Anda di halaman 1dari 13

EFEKTIVITAS PENGAWASAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH

DALAM UPAYA MENINGKATKAN PROFESIONALISME NOTARIS


DI WILAYAH PURWOKERTO DAN PURBALINGGA

Yuliarti1

ABSTRAK
Majelis Pengawas adalah badan yang mempunyai kewenangan untuk
melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris. Majelis Pengawas
Daerah (MPD) dibentuk di Kabupaten/Kota untuk membina dan mengawasi Notaris
yang memiliki daerah kerja di Kabupaten/Kota, sesuai dengan Pasal 70 UUJN.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas pengawasan Majelis
Pengawas Daerah serta hambatan dan solusi pengawasan Majelis Pengawas
Daerah dalam upaya peningkatan profesionalisme Notaris di wilayah Purwokerto
dan Purbalingga. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis empiris,
sedangkan metode pengumpulan data dengan studi kepustakaan dan wawancara.
Hasil penelitian pelaksanaan pengawasan oleh MPD di Purwokerto dan Purbalingga
masih belum efektif, dan belum bisa meningkatkan profesionalisme Notaris di
wilayah tersebut, karena masih ditemukan banyaknya pelanggaran kode etik.
Hambatan yang ditemui yaitu terbatasnya dana MPD, belum adanya kantor
kesekretariatan dan sarana prasarana yang menunjang terlaksananya dengan baik
tugas dan wewenang MPD, wewenang MPD yang terbatas dan kurangnya
kesadaran hukum beberapa Notaris. Beberapa solusi yang bisa dilakukan yaitu
membangun gedung kesekretarian sendiri disertai sarana prasarana yang
menunjang terlaksananya dengan baik tugas dan wewenang MPD, serta melakukan
pengawasan intern, ekstern, represif dan preventif.

Kata Kunci: MPD, Pengawasan Notaris, Pelanggaran Kode Etik

1. Pendahuluan

Peranan Notaris menjadi sangat kompleks dan seringkali sangat berbeda

dengan ketentuan yang berlaku karena diakibatkan oleh perkembangan sosial yang

cepat. Dengan demikian kiranya sulit untuk mendefinisikan secara lengkap tugas

dan pekerjaan Notaris.2 Tugas Notaris adalah mengatur secara tertulis dan otentik

hubungan-hubungan hukum antara para pihak yang secara mufakat meminta jasa

Notaris. Dari tugas utama Notaris tersebut, maka dapat dikatakan Notaris

1 Mahasiswa Magister Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang

2 Habib Adjie, 2003, Tebaran Pemikiran Dalam Dunia Notaris Dan PPAT “Penegakan Etika
Profesi Notaris Dari Prespektif Pendekatan Sistem”, Lembaga Kajian Notaris dan PPAT Indonesia,
Surabaya, h. 27.

1
mempunyai tugas yang berat karena harus memberikan pelayanan kepada

masyarakat dengan sebaik-baiknya.

Lembaga Notariat memegang peranan yang penting dalam setiap proses

pembangunan, karena Notaris merupakan suatu jabatan yang menjalankan profesi

dan pelayanan hukum serta memberikan jaminan dan kepastian hukum bagi para

pihak, terutama dalam hal kelancaran proses pembangunan. Notaris sebagai

pejabat umum, merupakan salah satu organ negara yang dilengkapi dengan

kewenangan hukum untuk memberikan pelayanan umum kepada masyarakat,

teristimewa dalam pembuatan akta otentik sebagai alat bukti yang sempurna

berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang keperdataan. 3

Seiring dengan adanya pertanggungjawaban Notaris kepada masyarakat

dalam menjalankan tugasnya, maka haruslah dijamin dengan adanya suatu

pengawasan dan pembinaan oleh pihak lain secara terus menerus agar tugas dan

kewenangan Notaris selalu sesuai dengan kaidah hukum yang mendasari

kewenangannya dan dapat terhindar dari penyalahgunaan kewenangan atau

kepercayaan yang diberikan oleh pemerintah dan masyarakat.

Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya diawasi oleh Majelis Pengawas

Notaris yang dibentuk oleh menteri dan Dewan Kehormatan yang merupakan salah

satu dari alat perlengkapan organisasi Notaris, dalam hal ini adalah Ikatan Notaris

Indonesia (INI). Kedua lembaga tersebut berwenang untuk mengawasi Notaris

sampai dengan menjatuhkan sanksi bagi Notaris yang dinyatakan melakukan

pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku. Ada perbedaan

kewenangan antara kedua lembaga tersebut dikarenakan keduanya terbentuk dari

3 N.G. Yudara, 2006, Notaris dan Permasalahannya (Pokok-Pokok Pemikiran Di Seputar


Kedudukan Dan Fungsi Notaris Serta Akta Notaris Menurut Sistem Hukum Indonesia), Makalah
disampaikan dalam rangka Kongres INI di Jakarta: Majalah Renvoi Nomor 10.34.III, h.72

2
lembaga yang berbeda, namun keduanya tetap tidak dapat dipisahkan dari

keberadaan organisasi Notaris.

Majelis Pengawas adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan dan

kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris. 4

Majelis Pengawas yang berhubungan langsung dengan Notaris yang bersangkutan

adalah MPD yang juga berfungsi mengawasi tindakan seorang Notaris dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya. Pengawasan terhadap Notaris yang

dilaksanakan Oleh Majelis Pengawas Notaris dilakukan dengan melibatkan pihak

ahli akademisi, disamping departemen yang tugas dan tangung jawabnya di bidang

kenotariatan serta Organisasi Notaris, dibentuknya Majelis Pengawas Notaris di tiap

kota atau kabupaten dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan dan

perlindungan hukum bagi masyarakat pengguna jasa Notaris.

Berdasarkan pengamatan yang Penulis lakukan, di Kabupaten Purwokerto dan

Purbalingga banyak terjadi pelanggaran kode etik profesi yang dilakukan oleh

Notaris, padahal disetiap daerah sudah dibentuk Majelis Pengawasa Daerah. Hal ini

menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut, dengan judul “Efektivitas Pengawasan

Majelis Pengawas Daerah dalam Upaya Meningka tkan Profesionalisme Notaris di

Wilayah Purwokerto dan Purbalingga”. Berdasarkan latar belakang masalah diatas,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Efektivitas Pengawasan Majelis Pengawas Daerah dalam Upaya

Meningkatkan Profesionalisme Notaris di wilayah Purwokerto dan Purbalingga?

2. Apa saja hambatan-hambatan dan solusi Pengawasan Majelis Pengawas

Daerah dalam upaya peningkatan profesionalisme Notaris di wilayah

Purwokerto dan Purbalingga?

4 Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

3
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat empiris. Metode yang

digunakan adalah metode pendekatan yuridis empiris. Yuridis empiris adalah

sebuah metode penelitian hukum yang berupaya untuk melihat hukum dalam artian

yang nyata atau dapat dikatakan melihat, meneliti, bagaimana bekerjanya hukum di

masyarakat.5 Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua)

alat pengumpul data, yaitu studi kepustakaan dan wawancara.

2. Hasil Penelitian dan Pembahasan

2.1 Efektivitas Pengawasan Majelis Pengawas Daerah dalam Upaya

Meningkatkan Profesionalisme Notaris di wilayah Purwokerto dan

Purbalingga.

Tujuan dari pengawasan terhadap Notaris adalah agar para Notaris sungguh-

sungguh memenuhi persyaratan-persyaratan dan menjalankan tugas jabatannya

sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan kode etik Notaris demi pengamanan dari kepentingan masyarakat

umum. Tujuan dari dibuatnya kode etik, dalam hal ini adalah kode etik Notaris, pada

intinya adalah untuk menjaga kehormatan dan keluhuran maartabat jabatan Notaris.

Seyogyanya seorang Notaris hidup dan berperilaku baik di dalam menjalankan

jabatannya atas dasar nilai, moral dan etik Notaris. Berdasarkan pada nilai, moral

dan etik Notaris, maka hakekat pengembanan profesi jabatan Notaris adalah

Pelayanan kepada masyarakat (klien) secara mandiri dan tidak memihak. 6

Lembaga pembinaan dan pengawasan (Majelis Pengawas) terhadap Notaris

yang dibentuk oleh Menteri Hukum dan HAM perlu diefektifkan dan ditingkatkan

mutu dan kualitasnya, karena Notaris diharapkan dapat menjalankan profesi

5 Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, 2002, Metodologi Penelitian, PT. Bumi Aksara, Jakarta,
h.14

6 Wawancara dengan Ratnawaty, Notaris di Purbalingga, 6 September 2018

4
jabatannya dengan selalu meningkatkan kualitas profesionalisme dan perlindungan

hukum kepada masyarakat. Peran Majelis Pengawas sangat penting dalam

membina dan mengawasi jabatan Notaris secara terus menerus mengenai prilaku

diri pribadi di dalam menjalankan jabatan maupun di luar jabatannya sebagai ujung

tombak untuk menjamin kepastian hukum terhadap masyarakat yang menggunakan

jasa Notaris. Tujuan dari pengawasan agar para Notaris ketika menjalankan tugas

dan jabatan Notaris, demi untuk pengamanan kepentingan masyarakat, karena

Notaris diangkat oleh pemerintah, bukan untuk kepentingan diri Notaris itu sendiri

melainkan untuk kepentingan masyarakat yang dilayaninya. 7

Pasal 70 UUJN, telah ditentukan kewenangan Majelis Pengawas Daerah

Notaris sebagai berikut: 8

1) menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran

Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan jabatan Notaris.

2) melakukan pemeriksaan terhadap Protokol Notaris secara berkala 1 (satu) kali

dalam 1 (satu) tahun atau setiap waktu yang dianggap perlu.

3) memberikan izin cuti untuk waktu sampai dengan 6 (enam) bulan.

4) menetapkan Notaris Pengganti dengan memperhatikan usul Notaris yang

bersangkutan.

5) menentukan tempat penyimpanan Protokol Notaris yang pada saat serah

terima Protokol Notaris telah berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih.

6) menunjuk Notaris yang akan bertindak sebagai pemegang sementara Protokol

Notaris yang diangkat sebagai pejabat Negara.

7) menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan pelanggaran

Kode Etik Notaris atau pelanggaran ketentuan dalam Undang-Undang Notaris.

7 G.H.S. Lumban Tobing, 1999, Peraturan Jabatan Notaris, Cet. 5, Airlangga, Jakarta , h. 301.

8 UU No. 30 Tahun 2004

5
8) membuat dan menyampaikan laporan Kepada Majelis Pengawas Wilayah.

Efektifitas pembinaan dan pengawasan merupakan hal penting yang harus

dilakukan oleh MPD. MPD memiliki peran penting bagi Notaris-Notaris yang dinaungi

daerahnya karena MPD mempunyai ruang lingkup kewenangan menyelenggarakan

sidang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris,

pelanggaran pelaksanaan jabatan Notaris, dan perilaku para Notaris yang di luar

menjalankan tugas jabatannya sebagai Notaris yang dapat mengganggu atau

mempengaruhi pelaksanaan tugas jabatan Notaris.

Profesionalisme Notaris berarti dalam bekerja Notaris harus sesuai dengan

standar Operasional Prosedural (SOP) dari memulai pekerjaan, menjalankan dan

menghasilkan hasil yang akurat. Untuk meningkatkan profesionalisme Notaris dalam

bekerja, Notaris juga harus tunduk terhadap kode etik Notaris. Unsur-unsur perilaku

profesional adalah sebagai berikut :

1) Memiliki perilaku profesional

2) Ikut serta pembangunan nasional di bidang hukum

3) Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat

4) Keahlian yang didukung oleh pengetahuan dan pengalaman tinggi

5) Integritas moral artinya menghindari sesuatu yang tidak baik walaupun imbalan

jasanya tinggi, pelaksanaan tugas profesi diselaraskan dengan nilai-nilai

kemasyarakatan, sopan santun, dan agama

6) Jujur tidak saja pada pihak kedua atau pihak ketiga, tetapi juga pada diri sendiri

7) Tidak semata-mata pertimbangan uang, melarikan juga pengabdian, tidak

membedakan antara orang mampu dan tidak mampu.

6
8) Berpegang teguh pada kode etik profesi karena didalamnya ditentukan segala

perilaku yang harus dimiliki oleh Notaris, termasuk berbahasa Indonesia yang

sempurna.9

Dalam menjalankan tugas dan jabatannya untuk kepentingan masyarakat

umum, Notaris wajib berada dalam pengawasan suatu lembaga yang netral dan

mandiri atau independen. Pengawasan atas pelaksanaan kode etik dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

1) Pada tingkat pertama dilakukan oleh pengurus daerah Ikatan Notaris Indonesia

dan Dewan Kehormatan Daerah;

2) Pada tingkat banding dilakukan oleh pengurus wilayah Ikatan Notaris Indonesia

dan Dewan Kehormatan Wilayah;

3) Pada tingkat akhir dilakukan oleh pengurus pusat Ikatan Notaris Indonesia dan

Dewan Kehormatan Pusat.

Majelis Pengawas Daerah (MPD) bertugas untuk memproses pelanggaran-

pelanggaran Kode Etik ada laporan dari masyarakat dan Notaris itu sendiri dan

bertindak ketika telah terjadi dan sifatnya investigasi tergantung banyaknya laporan

yang masuk karena di Kabupaten Purbalingga sendiri Dewan Kehormatan belum

dibentuk dan permasalahan pelanggaran Kode Etik tidak menjadi masalah yang

berat, sebatas kelalaian dan keteledoran Notaris. 10

Ditinjau dari kewenangannya Ketua Majelis Pengawas Daerah (MPD) Notaris

mempunyai kewenangan untuk meninjau kinerja Majelis Pengawas Daerah (MPD)

melakukan pemeriksaan berkala 1 (satu) tahun sekali apabila terjadi pelanggaran

kode etik akan dimuat dalam Berita Acara Pemeriksaan dikirim ke Majelis Pengawas

Wilayah (MPW), sebab diketahuinya dari pemeriksaan, adanya laporan dari

9 Wawancara dengan Sri Ningrum, Notaris di Purwokerto, 6 September 2018

10 Wawancara dengan Tajudin Nasution Ketua MPD Purbalingga, 6 September 2018

7
masyarakat, mengumpulkan fakta yang benar-benar terjadi dan terbukti adanya

pelanggaran dan Majelis Pengawas Daerah (MPD) melakukan proses persidangan

dengan membentuk tim pemeriksa. Hasilnya dikirim ke Majelis Pengawas Wilayah

(MPW), dan melakukan persidangan kembali dan kewenangan sanksi dari Majelis

Pengawas Wilayah (MPW) bukan dari Majelis Pengawas Daerah (MPD). 11

Pelanggaran Kode etik yang terjadi dan diketahui oleh Majelis Pengawas

Daerah Notaris Pengurus Daerah Ikatan Notaris Indonesia Kabupaten Purwokerto,

antara lain adalah:

1) Laporan masyarakat terkait dengan dugaan pada sifat netral, yakni memihak

salah satu pihak klien

2) Pemasangan papan nama Notaris tidak dilakukan sesuai aturan, seperti ukuran

tidak sesuai, pemberian aksesoris pada papan nama berupa lampu hias, dan

warna selain hitam dan putih

3) Terdapatnya pengurusan akta yang belum selesai dan dibiarkan biarkan berlarut-

larut

4) Memberikan blanko kosong untuk ditandatangani klien yang isi akta tersebut

klien tidak mengetahuinya.12

Pelanggaran Kode etik yang terjadi dan diketahui oleh Majelis Pengawas

Daerah Notaris Pengurus Daerah Ikatan Notaris Indonesia Kabupaten Purbalingga,

antara lain adalah:13

1) Pembuatan akta sangat lama

2) Notaris lebih banyak menggunakan waktunya diluar kantor

3) Menahan berkas klien dengan tujuan agar tidak berpindah Notaris.

11 Wawancara Faiz, Anggota MPD Purwakerto, 6 September 2018

12 Ibid

13 Wawancara dengan Tajudin Nasution Ketua MPD Purbalingga, 6 September 2018

8
4) Notaris melakukan pemalsuan data dalam pembuatan akta

Pelanggaran kode etik Notaris merupakan realitas yang banyak terjadi dan

tidak dapat dipungkiri dalam prakteknya. Hal ini disebabkan oleh persaingan yang

ketat dalam praktek Notaris yang berawal dari makin bertambahnya jumlah Notaris.

Kondisi ini akan bertambah buruk dan dilematis oleh karena lemahnya sosialisasi

tentang kode etik dan tidak optimalnya pengawasan yang dilakukan oleh organisasi

profesi Notaris, dalam hal ini Ikatan Notaris Indonesia. Selain hal tersebut

dikalangan Notaris sendiri terdapat perilaku dan persepsi untuk tidak terlalu
14
menghiraukan kode etik Notaris.

Dengan masih banyaknya pelanggaran kode etik di wilayah purwokerto dan

Purbalingga maka menurut penuls pelaksanaan pengawasan oleh MPD belum

efektif, dan belum bisa meningkatkan profesionalisme Notaris di wilayah tersebut.

Urgensi sanksi kode etik sangat penting dalam rangka terwujudnya profesionalisme

Notaris karena dalam kerangka efektifnya peraturan diperlukan adanya sanksi,

sebab sanksi akan memberikan efek memaksa dan jera terhadap pihak-pihak yang

melakukan pelanggaran.

2.2 Hambatan-hambatan dan solusi Pengawasan Majelis Pengawas Daerah

dalam upaya peningkatan profesionalisme Notaris di wilayah Purwokerto

dan Purbalingga

Hambatan-hambatan MPD dalam melakukan pengawasan Notaris di

Purwokerto dan Purbalingga adalah sebagai berikut:

1. Dana yang digunakan Majelis Pengawas Daerah Notaris Kabupaten Purbalingga

sangat terbatas untuk melakukan pembinaan dan pengawasan. 15

14 Wawancara dengan Sri Ningrum, Notaris di Purwokerto, 6 September 2018

15 Wawancara dengan Tajudin Nasution Ketua MPD Purbalingga, 6 September 2018

9
2. Tidak adanya kantor kesekretariatan dan juga tidak adanya kelengkapan sarana

dan prasarana yang menunjang terlaksananya dengan baik tugas dan wewenang

Majelis Pengawas Daerah Notaris di wilayah Purwokerto dan Purbalingga,

karena pada saat ini kantor MPD Notaris masih menumpang dengan kantor

Wilayah Kementrian Hukum dan HAM di kabupaten Banyumas. 16

3. Majelis Pengawas Daerah hanya mempunyai kewenangan terbatas dalam

memeriksa pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Notaris.

4. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam melaporkan dugaan pelanggaran

Notaris

5. Kurangnya kesadaran hukum beberapa Notaris Kabupaten Purbalingga dan

Purwokerto

6. MPD tidak memiliki wewenang untuk menjatuhkan sanksi terhadap Notaris yang

melanggar Undang-Undang Jabatan Notaris

Solusi yang dapat dilakukan oleh MPD Purwokerto dan MPD Purbalingga untuk

mewujudkan pengawasan yang efektif sehingga profesionalisme Notaris dapat

ditingkatkan adalah dengan melakukan beberapa solusi berikut:

1. MPD Purbalingga maupun MPD Purwokerto harus mempunyai kantor

kesekretariatan sendiri serta mempunyai sarana prasarana penunjang yang

memadai.

2. Ketua MPD harus lebih tegas kepada anggotanya dalam melaksanakan tugas.

3. Melaksanakan pengawasan Intern, yaitu Pengawasan yang dilakukan oleh satu

badan yang secara organisatoris/struktural masih termasuk dalam lingkungan

pemerintahan sendiri. Pengawasan yang dilakukan oleh pemimpin / atasan

langsung, baik di tingkat pusat yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Pusat

(MPP) Notaris
16 Hasil Wawancara Faiz, Anggota MPD Purwakerto, 6 September 2018

10
4. Melakukan pengawasan ekstern yaitu Pengawasan yang dilakukan oleh organ/

lembaga secara organisatoris/ struktural yang berada diluar pemerintah

(eksekutif), misalnya dalam pengawasan yang dilakukan oleh Organisasi Notaris

yaitu INI daerah Kabupaten Purbalingga dan Purwokerto terhadap para Notaris

di Kabupaten Purbalingga dan Purwokerto melalui Dewan Kehormatan Daerah.

5. Pengawasan Preventif dan Represif Yang dimaksud Pengawasan Preventif yaitu

pengawasan yang dilakukan sebelum dikeluarkan suatu keputusan/ketetapan,

sehingga bersifat korektif dan memulihkan suatu tindakan yang keliru, disebut

juga Pengawasan Aposteriori. Pengawasan preventif terkait dengan

pengawasan terhadap Notaris, antara lain adalah hal-hal yang diatur Pasal 70

Huruf b, c, d, e, f dan h UUJN, Pasal 13 ayat (2) huruf d UUJN, yang mengatur

tentang pengambilan tindakan terhadap dugaan-dugaan pelanggaran yang

dilakukan oleh Notaris terhadap UUJN dan Kode Etik.

3. Penutup

3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas, kesimpulan dalam penelitian ini adalah :

1. Pelaksanaan pengawasan oleh MPD di Purwokerto dan Purbalingga masih

belum efektif, dan belum bisa meningkatkan profesionalisme Notaris di

wilayah tersebut, karena masih ditemukan banyaknya pelanggaran kode

etik di wilayah purwokerto dan Purbalingga, maka menurut penulis Urgensi

sanksi kode etik sangat penting dalam rangka terwujudnya profesionalisme

Notaris karena dalam kerangka efektifnya peraturan diperlukan adanya

sanksi, sebab sanksi akan memberikan efek memaksa dan jera terhadap

pihak-pihak yang melakukan pelanggaran.

11
2. Hambatan-hambatan yang MPD Purbalingga dan Purwokerta antara lain

adalah karana terbatasnya anggaran dana untuk melakukan pengawasan

dan pembinaan, tidak adanya kantor kesekretariatan dan tidak adanya

kelengkapan sarana dan prasarana penunjang karena saat ini kantor MPD

masih menumpang di kantor wilayah Kementrian Hukum dan HAM di

kabupaten Banyumas, MPD hanya mempunyai kewenangan terbatas dalam

memeriksa Notaris yang melakukan pelanggaran kode etik, kurangnya

partisipasi masyarakat dalam melaporkan dugaan pelanggaran Notaris,

kurangnya kesadaran hukum beberapa Notaris Kabupaten Purbalingga,

MPD tidak memiliki wewenang untuk menjatuhkan sanksi terhadap Notaris

yang melanggar Undang-Undang Jabatan Notaris

3. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan baik MPD Purbalingga maupun

MPD Purwokerto harus mempunyai kantor kesekretariatan sendiri disertai

dengan sarana dan prasarana penunjang yang memadai, Ketua MPD harus

lebih tegas kepada anggotanya dalam melaksanakan program kerja,

mlaksanakan pengawasan Intern, dan pengawasan ekstern, serta

melakukan Pengawasan Preventif dan Represif

3.2 Saran

1. Notaris diharapkan agar lebih memahami tentang kode etik, dan

memperluas pengetahuan tentang akta otentik dan pembuatannya yang

diatur dalam UUJN.

2. Notaris harus memiliki kepribadian moral dan idealis yang kuat, harus sadar

bahwa tuntutan etika profesi merupakan suatu kewajiban yang berat.

3. Hendaknya Majelis Pengawas yang mengawasi Notaris dalam menjalankan

tugas dan jabatannya adalah pengawas yang memiliki pengetahuan dan

12
mengerti tentang kenotariatan khususnya dalam pembuatan akta otentik

serta mempunyai integritas yang tinggi.

4. Pengurus organisasi INI diharapkan lebih intensif dalam mengadakan

pertemuan dengan melibatkan unsur MPD guna membahas masalah-

masalah seputar pelaksanaan jabatan Notaris khususnya yang berkaitan

dengan kode etik dan undang-undang, sehingga para Notaris lebih

memahami dan mengerti tentang tugas jabatannya berkaitan dengan Kode

Etik dan undang-undang.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Ali, 2013, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicial Prudence) Termasuk Interpretasi Undang-undang (Legisprudence),
Kencana Prenada Media Group, Jakarta
H.S. Lumban Tobing, 1999, Peraturan Jabatan Notaris, Cet. 5, Airlangga, Jakarta ,
Habib Adjie, 2003, Tebaran Pemikiran Dalam Dunia Notaris Dan PPAT “Penegakan
Etika Profesi Notaris Dari Prespektif Pendekatan Sistem”, Lembaga Kajian
Notaris dan PPAT Indonesia, Surabaya,
Habib Adjie, 2009, Meneropong Khasanah Notaris dan PPAT Indonesia, Citra Aditya
Bhakti, Bandung
N.G. Yudara, 2006, Notaris dan Permasalahannya (Pokok-Pokok Pemikiran Di
Seputar Kedudukan Dan Fungsi Notaris Serta Akta Notaris Menurut Sistem
Hukum Indonesia), Makalah disampaikan dalam rangka Kongres INI di Jakarta:
Majalah Renvoi Nomor 10.34.III, h.72
Ria Trisnomurti, 2012, Efektivitas Pelaksanaan Kewenangan Pengawasan Terhadap
Notaris Sebagai Pemegang Protokol, Tesis Universitas Hasanuddin, Makassar.
Rusdi Malik, 2000, Penemu Afama Dalam Hukum, Jakarta, Trisakti
Salim H. S., 2010, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Rajawali Pers, Jakarta
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

13

Anda mungkin juga menyukai