Anda di halaman 1dari 134

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Hukum Tesis Magister (Kenotariatan)

2018

Akibat Hukum Atas Perseroan Terbatas


yang Perubahan Anggaran Dasarnya
Tidak Didaftarkan pada Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Putusan Mahkamah Agung Nomor 183/Pdt.G/201

Rizka, Syarifah
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5000
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
AKIBAT HUKUM ATAS PERSEROAN TERBATAS YANG PERUBAHAN
ANGGARAN DASARNYA TIDAK DIDAFTARKAN PADA KEMENTRIAN HUKUM
DAN HAK ASASI MANUSIA (Putusan Mahkamah Agung Nomor
183/Pdt.G/2014/PN.JAKSEL)

TESIS

Oleh

SYARIFAH RIZKA
157011036/M.Kn

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


AKIBAT HUKUM ATAS PERSEROAN TERBATAS YANG PERUBAHAN
ANGGARAN DASARNYA TIDAK DIDAFTARKAN PADA KEMENTRIAN HUKUM
DAN HAK ASASI MANUSIA (Putusan Mahkamah Agung Nomor
183/Pdt.G/2014/PN.JAKSEL)

TESIS

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan pada Program Studi


Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara

Oleh

SYARIFAH RIZKA
157011036/M.Kn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Perseroan Terbatas wajib membuat akta perubahan anggaran dasar pada
setiap perubahan anggaran dasar yang dibuat. Perubahan anggaran dasar
perseroan dibuat di hadapan notaris. Seperti halnya pada Pasal 19 Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur bahwa,
“perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) dan acara mengenai perubahan anggaran dasar wajib dicantumkan
dengan jelas dalam panggilan RUPS.” Dengan disahkannya, didaftarkan dan
diumumkannya akta pendirian Perseroan Terbatas, maka anggaran dasar
Perseroan Terbatas tidak saja mengikat bagi para pendiri perusahaan, pemegang
saham, pengurus, akan tetapi juga bagi para pihak yang hendak melakukan
transaksi dengan Perseroan Terbatas.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
hukum yuridis normatif. Penelitian hukum normatif yaitu pendekatan yang
dilakukan berdasarkan bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori,
konsep-konsep asas-asas hukum serta peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan penelitian ini.
Anggaran dasar adalah bagian dari akta pendirian yang berisikan aturan
main yang mengatur hubungan internal antara para pendiri (pemegang saham
setelah pengesahan Menteri Hukum dan HAM RI), Direksi dan anggotanya,
Dewan Komisaris dan para anggotanya. Jadi anggaran dasar adalah aturan main
yang mengikat setiap orang yang berhubungan hukum dengan Perseroan Terbatas
tersebut. Perubahan anggaran dasar yang tidak dimuat dalam akta berita acara
rapat yang dibuat oleh notaris harus dinyatakan dalam akta notaris paling lambat
30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS.
Akta perubahan anggaran dasar perseroan yang dibuat di depan notaris dan
berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku tentunya merupakan
suatu akta otentik yang memiliki kekuatan hukum pembuktian sesuai dengan
keberadaannya. Hanya saja dalam kapasitas ini ada Undang-Undang No. 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas khususnya Pasal 21 mengatur bahwa
perubahan anggaran dasar tertentu harus mendapat persetujuan Menteri.
Pertanggungjawaban kepada pihak ketiga terhadap perubahan anggaran dasar
yang tidak adanya pemberitahuan pada Kementrian Hukum dan Hak Asasi
Manusia maka pertanggungjawaban tersebut setiap anggota Dewan Komisaris
secara tanggung renteng ikut bertanggungjawab dengan anggota direksi atas
kewajiban yang belum dilunasi. Kebijakan yang dibuat oleh pihak dari
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan organisasi ini dalam
penyelesaian masalah akta-akta notaris yang menjadi lewat batas waktu sebagai
akibat dari sistem yang bermasalah, maka tindakan yang seharusnya dilakukan
Notaris adalah membuatkan akta penegasan berdasarkan hasil keputusan RUPS
yang menegaskan kembali segala keputusan-keputusan RUPS yang telah
disepakati secara musyawarah dan mufakat pada RUPS sebelumnya.
Kata Kunci : Perseroan Terbatas, Anggaran Dasar, Akta Notaris

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

A limited liability company is obliged to make amendment deed of articles


of association for every amendment made. The amendment of the articles of
association of a company is made before a notary. It is in line with what is
mentioned in Article 19 of the Law No. 40/2007 on Limited Liability Company
stating that “amendment of articles of association is determined by RUPS
(Shareholders’ General Meeting) and the events concerning the amendment has
to be clearly mentioned in the summon to RUPS.” As the articles of the
association of the Limited Liability Company is validated, registered and
published, it is not only binding the founders of the company, shareholders and
managers, but also all parties intending to make transactions with it.
The normative juridical research method is employed in this research. The
approach of this method is grounded on the primary legal materials by studying
the legal theories, concepts, principles, laws and regulations related to this
research.
Article of Association is a part of the Memorandum of Association
containing procedures regulating internal relationships among founders
(shareholders after legitimated by the Minister of Law and Human Rights of the
Republic of Indonesia), Board of Directors and its members, Board of
Commissionaires and its members. Therefore, Article of Association is the
procedures binding every person legally related to the limited liability company.
Any amendment that is not written in the minutes of meeting made by a notary has
to be stated in a notarial deed not later than 30 (thirty) days since the date of the
decision made in the RUPS.
The amendment deed of the articles of association of a company is made
before a notary and grounded on the provisions in the prevailing laws and
regulations. It is an authentic deed containing evidentiary power in line with its
existence. However, its capacity in the Law No. 40/2014 on Limited Liability
Company particularly Article 21 regulates that particular amendment in articles
of association requires an approval from the Minister. The liability to the third
party for the amendment made to the articles of association which is not notified
to the Ministry of Law and Human Rights is that every member of the Board of
Commissionaires is jointly and severally liable for the obligations that are not
paid yet. The policy issued by the Department of Law and Human Rights is that
the Notary should make an emphasis deed grounded on the decision of RUPS
reemphasizing the mutually agreed decisions of RUPS in the previous RUPS.

Keywords: Limited Liability, Article of Association, Notarial Deed

ii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul ” AKIBAT HUKUM ATAS

PERSEROAN TERBATAS YANG PERUBAHAN ANGGARAN DASARNYA

TIDAK DIDAFTARKAN PADA KEMENTRIAN HUKUM DAN HAK ASASI

MANUSIA (Putusan Mahkamah Agung Nomor 183/Pdt.G/2014/PN.JAKSEL)” ini

guna penyelesaian studi untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan di Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara Program Studi Magister Kenotariatan.

Sebagai ungkapan syukur penulis dalam kesempatan ini ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan penulisan ini di Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara Program Studi Magister Kenotariatan, terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H,M.Hum selaku Rektor Universitas


Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H,M.Hum selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH,CN,M.Hum selaku Ketua Program
Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Edy Ikhsan, SH,MA, selaku Sekretaris Program Studi Magister
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

iii

Universitas Sumatera Utara


5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, M.Hum selaku pembimbing utama
yang telah meluangkan waktu dan member motivasi, bimbingan, dorongan,
saran dan perhatian hingga selesai penulisan tesis ini.
6. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum selaku pembimbing kedua yang telah
meluangkan waktu dan member motivasi, bimbingan, dorongan, saran dan
perhatian hingga selesai penulisan tesis ini.
7. Ibu Dr. T. Keizerina Devi, SH, CN, M.Hum selaku pembimbing ketiga yang
telah meluangkan waktu dan member motivasi, bimbingan, dorongan, saran
dan perhatian hingga selesai penulisan tesis ini.
8. Seluruh Dosen Pengajar Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu khususnya dalam bidang ilmu
hukum.
9. Seluruh Staf pegawai di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan pelayanan administrasi terbaik selama
proses akademik penulis.
10. Teristimewa kepada kedua orangtua penulis Ayahanda H. Said Hasanuddin
dan Ibunda Hj. Syarifah Khairani, yang tidak pernah putus memberikan doa
dan kasih sayangnya, dan memberikan dukungan moril maupun materil serta
pengorbanan yang sangat luar biasa bagi penulis, “kasih sayang dan
nasihatmu akan menjadi bekal dalam hidupku selamanya”. Sekali lagi
terimakasih Ummi dan Waled untuk kesabaran dan segenap kasih sayang
yang luar biasa.
11. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada kakak tersayang Syarifah Hasnita
Fitria, S.ST dan adik tersayang Syarifah Putri Nuraini, S.Kel serta suami
tercinta dr. Said Muhammad Darul Chair, M.Kes yang selalu memberikan
doa, kasih sayang dan semangat kepada penulis.
12. Sahabat – sahabat Penulis, Gadiza Rezkyka Putri, Cut Raisha Yannaz,
Pratanya Novia Ermida, Rahma Sari, Novy, Muazzir atas segala dukungan,
pemikiran dan semangat semoga kelak kita berkumpul kembali dalam suatu
wadah yaitu “kesuksesan” Amin.

iv

Universitas Sumatera Utara


Penulis berharap semoga bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada

penulis, mendapat balasan dari Allah SWT, agar selalu dilimpahkan kebaikan,

kesehatan, kesejahteraan dan rezeki yang melimpah. Akhir kata penulis mengucapkan

terimakasih sedalam-dalamnya, semoga tesis ini dapat berguna bagi diri penulis dan

juga bagi semua pihak, dan semoga atas do’a yang telah diberikan mendapatkan

berkah dari Allah SWT.

Medan, Februari 2018


Penulis

(Syarifah Rizka)

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Syarifah Rizka


Tempat/Tanggal Lahir : Kota Bakti, 1 Januari 1992
Alamat : Jln. Medan-Banda Aceh Lr. Famili No.17 Tambon
Baroh. Aceh Utara
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 26 Tahun
Kewarganegaraan : Indonesia
Nama Ayah : H. Said Hasanuddin
Nama Ibu : Hj. Syarifah Khairani

2. PENDIDIKAN

1. SD Negeri 3 Dewantara (1998 – 2004)

2. SMP Swasta Al-Alaq ASEAN (2004 – 2007)

3. SMA Swasta Iskandar Muda PT.Pupuk Iskandar Muda (2007 – 2010)

4. Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala (2010 – 2015)

5. Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (2015 –

2018)

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Syarifah Rizka

Tempat/Tanggal Lahir : Kota Bakti, 1 Januari 1992

Alamat : Jln. Medan-Banda Aceh Lr. Famili No.17 Tambon Baroh.

Aceh Utara.

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 26 Tahun

Kewarganegaraan : Indonesia

Nama Ayah : H. Said Hasanuddin

Nama Ibu : Hj. Syarifah Khairani

2. PENDIDIKAN

1. SD Negeri 3 Dewantara ( 1998 – 2004)

2. SMP Swasta Al-Alaq ASEAN (2004 – 2007)

3. SMA Swasta Iskandar Muda PT.PIM (2007 – 2010)

4. Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala (2010 – 2015)

5. Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (2015 – 2018)

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK.................................................................................................... i
ABSTRACT.................................................................................................. . ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................... ......... vii

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ........................................................... 13

C. Tujuan Penelitian ............................................................... 14

D. Manfaat Penelitian .............................................................. 14

E. Keaslian Penelitian ............................................................ 15

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ........................................... 17

1. Kerangka Teori ............................................................ 17

2. Konsepsi ...................................................................... 23

G. Metode Penelitian ............................................................. 25

BAB II KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA PERUBAHAN


ANGGARAN DASAR YANG TIDAK DIDAFTARKAN
SETELAH DILAKUKANNYA PERUBAHAN .................... 30

A. Perubahan Anggaran Dasar ................................................ 30

1. Pengertian Akta ............................................................ 30

2. Jenis dan Fungsi Akta ................................................... 32

3. Perubahan Anggaran Dasar .......................................... 35

B. Anggaran Dasar Perseroan Terbatas .................................. 36

vii

Universitas Sumatera Utara


1. Pengertian Anggaran Dasar Perseroan Terbatas .......... 36

2. Perubahan Anggaran Dasar Perseroan ......................... 39

C. Peran Notaris Dalam Perubahan Anggaran Dasar


Perseroan ............................................................................ 42

D. Kekuatan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan


Yang Tidak Didaftarkan ..................................................... 48

BAB III PERTANGGUNGJAWABAN PERSEROAN TERBATAS


KEPADA PIHAK KETIGA TERHADAP PERUBAHAN
ANGGARAN DASAR YANG TIDAK DIDAFTARKAN
DI KEMENTRIAN HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA ................................................................................ 60

A. Syarat-syarat Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan


Terbatas .............................................................................. 60

B. Akibat Hukum Tidak Dilaksanakannya Pendaftaran


Perubahan Anggaran Dasar Perseroan ............................... 67

C. Pertanggungjawaban Hukum atas Perubahan Anggaran


Perseroan Yang Tidak Didaftarkan Terhadap Pihak
Ketiga ................................................................................. 71

BAB IV. PENYELESAIAN DAN PROSES HUKUM SERTA


SOLUSI YANG DILAKUKAN DALAM PUTUSAN
MAHKAMAH AGUNG NOMOR
183/Pdt.G/2014/PN.Jaksel ....................................................... 81

A. Kasus Posisi ........................................................................ 81

1. Duduk Perkara .............................................................. 81

2. Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Putusan


Mahkamah Agung Nomor 183/Pdt.G/2014/ PN.Jaksel 86

3. Putusan Hakim.............................................................. 99

B. Analisis Kasus .................................................................... 101

1. Proses Hukum ............................................................... 101

2. Penyelesaian Kasus ...................................................... 105

viii

Universitas Sumatera Utara


3. Solusi ............................................................................ 107

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………… 113

A. Kesimpulan . ……………………………………………… 113

B. Saran ... …………………………………………………… 114

DAFTAR PUSTAKA

ix

Universitas Sumatera Utara


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perseroan Terbatas atau biasa disebut dengan PT sebagaimana sesuai dengan

ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 adalah badan

hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian dan

melakukan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang serta peraturan

pelaksanaan lainnya.

Apabila seseorang akan mendirikan Perseroan Terbatas, maka para pendiri

yang biasanya terdiri dari 2 (dua) orang atau lebih, melakukan perbuatan hukum

sebagai yang tersebut dibawah ini:1

1. Para pendiri datang ke kantor Notaris untuk diminta buatkan akta pendirian

Perseroan Terbatas. Yang disebut akta pendirian itu termasuk didalamnya

Anggaran Dasar Perseroan Terbatas yang bersangkutan. Anggaran Dasar ini

sendiri dibuat oleh para pendiri, sebagai hasil musyawarah mereka.

2. Setelah pembuatan akta pendirian itu selesai, maka Notaris akan mengirimkan

akta itu kepada Kepala Direktorat Perdata, Departemen Kehakiman. Akta

pendirian tersebut juga dapat dibawa sendiri oleh para pendiri untuk minta

pengesahan dari Menteri Kehakiman, tetapi dalam hal ini Kepala Direktorat

1
Advendi S, Hukum Dalam Ekonomi, Jakarta, Grasindo, 2008, hal.70.

Universitas Sumatera Utara


2

Perdata tersebut harus ada surat pengantar dari Notaris yang bersangkutan.

Kalau penelitian akta pendirian Perseroan Terbatas tersebut tidak mengalami

kesulitan, maka Kepala Direktorat Perdata atas nama Menteri Kehakiman

mengeluarkan surat keputusan pengesahan akta pendirian Perseroan Terbatas

yang bersangkutan. Kalau ada hal-hal yang harus diubah, maka perubahan itu

harus ditetapkan lagi dengan akta Notaris sebagai tambahan akta Notaris yang

terdahulu. Tambahan akta Notaris ini harus mendapat pengesahan dari

Departemen Kehakiman. Setelah itu ditetapkan surat keputusan terakhir dari

Departemen Kehakiman tentang akta pendirian Perseroan Terbatas yang

bersangkutan.

3. Para pendiri atau kuasanya membawa akta pendirian yang sudah mendapat

pengesahan dari Departemen Kehakiman beserta surat keputusan pengesahan

dari Departemen Kehakiman tersebut ke kantor Kepaniteraan Negeri yang

mewilayahi domisili Perseroan Terbatas untuk didaftarkan. Panitera yang

berwenang dalam hal ini mengeluarkan surat pemberitahuan kepada Notaris

yang bersangkutan bahwa akta pendirian Perseroan Terbatas sudah didaftar

pada buku register Perseroan Terbatas.

4. Para pendiri membawa akta pendirian Perseroan Terbatas beserta surat

keputusan tentang pengesahan dari Departemen Kehakiman, serta pula surat

dari Panitera Pengadilan Negeri tentang telah didaftarnya akta pendirian

Perseroan Terbatas tersebut ke Kantor Percetakan Negara, yang menerbitkan

Tambahan Berita Negara RI. Sesudah akta pendirian Perseroan Terbatas

Universitas Sumatera Utara


3

tersebut diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI, maka Perseroan

Terbatas yang bersangkutan sudah sah menjadi Badan Hukum.

Pasal 8 Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor.40 Tahun 2007

menyatakan:

1. Akta pendirian memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain berkaitan dengan
pendirian perseroan.
2. Keterangan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat sekurang-
kurang:
a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan
kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat kedudukan
dan alamat lengkap serta nomor dan tanggal keputusan Menteri
mengenai pengesahan Badan Hukum dari pendiri persero.
b. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal,
kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama
kali diangkat
c. Nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian
jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan
disetor.
3. Dalam pembuatan Akta Pendirian, pendiri dapat diwakili oleh orang lain
berdasarkan surat kuasa.

Perseroan Terbatas wajib membuat akta perubahan anggaran dasar pada setiap

perubahan anggaran dasar yang dibuat. Perubahan anggaran dasar perseroan dibuat di

hadapan notaris. Seperti halnya pada Pasal 19 Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur bahwa, “perubahan anggaran dasar

ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan acara mengenai

perubahan anggaran dasar wajib dicantumkan dengan jelas dalam panggilan RUPS.”

Perseroan Terbatas sendiri memiliki organ Perseroan Terbatas yang berarti

organisasi yang menyelenggarakan suatu Perseroan Terbatas, yaitu terdiri dari:

Universitas Sumatera Utara


4

a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Dalam bahasa inggris disebut dengan istilah general shareholders meeting


dan dalam bahasa belanda disebut dengan Algemene Vergadering van
Andeelhouders merupakan salah satu organ perusahaan (coporate body)
dalam suatu perseroan terbatas disamping dua organ lainnya berupa direksi
dan komisaris.
Berdasarkan Pasal 1 ayat (4) Rapat Umum Pemegang Saham
selanjutnya disebut RUPS adalah Organ Perseroan yang mempunyai
wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam
batas yang ditentukan dalam Undang-undang ini dan/atau anggaran dasar.
Berdasarkan Pasal 78 Undang-undang nomor 40 Tahun 2007, RUPS
dibedakan menjadi dua, yakni:
a. RUPS tahunan (annual general meeting)
RUPS tahunan bertujuan memberikan penilaian dan pengambilan
keputusan atas laporan Direksi mengenai kegiatan Perseroan Terbatas
dan hasil-hasil pada tahun yang lalu dan rencana kegiatan berikutnya. 2
b. RUPS lainnya (RUPS luar biasa/extraordinary general meeting)
RUPS luar biasa bertujuan untuk membahas dan mengambil keputusan
atau masalah-masalah yang timbul mendadak dan memerlukan
penanganan segera.3
b. Direksi

Berdasarkan Pasal 1 ayat (5) Undang-undang nomor 40 Tahun 2007 direksi

merupakan salah satu organ Perseroan Terbatas yang berwenang serta

bertanggungjawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan

Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Persero serta mewakili

2
Munir Fuady, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas, CV Utomo, Bandung, 2005, hal.94.
3
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


5

Perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan

Anggaran Dasar.

Tugas direksi dapat diketahui dalam Anggaran Dasar Perseroan


Terbatas dan pada umumnya berkisar:4
1) Mengurus segala urusan;
2) Menguasai harta kekayaan Perseroan Terbatas;
3) Melakukan perbuatan-perbuatan seperti yang dimaksud dalam Pasal 1796
KUHPerdata, yaitu:
a) Memindahkan hipotik pada barang-barang tetap;
b) Membebankan hipotik pada barang-barang tetap;
c) Melakukan dading;
d) Melakukan perbuatan lain mengenai hak milik;
e) Mewakili perseroan dimuka pengadilan.
4) Dalam hubungannya dengan pihak ketiga, direksi masing-masing atau
bersama-sama mempunyai hak mewakili perseroan mengenai hal-hal
dalam bidang usaha yang menjadi tujuan Perseroan Terbatas.
5) Direksi harus mengurus dan menguasai dengan baik, menginvestasikan
secara teliti dan cermat. Segala perbuatan hukum mengenai hak dan
kewajiban Perseroan Terbatas wajib dicatat dalam pembukuan
sedemikian rupa sesuai dengan norma-norma pembukuan yang lazim.
6) Melaksanakan pendaftaran dan pengumuman. Jika akta pendirian
Perseroan Terbatas sudah mendapat pengesahan atau persetujua dari
KEMENKUMHAM.

c. Dewan Komisaris
Berdasarkan Pasal 1 ayat (6) Undang-undang nomor 40 Tahun 2007
merupakan organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara
umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberikan
nasihat kepada direksi.5

4
Salim HS, Hukum Kontrak, Teori dan Tehnik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta,
2003, hal.65.
5
Salim HS, Opcit, hal.110.

Universitas Sumatera Utara


6

Pada Perseroan Terbatas (PT) di Indonesia, keputusan dapat diambil oleh

organ-organ Perseroan Terbatas yaitu RUPS, Direksi, dan Dewan Komisaris. Pada

dasarnya ketiga organ tersebut sejajar dan berdampingan sesuai dengan pemisahan

kewenangannya yang diatur dalam undang-undang akan tetapi RUPS jika dilihat dari

kewenangan yang dimilikinya, dapat dikatakan memiliki posisi lebih tinggi

dibandingkan Direksi maupun Dewan Komisaris.6

Kedudukan Perseroan Terbatas sebagai badan hukum semata-mata ditentukan

oleh pengesahan sebagai badan hukum yang diberikan oleh Kementrian Hukum dan

Hak Asasi Manusia (selanjutnya disebut KEMENKUMHAM) dan sejak saat itu

Perseroan Terbatas menjadi subjek hukum yang mampu mendudung hak dan

kewajiban bertanggungjawab secara mandiri terhadap segala akibat yang timbul atas

perbuatan hukum yang telah dilakukan.7

Untuk lebih memperjelaskan hakikat perseroan, maka dalam Undang-undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, ditegaskan bahwa perseroan

adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasar pada

perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi

dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini

6
M. Harahap Yahya, Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal.145.
7
Budiarto Agus, Tanggungjawab Pendirian Perseroan Terbatas, Ghalia, Jakarta, Indonesia,
2002, hal.106.

Universitas Sumatera Utara


7

serta peraturan pelaksanaannya. Dengan demikian, jelas bahwa setiap perseroan

terbatas adalah badan hukum persekutuan modal yang menjalankan perusahaan.8

Dengan disahkannya, didaftarkan dan diumumkannya akta pendirian

Perseroan Terbatas, maka anggaran dasar Perseroan Terbatas tidak saja mengikat bagi

para pendiri perusahaan, pemegang saham, pengurus, akan tetapi juga bagi para pihak

yang hendak melakukan transaksi dengan Perseroan Terbatas. Mengingat Anggaran

Dasar Perseroan Terbatas adalah hukum positif bagi Perseroan Terbatas. Disebut

demikian, karena maksud dan tujuan, besarnya modal Perseroan Terbatas dan hal-hal

yang menyangkut tentang PT dijabarkan dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas.9

Undang-undang perseroan terbatas telah mengatur bahwa direksi adalah organ

perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan

untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, serta

mewakili perseroan, baik di dalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan

anggaran dasar.10 Dinamakan direksi adalah seluruh direktur, termasuk direktur

utama yang diangkat oleh RUPS.

Tanggungjawab direksi pada dasarnya beriringan dengan keberadaan, tugas,

wewenang, hak dan kewajiban yang melekat pada dirinya. Suatu kewenangan adalah

suatu hak yang diperoleh setelah memenuhi persyaratan tertentu. Suatu kewenangan

8
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
2010), hal 105.
9
Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, Nuansa Aulia,
Bandung, Indonesia, 2006, hal.78.
10
Freddy Haris dan Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas: Kewajiban Pemberitahuan
oleh Direksi, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hal 37

Universitas Sumatera Utara


8

tidaklah berdiri sendiri, kewenangan itu selalu berimbangan kewajiban yang

merupakan tanggungjawabnya. Demikian juga dengan kewenangan dan kecakapan

direksi, yang berwenang mengurus perseroan sesuai maksud dan tujuan yang terdapat

dalam anggaran dasar dan ketentuan yang berlaku lainnya. 11

Hal-hal yang dibahas didalam RUPS adalah apabila ada beberapa anggaran

dasar dalam perseroan yang kiranya harus diubah. Sebagai suatu badan hukum,

sebuah perseroan terbatas harus mempunyai anggaran dasar. Ketika perubahan

anggaran dasar dilakukan, perubahan tersebut haruslah dimuat atau dinyatakan dalam

akta notaris dalam bahasa Indonesia. Seperti yang tercantum didalam Pasal 21 ayat

(4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

“Jika perubahan anggaran dasar tidak dimuat dalam akta berita acara rapat yang

dibuat notaris, perubahan anggaran dasar tersebut harus dinyatakan dalam akta notaris

paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS).”

Hal yang sama juga ditegaskan didalam Pasal 8 Peraturan Menteri Hukum

dan Hak Asasi Manusia No.M.HH-01.01 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengajuan

Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar

Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data

Perseroan Terbatas. Jadi, setiap adanya perubahan atas suatu perubahan anggaran

dasar dalam sebuah perseroan harus dibuat akta perubahan anggaran dasar oleh

11
Kurniawan, Hukum Perusahaan: Karakteristik Badan Usaha Berbadan Hukum dan Tidak
Berbadan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2014), hal 78

Universitas Sumatera Utara


9

notaris. Akta ini merupakan akta baru yang memuat perubahan dari anggaran dasar

yang terdahulu.

Pada Pasal 15 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007

menyatakan bahwa, anggaran dasar merupakan bagian dari akta pendirian yang

memuat aturan main dalam Perseroan Terbatas yang menentukan setiap hak dan

kewajiban dari pihak-pihak dalam anggaran dasar, baik itu Perseroan Terbatas

sendiri, pemegang saham, maupun pengurus.12

Perubahan Anggaran Dasar yang memerlukan persetujuan

KEMENKUMHAM dan pendaftaran yang sebagaimana dimaksud tadi adalah yang

menyangkut pembahasan atas:13

a. Nama perseroan dan/atau tempat kedudukan perseroan;


b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan;
c. Jangka waktu berdirinya perseroan;
d. Besarnya modal dasar;
e. Pengurangan modal ditempatkan dan disetor; dan/atau
f. Status perseroan yang tertutup menjadi perseroan terbuka atau sebaliknya.
Perubahan anggaran dasar mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya

Keputusan Menteri mengenai persetujuan perubahan anggaran dasar. Perubahan

anggaran dasar selain sebagaimana disebut diatas cukup diberitahukan kepada

Menteri. Perubahan anggaran dasar mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya surat

penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar oleh Menteri. Perubahan

12
Ibnu Arly, Pendirian Perseroan Terbatas sebagai badan hukum menurut Undang-Undang
No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Tesis, Program Kenotariatan, UNAIR, 2008, hal.17.
13
Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas (Edisi Baru), Jakarta, Djambatan, 2004,
hal.25.

Universitas Sumatera Utara


10

anggaran dasar yang tidak dimuat dalam akta berita acara rapat yang dibuat notaris

harus dinyatakan dalam akta notaris paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak

tanggal keputusan RUPS (perubahan anggaran dasar tidak boleh dinyatakan dalam

akta notaris setelah lewat batas waktu 30 (tiga puluh) hari.

Batas permohonan perubahan Anggaran Dasar mempunyai batas waktu yang

telah diatur dalam Pasal 21 ayat (5), (6), (7), dan (9) UUPT Nomor 40 Tahun 2007.

Untuk dapat melakukan perubahan Anggaran Dasar merupakan suatu kekhususan

dengan cara ditetapkan oleh RUPS, hal ini diatur dalam Pasal 19 ayat (1) UUPT

Nomor 40 Tahun 2007 perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh RUPS. Perseroan

Terbatas harus memenuhi persyaratan yang ditentukan Undang-undang apabila ingin

melakukan perubahan Anggaran Dasar. Perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh

RUPS dan usul adanya perubahan anggaran dasar dicantumkan dalam surat panggilan

atau pengumuman untuk mengadakan RUPS. Perubahan mendasar harus mendapat

persetujuan KEMENKUMHAM yang dibuat didalam akta notaris yang berbahasa

Indonesia.

Sesuai ketentuan pasal 1870 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, suatu

akta autentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna (volledig) tentang apa

yang dimuat di dalamnya dan mengikat (bindend) kepada para pihak yang membuat

serta terhadap orang yang mendapat hak dari mereka.

Perubahan anggaran dasar suatu perseroan terbatas, tidak mungkin dilepaskan

dari peran seorang notaris, karena undang-undang menetapkan bahwa perubahan

anggaran dasar yang dibuat dalam sebuah perseroan tersebut harus dituangkan dalam

Universitas Sumatera Utara


11

akta notaris, perubahan anggaran dasar lalu diajukan kepada Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia secara online system melalui Sistem Administrasi Badan Hukum

(SABH), pengajuan ini harus dilakukan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari

sejak tanggal akta.

Sistem Administrasi Badan Hukum (selanjutnya disebut SABH) merupakan

suatu bentuk pelayanan kepada masyarakat yang diberikan KEMENKUMHAM

khususnya Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (DITJEN AHU).

Pelayanan ini terutama diberikan dalam hal pengesahan atas suatu akta Perseroan

Terbatas yang dilakukan secara online yang dapat diakses pada

http://ahu.go.id>sabh>perseroan. Dalam situs ini selain sebagai saran untuk

memproses pengesahan akta, juga dapat melihat beberapa berita-berita seputar

KEMENKUMHAM khususnya seputar SABH ketentuan mengenai Perseroan

Terbatas, baik itu berupa Undang-undang maupun peraturan juga keputusan yang

berlaku.

Dalam praktek, dapat terjadi pengajuan perubahan anggaran dasar ini lewat

dari jangka waktu yang sudah diterapkan sesuai oleh UUPT, sehingga tidak dapat

dilakukan akses atas akta tersebut.Dalam hal keterlambatan tersebut terjadi, maka

bagaimana kekuatan hukum akta tersebut dan akibat hukumnya.Pengajuan perubahan

anggaran dasar dalam perseroan terbatas kepada Menteri Hukum dan HAM hanya

dapat dilakukan oleh notaris, karena hanya notaris yang memiliki akses ke dalam

SABH.

Universitas Sumatera Utara


12

Dalam hal melakukan perubahan identitas atau informasi suatu Perseroan

Terbatas tidak bisa dilakukan secara sepihak, karena memerlukan peran notaris dan

negara, dalam hal ini Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menteri). Sebab

selain perubahan harus dibuat dalam akta notaris, ada perubahan informasi

perusahaan yang memerlukan persetujuan Menteri dan ada yang cukup dengan

pemberitahuan saja. Agar perubahan identitas atau anggaran dasar perusahaan

berjalan dengan baik, sesuai aturan dan tidak merugikan pihak ketiga.

Adapun permasalahan yang diangkat dalam tesis ini adalah analisis Putusan

Mahkamah Agung Nomor 183/Pdt.G/2014/PN.JAKSEL pada sebuah PT. True North

Bridge Capital, yang tidak sesuai dengan aturan hukum yang telah ditetapkan di

dalam Pasal 21 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, bahwa didalamnya tergugat telah menggunakan akta perubahan

perseroan yang tidak didaftarkan di Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, oleh

karenanya secara hukum tergugat tidak sah dalam mewakili Perseroan terhadap pihak

ketiga, dimana dalam hal ini pihak ketiga mengalami kerugian terhadap perubahan

Akta Anggaran Dasar yang tidak diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia.

Hal tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan susunan pengurus dan

pemegang saham Perseroan yang jelas-jelas merugikan Penggugat, karena Tergugat

dengan beritikad buruk telah menggunakan akta-akta yang secara peraturan

perundangan sudah tidak memiliki kekuatan hukum untuk menghindar dari

kewajibannya selaku pengurus dan sebagai pengendali utama Perseroan dalam

Universitas Sumatera Utara


13

mempertanggungjawabkan kepengurusan Perseroan sebagai Direktur Utama

Perseroan, dengan demikian Majelis Hakim menilai bahwa tidak diberitahukannya

perubahan data Perseroan tersebut kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

adalah bertentangan dengan kepatutan yang berlaku.

Maka berdasarkan uraian di atas penulis melakukan penelitian yang berjudul:

“Akibat Hukum Atas Perseroan Terbatas Yang Perubahan Anggaran Dasarnya

Tidak Didaftarkan Pada Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Analisis

Putusan Mahkamah Agung Nomor 183/Pdt.G/2014/PN.JAKSEL)”

B. Perumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang permasalahan di atas, maka beberapa pokok

permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah :

1. Bagaimanakah kekuatan pembuktian akta perubahan anggaran dasar

yang tidak didaftarkan setelah dilakukannya perubahan?

2. Bagaimanakah pertanggungjawaban kepada pihak ketiga terhadap

perubahan anggaran dasar yang tidak didaftarkan di Kementrian Hukum

dan Hak Asasi Manusia?

3. Bagaimanakah penyelesaian dan proses hukum serta solusi yang

dilakukan dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor

183/Pdt.G/2014/PN.Jaksel?

Universitas Sumatera Utara


14

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sesuatu yang ingin diketahui dan didapat.Tujuan

penelitian merupakan fokus yang mengarahkan jalannya penelitian.14

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kekuatan pembuktian akta perubahan anggaran

dasar yang tidak didaftarkan setelah dilakukannya perubahan.

2. Untuk mengetahui pertanggungjawaban kepada pihak ketiga terhadap

perubahan anggaran dasar yang tidak didaftarkan di Kementrian

Hukum dan Hak Asasi Manusia.

3. Untuk mengetahui penyelesaian dan proses hukum serta solusi yang

dilakukan dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor

183/Pdt.G/2014/PN.Jaksel.

D. Manfaat Penelitian

Tidak ada penelitian yang tidak memiliki manfaat.Penelitian yang baik, harus

dapat dimanfaatkan.Secara umum, sebuah penelitian memiliki terhadap

pengembangan khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang penelitian tersebut. 15Dalam

penelitian ini kegunaan utama dari penelitian ini diharapkann tercapai, yaitu:

1. Secara Teoritis

Memberikan masukan berupa sumbangan pemikiran bagi perkembangan

pengetahuan kenotariatan tentang perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas yang

14
Syahrum dan Salim, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Citapustaka Media,
2012), hal 95
15
Ibid, hal 98

Universitas Sumatera Utara


15

harus dilaporkan ke Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Selain hal itu

penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan berupa sumbangan pemikiran

bagi perkembangan ilmu hukum, dalam hal ini hukum perusahaan khususnya

mengenai pemberitahuan atas Perubahan anggaran dasar dalam Perseroan Terbatas.

2. Secara Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi para

pihak direksi perusahaan perseroan dalam suatu perubahan atas anggaran

dasar perseroan untuk mendapatkan suatu pemahaman menyangkut

pengambilan keputusan terhadap seluruh pemegang saham dalam pelaksanaan

perubahan anggaran dasar dalam Perseroan Terbatas.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan, khususnya di lingkungan Universitas

Sumatera Utara (USU) Medan, penelitian mengenai, “Akibat Hukum Atas

PerseroanTerbatas Yang Perubahan Anggaran Dasarnya Tidak Didaftarkan

Pada Kementrian Hukum Dan Hak Asasi Manusia (Analisis Putusan

Mahkamah Agung Nomor 183/Pdt.G/2014/PN.JAKSEL)”. Pada dasarnya belum

pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, meskipun ada beberapa penelitian

terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan judul penelitian ini. Adapun penelitian

terdahulu yang pernah dilakukan tersebut sebagai berikut:

1. Rivai Halomoan Simanjuntak, NIM: 040200214, Mahasiswa Program

Studi Ilmu Hukum Sekolah Universitas Sumatera Utara, dengan judul

Universitas Sumatera Utara


16

“Aspek Hukum Pendirian Perseroan Terbatas Menurut UU No.40 Tahun

2007”

Dengan rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana pendirian Perseroan Terbatas berdasarkan UU No.1 Tahun

1995?

2. UU No.40 Tahun 2007 serta perubahan-perubahannya?

3. Bagaimana akibat hukum pendirian Perseroan Terbatas bagi pendiri

Perseroan Terbatas dan pemegang saham?

2. Tengku Marwiati, NIM: 087011123, Mahasiswa Program Studi Ilmu

Hukum Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, dengan judul

“Analisis Yuridis Terhadap Yayasan yang Tidak Didaftarkan Menurut

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004”.

Dengan rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana kedudukan yayasan yang tidak didaftarkan?

2. Bagaimana tanggungjawab hukum dari pengurus yayasan terhadap

kegiatan yayasan yang belum didaftarkan?

3. Treesna Sari Berliana Tobing, NIM: 067011102, Mahasiswa Program

Studi Ilmu Hukum Sekolah Universitas Sumatera Utara, dengan judul

“Peran Notaris Dalam Membuat Akta Pendirian dan Akta Perubahan

Anggaran Dasar Badan Usaha Koperasi (Penelaahan Terhadap Peraturan-

Peraturan Perundang-undangan Tentang Koperasi yang Berlaku di

Indonesia Sebelum dan Sesudah Zaman Kemerdekaan).

Universitas Sumatera Utara


17

Dengan rumusan masalah:

1. Bagaimana peran Notaris dalam membuat akta pendirian dan akta

perubahan anggaran dasar badan usaha koperasi menurut peraturan

perundang-undangan tentang koperasi sebelum dan sesudah zaman

kemerdekaan?

2. Apa kendala-kendala yang dihadapi oleh Notaris dalam pembuatan akta

pendirian dan akta perubahan anggaran dasar badan usaha koperasi?

3. Apa upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala

yang dihadapi oleh Notaris dalam pembuatan anggaran dasar badan

usaha koperasi?

Pada dasarnya penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti tersebut di

atas tidak sama dengan penelitian ini, baik dari segi judul maupun pokok

permasalahan yang dibahas. Oleh karena itu secara akademik penelitian ini dapat

dipertanggungjawabkan keasliannya.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Perseroan Terbatas merupakan merupakan badan hukum yang berarti

Perseroan Terbatas adalah subjek hukum dimana Perseroan Terbatas sebagai suatu

badan hukum yang dapat dibebani hak dan kewajiban seperti halnya manusia pada

umumnya. Undang-undang yang telah memberikan perseroan sebagai badan hukum

atau “persona standi in judicio” telah membuat keberadaan perseroan sebagai subjek

hukum mandiri yang berarti hukum memberikan padanya hak dan kewajiban

Universitas Sumatera Utara


18

sebagaimana yang dimiliki manusia. Artinya, perseroan itu dapat mempunyai harta

kekayaan sendiri, hak-hak dan melakukan perbuatan serta kewajiban seperti orang-

orang pribadi.16

Beberapa pengertian badan hukum menurut para ahli, seperti Soebakti

mengatan bahwa: “Suatu badan hukum atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-

hak dan melakukan perbuatan seperti menerima serta memiliki kekayaan sendiri,

dapat digugat, dan menggugat dimuka hakim.17 Sedangkan menurut Salim HS

mengatakan bahwa: “Kumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan tertentu, harta

kekayaan, hak dan kewajiban, serta organisasi.18

Perseroan terbatas mempunyai alat yang disebut organ perusahaan gunanya

adalah untuk menggerakkan perseroan agar badan hukum dapat sejalan sesuai dengan

tujuan. Organ perseroan terbatas terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),

Direksi dan Dewan Komisaris. 19 Perseroan Terbatas sebagai artificial person atau

subjek hukum buatan tidak mungkin dapat bertindak sendiri. Kondisi ini berbeda

dengan manusia, yang secara alami telah diberi alat perlengkapan untuk melakukan

perbuatan-perbuatan dalam aktivitas hidupnya. Karena perseroan terbatas merupakan

16
Bismar Nasution, Makalah Kewajiban Melaksanakan RUPS Dan Saat Pembagian Dividen
Menurut UU No. 1 Tahun 1995, < http: // www.Bismarnasty.wordpress.pdf >, yang diakses pada
tanggal 16 Januari 2018, hal.2.
17
Soebakti dalam Handri Raharjo, Hukum Perusahaan, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009,
hal.18.
18
Salim HS, Hukum Kontrak, Teori dan Tehnik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta,
2003, hal.65.
19
Kurniawan, Op.Cit, hal.92.

Universitas Sumatera Utara


19

subjek buatan, diperlukan orang-orang yang memiliki kehendak menjalankan

perseroan tersebut sesuai dengan maksud dan tujuan pendiri perseroan.20

Menurut Friedmann, teori yang mengkaji dan menganalisa tentang badan

hukum terbagi menjadi lima teori, yaitu teori fiksi, teori konsesi, teori

zweckvermogen, teori kekayaan bersama (teori lhering) dan teori realis atau organis.

Adapun teori-teori tersebut adalah sebagai berikut:

1. Teori Fiksi

Teori Fiksi berpendapat bahwa:

Kepribadian hukum atas kesatuan-kesatuan lain manusia adalah suatu khayalan.


Kepribadian sebenarnya hanya ada pada manusia. Negara-negara, korporasi,
lembaga-lembaga, tidak dapat menjadi subjek dari hak-hak dan kepribadian, tetapi
diperlukan seolah-olah badan-badan itu manusia. W. Friedmann menyebutkan
bahwa teori fikssi sama sekali bukan teori, tetapi hanya rumusan. 21

Teori Fiksi yang dipelopori oleh Von Savigny ini menjelaskan bahwasannya badan

hukum adalah hanyalah fiksi hukum, maksudnya adalah bahwa sebenarnya badan

hukum ini semata-mata buatan negara saja, yang sesungguhnya tidak ada, tetapi

orang menciptakan dalam bayangannya suatu subjek hukum yang diperhitungkan

sam dengan manusia.

20
Zaeni Asyhadie dan Budi Sutrisno, Op.Cit, hal.92.
21
W. Friedmann, Legal Theory (Teori dan Filsafat Hukum Telaah Kritis Atas Teori-Teori Hukum)
(Susunan I, II, dan III), diterjemahkan oleh Muhammad Arifin, Rajawali, Jakarta, 1990, hal.213.

Universitas Sumatera Utara


20

2. Teori Konsesi

Teori ini dikemukakan oleh Gierke. “Teori ini berpendapat bahwa badan hukum

dalam negara tidak memiliki kepribadian hukum, kecuali diperkenankan oleh hukum,

dan ini berarti negara. Teori ini didukung oleh Von Savigny, Salmond dan Dicey. 22

3. Teori Kekayaan Bertujuan

Teori ini berpendapat bahwa hanya manusia saja yang dapat menjadi subyek

hukum. Namun ada kekayaan (vermogen) yang bukan merupakan kekayaan

seseorang, tetapi kekayaan itu terikat tujuan tertentu. Kekayaan yang tidak ada yang

mempunyai dan terikat kepada tujuan tertentu inilah yang diberi nama badan hukum.

Kekayaan badan hukum dipandang terlepas dari yang memegangnya

(onpersoonlijk/subjectloos).

4. Teori Kekayaan Bersama (Propriete Collective Theory)

Menurut teori ini hak dan kewajiban badan hukum pada hakikatnya adalah hak dan

kewajiban para anggota bersama-sama. Kekayaan badan hukum adalah milik

(eigendom) bersama seluruh anggotanya. Orang-orang yang berhimpun tersebut

merupakan suatu kesatuan dan membentuk suatu pribadi yang dinamakan badan

hukum. Oleh karena itu badan hukum adalah suatu konstruksi yuridis saja, pada

hakikatnya badan hukum itu sesuatu yang abstrak.

5. Teori Realitas atau Organ

Reaksi dari adanya ajaran teori fiksi adalah munculnya teori realitas atau yang

lebih dikenal dengan nama teori organ. Pencetus ajaran teori ini adalah Von Gierke.
22
H. Salim HS, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hal.178.

Universitas Sumatera Utara


21

Menurut Teori ini, badan hukum merupakan suatu realitas yang nyata bukan fiksi,

sama seperti sifat kepribadian alam manusia didalam pergaulan hukum. Inti teori ini

difokuskan pada pribadi-pribadi hukum yang nyata sebagai sumber kepribadian

hukum.

Teori ini sekaligus menggambarkan tidak adanya perbedaan antara manusia

dengan badan hukum. Pengikut ajaran ini di Belanda yaitu, L. C. Polano yang

terkenal dengan ajarannya leer der volledige realiteit (ajaran realitas sempurna).23

Walaupun banyak terdapat teoritentang badan hukum, tetapi tidak semua teori

tersebut cocok untuk diterapkan pada badan hukum. Teori tersebut haruslah

disesuaikan dengan karakteristik yang dimiliki oleh suatu badan hukum.

Dalam tesis ini penulis menggunakan teori badan hukum khususnya teori

kekayaan bertujuan. Disini yang penting bukan siapakah badan hukum itu, tetapi

kekayaan tersebut diurus dengan tujuan tertentu. Adanya badan hukum diberi

kedudukan seperti sebagai orang disebabkan badan ini mempunyai hak dan

kewajiban yaitu hak atas harta kekayaan dan dengannya itu memenuhi kewajiban-

kewajiban kepada pihak ketiga.

Oleh sebab itu, badan tersebut memiliki hak/kewajiban, dengan begitu ia

sebagai subyek hukum (subjectum juris), kekayaan yang dimiliki biasanya berasal

dari kekayaan seseorang yang dipisahkan atau disendirikan dari kekayaan orang yang

bersangkutan dan diserahkan kepada badan tersebut.

23
Anwar Borahima, Kedudukan Yayasan di Indonesia: Eksistensi, Tujuan dan Tanggung Jawab
Yayasan, Kencana, Jakarta, 2010, hal.60.

Universitas Sumatera Utara


22

Sedangkan didalam badan hukum itu sendiri yang merupakan sebuah

Perseroan Terbatas, didalamnya sudah memiliki organ untuk menjalankan tugas serta

kewajiban badan hukum tersebut. Apabila dikaitkan dengan tugas direksi, adagium

tersebut barangkali ingin menegaskan bahwa direksi tidak dapat mengelak dari akibat

hukum perbuatan wakilnya atau orang yang diberikan tugas oleh direksi tersebut.

Direksi berfungsi untuk melakukan pengurusan perseroan dapat diminta

pertanggungjawaban keperdataan (civil liability).

Dengan demikian, sebagai badan hukum, Perseroan Terbatas mempunyai

kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan pengurusnya. Dengan adanya

kedudukan mandiri dari perseroan itu, bila terjadi pergantian pemegang saham,

direksi dan komisaris maka tidak membuat perseroan berubah dari keberadaannya

sebagai “persona standi in judicio”24 Dalam melakukan kegiatan yang dilihat bukan

perbuatan pengurusnya tetapi yang harus diperhatikan adalah perseroannya, karena

yang bertanggungjawab adalah perseroan.25

Direksi merupakan organ yang mewakili perseroan sebagai subyek hukum

yang mandiri (personal standi judicio). Hal ini dapat diartikan sebagai kedudukan

atau kapasitas untuk berdiri dipengadilan, kapasitas sebagai pihak dalam suatu

tindakan dan kapasitas untuk menggugat. Perseroan terbatas dipandang sebagai

subyek hukum didalamnya.26 Dalam hal ini direksilah yang berwenang mewakili

24
Bismar Nasution, Loc.Cit.
25
Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Seri Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2000), hal.7.
26
V. Harlen Sinaga, Op.Cit, hal.8.

Universitas Sumatera Utara


23

perseroan untuk segala tindakan yang harus dijalankan untuk dan atas nama

perseroan, baik untuk tindakan intern kedalam maupun untuk tindakan ekstern

terhadap pihak ketiga, termasuk untuk mewakili perseroan dalam pengadilan.27

2. Konsepsi

Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan

konsep khusus yang akan atau ingin diteliti. Hal ini untuk menghindarkan perbedaan

pengertian dari istilah yang digunakan (defenisi operasional).Kerangka konsepsi

merupakan suatu abstraksi dari suatu penelitian yang bersifat fakta.

Oleh karena itu, untuk menghindarkan terjadinya perbedaan pengertian

terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk

mendefenisikan beberapa konsep penelitian agar secara operasional diperoleh hasil

penelitian yang sesuai dengan makna variabel yang ditetapkan dalam topik, yaitu:

a. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,

didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar

yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan

dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.28

b. Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang saham, Direksi, dan Komisaris. 29

c. Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas

pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan

tujuan perseroan.30

27
Rudhi Prasetya, Op.Cit, hal.19.
28
Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
29
Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Universitas Sumatera Utara


24

d. Di dalam Pasal 1 angka 4 UUPT Nomor 40 Tahun 2007, Rapat Umum Pemegang

Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah organ perseroan yang mempunyai

wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam

batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar.

e. Perubahan Anggaran Dasar menurut Pasal 21 UUPT ayat (1) adalah Perubahan

anggaran dasar tertentu harus mendapat persetujuan Menteri, dan ayat (2) adalah

Perubahan Anggaran Dasar tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

1) nama Perseroan dan/atau tempat kedudukan Perseroan;


2) maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
3) jangka waktu berdirinya Perseroan;
4) besarnya modal dasar;
5) pengurangan modal ditempatkan dan disetor; dan/atau
6) status Perseroan yang tertutup menjadi Perseroan Terbuka atau sebaliknya.

f. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, dalam Pasal 1

angka 1 menyebutkan Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk

membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud

dalam Undang-undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya.

g. Tanggung jawab dalam kamus hukum dapat juga diistilahkan sebagai liability dan

responsibility. Istilah liability menunjuk pertanggungjawaban hukum, yaitu

tanggung akibat kesalahan yang dilakukan oleh subjek hukum, sedangkan istilah

responsibility lebih cenderung digunakan dalam pertanggungjawaban politik.31

30
Zaeni Asyhadie dan Budi Sutrisno, Op.Cit, hal 96
31
HR.Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo, Jakarta, 2006, hal.337.

Universitas Sumatera Utara


25

G. Metode Penelitian

Metode adalah prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu.Sementara itu

metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam

metode tersebut. Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara

sistematis, metodologis dan konsisten karena melalui proses penelitian tersebut

dilakukan analisis dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah.32

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum

yuridis normatif. Penelitian hukum normatif yaitu pendekatan yang dilakukan

berdasarkan bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep

asas-asas hukum serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan

penelitian ini.33 Penelitian hukum secara yuridis maksudnya penelitian yang mengacu

pada studi kepustakaan yang ada ataupun terhadap data sekunder yang digunakan,

sedangkan normatif maksudnya penelitian hukum yang bertujuan untuk memperoleh

pengetahuan normatif tentang hubungan antara satu peraturan dengan peraturan lain

dan penerapan dalam prakteknya.

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis

penelitian tesis yang digunakan untuk mengkaji penelitian ini adalah penelitian

yuridis normatif. Pemilihan jenis penelitian ini mengingat telaah terhadap

32
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta: Penebit Rajawali Pres, 2013), hal 1.
33
Ibid,hal 8

Universitas Sumatera Utara


26

permasalahan ini bersumber pada materi peraturan perundang-undangan, teori-teori,

serta konsep yang berhubungan dengan aspek hukum perusahaan. Beranjak dari jenis

penelitian tersebut, diharapkan dapat memperoleh suatu prinsip yang jelas dengan

memberikan kepastian hukum bagi Direksi, sehingga terjadi hubungan yang

seimbang dalam tanggung jawab direksi terhadap tindakan ultra vires tersebut.

Sifat penelitian penulisan ini yaitu deskriptif analisis. Bersifat deskriptif

maksudnya dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan

sistematis tentang permasalahan yang diteliti.Penelitian ini pada umumnya bertujuan

untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat terhadap suatu populasi

atau daerah tertentu, mengenai sifat-sifat, karakteristik-karakteristik atau faktor-faktor

tertentu.34 Analistis dimaksudkan berdasarkan gambaran fakta yang diperoleh akan

dilakukan analisis secara cermat bagaimana menjawab permasalahan.35

2. Sumber Data

Adapun sumber data yang biasa digunakan dalam penelitian hukum normatif

yang bersumber pada data sekunder diperoleh dari :

a. Bahan hukum primer, yaitu berupa Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Jabatan Notaris, Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata, yurisprudensi serta peraturan lainnya yang ada

kaitannya dengan materi yang akan dibahas dalam penelitian ini.

34
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : Rajawali Pers, 1997), hal.35.
35
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Indonesia pada Akhir Abad ke-20, (Bandung :
Alumni, 1994), hal.101

Universitas Sumatera Utara


27

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer seperti rancangan undang-undang, pendapat pakar

hukum, doktrin atau teori-teori yang diperoleh dari literatur hukum, hasil

penelitian, jurnal-jurnal hukum, artikel ilmiah maupun website yang terkait

dengan penelitian.36

c. Bahan Hukum Tersier merupakan bahan hukum yang memberi penjelasan

dan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang

relevan untuk melengkapi data dalam penelitian ini, yaitu kamus umum,

kamus hukum, majalah, internet, serta bahan-bahan di luar bidang hukum

yang berkaitan dengan tesis ini guna melengkapi data.

Penelitian ini akan menggunakan bahan kepustakaan sebagai tumpuan

utamanya, yang berarti akan cenderung pada penelaahan dan penyajian data primer

dan data sekunder yang diperoleh dari bahan kepustakaan sehingga tidak diperlukan

penyusunan atau perumusan hipotesa.37

3. Teknik Pengumpulan data

Untuk menperoleh bahan hukum yang diperlukan dalam penelitian ini, maka

digunakan teknik pengumpulan bahan hukum tersebut dengan penelitian kepustakaan

(library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

pustaka untuk memperoleh data sekunder berupa buku-buku baik koleksi pribadi

36
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Mendia Grup,
2014), hal. 182-183.
37
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,
Jakarta. Rajawali Pers, 1990, Hlm.53.

Universitas Sumatera Utara


28

maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak maupun

media elektronik, dokumen-dokumen, termasuk peraturan perundang-undangan.

4. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Studi kepustakaan

b. Pedoman wawancara yaitu dengan dengan melakukan Tanya jawab

secara langsung dengan membuat daftar pertanyaan yang sudah

direncanakan dengan narasumber, yaitu:

1) Notaris

2) Ahli Hukum

5. Analisis Data

Pengolahan data penelitian hukum normatif dapat dilakukan dengan cara

melakukan analisis terhadap kaidah hukum dan kemudian kontruksi dilakukan

dengan cara memasukkan pasal-pasal ke dalam kategori-kategori atas dasar

pengertian-pengertian dari sistem hukum tersebut. Dalam hal bahan-bahan hukum

primer, hukum sekunder, dan hukum tertier yang dimaksud telah diperoleh, maka

bahan hukum tersebut diperiksa kembali kelengkapan dan konsistensinya satu sama

lain, kemudian disistemasir sesuai dengan permasalahan dari penelitian ini.

Selanjutnya bahan hukum tersebut diolah secara kualitatif kemudian ditarik

kesimpulan dengan menggunakan cara deduktif sehingga diharapkan dapat menjawab

permasalahan yang ditetapkan. Pemaknaan konsep terhadap istilah yang digunakkan

Universitas Sumatera Utara


29

terutama dalam judul penelitian bukanlah untuk keperluan komunikasinya semata-

mata kepada pihak lain sehingga tidak menimbulkan salah tafsir, tetapi juga demi

menuntun penelitian itu sendiri dalam mengenai proses penelitian bersangkutan38.

38
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, Jakarta, Grafindo Persada, 1999,
hal.107-108.

Universitas Sumatera Utara


30

BAB II

KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA PERUBAHAN ANGGARAN DASAR


YANG TIDAK DIDAFTARKAN SETELAH DILAKUKANNYA
PERUBAHAN

A. Perubahan Anggaran Dasar

1. Pengertian Akta

Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut “acte” atau ”akta”

dan dalam bahasa Inggris disebut “act” atau “deed”. Menurut pendapat umum,

mempunyai dua arti yaitu:39

1. Perbuatan (handling) atau perbuatan hukum (rechtshandeling).

2. Suatu tulisan yang dibuat untuk dipakai atau untuk digunakan sebagai perbuatan

hukum tertentu yaitu berupa tulisan yang ditunjukkan kepada pembuktian

tertentu.

Akta adalah suatu tulisan yang memang dengan sengaja dibuat untuk

dijadikan bukti tentang suatu peristiwa dan ditandatangani pihak yang membuatnya.40

Menurut A. Pilto, mengatakan akta sebagai surat-surat yang ditandatangani,

dibuat untuk pakai sebagai bukti, dan dipergunakan oleh orang, untuk keperluan

siapa surat itu di buat.41

Pada Pasal 165 Staatsblad Tahun 1941 Nomor 84 dijelaskan pengertian

39
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap UU No.30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris), (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008), hal. 157.
40
Rahmad Rivai, "Pengertian dan Perbedaan Akta Otentik dengan Akta Di bawah Tangan",
melalui http://rahmadvai.blogspot.co.id/2014/04/pengertian-dan-perbedaan-akta-otentik.html, diakses
tanggal 20 September 2017.
41
Daeng Naja, Teknik Pembuatan Akta, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2012), hal. 1.

Universitas Sumatera Utara


31

tentang akta yaitu sebagai berikut:

Akta adalah surat yang diperbuat demikian oleh atau dihadapan pegawai yang
berwenang untuk membuatnya menjadi bukti yang cukup bagi kedua belah
pihak dan ahli warisnya maupun berkaitan dengan pihak lainnya sebagai
hubungan hukum, tentang segala hal yang disebut didalam surat itu sebagai
pemberitahuan hubungan langsung dengan perihal pada akta itu.

Sudikno Mertokusumo juga memberikan pengertian tentang akta yaitu: “surat

sebagai alat bukti yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa-peristiwa yang

menjadi dasar daripada suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan

sengaja untuk pembuktian”.42 Menurut Subekti yang dimaksud dengan akta adalah

“suatu tulisan yang memang dengan sengaja dibuat untuk dijadikan bukti tentang

suatu peristiwa dan ditandatangani". 43

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disebutkan bahwa akta adalah suatu

surat yang ditandatangani, memuat keterangan tentang kejadian-kejadian atau hal-hal

yang merupakan dasar dari suatu perjanjian. Pasal 1867 KUH Perdata menyatakan:

Pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan-tulisan otentik maupun dengan

tulisan-tulisan di bawah tangan.

Akta memiliki 2 (dua) fungsi penting, yaitu fungsi formil (formalitas causa)

dan fungsi alat bukti (probationis causa). Fungsi formil (formalitas causa) berarti

bahwa untuk lengkapnya atau sempurnanya (bukan untuk sahnya) suatu perbuatan

hukum haruslah dibuat suatu akta. Fungsi alat bukti (probationis causa) akta itu

dibuat semula dengan sengaja untuk pembuktian dikemudian hari, sifat tertulisnya

42
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 2006),
(selanjutnya ditulis Sudikno Mertokusumo I), hal.149.
43
R. Subekti, Hukum Pembuktian, (Jakarta: PT. Pradnya Paramitha, 2005), hal. 25.

Universitas Sumatera Utara


32

suatu perjanjian dalam bentuk akta itu tidak membuat sahnya perjanjian, tetapi agar

dapat digunakan sebagai alat bukti dikemudian hari.44

Berdasarkan hal tersebut maka dapat disebutkan bahwa akta berfungsi sebagai

formulasi kehendak para pihak yang membuatnya.

2. Jenis dan Fungsi Akta

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka terdapat dua jenis akta yaitu

akta otentik dan akta di bawah tangan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Akta Otentik

Pengertian akta otentik diatur dalam Pasal 1868 KUH Perdata. Pasal 1868

KUH Perdata berbunyi sebagai berikut: “suatu akta otentik ialah suatu akta

yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau

di hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana

akta dibuatnya”.

Undang-undang dengan tegas menyebutkan bahwa suatu akta dinyatakan

sebagai akta otentik apabila 3 (tiga) unsur yang bersifat kumulatif. Unsur-unsur

tersebut, yaitu:45

1) Bentuk akta ditentukan oleh undang-undang;

2) Akta dibuat oleh dan dihadapan pejabat umum yang diberi kewenangan untuk

membuat akta;

44
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 1999),
(selanjutnya ditulis Sudikno Mertokusumo III), hlm.121-122.
45
Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2001), hal. 352.

Universitas Sumatera Utara


33

3) Akta dibuat oleh pejabat umum dalam daerah (wilayah) kerjanya.

Akta otentik adalah produk yang dibuat oleh seorang Notaris. Bentuk akta

otentik yang dibuat oleh Notaris ada 2 (dua) macam, yaitu:

a) Akta yang dibuat “oleh” (door) Notaris atau yang dinamakan “akta relaas” atau

“akta pejabat” (ambtelijke akten),

b) Akta yang dibuat “dihadapan” (ten overstaan) Notaris atau yang dinamakan “akta

partij” (partij akten).46

Pengertian akta relaas yaitu akta yang dibuat oleh Notaris memuat uraian dari

Notaris yaitu suatu tindakan yang dilakukan atas suatu keadaan yang dilihat atau

disaksikan oleh Notaris. Seperti misalnya akta berita acara atau risalah rapat suatu

perseroan terbatas, akta pencatatan budel dan sebagainya. Pengertian akta partij yaitu

akta yang dibuat dihadapan Notaris memuat uraian dari apa yang diterangkan atau

diceritakan oleh para pihak yang menghadap kepada Notaris, misalnya perjanjian

kredit dan sebagainya.

Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan penuh mempunyai peranan penting

dalam setiap hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat. Akta otentik penting

bagi mereka yang membutuhkan alat pembuktian untuk suatu kepentingan pribadi

maupun untuk kepentingan usaha seperti akta mendirikan PT, Fa, perkumpulan

perdata dan lain-lain.47 Fungsi akta otentik dalam hal pembuktian tentunya

diharapkan dapat menjelaskan secara lengkap dalam proses pembuktian

46
G.H.S Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta: Erlangga, 1983), hal. 51-52.
47
R. Soegondo Notodisoerjo, 1993, Hukum Notariat di Indonesia (Suatu Penjelasan),
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993),hal. 9.

Universitas Sumatera Utara


34

dipersidangan, karena didalam proses peradilan berdasarkan hukum acara pidana

terdapat proses pembuktian.

b. Akta di bawah Tangan

Akta selain bersifat otentik, dapat pula bersifat sebagai akta di bawah tangan.

Pasal 1874 KUH Perdata menyebutkan bahwa: “yang dianggap sebagai tulisan di

bawah tangan adalah akta yang ditandatangani di bawah tangan, surat, daftar, surat

urusan rumah tangga dan tulisan-tulisan yang lain yang dibuat tanpa perantaraan

seorang pejabat umum”. Jadi akta di bawah tangan hanya dapat diterima sebagai

permulaan bukti tertulis (Pasal 1871 KUH Perdata) namun menurut pasal tersebut

tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan bukti tertulis itu.

Jadi suatu akta di bawah tangan untuk dapat menjadi bukti yang sempurna

dan lengkap dari permulaan bukti tertulis itu masih harus dilengkapi dengan alat-alat

bukti lainnya. Oleh karena itu dikatakan bahwa akta dibawah tangan merupakan bukti

tertulis (begin van schriftelijk bewijs).48

Ditinjau dari segi hukum pembuktian agar suatu tulisan bernilai sebagai akta

di bawah tangan, diperlukan beberapa persyaratan pokok. Persyaratan pokok tersebut

antara lain: surat atau tulisan itu ditandatangani, isi yang diterangkan didalamnya

menyangkut perbuatan hukum (rechtshandeling) atau hubungan hukum (rechts

betrekking) dan sengaja dibuat untuk dijadikan bukti dari perbuatan hukum yang

disebut didalamnya yang mendapatkan hak darinya hanya apabila tanda tangan dalam

akta dibawah tangan tersebut diakui oleh orang terhadap siapa tulisan itu hendak
48
Rahmad Rivai, Op.Cit, hal. 1.

Universitas Sumatera Utara


35

dipakai.

3. Perubahan Anggaran Dasar

Perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh RUPS.49 Agenda mengenai

perubahan anggaran dasar wajib dicantumkan dengan jelas dalam panggilan RUPS. 50

Perubahan anggaran dasar perseroan yang telah dinyatakan pailit tidak dapat

dilakukan, kecuali dengan persetujuan kurator.51 Persetujuan kurator sebagaimana

dimaksud harus dilampirkan dalam permohonan persetujuan atau pemberitahuan

perubahan anggaran dasar kepada menteri hukum dan HAM. 52

Perubahan anggaran dasar dimuat atau dinyatakan dalam akta notaris dalam

bahasa Indonesia.53 Perubahan anggaran dasar tertentu harus mendapat persetujuan

menteri hukum dan HAM. 54 Perubahan anggaran dasar tertentu tersebut meliputi hal-

hal sebagai berikut:55

1) perubahan nama perseroan dan/atau tempat kedudukan perseroan;


2) maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan;
3) jangka waktu berdirinya perseroan;
4) perubahan besarnya modal dasar;
5) pengurangan modal ditempatkan dan disetor, dan/atau
6) perubahan status perseroan yang tertutup menjadi terbuka atau sebaliknya.
Perubahan anggaran dasar selain yang disebutkan di atas, cukup diberitahukan
kepada menteri hukum dan HAM.56

Perubahan anggaran dasar yang tidak dimuat dalam berita acara rapat yang

49
Pasal 19 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
50
Pasal 19 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
51
Pasal 20 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
52
Pasal 20 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
53
Pasal 21 ayat (4) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
54
Pasal 21 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
55
Pasal 21 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
56
Pasal 21 ayat (3) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Universitas Sumatera Utara


36

dibuat notaris harus dinyatakan dalam akta notaris paling lambat 30 (tiga puluh) hari

terhitung sejak tanggal keputusan RUPS. Perubahan anggaran dasar tidak boleh

dinyatakan dalam akta notaris setelah lewat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak

tanggal keputusan RUPS. Permohonan persetujuan perubahan anggaran dasar

diajukan kepada menteri hukum dan HAM selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari

terhitung sejak tanggal akta notaris yang memuat perubahan anggaran dasar.

Ketentuan mengenai tata cara dan periode pemberitahuan perubahan anggaran dasar

yang hanya perlu diberitahukan kepada menteri hukum dan HAM mengikuti

ketentuan mengenai tata cara dan periode permohonan persetujuan atas perubahan

anggaran dasar yng memerlukan persetujuan.

Perubahan anggaran dasar tertentu tersebut berlaku sejak tanggal

diterbitkannya keputusan menteri mengenai persetujuan perubahan anggaran dasar.

Perubahan anggaran dasar yang tidak memerlukan persetujuan menteri mulai berlaku

sejak tanggal diterbitkannya surat penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran

dasar oleh menteri hukum dan HAM.

B. Anggaran Dasar Perseroan Terbatas

1. Pengertian Anggaran Dasar Perseroan Terbatas

Sesuai dengan UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, akta

pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian

perseroan.57 Keterangan lain tersebut memuat sekurang-kurangnya identitas lengkap

57
Pasal 8 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Universitas Sumatera Utara


37

dari nama pendiri, nama pemegang saham dan nama anggota Direksi dan Dewan

Komisaris. Jadi jelas bahwa nama pendiri, nama pemegang saham dan nama anggota

Direksi dan Dewan Komisaris bukanlah bagian dari anggaran dasar sehingga berarti

juga bahwa perubahan terhadap nama pemegang saham dan anggota Direksi dan

Dewan Komisaris bukanlah perubahan anggaran dasar.58

Anggaran dasar adalah bagian dari akta pendirian yang berisikan aturan main

yang mengatur hubungan internal antara para pendiri (pemegang saham setelah

pengesahan Menteri Hukum dan HAM RI), Direksi dan anggotanya, Dewan

Komisaris dan para anggotanya. Jadi anggaran dasar adalah aturan main yang

mengikat setiap orang yang berhubungan hukum dengan Perseroan Terbatas

tersebut.59

Sesuai dengan ketentuan Pasal 15 UU Nomor 40 Tahun 2007, maka dalam

anggaran dasar harus memuat sekurang-kurangnya:

a. Nama dan tempat kedudukan perseroan;


b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha;
c. Jangka waktu berdirinya perseroan;
d. Besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor;
e. Jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk
tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal
setiap saham;
f. Nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris;
g. Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;
h. Tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan

58
Pasal 27 ayat (3) Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan
Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar
Dan Perubahan Data Perseroan Terbatas
59
Gunawan Wijaya et.al, Seri Hukum Bisnis: Perseroan Terbatas, (Jakarta: PT Radja
Grafindo Persada, 2003), hal. 6.

Universitas Sumatera Utara


38

Dewan Komisaris;
i. Tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen;

Dapat dipastikan jika salah satu atau beberapa ketentuan tersebut tidak ada

sudah dapat dipastikan Anggaran Dasar tersebut menjadi batal demi hukum. Dari hal

tersebut itulah dapat dimengerti bahwa Anggaran Dasar menunjukkan identitas dan

keterangan yang bersifat mendasar dari perseroan terbatas dimaksud. Lebih lanjut

dapat dikatakan bila Anggaran Dasar tidak ada maka belum sah perseroan terbatas

tersebut. Secara sederhana dapat dikatakan hal tersebut dikarenakan tidak ada

keterangan yang menjelaskan identitas dan keterangan yang mendasar dari perseroan

terbatas dimaksud. Padahal dalam perniagaan, sangatlah penting untuk membedakan

perseroan terbatas baik dari segi penamaan ataupun hal lain termasuk juga untuk

mengetahui modal dasar ataupun anggota Direksi maupun Komisaris.

Menurut Gunawan Widjaya ada tiga pokok yang harus diketahui dari

pengertian yuridis Anggaran Dasar. Ketiga hal tersebut adalah :

a. Anggaran Dasar merupakan bagian dari akta pendirian perseroan terbatas;


b. Sebagai bagian dari Akta Pendirian, Anggaran Dasar memuat aturan main
dalam perseroan, yang menentukan setiap hak dan kewajiban masing-
masing pihak dalam Anggaran Dasar baik perseroan itu sendiri maupun
pemegang saham, pengurus (Direksi dan Komisaris) perseroan;
c. Anggaran Dasar perseroan baru berlaku bagi pihak ketiga setelah Akta
Pendirian perseroan disetujui Menteri Kehakiman.60

Sebelum Akta Pendirian perseroan memperoleh pengesahan dari Kementerian

Hukum dan HAM, Anggaran Dasar tidak berlaku bagi pihak ketiga dan hanya

mengikat bagi pendiri yang mengadakan perjanjian untuk mendirikan perseroan

60
Ibid, hal. 29.

Universitas Sumatera Utara


39

terbatas tersebut. Dengan adanya pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM

maka para pihak maupun pihak ketiga yang berkepentingan dengan perseroan telah

diikat oleh Anggaran Dasar tersebut.61

Selain itu dalam anggaran dasar juga dapat memuat ketentuan lain yang tidak

bertentangan dengan UU Nomor 40 Tahun 2007. Sedangkan hal yang tidak boleh

dimuat dalam anggaran dasar yaitu:

a. Ketentuan tentang penerimaan bunga tetap atas saham; dan

b. Ketentuan tentang pemberian manfaat pribadi kepada pendiri atau pihak lain.

2. Perubahan Anggaran Dasar Perseroan

Pada prinsipnya anggaran dasar Perseroan Terbatas dapat diubah dan

berdasarkan ketentuan Pasal 19 perubahan tersebut hanya dapat dilakukan

berdasarkan keputusan RUPS. Dalam setiap penyelenggaraan RUPS yang bertujuan

untuk mengubah anggaran dasar, maka mata acara atau agenda mengenai perubahan

anggaran dasar wajib dicantumkan dengan jelas dalam panggilan RUPS.

Hanya perubahan anggaran dasar tertentu saja yang harus mendapat

persetujuan Menteri Hukum & HAM RI, yaitu dalam hal terdapat perubahan pada: 62

a. Nama Perseroan dan/atau tempat kedudukan Perseroan;


b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
c. Jangka waktu berdirinya Perseroan;
d. Besarnya modal dasar;
e. Pengurangan modal ditempatkan dan disetor; dan/atau
f. Status Perseroan yang tertutup menjadi Perseroan Terbuka atau
sebaliknya.
Perubahan anggaran dasar selain yang disebutkan diatas, termasuk perubahan

61
Ibid, hal. 30.
62
Pasal 21 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Universitas Sumatera Utara


40

data perseroan,63 cukup diberitahukan kepada Menteri Hukum & HAM RI. Semua

perubahan anggaran dasar harus dimuat atau dinyatakan dalam akta notaris dalam

bahasa Indonesia. Perubahan anggaran dasar yang tidak dimuat dalam akta berita

acara rapat yang dibuat oleh notaris harus dinyatakan dalam akta notaris paling

lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS. Perubahan

anggaran dasar tidak boleh dinyatakan dalam akta notaris setelah lewat batas waktu

30 (tiga puluh) hari.

Permohonan persetujuan perubahan anggaran dasar yang memerlukan

persetujuan diajukan kepada Menteri paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung

sejak tanggal akta notaris yang memuat perubahan anggaran dasar dan jangka waktu

ini berlaku juga bagi pemberitahuan perubahan anggaran dasar kepada Menteri.

Setelah lewat batas waktu 30 (tiga puluh) hari tersebut, permohonan persetujuan dan

pemberitahuan perubahan anggaran dasar tidak dapat diajukan atau disampaikan

kepada Menteri Hukum & HAM RI. 64

Kecuali diatur berbeda dalam undang-undang, maka setiap:

a. Perubahan anggaran dasar tertentu wajib disetujui oleh Menteri Hukum &
HAM RI, mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya keputusan Menteri
63
Menurut Pasal 27 ayat (3) Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum
Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran
Dasar Dan Perubahan Data Perseroan Terbatas, perubahan tersebut meliputi susunan pemegang saham
karena pengalihan saham dan/atau perubahan jumlah kepemilikan saham yang dimilikinya, nama
pemegang saham, susunan nama dan jabatan anggota direksi dan/atau dewan komisaris, alamat
lengkap Perseroan, pembubaran Perseroan atau berakhirnya Perseroan karena jangka waktu berakhir,
berakhirnya status badan hukum Perseroan setelah pertanggungjawaban likuidator atau Kurator telah
diterima oleh RUPS, Pengadilan, atau Hakim Pengawas dan penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, dan pemisahan yang tidak disertai perubahan anggaran dasar.
64
Pasal 21 ayat (3), (4), (5), (6), (7), (8), dan (9) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas

Universitas Sumatera Utara


41

Hukum & HAM RI mengenai persetujuan perubahan anggaran dasar;65


b. Perubahan anggaran dasar diluar dari butir a diatas cukup hanya diberitahukan
kepada Menteri Hukum & HAM RI, mulai berlaku sejak tanggal
diterbitkannya surat penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar
oleh Menteri Hukum & HAM RI; 66
c. Perubahan anggaran dasar mengenai status perseroan yang tertutup menjadi
perseroan terbuka mulai berlaku sejak tanggal: (i) efektif pernyataan
pendaftaran yang diajukan kepada lembaga pengawas di bidang pasar modal
bagi perseroan publik; atau (ii) dilaksanakan penawaran umum bagi perseroan
yang mengajukan pernyataan pendaftaran kepada lembaga pengawas di
bidang pasar modal untuk melakukan penawaran umum saham;67
d. Perubahan anggaran dasar yang dilakukan dalam rangka penggabungan atau
pengambilalihan berlaku sejak tanggal: (i) persetujuan Menteri Hukum &
HAM RI; (ii) kemudian yang ditetapkan dalam Persetujuan Menteri Hukum
& HAM RI; atau (iii) pemberitahuan perubahan anggaran dasar diterima
Menteri Hukum & HAM RI; atau (iv) tanggal kemudian yang ditetapkan
dalam akta penggabungan atau akta pengambilalihan.68

Dewasa ini, notaris telah memiliki undang-undang tersendiri dengan lahirnya

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Pengertian notaris

dalam system Civil Law yang diatur dalam Pasal 1 Ord, stbl. 1860 nomor 3 tentang

Jabatan Notaris di Indonesia mulai berlaku tanggal 1 Juli 1860 yang kemudian

diterjemahkan oleh R. Soegondo disebutkan pengertian notaris adalah sebagai

berikut: Notaris adalah pejabat umum, khususnya (satu-satunya) yang berwenang

untuk membuat akta-akta otentik tentang semua tindakan, perjanjian-perjanjian, dan

keputusan-keputusan yang diharuskan oleh perundang-undangan umum untuk

dikehendaki oleh yang berkepentingan bahwa hal itu dinyatakan dalam surat otentik,

menjamin tanggalnya, menyimpan akta-akta dan mengeluarkan grosse, salinan-

65
Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
66
Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
67
Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
68
Pasal 26 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Universitas Sumatera Utara


42

salinan (turunan-turunan) dan kutipan-kutipannya, semuanya itu apabila pembuatan

akta-akta demikian itu atau dikhususkan itu atau dikhususkan kepada pejabat-pejabat

atau orang-orang lain.69

C. Peran Notaris Dalam Perubahan Anggaran Dasar Perseroan

Istilah notaris pada dasarnya berasal dari kata “notarius” (bahasa latin), yaitu

nama yang diberikan pada orang-orang Romawi di mana tugasnya menjalankan

pekerjaan menulis atau orang-orang yang membuat catatan pada masa itu. Hampir

selama seabad lebih, eksistensi notaris dalam memangku jabatannya didasarkan pada

ketentuan Reglement Of Het Notaris Ambt In Nederlandsch No. 1860 : 3 yang mulai

berlaku 1 Juli 1860. Dalam kurun waktu itu, Peraturan Jabatan Notaris mengalami

beberapa kali perubahan.70

Berdasarkan sejarah, notaris adalah seorang pejabat negara/pejabat umum

yang dapat diangkat oleh negara untuk melakukan tugas-tugas negara dalam

pelayanan hukum kepada masyarakat demi tercapainya kepastian hukum sebagai

pejabat pembuat akta otentik dalam hal keperdataan. Pengertian notaris terdapat

dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris Bab

I Pasal 1 ayat (1) yaitu, Notaris adalah pejabat umum yang berwenang dan mewakili

kekuasaan umum untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang ini, untuk kepentingan pembuktian atau sebagai

69
G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta: Erlangga, Jakarta, 1992),
hal.31
70
R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat Di Indonesia Suatu Penjelasan, (Jakarta: CV.
Rajawali, 1982). hal. 29

Universitas Sumatera Utara


43

alat bukti.

Memperhatikan uraian Pasal 1 Undang-Undang Jabatan Notaris, dapat

dijelaskan bahwa notaris adalah pejabat umum, berwenang membuat akta, otentik,

ditentukan oleh undang-undang. Tugas notaris adalah mengkonstantir hubungan

hukum antara para pihak dalam bentuk tertulis dan format tertentu, sehingga

merupakan suatu akta otentik. Ia adalah pembuat dokumen yang kuat dalam suatu

proses hukum.71

Jabatan notaris merupakan jabatan yang keberadaannya dikehendaki guna

mewujudkan hubungan hukum diantara subyek-subyek hukum yang bersifat perdata.

Notaris sebagai salah satu pejabat umum mempunyai peranan penting yang dipercaya

oleh pemerintah dan masyarakat untuk membantu pemerintah dalam melayani

masyarakat dalam menjamin kepastian, ketertiban, ketertiban dan perlindungan

hukum melalui akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapannya, mengingat akta

otentik sebagai alat bukti terkuat dan memiliki nilai yuridis yang esensial dalam

setiap hubungan hukum bila terjadi sengketa dalam kehidupan masyarakat.

Demikian juga halnya peran notaris dalam perubahan anggaran dasar

perseroan berhubungan erat dengan kewenangannya sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Apabila klien

datang kepada notaris untuk meminta notaris menjalankan kewenangannya berkenaan

dengan permintaan klien mengenai perubahan anggaran dasar perseroan, maka

71
Tan Thong Kie, Studi Notariat, Serba-serbi Praktek Notaris, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2007, hal. 159

Universitas Sumatera Utara


44

notaris berperan untuk dapat melakukan beberapa tahapan-tahapan dibawah ini:

1. Memberikan penyuluhan hukum;72

Pemberian penyuluhan hukum dimaksudkan agar klien atau para pihak

mengetahui dan selanjutnya memahami prosedur mengenai perubahan

anggaran dasar perseroan sehingga ketentuan-ketentuan pada Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, maupun peraturan-

peraturan terkait dengan perseroan terbatas, dapat diikuti dan dipenuhi.73

Hal ini dilakukan notaris oleh karena ia berdasarkan ketentuan perundang-

undangan ditugaskan untuk membuat akta yang benar yang dikehendaki oleh

undang-undang. Penyuluhan hukum atau penjelasan mengenai ketentuan

undang-undang ini diberikan dalam rangka membantu dalam pembuatan akta

yang diperlukan dan ini merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lainnya. 74

Inilah salah satu faktor yang membedakan pekerjaan notaris dengan pekerjaan

praktisi-praktisi hukum yang lain. Hal lain yang membedakan adalah notaris

dalam mengatur hubungan-hubungan hukum yang telah disetujui antara kedua

belah pihak, pada haketkatnya dibuat dalam keadaan damai. Nasihat yang

harus diberikan oleh seorang notaris harus berdasarkan keyakinan dalam

bidang yang dikuasai dan dalam batasbatas kemampuannya. Keahlian hukum

72
Pasal 15 ayat (2) huruf e Undang-Undang No 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
73
Roenastiti Prayitno, “Tugas dan Tanggung Jawab Notaris sebagai Pejabat Pembuat Akta”,
Media Notariat, No.12-13/Tahun IV, (Oktober:1989), hal.178.
74
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


45

dalam bidangnya harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Peraturan-peraturan ini merupakan pedoman apa yang boleh dan apa

yang tidak boleh dilakukan oleh seorang Notaris terhadap kliennya.

2. Membuat akta otentik;75

Pembuatan akta otentik merupakan peran notaris yang utama dalam

menjalankan tugasnya, termasuk dalam perubahan anggaran dasar perseroan,

karena sebagian akta yang dibuat oleh notaris, yakni akta berita acara RUPS

atau akta pernyataan keputusan rapat/pernyataan keputusan para pemegang

saham/perubahan anggaran dasar, akan digunakan sebagai media untuk

memperoleh persetujuan dan/atau melakukan pemberitahuan perubahan

anggaran dasar perseroan ke Menteri Hukum & HAM RI. Untuk perubahan

anggaran dasar perseroan diperlukan persetujuan pemegang saham, baik

melalui mekanisme RUPS ataupun keputusan sirkular pemegang saham.

Persetujuan RUPS atau keputusan sirkular ini merupakan dokumen yang

dipersyaratkan untuk dilampirkan pada permohonan Pendaftaran ke Menteri

Hukum & HAM RI.

Pembuatan akta otentik ini dapat berupa:

a. Akta relaas, yaitu akta berita acara RUPS yang dibuat sendiri oleh notaris dan

selanjutnya akta inilah yang akan digunakan sebagai dasar pengajuan ke

Kementerian Hukum dan HAM RI;

b. Akta partij, akta-akta yang dapat dibuat sehubungan dengan perubahan


75
Pasal 15 ayat (1) huruf e Undang-Undang No 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

Universitas Sumatera Utara


46

anggaran dasar perseroan yaitu:

1) Akta pernyataan keputusan rapat, akta pernyataan keputusan para

pemegang saham, akta perubahan anggaran dasar; maupun, yaitu apabila

keputusan sirkular atau berita acara/risalah/notulen RUPS dibuat sendiri

oleh para pihak secara dibawah tangan, untuk kemudian dibawa ke notaris

untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik.

2) Akta jual beli/pemindahan hak atas saham. Apabila perubahan anggaran

dasar perseroan ditempuh melalui cara pembelian saham, maka akta jual

beli saham ini dilakukan antara pemegang saham, baik pemegang saham

lama (penjual) maupun pemegang saham yang baru (pembeli). Untuk

memenuhi proses yuridis formal, maka dalam pembuatan akta ini notaris

harus meminta kelengkapan data yuridis kepada para pihak seperti

persetujuan suami/istri dari penjual perorangan maupun persetujuan organ

perseroan sesuai pengaturannya dalam anggaran dasar dari penjual yang

berbentuk perseroan. Begitu juga dari sisi pembeli apabila pembeli

berbentuk perseroan, maka harus ada persetujuan organ Perseroan

Terbatas sesuai pengaturannya dalam anggaran dasarnya:

3) Akta-akta lainnya yang dianggap perlu, yang disesuaikan dengan

kebutuhan dan kepentingan klien;

3. Melegalisasi, mendaftar, membuat kopi sesuai asli dokumen-dokumen;76

Apabila keputusan sirkular pemegang saham, notulen/risalah/berita acara RUPS,


76
Pasal 15 ayat (2) huruf e Undang-Undang No 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

Universitas Sumatera Utara


47

maupun akta jual beli saham dan akta-akta atau dokumen-dokumen lainnya yang

berkaitan dengan perubahan anggaran dasar tidak dibuat oleh atau di hadapan

notaris, maka notaris dapat melegalisasi atau mendaftar atau membuat kopi sesuai

asli dari dokumen-dokumen tersebut sesuai dengan kondisi, keadaan dan

kebutuhannya. Dokumen-dokumen yang telah dilegalisasi atau didaftar atau dicap

sesuai asli tersebut merupakan sebagian persyaratan yang dilampirkan. Beberapa

dokumen pendukung Perseroan Terbatas seperti domisili, NPWP, perjanjian jual

beli saham, dan yang lainnya, harus diberikan cap sesuai asli oleh notaris. Jadi

apabila persetujuan pemegang saham masih berbentuk keputusan pemegang

saham atau risalah/notulen/berita acara RUPS yang dibuat secara dibawah tangan,

maka harus dinyatakan terlebih dahulu dalam suatu akta di hadapan notaris;

4. Mengajukan persetujuan dan/atau pemberitahuan perubahan anggaran dasar

dan/atau data Perseroan Terbatas ke Menteri Hukum & HAM RI;

Tata cara pengajuan permohonan perubahan anggaran dasar dan/atau data

Perseroan Terbatas oleh notaris ke Menteri Hukum & HAM RI telah diatur dalam

Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 4

Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan

Hukum Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian

Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Dan Perubahan Data Perseroan

Terbatas, yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016.

Peranan notaris jika ada klien atau pihak yang datang kepadanya yang hendak

Universitas Sumatera Utara


48

merubah anggaran perseroan, maka notaris mempunyai tugas: menampung semua

kehendak dari para pihak termasuk didalamnya membuat perjanjian-perjanjian yang

dikehendaki oleh masing-masing pihak yang hendak melakukan kerjasama; dan

memberikan advis atau penyuluhan hukum kepada para pihak mengenai langkah-

langkah yang harus ditempuh para pihak dalam perubahan menjadi anggaran

perseroan, yang diikuti dengan menjalankan kewenangan-kewenangan serta

kewajiban-kewajibannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dan Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas serta peraturan terkait lainnya.

D. Kekuatan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Yang Tidak


Didaftarkan
Kekuatan akta perubahan anggaran dasar perseroan yang tidak didaftarkan di

Kementerian Hukum dan HAM RI maka akta perubahan tersebut tetap merupakan

akta otentik selama akta tersebut dibuat memenuhi ketentuan perundang-undangan

dan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Hanya saja akta perubahan anggaran

dasar tersebut tidak dapat diakses di Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH)

karena perubahan yang belum didaftarkan sehingga akta yang berlaku bagi perseroan

tersebut adalah anggaran dasar sebelum perubahan dilakukan.

Artinya hal-hal yang dirubah dalam akta perubahan anggaran dasar suatu

perseroan menjadi tidak berlaku dengan tidak didaftarkannya akta perubahan

anggaran dasar perseroan di Kementerian Hukum dan HAM RI meskipun sudah

diterapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sehingga

Universitas Sumatera Utara


49

terhadap perseroan tersebut anggaran dasar yang berlaku adalah anggaran dasar yang

telah sebelumnya didaftarkan di Kementerian Hukum dan HAM RI.

Apabila ditelaah kekuatan akta perubahan anggaran dasar yang dibuat di

depan Notaris maka akta tersebut tetap merupakan akta otentik. Hal ini disebabkan

akta perubahan anggaran dasar perseroan tersebut dibuat sesuai dengan bentuk yang

ditetapkan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang berwenang

serta dibuat di wilayah kewenangannya. 77

Akta otentik merupakan alat bukti yang sempurna. Akta otentik ini

memberikan diantara para pihak termasuk para ahli warisnya atau orang yang

mendapat hak dari para pihak itu suatu bukti yang sempurna tentang apa yang

diperbuat/dinyatakan di dalam akta ini.78 Ini berarti mempunyai kekuatan bukti

sedemikian rupa karena dianggap melekatnya pada akta itu sendiri sehingga tidak

perlu dibuktikan lagi dan bagi hakim itu merupakan “bukti wajib/keharusan”

(verplicht bewijs).79 Dengan demikian barang siapa yang menyatakan bahwa wakta

otentik itu palsu, maka ia harus membuktikan tentang kepalsuan akta itu. Oleh karena

itulah maka akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian, baik lahiriah, formal

maupun materil.

Menurut G.H.S. Lumbang Tobing perbedaan terbesar antara akta otentik dan

akta yang dibuat dibawah tangan ialah:

77
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), diterjemahkan oleh R.
Subekti dan R. Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2006), Pasal 1868.
78
Ibid., Pasal 1870.
79
Anke Dwi Saputro, ed., Jati Diri Notaris Indonesia, Dulu, Sekarang, Dan Di Masa
Datang, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal,5.

Universitas Sumatera Utara


50

1. Akta otentik mempunyai tanggal yang pasti, sedang mengenai tanggal dari

akta yang dibuat dibawah tangan tidak selalu demikian.

2. Grosse dari akta otentik dalam beberapa hal mempunyai kekuatan

eksekutorial seperti putusan hakim, sedang akta yang dibuat dibawah tangan

tidak pernah mempunyai kekuatan eksekutorial.

3. Kemungkinan akan hilangnya akta yang dibuat dibawah tangan lebih besar

dibandingkan dengan akta otentik.80

Otentisitas tersebut diatas terdapat pada akta notaris. Pasal 1 angka 7 UU

Nomor 30 Tahun 2004 menyebutkan bahwa akta notaris adalah “akta otentik yang

dibuat oleh atau di hadapan notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan

dalam undang-undang ini”. Dengan demikian kedudukan akta notaris sebagai akta

otentik atau otensitas akta notaris adalah karena:

1. Akta dibuat oleh (door) atau di hadapan (ten overstaan) seorang pejabat

umum;

2. Akta dibuat dalam bentuk dan tatacara (prosedur) dan syarat yang ditentukan

oleh undang-undang;

3. Pejabat umum oleh atau di hadapan siapa akta itu dibuat, harus mempunyai

wewenang untuk membuat akta tersebut; Berkenaan dengan kewenangan ini,

maka wewenang notaris tersebut meliputi 4 (empat) hal, yaitu:81

80
Lumban Tobing, op. cit., hal. 54.
81
Ibid, hal. 49-50.

Universitas Sumatera Utara


51

a. Notaris harus berwenang sepanjang yang menyangkut akta yang dibuat itu.

Wewenang notaris dalam pembuatan akta otentik sepanjang tidak

dikecualikan kepada pihak atau pejabat lain, atau notaris juga berwenang

membuatnya di samping dapat dibuat oleh pihak atau pejabat lain,

mengandung makna bahwa wewenang notaris dalam membuat akta otentik

mempunyai wewenang yang umum, sedangkan pihak lainnya mempunyai

wewenang terbatas;

b. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai orang-orang untuk

kepentingan siapa akta itu dibuat. Notaris tidak berwenang untuk membuat

akta untuk kepentingan setiap orang. Notaris tidak diperbolehkan membuat

akta, di dalam mana notaris sendiri, istri atau suamiya, keluarga sedarah

atau keluarga semenda dari notaris itu dalam garis lurus tanpa pembatasan

derajat dan dalam garis kesamping sampai dengan derajat ketiga, baik

secara pribadi maupun melalui kuasa, menjadi pihak.82 Maksud dan tujuan

dari ketentuan ini ialah untuk mencegah terjadinya tindakan memihak dan

penyalahgunaan jabatan;

c. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai tempat, dimana akta itu

dibuat. Setiap notaris ditentukan daerah jabatan hukumnya dan hanya

didalam daerah yang ditentukan baginya itu ia berwenang untuk membuat

akta otentik. Akta yang dibuat di luar daerah jabatannya adalah tidak sah;

82
Pasal 52 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

Universitas Sumatera Utara


52

d. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai waktu pembuatan akta itu.

Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya harus dalam keadaan aktif,

artinya tidak dalam keadaan cuti atau diberhentikan sementara waktu.

Notaris yang sedang cuti, sakit atau berhalangan sementara untuk

menjalankan tugas jabatannya. Agar tidak terjadi kekosongan, maka notaris

yang bersangkutan dapat menunjuk notaris Pengganti.

Selanjutnya secara substantif akta notaris dapat berupa :83

1. Suatu keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum yang dikehendaki oleh para

pihak agar dituangkan dalam bentuk akta otentik untuk dijadikan sebagai alat

bukti dan menjamin kepastian hukum dan tentunya berlaku sebagai undang-

undang bagi para pihak yang membuatnya.84

Contoh-contoh akta ini misalnya : yang menyangkut tentang orang antara lain:

Perjanjian Kawin, Pengakuan Anak Luar Kawin; yang menyangkut tentang

kebendaan antara lain : Wasiat, Pengangkatan Pelaksana Wasiat; yang

menyangkut tentang perikatan antara lain: Cessie, Jual Beli Saham, Sewa

Menyewa, Kuasa, Perjanjian, Jaminan Pribadi, dan lain sebagainya.

2. Berdasarkan peraturan perundang-undangan bahwa tindakan hukum tertentu

wajib dibuat dalam bentuk akta otentik, yaitu akta yang dibuat di hadapan

notaris. Ini jelas akibat dari tuntutan dan perkembangan jaman di era

83
Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik,
(Bandung: Refika Aditama, 2008), hal. 32.
84
Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata : “Semua perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

Universitas Sumatera Utara


53

globalisasi ini. Kebutuhan akta saat ini bukan semata-mata untuk alat bukti

dan kepastian hukum saja, tetapi sebagaimana disyaratkan atau diperintahkan

oleh peraturan, yang apabila tidak dibuat dalam bentuk akta otentik, maka

tindakan hukum tersebut tidak sah. Sebagai contoh antara lain sebagaimana

ternyata dalam ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun

1999 tentang Jaminan Fidusia yang memerintahkan bahwa pembebanan benda

dengan jaminan fidusia harus dibuat dengan akta notaris. Apabila akta Fidusia

ini tidak dibuat dalam akta notaris maka selain akta tersebut tidak sah, dampak

lainnya mengakibatkan kreditur tidak mempunyai hak preference.

Contoh lain sebagaimana ternyata dalam ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU

Nomor 40 Tahun 2007 yang memerintahkan untuk setiap pendirian Perseroan

Terbatas harus dengan akta notaris. Apabila tidak dibuat dengan akta notaris,

maka pendirian tersebut tidak sah dan tidak dapat dimohonkan pengesahannya

sebagai badan hukum ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia. Begitu juga dengan akta-akta perubahan data dan

perubahan anggaran dasar perseroan terbatas, harus dibuat dalam akta notaris.

Akta notaris/akta otentik mempunyai kekuatan nilai pembuktian:85

1. Lahiriah (Uitwendige Bewijskracht)

Kekuatan pembuktian lahiriah adalah kemampuan dari akta itu sendiri untuk

membuktikan dirinya sebagai akta otentik. Dengan kekuatan pembuktian

lahiriah ini, dimaksudkan agar akta itu mampu membuktikan dirinya sebagai
85
Lumban Tobing, op. cit., hal. 55-59.

Universitas Sumatera Utara


54

akta otentik dan kemampuan ini berdasarkan ketentuan Pasal 1875 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata86 tidak dapat diberikan kepada akta yang

dibuat di bawah tangan.

Akta otentik membuktikan sendiri keabsahannya atau biasa disebut dalam

bahasa latin “acta publica probant sese ipsa”, yaitu apabila suatu akta

kelihatannya sebagi akta otentik, maka akta itu dianggap sebagai akta otentik

sampai dapat dibuktikan bahwa akta itu adalah tidak otentik. Sepanjang

mengenai kekuatan pembuktian lahiriah ini, yang merupakan pembuktian

lengkap yaitu dengan tidak mengurangi pembuktian sebaliknya, maka akta

para pihak dan akta pejabat dalam hal ini adalah sama. Nilai pembuktian akta

notaris dari aspek lahiriah, akta tersebut harus dilihat apa adanya, bukan

dilihat ada apa. Secara lahiriah tidak perlu dipertentangkan dengan alat bukti

lainnya. Jika ada yang menilai bahwa suatu akta notaris tidak memenuhi

syarat sebagai akta, maka yang bersangkutan wajib membuktikan bahwa akta

tersebut secara lahiriah bukan akta otentik. Penyangkalan atau pengingkaran

bahwa secara lahiriah akta Notaris sebagai akta otentik, bukan akta otentik,

maka penilaian pembuktiannya harus didasarkan kepada syarat-syarat akta

notaris sebagai akta otentik. Pembuktian semacam ini harus dilakukan melalui

upaya gugatan ke pengadilan.

86
Pasal 1875 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata : “Suatu tulisan di bawah tangan yang
diakui oleh orang terhadap siapa tulisan itu hendak dipakai, atau yang dengan cara menurut undang-
undang dianggap sebagai diakui, memberikan terhadap orang-orang yang menandatanganinya serta
para ahli warisnya dan orang-orang yang mendapat hak dari pada mereka, bukti yang sempurna seperti
suatu akta otentik, dan demikian pula berlakulah ketentuan pasal 1871 untuk tulisan itu”.

Universitas Sumatera Utara


55

Penggugat harus dapat membuktikan bahwa secara lahiriah akta yang menjadi

obyek gugatan bukan akta notaris.87

2. Formal (Formele Bewijskracht)

Kekuatan pembuktian formal adalah kepastian bahwa sesuatu kejadian dan

fakta tersebut dalam akta betul-betul dilakukan oleh notaris atau diterangkan

oleh pihak-pihak yang menghadap. Dengan kekuatan pembuktian formal ini,

suatu akta otentik selain hanya membuktikan bahwa pajabat atau notaris telah

menyatakan dengan tulisan dalam akta yang dibuatnya, juga menegaskan

bahwa segala kebenaran yang diuraikan dalam akta seperti itu yang dilakukan

dan disaksikan oleh notaris.

Berkaitan dengan ini, arti formal dalam akta pejabat dapat dijelaskan bahwa

selain akta itu membuktikan kebenaran dari apa yang disaksikan yaitu dilihat,

didengar dan dilakukan oleh notaris, juga menjamin kebenaran tentang

tanggal, tanda tangan dan identitas dari para pihak yang hadir serta tempat

dibuatkannya akta itu. Adapun arti formal dalam akta para pihak, dapat

dijelaskan adanya keterangan dalam akta itu merupakan uraian yang telah

diterangkan oleh para pihak yang hadir, sedangkan kebenaran dari

keterangan-keterangan itu sendiri hanya dapat dipastikan antara para pihak

tersebut.

Baik akta pejabat maupun akta para pihak sama-sama mempunyai kekuatan

pembuktian formal dan berlaku terhadap setiap orang. Jika aspek formal
87
Adjie, Op.Cit, hal. 72.

Universitas Sumatera Utara


56

dipermasalahkan oleh para pihak, maka harus dibuktikan fomalitas dari akta,

yaitu harus dapat membuktikan ketidakbenaran hari, tanggal, bulan, tahun,

dan pukul menghadap, membuktikan ketidakbenaran mereka yang

menghadap, membuktikan ketidakbenaran apa yang dilihat, disaksikan dan

didengar oleh notaris. Selain itu juga harus dapat membuktikan

ketidakbenaran pernyataan atau keterangan para pihak yang

diberikan/disampaikan di hadapan notaris, dan ketidakbenaran tanda tangan

para pihak, saksi dan notaris ataupun ada prosedur pembuatan akta yang tidak

dilakukan. Dengan kata lain pihak yang mempermasalahkan akta tersebut

harus melakukan pembuktian terbalik untuk menyangkal aspek formal dari

akta notaris. Jika tidak mampu membuktikan ketidakbenaran tersebut, maka

akta tersebut harus diterima oleh siapapun.88

3. Materil (Materiele Bewijskracht)

Kekuatan pembuktian materil adalah kepastian bahwa apa yang tersebut

dalam akta itu merupakan pembuktian yang sah terhadap pihak-pihak yang

membuat akta atau mereka yang mendapat hak dan berlaku untuk umum,

kecuali ada pembuktian sebaliknya (tegenbewijs).

Keterangan atau pernyataan yang dituangkan atau dimuat dalam akta pejabat

(akta berita acara) atau keterangan para pihak yang diberikan/disampaikan di

hadapan notaris dan para pihak harus dinilai benar. Perkataan yang kemudian

dituangkan/dimuat dalam akta berlaku sebagai yang benar atau setiap orang
88
Ibid, hal. 72.

Universitas Sumatera Utara


57

yang datang menghadap notaris yang kemudian keterangannya

dituangkan/dimuat dalam akta harus dinilai benar berkata demikian. Jika

ternyata pernyataan/keterangan para penghadap tersebut menjadi tidak benar,

maka hal tersebut menjadi tanggung jawab para pihak sendiri.

Jika akan membuktikan aspek materil dari akta, maka yang bersangkutan harus

dapat membuktikan bahwa notaris tidak menerangkan atau menyatakan yang

sebenarnya dalam akta, atau para pihak yang telah benar berkata (di hadapan notaris)

menjadi tidak benar berkata, dan harus dilakukan pembuktian terbalik untuk

menyangkal aspek materil dari akta notaris.89

Dengan demikian akta notaris yang dijadikan alat bukti apabila terjadi sengketa,

merupakan bukti yang sempurna bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta

sekaligus orang yang mendapatkan hak daripadanya tentang apa yang disebut

didalamnya.90 Mempunyai kekuatan pembuktian sempurna artinya ialah bahwa isi

akta itu oleh pengadilan dianggap benar, sampai ada bukti perlawanan yang

melumpuhkan akta tersebut. Kekuatan pembuktian dari akta notaris yang merupakan

alat bukti tertulis yang sempurna yaitu karena juga kebenaran dari hal-hal yang

tertulis dalam akta tersebut harus diakui oleh hakim sehingga isinya dianggap benar

selama kebenarannya itu tidak ada pihak lain yang dapat membuktikan sebaliknya.

Demikian juga halnya dengan akta perubahan anggaran dasar perseroan yang

dibuat di depan notaris dan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku

89
Ibid, hal. 74.
90
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), Op.Cit, Pasal 1870.

Universitas Sumatera Utara


58

tentunya merupakan suatu akta otentik yang memiliki kekuatan hukum pembuktian

sesuai dengan keberadaannya. Hanya saja dalam kapasitas ini ada Undang-Undang

No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas khususnya Pasal 21 mengatur bahwa

perubahan anggaran dasar tertentu harus mendapat persetujuan Menteri.

Selanjutnya Pasal 21 ayat (7) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas mengatur bahwa : "Permohonan persetujuan perubahan anggaran

dasar sebagaimanadimaksud pada ayat (2) diajukan kepada Menteri, paling lambat 30

(tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal akta notaris yang memuat perubahan

anggaran dasar".

Ketentuan Pasal 21 ayat (7) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas diikuti pula dengan pasal yang sama ayat (9) yang berbunyi:

"Setelah lewat batas waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud pada ayat(6)

permohonan persetujuan atau pemberitahuan perubahan anggaran dasar tidakdapat

diajukanatau disampaikan kepada Menteri".

Ketentuan lainnya yang perlu diperhatikan adalah Pasal 23 UU No. 40 Tahun

2007, terhadap perubahan anggaran dasar ditentukan sebagai berikut:

1) Perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2)


mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya keputusan menteri mengenai
persetujuan perubahan anggaran dasar;
2) Perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3)
mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya surat penerimaan
pemberitahuan perubahan anggaran dasar oleh Menteri;
3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku
dalam hal undang-undang ini menentukan lain.

Berdasarkan uraian di atas maka disebabkan ketentuan peraturan perundang-

Universitas Sumatera Utara


59

undangan khususnya Pasal 21 dan Pasal 23 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas tidak dipenuhi dalam kaitannya dengan akta perubahan

anggaran dasar perseroan karena lewat waktu pendaftaran maka akta notaris

perubahan anggaran dasar perseroan meskipun merupakan akta otentik menjadi tidak

berlaku. Terhadap perseroan tersebut secara hukum tetap bersandarkan kepada akta

anggaran dasar sebelumnya yang belum dirubah.

Universitas Sumatera Utara


60

BAB III

PERTANGGUNGJAWABAN PERSEROAN TERBATAS KEPADA PIHAK


KETIGA TERHADAP PERUBAHAN ANGGARAN DASAR YANG TIDAK
DIDAFTARKAN DI KEMENTRIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

A. Syarat-syarat Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan Terbatas

Perseroan Terbatas adalah sebuah badan hukum yang terdiri dari persekutuan

modal, pendiriannya didasarkan pada perjanjian dan usaha yang dilakukannya

disesuaikan dengan modal dasar yang dibagi ke dalam saham-saham yang dimiliki

oleh pemilik perseroan. Sebagai pemilik saham para pendiri Perseroan Terbatas

diberi bukti surat saham sebagai bukti bahwa ia turut menyertakan modal.91 Para

pemegang saham memiliki tanggung jawab terbatas pada modal yang ia masukkan ke

perseroan dan bila perseroan terkait dengan sebuah kasus utang piutang maka hal ini

terlepas dari harta kekayaan para pemegang saham. Dengan demikian kita bisa

melihat seberapa hebat sebuah Perseroan Terbatas dengan mengidentifikasi anggaran

dasarnya.

Dalam sebuah anggaran dasar dicantumkan segala hal terkait kewajiban dan hak,

tugas dan tanggung jawab seluruh elemen perseroan terbatas. Dengan demikian bisa

dijelaskan bahwa anggaran dasar Perseroan Terbatas menjadi bentuk konkrit dari

badan hukum sebuah Perseroan Terbatas.

Terkait perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas, maka sesuai dengan UU

91
Bimara Solusindo, "Mencermati Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas", melalui
http://www.bimarasolusindo.co.id/mencermati-perubahan-anggaran-dasar-perseroan-terbatas/,
diakses tanggal 29 September 2017.

Universitas Sumatera Utara


61

No. 40 Tahun 2007, anggaran dasar dari sebuah Perseroan Terbatas harus berisi

setidak-tidaknya:

1. Nama dan kedudukan Perseroan Terbatas


2. Tujuan didirikan dan maksud pendirian Perseroan Terbatas
3. Lingkup usaha yang dilakukan oleh Perseroan Terbatas
4. Lama waktu di mana sebuah Perseroan Terbatas didirikan
5. Modal Perseroan Terbatas
6. Segal hal yang terkait dengan saham (Nilai, jumlah, dan klasifikasi berikut
hak dari setiap saham)
7. Jajaran Komisaris Perseroan Terbatas beserta anggota direksinya
8. RUPS berikut cara-cara di mana RUPS diselenggarakan
9. Cara untuk mengangkat, mengganti, dan memberhentikan anggota direksi
serta dewan komisaris
10. Cara-cara di mana laba digunakan dan dividen dibagikan.92
Dalam melaksanakan lingkup bisnis yang berjalan dengan baik (evolving)

biasanya memerlukan penyesuaian disana sini. Mulai dari penambahan modal,

perubahan pemegang saham, atau bahkan hanya sekedar perpindahan alamat kantor

karena yang sekarang tidak bisa lagi menampung karyawan yang ada.

Perubahan yang berkaitan dengan identitas atau informasi perusahaan, apapun

bentuknya, harus memperhatikan aturan yang berlaku. Informasi yang dimaksud

tertulis di anggaran dasar perusahaan. Kalau informasi tersebut berubah artinya harus

dilakukan perubahan anggaran dasar. 93

Informasi perusahaan yang ada di anggaran dasar diantaranya nama dan tempat

kedudukan perusahaan; jangka waktu berdirinya perusahaan; maksud dan tujuan serta

kegiatan usaha; jumlah modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor; nama

92
Ibid.
93
Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas. (Bandung: Alumni.
2004), hal. 54.

Universitas Sumatera Utara


62

jabatan dan jumlah anggota direksi dan komisaris; penetapan tempat dan tata cara

penyelenggaraan RUPS; dan tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.94

Perubahan identitas atau informasi suatu Perseroan Terbatas tidak bisa

dilakukan secara sepihak karena memerlukan peran notaris dan negara, dalam hal ini

Kementerian Hukum dan HAM (Menteri). Sebab, selain perubahan harus dibuat

dalam akta notaris, ada perubahan informasi perusahaan yang memerlukan

persetujuan Menteri dan ada yang cukup dengan pemberitahuan. Agar perubahan

identitas perusahaan berjalan dengan baik, sesuai aturan, dan tidak merugikan pihak

ketiga.

Beberapa syarat-syarat perubahan anggaran dasar perseroan terbatas,

meliputi:

1. Perubahan Anggaran Dasar Ditetapkan RUPS

Perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas diatur dalam Bagian Kedua

Paragraf 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(UUPT). Untuk mengubah anggaran dasar suatu perusahaan yang berbentuk

Perseroan Terbatas, dapat diadakan RUPS. Hal ini diatur di Pasal 19 UUPT. Jika

RUPS sudah dilaksanakan, disetujui, dan memenuhi persyaratan kuorum, persetujuan

itu akan dituangkan dalam berita acara rapat yang dibuat oleh notaris dan selanjutnya

dibuat dalam bentuk akta perubahan anggaran dasar oleh notaris.

Pasal 19 ayat (1) UUPT yang berbunyi “Perubahan anggaran dasar ditetapkan

94
Widjaja, IG. Rai. Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas. (Jakarta: egapoint Divisi
Kesaint Blanc. 2002), hal. 32.

Universitas Sumatera Utara


63

oleh RUPS.” Dari bunyi Pasal ini jelas bahwa perubahan anggaran dasar merupakan

kewenangan dari RUPS.

Selanjutnya pada Pasal 19 ayat (2) UUPT diatur bahwa “Acara mengenai

perubahan anggaran dasar wajib dicantumkan dengan jelas dalam panggilan RUPS.”

Berdasarkan bunyi Pasal 19 ayat (2) UUPT ini maka perubahan anggaran dasar

dalam forum pemegang saham (RUPS) hanya dapat dilakukan jika agenda tersebut

(perubahan anggaran dasar) telah dicantumkan sebelumnya dengan jelas dalam

panggilan RUPS. Dengan jelas artinya pencantuman agenda perubahan anggaran

dalam panggilan RUPS adalah terang, pasti dan tidak menimbulkan

keraguan/pertanyaan atau persepsi. Dapat pula dimaknai jelas sebagai jelas secara

tertulis dan jelas secara maksud. 95

Bila mengadakan RUPS secara fisik sulit untuk diselenggarakan misalnya

karena satu atau beberapa pemegang saham sedang berada di luar kota atau luar

negeri, maka untuk merubah anggaran dasar dapat dilakukan melalui penerbitan

sirkuler. Penggunaan sirkuler dimungkinkan dalam Pasal 21 ayat (5) UUPT. Jadi, jika

tidak ada berita acara rapat, maka dapat dibuat sirkuler yang harus ditandatangani

oleh seluruh pemegang saham Perseroan Terbatas. Sirkuler itulah yang kemudian

dijadikan bentuk akta perubahan anggaran dasar oleh notaris. Namun perlu diketahui,

untuk menuangkan sirkuler dalam bentuk akta harus dilakukan dalam jangka waktu

selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) hari sejak tanggal keputusan RUPS atau

95
Easybiz, Seputar Perubahan Anggaran Dasar PT Yang Wajib Anda Pahami", melalui
http://easybiz.id/seputar-perubahan-anggaran-dasar-pt-yang-wajib-anda-pahami/, diakses tanggal 28
September 2017.

Universitas Sumatera Utara


64

tanggal ditandatanganinya sirkuler dimaksud. Lewat dari 30 hari maka sirkuler

tersebut tidak berlaku lagi dan harus dibuatkan yang baru. 96

2. Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Pailit

Pasal 20 ayat (1) UUPT “Perubahan anggaran dasar Perseroan yang telah

dinyatakan pailit tidak dapat dilakukan, kecuali dengan pesetujuan kurator".

Selanjutnya dalam Penjelasan Pasal 20 ayat (1) UUPT diterangkan bahwa

“Persetujuan kurator dilaksanakan sebelum pengambilan keputusan perubahan

anggaran dasar. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan adanya

penolakan oleh kurator sehingga berakibat keputusan perubahan anggaran dasar

menjadi batal.”

Pasal 20 ayat (2) “Persetujuan kurator sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilampirkan dalam permohonan persetujuan atau pemberitahuan perubahan anggaran

dasar kepada Menteri.” Dari bunyi Pasal diatas dapatlah dijelaskan bahwa:

a. Perubahan anggaran dasar perseroan yang telah dinyatakan pailit hanya

dapat dilakukan dengan persetujuan kurator;

b. Tanpa persetujuan kurator perubahan anggaran dasar perseroan yang

telah dinyatakan pailit tidak dapat dilakukan;

c. Persetujuan kurator tersebut dilaksanakan sebelum pengambilan

keputusan perubahan anggaran dasar. Sebelum pengambilan keputusan

artinya persetujuan tersebut telah dimiliki sebelum RUPS dilaksanakan

hingga saat-saat akhir sebelum pengambilan keputusan perubahan


96
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


65

anggaran dasar tersebut dalam forum RUPS;

d. Persetujuan kurator perihal perubahan anggaran dasar dilampirkan dalam

permohonan persetujuan atau pemberitahuan perubahan anggaran dasar

kepada menteri.

3. Perubahan Anggaran Dasar Tertentu Harus Disetujui Menteri

Pasal 21 ayat (1) UUPT “Perubahan anggaran dasar tertentu harus mendapat

persetujuan Menteri.” Pasal 21 ayat 2 UUPT “Perubahan anggaran dasar tertentu

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Nama Perseroan dan/atau tempat kedudukan Perseroan;


b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
c. Jangka waktu berdirinya Perseroan;
d. Besarnya modal dasar;
e. Pengurangan modal ditempatkan dan disetor; dan/atau
f. Status Perseroan yang tertutup menjadi Perseroan Terbuka atau sebaliknya.

Pasal 21 ayat (3) “Perubahan anggaran dasar selain sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) cukup diberitahukan kepada Menteri.”

4. Perubahan Anggaran Dasar Dimuat/Dinyatakan Dalam Akta Notaris

Hal ini dinyatakan dalam Pasal 21 ayat (4) UUPT “Perubahan anggaran dasar

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dimuat atau dinyatakan dalam akta

notaris dalam bahasa Indonesia.” Pasal 21 ayat (4) UUPT diatas tidak mewajibkan

atau mengharuskan perubahan anggaran dasar yang telah ditetapkan oleh RUPS harus

dimuat atau dinyatakan dalam akta notaris. Mengapa? Karena kita tidak menemukan

kata harus atau wajib dalam Pasal tersebut.

Hanya saja untuk memaknai Pasal 21 ayat (4) UUPT di atas tersebut harus

Universitas Sumatera Utara


66

dikorelasikan dengan Pasal 21 ayat (5) UUPT “Perubahan anggaran dasar yang tidak

dimuat dalam akta berita acara rapat yang dibuat notaris harus dinyatakan dalam akta

notaris paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS.” 97

Setelah mengkorelasikan Pasal 21 ayat (4) dengan Pasal 21 ayat (5) maka

didapati bahwa “dimuat atau dinyatakan dalam akta notaris” tidak wajib atau

setidaknya belum wajib saat keputusan RUPS tentang perubahan anggaran dasar

tersebut diputus dan ditetapkan, artinya UUPT masih memberikan keleluasaan

kepada forum RUPS untuk tidak/belum memuat hasil keputusan tersebut dalam akta

notaris. Mungkin saja pembuat undang-undang memberikan keleluasaan agar forum

RUPS dapat lebih berkonsentrasi/fokus kepada agenda perubahan anggaran dasar

tersebut dengan tidak mewajibkannya. Karena pemuatan atau pernyataan dalam akta

notaris masih bisa dilakukan setelah rapat RUPS tersebut selesai dengan memberikan

selang waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak keputusan RUPS.

Pasal 21 ayat (6) UUPT “Perubahan anggaran dasar tidak boleh dinyatakan

dalam akta notaris setelah lewat batas waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana

dimaksud pada ayat (5).”

5. Perpanjangan Jangka Waktu Berdiri Perseroan

Pasal 22 ayat (1) UUPT “Permohonan persetujuan perubahan anggaran dasar

mengenai perpanjangan jangka waktu berdirinya Perseroan sebagaimana ditetapkan

dalam anggaran dasar harus diajukan kepada Menteri paling lambat 60 (enam puluh)

97
Asevy Sobari, "Perubahan Anggaran DAsar PT", melalui
http://asevysobari.blogspot.co.id/2014/07/perubahan-anggaran-dasar-pt-bag-i.html, Diakses tanggal
29 September 2017.

Universitas Sumatera Utara


67

hari sebelum jangka waktu berdirinya Perseroan berakhir.“

Pasal 22 ayat (2) UUPT “Menteri memberikan persetujuan atas permohonan

perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat pada

tanggal terakhir berdirinya Perseroan.” Artinya permohonan perpanjangan jangka

waktu berdirinya perseroan diberikan paling lambat 60 (enam puluh) hari sebelum

jangka waktu berdirinya perseroan berakhir. Tentu saja RUPS dengan agenda

perubahan anggaran dasar tentang perpanjangan jangka waktu berdirinya perseroan

dilaksanakan sebelum 60 (enam puluh) hari tersebut;

Paling lambat pada Pasal 22 ayat (1) UUPT artinya paling telat, memberikan batas

akhir dapat diterima, dengan demikian dapat juga diajukan sebelum 60 (enam puluh)

hari tersebut. Misalnya: 90 hari atau 120 hari sebelum jangka waktu berdirinya

perseroan berakhir. Sedangkan “paling lambat” yang dimaksud pada Pasal 22 ayat (2)

UUPT artinya menteri dapat memberikan persetujuan perpanjangan jangka waktu

berdirinya perseroan disaat saat injury time, yaitu saat tanggal terakhir berdirinya

perseroan. Dapat pula misalnya bila permohonan diajukan bahkan 120 hari sebelum

jangka waktu berdirinya perseroan berakhir, keesokan harinya menteri memberikan

persetujuan.98

B. Akibat Hukum Tidak Dilaksanakannya Pendaftaran Perubahan Anggaran


Dasar Perseroan

Pada dasarnya tidak ada pengaturan yang mengatur secara eksplisit bagaimana

status perikatan yang dibuat sebelum akta perubahan anggaran dasar mendapat

98
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


68

persetujuan Menteri atau telah diberitahukan kepada Menteri.

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT),

mengenai perubahan anggaran dasar, dikatakan bahwa ada perubahan anggaran dasar

yang harus mendapatkan persetujuan Menteri Hukum dan HAM RI, 99 dan ada yang

hanya perlu diberitahukan kepada Menteri.100 Dari rumusan Pasal 21 Undang-

Undang Perseroan Terbatas, dapat dilihat bahwa Undang-Undang Perseroan Terbatas

tidak menyebutnya dengan “disahkan”, tetapi “mendapat persetujuan” atau

“diberitahukan”.

Untuk perubahan anggaran dasar yang harus mendapat persetujuan Menteri,

perubahan anggaran dasar tersebut berlaku sejak tanggal diterbitkannya Keputusan

Menteri mengenai persetujuan anggaran dasar 101. Sedangkan dalam hal perubahan

anggaran dasar hanya perlu diberitahukan kepada Menteri, perubahan anggaran dasar

tersebut berlaku sejak tanggal diterbitkannya surat penerimaan pemberitahuan

perubahan anggaran dasar oleh Menteri.102

Dalam Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas dikatakan bahwa Menteri mengumumkan dalam Tambahan Berita

Negara Republik Indonesia (TBN) mengenai akta pendirian perseroan serta akta

perubahan anggaran dasar (baik perubahan anggaran dasar yang harus mendapat

99
Pasal 21 ayat (1) jo. Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas
100
Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
101
Pasal 23 ayat (1) jo. Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas
102
Pasal 23 ayat (1) jo. Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas

Universitas Sumatera Utara


69

persetujuan Menteri maupun yang hanya perlu diberitahukan kepada Menteri).

Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas:

Menteri mengumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia:


a. Akta pendirian Perseroan beserta Keputusan Menteri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4);
b. Akta perubahan anggaran dasar Perseroan beserta Keputusan Menteri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1);
c. Akta perubahan anggaran dasar yang telah diterima pemberitahuannya
oleh Menteri.

Sedangkan pada peraturan lama mengenai Perseroan Terbatas menurut

Undang-undang No.1 Tahun 1995, dikatakan didalam Pasal 21 ayat 1 adalah bahwa:

1. Direksi perseroan wajib mendaftarkan dalam Daftar Perusahaan:

a. Akta Pendirian beserta surat pengesahan Menteri sebagaimana yang dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (6);

b. Akta perubahan Anggaran Dasar beserta surat persetujuan Menteri

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2); atau

c. Akta perubahan Anggaran Dasar beserta laporan kepada Menteri sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3)

M. Yahya Harahap103 mengatakan bahwa sehubungan dengan pengumuman

ini, terkandung dua permasalahan hukum yang perlu mendapat perhatian. Pertama;

pengumuman dari segi hukum, merupakan asas “publisitas” (publiciteit, publicity)

kepada masyarakat atau pihak ketiga. Keabsahannya kepada pihak ketiga sebagai

103
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hal. 230-
231.

Universitas Sumatera Utara


70

perseroan boleh dikatakan digantungkan pada pengumumannya dalam TBN. Oleh

karena itu, meskipun perseroan telah mendapat pengesahan dari Menteri sebagai

badan hukum atau perubahan anggaran dasar telah mendapat persetujuan Menteri

maupun telah disampaikan pemberitahuannya, maka selama hal itu belum

diumumkan dalam TBN, belum sah dan belum mengikat kepada pihak ketiga.

Kedua; kelalaian (negligence) Menteri mengumumkan pengesahan perseroan

sebagai badan hukum, atau kelalaian mengumumkan persetujuan atau pemberitahuan

perubahan anggaran dasar dari tenggang waktu yang ditentukan, dapat dikategorikan

sebagai perbuatan melawan hukum berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa perubahan anggaran

dasar mengikat pihak ketiga setelah ada pengumuman dalam TBN, maka perjanjian

utang piutang antara perseroan dengan pihak ketiga masih terikat dengan anggaran

dasar perseroan sebelum perubahan. Tentu saja dapat dilakukan langkah hukum jika

Perseroan Terbatas tersebut wanprestasi. Ini karena perubahan anggaran dasar tidak

dapat menghilangkan hak pihak ketiga untuk melakukan gugatan atas dasar

wanprestasi yang dilakukan oleh Perseroan Terbatas. Selain itu, selama pihak ketiga

merasa bahwa haknya dilanggar oleh Perseroan Terbatas berdasarkan perjanjian di

antara keduanya, pihak ketiga dapat bertindak sebagai penggugat, menggugat

Perseroan Terbatas atas dasar wanprestasi.

Menurut Retnowulan Sutantio, dan Iskandar Oeripkartawinata,104 mengatakan

104
Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata: Dalam Teori
dan Praktek, (Bandung: Alumni, 2002), hal. 3.

Universitas Sumatera Utara


71

penggugat adalah seorang yang “merasa” bahwa haknya dilanggar dan menarik orang

yang “dirasa” melanggar haknya itu sebagai tergugat dalam suatu perkara ke depan

hakim. Di dalam hukum acara perdata, inisiatif, yaitu ada atau tidak adanya suatu

perkara, harus diambil oleh seseorang atau beberapa orang yang merasa, bahwa

haknya atau hak mereka dilanggar, yaitu oleh penggugat atau para penggugat.

C. Pertanggungjawaban Hukum atas Perubahan Anggaran Perseroan Yang


Tidak Didaftarkan Terhadap Pihak Ketiga

Tangungjawab diartikan sebagai keadaan wajib menanggung segala sesuatunya

(kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkirakan) dan sebagainya.

Hak fungsi menerima pembebasan sebagai akibat sikap pihak sendiri atau pihak

lain.105 Tanggungjawab sebagaimana kajian dalam penelitian ini adalah

tanggungjawab yang berkaitan dengan hukum, sehingga dengan demikian istilah

tanggungjawab itu sering dikaitkan dengan istilah pertanggungjawaban hukum.

Prinsip tentang tanggungjawab merupakan perihal yang sangat penting dalam

hukum. Dalam kasus-kasus pelanggaran hak masyarakat, diperlukan kehati-hatian

dalam menganalisis pihak yang harus bertanggungjawab dapat dibebankan kepada

pihak-pihak terkait.106 Beberapa sumber formal hukum, seperti peraturan perundang-

undangan dan perjanjian standar di lapangan hukum keperdataan kerap memberikan

pembatasan-pembatasan terhadap tanggung jawab yang dipikul oleh si pelanggar hak

105
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2008), hal. 1398.
106
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. (Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2006), hal. 72.

Universitas Sumatera Utara


72

konsumen.107

“Secara umum, prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat di

bedakan sebagai berikut: (1) kesalahan (liability based on fault), (2) praduga selalu

bertanggung jawab (presumption of on liability), (3) praduga selalu tidak bertanggung

jawab (presumption of nonliability), (4) tanggung jawab mutlak (strict liability), (5)

pembatasan tanggung jawab (limitation of liability)”.108

Berdasarkan uraian di atas prinsip-prinsip tanggung jawab dapat di jelaskan

sebagai berikut:

a. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Unsur Kesalahan

Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (fault liability atau liability

based on fault) adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan

perdata. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, khususnya Pasal 1365, 1366,

dan 1367, prinsip ini dipegang secara teguh. 109

Prinsip ini menyatakan, seseorang baru dapat dimintakan

pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan yang

dilakukannya.110 Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang lazim

dikenal sebagai pasal tentang perbuatan melawan hukum, mengharuskan

terpenuhinya empat unsur pokok, yaitu:

2. Adanya perbuatan;
3. Adanya unsur kesalahan;

107
Ibid.
108
Ibid., hal. 73.
109
Ibid.
110
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


73

4. Adanya kerugian yang diderita;


5. Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.111

Yang dimaksud kesalahan adalah unsur yang bertentangan dengan hukum.

Pengertian “hukum”, tidak hanya bertentangan dengan undang-undang, tetapi juga

kepatutan dan kesusilaan dalam masyarakat.112 Secara Common sense, asas tanggung

jawab ini dapat diterima karena adalah adil bagi orang yang berbuat salah untuk

mengganti kerugian bagi pihak korban. Dengan kata lain, tidak adil jika orang yang

tidak bersalah harus menganti yang di derita orang lain.113

b. Prinsip Praduga Untuk Selalu Bertanggung Jawab

Prinsip ini menyatakan, tergugat selalu dianggap bertanggung jawab

(presumption of liability principle), sampai ia dapat membuktikan bahwa ia tidak

bersalah. Jadi, beban pembuktian ada pada si tergugat. 114

Kata “dianggap” pada prinsip “presumption of liability” adalah penting, karena

ada kemungkinan tergugat membebaskan diri dari tanggung jawab, yaitu dalam hal ia

dapat membuktikan bahwa ia telah “mengambil” semua tindakan yang diperlukan

untuk menghindarkan terjadinya kerugian. 115

Dasar pemikiran dari Teori Pembalikan Beban Pembuktian adalah seseorang

yang di anggap bersalah, sampai yang bersangkutan dapat membuktikan sebaliknya.

111
Ibid.
112
Ibid.
113
Ibid.
114
Ibid.
115
Sam Heru, "Teori Pertanggungjawaban", Melalui http://tanpajudul08.blogspot.
com/2014/09/teori-pertanggungjawaban.html, Diakses tanggal 6 September 2016, Pukul 11.30 WIB.

Universitas Sumatera Utara


74

Hal ini tentu bertentangan dengan asas hukum praduga tidak bersalah (presumption of

innocence). Teori ini jika digunakan, maka yang berkewajiban untuk membuktikan

kesalahan itu ada pada pihak yang digugat. Tergugat harus menghadirkan bukti-bukti

bahwa dirinya tidak bersalah.116

c. Prinsip Praduga Untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab

Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip yang kedua, prinsip praduga untuk tidak

selalu bertanggung jawab (presumption of nonliability principle) hanya dikenal dalam

lingkup transaksi yang sangat terbatas, dan pembatasan demikian biasanya secara

Common sense dapat dibenarkan.117

“Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab ini tidak lagi di

terapkan secara mutlak, dan mengarah kepada prinsip tanggung jawab dengan

pembatasan uang ganti rugi”.118

d. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak

Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) sering diidentikkan dengan

prinsip tanggung jawab absolut (absolute liability). Kendati demikian ada pula para

ahli yang membedakan kedua terminologi di atas.119

Ada pendapat yang menyatakan, strict liability adalah prinsip tanggung jawab

yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan. Namun, ada

pengecualian-pengecualian yang memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung

116
Shidarta, Op.Cit., hal. 77.
117
Ibid.
118
Ibid.
119
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


75

jawab, misalnya pada keadaan force majeure. Sebaliknya absolute liability adalah

prinsip tanggung jawab tanpa kesalahan dan tidak ada pengecualiannya. Selain itu,

ada pandangan yang agak mirip, yang mengaitkan perbedaan keduanya pada ada atau

tidak adanya hubungan kausalitas antara subjek yang bertanggung jawab dan

kesalahannya. Pada strict liability, hubungan itu harus ada, sementara pada absolute

liability, hubungan itu tidak selalu ada. Maksudnya, pada absolute liability, dapat saja

si tergugat yang di mintai pertanggungjawaban itu bukan si pelaku langsung

kesalahan tersebut.120

e. Prinsip Tanggung Jawab Dengan Pembatasan

Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan (limitation of liability principle) ini

sangat disenangi oleh pengusaha untuk dicantumkan sebagai klausula eksonerasi

dalam perjanjian standar yang dibuatnya. Dalam perjanjian cuci cetak film, misalnya

ditentukan, bila film yang ingin dicuci atau dicetak itu hilang atau rusak (termasuk

akibat kesalahan petugas), maka dalam kapasitas hanya dibatasi ganti kerugian

sebesar sepuluh kali harga satu rol film baru.121

Tanggung jawab (responsibility) merupakan suatu refleksi tingkah laku manusia.

Penampilan tingkah laku manusia terkait dengan kontrol jiwanya, merupakan bagian

dari bentuk pertimbangan intelektualnya atau mentalnya. Bilamana suatu keputusan

telah diambil atau ditolak, sudah merupakan bagian dari tanggung jawab dan akibat

pilihannya. Tidak ada alasan lain mengapa hal itu dilakukan atau ditinggalkan.

120
Ibid., hal. 78.
121
Ibid., hal. 79.

Universitas Sumatera Utara


76

Keputusan tersebut dianggap telah dipimpin oleh kesadaran intelektualnya. Tanggung

jawab dalam arti hukum adalah tanggung jawab yang benar-benar terkait dengan hak

dan kewajibannya, bukan dalam arti tanggung jawab yang dikaitkan dengan gejolak

jiwa sesaat atau yang tidak disadari akibatnya. 122

Profesional itu bertanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada masyarakat.

Bertanggung jawab kepada diri sendiri, artinya dia bekerja karena integritas moral,

intelektual dan profesional sebagai bagian dari kehidupannya. Dalam memberikan

pelayanan sebagai bagian dari kehidupannya. Dalam memberikan pelayanan, seorang

profesional selalu mempertahankan cita-cita luhur profesi sesuai dengan tuntutan

kewajiban hati nuraninya, bukan karena sekedar hobi belaka. Bertanggung jawab

kepada masyarakat, artinya kesediaan memberikan pelayanan sebaik mungkin tanpa

membedakan antara pelayanan bayaran dan pelayanan cuma-cuma serta

menghasilkan layanan yang bermutu, yang berdampak positif bagi masyarakat.

Pelayanan yang diberikan tidak semata-mata bermotif mencari keuntungan,

melainkan juga pengabdian kepada sesama manusia. Bertanggung jawab juga berani

menanggung segala resiko yang timbul akibat dari pelayanannya itu. Kelalaian dalam

melaksanakan profesi menimbulkan dampak yang membahayakan atau mungkin

merugikan diri sendiri, orang lain dan berdosa kepada Tuhan.123

Sebagaimana disebutkan dalam Bab II tentang kedudukan akta perubahan

anggaran dasar yang tidak didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM RI, maka

122
Ronny Hanito, Hukum dan Masalah Penyelesaian Konflik, (Semarang: Majalah Fakutas
Hukum UNDIP), 2011, hal. 54.
123
Ibid, hal. 55.

Universitas Sumatera Utara


77

ketentuan anggaran yang berlaku bagi perseroan tersebut adalah anggaran dasar

sebelumnya yang belum dirubah, sehingga hal-hal yang berhubungan dengan pihak

ketiga berlaku ketentuan anggaran dasar yang belum diubah.

Seperti yang diketahui di dalam suatu Perseroan Terbatas (“Perseroan”) terdapat

organ-organ di dalamnya yang memegang wewenang dan tanggung jawab masing-

masing. Organ-organ tersebut terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),

Direksi dan Dewan Komisaris. Pasal 1 angka 4, angka 5 dan angka 6 Undang-undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) mengatur definisi yang

dimaksud dengan ketiga organ tersebut. RUPS memegang segala wewenang yang

tidak diserahkan kepada Direksi dan Dewan Komisaris. 124 Sedangkan Direksi adalah

organ Perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk

kepentingan dan tujuan Perseroan, serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun

di luar pengadilan, sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Kemudian, yang

dimaksud dengan Dewan Komisaris adalah organ Perseroan yang bertugas

melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar

serta memberi nasehat kepada Direksi.

Berikut ini adalah tanggung jawab yang harus dipegang oleh setiap Direksi dan

Dewan Komisaris dalam Perseroan:

1. Tanggung Jawab Direksi

Menurut Pasal 97 ayat (2) UUPT, setiap anggota Direksi bertanggung jawab

124
Sofie Widyana P. "Tanggung Jawab Direksi dan Dewan Komisaris dalam Perseroan
Terbatas", melalui http://www.hukumperseroanterbatas.com/pemegang-saham-2/tanggung-jawab-
direksi-dan-dewan-komisaris-dalam-perseroan-terbatas/, diakses tanggal 29 September 2017.

Universitas Sumatera Utara


78

penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah

atau lalai dalam menjalankan tugasnya.. Apabila Direksi terdiri dari atas 2 (dua)

anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud diatas, berlaku

secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi. Berdasarkan Pasal 97 ayat (3)

UUPT, anggota Direksi tidak dapat dipertanggung jawabkan atas kerugian

sebagaimana yang dimaksud diatas, apabila dapat membuktikan:

a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;


b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk
kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;
c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak
langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan
d. Telah mengambil tindakan untuk mencagah timbul atau selanjutnya kerugian
tersebut.125

Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan harta

pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan dalam kepailitan

tersebut, maka Pasal 104 ayat (2) UUPT mengatur bahwa setiap anggota Direksi

secara tanggung-renteng bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang tidak

terlunasi dari harta pailit tersebut. Tanggung jawab yang dimaksud diatas, berlaku

juga bagi Direksi yang salah atau lalai yang pernah menjabat sebagai anggota Direksi

dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan.

Anggota Direksi dapat tidak bertanggung jawab atas kepailitan Perseroan

sebagaimana dimaksud diatas, jika dapat membuktikan bahwa: (i) kepailitan tersebut

bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; (ii) telah melakukan pengurusan dengan

itikad baik, kehati-hatian, dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan Perseroan
125
Ibid

Universitas Sumatera Utara


79

dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; (iii) tidak mempunyai benturan

kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang

dilakukan; dan (iv) telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan.

2. Tanggung Jawab Dewan Komisaris

Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan Perseroan sebagaimana

yang dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) UUPT yaitu dalam hal melakukan

pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik

mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasehat kepada Direksi.

Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan

bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberikan nasehat

kepada Direksi untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan

Perseroan. Kemudian setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab

secara pribadi atas kerugian Perseroan, apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai

menjalankan tugasnya. Jika Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua) anggota Dewan

Komisaris atau lebih, maka tanggung jawab sebagaimana dimaksud diatas, berlaku

secara tanggung renteng bagi setiap anggota Dewan Komisaris (Pasal 114 ayat (3)

UUPT). Namun, Dewan Komisaris tidak dapat dipertanggung jawabkan atas

kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat Pasal 114 ayat (3) UUPT apabila dapat

membuktikan:

a. Telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk

kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

b. Tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung

Universitas Sumatera Utara


80

atas tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian; dan

c. Telah memberikan nasehat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau

berlanjutnya kerugian tersebut.

Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian Dewan

Komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang dilaksanakan

oleh Direksi dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban

Perseroan akibat kepailitan tersebut, Pasal 114 ayat (4) UUPT mengatur bahwa setiap

anggota Dewan Komisaris secara tanggung renteng ikut bertanggung jawab dengan

anggota Direksi atas kewajiban yang belum dilunasi. Tanggung jawab sebagaimana

dimaksud diatas, berlaku juga bagi anggota Dewan Komisaris yang sudah tidak

menjabat 5 (lima) tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan. Namun,

anggota Dewan Komisaris tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas kepailitan

Perseroan sebagaimana dimaksud diatas, apabila dapat membuktikan bahwa: (i)

kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; (ii) telah melakukan

tugas pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan Perseroan

dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; (iii) tidak mempunyai kepentingan

pribadi, baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan oleh Direksi

yang mengakibatkan kepailitan; dan (iv) telah memberikan nasehat kepada Direksi

untuk mencegah terjadinya kepailitan.

Universitas Sumatera Utara


81

BAB IV

PENYELESAIAN DAN PROSES HUKUM SERTA SOLUSI YANG


DILAKUKAN DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR
183/Pdt.G/2014/PN.Jaksel

A. Kasus Posisi

1. Duduk Perkara

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No: 183/Pdt.G/2014/PN. Jkt.Sel.

adalah perkara antara para pihak yang bersengketa Nico Lieke, Swasta, beralamat di

Jalan Pelepah Hijau III TL 2 No. 12A Jakarta Utara, Pemegang Kartu Tanda

Penduduk Nomor 09.5106.110875.4036, dalam hal ini bertindpak selaku pemegang

900 (sembilan ratus) saham kelas A dan 100 (seratus) saham kelas B pada PT. True

North Birdge Capital, berkedudukan di Jalan Prof. Dr. Satrio Blok C4 Lantai 2 Kav.

23 Jakarta Selatan, berdasarkan Akta Pendirian pada PT. True North Bridge Capital

Nomor : 34 yang dibuat dihadapan Stephanie Wilamarta, SH., Notaris di Jakarta

Utara yang telah disahkan berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Nomor : AHU-07242.SH.01.01 Tahun 2011 tertanggal 11 Februari 2011,

dan berkedudukan sebagai penggugat, melawan:

1. Handi Putranto Wilamarta, swasta, beralamat di Jalan Denpasar Raya Blok C.4

No. 23 Jakarta Selatan, selanjutnya disebut sebagai Tergugat.

2. Stephanie Wilamarta, Notaris, beralamat di Jalan Raya Boulevard Barat Plaza

Kelapa Gading Blok G No. 50, Kelapa Gading Jakarta Utara, selanjutnya disebut

sebagai Tergugat I.

Universitas Sumatera Utara


82

3. Tonny Chandra,swasta, beralamat di Taman Kebon Jeruk Blok Q III No. 7 Jakarta

Barat, selanjutnya disebut sebagai Tergugat II.

Penggugat dengan surat gugatannya tertanggal 28 Maret 2014 yang telah

didaftarkan dikepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 28 Maret

2014 dengan Nomor : 183/Pdt.G/ 2014/PN.Jkt.Sel. telah mengajukan gugatan

perbuatan melawan hukum yaitu sebagai berikut: "Akta Perubahan Perseroan Yang

Tidak Didaftarkan Di Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Oleh Tergugat

Dan/Atau Turut Tergugat I Mengakibatkan Secara Hukum Berlakunya Kembali Akta

No. 34".

Tergugat bersama-sama dengan Penggugat telah melakukan kerjasama dengan

mendirikan suatu perusahaan yang disepakati bernama PT. True North Bridge Capital

(Perseroan) berdasarkan Akta Pendirian PT. True North Bridge Capital Nomor 34

tertanggal 14 Januari 2011 yang dibuat dihadapan Turut Tergugat I selaku Notaris di

Jakarta Utara.

Komposisi kepemilikan saham dalam Akta No. 34 adalah sebagai berikut:

1. Handi Putranto Wilamarta (Tergugat) 900 (sembilan ratus saham) kelas A dan

100 (seratus) saham kelas B dengan nilai nominal seluruhnya sebesar Rp.

1.000.000.000,- (satu milyar Rupiah);

2. Nico Lieke (Penggugat) 900 (sembilan ratus) saham kelas A dan 100 (seratus)

saham kelas B dengan nilai nominal seluruhnya sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu

milyar Rupiah);

Universitas Sumatera Utara


83

3. Tonny Chandra (Turut Tergugat II) 900 (sembilan ratus) saham kelas A dan 100

(seratus) saham kelas B dengan nilai nominal seluruhnya sebesar Rp.

1.000.000.000,- (satu milyar Rupiah);

Sedangkan susunan kepengurusan Perseroan berdasarkan Akta No. 34 adalah

sebagai berikut:

1. Direktur Utama : Handi Putranto Wilamarta (Tergugat);

2. Direktur : Nico Lieke (Penggugat);

3. Komisaris : Tonny Chandra (Turut Tergugat II).

Kemudian Akta No. 34 telah diajukan pengesahannya oleh Turut Tergugat I

selaku Notaris kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sehingga

akhirnya diterbitkan pengesahannya berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-07242.AH.01.01 Tahun 2011

tertanggal 11 Februari 2011.

Tergugat II dimulai pada saat pendirian perusahaan hingga sebelum terjadinya

transaksi jual beli saham yang dinyatakan pada Akta Nomor 44 dan Nomor 45 tidak

banyak turut terlibat dalam pengelolaan perusahaan yang mana pada akhirnya Turut

Tergugat II menyatakan keinginannya untuk keluar dari Perseroan sebagaimana

dinyatakan dalam Akta Nomor 44 dan Nomor 45. Hal tersebut membuat Tergugat

melakukan perubahan atas Akta Nomor 34 yang mana perubahan tersebut dinyatakan

dalam Akta Nomor 43 tertanggal 26 September 2011. Akta perubahan Perseroan

tersebut adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


84

1. Akta Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan No. 43

tanggal 26 September 2011 (Akta No. 43”) yang menyatakan peralihan

saham-saham milik Turut Tergugat II kepada Tergugat dan Penggugat,

sehingga komposisi kepemilikan saham dalam Perseroan adalah sebagai

berikut:

a) Tergugat memiliki 1.350 (seribu tiga ratus lima puluh) saham kelas A

dan 150 (seratus lima puluh) saham kelas B dengan nilai nominal

sebesar Rp. 1.500.000.000,- (Satu Milyar limaratus juta Rupiah);

b) Penggugat memiliki 1.350 (seribu tiga ratus lima puluh) saham kelas

A dan 150 (seratus lima puluh) saham kelas B dengan nilai nominal

sebesar Rp. 1.500.000.000,- (Satu Milyar lima ratus juta Rupiah);

Sekaligus didalam Akta No. 43 diatur perubahan kepengurusan Perseroan

dimana Penggugat dijadikan sebagai Direktur dan Tergugat menjadi

Komisaris.

2. Akta Pengoperan Hak Atas Saham Perseroan No. 44 tanggal 26 September

2011 (“Akta No. 44”) yang menyatakan peralihan 450 (empatratus limapuluh)

saham kelas A dan 50 (limapuluh) saham kelas B milik Turut Tergugat II

kepada Tergugat;

3. Akta Pengoperan Hak Atas Saham Perseroan No. 45 tanggal 26 September

2011 (“Akta No. 45”) yang menyatakan peralihan 450 (empatratus limapuluh)

saham kelas A dan 50 (limapuluh) saham kelas B milik Turut Tergugat II

kepada Penggugat.

Universitas Sumatera Utara


85

Berdasarkan Pasal 21 Undang Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas sepatutnya atas akta perubahan Perseroan, yaitu Akta No. 43 yaitu mengenai

perubahan susunan pengurus dan kepemilikan saham Perseroan, hendaknya dilakukan

pemberitahuan kepada instansi yang berwenang, yaitu Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia selambat-lambatnya dalam jangka waktu 30 hari setelah dibuatnya

akta perubahan tersebut, namun hingga lewatnya waktu bahkan hingga saat ini, akta-

akta tersebut tidak pernah dilaporkan oleh Turut Tergugat I untuk dicatat dalam

Sisminbakum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, sebagaimana pula

kewajiban untuk melakukan pemberitahuan perubahan susunan pemegang saham

tersebut kepada Menteri juga telah diatur dalam pasal 56 (3) UU No. 40/2007 yaitu

dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak tanggal pencatatan pemindahan hak.

Terkait dengan tidak dilaporkannya perubahan sebagaimana dimaksud dalam

Akta No. 43, maka melalui surat tertanggal 23 Januari 2014 Perihal: Permohonan

Data Perseroan Penggugat mengajukan permohonan data Perseroan kepada

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Direktorat Jenderal Administrasi

Hukum Umum.

Berdasarkan keadaan tersebut maka pada dasarnya dengan adanya akta

perubahan yang tidak didaftarkan tersebut maka menurut penggugat:

1. Tergugat telah menggunakan akta perubahan perseroan yang tidak didaftarkan

di kementrian hukum dan hak asasi manusia oleh karenanya secara hukum

tergugat tidak sah dalam mewakili perseroan terhadap pihak ketiga.

Universitas Sumatera Utara


86

2. Tergugat Dibantu Oleh Turut Tergugat Secara Nyata Telah Melakukan

Perbuatan Melawan Hukum Kepada Penggugat Dengan Menggunakan Akta

Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Yang Tidak Berlaku Secara Hukum

Dan Tidak Melakukan Kewajibannya Untuk Membuat Laporan

Pertanggungjawaban Keuangan Serta Kewajiban Perseroan Dalam Membayar

Pesangon Karyawan

2. Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor


183/Pdt.G/2014/PN.Jaksel

Sesuai dengan kodrat, manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk

hidup bersama dengan manusia lainnya, atau hidup bermasyarakat. Kehidupan

bermasyarakat itu mereka saling menjalin hubungan antara yang satu dengan yang

lain, karena itulah maka manusia juga disebut sebagai makhluk social. Suatu

kenyataan hidup bahwa manusia itu tidak sendiri, dirinya hidup berdampingan

bahkan berkelompok-kelompok dan sering mengadakan hubungan antara sesamanya.

Hubungan yang terjadi berkenan dengan kebutuhan hidupnya yang tidak mungkin

akan dipenuhinya sendiri. Jadi manusia itu hidup bermasyarakat.126

Kehidupan bermasyarakat tersebut akhirnya mengharuskan manusia untuk

membuat aturan-aturan hidup yang diberlakukan di antara mereka sebagai suatu alat

untuk menjaga keharmonisan hubungan dan kehidupan bermasyarakat yagn aman,

damai, dan tentram. Kehidupan sehari-hari manusia sering dihadapkan kepada suatu

126
R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1996),
hal.1.

Universitas Sumatera Utara


87

kebutuhan yang mendesak, kebutuhan pemuas diri dan bahkan terkadang

mempertahankan status diri. Secara umum kebutuhan setiap manusia itu akan dapat

dipenuhi, walaupun tidak seluruhnya atau dari orang lain. Terhadap kebutuhan yang

mendesak pemenuhannya dan harus dipenuhi dengan segera, biasanya sering

dilaksanakan dengan pemikiran yang tidak matang dan merugikan.

Pemikiran yang tidak matang itulah maka ada manusia yang melakukan

pemenuhan kebutuhan dengan merugikan lingkungan dan orang lain. Hal inilah yang

diatur dalam hukum perdata, bahwa setiap tindakan yang merugikan orang lain atau

lingkungan harus dipertanggungjawabkan di depan hukum.

Hakim dalam menjalankan tugasnya dalam menyelesaikan suatu perkara,

khususnya perkara perdata tidak jarang ditemui bahwa untuk menyelesaikan satu

perkara tersebut memerlukan waktu yang cukup panjang, bisa sampai berminggu-

minggu atau bahkan berbulan-bulan dan mungkin bisa sampai satu tahun lamanya

baru bisa terselenggara atau selesainya satu perkara di pengadilan.

Pengambilan keputusan sangat diperlukan oleh hakim atas sengketa yang

diperiksa dan diadilinya. Hakim harus dapat mengolah dan memproses data-data

yang diperoleh selama proses persidangan, baik dari bukti surat, saksi, persangkaan,

pengakuan maupun sumpah yang terungkap dalam persidangan. Sehingga keputusan

yang akan dijatuhkan dapat didasari oleh rasa tanggung jawab, keadilan,

kebijaksanaan, profesionalisme dan bersifat obyektif.

Putusan adalah produk dari pemeriksaan perkara yang dilakukan oleh hakim.

Berdasarkan Pasal 178 HIR/189 RBG, setelah pemeriksaan selesai, maka hakim

Universitas Sumatera Utara


88

karena jabatannya harus melakukan musyawarah untuk mengambil putusan yang

akan dijatuhkan. Pemeriksaan dianggap telah selesai apabila telah melalui tahap

jawaban dari tergugat, replik dari penggugat, duplik dari tergugat, pembuktian dan

kesimpulan yang diajukan oleh para pihak.

Dalam memutus perkara yang terpenting adalah kesimpulan hukum atas fakta

yang terungkap dipersidangan. Untuk itu hakim harus menggali nilai-nilai,

mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam

masyarakat.127 Sumber hukum yang dapat diterapkan oleh hakim dapat berupa

peraturan perundang-undangan berikut peraturan pelaksanaannya, hukum tidak

tertulis (hukum adat), putusan desa, yurisprudensi, ilmu pengetahuan maupun

doktrin/ajaran para ahli.128

Dalam praktek peradilan perdata dikenal sumber hukum berupa burgerlijk

wetboek (BW) yang terdiri dari 1993 pasal. BW tersebut berdasarkan Pasal 1 Aturan

Peralihan UUD 1945 (amandemen) masih berlaku hingga saat ini. BW berlaku untuk

sebagian warganegara Indonesia yaitu: mereka yang termasuk golongan Eropa,

mereka yang termasuk golongan Tiong Hoa dengan beberapa kekecualian dan

tambahan seperti termuat dalam Lembaran Negara tahun 1917 – 129, dan mereka

yang termasuk golongan Timur Asing selain daripada Tiong Hoa dengan kekecualian

127
Lihat Pasal 5 UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
128
R. Soeparmono, Hukum Acara Perdata dan Yurisprudensi, (Bandung: Mandar Maju,
2005), hal. 146.

Universitas Sumatera Utara


89

dan penjelasan seperti termuat dalam Lembaran Negara tahun 1924 – 556.129

Sementara itu untuk golongan Bangsa Indonesia Asli berlaku hukum adat yang sejak

dahulu telah berlaku di kalangan rakyat, yang sebagian besar masih belum tertulis,

tetapi hidup dalam tindakan-tindakan rakyat, mengenai segala soal dalam kehidupan

masyarakat.130

BW ditulis menggunakan bahasa Belanda dan hingga saat ini tidak terdapat

terjemahan resmi dari Pemerintah Indonesia yang dapat memberikan keseragaman

terjemahan yang dapat di gunakan dalam penerapannya. Oleh karena itu dalam

kaitan praktek peradilan menjadi permasalahan adalah apakah penggunaan BW

terjemahan yang dilakukan oleh hakim untuk memutus sengketa yang diajukan

kepadanya tidak cacat hukum.

Demikian juga halnya dalam putusan Pengadlan Negeri Medan Nomor:

392/Pdt.G/2013/PN.Mdn, hakim yang memeriksa perkara ditolaknya klaim asuransi

kendaraan bermotor berupa pick up dalam bentuk ganti rugi total loss.

Sebelum mengetahui pertimbangan hukum hakim maka terlebih dahulu

diajukan gugatan penggugat yaitu:

- Provisi:

Memerintahkan Tergugat untuk tidak melakukan transaksi apapun dengan

menggunakan nama Perseroan dan/ atau perubahan apapun terkait dengan

Perseroan.

129
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT
Pradnya Paramitha, 2004), hal. vi-vii
130
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Op.Cit, hal. 10.

Universitas Sumatera Utara


90

- Primair:

Dalam Pokok Perkara

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan Tergugat dan Turut Tergugat I bersama-sama dengan Turut

Tergugat II telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum terhadap

Penggugat;

3. Menyatakan batal, tidak berlaku dan tidak mengikat secara hukum atas:

a) Akta Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan

No. 43 tertanggal 26 September 2011 yang dibuat dihadapan Stephanie

Wilamarta, SH/ Turut Tergugat I;

b) Akta Pengoperan Hak Atas Saham PerseroanNo. 44tertanggal 26

September 2011 yang dibuat dihadapan Stephanie Wilamarta,

SH/Turut Tergugat I;

c) Akta Pengoperan Hak Atas Saham PerseroanNo. 45tertanggal 26

September 2011 yang dibuat dihadapan Stephanie Wilamarta,

SH/Turut Tergugat I;

4. Menyatakan biaya pesangon atas 76 (tujuh puluh enam) orang mantan

karyawan Perseroan yang telah dikeluarkan oleh Penggugat sebesar Rp

2.037.842.500,- (dua milyar tiga puluh tujuh juta delapan ratus empat

puluh dua ribu lima ratus Rupiah) dan biaya operasional Perseroan sebesar

Rp. 779.000.000,- (tujuhratus tujuhpuluh sembilan juta Rupiah)

Universitas Sumatera Utara


91

merupakan Hutang Perseroan yang dapat ditagih dan dibayarkan kepada

Penggugat;

5. Memerintahkan Tergugat untuk membayarkan Hutang Perseroan kepada

Penggugat sebesar Rp 2.037.842.500,- (dua milyar tiga puluh tujuh juta

delapan ratus empat puluh dua ribu lima ratus Rupiah) dan biaya

operasional Perseroan sebesar Rp. 779.000.000,- (tujuhratus tujuh puluh

sembilan juta Rupiah);

6. Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa kepada Penggugat

sebesar Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) setiap harinya sejak

Tergugat lalai untuk memenuhi isi putusan, terhitung sejak putusan ini

dibacakan;

7. Mengabulkan permohonan Penggugat untuk dapat menjalankan putusan

terlebih dahulu;

8. Menghukum Tergugat, Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II untuk

membayar seluruh biaya perkara ini.

- Subsidair:

Dalam peradilan yang baik dan bila hakim berkeyakinan lain mohon diberikan

putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Adapun pertimbangan hukum hakim dalam putusan Pengadlan Negeri Jakarta

Selatan Nomor 183/Pdt.G/2014/PN.Jaksel dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Dalam Provisi:

Dalil pokok permohonan Provisi Penggugat adalah mohon agar Majelis

Universitas Sumatera Utara


92

Hakim memerintahkan Tergugat untuk tidak melakukan transaksi apapun

dengan menggunakan nama Perseroan dan/atau perubahan apapun terkait

dengan Perseroan.

Terhadap permohonan Provisi ini sepanjang pemeriksaan perkara ini, Majelis

Hakim tidak pernah mengeluarkan Penetapan maupun Putusan Sela yang

berkaitan dengan permohonan Provisi Penggugat ini, oleh karena itu maka

terhadap permohonan Provisi Penggugat ini, beralasan hukum untuk

dinyatakan ditolak.

2. Dalam Konvensi:

a) Dalam Eksepsi

Dalil pokok gugatan Penggugat adalah mohon kepada Majelis Hakim

menyatakan batal, tidak berlaku dan tidak mengikat secara hukum Akta

Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseoan No. 43

tertanggal 26 September 2011 yang dibuat dihadapan Turut Tergugat I,

Akta Pengoperan Hak Atas Saham Perseroan No. 44 tertanggal 26

September 2011 yang dibuat dihadapan Turut Tergugat I dan Akta

Pengoperan Hak Atas Saham Perseroan No. 45 tertanggal 26 September

2011 yang dibuat dihadapan Turut Tergugat I. Hakim dalam memeriksa

perkara ini menjelaskan bahwa Majelis Hakim menilai bahwa eksepsi

Tergugat pada angka 1131 ini telah memasuki materi pokok perkara

131
Penggugat salah menafsirkan Turut Tergugat I sebagai pihak dalam akta yang dibuatnya
(Error In Persona). Gugatan Penggugat mengandung kebingungan atau kekaburan (Obscuur Libel).

Universitas Sumatera Utara


93

sehingga terhadap eksepsi Tergugat pada angka 1 ini akan

dipertimbangkan bersama-sama dengan pertimbangan pokok perkara.

Tentang eksepsi tergugat yaitu Gugatan Penggugat kurang pihak (Plurium

Litis Consortium) maka majelis hakim berpendapat setelah membaca dan

mempelajari gugatan Penggugat dimana yang dijadikan sebagai Tergugat

dalam perkara a quo adalah Handi Putranto Wilamarta dan tidak menjadikan

Perseroan sebagai pihak dalam perkara a quo, menurut Majelis Hakim

merupakan hak subyektif dari Penggugat, hal ini sejalan dengan yurisprudensi

Mahkamah Agung RI No. Reg : 306 K/SIP/1971 jo. No. 1438 K/Pdt/2001

yang menyatakan bahwa siapa-siapa atau pihak-pihak mana yang akan

digugat adalah merupakan hak subyektif dari Penggugat.

Tentang eksepsi Tergugat Gugatan Penggugat tidak jelas (Obscuur Libel)

Majelis Hakim menilai bahwa eksepsi Tergugat yaitu Gugatan Penggugat

kurang pihak (Plurium Litis Consortium) ini telah memasuki materi pokok

perkara sehingga terhadap eksepsi Tergugat ini akan dipertimbangkan

bersama-sama dengan pertimbangan pokok perkara.

Majelis hakim kemudian mempertimbangkan eksepsi Turut Tergugat I pada

angka 1 yaitu Penggugat salah menafsirkan Turut Tergugat I sebagai pihak

dalam akta yang dibuatnya (Error In Persona) dan eksepsi Turut Tergugat II

pada angka 1 yaitu Penggugat keliru dalam menentukan Turut Tergugat II

sebagai pihak dalam gugatannya (Error In Persona). setelah membaca dan

mempelajari gugatan Penggugat, Majelis Hakim menilai bahwa eksepsi Turut

Universitas Sumatera Utara


94

Tergugat I pada angka 1 dan eksepsi Turut Tergugat II pada angka 1 ini telah

memasuki materi pokok perkara sehingga terhadap eksepsi Turut Tergugat I

pada angka 1 dan eksepsi Turut Tergugat II pada angka 1 ini akan

dipertimbangkan bersama-sama dengan pertimbangan pokok perkara.

Majelis hakim kemudian mempertimbangkan eksepsi Turut Tergugat I pada

angka 2 dan eksepsi Turut Tergugat II pada angka 2 yaitu Gugatan Penggugat

mengandung kebingungan atau kekaburan (Obscuur Libel). pada keadaan ini

majelis hakim berpendapat setelah membaca dan mempelajari gugatan

Penggugat, Majelis Hakim menilai bahwaperbaikan angka Rp. 10.000.000,-

(sepuluh juta rupiah) dalam permintaan dwangsom (uang paksa) menjadi

sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) bukanlah merupakan perubahan

yang bersifat fundamental dalam gugatan sehingga masih dapat dibenarkan

dalam praktek peradilan maupun hukum acara yang berlaku.

b) Dalam Pokok Perkara

Terhadap gugatan Penggugat, Tergugat pada pokoknya menolaknya dengan

alasan bahwa Akta Nomor : 43, Akta Nomor : 44 dan Akta Nomor : 45 adalah

suatu perjanjian yang telah memenuhi syarat objektif perjanjian sebagaimana

diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata yakni kausa yang halal dan hal tertentu

sehingga tidak tepat apabila Penggugat menjadikan tidak dilaporkannya

perubahan susunan pemegang saham dan susunan pengurus Perseroan yang

dimuat dalam Akta Nomor : 43 menjadi dasar untuk membatalkan Akta

Nomor : 43, Akta Nomor : 44 dan Akta Nomor : 45, sedangkan Turut

Universitas Sumatera Utara


95

Tergugat I dan Turut Tergugat II dalam jawabannya pada pokoknya menolak

gugatan Penggugat dengan alasan bahwa perubahan pengurus dan

kepemilikan saham Perseroan tidaklah termasuk dalam kwalifikasi Perubahan

Anggaran Dasar Tertentu yang harus mendapat persetujuan Menteri

sebagaimana dalam Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Nomor : 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas namun dikwalifikasikan sebagai Perubahan

Data Perseroan dan tidak membuat batalnya perjanjian yang dituangkan dalam

akta Notaris dan sangat aneh serta tidak dapat diterima akal sehat bahwa pihak

Penggugat meminta pembatalan akta yang dia sendiri termasuk pihak

didalamnya, akta-akta tersebut berisi persetujuan dan permufakatan untuk

membuat perjanjian yang mengikat sifatnya antara Penggugat, Tergugat,

Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II yang diformulasikan dalam bentuk

akta otentik.

Untuk menguatkan dalil-dalil gugatannya, Penggugat telahmengajukan bukti-

bukti surat dan 2 (dua) orang ahli yang telah memberi keterangan dibawah

sumpah. Tergugat dalam menguatkan dalil-dalil jawabannya telah

mengajukan bukti-bukti surat dan1 (satu) orang ahli, yang telah memberikan

keterangan dibawah sumpah. Turut Tergugat I dalam menguatkan dalil-dalil

jawabannya telah mengajukan bukti-bukti surat dan Turut Tergugat II dalam

menguatkan dalil-dalil jawabannya telah mengajukan bukti-bukti surat.

Majelis hakim pada dasarnya menilai bahwa Penggugat, Tergugat dan Turut

Tergugat II telah mendirikan Perseroan PT. True North Bridge Capital

Universitas Sumatera Utara


96

sebagaimana dalam Akta Pendirian PT. True North Bridge Capital Nomor :

34, tanggal 14 Januari 2011 yang dibuat dihadapan Stephanie Wilamarta, SH.,

Notaris di Jakarta Utara dengan susunan pengurus Tergugat selaku Direktur

Utama, Penggugat selaku Direktur dan Turut Tergugat II selaku Komisaris

dengan komposisi kepemilikan saham yang sama dalam perseroan yaitu

Tergugat memiliki 900 (sembilan ratus) saham kelas A dan 100 (seratus)

saham kelas B dengan nilai nominal seluruhnya sebesar Rp. 1.000.000.000,-

(satu milyar rupiah), Penggugat memiliki 900 (sembilan ratus) saham kelas A

dan 100 (seratus) saham kelas B dengan nilai nominal seluruhnya sebesar Rp.

1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dan Turut Tergugat II memiliki 900

(sembilan ratus) saham kelas A dan 100 (seratus) saham kelas B dengan nilai

nominal seluruhnya sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah),

Perseroan ini telah memperolah pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM

sebagaimana dalam Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI

Nomor : AHU-07242.AH.01.01 Tahun 2011, tanggal 11 Februari 2011.

Majelis Hakim kemudian mempertimbangkan apakah terhadap Akta Risalah

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan No.43 tanggal 26

September 2011 (Akta No.43”) mengenai perubahan susunan pengurus dan

kepemilikan saham tersebut, perlu disampaikan kepada Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia untuk diterbitkan surat keputusan mengenai persetujuan

perubahan anggaran dasar ataukah surat penerimaan pemberitahuan

perubahan anggaran dasar.

Universitas Sumatera Utara


97

Setelah membaca dan mempelajari isi Akta Risalah Rapat Umum Pemegang

Saham Luar Biasa Perseroan No.43 tanggal 26 September 2011 (Akta No.43)

ternyata akta tersebut mengenai perubahan susunan pengurus dan kepemilikan

saham, oleh karena itu Majelis Hakim menilai bahwa terhadap perubahan

susunan pengurus dan kepemilikan saham, tidak termasuk dalam perubahan

anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) Undang-

Undang Nomor : 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas maupun dalam

Pasal 18 ayat (2) Peraturan Meneri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor : 4 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan

Pengesahan Badan Hukum Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta

Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data

Perseroan Terbatas.

Jika demikian apakah Akta Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar

Biasa Perseroan No.43 tanggal 26 September 2011 (Akta No.43) mengenai

perubahan susunan pengurus dan kepemilikan saham, termasuk dalam

perubahan anggaran dasar dalam Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang Nomor :

40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yaitu Perubahan Anggaran Dasar

selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa Akta Risalah Rapat Umum

Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan No.43 tanggal 26 September 2011

(Akta No.43) mengenai perubahan susunan pengurus dan kepemilikan saham,

menurut Majelis Hakim terhadap perubahan susunan pengurus dan

Universitas Sumatera Utara


98

kepemilikan saham tersebut, termasuk dalam perubahan anggaran dasar

sebagaimana dalam Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang Nomor : 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas maupun dalam Pasal 27 ayat (3) Peraturan

Meneri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : 4 Tahun

2014 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum

Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian

Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan

Terbatas karena dalam akta tersebut telah merubah data Perseroan yaitu

Perubahan susunan pemegang saham karena pengalihan saham dan/atau

perubahan jumlah kepemilikan saham yang dimilikinya dan Perubahan

susunan nama dan jabatan anggota direksi dan/atau dewan komisaris yang

memerlukan pemberitahuan oleh Pemohon kepada Menteri Hukum dan HAM

RI.

Jika Tergugat, Turut Tergugat I maupun Turut Tergugat II menyatakan bahwa

Akta Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan PT. True

North Bridge Capital No.43 tanggal 26 September 2011 (Akta No.43) adalah

sah karena telah dibuat sesuai dengan hukum yang berlaku, Majelis Hakim

tidak sependapat dengan Tergugat, Turut Tergugat I maupun Turut Tergugat

II karena walaupun Akta Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa

Perseroan PT. True North Bridge Capital No.43 tanggal 26 September 2011

(Akta No.43) telah dibuat sesuai dengan hukum yang berlaku namun Akta

Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan PT. True North

Universitas Sumatera Utara


99

Bridge Capital No.43 tanggal 26 September 2011 (Akta No.43) tersebut masih

perlu ditindaklanjuti dengan memberitahukan kepada Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia.

Oleh karena Akta Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa

Perseroan No.43 tanggal 26 September 2011 (Akta No.43) dinyatakan tidak

berlaku dan tidak mengikat secara hukum maka terhadap Akta Pengoperan

Hak Atas Saham Perseroan No.44 tanggal 26 September 2011 (“Akta No.44”)

dan Akta Pengoperan Hak Atas Saham Perseroan No.45 tanggal 26

September 2011 (Akta No.45”) yang merupakan turunan dari Akta Risalah

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan No.43 tanggal 26

September 2011 (Akta No.43), harus dinyatakan tidak berlaku dan tidak

mengikat secara hukum.

3. Putusan Hakim

Adapun putusan majelis hakim dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor

183/Pdt.G/2014/PN.Jaksel, yaitu:

a. Dalam Provisi:

Menolak Permohonan Provisi Penggugat tersebut

b. Dalam Konvensi:

Dalam Eksepsi:
Menolak eksepsi Tergugat, Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II untuk

seluruhnya.

Universitas Sumatera Utara


100

c. Dalam Pokok Perkara:

1) Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian ;

2) Menyatakan Tergugat, Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II melakukan

Perbuatan Melawan Hukum ;

3) Menyatakan tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum atas :

a) Akta Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan

No.43 tanggal 26 September 2011, yang dibuat dihadapan Turut

Tergugat II ;

b) Akta Pengoperan Hak Atas Saham Perseroan No.44 tanggal 26

September 2011 yang dibuat dihadapan Turut Tergugat II ;

c) Akta Pengoperan Hak Atas Saham Perseroan No.45 tanggal 26

September 2011, yang dibuat dihadapan Turut Tergugat II ;

4) Menyatakan biaya pesangon kepada 53 (lima puluh tiga) orang mantan

karyawan PT. True North Bridge Capital yang telah dikeluarkan oleh

Penggugat sebesar Rp. 1.159.512.500,- (satu milyar seratus lima puluh

sembilan juta lima ratus dua belas ribu lima ratus rupiah) dan biaya

operasional Perseroan sebesar Rp. 779.000.000,- (tujuh ratus tujuh puluh

sembilan juta rupiah) merupakan hutang Perseroan yang dapat ditagih dan

dibayarkan kepada Penggugat;

5) Menghukum Tergugat untuk membayar hutang Perseroan kepada

Penggugat berupa biaya pesangon sebesar Rp. 1.159.512.500,- (satu milyar

seratus lima puluh sembilan juta lima ratus dua belas ribu lima ratus

Universitas Sumatera Utara


101

rupiah) dan biaya operasional Perseroan sebesar Rp. 779.000.000,- (tujuh

ratus tujuh puluh sembilan juta rupiah) ;

6) Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya ;

d. Dalam Rekonvensi:

Menolak gugatan Penggugat dalam Rekonvensi/Tergugat dalam Konvensi

untuk seluruhnya ;

e. Dalam Konvensi Dan Rekonvensi:

Menghukum Penggugat dalam Rekonvensi/Tergugat dalam Konvensi untuk

membayar biaya perkara sebesar Rp. 1.216.000,- (satu juta dua ratus enam

belas ribu rupiah)

B. Analisis Kasus

1. Proses Hukum

Apabila ditelaah Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No:

183/Pdt.G/2014/PN. Jkt.Sel, maka dapat dilihat bahwa putusan tersebut diperiksa

melalui Pengadilan Negeri dalam perkara perdata. Sebagaimana layaknya sebuah

kasus perdata maka dapat dilihat juga Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No:

183/Pdt.G/2014/PN. Jkt.Sel, diajukan dengan dasar pendaftaran gugatan.

Apabila dalam suatu perkara, tidak dapat diselesaikan oleh pihak-pihak secara

damai, maka jalan terakhir yang dapat ditempuh ialah meminta penyelesaian melalui

hakim. Untuk mendapatkan penyelesaian melalui hakim, penggugat harus

mengajukan permohonan gugatan kepada ketua Pengadilan Negeri. Gugatan yang

diajukan kepada ketua Pengadilan Negeri tersebut disebut perkara perdata (burgerlijk

Universitas Sumatera Utara


102

vordering, civil suit). Yang mengajukan permohonan disebut penggugat (eischer,

plaintiff). Sedangkan pihak yang digugat disebut tergugat (gedaagde, dependant).132

Secara umum, untuk gugatan perdata, pengajuan gugatan didasarkan pada

asas Actor Sequitur Forum Rei. Asas tersebut diatur dalam Pasal 118 ayat (1) Herzien

Inlandsch Reglement (HIR) yang menentukan bahwa yang berwenang mengadili

suatu perkara adalah Pengadilan Negeri tempat tinggal tergugat. 133

Ada 7 (tujuh) patokan dalam menentukan kewenangan relatif pengadilan

berdasarkan Pasal 118 HIR/Pasal 142 RBg, yakni:

a. Actor Sequitur Forum Rei (gugatan diajukan ke Pengadilan Negeri pada


tempat tinggal tergugat);
b. Actor Sequitur Forum Rei dengan Hak Opsi (dalam hal ada beberapa
orang tergugat, gugatan diajukan ke Pengadilan Negeri pada tempat
tinggal salah satu tergugat atas pilihan penggugat);
c. Actor Sequitur Forum Rei Tanpa Hak Opsi, tetapi berdasarkan tempat
tinggal debitur principal (dalam hal para tergugat salah satunya merupakan
debitur pokok/debitur principal, sedangkan yang selebihnya berkedudukan
sebagai penjamin, maka gugatan diajukan ke Pengadilan Negeri pada
tempat tinggal debitur pokok/principal);
d. Pengadilan Negeri di Daerah Hukum Tempat Tinggal Penggugat (dalam
hal tempat tinggal atau kediaman tergugat tidak diketahui);
e. Forum Rei Sitae (Gugatan diajukan ke Pengadilan Negeri berdasarkan
patokan tempat terletak benda tidak bergerak yang menjadi objek
sengketa);
f. Kompetensi Relatif Berdasarkan Pemilihan Domisili (para pihak dalam
perjanjian dapat menyepakati domisili pilihan yakni menyepakati untuk
memilih Pengadilan Negeri tertentu yang akan berwenang menyelesaikan
sengketa yang timbul dari perjanjian);
g. Negara atau Pemerintah dapat Digugat pada Setiap PN (dalam hal
Pemerintah Indonesia bertindak sebagai penggugat atau tergugat mewakili

132
Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Perdata IndonesiaI, (Bandung: Citra Aditya,
1996), hal. 40.
133
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal. 192.

Universitas Sumatera Utara


103

negara, gugatan dapat diajukan ke Pengadilan Negeri di mana departemen


yang bersangkutan berada).134

Pada Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No: 183/Pdt.G/2014/PN.

Jkt.Sel wilayah domisili penggugat adalah di wilayah Jakarta Selatan sehingga

gugatan diajukan di wilayah hukum Jakarta Selatan.

Setelah gugatan diajukan di kepaniteraan, selanjutnya Penggugat wajib

membayar biaya perkara. Biaya perkara yang dimaksud adalah panjar biaya perkara,

yaitu biaya sementara yang finalnya akan diperhitungkan setelah adanya putusan

pengadilan. Dalam proses peradilan, pada prinsipnya pihak yang kalah adalah pihak

yang menanggung biaya perkara, yaitu biaya-biaya yang perlu dikeluarkan

pengadilan dalam proses pemeriksaan perkara tersebut, antara lain biaya

kepaniteraan, meterai, pemanggilan saksi, pemeriksaan setempat, pemberitahuan,

eksekusi, dan biaya lainnya yang diperlukan. Apabila Penggugat menjadi pihak yang

kalah, maka biaya perkara itu dipikul oleh Penggugat dan diambil dari panjar biaya

perkara yang telah dibayarkan pada saat pendaftaran. Jika panjar biaya perkara

kurang, maka Penggugat wajib menambahkannya, sebaliknya, jika lebih maka biaya

tersebut harus dikembalikan kepada Penggugat.

Untuk berperkara pada azasnya dikenakan biaya yang meliputi;


a. Biaya kepaniteraan dan biaya materai;
b. Biaya saksi, saksi ahli, juru bahasa termasuk biaya sumpah;
c. Biaya pemeriksaan setempat dan perbuatan hakim yang lain;
d. Biaya pemanggilan para pihak yang berperkara;
e. Biaya pelaksanaan putusan, dan sebagainya.135

134
Ibid, hal. 193.
135
Rompun Rambe, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), hal. 48.

Universitas Sumatera Utara


104

Pengecualian dari azas ini adalah bagi mereka yang tidak mampu untuk

membayar biaya perkara, dapat mengajukan perkara secara cuma-cuma (prodeo)

dengan mendapatkan izin untuk dibebaskan dari pembayaraan biaya perkara, dengan

mengajukan surat keterangan tidak mampu dari kepala Desa/Lurah yang diketahui

oleh Camat yang membawahi domisili yang bersangkutan. 136

Registrasi perkara adalah pencatatan gugatan ke dalam Buku Register Perkara

untuk mendapatkan nomor gugatan agar dapat diproses lebih lanjut. Registrasi

perkara dilakukan setelah dilakukannya pembayaran panjar biaya perkara. Bagi

gugatan yang telah diajukan pendaftarannya ke Pengadilan Negeri namun belum

dilakukan pembayaran panjar biaya perkara, maka gugatan tersebut belum dapat

dicatat di dalam Buku Register Perkara, sehingga gugatan tersebut belum terigstrasi

dan mendapatkan nomor perkara dan karenanya belum dapat diproses lebih lanjut

dianggap belum ada perkara. Dengan demikian, pembayaran panjar biaya perkara

merupakan syarat bagi registrasi perkara, dan dengan belum dilakukannya

pembayaran maka kepaniteraan tidak wajib mendaftarkannya ke dalam Buku Register

Perkara.

Setelah Penitera memberikan nomor perkara berdasarkan nomor urut dalam Buku

Register Perkara, perkara tersebut dilimpahkan kepada Ketua Pengadilan Negeri.

Pelimpahan tersebut harus dilakukan secepat mungkin agar tidak melanggar prinsip-

136
Ibid, hal. 49.

Universitas Sumatera Utara


105

prinsip penyelesaian perkara secara sederhana, cepat dan biaya ringan selambat-

lambatnya 7 hari dari tanggal registrasi. 137

Setelah Ketua Pengadilan Negeri memeriksa berkas perkara yang diajukan

Panitera, kemudian Ketua Pengadilan Negeri menetapkan Majelis Hakim yang akan

memeriksa dan memutus perkara. Penetapan itu harus dilakukan oleh Ketua

Pengadilan Negeri selambat-lambatnya 7 hari setelah berkas perkara diterima oleh

Ketua Pengadilan Negeri. Majelis Hakim yang akan memeriksa dan memutus perkara

tersebut terdiri dari sekurang-kurangnya 3 orang Hakim dengan komposisi 1 orang

Ketua Majelis Hakim dan 2 lainnya Hakim Anggota. 138

Selanjutnya, setelah Majelis Hakim terbentuk, Majelis Hakim tersebut

kemudian menetapkan hari sidang. Penetapan itu dituangkan dalam surat penetapan.

Penetapan itu dilakukan segera setelah Majelis Hakim menerima berkas perkara, atau

selambat-lambatnya 7 hari setelah tanggal penerimaan berkas perkara. Setelah hari

sidang ditetapkan, selanjutnya Majelis Hakim memanggil para pihak (Penggugat dan

Tergugat) untuk hadir pada hari sidang yang telah ditentukan itu.

2. Penyelesaian Kasus

Penyelesaian kasus dari Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No:

183/Pdt.G/2014/PN. Jkt.Sel, telah dilakukan melalui Putusan Majelis Hakim yang

memeriksa perkara tersebut. Sebelum menjatuhkan putusannya majelis hakim yang

memeriksa telah melakukan upaya perdamaian terhadap kedua belah pihak

137
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal. 74.
138
Ibid, hal. 75.

Universitas Sumatera Utara


106

berperkara melalui Mediator bernama Usman agar supaya sengketa diakhiri dengan

jalan damai, akan tetapi hal tersebut tidak berhasil, sehingga pemeriksaan perkara

dilanjutkan dengan membacakan gugatan yang telah diperbaiki dangugatan mana

tetap dipertahankan oleh Penggugat.

Apabila ditelaah Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No:

183/Pdt.G/2014/PN. Jkt.Sel, yang pada dasarnya menyatakan: Tergugat, Turut

Tergugat I dan Turut Tergugat II melakukan perbuatan Melawan Hukum. Kemudian

majelis hakim juga menyatakan tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum atas

akta perubahan anggaran dasar yang menjadi sengketa yaitu:

1. Akta Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan No.43

tanggal 26 September 2011, yang dibuat dihadapan Turut Tergugat II;

2. Akta Pengoperan Hak Atas Saham Perseroan No.44 tanggal 26 September

2011 yang dibuat dihadapan Turut Tergugat II;

3. Akta Pengoperan Hak Atas Saham Perseroan No.45 tanggal 26 September

2011, yang dibuat dihadapan Turut Tergugat II.

Dengan dinyatakannya bahwa akta perubahan anggaran dasar dalam Putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No: 183/Pdt.G/2014/PN. Jkt.Sel sebagai akta yang

tidak sah maka perubahan anggaran dasar perseroan tersebut tidak dapat

dipergunakan sebagaimana tujuannya. Adapun alasan dari ketidaksyahan akta

perubahan anggaran dasar tersebut adalah karena tidak didaftarkan di Kementerian

Hukum dan HAM.

Hal ini didasarkan pada ketentuan perihal syarat akta Notaris sebagai akta

Universitas Sumatera Utara


107

otentik sebagaimana diatur dalam Pasal 1868 KUHPerdata):

1. Akta yang dibuat oleh (door) atau di hadapan (ten overstaan) seorang
Pejabat Umum.
a. Pembuatan akta Notaris baik akta relaas maupun akta pihak, yaitu
harus ada keinginan atau kehendak (wilsvorming) dan permintaan dari
para pihak, jika tidak ada, maka Notaris tidak akan membuat akta
yang dimaksud.
b. Saran atau pendapat Notaris yang diikuti oleh para pihak dan
dituangkan dalam akta Notaris, dianggap merupakan keinginan dan
permintaan para pihak, bukan perbuatan atau tindakan Notaris.
c. Jika suatu akta Notaris dipermasalahkan oleh para pihak, maka:
1) Para pihak datang lagi ke Notaris untuk membuat akta pembatalan
2) Jika para pihak tidak sepakat untuk membatalkan, maka salah satu
pihak dapat menggugat pihak lainnya, dengan gugatan untuk
mendegradasikan akta Notaris menjadi akta di bawah tangan.
2. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang
3. Pejabat Umum oleh atau di hadapan siapa akta itu dibuat, harus
mempunyai wewenang untuk membuat akta itu.139

Apabila ditelaah Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No:

183/Pdt.G/2014/PN. Jkt.Sel, maka dapat dilihat bahwa kasus tersebut diajukan oleh

salah satu pihak yang merasa dirugikan haknya dengan adanya akta perubahan

anggaran dasar perseroan. Dan tatkala ada pihak-pihak lain sebagai pihak yang

berkaitan dengan perseroan tidak sepakat untuk membatalkan akta perubahan

anggaran dasar tersebut maka pada kapasitas ini penggugat dalam Putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No: 183/Pdt.G/2014/PN. Jkt.Sel, maka bertindak

selaku salah satu pihak yang dapat mengajukan gugatan ke pengadilan.

3. Solusi

Resiko yang akan terjadi apabila jangka waktu yang telah ditentukan oleh

139
Elly Erawati danHerlien Budiono, Penjelasan Hukum Tentang Kebatalan Perjanjian,
(Jakarta: Nasional Legal Reform Program, 2010), hal. 11.

Universitas Sumatera Utara


108

undang-undang tidak dapat terpenuhi, maka akta perubahan anggaran dasar yang

akan dimintakan persetujuan atau pemberitahuan ke Departemen Hukum dan Hak

Asasi Manusia menjadi lewat batas waktu atau jangka waktu yang telah ditentukan

oleh peraturan perundang-undangan tidak tercapai. Sehingga timbulnya perselisihan

antara para pihak yang berkepentingan di depan pengadilan.

Dalam menghadapi permasalahan tersebut banyak pendapat untuk mencari

solusi yang berbeda-beda dalam penyelesaian masalah akta yang lewat batas waktu,

sehingga dapat mengakibatkan ketidakpastian hukum. Hal ini akan menjadi lebih

rumit apabila RUPS Luar Biasa tersebut diadakan dalam agenda jual beli saham dan

para pemegang saham yang lama merasa sudah tidak berkepentingan lagi dengan

Perseroan dimaksud karena sudah menjual sahamnya sehingga tidak mau hadir.

Masalah Notaris untuk pengadaan RUPS dengan agenda mengenai penegasan

kembali dari keputusan RUPS sebelumnya dengan disetujui oleh para pemegang

saham merupakan salah satu solusi yang terbaik, tetapi dalam praktek sering

mendapatkan kendala sehingga pada akhirnya hanya Direksi yang melakukan

penegasan dan dituangkan dalam akta penegasan yang dibuat oleh Notaris.

Ikatan Notaris Indonesia (INI) mencoba pula untuk menjembatani

permasalahan tersebut dengan mengadakan pertemuan dengan para Notaris yang

tergabung dalam organisasi INI dan pihak dari Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia. Tujuan dari pertemuan tersebut adalah untuk membuat persamaan persepsi

mengenai masalah jangka waktu dalam menghadapi kendala-kendala yang timbul di

lapangan pada proses pendaftaran di Sistem Administrasi Badan Hukum.

Universitas Sumatera Utara


109

Hal-hal yang disepakati dalam pertemuan antara Ikatan Notaris Indonesia

(INI) dan pihak dari Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia adalah sebagai

berikut:

a. Dalam proses pembuatan akta Notaris sampai dengan pendaftaran aktanya


pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, harus dipisahkan
antara:
1) Perbuatan hukumnya
2) Perbuatan administratifnya.
Apabila suatu akta RUPS misalnya yang sudah dibuat secara sah,
memenuhi tata cara pemanggilan yang sah sesuai dengan undang-
undang, dan memenuhi jumlah kuorum yang dipersyaratkan, maka
akta tersebut adalah sah dan tetap berlaku (mengikat para pihak). Akta
tersebut memiliki fungsi konstitutif yang merupakan alat bukti telah
terjadinya suatu perbuatan hukum, meskipun batas waktu
pengajuannya menjadi berakhir akibat masalah administratif. Jadi,
apabila jangka waktu pengajuannya telah berakhir, hanya syarat
administratif yang tidak terpenuhi, maka akta tersebut tetap sah dan
tidak batal begitu saja. Jika harus dibuatkan RUPS baru, maka akta
yang dibuat adalah berdasarkan hasil RUPS yang menegaskan
keputusan RUPS sebelumnya, dengan mencantumkan alasan dibuatnya
RUPS tersebut.
b. Berbeda dengan jangka waktu untuk RUPS perubahan (baik yang
membutuhkan pengesahan atau pemberitahuan) untuk akta pendirian, jika
jangka waktu 60 hari sudah lewat, maka tidak bisa dibuatkan akta
penegasan mengenai pendirian Perseroan Terbatas, melainkan harus
dibuatkan akta pendirian yang baru. Hal ini disebabkan akta Perseroan
Terbatas yang sudah bubar tidak bisa ditegaskan kembali, sedangkan
untuk nama dapat dipakai nama Perseroan Terbatas yang sebelumnya.
Dalam pelaksanannya cukup dilakukan dengan cara pemesanan nama dan
seterusnya seperti halnya pendirian Perseroan Terbatas yang baru.
c. Penghitungan batas waktu 30 hari untuk pengajuan akta perubahan suatu
PT yang semula berakhirnya terhitung sejak tanggal diperolehnya DIAN
selesai (selesai melakukan entry data DIAN)- Namun, sejak tanggal 17
Nopember 2008 yang lalu di ubah menjadi berakhirnya terhitung sejak
tanggal pengajuan (tanggal akses DIAN). Artinya pada saat Notaris sudah
mendapatkan nomor kendali DIAN, maka batas waktu 30 hari tersebut
sudah terpenuhi, sehingga selanjutnya tinggal proses administratif saja.
d. Untuk penyesuaian anggaran dasar yang diikuti dengan materi Rapat yang
membutuhkan pemberitahuan kepada Menteri, seperti: perubahan susunan
pengurus ataupun perubahan susunan pemegang saham, dahulu harus

Universitas Sumatera Utara


110

dilakukan akses DLAN-2 yang dilanjutkan dengan DIAN-3. Hal ini sering
mengakibatkan ditolaknya tanggal akta oleh sistem, karena berakhirnya
jangka waktu. Padahal untuk mengakses DIAN-3 tersebut, Notaris harus
menunggu DIAN-2 memperoleh Tidak Keberatan Menteri (TKM).
Sekarang, untuk mencegah hal tersebut teijadi dan mempermudah dari sisi
administrasi, maka cukup dilakukan satu kali akses saja pada DIAN-2.
DIAN-2 merupakan pengesahan anggaran dasar, dapat sekaligus
mengesahkan perubahan susunan pengurus ataupun perubahan susunan
pemegang saham tersebut. 140

Pada upgrading dan Kongres Ikatan Notaris Indonesia di Surabaya tanggal 28

Januari 2009 dijelaskan pula mengenai akta perubahan anggaran dasar Perseroan

Terbatas baik yang akan diproses, sedang diproses, maupun yang sudah terlanjur

diproses atau ditanda tangan. Dalam mengatasi apabila akta sudah terlanjur lewat

batas waktu akibat adanya kendala dari sistem sedangkan para pemegang saham

sudah tidak bisa hadir lagi untuk rapat, maka pada setiap RUPS harus menyebutkan

kuasa kepada Direksi untuk membuat perubahan, pengukuhan kembali acara rapat

untuk mengajukan permohonan kepada Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia.141

Kuasa tersebut akan lebih sempurna lagi jika bisa dibuat secara terpisah dalam

bentuk lampiran. Jadi tiap lewat dari 30 (tigapuluh) hari, Direksi tinggal membuat

pengukuhan kembali atas RUPS yang sebelumnya. Demikian pula jika RUPS yang

terlewatkan terdiri dari beberapa RUPS (misalnya RUPS pertama tentang

peningkatan modal, RUPS kedua tentang perubahan maksud dan tujuan RUPS ketiga

140
Muhammad Azhari dan Rudi Indrapraja, Mengenal Sisminbakum, (Bandung: Dinamika
Putera, 2011), hal. 81.
141
Stefanus Mahendra Soni Indriyo, Revitalisasi Institusi Direksi Perseroan Terbatas,
Cetakan Pertama, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2012), hal. 88.

Universitas Sumatera Utara


111

tentang perubahan pengurus). Untuk hal demikian maka Direksi cukup membuat satu

kali lagi RUPS baru yang sekaligus mengukuhkan semua mata acara RUPS pertama,

RUPS kedua dan RUPS ketiga tersebut, sekaligus mengesahkan seluruh perbuatan

hukum yang dilakukan oleh Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan sebelum

mendapatkan persetujuan atau penerimaan pemberitahuan dari Departemen Hukum

dan Hak Asasi Manusia. Jadi kalimat pada akhir RUPS sebaiknya ditambahkan

berupa:

“Memberikan kuasa dengan hak substitusi kepada Direksi Perseroan untuk


menyatakan kembali keputusan sebagaimana tersebut di atas ke dalam akta
Notaris, dan untuk selanjutnya memberitahukan kepada Menteri Hukum dan
Hak Azasi Manusia Republik Indonesia serta melakukan segala sesuatu yang
disyaratkan oleh hukum dan ketentuan perundang-undangan.”142
Menyetujui, dalam hal keputusan yang telah diambil dalam Rapat ini

dikarenakan satu dan lain hal tidak dapat dinyatakan dalam akta Notaris dan/atau

tidak dapat diajukan kepada Menteri Hukum dan Hak Azasi Menusia Republik

Indonesia dalam jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam UU No. 40 Tahun 2007

tentang Perseroan terbatas, maka masing-masing pemegang saham Perseroan

memberikan kuasa dengan hak substitusi kepada Direksi dan untuk bertindak baik

bersama-sama maupun masing-masing untuk dan atas nama serta mewakili masing-

masing pem egang saham Perseroan yang hadir dalam dan menyetujui keputusan

Rapat ini khusus untuk mengadakan, menghadiri serta mengambil keputusan RUPS

atau menanda-tangani suatu keputusan di luar RUPS yang memutuskan dan

mengukuhkan kembali keputusan yang telah diambil dalam Rapat ini (bentuk dan isi

142
Ibid. hal. 89.

Universitas Sumatera Utara


112

surat kuasa sebagaim ana terlampir) dan berkenaan dengan hal tersebut melakukan

segala tindakan yang diperlukan tanpa ada yang dikecualikan demikian dengan m

emperhatikan ketentuan perundang-undangan.143

Akta yang lewat batas waktu telah cacat hukum, akan tetapi perbuatan hukum

mengubah anggaran dasar oleh para pihak tidak menjadi batal. Hal tersebut berlaku

apabila keputusan-keputusan yang telah disepakati oleh para pemegang saham dalam

RUPS telah sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang ditetapkan oleh undang-

undang dan anggaran dasar Perseroan mengenai tata cara pengadaan RUPS.

Selanjutnya untuk melakukan proses pengajuan permohonan persetujuan atau

pemberitahuan kepada Menteri diperlukan penegasan kemb ali atas hasil keputusan

yang telah diambil melalui keputusan RUPS. Hal ini dilakukan mengingat Pasal 21

ayat (5) UU No. 40 Tahun 2007 telah secara tegas dan jelas mengatur mengenai

masalah batas waktu pengajuan permohonan ini. Jadi tindakan yang seharusnya

dilakukan Notaris adalah membuatkan akta penegasan berdasarkan hasil keputusan

RUPS yang menegaskan kembali segala keputusan-keputusan RUPS yang telah

disepakati secara musyawarah dan mufakat pada RUPS sebelumnya.

143
Muhammad Azhari dan Rudi Indrapraja, Op.Cit, hal. 103.

Universitas Sumatera Utara


113

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap permasalahan yang

diajukan maka dapat diajukan kesimpulan sebagai berikut:

1. Perubahan anggaran dasar dilakukan pada saat RUPS, dan perubahan tersebut

harus dimuat atau dinyatakan dalam Akta Notaris dalam Bahasa Indonesia.

Kekuatan pembuktian akta perubahan anggaran dasar yang tidak adanya

pemberitahuan setelah dilakukannya perubahan maka akta perubahan tersebut

tetap merupakan akta otentik selama akta tersebut dibuat memenuhi ketentuan

perundang-undangan dan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Hanya saja

akta perubahan anggaran dasar tersebut tidak dapat diakses di Sistem

Administrasi Badan Hukum (SABH) karena perubahan yang belum

didaftarkan sehingga akta yang berlaku bagi perseroan tersebut adalah

anggaran dasar sebelum perubahan dilakukan.

2. Pertanggungjawaban kepada pihak ketiga terhadap perubahan anggaran dasar

yang tidak adanya pemberitahuan pada Kementrian Hukum dan Hak Asasi

Manusia maka pertanggungjawaban tersebut setiap anggota Dewan Komisaris

secara tanggung renteng ikut bertanggungjawab dengan anggota direksi atas

kewajiban yang belum dilunasi. Apabila hubungan tersebut terjadi dengan

pihak pengurus perseroan maka pihak komisaris dan direksi

Universitas Sumatera Utara


114

bertanggungjawab untuk memberikan ganti kerugian kepada pihak ketiga

dengan dasar akta anggaran yang belum diubah.

3. Penyelesaian dan proses hukum serta solusi yang dilakukan dalam Putusan

Mahkamah Agung Nomor 183/Pdt.G/2014/PN.Jaksel sudah tepat dilakukan

oleh hakim, karena dalam kasus ini oleh turut tergugat secara nyata telah

melakukan perbuatan melawan hukum kepada penggugat dengan

menggunakan akta perubahan anggaran dasar perseroan yang tidak berlaku

secara hukun dan tidak melakukan kewajibannya untuk membuat laporan

pertanggungjawaban keuangan serta kewajiban perseroan dalam membayar

pesangon karyawan, hal ini jelas-jelas melanggar peratura dalam KUH

Perdata pasal 1365 yaitu: “Tiap perbuatan melangar hukum, yang membawa

kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang lain karena salahnya

menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian itu.”

B. Saran
1. Kepada para pihak yang bersengketa dalam kaitannya dengan akta perubahan

anggaran dasar suatu perseroan hendaknya mengajukan persetujuan dan/atau

pemberitahuan perubahan anggaran dasar dan/atau data Perseroan Terbatas ke

Menteri Hukum & HAM RI pada akta anggaran dasar sebelumnya, karena

pada prinsipnya berdasarkan ketentuan Pasal 19 UUPT anggaran dasar

Perseroan Terbatas dapat diubah dan perubahan tersebut hanya dapat

dilakukan berdasarkan keputusan RUPS.

2. Peranan Notaris sangat penting dalam membantu menciptakan kepastian dan

Universitas Sumatera Utara


115

perlindungan hukum bagi masyarakat, karena Notaris sebagai pejabat umum

berwenang untuk membuat akta otentik. Pada dasarnya bentuk dari suatu akta

bukanlah masalah, selama para pihak tetap berkomitmen untuk melaksanakan

kewajiban dan hak yang tertuang dalam akta tersebut. Maka kesadaran dari

pihak untuk menjalankan kewajiban masing-masing penting agar tidak timbul

masalah-masalah.

3. Kebijakan yang dibuat oleh pihak dari Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia dengan organisasi ini dalam penyelesaian masalah akta-akta notaris

yang menjadi lewat batas waktu sebagai akibat dari sistem yang bermasalah,

maka tindakan yang seharusnya dilakukan Notaris adalah membuatkan akta

penegasan berdasarkan hasil keputusan RUPS yang menegaskan kembali

segala keputusan-keputusan RUPS yang telah disepakati secara musyawarah

dan mufakat pada RUPS sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Abdulkadir, Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,


2010.

Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus, Kencana
Prenadamedia Group, Jakarta, 2014.

Agus Budiarto, Seri Hukum Perusahaan: Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri
Perseroan Terbatas, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2002.

Ais, Chatamarrasjid, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-soal Aktual Hukum


Perusahaan, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2004.

Advendi S, Hukum Dalam Ekonomi, Jakarta, Grasindo, 2008.

Anasitus Amanat, Pembahasan Undang-Undang Perseroan Terbatas 1995 dan


Penerapannya Dalam Akta Notaris, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1996.

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 1997.

Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjuntak dan Markus Y. Hage, Teori Hukum, Genta
Publishing, Yogyakarta, 2013.

Budiarto, Agus, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas,
Jakarta, Ghalia Indonesia, 2002.

Fuady, Munir, Perseroan Terbatas, Jakarta, PT. Citra Aditya Bakti, 2003.

Freddy Haris dan Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas: Kewajiban Pemberitahuan
oleh Direksi, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010.

Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas (Edisi Baru), Jakarta, Djambatan, 2004.

Ginting, Jamin, Hukum Perseroan Terbatas, UU No. 40 Tahun 2007, Bandung, Citra Aditya
Bakti, 2007.

Hans Kelsen sebagaimana diterjemahkan oleh Somardi, General Theory Of Law and State,
Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu
Hukum Deskriptif Empirik, BEE Media Indonesia, Jakarta, 2007.

Hardijan Rusli, Perseroan Terbatas dan Aspek Hukumnya, Jakarta, Pusaka Sinar Harapan,
1997.

Universitas Sumatera Utara


Harjono, Dhaniswara K, Pembaharuan Hukum Perseroan Terbatas, Tinjauan Terhadap
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Jakarta, PPHBI,
2008.

HR.Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo, Jakarta, 2006.

Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti,


Bandung, 2010.

Khairandy, Ridwan, Perseroan Terbatas: Doktrin, Peraturan Perundang-Undangan, dan


Yurisprudensi, Yogyakarta, Total Media, 2009.

Kurniawan, Hukum Perusahaan: Karakteristik Badan Usaha Berbadan Hukum dan Tidak
Berbadan Hukum di Indonesia, Genta Publishing, Yogyakarta, 2014.

M. Harahap Yahya, Hukum Perseroan Terbatas. Sinar Grafika, Jakarta, 2009.

---------------------, Hukum Perseroan Terbatas. Sinar Grafika, Jakarta, 2015.

M. Udin Silalahi, Badan Hukum Organisasi Perusahaan, Jakarta, IBLAM, 2006.

M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994.

Mulhadi, Hukum Perusahaan, Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia,

Munir Fuady, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas, Bandung, CV Utomo, 2005

Nadapdap, Binoto, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta, Jala Permata Aksara, 2009.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Mendia Grup, Jakarta, 2014.

Salim HS, Hukum Kontrak, Teori dan Tehnik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta,
2003

Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, Grafindo Persada, Jakarta, 1999.

Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, Nuansa Aulia,


Bandung, Indonesia, 2006.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,
Rajawali Pers, Jakarta, 1990.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat,
Penebit Rajawali Pres, Jakarta, 2013.

Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Indonesia pada Akhir Abad ke-20, Bandung : Alumni,
1994.

Sutantyo R. Hadikusuma dan Sumantoro, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan, Bentuk-


bentuk Perusahaan yang Berlaku di Indonesia, Jakarta, Rajawali Pers, 1991.

Universitas Sumatera Utara


Usman, Rachmadi, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Jakarta, PT. Alumni,
2004.

Widjaja, Gunawan, Resiko Hukum Pemilik, Direksi, & Komisaris PT, Jakarta, ForumSahabat,
2008.

-------------------, 150 Tanya Jawab tentang Perseroan Terbatas, Jakarta, ForumSahabat,


2008.

Widjaja, I. G. Rai, Hukum Perseroan, Jakarta, Megapoin, 2002.

-------------------, Hukum Perusahaan Dan Undang-Undang Dan Peraturan Pelaksanaan di


Bidang Usaha, Jakarta, Kesaint Blanc, 2005.

-------------------, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Jakarta, Kesaint Blanc, 2000.


Yani, Ahmad dan Gunawan Widjaja, Perseroan Terbatas, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2009.

Zaeni Asyhadie dan Budi Sutrisno, Hukum Perusahaan & Kepailitan, PT Gelora Aksara
Pratama, Mataram, 2012.

B. Undang-Undang

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No.M.HH-01.01 Tahun 2011 tentang Tata
Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan
Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan
Perubahan Data Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

C. Kamus

M. Marwan dan Jimmy P, Kamus Hukum Dictionary of Law Complete Edition, Reality
Publisher, 2009.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai