Anda di halaman 1dari 2

Jenis-jenis Perseroan Terbatas

Perseroan Terbatas (PT) adalah suatu badan hukum (legal entity) yang membatasi
tanggung jawab pemiliknya (pemegang saham) hanya sampai modal saham yang
dimasukannya dan tidak sampai menyentuh harta pribadi pemegang saham tersebut.
Namun, untuk menjaga kepentingan investasinya, pemegang saham diperkenankan
untuk membatasi permodalan Perseroan, yaitu dengan menentukan siapa-siapa saja
yang dapat menjadi pemegang saham dalam Perseroan tersebut. Pembatasan itu
kemudian melahirkan jenis-jenis Perseroan Terbatas (PT). Menurut M. Yahya Harahap,
S.H., secara tersirat dan tersurat Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas (UUPT) mengatur tentang Klasifikasi Perseroan menjadi:

1. Perseroan Tertutup
2. Perseroan Publik
3. Perseroan Terbuka (Tbk.)

Perseroan Tertutup

Dalam Perseroan Tertutup, pemegang saham bersifat terbatas dan tertutup.


Pembatasan ini meliputi hanya orang-orang tertentu, yang umumnya saling mengenal
dengan baik atau masih berhubungan keluarga. Dalam jenis Perseroan ini, orang luar
tertutup untuk bergabung menjadi pemegang saham. Dalam Anggaran Dasar Perseroan,
ditegaskan juga siapa saja yang dapat menjadi pemegang sahamnya.

Jenis Perseroan Tertutup dapat terdiri dari Perseroan Murni Tertutup dan Perseroan
Sebagian Tertutup dan Sebagian Terbuka. Dalam Perseroan Murni Tertutup, yang
dapat menjadi pemegang saham mutlak dibatasi, yaitu hanya terbatas pada lingkungan
tertentu seperti rekanan, teman atau anggota keluarga. Dalam Anggaran Dasar juga
ditentukan, bahwa pengalihan saham hanya dapat dilakukan diantara sesama
pemegang saham. Kepada orang luar sama sekali tidak diberikan ruang gerak untuk
bergabung menjadi pemegang saham. Dalam jenis Perseroan Tertutup yang kedua,
sebagian saham hanya dapat dimiliki oleh orang-orang tertentu, sedangkan sebagian
lagi terbuka bagi pihak lain.

Perseroan Publik

Mengacu pada Pasal 1 angka 8 UUPT, bahwa Perseroan Publik adalah Perseroan yang
telah memenuhi kriteria jumlah pemegang saham dan modal disetor sesuai dengan
ketentuan peraturan. Pembedaan Perseroan Publik dengan Perseroan Tertutup,
dengan demikian ditentukan berdasarkan “jumlah pemegang saham” dan “modal
disetor” Perseroan. Kualitas kedua hal tersebut, ditentukan lebih lanjut oleh ketentuan
lain yang mengaturnya.

“Ketentuan peraturan” sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 8 diatas adalah


sebagaimana yang telah ditentukan dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang
Pasar Modal (UUPM). Menurut Pasal 1 angka 22 UUPM, agar suatu Perseroan menjadi
Perseroan Publik, saham Perseroan tersebut harus telah dimiliki oleh minimal 300
orang dan jumlah modal disetor (paid up capital) Perseroan minimal Rp.
3.000.000.000 (atau jumlah tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan).
Perseroan yang telah memenuhi kriteria diatas wajib untuk mengubah Anggaran
Dasarnya menjadi Perseroan Terbuka (Tbk.), demikian menurut ketentuan Pasal 24
UUPT.

Perseroan Terbuka (Tbk.)

Pasal 1 Angka 7 UUPT menentukan, Perseroan Terbuka adalah Perseroan Publik atau
Perseroan yang melakukan penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undnagan dibidang pasar modal. Dengan demikian maka suatu
Perseroan Terbuka selain harus memenuhi syarat kualitas sebagai Perseroan Publik
juga harus melakukan penawaran umum (public offering) saham di Bursa Efek, yaitu
menjual sahamnya kepada masyarakat luas.

Perseroan Grup (Group Company)

Perseroan Grup adalah Perseroan yang terdiri dari sejumlah Perseroan sebagai
Perseroan Anak (Subsidiary Company). Perseroan jenis ini muncul umumnya untuk
memanfaatkan prinsip limited liability dari Perseroan, yaitu membuat Perseroan Anak
untuk menjalankan bisnis dari Perseroan Induk (Parent Company). Dengan adanya
pemisahan tersebut, maka aset Perseroan akan terisolasi terhadap potensi kerugian
yang dialami salah satunya (karena adanya pemisahan harta kekayaan diantara
keduanya).

Tidak terbatas pada Perseroan Induk, Perseroan Anak juga dapat mendirikan lagi
Perseroan Anak berikutnya, dan demikian seterusnya. Dalam praktek, diantara
Perusahaan Induk dan Perusahaan Anak terkadang tidak terdapat pemisahan baik aset,
ekonomi, karyawan, ataupun manajemen. Bisa saja Departemen Keuangan Perusahaan
Induk merangkap juga sebagai Departemen Keuangan Perusahaan Anak, namun
demikian secara hukum diantara Parent Company dan Subsidiary Company terdapat
separate entity. (www.legalakses.com).

Anda mungkin juga menyukai