer karena dia hanya bertindak selaku sleeping partner, maka dia hanya
CV dapat didirikan dengan syarat dan prosedur yang lebih mudah dari
pada PT, yaitu hanya mensyaratkan pendirian dengan dua orang, dengan
dijadikan alat bukti. Apabila akta dibuat dihadapan notaris maka akta tersebut
dikatakan sebagai akta notarial, atau akta otentik, atau akta notaris. Suatu akta
akta dibuat dihadapan pejabat berwenang adalah agar akta tersebut dapat
digunakan sebagai bukti yang kuat jika suatu saat terjadi perselisihan antara para
8
Ibid., h.57.
9
A.Kohar, Notaris Dalam Praktek Hukum, Alumni, Bandung, 1983, h.64.
Berdasarkan uraian diatas, jelas begitu pentingnya fungsi dari akta notaris
tersebut, oleh karena itu untuk menghindari tidak sahnya dari suatu akta, maka
keuntungan dari inbreng yang dimasukkannya itu dan tidak ikut campur dalam
1. Sekutu aktif atau sekutu kerja atau komplementer, yaitu sekutu yang menjadi
pengurus CV.
2. Sekutu pasif atau sekutu tidak kerja atau sekutu komanditer, yaitu sekutu yang
uang) saja.
perlu diperhatikan adalah pendirian dapat dilakukan dengan berbagai cara asalkan
tidak merugikan pihak ketiga.12 Pendirian dengan akta otentik adanya kewajiban
10
Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, Jati diri Notaris Indonesia, PT. Gramedia
Pustaka, Jakarta, 2008, h.7.
11
Faisal Santiago, Pengantar Hukum Bisnis, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2012, h.34.
12
Pasal 22 KUHD
pendaftaran akta resminya dalam register yang disediakan pada kantor Panitera
sekutu tidak hanya memasukkan bagian persekutuan dalam bentuk uang ataupun
barang akan tetapi juga dalam bentuk tenaga dan kerajinannya.” Sehingga hal ini
tidak secara keseluruhan ditentukan dalam bentuk uang untuk modal dasar yang
dan tenaga dan kerajinan hanyalah sekutu pengurus atau sekutu komplementer,
tersebut telah berdiri dan didirikan dengan akta otentik sebagaimana dimaksud
13
Lihat Pasal 26 KUHD
dalam ketentuan Pasal 25 juncto Pasal 27 dan Pasal 28 KUHD tersebut. Terkait
dengan pendaftaran dan pengumuman tersebut apabila hal itu belum terjadi maka
persekutuan, secara umum tidak dapat dikatakan sebagai badan hukum. Dalam
hubungannya dengan pihak ketiga, pihak ketiga tersebut tidak dapat menuntut
sekutu komanditer dalam hal ini pihak ketiga hanya berurusan dan bertransaksi
dengan CV bilamana hal itu diwakili oleh sekutu aktif.15 Tetapi dalam hal ini
sekutu komanditer juga dapat dituntut dan berkedudukan sama dengan sekutu
badan hukum dikarenakan tidak adanya pengesahan menjadi badan hukum oleh
instansi yang terkait. Selain itu tanggung jawabnya pun dari para sekutunya tidak
terbatas (unlimited liability) sampai meliputi harta pribadi para sekutu atau tidak
secara mutlak terbatas seperti halnya PT sehingga hal ini tidak dapat
minimal harus terdiri dari 2 (dua) orang yang terdiri dari Persero aktif dan
Persero pasif, dimana kedua Persero tersebut dapat saling mengawasi dalam
14
Cut Era Fitriyeni, Notaris di Kota Banda Aceh, hasil wawancara tanggal 22 Agustus
2017.
15
Lihat Pasal 21 KUHD.
pendiri, akan tetapi kedudukan yang dimiliki adalah sama, yaitu sama-sama
komanditer yang hanya turut bertanggung jawab sampai jumlah modal yang
ditentukan pada Pasal 6, dimana tuan AB diangkat sebagai Direktur dan tuan AC
sebagai Wakil Direktur. Akta pendirian CV. A tersebut juga telah didaftarkan
Salah satu fungsi dari sekutu pasif, yaitu untuk mengawasi jalannya
kedudukan dari Persero pasif dapat dikatakan penting adanya dalam sebuah CV,
Komanditer”.
B. Perumusan Masalah
(Commanditaire Vennootschap) ?
komanditer (CV) ?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Ada dua manfaat yang dimiliki dalam penelitian ini yaitu manfaat
perusahaan.
Manfaat penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para praktisi hukum dan
notaris serta masyarakat yang akan membuat dan mengurus pembuatan akta
CV (Commanditaire Vennootschap).
E. Keaslian Penelitian
tersebut di atas, dengan demikian penelitian ini adalah asli, sehingga dapat
Yang Tidak Diumumkan Dalam Berita Negara Ditijau Dari Kitab Undang-
berita Negara, dan apa yang menjadi persoalan dalam pendirian Perseroan
sehari-hari.
menyetorkan uang tunai untuk Perseroan Terbatas yag didirikan tersebut, dan
Dengan CV. Kali Baru dengan rumusan masalah : Apa yang menjadi
1. Kerangka Teori
spesifik atau proses tertentu terjadi,16 dan suatu teori harus diuji
benarannya.17
sosial ditentukan oleh teori.18 Menurut Burhan Ashshofa suatu teori merupakan
16
J.J.J. M.Wuisman, dengan penyuntingan M.Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I
Asas-Asas, FE-UI, Jakarta, 1996, h.203.
17
Ibid., h.16.
18
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2010, h.6.
konsep”.19
perbandingan, pegangan teoritis.20 Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk
Oleh John Austin dan Van Kan Ajaran kepastian hukum ini berasal dari
dunia hukum, yang cenderung melihat hukum sebagai suatu yang otonom, yang
mandiri, karena bagi penganut pemikiran ini, hukum tak lain hanya kumpulan
aturan. Bagi penganut aliran ini, tujuan hukum tidak lain dari sekedar menjamin
dengan sifatnya yang hanya membuat suatu aturan hukum yang bersifat umum.
untuk kepastian.21
hukum yang dimaksud adalah kepastian hukum atas hak dan kewajiban tiap-tiap
yang pertama adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui
apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, dan ketua berupa keamanan bagi
bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau
sekiramya dapat dikemukakan bahwa “summum ius, summa injuria, summa lex,
summa crus”, yang artinya adalah hukum yang keras dapat melukai, kecuali
22
C.S.T. Kansil, op.cit., h.44.
23
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Pradana Media Group,
Jakarta, 2008, h.158.
24
Achmad Ali, op.cit., h.95.
merupakan tujuan hukum satu-satunya akan tetapi tujuan hukum yang paling
yang mana dalam proses pendiriannya terjadi kesalahan pada syarat pendirian CV
yang seharusnya pendirian CV didirikan oleh dua orang atau lebih yang mana
diisi dengan Persero aktif dan Persero pasif, akan tetapi dalam kenyataanya di
dalam pendirian ini memang memiliki dua orang pendiri yang mana akan tetapi
kedudukan yang dimiliki keduanya sama yaitu sebagai Persero aktif. Maka
dengan menggunakan teori kepastian hukum disini akan dilihat kedudukan akta
yang telah dibuat oleh Notaris menjadi akta otentik ataupun akta dibawah tangan.
adalah negara hukum. Dengan demikian negara menjamin hak-hak hukum warga
akan menjadi hak bagi setiap warga negara. Ada beberapa pengertian terkait
tersebut.26
25
Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari : Memahami dan Memaham Hukum,
Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2010, h.59.
26
Satjipto Rahardjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Kompas, Jakarta, 2003, h.
121.
yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa
aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman
Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan
kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum
subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu
tindakan hukum.27
hukum adalah berbagai upaya hukum dalam melindungi hak asasi manusia serta
hak dan kewajiban yang timbul karena hubungan hukum antar sesama manusia
sebagai subyek hukum. Teori dan konsep mengenai perlindungan hukum adalah
perlindungan hukum rakyat barat. Konsep perlindungan hukum bagi rakyat barat
27
Teori Hukum, “Pengertian Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli”
http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/
konsepsi barat sebagai kerangka berpikir dengan Pancasila sebagai Ideologi dan
dasar falsafah. Sehingga prinsip perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia adalah
prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang
bersumber pada Pancasila dan prinsip Negara hukum yang berdasarkan Pancasila.
tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman
manusia”.29
kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya
28
Satjipto Rahardjo, Ilmu hukum, Cet-V, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, h.53.
29
Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), Magister Ilmu Hukum Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2004, h.3.
30
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia,
Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2003, h.14.
Preventif dimana dalam hal ini perlu adanya perlindungan kepada para pihak
dalam akta pendirian CV ini, agar apa bila terjadi suatu permasalahan di kemudian
undangan.
2. Konsepsi
Konsepsi adalah suatu bagian terpenting dari teori peranan konsepsi dalam
abstraksi dan realitas32. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi
31
Ibid., h.20.
32
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta,
1989, h.34.
33
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, h.3.
selalu harus ditaati, walaupun isinya kurang adil atau kurang sesuai dengan
tujuan hukum. Tetapi dapat pengecualian bila mana pertentangan antara isi
hukum tentang keadilan begitu besar. Sehingga tata hukum ini tampak
sekutu.35
semuanya itu sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh
undang-undang.
34
Theo Hujibers, Filsafat Hukum Dalam Lintas Sejarah, Kanisius, Yogyakarta, 1982,
h.163.
35
Rudi Prasetya, Maatschap, Firma dan Perseroan Komanditer, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2002, h.26.
Dagang).
G. Metode Penelitian
Metode berarti jalan atau cara kerja untuk dapat memahami objek yang
Penelitian ini bertitik tolak dari suatu pengertian bahwa penelitian pada
dan kontruksi data yang semuanya dilaksanakan secara sistematis dan konsisten.
Data adalah gejala yang akan dicari untuk diteliti, gejala yang diamati oleh
peneliti dan hasil pencatatan terhadap gejala yang diamati oleh peneliti. 37
struktur dan komposisi, lingkup dan materi, konsistensi, penjelasan umum dan
perundangan.38
36
Koentjara Ningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1997,
h.16.
37
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Peran dan Penggunaan Perpustakaan di Dalam
Penelitian Hukum, PDHUL, Jakarta, 1979, h.1-2.
38
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke-20, Alumni,
Bandung, 2006, h.140.
2. Sumber Data
39
Ibid.
40
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, op.cit.,h.10.
terhadap bahan hukum primer, seperti buku hukum, tesis, jurnal hukum,
laporan hukum, makalah, dan media cetak atau elektronik. Bahan hukum
hukum yang bukan dokumen resmi, seperti seminar atau pertemuan ilmiah
utamanya, yang berarti akan cenderung pada penelaahan dan penyajian data
primer dan data sekunder yang diperoleh dari bahan kepustakaan sehingga tidak
41
Nomensen Sinamo, Metode Penelitian Hukum dalam Teori dan Praktek, Bumi Intitama
Sejahtera, 2010, h.16.
42
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, Rajawali Pers, Jakarta, 1990, h.53.
penelitian yang dilakukan dengan cara mendatangi langsung tempat yang menjadi
dilakukan.
didukung pula oleh penelitian lapangan (field research) untuk memperoleh data
data yakni studi dokumen, pengamatan dan pedoman wawancara. Ketiga alat
sendiri.45 Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Studi dokumen.
buku hukum, tesis, jurnal hukum, laporan hukum, makalah dan media
43
Riduan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bina Cipta, Bandung, 2004, h.97.
44
Mohammad Nazir, Metode Penelitan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005, h. 65.
45
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, h.21.
(selanjutnya disingkat “Soerjono Soekanto-I”)
b. Pedoman wawancara.
sebelumnya.
bermutu dalam kalimat yang teratur, runtun logis, tidak tumpang tindih dan efektif
46
Soerjono Soekanto-I, op.cit., h.229.
data yang dilakukan secara kwalitatif bertujuan agar gejala yang terjadi dalam
masyarakat (yang menjadi objek penelitian) dapat dimengerti dan dipahami secara
utuh.47
kejelasan terhadap masalah yang akan dibahas. Semua data yang dikumpulkan
Data yang telah dianalisis menjadi dasar untuk memperoleh jawaban atau
penelitian ada 2 (dua), yaitu metode deduktif dan induktif. Penarikan kesimpulan
asas umum.
proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui (diyakini) atau tidak perlu
47
Soerjono Soekanto-I, op.cit., h.32.
48
Zainudin Ali, Metode Penelitian Induktif dan Deduktif dan Penelitian Hukum, Sinar
Grafika, Jakarta, 2010, h.18.
49
Bambang Sunggono, op.cit., h.10.
BAB II
PROSEDUR DAN SYARAT PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN CV
sebagaimana diatur dalam Pasal 1 huruf b UU No.3 Tahun 1982 tentang Wajib
setiap jenis usaha yang bersifat tetap, terus menerus dan didirikan, bekerja serta
keuntungan dan atau laba”. Sementara yang dimaksud dengan “bentuk usaha”
merupakan suatu organisasi usaha atau badan usaha yang menjadi wadah
penggerak setiap jenis usaha. Organisasi atau badan usaha tersebut diatur/diakui
Otobis (PO) dan Perusahaan Dagang (PD) merupakan contoh bentuk badan usaha
50
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2010, h.1. (selanjutnya disingkat “Abdulkadir Muhammad-II”)
51
Ibid.
27
atau beberapa orang sebagai suatu perkumpulan, dimana pelaksanaan badan usaha
tersebut dilakukan oleh beberapa orang. Keempat unsur ini selalu ada pada tiap-
tiap perkumpulan baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan
hukum.
Jenis badan usaha dapat dibedakan atas dua, yaitu badan usaha yang
berbadan hukum dan badan usaha yang tidak berbadan hukum. Sebelum diuraikan
lebih lanjut mengenai kedua jenis badan usaha tersebut, diuraikan terlebih dahulu
mengenai defenisi yang dimaksud dengan badan hukum. Beberapa ahli hukum
52
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, h.3.
53
Chidir Ali, Badan Hukum, Alumni, Bandung, 1999, h.18-19.
biasa, namun mempunyai hak dan kewajiban serta dapat melakukan perbuatan
terpisah dari harta benda pendiri/pemiliknya, karena itu tanggung jawab secara
hukum juga dipisahkan dari harta benda pribadi pemilik perusahaan yang
perbuatan dengan pihak lain, maka tanggung jawabnya berada di pihak perseroan
tersebut dan hanya sebatas harta benda yang dimiliki perseroan. Tanggung jawab
kerugian pada perseroan maka harta pribadi pemilik/pendiri tidak dapat ikut disita
Badan usaha bukan badan hukum merupakan badan usaha swasta yang
didirikan dan dimiliki oleh beberapa orang pengusaha secara bekerja sama.
Bentuk badan usaha ini merupakan badan usaha persekutuan yang dapat
didirikan dan dimiliki oleh beberapa orang pengusaha secara kerja sama dan
54
Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Moderen Dalam Corporate Law & Eksistensinya
Dalam Hukum Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, h.2. (untuk selanjutnya disingkat
“Munir Fuady-I”)
55
Abdulkadir Muhammad-II, op.cit.,h.8.
perusahaan negara yang didirikan dan dimiliki oleh negara. Badan usaha ini
mempunyai bentuk hukum Perseroan Terbatas (PT) dan Koperasi yang dimiliki
hukum dan bentuk usaha yang tidak berbadan hukum, dapat diketahui dari
prosedur pendirian badan usaha tersebut. Untuk mendirikan suatu badan hukum,
PT, mutlak diperlukan pengesahan akta pendirian dan anggaran dasarnya oleh
pemerintah (Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia cq. Direktorat Perdata).
Sementara bentuk usaha yang tidak berbadan hukum, syarat adanya pengesahan
usaha tersebut merupakan peninggalan masa lalu, yaitu berasal dari pemerintah
Belanda. Bentuk badan usaha tersebut diantaranya ada yang telah diganti dengan
sebutan dalam bahasa Indonesia, tetapi masih ada juga sebagian tetap
56
Ibid.
57
Richard Burton Simatupang, op.cit., h.3.
CV, sedangkan nama yang sudah sudah di-Indonesiakan yaitu Perseroan Terbatas
dimana satu atau beberapa orang sekutu mempercayakan uang atau barang kepada
salah satu atau beberapa orang yang menjalankan perusahaan yang bertindak
seseorang atau antara beberapa orang persero yang bertanggung jawab secara
dengan istilah "perseroan", berbeda dengan literatur yang lain dengan menyebut
58
I.G.Rai Widjaya-I, op.cit., h.1.
59
Jamal Wiwoho, Pengantar Hukum Bisnis, UNS, Surakarta, 2007, h.45.
60
Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, FH UII Press,Yogyakarta, 2006, h.27.
61
I.G.Rai Widjaja-I, op.cit.,h.51.
a. CV dari sisi bentuk institusi atau badan usahanya, yaitu kelompok yang
memberikan pengertian CV sebagai suatu bentuk khusus daripada firma.
b. CV dari segi peranan dan tanggung jawab masing-masing sekutu, yaitu
kelompok yang memberikan pengertian CV sebagai suatu bentuk
kerjasama antara sekutu komplementer dan sekutu komanditer.
KUHD. Pengaturan CV ini berada di dalam pengaturan masalah firma sebab pada
kekhususannya terletak pada adanya sekutu komanditer yang pada firma tidak
ada. Pada firma hanya ada sekutu kerja atau firmant, sedangkan pada CV, kecuali
ada sekutu kerja juga ada sekutu komanditer atau sekutu diam (sleeping partner).
sebelumnya.
62
M.Manullang, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1980, h.37.
63
Vernon A. Musselman, dkk., Ekonomi Perusahaan Konsep-Konsep dan Praktek-
Praktek Sezaman, Jilid 1, Intermedia, Jakarta, 1988, h.78.
64
Handri Raharjo, Hukum Perusahaan : Step by Step Prosedur Pendirian
Perusahaan,Cet-I, Pustaka Yustitia, Yogyakarta, 2013, h.54.
65
Deni Damay, 501 Pertanyaan Terpenting tentang PT, CV, Firma, Maatschap dan
Koperasi, Cet-I, Araska, Yogyakarta, 2013, h.93.
menjadi satu kelompok organisasi, namun yang dilihat semata-mata adalah segi
aktif) sebagai pendiri baik seorang maupun beberapa orang yang telah saling
kenal dan percaya, kadangkala para sekutu komplementer ini merupakan suatu
Secara ekonomis hal ini berarti sebagai suatu institusi bisnis, perasaan,
emosional dan mentalitas para pribadi cendrung turut memberi pengaruh pada
tetapi tidak berarti jika terjadi kerugian bisa melepaskan tanggung jawab.
tertata dalam perusahaan dan ini dapat mengganggu efisiensi dalam organisasi. 67
66
Rudy Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1995, h.33.
67
Peter Blau dan Marshall W. Meyer, Birokrasi dalam Masyarakat Modern, Edisi Kedua,
UI-Press, Jakarta, 1987, h.12.
hanya diatur dalam tiga pasal yaitu Pasal 19, 20 dan Pasal 21 KUHD. Dalam
memasukkan ke dalam perseroan itu segala sesuatu yang sudah ia janjikan untuk
dimasukkan, dan jika pemasukan itu terdiri dari suatu barang tertentu, maka
68
Vernon A. Musselman, op.cit., h.75.
69
H.M.N. Purwositjipto-I, op.cit., h.84.
peserta wajib memberikan pertanggungan menurut cara yang sama dengan cara
jual beli.”
Jika terjadi kerugian dalam pelaksanaan CV, maka dapat mengacu pada
“Para peserta tidak boleh berjanji, bahwa jumlah bagian mereka masing-
masing dalam perseroan dapat ditetapkan oleh salah seorang dari mereka atau
orang lain. Perjanjian demikian harus dianggap dari semula sebagai tidak
tertulis dan dalam hal ini harus diperhatikan ketentuan-ketentuan Pasal 1633
KUHPerdata.”
sangat menentukan untuk dapat disebut sebagai CV, yaitu sekutu komplementer
sekutu kerja atau sekutu aktif dan sekutu komanditer sebagai sekutu tidak kerja
kepada perusahaan.70
Dari kedua sekutu tersebut, yang justeru lebih menentukan untuk dapat
komanditer pada struktur suatu CV, maka persekutuan tersebut tidak dapat disebut
disebut sebagai firma atau bisa juga disebut sebagai maatschaap apabila di
Sebaliknya juga jika hanya terdapat sekutu komplementer saja, tentu tidak
perusahaan. Jadi di dalam konstruksi CV, baik sekutu komanditer atau sekutu
1. Prosedur Pendirian CV
KUHD tidak mengatur secara tegas dasar prosedur pendirian suatu CV.
firma yakni Pasal 19 KUHD. Hal tersebut dapat diketahui dari kedua pendapat
bahwa :
70
Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, Cet-2, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, h.23.
71
Ibid., h.24.
Pendirian suatu firma diatur pada Pasal 22, 23, 27 dan Pasal 28 KUHD.
dengan akta otentik, akan tetapi tidak dapat dikemukakan untuk merugikan pihak
akta otentik bukan merupakan syarat mutlak untuk mendirikan firma, sehingga
pada perjanjian para pihak, sesuai dengan yang diinginkan para pihak tersebut
72
R.Soerjatin, Hukum Dagang I dan II, Pradnya Paramita, Jakarta, 1976, h.22.
73
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Bentuk-Bentuk
Perusahaan, Djambatan, Jakarta, 1998, h.73 (selanjutnya disingkat “H.M.N.Purwosutjipto-II”)
namun demikian pendirian CV dengan akta otentik atau akta yang dibuat di
hadapan notaris menjadi suatu kebiasaan yang sering dilakukan dalam praktik di
masyarakat.
2014 tentang Perubahan UU No. 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (untuk
selanjutnya disingkat “UUJN”) dan defenisi akta otentik itu sendiri. Defenisi akta
otentik dapat ditemukan pada ketentuan Pasal 1868 KUH Perdata, yang
menentukan bahwa, “suatu akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk
umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya
74
Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008, h.46.
UUJN tersebut adalah kewenangan Notaris dalam membuat akta otentik mengenai
yang mengatur tentang akta otentik, pengertian dan kewenangan Notaris, maka
dapat diketahui bahwa Notaris sebagai pejabat umum pembuat akta otentik
dengan kesepakatan para pihak untuk saling mengikatkan diri mendirikan CV. Hal
yang berkepentingan. Pada saat para pihak sudah sepakat untuk mendirikan
sebagai berikut75 :
75
Tigor Sinambela, Notaris Kota Binjai, hasil wawancara tanggal 19 Agustus 2017.
d. Modal perseroan
Di dalam Akta Pendirian CV tidak dinyatakan besar jumlah modal
dasar, modal ditempatkan atau modal disetor. Jumlah modal CV
diperlukan dan akan dinyatakan kemudian dalam izin operasional lainnya
seperti SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan).
Setelah akta pendirian CV selesai dibuat di hadapan Notaris, maka
pendiri CV melengkapi pendaftaran dan perizinan yang harus dimiliki
untuk dapat melakukan kegiatan usaha seperti, Surat Keterangan
Domisili Perusahaan (SKDP) yang dikeluarkan oleh Lurah, Nomor
Pokok Wajib Pajak Perseroan (NPWP Perseroan), Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP). CV juga wajib melakukan pendaftaran perusahaan
pada kantor pendaftaran perusahaan tempat didirikan CV sebagaimana
diatur dalam UU No.3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan
(WDP).
BAB III
PENGURUSAN DAN TANGGUNG JAWAB PARA PERSERO DALAM
PERSEROAN KOMANDITER (CV)
didirikan antara satu orang atau beberapa sekutu yang secara tanggung
menanggung, bertanggung jawab untuk seluruhnya pada pihak satu dan satu orang
atau lebih sebagai pelepas uang pada pihak lain sebagaimana diatur dalam Pasal
19 Ayat 1 KUHD.
dinamakan sekutu komplementer dan sekutu tidak kerja (stille vennoot) yang
partner).77 Sekutu kerja atau sekutu komplementer adalah sekutu yang menjadi
pengurus persekutuan, sedangkan sekutu tidak kerja atau sekutu komanditer tidak
mengurus persekutuan. Baik sekutu kerja maupun sekutu tidak kerja masing-
(fisik atau pikiran) atas dasar pembiayaan bersama, artinya untung rugi dipikul
76
Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, Cet-III, Djambatan, Jakarta, 1989, h.101
(untuk selanjutnya disingkat “Soekardono-II”)
77
Abdulkadir Muhammad-I, op.cit., h.55.
43
bersama antara sekutu kerja dan sekutu komanditer, meskipun tanggung jawab
usahanya dengan pihak ketiga. Persero komanditer tidak terikat pada pihak ketiga
tindakan bertanggung jawab atau terikat pada pihak ketiga. "Jika mereka bersama-
ketentuan yang mengatur CV. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya CV juga
adanya sekutu komanditer yang pada firma tidak ada. CV tidak hanya
78
H.M.N.Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2 Bentuk-Bentuk
Perusahaan, Djambatan, Jakarta, 2007, h.74 (untuk selanjutnya disingkat “Purwosutjipto-III”)
79
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Indonesia-Inggris, An Indonesian-English
Dictionary, Third Edition, Gramedia, Jakarta, 1992, h.3.
80
Ibid.
KUHD antara lain Pasal 19, 20, 21, dan 30 ayat (2) dan Pasal 32 KUHD,
sedangkan dalam KUHPerdata diatur pada Pasal 1618 sampai dengan Pasal 1652
keluar (extern) dengan pihak ketiga yang mengikat Perseroan Komanditer (CV). 82
dengan sekutu komanditer terdapat perbedaan, dimana sekutu biasa atau pengurus
(gewone vennooten), selain memasukan uang atau benda kedalam perseroan, juga
Disamping itu, sekutu biasa atau pengurus juga memikul tanggung jawab tidak
terbatas ada kerugian yang diderita perseroan dalam usahanya, kecuali jika
81
M. Natsir, Hukum Perusahaan di Indonesia, Alumni, Bandung, 1987, h.237.
82
Ibid.
(CV) pada dasarnya adalah hubungan kerja sama untuk mencari dan membagi
keuntungan. Hal itu ditetapkan dalam ketentuan Pasal 1618 KUHPerdata yang
menetapkan bahwa perseroan adalah suatu perjanjian antara dua orang atau lebih
sekutu komanditer juga ikut memikulnya, akan tetapi tidak boleh melebihi
pemasukannya.
83
Ibid., h.237.
diwakili oleh yang disebut sebagai “Direktur”, dimana kewenangan yang dapat
84
Purwosutjipto-II,op.cit., h.82.
85
Rudi Prasetya,op.cit.,h.26.
melainkan harus terlebih dahulu meminta persetujuan dari segenap sekutu CV.
pencantuman tersebut adalah bahwa perbuatan diluar apa yang telah ditentukan
hari.
KUHPerdata.
86
Ibid., h.26.
87
Ibid., h.20.
perseroan (dalam hal ini CV), maka para sekutu dianggap secara bertimbal balik
pengurusan tersebut belum dilaksanakan dan jika telah dilakukan, maka perbuatan
ketentuan Pasal 1639 Ayat 1 KUHPerdata tersebut juga dapat diketahui bahwa
sekutu.88 Pasal 1639 Ayat 4 mengatur bahwa, “tanpa izin peserta lain, tidak
perbuatan/ hubungan hukum atas nama Perseroan Komanditer (CV) dengan pihak
ketiga, sedangkan sekutu komanditer hanya memiliki hubungan intern saja dengan
nama perseroan dengan pihak ketiga. Hal ini disebabkan karena kedudukan sekutu
atau bekerja dalam perusahaan, termasuk dengan surat kuasa (Pasal 20 ayat 2
Hal ini dapat dipahami karena para sekutu komanditer tidak bertanggung jawab
88
Ibid.
sesuai dengan jumlah uang yang dimasukkan. Keadaan ini sama sekali tidak
diketahui oleh pihak ketiga dan pihak ketiga hanya mengetahui bahwa yang
Perseroan Komanditer (CV) apabila hal ini ditetapkan dalam perjanjian pendirian
intern dan tidak boleh dilakukan sedemikian rupa yang memberikan suatu kesan
hal-hal tertentu yang sangat penting dalam pengurusan perseroan maka diharuskan
tambahan terhadap modal yang telah ada atau dijanjikan dimasukkan. Para sekutu
secara penuh memasukkan modal yang telah dijanjikan dan uang yang
89
M. Natsir, op.cit., h.196.
90
Ibid.
komplementer juga memikul tanggung jawab tidak terbatas atas kerugian yang
diderita perseroan dalam usahanya, kecuali jika ditentukan lain dalam perjanjian
dipersoalkan apakah tindakan itu merupakan tindakan persero itu sendiri atau
91
M. Natsir, op.cit., h.198.
hilanglah sifat tanggung jawab terbatas itu dan Pesero Komanditer itu
yaitu :93
a. Sekutu komplementer
Sekutu komplementer biasa disebut dengan sekutu aktif (active partner)
atau sekutu kerja. Sekutu komplementer mempunyai hak dan kewajiban sebagai
berikut :
1). Wajib mengurus Perseroan Komanditer (CV)
2). Berhak memasukkan uang atau kekayaan lainnya kepada Perseroan
Komanditer (CV).
3). Wajib bertanggungjawab secara tanggung renteng atas kewajiban
Perseroan Komanditer (CV) terhadap pihak ketiga.
4). Berhak menerima pembagian keuntungan
b. Sekutu komanditer
Sekutu komanditer biasa disebut dengan sekutu diam (silent partner) atau
sekutu pelepas uang. Sekutu komanditer mempunyai hak dan kewajiban sebagai
berikut :
1). Wajib menyerahkan uang atau kekayaan lainnya kepada Perseroan
Komanditer (CV).
92
Rochmat Soemitro, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf, Eresco, Bandung,
1993, h.5 (untuk selanjutnya disingkat “Rochmat Soemitro-I”)
93
Arus Akbar Silonde Wirawan Ellyas, Pokok-Pokok Hukum Bisnis, Salemba, Jakarta,
Empat, 2012, h.38-40.
komanditer hanya memasukkan uang atau barang kedalam kas perseroan dan juga
dimasukkan tersebut.
diatur dalam akta pendirian atau anggaran dasar perseroan. Apabila pengaturan
tersebut tidak ada, maka harus diberlakukan ketentuan Pasal 1633 ayat (1) dan
sekutu komplemnter atau sekutu kerja saja yang berhak menjalankan perusahaan,
maka yang berhak mengadakan hubungan dengan pihak ketiga hanyalah sekutu
biasa.
Didalam hubungan dengan pihak ketiga ini terdapat masalah yang erat
bagian keuntungan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar perseroan. Jika dalam
saja. Bagi pesero komplementer beban kerugian tidak terbatas kekayaannya pun
ikut menjadi jaminan seluruh kerugian perseroan. Pesero komanditer tidak boleh
dituntut supaya menambah pemasukanya guna kerugian dan tidak dapat diminta
mempunyai hak dan kewajiban serta tanggung jawab seperti seorang pesero dalam
firma, sedangkan tanggung jawab pesero diam (pesero komanditer) adalah sama
Pasal 20 ayat (2) KUHD menyatakan sekutu diam ini menjadi bertanggung
jawab tidak lebih daripada jumlah uang yang telah atau harus dimasukkan olehnya
keuntungan yang telah nikmatinya. Dalam hal ini Rudhi Prasetya tidak
sepenuhnya setuju dengan bunyi rumusan pasal tersebut, menurut Rudi Prasetya :
94
M. Natsir, op.cit., h.205.
95
Rochmat Soemitro. Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1993, h.18 (untuk
selanjutnya disingkat “Rochmat Soemitro-II”)
"Jika diikuti, maka berarti tanggung jawab sekutu diam itu tidak lebih
daripada inbrengnya. Apa yang dimaksud dengan inbreng ini adalah sekadar
jumlah modal yang ia masukkan. Jika demikian halnya maka tidak adil.
Sebab bisa terjadi dari inbreng yang dimasukkan itu, kemungkinan telah
menjadi barang, dan harga barang ini sebagai akibat dari inflasi telah
menjadi sangat tinggi. Dengan kata lain, para kreditur tidak dapat menuntut
bagian sekutu diam menurut harga barang tersebut, tetapi hanya sekadar
sebesar uang inbreng".96
Dalam keadaan ada keuntungan yang menjadi bagian sekutu diam, tetapi
belum diambil oleh sekutu diam, maka jika mengikuti rumusan pasal di atas,
maka bagian keuntungan ini tidak dapat dijadikan objek tagihan pihak kreditur.
pun ikut menjadi jaminan seluruh kerugian persekutuan sebagaimana diatur dalam
seterusnya dan Pasal 20 Ayat 3 KUHD. Pasal 19 ayat (1) KUHD menentukan
maupun ke dalam.
komanditer tidak boleh memakai namanya sebagai nama Firma.” Pasal 20 Ayat 2
pasal ini, bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan, atau dengan kata
Atas dasar prinsip Pasal 19 KUHD, maka pihak ketiga tidak diperbolehkan
Hal ini dinilai cukup relevan jika pihak ketiga tidak diperkenankan menagih
dikenal pihak luar (pihak ketiga) dan tidak berwenang melakukan hubungan
hukum keluar perusahaan sehingga tanggung jawabnya juga tidak sampai kepada
bekerja dalam perusahaan termasuk dengan surat kuasa (Pasal 20 Ayat 2 KUHD),
dan bahkan penggunaan namanya pun dilarang menurut undang-undang. Hal ini
dapat dimengerti karena para sekutu komanditer tidak bertanggung jawab dalam
terbatas sesuai dengan jumlah uang yang dimasukkan. Keadaan ini sama sekali
tidak diketahui oleh pihak ketiga, dan pihak ketiga hanya tahu bahwa yang
sedangkan sekutu komanditer hanya memiliki hubungan intern saja dengan sekutu
perseroan dengan pihak ketiga. Hal ini disebabkan kedudukan sekutu komanditer
dalam register yang disediakan untuk itu di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang
akta tersebut harus ditanggali pada hari akta dibawa ke kepaniteraan pengadilan
98
Rudi Prasetya, op.cit., h.10.
akta otentik saja, melainkan juga pendaftaran terhadap petikan otentik akta saja,
bahwa, “dalam pada itu para persero diperbolehkan untuk hanya mendaftarkan
diwajibkan untuk diumumkan dalam surat kabar resmi. Petikan akta pendirian CV
a. Nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para persero firma;
b. Pernyataan firmanya dengan menunjukkan apakah perseroan itu umum,
ataukah terbatas pada suatu cabang khusus dari perusahaan tertentu, dan
dalam hal terakhir, dengan menunjukkan cabang khusus itu;
c. Penunjukan para persero, yang tidak diperkenankan bertanda tangan atas
nama firma;
d. Saat mulai berlakunya perseroan dan saat berakhirnya;
e. dan selanjutnya, pada umumnya, bagian-bagian dari perjanjiannya yang
harus dipakai untuk menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para
persero.
99
R.Soerjatin, op.cit., h.15.
100
Ibid., h.16.
Surat kabar yang dimaksud dalam KUHD, saat ini dikenal dengan Berita
Indonesia dan Tambahan Berita Negara berupa pendirian suatu CV, diberikan
oleh ketentuan Pasal 3 Ayat 1 huruf c tersebut. Perum berwenang untuk mencetak
yang dimaksud dalam hal ini adalah ketentuan Pasal 27 KUHD yang mewajibkan
Negeri bukan menjadi kewenangan Notaris secara hukum, akan tetapi dalam
praktiknya tidak jarang pendiri CV/ penghadap juga meminta kepada Notaris
untuk mengurus pendaftaran akta pendirian tersebut dengan alasan notaris sudah
CV dapat didirikan secara lisan maupun secara tertulis yaitu dengan suatu
akta pendirian yang dibuat di hadapan Notaris. CV yang tidak didirikan dengan
suatu akta otentik tidak dapat dijadikan alasan merugikan pihak ketiga. Para
tersebut.
mengetahui103 :
b. tujuan perseroan ;
c. ketentuan-ketentuan tentang pengurusan;
d. lamanya perseroan didirikan ;
e. persetujuan perseroan lainnya yang diperlukan untuk menentukan hak-hak
pihak ketiga terhadap perseroan.
pada posisi seorang persero merupakan persero komplementer (sekutu aktif) atau
sengaja atau karena ketidaktahuan atau kelalaian. Akibat hukum jika para persero
bahwa sama sekali tidak ada pembatasan mengenai maksud dan tujuan
tanggungjawab para persero yang tidak terbatas. Setiap persero dapat bertindak
dimana sekutu pasif dapat mengadakan hubungan eksternal dengan pihak ketiga
untuk seluruh tindakan-tindakan itu. Kerugian pihak ketiga yang mungkin terjadi
yang tidak hanya terbatas pada modal dalam CV, tetapi juga harta kekayaan
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengenai isi akta yang didaftarkan
Dalam keadaan yang demikian, Pasal 29 KUHD menentukan, “dalam hal adanya
perbedaan antara yang didaftarkan dan yang diumumkan, maka terhadap pihak
ketiga berlaku ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan pasal yang lalu yang
Akta otentik atau petikan akta otentik pendirian CV yang telah dibuat,
didaftarkan di Pengadilan Negeri dan Berita Negara RI. Pada umumnya, tidak ada
104
Tigor Sinambela, Notaris di Kota Binjai, hasil wawancara tanggal 12 Oktober 2017.
berupa :
Pokok Wajib Pajak (NPWP) CV, fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP),
membutuhkan waktu lama dan dapat selesai pada hari yang sama. 105
ditandatangani oleh Panitera PN dan dicap stempel PN tersebut pada salinan akta
kepaniteraan PN.
105
Vina, Panitera Muda Hukum di Pengadilan Negeri Medan, hasil wawancara tanggal
11 Januari 2018.
106
Ibid.
tersebut, dapat diketahui tidak hanya melalui nomor telepon Kantor Pusat Perum
Percetakan Negara, tetapi juga dapat diakses melalui website resmi. Demikian
dalam melakukan pendaftaran BN dan TBN, jika syarat untuk itu telah dipenuhi.
BAB IV
KEKUATAN HUKUM AKTA PENDIRIAN CV TANPA ADANYA
PERSERO KOMANDITER
perlu untuk terlebih dahulu menguraikan pengertian akta secara etimologi. Kata
“akta” secara etimologi menurut S. J. Fachema Andreae, berasal dari bahasa latin
ditandatangani, dibuat untuk dipakai sebagai bukti dan dipergunakan oleh orang,
untuk keperluan siapa surat itu dibuat. Menurut Sudikno Mertokusumo akta
yang menjadi dasar dari suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula
bacaan yang dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau untuk menyampaikan
bahwa akta dibuat dalam bentuk tulisan atau surat mengenai suatu peristiwa atau
107
Suharjono, Sekilas Tinjauan Akta Menurut Hukum, Varia Peradilan Tahun XI No.123,
Jakarta, 1995, h.128.
108
Daeng Naja, Teknik Pembuatan Akta, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2012, h.1.
109
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 2009,
h.151 (untuk selanjutnya disingkat “Sudikno Mertokusumo-I”)
67
Dalam ilmu hukum, pembuktian diartikan beragam oleh para ahli hukum
pembuktian sebagai :
“suatu proses, baik dalam acara perdata maupun acara pidana, maupun acara-
acara lainnya, dimana dengan menggunakan alat-alat bukti yang sah,
dilakukan tindakan dengan prosedur yang khusus, untuk mengetahui apakah
suatu fakta atau pernyataan, khususnya fakta atau yang dipersengketakan di
Pengadilan, yang diajukan dan dinyatakan oleh salah satu pihak dalam proses
pengadilan itu benar atau tidak seperti yang dinyatakan itu.”
dalam menilai pembuktian. Para pihak tidak bisa leluasa mempertahankan sesuatu
Majelis hakim dalam mencari dan meletakkan kebenaran yang akan dijatuhkan
110
Munir Fuady, Teori Hukum Pembuktian (Pidana dan Perdata), PT.Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2006, h.1 (untuk selanjutnya disingkat “Munir Fuady-II”)
dalam putusan, harus berdasarkan alat-alat bukti yang telah ditentukan undang-
Ketentuan alat-alat bukti didasarkan Pasal 164 HIR juncto Pasal 1866
salah satu alat bukti dalam acara perdata selain bukti dengan saksi, persangkaan,
di bawah tangan dapat diketahui dari ketentuan Pasal 1874 dan Pasal 1868
surat urusan rumah tangga dan tulisan-tulisan yang lain yang dibuat tanpa
perantaraan seorang pejabat umum. Seain itu, pengertian akta di bawah tangan
juga ditemukan pada ketentuan Pasal 101 Ayat b UU No. 5 Tahun 1986 tentang
HIR/Pasal 285 Rbg juncto Pasal 1868 KUHPerdata. Pasal 165 HIR/Pasal 285 Rbg
mendefenisikan akta otentik sebagai “suatu akta yang dibuat oleh atau di hadapan
111
M.Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Sinar
Grafika, Jakarta, 2012, h.273 (selanjutnya disingkat “M.Yahya Harahap-I”)
pejabat yang diberi wewenang untuk itu, merupakan bukti yang lengkap antara
para pihak dari para ahli warisnya dan mereka yang mendapat hak daripadanya
akan tetapi yang terakhir ini hanya diberitahukan langsung dengan perihal pada
akta itu.” Pengertian akta otentik menurut Pasal 1868 KUHPerdata merupakan
“suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang,
dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum yang berkuasa untuk itu dan di tempat
pejabat yang menerangkan tentang apa yang dilakukan atau dilihat dihadapan
pejabat tersebut.112
perbedaan utama dari akta di bawah tangan dan akta otentik terletak dari peran
pejabat umum yang berwenang pada saat akta dibuat. Akta otentik dibuat di
hadapan pejabat umum yang berwenang, tidak seperti akta di bawah tangan yang
tidak dibuat di hadapan pejabat umum yang berwenang melainkan hanya para
akta notaris, vonis oleh hakim, seorang panitera dalam persidangan, juru sita
perkawinan.113
112
Husni Thamrin, Pembuatan Akta Pertanahan oleh Notaris, Laksbang Pressindo,
Yogyakarta, 2011, h.11.
113
Daeng Naja, op.cit., h.32.
Salah satu contoh akta otentik adalah akta notaris. Akta notaris sebagai
akta otentik didasarkan pada ketentuan Pasal 1 Angka 7 dan kewenangan notaris
dalam membuat akta otentik diatur dalam Pasal 15 Ayat 1 UUJN yang
Secara teoretis akta notaris sebagai akta otentik merupakan surat atau akta
yang sejak semula dengan sengaja secara resmi dibuat untuk pembuktian.114
Berdasarkan ketentuan Pasal 1868 KUHPerdata, suatu akta otentik harus dibuat
dalam bentuk yang sesuai aturan hukum, dibuat dihadapan pejabat umum, serta
tersebut dibuat.
a. Akta yang dibuat oleh notaris, biasa disebut dengan istilah Akta Relaas atau
Akta Pejabat. Akta Relaas merupakan akta yang dibuat oleh notaris atas
permintaan para pihak, agar notaris mencatat atau menuliskan segala sesuatu
hal yang dibicarakan oleh pihak berkaitan dengan tindakan hukum atau
114
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1998,
h.149 (untuk selanjutnya disingkat “Sudikno Mertokusumo-II”)
tindakan lainnya yang dilakukan oleh para pihak, agar tindakan tersebut dibuat
atau dituangkan dalam suatu akta notaris.115 Notaris menulis atau mencatatkan
semua hal yang dilihat atau didengar dan dialami sendiri secara langsung atau
disaksikan oleh notaris terhadap apa yang dilakukan oleh para pihak dalam
Akta Relaas. Kebenaran isi dari akta pejabat tidak dapat digugat, kecuali
b. Akta yang dibuat di hadapan (en overstaan) notaris, biasa disebut dengan istilah
Akta Pihak atau Akta Partij. Akta Partij merupakan akta yang dibuat di
ke dalam akta notaris.117Akta Partij dapat digugat isinya, tanpa menuduh akan
kepalsuannya, dengan cara menyatakan bahwa keterangan dari para pihak yang
bersangkutan ada diuraikan menurut sesungguhnya dalam akta itu, akan tetapi
membandingkan antara Akta Rapat Umum Pemegang Saham dengan Akta Sewa
Menyewa. Akta Rapat Umum Pemegang Saham yang dibuat oleh notaris (akta
115
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Citra Aditya, Bandung, 1992, h.129
(untuk selanjutnya disingkat “Abdulkadir Muhammad-III”)
116
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap UU No.30 Tahun
2004 tentang Jabatan Notaris), PT.Refika Aditama, Bandung, 2011, h.45 (untuk selanjutnya
disingkat “Habib Adjie-I”)
117
Abdulkadir Muhammad-III, op.cit., h.129.
118
Habib Adjie-I, op.cit.,h.45.
relaas), didasarkan pada kehadiran notaris itu sendiri di dalam rapat untuk
dialami notaris tersebut. Akta sewa menyewa dibuat di hadapan notaris (akta
partij), bukan dibuat oleh notaris (akta relaas), artinya keterangan atau pernyataan
sempurna, jika ada orang atau pihak yang menilai atau menyatakan tidak benar,
maka orang atau pihak tersebut wajib membuktikan penilaian atau pernyataannya
sesuai aturan hukum yang berlaku. Kekuatan pembuktian akta notaris ini
mengajukan akta otentik kepada hakim sebagai bukti dalam persidangan, maka
hakim harus menerima dan menganggap apa yang tertulis di dalam akta,
merupakan peristiwa yang sungguh-sungguh telah terjadi dan hakim tidak boleh
menentukan bahwa “bagi para pihak yang berkepentingan beserta para ahli
warisnya ataupun bagi orang-orang yang mendapatkan hak dari mereka, suatu
akta otentik memberikan suatu bukti yang sempurna tentang apa yang termuat di
119
Tigor Sinambela, Notaris di Kota Binjai, hasil wawancara tanggal 6 Des 2017.
120
Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administrasi terhadap Notaris sebagai Pejabat
Publik, PT. Refika Aditama, Bandung, 2008, h.35 (untuk selanjutnya disingkat “Habib Adjie-II”)
121
I.G.Rai Widjaya, Merancang Suatu Kontrak, Cet-II, Kesaint Blanc, Jakarta, 2007, h.14
(untuk selanjutnya disingkat “I.G. Rai Widjaya-II”)
dalamnya.” Akta otentik memberikan di antara para pihak termasuk para ahli
warisnya atau orang yang mendapat hak dari para pihak itu suatu bukti yang
terdapat padanya. Akta notaris sebagai suatu akta otentik harus memenuhi
pembuktian akta yang didasarkan atas keadaan lahirnya akta itu sendiri dan
sebagai asas berlaku acta publica probant sese ipsa yang berarti suatu akta yang
lahirnya tampak sebagai akta otentik serta memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan, maka akta itu berlaku atau dapat dianggap sebagai akta otentik
pembuktian keluar yang dimaksud adalah akta otentik membuktikan tidak saja
antara para pihak yang bersangkutan, tetapi terhadap siapapun seperti terhadap
pihak ketiga.123
122
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1993,
h.121 (untuk selanjutnya disingkat “Sudikno Mertokusumo-III”)
123
R.Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia (Suatu Penjelasan), Rajawali,
Jakarta, 1982, h.55.
“kepastian suatu kejadian dan fakta yang tersebut dalam akta betul-betul
dilakukan oleh Notaris atau diterangkan oleh para penghadap dalam kaitannya
dengan kepastian tanggal dan tempat akta tersebut dibuat, serta keaslian tanda
tangan para pihak.” Akta yang dibuat oleh pejabat yang berwenang (ambtelijke
acte) tidak terdapat pernyataan atau keterangan dan para pejabat yang
menerangkan. Akta para pihak (partij acte), bagi siapapun telah pasti bahwa
pihak-pihak dan pejabat menyatakan seperti yang tercantum di atas tanda tangan
mereka.124
Kekuatan pembuktian formil akta otentik itu dibuktikan dengan apa yang
dinyatakan dan dicantumkan dalam akta itu adalah benar merupakan uraian
dari apa yang disaksikan yaitu yang dilihat, didengar dan dialami sendiri oleh
membedakan akta notaris dengan akta dibawah tangan yang tidak mempunyai
kekuatan pembuktian formil, terkecuali bila si penandatangan dari surat/ akta itu
pihak, bahwa benar peristiwa yang tersebut dalam akta tersebut sungguh benar-
124
Ibid.
kekuatan pembuktian akta otentik, suatu kekuatan pembuktian akta otentik tidak
materiil. Suatu akta notaris mempunyai kekuatan pembuktian materiil jika, tidak
terdapat perbedaan antara keterangan notaris yang tercantum dalam akta itu
dinyatakan dalam akta sesuai dengan kenyataan, akan tetapi juga isi dari akta itu
dianggap dibuktikan sebagai yang benar terhadap setiap penghadap/ para pihak
preconstituee.” 126
1. Syarat Sahnya Akta Notaris sebagai Akta Otentik yang Memiliki Kekuatan
Pembuktian Sempurna
125
Subekti, Pembuktian dan Daluwarsa, Intermasa, Jakarta, 1986, h.68 (untuk
selanjutnya disingkat “Subekti-I”)
126
Daeng Naja,op.cit., h.26.
127
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1993,
h.121.
dalam menjalankan kewenangan. Hal itu dapat diketahui dari isi Pasal 15 ayat 1
perjanjian yang dinyatakan dalam akta notaris tersebut. Hal tersebut dikarenakan
Notaris merupakan pejabat umum yang diangkat dan disumpah untuk patuh dan
setia kepada Negara Republik Indonesia, Pancasila dan UUD 1945, UUJN serta
wajib memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320
atau lebih dengan pihak lainnya. 128 Menurut Subekti, yang dimaksud dengan
sepakat adalah kedua subjek yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat,
setuju atau seia-sekata mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang
diadakan itu.129 Hal yang dikehendaki oleh pihak yang satu, juga dikehendaki oleh
pihak lain atau dengan kata lain para pihak menghendaki sesuatu yang sama
para pihak yang membuat perjanjian telah sepakat atau ada persesuaian kemauan
atau saling menyetujui kehendak masing-masing yang dilahirkan oleh para pihak
dengan tidak ada paksaan, kekeliruan dan penipuan. Persetujuan mana dapat
berdasarkan Pasal 1329 KUH Perdata adalah: “Setiap orang adalah cakap untuk
128
Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika, Jakarta, 2002,
h.161(selanjutnya disingkat “Salim-I”)
129
Subekti, Hukum Perjanjian, Cet-12, Intermasa, Jakarta, 1987), h.7 (untuk selanjutnya
disingkat “Subekti-II”)
130
Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2004, h.205.
cakap”. Menurut Abdul Kadir Muhammad, pada asasnya setiap orang yang sudah
Sedangkan yang dimaksud dengan tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian
Salah satu syarat sahnya suatu perjanjian adalah adanya unsur suatu hal
tertentu, yaitu objek dari suatu perjanjian. Suatu perjanjian haruslah mempunyai
tetapi menurut yurisprudensi yang ditafsirkan dengan causa adalah isi atau
maksud dari perjanjian. Dalam Pasal 1335 KUH Perdata, dinyatakan bahwa:
“Suatu perjanjian tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang
131
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990, h.93
(selanjutnya disingkat “Abdulkadir-IV”)
132
Mariam Darus Badrulzaman, KUH Perdata Buku III (Hukum Perikatan dengan
Penjelasan), Alumni, Bandung, 1993, h.105 (selanjutnya disingkat Mariam Darus-I)
perjanjian mungkin juga diadakan tanpa sebab atau dibuat karena sesuatu sebab
yang palsu atau terlarang. Yang dimaksud dengan sebab yang terlarang dalam
Pasal 1337 KUH Perdata adalah: “Suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang
ketertiban umum”. Perjanjian yang dibuat dengan sebab yang demikian tidak
mempunyai kekuatan.133
mencakup adanya unsur kesepakatan secara bebas dari pihak yang berjanji dan
diperjanjikan dan causa dari obyek yang berupa prestasi yang disepakati untuk
kebatalan, yaitu perjanjian dapat dibatalkan, maupun batal demi hukum dalam hal
dalam awal akta dan syarat objektif objektif dicantumkan dalam badan akta
sebagai isi akta. Isi akta merupakan perwujudan dari Pasal 1338 KUH Perdata
133
Ibid., h.106.
134
Kartini Muljadi-II, op.cit.,h.93.
hukum kepada para pihak mengenai perjanjian yang dibuatnya. 135 Apabila pada
awal akta, terutama syarat-syarat para pihak yang menghadap Notaris tidak
memenuhi syarat subjektif, maka atas permintaan orang tertentu akta tersebut
dapat dibatalkan, sedangkan jika dalam isi akta tidak memenuhi syarat objektif,
1. Tidak memenuhi unsur kesepakatan mereka yang mengikatkan diri pada suatu
perjanjian sebagaimana dapat diketahui pada Pasal 1321 KUH Perdata yang
menentukan bahwa, “tidak ada sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan
yang dapat menyebabkan suatu perjanjian “cacat” dari unsur subjektifnya adalah:
a. Kekhilafan137
tentang hal-hal pokok dari apa yang diperjanjikan atau tentang sifat-sifat yang
penting dari barang yang menjadi objek perjanjian, ataupun mengenai orang
135
Habib Adjie-II, op.cit., h.38.
136
Ibid.
137
Subekti, Hukum Perjanjian, Cet-XXI, PT. Intermasa, Jakarta, 2005, h.23 (untuk
selanjutnya disingkat “Subekti-III”)
rupa, hingga seandainya orang itu tidak khilaf mengenai hal-hal tersebut, ia
b. Paksaan
suatu kerugian terhadap seseorang atau harta bendanya, dengan maksud agar
dapat diketahui dari ketentuan Pasal 1323 KUH Perdata yang menentukan
itu dilakukan oleh seorang pihak ketiga, untuk kepentingan siapa perjanjian
jiwa (physics), jadi bukan paksaan badan (fisik). Misalnya, salah satu pihak,
Dalam hal ini salah satu pihak dalam perjanjian memberikan persetujuannya
karena pihak itu takut terhadap suatu ancaman, misalnya akan dianiaya atau
akan dibuka suatu rahasia kalau pihak itu tidak menyetujui suatu perjanjian.
138
Tan Thong Kie, Studi Notariat & Serba-Serbi Praktek Notaris, Ichtiar Baru van
Hoeve, Jakarta, 2007, h.408.
139
Ibid.
c. Penipuan
Pihak yang menipu itu bertindak secara aktif untuk menjerumuskan pihak
lawannya.140
Pasal 1330 KUH Perdata, menentukan bahwa orang yang tidak cakap
dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang,
mereka yang belum mencapai umur genap 21 (duapuluh satu) tahun dan tidak
lebih dahulu telah kawin.” Menurut Pasal 433 KUH Perdata, orang-orang yang
diletakkan di bawah pengampuan adalah setiap orang dewasa yang selalu berada
140
Ibid.
dalam keadaan dungu sakit otak atau mata gelap dan boros. Dalam hal ini
mengadakan perjanjian. Apabila seseorang yang belum dewasa dan mereka yang
Akta Notaris dinyatakan batal demi hukum apabila akta tersebut tidak
memenuhi unsur objektif akta, yaitu suatu hal tertentu dan sebab yang halal.
Dalam hal yang demikian, secara yuridis dari semula tidak ada suatu perjanjian
dan tidak ada pula suatu perikatan antara orang-orang yang bermaksud membuat
perjanjian itu. Tujuan para pihak untuk meletakkan suatu perikatan yang mengikat
mereka satu sama lain, telah gagal. Salah satu pihak tidak dapat menuntut pihak
Dalam Pasal 84 UUJN juga ditentukan ada 2 jenis sanksi perdata jika
tangan.
141
Habib Adjie-II, op.cit., h.99.
Akibat dari akta Notaris yang seperti itu, maka ini dapat menjadi alasan
bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi
mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta dibawah tangan dapat terjadi jika
tertentu dalam UUJN yang menyebutkan jika dilanggar oleh Notaris, sehingga
tangan, yaitu:143
1. Melanggar ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf i UUJN, yaitu tidak membacakan
akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang
saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi dan Notaris.
2. Melanggar ketentuan Pasal 16 ayat (7) dan ayat (8) UUJN, yaitu jika Notaris
142
Ibid., h.100.
143
Ibid., h.101.
1) Penghadap paling sedikit berumur 18 tahun atau telah menikah dan cakap
melakukan perbuatan hukum.
dihadiri paling sedikit 2 (dua) orang saksi paling sedikit berumur 18 tahun
yang digunakan dalam akta dan dapat membubuhkan tanda tangan dan paraf
garis lurus ke atas atau ke bawah tanpa derajat pembatasan derajat dan garis
kesamping sampai dengan derajat ketiga dengan Notaris atau para pihak.
c. Melanggar ketentuan Pasal 52 UUJN, yaitu membuat akta untuk diri sendiri,
serta dalam garis ke samping sampai dengan derajat ketiga, serta menjadi
pihak untuk diri sendiri, atau dalam suatu kedudukan ataupun dengan
perantaraan kuasa.
Akta Notaris dinyatakan batal demi hukum selain karena melanggar unsur
UUJN, yaitu tidak membuat daftar akta wasiat dan mengirimkan ke daftar
pusat wasiat dalam waktu lima hari pada Minggu pertama setiap bulan
3. Melanggar ketentuan Pasal 44 UUJN, yaitu pada akhir akta tidak disebutkan
atau dinyatakan dengan tegas mengenai penyebutan akta telah dibacakan untuk
akta yang tidak dibuat dalam bahasa Indonesia atau bahasa lainnya yang
4. Melanggar ketentuan Pasal 48 UUJN, yaitu tidak memberikan paraf atau tidak
memberikan tanda pengesahan lain oleh penghadap, saksi, dan notaris atas
144
Ibid., h.105.
akta yang tidak dibuat di sisi kiri akta, tetapi untuk perubahan yang dibuat pada
akhir akta sebelum penutup akta dengan menunjuk bagian yang diubah atau
pemarafan dan atas perubahan berupa pencoretan kata, huruf atau angka. Hal
tersebut dilakukan sedemikian rupa sehingga tetap dapat dibaca sesuai dengan
yang tercantum semula dan jumlah kata, huruf atau angka yang dicoret
dinyatakan pada sisi akta, juga tidak menyatakan pada akhir akta mengenai
dan/atau kesalahan ketik yang terdapat pada minuta akta yang telah
dan tidak menyampaikan berita acara pembetulan tersebut kepada pihak yang
suatu perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata dan syarat-
syarat yang harus dipenuhi dalam ketentuan UUJN merupakan syarat-syarat yang
harus dipenuhi agar suatu akta notaris memiliki kekuatan pembuktian sempurna
sebagai akta otentik. Akta notaris yang tidak memenuhi syarat-syarat sebagai akta
kekayaan antara 2 (dua) orang atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan
kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi menurut M.Yahya Harahap.145
Menurut Subekti yang dimaksud dengan perjanjian adalah suatu peristiwa dimana
seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji
untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini timbul suatu hubungan
hukum mengenai benda antara dua pihak dalam mana salah satu pihak berjanji
untuk melakukan suatu hal atau tidak melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain
Pasal 1313 KUH Perdata dinyatakan suatu persetujuan adalah suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain
atau lebih. Perjanjian atau persetujuan (overeenkomst) yang dimaksud dalam Pasal
1313 KUH Perdata hanya terjadi atas izin atau kehendak (toestemming) dari
145
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, h.6
(selanjutnya disingkat “M.Yahya Harahap-II”)
146
R.Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cet-31, Intermasa, Jakarta, 2003, h.5
(selanjutnya disingkat "Subekti-IV”)
147
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu,
Sumur Bandung, Jakarta, 1981, h.11 (selanjutnya disingkat “Wirjono Prodjodikoro-I”)
semua mereka yang terkait dengan persetujuan itu, yaitu mereka yang
H.F.Vollmar perikatan tersebut akan ada selama seorang itu (debitur) harus
melakukan suatu prestasi yang mungkin dapat dipaksakan terhadap kreditur, jika
Para pihak dapat saling mengikatkan diri berjanji untuk melaksanakan atau
tidak melaksanakan sesuatu hal dan pihak lain berhak untuk menuntut
pelaksanaan janji tersebut. Perjanjian dapat berupa apa saja yang memenuhi syarat
sahnya perjanjian, salah satunya adalah perjanjian para pihak untuk mendirikan
untuk dibuatkan akta pendirian CV. A, sehingga kepada tuan AB dan Tuan AC
dibuatkan akta pendirian CV.A dengan judul Akta “Perseroan Komanditer CV.A”
didirikan dengan komposisi pendiri CV yang hanya terdiri dari persero pengurus,
yaitu :
148
Komar Andasasmita, Notaris, Contoh Akta Otentik dan Penjelasannya, Cet-2, Ikatan
Notaris Indonesia Daerah Jawa Barat, Bandung, 1990, h.430.
149
Kartini Muljadi & Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian, Raja
Grafindo Perkasa, Jakarta, 2003, h.92 (selanjutnya disingkat “Kartini Muljadi-I”)
150
Mariam Darus-I, op.cit., h.1.
kedua penghadap, Tuan AB dan Tuan AC merupakan para persero pengurus yang
pesero komanditer yang hanya turut bertanggungjawab sampai jumlah modal yang
menunjukkan bahwa, pada saat akta tersebut dibuat di hadapan Notaris X yang
hanya Tuan AB dan Tuan AC saja. Akta “Perseroan Komanditer CV.A” tidak
dibuat dengan dihadiri dan ditandatangani oleh satu atau lebih penghadap lainnya
perjanjian pendirian CV.A yang dinyatakan dalam akta notaris dan syarat-syarat
pendirian selain syarat sahnya akta notaris yang diatur dalam UUJN.
didirikan antara seseorang atau antara beberapa orang persero yang bertanggung
jawab secara tanggung-renteng untuk keseluruhannya, dan satu orang atau lebih
sebagai pemberi pinjaman uang.” Dari ketentuan tersebut maka dapat diketahui
bahwa Perseroan Komanditer terdiri dari minimal satu orang persero pengurus
Persero yang memberikan pinjaman uang disebut sebagai sekutu komanditer atau
sekutu pasif. Sekutu komplementer merupakan sekutu yang aktif mengurus dan
tanpa adanya sekutu komanditer selaku pendiri. Jika di dalam suatu CV yang
didirkan hanya terdapat satu atau beberapa sekutu komplementer saja, tanpa
Sebaliknya juga, jika hanya terdapat sekutu komplementer saja, tentu tidak
melengkapi.
KUHD yang menentukan pula bahwa, “tiap-tiap persero kecuali yang tidak
menerima uang atas nama perseroan dan mengikat perseroan kepada pihak ketiga,
perbedaan yang cukup jelas dimana, persero Firma dapat mengadakan hubungan
hukum dengan pihak ketiga, sedangkan pada CV tidak semua persero dapat
komanditer. Isi premise tersebut sesuai dengan judul Akta yaitu “Perseroan
adalah benar kedua Penghadap Tuan AB dan Tuan AC sama-sama sepakat untuk
mendirikan suatu CV. Akan tetapi judul dan premise akta pendirian tersebut, tidak
sesuai dengan isi akta yakni Pasal 5 Akta “Perseroan Komanditer CV. A”.
Menurut Daeng Naja, judul dan isi akta harus saling selaras karena akan
menentukan ketentuan hukum mana yang mengatur isi atau apa yang
151
Premise Akta merupakan penjelasan resmi atau merupakan latar belakang atas suatu
keadaan dalam suatu akta untuk menjelaskan mengapa terjadi suatu perikatan. Pada premise juga
diterangkan mengenai sebab (consideration) masing-masing pihak. Sebab (consideration) masing-
masing pihak yang diterangkan dalam premise adalah penting karena merupakan syarat sahnya
perjanjian. (Daeng Naja, op.cit., h.105-106.)
diperjanjikan dalam akta tersebut.152 Ketidakselarasan antara judul dan isi akta
kehendak penghadap Tuan AB dan Tuan AC yang tertuang dalam bagian premise
akta, dimana dinyatakan dalam premise bahwa kehendak para penghadap adalah
didirikan setidaknya oleh satu orang atau lebih sekutu aktif (persero
komplementer) yang bertanggung jawab secara keseluruhan dan satu orang atau
lebih sekutu pasif (persero komanditer) sebagai pelepas uang untuk modal CV.
Sehingga jika diuji secara yuridis maka akta “Perseroan Komanditer CV. A”,
maka Akta “Perseroan Komanditer CV.A” tidak sesuai atau saling bertentangan
pihak untuk mengadakan perjanjian, dimana isi Pasal 1338 KUHPerdata adalah
dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena
membuat perjanjian bukan merupakan kebebasan yang absolut atau mutlak dapat
Pasal 1337 KUH Perdata. Pasal 1337 KUHPerdata menentukan bahwa, “suatu
sebab adalah terlarang, jika sebab itu dilarang oleh undang-undang atau bila sebab
yang disepakati bersama dalam akta pendirian CV. A. Walaupun Pasal 1338
AC, akan tetapi para penghadap Tuan AB dan Tuan AC tetap dibatasi
kebebasannya dengan adanya ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata dan Pasal 1337
adalah “isi perjanjian itu” yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai, apakah
dan Tuan AC harus didasarkan pada ketentuan KUHD secara khusus pada Pasal
Sehingga dapat diketahui bahwa Akta “Perseroan Komanditer CV.A” yang tidak
153
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 1982, h.94.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
CV, pengurus perseroan, maksud dan tujuan yang spesifik dari CV tersebut, di
samping maksud dan tujuan yang luas dari CV tersebut dan modal perseroan.
Wajib Pajak (NPWP) CV, fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP), fotocopy
Akta Pendirian CV, serta Surat Keterangan Domisili CV yang dikeluarkan oleh
Lurah dan diketahui oleh Camat dan setelah pendaftaran selesai, pendirian CV
sehari-hari yang rutin (daden van beheren), perbuatan yang tidak bersifat
sehari-hari atau yang tidak rutin yang bersifat baru atau khusus istimewa
97
yang tidak terbatas atas kerugian yang diderita perseroan dalam menjalankan
usahanya.
3. Dasar hukum pendirian suatu CV termasuk CV.A yang didirikan Tuan AB dan
perjanjian, yaitu causa yang halal. Akta “Perseroan Komanditer CV.A” yang
B. Saran
Adapun yang menjadi saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
2. Kepada para sekutu CV, baik sekutu komplementer dan sekutu komanditer
untuk tetap tunduk pada kesepakatan awal pendirian CV, selain itu juga
menjalankan CV.
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Adjie, Habib. 2008. Sanksi Perdata dan Administrasi terhadap Notaris sebagai
Pejabat Publik. Bandung: PT. Refika Aditama.
Ali, Zainudin. 2010. Metode Penelitian Induktif dan Deduktif dan Penelitian
Hukum, Jakarta: Sinar Grafika.
Badrulzaman, Mariam Darus. 1993. KUH Perdata Buku III (Hukum Perikatan
dengan Penjelasan). Bandung: Alumni.
Blau, Peter dan Marshall W. Meyer. 1987. Birokrasi dalam Masyarakat Modern,
Edisi Kedua. Jakarta: UI-Press.
Damay, Deni, 2013. 501 Pertanyaan Terpenting tentang PT, CV, Firma,
Maatschap dan Koperasi, Cet-I, Yogyakarta: Araska.
Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1992. Kamus Indonesia-Inggris, An
Indonesian-English Dictionary, Third Edition. Jakarta: Gramedia.
Ellyas, Arus Akbar Silonde Wirawan. 2012. Pokok-Pokok Hukum Bisnis. Jakarta:
Salemba.
100
HS., Salim. 2002. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW). Jakarta: Sinar
Grafika.
Indonesia, Pengurus Pusat Ikatan Notaris, Jati diri Notaris Indonesia. 2008.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Kie, Tan Thong. 2007. Studi Notariat & Serba-Serbi Praktek Notaris, Jakarta:
Ichtiar Baru van Hoeve.
Lubis, M.Solly. 1994. Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju.
Marzuki, Peter Mahmud. 2008. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Kencana Pradana
Media Group.
Muljadi, Kartini & Gunawan Widjaja. 2003. Perikatan Yang Lahir dari
Perjanjian. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.
Rahardjo, Satjipto. 2000. Ilmu hukum, Cet-V. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Riduan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung: Bina Cipta.
Santiago, Faisal. 2012. Pengantar Hukum Bisnis. Jakarta: Mitra Wacana Media.
2012.
Sembiring, Sentosa, 2004. Hukum Dagang, Cet-2. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Simatupang, Richard Burton. 2007. Aspek Hukum Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta.
Sinamo, Nomensen. 2010. Metode Penelitian Hukum dalam Teori dan Praktek.
Jakarta: Bumi Intitama Sejahtera.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei, Jakarta:
LP3ES.
Syahrani, Riduan. 2004. Rangkuman Intisari Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya
Bakti.
B. Peraturan Perundang-undangan
C. Internet
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diperkirakan Capai 6% Tahun ini – Ekonomi,
http://ekonomitvone.co.id/mobile/read.php?id=34206. Terakhir diakses pada
tanggal 22 Maret 2017.