Yuliarti1
ABSTRAK
Majelis Pengawas adalah badan yang mempunyai kewenangan untuk
melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris. Majelis Pengawas
Daerah (MPD) dibentuk di Kabupaten/Kota untuk membina dan mengawasi Notaris
yang memiliki daerah kerja di Kabupaten/Kota, sesuai dengan Pasal 70 UUJN.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas pengawasan Majelis
Pengawas Daerah serta hambatan dan solusi pengawasan Majelis Pengawas
Daerah dalam upaya peningkatan profesionalisme Notaris di wilayah Purwokerto
dan Purbalingga. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis empiris,
sedangkan metode pengumpulan data dengan studi kepustakaan dan wawancara.
Hasil penelitian pelaksanaan pengawasan oleh MPD di Purwokerto dan Purbalingga
masih belum efektif, dan belum bisa meningkatkan profesionalisme Notaris di
wilayah tersebut, karena masih ditemukan banyaknya pelanggaran kode etik.
Hambatan yang ditemui yaitu terbatasnya dana MPD, belum adanya kantor
kesekretariatan dan sarana prasarana yang menunjang terlaksananya dengan baik
tugas dan wewenang MPD, wewenang MPD yang terbatas dan kurangnya
kesadaran hukum beberapa Notaris. Beberapa solusi yang bisa dilakukan yaitu
membangun gedung kesekretarian sendiri disertai sarana prasarana yang
menunjang terlaksananya dengan baik tugas dan wewenang MPD, serta melakukan
pengawasan intern, ekstern, represif dan preventif.
1. Pendahuluan
dengan ketentuan yang berlaku karena diakibatkan oleh perkembangan sosial yang
cepat. Dengan demikian kiranya sulit untuk mendefinisikan secara lengkap tugas
dan pekerjaan Notaris.2 Tugas Notaris adalah mengatur secara tertulis dan otentik
hubungan-hubungan hukum antara para pihak yang secara mufakat meminta jasa
Notaris. Dari tugas utama Notaris tersebut, maka dapat dikatakan Notaris
2 Habib Adjie, 2003, Tebaran Pemikiran Dalam Dunia Notaris Dan PPAT “Penegakan Etika
Profesi Notaris Dari Prespektif Pendekatan Sistem”, Lembaga Kajian Notaris dan PPAT Indonesia,
Surabaya, h. 27.
1
mempunyai tugas yang berat karena harus memberikan pelayanan kepada
dan pelayanan hukum serta memberikan jaminan dan kepastian hukum bagi para
pejabat umum, merupakan salah satu organ negara yang dilengkapi dengan
teristimewa dalam pembuatan akta otentik sebagai alat bukti yang sempurna
pengawasan dan pembinaan oleh pihak lain secara terus menerus agar tugas dan
Notaris yang dibentuk oleh menteri dan Dewan Kehormatan yang merupakan salah
satu dari alat perlengkapan organisasi Notaris, dalam hal ini adalah Ikatan Notaris
2
lembaga yang berbeda, namun keduanya tetap tidak dapat dipisahkan dari
adalah MPD yang juga berfungsi mengawasi tindakan seorang Notaris dalam
ahli akademisi, disamping departemen yang tugas dan tangung jawabnya di bidang
Purbalingga banyak terjadi pelanggaran kode etik profesi yang dilakukan oleh
Notaris, padahal disetiap daerah sudah dibentuk Majelis Pengawasa Daerah. Hal ini
menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut, dengan judul “Efektivitas Pengawasan
4 Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
3
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat empiris. Metode yang
sebuah metode penelitian hukum yang berupaya untuk melihat hukum dalam artian
yang nyata atau dapat dikatakan melihat, meneliti, bagaimana bekerjanya hukum di
Purbalingga.
Tujuan dari pengawasan terhadap Notaris adalah agar para Notaris sungguh-
berlaku dan kode etik Notaris demi pengamanan dari kepentingan masyarakat
umum. Tujuan dari dibuatnya kode etik, dalam hal ini adalah kode etik Notaris, pada
intinya adalah untuk menjaga kehormatan dan keluhuran maartabat jabatan Notaris.
jabatannya atas dasar nilai, moral dan etik Notaris. Berdasarkan pada nilai, moral
dan etik Notaris, maka hakekat pengembanan profesi jabatan Notaris adalah
yang dibentuk oleh Menteri Hukum dan HAM perlu diefektifkan dan ditingkatkan
5 Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, 2002, Metodologi Penelitian, PT. Bumi Aksara, Jakarta,
h.14
4
jabatannya dengan selalu meningkatkan kualitas profesionalisme dan perlindungan
membina dan mengawasi jabatan Notaris secara terus menerus mengenai prilaku
diri pribadi di dalam menjalankan jabatan maupun di luar jabatannya sebagai ujung
jasa Notaris. Tujuan dari pengawasan agar para Notaris ketika menjalankan tugas
Notaris diangkat oleh pemerintah, bukan untuk kepentingan diri Notaris itu sendiri
bersangkutan.
terima Protokol Notaris telah berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih.
7 G.H.S. Lumban Tobing, 1999, Peraturan Jabatan Notaris, Cet. 5, Airlangga, Jakarta , h. 301.
5
8) membuat dan menyampaikan laporan Kepada Majelis Pengawas Wilayah.
dilakukan oleh MPD. MPD memiliki peran penting bagi Notaris-Notaris yang dinaungi
pelanggaran pelaksanaan jabatan Notaris, dan perilaku para Notaris yang di luar
bekerja, Notaris juga harus tunduk terhadap kode etik Notaris. Unsur-unsur perilaku
5) Integritas moral artinya menghindari sesuatu yang tidak baik walaupun imbalan
6) Jujur tidak saja pada pihak kedua atau pihak ketiga, tetapi juga pada diri sendiri
6
8) Berpegang teguh pada kode etik profesi karena didalamnya ditentukan segala
perilaku yang harus dimiliki oleh Notaris, termasuk berbahasa Indonesia yang
sempurna.9
umum, Notaris wajib berada dalam pengawasan suatu lembaga yang netral dan
1) Pada tingkat pertama dilakukan oleh pengurus daerah Ikatan Notaris Indonesia
2) Pada tingkat banding dilakukan oleh pengurus wilayah Ikatan Notaris Indonesia
3) Pada tingkat akhir dilakukan oleh pengurus pusat Ikatan Notaris Indonesia dan
pelanggaran Kode Etik ada laporan dari masyarakat dan Notaris itu sendiri dan
bertindak ketika telah terjadi dan sifatnya investigasi tergantung banyaknya laporan
dibentuk dan permasalahan pelanggaran Kode Etik tidak menjadi masalah yang
kode etik akan dimuat dalam Berita Acara Pemeriksaan dikirim ke Majelis Pengawas
7
masyarakat, mengumpulkan fakta yang benar-benar terjadi dan terbukti adanya
(MPW), dan melakukan persidangan kembali dan kewenangan sanksi dari Majelis
Pelanggaran Kode etik yang terjadi dan diketahui oleh Majelis Pengawas
1) Laporan masyarakat terkait dengan dugaan pada sifat netral, yakni memihak
2) Pemasangan papan nama Notaris tidak dilakukan sesuai aturan, seperti ukuran
tidak sesuai, pemberian aksesoris pada papan nama berupa lampu hias, dan
3) Terdapatnya pengurusan akta yang belum selesai dan dibiarkan biarkan berlarut-
larut
4) Memberikan blanko kosong untuk ditandatangani klien yang isi akta tersebut
Pelanggaran Kode etik yang terjadi dan diketahui oleh Majelis Pengawas
12 Ibid
8
4) Notaris melakukan pemalsuan data dalam pembuatan akta
Pelanggaran kode etik Notaris merupakan realitas yang banyak terjadi dan
tidak dapat dipungkiri dalam prakteknya. Hal ini disebabkan oleh persaingan yang
ketat dalam praktek Notaris yang berawal dari makin bertambahnya jumlah Notaris.
Kondisi ini akan bertambah buruk dan dilematis oleh karena lemahnya sosialisasi
tentang kode etik dan tidak optimalnya pengawasan yang dilakukan oleh organisasi
profesi Notaris, dalam hal ini Ikatan Notaris Indonesia. Selain hal tersebut
dikalangan Notaris sendiri terdapat perilaku dan persepsi untuk tidak terlalu
14
menghiraukan kode etik Notaris.
Urgensi sanksi kode etik sangat penting dalam rangka terwujudnya profesionalisme
sebab sanksi akan memberikan efek memaksa dan jera terhadap pihak-pihak yang
melakukan pelanggaran.
dan Purbalingga
9
2. Tidak adanya kantor kesekretariatan dan juga tidak adanya kelengkapan sarana
dan prasarana yang menunjang terlaksananya dengan baik tugas dan wewenang
karena pada saat ini kantor MPD Notaris masih menumpang dengan kantor
Notaris
Purwokerto
6. MPD tidak memiliki wewenang untuk menjatuhkan sanksi terhadap Notaris yang
Solusi yang dapat dilakukan oleh MPD Purwokerto dan MPD Purbalingga untuk
memadai.
2. Ketua MPD harus lebih tegas kepada anggotanya dalam melaksanakan tugas.
langsung, baik di tingkat pusat yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Pusat
(MPP) Notaris
16 Hasil Wawancara Faiz, Anggota MPD Purwakerto, 6 September 2018
10
4. Melakukan pengawasan ekstern yaitu Pengawasan yang dilakukan oleh organ/
yaitu INI daerah Kabupaten Purbalingga dan Purwokerto terhadap para Notaris
sehingga bersifat korektif dan memulihkan suatu tindakan yang keliru, disebut
pengawasan terhadap Notaris, antara lain adalah hal-hal yang diatur Pasal 70
Huruf b, c, d, e, f dan h UUJN, Pasal 13 ayat (2) huruf d UUJN, yang mengatur
3. Penutup
3.1 Kesimpulan
sanksi, sebab sanksi akan memberikan efek memaksa dan jera terhadap
11
2. Hambatan-hambatan yang MPD Purbalingga dan Purwokerta antara lain
kelengkapan sarana dan prasarana penunjang karena saat ini kantor MPD
3. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan baik MPD Purbalingga maupun
dengan sarana dan prasarana penunjang yang memadai, Ketua MPD harus
3.2 Saran
2. Notaris harus memiliki kepribadian moral dan idealis yang kuat, harus sadar
12
mengerti tentang kenotariatan khususnya dalam pembuatan akta otentik
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Ali, 2013, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicial Prudence) Termasuk Interpretasi Undang-undang (Legisprudence),
Kencana Prenada Media Group, Jakarta
H.S. Lumban Tobing, 1999, Peraturan Jabatan Notaris, Cet. 5, Airlangga, Jakarta ,
Habib Adjie, 2003, Tebaran Pemikiran Dalam Dunia Notaris Dan PPAT “Penegakan
Etika Profesi Notaris Dari Prespektif Pendekatan Sistem”, Lembaga Kajian
Notaris dan PPAT Indonesia, Surabaya,
Habib Adjie, 2009, Meneropong Khasanah Notaris dan PPAT Indonesia, Citra Aditya
Bhakti, Bandung
N.G. Yudara, 2006, Notaris dan Permasalahannya (Pokok-Pokok Pemikiran Di
Seputar Kedudukan Dan Fungsi Notaris Serta Akta Notaris Menurut Sistem
Hukum Indonesia), Makalah disampaikan dalam rangka Kongres INI di Jakarta:
Majalah Renvoi Nomor 10.34.III, h.72
Ria Trisnomurti, 2012, Efektivitas Pelaksanaan Kewenangan Pengawasan Terhadap
Notaris Sebagai Pemegang Protokol, Tesis Universitas Hasanuddin, Makassar.
Rusdi Malik, 2000, Penemu Afama Dalam Hukum, Jakarta, Trisakti
Salim H. S., 2010, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Rajawali Pers, Jakarta
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
13