Anda di halaman 1dari 5

B.

KLASIFIKASI PERSEROAN

1. Perseroan Tertutup1

Terdapat ciri khusus, antara lain :

 Biasanya pemegang sahamnya “terbatas” dan “tertutup” (besloten, close).


Hanya terbatas pada orang-orang yang masih kenal-mengenal atau pemegang
sahamnya hanya terbatas di antara mereka yang masih ada ikatan keluarga, dan
tertutup bagi orang luar.
 Saham perseroan yang ditetapkan dalam AD (Anggaran Dasar), hanya sedikit
jumlahnya, dan dalam AD, sudah ditentukan dengan tegas siapa yang boleh
menjadi pemegang saham.
 Sahamnya juga hanya atas nama (aandeel op nam, registered share) atas
orang-orang tertentu secara terbatas.
Perseroan tertutup mirip dengan perusahaan perseorangan yang dikenal
dalam kehidupan masyarakat dengan bentuk Perusahaan Dagang atau Usaha
Dagang yang benar-benar perusahaan perorangan (Sole proprietorship).
Perusahaan yang dipimpin, diurus, dan dioperasikan sendiri oleh pemilik.
Klasifikasi Perseroan Tertutup :

a. Murni Tertutup
Cirinya :
 Yang boleh menjadi pemegang saham benar-benar terbatas dan tertutup secara
mutlak, hanya terbatas pada lingkungan temen tertentu atau anggota keluarga
tertentu saja.
 Sahamnya diterbitkan atas nama orang-orang tertentu dimaksud.
 Dalam AD ditentukan dengan tegas, pengalihan saham, hanya boleh dan
terbatas di antara sesama pemegang saham saja.

1
Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 38-39.
b. Sebagian Tertutup, Sebagian Terbuka2
Cirinya :
 Seluruh saham perseroan, dibagi menjadi dua kelompok.

 Satu kelompok saham tertentu, hanya boleh dimiliki orang atau kelompok
tertentu saja. Saham yang demikian, misalnya dikelompokkan atau
digolongkan “saham istimewa”, hanya dapat dimiliki orang tertentu dan
terbatas.
 Sedang kelompok saham yang lain, boleh dimiliki secara terbuka oleh siapa
pun.

2. Perseroan Publik

Pasal 1 angka 8 UUPT 2007, berbunyi :

“Persoroan public adalah perseroan yang telah memenuhi kriteria jumlah


pemegang saham dan modal disetor sesuai dengan ketentuan peraturan.”

Kriteria :

 Saham Perseroan yang bersangkutan, telah dimiliki sekurang-kurangnya 300


(tiga ratus) pemegang saham.
 Memiliki modal disetor (gestort capital, paid up capital) sekurang-kurangnya 3
miliar.
 Atau suatu jumlah pemegang saham dengan jumlah modal disetor yang
ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah.

Harus memenuhi ketentuan Pasal 24 UUPT 2007 :

 Perseroan yang telah memenuhi kriteria sebagai Perseroan Publik, wajib


mengubah AD menjadi Perseroan Terbuka (Perseroan Tbk).
 Perubahan AD dimaksud, harus dilakukan dalam jangka waktu 30 hari
terhitung sejak terpenuhi kriteria tersebut.
 Direksi perseroan wajib mengajukan pernyataan pendaftaran sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.
2
Ibid., hlm. 40-41.
3. Perseroan Terbuka (Perseroan Tbk)3

Pasal 1 angka 7 UUPT 2007 :

“Perseroan Terbuka adalah Perseroan Publik atau perseroan yang melakukan


penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal.”

Perseroan terbuka melakukan penawaran umum (public offtering) saham


di Bursa Efek. Maksudnya, perseroan tersebut menawarkan atau menjual saham
atau efeknya kepada masyarakat luas.

Hanya emiten yang boleh melakukan penawaran umum. Penawaran umum


baru dapat dilakukan emiten setelah lebih dulu mendaftar ke Badan Pengawasan
Pasar Modal (BAPEPAM). BAPEPAM berfungsi melakukan pembinaan,
pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan Pasar Modal. BAPEPAM
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan.

4. Perseroan Grup (Group Company)4

Pada masa sekarang, bisa dijumpai satu Perseroan Grup (Group


Company), terdiri atas sejumlah bahkan beratus Perseroan sebagai Perseroan
Anak (Subsidiary). Perseroan Holding (Parent Company) kemungkinan besar
tidak aktif melakukan kegiatan bisnis atau perdagangan. Hanya sahamnya
ditanamkan dalam berbagai perseroan Anak dan mereka itu yang melakukan dan
melaksanakan kegiatan usaha. Selanjutnya Perseroan Anak itu pun mendirikan
Perseroan Anak lagi. Demikian seterusnya, sehingga perusahaan Holding
memiliki berbagai anak. Dalam kondisi yang demikian, terkadang tidak ada
pemisahan (separate) dan perbedaan (distinction) mengenai eksistensi ekonomi
dan asset, karyawan maupun pemisahan bisnis dan Direksi antara Holding dengan
subsidiary. Namun demikian, hukum Perseroan tetap memperlakukan subsidiary
sebagai separate entity.

3
Ibid., hlm. 41-42.
4
Ibid., hlm. 49-50.
Namun, UUPT 2007, tidak menjelaskan maupun mengatur ketentuan 5
mengenai Perseroan Grup atau Perseroan Holding. Padahal dalam praktik perlu
diketahui apa yang dimaksud Perseroan Grup (Group Company) atau Perseroan
Holding (Holding Company) yang bisa disebut Perseroan Induk atau Parent
Company berhadapan dengan Perseroan Anak atau Anak Perusahaan (Subsidiary
Company).

Di Inggris misalnya Section 736 dan 736 A, 1989 Act, mengatur dan
mendefinisikan ulang (redefinition) mengenai holding dan subsidiary. Berdasar
section 736, ada 3 cara untuk mendirikan subsidiary :

1. Satu perseroan A pemegang hak suara mayoritas (hold a mayority of the voting
rights) pada perseroan lain B, dan hal itu disebut Perseroan A memegang
kontrol suara atas Perseroan B.
2. Apabila satu Perseroan A pemegang saham pada Perseroan lain B, dan
Perseroan A tadi dapat menunjuk dan memberhentikan anggota Direksi
Perseroan B, dalam hal itu Perseroan A sebagai Perseroan Induk dan Perseroan
B sebagai Perseroan Anak di mana Perseroan A sebagai Perseroan Induk
mengontrol direksi atas Perseroan B.
3. Apabila satu Perseroan A, merupakan pemegang saham atas perseroan lain B
dan Perseroan A mengontrol sendirian atau berdasar kesepakatan dengan pihak
pemegang saham yang memiliki hak suara mayoritas terhadap Perseroan B,
maka dalam hal ini Perseroan A disebut mengontrol Perseroan B berdasar
kesepakatan.
4. Apabila perseroan lain C didirikan dan menjadi subsidiary dari perseroan B,
sedang Perseroan B merupakan subsidiary dari Perseroan A, maka Perseroan C
dianggap menjadi subsidiary dari Perseroan A.

Apa yang dikemukakan di atas hampir sama dengan yang dikemukakan 6


pada Pasal 29 UUPT 1995, yang dianggap relevan sebagai landasan memahami
dan menerapkan Perseroan Induk dan Perseroan Anak. Mengatakan yang
5
Ibid., hlm. 50-51.
6
Ibid., hlm. 52.
dimaksud dengan Perusahaan Anak adalah perseroan yang mempunyai hubungan
khusus dengan perseroan lainnya yang dapat terjadi karena :

a. Lebih dari 50% sahamnya dimiliki Induk Perusahaan (Holding Company).


b. Lebih dari 50% suara dalam RUPS, dikuasai oleh induk perusahaannya.
c. Kontrol atas jalannya Perseroan, pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan
Komisaris sangat dipengaruhi oleh induk perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai