2018
Rizka, Syarifah
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5000
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
AKIBAT HUKUM ATAS PERSEROAN TERBATAS YANG PERUBAHAN
ANGGARAN DASARNYA TIDAK DIDAFTARKAN PADA KEMENTRIAN HUKUM
DAN HAK ASASI MANUSIA (Putusan Mahkamah Agung Nomor
183/Pdt.G/2014/PN.JAKSEL)
TESIS
Oleh
SYARIFAH RIZKA
157011036/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
TESIS
Oleh
SYARIFAH RIZKA
157011036/M.Kn
ii
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu
iii
iv
penulis, mendapat balasan dari Allah SWT, agar selalu dilimpahkan kebaikan,
kesehatan, kesejahteraan dan rezeki yang melimpah. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih sedalam-dalamnya, semoga tesis ini dapat berguna bagi diri penulis dan
juga bagi semua pihak, dan semoga atas do’a yang telah diberikan mendapatkan
(Syarifah Rizka)
1. IDENTITAS PRIBADI
2. PENDIDIKAN
2018)
vi
1. IDENTITAS PRIBADI
Aceh Utara.
Umur : 26 Tahun
Kewarganegaraan : Indonesia
2. PENDIDIKAN
Halaman
ABSTRAK.................................................................................................... i
ABSTRACT.................................................................................................. . ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................... ......... vii
2. Konsepsi ...................................................................... 23
vii
3. Putusan Hakim.............................................................. 99
viii
DAFTAR PUSTAKA
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 adalah badan
melakukan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
pelaksanaan lainnya.
yang biasanya terdiri dari 2 (dua) orang atau lebih, melakukan perbuatan hukum
1. Para pendiri datang ke kantor Notaris untuk diminta buatkan akta pendirian
2. Setelah pembuatan akta pendirian itu selesai, maka Notaris akan mengirimkan
pendirian tersebut juga dapat dibawa sendiri oleh para pendiri untuk minta
pengesahan dari Menteri Kehakiman, tetapi dalam hal ini Kepala Direktorat
1
Advendi S, Hukum Dalam Ekonomi, Jakarta, Grasindo, 2008, hal.70.
Perdata tersebut harus ada surat pengantar dari Notaris yang bersangkutan.
yang bersangkutan. Kalau ada hal-hal yang harus diubah, maka perubahan itu
harus ditetapkan lagi dengan akta Notaris sebagai tambahan akta Notaris yang
bersangkutan.
3. Para pendiri atau kuasanya membawa akta pendirian yang sudah mendapat
menyatakan:
1. Akta pendirian memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain berkaitan dengan
pendirian perseroan.
2. Keterangan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat sekurang-
kurang:
a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan
kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat kedudukan
dan alamat lengkap serta nomor dan tanggal keputusan Menteri
mengenai pengesahan Badan Hukum dari pendiri persero.
b. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal,
kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama
kali diangkat
c. Nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian
jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan
disetor.
3. Dalam pembuatan Akta Pendirian, pendiri dapat diwakili oleh orang lain
berdasarkan surat kuasa.
Perseroan Terbatas wajib membuat akta perubahan anggaran dasar pada setiap
perubahan anggaran dasar yang dibuat. Perubahan anggaran dasar perseroan dibuat di
ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan acara mengenai
perubahan anggaran dasar wajib dicantumkan dengan jelas dalam panggilan RUPS.”
2
Munir Fuady, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas, CV Utomo, Bandung, 2005, hal.94.
3
Ibid.
Anggaran Dasar.
c. Dewan Komisaris
Berdasarkan Pasal 1 ayat (6) Undang-undang nomor 40 Tahun 2007
merupakan organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara
umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberikan
nasihat kepada direksi.5
4
Salim HS, Hukum Kontrak, Teori dan Tehnik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta,
2003, hal.65.
5
Salim HS, Opcit, hal.110.
organ-organ Perseroan Terbatas yaitu RUPS, Direksi, dan Dewan Komisaris. Pada
dasarnya ketiga organ tersebut sejajar dan berdampingan sesuai dengan pemisahan
kewenangannya yang diatur dalam undang-undang akan tetapi RUPS jika dilihat dari
oleh pengesahan sebagai badan hukum yang diberikan oleh Kementrian Hukum dan
Hak Asasi Manusia (selanjutnya disebut KEMENKUMHAM) dan sejak saat itu
Perseroan Terbatas menjadi subjek hukum yang mampu mendudung hak dan
kewajiban bertanggungjawab secara mandiri terhadap segala akibat yang timbul atas
adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasar pada
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini
6
M. Harahap Yahya, Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal.145.
7
Budiarto Agus, Tanggungjawab Pendirian Perseroan Terbatas, Ghalia, Jakarta, Indonesia,
2002, hal.106.
Perseroan Terbatas, maka anggaran dasar Perseroan Terbatas tidak saja mengikat bagi
para pendiri perusahaan, pemegang saham, pengurus, akan tetapi juga bagi para pihak
Dasar Perseroan Terbatas adalah hukum positif bagi Perseroan Terbatas. Disebut
demikian, karena maksud dan tujuan, besarnya modal Perseroan Terbatas dan hal-hal
untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, serta
mewakili perseroan, baik di dalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan
wewenang, hak dan kewajiban yang melekat pada dirinya. Suatu kewenangan adalah
suatu hak yang diperoleh setelah memenuhi persyaratan tertentu. Suatu kewenangan
8
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
2010), hal 105.
9
Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, Nuansa Aulia,
Bandung, Indonesia, 2006, hal.78.
10
Freddy Haris dan Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas: Kewajiban Pemberitahuan
oleh Direksi, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hal 37
direksi, yang berwenang mengurus perseroan sesuai maksud dan tujuan yang terdapat
Hal-hal yang dibahas didalam RUPS adalah apabila ada beberapa anggaran
dasar dalam perseroan yang kiranya harus diubah. Sebagai suatu badan hukum,
anggaran dasar dilakukan, perubahan tersebut haruslah dimuat atau dinyatakan dalam
akta notaris dalam bahasa Indonesia. Seperti yang tercantum didalam Pasal 21 ayat
(4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
“Jika perubahan anggaran dasar tidak dimuat dalam akta berita acara rapat yang
dibuat notaris, perubahan anggaran dasar tersebut harus dinyatakan dalam akta notaris
paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan Rapat Umum
Hal yang sama juga ditegaskan didalam Pasal 8 Peraturan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia No.M.HH-01.01 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengajuan
Perseroan Terbatas. Jadi, setiap adanya perubahan atas suatu perubahan anggaran
dasar dalam sebuah perseroan harus dibuat akta perubahan anggaran dasar oleh
11
Kurniawan, Hukum Perusahaan: Karakteristik Badan Usaha Berbadan Hukum dan Tidak
Berbadan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2014), hal 78
notaris. Akta ini merupakan akta baru yang memuat perubahan dari anggaran dasar
yang terdahulu.
menyatakan bahwa, anggaran dasar merupakan bagian dari akta pendirian yang
memuat aturan main dalam Perseroan Terbatas yang menentukan setiap hak dan
kewajiban dari pihak-pihak dalam anggaran dasar, baik itu Perseroan Terbatas
Menteri. Perubahan anggaran dasar mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya surat
12
Ibnu Arly, Pendirian Perseroan Terbatas sebagai badan hukum menurut Undang-Undang
No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Tesis, Program Kenotariatan, UNAIR, 2008, hal.17.
13
Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas (Edisi Baru), Jakarta, Djambatan, 2004,
hal.25.
anggaran dasar yang tidak dimuat dalam akta berita acara rapat yang dibuat notaris
harus dinyatakan dalam akta notaris paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal keputusan RUPS (perubahan anggaran dasar tidak boleh dinyatakan dalam
telah diatur dalam Pasal 21 ayat (5), (6), (7), dan (9) UUPT Nomor 40 Tahun 2007.
dengan cara ditetapkan oleh RUPS, hal ini diatur dalam Pasal 19 ayat (1) UUPT
Nomor 40 Tahun 2007 perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh RUPS. Perseroan
RUPS dan usul adanya perubahan anggaran dasar dicantumkan dalam surat panggilan
Indonesia.
akta autentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna (volledig) tentang apa
yang dimuat di dalamnya dan mengikat (bindend) kepada para pihak yang membuat
anggaran dasar yang dibuat dalam sebuah perseroan tersebut harus dituangkan dalam
akta notaris, perubahan anggaran dasar lalu diajukan kepada Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia secara online system melalui Sistem Administrasi Badan Hukum
(SABH), pengajuan ini harus dilakukan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
Pelayanan ini terutama diberikan dalam hal pengesahan atas suatu akta Perseroan
Terbatas, baik itu berupa Undang-undang maupun peraturan juga keputusan yang
berlaku.
Dalam praktek, dapat terjadi pengajuan perubahan anggaran dasar ini lewat
dari jangka waktu yang sudah diterapkan sesuai oleh UUPT, sehingga tidak dapat
dilakukan akses atas akta tersebut.Dalam hal keterlambatan tersebut terjadi, maka
anggaran dasar dalam perseroan terbatas kepada Menteri Hukum dan HAM hanya
dapat dilakukan oleh notaris, karena hanya notaris yang memiliki akses ke dalam
SABH.
Terbatas tidak bisa dilakukan secara sepihak, karena memerlukan peran notaris dan
negara, dalam hal ini Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menteri). Sebab
selain perubahan harus dibuat dalam akta notaris, ada perubahan informasi
perusahaan yang memerlukan persetujuan Menteri dan ada yang cukup dengan
berjalan dengan baik, sesuai aturan dan tidak merugikan pihak ketiga.
Adapun permasalahan yang diangkat dalam tesis ini adalah analisis Putusan
Bridge Capital, yang tidak sesuai dengan aturan hukum yang telah ditetapkan di
dalam Pasal 21 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
perseroan yang tidak didaftarkan di Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, oleh
karenanya secara hukum tergugat tidak sah dalam mewakili Perseroan terhadap pihak
ketiga, dimana dalam hal ini pihak ketiga mengalami kerugian terhadap perubahan
Akta Anggaran Dasar yang tidak diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia.
Hal tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan susunan pengurus dan
perubahan data Perseroan tersebut kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Tidak Didaftarkan Pada Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Analisis
B. Perumusan Masalah
183/Pdt.G/2014/PN.Jaksel?
C. Tujuan Penelitian
183/Pdt.G/2014/PN.Jaksel.
D. Manfaat Penelitian
Tidak ada penelitian yang tidak memiliki manfaat.Penelitian yang baik, harus
penelitian ini kegunaan utama dari penelitian ini diharapkann tercapai, yaitu:
1. Secara Teoritis
14
Syahrum dan Salim, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Citapustaka Media,
2012), hal 95
15
Ibid, hal 98
harus dilaporkan ke Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Selain hal itu
penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan berupa sumbangan pemikiran
bagi perkembangan ilmu hukum, dalam hal ini hukum perusahaan khususnya
2. Secara Praktis
E. Keaslian Penelitian
terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan judul penelitian ini. Adapun penelitian
2007”
1995?
kemerdekaan?
usaha koperasi?
atas tidak sama dengan penelitian ini, baik dari segi judul maupun pokok
permasalahan yang dibahas. Oleh karena itu secara akademik penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan keasliannya.
1. Kerangka Teori
Perseroan Terbatas adalah subjek hukum dimana Perseroan Terbatas sebagai suatu
badan hukum yang dapat dibebani hak dan kewajiban seperti halnya manusia pada
atau “persona standi in judicio” telah membuat keberadaan perseroan sebagai subjek
hukum mandiri yang berarti hukum memberikan padanya hak dan kewajiban
sebagaimana yang dimiliki manusia. Artinya, perseroan itu dapat mempunyai harta
kekayaan sendiri, hak-hak dan melakukan perbuatan serta kewajiban seperti orang-
orang pribadi.16
mengatan bahwa: “Suatu badan hukum atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-
hak dan melakukan perbuatan seperti menerima serta memiliki kekayaan sendiri,
adalah untuk menggerakkan perseroan agar badan hukum dapat sejalan sesuai dengan
tujuan. Organ perseroan terbatas terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),
Direksi dan Dewan Komisaris. 19 Perseroan Terbatas sebagai artificial person atau
subjek hukum buatan tidak mungkin dapat bertindak sendiri. Kondisi ini berbeda
dengan manusia, yang secara alami telah diberi alat perlengkapan untuk melakukan
16
Bismar Nasution, Makalah Kewajiban Melaksanakan RUPS Dan Saat Pembagian Dividen
Menurut UU No. 1 Tahun 1995, < http: // www.Bismarnasty.wordpress.pdf >, yang diakses pada
tanggal 16 Januari 2018, hal.2.
17
Soebakti dalam Handri Raharjo, Hukum Perusahaan, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009,
hal.18.
18
Salim HS, Hukum Kontrak, Teori dan Tehnik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta,
2003, hal.65.
19
Kurniawan, Op.Cit, hal.92.
hukum terbagi menjadi lima teori, yaitu teori fiksi, teori konsesi, teori
zweckvermogen, teori kekayaan bersama (teori lhering) dan teori realis atau organis.
1. Teori Fiksi
Teori Fiksi yang dipelopori oleh Von Savigny ini menjelaskan bahwasannya badan
hukum adalah hanyalah fiksi hukum, maksudnya adalah bahwa sebenarnya badan
hukum ini semata-mata buatan negara saja, yang sesungguhnya tidak ada, tetapi
20
Zaeni Asyhadie dan Budi Sutrisno, Op.Cit, hal.92.
21
W. Friedmann, Legal Theory (Teori dan Filsafat Hukum Telaah Kritis Atas Teori-Teori Hukum)
(Susunan I, II, dan III), diterjemahkan oleh Muhammad Arifin, Rajawali, Jakarta, 1990, hal.213.
2. Teori Konsesi
Teori ini dikemukakan oleh Gierke. “Teori ini berpendapat bahwa badan hukum
dalam negara tidak memiliki kepribadian hukum, kecuali diperkenankan oleh hukum,
dan ini berarti negara. Teori ini didukung oleh Von Savigny, Salmond dan Dicey. 22
Teori ini berpendapat bahwa hanya manusia saja yang dapat menjadi subyek
seseorang, tetapi kekayaan itu terikat tujuan tertentu. Kekayaan yang tidak ada yang
mempunyai dan terikat kepada tujuan tertentu inilah yang diberi nama badan hukum.
(onpersoonlijk/subjectloos).
Menurut teori ini hak dan kewajiban badan hukum pada hakikatnya adalah hak dan
merupakan suatu kesatuan dan membentuk suatu pribadi yang dinamakan badan
hukum. Oleh karena itu badan hukum adalah suatu konstruksi yuridis saja, pada
Reaksi dari adanya ajaran teori fiksi adalah munculnya teori realitas atau yang
lebih dikenal dengan nama teori organ. Pencetus ajaran teori ini adalah Von Gierke.
22
H. Salim HS, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hal.178.
Menurut Teori ini, badan hukum merupakan suatu realitas yang nyata bukan fiksi,
sama seperti sifat kepribadian alam manusia didalam pergaulan hukum. Inti teori ini
hukum.
dengan badan hukum. Pengikut ajaran ini di Belanda yaitu, L. C. Polano yang
terkenal dengan ajarannya leer der volledige realiteit (ajaran realitas sempurna).23
Walaupun banyak terdapat teoritentang badan hukum, tetapi tidak semua teori
tersebut cocok untuk diterapkan pada badan hukum. Teori tersebut haruslah
Dalam tesis ini penulis menggunakan teori badan hukum khususnya teori
kekayaan bertujuan. Disini yang penting bukan siapakah badan hukum itu, tetapi
kekayaan tersebut diurus dengan tujuan tertentu. Adanya badan hukum diberi
kedudukan seperti sebagai orang disebabkan badan ini mempunyai hak dan
kewajiban yaitu hak atas harta kekayaan dan dengannya itu memenuhi kewajiban-
sebagai subyek hukum (subjectum juris), kekayaan yang dimiliki biasanya berasal
dari kekayaan seseorang yang dipisahkan atau disendirikan dari kekayaan orang yang
23
Anwar Borahima, Kedudukan Yayasan di Indonesia: Eksistensi, Tujuan dan Tanggung Jawab
Yayasan, Kencana, Jakarta, 2010, hal.60.
Perseroan Terbatas, didalamnya sudah memiliki organ untuk menjalankan tugas serta
kewajiban badan hukum tersebut. Apabila dikaitkan dengan tugas direksi, adagium
tersebut barangkali ingin menegaskan bahwa direksi tidak dapat mengelak dari akibat
hukum perbuatan wakilnya atau orang yang diberikan tugas oleh direksi tersebut.
kedudukan mandiri dari perseroan itu, bila terjadi pergantian pemegang saham,
direksi dan komisaris maka tidak membuat perseroan berubah dari keberadaannya
sebagai “persona standi in judicio”24 Dalam melakukan kegiatan yang dilihat bukan
yang mandiri (personal standi judicio). Hal ini dapat diartikan sebagai kedudukan
atau kapasitas untuk berdiri dipengadilan, kapasitas sebagai pihak dalam suatu
subyek hukum didalamnya.26 Dalam hal ini direksilah yang berwenang mewakili
24
Bismar Nasution, Loc.Cit.
25
Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Seri Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2000), hal.7.
26
V. Harlen Sinaga, Op.Cit, hal.8.
perseroan untuk segala tindakan yang harus dijalankan untuk dan atas nama
perseroan, baik untuk tindakan intern kedalam maupun untuk tindakan ekstern
2. Konsepsi
konsep khusus yang akan atau ingin diteliti. Hal ini untuk menghindarkan perbedaan
terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk
penelitian yang sesuai dengan makna variabel yang ditetapkan dalam topik, yaitu:
yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
b. Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang saham, Direksi, dan Komisaris. 29
c. Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas
tujuan perseroan.30
27
Rudhi Prasetya, Op.Cit, hal.19.
28
Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
29
Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
d. Di dalam Pasal 1 angka 4 UUPT Nomor 40 Tahun 2007, Rapat Umum Pemegang
Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah organ perseroan yang mempunyai
wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam
e. Perubahan Anggaran Dasar menurut Pasal 21 UUPT ayat (1) adalah Perubahan
anggaran dasar tertentu harus mendapat persetujuan Menteri, dan ayat (2) adalah
Perubahan Anggaran Dasar tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
g. Tanggung jawab dalam kamus hukum dapat juga diistilahkan sebagai liability dan
tanggung akibat kesalahan yang dilakukan oleh subjek hukum, sedangkan istilah
30
Zaeni Asyhadie dan Budi Sutrisno, Op.Cit, hal 96
31
HR.Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo, Jakarta, 2006, hal.337.
G. Metode Penelitian
dilakukan analisis dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah.32
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum
penelitian ini.33 Penelitian hukum secara yuridis maksudnya penelitian yang mengacu
pada studi kepustakaan yang ada ataupun terhadap data sekunder yang digunakan,
pengetahuan normatif tentang hubungan antara satu peraturan dengan peraturan lain
penelitian tesis yang digunakan untuk mengkaji penelitian ini adalah penelitian
32
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta: Penebit Rajawali Pres, 2013), hal 1.
33
Ibid,hal 8
serta konsep yang berhubungan dengan aspek hukum perusahaan. Beranjak dari jenis
penelitian tersebut, diharapkan dapat memperoleh suatu prinsip yang jelas dengan
seimbang dalam tanggung jawab direksi terhadap tindakan ultra vires tersebut.
maksudnya dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan
untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat terhadap suatu populasi
2. Sumber Data
Adapun sumber data yang biasa digunakan dalam penelitian hukum normatif
34
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : Rajawali Pers, 1997), hal.35.
35
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Indonesia pada Akhir Abad ke-20, (Bandung :
Alumni, 1994), hal.101
hukum, doktrin atau teori-teori yang diperoleh dari literatur hukum, hasil
dengan penelitian.36
dan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang
relevan untuk melengkapi data dalam penelitian ini, yaitu kamus umum,
utamanya, yang berarti akan cenderung pada penelaahan dan penyajian data primer
dan data sekunder yang diperoleh dari bahan kepustakaan sehingga tidak diperlukan
Untuk menperoleh bahan hukum yang diperlukan dalam penelitian ini, maka
(library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka untuk memperoleh data sekunder berupa buku-buku baik koleksi pribadi
36
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Mendia Grup,
2014), hal. 182-183.
37
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,
Jakarta. Rajawali Pers, 1990, Hlm.53.
maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak maupun
a. Studi kepustakaan
1) Notaris
2) Ahli Hukum
5. Analisis Data
primer, hukum sekunder, dan hukum tertier yang dimaksud telah diperoleh, maka
bahan hukum tersebut diperiksa kembali kelengkapan dan konsistensinya satu sama
mata kepada pihak lain sehingga tidak menimbulkan salah tafsir, tetapi juga demi
38
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, Jakarta, Grafindo Persada, 1999,
hal.107-108.
BAB II
1. Pengertian Akta
Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut “acte” atau ”akta”
dan dalam bahasa Inggris disebut “act” atau “deed”. Menurut pendapat umum,
2. Suatu tulisan yang dibuat untuk dipakai atau untuk digunakan sebagai perbuatan
tertentu.
Akta adalah suatu tulisan yang memang dengan sengaja dibuat untuk
dijadikan bukti tentang suatu peristiwa dan ditandatangani pihak yang membuatnya.40
dibuat untuk pakai sebagai bukti, dan dipergunakan oleh orang, untuk keperluan
39
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap UU No.30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris), (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008), hal. 157.
40
Rahmad Rivai, "Pengertian dan Perbedaan Akta Otentik dengan Akta Di bawah Tangan",
melalui http://rahmadvai.blogspot.co.id/2014/04/pengertian-dan-perbedaan-akta-otentik.html, diakses
tanggal 20 September 2017.
41
Daeng Naja, Teknik Pembuatan Akta, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2012), hal. 1.
Akta adalah surat yang diperbuat demikian oleh atau dihadapan pegawai yang
berwenang untuk membuatnya menjadi bukti yang cukup bagi kedua belah
pihak dan ahli warisnya maupun berkaitan dengan pihak lainnya sebagai
hubungan hukum, tentang segala hal yang disebut didalam surat itu sebagai
pemberitahuan hubungan langsung dengan perihal pada akta itu.
sebagai alat bukti yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa-peristiwa yang
menjadi dasar daripada suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan
sengaja untuk pembuktian”.42 Menurut Subekti yang dimaksud dengan akta adalah
“suatu tulisan yang memang dengan sengaja dibuat untuk dijadikan bukti tentang
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disebutkan bahwa akta adalah suatu
yang merupakan dasar dari suatu perjanjian. Pasal 1867 KUH Perdata menyatakan:
Akta memiliki 2 (dua) fungsi penting, yaitu fungsi formil (formalitas causa)
dan fungsi alat bukti (probationis causa). Fungsi formil (formalitas causa) berarti
bahwa untuk lengkapnya atau sempurnanya (bukan untuk sahnya) suatu perbuatan
hukum haruslah dibuat suatu akta. Fungsi alat bukti (probationis causa) akta itu
dibuat semula dengan sengaja untuk pembuktian dikemudian hari, sifat tertulisnya
42
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 2006),
(selanjutnya ditulis Sudikno Mertokusumo I), hal.149.
43
R. Subekti, Hukum Pembuktian, (Jakarta: PT. Pradnya Paramitha, 2005), hal. 25.
suatu perjanjian dalam bentuk akta itu tidak membuat sahnya perjanjian, tetapi agar
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disebutkan bahwa akta berfungsi sebagai
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka terdapat dua jenis akta yaitu
akta otentik dan akta di bawah tangan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Akta Otentik
Pengertian akta otentik diatur dalam Pasal 1868 KUH Perdata. Pasal 1868
KUH Perdata berbunyi sebagai berikut: “suatu akta otentik ialah suatu akta
yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau
akta dibuatnya”.
sebagai akta otentik apabila 3 (tiga) unsur yang bersifat kumulatif. Unsur-unsur
tersebut, yaitu:45
2) Akta dibuat oleh dan dihadapan pejabat umum yang diberi kewenangan untuk
membuat akta;
44
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 1999),
(selanjutnya ditulis Sudikno Mertokusumo III), hlm.121-122.
45
Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2001), hal. 352.
Akta otentik adalah produk yang dibuat oleh seorang Notaris. Bentuk akta
a) Akta yang dibuat “oleh” (door) Notaris atau yang dinamakan “akta relaas” atau
b) Akta yang dibuat “dihadapan” (ten overstaan) Notaris atau yang dinamakan “akta
Pengertian akta relaas yaitu akta yang dibuat oleh Notaris memuat uraian dari
Notaris yaitu suatu tindakan yang dilakukan atas suatu keadaan yang dilihat atau
disaksikan oleh Notaris. Seperti misalnya akta berita acara atau risalah rapat suatu
perseroan terbatas, akta pencatatan budel dan sebagainya. Pengertian akta partij yaitu
akta yang dibuat dihadapan Notaris memuat uraian dari apa yang diterangkan atau
diceritakan oleh para pihak yang menghadap kepada Notaris, misalnya perjanjian
Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan penuh mempunyai peranan penting
dalam setiap hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat. Akta otentik penting
bagi mereka yang membutuhkan alat pembuktian untuk suatu kepentingan pribadi
maupun untuk kepentingan usaha seperti akta mendirikan PT, Fa, perkumpulan
perdata dan lain-lain.47 Fungsi akta otentik dalam hal pembuktian tentunya
46
G.H.S Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta: Erlangga, 1983), hal. 51-52.
47
R. Soegondo Notodisoerjo, 1993, Hukum Notariat di Indonesia (Suatu Penjelasan),
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993),hal. 9.
Akta selain bersifat otentik, dapat pula bersifat sebagai akta di bawah tangan.
Pasal 1874 KUH Perdata menyebutkan bahwa: “yang dianggap sebagai tulisan di
bawah tangan adalah akta yang ditandatangani di bawah tangan, surat, daftar, surat
urusan rumah tangga dan tulisan-tulisan yang lain yang dibuat tanpa perantaraan
seorang pejabat umum”. Jadi akta di bawah tangan hanya dapat diterima sebagai
permulaan bukti tertulis (Pasal 1871 KUH Perdata) namun menurut pasal tersebut
Jadi suatu akta di bawah tangan untuk dapat menjadi bukti yang sempurna
dan lengkap dari permulaan bukti tertulis itu masih harus dilengkapi dengan alat-alat
bukti lainnya. Oleh karena itu dikatakan bahwa akta dibawah tangan merupakan bukti
Ditinjau dari segi hukum pembuktian agar suatu tulisan bernilai sebagai akta
antara lain: surat atau tulisan itu ditandatangani, isi yang diterangkan didalamnya
betrekking) dan sengaja dibuat untuk dijadikan bukti dari perbuatan hukum yang
disebut didalamnya yang mendapatkan hak darinya hanya apabila tanda tangan dalam
akta dibawah tangan tersebut diakui oleh orang terhadap siapa tulisan itu hendak
48
Rahmad Rivai, Op.Cit, hal. 1.
dipakai.
perubahan anggaran dasar wajib dicantumkan dengan jelas dalam panggilan RUPS. 50
Perubahan anggaran dasar perseroan yang telah dinyatakan pailit tidak dapat
Perubahan anggaran dasar dimuat atau dinyatakan dalam akta notaris dalam
menteri hukum dan HAM. 54 Perubahan anggaran dasar tertentu tersebut meliputi hal-
Perubahan anggaran dasar yang tidak dimuat dalam berita acara rapat yang
49
Pasal 19 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
50
Pasal 19 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
51
Pasal 20 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
52
Pasal 20 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
53
Pasal 21 ayat (4) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
54
Pasal 21 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
55
Pasal 21 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
56
Pasal 21 ayat (3) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
dibuat notaris harus dinyatakan dalam akta notaris paling lambat 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak tanggal keputusan RUPS. Perubahan anggaran dasar tidak boleh
dinyatakan dalam akta notaris setelah lewat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
diajukan kepada menteri hukum dan HAM selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak tanggal akta notaris yang memuat perubahan anggaran dasar.
Ketentuan mengenai tata cara dan periode pemberitahuan perubahan anggaran dasar
yang hanya perlu diberitahukan kepada menteri hukum dan HAM mengikuti
ketentuan mengenai tata cara dan periode permohonan persetujuan atas perubahan
Perubahan anggaran dasar yang tidak memerlukan persetujuan menteri mulai berlaku
pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian
57
Pasal 8 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
dari nama pendiri, nama pemegang saham dan nama anggota Direksi dan Dewan
Komisaris. Jadi jelas bahwa nama pendiri, nama pemegang saham dan nama anggota
Direksi dan Dewan Komisaris bukanlah bagian dari anggaran dasar sehingga berarti
juga bahwa perubahan terhadap nama pemegang saham dan anggota Direksi dan
Anggaran dasar adalah bagian dari akta pendirian yang berisikan aturan main
yang mengatur hubungan internal antara para pendiri (pemegang saham setelah
pengesahan Menteri Hukum dan HAM RI), Direksi dan anggotanya, Dewan
Komisaris dan para anggotanya. Jadi anggaran dasar adalah aturan main yang
tersebut.59
58
Pasal 27 ayat (3) Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan
Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar
Dan Perubahan Data Perseroan Terbatas
59
Gunawan Wijaya et.al, Seri Hukum Bisnis: Perseroan Terbatas, (Jakarta: PT Radja
Grafindo Persada, 2003), hal. 6.
Dewan Komisaris;
i. Tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen;
Dapat dipastikan jika salah satu atau beberapa ketentuan tersebut tidak ada
sudah dapat dipastikan Anggaran Dasar tersebut menjadi batal demi hukum. Dari hal
tersebut itulah dapat dimengerti bahwa Anggaran Dasar menunjukkan identitas dan
keterangan yang bersifat mendasar dari perseroan terbatas dimaksud. Lebih lanjut
dapat dikatakan bila Anggaran Dasar tidak ada maka belum sah perseroan terbatas
tersebut. Secara sederhana dapat dikatakan hal tersebut dikarenakan tidak ada
keterangan yang menjelaskan identitas dan keterangan yang mendasar dari perseroan
perseroan terbatas baik dari segi penamaan ataupun hal lain termasuk juga untuk
Menurut Gunawan Widjaya ada tiga pokok yang harus diketahui dari
Hukum dan HAM, Anggaran Dasar tidak berlaku bagi pihak ketiga dan hanya
60
Ibid, hal. 29.
terbatas tersebut. Dengan adanya pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM
maka para pihak maupun pihak ketiga yang berkepentingan dengan perseroan telah
Selain itu dalam anggaran dasar juga dapat memuat ketentuan lain yang tidak
bertentangan dengan UU Nomor 40 Tahun 2007. Sedangkan hal yang tidak boleh
b. Ketentuan tentang pemberian manfaat pribadi kepada pendiri atau pihak lain.
untuk mengubah anggaran dasar, maka mata acara atau agenda mengenai perubahan
persetujuan Menteri Hukum & HAM RI, yaitu dalam hal terdapat perubahan pada: 62
61
Ibid, hal. 30.
62
Pasal 21 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
data perseroan,63 cukup diberitahukan kepada Menteri Hukum & HAM RI. Semua
perubahan anggaran dasar harus dimuat atau dinyatakan dalam akta notaris dalam
bahasa Indonesia. Perubahan anggaran dasar yang tidak dimuat dalam akta berita
acara rapat yang dibuat oleh notaris harus dinyatakan dalam akta notaris paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS. Perubahan
anggaran dasar tidak boleh dinyatakan dalam akta notaris setelah lewat batas waktu
persetujuan diajukan kepada Menteri paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal akta notaris yang memuat perubahan anggaran dasar dan jangka waktu
ini berlaku juga bagi pemberitahuan perubahan anggaran dasar kepada Menteri.
Setelah lewat batas waktu 30 (tiga puluh) hari tersebut, permohonan persetujuan dan
a. Perubahan anggaran dasar tertentu wajib disetujui oleh Menteri Hukum &
HAM RI, mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya keputusan Menteri
63
Menurut Pasal 27 ayat (3) Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum
Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran
Dasar Dan Perubahan Data Perseroan Terbatas, perubahan tersebut meliputi susunan pemegang saham
karena pengalihan saham dan/atau perubahan jumlah kepemilikan saham yang dimilikinya, nama
pemegang saham, susunan nama dan jabatan anggota direksi dan/atau dewan komisaris, alamat
lengkap Perseroan, pembubaran Perseroan atau berakhirnya Perseroan karena jangka waktu berakhir,
berakhirnya status badan hukum Perseroan setelah pertanggungjawaban likuidator atau Kurator telah
diterima oleh RUPS, Pengadilan, atau Hakim Pengawas dan penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, dan pemisahan yang tidak disertai perubahan anggaran dasar.
64
Pasal 21 ayat (3), (4), (5), (6), (7), (8), dan (9) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas
dalam system Civil Law yang diatur dalam Pasal 1 Ord, stbl. 1860 nomor 3 tentang
Jabatan Notaris di Indonesia mulai berlaku tanggal 1 Juli 1860 yang kemudian
dikehendaki oleh yang berkepentingan bahwa hal itu dinyatakan dalam surat otentik,
65
Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
66
Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
67
Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
68
Pasal 26 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
akta-akta demikian itu atau dikhususkan itu atau dikhususkan kepada pejabat-pejabat
Istilah notaris pada dasarnya berasal dari kata “notarius” (bahasa latin), yaitu
pekerjaan menulis atau orang-orang yang membuat catatan pada masa itu. Hampir
selama seabad lebih, eksistensi notaris dalam memangku jabatannya didasarkan pada
ketentuan Reglement Of Het Notaris Ambt In Nederlandsch No. 1860 : 3 yang mulai
berlaku 1 Juli 1860. Dalam kurun waktu itu, Peraturan Jabatan Notaris mengalami
yang dapat diangkat oleh negara untuk melakukan tugas-tugas negara dalam
pejabat pembuat akta otentik dalam hal keperdataan. Pengertian notaris terdapat
dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris Bab
I Pasal 1 ayat (1) yaitu, Notaris adalah pejabat umum yang berwenang dan mewakili
kekuasaan umum untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana
69
G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta: Erlangga, Jakarta, 1992),
hal.31
70
R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat Di Indonesia Suatu Penjelasan, (Jakarta: CV.
Rajawali, 1982). hal. 29
alat bukti.
dijelaskan bahwa notaris adalah pejabat umum, berwenang membuat akta, otentik,
hukum antara para pihak dalam bentuk tertulis dan format tertentu, sehingga
merupakan suatu akta otentik. Ia adalah pembuat dokumen yang kuat dalam suatu
proses hukum.71
Notaris sebagai salah satu pejabat umum mempunyai peranan penting yang dipercaya
hukum melalui akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapannya, mengingat akta
otentik sebagai alat bukti terkuat dan memiliki nilai yuridis yang esensial dalam
71
Tan Thong Kie, Studi Notariat, Serba-serbi Praktek Notaris, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2007, hal. 159
undangan ditugaskan untuk membuat akta yang benar yang dikehendaki oleh
yang diperlukan dan ini merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
Inilah salah satu faktor yang membedakan pekerjaan notaris dengan pekerjaan
praktisi-praktisi hukum yang lain. Hal lain yang membedakan adalah notaris
belah pihak, pada haketkatnya dibuat dalam keadaan damai. Nasihat yang
72
Pasal 15 ayat (2) huruf e Undang-Undang No 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
73
Roenastiti Prayitno, “Tugas dan Tanggung Jawab Notaris sebagai Pejabat Pembuat Akta”,
Media Notariat, No.12-13/Tahun IV, (Oktober:1989), hal.178.
74
Ibid.
berlaku. Peraturan-peraturan ini merupakan pedoman apa yang boleh dan apa
karena sebagian akta yang dibuat oleh notaris, yakni akta berita acara RUPS
anggaran dasar perseroan ke Menteri Hukum & HAM RI. Untuk perubahan
a. Akta relaas, yaitu akta berita acara RUPS yang dibuat sendiri oleh notaris dan
oleh para pihak secara dibawah tangan, untuk kemudian dibawa ke notaris
dasar perseroan ditempuh melalui cara pembelian saham, maka akta jual
beli saham ini dilakukan antara pemegang saham, baik pemegang saham
memenuhi proses yuridis formal, maka dalam pembuatan akta ini notaris
maupun akta jual beli saham dan akta-akta atau dokumen-dokumen lainnya yang
berkaitan dengan perubahan anggaran dasar tidak dibuat oleh atau di hadapan
notaris, maka notaris dapat melegalisasi atau mendaftar atau membuat kopi sesuai
beli saham, dan yang lainnya, harus diberikan cap sesuai asli oleh notaris. Jadi
saham atau risalah/notulen/berita acara RUPS yang dibuat secara dibawah tangan,
maka harus dinyatakan terlebih dahulu dalam suatu akta di hadapan notaris;
Perseroan Terbatas oleh notaris ke Menteri Hukum & HAM RI telah diatur dalam
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 4
Terbatas, yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi
Peranan notaris jika ada klien atau pihak yang datang kepadanya yang hendak
memberikan advis atau penyuluhan hukum kepada para pihak mengenai langkah-
langkah yang harus ditempuh para pihak dalam perubahan menjadi anggaran
Kementerian Hukum dan HAM RI maka akta perubahan tersebut tetap merupakan
dan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Hanya saja akta perubahan anggaran
dasar tersebut tidak dapat diakses di Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH)
karena perubahan yang belum didaftarkan sehingga akta yang berlaku bagi perseroan
Artinya hal-hal yang dirubah dalam akta perubahan anggaran dasar suatu
terhadap perseroan tersebut anggaran dasar yang berlaku adalah anggaran dasar yang
depan Notaris maka akta tersebut tetap merupakan akta otentik. Hal ini disebabkan
akta perubahan anggaran dasar perseroan tersebut dibuat sesuai dengan bentuk yang
ditetapkan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang berwenang
Akta otentik merupakan alat bukti yang sempurna. Akta otentik ini
memberikan diantara para pihak termasuk para ahli warisnya atau orang yang
mendapat hak dari para pihak itu suatu bukti yang sempurna tentang apa yang
sedemikian rupa karena dianggap melekatnya pada akta itu sendiri sehingga tidak
perlu dibuktikan lagi dan bagi hakim itu merupakan “bukti wajib/keharusan”
(verplicht bewijs).79 Dengan demikian barang siapa yang menyatakan bahwa wakta
otentik itu palsu, maka ia harus membuktikan tentang kepalsuan akta itu. Oleh karena
itulah maka akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian, baik lahiriah, formal
maupun materil.
Menurut G.H.S. Lumbang Tobing perbedaan terbesar antara akta otentik dan
77
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), diterjemahkan oleh R.
Subekti dan R. Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2006), Pasal 1868.
78
Ibid., Pasal 1870.
79
Anke Dwi Saputro, ed., Jati Diri Notaris Indonesia, Dulu, Sekarang, Dan Di Masa
Datang, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal,5.
1. Akta otentik mempunyai tanggal yang pasti, sedang mengenai tanggal dari
eksekutorial seperti putusan hakim, sedang akta yang dibuat dibawah tangan
3. Kemungkinan akan hilangnya akta yang dibuat dibawah tangan lebih besar
Nomor 30 Tahun 2004 menyebutkan bahwa akta notaris adalah “akta otentik yang
dibuat oleh atau di hadapan notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan
dalam undang-undang ini”. Dengan demikian kedudukan akta notaris sebagai akta
1. Akta dibuat oleh (door) atau di hadapan (ten overstaan) seorang pejabat
umum;
2. Akta dibuat dalam bentuk dan tatacara (prosedur) dan syarat yang ditentukan
oleh undang-undang;
3. Pejabat umum oleh atau di hadapan siapa akta itu dibuat, harus mempunyai
80
Lumban Tobing, op. cit., hal. 54.
81
Ibid, hal. 49-50.
a. Notaris harus berwenang sepanjang yang menyangkut akta yang dibuat itu.
dikecualikan kepada pihak atau pejabat lain, atau notaris juga berwenang
wewenang terbatas;
kepentingan siapa akta itu dibuat. Notaris tidak berwenang untuk membuat
akta, di dalam mana notaris sendiri, istri atau suamiya, keluarga sedarah
atau keluarga semenda dari notaris itu dalam garis lurus tanpa pembatasan
derajat dan dalam garis kesamping sampai dengan derajat ketiga, baik
secara pribadi maupun melalui kuasa, menjadi pihak.82 Maksud dan tujuan
dari ketentuan ini ialah untuk mencegah terjadinya tindakan memihak dan
penyalahgunaan jabatan;
akta otentik. Akta yang dibuat di luar daerah jabatannya adalah tidak sah;
82
Pasal 52 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
1. Suatu keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum yang dikehendaki oleh para
pihak agar dituangkan dalam bentuk akta otentik untuk dijadikan sebagai alat
bukti dan menjamin kepastian hukum dan tentunya berlaku sebagai undang-
Contoh-contoh akta ini misalnya : yang menyangkut tentang orang antara lain:
menyangkut tentang perikatan antara lain: Cessie, Jual Beli Saham, Sewa
wajib dibuat dalam bentuk akta otentik, yaitu akta yang dibuat di hadapan
notaris. Ini jelas akibat dari tuntutan dan perkembangan jaman di era
83
Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik,
(Bandung: Refika Aditama, 2008), hal. 32.
84
Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata : “Semua perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.
globalisasi ini. Kebutuhan akta saat ini bukan semata-mata untuk alat bukti
oleh peraturan, yang apabila tidak dibuat dalam bentuk akta otentik, maka
tindakan hukum tersebut tidak sah. Sebagai contoh antara lain sebagaimana
dengan jaminan fidusia harus dibuat dengan akta notaris. Apabila akta Fidusia
ini tidak dibuat dalam akta notaris maka selain akta tersebut tidak sah, dampak
Terbatas harus dengan akta notaris. Apabila tidak dibuat dengan akta notaris,
maka pendirian tersebut tidak sah dan tidak dapat dimohonkan pengesahannya
perubahan anggaran dasar perseroan terbatas, harus dibuat dalam akta notaris.
Kekuatan pembuktian lahiriah adalah kemampuan dari akta itu sendiri untuk
lahiriah ini, dimaksudkan agar akta itu mampu membuktikan dirinya sebagai
85
Lumban Tobing, op. cit., hal. 55-59.
akta otentik dan kemampuan ini berdasarkan ketentuan Pasal 1875 Kitab
bahasa latin “acta publica probant sese ipsa”, yaitu apabila suatu akta
kelihatannya sebagi akta otentik, maka akta itu dianggap sebagai akta otentik
sampai dapat dibuktikan bahwa akta itu adalah tidak otentik. Sepanjang
para pihak dan akta pejabat dalam hal ini adalah sama. Nilai pembuktian akta
notaris dari aspek lahiriah, akta tersebut harus dilihat apa adanya, bukan
dilihat ada apa. Secara lahiriah tidak perlu dipertentangkan dengan alat bukti
lainnya. Jika ada yang menilai bahwa suatu akta notaris tidak memenuhi
syarat sebagai akta, maka yang bersangkutan wajib membuktikan bahwa akta
bahwa secara lahiriah akta Notaris sebagai akta otentik, bukan akta otentik,
notaris sebagai akta otentik. Pembuktian semacam ini harus dilakukan melalui
86
Pasal 1875 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata : “Suatu tulisan di bawah tangan yang
diakui oleh orang terhadap siapa tulisan itu hendak dipakai, atau yang dengan cara menurut undang-
undang dianggap sebagai diakui, memberikan terhadap orang-orang yang menandatanganinya serta
para ahli warisnya dan orang-orang yang mendapat hak dari pada mereka, bukti yang sempurna seperti
suatu akta otentik, dan demikian pula berlakulah ketentuan pasal 1871 untuk tulisan itu”.
Penggugat harus dapat membuktikan bahwa secara lahiriah akta yang menjadi
fakta tersebut dalam akta betul-betul dilakukan oleh notaris atau diterangkan
suatu akta otentik selain hanya membuktikan bahwa pajabat atau notaris telah
bahwa segala kebenaran yang diuraikan dalam akta seperti itu yang dilakukan
Berkaitan dengan ini, arti formal dalam akta pejabat dapat dijelaskan bahwa
selain akta itu membuktikan kebenaran dari apa yang disaksikan yaitu dilihat,
tanggal, tanda tangan dan identitas dari para pihak yang hadir serta tempat
dibuatkannya akta itu. Adapun arti formal dalam akta para pihak, dapat
dijelaskan adanya keterangan dalam akta itu merupakan uraian yang telah
tersebut.
Baik akta pejabat maupun akta para pihak sama-sama mempunyai kekuatan
pembuktian formal dan berlaku terhadap setiap orang. Jika aspek formal
87
Adjie, Op.Cit, hal. 72.
dipermasalahkan oleh para pihak, maka harus dibuktikan fomalitas dari akta,
para pihak, saksi dan notaris ataupun ada prosedur pembuatan akta yang tidak
dalam akta itu merupakan pembuktian yang sah terhadap pihak-pihak yang
membuat akta atau mereka yang mendapat hak dan berlaku untuk umum,
Keterangan atau pernyataan yang dituangkan atau dimuat dalam akta pejabat
hadapan notaris dan para pihak harus dinilai benar. Perkataan yang kemudian
dituangkan/dimuat dalam akta berlaku sebagai yang benar atau setiap orang
88
Ibid, hal. 72.
Jika akan membuktikan aspek materil dari akta, maka yang bersangkutan harus
sebenarnya dalam akta, atau para pihak yang telah benar berkata (di hadapan notaris)
menjadi tidak benar berkata, dan harus dilakukan pembuktian terbalik untuk
Dengan demikian akta notaris yang dijadikan alat bukti apabila terjadi sengketa,
merupakan bukti yang sempurna bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta
sekaligus orang yang mendapatkan hak daripadanya tentang apa yang disebut
akta itu oleh pengadilan dianggap benar, sampai ada bukti perlawanan yang
melumpuhkan akta tersebut. Kekuatan pembuktian dari akta notaris yang merupakan
alat bukti tertulis yang sempurna yaitu karena juga kebenaran dari hal-hal yang
tertulis dalam akta tersebut harus diakui oleh hakim sehingga isinya dianggap benar
selama kebenarannya itu tidak ada pihak lain yang dapat membuktikan sebaliknya.
Demikian juga halnya dengan akta perubahan anggaran dasar perseroan yang
89
Ibid, hal. 74.
90
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), Op.Cit, Pasal 1870.
tentunya merupakan suatu akta otentik yang memiliki kekuatan hukum pembuktian
sesuai dengan keberadaannya. Hanya saja dalam kapasitas ini ada Undang-Undang
No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas khususnya Pasal 21 mengatur bahwa
dasar sebagaimanadimaksud pada ayat (2) diajukan kepada Menteri, paling lambat 30
(tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal akta notaris yang memuat perubahan
anggaran dasar".
Perseroan Terbatas diikuti pula dengan pasal yang sama ayat (9) yang berbunyi:
"Setelah lewat batas waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud pada ayat(6)
tentang Perseroan Terbatas tidak dipenuhi dalam kaitannya dengan akta perubahan
anggaran dasar perseroan karena lewat waktu pendaftaran maka akta notaris
perubahan anggaran dasar perseroan meskipun merupakan akta otentik menjadi tidak
berlaku. Terhadap perseroan tersebut secara hukum tetap bersandarkan kepada akta
BAB III
Perseroan Terbatas adalah sebuah badan hukum yang terdiri dari persekutuan
disesuaikan dengan modal dasar yang dibagi ke dalam saham-saham yang dimiliki
oleh pemilik perseroan. Sebagai pemilik saham para pendiri Perseroan Terbatas
diberi bukti surat saham sebagai bukti bahwa ia turut menyertakan modal.91 Para
pemegang saham memiliki tanggung jawab terbatas pada modal yang ia masukkan ke
perseroan dan bila perseroan terkait dengan sebuah kasus utang piutang maka hal ini
terlepas dari harta kekayaan para pemegang saham. Dengan demikian kita bisa
dasarnya.
Dalam sebuah anggaran dasar dicantumkan segala hal terkait kewajiban dan hak,
tugas dan tanggung jawab seluruh elemen perseroan terbatas. Dengan demikian bisa
dijelaskan bahwa anggaran dasar Perseroan Terbatas menjadi bentuk konkrit dari
91
Bimara Solusindo, "Mencermati Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas", melalui
http://www.bimarasolusindo.co.id/mencermati-perubahan-anggaran-dasar-perseroan-terbatas/,
diakses tanggal 29 September 2017.
No. 40 Tahun 2007, anggaran dasar dari sebuah Perseroan Terbatas harus berisi
setidak-tidaknya:
perubahan pemegang saham, atau bahkan hanya sekedar perpindahan alamat kantor
karena yang sekarang tidak bisa lagi menampung karyawan yang ada.
tertulis di anggaran dasar perusahaan. Kalau informasi tersebut berubah artinya harus
Informasi perusahaan yang ada di anggaran dasar diantaranya nama dan tempat
kedudukan perusahaan; jangka waktu berdirinya perusahaan; maksud dan tujuan serta
kegiatan usaha; jumlah modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor; nama
92
Ibid.
93
Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas. (Bandung: Alumni.
2004), hal. 54.
jabatan dan jumlah anggota direksi dan komisaris; penetapan tempat dan tata cara
penyelenggaraan RUPS; dan tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.94
dilakukan secara sepihak karena memerlukan peran notaris dan negara, dalam hal ini
Kementerian Hukum dan HAM (Menteri). Sebab, selain perubahan harus dibuat
persetujuan Menteri dan ada yang cukup dengan pemberitahuan. Agar perubahan
identitas perusahaan berjalan dengan baik, sesuai aturan, dan tidak merugikan pihak
ketiga.
meliputi:
Perseroan Terbatas, dapat diadakan RUPS. Hal ini diatur di Pasal 19 UUPT. Jika
itu akan dituangkan dalam berita acara rapat yang dibuat oleh notaris dan selanjutnya
Pasal 19 ayat (1) UUPT yang berbunyi “Perubahan anggaran dasar ditetapkan
94
Widjaja, IG. Rai. Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas. (Jakarta: egapoint Divisi
Kesaint Blanc. 2002), hal. 32.
oleh RUPS.” Dari bunyi Pasal ini jelas bahwa perubahan anggaran dasar merupakan
Selanjutnya pada Pasal 19 ayat (2) UUPT diatur bahwa “Acara mengenai
perubahan anggaran dasar wajib dicantumkan dengan jelas dalam panggilan RUPS.”
Berdasarkan bunyi Pasal 19 ayat (2) UUPT ini maka perubahan anggaran dasar
dalam forum pemegang saham (RUPS) hanya dapat dilakukan jika agenda tersebut
keraguan/pertanyaan atau persepsi. Dapat pula dimaknai jelas sebagai jelas secara
karena satu atau beberapa pemegang saham sedang berada di luar kota atau luar
negeri, maka untuk merubah anggaran dasar dapat dilakukan melalui penerbitan
sirkuler. Penggunaan sirkuler dimungkinkan dalam Pasal 21 ayat (5) UUPT. Jadi, jika
tidak ada berita acara rapat, maka dapat dibuat sirkuler yang harus ditandatangani
oleh seluruh pemegang saham Perseroan Terbatas. Sirkuler itulah yang kemudian
dijadikan bentuk akta perubahan anggaran dasar oleh notaris. Namun perlu diketahui,
untuk menuangkan sirkuler dalam bentuk akta harus dilakukan dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) hari sejak tanggal keputusan RUPS atau
95
Easybiz, Seputar Perubahan Anggaran Dasar PT Yang Wajib Anda Pahami", melalui
http://easybiz.id/seputar-perubahan-anggaran-dasar-pt-yang-wajib-anda-pahami/, diakses tanggal 28
September 2017.
Pasal 20 ayat (1) UUPT “Perubahan anggaran dasar Perseroan yang telah
menjadi batal.”
Pasal 20 ayat (2) “Persetujuan kurator sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dasar kepada Menteri.” Dari bunyi Pasal diatas dapatlah dijelaskan bahwa:
kepada menteri.
Pasal 21 ayat (1) UUPT “Perubahan anggaran dasar tertentu harus mendapat
Hal ini dinyatakan dalam Pasal 21 ayat (4) UUPT “Perubahan anggaran dasar
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dimuat atau dinyatakan dalam akta
notaris dalam bahasa Indonesia.” Pasal 21 ayat (4) UUPT diatas tidak mewajibkan
atau mengharuskan perubahan anggaran dasar yang telah ditetapkan oleh RUPS harus
dimuat atau dinyatakan dalam akta notaris. Mengapa? Karena kita tidak menemukan
Hanya saja untuk memaknai Pasal 21 ayat (4) UUPT di atas tersebut harus
dikorelasikan dengan Pasal 21 ayat (5) UUPT “Perubahan anggaran dasar yang tidak
dimuat dalam akta berita acara rapat yang dibuat notaris harus dinyatakan dalam akta
notaris paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS.” 97
Setelah mengkorelasikan Pasal 21 ayat (4) dengan Pasal 21 ayat (5) maka
didapati bahwa “dimuat atau dinyatakan dalam akta notaris” tidak wajib atau
setidaknya belum wajib saat keputusan RUPS tentang perubahan anggaran dasar
kepada forum RUPS untuk tidak/belum memuat hasil keputusan tersebut dalam akta
tersebut dengan tidak mewajibkannya. Karena pemuatan atau pernyataan dalam akta
notaris masih bisa dilakukan setelah rapat RUPS tersebut selesai dengan memberikan
selang waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak keputusan RUPS.
Pasal 21 ayat (6) UUPT “Perubahan anggaran dasar tidak boleh dinyatakan
dalam akta notaris setelah lewat batas waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana
dalam anggaran dasar harus diajukan kepada Menteri paling lambat 60 (enam puluh)
97
Asevy Sobari, "Perubahan Anggaran DAsar PT", melalui
http://asevysobari.blogspot.co.id/2014/07/perubahan-anggaran-dasar-pt-bag-i.html, Diakses tanggal
29 September 2017.
perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat pada
waktu berdirinya perseroan diberikan paling lambat 60 (enam puluh) hari sebelum
jangka waktu berdirinya perseroan berakhir. Tentu saja RUPS dengan agenda
Paling lambat pada Pasal 22 ayat (1) UUPT artinya paling telat, memberikan batas
akhir dapat diterima, dengan demikian dapat juga diajukan sebelum 60 (enam puluh)
hari tersebut. Misalnya: 90 hari atau 120 hari sebelum jangka waktu berdirinya
perseroan berakhir. Sedangkan “paling lambat” yang dimaksud pada Pasal 22 ayat (2)
berdirinya perseroan disaat saat injury time, yaitu saat tanggal terakhir berdirinya
perseroan. Dapat pula misalnya bila permohonan diajukan bahkan 120 hari sebelum
persetujuan.98
Pada dasarnya tidak ada pengaturan yang mengatur secara eksplisit bagaimana
status perikatan yang dibuat sebelum akta perubahan anggaran dasar mendapat
98
Ibid.
mengenai perubahan anggaran dasar, dikatakan bahwa ada perubahan anggaran dasar
yang harus mendapatkan persetujuan Menteri Hukum dan HAM RI, 99 dan ada yang
“diberitahukan”.
Menteri mengenai persetujuan anggaran dasar 101. Sedangkan dalam hal perubahan
anggaran dasar hanya perlu diberitahukan kepada Menteri, perubahan anggaran dasar
Negara Republik Indonesia (TBN) mengenai akta pendirian perseroan serta akta
perubahan anggaran dasar (baik perubahan anggaran dasar yang harus mendapat
99
Pasal 21 ayat (1) jo. Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas
100
Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
101
Pasal 23 ayat (1) jo. Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas
102
Pasal 23 ayat (1) jo. Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas
Terbatas:
Undang-undang No.1 Tahun 1995, dikatakan didalam Pasal 21 ayat 1 adalah bahwa:
ini, terkandung dua permasalahan hukum yang perlu mendapat perhatian. Pertama;
kepada masyarakat atau pihak ketiga. Keabsahannya kepada pihak ketiga sebagai
103
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hal. 230-
231.
karena itu, meskipun perseroan telah mendapat pengesahan dari Menteri sebagai
badan hukum atau perubahan anggaran dasar telah mendapat persetujuan Menteri
diumumkan dalam TBN, belum sah dan belum mengikat kepada pihak ketiga.
perubahan anggaran dasar dari tenggang waktu yang ditentukan, dapat dikategorikan
dasar mengikat pihak ketiga setelah ada pengumuman dalam TBN, maka perjanjian
utang piutang antara perseroan dengan pihak ketiga masih terikat dengan anggaran
dasar perseroan sebelum perubahan. Tentu saja dapat dilakukan langkah hukum jika
Perseroan Terbatas tersebut wanprestasi. Ini karena perubahan anggaran dasar tidak
dapat menghilangkan hak pihak ketiga untuk melakukan gugatan atas dasar
wanprestasi yang dilakukan oleh Perseroan Terbatas. Selain itu, selama pihak ketiga
104
Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata: Dalam Teori
dan Praktek, (Bandung: Alumni, 2002), hal. 3.
penggugat adalah seorang yang “merasa” bahwa haknya dilanggar dan menarik orang
yang “dirasa” melanggar haknya itu sebagai tergugat dalam suatu perkara ke depan
hakim. Di dalam hukum acara perdata, inisiatif, yaitu ada atau tidak adanya suatu
perkara, harus diambil oleh seseorang atau beberapa orang yang merasa, bahwa
haknya atau hak mereka dilanggar, yaitu oleh penggugat atau para penggugat.
Hak fungsi menerima pembebasan sebagai akibat sikap pihak sendiri atau pihak
105
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2008), hal. 1398.
106
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. (Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2006), hal. 72.
konsumen.107
bedakan sebagai berikut: (1) kesalahan (liability based on fault), (2) praduga selalu
jawab (presumption of nonliability), (4) tanggung jawab mutlak (strict liability), (5)
sebagai berikut:
Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (fault liability atau liability
based on fault) adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan
perdata. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, khususnya Pasal 1365, 1366,
2. Adanya perbuatan;
3. Adanya unsur kesalahan;
107
Ibid.
108
Ibid., hal. 73.
109
Ibid.
110
Ibid.
kepatutan dan kesusilaan dalam masyarakat.112 Secara Common sense, asas tanggung
jawab ini dapat diterima karena adalah adil bagi orang yang berbuat salah untuk
mengganti kerugian bagi pihak korban. Dengan kata lain, tidak adil jika orang yang
ada kemungkinan tergugat membebaskan diri dari tanggung jawab, yaitu dalam hal ia
111
Ibid.
112
Ibid.
113
Ibid.
114
Ibid.
115
Sam Heru, "Teori Pertanggungjawaban", Melalui http://tanpajudul08.blogspot.
com/2014/09/teori-pertanggungjawaban.html, Diakses tanggal 6 September 2016, Pukul 11.30 WIB.
Hal ini tentu bertentangan dengan asas hukum praduga tidak bersalah (presumption of
innocence). Teori ini jika digunakan, maka yang berkewajiban untuk membuktikan
kesalahan itu ada pada pihak yang digugat. Tergugat harus menghadirkan bukti-bukti
Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip yang kedua, prinsip praduga untuk tidak
lingkup transaksi yang sangat terbatas, dan pembatasan demikian biasanya secara
“Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab ini tidak lagi di
terapkan secara mutlak, dan mengarah kepada prinsip tanggung jawab dengan
prinsip tanggung jawab absolut (absolute liability). Kendati demikian ada pula para
Ada pendapat yang menyatakan, strict liability adalah prinsip tanggung jawab
yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan. Namun, ada
116
Shidarta, Op.Cit., hal. 77.
117
Ibid.
118
Ibid.
119
Ibid.
jawab, misalnya pada keadaan force majeure. Sebaliknya absolute liability adalah
prinsip tanggung jawab tanpa kesalahan dan tidak ada pengecualiannya. Selain itu,
ada pandangan yang agak mirip, yang mengaitkan perbedaan keduanya pada ada atau
tidak adanya hubungan kausalitas antara subjek yang bertanggung jawab dan
kesalahannya. Pada strict liability, hubungan itu harus ada, sementara pada absolute
liability, hubungan itu tidak selalu ada. Maksudnya, pada absolute liability, dapat saja
kesalahan tersebut.120
dalam perjanjian standar yang dibuatnya. Dalam perjanjian cuci cetak film, misalnya
ditentukan, bila film yang ingin dicuci atau dicetak itu hilang atau rusak (termasuk
akibat kesalahan petugas), maka dalam kapasitas hanya dibatasi ganti kerugian
Penampilan tingkah laku manusia terkait dengan kontrol jiwanya, merupakan bagian
telah diambil atau ditolak, sudah merupakan bagian dari tanggung jawab dan akibat
pilihannya. Tidak ada alasan lain mengapa hal itu dilakukan atau ditinggalkan.
120
Ibid., hal. 78.
121
Ibid., hal. 79.
jawab dalam arti hukum adalah tanggung jawab yang benar-benar terkait dengan hak
dan kewajibannya, bukan dalam arti tanggung jawab yang dikaitkan dengan gejolak
Profesional itu bertanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada masyarakat.
Bertanggung jawab kepada diri sendiri, artinya dia bekerja karena integritas moral,
kewajiban hati nuraninya, bukan karena sekedar hobi belaka. Bertanggung jawab
melainkan juga pengabdian kepada sesama manusia. Bertanggung jawab juga berani
menanggung segala resiko yang timbul akibat dari pelayanannya itu. Kelalaian dalam
anggaran dasar yang tidak didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM RI, maka
122
Ronny Hanito, Hukum dan Masalah Penyelesaian Konflik, (Semarang: Majalah Fakutas
Hukum UNDIP), 2011, hal. 54.
123
Ibid, hal. 55.
ketentuan anggaran yang berlaku bagi perseroan tersebut adalah anggaran dasar
sebelumnya yang belum dirubah, sehingga hal-hal yang berhubungan dengan pihak
masing. Organ-organ tersebut terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),
Direksi dan Dewan Komisaris. Pasal 1 angka 4, angka 5 dan angka 6 Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) mengatur definisi yang
dimaksud dengan ketiga organ tersebut. RUPS memegang segala wewenang yang
tidak diserahkan kepada Direksi dan Dewan Komisaris. 124 Sedangkan Direksi adalah
organ Perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk
kepentingan dan tujuan Perseroan, serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun
melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar
Berikut ini adalah tanggung jawab yang harus dipegang oleh setiap Direksi dan
Menurut Pasal 97 ayat (2) UUPT, setiap anggota Direksi bertanggung jawab
124
Sofie Widyana P. "Tanggung Jawab Direksi dan Dewan Komisaris dalam Perseroan
Terbatas", melalui http://www.hukumperseroanterbatas.com/pemegang-saham-2/tanggung-jawab-
direksi-dan-dewan-komisaris-dalam-perseroan-terbatas/, diakses tanggal 29 September 2017.
penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah
atau lalai dalam menjalankan tugasnya.. Apabila Direksi terdiri dari atas 2 (dua)
anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud diatas, berlaku
secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi. Berdasarkan Pasal 97 ayat (3)
Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan harta
pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan dalam kepailitan
tersebut, maka Pasal 104 ayat (2) UUPT mengatur bahwa setiap anggota Direksi
terlunasi dari harta pailit tersebut. Tanggung jawab yang dimaksud diatas, berlaku
juga bagi Direksi yang salah atau lalai yang pernah menjabat sebagai anggota Direksi
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan.
sebagaimana dimaksud diatas, jika dapat membuktikan bahwa: (i) kepailitan tersebut
bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; (ii) telah melakukan pengurusan dengan
itikad baik, kehati-hatian, dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan Perseroan
125
Ibid
dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; (iii) tidak mempunyai benturan
kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang
dilakukan; dan (iv) telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan.
yang dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) UUPT yaitu dalam hal melakukan
mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasehat kepada Direksi.
Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan
kepada Direksi untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
secara pribadi atas kerugian Perseroan, apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai
menjalankan tugasnya. Jika Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua) anggota Dewan
Komisaris atau lebih, maka tanggung jawab sebagaimana dimaksud diatas, berlaku
secara tanggung renteng bagi setiap anggota Dewan Komisaris (Pasal 114 ayat (3)
kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat Pasal 114 ayat (3) UUPT apabila dapat
membuktikan:
oleh Direksi dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban
Perseroan akibat kepailitan tersebut, Pasal 114 ayat (4) UUPT mengatur bahwa setiap
anggota Dewan Komisaris secara tanggung renteng ikut bertanggung jawab dengan
anggota Direksi atas kewajiban yang belum dilunasi. Tanggung jawab sebagaimana
dimaksud diatas, berlaku juga bagi anggota Dewan Komisaris yang sudah tidak
kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; (ii) telah melakukan
tugas pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan Perseroan
dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; (iii) tidak mempunyai kepentingan
pribadi, baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan oleh Direksi
yang mengakibatkan kepailitan; dan (iv) telah memberikan nasehat kepada Direksi
BAB IV
A. Kasus Posisi
1. Duduk Perkara
adalah perkara antara para pihak yang bersengketa Nico Lieke, Swasta, beralamat di
Jalan Pelepah Hijau III TL 2 No. 12A Jakarta Utara, Pemegang Kartu Tanda
900 (sembilan ratus) saham kelas A dan 100 (seratus) saham kelas B pada PT. True
North Birdge Capital, berkedudukan di Jalan Prof. Dr. Satrio Blok C4 Lantai 2 Kav.
23 Jakarta Selatan, berdasarkan Akta Pendirian pada PT. True North Bridge Capital
Utara yang telah disahkan berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi
1. Handi Putranto Wilamarta, swasta, beralamat di Jalan Denpasar Raya Blok C.4
Kelapa Gading Blok G No. 50, Kelapa Gading Jakarta Utara, selanjutnya disebut
sebagai Tergugat I.
3. Tonny Chandra,swasta, beralamat di Taman Kebon Jeruk Blok Q III No. 7 Jakarta
perbuatan melawan hukum yaitu sebagai berikut: "Akta Perubahan Perseroan Yang
Tidak Didaftarkan Di Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Oleh Tergugat
No. 34".
mendirikan suatu perusahaan yang disepakati bernama PT. True North Bridge Capital
(Perseroan) berdasarkan Akta Pendirian PT. True North Bridge Capital Nomor 34
tertanggal 14 Januari 2011 yang dibuat dihadapan Turut Tergugat I selaku Notaris di
Jakarta Utara.
1. Handi Putranto Wilamarta (Tergugat) 900 (sembilan ratus saham) kelas A dan
100 (seratus) saham kelas B dengan nilai nominal seluruhnya sebesar Rp.
2. Nico Lieke (Penggugat) 900 (sembilan ratus) saham kelas A dan 100 (seratus)
saham kelas B dengan nilai nominal seluruhnya sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu
milyar Rupiah);
3. Tonny Chandra (Turut Tergugat II) 900 (sembilan ratus) saham kelas A dan 100
sebagai berikut:
selaku Notaris kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sehingga
transaksi jual beli saham yang dinyatakan pada Akta Nomor 44 dan Nomor 45 tidak
banyak turut terlibat dalam pengelolaan perusahaan yang mana pada akhirnya Turut
dinyatakan dalam Akta Nomor 44 dan Nomor 45. Hal tersebut membuat Tergugat
melakukan perubahan atas Akta Nomor 34 yang mana perubahan tersebut dinyatakan
1. Akta Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan No. 43
berikut:
a) Tergugat memiliki 1.350 (seribu tiga ratus lima puluh) saham kelas A
dan 150 (seratus lima puluh) saham kelas B dengan nilai nominal
b) Penggugat memiliki 1.350 (seribu tiga ratus lima puluh) saham kelas
A dan 150 (seratus lima puluh) saham kelas B dengan nilai nominal
Komisaris.
2011 (“Akta No. 44”) yang menyatakan peralihan 450 (empatratus limapuluh)
kepada Tergugat;
2011 (“Akta No. 45”) yang menyatakan peralihan 450 (empatratus limapuluh)
kepada Penggugat.
Terbatas sepatutnya atas akta perubahan Perseroan, yaitu Akta No. 43 yaitu mengenai
pemberitahuan kepada instansi yang berwenang, yaitu Kementerian Hukum dan Hak
akta perubahan tersebut, namun hingga lewatnya waktu bahkan hingga saat ini, akta-
akta tersebut tidak pernah dilaporkan oleh Turut Tergugat I untuk dicatat dalam
tersebut kepada Menteri juga telah diatur dalam pasal 56 (3) UU No. 40/2007 yaitu
dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak tanggal pencatatan pemindahan hak.
Akta No. 43, maka melalui surat tertanggal 23 Januari 2014 Perihal: Permohonan
Hukum Umum.
di kementrian hukum dan hak asasi manusia oleh karenanya secara hukum
Pesangon Karyawan
Sesuai dengan kodrat, manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk
bermasyarakat itu mereka saling menjalin hubungan antara yang satu dengan yang
lain, karena itulah maka manusia juga disebut sebagai makhluk social. Suatu
kenyataan hidup bahwa manusia itu tidak sendiri, dirinya hidup berdampingan
Hubungan yang terjadi berkenan dengan kebutuhan hidupnya yang tidak mungkin
membuat aturan-aturan hidup yang diberlakukan di antara mereka sebagai suatu alat
damai, dan tentram. Kehidupan sehari-hari manusia sering dihadapkan kepada suatu
126
R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1996),
hal.1.
mempertahankan status diri. Secara umum kebutuhan setiap manusia itu akan dapat
dipenuhi, walaupun tidak seluruhnya atau dari orang lain. Terhadap kebutuhan yang
Pemikiran yang tidak matang itulah maka ada manusia yang melakukan
pemenuhan kebutuhan dengan merugikan lingkungan dan orang lain. Hal inilah yang
diatur dalam hukum perdata, bahwa setiap tindakan yang merugikan orang lain atau
khususnya perkara perdata tidak jarang ditemui bahwa untuk menyelesaikan satu
perkara tersebut memerlukan waktu yang cukup panjang, bisa sampai berminggu-
minggu atau bahkan berbulan-bulan dan mungkin bisa sampai satu tahun lamanya
diperiksa dan diadilinya. Hakim harus dapat mengolah dan memproses data-data
yang diperoleh selama proses persidangan, baik dari bukti surat, saksi, persangkaan,
yang akan dijatuhkan dapat didasari oleh rasa tanggung jawab, keadilan,
Putusan adalah produk dari pemeriksaan perkara yang dilakukan oleh hakim.
Berdasarkan Pasal 178 HIR/189 RBG, setelah pemeriksaan selesai, maka hakim
akan dijatuhkan. Pemeriksaan dianggap telah selesai apabila telah melalui tahap
jawaban dari tergugat, replik dari penggugat, duplik dari tergugat, pembuktian dan
Dalam memutus perkara yang terpenting adalah kesimpulan hukum atas fakta
mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat.127 Sumber hukum yang dapat diterapkan oleh hakim dapat berupa
wetboek (BW) yang terdiri dari 1993 pasal. BW tersebut berdasarkan Pasal 1 Aturan
Peralihan UUD 1945 (amandemen) masih berlaku hingga saat ini. BW berlaku untuk
mereka yang termasuk golongan Tiong Hoa dengan beberapa kekecualian dan
tambahan seperti termuat dalam Lembaran Negara tahun 1917 – 129, dan mereka
yang termasuk golongan Timur Asing selain daripada Tiong Hoa dengan kekecualian
127
Lihat Pasal 5 UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
128
R. Soeparmono, Hukum Acara Perdata dan Yurisprudensi, (Bandung: Mandar Maju,
2005), hal. 146.
dan penjelasan seperti termuat dalam Lembaran Negara tahun 1924 – 556.129
Sementara itu untuk golongan Bangsa Indonesia Asli berlaku hukum adat yang sejak
dahulu telah berlaku di kalangan rakyat, yang sebagian besar masih belum tertulis,
tetapi hidup dalam tindakan-tindakan rakyat, mengenai segala soal dalam kehidupan
masyarakat.130
BW ditulis menggunakan bahasa Belanda dan hingga saat ini tidak terdapat
terjemahan yang dapat di gunakan dalam penerapannya. Oleh karena itu dalam
terjemahan yang dilakukan oleh hakim untuk memutus sengketa yang diajukan
kendaraan bermotor berupa pick up dalam bentuk ganti rugi total loss.
- Provisi:
Perseroan.
129
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT
Pradnya Paramitha, 2004), hal. vi-vii
130
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Op.Cit, hal. 10.
- Primair:
Penggugat;
3. Menyatakan batal, tidak berlaku dan tidak mengikat secara hukum atas:
SH/Turut Tergugat I;
SH/Turut Tergugat I;
2.037.842.500,- (dua milyar tiga puluh tujuh juta delapan ratus empat
puluh dua ribu lima ratus Rupiah) dan biaya operasional Perseroan sebesar
Penggugat;
delapan ratus empat puluh dua ribu lima ratus Rupiah) dan biaya
Tergugat lalai untuk memenuhi isi putusan, terhitung sejak putusan ini
dibacakan;
terlebih dahulu;
- Subsidair:
Dalam peradilan yang baik dan bila hakim berkeyakinan lain mohon diberikan
1. Dalam Provisi:
dengan Perseroan.
berkaitan dengan permohonan Provisi Penggugat ini, oleh karena itu maka
dinyatakan ditolak.
2. Dalam Konvensi:
a) Dalam Eksepsi
menyatakan batal, tidak berlaku dan tidak mengikat secara hukum Akta
Tergugat pada angka 1131 ini telah memasuki materi pokok perkara
131
Penggugat salah menafsirkan Turut Tergugat I sebagai pihak dalam akta yang dibuatnya
(Error In Persona). Gugatan Penggugat mengandung kebingungan atau kekaburan (Obscuur Libel).
dalam perkara a quo adalah Handi Putranto Wilamarta dan tidak menjadikan
merupakan hak subyektif dari Penggugat, hal ini sejalan dengan yurisprudensi
Mahkamah Agung RI No. Reg : 306 K/SIP/1971 jo. No. 1438 K/Pdt/2001
kurang pihak (Plurium Litis Consortium) ini telah memasuki materi pokok
dalam akta yang dibuatnya (Error In Persona) dan eksepsi Turut Tergugat II
Tergugat I pada angka 1 dan eksepsi Turut Tergugat II pada angka 1 ini telah
pada angka 1 dan eksepsi Turut Tergugat II pada angka 1 ini akan
angka 2 dan eksepsi Turut Tergugat II pada angka 2 yaitu Gugatan Penggugat
alasan bahwa Akta Nomor : 43, Akta Nomor : 44 dan Akta Nomor : 45 adalah
diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata yakni kausa yang halal dan hal tertentu
Nomor : 43, Akta Nomor : 44 dan Akta Nomor : 45, sedangkan Turut
Data Perseroan dan tidak membuat batalnya perjanjian yang dituangkan dalam
akta Notaris dan sangat aneh serta tidak dapat diterima akal sehat bahwa pihak
akta otentik.
bukti surat dan 2 (dua) orang ahli yang telah memberi keterangan dibawah
mengajukan bukti-bukti surat dan1 (satu) orang ahli, yang telah memberikan
Majelis hakim pada dasarnya menilai bahwa Penggugat, Tergugat dan Turut
sebagaimana dalam Akta Pendirian PT. True North Bridge Capital Nomor :
34, tanggal 14 Januari 2011 yang dibuat dihadapan Stephanie Wilamarta, SH.,
Tergugat memiliki 900 (sembilan ratus) saham kelas A dan 100 (seratus)
(satu milyar rupiah), Penggugat memiliki 900 (sembilan ratus) saham kelas A
dan 100 (seratus) saham kelas B dengan nilai nominal seluruhnya sebesar Rp.
(sembilan ratus) saham kelas A dan 100 (seratus) saham kelas B dengan nilai
Perseroan ini telah memperolah pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM
Setelah membaca dan mempelajari isi Akta Risalah Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa Perseroan No.43 tanggal 26 September 2011 (Akta No.43)
saham, oleh karena itu Majelis Hakim menilai bahwa terhadap perubahan
Pasal 18 ayat (2) Peraturan Meneri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Perseroan Terbatas.
Jika demikian apakah Akta Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa Akta Risalah Rapat Umum
2007 tentang Perseroan Terbatas maupun dalam Pasal 27 ayat (3) Peraturan
Meneri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : 4 Tahun
Terbatas karena dalam akta tersebut telah merubah data Perseroan yaitu
susunan nama dan jabatan anggota direksi dan/atau dewan komisaris yang
RI.
Akta Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan PT. True
North Bridge Capital No.43 tanggal 26 September 2011 (Akta No.43) adalah
sah karena telah dibuat sesuai dengan hukum yang berlaku, Majelis Hakim
II karena walaupun Akta Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
Perseroan PT. True North Bridge Capital No.43 tanggal 26 September 2011
(Akta No.43) telah dibuat sesuai dengan hukum yang berlaku namun Akta
Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan PT. True North
Bridge Capital No.43 tanggal 26 September 2011 (Akta No.43) tersebut masih
Oleh karena Akta Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
berlaku dan tidak mengikat secara hukum maka terhadap Akta Pengoperan
Hak Atas Saham Perseroan No.44 tanggal 26 September 2011 (“Akta No.44”)
September 2011 (Akta No.45”) yang merupakan turunan dari Akta Risalah
September 2011 (Akta No.43), harus dinyatakan tidak berlaku dan tidak
3. Putusan Hakim
183/Pdt.G/2014/PN.Jaksel, yaitu:
a. Dalam Provisi:
b. Dalam Konvensi:
Dalam Eksepsi:
Menolak eksepsi Tergugat, Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II untuk
seluruhnya.
Tergugat II ;
karyawan PT. True North Bridge Capital yang telah dikeluarkan oleh
sembilan juta lima ratus dua belas ribu lima ratus rupiah) dan biaya
sembilan juta rupiah) merupakan hutang Perseroan yang dapat ditagih dan
seratus lima puluh sembilan juta lima ratus dua belas ribu lima ratus
d. Dalam Rekonvensi:
untuk seluruhnya ;
membayar biaya perkara sebesar Rp. 1.216.000,- (satu juta dua ratus enam
B. Analisis Kasus
1. Proses Hukum
kasus perdata maka dapat dilihat juga Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No:
Apabila dalam suatu perkara, tidak dapat diselesaikan oleh pihak-pihak secara
damai, maka jalan terakhir yang dapat ditempuh ialah meminta penyelesaian melalui
diajukan kepada ketua Pengadilan Negeri tersebut disebut perkara perdata (burgerlijk
asas Actor Sequitur Forum Rei. Asas tersebut diatur dalam Pasal 118 ayat (1) Herzien
132
Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Perdata IndonesiaI, (Bandung: Citra Aditya,
1996), hal. 40.
133
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal. 192.
membayar biaya perkara. Biaya perkara yang dimaksud adalah panjar biaya perkara,
yaitu biaya sementara yang finalnya akan diperhitungkan setelah adanya putusan
pengadilan. Dalam proses peradilan, pada prinsipnya pihak yang kalah adalah pihak
eksekusi, dan biaya lainnya yang diperlukan. Apabila Penggugat menjadi pihak yang
kalah, maka biaya perkara itu dipikul oleh Penggugat dan diambil dari panjar biaya
perkara yang telah dibayarkan pada saat pendaftaran. Jika panjar biaya perkara
kurang, maka Penggugat wajib menambahkannya, sebaliknya, jika lebih maka biaya
134
Ibid, hal. 193.
135
Rompun Rambe, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), hal. 48.
Pengecualian dari azas ini adalah bagi mereka yang tidak mampu untuk
dengan mendapatkan izin untuk dibebaskan dari pembayaraan biaya perkara, dengan
mengajukan surat keterangan tidak mampu dari kepala Desa/Lurah yang diketahui
untuk mendapatkan nomor gugatan agar dapat diproses lebih lanjut. Registrasi
dilakukan pembayaran panjar biaya perkara, maka gugatan tersebut belum dapat
dicatat di dalam Buku Register Perkara, sehingga gugatan tersebut belum terigstrasi
dan mendapatkan nomor perkara dan karenanya belum dapat diproses lebih lanjut
dianggap belum ada perkara. Dengan demikian, pembayaran panjar biaya perkara
Perkara.
Setelah Penitera memberikan nomor perkara berdasarkan nomor urut dalam Buku
Pelimpahan tersebut harus dilakukan secepat mungkin agar tidak melanggar prinsip-
136
Ibid, hal. 49.
prinsip penyelesaian perkara secara sederhana, cepat dan biaya ringan selambat-
Panitera, kemudian Ketua Pengadilan Negeri menetapkan Majelis Hakim yang akan
memeriksa dan memutus perkara. Penetapan itu harus dilakukan oleh Ketua
Ketua Pengadilan Negeri. Majelis Hakim yang akan memeriksa dan memutus perkara
kemudian menetapkan hari sidang. Penetapan itu dituangkan dalam surat penetapan.
Penetapan itu dilakukan segera setelah Majelis Hakim menerima berkas perkara, atau
sidang ditetapkan, selanjutnya Majelis Hakim memanggil para pihak (Penggugat dan
Tergugat) untuk hadir pada hari sidang yang telah ditentukan itu.
2. Penyelesaian Kasus
137
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal. 74.
138
Ibid, hal. 75.
berperkara melalui Mediator bernama Usman agar supaya sengketa diakhiri dengan
jalan damai, akan tetapi hal tersebut tidak berhasil, sehingga pemeriksaan perkara
majelis hakim juga menyatakan tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum atas
1. Akta Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan No.43
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No: 183/Pdt.G/2014/PN. Jkt.Sel sebagai akta yang
tidak sah maka perubahan anggaran dasar perseroan tersebut tidak dapat
Hal ini didasarkan pada ketentuan perihal syarat akta Notaris sebagai akta
1. Akta yang dibuat oleh (door) atau di hadapan (ten overstaan) seorang
Pejabat Umum.
a. Pembuatan akta Notaris baik akta relaas maupun akta pihak, yaitu
harus ada keinginan atau kehendak (wilsvorming) dan permintaan dari
para pihak, jika tidak ada, maka Notaris tidak akan membuat akta
yang dimaksud.
b. Saran atau pendapat Notaris yang diikuti oleh para pihak dan
dituangkan dalam akta Notaris, dianggap merupakan keinginan dan
permintaan para pihak, bukan perbuatan atau tindakan Notaris.
c. Jika suatu akta Notaris dipermasalahkan oleh para pihak, maka:
1) Para pihak datang lagi ke Notaris untuk membuat akta pembatalan
2) Jika para pihak tidak sepakat untuk membatalkan, maka salah satu
pihak dapat menggugat pihak lainnya, dengan gugatan untuk
mendegradasikan akta Notaris menjadi akta di bawah tangan.
2. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang
3. Pejabat Umum oleh atau di hadapan siapa akta itu dibuat, harus
mempunyai wewenang untuk membuat akta itu.139
183/Pdt.G/2014/PN. Jkt.Sel, maka dapat dilihat bahwa kasus tersebut diajukan oleh
salah satu pihak yang merasa dirugikan haknya dengan adanya akta perubahan
anggaran dasar perseroan. Dan tatkala ada pihak-pihak lain sebagai pihak yang
anggaran dasar tersebut maka pada kapasitas ini penggugat dalam Putusan
3. Solusi
Resiko yang akan terjadi apabila jangka waktu yang telah ditentukan oleh
139
Elly Erawati danHerlien Budiono, Penjelasan Hukum Tentang Kebatalan Perjanjian,
(Jakarta: Nasional Legal Reform Program, 2010), hal. 11.
undang-undang tidak dapat terpenuhi, maka akta perubahan anggaran dasar yang
Asasi Manusia menjadi lewat batas waktu atau jangka waktu yang telah ditentukan
solusi yang berbeda-beda dalam penyelesaian masalah akta yang lewat batas waktu,
sehingga dapat mengakibatkan ketidakpastian hukum. Hal ini akan menjadi lebih
rumit apabila RUPS Luar Biasa tersebut diadakan dalam agenda jual beli saham dan
para pemegang saham yang lama merasa sudah tidak berkepentingan lagi dengan
Perseroan dimaksud karena sudah menjual sahamnya sehingga tidak mau hadir.
kembali dari keputusan RUPS sebelumnya dengan disetujui oleh para pemegang
saham merupakan salah satu solusi yang terbaik, tetapi dalam praktek sering
penegasan dan dituangkan dalam akta penegasan yang dibuat oleh Notaris.
tergabung dalam organisasi INI dan pihak dari Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia. Tujuan dari pertemuan tersebut adalah untuk membuat persamaan persepsi
(INI) dan pihak dari Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia adalah sebagai
berikut:
dilakukan akses DLAN-2 yang dilanjutkan dengan DIAN-3. Hal ini sering
mengakibatkan ditolaknya tanggal akta oleh sistem, karena berakhirnya
jangka waktu. Padahal untuk mengakses DIAN-3 tersebut, Notaris harus
menunggu DIAN-2 memperoleh Tidak Keberatan Menteri (TKM).
Sekarang, untuk mencegah hal tersebut teijadi dan mempermudah dari sisi
administrasi, maka cukup dilakukan satu kali akses saja pada DIAN-2.
DIAN-2 merupakan pengesahan anggaran dasar, dapat sekaligus
mengesahkan perubahan susunan pengurus ataupun perubahan susunan
pemegang saham tersebut. 140
Januari 2009 dijelaskan pula mengenai akta perubahan anggaran dasar Perseroan
Terbatas baik yang akan diproses, sedang diproses, maupun yang sudah terlanjur
diproses atau ditanda tangan. Dalam mengatasi apabila akta sudah terlanjur lewat
batas waktu akibat adanya kendala dari sistem sedangkan para pemegang saham
sudah tidak bisa hadir lagi untuk rapat, maka pada setiap RUPS harus menyebutkan
kuasa kepada Direksi untuk membuat perubahan, pengukuhan kembali acara rapat
Manusia.141
Kuasa tersebut akan lebih sempurna lagi jika bisa dibuat secara terpisah dalam
bentuk lampiran. Jadi tiap lewat dari 30 (tigapuluh) hari, Direksi tinggal membuat
pengukuhan kembali atas RUPS yang sebelumnya. Demikian pula jika RUPS yang
peningkatan modal, RUPS kedua tentang perubahan maksud dan tujuan RUPS ketiga
140
Muhammad Azhari dan Rudi Indrapraja, Mengenal Sisminbakum, (Bandung: Dinamika
Putera, 2011), hal. 81.
141
Stefanus Mahendra Soni Indriyo, Revitalisasi Institusi Direksi Perseroan Terbatas,
Cetakan Pertama, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2012), hal. 88.
tentang perubahan pengurus). Untuk hal demikian maka Direksi cukup membuat satu
kali lagi RUPS baru yang sekaligus mengukuhkan semua mata acara RUPS pertama,
RUPS kedua dan RUPS ketiga tersebut, sekaligus mengesahkan seluruh perbuatan
hukum yang dilakukan oleh Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan sebelum
dan Hak Asasi Manusia. Jadi kalimat pada akhir RUPS sebaiknya ditambahkan
berupa:
dikarenakan satu dan lain hal tidak dapat dinyatakan dalam akta Notaris dan/atau
tidak dapat diajukan kepada Menteri Hukum dan Hak Azasi Menusia Republik
Indonesia dalam jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam UU No. 40 Tahun 2007
memberikan kuasa dengan hak substitusi kepada Direksi dan untuk bertindak baik
bersama-sama maupun masing-masing untuk dan atas nama serta mewakili masing-
masing pem egang saham Perseroan yang hadir dalam dan menyetujui keputusan
Rapat ini khusus untuk mengadakan, menghadiri serta mengambil keputusan RUPS
mengukuhkan kembali keputusan yang telah diambil dalam Rapat ini (bentuk dan isi
142
Ibid. hal. 89.
surat kuasa sebagaim ana terlampir) dan berkenaan dengan hal tersebut melakukan
segala tindakan yang diperlukan tanpa ada yang dikecualikan demikian dengan m
Akta yang lewat batas waktu telah cacat hukum, akan tetapi perbuatan hukum
mengubah anggaran dasar oleh para pihak tidak menjadi batal. Hal tersebut berlaku
apabila keputusan-keputusan yang telah disepakati oleh para pemegang saham dalam
RUPS telah sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang ditetapkan oleh undang-
undang dan anggaran dasar Perseroan mengenai tata cara pengadaan RUPS.
pemberitahuan kepada Menteri diperlukan penegasan kemb ali atas hasil keputusan
yang telah diambil melalui keputusan RUPS. Hal ini dilakukan mengingat Pasal 21
ayat (5) UU No. 40 Tahun 2007 telah secara tegas dan jelas mengatur mengenai
masalah batas waktu pengajuan permohonan ini. Jadi tindakan yang seharusnya
143
Muhammad Azhari dan Rudi Indrapraja, Op.Cit, hal. 103.
BAB V
A. Kesimpulan
1. Perubahan anggaran dasar dilakukan pada saat RUPS, dan perubahan tersebut
harus dimuat atau dinyatakan dalam Akta Notaris dalam Bahasa Indonesia.
tetap merupakan akta otentik selama akta tersebut dibuat memenuhi ketentuan
yang tidak adanya pemberitahuan pada Kementrian Hukum dan Hak Asasi
3. Penyelesaian dan proses hukum serta solusi yang dilakukan dalam Putusan
oleh hakim, karena dalam kasus ini oleh turut tergugat secara nyata telah
Perdata pasal 1365 yaitu: “Tiap perbuatan melangar hukum, yang membawa
B. Saran
1. Kepada para pihak yang bersengketa dalam kaitannya dengan akta perubahan
Menteri Hukum & HAM RI pada akta anggaran dasar sebelumnya, karena
berwenang untuk membuat akta otentik. Pada dasarnya bentuk dari suatu akta
kewajiban dan hak yang tertuang dalam akta tersebut. Maka kesadaran dari
masalah-masalah.
3. Kebijakan yang dibuat oleh pihak dari Departemen Hukum dan Hak Asasi
yang menjadi lewat batas waktu sebagai akibat dari sistem yang bermasalah,
A. Buku-Buku
Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus, Kencana
Prenadamedia Group, Jakarta, 2014.
Agus Budiarto, Seri Hukum Perusahaan: Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri
Perseroan Terbatas, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2002.
Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjuntak dan Markus Y. Hage, Teori Hukum, Genta
Publishing, Yogyakarta, 2013.
Budiarto, Agus, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas,
Jakarta, Ghalia Indonesia, 2002.
Fuady, Munir, Perseroan Terbatas, Jakarta, PT. Citra Aditya Bakti, 2003.
Freddy Haris dan Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas: Kewajiban Pemberitahuan
oleh Direksi, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010.
Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas (Edisi Baru), Jakarta, Djambatan, 2004.
Ginting, Jamin, Hukum Perseroan Terbatas, UU No. 40 Tahun 2007, Bandung, Citra Aditya
Bakti, 2007.
Hans Kelsen sebagaimana diterjemahkan oleh Somardi, General Theory Of Law and State,
Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu
Hukum Deskriptif Empirik, BEE Media Indonesia, Jakarta, 2007.
Hardijan Rusli, Perseroan Terbatas dan Aspek Hukumnya, Jakarta, Pusaka Sinar Harapan,
1997.
Kurniawan, Hukum Perusahaan: Karakteristik Badan Usaha Berbadan Hukum dan Tidak
Berbadan Hukum di Indonesia, Genta Publishing, Yogyakarta, 2014.
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994.
Nadapdap, Binoto, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta, Jala Permata Aksara, 2009.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Mendia Grup, Jakarta, 2014.
Salim HS, Hukum Kontrak, Teori dan Tehnik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta,
2003
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,
Rajawali Pers, Jakarta, 1990.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat,
Penebit Rajawali Pres, Jakarta, 2013.
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Indonesia pada Akhir Abad ke-20, Bandung : Alumni,
1994.
Widjaja, Gunawan, Resiko Hukum Pemilik, Direksi, & Komisaris PT, Jakarta, ForumSahabat,
2008.
Zaeni Asyhadie dan Budi Sutrisno, Hukum Perusahaan & Kepailitan, PT Gelora Aksara
Pratama, Mataram, 2012.
B. Undang-Undang
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No.M.HH-01.01 Tahun 2011 tentang Tata
Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan
Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan
Perubahan Data Perseroan Terbatas
C. Kamus
M. Marwan dan Jimmy P, Kamus Hukum Dictionary of Law Complete Edition, Reality
Publisher, 2009.