KLASIFIKASI PERSEROAN
1. Perseroan Tertutup1
a. Murni Tertutup
Cirinya :
Yang boleh menjadi pemegang saham benar-benar terbatas dan tertutup secara
mutlak, hanya terbatas pada lingkungan temen tertentu atau anggota keluarga
tertentu saja.
Sahamnya diterbitkan atas nama orang-orang tertentu dimaksud.
Dalam AD ditentukan dengan tegas, pengalihan saham, hanya boleh dan
terbatas di antara sesama pemegang saham saja.
1
Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 38-39.
b. Sebagian Tertutup, Sebagian Terbuka2
Cirinya :
Seluruh saham perseroan, dibagi menjadi dua kelompok.
Satu kelompok saham tertentu, hanya boleh dimiliki orang atau kelompok
tertentu saja. Saham yang demikian, misalnya dikelompokkan atau
digolongkan “saham istimewa”, hanya dapat dimiliki orang tertentu dan
terbatas.
Sedang kelompok saham yang lain, boleh dimiliki secara terbuka oleh siapa
pun.
2. Perseroan Publik
Kriteria :
3
Ibid., hlm. 41-42.
4
Ibid., hlm. 49-50.
Namun, UUPT 2007, tidak menjelaskan maupun mengatur ketentuan 5
mengenai Perseroan Grup atau Perseroan Holding. Padahal dalam praktik perlu
diketahui apa yang dimaksud Perseroan Grup (Group Company) atau Perseroan
Holding (Holding Company) yang bisa disebut Perseroan Induk atau Parent
Company berhadapan dengan Perseroan Anak atau Anak Perusahaan (Subsidiary
Company).
Di Inggris misalnya Section 736 dan 736 A, 1989 Act, mengatur dan
mendefinisikan ulang (redefinition) mengenai holding dan subsidiary. Berdasar
section 736, ada 3 cara untuk mendirikan subsidiary :
1. Satu perseroan A pemegang hak suara mayoritas (hold a mayority of the voting
rights) pada perseroan lain B, dan hal itu disebut Perseroan A memegang
kontrol suara atas Perseroan B.
2. Apabila satu Perseroan A pemegang saham pada Perseroan lain B, dan
Perseroan A tadi dapat menunjuk dan memberhentikan anggota Direksi
Perseroan B, dalam hal itu Perseroan A sebagai Perseroan Induk dan Perseroan
B sebagai Perseroan Anak di mana Perseroan A sebagai Perseroan Induk
mengontrol direksi atas Perseroan B.
3. Apabila satu Perseroan A, merupakan pemegang saham atas perseroan lain B
dan Perseroan A mengontrol sendirian atau berdasar kesepakatan dengan pihak
pemegang saham yang memiliki hak suara mayoritas terhadap Perseroan B,
maka dalam hal ini Perseroan A disebut mengontrol Perseroan B berdasar
kesepakatan.
4. Apabila perseroan lain C didirikan dan menjadi subsidiary dari perseroan B,
sedang Perseroan B merupakan subsidiary dari Perseroan A, maka Perseroan C
dianggap menjadi subsidiary dari Perseroan A.